Perubahan Psikologis Nifas
-
Upload
iiaa-riia-yasaigakiraidesu -
Category
Documents
-
view
100 -
download
3
description
Transcript of Perubahan Psikologis Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2007, angka
kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Survey yang sama ahun 2012
mennjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
kematian ibu(AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari
390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 unuk
pertama kalinya AKI melonjak.
Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG.
SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1000 kelahiran hidup, turun sedikit
dibandingan 2007, yaitu yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup ( BKKBN dan BPS,
2012).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor-
factor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi.
Penyebab komplikasi obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat
ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001,
penyebab obstetrik langsung sebesar 90%, sebagian besar perdarahan (28%),
eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa
kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (KEK) 37%.
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan 40-60%,
infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%
disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum
dan perdarahan postpartum. Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi
karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang
baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi
1
obstetrik. Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pascapersalinan
memperbesar kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita
berkurang. (Chalik TMA, 1997).
Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya yang
bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60% dari kematian ibu adalah akibat
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca
persalinan (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).
Dari uraian di atas bahwa salah satu faktor peningkatan AKI adalah
ketika wanita dalam masa nifas, dimana pada masa nifas ini rentan sekali terjadi
perdarahan dan infeksi sehingga perlu dilakukan pengkajian secara intensif pada
masa tersebut.
Dalam memberikan pelayanan pada fase nifas, seorang bidan
menggunakan asuhan berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual,
kesejahteraan social ibu, serta memberikan pendidikan dan penyuluhan secara
kontinu. Melalui proses pemantauan dan asuhan diharapkan bisa mencegah atau
bahkan menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi.
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang
dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan
tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan
stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana
pada fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga
dibutuhkan adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama
yang berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan
dan perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu.
2
Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan
pengarahan dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya
diri ibu. Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu
nifas agar kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi
psikopatologis (Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien nifas dengan kasus depresi post partum menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada NY “A”
dengan nifas depresi post partum.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar yang sudah
dikaji pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah
potensial pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada
NY “A” dengan nifas depresi post partum.
5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada NY “A”
dengan nifas depresi post partum.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah
dibuat pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan
pada NY “A” dengan nifas depresi post partum.
3
1.3 Manfaat
1. Mengasah keterampilan mahasiswa dalam melakukan pendokumentasian
menggunakan 7 langkah varney.
2. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan depresi post
partum.
3. Mengetahui penatalaksanaan pada ibu nifas dengan depresi post partum.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
a. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari, 2000).
b. Masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir kira – kira 6 minggu.
Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan. ( Hanifah Wiknjosastro, 2006).
c. Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
( menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pascapartum berlangsung
selama 6 minggu. (Helen Varney, 2007).
Dari berbagai pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa masa nifas adalah
masa dimana setelah kelahiran sampai terjadinya pemulihan alat – alat reproduksi
wanita seperti tidak hamil berkisar selama 6 minggu.
2.2 Konsep Dasar Perubahan Psikososial Dalam Masa Nifas
a. Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka
sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah
kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan
oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan
cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan
dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.
5
Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu
arah yang bisa diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi
belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang
tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang,
perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai
satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi
(suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
b. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah,
orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu
perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-
istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi
yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi
lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira
selama 2 bulan.
6
c. Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan
menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila
perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang
meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi
yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat
dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya,
antara lain:
1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak
idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis
kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang
pdibadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki
banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk
aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan
bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat.
4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai
untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua
7
anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima
kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan
tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi.
Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana
cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.
2.3 Adaptasi Perubahan Psikologis Peran Pada Masa Nifas
a. Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :
1. Fase dependent
a) Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat
menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari
ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam
penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3
hari. Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah,
ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan
bayinya dan menciptakan hubungan yang baru
b) Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
c) Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan
masa nifas selanjutnya dengan baik
d) Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi
bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses
masa nifas.
8
2. Fase independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari
pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai
muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu
sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin
melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar
mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini
sebagai fase taking hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan
dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat
karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat
pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin
terjadi.
Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya,
sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada :
a) Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah
mempunyai pengalaman mengasuh anak
b) Wanita karir
c) Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi
suka dan duka
d) Ibu dengan anak yang sudah remaja
e) Single parent
3. Fase interdependent
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh
terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan
mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi
9
dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan
seluruh anggota keluarga, tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan salah
satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya, ibu begitu
sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri
pada diri suami atau anak yang lain.
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masing-
masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat
menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi
sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.
b. Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
1. Taking In
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung 2-3 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir. Ketidaknyamanan fisik yang sering dialami ibu pada
fase ini adalah rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
2. Taking Hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase ini, timbul rasa khawatir pada ibu akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
10
3. Letting Go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran bayinya. Fase ini
berlangsung setelah 6 hari. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa
ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi (Persis Mary H, 1995).
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu
memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
2.4 Keadaan Abnormal Pada Psikologi Ibu Nifas
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis
seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.
a. Baby Blue (Post Partum Blues)
Post Partum Blues merupakan suatu fenomena psikologis yang dialami
oleh ibu dan bayinya. Biasanya tejadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum.
Angka kejadiannya 80% dari ibu post partum mengalaminya, dan berakhir
beberapa jam/hari.
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya
hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak
kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Sedih
2. Cemas tanpa sebab
3. Menangis tanpa sebab
4. Tidak sabar
5. Tidak percaya diri
6. Sensitif
7. Mudah tersinggung (iritabilitas)
8. Merasa kurang menyayangi bayinya
11
Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental
yang ringan. Oleh sebab itu, sering tidak diperdulikan sehingga tidak
terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal ini
dianggap enteng, keadaan ini bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu
sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum.
Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan.
Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka sendiri tidak mengetahui
penyebabnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan post partum blues, antara lain :
a) Faktor hormonal
Perubahan kadar estrogen dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi
hormonal dalam tubuh. Kadar hormone kortisol (hormone pemicu stress)
pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang mengalami depresi.
Disaat yang sama, hormone laktogen dan prolaktin yang memicu produksi
ASI sedang meningkat. Sementara pada saat yang sama kadar progesterone
sangat rendah. Pertemuan kedua hormone ini akan menimbulkan keletihan
fisik pada ibu dan memicu depresi. Factor hormonal in meliputi :
1) Faktor demografik, seperti faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua.
2) Pengalaman proses kehamilan dan persalinan.
3) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan
dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
b) Faktor psikologis
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua
perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu
yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan
perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai dengan
harapannya juga bisa memicu baby blues.
12
c) Faktor fisik
Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui,
memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak
jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada
bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
d) Faktor social
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi
kini gaya hidupnya akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan
dan merasa kaan terasa terikat terus pada si kecil.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post
partum blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga
dan teman dekatnya.
Peran bidan dalam mengatasi post partum blues:
a) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya
menjalin kasih sayang dengan bayinya
b) Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa
yang akan dating
c) Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti:
1) Perilaku negatif orang tua
2) Sikap verbal dan nonverbal
3) Interaksi yang tidak mendukung (tidak menyentuh bayinya)
4) Ucapan kekecewaan/merendahkan
d) Upaya memperkokoh hubungan bayi dengan orang tuanya (seperti
menggendong, mengajak bayinya bercerita, dan sebagainya)
13
e) Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan
komentar positif tentang bayinya
f) Berikan anjuran-anjuran/advice pada ibu dan keluarga , seperti:
1) Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak perlu ditahan-
tahan. Ingin menangis, marah, lebih baik dekspresikan saja
2) Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup (kalau ada
kesempatan gunakan untuk tidur, walaupun hanya 10 menit)
3) Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai pasti berlalu. Rasa
sakit setelah melahirkan pasti akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal
memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun akan
berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang
“menjengkelkan”, beberapa bulan lagi akan menjadi bayi mungil yang
menakjubkan, dan lain-lain
4) Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu
mengurus si kecil
5) Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat dan tidur yang
cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan
pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan
tenaga yang seolah terkuras habis
6) Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang mengandung
kafein, karena kedua makanan ini berfungsi untuk memperburuk depresi
7) Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat
dan segar
8) Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya, dukungan
dari mereka bisa membantu mengurangi depresi
b. Depresi postpartum
depresi post partum terjadi dalam 10- 15 % wanita pada populasi umum.
Depresi post partum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah
14
melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Masa pasca
melahirkan adalah wktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan
penyakit kejiwaan.wanita yang menderita 1 episoda depresi mayor setelah
melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%. Biasanya, depresi pasca
melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca
melahirkan, meskipun gangguan tersebut memiliki onset yang lebih akut.
Depresi post partum lebih persistent daripada post partum blues.(Cockburn J.
and Pawson; 2007)
Depresi post partum dipengaruhi oleh beberap factor antara lain (Andri,
2011):
1. Biologis. Factor biologis djelaskan bahwa depresi post partum sebagai akibat
kadar hormone seperti estrogen, progesterone dan prolaktin yang tinggi atau
terlalu rendah pada masa nifas atau mungkin perubahn hormone tersebut terlalu
cepat atau terlalu lamabat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
3. Faktor umur. Sebagian masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi
seorang perempuan untuk melairkan adalah usia antara 20-30 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu.faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu.
4. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada
perempuan primipara, mengingat bahwa seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stress.
5. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi
tekanan social dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang
memiliki dorongan untuk bekerja atau melakkan aktifitasnya di luar rumah,
15
dengn peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak
mereka.
6. Faktor selama proses persalinan. Semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, mak akan semakn besar pual trauma psikis
yang muncul dan kemungkinan perempuan tersebut akan menghadapi depresi
pascasalin.
7. Faktor dukungan social. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat
kehamilan, persalinan dan pascasalinan sedikitnya akan mengurangi beban ibu
karena kehamilannya.
Faktor lain yang dapat menyebabkan depresi, yaitu:
1. Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan kurang istirahat,
seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi
normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat melahirkan
2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan tidak
percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang baru
sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua pekerjaan yang ada
3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam
rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa berkewajiban untuk
menjadi super women yang tidak realistis dan sulit dicapai, malahan akan
menambah stress yang ada
4. Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri akan figure
tubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri sebelum
kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik
5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu
sebagaimana yang dapat dilakukan sebelum dan selama kehamilan, harus
tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, juga kekurangan waktu
probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir.
16
Gejala-gejala depresi post partum, antara lain :
1. Perasaan sedih, tidak berdaya dan galau
2. Sering menangis
3. Tidak ada energy dan motivasi hidup
4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
5. Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
6. Sulit untuk fokus, mengingat atau mengambil keputusan
7. Rasa tidak berharga dan bersalah
8. Kehilangan semangat atau kenyamanan dalam beraktifitas
9. Menjauhkan diri dari teman atau keluarga
10. Sakit kepala, nyeri di dada, jantung berdebar-debar dan nafas cepat
Setelah melahirkan, gejala lain dari depresi dapat termasuk ketakutan untuk
menyakiti bayi dan dirinya sendiri (rasa ingin bunuh diri) dan tidak ada
ketertarikan pada bayi.
Peran Bidan
1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya
menjalin kasih sayang dengan bayinya
2) Berikan dukungan emosional dan spiritual
3) Lakukan kolaborasi untuk perawatan depresi, seperti:
a) Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja
sosial untuk mengubah apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan
oleh ibu akibat menderita depresi.
b) Obat medis. Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter. Sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi sebaiknya didiskusikan benar, obat
mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu
menyusui.
4) Berikan konseling (advice) kepada pasien, seperti :
a) Banyak istirahat sebisanya (tidurlah selama bayi tidur).
17
b) Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri.
Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah.
Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian.
c) Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan
pemberian makan pada waktu malam hari. Mintalah pada suami untuk
mengangkat bayinya untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat
menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila
memungkinkan, carilah tenaga bantuan dari teman, keluarga atau tenaga
professional untuk membantu selama diperlukan.
d) Bicarakan dengan suami, keluarga,dan teman mengenai perasaan yang
dimiliki.
e) Jangan sendirian dalam jangka waktu lama. Berdandan dan keluarlah
dari rumah. Pergilah atau jalan-jalan ke suatu tempat untuk merubah
suasana hati
f) Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat bertukar pikiran dansharing
pengalaman.
g) Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastic, seperti pindah
kerja, pindah rumah, ganti pasangan hidup, dan lain-lain
h) Bila ada perubahan drastic yang tidak dapat dielakkan, buatlah
persiapan yang matang
Dampak depresi pada bayi
Stress serta sikap tidak tulus ibu yang terus menerus diterima oleh bayi
kelak bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,
cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang juga
merugikan adalah anak cenderung mudah sakit.
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
merawat bayinya. Ia dapat kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar
terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan
18
perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa bersalah dan
kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasan
ini dapat memperburuk kondisi depresinya.
Pendapat para ilmuwan bahwa ini dapat mempengaruhi kemampuan bayi
dalam perkembangan bahasanya, dalam kedekatan emosionalnya dengan orang
lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah, masalah tidur dan
distress. Adanya gangguan pemberian ASI sehingga pemberian nutrisi bayi
menjadi terganggu. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat
dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI selama 10-20
menit tiap 2 hingga 3 jam sekali.
c. Post Partum Psikosis
Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya
dimulai pada minggu ketiga dalam 6 minggu setelah melahirkan. Para wanita
yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih berat adalah mereka yang
kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang mempunyai masalah-
masalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum psikosis.
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi
dalam masa kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul
beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum. Gejala psikosis post partum
sebagai berikut:
1. Gaya bicara keras
2. Menarik diri dari pergaulan
3. Cepat marah
4. Gangguan tidur
Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
1. Pemberian anti depresan
2. Berhenti menyusui
3. Perawatan di rumah sakit
19
Gejala :
1. Halusinasi
2. Gangguan saat tidur
3. Perilaku yang kurang wajar
Etiologi :
1. Perubahan tingkat hormonal
2. Stres psikologis dan fisik
3. Sistem pendukung yang tidak memadai
Sering dialami :
1. Ibu yang mengalami abortus
2. Kematian bayi dalam kandungan
3. Kematian bayi setelah lahir
2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi
orang tua pada masa post partum, adalah :
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
b. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
d. Pengaruh budaya
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “J”
POST PARTUM HARI KELIMA DENGAN DEPRESI POST PARTUM
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG
TANGGAL 21 OKTOBER 2013
Hari/Tanggal pengkajian : 21 Oktober 2013
Jam : 10.00 wita
Tempat : Di ruang Nifas, Puskesmas Tanjung Karang
I. PENGKAJIAN DATA
DATA SUBYEKTIF
A. Identitas
Identitas klien
Nama pasien : Ny “J” Nama suami : Tn “M”
Umur : 22 Tahun Umur : 25 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak / Indonesia Suku/bangsa : Sasak
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan Travel Pekerjaan : Karyawan
Supermarket
Alamat : Tanjung Karang Alamat : Tanjung Karang
21
B. Keluhan utama / alasan kunjungan :
Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober
2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal
tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang,
mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas
beraktifitas dan sakit kepala
C. Riwayat perjalanan penyakit/alasan kunjungan :
Ibu datang ke Puskesmas Tanjung Karang pada tanggal 21 Oktober
2013 pada pukul 10.00 wita. Ibu mengatakan telah melahirkan normal
tanggal 15 Oktober 2013 pukul 23.35 wita di Puskesmas Tanjung Karang,
mengeluh kelelahan karena kurang tidur, tidak ada nafsu makan, malas
beraktifitas dan sakit kepala
D. Riwayat kesehatan yang lalu :
Riwayat penyakit menular/keturunan :
Ibu mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit berat yang
membuat ibu dirawat d rumah sakit
E. Riwayat kesehatan keluarga :
1. Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar dalam
keluarga
2. Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak pernah menderita
penyakit yang membuat keluarga ibu dirawat di rumah sakit
F. Riwayat menstruasi :
Menarche : 14 hari
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Disminorhe : Tidak
Flour albus : Tidak
22
G. Status perkawinan
Menikah : 1x menikah, sah
Lama : ± 1 tahun
Umur pertama kali menikah
Suami : ± 24 tahun
Istri : ± 21 tahun
H. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Yang Lalu
Ibu mengatakan ini merupakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran
Riwayat KB : belum pernah menggunakan KB
Rencana KB : IUD / Spiral
I. Keadaan psikologi : Ibu mengatakan ia dan suami/keluarga sangat bahagia
dengan kelahiran bayinya namun khawatir dengan
bayinya
J.Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi (makan dan minum)
Makan Selama hamil Setelah melahirkan
Komposisi Nasi, sayuran, ikan
(lauk-pauk), kadang-
kadang buah
Nasi, sayuran, kerupuk
Porsi 1 piring ½ piring - 1 piring
Frekuensi 3 - 4x sehari 1-2x sehari
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Minum Selama hamil Setelah melahirkan
Komposisi Air putih, teh, kopi Pocari sweat, air putih
Banyaknya 1 gelas 5 gelas
Minuman pantangan Tidak ada Tidak ada
23
2. Eliminasi
BAB Selama hamil Setelah melahirkan
Frekuensi 1x sehari 2x sehari
Penyulit Tidak ada Tidak ada
BAK Selama hamil Setelah melahirkan
Frekuensi >5x sehari 3x
Penyulit Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat/tidur
Selama hamil Setelah melahirkan
Siang ± 1-2 jam -
Malam ± 7-8jam ±2 jam
4. Aktivitas sehari-hari : Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga yang
kegiatan sehari-harinya mencuci, menyapu,
memasak, dll. kadang di bantu keluarga (selama
hamil) dan setelah melahirkan belum mulai
beraktivitas.
DATA OBYEKTIF
K. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmhg
24
Pernafasan : 22 x/ menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,7 0 C
L. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
Wajah : simetris, tidak ada odema.
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan lymfe
serta tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : terdapat hiperpigmentasi areola, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling,
nyeri tekan, pengeluaran kolostrum( - ).
Abdomen : simetris, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di
bawah pusat, kandung kemih kosong.
Ekstremitas atas : kuku tidak pucat, dan tidak odema
Ekstremitas bawah : kuku tidak pucat, dan tidak odema, serta tidak
ada varices, tidak ada tanda Hoffman.
Genitalia : perineum utuh, terdapat pengeluaran lochea
serosa (berwarna merah kecoklatan), dan
konsistensi cair dan
tidak berbau.
M. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan pemeriksaan
25
INTERPRETASI DATA DASAR DAN IDENTIFIKASI MASALAH
a. Diagnosa : P1A0H1 dengan post partum normal hari kelima
Data subyektif :
Ibu mengatakan melahirkan yang pertama tanggal 15 Oktober 2013 pukul
23.30 wita, jenis kelamin perempuan, dengan BB=2700 gr, PB=50cm.
Data obyektif :
1) k/u ibu baik, kesadaran composmentis, TD = 120/80 mmHg, N = 84 x/m,
R = 22 x/m, S = 36,7 oC.
2) TFU 1 jari dibawah simfisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong, lochea tidak berbau.
b. Masalah : Ketidaknyamanan
Dasar : Ibu mengatakan kelelahan karena kurang tidur, tidak ada
nafsu makan, malas beraktifitas dan sakit kepala.
Kebutuhan : Menjelaskan tentang penyebab ketidaknyamanan dan cara
mengatasinya.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Depresi Post Partum
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Mandiri : Perawatan Depresi Post Partum
Kolaborasi : Perawatan dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
Rujukan : Tidak ada
IV. RENCANA ASUHAN MENYELURUH
1. Lakukan inform concent
2. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
26
3. Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan merupakan
tanda atau gejala depresi pasca persalinan
4. Lakukan perawatan depresi post partum. Kolaborasikan dengan dokter
5. Berikan penyuluhan tentang pendidikan kesehatan, seperti:
1) Jelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
2) Jelaskan pada ibu untuk perbanyak minum air putih
3) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif
4) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
5) Anjurkan ibu eliminasi dan personal hygiene
6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada ibu nifas
7. Ingatkan kembali ibu untuk minum vitamin yang diberikan sesuai anjuran
V. PELAKSANAAN ASUHAN
Tanggal : 20 Oktober 2013
jam : 10.00 Wita
1. Melakukan inform concent
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum
ibu dan bayi baik, tekanan darah 100/70 mmHg , suhu 36,7 ºC, nadi 84 x/
menit, respirasi 22 x/ menit
3. Menjelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan adalah
tanda atau gejala depresi pasca persalinan, dan itu merupakan perubahan
psikologi yang tidak normal pada masa nifas
4. Melakukan perawatan depresi post partum berkolaborasi dengan dokter
5. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasi ketidak nyamanan
yang dirasakan yaitu:
1) Menjelaskan pada ibu tentang makanan yang dikonsumsi pada saat
menyusui harus cukup/lebih banyak dari sebelumnya dan memenuhi
27
syarat 4 sehat 5 sempurna seperti Nasi, sayur, ikan, tahu/tempe dan susu
(jika ada).
2) Menjelaskan pada ibu untuk mempbanyak minum air putih, karena
manfaat air putih itu sendiri dapat menjaga kesegaran tubuh.
3) Menjelaskan pada ibu tentang ASI Eksklusif, memberikan ASI pada
bayinya sesering mungkin bila bayi lapar dan minimal setiap 2 jam , bila
bayi tidur dibangunkan bila sudah waktunya menyusu dan menganjurkan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu memberikan
hanya ASI saja selama 6 bulan tanpa memberikan makanan atau
minuman apapun kecuali obat bila bayinya sakit.
4) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Manfaatkan waktu tidur
bayi untuk istirahat.
5) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil agar kandung kencing ibu tidak
penuh karena bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan mengganggu
pemulihan tubuh ibu. Selain itu ibu juga harus mengganti pembalut
apabila pembalut sudah penuh atau sehabis BAB/ BAK. Mengajarkan ibu
cara cebok yang benar yaitu mencuci bagian depan dulu (daerah
kemaluan ibu) kemudian mencuci bagian belakang (anus).
6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya atau komplikasi pada Ibu
nifas yaitu seperti perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina,
lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu
makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan.
7. Mengingatkan ibu kembali untuk minum vitamin A 1x1, Sf( tablet penambah
darah) 1x1.
VI. EVALUASI
Tanggal 21 Oktober 2013, 10.25 wita
1. Ibu bersedia melakukan inform concent
2. Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan
28
3. Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa dirinya sedang mengalami
depresi pasca persalinan
4. Ibu bersedia menerima perawatan depresi post partum.
5. Ib mengerti penjelasan yang diberikan bidan tentang:
1) Nutrisi ibu menyusui
2) Manfaat air putih
3) ASI eksklusif
4) Istirahat cukup
5) Eliminasi dan personal hygiene
6) Tentang obat yang diberikan.
6. Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tentang tanda-tanda bahaya
pada Ibu nifas yaitu perut terasa lembek, keluar darah banyak dari vagina,
lochea/darah nifas berbau busuk, ibu demam tinggi, mual muntah, nafsu
makan berkurang, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, pusing berlebihan dan
bersedia melakukan kunjungan bila terdapat tanda- tanda tersebut.
7. Ibu bersedia mengerti dan bersedia meminum vitamin dengan teratur.
29
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai
dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan
tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan
stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting, dimana pada
fase ini, ibu nifas cenderung menjadi orang yang sensitive, sehingga dibutuhkan
adanya pengertian dari pihak suami dan keluarga terdekat, terutama yang
berkaitan dengan tanggung jawab keluarga atas kelahiran bayi. Dorongan dan
perhatian suami dan anggota keluarga lain menjadi dukngan positif bagi ibu.
Selain itu, peran bidan, terutama berkaitan dengan memberikan pengarahan
dan bimbingan kesehatan ibu dan bayi akan menambah rasa percaya diri ibu.
Peran bidan tidak hanya sampai disitu saja, tetapi juga membimbing ibu nifas agar
kondisi dan kehidupan psikologis ibu nifas tdak berubah menjadi psikopatologis
(Janiwarty, B., dan Pieter, H. Z., 2013).
3.2 Saran
Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi, maka setiap
mahasiswa kesehatan dan petugas kesehatan harus mengetahui dan memahami
pengertian masa nifas, konsep dasar perubahan psikososial pada masa nifas,
adaptasi perubahan psikologis masa nifas, gangguan- gangguan dan cara
mengatasinya, agar resiko dan komplikasi- komplikasi khususnya yang
berhubungan dengan psikologis bisa dihindari atau ditangani.
30
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Cunningham, F Gary. 2005. Obstetri william Edisi 21. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta, JNPKKR_POGI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.
Departemen Kesehatan RI (2003). Standar Asuhan Kebidanan bagi Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Buku IV Asuhan Kebidanant Post Partum. Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (p: 87-96).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (p: 63- 69)
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (p: 85-100)
Akhyar, Yayan. 2008. Perdarahan postpartum. Dalam http:/www.wordpress.com.
Anggraini,Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
31