PKM
-
Upload
maria-chrismayani-hindom -
Category
Documents
-
view
112 -
download
1
description
Transcript of PKM
PROPOSAL PKM
Penyuluhan Perilaku Mencuci Tangan dengan Sabun untuk Mencegah Diare
pada Siswa-Siswi SDN 1 Sinduwati Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karangasem
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia. Walaupun terjadi sedikit penurunan angka kejadian pada tahun
2010, angka kejadian diare masih tergolong tinggi yaitu 411 kasus per 1.000
penduduk dan patut diwaspadai. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi
terutama di daerah dengan pengendalian faktor resiko yang masih rendah. Diare juga
menjadi penyebab kematian dan kesakitan pada anak. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahun dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang (Kemenkes
RI).
Menurut WHO, diare adalah bertambahnya defekasi atau buang air besar 3 kali atau
lebih dengan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair. Diare biasanya gejala
dari infeksi saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit.
Infeksi bisa berasal dari makanan yang terkontaminasi atau dari orang ke orang
dengan kebersihan yang buruk (WHO).
Beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare adalah tidak
memberi ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan, menyimpan
makanan pada suhu kamar yang dapat menyebabkan makanan tercemar, tidak
membuang tinja dengan benar dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan
sebelum makan (Depkes RI 2007). Tingkat kesadaran masyarakat untuk mencuci
tangan masih sangat rendah. Dimana masih 12% masyarakat yang mencuci tangan
dengan sabun setelah buang air besar (Kusumawati, Oktaviani, dkk, 2011).
Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya mereka sering tidak
menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya
belum paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009). Makanan
memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, sanitasi
makanan juga perlu dijaga karena bila tercemar akan menimbulkan gangguan saluran
pencernaan yang berakibat diare (Slamet,Juli Soemirat,2004). Selain itu kesadaran
anak untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan masih rendah
sehingga bakteri yang ada di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan
yang dimakan dan menyebabkan infeksi saluran cerna seperti diare (Permata, 2010).
Cuci tangan merupakan salah satu solusi yang murah dan efektif dalam pencegahan
penyakit menular. Menurut WHO, dengan cuci tangan dapat mengurangi angka
kejadian diare sebesar 47% .
Mencuci tangan sebelum makan sudah menjadi keharusan supaya kita terlindung dari
bahaya kuman yang ikut masuk ke dalam tubuh kita melalu makanan (Kusumawati,
Oktania, 2011). Saat ini hanya sekitar 17% anak usia sekolah yang mencuci tangan
pakai sabun dengan benar padahal anak usia sekolah paling rentan terkena diare. Hal
ini mengindikasikan bahwa prilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu
upaya yang mudah, murah dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit menular
seperti diare belum menjadi kebiasaan pada anak sekolah (Fajar, Nur Alam, 2011).
Diare akut dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan
dehidrasi dan hipokalemia, gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik
sebagai akibat diare yang disertai ataupun tidak disertai dengan diare serta gangguan
gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebih karena diare. Ketiga hal tersebut
diatas dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke jaringan yang dapat berujung
kematian pada anak (Soegijanto, 2002).
Undang-Undang no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan
masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan,
dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang
melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan dan selalu ada dalam program
kesehatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat
(Depkes RI, 1997).
Penyuluhan kepada masyarakat tentang pengaruh prilaku cuci tangan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam upaya pencegahan
diare. Selain itu bertujuan juga untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit diare, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus diberikan
kepada penderita diare.
BAB II
PERENCANAAN
II.1. Identifikasi Masalah
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pencernaan, alergi,
malabsorbsi, immunodefisiensi dan sebab lainnya. Infeksi dapat disebabkan oleh
bakteri misalnya E.Coli, virus misalnya rotavirus serta parasit seperti cacing perut
(Widaya, 2004). Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan. Penularan diare bisa terjadi akibat tidak bersihnya lingkungan seseorang
yang menyebabkan tercemarnya makanan yang akan dikonsumsi. Selain itu
penularan juga bisa terjadi apabila kebersihan seseorang tidak terjaga contohnya tidak
mencuci tangan setelah buang air besar.
Diare hingga saat ini masih masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Hal
yang sama juga terjadi di Puskesmas Sidemen. Hingga tahun 2012, diare masih
masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sidemen. Diare menempati
urutan ke-8 dengan kasus sebanyak 383 kasus dengan kasus cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah. Pada kelompok anak usia 0-1 tahun terdapat sekitar 61 kasus,
kelompok usia 1-5 tahun terdapat sekitar 173 kasus, dan pada kelompok usia >5
tahun terdapat 149 kasus.
Kecamatan Sidemen masih tergolong kecamatan dengan penduduk miskin cukup
tinggi. Karena angka kemiskinan yang masih cukup tinggi, masih terdapat warga
yang tidak memiliki jamban untuk buang air besar. Sehingga, penduduk miskin
cenderung untuk membuang tinja secara sembarangan seperti misalnya di sungai atau
di kebun mereka. Akibatnya adalah air sungai tercemar dan keadaan rumah mereka
menjadi tidak bersih. Selain itu rendahnya kesadaran masyarakat terutama anak-anak
untuk cuci tangan dengan sabun juga mempengaruhi terjadinya diare. Dari 10 anak
yang kami tanyakan tentang apakah mereka mencuci tangan sebelum dan setelah
makan, 5 orang mengaku mencuci tangan hanya dengan air, 2 orang mengaku
mencuci tangan dengan sabun dan 3 orang mengaku tidak mencuci tangan. Ketika
kami tanyakan apakah mereka mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,
hanya 2 orang yang mencuci tangannya dengan sabun dan sisanya hanya dengan air.
Desa Sinduwati adalah salah satu desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Sidemen. Desa Sinduwati adalah desa dengan penduduk terpadat di kecamatan
Sidemen dan dengan angka keluarga miskinnya masih tergolong cukup tinggi yaitu
9,1%. Selain itu angka kejadian diare paling banyak terjadi di desa Sinduwati yaitu
sebesar 27,8%.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa faktor resiko terjadinya diare di wilayah kerja
Puskesmas Sidemen masih tinggi terutama di desa Sinduwati yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi. Selain itu, diare juga cenderung tinggi pada kelompok
usia anak sekolah dasar (SD). Oleh karena itu diperlukan tambahan wawasan tentang
prilaku cuci tangan dan diare kepada anak-anak SD di desa Sinduwati.
II.2. Analisis Masalah
II.2.1 Penyebab langsung
Penularan diare terjadi karena makanan yang terkontaminasi
II.2.2 Perilaku sebagai penyebab tidak langsung
1. Perilaku masyarakat yang meningkatkan faktor resiko :
a. Kebersihan perseorangan yang kurang terutama mencuci tangan
dengan sabun karena malas dan repot
b. Menyimpan makanan dengan tidak baik sehingga mudah dijangkau
oleh binatang seperti lalat
2. Diare sering terjadi di daerah yang padat penduduk dan sosial ekonomi
rendah. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga serta
sanitasi yang buruk.
3. Latar belakang perilaku yang membantu timbulnya dan menyebarnya
masalah :
a. Pemikiran bahwa tidak perlu mencari pengobatan jika terkena diare
karena nantinya akan sembuh dengan sendirinya
b. Kurangnya pemahaman masyarakat akan bahayanya diare
c. Kurangnya pemahaman penyebab, faktor risiko, dan penularan diare
d. Kurangnya pemahaman mengenai penanganan dan pencegahan dari
diare
e. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya mencuci tangan dengan
sabun
4. Perilaku masyarakat yang diharapkan bisa mengurangi timbul dan
menyebarnya masalah:
a. Memiliki pemahaman tentang diare secara umum, penyebab, faktor
resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Memiliki pemahaman tentang pentingnya perilaku sehat terutama
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
5. Kelompok masyarakat yang diharapkan dapat berperilaku seperti diatas
adalah semua masyarakat terutama anak-anak dalam hal ini siswa-siswi SD
6. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kelompok bersangkutan untuk
mengubah perilakunya :
a. Kurangnya informasi tentang diare secara umum, penyebab, faktor
resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Kurangnya informasi mengenai perilaku sehat terutama mencuci
tangan dengan sabun
7. Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan :
a. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai diare secara umum,
penyebab, faktor resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Pemahaman masyarakat yang cukup mengenai perilaku sehat terutama
mencuci tangan dengan sabun
c. Tenaga dan fasilitas kesehatan yang memadai
II.2.3 Keadaan sarana
1. Dari institusi: telah tersedia sarana pelayanan kesehatan yang memadai untuk
penanganan dari skabies dalam bentuk obat-obatan
II.2.4 Keadaan ketenagaan
1. Kategori petugas kesehatan: dokter umum, perawat, petugas P2M.
1. Tugas dokter umum : memberikan pelayanan dan penanganan diare sesuai
dengan kompetensi.
1. Tugas perawat : membantu dokter umum memberikan pelayanan dan
penanganan diare.
1. Tugas petugas P2M : membantu dokter umum memberikan penyuluhan
tentang diare secara berkala.
II.3 Sasaran
Siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN 1 Sinduwati
II.4 Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum : untuk memberikan informasi yang benar kepada siswa-siswi
SD tentang diare dan pentingnya mencuci tangan dengan sabun.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang penyakit diare,
penyebab, faktor resiko, penularan, penanganan serta pencegahan diare
b. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang pentingnya mencuci
tangan dengan sabun
c. Meningkatkan kesadaran siswa-siswi SD untuk mencuci tangan dengan
sabun
II.5 Strategi Penyuluhan
II.5.1 Persiapan Penyuluhan
Sebelum kegiatan PKM dilaksanakan kami berkoordinasi dengan pemegang
program usaha kesehatan sekolah yaitu Bapak Nyoman Sudarmaya tentang
masalah yang akan kami angkat. Kemudian beliau akan berkoordinasi dengan
sekolah yang kami tuju tentang penyuluhan yang akan kami lakukan.
Selain itu, kami selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan diri
dalam hal penguasaan materi penyuluhan serta penguasaan cara-cara
penyampaian pesan. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan cara
membaca buku, mencari informasi di internet, melihat video-video tentang
cara mencuci tangan dengan sabun yang benar. Selain itu, persiapan
penyuluhan juga terdiri dari beberapa bahagian antara lain :
1. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk power point
presentation/ slide serta gambar/ video yang relevan.
2. Persiapan sabun utnuk mencuci tangan serta door prize
3. Persiapan poster tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun
II.5.2 Tempat dan waktu pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2013
Waktu : 08.00-selesai
Tempat : SDN 1 Sinduwati Kecamatan Sidemen
II.5.3 Pelaksanaan penyuluhan
Pada hari Rabu, 10 April 2010, tim penyuluh akan mengadakan penyuluhan di
SDN 1 Sinduwati. Sebelumnya kami akan meminta ijin serta memperkenalkan
diri kepada Kepala sekolah yang bersangkutan. Kemudian diadakan pre-test
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan mereka tentang diare dan
mencuci tangan dengan sabun. Setelah itu penyuluh akan menyampaikan materi
diare dan perilaku cuci tangan dengan sabun menggunakan power point.
Disisipkan pemutaran video-video yang berisi cara mencuci tangan dengan
sabun yang benar. Selanjutnya dilakukan post test, dengan menggunakan
pertanyaan yang sama dengan pre test. Ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pegetahuan peserta tentang diare dan mencuci tangan dengan
sabun. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab tentang materi yang telah
disampaikan. Setelah melakukan tanya jawab, kami memberikan rewards
kepada anak yang dapat menceritakan kembali poin-poin penyuluhan yang
telah kami berikan. Peserta diajak untuk mempraktekkan bersama-sama
bagaimana langkah-langkah mencuci tangan yang benar dengan dicontohkan
oleh kami. Kemudian beberapa anak diminta untuk maju ke depan untuk
memeragakan langkah-langkah mencuci tangan dengan benar. Penyerahan
poster mengenai diare serta cara mencuci tangan dengan sabun dan penyerahan
sabun cuci tangan untuk ditempatkan di toilet sekolah kepada pihak sekolah.
II.6 Isi penyuluhan
Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
Pengetahuan tentang diare
Pengetahuan tentang penyebab, faktor resiko, gejala-gejala serta
pencegahan, dan penanggulangan diare
Pengetahuan tentang mencuci tangan dengan sabun
Pengetahuan tentang manfaat mencuci tangan dengan sabun serta
akibat jika tidak mencuci tangan dengan sabun
Memberikan keterampilan mengenai cara mencuci tangan dengan
sabun yang benar
II.7 Metode Penyuluhan
Metode yang dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan dan
penyampaian materi secara interaktif tentang diare serta perilaku mencuci tangan
dengan sabun dan demonstrasi cara mencuci tangan dengan sabun yang benar
II.8 Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang digunakan adalah :
Slide power point yang berisikan materi penyuluhan yang akan
disampaikan
Poster yang diberikan kepada pihak sekolah
Rewards untuk siswa yang bisa menceritakan poin-poin penyuluhan
Materi pre-test dan post-test secara tertulis
II.9 Rencana Evaluasi
II.9.1 Penilaian Proses
Indikator penilaian
Dukungan dari pihak Puskesmas Sidemen dan pihak sekolah yang
bersangkutan.
Ketepatan waktu pelaksanaan.
Jumlah cakupan peserta yang datang.
Keseriusan peserta dalam mengikuti penyuluhan.
Waktu penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan.
Cara pelaksanaan
Tidak adanya kesulitan dalam melaksanakan koordinasi dengan pihak
Puskesmas maupun pihak sekolah
Dana yang dipergunakan tidak melebihi dari perkiraan dalam rencana
anggaran dana
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pelaksanaan
4. Penilai
Dokter muda
II.9.2 Penilaian hasil
Indikator penilaian
Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah, melalui jumlah peserta yang berbicara
dengan temannya sendiri, jumlah peserta yang mengantuk/menguap selama jalannya
penyuluhan, dan jumlah peserta yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan
berlangsung.
- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab
berlangsung.
- Penilaian pengetahuan tentang diare dan mencuci tangan dengan sabun
yang dinilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan memberi
pertanyaan kepada peserta secara acak.
Waktu penilaian
- Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan.
Cara penilaian
- Menggunakan pertanyaan tertulis, pertanyaan lisan dan pengamatan
langsung.
Penilai
- Dokter muda.