PKL

4
Jadi begini kawan2. Penutupan gerbang belakang selama ini memang agak simpang siur isunya. Saya akan berusaha memperjelas melalui topik di post ini. Setiap poin akan saya beri nomor agar memudahkan kita berdiskusi. Siapkan camilan, karena ini akan panjang.. 1) Penutupan gerbang belakang ini dilakukan pada 23 januari 2013 dengan sosialisasi berupa surat yang disebar sehari sebalumnya (22 Januari 2013). 2) Alasan utama dari penutupan gerbang belakang ITB ini adalah safety (keamanan) dari mahasiswa terkait proyek yang akan berlangsung waktu itu rencananya di Bulan Februari. 3) Proyek di ITB sendiri sudah di sosialisasikan bahwa akan ada pembangunan 4 gedung baru. Sosialisasi ini berjalan baik dengan diakomodir antara direktorat pembangunan dan kementrian advokasi kebijakan kampus Kabinet KM ITB. 4) Ditengah jalan, ternyata ada 4 rencana pembangunan gedung baru yang tidak sesuai rancangan di awal. Karena inilah, safety mahasiswa diusahakan aman dengan ditutupnya gerbang belakang dan diberi alternatif gerbang SBM yang dibuka. (INI MASIH SETTING AWAL SUPAYA KITA SATU FRAME) 5) Dalam rencana awal, gerbang belakang terbuka untuk pejalan kaki namun tertutup bagi kendaraan baik mobil maupun kendaraan berat. Sedangkan gerbang SBM adalah salah satu akses utama dari kendaraan berat. 6) Faktanya 3 gedung baru yang diluar rencana awal terletak lebih pinggir ITB dibanding 4 gedung yang direncanakan. Harusnya, secara logis penambahan 3 gedung baru bukanlah menjadi alasan ditutupnya gerbang belakang. Jika di rencana awal saja gerbang belakang dibuka untuk pejalan kaki kok dengan gedung yang lebih di pinggir malah gerbang yang di tengah jadi di tutup? Ini cukup aneh menurut kami.. 7) Faktanya, gerbang SBM yang menjadi alternatif safety justru gelap, jauh, rawan, dan lain-lain. Disini mulai timbul masalah dan latar belakang kita semua untuk berdiskusi bersama rektorat. (DUA POIN DIATAS ADALAH LATAR BELAKANG DARI MAHASISWA MEMPERTANYAKAN KEPUTUSAN REKTORAT) (SEDIKIT INTERMEZZO) 8) [PKL] Pada awal Januari, kita semua tahu akan peristiwa penggusuran PKL. Sudah beberapa tahun memang PKL ini diberi warning dari pemkot untuk pindah ke tempat yang bukan daerah hijau. Kami mahasiswa juga tidak tinggal diam. Kami mencari solusi alternatif tempat bagi PKL ini baik itu di dalam maupun di luar kampus. Tetapi kami tidak bisa menemukan ego dari pemilik PKL dan ego dari rektorat, pemkot, LSM, dan lain-lain. (jika pkl dipindah terlalu jauh mereka ga mau karena takut omset turun, rektorat sendiri ga mau PKL ada di deket ITB, pemkot ga mau ruang terbuka hijau jadi kumuh, dst dst, ga katemu deh) Penggusuran PKL pun terjadi dengan sangat mendadak kala itu. Kami mahasiswa pun melakukan re-aksi dengan membangung

description

PKL atau pedagang kaki lima perlu dicerdaskan.

Transcript of PKL

Page 1: PKL

Jadi begini kawan2. Penutupan gerbang belakang selama ini memang agak simpang siur isunya.

Saya akan berusaha memperjelas melalui topik di post ini. Setiap poin akan saya beri nomor agar

memudahkan kita berdiskusi. Siapkan camilan, karena ini akan panjang..

1) Penutupan gerbang belakang ini dilakukan pada 23 januari 2013 dengan sosialisasi berupa

surat yang disebar sehari sebalumnya (22 Januari 2013).

2) Alasan utama dari penutupan gerbang belakang ITB ini adalah safety (keamanan) dari

mahasiswa terkait proyek yang akan berlangsung waktu itu rencananya di Bulan Februari.

3) Proyek di ITB sendiri sudah di sosialisasikan bahwa akan ada pembangunan 4 gedung baru.

Sosialisasi ini berjalan baik dengan diakomodir antara direktorat pembangunan dan kementrian

advokasi kebijakan kampus Kabinet KM ITB.

4) Ditengah jalan, ternyata ada 4 rencana pembangunan gedung baru yang tidak sesuai rancangan

di awal. Karena inilah, safety mahasiswa diusahakan aman dengan ditutupnya gerbang belakang

dan diberi alternatif gerbang SBM yang dibuka.

(INI MASIH SETTING AWAL SUPAYA KITA SATU FRAME)

5) Dalam rencana awal, gerbang belakang terbuka untuk pejalan kaki namun tertutup bagi

kendaraan baik mobil maupun kendaraan berat. Sedangkan gerbang SBM adalah salah satu akses

utama dari kendaraan berat.

6) Faktanya 3 gedung baru yang diluar rencana awal terletak lebih pinggir ITB dibanding 4

gedung yang direncanakan. Harusnya, secara logis penambahan 3 gedung baru bukanlah menjadi

alasan ditutupnya gerbang belakang. Jika di rencana awal saja gerbang belakang dibuka untuk

pejalan kaki kok dengan gedung yang lebih di pinggir malah gerbang yang di tengah jadi di

tutup? Ini cukup aneh menurut kami..

7) Faktanya, gerbang SBM yang menjadi alternatif safety justru gelap, jauh, rawan, dan lain-lain.

Disini mulai timbul masalah dan latar belakang kita semua untuk berdiskusi bersama rektorat.

(DUA POIN DIATAS ADALAH LATAR BELAKANG DARI MAHASISWA

MEMPERTANYAKAN KEPUTUSAN REKTORAT)

(SEDIKIT INTERMEZZO)

8) [PKL] Pada awal Januari, kita semua tahu akan peristiwa penggusuran PKL. Sudah beberapa

tahun memang PKL ini diberi warning dari pemkot untuk pindah ke tempat yang bukan daerah

hijau. Kami mahasiswa juga tidak tinggal diam. Kami mencari solusi alternatif tempat bagi PKL

ini baik itu di dalam maupun di luar kampus. Tetapi kami tidak bisa menemukan ego dari

pemilik PKL dan ego dari rektorat, pemkot, LSM, dan lain-lain. (jika pkl dipindah terlalu jauh

mereka ga mau karena takut omset turun, rektorat sendiri ga mau PKL ada di deket ITB, pemkot

ga mau ruang terbuka hijau jadi kumuh, dst dst, ga katemu deh) Penggusuran PKL pun terjadi

dengan sangat mendadak kala itu. Kami mahasiswa pun melakukan re-aksi dengan membangung

Page 2: PKL

tenda dan advokasi ke pemkot dan akhirnya diberilah izin pendirian bangunan sementara di

daerah belakang ITB asalkan bangunan tersebut rapi.

9) salah satu dari gedung-gedung di luar rencana pembangunan di awal ITB adalah gedung

doping. Pembangunan ini didasari oleh KEPENTINGAN NEGARA yang membutuhkan lab

doping yang selama ini selalu tes doping di luar negeri. Sekali lagi, ini kepentingan negara bukan

kepentingan mahasiswa ITB.

10) Semenjak ditupnya gerbang terdekat akses ke makanan PKL belakang, ada alternatif

makanan murah di tunnel yang diakomodir KKP ITB dengan harga 5000 per porsi. Namun, bisa

dilihat, selain kios dari KKP masih ada kios-kios bari yang ada di sekitaran tunnel dan ya,

beberapa itu milik dosen2 yang ada di ITB. (relasi orang dalam). Dengan ini kita sedikit

melupakan adanya pkl di belakang ITB.

11) ITB sendiri berdalih sudah melakukan usaha peningkatan safety di gerbang alternatif (SBM)

dengan cara (1) menaruh satpam jaga (2) transportasi alternatif JIKA DIMINTA (jangan sungkan

minta satpam) (3) mengusahakan ada penerangan (tetapi rektorat masih nunggu jawaban pemkot

karena ga enak kalo masang sendiri nanti dikira ngelangkahin kebijakan pemkot).

12) Teori ruang publik (arsitektur) mengatakan dampak psikologis manusia akan menjadi malas

jika kita berjalan jauh memutar. Hal ini berbeda jika dibandingkan jalan jauh tetapi tidak

memutar. Keefektifan rute dinilai sangan berpengaruh terhadap psikologi manusia dalam konteks

apapun.

DENGAN BEKAL BEKAL DIATAS, KAMI MELAKUKAN PERTEMUAN DENGAN

PIHAK LK, K3L, SARPRAS, DAN DIR. PEMBANGUNAN, HASILNYA :

13) Gerbang belakang memang tidak boleh dilalui kendaraan berat, dan tidak akan dialui

kendaraan berat karena dibawah gerbang belakang ada tunnel yang bisa runtuh jika ada

kendaraan berat yang melintas.

14) Alasan-alasan seperti kemahasiswaan yang turun, telat kuliah, jauh, dan lain-lain dianggap

alasan lemah mahasiswa oleh LK. Di luar negeri, mahasiswa sudah biasa jalan jauh untuk sampai

ke kampusnya.

15) Ada alasan baru yang belum pernah keluar sebelumnya. Kali ini disampaikan oleh Direktorat

pengembangan. Ada settlement (daerah ambles) tepat di muka gerbang belakang. Settlement ini

ditakutkan akan terus bertambah dalam karena beban statis kendaraan yang berhenti tepat di atas

settlement tersebut (dalam konteks kali ini : angkot). Karena alasan ini baru, kami mahasiswa

masih belum membahas terkait settlement ini sehingga waktu itu kami menerima alasan ini

untuk sementara sembari kami akan membahas di diskusi lagi. Pihak LK berjanji akan sesegera

mungkin mengirimkan kajian dari settlement ini dan akan melibatkan mahasiswa dalam rapat

pengambilan keputusan berikutnya dalam penutupan gerbang belakang.

Page 3: PKL

16) Rektorat akan mengusahakan adanya penerangan lampu sorot yang terang dari dalam ITB

untuk mengantisipasi gelapnya gerbang SBM. Mereka berkata sudah mengajukan itu dan akan

segera dilakukan. Kita tunggu saja kelanjutannya.

[SETELAH FORUM KALI ITU, KAMI BERDISKUSI KEMBALI, KALI INI FOKUS

UTAMANYA TENTANG ALASAN TERAKHIR REKTORAT UNTUK MENUTUP

GERBANG BELAKANG : SETTLEMENT)

17) Faktanya. Amblesan yang jadi alasan terakhir tersebut belum pernah ada sebelum satu tahun

lalu. Satu tahun lalu, ada pipa PDAM yang bocor. Hal ini menyebabkan petugas PDAM

menggali jalan tetap di depan gerbang belakang. Namun, ketika menutup kembali, PDAM tidak

menerapkan ilmu pengaspalan yang harus dilakukan secara berlapis (batu, basir, kerikil, aspal,

dst (ilmu sipil ini)). Mereka langsung melapisi tanah bekas galian dengan aspal. Ya sudah tentu

terjadi subsidence (ambles) dan bisa kita lihat bentuk amblesannya sangat rapi, melintang

membentuk garis.

18) (Ini ilmu sipil lagi) Settlement ga akan terjadi dalam waktu singkat kecuali ada kondisi yang

baru. Jadi penurunan jalan sebesar 10 centimeter selama 1 tahun ini tidak mungkin jika tidak ada

sebab eksternal. Hampir pasti ini disebabkan oleh penggalian kebocoran pipa PDAM.

19) Faktanya, dari Pak Muslinang (dosen sipil sekaligus pimpinan proyek dari pembangunan

JICA / gedung2 baru ITB), kontrak proyek pembangunan gedung belum ada. Yang tadi

dijadwalkan akan dimulai Februari, direktorat pengembangan berdalih akan dimulai april.

Namun, hal ini mustahil karena untuk persiapan legal aspek dan lain lain dari sebuah proyek,

minimal butuh 100 hari (ini ilmu dari TI). Ya kita lihat saja kapan sih pembangunan ini akan

benar-benar dimulai.

20) Teman-teman dari Teknik Geofisika berinisiatif akan meminjam alat GPR (aku ga tau ini

apa), tetapi mereka mengklaim dengan alat ini, kita bisa melihat lapisan-lapisan di bawah tanah.

Jadi, dengan ini pula kita bisa menentukan apakah sebenarnya settlement yang terjadi di muka

gerbang belakang itu separah apa.

21) Teman-teman dari arsitektur dan Majalah ganesha sedang membuat analisis dampak dari

ditutupnya gerbang belakang. Majalah Ganesha sendiri baru-baru ini menlakukan survey dan

sudah dianggap valid oleh dosen dari Planologi ITB.

22) Akhirnya setelah ditagih-tagih oleh Yorga dan melalui proses lempar melempar khas

birokrasi Indonesia, kita mendapatkan data kajian mengenai settlement gerbang belakang.

Namun, bisa kita cermati bersama nanti, hasil kajian dari mereka. Dari tanggal kajian saja

Februari 2013, SATU BULAN SETELAH GERBANG BELAKANG DITUTUP MEREKA

BARU MENGKAJI ALASANNYA.

23) Teman-teman sipil sedang mengkaji data yang baru diberikan kemarin oleh rektorat terkait

settlement ini. Mereka akan melihat dari aspek keteknikan sesuai ilmu mereka. Sekaligus, jika

memungkinkan, mereka sedang mengusahakan agar kita, mahasiswa bisa mengaspal dengan baik

(tentu dengan bantuan pemkot soal pengadaan alat dan bahan) settlement tersebut. Melalui ini,

Page 4: PKL

kita bisa membuktikan bahwa mahasiswa tidak hanya diam melihat permasalahan, malah bisa

membantu rektoran mesolusikannya (sekaligus menyindir sih ini sebenarnya).

24) (Opini) Jika memang di muka gerbang belakang itu settlement yang terjadi hanyalah hasil

galian PDAM yang dangkal. Mengapa kita menjauhkan akses ruang publik seperti perpustakaan

dengan jalan yang memutar? Dan jika menang settlement yang terjadi itu memang parah,

MENGAPA TUNNEL MASIH DIBUKA DAN MALAH DIBUAT AKSES UTAMA UNTUK

MAKAN, FOTOKOPI, SWALAYAN, ATM? DIMANA KAJIAN SAFETY DARI

REKTORAT? Dua hal ini kontradiktif dan saling menghilangkan memang, jika tunnel dibuka

mengapa gerbang belakan gditutup? jika gerbang belakang harus ditutup, mengapa tunnel

dibuka?

25) [OPINI KAMI] Penutupan gerbang belakang ini adalah hal kecil. Jika hanya jalan kaki agak

jauh sebenarnya kami pun mau asal mereka punya alasan logis dan kuat. Perjuangan kami bukan

berlandaskan itu. TETAPI, KAMI MEMPERTANYAKAN BAGAIMANA PEROSES

REKTORAT DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN. Apakah keputusan safety dilakukan secara

mendadak saja? ataukah keputusan dibangunnya gedung doping yang merupakan kepentingan

negara lebih didulukan dibanding kepentingan mahasiswanya? Sebenarnya, ITB sebagai institusi

pendidikan, ingin membangun gedungnya saja atau mendidik mahasiswanya?

Jadi itu kira-kira update dari advokasi yang dilakukan secara mendiri oleh massa kampus terkait

gerbang belakang. Jika teman-teman ada yang terganggu dengan ditutupnya gerbang belakang

dan BERINISIATIF, bisa gabung kami, nanti akan dikabari jika ada jarkom ngumpul. Terima kasih.