PLTSa

5
Nama : Abdussalam Topandi NIM : 121424001 Kelas : 3A-TKPB Mata Kuliah : Audit Energi Dosen : Ir. Mukhtar Ghozali, M.T. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Selain fenomena macet, sampah juga menjadi permasalahan khusus bagi kota kota besar. Sampah menjadi masalah dari segi kebersihan maupun gangguan terhadap keindahan kota dan kesehatan masyarakat. Ada banyak langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pemanfaatan terhadap sampah itu sendiri. Diantaranya pemanfaatan sampah untuk mengubahnya menjadi energy listrik. Dalam hal ini, sampah digunakan menjadi bahan baku untuk pembakaran air yang mendorong turbin listrik. Langkah inilah yang seharusnya menjadi solusi dan sangat ditunggu oleh masyarakat di perkotaan. Selain mengurangi dampak terhadap lingkungan, pengelolaan sampah menjadi energy listrik ini juga menguntungkan dari sisi bisnis. Karena listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN. Teknologi pengolahan sampah ini untuk menjadi energi listrik pada prinsipnya sangat sederhana sekali. Sampah dibakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal). Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap dengan bantuan boiler. Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin. Selanjutnya turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros generator yang menghasilkan listrik dan selanjutnya listrik dialirkan ke konsumen.Wali Kota Bandung Dada Rosada lantas berkesimpulan, Kota Bandung tidak bisa lagi menggunakan sistem open dumping, sanitary landfill, ataupun 3 R (reduce, reuse, recycle). Lahirlah sebuah

description

sd

Transcript of PLTSa

Nama: Abdussalam TopandiNIM: 121424001Kelas: 3A-TKPBMata Kuliah: Audit EnergiDosen: Ir. Mukhtar Ghozali, M.T.

Pembangkit Listrik Tenaga SampahSelain fenomena macet, sampah juga menjadi permasalahan khusus bagi kota kota besar. Sampah menjadi masalah dari segi kebersihan maupun gangguan terhadap keindahan kota dan kesehatan masyarakat. Ada banyak langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan pemanfaatan terhadap sampah itu sendiri. Diantaranya pemanfaatan sampah untuk mengubahnya menjadi energy listrik.Dalam hal ini, sampah digunakan menjadi bahan baku untuk pembakaran air yang mendorong turbin listrik. Langkah inilah yang seharusnya menjadi solusi dan sangat ditunggu oleh masyarakat di perkotaan. Selain mengurangi dampak terhadap lingkungan, pengelolaan sampah menjadi energy listrik ini juga menguntungkan dari sisi bisnis. Karena listrik yang dihasilkan dapat dijual ke PLN.Teknologi pengolahan sampah ini untuk menjadi energi listrik pada prinsipnya sangat sederhana sekali. Sampah dibakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal). Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap dengan bantuan boiler. Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin. Selanjutnya turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros generator yang menghasilkan listrik dan selanjutnya listrik dialirkan ke konsumen.Wali Kota Bandung Dada Rosada lantas berkesimpulan, Kota Bandung tidak bisa lagi menggunakan sistem open dumping, sanitary landfill, ataupun 3 R (reduce, reuse, recycle). Lahirlah sebuah ide untuk membuat waste to energy (WTE) atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Tekonologi incinerator dengan kekuatan hingga 1.200oC dan pengolahan gas buangnya adalah kunci dari pengoperasian PLTSa. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran 500 ton sampah per hari inilah yang akan diubah menjadi energi listrik terbarukan di Kota Bandung. Tim FS PLTSa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengklaim, listrik yang akan dihasilkan berkekuatan 7 megawatt (MW) per hari dengan asumsi sampah yang diolah sebanyak 500 ton per hari. Kebutuhan listrik untuk proses pembakaran itu sendiri, sebesar 1 MW sehingga diperoleh listrik sebesar 6 MW.Pengelolaan sampah kota Bandung dapat dilihan pada gambar berikut.

Gambar 1.1 Pengelolaan sampah kota Bandung

Dari hasil studinya ke beberapa negara yang mengoperasikan PLTSa, Tim FS merasa menemukan lebih banyak kecocokan karakter sampah dengan Cina. Begitu pun sistem dan mekanisme pengoperasian PLTSa di negeri panda itu. Secara sederhana, proses pengolahan sampah zero waste di sana dinilai lebih bisa diterapkan di Bandung. Setelah diangkut dari tempat penampungan sementara (TPS), sampah ditempatkan di bungker untuk kemudian dibakar dalam boiler-boiler dengan temperatur tinggi hingga 1.200 derajat celsius. Penampungan air lindi sudah dimulai sejak sampah masih di dalam bungker yang bersuhu kamar. Air lindi selanjutnya bisa diolah kembali atau disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung atau diolah sendiri di IPAL milik PLTSa. Setelah kandungan airnya termonitor sesuai dengan standarpembakaran, sampah mulai dibakar di dalam boiler. Bukan tanpa risiko, pembakaran di boiler ini menghasilkan residu berbahaya berupa abu dan gas buang.PLTSa Bandung diperkirakan menghasilkan 20% bottom ash dan 3% fly ash dari 500 ton sampah yang diolahnya. Tentu bukan jumlah yang sedikit. Atas hal ini, Tim FS menyarankan tiga hal kepada investor. Pertama, menyediakan lahan seluas 10 hektare di luar kota untuk penimbunan abu; melakukan pengujian karakteristik dan toksikologi abu; dan memanfaatkan abu. Misalnya, bottom ash digunakan sebagai pelapis jalan dan fly ash dimanfaatkan sebagai campuran semen dan batako. Proses Konversi ThermalProses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insenerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen.Pembangkit listrik tenaga sampah yang banyak digunakan saat ini menggunakan proses insenerasi salah. Sampah dibongkar dari truk pengakut sampah dan dialirkan ke inserator. Di dalam inserator sampah dibakar. Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran digunakan untuk mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi. Uap dari boiler langsung ke turbin. Sisa pembakaran seperti debu diproses lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk mengangkut sisa proses pembakaran).Untuk diketahui bahwa teknologi pengolahan sampah ini memang lebih menguntungkan dari pembangkit listrik lainnya. Sebagai ilustrasi 100.000 ton sampah sebanding dengan 10.000 ton batu bara. Selain mengatasi masalah polusi dan mengurangi dampaklingkungan, bisa juga untuk menghasilkan energi berbahan bahan bakar gratis dan malah mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan listrik yang dihasilkan. Pemanfaatan Sampah Untuk Tenaga Listrik di Beberapa NegaraDi Amerika Serikat, sekitar 2.500 MW listrik dihasilkan setiap tahunnya dari 35 juta ton sampah (17% dari total sampah yang dihasilkan). Lebih dari 80% volume sampah di Denmark dan 60% di Jepang juga diproses di fasilitas WTE. Akibat pola pikir ini pemerintah maupun masyarakat mau menangani sampah secara maksimal.Cara kerja ini mirip dengan sistem thermal biasa (PLTU) hanya saja sumber panas diganti dari pembakaran bahan bakar fosil menjadi dari pembakaran sampah. Dengan kapasitas penerimaan 740 ton sampah per hari atau sepertiga dari sampah yang dihasilkan di Kabupaten Bandung, sebuah PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dapat menghasilkan listrik sebesar 168.977 MWh/tahun dengan kapasitas daya 21 MW. Jumlah ini sama dengan kebutuhan rata-rata 57 ribu rumah tangga per tahun.Teknologi ini pun diklaim mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 165.404 ton ekuivalen CO2 yang sama dengan emisi dari penggunaan 30.294 mobil bila dibandingkan energi dari PLTU batu bara.Untuk biaya pembangunan diperkirakan membutuhkan lahan seluas 14 hektar, dengan biaya awal sekitar Rp 332 miliar dan biaya operasional tahunan Rp 74 miliar. Jangka Waktu Balik Modal Investasi Listrik dari Sampah Bila listrik yang dihasilkan dijual ke PLN dengan tarif Rp 787,20 per kWh (diadaptasi dari nilai tarif pembelian listrik oleh PLN dari PLTU batu bara yang sedang dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk.) maka setelah tahun ke- 4 pembangunan akan balik modal dan memiliki IRR (Internal Rate of Return) sebesar 31%. Hal ini menunjukkan manfaat yang sangat besar pula dari segi ekonomi.