PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak...

104
i EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL 50% DAUN JARONG (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) TERHADAP AKTIVITAS ALANIN AMINOTRANSFERASE DAN ASPARTATE AMINOTRANSFERASE PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi oleh : Hosianna Yossi Agustina NIM: 128114060 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK ETANOL 50% DAUN JARONG

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) TERHADAP AKTIVITAS ALANIN

AMINOTRANSFERASE DAN ASPARTATE AMINOTRANSFERASE

PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERINDUKSI

KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

oleh :

Hosianna Yossi Agustina

NIM: 128114060

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan,

maka Ia akan memelihara Engkau!

(Mazmur 55:23a)

Tetaplah berdoa.

(1 Tesalonika 5:17)

Kupersembahkan tulisan kecil ini untuk,

Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerah-Nya dalam hidupku

Papah, Mamah, Kakak, dan Adikku yang selalu memberikan cinta dan dukungannya

Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

vii

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan atas kasih, anugerah, dan damai sejahtera

yang selalu tercurah dan melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK

ETANOL 50% DAUN JARONG (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

TERHADAP AKTIVITAS ALANIN AMINOTRANSFERASE DAN

ASPARTATE AMINOTRANSFERASE PADA TIKUS JANTAN

GALUR WISTAR TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA” dengan

baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan proses pelaksanaan dan

penyusunan skripsi, terdapat bantuan dari berbagai pihak sehingga meskipun

terdapat beberapa kendala namun seluruhnya dapat diatasi dengan baik. Oleh

karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan dan Ibu Dr. Sri

Hartati Yuliani, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Pembimbing, atas

segala arahan, dukungan, motivasi, nasihat, pengertian, kesabaran, dan

ketulusannya selama membimbing penulis dalam penelitian dan

penyusunan naskah skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

viii

3. Ibu drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing, atas

segala arahan, dukungan, motivasi, nasihat, pengertian, kesabaran, dan

ketulusannya selama membimbing penulis dalam penelitian dan

penyusunan naskah skripsi.

4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D, Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas

bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi.

5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi atas

bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi.

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam

penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi,

Biofarmasetika-Farmakokinetika, Anatomi-Fisiologi, Farmakognosi-

Fitokimia, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini.

7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi

tanaman Stachytarpheta indica (L.) Vahl.

8. Komite Etik Universitas Gajah Mada, atas izin penggunaan hewan uji

dalam penelitian.

9. Bapak Heru selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi dan

Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Bapak Supardjiman

selaku laboran Laboratorium Imunologi, Bapak Kayatno selaku laboran

Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

Laboratorium Kimia Organik, dan Bapak Sigit selaku laboran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

ix

Laboratorium Kebun Tanaman Obat atas kerja sama dan segala bantuan

selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium.

10. Papah, Mamah, Kakakku Ria “rehe”, dan Adikku Ijoy “konjoy” yang

senantiasa ada untuk mendukung, mendoakan, memberi nasihat, dan selalu

memberikan cinta kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dan melewati berbagai rintangan yang ada.

11. Rekan-rekan Tim Stachytarpheta indica : Etheldreda Everest Norutama,

Jonathan Wijaya Setiawan, dan Bartolomeus Widiasta yang telah setia dan

rela hati dalam membantu penulis dalam setiap dinamika penelitan dan

penyusunan skripsi.

12. Keluarga PMK Apostolos tercinta : Imas, Cece, Nenu, Lika, Dovan, Yere,

Priscill, Kiki, dll., atas doa, motivasi, cinta, dan tawa yang tiada habis

menyertai perjuangan penulis.

13. Patner segala tugas praktikum serta diskusi selama dinamika perkuliahan :

Valent, Agnes, Pho, Domo, Feli, Gita, Cik Fel.

14. Teman luar biasa penulis : Oyot, Dora, Dewi, dan Vitha yang selalu

memberikan semangat dan menjadi rekan berbagi suka dan duka.

15. Teman-teman FSM B 2012 dan FST A 2012 atas kebersamaannya,

khususnya angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki keurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

x

yang membangun untuk kemajuan di masa mendatang. Penulis juga berharap

semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,

terutama bidang farmasi, maupun masyarakat.

Yogyakarta, Desember 2015

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................................ vi

PRAKATA ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................... ................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... .............................. xix

INTISARI ............................................................................................................. xx

ABSTRACT ......................................................................................................... xxi

BAB I PENGANTAR ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1. Perumusan masalahan ................................................................................ 3

2. Keaslian penelitian .................................................................................... 3

3. Manfaat penelitian ..................................................................................... 4

B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

1. Tujuan umum ............................................................................................... 4

2. Tujuan khusus .............................................................................................. 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA..................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xii

A. Anatomi Hati ..................................................................................................... 5

1. Anatomi hati manusia .................................................................................. 5

2. Anatomi hati tikus ........................................................................................ 6

B. Jenis Kerusakan Hati ......................................................................................... 7

1. Steatosis ...................................................................................................... 7

2. Nekrosis ...................................................................................................... 7

3. Kolestasis .................................................................................................... 7

4. Sirosis .......................................................................................................... 8

C. Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) ....................................................... 8

1. Taksonomi ................................................................................................... 9

2. Nama lain .................................................................................................... 9

3. Morfologi .................................................................................................. 10

4. Kandungan kimia ..................................................................................... 10

D. Alanine Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Aminotransferase (AST) .. 11

E. Hepatotoksin .................................................................................................. 11

1. Hepatotoksin intrinsik ................................................................................ 11

2. Hepatotoksin idiosinkratik ......................................................................... 12

F. Karbon Tetraklorida ....................................................................................... 12

G. Metode Ekstraksi ........................................................................................... 14

H. Landasan Teori ............................................................................................... 15

I. Hipotesis ........................................................................................................ 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................................... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xiii

B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................................. 18

1. Variabel utama ............................................................................................ 18

2. Variabel pengacau ...................................................................................... 18

3. Definisi operasional .................................................................................... 19

C. Bahan Penelitian.............................................................................................. 20

1. Bahan utama ................................................................................................ 20

2. Bahan kimia ............................................................................................... 20

D. Alat Penelitian ................................................................................................ 21

1. Alat preparasi dan pembuatan ekstrak etanol daun S. indica (L.) Vahl. ... 21

2. Alat pengujian hepatoprotektif ................................................................. 22

E. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 22

1. Determinasi tanaman jarong ..................................................................... 22

2. Pengumpulan bahan uji ............................................................................ 22

3. Pembuatan serbuk daun jarong ................................................................. 22

4. Penetapan kadar air serbuk daun jarong ................................................... 23

5. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong ............................... 23

6. Pembuatan etanol 50% ............................................................................. 23

7. Pembuatan ekstrak kental daun jarong ..................................................... 24

8. Pembuatan CMC-Na 1% ........................................................................... 24

9. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ................................... 25

10. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong ..................................... 25

11. Penetapan waktu pencuplikan darah ........................................................ 26

12. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ............................................... 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xiv

13. Pembuatan serum ..................................................................................... 27

14. Pengukuran aktivitas ALT-AST ............................................................... 27

F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30

A. Hasil Determinasi Tanaman Jarong ................................................................ 30

B. Penyiapan Bahan Uji ....................................................................................... 31

1. Pembuatan serbuk daun jarong ................................................................. 31

2. Penetapan kadar air serbuk daun jarong................................................... 31

3. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong ................................ 31

C. Pembuatan Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong ............................................... 33

D. Uji Pendahuluan ............................................................................................. 35

1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida .................................... 35

2. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong .................................... 35

3. Penetapan waktu pencuplikan darah ......................................................... 35

E. Efek Hepatoprotektif Pemberian Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong Pada Tikus

Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida ..................................... 39

1. Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB ......................................................... 43

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida .................................................. 46

3. Kontrol perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB .. 47

4. Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100; 200; dan

400 mg/kgBB ............................................................................................. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 53

A. Kesimpulan .................................................................................................... 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xv

B. Saran ............................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN .......................................................................................................... 58

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT ............................................. 21

Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen AST .............................................. 21

Tabel III. Purata kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48

(n=3) ..................................................................................................... 36

Tabel IV. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah induksi karbon

tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam

ke-0, 24, dan 48 (n=3) ......................................................................... 37

Tabel V. Purata kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48

(n=3) ..................................................................................................... 37

Tabel VI. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah induksi karbon

tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam

ke-0, 24, dan 48 (n=3) ......................................................................... 39

Tabel VII. Purata ± SE kadar ALT dan AST tikus jantan galur Wistar pada

kelompok perlakuan ............................................................................ 40

Tabel VIII. Hasil uji post hoc Tuckey kadar ALT praperlakuan ekstrak etanol

50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB ............................................................................................ 42

Tabel IX. Hasil uji post hoc Mann Whitnry kadar AST praperlakuan ekstrak

etanol 50% daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB................................................................................ 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xvii

Tabel X. Purata kadar ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil 2

mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ..................................................... 44

Tabel XI. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah pemberian olive

oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ................................................. 44

Tabel XII. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah pemberian olive oil 2

mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ......................................................... 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur dasar lobulus hati..................................................................... 5

Gambar 2. Tanaman Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)............................. 8

Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida ................................................................ 12

Gambar 4. Biotransformasi karbon tetraklorida.................................................... 13

Gambar 5-8. Hasil uji kualitatif kandungan polifenol dalam serbuk daun Jarong 32

Gambar 9. Ekstrak kental etanol 50% daun Jarong .............................................. 34

Gambar 10. Ekstrak etanol 50% daun Jarong ....................................................... 34

Gambar 11. Diagram batang purata kadar ALT pada selang waktu 0, 24, dan 48

jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ......... 36

Gambar 12. Diagram batang purata kadar AST pada selang waktu 0, 24, dan 48

jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB ......... 38

Gambar 13. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar pada

kelompok perlakuan ........................................................................ 41

Gambar 14. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar pada

kelompok perlakuan ........................................................................ 41

Gambar 15. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar setelah

pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 .................. 45

Gambar 16. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar setelah

pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24 ................. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil determinasi Jarong .......................................................... 59

Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi Jarong (Stachytarpheta indica

(L.) Vahl.) ................................................................................. 62

Lampiran 3. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics

Committee (MHREC) ............................................................... 63

Lampiran 4. Surat keterangan penggunaan program IBM SPSS Statistics

22 Lisensi UGM ....................................................................... 64

Lampiran 5. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada penetapan waktu

pencuplikan darah ..................................................................... 65

Lampiran 6. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol

olive oil 2 mL/kgBB ................................................................. 67

Lampiran 7. Analisis statistik kadar ALT pada perlakuan ekstrak etanol

50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah

induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ................................... 69

Lampiran 8. Analisis statistik kadar AST pada perlakuan ekstrak etanol

50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah

induksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ................................... 71

Lampiran 9. Perhitungan efek hepatoprotektif ............................................. 79

Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis ekstrak etanol 50% daun Jarong ... 80

Lampiran 11. Perhitungan rendemen ekstrak etanol 50% daun Jarong .......... 81

Lampiran 12. Penetapan kadar air serbuk daun Jarong .................................. 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xx

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak

etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas

Alanin Aminotransferase dan Aspartat Aminotransferase pada tikus jantan galur

Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida serta untuk mengetahui dosis efektif

ekstrak sebagai senyawa hepatoprotektif.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan

galur Wistar sebanyak 30 ekor yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-

250 gram dibagi secara acak kedalam 6 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol

negatif) diberi minyak zaitun dosis 2 mL/kgBB. Kelompok II (kontrol

hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dalam minyak zaitun (1:1) dosis 2

mL/kgBB. Kelompok III (kontrol ekstrak etanol) diberi ekstrak etanol 50% daun

S. indica dengan dosis 400 mg/kgBB. Kemudian setelah enam jam, dilakukan

pengambilan darah dari daerah sinus orbitalis mata. Kelompok IV, V, dan VI

(kelompok perlakuan uji) diberi ekstrak etanol 50% daun S. indica dengan dosis

bertingkat yakni 100; 200; dan 400 mg/kgBB. Dilakukan pengambilan darah pada

daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT (Alanin

Aminotransferase) dan AST (Aspartat Aminotransferase) pada jam ke-24 setelah

pemberian karbon tetraklorida. Data aktivitas serum ALT dan AST dianalisis

menggunakan one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji

Post Hoc.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% daun

Jarong memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT dan AST

pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida pada dosis 100

mg/kgBB dan 200 mg/kgB dan dosis efektif yang diperoleh yaitu pada dosis 100

mg/kgBB.

Kata kunci : Efek hepatoprotektif, Stachytarpheta indica (L.) Vahl., Ekstrak

etanol 50%, ALT, AST.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

xxi

ABSTRACT

The aim of study research to determine the hepatoprotective effect of 50%

ethanol extract of Jarong leaves (Stachytarpheta indica (L.) Vahl. to alanine

aminotransferase and aspartate aminotransferase activities in male Wistar rats

induced carbon tetrachloride and to know the effective dose in giving extraction.

This research is purely experimental research with randomized complete

direct smpling design. This research used 30 male Wistar rats, aged 2-3 months,

160-250 grams weight, and divided randomly into 6 groups. Group I (negatif

controlled-group) was given olive oil at a dose of 2 mL/kgBW. Group II

(hepatotoxins controlled-group) was given carbon tetrachloride dissolved in olive

oil (1:1) at a dose of 2 mL/kgBW. Group III (ethanol extract group) was given

50% ethanol extract S. indica at dose 400 mg/kgBW. Six hours later, blood was

collected from the orbital sinus eye. Group IV, V, and VI (treatment group) were

given 50% ethanol extract S. indica with doses level 100,; 200; and 400

mg/kgBW. Blood samples from all group were taken through the eyes orbital

sinus for measuring the Alanine Aminotransferase (ALT) and Aspartate

Aminotransferase (AST) activities at 24th hour after administration of carbon

tetrachloride. The data were analyzed by one way ANOVA with 95% significancy

level and continued with post hoc test.

The results showed that administration of 50% ethanol extract of Jarong

leaves had a hepatoprotective effect by reducing ALT and AST activities in male

Wistar rats induced carbon tetrachloride at a dose of 100 mg/kgBW and 200

mg/kgBW and effective dose is 100 mg/kgBW.

Keywords : Hepatoprotective effect, Stachytarpheta indica (L.) Vahl., 50%

ethanol extract, ALT, AST.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sejak lama manusia menggunakan tanaman untuk mencegah,

mengurangi dan menyembuhkan dari penyakit tertentu (Sari, 2006). World Health

Organization merekomendasikan penggunaan tanaman obat dalam pemeliharaan

kesehehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit (WHO, 2003).

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.). Daun jarong diketahui memiliki kandungan

kimia berupa terpenoid, flavonoid, glikosida (Chowdhury, 2003).

Hati merupakan salah satu organ vital pada tubuh manusia. Fungsi utama

dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana,

2009). Salah satu bentuk kerusakan hati yang sering dijumpai adalah perlemakan

hati (steatosis). Pada perlemakan hati terjadi penumpukan trigliserida dalam

bentuk droplet di dalam sitoplasma sel hepatosit (Schattner and Knobler, 2008).

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan hepatotoksin yang dapat memberikan

kerusakan sel hati berupa perlemakan hati (Geregus, 2008).

Sebuah penelitian dari Joshi et al. (2010), menjelaskan bahwa ekstrak

etanol daun jarong dengan metode ekstraksi sokhletasi memiliki aktivitas

hepatoprotektif yang ditunjukkan dengan tikus yang telah diinduksi hepatotoksik

CCl4 mengalami penurunan nilai Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), Serum Alkaline

Phosphatase (SALP) dan serum bilirubin. Adanya senyawa flavonoid dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

2

tanaman diketahui menjadi salah satu komponen yang dapat melindung hati.

Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid

dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu

etanol. Karena itu dalam penelitian ini digunakan etanol sebagai pelarut dalam

pembuatan ekstrak daun jarong. Pembuatan ekstrak menggunakan metode

maserasi. Metode maserasi dipilih karena merupakan jenis ekstraksi yang

sederhana dan mudah dilakukan.

Salah satu tingkatan konsentrasi yang dapat digunakan dalam ekstraksi

adalah konsentrasi 50%. Menurut Wijesekera (1991) etanol 50% sangat berguna

untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau polimer yang biasanya tidak

mempunyai aktivitas berarti tetapi seringkali dapat menimbulkan masalah-

masalah farmasetis seperti misalnya terjadi pengendapan yang sulit untuk

dihilangkan. Selain itu, pada pilot scale di pabrik-pabrik digunakan pelarut etanol

50% untuk ekstraksi bahan alam (Javaplant, 2000).

Berdasarkan pemaparan diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta

indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan galur Wistar

terinduksi karbon tetraklorida.

1. Perumusan masalah

a. Apakah ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.)

Vahl.) mempunyai efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas AST-ALT

pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

3

b. Berapakah dosis efektif pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) untuk memberikan efek hepatoprotektif

terhadap penurunan aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida ?

2. Keaslian penelitian

a. Penelitian menggunakan tanaman Stacytarphyta indica (L.) Vahl.

pernah dilakukan oleh Sahoo et al. (2014), yang melaporkan mengenai aktivitas

antioksidan dari ekstrak metanol Stacytarpheta indica (L.) Vahl. dengan

menggunakan metode DPPH.

b. Joshi et al. (2010) yang melakukan penelitian tentang skrining ekstrak

etanol daun Stacytarpheta indica (L.) Vahl. menggunakan metode sokhlet dengan

pelarut yang kepolaritasanya meningkat. Uji efek hepatoprotektif dilakukan

dengan menggunakan kontrol positif liv 52 dengan jangka waktu penelitian 10

hari.

c. Gayatri et al. (2011) melakukan penelitian tentang efek

hepatoprotektif ekstrak etanol herba Stachytarpheta indica (L.) Vahl. pada tikus

galur Wistar. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode sokhlet. Uji

aktivitas hepatoprotektif dilakukan dalam jangka waktu 7 hari.

Berdasarkan jurnal penelitian diatas maka penelitian efek hepatoprotektif

ekstrak etanol 50% daun Stachytarpheta indica (L.) Vahl. dengan metode

ekstraksi maserasi belum pernah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

4

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi terkait ilmu pengetahuan khususnya bidang kefarmasian mengenai

pengaruh ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

sebagai hepatoprotektor.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan

sebagai bahan pertimbangan masyarakat untuk menggunakan daun Jarong dengan

dosis yang diperoleh dalam penelitian sebagai alternatif pengobatan penyakit hati.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui efek hepatoprotektif pemberian ekstrak etanol 50% daun

jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas ALT dan AST pada

tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

2. Tujuan khusus

Mengetahui dosis pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) yang efektif terhadap aktivitas ALT-AST pada

tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi Hati

1. Anatomi hati manusia

Organ hati di dalam tubuh memiliki berat sekitar 2% dari berat badan

dewasa normal atau rata-rata sebesar 1500 g, terletak dalam rongga perut sebelah

kanan pada bawah diafragma (Pearce, 2009). Fungsi utama dari organ yang

sekaligus kelenjar ini adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009).

Jaringan hati terdiri atas kumpulan sel-sel yang tersusun dalam lobus

yang teratur. Setiap lobus hati terbagi dalam struktur yang disebut lobulus, yang

terdiri dari lempeng-lempeng sel hati yang bentuknya menyerupai kubus dan

mengelilingi vena sentralis (Pearce, 2009). Gambar struktur dasar lobulus hati

adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur dasar lobulus hati (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2008)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

6

Terdapat sinusoid (gambar 1) yang letaknya berada diantara lempengan-

lempengan tersebut. Sinusoid merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika

(Ganong dan McPhee, 2011). Pada setiap sinusoid terdapat pembatas yang disebut

sel Kupffer, yang berfungsi untuk menghancurkan sel darah merah dan bakteri

yang melewatinya dalam darah (Sherwood, 2007).

2. Anatomi hati tikus

Hati tikus terdiri dari empat lobus utama yang saling berhubungan di

sebelah belakang. Lobus tengah dibagi menjadi kanan dan kiri oleh bifurcatio

yang dalam. Lobus sebelah kiri tidak terbagi sedangkan lobus sebelah kanan

terbagi secara horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Lobus belakang

terdiri dari dua lobus berbentuk daun yang berada di sebelah dorsal dan ventral

dari oesophagus sebuah kurvatura dari lambung. Tikus tidak mempunyai kantung

empede. Struktur dan komponen hati tikus sama dengan mamalia lainnya (Hebel,

1989).

Lobus hati tikus dibagi menjadi tiga zona yang terdiri dari zona 1, zona 2,

dan zona 3 yang sama dengan area periportal, midzona, dan centrilobular.

Hepatosit di zona 1 dekat dengan pembuluh aferen yang mendapat suplai darah

yang kaya akan nutrien, sedangkan zona 3 yang terdapat pada bagian ujung

mikrosirkulasi menerima darah yang sudah mengalami pertukaran gas dan

metabolit dari sel-sel zona 1 dan 2. Zona 3 selnya lebih sensitif daripada zona

lainnya terhadap gangguan sirkulasi seperti iskemik, anoksia atau kongesti dan

defisiensi nutrisi. Zona 2 merupakan daerah transisi antara zona 1 dan 3 yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

7

mempunyai respon yang berbeda terhadap keadaan hemodinamik di dalam asinus

dengan ditingkatkannya mikrosirkulasi (Hebel, 1989).

B. Jenis Kerusakan Hati

Macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi sebagai akibat

dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain :

1. Steatosis

Steatosis ditandai dengan adanya peningkatan kandungan lemak seperti

trigliserida di hati lebih dari 5% dari berat hati manusia. Terjadinya steatosis

digambarkan dengan terjadinya akumulasi lemak yang tidak normal pada

hepatosit dan terjadi penurunan kadar lipid plasma dan lipoprotein (Hodgson dan

Levi, 2004).

2. Nekrosis

Nekrosis merupakan suatu keadaan hati yang ditandai dengan kematian

dari hepatosit yang termasuk dalam kerusakan akut. Kematian sel ini ditandai

dengan peningkatan eosinofil pada bagian sitoplasma disertai neutrofil pada

daerah yang terjadi kerusakan hepatosit (Hodgson dan Levi, 2004).

3. Kolestasis

Kolestasis adalah salah satu jenis kerusakan hati yang bersifat akut dan

jarang ditemukan (Lu, 1995). Kolestasis ditandai dengan adanya peningkatan

asam empedu di dalam plasma dan mengakibatkan kadar bilirubin menjadi tinggi

(Kumar, Abbas, dan Fausto, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

8

4. Sirosis

Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen

di seluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Hal ini dapat

terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang mengakibabtkan

akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat aliran darah, metabolisme

normal hepar, dan proses detoksifikasi (Hodgson, 2010).

C. Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

Jarong merupakan jenis tumbuhan liar yang berasal dari bagian benua

Amerika yang beriklim panas dan dapat ditemukan di Indo-Cina, Semenanjung

Malaka, dan Indonesia (Dharma, 1996). Berikut ini adalah gambar dari tanaman

jarong :

Gambar 2. Tanaman Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) (Dokumentasi pribadi,

2015)

Bagian dari jarong pada umumnya yang sering digunakan yaitu daun.

Daun jarong memiliki rasa agak pahit. Secara tradisional tumbuhan ini dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

9

digunakan untuk mengobati penyakit kencing nanah, berak darah, amandel,

disentri, ambeien, haid tidak teratur, nifas, luka memar, bisul (Soedibyo, 1998),

rematik hepatitis A (Dalimartha, 2001), pembersih darah, anti radang, dan diuretik

(Dalimartha, 2000). Namun, pada ibu hamil yang menderita keluhan-keluhan

seperti yang telah disebutkan diatas tidak diperbolehkan mengkonsumsi tanaman

ini karena dapat mengakibatkan keguguran (Soedibyo, 1998).

1. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae

Genus : Stachytarpheta

Spesies : Stachytarpheta indica Vahl.

(Plantamor, 2012).

Sinonim nama ilmiah :

Spesies : Stachytarpheta indica (L.) Vahl.

2. Nama lain

Di Indonesia, jarong dikenal dengan nama remek getih (Jawa), jarongan

(Jakarta), jarong lelaki, pecut kuda (Sunda), rum jarum, roem jharum (Madura),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

10

selasih hutan (Sumatera) (Dharma, 1996; Soedibyo, 1998). Masyarakat China

menyebut tanaman ini yu long bian. Di Malaysia tanaman ini dikenal dengan

nama gajihan. Di Negara Filipina, tanaman ini dikenal dengan nama ratstail

(Plantamor, 2012).

3. Morfologi

Jarong adalah rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0,3-0,9 m. Memiliki

daun berhadap-hadapan, bertangkai sangat panjang, berbentuk elips memanjang

atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit, di atas bagian kaki yang bertepi

rata berigigi beringgit, berambut jarang atau tidak yang ukurannya 4-9 cm dan

2,5-5 cm. Bulir bertangkai pendek, panjang 15-30 cm. Daun pelindung menempel

kuat pada kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi empat, panjang

0,5 cm. Tabung dasar bunga berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang

0,5 cm, pecah dalam 2 kendaga. Terutama di daerah dengan musim kemarau yang

tegas, di tempat yang cerah atau sedikit, 1-1,250 m (van Steenis, 1992).

4. Kandungan kimia

Jarong mengandung senyawa kimia berupa terpenoid, flavonoid,

glikosida (Chowdhury, 2003). Flavonoid sendiri diketahui dapat melindung hati.

Konsentrasi 1-100 μg/mL pada flavonoid mampu meningkatkan kelangsungan

hidup sel hepatosit dan menghambat terjadinya pelepasan ALT dan AST serum

sel hepatosit yang disebabkan oleh karbon tetraklorida (Rohdiana, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

11

D. Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST)

ALT dan AST serum sering digunakan dalam uji fungsi hati. Jika kedua

enzim ditemukan di dalam serum, maka mengindikasikan adanya kerusakan

fungsi hati (Ganong dan McPhee, 2011). Kadar aminotransferase dalam level

tinggi menunjukkan adanya infeksi virus, iskemik, atau keracunan pada hepar

(Dipiro et al, 2005). Konsentrasi enzim ALT terbesar terdapat pada hati yag

merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis hati dibandingkan AST yang

terdapat pada hampir semua jaringan, otot rangka, dan hati (Zimmerman, 1999).

Keberadaan enzim ALT pada hewan primata, anjing, tikus, kucing, dan

kelinci terpusat pada sel hepatosit sehingga terjadinya peningkatan kadar ALT

pada serum merupakan indikator yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya

kerusakan hati (Stockham & Scott, 2002). Kadar AST dan ALT pada serum tikus

putih normal berkisar antara 19,3-68,9 U/L dan 29,8-77,0 U/L (Pilichos et al,

2004) sedangakan menurut Girindra (1989) kadar AST dan ALT pada tikus

normal masing-masing sebesar 45,7-80,0 U/L dan 17-30,2 U/L.

E. Hepatotoksin

Hepatotoksin diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1. Hepatotoksin intrinsik

Senyawa yang mempunyai efek hepatotoksik hampir pada seluruh

populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Senyawa ini bergantung pada dosis

pemberian. Contohnya : karbon tetraklorida, parasetamol, dan alkohol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

12

2. Hepatotoksin idiosinkratik

Senyawa yang mempunyai efek hepatotoksik pada sebagian kecil

populasi yang terpejankan senyawa tersebut. Beberapa bergantung pada dosis

pemberian. Contohnya : fenitoin, sulfonamida, valproat, dan isoniazid

(Friedman and Keeffe, 2012).

F. Karbon Tetraklorida

Salah satu senyawa yang dapat menyebabkan nekrosis hati adalah karbon

tetraklorida, bila digunakan dengan dosis rendah maka akan menyebabkan

terjadinya steatosis. Karena karbon tetraklorida bergantung pada metabolisme

aktivasi dari sitokrom P-450 (CYP2E1) yang ada di hati, maka hati menjadi target

utama dari ketoksikan yang ditimbulkan oleh senyawa ini (Timbrell, 2008).

Struktur karbon tetraklorida adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur karbon tetraklorida (ATSDR, 2005)

Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang sebelumnya pernah

digunakan sebagai penghilang noda, pembersih karpet, pelarut, pemadam api,

serta sebagai antihelmintik pada pengobatan hewan. Penggunaan karbon

tetraklorida saat ini terbatas untuk perantara bahan kimia dalam produksi senyawa

organik terklorinasi. Karbon tetraklorida memiliki kelarutan dalam lemak tinggi,

sehingga apabila terserap tubuh akan tinggal di jaringan lemak, hati, sumsum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

13

tulang, ginjal, serta otak (Wexler, Anderso, Peyster, Gad, Hakkinen, Kamrin,

dkk., 2005).

Berikut ini adalah gambaran biotransformasi karbon tetraklorida :

Gambar 4. Biotransformasi karbon tetraklorida (McGregor and Lang, 1996)

Sitokrom P-450 (CYP2E1) memiliki fungsi sebagai agen pereduksi dan

mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin yang hilang

sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil (•CClз) (Geregus,

2008). Radikal bebas triklorometil (gambar 4) dapat berikatan dengan protein dan

lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan

fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan

terjadi peroksidasi lipid. Terjadi penghambatan sintesis protein akibat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

14

terbentuknya lipid dalam hati yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi

lipoprotein. Lipoprotein ini bertanggungjawab dalam transport lipid keluar dari

hepatosit dan terjadi steatosis (Timbrell, 2008). Kerusakan hati oleh karbon

tetraklorida dapat dilihat dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST.

Pada saat steatosis terjadi peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal

dan aktivitas serum AST sebesar 4x normal (Zimmerman, 1999).

G. Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman

obat dengan ukuran partikel tertentu dengan menggunakan medium pengekstraksi

yang tertentu yang dapat dilakukan dengan berbagai cara (Agoes, 2009). Ekstraksi

senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan pada umumnya

menggunakan sistem maserasi dengan pelarut organik.

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang

dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama

beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung cahaya (Sudjadi, 1986).

Dalam penelitian ini, pelarut yang digunakan untuk maserasi adalah

etanol 50%. Menurut Javaplant (2000), pada proses pilot scale dapat digunakan

etanol 50% untuk ekstraksi bahan alam. Pilot scale biasanya dilakukan oleh

pabrik-pabrik yang memproduksi ekstrak, dengan tujuan mengantisipasi

terbuangnya banyak produk karena tidak memenuhi serangkaian pengujian. Hal

yang diujikan dalam proses pilot scale salah satunya yaitu pengujian untuk

mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat menghasilkan efek farmakologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

15

tertentu, misalnya efek hepatoprotektif. Selain itu, menurut Wijesekera (1991),

etanol 50% sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau

polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti tetapi seringkali dapat

menimbulkan masalah-masalah farmasetis seperti misalnya terjadi pengendapan

yang sulit untuk dihilangkan

H. Landasan Teori

Sebagai salah satu organ terbesar pada tubuh manusia, hati memiliki

peran penting dalam metabolisme (Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2005). Hati

memiliki kerja terberat karena berhubungan dengan zat berbahaya yang tidak

diperlukan oleh tubuh, sehingga kemungkinan mengalami kerusakan sangat besar.

Beberapa keruskaan hati akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan

antara lain steatosis, nekrosis, kolestasis, dan sirosis (Lu, 1995). Kerusakan hati

dapat dideteksi dengan pengujian secara biokimiawi, yaitu dengan menguji

aktivitas dari enzim aminotransferase (ALT dan AST), dimana apabila terjadi

kerusakan hati ditandai dengan peningkatan kadar dari enzim tersebut (Geregus,

2008).

Karbon tetraklorida (CCl4) dapat memberikan kerusakan sel hati berupa

perlemakan hati. Sitokrom P-450 (CYP2E1) memiliki fungsi sebagai agen

pereduksi dan mengkatalisis adisi elektron yang mengakibatkan satu ion klorin

yang hilang sehingga membentuk suatu radikal bebas berupa triklorometil (•CClз)

(Geregus, 2008). •CClз dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal,

serta akan bereaksi secara langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

16

terbentuk radikal lipid yang mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi

lipid (Timbrell, 2008). Kerusakan hati oleh karbon tetraklorida dapat dilihat

dengan adanya kenaikan aktivitas serum ALT dan AST. Pada saat steatosis terjadi

peningkatan aktivitas serum ALT sebesar 3x normal dan aktivitas serum AST

sebesar 4x normal (Zimmerman, 1999).

Oleh karena itu diperlukan suatu senyawa untuk melindungi hati dari

senyawa yang toksik. Salah satu senyawa yang dapat digunakan adalah senyawa

flavonoid. Senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua tanaman, salah satunya

adalah tanaman jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) (Chowdhury, 2003).

Sebuah penelitian dari Joshi et al. (2010), menjelaskan bahwa ekstrak

etanol daun jarong dengan metode ekstraksi sokhletasi memiliki aktivitas

hepatoprotektif yang ditunjukkan dengan tikus yang telah diinduksi hepatotoksik

CCl4 mengalami penurunan nilai Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT), Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT), Serum Alkaline

Phosphatase (SALP) dan serum bilirubin. Adanya senyawa flavonoid dari

tanaman diketahui menjadi salah satu komponen yang dapat melindung hati.

Flavonoid merupakan golongan fenolik yang memiliki sifat polar. Flavonoid

dapat mudah tersari oleh pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama, yaitu

etanol. Salah satu tingkatan konsentrasi etanol yang dapat digunakan dalam proses

pilot scale di pabrik-pabrik adalah konsentrasi 50%, yang mana dengan

konsentrasi 50% diharapkan flavonoid dapat tersari dengan baik dan spesifik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

17

I. Hipotesis

Ekstrak etanol 50% daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas ALT-AST pada tikus

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantang

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida merupakan jenis penelitian

eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah variasi dosis

dalam pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung penelitian ini adalahnilai

aktivitas ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida

setelah pemberian ekstrak etanol 50% daun Jarong.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Hewan uji yang digunakan, yaitu tikus

jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g, cara

pemberian ekstrak secara per oral, frekuensi waktu pemberian ekstrak, dan tempat

tumbuh daun jarong.

b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali

dalam penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

19

3. Definisi operasional

a. Daun Jarong. Daun jarong yang diambil dari tanaman jarong adalah

daun yang berwarna hijau, segar, dan sudah memiliki bunga.

b. Ekstrak etanol 50% daun Jarong. Ekstrak etanol 50% daun Jarong

didapatkan dengan cara merendam (memaserasi) simplisia kering daun jarong ke

dalam etanol dengan konsentrasi 50%, kemudian dipekatkan dengan

menggunakan vacuum rotary evaporator dan diuapkan dengan waterbath hingga

bobot tetap.

c. Efek hepatoprotektif. Efek hepatoprotektif merupakan kemampuan

ekstrak etanol 50% daun Jarong dengan dosis tertentu yang melindungi hati dari

hepatotoksin.

d. Jangka waktu 24 jam. Jangka waktu 24 jam didefinisikan sebagai

waktu pengukuran yang dilakukan 24 jam sejak pemejanan karbon tetraklorida,

dimana enam jam sebelum pemejanan karbon tetraklorida dilakukan pemberian

ekstrak etanol 50% daun Jarong kepada hewan uji.

e. Dosis efektif. Dosis efektif didefinisikan sebagai besaran dosis

tertentu yang dapat memberikan efek hepatoprotektif.

f. ALT-AST. ALT-AST adalah enzim yang ditemukan di dalam serum,

yang mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

20

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tikus jantan galur Wistar yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 160-250 g

yang diperoleh dari daerah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Bahan uji. Bahan uji yang digunakan yaitu serbuk daun S. indica

yang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Bahan kimia

a. Hepatotoksin. Hepatotoksin yang digunakan adalah karbon

tetraklorida Merck® yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Kontrol negatif dan pelarut hepatotoksin. Kontrol negatif dan pelarut

hepatotoksin yang digunakan adalah olive oil Cesar® yang diperoleh dari PT

Prambanan Kencana.

c. Pelarut pengekstraksi. Pelarut pengekstrasi yang digunakan adalah

etanol 96% yang diperoleh dari Toko Progo Mulyo, Yogyakarta dan aquadest

yang diperoleh dari Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

d. Pelarut ekstrak kental. Pelarut ekstrak kental yang digunakan adalah

CMC-Na 1%. CMC-Na diperoleh dari CV General Labora, Yogyakarta.

e. Reagen ALT. Reagen ALT yang digunakan adalah reagen ALT

DiaSys. Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT adalah sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

21

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT

Komposisi pH Konsentrasi

R1 : TRIS 7,15 140 mmol/L

L-Alanine 700 mmol/L

LDH (lactate dehydrogenase) ≥ 2300 U/L

R2 2-Oxoglutarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5 phospate FS

Good’s buffer 9,6 100 mmol/L

Pyridoxal-5 phospate 13 mmol/L

f. Reagen AST. Reagen AST yang digunakan adalah reagen AST DiaSys.

Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST adalah sebagai berikut :

Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen AST

Komposisi pH Konsentrasi

R1 : TRIS 7,15 110 mmol/L

L-Aspartate 320 mmol/L

MDH (malate dehydrogenase) ≥800 U/L

LDH (lactate dehydrogenase) ≥1200 U/L

R2 2-Oxoglutarate 65 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5 phospate FS

Good’s buffer 9,6 100 mmol/L

Pyridoxal-5 phospate 13 mol/L

D. Alat Penelitian

1. Alat preparasi dan pembuatan ekstrak etanol daun S. indica (L.) Vahl.

Oven, mesin penyerbuk dan ayakan, moisture balance, cawan porselen,

termometer, stopwatch, gelas Beaker, gelas ukur, batang pengaduk, penangas air,

timbangan analitik, rotary evaporator,dan shaker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

22

2. Alat pengujian hepatoprotektif

Gelas Beaker, gelas ukur, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang

pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®

), timbangan analitik (Mettler Toledo®), vortex

(Genie Wilten®), spuit injeksi per oral untuk tikus, spuit injeksi intraperitonial,

pipa kapiler, tabung Eppendorf, sentrifuge, microvitalab 200 Merck®, blue tip,

dan yellow tip.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman jarong

Tanaman jarong dideterminasi dengan mencocokkan morfologi tanaman

jarong dengan buku acuan Flora untuk Indonesia karangan van Steenis (1992).

Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang dipilih adalah daun dari tanaman jarong yang masih

berwarna hijau, terhindar dari penyakit di daerah daunnya, serta bukan merupakan

daun jarong yang telah jatuh di tanah ataupun layu. Daun tanaman jarong dipanen

dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada

bulan Agustus 2015.

3. Pembuatan serbuk daun jarong

Daun jarong dicuci bersih dengan air mengalir dan diangin-anginkan.

Selanjutnya, pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 40 ºC selama 48 jam.

Penetapan suhu berdasarkan pada aturan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan Republik Indonesia (1985) di mana disebutkan bahwa pengeringan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

23

simplisia dilakukan pada suhu antara 30-90 ºC. Serbuk yang telah kering

kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan mesh nomor 40.

4. Penetapan kadar air serbuk daun jarong

Serbuk daun jarong dimasukkan ke dalam alat moisture balance lalu

diratakan. Setelah itu dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit (Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995). Serbuk yang

telah dipanaskan ditimbang kembali lalu dihitung sebagai bobot setelah

pemanasan. Kadar air serbuk simplisia yang baik adalah <10%. Kadar air serbuk

diperoleh menggunakan rumus:

⌈ Bobot sampel sebelum pemanasan − Bobot sampel setelah pemanasanBobot sampel sebelum pemanasan ⌉ X %

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).

5. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong

Uji kandungan polifenol dilakukan dengan menambahkan 10 mL aquadest

pada sebuah tabung berisi 2 g serbuk daun jarong dan 10 mL etanol 50% pada

tabung lain yang juga berisi 2 g serbuk daun jarong. Kedua tabung didihkan di

atas tangas air, kemudian dilakukan penyaringan. Setelah dingin, filtrat diteteskan

FeCl3 sebanyak 3 tetes, terbentuknya warna hijau-biru menunjukkan hasil positif

adanya polifenol (Wulandari dan Hartini, 2015).

6. Pembuatan etanol 50%

Dengan menggunakan rumus V1.C1 = V2.C2, etanol 96% diencerkan

dengan menggunakan aquadest sehingga konsentrasinya menjadi 50%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

24

7. Pembuatan ekstrak kental daun jarong

Serbuk daun jarong diekstraksi dengan etanol 50% secara maserasi.

Proses maserasi dilakukan dengan memasukkan 30 g serbuk simplisia ke dalam

labu erlenmeyer, yang kemudian direndam dengan pelarut 300 mL selama 24 jam

dengan bantuan shaker (Gunawan, Soegihardjo, Mulyani, Wahyuningsih, dan

Sudarto, 1993). Setelah itu dilakukan remaserasi dengan penambahan pelarut ke

dalam ampas dari proses maserasi yang dilakukan sebelumnya, dengan jumlah

pelarut dan waktu ekstraksi yang sama seperti maserasi pertama. Filtrat hasil

saringan dipindahkan dalam LAB untuk dievaporasi untuk menguapkan cairan

penyari pada proses maserasi. Hasil evaporasi dituangkan dalam cawan porselen

yang telah ditimbang sebelumnya agar mempermudah perhitungan rendemen

ekstrak kental yang akan diperoleh. Parameter standarisasi ekstrak etanol 50%

daun jarong dilihat dari bobot tetap yang bertujuan untuk menghitung sisa zat

dengan bobot tetap setelah dilakukan pengeringan. Menurut Farmakope Herbal

Indonesia (2013), bobot tetap telah tercapai bila sudah ditandai dengan selisih

penimbangan sebesar 0,5 mg. Ekstrak dalam cawan ditimbang setiap satu jam

hingga bobot tetap. Bobot ekstrak dihitung dengan rumus :

Bobot ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong

8. Pembuatan CMC-Na 1%

CMC-Na 1% dibuat dengan mendispersikan lebih kurang 1,0 g CMC-Na

yang telah ditimbang secara saksama dan digerus, kemudian dilarutkan dengan

100 mL aquadest. CMC-Na yang dibuat digunakan untuk melarutkan ekstrak

kental etanol 50% daun jarong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

25

9. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Penetapan dosis hepatotoksin dilakukan melalui studi literatur yang

dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002) yang menyebutkan bahwa dosis

hepatotoksin karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan

hati tikus jantan galur Wistar adalah 2 mL/kgBB dimana volume CCl4 sama

dengan volume olive oil (1:1). Pemilihan dosis hepatoksin ini karena pada dosis

tersebut telah menyebabkan kerusakan sel-sel hati dari tikus jantan galur Wistar

yang terdeksi dengan kenaikan serum ALT dan AST, namun tidak sampai

menyebabkan kematian pada tikus jantan sebagai subjek penelitian tersebut

(Janakat, Al-Merie, 2002).

10. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong

Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong dihitung berdasarkan

berat badan tertinggi tikus yaitu 250 g dan ½ volume maksimal secara per oral

pada tikus yaitu 2,5 ml. Penetapan dosis tertinggi dapat ditentukan dengan rumus

sebagai berikut:

D x BB = C x V

D x BB tertinggi tikus (kg/BB) = C ekstrak (mg/mL) x ½ Vmax (2,5 ml)

D = x mg/kg BB

Dua peringkat dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 kalinya dari

dosis tertinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

26

11. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi pada

tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, 48. Setiap kelompok

perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui

pembuluh sinus orbitalis mata sebanyak 1 cc. Kemudian nilai aktivitas ALT-AST

diukur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie (2002)

peningkatan kadar maksimal terjadi pada jam ke-18 dan jam ke-24 setelah

pemberian karbon tetraklorida secara injeksi dan kemudian berangsur menurun

pada jam ke-48 dan terjadi perbaikan sel hati setelah 3 hari pemberian

hepatotoksin.

12. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Tikus jantan galur Wistar yang diperlukan sebagai hewan uji adalah

sebanyak 30 ekor yang kemudian akan dibagi kedalam 6 kelompok secara acak

sama banyak. Kelompok I (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kgBB

secara intraperitoneal, kemudian setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah.

Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dalam

minyak zaitun (1:1) dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal, kemudian

setelah 24 jam dilakukan pengambilan darah. Kelompok III (kontrol ekstrak

etanol) diberi ekstrak etanol 50% daun jarong dengan dosis tertinggi yaitu 400

mg/kgB secara peroral, kemudian setelah enam jam dilakukan pengambilan darah.

Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan uji) diberi ekstrak etanol 50%

dengan dosis bertingkat yaitu 100; 200; dan 400 mg/kgBB. Kemudian enam jam

setelah pemberian ekstrak etanol 50% dilakukan induksi karbon tetraklorida

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

27

dengan dosis 2 mL/kgBB secara intraperitoneal (Janakat dan Al-Merie, 2002).

Setelah 24 jam dari pemejanan dilakukan pengambilan darah pada daerah sinus

orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.

Pada penelitian ini pemberian ekstrak dilakukan sebagai praperlakuan

dengan mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh Eviani (2015) yaitu

ekstrak diberikan dalam jangka waktu enam jam.

13. Pembuatan serum

Setiap tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata menggunakan

pipa kapiler kemudian ditampung di tabung Eppendorf. Darah yang telah diambil

kemudian didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi pada kecepatan 8000

rpm selama 15 menit. Bagian supernatan diambil menggunakan micropipette, lalu

disentrifugasi kembali pada kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Bagian

supernatan diambil menggunakan micropipette (Gomes, 2015).

14. Pengukuran aktivitas ALT-AST

Pengukuran aktivitas serum ALT-AST dilakukan menggunakan

Microlab-200 Merck® di Laboratorium Biokimia Fisiologi Manusia, Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Aktivitas serum ALT-AST

diukur pada panjang gelombang 340 nm, dan dinyatakan dengan satuan U/L.

Kisaran nilai ALT serum kontrol DiaSys Trulab N series yakni 29,8-77,0 U/L.

Tahap analisis ALT dilakukan dengan mengambil sejumlah 100 µL serum

dicampurkan dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik. Campuran

didiamkan selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen II dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

28

divortex selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1 menit

berselang dari pemberian reagen II (Gomes, 2015).

Tahap analisis ALT dilakukan dengan mengambil sejumlah 100 µL

serum dicampurkan dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik.

Campuran didiamkan selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen

II dan divortex selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1

menit berselang dari pemberian reagen II. Tahap analisis AST dilakukan dengan

cara yang sama, yakni dengan mengambil sejumlah 100 µL serum dicampurkan

dengan 1000 µL reagen I dan divortex selama 5 detik. Campuran didiamkan

selama 5 menit selanjutnya dicampur dengan 250 µL reagen II dan divortex

selama 5 detik. Campuran kemudian dibaca serapannya setelah 1 menit berselang

dari pemberian reagen II.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas dari ALT dan AST serum diperoleh, selanjutnya diolah

dan kemudian diuji normalitasnya menggunakan Saphiro Wilks. Kemudian

dilakukan uji Levene’s Test untuk mengetahui homogenitas varian data antar

kelompok sebagai syarat parametrik. Data yang terdistribusi normal dilakukan uji

One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan

dari masing-masing kelompok. Post Hoc Tukey selanjutnya dilakukan guna

melihat kebermaknaan perbedaan data antara masing-masing kelompok untuk

data berdistribusi normal dan variansi homogen. Post Hoc Games Howell

selanjutnya dilakukan guna melihat kebermaknaan perbedaan data antara masing-

masing kelompok untuk data berdistribusi normal dan variansi tidak homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

29

Perbedaan dikatakan bermakna (signifikan) bila memiliki nilai p<0.05, sedangkan

tidak bermakna (tidak signifikan) bila p>0,05.

Bila data aktivitas ALT dan AST yang diperoleh tidak normal, maka

dilakukan uji Kruskall-Wallis. Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk

melihat kebermaknaan perbedaan data antar kelompok. Perbedaan dikatakan

bermakna (signifikan) bila memiliki nilai p<0,05, sedangkan tidak bermakna

(tidak signifikan) bila p>0,05.

Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon

tetraklorida diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

ALT = ( − purata ALT perlakuan − purata ALT kontrol negatifpurata ALT kontrol hepatotoksin − purata ALT kontrol negatif ) x %

AST = ( − purata AST perlakuan − purata AST kontrol negatifpurata AST kontrol hepatotoksin − purata AST kontrol negatif ) x %

(Wakchaure, Jain, Singhai, Somani, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan adanya efek

hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

dan mengetahui besar dosis efektif hepatoprotektif dari ekstrak etanol 50% daun

jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) pada tikus jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida, dengan melihat pengaruh pemberian ekstrak tersebut dalam

kurun waktu 24 jam terhadap kadar ALT dan AST. Pada penelitian ini aktivitas

serum ALT dan AST digunakan sebagai parameter uji kuantitatif.

A. Hasil Determinasi Tanaman Jarong

Tanaman jarong merupakan tanaman yang digunakan sebagai tanaman

uji pada penelitian tersebut. Determinasai tanaman digunakan untuk memastikan

bahwa daun yang digunakan adalah benar daun yang berasal dari tanaman jarong.

Tanaman jarong diperoleh dari kebun obat Kampus III Universitas Sanata

Dharma, Paingan, Maguwoharjo. Proses determinasi dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Determinasi dilakukan hingga tingkat spesies dengan cara mencocokkan

kesamaan makroskopis tanaman). Hasil determinasi (lampiran 6) menunjukkan

bahwa daun yang digunakan adalah benar daun dari tanaman jarong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

31

B. Penyiapan Bahan Uji

1. Pembuatan serbuk daun jarong

Daun jarong dibuat menjadi serbuk kering supaya kandungan fitokimia

yang terdapat pada daun jarong lebih mudah tersari oleh pelarut dan senyawa

yang diperoleh lebih banyak karena luas permukaan kontak dengan pelarutnya

semakin besar. Hasilnya didapatkan serbuk halus daun jarong yang melewati

ayakan nomor mesh 40.

2. Penetapan kadar air serbuk daun jarong

Tujuan penetapan kadar air adalah untuk melihat kandungan air yang

masih ada pada serbuk daun jarong, apakah memenuhi syarat kualitas serbuk

simplisia yang baik atau tidak. Menurut BPOM RI (1995), kadar air pada serbuk

simplisia adalah tidak lebih dari 10%.

Penetapan kadar air serbuk daun jarong dilakukan dengan metode

Gravimetri dengan menggunakan alat moisture balance. Berdasarkan hasil

perhitungan didapatkan kadar air serbuk daun jarong sebesar 8,26%. Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa serbuk daun jarong telah memenuhi

persyaratan kadar air sebagai serbuk simplisia yang baik.

3. Uji tabung kandungan polifenol serbuk daun jarong

Uji kandungan polifenol menunjukkan hasil positif adanya polifenol. Dari

gambar nomor 5-6 menunjukkan urutan perubahan warna yang terjadi pada filtrat

simplisia dalam air, dari warna kuning bening menjadi hijau pekat yang

menandakan hasil positif (+) pada uji polifenol (flavonoid termasuk dalam

polifenol). Sedangkan pada gambar 7-8 menunjukkan urutan perubahan warna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

32

yang terjadi pada filtrat simplisia dalam etanol 50% yang disaring dalam keadaan

panas, dari warna cokelat bening menjadi biru pekat yang menandakan hasil

positif (+) pada uji polifenol (flavonoid termasuk dalam polifenol).

Gambar 5-8. Hasil uji kualitatif kandungan polifenol dalam serbuk daun

Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)

5. 6.

7. 8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

33

C. Pembuatan Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong

Pembuatan ekstrak etanol 50% daun jarong dilakukan menggunakan

metode penyarian yaitu maserasi. Metode maserasi merupakan metode yang

dilakukan dengan memasukkan serbuk simplisia ke dalam labu erlenmeyer, yang

kemudian direndam dengan pelarut selama 24 jam dengan bantuan shaker. Dan

re-maserasi dilakukan dengan menambahan pelarut ke dalam ampas dari proses

maserasi yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya adalah supaya zat-zat yang

belum tersari di maserasi sebelumnya dapat tersari dalam re-maserasi. Maserasi

dipilih sebagai metode penyarian karena peralatan yang digunakan sederhana dan

cara pengerjaan serta pengoperasian alat yang mudah. Cairan penyari yang

digunakan adalah etanol 50% karena senyawa hipotesis yang diketahui adalah

glikosida fenolik yang dapat larut dalam pelarut polar. Etanol 50% dipilih karena

bersifat polar dan sangat berguna untuk menghindari klorofil, senyawa resin atau

polimer yang biasanya tidak mempunyai aktivitas berarti namun seringkali

menimbulkan masalah farmasetis seperti terjadinya pengendapan yang sulit

dihilangkan pada ekstrak (Wijesekera, 1991).

Hasil dari maserasi dan re-maserasi didapatkan ekstrak etanol cair yang

kemudian dicampur dan diuapkan menggunakan vacum rotary evaporator.

Selanjutnya diuapkan kembali dalam cawan porselen diatas waterbath sehingga

didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap. Dari hasil pengeringan di atas

waterbath didapatkan bahwa perubahan bobot ekstrak etanol 50% daun Jarong

telah mencapai kurang dari 0,5 mg sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak telah

mencapai bobot tetap. Ekstrak kental yang diperoleh dari perhitungan rata-rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

34

yaitu sebesar 5,14 g. Gambar 9 menunjukkan gambar ekstrak etanol 50% daun

jarong yang diuapkan diatas waterbath dan gambar 10 menunjukkan gambar

ekstrak kental etanol 50% daun jarong yang sudah dilarutkan dengan CMC-Na

1%.

Gambar 9. Ekstrak kental etanol 50% daun Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar 10. Ekstrak etanol 50% daun Jarong (Dokumentasi pribadi, 2015)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

35

D. Uji Pendahuluan

1. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Penetapan dosis hepatoksin bertujuan untuk menentukan besar dosis

karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati berupa steatosis

(perlemakan hati) tanpa menyebabkan kematian pada tikus. Janakat dan Al-Merie

(2003) menyebutkan bahwa karbon tetraklorida dengan dosis 2,0 mL/kgBB

mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan AST yang menyebabkan

kerusakan sel-sel hati tetapi tidak menyebabkan kematian pada tikus.

2. Penetapan dosis ekstrak etanol 50% daun jarong

Penentuan dosis ekstrak etanol 50% mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Joshi et al (2010) yang menyebutkan bahwa dosis efektif ekstrak

etanol daun jarong adalah 200 mg/kgBB. Dosis 200 mg/kgBB dijadikan sebagai

dosis tengah, sehingga pada penelitian ini digunakan tiga peringkat dosis dengan

faktor kelipatan 2 dan diperoleh dosis rendah 100 mg/kgBB, dosis tengah 200

mg/kgBB, dan dosis tinggi 400 mg/kgBB.

3. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan dosis hepatoksin bertujuan untuk mengetahui waktu ketika

karbon tetraklorida pada dosis 2,0 mL/kgBB memberikan efek hepatotoksis

maksimal, yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST

paling tinggi. Pada penelitian ini, senyawa diujikan pada tikus jantan galur Wistar

secara i.p dengan dosis 2,0 mL/kgBB., kemudian dilakukan pencuplikan darah

pada sinus orbitalis hewan uji pada selang waktu jam ke-0, 24, dan 48.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

36

Data hasil pengujian aktivitas serum pada tiap waktu pencuplikan darah

dapat dilihat pada tabel III dan gambar 11.

Tabel III. Purata kadar ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48

(n=3)

Waktu pencuplikan jam ke- Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/L)

0 60,80 ± 2,26

24 181,40 ± 6,40

48 74,20 ± 1,98

Keterangan : SE = Standart Error

Gambar 11. Diagram batang purata kadar ALT pada selang waktu 0, 24,

dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2

mL/kgBB

Hasil pengukuran kadar ALT pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-turut adalah

60,80 ± 2,26; 181,40 ± 6,40; dan 74,20 ± 1,98 U/L. Perbandingan kadar ALT

dilakukan dengan analisis statistik uji T berpasangan untuk melihat perbedaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

37

antara kondisi sebelum menerima pelakuan (pencuplikan jam ke-0) serta jam 24

dan 48 jam setelah menerima perlakuan hepatotoksin CCl4.

Hasil statistik uji T berpasangan menunjukkan kadar ALT serum pada jam

ke-24 terjadi peningkatan yang signifikan dan berbeda bermakna dengan nilai

signifikansi 0,000 (<0,05). Selain itu terjadi peningkatan nilai ALT sebesar 3 kali

terhadap nilai ALT pada jam ke-0. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian karbon

tetraklorida pada jam ke-24 terbukti menyebabkan kerusakan hati paling

maksimal. Kemudian pada jam ke-48 terjadi penurunan, tetapi belum mencapai

keadaan normal (p=0,000). Hasil uji T berpasangan kadar ALT ditunjukkan pada

tabel IV.

Tabel IV. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah induksi karbon

tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah

pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) Waktu pencuplikan

(jam ke-)

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 BB BB

Jam ke-24 BB BB

Jam ke-48 BB BB

Pengujian juga dilakukan terhadap kadar AST tikus. Data kadar AST

tertera pada Tabel V dan Gambar 12.

Tabel V. Purata kadar AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan

dosis 2 mL/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48

(n=3) Waktu pencuplikan jam ke- Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L)

0 141,20 ± 5,15

24 452,40 ± 32,45

48 156,80 ± 4,61

Keterangan : SE = Standart Error

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

38

Gambar 12. Diagram batang purata kadar AST pada selang waktu 0,

24, dan 48 jam setelah pemberian karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kgBB

Hasil pengukuran kadar AST pada jam ke-0, 24, dan 48 berturut-turut adalah

141,20 ± 5,15; 452,40 ± 32,45; dan 156,80 ± 4,61 U/L. Perbandingan kadar AST

dilakukan dengan analisis statistik uji T berpasangan untuk melihat perbedaan

antara kondisi sebelum menerima pelakuan (pencuplikan jam ke-0) serta jam 24

dan 48 jam setelah menerima perlakuan hepatotoksin CCl4.

Hasil statistik uji T berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan bermakna

antar kelompok. Pada jam ke-24 terjadi peningkatan yang signifikan dan berbeda

bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (<0,05). Selain itu terjadi peningkatan

nilai AST sebesar 4 kali terhadap nilai AST pada jam ke-0. Sedangkan pada jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

39

ke-48 mengalami penurunan meskipun belum mencapai keadaan normal

(p=0,001). Hasil uji T berpasangan ditunjukkan pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah induksi

karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kgBB saat

pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)

Waktu pencuplikan

(jam ke-)

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 BB BB

Jam ke-24 BB BB

Jam ke-48 BB BB

Berdasarkan hasil diatas, karbon tetraklorida diketahui memiliki efek

hepatotoksis yang paling tinggi pada jam ke-24, sehingga waktu pencuplikan

darah yang digunakan adalah jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida 2

mL/kgBB secara i.p.

E. Efek Hepatoprotektif Pemberian Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong

Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan adanya efek

hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong serta mengetahui besar dosis

efektif hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong pada tiga peringkat dosis

yang berbeda. Evaluasi efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong

dilihat dari ada tidaknya penurunan kadar ALT dan AST.

Pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong dilakukan secara per oral

dengan tiga peringkat dosis, yaitu dosis I sebesar 100 mg/kgBB; dosis II sebesar

200 mg/kgBB; dan dosis III sbesar 400 mg/kgBB. Senyawa hepatoksin yang

dipejankan adalah karbon tetraklorida yang diberikan secara intraperitoneal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

40

dengan dosis 2 mL/kg BB. Pencuplikan darah dilakukan pada jam ke-24 pada

sinus orbitalis hewan uji dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar ALT dan

AST. Hasil analissi statistik menunjukkan bahwa efek hepatoprotektif paling

efektif terjadi pada dosis 100 mg/kgBB. Data kadar ALT dan AST ditampilkan

dalm bentuk purata ± SE pada tabel VII, gambar 13, dan gambar 14.

Tabel VII. Purata ± SE kadar ALT dan AST tikus jantan galur Wistar pada

kelompok perlakuan

Kel.

Purata aktivitas

serum ALT ±

SE (U/L)

Purata aktivitas

serum AST ±

SE (U/L)

Efek

hepatoprotektif

(ALT)

Efek

hepatoprotektif

(AST)

I 49,20 ± 1,06 127,00 ± 2,30 - -

II 178,80 ± 7,47 451,00 ± 32,20 0% 0%

III 55,00 ± 2,64 120,00 ± 13,40 - -

IV 82,20 ± 3,10 268,40 ± 6,94 74,54% 56,36%

V 111,40 ± 4,38 286,40 ± 2,52 52,01% 50,80%

VI 168,80 ± 3,38 430,80 ± 3,95 7,72% 6,23%

I : kelompok kontrol negatif olive oil dosis 2,0 mL/kgBB

II : kelompok kontrol hepatotoksin CCl4 dosis 2,0 mL/kgBB

III : kelompok kontrol perlakuan ekstrak daun jarong 400 mg/kgBB

IV : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 100 mg/kgBB

(dosis I) + CCl4 2,0 mL/kgBB

V : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 200 mg/kgBB

(dosis II) + CCl4 2,0 mL/kgBB

VI : kelompok perlakuan ekstrak daun jarong dosis 400 mg/kgBB

(dosis III) + CCl4 2,0 mL/kgBB

SE = Standart Error

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

41

Gambar 13. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur

Wistar pada kelompok perlakuan

Gambar 14. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur

Wistar pada kelompok perlakuan

Data kadar ALT dan AST dianalisis dengan uji Shapiro Wilk menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal dengan signifikansi (p>0,05) untuk data ALT.

Sedangkan untuk data AST menunjukkan bahwa terdapat kelompok data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

42

tidak terdistribusi normal (p<0,05). Data kadar ALT menunjukkan bahwa variansi

data homogen (p>0,05) pada Levene’s test. Dengan demikian kadar ALT

dianalisis dengan analisis variansi satu arah, dilanjutkan dengan analisis

menggunakan post hoc Tukey (yang diperuntukkan untuk asumsi data homogen).

Kadar AST dianalisis menggunakan Kruskal Wallis, yang kemudian dilanjutkan

dengan analisis menggunakan Mann Whitney. Hasil uji ALT dan AST

ditampilkan pada tabel VIII, dan tabel IX.

Tabel VIII. Hasil uji post hoc Tuckey kadar ALT praperlakuan ekstrak etanol 50% daun

jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

Kontrol

CCl₄ Kontrol

Olive

Oil

Kontrol

ekstrak

tertinggi

Ekstrak

100

mg/kgBB

+ CCl₄

Ekstrak

200

mg/kgBB

+ CCl₄

Ekstrak

400

mg/kgBB

+ CCl₄

Kontrol

CCl₄

BB BB BB BB BTB

Kontrol

Olive Oil BB BTB BB BB BB

Kontrol

ekstrak

tertinggi

BB BTB BB BB BB

Ekstrak

100

mg/kgBB

+ CCl₄

BB BB BB BB BB

Ekstrak

200

mg/kgBB

+ CCl₄

BB BB BB BB BB

Ekstrak

400

mg/kgBB

+ CCl₄

BTB BB BB BB BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

43

Tabel IX. Hasil uji post hoc Mann Whitnry kadar AST praperlakuan ekstrak etanol 50%

daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB

Kontrol

CCl4

Kontrol

Olive

Oil

Kontrol

ekstrak

tertinggi

Ekstrak

100

mg/kgBB

+ CCl₄

Ekstrak

200

mg/kgBB

+ CCl₄

Ekstrak

400

mg/kgBB

+ CCl₄

Kontrol

CCl4

BB BB BB BB BTB

Kontrol

Olive Oil BB BTB BB BB BB

Kontrol

ekstrak

tertinggi

BB BTB BB BB BB

Ekstrak

100

mg/kgBB

+ CCl₄

BB BB BB BB BB

Ekstrak

200

mg/kgBB

+ CCl₄

BB BB BB BB BB

Ekstrak

400

mg/kgBB

+ CCl₄

BTB BB BB BB BB

Keterangan:

BB = berbeda bermakna (p<0,05); BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

1. Kontol negatif olive oil 2 mL/kgBB

Pada penelitian ini kontrol negatif bertujuan untuk melihat pengaruh

pemberian olive oil sebagai pelarut pada senyawa karbon tetraklorida terhadap

peningkatan aktivitas serum ALT dan AST. Kontrol negatif yang digunakan

adalah olive oil dengan dosis 2 mL/kgBB, karena senyawa hepatotoksin karbon

tetraklorida dibuat dengan konsentrasi 50% atau dengan perbandingan campuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

44

1:1 dalam pelarut olive oil yang diberikan pada dosis 2 mL/kgBB. Oleh karena

itu, pengukuran kadar ALT dan AST dilakukan pada jam ke-0 (sebelum diberi

perlakuan, digunakan sebagai nilai normal) dan pada jam ke-24 (untuk melihat

kondisi setelah diberikan olive oil). Purata kadar ALT dan AST tikus setelah

pemberian olive oil ditunjukkan pada tabel X. Hasil statistik uji T berpasangan

menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke-0 berbeda tidak bermakna

(p=0,716) dengan kadar ALT pada jam ke-24 setelah mendapat perlakuan olive

oil. Pada aktivitas serum AST jam ke-0 juga memiliki perbedaan tidak bermakna

(p=0,345) dengan kadar AST pada jam ke-24 setelah mendapat perlakuan olive

oil. Hasil uji T berpasangan ditampilkan pada tabel XI, tabel XII, gambar 15, dan

gambar 16.

Tabel X. Purata kadar ALT dan AST tikus setelah pemberian olive oil 2

mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24

Waktu pencuplikan

(jam ke-)

Purata kadar ALT ± SE

(U/L)

Purata kadar AST ± SE

(U/L)

Jam ke-0 47,80 ± 2,74 129,00 ± 2,49

Jam ke-24 49,20 ± 1,06 127,00 ± 2,30

Tabel XI. Hasil uji T berpasangan kadar ALT tikus setelah pemberian olive oil

2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24

Waktu pencuplikan (jam ke-) Kadar ALT jam ke-0 Kadar ALT jam ke-24

Jam ke-0 BTB

Jam ke-24 BTB

Tabel XII. Hasil uji T berpasangan kadar AST tikus setelah pemberian olive

oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24

Waktu pencuplikan (jam ke-) Kadar AST jam ke-0 Kadar AST jam ke-24

Jam ke-0 BTB

Jam ke-24 BTB

Keterangan:

BB = berbeda bermakna (p<0,05)

BTB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

45

Gambar 15. Diagram batang purata kadar ALT tikus jantan galur Wistar

setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24

Gambar 16. Diagram batang purata kadar AST tikus jantan galur Wistar

setelah pemberian olive oil 2 mL/kgBB pada jam ke-0 dan 24

Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa olive oil yang berperan

sebagai pelarut hepatotoksin karbon tetraklorida tidak memiliki pengaruh dalam

peningkatan kadar ALT dan AST, sehingga kelompok kontrol negatif ini dapat

dijadikan acuan nilai normal kadar ALT dan AST dalam penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

46

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida

Pada penelitian ini kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida bertujuan

untuk melihat pengaruh pemberian karbon tetraklorida tetraklorida 2 mL/kgBB

terhadap kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan kadar ALT dan AST.

Pencuplikan darah untuk pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan

pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida.

Pada jam ke-24 kadar ALT dan AST secara berturut-turut sebesar

178,8±7,47 U/L dan 451,00±32,20 U/L (tabel VII). Hasil pengukuran tersebut

menunjukkan terjadinya peningkatan kadar ALT sebesar 3,6 kali lipat dan

kenaikan kadar AST mencapai 3,55 kali lipat (mendekati 4 dengan pembulatan)

dari nilai kontrol negatif, dimana nilai ALT kontrol negatif sebesar 49,20±1,06

U/L dan nilai AST kontrol negatif sebesar 127,00±2,302 U/L. Menurut

Zimmerman (1999), perlemakan hati (steatosis) pada manusia ditandai dengan

meningkatnya nilai serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan serum AST sebanyak

empat kali lipat.

Hasil analisis serum ALT dan AST menunjukkan bahwa kadar ALT dan

AST pada kontrol hepatotoksin berbeda signifikan (p=0,000 untuk ALT dan

p=0,003 untuk AST) dengan kontrol negatif. Berdasarkan penjelasan diatas,

disimpulkan bahwa telah terjadi kerusakan hati pada hewan uji setelah pemejanan

karbon tetraklorida. Hasil yang diperoleh dari pengukuran kontrol hepatotoksin

dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perhitungan untuk melihat

efek hepatoprotektif yang dihasilkan oleh ekstrak etanol 50% daun jarong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

47

3. Kontrol perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB

Pada penelitian ini kontrol kontrol ekstrak etanol 50% daun jarong dosis

400 mg/kgBB bertujuan untuk memastikan bahwa ekstrak tidak memberikan

pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST sebagai indikator tidak adanya

efek hepatoksik sebelum diinduksi senyawa hepatotoksin karbon tetraklorida.

Digunakan dosis sebesar 400 mg/kgBB sesuai dengan dosis terbesar ekstrak

etanol 50% daun jarong dengan harapan hasil kelompok ini berlaku untuk

praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dari dosis rendah 100 mg/kgBB

hingga dosis tertinggi 400 mg/kgBB.

Kontrol ekstrak etanol 50% daun jarong memiliki nilai kadar ALT dan

AST secara berturut-turut sebesar 55,00±2,64 U/L dan 120,00±13,40 U/L. Secara

statistik, lewat uji One Way Anova diperoleh bahwa kadar ALT dan AST pada

kontrol ekstrak memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar ALT dan

AST pada kelompok kontrol negatif olive oil 49,20 ± 1,06 U/L (p=0,919) untuk

ALT dan 127,00 ± 2,30 U/L (p=0,117) untuk AST. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dengan pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong 400

mg/kgBB praperlakuan enam jam tidak memberikan pengaruh terhadap kadar

ALT maupun AST.

4. Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100; 200; dan

400 mg/kgBB

Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong

pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida didasarkan pada ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

48

tidaknya penurunan aktivitas ALT dan AST akibat perlakuan ekstrak etanol 50%

daun jarong.

Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100 mg/kgBB

menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST masing-masing sebesar 82,20±3,10

U/L dan 268,40±6,94 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan

dosis 100 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT

dan AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Dosis

ini juga memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST

pada kontrol negatif olive oil. Sehingga diketahui bahwa dosis 100 mg/kgBB

dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan

AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan %

hepatoprotektif sebesar 74,54% dan sebagai data pendukung efek hepatoprotektif

berdasarkan aktivitas serum AST sebesar 56,36%. Tetapi penurunan kadar

tersebut belum mencapai kontrol (karena menunjukkan perbedaan bermakna

dengan kelompok kontrol).

Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 200 mg/kgBB

menunjukkan aktivitas serum ALT dan AST masing-masing sebesar 111,40±4,38

U/L dan 286,40±2,52 U/L. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan

dosis 200 mg/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT

dan AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Dosis

ini juga memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan AST

pada kontrol negatif olive oil. Sehingga diketahui bahwa dosis 200 mg/kgBB

dapat menimbulkan efek penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

49

AST akibat induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB dengan %

hepatoprotektif sebesar 52,01% dan sebagai data pendukung efek hepatoprotektif

berdasarkan aktivitas serum AST sebesar 50,80%. Tetapi penurunan kadar

tersebut belum mencapai kontrol (karena menunjukkan perbedaan bermakna

dengan kelompok kontrol).

Kelompok perlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB

menunjukkan aktivitas serum ALT sebesar 168,80±3,38 U/L dan AST sebesar

430,80±3,95. Hasil uji statistik menunjukkan kelompok perlakuan dosis 400

mg/kgBB memiliki perbedaan tidak bermakna terhadap aktivitas serum ALT dan

AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB. Jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol ekstrak,

dosis 400 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000). Sehingga

diketahui bahwa dosis 400 mg/kgBB tidak dapat menimbulkan efek

penghambatan terhadap peningkatan kadar ALT dan AST akibat induksi karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kgBB.

Pada penelitian ini, kadar AST dari ketiga dosis pemberian menunjukkan

purata yang tinggi. Hal ini disebabkan karena AST tidak hanya terdapat di dalam

hati, melainkan juga ditemukan pada rangka, otot jantung, ginjal, otak, pankreas,

paru, lekosit, dan eritrosit (Pratt and Kaplan, 2000). Meskipun bukan sebagai

penanda spesifik kerusakan hati, pengukuran kadar AST dilkukan pada penelitian

ini karena AST merupakan enzim yang memiliki kadar metabolik tinggi, dapat

mengkatalisis konversi bagian nitrogen dari asam amino menjadi energi dalam

siklus Krebs. Pada kerusakan hati, kadar AST dan ALT serum mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

50

kenaikan maupun penurunan secara seirama. Namun, AST lebih sering dijadikan

sebagai data pendukung karena tidak spesifik untuk menandakan terjadinya

kerusakan hati (Pratt and Kaplan, 2000).

Pada ekstrak etanol 50% daun jarong yang diduga memberikan efek

hepatoprotektif adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid dapat

meningkatkan kadar GSH (gluthatione), yang merupakan antioksidan alami

didalam tubuh. Senyawa flavonoid juga dapat menurunkan aktivitas enzim

stokrom P450. Kedua mekanisme yang diduga berperan dalam efek

hepatoprotektif dengan menurunkan aktivitas metabolit triklorometik dalam

menyebabkan steatosis. Ketika diserang oleh radikal hidroksil, flavonoid-

flavonoid akan membentuk radikal bebas baru yang lebih stabil, yaitu radikal

fenoksil (FIO•) dan molekul air yang stabil. Radikal fenoksil kemudian akan

mengalami efek resonansi pada cincin aromatiknya, hal ini yang menyebabkan

radikal fenoksil memiliki stabilitas yang lebih tinggi daripada OH•. Radikal

fenoksil ini akan mengalami reaksi terminasi untuk menstabilkan diri, yaitu

bergabung dengan radikal bebas lain.

Karbon tetraklorida dapat menaikkan aktivitas ALT-AST serum

dikarenakan adanya enzim sitokrom P-450 didalam hati maka karbon tetraklorida

akan diubah menjadi metabolit reaktif triklorometil. Radikal bebas triklorometil

dapat berikatan dengan protein dan lemak mikrosomal, serta akan bereaksi secara

langsung dengan kolesterol dan fosfolipid dan terbentuk radikal lipid yang

mengaktifkan oksigen reaktif dan terjadi peroksidasi lipid. Terjadi penghambatan

sintesis protein akibat dari terbentuknya lipid dalam hati yang mengakibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

51

terjadinya penurunan produksi lipoprotein. Lipoprotein ini bertanggungjawab

dalam transport lipid keluar dari hepatosit dan terjadi steatosis (Timbrell, 2008).

Peroksidasi lipid juga dapat menyebabkan kerusakan membran sel dan kerusakan

mitokondria. Kerusakan ini berupa gangguan integritas membran yang

menyebabkan keluarnya isi sitoplasma seperti enzim ALT. Enzim ALT yang

berada di dalam sel akan keluar dan masuk ke dalam peredaran darah sehingga

jumlah enzim ALT di dalam darah meningkat (Wahyuni, 2005).

Pada penelitian ini digunakan model hepatoksin karbon tetraklorida yang

menyebabkan kerusakan hati berupa steatosis. Sering kali toksin yang

menginduksi steatosis adalah reversible dan tidak menyebabkan kematian

hepatosit. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol

50% daun Jarong dengan menggunakan hepatoksin lainnya seperti galaktosamin

yang menyebabkan hepatitis akut pada hewan uji. Toksisitas galaktosamin

berkaitan dengan insufisiensi UDP-glukosa dan UDP-galaktosa serta

terganggunya homeostasis sel. Perubahan ini juga mengganggu sintesis protein

dan asam nukleat (Kepler dan Decker, 2003). Dari hasil penelitian tersebut

selanjutnya dapat dibandingkan besarnya efek hepatoprotektif yang dihasilkan.

Penelitian Joshi et al. (2010) menunjukkan gambaran histopatologi yang

menggambarkan bahwa dengan pemberian ekstrak etanol dosis 200 mg/kgBB

pada tikus yang telah terinduksi karbon tetraklorida mengalami regenerasi

kembali pada sel-sel hepatosit. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian

struktural histologi yang dapat digunakan sebagai data pendukung dalam menguji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

52

fungsi hati, sehingga efek hepatoprotektif yang dilihat dari penurunan kadar ALT

dan AST dapat ditegaskan dengan uji histopatologi kondisi hati.

Pada dosis tertinggi, yaitu 400 mg/kgBB terjadi penurunan efek

hepatoprotektif. Hal ini disebabkan karena flavonoid pada dosis yang lebih tinggi

dapat memicu aktivitas pro-oxidant (Rietjens et al., 2002). Pro-oxidant terbentuk

karena adanya senyawa flavonoid yang teroksidasi setelah menangkap radikal

bebas (Anzenbacher and Zanger, 2012). Senyawa inilah yang menyebabkan

penurunan efek hepatoprotektif karena senyawa ini memicu terjadinya reaksi

oksidasi yang menyebabkan kerusakan sel. Beberapa hal disampaikan untuk

penelitian selanjutnya, yaitu disarankan untuk melakukan penelitian efek

hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong menggunakan dosis dibawah 200

mg/kgBB untuk melihat seberapa besar efek hepatoprotektif yang dapat

dihasilkan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% daun

jarong dengan waktu pemberian 24 jam memberikan efek hepatoprotektif pada

tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida pada dosis 100

mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. Dosis efektif hepatoprotektif yang diperoleh adalah

sebesar 100 mg/kgBB yang ditunjukkan dengan persen hepatoprotektif sebesar

74,54% berdasarkan aktivitas serum ALT dan 56,36% berdasarkan aktivitas

serum AST.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong dengan waktu pemberian 24 jam

memiliki efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan

AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida pada dosis

100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB.

2. Dosis efektif pemberian ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida adalah sebesar 100 mg/kgBB.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

1. Uji efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi galaktosamin.

2. Uji hispatologi hati sebagai penegasan.

3. Penelitian efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun Jarong dengan variasi

dosis dibawah 200 mg/kgBB untuk mengetahui nilai hepatoprotektif yang

dapat dihasilkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

54

DAFTAR PUSTAKA

Anzenbacher, P., Zanger, U.M., 2012, Metabolism of Drugs and Other

Xenobiotics, Wiley-VCH, Germany, hal. 563.

Agoes, G., 2009, Seri Farmasi Industri-2, Teknologi Bahan Alam, ITB, Bandung,

hal. 31, 43.

ATSDR., 2005, Toxicology Profile for Carbon Tetrachloride, Departement of

Health and Humas Services, Atlanta, Georgia, hal. 172.

Baredero, M., Dayrit, M. W., dan Siswadi, Y., 2005, Klien Gangguan Hati : Seri

Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 1-10.

Chowdhury, R., 2003, Ipolamiide and α-spinasterol from Stachytarpheta

urticaefolia. Biochemical Systematics and Ecology, (31), 1209–1211.

Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Cetakan kedua,

Tribus Agriwidya, Jakarta, hal. 146-147.

Dalimartha, S., 2001, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, Cetakan

kelima, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 56, 118.

Dharma, A.P., 1996, Indonesian Medical Plants, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 99,

204.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1985,

Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. xx,

xxii.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1989,

Materia Medika Indonesia, Jilid 5, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, hal. xxii.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995,

Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta, hal. 1036.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee., G.I., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,

L.M., 2005, Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach, 7th edition,

McGrraw Hill, USA, hal. 636.

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2013, Suplemen III :Farmakope

Herbal Indonesia, Edisi I, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI, hal. xxii.

Friedman, L.S., and Keefe, E. B., 2012, Handbook of Liver Disease, 3rd edition,

Elsevier, Philadelphia, hal. 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

55

Ganong, W., dan McPhee, S.J., 2011, Patofisiologi penyakit : Pengantar Menuju

Kedokteran Klinis, Edisi kelima, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

hal. 419-462.

Gayatri, G., Ramesh, B. J., Sumalatha, N., Venkates, J., and Vidyadhara, S., 2011,

Hepatoprotective Activity of Ethanolic of Stachytarpheta indica on Wistar

Rats, Pharmacie Global, (2), 1-2.

Geregus, Z., 2008, Mechanism of Toxicity, in Klaaseen, C. D., Casarett& Doull’s Toxicology: the Basic Science Poisons, 7th edition, McGraw-Hill, New

York, hal. 57-64.

Girindra, A., 1989, Biokimia Patologi Hewan, Bogor: IPB Pr.

Gomes, A., 2015, Efek Hepatoprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Herba

Bidens Pilosa L. Terhadap Aktivitas ALT-AST Serum pada Tikus Betina

Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, 31, Universitas Sanata Dharma.

Hebel, R., 1989, Anatomi of the Laboratory Rat, The William & Wilin Company,

Baltimore, hal. 50.

Hodgson, E., dan Levi, P.E., 2004, Hepatotoxicity, in Hodgson, E., A Textbook of

Modern Toxicology, 3rd edition, John Wiley & Sons Inc., New Jersey, hal.

262-272.

Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Toxicology, 4th edition, John Wiley &

Sons Inc., New Jersey, hal. 281, 282.

Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of The Dose And Route Of

Injection, and Characterization of The Time Course of Carbon Tetrachloride

induced Hepatotoxicity In The Rat, J. Pharm. Tox. Methods, (48), 41-44.

Javaplant, 2000, Javaplant Extraction Methodology, http://www.javaplant.co.id,

diakses tanggal 10 Mei 2015.

Joshi, V. G., Sutar, P. S., Karigar, A. A., Patil, S. A., Gopalakrishna, B., and

Sureban, R. R., 2010, Screening of Ethanolic Extract of Stachytarpheta

indica L. (Vahl) Leaves for Hepatoprotective Activity, IJRAP, 174-179.

Keppler, D., Decker, K., 2003, Experimental hepatitis induced by D-

galactosamine. Exp Mol Pathol., (2), 279–290.

Kumar, V., Abbas, A. K., dan Fausto, N., 2007, Robbins & Cortan Basic

Pathology, Edisi 7, Philadelphia, USA, hal. 649.

Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology Fundamental Target Organ, and Risk

Assesment, Edisi 2, alih bahasa oleh : Nugroho Edi., UI Press, Jakarta, hal.

85-97.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

56

Maradjo, M., 1985, Flora Indonesia : Tumbuhan Liar, Cetakan ke-2, PT. Gita

Karya, Jakarta, hal. 30-31.

McGregor, D., and Lang, M., 1996, Carbon tetrachloride: Genetic Effects and

Other Modes of Action, Mutat Res, 366: 181–195.

Pearce, E.C., 2009, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia, Jakarta,

hal. 243-244.

Pilichos, C.J., Kouerinis, I.A., Zografos, G.C., Korkolisa, D.P., Prexa, A.A.,

Gazouli, M., Menenakos, E.I., 2004, Management of Carbon Tetrachloride-

induced Acute Liver Injury in Rats by Syngeneic Hepatocyte

Transplantation in Splen and Peritoneal Cavity, World J Gastroenterol

10(14), 2099-2112.

Plantamor, 2012, Stachytarpetha,

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1187, diakses tanggal 10 Mei

2015.

Rietjens, I.M.C.M., Boersma, M.G., Haan, L.D., Spenkelink, B., Awad, H.M.,

Cnubben, N.H.P., 2002, The Pro-oxidant Chemistry of The Natural

Antioxidants Vitamin C, Vitamin E, Carotenoids and Flavonoids,

Environmental Toxicology and Pharmacology, 6, 321-333. Rohdiana, D.,

2001, Aktivitas daya tangkap radikal polifenol, Majalah Jurnal Indonesia,

12:53-8.

Sahoo, S. R., Dash, R. R., and Bhatnagar, S, 2014, Phytochemical Screening and

Bioevaluation of Medicinal Plant Stachytarpheta indica Vahl,

Pharmacology & Toxicology Research, hal.1-5.

Sari, L.O., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat

dan Keamanan, Majalah Ilmu Kefarmasian UI, 03:01-07.

Schattner, A., Knobler, H., (Eds), 2008, Metabolic Aspects of Chronic Liver

Disease, Nova Publisher, New York, hal.37.

Sherwood, 2007, Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi Keenam, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 669-671.

Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, Penerbit

Balai Pustaka, Jakarta, hal. 71.

Stockham, SL., Scott, MA., 2002, Fundamentals of Clinical Veterinary

Pathology, Iowa: Iowa State University Pr.

Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta, hal. 53.

Sumantri, S., 2013, Penggunaan Trasient Elastography untuk Staging dan Grading

pada Pasien NAFLD, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 40 (2), 97-101.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

57

Tawekijpokai, J., Pimsamarn, J., 2011, Determination of Flavonoid Content and

Antioxidant Activity from Ferns by Ultrasonic Extraction, TIChE

International Conference 2011, 2.

Timbrell, J. A., 2008, Principles of Biochemical Toxicology, 4th edition, Informa

Healthcare USA, New York, hal. 308, 311.

Van Steenis C.G.G.J. 1992, Flora : untuk sekolah di Indonesia, Cetakan keenam,

PT Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 348.

Wahyuni, S., 2005, Pengaruh Daun Andrographis paniculata Ness. Terhadap

Kadar ALT dan AST Tikus Putih, GAMMA, 1 (1), hal. 45-53.

Wakchaure, D., Jain, D., Singhai, A. K., Somani, R., 2013, Hepatoprotective

Activity of Symplocos racemosa Bark on Tetrachloride-Induced Hepatic

Damage in Rats, Journal of Ayurveda & Integrative Medicine, 2 (3), hal.

137-143.

Watson, L.J., 2014, Hepatocelluler Carcinoma,

http://www.geekmedics.com/2014/03/14/hepatocelluler-carcinoma, diakses

tanggal 12 Mei 2015.

Wexler, P., Anderson, B., Peyster, A., Gad, S., Hakkinen, P. J., Kamrin, M.,

Locey, B., Mehendale, H., Pope, C., Shugart, L., 2005, Encyclopedia of

Toxicology Second Edition, Elsevier, USA, hal. 426.

WHO, 2003, Traditional Medicine,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/eml, diakses tanggal 23

Oktober 2015.

Wibowo dan Paryana, 2009, Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Indonesia, hal.

347, 348, 351, 352.

Wijesekera, R.O.B, 1991, The Medicine Plant Industry, Washington DC : CRC

Press, pp.85-90.

Wulandari, E.T. dan Hartini, Y.S., 2015, Panduan Praktikum Farmakognosi

Fitokimia, Universitas Sanata Dharma, hal. 11.

Zimmerman, H. J, 1999,Hepatototoxicity : the Adverse Effectst of Drugs and

others Chemical on the Liver, 2nd

edition, Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia, USA, hal. 126.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

58

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

59

Lampiran 1. Hasil determinasi Jarong

1b. Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikti-dikitnya dengan

benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga

2b. Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau

membelit (dengan batang, poros daun, atau tangkai daun)

3b. Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas

tersebut di atas

4b. Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau)

bunga berlainan dengan yang diterangkan diatas

6b. Dengan daun yang jelas

7b. Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupai

9b. Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit

10b. Daun tidak tersusun demikian rapat menadi rozet

11b. Tidak demikian ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat

daun dan dari anak cabang tulang daun yang ke samping dan serong ke

atas

12b. Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama

sekali

13b. Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain

14b. Semua daun duduk berhadapan

16a. Daun tunggal berlekuk atau tidak, tetapi tidak berbagi menyirip

rangkap sampai bercangap menyirip rangkap

239b. Tumbuh-tumbuhan tanpa getah

243b. Tidak hidup dari tumbuh-tumbuhan lain

244b. Susunan pertulangan daun tidak demikian, seluruhnya atau sebagian

besar tulang daun tersusun menyirip menjari atau sejajar

248b. Daun bertulang menyirip atau menjari, susunan urat daun seperti jala

249b. Daun tidak mempunyai serabut demikian, bunga berbentu lain

250b. Rumput-rumputan. Setidak-tidaknya cabangnya tidak berkayu

266b Bunga tak tersusun dalam bongkol dengan pembalut yang demikian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

60

267a. Bunga berjejal dalam karangan bunga yang menyerupai bongkol pedek

terletak di ujung atau di ketiak daun, duduk atau bertangkai

268a. Karangan bunga jelas bertangkai

269b. Daun tidak berbentuk ginjal. Setidak-tidaknya ujung batangnya tegak

270a. Bunga berbilangan 4-5. Daun kelopak dan daun mahkota masing-

masing berlekatan

109. Verbenaceae

286b. Masing-masing bunga panjangnya 1 cm

288a. Daun menjari majemuk berbilangan 3-5

109. Verbenaceae

1b. Daun Tunggal

2b. Tanaman lain

3a. Bunga dalam bulir, kadang-kadang seolah-olah dalam bongkol

4a. Buah dan bunga sebelum mekar tersembunyi dalam rongga dari poros

bulir. Bulir tipis, memanjang berbentuk ekor panjang

…………………………………3 Starchytarpheta

3 Starchytarpheta

1a. Daun berwarna hijau cerah, tidak jelas berlekuk-lekuk, tulang daun sisi dari

orde kedua dari sisi bawah tidak menonjol. Tepi bawah dari gigi daun yang tengah

paling tidak dua kali panjang tepi atas. Mahkota bunga ungu cerah

(Stachytarpheta indica)

Rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0,3-0,9 m. Daun berhadap-hadapan,

bertangkai sangat panjang, berbentuk ellips memanjang atau bulat telur, dengan

kaki yang menyempit demi sedikit, di atas bagian kaki yang bertepi rata bergigi

beringgit, berambut jarang atau tidak yang ukurannya 4-9 dan 2,5-5 cm. Bulir

bertangkai pendek, panjang 15-30 cm. Daun pelindung dengan kuat menempel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

61

kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi 4, panjang lk 0,5 cm.

tabung dasar bunga berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang lk 0,5

cm, pecah dalam 2 kendaga. Terutama di daerah dengan musi kemarau yang

tegas, di tempat cerah atau sedikit; 1-1.250 m. Jarong, J, S, Gajihan, J, Roem

jharum, Md. Stachytarpheta indica Vahl.

Sinonim dalam penulisan: Stachytarpheta indica (L.) Vahl.

Determinasi dilakukan di Yogyakarta pada tanggal 4 Maret 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

62

Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi Jarong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

63

Lampiran 3. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics

Committee (MHREC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

64

Lampiran 4. Surat keterangan penggunaan program IBM SPSS Statistics 22

Lisensi UGM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

65

Lampiran 5. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada penetapan waktu

pencuplikan darah

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Delta_ALT1 .239 5 .200* .942 5 .679

Delta_ALT2 .267 5 .200* .877 5 .294

Delta_AST1 .225 5 .200* .967 5 .855

Delta_AST2 .245 5 .200* .944 5 .696

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 ALT0 60.80 5 5.070 2.267

ALT24 181.40 5 14.311 6.400

Pair 2 ALT0 60.80 5 5.070 2.267

ALT48 74.20 5 4.438 1.985

Pair 3 ALT24 181.40 5 14.311 6.400

ALT48 74.20 5 4.438 1.985

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 ALT0 -

ALT24 -120.600 9.555 4.273 -132.464 -108.736 -28.223 4 .000

Pair 2 ALT0 -

ALT48 -13.400 7.162 3.203 -22.293 -4.507 -4.183 4 .014

Pair 3 ALT24 -

ALT48 107.200 15.595 6.974 87.836 126.564 15.371 4 .000

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 AST0 141.20 5 11.520 5.152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

66

AST24 452.40 5 72.555 32.448

Pair 2 AST0 141.20 5 11.520 5.152

AST48 156.80 5 10.305 4.609

Pair 3 AST24 452.40 5 72.555 32.448

AST48 156.80 5 10.305 4.609

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 AST0 -

AST24 -311.200 65.124 29.125 -392.063 -230.337 -10.685 4 .000

Pair 2 AST0 -

AST48 -15.600 6.465 2.891 -23.628 -7.572 -5.395 4 .006

Pair 3 AST24 -

AST48 295.600 70.213 31.400 208.420 382.780 9.414 4 .001

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

67

Lampiran 6. Analisis statistik kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol

olive oil 2 mL/kgBB

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

deltaALT .182 5 .200* .974 5 .901

deltaAST .300 5 .161 .868 5 .257

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 ALT_0 47.80 5 6.140 2.746

ALT_24 49.20 5 2.387 1.068

Pair 2 AST_0 129.00 5 5.568 2.490

AST_24 127.00 5 5.148 2.302

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

68

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 ALT_0 & ALT_24 5 -.713 .177

Pair 2 AST_0 & AST_24 5 .698 .190

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 ALT_0 - ALT_24 -1.400 8.019 3.586 -11.357 8.557 -.390 4 .716

Pair 2 AST_0 - AST_24 2.000 4.183 1.871 -3.194 7.194 1.069 4 .345

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

69

Lampiran 7. Analisis statistik kadar ALT pada perlakuan ekstrak etanol 50%

daun Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi

karbon tetraklorida 2 mL/kgBB

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

ALT 1 Kontrol Olive Oil 5 49.20 2.387 1.068

2 Kontrol CCl4 5 178.80 16.709 7.473

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 5 55.00 5.916 2.646

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 82.20 6.943 3.105

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 5 111.40 9.813 4.389

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 5 168.80 7.563 3.382

Total 30 107.57 52.636 9.610

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ALT 1 Kontrol Olive Oil .292 5 .188 .877 5 .294

2 Kontrol CCl4 .199 5 .200* .942 5 .683

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi .201 5 .200* .941 5 .672

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB .214 5 .200* .916 5 .504

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB .204 5 .200* .922 5 .544

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB .311 5 .130 .911 5 .476

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

ALT 2.583 5 24 .053

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

70

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

ALT Between Groups 78258.967 5 15651.793 180.044 .000

Within Groups 2086.400 24 86.933 Total 80345.367 29

Multiple Comparisons

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference (I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

ALT Tukey HSD

1 Kontrol Olive Oil 2 Kontrol CCl4 -129.600* 5.897 .000 -147.83 -111.37

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi -5.800 5.897 .919 -24.03 12.43

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB -33.000* 5.897 .000 -51.23 -14.77

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB -62.200* 5.897 .000 -80.43 -43.97

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB -119.600* 5.897 .000 -137.83 -101.37

2 Kontrol CCl4 1 Kontrol Olive Oil 129.600* 5.897 .000 111.37 147.83

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 123.800* 5.897 .000 105.57 142.03

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 96.600* 5.897 .000 78.37 114.83

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 67.400* 5.897 .000 49.17 85.63

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 10.000 5.897 .547 -8.23 28.23

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi

1 Kontrol Olive Oil 5.800 5.897 .919 -12.43 24.03

2 Kontrol CCl4 -123.800* 5.897 .000 -142.03 -105.57

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB -27.200* 5.897 .001 -45.43 -8.97

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB -56.400* 5.897 .000 -74.63 -38.17

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB -113.800* 5.897 .000 -132.03 -95.57

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB

1 Kontrol Olive Oil 33.000* 5.897 .000 14.77 51.23

2 Kontrol CCl4 -96.600* 5.897 .000 -114.83 -78.37

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 27.200* 5.897 .001 8.97 45.43

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB -29.200* 5.897 .001 -47.43 -10.97

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB -86.600* 5.897 .000 -104.83 -68.37

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB

1 Kontrol Olive Oil 62.200* 5.897 .000 43.97 80.43

2 Kontrol CCl4 -67.400* 5.897 .000 -85.63 -49.17

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 56.400* 5.897 .000 38.17 74.63

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 29.200* 5.897 .001 10.97 47.43

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB -57.400* 5.897 .000 -75.63 -39.17

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB

1 Kontrol Olive Oil 119.600* 5.897 .000 101.37 137.83

2 Kontrol CCl4 -10.000 5.897 .547 -28.23 8.23

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 113.800* 5.897 .000 95.57 132.03

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 86.600* 5.897 .000 68.37 104.83

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 57.400* 5.897 .000 39.17 75.63

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

71

Lampiran 8. Analisis statistik kadar AST pada perlakuan ekstrak etanol 50% daun

Jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) setelah induksi karbon

tetraklorida 2 mL/kgBB

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

AST 1 Kontrol Olive Oil 5 127.00 5.148 2.302

2 Kontrol CCl4 5 451.00 72.017 32.207

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi 5 120.00 29.967 13.401

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 5 268.40 15.534 6.947

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 5 286.40 5.639 2.522

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB 5 430.80 8.843 3.955

Total 30 280.60 135.401 24.721

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AST 1 Kontrol Olive Oil .181 5 .200* .960 5 .809

2 Kontrol CCl4 .287 5 .200* .909 5 .461

3 Kontrol Ekstrak Dosis Tertinggi .392 5 .011 .685 5 .007

4 Perlakuan Ekstrak Dosis 100mg/kgBB .341 5 .058 .825 5 .127

5 Perlakuan Ekstrak Dosis 200mg/kgBB .198 5 .200* .950 5 .739

6 Perlakuan Ekstrak Dosis 400mg/kgBB .219 5 .200* .902 5 .419

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

72

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

AST 8.947 5 24 .000

Kruskall-Walis Test

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontol olive oil 5 3,00 15,00

kontrol CCl4 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontol olive oil 5 7,00 35,00

Kontrol ekstrak tertinggi 5 4,00 20,00

Total 10

Test Statisticsb

ast

Mann-Whitney U 5,000

Wilcoxon W 20,000

Z -1,567

Asymp. Sig. (2-tailed) ,117

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

73

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontol olive oil 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 100mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontol olive oil 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 200 mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

74

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontol olive oil 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 400mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast kontrol CCl4 5 8,00 40,00

Kontrol ekstrak tertinggi 5 3,00 15,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast kontrol CCl4 5 8,00 40,00

Dosis ekstrak 100mg/kgBB 5 3,00 15,00

Total 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

75

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast kontrol CCl4 5 8,00 40,00

Dosis ekstrak 200 mg/kgBB 5 3,00 15,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast kontrol CCl4 5 6,00 30,00

Dosis ekstrak 400mg/kgBB 5 5,00 25,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U 10,000

Wilcoxon W 25,000

Z -,522

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

76

Asymp. Sig. (2-tailed) ,602

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,690a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontrol ekstrak tertinggi 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 100mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontrol ekstrak tertinggi 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 200 mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Kontrol ekstrak tertinggi 5 3,00 15,00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

77

Dosis ekstrak 400mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Dosis ekstrak 100mg/kgBB 5 3,20 16,00

Dosis ekstrak 200 mg/kgBB 5 7,80 39,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U 1,000

Wilcoxon W 16,000

Z -2,402

Asymp. Sig. (2-tailed) ,016

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: jenis

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Dosis ekstrak 100mg/kgBB 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 400mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

78

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

ast Dosis ekstrak 200 mg/kgBB 5 3,00 15,00

Dosis ekstrak 400mg/kgBB 5 8,00 40,00

Total 10

Test Statisticsb

Ast

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 15,000

Z -2,611

Asymp. Sig. (2-tailed) ,009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

79

Lampiran 9. Perhitungan efek hepatoprotektif

ALT

− � � �� � � − � � �� � �� � �� ℎ � � − � � �� � � x 100%

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 100 mg/kgBB

= − , − ,, − , x 100%

= 74,537%

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 200 mg/kgBB

=

− , − ,, − , x 100%

= 52,006%

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 400 mg/kgBB

= − , − ,, − , x100%

= 7,716%

AST

− � � � � � − � � � � �� � � ℎ � � − � � � � � x 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

80

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 100 mg/kgBB

= − , − ,, − , x 100%

= 56,358%

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 200 mg/kgBB

= − , − ,, − , x 100%

= 50,802%

Efek hepatoprotektif kelompok praperlakuan ekstrak etanol 50% daun jarong

(Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) dosis 400 mg/kgBB

= − , − ,, − , x 100%

= 6,234%

Lampiran 10. Perhitungan konversi dosis ekstrak etanol 50% daun Jarong

Nilai konversi tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56

Dosis untuk manusia 70 kg = dosis tikus 200 g x nilai konversi

Maka dosis ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.)

untuk manusia yaitu :

Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 100 mg/kgBB

= 0,02 g/200gBB x 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

81

= 1,12 g/70kgBB

= 0,016 g/kgBB

Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 200 mg/kgBB

= 0,04 g/200gBB x 56

= 2,24 g/70kgBB

= 0,032 g/kgBB

Ekstrak etanol 50% daun jarong dosis 400 mg/kgBB

= 0,08 g/200gBB x 56

= 4,48 g/70kgBB

= 0,064 g/kgB

Lampiran 11. Perhitungan rendemen ekstrak etanol 50% daun jarong

Replikasi

I

Replikasi

II

Replikasi

III

Replikasi

IV

5,56 g 4,52 g 6,25 g 4,26 g

Bobot ekstrak yang diperoleh (rata-rata) = , g+ , g+ , g+ , g = , g

SD perolehan ekstrak kental = 0,80

CV perolehan ekstrak kental = 0,92

Persen rendemen ekstrak kental = , � % = 7, %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

82

Lampiran 12. Penetapan kadar air serbuk daun Jarong

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri dengan

menggunakan alat moisture balance. Sampel dipanaskan pada suhu 105oC selama

15 menit. Hasil penetapan kadar air yaitu:

Replikasi I

= 7,865%

Replikasi II

= 9,047%

Replikasi III

= 8,218%

Replikasi IV

= 7,912%

Rata-rata kadar air adalah 8,26%, telah memenuhi persyaratan kurang dari 10%.

X 100%

X 100%

X 100%

X 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Laboratorium Anatomi-Fisiologi, Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Kunto selaku laboran

83

BIOGRAFI PENULIS

Penulis Skripsi dengan judul “Efek Hepatoprotektif

Ekstrak Etanol 50% Daun Jarong (Stachytarpheta

indica (L.) Vahl.) Terhadap Aktivitas Alanin

Aminotransferase dan Aspartate Aminotransferase

Pada Tikus Jantan Galur Wistar Terinduksi Karbon

Tetraklorida” dengan nama lengkap Hosianna Yossi

Agustina lahir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada

tanggal 24 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara pasangan Drs. Fredie Anderson, S.Sos

dan Eny Jenan. Pendidikan formal yang telah ditempuh

penulis, yaitu TK Afiat Bina Palangkaraya (1999-2000),

SDN 1 Kapuas Tengah (2000-2006), SMPN 8

Palangkaraya (2006-2009), SMAN 4 Palangkaraya (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis

melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa

menempuh pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan, seperti Action Plan

Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia Wilayah Yogyakarta sebagai anggota divisi

perlengkapan (2013), Pharmacy Competition sebagai anggota divisi hubungan masyarakat

(2013), Inisiasi Sanata Dharma sebagai anggota divisi medis (2013) dan sekretaris bidang

acara (2014), Sumpahan Apoteker angkatan XXVI sebagai anggota divisi konsumsi (2014),

Live in Persekutuan Mahasiswa Kristen Apostolos sebagai koordinator divisi medis (2014),

Malam Penghargaan Mahasiswa Berprestasi Universitas sebagai among tamu (2014), Soft

Opening Peresmian Auditorium Universitas sebagai among tamu (2015), serta dalam

kepengurusan Persekutuan Mahasiswa Kristen Apostolos sebagai sekretaris (2013-2014) dan

organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas sebagai sekretaris II (2014-2015). Penulis

pernah menjadi asisten praktikum Farmakologi-Toksikologi (2014) dan mengikuti Program

Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) lolos didanai Kemenristek

Dikti (2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI