Pesona Cinta Dalam Nuansa Alquran
-
Upload
firman-supzz -
Category
Documents
-
view
276 -
download
0
description
Transcript of Pesona Cinta Dalam Nuansa Alquran
TAFSIR MAUDLU’I;
Pesona Cinta Dalam Nuansa Alquran
Oleh: Firman Sholihin
MUQADDIMAH
“Alquran mengarahkan hati untuk mencintai sesuatu yang tidak disukai hawa
nafsu dan mencegahnya dari mencintai sesuatu yang mengekang dan
memperbudaknya..” 1
_Said Ramadhan Al-Buthi_
Sayyid Quthb menjelaskan bahwa cinta merupakan fithrah dan naluri
yang telah dianugrahkan oleh Allah Swt kepada manusia. Maka, setiap manusia
normal pasti memiliki cinta. tanpa cinta hidup akan terasa hampa.2
Telah penulis telusuri di berbagai literatur yang ditulis oleh para kaum
intelektual dan para ulama dulu dan sekarang, bahwa semuanya sepakat bahwa
cinta memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.3 Tanpa
cinta, suatu keluarga tak akan berjalan harmonis. Tanpa cinta, persahabatan tak
akan pernah berjalan mulus. Tanpa cinta juga, kita tidak akan terdorong untuk
mengikhlashkan ibadah kita kepada Allah Swt, menjalankan sestiap perintah-
Nya, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa berdzikir kepada-Nya. Dalam satu
syair diungkapkan:
Pecinta hanya dampa kerelaan kekasihnya Pecinta hanya berharap bertemu kekasihnya Mata serta kalbu senantiasa memandang sang kekasih Kalbu mengenal dan melihat Tuhannya Pecinta merasa puas didekat kekasihnya Kalau dia jauh, siapa lagi yang diharap? 4
Dalam hadits diceritakan bahwa cinta merupakan barometer sempurna
atau tidaknya iman seseorang.5 Manis atau pahitnya aktivitas beragama
1 Dr. Al-Buthi, Al-Hubb fi Alquran wa Daur Al-Hubb fi Hayah Al-Iman, -terj. Bakrun Syafi’i:
Alquran Kitab Cinta, (Jakarta: Penerbit Hikmah [PT. Mizan Publika] Anggota IKAPI, Cet. Ke-1, 2010 M)
2 Subhan Nurdin, Cinta Terlarang, (Bandung: Ash-Shiddiq Press, cet. Ke-2, 2005 M), Hal. 4. 3 Dr. Al-Buthi, Op. Cit., Hal. 2. Dr. Muhammad Utsman Najati, Alquran wa ‘Ilm An-Nafs, -terj.
M. Azka Al-Farisi, Psikologi dalam Alquran; Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. Ke-10, 2005 M), Hal. 120.
4 Yunasril Ali, Jatuh Hati Pada Ilahi, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, cet. Ke-1, 2003 M), Hal. 32.
5 Shahih Al-Bukhari no. 14-15, Shahih Muslim no. 69-70, Sunan Ibn Majah no. 67 (Al-Albani: Shahih), Sunan An-Nasa’i no. 5013-5015 (Al-Albani: Shahih), Musnad Imam Ahmad bin Hanbal no. 12814.
ditentukan oleh kadar cinta yang bersemayam dalam hati orang tersebut.6 Cinta
menjadi penentu enggan atau relanya seseorang dalam menjalani sesuatu.
Semakin seseorang menanamkan cinta yang besar untuk Allah Swt dan rasul-
Nya, maka kenikmatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan dalam
ruang lingkup agama pun akan ia dapati.
Ketika kita memandang sisi cinta dalam perspektif yang sehat, maka kita
akan menemukan serta merasakan pesona cinta yang indah ini. Namun, ketika
cinta malah ditempatkan kepada sesuatu yang bukan tempatnya, maka sisi
keindahannya akan berubah menjadi kehinaan yang penuh dengan penyesalan.
Seperti halnya yang dilakukan remaja di zaman sekarang, yang mereka
mempersepsikan cinta sebagai sesuatu yang cabul, sehingga ada ungkapan, ‘tak
ada cinta tanpa berpelukan, tak ada cinta tanpa bergandengan tangan, tak ada
cinta tanpa berciuman’, dan masih banyak lagi. Bahkan ada yang lebih ekstrem
mengatakan, ‘tak ada cinta tanpa berhubungan badan’. Sebenarnya, cinta yang
manakah yang dimaksud?
Manurut Muhammad Kan’an, banyak di antara kita yang memandang
cinta sebagai nafsu syahwat, sehingga ada yang ekstrem mangharamkan cinta
dan menganggapnya sebagai dosa.7 Pernyataan ini merupakan hal yang sangat
wajar, karna fakta yang nampak di kehidupan sekarang memang telah
mencoreng persepsi cinta dengan prilaku yang tidak senonoh. Hal ini akibat dari
ketidak-pahaman mereka dalam membedakan mana ‘cinta’ dan mana perasaan
yang timbul dari dorongan ‘nafsu syahwat’.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam, merupakan kitab yang
konprehensif dan sempurna dalam meletakan dasar pembahasan sesuatu,
termasuk tentang cinta. Alquran merupakan kalam Allah Swt, Tuhan Yang
Mahamengetahui, sehingga sangat cocok jika dijadikan acuan dalam segala hal.
Alquran yang berperan sebagai kitab yang kamil dan syamil yang mengimpun
segala permasalahan manusia, seharusnya dijadikan sebagai barometer dalam
menentukan salah dan benarnya sesuatu—dalam hal ini tentang cinta—supaya
tidak salah dalam menempatkan dan menetapkan; mana yang harus dicintai dan
mana yang harus dibenci; mana yang memang cinta dan mana yang nafsu belaka.
Dalam tulisan sederhana ini, insya Allah penulis akan membahas seluk-
beluk tentang cinta; apa itu cinta? apa saja macam-macam cinta? seperti apa
cinta yang benar itu? dan bagaimana cinta yang fasid atau dilarang itu, dan segala
yang berkaitan dengan cinta, yang kesemuanya akan dibahas dengan Alquran
sebagai rujukan pokoknya. Setiap sub judul akan dikaitkan kepada Alquran,
6 Shahih Al-Bukhari no. 16, 21, 6041, 6941, Shahih Muslim no. 43-45, Sunan Ibn Majah no. 4033,
Sunan At-Tirmidzi no. 2624, Sunan An-Nasa’i no. 4987-4989, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal no. 12002.
7 Subhan Nurdin, Op. Cit., Hal. 4.
supaya pemahaman kita tentang cinta ini tetap berada dalam naungan Alquran.
Sehingga, kita akan melihat Pesona Cinta dalam Nuansa Alquran.
APA ITU CINTA;
Cinta dalam Tinjauan Bahasa dan Istilah
Cinta itu tidak dapat diketahui hakikatnya, hanya bisa dirasakan
keberadaannya. Bedakan antara mendeskripsikan (menggambarkan) dan
mengetahui. Batasan-batasan dan rumusan-rumusan untuk mendefinisikan
cinta adalah benar, tapi tidak cukup untuk mengungkap hakikatnya. Ia
hanyalah isyarat-isyarat, tanda-tanda dan peringatan-peringatan. 8
_Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah_
Ungkapa Ibun Qayyim—rahimahullah—di atas adalah benar adanya,
karna memang tak ada kata atau definisi yang bisa dengan jelas mendeskripsikan
cinta. Orang yang merasakan cinta akan lebih mengerti tentang perasaannya,
ketimbang kata-kata yang ditulis oleh para ahli sebagai definisi cinta. Karna,
bukanlah definisi cinta yang dikemukakan oleh para ahli, namun mereka hanya
menggambarkan ciri, gejala, dan kesan yang ditimbulkan akibat cinta tersebut.
Oleh karena itu, dalam pembahasan ini penulis akan mencoba untuk mengung-
kapkan ciri, gejala, dan kesan yang—menurut penulis—paling mengena untuk
menggambarkan maksud dari cinta itu sendiri, baik secara etimologis ataupun
terminologis.
1) Cinta dalam Tinjauan Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cinta diartikan; suka
sekali; sayang benar; kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan);
ingin sekali; berharap sekali; rindu.9 Sedangkan dalam bahasa Arab, lafazh yang
digunakan untuk mewakili kata cinta sangatlah banyak sekali. 10 Namun, diantara
banyaknya lafazh-lafazh tersebut, lafazh yang paling terkenal dan paling sering
digunakan untuk mengungkapkan cinta adalah lafazh al-hubb; al-mahabbah.
8 Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Op. cit. 9 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 228 10 Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa banyaknya nama yang digunakan untuk mewakili kata cinta
hampir mendekati 60 nama, seperti, al-‘alaqah (ikatan hubungan), at-tatayyum (menguasai), al-hawa (keinginan/kesukaan), ash-shabwah (kasih sayang), al-‘isyq (menempel/ melekat/cinta yang sangat)… dan lain sebagainya. Namun Ibul Qayyim langsung menyangkalnya bahwa lafazh-lafah tersebut bukanlah nama bagi cinta, tapi hanya sebagai lafazh untuk menggambarkan gejala, pendorong atau motif cinta itu sendiri. Oleh karena itulah, Ibnul Qayyim tidak menyebut cinta dengan lafazh-lafazh tersebut. Lihat, Ibnul Qayyim, Raudlah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin, (ttp.: Dar ‘Ilmil-Fawaid, tth), hal. 25-26.
Mengenai lafazh al-hubb dan al-mahabbah ini, Ibnul Qayyim
menerangkan bahwa ada tujuh asal-usul pengambilan kata al-hubb dan al-
mahabbah ini.11 Namun, penulis hanya mengambil tiga tempat pengambilan
saja, karna ketiga asal ini dirasa sudah bisa mewakili yang lainnya dalam
menjelaskan asal-usul pengambilan kata cinta atau dalam bahasa arab
diungkapkan dengan lafazh al-hubb.
Pertama, diambil dari kata al-habab atau al-hubab yang berarti
gelembung-gelembung air yang melambung-lambung ke atas ketika hujan deras.
Cinta diambil dari kata tersebut karna cinta bisa membuat hati meletup-letup
dan meluap-luap ketika perasaan ingin bertemu dengan yang dicintai muncul di
hati.12 Selain itu, letupan-letupan akibat cinta tersebut merupakan penyebab
hidupnya hati. Jika ruh berperan sebagai penghidup jasad, maka cintalah yang
berperan sebagai penghidup hati.13 Ini merupakan gejala cinta yang paling
menonjol dari sang pecinta, terutama ketika merasakan kerinduan kepada objek
cintanya.
Kedua, berasal dari kata al-hibb yang berarti wadah yang dipenuhi
sesuatu. Ketika sesuatu itu memenuhi wadah tersebut, maka tidak ada ruang bagi
yang lainnya. Begitu juga hati seorang pecinta yang tidak menyisakan ruang bagi
yang lain selain sesuatu yang dia cintai.14 Asy-Syibli mengatakan, “Cinta disebut
mahabbah karna menghapus dari hati segala sesuatu kecuali yang dicintai.”15
Ketiga, ada yang mengatakan bahwa cinta itu berasal dari kata al-habbah
yang berarti benih. Lafazh al-habbah ini bermakna inti dan asal dari sesuatu,
sebagaiman benih merupakan asal dan inti dari pohon dan tumbuh-tumbuhan.16
Cinta dikatakan sebagai turunan dari kata al-habbah karna cinta merupakan
sumber kehidupan, dia tersembungi di taman hati, tidak rusak oleh kehadiran
dan ketidakhadiran, senang dan susah, keterpisahan dan persatuan, tetapi
senantiasa hidup dan senantiasa memberikan makna kehidupan bagi para
pemiliknya.17
2) Cinta dalam Tinjauan Istiilah
Adapun mengenai definisi cinta secara istilah, sangat banyak sekali para
ahli yang mengemukakan pikiran mereka tentang perasaan indah ini. seperti
halnya Ar-Raghib Al-Ashfahani yang berpendapat:
11 Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Op. cit., Hal. 27-28. 12 Ibnul Qayyil Al-Jauziyyah, Op. Cit., Hal. 27. 13 Yunasril Ali, Op. Cit., Hal. 36. 14 Ibnul Qayyil Al-Jauziyyah, Op. Cit., Hal. 28. 15 Yunasril Ali, Op. Cit., Hal. 36. 16 Ibnul Qayyil Al-Jauziyyah, Op. Cit., Hal. 28. 17 Yunasril Ali, Op. Cit., Hal. 34.
.ه يف بحغ رت يذ ،ال ء يال ل إ س فالن ابحذ ن ا ب الحإن “Sesungguhnya cinta itu merupakan ketertarikan jiwa terhadap sesuatu
yang ia cinta padanya.” 18
Pengertian cinta yang Imam Ar-Raghib sampaikan di atas merupakan
pengeritan cinta yang umum dan mencakup makna yang luas, entah itu cinta
makhluk kepada Allah ataupun cinta makhluk kepada sesama makhuk. Keter-
tarikan yang dimaksud di sana adalah ketertarikan yang muncul dari dasar jiwa
seseorang terhadap suatu objek cintanya, sehingga melahirkan kecenderungan
untuk selalu berada di dekat objek cintanya. Begitu juga dengan pernyataan Ibnul
Qayyim yang mengungkapkan pendapatnya tentang cinta dengan singkat namun
cukup mengena:
ي ه م ائ ال ب لق لب محائ الد لحيال
“Cinta merupakan kecenderungan yang tetap dengan dibarengi hati
yang meluap-luap.”19
Sedangkan pengertian yang lebih khusus tentang makna cinta yang hanya
mencakup cinta antar sesama makhluk diutarakan oleh oleh Dr. Al-Buthy dalam
kitabnya Al-Hubb fi Alquran wa Daur Al-Hubb fi Hayah Al-Iman, yaitu: “Cinta
adalah kebergantungan hati kepada sesuatu sehingga menyebabkan
kenyamanan dihati saat berada di dekatnya atau perasaan gelisah saat berada
jauh darinya”.20
Pendapat yang disampaikan oleh Dr. Al-Buthi di atas menjadi pengertian
yang khusus untuk cinta manusia kepada sesamanya, karna gejala yang timbul
akibatnya memang demikian. Lanjut Dr. Al-Buthi menjelaskan bahwa cinta ini
tidak seperti cinta makhluk kepada Allah Swt, sebab tidak pada tempatnya kata
“nyaman” dan “gelisah” disandarkan kepada Allah Swt. Allah Swt Mahasuci dari
semua itu.21
Dan masih banyak lagi definisi-definisi yang diungkapkan para ahli untuk
menggambarkan cinta. Jika ditarik kesimpulan sememtara, kita dapat mengerti
bahwa cinta ini merupakan rasa tak biasa yang bersemayang dalam dada setiap
manusia. Ringkasnya, cinta merupakan milik hati, dan hanya hati yang dapat
mengerti serta merasakannya, sedang jasad hanya menerima dampaknya.
Sekejam apapun seseorang, pasti dilubuk hatinya yang terdalam terkandung
cinta, sekecil apapun cinta itu. Karna, kita tahu bahwa tak ada manusia yang tidak
18 Ar-Raghib, Mufradat li Alfazh Alquran, Al-Maktabah Asy-Syamilah 19 Ibnul Qayyil Al-Jauziyyah, Op. Cit., Hal. 31. 20 Dr. Al-Buthi, Op. Cit., Hal. 13. 21 Ibid.
bisa merasakan rasa luar biasa ini. Hanya orang matilah yang tidak bisa mera-
sakan dan menghayatinya.
MAKNA CINTA DALAM ALQURAN
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi
dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat
bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. 22
_Dr. M. Quraish Shihab_
Salah satu keistimewaan Alquran dibanding kitab-kitab lainnya adalah
diturunkannya dia dalam bahasa arab yang jelas.23 Bahasa arab ini pun
menyandang keunggulan serta keunikannya tersendiri dibanding bahasa-bahasa
lain, baik dalam sistem fonologi, sintaksis, ataupun morfologi-nya. Salah satu
keunikannya adalah, bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan kosa kata.
Satu kata dalam bahasa arab bisa saja memiliki beberapa makna, tergantung
tempat dan kedudukan kata tersebut dalam alur kalimatnya. Sebagai contohnya
adalah lafazh ‘ain yang bisa diartikan; mata, orang, matahari, mata air, ilmu dan
lain-lain. Itulah mengapa Allah Swt memilih bahasa Arab sebagai bahasa
Alquran, yang salah satu tujuannya adalah supaya kita mau menggunakan akal
kita dalam menyelami keagungan bahasanya.
Dalam Alquran, Allah Swt menyebut kata cinta dengan segala bentuk
derivasinya sebenyak 84 kali yang tersebar di berbagai surat dan ayat.24 Jumlah
tersebut merupakan jumah yang cukup banyak, yang menandakan betapa
pentingnya rasa tersebut untuk dibahas secera mendalam. Setiap kata yang
dicantumkan oleh Alquran, pasti mempunyai makna dan maksud tersendiri
sesuai dengan konteks pembicaraan ayat yang terkandung lafazh tersebut. Begitu
juga dengan kata cinta yang banyak tersebar di berbagai surat dan ayat, tentu
makna dan maksud yang dikandungnya pun akan berbeda.
Dalam pembahasan ini, penulis hendak mencoba menyelami makna-
makna cinta yang ada dalam Alquran dengan mencantumkan ayat yang di
dalamnya tercantum kata cinta. Bagi orang-orang yang sungguh-sungguh dalam
memadukan hati dan pikiran dalam menyelami bahasa Alquran, khususnya
22 Dr. M. Quraish Shihab, Lentera Hati, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, Cet. Ke-31, 2007 M), Hal.
25. 23 Lihat, Q.S Asy-Syura [42]: 195, Q.S Yusuf [12]: 2, Q.S Ar-Ra‘d [13]: 37, Q.S Taha [20]: 113, Q.S
Az-Zukhruf [34]: 3, Q.S Az-Zumar [39]: 28, Q.S Fussilat [41]: 3 & 44, dan Q.S Asy-Syura [42]: 7.
24 Lihat, Muhammad Fu’ad abdul Baqi, Mu’jam Mufahras li Alfazh Alquran, (ttp.: Dar Al-Hadits, tth.), Hal. 191-193.
tentang cinta, maka akan ditemukan dalam Alquran beberapa makna cinta
seperti di bawah ini.
1) Cinta yang Bermakna Lebih Mengutamakan
ې ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ
ۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی یی ی جئ حئ مئ
ىئ يئ جب حب
“Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Medinah dan
telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai
orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan
dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun
mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 25
ڑ ک ک ک ک گ گ گ گ ڳ ڳ ڳ
“Maka dia berkata, ‘Sesungguhnya aku menyukai segala yang baik
(kuda), yang membuat aku ingat akan (kebesaran) Tuhan-ku, sampai
matahari terbenam.” 26
ڌ ڌ ڎ ڎڈ ڈ ژ ژ ڑڑ ک
کک ک گ گ گ گ
“(yaitu) orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada
(kehidupan) akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan
menginginkan (jalan yang) bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang
jauh.” 27
25 Q.S Al-Hasyr [59]: 9. 26 Q.S Shad [38]: 32. 27 Q.S Ibrahim [14]: 3.
ڳ ڳ ڳ ڳ ڱڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ
ڻ ڻ
“Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai
kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang kafir.” 28
چ چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍڍ ڌ ڌ ڎ
ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک ک کک گ گ گ
گ ڳ ڳ ڳ ڳڱ ڱ ڱ ڱ ںں ڻ ڻ
ڻڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ
“Dan sungguh, Allah telah Memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan
berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah
Memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang
yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang
menghendaki akhirat. Kemudian Allah Memalingkan kamu dari mereka untuk
mengujimu, tetapi Dia benar-benar telah Memaafkan kamu. Dan Allah
Mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang Mukmin.” 29
پ پ پ ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ
“Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia, dan mengabaikan
(kehidupan) akhirat.” 30
ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ
ڦ ڦ ڄڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-
bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung, jika mereka lebih
28 Q.S An-Nahl [16]: 107. 29 Q.S Ali-‘Imran [3]: 152. 30 Q.Sal-qiyyamah [75]: 20-21.
menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang
menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.”31
ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ې ې ې ى
ى ائ ائ
“Dan adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami Beri petunjuk tetapi
mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu, maka
mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang
telah mereka kerjakan.” 32
2) Cinta yang Bermakna Tidak Ingin Melepaskan
ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ...
ڈ...ڦ ڦ ڦ
.”.dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-
minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya..” 33
ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” 34
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پپ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ ٺ
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang
hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.” 35
31 Q.S At-Taubah [9]: 23. 32 Q.S Fushshilat [41]: 17. 33 Q.S Al-Baqarah [2]: 177. 34 Q.S Al-Insan [76]: 8. 35 Q.S Ali ‘Imran [3]: 92.
3) Cinta yang Bermakna Keridhaan dan Keta’atan
Firman Allah Swt:
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃڃ چ چ چ چ
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” 36
ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ
ھ ھ ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ
ۋۅ ۅ ۉ ۉ ې
“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang
murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan Mendatangkan suatu
kaum, Dia Mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap
lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Diberikan-
Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya), Maha Mengetahui.” 37
4) Cinta yang Bermakna Pemanfaatan
ۇئ ۇئۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئ ېئېئ ىئ ىئ ىئ
“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan
dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita
gembira kepada orang-orang Mukmin.” 38
36 Q.S Ali ‘Imran [3]: 31. 37 Q.S Al-Maidah [5]: 54. 38 Ash-Shaff [61]: 13.
5) Cinta yang Bermakna Memberikan Pahala dan Kenikmatan
ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ
.”.Sungguh, Allah Menyukai orang yang tobat dan Menyukai orang yang
menyucikan diri.” 39
ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ
“Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang berperang di jalan-
Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh.” 40
ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہہ ھھ ھ ھ ے ے ۓ
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuat baiklah. Sungguh, Allah Menyukai orang-orang yang berbuat baik.” 41
CINTA ALLAH SWT KEPADA MAKHLUKNYA
ے ے ۓ ۓ
“Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai.” 42
Dia-lah Al-Wadud yang tak henti memperlihatkan cinta kasih kepada setiap
makhluk dengan sifat-Nya yang indah, nikmat-Nya yang luas, kelembutan-
Nya yang tersembunyi, dan anugrah-Nya yang luhur. Dia-lah Sang Pecinta
dan yang dicintai. Dia mencintai para wali-Nya da penyerta-Nya yang setia,
dan mereka pun mencintai-Nya. Akan tetapi, Dia-lah yang lebih mencintai
mereka dan menumbuhkan kecintaan dalam hati mereka. Ketika mereka
menambah cintanya kepada Allah Swt, maka Dia akan mencintai mereka
dengan cinta-Nya yang lain sebagai balasan atas cinta mereka. 43
_Syaikh Abdurrahman bin Sa’diy_
39 Q.S Al-Baqarah [2]: 222 40 Q.S Ash-Shaff [61]: 4. 41 Q.S Al-Baqarah [2]: 195. 42 Q.S Al-Buruj [85]: 14 43 Adbur-Razzaq bin Abdil-Muhsin Al-Badar, Fiqh Al-Asma’ Al-Husna, (Al-Madinah Al-
Munawwarah: Dar At-Tauhid lin-Nasyr, Cet. Ke-1, 2008 M), Hal. 222.
Kaum sufi membagi rahmat (kasih sayang) Allah Swt kepada dua bagian;
pertama, rahmat (kasih sayang) yang bersumber dari sifat Rahman Allah Swt;
dan yang kedua, rahmat (kasih sayang) yang bersumber dari sifat Rahim Allah
Swt.44 Kasih yang bersumber dari sifat Rahman Allah Swt, merupakan kasih
sayang yang diberikan oleh-Nya secara “cuma-cuma” kepada seluruh makhlu-
Nya. Tak terbatas kepada yang ta’at kepada-Nya saja, mereka yang durhaka
kepada-Nya pun tak luput dari pemberian-Nya. Tak terbatas juga hanya kepada
manusia saja, hewan, tumbuhan dan makhluk lain yang ada di langit, di bumi,
ataupun yang berada di antara keduanya pun ikut serta merasakan limpahan
kasih yang berasal dari sifat Rahman Allah Swt ini.
Firman Allah Swt:
ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ
“Tuhan (yang Memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya; Yang Maha Pengasih, mereka tidak mampu berbicara dengan
Dia.”45
Adapun kasih sayang Allah Swt yang berasal dari sifat Rahim-Nya, Dia
hanya mengkhususkan kasih sayang tersebut hanya kepada makhluk pilihan-Nya
saja, dan perlu ada usaha dalam menggapainya. Keterangan yang datang dalam
Alquran menyebutkan bahwa mereka yang akan mendapatkan kasih Allah Swt
yang berasal dari sifat Rahim-Nya ini adalah; orang-orang yang beriman46;
orang-orang yang bertaqwa, mendirikan shalat dan menunaikan zakat47; orang-
orang yang menginfaqkan hartanya48; orang-orang yang sabar menghadapi
musibah49; para nabi, orang-orang yang shaleh, shiddiqun50, dan orang-orang
yang syahid51; serta siapa saja yang Dia kehendaki52.
Intinya jika dalam Alquran kita menemukan pernyataan Allah Swt tentang
janji pemberian rahmat kepada Makhluk-Nya dengan disertai tuntutan
menjalankan sesuatu, maka rahmat yang dijanjikan tersebut merupakan rahmat
yang bersumber dari sifat Rahim-Nya. Namun jika pemberian rahmat itu tanpa
44 Yunasril Ali, Op. Cit., Hal. 52. 45 Q.S An-Naba’ [78]: 37. 46 Lihat, Q.S Al-Ahzab [33]: 34. 47 Kasih Rahim bagi orang-orang yang bertakqa, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dapat
dilihat di Q.S Al-A’raf [7]: 156. 48 Lihat, Q.S At-Taubah [9]: 99. 49 Q.S Al-Baqarah [2]: 155-157. 50 Shiddiqun adalah orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasulullah Saw. 51 Kasih Rahim bagi para nabi, shiddiqun, orang-orang yang syahid dan orang-orang yang shaleh
dapat dilihat di Q.S An-Nisa’ [4]: 69. 52 Lihat, Q.S Al-Baqarah [2]: 105. Q.S Ali ‘Imran [3]: 74. Q.S Asy-Syura [42]: 8. Q.S Al-Fath [48]:
25. Q.S Al-Insan [76]: 31.
ada tuntutan menjalankan sesuatu, maka itu merupakan kasih yang bersumber
dari sifat Rahman Allah Swt. perhatikanlah firman Allah Swt di bawah ini:
چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎڈ
ڈژ
“Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia Jadikan untukmu malam dan
siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari
sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-
Nya.” 53
ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ې ې ې ى
ى ائ ائ ەئەئ وئ وئ ۇئ ۇئۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئېئ ېئ ىئ ىئ
ىئی
“Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan
Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk
(memperoleh) doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi
mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan Memasukkan
mereka ke dalam rahmat-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” 54
Pada ayat pertama Allah Swt menerangkan bahwa pergantian siang dan
malam merupakan sebagian dari rahmat (kasih sayang) Allah Swt kepada
makhluk-Nya. Tentu rahmat ini tidak dikhususkan bagi siapa dan siapanya, yang
pokok, seluruh makhluk Allah Swt merasakan nikmat dan manfaat dari
pergantian siang malam ini secara “cuma-cuma”.
Berbeda halnya dengan ayat yang kedua, rahmat (kasih sayang) di sana
bermakna surga dengan segala kenikmatannya, yang dijanjikan oleh Allah Swt
kepada orang-orang pilihan-Nya yang Dia kehendaki. Untuk bisa Mendapatkan
rahmat (kasih sayang) ini, kita tidak bisa mendapatkannya secara “cuma-cuma”,
akan tetapi, perlu ada usaha terlebih dahulu. Dalam ayat tersebut disebutkan
bahwa diantara usaha yang mesti ditempuh jikalau ingin mendapatkan rahmat
53 Q.S Al-Qashash [28]: 73. 54 Q.S At-Taubah [9]: 99.
(surga) Allah Swt tersbut adalah; beriman kepada Allah Swt dan hari akhir dan
menginfakan harta di jalan-Nya.
Adapun mengenai ukuran perbedaan kasih sayang Rahman dan kasih
sayang Rahim Allah Swt, dalam satu hadits Rasulullah Saw menjelaskan:
ص ل ىهللاحع ل يه ي الن ب هحر ي ر ة ،ع ن :ع نأ ب ق ال ن ا اح م إ ن »و س ل م ا أ ز ل ل ائ ح م أ هل ا ،ف ب ا اي ت ع اط فحون ،و ب اي ت ر ام حون ،و ب و ال و امي ائ م و الب ا زس و ال ال ني ة ب ي د و اح الو ح ح اح ات ع
هللاحت سع ح م ،ي رح محب اع ب اد هحي وم الق ي اا ع ل ىو ل د ه ا،و أ خ ر «او ت سع ي "Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat. Dari seratus rahmat
tersebut, hanya satu yang diturunkan Allah kepada jin, manusia, hewan jinak
dan buas. Dengan rahmat tersebut mereka saling mengasihi dan menyayangi,
dan dengan rahmat itu pula binatang buas dapat menyayangi anaknya.
Adapun sembilan puluh sembilan rahmat Allah yang lain, maka hal itu
ditangguhkan Allah. Karena Allah hanya akan memberikannya kepada para
hamba-Nya (yang shalih) pada hari kiamat kelak." 55
Menurut hadits di atas, ukuran perbedaan rahmat Rahim dan rahmat
Rahman Allah Swt itu satu berbanding sembilan puluh sembilan. Hanya satu
rahmat saja yang Allah Swt turunkan kepada seluruh makhluk-Nya di dunia,
namun satu rahmat tersebut mampu memenuhi langit dan bumi, dan seluruh
makhluk saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi sesamanya dengan satu
rahmat tersebut.56 Betapa kita tidak bisa membayangkan bagaimana besar dan
sempurnanya sembilan puluh sembilan nikmat sisanya yang Allah Swt janjikan
kelak di akhrirat.
Baru satu rahmat-Nya saja yang kita rasakan di dunia, namun kita sudah
kewalahan untuk menampungnya, dan bahkan kita tidak dapat menghitung
berapa banyaknya.57 Rahmat tersebut dilimpahkan oleh Allah Swt kepada
seluruh makhluk-Nya tanpa motif tertentu sebagai tuntutannya. Hanya cinta dan
kasih sayang-Nya yang sangat besarlah—wallahu a’lam—yang membuat-Nya
sudi untuk mencurahkan rahmat kasih sayang-Nya tersebut, meskipun
terkadang kita durhaka dan mengingkari pemberiann-Nya tersebut. Dengan
meneliti diri kita sendiri, alam sekitar kita dan kenikmatan yang senantiasa kita
rasakan, seharusnya kita bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa besarnya
cinta Allah Swt senantiasa meliputi kita, kapan dan dimana pun kita berada.
55 Shahih Muslim hadits no. 6908. 56 Lihat, Shahih Muslim hadits no. 6911. 57 Q.S Ibrahim [14]: 34.
MEREKA YANG DICINTAI ALLAH SWT
Tanda-tanda orang yang memperoleh cinta dari Allah Swt dapat kita lihat
dari keimanannya yang terus bertambah dari waktu ke waktu. 58
_Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi_
1) Orang-orang yang Bertaqwa (Muttaqin)
ى ى ائ ائ ەئۉ ې ې ې ې
“Sebenarnya barangsiapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh,
Allah Mencintai orang-orang yang bertakwa.” 59
ک ک گ گ گ گ ڳ ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ
ڱ ں ں ڻ ڻڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ
“kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian
dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan
tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka
terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh,
Allah Menyukai orang-orang yang bertakwa.” 60
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ
ڀ ڀ ڀ ٺٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿٿ ٹ ٹ ٹ
ٹڤ
“Bagaimana mungkin ada perjanjian (aman) di sisi Allah dan Rasul-Nya
dengan orang-orang musyrik, kecuali dengan orang-orang yang kamu telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram
(Hudaibiyah), maka selama mereka berlaku jujur terhadapmu, hendaklah
kamu berlaku jujur (pula) terhadap mereka. Sungguh, Allah Menyukai orang-
orang yang bertakwa.” 61
58 Dr. Al-Buthi, Op. Cit., Hal. 29. 59 Q.S Ali ‘Imran [3]: 76. 60 Q.S At-Taubah [9]: 4. 61 Q.S At-Taubah [9]: 7.
2) Orang-orang yang Berbuat Kebajikan (Muhsinin)
ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہہ ھھ ھ ھ ے ے ۓڻ ڻ ڻ
“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuat baiklah. Sungguh, Allah Menyukai orang-orang yang berbuat baik.” 62
ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹٹ
ٹ ڤ ڤ ڤ
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan.” 63
ىئ ىئ ىئ ی ی ی یجئ حئ مئ ىئ يئ
“Maka Allah Memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di
akhirat. Dan Allah Mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” 64
3) Orang-orang yang Sabar (Shabirin)
ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ھ ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇ
ۋ ۋۅ ۅ ۉ ۉ ې
“Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar
dari peng-ikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena
bencana yang menimpa-nya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak
(pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah Mencintai orang-orang yang
sabar.” 65
62 Q.S Al-Baqarah [2]: 195. 63 Q.S Ali ‘Imran [3]: 134. 64 Q.S Ali ‘Imran [3]: 148. 65 Q.S Ali ‘Imran [3]: 159.
4) Orang-orang yang Tawakal (Mutawakkilin)
پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹٹ ٹ
ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄڃ ڃ ڃ ڃ چ چ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah Mencintai orang
yang bertawakal.” 66
5) Orang-orang yang Adil (Muqsithin)
ٱ ٻ ٻ ٻٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀڀ
ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹڤ ڤ ڤ
ڤ ڦ ڦ
“Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak memakan
(makanan) yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu
(Muhammad untuk meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka
atau berpalinglah dari mereka, dan jika engkau berpaling dari mereka maka
mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Tetapi jika engkau
memutuskan (perkara mereka), maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya
Allah Menyukai orang-orang yang adil.” 67
ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ںڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ
ھ ھے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭڭ ۇ ۇ ۆ ہ ہ ہ ہ ھ ھ
ۆ ۈ
“Dan apabila ada dua golongan orang Mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim
66 Q.S Ali ‘Imran [3]: 159. 67 Q.S Al-Maidah [5]: 42.
terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat
zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan
itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah Mencintai orang-orang yang
berlaku adil.” 68
چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڃ چ چ چ
ڈژ ژ ڑ ڑ ک ک
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak
mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah Mencintai
orang- orang yang berlaku adil.” 69
6) Orang-orang yang Menyucikan Diri (Muthathahhirin)
ڤ ڤ ڦ ڦڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چچ چ
ڇ ڇ ڇ ڇڍ ڍ ڌ ڌ ڎ
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.
Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor.’ Karena itu jauhilah istri pada
waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
Diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah Menyukai orang yang tobat
dan Menyukai orang yang menyucikan diri.” 70
ڻ ڻ ڻڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھھ ھ ھ
ے ےۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ
ۋۅ
“Janganlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-
lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari
pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya.
68 Q.S Al-Hujurat [49]: 9. 69 Q.S Al-Mumtahanah [60]: 6. 70 Q.S Al-Baqarah [2]: 222.
Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah Menyukai
orang-orang yang bersih.” 71
7) Orang-orang yang Taubat (Tawwabin)
ڻ ڻ ڻڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھھ ھ ھ
ے ےۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ
ۋۅ
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.
Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor.’ Karena itu jauhilah istri pada
waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
Diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah Menyukai orang yang tobat
dan Menyukai orang yang menyucikan diri.” 72
MEREKA YANG TIDAK DICINTAI OLEH ALLAH SWT
Dalam Alquran, tidak ada kata “membenci”. Yang ada adalah kata “tidak
mencintai”’. Sebelum kata “yuhibbu”, diawali terlebih dahulu dengan kata
“laa”. “Innallaha laa yuhibbu..” (Sesungguhnya Allah tidak mencintai). Yang
tidak dicintai Allah Swt kadang kala merupakan orang dan kadang pula
perbuatan. 73
_Dr. Yunasril Ali_
1) Orang-orang yang Membuat Kerusakan (Mufsidun)
ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژژ ڑ ڑ ک
ک ک
“Dan apabila dia berpaling (dari eng-kau), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan di bumi, serta merusak tanam-ta-naman dan ternak, sedang Allah
tidak menyukai kerusakan.” 74
71 Q.S At-Taubah [9]: 108. 72 Q.S Al-Baqarah [2]: 222. 73 Yunasril Ali, Op. Cit., Hal. 57. 74 Q.S Al-Baqarah [2]: 205.
ې ې ېى ى ائ ائ ەئ ەئوئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ ۈئۈئ ۉ ې
ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی یجئ حئ مئ ىئ يئ جب حب
مج جح متىت يت جثمث ىثيث حج خبمب ىب يب جت حتخت
جخمح
“Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.”
Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat
disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, padahal kedua tangan Allah
terbuka; Dia Memberi rezeki sebagaimana Dia Kehendaki. Dan (al-Quran)
yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu itu pasti akan menambah
kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami Timbulkan
permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap
mereka menyalakan api peperangan, Allah Memadamkannya. Dan mereka
berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan.” 75
ى ى ائ ائ ەئ ەئوئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئۈئ ۈئ
ېئ ېئ ېئ ىئىئ ىئ ی ی ی یجئ حئ مئ ىئ يئ جب حب
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
Dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di
dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
Berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” 76
2) Orang-Orang yang Zhalim (Zhalimun)
ک گ گ گ گ ڳ ڳڳ ڳ ڱ ڱ
ڱڱ
75 Q.S Al-Maidah [5]: 64. 76 Q.S Al-Qashash [28]: 77.
“Dan adapun orang yang beriman dan melakukan kebajikan, maka Dia
akan Memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna. Dan Allah tidak
menyukai orang zalim.” 77
ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇۋ ۋ ۅ ۅ ۉ
ۉ ې ې ې ې ى ى ائائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ
“Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun
(pada Perang Badr) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu, Kami Pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran), dan agar Allah Membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu Dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim.” 78
ھ ھ ے ےۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi
barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat)
maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak Menyukai orang-orang
zalim.”79
3) Orang-orang Kafir (Kafirun)
ڇ ڇ ڇ ڇڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ
“Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu
berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” 80
ڄ ڄ ڄ ڃڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ڇ ڇ
ڇ ڍ ڍ ڌڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ
“Barangsiapa kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat)
kekafirannya itu; dan barangsiapa mengerjakan kebajikan maka mereka
menyiapkan untuk diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan), agar
Allah Memberi balasan (pahala) kepada orang-orang yang beriman dan
77 Q.S Ali ‘Imran [3]: 57. 78 Q.S Ali ‘Imran [3]: 140. 79 Q.S Asy-Syura [42]: 40. 80 Q.S Ali ‘Imran [3]: 32.
mengerjakan kebajikan dari karunia-Nya. Sungguh, Dia tidak menyukai
orang- orang yang ingkar (kafir).” 81
ڌ ڌ ڎ ڎ ڈڈ ژ ژ ڑ ڑ ک ک ک
“Allah Memusnahkan riba dan Menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.” 82
4) Orang-orang yang Melampaui Batas (Mu’tadun)
وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئېئ ېئىئ ىئ ىئ
ی ی
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” 83
ک گ گ گ گ ڳ ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ ڱڱ ں ں ڻ ڻ
ڻ ڻ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan
apa yang baik yang telah Dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” 84
ہ ہ ھ ھھ ھ ے ے ۓ ۓ
“Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan rendah hati dan suara yang
lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” 85
81 Q.S Ar-Rum [30]: 44-45. 82 Q.s Al-Baqarah [2]: 276. 83 Q.S Al-Baqarah [2]: 190. 84 Q.S Al-Maidah [5]: 87. 85 Q.S Al-A’raf [7]: 55.
5) Orang-orang yang Berkhianat (Khainun)
ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹٹ
“Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
selalu berkhianat dan bergelimang dosa.” 86
ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ
“Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya)
pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu
kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang
yang berkhianat.” 87
ی ی ی جئ حئ مئىئ يئ جب حب خب مب ىب يب جت
“Sesungguhnya Allah Membela orang yang beriman. Sungguh, Allah
tidak Menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat.” 88
6) Orang-orang yang Berlebih-lebihan (Musrifun)
ں ں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ
ہ ھ ھ ھ ھے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ
ۇ ۇۆ ۆ ۈۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ
“Dan Dia-lah yang Menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan
yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa
(rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya
(zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” 89
86 Q.S An-Nisa’ [4]: 107. 87 Q.S Al-Anfal [8]: 58. 88 Q.S Al-Hajj [22]: 38. 89 Q.S Al-An’am [6]: 141.
ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀڀ ٺ ٺ ٺ
ٺٿ
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh,
Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan.” 90
7) Orang-orang yang Sombong lagi Membanggakan Diri
(Mutakabbirun, Mukhtal, Fakhur)
ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہہ ھ ھ ھ ھ ے
“Tidak diragukan lagi bahwa Allah Mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang yang sombong.” 91
ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ ڱڱ ں ں ڻ ڻ ڻ
ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ
ھ ے ےۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga
jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” 92
حب خب مب ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی یجئ حئ مئ ىئ يئ جب
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” 93
90 Q.S Al-A’raf [7]: 31. 91 Q.S An-Nahl [16]: 23. 92 Q.S An-Nisa’ [4]: 36. 93 Q.S Luqman [31]: 18.
ۈئ ۈئ ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ وئۇئ ۇئ ۆئ ۆئ
ېئ ېئ
“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan
tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang Diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” 94
8) Orang-orang yang Terlalu Bangga (Farihun)
ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ےے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ
ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅۅ ۉ ۉ ې ې ې ې
“Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim
terhadap mereka, dan Kami telah Menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata
kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang membanggakan diri.” 95
9) Orang-orang yang Menampakan Perkataan Keburukan (Al-
Jahr bis-Suu’)
ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀڀ ڀ ٺ ٺ ٺ ٺ
“Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus
terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.” 96
94 Q.S Al-Hadid [57]: 23. 95 Q.S Al-Qashash [28]: 76. 96 Q.S An-Nisa’ [4]: 148.
CINTA MANUSIA KEPADA ALLAH SWT
Ruh manusia, apapun bentuknya, akan cenderung kepada yang dicintai, yang
diyakini paling indah tiada duanya, yaitu Allah Swt… Semua bentuk
keindahan yang tersebar dimuka bumi ini menjadi nisbi, sebab semuanya
muncul setelah keindahan-Nya. 97
_Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi_
Puncak cinta pada manusia serta cinta yang paling luhur, suci dan bersifat
spiritual adalah cinta manusia kepada Allah Swt dan kerinduan hebat untuk
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.98 Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyatakan
bahwa cinta kepada Allah Swt merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling
penting. Tidak ada kebahagiaan, kepuasan, dan kenikmatan bagi hati kecuali
dengan mengabdi dan menjadikan-Nya sebagai satu-satunya puncak pencarian,
serta lebih mencintai-Nya dari setiap hal selain-Nya. Hal itu dikarenakan seluruh
makhluk, baik itu malaikat, manusia, jin ataupun makhluk lainnya, semuanya
fakir dan senantiasa mengharapkan sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat
baginya dan menolak madlarat darinya. Semua itu tidak akan terwujud, kecuali
dengan pertolongan Dzat Mahakuasa dan Mahakaya yang mampu menda-
tangkan manfaat dan menolak madlarat; Allah swt.99 Hal ini sebagaimana yang
Allah Swt nyatakan:
ۀ ہ ہ ہ ہ ھھ ھ ھ ے ے ۓ
“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah (faqir); dan Allah
Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” 100
Demikian juga Ibnu Taimiyyah menyatakan—sebagaimana di kutip oleh
Dr. Najati—bahwa hati manusia itu membutuhkan Allah dari dua segi. Pertama,
dari segi ibadah, ini merupakan alasan puncak. Kedua, dari segi permohonan dan
tawakal, dan ini merupakan alasan aktif. Oleh karena itu, hati manusia tidak akan
menjadi baik, tidak akan berbahagia, tidak akan merasakan kenikmatan,
kegembiraan, kelezatan, kesenangan, ketenangan, dan ketentraman, kecuali
dengan mengibadahi dan mencintai Allah Swt serta kembali kepada-Nya.101
Alquran menyatakan bahwa cinta kepada Allah ini merupakan pendorong
baginya untuk senantiasa ta’at kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta kepada Allah
97 Dr. Al-Buthi, Op. Cit., Hal. 39. 98 Dr. Muhammad Utsman Najati, Op. Cit., Hal. 134. 99 Lihat, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Ighatsah Al-Lahfan fi Mashayid Asy-Syaithan, (ttp.: Dar
‘Ilm Al-Fawa’id, tth.), Hal. 39. 100 Q.S Fathir [35]: 15. 101 Ahmad bin Taimiyyah, Al-Ubudiyyah, (Beirut: Al-Maktabah Al-Islami, Cet. Ke-6, 1983), Hal.
108. Dikutip dari buku, Dr. Muhammad Utsman Najati, Op. Cit., Hal. 137.
ini tumbuh bersamaan dengan keta’atan, zikrullah, dan senantiasa merasa
diawasi, yang akhirnya melahirkan ketundukan dan penghambaan kepada-Nya.
Di antara ayat Alquran yang menceritakan tentang cinta manusia kepada Allah
ini adalah:
چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎڈ ڈ ژ ژ
ں ...ڑ ڑک
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah
sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang
-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah..” 102
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃڃ چ چ چ چ
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” 103
ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ڱ ڱ ں ں ڻ
ھ ھ ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ
ۋۅ ۅ ۉ ۉ ې
“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang
murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan Mendatangkan suatu
kaum, Dia Mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap
lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang Diberikan-
Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya), Maha Mengetahui.” 104
Rasulullah Saw juga menyatakan bahwa iman—yang merupakan obat
penentram bagi hati manusia—tidak akan terasa manisnya kecuali dengan
mendahulukan Allah Swt dan rasul-Nya Saw sebagai yang dicintai dari pada
102 Q.S Al-Baqarah [2]: 165. 103 Q.S Ali ‘Imran [3]: 31. 104 Q.S Al-Maidah [5]: 54.
selain keduanya.105 Oleh karena itu, cinta kepada Allah merupakan kebutuhan
yang mendesak dan tujuan pokok bagi setiap mukmin. Oleh karena cinta ini
sangat penting adanya, tentunya kita harus sekuat tenaga mengarahkan dan
menghadapkan hati kita untuk senantiasa mencintai-Nya. Tidak hanya dalam
ranah ibadah saja, dalam setiap aspek kehidupan kita—jika memang ingin
merasakan ketenangan hati—tentunya kita harus senantiasa menjaga hati kita
supaya tidak melepaskan cinta ini.
Dr. Al-Buthi memaparkan tiga cara supaya kita bisa menanamkan cinta
kepada Allah Swt.106 Pertama, berkumpul dengan orang shaleh dan para ulama
yang yang hatinya bersih, dan selalu menyibukan diri dengan beribadah kepada
Allah Swt, serta bisa mengajak dan mengajarkan kita untuk lebih mengenal Allah
Swt. Dengan demikian, cinta kita kepada-Nya akan tumbuh seiring berjalannya
waktu—insyaAllah. Yang kedua adalah, berusaha sekuat mungkin untuk
menjauhi perkara-perkara haram, karna setiap perkara haram yang menempel
dalam tubuh kita akan membuat hati dan kepala kita menjadi keras melebihi
kerasnya naluri binatang. Orang yang terus menerus berhubungan dengan yang
haram, lambat-laun imannya akan tercabut dari dadanya sehingga habis tek
tersisa—na’udzubillah. Yang ketiga, senantiasa merasakan dan memikirkan
bahwa setiap nikmat yang kita rasakan datangnya dari Allah Swt, dan hanya Allah
yang dapat mendatangkannya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah Saw:
اي غذحوكحمب ه ا نز عم أ بوااهل ل م ..أ ح
“Cintailah Allah Swt karna Dia yang melimpahkan nikmat kepada
kalian..”. 107
Sejatinya, seluruh kenikmatan yang kita rasakan merupakan sebagian dari
pemberian Allah Swt. Orang yang mencintai kenikmatan yang ia dapati tanpa
menisbahkan kepada Allah Swt adalah orang yang bodoh dan tidak mengenal
hakikat nikmat tersebut. Seluruh keindahan yang kita lihat dan rasakan di dunia
ini hakikatnya merupakan keindahan Allah Swt, karna Dia-lah yang
menciptakannya dan yang menciptakan keindahan di hati kita tatkala kita
melihat keindahan tersebut. Jadi, sungguh tidak ada alasan untuk tidak
mencintai Allah Swt.
Apabila manusia telah bisa menanamkan cinta yang sebenar-benarnya
kepada Allah Swt, maka manusia tersebut akan dengan tulus menjalankan apa
105 Lihat, Shahih Al-Bukhari hadits no. 16, 21, dan 6941. Shahih Muslim hadits no. 67-68. Sunan
At-Turmidzi hadits no. 2624 (At-Turmudzi: Hasan Shahih) . Sunan An-Nasa’i hadits no. 4987-4989 (Al-Albani: Shahih).
106 Dr. Al-Buthi, Op. Cit., hal. 50-55. 107 Sunan At-Tirmidzi no. 3789
yang diperintahkan oleh-Nya begitu juga menjauhi apa yang dilarang-Nya. Tidak
hanya menjalankan yang wajib, tapi senantiasa mendekatkan diri dengan
amalan-amalan sunnah dan menjauhi perkara-perkara mubah yang tak
berfaedah. Komitmen berpegang kepada Alquran dan Assunnah pun akan
bertambah pula seiring bertambah cinta kepada-Nya.108 Cinta ini juga akan
menuntut manusia untuk menjauhi hal-hal yang berbau dosa dan maksiat, karna
dia tahu bahwa prilaku tersebut dapat menjauhkan dia dari Allah Swt. dengan
demikian, cinta manusia kepada Allah Swt bagaikan cahaya terang benderang
yang senantiasa menerangi jalan hidupnya menuju puncak pencarian cinta;
pertemuan dengan Allah Swt.
108 Perhatikan, Q.S Ali ‘Imran [3]: 31.