PKM Mercury

15
1 A. JUDUL: Pembuatan Test Kit untuk Mendeteksi Kandungan Merkuri pada Limbah Penambangan Emas Rakyat B. LATAR BELAKANG MASALAH Merkuri dan persenyawaanya merupakan bahan beracun yang masih banyak digunakan dalam berbagai aktivitas manusia sebagai bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, dan terutama aktivitas penambangan. Menurut badan POM Indonesia, aktivitas-aktivitas manusia tersebut dapat menghasilkan limbah merkuri hingga 10.000 ton/tahun. Ibarat Amerika yang mengalami gold rush disekitar tahun 1848-an, saat ini Indonesia sedang mengalami demam emas atau gol fever. Hal ini terlihat dari banyaknya penambangan emas rakyat yang sering disebut sebagai GSM (Gold Small Scale Mining) yang telah banyak ditemukan di Indonesia, diantaranya Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, serta Palu-Sulawesi Tengah. Namun, penambangan emas rakyat ini umumnya menggunakan metode amalgamasi yang menggunakan merkuri yang sangat beracun sehingga sangat berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, monitoring terhadap merkuri sangat diperlukan untuk mencegah keracunan merkuri dan pencemaran lingkungan. Semakin besar kadar yang dihasilkan oleh merkuri, maka semakin besar pula resiko yang akan diterima jika seseorang kontak secara langsung dengan merkuri. Hal ini dikarenakan merkuri bersifat racun bagi tubuh dalam jumlah yang melebihi batas aman. Batas aman merkuri pada air minum dan air bersih adalah sebesar 0,001 mg/L dan pada udara sebesar 0,1 mg/L. Sedangkan kadar aman merkuri pada makanan memiliki tingkatan yang berbeda-beda, dimana dalam ikan segar adalah 0,5 mg/kg, dalam sayuran sebesar 0,03 mg/kg, dan dalam biji-bijian sebesar 0,05 mg/kg. Beberapa resiko yang dapat terjadi sebagai dampak kontak secara langsung dengan merkuri adalah terjadinya kerusakan pada sistem saraf, terganggunya kerja enzim, rusaknya selaput dinding (membran) sel, bronkitis dan rusaknya paru-paru, bahkan dapat menyebabkan kematian. Beberapa metode standar untuk mendeteksi kandungan merkuri, seperti AAS (Atomic Absorption Spectrometry) dan spektrofotometri sinar tampak dapat mendeteksi kandungan merkuri dalam jumlah renik. Akan tetapi, kedua metode tersebut merupakan instrumentasi yang mahal dan hanya bisa dioperasikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian khusus, serta harus dilakukan di dalam laboratorium sehingga kurang cocok untuk analisis di lapangan. Danwittayakul (2008) melaporkan metode sederhana untuk penentuan ion merkuri dengan cara menyaring sampel merkuri dengan penyaring membran ester selulose yang dilapisi dengan ditizon, dan warna yang terbentuk dideteksi secara kolorimetri. Metode ini bisa mendeteksi ion merkuri sampai 0,057 ppb. Kemudahan dan sensitifitas metode ini digunakan sebagai dasar pembuatan test kit merkuri dalam penelitian ini.

Transcript of PKM Mercury

1

A. JUDUL: Pembuatan Test Kit untuk Mendeteksi Kandungan Merkuri pada Limbah Penambangan Emas Rakyat

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Merkuri dan persenyawaanya merupakan bahan beracun yang masih banyak digunakan dalam berbagai aktivitas manusia sebagai bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, dan terutama aktivitas penambangan. Menurut badan POM Indonesia, aktivitas-aktivitas manusia tersebut dapat menghasilkan limbah merkuri hingga 10.000 ton/tahun. Ibarat Amerika yang mengalami gold rush disekitar tahun 1848-an, saat ini Indonesia sedang mengalami demam emas atau gol fever. Hal ini terlihat dari banyaknya penambangan emas rakyat yang sering disebut sebagai GSM (Gold Small Scale Mining) yang telah banyak ditemukan di Indonesia, diantaranya Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, serta Palu-Sulawesi Tengah. Namun, penambangan emas rakyat ini umumnya menggunakan metode amalgamasi yang menggunakan merkuri yang sangat beracun sehingga sangat berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, monitoring terhadap merkuri sangat diperlukan untuk mencegah keracunan merkuri dan pencemaran lingkungan.

Semakin besar kadar yang dihasilkan oleh merkuri, maka semakin besar pula resiko yang akan diterima jika seseorang kontak secara langsung dengan merkuri. Hal ini dikarenakan merkuri bersifat racun bagi tubuh dalam jumlah yang melebihi batas aman. Batas aman merkuri pada air minum dan air bersih adalah sebesar 0,001 mg/L dan pada udara sebesar 0,1 mg/L. Sedangkan kadar aman merkuri pada makanan memiliki tingkatan yang berbeda-beda, dimana dalam ikan segar adalah 0,5 mg/kg, dalam sayuran sebesar 0,03 mg/kg, dan dalam biji-bijian sebesar 0,05 mg/kg. Beberapa resiko yang dapat terjadi sebagai dampak kontak secara langsung dengan merkuri adalah terjadinya kerusakan pada sistem saraf, terganggunya kerja enzim, rusaknya selaput dinding (membran) sel, bronkitis dan rusaknya paru-paru, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Beberapa metode standar untuk mendeteksi kandungan merkuri, seperti AAS (Atomic Absorption Spectrometry) dan spektrofotometri sinar tampak dapat mendeteksi kandungan merkuri dalam jumlah renik. Akan tetapi, kedua metode tersebut merupakan instrumentasi yang mahal dan hanya bisa dioperasikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian khusus, serta harus dilakukan di dalam laboratorium sehingga kurang cocok untuk analisis di lapangan. Danwittayakul (2008) melaporkan metode sederhana untuk penentuan ion merkuri dengan cara menyaring sampel merkuri dengan penyaring membran ester selulose yang dilapisi dengan ditizon, dan warna yang terbentuk dideteksi secara kolorimetri. Metode ini bisa mendeteksi ion merkuri sampai 0,057 ppb. Kemudahan dan sensitifitas metode ini digunakan sebagai dasar pembuatan test kit merkuri dalam penelitian ini.

2

Test kit merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi kadar suatu senyawa dengan cukup akurat yang mudah digunakan dan dioperasikan oleh berbagai kalangan. Selain itu, penggunaannya tanpa memerlukan laboratorium, perlengkapan khusus, listrik, ataupun biaya yang mahal, serta dapat digunakan untuk analisis di lapangan. Akan tetapi keberadaan test kit di Indonesia harus diimpor terlebih dahulu, sehingga tidak terjangkau oleh penambangan emas rakyat. Mengingat GSM yang dikelola oleh masyarakat umum cukup banyak, maka ketersediaan test kit merkuri sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan dan dampak negatif yang akan diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengajuan PKM ini diusulkan untuk membuat test kit merkuri sebagai metode analisis kuantitatif untuk mendeteksi kandungan merkuri yang ada dalam limbah penambangan emas rakyat. Test kit yang dibuat akan dioptimasi terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja metode ini, yaitu dengan melihat jenis kertas saring, waktu doping ditizon pada kertas saring, waktu reaksi ditizon dengan sampel merkuri, dan konsentrasi ditizon terhadap kinerja test kit merkuri. Test kit juga akan divalidasi dengan cara mengaplikasikannya dan membandingkan hasilnya dengan hasil dari metode standar.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Bagaimana cara membuat alat analisis sederhana (test kit) yang dapat secara

efektif mendeteksi kandungan merkuri pada limbah penambangan emas rakyat?

2. Bagaimana cara mengoptimasi test kit yang dibuat dengan melihat jenis kertas saring, waktu doping ditizon pada kertas saring, waktu reaksi ditizon dengan sampel merkuri, dan konsentrasi ditizon terhadap kinerja test kit merkuri?

3. Bagaimana cara memvalidasi test kit yang digunakan untuk mendeteksi kandungan merkuri yang ada di dalam limbah penambangan emas rakyat?

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuat test kit merkuri yang kinerjanya akan dioptimasi terhadap jenis kertas saring, waktu doping kertas saring dengan ditizon, waktu reaksi ditizon dengan merkuri, dan konsentrasi ditizon, serta divalidasi dengan mengaplikasikannya untuk mendeteksi kandungan merkuri pada limbah penambangan emas rakyat.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menghasilkan suatu alat (test kit) sebagai pendeteksi kandungan merkuri yang efektif, sederhana, mudah di operasikan, dan lebih ekonomis yang bisa diaplikasikan pada limbah

3

GSM oleh rakyat setempat, serta dipublikasikan secara ilmiah melalui seminar atau jurnal nasional terakreditasi.

F. KEGUNAAN

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan ini antara lain, (1) memahami dasar ilmu dan teknik untuk pengembangan alat analisis, (2) menciptakan alat analisis yang murah dan mudah digunakan untuk mendeteksi kandungan merkuri dalam limbah penambangan emas rakyat, (3) membantu masyarakat bawah dalam menyediakan alat deteksi yang mudah dan murah, sehingga bisa mencegah pencemaran lingkungan dan bahaya keracunan.

G. TINJAUAN PUSTAKA

G.1 Merkuri

G1.1 Sifat dan Keberadaan Merkuri

Merkuri merupakan logam yang memiliki nomor atom (NA=80) dan memiliki massa molekul relatif (Mr=200.05). Merkuri diberi simbol Hg yang merupakan singkatan dari bahasa Yunani yaitu ‘Hydrargyricum’ yang berarti cairan perak. Merkuri satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25°C), titik leburnya paling rendah -39°C, serta titik didih 35°C. Selain itu, merkuri juga memiliki kecenderungan menguap lebih besar, mudah berikatan dengan logam lain, dan merupakan konduktor yang baik. Di alam, merkuri paling sering ditemukan dalam bentuk logam raksa, merkuri sulfida, merkuri klorida, dan metil merkuri. Merkuri disebarkan ke lingkungan melalui penggunaan bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, sisa buangan industri, ataupun hasil sisa pernambangan emas (Alfian, 2006 ; Fardiaz, 1992 ; Lestarisa, 2010).

G.1.2 Persenyawaan Merkuri

Merkuri dapat membentuk senyawa raksa monovalent atau divalent. Banyak senyawa anorganik dan organik dari raksa dibentuk dari Hg (II). Beberapa bentuk senyawa raksa terjadi secara alami di lingkungan melalui reaksi redoks dan kerja bakteri anaerobik. Merkuri dapat membentuk senyawa kompleks berwarna dengan beberapa unsur atau senyawa seperti diphenylcarbazone, bromida, tiosianat, DMSA (2,3-dimercapto succinic acid), ataupun dengan ditizon. Salah satu contoh reaksi pembentukan kompleks merkuri adalah kompleks merkuri-ditizon yang berwarna orange seperti pada reaksi 1 (Fardiaz, 1992 ; Paci, 2000).

Merkuri Ditizon . . . (1) Merkuri (II) ditizon (orange)

4

Reaksi pembentukan kompleks merkuri(II)-ditizon digunakan sebagai dasar analisis merkuri pada metode standar spektrofotometri, dimana merkuri(II) diekstraksi dengan ditizon dalam pelarut kloroform suasana asam (pH 0,3). Pada kondisi ini ion logam lain seperti timbal, seng, besi, kobalt, tembaga dan cadmium tidak mengganggu pengukuran. Metode ini bisa digunakan untuk mengukur ion merkuri(II) dari konsentrasi 0.002-0,040 mg/L. Asam asetat seringkali digunakan untuk menstabilkan kompleks merkuri(II)-ditizon hingga 1 jam (Apha, 1992).

Danwittayakul (2008) melaporkan metode sederhana untuk penentuan ion merkuri dengan cara menyaring sampel merkuri dengan penyaring membran ester selulose yang dilapisi dengan ditizon, dan warna yang terbentuk dideteksi secara kolorimetri menggunakan TLC Scanning Densitometer. Metode ini bisa mendeteksi ion merkuri sampai 0,057 ppb. Untuk menjaga kestabilan ditizon pada membran, penyimpanan dilakukan dalam kantong plastik yang sudah divakumkan, untuk menghindari oksidasi dari oksigen. Pengganggu kation dimasker dengan EDTA sedangkan anion tidak mengganggu pengukuran. Metode ini telah berhasil diaplikasikan untuk analisis ion merkuri dalam air dengan presisi dan keterulangan yang baik.

G.1.3 Toksisitas Merkuri dan Efek Bagi Kesehatan

Merkuri merupakan racun yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian, baik dalam bentuk unsur, gas, maupun dalam garam organik dan anorganik. Pada manusia, semua komponen merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada otak, hati, dan ginjal. Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein sehingga menghambat kerja enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat pada gugus sufihidril, fosforil, karboksil, amida, dan amina, dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Toksisitas yang ditimbulkan oleh merkuri sesuai dengan bentuk kimianya (Alfian, 2006 ; Lestarisa, 2010).

Menurut peraturan di Indonesia, merkuri memiliki batas aman sebagai tercantum pada Tabel 1 (Lestarisa, 2010).

Tabel 1: Batas aman merkuri (Lestarisa, 2010)

No Peraturan Kadar Hg yang Diperbolehkan

1. Permenkes No.907/2002: Kadar merkuri dalam air minum

0,001 mg/l

2. Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990: Kadar merkuri dalam air bersih

0,001 mg/l

3. Kepmenkes: 261/Menkes/SK/II/1998: Kadar Hg dalam udara tempat kerja

0,001 mg/l

5

4. Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.3725/B/SK/VII/1989: Kadar merkuri dalam makanan dan minuman

Dalam ikan segar: 0,5 mg/kg

Dalam sayuran: 0,03 mg/kg

Dalam biji-bijian: 0,05 mg/kg

5. KepMenLH No.O2/MenKLH/2002: Kadar merkuri dalam air sungai

Golongan A: 0,001 mg/l

Golongan B: 0,001 mg/l

Golongan C: 0,002 mg/l

Golongan D: 0,005 mg/l

Secara kimia, merkuri dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu merkuri elemental, merkuri anorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental jika terhirup dapat masuk ke dalam paru-paru atau menembus kulit, kemudian akan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Sedangkan merkuri anorganik dapat menembus kulit dan terserap oleh lambung, yang menyebabkan gagal ginjal, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan imunologis. Merkuri organik dalam bentuk rantai pendek alkil (metilmerkuri) dapat dengan mudah masuk melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan, serta menyebabkan disfungsi otak sebelum perkembangannya sempurna melalui degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum, sehingga mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, serta tuli. (Setiabudi, 2005).

G.1.4 Kegunaan Merkuri

Merkuri dimanfaatkan dalam berbagai bidang, diantaranya bidang perindustrian, pertanian, penambangan, maupun bidang lainnya. Dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat) untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen pewarna. Dalam bidang pertanian, merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Sedangkan dalam bidang penambangan, logam merkuri digunakan untuk proses amalgamasi. Pada penambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan memurnikan emas melalui pembentukan amalgam (Lestarisa, 2010).

Merkuri digunakan dalam proses pemurnian emas, yaitu memisahkan bijihnya yang masih tercampur dengan komponen lain seperti perak, pasir, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya, bijih emas mentah tersebut dicampur merkuri dengan membentuk amalgam agar emas terpisah dari logam lain. Emas tidak bereaksi dengan merkuri, namun komponen lain yang bereaksi dengan merkuri hingga larut, sehingga amalgam Hg-Au yang memiliki berat jenis lebih besar dari larutan dapat dipisahkan dari komponen lain. Proses ini diikuti dengan penguapan sehingga akhirnya didapat emas murni. Limbah merkuri dan komponen lain

6

kemudian dibuang ke lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Butiran emas murni akan dibentuk menjadi batangan emas (Lestarisa, 2010).

Proses penambangan yang dilakukan merupakan proses penambangan emas rakyat dalam skala kecil (Gold Small Scale Mining – GSM). Beberapa GSM yang ada di Indonesia diantaranya adalah didaerah Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, serta Palu-Sulawesi Tengah (Limbong, 2002 ; Safrul, 2003 ; Subanri, 2008).

G.2 Test Kit Merkuri

Test kit merupakan suatu metode analisa yang dikemas sebagai sistem komersial yang mudah digunakan untuk menentukan keberadaan suatu analit spesifik dalam suatu matriks tertentu tanpa memerlukan ketrampilan ataupun pelatihan kimia khusus dalam penggunaannya. Untuk teknik pembacaannya, di dalam test kit terdapat kisaran warna yang proporsional terhadap konsentrasi. Apabila test kit disimpan pada temperatur antara 15°C-25°C, test kit akan tetap stabil hingga tiga tahun. Penggunaan test kit dilakukan tanpa memerlukann laboratorium, listrik, ataupun biaya yang mahal, sehingga dapat digunakan pula untuk analisis di lapangan secara kuantitatif. Pada umumnya test kit yang ada di pasaran berisi 1 colour strip pada kotak kit dan beberapa tabung yang digunakan untuk tempat reaksi. Untuk mengetahui seberapa besar kandungan merkuri yang terdapat dalam suatu sampel, dapat dilakukan dengan membandingkan warna yang diperoleh dalam sampel dengan colour strip yang ada. Gambar 1 adalah contoh pewarnaan yang tersedia dalam colour strip pada test kit merkuri (Anonimous¹, 1994 ; Anonimous², 2012 ; Anonimous³, 2012)

Gambar 1: Colour Strip (Anonimous³, 2012)

H. METODA PELAKSANAAN

H.1 Bahan dan Alat Penelitian

H.1.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk pembuatan test kit, maupun pengujian, dan validasi secara spektrofotometri adalah ditizon,

HgCl₂, HNO₃, sampel limbah penambangan emas, aquades, dan CHCl3 yang digunakan untuk pelarut ditizon pada uji validasi secara spektrofotometri.

7

H.1.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan test kit adalah 5 macam kertas saring (whatman) dengan tipe polaritas yang berbeda, lapis tipis (KLT), tabung reaksi dan rak tabung reaksi. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam preparasi bahan adalah botol sampel, labu ukur, pipet volume, pipet tetes, pinset, spatula, neraca analitik, dan spektronic-20.

H.2 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Preparasi sampel 2. Preparasi larutan 3. Pemilihan jenis kertas saring 4. Optimasi waktu perendaman ditizon 5. Optimasi waktu perendaman sampel 6. Optimasi konsentrasi ditizon 7. Uji validasi test kit merkuri

H.3 Cara Kerja Penelitian

H.3.1 Preparasi Sampel

Sampel sintetis dibuat dengan cara melarutakan zat standar merkuri dengan konsentrasi yang memenuhi kisaran deteksi test kit yang dibuat dan dikondisikan pada pH 2 dengan penambahan HNO3. Sedangkan sampel alami diambil dari sungai yang dekat dengan penambangan emas, kemudian disaring, dan ditambahkan HNO3 hingga pH larutan menjadi 2.

H.3.2 Preparasi Larutan

Larutan induk ditizon 1% dibuat dengan melarutkan ditizon sebanyak 1 gram ke dalam 100 mL CHCl3. Larutan ditizon konsentrasi lebih rendah dibuat dengan cara mengencerkan larutan induk ke dalam volume yang sesuai. Larutan

induk merkuri 100 ppm dibuat dengan cara melarutkan 0,0135 gram HgCl₂ (Mr = 271,6 gram/mol) dan dilarutkan dengan aquades sampai volumenya 70 mL, kemudian ditambah dengan HNO3 pekat dan diencerkan menjadi 100 mL dalam labu ukur 100 mL dengan aquades.

H.3.3 Pemilihan Jenis Kertas Saring

Kertas saring dipotong memanjang, 1 cm x 5 cm direndam dalam larutan ditizon 0,01 % selama 5 menit, kemudian dibiarkan kering angin. Kertas saring yang mengandung ditizon kemudian dicelupkan dalam 5 mL larutan sampel yang mengandung ion merkuri 0, 0,2, 0,5, 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 ppb, dikocok 1 menit. Warna yang terbentuk difoto sehingga diperoleh sederetan warna yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasinya. Setelah itu, merkuri dipipet dan

8

dimasukkan masing-masing ke dalam gelas kimia berbeda. Prosedur ini diulang untuk berbagai (4) jenis kertas saring lain yang digunakan dalam penelitian ini. Kertas saring yang memberikan deretan intensitas warna yang tinggi dipilih untuk percobaan berikutnya.

H.3.4 Optimasi Waktu Perendaman Ditizon

Optimasi waktu perendaman ditizon dilakukan seperti percobaan H.3.3 menggunakan kertas saring terbaik, namun waktu perendaman ditizon divariasi menjadi 20, 30, 40, 50, dan 60 menit. Waktu perendaman ditizon yang memberikan deretan intensitas warna yang tinggi dipilih untuk percobaan berikutnya.

H.3.5 Optimasi Waktu Perendaman Sampel

Optimasi waktu perendaman sampel dilakukan seperti percobaan H.3.4 menggunakan kertas saring terbaik dan waktu perendaman ditizon optimum, namun waktu perendaman sampel divariasi dari 2, 4, 6, 8, dan 10 menit. Waktu perendaman sampel yang memberikan deretan intensitas warna yang tinggi dipilih untuk percobaan berikutnya.

H.3.6 Optimasi Konsentrasi Ditizon

Optimasi konsentrasi ditizon dilakukan seperti percobaan H.3.5 menggunakan kertas saring terbaik, waktu perendaman ditizon, dan perendaman sampel optimum, namun konsentrasi ditizon divariasi menjadi 0,001, 0,05, 0,1, dan 1%. Konsentrasi ditizon yang memberikan deretan intensitas warna yang tinggi dipilih sebagai komparator. Komparator ini difoto agar warna tidak mudah berubah untuk jangka waktu yang cukup lama.

H.3.7 Uji Validasi Test Kit Merkuri

Uji validasi test kit dilakukan dengan cara mengaplikasikan tes kit yang dibuat untuk mendeteksi konsentrasi merkuri dalam sampel merkuri buatan maupun sampel merkuri dari limbah tambang emas. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran metode standar spektrofotometri [APHA, 1992] yang didasarkan pada pembentukan kompleks merkuri ditizon dalam pelarut kloroform. Sampel merkuri diperlakukan seperti pada percobaan H.3.6 menggunakan kertas saring yang terbaik, waktu perendaman ditizon dan perendaman sampel optimum, dan konsentrasi ditizon optimum. Warna yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan komparator warna yang telah dibuat dari percobaan H.3.6, warna yang sesuai menunjukkan konsentrasi yang bersesuaian.

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu 4 bulan dengan rincian:

9

No Nama Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Preparasi bahan dan alat

2. Pemilihan kertas saring test kit

3. Optimasi perendaman ditizon

4. Optimasi perendaman sampel

5. Optimasi konsentrasi ditizon

6. Aplikasi test kit pada sampel buatan

7. Aplikasi test kit pada limbah merkuri

8. Uji validasi dan analisis data

9. Penyusunan laporan

J. RANCANGAN BIAYA

J.1 Biaya Transportasi dan Komunikasi

No Jenis Kegiatan Biaya (Rp) / Satuan

Volume Harga (Rp)

1. Transport observasi ke lokasi 1.500.000/pp/orang 2 orang 3.000.000,-

2. Transport pembelian alat dan bahan

150.000,- 1 kali 200.000,-

3. Komunikasi @100.000,- 5 orang 500.000,-

JUMLAH 3.700.000,-

J.2 Biaya Alat dan Bahan

No Nama Barang Biaya (Rp) / Satuan

Volume Harga (Rp)

1. Ditizon 1.060.000,- / 5 gr 5 gram 1.060.000,-

2. HgCl₂ 999.000,- / 50 gr 50 gram 999.000,-

3. HNO₃ 404.000,- / L 1 L 404.000,-

4. CHCl3 250.00,- / L 1 L 250.000,-

10

5. Aquades 1.500,- / L 10 L 15.000,-

6. Kertas whatman no.1 150.000,- / pack 3 pack 450.000,-

7. Kertas whatman no.2 130.000,- / pack 3 pack 390.000,-

8. Kertas whatman no.3 100.000,- / pack 3 pack 300.000,-

9. Kertas whatman no.4 85.000,- / pack 3 pack 255.000,-

10. Kertas whatman no.5 65.000,- / pack 3 pack 195.000,-

11. Lapis Tipis (KLT) 300.000,- / pack 3 pack 900.000,-

12. Botol sampel 3.000,- / buah 72 buah 216.000,-

13. Tabung Reaksi 3.500,- / buah 72 buah 252.000,-

JUMLAH 6.586.000,-

J.3 Biaya Identifikasi dengan Instrumen

No Instrumen Biaya Satuan (Rp) Jumlah Sampel Harga (Rp)

1. Spektronic-20 15.000,- / sampel 72 sampel 1.080.000,-

JUMLAH 1.080.000,-

J.4 Biaya Lain-lain

No Nama Biaya Satuan (Rp) Jumlah Harga (RP)

1. Scanner 50.000,- 1 paket 50.000,-

2. Pembuatan laporan 250.000,- 1 paket 250.000,-

JUMLAH 300.000,-

J.5 Rekapitulasi Biaya Total

No Jenis Biaya Harga (Rp)

1. Biaya transportasi dan komunikasi 3.700.000,-

2. Biaya alat dan bahan 6.586.000,-

3. Biaya identifikasi dengan instrumen 1.080.000,-

4. Biaya lain-lain 300.000,-

JUMLAH 11.666.000,-

11

K. DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2006, Merkuri: antara Manfaat dan Efek Penggunaannya bagi Kesehatan Manusia dan Lilngkungannya. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anonimous¹. 1994. Test Kit Definitions and Modifications Guideline. AOAC Research Institute.

Anonimous². 2012. Test Kit. Germany: Merck KgaA Darmstadt. Anonimous³. 2012. HMT Merkuri Test Kit. Canada: Osumex Natural Alternatives

LTD. Danwittayakul, S., Takahasi Y., Suzuki T., Tanhabunsombut A. 2008. Simple

Detection of Mercury Ion Using Dithizon nanoloaded membrane. J. Metals, Minerals, and Materials, Vol. 18, No.2, 37-40.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air & Udara. Jakarta: penerbit Kanisius. Grenberg, Armold E. et.al. 1992. Standard Methods 18th Edition 1992 for The

Examination of Water and Wastewater. America: American Public Health Association.

Lestarisa, T. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Ijin (Peti) Di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro.

Limbong, Daniel et.al. 2002. Emissions and Environmental Implications of Merkuri from Artisanal Gold Mining in North. Sulawesi.

Paci, B. et.al. 2000. Picosecond Anisotropy of the Transient Absorption of the Photochromic Merkuri Ditizon Complex in Solution.

Safrul, Halimah. 2003. Pencemaran Merkuri dan Strategi Penanganan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Pongkor, Jawa Barat. Jakarta: University Indonesia.

Setiabudi, B.T. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Yogyakarta.  

Subanri. 2008. Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke Dan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro.  

L. LAMPIRAN

1. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok

a. Biodata Ketua Kelompok

Nama Lengkap : Febriyana Rizky Hapsari NIM : 105090200111016 Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia

12

Tempat / Tanggal Lahir : Gresik, 19 Februari 1992 Alamat Email : [email protected] No.Telepon / HP : 0813 3174 4070

Ketua

Febriyana Rizky Hapsari NIM. 105090200111016

b. Biodata Anggota Kelompok

1) Nama Lengkap : Silvi Avianti Indriana NIM : 105090200111012 Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia Tempat / Tanggal Lahir : Kediri, 29 Maret 1992 Alamat Email : [email protected] No.Telepon / HP : 0818 0518 8873

Anggota

Silvi Avianti Indriana NIM. 105090200111012

2) Nama Lengkap : Bhurman Pratama Putra NIM : 105090200111010 Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia Tempat / Tanggal Lahir : Sidoarjo, 23 Juli 1992 Alamat Email : [email protected] No.Telepon / HP : 0878 5320 5358

Anggota

Bhurman Pratama Putra NIM. 105090200111010

3) Nama Lengkap : Hikmanita Lisan Nashukha NIM : 105090207111014 Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia Tempat / Tanggal Lahir : Ponorogo. 28 Maret 1992

13

Alamat Email : [email protected] No.Telepon / HP : 0812 3209 0764

Anggota

Hikmanita Lisan Nashukha NIM. 105090207111014

4) Nama Lengkap : David Gunawan NIM : 115090200111002 Fakultas / Jurusan : MIPA / Kimia Tempat / Tanggal Lahir : Bangkalan, 05 Maret 1993 Alamat Email : [email protected] No.Telepon / HP : 0838 5310 4000

Anggota

David Gunawan NIM. 115090200111002

2. Biodata Dosen Pendamping

Nama Lengkap : Dr. Hermin Sulistyarti Tempat / Tanggal Lahir : Tulungagung, 29 Mei 1964 Jenis Kelamin : Perempuan Bidang Keahlian : Kimia Analitik Mata Kuliah yang Diasuh : Kimia Dasar 1-2, Kimia Analitik1-2,

Teknik Pemisahan Analitik, Metodologi Penelitian, Kimia Forensik, Instrumentasi Kimia, Kimia Analisa Bahan Makanan

Pendidikan: No Tempat Pendidikan Kota / Negara Th.Lulus Bidang

Studi

1 S1 – Universitas Airlangga Surabaya/Indonesia 1987 Kimia

2 S2-S3 – La Trobe University Melbourne/Australia 2000 Kimia Analitik

14

Penelitian yang sedang dilakukan:

No Judul Penelitian Peneliti Utama / Anggota

Sumber Dana Tahun

1 Pembuatan Sensor Iodium dan Tiosianat Secara On-line untuk diagnose GAKI

Peneliti Utama Hibah Institusi

Universitas Brawijaya

2012

2 Pembuatan Sensor Glutamat untuk mendeteksi MSG dalam Makanan

Anggota DPP/SPP FMIPA UB

2012

Pengalaman penelitian yang relevan dengan usulan penelitian:

No Judul Penelitian Peneliti Utama / Anggota

Sumber Dana

Tahun

1 Pengembangan instrumentasi kimia berbasis sensor dan teknik injeksi alir: upaya peningkatan pengawasan kualitas pangan dan penanggulangan ketergantungan Impor

Peneliti Utama Insentif Ristek

2007 – 2008

2 Pembuatan Test Kit Cyanida Peneliti Utama Mandiri 20007

3 Pembuatan Test Kit Nitrogen Amonia

Peneliti Utama Mandiri 2008

Dosen Pembimbing

Dr. Hermin Sulistyarti NIDN. 0029056402

15

3. Gambar Skema Perlakuan

• Beaker glass disiapkan dan diisi larutan ditizon yang telah dibuat sebelumnya

       

• Kertas saring (whatman) dicelupkan seluruhnya ke dalam larutan ditizon dengan menggunakan pinset

 

     

• Kertas whatman yang telah dicelupkan ke dalam larutan ditizon dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

       

• Kertas whatman yang telah dicelupkan ke dalam larutan ditizon dan dikeringkan, selanjutnya dicelupkan ke dalam larutan sampel

               

• Warna kertas yang telah dicelupkan ke dalam larutan sampel, selanjutnya dicocokkan dengan warna berikut untuk mengethaui kisaran konsentrasi merkuri dalam sampel

   

Larutan Ditizon

Larutan Ditizon

Kertas  Saring  basah  

Kertas  Saring  kering  

Kertas  Saring  

angin  

Larutan Sampel