PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2018. 4. 3. · iv PERSEMBAHAN Skripsi ini...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2018. 4. 3. · iv PERSEMBAHAN Skripsi ini...
U
PARA S
Progr
PENGH
UNTUK KE
SUSTER K
Dia
ram Studi I
PR
KEKHU
FAKULT
HAYATAN
SANTO
ESAKSIAN
KONGREG
(KSFL)
ajukan untu
Memperol
lmu Pendid
Mu
ROGRAM
USUSAN P
JURUSA
TAS KEGU
UNIVERS
Y
i
N SPIRITU
O FRANSIS
N HIDUP I
GASI SUST
PEMATA
SKRIP
uk Memenu
eh Gelar Sa
dikan Kekhu
Oleh
urniwaty SNIM: 0711
STUDI ILM
PENDIDIKA
AN ILMU P
URUAN DA
SITAS SAN
YOGYAKA
2011
UALITAS P
SKUS ASS
INJILI MA
TER FRAN
ANGSIANT
PSI
uhi Salah Sa
arjana Pendi
ususan Pend
:
Sibatuara 124027
MU PEND
AN AGAM
PENDIDIK
AN ILMU
NATA DHA
ARTA
1
PELAYANA
ISI
ASA SEKA
NSISKAN S
TAR
atu Syarat
idikan
didikan Aga
DIDIKAN
MA KATOL
KAN
PENDIDIK
ARMA
AN
ARANG,
SANTA LU
ama Katolik
LIK
KAN
USIA
k
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yang Penuh Kasih
yang selalu memberkati dan memberi yang terbaik bagi saya. Untuk seluruh
anggota Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar.
Saudari-saudara angkatan 2007 dan juga untuk almamater tercinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Bukan kebahagiaan yang membuat kita
bersyukur,
melainkan rasa syukur kitalah yang
membuat kita bahagia.”
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah menguraapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
mengutus Aku.” (Lukas 4: 18)
“Keheningan memberi kepada kita pandangan yang baru,
Atas segala sesuatu.”
“Yesus ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja”.
(Lukas 23: 42).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL) PEMATANGSIANTAR. Judul ini dipilih berdasarkan pengalaman yang terjadi bahwa pelaksanaan pelayanan para suster KSFL kurang menjiwai semangat pelayanan St. Fransiskus Assisi. Maka para suster diajak dan sangat perlu untuk mendalami Konstitusi sebagai sumber inspirasi dan dasar pelayanan. Setiap orang hendaknya dan seharusnya memiliki Roh atau spirit yang senantiasa menyemangati hidupnya. Mendalami dan menghayati Konstitusi antara lain akan semakin mengenal dan tahu apa Visi dan Misi Kongregasi.
Adapun isi dari skripsi ini adalah antara lain: Pendalaman spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi, kesaksian hidup Injili para suster KSFL zaman sekarang dan juga cara untuk mewujudkan penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi dalam kesaksian hidup Injili zaman sekarang. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah kurangnya penghayatan hidup dan pemberian diri yang maksimal dalam karya pelayanan. Hal ini dikarenakan juga akan kurangnya pemahaman dan penghayatan para suster akan Visi dan Misi dalam pelayanan. Maka dari keprihatinan ini penulis ingin dan mau membantu para suster dalam penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi. Maka para suster diajak dan sangat perlu memahami dan setia untuk menghidupi spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi dalam karya pelayanan setiap saat. Para suster KSFL akan terbantu dan lebih mudah untuk memahami dan menghidupinya dengan adanya arahan penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi berdasarkan Konstitusi, kapitel-kapitel, dan Dokumen Gereja.
Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis memakai metode analisis deskriftif. Analisis deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga menemukan cara mengatasinya. Selain hal ini juga, penulis mengembangkannya dengan refleksi pribadi dan membaca buku-buku yang sangat mendukung penulisan skripsi ini.
Spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi sangat perlu dihayati dan diwujudnyatakan pada zaman sekarang ini. Maka para suster KSFL sangat diharapkan dan seharusnya berusaha menghayati dan menghidupi spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi yang melayani semua orang dengan kasih dan pengorbanan serta menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara. Sebagai usaha untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan akan spiritualitas pelayanan ini, maka penulis menawarkan suatu program katekese model biblis dengan proses pelaksanaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The title of this thesis is THE IMPLEMENTATION OF MINISTRY SPIRITUALITY OF SAINT FRANCIS ASSISI TO THE EVANGELICAL LIFE WITNESSING IN PRESENT TIME BY THE PEMATANGSIANTAR SISTERS OF SAINT FRANCIS KONGREGATION (KSFL). This title is chosen based on the reality that KSFL sisters do not live according to the ministry spirit of St. Francis of Assisi faithfully. Therefore, the sisters are urged to focus on the constitution as the source of inspiration and the stand point of ministry. Everyone should have spirit that motivates his or her life. If every KSFL sister focus on and live according to the constitution, the vision and mission of the congregation will be implemented well. The main focus of this thesis is the intensification of St. Francis Assisi ministry spirituality, evangelical witness of KSFL sisters in present time and the way how to implement the ministry spirituality of St. Francis Assisi in evangelical witness in present time. The main problem in this thesis is the lack of life implementation and maximal self giving in the work ministry.
The reason of this is the lack of comprehension and implementation of the sisters on vision and mission in the ministry. Based on this reality the author wants to help the sisters in implementing the ministry spirituality of St. Francis Assisi. The sisters are invited and need to know how to live the ministry spirituality of St. Francis Assisi faithfully in work ministry every time.
The KSFL sisters will be helped to understand easier the ministry spirituality and to implement it by the guidance on ministry spirituality implementation of St. Francis Assisi based on constitution congregation, chapters and Church document.
To analyze the problem, the author use descriptive analysis method. Descriptive analysis is intended to describe and to analyze the problem in other to find the way to solve it. Besides, the author also analyzes it based on self reflection and reading related books that are useful to write this thesis.
Ministry spirituality of St. Francis Assisi is very important to be implemented in present time. That is why the KSFL sisters are invited and need to implement the ministry spirituality of St. Francis Assisi who serves everyone with love and sacrifices and calles everyone as brothers and sisters. As the effort to maximize the comprehension and implementation of this ministry spirituality, the author offers one Biblical model catechetical program and its process.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian kepada Allah Bapa atas kasih dan rahmat-Nya yang
senantiasa membimbing, menyertai, mengarahkan dan selalu mendahului setiap
langkah penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik
adanya. Adapun judul skripsi ini adalah: PENGHAYATAN SPIRITUALITAS
PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN
HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER KONGREGASI
SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL) PEMATANGSIANTAR.
Skripsi ini memuat mengenai pembahasan Spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.
Pada zaman sekarang ini Spiritualitas pelayanan sangat dibutuhkan oleh banyak
orang. Oleh karena itu Spiritualitas pelayanan diharapkan dan seharusnya tetap
dihidupi dan dikembangkan, sehingga lebih mudah untuk mewujudnyatakannya
dalam karya pelayanan. Untuk meningkatkan Spiritualitas pelayanan ini, maka
penulis membuat usulan antara lain kegiatan katekese model biblis. Harapannya
bahwa dengan kegiatan katekese ini, Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus
Assisi semakin menjiwai pelayanan para suster KSFL setiap hari untuk kesaksian
hidup Injili masa sekarang.
Selain hal itu, penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan
menempuh ujian sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Berbagai perasaan, hambatan, dan kesulitan yang mewarnai dalam
penulisan skripsi ini serta adanya perhatian, dukungan dari berbagai pihak yang
memberi sumbangan pemikiran dengan caranya masing-masing baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai
dengan baik adanya. Atas kerja sama yang baik dari berbagai pihak, penulis
dengan setulus hati menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma yang dengan sabar dan bijaksana membimbing penulis selama kuliah
sampai selesai di Kampus IPPAK-Kotabaru Yogyakarta.
2. Dr. J. Darminta, S.J., selaku pembimbing utama skripsi yang telah berkenan
dan rela meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan, memberi masukan-masukan dan
kritikan-kritikan yang sangat membangun sehingga penulis lebih termotivasi
dalam menuangkan gagasan-gagasan mulai dari awal penulisan sampai
selesainya skripsi ini.
3. Bapak F. X. Dapiyanta SFK, M.Pd., selaku Dosen pembimbing akademik dan
sebagai Dosen penguji skripsi yang dengan rela dan bijaksana membimbing,
mendidik, mengajar, dan membantu penulisan skripsi ini dengan penuh
kesabaran selama kuliah di kampus USD-IPPAK Kotabaru Yogyakarta.
4. Dr. A. Rukiyanto, S.J., selaku Dosen penguji skripsi yang telah rela, sabar,
dan bijaksana untuk membimbing, mengajar, dan mendidik penulis selama
kuliah di kampus USD IPPAK Kotabaru Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Segenap Staf Dosen USD Prodi IPPAK yang telah mendidik dan
membimbing penulis yang memberi dukungan dan perhatian dengan cara
masing-masing selama belajar sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, Kolsani Kotabaru,
Biara Saudara OFM Papringan, Komunitas SFD Rajawali, Komunitas OSF
Sibolga Demangan Baru dan karyawan bagian lain yang dengan murah hati
dan mempermudah penulis dengan meminjamkan buku-buku yang penulis
gunakan dan memberi perhatian dengan cara masing-masing kepada penulis
selama penulisan skripsi ini sampai selesai.
7. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2007/2008 yang turut
berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi
pewarta kabar gembira di zaman yang penuh tantangan ini.
8. Bapak, ibu dan adik-adikku yang senantiasa mendoakan, memberikan sapaan,
semangat, perhatian dan memotivasi penulis dengan cara mereka masing-
masing mulai dari awal perkuliahan sampai selesainya di kampus IPPAK
Kotabaru Yogyakarta.
9. Semua suster KSFL di manapun berada, secara khusus anggota komunitas
KSFL St. Lusia Jln. Cendani III/1 Papringan Yogyakarta: Sr. Johana. N,
KSFL, Sr. Ezra. Lg, KSFL, Sr. Gabriela. S. KSFL, Sr. Everdine. M, KSFL,
Sr. Gemmadina. S, KSFL, dan Sr. Marcellina. S, KSFL yang turut serta
mendoakan, memberi dukungan, semangat, sapaan kepada penulis dengan
cara mereka masing-masing selama menyelusuri perutusan studi sampai
selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xviii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 7
E. Metode Penulisan ............................................................................ 7
F. Sistemetika Penulisan ..................................................................... 8
BAB II. SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS
ASSISI DAN PELAYANAN PARA SUSTER KSFL ............... 10
A. Pengertian Spiritualitas Pelayanan .............................................. 10
1. Pengertian Spiritualitas Secara Dasariah ..................................... 10
2. Spiritualitas Pelayanan ................................................................ 13
B. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi ........................ 15
1. Gerak tumbuhnya Spiritualitas Pelayanan pada
Santo FransiskusAssisi ................................................................ 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Arah Pelayanan Kembali ke Hidup Injili .................................... 23
3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan ............................. 25
C. Spiritualitas Pelayanan KSFL ...................................................... 29
1. Gerak Pelayanan Ibu Pendiri ..................................................... 30
2. Arah Pelayanan KSFL ............................................................... 32
3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan KSFL
berinspirasikan Santo Frasiskus Assisi ...................................... 36
BAB III. ARAHAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PELAYANAN BERDASARKAN KONSTITUSI, KAPITEL - KAPITEL DAN DOKUMEN GEREJA ............ 43
A. Gerakan Dari Awal Berdirinya KSFL ......................................... 43
1. Seruan dan Jeritan Kemanusiaan .............................................. 43
2. Lusia Dierckx ............................................................................. 46
3. Berdirinya KSFL Secara Kanonik ............................................. 48
4. Jiwa dan Semangat KSFL ......................................................... 50
5. Vsi dan Misi KSFL .................................................................. 51
B. Visi dan Misi KSFL dalam Gerak Pelayanan Rasuli
Sekarang ......................................................................................... 52
1. VisiKSFL ..................................................................................... 52
2. MisiKSFL .................................................................................... 54
3. FokusKSFL ................................................................................. 56
C. Karya-Karya KSFL ....................................................................... 56
1. Karya Pendidikan .................................................................... 58
a. Visi KSFL dalam Karya Pendidikan .......................................... 58
b. Misi KSFL dalam Karya Pendidikan ......................................... 59
c. Fokus KSFL dalam Karya Pendidikan ..................................... 61
2. Karya Sosial ............................................................................. 63
a. Visi KSFL dalam Karya Sosial .................................................. 63
b. Misi KSFL dalam Karya Sosial ................................................. 64
c. Fokus KSFL dalam Karya Sosial ............................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3. Karya Pastoral ........................................................................ 66
a. Visi KSFL dalam Karya Pastoral ............................................... 66
b. Misi KSFL dalam Karya Pastoral .............................................. 67
c. Fokus KSFL dalam Karya Pastoral ............................................ 68
D. Pergulatan Yang Diisyaratkan dalam Konstitusi ...................... 69
1. Pergulatan Nilai ........................................................................ 69
2. Pergulatan Cara Kerja ............................................................... 71
3. Menuju ke Perwujudan Pelayanan secara Baru ......................... 73
E. Karakter Pelayanan ...................................................................... 75
1. Karya yang Responsif ................................................................ 76
2. Perlunya Manajemen ................................................................. 77
3. Perlunya Perencanaan ................................................................ 80
4. Perlunya Belajar Terus-menerus ................................................ 81
F. Diundang menuju Kesetiaan Kreatif ........................................... 82
BAB IV.SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENDALAMI SPRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRASISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG,
PARA SUSTER KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA ............................................................................... 84
A. Gambaran Umum Katekese ........................................................ 85
1. Pengertian Katekese ....................................................................... 85
2. Tujuan Katekese ............................................................................. 86
3. Isi Katekese .................................................................................... 88
B. Model Katekese ............................................................................. 89
1. Doa Pembukaan atau Nyanyian Pembukaan .................................. 90
2. Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi ................................................ 90
3. Pendalaman Kitab Suci atau Tradisi ............................................... 90
4. Pendalaman Pengalaman Hidup ..................................................... 91
5. Penerapan dalam Hidup Peserta ..................................................... 91
6. Doa Penutup ................................................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
C. Usulan Program Katekese ........................................................... 92
1. Pengertian Program Katekese ......................................................... 92
2. Tujuan Program Katekese .............................................................. 93
3. Pemikiran Dasar Program Katekese ............................................... 94
4. Usulan Tema ................................................................................... 96
5. Penjabaran Program ........................................................................ 97
6. Contoh Persiapan Katekese ............................................................ 100
7. Pemikiran Dasar ............................................................................. 101
8. Pengembangan Langkah-Langkah ................................................. 103
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 112
A. Kesimpulan ...................................................................................... 112
B. Saran ................................................................................................ 115
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 117
LAMPIRAN ................................................................................................ 119
Lampiran 1: .................................................................................................. 120
Lampiran 2: .................................................................................................. 127
Lampiran 3: .................................................................................................. 128
Lampiran 4: .................................................................................................. 129
Lampran 5: .................................................................................................. 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan Kitab Suci
Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti daftar singkatan
Lembaga Alkitab Indonesia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab
Katolik Deutrokanonik cetakan tahun 2007. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Daftar Singkatan Lain
AD : Anggaran Dasar
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Dll : Dan Lain-Lain
Kan : Kanon
Konst : Konstitusi KSFL
KHK : Kitab Hukum Kanonik
KSFL : Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
LHB : Lembaga Hidup Bakti
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia
PSL : Pasal
SLB-C : Sekolah Luar Biasa(Cacat Mental).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
C. Singkatan Dokumen Gereja
BSDK : Bertolak Segar Dalam Kristus, Instruksi Kongregasi untuk tarekat
hidup bakti dan serikat hidup Apostolik, 19 Mei 2002.
CT : Catecheisi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese). Anjuran
Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus,
dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. 16 Oktober
1979.
VC : Vita Consecrata (Hidup Bakti). Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius. 25 Maret 1996.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yesus Memanggil Keduabelas Rasul (Lukas 6:12-16). Dalam bacaan ini
dapat dilihat bahwa Yesus memanggil duabelas rasul untuk melayani umat dengan
mewartakan kabar gembira kepada semua orang. Demikian juga halnya Tuhan
menganugerahkan rahmat panggilan kepada setiap orang. Salah satu di antaranya
adalah panggilan sebagai seorang religius. Setiap orang yang terpanggil sebagai
seorang religius haruslah memiliki semangat pelayanan, karena untuk karya
pelayananlah mereka dipanggil. Setiap religius haruslah menyadari bahwa mereka
adalah anggota dan bagian dari Gereja. Maka tugas para religius juga turut serta
untuk ambil bagian dan ikut serta dalam mengembangkan tugas pelayanan Gereja.
Oleh karena itu setiap religius sangat diharapkan dan seharusnya untuk
menghidupi spiritualitas suatu lembaga ataupun tarekat yang dipilihnya dalam
mengembangkan karya pelayanan bagi Gereja.
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia adalah salah satu tarekat
religius yang prihatin dan turut ambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja
dengan menghayati semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Kongregasi ini
pada awalnya dimulai oleh tiga gadis dari Leuven Belgia bersama seorang gadis
dari Breda pada tahun 1826. Mereka hadir untuk melayani orang-orang sakit dan
kemudian muncul lagi keprihatinan melayani orang-orang miskin, panti asuhan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
panti jompo dan karya pendidikan (Konst KSFL, 1999: x). Para suster ini
menanggapi panggilan Tuhan dengan berani dan rela untuk mewartakan kabar
gembira dengan cara melayani orang-orang kecil dan tak berdaya. Semangat
pelayanan Santo Fransiskus Assisi menjadi semangat hidup para suster ini dalam
setiap karya pelayanan mereka di mana dan ke manapun mereka diutus. Para
suster ini berusaha untuk tetap setia dalam menghidupi semangat pelayanan
Santo Fransiskus Assisi, sehingga orang-orang yang mereka layani dapat
merasakan kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Orang-orang kecil dan
tak berdaya yang mereka layani sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan.
Kesaksian hidup mereka yang penuh dengan kegembiraan, keramahan,
kelemahlembutan, kerendahan hati dan pelayanan yang tulus. Para suster ini
sungguh menyadari bahwa mereka adalah utusan Tuhan sendiri, maka mereka
selalu berusaha untuk menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan hanyalah
untuk Tuhan dan mereka juga sangat mengandalkan Tuhan dan tergantung akan
penyertaan serta bimbingan Tuhan dalam hidup mereka.
Pada zaman sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang sangat
canggih, mengakibatkan tantangan baru bagi manusia yakni dengan menawarkan
pilihan-pilihan yang cukup menarik. Akhirnya manusiapun terlena untuk memilih
hidup serba instan, nyaman, dan praktis. Menghadapai tantangan zaman sekarang
ini sangatlah sulit, akan tetapi panggilan sebagai religius haruslah tetap setia pada
semangat para pendahulu khususnya pada semangat pelayanan Santo Fransiskus
Assisi. Menanggapi panggilan Tuhan berarti berani dan rela untuk mengabdi
Tuhan sendiri dan menghadirkan-Nya dalam karya pelayanan. Pelayanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dilakukan kepada orang-orang kecil dan menderita hendaknya mencerminkan
kehadiran Tuhan. Maka para suster yang menjalankan karya pelayanan ini
haruslah menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan adalah untuk Tuhan
sendiri, sehingga para suster ini selalu mengkhususkan Tuhan dalam hidupnya.
Sebagai seorang religius, meskipun dalam kesibukan apapun harus berani
mengambil waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan.
Berkomunikasi dengan Tuhan berarti mengisi hidup rohani dan menimba kembali
kekuatan dari Tuhan. Dengan demikian setiap tindakan, tutur kata dan perbuatan
mereka menjadi cerminan dan pancaran kasih Tuhan sendiri.
Konstitusi KSFL dalam cara mengabdi dan bekerja disebutkan bahwa para
suster membaktikan seluruh hidupnya dengan perkataan dan perbuatan demi
pelimpahan rahmat. Dengan demikian hendaknya setiap saudara mewujudkan
semangat Injili dalam belbagai jenis karya dan pelayanan di dalam dan di luar
komunitas (Konst KSFL, 1999: 90).
Menurut teladan Santo Fransiskus Assisi hendaknya mengerjakan tugas
dengan semangat doa dan bakti. Karya pelayanan para suster KSFL khususnya
pada zaman sekarang ini. Pelayanan para suster KSFL ini boleh dikatakan masih
perlu ditingkatkan cara pelayanannya seperti pelayanan Santo Fransiskus Assisi
yang selalu diwarnai dengan damai, sukacita, pertobatan, kerendahan hati,
belaskasih, dan persaudaraan bagi orang-orang yang dilayani. Hal ini dapat
terlaksana dengan baik karena Santo Fransiskus selalu menjalin relasi dan
mengutamakan Tuhan dalam hidupnya, sehingga segala tingkah laku dan
perkataannya juga selalu dipenuhi dengan kasih Tuhan yang dapat dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
semua orang. Dengan relasi yang sangat intim dengan Tuhan, Fransiskus
menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara.
Karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster KSFL terkadang karena
ketaatan dan juga sebagai tugas perutusan saja. Dengan demikian orang-orang
yang dilayani adakalanya kurang merasakan dan mengalami cinta kasih, damai
dan sukacita. Adapun karya-karya pelayanan yang dikelola oleh para suster KSFL
antara lain: Asrama dan sekolah anak-anak berkebutuhan khusus (cacat
mental/SLB-c), poliklinik/rumah bersalin, tenaga pastoral, pendidikan Play
group, TK, SMP, dan SMA, asrama putri untuk SMA dan karya sosial untuk
mendampingi para petani. Masing-masing dari karya pelayanan ini pasti
mengharapkan dan merindukan pelayanan yang sungguh mencerminkan
pelayanan Tuhan sendiri yakni dengan cinta kasih, damai, kesembuhan dan
persaudaraan.
Para murid yang dilayani di sekolah dapat merasakan kehadiran gurunya
sebagai sahabat, para pasien yang dilayani di poliklinik dapat merasakan
kehadiran susternya sebagai kegembiraan dan penyembuh, bagi anak-anak
berkebutuhan khusus dapat merasakan pelayanan dari susternya sebagai cinta dan
kasih sayang, bagi anak-anak asrama yang dilayani dapat merasakan pelayanan
sebagai perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Namun pada kenyataannya
belumlah demikian dan belum dengan sepenuh hati untuk melaksanakannya
karena pelayanan yang dilakukan hanya sebatas senang dan tidak senang, suka
dan tidak suka dan bahkan terpaksa untuk melakukannya karena tidak sesuai
dengan bidang maupun keinginan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dengan adanya keprihatinan yang dialami oleh para suster KSFL ini,
tergeraklah hati kami untuk terlibat dan menyumbangkan buah pemikiran. Dengan
adanya sumbangan yang sederhana ini besar harapan kami untuk semakin dapat
menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, mewujudkan, menghayati, dan
memperdalam semangat pelayanan Santo Fransiskus dalam setiap karya
perutusan. Dalam karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster KSFL,
diharapkan untuk semakin menghayati semangat pelayanan Santo Fransiskus
Assisi sehingga orang-orang yang dilayani sungguh merasakan cinta kasih, damai,
dan sukacita, serta dapat merasakan kehadiran Allah. Namun dalam kenyataannya
hal ini sering tidak dapat diwujudnyatakan.
Penulis tergerak untuk memberi sumbangan untuk semakin menghayati
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi karena pada awal karya pelayanan
para suster KSFL, mereka memiliki semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi.
Hanya saja terkadang menjadi kabur karena sibuk dengan pelayanan saja tanpa
menggali dan menghayati spiritualitas pelayanan yang sudah dihidupi oleh para
pendahulu, sehingga kurang memberi kesaksian hidup Injili untuk zaman
sekarang. Oleh karena itu sangatlah penting untuk menghayati semangat
pelayanan Santo Fransiskus Assisi sehingga dapat mewujudkan kesaksian hidup
Injili para suster KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Penulis mengangkat dan memilih judul berikut ini: “PENGHAYATAN
SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK
KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER
KONGREGASI FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL)
PEMATANGSIANTAR.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi?
2. Bagaimana penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi
dalam membantu para suster KSFL untuk meningkatkan kesaksian hidup
Injili masa sekarang para suster KSFL?
3. Apa usaha yang dilakukan untuk dapat meningkatkan penghayatan
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili
masa sekarang para suster KSFL?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Menggali lebih dalam spiritualitas pelayanan yang dihayati oleh Santo
Fransiskus Assisi yang menjadi semangat pelayanan untuk kesaksian hidup
Injili masa sekarang para suster KSFL.
2. Mengetahui bagaimana penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus
Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Memberikan sumbangan pemahaman spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus
Assisi yang dapat membantu untuk kesaksian hidup injili masa sekarang para
suster KSFL.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini dapat memberi manfaat:
1. Bagi penulis sendiri semakin memahami spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi dan semakin meningkatkan penghayatan spiritualitas
pelayanan untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.
2. Supaya para suster KSFL semakin meningkatkan penghayatan spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus untuk kesaksian hidup Injili.
3. Memberi sumbangan bagi mereka yang berkarya dalam pelayanan dan siapa
saja yang turut serta ambil bagian dalam pelayanan sehingga semakin
memiliki semangat pelayanan sehingga semakin meningkatkan kesaksian
hidup Injili.
4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana strata satu (S1) di Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi
analisis dengan studi pustaka, dan juga dengan metode reflektif. Metode reflektif
ini untuk mengungkapkan hasil refleksi dalam upaya meningkatkan penghayatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injii para
suster KSFL. Dengan membaca buku-buku sumber, dan tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan judul skripsi ini.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah:
“Penghayatan Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi Untuk
Kesaksian Hidup Injili Masa Sekarang, Para Suster Kongregasi Suster
Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar.”
Sebagai gambaran umum mengenai hal apa saja yang akan dibahas di dalam
penulisan ini, maka berikut ini adalah sistematika penulisan dari skripsi ini:
BAB I. Pendahuluan
Bab Pendahuluan ini berisikan gambaran umum tentang skripsi ini, yang meliputi:
Latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi dan Pelayanan Para
Suster KSFL.
Dalam bab dua ini akan dipaparkan tentang spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi yang terdiri dari: pengertian spiritualitas, kekhasan spiritualitas
Santo Fransiskus Assisi, dan bagaimana spiritualitas pelayanan yang dihayati oleh
Santo Fransiskus Assisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB III. Penghayatan spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk
kesaksian hidup Injili masa sekarang para Suster KSFL. Dalam bab ini akan
dibahas tentang karya pelayanan para suster KSFL, bentuk-bentuk karya
pelayanan para suster KSFL dan bagaimana kesaksian hidup Injili para suster
KSFL dalam karya pelayanan dalam gerakan hidup dalam Roh. Maka dibahas
Visi, Misi dan fokus sebagai dasar kualitas pelayanan.
BAB IV. Mengenai usulan program “katekese model biblis” bagi para suster
KSFL yang mencakup: pengertian katekese, tujuan katekese, isi katekese, model
katekese, usulan program katekese, pengertian program katekese, tujuan program
katekese dan usulan tema-tema yang lebih mendukung, dan contoh persiapan
katekese model biblis.
BAB V. Sebagai bab terakhir dari penulisan ini, akan membahas kesimpulan dan
saran-saran yang dapat membangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI DAN
PELAYANAN PARA SUSTER KSFL
A. Pengertian Spiritualitas Pelayanan
Dewasa ini kita sudah biasa mendengar kata Spiritualitas dan Pelayanan.
Kedua kata ini memiliki arti yang berbeda-beda. Namun kedua kata ini juga
memiliki artinya sendiri ketika digabungkan menjadi satu frase. Berikut ini akan
dibahas pengertian dari masing-masing istilah tersebut.
1. Pengertian Spiritualitas secara Dasariah
Kata spiritualitas mempunyai pengertian yang cukup banyak dan sekaligus
mengandung arti yang sangat kaya meskipun berbeda. Berikut ini ada beberapa
pengertian spiritualitas.
Kata Spiritualitas ada hubungannya dengan kekuatan atau Roh yang
memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok untuk mempertahankan,
memperkembangkan, dan mewujudkan kehidupan (Banawiratma, 1990: 57).
Spiritualitas ini dapat dimiliki oleh semua orang yang sedang berjuang untuk
mencapai tujuan dan juga cita-cita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Bisa juga
menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi berbagai kesulitan, penderitaan, dan
kegagalan untuk mewujudkan cita-cita, tujuan, dan perjuangan hidupnya.
Spiritualitas juga merupakan kesadaran dan sikap hidup manusia untuk tahan uji
dan tetap bertahan dalam mewujudkan tujuan hidup dan dalam pengharapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Maka Spiritualitas bisa menjadi suatu kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan
sekaligus menerima kenyataan hidup, dengan demikian tetap berusaha untuk
menjalani dan memaknai peristiwa hidup.
Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan “kerohanian”
atau’hidup rohani’. Hal ini lebih menekankan kebersamaan, bila dibandingkan
dengan kata yang lebih tua yaitu ‘kesalehan’, yang menandakan hubungan
seseorang dengan Tuhan. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau
usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan teratur terhadap sapaan Allah.
Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan
Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia.
Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (= Spiritus;
Lat.), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil (Heuken, 2002: 11).
Kalimat di atas menegaskan bahwa orang yang sangat peka dengan
kehadiran Roh Tuhan dalam dirinya selalu juga menyadari kehadiran Tuhan
dalam peristiwa hidupnya. Orang yang memiliki spiritualitas dan sungguh
menyadari Roh Tuhan hadir dalam dirinya, maka akan selalu berusaha untuk
menjalani hidup ini seperti Tuhan menghendakinya.
Spirit atau roh tetap berhubungan dengan “semangat jiwa yang
dipengaruhi oleh Roh Allah”. Bagi orang-orang Kristiani, kata Spiritus/Roh dapat
ditemukan dalam Kitab Suci, misalnya dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, “Roh”
sering muncul sebagai “RUAKH”, yang berarti semua yang mendorong; daya
aktif, daya hidup, kekuatan yang memberdayakan manusia (Kej 2:7). Jadi, kata
spiritualitas adalah Roh Allah yang mampu memotivasi, menyemangati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
membimbing, memberikan kekuatan, dan menjiwai serta meneguhkan seseorang
dalam menghadapi tantangan dalam hidup sehingga tetap teguh dalam iman
dalam melaksanakan setiap karya dan perutusan dengan bertanggungjawab.
Setiap perutusan pasti membutuhkan spiritualitas ataupun semangat dalam
pelayanan, spiritualitas yang dimiliki seseorang akan mencerminkan pelayanan
yang melahirkan perdamaian, kerukunan, dan sukacita sehingga mereka yang
dilayani akan merasakan kehadiran Tuhan. Maka orang yang sungguh-sungguh
memiliki dan menghidupi Spiritualitas, akan selalu menjalin komunikasi yang
intim bersama dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan. Hal ini jugalah yang akan
dibagikan kepada sesama, terutama mereka yang hidup dalam penderitaan,
kebimbangan, dan kesusahan dalam menyelusuri hidup yang diwarnai bermacam-
macam tantangan.
Spiritualitas adalah riak getaran hati yang halus atau cita rasa yang halus
tentang yang Ilahi, yang terdapat dalam hati sanubari seseorang (Andar Ismail,
2007: 2). Spiritualitas religius adalah cara hidup manusia yang menghayati
hubungan pribadi dengan Allah atau dengan Yang Mutlak (Darminta, 1972: 51).
Pengertian spiritualitas sangatlah banyak, dan tidak dapat diartikan dengan satu
paham atau satu pendapat. Setiap tokoh atau setiap orang pasti mengartikannya
dengan kalimat yang berbeda juga. Hal ini tidaklah menjadi masalah. Andar
Ismail menjelaskan bahwa spiritualitas adalah getaran hati atau cita rasa yang
halus tentang yang Illahi yang ada dalam hati sanubari setiap orang. Dari
pengertian spiritualitas yang beraneka ragam maka saya dapat menyimpulkan
spiritualitas adalah dorongan dan kekuatan dari dalam hati yang dimiliki dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menggerakkan seseorang untuk bertindak sekaligus sebagai kekuatan dan
semangat yang selalu mewarnai hidup manusia untuk mengalami kegembiraan
rohani. Spiritualitas yang dimilliki setiap orang hendaknya terwujud dengan
tindakan nyata dalam sikap pelayanan.
2. Spiritualitas Pelayanan
Pelayanan yang dimaksud adalah keterlibatan untuk melanjutkan karya
pelayanan Kristus di dunia ini sebagai nabi, imam, dan raja. Selama hidup-Nya di
dunia Tuhan Yesus memanggil mereka yang dikehendaki-Nya, supaya mereka
menyertai Dia dan Ia mendidik mereka hidup menurut teladan-Nya bagi Bapa dan
bagi perutusan yang telah diterimanya dari Bapa. Demikianlah ia memulai
keluarga baru dari abad ke abad yang mencakup mereka yang siap sedia untuk
mewartakan Kerajaan Allah (VC no. 41). Pelayanan berarti berusaha untuk
kerjasama dengan semua pihak yang ikut bertanggungjawab dalam tugas
perutusannya.
Hadir di tengah masyarakat ternyata membawa rahmat, yaitu ajakan dan
panggilan Allah untuk melayani orang kecil (Harjawiyata, 1993: 67). Hadir di
tengah umat, khususnya orang-orang miskin dan orang-orang kecil merupakan
pelayanan yang sangat menyentuh hidup mereka. Pelayanan inilah yang sangat
diharapkan oleh Allah, sebagaimana Dia telah mengutus Putera-Nya ke dunia ini
sebagai manusia lemah. Adapun pelayanan religius berangkat dari pelayanan
Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Adapun inti dari spiritualitas “pelayan” adalah belajar dari Yesus yang
sungguh rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan bahkan
sampai mati di kayu salib (Martasudjita, 2003: 41). Kalimat ini menegaskan
kembali, bahwa untuk menjalankan karya pelayanan hendaknya memiliki sikap
cinta kasih, kerendahan hati, pemberian diri yang sepenuhnya, dan berkorban
demi kegembiraan dan keselamatan orang lain. Dengan demikian tugas pelayanan
menjadi sangat berarti dan memberikan sukacita bagi semua orang seperti halnya
teladan Yesus Kristus.
Dalam pelayanan sehari-hari, kaum religius terinspirasi dari pelayanan
Kristus sendiri yakni menjadi saudara bagi semua orang secara khusus yang
dilayani tanpa membeda-bedakan. Seperti halnya dengan pelayanan terhadap
mereka yang berada di ambang kematian , dalam Spiritualitas ibu Teresa
merupakan wujud pelayanan kasih yang paling mendasar (Krispurwana Cahyadi,
2003: 163). Ibu Teresa sungguh menyadari bahwa hal yang paling utama yang
diperlukan oleh orang-orang yang sungguh menderita dan diambang kematian
adalah kasih yang nyata. Untuk mewujudkan kasih yang nyata bukanlah hal yang
mudah, namun penuh dengan pengorbanan. Pengorbanan untuk mencintai,
menyapa, dan merangkul orang-orang miskin seperti teladan ibu Teresa di
Kalkuta.
Pelayanan yang dimaksud adalah melakukan suatu kegiatan atau
menjalankan perutusan dengan rendah hati, rela berkorban, memberikan diri
sepenuhnya, bersukacita, membawa damai, dan mendahulukan kepentingan orang
lain. Semakin kita lupa akan diri kita karena mengutamakan orang lain, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tuhan akan semakin memperhatikan dan memikirkan kita (Krispurwana Cahyadi,
2003: 65).
Pelayanan adalah sarana untuk memperbaharui, memelihara dan
meningkatkan hidup cinta seseorang. Pelayanan adalah cinta dalam aksi, cinta
dalam tindakan yang nyata (Ridick, 1987: 128). Kalimat ini mengajak kembali
bahwa cinta yang dimiliki setiap orang perlu diwujudnyatakan dengan pelayanan
dan cinta yang nyata kepada sesama. Cinta Yesus tidak mengenal batas, bahkan
sampai menyerahkan hidupnya dan wafat di kayu salib demi cinta-Nya kepada
semua orang. Cinta dapat terwujud dengan siap sedia dan dengan gembira
melayani sesama sebagaimana Kristus yang berkenan membasuh kaki para murid-
Nya, tanpa menunggu sampai diberi tugas atau diperintah.
B. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi
Dalam perkembangan sejarah persaudaraan Fransiskan, cukup banyak
penulis yang berbicara dan menguraikan mengenai spiritualitas pelayanan
Fransiskan. Namun meskipun demikian bahwa setiap uraian spiritualitas
pelayanan Fransiskan tidak boleh melupakan hal yang sangat penting yakni bahwa
Spiritualitas dasar Fransiskan adalah menghidupi Injil Tuhan kita Yesus Kristus
(Syukur, 2007: 25). Hal inilah yang menjadi awal dari peziarahan hidup rohani
para Fransiskan dan sebagai awal dari pertobatan Santo Fransiskus Assisi serta
menjadi roh yang menyemangati seluruh kehidupan Santo Fransiskus Assisi.
Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang sungguh dirasakan
oleh banyak orang adalah persaudaraan, kegembiraan, rendah hati, pembawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
damai, dan selalu siap sedia mewartakan Kerajaan Allah, dan menyebut semua
ciptaan Tuhan sebagai saudara. Persaudaraan bukanlah juga istilah yang asing
bagi kita. Persaudaraan secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu kelompok
atau komunitas yang dibentuk berdasarkan suatu Visi dan Misi tertentu. Dengan
demikian atas dasar ini, persaudaraan tidak terbentuk berdasarkan hubungan
darah, suku, budaya, dan bahasa tertentu. Persaudaraan dimengerti dan dihayati
sebagai ciri khas kehidupan religius. Meskipun demikian bahwa para religius
menghayati persaudaraan sebagai salah satu ciri khasnya, namun tidaklah semua
ordo ataupun tarekat mengambil dan menghayati unsur persaudaraan sebagai
Spiritualitasnya yang khusus. Ordo ataupun saudara-saudari dina justru
mengambil unsur persaudaraan sebagai spiritualitasnya.
Santo Fransiskus Assisi menyebut para pengikutnya sebagai saudara dan
saudari dina. Hal itu tampak dalam Anggaran dasarnya “hendaknya semua
saudara disebut saudara-saudari dina”. Sewaktu Fransiskus baru bertobat, yaitu
saat mulai mempunyai saudara, dia tinggal bersama mereka di Rivotorto. Suatu
malam, sekitar tengah malam semua orang beristrahat di tempat tidur masing-
masing. Tiba-tiba seorang saudara berteriak, “Saya mati, saya mati!” Semua
saudara heran, terkejut dan bangun. Fransiskus bangun dan berkata, “bangunlah
saudara dan pasanglah lampu”. Setelah lampu dipasang, Fransiskus bertanya,
“Siapa yang telah berkata saya mati?’. Saudara itu menjawab, “saya.” Fransiskus
bertanya, engkau diganggu oleh siapa saudara? Apakah engkau sungguh-sungguh
mau mati?’ Dia menjawab, “saya mati kelaparan.” Fransiskus seorang yang penuh
kasih sayang dan berperasaan halus itu segera sadar, supaya saudara itu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
malu makan sendirian, dia segera menyuruh menyediakan meja dan semua makan
bersama dengan saudara itu (Bigarino, 2003: 71)
Santo Fransiskus menyebut Allah Tritunggal Maha Kudus sebagai Bapa
yang kudus, mahatinggi, mahabesar, baik, sungguh baik dan paling baik, dan
Mahakasih. Fransiskus sungguh menghayati Allah sebagai kasih, sehingga
Fransiskus juga berusaha untuk mewujudkan kasih kepada semua orang, secara
khusus kepada saudara-saudarnya yang hidup bersama dengan dia. Ketika
saudaranya mengalami kekurangan, seperti dalam kutipan di atas ketika
saudaranya mengalami kelaparan, Fransiskus menyuruh dia makan, bahkan
mengikutsertakan semua saudara-saudaranya supaya saudara yang kelaparan
tersebut tidak malu makan sendirian. Bahkan Fransiskus mengatakan meskipun
kalian sedang menjalani pertobatan dan mati raga, tetapi hendaklah
memperhatikan kesehatan jasmaninya. Kalau tidak sanggup untuk mati raga
jangan dipaksa, karena kekuatan fisik seseorang tidak sama. Fransiskus
menjelaskan kepada saudara-saudaranya bahwa Allah Bapa tidak lebih melihat
kurban sembelihan, melainkan belaskasihan (Bigarino, 2003: 73).
Dari pernyataan di atas dapat dilihat, bahwa yang menjadi tekanan kuat
spiritualitas Fransiskan adalah terletak pada kenyataan bahwa Allah adalah kasih,
sehingga Santo Fransiskus sungguh mencintai semua ciptaan Tuhan dan bahkan
menyebutnya sebagai saudara. Dari tekanan pokok spiritualitas Fransiskan, ada
unsur-unsur pokok agar dapat menghidupi Injil seturut semangat Santo Fransiskus
Assisi yakni: “dalam persekutuan dengan Kristus yang miskin dan tersalib dalam
kasih Allah, dalam persaudaraan dengan semua orang dan segenap ciptaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berpartisipasi dalam hidup dan misi Gereja, dalam pertobatan terus-menerus,
dalam hidup doa-liturgis, pribadi, bersama, dan sebagai pembawa damai”
(Syukur, 2007: 24). Pada kenyataannya, salah satu unsur paling hakiki dari
spiritualitasnya adalah menjadi lebih hina-dina dan pengikutnya menjadi saudara-
saudara hina-dina. Fransiskus mengingatkan agar selalu menjadi saudara hina-
dina dan hamba semua manusia. Menyadari diri sebagai orang yang hina-dina
berarti menjadi pelayan yang rendah hati. Pelayanan yang didasari dengan
kerendahan hati akan sangat membantu orang lain dari segala kekurangannya.
Rendah hati berarti selalu mengutamakan dan menjadikan orang lain yang paling
utama dalam hidup ini.
Pelayanan Fransiskan pertama-tama tentang cara hidup yakni
melaksanakan dan menghidupi nilai-nilai Injil, dan memuliakan Allah Bapa
dengan tekun melaksanakan pertobatan dan menghayati nilai-nilai kemiskinan
Injili. Semangat kemiskinan dan kerendahan hati menjadi warna dalam pelayanan
seorang Fransiskan.
1. Gerak Tumbuhnya Spiritualitas Pelayanan pada Santo Fransiskus Assisi
Tumbuhnya spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi ialah ketika ia
mendengar suara Salib San Damiano. Fransiskus yakin bahwa suara tersebut
adalah suara Tuhan sendiri yang memanggilnya untuk memperbaiki Gereja-Nya
yang hampir roboh. Fransiskus mengawalinya dengan pertobatan.
“Pertobatan Santo Fransisikus Assisi merupakan sebuah perjalanan. Fransiskus terus-menerus mengusahakan pembaharuan hati, semangat kemiskinan, dan damai. Suara salib San Damiano merupakan sebuah seruan dari Citra Allah sempurna baginya untuk menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kedalaman citra dirinya. Di hadapan salib itu seolah-olah Fransiskus bertanya: “Di manakah Engkau Tuhan, dan siapakah diriku ini?’ Fransiskus menemukan jawaban bahwa ia dipanggil untuk memperbaiki Gereja Tuhan, petama-tama ia menemukan diri sebagai mahluk relasional. Ia menemukan citra dirinya justru ketika ia berjumpa dengan dan dipanggil Tuhan untuk hidup bagi sesama.” (Andreas, 2010: 82).
Kehinadinaan merupakan ciri khas Fransiskan dalam perjalanan hidup di
dunia ini, dalam bersikap dengan orang lain, baik dalam komunitas, dalam
lingkungan kerja dan kerasulan. Fransiskus sungguh menghendaki para
pengikutnya berada sebagai saudara dina. Aspek kehinadinaan ini mengandung
pembebasan dari segala bentuk penguasaan terhadap orang lain, hal inilah yang
dimaksud dengan gaya hidup hina-dina. Dengan gaya hidup seperti inilah, warta
perdamaian dapat dibawa dan persekutuan dengan semua orang semakin dapat
ditumbuhkan (Syukur, 2006: xxii).
Bila dilihat secara mendalam, teks-teks Injil yang dikutip oleh Fransiskus
meringkaskan kedinaan Putera Allah yang menjadi saudara kita. Fransiskus
menegaskan kembali tentang kedinaan Kristus yang mengambil kodrat manusia,
mengosongkan diri, mengalami kemiskinan, dan penderitaan untuk menjalankan
kehendak Bapa. Fransiskus merenungkan peristiwa ini sebagai peristiwa
inkarnasi. Fransiskus merenungkan Kristus dalam kemuliaan Bapa dan sekaligus
dalam hidup dunianya dalam perendahan salib dan dalam kejayaan kebangkitan-
Nya dalam ekaristi dan dalam gereja.
Fransiskus juga sangat mengagumi dan menghormati Bunda Maria, karena
Allah memperkenankan Bunda Maria untuk menerima kurnia besar yakni sebagai
ibu Yesus. Maria turut ambil bagian dalam peristiwa tertinggi cinta Allah Bapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kepada manusia yakni inkarnasi. Natal bagi Fransiskus merupakan pesta dari
segala pesta, karena Allah menjadi bayi mungil. Bagi Fransiskus, Betlehem
mengisahkan cinta dan kemiskinan. Bagi Fransiskus bahwa setiap aspek
kehidupan Yesus merupakan undangan untuk mengikuti-Nya lebih dekat untuk
meneladan hidup-Nya.
Santo Fransiskus, dalam kebijaksanaannya yang sederhana melihat
kemiskinan dan kedinaan sebagai saudari kembar. Kita sangat tergantung kepada
Allah dalam segala hal itulah kedinaan, dan kita tidak menginginkan hal-hal lain
kecuali Allah sendiri itulah kemiskinan (Syukur, 2007: 124). Kita sebagai mahluk
ciptaan Tuhan hendaknya kita miskin dihadapan Allah, inilah yang disebut
kedinaan dan kemiskinan. Kerendahan hati berarti, melihat yang baik dan yang
buruk yang ada dalam diri secara objektif, tepat sebagaimana Allah melihat kita.
“Berbahagialah hamba, yang tidak menganggap dirinya lebih baik apabila ia dipuji dan dihormati orang, daripada apabila ia dipandang hina, bodoh dan nista. Sebab, seperti apa nilai seseorang di hadapan Allah, begitulah nilai orang itu dan tidak lebih. Celakalah religius, yang diberi kedudukan tinggi oleh orang lain, dan tidak mau turun atas kehendaknya sendiri. Tetapi berbahagialah hamba yang diberi kedudukan tinggi bukan atas kehendaknya sendiri, dan selalu ingin menjadi tumpuan kaki orang lainnya” (Iriate, 1995: 114-115).
Semangat kerendahan hati yang dihayati oleh Santo Fransiskus bersumber
dari kerendahan hati Yesus Kristus sebagai guru dan teladan hidup, dan
Fransiskus menyebut dirinya sebagai saudara dina. Yesus berpesan kepada para
murid-Nya, barang siapa ingin menjadi yang terkemuka diantara kamu hendaklah
ia menjadi hambamu (Mat 20:26-27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Fransiskus dari Assisi adalah seorang yang amat sederhana yang
memahami inti hidup ini. Semua manusia sangat merindukan perdamaian dan
perdamaian inilah salah satu kerinduan hati manusia yang paling dalam dan juga
kerinduan Kristus. Kemana saja Fransiskus pergi, dia menyalami orang dengan
salam: semoga Tuhan memberimu damai! Salam ini dimaknainya dalam hidupnya
(Syukur, 2007: 273). Kerinduan hati terdalam setiap orang adalah perdamaian dan
memelihara damai di dalam hatinya. Fransiskus dari Assisi dalam hidupnya tidak
terlepas dari delapan sabda bahagia.
“Berbahagialah orang yang miskin dalam roh” merupakan mata air
kesuciannya. “Berbahagialah para pencipta damai” merupakan cahaya
kerasulannya (Syukur, 2007: 273). Kata-kata ini menjadi peraturan khusus bagi
saudara dan saudarinya. Sejak masa Fransiskus, salam Fransiskan ini sudah ada
Pax et Bonum, “Damai dan segala yang baik untukmu”, Damai dan kebaikan
bagimu”. Damai tidak sekedar kegembiraan atau tidak ada masalah, godaan, dan
penderitaan. Seperti halnya Kristus mengalami kedamaian waktu di salib karena
Dia benar-benar melakukan kehendak Bapa-Nya dan Dia sepenuhnya
menyerahkan hidup-Nya kepada Bapa-Nya. Maria mempunyai kedamaian waktu
kehilangan puteranya, karena Dia yakin bahwa putera-Nya melakukan perutusan
dan kehendak Bapanya. Gereja mengalami kedamaian, meskipun harus selalu
menderita.
Pendamai harus rendah hati. Kehadiran seorang yang rendah hati tidak
menakutkan orang-orang yang sedang bermusuhan, bahkan mereka terbuka untuk
mencari jalan perdamaian. Ketika Fransiskus bertemu dengan Sultan, dia sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ketakutan karena setiap orang yang bertemu dengan dia mengalami penyiksaan.
Namun Fransiskus yakin bahwa dia akan diterima dengan baik. Ketika Fransiskus
berlutut di hadapan sultan, para pengawal sultan menjadi tegang dan gugup. Tiba-
tiba sultan mengatakan kepada Fransiskus: “Hai orang suci apa yang anda
inginkan dari aku” Fransiskus menjawab: saya hanya membawa damai kepadamu,
Tuan!’ Sultan itu tersenyum dan berkata, “Tetapi aku suka berperang, hai orang
Italia yang kecil. Ketahuilah, aku menaklukkan dunia ini demi Allah, untuk itulah
aku dilahirkan: Aku menjadi sarana Allah (Bodo, 2002: 146-147).
Santo Fransiskus dikenal sebagai seorang yang sangat peduli dengan
lingkungan hidup dan dia menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara dan
saudari. Fransiskus dari Assisi dinamai Santo Pelindung Ekologi. Fransiskus
memandang dan menghargai setiap bagian dari ciptaan di dunia ini sampai kepada
cacing kecil yang merayap sepanjang jalan yang berdebu dekat kota kediamannya.
Doa Santo Fransiskus yang sangat khas berbunyi: saudara-saudari bersama semua
mahluk-Nya hendaklah memuji Tuhan, raja langit dan bumi. Hendaklah mereka
mengucap syukur kepada-Nya yang kudus dan melalui putera-Nya yang tunggal
bersama dengan Roh Kudus, Ia telah menciptakan segala sesuatu yang rohaniah
dan jasmaniah, dan kita diciptakan-Nya menurut citra dan persamaan-Nya
(Syukur, 2007: 279). Fransiskus sungguh bersahabat dengan semua alam ciptaan
dan semua menjadi saudara, sehingga dia mengajak semua ciptaan tanpa
terkecuali untuk memuji Allah Bapa sebagai Sang pencipta. Bonaventura
menggambarkan Santo Fransiskus sebagai pribadi yang menampilkan keindahan
Illahi dan keindahan ciptaan (Andreas, 2010: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dari uraian mengenai gerak pelayanan Santo Fransiskus di atas maka
gerak pelayanan yang diharapkan adalah pelayanan yang sungguh nyata melalui
perkataan dan perbuatan. Pelayanan lebih menyentuh apabila orang yang dilayani
dapat merasakan damai, kegembiraan, sukacita, penyembuhan, perhatian, dan
cinta kasih.
2. Arah Pelayanan Kembali ke Hidup Injili
Pelayanan yang dilakukan oleh Santo Fransiskus tidak terlepas dari hidup
Injili. Hidup Injili yang dialami oleh Santo Fransiskus Assisi seperti pengalaman-
pengalaman hidupnya akan kehadiran Allah. Santo Fransiskus mengajak para
saudaranya untuk mencintai Tuhan dengan segenap jiwa, segenap akal budi,
segenap kekuatan, dan mencintainya seperti dirinya sendiri (Syukur, 2006: 194).
Mencintai Allah dengan sepenuh hati dan mencintainya diatas segalanya adalah
tujuan utama dari segala karya pelayanan melalui semua orang. Kasih kepada
sesama menjadi wujudnyata untuk mencintai Tuhan. Pelaksanaan perintah kasih
yakni mencintai Tuhan dengan segenap hati, dan mencintai sesama seperti diri
sendiri (Mrk 12: 30-31 dan Luk 10:27). Santo Fransiskus menjadikan saudara-
saudari sebagai saksi Allah di dunia dan memungkinkan mereka menyingkapkan
dan menyampaikan kasih Allah yang tak terbatas kepada semua orang. Santo
Fransiskus sangat menghargai semua saudaranya dan ia mengatakannya bahwa
setiap saudara adalah rahmat. Setiap saudara hendaklah saling melayani, saling
mencintai, dan saling memberi hormat satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kehinadinaan merupakan ciri khas kita dalam perjalanan hidup di dunia,
dalam bersikap terhadap orang lain, baik dalam komunitas, dalam lingkungan
kerja dan kerasulan (Syukur, 2006: xxii). Kehinadinaan adalah sikap dasar dari
keberadaan sebagai pengikut Fransiskan. Dengan adanya sikap hina dina maka
untuk menjalankan tugas perutusan tidak perlu membawa bekal dalam perjalanan
karena yakin akan pemeliharaan Tuhan dalam perutusan. Seperti halnya
Fransiskus dalam hidupnya yang sungguh-sungguh mengikuti Yesus yang miskin.
Model kemiskinan Fransiskus dan Klara yang mengutamakan ketergantungan
pada Allah dan sesama, jelas merupakan cita-cita orang modern yang hidup
dalam gaya konsumerisme (Andreas, 2010: 56). Kalimat ini menegaskan bahwa
miskin dalam roh seperti Fransiskus, akan menerima semua dari Allah dan
sesama, dan memberi kembali kepada Tuhan dan sesama (Syuku, 2006: 133).
Dengan miskin dalam roh maka dapat bergaul dengan semua orang dan dalam
kemiskinan mampu memberi dan membuat orang-orang yang dijumpai dalam
perjalanan hidup mereka menjadi kaya. Wasiat Santo Fransiskus ( Laba Lajar,
2001: 193). (Lampiran 1).
Dalam wasiatnya Fransiskus mengisahkan jalan panggilan sebagai berikut:
“Beginilah Tuhan Allah menganugerahkan kepadaku, saudara Fransiskus untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak dengan orang kusta. Tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh belas kasihan. Setelah aku meninggalkan mereka apa yang tadinya terasa memuakkan berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan” (Iriate, 1995:17-18).
Wasiat ini mengungkapkan pengalaman pribadi Fransiskus Assisi akan Allah.
Pengalaman akan Allah ini menerangi dan menuntun seluruh hidup Fransiskus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
terutama dalam diri kaum miskin dan diri orang kusta yang bersatu dalam
kemiskinan dan kemelaratan. Pertemuan Fransiskus dengan Kristus dalam diri
orang kusta, memperdalam pengertian Fransiskus akan misteri inkarnasi dan
mengikuti Kristus. Fransiskus melihat Yesus yang sungguh rendah hati dan
bahkan sampai merendahkan diri yang hadir dalam rupa roti yang sangat
sederhana, agar semua orang dapat dan mampu mengalaminya. Fransiskus
tenggelam dalam kekaguman dan berusaha mengerti akan penglihatannya akan
Kristus yang merendahkan diri dalam rupa roti. Celano menggambarkan bahwa
luka-luka Kristus sekarang menjadi meterai pada tubuh Fransiskus dan merupakan
latar belakang pemaknaan peristiwa stigmata Fransiskus di La Verna (Andreas,
2010: 125).
3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan
Santo Fransiskus, dalam kebijaksanaannya yang sederhana, melihat
kemiskinan dan kedinaan sebagai saudari kembar. Kita secara mutlak bergantung
pada Allah dalam segala hal. Itulah kedinaan. Kita tidak menginginkan hal-hal
lain kecuali Allah: itulah kemiskinan. Sebagai mahluk ciptaan, kita miskin di
hadapan Allah: itulah kemiskinan dan kedinaan. Kedinaan merupakan keutamaan
yang menyadarkan kita bahwa kita tidak berarti apa-apa bila terpisah dari Allah,
melainkan kita tergantung total pada Allah (Syukur, 2007: 124). Kalimat ini
semakin menyadarkan bahwa sebagai anggota Fansiskan, pelayanan yang
dilakukan melalui sesama adalah untuk Tuhan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi sangat nyata dalam hidupnya
sehari-hari. Fransiskus melayani tanpa membeda-bedakan secara khusus orang
melarat (kusta) dan menyebut semua orang menjadi saudara. Setiap orang adalah
rahmat yang dianugerahkan Tuhan. Perjumpaan Santo Fransiskus dengan orang
kusta merupakan awal mula Fransiskus untuk melayani dan menaruh belaskasih
kepada sesama yang menderita. Santo Fransiskus dalam semangat pelayanannya
menyapa semua orang dan bahkan sangat memperhatikan dan memelihara ciptaan
lainnya. Fransiskus mengharapkan dan menasihati para saudaranya untuk tetap
bertahan dalam kedinaan, yakni berlaku selalu dan di mana-mana dengan
sungguh-sungguh hina dina. Sejalan dengan pertobatan, kemiskinan, dan doa,
kehinadinaan sesungguhnya merupakan satu dari 4 nilai dasariah yang harus
mewarnai wajah rohani seluruh gerakan Fransiskan (Syukur, 2006: 145). Karya
pelayanan yang sungguh-sungguh dihayati dan dilakukan bagi semua orang
khususnya yang sangat menderita, miskin, melarat, dan tersingkir menjadi
pengabdian yang tulus kepada Tuhan.
“Pelayanan yang tulus sangat diharapkan pada zaman sekarang. Melalui ensiklik Dives in Misericordia, Sri Paus Yohanes Paulus II mengundang kita semua untuk menghadirkan pengalaman iman akan Allah yang berbelas kasih bagi masyarakat dunia sekarang ini. Sikap belas kasih ini merupakan rangkuman sifat dan kesempurnaan Allah” (Martasudjita, 2003: 76).
Pada zaman sekarang ini, masyarakat selalu diwarnai dengan kekejaman,
ketidakadilan, kegelisahan hidup dan kecemasan lainnya. Maka dengan adanya
keprihatinan ini manusia perlu sadar dan yakin bahwa mereka dicintai dan
dikasihi oleh Allah yang berbelas kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dalam hal mewujudkan pelayanan yang penuh dengan belas kasih
bukanlah mudah, karena akan mengalami hambatan-hambatan. Namun sebagai
pengikut Fransiskan yang menghidupi Spiritualitas persaudaraan, akan mampu
menjalaninya dengan saling mendukung, saling meneguhkan satu sama lain.
Hidup rukun, damai, dan bersatu yang dialami di komunitas akan sangat
bepengaruh dalam karya pelayanan. Maka di komunitas sangat diharapkan untuk
saling melayani, mencintai, dan memelihara damai di dalam hati masing-masing.
Dengan demikian tugas perutusan di luar komunitas akan dengan sendirinya
terpancar apa yang sudah dialami di dalam komunitas. Fransiskus dalam
menjalankan tugas pelayanannya kepada orang-orang miskin, dia sangat
mengalami semangat dan kegembiraan. Fransiskus mengajak para saudaranya
untuk bergembira pada waktu bersama dengan orang miskin tanpa mengharapkan
balas jasa. Kegembiraan itu, seperti saat Fransiskus bertemu dengan orang kusta
(Syukur, 2006: 130).
Pertemuan Fransiskus dengan orang kusta merupakan suatu tanda nyata
pertobatan dan kebebasan batiniah untuk tidak menutup diri terhadap orang lain.
Hanya dengan kemiskinan yang membebaskan mampu melepaskan pusat
perhatian dari diri sendiri menuju kepada Allah dan menuju sesama. Santo
Fransiskus Assisi mengatakan,”Inilah kegembiraan sejati, yaitu berbagi
penderitaan dengan dunia sebagaimana yang dilakukan oleh Kristus” (
Krispuwana Cahyadi, 2003: 73). Orang yang mau mengikuti Kristus berarti
bersedia untuk meneladan sikap hidup-Nya. Jika seseorang semakin berani untuk
meninggalkan kepentingan dirinya sendiri untuk melayani dan memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kebutuhan orang lain, maka Tuhan akan semakin mencintai dan memperhatikan
kebutuhan hidup kita.
Fransiskus mempraktekkan ajaran perumpamaan orang Samaria yang baik
hati terhadap orang kusta. Pergi menjumpainaya dan menjumpainya dan
melaksanakan belaskasih terhadapnya. Fransiskus mewujudnyatakan belas kasih
yang nyata kepada orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat. Sepanjang
hidupnya Fransiskus selalu panik bila bertemu dengan orang kusta. Suatu hari di
tengah jalan di Assisi, dia melakukan yang luar biasa hanya dapat dijelaskan
karena daya Roh Yesus. Fransiskus mendekati dan menyentuh orang kusta. Pada
awalnya dia sangat jijik dan keringat dingin bercucuran dari dahinya karena
merasa tidak mampu untuk melakukan belas kasih kepada orang kusta itu. Dia
merangkul bahu dan mencium keningnya, biarpun bau busuk menyerang seluruh
inderanya (Syukur, 2002: 27). Pada zaman sekarang ini pelayanan yang yang
diharapkan dan diperlukan oleh sesama adalah pelayanan yang nyata, dan
menyentuh perjuangan hidup manusia. Berani keluar dari diri sendiri, menyapa,
memperhatikan, dan mencintai orang-orang miskin, tersingkir, dan menderita.
Bahkan jika perlu, bersedia untuk tinggal bersama mereka dan mengalami apa
yang mereka alami.
Fransiskus dari Assisi dinamai Santo Pelindung Ekologi tahun1989 karena
alasan sangat tepat. Fransiskus melihat bahwa semua ciptaan adalah baik, sangat
baik. Fransiskus percaya bahwa semua ciptaan adalah pemberian Tuhan. Dalam
Nyanyian Saudara Matahari, Fransiskus memuji Tuhan untuk semua ciptaan-
matahari, bulan, bintang-bintang dan langit, angin dan udara, air dan api, bunga-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bunga dan buah-buahan dan tanam-tanaman (Syukur, 2007: 279). Hati Fransiskus
selalu dipenuhi dengan rasa syukur untuk semua pemberian Tuhan. Fransiskus
belajar dan mengikuti Yesus yang menghargai semua ciptaan. Kemurahan hati
Allah yang dinyatakan dalam Kej 1, mendorong saudari-saudara untuk memuji
Tuhan Allah dan mengucapkan syukur kepada-Nya dengan dan karena segenap
ciptaan (Syukur, 2006: 57).
Fransiskus belajar dari Yesus yang menggunakan alam ciptaan sebagai
dasar untuk menjelaskan kebenaran-kebenaran yang bersifat rohani kepada orang-
orang yang berkumpul disekitarnya. Dia mengatakan tentang benih-benih dan
domba, pohon ara dan ladang, mutiara-mutiara dan tanaman, gandum dan air
(Syukur, 2006: 279). Yesus berbicara tentang unsur-unsur ciptaan Tuhan atau
dengan menggunakan perumpamaan untuk membawa manusia lebih dekat pada
Tuhan. Fransiskus sungguh menghargai, peduli dan memelihara lingkungan
hidup. Fransiskus bukan hanya melihat dan memperhatikan, dan menyebut
manusia sebagai saudara. Namun Fransiskus juga sangat memelihara dan
menyebut saudara semua ciptaan lainnya yang juga perlu untuk diperhatikan.
C. Spiritualitas Pelayanan KSFL
Spiritualitas adalah dorongan atau yang menggerakkan seseorang untuk
melakukan kegiatan dengan baik. Spiritualitas disebut sebagai corak batin atau
disebut dengan rohani yang berarti Roh Tuhan yang menghantar manusia kepada
kehendak kuat untuk mengikuti Kristus. Hidup religius adalah salah satu gaya
hidup spiritualitas di dalam Gereja. Semua kaum religius berusaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menghayati spiritualitas Kristen dengan menghidupi nasihat Injili di dalam setiap
Kongregasi secara berbeda-beda. Setiap Kongregasi mempunyai pandangan dan
semangat pendiri yang berbeda juga. Kongregasi Santa Lusia juga berusaha untuk
tetap mengadakan relasi yang akrab dengan Tuhan dalam melaksanakan tugas
pelayanan, seperti halnya di bawah ini.
1. Gerak Pelayanan Ibu Pendiri
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) adalah salah satu
tarekat Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi. Pada awal berdirinya
Kongregasi ini berada di bawah pimpinan Moeder Lusia Dierckx dan
dipercayakan pada perlindungan Santa Lusia (Eddy, 2009: 150).
“Pada awal berdirinya Kongregasi ini, situasi masyarakat sangat memprihatinkan dan karya yang mendesak pada saat itu adalah pelayanan kasih bagi anak-anak di panti asuhan, pemeliharaan orang miskin, anak-anak putus sekolah, lanjut usia, orang sakit, dan pelayanan pastoral lainnya sesuai kebutuhan di Paroki” (Eddy, 2009: 142).
Muder Lusia sebagai pendiri Kongregasi ini sangat menanggapi
keprihatinan ini. Muder Lusia melayani dengan tulus, tidak kenal lelah, dan
bersedia melayani dengan penuh cinta siapa saja tanpa membeda-bedakan. Karya
yang ditangani para suster semakin berkembang. Para suster juga diminta
memberi pelajaran umum, antara lain: Ilmu Bumi, Sejarah, Ilmu Alam, dan
Bernyanyi. Karena mereka belum memiliki ijazah untuk itu, pelajaran umum
tersebut dipercayakan kepada guru awam. Para suster juga perlu memikirkan
biaya hidup harian mereka. Maka mereka berusaha bekerja sama dengan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
panti asuhan menjahit untuk toko-toko dan keluarga-keluarga, juga pekerjaan
tangan, dan memohon sedekah.
Keadaan sulit di atas mengakibatkan para suster hidup miskin dan
sederhana tetapi penuh iman menyerahkan diri ke tangan Allah dan percaya pada
penyelenggaraan Illahi. Pedoman utama dalam gerak pelayanan ibu pendiri adalah
pola hidup Yesus yang mengosongkan diri, taat kepada Bapa, menjadi manusia
bahkan sampai wafat di salib (Eddy, 2009: 153). Dalam pelayanan benar-benar
memberikan diri sepenuhnya, mengosongkan diri, dan mengorbankan segala
keinginan-keinginan yang dapat menghalangi pelayanan. Semangat mereka juga
sejak awal sesuai dengan apa yang ditulis St. Paulus dalam suratnya kepada umat
di Korintus “Bagi semua orang, aku telah menjadi segala-galanya” (1 Kor 9:22).
Moeder Lusia Dierckx sebagai pendiri Kongregasi menghidupi dan
mewujudkan semangat semuanya untuk semua dalam semua pelayanannya.
Melalui cara hidupnya yang memberikan perhatian besar pada pelayanan di
bidang pendidikan/pembinaan kaum muda, memelihara dan merawat orang sakit,
lanjut usia, serta orang lemah dan menderita. Moeder Lusia sangat menekankan
pentingnya semangat keteladanan hidup sebagai buah iman. Ini jugalah yang
selalu ditekankannya kepada semua saudarinya. Sebagai pengikut Santo
Fransiskus, mereka juga berusaha menghidupi pola hidup Santo Fransiskus yang
hidup dalam ketaatan dalam kemurnian dan tanpa milik. Selain hal ini, mereka
juga berusaha hidup rendah hati, sederhana, dan bersaudara dengan segenap
ciptaan dalam pertobatan terus-menerus (Eddy, 2009: 154). Dalam seluruh gerak
pelayanan, Ibu pendiri sangat memperhatikan dan memelihara hidup rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sebagai religius yakni tetap mengutamakan hidup doa dan menjalin relasi yang
intim dengan Tuhan.
“Moeder Lusia dalam suratnya mengatakan demikian: ”Tak ada yang mendorong manusia lebih kepada hidup beriman daripada teladan mereka yang menjadi abdi Kristus. Dan juga sebaliknya, tiada sesuatu pun lebih merugikan kongregasi, menyedihkan Gereja, dan menghina Kristus daripada contoh buruk yang diberikan oleh seorang religius. Arahkanlah hatimu selalu pada panggilanmu, kenangkanlah selalu apa yang sudah kamu janjikan kepada Allah dan atasanmu. Apa yang kita janjikan di dunia tercatat di surga” ( Eddy, 2009: 161).
2. Arah Pelayanan KSFL
Berawal segar dari Kristus. Artinya mewartakan bahwa hidup bakti itu
mengikuti Kristus secara khusus. “merupakan kenangan hidup akan cara hidup
dan bertindak Yesus sebagai Sabda yang menjelma dalam hubungannya dengan
Bapa dan sesama manusia’. Seiring dengan perkembangan pada zaman sekarang
ini, maka Kongregasi KSFL hendaknya tanggap dan terlibat aktif dalam karya
kerasulan. Terlibat aktif dalam karya kerasulan adalah tindakan yang nyata untuk
mewujudkan pelayanan cinta kasih kepada Tuhan yang telah menganugerahkan
panggilan sebagai religius (BSDK, 2004: 22). Dengan adanya perubahan zaman
maka kebutuhan zamanpun dengan sendirinya akan mengalami perubahan, maka
Kongregasi KSFL mencoba untuk menanggapi kebutuhan zaman dan
melaksanakan tugas perutusan sesuai dengan Spiritualitas. Spiritualitas inilah
hendaknya yang menjiwai setiap orang dalam tugas perutusan dengan pelayanan
kepada semua orang.
Kongregasi KSFL berusaha untuk menghadirkan diri sebagai saudara bagi
semua orang melalui tugas pelayanan mereka. Sikap rendah hati, sederhana,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
ramah, sikap tulus dalam pelayanan akan menghadirkan kegembiraan dan sukacita
serta menjadi saudara bagi semua orang. Sikap damai dalam hati dan kelembutan
hati, mampu menyembuhkan yang terluka, menyatukan yang remuk, dan
memanggil yang tersesat (Konst KSFL, 1999: 91).
Damai di hati adalah sikap dasar dalam karya pelayanan, sehingga orang
yang dilayani dapat merasakan damai, cinta kasih, dan kegembiraan dalam hidup.
Menjadi saudara bagi semua orang hendaknya memiliki damai dalam hati,
sehingga dapat dibagikan bagi semua orang. Anggaran Dasar Ordo Ketiga Santo
Fransiskus art 30, mengatakan agar setiap saudara hendaknya membangkitkan
kedamaian, kebaikan hati, kerukunan, dan kelembutan hati agar semakin banyak
orang yang mengalami kebaikan Allah.
Dengan demikian akan semakin banyaklah orang yang terselamatkan.
Adapun arah pelayanan Kongregasi KSFL adalah untuk keselamatan semua orang
yang dilayani. Kongregasi KSFL hadir dimana Gereja dan masyarakat
membutuhkannya. Dalam karya kerasulan, KSFL berusaha hadir diberbagai
bentuk karya pelayanan yang sesuai dengan Spiritualitas. (Statuta KSFL, 1999:
66a), menuliskan jenis-jenis karya dan pelayanan KSFL dalam menjawab
kebutuhan Gereja dan dunia. Sejak berdirinya kongregasi KSFL, sebagai arah
pelayanannya adalah karya pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh semua
orang. Maka Kongregasi KSFL berusaha hadir untuk membantu mereka yang
lemah dan tersingkir. Statuta KSFL, art 84 mengatakan bahwa: “untuk menangani
tugas-tugas khusus dalam Kongregasi Dewan Pimpinan Umum membentuk
Komisi-komisi/yayasan yang bertanggungjawab kepada Dewan Pimpinan Umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Komisi/yayasan tersebut sebagai berikut: komisi pendidikan, komisi keuangan
Yayasan Santa Lusia”. Pada tahun 1987 kongregasi mengadakan kapitel pilihan
dan selama periode tersebut ada beberapa keputusan salah satunya adalah
pembentukan Yayasan Karya yakni Yayasan Santa Lusia. Karena tuntutan karya
dan demi lancarnya urusan pengembangan karya baru, maka terbentuklah
Yayasan.
Pada tahun 1987 berdirilah Yayasan Santa Lusia (Agnes, 1997: 90).
Yayasan ini bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang terdiri dari
taman kanak-kanak sampai dengan tingkat sekolah menengah atas. Disamping
karya pendidikan ini juga Kongregasi KSFL hadir untuk membantu dan
mendampingi anak-anak yang berkebutuhan khusus (SLB-c). Anak yang
keterbelakangan mental, disingkirkan, dan dianggap orang yang tidak berarti sama
sekali. KSFL berusaha untuk menyapa, memperhatikan, dan mencinta, serta
merangkul mereka dengan berbagai cara dan jenis keterampilan yang sesuai
dengan kemampuan mereka. Dalam karya pendidikan, KSFL berusaha untuk
mendampingi dan mengembangkan orang-orang muda untuk mempersiapkan
masa depannya. (Konst KSFL, 1999: 81). Kehadiran KSFL, melalui karya
pendidikan berusaha untuk menghadirkan iman Kristiani bagi anak-anak didik.
Karya pelayanan pendidikan harus mampu menghantar orang-orang muda kepada
pematangan dan pendewasaan diri dalam ilmu pengetahuan dan penghayatan
hidup.
Selain karya pelayanan pendidikan, Kongregasi KSFL juga berusaha
untuk memperhatikan perkembangan iman bagi semua orang, khususnya dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kongregasi berada. (Statuta KSFL, 1999: 66c). Tugas perutusan KSFL dalam
karya kerasulan parokial, berupa pendalaman iman, kerasulan keluarga, rumah
jompo, dan mempersiapkan orang yang ingin mengenal Kristus secara lebih dekat,
dan dalam bidang liturgi. Untuk mendukung karya pelayanan ini, KSFL berusaha
untuk kerjasama dengan Pastor paroki sebagai gembala umat di tempat tersebut.
Kerjasama yang baik dengan pihak paroki akan sungguh mendukung karya
pelayanan kepada umat. Menjadi religius secara khusus sebagai pengikut Santo
Fransiskus, haruslah berusaha untuk menjadi saudara bagi semua orang. Oleh
karena itu kehadiran Kongregasi harus siap untuk terlibat, dan bersedia untuk
memberikan diri bagi karya pelayanan sosial.
Adapun karya pelayanan sosial kongregasi KSFL adalah sebagai berikut:
pelayanan kesehatan di daerah pelosok-pelosok, memperhatikan dan membantu
orang-orang miskin, memperhatikan dan merangkul anak-anak yang berkebutuhan
khusus (SLB-c). Bentuk dan kegiatan karya sosial tersebut tergantung dengan
keadaan tempat dimana Kongregasi berada. Kongregasi KSFL adalah kongregasi
aktif, maka hendaknya sungguh-sungguh memberikan perhatian pada karya
pelayanan yang sepenuhnya dan berpihak pada orang-orang yang lemah, miskin,
dan tersingkir. Konst KSFL. 1999 : 7 mengatakan sebagai berikut:
Untuk itu Kongregasi kita memberikan perhatian besar pada karya
pelayanan di bidang pendidikan/pembinaan/pembinaan kaum muda, pemeliharaan
dan perawatan orang sakit, lanjut usia serta orang lemah dan menderita. Demikian
juga karya sosial dan pastoral lainnya sesuai dengan tuntutan zaman tidak luput
dari perhatian kita. Dalam melaksanakan hal ini pergaulan serta pengabdian kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
hendaknya selalu terarah untuk menciptakan damai dan persaudaraan di antara
manusia dalam Kristus. Kesiapsediaan dalam karya pelayanan adalah modal
utama untuk melaksanakan cinta kasih, perhatian dan kebaikan kepada semua
orang demi terwujudnya Kerajaan Surga di dunia pada zaman sekarang. Dengan
pelayanan yang tulus, maka semakin banyak orang yang mengalami kebaikan dan
kehadiran Tuhan di dunia ini. Dengan demikian, akan semakin banyak juga orang
yang semakin menghayati imannya dan dapat memaknai peristiwa hidup dengan
iman, harap, dan kasih.
3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan KSFL berinspirasikan
Santo Frasiskus Assisi
Santo Fransiskus sungguh mengakui dan mengatakan bahwa semua orang
adalah saudara dan rahmat yang dianugerahkan Tuhan bagi setiap orang.
“Dalam komunitas hendaknya kita tak henti-hentinya berusaha untuk mengosongkan diri dan membangun komunitas yang saling mencintai. Karena itu dari masing-masing saudara dituntut sikap rendah hati, sederhana, dan rela sedia menolong dan melayani setiap saudara dalam semua aspek kehidupannya” (Konst KSFL, 1999: 52 ).
Kalimat ini menegaskan bahwa dalam hidup bersama sebagai saudara,
harus berusaha untuk mengosongkan diri dan mencintai semua saudara tanpa
terkecuali. Mengosongkan diri berarti mendahulukan kebutuhan orang lain
dengan mencintai, menolong. menyapa, dan memaafkan. Dengan adanya sikap
pengosongan diri, maka karya pelayanan akan sungguh-sungguh sebagai
keselamatan bagi orang lain dan kerajaan surga semakin nyata dialami oleh
banyak orang. Apabila dalam komunitas hidup persaudaraan sungguh dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dirasakan oleh setiap anggota, maka akan sangat membantu dan memudahkan
karya pelayanan.
Suasana persaudaraan dan damai yang dialami setiap anggota dalam
komunitas, dengan sendirinya akan terbawa dan terpancar ke luar komunitas
yakni orang-orang yang dilayani juga akan merasakan damai. Karena suasana
persaudaraan dan damai sudah menjiwai hidup seseorang, maka semua orang
menjadi saudara, bahkan alampun menjadi saudara seperti teladan hidup Santo
Frasnsiskus Assisi. Seperti halnya dengan Santo Fransiskus Assisi, ketika
bertemu dengan orang kusta. Fransiskus menyebut si kusta menjadi saudara,
sehingga dia sanggup mendekati, merangkul, dan bahkan mencium orang kusta
tersebuat. Dengan adanya pengosongan diri, sehingga Santo Fransiskus sanggup
melakukannya. Demikian halnya juga Ibu pendiri, sungguh mengosongkan diri
demi kebutuhan dan karya pelayanan terhadap sesama.
Semangat kemiskinan dan kerendahan hati menjadi warna dalam
pelayanan seorang Fransiskan. Konst KSFL, 1999: 91, menyatakan: “setiap suster
hendaknya berusaha memelihara damai dalam hati demi cinta kepada Tuhan kita
Yesus Kristus. Sebab dengan damai itu, kita memupuk di dalam diri kita
kelembutan hati yang mampu menyembuhkan yang terluka, menyatukan yang
remuk, memanggil yang tersesat”. Kalimat ini menegaskan supaya dalam
pelayanan selalu berusaha untuk membawa damai dan keselamatan kepada semua
orang dengan cinta kasih, perhatian, dan pelayanan yang tulus seperti teladan
pelayanan Yesus sendiri yang memberikan diri sepenuhnya kepada semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pelayanan menjadi ungkapan cinta kepada Kristus melalui kerelaan dan
dengan kerendahan hati melayani orang-orang yang lemah dan menderita.
Pelayanan dalam semangat santo Fransiskus Assisi yakni pelayanan yang
didasarkan pada semangat kerendahan hati (Konst KSFL, 1999: 92). Karya
pelayanan juga merupakan pengabdian penuh kepada Tuhan, Gereja, dan sesama.
Maka seluruh karya pelayanan Kongregasi KSFL adalah sebagai pengabdian yang
tulus dan dengan penuh rendah hati. Dalam pelaksanaan karya pelayanan, maka
KSFL berusaha untuk menghidupi kharisma pendiri yakni pengosongan diri
serendah-rendahnya seperti Yesus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa
seorang hamba sampai wafat di salib (Konst KSFL, 1999: xvii). Pelayanan para
suster sehari-hari di dalam komunitas maupun di luar komunitas adalah sebagai
pengabdian kepada Tuhan.
“Hendaklah para saudara tetap ingat bahwa kita sebagai seorang fransiskan pengikut Yesus Kristus yang mengosongkan dan menghampakan diri, tidak gila hormat dan mencari kekuasaan, melainkan tetap terarah kepada pengabdian dan kesejahteraan semua orang” (Konst KSFL, 1999 : 89).
Kita semua jangan menganggap jabatan sebagai milik yang harus
dipertahankan, tugas dan jabatan hendaknya kita rela melepaskannya pada waktu
yang ditetapkan, karena kita adalah kaum peziarah yang tidak mempunyai tempat
tinggal tetap. Kita mencari kota yang akan datang. Kalimat ini menegaskan
kembali bahwa sikap rendah hati sangat diutamakan. Sikap siap sedia diutus
kemanapun adalah merupakan pengosongan diri dan sebagai kerendahan hati
untuk menerima perutusan yang baru sesuai dengan kebutuhan Kongregasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Santo Fransiskus memberikan teladan kerendahan hati yang merupakan
ciri sebagai hamba Tuhan. Fransiskus yakin bahwa Tuhan yang rendah sudi hadir
menjelma dalam diri Kristus. Kerendahan hati Allah diwujudnyatakan dalam
hidup manusia. Sikap kerendahan hati Santo Fransiskus sehari-hari
diwujudnyatakan dalam perbuatan hidupnya sehari-hari. Teladan kerendahan
hatinya, diwariskan kepada para pengikutnya. Konstitusi KSFL juga mengatakan
bahwa: komunitas adalah sebagai lahan subur untuk mewujudkan sikap
kerendahan hati. Kongregasi KSFL berusaha untuk meneladan Yesus yang
mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba sampai wafat di salib.
Maka sebagai murid Kristus harus berusaha untuk menghidupi kerendahan hati.
Kerendahan hati Kristus sangat jelas kita lihat pada pengosongan dan
penghampaan diri-Nya meskipun Dia sebagai anak Allah. Yesus taat samapai
mati, oleh sebab itulah Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya
nama di atas segala nama. Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:5-11).
Pengosongan diri berarti siap sedia menerima dan melaksanakan karya
perutusan dimana dan kemanapun diutus demi keselamatan sesama dan kebutuhan
Kongregasi. Pengosongan diri berarti juga sebagai sikap kerendahan hati untuk
mendahulukan kepentingan orang lain. Beata Teresa dari Kalkuta menyatakan:
semakin kita lupa akan diri kita karena mendahulukan kepentingan orang lain,
maka Tuhan akan semakin memperhatikan kita (Krispurwana Cahyadi, 2003: 65).
Maka KSFL juga dalam karya pelayanan sangat diharapkan untuk berani
mengosongkan diri demi pelayanan bagi orang lain. Berani mengosongkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berarti ada kerelaan untuk mendahulukan kepentingan orang lain demi
keselamatan dan kebahagiaan sesama.
Kesederhanaan akan menjadi bagian dari hidup harian kita, apabila selalu
berusaha untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Maka kesederhanaan akan
membuahkan: kejujuran, kelembutan hati, kerendahan hati, kegembiraan rohani,
dan kebaikan kepada sesama. Muder Lusia Dierckx sungguh menghidupi
semangat kesederhanaan dan dedikasi yang tinggi dalam usaha melayani orang-
orang kecil, dan menderita. Kesederhanaan dan ketekunan Muder Lusia Dierckx,
untuk menghidupi kesederhanaan dalam hidup hariannya sebagai jalan untuk
mengikuti Kristus yang tersalib. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk bermegah
dalam karya pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan.
Pelayanan yang dilakukan kepada orang-orang kecil, lemah, dan
tersingkir selalu tersapa bukan menjadi tersingkir. Namun dalam kenyataan hidup
ini sering terjadi bahwa pelayanan yang dilakukan demi popularitas diri, merasa
diri nomor satu, dan adanya bibit-bibit kekuasaan terhadap tempat dan bahkan
bagi rekan kerja. Maka hendaknya sikap seperti ini tidak dipelihara dan
berusahalah untuk melepaskannya karena sangat mengganggu dalam karya
pelayanan. Dengan demikian para suster KSFL dapat bertumbuh dan berkembang
atas dasar cinta kasih Kristus yang mengosongkan diri sampai menyerahkan
diriNya di kayu salib karena keberpihakan dan keselamatan semua orang
khususnya orang-orng miskin, orang-orang kecil, dan tersingkir. Hendaknya
selalu bergembira, apabila mereka hidup di tengah orang-orang kecil dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dipandang hina, di tengah orang miskin dan lemah, orang sakit dan orang kusta
(Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi art, 21).
Santo Fransiskus Assisi dalam karya pelayanannya selalu menghidupi
kesederhanan. Hal ini sangat nyata dalam karya pelayanannya, yang selalu
memulainya dari hal-hal kecil, biasa, dan sederhana. Salah satu karya
pelayanannya yang sangat sederhana yakni: menyapa dan melayani para
saudaranya di komunitas. Selain hal ini juga, Fransiskus menyebut semua ciptaan
Tuhan sebagai saudara, dan mengajak semua ciptaan Tuhan untuk memuji dan
bersyukur kepada Tuhan sebagai Sang pencipta dan pemelihara hidup (Syukur,
2006: 57). Muder Lusia Dierkcx juga sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi,
berusaha menghidupi teladan hidup Santo Fransiskus. Hal ini diwujudnyatakan
melalui teladan hidupnya yang hidup miskin, rendah hati, dan bersaudara dalam
pertobatan yang terus-menerus. Salah satu hal yang sangat menonjol dalam
hidupnya adalah beliau mempunyai pengetahuan yang dalam terhadap pribadi
manusia (Eddy, 2009: 167).
Muder Lusia selama hidupnya di dunia ini dikenal dalam pelayanannya
sebagai orang yang akrab dengan Tuhan, berhati mulia, tulus ikhlas, penuh cinta,
sederhana, rendah hati, gembira dan bersahaja serta menjadikan dirinya semuanya
bagi semua orang. Sikap ini jugalah yang diwariskannya kepada para pengikutnya
yakni Kongregasi KSFL. Para suster KSFL berusaha untuk mempersembahkan
hidup sepenuhnya kepada Tuhan melalui karya pelayanan kepada sesama. Sama
halnya seperti teladan hidup Ibu pendiri yang mengatakan: Miskin dan rendah hati
di dunia, namun penuh kekayaan dan kebesaran masuk surga. Hal ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dan menjadi teladan serta cara hidupnya untuk membangun hidup dalam
komunitas dan dalam karya pelayanan. Hal ini jugalah yang menunjukkan bahwa
Muder Lusia Dierkcx hidup untuk Tuhan dan sesama bukan untuk dirinya sendiri.
(Konst KSFL, 1999: xvii).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
ARAHAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PELAYANAN
BERDASARKAN KONSTITUSI, KAPITEL - KAPITEL
DAN DOKUMEN GEREJA DEMI KESAKSIAN HIDUP INJILI
Dalam Bab II, sudah dibahas mengenai Spiritualitas pelayanan. Maka dalam
Bab III ini, penulis akan melihat dan membahas mengenai arahan penghayatan
spiritualitas pelayanan berdasarkan Konstitusi, kapitel, dan juga Dokumen Gereja.
Uraian ini terbatas pada penegasan Konstitusi tentang perlunya Visi, Misi, dan
Fokus pelayanan para suster KSFL dalam gerak pelayanan sebagaimana yang
diharapkan oleh Gereja dan akhirnya menjadi kesaksian hidup Injili para suster
KSFL, meski ditandai oleh pergumulan yang terus-menerus.
A. Gerakan dari Awal Berdirinya KSFL
1. Seruan dan Jeritan Kemanusiaan
Kongregasi KSFL, pada awal berdirinya disebut Kongregasi Rotterdam
yang berasal dari Kongregasi Suster Gasthuis di Breda. Kemudian disebut
Kongregasi Suster Fransiskan Mater Dei di Breda. Pada tahun 1841 Pastor Paroki,
yaitu pater Johannes van Lieshout dari Gereja Rosaliastraat di Rotterdam,
memohon kepada Sr. Theresia Saelmaekers, pemimpin Gasthuis di Breda kiranya
bersedia memberikan anggotanya berkarya di parokinya di Rotterdam. Karya
yang mendesak pada saat itu adalah pelayanan kasih bagi anak-anak di panti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
asuhan, pemeliharaan orang miskin, anak-anak putus sekolah, lanjut usia, orang
sakit, dan pelayanan pastoral lainnya sesuai dengan kebutuhan di paroki saat itu.
Pemimpin Kongregasi di Breda, (Muder Theresia Saelmaekers) menanggapi
permohonan itu secara positif. Dalam waktu singkat, kelompok pertama siap
diutus. Seperti St. Paulus dalam suratnya mengatakan, “Bagi semua orang aku
telah menjadi segala-galanya” (bdk 1 Kor 9:22), demikian mereka juga merelakan
diri hadir dan mulai melayani di Rotterdam. Pemimpin Kongregasi di Breda
mengutus tiga suster sebagai pionir ke Rotterdam pada tanggal 29 November
1841, yaitu: Sr. Lucia Dierckx dari St. Theresia (Anna Cornelia Dierckx) dari
Meersel - Belgia, Sr. Benedikta van Gastel dari Santo Aloysius (Yakomyne van
Gastel) dari Etten, Sr. Dominika van Wert dari St, Fransiskus (Elisabeth van
Wert) dari Bergen op Zoom. Pada awalnya, ketiga suster dan bersama mereka
yang dirawat menempati rumah keluarga di dekat gereja. Seorang pastor kapelan
yaitu Pater Albertus van Meurs menjadi pemimpin rohani mereka yang tinggal
dekat rumah itu. Mereka mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja tetapi mereka juga
masih membuat tempat khusus di rumah untuk devosi yang di dalamnya ada altar
kecil dan kandelar. Rumah itu sangat sempit karena disitu juga dirawat orang
sakit, baik perempuan maupun laki-laki.
Tanggal 9 Februari 1842, Sr. Magtildis menyusul bersama Sr. Anastasia,
dan pada tanggal 24 Oktober 1842 giliran Sr. Bernarda dan Sr. Philomena
mengikutinya, antara tahun 1841 dan 1845 jumlah suster yang dikirim ke
Rotterdam sebanyak 13 orang. Karya terus berkembang, tetapi tenaga masih
kurang. Karena itu, pada tanggal 25 Juni 1845 pemimipin Gasthuis mengutus tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
suster lagi, yaitu: Sr. Viktoria, Sr. Emmanuela, dan Sr. Roosa. Kehadiran dan
pelayanan para suster sungguh menjawab kebutuhan masyarakat. Tahun 1842,
jumlah orang yang dilayani terus bertambah, tetapi tidak sesuai lagi dengan
kapasitas rumah tempat mereka memberikan pelayanan. (Eddy, 2009: 139-141).
Kemudian mereka mencari tempat yang lebih luas. November 1842
komunitas beserta semua orang sakit dipindahkan ke rumah anak yatim piatu
yang terletak di Schiedamse Dijk. Ketika suster dari Gasthuis Breda tiba di
Rotterdam, di sana sudah ada panti asuhan yang diurus oleh satu keluarga. Pada
awalnya keluarga dan para suster bekerja sama mengelola panti tersebut. Jumlah
anak yang mereka layani terus bertambah (lebih dari seratus orang), hal ini sangat
berat dan suatu beban berat yang diurus oleh keluarga sebagai penanggungjawab
panti. Maka panti diserahkan kepada Paroki, kemudian Paroki menyerahkan
sepenuhnya panti asuhan di Schiedamse Dijk, yang disebut “Leewenstraat
Weeshuis”, kepada para suster.
Karya yang ditangani para suster, selain panti asuhan juga memelihara
orang miskin, orang tua, anak putus sekolah, dan karya pastoral lainnya sesuai
dengan kebutuhan paroki dan masyarakat seperti kursus menjahit. Para suster
diminta juga memberi pelajaran umum, antara lain: Ilmu Bumi, Ilmu Alam, dan
Bernyanyi. Karena mereka belum memiliki ijazah untuk itu, pelajaran umum
tersebut dipercayakan kepada guru awam. Para suster juga perlu memikirkan
biaya hidup harian mereka. Oleh sebab itu, mereka berusaha bekerja sama dengan
anak panti asuhan menjahit untuk toko-toko dan keluarga-keluarga, juga
pekerjaan tangan, dan memohon sedekah. Keadaan sulit di atas mengakibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
para suster hidup miskin dan sederhana tetapi penuh iman menyerahkan diri ke
tangan Allah dan percaya pada Penyelenggaraan Illahi (Eddy, 2009: 141-142).
Dengan melihat semua peristiwa yang sudah disebutkan di atas, maka KSFL
perlu terus-menerus tanpa kenal lelah untuk mendengarkan jeritan kemanusiaan
yakni melihat, memperhatikan, dan merangkul orang-orang kecil, sederhana,
miskin, dan tersingkir dengan pelayanan yang tulus dan rendah hati. Dengan
pengikraran nasehat-nasehat Injil, KSFL membaktikan seluruh hidup untuk
pewartaan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan demi pelimpahan
Rahmat. Dengan demikian hendaknya setiap saudara mewujudkan semangat injil
ini dalam pelbagai jenis karya dan pelayanan di dalam dan di luar komunitas
(Konst KSFL, 1999: 90).
2. Lusia Dierckx
Siapakah sesungguhnya Muder Lusia Dierckx? Muder Lusia Dierckx dari
St. Theresia (Anna Cornelia Dierckx) lahir 19 Juni 1812 di Meersel-Belgia,
masuk Biara di Breda 16 Januari 1838, menerima jubah biara 9 Mei 1838 dan
Profesi 30 Juli 1840. Pribadinya tidak lengkap bila tidak disebut bagaimana beliau
memadukan pengertiannya tentang jiwa manusia dan rasa hormatnya terhadap
setiap pribadi para susternya. Muder Lusia tanpa kenal lelah menjadikan dirinya
segalanya bagi semua orang. Ia hidup dihadapan Tuhan dengan sederhana, rendah
hati dan itu jugalah yang ditanamkannya kepada para saudaranya. Muder Lusia
berhati mulia, ikhlas, penuh cinta dan hangat bagi sesama. Itulah yang dialami
para susternya dari Ibu Lusia tercinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kenangan akan beliau tetap merupakan berkat. Nasehatnya tetap bergema
“tak ada sesuatu yang mendorong manusia lebih kepada hidup beriman daripada
teladan mereka yang menjadi abdi Kristus; sebaliknya hidup jahat seorang religius
adalah sumber kedukaan bagi Gereja, hinaan bagi Kristus dan merugikan
Kongregasi” (Agnes, 1999: xiv). Muder Lusia yang selama hidupnya begitu gigih
dalam pengabdian diperkenankan Tuhan memasuki bangsal surgawi 21 April
1867 dalam usia 55 tahun. Miskin dan rendah hati di dunia, penuh kekayaan dan
kebesaran masuk surga. Kalimat ini dikenakan kepada Bapa St. Fransiskus dan itu
juga terwujud dalam diri Muder Lusia. Pada gambar peringatannya terdapat teks
dari Amsal 31: 20 ”tangannya ia buka bagi mereka yang berkekurangan dan
diulurkan kepada yang miskin”. Muder Lusia mengabdikan diri dengan semangat
“Semuanya untuk semua”. Semangat ini jugalah yang diwariskan dan menjadi
semboyan yang diperjuangkan kongregasinya. Muder Lusia adalah abdi Kristus
yang membuat seluruh dirinya hanya untuk Tuhan. Hidupnya yang sederhana dan
rendah hati membuat dia akrab dengan semua yang dijumpainya. Muder Lusia
sebagai ibu mempunyai keunikan tersendiri dalam menjalin relasi yang akrab dan
mendalam dengan setiap orang. Kebijaksanaan dan ketulusan hati merupakan
kekayaan pribadi yang menghiasi hidup beliau, sehingga banyak orang
mengenangnya (Eddy, 2009: 163-164).
Muder Lusia dimakamkan di pemakaman biara di Wychen. Kendati Muder
Lusia telah tiada, semangat dan teladannya tetap hidup dalam Kongregasinya.
(Agnes, 1999: xiv). Perjuangan Muder Lusia inilah yang harus dilanjutkan dan
dihidupi oleh para anggotanya meskipun tidaklah mudah. Muder Lusia dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
gerak pelayanannya sungguh memberikan seluruh hidupnya demi keselamatan
dan kebahagiaan orang lain. Maka semua anggota Muder Lusia diharapkan untuk
menghidupi dan mewujudnyatakan dalam pelayanan Kharisma KSFL, yakni:
“Yesus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba sampai
wafat di salib” (Konst KSFL, 1999: xvii).
3. Berdirinya KSFL Secara Kanonik
Tanggal 4 Juli 1844 dua postulan dari Rotterdam dikirim kembali oleh
Pimpinan di Breda ke Rotterdam untuk memulai novisiatnya di bawah Pimpinan
Muder Lusia Dierckx. Maka ditetapkanlah berdirinya Kongregasi baru di
Rotterdam pada tanggal 15 Oktober 1847, di mana kedua postulan yang pertama
diterima menjadi novis di bawah bimbingan Muder Lusia Diereckx. Kemudian
tahun 1848 Pimpinan yang baru diangkat resmi oleh Pater van der Beek Propinsial
OFM. Ketiga suster Gathuiszuzter membentuk Kongregasi Baru dengan nama
resmi : Kongregasi Peniten-Rekolektin Ordo III Religius dari St. Fransiskus yang
berpusat di Sint Lusia Gesticht Rotterdam (Agnes, 1999: xii).
Kongregasi ini mengalami banyak perubahan, bukan hanya pakaian tetapi
juga cara hidup sehari-hari dan akhirnya mengarah pada pendidikan. Semua
bercorak Fransiskan berkat saudara yang ikut mendirikan Kongregasi ini. Jubah
warna hitam diganti warna coklat, ofisi Maria diganti dengan Brevir fransiskan
yang besar dan wajib melaksanakan di kapel sebagai doa resmi Gereja dalam
bahasa latin. Dengan semangat kesederhanaan dan dedikasi yang tinggi mereka
mengelola panti asuhan, jompo dan karya sosial lainnya. Dalam hidup Muder
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lusia Dierckx benar-benar ”Yang Terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang
terbesar” (Lk 9.48). Kesederhanaan dan ketekunannya menjadi proses penggerak
dalam Kongregasi yang sedang berkembang. Pada tahun 1850 diutus suster ke
Propinsi Friesland membantu Pater Fransiskan untuk karya kerasulan. Dalam
bimbingan Muder Lusia, Kongregasi berkembang bukan hanya di kota Rotterdam
melainkan juga ke kota lainnya (Agnes, 1999: xiii).
Sebelum Muder Lusia meninggal, Pater van der Mazen menyerahkan
Kongregasi secara resmi di bawah yuridiksi Uskup Haarlem November 1862. 1
November 1869, Konstitusi disahkan oleh Uskup Haarlem; nama Rekolektin tidak
dipakai lagi mengingat tuntutan karya dan cara hidup mengalami pergeseran.
Tahun 1901 Konstitusi dibaharui lagi dan disahkan. Karena Biara Pusat di
Coolsingel tidak cukup besar untuk para calon dan keramaian kota terus
bertambah maka dicarilah lokasi baru untuk Novisiat dan pusat Kongregasi.
Akhirnya dibeli Biara Suster Hati Kudus dari Perancis di Bennebroek. Tanggal 1
Agustus 1919 Novisiat pindah ke Bennebroek dan 1 Mei 1920 Biara St. Lusia
diberkati dan diresmikan sebagai Pusat Biara Suster Fransiskan St. Lusia. Sejak
itu disebut “Suster Fransiskan dari Bennebroek atau Suster-Suster dari Santa
Lusia”.
Kongregasi Suster Fransiskan St. Lusia (KSFL) terus berusaha menghidupi
Kharisma Pendiri/KSFL : “Yesus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa
seorang hamba sampai wafat di salib”. Hal ini diwujudkan dalam hidupnya sesuai
dengan spiritualitas KSFL yaitu Kesederhanaan, dan Persaudaraan dengan
Pertobatan yang terus-menerus serta Kerendahan hati. Visi dan Misi KSFL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
adalah: siap sedia mewartakan Kerajaan Allah demi keselamatan manusia;
saudara bagi semua orang yang kita jumpai. Sebagai motto hidup Kongregasi
KSFL sejak awal sampai sekarang adalah “SEMUANYA UNTUK SEMUA”.
(Agnes, 1999: xvii).
4. Jiwa dan Semangat KSFL.
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) adalah salah satu tarekat
Ordo Ketiga Regular Santo Fransiskus Assisi. Pada awal berdirinya Kongregasi
ini berada di bawah pimpinan Muder Lusia Dierckx dan dipercayakan pada
perlindungan Santa Lusia (Eddy, 2009: 139).
Muder Lusia melayani dengan tulus iklas, tidak kenal lelah, dan bersedia
melayani dengan penuh cinta siapa saja tanpa membeda-bedakan. Karya yang
ditangani para suster semakin berkembang. Para suster juga diminta memberi
pelajaran umum, antara lain: Ilmu Bumi, Sejarah, Ilmu Alam, dan Bernyanyi.
Karena mereka belum memiliki ijazah untuk itu, pelajaran umum tersebut
dipercayakan kepada guru awam. Para suster juga perlu memikirkan biaya hidup
harian mereka. Maka mereka berusaha bekerja sama dengan anak panti asuhan
menjahit untuk toko-toko dan keluarga-keluarga, juga pekerjaan tangan, dan
memohon sedekah. Keadaan sulit di atas mengakibatkan para suster hidup miskin
dan sederhana tetapi penuh iman menyerahkan diri ke tangan Allah dan percaya
pada penyelenggaraan Illahi.
Muder Lusia Dierckx sebagai pendiri Kongregasi menghidupi dan
mewujudkan semangat semuanya untuk semua dalam seluruh pelayanannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Melalui cara hidupnya yang memberikan perhatian besar pada pelayanan di
bidang pendidikan/pembinaan kaum muda, memelihara dan merawat orang sakit,
lanjut usia, serta orang lemah dan menderita. Muder Lusia dalam pelayanannya
sungguh mewujudkan kasih, damai, dan kegembiraan bagi sesama. Dia
mengatakan bahwa pelayanan yang dia lakukan adalah bagian dari imannya akan
Kristus. Ini jugalah yang selalu ditekankannya kepada semua saudarinya. Sebagai
pengikut Santo Fransiskus, mereka juga berusaha menghidupi pola hidup Santo
Fransiskus yang hidup dalam ketaatan dalam kemurnian dan tanpa milik. Selain
hal ini, mereka juga berusaha hidup rendah hati, sederhana, dan bersaudara
dengan segenap ciptaan dalam pertobatan terus-menerus (Eddy, 2009: 154).
Dalam seluruh gerak pelayanan, Ibu pendiri sangat memperhatikan dan
memelihara hidup rohani sebagai religius yakni tetap mengutamakan hidup doa
dan menjalin relasi yang intim dengan Tuhan.
“Muder Lusia dalam suratnya mengatakan demikian: ”Tak ada yang mendorong manusia lebih kepada hidup beriman daripada teladan mereka yang menjadi abdi Kristus. Dan juga sebaliknya, tiada sesuatu pun lebih merugikan Kongregasi, menyedihkan Gereja, dan menghina Kristus daripada contoh buruk yang diberikan oleh seorang religius. Arahkanlah hatimu selalu pada panggilanmu, kenangkanlah selalu apa yang sudah kamu janjikan kepada Allah dan atasanmu. Apa yang kita janjikan di dunia tercatat di surga” (Eddy, 2009: 161).
5. Visi dan Misi KSFL
Visi dan Misi dari suatu lembaga sangatlah penting untuk mempermudah
arah dan tujuan yang akan dicapai. Demikian halnya konstitusi KSFL
mengarahkan dengan menegaskan kembali bahwa hidup dan gerak pelayanan
KSFL harus berdasarkan Visi dan Misi gerak awal KSFL. Visi dan Misi gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
awal menjadi ciri khas dan mewarnai seluruh hidup dan gerak pelayanan anggota
KSFL. Adapun Visi dan Misi KSFL dari pendiri dan gerak awal adalah: Siap
sedia mewartakan Kerajaan Allah demi keselamatan manusia; saudara bagi semua
orang yang kita jumpai (Konst KSFL, 1999: xvii).
B. Visi dan Misi KSFL dalam Gerak Pelayanan Rasuli Sekarang
Setiap lembaga tentu saja mempunyai visi dan misi yang mendasari
kegiatan yang hendak dilakukan dan dicapai oleh lembaga tersebut. Visi
merupakan penglihatan ke depan yang memberi arah pada sikap dan tindakan kita
selama ini (Banawiratma, 1990: 58). Visi merupakan keadaan yang belum
tercapai yang menjadi tujuan dan sedang dijalani dengan segala perjuangan dan
pengorbanan. Visi selalu menumbuhkan pengharapan, maka visi bisa menjadi
motivasi dan daya dorong dalam sikap pelayanan. Visi yang jelas mengikatkan
diri kita pada suatu masa depan yang jelas, dan dengan adanya visi yang jelas
semua energi dan sumber daya yang ada diarahkan secara efisien untuk
mencapainya (Anthony Martin, 2006: 95).
1. Visi KSFL dalam Gerak Pelayanan
Dalam setiap gerak pelayanan haruslah mempunyai visi yang jelas. Dengan
adanya visi yang jelas dalam suatu lembaga, maka akan lebih mudah untuk
mewujudkan apa yang menjadi harapan dari suatu lembaga. Sama halnya dengan
Kongregasi KSFL yang mempunyai visi yang jelas. Pendiri kongregasi
menghendaki agar KSFL tetap mengosongkan diri dalam semangat kerendahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hati, kesederhanaan dan persaudaraan untuk mewujudkan Kerajaan Allah (Konst
KSFL, 1999: 5).
Kehadiran para suster KSFL di tengah umat hendaknya berusaha untuk
membawa kabar gembira, saksi setia dan sukacita bagi semua orang. Membawa
kabar gembira dan sukacita bagi semua orang bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan, tetapi penuh dengan pengorbanan dan perjuangan. Pelayanan para
suster KSFL adalah “semuanya untuk semua”. Maksudnya adalah dalam gerak
pelayanan hendaknya memberikan pelayanan dengan semaksimal mungkin bagi
semua orang tanpa terkecuali, secara khusus mereka yang tersingkir, miskin, dan
menderita. Apapun yang dimiliki hendaknya rela memberikan dan
membagikannya demi kepentingan sesama dan keselamatan banyak orang.
Sebagai pengikut Kristus, haruslah belajar dari teladan hidup-Nya rela
memberikan seluruh yang paling berharga dalam hidupnya yakni diri-Nya sendiri
sampai wafat di kayu salib. Pelayanan menuntut pemberian diri yang sepenuhnya,
sehingga banyak orang akan mengalami keselamatan, kegembiraan, dan sukacita.
Hal ini akan terwujud apabila setiap anggota rela dan berani untuk memberikan
diri demi pelayanan dengan mengosongkan dirinya sendiri, yakni mau dan rela
keluar dari dirinya dengan meninggalkan semua keinginan-keinginan maupun
kesenangan pribadi yang dapat menghalangi pelayanan yang akan dilakukannya.
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) terus berusaha menghayati
bahwa gerak pelayanan menjadi ungkapan cinta kepada Kristus melalui kerelaan
dan dengan kerendahan hati untuk melayani semua orang. Kongregasi KSFL
memberi perhatian besar pada karya pelayanan di bidang pendidikan/pembinaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kaum muda, pemeliharaan dan perawatan orang sakit , lanjut usia, serta orang
lemah dan menderita. Demikian juga dengan karya sosial dan pastoral lainnya
sesuai dengan tuntutan zaman tidak luput dari perhatian KSFL. Dalam
pelaksanaan hal ini, pergaulan serta pengabdian kita hendaknya selalu terarah
untuk menciptakan damai dan persatuan di antara manusia dan Kristus (Konst
KSFL, 1999: 7). orang-orang lemah, miskin, dan yang tersingkir. Pelayanan yang
dilakukan harus mampu pada pengenalan dan dapat mengalami kasih dan
Kerajaan Allah dalam hidup mereka setiap harinya. Para suster KSFL harus tetap
juga menghidupi warisan dan teladan hidup Santo Fransiskus Assisi yakni
pelayanan yang didasarkan dengan semangat kerendahan hati. Menurut teladan
Santo Fransiskus Assisi kita mengerjakan Tugas dengan rendah hati dalam
semangat doa dan bakti. Kita setia kepada panggilan hidup kita sebagai pelayan
(Konst KSFL, 1999: 92). Maka dengan demikian semakin jelas bahwa Visi KSFL
adalah demi keselamatan manusia melalui pelayanan kasih dengan pengosongan
diri, persaudaraan, dan kesederhanaan.
2. Misi KSFL dalam Gerak Pelayanan
Setiap lembaga juga haruslah mempunyai misi yang jelas seperti halnya
dengan visi. Karena untuk mewujudkan dan mencapai visi tersebut maka misi
sangat dibutuhkan. Adapun misi KSFL adalah menjadi saudara bagi semua orang
yang kita jumpai (Konst KSFL, 1999: xvii). Kalimat ini mau menegaskan bahwa
untuk mencapai Visi KSFL yakni untuk mewartakan Kerajaan Allah demi
keselamatan manusia, tidak terlepas dari Misi yakni supaya menyadari kehadiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
KSFL itu menjadi saudara bagi semua yang dijumpai tanpa terkecuali. Menjadi
saudara bagi semua orang, berarti haruslah menyadari bahwa kehadiran setiap
para suster dalam gerak pelayanan menjadi sumber kegembiraan bagi semua
orang.
Pengutusan para suster KSFL dalam setiap karya hendaknya menjadi
saudara bagi semua orang, secara khusus bagi mereka yang tersingkir, miskin dan
menderita. Setiap suster haruslah berusaha dalam setiap karya pelayanan untuk
hidup sederhana baik dalam perkataan dan perbuatan, sehingga menjadi saudara
bagi semua orang, mau memperbaharui diri, dan rendah hati dalam segala hal.
Hidup sederhana dan rendah hati akan mengundang dan menjadikan orang
semangat, mengalami kegembiraan, bersukacita dalam hidup ini. Dengan kata lain
para suster KSFL dalam gerak pelayanan haruslah berusaha untuk menghayati dan
menghidupi semangat pendiri Kongregasi yakni:
“Menghayati dan mewujudkan dalam hidupnya cara dan gaya hidup Kristus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, merendahkan diriNya dan yang taat sampai mati di kayu salib (Filipi 2: 6-8). Suster Lusia Dierckx menghayati semangat pertobatan dan mewujudkan karya pelayanan kepada setiap orang yang membutuhkan tanpa pandang bulu. Kepercayaannya kepada Allah tak tergoyahkan. Hal ini membawa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan doa yang khusuk dan yang dalam, dalam pelayanan” (Konst KSFL, 1999: 4). Hal utama yang diperlukan dalam setiap gerak pelayanan bukanlah
melakukan hal-hal besar maupun luar biasa. Dalam gerak pelayanan kita
diharapkan untuk memulainya dari hal-hal kecil seperti: memelihara damai dalam
hati, menyapa, memperhatikan, mengerti, melayani dengan tulus dan dengan
sepenuh hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Setiap Suster hendaknya berusaha memelihara damai dalam hati demi cinta kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Sebab dengan damai itu kita memupuk di dalam diri kita kelembutan hati yang mampu menyembuhkan yang terluka, menyatukan yang remuk, memanggil yang tersesat (Konst KSFL, 1999: 91).
3. Fokus KSFL dalam Gerak Pelayanan
Visi dan Misi KSFL adalah “siap sedia mewartakan Kerajaan Allah demi
keselamatan manusia, dan saudara bagi semua orang yang kita jumpai” (Konst
KSFL. 1999: xvii). Dari kalimat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
menjadi visi dan misi dasar KSFL adalah Kerajaan Allah dan persaudaraan yang
universal.
Tujuan utama dalam pewartaan adalah mencari Kerajaan Allah dan
kebenaran-Nya dan dengan setia mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus (AD
Ordo Ketiga Regular, Psl 8 art 25). Cita-cita ini mendorong dan meneguhkan
bahwa seorang religius haruslah berusaha untuk saling melayani dan saling
mentaati dengan sukarela. Cita-cita ini akan membawa fokus hidup yakni untuk
saling mencintai dan melayani dan akan semakin menumbuhkan pelayanan yang
berjiwa. Adanya saling melayani dengan cinta kasih dan saling mentaati dengan
sukarela maka dalam pewartaan dan tugas pelayanan, serta semangat doa akan
semakin terwujud dan juga semakin menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini.
C. Karya-Karya KSFL
Kaum religius yang hadir di berbagai daerah, diantaranya adalah KSFL
hadir dan dipanggil untuk mengembangkan karya perutusan Yesus Kristus yakni
pelayanan yang diwarnai oleh pengorbanan dan cinta kasih untuk mewujudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Kerajaan Allah. Allah Bapa memanggil dan mengutus KSFL, sebagaimana
diungkapkan oleh (Konst KSFL, 1999: xvii) untuk mewartakan Kerajaan Allah di
dunia ini dengan mewartakan karya keselamatan bagi semua orang. Dengan
demikian KSFL harus menyadari dirinya sebagai utusan Allah. Menyadari diri
sebagai utusan Allah berarti tetap berusaha untuk menjalin relasi yang akrab
dengan Allah yang mengutus. Adanya komunikasi utusan dengan Allah yang
mengutus akan semakin menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini, melalui karya-
karya pelayanan yang dilakukan.
Sebagai utusan sangat diharapkan untuk tetap bersatu dengan yang
mengutus. Panggilan para murid di dalam Injil digambarkan sebagai panggilan
mengikuti Yesus dalam perjalanan. Menjadi murid Yesus berarti mengikuti jalan
Yesus menuju Allah dan melihat semua yang dilakukan Yesus serta berada
bersama dengan Yesus. Dalam Gereja awal, para rasul mengerti dan menangkap
bahwa jalan Yesus menuju kepada Allah adalah jalan hamba yang menderita,
jalan kerendahan hati, jalan kemiskinan, dan jalan ketaatan sampai wafat di kayu
salib (Darminta, 2001: 11).
Kalimat ini menegaskan kembali bahwa sejak Gereja perdana, para rasul
sudah tahu apa yang menjadi kesulitan dan tantangan sebagai pengikut Yesus.
Maka dengan demikian para religius dipanggil dan diutus oleh Allah untuk
mengembangkan dan memperkokoh Gereja-Nya di dunia ini haruslah belajar dari
seluruh hidup Yesus dalam menjalankan perutusan itu. Jika para murid tetap
berada dan tetap setia mengikuti jalan hidup Yesus, maka penderitaan apapun
akan dapat diatasi dan dilalui dengan bijaksana bahkan menjadi anugerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tersendiri untuk mendewasakan iman di dalam Yesus. Hidup dan tinggal bersama
dengan Yesus akan memampukan kita untuk memaknai setiap peristiwa hidup
harian, apapun bentuknya. Adapun karya-karya yang dikelola oleh para suster
KSFL adalah sebagai berikut:
1. Karya Pendidikan
a. Visi KSFL dalam Karya Pendidikan
“Allah adalah pelaku utama dalam proses pendidikan dan pembentukan manusia sebagaimana dikatakan: “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mzm 127:1). Tuhan mendidik manusia melalui orang-orang yang Dia pilih” (Diktat Darminta, 2006: 24). KSFL hadir untuk menanggapi kebutuhan zaman dan berkarya sesuai
dengan kebutuhan Gereja dan masyarakat. Dalam karya pelayanan, KSFL
berusaha untuk hadir dengan berbagai bentuk karya pelayanan yang sesuai dengan
spiritualitas (Konst KSFL, 1999: 66), menunjukkan jenis-jenis karya pelayanan
KSFL, di dalam menjawab kebutuhan Gereja dan dunia. Kongregasi KSFL hadir
dan berkarya dalam bidang pendidikan. Semua orang pasti sangat membutuhkan
pendidikan, hanya saja banyak masyarakat tidak dapat menjalaninya dengan baik
karena situasi ekonomi dan banyak faktor lainnya. KSFL hadir untuk melayani
mereka yang lemah, menderita, dan tersingkir. KSFL juga hadir untuk
mengembangkan karya pendidikan, namun secara khusus karya pendidikan yang
sangat diutamakan adalah pendidikan luar biasa. Pendidikan Luar biasa atau anak-
anak cacat mental yang disebut dengan anak yang berkebutuhan khusus. Pada
umumnya kehadiran anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak jarang mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perlakuan yang semakin menambah kesedihan hati mereka dan khususnya pihak
keluarga. Kehadiran mereka sering ditertawakan, ditolak, dan disingkirkan. Maka
KSFL berusaha untuk menyapa, memperhatikan, mencintai dan merangkul
mereka dengan membekali mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing
(Statuta KSFL, 1999: 66).
Visi pendidikan KSFL adalah anak-anak terutama yang berkebutuhan
khusus (SLB-c) atau yang disebut sebagai kaum lemah akan dapat merasakan
kegembiraan dan merasa bahwa mereka sungguh diterima dalam perjalanan hidup
mereka. Dengan demikian akan semakin banyak juga orang yang mengalami dan
merasakan kebaikan dan cinta Tuhan dalam hidup ini. Maka setiap suster
diharapkan tetap berusaha untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin
dengan pengosongan diri demi pelayanan dan untuk keselamatan semua orang
(Kharisma KSFL, 1999: vii).
b. Misi KSFL dalam Karya Pendidikan
Karya pendidikan yang dikelola oleh para suster KSFL adalah sebagai
berikut: Pendidikan Taman Kanak-kanak sampai pada tingkat Sekolah Menengah
Atas. KSFL juga sangat memberi perhatian dalam pendidikan bagi anak-anak
yang berkebutuhan khusus (SLB-c) (Statuta KSFL, 1999: 66). Pada umumnya
orang-orang berkebutuhan khusus mengalami penolakan dan dengan sendirinya
tersingkir di tengah-tengah masyarakat bahkan di dalam keluarga sekalipun. Para
suster KSFL berusaha untuk menyapa dan memberi perhatian kepada mereka
melalui pendidikan dan membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yang sesuai dengan kemampuan mereka. Pendidikan yang dikelola oleh KSFL
semakin berkembang, maka gedung untuk TK dan SMP akan dibangun lagi di
Bekasi (Hasil Kapitel Pilihan tahun 2006).
Pelayanan dalam karya pendidikan ini, setiap para suster hendaknya
menyadari kehadirannya sebagai saudara dan sahabat bagi ana-anak didik.
Kehadiran setiap para suster hendaknya menjadi saudara dan menjadikan banyak
orang sebagai saudara. Dengan demikian anak-anak akan lebih mudah untuk
merasa dekat dengan para suster yang mendidik mereka. Maka dalam kegiatan
proses belajar-mengajar situasinya akan sungguh menyenangkan dan
menggembirakan. Bukan lagi sebagai guru, melainkan sebagai teman dan saudara
yang peduli, perhatian, dan mencintai. Karya pendidikan yang dikelola oleh
Kongregasi KSFL, sangat diharapkan agar para suster selalu berusaha untuk
mengarahkan dan mendampingi orang-orang muda agar semakin menghayati
hidupnya dan juga semakin mengembangkan hidupnya bagi sesama. Dengan
adanya ajakan untuk arahan dan pendampingan orang-orang muda, maka akan
terbentuklah manusia yang seimbang dan cerdas. Dengan demikian kehadiran
para suster KSFL akan semakin nyata untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Misi para suster KSFL dalam karya pendidikan, setiap suster berusaha untuk
menghadirkan iman Kristiani bagi anak-anak didik. Kehadiran para suster KSFL
bukanlah semata-mata sebagai tenaga pendidik, tetapi lebih pada usaha untuk
memperdalam iman akan Kristus. Sehingga anak-anak didik akan lebih mudah
untuk mengatasi masalah dan juga persoalan hidup yang akan mereka hadapi
nantinya. Kehadiran para suster dalam karya pendidikan hendaknya semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mematangkan dan mendewasakan pribadi anak-anak didik dalam ilmu
pengetahuan dan penghayatan hidup. Sehingga dengan kematangan dan
kedewasaan pribadi anak didik dalam pengetahuan dan penghayatan hidup akan
menghadirkan langit baru dan dunia baru (Konst KSFL, 1999: 81).
c. Fokus KSFL dalam Karya Pendidikan
Kehadiran para suster KSFL melalui karya pendidikan berusaha untuk
memperkenalkan dan membina iman Kristiani bagi anak didik. Maka untuk
mewujudkan hal ini, para suster hendaknya hadir sebagai saudara dan menjadikan
anak didik sebagai saudara. Menjadi saudara bagi anak didik bukanlah muncul
sekejap mata, maka persaudaraan hendaklah dibangun dari dalam diri dan di
dalam komunitas bersama dengan para suster. Persaudaraan yang sudah dibangun
dan dihidupi akan terwujud juga dalam karya pelayanan. Dalam karya pendidikan,
tenaga pendidik bukan hanya sekedar untuk membagikan pengetahuan, namun
haruslah juga memperhatikan dan memperdalam pengetahuan iman dan agama.
Dengan adanya pendalaman akan iman maka akan semakin mematangkan dan
mendewasakan diri akan penghayatan hidup harian. Kongregasi KSFL hadir dan
melayani mereka yang sungguh membutuhkan, orang-orang sederhana yang
berada di daerah terpencil dan demi perkembangan Gereja dan masyarakat
(Statuta KSFL, 1999: 66).
Dalam karya pendidikan setiap anggota KSFL, mengabdikan dirinya untuk
melayani, dan membawa kabar gembira melalui kehadiran mereka di sekolah.
Kehadiran para suster KSFL dalam karya pendidikan bukan semata-mata agar
anak-anak menjadi pintar, tetapi lebih mengutamakan kualitas hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kualitas hidup yang dimaksud adalah lebih pada perkembangan, kematangan dan
kedewasaan pribadi untuk menjalani hidup ini yang penuh dengan tantangan dan
tawaran yang kurang membangun masa depan.
Kongregasi KSFL sungguh memperhatikan mereka yang sungguh miskin,
lemah dan juga mereka yang tidak sanggup dalam biaya pendidikan. Dalam gerak
pelayanan para suster KSFL dalam pendidikan, maka ditegaskan kembali bahwa
fokus KSFL adalah mengedepankan kesaksian hidup. Kesaksian hidup para suster
KSFL adalah tetap berusaha menjadi saudara bagi semua orang terutama bagi
orang-orang miskin, tersingkir, sederhana, dan menderita. Dengan mengikuti
panggilan kefransiskanan, KSFL memberikan kesaksian nyata tentang Kristus
yang hadir sekarang dan abadi; mengikuti Kristus yang miskin, hina dina, dan taat
pada kehendak Bapa. (Konst KSFL, 1999: 9). Dalam gerak pelayanan ini juga
para suster sangat diharapkan untuk rendah hati, berkorban demi orang lain.
Kesaksian hidup ini akan semakin mengedepankan kesaksian hidup injili sebagai
kekuatan untuk menjalankan misi. Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi,
maka hendaklah teladan hidupnya tetap dipelihara, dihidupi, dan diwujudnyatakan
dalam gerak pelayanan. Pengabdian diri yang sepenuhnya dalam gerak pelayanan
dan juga dengan pengosongkan diri akan mampu menyembuhkan yang terluka,
menyatukan yang remuk, dan memanggil yang tersesat. (Konst KSFL, 1999: 91).
Dari tahun ke tahun karya pendidikan yang dikelola oleh para suster KSFL
cukup berkembang, karena para suster berusaha utuk melayani anak-anak dengan
sebaik mungkin. Para suster sungguh menyapa mereka sebagai saudara dan
memberi perhatian kepada mereka. Jumlah anak didik juga yang berminat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
didik di Yayasan St. Lusia bertambah. Maka pada thn ajaran 2006/2007
dibangunlah gedung untuk TK di Lintongnihuta, penambahan bangunan di
Bekasi. untuk SD 3 lokal dan untuk SMP 6 lokal. Membangun gedung baru untuk
SMP dan SMA di Sei Rotan Medan (Hasil keputusan Kapitel Kerja 2006).
Membuka karya baru TK, SD di Sei Rotan Medan ( Kapitel Kerja 29-30 Januari
2005).
2. Karya Sosial
a. Visi KSFL dalam Karya Sosial
Karya sosial yang dikelola oleh para suster KSFL adalah di bidang
kesehatan, dan pelayanan kepada orang-orang miskin lainnya. Pertama-tama yang
harus diperhatikan dalam karya pelayanan sosial ini adalah haruslah menghidupi
semangat Santo Fransiskus yakni menjadi saudara bagi semua orang (Konst
KSFL, 1999: xvii). Untuk mewujudkan karya pelayanan ini, maka pertama-tama
haruslah menyadari bahwa kehadiran para suster di tengah-tengah umat adalah
menjadi saudara dan untuk membawa kabar gembira, suka cita, dan damai.
Visi Kongregasi KSFL hadir untuk menyapa, memperhatikan, dan menjadi
saudara bagi orang-orang yang sakit dan menyapa mereka sebagai saudara melalui
pelayanan dalam karya sosial di bidang kesehatan. Kongregasi KSFL hadir untuk
membaktikan seluruh hidup untuk pewartaan Kerajaan Allah dengan perkataan
dan perbuatan. (Konst KSFL, 1999: 90). Berhadapan dengan masalah-masalah
sosial yang ada, maka para suster KSFL sangat memperhatikan keselamatan dan
kebahagiaan mereka yang dilayani dan hal itu jugalah yang menggerakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pelayanan para suster KSFL. Gerak pelayanan KSFL harus tetap setia pada cita-
cita awal berdirinya kongregasi yakni untuk mewartakan kerajaan Allah demi
keselamatan orang lain, terutama mereka yang miskin, tersingkir, dan menderita.
Kongregasi KSFL juga mengembangkan karyanya dalam pelayanan orang-orang
sakit yang tidak ada biaya untuk datang ke poliklinik karena terlalu jauh. Maka
pada hari pekan saatnya orang berbelanja ke Pasar tradisional, para suster KSFL
hadir untuk melayani mereka (Hasil Kapitel Pilihan tanggal 29-30 Januari 2005).
Mewartakan kerajaan Allah, berarti hadir sebagai saudara dan melayani
mereka dengan semaksimal mungkin yakni dengan pengorbanan dan juga dengan
kerendahan hati. Dengan demikian mereka akan merasa tersapa, tersembuhkan,
dan mengalami kasih dan keselamatan dari Tuhan sendiri melalui kehadiran dan
pelayanan para suster.
b. Misi KSFL dalam Karya Sosial
Karya sosial para suster KSFL adalah pelayanan terhadap orang-orang sakit,
tersingkir, kaum lemah, dan miskin. Kehadiran para suster KSFL hendaknya
menjadi saudara bagi semua orang dan menyapa mereka sebagai saudara secara
khusus bagi orang-orang sakit, miskin, dan menderita.
Setiap suster hendaknya memelihara damai dalam hati, dan akan memupuk kelembutan hati. Kelembutan hati mampu menyembuhkan yang terluka, menyatukan yang remuk, dan memanggil orang-orang tersesat. (Konst KSFL, 1999: 91). Orang yang menderita sakit akan merasakan dan memperoleh kesembuhan
bukan semata-mata karena obat, tetapi terlebih karena mendapatkan perhatian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
sapaan dan cinta serta pelayanan yang tulus. Pelayanan yang tulus berarti:
menyambut dan menyapa mereka dengan ramah, mendahulukan pelayanan tanpa
memikirkan biaya, dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka dengan sepenuh
hati. Misi Kongregasi KSFL ialah orang-orang miskin, lemah, dan tersingkir yang
sangat membutuhkan uluran tangan untuk didampingi dan dirangkul. Dengan
demikian mereka akan bergembira dan bersukacita karena martabat mereka sangat
dihargai dan pribadi mereka sangat diakui, diterima, dan dicintai apa adanya.
c. Fokus KSFL dalam Karya Sosial
Kehadiran para suster KSFL untuk karya pelayanan tidak terlepas dari
semangat pendiri Kongregasi yang menghendaki agar mengosonkan diri dalam
semangat kerendahan hati, kesederhanaan dan persaudaraan. Dengan semangat ini
kita mewujudkan kerajaan Allah melalui pelayanan kasih kepada semua orang,
seturut teladan Tuhan kita Yesus Kristus dalam semangat Bapa kita St. Fransiskus
dan Sr. Lusia Dierckx. (Konst KSFL, 1999: 5). Maka yang menjadi fokus
pelayanan KSFL juga adalah mereka yang miskin, sederhana, lemah,
terpinggirkan dan mereka yang kurang diperhatikan. Para suster KSFL berusaha
untuk menyapa, memperhatikan dan mencintai mereka dalam karya pelayanan
sosial. Kehadiran para suster hendaklah menjadi saudara dan menyapa mereka
sebagai saudara, sebagaimana teladan hidup Santo Fransiskus Assisi yang telah
diwariskannya kepada para pengikutnya.
Kongregasi KSFL juga akhir-akhir ini sangat prihatin dengan nasib anak-
anak yang putus sekolah Maka dibukalah karya pelayanan untuk mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
putus sekolah (Hasil keputusan Kapitel Pilihan KSFL tanggal 14-16 Mei 2003).
Anak-anak yang putus sekolah ini sangatlah membutuhkan perhatian dan cinta
dari mereka yang tergerak hatinya akan keprihatinan mereka. Dengan demikian
mereka sedikit demi sedikit dapat menikmati kegembiraan dalam menjalani hidup
ini. Kongregasi juga merencanakan untuk menangani wanita-wanita hamil di luar
nikah (Hasil Kapitel Pilihan 4 Mei 2007). Mereka ini juga sangat perlu
diperhatikan, jangan sampai mereka menyelesaikan dan mengakhiri masalah
hidupnya dengan melakukan bunuh diri ataupun melakukan aborsi.
Fokus para suster KSFL dalam karya sosial ini adalah untuk
memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan hidup banyak orang terutama
mereka yang sungguh-sungguh miskin, lemah, dan tersingkir. Para suster
hendaknya menyadari kehadirannya sebagai saudara dan menjadikan mereka yang
dilayani sebagai saudara. Menjadi saudara berarti rela dan mau memberikan diri
demi pelayanan dan kepentingan mereka yang dilayani.
Apakah kita benar ingin menemukan apa yang tengah dikehendaki Tuhan dari kita dalam diri orang-orang yang paling kecil? Orang miskin dan papa yang selalu cemas, bingung, kecewa, tanpa kepastian? Apakah kita terbuka untuk mendengarkan ajakan-Nya dan kehadiran-Nya dalam diri orang-orang kecil? Apakah kita bersedia mendoakan mereka dengan tulus, jujur dan penuh keprihatinan? Apakah kita siap untuk berkorban diri untuk mereka dalam ketaatan, mengingat, bahwa Kristus menjelma juga dalam diri orang-orang kecil? (Ridick, 1987: 223).
3. Karya Pastoral
a. Visi KSFL dalam Karya Pastoral
Perutusan KSFL dalam karya pelayanan, berusaha untuk memperhatikan
perkembangan iman masyarakat. Karya kerasulan di tengah-tengah umat, sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diharapkan untuk mengembangkan dan menghidupkan iman umat. Maka Visi
para suster KSFL adalah berupaya memperhatikan perkembangan iman bagi
semua orang yang ada di Keuskupan di mana Kongregasi berada dengan
membantu karya-karya kerasulan yang ada di Paroki (Statuta KSFL, 1999: 66c).
Para suster KSFL berusaha untuk melayani umat dengan sepenuh hati,
mendengarkan keluhan-keluhan mereka dengan demikian umat dapat merasakan
kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Di Keuskupan Agung Merauke juga,
KSFL diminta untuk membuka karya kerasulan. Dan sudah dimulai pada bulan
Juli 2005 (Hasil Kapitel Pilihan tanggal 29-30 Januari 2005). Untuk mendukung
karya pastoral, maka kongregasi KSFL mengontrak rumah di Tambun-Bekasi
(Hasil Kapitel Pilihan tanggal 4 Mei 2007). Mewartakan Kerajaan Allah melalui
kehadiran di tengah umat, menjadi saudara, dan menyapa umat sebagai saudara.
b. Misi KSFL dalam Karya Pastoral
Dalam karya pastoral, tenaga-tenaga yang ahli di bidangnya sangatlah
diharapkan. Karya pelayanan pastoral yang dilakukan, hendaknya mengerti dan
mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan hidup mereka demi
perkembangan imannya akan Yesus Kristus. Misi Kongregasi KSFL dalam karya
pastoral adalah Kongregasi bekerja sama dengan pastor paroki untuk
memperkembangkan gereja setempat (Statuta KSFL, 1999: 69d). Pelayanan yang
akan diwujudnyatakan hendaknya selalu bekerja sama dengan pastor paroki dalam
karya pastoral seperti: perayaan ekaristi, pembinaan iman, sakramen-sakramen
dan apa saja yang sungguh dibutuhkan demi perkembangan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pelayanan yang dilakukan oleh para suster KSFL adalah pelayanan kepada Tuhan
sendiri melalui Gereja-Nya dan sesama yang dapat diwujudnyatakan dalam sikap
dan tindakan yang nyata setiap hari.
“Hendaklah para saudara tetap ingat bahwa kita sebagai seorang Fransiskan pengikut Yesus Kristus yang mengosongkan dan menghampakan diri, tidak gila hormat dan mencari kekuasaan, melainkan tetap terarah kepada pengabdian dan kesejahteraan semua orang. Kita semua jangan menganggap jabatan sebagai milik yang harus dipertahankan, tugas dan jabatan hendaknya kita rela melepaskannya pada waktu yang ditetapkan, karena kita adalah kaum peziarah yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Kita mencari kota yang akan datang” ( Konst KSFL, 1999: 89).
c. Fokus KSFL dalam Karya Pastoral
Karya pastoral yang dikelola oleh para suster KSFL, kebanyakan berada di
daerah-daerah terpencil yang kurang terjangkau oleh Paroki-Paroki dan tenaga
katekis lainnya, dimana para suster KSFL berkarya. Kongregasi KSFL hadir dan
menanggapi kebutuhan umat sehingga pelayanan mereka sungguh-sungguh dapat
menjawab kebutuhan dan keprihatinan umat.
Kehadiran para suster KSFL di tengah umat hendaknya terwujud dengan
sikap dan perbuatan yakni menjadi saudara dan menyapa umat sebagai saudara.
Dengan demikian kehadiran mereka akan diterima dan sungguh dirindukan oleh
umat. Maka fokus pelayanan KSFL adalah berusaha untuk menghadirkan Kristus
di tengah-tengah dunia dengan meneguhkan iman mereka agar setiap orang dapat
merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Dengan demikian iman mereka akan
semakin hidup, tumbuh, berkembang, dan terpelihara. Pada dasarnya Kongregasi
KSFL sungguh melihat karya pelayanan apa yang sungguh dibutuhkan demi
perkembangan Gereja dan masyarakat serta terbuka menerimanya sejauh tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
bertentangan dengan spiritualitas dan kharisma Kongregasi (Konst KSFL, 1999:
66)
D. Pergulatan Yang Diisyaratkan dalam Konstitusi
Konstitusi KSFL, 1999 psl.6 mengatakan sebagai berikut: “Roh Tuhan ada
padaku. Oleh sebab Ia mengurapi aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin dan Ia telah mengutus Aku” (Luk. 4:18). Kalimat ini
mengajak kembali anggota KSFL untuk menyadari sepenuhnya tugas perutusan
yang dipercayakan Tuhan sendiri yakni dengan menyampaikan dan membawa
kabar baik dan kabar gembira kepada orang-orang miskin dan sederhana melalui
karya pelayanan setiap hari.
1. Pergulatan Nilai
Kehadiran Kongregasi KSFL dalam karya pelayanan adalah untuk
mewujudkan dan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti: kedamaian,
cintakasih, kegembiraan, sukacita, pengampunan, kerendahan hati, dan
sebagainya. Maka setiap anggota KSFL hendakya membaktikan seluruh hidupnya
untuk pewartaan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan demi
pelimpahan rahmat (Konst KSFL, 1999: 90). Kalimat ini mengajak setiap anggota
KSFL untuk mewujudkan semangat injili yakni dengan menjadi pelayan bagi
semua orang dan menjadi pembawa damai, serta menjadi saudara bagi semua
orang, khususnya bagi orang-orang miskin, sederhana dan tersingkir. Melayani
mereka yang lapar dan haus, menyapa mereka yang sakit, dan menghargai mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
yang martabatnya tidak dihargai (Mat 25:35-36). Seperti teladan Yesus yang hadir
ke dunia ini bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani semua orang. (Mat
20:28). (Konst KSFL, 1999: 93) berbicara: Setiap suster dalam pergaulan dalam
tugas setiap hari senantiasa berusaha kerja sama, menghormati orang lain
khususnya teman sekerja dan jangan ingin berada di atas orang lain. Kalimat ini
mau menegaskan bahwa dalam setiap karya pelayanan, hendaklah setiap orang
menghidupi kerendahan hati, dan tetap menghargai serta mencintai rekan kerja
dan tetap mengusahakan kerjasama yang baik, karena kehadiran para suster KSFL
adalah menjadi saudara bagi semua orang. Untuk tercapainya visi dan misi maka
para suster KSFL haruslah berusaha untuk menghidupi nilai-nilai dalam
Konstitusi yang sudah disebutkan di atas. Dalam pergulatan nilai ini juga, para
suster KSFL hendaknya tetap setia pada fokus yang akan dicapai yakni menjadi
saudara bagi semua orang tanpa terkecuali. Setiap orang juga sangat perlu
menyadari bahwa pelayanan yang dilakukan hanyalah untuk Tuhan sendiri
melalui orang-orang yang dilayani.
Nilai-nilai religius hendaknya diperjuangkan dan tetap dihidupi oleh setiap
anggota religius. Menghayati nilai-nilai religius, seperti halnya: hadir untuk
melayani bukan untuk dilayani, melayani dengan rendah hati, bersabar dengan
semua orang, mau dan rela berkorban. Selain hal ini ada juga keutamaan-
keutamaan yang sangat mendukung nilai-nilai religius ini dan sangat perlu untuk
dihayati oleh para religius seperti: penyangkalan diri, kesahajaan hidup, tanggung
jawab, kesetiaan, sikap lepas bebas, dan kemiskinan (Ridick, 1987: 124). Nilai
persaudaraan yang dihidupi dan dihayati hendaknya juga diwujudkan dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pelayanan kepada semua orang. Nilai persaudaraan yang dihayati akan dengan
sendirinya terpancar juga kepada siapa saja yang dijumpai dan juga hendaknya
berusaha untuk membagikannya dengan mereka yang kita jumpai dalam karya
pelayanan. Dengan demikian akan semakin nyatalah bahwa kehadiran para suster
KSFL adalah menjadi saudara bagi siapa saja yang dijumpai.
2. Pergulatan Cara Kerja
Cara kerja yang sangat diharapkan adalah sebagaimana teladan Santo
Fransiskus Assisi, yakni dengan mengerjakan tugas dengan rendah hati dalam
semangat doa dan bakti (Konst KSFL, 1999: 92). Dalam karya pelayanan
semangat doa dan rendah hati sangat penting, sehingga kita sendiri dan orang
yang kita layani dapat merasakan kegembiraan dan bahkan dapat merasakan dan
mengalami kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Hanya saja pada zaman sekarang
ini, kaum religius kurang menghidupi doa dalam karya pelayanan. Mereka terlalu
mengutamakan karya-karya dalam menjalankan perutusan. Pada hal kita sebagai
murid Kristus haruslah meneladan hidup-Nya yang selalu menjalin relasi dengan
Bapa-Nya yang mengutus. Seluruh hidup Yesus ditentukan kesatuan-Nya dengan
Allah. Doa merupakan penghayatan kesatuan sempurna dengan Bapa (Iman
Katolik, 200-201). Komunikasi inilah yang menjadi kekuatan yang menjadikan
Yesus tegar hingga setia pada misi kehadiran-Nya di dunia. Yesus tetap tegar dan
tidak putus asa meskipun manusia menghianati-Nya dan Yesus tidak menyesal
kepada Bapa-Nya yang mengutus Dia ke dunia ini. Yesus tidak mempersalahkan
Bapa-Nya meskipun Dia mengalami ketidakadilan, dan tidak menolak kenyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
meskipun Yesus harus membayar kesetiaan itu dengan nyawa-Nya sendiri. Hal ini
dilakukan oleh Yesus karena Yesus sangat mencintai Bapa-Nya dan Bapa juga
sangat mencintai Yesus dalam segala hal.
KSFL juga sebagai orang yang terpanggil, haruslah belajar dari Yesus
sebagai utusan Bapa. Sebagai pengikut-Nya, maka cara kerja para suster KSFL
haruslah mewujudkan cara kerja Yesus sendiri. Yesus yang selalu setia dan selalu
mendahulukan serta mencari kehendak Bapa-Nya. Para suster KSFL juga
hendaknya demikian dan rela berkorban demi keselamatan dan kebahagiaan
sesama. Kehadiran KSFL sebagai utusan yang menjalankan tugas perutusan,
hendaknya selalu tersambung dengan Bapa yang mengutus dan selalu menjalin
komunikasi dengan-Nya. Oleh sebab itu kita harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemunya dan selalu menyerahkan segalanya kepada Tuhan (Konst KSFL,
1999: 59). Dengan adanya komunikasi dengan Bapa yang mengutus, KSFL dalam
karya pelayanan dengan sendirinya akan menghadirkan Kerajaan Allah. Banyak
orang akan mengalami sukacita, kedamaian, penghiburan, dan juga kesembuhan.
Setiap suster KSFL hendaknya menyadari dirinya sebagai seorang religius.
Dengan adanya kesadaran ini, maka akan berusaha untuk menyeimbangkan dan
mengutamakan hidup doa daripada karya. Seorang religius bukanlah hanya
sebagai pekerja, tetapi juga lebih lagi sebagai pendoa. Seperti halnya teladan
Yesus dalam karya-Nya selalu menjalin relasi dengan Bapa-Nya. Yesus
mendasari pewartaan-Nya dengan doa, artinya dengan mempererat relasi-Nya
dengan Bapa dan berserah hanya kepada-Nya (Andreas, 2010: 94). Kita tetap
setia kepada panggilan kita sebagai pelayan. Bekerja adalah suatu anugerah tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kita yakin bahwa hidup lebih daripada kerja. Pelayanan kita hendaknya diwarnai
semangat kesederhanaan dan kesahajaan (Konst KSFL, 1999: 92). Kalimat ini
mau menegaskan bahwa bekerja itu adalah sungguh anugerah Tuhan, maka
hendaknya pertama-tama mensyukurinya kepada Sang pemberi dengan menjalin
relasi dengan-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Menjalin relasi yang terus-
menerus dengan Tuhan sendiri akan mewarnai pelayanan kita dengan
kesederhanaan dan kesahajaan.
Hendaknya masing-masing suster tetap ingat bahwa hanya satu hal yang harus selalu menjiwai seluruh karya yakni semangat pengabdian. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas pelayanan, masing-masing suster hendaknya:
Bertindak atas nama persaudaraan kita serta besikap sebagai saudara bagi semua orang.
Saling membantu, menyemangati, dan mendukung setiap suster. Dalam karya pastoral mengusahakan kerja sama dengan para pelayan
pastoral Gereja setempat. Menjalin kerja sama dengan keluarga-keluarga Fransiskan lainnya
(Konst KSFL, 1999: 69).
3. Menuju ke Perwujudan Pelayanan Secara Baru
Pelayanan untuk Tuhan dalam hal ini adalah pelayanan yang murah hati
yakni pelayanan yang penuh dengan pengabdian (Martasudjita, 2003: 52).
Pengabdian yang dimaksud disini adalah pelayanan yang tulus, tanpa pamrih,
rendah hati, dan tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Pelayanan yang tulus
dan tanpa pamrih berarti sungguh-sungguh memberikan diri untuk Tuhan melalui
kehadiran dan pelayanan kepada sesama. Semua pelayanan di setiap karya yang
dikelola oleh anggota KSFL adalah merupakan pengabdian dan pemberian diri
kepada Tuhan melalui pelayanan kepada Gereja dan juga sesama. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
demikian setiap anggota KSFL haruslah menyadari bahwa pelayanan yang
dilakukan adalah sebagai pengabdian yang tulus dan dengan semangat kerendahan
hati.
Dalam melaksanakan karya pelayanan, setiap anggota KSFL hendaknya
berusaha untuk menghidupi kharisma kongregasi yakni pengosongan diri yang
sedalam-dalamnya, seperti Yesus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa
seorang hamba sampai wafat di salib (Konst KSFL, 1999: vii). Pelayanan yang
dilakukan oleh KSFL adalah pelayanan kepada Tuhan sendiri yang dapat
diwujudnyatakan dalam sikap dan tindakan setiap hari. Pelayanan bukanlah
kekuasaan, melainkan untuk mengembangkan orang lain. Konst KSFL, 1999: 89,
menegaskan bahwa:
Hendaklah para saudara tetap ingat bahwa kita sebagai seorang Fransiskan pengikut Yesus Kristus yang mengosongkan dan menghampakan diri, tidak gila hormat dan mencari kekuasaan, melainkan tetap terarah kepada pengabdian dan kesejahteraan semua orang. Kita semua jangan menganggap jabatan sebagai milik yang harus dipertahankan, tugas dan jabatan hendaknya kita rela melepaskannya pada waktu yang ditetapkan, karena kita adalah kaum peziarah yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Kita mencari kota yang akan datang. Kerendahan hati adalah hal yang paling utama untuk melakukan setiap
perbuatan secara khusus dalam menjalankan tugas perutusan. Artikel di atas
memiliki arti yang sangat dalam, yakni pengosongan diri sebagai anggota KSFL
haruslah siap sedia dan dengan rendah hati untuk menerima karya perutusan
apapun dan kemanapun akan diutus. Dengan cara demikian tugas pelayanan akan
semakin dihayati sebagai pengabdian yang tulus kepada Tuhan. Melepaskan
segala keinginan dan kehendak yang menghalangi karya perutusan akan semakin
meneguhkan dan menyempurnakan pelayanan kepada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Santo Fransiskus Assisi, mengajak para saudaranya untuk menyampaikan
salam ini kepada semua orang yang mereka jumpai, “semoga Tuhan memberimu
damai” (Syukur, 2006: 120). Anggota KSFL sebagai pengikut Santo Fransiskus
Assisi, diharapkan untuk memelihara dan membagikan damai kepada semua
orang yang mereka jumpai dan mereka layani. Tuhan telah memberi damai
kepada mereka sebelum memulai karya pelayanan. Damai yang dimiliki oleh
setiap saudara akan dirasakan oleh semua orang dengan kehadiran mereka di
tengah-tengah umat. Damai yang mereka bagikan akan menjadi sukacita bagi diri
sendiri dan juga orang lain. Dengan demikian kesaksian hidup injili para suster
KSFL akan terwujud dalam karya pelayanan sehari-hari. Dengan demikian
kehadiran KSFL sangat dirindukan oleh semua orang apabila mereka sungguh
menjadi saksi yang membawa kedamaian hati, kegembiraan rohani, sukacita,
kesembuhan, dan menjadi saudara bagi semua orang dan semua alam ciptaan
lainnya seperti teladan hidup Santo Fransiskus Assisi. (Konst KSFL, 1999: 91).
E. Karakter Pelayanan
Pendidikan/pembinaan harus tetap dilanjutkan seumur hidup, sehingga
semakin hari semakin sesuai dengan Injil suci, semangat Fransiskus Assisi dan
pendiri Kongregasi (Konst KSFL, 1999: 14). Bina lanjut (On Going Formation)
merupakan proses pembaharuan pribadi dan bersama, serta penyesuaian terpadu
pada struktur-sruktur yang ada sehingga kita tetap mampu menghayati panggilan
kita dalam keadaan nyata hidup sehari-hari serta semakin terampil, sambil
menterjemahkan spiritualitas dan kharisma Kongregasi, menjawab kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
jaman (bdk. 2 Kor. 4: 16). Oleh karena itu hendaknya masing-masing suster tetap
menyadari betapa pentingnya bina lanjut itu (Konst KSFL, 1999 : 46).
Karakter pelayanan akan terwujud, apabila manusia mau dan rela berkorban
serta berusaha untuk belajar terus-menerus baik itu melalui pengalaman hidup
sehari-hari maupun peristiwa-peristiwa dalam hidup. Maka hal ini akan semakin
mendewasakan kita untuk menjalani panggilan dengan berbagai macam tantangan
hidup. Memanfaatkan dan menggunakan waktu yang ada akan lebih berguna
untuk menjawab tantangan dan peristiwa yang terjadi. Pembinaan terus-menerus
merupakan suatu proses pembaharuan yang menyeluruh yang mencakup semua
segi seorang religius dan seluruh lembaga itu sendiri (Ped. Pemb Dlm Lembaga
Religius, 1992: 68). Pembinaan yang terus-menerus akan semakin memberi
wawasan luas bagi religius untuk mengembangkan dan memelihara panggilannya.
Dengan demikian akan semakin berusaha untuk menghayati komitmen religius
dengan setia dan terus-menerus diperbaharui.
1. Karya yang Responsif
Yesus memanggil para murid-Nya bukan hanya untuk menyongsong
Kerajaan Allah ke dalam hidup mereka sendiri, melainkan juga untuk
mengabdikan diri mereka kepada Tuhan (VC, No. 14). Maka hendaklah setiap
religius menyadari dirinya sebagai orang-orang yang mengabdikan seluruh
hidupnya untuk Tuhan, melalui karya pelayanan mereka setiap harinya.
Kongregasi KSFL juga hadir untuk menanggapi kebutuhan Gereja. Hendaklah
kita berani mengadakan evaluasi atas karya, apakah masih relevan dan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dengan harapan Gereja dan perkembangan zaman. (Konst KSFL, 1999: 94).
Kalimat ini mau menegaskan kembali bahwa seluruh karya pelayanan hendaknya
diperhatikan, apakah masih benar-benar hadir untuk menanggapi dan menjawab
kebutuhan masyarakat?
Gerak pelayanan akan dapat dirasakan dan menyentuh masyarakat, apabila
dapat dirasakan sebagai sumber kegembiraan dan kekuatan dalam perjalanan dan
perjuangan hidup mereka. Kaum pengemban hidup bakti bisa dan perlu Bertolak
segar dalam Kristus karena Ia lebih dahulu datang pada mereka dan
mendampinginya (BSDK, 2004: 21). Kepada kaum hidup bakti diserahkan
tanggungjawab untuk mengajar, merawat orang sakit, dan menolong orang miskin
(BSDK, 2004: 25). Pelayanan yang maksimal untuk orang-orang kecil, sederhana,
menderita, dan tersingkir, kaum religius melayani Kristus yang hadir dalam diri
mereka.
2. Perlunya Manajemen
Dewan pimpinan bertanggung jawab untuk selalu memberi perhatian pada
perkembangan rohani para suster. Meskipun demikian usaha mewujudkan bina
lanjut untuk perkembagan dirinya sendiri ialah hak dan kewajiban setiap suster
(Konst KSFL, 1999: 47). Pribadi manusia, merupakan pribadi yang rapuh dan
mudah jatuh. Maka setiap orang harus berusaha untuk lebih mandiri dan dapat
mengatur pribadinya sendiri. Semakin tegas kita mengendalikan diri kita sekarang
dan diri kita di masa yang akan datang, semakin besar pula kemajuan kita
(Stephen Covey, 1997: 95). Kesulitan yang paling banyak dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kebanyakan orang adalah menguasai dan mengendalikan diri-sendiri. Orang yang
mampu menguasai dan mengendalikan diri adalah orang yang cepat maju dan
sukses dalam hidup. Ilmu manajemen mengajari kita agar kita bisa bekerja
dengan efektif dan efisien (Martasudjita, 2006: 50). Manajemen efektif adalah
mendahulukan yang utama dan juga disiplin untuk melaksanakannya.
Manajemen sangat berbeda dengan kepemimpinan. Kepemimpinan
merupakan kebalikan dari manajemen yakni memutuskan hal-hal yang utama
(Stephen Covey, 1997: 140). Bekerja secara efektif dan efisien berarti mampu
menentukan fokus dan cara untuk meraih dan menyelesaikan pekerjaan.
Mengutamakan hal-hal yang sangat penting, tidak sibuk dengan hal-hal yang tidak
penting. Karena salah satu kelemahan manusia dalam melakukan pekerjaan
adalah tidak mampu dan tidak berani mendahulukan yang prioritas dalam hidup.
Maka setiap anggota KSFL hendaknya terus berusaha untuk mengelola supaya
karya tumbuh dan bekembang. Pelayanan yang diwarnai dengan kerendahan hati
dan semangat kegembiraan melalui perkataan dan tindakan, akan semakin
menumbuhkembangkan suatu karya. Dengan demikian hendaknya setiap saudara
mewujudkan semangat injili ini dalam pelbagai jenis karya dan pelayanan di
dalam dan di luar komunitas. (Konst KSFL, 1999: 90). Dalam
menumbuhkembangkan suatu karya, hendaknya mereka yang melaksanankannya
tahu arah dan tujuan karya tersebut. Dengan demikian mereka akan lebih
menyadari bahwa karya yang mereka laksanakan sebagai wadah untuk
mengembangkan pribadi mereka. Kongregasi juga memberikan waktu bagi para
suster untuk mengikuti kursus-kursus dan pembinaan lainnya untuk menambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pengetahuan dan wawasan yang luas. (Konst KSFL, 1999: 57) menyatakan
demikian: Karya-karya yang kita emban hendaknya kita jalankan menurut misi
dan tujuan kongregasi kita. Pekerjaan yang dipercayakan merupakan wadah bagi
perkembangan pribadi. Para suster KSFL pergi dan berbuah dalam menerima dan
melaksanakan karya yang dipercayakan oleh kongregasi. Sangat diharapkan juga
dalam mengelola suatu karya setiap suster akan semakin tumbuh dan berkembang
sesuai dengan Visi dan Misi Kongregasi.
Dalam karya pelayanan para suster juga perlu mengetahui dan belajar untuk
mengelola keuangan yang sudah ada dengan kata lain mengelola harta benda.
Harta benda yang ada haruslah disadari sebagai keperluan bersama dan sebagai
milik Kongregasi. Untuk segala keperluan yang diperlukan, hendaknya para suster
dengan rendah hati mohon izin kepada pimpinan yang mengelola keuangan.
Kongregasi sebagai badan hukum berhak memperoleh, memiliki, mengelola,
mengalih-milikkan harta benda demi keperluan kehidupan saudara-saudaranya
dan demi kelangsungan karya amal kasihnya (bdk. KHK, Kan.634 $1). Dalam hal
harta benda hendaknya Kongregasi selalu menyadari kewajibannya memberi
kesaksian perihal kemiskinan injili (Konst KSFL, 1999: 131).
Setiap anggota religius sangat diharapkan untuk menghidupi kemiskinan
injili. Kaum hidup bakti bisa menjadi pelayan-pelayan sabda dalam tugas
penginjilan (BSDK 2004, No. 24 : 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3. Perlunya Perencanaan
Komisi pendidikan bertanggung jawab untuk merencanakan dan
mengajukan kepada Dewan Pimpinan Umum program on going formation
(Statuta KSFL, 1999: 10b). Perencanaan dalam hidup manusia sangatlah penting.
Perencanaan harian dan pembuatan rencana dalam kehidupan manusia sangat
mendukung untuk mencapai dan mengerjakan tanggung jawab dengan baik
(Stephen Covey, 1997: 142). Tugas pertama manusia adalah menyatukan seluruh
tindakan untuk menciptakan fokus dalam hidupnya yakni untuk mencapai apa
yang terpenting dalam hidupnya (Stephen Covey, 2008: 230). Dalam menjalani
hidup ini, manusia pasti mempunyai tujuan. Manusia tidak hanya sekedar hidup
dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Manusia
hendaknya berusaha untuk melakukan dan mencari apa yang terpenting dalam
hidupnya.
Para suster KSFL dalam setiap karya hendaknya punya perencanaan yang
tidak terlepas dari Visi dan Misi. Dengan demikian karya yang dikelola akan lebih
terfokus, dan dalam karya pelayanan juga akan semakin mengedepankan nilai-
nilai yang akan dicapai. Seperti halnya adanya usaha yang terus-menerus untuk
meningkatkan karya kerasulan, maka setiap suster hendaknya selalu
mengandalkan dan mencari kekuatan dari Tuhan sendiri.
“Demi penyegaran hidup rohani dan peningkatan karya kerasulan, maka setiap suster wajib melaksanakan retret setiap tahun, rekoleksi setiap bulan dan mencari saat-saat hening untuk berdoa. Untuk itu di semua komunitas hendaklah diciptakan suasana hening agar saudara semakin terdorong untuk berdoa dan mengikuti segala perayaan dengan teratur dan hati yang damai” (Konst KSFL, 1999: 67).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Maka sangat diharapkan supaya para suster KSFL memiliki model
perencananan yang sangat baik yakni memadukan antara visi dan misi untuk
perkembangan gerak pelayanan KSFL serta perkembangan para anggotanya.
4. Perlunya Belajar Terus-Menerus
“Panggilan adalah gerakan roh yang mesti dibaca dan dijawab secara pribadi (bdk. Gal. 5: 16). Dalam rangka itu pembinaan mutlak perlu (KHK, Kan. 597 $2), agar seseorang mampu bertumbuh dan berkembang dalam menghayati dan membatinkan Kristus, kemudian mewujudkan dalam hidup sesuai dengan semangat Kongregasi secara konsekwen dan konsisten” (Konst KSFL, 1999: 13). Manusia lahir ke dunia ini, tanpa mengetahui apapun yang ada di dunia ini.
Maka untuk dapat mengetahui hal ini maka manusia haruslah belajar terus-
menerus, khususnya untuk mengenal dan mengembangkan pribadinya. Buku the
8th Habit, menggunakan ilustrasi ”mengasah gergaji” untuk memotivasi
pembacanya. Gambarannya, kalau kita ingin mendapatkan gergaji yang tajam,
maka haruslah rajin mengasah gergaji (Anthony Martin, 2006: 114). Saat manusia
bisa belajar menerima dirinya, saat itulah manusia mulai biasa berubah. Menerima
diri berarti mengenal segala kerapuhan, kelemahan, dan kelebihannya. Dengan
mengenal segala keterbatasan, maka hendaknya berusaha untuk belajar terus
menerus untuk mengembangkan pribadinya dengan hal-hal yang baik dan
berguna.
“Orang yang melakukan komitmen untuk melakukan pembelajaran, pertumbuhan, dan perbaikan diri secara terus-menerus akan menjadi orang yang memiliki kemampuan untuk berubah, beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perubahan kenyataan kehidupan, dan akan memiliki kemampuan untuk memberikan hasil di segala bidang kehidupan” (Stephen Covey, 2008: 508).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Setiap orang yang mau mencapai sesuatu atau pekerjaan yang lebih baik,
sangat perlu untuk persiapan. Segala sesuatu yang akan dilaksanakan perlu
persiapan dengan baik. Maka hendaklah setiap suster KSFL juga perlu persiapan
dalam setiap karya pelayanan. Persiapan yang sungguh-sungguh dipersiapkan
dengan baik akan memberikan hasil yang baik. Persiapan yang dimaksud antara
lain: pengorbanan dan pengosongan diri demi pelayanan, rendah hati, ramah,
sederhana, dan mencintai semua yang dilayani. Sebagai pengikut Yesus
hendaklah meneladan semangat pelayanan-Nya yang diwujudnyatakan dalam
perkataan dan perbuatan dalam hidup harian-Nya. Sebagaimana ibu pendiri
Kongregasi juga telah menghayati dan mewujudnyatakan dalam cara hidup
Kristus yang mengosongkan diri sampai wafat di kayu salib (Konst KSFL, 1999:
4).
F. Diundang ke Kesetiaan Kreatif
Kongregasi Suster Fransiskan St. Lusia adalah salah satu tarekat Lembaga
Hidup Bakti (LHB). Sudah pasti bahwa setiap Kongregasi memiliki dan
menghidupi Kharisma dan Spiritualitas Kongregasi masing-masing. Pendiri
tarekat KSFL telah menemukan dan menghidupi Kharisma dan Spiritualitas
sebagai pedoman dan pegangan hidup. Hal ini jugalah yang diwariskan kepada
para pengikutnya untuk tetap setia menghidupi Kharisma dan Spiritualitas
Kongregasi. Pertama ada keperluan akan kesetiaan terhadap Kharisma pendiri dan
warisan rohani selanjutnya pada tiap Tarekat (VC, No. 36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
“Setiap anggota Tarekat juga diajak untuk mengusahakan kecakapan dalam karya pribadi dan untuk mengembangkan kesetiaaan yang dinamis terhadap perutusan mereka, bila perlu dengan menyesuaikan bentuk-bentuk tertentu dengan situasi-situasi baru dan sikap percaya sepenuhnya terhadap karya Allah” (VC, 37). Tarekat KSFL juga sangat diharapkan untuk tetap setia dalam menghidupi
Kharisma dan Spiritualitas Kongregasi. Dengan kesetiaan dalam menghidupi
Kharisma dan Spiritualitas, maka kehadiran setiap anggota dalam gerak pelayanan
akan mudah diterima dan banyak orang akan merasakan kebaikan Tuhan melalui
kehadiran mereka.
“Dengan pengikraran Nasehat-nasehat Injil, kita membaktikan seluruh hidup untuk pewartaan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan demi pelimpahan rahmat. Dengan demikian hendaknya setiap saudara mewujudkan semangat injili ini dalam pelbagai jenis karya pelayanan di dalam dan di luar komunitas” ( Konst KSFL, 1999: 90).
Tarekat KSFL diharapkan hadir untuk menjawab tantangan zaman, berusaha
untuk bertindak dan mencari cara-cara mengatasinya. Bila perlu dapat membuat
pedoman yang sungguh mendukung. Hendaklah kita berani mengadakan evaluasi
atas karya kita, apakah masih relevan dan sesuai dengan harapan Gereja dan iman
(Konst KSFL, 1999: 94).
Usaha untuk mewujudkan kesaksian hidup Injili adalah dengan kesetiaan
dan kreatifitas untuk menghidupi nilai-nilai injili dan spiritualitas pelayanan Santo
Frasnsiskus Assisi dalam setiap karya perutusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENDALAMI
SPRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRASISKUS ASSISI
UNTUK KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG,
PARA SUSTER KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA
Pada pembahasan Bab III dalam skripsi ini didalami arahan penghayatan
spiritualitas pelayanan berdasarkan Konstitusi, kapitel-kapitel dan Dokumen
Gereja. Pengikut Kristus harus menyadari apa yang menjadi tugasnya dalam
mengikuti Kristus sendiri yakni tugas untuk melayani semua orang. Maka untuk
lebih meningkatkan penghayatan pelayanan, haruslah berusaha untuk
mengembangkannya dengan berbagai pembinaan dan pendalaman Konstitusi
terus menerus.
Pada bab IV ini, penulis akan menguraikan katekese sebagai salah satu
sarana untuk meningkatkan pemahaman para suster KSFL untuk semakin
mendalami Spiritualitas pelayanan Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili.
Spiritualitas pelayanan KSFL yang berinspirasikan Spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi. Untuk masa sekarang, Konstitusi yang diperbaharui
menekankan pentingnya pelayanan berdasarkan Visi, Misi dan Fokus sebagai
kepemimpinan hidup. Dengan adanya proses katekese, para suster KSFL sangat
diharapkan untuk semakin memahami dan menghidupi nilai-nilai yang ada dalam
Konstitusi. Para suster KSFL diharapkan semakin terbantu dan lebih mudah untuk
menghayati Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup
Injili dalam karya pelayanan setiap harinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
A. Gambaran Umum Katekese
Katekese mempunyai pengertian yang sangat luas dan dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan. Berbicara tentang katekese, dengan spontan kita
langsung berpikir tentang pengalaman iman akan Tuhan. Katekese pada dasarnya
adalah kegiatan yang menggerakkan dan menggiatkan pembinaan supaya
seseorang menjadi dewasa dalam imannya. Di bawah ini akan dibahas apa
sebenarnya pengertian dan tujuan ketekese.
1. Pengertian Katekese
Katekese diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman
(= penghayatan iman) antara anggota jemaat sehingga iman masing-masing
diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna (Huber, 198l: 10). Komunikasi
iman atau tukar pengalaman iman sangatlah penting dalam hidup jemaat. Dengan
adanya tukar pengalaman iman, maka masing-masing anggota jemaat semakin
menghayati imannya.
Katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar
semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam hidup sehari-
hari (Telaumbanua, 1999: 5). Dalam kegiatan katekese, umat bersaksi dan bebas
untuk mensharingkan pengalamannya. Dalam kegiatan katekese, umatlah yang
berkatekese. Umat bebas untuk berkumpul untuk lebih mengenal Kristus dan
bebas juga mengungkapkan pengalamannya. Kristus menjadi pusat hidup pribadi
maupun pola hidup kelompok. Aspek dari katekese perlu ditegaskan juga.
Katekese bertujuan untuk memahami ajaran iman yang benar dan sebagai dasar
kekokohan hidup beriman serta menghantar pada sumber hidup beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Katekese ini bukanlah untuk orang-orang tertentu, tetapi untuk semua orang
beriman yang terpanggil untuk mendalami imannya secara terus-menerus
(Setyakarjana, 1997: 70).
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae
(1979: art. 18) menegaskan: Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda,
dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran
Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan
maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dalam
penyampaian katekese ini juga perlu dicari metode yang paling cocok sehingga
para peserta sungguh-sungguh menerima dan mudah diwujudnyatakan dalam
hidup sehari-hari.
Iman memikat manusia dengan seluruh kecakapannya; mengajak manusia
untuk berserah di hadapan Allah yang mewahyukan dan memberikan diri, agar
manusia menjawab melalui kehendak, akal budi, perasaan dan perbuatan yang
nyata dalam hidup (Telaumbanua, 1999: 44). Iman akan Yesus Kristus adalah
merupakan karya Allah sendiri kepada umat-Nya. Allah sungguh berinisiatif
untuk bertemu dengan manusia dan menemukan kerinduan hati umat-Nya.
Pengalaman iman akan Allah perlu dibagikan ataupun dikomunikasikan kepada
sesama, sehingga orang lain juga semakin tersentuh akan pengalaman imannya.
Dengan demikian menjadi pribadi yang dewasa dalam menghidupi imannya.
2. Tujuan Katekese
Dari pengertian-pengertian yang sudah dijelaskan di atas, adapun tujuan
katekese adalah usaha atau kegiatan Gerejani yang mengarahkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
membimbing umat beriman untuk kedewasaan iman mereka akan Yesus Kristus.
Tujuan khas katekese adalah mengembangkan iman yang mulai tumbuh, dan dari
hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta memantapkan perihidup
Kristen umat beriman baik muda maupun tua (CT, Art. 20).
Kegiatan katekese juga bertujuan untuk mematangkan dan meneguhkan
Iman seseorang akan Yesus Kristus (CT, Art. 25). Pelaksanaan katekese sangat
perlu untuk perkembangan dan pendewasaan iman serta untuk kesaksian umat
Kristen. Dengan demikian pengenalan akan Yesus sendiri semakin dihayati dan
dihidupi. Maka relasi dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari akan semakin intim,
dan dapat diwujudnyatakan di dalam memaknai peristiwa hidup sehari-hari.
Dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) yang
ke II di Klender pada tahun 1980. Di sana sangat jelas diuraikan tujuan
komunikasi iman atau katekese ialah supaya dalam terang Injil, umat beriman
semakin meresapi pengalaman-pengalamannya sehari-hari, adanya pembaharuan
diri kepada Tuhan (bertobat), semakin menyadari kehadiran Tuhan dalam
kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian mereka semakin sempurna dalam
beriman, berharap dan mengamalkan cinta kasih serta makin dikukuhkan dalam
hidup Kristiani. Mereka juga semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat,
makin tegas dalam mewujudkan tugas Gereja setempat, dan memperkokoh Gereja
semesta. Dengan demkian umat beriman semakin mampu memberi kesaksian
tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat (Lalu, 2007: 13).
Maka dengan melihat beberapa dari tujuan katekese yang sudah dijelaskan
di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan katekese adalah usaha yang dilakukan
oleh pihak Gereja untuk mengembangkan dan mendewasakan iman, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
demikian umat beriman akan semakin mengenal Kristus yang sungguh hadir dan
mencintai semua umat-Nya. Semakin mengenal dan mencintai Kristus berarti
sangat diharapkan untuk berani bersaksi akan kebaikan Kristus yang senantiasa
memelihara hidup umat-Nya.
3. Isi Katekese
Isi katekese adalah kabar gembira mengenai seluruh kehidupan dan misteri
hidup Yesus Kristus dengan kata lain hidup Yesus Kristus sendiri. Pokok utama
yang harus disampaikan dalam katekese adalah misteri hidup Yesus Kristus
sendiri sebagai warta keselamatan. Katekese haruslah bersifat Kristosentris yang
artinya adalah dalam katekese Kristus sendiri yang disebut juga dengan Sabda
yang hidup dan Putera Allah yang diajarkan (CT, art. 6). Kalimat ini menegaskan
kembali bahwa tujuan katekese adalah untuk mewartakan seluruh hidup Yesus
Kristus. Misteri karya keselamatan hendaknya juga disampaikan kepada semua
umat beriman.
Ketetapan ini mengandung arti bahwa karya dan gambaran tentang diri
Yesus Kristus harus lengkap dengan seluruh aspeknya dan sangat penting
ditampakkan fungsi penyelamatan dan pembebasan-Nya untuk manusia
(Telaumbanua. 1999: 35). Dalam katekese warta gembira atau warta keselamatan
menjadi tujuan utama yang harus disampaikan kepada umat beriman. Dengan
demikian pengalaman iman yang diperoleh dalam proses katekese dapat
diwujudnyatakan dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
B. Model Katekese
Ada beberapa model katekese yang digunakan oleh para pendamping
dalam pengembangan proses katekese umat, misalnya: model ‘Pengalaman
Hidup’ yang lebih bertolak pada pengalaman hidup konkrit sehari-hari; model
‘Biblis’ lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau Tradisi; dan model
‘Campuran Biblis dan Pengalaman Hidup’ yang lebih bertolak pada hubungan
antara Kitab Suci dan Tradisi dengan pengalaman hidup konkrit, serta model
Shared Christian Praxis (Sumarno Ds, 2011: 11).
Pada pembahasan Bab IV ini penulis memilih satu model katekese yang
sudah disebutkan di atas, yakni model katekese biblis (pengalaman Kitab Suci
atau Tradisi). Alasan untuk memilih katekese Biblis ini karena para suster KSFL
berusaha untuk mengerti dan memahami lebih dahulu arah Konstitusi. Mengerti
dan memahami Konstitusi berarti antara lain mengerti akan Visi dan Misi
Kongregasi. Dengan demikian para suster KSFL akan semakin terbantu untuk
mendalami dan menghayati dan akhirnya dapat menghidupi isi Konstitusi.
Dengan memahami arah Konstitusi, para suster KSFL akan semakin menghayati
Visi dan Misi Kongregasi dalam karya pelayanan. Hendaknya setiap saudara
mewujudkan semangat Injili di dalam pelbagai jenis karya dan pelayanan di
dalam dan di luar komunitas (Konst KSFL, 1999: 90). Dengan demikian para
suster KSFL semakin menghayati Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi
untuk kesaksian hidup Injili dengan tetap mendalami dan menghidupi nilai-nilai
Konstitusi KSFL. Untuk semakin dapat menghayati spiritualitas Santo Fransiskus
Assisi, maka para suster KSFL sangat perlu untuk mendalami isi Konstitusi dan
bertitik tolak dari pengalaman Kitab Suci. Dengan demikian kehadiran para suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
KSFL dalam gerak pelayanan akan menjadi tanda kegembiraan dan sukacita
dengan kata lain menjadi tanda kesaksian hidup Injili.
Di bawah ini adalah langkah-langkah katekese Model Biblis:
1. Doa Pembukaan atau Nyanyian Pembukaan
Dipilih sesuai dengan tema Kitab Suci atau Tradisi yang ditentukan/dipilih
untuk pertemuan katekese. Kemudian pendamping mencoba menghubungkan
tema katekese ini dengan tema katekese sebelumnya.
2. Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi
Dilakukan oleh salah seorang peserta langsung dari Kitab Suci atau
Tradisi, bila ada. Bila mungkin teks tersebut juga diperbanyak untuk para peserta.
Pembacaan diikuti saat hening untuk merefleksikan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman, misalnya: Kata atau kalimat mana yang penting (kunci) menurut
peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apakah pesan tersebut bagi hidup
konkrit peserta?
3. Pendalaman Kitab Suci atau Tradisi
Dapat diawali dalam kelompok kecil untuk mengungkapkan hasil
renungan pribadi dan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di
atas. Kemudian pendamping membuat rangkuman dari jawaban peserta, terutama
pesan inti teks yang berkaitan dengan tema. Pendamping mencoba untuk
menghubungkan rangkuman dengan hasil persiapan pribadi, yang diolah berdasar
renungan maupun pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber lain. Terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
yang berhubungan dengan tema, sehingga para peserta semakin diperkaya dengan
informasi atau masukan pengetahuan iman. Peranan katekis di sini lebih menjadi
salah satu nara sumber yang mampu menampilkan isi atau pesan inti Kitab Suci
yang relevan dan mudah dimengerti para peserta, tetapi yang selalu berkaitan
dengan tema dan tujuan pertemuan saat itu.
4. Pendalaman Pengalaman Hidup
Memungkinkan peserta untuk menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci
atau Tradisi dengan pengalaman hidup yang sesuai dengan tema (masa lalu atau
masa sekarang) sebagaimana terdapat dalam peristiwa yang ada dalam
kebudayaan, dalam Tradisi setempat, dalam hidup bermasyarakat, menggereja,
berkeluarga, bekerja, belajar, dll.
5. Penerapan dalam Hidup Peserta
Mengajak dan menggerakkan peserta untuk merefleksikan serta
memikirkan yang sebaiknya bisa dilaksanakan dalam kehidupan konkrit dalam
kondisi setempat. Semangat, jiwa serta kekuatan mana bisa diambil dari pesan inti
teks tersebut untuk praktek hidup sehari-hari dalam menghadapi permasalahan
ataupun keprihatinan pribadi, berkomunitas, bermasyarakat, dan menggereja.
6. Doa Penutup
Terdiri dari refleksi pribadi terpimpin dalam keheningan (misalnya
pendamping dapat mengajak merenungkan dalam hati tentang kesulitan-kesulitan
yang ada apabila hendak mewujudkan pesan inti; hal-hal mana yang menunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pesan teks tersebut dalam hidup pribadi atau hidup bersama dalam masyarakat
atau lingkungan, Gereja, dsb). Kemudian dibuka kesempatan untuk doa-doa
spontan dari peserta. Akhirnya, pendamping masih bisa menutup katekese dengan
Doa Penutup yang merangkum keseluruhan proses dengan tema Kitab Suci atau
Tradisi yang diambil (Sumarno Ds 2011: 12-13).
C. Usulan Program Katekese
Program katekese ini merupakan usulan yang ditawarkan untuk
pelaksanaan katekese kepada para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia untuk semakin menghayati spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi.
Dalam program katekese ini akan dibahas perihal pengertian program katekese,
tujuan program katekese, pemikiran dasar program katekese dan usulan tema. Di
bawah ini akan djelaskan.
1. Pengertian Program Katekese
Dalam kamus Bahasa Indonesia edisi kedua Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Balai Pustaka (1996: 789) program diartikan sebagai rancangan
mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Dalam hal ini
program lebih mengarah kepada suatu kegiatan yang sudah disusun sehingga lebih
mudah untuk dilaksanakan. Program yang akan disusun dalam hal ini adalah salah
satu usaha dalam membantu para suster KSFL untuk pendalaman Konstitusi,
sehingga semakin menghayati spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi
untuk kesaksian hidup Injili para suster KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
2. Tujuan Program Katekese
Adapun tujuan katekese yang akan dijelaskan pada bagian ini adalah agar
para suster KSFL semakin memahami Spiritualitas pelayanan Santo. Fransiskus
Assisi kekuatan dan sumber pelayanan dalam hidup harian. Katekese Biblis ini
merupakan salah satu sarana untuk membantu para suster untuk mendalami
Spritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Pelayanan Santo Fransiskus Assisi
adalah pelayanan yang digerakkan oleh Roh Illahi. Pelayanannya kepada orang-
orang miskin dan tersingkir khususnya pelayanannya kepada orang kusta yang
sungguh luar biasa. Pada awalnya Fransiskus merasa sangat jijik melihat orang
kusta. Namun karena cinta kasihnya kepada orang kusta tersebut, Fransiskus
merangkul bahu dan mencium keningnya meskipun bau busuk menyerang seluruh
inderanya (Murray, 2002: 27).
Para suster KSFL sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi sangat
diharapkan untuk menghayati dan menghidupi pelayanan yang telah diwariskan
oleh SantoFransiskus kepada para pengikutnya. Fransiskus tergerak untuk
melayani semua orang khususnya orang miskin, tersingkir dan orang kusta yang
sangat dia cintai karena kasih Allah yang memanggil dan menggerakkan hatinya
untuk mengabdi Tuhan melalui karya pelayanannya. Pengabdian kepada umat
adalah adanya gerakan Allah yang membela kehidupan manusia (Darminta. 1995:
24). Pendiri Kongregasi KSFL juga menghendaki agar para pengikutnya
mengosongkan diri dalam semangat kerendahan hati, kesederhanaan dan
persaudaraan untuk mewujudkan Kerajaan Allah melalui pelayanan kasih kepada
semua orang (Konst KSFL, 1999: 5). Maka para suster KSFL hendaknya terus-
menerus untuk mendalami Konstitusi, dengan demikian akan semakin tahu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memahami Konstitusi. Sehingga arah pelayanan dalam karya sehari-hari semakin
jelas dan pribadi para suster juga akan semakin berkembang sesuai dengan yang
diharapkan oleh Kongregasi. Dalam kenyataannya, para suster kurang memberi
hati untuk mendalami Konstitusi Kongregasi. Pada hal Konstitusi sebagai
pedoman dan sumber untuk mewujdkan pelayanan dan untuk mengembangkan
panggilan sebagai anugerah Tuhan. Dalam Konstitusi para suster mengetahui
Spiritualitas dan Kharisma Kongregasi. Dengan mengetahuinya maka akan lebih
terbantu untuk menghayati dan menghidupinya. Contohnya Kharisma Kongregasi
yakni: Yesus yang mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba (Fil 2:
7). Mengosongkan diri berarti siap sedia untuk melayani semua orang demi
keselamatan dan kebahagiaan banyak orang.
Usulan program katekese ini sebagai berikut: tema umum, sub tema,
tujuan, materi, metode, sarana yang digunakan dan sumber bahan. Usulan
program ini akan dilaksanakan kepada semua suster KSFL yang sudah berkaul
sementara dan sudah berkaul kekal dengan katekese model biblis..
3. Pemikiran Dasar Program Katekese
Kongregasi KSFL mengalami perkembangan dari segi jumlah anggota
dan juga dengan karya pelayanan yang dikelola selama ini. Karya pelayanan yang
dikelola oleh para suster adalah sebagai berikut: Asrama dan sekolah untuk anak-
anak yang berkebutuhan khusus, pendidikan TK sampai SLTA, kesehatan, sosial,
dan karya pastoral. Para suster dalam mengelola karya ini sangat diharapkan
untuk mewujudnyatakan apa yang menjadi semangat Santo Fransiskus dan Muder
Lusia dalam pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
“Untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan tentang Spiritualitas Fransiskan dan Kharisma KSFL para suster baik bersama maupun pribadi wajib membaca dan mempelajari Anggaran Dasar, Konstitusi, tulisan-tulisan tentang St. Fransiskus Assisi sekurang-kurangnya satu kali seminggu” (Statuta KSFL, 1999: 2). Pada zaman sekarang ini, banyak orang kurang setia lagi akan nilai-nilai
hidup dalam melaksanakan aktivitas mereka. Seperti kurangnya kejujuran, bekerja
sesuka hati, tidak bertanggungjawab, dan masih banyak lagi contoh lain.
Demikian juga dengan para suster KSFL dalam karya pelayanan, terkadang ada
godaan untuk tidak setia akan nilai-nilai Konstitusi, khususnya akan Misi dan
Visi. Lebih mudah untuk setia kepada kemauan diri sendiri dari pada setia kepada
tujuan dan cita-cita bersama yang sudah disepakati. Sehingga dalam karya
pelayanan kwalitas hidup atau hidup sebagai anggota KSFL kurang berkembang.
Dalam karya pelayanan hendaknya setia akan nilai-nilai Konstitusi
sehingga apa yang menjadi semangat Ibu pendiri menjadi semangat dari para
anggotanya. Pendiri Kongregasi kita menghayati dan mewujudkan dalam
hidupnya cara dan gaya hidup Kristus yang mengosongkan diri dan mengambil
rupa seorang hamba, merendahkan diri-Nya sampai wafat di kayu salib (Konst
KSFL, 1999: 4). Pelayanan yang sungguh-sungguh hendaknya berani
mengosongkan diri yakni dengan siap sedia untuk melayani semua orang. Untuk
dapat menghidupi Spiritualitas St. Fransiskus Assisi dalam pelayanan, maka
sangat perlu dilaksanakan katekese, dengan adanya katekese ini, para suster akan
semakin memahami Konstitusi. Dengan memahami Konstitusi maka akan
semakin dapat mewujudnyatakan pelayanan yang lebih baik dan membahagiakan
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
4. Usulan Tema
Usulan tema yang dipersiapkan dalam program katekese ini ialah:
penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi sebagai dasar gerak
hidup pelayanan para suster KSFL. Tema ini berlaku untuk semua anggota para
suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) mulai dari profesi
sementara sampai profesi kekal dalam bentuk “ Katekese Model Biblis”.
Katekese ini lebih pada pengalaman Kitab Suci dan Tradisi (Sumarno Ds, 2011:
13).
Katekese model biblis ini adalah salah satu cara yang sangat tepat untuk
membantu para suster KSFL untuk mendalami dan menghidupi Konstitusi,
sehingga lebih mudah untuk menghayati spiritualitas pelayanan St. Fransiskus
Assisi. Katekese model biblis ini dipilih sebagai salah satu cara untuk mendalami
konstitusi karena katekese ini sebagai langkah awal bagi para suster untuk lebih
dahulu memahami dan mendalami isi kosntitusi belum sampai pada pendalaman
pengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Penjabaran Program
Tema : Penghayatan Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi sebagai dasar gerak hidup pelayanan para suster KSFL
untuk kesaksian hidup Injili.
Tujuan : Bersama pendamping, para peserta dapat memahami Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi sehingga
semakin meneladani dan menghidupi Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam menghidupi Visi
dan Misi Kongregasi KSFL dalam melakukan karya pelayanan sehari-hari.
No Sub Tema Tujuan Sub Tema Materi Metode Sarana Sumber 01
Hidup para suster KSFL sebagai gerakan Roh.
Agar peserta semakin menyadari bahwa panggilan sebagai suster KSFL adalah gerakan Roh.
Panggilan sebagai gerakan Roh
Bersyukur atas rahmat panggilan
Menghidupi Spiritualitas kerendahan hati dan persaudaraan
Informasi Tanyajawab Kelompok Diskusi Pleno Bernyanyi
Kitab Suci Kertas Flap Spidol Kidung Ekaristi
Teks Lagu Puji Syukur Pertanyaan
Konstitusi KSFL, 1999: 5 Konstitusi KSFL, 1999: 9 Lk 4: 18 Darminta, J. 1995: 13-14. Hidup Religius, Hidup Gerakan Roh.
VC, 1996: 1 Dianne Bergant, CSA dan Robert J.Karris, OFM, 2002. “Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru”.
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
02
Visi dalam Pelayanan
Agar bersama pendamping, peserta semakin mengerti dan memahami visi dalam karya perutusan
Mengosongkan diri demi pelayanan.
Siap sedia untuk diutus
Melayani semua orang
Informasi Refleksi pribadi Tanya jawab Diskusi kelompok
Sharing pengalaman
Teks lagu“Jangan Lelah”
Kertas Flapdan spidol.
Kitab Suci Konstitusi KSFL
Konstitusi KSFL, 1999: 91
Mat 6: 25-34 Harjawiyata, OCSO. 1993: 86-87. Arah Baru Hidup Religius
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002. “Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru”.
03
Misi dalam Pelayanan
Agar bersama pendamping, peserta semakin mengerti dan memahami Misi dalam karya perutusan.
Tujuan pelayanan Konstitusi Psl. 6: 90
Konstitusi Psl. 6: 92
Informasi Refleksi Pribadi
Tanya jawab Diskusi kelompok
Sharing pengalaman
Kitab Suci Puji Syukur Pengalamn Hidup
Konstitusi KSFL
Konstitusi KSFL, 1999: 90
Konstitusi KSFL, 1999: 92
Yesaya 61: 1-2 Cahyadi, SJ. 2003: 121. Jalan Pelayanan Ibu Teresa.
04 Fokus dalam Pelayanan
Agar bersama pendamping, peserta semakin mengerti dan memahami Fokus dalam karya perutusan.
Saudara bagi semua orang
Konstitusi KSFL, 50.
Statuta KSFL, 69 Yoh 15: 12-13 Konstitusi KSFL, 89
Informasi Refleksi pribadi Tanya jawab Diskusi Kelompok Sharing pengalaman
Kitab Suci Puji Syukur Konstitusi KSFL
Kertas Flap dan spidol
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002. “Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru”.
Konstitusi KSFL, 1999: 50
Statuta KSFL, 1999: 69 Konstitusi KSFL, 1999: 89
Soenarja, SJ. 1986: 1367-
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1368. Inspirasi Hidup Dari Hari ke Hari Dalam Terang Alkitab.
Darminta, J. 1995: 17-18. Hidup Religius, Hidup Gerakan Roh.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
C. Contoh Persiapan Katekese
Contoh 1.
Tema : Hidup Para Suster KSFL Sebagai Gerakan Roh
Tujuan : Agar peserta semakin menyadari bahwa panggilan
sebagai Suster KSFL adalah Gerakan Roh.
Peserta : Para Suster KSFL
Tempat : Desa Bane - Pematangsiantar
Waktu : 90 menit
Model : Katekese Biblis
Metode : - Informasi
- Tanya jawab
- Kelompok
- Diskusi
- Pleno
- Bernyanyi
Sumber Bahan : - Konstitusi KSFL, 1999: 9
- Konstitusi KSFL, 1999: 5
- Lk 4: 18
- Mrk 1: 16-20
- Darminta, J. 1995: 13-14. Hidup Religius, Hidup
Gerakan Roh
- VC, 1996: 1
- Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris,
OFM. 2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru.
Sarana : - Kitab Suci
- Kertas Flap
- Spidol
- Buku Lagu “Kidung Ekaristi”
- Teks Lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
A. Pemikiran Dasar
Gereja lahir atas kuasa Roh Kudus, sebagai buah hidup, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus (Darminta, J. 1995: 13). Roh yang berinisiatif untuk
mendorong dan menggerakkan orang-orang untuk mengikuti Yesus Kristus.
Demikian juga halnya bahwa hidup KSFL adalah sebagai gerakan Roh. “Roh
Tuhan ada padaku. Oleh sebab Ia mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin dan Ia telah mengutus Aku” (Konst KSFL, 1999:
hal 26). Hidup sebagai gerakan Roh berarti Allah sendiri yang bertindak dan yang
menggerakkan, bahkan telah mengurapinya. Allah turun dan menggerakkan para
suster KSFL untuk membawa kabar baik melalui pelayanan kasih kepada semua
orang. Dengan demikian para suster haruslah tetap setia menjalin relasi dan
mengikuti kehendak-Nya. Menjalin relasi berarti menimba kekuatan daripada-
Nya, sehingga dalam menyelusuri perjalanan panggilan yakni dengan
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin tetap terarah dan
menyerahkan seluruh pengabdian kepada-Nya. Kongregasi Suster Fransiskan
Santa Lusia adalah salah satu anggota lembaga Hidup Bakti. Hidup bakti, yang
berakar mendalam pada teladan dan ajaran Kristus Tuhan merupakan kurnia
Allah Bapa kepada Gereja-Nya melalui Roh Kudus (VC, 1996: 1).
Hendaknya kita semua penuh syukur dan bergembira atas rahmat khusus
panggilan religius yang dianugerahkan Allah kepada kita (Konst KSFL, 1999: 9).
Para suster KSFL dalam menyelusuri setiap karya perutusan, hendaknya
menyadari dan memahaminya sebagai gerakan Roh Illahi. Dengan adanya
kesadaran ini para suster KSFL akan berusaha untuk mendalami Spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili. Demikian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
halnya dengan Ibu pendiri tarekat KSFL, ia telah meninggalkan segalanya untuk
menanggapi panggilan Allah dan untuk mengikuti-Nya. Roh Illahi yang
menggerakkan hatinya untuk mengikuti Kristus, dan ia menanggapinya sesuai
dengan situasi zaman pada saat itu. Banyak orang yang sungguh menantikan
uluran tangan dan karya yang paling mendesak pada saat itu adalah: pelayanan
kasih bagi anak-anak di Panti Asuhan, pemeliharaan orang-orang miskin, anak-
anak putus sekolah, lanjut usia, orang sakit, dan pelayanan pastoral sesuai dengan
kebutuhan Paroki (Eddy, 2009: 140).
Allah sendirilah yang memanggil seseorang kepada hidup bakti di dalam
Gereja. Dia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya (1
Tes 5: 24). Demikian juga halnya dengan Ibu pendiri tarekat KSFL, ia merasakan
gerakan Roh dalam hidupnya untuk mengabdikan hidupnya kepada Tuhan
melalui pelayanan kasih kepada semua orang. Roh Illahi yang menggerakkan
hatinya untuk mengikuti Kristus, dan ia menanggapinya sesuai dengan situasi
zaman pada saat itu. Banyak orang yang sungguh menantikan uluran tangan dan
karya yang paling mendesak pada saat itu adalah: pelayanan kasih bagi anak-anak
di Panti Asuhan, pemeliharaan orang-orang miskin, anak-anak putus sekolah,
lanjut usia, orang sakit, dan pelayanan pastoral sesuai dengan kebutuhan Paroki
(Eddy, 2009: 140).
Setiap orang yang mau bergabung dalam Kongregasi ini, mau tidak mau
haruslah mengetahui apa yang menjadi Spiritualitas, Kharisma, Visi, dan Misi
Kongregasi. Dalam Konstitusi KSFL dirumuskan bahwa panggilan utama KSFL
adalah mengosongkan diri dalam semangat kerendahan hati, kesederhanaan, dan
persaudaraan untuk mewujudkan kerajaan Allah melalui pelayanan kasih kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
semua orang, terutama anak panti asuhan, pemeliharaan orang miskin, putus
sekolah, lanjut usia, orang sakit, dan pelayanan pastoral lainnya (Konst KSFL,
1999: 5). Dengan katekese Biblis ini para suster KSFL diajak untuk melihat dan
menyadari kembali bahwa hidup KSFL adalah sebagai gerakan Roh. Maka dalam
karya pelayanan hendaknya para suster setia akan gerakan Roh yang berasal dari
Tuhan sendiri yang menganugerahkan rahmat panggilan. Mengikuti dan setia
akan gerakan Roh Illahi akan memancarkan cinta kasih dalam pelayanan kepada
semua orang, teristimewa orang miskin, menderita, dan tersingkir. Sehingga
kehadiran KSFL akan menjadi kegembiraan dan menjadi tanda kesaksian hidup
Injili.
B. Proses Pengembangan Langkah
1. Langkah Pertama :
a. Lagu Pembukaan: Kidung Ekaristi No. 016 “Persembahan Hidup” (Lampiran
2)
b. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang maha baik dan penuh kasih, bersama dengan seluruh
mahluk ciptaanMu yang lain kami bersyukur kepada-Mu atas rahmat kehidupan
yang masih Kauberikan bagi kami semua. Secara khusus kami bersyukur atas
rahmat panggilan yang sedang kami telusuri masing-masing sehingga pada saat
ini kami dapat berkumpul di tempat ini sebagai saudara sepanggilan. Ya Bapa
kami mohon rahmatMu bagi kami semua, semoga kami semakin menyadari
bahwa hidup kami sebagai gerakan Roh. Dengan demikian kami juga bertindak
atas dorongan Roh itu juga, sehingga semakin hari kami semakin meneladani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam karya pelayanan kami.
Semoga teladan hidup Muder Lusia sebagai pendiri Kongregasi kami, menjadi
teladan hidup kami untuk mengabdiMu. Pada akhirnya kami serahkan perjalanan
hidup, rencana dan niat-niat baik kami kepadaMu dengan perantaraan Yesus
Kristus Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama dengan Bapa kini dan
sepanjang masa, amin.
2. Langkah kedua : Pembacaan Kitab Suci
a. Kata Pengantar
Para saudari yang berbahagia, pada saat ini di tempat ini kita berkumpul
sebagai saudara karena rahmat panggilan Tuhan yang mempersatukan kita semua.
Hidup kita sebagai gerakan Roh Illahi dan kita semua dipanggil dari daerah,
karakter, dan latar belakang lainnya yang berbeda-beda. Bahkan juga dengan
pengalaman dan motivasi yang berbeda. Maka pada pertemuan kita pada saat ini,
ada baiknya kalau kita saling berbagi pengalaman bahwa hidup kita sebagai
gerakan Roh dalam menanggapi panggilan Tuhan dalam diri kita masing-masing.
Berbagi pengalaman satu sama lain akan saling memperkaya dan meneguhkan
satu sama lain. Seperti halnya pengalaman para murid dalam mengikuti Yesus.
Hal ini akan kita dengarkan dan kita dalami dalam Bacaan Kitab Suci yang
dikutip dari Injil Mrk 1: 16-20 dan Lk 4: 18
b. Pembacaan Kitab Suci: Mrk 1: 16-20, dibacakan oleh peserta satu ayat per-
orang (Lampiran 3) dan Lukas 4: 18 (Lampiran 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3. Langkah Ketiga : Pendalaman Kitab Suci atau Tradisi
a. Peserta membentuk kelompok yang sudah dibagi, membaca kembali teks
Kitab Suci yang sudah dibacakan sebelumnya. Selesai membaca teks tersebut
maka dilanjutkan dengan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Jelaskanlah peranan Kitab Suci dalam hidup para saudari dalam menanggapi
panggilan Tuhan bahwa hidup para saudari sebagai gerakan Roh, dari sejarah
singkat KSFL sebagaimana dimuat dalam Konstitusi.
2) Ayat berapa atau kalimat mana dalam Kitab Suci yang baru saja kita baca
bersama yang menyentuh ataupun yang mendukung panggilan para saudari?
b. Pleno dari hasil diskusi bersama dalam kelompok.
c. Pendamping merangkum jawaban/permenungan peserta
Para saudari yang berbahagia, kita baru saja mendengarkan pengalaman,
kalimat dan ayat yang menyentuh dari setiap kelompok dalam menanggapi
panggilan Tuhan. Apa saja yang sudah kalian ungkapkan tadi benar, bahwa
peranan Kitab Suci sungguh kita rasakan dalam menanggapi panggilan Tuhan.
Sebagai orang Kristen teristimewa mereka yang secara khusus mengikuti Kristus
atau sebagai orang-orang yang terpanggil, Kitab Suci menjadi pedoman dan
sumber hidup mereka. Dengan membaca Kitab Suci kita tahu dan memahami
kehendak Tuhan. Sadar atau tidak sadar Kitab Suci sangat membantu kita dalam
menanggapi panggilan Tuhan dan menyadarkan kita kembali bahwa hidup kita
adalah gerakan Roh Illahi. Kitab suci membantu kita untuk semakin mengenal apa
yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Seperti halnya panggilan para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
murid, kita mengetahuinya dari Kitab Suci (Injil Mrk 1: 16-20) sangat jelas
menceritakan proses panggilan para murid. Para murid menyadari bahwa mereka
digerakkan oleh Roh Illahi, sehingga dengan spontan menanggapi tawaran Yesus
yakni dengan segera meninggalkan perahu, jala, dan ikan dan mengikuti Yesus.
Pada saat itu tak seorangpun yang tahu bahwa saat itu adalah permulaan hidup
baru bagi mereka. Perjalanan dalam mengikuti Yesus bukanlah mudah, mereka
harus banyak belajar apalagi latar belakang mereka terpanggil dari kalangan
sederhana yakni sebagai nelayan. Namun semua kecemasan dapat mereka atasi
dengan kesadaran bahwa hidup mereka adalah sebagai gerakan Roh Illahi,
sehingga mereka menyerahan diri sepenuhnya kepada Yesus yang menjamin dan
sebagai sumber hidup mereka.
Dengan melihat panggilan hidup para murid ini, maka kita diharapkan
semakin mengenal dan menyadari panggilan kita sebagai suster KSFL adalah
gerakan Roh. Kita belajar dari pengalaman dan cara para murid untuk menanggapi
dan mengikuti Yesus. Setiap suster berusaha untuk mengosongkan diri dengan
semangat kerendahan hati dan kesederhanaan melalui pelayanan kasih kepada
sesama. Maka untuk mewujudkan hal ini, para saudari hendaknya rela berkorban,
siap sedia untuk melayani dan mencintai semua orang khususnya mereka yang
miskin, tersingkir, dan menderita sebagaimana Ibu pendiri KSFL telah
menghidupinya. Dengan berbagai pengalaman tersebut akan membantu kita
untuk semakin merefleksikan lebih dalam bahwa hidup kita adalah gerakan Roh
Illahi. Allah rela turun dan menggerakkan hidup kita untuk melayanai semua
orang khususnya mereka yang menderita, miskin, dan tersingkir. Maka kita
semakin jelas melihat bahwa Kitab Suci membantu kita untuk menemukan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
hidup kita untuk menanggapi panggilan Tuhan dan menghayati serta
menghidupinya dengan sukacita dan penuh syukur kepada Tuhan yang telah
menggerakkan hati dan menganugerahkannya kepada kita. Menyadari hidup
sebagai gerakan Roh akan semakin mendorong kita untuk tetap meneladan
semangat pelayanan Santo Fransisiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili. Maka
kita semua harus selalu berusaha menjalin relasi, menimba kekuatan dari Tuhan
sebagai sumber hidup kita dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya.
Dengan demikian karya pelayanan dan kehadiran kita menjadi kegembiraan dan
keselamatan bagi banyak orang.
4. Langkah Keempat : Pendalaman Pengalaman Hidup
Para saudari yang berbahagia dalam pertemuan kita ini, sedikit banyak kita
telah membicarakan mengenai perjalanan panggilan para murid Yesus dan juga
perjalanan panggilan hidup kita masing-masing sebagai gerakan Roh. Bagi para
murid, untuk mengikuti Yesus bukanlah hal yang mudah. Mereka juga mengalami
kesulitan, apalagi mereka tidaklah mendapat upah dan bahkan tempat tinggalpun
tidak ada. Menjadi murid Yesus berarti mengikuti jalan Yesus, hidup bersama dan
melihat bagaimana Yesus menapaki jalan menuju Bapa-Nya. Sehingga para murid
sekalipun mengalami kesulitan dan tantangan berat dalam hidup, mereka tetap
berusaha dan yakin penuh bahwa Tuhan yang memanggil dan mengurapi mereka.
Tuhan sendiri telah memberi kebijaksanaan dan anugerah istimewa untuk
mengatasi segala kesulitan dalam hidup. Tuhan menggerakkan hati setiap orang
untuk menanggapi panggilan Tuhan entah apapun profesi mereka. Ada orang
yang terpanggil sebagai petani, ada sebagai tukang bangunan, ada sebagai pejabat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pemerintahan, dan masih banyak lagi yang lain. Tuhan menganugerahkan rahmat
panggilan bagi semua orang dan Tuhan sudah punya rencana tersendiri dalam
hidup kita masing-masing.
Menghayati hidup sebagai gerakan Roh , maka perlu semakin mengenal
dan menghayati jiwa dan semangat tarekat yang ditawarkan dan ditegaskan dalam
Konstitusi. Para saudari yang berbahagia, Tuhan menganugerahkan rahmat
panggilan sebagai biarawati dan kita menanggapinya dan menggabungkan diri
pada tarekat KSFL. Sebagai anggota KSFL, kita sangat diharapkan untuk setia
menghidupi apa yang menjadi warisan Muder Lusia Dierckx dari kita para
anggotanya. Bersyukur atas rahmat panggilan dengan mengabdikan diri
sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan setiap hari. Mengosongkan diri
dengan semangat kerendahan hati dan kesederhanaan dan persaudaraan dengan
mewujudkannya dalam pelayanan kasih bagi semua orang demi Kerajaan Allah.
Maka dalam pertemuan ini, kita semua diajak untuk semakin menyadari panggilan
kita sebagai gerakan Roh dan bersyukur karena Tuhan sudi menggerakkan hati
kita untuk mewartakan karya keselamatan. Dengan demikian maka kita juga akan
semakin berusaha untuk mengembangkan dan memelihara hidup panggilan kita
melalui karya pelayanan kita setiap hari. Tuhan memanggil kita untuk terlibat
semaksimal mungkin dalam karya perutusan-nya di dunia ini. Allah bergerak
turun untuk membebaskan umat milik-Nya dari kesengsaraan dan penderitaan,
karena Allah memperhatikan dan mendengarkan jeritan mereka (Darminta, J.
1995: 15). Maka untuk semakin mewujudkan karya pelayanan yang telah
dipercayakan kepada kita, marilah kita usahakan untuk menghidupi teladan dan
semangat hidup pendiri Kongregasi kita yang sudah dijelaskan dalam Konstitusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
KSFL. Dengan demikian kita akan semakin terbantu untuk menghayati dan
menghidupi Spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup
Injili para suster KSFL.
5. Langkah Kelima : Penerapan dalam Hidup Peserta
a. Pendamping membantu peserta untuk merefleksikan dalam hidup konkrit
dengan beberapa pertanyaan:
1) Apa yang menjadi hambatan ataupun tantangan untuk menyadari hidup kita
sebagai gerakan Roh?
2) Bagaimana usaha para saudari untuk semakin menyadari dan menghidupi
panggilan kita adalah gerakan Roh sebagai anggota KSFL?
b. Renungan Singkat dari Pendamping
Para saudari yang berbahagia, pada awal pertemuan ini kita sudah
mendengarkan bahwa hidup kita sebagai gerakan Roh. Dalam sharing yang baru
saja kita dengarkan bahwa untuk menanggapi panggilan ini sebagai gerakan Roh
tidaklah mudah. Perlu proses yang panjang dan bahkan melalui perjuangan
bahkan pergulatan. Kita dapat belajar dari para murid, berani menjawab panggilan
berarti siap dengan segala tantangan. Maka kita percayakan seluruh hidup kita
kepada Dia yang menggerakkan hati kita untuk mewartakan karya keselamatan
dengan pengabdian kita kepada Tuhan melalui pelayanan kita kepada orang-orang
miskin, menderita dan tersingkir. Menyadari hidup kita sebagai gerakan Roh,
berarti kita hendaknya selalu menjalin relasi dan menimba kekuatan dari pada-
Nya yang menggerakkan hati kita untuk mewartakan karya keselamatan.
Penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya akan memampukan kita untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
menyelusuri perjalanan hidup setiap hari apapun tantangan dan hambatan yang
kita hadapi. Bahkan apabila kita tetap bersatu dengan Dia yang menggerakkan
hidup kita untuk melayani semua orang akan menjadikan hidup kita lebih menarik
dengan berbagai hambatan dan tantangan yang kita hadapi.
Dalam perjalanan hidup setiap hari, kita sangat diharapkan untuk
merenungkan lebih mendalam tentang hidup kita sebagai gerakan Roh. Kita
haruslah menyadari bahwa kita dipanggil dan diutus untuk karya pelayanan. Roh
Illahi yang menggerakkan hati kita untuk mengabdikan diri kita kepada Tuhan,
maka kita harus berusaha untuk bertindak dengan gerakan Roh itu juga. Maka kita
harus selalu kembali kepada Dia yang menggerakkan dan mengutus kita dengan
menjalin relasi kepada-Nya. Menjalin relasi dengan Tuhan akan semakin
memampukan kita melihat bahwa hidup kita adalah gerakan Roh maka kita juga
dengan selalu siap sedia untuk melayani semua orang. Tuhan sendiri yang
menggerakkan hati kita untuk meringankan beban orang lain melalui pelayanan
kasih kepada mereka, karena untuk itulah kita telah dipanggil.
Mengosongkan diri dengan semangat kerendahan hati, kesederhanaan dan
persaudaraan dengan mewujudkannya dalam pelayanan kasih bagi semua orang
demi Kerajaan Allah. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka para suster
hendaknya berusaha untuk mendalami Konstitusi sehingga semakin memahami
isinya. Dengan memahami Konstitusi, maka dalam melaksanakan karya
pelayanan akan semakin terbantu dan terarah. Dengan demikian akan semakin
menghayati dan meneladan Spiritualitas pelayanan Santo Fransisikus Assisi untuk
kesaksian hidup Injili para suster KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
6. Langkah Keenam : Doa Penutup
a. Doa Permohonan (spontan)
b. Doa Bapa Kami
c. Doa Penutup
Bapa yang Maha baik dan penuh kasih bagi kami, syukur dan terima kasih
atas kebaikan-Mu yang boleh kami alami dalam pertemuan ini. Kami bersyukur
karena Engkau menghadirkan bagi kami Muder Lusia Dierckx sebagai pendiri
Kongregasi kami. Kami sebagai tunas-tunas muda dalam kongregasi ingin dan
berusaha untuk menghidupi teladan hidupnya sehingga kongregasi kami ini
semakin mewujudkan kehadiran-Mu di dunia ini. Bimbinglah kami selalu agar
kami senantiasa memperhatikan dan menyadari hidup kami sebagai gerakan Roh
Illahi-Mu. Dengan demikian kami bertindak dengan gerakan Roh itu juga dalam
karya kami setiap harinya. Sehingga kami setia akan tugas perutusan kami dan
melaksanakannya dengan baik dan bertanggung jawab. Semoga kami melihat
kehendak-Mu dalam setiap keadaan yang kami jumpai dalam hidup ini.
Semoga juga dengan gerakan Roh itu juga, kami menjadi berkat bagi
sekalian orang di tempat dimana kami berkarya. Tuhan kami serahkan panggilan
hidup kami kepada-Mu, semoga kami dengan bimbingan-Mu tetap setia kepada-
Mu yang menggerakkan hati kami untuk mengabdikan hidup kami kepada-Mu
melalui karya pelayanan kasih bagi semua orang karena Kristus Tuhan kami
Amin.
Lagu Penutup Dari PS, No. 691 (Lampiran 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada akhir dari penulisan skripsi ini, penulis mengemukakan beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan kembali dan beberapa saran yang dapat
membantu para suster KSFL dalam mengembangkan penghayatan spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk para suster KSFL. Bagian penutup ini
terdiri dari dua bagian yakni: Kesimpulan dan Saran.
A. KESIMPULAN
Setiap lembaga ataupun tarekat sangat diharapkan dan seharusnya
mempunyai Roh yang sering disebut dengan Spiritualitas. Demikian juga halnya
bahwa setiap orang hendaknya juga memiliki Roh ataupun Spirit yang senantiasa
menyemangati hidupnya. Seperti halnya dengan Santo Fransiskus Assisi yang
memiliki spiritualitas pelayanan. Dengan adanya spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi ini, maka para suster Kongregasi Suster Fansiskan Santa Lusia
mau dan berusaha untuk menghayati dan menghidupinya dalam setiap karya
pelayanan. Kehadiran para suster KSFL sangat diharapkan untuk mewujudkan
kerajaan Allah melalui pelayanan kasih kepada semua orang seturut teladan
Tuhan kita Yesus Kristus dalam semangat Bapak kita Santo Fransiskus dan Sr.
Lusia Dierckx (Konst KSFL, 1999: 5). Kehadiran Santo Fransiskus Assisi dalam
setiap pelayanannya sungguh menghadirkan Kerajaan Allah. Kehadirannya
menjadikan orang menjadi damai, bergembira, bersukacita, dan bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Fransiskus menyapa dan memperhatikan semua mahluk ciptaan Tuhan.
Fransiskus menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara dan bahkan
Fransiskus mengajak semua ciptaan Tuhan untuk memuji Sang pencipta.
Dalam setiap karya pelayanan, hendaknya para suster KSFL tetap berusaha
dan setia untuk menghidupi dan mewujudnyatakan spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi. Dengan menghidupi spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus
Assisi ini, kehadiran para suster KSFL dalam setiap karya pelayanan akan sangat
dirindukan karena akan banyak orang merasakan kedamaian, kegembiraan,
kesembuhan, dan sukacita. Menurut teladan Santo Fransiskus Assisi kita
mengerjakan tugas dengan rendah hati dalam semangat doa dan bakti. Kita tetap
setia kepada panggilan kita sebagai pelayan (Konst KSFL,
1999: 92).
Teladan hidup pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang telah dihidupi dan
diwujudnyatakan selama hidupnya, menjadi teladan hidup para suster KSFL
dalam segala bentuk karya pelayanan untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang.
Para suster KSFL sangat diharapkan dan seharusnya untuk tekun dan setia
mengerti dan mendalami Konstitusi Kongregasi, sehingga akan lebih mudah dan
sangat terbantu untuk menghidupi spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi
dalam setiap karya pelayanan. Dengan mengerti dan mendalami Konstitusi
berarti antara lain mengerti akan Visi dan Misi Kongregasi. Namun pada
kenyataannya bahwa para suster kurang memberi hati untuk mengerti dan
mendalami bahkan untuk membaca Konstitusi, sehingga nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya menjadi kabur. Hal ini akan memberi dampak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kurang baik kepada para suster dalam melakukan tugas perutusan. Maka tidak
jarang para suster dalam melakukan karya pelayanan merasa terpaksa, dan juga
karena kaul ketaatan, cepat merasa bosan dan akhirnya pelayanannya kurang
maksimal. Oleh karena itu dengan melihat kenyataan yang ada dan melalui studi
pustaka dan juga dengan adanya refleksi maka mengerti dan mendalami
Konstitusi, sangat penting dalam mengembangkan penghayatan spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang
para suster KSFL.
Penulis menawarkan salah satu pendekatan dan usaha membantu para
suster untuk berusaha dan tetap setia menghayati spiritualitas pelayanan Santo
Fransiskus Assisi dengan katekese model biblis. Dengan adanya kegiatan katekese
ini, para suster diajak dan disadarkan kembali akan penghayatan spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang
para suster KSFL dalam karya pelayanan. Katekese model biblis ini diharapkan
sangat membantu para suster supaya tetap berusaha dan tekun untuk mengerti dan
mendalami Konstitusi, sehingga lebih mudah untuk menghayati dan menghidupi
nilai-nilai spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam melakukan karya
pelayanan setiap saat. Usaha untuk mengerti dan mendalami Konstitusi demi
penghayatan akan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi tidaklah
mudah. Usaha ini sangat memerlukan ketekunan dan proses yang sangat panjang
untuk menghayati dan menghidupinya seumur hidup.
Penulis berharap semoga gagasan yang disumbangkan dalam skripsi ini
memberi pandangan baru dan dapat membantu perkembangan hidup para suster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dalam menghayati spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam karya
pelayanan setiap saat di mana dan ke manapun diutus oleh Kongregasi. Penulis
juga berharap semoga isi skripsi ini bermakna bagi siapa saja yang tergerak
hatinya untuk membacanya.
B. SARAN
Agar penghayatan Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi semakin
berkembang dalam karya pelayanan, maka penulis mengusulkan beberapa saran di
bawah ini sebagai berikut:
1. Para suster KSFL berusaha dan bertekun untuk membaca dan mendalami
Konstitusi, sehingga lebih mudah untuk menghayati spiritualitas pelayanan
Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injii masa sekarang dalam
karya pelayanan.
2. Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dan spiritualitas Kongregasi
boleh digunakan sebagai tema rekoleksi tahunan, sehingga para suster
semakin disadarkan dan semakin terbantu untuk menghayati dan menghidupi
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam setiap karya pelayanan.
3. Menyadari sebagai orang yang terpanggil, para suster KSFL diharapkan dan
seharusnya melayani dengan rendah hati dan sepenuh hati. Dengan demikian
pelayanan yang dilakukan merupakan pelayanan akan Tuhan sendiri melalui
pelayanan kepada semua orang khususnya bagi mereka yang menderita,
miskin, dan tersingkir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
4. Sebaiknya para suster KSFL perlu mengadakan kursus tentang spiritualitas
pelayanan Santo Fransiskus dan berusaha untuk menggali lebih mendalam
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Dengan demikian setiap
anggota KSFL semakin setia untuk menghayati dan menghidupi nilai-nilai
spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam setiap karya pelayanan.
5. Sebaiknya para suster KSFL dalam karya pelayanan hendaknya menerima
tugas perutusan sesuai dengan kebutuhan Kongregasi dan demi kebahagiaan
sesama yang dilayani. Dengan kata lain tidak memilih-milih karya yang
disukai, melayani tanpa pamrih dan selalu berusaha untuk melayani semua
orang tanpa pandang bulu.
6. Adanya pembekalan seperti: mendalami Konstitusi untuk setiap anggota
KSFL dalam perutusan untuk melakukan karya pelayanan. Dengan demikian
akan lebih mudah untuk menghayati dan menghidupi spiritualitas pelayanan
Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang.
7. Setiap suster berusaha menghayati dan menghidupi Visi dan Misi serta
melayani berdasarkan Visi dan Misi untuk jaman sekarang. Seperti halnya
melayani dengan gembira hati, berani memberikan waktu demi kepentingan
bersama tanpa menuntut istirahat dan tetap setia menghidupi hidup doa.
Dengan demikian karya pelayanan akan semakin tumbuh dan berkembang
dan karya pelayanan itu juga menjadi wadah untuk mengembangkan pribadi
dan hidup rohani para suster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
DAFTAR PUSTAKA
Andar Ismail. 2007. Selamat Berkembang. Jakarta: Gunung Mulia. Antoni Dio Martin. 2006. Smart Emosion. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anggaran Dasar 1984. Ordo III Regular Santo Fransiskus. Jakarta: Sekretariat
Keluarga Fransiskan Indonesia. SEKAFI. Atawolo, Bernardinus Andreas, OFM. 2010. Perjalanan Sarat Nilai. Medan: Penerbit Bina Media Perintis. Banawiratma, SJ. 1990. Spiritualitas Transformatif. Yogyakarta: Kanisius. Bergant Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM, 2002. Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru . Yogyakarta: Kanisius. Bigarino Marino. 2003. Legenda Perugina. Jakarta. Sekretariat Keluarga
Fransiskan Indonesia. (SEKAFI. Bodo Murray, 2002. Fransiskus Perjalanan dan Impian. Jakarta: SEKAFI. Covey Stephen. 1997. 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta: Binarupa
Aksara. Darminta, J. SJ. 1995. Hidup Religius, Hidup Gerakan Roh. Yogyakarta: Kanisius ------------------. 1973. Yesus Mendidik Para Murid, Yogyakarta: Knaisius. ------------------. 2001. Yesus Sang Pendoa. Yogyakarta: Kanisius. -----------------. 2006. Pendidikan Religiositas Sebagai Landasan Etika Profesi.
Diktat. Yogyakarta: IPPAK-JIP-FKIP-USD. Eddy Kristiyanto, Antonius, OFM. 2009. Gerakan Awal Kongregasi Peniten Rekolek. Yogyakarta: Kanisius. Harjawiyata Frans, OCSO. 1993. Arah Baru Hidup Religius. Kumpulan Dokumen
Konggar MASRI Koptari. Yogyakarta: Kanisius. Heuken, SJ. 2002. Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Huber, SJ. 1981. Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Iriarte, Lazaro. 1995. Panggilan Fransiskan. (Penerjemah: Telaumbanua,
Marinus) Sibolga: Propinsi Kapusin. (Buku asli diterbitkan tahun 1975). KSFL. Hasil Kapitel. 2005. Pematangsiantar. ------------------. 2006. Pematangsiantar. KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. ------------------. 2007. Puji Syukur. Jakarta: Obor. Kamus Bahasa Indonesia Edisi Kedua Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka. 1996. Kongregasi Umat Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. 1990.
Pedomam-Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-Lembaga Religius. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. No. 68
Kongregasi Untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik. 2004. Bertolak Segar Dalam Kristus: Komitmen Hidup Bakti yang diperbaharui di Millenium ketiga. Terj. Mgr. Alexander Djajasiswaja (Uskup Bandung). Jakarta: Departemen Dokumen dan Penerangan KWI.
Konstitusi Kongregasi Suster Fransiskan St. Lusia (Manuskrip). Pematangsiantar. 1999. Semuanya untuk semua. Diterjemahkan oleh Manalu Agnes.
Krispurwana Cahyadi, SJ. 2003. Jalan Pelayanan Ibu Teresa. Jakarta: Obor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Laba Ladjar, Leo, OFM. 2001. Karya-Karya Fransiskus dari Assisi. Jakarta: SEKAFI.
Lalu, Yosef, Pr. 2007. Katekese Umat. Komisi Kateketik KWI. Jakarta Mangunhardjana, SJ. 1985. Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, Pr. 2003. Pelayanan yang Murah Hati. Yogyakarta: Kanisius. ------------------. 2006. Spiritualitas Pelayanan Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Ridick Joyce. 1987. Kaul Harta Melimpah Dalam Bejana Tanah Liat.
Yogyakarta: Kanisius. Setyakarjana, SJ. 1997. Arah Katekese Di Indonesia. Diktat matakuliah katekese di IPPAK Pusat Kateketik Yogyakarta. Soenarja, SJ. 1986. Inspirasi Hidup Dari Hari ke Hari Dalam Terang Alkitab.
Yogyakarta: Kanisius. Subiyanto Paul. 2003. Rekoleksi. Yogyakata: Pustaka Nusatama. Sumarno, Ds. 2011. Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki (PPL PAK Paroki). Diktat Mata kuliah Semester VI. Yogyakarta: IPPAK-JIP-FKIP-USD.
------------------. 2008. The 8th Habit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Syukur, Paskalis, OFM. 2006. Identitas Fransiskan. Jakarta. SEKAFI. -----------------. 2007. Spiritualitas Fransiskan Untuk Kaum Awam. Jakarta.
SEKAFI. Telaumbanua, Marinus. OFMCap. 1999. Ilmu Kateketik. Jakarta. Obor. Yohanes Paulus II. 1996. Vita Cosecrata. (Penerjemah: Hardawiryana, SJ).
Departemen Dokumentasi Dan Penerangan KWI. Jakarta. -----------------. 2006. Catechesi Tradendae. (Penerjemah: Hardawiryana, SJ).
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Jakarta. Widadaprayitna. YR, SJ.1999. Kidung Ekaristi. (Manuskrip) Gereja Biru
Kotabaru. Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BACAAN KITAB SUCI
Markus 1: 16-20
“Yesus Memanggil Murid-Murid yang Pertama”.
16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, ia melihat Simon dan
Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka
penjala ikan.
17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan
Kujadikan penjala manusia”.
18 Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-
Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya sedang
membereskan jala di dalam perahu.
20 Yesus segera memanggil mereka daan mereka meninggalkan ayahnya,
Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.
Lukas 4: 18. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin: dan Ia
telah mengutus Aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bacaan Konstitusi
Pasal 6 Sebagai Dasar Biblis
(Lukas 4: 18)
“Roh Tuhan ada padaku.
Oleh sebab Ia mengurapi Aku
untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin
dan Ia telah mengutus aku.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI