Pkm p Analisis Terhadap Iklan
-
Upload
indahdressdanhijab -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
description
Transcript of Pkm p Analisis Terhadap Iklan
-
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
ANALISIS TERHADAP IKLAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA TIGA
STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL INDONESIA TAHUN 2010
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Akhmad Zaynuddin 0806335536/ 2008
Kartika Ayuna Kuncoroputri 0806336394/ 2008
Rizqy Chandra Eka Putra 0806336955/ 2008
Tizi Dzul Khair 0806337200/ 2008
Tri Mulyani 0806337213/ 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
-
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Analisis Terhadap Iklan Obat Bebas Terbatas pada Tiga
Stasiun Televisi Swasta Nasional Indonesia Tahun 2010
Bidang Kegiatan : PKM-P
Ketua Pelaksana Kegiatan:
a. Nama Lengkap : Akhmad Zaynuddin b. NPM : 0806335536 c. Jurusan : Kesehatan Masyarakat d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Indonesia e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jln. Sawah Baru No. 4 Koja Jakarta
085714824641
f. Alamat email :[email protected] g. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika Apt, M.Sc
b. NIP : 196706031993032002
c. Alamat Rumah : Pesona Kayangan Blok FJ No.8 Depok
d. No. Telp/ HP : 08568470670
Depok, 25 Agustus 2010
Menyetujui
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa Ketua Pelaksana Kegiatan
(Nisfarwati Volini, SKM, MKM) (Akhmad Zaynuddin)
NUP. 100013011 NPM. 0806335536
Dosen Pendamping
(Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika Apt, M.Sc)
NIP. 196706031993032002
-
Latar Belakang
Obat merupakan sebuah komoditas khusus yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Komoditas obat dapat berperan mulai dari tahap
penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan suatu kondisi kesehatan. Penggunaan
komoditas ini harus memperhatikan dosis dan petunjuk penggunaan, karena obat
tidak hanya memberikan efek terapi/efek positif, namun juga beberapa efek
negatif seperti efek samping, efek toksik, toleransi, dan kontraindikasi yang
apabila terjadi kesalahan penggunaan akan menyebabkan keracunan obat dan
dapat berujung pada kematian.
Obat dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, salah satunya
kelompok obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah kelompok obat keras
yang dosisnya diturunkan sehingga obat ini dapat dijual secara bebas di pasaran
tanpa menggunakan resep dokter. Kelompok obat ini memiliki kode lingkaran
biru dengan garis tepi hitam di kemasannya. Selain itu, kelompok obat bebas
terbatas dan kelompok obat bebas dapat melakukan promosi produk/iklan.
Sebuah promosi yang tepat sangat penting dalam periklanan obat termasuk
pada kelompok obat bebas terbatas. Informasi yang disampaikan dalam iklan obat
akan berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat mengenai obat tersebut dan
juga dalam hal pembuatan keputusan saat melakukan pengobatan sendiri. Agar
informasi tentang pemakain obat dapat diterima secara tepat oleh masyarakat,
diperlukan informasi yang tepat pula sesuai peraturan yang berlaku.
Di Indonesia sudah terdapat peraturan mengenai periklanan obat bebas dan
bebas terbatas, yaitu SK Menkes No. 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman
Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman. Peraturan tersebut
berisi ketentuan umum tentang periklanan obat, seperti apa saja yang harus ada
dan tidak boleh ada dalam sebuah iklan obat. Ada banyak pihak yang berperan
dalam alur pembuatan hingga penayangan iklan obat, seperti BPOM, produsen,
production house, dan stasiun televisi yang dalam peraturan tersebut peran mereka
belum diatur dengan jelas.
Pada periklanan obat bebas dan obat bebas terbatas di Indonesia terdapat
gap antara iklan yang beredar dengan peraturan yang berlaku. Hal ini sudah
-
banyak terjadi terutama pada tahun 1990-an. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rosmelia pada 3 majalah populer selama tahun 1990-1992, dengan
hasil 69% iklan tidak menyebutkan nama zat aktif secara benar, 29% salah dalam
menyebutkan indikasi, hanya 17% iklan yang mencantumkan peringatan/
perhatian, 0% yang menyebutkan kontraindikasi, dan secara keseluruhan hanya
4% yang memenuhi kriteria WHO. Sejak dikeluarkannya SK Menkes No.
386/Men.Kes/SK/IV/1994 penyimpangan iklan obat pun masih cukup banyak
terjadi. Menurut Drs. Bambang Dwiatmoko, M Biomed, Kepala Subdit Surveilens
Keamanan Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik BPOM pada
tahun 2007 terjadi penyimpangan iklan obat sebesar 30%. Dan pada tahun 2009
penyimpangan iklan obat bebas dan bebas terbatas yang terjadi sebesar 20-25%
(Vera, 2009).
Masalah periklanan obat merupakan sebuah hal yang kompleks karena
tidak hanya obat merupakan sebuah komoditas khusus, namun juga banyaknya
pihak yang terkait dalam pembuatan hingga penayangannya. Menurut kepala
BPOM, dasar hukum yang ada saat ini belum kuat dan juga belum dapat
diterapkan sanksi bagi para pelaku pelanggaran, yang dapat dilakukan hanya
memberikan peringatan pertama, kedua, ketiga dan pencabutan izin (Antara News,
2007). Untuk meminimalisasi dampak dari tidak adanya sanksi tersebut, BPOM
membuat kebijakan untuk mempersulit pengurusan izin iklan bagi para pelaku
pelanggaran.
Menurut Armen Muchtar dari Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, informasi kesehatan komersial yang
salah atau tidak tepat mengakibatkan kemubaziran dan dapat mengancam jiwa
konsumen. Seperti yang terjadi pada Saidi, warga Desa Kandang, Kecamatan
Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, ia mengalami kelumpuhan dan kulitnya
melepuh akibat sering minum obat generik. Pria berusia 57 tahun itu tergolek
lemah di ruang Nusa Indah Rumah Sakit Umum Dokter Abdurrahem Situbondo.
Menurut Sugik, anak Saidi, sang ayah mengonsumsi obat generik yang dibeli di
warung untuk mengobati penyakit reumatik dan flu tulangnya yang sering
kambuh (Yaqin, 2010). Obat yang dikonsumsi merupakan salah satu jenis obat
bebas terbatas, yaitu kelompok obat analgetik antipiretik. Perilaku
-
penggunasalahan obat (misuse) dari Saidi dapat terjadi karena informasi salah
atau informasi yang diterima tidak benar/salah sehingga menyebabkan
pemahaman/pengetahuan tentang obat menjasi salah.
Perumusan Masalah
Seperti yang kita ketahui obat merupakan suatu komoditas yang unik dan
memerlukan perlakuan khusus. Termasuk obat bebas terbatas yang merupakan
obat keras namun, dapat dijual bebas di pasaran tanpa menggunakan resep dokter.
Maka dengan sifatnya tersebut, promosi obat yang tepat dan benar menjadi hal
yang sangat penting dalam menghubungkan informasi antara produsen dan
konsumen agar mencegah dampak pengobatan yang tidak diinginkan.
Sejak dikeluarkannya SK Menkes No.386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang
Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman, penyimpangan
iklan obat masih cukup banyak terjadi. Menurut BPOM tahun 2007 masih terjadi
penyimpangan sebesar 30%. Pada tahun 2009, penyimpangan iklan obat yang
terjadi sebesar 20-25% (Vera, 2009).
Stasiun televisi X dengan 48 stasiun relay-nya disaksikan oleh sekitar
180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara, atau kira-kira
80% dari jumlah penduduk Indonesia. Stasiun televisi Y melalui 47 stasiun
transmisi, mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta
potensial pemirsa. Dan stasiun televisi Z memiliki program-program menarik
dengan rating yang tinggi dan juga cakupan pemirsa yang luas. Hal-hal di atas
menarik minat produsen obat untuk mempromosikan produk mereka di stasiun-
stasiun televisi tersebut.
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai terjadinya
fenomena tersebut dengan melakukan analisis terhadap iklan obat di tiga stasiun
televisi swasta nasional yang meliputi kesesuaian informasi pada periklanan obat
bebas terbatas, proses periklanan obat, penyebab penyimpangan, dan pihak-pihak
yang bertanggung jawab pada periklanan obat bebas terbatas.
Tujuan
-
Tujuan Umum
Mengetahui letak gap pada periklanan obat bebas terbatas dengan
melakukan analisis terhadap iklan obat bebas terbatas dari perspektif positif dan
negatif pada tiga stasiun televisi swasta nasional Indonesia tahun 2010.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui secara mendalam rantai/alur pembuatan iklan obat
bebas terbatas mulai dari pabrik/produsen sebagai pihak yang ingin
membuat iklan, kemudian BPOM yang berperan pada penilai, pemberi izin
serta pengawas penayangan iklan, lalu berlanjut kepada production house
sebagai pembuat iklan, hingga akhirnya kepada stasiun TV sebagai pihak
yang menayangkan iklan.
2. Untuk mengetahui secara mendalam pemahaman/persepsi dan sikap
masyarakat mengenai iklan obat bebas terbatas sebagai konsumen.
Luaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan awareness dari para
pelaku periklanan obat bebas terbatas. BPOM dapat meningkatkan perannya
dalam hal pembuatan peraturan yang lebih kuat dengan sangsi yang lebih tegas,
pengawasan iklan obat dengan dibentuknya tim pengawas, serta pemberian izin
periklanan yang lebih selektif. Produsen dan production house memperhatikan
peraturan yang berlaku serta kualitas informasi dari obat yang akan diiklankan
saat mendisain dan membuat iklan. Stasiun televisi mengetahui mengenai
peraturan periklanan obat dan hanya menayangkan iklan obat bebas terbatas yang
memenuhi peraturan. Sedangkan bagi para konsumen, diharapkan mendapatkan
informasi tentang obat bebas terbatas yang tepat dan akurat sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, dan akhirnya tidak terjadi penggunasalahan obat
(misuse).
Manfaat Penelitian
1. Diketahuinya rantai/alur pembuatan iklan obat bebas terbatas secara
mendalam dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para
pembuat kebijakan iklan obat, khususnya BPOM dalam mengatur dan
-
mengawasi periklanan obat di Indonesia. Selain itu, dapat digunakan
sebagai pertimbangan BPOM, produsen obat, dan production house dalam
mencari solusi masalah penyimpangan periklanan obat.
2. Dengan adanya peningkatan awareness dari para pelaku periklanan obat
bebas terbatas dapat meningkatkan kualitas informasi iklan obat sehingga
akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai obat bebas
terbatas dan dapat meminimalisasi penggunasalahan (misuse) obat bebas
terbatas.
Tinjauan Pustaka
1. Penggolongan Obat
- Golongan Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan fisik,
psikis dan toleransi. Semua jenis obat ini harus diperoleh dengan resep dokter
asli, tidak boleh dengan menggunakan copy resep.
- Golongan Obat Keras
1. Obat Keras Tertentu (OKT)/ Psikotropika
Kelompok obat keras yang dapat menimbulkan
ketergantungan/ psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. OKT dapat diperoleh baik dengan resep asli
dokter maupun copy resep.
2. Obat Keras (OK)
Semua obat yang digunakan dengan cara merobek jaringan
parental (suntik), termasuk juga jenis obat baru yang tidak
menimbulkan ketergantungan. OK dapat diperoleh baik
dengan resep asli dokter maupun copy resep.
3. Obat Bebas Terbatas (OBT)
-
Obat keras yang diturunkan dosisnya, sehingga dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter. Kelompok OBT disertai
dengan tanda peringatan pada kemasannya.
- Golongan Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter.
2. Peraturan-peraturan dan Kebijakan Mengenai Obat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994
Pedoman teknis umum periklanan obat ,diantaranya:
1. Obat yang diiklankan adalah obat yang tergolong dalam obat bebas atau
obat bebas terbatas.
2. Obat yang diiklankan harus mendapat nomor persetujuan pendaftaran dari
Departemen Kesehatan RI.
3. Iklan obat dapat diedarkan di media massa setelah rancangan iklan dan
nama obat tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI
4. Informasi obat dalam iklan harus obyektif, lengkap, dan tidak
menyesatkan
5. Iklan obat tidak boleh :
a. Diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan
sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan "setting" yang
beratribut profesi kesehatan dan laboratorium.
b. Memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi
kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat.
c. Memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat
secara berlebihan.
-
d. Mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus.
e. Menunjukkan efek instan sesudah penggunaan obat.
f. Ditujukan untuk anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa
adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak
yang menganjurkan penggunaan obat.
g. Menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh
anak-anak.
h. Menawarkan hadiah ataupun memberikan pernyataan garansi tentang
indikasi, kegunaan/manfaat obat.
6. Iklan obat harus:
a. Memuat anjuran untuk mencari informasi yang tepat kepada profesi
kesehatan mengenai kondisi kesehatan tertentu.
b. Mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut: BACA
ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI
DOKTER.
7. Untuk Media Televisi : Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang
jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal
30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik.
Etika Promosi WHO.
Di dalam etika promosi WHO ada beberapa criteria dalam periklanan obat,
diantaranya adalah:
- Iklan tidak boleh membawa keresahan bagi masyarakat
- Iklan tidak boleh ditujukan pada anak.
- Klaim untuk indikasi harus didasarkan pasda bukti ilmiah (Uji klinis).
(WHO, 1988, halaman 8-9)
- List-list yang harus ada dalam iklan adalah bahan aktif, nama dagang,
indikasi, efek samping, kontraindikasi dan peringatan, nama pabrik atau
distributor, dan cara pemakaian.
( WHO, 1988, halaman 9)
- Bahasa yang digunakan harus mudah dimengerti
(WHO, 1988 Halaman 13-14)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Iklan Obat
-
Iklan merupakan bentuk komunikasi non personal yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang bersifat menawarkan suatu produk barang atau jasa
kepada masyarakat melalui suatu media. Beberapa faktor yang melatarbelakangi
pembuatan iklan menurut beberapa ahli diantaranya:
1. Menurut Jackson dan Musselman (1992), terdapat tiga alasan politik yang
mempengaruhi pembuatan iklan, yaitu:
- Retain: mempertahankan pelanggan loyal serta menghimbau pelanggan
sekarang untuk meningkatkan pembelian mereka,
- Retrieve: menarik kembali pelanggan yang hilang serta memperlambat
arus pelanggan yang sekarang menjauh dari merk yang disenangi,
- Recruit: merekrut pelanggan baru, meningkatkan arus pelangggan ke
arah produk yang diiklankan, mengganti pelanggan yang pindah ke
pesaing serta secara umum untuk memperluas pasar secara keseluruhan.
2. Menurut Rossister dan Percy (1987), pembuatan iklan bergantung pada tujuan
dari si pembuat iklan, terdapat lima tingkatan tujuan sebuah promosi:
- Category need (menumbuhkan persepsi pembeli terhadap kebutuhan)
- Brand awareness (memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang
suatu produk pada konsumen)
- Brand attitude (mendorong pemilihan terhadap suatu produk)
- Brand purchase intention (memberikan instruksi agar konsumen tergerak
dan bertindak atau membeli suatu produk)
- Purchase fasilitation (upaya mendukung kelemahan faktor pemasaran)
Maka dari itu dengan adanya iklan, produsen akan lebih mudah dalam
memasarkan produknya dan pada akhirnya keuntungan yang didapat
perusahaan akan semakin besar.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian, kami memilih pendekatan kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) yang menggunakan
matriks penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian
-
Keterangan:
Informan: 1 = BPOM 3 = Production House 5 = Masyarakat
2 = Produsen Obat 4 = Stasiun Televisi
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : 1. Kantor BPOM 4. Kantor Stasiun Televisi
2. Kantor Produsen Obat 5. Lingkungan Masyarakat
3. Kantor Production House
Waktu : Penelitian direncanakan akan berjalan selama 4 bulan.
Tujuan Khusus Informasi Diperlukan Informan
Rantai/alur
pembuatan iklan
Obat Bebas
Terbatas hingga
sampai ke
masyarakat.
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan periklanan Obat
Bebas Terbatas (OBT).
1,2,3,4
Implementasi Undang-undang atau Peraturan yang berlaku
dalam membuat iklan
2, 3, 4
Prosedur dan mekanisme perizinan pembuatan hingga
pengawasan iklan Obat Bebas Terbatas (OBT).
1,2,3,4
Strategi BPOM dalam mensosialisasikan peraturan mengenai
iklan obat
1,2,3,4
System koordinasi (keterkaitan) antara BPOM, PH dan produsen
obat dalam proses pembuatan iklan.
1,2,3,4
Badan/tim khusus yang dibuat BPOM untuk mengawasi proses
pembuatan iklan hingga beredar ke masyarakat.
1
Tindakan yang dilakukan BPOM selaku badan pengawas dan
perizinan iklan dalam menyikapi iklan yang menyimpang.
1,2,3
Pendapat mengenai banyaknya iklan obat yang menyimpang dari
peraturan yang dikeluarkan oleh BPOM maupun WHO.
1,2,3,4
Cara produsen menetapkan/memilih sebuah Production House
untuk membuat iklan.
2,3
Informasi dan pesan apa saja yang biasa di sampaikan oleh
produsen obat kepada production house saat terjadi kesepakatan
pembuatan iklan.
2,3
Pemahaman mengenai etika profesi tenaga kesehatan (dokter,
Perawat, dll)
2,3
Hambatan/kesulitan yang dimiliki oleh BPOM dalam melakukan
perizinan dan pengawasan iklan obat.
1
Hambatan yang dirasakan production house dalam membuat
iklan obat yang sesuai dengan keinginan produsen obat dan
undang-undang.
3
Solusi yang dilakukan oleh BPOM, produsen obat, dan
production house, dalam menagani hambatan-hambatan yang
dirasakan
1,2,3
Pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat terhadap iklan OBT
yang ditayangkan
5
-
Informan
Sumber informasi dalam penelitian ini adalah:
1. BPOM, sebagai pemberi izin dan pengawas periklanan obat Indonesia,
serta pihak yang mengetahui aspek legal (hukum) dari periklanan obat
bebas terbatas (OBT) di Indonesia.
2. Produsen, sebagai pihak yang memproduksi obat bebas terbatas.
3. Production House, sebagai pihak yang membuat iklan OBT.
4. Stasiun televisi, sebagai pihak yang menerima penanyangan dan
menayangkan iklan obat bebas terbatas.
5. Masyarakat, sebagai pihak yang menerima informasi dari iklan.
Teknik Pengumpulan Data
Dari ketiga sasaran di atas akan diambil beberapa sampel yang nantinya
akan dikumpulkan data langsung oleh tim penulis. Instrument yang disiapkan
adalah pedoman wawancara mendalam.
Pengamatan terhadap iklan obat bebas terbatas di 3 stasiun televisi
dilakukan selama 2 minggu dengan cara pengamatan langsung oleh peneliti
selama 16 jam (jam 07.00-23.00). Setiap iklan yang muncul dicatat mengenai
waktu munculnya iklan (jam, hari dan tanggal), stasiun televisi yang
menayangkan, nama/merek dagang obat, informasi yang diberikan, dan hal-hal
yang tidak sesuai dengan peraturan periklanan obat bebas terbatas.
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Informasi
Cara Pengumpulan
Data Siapa/Bagian Apa
Jumlah
Informan
BPOM Wawancara
Mendalam
- Bagian Aspek Legal Periklanan
- Unit Pemberi Izin Periklanan yang melakukan proses penilaian terhadap
obat yang akan menayangkan iklan
2 Orang
Produsen Wawancara
Mendalam - Kepala bagian marketing perusahaan 3 Orang
Production
House
Wawancara
Mendalam - Creative director 3 Orang
Stasiun Televisi Wawancara
Mendalam - Penerima kontrak penayangan iklan 3 Orang
Masyarakat Wawancara
Mendalam
- Penonton iklan obat bebas terbatas yang dikelompokkan berdasarkan
pendidikan (SMP, SMA, dan Perguruan
3 Orang
-
Tinggi) dengan usia 31-50 tahun.
Manajemen dan Analisis Data
Data kualitatif dikelola mengikuti tahap-tahap:
1. Transkrip hasil wawancara mendalam, transkrip ini dibuat dalam kurun
waktu
-
Ke BPOM
5
Wawancara
Ke Stasiun
Televisi
x x
Tika
6
Wawancara
Ke Produsen
Obat
x x
Tizi
7
Wawancara
Ke Production
House
x x Rizqy
8 Analisis Data
x x
Zay,
Tri,
Rizqy,
Tizi,
Tika
9 Penyusunan
Laporan
x
Rizqy,
Tizi,
Tri,
Tika,
Zay
Rancangan Biaya
Table 4. Rancangan Biaya
No Bentuk Kegiatan Jenis Pengeluaran Jumlah Pengeluaran Total
1. Perizinan Kesekretariatan 200000
Biaya telepon 100000
Transportasi 200000 500000
2. Kunjungan ke
produsen obat Transportasi 900000
Biaya telepon 300000 1200000
3. Kunjungan ke
Production House Transportasi 900000
Biaya telepon 300000 1200000
4. Kunjungan ke BPOM Transportasi 600000
Biaya telepon 200000 800000
5. Kunjungan ke stasiun
TV Transportasi 900000
Biaya telepon 300000 1200000
6. Wawancara dengan
masyarakat Transportasi 900000
Biaya telepon 300000 1200000
7. Penyusunan laporan Kesekretariatan
3 bendel laporan
(pemberi dana, badan
pemerintahan, peneliti) 600000 600000
8. Lain-lain Cetak foto dokumentasi 300000 300000
TOTAL 7000000
-
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azruldan Joedo Prihartono. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Bina Putra
Hartono, Arif. 2005. www.journal.uii.ac.id. Moralitas Iklan: Menghindarkan
Keterjebakan Produsen dari Praktek Periklanan yang Kontra Produktif.
Diunduh pada tanggal 9 Juli 2010.
Green, Judith dan Nicky Thorogood. 2009. Qualitative Methods for Health
Research. London: SAGE Publication Ltd.
Sirait, Midian. 2008. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. Jakarta: ISFI
Penerbit
Suryawati, Sri. 1997. www.farklin.com. Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Diunduh pada tanggal 9 Juli 2010.
Tanpa Nama. 2006. www.binfar.depkes.go.id. Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Babas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Diunduh pada
tanggal 10 Juni 2010
Yoga, Angga Alit Ananta. 2009. www.etd.eprints.ums.ac.id. Analisis Iklan Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas pada Enam Media Cetak yang Beredar di
Kota Surakarta Periode Bulan Februari-April 2009. Diunduh pada tanggal 9
Juli 2010.
-
DAFTAR PERTANYAAN
Informan: Unit Pemberi Izin, dan Pengawas Periklanan Obat BPOM
1. Peraturan apakah yang dijadikan acuan oleh BPOM dalam memberikan
izin dan mengawasi periklanan obat bebas terbatas di Indonesia?
2. Bagaimanakah prosedur perizinan/ mekanisme pembuatan suatu iklan obat
bebas terbatas?
3. Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan BPOM terhadap iklan obat
bebas terbatas yang beredar di masyarakat? Adakah tim khusus?
4. Bagaimanakah system korodinasi antara BPOM, PH, produsen obat dan
stasiun televisi dalam proses pembuatan iklan obat bebas terbatas?
5. Bagaimana menurut pengamatan anda selama ini mengenai sikap produsen
dan production house untuk mengacu pada Undang-undang atau Peraturan
yang berlaku dalam membuat iklan obat bebas terbatas?
6. Bagaimana pendapat anda mengenai iklan obat bebas terbatas yang
menyimpang dari peraturan yang dikeluarkan oleh BPOM dan WHO?
7. Tindakan apa yang dilakukan BPOM selaku badan pengawas dan
perizinan iklan dalam menyikapi penyimpangan iklan obat bebas terbatas?
8. Bagaimana cara BPOM mensosialisasikan peraturan mengenai iklan obat
bebas terbatas kepada produsen, production house, dan stasiun televisi?
9. Apakah hambatan/kesulitan yang dimiliki oleh BPOM dalam melakukan
perizinan dan pengawasan iklan obat bebas terbatas?
10. Apakah solusi yang BPOM gunakan untuk menghadapi hambatan-
hambatan yang dirasakan?
Informan Praktisi Hukum dari Bagian Aspek Legal BPOM
1. Bagaimana menurut pandangan anda, mengenai iklan obat yang beredar di
media massa televisi?
2. Menurut pendapat anda apa penyebab dari penyimpangan iklan obat tsb?
3. Bagaimana sistem koordinasi yang baik untuk membuat iklan antara
BPOM, Produsen Obat, Production House?
4. Jika melihat standar iklan obat, banyak kriteria yang harus ada di dalam
iklan obat tersebut, sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa biaya
-
penayangan iklan cukup mahal. Apakah menurut bapak ini dapat dijadikan
alasan iklan obat dibuat sesingkat mungkin sehingga menghilangkan
kriteria-kriteria tersebut?
5. Konsultasi jawaban yang diperoleh dari BPOM di unit perizinan
pembuatan iklan, Produsen Obat, Production House.
Informan: Produsen Obat
1. Apa sajakah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan periklanan obat
bebas terbatas yang anda gunakan sebagai acuan dalam membuat iklan?
2. Bagaimanakah prosedur perizinan/ mekanisme pembuatan suatu iklan obat
bebas terbatas?
3. Apa saja kriteria crucial yang anda ketahui harus ada dan tidak boleh ada
di iklan obat bebas terbatas sesuai SK Menkes, WHO, dan IFPMEA?
4. Bagaimanakah system korodinasi antara BPOM, PH, produsen obat dan
stasiun televisi dalam proses pembuatan iklan obat bebas terbatas?
5. Apa sajakah informasi dan pesan apa saja yang biasa di sampaikan oleh
produsen obat kepada production house saat terjadi kesepakatan
pembuatan iklan obat bebas terbatas?
6. Apakah anda mengetahui mengenai etika profesi tenaga kesehatan (dokter,
Perawat, dll)? Jelaskan!
7. Apakah selama ini berkonsultasi pada lembaga pengawas atau BPOM
setelah iklan obat bebas terbatas selesai di buat?
8. Bagaimana pendapat anda mengenai peraturan-peraturan yang terkait
dengan iklan obat bebas terbatas?
9. Bagaimana cara produsen menetapkan/memilih sebuah production house
untuk membuat iklan?
Informan: Production House
1. Apa sajakah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan periklanan obat
bebas terbatas yang anda gunakan sebagai acuan dalam membuat iklan?
2. Apakah kriteria-kriteria crucial yang anda ketahui harus ada dan tidak
boleh ada di iklan obat bebas terbatas sesuai SK Menkes, WHO, dan
IFPMEA?
-
3. Bagaimanakah prosedur perizinan/ mekanisme pembuatan suatu iklan obat
bebas terbatas?
4. Bagaimanakah system korodinasi antara BPOM, PH, produsen obat dan
stasiun televisi dalam proses pembuatan iklan obat bebas terbatas?
5. Apa sajakah informasi dan pesan apa saja yang biasa di sampaikan oleh
produsen obat kepada production house saat terjadi kesepakatan
pembuatan iklan?
6. Apakah anda mengetahui mengenai etika profesi tenaga kesehatan (dokter,
Perawat, dll)? Jelaskan!
7. Apakah selama ini berkonsultasi pada lembaga pengawas atau BPOM
setelah iklan selesai di buat?
8. Apakah hambatan/kesulitan yang dirasakan dalam membuat iklan yang
sesuai dengan keinginan produsen obat?
Informan Stasiun Televisi
1. Apa sajakah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan periklanan obat
bebas terbatas yang anda ketahui?
2. Apakah anda memperhatikan isi dari iklan obat bebas terbatas dan anda
cocokkan dengan peraturan yang berlaku sebelum iklan ditayangkan?
3. Siapa pihak yang mengurusi penayangan suatu iklan obat?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya kesepakatan penayangan sebuah iklan
obat bebas terbatas?
5. Bagaimanakah system korodinasi antara BPOM, PH, produsen obat dan
stasiun televisi dalam proses pembuatan iklan obat bebas terbatas?
Informan Masyarakat
1. Apakah anda memperhatikan informasi yang disampaikan dalam iklan
tentang obat?
2. Bagaimana pendapat anda mengenai informasi yang di berikan iklan obat
di televisi? Apakah informasi sudah cukup jelas dan lengkap? Jelaskan!
3. Apakah anda hanya mengandalkan iklan obat untuk mengetahui jenis obat
penyakit tertentu dan cara penggunaannya?
4. Apakah anda memilih obat untuk pengobatan berdasarkan iklan yang
sering ada di televisi?
-
BIODATA
Dosen Pembimbing
Nama Lengkap : Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika Apt, M.Sc
NIP : 196706031993032002
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 3 Juni 1967
Alamat : Jl Mutiara Depok FE-4 Depok
No. Telp. : 08568470670
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika Apt, M.Sc
Ketua Kelompok
Nama Lengkap : Akhmad Zaynuddin
Nama Panggilan : Zay
NPM : 0806335536
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 22 Desember 1989
Alamat : Jln. Sawah Baru No. 4 RT 004 RW 011 Koja Jakarta
Utara
No. Telp. : 021 4357738/ 085714824641
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Akhmad Zaynuddin
Anggota Kelompok
Nama Lengkap : Kartika Ayuna Kuncoroputri
Nama Panggilan : Tika
NPM : 0806336394
-
Alamat : Jln. Brigjen Katamso 87 RT 03 RW 02 Pangenrejo
Purworejo 54115
No. Telp. : 085643741160
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Kartika Ayuna Kuncoroputri
Nama Lengkap : Rizqy Chandra Eka Putra
NPM : 0806336955
Alamat : Jln. Nurul Iman No. 6 Metro Lampung
No. Telp. : 085279759776
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Rizqy Chandra Eka Putra
Nama Lengkap : Tizi Dzul Khair
NPM : 0806337200
Alamat : Jln. Bintara 13 No.48 RT/RW 004/013 Bintara Bekasi
17134
No. Telp. : 08568001929
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Tizi Dzul Khair
Nama Lengkap : Tri Mulyani
NPM : 0806337213
Alamat : Jln. Pertambangan, Komplek Timah D. 105 Karimun
No. Telp. : 081282721585
E-mail : [email protected]
Tanda Tangan
Tri Mulyani