POLA MAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN...
Transcript of POLA MAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN...
POLA MAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN (FKIK) UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
EVI LUTHFIAH KHAIRIYAH
1112101000012
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
i
ii
iii
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, September 2016
Evi Luthfiah Khairiyah, 1112101000012
Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016
xvi + 113 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 2 gambar, 6 lampiran
ABSTRAK
Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan
mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola makan sering tidak teratur, sering
jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan, bahwa 100% mahasiswa belum menerapkan pola makan
sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dimulai sejak bulan
Mei-Juli 2016 dengan subjek penelitian adalah total populasi berjumlah 650
orang, sedangkan informan penelitian berjumlah 21 orang dengan tiga kategori
yaitu informan pola makan cukup, kurang dan lebih, dengan metode purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, lembar
FFQ dan fokus grup diskusi (FGD).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki pola makannya kurang.
Sebagian besar daerah asal mahasiswa adalah bukan perantauan (60,6%), tempat
tinggal mahasiswa selama kuliah sebagian besar di kost (66,9%), dan mahasiswa
paling banyak mendapatkan sumber pangan makanan pokok (41,1%), lauk hewani
(47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%) dari sekitar kost. Sedangkan
paling banyak mahasiswa untuk mendapatkan buah dari rumah (40,8%).
Mahasiswa dengan pola makan kurang cenderung tidak dipengaruhi oleh teman,
sedangkan mahasiswa dengan pola makan lebih dan cukup cenderung dipengaruhi
oleh teman. Selain itu, tidak terdapat perbedaan preferensi makan (aspek
penampilan, tekstur, dan harga) dan citra tubuh pada kelompok mahasiswa
berdasarkan pola makannya. Oleh karena itu, disarankan kepada mahasiswa agar membiasakan sarapan
pagi dan tetap memperhatikan pola makannya dengan cara makan 3x sehari sesuai
anjuran PGS 2014. Untuk pihak FKIK sebaiknya mensosialisasikan pedoman gizi
seimbang di kampus dengan pemasangan poster/kuliah umum mengenai pola
makan dan sebaiknya pihak FKIK berkolaborasi dengan pihak Darma Wanita
untuk memperhatikan keanekaragaman jenis makanan yang dijual khususnya
dikantin kampus.
Kata Kunci : Pola makan, Mahasiswa, Faktor Lingkungan, Faktor Individu
Daftar Bacaan : 78 (1986 – 2016)
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, September 2016
Evi Luthfiah Khairiyah, 1112101000012
Eating Patterns of Students from Faculty of Medicine and Health Sciences
(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta On 2016
xvii + 113 pages, 8 tables, 2 charts, 2 images, 6 attachments
ABSTRACT
An increase of activities and social life in teenager could affect their eating
behavior. Irregular eating patterns, snacking, and rarely eating any breakfast or
lunch. Based on prior research, 100% of college students don’t have an eating
pattern that matches with Nutrition Guides for Balanced Diet (PGS). This research
aims to understand the eating patterns of college students from Faculty of
Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on 2016.
This research is being done using both qualitative and quantitative
methods from May to July 2016, with total population of 650 college students as
research subject. Informants of this research consist of 21 persons within 3
categories, which are informants for adequate, inadequate, and over eating pattern,
using purposive sampling method. Data for this research are gathered using
questionnaire, FFQ sheets, and Focus Group Discussion.
The results showed that 59.5% of the students in FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta had an inadequate eating pattern. Most of the students are
locals (60.6%), most of them live in boarding house or rent room while they
conduct their study in college (66.9%), and they mostly get their food (41.1%),
meat (47.8%), grains and cereal (48.0%) and vegetables (44.9%) from places
around their boarding house or rent room. And for the fruits, students usually get
them from their home (40.8%). Students with inadequate eating pattern tend to not
be affected by their peers, while students with adequate and over eating pattern
are tend to be affected by their peers. Furthermore, there are no differences in
food preference (visual aspect, texture, and cost) and body image on students
based on their eating pattern.
From this research, it is suggested for students to start eating breakfast
more frequently and pay attention to their eating pattern by eating thrice a day as
suggested by PGS 2014. And it is better for FKIK to familiarize their students
with balanced diet guide using posters or by conducting general studies about
healthy eating patterns. And FKIK could collaborate with Darma Wanita
Foundation in varying the types of food that being sold on campus ground,
especially in cafeteria.
Keyword: Eating patterns, College students, Environmental Factors,
Individual Factors
Bibliography: 78 (1986 – 2016)
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Evi Luthfiah Khairiyah
TTL : Bekasi, 25 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Gapura Rawa Banteng RT.01/13, Desa Cibuntu,
Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, 17520
No. HP : 085777446752
E-mail : [email protected] / [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1999 - 2000 : TK Al-Mutmainah Bekasi
2000 - 2006 : SDN Cibuntu 06 Bekasi
2006 - 2009 : SMPI Cipasung Tasikmalaya
2009 - 2012 : MA Annida Al-Islamy Bekasi
2012 - Sekarang : Gizi Masyarakat, Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi
yang berjudul “Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016” ini. Shalawat serta salam
tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga, kepada :
1. Papah terhebat Bapak Nahrowi, M.Pd, Mamah tercinta Ibu Siti Maesaroh,
S.Pd.I, dan kedua malaikat kecilku tersayang Eva Afifah Khairiyah dan
Muhammad Afif Khairuddin, yang selalu memberikan doa di setiap
langkahku serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, selaku kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz, selaku
dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak sekali memberikan waktu,
arahan, ilmu, kesabaran dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Yuli Amran, MKM, dan Ibu Rika Rachmalina,
M.Gizi selaku penguji ujian skripsi.
5. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.
6. Ibu Himmawaty Aliyah (Mrs Purple) atas semua bantuan dan kebaikannya
hingga laporan skripsi ini selesai.
7. Adik-adik angkatan 2014 dan 2015 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
menjadi responden dan informan.
8. Sahabat-sahabat kesayangan, M Lukmanul Hakim dan Syifa Wahyuni,
Amd.Keb yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya hingga
laporan skripsi ini selesai.
viii
9. Teman-teman Gizi Masyarakat 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Widya, Riskah, Reiza, Cory, Cesil, Kiki, Ani, Tuti, Tyas,
Andini, Arinbe, dan Amay, yang telah membantu saat proses
pengumpulan/pengolahan data dan memberikan dukungan baik di saat
susah ataupun senang.
10. Adik-adik peminatan gizi 2014, Alfi, Amel, Lifa, Nadhira, Nurizka, Sabil,
Sofy, dan Memes yang telah membantu pengolahan data dan memberikan
semangat hingga laporan skripsi ini selesai.
11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2012, Sahabat SNSD, Genk Bekasi,
Keluarga Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan keluarga BEM/HMPS
Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima
kasih untuk seluruh ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah diberikan.
12. Semua pihak lainnya yang telah membantu dan memberikan dukungan
dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai. Thanks All
Sungguh Maha Sempurna itu adalah Allah SWT, kekurangan dan
kekhilafan terdapat pada penulis maka dari itu penulis menyadari dalam
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, agar
menghasilkan skripsi yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, September 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
1. Bagi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................ 7
2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ....................................... 7
x
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
A. Pola Makan .................................................................................................. 9
B. Pola Menu Seimbang ................................................................................. 11
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan ...................................... 13
D. Pengukuran Konsumsi Makan ................................................................... 34
E. Kerangka Teori........................................................................................... 36
BAB III KERANGKA PIKIR, DEFINISI OPERASIONAL & DEFINISI
ISTILAH ............................................................................................................... 38
A. Kerangka Pikir ........................................................................................... 38
B. Definisi Operasional................................................................................... 40
C. Definisi Istilah ............................................................................................ 43
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 44
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 44
C. Populasi dan Informan Penelitian .............................................................. 44
1. Populasi dan Sampel .............................................................................. 44
2. Informan ................................................................................................. 45
D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 45
1. Instrumen Penelitian ............................................................................... 46
2. Sumber dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 47
E. Pengolahan Data......................................................................................... 50
xi
F. Validitas Data ............................................................................................. 53
1. Validitas Data Kuantitatif ....................................................................... 53
2. Validitas Data Kualitatif ......................................................................... 54
G. Analisis Data .............................................................................................. 55
1. Analisis Data Kuantitatif ........................................................................ 55
2. Analisis Data Kualitatif .......................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................ 56
A. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 56
B. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 58
C. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 59
D. Deskripsi Sumber Pangan Terhadap Pola Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 59
E. Eskplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 60
F. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 62
G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 69
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 72
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 72
B. Kelebihan Penelitian .................................................................................. 72
xii
C. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah ..................................................... 73
D. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 78
E. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 81
F. Deskripsi Sumber Pangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 84
G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 87
H. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makanan Makan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta .......................................................................................... 90
I. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 95
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 101
A. Simpulan .................................................................................................. 101
B. Saran ......................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun ............... 13
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 40
Tabel 3.2 Definisi Istilah ....................................................................................... 43
Tabel 4.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49
Tabel 5.1 Distribusi Pola Makan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ..................................... 56
Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Daerah Asal Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2016 ....................................................................................................................... 58
Tabel 5.3 Distribusi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 59
Tabel 5.4 Distribusi Sumber Pangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 60
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 37
Bagan 3.1 Kerangka Pikir ..................................................................................... 39
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Sajian Sekali Makan ............................................................. 13
Gambar 4.1 Contoh entry data FFQ ..................................................................... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Karakteristik Informan Penelitian Untuk FGD
LAMPIRAN 2 Pola Makan Informan Penelitian
LAMPIRAN 3 Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN 4 Kuesioner Kebiasaan Pola Makan – FFQ
LAMPIRAN 5 Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 6 Output Analisis Univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah golongan kelompok usia yang relatif sangat bebas
dalam memilih jenis makanan yang ingin dikonsumsi. Pada masa remaja,
terdapat beberapa perubahan yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi
makanan. Pada masa ini, biasanya terjadi perubahan fisik, sosial, maupun
psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi perubahan gaya hidup, perilaku,
tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan
dikonsumsi atau kebiasaan makan (Khomsan, 2004). Perubahan perilaku
makan ini juga terjadi pada mahasiswa sebagai kelompok individu dalam
tahapan remaja. Pola makan mahasiswa yang cenderung mementingkan
kepraktisan dan peer group perlu mendapat perhatian khusus. Mahasiswa
sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, sering tidak teratur, sering
jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan siang (Adriani dan
Bambang, 2012).
Beberapa penelitian tentang pola makan pada remaja dan mahasiswa
telah dilakukan. Hasil penelitian Larson et al., (2015) berdasarkan data tahun
2011-2012 menunjukkan bahwa hanya 54% dari remaja Amerika Serikat yang
mengkonsumsi semua tiga makanan utama (yaitu sarapan, makan siang, dan
makan malam), sekitar tiga dari empat remaja konsumsi dua atau lebih
makanan ringan dan minuman setiap hari yang dikonsumsi memberikan
seperempat dari total asupan energi harian. Selain itu, saat ini khususnya
2
remaja dan dewasa muda semakin banyak orang yang tertarik makan di luar
dan mengunjungi restoran cepat saji (Dave et al., 2009).
Pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja yang berpartisipasi
dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health, hampir satu dari
lima remaja melaporkan melewatkan sarapan pagi dan sebagian besar remaja
tidak mengkonsumsi jumlah sajian minimal sayuran yang direkomendasikan
(71%), buah (55%), dan produk susu (47,%) (Videon dan Manning, 2003).
Di Indonesia, proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur
dan atau buah 93,5% dan perilaku konsumsi makanan tertentu pada penduduk
umur ≥10 tahun paling banyak mengonsumsi bumbu penyedap (77,3%),
diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak
(40,7%) (Kemenkes, 2013).
Di Kabupaten Tangerang, khususnya Kecamatan Ciputat, diketahui
bahwa pola makan mahasiswa diketahui bahwa 100% mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki
kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi
seimbang. Jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan, 53,5%
memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih,
44,5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1%
memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100%
memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang (Zakiah, 2014).
Dalam penelitian pola makan ada banyak teori yang dapat digunakan
untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja. Pola
makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
3
eksternal. Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh
seseorang dan bersifat menetap seperti preferensi makanan atau pemilihan
makanan dan citra tubuh. Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar
tubuh seseorang, diantaranya meliputi lingkungan sosial secara langsung
seperti pengaruh teman, dan faktor-faktor lain seperti daerah asal, tempat
tinggal, dan sumber pangan (Brown et al., 2013). Menurut Park et al., (2015)
mengatakan bahwa preferensi makanan memainkan peran yang sangat penting
dalam pembentukan pola makan/kebiasaan makan. Persepsi terhadap citra
tubuh yang salah dapat berhubungan dengan konsumsi makan remaja. Hasil
penelitian Kusumajaya et al., (2008) menjelaskan bahwa persepsi remaja
terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya.
Dalam penelitian Savitri (2009) ditemukan bahwa teman sebaya
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu
dalam memilih jenis makanan. Pola makan juga dapat dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan. Kebudayaan daerah mempengaruhi seseorang dalam menentukan
apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan dan penyajian serta
untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi
(Sulistyoningsih, 2010 dalam Handayani, 2012). Letak tempat tinggal juga
berpengaruh terhadap perilaku makan individu. Pada penelitian Jago et al.,
(2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan
kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai pengaruh
terhadap konsumsi makan.
Dengan penelitian yang serupa dari penelitian sebelumnya, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan pada
4
mahasiswa dengan menggunakan teori yang memfokuskan pada sisi individu
dan lingkungan dalam mempengaruhi perilaku makan remaja. Berdasarkan
hasil yang dipaparkan dalam penelitian sebelumnya oleh Zakiah (2014) pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta bahwa 100% mahasiswa memiliki kebiasaan makan makanan beragam
yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang.
Mahasiswa juga sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan
khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku
hidup dan pola makan yang sehat. Oleh karena itu, pola makan yang sehat
sangat diperlukan karena kondisi tersebut salah satu faktor pencegahan yang
tepat dari penyakit tidak menular di masa depan. Namun, asupan makanan
yang dikonsumsi oleh mahasiswa tidak lagi memperhatikan tentang
kandungan gizi (Khomsan, 2004). Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti
tertarik ingin melihat sejuah mana variasi konsumsi makan mahasiswa jika
dibandingkan dengan rekomendasi gizi seimbang dengan melakukan
penelitian mengenai pola makan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Hasil penelitian Zakiah (2014) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan informasi
bahwa 100% mahasiswa memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan
pedoman gizi seimbang. Hal ini menunjukkan proporsi pola makan mahasiswa
yang tidak sesuai dengan PGS masih tinggi.
5
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, hasil studi pendahuluan
yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menunjukkan bahwa 100%
mahasiswa memiliki tingkat kecukupan zat gizi kurang dari angka kecukupan
gizi, 47% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dan 100% mahasiswa
menerapkan pola makan tidak sesuai dengan PGS (Pedoman Gizi Seimbang).
Sehingga jika permasalahan dan kondisi tersebut terjadi pada mahasiswa
dibiarkan akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia.
Untuk itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut gambaran pola makan
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana deskripsi pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
2. Bagaimana deskripsi daerah asal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
3. Bagaimana deskripsi tempat tinggal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
4. Bagaimana deskripsi sumber pangan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
5. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan pengaruh teman
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
6
6. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan preferensi makanan
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
7. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan citra tubuh
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui deskripsi pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
b. Mengetahui deskripsi daerah asal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
c. Mengetahui deskripsi tempat tinggal mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2016.
d. Mengetahui deskripsi sumber pangan mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2016.
7
e. Mengeskplor pola makan berdasarkan pengaruh teman mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
f. Mengeskplor pola makan berdasarkan preferensi makanan mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
g. Mengeskplor pola makan berdasarkan citra tubuh mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memberikan pengetahuan tentang pola makan yang baik bagi
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, agar dapat
mempengaruhi para mahasiswa untuk memiliki tingkat kesehatan yang
baik sehingga memberikan pengaruh terhadap prestasi kuliah dan
peningkatan produktivitas.
2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Memberikan tambahan informasi tentang pola makan mahasiswa
dengan melihat faktor lingkungan sebagai pengaruhnya dan hasil
penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
mengoptimalkan pola makan di lingkungan kampus FKIK.
8
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai
Juli 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola
makan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Sampel yang diteliti adalah seluruh
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2015.
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang menggunakan desain
studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta metode
purposive sampling untuk pengambilan informan penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Makan
Menurut Sediaoetama (2009) pola makan merupakan banyak atau
jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang
atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis,
psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi
keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan
emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara
hubungan manusia dalam keluarga atau masyarakat. Pola makan atau pola
konsumsi pangan merupakan kegiatan terencana dari seseorang atau
merupakan sebuah acuan dalam pemilihan makanan dan penggunaan bahan
makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan,
jumlah makanan, dan frekuensi makan (Sediaoetama, 2009).
Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi
seseorang. Dengan demikian diharapkan pola makan yang beraneka ragam
dapat memperbaiki mutu makanan seseorang. Apabila tubuh kekurangan zat
gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan menyebabkan rasa
lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai
dengan menurunnya produktivitas kerja (Hardinsyah dan Briawan, 2005).
Pada masa remaja, terdapat beberapa perubahan yang dapat
berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Pada masa ini, biasanya terjadi
perubahan fisik, sosial, maupun psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi
10
perubahan gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam
menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi atau kebiasaan makan
(Khomsan, 2004). Perubahan perilaku makan ini juga terjadi pada mahasiswa
sebagai kelompok individu dalam tahapan remaja. Pola makan mahasiswa
yang cenderung mementingkan kepraktisan dan peer group perlu mendapat
perhatian khusus. Mahasiswa sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat,
sering tidak teratur, sering jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan
siang (Adriani dan Bambang, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2014) pada mahasiswa, bahwa
100% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak
sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan masing-
masing kelompok makanan, 53,5% memiliki kebiasaan makan makanan
pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan makan lauk
yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan pauk yang
kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah
yang kurang.
Menurut Yuniarti (2012) jenis bahan makanan adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau
menu. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu
jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal
(Kemenkes RI, 2014).
11
Menurut Khomsan (2004) secara kuantitas dan kualitas untuk
memenuhi kebutuhan gizi sebaiknya makan dilakukan 3 kali sehari. Jika pola
makan sehari-hari yang kurang, maka akan timbul ketidakseimbangan antara
masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan
produktif (FKM UI, 2007). Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi
kebutuhan nutrisi dari usia muda, dapat menyebabkan individu tersebut
terkena dampaknya diusia selanjutnya, seperti kerapuhan tulang yang dapat
menyebabkan fraktur ataupun osteoporosis (Brown et al., 2013) dan dapat
berdampak pada risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mematikan
ataupun mengancam hidup, seperti kardiovaskuler, stroke, hipertensi, diabetes
dan beberapa jenis kanker (Kemenkes RI, 2014).
B. Pola Menu Seimbang
Pedoman pola menu seimbang yang dikembangkan sejak tahun 1950
dan telah mengakar dikalangan masyarakat luas adalah Pedoman Menu 4
Sehat 5 Sempurna. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh
Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo yang mengacu pada prinsip
Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an
adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut.
Namun slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan
permasalahan gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan
visual yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan
konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu
12
mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang.
Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi
Seimbang adalah konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar
yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan
mempertahankan berat badan normal (Kemenkes, 2014).
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh
keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan
yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan
semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh
berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu
konsumsi anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam
mewujudkan gizi seimbang. Cara menerapkan gizi seimbang adalah dengan
mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan.
Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk
setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan) setiap kali makan akan lebih baik (Kemenkes, 2014).
13
Gambar 2.1 Contoh Sajian Sekali Makan
Hal yang mendasar pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah
konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok
umur. Anjuran jumlah porsi untuk kelompok umur 119-29 tahun dapat dilihat
pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun
Bahan Makanan
Anjuran Porsi
Laki-Laki
19-29 tahun
Perempuan
19-29 tahun
Nasi 8 p 5 p
Sayuran 3 p 3 p
Buah 5 p 5 p
Tempe 3 p 3 P
Daging 3 p 3 p
Sumber : Kemenkes, RI (2014)
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, Menurut Brown et
al., (2013) faktor pola makan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
14
diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor individu. Bagan 2.
menggambarkan beberapa pengaruh pada perilaku makanan remaja. Faktor-
faktor tersebut tidak berpengaruh secara langsung dalam perilaku makan tetapi
saling berhubungan dengan individu dan merupakan bagian dalam gaya hidup
seseorang, sehingga dapat mempengaruhi perilaku makanan remaja (Brown et
al., 2013).
1. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar tubuh
seseorang. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial secara langsung
seperti keluarga, teman, dan faktor-faktor lain seperti makanan sekolah,
gerai makanan cepat saji, dan norma-norma sosial dan budaya.
a. Daerah asal
Latar belakang ras/etnis memainkan peran dalam membentuk
pola makan remaja. Remaja dari status sosial ekonomi rendah dan dari
latar belakang minoritas telah ditemukan lebih cenderung terlibat
dalam perilaku makan kurang sehat (Brown et al., 2013). Menurut
Suhardjo (1989) bahwa asal tempat tinggal berpengaruh terhadap
perilaku konsumsi individu, karena pola makan yang dimakan tiap hari
oleh suatu orang akan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu misalnya mahasiswa perantauan.
Mahasiswa perantauan memiliki pola makan yang berbeda
dengan mahasiswa non perantauan karena menurut Naim (2013)
mahasiswa perantauan menyesuaikan dirinya dengan berkomunikasi
15
dan berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dengan etnis dan
kebudayaannya. Berbeda dengan mahasiswa non perantauan yang
sudah mengetahui dan mengenal aturan, kebiasaan, serta adat istiadat
di daerah tersebut. Menurut Novisa (2011), mahasiswa perantau
dituntut untuk membiasakan diri dengan keadaan atau lingkungan
baru, perubahan kondisi tersebut berdampak pada berbagai hal salah
satunya adalah terjadinya perubahan pola makan. Perubahan pola
makan terjadi bagi mahasiswa perantau adalah mereka harus membeli,
memasak makanan sendiri, dan mereka harus hemat, berbeda dengan
mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Terlebih bagi para
mahasiswa perantau sering mengabaikan waktu makan yang
merupakan salah satu dari jam biologis.
Menurut Hamboyan dkk (1995) dalam Lee et al., (2015)
mengatakan bahwa migrasi/pendatang mungkin memainkan peran
penting dalam gizi dan status kesehatan karena perpindahan akan
terkena pengaruh terhadap lingkungan dan budaya yang berbeda.
Selain itu, faktor yang dikaitkan dengan perubahan dalam perilaku
makan yaitu imigran/pendatang. Rosenmöller et al., (2011)
menemukan bahwa imigran Cina tinggal di Kanada untuk jangka
waktu yang lebih lama, konsumsi makanan secara signifikan lebih
besar dan makan keluar lebih sering serta melaporkan beberapa
perubahan yang menguntungkan dalam asupan makanan mereka dan
kesadaran yang lebih besar dan lebih banyak pengetahuan tentang
makanan sehat setelah imigrasi. Namun, terjadi peningkatan ukuran
16
porsi, peningkatan frekuensi makan dan peningkatan konsumsi
makanan yang menunjukkan beberapa perubahan yang tidak
menguntungkan.
Menurut Lim (2009) dalam Lee et al., (2015) perilaku makan
yang baru adalah menantang ketika orang yang bermigrasi ke negara
baru. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Zhu (2012) dalam Lee et
al., (2015) menunjukkan bahwa siswa cina internasional menurun
konsumsi buah dan sayuran sementara meningkatkan konsumsi mie
instan dan makanan cepat saji dan melewatkan sarapan lebih sering.
Sedangkan menurut Pan et al. (1999) dalam Lee et al., (2015) meneliti
pola makanan siswa Asia sebelum dan setelah migrasi ke Amerika
Serikat, melaporkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam
asupan buah-buahan, lemak, permen dan melewatkan sarapan antara
pelajar-pelajar Asia.
Kebanyakan studi melaporkan bahwa perubahan diet/pola
makan dan konsekuensi terhadap kesehatan di Asia Selatan. Perubahan
diet yang kompleks, tergantung pada berbagai faktor yang
berhubungan dengan negara asal, perkotaan/pedesaan residence,
faktor-faktor sosio-ekonomi dan budaya dan situasi di negara tuan
rumah. Namun, tren diet utama setelah migrasi adalah peningkatan
dalam asupan energi dan lemak, penurunan karbohidrat dan beralih
dari seluruh biji-bijian dan kacang-kacangan ke sumber karbohidrat,
mengakibatkan rendahnya asupan serat, serta beberapa kelompok juga
telah mengurangi asupan sayuran mereka. Temuan tersebut
17
menunjukkan bahwa pada beberapa kelompok imigran, terutama di
Asia Selatan semua perubahan diet yang terjadi mungkin telah
menyumbang risiko untuk obesitas, diabetes dan penyakit
kardiovaskuler (CVD) (Holmboe-Ottesen dan Wandel, 2012).
Walaupun menurut Wood et al., (2015) mengatakan bahwa dengan
berjalannya waktu, asupan makanan anak-anak imigran akan berubah.
Namun, perubahan cenderung memiliki konsekuensi kesehatan yang
negatif.
Selain itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
Handayani (2012) dengan melakukan observasi di lapangan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Selemak dijumpai
masyarakat Suku Jawa selain makanan pokok beras cenderung
mengonsumsi sumber makanan dari protein hewani (5 kali dalam satu
minggu). Cara pengolahan makanan lebih sering dengan bersantan
atau lebih sering dikenal dengan nama digulai lemak (3-4x/minggu).
b. Nilai dan noma sosial budaya serta keyakinan
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan
makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip
dasar ilmu gizi. Tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat
dalam pola konsumsi pada umumnya dipengaruhi oleh budaya atau
sikap mengenai suatu makanan, baik mengenai jenis pangan, manfaat,
dan bagaimana makanan tersebut dimakan (Harper et al., 1986).
18
Setiap budaya mempunyai sitem nilai-nilai. Sistem nilai
merupakan suatu perangkat preferensi yang diakui syahnya menurut
aturan yang ada (Suhardjo, 1989). Dalam hal sikap terhadap makanan,
masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu, dalam masyarakat
yang menyebabkan pengetahuan konsumsi makanan menjadi rendah
(Supariasa, 2001).
Suatu kebudayaan yang sudah turun-temurun akan sangat
mendarah daging dalam kehidupan seseorang sehingga berpengaruh
terhadap tindakan perilaku seseorang dari generasi ke generasi, baik
tertulis maupun lisan. Menurut Suhardjo (1989) ditemukan bahwa
keyakinan dan norma yang berlaku dimasyarakat dapat mempengaruhi
perilaku konsumsi masyarakat.
c. Tren makanan
Remaja khususnya mahasiswa menjalani kehidupan yang
sibuk. Banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan
akademik, bekerja, dan kegiatan lainnya setiap hari. Kegiatan ini,
dikombinasikan dengan peningkatan kebutuhan untuk kontak sosial
dan persetujuan teman dalam makanan, menyisakan sedikit waktu bagi
remaja untuk makan. Ngemil dan menundan makan yang biasa
dilakukan di kalangan remaja. Simpanan makanan ringan hingga 39%
dari asupan makanan sehari-hari di kalangan remaja, dengan 35% dari
kalori dan 43% dari gula yang disediakan oleh makanan ringan saja.
Data nasional menunjukkan bahwa proporsi kalori dan nutrisi dari
makanan yang dikonsumsi sebagai makanan ringan telah meningkat
19
selama dekade terakhir. Ukuran rata-rata makanan ringan tetap kurang
lebih sama, namun jumlah makanan ringan yang dikonsumsi
meningkat, yang menyumbang asupan kalori meningkat. asupan kalori
meningkat dari makanan ringan telah sejajar dengan peningkatan
konsumsi makanan di luar rumah. Remaja mengkonsumsi proporsi
yang lebih besar dari kalori dari ngemil jauh dari rumah, sering di
restoran cepat saji (Brown et al., 2013).
Pilihan makanan yang dibuat oleh remaja saat ngemil
cenderung mendukung makanan tinggi gula, sodium, dan lemak
sementara relatif rendah vitamin dan mineral. Minuman ringan dan
makanan ringan yang paling sering dipilih remaja perempuan. Tren ini
menyebabkan keprihatinan yang signifikan karena tingginya konsumsi
minuman ringan dapat mengurangi konsumsi pilihan minuman sehat
yang rendah energi dan/atau lebih tinggi kalsium. Seiring waktu,
perubahan-perubahan dalam asupan gizi dapat menyebabkan
peningkatan risiko masalah kesehatan kronis seperti osteoporosis dan
obesitas (Brown et al., 2013).
d. Makanan cepat saji (fast food)
Produk makanan cepat saji dewasa ini beragam dan terus
berkembang sehubungan dengan pergeseran pola konsumsi
masyarakat. Produk makanan cepat saji menjadi populer karena
pelayanannya yang cepat, praktis, nyaman dan harganya yang relatif
terjangkau. Bagi masyarakat kota, khususnya mahasiswa makanan
cepat saji merupakan jawaban akan terbatasnya waktu dimana
20
sebagaian besar mobilitas dilakukan diluar rumah sehingga tidak
punya waktu untuk makan didalam rumah (Khomsan, 2004).
Remaja rata-rata makan di sebuah restoran cepat saji dua kali
seminggu. Data dari NHANES 2003-2004 menemukan bahwa 59%
dari remaja usia 12-19 tahun yang disurvei makan makanan cepat saji,
setidaknya satu dari dua hari memakan makanan cepat saji. Makanan
cepat saji menyumbang 16% dari asupan energi untuk perempuan dan
17% untuk laki-laki dari total sampel dan hampir 50% dari total enegri
konsumsi sehari-hari berasal dari makanan cepat saji. Restoran cepat
saji adalah tempat-tempat makan favorit remaja karena mereka
menawarkan pengaturan informal dengan pilihan makanan murah.
Tempat ini juga memiliki persentase yang tinggi dari karyawan remaja,
sehingga meningkatkan nilai sosial mereka. Makan di restoran cepat
saji memiliki hubungan langsung dengan status gizi remaja. Fast food
memiliki ciri kandungan gizi tidak seimbang. Kebanyakan
mengandung kalori tinggi, tetapi sangat rendah serat vitamin, dan
mineral. Juga, tinggi kandungan lemak (termasuk kolesterol), gula dan
garam (Brown et al., 2013).
e. Makanan sekolah
Lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan
pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006 dalam Suswanti, 2013).
Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan
fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat
penjualan makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan.
21
Pada umumnya remaja menjalani kehidupan yang sibuk yang
banyak menghabiskan waktu disekolah. Sehingga peningkatan
kebutuhan sehari-hari harus mendapatkan perhatian khusus melalui
sekolah, namun kebanyakan sekolah menyisakan sedikit waktu bagi
remaja untuk makan (Brown et al., 2013). Padahal makan di sekolah
adalah salah satu cara yang lebih luas dalam memperbaiki keadaan gizi
seseorang. Lingkungan sekolah dapat memiliki dampak yang
signifikan pada pemilihan makanan remaja, karena 35% sampai 40%
dari total energi harian remaja dikonsumsi di sekolah (Dwyer J, 1995
dalam French et al., 2003). Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008),
di Amerika Serikat, program penyelenggaraan makanan di sekolah
(The National School Lunch Program) sudah mulai dirintis sejak tahun
1946. Makanan yang disajikan dalam penyelenggaraan makan di
sekolah harus dapat menyumbang sepertiga dari total kebutuhan
energi.
Dalam penelitiannya Surjadi (2013) mengatakan bahwa
beberapa tipe penjual makanan dalam kampus antara lain restoran, dan
kantin dengan beberapa jenis makanan untuk mahasiswa dan penjajah
makanan di sekitar kampus. Salah satu faktor utama yang
memengaruhi perilaku konsumsi makanan mahasiswa keberadaan
restoran meningkatkan konsumsi makanan instan di antara mahasiswa.
Makanan dianggap sudah sehat bila makanan tersebut segar,
disiapkan hari itu juga, dan bersih, perlengkapan makan dan tempat
berjualan juga bersih, tidak ada lalat. Tidak ada perhatian terhadap
22
kandungan gizi pada makanan yang dijual, yang penting enak dan
harga terjangkau. Harga makanan yang dijual oleh penjaja makanan
adalah yang paling murah dibandingkan dengan penjual makanan lain
di kampus (Surjadi, 2013).
Dibandingkan dengan lingkungan makanan lain seperti kantin
sekolah dan restoran-restoran makanan cepat saji, rumah adalah tempat
yang paling disukai untuk mengkonsumsi makanan sehat. Penelitian
yang dilakukan oleh Rathi et al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja
mengenai ketersediaan dan aksesibilitas makanan di lingkungan
rumah. Menurut tiga kepala sekolah dan 10 remaja, orang tua
membantu anak remaja mereka mengalami berbagai macam makanan
bergizi dengan berbelanja untuk dan menyiapkan makanan sehat bagi
mereka untuk makan. Selain itu, ia mengklaim bahwa makanan miskin
gizi jarang dibeli oleh orang tua.
f. Jumlah keluarga
Menurut BKKBN (1998), besar rumah tangga adalah jumlah
anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota
keluarga lainnya yang tinggal bersama. Pada skala rumah tangga
tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup
dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan yang
diperlukan, semakin besar jumlah keluarga pengeluaran untuk
konsumsi makanan lebih besar dari pada pengeluaran untuk non
pangan (Suhardjo, 1989).
23
Sediaoetama (2009) menyebutkan keluarga dengan banyak
anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekap akan menimbulkan
masalah. Dalam hal ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola
pengalokasian pangan pada rumah tangga. menyebutkan semakin besar
jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan
semakin berkurang.
Hasil penelitian Pratiwi (2006) dalam Agustiani (2011)
diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga
kecil dan besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun penelitian
Srimaryani (2010) dalam Agustiani (2011), diketahui bahwa ada
hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota
keluarga maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan
pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit
dibandingkan dengan yang jumlahnya sedikit.
g. Pengaruh orangtua
Orang tua merupakan salah satu pengaruh sosial yang penting
terhadap perilaku makan remaja. Keluarga tidak hanya menjadi
penyedia makanan tetapi juga berbagai penghubung perilaku melalui
makanan, preferensi makanan, dan pola makanan yang akan
berdampak pada kebiasaan makan seumur hidup (Brown et al., 2013).
Tetapi jika sudah dewasa mereka munjukkan kemandiriannya dan
dapat memilih makanan sekehendak mereka. Di zaman modern seperti
sekarang ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena
24
urusan diluar rumah tangga. Oleh karena itu pengaruh keluarga
terhadap perilaku makan mulai berkurang (Khomsan, 2004).
h. Lingkungan rumah
Perbedaan tempat tinggal juga mempengaruhi pilihan makanan.
Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi
terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006
dalam Suswanti, 2013). Letak tempat tinggal juga berpengaruh
terhadap perilaku makan individu. Pada penelitian Jago et al., (2007)
menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan
kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi makan.
Menurut Surjadi (2013) pola makan mahasiswa yang tinggal
dengan orang tuanya didominasi terutama oleh pola makan
keluarganya, karena jumlah makanan yang dimakan dan makanan
mahasiswa tersebut selalu dijaga oleh ibu mereka. Sedangkan
mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan
yang berbeda dengan ketika mereka tinggal di rumahnya, karena
mereka mempersiapkan makan sendiri, biasanya terlambat makan atau
di luar jadual kebiasaan karena waktu yang terbatas, dan harus
memperhitungkan uang yang mereka punya. Pilihan lainnya membeli
makanan di warung atau penjaja makanan.
i. Pengaruh teman
Makanan dapat dijadikan simbol dari penerimaan, kehangatan,
dan pertemanan dalam hubungan sosial. Remaja cenderung menerima
25
makanan atau nasihat megenai makanan dari temen-teman atau orang
lain yang mereka percaya. Pengaruh teman pada masa remaja
sangatlah kuat. Perilaku remaja mulai banyak dipengaruhi oleh teman,
termasuk perilaku makan. Mereka mulai sering menghabiskan waktu
dengan teman dan cenderung berusaha untuk dapat diterima oleh
teman. Remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman
mereka dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman
sebayanya (Brown et al., 2013).
Dalam teori tumbuh kembang, mahasiswa berada pada tahap
awal transisi dewasa ataupun dalam tahap memasuki kedewasaan (usia
17-21) (Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik
seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami
banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam
menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi (Khomsan, 2004).
Selama masa ini, pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat karena
teman sebaya menggantikan orang tua sebagai sumber utama dorongan
sosial dan teman sebaya dapat memberikan pengaruh negatif maupun
positif terhadap asupan makanan (Sharlin dan Sari, 2014). Penelitian
Fitzgerald et al., (2013) bahwa pengaruh teman sebaya sering dikritik
karena menanamkan kebiasaan makan yang buruk di kalangan orang
dewasa.
Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman
sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi
26
individu, yaitu dalam memilih jenis makanan. Kebiasaan pola makan
tersebut bukan anjuran atau dukungan dari teman sebaya, melainkan
dukungan dari keluarga ataupun diri sendiri (McLellan et al., 1999).
Menurut Khomsan (2004) juga mengatakan bahwa pemilihan
makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar
bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status.
Penelitian Rathi et al., (2016) yang mengatakan bahwa pengaruh
teman sebaya siswa SMA sering dipaksa untuk mengkonsumsi
makanan miskin zat gizi dan minuman bersoda. Temuan juga
didukung penelitian Rathi et al., (2016) yang dilakukan pada remaja
SMA perkotaan di India, hasil temuannya menunjukkan bahwa teman
sebaya memberikan pengaruh yang penting terhadap perilaku
konsumsi remaja. Didukung juga Amaliah (2006) dalam Sebayang
(2012) mengenai gambaran pola konsumsi makanan ditinjau dari
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada remaja yang ada di
SMP Labschool Kebayoran Baru, bahwa sebanyak 67,9% siswa
mendapat pengaruh teman sebaya yang kuat dan tidak sesuai dengan
PUGS.
2. Faktor Individu
Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada didalam
tubuh seseorang dan bersifat menetap.
a. Body Image/Citra tubuh
Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari
identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada
27
idola yang berpenampilan menarik. Banyak remaja sering merasa tidak
puas dengan penampilan dirinya. Apalagi kalau sudah menyangkut
body image atau citra tubuh (Khomsan, 2004). Body image atau citra
tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran
tubuhnya sendiri. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi
tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang
negatif (Germov & Williams, 2005 dalam Savitri, 2015).
Hasil penelitian Kusumajaya et al., (2008) menjelaskan bahwa
persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan
serta status gizinya. Remaja yang mempunyai perilaku makan negatif
dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas
dengan penampilan dirinya sendiri. Remaja cenderung menginginkan
penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model.
Remaja putri telah mempunyai tubuh ideal namun mereka
cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang
sebenarnya (Grogan, 2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kusumajaya et al., (2008) yang mengatakan bahwa persepsi
remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status
gizinya. Asupan makanan yang kurang dari kebutuhan akan
menyebabkan tubuh menjadi kurus, sedangkan asupan makanan yang
lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan atau
overweight (Siregar, 2013).
Selain itu, suatu studi di AS mengenai body image para remaja
menunjukkan hasil yang menggelikan. Hampir 70% remaja wanita
28
yang diteliti mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi
berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15% di
antara mereka yang menderita obesitas (kegemukan). Sebaliknya
remaja pria, mereka (59%) menginginkan tubuh yang berisi karena
merasa dirinya kerempeng, meskipun hanya 25% yang benar-benar
kerempeng (Khomsan, 2004).
b. Konsep diri
Konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri.
Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan
memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri.
Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka
konsep dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku
konsumsi individu tersebut. Penelitian Handayani (2009) mengatakan
bahwa konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik konsep diri seseorang,
maka akan baik perilaku konsumsi orang tersebut.
c. Preferensi makanan
Kesukaan/preferensi makanan merupakan tindakan atau ukuran
suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan (Suhardjo,
1989). Menurut Krølner dkk., (2011) hampir di seluruh negara
beranggapan bahwa rasa dan kesukaan terhadap suatu makanan
sangatlah penting hubungannya dengan perilaku konsumsi seseorang.
Selain itu, menurut Park et al., (2015) mengatakan bahwa preferensi
29
makanan memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan
pola makan/kebiasaan makan.
Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak,
tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial dan budaya tetapi juga
dari sifat fisiknya. Reaksi indera rasa terhadap makanan sangat
berbeda dari orang ke orang seperti bau, tekstur, dan suhu. Selain
pengaruh indera terhadap pemilihan makanan, kesukaan pangan
pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media massa
seperti radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lainnya
(Harper et al., 1986). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah
alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap
makanan. Atribut sensori (rasa, warna/penampilan, tekstur dan bentuk)
dapat berkontribusi dalam preferensi makanan individu.
Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al.,
(2002) faktor asupan makanan dipengaruhi oleh preferensi makanan.
Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif
(menyukai/tidak menyukai) dari jenis makanan. Terdapat aspek dalam
mempengaruhi preferensi makanan yaitu karakteristik makanan yang
terdiri dari rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe makanan, dan
kombinasi makanan.
Rasa adalah jumlah dari semua rangsangan sensorik yang
dihasilkan oleh konsumsi makanan. Sehingga, rasa merupakan salah
satu komponen penting dalam preferensi makanan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan baik informan dengan
30
pola makan cukup, kurang, dan lebih mempertimbangkan rasa dalam
memilih makanan. Sesuai pula dengan penelitian Suswanti (2013)
bahwa sebanyak 175 (96,7%) responden menganggap bawah variabel
rasa sangat penting dalam memilih makanan.
Selain rasa, makanan yang beraneka warna, bentuk-bentuk
yang menarik dan kemasan dengan warna cerah merupakan faktor
penampilan makanan yang disukai anak-anak (Gilbert, 2006 dalam
(Khoirina et al., 2015). Tidak hanya rasa yang mempengaruhi
pemilihan makanan tetapi juga bau, penampilan dan tekstur makanan.
Tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan
cita rasa makanan karena sensitivitas panca indera rasa dipengaruhi
oleh konsistensi makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suswanti
(2013) mengatakan bahwa seseorang cenderung berpikir bahwa
makanan dengan tekstur keras atau kasar mengandung kalori lebih
sedikit daripada makanan yang kenyal dan lembut.
Begitupun dengan harga, teori ekonomi mengasumsikan bahwa
perbedaan relatif pada harga sebagian dapat menjelaskan perbedaan
antara individu dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan
Bartlett, 2011). Selain itu, biaya makanan adalah penentu utama
pilihan makanan, apakah biaya mahal tergantung fundamental pada
pendapatan sesseorang dan status sosial ekonomi. Sejalan dengan
penelitian Suswanti (2013) yang mengatakan bahwa harga merupakan
hal yang penting dalam memilih makanan.
31
Tipe makanan atau jenis makanan merupakan komponen utama
selain rasa yang mempengaruhi preferensi makanan. Berdasarkan hasil
penelitian Tiyas (2009) menyatakan bahwa preferensi terhadap jenis
makanan sumber protein hewani hampir semua jenis pangan hewani
disukai terutama olahan yang digoreng.
Kombinasi makanan itu sangat penting, makanan yang
disajikan dalam susunan menu yang sama tetapi penyajiannya berbeda
akan dapat merubah penilaian preferensi seseorang untuk suatu jenis
makanan tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja tidak mengkonsumsi
sejumlah sajian buah, sayur, dan produk susu yang direkomendasikan,
dan mereka mengkonsumsi gula tambahan (Xie et al., 2003). Selain
itu, pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja yang
berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent
Health, banyak remaja tidak memakanan jumlah sajian minimal
sayuran yang direkomendasikan (77%), buah (55%), dan produk susu
(47%) (Videon dan Manning, 2003). Sesuai dengan pesan gizi
seimbang bahwa kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi
dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin
beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk
memenuhi kebutuhan gizi (Kemenkes RI, 2014).
d. Praktek dan keterampilan yang berhubungan dengan makanan
Konsumsi makan seseorang tergantung dari masakan yang
dimasak, hal ini berarti dibutuhkannya keterampilan memasak yang
baik. Dengan keterampilan masak yang baik maka pemilihan bahan
32
makanan dan pengolahan makanan yang baik dapat meningkatkan
selera orang yang akan memakannya. Dalam rumah tangga
keterampilan masak seorang ibu sangat diperlukan agar anak-anaknya
dapat mengkonsumsi makanan yang disediakan dengan baik.
Sedangkan untuk orang-orang yang berada di luar rumah seperti
pondok pesantren, kost dan sebagainya tergantung kepada juru masak
(Moehyi, 1992).
e. Status pubertas dan pertumbuhan
Pubertas merupakan salah satu periode dalam proses
pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.
Pubertas ditandai dengan munculnya karateristik seks sekunder dan
diakhiri dengan datangnya menars pada anak perempuan dan
lengkapnya perkembangan genital pada anak laki-laki (Lee PA, 1996
dalam Azwar, 2003). Usia awal pubertas pada anak laki-laki berkisar
antara 12-16 tahun dan perempuan berkisar 10-14 tahun (Brown et al.,
2013). Pubertas adalah bagian dari proses pertumbuhan anak dan
remaja. Status pubertas termasuk bagian pemeriksaan fisik yang harus
diperiksa pada anak dan remaja (Pulungan, 2013). Menurut Amelia
dkk., (2010) remaja dengan riwayat gizi buruk waktu usia dini dapat
mengejar ketertinggalan pertumbuhan linear hanya 32,3% pada remaja
laki-laki dan 23,4% pada remaja perempuan.
Proses menjadi dewasa akan dilakui setiap anak dalam
pertumbuhannya, meliputi berbagai aspek diantranya aspek hormonal,
aspek fisik, dan aspek psikososial. Secara psikososial, pertumbuhan
33
pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam tiga tahap yaitu early (11-
14 tahun), middle (15-17 tahun), dan late adolescent (18-21 tahun)
dengan karakteristiknya masing-masing (Batubara, 2010).
Mahasiswa dikategorikan sebagai remaja akhir menuju masa
dewasa atau late adolescent. Masa remaja akhir ditandai dengan
perkembangan identitas pribadi dan keyakinan moral individual.
Pertumbuhan fisik dan masalah citra tubuh yang kurang lazim. Remaja
yang lebih tua menjadi lebih percaya diri dalam karena kemampuan
mereka untuk menangani situasi sosial yang semakin canggih, yang
disertai dengan penurunan perilaku impulsif dan tekanan teman
sebaya. Remaja semakin tidak tergantung pada orang tua. Hubungan
dengan satu individu menjadi lebih berpengaruh (Brown et al., 2013).
f. Kebutuhan fisiologis
Orang dewasa, orang lanjut usia dan anak-anak serta bayi
membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang berbeda, begitu pula dengan
macam makanan yang sebaiknya diberikan (Apriadji, 1986). Hal
tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda.
Kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan perilaku
konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang dikonsumsi
(Harper et al., 1986).
g. Status kesehatan
Definisi Sehat menurut WHO 1990 yaitu keadaan sejahtera
secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kecacatan. Sedangkan berdasarkan UU Kesehatan No.23 tahun 1992,
34
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit, apalagi
yang baru sembuh dari sakit berat, tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh
orang sakit sebagian telah mengalami kerusakan dan perlu digantikan,
karena itu orang tersebut membutuhkan zat gizi lebih banyak dari
biasanya. Selain untuk membangun kembali sel-sel tubuh yang rusak,
kelebihan gizi itu diperlukan untuk memulihkan tenaga (Apriadji,
1986).
3. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan interaksi secara tidak langsung antara
faktor lingkungan dan individu yang dapat mempengaruhi perilaku
makanan remaja (Brown et al., 2013). Gaya hidup dipengaruhi oleh
beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Keluarga
merupakan faktor utama dalam pembentukan gaya hidup terkait pola
makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga. Tetapi gaya hidup
modern akan terbiasa mengkonsumsi makanan dengan harga mahal,
sedangkan orang kelas menengah kebawah atau orang miskin tidak
sanggup membeli makanan jadi, daging, buah, dan sayuran yang mahal,
karena dipengaruhi gaya hidup sederhana (Suhardjo, 1989).
D. Pengukuran Konsumsi Makan
Penilaian konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui kebisaan
makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
35
tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, 2001). Secara
garis besar penilaian konsumsi makanan dibagi mejadi tiga jenis metode
berdasarkan jenis data yang diperoleh, yaitu metode kualitatif, metode
kuantitatif, dan metode kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan penilaian
konsumsi makanan berdasarkan sasaran pengamatan atau pengguna dibagi
menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu atau
perorangan (Supariasa, 2001).
Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunya kelebihan
dan kelemahan, sehingga tidak ada satu metode yang paling sempurna.
Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor seperti tujuan
penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin responden,
ketersediaan dana dan tenaga, kemampuan tenaga pengumpul data, pendidikan
responden, bahasa yang dipergunakan oleh responden, dan pertimbangan
logistik pengumpul data (Supariasa, 2001).
Berdasarkan hal-hal tersebut, metode yang digunakan dalam
penenlitian ini adalah metode frekuensi makanan (Food Frequency
Questionnaire). Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data
tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi
selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner
frekuensi makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan
makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam
daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup
sering oleh responden (Supariasa, 2001). Pemilihan urutan waktu konsumsi
36
dalam FFQ biasanya bersifat umum, misalnya sering, kadang-kadang, dan
tidak pernah dan biasanya juga digambarkan dengan hitungan hari yang lebih
spesifik dalam rentan waktu mingguan ataupun bulanan (Gibson, 2005).
Food Frequency Questionnaire (FFQ) ada yang bersifat kualitatif dan
semi kualitatif. Lembar FFQ kualitatif berisikan daftar nama makanan atau
kelompok makanan dan pilihan waktu konsumsi responden yang dapat dilihat
dengan keterangan sering, kadang-kadang, dan tidak pernah ataupun hitungan
hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar FFQ kualitatif yang
ditambahkan dengan ukuran rumah tangga (URT) atau jumlah per jenis
makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizinya (Gibson, 2005).
E. Kerangka Teori
Pola makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada di
dalam tubuh seseorang dan bersifat menetap seperti sikap, keyakinan,
preferensi makanan, dan perubahan biologis. Faktor eksternal/lingkungan
adalah faktor dari luar tubuh seseorang, diantaranya meliputi lingkungan
sosial secara langsung seperti keluarga, teman, dan faktor-faktor lain seperti
gerai makanan cepat saji, dan norma-norma sosial dan budaya (Brown et al.,
2013). Kerangka teori tersebut disajikan pada Bagan 2.1.
37
Lingkungan
Lingkungan Mikro
Daerah asal
Nilai dan norma-norma
sosial budaya
Tren makanan
Makanan cepat saji (fast
food)
Makanan sekolah
Sosial Lingkungan
Jumlah keluarga
Pengaruh orangtua
Pola makan keluarga
Lingkungan rumah
Pengaruh teman
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Kerangka Teori Brown et al., (2013)
Individu
Kognitif
Kesehatan pribadi
Keyakinan
Citra tubuh
Konsep diri
Perilaku
Preferensi makanan
Keterampilan yang
berhubungan dengan
makanan
Praktek makan
Biologis
Status pubertas
Pertumbuhan
Kebutuhan
fisiologis
Status
kesehatan
Gaya Hidup
Pola Makan Status Gizi
38
BAB III
KERANGKA PIKIR, DEFINISI OPERASIONAL & DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini mengacu kepada kerangka teori Brown et
al., (2013). Variabel yang akan diteliti yaitu faktor lingkungan (daerah asal,
tempat tinggal, sumber pangan, dan pengaruh teman) dan faktor individu
(preferensi makanan dan citra tubuh). Ada beberapa variabel tidak diteliti
dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Variabel-variabel
tersebut antara lain:
1. Jumlah keluarga, pengaruh orangtua dan pola makan keluarga karena
penelitian ini cross sectional artinya peniliti hanya menilai pada saat itu
juga, sementara responden dalam penelitian ini mahasiswa dimana
terdapat mahasiswa yang ngekost/tidak tinggal bersama keluarga maka
dari itu variabel ini tidak diikutsertakan.
2. Nilai dan norma-norma sosial budaya karena meskipun berasal dari
budaya yang berbeda-beda tetapi dianggap homogen yaitu sosial
budayanya merupakan masyarakat perkotaan.
3. Keyakinan karena semua responden beragama islam.
4. Konsep diri karena sudah terwakili oleh penilaian variabel body
image/citra tubuh.
5. Praktek & keterampilan yang berhubungan dengan makanan karena
indikator untuk menentukan seseorang terampil atau tidaknya dalam
39
memasak sangat komplek seperti kegiatan dari mulai mempersiapkan
bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan
makanan tersebut siap untuk dimakan, sehingga peneliti memiliki
keterbatasan untuk meneliti hal tersebut.
6. Status kesehatan karena pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya
tidak ada berkaitannya dengan pola makan.
7. Status pubertas & pertumbuhan karena masa pubertas dan pertumbuhan
terjadi di usia 10-12 tahun untuk perempuan, 12-14 tahun untuk laki-laki,
dan status pubertas pada umur 16 tahun, sedangkan responden pada
penelitian ini rentang usia 18-20 tahun.
8. Kebutuhan fisiologis karena sasaran responden semua sama dengan usia
yang sama yang membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang sama jadi tidak
adanya perbedaan kebutuhan fisiologis.
Adapun kerangka pikir yang diajukan dalam penelitian ini disajikan
pada Bagan 3.1.
Bagan 3.1 Kerangka Pikir
Faktor Lingkungan :
1. Daerah asal
2. Tempat tinggal
3. Sumber pangan
4. Pengaruh teman
Pola Makan
Faktor Individu :
1. Preferensi makanan
2. Citra tubuh
40
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pola makan Kesesuiaian jenis makanan dan
porsi yang dikonsumsi setiap hari
atau setiap kali makan oleh
responden yang terdiri dari jenis
makanan pokok, lauk-pauk
(protein hewani-protein nabati),
sayur dan buah dibandingkan
dengan Pedoman Gizi Seimbang
(PGS)
Angket FFQ 0. Kurang, jika konsumsi
makanan pokok <8
porsi/hari untuk laki-laki
dan <5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk <3
porsi/hari, pauk <3
porsi/hari, sayur <3
porsi/hari, dan buah <5
porsi/hari.
1. Lebih, jika konsumsi
makanan pokok >8
porsi/hari untuk laki-laki
dan >5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk >3
Ordinal
41
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
porsi/hari, pauk >3
porsi/hari, sayur >3
porsi/hari, dan buah >5
porsi/hari.
2. Cukup, jika konsumsi
makanan pokok 8
porsi/hari untuk laki-laki
dan 5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk 3
porsi/hari, pauk 3
porsi/hari, sayur 3
porsi/hari, dan buah 5
porsi/hari.
(Kemenkes RI, 2014)
Daerah asal
Daerah asal mahasiswa Angket Kuesioner 0. Bukan perantauan
1. Perantauan
Nominal
Tempat tinggal Keberadaan tinggal responden
selama kuliah
Angket Kuesioner 0. Tinggal bersama
keluarga/dirumah
1. Tidak tinggal bersama
Nominal
42
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
keluarga/kost
(Suci, 2011)
Sumber pangan Tempat atau lokasi untuk
mengakses makanan yang biasa
dimakan oleh responden.
Angket Kuesioner 0. Rumah
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
Nominal
43
C. Definisi Istilah
Tabel 3.2 Definisi Istilah
Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur
Pengaruh
Teman
Kebiasaan pola makan sehar (di rumah
maupun kebiasaan makan di luar rumah)
dan perngaruh teman terhadap pola makan
informan
Panduan
wawancara
FGD
Preferensi
Makan
Pemilihan makanan (rasa suka atau tidak
suka) setiap kali makan, dilihat dari aspek
rasa, penampilan, tekstur, harga, jenis
makanan, dan kombinasi makanan.
Panduan
wawancara
FGD
Citra Tubuh Persepsi informan terhadap body
image/citra tubuh yang dimiliki, apakah
dapat menentukan dan mempengaruhi pola
makan informan.
Panduan
wawancara
FGD
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskripsi yang
menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data deskripsi
pola makan, daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengeksplor informasi mengenai pola makan
berdasarkan pengaruh teman, preferensi makan, dan citra tubuh.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
sampai Juli 2016.
C. Populasi dan Informan Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014 dan 2015. Sampel pada
penelitian ini adalah total populasi yang terdiri dari empat Program Studi
yaitu Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Ilmu Keperawatan, dan Pendidikan
Dokter yang berjumlah 650 mahasiswa.
45
2. Informan
Informan sebagai informasi dalam penelitian kualitatif, berjumlah
21 orang. Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang
bersifat tidak acak dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu dengan menggunakan prinsip kesesuain
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian berarti
informan dipilih berdasarkan daerah asal, tempat tinggal, dan sumber
pangan informan yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu mahasiswa
yang memiliki pola makan yang cukup, kurang, dan lebih dari standar
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dari berbagai Program Studi (Kesehatan
Masyarakat, Farmasi, Ilmu Keperawatan, dan Pendidikan Dokter), serta
berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014-2015. Sedangkan prinsip
kecukupan diartikan data/informasi yang diperoleh dari informan
diharapkan dapat menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik
penelitian, yaitu pola makan pada mahasiswa. (Lampiran 1).
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh 8 orang mahasiswa peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah memiliki keterampilan dalam pengumpulan
data di bidang gizi. Tiap dua enumerator memantau pengisian lembar FFQ
untuk masing-masing satu program studi. Pengumpulan data dalam penelitian
ini, meliputi instrumen yang digunakan dalam penelitian dan sumber serta
cara pengumpulan data.
46
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner, FFQ, dan panduan wawancara. Berikut ini penjelasan tentang
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian :
a. Kuantitatif
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan Food
Frequency Questionnaire (FFQ).
1) Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menanyakan kepada responden penelitian yaitu seluruh mahasiswa
FKIK angkatan 2014 dan 2-15 mengenai data daerah asal, tempat
tinggal, dan sumber pangan. Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan
tentang identitas responden, 1 pertanyaan tentang daerah asal, 1
pertanyaan tentang tempat tinggal, dan 5 pertanyaan tentang
sumber pangan.
2) Food Frequency Questionnaire (FFQ)
FFQ atau Food Frequency Questionnaire digunakan untuk
mengetahui gambaran frekuensi porsi pola makan responden. FFQ
bersifat semi kualitatif terbuka dimana responden menuliskan
sendiri berapa kali frekuensi kebiasaan pola makan responden.
Responden mengisi dengan cara memilih salah satu kolom
frekuensi pada setiap jenis makanan, apakah 1 kali perhari, 2x3
kali per hari, lebih dari 3x per hari, 1-4 kali perminggu, 1-3 kali
perbulan, dan tidak pernah serta mengisi porsi yang biasa dimakan
47
dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT). Bahan makanan yang
ada dalam daftar kuesioner FFQ adalah jenis makanan yang
dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden dan
jenis makanan tersebut yang ada di lingkungan kampus dan kost.
Untuk melihat gambaran frekuensi, data yang digunakan berupa
distribusi responden menurut kebiasaan mengkonsumsi untuk per
hari.
b. Kualitatif
Instrumen penelitian ini adalah panduan wawancara yang
digunakan untuk mengkplor pola makan berdasarkan pengaruh teman,
preferensi makanan, dan citra tubuh. Peneliti akan melakukan probing
pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai informan untuk
memperoleh informasi secara mendalam yang dilengkapi dengan alat
perekam suara dan pencatat selama proses Fokus Grup Diskusi (FGD).
2. Sumber dan Cara Pengumpulan Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari
mahasiswa yang menjadi responden atau informan penelitian. Proses
pengumpulan data ini dibantu oleh enam enumerator penelitian.
Enumerator penelitian merupakan mahasiswa kesehatan masyarakat
yang telah mendapatkan mata kuliah Metodologi Penelitian dan
Penilaian Status Gizi, khususnya mempelajari survei konsumsi
makanan.
48
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data identitas
responden, pola makan, daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan
secara kuantitatif dengan responden seluruh mahasiswa FKIK
angkatan 2014 dan 2015. Sedangkan untuk data pengaruh teman,
preferensi makan dan citra tubuh didapatkan secara kualitatif untuk
mengeksplor pola makan berdasarkan variabel tersebut. Proses
pengumpulan data primer adalah sebagai berikut:
1) Data pola makan mahasiswa diperoleh menggunakan lembar Food
Frequency Questionnaire (FFQ) selama satu bulan terakhir dengan
cara: responden diminta untuk memberikan tanda silang (x) pada
daftar makanan yang tersedia pada lembar Food Frequency
Questionnaire (FFQ) mengenai frekuensi makannya dan ukuran
porsinya dalam satuan rumah tangga (URT).
2) Data daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan diperoleh
dengan membagikan kuesioner kepada seluruh responden yang
menjadi sampel penelitian (total populasi). Sebelum responden
mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.
Selanjutnya kuesioner diisi sendiri oleh responden. Setelah mengisi
kuesioner, responden diminta untuk mengumpulkan kuesioner
tersebut.
3) Data pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh
diperoleh secara kualitatif dengan menggunakan teknik Fokus
Grup Diskusi (FGD). FGD dilakukan pada dua puluh satu orang
mahasiswa dari angkatan 2014-2015 dengan program studi yang
49
berbeda. FGD dilakukan tiga kali yang masing-masing melibatkan
tujuh orang mahasiswa. Semua FGD dilakukan setelah selesai
kuliah, yaitu ba’da ashar. Proses FGD adalah sebagai berikut:
a) FGD I merupakan kelompok informan dengan pola makan
cukup, dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016, FGD dilakukan
pada tempat FGD dikoridor kampus lantai 3.
b) FGD II merupakan kelompok informan dengan pola makan
kurang, dilakukan pada tanggal yang sama yaitu 15 Juni 2016,
tempat FGD dikooridor kampus lantai 2.
c) FGD III merupakan kelompok informan dengan pola makan
lebih, dilakukan pada tanggal 26 Juli 2016.
FGD dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
beragam dari masing-masing kelompok informan mengenai
pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh. FGD terdiri
dari dua puluh satu orang yang terdiri 16 orang perempuan dan 5
orang laki-laki serta seorang moderator yaitu peneliti dan dua
teman gizi serta seorang tiga notulen untuk mencatat pernyataan
dari informan.
Tabel 4.1 Teknik Pengumpulan Data
Informan FGD
Pola makan mahasiswa:
- Cukup
- Kurang
- Lebih
7 orang
7 orang
7 orang
50
b. Data sekunder
Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan
jumlah mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 yang diperoleh dari bagian
akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data primer dari variabel-variabel yang diteliti selanjutnya
dilakukan analisis data sebagai berikut :
1. Data pola makan
Variabel pola makan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kategori
yaitu kurang diberi kode “0”, lebih diberi kode “1”, dan cukup diberi kode
“2”. Dikatakan kurang jika konsumsi makanan pokok <8 porsi/hari untuk
laki-laki dan <5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur <3
porsi/hari, dan buah <5 porsi/hari. Dikatakan lebih jika konsumsi makanan
pokok >8 porsi/hari untuk laki-laki dan >5 porsi/hari untuk perempuan,
lauk, pauk, sayur >3 porsi/hari, dan buah >5 porsi/hari. Sedangkan
dikatakan cukup jika konsumsi makanan pokok 8 porsi/hari untuk laki-laki
dan 5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur 3 porsi/hari, dan buah
5 porsi/hari. Untuk mendapatkan data kategori pola makan, data FFQ yang
ada perlu diolah lebih lanjut dengan cara mengubah setiap frekuensi
konsumsi ke dalam satuan hari terlebih dahulu.
Contoh : mahasiswa A biasa mengkonsumsi nasi 1 kali per hari sebanyak
2 centong (200gr), roti 1-3 kali per bulan sebanyak 2 slice (70gr), dan
51
biskuit 1-4 kali per minggu sebanyak 2 buah (20gr), maka nilainya
menjadi :
Nasi : 1/1 hari = 1 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi yang
dikonsumsi (200gr)
Roti : 2/30 hari = 0,07 kali per hari, , kemudian dikalikan banyak porsi
yang dikonsumsi (70gr)
Biskuit : 3/7 hari = 0,43 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi
yang dikonsumsi (20gr)
Nilai tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapat hasil = 2
porsi per hari. Dengan demikian mahasiswa A memiliki kebiasaan
mengkonsumsi jenis makanan pokok 2 porsi per hari dan diberi kode “0”,
begitupun untuk kelompok jenis makanan lauk, pauk, sayur dan buah.
Contoh entry data untuk pengolahan FFQ yang disajikan pada Gambar
4.1.
Gambar 4.1 Contoh entry data FFQ
Kebiasaan pola makan cukup jika responden memiliki hasil
konsumsi kelima kelompok jenis makanan dan porsi yang cukup. Pola
makan yang kurang, jika responden memiliki hasil pola makan yang
52
kurang dari anjuran. Sedangkan pola makan yang lebih, jika responden
memiliki hasil pola makan yang lebih dari anjuran.
2. Data daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan
Untuk variabel daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan
diperoleh dari hasil kuesioner. Setelah itu dilakukan pengkodean data
masing-masing variabel untuk memudahkan proses memasukkan ke
software komputer, pengkodean data tersebut sebagai berikut :
a. Daerah asal: bukan perantauan diberi kode “0” dan perantauan diberi
kode “1”
b. Tempat tinggal: tinggal bersama keluarga/di rumah diberi kode “0”
dan tidak tinggal bersama keluarga/kost diberi kode “1”
c. Sumber pangan: rumah diberi kode “0”, sekitar kampus diberi kode
“1”, dan sekitar kost diberi kode “3”
Setelah pengkodean data, maka dilakukan entry data yaitu proses
memasukkan data berupa kode jawaban responden ke dalam kolom
template yang telah dibuat. Selanjutnya, data yang telah di entry dicek
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan.
Dengan demikian data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
3. Data pengaruh teman, preferensi makan, dan citra tubuh
Untuk variabel pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra
tubuh diperoleh secara kualitatif dengan menggunakan teknik Fokus Grup
Diskusi (FGD). Tahap pengolahan data kualitatif sebagai berikut :
53
a. Hasil wawancara dicatat kembali, berdasarkan rekaman yang diperoleh
pada saat FGD (Fokus Group Diskusi) ke dalam bentuk tulisan
(transkip).
b. Membuat kategori data sesuai dengan variabel penelitian.
c. Menyajikan ringkasan data dan interpretasinya dalam bentuk matriks.
d. Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang
ada.
F. Validitas Data
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar Food Frequency
Questionnaire (FFQ) dan kuesioner. FFQ digunakan untuk mendapatkan data
variabel dependen sedangkan kuesioner digunakan untuk mendapatkan data
variabel independen. Uji coba instrumen dilakukan kepada 30 mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) di Universitas Muhammadiyah
Jakarta (UMJ). Universitas tersebut merupakan salah satu universitas yang
lokasinya berdekatan dengan lokasi penelitian yaitu Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu,
diharapkan mahasiswa FKK UMJ memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Validitas Data Kuantitatif
Uji validitas dilakukan agar diketahui sejauh mana ketepatan yang
terjadi di lapangan atau tempat penelitian sesuai dengan fungsinya (Lapau,
2013). Pada penelitian ini, lembar FFQ dan kuesioner dengan variabel
daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan tidak dilakukan uji validasi
54
dengan menggunakan program statistik tetapi dilakukan dengan uji
empiris atau uji validitas yang berhubungan dengan kriteria, jika
mahasiswa dari FKK UMJ bisa menjawab pertanyaan FFQ, daerah asal,
tempat tinggal dan sumber pangan dengan benar dan mudah atau dianggap
dapat digunakan, tidak mengalami kebingungan atau bertanya ketika
pengisian kuesioner dan FFQ, maka dinyatakan lulus uji validitas
empiris/kriteria, sehingga lembar FFQ dan pertanyaan pada kuesioner
daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan dengan mudah dapat
dipakai pada tempat penelitian. Alasan dilakukannya uji coba validitas
kriteria dan tidak dilakukan uji validitas jenis lain dikarenakan bentu
pertanyaa dalam FFQ dan kuesioner untuk ketiga variabel bersifat terbuka.
2. Validitas Data Kualitatif
Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit,
karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Ada
beberapa cara meningkatkan validitas data (kepercayaan) terhadap data
hasil penelitian kualitatif antara lain perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan member check (Satori dan Aan, 2013). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode member check, yaitu proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan untuk
mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data (informan).
55
G. Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Penelitian ini menggunakan analisis deskripsi yang bertujuan untuk
mengetahui informasi mengenai deskripsi pola malan, daerah asal, tempat
tinggal, dan sumber pangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dianalisis dengan model content analysis, digunakan
untuk mengeksplorasi pola makan berdasarkan pengaruh teman,
mengeksplorasi pola makan berdasarkan preferensi makanan, dan
mengeksplorasi pola makan berdasarkan citra tubuh.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
Responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 dan
2015. Jumlah seluruh responden sebanyak 650 orang. Informan untuk penelitian
kualitatif sebanyak 21 orang untuk mengekplor mengenai beberapa variabel yang
diteliti. Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh.
A. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam penelitian ini, pola makan pada mahasiswa dikategorikan
menjadi tiga yaitu kurang, lebih, dan cukup. Gambaran pola makan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Distribusi Pola Makan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016
Pola Makan Jumlah (n) Persen (%)
Kurang 387 59,5
Lebih 194 29,8
Cukup 69 10,6
Total 650 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih
banyak mahasiswa yang memiliki pola makan kurang yaitu sebesar 59,5%.
Pola makan mahasiswa yang kurang dan lebih dari anjuran standar yang
direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang masih cukup banyak, sedangkan
57
pola makan cukup hanya sedikit. Hasil Fokus Grup Diskusi (FGD)
menunjukkan bahwa menurut informan dengan pola makan kurang, penyebab
pola makannya kurang karena terjadinya perubahan pola makan yang kurang
teratur saat kuliah.
“kalo aku sarapannya cuma minum susu. minum susunya dikost.
segelas biasanya, abis minum susu aku ga makan apa2 lagi ada, SMA
suka sarapan, sekarang ga pernah. kalo makan jadi ga tertatur gitu”
(Informan RA)
“yang dimakan buat sarapan seringnya roti susu. 1 slice/bks sama kalo
abis sarapan ga ada ngemil lagi. ada perubahan. lebih teratur SMA.
bedanya kadang ya ka kalo kuliah malemnya ga makan siang ga makan
jadi kadang cuma sarapan” (Informan ST)
“sarapan. dirumah. roti 1 bungkus ka. ga ngemil. iyaa sama teraturan
SMA. lebih teratur ajah sebelum berangkat sarapan, siang makan siang
malem juga. kalo sekarang malem ga makan karena kadang pulang
malem terus langsung ngerjain tugas terus langsung tepar” (Informan
NK)
Menurut informan dengan pola makan lebih, penyebab pola makannya
bisa jadi berlebih karena tidak pernah sarapan yang menyebabkan ketika
makan siang makannya lebih banyak dan terjadinya perubahan pola makan saat
kuliah.
“ee jarang sarapan, berubah makannya soalnya waktu SMA masih
dimasih dirumah ada yang masakin, bedanya disana makannya lebih
bernutrisi lebih teraturan juga, tapi tetep makannya banyakan pas
kuliah apalagi kalo pagi ga makan jadi laper banget jadi makan
banyaknya pas makan siang” (Informan AF)
“jarang sarapan juga iyaa sama lebih teratur pas SMA sebab kalo
masih tinggal sama orang tua makan jadi lebih teratur, karena ga
teratur kadang pas makan siang itu suka banyak” (Informan RR)
“jarang kadang2 aja, ee biasa si malas terus ga ada waktu, eeee
makannya banyak perbedaan abis waktu di sma kn pesantren jadi kalo
makan itu teratur karena ada waktunya pagi siang malem paling
disela2nya itu cemilan kalo disini itu kn ga terkonrol gitu jadi mau
makan ya pergi beli ato gimana, sepertinya pas kuliah lebih baik
58
karena bebas makan gitu abis kalo dipondok kn ga ada waktunya,
makannya lebih banyak ini pas kuliah” (Informan RS)
Menurut informan dengan pola makan cukup, penyebab pola makannya
bisa cukup karena terjadinya perubahan pola makan yang lebih baik saat kuliah
dan makan teratur 3x sehari makan utama.
“beda, tapi tidak begitu. pagi sama sore klo sekarang lebih sering siang
juga” (Informan SM)
“ada klo SMA ga terlalu sering sarapan. klo sekarang jadi sering
sarapan. kuliah lebih tertatur” (Informan NZ)
“kalo aku ke balik, SMA nya jarang banget makan siang paling paginya
ajah, kalo sekarang lebih teratur dari pada SMA. sekarang tuh dipaksa
buat makan, waktu SMA jarang sering ga makan2 gitu makanya jadi
punya maag” (Informan MJ)
B. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Daerah asal dalam penelitian ini dibedakan menjadi mahasiswa bukan
perantauan dan perantauan. Gambaran daerah asal mahasiswa FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut
ini:
Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Daerah Asal Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2016
Daerah Asal Jumlah (n) Persen (%)
Bukan perantauan 394 60,6
Perantauan 256 39,4
Total 650 100,0
59
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih
banyak mahasiswa bukan perantauan yaitu sebesar 60,6%.
C. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tempat tinggal dalam penelitian ini dibedakan menjadi tinggal
bersama keluarga/di rumah dan tinggal di kost. Gambaran tempat tinggal
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Distribusi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2016
Tempat Tinggal Jumlah (n) Persen (%)
Tinggal bersama
keluarga / di rumah
215 33,1
Tidak tinggal bersama
keluarga / kost
435 66,9
Total 650 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih
banyak mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost yaitu sebesar
66,9%.
D. Deskripsi Sumber Pangan Terhadap Pola Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sumber pangan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yaitu
sumber pangan yang diakses dari rumah, sekitar kampus, dan sekitar kost.
60
Gambaran sumber pangan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2016 dapat dilihat pada table 5.4 berikut ini :
Tabel 5.4 Distribusi Sumber Pangan Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2016
Sumber
Pangan
Rumah Sekitar Kampus Sekitar Kost
Jumlah
(n=650)
Persen
(%)
Jumlah
(n=650)
Persen
(%)
Jumlah
(n=650)
Persen
(%)
Makanan pokok 210 32,3 173 26,6 267 41,1
Lauk hewani 179 27,5 160 24,6 311 47,8
Lauk nabati 190 29,2 148 22,8 312 48,0
Buah 265 40,8 170 26,2 215 33,1
Sayuran 219 33,7 139 21,4 292 44,9
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa secara keseluruhan sumber
pangan yang diakses oleh mahasiswa paling banyak di sekitar kost, baik itu
makanan pokok (41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%), dan
sayuran (49,4%). Namun, sumber pangan buah lebih banyak diakses dari
rumah (40,8%).
E. Eskplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Faktor lain yang mempengaruhi pola makan yaitu pengaruh teman.
Hampir semua informan mengatakan bahwa setiap makan paling sering
bersama teman. Hal tersebut diungkapkan oleh masing-masing kelompok
informan. Berikut kutipannya:
“lebih sering temen, soalnya lebih enak seru gitu, jadi kalo makan bisa
sambil cerita yang lainnya” (Informan AS, pola makan cukup)
61
“iya seringnya sama temen soalnya waktunya banyak sama temen”
(Informan MA, pola makan cukup)
“sama temen, karena ada nya temen haha” (Informan AN, pola
makan kurang)
“sama temen karena adanya temen” (Informan RR, pola makan lebih)
“sama temen si emang soalnya kemana2 sama temen terus” (Informan
RZ, pola makan lebih)
Jika ditanyakan mengenai pengaruh teman terhadap pola makan
informan, sebagian besar informan mengatakan teman memberikan pengaruh
terhadap pola makannya. Enam dari tujuh informan dengan pola makan cukup
menyatakan bahwa teman sangat berpengaruh terhadap pola makan informan,
seorang informan mengatakan bahwa teman tidak memiliki pengaruh terhadap
pola makannya. Berikut kutipannya :
“kalo sama temen porsi lebih banyak, jadi ntar tiba-tiba nyicip-nyicip
punya ini nyicip punya ini bisa beda-beda” (Informan MJ)
“iya soalnya temen itu terkadang tuh apa patokan gitu, ehem kadang
kita ikut dia kalo ga kita ini kalo kita makan kebanyakan kadang-
kadang suka dibilangin lu kesurupan apa pa gitu. porsinya sama ajah
hehe tergantung bajet” (Informan SM)
“pola makan nya biasanya kalo dia males makan jadi ikut-ikutan
males makan kalo porsinya mah sama ajah” (Informan LA)
Informan dengan pola makan kurang, enam dari tujuh informan
menyatakan bahwa teman tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan pola
makan informan. Berikut kutipannya:
“ga, karena biasanya gimana ya ka, itu si dari diri sendiri, porsinya
sama” (Informan AN)
“ga ada, dy makan kita juga makan” (Informan ST)
62
Selain itu, informan dengan pola makan lebih diketahui bahwa seluruh
informan menyatakan bahwa teman sangat berpengaruh terhadap pola makan
informan. Dua informan lainnya mengatakan bahwa teman tidak mempunyai
pengaruh terhadap perubahan pola makan karena pola makan tergantung dari
diri sendiri bukan teman. Berikut kutipannya :
“ada pengaruhnya jadi ada temen kontrakan nih lebih banyak
makannya klo kita lagi ga laper terus liat dy makan jadi pengen juga
jadi nya beli jadi sama2 gendut haha” (Informan AF)
“kalo pola makan sangat kaya nya sangat berpengaruh kalo ga
pengen makan jadi pengen makan kalo liat temen makan” (Informan
RR)
“eeee iyaa kalo misalkan makan bareng temen porsinya lebih banyak
banyak banget bisa dua kali lipat terus juga aku beli makannanya bisa
banyak ga cuma satu jenis ajah bisa berbagai jenis, terus iyaa ka
mempengarui banget, soalnya kalo misalkan ada temen tuh aku jadi
semangat gitu makannya klo bareng temen kita pasti makan sambil
ngobrol2 jadi lama kan ditempat makan itu jadi apa bawaannya
pengen nambah terus makananya” (Informan SS)
F. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makan Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Salah satu aspek dalam preferensi makanan yaitu karakteristik
makanan yang meliputi rasa, penampilan, tekstur, harga, jenis makanan dan
kombinasi makanan.
a. Rasa
Hasil FGD untuk informan dengan pola makan cukup, bahwa
seluruh informan lebih menyukai rasa gurih. Berikut kutipannya :
“segi rasa, gurih pedas” (Informan MA)
63
“kalo makanan berat lebih suka yg gurih kalo makan cemilan lebih
suka manis” (Informan NZ)
“gurih tapi aku suka semuanya, pahit ga ya” (Informan SM)
Selanjutnya, hasil FGD untuk informan dengan pola makan kurang
didapatkan bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai rasa pedas.
Berikut kutipannya :
“yang pedes, dari kecil emg suka pedes tapi ga terlalu pedes”
(Informan AN)
“pedes si tapi manis, gurih suka juga kecuali pahit, yaa karena
enak dimakan” (Informan QN)
“yg penting pedes, enak ajah kalo ga pedes jadi ga berasa”
(Informan ST)
“yg ga pedes, ga suka pedes” (Informan AZ)
“gurih, enak ajah klo dilidah” (Informan NK)
Sedangkan, informan dengan pola makan lebih didapatkan bahwa
enam dari tujuh informan lebih menyukai rasa asin dan manis, seorang
informan mengatakan bahwa lebih menyukai rasa pedas. Berikut
kutipannya :
“kalo saya si lebih ke asin, soalnya yaa enak ajah klo pedes gitu
ngurangin nikmat makan” (Informan RZ)
“eeee asin si terus ada kecut2 sama pedesnya, ga tau enak gitu kalo
yang berkuah itu terus dikasih jeruk nipis gitu enak terus dikasih
sambel pedes2 gitu “(Informan RS)
“kalo dari segi rasa aku lebih suka yang eee manis pedes kalo
misalkan aku makan gitu ka eeeee keseringan tuh aku banyakin
kecapnya alasannya supaya lebih enak ajah gitu” (Informan SS)
“aku suka pedes, kalo pedes tuh kaya ada rasanya aja gitu rasa lain
juga suka si cuma paling suka pedes” (Informan MR)
64
b. Penampilan
Selain rasa makanan, penampilan makanan juga berhubungan
dengan preferensi makanan. Hampir semua kelompok informan
menganggap bahwa penampilan tidak terlalu berpengaruh, yang penting
makanan tersebut tidak aneh penampilan dan bentuknya. Berikut
kutipannya :
“ga pernah liat penampilan ya makan makan ajah” (Informan
AZ)
“yaa yang ga aneh-aneh, yg udah pernah liat takut kalo yang
aneh-aneh” (Informan NF)
“ga terlalu penting si, tapi lebih suka yang banyak bumbunya
kaya masakan padang” (Informan RZ)
c. Tekstur
Berdasarkan hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola
makan cukup didapatkan bahwa tekstur makanan yang lembut dan
berkuah lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan tekstur
makanan. Berikut kutipannya :
“kuah-kuahan gitu” (Informan MZ)
“kuah dan lembut” (Informan SM)
“yang ada kuah dan semi lembut” (Informan LA)
Hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola makan kurang
didapatkan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan tidak
terlalu lembek lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan
tekstur makanan. Berikut kutipannya :
“yang keras tapi ga keras banget, pas gitu, soalnya kalo kaya gitu
oh berarti mateng. Kalo lembek gimana gitu” (Informan RA)
65
“ga lembek ga terlalu keras, ya emang gitu sukanya, kalo terlalu
lembek ga suka kaya makan jelly” (Informan NK)
“tergantung makanannya, tapi dominan lebih suka yang lembek,
enak” (Informan NF)
“yang lembek, biar cepet nelennya” (Informan ST)
Sedangkan hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola makan
lebih juga mengatakan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan
tidak terlalu lembek lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan
tekstur makanan. Berikut kutipannya :
“ga terlalu suka yang keras ga terlalu lembek juga, maklum lidah
indonesia” (Informan RZ)
“suka yang ga terlalu garing tapi ga terlalu lembek gitu, ga susah
ajah kalo kelembekan kadang ribet gitu makannya kalo terlalu
keras juga ga enak” (Informan MR)
“eeee teksturnya itu yang pokoknya jangan yang terlalu keras
sama jangan yang terlalu lembek atau kenyel gitu ka soalnya kalo
misalnya terlalu keras itu susah banget dikunyahnya jadi pegel
dimulutnya tapi kalo misalkan terlalu lembek itu biasanya aku suka
mual kalo makan yang kaya gitu” (Informan SS)
d. Harga
Dari segi harga, seluruh informan baik informan dengan pola
makan cukup, kurang, maupun lebih itu memperhitungkan harga saat
membeli dan mengonsumsi makanan. Seluruh informan lebih
mempertimbangkan harga yang murah, sesuai dengan uang jajan, dan
terjangkau. Berikut kutipannya :
“yang murah ka, ya biar hemat” (Informan NZ, pola makan
cukup)
“yang murah, yaaa irit dikantonng ka” (Informan AN, pola makan
cukup)
66
“sesuai sama uang jajan aja jadi yang baisa-biasa aja” (Informan
QN, pola makan kurang)
“yg sesuai, ga mahal soalnya anak kost kan” (Informan RA, pola
makan kurang)
“oooo yg murahlah yaa biar bisa lebih banyak” (Informan AF,
pola makan lebih)
“yang murah, kantong mahasiswa soalnya” (Informan RZ, pola
makan lebih)
e. Jenis makanan
Berdasarkan hasil FGD dengan informan didapatkan bahwa
sebagian besar menyukai jenis makanan sumber protein khususnya protein
hewani. Untuk informan dengan pola makan cukup bahwa empat dari
tujuh orang lebih menyukai jenis makanan sumber sayur dan protein
hewani. Seorang informan juga mengatakan lebih menyukai jenis sayur
dan buah. Berikut kutipannya :
“sayur sama lauk hewani, suka aja karena yang sering dimakan
lauk hewani sama nabati” (Informan MJ)
“sayur, karena emang ga tau kenapa ya kalo lauk hewani itu
ngebosenin cepet bosen” (Informan LA)
“sayur sama buah, aku kan punya konstipasi jadi lebih banyakin
makan sayur sama buah” (Informan AS)
Hasil FGD pada informan dengan pola makan kurang, bahwa
terdapat lima dari tujuh informan yang lebih menyukai jenis makanan
sumber karbohidrat dan protein. Berikut kutipannya :
“jenis karbo, cepet kenyang” (Informan AN)
“lebih suka nya berarti karbohidrat, protein hewani, karena suka
ajah” (Informan QN )
67
“lebih banyak protein hewani, selera ajah” (Informan AZ)
Sedangkan untuk informan dengan pola makan lebih, didapatkan
bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai jenis sumber protein
khususnya protein hewani, dua informan lainnya lebih menyukai sumber
sayur dan seorang informan lebih menyukai sumber karbohidrat karena
ingin cepat menaikkan berat badan. Berikut kutipannya :
“yang paling suka ada dua ka protein sama buah, kalo misalkan
protein itu ga tau makanan protein enak-enak ajah kaya ayam
ikan kalo misalkan buah seger kalo misalkan makan buah”
(Informan SS)
“protein juga si senengnya bisa buat ngemil soalnya kalo
misalkan sayur-sayuran gitu jarang kalo buat anak kosan hehe
kalo dikosan jarang ketemu sayur-sayuran” (Informan RZ)
“sayur-sayuran, enak ajah gitu ga terlalu mahal yang utama terus
juga ga terlalu dikunyah dimakannya” (Informan RR)
“yang karbo, gimana yaa pengen gemuk” (Informan RS)
f. Kombinasi makanan
Berdasarkan hasil FGD pada ketiga kelompok informan,
didapatkan bahwa kombinasi makanan yang cukup bervariasi itu pada
kelompok pola makan cukup dan lebih yaitu karbohidrat, protein, sayur,
dan buah. Sedangkan pada informan dengan pola makan kurang kebiasaan
kombinasi setiap kali makan hanya karbohidrat (nasi) dan jenis protein,
seorang informan saja yang memiliki tiga jenis kombinasi makanan yaitu
karbohidrat, sayur, dan protein. Berikut kutipannya :
“banyakan nasi, sayur, lauk, buah walaupun ga sering” (Informan
AS)
“nasi, sayur protein hewani buah, kadang si susu” (Informan VS)
68
“aku biasanya karbonya nasi, sayur, protein kaya telur/ayam/ikan,
sama buah jarang si tapi suka konsumsi pulang kuliah kadang
beli” (Informan SS)
“banyakan lauknya, karena sukanya lauk kalo sayur ga terlalu
suka gimana gitu” (Informan NK)
“nasi, hewani daging gitu2, sama jarang si yang kaya tahu”
(Informan QN)
Dari berbagai aspek yang mempengaruhi preferensi makan seperti
rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe atau jenis makanan, dan kombinasi
makanan hanya rasa, jenis makanan, dan kombinasi makanan yang
membedakan pengaruh preferensi makan terhadap kebiasaan pola makan
untuk masing-masing kelompok informan.
Dari aspek rasa, kelompok informan dengan pola makan cukup
lebih menyukai rasa gurih, kelompok informan dengan pola makan kurang
lebih menyukai rasa pedas, dan kelompok informan dengan pola makan
lebih, lebih menyukai rasa manis dan asin. Dari segi jenis makanan,
kelompok informan dengan pola makan cukup lebih menyukai jenis lauk
hewani, sayur dan buah. Kelompok informan dengan pola makan kurang,
lebih menyukai jenis karbohidrat dan protein, dan kelompok informan
dengan pola makan lebih, lebih menyukai jenis karbohidrat, protein, sayur
dan buah, sehingga kombinasi makanan yang biasa informan makan
adalah nasi (karbohidrat), protein, sayurnya lebih banyak dan buah untuk
kelompok informan dengan pola makan cukup. Kelompok informan
dengan pola makan kurang, lebih menyukai kombinasi makanan seperti
campuran nasi dan protein hewani. Sedangkan kelompok informan dengan
69
pola makan lebih, lebih menyukai kombinasi makanan seperti nasi
(karbohidrat), protein, dan sayur.
G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Citra tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
persepsi informan terhadap body image/citra tubuh yang dimiliki, apakah
dapat menentukan pola makan informan tersebut. Sebagaian besar informan
menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan kurang dari kata ideal, hanya dua
dari 21 informan yang mengatakan puas terhadap penilaian bentuk tubuhnya.
Untuk informan dengan pola makan cukup diketahui bahwa lima dari
tujuh informan merasa tubuhnya gemuk, namun tiga dari lima informan
tersebut yang merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya sehingga melakukan
pengaturan pola makan. Dua dari tujuh informan dengan pola makan cukup
tetapi merasa bentuk tubuhnya kurus, namun dua informan tersebut tidak
merasa khawatir dengan bentuk tubuh yang kurus sehingga tidak melakukan
pengaturan pola makan agar memiliki bentuk tubuh yang lebih baik. Berikut
kutipannya :
“gemuk soalnya emang punya masalah konstipasi pasti gemuk, iyaaa
dikurangin makannya terus apa ngindarin makanan2 yangg lemak”
(Informan AS)
“aku juga lebih, yaa klo kata orang semok gitu ka pas ngaca iyaa yaa
terlalu lebih ke berat badannya jadi ga ideal berat badannya, pola
makannya pernah ngurangin sekarang juga suka ngurangin cuman
suka ngerasa aduh ini ngerasa pengen jajan tapi diselingin olahraga”
(Informan MJ)
“semok ahahha, tapi ngerasa kelebihan, 50% bantet yaa gimana ka,
tapi ga khawatir si jadi ga ngubah pola makan” (Informan VS)
70
“kurang, kurus, udah hehe, tapi ga hawatir ga ngubah pola makan”
(Informan LA)
Kelompok informan dengan pola makan kurang didapatkan bahwa
lima dari tujuh informan merasa IMT nya normal, tetapi masih merasa berat
badannya kurang/kurus dan dua informan lainnya memiliki pola makan
kurang tetapi merasa kelebihan berat badan. Namun, seluruh informan baik
yang merasa berat badannya kurus atau kelebihan berat badan tidak merasa
khawatir terhadap bentuk tubuhnya sehingga tidak melakukan pengaturan pola
makan yang lebih baik. Berikut kutipannya:
“biasa aja, normal tapi kurang berat badan, dan ga khawatir sama
berat badannya” (Informan AZ)
“kurang bagus, IMT si normal tapi untuk idealnya belum, untuk
ngatur pola makan dan khawatir si ga ya ka” (Informan AN)
“lemaknya masih ada, suruh turunin dikit, dulu iya ngatur pola makan
tapi sekarang ga” (Informan NK)
Sedangkan pada informan dengan pola makan lebih, tiga dari tujuh
merasa berat badannya kurang dan ketiga informan tersebut merasa khawatir
dengan bentuk tubuhnya sehingga melakukan pengaturan pola makan.
Sedangkan dua informan merasa bahwa kelebihan berat badan dan tidak
melakukan pengaturan pola makan hanya menjaga aktivitas olahraganya.
Selain itu, dua informan lainnya merasa bahwa bentuk tubuhnya sudah pas
dan ideal tidak merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya. Berikut kutipannya :
“hehe kurus ka, kalo ideal belum meskipun udah makan banyak tetep
ajah ga naik 50, tapi makan udah banyak udah minum obat kirain
udah cacingan tapi udah minum kombantrin tapi ga naik juga, iya si
ka, karena begitu terobsesi naikin berat badan jadi gimana yaa kalo
ada kesempatan makan ya makan pengen gemuk” (Informan RS)
71
“bentuk tubuh aku, bentuk tubuh aku tuh ga ideal banget ka aku tuh
kurus bangeteeeet soalnya tinggi aku kan 161 162 gitu kan ka terus
berat badan aku tuh cuma 45 doang, jadi bentuk tubuh aku ga ideal.
iyaa ka aku ngerasa khawatir banget solusi aku si gimana itu yaa itu
mengatur pola makan aku bagaimana supaya aku bisa ningkatin nafsu
makan aku pokoknya lagi berusaha buat nambahin berat badan”
(Informan SS)
“kalo saya si sedikit si, yaaa lumayanlah kelebihan berat badan, kalo
saya si ga ngerubah pola makan kali cuma aktivitas olahraganya
dijaga, klo ngerasa berat badan mulai berat baru ada perubahan pola
makan” (Informan RZ)
“kalo tentang bentuk tubuh yaa udah merasa puas si, terus juga udah
ngerasa puasnya kalo dari indek massa tubuh udah ideal jadi ga
overweight juga ga kurus yaa karena itu si tadi pola makan ga
ngejaga tapi emang udah kaya rutinitas kebiasaan sehari-hari gitu
karena emang suka olahraga juga jadi ya insya allah mau makan kaya
gimana juga bakal kebakar lagi” (Informan DA)
72
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi
keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini, yaitu: penggunaan
Food Frequency Questionare (FFQ) diisi sendiri oleh responden. Hal tersebut
dikarenakan jumlah responden yang banyak, untuk memudahkan peneliti dan
keterbatasan waktu yang dimiliki, maka pengisian FFQ diisi sendiri oleh
responden. Adapun bias yang mungkin muncul karena FFQ diisi sendiri oleh
responden, yaitu bisa terjadi perbedaan persepsi untuk ukuran banyak porsi
dalam satuan URT yang dimaksud antara peneliti dengan responden.
B. Kelebihan Penelitian
Pada penelitian ini juga terdapat beberapa kelebihan yang menjadi
kekuatan penelitian ini. Kelebihan penelitian ini, yaitu: (1) proses
pengkategorian pola makan terbagi menjadi tiga kategori pola makan (cukup,
kurang, dan lebih), sehingga hasil penelitian lebih bervariasi (2) penelitian
menggunakan metode kombinasi yaitu metode kuantitatif dan kualitatif,
sehingga dalam hasil penelitian dapat memperluas informasi yang tersedia,
dan (3) sampel untuk data kuantitatif menggunakan total populasi yang cukup
banyak sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan pola makan secara
keseluruhan di tempat penelitian.
73
C. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Pada penelitian ini, pola makan mahasiswa FKIK UIN Syarif
Hidayatullah didapatkan sebesar 59,5% memiliki pola makan kurang, 29,8%
mahasiswa yang memiliki pola makan lebih, sedangkan mahasiswa yang
memiliki pola makan cukup hanya sebesar 10,6%. Menurut Kemenkes RI
(2014) mengatakan bahwa memang sebenarnya konsumsi pangan masyarakat
Indonesia masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang.
Tingginya pola makan yang kurang pada mahasiswa rata-rata
dikarenakan kurangnya konsumsi makanan pokok, lauk nabati, sayur dan
buah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2014) pada
mahasiswa, bahwa 100% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kebiasaan makan makanan beragam
yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan
masing-masing kelompok makanan, 53,5% memiliki kebiasaan makan
makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan
makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan
pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur
dan buah yang kurang.
Menurut Yuniarti (2012) jenis bahan makanan adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau
menu. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu
jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
74
pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal
(Kemenkes RI, 2014).
Hal tersebut disimpulkan bahwa konsumsi makanan sehari-hari pada
mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, paling banyak responden
yang memiliki kebiasaan pola makan masih kurang dari anjuran rekomendasi
menurut Pedoman Gizi Seimbang. Didukung dengan hasil FGD yang
mengatakan bahwa pola makan kurang terjadi karena adanya perubahan pola
makan yang kurang teratur saat kuliah. Selain itu, mahasiswa lebih banyak
tinggal di kost yang kemungkinan menyebabkan pola makan menjadi kurang
teratur. Sesuai dengan pengakuan informan, bahwa terjadi perubahan pola
makan yang kurang teratur ketika waktu SMA dimana masih tinggal dengan
orang tua dibandingkan tinggal sendiri (kost) ketika kuliah, karena mahasiswa
yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda ketika
mereka tinggal di rumahnya, mereka harus menyiapkan makanan sendiri,
biasanya terlambat makan karena waktu yang terbatas, dan harus
memperhitungkan uang yang mereka punya (Surjadi, 2013).
Jika pola makan sehari-hari yang kurang, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif (FKM UI, 2007). Terjadinya
ketidakseimbangan tersebut akan terjadi kekurangan gizi dan pola makan yang
tidak sesuai akan menyebabkan asupan makanan yang kurang (Siregar, 2013).
Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dari usia muda,
dapat menyebabkan individu tersebut terkena dampaknya diusia selanjutnya,
seperti kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan fraktur ataupun
75
osteoporosis (Brown et al., 2013) dan dapat berdampak pada risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM) yang mematikan ataupun mengancam hidup, seperti
kardiovaskuler, stroke, hipertensi, diabetes dan beberapa jenis kanker
(Kemenkes RI, 2014).
Masih tingginya pola makan yang lebih juga disebabkan tingginya
asupan makanan yang dikonsumsi dari anjuran rekomendasi menurut
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan bisa juga didasari oleh preferensi makan,
pengaruh teman dan tempat tinggal. Hasil penelitiannya Suryaputra dan Siti
(2012) menunjukkan bahwa remaja yang mengkonsumsi makanan berlebih
memiliki tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak yang
berlebih juga, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Menurut Siregar (2013)
juga menyatakan bahwa asupan makanan yang lebih dari kebutuhan akan
menyebabkan kelebihan berat badan.
Berdasarkan preferensi makanan, orang yang kelebihan berat badan
lebih menyukai selera makan manis dan berlemak sehingga menjadi preferensi
makan mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan, bahwa dari
segi rasa lebih menyukai rasa manis. Rasa manis cenderung tinggi energi yang
menyebabkan kelebihan berat badan (Bararah, 2011). Tingginya konsumsi
protein hewani pada remaja juga akan menyebabkan obesitas, karena obesitas
berkorelasi dengan rendahnya zat gizi hewan pada umumnya yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi (Suryaputra dan Siti,
2012). Hasil penelitian terebut memperkuat pengakuan informan yang
mengatakan bahwa jenis makanan yang disukai jenis karbohidrat dan protein
76
hewani. Sejalan dengan pendapat Park et al (2015) bahwa preferensi makanan
memainkan peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan.
Jika berdasarkan tempat tinggal, mahasiswa pola makan lebih banyak
yang tinggal di kost dengan akses sumber pangan dan ketersediaan makanan
yang lebih mudah karena banyak dan dekat di sekitar kost. Selain itu, karena
mahasiswa yang tinggal dikost akan lebih banyak menghabiskan waktu
dengan teman, teman dianggap sangat berpengaruh terhadap pola makan
informan. Hal tersebut dikarenakan ketika makan bersama teman porsinya
lebih banyak dan yang tadinya malas makan jadi ingin makan, bahkan bisa
dua kali lipat porsi makannya. Kemungkinan hal itu juga yang menjadi salah
satu penyebab pola makan informan menjadi lebih. Jika asupan yang melebihi
batasan yang telah direkomendasikan dalam waktu yang lama akan tertimbun
didalam tubuh dan berisiko tinggi menyebabkan berbagai masalah kesehatan
seperti kelebihan berat badan, depresi, merusak hati, penyakit jantung koroner,
diabetes tipe II, store, dan osteoartritis (Devi, 2012).
Masih rendahnya pola makan yang cukup karena rendahnya kesadaran
mahasiswa untuk menerapkan pola makan kearah gizi seimbang. Pemilihan
makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi
sekedar bersosialisasi untuk kesenangan (Khomsan, 2004). Konsumsi
makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas membuat tubuh tetap sehar
dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
(PTM) terkait gizi. Gizi yang optimal dan pola makan yang baik sangat
penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan fisik dan kecerdasan
bagi seluruh kelompok umur, membuat berat badan normal atau sehat,
77
produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan
kematian dini (Kemenkes RI, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya mahasiswa yang
memiliki pola makan cukup walaupun hanya 10,6%, karena berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pola makan informan cukup bisa dilihat dari jenis
dan kombinasi makanan yang dimakan setiap kali makan lebih bervariasi,
seperti makanan pokok, lauk pauk (protein), sayur, dan buah. Selain itu,
informan mengaku bahwa ketika kuliah pola makannya lebih baik yaitu lebih
sering sarapan, makan siang, dan makan malam, sehingga pola makan berubah
menjadi lebih teratur. Selain itu, berdasarkan kebiasaan frekuensi makan
informan sebanyak 3x dalam sehari. Menurut Khomsan (2004) secara
kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi sebaiknya makan
dilakukan 3 kali sehari. Hal tersebutlah yang mendasari beberapa informan
memiliki pola makan yang cukup.
Informasi di atas menyatakan bahwa kebiasaan pola makan kurang,
lebih, dan cukup dikarenakan terjadi perubahan pola makan saat sekolah
dengan kuliah. Perubahan yang terjadi pada kelompok informan dengan pola
makan kurang, perubahan tersebut ke arah yang kurang baik. Perubahan untuk
kelompok informan dengan pola makan lebih, perubahan tersebut tidak terlalu
baik bahkan sering melewatkan sarapan pagi dan menggantinya saat makan
siang. Sedangkan perubahan pola makan yang terjadi pada kelompok informan
dengan pola makan cukup, berubah ke arah yang lebih baik dan pola makan
menjadi lebih teratur.
78
Mengetahui pentingnya pola makan yang seimbang, disarankan kepada
mahasiswa yang memiliki pola makan kurang dapat memperbaiki pola
makannya melalui perbaikan kebiasaan pola makan yang beraneka ragam
dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah
baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan mahasiswa yang memiliki
pola makan cukup diharapkan dapat mempertahan pola makannya dan
mahasiswa yang memiliki pola makan lebih diharapkan dapat memperbaiki
pola makannya menjadi cukup melalui perbaikan kebiasaan makan yang
beranekaragam dengan mengurangi konsumsi makanan pokok, lauk pauk,
serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur baik secara kualitas maupun
kuantitas.
D. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Asal daerah merupakan pengelompokkan manusia berdasarkan tempat
tinggal. Pada penelitian ini daerah asal dikelompokkan menjadi dua yaitu
perantauan dan bukan perantauan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa jumlah mahasiswa yang bukan perantauan lebih banyak dari pada
mahasiswa perantauan. Namun, jika dilihat hasil deskripsi distribusi
berdasarkan tempat tinggal, diketahui bahwa lebih banyak mahasiswa yang
yang tidak tinggal bersama keluarga/kost, kemungkinan sebagian besar adalah
mahasiswa perantau.
Walaupun mahasiswa bukan perantauan lebih banyak dari pada
mahasiswa perantauan, mahasiswa perantau dituntut untuk membiasakan diri
dengan keadaan/lingkungan baru. Perubahan kondisi ini berdampak pada
79
berbagai hal, salah satunya adalah terjadinya perubahan pola makan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sanjur (1982) dalam penelitiannya Fitriana (2011)
yang mengatakan bahwa kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen,
salah satunya yaitu sosial budaya seperti asal daerah. Selain itu, didukung
dengan hasil FFQ pola makan diketahui bahwa mahasiswa dengan pola makan
kurang, proporsi terbanyak pada mahasiswa yang tidak tinggal bersama
keluarga/kost sebesar 73,6% yang mana sebagian besar adalah mahasiswa
perantauan.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa pola makan mahasiswa
bukan perantauan dan perantauan kurang bervariasi, hal tersebut dapat dilihat
karena masih tingginya proporsi pola makan yang kurang. Selain itu,
banyaknya mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost sehingga ada
kemungkinan menyebabkan pola makannya banyak yang kurang atau lebih
dari anjuran yang direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Selain
masih tingginya pola makan kurang, ternyata pola makan lebih juga cukup
tinggi terjadi pada mahasiswa.
Masih adanya pola makan yang lebih dikarenakan orang
migrasi/pendatang mungkin memainkan peran penting dalam gizi dan status
kesehatan karena perpindahan akan terkena pengaruh terhadap lingkungan dan
budaya yang berbeda (Hamboyan dkk, 1995 dalam Lee et al., 2015).
Penelitian Rosenmöller et al., (2011) menemukan bahwa imigran Cina tinggal
di Kanada untuk jangka waktu yang lebih lama, konsumsi makanan secara
signifikan lebih besar dan makan keluar lebih sering serta melaporkan
beberapa perubahan yang menguntungkan dalam asupan makanan mereka dan
80
kesadaran yang lebih besar dan lebih banyak pengetahuan tentang makanan
sehat setelah imigrasi. Namun, terjadi peningkatan ukuran porsi, peningkatan
frekuensi makan dan peningkatan konsumsi makanan yang menunjukkan
beberapa perubahan yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan hasil penelitian menganai preferensi makanan, diketahui
bahwa untuk mahasiswa perantauan sebagian besar lebih cenderung
mengonsumsi lauk hewani dan menyukai makanan yang banyak bumbunya
seperti masakan padang. Berbeda dengan mahasiswa bukan perantauan yang
cenderung mengonsumsi sayuran dan pengolahan bertumis. Hal tersebut
dikarenakan kebiasaan makan yang selalu diterapkan di lingkungan asalnya.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) bahwa
Suku Melayu lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari
nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan bersantan dengan frekuensi
>4 kali/minggu. Sedangkan Suku Jawa lebih cenderung mengonsumsi menu
hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk nabati, sayuran dan pengolahan
makanan bertumis dengan frekuensi 3-4 kali/minggu.
Berdasarkan pemaparan tersebut, bahwa daerah asal erat kaitannya
dengan kebiasaan makan di lingkungan asalnya. Diharapkan adanya usaha
memilih atau memvariasikan jenis makanan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan, sehingga pola makan yang
baik dan seimbang dapat diterapkan. Sesuai dengan hasil penelitian Pan et al.
(1999) dalam Lee et al., (2015) bahwa pola makanan siswa Asia sebelum dan
setelah migrasi ke Amerika Serikat, melaporkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan dalam asupan buah-buahan, lemak, permen dan melewatkan
81
sarapan antara pelajar-pelajar Asia, dengan berjalannya waktu, asupan
makanan anak-anak imigran akan berubah (Wood et al., 2015).
E. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Letak tempat tinggal memudahkan dalam memperoleh makanan,
sehingga menentukan banyak sedikitnya makanan yang didapat untuk di
konsumsi (Harper, 1986). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa
selama kuliah lebih banyak tidak tinggal bersama keluarga/kost. Banyaknya
mahasiswa yang kost, diasumsikan karena sebagian besar mahasiswa tinggal
jauh dari kampus. Berdasarkan data distribusi daerah asal, ternyata untuk
mahasiswa bukan perantauan lebih banyak dari pada mahasiswa perantauan,
hal ini dikarenakan ada juga mahasiswa bukan perantauan selama kuliah tidak
tinggal bersama keluarga/kost.
Menurut Dorothy (2006) dalam Suswanti (2013) perbedaan tempat
tinggal akan mempengaruhi pilihan makanan. Hal ini berhubungan dengan
lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya
makanan. Selain itu, tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku makan
individu. Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan
fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan
makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tersebut, bahwa
mahasiswa dengan pola makan kurang, proporsi terbanyak pada mahasiswa
yang tidak tinggal bersama keluarga/kost yaitu sebesar 73,6%. Hal tersebut
menyatakan bahwa pola makan pada mahasiswa sudah tidak terpengaruh oleh
82
kebiasaan makanan keluarga ataupun ketersediaan makanan di rumah. Asumsi
ini diperkuat dengan pendapat Suhardjo (1989) yang mengatakan bahwa
faktor pribadi dan kesukaan yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Senada dengan hasil penelitian Nugroho dan Tirta (2013)
mengenai gambaran pola makan ditinjau dari Gizi Seimbang pada rmahasiswa
PSPD FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta, bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tempat tinggal dengan pola makan gizi seimbang.
Pola makan mahasiswa banyak yang kurang dari anjuran rekomendasi
Pedoman Gizi Seimbang (PGS), disebabkan adanya perubahan tempat tinggal
sehingga berpengaruh terhadap pola makannya. Perubahan pola makan terjadi
ketika mereka masih tinggal bersama keluarga dengan tinggal sendiri/kost,
pola makan lebih teratur ketika waktu SMA, hal tersebut dikarenkan saat
SMA masih tinggal bersama keluarga. Sehingga pola makan lebih terjaga dan
teratur dan menyebabkan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kost
memiliki pola makan yang masih belum sesuai dengan anjuran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Surjadi (2013) yang melihat globalisasi dengan pola konsumsi makanan
universitas di Jakarata mengatakan bahwa pola makan mahasiswa yang
tinggal dengan orang tuanya didominasi terutama oleh pola makan
keluarganya, karena jumlah makanan yang dimakan dan makanan mahasiswa
tersebut selalu dijaga oleh ibu mereka. Sedangkan mahasiswa yang tinggal
jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda dengan ketika
mereka tinggal di rumahnya, karena mereka mempersiapkan makan sendiri,
biasanya terlambat makan atau di luar jadwal kebiasaan karena waktu yang
83
terbatas, dan harus memperhitungkan uang yang mereka punya. Pilihan
lainnya membeli makanan di warung atau penjaja makanan.
Faktor lainnya juga dapat mempengaruhi perubahan pola makan
tersebut seperti daerah asal dan sumber pangan. Daerah asal mahasiswa lebih
banyak yang bukan perantauan, seharusnya tidak terlalu mengalami perubahan
pola makan karena tidak terdapat perbedaan geografis mengenai variasi
makanan yang tersedia sama dengan lingkungan sebelumnya, tetapi selama
kuliah tidak hanya mahasiswa perantauan yang tinggal di kost, mahasiswa
bukan perantauan juga ada yang tinggal dikost. Sedangkan akses sumber
pangan dan ketersediaan makanan di kost lebih terbatas dari pada di rumah
mengakibatkan pola makan mahasiswa banyak yang kurang banyak, walaupun
sebenarnya sumber pangan dianggap mudah karena sekitar kost adalah tempat
yang sering dan mudah untuk mengakses makanan, tetapi karena mahasiswa
yang kost cukup mempertimbangkan harga dalam membeli makanan,
kemungkinan hal itu juga yang menyebabkan pola makan mahasiswa kurang.
Selain itu, karena mahasiswa yang tinggal di kost sehingga lebih
banyak menghabiskan waktu dengan teman seharusnya teman dapet
mempengaruhi pola makan mereka, tetapi kelompok informan dengan pola
makan kurang mengatakan teman itu dianggap tidak memberikan pengaruh
terhadap pola makan. Padahal ketika makan bersama teman akan lebih
berselera dan semangat makan dibandingkan makan sendiri, karena penelitian
Sebayang (2012) mengatakan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang
sangat kuat dalam hal konsumsi makanan. Kemungkinan hal itu juga yang
menjadi salah satu penyebab pola makan informan menjadi kurang, karenakan
84
mahasiswa sudah dapat memilih makanan sendiri tanpa pengaruh orang tua
atau teman.
Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan tersebut maka mahasiswa
harus tetap memperhatikan pola makan dari aspek jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi walaupun tidak tinggal bersama keluarga/kost. Walaupun
dalam hal ini responden yang kost jauh dari keluarga sehingga pengawasan
keluarga kurang, merubah perilaku makan menjadi sehat sudah menjadi
kewajiban utama pada setiap individu dan agar terhindar dari berbagai
penyakit kronis terkait gizi.
F. Deskripsi Sumber Pangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sumber pangan adalah tempat atau lokasi mahasiswa untuk
memperoleh atau mengakses makanan yang biasa dimakan setiap hari seperti
dari rumah, kampus, atau sekitar kost. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sumber pangan jenis makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan
sayur lebih banyak diperoleh dari sekitar kost, sedangkan sumber pangan jenis
buah sebagian besar memperoleh dari rumah. Hal ini berhubungan dengan
lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya
makanan (Dorothy, 2006 dalam Suswanti, 2013). Selain itu, kemudahan
mencapai tempat penjualan makanan juga mempunyai pengaruh terhadap
konsumsi makan (Jago et al., 2007), sehingga jenis sumber makanan pokok,
protein, dan sayur lebih mudah didapatkan disekitar kost.
Pada penelitian ini, sumber pangan yang diperoleh dari rumah hanya
buah. Hal ini kemungkinan ketersediaan buah lebih mudah didapatkan ketika
85
di rumah dibandingkan di kampus atau kost. Mahasiswa saat ini banyak
menggemari makanan instan, sehingga kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat. Hal ini selaras dengan pendapat Arisman (2004) yang
mengatakan bahwa pola makan orang dewasa saat ini cenderung
mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga mahasiswa merasa mudah
memperoleh ketika di rumah dari pada di kampus atau kost.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rathi et
al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja mengenai ketersediaan dan
aksesibilitas makanan di lingkungan rumah. Menurut tiga kepala sekolah dan
10 remaja, orang tua membantu anak remaja mereka mengalami berbagai
macam makanan bergizi dengan berbelanja untuk dan menyiapkan makanan
sehat bagi mereka untuk makan. Selain itu, orang tua jarang membeli
makanan yang miskin gizi. Dibandingkan dengan lingkungan makanan lain
seperti kantin sekolah dan restoran-restoran makanan cepat saji, rumah adalah
tempat yang paling disukai untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti buah.
Jenis makanan yang tersedia dirumah lebih banyak mempunyai peluang lebih
besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak
akan dikonsumsi orang.
Pada umumnya remaja menjalani kehidupan yang sibuk yang banyak
menghabiskan waktu dikampus. Lingkungan sekolah memiliki dampak yang
signifikan pada pemilihan makanan remaja, karena 35% sampai 40% dari total
energi harian remaja dikonsumsi di sekolah (Dwyer J, 1995 dalam French et
al., 2003). Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber pangan
yang diakses dari kampus memiliki persentase paling rendah untuk tiap jenis
86
makanannya. Hasil penelitian didukung dengan observasi yang dilakukan
pada kantin kampus dan warung sekitar kampus yang biasa dikunjungi
mahasiswa untuk makan, bahwa makanan yang biasa tersedia hanyalah
makanan pokok seperti nasi dan mie serta lauk hewani seperti ayam, ikan, dan
telur, jenis sayur dan buah sama sekali jarang tersedia, bahkan lebih banyak
gorengan dan makanan ringan.
Hasil penelitian dan observasi tersebut didukung oleh penelitiannya
French (2005) mengatakan bahwa sebagian besar lingkungan makanan di
sekolah memiliki makanan “kompetitif” yang diperdagangkan, makanan
kompetitif tersebut meliputi makanan yang dijual kantin/warung melalui
mesin penjual makanan atau dari warung di sekitar sekolah yaitu makanan
yang memiliki nilai gizi minimal (seperti minuman berkarbonasi, minuman es,
dan beberapa jenis permen) di ruang waktu makan selama waktu makan.
Buah, jus buah, dan sayuran jarang dijual di warung sekolah atau pada mesin
penjual makanan (St-Onge et al., 2003). Penjualan makanan di lingkungan
sekolah dan pembelian makanan dari mesin makanan pada sekolah tingkat
menengah dan cukup signifikan, dan banyak dari pilihan makanan yang
tersedia mengandung lemak dan/ atau gula tambahan yang tinggi. Jenis
makanan kurang bergizi yang sering dijual adalah permen cokelat (65%);
permen lainnya (68%); cemilan asin tinggi lemak (75%); minuman ringan,
minuman berion, atau minuman buah (Kann et al., 2005).
Sumber pangan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan makan dan
kemudahan untuk mengakses makanan. Selain di kost atau di rumah,
mahasiswa juga lebih banyak menghabiskan waktu dikampus. Oleh karena itu,
87
sebaiknya ketersediaan makan khususnya di kampus untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung melalui peningkatan ketersediaan buah dan
sayur agar mahasiswa dapat tercukupi mengkonsumsi makanan hariannya.
G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil FGD menyatakan bahwa sebagian besar informan
baik informan dengan pola makan cukup, kurang maupun lebih mengatakan
bahwa setiap makan bersama teman dan teman memiliki pengaruh terhadap
pola makan. Pengaruh teman pada masa remaja sangatlah kuat. Aktivitas yang
banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi
rekan sebayanya termasuk dalam pola makan atau pemilihan makanan. Selain
itu, remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dan
membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman sebayanya (Brown et
al., 2013).
Berdasarkan pemaparan informan penelitian, dapat diketahui bahwa
teman memberikan pengaruh yang kuat terhadap pola makan. Hasil FGD
mengatakan bahwa tidak semua informan menganggap teman memberikan
pengaruh terhadap pola makan, akan tetapi satu informan dengan pola makan
cukup, enam orang pola makan kurang, dan dua orang pola makan lebih
mengatakan bahwa teman memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
pola makan. Teman dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap pola
makan oleh beberapa informan, sesuai dengan pernyataan McLellan et al.,
(1999), bahwa kebiasaan pola makan tersebut bukan anjuran atau dukungan
88
dari teman sebaya, melainkan dukungan dari keluarga ataupun diri sendiri.
Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa kelompok informan dengan pola makan
kurang menganggap bahwa bukan teman yang mempengaruhi pola makannya
melainkan dirinya sendiri, sehingga itu merupakah salah satu penyebab pola
makan mahasiswa kurang karena berdasarkan alasan kelompok informan
dengan pola makan cukup dan lebih bahwa ketika makan bersama teman akan
dapat meningkatkan nafsu makan.
Namun, hasil penelitian yang mengatakan teman memberikan pengaruh
yang sangat kuat terhadap pola makan, juga didukung hasil penelitian Rathi et
al., (2016) yang dilakukan pada remaja SMA perkotaan di India, hasil
temuannya menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang
penting terhadap perilaku konsumsi remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sebayang tahun 2012 mengenai gambaran pola konsumsi
mahasiswa pada mahasiswa Universitas Indonesia bahwa sebanyak 90,6%
responden mengatakan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat
dalam hal konsumsi makanan. Hasil kedua penelitian tersebut didukung
dengan teori Sharlin dan Sari (2014) bahwa selama masa ini, pengaruh teman
sebaya menjadi lebih kuat karena teman sebaya menggantikan orang tua
sebagai sumber utama dorongan sosial dan teman sebaya dapat memberikan
pengaruh negatif maupun positif terhadap asupan makanan
Dalam teori tumbuh kembang, mahasiswa berada pada tahap awal
transisi dewasa ataupun dalam tahap memasuki kedewasaan (usia 17-21)
(Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik seseorang terus
berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini
89
membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku,
tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan
dikonsumsi (Khomsan, 2004).
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian, bahwa pola makan
mahasiswa lebih banyak yang kurang. Walaupun hasil FGD menyatakan
bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan informan, hal ini
berarti teman sebaya memberikan pengaruh yang negatif dan teman hanya
mempengaruhi pola makan saja tetapi belum mempunyai potensi untuk
melakukan promosi kesehatan khususnya mengajak untuk membiasakan pola
makan yang sehat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan
(2004) bahwa pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi
tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan
status. Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian Rathi et al., (2016)
yang mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya siswa SMA sering dipaksa
untuk mengkonsumsi makanan miskin zat gizi dan minuman bersoda. Temuan
juga didukung oleh penelitian Fitzgerald et al., (2013) bahwa pengaruh teman
sebaya sering dikritik karena menanamkan kebiasaan makan yang buruk di
kalangan orang dewasa. Didukung juga oleh penelitian Amaliah (2006) dalam
Sebayang (2012) mengenai gambaran pola konsumsi makanan ditinjau dari
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada remaja yang ada di SMP
Labschool Kebayoran Baru, bahwa sebanyak 67,9% siswa mendapat pengaruh
teman sebaya yang kuat dan tidak sesuai dengan PUGS.
Selain itu, faktor tempat tinggal juga dapat mempengaruhi pengaruh
teman dalam pola makan. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang tinggal di kost
90
lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sehingga teman dapet
mempengaruhi pola makan mereka baik di lingkungan kampus ataupun di
kost. Berdasarkan pemaparan tersebut, bahwa teman sebaya mempunyai
pengaruh terhadap pola makan. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di kampus daripada di rumah/kost dan memang terbiasa
makan bersama teman baik ketika di kampus maupun di kost, sehingga teman
sebaya dianggap sebagai modelling yang kuat bagi remaja khususnya
mahasiswa.
Selain itu, menurut pengakuan kelompok informan dengan pola makan
cukup dan lebih, bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan
baik secara jumlah maupun keadaan yang awalnya tidak ingin makan, ketika
ada teman atau bersama teman jadi ikut makan. Sedangkan kelompok
informan dengan pola makan kurang, mengatakan bahwa teman dianggap
tidak memberikan pengaruh terhadap pola makan. Oleh karena itu, sebaiknya
sesama teman dapat mendukung melalui kebiasaan makan bersama kearah
yang lebih baik, seperti membiasakan mengkonsumsi kelima kelompok
pangan setiap hari atau setiap kali makan agar pola makan dapat tercukupi
setiap harinya.
H. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makanan Makan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al., (2002)
faktor asupan makanan dipengaruhi oleh preferensi makanan. Preferensi
sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif (menyukai/tidak
91
menyukai) dari jenis makanan. Preferensi makanan dapat berpengaruh
terhadap konsumsi seseorang. Terdapat aspek dalam mempengaruhi preferensi
makanan yaitu karakteristik makanan yang terdiri dari rasa, penampilan,
tekstur, harga, tipe makanan, dan kombinasi makanan.
Menurut Park et al., (2015) mengatakan bahwa preferensi makanan
adalah salah satu faktor utama memainkan peran yang sangat penting dalam
pembentukan pola makan/kebiasaan makan, pilihan makanan yang tergantung
pada warna, bentuk, rasa, dan tekstur makanan. Oleh karena itu, pengalaman
indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka
terhadap makanan. Atribut sensori (rasa, warna/penampilan, tekstur dan
bentuk) dapat berkontribusi dalam preferensi makanan individu.
Rasa merupakan salah satu komponen penting dalam preferensi
makanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan
mempertimbangkan rasa dalam memilih makanan dan cenderung menyukai
rasa gurih untuk informan dengan pola makan cukup, rasa pedas untuk
informan dengan pola makan kurang, dan rasa manis dan pedas untuk
informan dengan pola makan lebih. Sesuai pula dengan penelitian Suswanti
(2013) bahwa sebanyak 175 (96,7%) responden menganggap bawah variabel
rasa sangat penting dalam memilih makanan. Hal tersebut didukung oleh
penelitian Jundurabbi et al., (2015) bahwa sebanyak 50 orang (100 %)
responden menjawab “Ya” bahwa atribut cita rasa merupakan atribut yang
sangat penting.
Selain rasa, makanan yang beraneka warna, bentuk-bentuk yang
menarik dan kemasan dengan warna cerah merupakan faktor penampilan
92
makanan yang disukai anak-anak (Gilbert, 2006 dalam Khoirina et al., 2015).
Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian karena informan dengan
pola makan cukup, kurang, dan lebih tidak terlalu mempertimbangkan
penampilah dalam pemilihan makanan, pemilihan makanan hanya bentuknya
saja jangan terlalu aneh.
Tidak hanya rasa yang mempengaruhi pemilihan makanan tetapi juga
bau, penampilan dan tekstur makanan. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa sebagain besar informan menyukai makanan dengan
tekstur lembut dan tidak telalu keras. Tekstur makanan juga merupakan
komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas panca
indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bushak (2014) dan Suswanti (2013) mengatakan bahwa seseorang
cenderung berpikir bahwa makanan dengan tekstur keras atau kasar
mengandung kalori lebih sedikit daripada makanan yang kenyal dan lembut.
Teori ekonomi mengasumsikan mengenai harga, bahwa perbedaan
relatif pada harga sebagian dapat menjelaskan perbedaan antara individu
dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan Bartlett, 2011). Selain
itu, biaya makanan adalah penentu utama pilihan makanan, apakah biaya
mahal tergantung fundamental pada pendapatan sesseorang dan status sosial
ekonomi. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian bahwa seluruh
informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang, maupun lebih
yang menyatakan bahwa seluruh informan dalam memilih makanan sangat
memperhitungkan harga seperti memilih harga yang murah dan terjangkau
untuk mendapatkan makanan, hal tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan
93
uang jajan yang orang tua mereka berikan. Sejalan dengan penelitian Suswanti
(2013) yang mengatakan bahwa harga merupakan hal yang penting dalam
memilih makanan.
Tipe makanan atau jenis makanan merupakan komponen utama selain
rasa yang mempengaruhi preferensi makanan (Tiyas, 2009). Berdasarkan hasil
penelitian Tiyas (2009) menyatakan bahwa preferensi terhadap jenis makanan
sumber protein hewani hampir semua jenis pangan hewani disukai terutama
olahan yang digoreng. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
mengatakan bahwa hampir semua jenis pangan hewani disukai sebagian besar
informan.
Namun, dari segi tipe makanan atau jenis makanan untuk masing-
masing kelompok menyukai jenis makanan yang beda. Kelompok informan
dengan pola makan cukup lebih banyak yang mengatakan sayur dan protein
hewani serta seorang informan menyukai jenis sayur dan buah. Konsumsi
sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar
(BAB/sembelit) dan kegemukan (Kemenkes RI, 2014). Sesuai dengan pola
makannya yang cukup, hasil FFQ untuk jenis sayur dan buah seluruh informan
dengan pola makan cukup sudah sesuai dengan anjuran rekomendasi PGS.
(Lihat lampiran 2).
Informan dengan pola makan kurang, lebih menyukai jenis karbohidrat
dan protein. Jenis karbohidrat dan protein merupakan sumber energi, dan
memiliki kandungan yang tinggi kalori, hal tersebut bertolakbelakang dengan
pola makan yang dimiliki yaitu pola makan kurang. Hal tersebut juga
didukung dengan hasil FFQ yang menunjukkan bahwa semua informan
94
dengan pola makan kurang, memiliki porsi yang kurang terhadap kelima
kelompok pangan khususnya jenis karbohidrat dan protein. Sesuai dengan
pernyataan Kemenkes RI (2014) bahwa kualitas atau mutu gizi dan
kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang
dikonsumsi. Kurangnya jenis pangan yang dikonsumsi semakin sulit untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Informan dengan pola makan lebih, lebih banyak yang menyukai jenis
karbohidrat dan protein hewani. Padahal kebanyakan makan dalam hal
karbohidrat, protein maupun lemak mengakibatkan berat badan berlebih,
selain itu makanan yang tinggi protein biasanya mengandung banyak lemak
sehingga menyebabkan obesitas (Almatsier, 2010). Hal tersebut sesuai dengan
pola makan informan berdasarkan hasil FFQ.
Faktor kombinasi makanan dalam preferensi makanan juga sangat
penting. Makanan yang disajikan dalam susunan menu yang sama tetapi
penyajiannya berbeda akan dapat merubah penilaian preferensi seseorang
untuk suatu jenis makanan tertentu (Suhardjo, 1989). Hal tersebut sesuai
dengan hasil FGD pada informan dengan pola makan cukup dan lebih yang
memiliki kombinasi lebih bervariasi daripada informan dengan pola makan
kurang. Remaja tidak mengkonsumsi sejumlah sajian buah, sayur, dan produk
susu yang direkomendasikan, dan mereka mengkonsumsi gula tambahan (Xie
et al., 2003). Selain itu, pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja
yang berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health,
banyak remaja tidak memakan jumlah sajian minimal sayuran yang
95
direkomendasikan (77%), buah (55%), dan produk susu (47%) (Videon dan
Manning, 2003).
Informan dengan pola makan cukup dan lebih, lebih memilih satu set
makanan dimana terdapat beberapa jenis makanan seperti nasi, sayuran, lauk
pauk, dan buah. Sedangkan informan dengan pola makan kurang hanya
memiliki dua jenis kombinasi setiap makan yaitu karbohidrat/nasi dan protein.
Hal ini diduga kurang bervariasinya makanan setiap kali makan menyebabkan
porsi informan menjadi kurang. Karena kualitas atau mutu gizi dan
kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang
dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah
untuk memenuhi kebutuhan gizi (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan pemaparan tersebut, dari berbagai aspek yang
mempengaruhi preferensi makan hanya segi rasa, jenis makanan, dan
kombinasi makanan yang membedakan preferensi makan terhadap kebiasaan
pola makan untuk masing-masing kelompok informan. Sebaiknya mahasiswa
lebih mengkonsumsi anekaragam pangan setiap hari atau setiap kali makan
untuk meningkatkan pola makan menjadi lebih baik dan sebaiknya mahasiswa
harus meningkatkan konsumsi tinggi serat dan rendah kalori.
I. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Persepsi citra tubuh untuk kelompok informan dengan pola makan
cukup, kurang, maupun lebih, tidak menutup kemungkinan informan yang
memiliki pola makan cukup atau lebih merasa tidak puas dengan bentuk
96
tubuhnya, begitupun dengan informan yang memiliki pola makan kurang.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar informan baik informan dengan
pola makan cukup, kurang, dan lebih menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan
kurang ideal, artinya sebagian besar informan masih belum puas dengan
bentuk tubuhnya dan masih memiliki persepsi bahwa berat badannya belum
ideal.
Distorsi terhadap citra tubuh dapat diakibatkan karena seseorang
merasa tidak puas terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya. Pada beberapa
kasus distorsi terhadap citra tubuh lebih sering dialami oleh perempuan yag
selalu merasa overestimate (merasa gemuk) terhadap ukuran tubuhnya,
sementara pada laki-lai lebih cenderung merasa underastimate (merasa kurus)
terhadap ukuran tubuhnya. Oleh karena itu, tidak jarang pada orang yang
mengalami distorsi terhadap citra tubuh menyebabkan mereka mengalami
gangguan dalam mengkonsumsi makanan (Anggraini, 2012).
Body image atau citra tubuh adalah gambaran seseorang mengenai
bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Penelitian Anggraini (2012) mengenai
hubungan citra tubuh dengan konsumsi makanan menunjukkan bahwa
konsumsi makanan yang tidak baik lebih banyak terjadi pada responden yang
tidak puas terhadap ukuran tubuhnya (67,4%) daripada responden yang puas
dengan ukuran tubuhnya (55,6%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
bahwa kelompok informan dengan pola makan kurang lebih cenderung
merasa tubuhnya gemuk atau kurus. Informan merasa tubuhnya kurus
disebabkan memang pola makannya yang sedikit dan belum sesuai dengan
anjuran yang direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang, sehingga wajar jika
97
informan merasa tubuhnya kurus. Sedangkan informan yang merasa tubuhnya
gemuk mengaku harus menurunkan berat badannya, mungkin hal itu juga
yang menyebabkan pola makannya jadi berkurang karena takut gemuk.
Hasil penelitian ini hampir mirip dengan penelitian Kusumajaya (2007)
dalam penelitiannya dengan remaja SMA di Kabupaten dan Kota Denpasar
Bali, yang hasilnya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara citra
tubuh terhadap konsumsi makanan, dimana persepsi citra tubuh merupakan
faktor risiko yang signifikan terhadap konsumsi makanan yaitu rendahnya
jumlah, jenis dan frekuensi konsumsi makanan serta berkurangnya asupan
energi dan protein.
Remaja yang mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai
ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang sebenarnya (Grogan, 2008).
Ketidakpuasan tersebut juga dirasakan oleh informan penelitian, informan
merasa tubuhnya terlalu gemuk/kurus dan terdapat beberapa bagian tubuh
yang tidak sesuai, sehingga terlihat tidak proporsional. Hal ini mungkin yang
menyebabkan tingginya proporsi pola makan kurang dan lebih. Selain itu,
ketidakpuasan citra tubuh informan mungkin dapat disebabkan karena
beberapa hal, antara lain dapat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan teman
sebaya.
Dalam hasil penelitian, dilihat dari tempat tinggal mahasiswa bahwa
lebih banyak mahasiswa yang tinggal di kost. Mahasiswa yang tinggal dikost
akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman, teman merupakan
acuan paling utama selain orang tua atau keluarga. Karena pengaruh teman
sebaya berupa dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting dalam
98
pembentukan citra tubuh. Keakraban yang terjalin antara informan dan teman
sebaya dapat terjalin dikarenakan sebagian informan dalam fase remaja.
Karena remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri
dan mereka suka ikut-ikutan untuk berpenampilan menarik (Khomsan, 2004).
Kelompok teman sebaya memberikan kesempatan untuk melakukan
sosialisasi dalam usaha dimana nilai-nilai yang ditentukan oleh teman-teman
seuisianya. Hilman (2002) menjelaskan bahwa dukungan sosial dari teman
sebaya membuat seseorang merasa memiliki teman senasib, teman untuk
berbagi minat yang sama, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke
arah yang lebih baik dan memungkinkan akan memperoleh rasa nyaman dan
aman.
Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Irdianty dan Rita (2012)
yang mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya
dengan citra tubuh. Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang
mempengaruhi remaja dalam berbagai aspek, salah satunya citra tubuh yang
akan berdampak pada asupan makanan sehari-hari. Penampilah fisik, salah
satunya adalah bentuk tubuh dan berat badan, menjadi semacam cara remaja
untuk masuk ke dalam lingkungan sosial, yaitu teman sebaya. Oleh karena itu,
teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar pada masa remaja
(Brown et al., 2013).
Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa karena mahasiswa lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya baik di lingkungan kampus
atau di lingkungan kost, secara tidak sadar bahwa teman akan memberikan
pengaruh terhadap penampilan tubuh mereka untuk menurunkan atau
99
menaikkan berat badan. Sesuai dengan penelitian Setyawati dan Ratu (2013)
bahwa status gizi remaja mendapatkan pengaruh dari teman sebaya untuk
menurunkan berat badan lebih tinggi dibandingkan yang tidak mendapatkan
pengaruh dari teman sebaya, sehingga mereka merasa bahwa lingkungan
teman sebaya mereka menuntut untuk mengurangi berat badan, sehingga ada
hubungan yang bermakna antara pandangan teman sebaya mengenai berat
badan dengan risiko mengalami gizi kurang. Banyak remaja sering merasa
tidak puas dengan penampilan dirinya (Khomsan, 2004).
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian, bahwa infroman yang
merasa tidak puas dengan ukuran tubuhnya membuat mereka merasa khawatir
sehingga mereka melakukan pengaturan pola makan. Hasil penelitian sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumajaya, dkk (2007) yang
mengatakan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan
pola makan serta status gizinya. Asupan makanan yang kurang dari kebutuhan
akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, sedangkan asupan makanan yang
lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan atau
overweight (Siregar, 2013). Namun, berdasarkan hasil penelitian bahwa
kelompok informan dengan pola makan kurang masih ada yang menilai bahwa
tubuhnya kelebihan berat badan dan kelompok informan dengan pola makan
lebih yang menilai tubunya kurus. Sehingga, penilaian tentang bentuk tubuh
bukan alasan utama untuk menilai pola makan seseorang.
Suatu studi di AS mengenai body image para remaja, bahwa hampir
70% remaja wanita yang diteliti mengungkapkan keinginan mereka untuk
mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya
100
15% di antara mereka yang menderita obesitas (kegemukan). Sebaliknya
remaja pria, mereka (59%) menginginkan tubuh yang berisi karena merasa
dirinya kerempeng, meskipun hanya 25% yang benar-benar kerempeng
(Khomsan, 2004).
Sejalan dengan hasil penelitian, bahwa sebagain besar informan
merasa tubuhnya gemuk sehingga perlu melakukan penurunan berat badan,
walaupun mereka merasa memiliki status gizi normal. Selain itu, didapatkan
juga bahwa informan dengan pola makan kurang tetapi merasa berat badannya
berlebih. Penelitian Savitri (2015) juga memperlihatkan bahwa meskipun telah
mempunyai tubuh ideal, tetapi akan selalu menjaga bentuk tubuhnya karena
cenderung menilai ukuran tubuh lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Citra tubuh erat kaitannya dengan pola makan, sehingga masih ada
informan dengan pola makan cukup yang menganggap bentuk tubuhnya kurus
dan gemuk. Selain itu, sebagian kelompok informan dengan pola makan
kurang memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) normal, namun masih merasa
bentuk tubuhnya kurus dan gemuk, sehingga tidak menutup kemungkinan
informan yang sudah memiliki pola makan cukup merasa tidak puas dengan
bentuk tubuhnya, begitupun dengan informan yang memiliki pola makan
kurang dan lebih. Seharusnya, untuk tetap mendapatkan bentuk tubuh yang
ideal sesuai keinginan, mahasiswa melakukannya dengan cara yang baik
seperti mengkonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang, karena dengan
menerapkan pola makan gizi seimbang baik secara kualitas dan kelengkapan
akan menurunkan resiko kegemukan atau kurus.
101
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Lebih banyak mahasiswa yang memiliki pola makannya kurang (59,5%)
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pola makannya lebih
(29,8%) dan cukup (10,6%).
2. Lebih banyak mahasiswa bukan perantauan (60,6%) dibandingkan
mahasiswa perantauan (39,4%).
3. Lebih banyak mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost
(66,9%) dibandingkan mahasiswa yang tinggal bersama keluarga/di rumah
(33,1%).
4. Mahasiswa paling banyak mendapatkan sumber pangan makanan pokok
(41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%)
dari sekitar kost. Sedangkan paling banyak mahasiswa untuk mendapatkan
buah dari rumah (40,8%).
5. Mahasiswa dengan pola makan kurang cenderung tidak dipengaruhi oleh
teman, sedangkan mahasiswa dengan pola makan lebih dan cukup
cenderung dipengaruhi oleh teman.
102
6. Tidak terdapat perbedaan preferensi makan dari aspek penampilan, tekstur,
dan harga pada kelompok mahasiswa berdasarkan pola makannya.
Mahasiswa dengan pola makan cukup dan lebih cenderung memiliki jenis
dan kombinasi makanan yang lebih bervariasi dari pada mahasiswa
dengan pola makan kurang.
7. Tidak terdapat perbedaan persepsi citra tubuh pada kelompok mahasiswa
berdasarkan pola makannya.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
a. Mahasiswa membiasakan sarapan pagi yang mengandung unsur gizi
seimbang dengan mengkonsumsi lima kelompok pangan setiap hari
atau setiap kali makan dan makan tiga kali sehari sesuai anjuran porsi
kelompok umur mahasiswa (19-29 tahun) dalam pedoman gizi
seimbang (PGS) 2014.
b. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki pola makan yang kurang,
maka sebaiknya mahasiswa dapat memperbaiki pola makannya
melalui perbaikan kebiasaan pola makan yang beraneka ragam dengan
meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah
baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan mahasiswa yang
memiliki pola makan cukup diharapkan dapat mempertahan pola
makannya dan mahasiswa yang memiliki pola makan lebih diharapkan
dapat memperbaiki pola makannya menjadi cukup melalui perbaikan
kebiasaan makan yang beranekaragam dengan mengurangi konsumsi
103
makanan pokok, lauk pauk, serta meningkatkan konsumsi buah dan
sayur baik secara kualitas maupun kuantitas.
2. Bagi Fakultas Kedokterdan dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta perlu mensosialisasikan tentang pedoman gizi seimbang (PGS)
kepada mahasiswa melalui poster, kuliah umum, dan kegiatan Dewan
Mahasiswa Fakultas (DEMA F) serta sebaiknya pihak FKIK berkolaborasi
dengan pihak Darma Wanita untuk memperhatikan keanekaragaman jenis
makanan yang dijual khususnya dikantin kampus. Selain itu, sosialisasi
diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa untuk melakukan edukasi dan
promosi kesehatan kepada masyarakat luas, khususnya tentan gizi
seimbang.
3. Bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-
varibel lain yang diduga mempengaruhi pola makan yang tidak dapat
diteliti pada penelitian ini. Juga melakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui pola makan mahasiswa dengan mengukur food intake atau
asupan gizinya perhari. Pada tahap analisis diharapkan melakukan analisis
bivariat atau multivariat.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Bambang, W., 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.
Kencana, Jakarta.
Agustiani, R., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi
Kalsium Pasa Siswi Di SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur, Tahun 2010
(Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, Jakarta.
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Amelia, A., Muljati, S., Puspitasari, D.S., 2010. Pencapaian Pertumbuhan Linear
Dan Status Pubertas Remaja Dengan Riwayat Gizi Buruk Pada Usia Dini.
Penelit. Gizi Dan Makanan J. Nutr. Food Res. 33.
Anggraini, Suci., 2012. Faktor Lingkungan Dan Faktor Individu Hubungannya
Dengan Konsumsi Makanan Pada Mahasiswa Asrama Universitas
Indonesia Depok Tahun 2012 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok.
Apriadji, 1986. Gizi Keluarga. Swadaya, Jakarta.
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.
Azwar, S., 2003. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri 4, 176–179.
Baliwati, Y.., Retnaningsih, 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Batubara, J.R., 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri 12.
105
Briefel, R.R., Johnson, C.L., 2004. Secular Trends In Dietary Intake In The
United States. Annu. Rev. Nutr. 24, 401–431.
doi:10.1146/annurev.nutr.23.011702.07334
Brown, J.E., Isaacs, J., Krinke, B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M., 2013.
Nutrition Through the Life Cycle. Cengage Learning.
Bushak, L., 2014. How Food Texture, Or “Oral Haptics,” Influences Our
Perception Of Calories [WWW Document]. URL
http://www.medicaldaily.com/how-food-texture-or-oral-haptics-
influences-our-perception-calories-277810 (accessed 8.23.16).
Darlina, 2004. Faktor Pendorong Mie Instant Dan Kontribusi Energi Dan Protein
Pada Mahasiswa Di Asrama (Skripsi). FKM Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Dave, J.M., An, L.C., Jeffery, R.W., Ahluwalia, J.S., 2009. Relationship Of
Attitudes Toward Fast Food And Frequency Of Fast-Food Intake In
Adults. Obes. Silver Spring Md 17, 1164–1170. doi:10.1038/oby.2009.26
Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Devi, Nirmala., 2012. Gizi Anak Sekolah. Kompas, Jakarta.
Fitriana, N., 2011. Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik, Dan Status Gizi
Mahasiswa Mayor Ilmu Gizi Dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan
Dan Ekowisata IPB (Skripsi). Depatemen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fitzgerald, A., Heary, C., Kelly, C., Nixon, E., Shevlin, M., 2013. Self-Efficacy
For Healthy Eating And Peer Support For Unhealthy Eating Are
106
Associated With Adolescents’ Food Intake Patterns. Appetite 63, 48–58.
doi:10.1016/j.appet.2012.12.011
French, S.A., 2005. Public Health Strategies for Dietary Change: Schools and
Workplaces. J. Nutr. 135, 910–912.
French, S.A., Story, M., Fulkerson, J.A., Gerlach, A.F., 2003. Food Environment
in Secondary Schools: À La Carte, Vending Machines, and Food Policies
and Practices. Am. J. Public Health 93, 1161–1168.
Gibson, R.S., 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University
Press.
Grogan, S., 2008. Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men,
Women, and Children. Routledge, New York.
Handayani, I., 2012. Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di
Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012 (Skripsi). FKM Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hardinsyah dan D. Briawan. 2005. Penilaian Dan Perencanaan Konsumsi
Pangan. Gizi Masyarakat dan Sumber Berdaya Keluarga. Fakultas
Pertanian IPB Bogor.
Harper, L.J., Brady, J.D., Judy, A.D., 1986. Pangan, Gizi Dan Pertanian. UI Pres,
Jakarta.
Holmboe-Ottesen, G., Wandel, M., 2012. Changes In Dietary Habits After
Migration And Consequences For Health: A Focus On South Asians In
Europe. Food Nutr. Res. 56. doi:10.3402/fnr.v56i0.18891
Hyman, M., 2006. Ultra Metabolisme. Bentang Pustaka, Yogyakarta.
107
Irdianty, M.S., Rita, H.W., 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Citra Tubuh (Body Image) Siswi Usia Sekolah Dengan
Menarche Di Kecamatam Sale. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Diponegoro.
Jago, R., Baranowski, T., Baranowski, J.C., Cullen, K.W., Thompson, D., 2007.
Distance To Food Stores & Adolescent Male Fruit And Vegetable
Consumption: Mediation Effects. Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 4, 35.
doi:10.1186/1479-5868-4-35
Jeffery, R.W., Baxter, J., McGuire, M., Linde, J., 2006. Are Fast Food
Restaurants An Environmental Risk Factor For Obesity? Int. J. Behav.
Nutr. Phys. Act. 3, 2. doi:10.1186/1479-5868-3-2
Jones, Bartlett, 2011. Overview of Determinants of Food Choice and Dietary
Change: Implications for Nutrition Education, in: 2.
Jundurabbi, H., Taslim, Lilis Suryaningsih, 2015. Analysis Preference of
Consumer Toward Organic Fried Chicken. Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Kann, L., Grunbaum, J., McKenna, M.L., Wechsler, H., Galuska, D.A., 2005.
Competitive Foods and Beverages Available for Purchase in Secondary
Schools — Selected Sites, United States, 2004. J. Sch. Health 75, 370–374.
doi:10.1111/j.1746-1561.2005.tb06639.x
Kemenkes, RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes RI,
Jakarta.
Kemenkes, RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kemenkes RI,
Jakarta.
108
Kemenkes RI, 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan RI.
Khoirina, A., Ajeng Sakina Gandaasri, Andini Septiani, Astuti Akin, Ayu S, Cesil
M, Cory SD, Mursalina, Tyas WU, Yuni Fira Y, 2015. Gambaran Food
Preferences Pada Siswa-Siswi Obesitas Di Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015.
Khomsan, A., 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo,
Jakarta.
Krølner, R., Rasmussen, M., Brug, J., Klepp, K.-I., Wind, M., Due, P., 2011.
Determinants Of Fruit And Vegetable Consumption Among Children And
Adolescents: A Review Of The Literature. Part II: Qualitative Studies. Int.
J. Behav. Nutr. Phys. Act. 8, 112. doi:10.1186/1479-5868-8-112
Krummel, D.A., Kris-Etherton, P.M., 1996. Nutrition in Women’s Health. Jones
& Bartlett Learning.
Kusumajaya, N., Wiardani, N., Juniarsana, I., 2008. Persepsi Remaja Terhadap
Body Image Kaitannya dengan Pola Konsumsi Makan. J. Skala Husada 5,
114–125.
Lapau, B., 2013. Metode Penelitian Kesehatan. YOI, Jakarta.
Larson, N., Eisenberg, M.E., Berge, J.M., Arcan, C., Neumark-Sztainer, D., 2015.
Ethnic/Racial Disparities In Adolescents’ Home Food Environments And
Linkages To Dietary Intake And Weight Status. Eat. Behav. 0, 43–46.
doi:10.1016/j.eatbeh.2014.10.010
Lee, J., Gao, R.-R., Kim, J.-H., 2015. Acculturation And Changes In Dietary
Behavior And Anthropometric Measures Among Chinese International
109
Students In South Korea. Nutr. Res. Pract. 9, 304–312.
doi:10.4162/nrp.2015.9.3.304
Lomanjaya, I.P., Soegiono, E.A., 2015. Studi Deskriptif Perilaku Makan
Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya. Universitas Kristen Petra
Surabaya, Surabaya.
Mahan, L.K., Escott-Stump, S., 2008. Krause’s Food & Nutrition Therapy, 12th
ed. SAUNDERS EI-SEVIER, Missouri.
McLellan, L., Rissel, C., Donnelly, N., Bauman, A., 1999. Health Behaviour And
The School Environment In New South Wales, Australia. Soc. Sci. Med.
1982 49, 611–619.
Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Bhratara,
Jakarta.
Novisa, R., 2011. Perubahan Pola Makan Terhadap Mahasiswa Perantau,
Program Studi Ilmu Komputer Angkatan 2011 FMIPA Universitas
Lampung Mangkurat.
Nugroho, Tirta, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan
Gizi Seimbang Pada Mahasiswa PSPD FKK UMJ Tahun 2013 (Skripsi).
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, Jakarta.
Park, E.-S., Lee, J.-H., Kim, M.-H., 2015. Eating Habits And Food Preferences
Of Elementary School Students In Urban And Suburban Areas Of
Daejeon. Clin. Nutr. Res. 4, 190–200. doi:10.7762/cnr.2015.4.3.190
Pulungan, A.B., 2013. Masalah Pubertas pada Anak dan Remaja [WWW
Document]. IDAI. URL http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/masalah-pubertas-pada-anak-dan-remaja (accessed 2.17.16).
110
Rathi, N., Riddell, L., Worsley, A., 2016. What Influences Urban Indian
Secondary School Students’ Food Consumption? - A Qualitative Study.
Appetite 105, 790–797. doi:10.1016/j.appet.2016.07.018
Rosenmöller, D.L., Gasevic, D., Seidell, J., Lear, S.A., 2011. Determinants Of
Changes In Dietary Patterns Among Chinese Immigrants: A Cross-
Sectional Analysis. Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 8, 42. doi:10.1186/1479-
5868-8-42
Satori, D., Aan, K., 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. ALFABETA,
Bandung.
Savitri, R., 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi
Makanan Jajanan Yang Mengandung Pewarna Sintetik Pada Siswa Kelas
VIII Dan IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Dan SMP YMJ
Ciputat Tahun 2009 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Savitri, W., 2015. Hubungan Body Image, Pola Konsumsi Dan Aktivitas Fisik
Dengan Status Gizi Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015 (Skripsi).
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Sebayang, A.N., 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa Di
Universitas Indonesia (Skripsi). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
Sediaoetama, A.D., 2009. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat,
Jakarta.
111
Setyawati, G.N., Ratu, A.D.S., 2013. Hubungan Citra Tubuh, Pengaruh Orang
Tua, dan Faktor Lain dengan Status Gizi Penari Ballet di Sekolah
Namarina Ballet-Jazz-Fitness Daerah Jakarta Selatan Tahun 2013.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Sharlin, J., Sari, E., 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.
Sijtsema, S., Linnemann, A., van Gaasbeek, T., Dagevos, H., Jongen, W., 2002.
Variables Influencing Food Perception Reviewed For Consumer-Oriented
Product Development. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 42, 565–581.
doi:10.1080/20024091054256
Siregar, R., 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Overweight Pada
Mahasiswa Di STIKes Medistra Indonesia Tahun 2013. Program Studi
DIII Kebidanan Sekol. Tinggi Ilmu Kesehat. Medistra Indones. Bekasi.
St-Onge, M.-P., Keller, K.L., Heymsfield, S.B., 2003. Changes In Childhood
Food Consumption Patterns: A Cause For Concern In Light Of Increasing
Body Weights. Am. J. Clin. Nutr. 78, 1068–1073.
Suci, S.P., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 (Skripsi).
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB PAU Pangan & Gizi, Bogor.
Supariasa, I.D., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
112
Surjadi, C., 2013. Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa-Studi Kasus di
Jakarta. Kesehat. Masy. Dan Kedokt. Pencegah. FK UNIKA Atmajaya
Jkt. 40.
Suryaputra, K., Siti, R.N., 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara Kesehat. 16, 45–
50.
Suswanti, I., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 (Skripsi).
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Tiyas, Y.T.C., 2009. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor
(Skripsi). Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ulfah, N., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu Dan Pengaruh Teman
Sebaya Dengan Kebiasaan Makan Pada Mahasiswa Penghuni Asrama UI
Depok Tahun 2011 (Skripsi). FKM UI, Depok.
Videon, T.M., Manning, C.K., 2003. Influences On Adolescent Eating Patterns:
The Importance Of Family Meals. J. Adolesc. Health 32, 365–373.
doi:10.1016/S1054-139X(02)00711-5
Wood, L.G., Lagleva, M., Shah, S., Berthon, B.S., Galbraith, S., Henry, R.,
Kepreotes, H., Gibson, P.G., 2015. Dietary Changes In Migrant
Adolescents With Increasing Length Of Stay In Australia And Associated
Risk Of Wheeze – A Retrospective, Cross Sectional Study. BMC Pediatr.
15. doi:10.1186/s12887-015-0420-x
113
Xie, B., Gilliland, F.D., Li, Y.-F., Rockett, H.R., 2003. Effects of Ethnicity,
Family Income, and Education on Dietary Intake among Adolescents.
Prev. Med. 36, 30–40. doi:10.1006/pmed.2002.1131
Yuniarti, Neni., 2012. Gizi Dan Kesehatan AUD "Kebutuhan Gizi Anak".
Makalah. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Zakiah, 2014. Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang Dengan Status Gizi
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Karakteristik Informan Penelitian Untuk FGD
Pola Makan
Daerah Asal Tempat Tinggal Sumber Pangan
Perantauan Non Perantauan Kost Rumah Kampus Sekitar Kost Sekitar Kampus
Informan
CUKUP
MJ
(Kesehatan
Masyarakat,
2015)
MA
(Kesehatan
Masyarakat,
2014)
LA
(Pendidikan
Dokter,
2015)
VS
(Kesehatan
Masyarakat,
2015)
NZ
(Farmasi,
2014)
SM
(Ilmu
Keperawatan,
2015)
AS
(Ilmu
Keperawatan,
2015)
KURANG
AN
(Ilmu
Keperawatan,
2014)
RA
(Pendidikan
Dokter, 2014)
QN
(Pendidikan
Dokter,
2015)
NK
(Kesehatan
Masyarakat,
2014)
AZ
(Farmasi,
2015)
NF
(Kesehatan
Masyarakat,
2015)
ST
(Farmasi, 2015)
LEBIH
MR
(Pendidikan
Dokter, 2015)
AF
(Pendidikan
Dokter, 2014)
RR
(Pendidikan
Dokter,
2014)
RZ
(Pendidikan
Dokter, 2015)
RS
(Pendidikan
Dokter, 2015)
DA
(Farmasi,
2014)
SS
(Kesehatan
Masyarakat,
2015)
LAMPIRAN 2
Pola Makan Informan Penelitian
Pola Makan
Informan
Konsumsi Makan Berdasarkan Anjuran PGS Kelompok Usia 19-29 Tahun
Makanan Pokok Protein Hewani Protein Nabati Sayur Buah
CUKUP
Sdri. MJ 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. MA 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. LA 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. VS 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. NZ 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. SM 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
Sdri. AS 5 p 3 p 3 p 3 p 5 p
KURANG
Sdri. AN 3 p 1 p 1 p 1 p 0 p
Sdri. RA 3 p 2 p 1 p 0 p 1 p
Sdri. QN 3 p 2 p 0 p 1 p 3 p
Sdri. NK 3 p 2 p 1 p 1 p 1 p
Sdri. AZ 4 p 2 p 2 p 1 p 2 p
Sdri. NF 4 p 1 p 1 p 2 p 0 p
Sdri. ST 2 p 2 p 1 p 2 p 1 p
Pola Makan
Informan
Konsumsi Makan Berdasarkan Anjuran PGS Kelompok Usia 19-29 Tahun
Makanan Pokok Protein Hewani Protein Nabati Sayur Buah
LEBIH
Sdri. MR 13 p 14 p 4 p 11 p 6 p
Sdr. AF 10 p 22 p 8 p 4 p 7 p
Sdr. RR 27 p 7 p 4 p 4 p 6 p
Sdr. RZ 10 p 19 p 7 p 4 p 7 p
Sdr. RS 10 p 22 p 4 p 4 p 7 p
Sdr. DA 20 p 10 p 6 p 5 p 6 p
Sdri. SS 8 p 23 p 8 p 4 p 7 p
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
Saya mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Guna memenuhi tugas akhir saya melakukan penelitian tentang “Studi
Kuantitatif dan Kualitatif Tentang Pola Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2016”. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi
kuesioner yang telah saya buat. Jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya
sehingga kejujuran anda dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai
Atas ketersediaan dan partisipasinya semoga Allah SWT membalas kebaikan
anda. Terima kasih.
Identitas Responden
Nama :
Prodi :
Angkatan :
A. TEMPAT TINGGAL
(diisi oleh peneliti)
A1. Asal daerah anda? 0. Perantauan
1. Non peranauan
[ ] A1
B. TEMPAT TINGGAL
(diisi oleh peneliti)
B1. Tempat tinggal selama kuliah? 0. Tidak tinggal
bersama keluarga/
kost
1. Tinggal bersama
keluarga
[ ] B1
B. SUMBER PANGAN
(diisi oleh peneliti)
B1. Makanan pokok yang biasa anda
makan biasanya didapatkan dari
mana (belinya dimana)?
0. Rumah
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
[ ] B1
B2. Lauk hewani yang biasa anda 0. Rumah [ ] B2
makan biasanya didapatkan dari
mana (belinya dimana)?
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
B3. Lauk nabati yang biasa anda
makan biasanya didapatkan dari
mana (belinya dimana)?
0. Rumah
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
[ ] B3
B4. Buah yang biasa anda makan
biasanya didapatkan dari mana
(belinya dimana)?
0. Rumah
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
[ ] B4
B5. Sayuran yang biasa anda makan
biasanya didapatkan dari mana
(belinya dimana)?
0. Rumah
1. Sekitar kampus
2. Sekitar kost
[ ] B5
LAMPIRAN 4
FORMULIR FOOD FREQUENCY QUESTIONARE
Nama :
Prodi/Angkatan :
Pada kuesioner frekuensi makanan ini anda hanya mengisi pada kolom frekuensi
(bulan, minggu atau harian) dan banyaknya porsi. Pada kolom frekuensi, anda
mengisi salah satu frekuensi makanan yang anda konsumsi dalam bulan, minggu
atau harian yang diisi dengan menuliskan banyaknya frekuensi konsumsi anda.
Pada kolom banyaknya porsi, anda mengisi dengan menuliskan banyaknya porsi
yang anda konsumsi misalkan 2 potong/2 buah, ½ porsi, dsb. Jika ada jenis
makanan lain yang sering anda konsumsi mohon ditambahkan di kolom lainnya.
*Keterangan Satuan URT (Ukuran Rumah Tangga) Kolom “BANYAK
PORSI” :
ctg/centong; bh/buah; gls/gelas; ptg/potong; btr/butir; bks/bungkus;
sdm/sendok makan; sdt/sendok teh; dan ekor.
*Berilah tanda silang (x) pada salah satu kolom yang anda pilih.
Jenis makanan
Frekuensi Konsumsi Banyak
porsi*
Rata-rata
konsumsi
per hari
Harian Minggu Bulan Tidak
Pernah 1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
MAKANAN POKOK
Nasi putih
Nasi kuning
Nasi goreng
Ketupat
Roti tawar putih
Roti warna coklat
Bihun
Biskuit
Jenis makanan
Frekuensi Konsumsi Banyak
porsi*
Rata-rata
konsumsi
per hari
Harian Minggu Bulan Tidak
Pernah 1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Kerupuk udang/ikan
Mie instan
Singkong
Kentang
Lainnya.……………
………….
LAUK HEWANI
Daging sapi
Ayam dengan kulit
Ayam tanpa kulit
Hati ayam
Ikan bandeng
Ikan mas
Ikan gurame
Ikan bawal
Ikan kembung
Ikan lele
Ikan tuna
Teri nasi (rebon)
Cumi-cumi
Udang segar
Kerang
Sosis
Bakso
Nugget
Kornet
Sarden
Abon sapi
Jenis makanan
Frekuensi Konsumsi Banyak
porsi*
Rata-rata
konsumsi
per hari
Harian Minggu Bulan Tidak
Pernah 1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Ikan teri
Telur ayam kampung
Telur ayam negeri
Telur bebek
Telur puyuh
Susu sapi
LAUK NABATI
Tahu
Tempe
Kacang merah
Kacang hijau
Kacang kedelai
Oncom
Kacang mete
SAYURAN
Kacang panjang
Buncis
Brokoli
Bayam
Kangkung
Sawi hijau
Sawi putih
Daun singkong
Taoge
Ketimun
Wortel
Labu siam
Kol
Jenis makanan
Frekuensi Konsumsi Banyak
porsi*
Rata-rata
konsumsi
per hari
Harian Minggu Bulan Tidak
Pernah 1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Jagung
Terong
Daun kemangi
Daun bawang
Tomat
BUAH
Alpukat
Apel
Jeruk sunkist
Jeruk manis
Mangga
Pepaya
Rambutan
Semangka
Anggur
Pir
Pisang ambon
Kedondong
Srikaya
Salak
Sirsak
Durian
Melon
Strawberry
Jambu air
LAMPIRAN 5
PEDOMAN WAWANCARA FGD
Identitas Informan
Nama Informan :
NIM :
Prodi :
Angkatan :
POLA MAKAN
1. Apakah kamu biasa sarapan pagi? Sarapan pagi dirumah/kost atau dikampus?
Apa saja yang kamu makan? Berapa banyak yang kamu makan? Setelah
sarapan masih ingin memakan makanan snak?
2. Menurut kamu, sarapan pagi penting? Alasan kamu sarapan pagi atau tidak
sarapan?
3. Apakah kamu membawa bekal ke kampus untuk makan siang? Apa saja yang
kamu bawa? Barapa banyak?
4. Jenis makanan kantin/warung yang biasanya kamu pilih untuk makan siang?
Jika tidak sarapan pagi, berapa banyak porsi makan pada saat makan siang?
5. Bagaimana dengan makan malam, jam berapa kamu makan malam? Apa saja?
Berapa banyak porsi pada saat makan malam?
6. Apakah dirumah/kost tersedia cemilan dan makanan instan? Snak apa yang
kamu pilih? Pada saat apa?
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Evi Luthfiah Khairiyah mahasiswi Peminatan Gizi
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian tentang “Studi
Kuantitatif dan Kualitatif Tentang Pola Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2016”. Atas perhatian dan waktu saudara saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
7. Bagaimana dengan konsumsi makanan fast food, apakah kamu suka
mengkonsumsi fast food? Mengapa? Apa dirumah/kost tersedia? Apa saja?
8. Apakah ada perbedaan pola makan pada waktu SMA/MA dengan masa
kuliah? bedanya dimana?
PENGARUH TEMAN
1. Dengan siapa biasanya paling sering membeli makanan? kenapa?
2. Bagaimana pola makan anda ketika makan bersama teman? Apakah makannya
banyak atau tidak?
3. Seberapa banyak porsi makannya ketika bersama teman? apakah jenis
makanan yang dibeli sama?
4. Menurut anda, teman mempunyai pengaruh terhadap pola makan anda (baik
dari segi jumlah, jenis, dan frekuensi makan)? alasannya?
PREFERENSI MAKANAN
1. Ketika anda makan, faktor utama/penting dalam penentuan pemilihan
makanan yang anda makan apa? alasannya?
2. Kalau dari segi rasa, makanan seperti apa yang disukai? alasannya?
3. Kalau dari segi penampilan, makanan seperti apa yang disukai? alasannya?
4. Kalau dari segi tekstur, makanan seperti apa yang disukai? alasannya?
5. Kalau dari segi harga, makanan seperti apa yang disukai? alasannya?
6. Kalau dari segi tipe/jenis makanan (kh, protein, lemak, nabati, hewani),
makanan seperti apa yang disukai? alasannya?
7. Kalau dari segi kombinasi makanan, kombinasi makanan seperti apa yang
disukai? alasannya?
8. Pengolahan apa yang paling anda sukai? alasannya?
CITRA TUBUH
1. Bagaimakan penilaian anda tentang bentuk tubuh anda ?
2. Menurut anda, apakah berat badan anda merasa sudah ideal/normal? kenapa?
3. Apakah anda suka merasa khawatir dengan bentuk tubuh ada sekarang,
sehingga membuat anda mengatur pola makan anda?
LAMPIRAN 6
OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
pola_makan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 387 59.5 59.5 59.5
Lebih 194 29.8 29.8 89.4
Cukup 69 10.6 10.6 100.0
Total 650 100.0 100.0
Asal Daerah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Non perantauan
(Jabodetabek) 394 60.6 60.6 60.6
Perantauan 256 39.4 39.4 100.0
Total 650 100.0 100.0
Tempat Tinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dirumah/bersama keluarga 215 33.1 33.1 33.1
Kost 435 66.9 66.9 100.0
Total 650 100.0 100.0
Sumber Pangan
Makanan Pokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rumah 210 32.3 32.3 32.3
Sekitar Kampus 173 26.6 26.6 58.9
Sekitar Kostan 267 41.1 41.1 100.0
Total 650 100.0 100.0
Lauk Hewani
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rumah 179 27.5 27.5 27.5
Sekitar kampus 160 24.6 24.6 52.2
Sekitar kost 311 47.8 47.8 100.0
Total 650 100.0 100.0
Lauk Nabati
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rumah 190 29.2 29.2 29.2
Sekitar kampus 148 22.8 22.8 52.0
Sekitar kost 312 48.0 48.0 100.0
Total 650 100.0 100.0
Buah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rumah 265 40.8 40.8 40.8
Sekitar kampus 170 26.2 26.2 66.9
Sekitar kost 215 33.1 33.1 100.0
Total 650 100.0 100.0
Sayuran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rumah 219 33.7 33.7 33.7
Sekitar kampus 139 21.4 21.4 55.1
Sekitar kost 292 44.9 44.9 100.0
Total 650 100.0 100.0
Crosstabs Pola Makan dan Tempat Tinggal
Polamakan_PGS * Selama Kuliah Anda Tingga Dimana? Crosstabulation
Selama kuliah anda tingga
dimana?
Total
Dirumah/bersa
ma keluarga Kost
polamakan_PGS sesuai PGS Count 23 46 69
% within polamakan_PGS 33.3% 66.7% 100.0%
tidaksesuaiPGS Count 192 389 581
% within polamakan_PGS 33.0% 67.0% 100.0%
Total Count 215 435 650
% within polamakan_PGS 33.1% 66.9% 100.0%