POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, · PDF fileberkembang sesuai dengan harapan...
Transcript of POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, · PDF fileberkembang sesuai dengan harapan...
0
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR
(Studi Korelasi antara Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI
Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo)
Fachrudin Rahmat Bintoro
Tanti Hermawati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This study aims to investigate the influence of interpersonal communication patterns of parents , achievement motivation and academic achievement among children in V - VI grade students of State Elementary School Parangjoro 01 Sukoharjo . The method used in this study is the correlation method for mngetahui relationship of two or more variables using test hypotheses or predictions . Research analysis technique used was chi square . Data collection techniques used in this research is the primary data is data obtained from questionnaires distributed students
This type of research uses explanatory, the study describes causal relationships between variables research with hypothesis testing. The population in this study is a Class V - VI State Primary School Parangjoro 01 Sukoharjo primary data by coding sheet ( coding sheet) . This data collection is done by recording , select and encode the data required in accordance with the object of further studies to restock literature data.
Results of the study can be seen from the table correlations obtained by variable patterns of interpersonal communication with the family of achievement motivation and methods of the two sides (sig [2-tailed]) of the output value is greater than the probability of 0.05 propabilitas Sig or (0.000 <0.05), then Ho rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that family interpersonal communication patterns have a significant relationship with achievement motivation, achievement motivation variable and academic achievement of output sig. 0,003 less than propabilitas Sig or (0.003 <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that achievement motivation has a significant relationship with student achievement, the variable patterns of interpersonal communication with family and academic achievement sig. amounted to 0,021 smaller than propabilitas Sig or (0.021 <0.05), then the family interpersonal communication patterns have a significant relationship with student achievement.
1
Keywords :communication patterns, achievement motivation, academic achievement
Pendahuluan
Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu,
orang tua, anak, suami, isteri, mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai penerima
pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, nasihat, petunjuk,
pengarahan, meminta bantuan.Pembicaraan ringan pada suku primitive yang
bertujuan untuk menunjukkan rasa suka atau tidak suka, atau yang tidak
menjelaskan sebuah peristiwa, serta komentar atas sesuatu yang sudah jelas
merupakan kajian baru. Menurut Malinowski, menyebutkan tipe baru ini dengan
istilah phatic communion. Phatic communion didefinisikan sebagai “a type of
speech in which in which ties of union are created of word”.1 Phatic communion
mempunyai fungsi social, yang dapat digunakan dalam suasana ramah tamah dan
dalam ikatan personal antar perserta komunikasi.
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk
berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai
yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Anak juga merupakan cikal
bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset
bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan
anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak
tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.
Menilik dari pentingnya peran anak dimasa mendatang, menurut Ali
bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan
kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak.
1. B. Malinowski, 1993, "The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of
Meaning. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336. Hlm 315.
2
Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi,
seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam
memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri.
Pendapat lain tentang peran dan tugas orang tua adalah sebagai berikut,
”Komunikasi ibu dan ayah dalam keluarga sangat menentukan pembentukan
pribadi anak-anak di dalam dan di luar rumah. Selanjutnya dikatakan bahwa
seorang ayah umumnya berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya,
sedangkan seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum itu sendiri”.2
Terkait dengan motivasi berprestasi, menurut Sprinthall & Sprinthall
dalam Woolfolk, siswa yang bermotivasi untuk belajar adalah sisiwa yang
cenderung untuk menemukan aktifitas akademi yang berarti dan bermanfaat, serta
berusaha untuk mendapatkan manfaat yang diharapakan dari aktifitas-aktifitas
akademi tersebut. Selanjutnya terkait hasil penelitian Sprinthall & Sprinthall,
menyatakan bahwa anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar
tinggi memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi
kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang
bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan
memecahkan soal-soal.3
Dilihat dari sisi motivasi berprestasi, terlihat betapa pentingnya motivator
dalam diri siswa. Komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak memiliki
kedudukan yang strategis dalam proses belajar siswa di rumah. Prestasi anak didik
dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan salah satunya
adalah pola komunikasi orang tua, namun tidak boleh mengsampingkan
kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, faktor yang sangat
menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk
berprestasi.Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi
prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang
2. Alif Gunawan. 2013. Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3,
Oktober 2013, ISNN: 2302-4119. Hlm 21. 3. Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill.
Hlm 34.
3
dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung
agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal
adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi
merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.4
Pendapat Sudono yang mengemukakan bahwa untuk memotivasi anak
agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka
dan membuat mereka merasa berguna. Hal ini dapat terwujud jika orang tua
mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi yang intensif dan
diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling mendengarkan dan
mengungkapkan isi hati.Sebaliknya jika orang tua tidak mampu mempertahankan
kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka motivasi belajarpun
dapat terhambat.Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh setiap orang
dalam kehidupan, terkadang dianggap sederhana, namun untuk mencapai tujuan
komunikasi yang efektif tidak semudah yang kita bayangkan.5
Interaksi dalam hal ini intensitas komunikasi keluarga sangat mendukung
tingkat pendidikan dalam membimbing anak agar berprestasi. Menurut Wirawan,
definisi prestasi belajar adalah hasil yang di capai seseorang dalam usaha
belajarnya sebagaimana di cantumkan dalam nilai rapor.6 Selanjutnya menurut
Surya mengatakan prestasi belajar adalah seluruh hasil yang telah di capai
(achievement) yang di peroleh melalui proses belajar akademik (academic
achievement).7
Prestasi bejalar menurut Tjundjing adalah suatu istilah yang menunjukkan
tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diajarkan yang
diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik. Sebuah data dari dinas pendidikan yang dirilis oleh harian Kompas tanggal
22 Juli 2005 menunjukkan sekitar 27 % anak-anak di seluruh Indonesia putus
4. Wasti Sumanta. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 203. 5. Sudono. 2000. Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas. Hlm 3. 6. Murjono, 2001.Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang
studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254. Hlm 253-254. 7. Ibid. Hlm 253-254.
4
sekolah sebelum lulus sekolah menengah (SMU). Beberapa laporan panel dan
komisi nasional yang mengkaji pendidikan umum di Indonesia setuju bahwa
prestasi sekolah anak-anak berada di bawah standar.Alasan utama yang
dikemukakan banyak diantara mereka kurang memiliki motivasi belajar di
sekolah.8
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini:
1. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah
Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
2. Adakah hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar anak-anak di
Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
3. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah
Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah
Dasar di Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar dengan prestasi belajar
anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01
Sukoharjo.
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar
Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
8. Hodijah , 2010. Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dengan
Motivasi Belajar Anak.Jurnal Psychology. Universitas Gunadarma. . Hlm 4.
5
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Komunikasi
Penelitian yang bertujuan hendak mencari penjelasan mengenai
hubungan antar gejala haruslah mempunyai landasan suatu teori atau kerangka
teori tertentu. Apabila hendak diteliti pengaruh atau efek media, hal tersebut
bias dijelaskan melalui berbagai teori komunikasi yang antara lain ialah : teori
peluru (bullet teori) yang sering juga disebut dengan teori jarum suntik
(hyperdermic theory), teori pengaruh terbatas yang moderat dan sebagainya.9
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung (melalui media).10
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa ? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat
atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what
effect?).11
Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah: a)
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain, b) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan
disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain, c) Saluran (channel) adalah
media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi
antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan
getaran nada/suara, d) Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang
menerima pesan dari pihak lain, e) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan
dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya, f) Aturan yang
disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan ("Protokol").12
9. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 19. 10. Effendi, Unong Uchana, 1999, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja
RusdaKarya. Hlm 234. 11. Ibid. Hlm 235. 12. Ibid. Hlm 236.
6
2. Komunikasi Phatic
Komunikasi Fatis (Phatic)adalah komunikasi yang bertujuan untuk
menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pada
umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan
secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai
potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan.13
Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu
untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan
basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap
berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni,
untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk
mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan
untuk mengungkapkan kesantunan.14
Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial (Phatic communication
as a social institution) yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu
standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization).
Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang terjadi
dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional.
Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan
ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo.
Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup
lisan, tulisan dan isyarat tubuh.15
13. Sasa Djuarsa, 2004, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda. Hlm 6. 14. Ibid. Hlm 6. 15. Jumanto, 2005, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris.Jakarta : Bumi
Aksara.. Hlm 7.
7
3. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya.16 Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau
pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan
cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas
terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.
a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan / memeritah anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap
menolak.
b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya
rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya. Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang
memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya
dan prestasinya rendah.
c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)
Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tingg, bersikap
responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk. Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik
jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan
sportif untuk saling menerima satu sama lain.
4. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya
16. Agoes Soejanto. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Roedakarya. Hlm 27.
8
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan
dan saling menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang.17
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
kelurga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Soelaeman,
secara psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama
dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan
dan saling menyerahkan diri.Untuk menciptakan keluarga sejahtera tidaklah
mudah, kaya atau miskin bukan satu-satunya indikator untuk menilai sejahtera
atau tidak suatu keluarga. Dalam rangka untuk membangun keluarga yang
berkualitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga yang berkualitas yang
diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga keluarga yang dicirikan
kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga.18
Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dari
tradisi budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dalam
konteks sosial, anak pasti hidup bermasyarakat dan bersatu dengan budaya
yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mendidik anak agar menjadi orang yang pandai hidup bermasayarakat
dan hidup dengan budaya yang lebih baik dalam masyarakat. Sebagaiu
anggota masyarakat, anak dituntut untuk terlibat di dalamnya dan bukan
sebagai penonton tanpa mengambil peranan.19
5. Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya
kerawanan hubungan antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu
komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara orang tua dengan anak
17. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta:
Rineka Cipta. Hlm 16.
18. Alif Gunawan. Op Cit. Hlm 16.
19. Ibid. Hlm 17.
9
perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun hubungan yang
baik dalam keluarga. 20
Komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan keluarga
dimana didalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan
perilaku anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.Komunikasi
dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari
orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua ataupun anak ke anak. Dalam
komunikasi keluarga, tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak, maka
komunikasi yang terjadi dalam keluarga bernilai pendidikan. Ada sejumlah norma
yang diwariskan orang tua pada anak, misalnya norma agama, norma akhlak, norma
sosial, norma etika dan estetika dan juga norma moral.21
Komunikasi interpersonal dalam keluarga yang terjalin antara orang
tua dan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
perkembangan individu komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang
efektif, karena menurut effendi, komunikasi yang efektif dapat menimbulkan
pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik dan
tindakan.22 Demikian juga dalam lingkungan keluarga diharapkan terbina
komunikasi yang efektif antara orang tua dan anaknya, sehingga akan terjadi
hubungan yang harmonis.23
Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk
mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan.Komunikasi
dikatakanberhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi
demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam
keluarga, dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah
seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Fungsi komunikator adalah
menyediakan sumber informasi. Selanjutnya menjaring dan mengevaluasi
informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk yang
cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi.
Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam
20. Djamarah, Syaiful Bahri. Op Cit. Hlm 16.
21. UPI Liliweri, Alo. 2007. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti. Hlm 16. 22. Effendi, Unong Uchana. 2002. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti. Hlm 8.
23. Gunawan.Op Cit. Hlm 218.
10
proses komunikasi tersebut.Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan
yang aktif berpartisipasi.24
6. Motivasi
Menurut Hillgard & Russel, motivasi dapat diartikan sebagai proses
perubahan tenaga dalam diri seseorang, yang ditandai oleh dorongan efektif
dan reaksi-reaksi mencapai tujuan.25 Sedangkan menurut Woodworth &
Marquis, mengatakan bahwa motivasi adalah satu set motif atau kesiapan
yang menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.26
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen
pokok, yaitu menggerakkan, yang berarti menimbulkan kekuatan pada
individu, mengarahkan, yang berarti menyalurkan prestasi belajar terhadap
sesuatu, menopang prestasi belajar manusia, yakni lingkungan sekitar harus
menguatkan (Reinforce) intensitas, dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.27
Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) motivasi belajar adalah
suatu kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti
dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.Menurut
Winkle (dalam Abror 1993), motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegitan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.28
Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), bahwa motivasi belajar
merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang
memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha untuk
mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan
belajar.29
24. Cecep Darmawan, 2007, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam
Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI. Hlm 1..
25. Wasti Sumanta. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm 3. 26. Abror R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hlm 3. 27. Purwanta. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 31. 28. Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill. 29. Wlodkowski, RJ & Jaynes, J.H. 2004.Motivasi Belajar cet. I. Depok: Cerdas Pustaka.
11
Sprinthall &Sprinthall menggolongkan motivasi ke dalam dua
bagian :30
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena berasal dari dalam diri siswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, yang
termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi, dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya, untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti
pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang
tua, guru, dan seterusnya.Merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik
yang dapat menolong siswa dalam belajar. Namun demikian Sprinthall
&Sprinthall menyimpulkan bahwa dalam proses interaksi belajar-
mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan
untuk mendorong anak agar tekun belajar.31
7. Prestasi belajar
Prestasi merupakan hasil akhir dari pekerjaan yang telah dilakukan. Hal
ini sesuai dengan makna prestasi yang diungkapkan oleh Poerwadarminto
mendefinisikan bahwa : “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dikerjakan”.32Sedangkan menurut Omar Hamalik, Prestasi belajar adalah
sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang untuk mengubah dirinya
dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh
melalui latihan dan pengalaman.33
30. Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, 1990, Educational Psychology :A Developmental approach
ed.5. New York: Mc. Grawhill.. Hlm 45. 31. Ibid. Hlm 45. 32. Poerwodarminta. 1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka, Ed. 3,
Cet.2..Jakarta: Balai Pustaka Hlm 768. 33. Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Hlm 11.
12
Syaiful Bahri Djamarah berpendapat, “Prestasi adalah suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok.”34Prestasi tidak akan pernah dicapai jika seseorang tidak
melakukan kegiatan.Chosiyah berpendapat bahwa, “Prestasi adalah hasil yang
diperoleh setelah mngikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya bias
ditentukan dengan memberi tes pada akhir pendidikan”.35
Prestasi belajar adalah sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang
untuk mengubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil
perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman.36Prestasi belajar
merupakan suatu hal yang penting dalam dunia pendidikan, karena
mempunyai beberapa fungsi utama. Fungsi prestasi belajar dikemukakan oleh
Zainal Arifin adalah:37
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kauntitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan).
Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pola komunikasi
interpersonal orang tua, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar anak di
kalangan siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
2. Jenis Penelitian
Jenis peelitian ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory
Research).Menurut Singarimbun merupakan penelitian menjelaskan hubungan
34. Syaiful Bahri Djamarah. Op Cit. Hlm 19.
35. Ibid. Hlm 19. 36. Oemar Hamalik. Op Cit. Hlm 11. 37. Ibid. Hlm 11.
13
kausal antara variable penelitian dengan pengujian hipotesa.38 Pendekatan
penelitian ini dengan metode survey yaitu untuk memperoleh fakta-fakta
mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek penelitian dan
mencari keterangan secara actual dan sistematis.
3. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan sensus, dengan sampel
siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo sebanyak
51 siswa.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
a. Kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada siswa Kelas V-VI
Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
b. Dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai
sumber baik secara pribadi, maupun kelembagaan.
5. Metode Analisis Data
a. Uji Kualitas Data
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
keusioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner itu.39
Korelasi tata jenjang spearman(rho) digunakan untuk menguji
hipotesa hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat
lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel dengan
tidak harus memenuhi syarat-syarat keparametrikan. Rumus yang
digunakan:
NN
b
−−=
∑2
261ρ
Keterangan :
38. Suracmad, Warsito, 2004. Dasar-dasar dan Teknik Research, Bandung : Tarsito. Hlm 34. 39. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hlm 40.
14
ρ = Nilai korelasi rank spearman
b = jumlah kuadrat selisih rangking variabel x dan y
N = jumlah sampel
Untuk menguji signifikan mengunakan uji Z
1
1
−
=
n
Zρ
Mengambil kesimpulan : a) Bila Zhitung> Z tabel, maka
hubungan x dan y adalah signifikan, dan b) Bila Zhitung< Z tabel,
maka tidak hubungan x dan y adalah signifikan.
2) Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Arikunto menyatakan bahwa “Untuk uji reliabilitas
digunakan Teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat
dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau
alpha sebesar 0,6 atau lebih.40 Pada penelitian ini perhitungan
reliabilitas menggunakan rumus alpha sebagai berikut:41
Dimana :
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyan σb2
= jumlah varians butir σt2
= jumlah varians total
b. Pengolahan data dan Analisis Data
1) Pengolahan Data
a) Editing, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap ketetapan
pengisian, kelengkapan pengisian dan konsistensi jawaban pada
kuesioner yang telah terkumpul.
40. Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya. Hlm 145. 41. Ibid. Hlm 138.
15
b) Coding, untuk memudahkan pengolahan data, semua data yang
telah diedit perlu disederhanakan dengan memberikan tanda baik
berupa symbol maupun nilai tertentu.
c) Scoring, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor
berdasarkan jawaban responden.
d) Tabulating, melakukan penataan data kemudian menyusun dalam
bentuk tabel pengumpulan data.
2) Analisa Data
a) Analisa Univariat, yaitu mendiskripsikan karakteristik frekuensi
berdasarkan mean dan standar deviasi untuk semua variabel yang
diteliti yaitu pola komunikasi interpersonal keluargadan motivasi
berprestasi dihubungkan dengan prestasi belajar.
b) Analisa Bivariat, yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi Dua variabel
yang dimaksud adalah hubungan antara sanitasi rumah dengan
angka kejadian diare. Analisa penelitian ini menggunakan rumus
tata jenjang spearman (rho) dengan taraf kepercayaan 95% atau
taraf kesalahan. (α =0,05).42
Korelasi Spearman (rho) digunakan untuk menguji hipotesa
hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat lemahnya
hubungan dan arah hubungan antara dua variabel. Rumus yang
digunakan:
NN
b
−−=
∑2
261ρ
Keterangan :
ρ = Nilai korelasi rank spearman
b = jumlah kuadrat selisih rangking variabel x dan y
N = jumlah sampel
Untuk menguji signifikan mengunakan uji Z
42. Sugiyono. Op Cit. Hlm 54.
16
1
1
−
=
n
Zρ
Mengambil kesimpulan :
§ Bila Zhitung> Z tabel, maka hubungan x dan y adalah signifikan.
§ Bila Zhitung< Z tabel, maka tidak hubungan x dan y adalah
signifikan.
Hasil Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui bahwa setiap butir
pertanyaan dinyatakan valid atau tidak, dengan melihat hasil rhitung dan
membandingkannya dengan rtabel dengan alpha 5 % (α = 0,05).
Hasil uji validitas data pola komunikasi interpersonal keluarga
untuk item No. 1. Item dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15)
= 0,451. Dari perhitungan diatas, r hitung (0,647> r tabel (α = 0,05; 15) =
0,451, maka dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak
digunakan. Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid
kecuali butir No. 5 (0,093), No. 12 (0,263), dan No. 14 (0,424).
Hasil uji validitas data motivasi berprestasi untuk item No. 1. Item
dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari
perhitungan diatas, r hitung (0,751> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka
dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.
Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid kecuali butir
No. 5 (0,353), No. 9 (0,213), dan No. 10 (0,391).
Hasil uji validitas data prestasi belajar untuk item No. 1. Item
dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari
perhitungan diatas, r hitung (0,782> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka
dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan
17
sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.
Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan yaitu uji reliabilitas internal.
Dengan cara menganalisis data satu kali hasil pengetesan. Batasan uji
reliabilitas dilihat dengan koefisien alfa > 0,75 (Handoko, 2009). Hasil
olah data dengan SPSS versi 17.0, untuk variabel pola komunikasi
interpersonal keluarga diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,762>
0,75 dengan demikian semua butir angket dinyatakan reliabel. Variabel
motivasi berprestasi diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,756> 0,75
dinyatakan reliabel. Selanjutnya Variabel motivasi berprestasi diperoleh
nilai croncach’s alpha sebesar 0,784 > 0,75 dinyatakan reliabel.
2. Analisis Data
Penelitian ingin mengetahui hubungan yang signifikan antara kategori
yang diteliti, hubungan antar variabel dapat dijelaskan .
a. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan motivasi
berprestasi
Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
motivasi berprestasi menunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh
untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi
berprestasisebesar 0,500 berarti terdapat hubungan yang sedang antara
pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi
berprestasi.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel pola
komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi berprestasi dengan
metode dua sisi (sig [2-tailed]) dari output nilai sig. Sebesar 0,000,
kemudian dibanding dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas
0,05 lebih besar dari propabilitas Sig atau (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi
interpersonal keluarga mempunyai hubungan secara signifikan dengan
motivasi berprestasi.
18
b. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar
Tabulasi hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi
belajarmenunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh untuk
motivasi berprestasi dengan prestasi belajarsebesar 0,405 berarti terdapat
hubungan yang sedang antara motivasi berprestasi dengan prestasi
belajar.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel motivasi
berprestasi dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])
dari output nilai sig. sebesar 0,003, kemudian dibanding dengan
probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari
propabilitas Sig atau (0,003 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Terbukti bahwa motivasi berprestasi mempunyai
hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.
Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi
belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang
sedang (0,400 - 0,599).
c. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan Prestasi
Belajar
Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan prestasi belajar menunjukkan hasil correlation nilai yang
diperoleh untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi
belajarsebesar 0,375 berarti terdapat hubungan yang rendah antara pola
komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi belajar.Sedangkan
dari tabel correlations diperoleh variabel pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])
dari output nilai sig. sebesar 0,021, kemudian dibanding dengan
probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari
propabilitas Sig atau (0,021 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi interpersonal
keluargamempunyai hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.
Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi
19
belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang
rendah (0,200 - 0,399).
Kesimpulan
Setelah menyajikan data dan menganalisis serta menginterpretasikan
dengan melihat hubungan masing-masing variabel, pada bab ini, penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan motivasi berprestasi.
2. Ada hubungan signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.
3. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan prestasi belajar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-
saransebagai berikut:
1. Untuk menciptakan intensitas komunikasi yang mendalam, orang tua dapat
memperhatikan aspek-aspek intensitas komunikasi seperti keterbukaan,
pengertian, kejujuran, kepercayaan serta dukungan untuk menciptakan
intensitas komunikasi yang mendalam antara orang tua dan anak
sehinggaselalu tercipta hubungan harmonis antara keduanya.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang
menentukan motivasi belajar. Dengan demikian dinilai perlu untuk disarankan
kepada peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
motivasi belajar diluar faktor intensitas komunikasi, seperti faktor sekolah,
budaya, dan juga individu itu sendiri.
20
Daftar Pustaka
Alif Gunawan. (2013). Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3, Oktober 2013, ISNN: 2302-4119.
B. Malinowski, (1993), "[The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of Meaning]. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336
Cecep Darmawan, (2007), Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, Unong Uchana, (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
_______________, (2000). Komunikasi Modern. Bandung : Alumni. Jallaudin Rahmat. (2006). TV sudah menjadi The First God. Tabloid Detik, No.
028/th ke-17. Jumanto, (2005), Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa
Inggris.Jakarta : Bumi Aksara. _______, (2014), Phatic Communication: How English Native Speakers Create
Ties of Union, American Journal of Linguistics2014, 3(1): 9-16 DOI: 10.5923/j.linguistics.20140301.02.
Murjono, (2001).Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254
Oemar Hamalik (2008). Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Onong Uchjana Effendi. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bhakti. Sasa Djuarsa, (2004), Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Seregar, Ashadi, (1992), Pers. Diktat Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu
Komunikasi. Yogayakarta : UGM. Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, (1990), Educational Psychology :A
Developmental approach ed.5. New York: Mc. Grawhill. Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat, (2014), Lima Tanda
Komunikasi Efektif, http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20/psikologi_komunikasi-jalaludin_rahmat, diakses: 15 Desember 2014.
Sudono. (2000). Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas Sugiyono.(2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya Sumadi Suryabrata. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Press. UPI Liliweri, Alo. (2007). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti Woolfolk, A.E, (2004), Educational Psychology 9th ed. United State of America:
Mc.Grawhill
21
Yuli Setyowati. (2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa). Jurnal Komunikasi. VOLUME 2, NOMOR 1,JUNI 2005: 67-78 Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta.