PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileIpang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileIpang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan...
i
PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI DAN SIFAT FISIK
PASTA GIGI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL TEH HIJAU
TERHADAP Streptococcus mutans
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Siska Triyuniar Kusumastuti
NIM : 088114084
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas kita bukanlah untuk berhasilTugas kita adalah untuk mencoba,Karena di dalam mencoba itulah,kita menemukan dan belajarMembangun kesempatan untuk berhasil……
-Mario Teguh-
Kupersembahkan karya kecil ini untuk :Ayah, Ibu, Mas Agung, Mas Didik yang paling
kucintai, kusayangi, dan kuhormati di dunia ini, yang selalumencintaiku, menyayangiku, dan berbagi senyum
Sahabat sahabatku yang selalu mendukungkuTeman teman Farmasi tercinta
My dearest one “ Bowo”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, tuntunan serta penyertaan dan kasih karunia yang telah
diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Perbandingan Daya Antibakteri dan Sifat Fisik Pasta Gigi
Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Streptococcus mutans ” dengan
baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu
(S1) Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat yang telah diberikan kepada penulis.
2. Ayah dan ibu tercinta atas kasih sayang, doa restu, dukungan semangat,
pengertian yang tiada henti serta bantuan finansial hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini,
dan telah memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan
kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
5. Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt. selaku dosen pendamping yang dengan sabar
membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada
penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
6. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku penguji yang memberikan saran dan
kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan
naskah skripsi.
7. C.M Ratna Rini Nastiti, M.Pharm.,Apt. selaku penguji yang memberikan
saran dan kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses
menyempurnakan naskah skripsi.
8. Kakak kakakku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa,
dukungan semangat, pengertian yang secara tidak langsung membantu
terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman kelompok penelitian, Adelia Indah Pratiwi, Yanuar Prasetya,
dan Irene Aninditya Putri Ahtha yang telah saling menguatkan, memberikan
semangat dan bantuan kepada penulis serta bersama-sama menjalani suka dan
duka selama menjalankan penelitian ini.
10. Sahabat-sahabatku Ayesa Syenina, Amelia Ernesta, Dina Christiana, Fransisca
Dian, Margareta Ratih, yang selalu mendengarkan, memberikan dukungan,
inspirasi dan motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
11. Inocensius Ibnu Wibowo yang telah memberikan banyak sekali pelajaran
penting dalam menjalani hidup ini, dorongan semangat yang tidak pernah ada
habisnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
12. Teman-teman kelas FKK A 2008, terima kasih atas 2 tahun kebersamaannya
dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani kuliah
dan praktikum serta dorongan semangat dan doa yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.
13. Pak Musrifin, Pak Mukmin, Mas Otok, Mas Bimo, serta laboran-laboran yang
lain yang telah membantu Penulis selama penelitian
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................
PRAKATA........................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
DAFTAR TABEL……………………………….............................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................
INTISARI..........................................................................................
ABSTRACT........................................................................................
BAB I. PENGANTAR.......................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
1. Rumusan masalah...................................................................
2. Keaslian penelitian..................................................................
3. Manfaat penelitian..................................................................
B. Tujuan Penelitian..........................................................................
1. Tujuan umum.........................................................................
2. Tujuan khusus........................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xiv
xvi
xvii
xix
xx
1
1
4
4
5
5
5
5
DAFTAR ISI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................
A. Karies Gigi………………………………………………………
B. Teh (Camelia sinensis L.)............................................................
1. Keterangan botani.....................................................................
2. Penggolongan teh..................................................................
3. Kandungan kimia dan manfaat teh hijau..................................
C. Ekstraksi.....................................................................................
D. Pasta Gigi...................................................................................
E. Pengujian Senyawa Antibakteri dan Potensi Antibakteri.............
F. Streptococcus mutans................................................................
G. Landasan Teori..............................................................................
H. Hipotesis........................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...............................
1. Variabel penelitian....................................................................
2. Definisi operasional.................................................................
C. Alat Penelitian...............................................................................
D. Bahan Penelitian...........................................................................
E. Tata Cara Penelitian......................................................................
1. Pemilihan bahan dan identifikasi teh hijau.............................
2. Pembuatan serbuk teh hijau....................................................
3. Pembuatan infusa teh hijau.....................................................
6
6
7
7
8
9
9
11
15
18
19
20
21
21
22
21
22
24
24
24
24
25
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
4. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau.........................................
5. Pembuatan formula standar pasta gigi dan formula
modifikasi pasta gigi...............................................................
6. Pembuatan pasta gigi infusa teh hijau....................................
7. Pembuatan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau........................
8. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau terhadap Streptococcus mutans......................................
a. Pembuatan variasi konsentrasi infusa teh hijau ……….…
b. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau…..
c. Penyiapan bakteri uji dan pembuatan media Nutrien Agar
(NA)………………………………………………………
d. Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau secara difusi sumuran..............................
9. Uji sifat fisik pasta gigi...........................................................
a. Warna dan bau................................................................
b. pH.................................................................................
c. Viskositas........................................................................
d. Sag.................................................................................
F. Analisis Data.................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................
A. Pemilihan bahan dan identifikasi teh hijau………………….....
B. Pembuatan serbuk teh hijau……………………………………..
C. Pembuatan infusa teh hijau dan verifikasi kandungan senyawa
25
25
26
26
27
27
28
29
29
30
30
31
31
31
33
34
34
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
EGCG dalam infusa teh hijau…………………………………...
D. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau dan verifikasi kandungan
senyawa EGCG dalam ekstrak etanol teh hijau ………………..
E. Pasta gigi infusa teh hijau dan ekstrak etanol teh hijau………....
F. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.....................
1. Pembuatan variasi konsentrasi senyawa uji.............................
2. Penyiapan bakteri uji...............................................................
3. Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau secara difusi sumuran.....................................
4. Perbandingan daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak
setanol teh hijau terhadap pertumbuhan S.mutans...................
G. Pengujian sifat fisik pasta gigi………………………………….
1. Warna dan bau........................................................................
2. pH............................................................................................
3. Viskositas................................................................................
4. Sag..........................................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
LAMPIRAN........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS........................................................................
36
38
40
45
46
46
47
58
60
60
61
62
69
75
75
75
76
80
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula standar pasta gigi …………………………………. 25
Tabel II. Formula modifikasi pasta gigi infusa teh hijau……………... 25
Tabel III Formula modifikasi pasta gigi ekstrak etanol teh hijau……. 26
Tabel IV. Variasi konsentrasi katekin dalam infusa teh hijau………… 27
Tabel V. Variasi konsentrasi katekin dalam ekstrak etanol teh hijau… 28
Tabel VI. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa etanol teh
hijau berdasarkan diameter zona hambat……….................. 52
Tabel VII. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau berdasarkan diameter zona hambat………............. 57
Tabel VIII. Uji normalitas daya antibakteri infusa dan ekstrak etanol teh
hijau pasta gigi pada konsentrasi 0.5 mg/g ............................ 58
Tabel IX. Uji T tidak berpasangan daya antibakteri pasta gigi infusa
dan ekstrak etanol teh hijau pada konsentrasi 0.5 mg/g……. 59
Tabel X. Rata rata pH pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
waktu penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari…………… 62
Tabel XI. Rata- rata viskositas pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau ………………………………....................................... 63
Tabel XII. Uji T berpasangan viskositas pasta gigi infusa teh hijau
selama 48 jam dan 35 hari penyimpanan pada konsentrasi
0,5 mg/g ……………………………………………………. 65
Tabel XIII. Uji T berpasangan viskositas pasta gigi ekstrak etanol teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
hijau pada 48 jam dan 35 hari penyimpanan pada
konsentrasi 0,5 mg/g ……………………………………….. 66
Tabel XIV. Uji T tidak berpasangan viskositas pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau pada 48 jam penyimpanan pada
konsentrasi 0,5 mg/g ……………………………………….. 67
Tabel XV. Uji T tidak berpasangan viskositas pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau selama 35 hari penyimpanan pada
konsentrasi 0.5 mg/g………………………………………... 68
Tabel XVI. Rata rata sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau 70
Tabel XVII. Uji T berpasangan nilai sag pasta gigi infusa teh hijau pada
48 jam dan 35 hari penyimpanan pada konsentrasi 0,5 mg/g. 71
TabelXVIII. Uji T berpasangan nilai sag pasta gigi ekstrak etanol teh
hijau pada 48 jam dan 35 hari penyimpanaan pada
konsentrasi 0.5 mg/g………………………………………... 72
TabelXIX. Uji T tidak berpasangan nilai sag pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau pada 48 jam penyimpanaan pada
konsentrasi 0.5 mg/g………………………………………... 73
Tabel XX Uji T tidak berpasangan nilai sag pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau pada 35 hari penyimpanaan pada
konsentrasi 0.5 mg/g………………………………………... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 1. Struktur katekin............................................................. 9
Gambar 2. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa teh
hijau terhadap Streptococcus mutans............................... 51
Gambar 3. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau terhadap Streptococcus mutans............. 55
DAFTAR GAMBAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Teh Hijau…………………… 80
Lampiran 2. Certificate of Analysis Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM… 81
Lampiran 3. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Teh Hijau dari LPPT
UGM…………………………………………………………. 82
Lampiran 4. Proses Ekstraksi Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM………… 83
Lampiran 5. Data Pembuatan Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM………… 84
Lampiran 6. Penentuan Senyawa Identitas Infusa Teh Hijau Secara
Kualitatif dan Kuantitatif …………………………………… 85
Lampiran 7. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau dari LPPT
UGM……………………………………………………….... 87
Lampiran 8. Data Pembuatan Ekstrak Etanol Hijau dari LPPT UGM….... 88
Lampiran 9. Penentuan Senyawa Identitas Ekstrak Etanol Teh Hijau
secara Kualitatif dan Kuantitatif ……………………………. 89
Lampiran 10. Data Perbandingan Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Infusa
dan Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans…………………………………………… 91
Lampiran 11. Data Uji Warna dan Bau Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak
Etanol Teh Hijau …………………………………………..... 93
Lampiran 12. Data Uji pH Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau. 95
Lampiran 13. Data Uji Viskositas Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol
Teh Hijau ............................................................................. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 14. Data Uji Sag Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau 99
Lampiran 15. Uji Statistik Sifat Fisik Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol
Teh Hijau ……………………………………………………. 102
Lampiran 16. Data Perbandingan Viskositas Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak
Etanol Teh Hijau ………………………………………………….. 107
Lampiran 17. Data Perbandingan Nilai Sag Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak
Etanol Teh Hijau ………………………………………………… 106
Lampiran 18 Dokumentasi Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh
Hijau…………………………………………………………. 110
Lampiran 19 Dokumentasi Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Infusa Teh
Hijau ………………………………………………………… 111
Lampiran 20 Dokumentasi Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak Etanol
Teh Hijau ……………………………………………………. 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Teh hijau dapat menghambat pembentukan plak penyebab karies gigikarena adanya zat aktif yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteriyaitu katekin, khususnya EGCG. Katekin mampu menghambat pertumbuhanbakteri penyebab plak gigi, yakni Streptococcus mutans, sehingga bakteri tersebuttidak dapat menempel pada plak dan berkembang biak menjadi karies gigi.Penyarian senyawa katekin dilakukan dengan metode infundasi dan maserasi.Pemeliharaan kesehatan mulut melalui kontrol plak dengan sikat gigi dan pastagigi secara teratur terbukti efektif dalam menghilangkan plak penyebab kariesgigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan daya antibakteripasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau terhadap S.mutans dan mengetahuiperbandingan sifat fisik pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau dilihat daristabilitas yaitu viskositas dan sag.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pengujian daya antibakteridilakukan dengan membuat 4 variasi formulasi pasta gigi dengan konsentrasikatekin (EGCG) 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/g dan diuji daya antibakterinya denganmenggunakan metode difusi sumuran. Daya antibakteri diukur berdasarkandiameter zona hambat dibandingkan dengan kontrol negatif (basis pasta).Pengujian sifat fisik pasta gigi, meliputi warna, bau, pH, viskositas dan sag.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancanganpenelitian acak lengkap pola searah. Analisis diskriptif untuk analisis pengujiansifat fisik pasta gigi (uji warna, bau, dan pH) serta analisis statistik untuk melihatsignifikansi perbedaan daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol tehhijau dan signifikasi perbedaan nilai viskositas dan nilai sag.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasta gigi infusa teh hijau danekstrak etanol teh hijau memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans.Hasil analisis uji T tidak berpasangan menunjukkan adanya perbedaan bermaknadaya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau terhadappertumbuhan S.mutans dilihat dari nilai p <0,05 (berbeda signifikan). Pasta gigimemiliki sifat fisik yang stabil berdasarkan nilai viskositas dan sag dilihat darinilai p> 0,05 yang menunjukkan perbedaan tidak bermakna.
Kata kunci : infusa teh hijau, ekstrak etanol teh hijau, daya antibakteri, pastagigi, Streptococcus mutans, diameter zona hambat, difusi sumuran, sifat fisikpasta gigi (warna, bau, pH, viskositas, dan sag).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Green tea can inhibit the formation of dental caries due to catechins, i.eEpigallocatechin Galat (EGCG) the active substances that play a role in inhibitingthe growth of bacteria. These catechin compounds are capable of inhibiting thegrowth of bacteria that cause dental caries, i.e. Streptococcus mutans. Catechincompounds can be extracted by using infundation and maceration. Catechincompounds can be formulated into a toothpaste preparation. Maintenance of oralhealth through plaque control with a toothbrush and regular toothpaste has beenproven to be effective in removing plaque causes dental caries. This study wereaimed to create a formula toothpaste preparations infusion and ethanol extracts ofgreen tea which was then tested to antibacterial infusion and ethanol extracts ofgreen tea in the preparation of toothpaste on the growth of S.mutans and comparethe physical properties.
Stages of the research conducted were with evaluation antibacterialactivity was done by 4 variations formulated toothpaste with concentrations ofcatechins (EGCG) 0,2; 0,3; 0,4; and 0,5 mg /g which were then tested using themethod of well diffusion. Antibacterial activity is indicated by the diameter ofinhibitory zones. Evaluation the physical properties of toothpaste preparation,including color, odor, pH, viscosity and sag. This study was a purely experimentalstudy with randomized study design complete unidirectional pattern. The datawere then analysed statistically by using T Test.
The results showed that the preparation of green tea infusion toothpasteand toothpaste preparation of ethanol extracts of green tea had antibacterialpotential against S.mutans. Results of unpaired T test analysis showed significantdifferences in the antibacterial toothpaste preparations infusion and ethanolextracts of green tea on growth S.mutans, which was seen from the p-value <0.05.however the physical properties of two kinds of formulation showed no difference(p > 0.05).
Key words: green tea infusion, green tea ethanol extract, antibacterial power,toothpaste, Streptococcus mutans, inhibitory zone, diffusion wells, physicalproperties of toothpaste (color, odor, pH, viscosity and sag).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Karies gigi adalah penyakit keropos yang dimulai di lokasi tertentu pada
bagian gigi, dan diikuti proses kerusakan gigi secara cepat (Koswara,2007).
Penyebab karies gigi ada beberapa faktor yaitu faktor host; faktor mikroba
misalnya bakteri Streptococcus mutans; faktor substrat; dan waktu. S.mutans
merupakan pencetus timbulnya plak gigi yang merupakan faktor primer terjadinya
karies gigi. Mekanisme pembentukan plak yaitu sukrosa yang berasal dari
makanan akan didegradasi oleh aktivitas enzimatik S.mutans menjadi glukosa dan
fruktosa yang selanjutnya akan diubah secara fermentasi menjadi polisakarida
ekstraseluler (glukan) dan asam dengan bantuan enzim glukosiltransferase yang
dihasilkan dari S.mutans. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini akan
membantu proses pembentukan plak. Akibat adanya pembentukan plak oleh
polisakarida ekstraseluler (glukan) ini menyebabkan demineralisasi email. Jika
proses ini terus menerus terjadi dan tidak dilakukan penanggulangan, hal inilah
yang mampu memicu timbulnya karies gigi (Panjaitan,1997).
Salah satu jenis teh yang digunakan untuk mencegah pembentukan plak
penyebab karies gigi adalah teh hijau (Handajani,1997). Teh hijau terbuat dari
pucuk daun muda tanaman teh (Camelia sinensis L.) yang tidak mengalami
fermentasi. Jenis teh ini mengandung katekin lebih banyak dibandingkan dengan
jenis teh yang lain karena perbedaan dalam tata cara proses pengolahan daun teh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Teh hijau dapat menghambat pembentukan plak penyebab karies gigi karena
adanya zat aktif yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu
katekin (Hartoyo, 2003). Pada penelitian yang dilakukan secara in vitro oleh
Pratikno (2003), senyawa katekin yang terkandung dalam teh hijau memiliki daya
antibakteri dengan KHM sebesar 0,5 mg/mL dan KBM sebesar 1,0 mg/mL.
Dalam studi in vitro, senyawa katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri, baik gram positif maupun gram negatif yang menyebabkan sistitis, diare,
karies gigi, pneumonia dan infeksi kulit (You, 1993).
Kandungan senyawa aktif dalam teh hijau, terutama katekin, dapat
diekstraksi dengan berbagai macam metode ekstraksi. Misalnya metode infundasi
dan maserasi. Pada metode infundasi, penyari yang digunakan adalah air karena
katekin termasuk golongan flavonoid yang larut dalam air panas. Kelebihan dari
air adalah air murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap, tidak
mudah terbakar, tidak beracun, dan alamiah, tetapi kerugiannya adalah
menghasilkan infusa yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan
kapang. Pada metode maserasi, etanol dipilih sebagai penyari untuk mendapatkan
zat aktif yang terlarut dalam pelarut polar, khususnya flavonoid. Kelebihan etanol
adalah lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas,
tidak beracun, netral, dapat bercampur dengan air dan panas yang dibutuhkan
untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol selain harganya yang relatif mahal, bersifat
universal yang artinya senyawa polar dan non polar dapat tersari di dalamnya
(DepKes RI,1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya pembentukan plak penyebab
karies gigi adalah menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi. Pemeliharaan
kesehatan mulut dengan pasta gigi yang mengandung senyawa antibakteri secara
teratur telah terbukti efektif dalam menghilangkan plak penyebab karies gigi
(Pistorius, Willershausen, Steinmeier, dan Kreisler, 2003). Fluor pada pasta gigi
dapat memperbaiki struktur gigi yang resisten terhadap kerusakan gigi tetapi tidak
dapat membunuh bakteri penyebab karies gigi secara efektif dan menyebabkan
fluorisasi email pada penggunaan berlebih (Tyasrini, Rusmana, dan Widya, 2004).
Kini kontrol plak dilengkapi dengan penambahan zat aktif yang
mengandung bahan dasar alami sebagai antibakteri. Salah satu zat yang umum
ditambahkan ke dalam pasta gigi adalah ekstrak bahan herbal suatu tanaman.
Keunggulan dari pasta gigi herbal adalah adanya senyawa aktif dalam suatu
tanaman yang bersifat aman dan alami dibandingkan pasta gigi non herbal yang
memiliki efek samping dalam penggunaan berlebih. Pasta gigi herbal dapat
membantu mengontrol plak yang memiliki efektivitas yang sama dengan pasta
gigi non herbal sehingga dapat meningkatkan kesehatan gigi. Suatu sediaan dapat
dikatakan baik apabila memiliki karakterisasi sifat fisik yang baik, dilihat dari uji
organoleptis seperti warna, bau, pH, serta stabil dalam penyimpanan dilihat dari
nilai viskositas dan nilai sag (Garlen,1996).
Penelitian untuk dilakukan untuk menjadikan infusa dan ekstrak etanol teh
hijau dapat diformulasikan sebagai pasta gigi yang berkualitas dan dapat
digunakan sebagai pengembangan formulasi pasta gigi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1. Rumusan masalah
a. Apakah ada perbedaan daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau terhadap pertumbuhan S.mutans?
b. Apakah ada perbedaan sifat fisik pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
dilihat dari stabilitas pasta gigi yaitu nilai viskositas dan nilai sag?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian mengenai
perbandingan daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau terhadap Streptococcus mutans belum pernah dilakukan.
Penelitian terkait dilakukan oleh Pratikno (2003) tentang “Pengaruh Daya
Antibakterial Teh Hijau Dalam Mencegah Karies Gigi“ yang menunjukkan
bahwa senyawa katekin yang terkandung dalam teh hijau memiliki daya
antibakteri mengurangi terbentuknya plak penyebab karies gigi dengan cara
menghambat enzim glukosiltransferase yang dihasilkan S. mutans dengan KHM
sebesar 0,5 mg/mL dan KBM sebesar 1,0 mg/mL. Penelitian lain dilakukan oleh
Pratiwi (2005) tentang “Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans
dari Beberapa Pasta Gigi yang Mengandung Herbal” yang hasilnya menunjukkan
bahwa semua pasta gigi mempunyai daya hambat terhadap S. mutans dengan
kemampuan yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Menambah informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai perbandingan daya
antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau terhadap
pertumbuhan S.mutans.
b. Manfaat praktis
Dapat dihasilkannya suatu formula pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau sebagai antibakteri.
B . Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui perbandingan daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol
teh hijau terhadap pertumbuhan S. mutans.
b. Mengetahui perbandingan sifat fisik pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau dilihat dari stabilitas pasta gigi yaitu nilai viskositas dan nilai sag.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang merusak struktur gigi yang
dapat terjadi pada email, dentin, dan akar gigi. Karies gigi merupakan penyakit
multifaktorial karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya
karies yaitu faktor host, faktor mikroba misalnya Streptococcus mutans, faktor
substrat dan waktu (Panjaitan, 1997). Banyak mikroba yang hidup di plak rongga
mulut dan di antaranya terlibat dalam proses demineralisasi gigi. Ada tiga spesies
mikroba yang terlibat dalam kariogenesis yaitu S.mutans, Lactobacillus sp. dan
Actinomyces sp. Hasil studi epidemiologi menunjukkan keberadaan bakteri dalam
rongga mulut, seperti S.mutans dan Lactobacillus berkorelasi dengan prevalensi
karies gigi. Setiap milligram plak mengandung lebih dari 1010 Colony Forming
Unit (CFU) bakteri. S.mutans berperan dalam tahap awal terbentuknya plak
dengan cara merusak bagian luar permukaan enamel, yang kemudian bakteri
lainnya seperti Lactobacilus yang akan mengambil alih peran pada karies yang
lebih dalam dan akan lebih merusak (Katsumura, 2008).
Terjadinya karies gigi berhubungan erat dengan plak, yaitu material
lembut yang melekat erat pada permukaan gigi dan tidak dapat dibuang dengan
kumur-kumur air saja. Bakteri S.mutans penyebab plak gigi ini akan menempel
beberapa menit setelah menyikat gigi. Email gigi yang tidak tertutup oleh kotoran
akan bersentuhan dengan air liur sehingga dalam beberapa menit akan terbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
lapisan pelikel. Pelikel merupakan endapan glikoprotein yang berasal dari air liur
dan bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada permukaan pelikel sehingga
terbentuklah plak (Kidd dan Bechal, 1992).
Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah
bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraseluler, yaitu Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam
jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans. S.mutans
merupakan pencetus timbulnya plak gigi yang merupakan faktor primer terjadinya
karies gigi. Plak yang terbentuk disebabkan sukrosa yang berasal dari makanan
didegradasi oleh aktivitas enzimatik S.mutans menjadi glukosa dan fruktosa yang
selanjutnya akan diubah secara fermentasi menjadi polisakarida ekstraseluler
(glukan) dan asam dengan bantuan enzim glukosiltransferase yang dihasilkan dari
S.mutans. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini akan membantu proses
pembentukan plak. Akibat adanya pembentukan plak oleh polisakarida
ekstraseluler (glukan) ini menyebabkan demineralisasi email. Jika proses ini terus
menerus terjadi dan tidak dilakukan penanggulangan, hal inilah yang mampu
memicu timbulnya karies gigi (Panjaitan,1997).
B. Teh ( Camelia sinensis L. )
1. Keterangan botani
Tea atau yang dikenal dengan nama teh (Camelia sinensis L.) merupakan
suatu tanaman yang berasal dari famili Theaceae dan genus Camelia. Tanaman
teh dapat tumbuh pada kisaran suhu udara 28-30 oC dan untuk pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
optimumnya pada suhu tanah berkisar 20-25 oC. Tanaman teh juga dapat tumbuh
pada berbagai tipe tanah (Hartoyo,2003). Daun teh ini tidak berbau, tidak berasa,
dan lama kelamaan kelat. Daun tunggal berbentuk lonjong memanjang dengan
pangkal daun runcing, bergerigi. Tangkai daun pendek, panjang 0,2 - 0,4 cm,
panjang daun 6,5 - 15,0 cm, lebar daun 1,5 - 5,0 cm (DepKes RI, 1989).
2. Penggolongan teh
Ada tiga tipe utama penggolongan teh, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh
hitam. Secara umum teh hijau merupakan teh yang tidak difermentasi, teh oolong
merupakan teh yang mengalami fermentasi sebagian dan teh hitam merupakan teh
yang mengalami fermentasi penuh. Teh hijau merupakan teh yang diambil dari
daun pucuk segar, cara pembuatannya dengan melalui proses pemanasan
(pelayuan) menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin
dapat dicegah (Hartoyo, 2003).
3. Kandungan kimia dan manfaat teh hijau
Katekin merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol dengan
titik didih sekitar 960C (Hartoyo, 2003). Kandungan kimia yang terdapat dalam
teh adalah polifenol, katekin, metilxantin, dan substansi perasa dan pengaroma
serta kandungan lainnya. Polifenol teh hijau mencakup 30% berat kering teh. Saat
diseduh selama 5 menit, kandungan polifenol yang terlarut terbanyak adalah
katekin yang terdiri dari epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin
gallate (ECG), epigallocatechin gallate (EGCG), epigallate (EG), catechin (C)
(Mbata, Debiao, dan Saikia, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1. Struktur katekin
(O’Neil, Smith, Heckelman, Obenchain, Gallipeau, D’Arecca, 2001)
Kandungan katekin dalam teh hijau dapat menghambat pertumbuhan
bakteri penyebab plak pada permukaan gigi. Kandungan katekin dalam teh yang
paling dominan berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri penyebab
plak gigi adalah epigallocatechin gallate (EGCG). Mekanisme katekin yaitu
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan
hidrogen, sehingga akan terbentuk suatu kompleks protein. Akan tetapi, kompleks
protein yang terbentuk relatif lemah sehingga akan segera terurai dan gugusan
fenol akan terpenetrasi ke dalam sel dan menyebabkan denaturasi protein yang
pada akhirnya menyebabkan pelisisan sel bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).
Teh hijau dapat digunakan untuk mencegah penyakit jantung dan stroke,
mengobati sakit kepala, diare, diabetes mellitus, infeksi saluran cerna, dan
mencegah terbentuknya karies gigi (Arisandi dan Andriani, 2009).
C. Ekstraksi
1. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan
batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.
Diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Sidik dan Mudahan,2000).
2. Cairan penyari
Proses pemisahan senyawa yang terkandung dalam simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan.
Pemisahan berdasarkan like dissolved like, artinya suatu senyawa polar akan larut
dalam pelarut polar (Pratiwi, 2005). Faktor dalam pemilihan cairan penyari adalah
selektivitas, kemudahan bekerja, ekonomis, aman, dan ramah lingkungan.
3. Metode ekstraksi
Metode ekstraksi yang sering digunakan untuk mendapatkan senyawa aktif
dari teh hijau adalah infundasi, maserasi, dan dekok (Bisset, 2001).
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses
ini dilakukan pada suhu 90 C selama 15 menit (Ditjen POM RI, 2000). Katekin
kurang larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Oleh karena itu, untuk
penyarian katekin dalam teh hijau digunakan cairan penyari aquadest panas
dengan metode infundasi. Prinsip dasar metode ini adalah simplisa dilembabkan
dengan air untuk membengkakkan sel-sel, sehingga kandungan zat aktif dapat
berdifusi ke luar dari dalam sel. Kelebihan dari air adalah air murah dan mudah
diperoleh, stabil, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan
alamiah, tetapi kerugiannya adalah menghasilkan infusa yang tidak stabil dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mudah tercemar oleh bakteri dan kapang. Sehingga infusa tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam (DepKes RI, 1986).
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali penggojogan pada suhu kamar. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan
larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di
luar sel, maka larutan terpekat didesak ke luar. Proses ini berulang hingga
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel seimbang (Voigt,1995). Pada
metode maserasi, etanol dipilih sebagai penyari untuk mendapatkan zat aktif yang
terlarut dalam pelarut polar, khususnya flavonoid. Katekin larut dalam etanol,
oleh karena itu penyarian katekin dalam teh hijau digunakan cairan penyari etanol
dengan metode maserasi (O’Neil et al, 2001). Kelebihan etanol adalah lebih
selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun,
netral, dapat bercampur dengan air dan panas yang dibutuhkan untuk pemekatan
lebih sedikit. Etanol selain harganya yang mahal, bersifat universal yang artinya
senyawa polar dan non polar dapat tersari di dalamnya (DepKes RI,1986).
D. Pasta Gigi
Pasta gigi adalah sistem dispersi, yang terdiri dari air dan cairan larut air,
minyak dan padatan yang larut maupun tidak larut air. Pasta gigi merupakan
dispersi padat dalam pembawa cair. Fungsi utama pasta gigi adalah untuk
menghilangkan material yang melekat di permukaan gigi tanpa merusak
permukaan gigi tersebut Pasta gigi membantu menghilangkan sisa makanan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mengurangi plak dan noda di permukaan gigi, mengkilapkan permukaan gigi dan
menyegarkan nafas (Garlen, 1996). Pasta gigi juga berfungsi untuk mencegah
terbentuknya plak yang merupakan faktor primer terjadinya karies gigi dan
penyakit periodontal melalui aksi kimia dan farmakologi zat aktif di dalamnya
(Mitsui, 1997).
Menurut Young (1972), pasta gigi pada umumnya terdiri atas:
1. Agen polishing atau abrasive berfungsi untuk menghilangkan partikel
makanan yang menempel pada gigi, misalnya kalsium karbonat. Kalsium
karbonat memiliki peranan dalam menghilangkan partikel makanan yang
menempel pada gigi dan diskolorisasi pada gigi sehingga sifat dan jumlahnya
perlu diperhatikan.
2. Humektan berfungsi untuk menghindari terjadinya pengeringan dan
pengerasan pasta, misalnya gliserin. Penambahan gliserin sebagai humektan
dalam formulasi pasta gigi dilakukan untuk mencegah hilangnya lembab dan
mengeringnya pasta serta memberikan rasa nyaman pada mulut
3. Agen deterjen dan foaming berfungsi dalam membasahi gigi dan partikel
makanan yang tertinggal pada gigi. Bahan yang sering digunakan adalah
sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat.
4. Agen pengikat (binder) berfungsi untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan
serbuk dan cairan dalam dalam pasta gigi serta memberikan derajat
viskoelastisitas dan bentuk yang sesuai pada pasta gigi. Binder yang digunakan
dalam pasta gigi merupakan koloid hidrofilik yang terdispersi dalam medium
berair misalnya CMC-Na. CMC-Na memiliki kemampuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mempertahankan konstituen cair dan padat dalam bentuk pasta. CMC-Na
meningkatkan viskositas fase cair dan viskositas massa akhir pasta gigi serta
mencegah keluarnya fase cair dari pasta. CMC-Na bersifat anionik, stabil pada
range pH 5,5 hingga 9,5, bersifat stabil terhadap elektrolit serta ion kalsium
dan cocok untuk sebagian besar formulasi pasta gigi
5. Pemanis berfungsi untuk memberikan rasa manis pada pasta, misalnya natrium
sakarin. Natrium sakarin memiliki tingkat kemanisan yang cukup tinggi,
mudah larut dalam air, tidak berwarna dan tidak berbau.
6. Flavour berfungsi untuk memberikan aroma atau rasa pada pasta. Yang sering
digunakan adalah minyak peppermint. Pada penelitian ini tidak ditambahkan
flavour karena ingin mengetahui bau yang ditimbulkan dengan adanya
penambahan teh hijau.
7. Bahan pengawet haruslah bersifat non toksik dan berfungsi untuk menjaga
struktur fisik, kimia dan biologi pasta, misalnya metil paraben dengan pelarut
etanol. Etanol digunakan untuk melarutkan metil paraben, karena metil paraben
tidak larut dalam air. Selain itu, diketahui bahwa CMC-Na merupakan polimer
yang paling toleran terhadap adanya etanol. Penggunaan metil paraben sebagai
pengawet didasarkan pada binder yang digunakan yaitu CMC-Na.
Suatu pasta gigi dapat dikatakan baik apabila memiliki karakterisasi sifat
fisik yang baik dilihat dari uji organoleptis seperti warna, bau, dan pH serta stabil
dalam penyimpanan dilihat dari uji viskositas dan uji sag. Sifat fisik yang dapat
diukur dari pasta gigi adalah warna, bau, pH, viskositas dan sag (Garlen,1996).
Warna diuji dengan menuangkan pasta gigi pada wadah dan melihat warna yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan warna yang dihasilkan
seragam. Aroma diuji dengan cara mencium pasta gigi tersebut yang
menghasilkan aroma yang diinginkan dan tidak menyengat. Pengujian pH pasta
gigi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pH pasta gigi yang telah dibuat dapat
diterima sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat pemakaian dan sesuai
dengan pH standar. Umumnya nilai pH yang diperuntukkan bagi sediaan yang
ditujukan untuk kesehatan mulut berkisar antara 4,5 hingga 10 dan lebih baik
berkisar antara 6,5 hingga 8 (Lucida, Bachtiar, dan Putri, 2007).
Konsistensi menggambarkan sifat alir pasta gigi di mana pasta gigi
merupakan sediaan semi solid yang biasanya dikeluarkan dari tube. Gaya yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan pasta gigi dari tube tersebut berhubungan dengan
viskositas. Konsistensi yang baik dari pasta gigi yaitu cukup lunak untuk dengan
mudah ditekan ke luar dari tube, namun cukup keras untuk mempertahankan
bentuknya dan tidak masuk ke sela bulu sikat (Garlen, 1996).
Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk bisa mengalir. Uji
viskositas ini bertujuan untuk mengamati profil kekentalan dari pasta gigi yang
telah dibuat. Semakin besar viskositas suatu sediaan semakin besar tahanannya
untuk mengalir maka semakin kental sediaan tersebut. Sebaliknya, semakin kecil
viskositas suatu sediaan,semakin kecil tahanannya untuk mengalir maka semakin
encer sediaan tersebut. Pengukuran viskositas pasta gigi dilakukan dengan
menggunakan viskometer RION seri VT 04 dengan rotor no.2 (Liebermann,
Rieger, dan Banker, 1996). Viskositas dihitung dengan cara mengkonversi nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
viskositas yang telah ditetapkan dengan skala pada spindel. Satuan viskositas
yang tertera pada alat adalah dPas (1 dPas = 1 poise).
Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan bentuknya
(diameter silinder pasta gigi) selama 1 menit setelah pasta gigi tersebut
dikeluarkan dari dalam tube. Pasta gigi harus dapat mempertahankan bentuknya
ketika dikeluarkan dari tube. Ketika diaplikasikan pada sikat gigi, pasta gigi
seharusnya tidak masuk ke sela bulu sikat. Sifat ini dapat dievaluasi secara visual
dengan mengeluarkan pasta dari tube ke sikat atau kertas. Diameter silinder pasta
gigi harus mengalami pelebaran seminimal mungkin dalam rentang waktu 1 menit
(Garlen, 1996).
E. Pengujian Senyawa Antibakteri dan Potensi Antibakteri
Senyawa antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat mengganggu
pertumbuhan atau metabolisme dari bakteri (Pelczar dan Chan,2007). Senyawa
antibakteri dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan aktivitasnya
terhadap bakteri, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan
membunuh bakteri (bakterisidal) (Ardiansyah, 2007).
Senyawa antibakteri dapat diuji aktivitasnya dengan dua metode yaitu
metode difusi dan metode dilusi.
1. Metode difusi
Dilakukan dengan menempatkan senyawa antibakteri pada media padat
yang telah ditanami dengan biakan bakteri. Metode difusi ada berbagai cara :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a) Cara Kirby Bauer
Metode ini dilakukan dengan mengoleskan permukaan media agar dengan
kapas yang telah dicelupkan dengan suspensi bakteri, kemudian diletakkan kertas
samir di atasnya yang mengandung antibakteri, diinkubasikan pada suhu 370C
selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca berupa zona radikal dan irradikal. Zona
radikal adalah suatu zona di sekitar kertas samir (disk) yang tidak ditemukan sama
sekali pertumbuhan bakteri. Sedangkan zona irradikal adalah suatu daerah di
sekitar disk yang pertumbuhan bakteri dihambat tetapi tidak dimatikan (Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1986).
b) Cara sumuran
Metode sumuran dilakukan dengan membuat sumuran pada agar padat
yang telah diinokulasi dengan bakteri, kemudian sumuran diinjeksikan dengan
senyawa uji. Setelah dilakukan inkubasi akan terlihat zona jernih di mana terlihat
penghambatan pertumbuhan bakteri (Kusmayati dan Agustini, 2007). Senyawa
yang bersifat non polar dan berbentuk semi solid yang tidak dapat terabsorbsi
sempurna ke paper disk diuji menggunakan metode difusi sumuran. Sedangkan
senyawa yang bersifat polar dan dapat terabsorbsi sempurna ke dalam paper disk
diuji menggunakan metode paper disk (Prescott, Habley, dan Klein, 1999).
c) Cara pour plate
Suspensi bakteri yang telah memenuhi standar konsentrasi bakteri (108
CFU/ mL (Colony Forming Unit / mL) diambil 1 ose dan dimasukkan ke dalam 4
mL media agar base 1,5 % yang mempunyai suhu 50oC. Setelah suspensi bakteri
homogen, dituang pada media agar. Disk diletakkan di atas media, diinkubasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
selama 15-20 jam pada suhu 37oC. Hasilnya dibaca berupa zona radikal dan
irradikal (Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1986).
2. Metode dilusi
Metode dilusi dapat digunakan untuk menentukan nilai MIC (Minimal
Inhibitory Concentration) dan MBC (Minimal Bactericidal Concentration) suatu
senyawa antibakteri. Prinsip metode dilusi adalah pengenceran obat atau senyawa
antibakteri hingga didapatkan beberapa konsentrasi yang kemudian akan diuji
untuk mendapatkan nilai MIC yaitu konsentrasi terendah bahan antibakteri yang
mampu menghambat bakteri dan juga nilai MBC yaitu konsentrasi terendah bahan
antibakteri yang mampu membunuh bakteri (Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 1993).
Terdapat 2 macam metode dilusi yakni metode dilusi padat dan metode
dilusi cair. Pada metode dilusi padat, setiap konsentrasi antibakteri dicampurkan
dengan media agar, kemudian ditanami bakteri. Pada metode dilusi cair, masing-
masing konsentrasi antibakteri dicampurkan langsung dengan media cair
(Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1993).
Parameter yang diukur pada metode dilusi cair adalah tingkat kekeruhan
yang menunjukkan nilai Optical Density (OD) yakni nilai kerapatan yang
menunjukkan pertumbuhan mikroba uji dibandingkan dengan kontrol negatif.
Alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan adalah spektrofotometer.
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dalam suspensi dalam %T
(transmittance) atau OD (jumlah cahaya yang diabsorpsi dan disebarkan). Dalam
mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan, karena OD sebanding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan (Lay, 1994). Pada spektrofotometer,
berkas cahaya ditransmisikan melalui suspensi bakteri lalu diteruskan ke detektor
sensitif cahaya. Jika jumlah bakteri meningkat, sedikit cahaya yang akan
diteruskan ke detektor. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat pada skala yang
terdapat pada alat yaitu nilai absorbansi atau densitas optik (optical density). Nilai
absorbansi digunakan untuk memantau pertumbuhan bakteri ketika bakteri berada
pada pertumbuhan logaritma atau menurun (Radji, 2010).
F. Streptococcus mutans
Genus Streptococcus memiliki sel berbentuk bulat (spherical) atau bulat
telur, dengan diameter 0,5-2,0 µm, berpasangan atau berbentuk rantai ketika
tumbuh pada media cair, terkadang memanjang pada aksis rantai menjadi bentuk
lanset, non motil, tidak berspora dan merupakan gram positif, beberapa spesies
tidak berkapsula, kemoorganotrof, metabolit dari hasil fermentasi sebagian besar
adalah laktat bukan gas, hasil negatif pada uji katalase. Umumnya menyerang sel
darah merah, tumbuh pada temperatur 25-450C (optimum 370C), parasit bagi
vertebrata, kebanyakan tinggal atau berhabitat di mulut dan jalur pernapasan
bagian atas, beberapa spesies bersifat patogen bagi manusia dan hewan (Holt,
Krieg, Sneath, Staley, dan Williams, 2000).
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang memiliki
bentuk sel bulat atau lonjong dengan diameter sekitar 2µm. Koloninya
berpasangan atau berantai; tidak bergerak dan tidak berspora; metabolisme
anaerob, namun dapat hidup secara anaerob fakultatif (Roeslan, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
S.mutans merupakan pencetus timbulnya plak gigi penyebab karies gigi.
Mekanisme pembentukan plak yaitu sukrosa akan didegradasi oleh aktivitas
S.mutans menjadi glukosa dan fruktosa yang selanjutnya akan diubah secara
fermentasi menjadi polisakarida ekstraseluler (glukan) dan asam dengan bantuan
enzim glukosiltransferase yang dihasilkan dari S. mutans. Asam yang terbentuk
dari hasil fermentasi ini akan membantu proses pembentukan plak. Akibat adanya
pembentukan plak oleh polisakarida ekstraseluler (glukan) ini menyebabkan
demineralisasi email Jika proses ini terus menerus terjadi dan tidak dilakukan
penanggulangan, hal inilah yang mampu memicu timbulnya karies gigi
(Panjaitan,1997).
G. Landasan Teori
Teh hijau dapat menghambat pembentukan plak penyebab karies gigi
karena adanya zat aktif yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
yaitu katekin khususnya EGCG (Hartoyo, 2003). Teh hijau merupakan teh yang
diambil dari pucuk segar, pembuatannya melalui pemanasan, sehingga oksidasi
enzimatik dapat dicegah. Kandungan katekin ini memiliki aktivitas sebagai
antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
pencetus timbulnya plak penyebab karies gigi. Mekanisme katekin yaitu
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan
hidrogen, sehingga akan terbentuk suatu kompleks protein. Akan tetapi, kompleks
protein yang terbentuk relatif lemah sehingga akan segera terurai dan gugusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
fenol akan terpenetrasi ke dalam sel dan menyebabkan denaturasi protein yang
pada akhirnya menyebabkan pelisisan sel bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).
Katekin dalam teh hijau dapat diperoleh dengan cara penyarian dengan
metode infundasi dan metode maserasi. Senyawa katekin yang diperoleh
diformulasikan ke dalam pasta gigi dikarenakan efek antibakteri yang diinginkan
berupa efek lokal pada rongga mulut dan diharapkan rasa pahit dari teh hijau
dapat ditiadakan setelah diformulasikan menjadi pasta gigi. Pemeliharaan
kesehatan mulut melalui kontrol plak secara mekanis dengan pasta gigi secara
teratur telah terbukti efektif dalam menghilangkan plak penyebab karies gigi.
Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau dilakukan dengan metode difusi sumuran. Metode difusi
sumuran dilakukan dengan melihat diameter zona hambat yang dihasilkan
dibandingkan dengan kontrol negatif (basis pasta gigi).
Pasta gigi dapat dikatakan baik apabila memiliki karakterisasi sifat fisik
yang baik dilihat dari uji organoleptis seperti warna, bau, dan pH serta stabil
dalam penyimpanan dilihat dari uji viskositas dan uji sag.
H. Hipotesis
Ada perbedaan antara daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan pasta
gigi ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan sifat
fisik berdasarkan nilai viskositas dan nilai sag.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang perbandingan daya antibakteri dan sifat fisik pasta gigi
infusa dan ekstrak etanol teh hijau ini merupakan penelitian eksperimental murni
dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah
Mada, Laboratorium Teknologi dan Formulasi Padat, Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia, dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau dengan berbagai variasi
konsentrasi katekin (EGCG) yaitu 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/g
b. Variabel tergantung
Daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau diukur dari
besarnya diameter zona hambatan pertumbuhan S. mutans. Sifat fisik pasta
gigi yang diukur yaitu warna, bau, pH, viskositas, dan sag.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Variabel pengacau terkendali
Waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37°C), diameter sumuran (6 mm),
volume suspensi bakteri uji yang diinokulasikan ke dalam media ( 0,1 mL),
konsentrasi suspensi bakteri uji setara dengan kepadatan larutan standar Mc.
Farland II (6 x 108 CFU/mL), volume larutan uji yang diinokulasikan dalam
sumuran (50 µl), asal teh hijau (PT Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa
Tengah), metode ekstraksi (infundasi dan maserasi), cairan penyari (air dan
etanol), volume pasta gigi yang diinokulasikan dalam sumuran (50µl), dan
kontrol positif (Epigallocatechin gallat).
d. Variabel pengacau tidak terkendali
Suhu dan kelembaban ruangan saat penyimpanan pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau.
2. Definisi operasional
a. Teh hijau adalah daun dari tanaman teh (Camelia sinensis L.) dari PT
Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa Tengah yang tidak mengalami
fermentasi dalam pengolahannya.
b. Infusa teh hijau adalah ekstrak cair yang dibuat dengan cara menyari serbuk
teh hijau dengan menggunakan metode infundasi. Penyarian berdasarkan
prosedur CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM Yogyakarta.
c. Ekstrak etanol teh hijau adalah ekstrak cair yang dibuat dengan cara menyari
serbuk teh hijau dengan menggunakan metode maserasi. Penyarian
berdasarkan prosedur CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
d. Daya antibakteri adalah kemampuan pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau untuk menghambat atau membunuh S.mutans
dibandingkan dengan basis pasta gigi sebagai kontrol negatif.
e. Kultur bakteri Streptococcus mutans adalah kultur bakteri uji yang telah diuji
kemurniannya di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
f. Zona hambat adalah zona jernih di sekitar sumuran yang telah diinokulasi
pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau yang menghambat atau
membunuh pertumbuhan S.mutans dibandingkan dengan basis pasta gigi
sebagai kontrol negatif.
g. Sifat fisik pasta gigi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik pasta
gigi. Suatu sediaan dapat dikatakan baik apabila memiliki karakterisasi sifat
fisik yang baik dilihat dari uji organoleptis seperti warna, bau, dan pH serta
stabil dalam penyimpanan dilihat dari uji viskositas dan uji sag.
h. Pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau adalah
sediaan semisolid hasil modifikasi Young (1972) yang mengandung zat aktif
infusa dan ekstrak etanol teh hijau yang digunakan sebagai antibakteri untuk
melawan bakteri penyebab karies gigi S.mutans.
i. Kandungan katekin dalam teh hijau yang paling dominan digunakan dalam
menghambat bakteri penyebab plak gigi adalah Epigallocatechin Gallate
(EGCG).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Alat
Cawan petri (Pyrex), Microbiology Safety Cabinet (lokal), jarum ose,
spreader, autoklaf (Model KT-40, ALP Co, Ltd, Hamurashi, Tokyo, Japan),
neraca analitik (Nagata), mixer (Miyako), Viscometer seri VT O4 (RION-
JAPAN), tube pasta gigi, penggaris mikropipet, pemanas bunsen, almari es
(Sharp), alat-alat gelas lainnya, dan program SPSS for student versi 20.00 (trial)
D. Bahan
Teh hijau dari Perkebunan PT Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa
Tengah, kultur bakteri Streptococcus mutans dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Media Nutrien Agar (Oxoid), Aquades
steril, larutan standar Mc. Farland II (6 x 108 CFU/mL), CMC-Na, kalsium
karbonat, metil paraben, natrium sakarin, dan etanol (Pharmaceutical grade) dari
Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan identifikasi teh hijau
Teh hijau yang digunakan adalah daun dari tanaman teh (Camelia sinensis
L.) dari PT Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa Tengah yang tidak mengalami
fermentasi dalam pengolahannya. Identifikasi teh hijau dilakukan oleh PT
Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa Tengah yang menyatakan bahwa daun
yang digunakan adalah benar daun teh (Camelia sinensis L.) yang diolah menjadi
teh hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Pembuatan serbuk teh hijau
Proses pembuatan serbuk teh hijau dilakukan oleh Lembaga Pusat
Penelitian Terpadu (LPPT) UGM dengan mesin penyerbuk dengan saringan
berdiameter 1 mm.
3. Pembuatan infusa teh hijau
Penyarian teh hijau dilakukan dengan metode infundasi berdasarkan CoA
yang dilakukan oleh LPPT UGM.
4. Pembuatan ekstrak etanol teh hijau dengan cara maserasi
Penyarian teh hijau dilakukan dengan metode maserasi berdasarkan CoA
yang dilakukan oleh LPPT UGM.
5. Pembuatan formula standar pasta gigi dan formula modifikasi pasta gigi
Tabel I. Formula standar pasta gigi (Young, 1972).Bahan pasta gigi Satuan (g)
Kalsium karbonat 57Natrium lauril sulfat 1Gliserin 21Tragakan 1,5Pewarna 1 tetesNatrium sakarin 1 tetesAquadest 19,5Natrium benzoate 1 mikrospatula
a. Formula pasta gigi infusa teh hijau
Tabel II. Formula modifikasi pasta gigi infusa teh hijau (100 g)Bahan pasta gigi Satuan (g)
CMC-Na 1,5Kalsium karbonat 40Gliserin 11Metil Paraben 0,2Natrium sakarin 0,25AquadestEtanol
35,051 mL
Infusa teh hijau 10 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Formula pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
Tabel III. Formula modifikasi pasta gigi ekstrak etanol teh hijau (100 g)Bahan pasta gigi Satuan (g)
CMC-Na 1,5Kalsium karbonat 40Gliserin 11Metil Paraben 0,2Natrium sakarin 0,25AquadestEtanol
35,051 mL
Ekstrak etanol teh hijau 10 mL
6. Pembuatan pasta gigi infusa teh hijau
Pembuatan pasta gigi dilakukan dengan cara membuat basis pasta terlebih
dahulu. Basis pasta yang digunakan adalah CMC-Na. CMC-Na dikembangkan
dalam 30 mL aquadest selama 24 jam. Setelah mengembangkan CMC-Na,
gliserin dimasukkan dalam wadah dan diaduk menggunakan mixer dengan
kecepatan putar nomor 2 selama 10 menit. Metil paraben dilarutkan dalam 1 mL
etanol dan natrium sakarin dan infusa teh hijau masing-masing dilarutkan dalam
aquadest panas. Larutan metil paraben ditambahkan pada campuran CMC-Na dan
gliserin, lalu diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar nomor 2 selama
5 menit. Setelah itu, larutan natrium sakarin dan kalsium karbonat ditambahkan
sedikit demi sedikit, serta diaduk secara perlahan selama 5 menit untuk
menghomogenkan campuran. Pada tahap akhir ditambahkan larutan infusa teh
hijau sebanyak 10 ml dan aduk selama 5 menit sampai homogen (Young, 1972).
7. Pembuatan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
Pembuatan pasta gigi dilakukan dengan cara membuat basis pasta terlebih
dahulu. Basis pasta yang digunakan adalah CMC-Na. CMC-Na dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam 30mL aquadest selama 24 jam. Setelah mengembangkan CMC-Na, gliserin
dimasukkan dalam wadah dan diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan
putar nomor 2 selama 10 menit. Metil paraben dilarutkan dalam 1mL etanol,
sedangkan natrium sakarin dan ekstrak etanol teh hijau masing-masing dilarutkan
dalam aquadest panas. Larutan metil paraben ditambahkan pada campuran CMC-
Na dan gliserin, lalu diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar nomor 2
selama 5 menit. Setelah itu, larutan natrium sakarin dan kalsium karbonat
ditambahkan sedikit demi sedikit, serta diaduk secara perlahan selama 5 menit
untuk menghomogenkan campuran. Pada tahap akhir ditambahkan 10 mL larutan
ekstrak etanol teh hijau dan aduk selama 5 menit sampai homogen (Young, 1972).
8. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
terhadap Streptococcus mutans
a. Pembuatan variasi konsentrasi infusa teh hijau
Berdasarkan Certificate of Analysis dari LPPT UGM variasi konsentrasi
katekin (EGCG) infusa teh hijau yang didapatkan yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2,5 ; 5;
dan 7,5 mg/ mL dengan volume 14 mL. Dalam penelitian ini diambil 2 dari 7
variasi konsentrasi, yaitu konsentrasi 5 dan 7,5 mg/mL. Pada penelitian Praktikno
(2003), katekin dalam teh hijau yang disari dengan menggunakan metode
infundasi memiliki daya antibakteri dengan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) sebesar 0,5 mg/mL. Berdasarkan penelitian di atas, senyawa uji dengan
konsentrasi katekin 5 dan 7,5 mg/mL dilakukan pengenceran sehingga menjadi
konsentrasi katekin sebesar 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/g dalam pasta gigi infusa teh
hijau (Tabel IV).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tabel IV. Variasi konsentrasi katekin dalam infusa teh hijau
Konsentrasikatekin(EGCG)
awal infusateh hijau(mg/mL)
Infusa tehhijau yang
diambil (mL)
Aquadeststeril (mL)
Volumepengenceran
(mL)
Volumepenambahan
infusa teh hijaudalam pasta gigi
(ml)
Konsentrasikatekin(EGCG)
akhir dalampasta gigi
(mg/g)5 4 6 10 10 0,25 6 4 10 10 0,3
7,5 5,33 4,67 10 10 0,47,5 6,67 3,33 10 10 0,5
b. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol teh hijau
Berdasarkan Certificate of Analysis dari LPPT UGM variasi konsentrasi
katekin (EGCG) ekstrak etanol teh hijau yang didapatkan yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1;
2,5 ; 5; 7,5 dan 10 mg/ mL dengan volume 14 mL. Dalam penelitian ini diambil 2
dari 7 variasi konsentrasi, yaitu konsentrasi 5 dan 10 mg/mL dan dilakukan
pengenceran sehingga menjadi konsentrasi katekin sebesar 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5
mg/g dalam pasta gigi ekstrak etanol teh hijau. Variasi konsentrasi katekin
(EGCG) ekstrak etanol teh hijau dibuat sama dengan variasi konsentrasi katekin
(EGCG) infusa teh hijau agar dapat dibandingkan daya antibakteri pasta gigi
infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dalam menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans (Tabel V).
Tabel V. Variasi konsentrasi katekin dalam ekstrak etanol teh hijau
KonsentrasiEGCG awal
ekstrak etanolteh hijau(mg/mL)
Ekstraketanol tehhijau yang
diambil(mL)
Aquadeststeril (mL)
Volumepengenceran
(mL)
Volumepenambahan
ekstrak etanol tehhijau dalam pasta
gigi (ml)
KonsentrasiEGCG akhir
dalam pasta gigi(mg/g)
5 4 6 10 10 0,25 6 4 10 10 0,3
10 4 6 10 10 0,410 5 5 10 10 0,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Penyiapan bakteri uji dan pembuatan media Nutrien Agar (NA)
Bakteri uji yang digunakan adalah S. mutans. Penyiapan bakteri uji ini
dilakukan dengan membuat 10 mL suspensi S. mutans menggunakan media
Nutrien Broth (NB) dan disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mac
Farland II (konsentrasi bakteri 6. 108 CFU/mL).
Pembuatan media Nutrien Agar (NA) dilakukan dengan menimbang
sebanyak 3 gram agar dan 2 gram Nutrien Broth (NB) dilarutkan dalam 125 mL
aquadest steril. Larutan dipanaskan dengan sesekali diaduk hingga jernih dan
terlarut sempurna. Larutan tersebut kemudian diautoklaf pada suhu 1210C selama
15 menit. Media dibiarkan agak dingin dan siap untuk digunakan.
d. Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa dan pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau secara difusi sumuran
Petri berisi 20 mL media nutrient agar (NA) disiapkan. Pembuatan kontrol
kontaminasi media dilakukan dengan cara : petri berisi media NA secara aseptis
dibuat sumuran dengan pelobang sumuran diameter 6 mm. Pembuatan kontrol
pertumbuhan bakteri uji dilakukan dengan cara : menginokulasikan 0,1 mL
suspensi bakteri uji yang sudah disetarakan dengan larutan standar Mac Farland II
(konsentrasi bakteri 6. 108 CFU/mL), lalu diinokulasikan ke dalam tabung berisi
media NA pada suhu 45-50C, kemudian isi tabung dituang ke dalam petri secara
pour plate. Untuk uji kontrol negatif (basis pasta gigi), uji kontrol positif (EGCG
5mg/mL) dan pengujian daya antibakteri infusa dan ekstrak etanol teh hijau
dilakukan dengan pembuatan sumuran pada media yang dibuat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menggunakan media double layer, di mana sebanyak 5 mL media NA dituang ke
dalam petri sebagai base layer dan dibiarkan memadat. Kemudian sebanyak 0,1
mL suspensi bakteri S. mutans diinokulasikan ke dalam 15 mL media NA pada
suhu 45-50C secara pour plate pada petri. Kemudian secara aseptis dibuat
sumuran sampai batas antara lapisan atas dan bawah. Sumuran dibuat sebanyak 3
lobang pada 2 petri. Pada petri I, sebanyak 50 µl pasta gigi yang mengandung
senyawa uji dengan 2 variasi konsentrasi senyawa uji (konsentrasi 0,2 ; 0,3 mg/g)
dan kontrol negatif diinokulasikan pada media menggunakan mikropipet,
sedangkan pada petri II sebanyak 50 µl pasta gigi yang mengandung senyawa uji
dengan 2 variasi konsentrasi senyawa uji (konsentrasi 0,4; 0,5 mg/g) dan kontrol
positif (EGCG 5 mg/mL) diinokulasikan pada media menggunakan mikropipet.
Setelah itu, media diinkubasi selama 24 jam pada suhu ± 37C. Setelah 24 jam,
diamati zona hambat di setiap petri. Diameter zona hambat yang dihasilkan diukur
dengan penggaris kemudian dikurangi diameter sumuran yang digunakan yaitu 6
mm. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap konsentrasi katekin (EGCG)
dalam pasta gigi
9. Uji Sifat Fisik Pasta Gigi
Evaluasi sifat fisik pasta gigi infusa teh hijau dan ekstrak etanol meliputi
warna, bau, pH, viskositas dan sag.
a. Warna dan bau
Uji organoleptis merupakan uji dengan menggunakan indera manusia sebagai
instrumennya. Pengujian organoleptis dilihat dari warna dan aroma yang
ditimbulkan. Warna diuji dengan menuangkan sediaan pada wadah dan melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
warna yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Aroma diuji
dengan cara mencium sediaan tersebut yang menghasilkan aroma teh. Pada
pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diukur pada rentang waktu
penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari.
b. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator sampai
batas celupan, lalu didiamkan beberapa saat hingga terjadi perubahan warna.
Kemudian membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan warna indikator
pH. Pada pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diukur pada
rentang waktu penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari.
c. Viskositas
Pengukuran viskositas pasta gigi dilakukan dengan menggunakan
viskometer. Spindel dipasang pada gantungan spindel dan diturunkan sedemikian
rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan sampel yang akan diukur
viskositasnya. Setelah itu, sampel dimasukan ke dalam wadah ± 100 mL. Rotor
dinyalakan dan spindel dibiarkan berputar sambil melihat jarum merah pada skala.
Viskositas dihitung dengan mengkonversi nilai viskositas yang telah ditetapkan
dengan skala pada spindel. Pada pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali
dan diukur pada rentang waktu penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari
(Liebermann et al., 1996).
d. Sag
Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan bentuknya
(diameter silinder pasta gigi) selama 1 menit setelah pasta gigi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dikeluarkan dari dalam tube. Pasta gigi harus dapat mempertahankan bentuknya
ketika dikeluarkan dari tube. Ketika diaplikasikan pada sikat gigi, pasta gigi
seharusnya tidak masuk ke sela bulu sikat. Sifat ini dapat dievaluasi secara visual
dengan cara pasta gigi dimasukkan ke dalam tube pasta gigi. Setelah itu, pasta
gigi dikeluarkan dengan cara menekan bagian ujung tube pasta gigi pada kaca
bundar berskala. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap diameter awal
silinder pasta gigi dan diameter silinder pasta gigi setelah 1 menit. Pada pengujian
ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diukur pada rentang waktu
penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari (Garlen, 1996).
F. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data perbandingan daya
antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau dilakukan dengan cara
membandingkan rata-rata diameter zona hambat yang dihasilkan pada tiap variasi
konsentrasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Dilakukan analisis
dengan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data yang diolah < 50 data. Suatu data
dikatakan terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai signifikansi (p-value)
> 0,05. Analisis uji T tidak berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan
dari data uji diameter zona hambat pasta gigi ekstrak infusa dan ekstrak etanol teh
hijau berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Sebelum dilakukan uji T tidak
berpasangan, dilakukan uji Levene Test untuk melihat homogenitas data. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
hasil analisis dengan uji T tidak berpasangan akan diperoleh nilai p (probability-
value). Apabila nilai p <0,05 maka dapat disimpulkan daya antibakteri pasta gigi
infusa dan ekstrak etanol teh hijau memberikan perbedaan yang signifikan yang
artinya daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau berbeda bermakna dengan daya
antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan S.mutans.
Data sifat fisik pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau yang
didiperoleh meliputi uji warna, bau, pH, viskositas, dan sag. Data sifat fisik yang
meliputi warna, bau, dan pH dianalisis secara deskriptif. Uji viskositas dan uji sag
dianalisis secara statistik untuk melihat perbandingan sifat fisik pasta gigi infusa
dan ekstrak etanol teh hijau dilihat dari stabilitas pasta gigi yaitu nilai viskositas
dan nilai sag. Analisis statistik berupa uji normalitas data dilakukan dengan uji
Shapiro-Wilk karena jumlah data yang diolah < 50 data. Suatu data dikatakan
terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai signifikansi (p-value) > 0,05.
Uji T berpasangan digunakan untuk melihat kestabilan pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau selama penyimpanan 48 jam dan 35 hari dilihat dari data
nilai vikositas dan nilai sag. Uji T tidak berpasangan untuk melihat signifikansi
perbedaan data nilai vikositas dan nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh
hijau. Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, dilakukan uji Levene Test
untuk melihat homogenitas data. Dari hasil analisis dengan uji T tidak
berpasangan akan diperoleh nilai p (probability-value). Apabila nilai p <0,05
maka dapat disimpulkan bahwa nilai viskositas dan nilai sag pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau memberikan perbedaan yang signifikan yang artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
viskositas dan sag pasta gigi infusa teh hijau berbeda bermakna dengan viskositas
dan sag pasta gigi ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan S.mutans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teh hijau mengandung senyawa katekin khususnya EGCG yang dapat
menghambat pembentukan plak penyebab karies gigi. Teh hijau merupakan teh
yang diambil dari daun pucuk segar tanaman teh, pembuatannya melalui proses
pemanasan, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah.
Kandungan katekin ini memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies gigi (Hartoyo, 2003).
Senyawa katekin (EGCG) yang diperoleh diformulasikan ke dalam pasta gigi
dikarenakan efek antibakteri yang diinginkan berupa efek lokal pada rongga mulut
dan diharapkan rasa pahit dari teh hijau dapat ditiadakan setelah diformulasikan
menjadi pasta gigi.
A. Pemilihan Bahan dan Identifikasi Teh Hijau
Teh hijau yang digunakan pada penelitian diperoleh dari PT Rumpun Sari
Medini Boja Kendal Jawa Tengah. Identifikasi teh hijau dilakukan oleh PT
Rumpun Sari Medini Boja Kendal Jawa Tengah yang menyatakan bahwa daun
yang digunakan adalah benar daun teh (Camelia sinensis L.) yang diolah menjadi
teh hijau. (Lampiran 1).
Berdasarkan wawancara dengan PT. Rumpun Sari Medini Boja Kendal
Jawa Tengah proses pengolahan teh menjadi teh hijau sesuai buku acuan
pengolahan teh (Ita,2009). Tanaman teh ini ditanam pada musim penghujan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
November sampai dengan Desember. Pemetikan dilaksanakan pada areal yang
telah memasuki masa rotasi untuk dipetik. Aturan dalam pemetikan harus
diperhatikan, yaitu mampu membedakan pucuk yang harus dipetik, pucuk yang
tidak boleh dipetik, dan pucuk yang harus ditinggalkan. Daun teh didapatkan dari
pucuk ke 2, 3, dan 4. Cara pemetikan harus menggunakan tangan. Dalam
pelaksanaan pemetikan, pucuk yang dipetik harus sesuai standar petikan yang
sudah ditentukan oleh perusahaan. Bagian tulang yang dipetik setinggi 1 cm di
atas daun penyangga yang bagus. Pucuk yang digenggam tidak boleh terlalu
banyak dan langsung dimasukkan ke dalam wadah sementara berupa karung.
Daun yang telah dikumpulkan selanjutnya dipisahkan dari kotoran-kotoran yang
melekat atau bahan asing lainnya yang tidak diperlukan. Kemudian daun dicuci
dengan air bersih dan mengalir. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
kotoran dan pengotor lain yang melekat pada daun teh. Tahap selanjutnya, daun
teh dilakukan proses pelayuan dengan memanaskan daun teh segar pada suhu 90-
1000C. Setelah dilakukan proses pelayuan daun teh digulung dalam mesin
penggulung. Penggulungan yang baik dilakukan langsung sesudah pelayuan untuk
menghindari perubahan kadar air dari pelayuan. Tahap berikutnya daun
dikeringkan dalam oven. Pengeringan dilakukan pada suhu 450C bertujuan untuk
mengurangi kadar air dan menghentingkan reaksi enzimatik dalam daun teh
sehingga mutu dari simplisia dapat dipertahankan, terjamin keawetannya, selain
itu memudahkan dalam pembuatan serbuk. Pengeringan dilakukan sampai daun
mudah hancur dan diremas. Setelah dilakukan pengeringan, dilanjutkan dengan
sortasi kering. Sortasi kering bertujuan untuk memastikan benda benda asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
seperti bagian bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain
yang masih tertinggal pada simplisia kering (Ita, 2009).
B. Pembuatan Serbuk Teh Hijau
Pembuatan serbuk teh hijau dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel
secara homogen. Proses pembuatan serbuk teh hijau dilakukan di Lembaga Pusat
Penelitian Terpadu (LPPT) UGM menggunakan mesin penyerbuk dengan
saringan berdiameter 1 mm. Tujuan dari pengayakan untuk memperoleh serbuk
yang halus dan seragam sehingga luas permukaan serbuk untuk kontak dengan
pelarut semakin besar, luas permukaan yang semakin besar akan mengoptimalkan
pembasahan serbuk simplisia oleh cairan penyari sehingga hasil yang didapatkan
akan optimal. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995) ukuran
lubang pengayak 1,00 mm menunjukkan nomor pengayak 18. Derajat halus
serbuk menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1979) dinyatakan
dengan nomor pengayak. Apabila derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan
satu nomor, bertujuan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan
nomor tersebut. Nomor pengayak 18 berarti semua serbuk dapat melalui pengayak
nomor 18.
C. Pembuatan Infusa Teh Hijau dan Verifikasi Kandungan Senyawa
EGCG dalam Infusa Teh Hijau
Penyarian teh hijau dilakukan dengan metode infundasi dengan prosedur
berdasarkan Certificate of Analysis dari LPPT UGM. Infundasi adalah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang
larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 C
selama 15 menit (Ditjen POM,2000). Metode infusa dipilih karena katekin yang
terkandung dalam teh hijau bersifat tahan terhadap pemanasan dan larut dalam
aquadest panas yang digunakan sebagai cairan penyari. Akan tetapi, katekin dapat
terdegradasi sebesar 20% ketika dipanaskan pada suhu lebih dari 98oC selama 20
menit (Michalowska,2007). Infusa tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam agar
tidak tercemar oleh bakteri dan kapang. Pemanasan selama 15 menit dalam
pembuatan infusa dianggap cukup untuk menyari zat-zat yang terlarut dalam air,
karena jaringan daun lebih mudah untuk ditembus penyari dibandingkan dengan
organ tumbuhan lainnya. Pada proses penyarian ini diperoleh infusa teh berwarna
hijau kekuningan sebanyak 400 mL dengan konsentrasi sebesar 25% b/v.
Data standarisasi pembuatan infusa teh hijau mengacu pada standar yang
tercantum dalam Certificate of Analysis yang dikeluarkan oleh LPPT Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta (Lampiran 4).
Infusa teh hijau diuji secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri yang dikeluarkan oleh LPPT UGM
Yogyakarta. Tujuan dari verifikasi infusa teh hijau ini adalah untuk mengetahui
profil densitogram infusa teh hijau. Dari profil densitogram tersebut dapat diamati
infusa teh hijau mengandung senyawa aktif yang diinginkan, yakni EGCG.
Pada uji kualitatif dan kuantitatif infusa teh hijau dengan KLT-
Densitometri diperoleh kadar Epigallocatechin gallat (EGCG) sebesar 703.68
ppm atau 0.704 mg/mL. Berdasarkan hasil uji verifikasi ini, diharapkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
infusa teh hijau dapat memberikan khasiat yang sesuai dengan klaim khasiat teh
hijau (Lampiran 6).
D. Pembuatan Ekstrak Etanol Teh Hijau dan Verifikasi Kandungan
Senyawa EGCG dalam Ekstrak Etanol Teh Hijau
Penyarian teh hijau dilakukan dengan metode maserasi dengan prosedur
berdasarkan Certificate of Analysis dari LPPT UGM. Maserasi merupakan metode
penyarian yang dilakukan dengan cara merendam serbuk teh hijau dengan
menggunakan penyari etanol. Teh hijau banyak mengandung senyawa polifenol
yang cenderung bersifat polar karena mengandung gugus hidroksi sehingga dapat
larut dalam pelarut, seperti etanol. Etanol juga lebih selektif, kapang dan kuman
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dapat bercampur
dengan air dan panas yang dibutuhkan untuk pemekatan lebih sedikit (DepKes
RI,1986). Hal ini menjadi dasar pembuatan ekstrak etanol teh hijau menggunakan
pelarut etanol, sehingga diharapkan senyawa polifenol dalam teh hijau dapat
tersari dengan optimal.
Dalam proses maserasi, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel
maka larutan terpekat didesak ke luar.
Data standarisasi pembuatan ekstrak etanol teh hijau mengacu pada
standar yang tercantum dalam Certificate of Analysis yang dikeluarkan oleh LPPT
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Lampiran 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada uji kualitatif dan kuantitatif ekstrak etanol teh hijau dengan KLT-
Densitometri dilakukan perhitungan kadar dengan menggunakan kurva regresi
dan diperoleh kadar Epigallocatechin gallat sebesar 1.28 % atau 12.80 mg/mL
(Lampiran 9).
Berdasarkan hasil uji verifikasi ini, diharapkan bahwa ekstrak etanol teh
hijau dapat memberikan khasiat yang sesuai dengan klaim khasiat teh hijau. Salah
satu khasiat teh hijau adalah sebagai antibakteri untuk mencegah terjadinya plak
penyebab karies gigi. Senyawa aktif yang terkandung dalam teh hijau yang
digunakan sebagai antibakteri adalah katekin. Katekin dalam teh hijau dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi, seperti Streptococcus
mutans dengan cara menghambat pembentukan plak sehingga S. mutans tidak
dapat menempel pada plak dan berkembang biak. Katekin merupakan senyawa
polifenol yang dapat berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang
melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan terbentuk suatu kompleks protein.
Pada perusakan membran sel, ion H+ dari senyawa polifenol akan menyerang
gugus polar (gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi
gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Gugusan fenol akan terpenetrasi ke
dalam sel dan menyebabkan denaturasi protein karena fosfolipid tidak mampu
mempertahankan bentuk membran sel yang pada akhirnya menyebabkan pelisisan
sel bakteri (Parwata dan Dewi, 2008).
Dalam penelitian ini diharapkan infusa dan ekstrak etanol teh hijau yang
mengandung katekin dapat memperlihatkan daya antibakterinya setelah
diformulasikan ke dalam pasta gigi .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
E. Pasta Gigi Infusa Teh Hijau dan Ekstrak Etanol Teh Hijau
Gigi merupakan bagian yang penting untuk dijaga, selain untuk kesehatan
dan kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan, gigi juga mempengaruhi
penampilan seseorang. Oleh sebab itu, penggunaan pasta gigi harus dipilih yang
dapat membersihkan, memperkuat sekaligus efektif membunuh bakteri sehingga
dapat terhindar dari masalah kesehatan gigi.
Pasta gigi adalah sistem dispersi, yang terdiri dari air dan cairan larut air,
minyak dan padatan yang larut maupun tidak larut air. Pasta gigi merupakan
dispersi padat dalam pembawa cair (Garlen,1996). Pasta gigi yang digunakan
pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak,
memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi,
menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut
serta memelihara kesehatan gingival. Umumnya pasta gigi yang beredar di
pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih
bahan terapeutik.
Seiring perkembangan zaman pengembangan formula pasta gigi dengan
bahan aktif alam diperlukan karena pasta gigi yang mengandung bahan aktif alam
lebih bersifat aman dan alami dalam membantu mengontrol plak, pasta gigi
dengan bahan aktif alam juga memiliki efektifitas yang sama dengan pasta gigi
non herbal sehingga dapat meningkatkan kesehatan gigi.
Tujuan pembuatan pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau ini adalah
menghasilkan sediaan dari infusa dan ekstrak etanol teh hijau di mana infusa dan
ekstrak etanol teh hijau ini akan bergabung dalam matriks pembawa sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ekstrak dapat terlindung dari reaksi oksidasi, dengan demikian khasiat dan
penampilan pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau akan tetap terjaga. Pasta
gigi merupakan sistem dispersi padat dalam pembawa cair. Fase padat dalam
formula pasta gigi adalah kalsium karbonat, sedangkan fase cairnya adalah CMC-
Na, gliserin, metil paraben, etanol, natrium sakarin dan zat aktif yaitu infusa dan
ekstrak etanol teh hijau.
Pada pembuatan pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau digunakan cold method di mana dalam seluruh prosesnya tidak
menggunakan pemanasan. Kelebihan dari cold method adalah dapat menghindari
efek yang tidak diinginkan karena pemakaian temperatur tinggi seperti penguapan
bahan, perubahan struktur kimia dan perubahan sifat alir yang ireversibel. Pada
metode ini, binder dan humektan terlebih dahulu dicampur dengan mixer dalam
sebuah wadah, sementara fase cair seperti aquadest, pengawet, pemanis dan zat
aktif disiapkan secara terpisah. Fase cair kemudian dimasukkan ke dalam
campuran binder dan humektan dan dicampur sampai homogen menggunakan
mixer. Setelah terbentuk campuran yang kental, abrasive dimasukkan sedikit demi
sedikit dengan kecepatan pengadukan yang lebih lambat (Garlen, 1996).
Formula pasta gigi yang digunakan merupakan formula standar yang
telah mengalami modifikasi (Young, 1972) (Tabel I). Modifikasi yang dilakukan
meliputi jenis binder, pengawet, dan jumlah komposisi bahan yang digunakan. Di
samping itu, pada formula pasta gigi hasil modifikasi tidak digunakan surfaktan
dan pewarna. Modifikasi yang dilakukan merupakan modifikasi yang tidak
mengubah fungsi pokok yang mempengaruhi mekanisme pembersihan oleh pasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
gigi. Tujuan penggunaan konsentrasi zat aktif yang berbeda-beda adalah untuk
melihat konsentrasi pasta gigi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
S.mutans.
Pada penelitian ini CMC-Na digunakan sebagai binder atau bahan
pengikat karena CMC-Na memiliki kemampuan untuk mempertahankan
konstituen cair dan padat dalam bentuk pasta. CMC-Na meningkatkan viskositas
fase cair dan viskositas massa akhir pasta gigi serta mencegah keluarnya fase cair
dari pasta. CMC-Na bersifat anionik, stabil pada range pH 5,5 hingga 9,5, bersifat
stabil terhadap elektrolit serta ion kalsium dan cocok untuk sebagian besar
formulasi pasta gigi (Rieger, 2000).
CMC-Na yang digunakan sebagai binder memiliki konsentrasi 1,5%,
rentang penggunaan CMC-Na sebagai binder dalam formulasi pasta gigi adalah
0,9-2% (Garlen, 1996). CMC-Na terlebih dahulu dikembangkan dalam aquadest
selama 24 jam. Hal ini dikarenakan CMC-Na merupakan koloid hidrofilik dengan
wujud larutan yang sangat kental (Allen dan Loyd, 1999). Dengan adanya air,
koloid hidrofilik akan membentuk suatu matriks di mana peningkatan viskositas
yang terjadi merupakan hasil dari perpanjangan rantai polimer yang
berdampingan. Proses pembentukan matriks tersebut berlangsung tanpa adanya
mekanisme crosslinking sehingga matriks yang dihasilkan memiliki struktur yang
dinamis (Collet dan Moreton, 2002).
Viskositas larutan meningkat seiring meningkatnya konsentrasi binder
karena semakin banyak rantai yang terbentuk dalam tempat yang terbatas. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
meningkatnya konsentrasi binder, maka semakin sukar untuk memisahkan rantai
polimer satu sama lain dengan pemberian gaya geser (Gruber, 1999).
Dalam mengakomodasi infusa dan ekstrak etanol teh hijau sebagai bahan
aktif dalam formula, matriks CMC-Na merupakan komponen yang memegang
peran utama. Infusa dan ekstrak etanol teh hijau akan berdifusi ke dalam matriks,
sehingga katekin dalam infusa dan ekstrak etanol teh hijau akan terlindung dari
pengaruh oksidasi yang dapat mempengaruhi aktivitasnya sebagai antibakteri dan
mempertahankan penampilan pasta gigi secara keseluruhan.
Bahan abrasive merupakan salah satu komponen penting dalam
formulasi pasta gigi, karena kemampuan pasta gigi dalam membersihkan sangat
bergantung pada sifat abrasiveness pasta gigi tersebut (Garlen, 1996). Pasta gigi
membersihkan gigi dari kotoran plak, sisa makanan dan noda yang sebagian besar
berupa partikel padat, sehingga proses pembersihan dapat tercapai melalui peran
abrasive dalam pasta untuk membersihkan kotoran secara mekanik. Bahan
abrasive yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium karbonat. Kalsium
karbonat memiliki peranan dalam menghilangkan partikel makanan yang
menempel pada gigi dan diskolorisasi pada gigi sehingga sifat dan jumlahnya
perlu diperhatikan (Rieger, 2000).
Kalsium karbonat digunakan sebagai abrasif. Kalsium karbonat yang
digunakan berupa serbuk dengan kerapatan kecil. Dengan bantuan sikat gigi,
kalsium karbonat dapat membersihkan sisa makanan dan plak yang menempel
pada permukaan gigi. Sisa makanan pada umumnya berbentuk partikel sedangkan
plak merupakan polisakarida yang menempel pada permukaan gigi. Sisa makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
berupa minyak tidak dapat menempel pada gigi karena pada rongga mulut
terdapat air liur. Oleh karena itu, pembersihan gigi dianggap cukup hanya dengan
menggunakan abrasif tanpa penambahan surfaktan. Selain berpengaruh terhadap
pembersihan gigi, sebagai fase padat penambahan kalsium karbonat dapat
berpengaruh terhadap viskositas pasta gigi yakni meningkatkan viskositas
Gliserin digunakan untuk mempertahankan kelembaban pasta gigi dan
mencegah pasta gigi kehilangan lembab sehingga pasta gigi tidak kering dan
mengeras. Gliserin dapat mencegah pasta gigi kehilangan lembab karena
mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen yang lemah dengan
air.
Pemanis yang digunakan dalam formulasi pasta gigi adalah natrium
sakarin. Natrium sakarin memiliki tingkat kemanisan yang cukup tinggi, mudah
larut dalam air, tidak berwarna dan tidak berbau. Batas penggunaan natrium
sakarin adalah 0,05 - 0,25% (Garlen, 1996).
Dalam penelitian ini digunakan air sebanyak 35%, sehingga dibutuhkan
penambahan pengawet untuk menghindari pertumbuhan mikroba. Penambahan
pengawet tidak dibutuhkan jika kandungan air dalam formula pasta gigi kurang
dari atau sama dengan 20%, maka tidak dibutuhkan tambahan pengawet (Garlen,
1996). Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah metil paraben dengan
pelarut etanol. Etanol digunakan untuk melarutkan metil paraben, karena metil
paraben tidak larut dalam air. Selain itu, diketahui bahwa CMC-Na merupakan
polimer yang paling toleran terhadap adanya etanol (Hoefler, 2011). Penggunaan
metil paraben sebagai pengawet didasarkan pada binder yang digunakan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
CMC-Na. CMC-Na merupakan turunan selulosa yang dapat menjadi sumber
nutrisi bagi mikroba seperti bakteri dan jamur. Oleh karena itu, digunakan metil
paraben yang memiliki peran sebagai fungisida dan bersifat bakteriostatik.
F. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
Uji daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
dilakukan dengan metode difusi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya
antibakteri dari senyawa katekin yang terkandung dalam pasta gigi infusa teh
hijau dan ekstrak etanol teh hijau. Prinsip dari metode difusi adalah ketika suatu
senyawa antibakteri diletakkan pada media agar yang telah diinokulasikan dengan
bakteri, senyawa antibakteri ini akan berdifusi secara melingkar ke arah luar
melewati agar dan akan membentuk suatu zona jernih yang memperlihatkan
adanya penghambatan pertumbuhan bakteri (Willey et al., 2011). Untuk pasta gigi
dilakukan pengujian daya antibakteri dengan metode difusi sumuran karena pasta
gigi merupakan sediaan semi solid yang tidak dapat berdifusi sempurna ke dalam
paper disk sehingga metode yang cocok adalah metode difusi sumuran. Syarat
suatu senyawa yang diuji dengan paper disk adalah bersifat polar dan harus dapat
berdifusi sempurna ke dalam paper disk. Pasta gigi dari bahan aktif herbal
memiliki banyak keuntungan, di mana pada tanaman herbal memiliki senyawa
aktif bersifat aman dan alami dibandingkan dengan pasta gigi non herbal yang
dapat menimbulkan efek pada penggunaan berlebih seperti fluorisasi email. Pasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
gigi herbal memiliki efektivitas yang sama dengan pasta gigi non herbal sehingga
dapat meningkatkan kesehatan gigi.
Pengujian daya antibakteri infusa dan ekstrak etanol teh hijau dalam
pasta gigi dilakukan selama 48 jam setelah pembuatan karena hasil yang
diinginkan hanya berupa ada tidaknya daya antibakteri dari pasta gigi infusa teh
hijau dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau. Pengujian sebaiknya dilakukan secara
periodik selama lebih dari 1 bulan karena dengan pengukuran selama rentang 1
bulan dapat mengetahui perubahan daya antibakteri dari katekin yang
diformulasikan dalam pasta gigi.
1. Pembuatan variasi konsentrasi senyawa uji
Penyiapan senyawa uji ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi
minimal dari katekin dalam pasta gigi yang memiliki daya antibakteri. Penyiapan
senyawa uji dilakukan dengan membuat 4 variasi konsentrasi katekin (EGCG)
infusa dan ekstrak etanol teh hijau dalam pasta gigi yang akan diuji, yaitu 0,2; 0,3;
0,4; dan 0,5 mg/g. Konsentrasi katekin ditentukan berdasarkan penelitian Pratikno
(2003), di mana KHM dari katekin adalah 0,5 mg/mL. Tujuan dari pembuatan
variasi konsentrasi ini adalah memperoleh konsentrasi minimal dari katekin yang
dapat diformulasikan ke dalam pasta gigi yang efektif menghambat S. mutans.
2. Penyiapan bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Streptococcus
mutans yang merupakan bakteri pencetus timbulnya plak penyebab karies gigi.
Tujuan dari penyiapan bakteri uji adalah untuk menstandarisasi jumlah bakteri uji
yang digunakan sehingga memperoleh hasil yang reprodusibel. Penyiapan bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
uji dilakukan dengan membuat 10 mL suspensi S. mutans menggunakan media
Nutrien Broth (NB) yang disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mac
Farland II (konsentrasi bakteri sama dengan 6.108 CFU/mL). Isi dari larutan
standar Mac Farland II adalah 0,2 ml barium klorida dalam 9,8 mL asam sulfat.
Apabila hasilnya sama seperti larutan standar Mc. Farland II maka dapat
diperkirakan terdapat sel bakteri sebanyak 6.108 bakteri/ mL. Mac farland II
memiliki kepadatan yang setara dengan Eschericia coli. Berdasarkan penelitian
oleh Bresson dan Borges (2004), larutan standar Mc Farland II dapat digunakan
untuk menyetarakan pertumbuhan S. mutans. Dalam penelitian ini media NB
berfungsi sebagai media pertumbuhan S. mutans, sedangkan larutan Mc Farland II
berfungsi sebagai larutan standar untuk mengkontrol jumlah S. mutans, sehingga
jumlah bakteri uji yang dibiakkan dapat dikendalikan populasinya dan diperoleh
hasil yang hampir sama untuk setiap replikasi.
3. Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau secara difusi sumuran terhadap Steptococcus
mutans
Pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
secara difusi sumuran terhadap Steptococcus mutans ini perlu dilakukan untuk
membandingkan dan mengetahui sediaan pasta gigi dengan ekstrak senyawa uji
yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S.mutans. Berdasarkan
penelitian Pratikno (2003) diperoleh hasil bahwa katekin yang terkandung dalam
teh hijau memiliki daya antibakteri dengan KHM sebesar 0,5 mg/mL dan KBM
sebesar 1,0 mg/mL yang terbukti efektif mengurangi terbentuknya plak penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
karies gigi. Penelitian lain oleh Pratiwi (2005) menunjukkan bahwa semua pasta
gigi mempunyai daya hambat terhadap S.mutans dengan kemampuan yang
berbeda
a. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau secara difusi sumuran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pasta gigi infusa teh
hijau memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan S. mutans. Pengujian daya
antibakteri ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Metode
difusi sumuran digunakan dalam penelitian ini karena sediaan yang diuji berupa
pasta gigi yang berbentuk semisolid, sehingga tidak dapat bercampur dengan
media atau berdifusi sempurna ke dalam paper disk. Dengan demikian metode
difusi sumuran lebih efektif untuk pengujian daya antibakteri pasta gigi. Metode
difusi sumuran termasuk dalam uji in-vitro di mana pengujian tersebut dilakukan
di luar jaringan hidup.
Pembuatan kontrol kontaminasi media bertujuan untuk melihat sterilitas
media dan memastikan bahwa kerja yang dilakukan sudah aseptis. Pembuatan
kontrol kontaminasi media dilakukan dengan cara menuangkan media Nutrient
Agar (NA) yang telah disterilkan secara aseptis ke dalam petri sebanyak 20 ml
dan dibiarkan memadat. Sumuran dibuat pada media NA dengan menggunakan
pelobang sumuran no. 4 berdiameter 6 mm. Setelah media NA diinkubasi secara
terbalik selama 24 jam pada suhu ± 37C, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
mikroba yang tumbuh pada media NA. Hal ini menunjukkan bahwa media yang
digunakan steril dan kerja yang dilakukan sudah aseptis (Gambar 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pembuatan kontrol pertumbuhan Streptococcus mutans bertujuan untuk
mengetahui bahwa bakteri yang tumbuh adalah bakteri S. mutans pada media NA.
Pembuatan kontrol pertumbuhan ini dilakukan dengan menginokulasikan 1 mL
suspensi bakteri S.mutans ke dalam 20 mL media NA dalam petri pada suhu 45-
50C secara pour plate. Pembuatan kontrol media pertumbuhan bakteri uji secara
pour plate dilakukan agar bakteri uji dapat terdistribusi secara merata pada media
NA. Kemudian dibuat sumuran pada media NA. Setelah itu, media NA diinkubasi
secara terbalik selama 24 jam pada suhu ± 37C. S.mutans diinokulasi ke dalam
media secara pour plate karena S.mutans merupakan bakteri yang bersifat anaerob
fakultatif sehingga bakteri ini dapat tumbuh secara merata secara homogen
membentuk koloni yang berbentuk kokus. Media NA diinkubasi secara terbalik
untuk menghindari jatuhnya uap air yang dihasilkan ke permukaan media NA,
sehingga tidak mempengaruhi penyebaran S.mutans. Suhu inkubasi yang
digunakan, yaitu 37C di mana suhu tersebut sesuai dengan suhu tubuh manusia
karena S.mutans termasuk dalam anggota flora normal yang tumbuh dalam tubuh.
Hasil yang diperoleh setelah media diinkubasi menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri S.mutans pada media NA. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 24 jam
karena pada waktu 24 jam S.mutans berada dalam log phase di mana pada fase ini
bakteri sedang aktif membelah sehingga dapat diamati aktifitas pertumbuhan S
mutans. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri S.mutans
pada media NA. S.mutans digunakan sebagai bakteri uji karena S.mutans
merupakan pencetus timbulnya plak gigi. Mekanisme pembentukan plak yaitu
sukrosa akan didegradasi oleh aktivitas S.mutans menjadi glukosa dan fruktosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
yang selanjutnya akan diubah secara fermentasi menjadi polisakarida ekstraseluler
(glukan) dan asam dengan bantuan enzim glukosiltransferase yang dihasilkan dari
S.mutans. Asam yang terbentuk dari hasil fermentasi ini akan membantu proses
pembentukan plak yang merupakan awal terbentuknya karies gigi.
Selanjutnya dilakukan pembuatan sumuran untuk kontrol negatif, kontrol
positif dan senyawa uji. Pembuatan sumuran dilakukan untuk menyetarakan tinggi
sumuran sehingga diperoleh hasil yang sama untuk setiap replikasi (validitas dan
reprodusibilitas). Media double layer digunakan agar pasta gigi dapat berdifusi
dengan baik ke dalam media dan tidak menyebar pada permukaan dasar media,
sehingga dapat terlihat zona yang dihasilkan. Pada pengujian daya antibakteri,
sumuran dibuat sebanyak 3 lobang pada 2 petri yang berbeda. Pada petri I,
diinokulasikan kontrol negatif (basis pasta) dan pasta gigi infusa teh hijau dengan
variasi konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 dan 0,3 mg/g menggunakan mikropipet
sebanyak 50 µl. Kemudian ke dalam petri II diinokulasikan kontrol positif dan
pasta gigi infusa teh hijau dengan variasi konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 dan 0,5
mg/g menggunakan mikropipet sebanyak 50 µl. Media diinkubasi selama 24 jam
pada suhu ± 37C. Setelah 24 jam, terlihat adanya pertumbuhan S.mutans
disekitar zona jernih yang dihasilkan. Pada penelitian, kontrol negatif yang
digunakan adalah basis pasta gigi tanpa zat aktif. Basis pasta gigi digunakan
sebagai kontrol negatif karena sediaan yang diuji berupa pasta gigi dengan
kandungan zat aktif berupa katekin (EGCG). Kontrol positif yang digunakan
adalah standar Epigallocatechin Galat (EGCG) dengan konsentrasi sebesar 5
mg/mL. EGCG digunakan sebagai kontrol positif karena EGCG memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
aktivitas antibakteri yang lebih besar dari senyawa golongan katekin lainnya.
Aktivitas antibakteri yang besar tersebut diperoleh dari jumlah gugusan hidroksil
reaktif yang banyak pada EGCG (Mbata et al., 2008).
Keterangan :A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( standar EGCG 5 mg/mL)G = kontrol pertumbuhan bakteri S.mutansH = kontrol kontaminasi media
Gambar 2. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau secara difusi sumuranterhadap S.mutans
Suatu senyawa antibakteri dikatakan memiliki daya antibakteri apabila
senyawa tersebut memliiki kemampuan dalam menghambat ataupun membunuh
bakteri dibandingkan dengan kontrol negatifnya (Prescott et al., 1999). Dalam
pengujian diperoleh adanya zona jenih pada sumuran yang diinokulasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kontrol positif dan pasta gigi, sedangkan pada kontrol negatif tidak terlihat adanya
penghambatan (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa basis pasta gigi tanpa zat
aktif tidak memiliki daya antibakteri, sedangkan standar Epigallocatechin Galat
(EGCG) dan pasta gigi infusa teh hijau memiliki daya antimikroba seperti yang
sudah diklaimkan. Pasta gigi infusa teh hijau yang diuji mengandung katekin.
Salah satu senyawa katekin yang terkandung dalam teh hijau adalah
Epigallocatechin Galat (EGCG). EGCG pada teh hijau merupakan senyawa
polifenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri.
Tabel VI. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau berdasarkandiameter zona hambat
Konsentrasikatekin
(EGCG) dalampasta gigi
(mg/g)
Rata rata diameter zona hambatpasta gigi infusa teh hijau
terhadap S.mutans(mm)±SD
0.2 0.67±0.290.3 1.00±0.000.4 1.67±1.150.5 2.67±1.25
Kontrol (-) 0Kontrol (+) 7.00
Pada Tabel VI dapat dilihat bahwa diameter zona jernih terbesar
dihasilkan oleh pasta gigi dengan konsentrasi katekin (EGCG) sebesar 0.5 mg/g.
Selain itu, terlihat bahwa diameter zona jernih yang dihasilkan oleh standar
Epigallocatechin Galat (EGCG) jauh lebih besar dari pasta gigi infusa teh hijau.
Kemungkinan peristiwa yang terjadi adalah zat aktif dalam pasta gigi, yakni
katekin kurang dapat dengan baik terlepas dari basis pasta gigi.
Pada penelitian diperoleh bahwa rata rata diameter zona jernih terbesar
dihasilkan oleh pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG)
sebesar 0.5 mg/g, yakni 2.67 mm dan diameter zona jernih terkecil dihasilkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) sebesar 0.2 mg/g,
yakni 0.67 mm. Tabel VI memperlihatkan semakin besar konsentrasi katekin
(EGCG) yang diformulasikan dalam pasta gigi, semakin besar zona jernih yang
dihasilkan. Selain itu, terlihat bahwa diameter zona jernih yang dihasilkan oleh
standar Epigallocatechin Galat (EGCG) jauh lebih besar dari pasta gigi infusa teh
hijau. Hal ini dikarenakan adanya afinitas dari bahan aktif dengan basis sediaan
yang mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basisnya. Suatu senyawa
antibakteri yang memiliki afinitas yang kuat dan sangat larut dalam larutan
pembawanya, memiliki koefisien difusi yang rendah, sehingga pelepasan senyawa
antibakteri dari bahan pembawanya menjadi lambat. Kemungkinan yang terjadi
adalah katekin sebagai zat aktif dalam pasta gigi kurang dapat terlepas dengan
baik dari CMC-Na sebagai basis pasta gigi, sehingga kecepatan difusinya lebih
lambat dari standar EGCG yang tidak diformulasikan dalam bentuk sediaan.
b. Hasil uji daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau secara
difusi sumuran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa ekstrak etanol teh hijau
dalam pasta gigi memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan S.mutans.
Pengujian daya antibakteri ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi
sumuran. Metode difusi sumuran digunakan dalam penelitian ini karena sediaan
yang diuji berupa pasta gigi yang berbentuk semisolid, sehingga tidak dapat
bercampur dengan media atau berdifusi sempurna ke dalam paper disk. Dengan
demikian metode difusi sumuran lebih efektif untuk pengujian daya antibakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pasta gigi. Metode difusi sumuran termasuk dalam uji in-vitro di mana pengujian
tersebut dilakukan di luar jaringan hidup.
Pengujian daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dilakukan
secara difusi sumuran untuk kontrol negatif, kontrol positif dan senyawa uji.
Pembuatan sumuran dilakukan untuk menyetarakan tinggi sumuran sehingga
diperoleh hasil yang sama untuk setiap replikasi (validitas dan reprodusibilitas).
Media double layer digunakan agar pasta gigi dapat berdifusi dengan baik ke
dalam media dan tidak menyebar pada permukaan bawah dasar media, sehingga
dapat terlihat zona yang dihasilkan. Pada pengujian daya antibakteri, sumuran
dibuat sebanyak 3 lobang pada 2 petri yang berbeda. Pada petri I diinokulasikan
kontrol negatif (basis pasta) dan pasta gigi dengan variasi konsentrasi katekin
(EGCG) 0,2 dan 0,3 mg/g menggunakan mikropipet sebanyak 50 µl. Kemudian
ke dalam petri II diinokulasikan kontrol positif dan pasta gigi dengan variasi
konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 dan 0,5 mg/g menggunakan mikropipet sebanyak
50 µl. Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu ± 37C. Setelah 24 jam, terlihat
adanya pertumbuhan S. mutans disekitar zona jernih yang dihasilkan. Pada
penelitian, kontrol negatif yang digunakan adalah basis pasta gigi tanpa zat aktif.
Basis pasta gigi digunakan sebagai kontrol negatif karena sediaan yang diuji
berupa pasta gigi dengan kandungan zat aktif berupa katekin. Kontrol positif yang
digunakan adalah standar Epigallocatechin Galat (EGCG) dengan konsentrasi
sebesar 5 mg/mL. EGCG digunakan sebagai kontrol positif karena EGCG
memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dari senyawa golongan katekin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
lainnya. Aktivitas antibakteri yang besar tersebut diperoleh dari jumlah gugusan
hidroksil reaktif yang cukup banyak pada EGCG (Mbata et al., 2008)
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( EGCG 5 mg /mL)G = kontrol pertumbuhan bakteri S.mutansH = kontrol kontaminasi media
Gambar 3. Uji daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau secara difusisumuran terhadap S.mutans
Suatu senyawa antibakteri dikatakan memiliki daya antibakteri apabila
senyawa tersebut memliki kemampuan dalam menghambat ataupun membunuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bakteri dibandingkan dengan kontrol negatifnya (Prescott et al., 1999). Dalam
pengujian diperoleh adanya zona jenih pada sumuran yang diinokulasi dengan
kontrol positif dan pasta gigi, sedangkan pada kontrol negatif tidak terlihat adanya
penghambatan (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa basis pasta gigi tanpa zat
aktif tidak memiliki daya antibakteri, sedangkan standar Epigallocatechin Galat
(EGCG) dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau memiliki daya antimikroba seperti
yang sudah diklaimkan. Pasta gigi ekstrak etanol teh hijau yang diuji mengandung
katekin. Salah satu senyawa katekin yang terkandung dalam teh hijau adalah
Epigallocatechin Galat (EGCG). Katekin pada teh hijau merupakan senyawa
polifenol yang dapat berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang
melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan terbentuk suatu kompleks protein.
Akan tetapi, kompleks protein yang terbentuk relatif lemah sehingga akan segera
terurai dan gugusan fenol akan terpenetrasi ke dalam sel dan menyebabkan
denaturasi protein yang pada akhirnya menyebabkan pelisisan sel bakteri.
Pada penelitan diperoleh bahwa diameter zona jernih terbesar dihasilkan
oleh pasta gigi dengan konsentrasi katekin sebesar 0.5 mg/g. Selain itu, pada
Tabel VII terlihat bahwa diameter zona jernih yang dihasilkan oleh standar
Epigallocatechin Galat (EGCG) berbeda tidak bermakna dengan diameter zona
jernih yang dihasilkan oleh pasta gigi ekstrak etanol dengan konsentrasi 0.5 mg.
Hal ini dimungkinkan adanya senyawa lain selain EGCG, yang ikut tersari pada
ekstrak etanol teh hijau yang mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel VII. Hasil pengujian daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol tehhijau berdasarkan diameter zona hambat
Konsentrasikatekin
(EGCG) dalampasta gigi
(mg/g)
Rata rata diameter zona hambat pastagigi ekstrak etanol teh hijau terhadap
S.mutans(mm)±SD
0.20 4.00±1.000.30 5.33±1.150.40 7.33±1.150.50 8.33±1.57
Kontrol (-) 0Kontrol (+) 9.33
Pada Tabel VII dapat dilihat bahwa rata rata diameter zona jernih
terbesar pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin sebesar 0.5
mg/g, yakni 8.33 mm dan rata-rata diameter zona jernih terkecil dihasilkan oleh
pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin sebesar 0.2 mg/g,
yakni 4.00 mm. Tabel VII memperlihatkan semakin besar konsentrasi katekin
yang diformulasikan dalam pasta gigi, semakin besar zona jernih yang dihasilkan.
Selain itu, terlihat bahwa diameter zona jernih yang dihasilkan oleh standar
Epigallocatechin Galat (EGCG) dengan konsentrasi 5 mg/ml berbeda tidak
bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau pada konsentrasi 0,5 mg/g.
Hal ini berdasarkan pada penelitian Alfi (2007) yang menyatakan adanya
komponen lain selain EGCG, seperti EGC, ECG, dan EC yang ikut tersari secara
optimal pada pelarut etanol, yang mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans sehingga diameter zona jernih yang dihasilkan oleh ekstrak
etanol teh hijau berbeda tidak bermakna dengan zona jernih yang dihasilkan oleh
standar EGCG.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4. Perbandingan Daya Antibakteri Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau
dalam Sediaan Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans
Uji daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau bertujuan
untuk melihat kemampuan infusa dan ekstrak etanol teh hijau dalam pasta gigi
dalam menghambat ataupun membunuh S.mutans dibandingkan dengan basis
pasta gigi sebagai kontrol negatif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau berbeda bermakna atau
tidak dengan daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau terhadap
pertumbuhan S.mutans.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau memiliki daya antibakteri yang dapat menghambat maupun
membunuh bakteri S. mutans yang menyebabkan terjadinya karies gigi.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas dari penyebaran
data daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau. Uji normalitas
daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau ini dianalisis dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data yang diolah < 50 data.
Tabel VIII. Uji normalitas daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstrak etanol tehhijau pada konsentrasi 0.50 mg/g
Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa .219 3 . .987 3 .780etanol .253 3 . .964 3 .637
Lilliefors Significance Correction
Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai
signifikansi (p-value) yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk,
data daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan daya antibakteri pasta gigi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ekstrak etanol memiliki nilai p masing-masing sebesar 0.780 dan 0.637. Dari data
yang diperoleh dapat diketahui bahwa daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau
dan daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau memiliki distribusi normal
(p>0,05) (Tabel VIII).
Data daya antibakteri yang memiliki distribusi normal selanjutnya diuji
statistik dengan uji T tidak berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan
daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan ekstrak etanol teh hijau. Pada
penelitian digunakan uji T tidak berpasangan karena data yang diuji merupakan
data 2 pengukuran dengan subyek yang berbeda, yaitu pengukuran zona jernih
yang dihasilkan oleh pasta gigi infusa teh hijau dan ekstrak etanol teh hijau.
Tabel IX. Uji T tidak berpasangan daya antibakteri pasta gigi infusa dan ekstraketanol teh hijau pada konsentrasi 0.50 mg/g
Independent Samples Test
Levene's Test forEquality ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifferen
ce
Std.Error
Difference
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
nilai
Equalvariancesassumed
.168 .703 -4.959 4 .008 -5.66667 1.14261 -8.83906 -2.49428
Equalvariances notassumed
-4.959 3.859 .008 -5.66667 1.14261 -8.88547 -2.44787
Sebelum menentukan p-value pada uji T tidak berpasangan, dilakukan uji
Levene Test untuk melihat homogenitas data. Dari hasil uji Levene Test diperoleh
nilai p=0,703 (p>0,05) yang berarti bahwa data yang diperoleh homogen,
sehingga p-value yang digunakan pada uji T tidak berpasangan adalah 0,008
(p<0,05) (Tabel IX). Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
antara daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dan daya antibakteri pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau sehingga dapat disimpulkan daya antibakteri pasta gigi
infusa teh hijau berbeda bermakna dengan daya antibakteri pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau.
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau untuk pencegahan plak gigi memiliki efek yang lebih baik
dalam menghambat pertumbuhan S.mutans dibandingkan pasta gigi infusa teh
hijau. Hal ini dikarenakan pelarut etanol dapat menyari komponen katekin dalam
teh hijau lebih optimal dibandingkan pelarut aquadest.
G. Pengujian Sifat Fisik Pasta Gigi
Suatu sediaan dikatakan baik apabila memiliki karakterisasi sifat fisik
yang baik. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap sifat fisik pasta gigi
yang meliputi uji warna, bau, pH, viskositas dan sag. Dalam penelitian dilakukan
uji warna, bau, dan pH 48 jam , 7 hari dan 35 hari penyimpanan. Stabilitas fisik
pasta gigi dapat diamati dari perubahan viskositas dan sag setelah 35 hari
penyimpanan.
1. Warna dan bau
Uji organoleptis merupakan pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan indera manusia sebagai instrumennya. Pengujian organoleptis ini
dapat dilakukan dengan melihat warna dan aroma yang ditimbulkan. Warna suatu
sediaan dapat diuji dengan melihat apakah warna sediaan yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan, pasta gigi yang dibuat memiliki spesifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
warna coklat yang mana semakin besar konsentrasi katekin yang terkandung
dalam pasta gigi, maka warna coklat yang dihasilkan akan semakin pekat.
sedangkan aroma atau bau diuji dengan cara mencium pasta gigi.
Pada infusa teh hijau setelah 48 jam, 7 hari, dan 35 hari penyimpanan
didapatkan hasil warna coklat muda dan semakin besar konsentrasi katekin yang
terkandung dalam pasta gigi warna coklat yang dihasilkan semakin pekat. Pada
ekstrak etanol teh hijau didapatkan warna coklat tua dan semakin besar
konsentrasi katekin yang terkandung dalam pasta gigi warna coklat tua yang
dihasilkan semakin pekat
Untuk aroma yang ditimbulkan dari pasta gigi adalah sama. Hal ini
dikarenakan pada sediaan pasta gigi tidak ditambah dengan flavor atau
pengaroma. Pasta gigi yang dibuat setelah 48 jam, 7 hari, dan 35 hari
penyimpanan memiliki aroma daun teh kuat pada pasta gigi dengan konsentrasi
katekin terbesar (Lampiran 11).
2. pH
Pengujian pH pasta gigi ini bertujuan untuk mengetahui pH pasta gigi
yang telah dibuat dapat diterima sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat
pemakaian dan sesuai dengan pH standar. Apabila pH pasta gigi hasil penelitian
memenuhi rentang pada standar, dapat dikatakan bahwa pasta gigi yang telah
dibuat aman untuk digunakan gigi dan mulut. Pengukuran pH dilakukan dengan
cara mencelupkan kertas indikator sampai batas celupan, lalu didiamkan hingga
terjadi perubahan warna. Nilai pH diperoleh dengan cara melihat persamaan
warna dari kertas indikator yang telah dicelupkan dengan warna pada label.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Umumnya nilai pH yang diperuntukkan bagi sediaan yang ditujukan untuk
kesehatan mulut berkisar antara 4,5 hingga 10 dan lebih baik berkisar antara 6,5
hingga 8, sedangkan pH saliva berkisar antara 5,6 hingga 7,6 (Lucida, dkk 2007).
Pada penelitian diperoleh rata – rata pH pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau setelah pengujian 48 jam, 7 hari, dan 35 hari yang relatif sama
(Lampiran 12).
Tabel X . Rata-rata pH pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau waktupenyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari penyimpanan
Konsentrasi katekin(EGCG) dalam pasta
gigi (mg/g)
Rata rata pH pastagigi infusa teh
hijau±SD
Rata rata pH pasta gigiekstrak etanol teh
hijau±SD
Standar nilai pHsediaan untuk
kesehatan mulut(Lucida dkk.,2007)
0,2 6.33±0.58 6.00±04,5 – 100,3 6.33± 0.58 6.33± 0.58
0,4 7.00± 0 7.00± 00,5 7.00± 0 7.00± 0
Dari Tabel X dapat dikatakan bahwa pH pasta gigi infusa teh hijau dan
pasta gigi ekstrak etanol teh hijau setelah penyimpanan 48 jam, 7 hari, dan 35 hari
telah memenuhi standar yang diperbolehkan.
3. Viskositas
Uji viskositas ini bertujuan untuk mengamati profil kekentalan dari pasta
gigi yang telah dibuat. Viskositas merupakan tahanan suatu sediaan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas suatu sediaan, semakin besar tahanannya
untuk mengalir maka semakin kental sediaan tersebut. Sebaliknya, semakin kecil
viskositas suatu sediaan, semakin kecil tahanannya untuk mengalir maka semakin
encer sediaan tersebut. Pengukuran viskositas dilakukan setelah 48 jam
pembuatan, 7 hari penyimpanan, dan 35 hari penyimpanan. Dilakukan
pengukuran viskositas setelah 48 jam pembuatan untuk memberi waktu bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sediaan semisolid untuk membentuk sistem dengan sempurna dan diasumsikan
energi geser akibat pencampuran telah hilang. Pengukuran viskositas setelah 7
hari dan pengukuran viskositas setelah 35 hari dilakukan untuk mengamati
perubahan profil viskositas pasta gigi selama penyimpanan serta untuk melihat
ada tidaknya fenomena ketidakstabilan pada pasta gigi selama penyimpanan.
Pengukuran viskositas pasta gigi dilakukan dengan menggunakan viskometer
RION seri VT 04 dengan rotor no.2. Pada pengukuran viskositas terlebih dahulu
viskometer diset. Spindel dipasang pada gantungan spindel dan diturunkan
sedemikian rupa hingga batas spindel tercelup ke dalam wadah berisi ± 100 mL
pasta gigi. Rotor dinyalakan dan spindel dibiarkan berputar sambil melihat jarum
merah pada skala. Viskositas kemudian dihitung dengan cara mengkonversi nilai
viskositas yang telah ditetapkan dengan skala pada spindel. Satuan viskositas
yang tertera pada alat adalah dPas (1 dPas = 1 poise) (Liebermann et al., 1996).
Pada penelitian diperoleh rata rata viskositas pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau setelah 48 jam penyimpanan, 7 hari penyimpanan , dan 35 hari
penyimpanan adalah sebagai berikut :
Tabel XI. Rata rata viskositas pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigiekstrak etanol teh hijau
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Rata rata nilai viskositas (poise) ± SDInfusa Ekstrak etanol
48 jampenyimpanan
7 haripenyimpanan
35 haripenyimpanan
48 jampenyimpanan
7 haripenyimpanan
35 haripenyimpanan
0,2 210.00±51.96 223.33±40.41 290.00±10.00 203.33±40.41 220.00±43.59 280.00±10.000,3 223.33±51.32 246.67±35.12 280.00±10.00 203.33±40.41 220.00±37.86 276.67±5.770,4 226.67±46.19 253.33±35.12 286.67±11.54 206.67±37.86 226.67±43.59 280.00±10.000,5 216.67±55.08 233.33±41.63 283.33±15.27 206.67±37.86 230.00±34.64 270.00±10.00
Dari Tabel XI dikatakan bahwa nilai viskositas pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau pada waktu penyimpanan 48 jam,7 hari, dan 35 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
memiliki range viskositas yang baik untuk pasta gigi karena pasta gigi dipasaran
memiliki viskositas sebesar 250 poise.
Berdasarkan hasil pengukuran viskositas pasta gigi selama 35 hari
penyimpanan dapat dilihat bahwa pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
mengalami kenaikan viskositas. Akan tetapi, belum dapat dipastikan bahwa
kenaikan viskositas yang terjadi dapat mempengaruhi kestabilan dari pasta gigi.
Oleh karena itu, diperlukan analisis uji kestabilan viskositas pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam dan 35 hari penyimpanan secara statistik.
Pada pengujian selama 7 hari tidak dilakukan uji kestabilan karena pada 7 hari
penyimpanan hanya ingin melihat perubahan profil viskositas selama
penyimpanan.
Data viskositas pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak etanol teh
hijau dengan waktu penyimpanan selama 48 jam dan 35 hari yang diperoleh, diuji
secara statistik untuk memastikan bahwa pasta gigi yang dibuat tetap stabil selama
penyimpanan. Pengujian data viskositas diambil salah satu konsentrasi pasta gigi
yaitu konsentrasi 0,5 mg/g karena diameter zona hambat terbesar ditunjukkan
dengan konsentrasi 0,5 mg/g. Untuk pengujian awal, perlu dilakukan uji
normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Dilakukan analisis dengan uji Shapiro-
Wilk karena jumlah data yang diolah kurang dari 50 data. Suatu data dikatakan
terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai signifikansi (p-value) > 0,05.
Berdasarkan uji Shapiro-Wilk, data viskositas pasta gigi infusa teh hijau
selama 48 jam dan 35 hari memiliki distribusi normal, yakni p=0.174 dan p=0.637
(Lampiran 15). Data viskositas dikatakan terdistribusi secara normal karena nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
p (p-value) yang diperoleh > 0,05. Data viskositas yang memiliki distribusi
normal selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji T berpasangan untuk
melihat signifikansi perubahan profil viskositas pasta gigi pada konsentrasi 0,5
mg/g.
Tabel XII. Uji T berpasangan viskositas pasta gigi infusa teh hijau selama 48 jamdan 35 hari penyimpanan pada konsentrasi 0,5 mg/g
Pada pengukuran dengan uji T berpasangan (Tabel XII) diperoleh nilai
p=0.232 yang artinya viskositas pasta gigi infusa teh hijau pada waktu 48 jam
penyimpanan berbeda tidak bermakna dengan viskositas pasta gigi infusa teh
hijau pada waktu 35 hari penyimpanan (p>0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa
viskositas pasta gigi infusa teh hijau stabil dalam penyimpanan.
Data viskositas pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan waktu
penyimpanan selama 48 jam dan 35 hari yang diperoleh, diuji secara statistik
untuk memastikan bahwa sediaan yang dibuat tetap stabil selama penyimpanan.
Pengujian data viskositas diambil salah satu konsentrasi yaitu konsentrasi 0,5
mg/g. Pengujian awal perlu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-
Wilk. Digunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data yang akan diolah kurang
dari 50 data. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk, data viskositas pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau selama 48 jam dan 35 hari memiliki distribusi normal, yakni
p=0.253 dan p=1.000 (Lampiran 15). Data viskositas dikatakan terdistribusi
Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% Confidence Intervalof the Difference
Lower Upper
Pair 1 infusa48jaminfusa35hari -6.66667E1 68.06859 39.29942 -235.75843 102.42509 -1.696 2 .232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
secara normal karena nilai p (p-value) yang diperoleh > 0.05. Data viskositas yang
memiliki distribusi normal selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji T
berpasangan untuk melihat signifikansi perubahan profil viskositas pasta gigi
ekstrak etanol teh hijau.
Tabel XIII. Uji T berpasangan viskositas pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama48 jam dan 35 hari penyimpanan pada konsentrasi 0,5 mg/g
Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 etanol48jametanol35hari -6.33333E1 30.55050 17.63834 -139.22499 12.55833 -3.591 2 .070
Pada pengukuran dengan uji T berpasangan (Tabel XIII) diperoleh nilai
p=0.070 yang artinya viskositas pasta gigi ekstrak etanol teh hijau pada waktu 48
jam berbeda tidak bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau pada waktu
35 hari penyimpanan (p>0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa viskositas
sediaan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau stabil dalam penyimpanan.
Selanjutnya dilakukan perbandingan viskositas pasta gigi infusa teh hijau
dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau pada konsentrasi 0.50 mg/g untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antara viskositas pasta gigi infusa
teh hijau dan viskositas pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam dan 35
hari penyimpanan.
Berdasarkan uji Shapiro-Wilk, data viskositas selama 48 jam penyimpanan
pasta gigi infusa teh hijau memiliki nilai p = 0.174 dan pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau memiliki nilai p= 0.253 (Lampiran 16). Dari data yang diperoleh dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diketahui bahwa pasta gigi infusa teh hijau dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
selama penyimpanan 48 jam memiliki distribusi normal (p>0,05).
Data viskositas selama 35 hari penyimpanan pasta gigi infusa teh hijau
memiliki nilai p= 0.637 dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau memiliki nilai p=
1,000 (Lampiran 16). Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa viskositas
sediaan pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau selama penyimpanan 35 hari
memiliki distribusi normal (p>0,05).
Data viskositas pasta gigi yang memiliki distribusi normal selanjutnya
diuji statistik dengan uji T tidak berpasangan (Independent Samples Test) untuk
melihat signifikansi perbedaan antara viskositas pasta gigi infusa teh hijau dengan
pasta gigi ekstrak etanol teh hijau. Pada penelitian digunakan uji T tidak
berpasangan karena data yang diuji merupakan data 2 pengukuran dengan subyek
yang berbeda, yaitu pengukuran viskositas yang dihasilkan oleh pasta gigi infusa
teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama penyimpanan 48 jam
dan 35 hari
Tabel XIV. Uji T tidak berpasangan viskositas pasta gigi infusa dan ekstrak etanolteh hijau selama 48 jam penyimpanan pada konsentrasi 0.5 mg/g
Independent Samples TestLevene's Testfor Equalityof Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t DfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
95% Confidence Intervalof the Difference
Lower Upper
viskositas
Equalvariancesassumed
.986 .377 .259 4 .808 10.00000 38.58612 -97.13225 117.13225
Equalvariancesnot assumed
.259 3.545 .810 10.00000 38.58612 -102.77760 122.77760
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Sebelum menentukan p-value pada uji T tidak berpasangan pasta gigi
infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam
penyimpanan, dilakukan Levene test untuk melihat homogenitas data. Dari hasil
uji Levene diperoleh nilai p=0,377 (p>0,05) yang berarti bahwa data yang
diperoleh homogen, sehingga p-value yang digunakan pada uji T tidak
berpasangan adalah 0,808 (p<0,05) (Tabel XIV) yang artinya pasta gigi infusa teh
hijau berbeda tidak bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama
penyimpanan 48 jam.
Tabel XV. Uji T tidak berpasangan viskositas pasta gigi infusa dan ekstrak etanolteh hijau selama 35 hari penyimpanan pada konsentrasi 0.5 mg/g
Independent Samples Test
Levene'sTest for
Equality ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. t DfSig. (2-tailed)
MeanDifferenc
e
Std. ErrorDifferenc
e
95% ConfidenceInterval of the
DifferenceLower Upper
Viskositas
Equalvariancesassumed
.727 .442 1.265 4 .275 13.33333 10.54093 -15.93297 42.59963
Equalvariancesnot assumed 1.265 3.448 .285 13.33333 10.54093 -17.87551 44.54217
Sebelum menentukan p-value pada uji T tidak berpasangan pasta gigi
infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 35 hari
penyimpanan, dilakukan Levene test untuk melihat homogenitas data. Dari hasil
uji Levene diperoleh nilai p=0,442 (p>0,05) yang berarti bahwa data yang
diperoleh homogen, sehingga p-value yang digunakan pada uji T tidak
berpasangan adalah 0,275 (p<0,05) (Tabel XV) yang artinya pasta gigi infusa teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
hijau berbeda tidak bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama
penyimpanan 35 hari penyimpanan.
4. Sag
Sag merupakan kecenderungan pasta gigi untuk tidak dapat
mempertahankan bentuknya setelah dikeluarkan dari tube. Pengukuran sag
dilakukan dengan cara mengamati pertambahan diameter pasta gigi selama 1
menit setelah dikeluarkan dari tube. Semakin besar pertambahan diameter pasta
gigi, semakin kecil kemampuan pasta gigi untuk mempertahankan bentuknya
sehingga sag semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil pertambahan diameter
pasta gigi, semakin besar kemampuan pasta gigi untuk mempertahankan
bentuknya sehingga sag semakin kecil. Semakin kecil sag pasta gigi menunjukkan
bahwa semakin baik konsistensi pasta gigi, sehingga dapat bertahan pada sikat
gigi dan tidak masuk ke sela-sela bulu sikat gigi (Garlen, 1996). Pengukuran sag
dilakukan setelah 48 jam penyimpanan, 7 hari penyimpanan dan 35 hari
penyimpanan. Dilakukan pengukuran sag setelah 48 jam pembuatan untuk
memberi waktu bagi sediaan semisolid untuk membentuk sistem dengan
sempurna dan diasumsikan energi geser akibat pencampuran telah hilang.
Pengukuran setelah 7 hari penyimpanan hanya melihat kestabilan pasta gigi.
Sedangkan pengukuran setelah 35 hari penyimpanan dilakukan untuk mengamati
perubahan profil sag pasta gigi selama penyimpanan serta untuk melihat ada
tidaknya fenomena ketidakstabilan pada pasta gigi selama penyimpanan.
Pengukuran diameter dan pertambahan diameter dilakukan diatas kaca bundar
berskala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pada penelitian diperoleh rata-rata nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau setelah 48 jam , 7 hari penyimpanan , dan 35 hari penyimpanan
adalah sebagai berikut :
Tabel XVI. Rata rata sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
Konsentrasikatekin
(EGCG) dalampasta gigi
(mg/g)
Rata rata nilai sag±SDInfusa Ekstrak etanol
48 jampenyimpanan
7 haripenyimpanan
35 haripenyimpanan
48 jampenyimpanan
7 haripenyimpanan
35 haripenyimpanan
0,2 0.37±0.14 0.27±0.13 0.17±0.06 0.43±0.12 0.32±0.14 0.20±0.100,3 0.32±0.23 0.25±0.18 0.15±0.05 0.42±0.10 0.30±0.10 0.17±0.060,4 0.28±0.16 0.22±0.08 0.21±0.08 0.47±0.08 0.28±0.03 0.23±0.060,5 0.30±0.13 0.27±0.08 0.20±0.10 0.43±0.07 0.30±0.06 0.25±0.13
Dari Tabel XVI dapat dikatakan bahwa nilai sag pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol pada waktu penyimpanan selama 48 jam, 7 hari, dan 35 hari cukup
baik karena pelebaran yang terjadi kecil. Nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak
etanol teh hijau pada waktu penyimpanan selama 35 hari mengalami penurunan
pelebaran. Hal ini dikarenakan selama 35 hari pasta gigi mengalami perubahan
viskositas
Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai
signifikansi (p-value) > 0,05. Pengujian data sag diambil salah satu konsentrasi
yaitu konsentrasi 0,5 mg/ mL karena diameter zona hambat terbesar ditunjukkan
dengan konsentrasi 0,50 mg/mL Untuk mengetahui normalitas dari data sag pasta
gigi, dilakukan analisis dengan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk digunakan
karena jumlah data yang diolah kurang dari 50 data.
Data sag pasta gigi infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan selama 48
jam dan 35 hari yang diperoleh, diuji secara statistik untuk memastikan bahwa
sediaan yang dibuat tetap stabil selama penyimpanan. Pengujian awal, perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Digunakan uji Shapiro-
Wilk karena jumlah data yang akan diolah kurang dari 50 data. Berdasarkan uji
Shapiro-Wilk, data sag pasta gigi infusa teh hijau selama 48 jam dan 35 hari
memiliki distribusi normal, yakni p=0,363 dan p=1,000 (Lampiran 15). Data sag
dikatakan terdistribusi secara normal karena nilai p (p-value) > 0,05. Data sag
yang memiliki distribusi normal selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji
T berpasangan untuk melihat signifikansi perubahan profil sag pasta gigi.
Tabel XVII. Uji T berpasangan nilai sag pasta gigi infusa teh hijau pada 48 jamdan 35 hari penyimpanan pada konsentrasi 0,5 mg/g
Paired Samples TestPaired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair1
infusa48jam -infusa35hari .10000 .05000 .02887 -.02421 .22421 3.464 2 .074
Pada uji T berpasangan (Tabel XVII) diperoleh nilai p=0.074 yang artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai sag pasta gigi infusa teh hijau
pada waktu 48 jam penyimpanan dan 35 hari penyimpanan (p>0.05)sehingga
dapat dikatakan bahwa nilai sag sediaan pasta gigi infusa teh hijau stabil dalam
penyimpanan.
Data sag pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan
selama 48 jam dan 35 hari yang diperoleh, diuji secara statistik untuk memastikan
bahwa sediaan yang dibuat tetap stabil selama penyimpanan. Pengujian awal perlu
dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Digunakan uji Shapiro-
Wilk karena jumlah data yang akan diolah kurang dari 50 data. Berdasarkan uji
Shapiro-Wilk, data sag sediaan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dan 35 hari memiliki distribusi normal, yakni p=0.637 dan p=0.637. Data sag
dikatakan terdistribusi secara normal karena nilai p (p-value) > 0,05. Data sag
yang memiliki distribusi normal selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji
T berpasangan untuk melihat signifikansi perubahan profil sag pasta gigi ekstrak
etanol teh hijau.
Tabel XVIII. Uji T berpasangan nilai sag pasta gigi ekstrak etanol tehhijau pada 48 jam dan 35 hari penyimpanaan pada konsentrasi 0.5 mg/g.
Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair1
etanol 48jametanol35hari .18333 .10408 .06009 -.07522 .44189 3.051 2 .093
Pada uji T berpasangan (Tabel XVIII) diperoleh nilai p=0.093 yang
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai sag pada waktu 35 hari
dengan 48 jam penyimpanan (p> 0.05)sehingga dapat dikatakan bahwa nilai sag
pasta gigi ekstrak etanol stabil dalam penyimpanan.
Selanjutnya dilakukan perbandingan nilai sag untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan bermakna antara nilai sag pasta gigi infusa teh hijau dan nilai
sag pasta gigi ekstrak etanol selama 48 jam dan 35 hari penyimpanan.
Berdasarkan uji Shapiro-Wilk, data sag selama 48 jam penyimpanan pasta
gigi infusa teh hijau memiliki nilai p sebesar 0.363 dan pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau memiliki nilai p sebesar 0.637 (Lampiran 16). Dari data yang diperoleh
dapat diketahui bahwa nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
selama penyimpanan 48 jam memiliki distribusi normal (p>0,05). Data sag
selama 35 hari penyimpanan pasta gigi infusa teh hijau memiliki nilai p sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
1.000 dan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau memiliki nilai p sebesar 0.637
(Lampiran 16). Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa nilai sag pasta
gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau selama penyimpanan 48 jam dan 35 hari
memiliki distribusi normal (p>0.05).
Data sag pasta gigi yang memiliki distribusi normal selanjutnya diuji
statistik dengan uji T tidak berpasangan untuk melihat signifikansi perbedaan
antara nilai sag pasta gigi infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh
hijau. Pada penelitian digunakan uji T tidak berpasangan karena data yang diuji
merupakan data 2 pengukuran dengan subyek yang berbeda, yaitu pengukuran sag
yang dihasilkan oleh pasta gigi infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol
teh hijau selama penyimpanan 48 jam dan 35 hari.
Tabel XIX. Uji T tidak berpasangan nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanolteh hijau pada 48 jam penyimpanaan pada konsentrasi 0.5 mg/g.
Independent Samples Test
Levene's Test forEquality ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifferenc
e
Std.Error
Difference
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
nilai Equal variancesassumed 1.600 .275 -1.512 4 .205 -.13333 .08819 -.37819 .11153
Equal variancesnot assumed -1.512 3.200 .222 -.13333 .08819 -.40433 .13766
Sebelum menentukan p-value pada uji T tidak berpasangan pasta gigi
infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam
penyimpanan, dilakukan Levene test untuk melihat homogenitas data. Dari hasil
uji Levene diperoleh nilai p=0,275 (p>0,05) yang berarti bahwa data yang
diperoleh homogen, sehingga p-value yang digunakan pada uji T tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
berpasangan adalah 0,205 (p<0,05) (Tabel XIX) yang artinya nilai sag pasta gigi
infusa teh hijau berbeda tidak bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
selama penyimpanan 48 jam penyimpanan.
Tabel XX. Uji T tidak berpasangan nilai sag pasta gigi infusa dan ekstrak etanolteh hijau pada 35 hari penyimpanaan pada konsentrasi 0.5 mg/g
Sebelum menentukan p-value pada uji T tidak berpasangan pasta gigi
infusa teh hijau dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 35 hari
penyimpanan, dilakukan Levene test untuk melihat homogenitas data. Dari hasil
uji Levene diperoleh nilai p=0,492 (p>0,05) yang berarti bahwa data yang
diperoleh homogen, sehingga p-value yang digunakan pada uji T tidak
berpasangan adalah 0,629(p<0,05) (Tabel XX) yang artinya nilai sag pasta gigi
infusa teh hijau berbeda tidak bermakna dengan pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
selama penyimpanan 35 hari penyimpanan
Independent Samples Test
Levene's Test forEquality ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifferen
ce
Std.Error
Difference
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
sag Equalvariancesassumed
.571 .492 -.522 4 .629 -.05000 .09574 -.31582 .21582
Equalvariances notassumed
-.522 3.723 .631 -.05000 .09574 -.32381 .22381
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Adanya perbedaan bermakna antara daya antibakteri pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau terhadap pertumbuhan S.mutans
2. Pasta gigi infusa teh hijau dengan ekstrak etanol teh hijau memiliki perbedaan
yang tidak bermakna dilihat dari profil viksositas dan sag pasta gigi
menunjukkan kestabilan dalam penyimpanan. Sedangkan uji organoleptis pasta
gigi infusa dan ektrak etanol teh hijau menunjukkan sediaan berwarna coklat,
beraroma teh yang kuat, dan memenuhi pH yang distandarkan.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengujian daya antibakteri dan sifat fisik pasta gigi infusa dan
ekstrak etanol teh hijau secara periodik 1 minggu selama 1 bulan untuk
memenuhi parameter sifat fisik daya antibakteri pasta gigi yang baik.
2. Perlu dilakukan optimasi formula pasta gigi infusa dan ekstrak etanol teh hijau
untuk mendapatkan formula yang optimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Alfi,C., Potensi Antibakteri Infusa dan Ekstrak Etanol Buah Daging Buah Kemlaka(Phyllantus emblica L.) Terhadap Staphylococcus aureus, Skripsi, UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta, 34
Allen, Jr., and Loyd V., 1999, The Basics of Compounding, Compunding Gels,International Journal of Compounding, 3(5), 385-386.
Ardiansyah, 2007, Antimikroba dari Tumbuhan (Bagian Pertama), httpwww.beritaiptek.comzberita-beritaiptek-2007-06-03-Antimikroba-dari- Tumbuhan-(Bagian-Pertama).shtml.htm. Diakses tanggal 11 Januari 2012.
Arisandi, Y. dan Andriani, Y., 2009, Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan,Eska Medika, Jakarta, 457-460
Bisset, N.G., 2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals: a Handbook forPractice on a Scientific Basic With Reference to German CommisionMonographs, 2nd Edition, CRC Press, London, 490-491.
Bresson, W., and Borges., M.T., 2004, Delivery Methods for Introducing EndophiticBacteria into Maize, Biocontrol, 49: 315-322
Collet, J. dan Moretton, C., 2002, Modified Release Peroral Dosage Form, in Aulton,M. E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd Edition.,Churcill, Livingstone, 299-300
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia III,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 915
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 8-9
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia V,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 486-489
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1045-1046
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2000,Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen KesehatanRI, Jakarta, 516, 518, 522
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1986, Dasar-dasar PemeriksaanMikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM Bagian Mikrobiologi, Yogyakarta,4-17,27-49,115-117
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1993, Dasar-dasar PemeriksaanMikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM Bagian Mikrobiologi, Yogyakarta,115-122
Garlen, D., 1996, Toothpastes, in Lieberman, H. A., (Ed), Pharmaceutical DosageForms: Dysperse Systems, Vol 1, Marcel Dekker Inc., New York, 423-442.
Gruber, J. V., 1999, Synthetic Polymers in Cosmetics, in Goddart, E. D., Gruber, J.V., (Eds.), Principles of Polymer Science and Technology in Cosmetics andPersonal Care, Marcel Dekker Inc., New York, 237.
Handajani,J.,1997, Pengaruh Teh Hijau (Camelia sinensis varietas Thea viridis)Terhadap Kesehatan Gigi Yogyakarta , FKG UGM, 1-11
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan, Percetakan Kanisius,Yogyakarta, 9-39
Hoefler, A. C.,2011, Sodium Carboxymethyl Cellulose: Chemistry, Functionality andApplications,http://class.fst.ohiostate.edu/fst621/Additive%20classes/cmctlk.pdf , diakses tanggal 10 November 2011.
Holt, G.J., Krieg, R.N., Sneath, A.H.P., Staley, T.J., Williams, T.S., 2000, Bergey’sManual of Determinative Bacteriology, 9th Edition, Lippincott Williams &Wilkins USA, 532, 554
Ita, S., 1991,Teh Kajian Sosial Ekonomi, Penerbit Aditya Media, Yogyakarta, 37-39
Katsumura S., 2008, Evaluation of Risk Factors for Dental Caries From 6 To 8 YearsOld Children. Pediatric Dent J; 18 (1): 27-33.
Kidd, E.A.M., and Bechal, S.S., 1992, Essensial of Dental Caries: The Disease anIt’s Management, EGC, Jakarta, 164-167
Koswara, S., 2007, Makanan Bergula dan Kerusakan Gigi, www.ebookpangan.com,4-5. Diakses tanggal 5 Mei 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kusmayati dan Agustini, N.W.R., 2007, Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dariMikroalga (Porphyridium cruentum), Biodiversitas, Fakultas MIPAUniversitas Negeri Solo, 8(1): 48-53
Lay, W.B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 52
Liebermann, H.A., Rieger, M.M., dan Banker, G.S., 1996, Pharmaceutical DosageForms: Disperse System Vol 1, Marcel Dekker Inc., New York, 157-158.
Lucida, H., Bakhtiar, A., dan Putri, W.A, 2007, Formulasi Sediaan Antiseptik Mulutdari Katekin Gambir, J. Sains Tek. Far., 12(1), 1-7
Mbata, T.I., Debiao, L.U., and Saikia, A., 2008, Antibacterial Activity of The CrudeExtract of Chinese Green Tea (Camelia sinensis L) on ListeriaMonocytogenes, African Journal of Biotechnology, 7 (10): 1571-1573
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elsevier, Netherlands,. 134-135, 479-487.
Michalowska, A.G, 2007, Purification Process Influence on Green Tea ExtractsPolyphenol Content an Antioxidant Activity Acta Scientarum. Polonorum.,Technol. Aliment, 6(2): 41-48
O’Neil, M.J, Smith, A., Heckelman, P., Obenchain, J.R, Gallipeau, J.A.R, andD’Arecca, M.A., 2001, The Merck Index, 13th Edition, Merck and CO., Inc.,Whitehouse Station, NJ, 1912
Panjaitan, M., 1997, Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, USU Press,Medan, 7-25
Parwata IMOA, dan Dewi PFS, 2008, Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri MinyakAtsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal L),Jurnal Kimia 2(2), 100-104
Pelczar, M.J, dan Chan, E.S.C, 2007, Dasar-dasar Mikrobiologi I, UI Press, Jakarta,447-460, 543-539
Pistorius, A., Willershausen, B., Steinmeier, E.M., and Kreisler, M., 2003, Efficacyof Subgingival Irrigation Using Herbal Extract on Gingival Inflamation, JPeriodontal, 74: 616–622
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pratikno, 2003, Pengaruh Daya Antibakterial Teh Hijau Dalam Mencegah KariesGigi, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 1-32
Pratiwi, R., 2005, Perbedaan Daya Hambat terhadap Streptococcus mutans dariBeberapa Pasta Gigi yang Mengandung Herbal, Majalah Kedokteran Gigi(Dental Journal), 38(2) : 64–67
Prescott, L.M, Habley, J.P., and Klein, D.A, 1999, Microbiology, 4thEdition, McGraw-Hill, New York, 567
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &Kedokteran, EGC, Jakarta, 40
Rieger, M. M., 2000, Harry’s Cosmeticology, 8th Edition, Chemical Publishing Co.Inc., New York, 594-596, 608-623.
Roeslan, B.O., 1992, Karakterisasi Streptoccocus mutans, Majalah ilmiahKedokteran Gigi USAKTI, 10(29): 29-30, 112-123
Sidik dan Mudahan., H.,2000, Prosiding Seminar Perhiba Pemanfaatan Bahan ObatAlami, Ed.III, Penerbit Fakultas Farmasi, UNTAG 1945, Jakarta, 12-14
Tyasrini, E., Rusmana, D., dan Widya, 2004, Perbandingan Efektivitas Pasta GigiHerbal dan Pasta Gigi Nonherbal dalam Menghambat PertumbuhanStaphylococcus aureus, Streptococcus β-hemoliticus dan Candida albicans InVitro, JKM, 4 (1): 1-8
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, 574, 587-593
Willey, J.M, Sherwood, L.M, and Christopher. J.W, 2011, Microbiology, 8th Edition,Mc Graw Hill, New York, 976-977
You, S., 1993, Study on Feasibility of Chinese Green Tea Polyphenols for PreventingDental Caries, Chin J Stom, 28 (4): 9-197, 254
Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, The Garden City Press Limited, GreatBritain, 113-117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Teh Hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 2. Certificate of Analysis Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 3. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 4. Proses Ekstraksi Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 5. Data Pembuatan Infusa Teh Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 6. Penentuan Senyawa Identitas Infusa Teh Hijau SecaraKualitatif dan Kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Profil kromatogram infusa teh hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 7. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Teh Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 8. Data Pembuatan Ekstrak Etanol Hijau dari LPPT UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 9. Penentuan Senyawa Identitas Ekstrak Etanol Teh Hijau SecaraKualitatif dan Kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Profil kromatogram ekstrak etanol teh hijau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 10. Data Perbandingan Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Infusadan Ekstrak Etanol Teh Hijau Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans
a. Uji daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau dengan metode difusi sumuran.
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigiinfusa teh hijau
(mg/g)
Diameter Zona Hambat Rata rata(mm)
Mean±SDReplikasi I
(mm)Replikasi II
(mm)Replikasi III
(mm)
0.20 0.50 0.50 1.00 0.67±0.290.30 1.00 1.00 1.00 1.00±0.000.40 3.00 1.00 1.00 1.67±1.150.50 4.00 2.50 1.50 2.67±1.25
Kontrol (-) tidak ada tidak ada tidak adaKontrol (+) - 6 8 7
b. Uji daya antibakteri pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan metode difusisumuran.Konsentrasi
katekin (EGCG)dalam pasta gigiekstrak etanol
teh hijau(mg/g)
Diameter Zona Hambat Rata rata(mm)
Mean ±SDReplikasi I(mm)
Replikasi II(mm)
Replikasi III(mm)
0.20 3.00 4.00 5.00 4.00±1.000.30 4.00 6.00 6.00 5.33±1.150.40 6.00 8.00 8.00 7.33±1.150.50 7.00 10.00 8.00 8.33±1.57
Kontrol (-) tidak ada tidak ada tidak ada
Kontrol (+) 8 10 10 9.33
1) Uji normalitas pada konsentrasi 0.50 mg/ g
Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa .219 3 . .987 3 .780etanol .253 3 . .964 3 .637a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
2) Uji T Test menggunakan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Independent Samples TestLevene's Testfor Equalityof Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
95% ConfidenceInterval of the
DifferenceLower Upper
nilai Equal variancesassumed .168 .703 -4.959 4 .008 -5.66667 1.14261 -8.83906 -2.49428
Equal variancesnot assumed -4.959 3.859 .008 -5.66667 1.14261 -8.88547 -2.44787
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 11. Data Uji Warna dan Bau Pasta Gigi
1. Uji Warna dan Bau Pasta Gigi Infusa Teh Hijau selama 48 jam, 7hari, dan 35hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi infusa teh
hijau(mg/g)
48 jam
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,3 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,4 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,5 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi infusateh hijau(mg/g)
7 hari
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,3 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,4 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,5 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi infusateh hijau(mg/g)
35 hari
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,3 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,4 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
0,5 Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh Coklatmuda
Teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2. Uji Warna dan Bau Pasta Gigi Ekstrak Etanol Teh Hijau selama 48 jam, 7 hari,dan 35 hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi ekstraketanol teh
hijau(mg/g)
48 jam
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,3 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,4 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,5 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi ekstraketanol teh
hijau(mg/g)
7 hari
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,3 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,4 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,5 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi ekstraketanol teh
hijau(mg/g)
35 hari
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
Warna(coklat)
Bau(teh)
0,2 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,3 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,4 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
0,5 Coklattua
Teh Coklattua
Teh Coklattua
Teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 12. Data Uji pH Pasta Gigi
1. Uji pH pasta gigi infusa teh hijau selama 48 jam, 7 hari, dan 35 haripenyimpanan
2. Uji pH pasta gigi ekstrak etanol teh hijau selama 48 jam , 7 hari, dan 35hari penyimpanan.
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi infusateh hijau(mg/g)
48 jam 7 hari 35 hari
Rep I Rep II Rep IIIRata-ratapH pastagigi±SD
Rep IRep II Rep III Rata-rata pH
pasta gigi±SD Rep I Rep II Rep IIIRata-ratapH pastagigi±SD
0,2 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.580,3 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.580,4 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±00,5 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi ekstraketanol teh
hijau(mg/g)
48 jam 7 hari 35 hari
Rep I Rep II Rep IIIRata-ratapH pastagigi±SD
Rep IRep II Rep III Rata-rata pH
pasta gigi±SD Rep I Rep II Rep IIIRata-ratapH pastagigi±SD
0,2 6.00 6.00 6.00 6.00±0 6.00 6.00 6.00 6.00±0 6.00 6.00 6.00 6.00±00,3 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.58 6.00 6.00 7.00 6.33±0.580,4 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±00,5 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0 7.00 7.00 7.00 7.00±0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 13. Data Uji Viskositas Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol TehHijau
1. Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau
a) Viskositas pasta gigi infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0,2 180 180 270 630 210.00 51.960,3 180 210 280 670 223.33 51.320,4 200 200 280 680 226.67 46.190,5 180 190 280 650 216.67 55.08
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 210.00±51.960,3 223.33±51.320,4 226.67±46.190,5 216.67±55.08
b) Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 7 hari
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 223.33±40.410,3 246.67±35.120,4 253.33±35.120,5 233.33±41.63
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
ReplikasiIII(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0,2 200 200 270 670 223.33 40.410,3 210 250 280 740 246.67 35.120,4 250 220 290 760 253.33 35.120,5 200 220 280 700 233.33 41.63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
c) Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 290.00±10.000,3 280.00±10.000,4 286.67±11.540,5 283.33±15.27
2. Viskositas Pasta Gigi Ekstrak Etanol Teh Hijau
a. Viskositas s pasta gigi ekstrak etanol teh hijaudengan waktu penyimpanan 48jam
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
ReplikasiIII (poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0,2 180 180 250 610 203.33 40.410,3 180 180 250 610 203.33 40.410,4 180 190 250 620 206.67 37.860,5 190 180 250 620 206.67 37.86
Konsentrasi katekin (EGCG) dalampasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 203.33±40.410,3 203.33±40.410,4 206.67±37.86
0,5 206.67±37.86
Konsentrasikatekin
(EGCG) dalampasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0,2 290 280 300 870 290.00 10.000,3 290 270 280 840 280.00 10.000,4 300 280 280 860 286.67 11.540,5 300 280 270 850 283.33 15.27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
b. Viskositas Pasta Gigi ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 7hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X (poise) Mean(poise)
SD
0,2 200 190 270 660 220 43.590,3 210 200 270 680 226.67 37.860,4 200 210 280 690 230 43.590,5 200 200 260 660 220 36.64
Konsentrasi katekin (EGCG) dalampasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 220.00±43.590,3 220.00±37.860,4 226.67±43.590,5 230.00±34.64
c. Viskositas Pasta Gigi ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35hari
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
ReplikasiIII (poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0,2 270 280 290 840 280 10.00
0,3 270 280 280 830 276.67 5.77
0,4 280 270 290 840 280 10.00
0,5 260 270 280 810 270 10.00
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 280.00±10
0,3 276.67±5.77
0,4 280.00±100,5 270.00±10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 14. Data Uji Sag Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau
1. Nilai sag Pasta Gigi Infusa Teh Hijau
a) Uji sag infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasi katekin(EGCG)dalam
pasta gigi(mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)t = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 Pelebar
an
0,2 1.3 1.75 0.45 1.4 1.85 0.45 1.2 1.4 0.2 1.10,3 1.4 1.85 0.55 1.3 1.6 0.3 1.4 1.5 0.1 0.950,4 1.4 1.8 0.4 1.3 1.65 0.35 1.5 1.6 0.1 0.850,5 1.5 1.9 0.4 1.25 1.6 0.35 1.85 2 0.15 0.9
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.37±0.140,3 0.32±0.230,4 0.28±0.160,5 0.30±0.13
b) Uji sag infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 7 hari
Konsentrasi katekin(EGCG)dalam
pasta gigi(mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)t = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 Peleba
ran
0.2 1.4 1.65 0.25 1.5 1.9 0.4 1.4 1.55 0.15 0.270.3 1.2 1.6 0.4 1.2 1.4 0.2 1.3 1.4 0.1 0.250.4 1.5 1.8 0.3 1.1 1.35 0.25 1.4 1.55 0.15 0.220.5 1.4 1.75 0.35 1.2 1.4 0.2 1.7 1.8 0.2 0.27
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.27±0.130,3 0.25±0.180,4 0.22±0.080,5 0.27±0.08
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
c) Uji sag infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Xt = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 Peleba
ran(cm)
0.2 1,3 1.5 0.2 1.4 1.6 0.2 1.3 1.4 0.1 0.50.3 1.2 1.4 0.2 1.1 1.35 0.15 1.2 1.3 0.1 0.450.4 1.4 1.7 0.3 1.1 1.3 0.2 1.4 1.55 0.15 0.650.5 1.3 1.6 0.3 1.2 1.4 0.2 1.5 1.6 0.1 0.60
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.17±0.060,3 0.15±0.050,4 0.21±0.080,5 0.20±0.10
2. Nilai sag Pasta Gigi Ekstrak etanol Teh Hijau
a) Uji sag ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.43±0.120,3 0.42±0.100,4 0.47±0.080,5 0.43±0.07
b) Uji sag ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 7 hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 Pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0,2 1.3 1.8 0.5 1.3 1.8 0.5 1.2 1.5 0.3 1.300,3 1.4 1.85 0.45 1.4 1.9 0.5 1.4 1.7 0.3 1.250,4 1.4 1.95 0.55 1.5 1.95 0.45 1.4 1.8 0.4 1.400,5 1.5 2.0 0.5 1.5 1.85 0.35 1.6 2.05 0.45 1.30
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 Pelebaran
0,2 1.3 1.7 0.4 15 1.8 0.4 1.2 1.35 0.15 0.950,3 1.2 1.6 0.4 1.7 2 0.3 1.5 1.7 0.2 0.900,4 1.4 1.7 0.3 1.6 1.85 0.25 1.5 1.65 0.3 0.850,5 1.5 1.85 0.35 1.5 1.75 0.25 1.6 1.9 0.3 0.90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.32±0.140,3 0.30±0.100,4 0.28±0.030,5 0.30±0.06
1. Uji sag ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentrasi katekin(EGCG)dalam
pasta gigi(mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0,2 1.1 1.3 0.2 1.3 1.6 0.3 1.0 1.1 0.1 0.600,3 1.2 1.4 0.2 1.5 1.7 0.2 1.2 1.3 0.1 0.500,4 1.4 1.7 0.3 1.5 1.7 0.2 1.2 1.4 0.2 0.700,5 1.45 1.85 0.4 1.4 1.6 0.2 1.45 1.55 0.15 0.75
Konsentrasi katekin (EGCG)dalam pasta gigi (mg/g) mean±SD
0,2 0.20±0.100,3 0.17±0.060,4 0.23±0.060,5 0.25±0.13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 15. Uji Statistik Sifat Fisik Sediaan Pasta Gigi
1. Uji Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau
a. Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 180 190 280 650 216.67 55.08
b. Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
1) Uji normalitas pada konsentrasi 0,50 mg/mL
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa48jam .353 3 . .824 3 .174infusa35hari .253 3 . .964 3 .637a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji T Test dengan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
ReplikasiIII (poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 300 280 270 850 283.33 15.27
Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 infusa48jaminfusa35hari -6.66667E1 68.06859 39.29942 -
235.75843 102.42509 -1.696 2 .232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2. Uji Viskositas Pasta Gigi Ekstrak Etanol Teh Hijau
a. Viskositas ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jamKonsentrasi
katekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 190 180 250 620 206.67 37.84
b. Viskositas ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentrasi
katekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
ReplikasiII (poise)
ReplikasiIII (poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 260 270 280 810 270 10.00
1) Uji NormalitasTests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkStatistic df Sig. Statistic df Sig.
etanol48jam .337 3 . .855 3 .253etanol35hari .175 3 . 1.000 3 1.000a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji T Test dengan SPSS versi 20.00 for student (trial)Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair1
etanol48 jametanol35 hari
-6.3333
3E130.55050 17.63834 -
139.22499 12.55833 -3.591 2 .070
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3. Uji Sag Pasta Gigi Infusa teh hijau
a.Uji sag infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)t = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 Peleba
ran
0.5 1.5 1.9 0.4 1.25 1.6 0.35 1.85 2 0.15 0.9
b.Uji sag infusa teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Xt = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 pelebar
ant = 0 t = 1 Pelebar
an(cm)
0.5 1.3 1.6 0.3 1.2 1.4 0.2 1.5 1.6 0.1 0.60
1) Uji normalitas
Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa48jam .314 3 . .893 3 .363infusa35hari .175 3 . 1.000 3 1.000a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji T Test dengan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Paired Samples TestPaired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair1
infusa48jam -infusa35hari .10000 .05000 .02887 -.02421 .22421 3.464 2 .074
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3) Uji Sag Pasta Gigi Ekstrak Etanol teh hijau
a. Uji sag ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
b. Uji sag ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentr
asikatekin(EGCG)dalam
pasta gigi(mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0.5 1.45 1.85 0.4 1.4 1.6 0.2 1.45 1.55 0.15 0.65
1) Uji normalitasTests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkStatistic df Sig. Statistic df Sig.
etanol48jam .253 3 . .964 3 .637etanol35hari .253 3 . .964 3 .637a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji T Test dengan menggunakan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Paired Samples Test
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std. ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair1
etanol 48jametanol35hari .18333 .10408 .06009 -.07522 .44189 3.051 2 .093
Konsentrasi katekin(EGCG)dalam
pasta gigi(mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0.5 1.5 2 0.5 1.5 1.85 0.35 1.6 2.05 0.45 1.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 16. Data Perbandingan Viskositas Pasta Gigi Infusa Teh HijauDengan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Teh Hijau
a. Data perbandingan viskositas pasta gigi infusa teh hijau dengan sediaanpasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
1. Viskositas Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 180 190 280 650 216.67 55.08
2. Viskositas ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jamKonsentrasi
katekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 190 180 250 620 206.67 37.86
a) Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
infusa48jam .353 3 . .824 3 .174etanol48jam .337 3 . .855 3 .253a. Lilliefors Significance Correction
b) Uji T tidak berpasangan dengan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Independent Samples TestLevene's Testfor Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
95% ConfidenceInterval of the
DifferenceLower Upper
viskositas
Equal variancesassumed .986 .377 .259 4 .808 10.00000 38.58612 -97.13225 117.13225
Equal variancesnot assumed .259 3.545 .810 10.00000 38.58612 -102.77760 122.77760
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b. Data perbandingan viskositas pasta gigi infusa teh hijau dengan sediaanpasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
1. Viskositas Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
2. Viskositas Ekstrak Etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentrasi
katekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
Replikasi III(poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 260 270 280 810 270 10.00
a) Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa35hari .253 3 . .964 3 .637
etanol35hari .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
b) Uji T Test dengan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Independent Samples TestLevene's Testfor Equalityof Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
95% ConfidenceInterval of the
DifferenceLower Upper
viskositas
Equalvariancesassumed
.727 .442 1.265 4 .275 13.33333 10.54093 -15.93297 42.59963
Equalvariances notassumed
1.265 3.448 .285 13.33333 10.54093 -17.87551 44.54217
Konsentrasikatekin (EGCG)dalam pasta gigi
(mg/g)
Replikasi I(poise)
Replikasi II(poise)
ReplikasiIII (poise)
X(poise)
Mean(poise)
SD
0.5 300 280 270 850 283.33 15.27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 17. Data Perbandingan Nilai Sag Pasta Gigi Infusa Teh HijauDengan Pasta Gigi Ekstrak Etanol Teh Hijau
a. Data perbandingan nilai sag pasta gigi infusa teh hijau dengan sediaan pastagigi ekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
1) Nilai sag Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jamKonsentrasi
katekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)t = 0 t = 1 peleb
arant = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 Peleba
ran
0.5 1.5 1.9 0.4 1.25 1.6 0.35 1.85 2 0.15 0.92) Nilai sag ekstrak etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 48 jam
a) Uji normalitas
Tests of NormalityKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
infusa48 .314 3 . .893 3 .363etanol48 .253 3 . .964 3 .637a. Lilliefors Significance Correction
b) Uji T Test menggunakan SPSS versi 20.00 for student (trial)Independent Samples Test
Levene's Testfor Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
nilai Equal variancesassumed 1.600 .275 -1.512 4 .205 -.13333 .08819 -.37819 .11153
Equal variancesnot assumed -1.512 3.200 .222 -.13333 .08819 -.40433 .13766
Konsentrasikatekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0.5 1.5 2.0 0.5 1.5 1.85 0.35 1.6 2.05 0.45 1.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
b. Data perbandingan nilai sag pasta gigi infusa teh hijau dengan pasta gigiekstrak etanol teh hijau dengan waktu penyimpanan 35 hari
1) Nilai sag Infusa Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentrasi
katekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Xt = 0 t = 1 peleb
arant = 0 t = 1 peleba
rant = 0 t = 1 Peleba
ran(cm)
0,5 1.3 1.6 0.3 1.2 1.4 0.2 1.5 1.6 0.1 0.60
2) Nilai sag ekstrak etanol Teh Hijau dengan waktu penyimpanan 35 hariKonsentrasi
katekin(EGCG)
dalam pastagigi (mg/g)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III X(cm)
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
t = 0 t = 1 pelebaran
0,5 1.45 1.85 0.4 1.4 1.6 0.2 1.45 1.55 0.15 0.65
a) Uji normalitasTests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkStatist
ic Df Sig. Statistic df Sig.
infusa35hari .175 3 . 1.000 3 1.000etanol35 hari .253 3 . .964 3 .637a. Lilliefors Significance Correction
b) Uji T Test menggunakan SPSS versi 20.00 for student (trial)
Independent Samples Test
Levene's Test forEquality ofVariances t-test for Equality of Means
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std.Error
Difference
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
sag Equalvariancesassumed
.571 .492 -.522 4 .629 -.05000 .09574 -.31582 .21582
Equalvariances notassumed
-.522 3.723 .631 -.05000 .09574 -.32381 .22381
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 18. Dokumentasi Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh Hijau
1. Pasta gigi infusa teh hijau
Keterangan :A = pasta gigi infusa dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gB = pasta gigi infusa dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gC = pasta gigi infusa dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gD = pasta gigi infusa dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ g
2. Pasta gigi ekstrak etanol teh hijau
keterangan :A = pasta gigi ekstrak etanol dengan konsentrasi katekin(EGCG) 0,2 mg/ gB = pasta gigi ekstrak etanol dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gC = pasta gigi ekstrak etanol dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gD = pasta gigi ekstrak etanol dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 19. Dokumentasi Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Infusa TehHijau
a. Kontrol pertumbuhan dan kontrol media
A. Kontrol pertumbuhan B. Kontrol kontaminasi media
b. Hasil uji daya antibakteri pasta gigi infusa teh hijau terhadap pertumbuhan
S.mutans
Replikasi I
Keterangan :A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Replikasi IIKeterangan :
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( standar EGCG 5mg/mL)
Replikasi III
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi infusa teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( standar EGCG 5 mg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 20. Dokumentasi Uji Daya Antibakteri Pasta Gigi Ekstrak EtanolTeh Hijau
Replikasi I
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( EGCG 5 mg/mL)
Replikasi II
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( EGCG 5 mg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Replikasi III
A = kontrol negatif ( basis pasta gigi)B = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,2 mg/ gC = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,3 mg/ gD = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,4 mg/ gE = pasta gigi ekstrak etanol teh hijau dengan konsentrasi katekin (EGCG) 0,5 mg/ gF = kontrol positif ( EGCG 5 mg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BIOGRAFI PENULIS
Penulisbernamalengkap MariaSiskaTriyuniarKusumastutidilahirkanpadatanggal 27Mei 1990 diAmbarawasebagaianakketigadaritigabersaudarapasanga
nBapakYohanesWasistodanIbuFransisca ChristianaWahyuni. Penulisskripsi yangberjudul“PerbandinganDayaAntibakteridanSifatFisi
kPasta GigiInfusadanEkstrakEtanolTehHijauTerhadapStreptoc
occus mutans”mengawalimasastudinya di TK VirgoMaria Ambarawapadatahun 1994 hinggatahun 1996, SDNegeriKupang 03 Ambarawapadatahun 1996hinggatahun 2002, SMP
PangudiLuhurAmbarawapadatahun 2002 hinggatahun 2005 dan SMA VirgoFidelis Bawenpadatahun 2005 hingga 2008. Kemudianpenulismelanjutkanstudi diprogram S1 FakultasFarmasiUniversitasSanata Dharma Yogyakarta padatahun2008 hinggatahun 2012.Selamakuliahpenulispernah menjadi asisten praktikumSpektroskopi (2010), Mikrobiologi (2011), dan Formulasi dan Teknologi SediaanSemisolid Liquid (2011)danaktifdalamkegiatankemahasiswaanantara lain panitiaOrganizing Commite PPKM 2011,PanitiaSumpahanApotekerangkatan XIXdanangkatan XX, dantimPengabdian Masyarakat bersama dosen tentangHipertensi dan Diabetes Melitus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Siska Triyuniar Kusumastuti dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1990 di Ambarawa sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Yohanes Wasisto dan Ibu Fransisca Christiana Wahyuni. Penulis skripsi yang berjudul “Perbandingan Daya Antibakteri dan Sifat Fisik Pasta Gigi Infusa dan Ekstrak Etanol Teh HijauTerhadap Streptococcus mutans” mengawali masa studinya di TK Virgo Maria Ambarawa pada tahun 1994 hingga tahun 1996, SD Negeri Kupang 03 Ambarawa pada tahun 1996 hingga tahun 2002, SMP Pangudi Luhur Ambarawa pada tahun 2002 hingga tahun 2005 dan SMA Virgo Fidelis Bawen pada tahun
2005 hingga 2008. Kemudian penulis melanjutkan studi di program S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2008 hingga tahun 2012. Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Spektroskopi (2010), Mikrobiologi (2011), dan Formulasi dan Teknologi Sediaan Semisolid Liquid (2011) dan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain panitia Organizing Commite PPKM 2011, Panitia Sumpahan Apoteker angkatan XIX dan angkatan XX, dan tim Pengabdian Masyarakat bersama dosen tentang Hipertensi dan Diabetes Melitus.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI