PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan...
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE DDD
(DEFINED DAILY DOSE) PADA PASIEN ANAK DI RAWAT INAP
BANGSAL INSKA II RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI – JUNI 2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Maria Carolina
NIM : 108114091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Karya ini kupersembahkan untuk:
Keluarga Tercinta, Terima kasih atas support dan doanya
(Mama, Vindy, Vido, Ayah, Kak Tian dan Kak Titin, Tante, Om, Kakek, Nenek,
Saudara-saudari yang terkasih di Kutai Barat)
Dosen Pembimbing yang selalu setia, sabar, dan cekatan, thank you so much
(Ibu Aris Widayati)
Teman-teman seperjuangan You Guys are Awesome
(Intan, Rere, Odex, Putri, Defi, Keluarga besar FKK A 2010)
Almamater ku tercinta, thank’s for this marvelous 4 years
(Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Fakultas Farmasi Sanata Dharma)
Dan yang terakhir karya ini aku persembahkan untuk, orang yang menjadi
inspirasi dan alasan bagiku untuk terus berkarya, yang mungkin sudah tidak dapat
bersamaku didunia tetapi selalu melihatku dari surga, this is my prize for you Dad,
I hope you proud of me and I wish I could see you sooner or later,
(My Super Dad, Antonius, MJN (alm.))
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Carolina
Nomor Mahasiswa : 108114091
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Dengan Metode DDD (Defined Daily Dose)
pada Pasien Anak di Rawat Inap Bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Januari – Juni 2013
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberika royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 05 Maret 2014
Yang menyatakan
(Maria Carolina)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis
menyadari sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan proposal sampai
dengan terselesaikannya skripsi ini. Bersama ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah memberikan sarana
dan prasarana kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Staf Instalasi Rekam Medik dan Diklit RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
yang telah membantu dalam proses pengumpulan data dan proses
pembuatan izin penelitian.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
4. Orang tua beserta keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan
moral maupun material
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan ibu Dra. Th. B. Titien Siwi
Hartayu, M.Kes., Apt., Ph.D. selaku penguji atas saran yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Para sahabat A.A. Sagung Intan, Realita Rosada, Gede Wiwid Santika,
Defilia Anogra, dan Ni Made Putri Laksmi Dewi serta teman-teman FKK
A 2010 dan FSM 2010 yang selalu memberi dukungan dalam menyelesai
skripsi ini
7. Serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 05 Maret 2014
Maria Carolina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 05 Maret 2014
Penulis
Maria Carolina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......................................... v
PRAKATA .......................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
INTISARI ............................................................................................................ xv
ABSTRACT .......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1. Perumusan Masalah.......................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ........................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian............................................................................ 10
B. Tujuan Penelitian
1. Umum ............................................................................................... 10
2. Khusus .............................................................................................. 10
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
A. Antibiotika ............................................................................................... 12
B. Pengunaan Antibiotika pada Pasien Anak .............................................. 17
C. Kuantitas Penggunaan Antibiotika/Metode DDD ................................... 25
D. Keterangan Empiris ................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 30
B. Variabel ................................................................................................... 30
C. Definisi Operasional ................................................................................ 30
D. Bahan Penelitian ...................................................................................... 32
E. Perhitungan Sampel dan Teknik Sampling ............................................. 33
F. Alat Penelitian ......................................................................................... 36
G. Tempat Penelitian .................................................................................... 36
H. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 37
I. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian ................................................... 39
J. Keterangan Empiris ................................................................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pola Penyakit ........................................................................................... 49
B. Pola Peresepan Antibiotika ..................................................................... 51
C. Nilai DDD 100 patient-days ................................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
LAMPIRAN ........................................................................................................ 84
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Distribusi jumlah pasien berdasarkan range usia di
bangsal anak INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode
Januari – Juni 2013 ........................................................................ 48
Tabel II. Distribusi sepuluh teratas penyakit utama pada
pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito
periode Januari – Juni 2013 ......................................................... 49
Tabel III. Distribusi sepuluh teratas penyakit penyerta pada
pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito
periode Januari – Juni 2013 .......................................................... 51
Tabel IV. Distribusi aturan pemakaian antibiotika pada pasien
anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode
Januari – Juni 2013 ........................................................................ 55
Tabel V. Distribusi lama pemakaian antibiotika pada pasien
anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode
Januari – Juni 2013 ........................................................................ 57
Tabel VI. Distribusi golongan, jenis serta frekuensi penggunaan
antibiotika pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni 2013 ................ 59
Tabel VII. Distribusi lama rawat inap pasien anak di bangsal INSKA
II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 ........................ 61
Tabel VIII. Nilai DDD/100 patient-days untuk masing-masing
antibiotika dan golongannya beserta kode ATC dan
standar DDD WHO ........................................................................ 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Perbandingan jumlah pasien anak laki-laki dan perempuan
di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Periode
Januari – Juni 2013 ........................................................................... 47
Gambar 2. Perbandingan jumlah rute pemakaian antibiotika pada pasien
anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari
– Juni 2013 ..................................................................................... 52
Gambar 3. Perbandingan jumlah pemakaian bentuk sediaan antibiotika
pada pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito
periode Januari – Juni 201 ................................................................ 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan sampel dengan menggunakan
software Sample Size Calculator ................................................. 85
Lampiran 2. Lembar/form data dasar pasien .................................................... 86
Lampiran 3. Lembar/form data penggunaan antibiotika .................................. 86
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari RSUP Dr. Sardjito ............................... 87
Lampiran 5. Ethical clearance ........................................................................ 88
Lampiran 6 Data lengkap lama rawat inap pasien anak di bangsal
INSKA II RSUP Dr. Sardjito Periode Januari-Juni 2013 .......... 89
Lampiran 7. Jenis penyakit utama pada pasien anak rawat inap
di bangsal INSKA II RSUP Dr.Sardjito periode
Januari – Juni 2013 ..................................................................... 91
Lampiran 8. Jenis penyakit penyerta pada pasien anak rawat inap
di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode
Januari – Juni 2013 ...................................................................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
INTISARI
Kelompok pasien anak merupakan salah satu penerima pengobatan
antibiotika yang terbesar di rumah sakit, dengan demikian berpotensi
menimbulkan penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap RSUP Dr.
Sardjito menggunakan metode DDD (Defined Daily Dose).
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif
dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan rancangan studi cross-sectional, dan
bersifat retrospektif. Data penggunaan antibiotika diperoleh dari 249 rekam medik
periode rawat Januari – Juni 2013 yang dipilih berdasarkan metode random
sampling. Data yang diambil meliputi profil pasien, diagnosis, dan peresepan
antibiotika. Data kemudian diolah secara deskriptif, dan data kuantitas
penggunaan antibiotika dihitung dengan menggunakan rumus DDD 100 patient-
days.
Selama periode penelitian, penyakit yang paling banyak adalah pneumonia
(20,9%). Terdapat 28 jenis antibiotika yang diresepkan dengan total nilai DDD
100 patient-days sebesar 41,99. Ampisilin merupakan jenis antibiotika yang
paling sering diresepkan dengan persentase 13,9% dengan nilai DDD tertinggi
yaitu 10,33. Terdapat beberapa jenis antibiotika yang nilai DDD-nya melebihi
standar nilai DDD WHO. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika
kemungkinan masih belum selektif sehingga dikhawatirkan akan ditemukan
penggunaan yang tidak rasional. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas penggunaan
antibiotika pada pasien anak.
Kata kunci : antibiotika, metode DDD (Defined Daily Dose), anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Antibiotics are commonly prescribed for pediatric and potentially lead to
an irrational use of antibiotics. Therefore, the objective of this study is to evaluate
the use of antibiotics in pediatric patients at Dr. Sardjito hospital using DDD
(Defined Daily Dose) method.
This is a non-experimental descriptive evaluative study using cross-
sectional design and retrospective approach. Data were obtained from 249 medical
records of pediatric patients who were in-patient during January to June 2013.
They were selected using a simple random sampling method. Data included
patients’ profiles, diagnoses and antibiotic prescriptions. Data were analyzed
using descriptive statistics and data of quantity of antibiotic prescriptions were
calculated using DDD 100 patient-days.
The most frequent disease found is pneumonia (20,9%). There are 28
kinds of antibiotics prescribed. The most frequent antibiotic is ampicilline
(13,9%). Total value of DDD 100 patient-days of those antibiotics is 41,99. The
highest DDD value is ampicilline, i.e: 10,33. A number of antibiotics have DDD
value highest than the WHO standard. Based on those results, it can be concluded
that the DDD values found in this study indicate the prescriptions of antibiotics
are probably not yet selective and maybe irrational as well. Therefore it is
important to conduct a study about factors that influenced the quantitity of
antibiotics use in children.
Key words: antibiotic, DDD method (Defined Daily Dose), children
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting, khususnya di negara-negara berkembang (Hadi et al.,
2008). Anak – anak merupakan salah satu populasi terbesar pengidap penyakit
infeksi. Berdasarkan data yang dihimpun dari buku Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2011 dan buku Profil Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta tahun 2011
menunjukan bahwa, untuk kelompok pasien rawat inap, terutama pasien anak,
penyakit utama penyebab rawat inap disebabkan penyakit infeksi (Departemen
Kesehatan RI, 2011; Dinas Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta, 2012).
Tingginya kejadian penyakit infeksi pada pasien anak di rawat inap
menyebabkan antibiotika sering diresepkan sebagai obat yang digunakan untuk
melawan kuman penyebab penyakit infeksi (Bauchner, 1999; Depkes RI, 2011).
Sebuah studi di dua kota besar di Indonesia (Semarang dan Surabaya) menemukan
76% peresepan antibiotika ditujukan untuk kelompok pasien anak (Hadi et al.,
2008).
Tingginya peresepan antibiotika yang ditujukan pada pasien anak akan
menimbulkan potensi terjadinya ketidakrasionalan penggunaan antibiotika.
Ketidakrasionalan penggunaan antibiotika diartikan sebagai penggunaan
antibiotika yang tidak sesuai dengan salah satu atau lebih dari beberapa kriteria
berikut: tepat indikasi, penderita, obat, dosis, dan tidak waspada terhadap efek
samping yang ditimbulkan (World Health Organization, 2001). Ketidakrasionalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penggunaan antibiotika pada anak yang sering ditemui adalah ketidaktepatan pada
indikasi penggunaan antibiotika. Salah satu penyebab utamanya adalah klinisi
tidak dapat membedakan infeksi bakterial dan infeksi virus yang terjadi pada anak
dengan gejala demam. Hal ini menyebabkan klinisi mengindikasikan antibiotika
pada hampir semua anak yang mengalami gejala demam (Darmansjah, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bauchner (1999) dan
Darmansjah (2008) terdapat sekitar 90% peresepan antibiotika pada anak untuk
penyakit virus dengan gejala demam. Penelitian lain yang dilakukan tim
Antimicrobial Resistance in Indonesia, Prevalence and Prevention (AMRIN)
terdapat 49 sampai dengan 97 persen pasien anak yang menjalani rawat inap
menerima peresepan antibiotika dan sebagian besarnya (46-54%) dianggap tidak
diperlukan dan tidak tepat indikasi (Hadi et al., 2008). Penelitian terbaru yang
dilakukan di rumah sakit umum pendidikan di kota Semarang tahun 2012 dengan
subjek studi pasien anak rawat inap menunjukan bahwa persentase kerasionalan
penggunaan antibiotika pada pasien anak adalah sebesar 55,1% dan hasil ini
masih jauh dari angka kerasionalan penggunaan antibiotika yang diharapkan,
yakni mendekati 100% (Febiana, 2012). Temuan dari beberapa penelitian yang
dikemukakan di atas memperlihatkan bahwa masih banyak peresepan antibiotika
yang tidak rasional yang ditemui pada pasien anak yang menjalani rawat inap.
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dan berlebihan dapat
mendorong terjadinya resistensi dan resistensi silang terhadap bakteri tertentu
(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Peningkatan resistensi akibat penggunaan
antibiotika yang tidak rasional telah menyebabkan terjadinya peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
morbiditas dan mortalitas pada pasien sehingga turut pula meningkatkan biaya
perawatan yang harus ditanggung oleh pasien (WHO, 2001)
Untuk memastikan dan mengetahui kerasionalan penggunaan antibiotika
pada pasien anak, diperlukan evaluasi terhadap penggunaan antibiotika. Evaluasi
penggunaan antibiotika dapat dilakukan baik dengan pendekatan secara kuantitatif
maupun kualitatif. Metode Defined Daily Dose atau DDD merupakan metode
evaluasi yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
1996 di Oslo, Norwegia (WHO, 2003). Metode DDD merupakan metode evaluasi
secara kuantitatif untuk penggunaan antibiotika yang akan dilakukan dengan cara
menghitung DDD per 100 patient-days, untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah
antibiotika yang digunakan sehingga nantinya berdasarkan data pengukuran
kuantitas tersebut dapat diketahui trend penggunaan serta dapat menjadi prediksi
awal terkait dengan kerasionalan penggunaan antibiotika (Nouwen, 2006;
Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik ingin
mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal
INSKA (Instalasi Kesehatan Anak) II, dengan metode DDD. Metode ini ditujukan
untuk menghitung kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak dirawat inap
RSUP Dr. Sardjito. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan
untuk mendeskripsikan profil kuantitas penggunaan antibiotika pada RSUP Dr.
Sardjito selama periode Januari sampai dengan Juni 2013 serta dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi sesama kalangan mahasiswa dan pembaca serta dapat
menjadi bahan evaluasi bagi RSUP Dr. Sardjito dimana penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dilaksanakan sehubungan dengan kuantitas penggunaan antibiotika pada RSUP
Dr. Sardjito.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terkait dengan
penggunaan antibiotika pada pasien anak di rawat inap, maka dapat dirumuskan
tiga permasalahan sebagai berikut.
a. Seperti apakah pola penyakit di bangsal anak INSKA II RSUP Dr.
Sardjito selama periode Januari – Juni 2013?
b. Seperti apakah pola peresepan antibiotika di bangsal anak INSKA II
RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni 2013?
c. Berapakah nilai DDD/100 patient-days dari penggunaan antibiotika
pada pasien anak rawat inap di bangsal anak INSKA II RSUP DR.
Sardjito selama periode Januari - Juni 2013?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode
DDD (Defined Daily Dose) Pada Pasien Anak di Rawat Inap bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari – Juni 2013 belum pernah
dilakukan. Terdapat beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan
sebelumnya sejauh penelusuran penulis, penelitian-penelitian serupa tersebut dan
perbedaan-perbedaanya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
a. Penelitian serupa dengan judul “Kajian Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Agustus-Desember 2011” dilakukan oleh Febiana (2012). Jenis penelitian
ini adalah non-eksperimental dengan desain observasional deskriptif dan
pendekatan retrospektif dengan metode yang digunakan untuk mengukur
kuantitas antibiotika adalah metode DDD sementara untuk pengukuran
kualitas antibiotika digunakan metode Gyssens. Hasil yang didapat yaitu,
pengunaan antibiotika yang secara kuantitas paling banyak digunakan
adalah seftriakson, sedangkan kualitas penggunaan antibiotika adalah
sebesar 55,1%. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah
terletak pada jumlah metode yang dipakai. Pada penelitian ini terdapat 2
metode pendekatan yang digunakan yakni, pendekatan dengan metode
kuantitatif DDD dan metode kualitatif Gyssens sementara pada penelitian
penulis metode yang digunakan hanya metode kuantitatif DDD.
b. Penelitian serupa lainnya berjudul “Kuantitas Penggunaan Antibiotik di
Bangsal Bedah dan Obsgin RSUP DR. Kariadi setelah Kampanye PP-
PPRA”. Penelitian ini dilakukan oleh Laras (2012) dengan jenis penelitian
observasional analitik dengan pendekatan prospektif. Hasil yang didapat
adalah kuantitas penggunaan antibiotika di bangsal Bedah lebih tinggi
daripada di bangsal Obsgin. Jenis antibiotika yang tidak sesuai dengan
pedoman penggunaan antibiotika secara statistik lebih banyak di bangsal
bedah. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah pada
subjek uji yang digunakan. Pada penelitian ini subjek uji yang digunakan
adalah semua pasien dewasa yang menjalani rawat di bangsal bedah dan
obsgin sementara pada penelitian penulis subjek uji yang diteliti adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pasien anak rawat inap yang menjalani rawat inap (kecuali pasien
NICU/PICU)
c. Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria
Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang.
Penelitian dilakukan oleh Lestari, Almahdy, Zubir, dan Darwin (2011)
dengan jenis studi observasional menggunakan desain cross-sectional, dan
diperoleh hasil dari 105 resep yang diterima penyakit dalam secara
kuantitatif dengan sistem ATC/DDD yang terbanyak yaitu seftriakson
38,955 DDD/100 pasien-hari dengan kode ATC J01DD04 sedangkan yang
paling sedikit yaitu gentamisin 0,507 DDD/100 pasien-hari dengan kode
ATC J01DH02. Sedangkan studi penggunaan antibiotik secara kualitatif
dengan alur kriteria gyssens yang tepat atau kategori I sebesar 43,18% dan
yang tidak tepat atau kategori II-VI sebesar 56,19 %. Perbedaan penelitian
penulis dengan penelitian ini adalah subjek uji yang digunakan. Pada
penelitian ini subjek uji yang digunakan adalah pasien dewasa yang di
rawat inap sementara pada penelitian penulis subjek uji yang digunakan
adalah pasien anak rawat inap. Perbedaan lainnya terletak pada jumlah
metode yang digunakan dimana pada penelitian ini terdapat 2 metode yang
digunakan yaitu metode analisis secara kuantitatif dengan menggunakan
DDD dan metode analisis secara kualititatif dengan menggunakan metode
gyssens.
d. Penelitian serupa tentang Antibiotic Resistance Control Program (ARCP)
Dalam Rangka Memperbaiki Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bagian Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Dr. Soetomo pada
Tahun 2006 dan 2008 oleh Andarsini (2011) yang dilakukan secara
prospektif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode DDD/100
patient-days dan kualitatif dengan menggunakan kriteria Gyssens. Hasil
yang diperoleh untuk nilai DDD/100 patient-days terjadi peningkatan
setelah program dimana sebelum program ARCP nilai DDD/100 patient-
days adalah 14,52 dan setelah program ARCP adalah sebesar 15,47. Hasil
yang diperoleh untuk kriteria Gyssens adalah terjadi peningkatan terhadap
beberapa nilai untuk kriteria I, IIA, dan IIIB, sementara terjadi penurunan
nilai untuk kriteria IIIA, IIIB, IVC, IVD, dan V. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah terletak pada jumlah
metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan kombinasi metode
kuantitatif-kualitatif (DDD-Gyssens) sementara pada penelitian penulis
hanya digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan metode DDD.
Penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimental karena pada
penelitian ini dilakukan perbandingan hasil pengukuran kuantitatif-
kualitatif sebelum dan setelah program ARCP (terdapat intervensi
terhadap subjek uji). Penelitian yang dilakukan oleh penulis tergolong
penelitian non eksperimental karena tidak dilakukan intervensi terhadap
subjek uji.
e. Penelitian serupa tentang Pola Penggunaan Antibiotik Sebagai Upaya
Pengendalian Resistensi Antibiotik yang dilakukan oleh Pradipta, Febrina,
Ridwan dan Ratnawati (2012) dengan metode DDD/100 hari rawat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dengan jenis penelitian observasional deskriptif-evaluatif dengan
pendekatan retrospektif dengan menggunakan metode DDD/100 hari
rawat dan DU90% dan diperoleh hasil untuk nilai DDD/100 hari rawat
pada tahun 2009 adalah sebesar 390,98 sementara untuk nilai DDD/100
hari rawat pada tahun 2010 adalah sebesar 381,34. Hasil dari nilai segmen
DU90% adalah pada tahun 2009 terdapat sebelas jenis antibiotika yang
masuk ke dalam segmen DU90% sementara untuk tahun 2010 terdapat 18
jenis antibiotika yang masuk ke dalam segmen DU90%. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
penelitian ini menggunakan subjek uji orang dewasa di rawat inap
sementara pada penelitian penulis subjek uji yang digunakan adalah pasien
anak di rawat inap. Selain itu pada penelitian ini digunakan metode lain
yaitu metode DU90% yang dikombinasikan dengan metode DDD yang
digunakan. Pada penelitian penulis, tidak dilakukan kombinasi antara
metode DDD dan metode DU90%.
f. Penelitian serupa mengenai Analisis Penggunaan Antibiotik Pada Terapi
Demam Tifoid Pasien Rawat Inap di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Pada Tahun 2010 dan 2011 dengan Metode ATC/DDD yang dilakukan
oleh Siwi (2011) dengan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode DDD/100 patient-
days. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai
DDD/100 patient-days dimana untuk tahun 2010 total dari nilai DDD/100
patient-days adalah sebesar 86,16 sementara untuk tahun 2011 total dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
nilai DDD/100 patient-days adalah sebesar 147,55. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah terletak pada
subjek uji dimana pada penelitian ini subjek uji yang diteliti spesifik pada
pasien (dewasa maupun anak) yang mengidap demam tifoid yang
menggunakan antibiotika. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis,
subjek uji yang digunakan adalah pasien anak tetapi tidak spesifik merujuk
hanya pada satu penyakit seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Penelitian penulis ditujukan pada semua pasien anak di rawat inap yang
menggunakan antibiotika. Selain itu perbedaan lainnya adalah, pada
penelitian ini dilakukan perbandingan antara nilai DDD pada 2 periode,
yaitu tahun 2010 dan 2011. Perbedaan yang didapat dikemukakan serta
dikaji penyebab perbedaannya. Sementara pada penelitian penulis tidak
dilakukan perbandingan nilai DDD antara tahun ke tahun. Penelitian
penulis hanya membahas nilai DDD pada suatu periode saja.
g. Penelitian serupa mengenai Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di
Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Juli-Desember
2009 yang dilakukan oleh Yuniftiadi (2010) dengan jenis penelitian
observasional deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional dan
teknik simple random sampling. Penilaian kuantitas dihitung dengan
menggunakan metode DDD/100 pasien dengan hasil penelitian dari 40
rekam medik diketahui bahwa nilai kuantitas DDD/100 pasien untuk
antibiotika seftriakson adalah sebesar 62,3 dan merupakan nilai DDD/100
pasien paling tinggi diantara jenis antibiotika lain yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah pada subjek uji yang digunakan dimana pada penelitian penulis
subjek uji yang digunakan adalah pasien anak di rawat inap kecuali pasien
anak yang berada di NICU/PICU sementara pada penelitian ini subjek uji
yang digunakan adalah pasien dewasa yang dirawat inap di ICU.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
pembelajaran dalam evaluasi penggunaan antibiotika dikaji dari segi kuantitas
dengan mengunakan metode DDD (Defined Daily Dose).
b. Manfaat praktis
Dapat menjadi bahan evaluasi bagi RSUP Dr. Sardjito, terkait dengan
hasil dari perhitungan kuantitas antibiotika menggunakan DDD/100 patient-days
yang dapat dijadikan sebagai prediksi awal mengenai rasionalitas penggunaan
antibiotika di bangsal anak INSKA II RSUP Dr. Sardjito.
B. Tujuan Penelitian
1. Umum
Mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak di rawat inap
bangsal anak INSKA II pada periode Januari – Juni 2013 dikaji dari segi kuantitas
penggunaanya.
2. Khusus
a. Mendeskripsikan pola penyakit pada di bangsal anak INSKA II RSUP
Dr. Sardjito pada periode Januari – Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Mendeskripsikan pola peresepan antibiotika di bangsal anak INSKA II
RSUP Dr. Sardjito pada periode Januari – Juni 2013.
c. Menghitung nilai DDD dari penggunaan antibiotika pada pasien anak di
rawat inap bangsal anak INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode
Januari – Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antibiotika
Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes). Namun belakangan pengertian
antibiotika ini diperluas hingga meliputi senyawa antimikroba sintetik seperti
sulfonamide dan kuinolon (Hardman dan Limbird, 2012). Pengertian lain dari
antibiotika adalah :
“zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau secara semisintesis, yang
memiliki kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain dimana antibiotika bersifat kurang toksik untuk pejamunya”
(Dorland, 2011).
Antibiotika ditemukan dalam berbagai sediaan, dan penggunaannya dapat
melalui jalur topikal, oral, maupun intravena (Peterson, 2005). Ada berbagai
macam jenis antibiotika. Antibiotika secara umum dapat digolongkan sebagai
berikut ini :
1. Berdasarkan struktur kimianya
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Golongan aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin, gentamisin,
kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin,
tobramisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b. Golongan beta-laktam, antara lain golongan karbapenem (ertapenem,
imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin,
sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik,
dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen
antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium
chrysognum.
c. Golongan glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanin
dan dekaplanin.
d. Golongan poliketida, antara lain golongan makrolida (eritromisin,
azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin),
golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Golongan polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin.
f. Golongan kuinolon (fluorokuinolon), antara lain asam nalidiksat,
siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Golongan streptogramin, antara lain pristinamisin, virginiamisin,
mikamisin, dan kinupristin-dalfopristin.
h. Golongan oksazolidinon, antara lain linezolid.
i. Golongan sulfonamida, antara lain kotrimoksasol dan trimetoprim.
j. Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam
fusidat (Gunawan, Setiabudi, Nafrialdy, dan Elysabeth, 2007).
2. Berdasarkan toksisitas selektif
Berdasarkan toksisitas selektifnya antibiotika dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu antibiotika yang menghambat pertumbuhan mikroba yang biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dikenal dengan aktivitas bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat membunuh
mikroba yang biasa dikenal dengan aktivitas bakterisid (Gunawan et al., 2007).
Pembagian bakteriostatik dan bakteriosid ini tidak absolut, tergantung dari
konsentrasi obat, spesies bakteri dan fase perkembangannya. Pembagian ini
berguna dalam pemilihan antibiotika pada pasien dengan status imunologi yang
rendah (misalnya : penderita HIV) (Utami, 2012).
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat dan atau membunuh
pertumbuhan mikroba biasanya disebut kadar hambat minimal (KHM) dan kadar
bunuh minimal (KBM). Pada antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat
dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antibiotika tersebut
ditingkatkan melebihi KHM-nya (Gunawan et al., 2007).
3. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotika
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika/antimikroba dibagi kedalam
lima kelompok :
a. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel bakteri
Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide,
trimetoprim, asam-p-aminosalisilat dan sulfon, dengan mekanisme penghambatan
metabolisme sel ini diperoleh efek bakteriostatik bagi sel bakteri. Kuman patogen
harus mensintesis sendiri asam folat yang sangat berguna bagi kelangsungan
hidup mikroba, dari asam amino benzoate (PABA). Penghambatan metabolisme
terjadi dengan cara menghambat pembentukan dari asam folat (Gunawan et al.,
2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini antara lain, golongan beta
laktam dan senyawa lain seperti vankomisin. Antibiotika pada kelompok ini
menghambat rangkaian reaksi pembentukan dinding sel bakteri yang tersusun dari
peptidoglikan, mulai dari reaksi pembentukan awal sampai dengan reaksi paling
akhir yaitu transpeptidasi (Gunawan et al., 2007; Brunton et al., 2010).
c. Antibiotika yang mengganggu keutuhan sel mikroba
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: polimiksin
golongan polien serta antimikroba kemoteraupetik. Antibiotika pada kelompok ini
bekerja dengan cara bereaksi dengan merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Untuk antibiotika polien akan
bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga
mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Kerusakan membran sel
dapat menyebabkan keluarnya komponen-komponen penting dalam sel mikroba
seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain (Gunawan et al., 2007).
d. Antibiotika yang menghambat sintesis protein sel
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : golongan
aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Senyawa
antibiotika jenis ini menghambat dan mengganggu fungsi sub-unit ribosom
sehingga terjadi penghambatan sintesis protein yang reversibel. Sintesis protein
terjadi di ribosom dengan bantuan m-RNA, t-RNA dan dua sub-unit ribosom.
Antibiotika pada kelompok ini bekerja dengan cara berikatan dengan sub-unit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ribosom yang ada pada saat sintesis protein sehingga proses sintesis protein akan
terganggu (Gunawan et al., 2007; Brunton et al., 2010).
e. Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: rifampisin dan
golongan kuinolon. Antibiotika golongan ini bekerja dengan cara berikatan dan
menghambat enzim-enzim yang berfungsi untuk sintesis asam nukleat sehingga
sintesis dari asam nukleat terganggu (Gunawan et al., 2007).
4. Berdasarkan aktivitas antibiotika
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dapat dibagi menjadi 2 golongan
yakni :
a. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini antara lain: tetrasiklin dan
kloramfenikol (Gunawan et al., 2007). Antibiotika berspektrum luas seringkali
dipakai untuk mengobati infeksi yang menyerang pasien dan belum teridentifikasi
dengan pembiakan dan sensitifitas (Kee dan Hayes, 1996).
b. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)
Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini antara lain: benzyl-
penisilin dan streptomisin (Gunawan et al., 2007). Antibiotika pada golongan ini
umumnya efektif untuk melawan satu jenis organisme, karena antibiotika
berspektrum sempit ini bersifat selektif, maka antibiotika ini lebih aktif dalam
melawan organisme tunggal daripada antibiotika yang berspektrum luas (Kee et
al., 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5. Berdasarkan pola farmakokinetika antibiotika
Berdasarkan farmakokinetika antibiotika terhadap bakteri maka dapat
kelompokan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Time-dependent killing
Pada pola ini antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
kadarnya dipertahankan cukup lama di atas kadar hambat minimal kuman. Contoh
antibiotika yang masuk dalam golongan ini antara lain penisilin, sefalosporin,
linezoid dan eritromisin (Gunawan et al., 2007).
b. Concentration-dependent killing
Pada pola ini antibiotika akan menghasilkan daya bunuh maksimal
terhadap kuman apabila kadarnya diusahakan relatif tinggi, tetapi dengan catatan
kadar yang tinggi ini tidak perlu dipertahankan terlalu lama. Contoh antibiotika
yang masuk kedalam golongan ini adalah antibiotika golongan aminoglikosida,
flourokuinolon, dan ketolid (Gunawan et al., 2007).
B. Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak
Pasien anak merupakan salah satu populasi terbesar pengidap penyakit
infeksi. Besarnya kejadian penyakit infeksi pada anak menyebabkan banyaknya
peresepan antibiotika ditujukan pada pasien anak guna menangani penyakit
infeksi yang dialami oleh anak (Bauchner, 1999; Depkes RI, 2011). Sebuah studi
di dua kota besar di Indonesia (Semarang dan Surabaya) menemukan 76%
peresepan antibiotika ditujukan untuk kelompok pasien anak (Hadi et al., 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pada pasien anak, semua usia dalam kategorinya masing-masing memiliki
kemungkinan terserang penyakit infeksi. Berdasarkan Hurlock (1994) dan
Simandjuntak (1984) (cit., Suharjono, Yuniarti, Sumarsono dan Sumedi, 2009)
pembagian kategori usia pada anak terdiri atas :
1. Infant (usia anak <1 tahun)
2. Toddler (usia anak 1 ≤ umur < 3 tahun)
3. Pre-school/pra-sekolah (usia anak 3 ≤ umur < 6 tahun)
4. School period/usia sekolah (usia anak 6 ≤ umur ≤ 12 tahun)
Biasanya infeksi pada saluran pernapasan merupakan kasus penyakit
infeksi yang paling sering ditemukan pada pasien anak pada segala kategori usia.
Meskipun demikian pada beberapa kategori usia terdapat perbedaan kasus
penyakit infeksi yang menyerang sehingga menimbulkan penggunaan antibiotika
yang beragam pada pasien anak (Shea Florini, dan Barlam, 2001). Contohnya,
pada anak usia di bawah 1 tahun, memiliki kemungkinan 10 kali lebih mudah
untuk terserang berbagai macam penyakit infeksi dibandingkan dengan anak usia
di atas 1 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia di bawah 1 tahun sistem imun yang
dimiliki belum bekerja sempurna. Penyakit-penyakit infeksi yang menyerang anak
pada usia ini biasanya didominasi oleh penyakit komplikasi setelah kelahiran
seperti sepsis ataupun penyakit bawaan akibat dari kondisi dari ibu seperti
gonorea (Shea et al., 2001). Penggunaan antibiotika pada penanganan kasus
infeksi pada usia ini akan didominasi oleh antibiotika jenis gentamisin, amikasin
dan ampisilin-sulbaktam yang merupakan first line theraphy untuk berbagai kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
infeksi seperti sepsis dan infeksi bawaan dari ibu pada anak dengan rentang usia
dibawah 1 tahun (Komite Pelayanan Medik, 2005; Hardman et al., 2010).
Contoh lain, pada kategori usia toddler, anak belajar untuk mengenal
lingkungan sekitar dengan cara menyentuh dan memasukkan benda-benda yang
ada dilingkungan sekitarnya ke dalam mulut. Perilaku anak yang seperti ini
membuat anak rentan terjangkit penyakit infeksi dari kuman/bakteri yang terdapat
di lingkungan sekitarnya. Penyakit infeksi yang umunya menyerang anak pada
kategori usia ini adalah penyakit infeksi pada paru (pneumonia), bronkial
(bronkitis) dan pada saluran pencernaan (diare) (Shea et al., 2001). Penggunaan
antibiotika untuk menagani kasus ini infeksi pada kategori usia ini akan
didominasi oleh jenis antibiotika ampisilin (untuk infeksi pada paru dan
bronkitis), metronidazol dan kotrimoksasol (untuk infeksi pada saluran
pencernaan) (Martin dan Jung, 2005).
Seiring dengan pertumbuhan anak terutama menjelang memasuki usia
sekolah, kemampuan sistem imunitas telah bekerja secara sempurna dan terjadi
pula perubahan terhadap tingkah laku pada anak. Pada kategori usia ini umumnya
anak jarang terkena penyakit infeksi karena kemampuan tubuh anak dalam
melawan invasi kuman penyebab penyakit infeksi meningkat dan tingkah laku
anak yang dapat menjaga kebersihan diri sehingga kemungkinan terjadinya
penyakit infeksi pada anak menurun (Shea et al., 2001). Perbedaan yang terjadi
pada setiap kategori usia juga turut berkontribusi terhadap beragamnya jenis
antibiotika yang digunakan pada pasien anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Secara umum ada 2 macam terapi penggunaan antibiotika, berdasarkan
ditemukannya kuman atau tidak yakni terapi empiris dan terapi definitif. Terapi
empiris adalah terapi yang diberikan berdasarkan diagnosis klinis dengan
pendekatan ilmiah dari klinisi. Sedangkan terapi definitif dilakukan berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologis yang sudah memastikan kuman dan kepekaan
kuman tersebut terhadap antibiotika yang dipakai (Jawetz, 1997). Selain itu
terdapat pula terapi profilaksis yaitu terapi antibiotika yang diberikan adalah
untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Pada terapi ini
antibiotika yang digunakan adalah antibiotika yang memiliki spektrum sempit dan
kerjanya spesifik antibiotika kebanyakan diresepkan sebagai terapi empiris,
daripada terapi profilaksis atau definitif (Kakkilaya, 2008).
Klinisi tidak boleh memberikan terapi secara sembarangan tanpa
mempertimbangkan indikasi pemberian atau malah menunda pemberian
antibiotika. Pada kasus infeksi yang telah ditegakkan diagnosanya secara klinis,
meskipun tanpa hasil pemeriksaan mikrobiologi, harus segera ditangani dan
diberikan terapi antibiotika. Pada kasus infeksi yang tergolong gawat seperti
sepsis, demam dengan neutropeni, dan meningitis bakterial terapi dengan
menggunakan antibiotika tidak boleh ditunda walaupun belum diketahui hasil dari
pemeriksaan kultur mikrobiologisnya. Diagnosis awal menjadi acuan penting bagi
klinisi untuk menentukan terapi awal dari penggunaan antibiotika pada pasien.
Biasanya setelah menegakkan diagnosis awal klinisi akan memberikan terapi
antibiotika sebagai terapi awal/empiris. Pada penggunaanya sebagai terapi empiris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
antibiotika yang digunakan biasanya memiliki spektrum luas. Hasil pemeriksaan
mikrobiologi juga menjadi acuan penting bagi penentuan terapi antibiotika yang
akan digunakan. Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi nantinya dapat
diketahui kuman apa yang menginfeksi kemudian dapat ditentukan secara spesifik
antibiotika apa yang dapat digunakan untuk menangani kuman yang menginfeksi
(Leekha, Terrel, dan Edson, 2011).
Secara umum penggunaan antibiotika pada anak memerlukan perhatian
khusus. Anak memiliki risiko mendapatkan efek merugikan lebih tinggi akibat
penggunaan antibiotika dibandingkan dengan orang dewasa (Shea et al., 2001).
Terdapat tiga faktor yang membuat penggunaan antibiotika pada anak
memerlukan perhatian khusus. Penyebab pertama, karena penggunaan antibiotika
pada anak seringkali tidak tepat indikasi. Penyebab kedua karena terbatasnya
penggunaan antibiotika pada pasien anak akibat dari tidak diperbolehkannya
penggunaan beberapa jenis antibiotika digunakan pada pasien anak. Golongan
antibiotika tetrasiklin dan flourokuinolon merupakan contoh dari beberapa
golongan antibiotika yang penggunaanya dilarang pada pasien anak terkait dengan
efek samping merugikan yang ditimbulkan pada anak. Terbatasnya penggunaan
antibiotika pada pasien anak akan menyebabkan klinisi cenderung meresepkan
antibiotika yang sama. Apabila antibiotika yang sama diresepkan terus menerus
hal ini akan menyebabkan tingginya resiko terjadinya resistensi terhadap
antibiotika (Shea,et al., 2001; Bueno dan Stull, 2009). Ketiga, terkait dengan
fungsi fisiologis anak yang belum sempurna bekerja. Pada anak proses absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (termasuk antibiotika) yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
untuk pengobatan pada pasien anak, belum maksimal bekerja dikarenakan fungsi
fisiologis yang belum sempurna sehingga akan berpengaruh pada profil
farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotika. Akibat adanya pengaruh pada
profil farmakokinetik dan farmakodinamik, hal ini dapat memicu terjadinya efek
samping (Hakim, 2012).
Penggunaan antibiotika secara rasional diartikan sebagai pemberian
antibiotika yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada
terhadap efek samping antibiotika. Menurut WHO kriteria pemakaian obat yang
rasional antara lain : (1) Sesuai dengan indikasi penyakit; (2) Diberikan dengan
dosis yang tepat dengan memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis
penyakit; (3) Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat; (4)
Lama pemberian yang tepat; (5) obat yang diberikan harus efektif, mutu terjamin
serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau; (6) Meminimalkan efek
samping dan alergi obat (WHO, 2001).
Dewasa ini, penggunaan antibiotika yang tidak rasional sering ditemukan
pada pasien anak. Terdapat kesulitan pembedaan infeksi bakteri dan virus pada
saat diagnosis awal dan tidak adanya hasil dari pemeriksaan mikrobiologis
membuat dokter meresepkan antibiotika bagi semua anak yang menderita demam
(Farida, Herawati, Hapsari, Notoatmojo, dan Hardian, 2008). Lebih dari separuh
pasien dalam perawatan rumah sakit menerima antibiotika sebagai pengobatan
ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi antibiotika dipakai untuk kepentingan
manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi
virus (Bisht, Katiyar, Singh, dan Mittal, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bauchner (1999) dan
Darmansjah (2008) terdapat sekitar 90% peresepan antibiotika pada anak untuk
penyakit virus dengan gejala demam. Penelitian lain yang dilakukan tim
Antimicrobial Resistance in Indonesia, Prevalence and Prevention (AMRIN)
terdapat 49 sampai dengan 97 persen pasien anak yang menjalani rawat inap
menerima peresepan antibiotika dan sebagian besarnya (46-54%) dianggap tidak
diperlukan dan tidak tepat indikasi (Hadi et al., 2008). Penelitian terbaru yang
dilakukan di rumah sakit umum pendidikan di kota Semarang tahun 2012 dengan
subjek studi pada pasien anak rawat inap menunjukan bahwa persentase
kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien anak adalah sebesar 55,1% dan
hasil ini masih jauh dari angka kerasionalan penggunaan antibiotika yang
diharapkan yakni, mendekati 100% (Febiana, 2012).
Penggunaan antibiotika yang meluas dan irasional dapat memunculkan
resiko terjadinya resistensi (Bisht et al., 2009). Resistensi terjadi ketika bakteri
berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya
efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk
mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan
berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap
kuman ditentukan oleh kadar hambat minimal yang dapat menghentikan
perkembangan bakteri (Bari, Mahajan, dan Surana, 2008).
Ketika bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan antibiotika lini
pertama, maka harus digunakan antibiotika lini kedua atau ketiga, yang mana
harganya lebih mahal dan kadang kala pemakaiannya lebih toksik. Di negara-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
negara berkembang, dimana antibiotika lini pertama maupun kedua tidak tersedia,
menjadikan potensi resistensi terhadap antibiotika lini pertama menjadi lebih
besar. Antibiotika di negara berkembang didapatkan dalam jumlah sangat terbatas,
bahkan antibiotika yang seharusnya ada untuk mengatasi penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri patogen resisten, tidak terdaftar dalam daftar obat esensial.
Selain itu peningkatan resistensi telah menyebabkan terjadinya peningkatan
terhadap morbiditas dan mortalitas pada pasien sehingga turut pula meningkatkan
biaya perawatan yang harus ditanggung oleh pasien (WHO, 2001; Bisht et al.,
2009).
Resistensi turut memberikan konsekuensi yang fatal bagi pasien akibat
dari bakteri yang gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan
perpanjangan penyakit (prolonged illness), meningkatnya resiko kematian
(greater risk of death) dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit
(length of stay). Ketika respon terhadap pengobatan menjadi lambat bahkan gagal,
pasien menjadi infeksius untuk beberapa waktu yang lama (carrier). Hal ini
memberikan peluang yang lebih besar bagi galur resisten untuk menyebar kepada
orang lain (Deshpande dan Joshi, 2011).
Untuk mengendalikan jumlah penggunaan antibiotika, menuntun
penggunaan antibiotika menjadi lebih rasional serta mencegah terjadinya
resistensi pada pasien di Indonesia Kementrian Kesehatan RI memberikan
rekomendasi untuk tiap-tiap rumah sakit serta instalasi kesehatan untuk
membentuk 3 komite yaitu : Komite Farmasi dan Terapi (KFT), Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPI-RS) dan Komite Tim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA). Komite – komite ini
merupakan kepanitiaan dirumah sakit yang berperan dalam menetapkan kebijakan
penggunaan antibiotika, pencegahan dan penyebaran antibiotika serta
pengendalian resistensi bakteri terhadap antibiotika (Kemenkes RI, 2011).
Terdapat juga sebuah tim yang disebut Antimicrobial Resistance in Indonesia-
Prevalence and Prevention study (AMRIN) yang mengembangkan program untuk
menilai resistensi antibiotika, kuantitas, dan kualitas penggunaan antibiotika serta
pengukuran kontrol infeksi di rumah sakit di Indonesia yang terstandarisasi dan
efisien (Hadi et al., 2008).
C. Pengukuran Kuantitas Penggunaan Antibiotika
Data yang akurat berkenaan dengan kuantitas penggunaan antibiotika
sangat diperlukan. Data-data tersebut akan lebih bernilai jika dikumpulkan,
dianalisis, serta disajikan dengan suatu sistem dan metode yang terstandar.
Kebutuhan akan adanya suatu metode yang terstandar untuk mengevaluasi
kualitas penggunaan antibiotika dan juga untuk menetapkan kuantitas penggunaan
antibiotika sangat diperlukan untuk menunjang pengetahuan tentang
perkembangan dan kerasionalan dari penggunaan obat-obatan (Nouwen, 2006).
Kuantitas penggunaan antibiotika di rumah sakit dapat ditentukan atau
dihitung dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD). Sistem DDD
dan klasifikasi Anatomical Theraupetic Chemical (ATC) dikembangkan oleh
peneliti asal Norwegia. Pada sistem ATC obat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan organ/sistem target obat tersebut atau berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kandungan kimia, farmakologi dan terapi. Antibiotika yang akan dimasukkan
dalam perhitungan pada metode DDD harus terdapat dalam klasifikasi ATC
(WHO, 2003).
Metode DDD adalah metode digunakan untuk menghitung rata-rata dosis
per-hari yang digunakan pada orang dewasa. Metode DDD diasumsikan sebagai
rata-rata dosis per-hari untuk obat yang digunakan untuk indikasi utama
pengobatan pada orang dewasa. Penggunaan metode DDD pada pasien anak dapat
dilakukan apabila tersedia dosis harian dan indikasi dalam populasi anak-anak
harus digunakan dan dibandingkan dengan nilai-nilai DDD, agar didapat
perkiraan tentang prevalensi penggunaan obat pada anak. Jika sub-kelompok
pediatrik sulit untuk diidentifikasi, metode DDD umum harus digunakan sebagai
alat ukur untuk perbandingan secara keseluruhan. Untuk memperkirakan jumlah
penggunaan obat pada anak-anak tidak mungkin dengan menggunakan data
penjualan obat/antibiotika yang disajikan dalam bentuk DDD. Hal ini dikarenakan
data penjualan mentah yang tersedia tidak dapat menggambarkan pemakaian
antibiotika yang sesungguhnya pada pasien anak. Pada perhitungan DDD untuk
pasien anak, sangat penting untuk mengecek dosis penggunaan harian yang
dipakai yang dapat diperoleh di lembar rekam medik. Untuk produk obat disetujui
untuk digunakan pada anak-anak, perhitungan pada DDD memperhatikan
rekomendasi dosis. Dosis yang diberikan pada anak akan berbeda dengan dosis
yang diberikan pada orang dewasa, karena perhitungan dosis pada anak
didasarkan pada usia dan berat badan sehingga biasanya untuk dosis penggunaan
pada anak sediaan antibiotika biasanya dalam bentuk dosis dewasa yang terbagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Hal inilah yang menyebabkan data penjualan mentah tidak dapat digunakan untuk
menghitung DDD pada pasien anak, karena antibiotika yang terjual biasanya
masih dalam range dosis untuk dewasa terutama pada sediaan tablet dan injeksi.
Banyak produk obat yang digunakan pada anak-anak bahkan tidak disetujui
penggunaannya pada pasien anak, serta beberapa antibiotika dokumentasi
mengenai regimen dosis tidak tersedia sehingga tidak dapat digunakan pada
pasien anak (WHO, 2012).
Untuk mengukur kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap
di rumah sakit, WHO memberikan rekomendasi untuk menggunakan metode
DDD/100 bed days (WHO, 2003). Dalam perkembangannya perhitungan DDD
untuk pasien rawat inap di rumah sakit dapat pula menggunakan rumus DDD/100
patient-days dimana rumusan DDD/100 patient-days merupakan pengembangan
dari rumus DDD/100 bed days. Metode DDD yang dipakai dalam penilaian
kuantitas penggunaan antibiotika yang dipakai di rumah sakit adalah DDD/100
patient-days dengan rumus:
(Kemenkes RI, 2011).
Perhitungan DDD dapat dibantu dengan menggunakan Antibiotics
Consumption Calculator (ABC calc) yang telah digunakan oleh negara-negara di
Eropa. Klasifikasi ATC dan metode DDD biasa digunakan untuk membandingkan
penggunaan antibiotika antar rumah sakit dan dapat pula digunakan untuk
membandingkan konsumsi antibiotika antar negara. Apabila diterapkan di
lingkungan rumah sakit maka perhitungan DDD/100-patient days atau DDD/100-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bed days adalah yang paling direkomendasikan. Sementara untuk perhitungan
antar negara biasanya digunakan DDD/1000-inhibitants per day atau DDD per
inhibitants per year (WHO, 2003).
Dengan menggunakan metode ATC/DDD, hasil evaluasi penggunaan obat
dapat dengan mudah dibandingkan. Adanya perbandingan penggunaan obat di
tempat yang berbeda sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya perbedaan
substansial yang akan menuntun untuk dilakukannya evaluasi lebih lanjut ketika
ditemukan perbedaan bermakna yang akhirnya akan mengarah pada identifikasi
masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat (Jankgnet, Lashof, Gould, dan
Meer, 2000; Bergman, Risinggard, Palcevski, dan Ericson, 2004).
Hasil penelitian tentang perhitungan kuantitas penggunaan antibiotika
dengan metode DDD pada pasien anak rawat inap di RSUP Dr. Kariadi didapat
nilai total DDD/100 patient-days sebesar 39,4. Antibiotika dengan nilai DDD
terbesar adalah seftriakson dengan DDD/100 patient-days sebesar 10,6 dimana
nilai DDD untuk antibiotika seftriakson tersebut melebihi nilai standar DDD yang
ditetapkan untuk antibiotika sefriakson, dimana nilai standar seharusnya adalah 4
(Febiana, 2012).
Penelitian lain yang dilakukan dilakukan di RSUP Dr. Soetomo Surabaya
pada pasien anak di bagian hematologi dan onkologi dengan total nilai DDD/100
patient-days sebesar 15,47. Antibiotika dengan nilai DDD terbesar adalah
ampisilin - sulbaktam dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 8,09. Hasil ini
juga melebihi standar WHO yang ditetapkan untuk antibiotika kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ampisilin-sulbaktam, dngan nilai standar seharusnya adalah 2 (Andarsini, 2011).
Tingginya beberapa nilai antibiotika yang tidak sesuai dengan standar
WHO pada beberapa penelitian di atas, menunjukkan bahwa masih terdapat
penggunaan antibiotika yang kemungkinan tidak rasional. Menurut Laras (2012),
apabila nilai DDD dikaitkan dengan kerasionalan semakin kecil hasil pengukuran
kuantitas maka hal ini menunjukan bahwa klinisi kemungkinan lebih selektif
dalam memberikan peresepan antibiotika pada pasien. Pemberian antibiotika
hanya benar-benar didasarkan pada indikasi tertentu yang benar membutuhkan
pengobatan dengan menggunakan antibiotika akan lebih mendekati prinsip
penggunaan antibiotika yang rasional. Ketika kuantitas penggunaan antibiotika
nilainya lebih tinggi dan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada
nilai standar DDD WHO menandakan bahwa peresepan dan penggunaan
antibiotika pada pasien kemungkinan tidak selektif. Ketidakselektifan peresepan
dan penggunaan antibiotika dikhawatirkan akan menimbulkan banyaknya
peresepan dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat indikasi sehingga hal ini
akan berpengaruh pada kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien.
D. Keterangan Empiris
Masih terdapat antibiotika yang nilai DDD-nya lebih besar daripada nilai
DDD standar yang ditetapkan oleh WHO pada pasien anak di rawat inap bangsal
INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental deskriptif evaluatif
dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional
dan bersifat retrospektif.
B. Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini :
1. Pola penyakit
2. Pola peresepan antibiotika
3. Nilai DDD (Defined Daily Dose) penggunaan antibiotika
C. Definisi Operasional
1. Pola Penyakit
Pola penyakit yang dimaksud disini adalah jenis-jenis penyakit (penyakit
utama dan penyerta) selama periode Januari – Juni 2013 pada pasien anak rawat
inap di bangsal anak INSKA II.
2. Pola peresepan
Pola atau karakteristik peresepan yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah gambaran peresepan antibiotika yang diterima oleh pasien anak rawat inap
yang meliputi : golongan dan jenis antibiotika, bentuk sediaan dan rute
pemakaian, aturan pemakaian, lama pemakaian, jumlah antibiotika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diresepkan, dan lama rawat inap pada pasien anak rawat inap di bangsal anak
INSKA II, RSUP Dr. Sardjito, selama periode Januari – Juni 2013.
3. Nilai DDD
Nilai DDD merupakan nilai pengukuran kuantitas antibiotika yang
dikeluarkan oleh WHO. Untuk obat-obat yang dianalis dengan metode DDD harus
terdapat atau termasuk dalam klasifikasi ATC. Pada penelitian ini digunakan
DDD per 100 patient-days dengan rumus perhitungan:
DDD/100 patient-days :
Keterangan :
LOS (length of stay): lama rawat inap pasien (terhitung sejak hari pertama pasien
masuk rumah sakit sampai dengan hari dimana pasien keluar dari rumah sakit)
yang didapat dari rekam medik yang terpilih sebagai sampel selama periode
Januari – Juni 2013.
Nilai yang didapat dari hasil perhitungan DDD/100 patient-days
dibandingkan dengan standar WHO. Apabila nilai DDD yang didapat lebih besar
daripada nilai standar WHO maka penggunaan antibiotika diperkirakan kurang
selektif. Apabila penggunaan antibiotika tidak selektif maka dikhawatirkan
terdapat ketidakrasionalan penggunaan antibiotika. Parameter kerasionalan yang
dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai DDD adalah ketepatan indikasi dan
dosis. Apabila hasil nilai DDD yang diperoleh lebih besar daripada nilai standar
DDD WHO maka terdapat kemungkinan dimana masih terdapat pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
antibiotika yang penggunaannya tidak tepat indikasi serta kemungkinan adanya
pemberian dosis yang terlalu tinggi pada pasien anak.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medik pasien anak rawat
inap, dalam hal ini peneliti mengambil data dari lembar rekam medik pasien yang
memuat penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di RSUP Dr.
Sardjito tepatnya di bangsal anak INSKA II.
Kriteria inklusi dari bahan penelitian adalah :
1. Rekam medik pada pasien anak di rawat inap RSUP Dr. Sardjito
selama periode Januari – Juni 2013 yang memuat tentang terapi
antibiotika.
2. Rekam medik yang jelas terbaca.
3. Rekam medik yang memuat penggunaan antibiotika yang terdapat
dalam klasifikasi ATC
4. Pasien dengan status keluar dari rumah sakit” diizinkan” dengan
keadaan keluar “membaik/sembuh”.
Kriteria eksklusi dari bahan penelitian adalah :
1. Rekam medik yang tidak lengkap (data mengenai penggunaan
antibiotika tidak lengkap).
2. Pasien yang menjalani rawat inap di NICU/PICU.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
E. Perhitungan Sampel dan Teknik Sampling
Berikut diuraikan tata cara perhitungan sampel dan teknik sampling yang
dilakukan:
1. Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti, terdapat 2457 kasus rawat
inap selama periode Januari – Juni 2013. Dari 2457 kasus rawat inap,
didapat 603 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk perhitungan
sampel minimum digunakan taraf kepercayaan 95%, dan selang
kepercayaan 5%, proporsi penggunaan antibiotika berdasarkan penelitian
sebelumnya 50% (Pradipta, 2009) serta populasi 603. Untuk menentukan
jumlah sampel yang digunakan dilakukan perhitungan dengan
menggunakan bantuan software Sample size calculator (Lampiran 1). Dari
hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel minimum adalah 235 data.
Rumus perhitungan formula dari sample size calculator :
Dengan : Z = Confidence Level
p = Proporsi penggunaan antibiotika
c = Confidence Interval
Pada penelitian ini diambil proporsi 50% dikarenakan berdasarkan penelitian
terdahulu tentang penggunaan antibiotika di RSUP Dr. Sardjito didapatkan
proporsi penggunaan sebesar 50% (Pradipta, 2009). Serta pada penelitian lain
didapatkan proporsi penggunaan antibiotika sebesar 100% (Ambariyah, 2012),
tetapi proporsi pengunaan antibiotika yang sangat variatif dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ditemukannya proporsi penggunaan pasti terhadap penggunaan antibiotika
pada pasien anak di rawat inap RSUP Dr. Sardjito maka diambil proporsi
penggunaan antibiotika sebesar 50%
2. Walaupun kriteria inklusi dan ekslusi telah ditentukan, namun berdasarkan
analisis situasi (orientasi yang telah dilakukan sebelumnya) diperoleh
informasi bahwa mekanisme penyediaan bahan penelitian (rekam medik) oleh
institusi tempat penelitian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kriteria inklusi
yang ditetapkan. Mekanisme yang terjadi sangat memungkinkan terdapat
bahan penelitian yang masih belum memenuhi kriteria inklusi ikut terambil
pada saat pengambilan sampel walaupun proporsi/persentasenya sangat kecil.
Mengingat hal tersebut diluar kendali, maka dilakukan antisipasi.
Untuk mengantisipasi jumlah sampel yang diambil kurang dari jumlah sampel
minimal maka pengambilan besar sampel ditambahkan ± 10% dari jumlah
total sampel minimal sehingga total sampel yang diambil adalah :
Jumlah dari rekam medik yang didapat dibagi berdasarkan jumlah bulan untuk
mendapatkan distribusi jumlah rekam medik yang merata pada setiap
bulannya sehingga jumlah rekam medik yang diambil untuk tiap bulan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Berdasarkan
perhitungan sampel tersebut di atas didapatkan jumlah sampel yang diambil
adalah sebesar 259 sampel. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah
sebagai berikut:
a. Semua rekam medik yang masuk dalam kriteria inklusi selama periode
Januari – Juni 2013 (603 rekam medik) dikelompokkan berdasarkan bulan.
b. Kemudian rekam medik yang telah dikelompokkan per-bulan diberikan
penomoran dari 1 sampai dengan jumlah terakhir rekam medik pada setiap
bulan (seperti pada bulan Januari tercatat ada 126 rekam medik,
penomoran dilakukan dari nomor 1 sampai dengan 126).
c. Setelah itu diambil secara acak dengan menggunakan sistem cabut-undi
sebanyak 43-45 rekam medik yang mewakili jumlah sampel minimum
untuk tiap bulan.
d. Dari proses pada poin c di atas diperoleh 259 rekam medik. Namun
demikian seperti yang telah dijelaskan di atas terkait dengan masalah
mekanisme penyediaan bahan penelitian maka ketika dilakukan
pengecekan ulang terdapat 10 buah rekam medik harus tidak diikut
sertakan sebagai sampel. Sepuluh buah rekam medik tidak dikutkan
sebagai sampel karena ada 6 rekam medik yang tercatat dirawat di
NICU/PICU, 3 rekam medik ternyata tidak menggunakan antibiotika serta
1 rekam medik yang ternyata antibiotika yang digunakan tidak termasuk
dalam klasifikasi ATC WHO. Hal ini berdampak terhadap jumlah sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang awalnya 259 harus berkurang sehingga jumlah sampel total yang
digunakan menjadi 249 rekam medik.
F. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah lembar pencatatan data yang
terdiri atas :
1. Lembar data dasar pasien yang memuat data – data berikut : nomor rekam
medik pasien, nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal masuk dan
keluar, diagnosis utama dan penyerta, tujuan keluar dan keadaan keluar,
serta riwayat penyakit atau riwayat kesehatan pasien. Contoh tabel ada
pada Lampiran 2.
2. Lembar data pengunaan antibiotika yang memuat data – data berikut:
nama antibiotika, dosis antibiotika (g), jumlah penggunaan antibiotika
perhari (g), lama pengunaan antibiotika, total penggunaan antibiotika (g).
Contoh tabel ada pada Lampiran 3.
G. Tempat Penelitian
Penelitian di bangsal anak INSKA II Rumah Sakit Umum Pendidikan
Sardjito Kota Yogyakarta. Bangsal anak INSKA II terdiri atas sub-bagian ruangan
yang terbagi atas paviliun VIP Cempaka Mulya, paviliun rawat inap kelas I, II dan
III serta ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) dan PICU (Pediatric
Intensive Care Unit). Tempat pengambilan data di instalasi catatan medik RSUP
Dr. Sardjito Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
H. Tata Cara Penelitian
1. Tahap Orientasi dan Studi Pendahuluan
Pada tahapan ini dilakukan penyusunan proposal kegiatan dan mengurus
perizinan No. 1156/D/VII/13 (Lampiran 4). Dilakukan pula pengurusan ethical
clearance di RSUP Dr. Sardjito No.KE/FK/1020/EC (Lampiran 5).
Pada tahap orientasi peneliti memperoleh informasi mengenai teknis
pengambilan bahan penelitian setelah itu dilakukan studi pendahuluan mengenai
teknis pengambilan data secara rinci. peneliti melakukan studi pendahuluan untuk
mencari informasi tentang gambaran penggunaan antibiotika pada pasien anak
rawat inap di RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni 2013. Hasil studi
pendahuluan Selama periode Januari – Juni 2013, tercatat ada 2457 rekam medik
pasien anak rawat inap.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti tidak mendapatkan data pasti
tentang berapa banyak pasien anak yang benar-benar menggunakan antibiotika.
Pada tahapan studi pendahuluan ini peneliti hanya mendapatkan print out yang
memuat data dasar pasien meliputi (Identitas, Diagnosis masuk, Diagnosis
penyerta dan tanggal keluar-masuk RS) yang dirawat selama Januari – Juni 2013.
Untuk menentukan jumlah sampel yang masuk dalam kriteria inklusi, peneliti
mencocokan diagnosis utama dan penyerta dari pasien dengan standar pelayanan
medik (SPM) dari RSUP Dr. Sardjito sehingga akan didapat data/bahan penelitian
yang diperkirakan benar-benar menggunakan antibiotika. Pencocokan dengan
menggunakan SPM merupakan teknis yang paling memungkinkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memastikan bahwa rekam medis yang diambil adalah yang memuat penggunaan
antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II selama periode
penelitian. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat ada 603 rekam medik
yang masuk dalam kriteria inklusi, yang kemudian dilakukan perhitungan sampel
serta sampling seperti yang telah dijelaskan di atas (pada poin E, Perhitungan
Sampel dan Teknik Sampling).
2. Tahap Pengambilan Data
Rekam medik yang masuk dalam kriteria inklusi dan terjaring sebagai
sampel diambil datanya dari rekam medik lalu ditulis ke dalam lembar data dasar
pasien dan lembar data penggunaan antibiotika (alat penelitian).
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan :
a. Editting
Editing dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan data-data yang
diperoleh dari lembar rekam medik di bangsal anak INSKA II RSUP Dr. Sardjito
selama periode Januari – Juni 2013.
b. Entry Data
Pada tahap ini dilakukan pemindahan data dari lembar data dasar dan
lembar penggunaan antibiotika lalu data di masukan kedalam program EXCEL®
untuk selanjutnya data dibagi berdasarkan kebutuhan untuk data demografi, data
pola penyakit, data pola peresepan dan data untuk perhitungan nilai DDD/100
patient-days.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
c. Cleaning
Cleaning dilakukan dengan memeriksa ulang data-data yang telah
dimasukan pada program EXCEL® untuk selanjutnya data akan diolah
berdasarkan kebutuhannya masing-masing.
I. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian
Analisis data dilakukan secara analisa deskriptif dan analisa evaluatif-
kuantitatif (menggunakan metode DDD)
1. Analisis deskriptif dilakukan dengan menguraikan data-data yang telah
dikumpulkan menjadi frekuensi dan presentase. Data deskriptif ini
meliputi : data demografi pasien, data pola peresepan dan data pola
penyakit pada pasien anak rawat inap di bangsal anak INSKA II RSUP Dr.
Sardjito, selama periode Januari – Juni 2013.
2. Analisis evaluatif-kuantitatif dilakukan dengan menghitung kuantitas
penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan metode DDD, yang
diproses dengan kombinasi program EXCEL® dan program ABC calc.
Berikut tata cara analisis dengan menggunakan metode DDD :
a. Hitung jumlah penggunaan masing-masing jenis antibiotika dalam
satuan berat gram baik yang tunggal ataupun kombinasi untuk semua
sampel.
Contoh :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pasien 1 : mendapat amoksisilin dosis per-tablet 500mg dengan aturan
pakai 2x sehari selama 4 hari. Jumlah pemakaian pada pasien 1 adalah:
[(500x2)x4] = 4000mg = 4g
Pasien 2 : mendapat terapi amoksisilin dosis per-tablet 250mg dengan
aturan pemakaian 3x sehari selama 5 hari. Jumlah pemakaian pada
pasien 2 adalah: [(250x3)x5] = 3750mg = 3,75g, dan seterusnya
sampai dengan pasien ke-n dengan jumlah pemakaian sebanyak n
gram.
Jumlah total pemakaian antibiotika amoksisilin adalah:
Jumlah gram pemakaian pasien 1 + jumlah gram pemakaian
pasien 2 +………..+ jumlah gram pemakaian pasien ke-n = X gram
b. Hitung LOS total selama periode Januari – Juni 2013.
Contoh :
Pasien 1 dirawat selama 3 hari.
Pasien 2 dirawat selama 7 hari, dan seterusnya sampai dengan pasien
ke-n dirawat dengan lama rawat selama n hari.
Jumlah total LOS adalah:
Lama rawat pasien 1 + lama rawat pasien 2 +………..+ lama rawat
pasien ke-n = X hari.
c. Hitung nilai DDD 100/patient-days untuk masing-masing jenis
antibiotika atau kombinasi antibiotika dengan menggunakan rumus
seperti yang tertera pada definisi operasional. Untuk mengetahui nilai
standar DDD WHO dalam gram (per-antibiotika/per-kombinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
antibiotika) yang digunakan, dapat dilihat pada program ABC Calc.
Pada program ABC Calc tersedia kolom yang mencantum kan nilai
standar DDD WHO dari masing-masing antibiotika yang disajikan
berdasarkan rute pemberian.
Berikut contoh salah satu perhitungan DDD/100 patient-days untuk
antibiotika:
Diketahui : Total penggunaan amoksisilin = 7,5 g
Total LOS = 54 hari
Nilai standar DDD WHO = 1
Nilai DDD 100 patient-days
Untuk total nilai DDD 100/patient-days per-golongan antibiotika
dihitung dengan menjumlahkan masing-masing total nilai DDD pada
masing-masing antibiotika yang terdapat dalam satu golongan
Contoh :
Total nilai DDD 100/patient-days antibiotika golongan penisilin :
Ampisilin = 10,30
Amoksisilin = 1,36
Diklosasilin = 2,53
Sultamisilin = 4,53
Total nilai DDD 100 patient-days antibiotika golongan penisilin
adalah:
10,30 + 1,36 + 2,53 + 4,53 = 18,72 DDD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
d. Hasil dari analisis deskriptif dan analisis dari metode DDD yang
disajikan kedalam bentuk tabel-tabel dan diagram yang mencakup :
data demografi pasien; data pola peresepan; data pola penyakit; data
kuantitas penggunaan antibiotika dengan DDD per 100 patient-days, di
bangsal anak INSKA II selama periode Januari – Juni 2013 serta kajian
kerasionalan penggunaan antibiotika selama periode Januari – Juni
2013.
J. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :
1. Metode DDD
Metode DDD yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan antara lain :
a. Metode DDD sebenarnya ditujukan bagi orang dewasa, namun metode ini
dapat digunakan untuk menghitung kuantitas penggunaan antibiotika pada
anak apabila tersedia dosis harian dan indikasi pada populasi anak harus
digunakan dan dibandingkan dengan nilai DDD.
b. Pasien dengan bobot badan yang lebih besar akan memiliki nilai DDD
yang besar karena pada pasien anak dosis dihitung serta ditentukan dengan
berat badan tubuh (Andarsini, 2011). Apabila karakteristik pasien di
tempat penelitian menunjukkan keadaan overweight lebih banyak maka
hal ini akan berpengaruh pada nilai DDD secara keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Perhitungan DDD hanya untuk satu antibiotika yang digunakan pada
indikasi utama tetapi pada kenyataanya sehari-hari satu antibiotika dapat
digunakan untuk menangani beberapa kondisi pasien sekaligus. Hal ini
dapat menyebabkan peningkatan penggunaan antibiotika karena
pengunaan antibiotika yang ditujukan untuk berbagai macam indikasi akan
menyebabkan terjadinya perubahan terhadap regimen dosis serta jenis
antibiotika yang digunakan (HPSC, 2011).
d. Nilai DDD yang diperoleh tidak dapat secara tepat menilai ketepatan
indikasi dan dosis hal ini karena tidak dilakukan evaluasi mendalam
karena ketepatan indikasi dan dosis hanya diperkirakan dari jumlah (gram)
dari antibiotika yang digunakan.
2. Penelitian menggunakan pendekatan retrospektif
Secara metodologi, metode DDD dapat dilakukan dalam penelitian yang
sifatnya retrospektif. Akan tetapi penelitian dengan menggunakan pendekatan
retrospektif memiliki keterbatasan dimana pada penelitian retrospektif dapat
terjadi kemungkinan adanya rekam medik tidak jelas terbaca hal ini akan
menimbulkan kesalahan interpretasi dari peneliti sehingga menimbulkan bias bagi
hasil penelitian. Keterbatasan lainnya adalah adanya kemungkinan bahwa data
yang dituliskan di catatan medik tidak lengkap sehinnga akan menyebabkan
kemungkinan harus diekslusinya beberapa rekam medik dan berkurannya jumlah
sampel (Meer, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Penetapan sampel dan pengambilan data
Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah pada penetapan sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian dimana pada penelitian ini, peneliti tidak
mendapatkan data pasti mengenai penggunaan antibiotika pada pasien anak di
bangsal INSKA II. Untuk menentukan apakah pasien anak tersebut menerima
antibiotika atau tidak digunakan print out data dasar pasien yang diperoleh dari
instalasi catatan medik kemudian dilakukan pencocokan pada diagnosis utama dan
penyerta pasien dengan buku standar pelayanan medis pada pasien anak yang
digunakan di RSUP Dr. Sardjito sehingga nantinya diketahui berapakah kira-kira
jumlah rekam medik pasien anak yang menggunakan antibiotika dan masuk ke
dalam kriteria inklusi sebagai sampel. Akibat dari dilakukannya pencocokan
antara penyakit utama dan penyerta dengan standar pelayanan medis maka
kemungkinan akan sulit ditemui penggunaan antibiotika diluar indikasi
(penggunaan antibiotika untuk penyakit-penyakit lain selain yang ditetapkan
dalam standar pelayanan medik) dan juga besar kemungkinan ada data – data
yang tidak ikut dimasukan sebagai sampel penelitian sehingga akan mengurangi
jumlah sampel real yang seharusnya didapat. Adanya mekanisme pencocokkan
dengan SPM juga berakibat pada ditemukannya 3 rekam medik yang ternyata
tidak menggunakan antibiotika. Hal ini dikarenakan pada beberapa kasus tertentu
(seperti diare), penggunaan antibiotika bukan merupakan lini pertama pada
pengobatan sehingga digunakan obat yang merupakan lini pertama dari kasus
tersebut dan apabila keadaan pasien membaik dengan penggunaan obat lini
pertama, otomatis antibiotika tidak diberikan (Komite Pelayanan Medik, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hal ini berakibat pada berkurangnya jumlah sampel yang akan digunakan, karena
rekam medik yang digunakan sebagai sampel ternyata tidak memuat tentang
terapi penggunaan antibiotika.
Kendala lainnya adalah tidak tersedia informasi tentang bangsal yang
tempati pasien pada print out data dasar pasien yang digunakan. Walaupun
sebelumnya peneliti telah meminta untuk mengekslusi pasien-pasien yang dirawat
di NICU/PICU untuk tidak diikut sertakan dalam print out lembar data dasar
pasien namun pada kenyataannya masih saja didapatkan data/rekam medik
dimana pasien ternyata dirawat di ruang NICU/PICU yang merupakan salah satu
kriteria eksklusi, yang menyebabkan harus jumlah sampel berkurang dan tidak
sesuai seperti jumlah yang ditargetkan pada perhitungan sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan
antibiotika pada pasien anak di rawat inap bangsal anak INSKA II pada periode
Januari – Juni 2013 dikaji dari segi kuantitas penggunaanya. Evaluasi penggunaan
antibiotika secara kuantitas dilakukan dengan cara menghitung nilai DDD
(Defined Daily Dose). Pada penelitian ini digunakan DDD/100-patient days.
Pertimbangan penggunaan DDD/100 patient-days karena berdasarkan studi
litelatur yang dilakukan menyatakan bahwa untuk pengukuran kuantitas
penggunaan antibiotika di RS dapat digunakan nilai DDD/100-patient days.
Dengan menggunakan metode DDD, kelak hasil yang didapat dapat dibandingkan
baik antar bangsal, rumah sakit, kota maupun antar negara (WHO, 2003;
Kemenkes, 2011).
Pada penelitian ini diperoleh 249 rekam medik yang memenuhi kriteria
inklusi. Selama periode Januari – Juni 2013, dari 249 rekam medik pasien anak
rawat inap, tercatat bahwa 59,4% merupakan persentase pasien anak dengan jenis
kelamin laki-laki sementara nilai 40,6% merupakan persentase pasien anak
dengan jenis kelamin perempuan seperti tercantum pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 1. Perbandingan jumlah pasien anak laki-laki dan perempuan di
bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Periode Januari – Juni 2013
Pembagian usia anak didasarkan pada klasifikasi yang digunakan pada
beberapa penelitian dan literatur yang telah disebutkan dalam telaah pustaka
Hurlock (1994) dan Simandjuntak (1984) (cit., Suharjono, Yuniarti, Sumarsono
dan Sumedi, 2009) (lihat halaman 18). Hasil penelitian terhadap 249 pasien anak
rawat inap selama periode Januari – Juni 2013, tercatat yang paling banyak adalah
pasien anak yang berusia dibawah 1 tahun dengan presentase 42,2% disusul
dengan usia 1 ≤ umur < 3 tahun dan 3 ≤ umur < 6 tahun dengan persentase
masing-masing 20,1% kemudian pasien dengan usia 6 ≤ umur ≤ 12 tahun dengan
persentase 17,7% seperti tercantum pada Tabel I. Hasil penelitian ini sesuai
dengan temuan yang telah dijelaskan pada dalam penelahaan pustaka, dimana
semakin bertambahnya usia maka kejadian penyakit infeksi pada anak akan
berkurang (Shea et al., 2001). Hal ini membuat temuan terhadap penggunaan
antibiotika akan semakin sedikit terutama pada pasien anak usia sekolah. Hal ini
didukung juga oleh hasil penelitian yang didapat yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bahwa kelompok pasien usia sekolah (6 ≤ umur ≤ 12 tahun) merupakan kelompok
pasien yang paling sedikit jumlahnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok pasien anak dengan
usia dibawah 1 tahun merupakan kelompok pasien anak yang paling banyak
jumlahnya. Temuan ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan pada telaah
pustaka dimana pasien anak usia dibawah 1 tahun 10 kali lebih rentan terserang
penyakit infeksi dikarenakan sistem imunitas yang belum berkembang dengan
sempurna (Shea et al., 2001). Keadaan tersebut menyebabkan banyak
ditemukannya penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan usia dibawah 1
tahun.
Tabel I. Distribusi jumlah pasien berdasarkan range usia di bangsal anak INSKA
II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Range Usia Jumlah Pasien Persentase (%)
Umur < 1 tahun 105 42,2
1 ≤ umur <3 tahun 50 20,1
3 ≤ umur <6 tahun 50 20,1
6 ≤ umur ≤12 tahun 44 17,7
Total 249 100,0
Hasil penelitian yang akan dibahas pada bagian berikutnya meliputi, pola
peresepan antibiotika, pola penyakit, serta nilai DDD/100 patient days pada
pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
selama periode penelitian, yaitu Januari sampai dengan Juni 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
A. Pola Penyakit
Dari 249 rekam medik pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II selama
periode Januari – Juni 2013 tercatat ada 249 penyakit utama dan 560 penyakit
penyerta. Tiga urutan teratas penyakit utama yang paling sering ditemui adalah
pneumonia, pasien kanker (kemoterapi), dan diare dengan persentase masing-
masing sebesar 22,1% ; 6,8% ; dan untuk diare nilainya 5,2% seperti tercantum
pada Tabel II.
Tabel II. Distribusi sepuluh teratas penyakit utama pada pasien anak di bangsal
INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Penyakit Utama (Diagnosis Utama) Jumlah Presentase
Pneumonia 55 22.1
Kemoterapi 17 6.8
Diare Cair Akut 13 5.2
Sepsis Neonatal 12 4.8
Ensefalitis 10 4.0
Demam dengan Kejang 9 3.6
Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah
(BLBR) 7 2.8
Leukimia Limfoblastik Akut 7 2.8
Sindrom Nefrotik 7 2.8
Demam Berdarah Dengue 6 2.4
Penyakit lain* 106 42.6
Total 249 100.0
Keterangan: *Uraian lengkap ada pada lampiran 7. Diagnosis utama yang dicantumkan
diambil sesuai dengan diagnosis yang tertera pada rekam medik
Hasil penelitian serupa yang dilakukan dibangsal anak RSUP Dr. Kariadi
Semarang pada tahun 2006 menunjukkan bahwa penyakit yang menempati urutan
tiga teratas untuk tahun 2006 adalah infeksi saluran pernapasan akut, infeksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengue, serta infeksi virus (Hapsari, 2006). Sementara itu penelitian serupa yang
dilakukan di bangsal anak RSUP Dr. Kariadi pada tahun 2012, urutan tiga teratas
ditempati oleh demam tifoid, sepsis serta diare (Febiana, 2012).
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan hasil penelitian serupa
menunjukkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dialami
oleh pasien anak rawat inap di rumah sakit. Temuan ini juga serupa seperti yang
telah dikemukan pada buku Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 dan buku
Profil Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta tahun 2011 yang menyatakan bahwa
penyakit infeksi merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori 10 besar
untuk penyakit yang sering ditemui pada pasien anak rawat inap. Pada penelitian
ini terdapat beberapa penyakit infeksi seperti pneumonia dan sepsis neonatal
masuk kedalam kategori 10 besar penyakit yang sering ditemui pada pasien anak
rawat inap di RSUP Dr. Sardjito (Depkes RI, 2011; Dinkes Provinsi D. I.
Yogyakarta, 2012).
Tiga urutan teratas penyakit penyerta yang sering ditemui adalah diare,
anemia, dan sepsis dengan persentase masing-masing sebesar 7%; 5,2%; dan 5,0%
seperti tercantum pada Tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel III. Distribusi sepuluh teratas penyakit penyerta pada pasien anak di
bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Penyakit Penyerta (Diagnosis Penyerta) Jumlah
kejadian
Persentase
(%)
Diare 39 7.0
Anemia 29 5.2
Sepsis 28 5.0
Gizi Buruk Tipe Marasmik 25 4.5
ISK 20 3.6
Leukimia Limfoblastik Akut 18 3.2
Pneumonia 16 2.9
Sepsis Neonatal 16 2.9
Trombositopenia 16 2.9
Neonatal Jaudince 14 2.5
Penyakit Lain* 339 60.5
Total 560 100.0
Keterangan: *Uraian lengkap ada pada lampiran 8. Diagnosis utama yang dicantumkan
diambil sesuai dengan diagnosis yang tertera pada rekam medik
B. Pola Peresepan Antibiotika
Selama periode Januari – Juni 2013 terdapat 28 jenis antibiotika yang
diresepkan serta tercatat ada 625 kali pemakaian antibiotika. Rute pemakaian yang
paling banyak digunakan pada penelitian ini adalah intravena dengan persentase
pemakaian sebesar 76,5% lalu rute per-oral dengan persentase pemakaian sebesar
23,5% seperti tercantum pada Gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 2. Perbandingan jumlah rute pemakaian antibiotika pada pasien
anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Banyaknya pemilihan rute intravena pada penelitian ini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
Pertama, pada pasien anak yang berusia <6 tahun, pemberian antibiotika
dengan menggunakan rute per-oral (terutama sediaan tablet) sulit untuk dilakukan.
Anak biasanya akan menolak apabila diberikan sediaan tablet karena berbagai
macam alasan diantaranya kesulitan dalam menelan sediaan serta rasa dari sediaan
tablet yang biasanya pahit. Untuk itu para tenaga kesehatan cenderung
memberikan sediaan injeksi pada pasien anak dimana sediaan injeksi ini biasanya
dapat langsung dimasukkan melalui cairan infus atau melalui conecta yang
terpasang pada set infus (Shea et al., 2001).
Kedua, menurut Cunha (cit., Permenkes, 2011) rute pemberian oral
seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi yang tergolong ringan
contohnya seperti bronkitis, tonsilofaringitis, cystitis, ISK (yang tidak menetap
dan berulang), dan diare bakterial. Untuk rute pemberian intravena biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
digunakan pada infeksi sedang sampai dengan berat. Pada penelitian ini, banyak
ditemukan penyakit infeksi pada pasien anak rawat inap yang kategorinya
tergolong sedang sampai dengan berat. Berdasarkan studi literatur dari Reed dan
Glover (2005); Hardman et al. (2012), penyakit infeksi yang ditemukan selama
periode penelitian seperti pneumonia, sepsis, ensefalitis bakterial, penyakit paru
kronis, abses akibat infeksi bakteri tertentu, meningitis, kandidasis dan ureterolitis
merupakan penyakit infeksi yang termasuk dalam kategori penyakit infeksi yang
sedang sampai dengan berat. Banyaknya jumlah kejadian penyakit infeksi seperti
pneumonia dan sepsis ditambah dengan beberapa penyakit lain seperti yang telah
disebutkan di atas menyebabkan banyak dipakai rute pemberian intravena. (uraian
lengkap mengenai jumlah dari masing-masing penyakit dapat dilihat pada tabel II
dan III serta uraian 7 dan 8). Rute pemakaian intravena lebih dipilih untuk
menangani pasien dengan infeksi sedang sampai dengan berat dikarenakan
onsetnya cepat dan biaoavailibilitas sediaan yang diberikan melalui rute
pemberian ini juga lebih tinggi daripada rute pemberian per-oral. Cepatnya onset
dan tingginya bioavailibilitas akan menyebabkan efek aksi antibiotika dalam
menghambat/membunuh kuman penyebab penyakit infeksi akan lebih maksimal
(Hakim, 2012).
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap rute pemakaian
antibiotika. Identifikasi terhadap rute pemakaian perlu dilakukan karena nilai
standar DDD WHO yang nantinya digunakan dalam perhitungan memiliki nilai
yang berbeda-beda untuk masing-masing rute pemberian. Salah satu contoh
adalah nilai standar DDD untuk siprofloksasin. Pada pemberian secara parenteral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
siprofloksasin memiliki nilai standar sebesar 1, sementara pada pemberian secara
per-oral siprofloksasin memiliki nilai standar sebesar 0,5. Adanya perbedaaan
nilai standar antara masing-masing rute pemberian nantinya akan berpengaruh
terhadap penentuan tinggi rendahnya nilai DDD dari suatu antibiotika (penentuan
tinggi rendahnya nilai DDD dari suatu antibiotika ditentukan oleh perbandingan
nilai DDD yang didapat dengan nilai DDD standar yang telah ditetapkan. Nilai
DDD dikatakan tinggi apabila nilai DDD yang didapatkan melebihi standar WHO
(WHO, 2012).
Bentuk sediaan yang paling sering digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk sediaan injeksi dengan persentase penggunaan sebesar 76,5 % lalu disusul
dengan bentuk sediaan tablet sebesar 19,8% dan bentuk sediaan sirup sebesar
3,7% seperti yang tercantum pada Gambar 3. Tingginya pemakaian bentuk
sediaan injeksi merupakan dampak dari banyaknya rute pemakaian intravena yang
diterapkan.
Gambar 3. Perbandingan jumlah pemakaian bentuk sediaan antibiotika
pada pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari –
Juni 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Aturan penggunaan antibiotika juga diduga secara tidak langsung juga
memiliki dampak terhadap tinggi rendahnya nilai DDD dari suatu jenis
antibiotika. Aturan penggunaan yang diterapkan menentukan frekuensi
penggunaan antibiotika yang diterima oleh pasien dalam sehari. Semakin sering
antibiotika digunakan dalam satu hari maka frekuensi penggunaan antibiotika
akan semakin tinggi. Hal ini akan meningkatkan jumlah dosis (g) antibiotika yang
diterima oleh pasien. Besarnya jumlah dosis (g) yang digunakan akan membuat
nilai DDD dari suatu jenis antibiotika ikut meningkat (WHO, 2012). Penerapan
aturan pemakaian >1x sehari dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah dosis (g)
antibiotika yang digunakan serta dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap
tingginya nilai DDD.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, aturan pemakaian yang paling sering
diterapkan pada pasien anak di bangsal INSKA II selama periode Januari – Juni
2013 adalah aturan pakai 3x sehari dengan persentase sebesar 41,4% lalu disusul
dengan aturan pemakaian 2x sehari dengan persentase sebesar 34,4% dan 1x
sehari dengan persentase sebesar 13,0% seperti tercantum pada Tabel IV.
Tabel IV. Distribusi aturan pemakaian antibiotika pada pasien anak di bangsal
INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Aturan Pemakaian Jumlah antibiotika Persentase (%)
1x Sehari 81 13,0
2x Sehari 215 34,4
3x Sehari 259 41,4
4x Sehari 70 11,2
Total 625 100,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hasil penelitian terhadap lama pemakaian antibiotika pada pasien anak di
bangsal INSKA II selama periode Januari – Juni 2013 menunjukan bahwa lama
pemakaian 1 sampai dengan 5 hari merupakan waktu lama pemakaian antibiotika
yang paling sering ditemui di bangsal anak INSKA II dengan persentase sebesar
55,0% lalu lama pemakaian 6 sampai dengan 10 hari dengan persentase sebesar
36,8% serta 11 sampai dengan 15 hari dengan persentase sebesar 6,6% seperti
tercantum pada Tabel V.
Lama penggunaan antibiotika dikelompokkan berdasarkan studi literatur
yang dilakukan dimana lama pemberian antibiotika untuk sebagian besar penyakit
infeksi adalah selama 3-7 hari (Kemenkes, 2011). Untuk mempermudah deskripsi
dari lama penggunaan antibiotika maka lama penggunaan antibiotika dibagi
menjadi interval dengan jarak antar interval sebesar 5 hari sehingga pembagian
interval pada lama rawat inap menjadi 1 sampai dengan 5 hari, 6 sampai dengan
10 hari, 11 sampai dengan 15 hari, 16 sampai dengan 20 hari dan lama
penggunaan diatas 20 hari.
Terdapat beberapa faktor kemungkinan mengenai besarnya temuan
mengenai lama pemakaian antibiotika 1 sampai dengan 5 hari diantaranya :
Pertama banyak antibiotika diresepkan dengan tujuan sebagai terapi empiris.
Menurut IFIC dan hasil penelitian dari tim PPRA Kemenkes RI (2010) (cit.,
Permenkes, 2011) dalam kasus terapi empiris ini digunakan antibiotika dengan
spektrum luas seperti antibiotika golongan sefalosporin atau penisilin dengan
lama pemakaian antibiotika adalah 2 sampai dengan 3 hari. Temuan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
penelitian ini dimana golongan sefalosporin dan penisilin merupakan antibiotika
yang paling banyak digunakan, ikut berkontribusi terhadap besarnya jumlah
pemakaian antibiotika yang digunakan dengan lama pemakaian 1 sampai dengan
5 hari.
Kedua, lama pemberian antibiotika untuk sebagian besar penyakit infeksi
contohnya seperti pneumonia, cystitis, sepsis, dan ISK berdasarkan studi pustaka
yang dilakukan adalah 3 sampai dengan 7 hari (Coyle dan Prince, 2005; Finch,
2010; Kemenkes RI, 2011). Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya jumlah pemakaian antibiotika yang digunakan dengan
lama pemakaian 1 sampai dengan 5 hari mengingat penyakit pneumonia dan
sepsis masih termasuk dalam kategori 10 teratas dari jumlah penyakit utama yang
paling sering ditemui pada penelitian ini.
Tabel V. Distribusi lama pemakaian antibiotika pada pasien anak di bangsal
INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Lama Pemakaian Jumlah antibiotika Persentase (%)
1 sampai dengan 5 Hari 344 55,0
6 sampai dengan 10 Hari 230 36,8
11 sampai dengan 15 Hari 41 6,6
16 sampai dengan 20 Hari 5 0,8
>20 Hari 5 0,8
Total 625 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Hasil penelitian pada 249 rekam medik pasien anak rawat inap, golongan
antibiotika yang paling sering digunakan adalah dari golongan generasi ketiga
sefalosporin (Sefotaksim, Seftazidim, Seftriakson dan Sefiksim) dengan total
pemakaian 177 kali (28,3%) untuk jenis antibiotika yang paling sering digunakan
adalah antibiotika ampisilin (golongan penisilin) dengan total pemakaian 87 kali
(13,9%) seperti tercantum pada Tabel VI. Penelitian serupa yang dilakukan di
bangsal anak RSUP Dr. Kariadi didapatkan hasil bahwa antibiotika ampisilin
merupakan antibiotika yang paling sering digunakan dengan persentase sebesar
22,8% (Febiana, 2012). Berdasarkan hasil penelitian dan hasil penelitian serupa
yang ditemukan terlihat bahwa penggunaan antibiotika ampisilin masih banyak
digunakan sebagai antibiotika pilihan untuk penanganan penyakit-penyakit
infeksi. Ampisilin merupakan salah satu antibiotika yang sering digunakan klinisi
sebagai terapi empiris awal untuk penanganan berbagai macam kasus infeksi.
Ampisilin banyak menjadi pilihan utama dikarenakan spektrumnya yang luas
(dapat digunakan untuk infeksi bakteri Gram positif dan negatif), harga yang
murah serta toksisitas yang relatif lebih kecil untuk pasien anak dibandingkan
jenis antibiotika lain seperti: gentamisin dan siprofloksasin (Brunton et al., 2011;
Hardman et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel VI. Distribusi golongan, jenis serta frekuensi penggunaan antibiotika pada
pasien anak di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari – Juni
2013
Golongan Antibiotika Jenis Antibiotika
Frekuensi
Pemakaian
(kali)
Persentase (%)
Persentase/
golongan
(%)
Ampenikol Kloramfenikol 29 4,6 4,6
(β-Laktam) Penisilin
Ampisilin 87 13,9
18,6 Amoksisilin 26 4,2
Diklosasilin 2 0,3
Sultamisilin 1 0,2
β-Laktam Lainnya
(Kombinasi)
Ampisilin –
Sulbaktam 38 6,1 6,1
Sefalosporin Generasi
Pertama Sefadroksil 3 0,5 0,5
Sefalosporin Generasi
Ketiga
Sefotaksim 48 7,7
28,3 Seftazidim 60 9,6
Seftriakson 44 7,0
Sefiksim 25 4,0
Sefalosporin Generasi
Keempat Sefepim 2 0,3 0,3
Karbapenem Meropenem 11 1,8
4,0 Imipenem 14 2,2
Kombinasi TMP-SMX Kotrimoksasol 24 3,8 3,8
Makrolida
Eritromisin 10 1,6
4,3 Klaritromisin 2 0,3
Azitromisin 15 2,4
Linkosinamid Klindamisin 8 1,3 1,3
Aminoglikosida
Gentamisin 66 10,6
17,3 Amikasin 38 6,1
Netilmisin 4 0,6
Fluorokuinolon
Ofloksasin 1 0,2
4,2 Siprofloksasin 24 3,8
Levofloksasin 1 0,2
Imidazol Metronidazol 34 5,4 5,4
Antibiotika lain Rifampisin 2 0,3
1,3 Fosfomisin 6 1,0
Total 625 100,0 100,0
Selama periode Januari – Juni 2013, tercatat total Length of Stay (LOS)
dari 249 pasien adalah 2480 hari (Lampiran 6). Total LOS yang digunakan pada
penelitian ini digunakan pada perhitungan DDD dimana total LOS akan
digunakan sebagai pembagi bersama nilai standar DDD. Berdasarkan rumusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dari metode DDD nilai LOS berbanding terbalik dengan hasil nilai DDD yang
akan didapat. Nilai DDD yang didapatkan akan semakin kecil apabila nilai total
LOS semakin besar. Akan tetapi besarnya nilai LOS tidak selalu berarti nilai DDD
akan lebih kecil dan sesuai dengan standar. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kenyataannya berdasarkan hasil dari beberapa penelitian banyak ditemukan
penggunaan antibiotika yang tidak rasional sehingga menimbulkan pemakaian
yang berlebihan (Hadi et al., 2008). Banyaknya penggunaan antibiotika yang
berlebihan akan mempengaruhi besarnya jumlah nilai gram antibiotika yang
dipakai sehingga terkadang jumlah total LOS yang dikalikan dengan standar DDD
yang digunakan sebagai pembagi tidak sebanding dengan jumlah gram antibiotika
dikalikan dengan 100 sehingga nilai DDD akan tinggi bahkan melebihi standar
WHO (WHO, 2012).
Pembagian lama rawat inap didasarkan pada studi dari beberapa literatur
(Komite Pelayanan Medik, 2005; Kemenkes, 2011) dimana lama pengobatannya
serta perawatan untuk sebagian besar penyakit infeksi sampai dengan pasien
diperbolehkan keluar dari rumah sakit adalah sekitar 5 sampai dengan 7 hari.
Pembagian interval dilakukan dengan membagi lama rawat inap menjadi interval-
interval (jarak antar interval adalah 7 hari/satu minggu) sehingga lama rawat inap
dibagi menjadi interval ≤7 hari (satu minggu), 8 ≤ lama rawat < 15 hari (dua
minggu), 15 ≤ lama rawat < 22 hari (tiga minggu), 22 ≤ lama rawat < 29 hari
(empat minggu), dan ≥ 29 hari (diatas 4 minggu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berdasarkan hasil penelitian interval lama rawat ≤ 7 hari tercatat sebesar
46,6% merupakan lama rawat inap yang paling sering ditemui selama periode
penelitian. Untuk lama rawat inap yang lain dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Distribusi lama rawat inap pasien anak di bangsal INSKA II RSUP
Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Lama Rawat Jumlah Pasien Persentase (%)
Lama rawat ≤ 7 hari 116 46,6
8 ≤ lama rawat < 15 hari 91 36,5
15 ≤ lama rawat < 22 hari 23 9,2
22 ≤ lama rawat < 29 hari 9 3,6
Lama rawat ≥ 29 hari 10 4,0
Total 249 100,0
Temuan terhadap tingginya persentase untuk lama rawat inap ≤7 hari,
sesuai dengan hasil dari studi literatur yang telah didapatkan, dimana lama
pengobatannya serta perawatannya sampai dengan pasien diperbolehkan keluar
dari rumah sakit adalah sekitar 5 sampai dengan 7 hari untuk sebagian besar
penyakit infeksi. Beberapa penyakit infeksi yang ditemukan sebagai penyakit
utama dan penyerta pada penelitian ini seperti pneumonia, diare, demam dengan
kejang, nasofaringitis, dan ISK dan penyakit utama serta penyakit penyerta lain
yang jumlahnya kecil seperti tonsilofaringitis akut, bronkiolitis, suspect demam
tifoid, cystitis, dan otitis media memiliki rata-rata lama rawat inap ≤7 hari
(Kemenkes, 2011; Komite medik RS Dr. Sardjito, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. Nilai DDD/100 patient-days
Dalam penelitian ini didapatkan 28 jenis antibiotika yang digunakan pada
bangsal INSKA II dengan total nilai DDD/100 patient-days sebesar 41,99, untuk
ke-28 jenis antibiotika, kode ATC serta nilai standar DDD WHO (g) disajikan
dalam Tabel VIII.
Berdasarkan perhitungan DDD/100-patient-days didapat bahwa
penggunaan antibiotika yang terbesar berdasarkan nilai DDD/100-patient-days
adalah antibiotika ampisilin dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 10,33
disusul dengan sefotaksime dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 4,04 dan
seftriakson dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 3,79. Untuk golongan
antibiotika nilai DDD/100 patient-days yang paling tinggi adalah dari golongan
penisillin dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 12,82, kemudian golongan
generasi ketiga sefalosporin dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 11,98
dan golongan aminoglikosida dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 4,27.
Nilai DDD untuk masing-masing antibiotika dan golongannya tercantum pada
Tabel VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel VIII. Nilai DDD/100 patient-days untuk masing-masing antibiotika dan
golongannya beserta kode ATC dan standar DDD WHO
Golongan Nama Antibiotika Kode ATC Nilai Standar DDD WHO
(g)
Nilai DDD/100
Patient-days
Nilai DDD/Golongan
antibiotika
Ampenikol
Kloramfenikol (Parenteral)
J01BA01 3 1,18
1,30 Kloramfenikol
(Oral) J01BA01 3 0,12
β-Laktam
(Penisilin)
Ampisilin J01CA01 2 10,33
12,82
Amoksilin J01CA04 1 2,05
Diklosasilin
(Parenteral) J01CF01 2 0,07
Diklosasilin (Oral) J01CF01 2 0,16
Sultamisilin J01CR04 1,5 0,21
β-Laktam Lainnya
(Kombinasi)
Ampisilin-
Sulbaktam J01CR01 2 1,61 1,61
Sefalosporin
Generasi Pertama Sefadroksil
J01DB05 2 0,07 0,07
Sefalosporin
Generasi Ketiga
Sefotaksim J01DD01 4 4,04
11,98 Seftazidim J01DD02 4 3,63
Seftriakson J01DD04 2 3,79
Sefiksim J01DD08 0,4 0,52
Sefalosporin Generasi Keempat
Sefepim J01DE01
2 0,10 0,10
Karbapenem Meropenem J01DH02 2 0,78
1,81 Imipenem J01DH51 2 1,03
Kombinasi TMP-
SMX
Kotrimoksasol
(Parenteral) J01EE01 1,92 1,71
1,72 Kotrimoksasol
(Oral) J01EE01 1,92 0,01
Makrolida
Eritromisin J01FA01 1 0,64
1,91 Klaritromisin J01FA09 0,5 0,12
Azitromisin J01FA10 0,3 1,15
Linkosinamid Klindamisin J01FF01 1,2 0,39 0,39
Aminoglikosida
Gentamisin J01GB05 0,24 3,70
4,27 Amikasin J01GB06 1 0,5
Netilmisin J01GB07 0,35 0,07
Flourokuinolon
Ofloksasin J01MA01 0,4 0,01
1,90
Siprofloksasin
(Parenteral) J01MA02 1 0,27
Siprofloksasin
(Oral) J01MA02 0,5 1,54
Levofloksasin (Parenteral) J01MA12
0,5 0,08
Imidazol
Metronidazol
(Parenteral) J01XD01 1,5 1,28
1,66 Metronidazol (Oral) P01AB01
2 0,38
Antibiotika lain Rifampisin J04AB02 0,6 0,38 0,38
Fosfomisin J01XX01 8 0,07 0,07
Total 41,99 41,99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Nilai DDD/100 patient-days di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito lebih
tinggi nilainya apabila dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan di
bangsal anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian serupa tentang
kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak di RSUP Dr. Kariadi dengan
total DDD/100 patient-days sebesar 39,4. Antibiotika dengan nilai DDD terbesar
adalah seftriakson dengan DDD/100 patient-days sebesar 10,6 (Febiana, 2012).
Penelitian serupa juga dilakukan di RSUP Dr. Soetomo Surabaya pada pasien
anak di bagian hematologi dan onkologi dengan total nilai DDD/100 patient-days
sebesar 15,47. Antibiotika dengan nilai DDD terbesar adalah ampisilin -
sulbaktam dengan nilai DDD/100 patient-days sebesar 8,09 (Andarsini, 2011).
Namun nilai DDD/100 patient-days pada penelitian ini (di bangsal INSKA
II RSUP Dr. Sardjito) nilainya lebih rendah apabila dibandingkan dengan
penelitian serupa yang dilakukan di Hospital Infantile de Mexico yang dilakukan
pada tahun 2005 dan 2006 dengan total nilai DDD pada tahun 2005 sebesar 89,91
dan pada tahun 2006 sebesar 93,88. Antibiotika dengan nilai DDD terbesar adalah
golongan β-Laktam dengan nilai DDD sebesar 36,0 pada tahun 2005 dan 30,44
pada tahun 2006 (Gutièrrez dan Preciado, 2010). Penelitian serupa juga dilakukan
di rumah sakit anak di Cina pada tahun 2002 dengan total nilai DDD masing –
masing untuk tiga rumah sakit yang diteliti sebesar 105,6; 97,7; dan 80,5 (Zhang
et al., 2008). Penelitian lainnya juga dilakukan di Irlandia di beberapa rumah sakit
antara lain rumah sakit Adelaide & Meath & National Children Hospital dan
Children’s University Hospital pada tahun 2010 dan 2011. Nilai DDD yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
didapatkan untuk masing – masing rumah sakit tersebut pada 2010 dan 2011
adalah 95,2 ; 91,8 dan 68,8 ; 82,3 (HPSC, 2011).
Berdasarkan hasil perhitungan DDD/100 patient-days diketahui ada
beberapa antibiotika yang memiliki nilai DDD/100 patient-days lebih tinggi
daripada standar nilai DDD yang telah ditetapkan oleh WHO antibiotika tersebut
antara lain: ampisilin, amoksisilin, sefotaksim, seftriakson, sefiksim, azitromisin,
gentamisin dan siprofloksasin (oral). Ketika kuantitas penggunaan antibiotika
yang dinyatakan dalam nilai DDD lebih tinggi dan tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan pada nilai standar DDD WHO hal ini menandakan bahwa
peresepan dan penggunaan antibiotika pada pasien kemungkinan tidak selektif
sehingga dikhawatirkan akan banyak ditemui peresepan dan penggunaan
antibiotika yang tidak tepat indikasi sehingga hal ini akan berpengaruh pada
kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien, terutama pada kerasionalan
pada ketepatan indikasi (Laras, 2012). Tingginya beberapa nilai DDD/100 patient-
days untuk beberapa jenis antibiotika yang melebihi nilai standar WHO
menandakan bahwa kemungkinan masih terdapat ketidakrasionalan penggunaan
antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito
selama periode Januari – Juni 2013.
Selain dikarenakan adanya kemungkinan penggunaan antibiotika yang
tidak tepat indikasi sehingga menyebabkan penggunaannya berlebihan, tingginya
nilai DDD beberapa jenis antibiotika yang melebihi nilai standar DDD WHO,
juga menjadi prediksi awal akan adanya kemungkinan pemberian antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dengan dosis yang berlebihan. Tingginya nilai DDD dipengaruhi oleh jumlah (g)
pemakaian antibiotika ditentukan oleh banyaknya dosis yang dipakai oleh pasien
selama pasien menjalani rawat inap. Apabila dosis diberikan berlebihan maka
nilai DDD akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai standar yang
telah ditetapkan (WHO, 2012). Tingginya beberapa nilai DDD dari beberapa jenis
antibiotika yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan
terdapat pemberian antibiotika dengan dosis yang berlebihan pada pasien anak
rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013.
Pada penelitian ini, meningkatnya jumlah (g) penggunaan antibiotika, juga
diduga disebabkan oleh pemakaian frekuensi aturan pakai yang diberikan yang
kebanyakan lebih dari 1x sehari. Tingginya jumlah (g) penggunaan antibiotika
dikhawatirkan akan menyebabkan tingginya nilai DDD hingga dapat melebihi
standar WHO terutama untuk antibiotika yang sering menggunakan aturan
pemakaian >1x sehari. Dugaan ini didukung dengan hasil yang didapatkan pada
penelitian ini, dimana beberapa antibiotika yang pemakaiannya pada penelitian ini
cenderung memiliki aturan pemakaian yang >1x sehari. Pada penelitian ini
beberapa antibiotika yang nilai DDD-nya melebihi standar WHO yaitu antibiotika
sefotaksim, seftazidim, amoksisilin dan sebagian besar ampisilin memiliki aturan
pemakaian 3x sehari. Sementara untuk antibiotika lain yang nilainya melebihi
standar WHO yakni, siprofloksasin (oral), gentamisin, azitromisin dan sefiksim
memiliki aturan pemakaian 2x sehari. Selain frekuensi pemakaian lama
penggunaan antibiotika juga turut mempengaruhi nilai DDD yang didapatkan.
Pada penelitian ini masih banyak terdapat lama penggunaan antibiotika yang lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penggunaannya bisa sampai berminggu-minggu (lebih dari 1 minggu) hal ini turut
membuat jumlah gram penggunaan antibiotika meningkat karena semakin lama
penggunaan maka semakin banyak pula antibiotika yang dikonsumsi sehingga
menyebabkan jumlah gram penggunaan antibiotika meningkat sehingga turut
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai DDD yang dihasilkan.
Evaluasi penggunaan dengan metode DDD tidak dapat secara penuh
menggambarkan kerasionalan penggunaan antibiotika. Hasil yang didapat dari
nilai DDD memberikan perkiraan akan adanya ketidakrasionalan penggunaan
antibiotika (dalam hal ini parameter kerasionalan yang dapat diperkirakan adalah
tepat indikasi dan tepat dosis). Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
parameter-parameter rasionalitas penggunaan antibiotika yang lain (tepat
penderita, tepat obat dan waspada ESO) agar rasionalitas penggunaan antibiotika
dapat digambarkan secara penuh.
Nilai DDD yang diperoleh tidak dapat secara tepat menilai ketepatan
indikasi dan dosis. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
ketepatan indikasi serta ketepatan penggunaan dosis antibiotika pada pasien anak.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan perbandingan nilai DDD dengan
nilai Prescribed Daily Dose (dosis aktual yang dipakai tiap harinya) sehingga
dapat diketahui apakah sebenarnya terdapat ketidaktepatan dosis pemakaian pada
pasien anak (WHO, 2012). Pencocokan lebih lanjut antara diagnosis yang
diterapkan dengan antibiotika yang diberikan serta pertimbangan terhadap kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
klinis pasien, dapat dilakukan sehingga dapat diketahui keadaan sebenarnya dari
ketepatan indikasi pemberian antibiotika.
Pada penelitian ini terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
kuantitas penggunaan antibiotika diantaranya lama rawat dan aturan pemakaian.
Selain kedua faktor tersebut perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien
anak rawat inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari –
Juni 2013.
Pada penelitian ini ampisilin merupakan antibiotika dengan nilai DDD/100
patient-days tertinggi dan paling banyak digunakan selama periode Januari – Juni
2013. Golongan penisilin (ampisilin, amoksisilin, diklosasilin, sultamisilin)
merupakan golongan antibiotika dengan nilai DDD/100 patient-days tertinggi
dimana tercatat ada 2 jenis antibiotika pada golongan ini dengan nilai DDD/100
patient-days lebih tinggi daripada standar WHO yaitu ampsilin dan amoksisilin.
Tingginya pemakaian ampisilin dan golongannya kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut ini.
Pertama, ampisilin dan golongannya merupakan antibiotika dengan
aktivitas/spektrum luas. Selain aktivitasnya pada bakteri gram positif, ampisilin
juga aktif terhadap beberapa mikroorganisme gram negatif seperti Haemophilus
influenza, Escheria coli, dan Proteus mirabilis sehingga ampisilin dan
golongannya banyak dipilih sebagai first line theraphy dan terapi empiris untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
berbagai jenis penyakit infeksi (Komite Medik RS Dr. Sardjito, 2005; Permenkes
RI, 2011).
Kedua, ampisilin merupakan salah satu first line therapy untuk kasus
pneumonia pada semua usia, mengingat tingginya angka kejadian pneumonia
sebagai penyakit utama dan ditemui juga beberapa kasus pneumonia pada
penyakit penyerta (lihat tabel II dan III) yang terjadi selama periode penelitian
sehingga penggunaan ampisilin juga banyak ditemui (BTS Committee, 2002).
Ketiga, ampisilin memiliki toksisitas yang rendah, harga lebih murah,
kemungkinan terjadinya kolonisasi organisme yang resisten serta komplikasi
candida rendah. Hal ini menyebabkan ampisilin banyak dipilih sebagai pilihan
utama terapi (Resse, Beets, dan Gumustop, 2000).
Tetapi pada perkembangannya banyak kasus resistensi terhadap ampisilin
dan golongan penisilin lainnya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa terjadi
resistensi terhadap penisilin dan tetrasiklin pada beberapa wilayah di Indonesia
dengan persentase hampir mendekati 100%. Temuan ini membuat golongan
penisilin perlahan mulai ditinggalkan sebagai terapi lini pertama banyak klinisi
yang beralih pada golongan sefalosporin yang dianggap mampu bertahan
melawan bakteri/kuman yang menimbulkan problem resistensi (Ieven et al., 2003;
Tjaniadi et al., 2003).
Golongan sefalosporin generasi ketiga merupakan golongan yang paling
banyak digunakan dengan total penggunaan 177 kali (28.3%) walaupun nilai
DDD/100 patient-days lebih rendah daripada golongan penisilin, tetapi ada 3 jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
antibiotika pada golongan ini dengan nilai DDD/100 patient-days yang melebihi
standar DDD yang telah ditetapkan WHO yaitu sefotaksim, seftriakson dan
sefiksim dengan nilai DDD/100 patient-days masing-masing sebesar 4,04; 3,79;
dan 0,52. Menurut Bueno et al. (2009) seftazidim, seftriakson, dan sefotaksim
merupakan 3 jenis antibiotika parenteral golongan sefalosporin yang paling
banyak digunakan pada anak, serta untuk antibiotika oral golongan sefalosporin
generasi ketiga yang paling banyak digunakan pada anak adalah sefiksim. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang didapat dimana keempat jenis antibiotika
tersebut merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga yang sering
dipakai.
Terdapat beberapa alasan mengapa golongan sefalosporin generasi ketiga
lebih banyak digunakan pada pasien anak, sesuai dengan temuan pada penelitian
ini dan penelitian Bueno et al. (2009), dibandingkan dengan golongan penisilin.
Golongan sefalosporin generasi ketiga selain memiliki aktivitas/spektrum yang
lebih luas dibandingkan golongan penisilin karena sefalosporin generasi ketiga
selain memiliki aktivitas untuk melawan infeksi bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif juga memiliki aktivitas yang lebih kuat dalam melawan Enterobacteriae
dibandingkan dengan generasi keduanya, lalu sefalosporin generasi ketiga juga
aktif melawan penicillin nonsusceptible S pneumonia, Haemophilus, Neisseria,
Moraxella spp. Golongan sefalosporin karena spektrumnya yang luas dapat
digunakan sebagai terapi empiris dari berbagai jenis infeksi sehingga sefalosporin
generasi ketiga banyak digunakan untuk menggantikan penisilin dan golongannya
sebagai first line theraphy (Bueno et al., 2009; Pradipta, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Selain itu generasi ketiga sefalosporin aktif terhadap strain yang
memproduksi enzim beta-laktamase (resisten terhadap penisilin). Enzim beta
laktamase merupakan enzim yang dapat memecah cincin beta laktam sehingga
terbentuk produk tidak aktif dari antibiotika dan menyebabkan antibiotika tidak
dapat bekerja (Wattimena et al, 1991). Banyaknya kasus resistensi terhadap
golongan penisilin (tidak tahan terhadap degradasi enzim beta laktamase)
menyebabkan golongan sefalosporin digunakan sebagai first line therapy sebagai
alternatif pilihan utama terapi selain penisilin.
Pada penelitian ini banyak ditemui penggunaan antibiotika golongan
aminoglikosida dimana antibiotika golongan aminoglikosida menempati urutan
ketiga antibiotika yang sering digunakan setelah golongan sefalosporin dan
penisilin dengan persentase sebesar 17,28%. Hasil perhitungan nilai DDD/100
patient-days menunjukkan bahwa antibiotika gentamisin memiliki nilai total nilai
DDD sebesar 3,70 jauh dari standar nilai DDD yang ditetapkan WHO yaitu 0,24.
Menurut Bueno (2009), antibiotika dari golongan aminoglikosida merupakan
antibiotika yang memiliki spektrum luas dan merupakan antibiotika pilihan yang
digunakan terutama untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram
negatif, seperti E. coli, Salmonella spp., Shigella spp., Enterobacter spp.,
Citrobacter spp., Acinetobacter spp., Proteus spp., Klebsiella spp., Serratia spp.,
Morganella spp., Pseudomonas spp., dan mikobakteria. Pada penggunaan terapi,
antibiotika golongan ini jarang berdiri sendiri biasanya dikombinasikan dengan
antibiotika golongan penisilin untuk menangani penyakit infeksi seperti
pneumonia, ISK dan sepsis yang banyak terjadi selama periode penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
biasanya disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Pada penggunaan monoterapi
antibiotika golongan ini akan sama efektifnya dengan penggunaan kombinasi apa
bila digunakan untuk menangani penyakit infeksi pada wilayah yang tingkat
resistensinya terhadap antibiotika rendah (Lovering dan Reeves, 2010). Akan
tetapi tingginya kasus resistensi yang terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia
(Ieven et al., 2003; Tjaniadi et al., 2003) membuat penggunaan antibiotika
golongan ini lebih sering ditemukan dalam penggunaan kombinasi. (Hardman et
al., 2012). Banyaknya kejadian penyakit infeksi yang diduga karena infeksi
bakteri Gram negatif membuat jumlah penggunaan antibiotika golongan ini
menjadi lebih tinggi.
Antibiotika gentamisin merupakan antibiotika yang paling sering
digunakan serta memiliki nilai DDD lebih besar dibandingkan standar WHO
dibandingkan dengan amikasin dan netilmisin pada golongan yang sama.
Tingginya penggunaan gentamisin disebakan karena untuk sebagian besar indikasi
gentamisin relatif lebih banyak disukai sebagai first line theraphy untuk
menangani kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif dibandingkan
dengan netilmisin dan amikasin (Lovering et al., 2010). Selain itu harga dari
antibiotika gentamisin apabila dibandingkan dengan amikasin dan netilmisin jauh
lebih murah sehingga klinisi dan pasien lebih sering memilih gentamisin untuk
digunakan dalam terapi (Hardman et al., 2012).
Dalam penelitian ini banyak ditemui penggunaan antibiotika golongan
flourokuinolon antara lain siprofloksasin, ofloksasin dan levofloksasin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Berdasarkan perhitungan nilai DDD/100 patient-days, golongan flourokuinolon
menempati urutan kelima dengan nilai DDD sebesar 1,90 yang artinya konsumsi
untuk antibiotika golongan ini dapat dikatakan cukup tinggi terutama
siprofloksasin oral yang nilai DDD/100 patient-days lebih tinggi dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO. Menurut Bueno et al. (2009)
golongan flourokuinolon merupakan antibiotika yang memiliki spektrum yang
luas serta memiliki aktivitas yang kuat dalam menghambat bakteri Gram-positif
termasuk penicillin nonsusceptible pneumococci dan methicilin nonsusceptible
Staphylococcus aureus (MRSA). Golongan florokuinolon juga aktif dalam
menangani bakteri Gram-negatif seperti Enterobacteriae, Moraxella catarrhalis,
beta-lactamase-producing H. influenza, Shigella spp., Salmonella spp., dan
Neisseria spp. Pada umumnya antibiotika golongan flourokuinolon
penggunaannya dikontra-indikasikan untuk pasien anak. Hal ini terkait dengan
efek samping merugikan yang ditimbulkan yaitu artropati sendi (Brunton et al.,
2008; Hardman et al., 2012).
Akan tetapi penelitian terhadap anak-anak dengan fibrosis kistik yang
diberikan antibiotika siprofloksasin memiliki gejala sendi yang reversibel
sehingga manfaat dari penggunaannya dianggap lebih besar dari pada resiko yang
ditimbulkan (Brunton et al., 2008). Oleh karena itu dalam penggunaannya pada
anak, siprofloksasin adalah satu-satunya antibiotika golongan florokuinolon yang
diperbolehkan penggunaannya pada anak pada kasus-kasus dimana golongan
flourokuinolon (siprofloksasin) merupakan antibiotika pilihan seperti pada kasus
komplikasi dari infeksi saluran kemih, pyelonephritis, dan terapi untuk inhalation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
anthrax. Sementara untuk anggota lain golongan fluorokuinolon pemakaiannya
tidak disetujui untuk anak (Bueno et al., 2009).
Dalam penelitian ini ditemui adanya penggunaan dua antibiotika golongan
fluorokuinolon selain siprofloksasin yaitu levofloksasin dan ofloksasin dengan
persentase penggunaan masing-masing 0,2% dan nilai DDD 100 patient-days
sebesar 0,08 untuk levofloksasin dan 0,01 untuk ofloksasin. Penelitian yang
dilakukan oleh Nufus (2012), menyebutkan bahwa levofloksasin merupakan
antibiotika yang efektif pada penyakit infeksi saluran napas, infeksi saluran
kemih, dan infeksi kulit. Levofloksasin aman digunakan untuk orang dewasa
dengan perhatian khusus terhadap fungsi ginjal terkait dengan metabolismenya
yang terbatas dan levofloksasin juga diekskresi secara utuh melalui urin. Akan
tetapi penggunaannya tidak perbolehkan pada anak-anak. Hal ini terkait dengan
efek samping yang ditimbulkan akibat dari penggunaan antibiotika jenis ini pada
pasien anak antara lain gangguan muskuloskeletal seperti atralgia, atritis,
tendonopati serta dapat menimbulkan gangguan berjalan pada anak (Nufus, 2012).
Pada beberapa kasus ditemui adanya penggunaan obat generasi keempat
sefalosporin yaitu sefepim dengan persentase sebesar 0.3%. Sefepim merupakan
antibiotika yang bekerja efektif untuk menghambat bakteri gram positif termasuk
methicilin-susceptible Staphylococcus aureusdan α-haemolitic streptococci.
Selain itu sefepim juga memiliki aktivitas paling baik untuk melawan bakteri
penicillin-resistant pneumococcus diantara golongan sefalosporin lainnya.Sefepim
disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1997. Food and Drugs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Administration (FDA) menyetujui penggunaan antibiotika ini pada anak yang
berusia diatas 2 bulan untuk terapi empiris dari demam neutropenia, infeksi pada
kulit dan jaringan lunak, pneumonia, serta infeksi saluran kencing. Akan tetapi
penggunaan sefepim belakangan ini telah dilarang dan tidak disetujui oleh FDA
untuk digunakan baik pada anak maupun orang dewasa terkait dengan beberapa
efek samping seperti sakit kepala, gangguan pada pencernaan, reaksi alergi dan
gatal-gatal serta beberapa efek samping serius yang ditimbulkan seperti
ensefalopati dan kejang-kejang. Dewasa ini penggunaan sefepim pada anak dan
orang dewasa harus benar-benar mempertimbangkan risk and benefit terapi untuk
sefepim terutama di indikasikan sebagai terapi empiris pengobatan demam
neutropenia (Bueno et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal
penting sebagai berikut :
1. Penyakit utama yang paling banyak ditemui adalah pneumonia dengan
persentase sebesar 20,9%. Untuk penyakit penyerta yang paling banyak
ditemui adalah diare dengan persentase sebesar 6,7%.
2. Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah ampisilin dengan
persentase penggunaan sebesar 13,9%. Golongan antibiotika yang paling
banyak digunakan adalah golongan sefalosporin generasi ketiga dengan
persentase penggunaan 28,3%. Rute pemakaian yang paling banyak
digunakan adalah intravena dengan persentase penggunaan 76,4%. Bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan adalah injeksi dengan persentase
penggunaan sebesar 76,4%. Aturan pemakaian yang paling sering ditemui
adalah aturan pemakaian 3x sehari dengan persentase sebesar 41,4%. lama
pemakaian antibiotika yang paling sering ditemui adalah lama pemakaian
1-5 hari dengan persentase sebesar 55,0%.
3. Antibiotika dengan nilai DDD 100 patient-days yang paling tinggidan
melebihi standar nilai DDD adalah ampisilin dengan nilai DDD/100
patient-days sebesar 10,33. Antibiotika lain yang memiliki nilai DDD
lebih besar daripada standar WHO adalah : amoksisilin, sefiksim,
sefotaksim, seftrakson, siprofloksasin (oral), azitromisin, dan gentamisin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta kesimpulan yang
didapatkan maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat
inap di bangsal INSKA II RSUP Dr. Sardjito.
2. Perlu adanya penelitian kualitatif mengenai antibiotika yang nilainya
melebihi standar yang ditetapkan WHO.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai parameter-parameter
rasionalitas penggunaan obat yang yakni : tepat indikasi, tepat penderita,
tepat obat, tepat dosis dan waspada ESO.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
DAFTAR PUSTAKA
Ambariyah, N., Evaluasi Tentang Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Pediatri
Dengan Keganasan Hematologi yang Mengalami Demam Neutropenia
Selama Kemoterpai di Instalasi Kesehatan Anak RSUP.Dr. Sardjito
Yogyakarta, Tesis, 12, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Andarsini, M., 2011, Antibiotic Resistance Control Program (ARCP) Improving
Antibiotic Use in Pediatrics Hematology and Oncology Patients at Dr.
Soetomo Hospital in 2006 and 2008, Folia Medica Indonesiana, No. 4,
47:203-206.
Bari, S., B., Mahajan, B., M., Surana, S., J., 2008, Resistance to Antibiotics : A
Challenge in Chemotherapy, Indian Journal of Pharmaceutical Education
and Research, 10:97-123.
Bauchner H., Pelton S.I., Klein J.O., 1999, Parents, Physicians, and Antibiotic
Use,Pediatrics, 103:395–402.
Bergman, U., Risinggard, H., Palcevski, W., Ericson, O., 2004, Use Antibiotics at
Hospital in Stockholm: a Benchmarking Project Using Internet,
Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 3:465-471.
Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal, P,.2009,Antibiotic Resistance A global
Issue of Concern, Asian journal of pharmaceutical and clinical research,
No. 2, 2 :34-37.
British Thoracic Society of Standards Committee, 2002, British Thoracic Society
for Management of Community Acquired Pneumonia in Childhood,
Thorax, 89 : 100-110.
Brunton et al., 2010, Goodman &Gilman : Manual Farmakologi dan Terapi,
diterjemahkan oleh Sukandar, Y., E., et al., hal. 671-690 , ECG, Jakarta.
Bueno, S.C. and Stull, T.L., 2009, Antibacterial Agents in Pediatrics, Infect Dis
Clin N Am, 23 : 865–880.
Coyle, E., A., Prince, R., A., 2005, Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic
Approach, 6th
ed., McGraw-Hill, USA, pp. 2088.
Darmansjah, I., 2008, Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak, Maj Kedokt
Indon, No. 10, 58:368-369.
Departemen Kesesehatan RI, 2011, Profil Kesehatan Indonesia 2010,
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESI
A_2010.pdf, diakses tanggal 24 Maret 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Deshpande, J. D., Joshi, M., 2011,Antimicrobial Resistance : The Global Public
Health Challenge, International journal of student research, No.2, 1:41.
Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta, 2012, Profil Kesehatan Provinsi D. I.
Yogyakarta Tahun 2011, http://dinkes.jogjaprov.go.id/files/7e804-Profil-
DIY-2011.pdf, diakses tanggal 24 Maret 2013.
Dorland, W.A., Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 28, diterjemahkan oleh
Mahode, A.A. dan Rachman, L.Y., hal.68, Penerbit Buku Kedokteran
ECG, Jakarta.
Drlica, K., and Perlin, I., 2011, Antibiotics Resistance: Understanding and
Responding to an Emerging Crisis, Pearson Education Inc., New Jersey,
pp.1-2.
Farida, H., Herawati, Hapsari, M., Notoatmojo, H., Hardian, 2008, Penggunaan
Antibiotik Secara Bijak untuk Mengurangi Resisten Antibiotik, Sari
Pediatri, Vol. 10, 1:24-35.
Febiana, T., 2012, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak
RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011, Skripsi,
61, Universitas Diponegoro, Semarang.
Finch, R., G., 2010, Antibiotic and Chemotheraphy, 9th
ed., Elsevier, United
Kingom, pp. 112.
Gold, H., S., Mollering, R., C., 1996, Antimicrobial Drug Resistance, New
England J Med, 335:1445-53.
Grahame-Smith, D., G., Aronson, S., K., 1985, Oxford Textbook of Clinical
Pharmacology and Drug Therapy, Oxford University Press, Oxford,
pp.55.
Gunawan, S., G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth, (Ed), 2007, Farmakologi
dan Terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal.585-595.
Gutiérrez, L., J., Preciado, J., S., Use of Defined Daily Doses per 100 bed-days for
Measuring Consumption of Antiinfectives in a Pediatric Hospital, Am J
Health-Syst Pharm, Vol 67, 1: 14-15.
Hadi, U., Deurink, D.O., Lestari, E.S., Nagelkerke, N.J., Werter, S., Keuter, M., et
al, 2008, Survey of Antibiotic Use of Individual Visiting Public
Healthcare Facilities in Indonesia,
https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/13822/03.pdf?sequ
ence=4, diakses tanggal 20 Maret 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Hakim, L., 2012, Farmakokinetik Klinik, Bursa Ilmu, Yogyakarta, hal.78.
Hapsari, M., et al, 2006, Penurunan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak
Dengan Demam, Sari Pediatri, Vol. 8, 1: 16-24.
Hardman, J., G., Limbird, L., E., 2012, Goodman and Gilman Dasar Farmakologi
Terapi, Edisi 10, diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi
ITB, ECG, Jakarta, hal.1117
Health Protection Surveillance Centre (HPSC), 2011, Hospital Antimicrobial
Consumption Report (2011), www.hpsc.ie , diakses tanggal 17 Desember
2013.
Hurlock, E., B., 1994, Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan), Erlangga, Jakarta, hal. 190.
Ieven, M., Van Loorven, M., Sudigdoadi, S., Rosana, Y., Goossens, W.,
Lammens, C., et al, 2003, Antimicrobial Suspectibilities of Neisseria
gonorrhoeae Strains Isolated in Java, Indonesia, Sex Trans Dis, 30 : 25-
30.
Jankgent, R., Lashof, A.O., Gould, I.M., Van der Meer, J.W.M., 2000,
Antibiotic Use in Dutch Hospital 1991-1996, J. Antimicrob.
Chemother, 45:251-256.
Jawetz, E., 1997, Principle of Antimicrobial Drug Action. Basic and Clinical
Pharmacology, Third Edition, Appleton and Lange, Norwalk, pp.95-100.
Kakkilaya, S., Rational Medicine: Rational Use of Antibiotics,
http://www.rationalmedicine.org/antibiotics.htm., diakses tanggal 14 April
2013.
Kee, J., L., Hayes, E., R., 1996, Pharmacology : A Nursing Process Approach,
Buku Kedokteran ECG, Jakarta, hal. 324-327.
Kementrian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi
Antibiotik,
http://xa.yimg.com/kq/groups/19205602/673695703/name/Pedo
man+Pelayanan+Kefarmasian+untuk+terapi+antibiotik.pdf, diakses
tanggal 16 Maret 2013.
Komite Medik RS Dr. Sardjito, 2005, Standar Pelayanan Medis RS Dr. Sardjito,
Edisi III, MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, hal. 1-
280.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Laras, N., W., Kuantitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Bedah dan Obsgin
RSUP DR. Kariadi setelah Kampanye PP-PPRA, Skripsi, 12, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Leekha, S., Terrel, C.L., Edson, R.S., 2011, General principles of antimicrobial
therapy, Mayo Clinic Prooceedings, 86 (2), 156 –167.
Lestari, W., Almahdi, A., Zubir, N., Darwin, D., 2011, Studi Penggunaan
Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di
Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.M.Djamil Padang, Laporan
Penelitian, Fakultas Farmasi Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Lovering, A., M., Reeves, D., S., 2010, Antibiotic and Chemotheraphy, 9th
ed.,
Elsevier, United Kingdom, pp. 150-153.
Martin, S., Jung, R., 2005, Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach, 6th
ed., McGraw-Hill, USA, pp. 2035-2038.
Meer, J.W.M Van der, Gyssens, I.,C., 2003, Quality of Antimicrobial Drug
Prescription in Hospital,
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1469- 0691.7.s6.3.x/pdf,
diakses tanggal 17 November 2013.
Nouwen, JL., 2006, Controlling Antibiotic Use and Resistence, Clin. Infect.
Dis, 42:776-777.
Nufus, H., 2012, Profil Efikasi dan Keamanan Levofloksasin, Jurnal Medika
Indonesia, No. 5, 38: 449.
Peraturan Menteri Kesehatan, 2011, Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika,
http://www.binfar.depkes.go.id/dat/Permenkes_Antibiotik.pdf, Diakses
tanggal 17 September 2013.
Peterson, L., R., Squeezing the antibiotics balloon : The impact of antimicrobial
classes on emerging resistance,The Feinberg School of Medicine, North
Western University, USA.
Pradipta, I., S., 2009, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Sepsis di
Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode September-November 2008, Tesis, 12, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Pradipta, I., S., Febriana, E., Ridwan, M., H., Ratnawati, R., 2012, Identifikasi
Pola Penggunaan Antibiotik Sebagai Upaya Pengendalian Resistensi
Antibiotik, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, No. 1, 1: 12-18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Reed, M., D., Glover, M., L., 2005, Pharmacotheraphy : A Pathophysiology
Approach, 6th
ed., McGraw-Hill, USA, pp. 1949-1960.
Reese, R., E., Beets, R., Gumustop, B., 2000, Handbook of Antibiotics, 3rd
edition,
Lippicont Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 861.
Shea, K. Florini, K. and Barlam, T., 2001, When Wonder Drugs Don’t Work:
How Antibiotic Resistance Threatens Children, Seniors, and the Medically
Vulnerable, http://www.environmentaldefense.org, diakses tanggal 01 Mei
2013.
Siwi, S., U., 2012, Analisis Penggunaan Antibiotik Pada Terapi Demam Tifoid
Pasien Rawat Inap di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Pada Tahun 2010
dan 2011 Dengan Metode ATC/DDD, Tesis, 1-12, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta.
Subekti, D., S., Lesmana, M., Tjaniadi, P., Machpud, N., Sriwati, Sukarma, et al,
2003, Prevalence of Enterotoxic Escheria coli (ETEC) in Hospitalized
Acute Diarrhea Patients in Denpasar, Bali, Indonesia, Diagn Microbiol
Infect Dis, 47 : 399-405.
Suharjono, Yuniati, T., Sumarno, Semedi, S., J., 2009, Studi Penggunaan
Antibiotika Pada Penderita Rawat Inap Pneumonia (Penelitian di Sub
Departemen Anak Rumkital Dr. Ramelan Surabaya), Majalah Ilmu
Kefarmasian, No. 1, 3 : 142-155.
Tjaniadi, P., Lesmana, M., Subekti, D., Machpud, N., Komalarini, S., Santoso,
W.,et al, 2003, Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens
Associated with Diarrheal Patient in Indonesia, Am J Trop Med Hyg,
68: 666-670.
Tripathi, K.D., 2003, Antimicrobial Drugs : General Consideration, Essential of
Medical Pharmacology, Fifth edition, Jaypee brothers, New Delhi, pp.667.
Utami, E., R., 2012, Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi, Saintis, Vol.
1, 1:125-126.
Wattimena, J., R., et al., 1991, Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, hal. 54.
World Health Organization, 2001, Global Strategy for Containment of
Antimicrobial Resistence,
http://www.who.int/drugresistance/WHO%20Global%20Strategy%20-
%20Executive%20Summary%20-%20English%20version.pdf, diakses
tanggal 16 April 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
World Health Organization, 2003, Introduction to Drug Utilization Research,
http://www.whocc.no/filearchive/publications/drug_utilization_research.p
df, diakes tanggal 16 Maret 2013.
World Health Organization, 2012, Guidelines for ATC Classification and DDD
Assignment 2013,
http://www.whocc.no/filearchive/publications/1_2013guidelines.pdf,
diakses tanggal 16 Maret 2013.
Zhang, E., Shen, X., Wang, Y., et al., 2008, Antibiotic use in five children’s
hospitals during 2002-2006 : the impact of antibiotic guidelines issued by
the Chinese Ministry of Health, Pharmacoepidemiol Drug Saf. 17:306-
11.
Yuniftiadi, F., 2010, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Intensive Care
Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Juli – Desember 2009, Skripsi,
3, Universitas Diponegoro, Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 1. Perhitungan sampel dengan menggunakan software Sample Size
Calculator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2. Lembar/Form data dasar pasien
No.
No. RM
Nama Umur Jenis
Kelamin Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
Dx Utama
Dx Penyerta
Tujuan Keluar
Riwayat
Lampiran 3. Lembar data/form penggunaan antibiotika
No. Nama
Antibiotika
Dosis
Antibiotika
(g)
Rute
Pemakaian
Aturan
Pemakaian
Jumlah
Pemakaian
(g)
Total
Pemakaian
(g)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari RSUP Dr. Sardjito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 5. Ethical clearence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 6. Uraian lengkap data lama rawat inap pasien anak di bangsal INSKA
II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
Januari Februari April Maret Mei Juni
2 2 2 3 2 2
3 2 2 4 3 2
3 2 3 4 3 2
3 3 3 4 3 3
3 3 3 4 3 3
4 3 3 4 3 3
4 4 3 5 3 4
4 4 4 5 3 4
4 4 4 5 3 4
4 4 4 5 4 4
4 5 4 6 4 5
4 6 5 6 4 5
5 6 6 6 4 5
5 6 6 6 4 6
6 6 6 6 5 6
6 6 6 6 5 6
7 7 6 7 5 6
7 7 7 7 5 7
8 7 8 7 6 7
8 8 8 8 6 7
8 8 8 8 7 7
9 10 9 8 8 8
9 10 9 10 8 8
9 10 9 10 8 9
9 10 10 10 9 9
9 11 11 10 9 10
9 11 11 10 9 10
10 12 12 11 9 11
10 12 12 11 10 12
11 12 12 11 10 12
11 13 12 11 10 12
11 13 13 12 11 14
12 14 13 14 11 14
12 14 13 14 12 14
15 15 13 16 13 15
16 15 17 17 14 16
16 18 24 18 15 17
17 19 25 19 20 18
17 21
20 25 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 6. Uraian lengkap data lama rawat inap pasien anak di bangsal INSKA
II RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013
33 25 31 20 27 34
42 28 35 24 28
373
389
396
42 28 39
434 31 47
451 437
total LOS 2480
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 7. Distribusi penyakit utama pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=106)
ISK 6 2.4
Meningitis Bakterial 6 2.4
Nasofaringitis 6 2.4
Bronkiolitis 5 2.0
Demam Neutropenia 5 2.0
Megacolon 5 2.0
Sepsis 5 2.0
Tuberkolosis Paru 4 1.6
Artesia Bilier 3 1.2
Asma 3 1.2
Demam Tifoid 3 1.2
Epilepsi 3 1.2
Asfiksia Neonatal 2 0.8
Gagal Ginjal Terminal 2 0.8
Ileus Functional Post Sygumbidostomi 2 0.8
Imunodefisiensi 2 0.8
Obstruktif Hidrosefalus 2 0.8
Abses Koli 1 0.4
Adenocarcinoma Testis 1 0.4
Anemia 1 0.4
Apenditis 1 0.4
Bronkestasis 1 0.4
Sellulitis 1 0.4
Cerebral Palsy Spastik 1 0.4
Cerebritis Parietal Occipital Bilateral 1 0.4
Kolangitis susp. 1 0.4
Diabetes Melitus Tipe 1 1 0.4
Hepatitis 1 0.4
Efusi Paru 1 0.4
Fatty Liver Disease 1 0.4
Fistula Sodostomi 1 0.4
Fistula Oronasal 1 0.4
Gagal Ginjal Akut 1 0.4
Gagal Jantung 1 0.4
Hipertropic Obstructive Cardiomyopathy 1 0.4
HIV 1 0.4
Kelahiran diluar rumah sakit 1 0.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 7. Distribusi penyakit utama pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=106)
Meconium 1 0.4
Nekrosis kulit 1 0.4
Neonatal Jaudince 1 0.4
Neuroblastoma 1 0.4
Neurogenic Bladder 1 0.4
Obstructive Sleep Apnea 1 0.4
Obstruksi Uropati 1 0.4
Otitis Media Supuratif 1 0.4
Paralitic Ileus 1 0.4
Penyakit Paru Kronis 1 0.4
Persisten Ductus Arteriosus 1 0.4
Pertusis Klinis 1 0.4
Sindrom Mukutan Limpa 1 0.4
Sindroma Lupus Eritromatus (SLE) 1 0.4
Stenosis Pilori 1 0.4
suspect NHL 1 0.4
suspek Demam Tifoid 1 0.4
Teratoma Retroabdomen 1 0.4
Tonsilfaringitis Akut 1 0.4
Ureterolitis 1 0.4
Varises Esofagus 1 0.4
Vesicoureteral Reflux 1 0.4
Total 106 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 8.Distribusi penyakit penyerta pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=339)
Hipertensi 13 2.3
Nasofaringitis 11 2.0
Kelahiran dengan Persalinan Caesar 10 1.8
Cytitis 9 1.6
Epilepsy 9 1.6
Kemoterapi 9 1.6
Atrial Septal Defect 8 1.4
Hipoalbuminia 7 1.3
Kelahiran Spontan di Rumah Sakit 7 1.3
Kelahiran Spontan diluar Rumah Sakit 7 1.3
Stomatitis 7 1.3
Asma 6 1.1
Cerebral Palsy Spastik 6 1.1
Down Syndrome 6 1.1
Infeksi CMV 6 1.1
Kegagalan Tumbuh Kembang 6 1.1
Phimosis 6 1.1
Asfiksia Neonatal 5 0.9
Demam dengan Kejang 5 0.9
Diaper Rash 5 0.9
Malignant Neoplasm 5 0.9
Underweight 5 0.9
Bayi Lahir dengan BB Rendah (BLBR) 4 0.7
Bayi Lahir Prematur 4 0.7
Edema Paru 4 0.7
Gastrointestinal hemoragie 4 0.7
Hidrosefalus 4 0.7
Hipoglikemia Neonatal 4 0.7
Hipokalemia 4 0.7
Keterbelakangan Mental 4 0.7
Omphalitis 4 0.7
Ventricular Septal Defect 4 0.7
Acute Kidney Injury 3 0.5
Atropi Cerebri 3 0.5
Candidasis 3 0.5
Dehidrasi 3 0.5
Efusi Paru 3 0.5
Hidrocele 3 0.5
Laringomalacia 3 0.5
Patent Ductus Arteriosus 3 0.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 8.Distribusi penyakit penyerta pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=339)
Stunted 3 0.5
Abses Bukal 2 0.4
Apnea 2 0.4
Bilirubinemia Indirect 2 0.4
Developmental Delay 2 0.4
Edema Laring 2 0.4
Halusinasi 2 0.4
Hepatoblastoma 2 0.4
Hidronefrosis grade II 2 0.4
Hipertrofi Adenoid 2 0.4
Hipoalbuminia Neonatal 2 0.4
Hiponatremia 2 0.4
Hipotiroid 2 0.4
Megakolon 2 0.4
Nefrotic Syndrome 2 0.4
Obesitas 2 0.4
Obstruktif Hidrosefalus 2 0.4
Phlebitis 2 0.4
Tetraparese Spastik 2 0.4
Tidak Imunisasi 2 0.4
Tonsilfaringitis akut 2 0.4
Tuberkolosis 2 0.4
abses Gingiva 1 0.2
Abses Medula Sinistra 1 0.2
Acute Liver Injury 1 0.2
Alergi Makanan 1 0.2
Alkalosis Respiratorik 1 0.2
Anhidrosis Ektodermal Displasia 1 0.2
Asidosis Metabolik 1 0.2
Asites 1 0.2
Atresia Biliaris 1 0.2
Bronkiolitis 1 0.2
Bronkitis 1 0.2
Cardiomyopathy 1 0.2
Cidera Kepala Ringan 1 0.2
Craniosinostosis 1 0.2
Decubitus 1 0.2
Demam Tifoid 1 0.2
Dermatitis Atopik 1 0.2
Dissenium Intravasculer 1 0.2
Distensi Abdomen 1 0.2
Drug Induced Cerebritis 1 0.2
ERB Paralisis 1 0.2
Faringitis Akut 1 0.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 8.Distribusi penyakit penyerta pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=339)
Fatty Liver Disease (non alcoholic) 1 0.2
Galloway Syndrome 1 0.2
Gangguan Kecemasan 1 0.2
Gastritis 1 0.2
Gastroesopagheal Refluks 1 0.2
Giant Cell Hepatitis 1 0.2
Gingivitis 1 0.2
Hernia Umbicalis 1 0.2
Hiperglikemia 1 0.2
Hiperleukositosis 1 0.2
Hipertermia Neonatal 1 0.2
Hipertiroid 1 0.2
Hipospadias 1 0.2
Hipotermia Neonatal 1 0.2
HIV 1 0.2
Intracranial Abses 1 0.2
Karies Dentis 1 0.2
Karsinoma Nasofaringitis 1 0.2
Kejang 1 0.2
Keloid 1 0.2
Ketoasidosis 1 0.2
Kolestasis 1 0.2
Konstipasi 1 0.2
Low Back Pain 1 0.2
Low Intake Nutrition 1 0.2
Meconium Stir 1 0.2
Mega Uretra 1 0.2
Mikrosefali 1 0.2
Mild ARDS 1 0.2
Miliaria 1 0.2
Muntah 1 0.2
Nefroblastoma 1 0.2
Neuropati Perifer 1 0.2
Oral Thrust 1 0.2
Osteoporosi Compressi 1 0.2
Otitis Media Akut 1 0.2
Otitis Media Supuratif 1 0.2
Paralitic Ileus 1 0.2
Penyakit Ginjal Kronis 1 0.2
Penyakit Jantung Kongenital 1 0.2
Pioderma 1 0.2
Polidaktili 1 0.2
Prolastic Kidney Disease 1 0.2
Rhinitis 1 0.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 8.Distribusi penyakit penyerta pada pasien anak di bangsal INSKA II
RSUP Dr. Sardjito periode Januari – Juni 2013 (n=339)
Sakit Kepala 1 0.2
Sellulitis 1 0.2
Sindrom Parantik 1 0.2
Syok Hipovolemik 1 0.2
Tuli 1 0.2
Uriticaria 1 0.2
Total 339 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Carolina lahir pada tanggal 9
Maret 1993 di Barong Tongkok dan merupakan putri pertama
dari keluarga pasangan Antonius MJN (alm.) dan Ayanlia,
SE. Penulis mengawali pendidikannya di TK Sendawar
Barong Tongkok (1997-1998) kemudian melanjutkan
pendidikan di SD Negeri 001 Barong Tongkok, Kutai Barat
(1998-2004) pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
ditempuh oleh penulis di SMP Katolik 2 WR. Soepratman
Barong Tongkok dengan predikat lulusan terbaik se-
kabupaten Kutai Barat (2004-2007) kemudian penulis
melanjutkan pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas
di SMA Katolik WR. Soepratman Samarinda (2007-2010). Penulis kemudian
melanjutkan perkuliahan di Universitas Sanata Dharma diterima sebagai
mahasiswa jurusan Farmasi (2010 – sekarang). Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Panitia Titrasi 2012 dan
2013 sebagai Koordinator bidang Teater, Panitia Pharmachy Performance and
Event Cup 2012 sebagai anggota sie. Acara, Panitia Musyawarah ISMAFARSI
JOGLOSEPUR 2012 sebagai Koordinator Perlengkapan dan Akomodasi, Panitia
Journalistic Event Cup 2012 sebagai anggota sie. Humas. Penulis juga aktif dalam
berbagai organisasi kemahasiswaan diantaranya penulis pernah menjabat sebagai
Ketua Unit Kegiatan Fakultas di bidang seni tari periode 2011/2012 serta penulis
juga pernah menjadi anggota sie. Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa
Farmasi selama periode 2010/2011. Penulis juga pernah menjadi asisten
praktiukum Anatomi-Fisiologi Manusia tahun ajaran 2012/2013 dan Koordinator
asisten praktikum Anatomi-Fisiologi Manusia tahun ajaran 2013/2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI