PKM OK
-
Upload
bagus-prasetyo -
Category
Documents
-
view
161 -
download
0
Transcript of PKM OK
1
A. Judul
“Mesin Pencuci dan Pengering Bulu Ayam untuk Mengoptimalkan Produksi
Pakan Ternak pada Industri Rakyat di Temas Kota Batu”
B. Latar Belakang
Semakin meningkatnya jumlah permintaan ayam potong di pasaran dan
peternakan ayam potong, mengakibatkan limbah yang dihasilkan semakin
meningkat terutama bulu ayam. Jika bulu ayam ini di buang begitu saja dan
tidak diolah secara baik maka akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Untuk mencegah pencemaran tersebut bulu ayam dapat dimanfaatkan sebagai
bahan campuran pelet dan pakan ternak dengan mengolah bulu ayam tersebut
menjadi tepung terlebih dahulu. Sebelum proses pengolahan bulu ayam
dilaksanakan, bulu ayam tersebut harus dicuci dan dikeringkan agar
kandungan air berkurang sehingga memudahkan proses penggilingan.
Namun, keadaan iklim Indonesia yang tidak menentu terutama pada
musim hujan intensitas matahari yang kurang menjadi kendala pada proses
pengeringan bulu ayam. Selain itu, peternakan ayam potong lebih banyak
didirikan di daerah pegunungan yang mana disana instensitas matahari sangat
sedikit dibanding di daerah dataran rendah. Oleh karena itu, proses
pengeringan bulu ayam menjadi terhambat dan berdampak pada pencemaran
lingkungan dengan membusuknya bulu ayam karena tidak menerima sinar
matahari yang cukup, sehingga proses produksi pelet dan pakan ternak
menjadi terhambat dan berkurang.
Saat ini, proses pencucian masih manual dengan tangan sedangkan proses
pengeringan yang dilakukan menggunakan metode tradisional yaitu dengan
metode penjemuran secara langsung dibawah sinar matahari. Dimana metode
ini kurang efektif dan efisien karena selama proses penjemuran berlangsung
memerlukan area yang luas, proses pengeringan yang lama hingga 6-8 jam,
sangat bergantung pada keadaan cuaca, menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
warga sekitar lingkungan produksi karena polusi bau yang dihasilkan dari
tumpukan bulu ayam yang terlambat dikeringkan.
Untuk itu diperlukan suatu mesin agar proses pencucian dan pengeringan
limbah bulu ayam dapat diolah secara optimal.
2
C. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mesin pencuci dan pengering bulu ayam ini dapat mencuci dan
mengeringkan bulu ayam secara maksimal tanpa mengubah kandungan dari
bulu ayam tersebut?
b. Bagaimana cara mengoptimalkan mesin pencuci dan pengering bulu ayam
dalam meningkatkan produksi pelet dan pakan ternak?
c. Bagaimana mesin pencuci dan pengering bulu ayam ini dapat mempercepat
proses pengeringan bulu ayam tanpa menggunakan panas dari sinar matahari?
D. Tujuan
a. Untuk menghasilkan mesin pencuci dan pengering bulu ayam yang dapat
mengeringkan bulu ayam secara maksimal tanpa mengubah kandungan dari
bulu ayam tersebut.
b. Untuk menghasilkan mesin pencuci dan pengering bulu ayam yang dapat
mengoptimalkan produksi pelet dan pakan ternak.
c. Untuk menghasilkan mesin pencuci dan pengering bulu ayam yang dapat
mempercepat proses pengeringan bulu ayam tanpa menggunakan panas dari
sinar matahari.
E. Luaran yang diharapkan
1. Produk
2. Prototip
3. Hak paten
F. Kegunaan
a. Bagi Mitra
1. Memberdayagunakan bulu ayam yang selama ini masih belum
diberdayagunakan secara maksimal.
2. Meningkatkan produksi pelet dan pakan ternak.
b. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai media pelatihan aplikasi ilmu yang didapat di perguruan tinggi.
2. Sebagai acuan penelitian selanjutnya.
3
c. Bagi Lingkungan
1. Mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari limbah bulu ayam.
G. Tinjauan pustaka1. Potensi Bulu Ayam
a. Nilai Nutrisi Tepung Bulu Ayam
Studi kandungan nutrisi yang dilakukan menunjukkan bahwa bulu ayam
mengandung "nutrient" yang cukup jumlahnya. Hal yang sama dilaporkan oleh
NATIONAL RESEARCH COUNCIL (1996) dan HARTADI et al. (1997) .
Berdasarkan hasil analisa di laboratorium maka diketahui bahwa nilai kandungan
nutrisi tepung bulu ayam dari TPA yang ada di daerah Jakarta dan Bogor lebih
rendah, baik itu bahan kering, protein kasar, lemak, Ca dan P dibandingkan
dengan kandungan nutrisi tepung bulu ayam yang dilaporkan NRC (1996).
Sedangkan kandungan energinya lebih tinggi (3952 kkal/kg) dibandingkan dengan
yang dilaporkan NRC (1996) yaitu sebesar 3000 kkal/kg . Dari Tabel 3 . terlihat
bahwa kandungan protein kasar bulu ayam berkisar 83-92%. Nilai tersebut sama
dengan yang dilaporkan peneliti terdahulu (WRAY, 1979; HAN dan PARSONS,
1991 ; TANDTIYANANT et al., 1993) . Kandungan protein kasar bulu ayam
tersebut lebih tinggi dari kandungan protein kasar bungkil kedelai (42,5 %) dan
tepung ikan yang hanya mencapai 66,2%, yang umumnya dipergunakan sebagai
komponen utama sumber protein dalam konsentrat/ransum. Namun demikian
kandungan protein kasar yang tinggi tersebut belum disertai dengan nilai biologis
yang tinggi . Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organic bulu ayam secara
in vitro masing-masing hanya sebesar 5,8% dan 0,7%. Rendahnya nilai kecernaan
tersebut disebabkan bulu ayam tergolong dalam protein fibrous/serat. Oleh karena
itu, diperlukan sentuhan teknologi, agar kualitas protein tercerna bulu ayam dapat
ditingkatkan.
4
Keunggulan penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia adalah
adanya sejumlah protein yang tahan terhadap perombakan oleh mikroorganisme
rumen (rumen undegradable protein/RUP), namun mampu diurai secara enzimatis
pada saluran pencernaan pascarumen. Nilai RUP tersebut berkisar antara 53-88%,
sementara nilai kecernaan dalam rumen berkisar 12-46%.
b. Pemanfaatan dan nilai ekonomis bulu ayam
Bulu ayam yang merupakan produk samping dari pemotongan ayam sampai
saat ini masih belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar bulu
ayam dibuang disekitar tempat pemotongan dan sebagai akibatnya mengakibatkan
gangguan lingkungan (polusi). Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai
bahan untuk membuat kemoceng, pengisi jok, pupuk tanaman atau kerajinan
tangan/hiasan dan shuttle cock.
Bulu ayam sangat potensial dijadikan sebagai sumber protein pakan ternak,
karena kandungan protein kasarnya tinggi yaitu 85-95% (HOWIE et al., 1996).
Pada ternak ruminasia (sapi perah) penggunaan tepung bulu ayam sebagai sumber
juga sudah dilakukan pada anak sapi yang sedang tumbuh (GRUMMER et al.,
1996). Pada ternak rumenasia nilai protein yang tidak dicerna oleh rumen dari
bulu ayam yang dihidrolisis sebesar 53,6 hingga 87,6% (HOWIE et al., 1996).
Penggunaan tepung bulu ayam pada ternak ruminasia untuk memenuhi seluruh
protein suplemen pada ransum anak domba yang sedang tumbuh dan pada periode
penggemukan menghasilkan performans yang menurun (HUSTON dan
5
HSELTON, 1971). Oleh karena itu, untuk memberikan hasil yang optimal,
penggunaan tepung bulu ayam dalam ransum harus/sebaliknya dikombinasikan
dengan urea (THOMAS dan BEESON, 1977).
Uji biologis yang dilakukan di Balitnak (tabel 4) menunjukan bahwa tepung
bulu ayam dapat dipergunakan sebagai pegganti komponen utama bahan pakan
penyusun konsentrat ternak ruminansia. Subtitusi komponen utama pakan
konsentrat yang diberikan ke ternak ruminansia memberikan respons yang lebih
baik terhadap penampilan ternak dan pertambahan bobot hidup.
Penggunaan tepung bulu ayam sebagai pakan imbuhan pascarumen dan
menggantikan sumber protein pakan konvensional, bungkil kedelai hingga taraf
40% dari total protein ransum mampu membeika respon sebaik ransum kontrol,
demikian juga dapat meningkatkan konsumsi bahan kering. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ransum dengan tepung bulu ayam mempunyai palabilitas
yang tinggi.
Bulu ayam sebagian besar dibuang dan baru sebagian kecil yang
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pakan ternak. Limbah bulu ayam basah tanpa
diproses telah diperjualbelikan dengan harga rata-rata Rp. 200,00/kg, sedangkan
bila sudah diproses menjadi tepung bulu kering harganya mencapai
Rp.2.500,00/kg. Mengacu pada nilai tersebut banyaknya ayam yang dipotong per
hari akan memberikan tambahan penghasilan sampingan dari penjualan bulu ayam
yang cukup menjanjikan.
6
2. Panas
Panas adalah energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda lain karena
beda temperatur (Tipler, 2001). Istilah lain sering disebut kalor, yaitu energi
yang ditransfer dari suatu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan
temperatur (Giancoli, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kalor
adalah sebutan lain dari panas.
Kalor bukan merupakan energi yang dimiliki oleh sebuah benda, tetapi
lebih mengacu pada jumlah energi yang ditransfer dari suatu benda ke benda
yang lainnya pada temperatur yang berbeda (Giancoli, 2001). Jumlah energi
panas atau kalor Q untuk menaikkan temperatur sebesar ΔT dari suatu zat
dengan massa m dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
3. LCD
M1632 merupakan modul LCD dot matrik dengan pengontrol CMOS
dengan pemakaian daya rendah, dengan sudut pandang yang lebar, kontras tinggi.
Di dalam pengontrol ini sudah terdapat ROM/RAM generator karakter dan RAM
data tampilan. Semua fungsi tampilan dikontrol oleh instruksi dan modul secara
mudah bisa diantarmukakan dengan sebuah mikroprosesor. LCD tipe M1632
merupakan produk seiko instruments.
4. Motor Listrik
Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik
menjadi gerak atau mekanik. Motor yang dipakai dalam pembuatan alat ini
adalah jenis Motor Induksi Fasa Tunggal. Motor induksi fasa tunggal adalah
motor yang dapat menghasilkan suatu medan magnet apabila dihubungkan
dengan sumber tegangan arus bolak-balik (Zuhal, 1991 : 129). Medan magnet
ini berasal dari belitan (stator) setelah dialiri oleh arus bolak-balik , maka akan
menggerakkan rotor. Dari peristiwa ini akan menghasilkan suatu medan putar.
Medan putar inilah yang pada dasarnya menjadi prinsip dari motor induksi.
Karena bentuknya yang sederhana dan harga yang relatif murah, motor induksi
fasa tunggal banyak dipakai untuk keperluan motor kecil didalam rumah tangga
seperti kipas 14 angin, peniup, pompa, mesin pendingin (AC). Jenis motor motor
induksi satu fasa dalam hal ini digunakan untuk menggerakkan baling-baling
7
(kipas). Jenis kipas yang dipakai memiliki daya 40 Watt / 220 Volt dengan
frekuensi 50 Hz. Pemanfaatan kipas dalam pembuatan alat ini adalah untuk
menghembuskan udara disekitar elemen pemanas menuju ruang pengering.
Gambar 2.1. Kumparan Stator dan rotor
5. Rangkaian Sensor Suhu
Sensor suhu yang digunakan dalam perancangan dan pembuatan alat
pengering jamur kuping adalah IC LM335. Sensor ini digunakan karena mampu
bekerja pada daerah suhu –400C sampai 1000C.
Rangkaian sensor suhu direncanakan mampu mengukur suhu 25 0C (298 0K) sampai suhu 60 0C (333 0K). Dengan berpedoman pada persamaan 2-9, nilai
suhu ini oleh sensor suhu LM335 dirubah menjadi tegangan 2,98 volt sampai 3,33
volt. Rangkaian ADC dirancang hanya memproses tegangan analog sampai 3,5
volt.
Gambar 2.3. Rangkaian Sensor Suhu
Mikrokontroler ATmega8535
8
Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu buatan vendor yang
bernama ATMEL juga mengembangkan dan memasarkan produk
mikroelektronika dengan perkembangan terakhir, yaitu AVR (Alf and Vegard’s
Rise processor) yang dimiliki mikrokontroler ATmega8535. Mikrokontroler AVR
memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-
bit (16 bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock,
berbeda dengan MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. AVR berteknologi
RISC (Reduced Instruction Set Computing). Dari segi arsitektur dan instruksi
yang digunakan bisa dikatakan mikrokontroler ATmega8535 mempunyai fungsi
yang dibutuhkan dari alat ini maka dipilihlah mikrokontroler ATmega8535
sebagai alat pemroses data.
Pin ATmega8535 dibedakan menjadi pin sumber tegangan mikrokontroler,
pin sumber tegangan ADC, pin referensi ADC, pin Osilator, pin I/O, dan pin
untuk interupsi luar.
Gambar 2.4 Pin Diagram ATmega8535
9
(sumber: Atmel 2006: 2).
6. Rangkaian Driver untuk Kontrol Pemanas (Heater)
Rangkaian ini menggunakan transistor sebagai saklar dan relay yang
dihubungkan ke beban yaitu heater. Gambar rangkaian driver heater ditunjukkan
pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Rangkaian Driver Heater
7. Selenoid Valve
Solenoid valve adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai
kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan piston yang
dapat digerakan oleh arus AC maupun DC, solenoid valve atau katup (valve)
solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust,
lubang masukan, berfungsi sebagai terminal / tempat cairan masuk atau supply,
lalu lubang keluaran, berfungsi sebagai terminal atau tempat cairan keluar yang
dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust, berfungsi sebagai saluran
untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat piston bergerak atau pindah posisi
ketika solenoid valve bekerja.
H. Metode pelaksanaan
Adapun tahap-tahap dalam perancangan dan pembuatan prototip ini antara
lain sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memahami bagaimana kerja sistem alat yang
akan dibuat. Studi literatur yang dilakukan meliputi studi tentang Motor,
Mikrokontroler ATMEGA 8535 sebagai pengendali utama sekaligus sebagai
kontrol, Alat pemanas, Sensor suhu sebagai pengendali suhu yang dibutuhkan,
perancangan kontruksi alat pengering bulu ayam dan perangkat pendukung lain.
10
2. Perancangan Blok Diagram
Prototip pengering bulu ayam pada dasarnya terdiri dari tujuh bagian pokok
yaitu : Push Button, Motor, Mikrokontroler ATMEGA 8535, Alat pemanas
(Heater), Sensor suhu, LCD, Driver Pengontrol Panas, Driver Pengontrol Motor,
Driver Selenoid.
Gambar 2.6. Diagram Blok Hardware
3. Prinsip kerja alat
Prinsip kerja dari alat ini Dimana sumber AC 220 Volt akan memutarkan
motor yang difungsikan untuk memutar keranjang agar proses pencucian dan
pengeringan agar bulu ayam menjadi lebih praktis dan efisien. Agar lebih kering
bulu ayam dipanaskan dengan elemen pemanas dengan cara mengubah energi
listrik menjadi panas atau kalor. Panas ini akan dihembuskan oleh kipas menuju
keranjang yang akan digunakan untuk menguapkan kandungan air yang ada
pada bulu ayam. Sensor suhu lm355 disini berfungsi sebagai saklar bila panas
melebihi batas setting maka heater akan off dan sebaliknya.
4. Diagram Alir (Flow Chart) Pengering Bulu Ayam
Sensor suhu
Push ButtonMikrokontoler
Driver Motor
Driver Selenoid
Driver Heater
LCD Display
start
inisialisasi
Motor on (cuci)5 menit
Solenoid openPengosongan air
11
Gambar 2.7. Flowchart Pengering Bulu Ayam
I. Jadwal kegiatan
Jangka waktu pembuatan alat selama 4 bulan ditunjukkan pada Tabel 2.
No.Uraian
Kegiatan
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IVMinggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Studi literatur
dan pengumpulan data
2. Perancangan (analisis dan desain) prototip
3. Penentuan komponen
4. Pembuatan dan perakitan
Motor on (pengeringan)10 menit
Motor & Heater On15 menit
If suhu > 75
Heater offy
Melanjutkan sisa waktu
Solenoid open
finish
12
(assembly) prototip
5. Uji Kelayakan 6. Evaluasi
J. Rancangan biaya
a. Bahan habis pakai
No. Jenis Bahan Jumlah Harga1 Downloader AVR 1 buah 100.0002 Minimum System Atmega 8535 2 buah 150.0003 Motor 1buah 700.0004 Gear Box 1buah 300.0005 Kawat Jaring Baja (200 x 100) 1 lembar 120.0006 Kotak panel 1buah 100.0007 Pipa besi stainles (1 dimm x 1 m) 1buah 100.0008 Baja jeruji 25 buah 50.0009 Kit Driver 3 buah 150.000
10 LCD (Liquid Crystal Display) M1632
1buah 100.000
11 Mika (200 x 100 x 5mm) 2 lembar 700.00012 Push Button 5 buah 28.00013 Sekring + Box 1 buah 5.00014 Relay 7 buah 90.00015 Saklar & tutup saklar 10 set 90.00016 Baut & Mur 1 pak 80.00017 Kabel jack AC 1buah 25.00018 Rangkaian Power Supply 1 set 150.00019 Selenoid Valve 3/4 1buah 250.00020 Kit Sensor LM355 1 set 250.00021 Plat almunium (300 x 100 x 5mm) 1 lembar 450.00022 Besi Lempeng 5 buah 500.00023 Lem tembak 5 buah 100.00024 Tray out rangkaian 1 set 200.00025 Kabel @ x 5 meter 5 buah 150.00026 Timah 1 rol 50.00027 Karet 1 set 300.00028 Kertas A4 5 Eks 150.00029 Materai 4 buah 28.00030 Kipas Blower 2 buah 100.00031 Elemen Pemanas 2 buah 250.000
Total: 4.743.000
b. Peralatan penunjang
No. Nama Alat Jumlah Harga satuan Harga
13
1. Solder 2 buah 100.000 200.0002. Bor PCB 1 buah 100.000 100.0003. Mata bor 1 set 150.000 150.0004. Gergaji besi 1 buah 150.000 300.0005. Pemotong Mika 3 buah 25.000 75.0006. Penitik 3 buah 25.000 75.0007. Penyedot Timah 2 buah 50.000 100.0008. Multimeter Digital Sanwa 1 buah 600.000 600.0009. Penggaris 3 buah 20.000 60.000
10. Sewa Instrumentasi Kalibrasi
1 set 700.000 700.000
11 Sewa Laboratorium 1 minggu 500.000 500.00012 Sewa Las Listrik 1 buah 800.000 800.000
Total: Rp. 3.660.000c. Biaya Perjalanan
No.
Uraian Biaya (Rp)/satuan
volume Jumlah
1. Transportasi Keluar kota ( mencari komponen dan peralatan penunjang di Surabaya )
100.000/orang 3 orang 300.000
2.
Transportasi dalam kota ( mencari komponen dan peralatan penunjang, serta konsultasi ke dosen penunjang )
40.000/orang 3orang 120.000
Total: Rp 420.000a. Lain-lain
No. KomponenBiaya
(Rp)/SatuanVolume Jumlah
1. Foto Copy 150/lembar 500 lembar 75.0002. Internet 3.000/jam 40 jam 120.0003. Pengetikan 2.000/jam 80 jam 160.0004. Label 6.400/lembar 5 lembar 32.0005. Scan Gambar 2.000/Gmbr 20 gambar 40.0007. Penjilidan 10.000/
eksemplar7 kali 70.000
8. Parker Sepeda motor 1.000/parkir 30 kali 30.0009. Dokumentasi 100.000 1 kali 100.000
10. Pembuatan petunjuk kerja 10.000 20 buku 200.00011 Sosialisasi 350.000 1 paket 350.000
Total: Rp 1.177.000
14
e. Rekapitulasi Jumlah Total Biaya Penlitian Biaya
a. Bahan Habis Pakai Rp. 4.743.000,-
b. Peralatan Penunjang Rp 3.660.000,-
c. Perjalanan Rp 420.000,-
d. Lain-lain Rp. 1.177.000 ,- +
Jumlah Rp. 10.000.000,-
K. Daftar pustaka
1. Harten, P. Van, Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 2, Anggota
IKAPI, Bandung.
2. Krelin Frank, Prajino Arko. 1991. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas,
Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
3. Malvino, Albert P & Tjian May On, 1996, Prinsip-Prinsip Elektronika,
Erlangga, Jakarta.
4. Malvino, Albert P & Tjian May On, Elektronika Komputer Digital,
Erlangga, Jakarta, Edisi Kedua.
5. Anggorodi, R., 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia,
Jakarta, 1979
15
Lampiran 1
Gambar. Rancangan Mesin pencuci dan pengering Bulu ayam
Motor AC
Heater dan blower
Keranjang
Selenoid valve
Panel Box
Casing
Gear box
16
Lampiran 2
Gambar kondisi bulu ayam sebelum dicuci