PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK … ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi Tidak sanggup aku...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK … ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi Tidak sanggup aku...
POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi
Oleh :
Christina Alfi
NIM : 028114147
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan…. Engkau menyelidiki dan mengenal aku
Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri Engkau mengerti pikiranku dari jauh…
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring Segala jalanku Kau maklumi…
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan… Sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui, ya Tuhan...
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku… Dan Engkau menaruh tangan Mu keatasku…
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi…
Tidak sanggup aku mencapainya
(Mazmur 139:1-6)
Aku melupakan apa yang telah di belakangku…
Dan aku mengarahkan diri pada apa yang di hadapanku, Dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah…
Yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:13-14)
Tuhan, engkau mengetahui segala keinginanku… Dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi Mu….(Mazmur 38:10)
FirmanMu…
Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu
Aku akan melakukannya…(Yoh 14:14)
Aku tahu…
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit… Ada waktunya….(Pengkotbah 3:1)
Ini waktunya…. Dengan penuh kerendahan hati, karya sederhana ini aku persembahkan untuk :
JESUS, My Saviour & My Master, My Very Best Friend & My Everything,
Mama dan Papa tersayang, My bro’ Aan and All Of My Sisters
Sahabat-sahabatku tercinta, Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Buah kemlaka (Phyllanthus emblica L.) adalah salah satu buah yang banyak digunakan sebagai obat tradisional terutama di India. Salah satu penggunaan buah kemlaka secara tradisional adalah sebagai obat diare. Kandungan kimia utama dalam buah kemlaka adalah polifenol termasuk di dalamnya tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus, untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus dan untuk mengetahui kandungan kimiawi dalam infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan Metode Difusi menggunakan paper disk, sedangkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka dilakukan dengan metode dilusi padat. Analisis statistik dilakukan dengan Uji t (t-Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol adalah 1,5% dan infusa adalah 4%. Berdasarkan uji kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT ) menggunakan fase diam Silika Gel GF 254 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100 : 11 :11 : 27) serta dideteksi dengan sinar UV 254 dan UV 365 didapat harga Rf untuk ekstrak etanol 0,83, sedangkan untuk infusa didapat harga Rf 0,82. Setelah disemprot dengan FeCl3 didapat bercak berwarna hitam kebiruan sehingga didapat kemungkinan senyawa yang aktif sebagai antibakteri adalah tanin. Kata kunci: Antibakteri, Infusa, Ekstrak Etanol, Buah Kemlaka, S. aureus,
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Kromatografi Lapis Tipis (KLT ).
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
One of plants, which the society uses as traditional medicine especially in India is kemlaka (Phyllanthus emblica L.). It can be used traditionally as diarrhea medicine. The main chemical content of kemlaka is polyphenol including tannin. This research is aimed to know antibacterial activity and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of infusion and etanol exstract of kemlaka against S. aureus, and also to know the chemical content in infusion and etanol exstract of kemlaka which is assumed has an antibacterial activity against S. aureus.
This research was a pure experimental using two ways complete random design. Antibacterial activity was determined by diffusion method using paper disk whereas the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bacterisidal Concentration (MBC) of etanol extract and infusion of kemlaka was identified by dilution method. t-test was used to analyzed the data.
The result showed that etanol extract and infusion of kemlaka possesed an antibacterial activity against S. aureus. The MIC of etanol extract was 1,5 % and the MIC of infusion was 4 %. Qualitative determination using Thin Layer Chromathography (TLC), applying Silica Gel GF 254 as stationary phase and etil acetate : formic acid : acetate acid : water (100 : 11 :11 : 27) as mobile phase. Yield Rf was 0,83 for etanol exstract and 0,82 for infusion. When the spot was introduced to FeCl3, it turned blue black, indicating that the spot contain tannin. Key words: Antibacterial potency, Infusion, Etanol extract, Kemlaka, S. aureus,
Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bacterisidal Concentration (MBC), Thin Layer Chromatography (TLC).
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih
karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi yang
berjudul POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL
DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada program studi Ilmu Farmasi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak dalam hal materi, motivasi, doa,
pengarahan dan bimbingan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Papa Lukas Rismanto, Mama Debora Winarni dan Adik Aan dan Hanna,
om dan bulik tercinta, terima kasih atas dukungan doa dan kasih sayang
yang tiada habisnya.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M. Si., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi.
4. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., yang selalu bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk
skripsi ini
6. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M. Si., selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk
skripsi ini.
7. Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Sigit dan Mas Andre serta semua
laboran yang telah membantu selama penelitian.
8. Sahabat-sahabatku Wira, Puri, Meita, Fretty, Santi, Vero, Hen, Arya,
Ciput, Yuni, Kristin. Terima kasih untuk setiap masukan, semangat,
kesedihan, keceriaan yang selalu kalian bagikan denganku.
9. Teman-temanku Leni, Nana, Via, Rendeng, Alin, kelas C kelompok E
dan F angkatan 2002. Terima kasih buat tahun-tahun yang indah.
10. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Sinta, Ayu, Prima, Didit. Terima kasih untuk semua bantuan dan
kerjasama selama pengerjaan skripsi.
11. Teman-teman KKNku, Ntry, Kak Ima, Mamas, Lena, Dwi, Andre, Mas
Eka.
12. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia
ini. Demikian pula dengan skripsi ini yang jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, dengan hati terbuka
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan
dan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, Februari 2007
Penulis
Christina Alfi
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………....................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. v
INTISARI………………………………………………………………… vi
ABSTRACT……………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xvi
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………..... 1
A. Latar belakang………………………………………………………… 1
1. Permasalahan…………………………………………………….. 2
2. Keaslian Penelitian………………………………………………. 3
3. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 3
B. Tujuan Penelitian……………………………………………………... 3
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………. 4
A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)…………………………………… 4
1. Keterangan Botani……………………………………………….. 4
2. Deskripsi Tanaman………………………………………………. 4
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Kandungan Kimia………………………………………………... 5
4. Kegunaan………………………………………………………… 6
B. Tanin………………………………………………………………….. 6
C. Penyarian……………………………………………………………... 7
D. Staphylococcus aureus………………………………………………... 8
E. Ampisilin……………………………………………………………... 10
F. Metode Pengujian Potensi Antibakteri……………………………….. 10
1. Metode Difusi……………………………………………………. 11
2. Metode Dilusi……………………………………………………. 12
G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……………………………………... 13
H. Landasan Teori……………………………………………………….. 14
I. Hipotesis……………………………………………………………… 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………. 16
B. Variabel dan Definisi Operasional……………………………………. 16
1. Variabel Penelitian………………………………………………. 16
2. Definisi Operasional……………………………………………... 17
C. Bahan dan Alat Penelitian……………………………………………. 18
1. Bahan …………………………………………………………..... 18
2. Alat……………………………………………………..………... 18
D. Tata Cara Penelitian…………………………………………………... 19
1. Determinasi Tumbuhan………………………………………….. 19
2. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan…………………………...... 19
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pembuatan Serbuk………………………………………………… 19
4. Penyiapan Bahan Uji………………………………………………. 19
5. Pengujian Potensi Antibakteri……………………………………... 21
6. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Infus dan
Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Dilusi…………..... 22
7. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………………… 23
8. Analisis Hasil……………………………………………………… 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………...... 25
A. Determinasi Tanaman………………………………………………….. 25
B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan…………………………………. 25
C. Pengujian Potensi Antibakteri Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
Terhadap S. aureus dengan Metode Paperdisk………………………… 27
D. Penentuan KHM dan KBM Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
terhadap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat……………………...... 29
E. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol buah Kemlaka dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……………………………… 32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 37
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 37
B. Saran……………………………………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 38
LAMPIRAN………………………………………………………………... 40
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………... 54
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji………………...... 20
Tabel II Rerata Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka
Terhadap S. aureus…………………………………………. 28
Tabel III Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah
Kemlaka Terhadap S. aureus……………………………...... 28
Tabel IV Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Infus
terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan menggunakan
Metode Dilusi Padat………………………………………... 30
Tabel V Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Ekstrak
Etanol terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan
menggunakan Metode Dilusi Padat…………………….….. 30
Table VI Hasil Identifikasi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
Dengan Metode KLT…………………………..................... 35
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian………………………………... 24
Gambar 2. Profil Kromatografi Infus dan Ekstrak Etanol Buah
Kemlaka dengan Deteksi Warna FeCl3…………………...... 36
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)…… 40
Lampiran 2. Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)……………………….. 41
Lampiran 3. Buah Kemlaka (P. emblica L.)……………………………. 42
Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Infus Buah Kemlaka
Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk….... 43
Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Buah
Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper
Disk………………………………………………………… 44
Lampiran 6. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka
Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi Padat………..... 45
Lampiran 7. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah
Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi
Padat………………………………………………………... 46
Lampiran 8. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus
Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak
Plate………………………………………………………... 47
Lampiran 9. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan
Metode Streak Plate……………………………................... 48
Lampiran 10. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan
Deteksi UV 254 nm………………………………………… 49
Lampiran 11. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan
Deteksi UV 365 nm………………………………………… 50
Lampiran 12. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan
Deteksi FeCl3………………………………………............. 51
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Infus Terhadap
S. aureus……………………………..……………………... 52
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol
Terhadap S. aureus……………………………..…………... 53
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar belakang
Saat ini pengobatan tradisional merupakan salah satu pilihan masyarakat
dalam mengatasi permasalahan kesehatan maupun masalah penyakit, seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada umumnya bakteri
menginfeksi manusia melalui makanan sehingga mengganggu proses pencernaan
makanan. Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat biasa menjadi
pilihan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami.
Kemlaka (Phyllanthus emblica L.) tersebar luas di Asia. Kemlaka di India
dipercaya sebagai salah satu tanaman yang sangat bermanfaat karena buahnya
dianggap sakral, bergizi, dan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Buah
kemlaka merupakan salah satu mycrobalans yang dikenal dengan baik sebagai
astringent dan sebagai zat penyamak (Anonim, 2003).
Kemlaka digunakan sebagai obat untuk gangguan pencernaan. Selain itu,
kemlaka secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi
gangguan vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan akibat jatuh
(edema), demam, sakit kepala, batuk, penyakit cacingan,anemia, epistasis, diare,
dan masih banyak lagi kegunaan yang lainnya (Anonim, 2003).
Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya
porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah
kemlaka contohnya pengobatan pada gangguan intestinal seperti diare (Anonim,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2003). Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri,
antikanker, dan anti karsinogenik (Duke, 1992 ).
Gangguan pencernaan sebagian besar disebabkan oleh patogenesis bakteri.
Bakteri penyebab gangguan pencernaan ini diantaranya adalah Staphylococcus
aureus. S. aureus adalah bakteri patogen gram positif, berbentuk bulat biasanya
tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur (Jawetz dkk,
2001).
Dalam penelitian ini, untuk dapat memberikan kajian ilmiah simplisia
buah kemlaka sebagai antibakteri maka digunakan bentuk sediaan infus dan
ekstrak etanol. Digunakan infus karena menyesuaikan dengan penggunaan selama
ini di masyarakat sebagai obat diare dalam bentuk infus. Sedangkan diujikan pula
ekstrak etanol dengan harapan dapat menyari tanin yang diduga sebagai senyawa
antibakteri dalam buah kemlaka.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian potensi antibakteri infus dan
ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus yang yang ditunjukkan dengan
diameter zona hambat, Kadar Hambat Minimal (KHM), dan Kadar Bunuh
Minimal (KBM).
1. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah infus dan ekstrak etanol buah kemlaka mempunyai potensi
antibakteri terhadap bakteri S.aureus?
b. Berapa besar Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
c. Kandungan kimia apa yang ada dalam buah kemlaka yang diduga aktif
sebagai antibakteri?
2. Keaslian penelitian
Sejauh ini dari penelusuran pustaka dan jurnal yang diperoleh, belum
pernah dilakukan uji antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka
terhadap bakteri S. aureus.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi
antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dan kandungan senyawa
dalam buah kemlaka yang berkhasiat antibakteri.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif penggunaan buah
kemlaka sebagai obat yang berkhasiat antibakteri.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk :
1. mengetahui potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka
terhadap bakteri S. aureus.
2. mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus
3. mengetahui kandungan kimia dalam buah kemlaka yang diduga aktif
sebagai antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)
1. Keterangan botani
Kemlaka merupakan tanaman yang termasuk dalam familia
Euphorbiaceae, dengan genus Phyllanthus L., dan mempunyai nama spesies
Phyllanthus emblica L. (Anonim, 2005).
Di beberapa negara, kemlaka dikenal dengan nama yang beraneka
ragam, antara lain: emblic mycrobalan (English), Malacca tree (English),
Indian gooseberry (English), Melaka, Asam melaka, Amlaka (Malaya), Ma-
Kham-Pom (Thailand), Mak-Kham-pom (Laos), Kam Lam atau Kam Lam Ko
(Kamboja), Bang ngot (Vietnam selatan), Chu me (Vietnam utara), Neli
(Philipina) (Anonim, 1987). Kemlaka, malaka, balangka, karsinta (Indonesia)
(Anonim, 2000b).
2. Deskripsi tanaman
Kemlaka adalah tanaman yang hidup liar di hutan, ladang, dan tempat-
tempat lain yang memiliki hawa panas (Anonim, 2000b). Tumbuh tersebar di
Asia Tenggara dan negara-negara lainnya terutama di daerah India. Di Jawa
umumnya terdapat hingga pada ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut,
terutama di dalam semak-semak rumput (Heyne, 1987).
Kemlaka merupakan jenis pohon meranggas atau tanaman yang
menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Tumbuhan ini pertumbuhannya
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sangat lambat dan tingginya 10-19 m dengan batang berwarna abu-abu yang
besarnya 15-28 cm (Heyne, 1987). Daun berwarna hijau, letaknya berseling,
bentuk daun sederhana, utuh dan menyirip, ujung daun tumpul, lonjong, 12-20
x 2-5 mm (Anonim, 2000a). Bunganya kecil, berwarna kuning kehijau-
hijauan, berbunga selama bulan Oktober (Anonim, 1989), bunga tidak
sempurna, uniseksual atau biseksual, berumah satu, tumbuh di ketiak
(Anonim, 2000a), biasanya bunga jantan tumbuh di bagian pangkal ranting
dengan bunga betina di atasnya (Anonim, 1987), memiliki enam buah kelopak
bunga tetapi tidak memiliki daun mahkota, bunga bersari dengan tiga benang
sari, memiliki dua kepala putik dan bakal buah yang berada di bagian atas,
memiliki tiga daun buah (Anonim, 2000a).
Buahnya berdaging, bulat kecil dengan diameter 1,5-2 cm, berwarna
hijau muda, licin atau halus, dan dapat dimakan (Anonim, 2000a). Buah
rasanya sepat, asam-asam, dan pahit (Anonim, 2000b). Bijinya kecil dan
berwarna coklat muda. (Anonim, 2000a), kurang lebih ada enam biji yang
terkandung dalam masing-masing buah. (Anonim, 1987).
3. Kandungan kimia
Kandungan kimia dalam buah kemlaka adalah kalsium, karbohidrat,
asam galat, asam glutamat, Magnesium, fosfor, phyllemblic acid, protein,
silika, sodium, sukrosa, sulfur, tanin, vitamin C, seng (Anonim, 1999).
Kandungan kimia yang terdapat pada buah yang telah dikeringkan antara lain:
karbohidrat (meliputi serat, gula/gum), polifenol, mineral (kalsium,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
magnesium, potassium, sodium, seng, besi), protein, lemak, residual moisture
(Anonim, 2003)
4. Kegunaan
Kegunaan dari tanaman ini, antara lain: buahnya dapat dimakan, untuk
memberikan makanan yang bergizi, menjaga efek penuaan dibandingkan obat-
obat yang lain, meredakan beberapa penyakit ringan, memberi peningkatan
pada daya intelegensi dan perasaan. Kemlaka juga dapat dengan cepat
mengatasi vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan (edema),
pucat, demam kronik, sakit di dada, sakit kepala, diare, batuk, gonorrhea,
epistasis, sebagai ekspektoran, cacingan, anemia, asma, memperlancar aliran
darah, menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol (Anonim, 2003 ).
B. Tanin
Tanin dinamakan juga asam tanat atau asam galotanat, ada yang tidak
berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Tanin terdiri dari
sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1987).
Tanin merupakan senyawa yang sangat kompleks, biasanya terdapat
sebagai campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air
membentuk larutan koloidal, mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat.
Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air, dan makin mudah
diperoleh dalam bentuk kristal. Tanin larut pula dalam pelarut organik yang polar,
setidak-tidaknya sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
non polar seperti benzen dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan
dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson, 1991).
Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat
pertumbuhan tumor, tanin lainnya juga dapat meracuni hati (Robinson, 1991).
Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan
anti karsinogenik (Duke, 1992 ).
B. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dalam pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif
yang dapat larut dan zat aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat,
protein, dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah
kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari
dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).
Penyarian serbuk simplisia dilakukan dengan secara berturut-turut
menggunakan pelarut penyari berbeda-beda polaritasnya, umumnya dari yang
nonpolar hingga yang polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan
memisahkan senyawa-senyawa dalam simplisia (Sudjadi, 1981).
1. Infusa
Infusa adalah cara penyarian simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit. Infus dibuat dengan cara simplisia dengan derajat halus
yang cocok dicampur dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan dalam
tangas air selama 15 menit dihitung mulai suhu di dalam panci sampai 90oC,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sambil sekali-kali diaduk. Infus diserkai selagi panas melalui kain flanel.
Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki (Anonim, 1986).
2. Perkolasi
Adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri dan
cairan diatasnya, dikurangi gaya kapiler yang cenderung untuk menahan
(Anonim, 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan Zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa
setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim,
1986).
C. Staphylococcus aureus
S. aureus termasuk dalam familia Microccaceae, yaitu sel gram positif
berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur.
Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai
metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37oC, tapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20oC-25oC). S
aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif yang bersifat patogen dengan
memfermentasi manitol dan laktosa, bersifat proteolitik, memproduksi koagulase
pigmen warna kuning emas, lipase, bersifat haemolitik dan tumbuh pada media
yang mengadung NaCl 0,9%. S. aureus biasanya ditemukan pada kulit dan
membran serta dapat menimbulkan penyakit tertentu. Bakteri ini dapat
menyebabkan terjadinya bisul, borok, serta nanah pada luka, tetapi peka terhadap
antibiotik golongan beta laktam serta peka terhadap fenol dan devirat fenol
lainnya (Jawetz dkk, 2001).
S. aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan
gastroenteritis dengan cara memproduksi toksin. Enterotoksin dari S. aureus
berfungsi pada penerimaan di usus yang meneruskan impuls ke pusat medula.
Enterotoksin ini merupakan zat yang dapat larut, suatu protein dengan BM
3,5.104, tahan terhadap pendidihan selama 30 menit atau enzim-enzim usus.
Gejala klinis gastroenteritis yang disebabkan oleh S. aureus adalah gejalanya tiba-
tiba muntah hebat sampai 24 jam. Terjadi pada orang yang makan makanan yang
sama, nausea hebat, muntah-muntah dan diare, tidak ada demam (Budianto,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
E. Ampisilin
Ampisilin merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derivat
penisilin semisintetik dengan spektrum luas. Ampisilin memiliki aktivitas
bakterisid terhadap bakteri Gram (+) maupun bakteri Gram (-) dengan mekanisme
menghambat pembentukan dinding sel, bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah
atau menyerap air dengan cara osmosis, maka dinding sel bakteri yang tidak
sempurna itu akan pecah dan bakteri akan mati.
Penisilin dan derivat penisilin lainnya tidak dapat dikombinasikan dengan
bakteriostatik lain seperti kloramfenikol dan eritromisin kecuali sulfonamid.
Khasiat Ampisilin terhadap bakteri Gram (+) lebih ringan dibanding penisilin
yang memiliki spektrum sempit.
Efek samping yang sering ditimbulkan antara lain alergi kulit (kemerah-
merahan) dan diare yang kemungkinannya disebabkan oleh absorbsinya yang
kurang baik (Tan & Rahardja, 1991).
F. Metode Pengujian Potensi Antibakteri
Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab
infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak
toksik untuk hospes (Anonim, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri (bacteriostatic) dan ada yang bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
membunuh bakteri (bacteriocide). Kadar minimal yang diperlukan untukl
menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal
sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).
Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic menjadi
bacteriocide bila kadar antibakterinya ditingkatkan (Anonim, 1995).
1. Metode Difusi
Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antimikroba
berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan mikroba karena berdifusinya
obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz dkk, 1996).
Metode difusi meliputi :
a. Cara Kirby Bouwer
Cara ini dilakukan dengan cara memulaskan suspensi mikroba
dengan konsentrasi tertentu umumnya 106 Colony Forming Unit
(CFU)/ml pada permukaan media hingga merata. Kertas disk yang
mengandung antibiotik diletakkan di atas media lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 18-24 jam, setelah itu dibaca hasilnya. Potensi antimikroba
ditentukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk
(Hugo & Russel, 1987).
b. Cara sumuran
Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bouwer. Setelah biakan
siap, dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan tegak lurus dengan
permukaan media. Ke dalam sumuran ini diteteskan larutan uji lalu
diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC (Hugo & Russel, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Cara Pour Plate
Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan suspensi bakteri
dengan agar base pada suhu 50oC dicampur sampai homogen, kemudian
dituang di atas media Muller Hinton Agar (MHA) dan dibiarkan
membeku. Disk antibiotic diletakkan di atasnya, kemudian inkubasi pada
suhu 37oC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti Kirby Bouwer.
2. Metode Dilusi
Prinsipnya adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan
suspensi bakteri dalam media. Untuk dilusi padat, tiap konsentrasi larutan uji
dicampurkan ke dalam media agar. Setelah menjadi padat kemudian ditanami
kuman (Hugo & Russel, 1987).
Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Kadar Hambat Minimal
(KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang
dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993).
Pada dilusi, masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan
suspensi makroba dalam media cair kemudian diinkubasi dan diamati
pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan kekeruhan media (Jawetz
dkk, 2001). Media yang berisi konsentrasi obat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba terlihat memiliki kekeruhan yang paling tipis
dibandingkan dengan konsentrasi obat yang tidak menghambat pertumbuhan.
Konsentrasi obat yang dapat membunuh mikroba akan memberikan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berupa media yang tidak tampak adanya pertumbuhan mikroba. Potensi
antimikroba dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat
menghambat atau membunuh mikroba (Jawetz dkk, 1996).
G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa
plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan
berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal) setelah plat atau lapisan
ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
(fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).
Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam-
macam pelarut dari polar sampai non polar, misal: air, methanol, etanol, aseton,
etil asetat, dietil eter, kloroform atau beberapa campuran (Stahl, 1985). Silika gel
paling banyak digunakan sebagai fase diam. Selain itu, yang dapat pula digunakan
sebagai fase diam antara lain: aluminium oksida, cellite, selulosa, kalsium
hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat, poliamida dan campuran dua
bahan di atas (Harbone, 1987).
Identifikasi senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan
dengan pereaksi kimia dan reaksi warna, tapi lazimnya untuk identifikasi
menggunakan harga Rf dan hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan
antara jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis depan dari titik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
awal. Harga Rf berkisar antara 0.00 dan 1.00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal. Harga hRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (hundred),
menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).
H. LANDASAN TEORI
Kemlaka digunakan untuk obat gangguan pencernaan. Selain itu, kemlaka
secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi diare, tumor
abdominal, cacingan dan masih banyak lagi kegunaan lainnya (Anonim, 2003).
Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya
porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah
kemlaka contohnya pengobatan pada gangguan intestinal seperti diare (Anonim,
2003). Tanin juga berfungsi sebagai antibakteri, anti kanker dan anti karsinogenik
(Duke, 1992).
S. aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan
gastroenteritis dengan cara memproduksi toksin (Budianto, 2003). S. aureus
merupakan bakteri anaerob fakultatif bersifat patogen. Bakteri ini dapat
menyebabkan terjadinya bisul, borok, nanah pada luka, tetapi peka terhadap
antibiotik golongan beta laktam serta peka terhadap fenol dan derifat fenol lainnya
(Jawetz dkk, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
I. HIPOTESIS
Infus dan ekstrak etanol buah kemlaka yang mengandung senyawa aktif
tanin mempunyai potensi antibakteri terhadap S. aureus serta ada perbedaan
potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka pada konsentrasi
terkecil dengan kontrol negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni sederhana
dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas adalah variasi konsentrasi infus dan ekstrak etanol buah
kemlaka. Konsentrasi infus masing-masing: 10%; 15%; 20% dan
konsentrasi ekstrak etanol masing-masing: 2,5 %; 5%; 7,5 %.
b. Variabel tergantung adalah diameter zona hambat pertumbuhan S. aureus.
c. Variabel pengacau terkendali adalah : media penanaman bakteri, suhu
inkubasi 37o C dan lama inkubasi 24 jam, suspensi bakteri 0,5 ml, suhu
pengeringan oven 50o C, diameter paper disk 5 mm, volume infus dan
ekstra etanol yang dijenuhkan ke paper disk sebanyak 20 µl , kepadatan
suspensi bakteri uji setara dengan larutan standar Mc Farland II ( 6.108
CFU/ml )
d. Variabel pengacau tak terkendali adalah: umur tanaman ± 30 tahun, umur
buah kemlaka ± 3 bulan, ukuran buah kemlaka.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1. Definisi operasional
a. Buah kemlaka adalah daging buah yang diambil dari tanaman kemlaka
berumur ± 30 th, diambil dari Ngalian, Sandiroto, Temanggung.
b. Biakan murni S. aureus diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
c. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri
uji S. aureus dan zona yang masih terdapat bakteri uji S. aureus dalam
jumlah sedikit di sekitar paper disk jika dilihat dengan mata telanjang.
d. Infusa adalah cara penyarian simplisia buah kemlaka dengan air pada
suhu 90o C selama 15 menit.
e. Ekstrak etanol buah adalah hasil penyaringan simplisia serbuk daging
buah kemlaka dengan perkolasi menggunakan cairan penyari etanol.
f. Metode dilusi adalah metode pengukuran aktivitas antibakteri dengan
cara mengencerkan infus dan ekstrak etanol buah kemlaka pada beberapa
konsentrasi untuk menentukan KHM dan KBM infus dan ekstrak etanol
g. KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimum infus
dan ekstrak etanol buah kemlaka yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri uji S. aureus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Buah kemlaka dengan umur ± 3 bulan yang diambil dari Ngaliyan,
Sandiroto, Temanggung.
b. Biakan murni bakteri S. aureus ATCC 25923 yang diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
c. Media Nutrien Agar (NA) dan Nutrien Broth (NB) (Oxioid), etanol 96 %,
paper disk 5 mm, aquadest steril, kertas saring, TLC silica gel Gf 254
(Merek), etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27)
sebagai fase gerak, pereaksi FeCl3, larutan standar Mc Farland II (6.108
CFU/ml), kontrol positif sirup kering Ampisilin 2,5%, kontrol negatif
DMSO dan aquadest, pembanding asam tanat 2,5 %.
2. Alat
Alat gelas: Erlenmeyer, pipet volume, beaker glass, cawan petri,
flakon, tabung reaksi (IWAKI / Pyrex), Laminar Air Flow (Inches W.C.),
Rotary evaporator (Janke & Kunkel, Ika-labotehnik, RV05-ST), inkubator
(Memmert, tipe BE 400, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FGR, Germany),
autoklaf (Model KT-40, ALP co.Ltd. Hamurashi Tokyo, Japan), kompor
listrik (Maspion SH-31), neraca analitik (Mettler PC 2000), oven (Memmert,
Germany), lampu UV, penyemprot reagen tampak (FeCl3), alumunium foil,
plastic film, kertas payung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tumbuhan
Determinasi bagian tanaman kemlaka dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dengan mendeterminasi bagian tanaman yaitu daun, ranting, bunga
dan buahnya menggunakan pustaka Flora of Java (Backer & Van den Brink,
1963; 1985).
2. Pengumpulan dan pengeringan bahan
Tanaman didapatkan dari Ngaliyan, Sandiroto, Temanggung dengan umur
tanaman ± 30 tahun. Daging buah diambil dari buah kemlaka dengan umur ± 3
bulan diperoleh dengan melepaskan dari bijinya dengan cara mengelupasnya.
Kemudian daging buah yang didapat dikeringkan sampai kering (dapat
dipatahkan) dalam oven pada suhu 500 C selama ± 48 jam
3. Pembuatan serbuk
Simplisia daging buah kemlaka selanjutnya dibuat menjadi serbuk dengan
cara dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian diayak.
4. Penyiapan bahan uji
a. Pembuatan infus
Infus dibuat dengan kadar 40g/100ml. Sebanyak 80 g bahan dibasahi
dengan air 200 ml ditambah air dua kali bobot bahan, kemudian dipanaskan
dalam penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu di dalam panci
infusa 900C, sambil sesekali diaduk-aduk. Infus diserkai sewaktu masih panas
dengan menggunakan kain flannel hingga diperoleh filtrat 100 ml. Infus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan kadar 10g/100ml, 15g/100ml dan 20g/100ml dilakukan dengan
mengencerkan dari infus kadar 40g/100ml, sampai kadar yang diinginkan
dalam volume 10 ml. Infus dibuat baru menjelang proses pengujian.
Tabel I . Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji Konsentrasi larutan uji
(%) Volume yang diambil dari
infus 40% (ml) 10 2,5 15 3,75 20 5
b. Pembuatan ekstrak etanol
Lebih kurang 40 g serbuk daging buah disari dengan menggunakan
metode perkolasi. Cara pembuatannya sebagai berikut: serbuk yang telah
ditimbang dibasahi dengan etanol 96% secukupnya selama 24 jam. Setelah 24
jam, serbuk dipindahkan ke dalam perkolator yang sudah dipersiapkan (di
dalamnya sudah diberi kapas dan kassa). Cairan penyari berupa etanol teknis
(95 %) dimasukkan dalam perkolator sampai lebih kurang 1 cm di atas serbuk
(terendam). Serbuk yang melayang diatas permukaan cairan penyari diatasi
dengan cara menekannya menggunakan kassa dan kapas, sehingga serbuk
tersebut bisa menyatu dengan yang lain. Aliran dalam perkolator diatur
sedemikian hingga lebih kurang 1 ml/menit. Cairan penyari harus
ditambahkan terus menerus sampai cairan didapatkan didiamkan selama 24
jam kemudian cairan penyari diuapkan dengan menggunakan vakum
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan waterbath pada suhu rendah (40o-
50o), hingga didapat ekstrak kental. Kemudian dibuat seri konsentrasi ekstrak
etanol 2,5%; 5%; 7,5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5. Pengujian potensi antibakteri
a. Pembuatan suspensi bakteri uji S. aureus
Satu ose biakan murni bakteri uji diinokulasikan pada 5 ml nutrient
broth steril, divortex, kemudian diinkubasi 24 jam. Suspensi bakteri
ditambahkan aquades steril untuk menyetarakan kekeruhannya dengan larutan
standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml).
b. Pembiakan suspensi S. aureus secara pour plate dan pengujian potensi
antibakteri.
Suspensi bakteri uji sebanyak 1 ml diinokulasikan kedalam 20 ml
nutrient agar dalam petri steril, kemudian digoyang supaya homogen. Setelah
media yang berisi suspensi bakteri uji memadat, diinokulasikan paper disk
yang telah dijenuhkan dangan infus dangan konsentrasi 10, 15, dan 20 % b/v
dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan konsentrasi 2,5; 5; dan 7,5% b/v
masing-masing 20µl. Paper disk yang lain dijenuhkan dengan 20µl Ampisilin
2,5% sebagai kontrol positif dan 20µl DMSO, 20 µl aquadest sebagai kontrol
negatif. Kemudian inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC.
Pada uji ini dilakukan replikasi 4 kali untuk setiap jenis sediaan.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati ada tidaknya zona hambat yang
ditimbulkan berupa diameter zona jernih yang terbentuk di sekeliling paper
disk setelah waktu inkubasi 24 jam, kemudian diukur zona hambatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
6. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimal (KBM) Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan
Metode Dilusi Padat
Pada pengujian potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah
kemlaka dengan metode difusi secara paper disk, diperoleh konsentrasi
terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Untuk
mengetahui KHM dan KBM, maka ditetapkan rentang konsentrasi yang lebih
kecil dari pada konsentrasi terendah sebanyak 4 variasi konsentrasi untuk
mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) dari infus dan ekstrak etanol buah kemlaka. Variasi Konsentrasi yang
dibuat untuk infus adalah 2; 4; 6; 8 %, sedangkan untuk ekstrak etanol adalah
0,5; 1,0; 1,5; 2%.
Mula-mula uji dilakukan dengan membuat suspensi bakteri uji yang
disetarakan dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml). Lalu dari
suspensi tersebut diambil 0,5 ml, ditambah dengan larutan uji sebanyak 0,5 ml
dengan kadar tertentu yang telah ditetapkan dan dicampur dengan 20 ml
Nutrient Agar cair dan dituang dalam petri, selanjutnya digoyang sampai
homogen dan dibiarkan memadat. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC, kemudian diamati banyak sedikit atau ada tidaknya pertumbuhan
bakteri uji pada berbagai variasi konsentrasi dengan ditandai notasi tertentu.
Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) ditentukan
dengan melihat kekeruhan dari media setelah diinkubasi selama 24 jam. Kadar
Hambat minimal (KHM) ditentukan dari media dengan konsentrasi terendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang masih menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan Kadar
Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dari konsentrasi pada media pertumbuhan
bakteri sudah tidak tampak lagi adanya pertumbuhan bakteri. Penegasan dari
hasil yang diperoleh dilakukan secara streak plate.
7. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ektrak Etanol Buah Kemlaka dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infus buah kemlaka
dengan konsentrasi 12% dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan konsentrasi
2,5% menggunakan pipa kapiler pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT).
Uji Kromatografi lapis tipis infus dan ekstrak etanol buah kemlaka
dengan menggunakan fase diam Silica gel GF 254, fase gerak etil asetat, asam
formiat, asam asetat, air (100:11:11:27) dan standar pembanding asam tanat
2,5%. Senyawa dielusi sampai batas yang ditentukan yaitu 10 cm. Pengamatan
dilakukan pada UV 254 nm, UV 365 nm dan reagen semprot FeCl3.
Selanjutnya dihitung harga Rf dan diamati warna bercak yang dihasilkan.
8. Analisa hasil
Uji potensi antibakteri ditunjukkan dengan data diameter zona hambat
diperoleh dengan metode pengujian menggunakan difusi paper disk pada
beberapa variasi konsentrasi dengan replikasi sebanyak 4 kali. Dari diameter
zona hambat yang diperoleh kemudian data dianalisis menggunakan uji t (t-
test) antara diameter zona hambat kontrol (-) dan konsentrasi uji terkecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Identifikasi tanaman kemlaka
Pengumpulan dan pengeringan bahan
Penyiapan bahan uji
-Konsentrasi infus: 10; 15; 20% -Konsentrasi ekstrak etanol: 2,5; 5; 7,5%
Pengujian potensi antibakteri dengan metode paper disk
-Kontrol positif: Ampisilin -Kontrol negatif: DMSO dan Aquadest -Konsentrasi infus: 10; 15; 20% -Konsentrasi ekstrak etanol: 2,5; 5; 7,5%
Penentuan KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Padat
Identifikasi kualitatif infus dan ekstrak etanol dengan metode KLT
-Fase diam : Silika Gel GF 254 -Fase gerak : Etil asetat : Asam formiat : asam asetat : air (100 : 11 : 11 : 27) -Pereaksi semprot : FeCl3
Analisis hasil
Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Dari hasil determinasi tersebut, tanaman kemlaka
yang digunakan dalam penelitian ini diketahui memiliki nama ilmiah Phyllanthus
emblica L. (lampiran 1).
B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan
Buah kemlaka yang diperoleh kemudian dicuci dengan air mengalir,
dimaksudkan untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel pada
permukaan buah, selanjutnya diangin-anginkan. Kemudian buah diambil daging
buahnya lalu dirajang dengan maksud untuk memperkecil ukuran daging buah,
sehingga mudah ditangani dalam proses berikutnya. Langkah selanjutnya adalah
pengeringan bahan yang dilakukan untuk mengurangi kadar air. Air merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, dengan demikian pengeringan
dapat mencegah terjadinya pembusukan dan bahan yang akan digunakan lebih
awet.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven karena suhu dan aliran
udaranya dapat dikontrol. Suhu pengeringan adalah 500C, karena pengeringan
bahan yang mengandung tanin harus lebih besar dari 400C untuk menghindari
oksidasi dari enzim-enzim yang masih aktif, dan harus lebih kecil dari 600C
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
untuk menghindari kerusakan karena terlalu panas dan polimerisasi (Anonim,
1996). Pengeringan dilakukan selama ± 48 jam sampai benar-benar kering (dapat
dipatahkan) supaya dapat diblender menjadi serbuk. Pembuatan serbuk dengan
menggunakan blender dengan maksud untuk memperkecil ukuran partikel bahan
dan memperbesar luas permukaan bahan agar mudah terbasahi oleh penyari.
Setelah menjadi diserbuk, bahan kemudian diayak dengan tujuan untuk
memperoleh derajat halus yang diinginkan, sehingga akan mempermudah dalam
proses perkolasi. Ayakan yang digunakan adalah ayakan dengan nomor mesh
12/50. Derajat halus serbuk buah kemlaka mengikuti derajat halus umum serbuk
simplisia yaitu 4/18. Derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan nomor
pengayak, sedangkan dalam penelitian ini pengayak yang digunakan dalam
bentuk nomor mesh. Nomor mesh menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm,
sedangkan nomor pengayak menunjukkan jumlah lubang tiap 1 cm dihitung
searah dengan panjang kawat, oleh karena itu derajat halus simplisia 4/18
dikonversikan ke nomor mesh dengan mengalikan 2,54 cm, sehingga hasilnya
yaitu 10/45. Tapi karena keterbatasan alat yang ada di laboratorium maka
digunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50. Penyarian akan bertambah baik bila
permukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas. Dengan
demikian, semakin halus serbuk seharusnya semakin baik penyariannya (Anonim,
1986). Tapi jika serbuk terlalu halus penyarian akan terganggu, oleh karena itu
tiap simplisia mempunyai derajat halus masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Pengujian Potensi Antibakteri Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
terhadap S. aureus dengan Metode Paper Disk
Pengujian potensi antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode
paper disk. Paper disk yang digunakan memiliki diameter 5 mm. Konsentrasi
infus yang digunakan 10; 15; 20%, sedangkan konsentrasi ekstrak etanol yang
digunakan 2,5; 5; 7,5%. Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO yang
digunakan sebagai pelarut ekstrak etanol dan aquadest yang digunakan sebagai
pelarut infus. Kontrol positif digunakan Ampisilin 2,5%. Ampisilin dipilih
sebagai kontrol positif karena S. aureus peka terhadap antibiotik ini. Ampisilin
memiliki aktivitas bakterisid terhadap bakteri Gram positif (+) maupun bakteri
Gram negatif (-) dengan mekanisme menghambat pembentukan dinding sel.
Volume bahan uji yang dijenuhkan dalam paper disk untuk tiap perlakuan adalah
sama yaitu 20µl. Setelah inkubasi selama 24 jam, diperoleh zona jernih disekitar
paper disk yang menunjukkan adanya penghambatan terhadap petumbuhan
bakteri uji S. aureus.
Metode difusi dipilih karena metode ini sederhana dan praktis dengan
prinsip senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan
bakteri uji. Pada penelitian ini dipilih metode difusi secara paper disk dengan
pertimbangan senyawa uji yang digunakan tidak cepat menguap sehingga pada
saat diangin-anginkan setelah pemberian larutan uji pada paper disk, senyawa
tidak akan habis. Senyawa uji akan berdifusi ke dalam media dan menghambat
pertumbuhan bakteri uji atau mematikannya, selain itu senyawa uji mempunyai
sifat polar dimana setelah senyawa yang telah dijenuhkan pada paper disk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyentuh permukaan agar, air akan diabsorbsi melewati filter paper dan
senyawa uji akan berdifusi ke dalam media disekitar paper disk.
Hasil uji antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S.
aureus pada Tabel II dan III serta lampiran 4 dan 5.
Tabel II. Rerata Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka Terhadap S.Aureus
Konsentrasi ( % ) Diameter Zona Hambat (cm) ( x ± SD)
Kontrol negatif 0 ± 0 10 0,96 ± 0,0082 15 1,01 ± 0,0096 20 1,11 ± 0,0096
Kontrol positif 3,50 ± 0,0050 Tabel III. Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S.Aureus
Konsentrasi ( % ) Diameter Zona Hambat (cm) ( x ± SD)
Kontrol negatif 0 ± 0 2,5 1,11 ± 0,0126 5,0 1,18 ± 0,0126 7,5 1,49 ± 0,0096
Kontrol positif 3,50 ± 0,0050 Senyawa yang terdapat dalam buah kemlaka antara lain adalah tanin yang
diduga aktif sebagai antibakteri. Tanin merupakan komponen oligomerik dengan
unit multi struktur yang mempunyai gugus fenolik bebas (Anonim, 1996).
Menurut Harbone (1987), senyawa-senyawa dengan gugus OH fenolik dapat
merusak membran sel dengan membentuk kompleks protein melalui ikatan
hidrogen.
Sifat polaritas suatu zat antibakteri dan sifat kepolaran dinding sel bakteri
mempengaruhi aktivitas suatu zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan
bakteri. S. aureus merupakan bakteri Gram (+) yang sifatnya polar sehingga
mudah ditembus oleh zat uji yang merupakan zat aktif yang bersifat polar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam infus dan ekstrak etanol bersifat polar
karena dari penelitian diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi zat uji, diameter
hambatan yang terbentuk makin lebar menunjukkan zat yang terdifusi ke dalam
media (yang sebagian besar kandungannya air) makin besar, sehingga didapat
bahwa makin tinggi konsentrasi zat uji, makin besar daya antibakteri. Selain itu, S.
aureus memiliki dinding sel dengan kadar lemak yang rendah, sehingga mudah
ditembus oleh senyawa-senyawa polar.
Dari diameter zona hambat yang diperoleh, kemudian dianalisis
menggunakan uji t (t-test). Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi
antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dibandingkan dengan kontrol
negatif dengan cara membandingkan nilai uji t hitung dengan t tabel. Apabila t
hitung ≥ t tabel, berarti konsentrasi terkecil infus maupun ekstrak etanol buah
kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.
Dari uji t didapatkan harga t hitung untuk infus 253,151 dan untuk ekstrak
etanol 176,030; sedangkan harga t tabel untuk infus dan ekstrak etanol adalah
sama yaitu 2,447. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung ≥ t tabel, yang berarti
konsentrasi terkecil infus maupun ekstrak etanol buah kemlaka memiliki potensi
antibakteri terhadap S. aureus.
D. Penentuan KHM dan KBM Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
terhadap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat
Penentuan KHM dan KBM infus dan ekstrak etanol buah kemlaka
terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat bertujuan untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
konsentrasi terkecil dari infus dan ekstrak etanol buah kemlaka yang dapat
menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri uji. Penentuan KHM dan KBM
dilakukan dengan menggunakan metode dilusi padat dengan cara mengamati
tingkat kekeruhan media yang telah diinokulasikan suspensi bakteri dan larutan
uji dalam petri. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan kontrol (-) dan kontrol
(+). Jika didapatkan pertumbuhan koloni bakteri lebih sedikit (ditandai dengan
kekeruhan media) dibandingkan dengan kontrol (-) berarti larutan uji
menunjukkan adanya potensi hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji.
Sedangkan jika tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri uji dan kekeruhan
media sama atau hampir sama dengan kontrol (+) berarti larutan uji memiliki
potensi membunuh bakteri. Penegasan hasil dari dilusi padat dilakukan dengan
metode streak plate untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri dengan
goresan pada media. Hasil pengamatan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan
Kadar Bunuh Minimal (KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S.
aureus tertera pada Tabel IV dan V serta lampiran 6 dan 7.
Tabel IV. Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Infusa terhadap Pertumbuhan S.Aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat
Konsentrasi infus ( % ) Pengamatan pertumbuhan S. aureus 2 ++ 4 - 6 - 8 -
Tabel V. Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol terhadap Pertumbuhan S.Aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat
Konsentrasi ekstrak etanol ( % ) Pengamatan pertumbuhan S. aureus 0,5 +++ 1,0 + 1,5 - 2,0 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Keterangan : +++ = (Pertumbuhan koloni bakteri banyak) ++ = (Pertumbuhan koloni bakteri agak banyak) + = (Pertumbuhan koloni bakteri sedikit)
- = (Pertumbuhan koloni bakteri tidak terlihat)
Dari tabel IV dapat diketahui bahwa infus pada konsentrasi 2% masih
terdapat pertumbuhan bakteri, walau tidak sebanyak kontrol (-) yang ditunjukkan
dengan kekeruhan media (lampiran 6). Hal ini berarti infus buah kemlaka pada
konsentrasi 2% memiliki potensi antibakteri bila dibandingkan dengan kontrol (-).
Infus dengan konsentrasi 4% sudah tidak tampak adanya pertumbuhan bakteri
ditunjukkan dengan adanya media yang jernih (lampiran 6). Untuk mempertegas
hasil yang diperoleh, dilakukan uji penegasan menggunakan metode streak plate
dari hasil dilusi padat. Hasil yang diperoleh dari uji penegasan dengan metode
streak plate adalah pada konsentrasi 2% dan 4% masih terdapat pertumbuhan
bakteri uji, sedangkan pada konsentrasi 6% dan 8% sudah tidak ditemukan
pertumbuhan bakteri uji (lampiran 8). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa infus dengan konsentrasi 4% merupakan Kadar Hambat Minimal (KHM)
yang merupakan konsentrasi terendah dari infus yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri uji. Sedangkan infus dengan konsentrasi 6% merupakan
Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang merupakan konsentrasi terendah infus yang
dapat membunuh bakteri uji.
Dari tabel V dapat diketahui bahwa ekstrak etanol pada konsentrasi 0,5
dan 1,0% masih terdapat pertumbuhan bakteri dan tidak sebanyak kontrol (-) yang
ditunjukkan dengan kekeruhan media (lampiran 7). Hal ini berarti ekstrak etanol
pada konsentrasi 0,5 dan 1,0% memiliki potensi antibakteri bila dibandingkan
dengan kontrol (-). Ekstrak etanol dengan konsentrasi 1,5% dan 2% sudah tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tampak adanya pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan adanya media yang
jernih (lampiran 7). Untuk mempertegas hasil yang diperoleh, dilakukan uji
penegasan menggunakan metode streak plate dari hasil dilusi padat. Hasil yang
diperoleh dari uji penegasan dengan metode streak plate adalah pada konsentrasi
0,5; 1,0; dan 1,5% masih terdapat pertumbuhan bakteri uji, sedangkan pada
konsentrasi 2,0% sudah tidak ditemukan pertumbuhan bakteri uji. Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol dengan konsentrasi
1,5% merupakan Kadar Hambat Minimal (KHM) yang merupakan konsentrasi
terendah dari ekstrak etanol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji.
Sedangkan ekstrak etanol dengan konsentrasi 2,0% merupakan Kadar Bunuh
Minimal (KBM) yang merupakan konsentrasi terendah ekstrak etanol yang dapat
membunuh bakteri uji (lampiran 9).
E. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan
Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada penelitian ini dilakukan analisis kualitatif infus dan ekstrak etanol
buah kemlaka dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis dengan KLT
mempunyai keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan singkat dan dapat
memberikan pemisahan yang baik. Sedangkan keuntungan lainnya adalah
penanganannya sederhana, cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit.
Pada analisis dengan KLT ini fase diam yang digunakan adalah Silika Gel
GF 254, karena Silika Gel GF 254 ini bersifat polar. Perbedaan kepolaran dari
fase diam dan zat uji diharapkan, agar tidak terjadi pengikatan antara zat uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dengan fase diam sehingga zat uji dapat terelusi dengan baik oleh fase gerak yang
sifatnya sama dengan zat uji. Senyawa tanin bersifat polar tapi tidak terlalu polar
yang ditunjukkan dengan tanin larut dalam pelarut organik polar hanya sampai
batas tertentu saja (Robinson, 1991). Oleh karena itu diharapkan senyawa tanin
akan terelusi oleh fase gerak yang kepolarannya lebih kecil dari fase diamnya.
Pemisahan bercak dipengaruhi oleh sifat kepolaran antara komponen senyawa
yang terkandung dalam sampel. Bila dalam sampel terdapat lebih dari satu
senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda, maka bercak yang muncul
pada plat kromatogram akan berbeda-beda juga.
Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : asam formiat : asam asetat :
air (100:11:11:27). Pembanding yang digunakan adalah asam tanat karena
kemungkinan senyawa yang mempunyai potensi antibakteri yang terdapat dalam
infus dan ekstrak etanol buah kemlaka adalah tanin.
Setelah penotolan dengan menggunakan pipa kapiler sebanyak 5 µl, plat
KLT kemudian dielusi dalam tabung yang telah jenuh oleh fase gerak. Penjenuhan
dilakukan dengan menempatkan kertas saring yang dibasahi oleh fase gerak pada
dinding tabung. Tujuan penjenuhan ini adalah agar perambatan dapat berlangsung
dengan optimal dan cepat. Elusi dilakukan hingga jarak rambat yang ditentukan
(10 cm), setelah itu diangin-anginkan supaya plat kering.
Dari hasil KLT pada pengamatan dibawah sinar UV 254 nm, didapatkan
untuk infus terdapat 3 bercak yang masing-masing berwarna kebiruan, untuk
ekstrak etanol terdapat 2 bercak masing-masing berwarna kebiruan, serta untuk
standar berwarna biru. Pada pengamatan dibawah sinar UV 365 nm, didapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk infus terdapat 1 bercak berwarna ungu gelap, untuk ekstrak etanol terdapat
1 bercak juga berwarna ungu gelap, sedangkan untuk standar juga berwarna ungu
gelap. Setelah pengamatan dengan menggunakan sinar UV, dilakukan penegasan
dengan menggunakan pereaksi warna FeCl3. Setelah disemprot menggunakan
FeCl3 didapatkan hasil untuk infus terdapat 5 bercak masing-masing dengan
warna hitam samar hingga hitam kebiruan dengan harga Rf masing-masing 0,13;
0,48; 0,60; 0,65; 0,82. Untuk ekstrak etanol terdapat 3 bercak yang masing-
masing berwarna hitam kebiruan dan hitam samar dengan harga Rf masing-
masing 0,14; 0,54; 0,83, sedangkan standar berwarna hitam kebiruan dengan
harga Rf 0,82. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel baik infus maupun ekstrak
etanol buah kemlaka mengandung tanin. Hasil identifikasi dengan menggunakan
KLT dapat dilihat pada tabel VI dan lampiran 10, 11, dan 12.
Dari hasil uji t didapat konsentrasi terkecil infus ataupun ekstrak etanol
buah kemlaka memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus. Dari uji
kualitatif menggunakan KLT didapat ada senyawa tanin dalam infus dan ekstrak
etanol buah kemlaka. Menurut Duke (1992) tanin dapat berfungsi sebagai
antibakteri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infus dan ekstrak etanol
buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus dan tanin
merupakan senyawa yang diduga sebagai senyawa antibakteri yang terdapat
dalam infus dan ekstrak etanol buah kemlaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel VI. Hasil Identifikasi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode KLT
Deteksi UV 254 nm UV 365 nm FeCl3
Bercak No
Rf
Warna bercak
Rf Warna Bercak
Rf Warna Bercak
Infus 1 2 3 4 5
- -
0,60
0,65
0,82
- -
Kebiruan
Kebiruan
Kebiruan
- - - -
0,82
- - - -
Ungu gelap
0,13
0,48
0,60
0,65
0,82
Hitam kebiruanHitam samar Hitam samar Hitam samar Hitam
kebiruanEkstrak Etanol
1 2 3
-
0,54
0,83
-
Kebiruan
Kebiruan
- -
0,83
- -
Ungu gelap
0,14
0,54
0,83
Hitam samar Hitam samar Hitam
kebiruanStandar 0,82 Biru 0,82 Ungu
gelap 0,82 Hitam
kebiruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 2. Profil Kromatografi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
dengan Deteksi Warna FeCl3 Keterangan gambar : Fase Diam : Silika Gel GF 254 Fase Gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27) A : Ekstrak etanol buah kemlaka 2,5% B : Standart asam tanat 2,5% C : Infus buah kemlaka 12%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Infus dan ekstrak etanol buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap
S. aureus.
2. Kadar Hambat Minimal (KHM) infus buah kemlaka terhadap S. aureus adalah
4%, sedangkan KHM ekstrak etanol adalah 1,5%. Kadar Bunuh Minimal
(KBM) infus buah kemlaka terhadap S. aureus adalah 6%, sedangkan KBM
ekstrak etanol adalah 2%.
3. Kandungan kimia dalam buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri
adalah tanin.
B. Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi dan isolasi senyawa aktif antibakteri yang terdapat
dalam infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang potensi antibakteri infus dan
ekstrak etanol buah kemlaka dengan metode Bioautografi.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas infus dan ekstrak
etanol buah kemlaka sehingga diketahui nilai LC50.
4. Perlu dilakukan standarisasi simplisia buah kemlaka sehubungan dengan
kegunaannya sebagai antibakteri.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-17, 80, Depkes RI Anonim, 1989, Phyllanthus emblica (PIER species info), www.hear.org, diakses
17Januari 2005 Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 27-29, 115-116, Bagian
Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, Ed IV, 7-9, 410, Depkes RI Anonim, 1995b, Farmakologi dan Terapi, Ed IV, 517, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Anonim, 1996, Tannins: Fascinating but Sometimes Dangerous Molecules,
www.ansci.cornell.edu/palnts/toxicagents/tannin.html, diakses 8 April 2005 Anonim, 1999, Phyllanthus emblica Fruit, \\E:/Phyllanthus emblica Fruit.htm,
diakses 8 April 2005 Anonim, 2000a, Flora of Sut, nelli\flora.sut.ac.th,pH8.html.htm, diakses 7 juli
2005 Anonim, 2000b, Kemloko (Phyllanthus emblica Linn.), www.asiamaya.com,
diakses 8 April 2005 Anonim, 2003, Emblic mycrobalans: Amla-Key Herb of Ayurwedic Medicine,
Portland, Oregon, www.imotline.org/arts/amla.htm, diakses 22 Agustus 2005
Anonim, 2005, Plant Database, NRSC, United State Departement of Agriculture,
www.yahoo.com, diakses 31 Oktober 2005 Bonang, G., & Koeswardono, E., S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk Klinik
dan Laboratorium, 9, 17, 177-182, Gramedia, Jakarta Bidiyanto, K., A., M., 2003, Mikrobiologi Terapan, 101, Penerbit Universitas
Muhammadiyah, Malang Duke, J., 1992, Phytochemical and Ethnobotanical Database, www.arsgin.gov,
diakses 25 April 2005 Harbone, J., B., 1097, Phytochemical Methods, Ed II, 13, 58, 68, 102-245,
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, ITB, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Ed I, 1137-1138, Badan Litbang Departemen Kehutanan RI
Hugo, W., B., & Russel, A., D., 1987, Pharmaceutical Mycrobiology, 34, 37,
285-286, Blackwell Scientific Publication, Oxford Jawetz, E., Melnick, J., L., & Adelberg, E., A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran,
Ed I, 235, 317-326, Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Morton, F., J., 1987, Phyllanthus emblica L. In : Fruits of Warm Climates, 213-
217, Miami, Florida, www.nort.purdue.edu,mewcorp,morton,emblic.htm.ht, diakses 8 April 2005
Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata, Ed IV, 281-292, ITB Press, Bandung Salle, A., J., 1961, Fundamental Prinsiples of Bacteriology, 5th Ed, 738-739, Mc.
Graw, Hill Book Company Inc., Kogakusha Company Ltd, Tokyo Sudjadi, S., 1981, Metode Pemisahan, 60-72, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, 4, 6, 13, 17,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, ITB, Bandung Tan, H., T., & Rahardja, K., 1991, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Ed IV, Cetakan ke-2, 66, 72, Balai POM, Depkes RI, Jakarta
Trihendrokesowo, 1986, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 7-18, 33, 36-
42, Fakultas Kedokteran Uneversitas Gadjah Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 2. Tanaman Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)
Foto 1. Tanaman kemlaka yang diambil dari Ngaliyan, Sandiroto, Temanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lanpiran 3. Buah Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)
Foto 2. Daun, Ranting dan Buah Kemlaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk
Keterangan : A : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) B : Kontrol Negatif (Aquadest) C : Infus Buah Kemlaka 10% D : Infus Buah Kemlaka 15% E : Infus Buah Kemlaka 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk
Keterangan : A : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) B : Kontrol Negatif (DMSO)
C : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 2,5% D : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 5,0% E : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 7,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 6. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus
Dengan Metode Dilusi Padat
Keterangan : K(-) : Kontrol Negatif (Aquadest) K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%)
1 : Infus Buah Kemlaka 2% 2 : Infus Buah Kemlaka 4% 3 : Infus Buah Kemlaka 6% 4 : Infus Buah Kemlaka 8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 7. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S.
aureus Dengan Metode Dilusi Padat
Keterangan : K(-) : Kontrol Negatif (DMSO) K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%)
A : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 0,5% B : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 1,0% C : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 1,5% D : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 2,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 8. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap
S. aureus Dengan Metode Streak Plate
Keterangan : K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) 1 : Infus Buah Kemlaka 2% 2 : Infus Buah Kemlaka 4% 3 : Infus Buah Kemlaka 6% 4 : Infus Buah Kemlaka 8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 9. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka
Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate
Keterangan : K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) A : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 0,5% B : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 1,0% C : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 1,5% D : Ekstrak Etanol Buah Kemlaka 2,0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 10. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 254 nm
Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254 Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air
(100:11:11:27) A : Ekstrak Etanol buah kemlaka B : Asam Tanat (Pembanding) C : Infus buah kemlaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 11. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 365 nm
Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254 Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air
(100:11:11:27) A : Ekstrak Etanol buah kemlaka B : Asam Tanat (Pembanding) C : Infus buah kemlaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Lampiran 12. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi FeCl3
Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254 Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air
(100:11:11:27) Pereaksi Semprot : FeCl3
A : Ekstrak Etanol buah kemlaka B : Asam Tanat (Pembanding) C : Infus buah kemlaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus
One-Sample Statistics
4 .0000 .0000a .0000
4 .9600 8.165E-03 4.082E-03
Kontrol (-)Konsentrasiinfusa terkecil
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
t cannot be computed because the standard deviation is 0.a.
One-Sample Test
235.151 3 .000 .9600 .9470 .9730Konsentrasiinfusa terkecil
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus
One-Sample Statistics
4 .0000 .0000a .0000
4 1.1075 1.258E-02 6.292E-03
Kontrol (-)Konsentrasi ekstraketanol terkecil
N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
t cannot be computed because the standard deviation is 0.a.
One-Sample Test
176.030 3 .000 1.1075 1.0875 1.1275konsentrasi ekstraketanol terkecil
t df Sig. (2-tailed)Mean
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Test Value = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI