Petunjuk Teknis BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN RUMPUT...
Transcript of Petunjuk Teknis BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN RUMPUT...
Petunjuk TeknisBUDIDAYA DAN PEMANFAATAN RUMPUTStenotaphrum secundatumUNTUK TERNAK RUMINANSIA
Pusat Penelitian dan Pengembangan PeternakanBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian2010
Petunjuk TeknisBUDIDAYA DAN PEMANFAATAN RUMPUT
Stenotaphrum secundatumUNTUK TERNAK RUMINANSIA
Disusun oleh :
Juniar SiraitRijanto HutasoitAndi Tarigan
Kiston Simanihuruk
Pusat Penelitian dan Pengembangan PeternakanBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian2010
ISBN : 978-602-8475-18-1
Juknis Stenotaphrum secundatum
ii
Petunjuk TeknisBUDIDAYA DAN PEMANFAATAN RUMPUT
Stenotaphrum secundatumUNTUK TERNAK RUMINANSIA
Diterbitkan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Hak Cipta @ 2010 . Loka Penelitian Kambing PotongSei Putih PO. Box 1 Galang Deli Serdang
Sumatera Utara 20585
Penanggung Jawab : Kepala Loka Penelitian Kambing Potong
Penyunting Pelaksana :Juniar SiraitJansaudin
Tata Letak dan Rancangan Sampul : Juniar Sirait
Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
Petunjuk Teknis Budidaya dan Pemanfaatan RumputStenotaphrum secundatum untuk Ternak Ruminansia, 2010 .Penulis : Juniar Sirait, Rijanto H, Andi Tarigan dan KistonSimanihuruk
Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih : vii + 25 halaman
ISBN : 978-602-8475-18-1
Gout xam6ing
Lout 4(ambing
KATA PENGANTAR
Tanaman pakan ternak (TPT) merupakan komponen yangpenting dalam manajemen usaha ternak ruminansia, termasukkambing . Ketersediaan TPT dalam jumlah cukup dengan kualitasyang baik akan mendukung keberhasilan pengembangan ternakruminansia . Integrasi TPT di lahan perkebunan sebagai upayaoptimalisasi pemanfaatan lahan yang ada membutuhkan jenis TPTyang toleran terhadap naungan untuk dapat tumbuh dengan baik .Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumput Stenotaphrumsecundatum dapat beradaptasi dengan baik pada kondisiternaungi di dataran rendah beriklim basah yang dilakukan di LokaPenelitian Kambing Potong Sei Putih . Disamping produktivitasyang relatif tinggi, jenis rumput ini disukai oleh ternak kambingdan memiliki taraf kecernaan yang cukup bark . Dengan demikianS .secundatum dapat menjadi jenis rumput pilihan untukdikembangkan di ekosistem ternaungi seperti perkebunan kelapamaupun karet . Rumput S.secundatum potensial dimanfaatkansebagai pakan ternak kambing .
Tulisan ini memuat petunjuk teknis budidaya danpemanfaatan rumput S.secundatum sebagai pakan ternakruminansia, utamanya kambing . Diharapkan buku ini dapatmemberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembacanya .Kepada para peneliti yang telah menyusun petunjuk teknis inidisampaikan terima kasih .
Bogor, Agustus 2010Kepala Pusat
Dr. D a r m i n t o
Juknis Stenotapkrum secundatum
III
Juknis Stenotaphrum secundatum
McDONALD, P., R .A. EDWARDS, J .F.D GREENHALGH, and C .A .MORGAN. 2002. Animal Nutrition . 6`h Ed . Ashford ColourPress Ltd ., Gosport .
PRAWIRADIPUTRA, B.R ., SAJIMIN, N .D. PURWANTARI dan I .HERDIAWAN. 2006 . Hijauan Pakan Ternak di Indonesia .Eds . A . FANINDI dan E . SUTEDI . Badan LitbangPertanian, Jakarta .
SAMARAKOON, S .P ., J.R . WILSON, and H .M . SHELTON . 1990 .Growth, morphology, and nutritive value of shadedStenotaphrum secundatum, Axonopus compressus andPennisetum clandestinum . J . Agric. Sci. 114:161-169 .
SIRAIT, J ., S.P. GINTING dan A. TARIGAN . 2005 . Karakteristikmorfologi dan produksi legum pada tiga taraf naungan didua agroekosistem . Pros. Lokakarya Nasional TanamanPakan Ternak . Bogor, 16 Sept 2005 .
SMITH, M .A. and P.C. WHITEMAN . 1983. Evaluation of tropicalgrasses in increasing shade under coconut canopies . Expl.Agric ., 19:153-161 .
WHITEMAN P.C. 1980 . Tropical Pasture Science . Oxford Univ.Press ., Oxford .
Lolit xambing 25
Lolit xambing
DAFTAR ISI
Juknis Stenotapkrum secuncfatum
I . BAB I . PENDAHULUAN 1
II. BAB II. BUDIDAYA RUMPUT S. secundatum3
III . BAB III . FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PERTUMBUHANRUMPUT S. secundatum8
1 . Iklim 82 . Tanah 103 . Pengelolaan 104. Kondisi sosial ekonomi petani/peternak10
IV. BAB IV. NILAI NUTRISI DAN POTENSIPRODUKSI RUMPUT S. secundatum11
V. BAB V. PRODUKTIVITAS DAN KUALITASNUTRISI RUMPUT S. secundatum13
1 . Produksi, Tinggi Tanaman dan Lebar Daun142 . Nilai Nutrisi dan Konsumsi S. secundatum163 . Kecernaan Rumput S. secundatum17
iv
Halaman
2 .Kata PengantarDaftar Isi
iiiiv
3 . Daftar Tabel vi4 . Daftar Gambar vii
Juknis Stenotaphrum secundatum
VI. BAB VI . TEKNIK PEMANFAATAN RUMPUTS. secundatum UNTUK PAKAN TERNAKRUMINANSIA 19
1 . Rumput S. secundatum untuk PadangPenggembalaan 20
2. Rumput S . secundatum untuk Rumput Potongan 23
VII . BAB VII . DAFTAR PUSTAKA24
V
Lo[it xambing
NoTabel
DAFTAR TABEL
Juknis Stenotaphrum secundatum
Judul Tabel
Halaman
1 Beberapa spesies rumput dan leguminosa yangtahan naungan 9
2 Rataan produksi segar, tinggi dan lebar daunS. secundatum di dataran rendah beriklim basah SeiPutih 15
3 Kecernaan S. secundatum yang diberikan padakambing kacang di dataran rendah beriklim basah SeiPutih 17
4 Contoh perhitungan jumlah pemberian rumputS. secundatum pada ternak kambing/domba22
5 Persentase pemberian rumput S. secundatum dankacangan pada ternak 23
Gout xambing
vi
Juknis Stenotaphrum secundatum
1 TPT S. secundatum pada taraf naungan yangberbeda di dataran rendah beriklim basah Sei Putih . .
7
2 Rumput S. secundatum pada alam terbuka (tanpanaungan) menunjukkan pertumbuhan yang kurangbaik, daun berwarna kemerahan12
3 Rumput S. secundatum pada lahan naungan yangsiap untuk dipanen/digembalakan ternak15
4 Kambing yang sedang memakan rumputS. secundatum
5 Lahan penggembalaan rumput S. secundatum yangditanam di perkebunan kelapa, karet dan kelapasawit
18
21
Vii
Lolit xambing
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar HalamanGambar
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkanpengurangan jumlah cahaya yang diterima oleh tanaman .Sebagian besar rumput tropis mengalami penurunan produksisejalan dengan menurunnya intensitas sinar matahari, namunjenis rumput yang tahan terhadap naungan sering menunjukkanpenurunan produksi yang relatif kecil atau bahkan masihmeningkat pada naungan sedang . Hasil penelitian ALVARENGAet al. (2004) menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam padakondisi tanpa naungan cenderung memiliki produksi berat keringakar yang lebih tinggi dibanding tanaman dengan naungan .
Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalammengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam mendukungketersediaan hijauan pakan adalah dengan mengembangkantanaman pakan ternak yang tahan terhadap naungan untukditanam di lahan perkebunan yang selama ini belum banyakdimanfaatkan seperti di perkebunan kelapa dan karet .
Juknis Stenotaphrum secundatum
Lo(it Kam6ing
1
Juknis Stenotaphrum secundatum
Lahan perkebunan tersebut sangat berpotensidimanfaatkan dengan mengintegrasikan TPT yang tolerannaungan . Hal ini merupakan salah satu upaya dalam mendukungprogram integrasi ternak dengan tanaman .
Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yangcocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah(WHITEMAN, 1980). Lebih jauh SMITH dan WHITEMAN (1983)menyebutkan bahwa rumput S. secundatum merupakan tanamanyang sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yangpadat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengangulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhangulma serta tahan terhadap penggembalaan berat .
Tujuan dan Manfaat Teknologi
Memaparkan budidaya, pertumbuhan, produksi, nilai nutrisiserta kecernaan TPT Stenotaphrum secundatum serta potensinyasebagai pakan ternak ruminansia untuk dapatdikembangkan/diintroduksi pada lahan naungan dalammendukung program integrasi ternak dengan tanaman .
2 Lout xambing
juknis Stenotapkrum secumlatum
BAB IIBUDIDAYA RUM PUT Stenotaphrum secundatum
Rumput Stenotaphrum secundatum dikenal dengan namaumum "Buffallo grass" (Australia) atau St . Agustine grass (AmerikaSerikat) . Termasuk dalam family "Gramineae' dengan sub-familyPanicoideae .
Budidaya tanaman pakan ternak (TPT) tidak jauh berbedadengan tanaman pertanian lainnya . TPT sebagaimana tanamanlainnya membutuhkan cahaya, unsur hara dan air untuk dapattumbuh . Manajemen budidaya rumput Stenotaphrum secundatumantara lain mencakup :
1 . Pengolahan tanah
Pengolahan tanah perlu dilakukan dengan baik dan sempurna .Lahan diolah minimal dua kali pencangkolan . Selanjutnyalahan dibersihkan dengan membuang perkaran tanamanpengganggu seperti lalang maupun tanaman lainnya .Pencangkolan dan pembersihan tersebut bertujuan untukmemperoleh struktur tanah yang baik dalam mendukungpertumbuhan rumput yang ditanam .
Lolit xam6ing
3
Juknis Stenotaphrum secundatum
konsumsi,
direkomendasikan
untuk
menanam
rumputStenotaphrum secundatum pada area naungan .
Kecernaan rumput Stenotaphrum secundatum
Dalam mempelajari potensi suatu tanaman pakan ternak,hal yang perlu diperhatikan bukan saja sebatas produksi dankandungan gizi, tetapi juga mencakup kecernaannya . Kecernaanmerupakan bagian zat makanan yang tidak diekskresikan dalamfeses . Mengetahui tingkat kecernaan suatu bahan pakan berartimengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluranpencernaan ternak yang mengkonsumsinya .
Kecernaan rumput S.secundatum pada tiga taraf naunganyang diberikan pada kambing Kacang disajikan dalam Tabel 3 .Secara umum nilai kecernaan Stenotaphrum secundatum padalahan naungan lebih tinggi dibanding tanpa naungan, kecualiuntuk kecernaan energi (semakin rendah dengan bertambahnyataraf naungan) . CHEEKE (1999) melaporkan bahwa kecernaanenergi tergantung pada jumlah kandungan energi pakan .
Tabel 3. Kecernaan Stenotaphrum secundatum yang diberikanpada kambing kacang di dataran rendah beriklim basahSei Putih
Goait xambing 17
U r a i a nTaraf naungan
N-O% N-55% N-75%Bahan Kering (%) 56,82 60,59 60,73Protein Kasar (%) 56,75 61,48 56,54Energi (%) 74,26 72,25 69,40Bahan Organik (%) 64,28 57,48 67,49Serat Deterjen Netral (°fo) 66,29 72,43 70,28Serat Deterjen Asam (%) 64,57 67,20 68,46
5 . Penyiangan/mencabut tanaman pengganggu
Untuk pertumbuhan TPT yang lebih baik, lahan pertanamanperlu dibersihkan dari tanaman pengganggu/gulma . Hal inibertujuan mengurangi persaingan antara TPT dan gulmadalam memperoleh tiga faktor penting (cahaya, hara dan air)untuk pertumbuhannya . Penyiangan diperlukan terutama padasaat TPT masih muda .
6. Panen
Panen paksa perlu dilakukan yakni pada saat tanaman rumputberumur 2 bulan. Hal ini untuk merangsang pertumbuhankembali (regrowth) TPT yang ditanam . Selanjutnya panenrumput dapat dilakukan setiap 45 hari pada musim hujan dansetiap 60 hari pada musim kemarau . Tinggi pemotongansekitar 5-10 cm di atas permukaan tanah . RumputStenotaphrum secundatum toleran terhadap pemotongan danpenggembalaan berat .
Lolit xam6ing
Juknis Stenotaphrum secunfatum
5
Juknis Stenotaphrum secundatum
6
Naungan 0% '
Naungan 55%
Lolit Xam6ing
Lolit xambing
Naungan 75%
Gambar 1 . TPT Stenotaphrum secundatum pada taraf naunganyang berbeda di dataran rendah beriklim basah SeiPutih
Juknis Stenotaphrum secundatum
7
Juknis Stenotaphrum secunaatum
8
BAB IIIFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN RUMPUTStenotaphrum secundatum
Pertumbuhan rum put Stenotaphrum secundatumsebagaimana tanaman lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni : iklim, tanah, pengelolaan dan kondisi sosial ekonomi petani .Pertumbuhan tanaman pada akhirnya akan berdampak terhadapjumlah produksi dan kualitas hijauan .
1 . Iklim
Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap produksidan kualitas hijauan di Indonesia adalah curah hujan dancahaya . Pada musim hujan produksi hijauan umumnyamelimpah tetapi kualitasnya menurun disebabkan pertumbuhanhijauan pada musim hujan lebih cepat dibanding musimkemarau. Akibatnya peternak kelebihan pasokan sehinggabanyak hijauan yang terlambat dipotong/terlalu tua . Sebaliknyapada musim kemarau pertumbuhan lambat sehingga rumputlebih lambat dipanen dan daya hasil juga rendah . Faktorcahaya (intensitas, kualitas, lama penyinaran) juga sangat
Lolit R ambing
Sumber: PRAWIRADIPUTRA et al. (2006)
LoCit xam6ing
Juknis Stenotaphrum secundatum
menentukan pertumbuhan hijauan, hal ini erat kaitannyadengan proses fotosintesis. Pertumbuhan yang relatif lambatdari hampir semua jenis tanaman mempunyai hubungandengan berkurangnya cahaya . Selain rumput Stenotaphrumsecundatum, ada beberapa spesies hijauan yang toleranterhadap naungan seperti disajikan dalam Tabel 1 . RumputStenotaphrum secundatum dapat mernpertahankanproduksinya pada kondisi cahaya hanya 40% (taraf naungan60%). Spesies yang toleran naungan sering menunjukkanpenurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkatpada naungan sedang . Rumput Stenotaphrum secundatumdapat tumbuh pada curah hujan 1000 hingga >2000 mm didaerah tropis basah dan sub-tropis, namun lebih menyukaicurah hujan yang lebih tinggi . Tumbuh dengan balk padatemperatur antara 20 hingga 30°C pada ketinggian 0 hingga1300 m di atas permukaan laut .
Tabel 1 . Beberapa spesies rumput dan leguminosa yang tahannaungan
9
No. Nama Umum Nama Botani
1 . Rumput karpet Axonoppus compressus2 . Rumput pahit Paspalum conjugatum3. Rumput bebe Brachiaria brizantha4. Rumput benggala Panicum maximum5. Pinto Arachis pintoi6 . Arachis Arachis glabrata7. Sentro Centrosema pubescens8. Puero Pueraria phaseloides
Juknis Stenotaphrum secundatum
2 . Tanah
Faktor lahan yang sangat menentukan tehadap pertumbuhanrumput pada umumnya adalah kesuburan tanah . Tingkatkesuburan tanah erat kaitannya dengan ketersediaan unsurhara dalam tanah serta pemupukan. Rumput Stenotaphrumsecundatum dilaporkan dapat tumbuh pada lahan yang kurangsubur hingga lahan dengan kesuburan sedang dengan pH 5,0-8,5 . Memiliki toleransi yang baik terhadap kadargaram/salinitas yang tinggi .
3. Pengelolaan
Pengelolaan atau manajemen hijauan sering diabaikanpeternak, padahal tanpa pengelolaan yang balk pasokanhijauan tidak terjamin dan akan mengganggu perkembanganternak yang dipelihara . Hijauan yang ditanam harus dipeliharadan dirawat agar tumbuh dengan baik . Demikian juga denganpadang penggembalaan, pengelolaan yang perlu adalahdengan memelihara padang rumput sebaik-baiknya melaluipengaturan penggembalaan/pemotongan rumput, penanamanleguminosa dan bila memungkinkan melakukan pemupukan .
4. Kondisi sosial ekonomi petani/peternak
Sebagian besar peternak di Indonesia adalah peternak yangkurang mampu secara finansial dan belum tentu memiliki danauntuk mengelola kebun rumput . Kalaupun menanam rumputbiasanya di lahan yang kurang subur serta tidak melakukanpemupukan, sehingga pertumbuhan dan produksi rumput yangditanam tidak optimal . Rumput S.secundatum responsif/pekaterhadap pemupukan nitrogen .
10 Lout xam6ing
Juknis Stenotaphrum secuniatum
BAB IVNILAI NUTRISI DAN POTENSI PRODUKSI
RUMPUT Stenotaphrum secundatum
Nilai Nutrisi Rumput Stenotaphrum secundatum
Nilai nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum (kandungannitrogen, kecernaan protein kasar maupun kecernaan bahankering) mengalami penurunan yang cepat dengan bertambahnyaumur tanaman . Sehubungan dengan hal itu disarankan agarfrekwensi penggembalaan maupun pemotongan dilakukan lebihteratur. Rumput ini sangat disukai ternak ruminansia besarmaupun kecil saat masih muda . Terdapat kandungan oksalatsejumlah kira-kira 1 % namun dilaporkan tidak menyebabkankeracunan pada ternak yang mengkonsumsinya .
Potensi Produksi Rumput Stenotaphrum secundatum
Produksi bahan kering sebanyak 5 t/ha/thn, namun ada
yang memperkirakan hingga lebih dari 50 ton produksi segar perhektar per tahun yang dikonsumsi oleh ternak sapi . Jumlah
Gnat
bang 1 1
Juknis Stenotaphrum secuncfatum
produksi ini relatif sama dengan produksi S. secundatum padanaungan 55% di dataran rendah beriklim basah Sei Putih (Tabel2) . Ternak yang mengkonsumsi rumput Stenotaphrumsecundatum dapat menghasilkan 400-1000 kg pertambahanbobot badan dari setiap hektarnya . Tingkat penggembalaanbervariasi dari 1 sampai 7 ekor sapi per hektar, tergantung kondisikesuburan tanah dan produksi rumput .
Gambar 2 . Rumput Stenotaprum secundatum pada alam terbuka(tanpa naungan) menunjukkan pertumbuhan yangkurang baik, daun berwarna kemerahan
12 Lout 7(am6ing
Juknis Stenotaphrum secundatum
BAB VPRODUKTIVITAS DAN KUALITAS NUTRISI
RUMPUT Stenotaphrum secundatum
Stenotaphrum secundatum merupakan salah satu spesiestanaman pakan ternak yang toleran terhadap naungan . TPT inimenunjukkan pertumbuhan maupun produksi yang lebih baik padalahan yang ternaungi dibanding alam terbuka/tanpa naungan .
Adaptasi/penyesuaian rumput ini terhadap kondisi naunganditunjukkan baik secara morfologi (tinggi tanaman, lebar daun)maupun fisiologis (kandungan klorofil) . SIRAIT et al. (2006)melaporkan hasil penelitian uji adaptasi yang telah dilaksanakanpada dua agroekosistem bahwa TPT S.secundatum menunjukkanpertumbuhan yang jauh lebih baik di dataran rendah beriklimbasah dibanding dataran tinggi beriklim kering . Berdasarkan hasilpenelitian ini direkomendasikan untuk mengintroduksikan rumputS.secundatum pada lahan naungan di dataran rendah beriklimbasah .
Lout xambing 1 3
,fluknis Stenotapkrum secunc[atum
Produksi, Tinggi Tanaman dan Lebar Daun
Rataan produksi segar, tinggi tanaman dan lebar daun TPTStenotaphrum secundatum di dataran rendah beriklim basah SeiPutih disajikan dalam Tabel 2. Produksi tertinggi diperoleh padaperlakuan naungan 55% dan relatif sama dengan produksiperlakuan naungan 75% . Produksi terkecil diperoleh padaperlakuan tanpa naungan . Secara umum produksi hijauan didaerah tropis akan menurun dengan berkurangnya intensitascahaya (LUDLOW, 1978), tetapi produksi hijauan yang tolerannaungan masih dapat meningkat pada naungan sedang(SAMARAKOON et al., 1990) .
Produksi S.secundatum pada kondisi naungan (baiknaungan 55% maupun 75%) lebih tinggi dibanding produksi padaalam terbuka (tanpa naungan) . Rataan produksi S.secundatum didataran rendah beriklim basah Sei Putih pada lahan tanpanaungan, naungan 55% dan naungan 75% pada tiga tahunpengamatan berturut-turut adalah : 32,4; 53,7 dan 46,7 ton perhektar per tahun seperti disajikan dalam Tabel 2 . Dapat dilihatbahwa S.secundatum menunjukkan adaptasi yang baik padakondisi naungan dibanding tanpa naungan . Adaptasi tersebutditunjukkan oleh tinggi tanaman maupun lebar daun yang lebihbaik pada kondisi ternaungi dibanding alam terbuka/tanpanaungan, yang pada akhirnya menghasilkan produksi yang lebihtinggi .
14 LoCit xam6ing
Gorit Xam6ing
Juknis Stenotaphrum secundatum
Ga mbar 3. Rumput Stenotaphrum secundatum pada lahannaungan yang slap untuk dipanen/digembalakanternak
1 5
label 2 . Rataan produksi segar, tinggi dan lebar daunStenotaphrum secundatum di dataran rendah beriklimbasah Sei Putih
PeubahTaraf naungan
N-0% N-55% N-75%
Produksi segar (t/ha/thn) 32,4 53,7 46,7
Tinggi tanaman (cm) 17,4 32,2 28,9
Lebar daun (mm) 10,7 13,0 13,0
Juknis Stenotaphrum secundatum
Nilai Nutrisi dan Konsumsi Stenotaphrum secundatum
Kandungan gizi rumput Stenotaphrum secundatum dapatmemenuhi kebutuhan serat kasar maupun energi untukpertumbuhan ternak ruminansia . Kandungan energinya beradapada kisaran 4 .071 hingga 4.816 kilo kalori per kilogram bahankering . Angka ini relatif sama dengan yang dilaporkan olehGINTING dan TARIGAN (2006) sebesar 4.312 kilo kalori perkilogram bahan kering . Kandungan protein kasar rumput initergolong moderat sebesar 6,3 hingga 8,4% . Oleh sebab itu untukpemenuhan kebutuhan protein disarankan tambahan pemberianleguminosa (tanaman kacang-kacangan) sehingga diperolehpertumbuhan ternak yang lebih baik .
Jumlah pakan yang dimakan oleh ternak umumnyadipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : jenis ternak, jenispakan dan palatabilitas . Ternak muda biasanya mengkonsumsipakan lebih banyak dibanding ternak dewasa . Pakan dengankandungan serat rendah lebih disukai ternak dibanding pakanberserat tinggi . Ternak kambing lebih menyukai rumputStenotaphrum secundatum yang ditanam pada lahan ternaungi,ditandai dengan jumlah yang dimakan lebih banyak (280 dibanding236 gram per ekor per hari berdasarkan bahan kering) . Keadaanini diduga terkait dengan kandungan serat deterjen asamS.secundatum yang ditanam di lahan ternaungi lebih rendah .McDONALD et al. (2002) menyebutkan bahwa pakan dengankandungan serat yang lebih rendah membutuhkan waktudegradasi/penguraian yang lebih singkat dalam saluranpencernaan. Hal ini memungkinkan ternak untuk mengkonsumsipakan yang lebih banyak dibanding pakan dengan kandunganserat yang tinggi . Dalam kaitannya dengan produksi dan jumlah
1 6 GoUit xambing
konsumsi,
direkomendasikan
untuk
menanam
rumputStenotaphrum secundatum pada area naungan.
Kecernaan rumput Stenotaphrum secundatum
Dalam mempelajari potensi suatu tanaman pakan ternak,hal yang perlu diperhatikan bukan saja sebatas produksi dankandungan gizi, tetapi juga mencakup kecernaannya . Kecernaanmerupakan bagian zat makanan yang tidak diekskresikan dalamfeses. Mengetahui tingkat kecernaan suatu bahan pakan berartimengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluranpencernaan ternak yang mengkonsumsinya .
Kecernaan rumput S.secundatum pada tiga taraf naunganyang diberikan pada kambing Kacang disajikan dalam Tabel 3 .Secara umum nilai kecernaan Stenotaphrum secundatum padalahan naungan lebih tinggi dibanding tanpa naungan, kecualiuntuk kecernaan energi (semakin rendah dengan bertambahnyataraf naungan) . CHEEKE (1999) melaporkan bahwa kecernaanenergi tergantung pada jumlah kandungan energi pakan .
Tabel 3 . Kecernaan Stenotaphrum secundatum yang diberikanpada kambing kacang di dataran rendah beriklim basahSei Putih
LoCit xam6ing
Juknis Stenotaphrum secuncfatum
1 7
U r a i a n Taraf naunganN-O% N-55% N-75%
Bahan Kering (%) 56,82 60,59 60,73Protein Kasar (%) 56,75 61,48 56,54Energi (%) 74,26 72,25 69,40Bahan Organik (%o) 64,28 57,48 67,49Serat Deterjen Netral (%o) 66,29 72,43 70,28Serat Deterjen Asam (%) 64,57 67,20 68,46-
yuknis Stenotaphrum secuncfatum
Gambar 4. Kambing yang sedang memakan rumputStenotaphrum secundatum
18 Lout xam6ing
Juknis Stenotaphrum secundatum
BAB VITEKNIK PEMANFAATAN RUMPUT
Stenotaphrum secundatumUNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
Ternak ruminansia (termasuk kambing) membutuhkanpakan hijauan setiap harinya yang dimanfaatkan untuk : 1)pemenuhan kebutuhan harian agar dapat hidup, 2) pemenuhankebutuhan produksi (supaya ternak dapat bertumbuh menjadibesar dan gemuk, menghasilkan daging, menghasilkan air susu),3) pemenuhan kebutuhan bereproduksi (kawin, bunting, beranakdan menyusui) .
Jumlah pemberian pakan hijauan bagi ternak sangatbervariasi, tergantung pada status fisiologisnya . Namun demikianjumlah pemberian secara umum adalah 10-15% dari bobot badanternak. Sebaiknya hijauan yang diberikan tidak terlalu tua, sebabselain kurang disukai ternak kandungan gizinya juga mengalamipenurunan . Hijauan yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalutua lebih disukai ternak, sehingga rumput yang diberikan hampirtidak bersisa (semua dimakan) .
Lotit R ambing 1 9
Juknis Stenotaphrum secundatum
Rumput Stenotaphrum secundatum untuk PadangPenggembalaan
Bagi petani peternak dengan jumlah pemilikan ternak yangbanyak serta mempunyai lahan khusus untuk penanaman hijauan,pola pengembangan hijauan pakan ternak disesuaikan dengansistem pemeliharaan yang diterapkan apakah sistempenggembalaan atau sistem potong angkut/diberikan ke kandangternak .
Pola pengembangan hijauan pakan bagi peternak denganpemeliharaan secara penggembalaan (extensive) adalah denganpembangunan pastura untuk penggembalaan . Pola ini memilikikelemahan karena membutuhkan lahan yang lebih luas,membutuhkan pagar, investasi usaha lebih besar danpengendalian penyakit (khususnya parasit interna/cacing) sulitdilakukan . Namun pola ini memiliki keunggulan yakni biayatenaga kerja untuk penggembalaan relatif rendah . Pembangunanpadang penggembalaan dapat dilakukan dengan penanamanrumput Stenotaphrum secundatum pada ekosistem naunganseperti di lahan perkebunan kelapa, kelapa sawit maupun karet .Penggembalaan sebaiknya dilakukan secara bergiliran denganmembagi lahan rumput yang tersedia dalam beberapa petak(dibuat pagar pembatas) . Lama pengembalaan paling optimaladalah 7 (tujuh) hari untuk setiap petak, dan kembalidigembalakan ke petak yang pertama setelah 45-60 hari . Hal inibertujuan untuk memberikan kesempatan bagi rumputS.secundatum untuk tumbuh kembali setelah digembalai ternak .
20 Lofit xambing
Juknis Stenotaphrum secundatum
Gambar 5 . Lahan penggembalaan rumput Stenotaphrumsecundatum yang ditanam di perkebunan kelapa,karet dan kelapa sawit
roCit R am6ing 2 1
Juknis Stenotap(trum secuncfatum
Rumput Stenotaphrum secundatum untuk RumputPotongan
Um umnya rum put Stenotaphrum secundatum dimanfaatkanuntuk rumput padang penggembalaan, namun bila sistem
pemeliharaan yang diterapkan peternak secaraintensif/dikandangkan, rumput ini juga dapat digunakan untukrumput potongan dan diberikan kepada ternak dalam keadaansegar. Rumput dipotong pada ketinggian sekitar 5-10 cm di atas
permukaan tanah . Jarak pemotongan yang satu denganpemotongan berikutnya adalah 40-45 hari pada musim hujan dan60 hari pada musim kemarau. Contoh perhitungan jumlah
pemberian hijauan (rumput dan daun tanaman kacangan) untukternak kambing/domba seperti disajikan dalam Tabel 4 . Apabilahijauan yang diberikan diperkirakan ada bagian yang tidakdimakan, maka jumlah pemberian harus ditambah dari
perhitungan yang ada dalam Tabel .
22
(25%)
Loait xam6ing
label 4. Contoh perhitungan jumlah pemberian rumputS.secundatum pada ternak kambing/domba
Keterangan
Bobot badan ternak kambing/domba
Jumlah
20 kgKebutuhan hijauan (10% dari bobot 10/100 x 20 = 0 gbadan)Jumlah S. secundatum yang diberikan 75/100 x 20 = 1,5 g(75%)Jumlah kacangan yang diberikan 25/100 x 20 = 0,5 g
Sebaiknya hijauan yang diberikan kepada ternak berupacampuran rumput dan daun kacangan (leguminosa) sehinggaterpenuhi kebutuhan zat-zat makanan untuk mendukungpertumbuhan ternak. Zat makanan yang dibutuhkan mencakupprotein, energi, mineral, serat kasar, vitamin dan lain sebagainya .Jumlah kebutuhan zat makanan sangat tergantung pada kondisiternak. Ternak muda dan sedang bertumbuh maupun indukbunting dan menyusui membutuhkan zat makanan yang lebihbanyak .
Tabel 5 . Persentase pemberian rumput S .secundatum dankacangan pada ternak
No . Status fisiologisternak
Lotit xam6ing
Juknis Stenotaphrum secundatum
Untuk pemenuhan kebutuhan zat makanan tersebut perludiatur perbandingan campuran bahan makanan/hijauan . Rumputmemenuhi kebutuhan energi (setara dengan nasi) sedangleguminosa memenuhi kebutuhan protein (setara dengan daging) .Persentase rumput dan kacangan untuk ternak dengan statusfisiologis yang berbeda disajikan dalam Tabel 5. Makanantambahan seperti dedak padi, tepung jagung, bungkil kelapa ataubahan lainnya yang tersedia dengan harga murah dapat diberikan .Narnun untuk lebih menghemat disarankan memberikan daunkacangan/leguminosa seperti glirisidia, turi maupun lamtorosebagai cumber protein murah.
23
Ternak dewasa 75 (3 bagian 25 (1 bagian)2 . Induk slap kawin 60 (3 bagian 40 (2 bagian)3 . Induk bunting 50 (3 bagian 50 (3 bagian)4 . Induk menyusui 50 (3 bagian 50 (3 bagian)5 . Anak sebelum sapih 50 (1 bagian) 50 (1 bagian)
Anak lepas sapih 60 (1,5 bagian 40 (1 bagian)
juknis Stenotaphrum secunelatum
BAB VIIDAFTAR PUSTAKA
ALVARENGA, A.A., M.C . EVARISTO, C. •E RICO, J . LIMA, andM.M . MARCELO. 2004. Effect of Different Light Level onThe Initial Growth and Photosynthetic of Croton urucuranaBaill in Southeastern Brazil [Serial on Line] .http://www.scielo.br/pdf/rarv/v27nl/15921 .pdf [9 Sept2004] .
CHEEKE, P.R . 1999 . Applied Animal Nutrition : Feeds andFeeding . 2"d Ed . Prentice Hall, Upper Saddle River, NewJersey .
GINTING, S.P . dan A.TARIGAN . 2006 . Kualitas nutrisiStenotaphrum secundatum dan Brachiaria humidicola padakambing . JITV. 11(4) :273-279 .
LUDLOW, M .M . 1978. Light Relation in Pasture Plants . In : PlantRelations in Pastures . J . R. WILSON (Ed .) . Melbourne :CSIRO . Pp: 35-39 .
24 Loait xambing
Juknis Stenotaphrum secundatum
McDONALD, P., R.A. EDWARDS, J .F.D GREENHALGH, and C .A .MORGAN . 2002 . Animal Nutrition . 6` h Ed . Ashford ColourPress Ltd ., Gosport .
.PRAWIRADIPUTRA, B.R., SAJIMIN, N .D . PURWANTARI dan I .HERDIAWAN. 2006 . Hijauan Pakan Ternak di Indonesia .Eds . A . FANINDI dan E . SUTEDI . Badan LitbangPertanian, Jakarta .
SAMARAKOON, S.P., J .R . WILSON, and H .M . SHELTON . 1990 .Growth, morphology, and nutritive value of shadedStenotaphrum secundatum, Axonopus compressus andPennisetum clandestinum . J . Agric. Sci . 114:161-169 .
SIRAIT, J ., S.P. GINTING dan A. TARIGAN . 2005 . Karakteristikmorfologi dan produksi legum pads tiga taraf naungan didua agroekosistem. Pros. Lokakarya Nasional TanamanPakan Ternak . Bogor, 16 Sept 2005 .
SMITH, M .A. and P.C. WHITEMAN . 1983. Evaluation of tropicalgrasses in increasing shade under coconut canopies . Expl .Agric ., 19:153-161 .
WHITEMAN P.C . 1980 . Tropical Pasture Science . Oxford Univ.Press ., Oxford .
LoCit xambing 2 5
ISBN : 978-602-8475-18-1