Pharyngitis Oleh Virus Dan Jamur

8
Pharyngitis oleh Virus dan Jamur Oleh Much Ikbal H Amir (1306376364) Pharyngitis adalah penyakit saluran napas yang terjadi akibats infeksi atau iritasi pada faring atau tonsil namun pada umumnya merupakan kasus infeksi. 1 Etiologinya dapat berasal dari virus, bakteri, jamur, parasit maupun zat-zat pengiritasi yang dapat menginduksi terjadinya pharyngitis. Pada pembahasan kali ini kita akan lebih membahas tentang pharyngitis yang disebabkan oleh infeksi virus dan jamur (fungal)` Infeksi Virus Infeksi virus yang menyebabkan pharyngitis dapat dibagi menjadi dua grup : yang berasosiasi dengan eksudat atau eksudat tonsil dan yang tidak menghasilkan eksudat. 2 Pharyngitis dengan eksudat biasa pada umumnya disebabkan oleh Rhinovirus, influenza virus, coronavirus dan respiratory syncytial virus. Sedangkan pada pharyngitis tanpa eksudat biasa disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex virus, dan Epstein-Barr virus. a. Klasifikasi 3 Virus yang menginfeksi saluran napas diklasifikasikan berdasarkan tipe dan konfigurasi asam nukleat pada genom virus, karakteristik struktural protein dan ada tidaknya membran yang menyelubunginya.

description

infeksi

Transcript of Pharyngitis Oleh Virus Dan Jamur

Pharyngitis oleh Virus dan JamurOleh Much Ikbal H Amir(1306376364)

Pharyngitis adalah penyakit saluran napas yang terjadi akibats infeksi atau iritasi pada faring atau tonsil namun pada umumnya merupakan kasus infeksi.1 Etiologinya dapat berasal dari virus, bakteri, jamur, parasit maupun zat-zat pengiritasi yang dapat menginduksi terjadinya pharyngitis. Pada pembahasan kali ini kita akan lebih membahas tentang pharyngitis yang disebabkan oleh infeksi virus dan jamur (fungal)`Infeksi VirusInfeksi virus yang menyebabkan pharyngitis dapat dibagi menjadi dua grup : yang berasosiasi dengan eksudat atau eksudat tonsil dan yang tidak menghasilkan eksudat.2 Pharyngitis dengan eksudat biasa pada umumnya disebabkan oleh Rhinovirus, influenza virus, coronavirus dan respiratory syncytial virus. Sedangkan pada pharyngitis tanpa eksudat biasa disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex virus, dan Epstein-Barr virus.a. Klasifikasi3Virus yang menginfeksi saluran napas diklasifikasikan berdasarkan tipe dan konfigurasi asam nukleat pada genom virus, karakteristik struktural protein dan ada tidaknya membran yang menyelubunginya. Sumber : Murray and Nadels Textbook of Repiratory Medicine 5th ed. Philadelpia : Saunders Elsevier Inc. ; 2010. Chapter 31 : Viral Infection

b. Transmisi 2Rute transmisi infeksi virus dari orang yang terinfeksi ke orang lain bervariasi dan kombinasi dari kontak, droplet dan transmisi aerosol. Contohnya rhinovirus dan respiratory syncytial virus menyebar melalui kontak langsung maupun dengan lingkungan yang telah terinfeksi. Virus measles dan varicella-zoster viruses menyebar melalui udara bersamaan dengan partikel-partikel debu lainnya. c. Etiologi dan epidemiologi2,3Pharyngitis merupakan suatu sindrom klinis jika terjadi infeksi pada saluran napas atas. Berikut ini virus tersering yang menyebabkan pharyngitis dan juga beberapa sindrom klinis infeksi saluran napas lainnya

Sumber : Melnick & Adelbergs Medical Microbiology 26th ed. United State : The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2013. Chapter 30 : Pathogenesis and Control of Viral disease

Epidemiologi terjadi infeksi pharyngitis akibat virus di dunia juga dikatakan cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari infeksi akibat bakteri. Pada daerah yang memiliki 4 musim, prevalensi tertinggi terjadi ketika awal musim semi dan akhir musim semi.

d. Pathogenesis2,3,4Tempat awal mula infeksi bervariasi bergantung pada jenis virus yang menginfeksinya.. Virus merupakan agen infeksi terkecil (diameter sekitar 20-300 nm) dan hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA) yang terbungkus sejenis membran lipid. Pada awalnya virus akan menginfeksi manusia melalui berbagai jalur namun utamanya melalui hidung (system pernapasan). Kemudian virus akan menginfeksi sel mukosa atau submukosa disepanjang nasopharynx dan bereplikasi di tempat tersebut. Lalu menyusup ke lapisan epitel . akibatnya epitel terkikis , kemudian terjadi reaksi inflamasi superfisial pada limfoid jaringan dengan pembentukan polimorfonuklear leukosit infiltrasi . Pada tahap ini, timbul hiperemia dan edema dan peningkatan sekresi sitokin-sitokin yang mempercepat timbulnya peradangan . Lalu, timbul eksudat serosa tetapi mengering cenderung menjadi menebal dan kering dan dapat melekat pada dinding faring . Hiperemia kemudian membuat dinding pembuluh darah faring untuk melebar . Kemudian terdapat penyumbatan yang terbentuk disekitar tempat infeksi dan berwarna kuning, putih , atau abu-abu yang berasal dari jaringan limfoid. Folikel limfoid dan bercak pada faring posterior dinding atau terletak lateral menjadi meradang dan bengkak. Peradangan ini kemudian disebut sebagai Pharyngitis .Beberapa virus memiliki perbedaan dalam menimbulkan peradangan. Pada infeksi rhinovirus, terdapat bradykinin dan lysylbradykinin pada kadar yang tinggi di sekresi nasal yang menyebabkan timbulnya gejala sakit di tenggorokan dan dingin. Adenoma virus dan virus influenza dapat menyebabkan timbulnya ulcer pada tenggorokan. Coxsackie virus dapat menimbulkan kondisi herpangina, kesakitan, sering demam pada anak-anak yang ditandai dengan adanya lesi vesikular pada langit-langit mulut. Virus dari herpes family juga dapat menimbulkan pharyngitis, biasanya oleh infeksi herpes simplex virus yang dikenal sebagai vesiculoulcerative pharyngitis atau gingivostomatitis. Pada pasien yang mengalami immunocompromised, hsv dapat menimbulkan pharyngitis dengan ulcer dangkal namun luas yang kronik dan progesif jika tidka segera disembuhkan. Infeksi dari Epstein-Barr virus menimbulkan pharyngitis eksudat akut dan untuk infeksi cytomegalovirus dapat menimbulkan noneksudatif pharyngitis dan juga ulserasi pada rongga mulut (pada penderita dengan immunosupresan). Pharyngitis juga selalu terjadi pada pasien yang terjangkit virus HIV. Pada umumnya , pharyngitis yang disebabkan oleh virus menimbulkan gejala kesakitan pada tenggorkan penderita.e. Diagnosa5Sulit untuk membedakan diagnosa infeksi akibat virus maupun penyebab lainnya, selain pada ciri khas yang dimiliki virus tertentu. Pada umumnya beberapa gejala berikut ini dapat digunakan sebagai diagnosa pharyngitis akibat infeksi virus : Sakit tenggorokan (gejala utama) Ketidaknyamanan ketika menelan Demam Kesakitan pada sendi atau otot terasa sakit Pembekakan getah bening di leherf. Pemeriksaan laboratorium5Untuk pemeriksaan biasanya menggunakan pengecedakan darah (blood test). Umumnya menggukan simple blood test kemudian complete blood count (CBC) test jika dicurigai terkena infeksi viral lain. Dapat dijuga digunakan PCR yang spesifik memerika gen virus tertentu.g. Treatment 5Untuk mengatasi virus yang menyebabkan pharyngitis dapat digunakan obat antiviral bergantung pada jenis virus yang menginfeksi. Namun umumnya pengobatan lebih tertuju pada mengobati gejala-gejala yang timbul akibat infeksi kecuali pada kasus infeksi berat. Golongan antivirus yang biasa digunakan adalah nucleoside analog (acyclovir, lamivudine, ribavirin, vidarabine, zidovudine), reverse transcriptase inhibitor (Nevirapine), dan protease inhibitor (saquinavir).Sumber : Melnick & Adelbergs Medical Microbiology 26th ed. United State : The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2013. Chapter 30 : Pathogenesis and Control of Viral disease

h. Komplikasi4,5Komplikasi yang munkin terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan pharyngitis Infeksi menyebar pada telinga Sinusitis Timbul abses dekat atau pada tonsili. Pencegahan1,5Untuk mencegah infeksi virus, bakteri, parasit , jamur yang dapat mengakibatkan pharyngitis dapat dilakukan beberapa hal berikut ini menghindari berbagi makanan , minuman, dan peralatan makan menjaga jarak dengan orang yang sakit sering mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah batuk atau bersin menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol ketika sabun dan air tidak tersedia menghindari merokok , baik aktif maupun pasif

Infeksi Jamur,4,6,7Infeksi jamur yang menyebabkan terjadinya pharyngitis cukup jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi akibat virus maupun bakteri. Umumnya infeksi ini disebabkan oleh candida albicans akibat terjadi immunocompromised.Infeksi oleh candida albicans dimulai dengan ragi masuk ketubuh manusia (dapat melalui kateter, pascaoperasi,) kemudianmenempel pada permukaan sel (biasanya epithelial maupun mukosa) dengan cara adhesi. Penempelan ini memicu ragi bertransisi menjadi hypha (digunakan untuk penetrasi kedalam sel) dan tumbuh secara langsung dengan thigmotropisme. Kemudian terjadi endositosis sehingga yang tadinya menempel dipermukaan kini masuk ke dalam sel. Kemudian sel ragi terebut berkembang biak dan membentuk biofilm pada sel tersebut. Biofilm dari fungal ini akan terlihat opaque. Selain itu biofilm ini menginduksi terjadi reaksi inflamasi pada jaringan sekitar.

Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3654610/figure/F1/

Jika candida albicans menginfeksi daerah faring maka dapat mengakibatkan terjadinya pharyngitis. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara mng-swab mukosa yang terinfeksi kemudian dapat dikultur atau menggunakan pewarnaan gram. Pengobatan untuk infeksi candida albicans dapat menggunakan nystatin atau ketoconazole oral atau fluconazole

Daftar referensi :1. Acerra JR. Pharyngitis [Internet]. 2015 [cited 2015 May 18]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview2. Eun-Hyung lee, Treanor John. Murray and Nadels Textbook of Repiratory Medicine 5th ed. Philadelpia : Saunders Elsevier Inc. ; 2010. Chapter 31 : Viral Infection3. Brooks GF, Carrol KC, ,Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz , Melnick & Adelbergs Medical Microbiology 26th ed. United State : The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2013. Chapter 30 : Pathogenesis and Control of Viral disease4. Fishman Alfred. Fishmans Pulmonary Diease and Disordes 4th ed. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2008. Chapter 11 : Infection of the Uppper Respiratory5. Vorvick Linda J.Pharyngitis Viral [internet] . 2015 [cited 2015 may 17]. Available from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001392.htm6. Mayer Fl, Wilson Duncan, Hube Bernard. Candida albicans pathogenicity mechanisms [internet]. 2013 [cited 2015 may 17]. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3654610/7. Brooks GF, Carrol KC, Jawetz,Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Melnick & Adelbergs Medical Microbiology 26th ed. United State : The McGraw-Hill Companies, Inc. ; 2013. Chapter 45 : Medical Mycology