PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …
Transcript of PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS …
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI
FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK
DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Baharudin Yoga Pranata
178114067
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI
FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK
DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Baharudin Yoga Pranata
178114067
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI
FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK
DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR
Skripsi yang disusun oleh :
Baharudin Yoga Prnata
NIM : 178114067
Telah disetujui oleh
Pembimbing
(apt. Aris Widayati, M.Si., Ph.D.) Tanggal : 19 Juli 2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI
FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK
DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR
Oleh :
Baharudin Yoga Pranata
NIM : 178114067
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada Tanggal :
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Dr. apt. Yustina Sri Hartati
Panitia Penguji Tanda Tangan
1. apt. Aris Widayati, M.Si., Ph. D. Penguji 1 …………..
2. apt. Dra. T.B. Titien Siwi H., M.Kes., Ph.D., Penguji 2 …………..
3. apt. Putu Dyana Cristasani, M. Sc. Penguji 3 …………..
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya menyatakan daengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak termuat
dalam karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pati, 21 April 2021
Penulis
Baharudin Yoga Pranata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Baharudin Yoga Pranata
Nomor Mahasiswa : 178114067
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERSEPSI, PENGALAMAN, DAN HARAPAN PETUGAS INSTALASI
FARMASI TERKAIT PENGGUNAAN PERESEPAN ELEKTRONIK
DALAM MENGATASI MEDICATION ERROR
Beserta dengan perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangakalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis. Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pati, tanggal 21 April 2021
Yang Menyatakan,
Baharudin Yoga Pranata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Potensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
bidang kesehatan sangat besar. Pembangunan e-Health pada sektor e-pharmacy
berupa sistem peresepan elektronik (e-prescribing) yang mampu menurunkan
angka kejadian medication error. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan
elektronik terhadap pengurangan potensi medication error (ME).
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
pengambilan sampel dilakukan secara sampling jenuh. Metode pengumpulan data
yaitu wawancara dibantu dengan Pedoman Wawancara. Data hasil wawancara
diekstraksi kontennya untuk menggambarkan variabel penelitian.
Hasil penelitian mengungkap tiga hal utama berikut ini. 1) Persepsi
responden terhadap peresepan elektronik yaitu mengurangi kejadian ME namun
tidak seluruh fase ME dapat teratasi. 2) Pengalaman responden menggunakan
peresepan elektronik yaitu mudah dan nyaman. Namun dari aspek sistem,
kemungkinan salah pilih obat tinggi, dan beberapa orang akan sulit
mengoperasikan, serta sistem tidak mendeteksi ME pada fase dispensing dan
administrasi. 3) Responden berharap peresepan elektronik segera
diimplementasikan di semua unit dengan penambahan fitur.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari persepsi dan
pengalaman tenaga kesehatan terkait, penerapan peresepan elektronik berpotensi
mengurangi kejadian ME. Sebaiknya diperlukan dukungan dari manajemen
Rumah Sakit untuk mengimplementasikan peresepan elektronik dengan
penyempurnaan sistem untuk meminimalisir kejadian ME.
Kata Kunci : e-health/e-pharmacy, e-resep, medication error, peresepan
elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
The potential information and communication technology (ICT) usage in
the health sector is enormous. The development of e-Health in the pharmacy is
electronic prescribing system which is able to reduce medication error. This study
aims to reveal the pharmacy officer’s perceptions, experiences, and expectations
about electronic prescribing to reduce medication error (ME).
The type of research is descriptive with a qualitative approach. Sampling
method was saturated sampling. Data collection method is interviews with
Interview Guide. Interview results were extracted to describe the research
variables.
The results of study reveal three main things. 1) Respondents' perception
of electronic prescribing is reducing of ME but not all ME phases can be resolved.
2) Respondents' experience is easy to use. However, system lead choosing the
wrong drug is high, and some people will be difficult to operate, and system
does’t detect ME in dispensing and administration phases. 3) Respondents hope
that electronic prescribing will be implemented in all units with additional
features.
From the results of this study, it can be concluded perception and
experience of health workers, using electronic prescribing reduces ME. Support
from Hospital management is needed to implement electronic prescribing with
system improvements to minimize ME.
Keywords: e-health / e-pharmacy, e-prescription, medication error, electronic
prescribing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
SARAN ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 23
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik responden ............................................................................. 8
Tabel II. Jawaban responden tentang pengertian Medication Error (ME) ............. 9
Tabel III. Tahap yang berpotensi terjadi Medication Error menurut responden .. 10
Tabel IV. Persepsi responden terhadap peresepan elektronik dalam mengurangi
Medication Error .................................................................................................. 12
Tabel V. Pengalaman penggunaan peresepan elektronik untuk mengurangi
Medication Error .................................................................................................. 15
Tabel VI. Harapan terhadap peresepan elektronik ................................................ 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................. 23
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data ................................. 24
Lampiran 3. Surat Jawaban Permohonan Ijin dan Pengambilan Data .................. 25
Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ........................................ 26
Lampiran 5. Informed Consent ............................................................................. 28
Lampiran 6. Pedoman Wawancara ....................................................................... 29
Lampiran 7. Hasil Wawancara Responden ........................................................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Potensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
bidang kesehatan atau yang disebut e-Health sangat besar. World Health
Organization (WHO) menyatakan agar negara anggota mulai merencanakan
pembangunan e-Health di masing – masing negara (Sunjaya, 2019). Fasilitas e-
Health yang terintegrasi harus tersedia untuk meningkatkan akses, kualitas, dan
keamanan dalam pelayanan kesehatan (World Health Organization, 2005).
Pembangunan e-Health mencakup beberapa sector salah satunya yaitu
pengembangan pada sector e-pharmacy. Dalam hal ini penggunaan teknologi
canggih untuk pelayanan resep dilakukan melalui sistem peresepan elektronik (e-
prescribing) (Adrizal, Sriwajyuni and Aldi, 2019).
Menurut Oktarlina et al. (2019), sistem peresepan elektronik di Indonesia
belum berkembang pesat dan hanya terdapat pada rumah sakit yang menjadi
rujukan utama (Oktarlina et al., 2019). Sistem peresepan elektronik dapat
dihubungkan dengan akses pada informasi mengenai farmasi, riwayat pengobatan
pasien, catatan medis, hasil lab, diagnosis klinis, dan status pasien yang
memungkinkan seluruh tenaga kesehatan mampu berkomunikasi untuk proses
pengobatan pasien. Penerapan peresepan elektronik perlu didukung untuk
meningkatkan kepuasan pelayanan terhadap waktu tunggu, menurunkan
terjadinya medication error atau, prescribing error (Oktarlina et al., 2019). Selain
itu penggunaan peresepan elektronik mampu mengurangi kesalahan yang
dilakukan oleh dokter dan apoteker dalam hal penulisan resep dan pelayanan resep
(Farida et al., 2017).
The Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa 32-69% dari
medication error terjadi dan hal tersebut mampu dicegah untuk mengurangi biaya
pelayanan yang dikeluarkan pasien (Widiastuti and Dwiprahasto, 2013). Studi lain
di Inggris mengenai medication error menunjukkan bahwa ditemukan kesalahan
berkisar 10-12% atau sebanyak 517.415 laporan kejadian kesalahan pengobatan
yang diterima dari Inggris dan Wales dari Januari 2005 dan Desember 2010
(Gloria, Yuwono and Ngudiantoro, 2017). Berdasarkan data nasional, Indonesia
memiliki prevalensi medication error sebesar 24,8% yang dihimpun dari 10 besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
insiden di rumah sakit (Gloria, Yuwono and Ngudiantoro, 2017). Berdasarkan
penelitian – penelitian terdahulu menunjukkan tingginya medication error yang
terjadi pada peresepan kovensional. Penelitian di sebuah rumah sakit pendidikan
menunjukkan bahwa terjadi kesalahan penulisan resep (prescribing error)
sebanyak 4 resep per 1000 resep (Farida et al., 2017). Studi menurut Farida et al.
(2017) kesalahan peresepan (prescribing error) disebabkan tidak ada dosis obat
sebesar 39%, tidak menuliskan bentuk sediaan sebesar 84%, tidak tepat aturan
pakai sebesar 34%, tidak ada rute pemberian sebesar 49%, dan tidak ada jumlah
pemberian sebesar 18% (Farida et al., 2017). Selain itu Abramson et al. (cit.,
Porterfield, 2014) menyatakan kejadian kesalahan peresepan (prescribing error)
mengalami pegurangan dari 35,7 % per 100 resep konvensional menjadi 12,2 %
per 100 resep setelah satu tahun pelaksanaan peresepan elektronik (Porterfield,
Engelbert and Coustasse, 2014).
Pengurangan potensi medication error ini membuat semua rumah sakit
mengembangkan sistem peresepan elektronik. Suatu sistem yang sudah diterapkan
perlu dikaji pada sisi penggunanya. Hal ini untuk mengkaji apa sistem sudah
bekerja dengan baik, adakah yang perlu ditingkatkan dan faktor yang mendukung
untuk keberhasilan implementasi (Devine et al., 2010). Gambaran mengenai
persepsi petugas yang menggunakan peresepan elektronik dibutuhkan untuk
mendeskripsikan implementasi peresepan elektronik. Selain itu gambaran
terhadap tempat kerja menentukan produktivitas seseorang dalam mengerjakan
suatu perkerjaan untuk menyelesaikan permasalahan (Bili, Resmawan and
Kondorura, 2018). Kedua gambaran tersebut diharapkan mampu menumbuhkan
harapan terhadap penggunaan sistem peresepan elektronik dalam mengatasi
medication error.
Sebuah penelitian mengungkap bahwa sistem peresepan elektronik
memberikan kepuasan kepada pengguna dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan setiap resep sebesar 53% hingga 63%. Lebih dari 70% staf pada
bagian farmasi setuju bahwa keselamatan pasien meningkat karena penggunaan
peresepan elektronik (Woan, Phang and Lay, 2009). Penelitian Hellstrom et.al.
(cit. Widiastuti and Dwiprahasto, 2013) di Swedia menunjukkan bahwa mayoritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
responden menganggap sistem peresepan elektronik mudah digunakan (88%),
membuat pelayanan menjadi lebih baik (92%), dan menghemat waktu pelayanan
(83%) dibanding dengan resep yang ditulis manual (Widiastuti and Dwiprahasto,
2013). Tenaga medis juga menyatakan puas terhadap penggunaan resep elektronik
(Bulut, Yıldız and Kaya, 2019). Penelitian Tampa’i (2012) menyatakan bahwa
91% responden memiliki kepuasan kategori sedang atau cukup puas dan 67%
merasa puas kategori tinggi terhadap ketepatan waktu karena penerapan peresepan
elektronik (Tampa’i, Satibi and Pramudji, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk
mengungkap persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang
peresepan elektronik terhadap pengurangan potensi medication error. Penelitian
ini akan dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang yang telah melakukan uji
coba penggunaan persepan elektronik di bagian Unit Gawat Darurat selama
beberapa tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk peningkatan pelayanan dengan peresepan elektronik di rumah
sakit tempat penelitian dan dapat menjadi rujukan informasi bagi rumah sakit lain
yang akan menerapkan peresepan elektronik.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional yang dikerjakan dengan
rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini akan
menjelaskan secara realistis dan objektif terhadap kondisi sebenarnya tanpa
adanya intervensi dari peneliti (Prihatsanti, Suryanto and Hendriani, 2018).
Fenomena yang akan diamati melalui penelitian ini adalah persepsi, pengalaman,
dan harapan petugas instalasi farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik
untuk mengatasi potensi medication error.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang yang telah
melakukan uji coba implementasi peresepan elektronik. Waktu yang digunakan
untuk pengambilan data adalah Bulan Februari - Maret 2021.
Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek
penelitian yang akan diteliti (Masturoh and Anggita, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah petugas Instalasi Farmasi di rumah sakit yang terlibat
langsung dalam pelayanan resep.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Masturoh and
Anggita, 2018). Sampel penelitian ini adalah petugas Instalasi Farmasi yang
melakukan pelayanan resep melalui sistem peresepan elektronik di Rumah
Sakit Harapan Magelang, baik apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian
(TTK). Kriteria inklusi subyek pada penelitian ini adalah: 1) petugas di
Instalasi Farmasi yang melakukan pelayanan resep menggunakan sistem
peresepan elektronik, 2) bersedia secara sukarela menjadi responden pada
penelitian ini dengan menandatangani informed consent. Pengambilan data
dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, sehingga tidak memerlukan
jumlah sampel minimal, tapi berdasarkan kecukupan data yang diperoleh
untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan. Pegambilan data dianggap
selesai bila data sudah terpenuhi, namun bila informasi masih bervariasi dan
masih belum tergali maka masih memerlukan informan tambahan (Masturoh
and Anggita, 2018). Metode sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh.
Metode ini dilakukan jika semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Masturoh and Anggita, 2018). Melalui penelitian ini, diperoleh responden
sebanyak 10 responden. Responden tersebut diambil dari seluruh petugas di
Instalasi Farmasi yang pernah mengikuti ujicoba implementasi peresepan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
elektronik. Dari 10 responden, hanya 8 responden yang bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoadmojo, 2012). Terdapat Pedoman Wawancara untuk membantu dalam
melakukan wawancara sehingga tercapai satu tujuan yaitu mengambarkan
persepsi, pengalaman, dan harapan Petugas Instalasi Farmasi dalam menggunakan
peresepan elektronik untuk mengatasi potensi medication error. Pedoman
Wawancara disiapkan untuk membantu peneliti dalam menyusun kerangka
wawancara meliputi pendahuluan, pertanyaan pembuka, pertanyaan kunci.
Terdapat lembar informed-consent yang digunakan untuk menyatakan kesediaan
diri dari Petugas Instalasi Farmasi untuk berpartisipasi secara sukarela dalam
penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara.
Wawancara merupakan proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek
penelitian (Emzir, 2010). Teknik ini dipilih untuk menggali hal yang lebih
mendalam mengenai persepsi, pengalaman, dan harapan Petugas Instalasi
Farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik untuk meminimalisir
medication error. Tipe wawancara yang dipilih yaitu wawancara terstruktur, yang
dipandu dengan instrumen penelitian yang berupa Panduan Wawancara. Melalui
wawancara, peneliti dapat memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan (Masturoh and Anggita, 2018). Namun, dikarenakan pandemi COVID –
19 maka tidak memungkinkan melakukan wawancara secara tatap muka,
sehingga dialihkan dengan menggunakan sistem daring melalui telepon.
Wawancara direkam berdasarkan persetujuan responden. Pewawancara juga
mencatat jawaban respoden pada notulen wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji Validasi Instrumen Penelitian
Pengujian yang dilakukan pada instrument penelitian ini yaitu uji validitas isi.
Validitas isi adalah preses penilaian kesesuaian isi instrumen dengan
permasalahan yang diteliti. Validasi isi dapat dilakukan dengan penilaian oleh
orang yang ahli pada bidang yang bersangkutan (professional judgment)
(Masturoh and Anggita, 2018). Ahli tersebut akan menentukan apakah alat ukur
sudah memadai untuk dijadikan sebagai alat ukur dari permasalahan yang diteliti.
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil wawancara yang berupa rekaman di transkrip secara verbatim. Hasil
wawancara diolah dengan melakukan ekstraksi data untuk memilih, dan
menyederhanakan data yang muncul (Masturoh and Anggita, 2018). Ekstraksi
data dilakukan untuk memilah sesuai dengan kebutuhan dalam menjawab
permasalahan atau variable penelitian. Hasil ekstraksi data ditampilkan dalam
tabel untuk dikelompokkan sesuai dengan tiga pertanyaan, yaitu menjurus kepada
persepsi, pengalaman, dan harapan petugas Instalsi Farmasi dalam menggunakan
peresepan elektronik untuk mengatasi potensi medication error. Kemudian, data
yang telah dikelompokkan disimpulkan menjadi suatu tema (kalimat/frasa
singkat) untuk mewakili gambaran persepsi, pengalaman, dan harapan petugas
Instalsi Farmasi dalam menggunakan peresepan elektronik untuk mengatasi
potensi medication error. Setiap tema dicari “quote”-nya atau penggalan pendapat
responden yang sesuai dan mendukung tema tersebut.
Ijin Penelitian dan Ethical Clearance
Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta dengan Ref. Nomor : KE/FK/1326/EC/2020. Penelitian ini
juga telah mendapatkan ijin dari Direktur Rumah Sakit Harapan Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jumlah responden yang bersedia dilibatkan dan diwawancarai pada
penelitian ini sebanyak delapan orang. Karakteristik responden pada penelitian ini
ditinjau dari usia, pendidikan terakhir, posisi dalam pekerjaan, dan lama bekerja
yang ditampilkan pada Tabel I.
Pada rentang usia 21 – 30 tahun terdapat lima orang dan 31 – 40 tahun
sebanyak tiga orang. Pada rentang usia tersebut digolongkan dalam usia produktif.
Usia produktif adalah usia seseorang dapat berpenghasilan untuk mencukupi
kebutuhan hidup dan kehidupannya. Pada usia ini, seseorang akan memiliki
kreatifitas tinggi terhadap pekerjaan sebab didukung oleh pengetahuan dan
wawasan yang lebih baik serta tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang
diberikan (Ukkas, 2017). Hasil ini menunjukkan bahwa responden berada pada
usia produktif yang memungkinkan bekerja dengan lebih baik dan mampu
berpikir kritis dalam menghadapi masalah. Selain itu, pada usia produktif akan
memiliki kepekaan terhadap adanya perubahan teknologi dan mudah beradaptasi
dengan perubahan tersebut.
Pada karakteristik pendidikan terakhir dari responden terdapat lima orang
yang berpendidikan terakhir Diploma, dua orang untuk Profesi Apoteker, dan satu
orang untuk Strata Dua. Seseorang dengan pendidikan formal yang semakin tinggi
cenderung mempunyai pengetahuan yang tinggi, terutama di bidang yang
ditekuninya selain hasil dari mengembangkan dirinya dan dalam hal
menyelesaikan persoalan (Notoadmojo, 2003). Selain itu, melalui pendidikan
seseorang mampu mengembangkan kearah yang diinginkan oleh organisasi
sehingga semakin tinggi pendidikannya diharapkan kemampuan sumber daya
manusia juga semakin tinggi (Dewi, Suwendra and Yulianthini, 2016).
Seorang apoteker harus memiliki semangat belajar berkelanjutan karena
informasi, teknologi, dan ilmu kesehatan terutama obat dan penyakit terus
berkembang dari waktu ke waktu. Apoteker perlu meningkatkan kepekaan dalam
perkembangan tersebut. Kemampuan tersebut diharapkan mampu menunjang
dalam pelayanan kefarmasian dengan menggunakan teknologi terkini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berdasarkan hasil penelitian terdapat salah satu responden yang sudah menempuh
pendidikan strata dua, hal ini dapat mendukung penigkatan kinerja Instalasi
Farmasi dan koleganya dalam pelayanan kesehatan, terutama terkait penerapan
TIK untuk pelayanan kefarmasian.
Apabila ditinjau dari lama bekerja mayoritas responden bekerja selama 1 –
3 tahun dan terdapat salah satu responden yang menjabat sebagai Kepala Bagian
Kefarmasian. Lama bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman dan kinerja
seseorang. Semakin lama masa kerja dan jabatan penting yang disandangnya,
maka semakin banyak pula pengalaman dan ketrampilan yang dapat mendukung
pekerjaan mereka, sehingga produktivitas akan meningkat.
Tabel I. Karakteristik responden
Karakteristik Frekuensi
N=8
Jenis Kelamin
Laki – laki 1
Perempuan 7
Usia
21 - 30 tahun 5
31 – 40 tahun 3
Pendidikan Terakhir
Diploma 5
S1 0
Profesi Apoteker 2
S2 1
Posisi dalam Pekerjaan
Tenaga Teknis Kefarmasian 5
Apoteker 3
Lama Bekerja
1 – 3 tahun 5
4 – 6 tahun 2
7 – 9 tahun 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pengetahuan Mengenai Medication Error
Wawancara diawali dengan pertanyaan mengenai pendapat responden
tetang Medication Error. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui seberapa
dalam responden mengetahui tentang tema yang akan dibahas. Dapat dikatakan
bahwa seluruh responden memahami Medication Error sebagai kesalahan
pengobatan yang mampu merugikan serta membahayakan bagi pasien yang
sebenarnya dapat dicegah. Pernyataan tersebut sesuai dengan definisi Medication
Error menurut The United States National Coordinating Council for Medication
Error Reporting and Prevention bahwa Medication Error adalah segala peristiwa
yang mampu dicegah dimana proses pengobatan berada dalam kendali tenaga
kesehatan yang mengarah pada penggunaan obat yang tepat atau membahayakan
pasien. Kejadian tersebut berkaitan dengan praktik professional, prosedur, dan
sistem termasuk peresepan, komunikasi, pelabelan produk, pengemasan, tata
nama, peracikan, dispensing, distribusi, administrasi, edukasi, monitoring, dan
penggunaan (WHO, 2016).
Tabel II. Jawaban responden tentang pengertian Medication Error (ME)
Variasi jawaban responden tentang pengertian ME
Medication error merupakan kesalahan dalam penulisan resep, pemberian resep atau
yang berhubungan dengan resep
Medication error merupakan kesalahan dalam pengobatan yang bisa dicegah
Medication error merupakan kesalahan yang bisa terjadi ketika proses pelayanan bisa
terjadi karena SDMnya atau dari system komputernya.
Medication error merupakan kejadian kesalahan pemberian obat yang tidak hanya
dapat merugikan pasien atau bahkan membahayakan pasien.
Medication error merupakan sesuatu kejadian yang dapat merugikan pasien tetapi
juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang mungkin disebabkan oleh
petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pasien dari
mulai pasien masuk sampai pasien keluar dari rumah sakit.
Seperti yang disajikan pada Tabel III, responden juga menyatakan bahwa
kejadian Medication error dapat terjadi pada proses awal penulisan resep,
pembacaan resep, penyiapan resep, hingga ketika obat diberikan kepada pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Responden menyatakan bahwa kemungkinan terbesar ME berada pada bagian fase
transcribing (pembacaan resep) dan dispensing, terutama skrining resep, proses
penyiapan obat dan penyerahan obat. Berikut adalah kutipan wawancara salah
satu responden :
“…..Menurut saya kemungkinan besar Medication error terjadi di fase
transcribing. Kalau transcribing di peresepan manual kendala dalam
interpretasi atau pembacaan resep karena tulisan tidak terbaca.....”
(Responden 8).
Kejadiaan medication error pada tahap transcribing atau proses
pembacaan resep biasanya disebabkan karena pada resep manual tulisan dokter
tidak jelas dan menyebabkan sulit terbaca (Fatimah, Rochmah and Pertiwi, 2020).
Kesalahan pada tahap ini karena dokter menganggap petugas farmasi sudah
paham terhadap apa yang dituliskan oleh dokter, dan staf farmasi tidak melakukan
konfirmasi ulang terhadap tulisan tersebut. Hal ini dilakukan karena sudah yakin
akan asumsinya (Fatimah, Rochmah and Pertiwi, 2020).
Tabel III. Tahap yang berpotensi terjadi Medication Error menurut responden
Tahap yang berpotensi terjadi
Medication Error
Jumlah responden
yang menyatakan
Penulisan resep 3 dari 8
Skrining resep 7 dari 8
Penyiapan obat 5 dari 8
penyerahan obat 5 dari 8
Persepsi Penggunaan Peresepan Elektronik untuk Mengatasi Medication
Error
Resep elektronik merupakan suatu pergerakan yang cukup besar untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dengan berpegang pada perkembangan
teknologi. Peresepan elektronik memungkinkan untuk seluruh bagian dalam
rumah sakit untuk mengakses data pasien dalam waktu singkat dan kapan saja
melalui sistem komputer. Hal tersebut pastinya akan mengurangi adanya
kesalahan dalam pelayanan dibandingkan secara manual (Klepser, Lanham and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Cochran, 2016). Dari pernyataaan diatas maka pihak yang dipermudah oleh
penerapan peresepan elektronik yaitu pengguna dan pasien.
Persepsi seseorang terhadap teknologi akan sangat berbeda karena mungkin
saja teknologi membuat diri tidak nyaman dan mengganggu (Ermawati and
Delima, 2016). Pada penelitian ini diajukan pertanyaan kepada responden
mengenai pendapatnya terhadap potensi peresepan elektronik dalam mencegah
kejadian medication error. Seluruh responden menyatakan bahwa peresepan
elektronik bisa mencegah kejadian medication error. Sebagian besar responden
menyatakan bahwa peresepan elektronik akan memberikan kemudahan dalam
proses transcribing atau pembacaan resep. Responden beralasan karena semua
proses menggunakan sistem komputerisasi sehingga sangat mudah untuk dibaca
dan dianalisis. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden pada penelitian
ini memiliki persepsi baik dan positif terhadap penerapan peresepan elektronik,
utamanya untuk mencegah ME.
Menurut penelitian Hinojosa-Amaya et. al (2016) yang dilakukan dengan
membandingkan kejadian Medication error pada peresepan manual dan elektronik
menyatakan bahwa peresepan elektronik dapat mencegah Medication Error
ringan yang disebabkan karena kesalahan teknis seperti penulisan dokter atau
look-alike sound-alike drug. Kemudian Abramson et. al (2012) yang melakukan
penelitian pada 9.385 resep manual menemukan bahwa terjadi kesalahan pada
36,7% dari 100 resep yang disebabkan karena penulisan yang tidak terbaca.
Dengan pelaksanaan peresepan elektronik setidaknya mampu mengurangi
sebagian besar kesalahan yang sering terjadi ketika proses penulisan, pembacaan,
penyiapan, dan penyerahan resep.
Kemudian, apabila ditinjau dari persepsi atas kegunaan yang merupakan
suatu keyakinan seseorang ketika menggunakan teknologi dapat memberikan
manfaat dan hasil yang bagus (Anggraeni, 2015). Menurut Davis et. al. (1989)
(Cit, Priambodo and Prabawani, 2016) terdapat enam konstruk yang dapat
digunakan untuk menyatakan persepsi kegunaan yaitu (1) work more quickly, (2)
job performance, (3) increase productivity, (4) effectiveness, (5) makes job easier,
(6) usefull. Berdasarkan pernyataan mengenai persepsi kegunaan dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahwa peresepan elektronik dapat bermanfaat untuk mengatasi medication error,
namun tidak semua fase medication error dapat teratasi. Hal tersebut sesuai
pernyataan salah satu responden yang mengungkapkan bahwa peresepan
elektronik hanya dapat mengatasi pada proses awal saja yaitu ketika dokter
menulis resep (prescribing) dan pada fase ketika membaca resep (transcribing).
Pada fase dispensing seperti kesalahan jumlah, dosis, bentuk sediaan, salah obat,
atau bahkan salah pasien tidak dapat dikontrol dengan peresepan elektronik
(Klepser, Lanham and Cochran, 2016). Berikut merupakan kutipan wawancara
dengan responden tersebut:
“….Menurut saya untuk keseluruhan mencegah medication error ndak.
Karena mungkin pada peresepan elektronik hanya menangani pada
bagian awal saja. Ketika peresepan manual, proses skrining akan lebih
sulit terkadang terjadi kesalahan pembacaan resep. Kalau peresepan
elektronik mudah dibaca dan dianalisis. Namun, medication error yang
tidak dapat dicegah itu ketika pemberian obat ke pasien, dan penyiapan
obat. Karena medication error tersebut diluar dari peresepan
elektronik….” (Responden 2)
Tabel IV. Persepsi responden terhadap peresepan elektronik dalam mengurangi
Medication Error
Respon Alasan
Dapat mencegah
Medication
Error
Peresepan elektronik mampu mencegah medication error pada
prescribing dan transcribing. Misalnya, ketika terdapat
kesahan penulisan resep akan otomatis terdeteksi oleh sistem.
Peresepan elektronik bersifat all by system yang mana dokter
tidak perlu menuliskan obatnya, cukup memilih obat yang akan
diresepkan maka dosis sudah tertera, aturan pakai jelas, dan
bentuk sedian jelas. Sehingga pada tahap selanjutkan akan
lebih berjalan dengan baik.
Fase yang mungkin dapat teratasi dibagian proses pembacaan
resep. Hal tersebut dikarenakan lebih cepat dalam penyiapan
dan memberi harga obat serta cross check-nya menjadi lebih
mudah.
Bisa tapi tidak
keseluruhan
Hal tersebut dikarenakan pada peresepan elektronik hanya
menangani pada bagian awal (prescribing dan transcribing).
Namun, medication error pada tahap pemberian obat ke pasien
dan penyiapan obat tidak dapat dicegah, karena medication
error tersebut diluar dari peresepan elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pengalaman Petugas Instalasi Farmasi Menggunakan Peresepan Elektronik
untuk Mengatasi Medication Error
Rumah Sakit Harapan Magelang melakukan ujicoba peresepan elektronik
di bagian IGD. Rumah Sakit menggunakan MyHospital yang merupakan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) untuk sistem peresepan elektronik.
Proses peresepan elektronik di rumah sakit ini diawali dengan pasien masuk ke
IGD dan mendaftar melalui administrasi. Pihak administrasi menginput data
pasien yang akan terintegrasi ke seluruh bagian di Rumah Sakit. Pihak dokter
melakukan pemeriksaan dan penginputan hasil diagnosis serta obat yang
dibutuhkan oleh pasien melalui MyHospital. Resep Elektronik yang diinput oleh
dokter secara otomatis terintegrasi ke bagian Farmasi. Bagian Farmasi
memperoleh pemberitahuan dalam bentuk antrian resep. Pada tahap ini bagian
Farmasi memulai prosedur dengan skrining resep untuk menilai kebenaran data
pasien dengan obat yang diberikan. Apabila sudah sesuai maka akan ada
konfirmasi ke bagian keuangan secara otomatis.
Berdasarkan penuturan responden ketika diberikan pertanyaan mengenai
pengalaman selama menggunakan peresepan elektronik, mereka merasa nyaman
dan mudah menggunakannya. Responden menyatakan bahwa dengan peresepan
elektronik tidak memerlukan upaya lebih untuk menginterpretasikan tulisan
dokter terkait nama obat, jumlah, aturan pakai, hingga identitas pasien sehingga
potensi kesalahan dapat dikurangi. Hal tersebut membuat proses penyiapan resep
menjadi lebih cepat dibuktikan dengan waktu penyiapan yang lebih singkat. Jika
peresepan manual membutuhkan waktu sekitar 15 – 20 menit untuk satu resep
racikan, dengan peresepan elektronik berkisar antara 10 – 15 menit untuk satu
resep racikan. Kegiatan seperti klarifikasi kepada dokter terkait resep lebih
sedikit, sehingga memangkas waktu pelayanan resep (Al-Sarawi et al., 2019).
Selain merasakan kemudahan dan kenyamanan, responden menyatakan
bahwa tidak seluruhnya proses pada peresepan elektronik mengatasi medication
error. Bahkan dengan kondisi tertentu akan menimbulkan resiko lain yang
mengarah pada medication error (McLeod et al., 2019). Menurut pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
responden terdapat masalah yang ditemukan berupa peresepan elektronik
membuat pengguna salah memilih, sulit dioperasikan bagi orang tertentu, tidak
mendeteksi fase dispensing dan administrasi, dan tidak memberikan peringatan.
Responden menuturkan bahwa para pengguna yang membuat resep
terutama yang berasal dari usia yang cukup tua akan mengalami kesulitan dalam
pengoperasian yang memungkinkan terjadi kesalahan pemilihan obat, dosis,
bentuk sediaan sehingga menimbulkan medication error. Selain itu faktor
lingkungan dan kondisi fisik seperti kelelahan mampu mempengaruhi kesalahan
meskipun telah menggunakan peresepan elektronik. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan salah satu responden berikut :
“.... Terkadang dokter mungkin kurang mahir menggunakan komputer,
sehingga dokter mengintruksikan perawat untuk memasukkan obat sesuai
instruksi….. Resep masuk kemudian dievaluasi lagi, apakah sesuai untuk
aturan pakai, jumlah. Karena terkadang yang BPJS terkadang tidak
semua tercover…..”(Responden 2).
Kemudian, responden menyatakan bahwa selama penggunaan peresepan
elektronik, medication error fase dispensing dan administrasi tidak mampu ter-
cover. Hal tersebut diutarakan responden bahwa SIM-RS yang dimiliki oleh
Rumah Sakit Harapan Magelang belum memuat mengenai peringatan alergi, efek
samping, kontraindikasi, interaksi yang mengharuskan petugas bagian Farmasi
mencari secara mandiri informasi tersebut, sehingga rawan terjadi kesalahan saat
pemberian informasi kepada pasien. Walaupun secara implementasi peresepan
elektronik dapat mengurangi angka kejadian medication error, potensi kesalahan
akan tetap ada (Al-Sarawi et al., 2019). Fase dispensing dan administrasi
setidaknya mampu dikurangi kejadian medication error dengan melakukan cross
–check dan pemeriksaan secara teliti dengan memastikan obat sesuai dengan
kondisi pasien.
Pelaksanaan peresepan elektronik mampu mengurangi medication error
salah satunya dengan pemberian peringatan terhadap potensi efek samping dan
interaksi (Sabila, Oktarlina and Utami, 2018; Al-Sarawi et al., 2019). Berdasarkan
pernyataan responden, sistem peresepan elektronik di Rumah Sakit Harapan
Magelang belum mendukung adanya notifikasi peringatan potensi efek samping
dan interaksi. Responden menuturkan bahwa bagian Farmasi harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengidentifikasi secara manual terkait efek samping, kontraindikasi, interaksi,
dan potensi alergi yang mungkin terjadi. Bagaimana pun, pemberian peringatan
oleh sistem peresepan elektronik mampu mengurangi kesalahan sebesar 52%
kejadian (Amato et al., 2017).
Tabel V. Pengalaman penggunaan peresepan elektronik untuk mengurangi
Medication Error
Pengalaman Peresepan Elektronik Hasil Wawancara
Sistem membuat pengguna salah
memilih
"Saya pernah menjumpai dokter yang
salah memilih seharusnya tablet yang
dipilih injeksi"
Sistem sulit dioperasikan bagi orang
tertentu
"Pengalaman saya, orang yang lebih tua
akan kesulitan mengoperasikan peresepan
elektronik… Apalagi terdapat obat yang
terkadang tidak tercover oleh BPJS"
"… tidak munculkan stok obat yang masih
ada sehingga dokter memberikan resep
tapi tidak ada data obatnya masih atau
tidak. Dan butuh pelatihan juga ketika
benar benar diimplementasikan
Sistem tidak dapat mendeteksi pada
fase dispensing, administrasi
".. Biasanya saya menemukan medication
error itu seperti salah pengambilan obat
karena obatnya deketan"
Sistem tidak memberikan
peringatan
"Selama proses uji coba tetap dilakukan
pengecekan diawal, setelah penyiapan,
sebelum diserahkan… Sistem tidak
disebutkan peringatan untuk alergi, efek
samping, kontraindikasi, interaksi
sehingga farmasi perlu mencari sendiri"
Kinerja lebih mudah
"Tidak usah susah dalam membaca resep
karena sistem sudah menunjukkan data
data yang dibutuhkan seperti nama obat,
dosis, jumlah, aturan pakai"
"menurut saya bisa membantu dengan
lebih cepat penyiapannya dan kasih harga
obat serta cross check lebih mudah sih"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Harapan Penggunaan Peresepan Elektronik dalam Mengatasi Medication
Error
Harapan seseorang terhadap suatu hal dapat digunakan sebagai kerangka
untuk memahami motivasi terutama dalam bekerja. Melalui pemahaman terhadap
kebutuhan karyawan secara sarana prasarana dapat setidaknya meningkatkan
kinerjanya (Nilawati, 2013). Dalam konteks ini, pemenuhan hal - hal yang kurang
dari peresepan elektronik mampu meningkatkan kinerja seluruh bagian yang
terkait dan mampu mengurangi kesalahan seperti medication error. Hal ini
dikarenakan kenyamanan dan kemudahan dalam bekerja tercapai (Sesunan and
Basit, 2013).
Pada penelitian ini, seluruh responden menyatakan dukungan terhadap
rumah sakit untuk segera merealisasikan peresepan elektronik. Alasan responden
mendukung secara penuh peresepan elektronik karena mampu mempercepat
pekerjaan dan menjadi lebih efisien dengan meminimalisir kesalahan. Sehingga
tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan.
Berikut merupakan kutipan wawancara salah satu responden yang menyatakan
dukungan penuh pelaksanaan peresepan elektronik :
“…. harapannya sih dari pihak manajemen dapat memberikan kebijakan
untuk pelaksanaan peresepan elektronik karena secara SIM-RS sudah
punya, selain itu dari BPJS juga sudah ada e-rekam medis sehingga
semuanya jadi terintegrasi dan makin cepet…”(Responden 8)
Kemudian apabila ditinjau dari sisi sistem, responden mengharapkan agar
sistem dilengkapi dengan adanya peringatan otomatis mengenai interaksi, efek
samping, kontraindikasi, sehingga proses pengecekan ulang akan lebih mudah dan
cepat, serta keharusan konfirmasi ulang pada dokter sebagai penulis resep akan
berkurang. Selain itu, responden mengharapkan adanya barcode di kemasan obat
yang bisa diinisiasi dari pihak manajemen rumah sakit sendiri atau bahkan dari
industri farmasi. Fungsi barcode ini tidak hanya sebagai identitas dari produk obat
tetapi juga bisa sebagai alat untuk verifikasi dalam proses dispensing. Metode
tersebut dilakukan dengan mencocokan antara barcode obat yang diresepkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dokter dan yang disiapkan oleh petugas Farmasi. Hal tersebut setidaknya mampu
mengurangi adanya kesalahan dalam proses dispensing resep.
Tabel VI. Harapan terhadap peresepan elektronik
No Harapan terhadap Peresepan Elektronik
1 Peresepan elektronik segera dilaksanakan secara resmi karena
dengan peresepan elektronik semua akan terintegrasi, apalagi
pihak BPJS sudah mengembangkan e-rekam medis.
2 Memberikan barcode di obat dengan harapan dapat mengurangi
kesalahan dalam pengambilan obat
3 Sistem peresepan elektronik mampu memberikan peringatan
secara otomatis terkait interaksi, efek samping, kontraindikasi
4 Bagi penulis resep, diharapkan lebih teliti terutama dalam
memilih obat yang akan diresepkan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Persepsi, Pengalaman, dan Harapan
Petugas Instalasi Farmasi Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik dalam
Mengatasi Medication Error dapat digambarkan bahwa responden berpersepsi
peresepan elektronik dapat mengurangi kejadian medication error namun tidak
seluruh fase dapat teratasi. Berdasarkan pengalaman responden, peresepan
elektronik mudah dan nyaman. Namun bila ditinjau dari sisi sistem, kemungkinan
salah pilih obat tinggi, dan beberapa orang akan sulit mengoperasikan, serta
sistem tidak mendeteksi medication error pada fase dispensing dan adiministrasi
dikarenakan tidak adanya peringatan otomatis. Responden juga berharap
peresepan elektronik segera diimplementasikan secara resmi di Rumah Sakit
Harapan Magelang dengan meningkatkan fitur.
SARAN
Saran untuk pihak Manajemen Rumah Sakit untuk dapat merealisasikan
peresepan elektronik guna meningkatkan kinerja tenaga kesehatan untuk
melakukan pelayanan. Sebelum merealisasikan hal tersebut, diharapkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
melakukan sosialisasi, sehingga pengguna nyaman ketika menggunakan terutama
bagi tenaga kesehatan yang sudah berumur. Pengembangan terhadap sistem yang
sudah ada juga diperlukan seperti penambahan notifikasi peringatan, dan fitur
barcode untuk mengurangi kejadian medication error pada fase dispensing. Selain
itu dengan rumah sakit memiliki database dari pasien, maka proses skrining resep
dan pemberian informasi akan lebih mudah karena sudah mengetahui data rekam
medis pasien sebelumnya.
Saran untuk petugas Instalasi Farmasi ketika menggunakan peresepan
elektronik untuk tetap teliti dan selalu melakukan cross-check ketika resep masuk
ataupun ketika obat akan diberikan pada pasien walaupun telah menggunakan
peresepan elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
DAFTAR PUSTAKA
Abramson, E. L. et al. (2012) ‘Ambulatory prescribing errors among community-
based providers in two states’, Journal of the American Medical Informatics
Association, 19(4), pp. 644–648. doi: 10.1136/amiajnl-2011-000345.
Adrizal, Sriwajyuni, F. and Aldi, Y. (2019) ‘Analisis Pelayanan Resep
Konvensional dan Elektronik serta Pengaruhnya terhadap Kualitas
Pelayanan Kefarmasian di RSUD M . Natsir Solok’, Jurnal Sains Farmasi
dan Klinis, 6(3), pp. 195–199.
Al-Sarawi, F. et al. (2019) ‘Prescribing errors and adverse drug reaction
documentation before and after implementation of e-prescribing using the
Enterprise Patient Administration System’, Journal of Pharmacy Practice
and Research, 49(1), pp. 27–32. doi: 10.1002/jppr.1454.
Amato, M. G. et al. (2017) ‘Computerized prescriber order entry-related patient
safety reports: Analysis of 2522 medication errors’, Journal of the American
Medical Informatics Association, 24(2), pp. 316–322. doi:
10.1093/jamia/ocw125.
Anggraeni, R. (2015) ‘Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Dan Persepsi
Kegunaan Terhadap Niat Untuk Menggunakan Dan Penggunaan Aktual
Layanan Jejaring Sosial Berbasis Lokasi (Studi Pada Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang)’, Ekonomi Bisnis,
20(1), pp. 44–52. doi: 10.17977/um042v20i1p44-52.
Bili, W., Resmawan, E. and Kondorura, D. (2018) ‘Pengaruh Pengalaman Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Laham Kabupaten
Mahakam Ulu’, E-Journal Manajemen Universitas Udayana, 6(3), pp. 465–
474.
Bulut, S., Yıldız, A. and Kaya, S. (2019) ‘Original Article Evaluation of
Transition to Electronic Prescriptions in Turkey : Perspective of Family
Physicians’, International Journal of Health Policy and Management, 8(1),
pp. 40–48. doi: 10.15171/ijhpm.2018.89.
Devine, E. B. et al. (2010) ‘Prescriber and staff perceptions of an electronic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
prescribing system in primary care : a qualitative assessment’, BMC Medical
Informastics and Decision Making, 10, p. 72.
Dewi, D. K. R., Suwendra, I. W. and Yulianthini, N. N. (2016) ‘Pengaruh Tingkat
Pendidikan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan’, Jurnal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, 4(1).
Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Ermawati, N. and Delima, Z. M. (2016) ‘Pengaruh Persepsi Kemudahan
Penggunaan, Persepsi Kegunaan, Dan Pengalaman Terhadap Minat Wajib
Pajak Menggunakan Sistem E-Filing (Studi Kasus Wajib Pajak Orang
Pribadi Di Kabupaten Pati)’, Jurnal Akuntansi Indonesia, 5(2), p. 163. doi:
10.30659/jai.5.2.163-174.
Farida, S. et al. (2017) ‘Implementasi Peresepan Elektronik Implementation of
Electronic Prescribing’, eJKI, 5(3), pp. 211–216. doi: 10.23886/ejki.5.8834.
Fatimah, S., Rochmah, N. N. and Pertiwi, Y. (2020) ‘Analisis Kejadian
Medication Error Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit X Cilacap’,
Jurnal Ilmiah JOPHUS : Journal Of Pharmacy UMUS, 2(01), pp. 36–43.
doi: 10.46772/jophus.v2i01.272.
Gloria, L., Yuwono and Ngudiantoro (2017) ‘Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Medication Error Pada Pasien Kemoterapi Di RSUP DR .
Mohammad Hoesin Palembang’, Majalah Kedokteran Sriwijaya Th.49, (4),
pp. 178–184.
Hinojosa-Amaya, J. M. et al. (2016) ‘Medication errors: electronic vs. paper-
based prescribing. Experience at a tertiary care university hospital’, Journal
of Evaluation in Clinical Practice, 22(5), pp. 751–754. doi:
10.1111/jep.12535.
Klepser, D., Lanham, A. and Cochran, G. (2016) ‘Electronic prescriptions:
opportunities and challenges for the patient and pharmacist’, Advanced
Health Care Technologies, p. 1. doi: 10.2147/ahct.s64477.
Masturoh, I. and Anggita, N. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
McLeod, M. et al. (2019) ‘The impact of implementing a hospital electronic
prescribing and administration system on clinical pharmacists’ activities - A
mixed methods study’, BMC Health Services Research, 19(1), pp. 1–12.
doi: 10.1186/s12913-019-3986-4.
Nilawati, L. (2013) ‘Kontribusi Teori Harapan “Vroom” dalam Penelitian
Keperilakuan’, E-Jurnal Ukrim Universtiy, 53(9), pp. 1689–1699.
Oktarlina, R. Z. et al. (2019) ‘Hubungan Persepsi Pasien terhadap Peresepan
Elektronik dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Imanuel Bandar Lampung The Relationship Between Patient Perceptions of
Electronic Prescribing with Patient Satisfaction in Pharmacy Installation’,
JK Unila, 3(1), pp. 21–27.
Porterfield, A., Engelbert, K. and Coustasse, A. (2014) ‘Electronic prescribing:
improving the efficiency and accuracy of prescribing in the ambulatory care
setting’, Perspectives in health information management / AHIMA,
American Health Information Management Association, 11.
Priambodo, S. and Prabawani, B. (2016) ‘Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi
Kemudahan Penggunan, Dan Persepsi Risiko Terhadap Minat
Menggunakan Layanan Uang Elektronik (Studi Kasus Pada Masyarakat Di
Kota Semarang)’, Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 5(2), pp. 127–135.
Prihatsanti, U., Suryanto, S. and Hendriani, W. (2018) ‘Menggunakan Studi
Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam Psikologi’, Buletin Psikologi, 26(2), p.
126. doi: 10.22146/buletinpsikologi.38895.
Sabila, F. C., Oktarlina, R. Z. and Utami, N. (2018) ‘Peresepan Elektronik (E-
Prescribing) Dalam Menurunkan Kesalahan Penulisan Resep’, Jurnal
Majority, 7(3), pp. 271–275.
Sesunan, D. and Basit, A. (2013) ‘Pengaruh Sarana Prasarana Kerja Dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai’, Jurnal Manajemen Visionist, 2(2),
pp. 63–74.
Sunjaya, A. P. (2019) ‘Potensi, Aplikasi dan Perkembangan Digital Health di
Indonesia’, Journal of Indonesian Medical Association, 69(April), pp. 167–
169. doi: 10.13140/RG.2.2.31918.66886.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tampa’i, R., Satibi and Pramudji, G. (2012) ‘Evaluasi Penerapan Sistem
Informasi Manajemen Farmasi Ditinjau dari Persepsi Pengguan di Rumah
Sakit Immanuel Bandung’, Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi (
JMPF ) Journal of Management and Pharmacy Practice, 2(3), pp. 178–185.
Ukkas, I. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Industri Kecil Kota Palopo’, Kelola: Journal of Islamic Education
Management, 2(2). doi: 10.24256/kelola.v2i2.440.
WHO (2016) Medication Errors: Technical Series on Safer Primary Care, World
Health Organization. Edited by World Health Organization. Geneva: World
Health Organizaton. doi: 10.7748/ns.30.35.61.s49.
Widiastuti, M. S. ; and Dwiprahasto, I. (2013) ‘Peran Resep Elektronik dalam
Upaya Meningkatkan Medication Safety pada Proses Prescribing’, Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 17(01), pp. 30–36.
Woan, S. T., Phang, J. S. K. and Lay, K. T. (2009) ‘Evaluating user satisfaction
with an electronic prescription system in a primary care group’, Annals of
the Academy of Medicine Singapore, 38(6), pp. 494–500.
World Health Organization (2005) Fifty-eighth World Health Assembly
Resolution on eHealth, www.who.int.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 3. Surat Jawaban Permohonan Ijin dan Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON
SUBJEK
Saya Baharudin Yoga Pranata dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi, Pengalaman, Dan
Harapan Petugas Instalasi Farmasi Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik
Dalam Mengatasi Medication Error”. Penelitian ini merupakan penelitian untuk
memenuhi tugas akhir perkuliahan.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengungkap persepsi, pengalaman,
dan harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan elektronik terhadap
pengurangan potensi medication error.
Saya mengajak saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian
ini akan berjalan dengan jangka waktu keikutsertaan masing- masing subjek
sekitar 1 jam.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk
mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda
ataupun sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda
diminta menandatangani lembar persetujuan penelitian. Saat Anda sudah
menadatangani lembar persetujuan maka prosedur selanjutnya adalah:
1. Anda akan diwawancarai oleh peneliti terkait kriteria inklusi.
2. Responden harus masuk ke dalam kriteria inklusi
3. Setelah masuk ke dalam kriteria inklusi, responden diminta
kesediaannya untuk diwawancara oleh peneliti melalui media yang
disepakati bersama.
C. Kewajiban subjek penelitian
Sebagai subjek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan
atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
jelas, Anda dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Manfaat
Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah memperoleh
tambahan pengetahuan dan literasi tentang persepsi, pengalaman, dan
harapan petugas Instalasi Farmasi tentang peresepan elektronik terhadap
pengurangan potensi medication error.
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek
penelitian akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil
penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.
F. Kompensasi
Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan kompensasi
sebagai ucapan terimakasih atas kesediaan saudara/i menjadi responden
sehingga membantu berlangsungnya penelitian ini. Kompensasi tersebut
berupa souvenir.
G. Pembiayaan
Seluruh biaya dalam penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi Tambahan
Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, saudara/i dapat menghubungi
Baharudin Yoga Pranata no. HP 082243717193 atau Kontak komisi etik
Fakultas Kedokteran UGM (Tlp: 0274588688, pswt 17225, 08112666869)
email : [email protected], alamat : Gedung Radiopoetro Lt 2
sayap Barat, Jl Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55128.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 5. Informed Consent
Persepsi, Pengalaman, Dan Harapan Petugas Instalasi Farmasi
Terkait Penggunaan Peresepan Elektronik Dalam Mengatasi
Medication Error
Informed Consent
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Alamat :
Nomor telepon/HP :
Saya telah membaca dan mengerti informasi yang tercantum pada lembar
informasi dan telah diberik kesempatan untuk mendiskusikan dan menanyakan hal
tersebut. Dengan penuh kesadaran saya bersedia untuk ikut berpastisipasi dalam
penelitian ini. Saya tidak berkeberatan apabila hasil penelitina ini dipublikasikan
untuk kepentingan dokumentasi dan penelitian. Saya mengerti bahwa saya dapat
menolak untuk ikut dalam penelitian. Saya mengerti bahwa saya dapat menolak
untuk ikut dalam penelitian. Saya sadar bahwa saya dapat mengundurkan diri dari
penelitian ini kapan saja saya mau. Demikian pernyataan ini saya buat sejujur-
jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta, ………………
Peneliti Yang menyetujui
Tanda Tangan Tanda Tangan
nama terang : nama terang :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6. Pedoman Wawancara
a. Identitas
1. Nama (Boleh tidak diisi) :
2. Usia : tahun
3. Jenis Kelamin : Laki laki / perempuan
4. Pendidikan terakhir : SMA/Diploma/S1/Profesi Apoteker/S2/S3
5. Posisi dalam pekerjaan :
6. Lama bekerja :
b. Pertanyaan
1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon dijelaskan
pengertiannya!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah kejadian
medication error?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan resep
elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan peresepan
elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 7. Hasil Wawancara Responden
Responden 1 ( Wawancara dilakukan tanggal 09 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : medication error itu kesalahan dalam penulisan resep, pemberian
resep atau yang berhubungan dengan resep
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : Bisa. Pencegahan medication error yang pastinya identifikasi
skrining resep. Misalnya ada kesalahan penulisan resep otomatis dapat
terbaca apakah terdapat kesalahan atau ndak.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : jadi medication error yang seperti saya sebut tadi dapat diatasi
dengan peresepan elektronik. Karena ketika penginputan obat otomatis
resep sudah diskrining secara online. Atau dapat dikatakan bahwa tidak
perlu verifikasi dua kali untuk kebenaran resepnya, sehingga untuk
skrining resep diawal dapat dilewati.
Selama bekerja jika dibandingkan dengan peresepan manual, medication
error lebih rendah dibanding dengan peresepan elektronik.
Biasanya kalau terjadi medication error disaat peresepan biasanya
melakukan konfirmasi ulang kepada dokter ataupun pasien untuk
menyelesaikan masalahnya/
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : secara umum harapannya pastinya pihak yang menginput resep
sebelum masuk ke bagian farmasi lebih teliti lagi. Dan harapan bagi rumah
sakit ya semoga akan diadakan lagi untuk mempermudah secara teknis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Responden 2 (Wawancara dilakukan tanggal 10 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : medication error itu kesalahan dalam pengobatan. Bisa terjadi
pada tahap awal peresepan dari dokter, saat proses pembacaan resep dan
analisis, atau penyerahan kepada pasien
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : menurut saya untuk keseluruhan mencegah medication error
ndak. Karena mungkin pada peresepan elektronik hanya menangani pada
bagian awal saja. Ketika peresepan manual, proses skrining akan lebih
sulit terkadang terjadi kesalahan pembacaan resep. Kalau peresepan
elektronik mudah dibaca dan dianalisis.
Namun, medication error yang tidak dapat dicegah itu ketika pemberian
obat ke pasien, dan penyiapan obat. Karena medication error tersebut
diluar dari peresepan elektronik
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : pengalaman saya, dokter meresepkan sesuatu obat yang mana
kemungkinan yang memasukkan resep tersebut perawat. Terkadang dokter
mungkin kurang mahir menggunakan computer sehingga dokter
mengintruksikan perawat untuk memasukkan obat sesuai instruksi.
Kemudian di bagian farmasi terdapat pemberitahuan resep masuk. Resep
masuk kemudian dievaluasi lagi apakah sesuai untuk aturan pakai, jumlah.
Karena terkadang yang BPJS terkadang tidak semua tercover. Kemudian
etiket dicetak dan obat disiapkan. Setelah diracik dicek lagi kemudian
dibagikan ke pasien. Sehingga berdasarkan proses tersebut peresepan
elektronik tidak mencegah secara keseluruhan medication error.
Sehingga sebenarnya tidak jauh berbeda antara peresepan elektronik dan
manual. Yang menjadi keunggulan resep elektronik itu pada pembacaan
resep karena terkadang tulisan dokter sulit untuk terbaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : Biar lebih mencegah obatnya diberikan barcode sehingga seperti
di supermarket. Jadi dapat menunjukkan ada kekeliruan tidak antara
pengambilan dengan resepnya, kalau ada kekeliruan dapat diulang lagi.
Sehingga medication error pada proses pengambilan dapat dihindari.
Bagi rumah sakit harapannya segera untuk melakukan peresepan
elektronik sehingga mempercepat pekerjaan dan menjadi lebih efisien.
Misal dokter sudah pulangkan susah untuk dihubunginya. Waktunya
biasanya untuk yang non – racik 1- 5 menit, untuk racik sekitar 10-15
menit. Kalau untuk BPJS, untuk tidak 30 hari itu sekitar 1-10 menit
tergantung antrian, untuk control 30 hari sekitar 5 – 10 menit karena butuh
input berkali kali. Kalau pengalaman menggunakan peresepan elektronik
penyiapannya cepat namun proses penyerahannya kurang cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Responden 3 ( Wawancara dilakukan tanggal 12 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : kalau menurut saya medication error itu ada kesalahan
pengobatan yang sebenarnya itu masih bias dicegah. Terjadi pada proses
awal dimana resep ditulis. Ketika dokter menulis resep biasanya tidak
dicantumkan dosis, bentuk sediaan, satuan obat dan jumlah yang
dibutuhkan serta tulisan yang sulit terbaca. Selain itu juga Medication
error bisa terjadi kesalahan pada proses pembacaan yang mana pihak
farmasi salah mempersepsikan tilisan dokter. Terkadang tulisan 1 dan 2
mirip yang memungkinkan farmasi salah membacanya. Selain itu juga
Medication Error bisa terjadi di proses penyiapannya, dan penyerahannya
kepada pasien. Apabila dari awal salah maka kemungkinan penyerahan
kepada pasien juga salah.
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : menurut saya bisa tapi tidak bisa mencegah 100 %. Karena
peresepan elektronik all by system yang mana dokter tidak usah
menuliskan obatnya tinggal memilih obat yang dibutuhkan apa, dosis
tertera, aturan pakai jelas, bentuk sediaannya jelas. Sehingga kalau
peresepan itu jelas jadi ketika proses selanjutnya seperti proses skrining,
penyiapan obat, dan penyerahan obatnya akan berjalan dengan baik.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : harapannya selain mencegah medication error akan
meningkatkan kinerja, sehingga proses penerjemahan lebih cepat dan
pasien dapat mendapat lebih cepat obatnya. Karena dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
peresepan manual proses penerjemahan lama dan butuh waktu. Sehingga
menurut saya dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Responden 4 ( Wawancara dilakukan tanggal 13 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : medication error itu kesalahan yang bisa terjadi ketika proses
pelayanan bisa terjadi karena SDMnya atau dari system komputernya.
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : kalau seharusnya dengan peresepan elektronik bisa dikurangi
walaupun tidak 100%, namun setidaknya dapat diminimalisir. Terutama
pada tahap skrining atau pembacaan resep terkadang tulisan dokter susah
untuk di baca, dengan peresepan elektronik farmasi tidak perlu susah susah
untuk membaca tulisan dokter jadi kesalahan bisa diminimalisir. Karena
pada peresepan elektronik semua dengan system jadi kita tidak usah susah
susah bacanya.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : dalam prosesnya semua semua all by system jadi lebih mudah dan
tidak perlu susah susah membacanya. Ketika proses uji coba dahulu di
IGD, dokter langsung iput data pasien dan obatnya, semuanya langsung
masuk ke bagian farmasi. Nanti dibagian farmasi tinggal memasukkan
kode pasien untuk engetahui rekam medis pasien dan obatnya sudah jelas
tertera disana.
Dalam proses uji coba, system tidak memunculkan stok obat yang masih
ada sehingga ketika dokter memberikan resep tidak ada data obatnya
masih atau tidak. Terus untuk SDM misal dokter dan apoteker yang sudah
tua sulit untuk mengoperasikan computer sehingga butuh adanya pelatihan
juga ketika benar benar diimplementasikan.
Selama proses uji coba peresepan elektronik tetap dilakuakn skrining
diawal, setelah penyiapan, dan sebelum diserahkan ke pasien. Namun pada
system tidak disebutkan peringatan untuk alergi, efek samping,
kontraindikasi, interaksi, sehingga farmasi mencari sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : harapan peresepan elektronik dapat diselenggarakan menyeluruh
dirumah sakit, sehingga bagian farmasi tinggal menerima dalam bentuk
elektronik sehingga dapat mempermudah juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Responden 5 ( Wawancara dilakukan tanggal 13 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : medication error itu kesalahan dalam pengobatan pasien, bisa di
penelaahan resep, penyiapan, atau penyerahan obat
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : bisa, bisa diatasi pada saat penelaahan resep. Karena mungkin
saja ada tulisan dokter yang susah dibaca, signanya jurang atau tidak ada
numero itu bisa menyebabkan kesalahan. Atau dari farmasinya yang
bacanya salah atau nginputnya salah dari farmasinya juga.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : pengalaman dulu, farmasi tinggal nunggu notifikasi di computer
untuk mencetak resep sambil dilihat obatnya ada atau tidak, setelah sudah
dicetak etiket, menyiapkan obat dan diserahkan.
Menurut saya, dengan peresepan elektronik itu menguntungkan dapat
megurangi waktu tunggu pasien, kerja jadi lebih cepat sehingga kesalahan
baca menjadi rendah. Kalau kendalanya itu missal secara eksteral aja sih
seperti computer error atau mati listrik, kalo untuk peresepan sangat
diuntungkan.
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : harapannya bagi rumah sakit sendiri sih bisa segera diadakan
karena dapat mempermudah pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Responden 6 ( Wawancara dilakukan tanggal 15 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : medication error itu kejadian kesalahan pemberian obat yang
tidak hanya dapat merugikan pasien atau bahkan membahayakan pasien.
Biasanya terjadi di pembacaaan resep, penyiapan, terus penyerahan.
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : menurut saya itu mampu mengurangi medication error. Karena
dengan peresepan elektronik kita bisa mencegah kesalahan pembacaan
resep jadi obat yang diberikan ke pasien itu tepat.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : kalau biasanya saya menemukan medication error itu seperti
salah pengambilan obat biasanya obatnya deketan, terus salah nama pasien
juga pernah terjadi karena dari perawat memberikan kamarnya salah tapi
frekuensinya rendah.
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : harapannya peresepan elektronik segera diadakan dirumah sakit
karena ini sangat membantu setidaknya mudah membaca resep dokter
sehingga farmasi tidak salah tangkap apa yang ditulis dokternya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Responden 7 ( Wawancara dilakukan tanggal 16 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : Medication Error itu kan kesalahan pengobatan yang
menimbulkan efek yang merugikan dan dapat menimbulkan resiko saat
kita salah memberikan. Tahap tahapnya yang mungkin terjadi Medication
Error biasanya pada fase prescribing dan dispensing. Kalau prescribing
mungkin terkait tulisan dokter, kalau di Rumah Sakit biasanya kendala di
tulisan mungkin susah dibaca dan tidak jelas. Kalau dispensing terkait
penyiapan obatnya karena prescribing kurang jelas dan memungkinkan
pengambilan yang tidak sesuai.
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : menurut saya bisa membantu, karena dari peresepannya lebih
jelas jadi mengurangi kejadian medication error. Menurut saya
kemungkinan dapat teratasi dibagian proses pembacaan resep.
Selain itu membantu dapat proses pekerjaan terutama pembacaannya.
Lebih cepat juga dalam penyiapan dan kasih harga obat serta cross
checknya lebih mudah sih.
Kalau menurut saya yang membedakan antara peresepan manual dengan
elektronik itu mempermudah pembacaan sehingga mengurangi intensitas
kita mengonfirmasi ke dokter
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : semoga dirumah sakit segera diadakan sehingga mudah
mempercepat kinerja. Selain itu harapannya untuk sistemnya dipermudah
sehingga ketika proses perkenalan menjadi lebih mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Responden 8 ( Wawancara dilakukan tanggal 20 Maret 2021)
Pertanyaan 1. Apakah Anda mengetahui tentang Medication Error? Mohon
dijelaskan pengertiannya!
Jawab : Medication error itu sesuatu kejadian yang dapat merugikan
pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang mungkin
disebabkan oleh petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan terhadap pasien dari mulai pasien masuk sampai pasien keluar
dari rumah sakit.
Menurut saya kemungkinan besar Medication error terjadi di fase
transcribing sama di dispensing. Kalau transcribing kalau di manual
kendala dalam interpretasi atau pembacaan resep karena tulisan tidak
terbaca, sedangkan di e-resep saaat input salah memilih obat dari dokter
biasanya terjadi salah mengeklik harusnya tablet malah dipilih yang
injeksi karena nama sama. Kalau dispensing karena ketelitian dari petugas
farmasi atau sesuai dari etiket atau tidak.
Pertanyaan 2. Menurut Anda apakah peresepan elektronik dapat mencegah
kejadian medication error?
Jawab : menurut saya bisa karena pertama dalam pembaca resep otomatis
lebih mudah karena obatnya pasti, tadinya tulisan dokter tidak bisa dibaca
jadi lebih jelas. Selain itu waktu tunggu pasien juga lebih cepat dan
pelayanan pasien meningkat. Dari pasien juga lebih mudah karena gak
usah bolak balik karena dari pengalaman peresepan manual pasien bisa
bolak balik dari IGD ke keuangan atau ke farmasi.
Pertanyaan 3. Apakah Anda pernah mempunyai pengalaman terkait penggunaan
resep elektronik dalam meminimalisir potensi kejadian medication error?
Jawab : jadi kalau di Rumah Sakit Harapan skema peresepan elektronik
dari pasien masuk di adminis dimulai penginputan data pasien yang akan
terintegrasi ke semua bagian setelah di pendaftaran masuk ke IGD. Setelah
diperiksa dokter, dokter menginput obat melalui SIM-RS (myHospital).
Dari e-resep terintegrasi ke farmasi. Dari farmasi cuman melihat diantrian
resep dan dicek pasien dari IGD apakah sudah sesuai dengan data pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Bila kurang sesuai konfirmasi ke IGD. Bila sudah sesuai nanti terintegrasi
ke keuangan.
Dari pengalaman terkait interaksi, efek samping, peringatan dari obat
kalau di e-resep tidak ada secara system karena dari SIM-RS tidak ada
informasi, jadi dari farmasi melakukan cross check lagi secara mandiri
untuk mengetahui ada interaksi tidak.
Pernah dulu ada pengalaman, dokter salah ngeklik seharusnya tablet
dipilih yang injeksi, nah dari itu sekalian konfirmasi bila terjadi interaksi
atau efek samping.
Menurut saya di Rumah Sakit Harapan peresepan elektronik tidak berjalan
karena kurang adanya dukungan dari Manajemen. Karena kebijakan tidak
jelas sehingga dari user pun merasa ah gak harus. Tidak dilanjutkannya
karena tidak ada tindak lanjut selain itu dari dokter merasa terlalu lama
karena menginput obat, aturan pakai padahal seharusnya tinggal tulis
selesai.
Pertanyaan 4. Apa saja yang menjadi harapan Anda terkait penggunaan
peresepan elektronik dalam mencegah terjadinya medication error?
Jawab : harapannya sih dari pihak manajemen dapat memberikan
kebijakan untuk pelaksanaan peresepan elektronik akrena secara SIM-RS
sudah punya, selain itu dari BPJS juga sudah ada e-rekam medis sehingga
semuanya jadi terintegrasi dan maki cepet. Harapan untuk system sih,
nanti muncul interaksi, warning jadinya lebih enak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Persepsi, Pengalaman,
Dan Harapan Petugas Instalasi Farmasi Terkait
Penggunaan Peresepan Elektronik Dalam Mengatasi
Medication Error” bernama lengkap Baharudin Yoga
Pranata, lahir di Pati, 28 November 1998, merupakan
anak kedua dari pasangan Lamidi dan Retno Eny Catur
Supranti serta adik dari Bachtiar Adi Luhung dan
Kakak dari Bagas Surya Atmajaya. Penulis menempuh
pendidikan formal di SD Negeri Kutoharjo 01 (2005 –
2011), SMP Negeri 3 Pati (2011 – 2014), SMA Negeri 1 Pati (2014 – 2017).
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma pada tahun 2017. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti
berbagai macam kegiatan organisasi yaitu Ketua UKF DNA dance periode
2018/2019 dan anggota aktif UKF DNA dance (2017 – 2019), serta kegiatan
kemahasiswaan seperti anggota divisi Teater TITRASI (2017), penari warok
Pagelaran Sendratari Ora Edan (Ora) Keduman” (2017), penari klenting Pagelaran
Sendratari Tan Tresna Kena Kinira (2019). Penulis juga aktif mengikuti beberapa
lomba antara lain dance Engine Tune Up tingkat regional (2018), lomba dance
Economic Sport and Art tingkat regional (2019), dan lomba dance USD Talent
Festival tingkat universitas (2019). Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten
praktikum yaitu praktikum Kimia Dasar (2018), Asisten Anatomi Fisiologi
Manusia (2021).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI