PERTUMBUHAN EKONOMI

17
PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN PENGANGGURAN 1. PERTUMBUHAN EKONOMI 1.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi Negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk Negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi. Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi juga mungkin saja bernilai negatif. Pada umumnya, semua teori dan model yang dikemukakan oleh para pelopor teori ekonomi di atas bertujuan menjelaskan dan “menyarankan” tentang bagaimana mengelola sumber daya (manusia, alam dan teknologi) agar perekonomian 1

Transcript of PERTUMBUHAN EKONOMI

Page 1: PERTUMBUHAN EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, DAN PENGANGGURAN

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

1.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti

(dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan

tertentu. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output

(pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat

pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar

ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi Negara

yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya, sementara itu untuk

Negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi.

Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan ekonomi

mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke

periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase

dan bernilai positif, tetapi juga mungkin saja bernilai negatif.

Pada umumnya, semua teori dan model yang dikemukakan oleh para pelopor

teori ekonomi di atas bertujuan menjelaskan dan “menyarankan” tentang bagaimana

mengelola sumber daya (manusia, alam dan teknologi) agar perekonomian dapat

berjalan dengan mantap dan stabil sesuai dengan kekuatan dan yang diinginkan oleh

masyarakatnya.

1.1.2 Menghitung Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menghitung berapa besarnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka

data yang diperlukan dan dipergunakan adalah pendapatan nasional suatu negara.

Untuk negara yang sedang berkembang umumnya menggunakan PDB, sedangkan untuk

negara yang telah maju umumnya menggunakan GNP.

1

Page 2: PERTUMBUHAN EKONOMI

Terdapat banyak rumus yang dipergunakan untuk menghitung pertumbuhan

ekonomi, tetapi pada umumnya yang paling sering dipergunakan adalah dua cara saja

yaitu sebagai berikut:

1. Metode Hitung (Metode Aritmatik)

Metode ini menghitung pertambahan PDB atau GNP (per kapita) dari tahun ke

tahun. Rumusnya adalah:

Atau bila menggunakan pendapatan per kapita:

Di mana REG adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, GNPn adalah GNP tahun

berikutnya, GNPn-1 adalah GNP tahun lalu, GNP/Pop adalah pendapatan per kapita.

Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari pertumbuhan pendapatan per kapita

besarnya adalah sama dengan pertumbuhan GNP dikurangi dengan pertumbuhan

penduduk. Jadi, perlu dicamkan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi

yang dihitung dari pendapatan per kapita nilainya tidaklah sama dengan yang dihitung

dengan menggunakan GNP, tetapi angka rieldari besaran pertumbuhan ekonomi

tampak dari naik atau turunnya pendapatan per kapita.

2. Metode Ukur (Metode Geometrik)

Metode ini menghitung pertambahan PDB atau GNP antartahun (tahun rentang)

dengan menggunakan rumus:

Terkadang cara ini disebut juga metode rata-rata, karena memang rumus ini

adalah untuk menentukan pertumbuhan ekonomi secara rata-rata tiap periodenya.

Kebaikannya adalah tentu saja sangat bermanfaat untuk data yang sangat jarang

tersedia secara berurutan (periodik), kelemahannya kita tidak mengetahui seberapa

2

Page 3: PERTUMBUHAN EKONOMI

besar pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya secara riel (padahal sebagaimana yang

sering terjadi tidak setiap peride pertumbuhan ekonomi itu sama).

2. INFLASI

1.2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.

Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus-

menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal

barang-barang menjadi langkah, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan

semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat. Sedangkan lawan

dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode

sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunya daya

beli masyarakat karena secara riel tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan

besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan

tetap, maka itu berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang

akibatnya akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.

1.2.2 Metode Perhitungan Inflasi

Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari

beberapa macam barang yang diperjualbelikan di pasar dengan masing-masing tingkat

harga (barang-barang ini tentu saja yang paling banyak dan merupakan kebutuhan

pokok/utama bagi masyarakat). Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka yang

di indeks. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh

konsumen pada masing-masing harganya disebut sebagai indeks harga konsumen (IHK

atau consumer price index = CPI). Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat

dihitung dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP atau

PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau

PDB harga konstan (GNP atau PDB riel).

3

Page 4: PERTUMBUHAN EKONOMI

Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah:

In adalah inflasi, IHKn indeks harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya 100),

IHKn-1 adalah indeksi harga konsumen tahun berikutnya. Dfn adalah GNP atau PDB

deflator tahun berikutnya, DFn-1 adalah GNP atau PDB deflator tahun awal

(sebelumnya).

1. Indeks Harga dan Deflator

a. Indeks Harga Sederhana/Biasa (Tak Tertimbang)

Metode ini menghitung besarnya kenaikan harga dari suatu komoditi setiap periodenya

berdasarkan harga nominalnya. Jadi, bila harga komoditi barang konsumsi tahun 1990

Rp. 500, tahun 1991 Rp. 550, maka indeks harga untuk komoditi tersebut tahun 1990

adalah 100 (500/500 x 100), tahun 1991 sebesar 110 (550/500 x 100). Dengan demikian,

kenaikan harga adalah sebesar 110 – 100 = 10 atau 10%. (nilai ini akan sama dengan

(110 – 100)/100% = 10%.

Perlu diingat bahwa indeks pada tahun awal yang sering dipergunakan adalah 100

Rumus untuk menghitung indeks harga biasa ini adalah:

Dimana Pn adalah harga komoditi sekarang, Po adalah harga komoditi yang lalu.

b. Indeks Harga Tertimbang

Metode ini menggunakan tahun dasar atau tahun berjalan sebagai timbangannya, dan

dapat juga menggunakan bobot, di mana bobot diperoleh dari rasio penerimaan dari

komoditi tertentu terhadap penerimaan seluruh komoditi yang diperjualbelikan di pasar

(tentu saja komoditi yang dipakai untuk perhitungan inflasi, adalah yang termasuk

4

Page 5: PERTUMBUHAN EKONOMI

dalam 9 bahan pokok kebutuhan manusia, yang sekarang diperluas oleh BPS –

Indonesia).

Indeks harga tertimbang yang menggunakan komoditi tahun dasar sebagai

timbangannya disebut indeks Laspeyers dengan rumus:

dimana Q adalah quantitas komoditi yang dibeli.

Sedangkan indeks harga tertimbang yang menggunakan komoditi tahun berjalan disebut

indeks Paasche dengan rumus:

Perhatikan bahwa indeks Paasche tidak lain adalah GNP atau PDB deflator, karena rumus itu

sama dengan:

2. Indeks Harga Berdasarkan Pembobotan

Para penyusun indeks harga haruslah memiliki data mengenai jumlah transaksi

(produksi komoditi) tahun tertentu yang akan dipergunakan sebagai tahun bobotnya.

Misalkan saja akan dihitung indeks harga 3 tahunan 1992, 1993 dan 1994. Bobot

digunakan tahun 1992 dengan data sebagai berikut:

Komoditi yang diperjualbelikan tahun 1992

Komoditi Harga Jumlah Pendapatan Bobot

X 5 30 150 150/950 = 0,16

Y 2 100 200 200/950 = 0,20

Z 3 200 600 600/950 = 0,64

Total 950 1.00

Sumber : Data hipotesis

5

Page 6: PERTUMBUHAN EKONOMI

Berdasarkan pembobotan itu dapat dihitung indeks harga tahun yang ada sbb:

Tahu

n

Komoditi Harga bobot Harga x bobot

1992

X

Y

Z

5

2

3

0,16

0,20

0,64

0,8

0,4

1,92

3,12

1993

X

Y

Z

7

4

5

0,16

0,20

0,64

1,12

0,8

1,92

3,84

1994

X

Y

Z

7,5

5,5

4

0,16

0,20

0,64

1,2

1,1

2,56

4,86

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat kita susun indeks masing-masing

tahun sbb:

* Tahun 1992 indeks harganya 3,12/3,12 x 100 = 100.

* Tahun 1993 indeks harganya 3,84/3,12 x 100 = 123.

* Tahun 1994 indeks harganya 4,86/3,12 x 100 = 156.

Berarti inflasi tahun 1993 adalah sebesar :

Sedangkan inflasi tahun 1994 adalah sebesar :

Indeks deflator, sebagaimana yang telah dijelaskan dan ditulis di atas bahwa indeks

deflator rumusnya adalah:

6

Page 7: PERTUMBUHAN EKONOMI

Dengan demikian, apabila kita memiliki data mengenai GNP atau PDB yang

disusun berdasarkan harga konstan dan harga berlaku, maka kita dapat menentukan

tingkat inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Dibawah ini disajikan data PDB harga konstan dan harga berlaku tahun 1993

yang berasal dari BPS sbb:

Tahun PDBhk’93 (PDB riel) PDBhb (PDB Nominal)

1993 329.775,8 329.775,8

1994 354.640,8 382.219,7

1995 383.767,8 452.380,9

1996 413.769,0 528.956,4

Sumber : BPS-Indikator ekonomi 1996

Berdasarkan data pada table itu, maka dapatlah kita hitung angka deflatornya sbb:

Df93 = 329.775,8 / 329.775,8 x 100 = 100

Df94 = 382.219,7 / 354.640,8 x 100 = 107,8

Df95 = 452.380,9 / 383.767,8 x 100 = 117,9

Df96 = 528.956,4 / 413.769,0 x 100 = 127,8

Berdasarkan angka deflator itu kita hitung inflasinya sbb:

Inflasi tahun 1994 = 7,8 %

Inflasi tahun 1995 = 117,9 – 107,8/107,8 x 100 % = 9,4%

Inflasi tahun 1996 = 127,8 – 117,9/117,9 x 100 % = 8,4%

1.2.3 Jenis Inflasi

1. Menurut Sifatnya.

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sbb :

- Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari

10% pertahun

- Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi ini

biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.

- Inflasi berat (high inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% per tahun.

7

Page 8: PERTUMBUHAN EKONOMI

- Inflasi sangat tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga

seara drastis hingga mencapai di atas 100%. Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin

lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik

ditukarkan dengan barang.

2. Berdasarkan Sebabnya

- Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang

tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja

penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila

permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik.

- Cost Pull Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya

produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan,

nilai kurs mata uang Negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga

bahan baku industry, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat

dsb).

3. Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal

dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya deficit dalam

pembiayaan dan belanja Negara yang terlihat pada anggaran belanja Negara. Untuk

mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Kedua inflasi yang berasal

dari luar negeri. Karena Negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu Negara

mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan

juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa Negara lain harus

mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja

bertambah mahal.

1.2.4 Teori Inflasi

Terdapat 3 teori utama yang menerangkan mengenai inflasi, yaitu sbb:

8

Page 9: PERTUMBUHAN EKONOMI

1. Teori Kuantitas (Persamaan Pertukarang dari Irving Fisher – MV = PQ). Persentase

kenaikan harga hanya akan sebanding dengan kenaikan jumlah uang beredar atau

sirkulasi uang, tetapi tidak terhadap jumlah produksi nasional.

2. Teori Keynes yang mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar

batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki

antargolongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar

dari pada jumlah barang yang tersedia yaitu bila I > S.

3. Teori Struktural atau Teori Inflasi Jangka Panjang. Teori ini menyoroti sebab-sebab

inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai

bahan makanan dan barang-barang ekspor.

1.2.5 Biaya Inflasi

Baik inflasi yang diharapkan maupun inflasi yang tidak diharapkan pada kenyataannya

menimbulkan biaya implicit. Adapun biaya tersebut adalah sebagai berikut.

1. Biaya inflasi yang diharapkan muncul karena hal-hal sbb:

a. Shoe leather cost (biaya kulit sepatu).

b. Menu cost (biaya menu).

c. Complaint and opportunity cost (biaya complain dan hilangnya kesempatan).

d. Biaya pajak.

e. Biaya ketidaknyamanan hidup.

2. Biaya dari inflasi yang tidak diharapkan

a. Redistibusi pendapatan antara debitor dan kreditor.

b. Penurunan nilai uang pensiunan.

1.2.6 Dampak Inflasi

Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negative maupun positif dari

inflasi adalah sbb:

1. Bila harga barang secara umum naik terus menerus, maka masyarakat akan panic,

sehingga perekonomian tidak berjalan normal.

9

Page 10: PERTUMBUHAN EKONOMI

2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut, maka masyarakat cenderung untuk menarik

tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush.

3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk

memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran, sehingga

harga akan terus menerus naik.

4. Distribusi barang relatif tidak adil.

5. Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya

akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata.

7. Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah (high end)

yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi (masalah

prestise).

8. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan

seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.

9. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industry kecil dalam negeri

menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

10. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak

untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

3. PENGANGGURAN

1.3.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak

mempunyai pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan. Pengangguran pada

dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan hebatnya

kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja

pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang

terkenal sebagai Hukum “Say” dari Jean Bapptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply

creates its own demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri

10

Page 11: PERTUMBUHAN EKONOMI

menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila

pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali.

Berdasarkan kenyataan yang ada, pengangguran terdiri atas tiga jenis, yaitu sbb:

1. Pengangguran Siklis

Adalah pengangguran yang terjadi apabila permintaan lebih rendah dari output

potensial perekonomian. Yaitu manakala kemampuan ekonomi suatu bangsa lebih

rendah dari kemampuan yang seharusnya dicapai.

2. Pengangguran Friksional

Adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perputaran dalam lingkup

pekerjaan dan ketenaga kerjaan. Artinya, pengangguran itu ada karena adanya

angkatan kerja baru yang siap memasuki lapangan kerja, sementara itu ada juga

mereka yang telah bekerja keluar dari pekerjaannya karena tidak cocok, bosan, atau

karena alasan lain.

3. Pengangguran Struktural

Adalah pengangguran yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara struktur

angkatan kerja, berdasarkan pendidikan dan keterampilan, jenis kelamin, pekerjaan,

industry, geografis, informasi.

1.3.2 Penggolongan Pengangguran

Berdasarkan praktiknya, pengangguran dapat digolongkan menjadi penganggur

penuh yaitu yang benar-benar tidak dan belum memiliki pekerjaan atau sedang mencari

pekerjaan. Penganggur setengan menganggur yaitu orang yang bekerja akan tetapi

tenaganya tidaklah proporsional dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan.

Pengangguran struktural ada yang menggolongkannya sebagai pengangguran

sukarela, dengan alasan tidak bersedia ditempatkan, menolak pekerjaan karena alas an

pendidikan yang tinggi, atau mau bekerja meskipun tidak sesuai dengan pendidikan dan

keterampilan.

4. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN

11

Page 12: PERTUMBUHAN EKONOMI

Pengangguran berhubungan dengan ketersedian lapangan pekerjaan, ketersediaan

lapangan kerja berhubungan dengan investasi, sedangkan investasi didapat dari akumulasi

tabungan, tabungan adalah sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Semakin tinggi

pendapatan nasional, maka semakin besarlah harapan untuk pembukaan kapasitas produksi

baru yang tentu saja akan menyerap tenaga kerja baru. Pendapatan nasional yang tinggi

tercermin dari tingginya pendapatan perkapita dan tumbuh secara positif secara berarti.

Dengan demikian, secara relatif makin baik pertumbuhan ekonomi, maka makin besarlah

harapan untuk tidak menganggur, sebaliknya, bila pertumbuhan ekonomi turun (apalagi

negative), maka semakin besarlah tingkat pengangguran.

5. HUBUNGAN ANTARA INFLASI DAN PENGANGGURAN

Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para penganggur

akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat membutuhkan

tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum

kenaikan harga barang dengan menambah produksinya yang tentu saja harus membuka

kapasitas produksi baru dan itu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full

employment.

Prof. A.W Philips dari London School of Economics, Inggris meneliti data dari berbagai

Negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi

yang telah dijelaskan, yaitu pada cost push inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga

barang adalah tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi,

12

Page 13: PERTUMBUHAN EKONOMI

maka harga produk dijual dengan harga yang relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala

upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya).

13