PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2016. 3. 31. · iv PERSEMBAHAN Dengan hati yang tulus,...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2016. 3. 31. · iv PERSEMBAHAN Dengan hati yang tulus,...
-
i
JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO LULUSAN
TAHUN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Devi Pusawati
101224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang tulus, skripsi ini kupersembahkan untuk:
Allah yang Maha Kasih
Bapak dan Alm. Ibu tercinta
Kakak tercinta
Sahabat-sahabat tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar - Ra’d Ayat 11)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al- Insyirah Ayat 5)
“Hidup adalah pilihan, tidak ada pilihan yang salah, yang salah adalah bagaimana
kita yang tidak bisa menjalankan pilihan itu dengan baik.”
(Devi Pusawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2015
Penulis
Devi Pusawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Devi Pusawati
Nomor Mahasiswa : 101224080
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:
JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO LULUSAN TAHUN
2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 28 Januari 2015
Yang menyatakan,
(Devi Pusawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Pusawati, Devi. 2015. Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji penggunaan konjungsi pada skripsi mahasiswa
Program Studi Teknik Elektro tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan konjungsi di dalamnya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif derkripatif. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah mengunduh
skripsi mahasiswa melalui server perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, membaca seluruh skripsi itu, menandai kesalahan dengan alat tulis
berwarna, membuat tabel analisis data dengan memberi kode, mengelompokkan
konjungsi sesuai dengan jenisnya, dan menandai kesalahan penggunaan konjungsi
yang ditemukan. Selanjutnya, data dianalisis dengan langkah-langkah:
mengelompokkan kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam data
tersebut, mencermati kesalahan penggunaan konjungsi, menjelaskan kesalahan,
serta mengemukakan yang benar.
Dari analisis di atas ditemukan bahwa penggunaan konjungsi dalam skripsi
mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tahun 2013 masih mengandung 225 kesalahan dari 443 kali pemakaian. Kesalahan
itu meliputi konjungsi koordinatif (dan, hanya, sedangkan, kemudian, juga, dan
atau), konjungsi subordinatif (jika, maka, karena, apabila, ketika, sehingga, dan
supaya), konjungsi korelatif (antara...dengan, baik....dengan, dan baik...ataupun),
dan konjungsi antarkalimat (namun, oleh karena itu, selain itu, setelah itu, maka
dari itu, sebaliknya, dan akan tetapi). Jenis kesalahannya meliputi: penghilangan
(dan), penambahan (maka, jika, karena, apabila, juga, ketika, kemudian, hanya,
supaya, tetapi, dan atau), salah susun (dan, sedangkan, namun, sehingga, atau,
oleh karena itu, setelah itu, maka dari itu, selain itu, akan tetapi, dan sebaliknya),
dan salah formasi (antara...dengan, baik...ataupun, dan baik...dengan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada kesalahan penggunaan
konjungsi. Maka, peneliti memberikan saran agar mahasiswa Program Studi
Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lebih memperhatikan
penggunaan konjungsi dalam penulisan karya ilmiah. Adapun peneliti yang akan
datang dapat meneliti tidak hanya mengenai penggunaan konjungsi, tetapi
kesalahan pemilihan kata, kesalahan penggunan tanda baca, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
Pusawati, Devi. 2015. The Kind of Error in the Use of Conjunctions in Thesis of
Electronical Engineering Study Program Students graduates 2013 of
Sanata Dharma University Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Indonesian
Language Education and Literature, Teacher Training and Education
Faculty, Sanata Dharma University.
This study examined the use of conjunctions in seven thesis of Electrical
Engineering students in 2013. This study aimed at describing the kind of error in
the use of conjunction.
This study is a qualitative study. The steps conducted by the researcher in
collecting the data were dowloading the students' thesis through the library server
of Sanata Dharma University, Yogyakarta; reading all of those thesis; marking the
errors with colored pen; making table of data analysis by providing code;
grouping conjunction according to its kind and marking the errors in the use of
conjunction which are not appropriate with its kind; and correcting the errors
found. Furthermore the data are analysed through these steps: grouping the misuse
of conjunctions which contain in the data; observing the misuse of conjunctions;
fixing the misuse; explain the misuse; and argued that the correct.
From the analysis above, it was found that the use of conjunction in the
thesis of Electronical Engineering Study Program students of Sanata Dharma
University in 2013 still contain 225 errors from 443 times usage. Those errors
include coordinating conjunctions (and, just, whereas, then, likewise, and or);
subordinating conjunctions (if, so, because, whether, when, so that, and that);
correlating conjunctions (between...and, both...and, dan either...or); and
conjunctions between sentences (however, so, moreover, therefore, whereas, and
but). The kind of errors are: Omission (and), addition (so, if, because, whether,
likewise, when, that, then, so that, just, in order to, but, for, and or), misordering
(and, whereas, however, so, or, therefore, after, moreover, but, and otherwise),
and misformation (between, and both...and).
The results showed that there are no errors the use of conjunctions. Thus,
researchers advise that students of Electrical Engineering University of Sanata
Dharma Yogyakarta more attention to the use of conjunctions in writing scientific
papers. As for the future researchers can examine not only about the use of
conjunctions, but errors choice of words, the use of punctuation errors, and so on.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Jenis
Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi Mahasiswa Program Studi
Teknik Elektro Lulussan Tahun 2013 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak berikut ini.
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. dan Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku Dosen
Pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku triangulator yang telah
memeriksa dan memberikan beberapa revisi pada hasil analisis data, sehingga
data menjadi lebih baik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas ilmu
dan inspirasi selama proses belajar penulis.
6. Bapak Robertus Marsidiq selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh
administrasi dan persyaratan sampai akhirnya penulis dapat mengujikan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
7. Petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan
buku-buku sebagai sumber referensi dan informasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Keluarga yang selalu mendorongku untuk maju. Sutoyo Deviyanto (ayah),
Alm. Temu Wardani (ibu), Dani Vianti dan Andi Wibowo (kakak), serta Hafiz
Vian Syafaat (ponakan).
9. Teman-teman seperjuangan PBSI Lulusan Tahun 2010 yang telah memberikan
semangat dan dukungannya, khususnya teman-teman anggota skripsi payung:
Sr. Maria Fatima Kontessa, Ade Supiyanto, Rinaldus Beatus Jo, serta Nikolaus
Bonaventura Subandi.
10. Fransiska Isti N.P.R, Septi Sulistyorini, Fransiska Dike, Caecilia Asri, Natalia
Harsanti, Gusti Dinda Damarsasi, Etik Safilah, Yuni Lundiarti, Berno Beding,
dan Devy Lio Erlinda, sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat
dan menjadi tempat curahan hati.
11. Denny Raditya yang selalu memberikan semangat, memberikan perhatian,
menyabarkanku dan setia mendampingiku di kala susah ataupun senang.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Semoga segala kebaikan yang diberikan semua pihak mendapat balasan dari
Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.
Yogyakarta, 28 Januari 2015
(Devi Pusawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH SKRIPSI .................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 7
2.1 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 7
2.2 Kajian Teori ......................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa ......................................................... 9
2.2.2 Jenis Kesalahan .................................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
2.2.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ........................................... 16
2.2.4 Konjungsi ............................................................................................. 18
2.2.5 Jenis Konjungsi .................................................................................... 20
2.2.6 Fungsi Konjungsi ................................................................................. 23
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 35
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 35
3.2 Sumber Data ........................................................................................ 36
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36
3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
3.5 Triangulasi Data ................................................................................... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 41
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 41
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ................................................... 41
4.2.1 Penggolongan Konjungsi Berdasarkan Fungsi .................................... 42
4.2.1.1 Konjungsi Koordinatif ....................................................................... 42
4.2.1.2 Konjungsi Korelatif ........................................................................... 49
4.2.1.3 Konjungsi Subordinatif ..................................................................... 54
4.2.2 Penggolongan Konjungsi Berdasarkan Posisi ..................................... 62
4.2.2.1 Konjungsi Antarkalimat .................................................................... 62
4.2.3 Penghilangan......................................................................................... 70
4.2.4 Penambahan .......................................................................................... 72
4.2.5 Salah Formasi ....................................................................................... 78
4.2.6 Salah Susun ........................................................................................... 80
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 92
5.1 Simpulan .............................................................................................. 92
5.2 Saran .................................................................................................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 95
LAMPIRAN ................................................................................................. 98
BIODATA .................................................................................................... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran I (Tabulasi Data) ................................................ 99
2. Lampiran II (Jenis Kesalahan Konjungsi) .......................... 100
3. Lampiran III (Judul Skripsi Mahasiswa Teknik Elektro) ... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 90) merupakan
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Melalui
bahasa, manusia dapat berkomunikasi serta berinteraksi satu sama lain. Sebagai
alat komunikasi, bahasa adalah sarana untuk merumuskan maksud, melahirkan
perasaan, dan memungkinkan seseorang menciptakan kerjasama dengan orang
lain.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikembangkan empat keterampilan
berbahasa. Tarigan (1994: iii) mengemukakan bahwa ada empat aspek
keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu:
1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca,
dan 4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan
satu sama lain. Seseorang dapat menulis dengan baik karena banyak membaca.
Demikian pula seseorang dapat berbicara dengan baik karena banyak
mendengarkan.
Dari keempat keterampilan berbahasa itu, salah satu kompetensi yang
berperan dalam kehidupan adalah kompetensi menulis. Dalam segala bidang,
aktivitas menulis sangat dibutuhkan. Contohnya, seorang guru menulis buku
untuk menjadi sumber belajar bagi murid-murid. Guru seharusnya dapat menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dengan baik dan benar serta menggunakan kata-kata yang mudah dipahami murid-
muridnya, sehingga apa yang telah ia tulis dapat tersampaikan maksud dan
tujuannya. Contoh lain yaitu public speaker harus dapat menulis agar kata-
katanya dapat diingat oleh public. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
kompetensi menulis diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.
Dalam karya ilmiah ini, peneliti ingin menganalisis kesalahan penggunaan
konjungsi pada skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Adapun alasannya, peneliti ingin mengetahui dan
mencermati kemampuan menggunakan konjungsi pada kalimat dalam
pembahasan skripsi itu, karena penggunaan konjungsi sangat penting untuk
merangkai suatu kalimat yang baik dan benar.
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik (FT) Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan formal. Mahasiswa Program
Studi Teknik Elektro dididik mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sebuah
produk yang dapat bermanfaat dan diaplikasikan ke masyarakat. Oleh sebab itu,
produk yang dihasilkan harus dibahasakan secara benar oleh mahasiswa agar
masyarakat dapat menggunakannya dengan tepat. Untuk dapat diaplikasi atau
digunakan masyarakat dengan tepat, membahasakan sebuah produk harus
menggunakan bahasa yang benar. Ciri-ciri bahasa yang benar salah satunya adalah
penggunaan konjungsi yang sesuai dengan fungsinya. Alasan mengapa peneliti
mengambil tahun 2013 untuk melihat kekinian atau mengetahui perkembangan
sejauh mana kemampuan menulis dalam penggunaan konjungsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Penyususnan karya ilmiah, baik skripsi atau tugas akhir adalah salah satu
prasyaratan yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan studi dan
untuk memperoleh gelar sarjana. Dalam penulisan karya ilmiah, kemampuan
berbahasa Indonesia sangat diperlukan oleh mahasiswa. Maka dari itu, mahasiswa
Program Studi Teknik Elektro seharusnya memperhatikan ciri-ciri bahasa yang
benar khususnya penggunaan konjungsi dalam penulisan karya ilmiah.
Dengan objek pembahasan yang sudah dijelaskan, peneliti akan mudah
menentukan kerangka analisis dan dasar yang digunakan dalam menganalisis
skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas
Sanata Dharma. Peneliti tertarik untuk menganalisis jenis kesalahan penggunaan
konjungsi yang terdapat dalam skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro
lulusan tahun 2013 Universitas Sanata Dharma, dengan alasan untuk melihat
ketepatan penggunaan konjungsi. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di
atas, peneliti ingin merumuskan masalah yang akan diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dibuat agar penelitian menjadi lebih terarah. Rumusan
masalah penelitian ini adalah “Apa sajakah jenis kesalahan penggunaan konjungsi
pada skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan
konjungsi pada skripsi mahasiswa program studi Teknik Elektro lulusan tahun
2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang jenis kesalahan penggunaan konjungsi ini diharapkan
dapat bermanfaat.
a. Bagi Program Studi Teknik Elektro
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
kepada Program Studi Teknik Elektro mengenai jenis-jenis kesalahan
penulisan konjungsi dalam penulisan skripsi mahasiswa. Selain itu,
diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi para mahasiswa
mengenai kesalahan penulisan konjungsi dan mahasiswa diharapkan dapat
menggunakan konjungsi dengan baik serta tepat dalam penulisan karya
ilmiah.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang dapat dijadikan
acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah. Agar tidak menimbulkan
salah tafsir, berikut ini diberikan batasan-batasan istilah yang dipakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
a. Jenis Kesalahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 469) jenis diartikan
sebagai sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dsb) yang khusus;
macam. Tarigan mengatakan bahwa, kesalahan adalah penyimpangan dalam
pemakaian bahasa yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten dan sering (Tarigan, 1988: 75). Dari
pengertian itu dapat disimpulkan bahwa jenis kesalahan adalah berbagai
bentuk kesalahan berbahasa yang terjadi secara langsung dan sering.
b. Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa ialah sebuah proses yang didasarkan pada
analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas. Jelas,
dimaksudkan sesuatu yang telah ditargetkan, sedangkan objek yang dipelajari
ialah bahasa (Sri Hastuti, 1989: 73).
c. Konjungsi
Kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat
(Chaer, 2011: 103).
d. Kesalahan
Kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian bahasa yang
disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya terjadi secara
konsisten dan berlangsung lama (Tarigan 1988: 75).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
e. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Kesalahan penggunaan konjungsi dalam penelitian ini ditandai oleh
ketidaktepatan suatu kata penghubung yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Ketidaktepatan suatu kata penghubung dapat menyebabkan informasi yang
hendak disampaikan kurang jelas dan lengkap, bahkan bisa menjadikan
kalimat tersebut menjadi tidak baku.
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang
meliputi enam hal, yaitu: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan
(6) sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori yang meliputi dua hal,
yaitu: (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori. Bab
III merupakan metodologi penelitian, yang meliputi enam hal, yaitu: (1) jenis
penelitian, (2) sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data,
dan (5) triangulasi hasil analisis data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan
pembahasan, yang meliputi dua hal, yaitu: (1) deskripsi data dan (2) hasil analisis
dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang meliputi dua hal, yaitu
(1) simpulan dan (2) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Esther Kristina Wati (2009) dan Afriyani Yanuarti
(2012).
Penelitian Esther Kristina Wati (2009) berjudul Perbedaan Kemampuan
Menggunakan Konjungsi antara Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali
dan Siswa Kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta, Tahun Ajaran 2008/2009.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas
VIII SMP Negeri 3 Mendoyo, Bali, (2) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas
VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi, dan
(3) mendeskripsikan perbedaan kemampuan antara siswa kelas VIII SMP Negeri
3 Mendoyo, Bali dan Siswa Kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta dalam
menggunakan konjungsi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada hipotesis pertama diketahui
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali, dalam menggunakan
konjungsi adalah hampir sedang dan terbukti lebih tinggi daripada hipotesis,
disebabkan tiga hal. Pertama, siswa selalu bersemangat dalam mengikuti proses
belajar di kelas. Kedua, guru selalu mengoreksi tugas-tugas siswa yang berupa
karangan atau laporan. Ketiga, lingkungan sekolah SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali
yang tenang dan jauh dari keramaian. Hasil pengujian hipotesis kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana,
Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi adalah hampir sedang dan lebih
rendah daripada hipotesis, disebabkan dua hal. Pertama, siswa kurang tertarik
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan lokasi sekolah yang dekat dengan jalan
raya serta berada di tengah kota membuat suasana sekolah menjadi bising dan
tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengujian hipotesis ketiga
membuktikan bahwa ada perbedaan secara signifikan antara siswa kelas VII SMP
Negeri 3, Mendoyo, Bali dan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta
dalam menggunakan konjungsi. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran
yang diterapkan guru di setiap sekolah berbeda. Selain itu, minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa Indonesia juga berbeda. Siswa kelas VII SMP Negeri 3,
Mendoyo, Bali lebih bersemangat saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia
dibandingkan dengan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta
Penelitian Afriyani Yanuarti (2012) berjudul Analisis Kesalahan
Penggunaan Konjungsi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri
Mojotengah, Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mendeskripsikan kesalahan penggunaan preposisi pada karangan narasi
siswa kelas X SMA Negeri Mojotengah tahun ajaran 2011/2012 dan
(2) mendeskripsikan kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan narasi siswa
kelasX SMA Negeri Mojotengah tahun ajaran 2011/2012.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kesalahan penggunaan konjungsi
terjadi pada pemakaian konjungsi yang berlebihan sehingga menyebabkan
kalimatnya tidak efektif dan penggunaan konjungsi di awal kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Ketidakefektifan ini disebabkan karena adanya pemborosan kata, sedangkan
penggunaan konjungsi di awal kalimat terjadi karena kekurangcermatan peneliti
dalam menganalisis.
Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa penelitian
yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk dikaji lebih lanjut karena sering
kali pada pemakaian konjungsi masih terdapat kesalahan. Keterkaitan antara
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian di atas adalah
subjek penelitian yang digunakan sama-sama berupa konjungsi dalam suatu
wacana. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya yaitu pada hasil analisis.
Penelitian ini berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa jenis
kesalahan konjungsi meliputi: kesalahan konjungsi koordinatif, konjungsi
korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Selain itu,
didapatkan hasil bahwa jenis kesalahan penggunaan konjungsi meliputi:
penghilangan, penambahan, salah susun, dan salah formasi.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa
Sebelum membahas tentang analisis kesalahan pada penggunaan konjungsi,
terlebih dahulu harus mengetahui arti kesalahan itu sendiri. Menurut KBBI
(2008: 1207) kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan. Tarigan (1988:
75) menyatakan bahwa kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya terjadi secara
konsisten dan berlangsung lama. Hastuti (2003: 79) memberi kejelasan bahwa
yang disebut kesalahan dideskripsikan sebagai “bukan kesalahan”. Pendeskripsian
itu sebagai berikut.
(1) Penyebutan “kesalahan” lebih dideskripsikan sebagai sebuah “gelincir”;
yaitu suatu tindakan yang kurang disertai sikap berhati-hati. Ini disebabkan oleh
sifat terburu-buru ingin sampai pada tujuan. Kesalahan seperti itu dimungkinkan
disebabkan oleh sejumlah faktor eksternal linguistic, semacam kegagalan ingatan,
emosi yang meningkat, kelelahan mental atau fisk, atau kegemaran mabuk.
Karakteristik gelincir seperti ditandai bahwa pemakaian bahasa pada saat itu
menyadari kegelinciran dan ia dapat juga mengoreksi diri tanpa bantuan eksternal.
(2) Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata (diksi) yang artinya
bernuansa dengan segala kesalahan. Di samping kesalahan ada penyimpangan,
ada pula pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat kata yang bernuansa artinya,
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a) Untuk memberi kejelasan arti, kata “salah” dilawan dengan “betul”;
maksudnya apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak betul, tidak menurut
norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan,
ia belum tahu atau ia tidak tahu bahwa ada norma, kemungkinan yang lain
ia khilaf. Kalau kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, ia
tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.
b) “Penyimpangan” dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah
ditetapkan. Ia menyimpang karena tidak mau, enggan, malas mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
norma yang ada. Ia tahu benar bahwa ada norma, tetapi dengan acuh tak
acuh ia mencari norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya.
Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat
yang tak dapat dihindari karena satu dan lain hal. Sikap berbahasa ini
cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, mungkin jargon dan
prokem.
c) “Pelanggaran” memberi kesan negatif karena pemakaian bahasa dengan
penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun
ia yakin bahwa apa yang dilakukan akan berakibat tidak baik. Sikap tidak
disiplin terhadap media yang digunakan acap kali tidak mampu
menyampaikan pesan dengan tepat. Akan tetapi, masalah kedwibahasaan
yang terlibat dalam kasus itu menjadi berbeda masalahnya. Oleh karena itu,
peristiwa kedwibahasaan adalah peristiwa yang wajar terjadi pada setiap
pemakaian bahasa.
d) “Kekhilafan” adalah proses psikologi yang dalam hal ini menandai
seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada
dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Tidak salah semata, tidak
tepat benar. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah
ucap, salah susun karena kurang cermat.
Kesalahan berbahasa mempunyai dua ukuran yaitu sebagai berikut.
(1) Berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Faktor-faktor
penentu dalam komunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk
tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa
(tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, Koran, dan sebagainya), dalam peristiwa
apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran, kerja, pernyataan cinta,
dan sebagainya), dan;
(2) Berkaitan dengan aturan kaidah kebahasaan yang dikenal dengan istilah tata
bahasa (Setyawati, 2010: 14-15).
Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu
berkomunikasi atau pengguaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma
kemasyarakatan bukanlah bahasa Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia
yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia, jelas pula bukan
berbahasa dengan benar. Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan
bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor
penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan
menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
2.2.2 Jenis Kesalahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 469), jenis diartikan
sebagai sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dsb) yang khusus; macam.
Tarigan (1988: 74) mengatakan bahwa kesalahan adalah penyimpangan dalam
pemakaian bahasa yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya
terjadi secara konsisten dan sering (Tarigan, 1988: 75). Dari pengertian itu dapat
disimpulkan bahwa jenis kesalahan adalah berbagai bentuk kesalahan berbahasa
yang terjadi secara langsung dan sering.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Tarigan (1988: 145) mengatakan bahwa ada empat taksonomi yang penting
dan perlu kita ketahui mengenai kesalahan berbahasa, yaitu: (1) taksonomi
kategori linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif,
dan (4) taksonomi efek komunikatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis yang kedua, yaitu taksonomi siasat permukaan. Taksonomi siasat permukaan
lebih menyoroti bagaimana cara-cara struktur-struktur permukaan berubah, yang
meliputi kesalahan: kesalahan penghilangan, kesalahan penambahan, kesalahan
salah formasi, dan kesalahan salah susun, Tarigan (1988: 149).
1. Kesalahan “Penghilangan”
Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh
ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan
benar.
Contoh:
(a) Sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1,0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi
infra merah. (TE/2013/H 22/P1/K5)
(b) Pada perancangan ini menggunakan 6 buah motor servo sebagai penggerak tangan kanan dan kiri robot dan 1 buah motor servo sebagai
penggerak kepala robot. (TE/2013/H 47/P1/K1)
Kesalahan dalam kalimat tersebut adalah menggunakan dua buah
konjungsi yang sama dalam satu kalimat, yaitu konjungsi dan yang memiliki
fungsi untuk menyatakan penambahan. Sugono (2009: 161) mengatakan
bahwa apabila unsur kalimat majemukitu ada tiga kalimat dasar dapat
menggunakan dua buah konjungsi yang memiliki fungsi yang sama, misalnya
menggunakan dua konjungsi (dan dan serta) secara serentak. Konjungsi dan
dapat disubstitusikan dengan konjungsi lainnya, seperti serta, dan atau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Selain itu, kalimat di atas mengalami pemborosan kata. Konjungsi serta
seharusnya hadir dalam kalimat tersebut agar menjadi lebih lebih efektif.
Pembenaran contoh kalimat di atas adalah sebagai berikut.
(a) Sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1,0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah serta 1 saat sensor mendeteksi
infra merah.
(b) Pada perancangan ini menggunakan 6 buah motor servo sebagai penggerak tangan kanan dan kiri robot serta 1 buah motor servo sebagai
penggerak kepala robot.
2. Kesalahan “Penambahan”
Kesalahan yang berupa “penambahan” ini merupakan kebalikan dari
“penghilangan”. Kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir
atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
Contoh:
Bentuk salah:
Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, maka robot akan
menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.
Bentuk yang Benar:
Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, robot akan
menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.
Konjungsi jika....maka seharusnya tidak digunakan secara bersama-
sama, karena adanya konjungsi ganda dalam satu kalimat akan menjadi tidak
jelas manakah mana anak kalimat dan induk kalimat. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas bahwa kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya
suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik
dan benar, maka yang dimaksud dalam penenlitian ini adalah hadirnya
konjungsi maka yang seharusnya tidak muncul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
3. Kesalahan “Salah formasi”
Kesalahan yang berupa misformation atau “salah-formasi” ini ditandai
oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam
kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali,
maka dalam kesalahan salah-formasi ini sang pelajar menyediakan serta
memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.
Contoh:
Konjungsi antara...dengan
(a) Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1 mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dengan robot kurang dari
200 cm. (TE/2013/H 67/P1/K2)
(b) Parameter lain yang membedakan antara servo satu dengan servo lainnya adalah kecepatan servo untuk berubah dari posisi satu ke posisi
lainnya (operating speed). (TE/2013/H 25/P1/K3)
Penggunaan konjungsi korelatif yang tidak tepat, yaitu konjungsi
antara dengan konjungsi dengan. Kedua konjungsi tersebut bukan
merupakan pasangan konjungsi korelatif yang tepat. Bentuk korelatif atau
berpasangan ini lazimnya merupakan bentuk yang sudah merupakan senyawa.
Karena bentuk kebahasaan demikian ini bersifat senyawa, tentu saja sifatnya
idiomatis, artinya tidak dapat diubah sekehendak hati (Rahardi, 2009: 17).
Maka dari itu, konjungsi korelatif yang digunakan harus sesuai dengan
pasangan yang tepat. Pembenaran contoh kalimat di atas adalah sebagai
berikut.
(a) Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1 mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dan
robot kurang dari 200 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
(b) Parameter lain yang membedakan antara servo satu dan servo lainnya adalah kecepatan servo untuk berubah dari posisi satu ke
posisi lainnya (operating speed).
4. Kesalahan “Salah susun”
Kesalahan-kesalahan yang berupa “salah susun” ditandai oleh
penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem
dalam suatu ucapan atau ujaran.
Contoh:
Bentuk salah:
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manuisa, oleh
karena itu kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di
laboratorium.
Bentuk yang Benar :
Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manuisa. Oleh
karena itu, kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di
laboratorium.
Dari contoh di atas kesalahan terlihat pada susunan konjungsi yang
tidak tepat. Konjungsi antarkalimat oleh karena itu tidak tepat jika digunakan
sebagai konjungsi intrakalimat yang letaknya di tengah kalimat. Konjungsi
antarkalimat harus selalu mengawali kalimat dan di awali dengan huruf
kapital.
2.2.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Tarigan dan Lilis (Setyawati, 2010: 18) mendefinisikan analisis kesalahan
berbahasa sebagai suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau
guru bahasa yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan,
mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan
kesalahan itu.
Analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah yang harus melalui
serangkaian prosedur yang sistematis. Tarigan (1988: 67) mengatakan bahwa
rangkaian prosedur yang sistematis tersebut dimulai dari (1) pengumpulan sampel,
(2) pengidentifikasian kesalahan, (3) penjelasan kesalahan, (4) pengklasifikasian
kesalahan, dan (5) pengevaluasian kesalahan.
Terdapat berbagai tujuan dalam menganalisis kesalahan berbahasa. Dulay
(Tarigan, 1988: 142) mengemukakan bahwa pada anlisis kesalahan berbahasa
lingkup pelajar terdapat dua tujuan yang ingin dicapai oleh seorang peneliti.
Kedua tujuan tersebut yakni (1) memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk
membuat atau menarik kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa, dan
(2) memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para pengembang
kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran paling sukar diproduksi oleh para
pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling menyukarkan
atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif.
Tarigan (1988: 142) mengutarakan bahwa analisis kesalahan berbahasa
terkhusus dalam lingkup pelajar mendatangkan beberapa keuntungan. Beberapa
keuntungan tersebut yakni (1) mengetahui sebab-musabab (atau penyebab)
kesalahan itu, (2) memahami latar belakang kesalahan tersebut, (3) untuk
memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar, dan (4) untuk mencegah
atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para
pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Klasifikasi kesalahan berbahasa. Tarigan (Setyawati, 2010: 19)
mengklasifikasikan kesalahan berbahasa menjadi: (1) berdasarkan tataran
linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan
berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat),
semantik dan wacana; (2) berdasarkan kegiatan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
(3) berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan tertulis; (4) berdasarkan penyebab kesalahan
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran
dan kesalahan berbahasa karena interferensi; dan (5) kesalahan berbahasa
berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa
yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
2.2.4 Konjungsi
Terbentuknya kohesi dan koherensi dalam wacana terutama dalam wacana
tulis erat hubungannya dengan penanda hubungan yang biasa disebut konjungsi.
Banyak sumber yang mengemukakan pengertian konjungsi. Penyebutan kata atau
istilah yang berfungsi sebagai penanda hubungan ini pun bermacam-macam. Alwi
(2003: 296) menyebut konjungsi dengan istilah konjungtor, sedangkan Chaer
(2011: 140) dan Ramlan (2008: 39) menyebutnya dengan istilah kata penghubung.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang konjungsi. Alwi (2003:
296) mengutarakan bahwa konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan
dua satuan bahasa sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
dengan klausa. Chaer (2011: 140) mengatakan bahwa konjungsi adalah kata-kata
yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa,
atau kalimat dengan kalimat. Ramlan (2008: 39) mengemukakan bahwa konjungsi
ialah kata yang berfungsi menghubungkan kata/frasa/klausa dengan
kata/frasa/klausa lain. Kridalaksana (2008: 131) mengemukakan bahwa konjungsi
adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan
paragraf. Rahardi (2009: 14) mengutarakan bahwa kelas kata konjungsi atau
konjungtor menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan
satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.
Perbedaan beberapa pendapat ahli tersebut hanya terletak pada penyebutan
istilah konjungsi itu sendiri. Namun, peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat
Rahardi yang mengemukakan bahwa konjungsi atau konjungtor menghubungkan
satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan
klausa dengan satuan klausa.
Konjungsi merupakan hal yang penting dalam terbentuknya suatu wacana,
terutama dalam wacana tulis karena konjungsi berfungsi sebagai pembentuk
kohesi dan koherensi. Berbagai kata/frasa/klausa dapat terhubung dengan baik
jika terdapat suatu penanda hubung atau konjungsi. Contoh-contoh di bawah ini
dapat menunjukkan hubungan tersebut.
a. Hitam atau putih yang kamu pilih?
b. Kakak membeli baju dan adik membeli buku.
c. Nadia rajin belajar supaya Nadia pintar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
d. Ia sangat kaya. Namun, hatinya tidak sombong.
Contoh kalimat di atas dapat memperjelas bagaimana pemakaian konjungsi
untuk menghubungkan berbagai kata/frasa/klausa. Kata atau pada contoh
a) menghubungkan kata hitam dengan kata putih; kata dan pada contoh
b) menghubungkan frasa baju dengan frasa buku; kata supaya pada contoh
c) menghubungkan klausa Nadia rajin belajar dengan klausa Nadia pintar; kata
namun pada contoh d) menghubungkan kalimat ia sangat kaya dengan kalimat
hatinya tidak sombong.
2.2.5 Jenis konjungsi
Konjungsi tidak hanya terdiri dari satu macam saja. Ramlan (2008: 40)
mengemukakan bahwa berdasarkan sifat konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu
(1) konjungsi setara (koordinatif) dan (2) konjungsi tidak setara (subordinatif).
Konjungsi setara (koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan kata, frasa,
atau klausa yang sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya).
Sedangkan konjungsi tidak setara (subordinatif) adalah konjungsi yang
menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau
konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat.
Apabila dilihat dari fungsinya, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu
(1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang
kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan
klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat
(Chaer, 2011: 140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
kalimat yang kedudukannya tidak sederajat atau setara berarti konjungsi yang
hanya menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang sama tingkatan dan
kedudukannya.
Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya
tidak sederajat melainkan bertingkat, berarti konjungsi yang hanya
menghubungkan kalusa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak
sama tingkatan dan kedudukannya. Jika dilihat dari posisinya, konjungsi dapat
dibagi atas (1) konjungsi intra-kalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat.
Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi
antarkalimat atau konjungsi ekstra-kalimat adalah konjungsi yang
menghubungkan kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf, dan wacana
dengan wacana (Kridalaksana, 2005: 102-103).
Apabila dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi intra-
kalimat dibagi menjadi empat, yaitu (1) konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi
yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki
status yang sama, contoh: Ibu sedang memasak, sedangkan bapak membaca
koran; Aku akan belajar memasak ke rumahmu atau kamu belajar memasak ke
rumahku; (2) konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata,
frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.
Konjungsi ini terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa,
atau klausa yang dihubungkan, contoh: Kami tidak hanya berkata setuju, tetapi
juga harus taat; (3) konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama.
Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat, contoh: Orang itu
menghindari saya seolah-olah saya ini seorang penjahat. Di samping ketiga
konjungsi itu ada pula (4) konjungsi antar-kalimat, yaitu konjungsi yang berfungsi
pada tataran wacana atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain, contoh: Mereka pergi ke Pulau Dewata. Selain itu, mereka membeli papan
selancar (Alwi, 2003: 297).
Dari sisi perilaku sintaksisnya dalam sebuah kalimat, makna sebuah
konjungsi atau kata penghubung sesungguhnya akan dapat benar-benar kelihatan
dengan jelas hanya bilamana konjungsi atau kata penghubung itu dibicarakan
dalam konteks klausa atau kaliamat. Konjungsi atau kata penghubung dalam
bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yakni: (1) konjungsi
koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi
antarkalimat (Rahardi , 2009: 14).
Dari berbagai pemaparan di atas, peneliti lebih condong pada pendapat
Rahardi. Peneliti merasa lebih mudah memahami dan mengerti dengan apa yang
diutarakan Rahardi, bahwa konjungsi dilihat dari sisi perilaku sintaksisnya dalam
sebuah kalimat, dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) konjungsi koordinatif,
(2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat.
Macam-macam konjungsi tersebut dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan
posisinya. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi dibagi menjadi: konjungsi
subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif. Jika dilihat dari segi
posisinya dibagi atas konjungsi antarkalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
2.2.6 Fungsi konjungsi
Selain adanya perbedaan jenis, pemakaian konjungsi juga mempunyai
fungsi masing-masing. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan
oleh konjungsi, fungsi atau tugas konjungsi dapat dibedakan menjadi delapan
belas fungsi. Adapun kedelapan belas fungsi dan tugas tersebut
yaitu: (1) penambahan, (2) urutan, (3) pilihan, (4) gabungan, (5) perlawanan,
(6) temporal, (7) perbandingan, (8) sebab, (9) akibat, (10) syarat, (11) tak
bersyarat, (12) pengandaian, (13) harapan, (14) perluasan, (15) pengantar obyek,
(16) cara, (17) perkecualian, dan (18) pengantar wacana (Kridalaksana, 2005:
104-105).
(1) Penambahan
Konjungsi yang berfungsi sebagai penambahan ini merupakan jumlah atau
banyaknya hal juga benda yang dimaksud. Contoh konjungsinya: dan,
selain, tambahan lagi, dan bahkan.
(2) Urutan
Konjungsi yang berfungsi sebagai urutan ini memperjelas urutan atau
sistematikanya suatu hal yang dijelaskan, misalkan urutan kejadian atau
urutan membuat sesuatu. Contoh konjungsinya: lalu,lantas, dan kemudian.
(3) Pilihan
Konjungsi yang berfungsi sebagai pilihan ini memperjelas hal atau sesuatu
yang mana yang akan dipilih. Contoh konjungsinya: atau dan entah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
(4) Gabungan
Konjungsi yang berfungsi sebagai gabungan ini memperjelas adanya
gabungan antara dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh
konjungsinya: baik.....maupun.
(5) Perlawanan
Konjungsi yang berfungsi sebagai perlawanan ini memperjelas suatu yang
berlawanan. Contoh konjungsinya: tetapi, hanya, dan sebaliknya.
(6) Temporal
Konjungsi yang berfungsi sebagai tempiral ini hampir sama seperti
konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, yaitu untuk memperjelas waktu
kejadian. Contoh konjungsinya: ketika dan setelah itu.
(7) Perbandingan
Konjungsi yang berfungsi sebagai perbandingan ini memperjelas bagaimana
perbandingan antara dua hal atau lebih. Contoh konjungsinya: sebagaimana
dan seolah-olah.
(8) Sebab
Konjungsi yang berfungsi sebagai sebab ini memperjelas apa penyebab dari
akibat yang ada. Contoh konjungsinya: karena dan lantaran.
(9) Akibat
Konjungsi yang berfungsi sebagai akibat ini memperjelas akibat apa yang
ditimbulkan dari suatu perbuatan. Contoh konjungsinya: sehingga dan
sampai-sampai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
(10) Syarat
Konjungsi yang berfungsi sebagai syarat ini memperjelas syarat untuk
melakuakn suatu hal. Contoh konjungsinya: jikalau dan asalkan.
(11) Tak bersyarat
Konjungsi yang berfungsi sebagai tak bersyarat ini memperjelas bahwa hal
yang terjadi tidak mempunyai syarat. Contoh konjungsinya: meskipun dan
biarpun.
(12) Pengandaian
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengandaian ini memperjelas suatu yang
diandaikan, dipikirkan, atau diinginkan. Contoh konjungsinya: andai kata,
sekiranya, dan seumpama.
(13) Harapan
Konjungsi yang berfungsi sebagai harapan ini memperjelas bagaimana
keinginan dari subjek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya: agar,
supaya, dan biar.
(14) Perluasan
Konjungsi yang berfungsi sebagai perluasan ini memperjelas keterangan
tempat yang diinginkan. Contoh konjungsinya: yang, di mana, dan tempat.
(15) Pengantar obyek
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar obyek ini menegaskan apa
peranan obyek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya: bahwa dan yang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
(16) Cara
Konjungsi yang berfungsi sebagai cara ini menegaskan bagaimana cara
melakukan atau membuat sesuatu. Contoh konjungsinya: sambil dan seraya.
(17) Perkecualian
Konjungsi yang berfungsi sebagai perkecualian ini menegaskan mengenai
perkecualian suatu hal. Contoh konjungsinya: kecuali dan selain.
(18) Pengantar wacana
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar wacana ini memperjelas
wacana baru dari wacana sebelumnya. Contoh konjungsinya: sebermula,
adapun, dan maka.
Dari kedelapan belas macam fungsi konjungsi di atas, ada beberapa fungsi
konjungsi yang tidak lazim digunakan dalam wacana. Fungsi-fungsi yang sering
atau lazim dipakai adalah konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, perlawanan,
tak bersyarat, perluasan, pengantar obyek, perkecualian, dan pengantar wacana.
Konjungsi-konjungsi yang lain juga dipakai, tetapi pemakaiannya jarang atau
tidak lazim. Hal tersebut karena ada kata-kata yang berfungsi sebagai konjungsi
yang belum begitu dikenal oleh banyak orang, seperti konjungsi sebermula dan
seraya. Pemakaian konjungsi tersebut menjadi tidak lazim karena konjungsi
tersebut belum begitu dikenal banyak orang.
Chaer (2011: 140-141) membedakan fungsi konjungsi menjadi dua, yaitu
konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat dengan konjungsi yang
kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya
setara atau sederajat adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
(1) Menyatakan penambahan; dan, dengan, dan serta.
(2) Menyatakan pemilihan; atau.
(3) Menyatakan pertentangan; tetapi, namun, sedangkan, dan sebaiknya.
(4) Menyatakan pembetulan; melainkan, dan hanya.
(5) Menyatakan penegasan; bahkan, malah(malahan), lagipula, apalagi, dan
jangankan.
(6) Menyatakan pembatasan; kecuali dan hanya.
(7) Menyatakan urutan; lalu, kemudian, dan selanjutnya.
(8) Menyatakan penyamaan; yaitu, yakni, bahwa, adalah, dan ialah.
(9) Menyatakan kesimpulan; jadi, karena itu, dan oleh sebab itu.
Adapun fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat,
yaitu:
(1) Menyatakan sebab; sebab dan karena.
(2) Menyatakan syarat; kalau, jikalau, jika, bila, apabila, dan asal.
(3) Menyatakan tujuan; untuk, agar, supaya, demi, dan bagi.
(4) Menyatakan waktu; ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, setelah, sejak,
semenjak, selagi, dan tatkala.
(5) Menyatakan batas akhir; sampai, hingga, dan sehingga.
(6) Menyatakan pengandaian; andaikata, seandainya, dan andaikan.
(7) Menyatakan perbandingan; seperti, sebagai, dan laksana.
(8) Menyatakan penyungguhan; meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun,
sekalipun, dan kendatipun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Dari fungsi-fungsi yang dibedakan di atas, secara umum dapat disimpulkan
bahwa penggunaan atau fungsi konjungsi yang dipaparkan merupakan konjungsi
yang sudah lazim digunakan banyak orang.
Ramlan (2008: 38-62) membagi dua jenis konjungsi berdasarkan sifat
hubungannya, yaitu konjungsi setara dan konjungsi tidak setara. Fungsi konjungsi
setara dapat diperinci seperti berikut ini: konjungsi yang menandai pertalian
semantik penjumlahan, perurutan, lebih, dan perlawanan atau pertentangan.
Konjungsi-konjungsi di atas merupakan konjungsi yang biasa dipakai untuk
menghubungkan kata, frasa, klausa yang menghubungkan sejajar atau setara
(sama tingkatannya dan kedudukannya). Di samping fungsi konjungsi setara, ada
pula fungsi konjungsi tidak setara. Adapun fungsi konjungsi tidak setara, yaitu
sebagai berikut: konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik waktu,
perbandingan, sebab, akibat, syarat, harapan, penerang, isi, perlawanan,
pengandaian, penjumlahan, perkecualian, cara, dan kegunaan. Seperti halnya jenis
konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi tidak setara seperti dipaparkan di
atas, secara umum pemakaiannya sudah lazim digunakan dalam suatu wacana.
Rahardi (2009: 14) mengatakan bahwa makna konjungsi atau kata
penghubung, dilihat dari sisi perilaku sintaksisnya dalam sebuah kalimat, akan
dapat benar-benar kelihatan dengan jelas hanya bilamana konjungsi atau kata
penghubung itu dibicarakan dalam konteks klausa atau kalimat. Konjungsi atau
kata penghubung dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yakni: (1)
konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4)
konjungsi antarkalimat. Penggolongan konjungsi berdasarkan fungsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
posisinya. Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi konjungsi koordinatif, konjungsi
korelatif, dan konjungsi subordinatif. Berdasarkan posisinya dibagi atas konjungsi
antarkalimat.
1) Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif ialah kata penghubung yang bertugas menghubungkan
dua unsur kebahasaan atau lebih yang cenderung sama tataran atau tingkat
kepentingannya dan memiliki status yang sama. Artinya, konjungsi ini
menghubungkan antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan
klausa, dan seterusnya.
Macam-macam konjungsi koordinatif yang lazim digunakan ialah: dan, serta,
atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Konjungsi koordinatif ini, masih
sering dijumpai diberbagai tulisan, konjungsi koordinatif dianggap dan digunakan
sebagai konjungsi antarkalimat. Bentuk koordinatif „padahal‟, misalnya saja,
sangat sering dianggap mampu menempati posisi antarkalimat. Tentu saja,
pemakaian konjungsi atau kata penghubung koordinatif yang demikian ini tidak
dapat dibenarkan dalam hal tulis-menulis.
Contoh:
Bentuk salah:
Dia tidak lulus dengan nilai yang optimal. Padahal, dalam beberapa hari ini dia
sudah berusaha mempersiapkan dengan baik.
Bentuk yang Benar:
Dia tidak lulus dengan nilai yang optimal, padahal dalam beberapa hari ini dia
sudah berusaha mempersiapkan dengan baik.
Bentuk salah:
Rangkaian catu daya12Vdcditunjukkan pada gambar 3.10a. Sedangkan
pengaturan nilai tegangan 5Vdc menggunakan komponen LM7805T, dengan arus
maksimal sebesar 1A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
Bentuk yang Benar:
Rangkaian catu daya12Vdcditunjukkan pada gambar 3.10a, sedangkan
pengaturan nilai tegangan 5Vdc menggunakan komponen LM7805T, dengan arus
maksimal sebesar 1A.
2) Konjungsi Korelatif
Konjungsi atau kata penghubung korelatif ialah kata penghubung yang
bersifat korelatif. Artinya, konjungsi-konjungsi ini harus hadir berpasangan atau
berkorelasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dari sisi fungsinya dalam
kalimat, konjungsi ini bertugas menghubungkan dua kata, dua frasa, atau dua
klausa yang memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama.
Macam-macam konjungsi korelatif, yaitu: baik...maupun, tidak hanya...tetapi
juga, bukan hanya...melainkan juga, demikian...sehingga, sedemikian
rupa...sehingga, apakah...atau, entah...entah, dan jangankan...pun.
Contoh:
Bentuk salah:
Baik tahapan analisis data ataupun tahapan pembahasan data harus dicermati
dengan baik oleh pembimbing akademik.
Bentuk yang Benar:
Baik tahapan analisis data maupun tahapan pembahasan data harus dicermati
dengan baik oleh pembimbing akademik.
Bentuk salah:
Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1
mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dengan robot kurang dari 200 cm.
Bentuk yang Benar:
Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1
mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dan robot kurang dari 200 cm.
Berdasarkan contoh kasus penggunaan konjungsi di atas, konjungsi
baik...ataupun dan antara....dengan merupakan bentuk penggunaan konjungsi
korelatif yang salah. Bentuk konjungsi baik...maupun sering dianggap sama saja
dengan bentuk salah baik...ataupun. Bentuk konjungsi antara...dengan sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
dianggap sama dengan bentuk salah antara....dan. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan konjungsi korelatif yang demikian ini adalah
bahwa dalam bentuk korelatif merupakan bentuk kebahasaan yang sudah
merupakan senyawa. Sebagai bentuk yang sifatnya senyawa, tentu saja bentuk
kebahasaan tersebut bersifat idiomatis. Nah, karena sudah merupakan bentuk yang
sifatnya idiomatis, maka bentuk korelatif baik....maupun dan antara....dengan itu
tidak dapat diubah atau dimodifikasi lagi dengan semaunya.
3) Konjungsi Subordinatif
Konjungsi atau kata penghubung subordinatif ialah kata penghubung yang
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat atau yang bertugas
menghubungkan dua buah klausa atau lebih.
Macam-macam konjungsi subordinatif berdasarkan pada perilaku sintaksis
dan perilaku semantisnya, yaitu:
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan waktu: sejenak,
sejak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,
selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sehabis, selesai, seusai, hingga,
dan sampai.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan syarat: jika,
kalau, jikalau, asalkan, bila, dan manakala.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan pengandaian:
andaikan, seandainya, umpamanya, dan sekiranya.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan tujuan: agar,
supaya, dan biar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan konsesif: biarpun,
meski, meskipun, walau, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendati, dan
kendatipun.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan pembandingan: seakan-
akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada,
dan alih-alih.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan sebab: karena, oleh
karena,dan oleh sebab.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan hasil: sehingga, sampai,
sampai-sampai, maka, dan makanya.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan alat: dengan dan tanpa.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan cara: dengan dan tanpa.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan komplementasi: bahwa.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan atributif: yang.
- Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan perbandingan:
sama.....dengan, lebih.....dari, dan lebih....daripada.
Kasus kebahasaan berkenaan dengan konjungsi subordinatif:
Contoh: jika......maka dan apabila...maka
Bentuk salah:
Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, maka robot akan
menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.
Bentuk yang Benar:
Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, robot akan menggerakkan
tangan dan memberi salam dengan suara.
Bentuk salah:
Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, maka arus basis yang
dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Bentuk yang Benar:
Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, arus basis yang
dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya.
Bentuk kasus kebahasaan seperti itu merupakan konjungsi ganda. Dapat
dikatakan sebagai konjungsi ganda, karena faktanya konjungsi hadir sekaligus
dalam satu bentuk kebahsaan. Konjungsi yang digunakan secara ganda semacam
itu, maka akan menjadi sangat tidak jelas dan kabur, manakah sesungguhnya
klausa yang menjadi anak kalimat, dan manakah klausa yang menjadi induk
kalimatnya. Secara normatif, bagian kalimat yang merupakan anak kalimatlah
yang harus diawali dengan konjungsi subordinatif. Adapun bagian yang
merupakan induk kalimat, sama sekali tidak boleh diawali oleh konjungsi
subordinatif. Jika klausa induk dan klausa anak sama-sama didahului oleh
konjungsi, maka klausa-klausa itu akan menjadi tidak jelas keberadaannya.
4) Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi atau kata penghubung antarkalimat ialah kata penghubung yang
menghubungkan ide atau gagasan pada kalimat yang satu dengan ide atau gagasan
pada kalimat yang lainnya. Baik dalam konteks lisan maupun konteks tulis,
konjungsi antarkalimat itu harus selalu berada di awal kalimat karena memang
tugas pokoknya adalah mengawali kalimat yang baru.
Adapun contoh-contoh konjungsi antarkalimat dalam bahasa Indonesia dapat
disebutkan sebagai berikut: biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun
demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun
demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, kemudian,
sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, akan tetapi,
namun, kecuali itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah,
bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh
sebab itu, dan sebelum itu.
Contoh pemakain konjungsi antarkalimat:
Bentuk salah:
Penggunaan 1 buah mikrokontroler menyebabkan sensor ultrasonik tidak
bekerja dengan baik, oleh karena itu digunakan 2 buah mikrokontroler secara
lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran L41-L64.
Bentuk yang Benar:
Penggunaan 1 buah mikrokontroler menyebabkan sensor ultrasonik tidak
bekerja dengan baik. Oleh karena itu, digunakan 2 buah mikrokontroler
secara lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran L41-L64.
Bentuk salah:
Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian
menggunakan kapasitor 6µF dan 8µF, namun arus buta yang dihasilkan
sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.
Bentuk yang Benar:
Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian
menggunakan kapasitor 6µF dan 8µF. Namun, arus buta yang dihasilkan
sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.
Berdasarkan contoh di atas, sangat kelihatan bahwa makna yang diemban
oleh konjungsi-konjungsi itu sangat bermacam-macam. Satu hal lagi yang ahrus
diperhatikan, di dalam pembicaraan ihwal konjungsi antarkalimat ini adalah
bahwa ide-ide atau gagasan-gagasan yang dihubungkan oleh konjungsi-konjungsi
antarkalimat itu masing-masing berada di dalam kalimat yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Skripsi
Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Arikunto (1990: 309) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status
gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian. Subjek penelitian tersebut dapat berupa perilaku, persepsi,
motivasi,dan tindakan secara holistik dengan cara yang holistik dalambentuk kata-
kata dan bahasa, pada konteks yang alamiah dengan metode alamiah (Moleong,
2006: 6).
Fenomena tersebut dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode deskriptif kualitatif.
Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006: 4) menyatakan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati secara holistik (utuh). Oleh karena itu, dalam hal ini tidak boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata. Moleong (2006: 11)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif yang
bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan
data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Data tersebut
dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
3.2 Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 2006: 129). Sumber data penelitian ini berupa skripsi-skripsi
mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Lulusan tahun 2013 dipilih karena peneliti ingin melihat
kekinian atau mengetahui perkembangan kemampuan menulis dalam hal
penggunaan konjungsi. Sumber data yang diteliti berupa kalimat-kalimat yang
mengandung kesalahan penggunaan konjungsi pada skripsi tersebut. Skripsi-
skripsi tersebut diperoleh dari perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2008: 63) mengemukakan adanya empat teknik pengumpulan
data, yaitu (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
(4) gabungan/triangulasi. Sugiyono (2011: 240) menjelaskan bahwa dokumen
merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan dokumen ini
berkaitan dengan apa yang disebut analisis isi. Cara menganalisis dokumen
tersebut adalah dengan memeriksa dokumen secara teliti. Pada penelitian ini
dokumen yang digunkan adalah tujuh buah skripsi mahasiswa.
Guba dan Lincoln (Moleong, 2006: 216) mendefinisikan dokumen adalah
bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan dari penyidik. Dokumen
sejak dulu sudah digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena
dokumen dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Dokumen dibagi atas dua
macam, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Moleong (2006: 219) membagi dokumen menjadi dokumen internal dan
dokumen eksternal. Dokumen internal dapat berupa memo, pengumuman,
maupun instruksi dari suatu lembaga. Sementara itu, dokumen eksternal dapat
berupa majalah, bulletin, pernyataan, dan berita. Fungsi dari dokumen eksternal
yaitu dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan
lain-lain.
Secara khusus teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Peneliti mencari dokumen atau data yang berupa skripsi-skripsi
mahasiswa Teknik Elektro tahun 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dengan cara mengunduh data-data tersebut dari komputer server perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengumpulkan
data adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
1) Mengunduh skripsi mahasiswa Teknik Elektro melalui server perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2) Membaca seluruh skripsi itu.
3) Menandai kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan
konjungsi dengan alat tulis berwarna.
4) Membuat tabel analisis data dengan memberi kode.
Contoh: (TE/2013/H1/P1/K1)
Keterangan:
TE : Teknik Elektro
2013 : Skripsi Tahun 2013
H1 : Halaman 1
P1 : Paragraf ke 1
K1 : Kalimat ke1
5) Mengelompokkan konjungsi sesuai dengan jenisnya.
6) Menandai kesalahan penggunaan konjungsi yang ditemukan.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasi data, memilih-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan dapat memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain, Bogdan dan Biklen (Moleong 2006: 248).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Penelitian ini tidak menggunakan analisis statistik, tetapi analisis isi. Eriyanto
(2011: 10) mengatakan bahwa analisis isi adalah metode ilmiah untuk
mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan
dokumen (teks).
Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisis data
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mengelompokkan kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam data
tersebut.
2) Mencermati kesalahan penggunaan konjungsi.
3) Menjelaskan kesalahannya.
4) Mengemukakan yang benar.
3.5 Triangulasi Data
Penelitian ini disahkan penemuan-penemuannya agar interpretasi yang
diperoleh dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti melakukan
triangulasi terhadap analisis data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2006: 330). Denzin (1978: 12) membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik,
dan teori.
Menurut Patton (Moleong, 2006: 330) mengutarakan bahwa triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Pada triangulasi dengan metode. Patton (Moleong, 2006:
331) menjelaskan bahwa terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
(2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Triangulasi dengan penyidik berarti memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data. Lincoln dan Guba (Moleong, 2006: 331) menjelaskan bahwa
triangulasi dengan teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (Moleong. 2006: 331)
berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu
dinamakannya penjelasan banding.
Penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Triangulasi ini dilakukan
dengan cara mencari data yaitu berupa skripsi-skripsi mahasiswa Program Studi
Teknik Elektro tahun 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, kemudian
dibaca dengan cermat dan dianalisis.
Adapun langkah-langkah triangulasi data pada penelitian ini yaitu peneliti
menyerahkan data hasil analisis kepada seseorang yang dianggap berkompetensi
untuk menjadi triangulator. Triangulator kemudian memeriksa dan memberikan
beberapa revisi pada hasil analisis data tersebut. Selanjutnya, peneliti
memperbaiki kesalahan yang telah ditriangulasi dan memberikan kembali kepada
triangulator agar menandatangani data hasil analisis yang sudah baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang diperoleh secara keseluruhan ialah 23 macam konjungsi yang
dipakai sebanyak 443 kali. Kedua puluh tiga konjungsi itu adalah: dan, sehingga,
sebaliknya, hanya, sedangkan, kemudian, juga, atau, ketika, maka,
antara...dengan, baik...dengan, baik...ataupun, jika, karena, apabila, namun,
supaya, oleh karena itu, selain itu, setelah itu, maka dari itu, dan akan tetapi.
Data yang dianalisis meliputi: konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif,
konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Dari data tersebut diperoleh
225 kesalahan (Lampiran I).
Data jenis kesalahan meliputi: penghilangan (dan), penambahan (maka, jika,
karena, apabila, juga, ketika, kemudian, supaya, hanya, dan atau), salah susun
(dan, sedangkan, namun, sehingga, atau, oleh karena itu, setelah itu, maka dari
itu, selain itu, akan tetapi, dan sebaliknya), dan salah formasi (antara...dengan,
baik...ataupun, dan baik...dengan). (Lampiran II)
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan
Dalam skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata
Dharma lulusan tahun 2013, peneliti menemukan 443 kesalahan penggunaan
konjungsi. Data kesalahan yang ada kemudian dianalisis dengan cara
mengelompokkan, mencermati, dan memperbaiki kesalahan penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
konjungsi yang terdapat dalam data tersebut. Selanjutnya, data dikelompokkan
berdasarkan jenis kesalahan penggunaan konjungsi, lalu hasil analisis
dihubungkan dengan rumusan masalah. Jenis konjungsi itu meliputi: (1) konjungsi
koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi
antarkalimat. Selain itu jenis kesalahan penggunaan konjungsi itu meliputi:
(1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah susun, dan (4) salah formasi. Bentuk
kesalahan itu akan dibahas sebagai berikut.
Macam-macam konjungsi tersebut dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan
posisinya. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi dibagi menjadi: konjungsi
subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif. Jika dilihat dari segi
posisinya dibagi atas konjung