PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filesehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI filesehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang...
PENGARUH KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80
TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK MIKROEMULSI
ESTER VITAMIN C DAN VITAMIN E UNTUK ANTIAGING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Fransisca Kristi Astuti
NIM : 108114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80
TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK MIKROEMULSI
ESTER VITAMIN C DAN VITAMIN E UNTUK ANTIAGING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Fransisca Kristi Astuti
NIM : 108114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yesaya 41:10
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Pengkhotbah 3:11
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya, bahkan Ia memberi
kekekalan di dalam hati mereka”.
Amsal 2:10
“”Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan
Menyenangkan jiwamu”.
Ketekunan bisa membuat yang tidak mungkin
menjadi mungkin, membuat kemungkinan kecil jadi
kemungkinan besar dan membuat kemungkinan menjadi pasti
(Robert Half)
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Malaikat Gabriel Papa dan mama tercinta
Dd Alisius Johan Affandi Teman-teman Farmasi 2010 Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda
Maria, Santo Tadeus dan Malaikat Gabriel atas curahan berkat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN SPAN 80 TERHADAP SIFAT
FISIK DAN STABILITAS FISIK MIKROEMULSI ESTER VITAMIN C DAN
VITAMIN E UNTUK ANTIAGING”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Program Studi
Ilmu Farmasi (S.Farm).
Selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan,
perhatian, doa, dorongan, nasehat, sarana dan prasarana. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Papa Agustinus Suparyono dan mama Elizabeth Nuryati atas doa, perhatian
baik saat suka dan duka serta penyokong dana terhadap penulis selama
berkuliah dan mengerjakan skripsi.
2. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
3. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. T. N. Saifullah, S. M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama pengerjaan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. dan Melania Perwitasari, M.Sc.,
Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis dalam
memperbaiki naskah skripsi.
6. Pak Musrifin, Mas Agung, Pak Parlan, Mas Otok, Mas bimo, Mas Kunto, Pak
Wagiran, Pak Iswandi, Mas Sigit, Pak Pardjiman, Pak Heru, Pak Timbul, Mas
Ketul dan segenap satpam dan karyawan atas bantuan dan kelancaran yang
telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Elizabeth Sita dan Agrifina Akardias Mahalalita selaku teman seperjuangan
dalam melakukan penelitian, serta atas masukan, saran, serta dukungannya
selama ini.
8. Eveline Febrina dan Arfin dj, selaku sahabat sejati yang selalu memberikan
semangat dikala suka dan duka.
9. Anggota Kwek-kwek Marcelina W. A. R, Rosalia Suryaningtyas, Astuti M.
S, dan Eva Cristiana atas perhatian dan dukungannya kepada penulis.
10. Naomita Joice, Liliany Ludji, Nita Rahayu, Ricardo Kenny, Vivian hiu,
Cindy, Eliza telamiana, Widya Agriani, Priskila Agnes, Ita (001), Olivia, Sita,
dan Juliana atas tawa dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.
11. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan karya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Ester vitamin C dan vitamin E diketahui memiliki fungsi sebagai
antioksidan. Campuran ester vitamin C dan vitamin E diformulasikan dalam
bentuk mikroemulsi untuk meningkatkan absorpsi ke dalam lapisan kulit. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh campuran surfaktan tween 80 dan span
80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin
E.
Faktor dalam penelitian adalah tween 80 dan span 80 dengan
perbandingan 5:1, 6:1, 7:1, 8:1. Parameter uji yang diamati meliputi organoleptis,
ukuran partikel, persen transmitan, viskositas, indeks bias, pH, dilution test, uji
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dan stabilitas sediaan
menggunakan freeze thaw selama 3 siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dengan software R.3.0.2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tween 80 dalam
kombinasi surfaktan tidak memberikan perubahan organoleptis, menyebabkan
peningkatan pH, viskositas serta penurunan ukuran partikel dan persen transmitan
sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E. Sediaan mikroemulsi ester
vitamin C dan E memiliki aktivitas antioksidan yang termasuk dalam kategori
sangat kuat dengan IC50 F5 0,012 mg/mL, F6 0,019 mg/mL, F7 0,022 mg/mL dan
F8 0,040 mg/mL.
Kata kunci : mikroemulsi, campuran ester vitamin C dan vitamin E, surfaktan,
tween 80 dan span 80, freeze thaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Ester vitamin C and vitamin E are known to have a function as an
antioxidant. The mixture of ester vitamin C and E are formulated in the form of
microemulsion to increase absorption in the skin surface. The purpose of this
study was to determine the effect of surfactant tween 80 and span 80 on the
physical properties and stability of microemulsion ester vitamin C and vitamin E.
Factors in the study were tween 80 and span 80 with a ratio of 5:1, 6:1,
7:1, 8:1. Parameters observed were organoleptic test, particle size, percent
transmittance, viscosity, refractive index, pH, dilution test, Antioxidant activity
test used DPPH method and freeze thaw stability of the microemulsion for 3
cycles. Data were analyzed statistically using analysis of variance (ANOVA) with
software R.3.0.2.
The results showed that increasing of tween 80 on the surfactant mixture
in this study did not provide organoleptic changes, causing increase in pH,
viscosity and particle size and decreased in percent transmittance microemulsion
ester vitamin C and E. Microemulsion ester vitamins C and E showed very strong
antioxidant activity with an average IC50 F5 0,01200 mg/mL, F6 0,01857 mg/mL,
F7 0,02167 mg/mL, F8 0,04028 mg/ mL.
Keywords : microemulsion, ester vitamin C. vitamin E, surfactant, tween 80 and
span 80, freeze thaw.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PRAKATA ...................................................................................................... vii
INTISARI ........................................................................................................ x
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxiii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Keaslian Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Penuaan Dini ................................................................................. 7
1. Pengertian ................................................................................ 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Penuaan dini akibat sinar UV .................................................. 7
3. Pembentukkan Radikal Bebas pada Kulit ............................... 7
B. Antioksidan ................................................................................... 8
1. Mekanisme Kerja Antioksidan ................................................ 9
2. Vitamin E sebagai Antioksidan ............................................... 10
3. Ester vitamin C atau Askorbil palmitat sebagai antioksidan ... 11
C. Mikroemulsi .................................................................................. 12
1. Jenis Mikroemulsi ................................................................... 12
2. Teori Pembentukkan Mikroemulsi........................................... 12
3. Surfaktan.................................................................................. 13
3.1. Tween 80 dan Span 80 sebagai Surfaktan......................... 14
4. Kontrol Kualitas dari Sediaan Mikroemulsi............................ 16
4.1. Uji Organoleptis............................................................... . 16
4.2. Uji pH............................................................................... . 16
4.3. Uji Viskositas................................................................... . 16
4.4. Uji Ukuran Partikel Mikroemulsi...................................... 18
4.5. Dilution Test..................................................................... . 18
4.6. Uji Indeks Bias................................................................. . 19
4.7. Uji Persen Transmitan ....................................................... 19
5. Uji Stabilitas Mikroemulsi...................................................... . 20
D. Uji Iritasi Menggunakan Metode HET-CAM................................ 22
E. Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH terhadap
ester vitamin C dan vitamin E..................................................... ... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
F. Pemerian Bahan............................................................................. 24
1. Ester vitamin C atau Ascorbyl palmitate............................ ...... 24
2. Vitamin E (alfa tokoferol)........................................................ 25
3. Sunflower oil............................................................................ 25
4. Tween 80 .................................................................................. 26
5. Span 80 ..................................................................................... 27
6. Aquadestilata ........................................................................... 27
7. DPPH (2,2-dfenil 1-pikrilhidrazil) ........................................... 27
8. Etanol ....................................................................................... 28
G. Analisis Data .................................................................................. 29
H. Landasan Teori ............................................................................... 29
I. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31
A. Jenis Rancangan Penelitian ........................................................... 31
B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 31
1. Variabel Penelitian ................................................................... 31
2. Definisi Operasional................................................................. 31
C. Bahan Penelitian ............................................................................ 32
D. Alat Penelitian ................................................................................ 33
E. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 33
1. Orientasi Formula Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E .................................................................................. 33
1.1. Formula Orientasi.............................................................. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1.2. Pembuatan Sediaan Mikroemulsi Ester Vitamin C dan
Vitamin E Formula Orientasi ............................................ 34
2. Evaluasi Sediaan Mikroemulsi saat orientasi .......................... 35
2.1. Uji organoleptis ................................................................. 35
2.2. Heating and Cooling Cycle ............................................... 35
2.3. Uji Sentrifugasi ................................................................. 35
3. Pembuatan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
dengan Formula Hasil Orientasi............................................... 35
3.1. Formula Mikroemulsi Hasil Orientasi .............................. 35
3.2. Pembuatan Sediaan Mikroemulsi Ester Vitamin C dan
Vitamin E ........................................................................... 36
4. Uji Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E .................................................................................. 36
4.1. Uji Organoleptis ................................................................ 36
4.2. Uji pH menggunakan pH meter ........................................ 36
4.3. Diluton Test ....................................................................... 37
4.4. Persen Transmitan ............................................................. 37
4.5. Indeks Bias ........................................................................ 38
4.6. Viskositas .......................................................................... 39
4.7. Uji Ukuran partikel ........................................................... 39
5. Uji Stabilitas Dipercepat .......................................................... 39
5.1. Uji Freeze thaw ................................................................. 39
6. Uji HET-CAM ........................................................................ 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
6.1. Penyiapan Telur ................................................................ 39
6.2. Kontrol Positif (NaOH 0,1 N) ........................................... 40
6.3. Kontrol Negatif (0,9% NaCl) ............................................ 40
6.4. Perlakuan ........................................................................... 40
6.5. Pengamatan ....................................................................... 40
7. Uji Aktivitas Antioksidan pada Sediaan Mikroemulsi............. 41
7.1. Pembuatan Larutan DPPH ................................................ 41
7.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH .......... 41
7.3. Penentuan Operating Time ................................................ 42
7.4. Pembuatan Larutan uji ...................................................... 42
7.5. Pengukuran Absorbansi Larutan DPPH (kontrol)............. 49
7.6. Penentuan Aktivitas Antioksidan ...................................... 49
7.7. Penentuan Persamaan Regresi Linear ............................... 50
F. Analisis Data ................................................................................. 50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 52
A. Uji Pendahuluan atau Orientasi Formula ....................................... 52
B. Uji Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
dengan Formula Hasil Orientasi .................................................... 54
1. Uji Organoleptis dan pH .......................................................... 54
2. Dilution Test ............................................................................. 55
3. Persen transmitan ..................................................................... 56
4. Uji Indeks Bias ......................................................................... 57
5. Uji Ukuran Droplet .................................................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
6. Uji Viskositas ........................................................................... 60
C. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E ........................................................................................ 62
1. Stabilitas organoleptis mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E setelah mengalami freeze thaw ................................ 63
2. Stabilitas pH mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
setelah mengalami freeze thaw................................................. 64
3. Stabilitas persen transmitan mikroemulsi ester vitamin C
dan vitamin E setelah mengalami freeze thaw ......................... 65
4. Stabilitas ukuran droplet mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E setelah mengalami freeze thaw ................................ 66
5. Stabilitas viskositas mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E setelah mengalami freeze thaw ................................ 66
D. General Discussion Antar Uji sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi .... 67
E. Uji Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi dan Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E ....................................................... 70
1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ maks) 70
2. Penentuan Operating Time (OT) .............................................. 69
3. Hasil Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH ................ 72
F. Uji Iritasi Menggunakan Metode HET-CAM ................................ 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 76
A. Kesimpulan ................................................................................... 76
B. Saran .............................................................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................... 83
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Skor Kumulatif dalam Chorioallantoic Membrane
Test ............................................................................................
23
Tabel II. Formula Mikroemulsi Acuan ............................................................................ 33
Tabel III. Orientasi Formula Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin
E ........................................................................................................................ 33
34
Tabel IV. Formula Mikroemulsi Hasil Orientasi .............................................................. 35
Tabel V. Hasil Organoleptis Formula orientasi........................................ 53
Tabel VI. Data Organoleptis dan pH Sediaan Mikroemulsi Formula
Hasil Orientasi ..........................................................................
54
Tabel VII. pH Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 Setiap
Formula ....................... .....................................................................................
55
Tabel VIII. Nilai HLB Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 pada
Setiap Formula Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
...................................................................................................
56
Tabel IX. Hasil Ukuran Droplet (nm)....................................................... 58
Tabel X. Nilai Indeks Polidispersitas dan Koefisien Difusi (D) saat
Pengujian Ukuran Droplet.........................................................
60
Tabel XI. Hasil Organoleptis Selama Freeze Thaw Dengan 3 Siklus
Penyimpanan ............................................................................
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel XII. Ukuran Droplet Mikroemulsi Ester Vitamin C Dan Vitamin E
Setelah Freeze Thaw .........................................................................................
65
Tabel XIII. Hasil Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi...................................... 68
Tabel XIV Hasil Stabilitas Fisik Mikroemulsi............................................ 68
Tabel XV IC50 Standar Ester vitamin C, Vitamin E, Campuran Ester
vitamin C dan vitamin E serta mikroemulsi Ester vitamin C
dan vitamin E....................................................................
73
Tabel XVI. Data Hasil Pengujian Iritasi Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E ....................... ...................................................................................
75
Tabel XVII. Data HLB Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80
Setiap Formula Mikroemulsi ....................................................
90
Tabel XVIII. Uji Statistik Sifat Fisik pH, Viskositas, Persen Transmitan,
Ukuran Partikel dan nilai IC50 Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E ..........................................................
95
Tabel XIX. Uji Statistik Stabilitas pH, Viskositas, Persen Transmitan dan
Ukuran Droplet .........................................................................
98
Tabel XX. Waktu Saat Terjadi Iritasi dengan Perlakuan Kontrol Positif,
Negatif dan Sampel ..................................................................
127
Tabel XXI. Nilai IS yang dihasilkan Berdasarkan Perlakuan ...................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Reaksi Penangkapan Radikal oleh DPPH ........................................................ 24
Gambar 2. Struktur Kimia Ester vitamin C ....................................................................... 24
Gambar 3. Struktur Kimia Vitamin E ................................................................................ 25
Gambar 4. Struktur Kimia Tween 80 ................................................................................. 26
Gambar 5. Struktur Kimia Span 80.................................................................................... 27
Gambar 6. Struktur Kimia DPPH ..................................................................................... 28
Gambar 7. Struktur Kimia Etanol................................................ ...................................... 28
Gambar 8. Larutan Mikroemulsi yang dilarutkan dalam 100 mL
Akuades ............................................................................................................
55
Gambar 9. Grafik Uji Persen Transmitan Sediaan Mikroemulsi Ester
ester vitamin C dan vitamin E formula 5 (5:1), formula 6
(6:1), formula 7 (7:1), formula 8 (8:1) .............................................................
56
Gambar 10. Grafik Uji Indeks Bias Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E formula 5 (5:1), formula 6 (6:1), formula
7 (7:1), formula 8 (8:1) ....................................................................................
57
Gambar 11. Hasil Grafik Uji Ukuran Droplet Sediaan Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E formula 5 (5:1) sebelum
freeze thaw .......................................................................................................
58
Gambar 12. Hasil Grafik Uji Ukuran Droplet Sediaan Mikroemulsi
formula 8 (8:1) sebelum freeze thaw................................................................
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Gambar 13. Grafik Uji viskositas Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C
dan vitamin E formula 5 (5:1), formula 6 (6:1), formula 7
(7:1), formula 8 (8:1) .......................................................................................
61
Gambar 14. Grafik Uji Stabilitas pH Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E Selama Mengalami freeze thaw
selama 3 siklus .................................................................................................
63
Gambar 15. Grafik Uji Stabilitas Persen Transmitan Sediaan
Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E Selama
Mengalami freeze thaw 3 Siklus ......................................................................
64
Gambar 16. Grafik Uji Stabilitas Viskositas Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E Selama Mengalami freeze thaw 3 Siklus ..............................
66
Gambar 17. Grafik Penentuan OT Standar Ester vitamin C 0,0015
mg/mL, Vitamin E 0,00075 mg/mL dan Campuran Ester
vitamin C dan vitamin E 0,0042 mg/mL ..........................................................
71
Gambar 18. Grafik Penentuan OT Mikroemulsi formula 5 (5:1) 0,0084
mg/mL, formula 6 (6:1) 0,0196 mg/mL, formula 7 (7:1)
0,0168 mg/mL, formula 8 (8:1) 0,0196 mg/mL ...............................................
71
Gambar 19. Grafik Penentuan OT Basis Mikroemulsi formula 5 (5:1)
1,2 mg/mL, formula 6 (6:1) 1,4 mg/mL, formula 7 (7:1) 1,4
mg/mL, formula 8 (8:1) 2,4 mg/mL .................................................................
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) ester vitamin C (Askorbil
palmitat) ..........................................................................
84
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) vitamin E (Alfa-tokoferol)) ................................ 85
Lampiran 3. Certificate of Analysis (CoA) Sunflower oil............................ 86
Lampiran 4 Certificate of Analysis (CoA) Tween 80 ........................................................... 80 87
Lampiran 5. Certificate of Analysis (CoA) Span 80 .............................................................. 88
Lampiran 6. Data Penimbangan Formula Orientasi .............................................................. 89
Lampiran 7. Data Hasil Organoleptis Orientasi .................................................................... 90
Lampiran 8. Data Pengamatan HLB ..................................................................................... 90
Lampiran 9. Organoleptis Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E............................................................................
90
Lampiran 10. Data Pengukuran pH Basis dan Sediaan Mikroemulsi
Vitamin C dan E .....................................................................
91
Lampiran 11. Data Pengukuran Viskositas (cP) Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E ...................................................................................
92
Lampiran 12. Data Pengukuran Persen Transmitan (% T) Sediaan
Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E ..........................
93
Lampiran 13. Data Pengukuran Indeks bias Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan E ......................................................................
93
Lampiran 14. Data Pengamatan Ukuran Partikel .................................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Sifat Fisik Viskositas, pH, Persen
Transmitan dan Ukuran partikel (24 Jam) Sediaan
Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E Menggunakan
Program R 3.0.2 open source.................................................
94
Lampiran 16. Data Stabilitas pH, Viskositas, Persen Transmitan dan
Ukuran Partikel Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E .................................................................................
97
Lampiran 17. Data Penimbangan Ester vitamin C, E, Campuran Ester
vitamin C dan E sebagai standar…….....................................
100
Lampiran 18. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok ester vitamin C,
seri konsentrasi ester vitamin C, Data Absorbansi Ester
vitamin C, % IC dan IC50 ester vitamin C sebagai standar
.................................................................................................
100
Lampiran 19. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok vitamin E, seri
konsentrasi vitamin E, Data Absorbansi Vitamin E, % IC
dan IC50 vitamin E sebagai standar......................................
104
Lampiran 20. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok campuran ester
vitamin C dan E, seri konsentrasi campuran ester vitamin C
dan vitamin E, Data Absorbansi Ester vitamin C dan vitamin
E, % IC dan IC50 ester vitamin C dan vitamin E sebagai
standar.......................... .....................................................................................
108
Lampiran 21. Uji Statistik Standar Ester vitamin C, E dan campuran Ester
vitamin C dan Vitamin E ........................................................
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
Lampiran 22. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan E 5:1, Data Absorbansi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 5:1, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 5:1 ....................................................................
113
Lampiran 23. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan E 6:1, Data Absorbansi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 6:1, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 6:1 ....................................................................
115
Lampiran 24. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan E 7:1, Data Absorbansi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 7:1, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 7:1 ..........................................
117
Lampiran 25. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan E 8:1, Data Absorbansi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 8:1,% IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 8:1 ..........................................
119
Lampiran 26. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi
5:1, Data Absorbansi Basis Mikroemulsi 5:1, % IC ...............
120
Lampiran 27. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi
6:1, Data Absorbansi Basis Mikroemulsi 6:1 dan % IC .........
122
Lampiran 28. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi
7:1, Data Absorbansi Basis Mikroemulsi 7:1 dan % IC .........
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
Lampiran 29. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi
8:1, Data Absorbansi Basis Mikroemulsi 8:1 dan % IC .........
125
Lampiran 30. Hasil Uji Iritasi Primer dengan Metode HET-CAM ............... 127
Lampiran 31. Dokumentasi ........................................................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kulit dianggap sebagai cermin penampilan seseorang sehingga tidak
salah jika banyak orang terutama wanita berusaha merawat kulit wajah dan
memperlambat proses penuaan dini. Radikal bebas merupakan faktor utama yang
mempengaruhi atau mempercepat terjadinya proses penuaan dini. Radikal bebas
menyebabkan kerusakan pada kulit, seperti kulit menebal, kaku, tidak elastis,
keriput, pucat dan kering (Evawati, 2010). Peremajaan kulit merupakan salah satu
upaya untuk membuat kulit tampak sehat dan muda kembali.
Salah satu cara peremajaan kulit adalah menggunakan antioksidan seperti
ester vitamin C (Askorbil palmitat) dan vitamin E (alfa tokoferol) (Bauman,
2002). Ester vitamin C atau vitamin E sudah banyak digunakan oleh masyarakat
dalam bentuk emulsi. Menurut Goncalves et al., (2009), emulsi ester vitamin C
tidak stabil pada saat penyimpanan dengan suhu tinggi karena akan menyebabkan
penurunan viskositas hingga pemisahan fase dengan adanya peningkatan motilitas
partikel dan interaksi antar fase. Berdasarkan masalah tersebut maka pada
penelitian ini ester vitamin C dan vitamin E diformulasikan dalam bentuk
mikroemulsi.
Radikal bebas adalah molekul yang mempunyai sekelompok atom
dengan elektron yang tidak berpasangan dan merupakan bentuk radikal yang
sangat reaktif serta mempunyai waktu paruh yang sangat pendek (Halliwell and
Gutteridge, 2000). Penangkapan radikal bebas oleh suatu antioksidan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
diamati dengan uji DPPH berdasarkan parameter IC50. IC50 adalah ukuran
efektivitas suatu senyawa murni atau senyawa dalam sediaan tertentu dalam
menangkap radikal bebas (Dehpour et al., 2009).
Mikroemulsi mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya transparan
sehingga secara estetika lebih menarik, memiliki viskositas rendah sehingga saat
diaplikasikan lebih mudah menyebar pada kulit dan stabil secara termodinamika
atau energi bebas permukaan sistem lebih rendah dibanding energi bebas masing-
masing bahan sehingga tidak mudah mengalami pemisahan fase (Gulati et al.,
1998). Selain itu, kapasitas solubilizing yang tinggi dari mikroemulsi dapat
meningkatkan kelarutan dari suatu senyawa yang memiliki kelarutan rendah
terhadap air (Cho et al., 2008).
Komponen yang berperan penting dalam mikroemulsi adalah surfaktan.
Adsorpsi molekul surfaktan di permukaan cairan dapat menurunkan tegangan
permukaan dan adsorpsi di antara cairan akan menurunkan tegangan antarmuka
(Taylor, 2011). Surfaktan berperan penting dalam membentuk mikroemulsi
dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Surfaktan yang biasa digunakan dalam
sediaan mikroemulsi adalah tween 80 dan span 80 (Moghimipour et al., 2013).
Menurut Rowe et al., (2009), tween 80 dan span 80 merupakan surfaktan yang
tergolong surfaktan non-ionik dan bersifat tidak toksik. Surfaktan non-ionik
memiliki keseimbangan antara gugus lipofil dan hidrofil dalam molekulnya
sehingga dapat menghindari adanya interaksi antara muatan dari surfaktan dan
muatan dari zat aktif yang dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas sediaan
(Taylor, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Keunggulan dari tween 80 dan span 80 yaitu keduanya memiliki rantai
polioksietilen yang menjadikan kombinasi kedua surfaktan ini sebagai halangan
sterik bagi droplet–droplet fase minyak, sehingga kemungkinan untuk
bergabungnya droplet-droplet fase minyak ini dapat diminimalkan dan membuat
sediaan tetap stabil (Kim, 2005). Keunggulan lainnya, dilihat dari HLB yaitu
bahan tween 80 memiliki HLB 15 dan span 80 memiliki HLB 4,3 sehingga dapat
menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air lebih mudah
dibanding dengan menggunakan satu surfaktan saja. Tween 80 bersifat lebih
hidrofil akan sulit untuk menyatukan fase minyak dan fase air jika tidak dalam
komposisi sangat besar. Pada span 80, dikarenakan sifatnya yang lebih lipofil dan
memiliki karakteristik membentuk lapisan film yang kaku membuat span 80 lebih
sulit dalam membentuk mikroemulsi jika tanpa kombinasi bahan lain (Radomska
and Wojciechowska, 2005).
Penggunaan sediaan farmasi terutama kosmetik saat ini sudah merupakan
kebutuhan bagi masyarakat dan digunakan secara terus-menerus pada kulit
sehingga kosmetik harus memenuhi persyaratan keamanan. Pengujian keamanan
dari suatu kosmetik seperti mikroemulsi dapat menggunakan metode HET-CAM.
Menurut Bernardi et al., (2011), sediaan yang cocok diujikan menggunakan
metode HET-CAM adalah sediaan liquid, solid dan semi solid.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai ester vitamin C dan vitamin E yang diformulasikan dalam bentuk
mikroemulsi yang aman (tidak iritatif) dengan pengaruh kombinasi surfaktan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tween 80 dan span 80, mengingat kombinasi kedua surfaktan yang mempengaruhi
sifat fisik dan stabilitas fisik.
1. Perumusan Masalah
a. Bagaimanakah pengaruh variasi kombinasi surfaktan tween 80 dan span
80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E?
b. Apakah sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E dapat
menangkap radikal bebas berdasarkan nilai IC50 yang dihasilkan melalui
uji DPPH?
c. Apakah sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E bersifat aman
(tidak iritatif) berdasarkan uji HET-CAM?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelurusan pustaka dari beberapa sumber yang dilakukan
peneliti, penelitian mengenai “Pengaruh kombinasi surfaktan tween 80 dan
span 80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan mikroemulsi ester
vitamin C dan vitamin E untuk antiaging” belum pernah dilakukan. Adapun
penelitian terkait yang pernah dilakukan yaitu :
a. Penelitian dengan judul Stability of Vitamins C and E In Topical
Microemulsions for Combined Antioxidant Therapy, oleh Rozman et al.
(2007).
b. Penelitian dengan judul Dual Influence of Colloidal Silica on Skin
Deposition of Vitamins C and E Simultaneously Incorporated in Topical
Microemulsions, oleh Rozman et al. (2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
c. Penelitian dengan judul Temperature–Sensitive Microemulsion Gel: An
Effective Topical Delivery System for Simultaneous Delivery of Vitamins
C and Vitamin E, oleh Rozman et al. (2009).
Ketiga penelitian di atas melihat sifat fisik dan stabilitas fisik dari
mikroemulsi vitamin C dan E, namun pada penelitian Rozman et al. (2007)
dilakukan dengan pengembangan konsentrasi pengental untuk mengubah
viskositas sistem mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E, pada penelitian
Rozman et al. (2007) dilakukan dengan optimasi silika koloid sebagai
pengental untuk meningkatkan viskositas mikroemulsi baik hidrofilik maupun
lipofilik dan pada penelitian Rozman et al. (2009) dilakukan dengan
pengembangan suhu sensitif terhadap mikroemulsi gel ester vitamin C dan
vitamin E.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang formulasi, evaluasi
sifat fisik dan kemampuan menghambat radikal bebas dari sediaan
mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E dengan kombinasi surfaktan
tween 80 dan span 80 untuk antiaging.
b. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan menghasilkan sediaan
mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E yang memiliki sifat fisik dan
stabilitas fisik yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Tujuan Penelitian
1. Mengamati pengaruh kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 terhadap
sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E.
2. Menyelidiki kemampuan sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin
E dalam menghambat radikal bebas berdasarkan nilai IC50 yang dihasilkan
melalui uji DPPH.
3. Memastikan tingkat keamanan sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E berdasarkan uji HET-CAM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penuaan Dini
1. Pengertian
Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti
diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya. Proses penuaan
terjadi pada seluruh organ tubuh meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung,
paru-paru, ginjal, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit
(Cunnningham, 2003).
2. Penuaan dini akibat sinar UV
Efek fotobiologik sinar ultraviolet (UVA dan UVB) menghasilkan
radikal bebas dan menimbulkan kerusakan pada DNA. Pejanan sinar UV pada
kulit merupakan awal mula terbentuknya reaksi fotokimiawi yang dapat
mengakibatkan penuaan kulit dini dan kanker. Reaksi fotokimiawi ini dapat
menyebabkan perubahan pada DNA yang meliputi oksidasi asam nukleat.
Reaksi oksidasi juga dapat mengubah protein dan lipid yang mengakibatkan
fungsi sel terganggu. Akumulasi keduanya ini mengakibatkan penuaan jaringan
(Dong et al., 2008).
3. Pembentukkan radikal bebas pada kulit
Molekul radikal bebas dapat menarik elektron dari molekul normal
lain sehingga menimbulkan radikal bebas baru yang pada akhirnya
menimbulkan efek domino (self perpetuating process). Adanya molekul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
oksigen (O2) dalam kulit yang terdapat pada bagian bawah epidermis
merupakan target utama gelombang sinar UV yang masuk ke dalam kulit
(Fisher, 2002).
Molekul oksigen bersifat unik karena elektron yang terdapat pada
lapisan luar tidak lengkap berada dalam orbit elektron sehingga mempunyai
kecenderungan untuk menarik elektron dalam melengkapi pasangan
elektronnya. Konsekuensinya adalah bahwa masuknya sinar UV dapat
berperan sebagai donatur sebuah elektron kepada molekul oksigen di lapisan
epidermis. Contoh radikal bebas pada kulit terbentuk dari interaksi sinar UV
dengan molekul oksigen yang berada di dalam sel kulit adalah anion
superoksida, hidrogen peroksida, hidroksi radikal, dan oksigen singlet (Fisher,
2002).
Faktor radikal bebas merupakan faktor utama yang mempengaruhi
atau mempercepat terjadinya proses penuaan dini. Radikal bebas menyebabkan
kerusakan pada kulit, seperti menurunkan kinerja zat-zat dalam tubuh,
misalnya enzim yang bekerja mempertahankan fungsi sel (enzim protektif),
menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur
utama kolagen dan jaringan elastin, kerusakan pembuluh darah kulit; dan
mengganggu distribusi melanin (Evawati, 2010).
B. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Antioksidan bekerja dengan melindungi lipid dari proses peroksidasi oleh
radikal bebas. Ketika radikal bebas mendapat elektron dari antioksidan, maka
radikal bebas tersebut tidak lagi perlu menyerang sel dan reaksi rantai oksidasi
akan terputus. Setelah memberikan elektron, antioksidan menjadi radikal bebas
berdasarkan definisinya. Antioksidan pada keadaan ini berbahaya karena
mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan elektron tanpa
menjadi reaktif (Frei, 2004).
Kulit sendiri memiliki kemampuan untuk membatasi kerusakan yang
disebabkan oleh pajanan sinar UV misalnya melalui penghamburan cahaya
oleh stratum korneum, penyerapan cahaya oleh melanin dan perbaikan DNA
(DNA repair), dan melalui sistem antioksidan yang berfungsi mempertahankan
keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan (Dong et al., 2008).
1. Mekanisme Kerja Antioksidan
Mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas ada 3 macam,
yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier.
Antioksidan primer mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru
dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk
yang lebih stabil. Contohnya adalah superoskida dismutase (SOD),
glutation peroksidase, dan katalase yang dapat mengubah radikal
superoksida menjadi molekul air (Frei, 2004).
Antioksidan sekunder berperan mengikat radikal bebas dan
mencegah amplifikasi senyawa radikal. Beberapa contohnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
vitamin A (betakaroten), ester vitamin C, vitamin E, dan senyawa
fitokimia (Frei, 2004).
Antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomolekuler,
seperti memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal
bebas (Frei, 2004).
2. Vitamin E sebagai antioksidan
Fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam
lemak dan mudah memberikan atom hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada
struktur cincin ke radikal bebas. Radikal bebas menjadi tidak reaktif setelah
menerima atom hidrogen. Pembentukan oksigen secara bertahap direduksi
menjadi air (Kathryn et al., 2004).
Vitamin E merupakan antioksidan yang tergolong senyawa fenolik
yang larut lemak serta terletak di membran eritosit dan plasma lipoprotein.
Vitamin E bertindak sebagai scavenger (penangkap) radikal-radikal bebas
yang masuk ke dalam tubuh atau terbentuk di dalam tubuh dari proses
metabolisme normal. Vitamin E bertindak sebagai donor atom fenolik
hidrogen dan dapat mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid)
menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif dan relatif stabil sehingga tidak
mampu merusak rantai asam lemak. Vitamin E berada di dalam lapisan
fosfolipid membran sel dan memegang peranan biologik utama dalam
melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dan komponen membran sel lain
dari oksidasi radikal bebas (Jishage et al., 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berikut ini adalah inhibisi radikal bebas yang dilakukan oleh alfa
tokoferol atau (α-TOH) :
α-TOH + ROO* α-TO* + ROOH,
α-TO* + ROO* produk inaktif (1)
(Jishage et al., 2005).
3. Ester vitamin C atau Askorbil palmitat sebagai antioksidan
Askorbil palmitat paling efektif sebagai antioksidan sekunder atau
sinergis yang bekerja dengan mempromosikan aktivitas antioksidan primer.
Misalnya, Askorbil palmitat bekerja sinergis dengan antioksidan alfa
tokoferol dengan regenerasi tokoferol yang hilang selama reaksi anti oksidasi
(Meves et al., 2002).
Askorbil palmitat juga dapat bertindak sebagai rantai pemecah
antioksidan, namun tindakan ini lemah dan tergantung pada jenis minyak
yang teroksidasi. Pemecahan rantai antioksidan lambat atau oksidasi berhenti
setelah itu sudah dimulai dengan mencegat peroksil radikal yang terbentuk
ketika lipid dioksidasi. Radiasi peroksil akan memberi atom atau ion pada
rantai oksidasi, sehingga antioksidan pemecah rantai memutus siklus reaksi
oksidasi lanjutan (Meves et al., 2002).
Askorbil palmitat memiliki efek sinergis bila dikombinasikan dengan
antioksidan primer seperti BHA, BHT, propil galat, alfa tokoferol, serta
EDTA dan asam sitrat. Ascorbyl palmitate dan alfa tokoferol bekerja secara
sinergis, bila vitamin E teroksidasi maka akan di bentuk lagi di membran sel
oleh ester vitamin C (Rowe et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C. Mikroemulsi
Mikroemulsi merupakan suatu sediaan yang transparan, isotropik,
memiliki viskositas rendah dan stabil secara termodinamik yang terbuat dari
surfaktan, minyak dan air dengan atau tanpa kosurfaktan. Kapasitas pelarutan
obat yang tinggi dari mikroemulsi memungkinkan untuk meningkatkan
kelarutan dari suatu senyawa yang memiliki kelarutan rendah dalam air.
Mikroemulsi dibagi dalam tiga jenis yaitu mikroemulsi air dalam minyak
(A/M), minyak dalam air (M/A) dan bicontinuous. Jenis mikroemulsi yang
terbentuk tergantung pada komposisi pembentuknya (Lawrence and Ress,
2000).
1. Jenis Mikroemulsi
Mikroemulsi dibagi dalam tiga jenis yaitu mikroemulsi air dalam
minyak (A/M), mikroemulsi minyak dalam air (M/A) dan mikroemulsi
bicontinuous. Jenis mikroemulsi yang terbentuk tergantung pada komposisi
pembentuknya. Mikroemulsi minyak dalam air terbentuk karena fraksi dari
minyak rendah. Sedangkan mikroemulsi air dalam minyak terjadi ketika
fraksi dari air rendah. Sistem bicontinuous mungkin terjadi jika jumlah air
dan minyak hampir sama (Lawrence and Rees, 2000).
2. Teori Pembentukan Mikroemulsi
Teori Mixed Film menyatakan bahwa lapisan interfasial dan
tegangan permukaan yang sangat rendah penting dalam pembentukan
mikroemulsi. Pembentukan spontan mikroemulsi disebabkan oleh
pembentukan kompleks lapisan pada permukaan globul minyak dalam air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
karena adanya surfaktan dengan atau tanpa kosurfaktan. Surfaktan yang ada
akan menyebabkan tegangan permukaan antara minyak dan air menurun
(mendekati nol sampai negatif) (Surabhi et al., 2010).
Pernyataan terbentuknya lapisan interfasial pada mikroemulsi
dijelaskan dengan persamaan (2) :
(2)
Dimana γi menunjukkan tegangan antar permukaan, γm/a menunjukkan
tegangan antar permukaan antara minyak dan air tanpa adanya lapisan film
dan πi menunjukkan tekanan yang menyebar pada sistem dua dimensi. Saat
surfaktan dengan atau tanpa kosurfaktan ditambahkan dan teradsorpsi pada
lapisan antar permukaan, maka tekanan yang menyebar (πi) akan menjadi
lebih besar daripada γm/a, sehingga dihasilkan tegangan antar permukaan
yang negatif (Surabhi et al., 2010).
Mekanisme pembentukkan mikroemulsi berbeda dengan
pembentukkan makroemulsi. Perbedaan yang paling signifikan terletak pada
usaha makroemulsi atau peningkatan jumlah emulgator yang biasanya
memperbaiki stabilitasnya, tidak terjadi pada mikroemulsi. Sistem dalam
mikroemulsi dipengaruhi dari pembentukkannya yang spesifik melibatkan
interaksinya antara molekul minyak, emulgator dan air (Date et al., 2008).
3. Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran
yang terdiri dari air dan minyak. Pemilihan surfaktan berdasarkan titik kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
untuk formulasi mikroemulsi. Surfaktan harus menyokong
mikroemulsifikasi dari fase minyak dan harus memiliki potensi kelarutan
yang baik untuk zat aktif. Lapisan tipis emulgator harus memiliki nilai
hidrofilik-lipofilik yang sesuai pada daerah antarmuka supaya dihasilkan
mikroemulsi. Pemilihan surfaktan harus diatur oleh tipe mikroemulsi yang
akan diformulasikan. Surfaktan dengan HLB rendah seperti sorbitan
monooleat lebih disukai untuk mikroemulsi A/M sedangkan surfaktan
dengan HLB tinggi seperti tween 80 lebih disukai untuk mikroemulsi M/A
(Date et al., 2008).
Ada tiga tipe surfaktan yaitu tipe ionik, non ionik dan amfoterik.
Surfaktan tipe ionik terdiri dari tipe anionik dan kationik. Surfaktan tipe
anionik dapat berdisosiasi dalam air dan bagian anionnya dapat berfungsi
sebagai surfaktan, sebagai contoh Sodium lauril sulfat. Surfaktan tipe
kationik dapat berdisosiasi dalam air dan bagian kationnya dapat berfungsi
sebagai surfaktan, sebagai contoh setrimid. Surfaktan tipe non ionik tidak
dapat berdisosiasi dalam air, sebagai contoh tween dan span. Surfaktan
amfoterik mempunyai gugus kationik dan anionik dalam molekulnya dan
dapat terionisasi dalam larutan air, namun gugus yang dilepaskan tergantung
kondisi mediumnya. Contoh surfaktan amfoterik adalah protein dan lesitin
(Sinko, 2011).
3.1. Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan
Tween 80 (Polysorbatum 80) adalah ester oleat dari sorbitol
dan anhidrida yang berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol.
Tween 80 dapat bertindak baik sebagai reduktor dan stabilizer tanpa
menambahkan agen pereduksi tambahan ke reaksi. Tween 80 sebagai
agen stabilisasi yang diadsorpsi pada permukaan nanopartikel,
sehingga memperlambat pertumbuhan fase kristal dengan mengurangi
energi bebas permukaan. Konsentrasi tween 80 meningkat maka
menurunkan energi bebas permukaan dan karenanya stabilisasi ukuran
droplet yang lebih kecil terbentuk (Rajaram and Natham, 2013).
Span 80 adalah campuran ester sorbital dengan satu mol
anhidrida asam oleat. Tween 80 bersama dengan span 80 akan
berperan dalam menstabilkan sistem di mana semakin banyak tween
80 akan membuat medium dispers menjadi lebih rigid. Semakin rigid
medium dispers akan mengakibatkan semakin meningkatnya
viskositas sistem dari sediaan. Surfaktan, Tween 80 dan span 80
memiliki penyusun rantai yang bersifat hidrofil pada bagian kepala
dan lipofil pada bagian ekor. Dari sisi interaksi individual droplet,
adanya surfaktan akan membentuk lapisan film monomolecular.
Lapisan film yang terbentuk akan menurunkan tegangan permukaan
sehingga sediaan dapat stabil (Taylor, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Kontrol Kualitas dari Sediaan Mikroemulsi
Kontrol kualitas sediaan mikroemulsi yaitu :
4.1. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan
pada proses pengindraan. Evaluasi organoleptis sediaan mikroemulsi
atau emulsi dilakukan dengan mengamati terjadinya pemisahan fasa
atau pecahnya emulsi atau mikroemulsi, bau tengik dan perubahan
warna (Lawrence and Ress, 2000).
4.2. Uji pH
Sediaan kosmetik yang diaplikasikan pada kulit sebaiknya
tidak mengiritasi kulit. Oleh karena itu sediaan harus mempunyai pH
normal 4,5 – 6,5. pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit
bersisik, sementara jika pH terlalu asam maka membuat kulit iritasi
atau berwarna merah (Ali and Yosipovitch, 2013).
4.3. Uji Viskositas
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak
karena adanya gesekan antar lapisan material. Oleh karena itu,
viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat.
Makin kental suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan
untuk digunakan supaya cairan tersebut dapat mengalir dengan laju
tertentu. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut (Martin et al., 2010).
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
4.3.1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu
naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya.
Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel
cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurunkan kekentalannya (Martin et al., 2010).
4.3.2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki
viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan
volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar
partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula
(Martin et al., 2010).
4.3.3. Berat molekul solut
Viskositas berbanding lurus dengan berat molukel
solute, karena dengan adanya solute yang berat akan
menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan
sehingga menaikkan viskositasnya (Martin et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4.3.4. Tekanan
Tekanan akan bertambah jika nilai dari viskositas itu
bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar
viskositas suatu zat cair (Martin et al., 2010).
4.4. Uji Ukuran droplet Mikroemulsi
Ukuran droplet dari suatu mikroemulsi umumnya dinyatakan
sebagai diameter dari globul-globul dalam fase internal. Pengujian
ukuran droplet menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) dengan
tipe Dynamic Light Scattering. Prinsip dasar alatnya yaitu sampel
akan diterangi oleh sinar laser dan fluktuasi cahaya yang tersebar
dideteksi pada hamburan sudut θ yang dikenal oleh detektor foton
secara cepat. DLS merupakan instrumen dengan pengukuran pada
sudut tetap untuk menentukan ukuran droplet rata-rata dalam berbagai
ukuran terbatas (Volker, 2009).
4.5. Dilution Test
Uji Pengenceran atau Dilution Test merupakan uji untuk
menentukan tipe mikroemulsi. Uji ini didasarkan pada kenyataan
bahwa emulsi atau mikroemulsi hanya larut dengan cairan yang
membentuk fase kontinu-nya. Sistem ini diencerkan dengan baik fase
minyak atau fase cairnya, yang digunakan dalam persiapan
mikroemulsi. Oleh karena itu dalam kasus sistem mikroemulsi minyak
dalam air dapat diencerkan dengan fase airnya sementara untuk sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mikroemulsi air dalam minyak dapat diencerkan dengan fase minyak
yang digunakan (Firoz et al., 2012).
4.6. Uji Indeks Bias
Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer. Metode ini merupkan metode yang sederhana. Indeks
bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk
identifikasi zat dan ketakmurnian. Perambatan cahaya dalam ruang
hampa udara memiliki kelajuan c, kemudian setelah memasuki
medium tertentu akan berubah kelajuannya menjadi v dengan v ≪ c.
Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan
turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan
yang dinamakan indeks bias (n). Indeks bias merupakan perbandingan
(rasio) antara kelajuan cahaya di ruang hampa terhadap kelajuan
cahaya (Bhattacharjee, 2005).
4.7. Uji Persen Transmitan
Transmitan adalah perbandingan antara fraksi sinar yang
diteruskan oleh sampel dan jumlah sampel yang diterima oleh sampel
tersebut. Hukum Lambert menyatakan intensitas berkas cahaya yang
datang kemudian diserap dan diteruskan oleh suatu medium sebanding
dengan intensitas berkas cahaya yang keluar. Absorbansi suatu cahaya
oleh suatu molekul merupakan bentuk interaksi gelombang cahaya dan
atom atau molekulnya (Dominguez and Borobio, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Persen transmitan merupakan salah satu faktor penting dalam
mikroemulsi. Persen transmitan diperiksa dengan akuades sebagai
kontrol menggunakan spektrofotometer UV-vis. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat kelarutan dan transparansi. Sampel akan dilarutkan dalam
100 mL akuades dan diukur pada λ 650 nm. Jika hasil persen transmitan
sampel mendekati persen transmitan air maka sampel tersebut memiliki
kejernihan atau transparansi mirip air ( Thakkar et al., 2011).
5. Uji Stabilitas Mikroemulsi
Stabilitas menggambarkan ketahanan produk, waktu penyimpanan
dan penggunaan. Stabilitas sediaan mikroemulsi diamati secara fisik yang
meliputi bau, warna dan kejernihan. Kestabilan termodinamik dari tipe yang
dipustulatkan secara umum untuk sistem terlarut atau mikroemulsi umumnya
tergantung pada temperatur (Dawaba et al., 2010).
Accelerated stability dirancang untuk meningkatkan laju degradasi
kimia dan atau perubahan fisik zat obat atau produk obat dengan menggunakan
kondisi penyimpanan berlebihan dengan tujuan pemantauan reaksi degradasi
dan memprediksi masa simpan di bawah kondisi penyimpanan normal. Desain
studi stabilitas dipercepat termasuk suhu tinggi dan rendah, kelembaban tinggi
dan rendah, dan cahaya yang kuat atau rendah (Dawaba et al., 2010).
Accelerated stability meliputi heating and cooling cycle, uji
sentrifugasi dan uji freeze thaw. Mikroemulsi yang mengalami heating and
cooling cycle akan disimpan pada suhu 40C dan 45
0C selama 24 jam sebanyak
3 siklus. Pada akhir siklus diamati apakah terjadi pemisahan fase pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mikroemulsi. Jika mikroemulsi masih stabil maka dilanjutkan dengan uji
sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 15 menit (Darole, et al., 2008).
Pada uji freeze thaw, mikroemulsi akan disimpan pada suhu -200C dan
350C selama 24 jam sebanyak 3 siklus. Sediaan mikroemulsi dinyatakan stabil
jika tidak terjadi pemisahan (Darole et al., 2008).
Mikroemulsi yang stabil ditandai dengan dispersi globul yang seragam
dalam fase kontinu, namun dapat terjadi penyimpangan dari kondisi tersebut.
Seperti emulsi, ketidakstabilan mikroemulsi bisa digolongkan sebagai berikut :
5.1. Creaming
Agregat dan bulatan fase dalam mempunyai kecenderungan yang
lebih besar untuk naik ke permukaan mikroemulsi atau jatuh ke dasar
mikroemulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri.
5.2. Flokulasi
Flokulasi adalah agregasi globul menjadi kelompok besar. Gejala
ini dapat meningkatkan creaming.
5.3. Coalescence (breaking, cracking)
Kerusakan yang lebih besar daripada creaming pada suatu
mikroemulsi adalah penggabungan bulatan-bulatan fase dalam
(coalescence) dan pemisahan fase tersebut menjadi suatu lapisan.
Pemisahan fase dalam dari mikroemulsi tersebut disebut “pecah” atau
“retak” (cracked). Hal ini bersifat irreversible karena lapisan pelindung di
sekitar bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi (Dawaba et al.,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Uji Iritasi Menggunakan Metode HET-CAM
Uji HET-CAM (Hen’s Egg Test on the Chorioallantoic Membrane)
bertujuan untuk mengevaluasi produk kosmetik dan melihat tingkat iritasi pada
sediaan solid, semi solid atau liquid (Bernardi et al., 2011). Iritasi menyebabkan
perubahan dalam sistem vaskular dari HET-CAM yang menghasilkan perubahan
warna, pendarahan dan peningkatan perfusi pada membran. Setiap sampel diuji
pada tiga telur berumur antara 9-10 hari sebelum pengujian. CAM dibilas dengan
larutan NaCl 0,9 % setelah 30 detik pemaparan masing-masing substansi atau
sampel, dan dilihat reaksi yang terjadi berupa hiperemi, perdarahan dan koagulasi.
Pengamatan dilakukan secara semi-kuantitatif dinilai pada skala 0,5, 2 dan 5
menit setelah perlakuan. Skor numerik bergantung pada waktu saat terjadi
hiperemi, perdarahan dan koagulasi yang selanjutnya dijumlahkan untuk
memberikan skor numerik tunggal. Skor yang menunjukkan potensi iritasi bahan
uji pada skala dengan nilai maksimal 21 (Tavaszi and Budai, 2007).
Hemorrhage time dimulai dalam detik reaksi hemoragi atau pendarahan
pada CAM. Lysis time dimulai dalam detik lisis pembuluh darah hingga pembuluh
darah hilang pada CAM. Coagulation time dimulai dalam detik pembentukan
koagulan pada CAM. Rumus Irritation Score (IS) yaitu :
IS =
x 5 +
(3)
(Tavaszi and Budai, 2007).
Klasifikasi skor kumulatif yang tidak menunjukkan iritasi, potensi iritasi
rendah, iritasi sedang dan iritasi tinggi pada bahan uji tertera pada tabel I :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel I. Klasifikasi Skor Kumulatif dalam Chorioallantoic Membrane Test
(Bernardi et al., 2011)
Skor Kumulatif Penilaian Iritasi
0-0,9 Praktis tidak iritasi
1-4,9 Iritasi rendah
5-8,9 Iritasi sedang
9-21 Iritasi kuat
E. Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH Terhadap Ester
vitamin C dan vitamin E
DPPH (2,2-difenil 1-pikrilhidrazil) merupakan senyawa radikal bebas
berbentuk prisma, berwarna ungu tua. Metode yang digunakan untuk menguji
aktivitas antioksidan suatu senyawa adalah metode uji dengan menggunakan
radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini adalah mengetahui parameter konsentrasi
yang ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC50). DPPH
merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan
komponen tertentu (Dehpour et al., 2009).
Persentase peredaman =
x 100 % (4)
Dimana A1 adalah absorbansi kontrol dan A2 adalah absorbansi sampel.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang
dari 0,05 mg/mL, kuat apabila nilai IC50 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai
IC50 berkisar antara 0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara
0,15-0,20 mg/mL (Prakash, 2001).
Adanya elektron yang tidak berpasangan membuat DPPH memberikan
serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh
keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya menurun secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa
antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning.
Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah digunakan secara luas untuk menguji
kemampuan beberapa molekul sebagai penangkap radikal bebas (Dehpour et al.,
2009).
Gambar 1. Reaksi Penangkapan Radikal oleh DPPH (Molyneux, 2004)
F. Pemerian Bahan
Berikut ini adalah pemerian bahan yang digunakan dalam penelitian :
1. Ester vitamin C atau Ascorbyl palmitate
Gambar 2. Struktur Kimia Ester vitamin C (Rowe et al., 2009)
Ester vitamin C atau Askorbil palmitat memiliki sifat fisik yaitu
berbentuk serbuk putih dengan berat molekul 414,55 g/mol. Memiliki
kelarutan dalam air 0,0002%, dalam etil alkohol 12,5% dan dalam vegetable oil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
0,03-0,12%. Ester vitamin C dan vitamin E bekerja secara sinergis sebagai
antioksidan (Rowe et al., 2009).
2. Vitamin E (α-tokoferol)
Alfa tokoferol merupakan senyawa yang sangat lipofilik, dan pelarut
yang sangat baik untuk obat yang sukar larut. Secara umum, alfa tokoferol
merupakan produk farmasi yang berbasis lemak atau larut dalam minyak dan
biasanya digunakan dalam rentang konsentrasi 0,001-0,05% v/V (Rowe et al.,
2009).
Gambar 3. Struktur Kimia Vitamin E (Rowe et al., 2009)
Vitamin E (Alfa Tokoferol) banyak terdapat dalam stratum corneum.
α-tokoferol yang memiliki cincin aromatik tersubtitusi dan rantai panjang
isoprenoid sebagai rantai samping. Sifat lipofilik alamiah alfa tokoferol
(vitamin E) menyebabkan ia mudah di aplikasikan dan di serap oleh kulit
(Pinnell, 2003).
3. Sunflower Oil
Sunflower oil diklasifikasikan sebagai minyak asam oleat linoleat.
Komposisinya meliputi asam linoleat (66%), asam oleat (21,3%), asam
palmitat (6,4%), asam arachidic (4,0%), asam stearat (1,3%), dan asam behenat
(0,8%). Sunflower oil umumnya berfungsi sebagai pengencer, emolien, agen
pengemulsi, pelarut, tablet binder. Kandungan asam oleat yang tinggi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Sunflower oil dengan stabilitas oksidasi yang baik dan bersifat emolien dapat
digunakan dalam formulasi kosmetik. Sunflower oil dianggap sebagai bahan
yang relatif tidak beracun dan tidak mengiritasi (Rowe et al., 2009).
Sifat fisik dari sunflower oil adalah titik didih pada 40–600C, densitas
0.915–0.919 g/cm3, melting point pada -18
0C, dan kelarutannya yaitu larut
dengan benzena, kloroform, karbon tetraklorida, dietil eter, dan light
petroleum, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan air (Rowe et al., 2009).
4. Tween 80
Sifat fisik dari Tween 80 yaitu dengan rumus molekul tween 80
C64H124O26, bobot molekul 1310 g/mol, warna dan bentuk pada suhu 250C
yaitu cairan berminyak warna kuning, HLB yaitu 15, viskositas 42 mPa s, dan
larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil
(Rowe et al., 2009).
Gambar 4. Struktur Kimia Tween 80 (Rowe et al., 2009)
Tween 80 bersifat stabil terhadap elektrolit, asam atau basa lemah,
namun tidak cocok (incompatible) dengan basa kuat karena dapat terjadi
saponifikasi. Selain itu dapat terjadi pengendapan atau perubahan warna
dengan adanya fenol, tanin dan antimikroba golongan parabel (Rowe et al.,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5. Span 80
Sifat fisik span 80 yaitu cairan kuning bersifat lipofilik, larut dalam
minyak dan mayoritas pelarut organik. Span 80 memiliki HLB 4,3; densitas
1,01; viskositas 970-1080 mPa s pada 250C, dan melting point 43-48
0 C (Rowe
et al., 2009).
Gambar 5. Struktur Kimia Span 80 (Rowe et al., 2009)
6. Aquadestilata
Aquadestilata secara luas digunakan sebagai pelarut dan pembawa
pada formulasi farmasetika. Untuk aplikasi farmasi, air dimurnikan dengan
caea destilasi, pertukaran ion, reverse osmosis (RO), atau beberapa proses lain
yang sesuai untuk menghasilkan aquadestilata. Karakteristik aquadestilata
adalah cairan bening, tidak berwarna tidak berbau dan tidak berasa (Rowe et
al., 2009).
7. DPPH (2,2-difenil 1-pikrilhidrazil)
DPPH merupakan senyawa radikal bebas berbentuk prisma, berwarna
ungu tua. DPPH mempunyai berat molekul 394,3 g/mol. Titik leleh DPPH
yaitu 132-1330C. DPPH dapat larut dalam air, etanol dan metanol (Pourmorad,
et al.,2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 6. Struktur Kimia DPPH (Pourmorad et al., 2002)
8. Etanol
Etanol merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Titik didih etanol sebesar 78,15oC. Etanol larut dalam kloroform, eter, gliserin
dan air (Wade, 1994).
Gambar 7. Struktur Kimia Etanol (Wade, 1994)
G. Analisis Data
ANAVA merupakan salah satu jenis uji parametrik. Syarat dari uji
parametrik adalah skala pengukuran variabel harus berupa variabel numerik,
distribusi data yang dianalisis harus normal dapat dilakukan dengan Saphiro–
Wilk, kesamaan variasi data tidak menjadi syarat mutlak untuk uji kelompok
berpasangan dan untuk 2 kelompok tidak berpasangan, namun kesamaan variasi
menjadi syarat yang harus dipenuhi untuk uji lebih dari 2 kelompok tidak
berpasangan. Variasi data bisa dilakukan dengan uji Levene (Santoso, 2010).
Apabila data yang diperoleh tidak memiliki distribusi yang normal, data
tidak bisa dianalisis menggunakan ANAVA. Namun terdapat alternatif uji non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
parametrik yang bisa dilakukan. Alternatif uji ANAVA satu arah adalah Kruskal-
Wallis (Santoso, 2010).
H. Landasan Teori
Mikroemulsi merupakan sediaan emulsi berukuran mikro yang
transparan, isotropik dan stabil secara termodinamik. Sifat fisik seperti
organoleptis, ukuran droplet, persen transmitan, pH, viskositas, indeks bias dan
stabilitas mikroemulsi dipengaruhi oleh komponen surfaktan yang ada di
dalamnya. Surfaktan tween 80 dan span 80 merupakan golongan turunan
polioksietilen dan memiliki keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam
molekulnya. Peningkatan tween 80 akan menurunkan energi bebas permukaan
dan meningkatkan luas permukaan globul sehingga ukuran globul dapat semakin
diperkecil dengan ukuran mikrometer hingga nanometer serta menyebabkan
organoleptis yang terbentuk jernih dan homogen (Rajaram and Natham, 2013).
Tween 80 bersama dengan span 80 akan berperan dalam menstabilkan sistem di
mana semakin banyak tween 80 akan membuat medium dispers menjadi lebih
rigid. Semakin rigid medium dispers akan mengakibatkan semakin meningkatnya
viskositas sistem dari sediaan (Taylor, 2011).
Kemampuan sediaan mikroemulsi dengan zat aktif ester vitamin C dan
vitamin E dalam menangkap radikal bebas diamati melalui uji DPPH untuk
mendapatkan nilai IC50. Menurut Prakash (2001), suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/mL, kuat
apabila nilai IC50 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 0,10-
0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tingkat keamanan suatu sediaan dapat diamati berdasarkan metode HET-
CAM. Skor numerik yang dihasilkan bergantung pada waktu saat terjadi
hemoragi, lysis dan koagulasi yang selanjutnya dijumlahkan untuk memberikan
skor numerik tunggal. Skor yang menunjukkan bahan uji tidak aman (iritatif) pada
skala dengan nilai maksimal 21 (Tavaszi and Budai, 2007). Bahan-bahan yang
digunakan dalam sediaan mikroemulsi diantaranya tween 80, span 80, sunflower
oil, yang menurut Rowe et al., (2009) tidak bersifat mengiritasi kulit, namun pada
ester vitamin C dan E bersifat mengiritasi jika digunakan berlebihan pada kulit
berdasarkan MSDS.
I. Hipotesis Penelitian
1. Peningkatan tween 80 dan penurunan span 80 dalam kombinasinya tidak
memberikan perubahan sifat fisik dan stabilitas fisik.
2. Sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E memiliki aktivitas
dalam menangkap radikal bebas berdasarkan nilai IC50 melalui uji DPPH.
3. Sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E aman (tidak iritatif)
pada kulit berdasarkan metode HET-CAM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80
terhadap sifat fisik dan stabilitas mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
termasuk jenis penelitian experimental murni dan rancangan acak lengkap pola
searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perbandingan
tween 80 dan span 80 sebagai surfaktan dengan komposisi surfaktan
dalam sediaan 70 %.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat
fisik, stabilitas sediaan, nilai IC50 dan Irritation Score.
c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada
penelitian ini adalah kecepatan pengadukan, lama pengadukan, suhu
penyimpanan, lama penyimpanan, sifat dari wadah penyimpanan.
d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau terkendali pada
penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan pembuatan sediaan.
2. Definisi Operasional
a. Mikroemulsi. Mikroemulsi adalah suatu sediaan yang transparan,
isotropik, memiliki viskositas rendah dan stabil secara termodinamik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang terbuat dari surfaktan, minyak dan air dengan atau tanpa
kosurfaktan
b. Surfaktan. Surfaktan adalah suatu molekul yang memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran
yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan yang digunakan yaitu
kombinasi tween 80 dan span 80 dengan komposisi surfaktan dalam
sediaan 70% dan perbandingan tween 80 dan span 80 yang berbeda-beda
dalam sediaan mikroemulsi.
c. Ester vitamin C. Ester vitamin C yang digunakan dalam penelitian adalah
Askorbil palmitat. Askorbil palmitat merupakan vitamin C (Asam
askorbat) yang diesterifikasi dengan asam palmitat (asam lemak).
d. Vitamin E. Vitamin E yang digunakan dalam penelitian adalah α-
tokoferol.
e. Faktor dan respon. Faktor adalah suatu hal yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, sedangkan respon adalah hasil uji yang diamati untuk
melihat besarnya pengaruh faktor. Faktor yang ada pada penelitian ini
yaitu surfaktan, sedangkan respon yang tergantung berdasarkan faktor
adalah organoleptis, pH, viskositas, indeks bias, ukuran droplet, persen
transmitan, tipe mikroemulsi dengan dilution test, nilai IC50, stabilitas
sediaan berupa freeze thaw serta uji HET-CAM.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sunflower oil (CV.
Sofa Mediteranian), Tween 80 (Bratachem), Span 80 (CV. Cipta Anugerah),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Aquadest (Bratachem), Ester vitamin C atau Askorbil palmitat (CV. Privat
Equipment Pharmacy), Vitamin E atau α-tokoferol (CV. Cipta Anugerah,
Indonesia), Etanol p.a (Merck Milipore), DPPH (Laboratorium Chemmix
Pratama).
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(PYREX-GERMANY), viscometer Brookfield, Particle Size Analyzer tipe
Dynamic Light Scattering, Hotplate magnetic stitter, neraca analitik (OHAUS),
cawan porselen, pengaduk magnetik, spektrofotometer UV (Shimadzu 1600,
Jepang), pH meter (HANNA Instrument HI 9024 C), Sentrifugator (Benchtop
Centrifuge PLC-05), Freezer (Toshiba), Kulkas (Sanken Logic Cool), Oven
(Memmert) (Laboratorium Teknologi Semisolid-Liquid).
E. Tata Cara Penelitian
1. Orientasi Formula Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
a. Formula Orientasi
Formula acuan yang digunakan untuk membuat sediaan
mikroemulsi minyak dalam air tertera pada tabel II yaitu :
Tabel II. Formula Mikroemulsi Acuan (Rozman et al., 2009)
Bahan (g) Formula Fungsi
Isopropol Myristate 24,65 Fase minyak
Tween 40 14,79 Surfaktan
Imwitor 308 14,79 Kosurfaktan
Ester vitamin C 0,4 Zat aktif
Zat aktif Vitamin E 1
Purified water 44,37 Fase air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berdasarkan formula di atas dilakukan modifikasi pada bagian
fase minyak dan fase air, serta komponen surfaktan dibuat menjadi
campuran 2 surfaktan dan kosurfaktan ditiadakan. Formula modifikasi
yang dihasilkan tertera pada tabel III yaitu :
Tabel III. Orientasi Formula Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Bahan (g) Formula
Fungsi I II III IV V VI VII VIII
Sunflower oil 20 20 20 20 20 20 20 20 Fase minyak
Tween 80 35 46,9 52,5 56 59,99 61,25 62,23 63 Surfaktan I
Span 80 35 23,1 17,5 14 10,01 8,75 7,77 7 Surfaktan II
Ester vitamin
C
0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 Zat aktif
Vitamin E 1 1 1 1 1 1 1 1 Zat aktif
Akuades 10 10 10 10 10 10 10 10 Fase air
b. Pembuatan Sediaan Mikroemulsi Ester Vitamin C dan Vitamin E Formula
Orientasi
Tween 80 dan span 80 sebagai campuran surfaktan pada setiap
formula dengan perbandingan 1:1, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, 7:1, dan 8:1
masing-masing dicampurkan dan diaduk menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 1000 rpm selama 5-10 menit, setelah itu tambahkan 20 g
sunflower oil dan 1 g vitamin E sebagai fase minyak pada masing-masing
formula dengan lama pengadukan 10 menit. Setelah surfaktan dan fase
minyak tercampur ditambahkan 10 g aquadest sebagai fase air perlahan-
lahan selama 15 menit pada setiap formula. Ester vitamin C sebanyak 0,4 g
ditambahkan perlahan-lahan setelah fase air tercampur dengan fase minyak
dengan pengadukan selama 15 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Evaluasi Sediaan Mikroemulsi Saat Orientasi
a. Uji Organoleptis
Pengamatan secara visual terhadap bau, bentuk, warna,
homogenitas dan kejernihan sediaan mikroemulsi setelah 24 jam
pembuatan.
a. Heating and Cooling Cycle
Sediaan mikroemulsi akan disimpan pada suhu 40C dan 45
0C
selama 24 jam sebanyak 3 siklus. Pada akhir siklus diamati apakah
terjadi pemisahan fase pada mikroemulsi (Darole et al., 2008).
b. Uji Sentrifugasi
Setelah sediaan mikroemulsi melalui proses Heating and
Cooling Cycle, selanjutnya akan disentrifugasi dengan 5000 rpm selama
15 menit. Formula yang tidak mengalami pemisahan fase akan dipilih
sebagai sampel (Darole et al., 2008).
3. Pembuatan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E dengan
Formula Hasil Orientasi
a. Formula Mikroemulsi Hasil Orientasi
Tabel IV. Formula Mikroemulsi Hasil Orientasi
Bahan (g) Formula
Fungsi V VI VII VIII
Sunflower oil 20 20 20 20 Fase minyak
Tween 80 59,99 61,62 61,25 63 Surfaktan I
Span 80 10,01 8,75 7,77 7 Surfaktan II
Ester vitamin C 0,4 0,4 0,4 0,4 Zat aktif
Zat aktif Vitamin E 1 1 1 1
Akuades 10 10 10 10 Fase air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
b. Pembuatan Sediaan Mikroemulsi Ester Vitamin C dan Vitamin E
Tween 80 dan span 80 sebagai campuran surfaktan pada setiap
formula dengan perbandingan 5:1, 6:1, 7:1, dan 8:1 masing-masing
dicampurkan dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan
1000 rpm 5-10 menit, setelah itu tambahkan 20 g sunflower oil dan 1 g
vitamin E sebagai fase minyak pada masing-masing formula dengan lama
pengadukan 10 menit. Setelah surfaktan dan fase minyak tercampur
ditambahkan 10 g aquadest sebagai fase air perlahan-lahan selama 15
menit pada setiap formula. Ester vitamin C sebanyak 0,4 g ditambahkan
perlahan-lahan setelah fase air tercampur dengan fase minyak dengan
pengadukan selama 15 menit. Empat formula sediaan mikroemulsi dibuat
dengan tiga kali replikasi.
4. Uji Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
a. Uji organoleptis
Pengamatan secara visual terhadap bau, bentuk, dan warna
sediaan mikroemulsi setelah 24 jam pembuatan.
b. Uji pH menggunakan pH meter
Kalibrasi pH meter dilakukan dengan cara menyalakan dan
mengatur skalanya pada pH 7, kemudian menyiapkan buffer standar pH 4
dan pH 7 yang diperlukan untuk kalibrasi pH.
Gabungan elektroda kemudian dicelupkan ke dalam beaker
glass yang berisi larutan buffer pH 7, kemudian stel saklar selektor alat
untuk pembacaan pH. Tombol pengendali “set buffer” disesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sampai pembacaan alat ukur itu cocok dengan pH larutan buffer yang
diukur. Gabungan elektroda itu diambil dan dibilas dengan aquadest,
kemudian dicelupkan dalam larutan buffer pH 4 yang ditaruh dalam
beaker glass.
Elektrode gabungan diambil dan dibilas dengan aquadest,
kemudian diletakkan dalam larutan buffer yang pertama (pH 7) dan
pastikan pembacaan alat menunjukkan nilai pH yang benar.
Elektrode dibilas dengan aquadest jika kalibrasi sudah selesai,
selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan uji yang ditaruh dalam beaker
glass, dan selanjutnya pH larutan dibaca (Basset, 1994).
c. Dilution Test
Sampel mikroemulsi dilarutkan ke dalam fase air (1:100)
dengan tujuan untuk mengetahui tipe sediaan mikroemulsi yang
dihasilkan. Jika sampel mikroemulsi larut sempurna dalam akuades maka
sampel tergolong dalam mikroemulsi minyak dalam air. Sampel
dilarutkan dalam penyusun minyak yang ada dalam sampel yaitu
sunflower oil (1:100). Jika sampel mikroemulsi larut sempurna dalam
fase minyak maka tergolong mikroemulsi tipe air dalam minyak (Firoz et
al., 2012).
d. Persen transmitan
Sampel mikroemulsi sebanyak 1 g dari masing-masing formula
dilarutkan dalam 100 mL air, lalu larutan sampel mikroemulsi diukur
persen transmitannya pada panjang gelombang 650 nm menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
spektrofotometer uv-vis. Akuades digunakan sebagai blangko saat
pengujian.
e. Indeks Bias
Penentuan indeks bias pada sampel mikroemulsi menggunakan
alat Refraktometer ABBE dengan cara kerja sebagai berikut :
1) Kedua prisma dipisahkan dengan membuka klem (putar ke kanan
sesuai dengan arah jarum jam) dan mengusahakan agar permukaan
prisma yang bawah horizontal.
2) Prisma atau lensa dibersihkan dengan tissue lensa yang sudah
dibasahi dengan etanol, lalu prisma didiamkan hingga kering.
Sampel mikroemulsi yang akan diukur indeks biasnya diteteskan 1-2
tetes di atas permukaan prisma lalu dijepitkan lagi dengan prisma di
atasnya.
3) Kaca cahaya diatur dengan memutar dasar prisma sehingga
penglihatan sebelah atas terang dan sebelah bawah gelap, selanjutnya
dasar prisma diputar perlahan-lahan (sekrup pada busur skala
pembacaan 1, 2, 3) sampai batas terlihat jelas perpotongan gelap
terang.
4) Indeks bias dapat dibaca sesuai busur skala pembacaan dan
perpotongan antara batas terang dan gelap. Jika pengukuran telah
selesai maka permukaan prisma dicuci dengan tissue lensa yang
dibasahi dengan etanol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
f. Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer
Brookfield. Sediaan mikroemulsi dimasukan ke dalam bekker glass 250
mL di pasang pada portable viscotester. Viscometer brookfield diatur
dengan kecepatan 12 rpm dan 6 kali putaran selama 30 detik. Viskositas
mikroemulsi diketahui dengan mengamati penunjuk viskositas secara
analitis.
g. Uji ukuran droplet
Ukuran droplet mikroemulsi formula 5 dan 4 diuji
menggunakan Particle Size Analyzer dengan tipe Dynamic light
Scattering.
5. Uji Stabilitas Dipercepat menggunakan freeze thaw
a. Uji Freeze thaw
Sediaan mikroemulsi akan disimpan pada suhu -200C dan 35
0C
selama 24 jam sebanyak 3 siklus. Diakhir siklus diamati apakah terjadi
pemisahan fase pada mikroemulsi. Pada sampel yang tidak mengalami
pemisahan selanjutnya diuji organoleptis, ukuran droplet, pH, persen
transmitan dan viskositas (Darole et al., 2008).
6. Uji HET-CAM
a. Penyiapan Telur.
Telur yang digunakan merupakan telur ayam kampung yang telah
tumbuh menjadi embrio dan memiliki berat antara 40-50 gram. Telur
dipilih dengan cangkang putih dan dengan keadaan yang fertil, segar serta
bersih. Kemudian buka cangkang telur pada bagian yang memiliki rongga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
udara yang selanjutnya akan digunakan untuk tempat meneteskan bahan.
Penetesan dilakukan pada daerah membran yang dekat dengan pembuluh
darah.
b. Kontrol Positif (NaOH 0,1 N).
0,4 gram NaOH padat ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest
hingga tanda.
c. Kontrol Negatif (0,9 % NaCl).
0,9 gram NaCl padat ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest
hingga tanda.
d. Perlakuan.
Telur-telur yang telah dibuka cangkangnya diberi perlakuan
sebagai berikut:
1. Diberi NaOH sebanyak 0,3 mL
2. Diberi NaCl sebanyak 0,3 mL
3. Diberi sampel mikroemulsi formula 5, 6, 7 dan 8 sebanyak 0,3 gram.
Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, lalu diamati
perubahannya hingga 300 detik.
e. Pengamatan.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati perubahan pembuluh
darah pada CAM. Pengamatan reaksi CAM dilakukan selama 300 detik.
Waktu munculnya gejala diamati dan dicatat waktunya. Gejala-gejala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
diamati adalah hemoragi (pendarahan), vascular lysis (disintegrasi
pembuluh darah) dan koagulasi (denaturasi protein ekstra dan intra
vaskular).
Hemorrhage time dimulai dalam detik reaksi hemoragi atau
pendarahan pada CAM. Lysis time dimulai dalam detik lisis pembuluh
darah hingga pembuluh darah hilang pada CAM. Coagulation time dimulai
dalam detik pembentukan koagulan pada CAM. Hasil yang diperoleh
digambarkan dalam bentuk skoring dengan menggunakan rumus
persamaan (3).
7. Uji Aktivitas Antioksidan pada Sedian Mikroemulsi
a. Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM atau 0,158 mg/mL
Sebanyak 15,8 mg serbuk DPPH dilarutkan dalam etanol p.a.
pada labu takar 100 mL dengan konsentrasi 0,158 mg/mL.
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH
Larutan DPPH sebanyak 0,5; 1,0; 1,5 mL dimasukkan ke dalam
3 labu ukur 10 mL, kemudian ditambah etanol p.a hingga tanda batas
sehingga konsentrasi DPPH menjadi 0,0079; 0,0158; dan 0,0287 mg/mL.
Larutan tersebut divortex selama 30 detik dan didiamkan selama
operating time teoritis. Scanning panjang gelombang serapan maksimum
selanjutnya dilakukan dengan spektrofotometer visibel pada panjang
gelombang 400-600 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c. Penentuan Operating Time
Penentuan Operating Time dilakukan menggunakan seri
konsentrasi tengah masing-masing larutan sampel ester vitamin C
(0,0015 mg/mL), vitamin E (0,00075 mg/mL), campuran ester vitamin C
dan vitamin E (0,0042 mg/mL), larutan mikroemulsi 5:1 (0,0084
mg/mL), 6:1 (0,0196 mg/mL), 7:1 (0,0168 mg/mL), 8:1 (0,0196 mg/mL),
basis mikroemulsi 5:1 (1,2 mg/mL), 6:1 (1,4 mg/mL), 7:1 (1,4 mg/mL),
8:1 (2,4 mg/mL). Seri konsentrasi tengah yang diambil dari masing-
masing sampel ester vitamin C (1,5 mL), vitamin E (0,6 mL), campuran
ester vitamin C dan vitamin E (3 mL), larutan mikroemulsi 5:1 (3mL),
6:1 (7 mL), 7:1 (6 mL), 8:1 (7 mL), basis 5:1 (6 mL), 6:1 (7 mL), 7:1 (7
mL), 8:1 (8 mL) dimasukkan ke dalam masing-masing labu 10 mL lalu
ditambah 1 mL larutan DPPH 0,158 mg/mL dan ditambahkan etanol
sampai tanda batas. Larutan divorteks selama 30 detik dan diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum yang didapat selama 60
menit. Setiap 5 menit diamati nilai absorbansinya.
d. Pembuatan Larutan Uji
1) Larutan stok dan seri konsentrasi ester vitamin C
0,001 g ester vitamin C dilarutkan dengan etanol p.a dalam
labu 50 mL dengan konsentrasi larutan stok 0,02 mg/mL. 5 mL diambil
dari larutan stok dimasukkan dalam labu 10 mL lalu ditambahkan
etanol sampai tanda batas, sehingga menghasilkan konsentrasi 0,01
mg/mL. Dari konsentrasi 0,01 mg/mL dibuat 5 seri konsentrasi larutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
uji ester vitamin C. 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 mL diambil dari larutan uji
ester vitamin C dengan konsentrasi 0,01 mg/mL dan dimasukkan dalam
labu 10 mL. 1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam
masing-masing labu 5 seri konsentrasi larutan ester vitamin C, lalu
ditambahkan etanol p.a hingga tanda batas, sehingga konsentrasi larutan
ester vitamin C menjadi 0,005 mg/mL, 0,001 mg/mL, 0,0015 mg/mL,
0,002 mg/mL, 0,0025 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat
didiamkan sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi
dibuat dalam 3 kali replikasi.
2) Larutan stok dan seri konsentrasi vitamin E
0,625 g vitamin E dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu 50
mL dengan konsentrasi larutan stok 12,5 mg/mL. Dari konsentrasi 12,5
mg/mL dibuat 5 seri konsentrasi larutan uji vitamin E. 0,2; 0,4; 0,6; 0,8
dan 1 mL diambil dari larutan stok vitamin E 12,5 mg/mL dan
dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL
dimasukan ke dalam masing-masing labu 5 seri konsentrasi larutan
vitamin E, lalu ditambahkan etanol p.a hingga tanda batas, sehingga
konsentrasi larutan vitamin E menjadi 0,25 mg/mL, 0,5 mg/mL, 0,75
mg/mL, 1 mg/mL, 1,25 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat
didiamkan sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi
dibuat dalam 3 kali replikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3) Larutan stok dan seri konsentrasi ester vitamin C dan vitamin E
0,001 g vitamin E dan 0,0004 ester vitamin C dilarutkan
dengan etanol p.a dalam labu 10 mL dengan konsentrasi larutan stok
0,14 mg/mL. 2,5 mL diambil dari larutan stok 0,14 mg/mL dimasukkan
dalam labu 25 mL lalu ditambahkan etanol sampai tanda batas,
sehingga menghasilkan konsentrasi 0,014 mg/mL. Pembuatan 5 seri
konsentrasi dilakukan dengan mengambil 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 mL dari
larutan campuran ester vitamin C dan vitamin E konsentrasi 0,014
mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL Larutan DPPH 0,158
mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing labu 5 seri konsentrasi
larutan campuran ester vitamin C dan vitamin E, lalu ditambahkan
etanol p.a hingga tanda batas, sehingga konsentrasi larutan campuran
ester vitamin C dan vitamin E menjadi 0,0014 mg/mL, 0,0028 mg/mL,
0,0042 mg/mL, 0,0056 mg/mL, 0,007 mg/mL, 0,0084 mg/mL. Larutan
seri konsentrasi yang dibuat didiamkan sesuai operating time yang
didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat dalam 3 kali replikasi.
4) Larutan stok dan seri konsentrasi mikroemulsi 5:1
0,1 g mikroemulsi 5:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu
50 mL. Dalam 0,1 g mikroemulsi mengandung 1,4 mg campuran ester
vitamin C dan vitamin E yang dilarutkan dalam labu 50 mL dengan
konsentrasi larutan stok 0,028 mg/mL. Pembuatan 5 seri konsentrasi
dilakukan dengan mengambil 1, 2, 3, 4 dan 5 mL dari larutan stok
mikroemulsi 0,028 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing labu
5 seri konsentrasi larutan mikroemulsi 5:1, lalu ditambahkan etanol p.a
hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan mikroemulsi 5:1
menjadi 0,0028 mg/mL, 0,0056 mg/mL, 0,0084 mg/mL, 0,0112
mg/mL, 0,014 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan
sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat
dalam 3 kali replikasi.
5) Larutan stok dan seri konsentrasi mikroemulsi 6:1
0,1 g mikroemulsi 6:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu
50 mL. Dalam 0,1 g mikroemulsi mengandung 1,4 mg campuran ester
vitamin C dan vitamin E yang dilarutkan dalam labu 50 mL dengan
konsentrasi larutan stok 0,028 mg/mL. Pembuatan 5 seri konsentrasi
dilakukan dengan mengambil 5, 6, 7, 8 dan 9 mL dari larutan stok
mikroemulsi 0,028 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL
Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing labu
5 seri konsentrasi larutan mikroemulsi 6:1, lalu ditambahkan etanol p.a
hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan mikroemulsi 6:1
menjadi 0,014 mg/mL, 0,0168 mg/mL, 0,0196 mg/mL, 0,0224 mg/mL,
0,0252 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan sesuai
operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat dalam 3
kali replikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
6) Larutan stok dan seri konsentrasi mikroemulsi 7:1
0,1 g mikroemulsi 7:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu
50 mL. Dalam 0,1 g mikroemulsi mengandung 1,4 mg campuran ester
vitamin C dan vitamin E yang dilarutkan dalam labu 50 mL dengan
konsentrasi larutan stok 0,028 mg/mL. Pembuatan 5 seri konsentrasi
dilakukan dengan mengambil 4, 5, 6, 7 dan 8 mL dari larutan stok
mikroemulsi 0,028 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL
Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing labu
5 seri konsentrasi larutan mikroemulsi 7:1, lalu ditambahkan etanol p.a
hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan mikroemulsi 7:1
menjadi 0,0112 mg/mL, 0,014 mg/mL, 0,0168 mg/mL, 0,0196 mg/mL,
0,0224 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan sesuai
operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat dalam 3
kali replikasi.
7) Larutan stok dan seri konsentrasi mikroemulsi 8:1
0,2 g mikroemulsi 8:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu
50 mL. Dalam 0,2 g mikroemulsi mengandung 1,4 mg campuran ester
vitamin C dan vitamin E yang dilarutkan dalam labu 50 mL dengan
konsentrasi larutan stok 0,056 mg/mL. Pembuatan 5 seri konsentrasi
dilakukan dengan mengambil 5, 6, 7, 8 dan 9 mL dari larutan stok
mikroemulsi 0,056 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL. 1 mL
Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing labu
5 seri konsentrasi larutan mikroemulsi 8:1, lalu ditambahkan etanol p.a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan mikroemulsi 8:1
menjadi 0,028 mg/mL, 0,0336 mg/mL, 0,0392 mg/mL, 0,0448 mg/mL,
0,0504 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan sesuai
operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat dalam 3
kali replikasi.
8) Larutan stok dan seri konsentrasi basis mikroemulsi 5:1
0,1 g basis mikroemulsi 5:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam
labu 50 mL, sehingga konsentrasi larutan stok 2 mg/mL. Pembuatan 5
seri konsentrasi dilakukan dengan mengambil 4, 5, 6, 7, dan 8 mL dari
larutan stok mikroemulsi 2 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL.
1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing
labu 5 seri konsentrasi larutan basis mikroemulsi 5:1, lalu ditambahkan
etanol p.a hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan basis
mikroemulsi 5:1 menjadi 0,8 mg/mL, 1 mg/mL, 1,2 mg/mL, 1,4
mg/mL, 1,4 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan
sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat
dalam 3 kali replikasi.
9) Larutan stok dan seri konsentrasi basis mikroemulsi 6:1
0,1 g basis mikroemulsi 6:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam
labu 50 mL, sehingga konsentrasi larutan stok 2 mg/mL. Pembuatan 5
seri konsentrasi dilakukan dengan mengambil 5, 6, 7, 8 dan 9 mL dari
larutan stok mikroemulsi 2 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL.
1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
labu 5 seri konsentrasi larutan basis mikroemulsi 6:1, lalu ditambahkan
etanol p.a hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan basis
mikroemulsi 6:1 menjadi 1 mg/mL, 1,2 mg/mL, 1,4 mg/mL, 1,6
mg/mL, 1,8 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan
sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat
dalam 3 kali replikasi.
10) Larutan stok dan seri konsentrasi basis mikroemulsi 7:1
0,1 g basis mikroemulsi 7:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam
labu 50 mL, sehingga konsentrasi larutan stok 2 mg/mL. Pembuatan 5
seri konsentrasi dilakukan dengan mengambil 5, 6, 7, 8 dan 9 mL dari
larutan stok mikroemulsi 2 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL.
1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing
labu 5 seri konsentrasi larutan basis mikroemulsi 7:1, lalu ditambahkan
etanol p.a hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan basis
mikroemulsi 7:1 menjadi 1 mg/mL, 1,2 mg/mL, 1,4 mg/mL, 1,6
mg/mL, 1,8 mg/mL. Larutan seri konsentrasi yang dibuat didiamkan
sesuai operating time yang didapat. Larutan seri konsentrasi dibuat
dalam 3 kali replikasi.
11) Larutan stok dan seri konsentrasi basis mikroemulsi 8:1
0,2 g basis mikroemulsi 8:1 dilarutkan dengan etanol p.a dalam
labu 50 mL, sehingga konsentrasi larutan stok 2 mg/mL. Pembuatan 5
seri konsentrasi dilakukan dengan mengambil 4, 5, 6, 7, dan 8 mL dari
larutan stok mikroemulsi 2 mg/mL dan dimasukkan dalam labu 10 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1 mL Larutan DPPH 0,158 mg/mL dimasukan ke dalam masing-masing
labu 5 seri konsentrasi larutan basis mikroemulsi 8:1, lalu ditambahkan
etanol p.a hingga tanda batas, sehingga seri konsentrasi larutan basis
mikroemulsi 8:1 menjadi 1,6 mg/mL, 2 mg/mL, 2,4 mg/mL, 2,8
mg/mL, 3,2 mg/mL. Larutan seri konsentrasi dibuat dalam 3 kali
replikasi.
e. Pengukuran Absorbansi Larutan DPPH (Kontrol)
Pada labu 10 mL, dimasukan 1 mL larutan DPPH 0,158 mg/mL,
lalu ditambahkan etanol p.a sampai tanda batas. Kemudian larutan
tersebut dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang
maksimum yang didapat. Pengerjaan dilakukan dengan 3 kali replikasi.
Larutan ini digunakan sebagai kontrol untuk menguji larutan uji.
f. Penentuan aktivitas antioksidan mikroemulsi
Penentuan aktivitas antioksidan mikroemulsi dilakukan pada
seri konsentrasi masing-masing sampel larutan ester vitamin C, vitamin
E, ester vitamin C dan vitamin E, larutan mikroemulsi 5:1, 6:1, 7:1, 8:1,
basis 5:1, 6:1, 7:1, 8:1. Larutan seri konsentrasi tersebut didiamkan
selama waktu optimal yang sudah diperoleh. Larutan kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum sebanyak 3 kali
replikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
g. Pembuatan Kurva Baku
Nilai absorbansi masing-masing larutan uji dan blangko yang
telah didapat digunakan untuk mendapatkan nilai % IC menggunakan
persamaan (2). Pembuatan Kurva baku dengan menggunakan
konsentrasi larutan uji (sumbu x) dan % IC (sumbu y) untuk masing
masing larutan uji keempat formula. Konsentrasi larutan uji untuk ester
vitamin C, vitamin E murni, campuran ester vitamin C dan vitamin E
murni, sampel mikroemulsi formula 5:1, 6:1, 7:1, dan 8:1 serta basis
mikroemulsi formula 5:1, 6:1, 7:1, dan 8:1 sama seperti seri konsentrasi
pada pembuatan masing-masing larutan uji. Besarnya daya antioksidan
(IC50) ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi linier yang
telah didapatkan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik sediaan
mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E yang meliputi organoleptis, pH,
viskositas, indeks bias, ukuran droplet, persen transmitan, IC50 serta stabilitas fisik
berupa organoleptis, pH, viskositas, ukuran droplet dan persen transmitan.
Signifikansi data diketahui dengan menganalisis secara statistik pada distribusi
data normal dan tidak normal, homogen dan tidak homogen, serta berbeda
bermakna dan berbeda tidak bermakna.
Aplikasi program R-3.0.2 digunakan sebagai alat untuk melakukan uji
statistika pada penelitian. Pada distribusi normal, digunakan analisis statistik
parametrik (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%, maka faktor dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berpengaruh jika nilai p (probability value) kurang dari 0,05 sedangkan pada
distribusi data tidak normal digunakan analisis statsitik non-parametrik (Kruskal-
Wallis) dengan tingkat kepercayaan 95%, apabila nilai p<0,05 dapat disimpulkan
terdapat perbedaan antar formula, sebaliknya apabilila p>0,05 dapat disimpulkan
tidak terdapat perbedaan antar formula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sediaan mikroemulsi dibuat dengan komposisi fase minyak, fase air, zat
aktif dan kombinasi surfaktan tanpa ada komponen kosurfaktan. Kosurfaktan
merupakan bahan yang memiliki rantai medium alkohol yang akan
menyeimbangkan gugus hidrofilik dan lipofilik dari surfaktan. Fungsi kosurfaktan
yaitu membantu menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan fluiditas
pada antarmuka sehingga dapat meningkatkan entropi sistem. Kosurfaktan dalam
penelitian ini tidak digunakan karena pada saat orientasi dengan kombinasi
surfaktan sudah memiliki kapasitas solubilizing yang tinggi dan mampu
membentuk mikroemulsi yang stabil sehingga tidak diperlukan kosurfaktan.
A. Uji Pendahuluan atau Orientasi Formula
Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan formula mikroemulsi yang
stabil dengan pengujian heating and cooling cycle dan uji sentrifugasi selama 3 siklus.
Tujuan uji heating and cooling cycle adalah untuk mengetahui perubahan yang
terjadi dengan penyimpanan pada suhu tinggi dan suhu rendah dalam waktu
singkat pada mikroemulsi seperti terjadinya creaming, flokulasi dan coalesens
pada saat penyimpanan. Tujuan dari uji sentrifugasi adalah untuk melihat
pecahnya sistem mikroemulsi dengan putaran 5000 rpm selama 15 menit.
Formula yang tidak mengalami pemisahan fase dan perubahan
organoleptis akan dipilih sebagai formula dalam penelitian. Hasil uji pendahuluan
atau orientasi formula seperti tercantum pada tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel V. Hasil Organoleptis Formula Orientasi
Formula Kriteria Hasil organoleptis sebelum Heating
and cooling cycle dan uji
sentrifugasi
Hasil organoleptis sesudah Heating
and cooling cycle dan uji
sentrifugasi
I (1:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Tidak homogen (memisah menjadi
2 fase) dan tidak jernih
II (2:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Tidak homogen (memisah menjadi
2 fase) dan tidak jernih
III (3:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Tidak homogen (memisah menjadi
2 fase) dan tidak jernih IV (4:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Tidak homogen (memisah menjadi
2 fase) dan tidak jernih
V (5:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen (Tidak terjadi
pemisahan fase) dan sangat jernih
VI (6:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen (Tidak terjadi
pemisahan fase) dan sangat jernih
VII (7:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen (Tidak terjadi
pemisahan fase) dan sangat jernih
VIII (8:1) Warna dan bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang dan tidak berbau
Homogen (Tidak terjadi
pemisahan fase) dan sangat jernih
Pemisahan fase (breaking) terjadi setelah proses heating and cooling
cycle dan uji sentrifugasi pada formula I (1:1), II (2:1), III (3:1) dan IV (4:1)
dikarenakan perbandingan tween 80 dan span 80 dengan komposisi 70 % dalam
formula belum mampu untuk membuat ikatan misel dalam sistem mikroemulsi
mempertahankan droplet-droplet mengalami gaya tolak menolak yang lebih tinggi
dibanding gaya tarik menarik sehingga membuat droplet pecah dantfase minyak
akan bergabung kembali dengan fase minyak serta droplet fase air akan
bergabung lagi dengan fase air. Jadi, berdasarkan hasil orientasi dipilih formula
5:1, 6:1, 7:1, 8:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
B. Uji Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
dengan Formula Hasil Orientasi
Sediaan yang berkualitas adalah sediaan yang memenuhi parameter uji
sifat fisik dan stabilitas fisik selama penyimpanan. Pada penelitian ini pengujian
dilakukan 24 jam setelah pembuatan karena sediaan mikroemulsi ester vitamin C
dan vitamin E telah membentuk sistem yang stabil.
1. Uji organoleptis dan pH
Uji organoleptis yang diamati adalah warna, bau, homogenitas dan
kejernihan sediaan mikroemulsi. Hasil pengamatan ada pada tabel VI.
Tabel VI. Data Organoleptis dan pH Sediaan Mikroemulsi Formula Hasil Orientasi
Formula V Formula VI Formula VII Formula VIII
Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
pH
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
5,65 ± 0,01
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
5,70 ± 0,02
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
5,79 ± 0,01
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
5,87 ± 0,02
Peningkatan tween 80 dan penurunan span 80 dalam campuran
surfaktan tween 80 dan span 80 dengan perbandingan 5:1, 6:1, 7:1, 8:1 tidak
berpengaruh terhadap karakteristik warna, bau, homogenitas dan kejernihan
tetapi mempengaruhi pH. Signifikansi peningkatan pH dilihat berdasarkan uji
TukeyHSD pada formula V, VI, VII, dan VIII, menghasilkan p-value<0,05
yang menunjukkan berbeda bermakna atau terjadi perbedaan hasil yang
signifikan.
Zat aktif ester vitamin C dan vitamin E masing-masing memiliki pH
3 dan 5 serta keduanya terlarut sempurna dalam sistem mikroemulsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Peningkatan pH terjadi saat setelah zat aktif diformulasikan dalam bentuk
mikroemulsi. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan tween 80 dan
penurunan span 80 dalam kombinasinya. Rata-rata pH kombinasi surfaktan
tertera pada tabel VII.
Tabel VII. pH Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 Setiap
Formula
Tween 80
: Span 80 5:1 6:1 7:1 8:1
6,64 ± 0,02 6,71± 0,01 6,80 ± 0,02 6,88 ± 0,01
Kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 dengan variasi
perbandingan menghasilkan peningkatan pH yang menyebabkan peningkatan
pH dalam sistem mikroemulsi.
2. Dilution test
Tujuan dilution test yaitu untuk menentukan jenis mikroemulsi. Tipe
mikroemulsi yang terjadi dalam sediaan adalah minyak dalam air yang terdiri
atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air dimana
minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Sediaan
mikroemulsi dalam 100 mL air larut sempurna ada pada gambar 8.
Gambar 8. Larutan Mikroemulsi yang dilarutkan dalam 100 mL Akuades
Penentuan tipe mikroemulsi yang dibuat diperkuat dengan adanya
perhitungan nilai HLB pada masing-masing formula. Nilai HLB campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
masing-masing formula ada pada tabel VIII. Menurut Kim (2005), nilai HLB
8-18 akan membentuk mikroemulsi tipe minyak dalam air. Jadi berdasarkan
nilai HLB maka tipe mikroemulsi yang terbentuk pada semua formula
sediaan mikroemulsi adalah minyak dalam air.
Tabel VIII. Nilai HLB Kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 pada Setiap
Formula Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Formula HLB
V (5:1) 13,47
VI (6:1) 13,742
VII (7:1) 13,898
VIII (8:1) 13,93
3. Uji persen transmitan
Tujuan uji persen transmitan adalah untuk melihat kejernihan
sediaan mikroemulsi yang dibandingkan dengan hasil persen transmitan
akuades sebagai kontrol. Hasil persen transmitan masing-masing formula ada
pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik Uji Persen Transmitan Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E formula 5 (5:1), formula 6 (6:1), formula 7 (7:1), formula 8 (8:1)
Berdasarkan gambar 9, peningkatan tween 80 dan penurunan span
80 akan menyebabkan peningkatan nilai persen transmitan karena
mikroemulsi yang dihasilkan dari setiap formula semakin jernih. Semakin
jernih suatu sediaan maka nilai persen transmitan yang dihasilkan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mirip dengan persen transmitan akuades yaitu 100 %. Semakin jernih sediaan
mikroemulsi disebabkan oleh semakin kecilnya ukuran droplet yang ada
dalam sistem mikroemulsi karena energi bebas permukaan yang dihasilkan
semakin kecil (Chavda et al., 2013).
Berdasarkan uji TukeyHSD, formula 5 vs 6, 5 vs 7, 5 vs 8, 6 vs 7 dan
7 vs 8 menghasilkan p-value<0,05 yang menunjukkan terjadi perbedaan hasil
secara signifikan, sedangkan formula 7 vs 8 menghasilkan p-value>0,05 yang
menunjukkan tidak terjadi perbedaan hasil secara signifikan.
4. Uji indeks bias
Pengujian indeks bias dilakukan untuk menentukan distribusi spasial
(bentuk, dimensi, dan proporsi) intensitas cahaya yang tersebar di sekitar
partikel. Semakin besar nilai indeks bias tidak selalu menunjukkan distribusi
ukuran droplet semakin luas, karena cahaya yang tersebar dalam sistem
mikroemulsi tergantung pada ukuran droplet pada sampel, dimana saat
cahaya dilewatkan melalui sampel dapat memberikan variabel hasil distribusi
ukuran droplet (Melik and Fogler, 1983). Hasil indeks bias ada pada gambar
10.
Gambar 10. Grafik Uji Indeks Bias Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
formula 5 (5:1), formula 6 (6:1), formula 7 (7:1), formula 8 (8:1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan gambar 10, peningkatan tween 80 dan penurunan span
80 dalam kombinasinya akan membuat nilai indeks bias meningkat karena
panjangnya rantai karbon dari tween 80 dan span 80 dalam sistem
mikroemulsi. Menurut Murdaka et al., (2010), komposisi surfaktan dalam
jumlah besar memperbesar kerapatan molekul karena semakin panjang rantai
karbon dari surfakan dalam sistem dan membuat nilai indeks bias maupun
viskositas sediaan meningkat.
Berdasarkan uji TukeyHSD formula 5, 6, 7, dan 8 menghasilkan p-
value<0,05 yang berarti berbeda bermakna atau terjadi perbedaan hasil secara
signifikan.
5. Uji ukuran droplet sediaan mikroemulsi
Tujuan pengujian ukuran droplet adalah untuk mengetahui ukuran
droplet sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E. Uji ukuran
droplet dilakukan pada mikroemulsi formula V (5:1) dan formula VIII (8:1).
Hasil rata-rata ukuran droplet formula 5 dan 8 ada pada tabel IX.
Tabel IX. Hasil Ukuran droplet (nm)
Formula (nm) ± SD
V 23,83 ± 0,70
VIII 12,5 ± 0,95
Gambar 11. Hasil Grafik Uji Ukuran droplet Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E formula 5 (5:1) sebelum freeze thaw
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 12. Hasil Grafik Uji Ukuran droplet Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C
dan vitamin E formula 8 (8:1) sebelum freeze thaw
Berdasarkan tabel VIII, hasil ukuran droplet yang didapat sesuai
dengan teori Surabhi (2010) bahwa rentang diameter ukuran droplet
mikroemulsi 10-100 nm. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tween 80 dan
penurunan span 80 dalam kombinasinya membuat energi bebas permukaan
yang terbentuk semakin kecil dan droplet-droplet dalam sediaan mengalami
gaya tolak menolak yang lebih besar dibanding gaya tarik menarik sehingga
membuat halangan stearik antar droplet tinggi. Energi bebas permukaan yang
semakin kecil dan halangan stearik antar droplet yang tinggi akan
menyebabkan ukuran diameter globul atau ukuran droplet menjadi semakin
kecil hingga berukuran nanometer (Mahdi et al., 2011).
Berdasarkan grafik yang ada pada gambar 11 dan 12 distribusi
ukuran droplet yang terbentuk yaitu polidisperse. Hal ini dikarenakan ukuran
droplet yang dihasilkan bervariasi dan memiliki perbedaan yang cukup besar,
sehingga kurva distribusi ukuran droplet dalam sistem mikroemulsi yang
dihasilkan melebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel X. Nilai Indeks Polidispersitas dan Koefisien Difusi (D) saat Pengujian
Ukuran droplet
Nilai Indeks Polidispersitas ± SD
F5 0,853 ± 0,23
F8 0,895 ± 0,2
Koefisien Difusi
F5
0,00019 ± 0,00001
F8 0,00018 ± 0,00001
Nilai indeks polidispersitas menunjukkan tingkat kepercayaan
terhadap ukuran droplet yang terdispersi pada sampel mikroemulsi. Nilai
indeks polidispersitas semakin kecil, maka tingkat kepercayaan distribusi
ukuran droplet pada sampel mikroemulsi semakin baik. Nilai polidispersitas
berada dibawah 1, jika nilai indeks polidispersitas diatas 1 menunjukkan
keseragaman distribusi ukuran droplet dalam sampel mikroemulsi (Kasture et
al., 2014). Berdasarkan tabel X, nilai polidispersitas formula V berada antara
0,623-1,083 sedangkan pada formula VIII 0,695-1,095. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada formula V dan formula VIII distribusi ukuran
droplet dalam sampel mikroemulsi tidak seragam.
Koefisien difusi menggambarkan kecepatan sebuah partikel di dalam
cairan bergerak karena adanya pergerakan Brownian. Berdasarkan tabel X,
Nilai koefisien difusi sangat kecil pada saat pengujian ukuran droplet
mengindikasikan bahwa molekul yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat
dalam cairan (Samsi et al., 2009).
6. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas mikroemulsi formula 5 sampai formula 8
menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel nomor 6 pada suhu
kamar (27°C). Hasil uji viskositas seperti tercantum pada gambar 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 13. Grafik Uji viskositas Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin
E formula 5 (5:1), formula 6 (6:1), formula 7 (7:1), formula 8 (8:1)
Berdasarkan gambar 13, peningkatan tween 80 dan penurunan span
80 dalam kombinasinya akan meningkatan viskositas sediaan mikroemulsi
ester vitamin C dan vitamin E. Peningkatan viskositas disebabkan karena
tween 80 dan span 80 formula dapat dipengaruhi oleh interaksi antara rantai
panjang gugus hidrofilik dengan gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dengan
gugus lipofilik dari tween 80 dan span 80 akibat kecepatan pengadukan yang
tinggi selama proses pembuatan menyebabkan perpanjangan misel yang ada
di permukaan globul antara fase minyak dan air. Hal ini menyebabkan globul
akan membentuk rangkaian seperti bulu babi dan menyebabkan medium
dispers menjadi semakin rigid (Jufri et al., 2006). Semakin rigid medium
dispers maka viskositas yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Berdasarkan uji TukeyHSD, formula 5 vs 7, 5 vs 8, 6 vs 7, 6 vs 8
menghasilkan p-value<0,05 yang menunjukkan data yang dihasilkan berbeda
bermakna atau terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai viskositas. Pada
formula 5 vs 6 dan 7 vs 8 menghasilkan p-value>0,05 yang menunjukkan
tidak terjadi perbedaan hasil secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. Uji Stabilitas Fisik Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Formula mikroemulsi yang sudah diuji sifat fisik selanjutnya akan
mengalami freeze thaw 3 siklus untuk dilihat stabilitas fisiknya berupa
organoleptis, pH, persen transmitan, ukuran droplet dan viskositas. Uji freeze
thaw bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan mikroemulsi pada suhu ekstrim -
200C dan 35
0C yang merepresentasikan suhu saat distribusi dan penyimpanan
serta penggunaan saat sediaan dibawa kemana-mana.
1. Stabilitas Organoleptis mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
setelah mengalami freeze thaw
Tujuan dari uji stabilitas organoleptis yaitu untuk mengetahui apakah
terjadi perubahan organoleptis setelah dilakukan freeze thaw dengan 3 siklus
penyimpanan pada sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E. Hasil
organoleptis keempat formula selama freeze thaw tercantum pada tabel XI.
Tabel XI. Hasil Organoleptis Selama freeze thaw dengan 3 siklus penyimpanan
Formula Kriteria Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
V Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
VI Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
VII Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
VIII Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Keterangan : tidak terjadi pemisahan fase dalam setiap siklus freeze thaw ditunjukkan hasil
organoleptis yang tidak mengalami perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Peningkatan tween 80 dan penurunan span 80 dalam kombinasinya
tidak memberikan perubahan organoleptis selama freeze thaw. Pada suhu
rendah ekstrim (freeze) menyebabkan gugus hidrofil dalam sistem membeku
dan pada saat mengalami proses thaw gugus hidrofil yang ada pada sistem
mikroemulsi akan kembali seperti semula untuk menangkap dan melingkupi
droplet-droplet dalam sediaan agar halangan stearik antar droplet tetap tinggi.
halangan stearik yang tinggi menyebabkan droplet tidak mudah menyatu dan
menyebabkan sediaan mikroemulsi stabil.
2. Stabilitas pH mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E setelah
mengalami freeze thaw
Tujuan uji stabilitas pH yaitu untuk mengetahui perubahan pH
setelah dilakukan freeze thaw dengan 3 siklus pada sediaan mikroemulsi ester
vitamin C dan vitamin E.
Gambar 14. Grafik Uji Stabilitas pH Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C
dan vitamin E Selama Mengalami freeze thaw selama 3 siklus
Berdasarkan Gambar 14, pH dari masing-masing formula dalam
setiap siklus penyimpanan stabil. Berdasarkan uji t-test berpasangan nilai p-
value>0,05 untuk semua formula yang menunjukkan berbeda tidak bermakna
atau stabil. Menurut Ali dan Yosipoitch (2013) pH sediaan kosmetik yang
5,5
5,6
5,7
5,8
5,9
6
0 1 2 3
pH
Siklus freeze thaw
Formula 5
Formula 6
Formula 7
Formula 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
diaplikasikan pada kulit harus mempunyai pH normal antara 4,5-6,5. pH
mikroemulsi vitamin C dan E yang dihasilkan sesuai dengan pH balance
kulit.
3. Stabilitas persen transmitan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
setelah mengalami freeze thaw
Tujuan uji stabilitas persen transmitan yaitu untuk mengetahui
perubahan nilai persen transmitan yang menyatakan kejernihan suatu sediaan
setelah dilakukan freeze thaw dengan 3 siklus penyimpanan pada sediaan
mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E.
Gambar 15. Grafik Uji Stabilitas Persen Transmitan Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E Selama Mengalami freeze thaw 3 Siklus
Berdasarkan gambar 15, terjadi penurunan nilai persen transmitan
pada formula 5, 6, 7 dan 8. Pada formula 6, 7 dan 8 berdasarkan t-test
menghasilkan p-value>0,05 yang menunjukkan berbeda tidak bermakna atau
stabil, sedangkan pada formula 5 dari siklus freeze thaw 0 ke 1, 1 ke 2 dan 2
ke 3 menghasilkan p-value>0,05 yang menunjukkan berbeda tidak bermakna
atau stabil namun pada siklus 0 ke 3 menghasilkan p-value>0,05 yang
menunjukkan berbeda bermakna atau tidak stabil.
97,5
98
98,5
99
99,5
100
100,5
0 1 2 3
Tra
nsm
itan
(%
)
Siklus freeze thaw
formula 5
formula 6
formula 7
formula 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Penurunan persen transmitan yang terjadi dipengaruhi oleh suhu
penyimpanan. Pada suhu rendah ekstrim (freeze) menyebabkan gugus hidrofil
dalam sistem membeku dan pada saat mengalami proses thaw gugus hidrofil
yang ada pada sistem mikroemulsi akan kembali seperti semula untuk
menangkap dan melingkupi antar droplet. Namun tidak semua droplet
tertangkap sempurna oleh surfaktan dalam sistem saat proses thaw sehingga
ada droplet yang menggabungkan diri. Ukuran droplet yang terbentuk lebih
besar meskipun masih dalam ukuran nanometer dan memiliki organoleptis
yang jernih. Ukuran droplet yang membesar akan menyebabkan penurunan
persen transmitan tetapi akan memberikan serapan saat dikenai sinar UV
sehingga terjadi penurunan persen transmitan (Jufri et al., 2006).
4. Stabilitas ukuran droplet mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
setelah mengalami freeze thaw
Tujuan pengujian stabilitas ukuran droplet sediaan mikroemulsi
yaitu untuk mengetahui perubahan diameter ukuran droplet setelah dilakukan
freeze thaw dengan 3 siklus pada sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan
vitamin E.
Tabel XII. Ukuran droplet Mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E setelah
freeze thaw
Formula Ukuran droplet (nm)
Siklus 0 Siklus 3
V 23,83 ± 0,70 24,23 ±0,35
VIII 12,5 ± 0,95 12,7 ± 0,85
Berdasarkan tabel XII, terjadi peningkatan ukuran droplet pada
formula 5 dan 8 setelah freeze thaw. Hal ini dikarenakan pada saat suhu
rendah droplet-droplet dalam sediaan mikroemulsi mengalami penurunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
gaya tolak menolak dibanding gaya tarik menarik sehingga halangan stearik
antar droplet menurun. Penurunan halangan stearik akan menyebabkan
droplet-droplet bergabung dan membentuk ukuran droplet yang lebih besar.
Ukuran droplet dari siklus 0 ke 3 mengalami peningkatan namun masih
termasuk dalam rentang ukuran droplet mikroemulsi (10-100 nm) (Jufri et al.,
2006).
Rata-rata pergeseran diameter ukuran droplet dari formula 5 dan 8
dari siklus 0 ke siklus 3 mengalami kenaikan namun pergeseran diameter
ukuran droplet yang terjadi tidak signifikan atau stabil karena berdasarkan uji
t-test berpasangan nilai p-value yang didapat lebih dari 0,05 untuk formula 5
dan 8.
5. Stabilitas viskositas mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E setelah
mengalami freeze thaw
Tujuan uji stabilitas viskositas sediaan mikroemulsi yaitu untuk
mengetahui perubahan viskositas mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
selama freeze thaw.
Gambar 16. Grafik Uji Stabilitas Viskositas Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E Selama Mengalami freeze thaw 3 Siklus
436437438439440441442443444445
0 1 2 3
Vis
ko
sita
s (c
P)
Siklus Freeze thaw
formula 5
formula 6
formula 7
formula 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Berdasarkan gambar 16, formula 6, 7, dan 8 tidak mengalami
perubahan viskositas namun pada formula 5 terjadi peningkatan viskositas
akibat freeze thaw. Peningkatan viskositas pada formula 5 disebabkan karena
peningkatan tween 80 dan penurunan span 80 pada suhu rendah akan
membentuk ikatan molekul yang semakin rapat sehingga medium dispers
yang terbentuk semakin rigid. Tween 80 dan span 80 menurut Rowe et al.,
(2009) sensitif pada temperatur terutama temperatur sangat rendah sehingga
pada saat suhu rendah cenderung membentuk ikatan molekul yang semakin
rapat yang menyebabkan kekentalan meningkat dan laju alir menurun.
Viskositas yang meningkat tidak berarti bahwa sediaan mikroemulsi tidak
stabil, namun jika viskositas meningkat akan membuat droplet dalam sistem
menjadi lebih stabil karena antar droplet tidak mudah menggabungkan diri.
Rata-rata pergeseran viskositas dari masing-masing formula dalam
setiap siklus penyimpanan meningkat namun pergeseran viskositas yang
terjadi tidak signifikan atau stabil karena berdasarkan uji t-test berpasangan
nilai p-value yang didapat lebih dari 0,05 untuk semua formula kecuali
formula 5. Pada formula 5 dari siklus 0 ke 1, 1 ke 2 dan 2 ke 3 berbeda tidak
bermakna namun pada siklus 0 ke 3 hasil menunjukkan berbeda bermakna.
D. General Discussion Antar Hasil Uji Sediaan Mikroemulsi
Hasil uji sifat fisik dari sediaan mikroemulsi secara keseluruhan tertera
pada tabel XIII, sedangkan hasil uji stabilitas fisik tertera pada tabel XIV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel XIII. Hasil Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi
formula Uji organoleptis pH Transmitan
(%) Indeks bias
Ukuran
droplet
(nm)
Viskositas
(Cp s)
V Kuning terang,
tidak berbau
Homogen, sangat
jernih
5,65± 0,01 98,7±0,2 1,452±0,002 23,83±0,70 439,37± 0,55
VI Kuning terang,
tidak berbau
Homogen, sangat
jernih
5,70± 0,02 99,2±0,1 1,458±0,002 440,03± 0,21
VII Kuning terang,
tidak berbau
Homogen, sangat
jernih
5,79± 0,01 99,6±0,1 1,462±0,002 441,57± 0,55
VIII Kuning terang,
tidak berbau
Homogen, sangat
jernih
5,87± 0,02 99,9±0,1 1,465±0,001 12,5±0,95 442,2 ± 0,46
Tabel XIV. Hasil Stabilitas Fisik Mikroemulsi
Formula 5 Formula 6 Formula 7 Formula 8
Uji
Organoleptis
√ √ √ √
Uji pH √ √ √ √
Uji Persen
transmitan
x √ √ √
Uji Ukuran
droplet √ √
Uji Viskositas x √ √ √
Keterangan : Tanda (√) menandakan sediaan mikroemulsi stabil saat diujikan, sedangkan tanda (x)
menandakan sediaan mikroemulsi tidak stabil saat diujikan.
Beberapa hasil uji yang berkaitan satu dengan yang lain yaitu
organoleptis, persen transmitan, ukuran droplet, viskositas dan indeks bias.
Peningkatan tween 80 dan penurunan span 80 dalam kombinasinya
meningkatkan kemampuan spontan dalam pembentukkan sistem mikroemulsi
dan memperkecil energi bebas permukaan dari sistem mikroemulsi maka
ukuran droplet yang dihasilkan semakin kecil sehingga menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
organoleptis yang dihasilkan jernih dan nilai persen transmitan yang didapat
semakin mendekati 100 %. Penurunan ukuran droplet hingga mencapai
ukuran nanometer juga disebabkan karena peningkatan tween 80 dan
penurunan span 80 dalam kombinasinya membuat droplet-droplet dalam
sediaan mengalami gaya tolak menolak yang lebih besar dibanding gaya tarik
menarik sehingga energy barrier dalam sediaan besar serta membuat
halangan stearik antara droplet tinggi (Mahdi et al., 2011).
Peningkatan ukuran droplet yang ada dalam sistem mikroemulsi
pada saat setelah freeze thaw 3 siklus menyebabkan nilai persen transmitan
menurun karena terjadi penggabungan droplet sehingga membentuk ukuran
droplet yang semakin besar. Organoleptis yang diamati tetap jernih karena
meskipun ukuran droplet meningkat tetapi masih dalam rentang 10-100 nm
(Surabhi et al., 2010).
Tween 80 dan span 80 menurut Rowe et al., (2009) sensitif terhadap
temperatur terutama temperatur sangat rendah sehingga pada suhu rendah saat
freeze thaw kombinasi surfaktan cenderung membentuk ikatan molekul yang
semakin rapat yang menyebabkan medium dispers semakin rigid dan laju alir
menurun. Semakin rigid medium dispers yang terbentuk maka viskositasnya
semakin tinggi. Menurut Wan (2000), nilai viskositas yang dihasilkan juga
mempengaruhi nilai indeks bias karena komposisi tween 80 dalam jumlah
lebih besar dibanding span 80 dalam kombinasinya akan memperbesar
kerapatan molekul karena semakin panjang rantai karbon dari kombinasi
surfakan dalam sistem dan membuat nilai indeks bias meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
E. Uji Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi dan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E
1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ( λ maks)
Tujuan penentuan λ maksimum adalah untuk mendapatkan serapan
maksimum dari DPPH sehingga dengan sedikit perubahan konsentrasi DPPH
akan menyebabkan perubahan absorbansi yang besar. Penentuan panjang
gelombang maksimum menggunakan 3 seri konsentrasi yaitu 0,0079 mg/mL,
0,0158 mg/mL dan 0,0237 mg/mL. Penggunaan 3 seri konsentrasi bertujuan
untuk merepresentasikan panjang gelombang maksimum yang sama
walaupun konsentrasinya berbeda-beda.
DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm
menurut Dephour (2009) dan 515-520 nm menurut Molyneux (2004).
Berdasarkan pengujian panjang gelombang untuk pengukuran DPPH yang
dihasilkan sama dengan panjang gelombang teoritis yaitu 517 nm. DPPH
dapat memberikan serapan karena memiliki gugus kromofor dan auksokrom,
sedangkan adanya elektron tak berpasangan pada DPPH akan menimbulkan
warna violet.
2. Penentuan Operating Time (OT)
Penentuan operating time dilakukan untuk mendapatkan rentang
waktu saat larutan pembanding dan larutan uji mereduksi radikal DPPH
dengan sempurna sehingga diperoleh absorbansi stabil. Penentuan operating
time didasarkan pada waktu saat absorbansi pembanding dan larutan uji
terhadap reagen mulai stabil atau selisih absorbansi mulai kecil antara selang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
waktu yang diujikan. Nilai absorbansi yang stabil membuat pengukuran
menjadi reprodusibel dan meminimalkan kesalahan dalam analisis.
Gambar 17. Grafik Penentuan OT Standar Ester vitamin C 0,0015 mg/mL, Vitamin
E 0,00075 mg/mL dan Campuran Ester vitamin C dan vitamin E 0,0042 mg/mL
Gambar 18. Grafik Penentuan OT Mikroemulsi formula 5 (5:1) 0,0084 mg/mL,
formula 6 (6:1) 0,0196 mg/mL, formula 7 (7:1) 0,0168 mg/mL, formula 8 (8:1) 0,0196 mg/mL
Gambar 19. Grafik Penentuan OT Basis Mikroemulsi formula 5 (5:1) 1,2 mg/mL,
formula 6 (6:1) 1,4 mg/mL, formula 7 (7:1) 1,4 mg/mL, formula 8 (8:1) 2,4
mg/mL
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
0,55
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ab
sorb
ansi
Waktu (menit)
OT Vitamin C
OT Vitamin E
OT Campuran
Vitamin C dan E
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ab
sorb
ansi
Waktu (menit)
OT Mikroemulsi F5
OT Mikroemulsi F6
OT Mikroemulsi F7
OT Mikroemulsi F8
00,05
0,10,15
0,20,25
0,30,35
0,40,45
0,50,55
0,60,65
0,70,75
0,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ab
sorb
ansi
Waktu (menit)
OT Basis
Mikroemulsi F1
OT Basis
Mikroemulsi F2
OT Basis
Mikroemulsi F3
OT Basis
Mikroemulsi F4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Berdasarkan hasil yang didapat OT untuk masing-masing standar
ester vitamin C, E, dan campuran ester vitamin C dan vitamin E adalah 30-35
menit, 50-60 menit, 15-25 menit. Rentang operating time untuk sampel
mikroemulsi formula 5 40-50 menit, formula 6 50-55 menit, formula 7 45-55,
4 45-40 menit dan basis mikroemulsi formula 5 35-40 menit, formula 6 30-40
menit, formula 7 25-35 menit, formula 8 40-50 menit. Pemilihan waktu
diawal rentang operating time karena waktu awal rentang merupakan waktu
saat absorbansi mulai stabil.
3. Hasil Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH
Uji aktivitas antioksidan dengan metode penangkapan radikal DPPH
menggunakan parameter IC50. IC50 adalah ukuran efektivitas suatu senyawa
murni atau senyawa dalam sediaan tertentu dalam menangkap 50% radikal
DPPH sesuai operating time. Data absorbansi yang diperoleh baik itu seri
konsentrasi mikroemulsi maupun standar akan dihitung % IC (Inhibition
concentration percentage) melalui persamaan (4). Persamaan regresi linear
selanjutnya menyatakan hubungan antara seri konsentrasi larutan zat aktif
ataupun sampel mikroemulsi (x) dengan % IC (y) sebanyaj 3 kali replikasi
sehingga diperoleh harga IC50.
Persamaan regresi linier yang digunakan untuk menentukan IC50
adalah persamaan dengan nilai r terbaik (mendekati 1). Nilai r yang semakin
baik menunjukkan koefisien korelasi yang baik dimana akan membentuk
garis lurus. Persamaan regresi linier untuk ester vitamin C dapat dilihat pada
Lampiran 18, persamaan regresi untuk vitamin E pada Lampiran 19, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
persamaan regresi untuk campuran ester vitamin C dan vitamin E dapat
dilihat pada lampiran 20. Persamaan regresi linier untuk formula V, VI, VII,
VIII berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 22, 23, 24, dan 25.
Tabel XV. IC50 Ester vitamin C, E, Campuran Ester vitamin C dan vitamin E
serta Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E Standar IC50 (mg/mL) ± SD
Ester vitamin C 0,002 ± 0,00002
Vitamin E 0,079 ± 0,00004
Campuran Ester vitamin C
dan vitamin E
0,007 ± 0,00002
Mikroemulsi IC50 (mg/mL) ± SD
Formula V 0,012 ± 0,00006
Formula VI 0,019 ± 0,00006
Formula VII 0,022 ± 0,00001 Formula VIII 0,040 ± 0,00002
Nilai IC50 campuran ester vitamin C dan E tanpa diformulasi serta
setelah diformulasikan dalam bentuk mikroemulsi termasuk dalam kategori
antioksidan sangat kuat karena berada dibawah 0,05 mg/mL menurut Prakash
(2001). Peningkatan IC50 terjadi saat campuran ester vitamin C dan vitamin E
tanpa diformulasi dengan saat setelah diformulasikan. Hal ini dikarenakan
afinitas campuran ester vitamin C dan vitamin E pada sistem basis
mikroemulsi lebih tinggi dibanding dengan pelarut etanol yang digunakan
dalam analisis DPPH, sehingga pelepasan campuran ester vitamin C dan
vitamin E dari sistem mikroemulsi ke pelarut etanol lebih sulit dibanding
pelepasan campuran ester vitamin C dan vitamin E ke dalam pelarut etanol
secara langsung, namun demikian IC50 sistem mikroemulsi tergolong sangat
kuat menurut Prakash (2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Persamaan regresi linear dan nilai IC50 basis mikroemulsi tidak bisa
ditentukan karena % IC yang dihasilkan tidak mencapai 50% sehingga dapat
disimpulkan basis mikroemulsi formula 5, 6, 7, dan 8 tidak memiliki aktivitas
antioksidan.
F. Uji Iritasi Menggunakan Metode HET-CAM
Uji Iritasi primer ini menggunakan metode HET-CAM bertujuan untuk
memastikan keamanan formula sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin
E yang dipengaruhi oleh perbandingan campuran surfaktan tween 80 dan span 80.
Iritasi ditunjukkan dengan adanya permeabilitas dan perubahan vaskuler
pembuluh darah setelah pemberian sediaan seperti terjadinya pendarahan
(hemorrhage), lisis (lysis) dan koagulasi (coagulation) pada Chorioallantoic
Membrane akibat adanya paparan sediaan selama 5 menit.
Kontrol positif berupa NaOH 0,1 N dan kontrol negatif berupa NaCl
0,9% digunakan sebagai pembanding antara formula dan kontrol sehingga dapat
diketahui sediaan mengiritasi CAM atau tidak. Kontrol positif NaOH 0,1 N
bersifat sangat mengiritasi berdasarkan nilai Irritation Index karena dalam waktu
5 menit terjadi proses hemoragi, koagulasi dan lisis. NaOH 0,1 N secara teoritis
memiliki sifat basa yang tidak sesuai dengan pH kulit dan dapat mengakibatkan
timbulnya iritasi.
Data hasil pengujian iritasi mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E
formula I, II, III, IV ada pada tabel XVI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel XVI. Data Hasil Pengujian Iritasi Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E
Perlakuan Irritation Indeks Keterangan
Kontrol (-) 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Kontrol (+) 15,563 ± 0,56 mengiritasi
Formula V 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Formula VI 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Formula VII 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Formula VIII 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Berdasarkan data pada tabel XVI, keempat formula sediaan
mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E yang dibuat tidak menimbulkan iritasi
terlihat pada nilai Irritation Indeks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Dalam hal sifat fisik, variasi kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 tidak
memberikan perubahan organoleptis (warna, bau, homogenitas dan
kejernihan) tetapi menyebabkan penurunan ukuran droplet dan peningkatan
persen transmitan, pH, viskositas serta indeks bias sediaan mikroemulsi ester
vitamin C dan vitamin E.
2. Dalam hal stabilitas fisik, variasi kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80
tidak mempengaruhi stabilitas fisik organoleptis, pH dan ukuran droplet
tetapi mempengaruhi stabilitas persen transmitan dan viskositas pada formula
5 sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E.
3. Sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E memiliki aktivitas
antioksidan yang termasuk dalam kategori sangat kuat dengan IC50 F5 0,012
mg/mL, F6 0,019 mg/mL, F7 0,022 mg/mL dan F8 0,040 mg/mL.
4. Sediaan mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E tidak bersifat iritatif
(aman) pada kulit dengan irritation score 0.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan pengujian penetrasi mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin
E ke dalam kulit.
2. Perlu dilakukan pengujian antiaging secara in vivo seperti anti wrinkle test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, ITB, Bandung, p. 706.
Ali, S. M., and Yosipovitch G., 2013, Skin pH: From Basic Science to Basic Skin
Care, Acta Derm Venereol, 93 (1), 261.
Baran R., and Maibach H.I., 2003, Aging and Photo-aging, in Cunningham, W.,
(Eds.), Textbook of Cosmetic Dermatology, Second edition., McGraw
Hill, New York, pp. 455-467.
Barthelmes, G., Pratsinis, S. E., and Buggisch, H., 2003, Particle Size
Distributions and Viscosity of Suspensions Undergoing Shear-induced
Coagulation and Fragmentation, Chemical Engineering Science, 58 (1),
2893-2902.
Basset, J. V., 1994, Kimia Analisis Kuatitatif Anorganik, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, p. 68.
Bhattacharjee, P. R., 2005, The Generalized Vektorial Laws of Reflection and
Refraction, C. E. J. P., 26 (1), 901-911.
Chavda, H., Patel, J., Chavada, G., Dave, S., Patel, A., and Patel, C., 2013, Self-
Nanoemulsifying Powder of Isotretinoin: Preparation and
Characterization, Journal of Powder Technology, 2013 (1D), 5.
Cho, Y. H., Kim, S., Bae, E. K., and Mok, C. K., 2008, Formulation of A
Cosurfactant-Free O/W Microemulsion Using Nonionic Surfactant
Mixtures, Int. J. Food Science., 73 (3), 115.
Darole, P. S., Hegde, D. D., Nair, H. A., 2008, Formulation and Evaluation of
Microemulsion Based Delivery System for Amphotericin B, AAPS
PharmSciTech, 9(1), 123-124.
Date, A. A., and M. S. Nagarsenker., 2008, Parenteral Microemulsion: An
overview, Int. J. Pharmaceutic., 355 (1), 19-30.
Dawaba, H. M., Abd-Allah, F. I., and Ahmed M. S., 2010, Development of A
Microemulsion-based Formulation to Improve The Availability of Poorly
Water-soluble Drug, Drug Discov. Ther., 4 (4), 257-266.
Dehpour, A. A., Ebrahimzadeh, M. A., Fazel, N. S., and Mohammad, N. S., 2009,
Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its
Essential Oil Composition, Int. J. Fats and Oil, 60 (4), 405-412.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Dominguez, R. M., and Borobio V., 2001, Application of a spcectrophotometric
Method for The Determination of Post-antibiotic Effect and Comparison
with Viable Counts in Agar, J. Antimicro. Chemo., 47 (4), 391-398.
Dong, K. K., Damaghi, N., Picart, S. D., Markova, N. G., Obayashi, 2008, UV-
Induced DNA Damage Initiates Release of MMP-1 in Human Skin, Exp.
Dermatol., 17 (12), 1037-1044.
Evawati, D., 2010, Gizi Kecantikan Penghambat Proses Penuaan Dini, Wahana,
54 (1), 2-4.
Firoz, A., Afzal, M., and Imran, K., 2012, Preparation and Evaluation of
Antifungal Micro-Emulsion / Gel using reduce Dose of Silver, Supported
by Ciprofloxacin, Indian Patent Journal, 2 (3), 75.
Fisher, G. J., 2002, Mechanism of Photoaging and Chronological Aging, Arch.
Derm, 138 (110), 1462-1470.
Frei, B., 2004, Reactive Oxygen Species and Antioxidant Vitamins : Mechanisms
of Action, Medicine Am J., 97 (3A) pp. 5S – 13S.
Goncalves, G.M.S., Campos, M., and P.M.B.G., 2009, Shelf Life and Rheology of
Emulsions Containing Vitamin C And Its Derivatives, J Basic and Apl
Pharm Scienc., 30 (2), 217-224.
Grimm, W., 1985, Storage Conditions for Stability Testing - Long Term Testing
and stress tests, ICH, 28 (1), 196-202.
Gulati R., Sharma, S., and Gupta V., 1998, Pharmacokinetics of Cyclosporin from
Conventional and New Microemulsion Formulation in Healthy
Volunteers, JAPI, 46(10), 860-863.
Kasture, V., Kasture, S. B., Kendre, P. N., Ajage, R., Waman, N., 2014, Improved
Release Oral Drug Delivery of Metaxalone, Int J Pharm, 4 (1), 417-424.
Kato, H., Nakamura, A., Takashi, K., and Kinugasa, S., 2012, Accurate Size and
Size-Distribution Determination of Polystyrene Latex Nanoparticles in
Aqueous Medium Using Dynamic Light Scattering and Asymmetrical
Flow Field Flow Fractionation with Multi-Angle Light Scattering,
Nanomaterials Journal, 2 (1), 15-30.
Kim, Cheng-ju., 2005, Advanced Pharmaceutics : Physicochemical Principles,
CRC Press LLC, Florida, pp. 214-230.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Jishage, K., Tachibe, T., Ito, T., Shibata, N., Suzuki, S., Mori, T., Hani, T., Arai,
H., and Suzuki, H., 2005, Vitamin E is Essensial for Mouse Placentation
but Not for Embryonic Development Itself, J. Bio. Reprod., 73 (1), 983-
987.
Jufri, M., Anwar, E., dan Utami, P. M., 2006, Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi
Menggunakan Hidrolisat Pati (De 35–40) Sebagai Stabilizer, Majalah
Ilmu Kefarmasian, 3 (1), 8-20.
Kathryn, M., Jervis and Robaire, B., 2004, The Effects of Long-Term Vitamin E
Treatment on Gene Expression and Oxidative Stress Damage in the
Aging Brown Norway Rat Epididymis, J. Bio. Reprod., 71 (1) 1088-
1095.
Kumar, L., and Verma, R., 2010, In Vitro Evaluation Gel Prepared Using Natural
Polymer, Int. J. Drug Delivery, 2 (1), 59.
Kweon, J.H., Chi, S.C., dan Park, E.S., 2004. Transdermal Delivery of Diclofenac
Using Microemulsions. Arch. Pharm. Res., 27 (1), 351-356.
Lawrence, M. J., and Rees, G. D., 2000, Microemulsion-based Media as Novel
Drug Delivery Systems, Adv. Drug Delivery Rev., 45 (1), 89-121.
Liliana, M., 2007, Formulasi Solid Lipid Nanopartikel Dengan Vitamin E Asetat,
Thesis, 46, ITB, Bandung.
Linder, M. C., 1992, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, UI-Press, Jakarta, p. 205.
Mahdi, E. S., Sakeena, M. HF., Abdulkarim, M. F., Abdulllah, G. Z., Sattar, M.
A., and Noor, A. M., 2011, Effect of surfactant and surfactant blends on
pseudoternary phase diagram behavior of newly synthesized palm kernel
oil esters, Drug Design, Development and Therapy, 5 (1), 311–323.
Martin, F., Swarbrick, J., dan Cammarata. J., 2008, Farmasi Fisik: Dasar-Dasar
Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika, Edisi Ketiga, Jilid 2, UI-Press,
Jakarta, pp. 724, 725, 1077-1087.
Melik, D. H., and Fogler, H. S., 1983, Turbidimetric Determination of Particle
Size Distributions of Colloidal Systems, Journal of Colloid and Interface
Science, 92 (1), 161-178.
Meves, A., Stock, S. N., Beyerle, A., Pittlekow, M. R., and Peus, D., 2002, Ester
vitamin C Derivative Ascorbyl Palmitate Promotes Ultraviolet-B-
Induced Lipid Peroxidation and Cytotoxicity in Keratinocytes, Invest.
Derm. J., 119 (5), 1103-1108.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Moghimipour, E., Salimi, A., Eftekhari, S., 2013, Design and Characterization of
Microemulsion Systems for Naproxen, Advanced Pharmaceutical
Bulletin, 3(1), 63-71.
Molyneux, P., 2004, The Use Of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity, J. Sci. Technol., 26 (2),
211-219.
Murdaka, B., Karyono., dan Supriyatin, 2010, Penyetaraan Nilai Viskositas
terhadap Indeks Bias pada Zat Cair Bening, Jurnal Berkala Fisika, 13
(4), 119-124.
O’Brien, R.D., and Farr, W. E., 2000, Properties of Fats and Oils, in Wan, P. J.,
(Eds.), Introduction to Fats and Oils Technology, 2nd
ed, AOCS Press,
Illnois.
Pinnell, S, R., 2003, Cutaneous Photo Damage, Oxidative Stress, and Topical
AntiOxidant Protection, J. Am. Acad Dermatol, 48 (1), 1-12.
Pourmorad, F., Hosseinimehr, S. J., and Shahabimajd, N., 2006, Antioxidant
Activity, Phenol And Flavonoid Contents Of Some Selected Iranian
Medicinal Plants, Afr J. Biotechnology, 5 (11), 1142-1145.
Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity, Medallion Laboratories-Analytical
Progress,19 (2), 1-4.
Radomska, A.S., and Wojciechowska, J., 2005, Microemulsion as Potential
Ocular Drugs Delivery Systems: Phase Diagram and Physical Properties
Depending on Ingredient, Acta Pol. Pharm, 62 (1), 465-471.
Rajaram, S., and Natham R., 2013, Influence of Formulation and Process
Variables on the Formation of Rifampicin Nanoparticles by Ionic
Gelation Technique, RJPBCS., 4 (4), 829-830.
Roth, H. J.,and Gottfried B., 1988, Analisis Farmasi, UGM-Press, Yogyakarta,
pp. 466-468.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Quinn, M. E., 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6th
Edition, Pharmaceutical Press, London,
pp. 31-32, 378-379, 441-442, 592-593, 596, 597, 676-678, 697-698, 721-
722, 754-755.
Rozman, B., Znovar, A., Falson, F., and Gasperlin, M., 2009, Temperature-
Sensitive Microemulsion Gel: An Effective Topical Delivery System for
Simultaneous Delivery of Vitamins C and E, J. PharmSci. Tech., 10 (1),
55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Rozman, B., and Gasperlin, M., 2007, Stability of Vitamins C and E in Topical
Microemulsions for Combined Antioxidant Therapy, J. PharmSci. Tech.,
14 (4), 235-245.
Rozman, B., Gasperlin, M., Falson, F., Gosenca, M., and Padois, K., Dual
Influence of Colloidal Silica on Skin Deposition of vitamins C and E
Simultaneously Incorporated in Topical Microemulsions, J. PharmSci.
Tech, 36 (7), 852.
Samsi, K. M., Phangkawira, E., dan Yang, S. J., 2009, Hubungan Berat Molekul
dengan Ukuran Molekul Koloid yang Lazim Digunakan dalam Resusitasi
Sindrom Syok Dengue, Jurnal Sari Pediatri, 10 (6), 386-390.
Santoso, S., 2010, Statistik Parametrik, PT. Gramedia, Jakarta, pp. 103-104.
Saputra, A. S., Haryono, A., Laksmono, J. A., and Anshari, M. H., Preparasi
Koloid Nanosilver Dengan Berbagai Jenis Reduktor Sebagai Bahan Anti
Bakteri, Indonesian Journal ofMaterials Science, 12 (3), 202-208.
Sharma, S., 2008, Topical drug delivery system, Int. Pharmaceutic. Rev., 6 (5), 1-
29.
Sinko, P., 2011, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical ciences, 6th
edition, Lippincot Williams & Wilkins, China, pp. 355-367, 469-473.
Swarbrick, J., 2007, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd
Edition,
Informa Healthcare, New York, pp. 1561-1564.
Soepardiman, L., 2003, Etiopatogenesis Kulit Menua, Dalam : Wasitaatmadja
S. M., Menaldi S. L., editor., Peremajaan Kulit, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, pp. 1-9.
Surabhi, K., Atul, N., and Arun, G., 2010, Microemulsions: Developmental
aspects, JPBMS, 1 (4), 695, 697, 698.
Tavaszi, J., and Budai, P., 2007, The use of HET-CAM test in detecting the ocular
irritation, Commun. Agric. Appl. Biol. Sci., 72 (2), 137–141.
Taylor, M. S., 2011, Stabilisation of Water-in-Oil Emulsions to Improve the
Emollient Properties of Lipstick, Dissertation, 65-67, Universitas
Birmingham, Inggris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Thakkar, H., Nangesh, J., Parmar, M., and Patel, D., Formulation and
characterization of lipid-based drug delivery system of raloxifene
microemulsion and self-microemulsifying drug delivery system, J Pharm
Bioallied Sci., 3 (3), 442-448.
Volker, A., 2009, Dynamic Light Scattering: Measuring the Particle Size
Distribution,
http://www.lsinstruments.ch/technology/dynamic_light_scattering_dls/,
diakses tanggal 13 Mei 2014.
Weisberg E., 2002, Antioxidants, in Bauman, L., (Eds.), Cosmetic dermatology
principles and practic, Mc GrawHill, New York, pp. 105-116.
Yenti, R., Afrianti, R., dan Afriani, L., 2011, Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Daun Kirinyuh (Euphatorium odoratum. L) untuk Penyembuhan Luka,
Majalah Kesehatan PharmaMedika, 3 (1), 228.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) ester vitamin C (Askorbil palmitat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) vitamin E (alfa tokoferol)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 3. Certificate of Analysis (CoA) sunflower oil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 4. Certificate of Analysis (CoA) tween 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 5. Certificate of Analysis (CoA) span 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 6. Data Penimbangan Formula Orientasi
Lampiran 7. Data Hasil Organoleptis Orientasi
Formula Kriteria Hasil organoleptis Sebelum Cycling
test dan uji sentrifugasi
Hasil organoleptis Sesudah Cycling
test dan uji sentrifugasi
1 (1:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Terjadi pemisahan menjadi 2 fase
yaitu fase minyak dan air
1 (2:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Terjadi pemisahan menjadi 2 fase
yaitu fase minyak dan air
2 (3:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Terjadi pemisahan menjadi 2 fase
yaitu fase minyak dan air
3 (4:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Terjadi pemisahan menjadi 2 fase
yaitu fase minyak dan air
4 (5:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
5 (6:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
6 (7:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
7 (8:1) Warna
Bau
Homogenitas
Kejernihan
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Kuning terang
Tidak berbau
Homogen
Sangat jernih
Bahan (g) Formula
I II III IV V VI VII VIII
Sunflower oil 20 20 20 20 20 20 20 20 Tween 80 35 46,9 52,5 56 59,99 61,25 62,23 63
Span 80 35 23,1 17,5 14 10,01 8,75 7,77 7
Ester vitamin C 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Vitamin E 1 1 1 1 1 1 1 1
Akuades 10 10 10 10 10 10 10 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 8. Data Pengamatan HLB
Contoh perhitungan HLB :
HLB =[
x 15] +[
]
= [
x 15] +[
]
= 13,47 Tabel XVII. Data HLB Kombinasi SurfaktanTween 80 dan Span 80 Setiap Formula
Mikroemulsi
Formula HLB
1 (5:1) 13,47
2 (6:1) 13,742
3 (7:1) 13,898
4 (8:1) 13,93
Lampiran 9. Organoleptis Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin
E
Formula Pemeriksaan Siklus Freeze thaw
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
5:1
Warna Kuning terang Kuning terang Kuning terang Kuning terang
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Kejernihan Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih
6:1
Warna Kuning terang Kuning terang Kuning terang Kuning terang
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Kejernihan Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih
7:1
Warna Kuning terang Kuning terang Kuning terang Kuning terang
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Kejernihan Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih
8:1
Warna Kuning terang Kuning terang Kuning terang Kuning terang
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Kejernihan Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih Sangat Jernih
Keterangan :
Siklus 0 : penyimpanan sediaan selama 24 jam setelah pembuatan
Siklus 1 : penyimpanan selama 48 jam pada hari kedua dan ketiga
Siklus 2 : penyimpanan selama 48 jam pada hari keempat dan kelima
Siklus 3 : penyimpanan selama 48 jam pada hari keenam dan ketujuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 10. Data Pengukuran pH Kombinasi Surfaktan, Basis
Mikroemulsi dan Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Tween 80
: Span 80 5:1 6:1 7:1 8:1
6,65 6,71 6,82 6,89
6,64 6,72 6,80 6,87
6,62 6,70 6,79 6,88
6,64 ± 0,02 6,71± 0,01 6,80 ± 0,02 6,88 ± 0,01
Formula 5:1 6:1 7:1 8:1
7,56
7,54
7,59
7,71
7,70
7,73
7,78
7,80
7,81
7,86
7,88
7,89
7,56 ± 0,03 7.71 ± 0,02 7,8 ± 0,02 7,88 ± 0,02
Formula/ Siklus 5:1 6:1 7:1 8:1
Siklus 0
5,65
5,64
5,66
5,69
5,70
5,72
5,78
5,80
5,79
5,86
5,85
5,89
5,65 ± 0,01 5,70 ± 0,02 5,79 ± 0,01 5,87 ± 0,02
Siklus 1
5,65
5,66
5,67
5,69
5,71
5,72
5,78
5,80
5,81
5,87
5,85
5,89
5,66 ± 0,01 5,71 ± 0,02 5.8 ± 0,02 5,87 ± 0,02
Siklus 2
5,66
5,67
5,68
5,70
5,71
5,72
5.79
5.80
5.81
5.87
5.86
5.89
5.67 ± 0,01 5,71 ± 0,01 5,8 ± 0,01 5,87 ± 0,02
Siklus 3
5,67
5,69
5,68
5,70
5,71
5,72
5.79
5.81
5.82
5.88
5.86
5.90
5,68 ± 0,01 5,71 ± 0,01 5,81 ± 0,02 5,88 ± 0,02
Keterangan :
5:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 5:1
6:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 6:1
7:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 7:1
8:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 8:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 11. Data Pengukuran Viskositas (cP) Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E
Formula/ Siklus 5:1 6:1 7:1 8:1
Siklus 0
439,9
439,4
438,8
440,1
440,2
439,8
441,6
442,1
441
442,7
442,1
441,8
439,37 ± 0,55 440,03 ± 0,21 441,57 ± 0,55 442,2 ± 0,46
Siklus 1
440,5
441,1
441,5
440,4
440,2
439,9
441,7
442,4
441,1
442,8
442,1
441,9
441,03 ± 0,50 440,17 ± 0,25 441,73 ± 0,65 442,27 ± 0,47
Siklus 2
442,6
441,9
442,3
440,4
440,3
440,0
441,8
442,4
441,1
442,9
442,2
441,9
442,27 ± 0,35 440,23 ± 0,21 441,77 ± 0,65 442,33 ± 0,51
Siklus 3
443,7
442,8
443,5
440,8
440,5
440,2
441,9
442,7
441,3
442,9
442,3
442,2
443,33 ± 0,47 440,5 ± 0,3 441,97 ± 0,70 442,47 ± 0,38
Keterangan :
5:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 5:1
6:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 6:1
7:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 7:1
8:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 8:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 12. Data Pengukuran Persen Transmitan (%) Sediaan
Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Formula/Siklus 5:1 6:1 7:1 8:1
Siklus 0
98,9
98,7
98,5
99,2
99,3
99,1
99,7
99,6
99,5
100
99,8
99,9
98,7 ± 0,2 99,2 ± 0,1 99,6 ± 0,1 99,9 ± 0,1
Siklus 1
98,8
98,7
98,4
99,2
99,3
99,0
99,7
99,5
99,4
99,9
99,8
99,7
98,63 ± 0,21 99,17 ± 0,15 99,53 ± 0,15 99,8 ± 0,1
Siklus 2
98,7
98,6
98,4
99,1
99,3
99,0
99,6
99,5
99,3
99,9
99,7
99,6
98,57 ± 0,15 99,13 ± 0,15 99,47 ± 0,15 99,73 ± 0,15
Siklus 3
98,7
98,5
98,2
99,0
99,3
98,9
99,6
99,4
99,2
99,9
99,6
99,5
98,47 ± 0,25 99,07 ± 0,21 99,4 ± 0,2 99,67 ± 0,21
Keterangan :
5:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 5:1
6:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 6:1
7:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 7:1
8:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 8:1
Lampiran 13. Data Pengukuran Indeks bias Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E
Formula 5:1 6:1 7:1 8:1
1,452
1,455
1,454
1,456
1,458
1,459
1,460
1,463
1,462
1,464
1,466
1,465
1,454 ± 0,002 1,458 ± 0,002 1,462 ± 0,002 1,465± 0,001
Keterangan :
5:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 5:1
6:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 6:1
7:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 7:1
8:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 8:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 14. Data Pengamatan Ukuran droplet
Formula / Siklus 5:1 8:1
Siklus 0
24,5
23,1
23,9
23,83 ± 0,70
11,5
12,6
13,4
12,5 ± 0,95
Siklus 3
24,6
23,9
24,2
24,23 ± 0,35
11,8
12,8
13,5
12,7 ± 0,85
Keterangan :
5:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 5:1
8:1 : Sediaan mikroemulsi dengan komposisi surfaktan 70% dan perbandingan
campuran surfaktan tween 80 dan span 80 8:1
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Sifat Fisik Viskositas, pH, Persen
Transmitan dan Ukuran droplet (24 Jam) Sediaan Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E Menggunakan Program R 3.0.2 open source
Contoh uji statistik data viskositas
1. Uji normalitas
Keterangan : Formula 5, 2, 3, dan 4 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan
data terdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
2. Uji Variansi Data (Levene’s Test)
Keterangan : Variansi data viskositas 24 jam memiliki P-Value > 0,05
menunjukan data homogeny
3. Hasil Uji ANOVA
Keterangan : Uji ANOVA (viskositas) memiliki P-Value < 0,05
menunjukan data berbeda bermakna secara statistik.
4. Hasil Uji Tukey HSD
Keterangan : Uji TukeyHSD memiliki p-value < 0,05 menunjukan data
berbeda bermakna dan p-value > 0,05 menunjukkan data berbeda tidak
bermakna.
Tabel XVIII. Uji Statistik Sifat Fisik pH, Persen Transmitan, Ukuran droplet dan
nilai IC50 Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
1. Uji Normalitas Data
Formula Hasil uji
pH
Hasil uji Persen
Transmitan
Hasil Uji
Ukuran droplet
Hasil uji nilai
IC50
1 1 1 0.8428 0.2983
2 0,6369 1 - 0.2983
3 1 1 - 0.6369
4 0,4633 1 0.6369 0.6369
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Keterangan:
Formula 5, 2, 3 dan 4 uji Ph dan persen transmitan memiliki P-Value > 0,05
menunjukan data terdistribusi normal.
Uji ukuran droplet yang dilakukan hanya pada formula awal (formula 5) dan
formula akhir (formula 8). Pada formula 5 dan 4 memiliki P-Value > 0,05
menunjukan data terdistribusi normal.
2. Uji Variansi Data (Levene’s Test)
Keterangan Hasil
Uji Ph 0,8209
Uji persen transmitan 0,6495
Uji Ukuran droplet 0.2122
Uji nilai IC50 0.6211
Keterangan: Variansi uji pH, persen transmitan, ukuran droplet dan nilai IC50
memiliki P-Value > 0,05 menunjukan data homogen
3. Hasil Uji ANOVA
Keterangan Hasil
Uji pH 4,46e-07
***
Uji persen transmitan 2,12e-05
***
Uji Ukuran droplet 5.42e-05
***
Uji nilai IC50 < 2e-16 ***
Keterangan: Pada Uji ANOVA, jika data memiliki P-Value < 0,05 menunjukan
data berbeda bermakna secara statistic
4. Hasil Uji Tukey HSD
Kelompok Komparasi Hasil uji
pH
Hasil uji persen
transmitan
Hasil Uji
Ukuran droplet
Hasil uji
nilai IC50
Formula 5 vs Formula 6 0,0093641 0,0073316 - 0
Formula 5 vs Formula 7 0,0000126 0,0001503 - 0
Formula 5 vs Formula 8 0,0000004 0,0000180 6.13e-05
0
Formula 6 vs Formula 7 0,0004183 0,0249062 - 0
Formula 6 vs Formula 8 0,0000039 0,0008701 - 0
Formula 7 vs Formula 8 0,0009678 0,0910796 - 0
Keterangan:
P<0,05 (Berbeda Bermakna); P>0,05 (Berbeda Tidak Bermakna).
Uji ukuran droplet yang dilakukan hanya pada formula awal (formula 5) dan formula
akhir (formula 8), sehingga uji TukeyHSD yang dilakukan hanya Formula 5 vs Formula
8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 16. Data Stabilitas pH, Viskositas, Persen Transmitan dan Ukuran
droplet Sediaan Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E
Contoh uji statistik
1. Uji normalitas
Keterangan: data pH siklus 0, 1, 2, dan 3 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan
data terdistribusi normal.
2. Uji t-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Keterangan:
Siklus 0 : penyimpanan sediaan selama 24 jam setelah pembuatan
Siklus 1 : penyimpanan selama 48 jam pada hari kedua dan ketiga
Siklus 2 : penyimpanan selama 48 jam pada hari keempat dan kelima
Siklus 3 : penyimpanan selama 48 jam pada hari keenam dan ketujuh
Stabilitas pH formula 5 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan data tidak berbeda
bermakna secara statistik. Jika terdapat data dengan P-Value > 0,05 menunjukkan
perbedaan yang bermakna secara statistik.
Tabel XIX. Uji Statistik Stabilitas pH, Viskositas, Persen Transmitan dan Ukuran
droplet Sediaan Mikroemulsi a. Stabilitas uji pH
1. Uji Normalitas Data
Siklus Penyimpanan Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 1 0,6369 1 0,4633
Siklus 1 0,6369 0,6369 0,6369 1
Siklus 2 0,6369 1 1 0,6369
Siklus 3 1 0,6369 0,6369 1
Keterangan: Stabilitas pH formula 5, 2, 3 dan 4 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan
data terdistribusi normal.
2. Uji t-test Kelompok Komparasi Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 vs siklus 1 0,4226 0,4226 0,4226 0,4226
Siklus 0 vs siklus 2 0,1835 0,1835 0,2254 0,1835
Siklus 0 vs siklus 3 0,2254 0,05719 0,1296 0,05719
Siklus 1 vs siklus 2 0,4226 0,4226 0,4226 0,4226
Siklus 2 vs siklus 3 0,4226 0,1835 0,1835 0,1835
Keterangan: P<0,05 (Berbeda Bermakna); P>0,05 (Berbeda Tidak Bermakna)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
b. Stabilitas uji viskositas
1. Uji Normalitas Data
Siklus Penyimpanan Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 0,8999 0,4633 0,8999 0,6369
Siklus 1 0,7804 0,7804 0,9152 0,4072
Siklus 2 0,8428 0,4633 0,9152 0,5665
Siklus 3 0,4072 1 0,8428 0,253
Keterangan: Stabilitas pH formula 5, 2, 3 dan 4 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan
data terdistribusi normal.
2. Uji t-test Kelompok Komparasi Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 vs siklus 1 0,1108 0,2697 0,1296 0,1835
Siklus 0 vs siklus 2 0,01092 0,07418 0,07418 0,05719
Siklus 0 vs siklus 3 0,009262 0,06038 0,05719 0,05719
Siklus 1 vs siklus 2 0,1045 0,1835 0,4226 0,2697
Siklus 2 vs siklus 3 0,006767 0,05719 0,07418 0,1835
Keterangan: P<0,05 (Berbeda Bermakna); P>0,05 (Berbeda Tidak Bermakna)
c. Stabilitas uji persen transmitan
1. Uji Normalitas Data
Siklus Penyimpanan Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 1 1 1 1
Siklus 1 0,4633 1 0,6369 1
Siklus 2 0,6369 1 0,6369 1
Siklus 3 0,7804 1 1 0,6369
Keterangan: Stabilitas pH formula 5, 2, 3 dan 4 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan
data terdistribusi normal.
2. Uji t-test Kelompok Komparasi Formula
5
Formula
6
Formula
7
Formula
4
Siklus 0 vs siklus 1 0,1835 0,4226 0,1835 0,2359
Siklus 0 vs siklus 2 0,05719 0,1835 0,05719 0,2434
Siklus 0 vs siklus 3 0,0198 0,1835 0,07418 0,2532
Siklus 1 vs siklus 2 0,1835 0,4226 0,1835 0,1835
Siklus 2 vs siklus 3 0,2254 0,1835 0,1835 0,1835
Keterangan: P<0,05 (Berbeda Bermakna); P>0,05 (Berbeda Tidak Bermakna)
d. Stabilitas uji ukuran droplet
1. Uji Normalitas Data
Siklus Penyimpanan Formula
5
Formula
4
Siklus 0 0.8428 0.6369
Siklus 3 0.8428 0.3631
Keterangan: Stabilitas pH formula 5, 2, 3 dan 4 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan data
terdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
2. Uji t-test Kelompok Komparasi Formula
5
Formula
4
Siklus 0 vs siklus 3 0.07637 0.148
Keterangan: P<0,05 (Berbeda Bermakna); P>0,05 (Berbeda Tidak Bermakna)
Lampiran 17. Data Penimbangan Ester vitamin C, E, Campuran C dan E
sebagai standar
Bahan (g) Replikasi
I II III
DPPH
Ester vitamin C
Vitamin E
Ester vitamin C dan
vitamin E
0,0158
0,0010
0,0500
0,0140
0,0158
0,0010
0,0500
0,0140
0,0158
0,0010
0,0500
0,0140
Lampiran 18. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok ester vitamin C, seri
konsentrasi ester vitamin C, Data Absorbansi Ester vitamin C, % IC dan IC
50 ester vitamin C sebagai standar
1. Konsentrasi Larutan DPPH
=
= 0,158 mg/mL
1.1. Konsentrasi pengenceran larutan DPPH untuk dilakukan scanning
panjang gelombang maksimum
Contoh perhitungan : C1 . V1 = C2 . V2
0,158 mg/mL . 0,5 mL = C2 . 10 mL
C2 = 0,0079 mg/mL
Jumlah mL
yang diambil
Konsentrasi
0,5 mL 0,0079 mg/mL
0,0158 mg/mL
0,0237 mg/mL 1 mL
1,5 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
1.2.Konsentrasi 0,0079 mg/mL
1.3.Konsentrasi 0,0158 mg/mL
0,720
0,481
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
1.4.Konsentrasi 0,0237 mg/mL
1.5.Rata-rata λ maksimum yang digunakan
Rata-rata λ maksimum =
= 517 nm
2. Konsentrasi Stok Ester vitamin C
=
= 0,02 mg/mL
3. Pengenceran larutan stok
Contoh perhitungan :
C1 . V1 = C2 . V2
0,02 mg/mL . 5 mL = C2 . 10 mL
C2 = 0,01 mg/mL
Replikasi Konsentrasi Stok Ester vitamin C
I
II
III
0,01mg/mL
0,01 mg/mL
0,01 mg/mL
4. Seri konsentrasi larutan ester vitamin C
Contoh perhitungan :
C1 . V1 = C2 . V2
0,01 mg/mL . 0,5 mL = C2 . 10 mL
C2 = 0,0005 mg/mL
1,017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
0,5mL 1 0,0005 mg/mL
0,001 mg/mL
0,0015 mg/mL
0,002 mg/mL
1 mL 2
1,5 mL 3
2 mL 4
2,5 mL 5 0,0025 mg/mL
5. Data Operating time
Waktu
(menit) Replikasi
I II III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,369
0,373
0,372
0,372
0,373
0,372
0,372
0,372
0,372
0,372
0,372
0,371
0,354
0,350
0,349
0,348
0,347
0,347
0,347
0,346
0,346
0,345
0,345
0,344
0,341
0,339
0,337
0,336
0,336
0,336
0,336
0,335
0,335
0,334
0,333
0,333
0,355 ± 0,01
0,354 ± 0,01
0,353± 0,01
0,352± 0,01
0,352± 0,02
0,352± 0,02
0,352± 0,02
0,351± 0,02
0,351± 0,02
0,350± 0,02
0,350± 0,02
0,349± 0,02
Rentang Operating time yang dipilih adalah 30-35 menit
6. Data absorbansi seri konsentrasi larutan ester vitamin C dengan 3 kali
replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,0005
mg/mL
0,001
mg/mL
0,0015
mg/mL
0,002
mg/mL
0,0025
mg/mL
I 0,533 0,462 0,406 0,335 0,257
II 0,533 0,462 0,405 0,335 0,257
III 0,532 0,461 0,409 0,336 0,256
0,533 ±
0,000577
0,462 ±
0,000577
0,407 ±
0,002082
0,335 ±
0,000577
0,257 ±
0,000577
Absorbansi Kontrol = 0,568
7. % IC pada seri konsentrasi ester vitamin C menggunakan persamaan (4)
Contoh perhitungan :
x 100% =
x 100% = 54,75 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,0005 mg/mL 6,16 % 6,16 % 6,34 % 6,22 % ± 0,103
0,001 mg/mL 18,69 % 18,69 % 18,84 % 18,74 % ± 0,009 0,0015 mg/mL 28,52 % 28,7 % 27,99 % 28,40 % ± 0,369
0,002 mg/mL 41,02 % 41,02 % 40,85 % 40,96 % ± 0,098
0,0025 mg/mL 54,75 % 54,75 % 54,93 % 54,81 % ± 0,104
8. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 23902 x – 6,025
50 = 23902 x – 6,025
x = 0,002344 mg/mL
y = 23902 x – 5,989
50 = 23902 x – 5,989
x = 0,002342 mg/mL
y = 23838 x – 5,967
50 = 23838 x – 5,967
x = 0,002348 mg/mL
0, 002345 mg/mL ± 0,0000164
Lampiran 19. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok vitamin E, seri
konsentrasi vitamin E, Data Absorbansi Vitamin E, % IC dan IC 50 vitamin
E sebagai standar
1. Konsentrasi Larutan DPPH
=
= 0,158 mg/mL
1.1. Konsentrasi pengenceran larutan DPPH untuk dilakukan scanning
panjang gelombang maksimum
Contoh perhitungan : C1 . V1 = C2 . V2
0,158 mg/mL . 0,5 mL = C2 . 10 mL
C2 = 0,0079 mg/mL
Jumlah mL yang
diambil
Konsentrasi
0,5 mL 0,0079 mg/mL
0,0158 mg/mL
0,0237 mg/mL 1 mL
1,5 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
1.2.Konsentrasi 0,0079 mg/mL
1.3.Konsentrasi 0,0158 mg/mL
0,720
0,481
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1.4.Konsentrasi 0,0237 mg/mL
1.5.Rata-rata λ maksimum yang digunakan
Rata-rata λ maksimum =
= 517 nm
2. Konsentrasi Stok Vitamin E
= 1 mg/mL
3. Seri konsentrasi larutan vitamin E
Contoh perhitungan :
C1 . V1 = C2 . V2
1 mg/mL . 0,2 mL = C2 . 10 mL
C2 = 0,02 mg/mL
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
0,2 mL 1 0,02 mg/mL
0,04 mg/mL
0,06 mg/mL
0,08 mg/mL
0,4 mL 2
0,6 mL 3
0,8 mL 4
1 mL 5 0,1 mg/mL
1,017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4. Data Operating time
Waktu (menit) Replikasi
I II III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,506
0,477
0,458
0,458
0,450
0,447
0,440
0,438
0,436
0,434
0,433
0,432
0,473
0,470
0,468
0,465
0,462
0,460
0,458
0, 455
0,453
0,453
0,453
0,453
0,451
0,448
0,445
0,442
0,439
0,434
0,431
0,429
0,428
0,427
0,426
0,426
0,477 ± 0,02
0,465± 0,01
0,457± 0,01
0,455± 0,01
0,450± 0,01
0,447± 0,01
0,443± 0,01
0,441± 0,01
0,439± 0,01
0,438± 0,01
0,437± 0,01
0,437± 0,01
Rentang Operating time yang dipilih adalah 50-60 menit
5. Data absorbansi seri konsentrasi larutan vitamin E dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,02
mg/mL
0,04
mg/mL
0,06
mg/mL
0,08
mg/mL
0,1
mg/mL
I 0,627 0,524 0,464 0,327 0,270
II 0,627 0,524 0,463 0,327 0,270
III 0,627 0,523 0,463 0,327 0,270
0,627 ± 0 0,524 ±
0
0,463 ±
0,000577
0,327 ± 0 0,270 ± 0
Absorbansi Kontrol = 0,704
6. % IC pada seri konsentrasi vitamin E menggunakan persamaan (4)
Contoh perhitungan :
x 100% =
x 100% = 10,94 %
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,02 mg/mL 10,94 % 10,94 % 10,94 % 10,94 % ± 0 0,04 mg/mL 25,57 % 25,57 % 25,71 % 25,62 % ± 0,08 0,06 mg/mL 34,09 % 34,23 % 34,23 % 34,18 % ± 0,08 0,08 mg/mL 53,55 % 53,55 % 53,55 % 53,55 % ± 0 0,1 mg/mL 61,65 % 61,65 % 61,65 % 61,65 % ± 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
7. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 647 x – 1,66
50 = 647 x – 1,66
x = 0,07985 mg/mL
y = 647 x – 1,632
50 = 647 x – 1,632
x = 0,07980 mg/mL
y = 646,3 x – 1,562
50 = 646,3 x – 1,562
x = 0,07978 mg/mL
0, 07981 mg/mL ± 0,0000361
Lampiran 20. Data Perhitungan DPPH, konsentrasi stok campuran ester
vitamin C dan vitamin E, seri konsentrasi campuran ester vitamin C dan
vitamin E, Data Absorbansi Ester vitamin C dan vitamin E, % IC dan IC 50
ester vitamin C dan vitamin E sebagai standar
1. Konsentrasi Larutan DPPH
=
= 0,158 mg/mL
1.1. Konsentrasi pengenceran larutan DPPH untuk dilakukan scanning
panjang gelombang maksimum
Jumlah mL
yang diambil
Konsentrasi
0,5 mL 0,0079 mg/mL
0,0158 mg/mL
0,0237 mg/mL 1 mL
1,5 mL
Scanning λ maksimum larutan DPPH 0,158 mg/mL :
1.2.Konsentrasi 0,0079 mg/mL
0,367
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1.3.Konsentrasi 0,0158 mg/mL
1.4.Konsentrasi 0,0237 mg/mL
0,613
0,859
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
1.5.Perhitungan rata-rata λ maksimum yang digunakan
Rata-rata λ maksimum =
= 517 nm
2. Konsentrasi Stok campuran ester vitamin C dan vitamin E
=
= 0,14 mg/mL
3. Pengenceran larutan stok
Contoh perhitungan :
C1 . V1 = C2 . V2
0,14 mg/mL . 2,5 mL = C2 . 25 mL
C2 = 0,014 mg/mL
Replikasi Perhitungan Pengenceran Konsentrasi Stok
Campuran Ester vitamin C dan vitamin E
I
II
III
0,014 mg/mL
0,014 mg/mL
0,014 mg/mL
4. Pembuatan seri konsentrasi larutan campuran ester vitamin C dan vitamin
E
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
1 mL 1 0,0014 mg/mL
0,0028 mg/mL
0,0042 mg/mL
0,0056 mg/mL
2 mL 2
3 mL 3
4 mL 4
5 mL 5 0,007 mg/mL
6 mL 6 0,0084 mg/mL
5. Data Operating time
Waktu (menit) Replikasi
I II III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,372
0,372
0,371
0,371
0,371
0,371
0,371
0,371
0,371
0,370
0,370
0,370
0,361
0,359
0,359
0,359
0,359
0,358
0,356
0,356
0,355
0,354
0,354
0,353
0,353
0,351
0,350
0,349
0,348
0,347
0,345
0,340
0,338
0,335
0,334
0,332
0,362± 0,01
0,361± 0,01
0,360± 0,01
0,360± 0,01
0,359± 0,01
0,359± 0,01
0,357± 0,01
0,356± 0,01
0,355± 0,01
0,353± 0,01
0,353± 0,01
0,352± 0,02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Rentang Operating time yang dipilih adalah 15-25 menit.
6. Data absorbansi seri konsentrasi larutan campuran ester vitamin C dan
vitamin E dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,0014
mg/mL
0,0028
mg/mL
0,0042
mg/mL
0,0056
mg/mL
0,007
mg/mL
0,0084
mg/mL
I 0,531 0,512 0,437 0,390 0,312 0,226
II 0,534 0,512 0,438 0,390 0,312 0,225
III 0,540 0,512 0,438 0,389 0,312 0,224
0,535 ±
0,004583
0,512 ±
0
0,438 ±
0,000577
0,340 ±
0,000577
0,312 ± 0 0,225 ±
0,001
Absorbansi Kontrol = 0,606
7. % IC pada seri konsentrasi larutan campuran ester vitamin C dan vitamin
E menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,0014 mg/mL 12,38 % 11,88 % 10,89 % 11,72 % ± 0,758 0,0028 mg/mL 15,51 % 15,51 % 15,51 % 15,52 % ± 0
0,0042 mg/mL 27,89 % 27,72 % 27,72 % 27,78 % ± 0,098
0,0056 mg/mL 35,64 % 35,64 % 35,81 % 35,7 % ± 0,098
0,007 mg/mL 48,51 % 48,51 % 48,51 % 48,51 % ± 0
0,0084 mg/mL 62,71 % 62,87 % 63,04 % 62,87 % ± 0,165
8. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 7314,286 x – 2,067
50 = 7314,286 x – 2,067
x = 0,007119 mg/mL
y = 7385,102 x – 2,499
50 = 7385,102 x – 2,499
x = 0,007109 mg/mL
y = 7506,939 x – 3,204
50 = 7506,939 x – 3,204
x = 0,007087 mg/mL
0,007105 mg/mL ± 0,0000164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 21. Uji Statistik Standar Ester vitamin C, E dan campuran Ester
vitamin C dan vitamin E
1. Uji Normalitas data
IC50 Standar p-value
Ester vitamin C 0.6369
Vitamin E 0.5367
Ester vitamin C dan
vitamin E
0.5928
Keterangan: Standar ester vitamin C, vitamin E dan campuran ester vitamin C
dan vitamin E memiliki P-Value > 0,05 menunjukan data terdistribusi normal
2. Uji Variansi Data (Levene’s Test)
Keterangan Hasil
Uji nilai IC50 0,8209
Keterangan: Variansi uji nilai IC50 memiliki P-Value > 0,05 menunjukan data
homogen
3. Uji t-test tidak berpasangan
Kelompok Komparasi p-value
Ester vitamin C vs vitamin E 1.584e-14
Ester vitamin C vs campuran ester
vitamin C dan vitamin E
4.993e-11
Vitamin E vs campuran ester vitamin C
dan vitamin E
1
Keterangan:
H0 = ester vitamin C memiliki IC50 lebih besar dari vitamin E
H1 = ester vitamin C memiliki IC50 lebih kecil dari vitamin E
H0 = ester vitamin C memiliki IC50 lebih besar dari ester vitamin C dan vitamin E
H1 = ester vitamin C memiliki IC50 lebih kecil dari ester vitamin C dan vitamin E
H0 = vitamin E memiliki IC50 lebih besar dari ester vitamin C dan vitamin E
H1 = vitamin E memiliki IC50 lebih kecil dari ester vitamin C dan vitamin E
Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, dan jika p-value < 0,05 maka H1 diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 22. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 5:1, Data Absorbansi, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 5:1
1. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E 5:1
berarti dalam mikroemulsi terdapat
= 0,028 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 5:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
1 mL 1 0,0028 mg/mL
0,0056 mg/mL
0,0084 mg/mL
0,0112 mg/mL
2 mL 2
3 mL 3
4 mL 4
5 mL 5 0,014 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,419
0,412
0,409
0,406
0,405
0,404
0,403
0,402
0,402
0,402
0,402
0,401
0,394
0,390
0,387
0,385
0,382
0,379
0,376
0,376
0,376
0,375
0,374
0,372
0,371
0,367
0,364
0,361
0,358
0,355
0,353
0,351
0,350
0,349
0,347
0,346
0,395± 0,02
0,390± 0,02
0,387± 0,02
0,384± 0,02
0,382± 0,02
0,379± 0,02
0,377± 0,02
0,376± 0,02
0,376± 0,02
0,375± 0,02
0,374± 0,02
0,373± 0,02
Rentang Operating time yang dipilih adalah 40-50 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 5:1 dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,0028
mg/mL
0,0056
mg/mL
0,0084
mg/mL
0,0112
mg/mL
0,014
mg/mL
I 0,692 0,591 0,500 0,395 0,313
II 0,692 0,590 0,501 0,394 0,311
III 0,691 0,592 0,503 0,396 0,310
0,692 ±
0,000577
0,591 ±
0,001
0,501 ±
0,00153
0,395 ±
0,001
0,311 ±
0,00153
Absorbansi Kontrol = 0,747
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E 5:1 menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,0028 mg/mL 7,36 % 7,36 % 7,5 % 7,407 % ± 0,081
0,0056 mg/mL 20,88 % 21,02 % 20,75 % 20,88 % ± 0,135 0,0084 mg/mL 33,07 % 32,93 % 32,66 % 32,89 % ± 0,208
0,0112 mg/mL 47,12 % 47,26 % 46,99 % 47,12 % ± 0,135
0,014 mg/mL 59,44 % 58,37 % 58,5 % 58,77 % ± 0,534
6. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 4657,14 x – 5,546
50 = 4657,14 x – 5,546
x = 0,01193 mg/mL
y = 4580,71 x – 5,09
50 = 4580,71 x – 5,09
x = 0,01203 mg/mL
y = 4580 x – 5,192
50 = 4580 x – 5,192
x = 0,01205 mg/mL
0,01200 mg/mL ± 0,0000643
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 23. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 6:1, Data Absorbansi, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 6:1
1. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E 6:1
berarti dalam mikroemulsi terdapat
= 0,028 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 6:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
4 mL 1 0,0112 mg/mL
0,014 mg/mL
0,0168 mg/mL
0,0196 mg/mL
5 mL 2
6 mL 3
7 mL 4
8 mL 5 0,0224 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,368
0,358
0,351
0,347
0,344
0,341
0,339
0,338
0,336
0,335
0,334
0,333
0,351
0,349
0,345
0,343
0,340
0,338
0,335
0,334
0,332
0,332
0,332
0,330
0,339
0,336
0,335
0,332
0,329
0,327
0,324
0,321
0,318
0,315
0,315
0,314
0,353± 0,01
0,348± 0,01
0,344± 0,01
0,341± 0,01
0,338± 0,01
0,335± 0,01
0,333± 0,01
0,331± 0,01
0,329± 0,01
0,327± 0,01
0,327± 0,01
0,326± 0,01
Rentang Operating time yang dipilih adalah 50-55 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 6:1 dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,0112
mg/mL
0,0168
mg/mL
0,0196
mg/mL
0,0224
mg/mL
0,0252
mg/mL
I 0,453 0,409 0,363 0,315 0,275
II 0,450 0,408 0,362 0,314 0,272
III 0,455 0,408 0,364 0,311 0,273
0,453 ±
0,00252
0,408 ±
0,000577
0,363 ±
0,001
0,313 ±
0,001
0,313 ±
0,00208
Absorbansi Kontrol = 0,667
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E 6:1 menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,0112 mg/mL 32,08 % 32,53 % 31,78 % 32,13 % ± 0,377
0,0168 mg/mL 38,68 % 38,83 % 38,83 % 38,78 % ± 0,09
0,0196 mg/mL 45,58 % 45,73 % 45,43 % 45,58 % ± 0,15
0,0224 mg/mL 52,77 % 52,92 % 53,37 % 53,02 % ± 0,312
0,0252 mg/mL 58,77 % 59,22 % 59,07 % 59,02 % ± 0,229
6. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 2409,64 x + 5,094
50 = 2409,64 x + 5,094
x = 0,01864 mg/mL
y = 2409,64 x + 5,364
50 = 2409,64 x + 5,364
x = 0,01852 mg/mL
y = 2468,57 x + 4,224
50 = 2468,57 x + 4,224
x = 0,01854 mg/mL
0,01857 mg/mL ± 0,0000643
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 24. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 7:1, Data Absorbansi, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 7:1
1. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E 7:1
berarti dalam mikroemulsi terdapat
= 0,028 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 7:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
5 mL 1 0,014 mg/mL
0,0168 mg/mL
0,0196 mg/mL
0,0224 mg/mL
6 mL 2
7 mL 3
8 mL 4
9 mL 5 0,0252 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,381
0,373
0,369
0,367
0,365
0,363
0,362
0,361
0,359
0,359
0,358
0,357
0,359
0,357
0,354
0,352
0,349
0,347
0,345
0,344
0,344
0,344
0,343
0,341
0,332
0,329
0,326
0,324
0,321
0,318
0,316
0,313
0,312
0,311
0,310
0,308
0,357± 0,02
0,353± 0,02
0,350± 0,02
0,348± 0,02
0,345± 0,02
0,343± 0,02
0,341± 0,02
0,339± 0,02
0,338± 0,02
0,338± 0,02
0,337± 0,02
0,335± 0,02
Rentang Operating time yang dipilih adalah 45-55 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 7:1 dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,014
mg/mL
0,0168
mg/mL
0,0196
mg/mL
0,0224
mg/mL
0,0252
mg/mL
I 0,514 0,463 0,409 0,360 0,314
II 0,514 0,464 0,410 0,359 0,313
III 0,514 0,464 0,410 0,358 0,313
± SD 0,514 ± 0 0,464 ±
0,000577
0,41 ±
0,000577
0,359 ±
0,001
0,313 ±
0,000577
Absorbansi Kontrol = 0,749
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E 7:1 menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,014 mg/mL 31,38 % 31,38 % 31,38 % 31,38 % ± 0 0,0168 mg/mL 38,18 % 38,05 % 38,05 % 38,09 % ± 0,075
0,0196 mg/mL 45,39 % 45,26 % 45,26 % 45,30 % ± 0,075
0,0224 mg/mL 51,94 % 52,07 % 52,20 % 52,07 % ± 0,13
0,0252 mg/mL 58,08 % 58,21 % 58,21 % 58,17 % ± 0,075
6. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 2398,57 x – 2,018
50 = 2398,57 x – 2,018
x = 0,02169 mg/mL
y = 2417,14 x – 2,382
50 = 2417,14 x – 2,382
x = 0,02167 mg/mL
y = 2421,79 x – 2,447
50 = 2421,79 x – 2,447
x = 0,02166 mg/mL
0,02167 mg/mL ± 0,0000153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 25. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Mikroemulsi Ester
vitamin C dan vitamin E 8:1, Data Absorbansi, % IC dan IC50 Mikroemulsi
Ester vitamin C dan vitamin E 8:1
1. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Ester vitamin C dan vitamin E 8:1
berarti dalam mikroemulsi terdapat
= 0,056 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 8:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
5 mL 1 0,028 mg/mL
0,0336 mg/mL
0,0392 mg/mL
0,0448 mg/mL
6 mL 2
7 mL 3
8 mL 4
9 mL 5 0,0504 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu
(menit)/Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,342
0,333
0,328
0,324
0,322
0,320
0,318
0,317
0,316
0,314
0,313
0,312
0,328
0,325
0,321
0,319
0,316
0,313
0,311
0,309
0,308
0,307
0,305
0,303
0,295
0,292
0,290
0,287
0,285
0,283
0,280
0,279
0,279
0,279
0,278
0,276
0,322± 0,02
0,317± 0,02
0,313± 0,02
0,310± 0,02
0,308± 0,02
0,305± 0,02
0,303± 0,02
0,302± 0,02
0,301± 0,02
0,300± 0,02
0,299± 0,01
0,297± 0,02
Rentang Operating time yang dipilih adalah 40-45 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin C dan
vitamin E 8:1 dengan 3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
0,028
mg/mL
0,0336
mg/mL
0,0392
mg/mL
0,0448
mg/mL
0,0504
mg/mL
I 0,435 0,401 0,342 0,304 0,245
II 0,436 0,401 0,341 0,303 0,244
III 0,436 0,402 0,340 0,303 0,243
0,436 ±
0,000577
0,401 ±
0,000577
0,341 ±
0,001
0,303 ±
0,000577
0,244 ±
0,001
Absorbansi Kontrol = 0,672
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Ester vitamin
C dan vitamin E 8:1 menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0,028 mg/mL 35,27 % 35,12 % 35,12 % 35,17 % ± 0,087
0,0336 mg/mL 40,33 % 40,18 % 40,18 % 40,23 % ± 0,087 0,0392 mg/mL 49,11 % 49,26 % 49,40 % 49,26 % ± 0,145
0,0448 mg/mL 54,76 % 54,91 % 54,91 % 54,86 % ± 0,087
0,0504 mg/mL 63,54 % 63,69 % 63,84 % 63,69 % ± 0,15
6. Persamaan Regresi % IC untuk mendapatkan nilai IC50
y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi I II III
Persamaan
Regresi
y = 1267,32 x – 1,077
50 = 1267,32 x – 1,077
x = 0,04030 mg/mL
y = 1283,39 x – 1,677
50 = 1283,39 x – 1,677
x = 0,04027 mg/mL
y = 1275,89 x – 1,397
50 = 1275,89 x – 1,397
x = 0,04028 mg/mL
0,04028 mg/mL ± 0,0000153
Lampiran 26. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi 5:1,
Data Absorbansi dan % IC Basis Mikroemulsi 5:1
1. Konsentrasi Stok Basis Mikroemulsi 5:1
= 2 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 5:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
4 mL 1 0,8 mg/mL
1 mg/mL
1,2 mg/mL
1,4 mg/mL
5 mL 2
6 mL 3
7 mL 4
8 mL 5 1,6 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi
Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,484
0,483
0,482
0,478
0,481
0,482
0,482
0,482
0,482
0,482
0,482
0,482
0,459
0,457
0,452
0,450
0,449
0,448
0,447
0,446
0,444
0,442
0,440
0,440
0,432
0,429
0,426
0,424
0,421
0,419
0,417
0,417
0,417
0,416
0,414
0,412
0,458± 0,02
0,456± 0,02
0,453± 0,02
0,451± 0,02
0,450± 0,02
0,450± 0,03
0,449± 0,03
0,448± 0,03
0,448± 0,03
0,447± 0,03
0,445± 0,03
0,445± 0,03
Rentang Operating time yang dipilih adalah 35-40 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 5:1 dengan 3
kali replikasi
Seri Konsentrasi/
Replikasi
0,8 mg/mL 1 mg/mL 1,2
mg/mL
1,4 mg/mL 1,6 mg/mL
I 0,496 0,491 0,482 0,460 0,456
II 0,497 0,490 0,482 0,461 0,454
III 0,499 0,490 0,480 0,460 0,455
0,497 ±
0,001528
0,490 ±
0,000577
0,481 ±
0,001155
0,460 ±
0,000577
0,455 ±
0,001
Absorbansi Kontrol = 0,514
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 5:1
menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
0, 8 mg/mL 3,5 % 3,31 % 2,92 % 3,24 % ± 0,296 1 mg/mL 4,47 % 4,67 % 4,67 % 4,60 % ± 0,115
1,2 mg/mL 6,23 % 6,23 % 6,61 % 6,36 % ± 0,219
1,4 mg/mL 10,51 % 10,31 % 10,51 % 10,44 % ± 0,115
1,6 mg/mL 11,28 % 11,67 % 11,48 % 11,48 % ± 0,195
Keterangan: Perhitungan tidak dilanjutkan sampai persamaan regresi untuk
mendapatkan nilai IC50 karena %IC yang didapat dari seri konsentrasi basis
mikroemulsi 5:1 tidak mencapai nilai 50 atau lebih sehingga tidak dapat
dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 27. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi 6:1,
Data Absorbansi dan % IC Basis Mikroemulsi 6:1
1. Konsentrasi Stok Basis Mikroemulsi 6:1
= 2 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 6:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
5 mL 1 1 mg/mL
1,2 mg/mL
1,4 mg/mL
1,6 mg/mL
6 mL 2
7 mL 3
8 mL 4
9 mL 5 1,8 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
II
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,531
0,530
0,529
0,528
0,528
0,526
0,526
0,526
0,526
0,526
0,526
0,526
0,522
0,519
0,516
0,514
0,512
0,511
0,510
0,509
0,506
0,505
0,504
0,502
0,513
0,510
0,508
0,505
0,502
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,499
0,498
0,522± 0,01
0,520± 0,01
0,518± 0,01
0,516± 0,01
0,514± 0,01
0,512± 0,01
0,512± 0,01
0,512± 0,01
0,511± 0,01
0,510± 0,01
0,510± 0,01
0,509± 0,01
Rentang Operating time yang dipilih adalah 30-40 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 6:1 dengan
3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
1
mg/mL
1,2 mg/mL 1,4
mg/mL
1,6 mg/mL 1,8 mg/mL
I 0,500 0,497 0,494 0,490 0,486
II 0,498 0,496 0,495 0,491 0,484
III 0,496 0,495 0,496 0,488 0,488
0,498 ±
0,002
0,496 ±
0,001
0,495 ±
0,001
0,490 ±
0,0015
0,485 ±
0,0012
Absorbansi Kontrol = 0,507
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 6:1
menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
1 mg/mL 1,38 % 1,78 % 2,17 % 1,78 % ± 0,395
1,2 mg/mL 1,97 % 2,17 % 2,37 % 2,17 % ± 0,2
1,4 mg/mL 2,56 % 2,37 % 2,17 % 2,37 ± 0,195
1,6 mg/mL 3,35 % 3,16 % 3,75 % 3,42 % ± 0,301
1,8 mg/mL 4,14 % 4,54 % 3,75 % 4,14 % ± 0,395
Keterangan: Perhitungan tidak dilanjutkan sampai persamaan regresi
untuk mendapatkan nilai IC50 karena %IC yang didapat dari seri
konsentrasi basis mikroemulsi 6:1 tidak mencapai nilai 50 atau lebih
sehingga tidak dapat dianalisis.
Lampiran 28. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi 7:1,
Data Absorbansi dan % IC Basis Mikroemulsi 7:1
1. Konsentrasi Stok Basis Mikroemulsi 7:1
= 2 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 7:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
5 mL 1 1 mg/mL
1,2 mg/mL
1,4 mg/mL
1,6 mg/mL
6 mL 2
7 mL 3
8 mL 4
9 mL 5 1,8 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,567
0,561
0,558
0,557
0,556
0,556
0,556
0,555
0,553
0,550
0,550
0,550
0,548
0,543
0,540
0,539
0,537
0,537
0,537
0,536
0,535
0,534
0,532
0,531
0,526
0,523
0,521
0,519
0,518
0,517
0,518
0,515
0,513
0,510
0,510
0,507
0,547± 0,02
0,542± 0,02
0,540± 0,02
0,538± 0,02
0,537± 0,02
0,537± 0,02
0,537± 0,02
0,535± 0,02
0,534± 0,02
0,531± 0,02
0,531± 0,02
0,529± 0,02
Rentang operating time yang dipilih yaitu 25-35 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 7:1 dengan
3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
1 mg/mL 1,2 mg/mL 1,4
mg/mL
1,6 mg/mL 1,8 mg/mL
I 0,562 0,548 0,540 0,539 0,518
II 0,560 0,545 0,544 0,538 0,529
III 0,563 0,546 0,542 0,538 0,531
0,562 ±
0,0015
0,546 ±
0,0015
0,542 ±
0,002
0,538 ±
0,00058
0,526 ±
0,007
Absorbansi Kontrol = 0,564
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 7:1
menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
1 mg/mL 0,35 % 0,71 % 0,18 % 0,41 % ± 0,271
1,2 mg/mL 2,84 % 3,37 % 3,19 % 3,13 % ± 0,27
1,4 mg/mL 4,26 % 3,55 % 3,9 % 3,90 ± 0,355
1,6 mg/mL 4,43 % 4,61 % 4,61 % 4,55 % ± 0,104
1,8 mg/mL 8,16 % 6,21 % 5,85 % 6,74 % ± 1,243
Keterangan: Perhitungan tidak dilanjutkan sampai persamaan regresi untuk
mendapatkan nilai IC50 karena %IC yang didapat dari seri konsentrasi basis
mikroemulsi 7:1 tidak mencapai nilai 50 atau lebih sehingga tidak dapat
dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 29. Konsentrasi Stok dan Seri Konsentrasi Basis Mikroemulsi 5:1,
Data Absorbansi dan % IC Basis Mikroemulsi 5:1
1. Konsentrasi Stok Basis Mikroemulsi 8:1
= 4 mg/mL
2. Pembuatan seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 8:1
Jumlah mL yang
diambil
Seri
konsentrasi
Konsentrasi
4 mL 1 1,6 mg/mL
2 mg/mL
2,4 mg/mL
2,8 mg/mL
5 mL 2
6 mL 3
7 mL 4
8 mL 5 3,2 mg/mL
3. Data Operating time
Waktu (menit) /
Absorbansi Replikasi
I
Replikasi
II
Replikasi
III
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
0,503
0,498
0,497
0,497
0,497
0,496
0,496
0,495
0,495
0,495
0,495
0,495
0,489
0,486
0,484
0,481
0,479
0,476
0,474
0,474
0,474
0,473
0,470
0,470
0,460
0,457
0,455
0,452
0,450
0,447
0,445
0,443
0,442
0,441
0,440
0,438
0,484± 0,02
0,480± 0,02
0,479± 0,02
0,477± 0,02
0,475± 0,02
0,473± 0,02
0,472± 0,02
0,471± 0,02
0,470± 0,02
0,470± 0,02
0,468± 0,02
0,468± 0,02
Rentang operating time yang dipilih yaitu 40-50 menit.
4. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 8:1 dengan
3 kali replikasi
Seri
Konsentrasi/
Replikasi
1,6
mg/mL
2 mg/mL 2,4
mg/mL
2,8 mg/mL 3,2 mg/mL
I 0,498 0,486 0,480 0,472 0,465
II 0,498 0,490 0,483 0,475 0,464
III 0,496 0,489 0,483 0,477 0,464
0,497 ±
0,001155
0,488 ±
0,00208
0,483 ±
0,00173
0,475 ±
0,00252
0,464 ±
0,000577
Absorbansi Kontrol = 0,514
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
5. Perhitungan % IC pada seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi 8:1
menggunakan persamaan (4)
Replikasi / Seri
Konsentrasi
I II III SD
1,6 mg/mL 3,11 % 3,11 % 3,50 % 1,78 % ± 0,395
2 mg/mL 5,45 % 4,67 % 4,86 % 2,17 % ± 0,2
2,4 mg/mL 6,61 % 6,03 % 6,03 % 2,37 ± 0,195
2,8 mg/mL 7,59 % 8,17 % 7,2 % 3,42 % ± 0,301
3,2 mg/mL 9,53 % 9,73 % 9,73 % 4,14 % ± 0,395
Keterangan: Perhitungan tidak dilanjutkan sampai persamaan regresi untuk
mendapatkan nilai IC50 karena %IC yang didapat dari seri konsentrasi basis
mikroemulsi 8:1 tidak mencapai nilai 50 atau lebih sehingga tidak dapat
dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 30. Hasil Uji Iritasi Primer dengan Metode HET-CAM
Tabel XX. Waktu saat terjadi Iritasi dengan perlakuan kontrol positif,
negatif dan sampel
Perlakuan/Waktu (detik) Hemoragi Lisis Koagulasi
Kontrol negatif (NaCl 0,9%)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
Kontrol positif (NaOH)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
21
18
19
19,33 ± 1,53
200
197
198
198,33 ± 1,53
6
9
8
7,67 ± 1,523
Mikroemulsi 5:1
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
Mikroemulsi 6:1
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
Mikroemulsi 7:1
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
Mikroemulsi 8:1
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
SD
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
301
301
301
301 ± 0
Perhitungan Irritation score (IS) berdasarkan persamaan (3) dengan
contoh perhitungan sebagai berikut :
Formula Mikroemulsi 5:1 :
IS =
x 5 +
= 0,0165 +0,0231+0,0297
= 0,0693
Tabel XXI. Nilai IS yang dihasilkan berdasarkan perlakuan
Perlakuan/ Irritation
Score Replikasi
I II III SD Keterangan
Kontrol negatif (NaCl 0,9%) 0 0 0 0 ± 0 Tidak
mengiritasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Kontrol positif (NaOH) 15,873 15,898 14,918 15,563 ± 0,56 mengiritasi
Mikroemulsi 5:1 0 0 0 0 ± 0 Tidak
mengiritasi
Mikroemulsi 6:1 0 0 0 0 ± 0 Tidak
mengiritasi
Mikroemulsi 7:1 0 0 0 0 ± 0 Tidak
mengiritasi
Mikroemulsi 8:1 0 0 0 0 ± 0 Tidak
mengiritasi
Lampiran 31. Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Formula 5 (mikroemulsi 5:1) sebelum freeze thaw repetisi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Formula 5 (mikroemulsi (5:1) sebelum freeze thaw repetisi 2
Formula 5 (mikroemulsi 5:1) sebelum freeze thaw repetisi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Formula 5 (mikroemulsi 5:1) sesudah freeze thaw repetisi 1
Formula 5 (mikroemulsi 5:1) sesudah freeze thaw repetisi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Formula 5 (mikroemulsi 5:1) sesudah freeze thaw repetisi 3
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sebelum freeze thaw repetisi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sebelum freeze thaw repetisi 2
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sebelum freeze thaw repetisi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sesudah freeze thaw repetisi 1
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sesudah freeze thaw repetisi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Formula 8 (mikroemulsi 8:1) sesudah freeze thaw repetisi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
BIOGRAFI PENULIS
ransisca Kristi Astuti dilahirkan pada
tanggal 19 Oktober 1992 di Bandung,
Jawa Barat. Putri dari pasangan
Agustinus Suparyono dan Elizabeth
Nuryati, dan memiliki satu saudara kandung bernama
Alisius Johan Affandi. Penulis telah menempuh
pendidikan di TK Yos Sudarso Karawang pada Tahun
1997 sampai tahun 1998, SD Duren 1 Karawang pada
tahun 1998 sampai tahun 2004, SMP Yos Sudarso
Karawang pada tahun 2004 sampai tahun 2007, SMA
Yos Sudarso Karawang pada tahun 2007 sampai tahun
2010 dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma pada tahun 2010 sampai tahun 2014. Selama menempuh
pendidikan di Fakultas Farmasi penulis pernah mengikuti kepanitian Paingan
Festival pada tahun 2012 sebagai anggota divisi Humas, Panitia Pekan Suci pada
tahun 2011 sebagai anggota divisi Dekorasi, Wakil Mahasiswa dalam kegiatan
luar Universitas sanata Dharma yaitu Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik
Indonesia Cabang Santo Thomas Aquinas Yogyakarta pada tahun 2010, Relawan
Merapi Go-Green yang diselenggarakan Fakultas Teknobiologi Universitas
Atmajaya Yogyakarta pada tahun 2011, Lomba Kebersihan dan Gotong Royong
Bersama Ibu-ibu PKK dalam rangka pencegahan DBD pada tahun 2013. Dalam
bidang kepanitiaan luar kampus, penulis berperan sebagai anggota koor dari
lingkungan Duren wilayah Santo Paskalis Paroki Kristus Raja Karawang periode
2009-2013, dan anggota mudika Paroki Kristus Raja Karawang periode 2010-
2014. Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian
Masyarakat lolos didanai DIKTI pada tahun 2013 dengan judul “DBD di
Lingkungan Tingginya HIJAA (House Indeks Jentik Aedes aegepti) di desa
Manding Kidul Kelurahan Trirenggo dengan Metode LIBIK”.
F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI