Pertanian Berlanjut Panduan Fieldtip 2011 · cadangan karbon . Pertanian Berlanjut 2011 ......
-
Upload
phungtuong -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of Pertanian Berlanjut Panduan Fieldtip 2011 · cadangan karbon . Pertanian Berlanjut 2011 ......
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan Page 1
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
2011
Oleh: Rika Ratna Sari, Danny Dwi Saputra,
Christanti Agustina, Kurniawan Sigit Wicaksono, Medha Baskara, Lukman Qurata Aini, Suhartini dan Kurniatun Hairiah
Panduan Fieldtip
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 2
DAFTAR ISI
Jadwal Pelaksanaan Fieldtrip ....................................................... 3
Asisten Praktikum ....................................................................... 7
Penanggungjawab Materi ........................................................... 9
Latar Belakang .......................................................................... 10
Materi I : Pemahaman Karakteristik Lansekap .......................... 12
Pengantar Materi II, III, IV : Pengenalan Indikator keberhasilan
pertanian berlanjut dari aspek biofisik (air, biodiversitas, karbon)
................................................................................................. 25
Materi II : Pengukuran kulitas air sebagai indikator pertanian
berlanjut (Kekeruhan, Suhu, pH, DO) ........................................ 28
Materi III : Pengkuran biodiversitas dari aspek agronomi sebagai
indikator pertanian berlanjut ................................................... 38
Materi IV : Pengukuran Biodiversitas dari Aspek Hama Penyakit
Sebagai Indikator Pertanian Berlanjut ....................................... 56
Materi V : Indikator Keberhasilan Pertanian Berlanjut dari Aspek
Sosial Ekonomi .......................................................................... 72
Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap Pertanian .................... 84
TABEL RESUME INDIKATOR KEBERHASILAN PERTANIAN
BERLANJUT .................................... Error! Bookmark not defined.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 3
Jadwal Pelaksanaan Fieldtrip
Hari/tanggal:
Agribisnis 29 Oktober 2011
Agroteknologi 19 November 2011
Lokasi:
Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
Dsn. Kekep, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kabupaten Malang
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 4
Sumberagung Mulai Durasi Selesai Group 1 Group 2 Group 3
6:00 1:00 7:00 Penjelasan proses pelaksanaan praktikum
7:00 2:00 9:00 Perjalanan ke lokasi praktikum
9:00 0:15 9:15 Site 1 perjalanan ke 2 & 3
9:15 0:15 9:30 Site 1 Site 2 perjalanan ke 3
9:30 1:00 10:30 Site 1 Site 2 Site 3
10:30 0:15 10:45 perjalanan ke 2 Site 2 Site 3
10:45 0:15 11:00 Site 2 perjalanan ke 3 Site 3
11:00 0:15 11:15 Site 2 Site 3 perjalanan ke 1
11:15 1:00 12:15 Site 2 Site 3 Site 1
12:15 0:15 12:30 perjalanan ke 3 Site 3 Site 1
12:30 0:15 12:45 Ishoma perjalanan ke 1 Site 1
12:45 0:15 13:00 Ishoma Ishoma perjalanan ke 2
13:00 0:30 13:30 Ishoma Ishoma Ishoma
13:30 0:15 13:45 Site 3 Ishoma Ishoma
13:45 0:15 14:00 Site 3 Site 1 Ishoma
14:00 1:00 15:00 Site 3 Site 1 Site 2
15:00 0:15 15:15 Selesai Site 1 Site 2
15:15 0:15 15:30 Selesai Site 2
15:30
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 5
Tulungrejo Mulai Durasi Selesai Group 1 Group 2 Group 3
6:00 1:00 7:00 Penjelasan proses pelaksanaan praktikum
7:00 2:00 9:00 Perjalanan ke lokasi praktikum
9:00 0:15 9:15 Site 1 perjalanan ke 2 & 3
9:15 0:15 9:30 Site 1 Site 2 perjalanan ke 3
9:30 1:00 10:30 Site 1 Site 2 Site 3
10:30 0:15 10:45 perjalanan ke 2 Site 2 Site 3
10:45 0:15 11:00 Site 2 perjalanan ke 3 Site 3
11:00 0:15 11:15 Site 2 Site 3 perjalanan ke 1
11:15 1:00 12:15 Site 2 Site 3 Site 1
12:15 0:15 12:30 perjalanan ke 3 Site 3 Site 1
12:30 0:15 12:45 Ishoma perjalanan ke 1 Site 1
12:45 0:15 13:00 Ishoma Ishoma perjalanan ke 2
13:00 0:30 13:30 Ishoma Ishoma Ishoma
13:30 0:15 13:45 Site 3 Ishoma Ishoma
13:45 0:15 14:00 Site 3 Site 1 Ishoma
14:00 1:00 15:00 Site 3 Site 1 Site 2
15:00 0:15 15:15 Selesai Site 1 Site 2
15:15 0:15 15:30 Selesai Site 2
15:30 Selesai
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 6
Kekep Mulai Durasi Selesai Group 1 Group 2 Group 3
6:00 1:00 7:00 Penjelasan proses pelaksanaan praktikum
7:00 1:00 8:00 Perjalanan ke lokasi praktikum
8:00 0:15 8:15 Site 1 perjalanan ke 2 & 3
8:15 0:15 8:30 Site 1 Site 2 perjalanan ke 3
8:30 1:00 9:30 Site 1 Site 2 Site 3
9:30 0:15 9:45 perjalanan ke 2 Site 2 Site 3
9:45 0:15 10:00 Site 2 perjalanan ke 3 Site 3
10:00 0:15 10:15 Site 2 Site 3 perjalanan ke 1
10:15 1:00 11:15 Site 2 Site 3 Site 1
11:15 0:15 11:30 perjalanan ke 3 Site 3 Site 1
11:30 0:15 11:45 Ishoma perjalanan ke 1 Site 1
11:45 0:15 12:00 Ishoma Ishoma perjalanan ke 2
12:00 0:30 12:30 Ishoma Ishoma Ishoma
12:30 0:15 12:45 Site 3 Ishoma Ishoma
12:45 0:15 13:00 Site 3 Site 1 Ishoma
13:00 1:00 14:00 Site 3 Site 1 Site 2
14:00 0:15 14:15 Selesai Site 1 Site 2
14:15 0:15 14:30 Selesai Site 2
14:30 Selesai
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 7
Asisten Praktikum
Koordinator praktikum : Christanti Agutina Sativandi Riza Asisten :
Desa Kekep, Batu
No Stopsite Asisten Jurusan
Tanah HPT BP Sosek
1 Site 1 Nina Dwi Lestari Febri Rahadianti Ari, Lisa
2 Site 2 Sativandi Riza * Ivol Hidayat Aisyah Karlina Dina, Novil
3 Site 3 Estiyanto Sri N., Septian
Andi Handoko Silvia Yunita Ninin, Mira
Desa Sumberagung, Ngantang
No Stopsite Asisten Jurusan
Tanah HPT BP Sosek
1 Site 1 Rika Ratna Sari * Arumbinang Adityani Nur Witasari
Faisal, Silvia
2 Site 2 Hartawan, Iras Yusuf Setiono Estiana Iqrawati
Heri, Yurika
3 Site 3 Ilzam zami, Bachtiar
Dycka DS Stefanus D. M Viin, Meta
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 8
Desa Tulungrejo, Ngantang
No Stopsite Asisten Jurusan
Tanah HPT BP Sosek
1 Site 1 Christanti Agustina
Agusdin Dharma
Nur Maria Ulfa Condro, Fetty
2 Site 2 Danny Dwi Saputra*
Imam Habibi I.B.Nym.Widya Atmaja
Wondo, Widya
3 Site 3 Sahidin, Ibnu Kharis
Anjar Pratama Jimmy Eko Julianto
Laili, Ariska
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 9
Penanggungjawab Materi
Penanggungjawab keseluruhan : Koordinator Pertanian Berlanjut
materi Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D
Materi I 1. Kurniawan Sigit Wicaksono 2. Rika Ratna Sari 3. Christanti Agustina
Materi II 1. Kurniawan Sigit Wicaksono 2. Danny Dwi Saputra
Materi III Medha Baskara
Materi IV Luqman Qurata Aini
Materi V Suhartini
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 10
Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem Pertanian
yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat
bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada pemanfaatan
biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan
pollinator, pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit, hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi
emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di
seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya
beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim,
topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat
masyarakat yang ada disekelilingnya.
Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa
indikator kegagalan Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi,
biofisik dan sosial. Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa
akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah Tropis
dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan
pengelolaan bentang lahan yang terpadu di bentang lahan sangat
perlu dilakukan. Tujuan pelaksanaan praktikum lapangan
(fieldtrip) ini adalah:
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 11
1. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar
tutupan lahan pertanian yang ada di suatu bentang lahan
2. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian
terhadap kondisi hidrologi, tingkat biodiversitas, dan
cadangan karbon
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 12
Materi I : Pemahaman Karakteristik Lansekap
Tujuan:
1. Mahasiwa mampu mengidentifikasi jenis penggunaan
lahan (land use) dan jenis tutupan lahan (land cover)
pada skala lansekap.
2. Mahasiswa memahami karakteristik lansekap sehingga
mampu menentukan tindakan yang diperlukan guna
mencapai pertanian berlanjut.
Pengantar:
Lansekap adalah sebidang lahan yang bisa kita lihat secara
komprehensif di sekitar kita TANPA melihat secara dekat/secara
tertutup pada komponen tunggal dan yang terlihat familiar
dengan kita. Pengertian lain lansekap adalah konfigurasi khusus
dari topografi, tutupan lahan, tata guna lahan, dan pola
pemukiman yang membatasi beberapa aktivitas dan proses alam
serta budaya. Terdapat 4 kunci dasar untuk mempelajari
karakteristik lansekap yaitu:
1. Komposisi lanskap, misalnya tipe habitat/land use
2. Struktur lanskap, misalnya susunan berbagai macam land
use pada suatu lanskap
3. Managemen lanskap
4. Konteks regional
Pemahaman karakteristik lansekap berguna untuk penentuan
tipe lansekap yang terbentuk. Setiap tipe memilki perlakukan
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 13
atau tindakan yang berbeda-beda dalam hal konservasi,
perbaikan, rekontruksi,dan pengelolaan.
Alat dan bahan:
1. Peta penggunaan lahan tahun 1990 dan 2005
2. Citra satelit
3. Peta lereng.
4. Kompas
5. GPS
Cara kerja:
1. Tentukan lokasi yang representative sehingga kita dapat
melihat lansekap secara keseluruhan.
2. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
bentuk penggunaan lahan yang ada. Isikan pada kolom
penggunaan lahan Dokumentasikan dengan foto.
3. Identifikasikan jenis vegtasi yang ada, isikan hasil identifikasi
ke dalam kolom tutupan lahan.
4. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai
tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan
kanopi dan sersahnya.
5. Isikan hasil pengamatan pada form berikut ini:
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan Page 17
6. Buatlah sketsa penggunaan lahan pada skala lansekap.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 18
Stop 2 : .................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 19
Stop 3 : ......................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 20
7. Buatlah sketsa transek dari lokasi fieldtrip yang digunakan.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 21
Stop 2 : ....................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 22
Stop 3 : ........................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 23
8. Tentukan tipe lansekap dan saran apa yang perlu dilakukan
bedasarkan hasil gambar sketsa no 6 dengan menggunakan
arahan dari Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi lanskap Pertanian berdasarkan tingkat
kerusakan habitat dan fragmentasi
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………..………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Tipe lanskap Intact (90% intact)
Variegated (60-90% habitat aslitersisa)
Fragemented(10-60% habitatasli tersisa)
Relictual(<10% habitatasli tersisa)
Konservasi Habitat asli(=matrix)
Habitat asli(=matrix)
Habitat alamiterpecah(fragmen) dalamkondisi baik
NA (not applicable)
Perbaikan NA Daerahpenyangga
Kualitas Habitat alami yang telahterpecah
NA
Rekonstruksi(dibangun)
NA NA Daerahpenyangga
Kelola NA NA Matrix pertanian Matrix pertanian
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 24
9. Tentukan besarnya tingkat heterogenitas penggunaan lahan,
bagaimana interaksi masing-masing penggunaan lahan bila
dikaitkan dengan usaha Pertanian yaitu: aspek penyinaran,
siklus air dan hara, sebaran hama dan penyakit, pollinator .
Lakukan anlisa singkat terkait berbgai hal tersebut.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 25
Pengantar Materi II, III, IV : Pengenalan
Indikator keberhasilan pertanian berlanjut dari
aspek biofisik (air, biodiversitas, karbon)
Tujuan:
Mahasiswa memahami indikator pertanian berlanjut dari
aspek biofisik (air, biodiversitas, dan karbon).
Pengantar:
Keberhasilan pelaksanaan sistem pertanian berlanjut
pada skala lansekap apabila ketiga aspek utama terpenuhi yaitu
aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek ingkungan (biofisik).
Berdasarkan aspek biofisik terdapat 3 indikator utama yang
digunakan untuk menilai keberhasilan sistem pertanian berlanjut
yaitu air, biodiversitas, dan karbon.
Indikator air secara tidak langsung mencerminkan
bagaimana pengelolaan lahan pada skala lansekap dengan
batasan DAS. Parameter yang diukur adalah kualitas air meliputi
tingkat kekeruhan dan debit air sungai. Tingkat kekeruhan air
mencerminkan jumlah sedimen air sungai, yang berarti semakin
besar jumlah sedimen menunjukkan bahwa di lereng atas telah
terjadi erosi tanah atau telah terjadi erosi atau longsor pada
tebing sungai. Jadi, besarnya erosi terkait dengan penggunaan
lahan dan praktek konservasi tanah dan air. Hal ini menunjukkan
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 26
bahwa pengelolaan lahan diatasnya tidak memenuhi kaedah
konservasi tanah dan air.
Indikator biodiversitas menggambarkan keaneka ragaman
hayati meliputi keberadaan flora dan fauna. Keberadaan fauna
terkait erat sebagai inang atau tempat hidup bagi fauna yang
ada, hal ini penting mengingat fungsinya dalam polinasi, siklus
air dan hara , penyerapan (sequestrasi) karbon, pengendalian
hama dan penyakit (musuh alami), menjaga keutuhan rantai
makanan , dan penyebaran biji. Semakin tinggi tingkat
biodiversitas pada suatu bentang lahan diharapkan dapat
mengurangi berbagai masukan dari luar pada proses pertanian
seperti penggunaan pestisida diganti musuh alami, penggunaan
pupuk kimia tergantikan oleh pupuk organic yang diambil dari
alam sekitar, pengolahan tanah dikurangi oleh masukan seresah
dan lain-lain.
Indikator karbon terkait dengan isu pemanasan global
yang berkembang saat ini adalah berhubungan dengan
keberadaan pohon dan ekosistem yang terbentuk. Emisi karbon
dapat dikurangi dengan menjaga keberadaan hutan karena
berfungsi sebagai penyerap karbon di udara dan menyimpannya
dalam waktu yang lama. Peran lanskap dalam menyimpan karbon
bergantung pada besarnya luasan tutupan lahan hutan alami dan
lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran
(agroforestri) atau monokultur (perkebunan). Namun demikian
besarnya karbon tersimpan di lahan bervariasi antar penggunaan
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 27
lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur pohon. Oleh
karena itu ada tiga parameter yang diamati pada setiap
penggunaan lahan yaitu jenis pohon, umur pohon, dan biomassa
yang diestimasi dengan mengukur diameter pohon dan
mengintegrasikannya ke dalam persamaan allometrik.
Pengenalan indikator keberhasilan pertanian berlanjut dari
aspek biofisik ada empat indikator utama, yaitu:
a. Indikator air, melalui pengamatan kualitas air meliputi
kekeruhan dan debit
b. Indikator biodiversitas dari sisi agronomi
c. Indikator biodiversitas dari sisi hama penyakit.
Indikator cadangan karbon (diberikan saat tutorial kelas)
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 28
Materi II : Pengukuran kulitas air sebagai
indikator pertanian berlanjut (Kekeruhan, Suhu,
pH, DO)
Pengantar:
Dewasa ini penurunan kualitas air tidak hanya terjadi di
daerah hilir, tetapi juga didaerah hulu. Alih guna lahan hutan
menjadi lahan pertanian dan permukiman merupakan faktor
utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di
daerah hulu melalui sedimentasi, penumpukan hara, dan
pencemaran kimia pestisida. Kondisi ini mempengaruhi
kesehatan manusia dan keberadan makhluk hidup yang ada di
perairan. Penumpukan unsur hara di perairan memicu booming
alga, akumulasi racun pestisida dapat membunuh hewan air dan
menimbulkan berbagai jenis penyakit bagi manusia. Oleh sebab
itu perlu adanya monitoring atau pendugaan kualitas air.
Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai yaitu fisik
(kekeruhan dan suhu), kimia (meliputi pH dan DO) dan biologi
(dengan memanfaatkan makroinvertebata). Namun demikian,
pada field trip ini pendugaan secara biologi tidak dilakukan.
Berikut ini penjelasan singkat masing-masing indikator:
Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-
bahan terlarut dalam air misalnya lumpur, alga, detritus, dan
kotoran lokal lainya. Apabila kondisi air semakin keruh maka
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 29
cahaya matahari yang masuk ke air semakin berkurang
sehingga mengurangi proses fotosintesis tumbuhan air. Hal
ini berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh
tumbuhan air juga berkurang sehingga jumlah oksigen
terlarut dalam air juga berkurang. Metode cepat untuk
mengukur kekeruhan dilapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan ‘Secchi disc’ atau piringan yang berwarna
hitam-putih. ‘Secchi disk’ ini digunakan sebagai tanda batas
pandangan mata pengamat ke dalam air, semakin keruh air,
batas pengelihatan mata semakin dangkal.
Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam
keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi dalam
di dalam air. Tinggi rendahnya suhu berpengaruh pada
kandungan oksigen di dalam air, proses fotosintesis
tumbuhan air, laju metabolisme organisme air dan kepekaan
organisme terhadap polusi, parasit dan penyakit.
Skala pH (tingkat kemasaman) berkisar antara 0 – 14 dengan
pembagian sebagai berikut: pH < 7 tergolong asam, pH = 7
tergolong netral, pH > 7 tergolong basa. Kondisi optimum pH
air bagi makhluk hidup adalah pada kisaran 6,5 – 8,2. Kondisi
pH yang terlalu masam atau terlalau basa akan mematikan
makhluk hidup.
Oksigen terlarut/Dissolve Oxygen (DO) merupakan oksigen
yang ada di dalam air yang berasal dari oksigen di udara dan
hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut sangat
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 30
dibutuhkan tumbuhan dan hewan air, kekurangan oksigen
terlarut akan mematikan tumbuhan dan hewan air.
Menurut PP no 82 tahun 2001 pasal 8 mengklasifikasi kualitas
atau mutu air menjadi empat kelas yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kriteria kualitas air pada masing-masing kelas berdasarkan
nilai DO, dan pH dapat dilihat pada Tabel 2.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 31
Tabel 2. Klasifikasi kualitas air berdasarkan nilai DO dan pH
Parameter Satuan Kelas
I II III IV
DO mg/liter 6 4 3 0
pH - 6-9 6-9 6-9 5-9
Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi kualitas air
menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada skala lansekap
tidak termasuk dalam kategori pertanian berlanjut karena
menunjukkan bahwa air sudah tercemar.
Prosedur Pemilihan Lokasi dan Pengambilan Contoh
1. Pemilihan lokasi pengambilan contoh
Pemilihan lokasi pengambilan contoh tergantung pada tujuan
dilakukan pemantauan. Pada field trip ini, pemantauan dilakukan
untuk mengetahui dampak penggunaan lahan terhadap kualitas
air. Lokasi pengambilan contoh akan dilakukan di 3 (tiga) tipe
penggunaan lahan yang ada dalam satu aliran sungai. Lokasi
tersebut adalah:
(a) Agroforestri kompleks,
(b) Agroforestri sederhana,
(c) Pertanian intensif (sayur-sayuran) atau sawah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi
pengambilan contoh adalah hindari lokasi yang berada pada
peralihan antara dua tipe penggunaan lahan (misalnya antara
agroforestri dengan sawah).
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 32
2. Pengambilan contoh air
Pengambilan contoh air perlu dilakukan untuk mengukur
parameter dissolve oxygen (DO) di Laboratorium. Adapun alat
yang diperlukan untuk pengambilan contoh antara lain:
Botol air mineral bekas ukuran 1 L (3 buah)
Spidol permanen
Kantong plastik besar (ukuran 5 kg)
Langkah-langkah pengambilan contoh air:
Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam
kondisi yang alami (tidak ada orang yang masuk dalam
sungai). Hal ini untuk menghindari kekeruhan air akibat
gangguan tersebut;
Ambil contoh air dengan menggunakan botol ukuran 1 L
(sampai penuh) dan tutup rapat-rapat;
Beri label berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun),
tempat pengambilan contoh, dan nama pengambil
contoh;
Simpan baik-baik contoh air dan segera bawa ke
laboratorium untuk di analisa.
Pendugaan Kualitas Air secara Fisik dan Kimia
1. Pendugaan kualitas air secara fisik
a. Pengamatan kekeruhan air sungai
Alat yang diperlukan untuk mengukur kekeruhan adalah:
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 33
Tabung transparan dengan tinggi 45 cm, tabung dapat
dibuat dari dua buah botol air kemasan ukuran 600 ml
yang disatukan;
Secchi disc, dibuat dari kayu berbentuk lingkaran dengan
diameter 5 cm, kemudian diberi warna hitam dan putih,
kemudian diberi tongkat sepanjang 35 cm. Selanjutnya
ditempelkan meteran kain pada tongkat tersebut.
Cara membaca ‘Secchi disc’:
Tuangkan contoh air adalam tabung/botol air mineral
sampai ketinggian 30 cm;
Aduk air secara merata;
Masukan ‘Secchi disc’ ke dalam tabung yang berisi air
secara perlahan-lahan; dan amati secara tegak lurus
sampai warna hitam-putih pada ‘Secchi disc’ tidak dapat
dibedakan;
Baca berapa centimeter kedalaman ‘Secchi disc’ tersebut;
Konsentrasi sedimen hasil pengukuran ‘Secchi disc’ dapat
diduga dengan mempergunakan persamaan berikut (Verbist
et al., 2006 dalam Rahayu et. al., 2009):
Konsentrasi Sedimen (mg/l) = (3357.6 * D-1.3844)
dimana: D adalah kedalaman secchi disc (cm).
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 34
Gambar 1. Pendugaan konsentrasi sedimen dengan ‘Secchi Disc’
2. Pendugaan kualitas air secara kimia
a. Pengamatan suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air adalah
termometer standar (tidak perlu menggunakan termometer
khusus pengukur air). Langkah dalam pengukuran suhu
adalah:
Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air;
Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit;
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 35
Baca suhu saat termometer masih dalam air, atau
secepatnya setelah dikeluarkan dari dalam air;
Catat pada form pengamatan.
b. Pengamatan pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator
pH (kertas lakmus). Cara pengukurannya adalah sbb:
Siapkan gelas ukur/tabung untuk pengujian, isi dengan air
yang akan diuji;
Celupkan kertas lakmus ke dalamnya, biarkan beberapa
saat sampai terjadi perubahan warna. Bandingkan warna
kertas lakmus dengan warna standar;
Catat pH sesuai dengan warna standar.
c. Pengamatan Dissolve Oxygen (DO)
Pengukuran parameter dissolve oxygen (DO) dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan alat ‘multi water quality
checker’.
Alat multi water quality checker dimasukkan ke dalam
contoh air yang telah diambil;
Liat data hasil analisis di data loger (penggunaan alat akan
dipandu oleh asisten lab);
Baca tingkatan angka kekeruhan, DO dan pH yang tercatat
dan bandingkan dengan hasil pengukuran di dalam
lapangan (apakah ada perbedaan? kenapa?);
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 36
Isikan data pengukuran pada form yang telah disediakan
dan kelaskan berdasarkan tabel kualitas air (PP no 82
tahun 2001).
Form pengamatan kualitas air secara fisika kimia
Tugas: Jelaskan bagaimana hubungan kualitas air berdasarkan
data tercatat dengan kondisi penggunaan lahan di
sekelilingnya.
Penjelasan singkat:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………………………………..…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 37
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………………..…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B.
2009. Monitoring air di daerah aliran sungai. Bogor, Indonesia.
World Agroforestry Centre - southeast Asia Regional Office.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 38
Materi III : Pengkuran biodiversitas dari aspek agronomi sebagai indikator pertanian berlanjut
Tujuan :
1. Mengetahui keanekaragaman species tanaman yang ada
pada masing-masing bentuk tutupan lahan dalam skala
lanskap
2. Mengidentifikasi jenis gulma dominan di masing-masing
tutupan lahan maupun dalam skala lanskap
3. Menentukan jenis-jenis tanaman yang menguntungkan
berdasarkan informasi penggunaan lahan dan data fisik lahan.
Pengantar
Pengembangan usaha budidaya pertanian pada awalnya
bertujuan untuk mendapatkan produksi pangan sebesar-
besarnya sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut dikembangkan pola pertanian intensif
yang selanjutnya dikenal dengan revolusi hijau (green revolution).
Namun kesuksesan dalam mencapai hasil maksimal tersebut juga
mempunyai dampak yang serius diantaranya kerusakan
lingkungan (ekosistem), marjinalisasi petani gurem,
ketidakmandirian petani dan ketidaksehatan produk pertanian
yang dikonsumsi masyarakat. Untuk mengatasi persoalan
tersebut selanjutnya dikembangkan konsep pertanian
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 39
berkelanjutan yang lebih condong pada kepentingan
perlindungan lingkungan (konservasi) dan pemberdayaan petani
untuk dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan
manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang maupun
dimasa mendatang.
Sistem pertanian berkelanjutan merupakan pendekatan
sistem dan holistik/ terintegrasi dimana sistem pertanian sebagai
suatu sistem usahatani dan pendekatan sistem yang
berhubungan dengan faktor biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.
Beberapa upaya yang dilakukan dalam pertanian berkelanjutan
diantaranya dengan meningkatkan kemandirian petani terhadap
sarana produksi pertanian (benih/bibit, pupuk, pestisida, dan
hormon pengatur tumbuh dll) termasuk mengurangi penggunaan
bahan anorganik dan diganti dengan bahan organik,
meningkatkan biodiversitas tanaman pangan dan tanaman
lainnya pada suatu lahan pertanian, serta pengelolaan yang tepat
pada gulma (perubahan cara pandang petani terhadap gulma).
Keragaman Tanaman Pangan/Tahunan
Informasi penggunaan lahan pertanian (landuse) dan
tanaman-tanaman yang ada diatasnya sangat penting bagi
pengelolaan lahan skala lanskap. Penggunaan lahan dengan
hamparan tanaman semusim, tanaman tahunan maupun
kombinasi diantara keduanya mempunyai karakteristik berbeda-
beda baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi. Pengelolaan
budidaya tanaman skala lanskap terdiri dari perencanaan
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 40
tanaman beserta system budidayanya, keterkaitan antar
penggunaan lahan serta rencana upaya konservasi lahan skala
plot maupun skala lanskap. Salah satu upaya konservasi dalam
budidaya pertanian diantaranya menerapkan pemilihan tanaman
budiaya berdasarkan kemiringan lahan. Proporsi tanaman
pangan semusim dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan
lahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ketentuan proporsi penggunaan lahan sebagai lahan
tanaman pangan semusim dan tanaman tahunan
berdasarkan kemiringan lahan
No Kemiringan lahan
(%)
Tanaman
pangan (%)
Tanaman tahunan
(%)
1 < 15 75 25
2 15 - 30 50 50
3 30 - 45 25 75
2 >45 0 100
Sumber: SP2UK, P2LK Jatim, 1991
Pada lahan pertanian tanaman semusim, pola tanam
harus diatur sedemikian rupa supaya permukaan tanah dapat
terlindungi tanaman sepanjang tahun dan mampu menekan laju
erosi. Faktor iklim yang harus dipertimbangkan adalah curah
hujan, yang merupakan faktor penentu neraca lengas lahan.
Sebagai arahan umum adalah : (1). Curah hujan >200 mm/bulan
selama 5-7 bulan berturutan dapat untuk bertanam padi gogo;
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 41
(2). Curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturutan
masih cocok untuk palawija. Pengaturan jarak tanam sangat
tergantung dari bidang olah yang tersedia. Pengaturan barisan
tanaman dapat dimulai dari pangkal teras atau 50 cm dari bibir
teras. Barisan jagung dan ubikayu dimulai 50 cm dari pangkal
teras. Jumlah barisan jagung dan ubikayu selanjutnya tergantung
dari bidang olah yang tersedia.
Untuk tanaman tahunan, kemampuan tanaman untuk
menaungi dan umur berproduksi menjadi pertimbangan utama
dalam penataan tanaman tahunan terutama pada lahan yang
miring. Tanaman tahunan juga dapat dikelompokkan ke dalam
zone agroklimat dengan menggunakan kriteria iklim, kedalaman
air tanah, dan ketinggian tempat. Pada dasarnya pemilihan jenis
tanaman tahunan bagi suatu daerah dikaitkan dengan beberapa
pertimbangan penting, a.l.: sesuai dengan kondisi agroklimat
setempat; sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat
(tanaman disenangi petani, teknologinya mudah, tidak
memerlukan masukan tinggi, sesuai dengan ketersediaan
tenagakerja), serta mendukung usaha konservasi tanah dan air.
Pengelolaan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan
tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat
merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu
dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Namun bila dikelola dengan
benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan
meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa gulma yang
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 42
bermanfaat diantaranya adalah jenis rumput seperti akar wangi
(Vetivera zizanoides) yang dapat digunakan untuk konservasi
tanah, dan daun yang muda untuk pakan ternak. Pemanfaatan
lain dari gulma diantaranya sisa penyiangan gulma dapat menjadi
media penyimpan unsur hara termasuk sebagai mulsa atau untuk
membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang
sampai tinggi disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat.
Berdasarkan kenyataan ini, pengelolaan gulma perlu diarahkan
agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat menurunkan dan
merugikan produktivitas lahan, tetapi di sisi lain dapat
memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi beberapa
aktivitas makhluk hidup.
Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman,
berturut-turut dipengaruhi oleh spesies gulma, kelebatan dan
pertahanannya menghadapi berbagai upaya
pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta spesies yang
mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam
dan pola pengelolaan tanah. Untuk mendapatkan pengetahuan
yang memadai terhadap vegetasi gulma yang akan ditemui di
lapang, maka perlu diketahui pengelompokan spesies-spesies
gulma yang tumbuh di berbagai pola tutupan lahan.
Pengelompokan Spesies Gulma
Guna mempermudah pengenalan spesies-spesies gulma
diadakan pengelompokan berdasarkan daur hidupnya,
morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, serta
kepekaannya terhadap jenis herbisida.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 43
Pengelompokan Berdasar Daur Hidup Gulma
Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan itu
berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai
tumbuhan tersebut menghasilkan biji/bagian vegetatif yang
mampu tumbuh menjadi tumbuhan baru. Daur hidup gulma akan
menentukan lama gulma tumbuh dan kemudahan
pengendaliannya.
1. Gulma Semusim
Gulma ini berkecambah dan berkembang biak
terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim.
Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama
dan berkisar antara 4 - 16 minggu (bergantung pada
spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda
muncul dari biji-bijinya.
2. Gulma tahunan
Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ
vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome),
umbi lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon).
Gulma ini hidupnya lebih lama dan biasanya melebihi
masa satu musim bahkan dapat mencapai tiga - empat
musim apabila didukung oleh lingkungan tumbuhnya.
Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya
mati, tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup
dan menumbuhkan tunas-tunas baru. Dengan
karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan lebih
sulit dikendalikan dibanding gulma semusim.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 44
Pengelompokan Berdasar Morfologi Daun Gulma
Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma
dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam
kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis
(linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya
sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi
lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada
marga Poaceae (Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang
memiliki penampang batang segitiga, daunnya
berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk
kelompok ini antara lain Cyperus rotundus dan
Fymbristilis miliaceae.
c. Kelompok berdaun lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat
panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur
(ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung
(cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk
elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang
tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit.
Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies
class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-
marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae,
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 45
Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae,
Commelinaceae, dan sebagainya.
Identifikasi Gulma di Lapang
Dalam mengidentifikasi macam spesies gulma di lapang,
dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut :
1. Membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar,
foto atau ilustrasi gulma yang tersedia
2. Membandingkan dengan determinasi dari spesies
gulma yang kita duga
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
4. Konsultasikan pada ahli di bidang yang bersangkutan
Cara (1) yang paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di
tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto
gulma. Dalam menempuh cara (2) dan (3) sedikit banyak kita
harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan
morfologi yang dapat dipelajari pada buku. Bila ada spesies
gulma yang sukar diidentifikasi, maka dapat dilakukan dengan
metode (4) maupun dengan herbarium gulma (lengkap daun,
batang, bunga, bunga dan akarnya). Metode analisis vegetasi
gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual (visual
estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan
pencacatan macam spesies gulma beserta skor kelebatan
pertumbuhannya masing-masing (Soekisman et. al., 1984).
Metode estimasi visual merupakan pengumpulan data kualitatif.
Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana suatu
spesies gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya,
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 46
periodisitas (seringnya ditemukan) dan pola komposisi macam
spesiesnya. Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu
ditentukan macam peubah pengamatannya, penetapan luas dan
jumlah petak contoh, serta penyebaran hasil-hasil
pengamatannya.
Alat dan Bahan
1. Petak kuadrat berukuran 1m x 1m
2. Pisau
3. Kamera
4. Kertas Gambar A3
5. Kantong plastik
6. Alkohol 75%
Cara kerja:
Biodiversitas Tanaman Pangan & Tahunan
1. Buat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis
2. Tentukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masing-
masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap
3. Catat karakteristik tanaman budidaya di setiap tutupan
lahan yang telah ditentukan
4. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 47
Titik
pengambilan
sampel
tutupan
lahan
Semusim/
Tahunan/
Campuran
Informasi tutupan Lahan &
Tanaman dalam lanskap
Luas Jarak
tanam Populasi Sebaran
5. Tentukan titik pengamatan yang dapat melihat seluruh
hamparan lanskap
6. Gambarkan sketsa tutupan lahan lanskap di kertas
dibawah ini!
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 48
Stop 1 : .....................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 49
Stop 2 : ........................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 50
Stop 3 : ............................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 51
Pengelolaan Gulma
1. Setiap titik pengamatan (biodiversitas tanaman) lakukan
identifikasi dan analisa gulma
2. Tentukan 2 (dua) titik pengambilan sampel pada masing-
masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap secara
acak (dengan melempar petak kuadrat 1x1m)
3. Foto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh
gulma didalam petak kuadrat dapat terlihat jelas.
4. Identifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat
5. Bila terdapat gulma yang tidak dikenal, gunakan pisau
untuk memotong gulma sebagai sampel (selanjutnya
digunakan untuk identifikasi), semprot gulma dengan
alkohol 75% biar tidak layu, dan masukkan dalam kantong
plastik.
6. Semua kantong plastik berisi sampel gulma diidentifikasi
dengan membandingkan dengan foto dari buku atau
internet, dan bila belum diketahui bisa ditanyakan ke
asisten/dosen.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 52
7. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut
Titik
pengambilan
sampel
Kelebatan Gulma
Lebat
(>50%)
Agak Lebat
(25%-50%)
Jarang
(<25%)
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 53
8. Buatlah kesimpulan tentang kondisi ekologis hamparan
tersebut
Form pengamatan bidiversitas gulma:
Nama
lokal Nama ilmiah
Lokasi
Sampel Jumlah Fungsi
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 54
Form tabulasi data:
Kelompok gulma Tutupan Lahan
Teki-tekian
Daun sempit/rumput
Daun lebar
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 55
Penjelasan singkat:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………........................................................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 56
Materi IV : Pengukuran Biodiversitas dari Aspek
Hama Penyakit Sebagai Indikator Pertanian
Berlanjut
Tujuan :
1. Mengetahui keanekaragaman species yang ada pada
masing-masing agroekosistem/agroferestri pada skala
lanskap
2. Mengukur apakah system pengendalian alami akan berjalan
dalam menekan populasi hama dan penyakit
3. Menentukan kesehatan lahan pertanian dalam skala lanskap
Pengantar
Studi habitat merupakan studi ekologi yang mengkaji
keanekaragaman species yang ada serta mengukur apakah
sistem pengendalian alami akan berjalan dalam menekan
populasi hama dan penyakit. Pengendali alami tersebut dapat
berupa pesaing, musuh alami, ataupun agen antagonis.
Keanekaragaman species juga akan menentukan kestabilan dan
kerapuhan agroekosistem terhadap serangan OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman). Pegangan umum yang berlaku adalah
semakin beragam suatu lingkungan biotik semakin stabil sistem
tersebut, semakin tidak beragam semakin rapuh dan mudah
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 57
terjadi goncangan ekstrim lingkungan, seperti terjadinya ledakan
populasi OPT. Ukuran keanekaragaman dapat berupa kekayaan
spesies yaitu jumlah jenis/spesies di suatu habitat/ekosistem,
atau dapat berupa keseimbangan peran/relung ekologi spesies-
spesies yang ditemukan (herbivora,
karnivora,/parasitoid/predator, pengurai, dll).
Kondisi sistem ekologi dalam agroekosistem juga dapat
dikaji dengan melihat dinamika komposisi peran dari jumlah
individu spesies yang terkoleksi, lintas waktu ataupun lokasi
dalam hamparan (lansekap) yang sama. Cara ini sangat sesuai
dalam menilai/memahami kondisi ekologis yang dikaitkan
dengan pengembangan tindakan preventif dalam pengelolaan
hama. Dalam hal ini yang dikoleksi adalah komunitas arthropoda
dan peran yang dimaksud adalah sebagai hama, musuh alami
(predator dan parasitoid), serta arthropoda lain (pengurai dll).
Keseimbangan komposisi peran dari totalitas individu yang
terkoleksi dijadikan sarana untuk memahami kondisi ekologi
lahan. Metode yang digunakan berupa pendekatan fiktorial
dengan menggunakan grafik tiga dimensi untuk menggambarkan
posisi dari komposisi peran. Untuk memahami metoda ini akan
dipaparkan suatu contoh hipotetik data komposisi peran dari
hasil koleksi dan identifikasi arthropoda dari 7 waktu
pengambilan contoh pada musim tanam sebelumnya (Tabel 5).
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada setiap waktu
pengamatan tergambarkan komposisi peran dari arthropoda
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 58
yang dikoleksi. Selintas dapat dikaji bahwa jumlah hama relatif
sedikit dibandingkan dengan musuh alami dan serangga lain.
Dapat diperkirakan bahwa kondisi ekologi lahan tersebut relatif
‘sehat’, karena kemungkinan besar musuh alami berperan besar
mengendalikan populasi hama. Ketersediaan serangga lain juga
dapat menjamin kelangsungan hidup musuh alami jika populasi
hamanya rendah (khususnya untuk predator yang umumnya
polifag). Namun apabila lahan tersebut didominasi oleh hama
dengan sedikit musuh alami dan serangga lain, maka dapat
terjadi kondisi lain.
Tabel 4. Komposisi peran arthropoda pada pertanaman kentang
di kecamatan Antah berantah MT 1997/1998
Waktu
pengamatan
(MST)
Jumlah individu Persentase
Hama MA SL Total Hama MA SL
1 10 10 20 40 25,0 25,0 50,0
2 15 30 15 60 25,0 50,0 25,,0
3 10 40 30 80 12,5 50,0 37,5
4 20 20 40 80 25,0 25,0 50,0
5 25 25 50 100 25,0 25,0 50,0
6 30 40 30 100 25,0 40,0 30,0
7 40 40 40 120 33,3 33,3 33,3
Keterangan: MA, Musuh alami; SL, Serangga lain
Pemahaman kondisi ekologis berdasarkan komposisi
peran yang ditampilkan dalam bentuk table, sering kali sangat
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 59
sulit dilakukan, terutama jika waktu pengamatannya banyak,
serta komposisi perannya tidak konsisten antar waktu. Untuk
mengatasi hal tersebut, penyajian dalam bentuk grafik atau cara
fiktorial sering dilakukan. Dalam penyajian fiktorial tersebut
setiap komposisi akan digambarkan/diwakili oleh satu koordinat
dalam suatu tata dari tiga aksis/sumbu yang tergambarkan
sebagai garis tinggi dari segitiga sama sisi, yang titik sudutnya
mewakili peran (Gambar 2A). Garis tinggi yang berujung pada
salah satu sudut peran, misalnya sudut hama, merupakan garis
skala persentase hama dengan skala 0% di dasar garis
(perpotongan dengan sisi yang berhadapan) dan skala 100% pada
titik sudut.
Untuk menentukan posisi koordinat komposisi peran
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (misalnya saja
akan ditentukan posisi koordinat dan komposisi peran dari hasil
pengamatan minggu pertama, yaitu 25% hama – 25% musuh
alami – 50% serangga lain, untuk pekerjaan ini hanya diperlukan
dua dari tiga data tersebut, dipilih saja % hama dan serangga
lain):
a. Tentukan titik 25% pada skala sumbu hama, lalu tarik
garis sejajar dengan sisi dasar sumbu tersebut. Garis
sejajar tersebut merupakan garis 25% komposisi hama
(sebut sebagai Gh25) (Gambar 2A).
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 60
b. Lakukan hal yang sama untuk titik 50% serangga lain,
untuk membuat garis 50% serangga lain (Gsl50)
(Gambar 2B).
c. Perpotongan antara garis Gh25 dan Gsl50 merupakan
titik koordinat komposisi pada pengamatan minggu
pertama (Gambar 2B). Jika kita ingin memeriksa, garis
Gma25 juga akan melewati titik koordinat tersebut.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 62
Gambar 3. Kondisi ekologis yang ‘tidak sehat’ berdasarkan sajian
fiktorial analisis komposisi peran
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 63
Hal yang sama dilakukan waktu pengamatan selanjutnya
untuk mendapatkan koordinat-koordinat komposisi peran. Titik-
titik koordinat tersebut diberi nomor sesuai dengan waktu
pengamatan dan kemudian dihubungkan secara beruntun
dengan garis. Penyajian fiktorial semacam ini selain dapat
memperlihatkan komposisi peran juga menggambarkan dinamika
peran dari waktu ke waktu. Kondisi ekologis yang ‘tidak sehat’
atau ‘bahaya’ dapat dideteksi jika sajian fiktorial menunjukkan:
a. Titik-titik koordinat bergerombol di sekitar titik sudut hama
(Gambar 3A). Keadaan tersebut menggambarkan bahwa
ekosistem tersebut miskin serangga lain dan musuh alami
atau sangat labil, serta memerlukan penanganan khusus
dalam upaya pengembangan tindakan preemptif*).
Ekosistem semacam ini banyak dijumpai di pertanaman
rumah kaca, serta pada lahan-lahan yang tinggi penggunaan
racun kimianya.
b. Titik-titik koordinat berada di antara titik sudut hama dan
serangga lain, dekat dengan sisi yang menghubungkan kedua
titik sudut tersebut (Gambar 3B). Keadaan ini menunjukkan
kelangkaan musuh alami, dan jika kondisi memungkinkan
bagi hama untuk berkembang akan sangat kecil kemungkinan
untuk dibendung, sehingga akan terjadi peledakan hama.
c. Titik-titik koordinat berada di antara titik sudut hama dan
musuh alami, dekat dengan sisi yang menghubungkan kedua
titik tersebut (Gambar 3C). Keadaan ini adalah kondisi yang
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 64
kurang sehat, sebab keberadaan musuh alami hanya ditopang
oleh populasi hama sebagai sumber makanan. Dalam
keadaan ekstrim, kemungkinan musuh alaminya dapat
musnah dan akan berbahaya jika terjadi migrasi hama.
Metode pengukuran ketahanan lingkungan berdasarkan
keanekaragaman species/studi habitat, dengan tiga cara analisis
tersebut, memerlukan dukungan cara-cara pengambilan contoh
yang sesuai dengan tujuan pemahaman dan target pengamatan.
Untuk komunitas arthropoda kita dapat menggunakan berbagai
metode koleksi, seperti perangkap lampu, perangkap jebakan
(pifall-trap), jaring serangga (sweep net), dll. Mikroflora yang
airborne dapat diperoleh dengan menggunakan perangkap spora,
untuk mikroflora yang hidup di permukaan daun (filosfer) dapat
dilakukan meode pencucian. Metode koleksi dan penarikan
contoh dapat dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan tujuan.
*) tindakan preemptif merupakan upaya pengendalian
hama dan penyakit yang disusun berdasarkan pemahaman
bioekologi OPT dan lingkungannya. Pemahaman terssebut dapat
digali dari pengalaman musim-musim tanam sebelumnya dan
dari pustaka. Tindakan preemptif merupakan upaya utama dan
direncanakan sebelum tanam dan dilaksanakan secara
terintegrasi dalam tehnis budidaya tanaman. Tujuan tindakan
preemtif adalah untuk memprakondisikan lingkungan agar
populasi hama dan penyakit tidak berkembang ke tingkat yang
dapat merugikan secara ekonomis.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 65
Alat dan Bahan
1. Sweep net 2. Kantong plastik 3. Kertas tissu 4. Chloroform/ etil asetat
Cara kerja:
1. Buat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis 2. Tentukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur
(transek) yang mewakili masing-masing agroekosistem/agroforestri dalam hamparan
3. Tangkap serangga menggunakan sweep net dengan metode yang benar, pada agroekosistem/agroforestri yang telah ditentukan
4. Kumpulkan semua serangga yang tertangkap sweep net dan masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi secarik kertas tissu
5. Serangga yang telah terkumpul dibunuh dengan memberikan etil asetat.
6. Semua kantong plastik berisi serangga (sudah mati) dibawa ke Laboratorium Hama. Apabila belum segera diamati hendaknya semua serangga tersebut disimpan di lemari pendingin.
7. Asisten praktikum akan membantu pengamatan jenis peran masing-masing serangga yang telah dikumpulkan.
8. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 66
Tabel 5. Komposisi peran arthropoda dalam hamparan
Titik
pengambilan
sampel /
agroekosistem
Jumlah individu Persentase
Hama MA SL Total Hama MA SL
Keterangan: MA, Musuh alami; SL, Serangga lain
9. Sajikan data dalam bentuk fiktorial
10. Buatlah kesimpulan tentang kondisi ekologis hamparan
tersebut
Daftar Pustaka:
Hermanu Triwidodo. 2003. Analisis Agroekosistem. Makalah
pada Lokakarya Biodiversitas. IPB Bogor.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 67
Form pengamatan bidiversitas serangga:
Lokasi
pengambilan
sampel
Nama
lokal
Nama
ilmiah Jumlah
Fungsi
(H,MA,SA)
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 68
Form tabulasi data:
Lokasi
pengambilan
sampel
Jumlah individu yang
berfungsi sebagai ...
Persentase
Hama MA SL Total Hama MA SL
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 69
Penjelasan singkat:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………........................................................................…………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………........................................................................……………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
.......................................................................…………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..............
..........................................................………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………............................
..........................................................................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 72
Materi V : Indikator Keberhasilan Pertanian
Berlanjut dari Aspek Sosial Ekonomi
Tujuan
1. Mahasiswa memahami tentang indikator pertanian
berkelanjutan dari aspek sosial ekonomi
2. Mahasiswa bisa mengevaluasi keberlanjutan pertanian dari
aspek sosial ekonomi dengan melakukan wawancara kepada
petani yang mengelola usahatani dalam sebuah landscape
Pengantar
Sumberdaya alam termasuk didalamnya sumberdaya
pertanian agar bisa memberikan manfaat tidak hanya untuk
generasi sekarang, namun juga bagi generasi yang akan datang,
diperlukan pengelolaan yang memperhatikan prinsip-prinsip
keberlanjutan (sustainability). Dalam pembangunan di bidang
pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian
utama, namun ada batas maksimal produktivitas ekosistem. Jika
batas ini dilampaui, maka ekosistem akan mengalami degradasi.
Seringkali pula pemilihan investasi atau penggunaan sumberdaya
pertanian, selalu menjadikan pertimbangan finansial sebagai
dasar pertimbangan utama, artinya apabila dihadapkan pada
beberapa pilihan penggunaan lahan, maka keputusan akan
diambil pada aktivitas yang memberikan keuntungan finansial
yang terbesar. Hal ini cenderung mengabaikan aspek lingkungan.
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 73
Agar sistem bertanian bisa berkelanjutan, maka harus
mempetimbangkan tidak hanya aspek finansial semata, dan juga
tidak hanya mengejar produksi yang tinggi semata, namun juga
harus memperhatikan aspek ekologis, produktivitas jangka
panjang serta sosial ekonomi yang lainnya.
1. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture)
Pertanian berkelanjutan (FAO, 1996) merupakan
pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, dan orientasi
perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin pemenuhan dan
pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi
generasi sekarang dan mendatang. Dengan demikian
pembangunan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
harus mampu mengkonservasikan tanah, air, tanaman dan
sumber genetik binatang, tidak merusak lingkungan, secara
teknis tepat guna, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat
diterima masyarakat.
Kriteria pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
menurut SEARCA (2005) adalah sistem pertanian yang : (1)
berkelangsungan hidup secara ekonomi (economically viable);
(2) ekologis dan bersahabat atau ramah lingkungan (ecologically
sound and friendly/environmentally); (3) berkeadilan sosial
(socially just equitable); (4) cocok secara budaya (culturally
appropriate); dan (5) merupakan pendekatan sistem dan holistik
/ terintegrasi (systems and holistic/ integrated approach).
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 74
Sistem pertanian yang layak secara ekonomi mempunyai
pengembalian yang layak dalam investasi tenaga kerja dan biaya
yang terkait dan menjamin penghidupan yang layak bagi keluarga
petani. Sistem ini minimal dapat menyediakan makanan dan
kebutuhan dasar yang lain bagi keluarga petani. Economically
viable juga berarti minimisasi biaya eksternalitas dari kegiatan
usahatani (SEARCA, 1995).
Sistem pertanian yang berkeadilan sosial (socially just
equitable) adalah sistem pertanian yang menghargai martabat,
hak asasi individu dan kelompok-kelompok dan
memperlakukannya secara adil. Sistem tersebut menyediakan
akses ke informasi, pasar dan usahatani lain yang terkait dengan
sumberdaya, khususnya lahan. Akses tersebut tidak
membedakan jenis kelamin, status sosial, agama dan suku.
Praktek-praktek atau metode-metode yang diterapkan dapat
diterima masyarakat. Sedangkan system pertanian yang cocok
secara budaya (culturally appropriate) memberikan perhatian
kepada nilai-nilai budaya, termasuk kepercayaan-kepercayaan
religius dan tradisi-tradisi serta pengetahuan teknis tradisional
(indigenous technical knowledge) dalam pembangunan sistem
pertanian, perencanaan dan programnya. Sistem ini
mengenalkan sistem pengetahuan dan visi petani yang
dipertimbangkan sebagai mitra dalam proses pembangunan.
Sistem pertanian bertanian berkelanjutan merupakan
pendekatan sistem dan holistik / terintegrasi (systems and
holistic/ integrated approach), yaitu sistem pertanian yang
berdasar pada ilmu pengetahuan yang holistik memperlihatkan
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 75
pertanian sebagai suatu sistem usahatani dan pendekatan sistem
yang berhubungan dengan faktor-faktor biofisik, sosial, ekonomi
dan budaya (SEARCA, 1995).
Tujuan keseluruhan dari pertanian yang berkelanjutan
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini dapat dicapai
melalui (SEARCA, 1995): (1) pembangunan ekonomi; (2)
memberikan prioritas pada ketahanan pangan (food security); (3)
menempatkan nilai yang tinggi pada pembangunan sumberdaya
manusia dan pemenuhan kebutuhannya; (3) pemberdayaan dan
pembebasan petani; (4) menjamin suatu lingkungan yang stabil
(aman, bersih, seimbang dan dapat diperbarui); dan (5)
memfokuskan pada tujuan produktivitas jangka panjang.
Cara kerja:
Mahasiswa bekerja secara berkelompok. Kegiatan praktikum
akan dilakukan dengan:
1. Penjelasan dan diskusi di kelas
2. Kunjungan dan observasi lapangan
3. Wawancara petani
4. Pembuatan laporan
5. Presentasi dan diskusi
Dalam mengevaluasi keberlanjutan dari aspek sosial ekonomi
menggunakan indikator-indikator sebagai berikut (dengan
melakukan wawancara terhadap petani).
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 76
1. Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin
beragam jenis tanaman, semakin berkelanjutan).
Tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan?
Lahan sawah:
Jenis tanaman:
…………………………………………………………………………………………
Lahan tegal:
Jenis tanaman:
………………………………………………………………………………………..
Selanjutnya lakukan penilaian jenis tanaman tersebut
dengan skor dibawah ini.
Jenis tanaman untuk lahan sawah:
5 jenis atau lebih : Skor 5
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1
Jenis tanaman untuk lahan tegal:
5 jenis atau lebih : Skor 5
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1
2. Akses terhadap sumber daya pertanian:
Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai?
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 77
Jenis Lahan Tanah
milik
Sewa Sakap
(bagi hasil)
Jumlah
(ha)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Pekarangan
(ha)
Jumlah (ha)
Selanjutnya lakukan penilaian penguasaan lahan tersebut dengan
skor di bawah ini (lingkari yang sesuai).
(1) Penguasaan lahan sawah :
Milik sendiri 100% Skor: 5
Milik sendiri sebagian Skor: 4
Sewa > 50% Skor: 3
Sakap > 50% Skor 2
Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1
(2) Penguasaan lahan tegal :
Milik sendiri 100% Skor: 5
Milik sendiri sebagian Skor: 4
Sewa > 50% Skor: 3
Sakap > 50% Skor 2
Buruh tani (tanpa lahan) Skor 1
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 78
(3) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri
atau membeli, berapa persen? :
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(4) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri
atau membeli, berapa persen? :
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(5) Pupuk: membuat sendiri/ membeli, berapa persen?
100 % membuat sendiri Skor 5
75% membuat sendiri Skor 4
50% membuat sendiri Skor 3
25% membuat sendiri Skor 2
0% membuat sendiri Skor 1
(6) Tenaga kerja:
100 % sendiri Skor 5
75% sendiri Skor 4
50% sendiri Skor 3
25% sendiri Skor 2
0% sendiri Skor 1
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 79
(7) Modal:
100 % milik sendiri Skor 5
75% milik sendiri Skor 4
50% milik sendiri Skor 3
25% milik sendiri Skor 2
0% milik sendiri Skor 1
3. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi /
jagung / sayuran) dapat memenuhi kebutuhan konsumsi?
100 % terpenuhi Skor 5
75% terpenuhi Skor 4
50% terpenuhi Skor 3
25% terpenuhi Skor 2
0% terpenuhi Skor 1
4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas
yang Bapak/Ibu budidayakan?
(a) Jenis tanaman : ……………………………………………
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
(b) Jenis tanaman : ……………………………………………
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
(c) Jenis tanaman : ……………………………………………….
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 80
(d) Jenis tanaman : ……………………………………………..
Tersedia dengan harga wajar Skor 5
Tersedia harga dibawah standar Skor 3
Tidak tersedia Skor 1
5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan
ramah terhadap lingkungan apa tidak.
Pertanyaan: Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani
yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan
aspek lingkungan (ramah lingkungan)?
Sebutkan alasannya.
Jawab:
(a) Ya, alasannya:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………….....................................
(b) Sedang,alasannya:
…………………………………………….........................................
...........................................................................
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………......................................
(c) Tidak, alasannya:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………..……………………………
……………………………………………………………………………………
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 81
6. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin
banyak sumber pendapatan semakin berkelanjutan).
Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu:
Pertanian : ( ya / tidak)
Peternakan: (ya / tidak)
Lainnya: sebutkan :………………………………………………...........
Lakukan penilaian dengan skor dibawah ini.
3 jenis sumber penghasilan atau lebih:Skor 5
2 jenis sumber penghasilan Skor 3
1 jenis sumber penghasilan Skor 1
7. Kepemilikan ternak:
Memiliki ternak (sapi/kambing): Skor 5
Menggaduh ternak (sapi/kambing) Skor 3
Tidak punya ternak Skor` 1
8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan
bagaimana cara pengelolaannya.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………….......................................
Kotoran ternak dikelola terlebih dahulu sebelum
diaplikasikan di lahan
(diproses menjadi kompos): Skor 5
Kotoran ternak langsung diaplikasikan untuk pupuk
Skor 3
Kotoran ternak dibuang Skor 1
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 82
9. Kearifan lokal:
Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat
(a) Kepercayaan/adat istiadat:
……………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
(b) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam
untuk melakukan aktivitas pertanian):
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………...................................
(c) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk
pupuk atau pengendalian hama/penyakit :
……………………………………………………………………………………
……………….............................................................
(d) Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang
menciptakan keguyuban, kebersamaan, kerjasama
(misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb).
Sebutkan dan jelaskan.
……………………………………………….…………………………………
………………………………………………................................
……………………………………………………………………………………
……………………………………………...................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 83
10. Kelembagaan
Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat
(yang terkait dengan pertanian), misalkan: kelompok tani,
koperasi, lembaga keuangan dsb.
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………........................................
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………........................................
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………........................................
11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam
pengelolaan usahatani, sebutkan.
…………………………………………………………………………………………
...………………………………………………………………………………………
…………............................................................……………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………....................
........................................................…………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………............................
.............................................................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 84
Kuisioner Sejarah Lahan Pada Lansekap
Pertanian
1. Sejak kapan desa dibuka untuk pemukiman? Dari mana saja
asal para penduduk desa?
..................................................................................................
..................................................................................................
2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan
pertanian di desa ini?
(1) Bila tidak, apa alasannya?
...........................................................................................
...........................................................................................
(2) Bila ya, digunakan untuk apa dan berapa luasannya?
...........................................................................................
...........................................................................................
3. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun
terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan siapa yang
membuka (penduduk desa setempat/ dari luar desa)
..................................................................................................
..................................................................................................
4. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani
yang dimanfaatkan masyarakat di desa?
(1) Bertambah, digunakan untuk apa?
...........................................................................................
Pertanian Berlanjut 2011
Kunjungan Lapangan 85
(2) Berkurang digunakan untuk apa?
...........................................................................................
(3) Tidak ada perubahan
...........................................................................................
5. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan?
(1) Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan
tersebut?
...........................................................................................
...........................................................................................
(2) Apa ada sangsi bila tidak mematuhi peraturan tersebut?
Bila ya, sebutkan sangsinya dan siapa yang akan
memberi sangsi
...........................................................................................
...........................................................................................
6. Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan
masyarakat dilindungi? Bila ya, apa saja dan dimana
tempatnya?
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
7. Mengapa tempat tersebut dilindungi?
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................