Pneumonia

45
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena pneumonia 23,6%. 1 Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, 8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawat-inap. 2 Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Period prevalence ISPA

description

d

Transcript of Pneumonia

Page 1: Pneumonia

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali

dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk

kering atau berdahak. Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

diklasifikasikan menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. Kematian

pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena

pneumonia 23,6%.1

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi

disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya

(sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang). WHO memperkirakan insidens pneumonia

anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus

pneumonia/ tahun, 8,7% (13, 1 juta) di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu rawat-

inap.2

Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4

tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Period

prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007

(25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi

terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada kelompok umur

berikutnya. Period prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita

pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai insiden pneumonia

Balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5‰), Aceh (35,6‰), Bangka Belitung

(34,8‰), Sulawesi Barat (34,8‰), dan Kalimantan Tengah (32,7‰) (tabel 3.4.1). Insidens

tertinggi pneumonia Balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7‰). Pneumonia

Balita lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan

terbawah (27,4‰).2

Page 2: Pneumonia

Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat pneumonia diantaranya

melalui Peningkatan pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit ISPA (P2ISPA) dengan

menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan model

tatalaksana kasus terpadu. Program P2 ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep

menajemen terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis

wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko lingkungan,

faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan kondisi lokal.3

Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru

mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Pelaksanaan pengendalian

ISPA memerlukan komitmen pemerintah, berbagai sektor yang terkait dan masyarakat dalam

usaha mencapai tujuan Millennium Development Goals (MDG) no 4, yaitu menurunkan

kematian anak (Balita) sebesar dua pertiga diantara tahun 1990 dan 2015. 3 Di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun 2014

sebesar 182 balita. 4

Dalam usaha mencapai tujuan MDG no. 4 di Indonesia maka, UPTD Puskesmas

Kutawaluya saat ini ikut melaksanakan Program P2ISPA. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan

cakupan penemuan dan tatalaksana pneumonia pada Balita sekaligus menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas Balita di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, perlunya dilakukan

evaluasi program mengenai cakupan pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Kutawaluya karena belum diketahui keberhasilan program P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk

periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015. 4

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar

disebabkan karena pneumonia 23,6%.

1.2.2. WHO memperkirakan insidens pneumonia anak-Balita di negara berkembang adalah 0,29

episode per anak-tahun atau 151,8 juta kasus pneumonia/ tahun.

1.2.3. Menurut Riskesdas tahun 2013, Period prevalence ISPA Indonesia (25,0%) tidak jauh

berbeda dengan 2007 (25,5%). Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period

Page 3: Pneumonia

prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, Period

prevalence pneumonia Balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Balita pneumonia yang

berobat hanya 1,6 per mil.

1.2.4. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada Balita baru

mencapai 44.2% di Jawa Barat dan 82.9% di kabupaten Karawang. Di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Kutawaluya jumlah penderita ISPA (Pneumonia Balita) pada tahun

2014 sebesar 182 balita.

1.2.5. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya belum diketahui keberhasilan program

P2ISPA (Pneumonia Balita) untuk periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam Program Pengendalian Penyakit ISPA

(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei

2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahuinya jumlah dan cakupan penemuan penderita ISPA (Pneumonia

Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

1.3.2.2. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita ISPA

(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan

Mei 2015.

1.3.2.3. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia

Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

1.3.2.4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD

Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

1.3.2.5. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok maupun

perorangan mengenai ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode

Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

Page 4: Pneumonia

1.3.2.6. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pelatihan kader untuk mendeteksi dini

penderita ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014

sampai dengan Mei 2015.

1.3.2.7. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA

(Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan

Mei 2015.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Evaluator

1.4.1.1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah, khususnya mata

kuliah Ilmu Kedokteran Komunitas.

1.4.1.2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya

program kesehatan.

1.4.1.3. Menambah pengetahuan dan wawasan baru mengenai program pemberantasan

penyakit ISPA (Pneumonia Balita).

1.4.1.4. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1.4.1.5. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

1.4.1.6. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

1.4.2.1. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

1.4.2.2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

1.4.2.3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang

menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

Page 5: Pneumonia

1.4.3.1. Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program

upaya kesehatan, terutama P2ISPA (Pneumonia Balita) di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Kutawaluya.

1.4.3.2. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar

dapat berjalan dengan baik.

1.4.3.3. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar

keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas P2ISPA (Pneumonia Balita) sehingga mutu dari

pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

1.4.4. Bagi Masyarakat

1.4.4.1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu di Puskesmas.

1.4.4.2. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit ISPA (Pneumonia Balita)

sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

1.5. Sasaran

Semua Balita (berusia <1 tahun dan 1-4 tahun) di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Juni 2014 sampai dengan Mei

2015.

Page 6: Pneumonia

Bab II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas

mengenai program pemberantasan infeksi saluran pernapasan akut (pneumonia Balita) di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

1. Meliputi:

a. Penemuan penderita ISPA (pneumonia Balita)

b. Penentuan diagnosa ISPA (pneumonia Balita)

c. Pengobatan penderita ISPA (pneumonia Balita)

d. Rujukan penderita ISPA (pneumonia Balita)

e. Penyuluhan ISPA (pneumonia Balita)

f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader

g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus ISPA (pneumonia Balita).

2. Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Kutawaluya tahun 2014.

2.2. Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan

pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan

program P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014

sampai dengan Mei 2015 dengan cara membandingkan cakupan laporan bulanan program

P2ISPA (Pneumonia Balita) di UPTD Puskesmas Kutawaluya terhadap tolok ukur yang

Page 7: Pneumonia

LINGKUNGAN

MASUKAN PROSES KELUARAN

UMPAN BALIK

DAMPAK

1 2 3

4

5

6

telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan

sistem.

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Bagan Teori

Bagan 1. Teori Pendekatan Sistem.5

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan

organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen

tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 5

1. 1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana

Page 8: Pneumonia

(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),

jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan

berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai dari

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan

pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung suatu sistem. 5

4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran

dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan

pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem

tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non

fisik.

6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem. 5

3.2. Tolok Ukur

Tolok ukur merupakan nilai acuan yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai

target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses,

keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program tertentu. Digunakan sebagai

pembanding atau target yang harus dicapai dalam program P2ISPA (Pneumonia Balita).

Tolok ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program P2ISPA (Pneumonia

Balita) ini adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran I)

Page 9: Pneumonia

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:

1. Laporan bulanan P2ISPA (pneumonia Balita) UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Juni

2014 sampai dengan Mei 2015. (Lampiran VI)

2. Data demografi dari kecamatan Kutawaluya tahun 2014. (Lampiran III)

4.2. Data Umum

4.2.1. Data Geografis (Lampiran II)

Luas Wilayah dan Batas-batas

- Lokasi : Gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jl. Raya sampalan, kecamatan

Kutawaluya, kabupaten karawang. 6

- Luas wilayah kerja puskesmas : 2.340 Ha, yang terdiri dari 1.638 Ha tanah pertanian

dan 702 Ha tanah darat, 7 desa, 31 RW dan 96 RT, dan 30 dusun.

- Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:

1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti

2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rawamerta

3) Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rengasdengklok

Page 10: Pneumonia

4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Cilebar. 6

Wilayah Administrasi (lampiran II)

Luas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 2.340 Ha, yang mencakup 7 desa

yaitu:

- Desa Waluya

- Desa Sampalan

- Desa Sindangsari

- Desa Sindangmulya

- Desa Sindangkarya

- Desa Sindangmukti

- Desa Mulyajaya. 6

4.2.2. Topografi

Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah

pertanian (1.638 Ha) dan tanah darat (tanah dengan berbagai kegunaan) (702 Ha). 6

4.2.3. Geologi

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada pada dataran

rendah berdekatan dengan laut.

4.2.4. Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan

temperatur udara rata-rata 27-29 ºC.

4.2.5. Hidrografi

Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai. 6

4.2.6. Demografi (Data lengkap terdapat pada lampiran III)

Page 11: Pneumonia

Jumlah penduduk Wilayah Kutawaluya tahun 2014 adalah 32.991 jiwa, yang terdiri

dari: (lampiran III tabel 1)

a) Jumlah RT : 96 RT

b) Jumlah penduduk laki-laki : 17.004 orang

c) Jumlah penduduk perempuan : 15.987 orang

d) Jumlah KK : 12.156 KK

e) Jumlah rumah : 8.805 rumah

Jumlah penduduk rentan di Wilayah Kutawaluya tahun 2014 terdiri dari: (Lampiran

III tabel 2)

a) Jumlah bumil : 825 orang

b) Jumlah bufas : 855 orang

c) Jumlah bayi dan neonatus : 895 orang

d) Jumlah balita : 2.434 orang

Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 7

desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata kepadatan penduduk

Kutawaluya adalah 14 jiwa/Ha.

Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sebesar 40,35% (13.310 orang).

(Lampiran III tabel 3)

Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai buruh tani sebesar

40,37% (2.088 orang). (Lampiran III tabel 4)

Sebagian besar penduduk merupakan penduduk non miskin yaitu sebesar 68,97%

(8.385 KK). 6 (Lampiran III tabel 5)

4.2.7. Transportasi

Sarana transportasi yang banyak digunakan di daerah ini berupa kendaraan pribadi

berupa motor atau mobil. Untuk mencapai Puskesmas Kutawaluya, waktu tempuh berkisar

antara 5 menit (Desa Sampalan) hingga 55 menit (Desa Sindangsari). ( Lampiran III tabel 6)

4.2.8. Jenis sarana kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya,

antara lain: (Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran III tabel 7)

Page 12: Pneumonia

1. Puskesmas pembantu : 2 buah

2. Praktek perorangan

a. Dokter Umum : 3 orang

b. Dokter Gigi : 1 orang

c. Bidan : 18 orang

3. Klinik 24 jam : 0

4. Dokter praktek swasta: : 1 orang

5. Paraji : 13 orang

6. Posyandu : 39 buah

4.3. Data Khusus

4.3.1. Masukan

Tenaga

- Dokter : 2 orang

- Perawat : 18 orang

- Petugas P2M : 1 orang

- Petugas administrasi : 1 orang

- Kader : 50 orang

- Posyandu : 39 buah

Dana

Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.

Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) dan Bantuan Operasional

Kesehatan (BOK).

Sarana

Sarana medis:

a) Stetoskop : 3 buah

b) Termometer : 2 buah

Page 13: Pneumonia

c) Timbangan berat badan bayi : 1 buah

d) Timbangan berat badan dewasa : 1 buah

e) Sound timer : 2 buah

f) Senter : 1 buah

g) Antibiotik:

- Kotrimoksazol 480 mg : Tersedia cukup

- Kotrimoksazol 240 mg/5ml : Tersedia cukup

h) Analgetik-antipiretik:

- Paracetamol 500 mg : Tersedia cukup

- Paracetamol sirup 120 mg/5ml : Tersedia cukup

i) Antitusif- anti sesak

- Gliseril guaikolat (GG) : Tersedia cukup

- Salbutamol : Tersedia cukup

Sarana non medis:

1) Gedung Puskesmas

a) Ruang pendaftaran : Ada

b) Ruang tunggu : Ada

c) Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada

2) Meubel Puskesmas

a) Lemari arsip : Ada

b) Lemari obat : Ada

c) Meja periksa : Ada

d) Kursi : Ada

e) Tempat tidur untuk memeriksa : Ada

f) Ruang tunggu : Ada

3) Pedoman tatalaksana ISPA : Ada

4) Brosur atau poster P2ISPA : Ada

5) Alat administrasi (buku, alat tulis) : Ada

Metode

Page 14: Pneumonia

Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam

bentuk:

a. Penemuan penderita ISPA. Penemuan dan tatalaksana Pneumonia merupakan kegiatan

inti dalam pengendalian Pneumonia Balita.7

- Penemuan penderita secara pasif

Dalam hal ini penderita yang dating berobat ke Balai Pengobatan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) UPTD Puskesmas Kutawaluya.

- Penemuan penderita secara aktif

Petugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita

pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.

Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:

Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas

Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam (TDDK) dan hitung napas.

Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2

bulan - <5 tahun

Melakukan klasifikasi Balita batuk dan atau kesukaran bernapas; Pneumonia

berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia. 7

b. Penentuan Diagnosis ISPA.

Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan melalui

anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik bayi dan Balita dengan

cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita tenang, tidak menangis, tidak meronta)

dengan menghitung frekuensi napas menggunakan sound timer selama 60 detik. Diagnosis

pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai

peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur. 1, 7

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telak dilakukan, tenaga kesehatan dapat

menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya apakah kasus yang dihadapi adalah

Page 15: Pneumonia

penyakit yang serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak dengan memasukkannya

ke dalam klasifikasi, yaitu: 1, 7

1) Golongan umur < 2 bulan

Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan frekuensi napas

lebih 60 kali per menit atau lebih.

Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak adanya napas

cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit. 1, 7

2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun

Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

(TDDK) pada saat anak menarik napas (saat diperiksa anak harus dalam

keadaan tenang, tidak menangis/meronta).

Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK).

Adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:

- 2 bulan - 12 bulan : ≥ 50x/menit.

- 12 bulan - 5 tahun : ≥ 40x/ menit.

Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian bawah ke

dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:

- 2 bulan - 12 bulan : < 50x/menit.

- 12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit. 1, 7

c. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:

1) Golongan umur < 2 bulan

Page 16: Pneumonia

Pneumonia berat :

- Rujuk segera ke rumah sakit.

- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksazol).

- Obati demam, jika ada.

- Obati wheezing, jika ada.

- Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI. 1, 7

Batuk bukan pneumonia :

- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi

tetap hangat.

- Memberi ASI lebih sering.

- Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.

- Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat atau

sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah parah. 1, 7

2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahun

Pneumonia berat :

- Rujuk segera ke rumah sakit.

- Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

- Obati demam, jika ada.

- Obati wheezing, jika ada.

Pneumonia :

- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

- Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari.

- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila

keadaan anak memburuk.

- Obati demam, jika ada.

- Obati wheezing, jika ada. 1, 7

Page 17: Pneumonia

Batuk bukan pneumonia :

- Jika batuk > 3 minggu rujuk.

- Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

- Obati demam, jika ada.

d. Rujukan Penderita ISPA (Pneumonia)

Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum harus segera

dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai :

1) Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang,

kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang,

wheezing, atau demam/terlalu dingin.

2) Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa minum,

kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak

tenang, atau gizi buruk. 1, 7

e. Penyuluhan mengenai ISPA

1) Perorangan.

Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua penderita ISPA

(Pneumonia) saat membawa anaknya berobat di UPTD Puskesmas Kutawaluya dengan

memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA (Pneumonia). 1, 7

2) Kelompok.

Penyuluhan ISPA (Pneumonia) dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan poster. 1, 7

f. Pelatihan Kader.

Pelatihan kader Pneumonia dilaksanakan minimal setahun sekali dengan tujuan

memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA

Page 18: Pneumonia

ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas dengan mengunakan sound

timer atau jam tangan, serta usaha – usaha pencegahan ISPA (Pneumonia). 7

g. Pencatatan dan pelaporan.

Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan tahunan. Kasus ISPA sedang

(Pneumonia) dan ISPA berat (Pneumonia berat) dilaporkan dalam formulir LB3 sebagai

Pneumonia. 1, 7

4.3.2. Proses

4.3.2.1. Perencanaan

Ada perencanaan tertulis mengenai:

1) Penemuan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPA

oleh dokter umum atau bidan terhadap pasien bayi dan Balita yang dibawa oleh

orang tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.

2) Penentuan diagnosis ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPA

berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisik oleh dokter umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,

pukul 07.30-14.30 WIB.

3) Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan oleh dokter

umum atau bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30

WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.

4) Rujukan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan rujukan bila ditemukan

penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat

pada setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.

5) Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)

a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik

Page 19: Pneumonia

wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA (Pneumonia) kepada

orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul

07.30-14.30 WIB.

b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan (12 kali/ tahun).

6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah

mendapat pelatihan. (Sindangsari & Sindangmukti)

7) Pencatatan dan pelaporan

a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja.

b. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan oleh

petugas P2ISPA.

4.3.2.2. Pengorganisasian (Lampiran V)

Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Pengendalian ISPA Puskesmas Kutawaluya.4

Pengorganisasian dibagi berdasarkan jabatan:

a. Kepala Puskesmas Kutawaluya (dr. Cucu Siti Minpalah, M.Kes):

Kepala puskesmas KutawaluyaDr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes

Koordinator Pengendalian Penyakit Menular/ ISPA

Ibu E. Wina Winangsih, S.Kep

Kader tiap desa

Kasubag Tata Usaha (-)

Page 20: Pneumonia

1. Sebagai penanggung jawab program.

2. Monitoring pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) tingkat kecamatan.

3. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita)

di wilayah kerja. 4

b. Koordinator petugas P2M pengelola P2ISPA (Ibu E. Wina Winangsih, S.Kep):

1. Penanggung jawab petugas Operasional P2ISPA (Pneumonia Balita)

2. Pelaksana pencatatan dan pelaporan P2ISPA (Pneumonia Balita)

3. Pelaksana Program Pengobatan. 4

4.3.2.3. Pelaksanaan

1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan secara passive case finding oleh

dokter umum atau bidan di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.

2. Penentuan diagnosis penderita ISPA (pneumonia): dilakukan oleh dokter umum atau

bidan sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-

14.30 WIB.

3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau bidan sesuai pedoman

penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul 07.30-14.30 WIB.

4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia): tidak dilakukan rujukan karena tidak

didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Juni 2014 sampai Mei 2015.

Pasien pneumonia ringan dan sedang dapat dirawat di Puskesmas.

5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui

edukasi orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja, pukul

07.30-14.30 WIB oleh dokter umum atau bidan. Penyuluhan kelompok dilaksanakan

12 kali dalam setahun.

6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas kesehatan.

7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian

formulir SP2TP melalui format LB3 Program P2ISPA . Register pasien yang datang

ke poli MTBS setiap harinya direkap dalam laporan mingguan (laporan W2). Begitu

Page 21: Pneumonia

juga ketika ada pasien yang datang ke Posyandu atau kader dengan pneumonia akan

dicatat dan dilaporkan ke Puskesmas setiap minggunya. Laporan mingguan akan

direkap dalam laporan bulanan yang akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap awal

bulan sebelum tanggal 5. Tidak dilakukan pencatatan kasus pneumonia di fasilitas

kesehatan lain di luar Puskesmas.

4.3.2.4. Pengawasan

1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalam bentuk

laporan bulanan, pkp (penilaian kinerja puskesmas) dan tahunan oleh petugas

P2ISPA.

2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya

12x/tahun.

4.3.3. Keluaran

1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia)

Angka insiden ISPA (Pneumonia) 10% per tahun.

Perkiraan jumlah Balita = 10% jumlah penduduk

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya tahun 2014= 32.991 orang

Maka:

Perkiraan jumlah penderita pneumonia Balita di wilayah kerja tersebut per tahun

= insiden pneumonia Balita x perkiraan jumlah Balita

=10% x 10% x 32991 = 329,91 Balita/tahun (dibulatkan menjadi 330 Balita/ tahun)

Target penemuan bayi dan Balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target

absolut satu tahun: 86%)

= 86%x 330 = 283,8 (dibulatkan menjadi 284)

Atau 284/12 = 24 pasien Balita/bulan

Penemuan penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya (lampiranVI)

Pneumonia : 89 kasus

Bukan Pneumonia : 523 kasus

Page 22: Pneumonia

Jumlah penderita pneumonia bayi dan Balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun : 89 kasus

Cakupan Penderita Pneumonia Balita: ( Lampiran IV, VI)

Cakupan bayi dan

Balita dengan

pneumonia yang

ditangani

=

Jumlah penderita pneumonia bayi dan

Balita yang ditangani di satu wilayah

kerja pada kurun waktu satu tahun

Jumlah perkiraan penderita

Pneumonia bayi dan Balita di satu

wilayah kerja pada waktu yang sama

x 100%

= 89

284× 100 %

= 31,33%

2. Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)

Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia)

sesuai metode diagnosis oleh dokter

x 100%

Jumlah seluruh penderita ISPA

(pneumonia) yang didiagnosis

= 8989

×100 %

= 100%

3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia)

Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar

x 100%

Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati

= 8989

×100 %

= 100 %

Page 23: Pneumonia

4. Rujukan penderita ISPA (Pneumoni) tidak dilakukan = 0 %

Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia berat

sepanjang periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015.

5. Penyuluhan

a. Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali kunjungan penderita

dengan diagnosis ISPA khusunya pneumonia Balita).

b. Penyuluhan kelompok : 12 kali dalam satu tahun (100%).

6. Pelatihan kader kesehatan.

Tidak dilakukan pelatihan kader kesehatan karena keterbatasan biaya dari dinas

kesehatan. Puskesmas sudah mengajukan surat permintaan pelatihan kader namun belum

mendapatkan persetujuan dari dinas kesehatan.

7. Pencatatan dan pelaporan.

100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program. Pencatatan dilaksanakan

setiap hari kerja dan pelaporan dilaksanakan secara bulanan oleh petugas kesehatan di

Puskesmas.

4.3.4. Lingkungan

Lingkungan Fisik

o Kepadatan penduduk

= Jumlah penduduk di wilayah Kutawaluya

Luas wilayah Kutawaluya

= 32991 jiwa

2340 Ha

= 14 jiwa per Ha

Jadi wilayah Kecamatan Kutawaluya termasuk wilayah yang tidak padat.

Page 24: Pneumonia

o Lokasi : Cukup strategis, namun RS rujukan berlokasi agak jauh sekitar 35

km dari Puskesmas Kutawaluya dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit

kendaraan bermotor. Ada 2 lokasi desa yang sulit dijangkau yaitu Sindangsari dan

Mulyajaya.

o Transportasi : Tersedia sarana transportasi umum seperti ojek. Transportasi

umum seperti angkutan umum yang lebih terjangkau harganya belum ada. Dengan

adanya perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, ketujuh

desa dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi. Di Puskesmas

terdapat 1 ambulans yang siap pakai.

o Fasilitas kesehatan: Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan lain seperti Balai

Pengobatan Swasta (BPS) dengan Puskesmas dalam program P2ISPA (tidak teratur

memberikan laporan temuan Balita yang menderita pneumonia).

Lingkungan non fisik

o Perilaku masyarakat : Ada pemanfaatan puskesmas sebagai sarana pelayanan

kesehatan.

o Sosial budaya : Tidak menghambat program.

o Sosial ekonomi : Menghambat program karena mayoritas memiliki tingkat

sosial ekonomi rendah. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai

buruh tani (40,37%), disusul oleh pedagang (15,80%), dan petani (9,88%). Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar penduduk adalah yang

pekerjaannya tidak memberikan penghasilan yang pasti setiap bulannya.

o Status pendidikan : Sebagian besar penduduk memiliki pendidikan terakhir

SD/MI (40,35%), kemudian SMA/MA (28,09%), SMP/MTS (19,75%), belum tamat

SD (10,12%), dan sarjana (1,69%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

bahwa mayoritas penduduk memiliki pendidikan yang rendah (50,47%).

4.3.5. Umpan Balik

Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk mengevaluasi

program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1 bulan sekali.

Page 25: Pneumonia

4.3.6. Dampak

1. Langsung :

Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas ISPA (pneumonia): belum dapat dinilai.

2. Tidak langsung :

a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sesuai Paradigma Sehat: belum dapat dinilai.

Bab V

Pembahasan

5.1. Variabel Masalah

Tabel 1. Variabel Masalah.

No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan

Variabel

Cakupan Masalah

1. Keluaran Cakupan penderita

Pneumonia Balita

Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA (pneumonia Balita)

86%

100%

31,33%

0%

(+)54,67%

(+)100%

2. Masukan

Page 26: Pneumonia

Sarana : Sound timer

3 buah(100%)

2 buah(66,66%)

(+)33,34 %

3. Proses Perencanaan pelatihan kader Dilakukan satu kali

setahunTidak dilakukan (+)

4. Lingkungan Transportasi

Fasilitas Kesehatan lain

Sosio ekonomi

Mendukung

Mendukung

Mendukung

Tidak

Tidak

Tidak

(+)

(+)

(+)

Bab VI

Permasalahan

Dari pembahasan Evaluasi Program P2ISPA Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya

periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:

1. Masalah menurut keluaran

a. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 31,33%dari target 86%.

b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%

dari target 100%.

2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :

a. Dari Masukan

- Kader Pneumonia sebanyak 50 orang dari jumlah seharusnya 70 orang (10

orang/ desa).

Page 27: Pneumonia

- Kader yang ada tidak aktif.

- Hanya ada 2 buah sound timer dari tolak ukur 3 buah sound timer.

b. Dari Proses (Pelaksanaan)

- Pelatihan bagi kader tidak dilaksanakan.

c. Dari lingkungan

1) Fisik

- Sarana transportasi umum terbatas

- Fasilitas kesehatan lain : Fasilitas kesehatan yang lain seperti Balai

Pengobatan Swasta (BPS) tidak memberikan laporan penemuan penderita

ISPA (pneumonia Balita) ke Puskesmas.

2) Non Fisik

- Sosial ekonomi: Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah dan

bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Bab VII

Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran :

a. Cakupan penemuan penderita ISPA (Pneumonia Balita) di Puskesmas Kutawaluya periode

Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 sebesar 31,33 % dari tolok ukur 86%.

b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari target

100%.

Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik scoring sebagai berikut :

No Parameter Masalah

A B

1. Besarnya masalah 5 4

2. Akibat yang ditimbulkan 5 3

Page 28: Pneumonia

3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 4

4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 4 4

5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan

masalah

4 4

Total 23 19

Koding :

5 = sangat penting ; 4 = penting ; 3 = cukup penting ; 2 = kurang penting ; 1 = tidak penting.

Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, maka masalah yang harus diselesaikan, yaitu :

a. Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Kutawaluya periode Juni 2014 sampai

dengan Mei 2015 sebesar 31,33 % dari tolok ukur 86%.

b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari taget

100%.

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

Masalah 1: Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 31,33%dari target 86%.

Penyebab Masalah:

1. Tidak dilakukannya perencanaan dan pelaksanaan pencatatan kasus ISPA

(Pneumonia Balita) di fasilitas kesehatan lain seperti Balai Pengobatan Swasta (BPS)

di wilayah kerja Puskesmas

2. Tidak aktifnya penemuan dan perujukan penderita ISPA (Pneumonia Balita) oleh

kader.

3. Penemuan penderita ISPA (Pneumonia Balita) dilakukan secara passive case finding.

Penyelesaian Masalah:

1. Petugas Puskesmas melakukan kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain untuk ikut

melakukan pencatatan dan melaporkannya ke Puskesmas.

Page 29: Pneumonia

2. Memberikan pedoman penentuan diagnosa ISPA (Pnemonia) balita dan teknik

pencatatan kasus yang ditemukan.

3. Melakukan pelatihan kader mengenai penemuan dan merujuk penderita ISPA

(Pneumonia Balita) yang terangkum dalam pelatihan kader terpadu.

4. Memberdayakan masyarakat bersama para kader terlatih untuk melakukan active

case finding.

Masalah 2: Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0% dari

target 100%.

Penyebab Masalah:

1. Dana BOK pada tahun 2014 terbatas untuk pelatihan Kader Posyandu.

2. Pelatihan kader masih sendiri-sendiri (belum terpadu).

Penyelesaian Masalah:

1. Perencanaan anggaran BOK di tahun 2015 untuk melaksanakan pelatihan kader.

2. Pelaksanaan kader secara terpadu.

Page 30: Pneumonia

Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada program Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA) di UPTD Puskesmas kutawaluya periode

Juni 2014 sampai dengan Mei 2015, didapatkan:

1. Cakupan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar 31,33%.

2. Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar

100%.

3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita ISPA (Pneumonia Balita) adalah sebesar

100%

4. Jumlah rujukan kasus ISPA (Pneumonia Balita) tidak ada.

Page 31: Pneumonia

5. Cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok adalah sebesar 100%

6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita ISPA (Pneumonia Balita)

adalah 0%.

7. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA (Pneumonia Balita) dilakukan 100% sesuai

tolok ukur.

8. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA (Pneumonia Balita) di

UPTD Puskesmas Kutawaluya karena masih ada masalah-masalah di program ini.

9.2. Saran

Agar kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di

Puskesmas Kutawaluya di periode yang akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik,

maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah

sebagai berikut:

Disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program untuk :

1. Meningkatkan koordinasi lintas program dengan promosi kesehatan, bidan desa dan

sebagainya. Mengoptimalkan kerjasama lintas sektoral seperti mengikuti rapat

mingguan desa dan kecamatan.

2. Memotivasi kader pneumonia yang ada agar lebih aktif dalam penjaringan dan

pelaporan kasus pneumonia balita.

3. Melakukan pelatihan mengenai ISPA/Pneumonia secara umum kepada kader oleh

dokter dengan memanfaatkan sumber daya dari masyarakat.

4. Melaksanakan pelatihan kader secara terpadu dengan menggunakan anggaran BOK

yang sudah direncanakan dengan baik.

5. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya seperti kader, bidan ataupun dokter di

UPTD Puskesmas Kutawaluya untuk diikutsertakan dalam program P2ISPA agar

masing-masing jabatan dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih

fokus.

Page 32: Pneumonia

Melalui saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program Pengendalian

Penyakit ISPA (Pneumonia Balita) pada periode yang akan datang di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Kutawaluya, sehingga permasalahan yang timbul dapat teratasi.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI; 2010.h. 1-54.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset

kesehatan dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.h. 65-8.

3. Weber M, Fransisca, Said M, dkk. Pneumonia balita. Buletin Jendela Epidemiologi 2010:

Vol 3, 1-36.

4. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Juni 2014 sampai Mei 2015 Program

P2ISPA (Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.

5. Susanto DH. Pedoman evaluasi program. Jakarta: UKRIDA; 2011.h. 6-10.

6. Data Demografi UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2014.

7. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012. h. 1-31.

Page 33: Pneumonia