Pewarnaan negatif dan pewarnaan kapsul_R.A Siti Nur Azizah_260110130013.pdf

download Pewarnaan negatif dan pewarnaan kapsul_R.A Siti Nur Azizah_260110130013.pdf

of 20

Transcript of Pewarnaan negatif dan pewarnaan kapsul_R.A Siti Nur Azizah_260110130013.pdf

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN NEGATIF DAN

    PEWARNAAN KAPSUL

    Kamis, 19 Maret 2015

    Kelompok II

    Kamis, Pukul 10.00 13.00 WIB

    Nama NPM

    R.A Siti Nur Azizah 260110130013

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    ( Sani ) ( Casuarina )

  • PEWARNAAN NEGATIF DAN PEWARNAAN KAPSUL

    I. Tujuan

    1. Mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna-

    pewarna sederhana, dengan menggunakan prosedur pewarnaan

    negatif. Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang

    terjadi dalam prosedur tersebut.

    2. Mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur

    pewarnaan kapsul (pewarnaan Burri-Gins). Memahami setiap

    langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur

    tersebut.

    II. Prinsip

    1. Pewarnaan negative atau Pewarnaan tidak langsung merupakan

    teknik pewarnaan yang hanya mewarnai latar belakang kaca objek,

    dan tidak mewarnai sel bakteri.

    2. Tolak menolak muatan

    Pada keadaan pH mendekati netral, dinding bakteri cenderung

    bermuatan negative, sehingga jika diberikan zat warna asam yang

    sama-sama bermuatan negative, akan terjadi tolak menolak muatan

    pada zat warna dan dinding sel bakteri.

    3. Kapsul atau lapisan lendir merupakan Struktur tambahan penyusun

    sel bakteri, yang merupakan lapisan yang berada di luar dinding sel

    bakteri, yang jika lapisan ini tebal disebut kapsul, namun jika

    lapisan ini tipis disebut lapisan lendir. Pada lapisan ini

    mengandung polisakarida dan air.

    III. Teori Dasar

    Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri

    sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan

    menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih.

  • Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies

    dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain.

    Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai

    0,3 m. Bentuk bakteri bermacam macam yaitu elips, bulat, batang

    dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan

    suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas

    dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan

    butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips,

    batang (silindris), atau spiral (heliks) (Kusnadi,2014).

    Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri

    dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk

    melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan

    vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada

    bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme

    dengan sekitarnya (Kusnadi,2014).

    Selain pewarnaan gram untuk melihat sel bakteri, terdapat pewarnaan

    negative atau pewarnaan asam. Pewarnaan negatif atau pewarnaan

    asam merupakan salah satu teknik pewarnaan bakteri. Akan tetapi

    teknik ini bukan untuk mewarnai sel bakteri, hanya mewarnai latar

    belakangnya menjadi hitam gelap. Zat warna yang digunakan tidak

    akan mewarnai sel, tetapi mewarnai lingkungan sekitar sehingga sel

    bakteri tampak transparan. Dalam kondisi pH mendekati netral,

    dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif dan senyawa pewarna

    juga bermuatan yang sama sehingga akan ditolak oleh dinding sel.

    Pewarna yang biasa digunakan antara lain nigrosin, eosin, dan asam

    pikrat. Tetapi kini nigrosin sudah tidak digunakan dalam pewarnaan,

    dan diganti dengan tinta cina (Anna Rahmawati,2013 ).

    Pewarnaan negatif tidak hanya secara khusus menvisualisasikan

    protein saja, tetapi dapat digunakan untuk lipoprotein, isolasi organela,

    kompleks nukleoprotein. Pada teknik ini apusan bakteri mengalami

    fiksasi dengan cepat(beberapa detik sampai menit). Pewarnaan negatif

  • adalah cara pengamatan mikrobiologi yang biasa dilakukan untuk

    membedakan specimen kecil dengan cairan optiknya. Untuk

    mikroskop medan terang, pewarnaan negative biasanya menggunakan

    cairan hitam, misalnya nigrosin. Spesimen seperti bakteri dalam cairan

    disebar dalam preparat kaca yang dicampur dengan pewarna negatif

    dan dibiarkan kering. Ketika diamati dengan mikroskop, bakteri atau

    sporanya terlihat bersinar dengan latar belakang yang gelap (Lay, B.

    W, 1994).

    Pewarnaan negatif atau pewarna asam dapat terjadi karena senyawa

    pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna yang biasa digunakan

    yaitu tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, dan eosin. Bakteri yang

    dapat digunakan dalam pewarnaan ini seperti Pseudomon

    asaeruginosa,Lineola longa, dan Klebsiella sp. (Rahayu,2014).

    Pada beberapa sel bakteri Ada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat

    dengan kadar air tinggi, beberapa lapisan-lapisan dengan berbagai

    ketebalan merupakan selubung lendir dan kapsul. Bagi bakteri,

    selubung lendir dan kapsul ini tidak begitu penting untuk hidup, akan

    tetapi dengan memiliki selubung, banyak bakteri patogen menjadi

    resisten terhadap fagositosis, sehingga meningkatkan virulensinya

    untuk hewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai cadangan

    makanan, erlindungan terhadap kekeringan karena dehirasi. Kapsul

    tidak memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna

    yang bersifat basa. Kapsul tampaknya tidak larut dalam air.Beberapa

    kapsul tidak dirusak oleh gangguan mekanik atau larut bila dicuci

    dengan air. Karena kapsul dari berbagai species bebeda dalam susunan

    zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperhatikan dalam proses

    pewarnaan yang sama. Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beada

    menurut organismenya, ada yang berupa polimer glukosa contohnya:

    dekstran pada Leucunostoc mesentroides, polmer gula-amino misalnya

    pada Staphilococcus sp. Polipeptida misalnya: Bacillus

  • disentri, polimer asam D-glutamat, yaitu: Bacillus anthracis (Arnia dan

    Efrida Warganegara,2013).

    Klebsiella sp. merupakan kuman berbentuk batang pendek, tidak

    memiliki spora, dan tidak memiliki flagela. Klebsiella sp. menguraikan

    laktosa dan membentuk kapsul baik invivo atau invitro dan koloninya

    berlendir (Wara pertiwi, Teguh R.Sartono,dkk,2013).

    Klebsiella pneumonia pertama kali diteliti dan diidentifikasi oleh

    bakteriologis Jerman bernama Edwin Klebs (1834-1913). Klebsiella

    pneumonia terdapat dalam feses dan saluran napas sebanyak 5% pada

    orang normal. Klebsiella pneumonia merupakan salah satu bakteri

    gram negative, bakteri yang non motil (tidak melakukan pergerakan

    secara sel), merupakan bakteri fakultatif an aerob, bakteri ini dapat

    memfermentasikan laktosa. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan

    pneumonia (Dewi Elfidasari,Nita Noriko,dkk, 2013)

    Hampir semua pneumonia disebabkan oleh bakteri ini. Klebsiella

    pneumonia terdapat dalam saluran nafasdan feses sekitar 5 % orang

    normal dan dapat menyebabkan pneumonia bacterial. Sampai saat ini

    para ahli masih banyak melakukan penelitian mengenai obat apa yang

    cocok untuk menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae

    ini (Joko Susilo, dan Teguh R. Sartono, 2002).

    Klebsiella pneumoniae merupakan suatu bakteri gram negative yang

    tidak bergerak (non motil), tidak berselubung, melakukan fermentasi

    laktosa, fakultatif anaerob, ditemukan sebagai flora normal di mulut,

    kulit dan usus. Spesies Klebsiella menunjukkan pertumbuhan mukoid,

    simpai polisakarida yang besar, tidak ada pergerakan dan biasanya

    memberikan hasil positif untuk tes dekarboksilase lisin dan sitrat.

    Morfologi khas dari Klebsiella dapat dilihat dalam pertumbuhan padat

    in vitro tetapi morfologinya sangat bervariasi dalam bahan klinik.

    Biasanya Klebsiella simpainya besar dan teratur. Selain itu Klebsiela

    koloninya besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu apabila

    dieramkan. Anggota dari genus Klebsiella memiliki struktur antigen

  • yang kompleks. Lebih khususnya, amggota genus Klebsiella memiliki

    2 tipe antigen pada permukaan sel. Yang pertama adalah antigen O

    yang merupakan bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan

    terdiri atas unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-

    spesifik mengandung gula yang unik. Antigen O tahan terhadap panas

    dan alcohol dan biasanya dideteksi dengan aglutinasi bakteri. Antibodi

    terhadap antigen O terutama adalah IgM. Yang kedua adalah antigen

    K. Antigen K ini berada di luar antigen O dan merupakan suatu

    capsular polysacharida. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi

    melalui antiserum O dan berhubungan dengan virulensi. Klebsiella

    mempunyai simpai besar yang terdiri atas polisakarida (antigen K)

    yang menutupi antigen somatic (O atau H) dan dapat dikenali dengan

    pembengkakan simpai melalui tes pembengkakan simpai dengan

    antiserum khusus. Infeksi pada saluran nafas manusia disebabkan

    terutama oleh jenis simpai 1 dan 2, pada saluran kemih terutama

    disebabkan oleh jenis simpai 8,9,10,dan24(Djaenuri dan Iskanda

    2006).

    Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bakteri yang ada di udara.

    Selain itu dapat juga disebarkan melalui darah yang berasal dari tempat

    lain misalnya luka, dan perpindahan langsung bakteri dari infeksi di

    dekat paru-paru. Jika melalui saluran nafas, bibit penyakit yang masuk

    akan dilawan oleh berbagai macam sistem pertahanan yang dimiliki

    oleh tubuh kita. Yang dimaksud dengan sistem pertahanan tubuh,

    misalnya struktur kulit, proses batuk, hingga sel-sel pembunuh yang

    berada dalam darah maupun cairan limfe kita (sistem antibodi)

    (Dewi Elfidasari,Nita Noriko,dkk,2013).

    IV. Alat dan Bahan

    4.1. Bahan :

    - Air Fuksin

    - Alkohol 70 %

    - Aquadest

  • - Tinta Cina

    - Minyak Emersi

    - Suspensi bakteri Klebsiela sp.

    4.2. Alat :

    No. Nama Alat Gambar Alat

    1. Bak pewarna

    2. Botol semprot

    3. Kaca preparat

    4. Kapas

    5. Kertas saring

  • 6. Mikroskop

    7. Pembakar spiritus

    8. Pipet tetes

    9. Ose

    10. Rak tabung

    11. Tabung reaksi

    V. Prosedur

    1. Pewarnaan negative

    Disediakan 2 kaca obyek yang bersih. Dilelakkan satu ose suspensi

    bakteri dan satu tetes cina (1:1) di dekat ujung kanan kaca obyek

    pertama.Dicampurkan keduanya dengan menggunakan kaca

  • (obvek kedua, sanpai homogen. Diletakkan kaca obyek kedua

    pada kaca obyek pertama dengan membentuk sudut 450, Ditarik

    kaca obyek kedua sepanjano kaca obyek pertama dengan

    Diseretnya ke arah kiri. Dibiarkan preparat tersebut mengering

    dengan sendirinya. Diteteskan sedikit minyak imersi pada preparat

    lalu diperiksa di bawah mikroskop dan dimulai dengan obyektif

    berkekuatan terendah 10X, lalu diganti dengan lensa obyek

    kekuatan 100X. Diamati dan digambarkan-hasilnya. Sel bakteri

    akan tampak sebagai bagian yang kosong dengan latar belakang

    yang gelap.

    2. Pewarnaan Kapsul

    Disediakan 2 kaca obyek yang bersih. Diletakkan satu ose suspensi

    bakteri dan stu tetes Tinta Cina (1:1) pada dekat ujung kanan kaca

    obyek pertama. Dicampurkan keduanya dengan menggunakan

    sudut kaca obyek kedua, sampai hornogen. Diletakkan kaca obyek

    kedua pada kaca obyek pertama dcngan membentuk sudut450.

    Ditarik kaca obyek kedua sepanjang kaca Obyek pertama dongan

    menyeretnya ke arah kiri. Difikssi preparat tersebut dengan

    melalukannya sebanyak 3 kali di atas api. Digenangi dengan

    pewarna air fuksin selama 5 menit, dibuang zat warna yang

    berlebih, lalu dikeringkan dengan kertas saring. Diteteskan sedikit

    minyak imersi pada preparat, lalu diperiksa di bawah

    mikroskop.dimulai dengan obyektif berkekuatan rendah 10X, lalu

    diganti dengan lensa obyektif berkekuatan. 100X. Diamati dan

    digambarkan hasilnya. Sel bakteri akan berwarna merah dan kapsul

    tampak sebagai bagian yang kosong di Sekitar tubuh bakteri.

  • VI. Data Pengamatan

    NO. Perlakuan Hasil

    1.

    Pewarnaan negative :

    Diambil satu ose

    suspense bakteri,

    kemudian diletakan

    pada bagian ujung

    kanan kaca objek,

    ditambah satu tetes tinta

    cina, dicampurkan

    kemudian diseret kea

    rah kiri sampai kaca

    preparat berwarna hitam

    rata,

  • 2.

    Pewarnaan Kapsul :

    Ditetesi minyak emersi.

    Diambil satu ose

    suspense bakteri,

    kemudian diletakan

    pada bagian ujung

    kanan kaca objek,

    ditambah satu tetes tinta

    cina, dicampurkan

    kemudian diseret kea

    rah kiri sampai kaca

    preparat berwarna hitam

    rata, difiksasi sebanyak

    3 kali,ditambahkan air

    fuksin diamkan selama

    5 menit, keringkan

    ,ditetesi minyak emersi.

    VII. Pembahasan

    Pada praktikum ini dilakukan teknis aseptis, hal ini bertujuan untuk

    mencegah atau meminimaliskan adanya kontaminasi mikroorganisme

    baik pada sampel atau praktikan sendiri. Teknik aseptik merupakan

    metode pertama yang dipelajari oleh orang-orang yang berkecimpung

    dalam bidang Mikrobiologi. Pada prinsipnya teknik aseptik adalah

    usaha menghindarkan setiap kontak antara kultur murni (pure

    culture), medium steril dan semua wadah steril serta permukaan meja

    kerja, dengan mikroorganisme kontaminan/kompetitor

    (mikroorganisme yang tidak diinginkan). Teknik aseptik dibutuhkan

    misalnya, pada saat melakukan kultivasi mikroorganisme dan

    pemindahan (transfer) kultur murni dari satu vessel (mis. tabung

    reaksi) ke tabung reaksi yang lain. Teknik aseptik harus ditegakkan

  • untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme

    kompetitor pada kultur mikroba (murni) yang digunakan dalam

    suatu eksperimen serta pada media dan peralatan yang sudah steril

    (Elisa, 2014).

    Pada praktikum ini dilakukan pewarnaan negative dan pewarnaan

    kapsul yang bertujuan untuk mengamati morfologi bakteri yang sukar

    untuk dilakukan dengan pewarnaan biasa, serta untuk memahami

    lamhkah-lamhkah prosedur dengan reaksi yang terjadi di dalamnya.

    Pada prinsipnya baik pada pewarnaan negative maupun kapsul

    memiliki prinsip yang sama yakni melakukan pewarnaan bukan pada

    sel bakteri namun pada latar belakang objek glass, dimana pada bakteri

    yang berkapsul ini sulit diwarnai dengan pewarnaan biasa karena

    Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri cenderung

    bermuatan negatif dan senyawa pewarna juga bermuatan yang sama

    sehingga akan ditolak oleh dinding sel dan tidak dapat menghasilkan

    warna pada bakteri. Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam

    seperti eosin atau negrosin.pewarna asam memiliki muatan negatif

    kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena

    muatan negatif pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak

    berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna. Sedangkan

    pada pewarnaan kapsul ditambahkan air fuksin sebagai zat warna

    dengan bermuatan positif sehingga pada hasilnya akan membentuk

    hasil mikroskopik yang spesifik dan dilakukan fiksasi. Pada pewarnaan

    negative dilakukan pengolesan suspense bakteri pada ujung kanan kaca

    preparat dimana teknik pengolesan sampel harus diperhatikan karena

    jika Olesan terlalu tebal, maka sel-sel bakteri akan bertumpuk-tumpuk

    sehingga sulit untuk menentukan bentuk sel individu dan jika Olesan

    terlalu tipis dapat menylulitkan pengamatan secara mikroskopis. lalu

    dioleskan tinta cina di samping olesan suspense bakteri sebagai

    pewarna, kemudian dicampurkan dengan ujung objek glass yang

    lain,dan seret kea rah kiri hingga kaca preparat berwarna hitam merata,

  • pada proses ini akan terjadi gaya tolak menolak dari dinding sel yang

    bermuatan negative dengan tinta cina. Hal tersebut dapat terjadi karena

    pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki

    komponen kromoforikyang bermuatan negatif, yang juga dimiliki oleh

    sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau

    berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada

    permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat

    transparan (tembus pandang) (Lay, B. W,1994).

    Kemudian diteteskan dengan minyak emersi pada kaca preparat

    Hal ini dikarenakan, cahaya yang datang dibiaskan melalui 2 medium

    yang berbeda, yaitu udara dan kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu

    bahan yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan

    medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal. Bahan

    yang mampu membiaskan cahaya dari medium udara dan medium

    kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal adalah minyak

    emersi. Selain itu, minyak imersi juga mempunyai indeks bias yang

    mendekati atau identik dengan kaca (Kusnadi. 2014).

    Setelah ditambahkan minyak emersi dilakukan pengamatan dengan

    menggunakan mikroskop pada perbesaran 10 x 10 dan 10 x 100,

    berdasarkan hasil praktikum kebanyakan sampel yang dapat terlihat

    pada perbesaran 10 x 100, hal ini dikarenakan oleh banyak factor

    seperti ketidak mampuan praktikan dalam menggunakan mikroskop,

    adanya pembutan olesan sampel yang terlalu tipis sehingga bakteri

    yang terkandung dalam sampel tidak dapat terlihat secara jelas dalm

    perbesaran 10 x 10.

    Pada hasil praktikumnya diperoleh hasil dimana sel bakteri berwarna

    transparan dengan berlatar belakang warna hitam, hal ini sesuai dengan

    literature.

    Pada percobaan selanjutnya dilakukan pewarnaan kapsul, yang dimana

    kapsul merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel

    yang berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya.

  • Misalnya berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah

    atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat

    antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri.

    Kapsula juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan.

    Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu

    diperlukan suatu pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan

    kapsula menurut Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna larutan

    formol-gentian violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara untuk

    perwarnaan kapsula bakteri adalah dengan pewarnaan negatif

    (pewarnaan tidak langsung ). Pada pewarnaan negatif latarbelakangnya

    diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai dengan zat

    warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan

    terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna (Djaenuri

    dan Iskandar,2006).

    Pada proses pewarnaan kapsul hamper sama dengan pewarnaan

    negative, namun pada pewarnaan kapsul ini sebelum ditambahkan

    emersi dan dilakukan pengamatan, dilakukan fiksasi terlebih dahulu,

    fiksasi ini dilakukan sebelum pewarnaan yang bertujuan untuk

    Merekatkan sel mikroba pada gelas objek, membunuh mikroorganisme

    secara cepat dengan tidak menyebabkan perbahan-perubahan bentuk

    dan strukturnya, mengubah afinitas (daya ikat) zat warna,membuat sel-

    sel mikroba lebih kuat (keras), melepaskan granuler (butiran) protein

    menjadi gugu reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus OH dari

    zat warna, mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan

    olehenzim-enzim yang dikandungnya sendiri, dan mempertinggi sifat

    reaktif gugus-gugus tertentu (karboksil amino primer dan sulfhidril)

    (Lay, B. W,1994).

    Selanjutnya sampel yang telah difiksasi dibiarkan dingin, lalu ditetesi

    zat pewarna tunggal air fuksin dan dibiarkan di atas bak pewarnaan,

    dimana pada penggunaan air fuksin ini dibiarkan selama 5 menit,

    Waktu yang diperlukan ini bertujuan agar zat warna pada dinding sel

  • bakteri dapat terwarnai dengan sempurna dan perbedaan waktu yang

    diperlukan pada setiap zat pewarna berbeda dikarenakan oleh sifat

    fisika,kimia serta daya afinitas zat warna tersebut untuk menempel

    pada dinding sel bakteri. Setelah didiamkan sesuai waktu yang

    diperlukan,selanjutnya preparat sampel dikeringkan dengan kertas

    saring untuk mncegah adanya kelebihan zat warna pada sampel,

    kemudian di tetesi minyak emersi, Hal ini dikarenakan, cahaya yang

    datang dibiaskan melalui 2 medium yang berbeda, yaitu udara dan

    kaca. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan yang mampu

    membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan

    pembiasan yang mendekati garis normal. Bahan yang mampu

    membiaskan cahaya dari medium udara dan medium kaca dengan

    pembiasan yang mendekati garis normal adalah minyak emersi. Selain

    itu, minyak imersi juga mempunyai indeks bias yang mendekati atau

    identik dengan kaca (Kusnadi. 2014).

    Setelah ditambahkan minyak emersi dilakukan pengamatan dengan

    menggunakan mikroskop pada perbesaran 10 x 10 dan 10 x 100,

    berdasarkan hasil praktikum kebanyakan sampel yang dapat terlihat

    pada perbesaran 10 x 100, hal ini dikarenakan oleh banyak factor

    seperti ketidak mampuan praktikan dalam menggunakan mikroskop,

    adanya pembutan olesan sampel yang terlalu tipis sehingga bakteri

    yang terkandung dalam sampel tidak dapat terlihat secara jelas dalm

    perbesaran 10 x 10.

    Pada hasilnya dalam pewarnaan kapsul menunjukan adanya bakteri

    yang berwarna merah akibat air fuksin yang menunjukan adanya sel

    fegetatif,ada pula yang berwarna transparan, dalam hal ini bakteri

    berkapsul yang tidak terwarnai da nada juga yang memiliki bagian luar

    transparan dan bagian dalam berwarna merah. Dari hasil pengamatan

    ini baik dari pewarnaan negative dan pewarnaan kapsul, menunjukan

    bahwa suspense bakteri mengandung bakteri Klebsiella sp yang

    merupakan suatu bakteri gram negative yang tidak bergerak (non

  • motil), tidak berselubung, melakukan fermentasi laktosa, fakultatif

    anaerob, ditemukan sebagai flora normal di mulut, kulit dan usus.

    Bakteri ini berasal dari family Enterobacteriaceae. Morfologi khas dari

    Klebsiella dapat dilihat dalam pertumbuhan padat in vitro tetapi

    morfologinya sangat bervariasi dalam bahan klinik. Biasanya

    Klebsiella simpainya besar dan teratur. Selain itu Klebsiela koloninya

    besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu apabila dieramkan.

    K.pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia bacterial.

    K.pneumoniae banyak terdapat dalam saluran nafas dan feses sekitar 5

    % orang normal. K.pneumoniae dapat menyebabkan konsolidasi luas

    disertai nekrosis hemoragik pada paru-paru (Syahrurachman, dkk,

    1994).

    Klebsiella kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan

    bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Pneumonia

    dapat terjadi akibat menghirup bakteri yang ada di udara. Selain itu

    dapat juga disebarkan melalui darah yang berasal dari tempat lain

    misalnya luka, dan perpindahan langsung bakteri dari infeksi di dekat

    paru-paru. Jika melalui saluran nafas, bibit penyakit yang masuk akan

    dilawan oleh berbagai macam sistem pertahanan yang dimiliki oleh

    tubuh kita. Yang dimaksud dengan sistem pertahanan tubuh, misalnya

    struktur kulit, proses batuk, hingga sel-sel pembunuh yang berada

    dalam darah maupun cairan limfe kita (sistem antibodi) (Pearce

    Evelyn. 2009).

    Gejalagejala yang biasanya timbul dari penderita peneumonia antara

    lain batuk berdahak dimana dahaknya seperti lendir berwarna hijau

    atau seperti nanah, nyeri dada, menggigil, demam, mudah lelah, sesak

    nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual, muntah, tidak enak

    badan, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit lembab, batuk darah, nyeri

    perut, dan pernafasan yang cepat. Untuk mendiagnosa diadakan

    berbagai macam pemeriksaan antara lain dengan menggunakan

    stetoskop, rontgen dada, pembiakan dahak dan penghitungan gas darah

  • arteri.Untuk pengobatan dapat digunakan senyawa yang memiliki

    cincin laktam (Syahrurachman, dkk,1994).

  • VIII. KESIMPULAN dan SARAN

    8.1 Kesimpulan

    Pewarnaan negative atau Pewarnaan tidak langsung merupakan

    teknik pewarnaan yang hanya mewarnai latar belakang kaca

    objek, dan tidak mewarnai sel bakteri, pada prosesnya terjadi

    reaksi tolak menolak antara dinding sel bakteri dengan zat

    warna). Pada hasilnya diperoleh adanya bakteri Klebsiella sp.

    dengan bentuk basil transparan.

    Kapsul atau lapisan lendir merupakan Struktur tambahan

    penyusun sel bakteri, yang merupakan lapisan yang berada di

    luar dinding sel bakteri, pada pewarnaannya menggunakan

    pewarnaan burry gins, yang memiliki prinsip yang sama

    dengan pewarnaan negative, namun pada pewarnaan ini

    dilakukan fiksasi dan pewarna air fuksin, sehingga hasil yang

    diperoleh terdapat sel baktri yang berwarna merah dengan sisi

    sel yang transparan. Hal ini menunjukan bahwa bakteri

    Klensiella sp, merupakan bakteri berkapsul yang bersifat

    pathogen penyebab pneumonia.

    8.2 Saran

    Dalam proses pratikum harus ditingkatkan ketelitian dan kecermatan

    praktikan agar diperoleh hasil pengamatan yang maksimal dan sesuai

    dengan tujuan praktikum

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anna Rahmawati. 2013. Pewarnaan bakteri berkapsul. Tersedia online di :

    http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/anna-rakhmawati-ssimsi/ppm-

    2013-praktik-layanan-praktikum.pdf [ Diakses pada 23-03-2015].

    Arnia dan Efrida Warganegara. 2013. Identifikasi Kontaminasi Bakteri Coliform

    Pada Daging Sapi Segar Yang Dijual Di Pasar Sekitar Kota Bandar

    Lampung.Universitas Lampung. Vol. ISSN 2337-3776. Tersedia online di :

    http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/39/38

    [ Diakses pada 23-03-2015].

    Dewi Elfidasari,Nita Noriko,dkk. 2013.Deteksi Bakteri Klebsiella pneumonia

    pada Beberapa jenis Rokok Konsumsi Masyarakat. Universitas Al Azhar

    Indonesia . Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI,

    Vol. 2, No. 1. . Tersedia online di :

    http://jurnal.uai.ac.id/index.php/SST/article/download/97/pdf_12 [ Diakses pada

    23-03-2015].

    Djaenuri dan Iskandar. 2006. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KLEBSIELLA

    PNEUMONIAE DARI KELINCI DAN MARMOT. Balai Besar Penelitian

    Veteriner. Tersedia online di :

    http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_phocadownload&v

    iew=category&id=70:3&download=1245:3&start=40&Itemid=1 [ Diakses pada

    23-03-2015].

    Elisa. 2014 Teknis Aseptis. Tersedia online di :

    http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/26222/305ef68a209e3fa6c70cc447e

    84ca3db [ Diakses pada 23-03-2015].

    Joko Susilo, dan Teguh R. Sartono. 2002. Deteksi Bakteri Klebsiella Pneumoniae

    Pada Sputum Dengan Metode Imunositokimia Menggunakan Anti Outer

    Membrane Protein Berat Molekul 40 Kda Klebsiella Pneumoniae Sebagai

    Antibodi. PPDS Paru FK Unibraw. Tersedia online di :

    Sumarnohttp://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/233/225

    [ Diakses pada 23-03-2015].

    Kusnadi. 2014. Identifikasi bakteri. Tersedia online di:

  • http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031

    KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/ientifikasi

    _bakteri.pdf [diakses pad 16-03-2015 ].

    Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo

    Persada.

    Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Yuliani Sri,

    penerjemah; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Anatomy

    and Physiology for Nurses.

    Rahayu. 2014. Pewarnaan negative. Tersedia online di :

    http://eprints.undip.ac.id/43761/3/DEWIAYU_G2A009195_BAB2KTI.pdf

    [ Diakses pada 23-03-2015].

    Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.

    Jakarta: UI Press.

    Wara pertiwi, Teguh R.Sartono,dkk. 2013. Sensitivitas dan Spesifisitas metode

    Dot Blot menggunakan Antigen Outer Membrane Protein Klebsiella pneumoniae

    yang Direspon Secretory-Immunoglobulin A Sputum Penderita Terinfeksi

    Klebsiella pneumoniae . tersedia online di :

    http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Juli09/JRI%20Malang%20drWara-

    OK%20revisi%20lagi.pdf [ Diakses pada 23-03-2015].