PERSEPSI MASYARAKAT ATAS PARTAI POLITIK DAN...
Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT ATAS PARTAI POLITIK DAN...
PERSEPSI MASYARAKAT ATAS PARTAI POLITIK DAN PARTISIPASI
POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014
(Kasus di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Politik (S.Sos)
Oleh:
Abdul Ghofur Kafi
109033200050
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
iii
iii
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT ATAS PARTAI POLITIK DAN PARTISPASI
POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014
(Kasus di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi)
NAMA : Abdul Ghofur Kafi
NIM : 109033200050
Program Studi : Ilmu Politik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi
masyarakat atas partai politik dalam pemilu legislatif 2014 di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
dengan teknik analisis kualitatif dengan penekanan pada makna dan proses
mencermati fenomena sosial. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh masyarakat yang dinyataka secara sah telah memiliki hak pilih dan
memilih di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi sebanyak 7225 orang.
Sampel ditentukan 5% dari jumlah populasi yakni 379 orang.
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data dapat disimpulkan
bahwa:
1. Persepsi masyarakat Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi atas parpol
peserta pemilu 2014 kurang positif dan masih rendah. Hal tersebut terbukti
berdasarkan hasil wawancara dan angket yang disebarkan kepada mereka
ternyata sebagian besar dari mereka yakni 40% menyatakan “kurang” .
2. Partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 pun ternyata ternyata rendah. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil angket bahwa sebagian besar masyarakat
40 % meyatakan “kurang” dan 40 % lagi menyatakan “sangat kurang”.
Artinya bahwa masyarakat Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi
sebagian besar tidak antusias dengan pesta demokrasi yakni pemilu.
Sedangkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilu ternyata
disebabkan oleh negatifnya persepsi mereka atas semua parpol peserta
pemilu.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik hikmah dan
ilmu, atas rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu Legislatif 2014 (Kasus di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi)” ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Program Studi Ilmu Politik.
Selanjutnya peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Zulkifli, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam proses perkuliahan pada fakultas yang
beliau pimpin.
2. Dr. Iding Rasyidin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, yang telah membantu
penulis dalam mengurus perijinan penelitian di lapangan.
3. Dr. Ali Murhanif, M.A., selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Skripsi
ini yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan layanan bimbingan
kepada penulis.
vi
4. Segenap Dosen pada Program Studi Ilmu Politik pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah mencurahkan perhatian dan
ilmunya kepada penulis.
5. Bapak. Drs. Asepudin, M.Si. sebagai Lurah Jaticempaka Kabupaten Bekasi
yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama melaksanakan
proses penelitian di lapangan.
Secara pribadi, penulis pun ingin menyampaikan terima kasih,
penghargaan, dan salam takzim kepada kedua orangtua penulis yakni Ibunda Hj.
Siti Badriyah dan Ayahanda H. Kamilillah yang telah bersabar hati menyertai
perjuangan penulis dengan antusiasme yang tinggi, cinta, dan doanya.
Hanya kepada Allah SWT peneliti memohon, kiranya nama-nama tersebut
di atas dibalas dengan pahala-Nya yang berlipat ganda. Amin.
Akhir kata, semoga skripsi ini menjadi setitik sumbangan bagi samudra
ilmu yang amat luas.
Jakarta, …… 2016
Peneliti
viii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME............................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI........................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI........................................ iii
ABSTRAK................................………………………………………… iv
KATA PENGANTAR..............………………………………………… v
DAFTAR ISI............................ ………………………………………… vii
DAFTAR TABEL........…………………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah……………………………………….. 1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 5
1. Tujuan Penelitian………………………………………. 5
2. Manfaat Penelitian…………………………………….. 5
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………. 6
E. Hipotesis Penelitian……………………………………….. 7
F. Metode Penelitian………………………………………… 8
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Persepsi Mayarakat Atas Partai Politik
a. Pengertian Persepsi................................................... 12
b. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi............................ 15
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi............. 17
d. Aspek-aspek Persepsi................................................ 20
e. Pengertian Masyarakat.............................................. 21
f. Pengertian Partai Politik............................................ 24
2. Hakikat Partisipasi Politik dalam Pemilu......................... 29
B. Kerangka Berpikir................................................................ 34
ix
ix
BAB III DINAMIKA POLITIK MASYARAKAT JATICEMPAKA
KABUPATEN BEKASI
A. Gambaran Demografis Masyarakat Jaticempaka................. 39
B. Peta Kekuatan Politik di Jaticempaka.................................. 39
C. Dinamika Politik Masyarakat............................................... 42
BAB IV HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLITIK
MASYARAKAT DENGAN PARTISIPASI PADA
PEMILU LEGISLATIF 2014
A. Deskripsi Data……………………………………………… 45
B. Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik di Jaticempaka
pada Pemilu Legislatif 2014……………………………….. 49
C. Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif 2014
di Jaticempaka……………………………………………… 51
D. Menguji Linieritas Persepsi dan Partisipasi Politik
Masyarakat di Jaticempaka Kabupaten Bekasi…………….. 54
E. Pengaruh Persepsi Masyarakat Terhadap Partisipasi Politik
di Jaticempaka Kabupaten Bekasi………………………….. 57
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 66
B. Saran ………………………………………………………. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009
di Jaticempaka Kabupaten Bekasi ................................................. 41
Tabel 3.2 Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014
di Jaticempaka Kabupaten Bekasi ................................................. 41
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Skor Masing-Masing Variabel ..................... 46
Tabel 4.2 Data Statistik Variabel Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik ... 49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Variabel Persepsi Masyarakat Atas
Partai Politik .................................................................................. 50
Tabel 4.4 Data Statistik Variabel Partisipas Politik dalam Pemilu
Legislatif 2014 ............................................................................... 52
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu
Legislatif 2014 ............................................................................... 52
Tabel 4.6 Hasil Test for Linearity Variabel Persepsi Masyarakat Atas
Partai Politik (X) Terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilu
Legislatif 2014 (Y) ........................................................................ 54
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ...................................................................... 55
Tabel 4.8 Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
Variabel Persepsi Masyarakat atas Partai Politik (X) Terhadap
Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif (Y) .............. 57
Tabel 4.9 Fhitung Variabel Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik (X)
Terhadap Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu
Legislatif (Y) ................................................................................. 58
Tabel 4.10 Thitung dan Signifikansi Variabel Persepsi Masyarakat Atas
Partai Politik (X) Terhadap Variabel Partisipasi Politik dalam
Pemilu Legislatif (Y) ................................................................... 60
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Piramida Partisipasi Partai Politik .............................................. 33
Gambar 4.1 Grafik Histogram Persepsi Masyarkat Atas Partai Politik ......... 51
Gambar 4.2 Grafik Histogram Partisipasi Masyarakat dalam
Pemilu Legislatif....................................................................…. 53
Gambar 4.3 Grafik Hitogram Normalitas Galat Baku.................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Seperti diketahui bahwa dalam negara demokrasi, penentuan mengenai
siapa yang akan menjadi anggota legislatif, menjadi Presiden, dan wakil
Presiden merupakan sesuatu yang sangat penting bagi rakyat. Apalagi dalam
masyarakat Indonesia yang sebagian terbesar masih dipengaruhi oleh kultur
yang paternalistik, figur atau ketokohan seorang merupakan sesuatu yang
sangat penting dan menentukan derajat kepercayaan rakyat terhadap institusi
pemerintahan secara keseluruhan. Karena itu, ada tidaknya perbaikan atau
perubahan dalam tata cara menentukan siapa yang akan menjadi anggota
legislatif atau menjadi Presiden di negara kita, turut menentukan dan
mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai ada tidaknya perbaikan yang
dihasilkan oleh pelaksanaan agenda reformasi nasional selama lebih satu
dasawarsa ini.
Sementara itu, prinsip kedaulatan rakyat Indonesia disalurkan oleh
rakyat melalui pemilihan umum, pemilihan Presiden, dan referendum.
Ketiganya diatur dalam pasal-pasal yang tersendiri. Melaui pemilihan umum
akan terbentuk lembaga pemilihan rakyat yang secara tidak langsung akan
mewakiliki dalam menentukan jalannya pemerintahan. Melalui pemilihan
Presiden akan terpilih Presiden dan wakil Presiden yang mendapat mandat
secara langsung untuk memimpin jalannya pemerintahan negara. Sedangkan
2
melalui referendum, rakyat akan menentukan apakah hal-hal yang bersifat
strategis dan mendasar dalam Undang-undang Dasar dapat disetujui atau tidak
untuk diubah oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal-hal yang strategis
dan mendasari itu adalah berkenaan bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik.
Dalam pelaksanaannya, ketiga cara penyaluran aspirasi rakyat tersebut
diselenggarakan secara bersamaan. Pemilihan umum dapat diselenggarakan
bersama waktunya dengan pemilihan Presiden, dan apabila dibutuhkan,
referendum mengenai sesuatu hal juga dapat diadakan pada waktu yang
bersamaan dengan pemilihan umum. Dalam Undang-undang Dasar, pemilihan
Presiden pada tahap pertama diselenggarakan bersamaan waktunya dengan
pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan pada
tahap kedua apabila diperlukan diselenggarakan melalui mekanisme dewan
pemilih/electoral college.
Sehubungan dengan itu, maka tidak boleh ada warga negara yang
dikecualikan haknya untuk memilih pemilihan umum, pemilihan Presiden, dan
referendum tersebut. Hal yang dapat dibedakan oleh atau dengan Undang-
undang adalah hanyalah ”hak untuk dipilih” bukan”hak untuk memilih”.
Termasuk dalam golongan yang dapat ditiadakan haknya untuk dipilih adalah
Kepolisian Negara dan Tentara Nasional Indonesia. Dengan demikian
keduanya dapat dijamin tidak akan terlibat dalam persaingan politik untuk
kepentingan golongannya sendiri.
3
Penyelenggaraan pemilihan umum, pemilihan Presiden, dan
referendum diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat independen.
Para anggota komisi pemilihan diusulkan oleh Presiden untuk dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. Pengangkatan dan pemberhentian anggota komisi
pemilihan ditetapkan dengan keputusan Presiden sebagaimana mestinya. Hal-
hal yang berkenaan dengan komisi pemilihan diatur tersendiri dengan undang-
undang.
Pemilihan umum yang sering disebut-sebut sebagai pesta demokrasi,
pada dasarnya adalah proses rekrutmen anggota Legislatif, Presiden, dan wakil
Presiden. Sehubungan dengan itu, jelaslah bahwa anggota legislatif atau
anggota Dewan Perwailan Rakyat pada hakikatnya adalah wakil rakyat yang
berkewajiban memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia seluruhnya.
Sedangkan pemilihan Presiden dan wakilnya pada dasarnya adalah pemilihan
kekuasaan eksekutif yang memang dipimpin oleh seorang Presiden dan
seorang wakil Presiden dan bersama-sama sebagai Dwi-Tunggal institusi
kepresidenan yang menjalankan pemerintahan negara.
Kenyataannya, pelaksanaan pemilihan umum yang banyak menyita
biaya, tenaga, dan perhatian rakyat seringkali tidak menghasilkan wakil-wakil
rakyat yang sesuai dengan harapan rakyat itu sendiri. Begitupun gegap
gempita pemilihan Presiden dan wakil Presiden pun kerap kali tidak
berbanding lurus dengan kinerja mereka dalam menjalankan pemerintahan
negara dalam arti dapat melaksanakan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945,
dan amanat rakyat pada umumnya. Karena itu tidak mengherankan apabila
4
belakangan ini pesta demokrasi yang dilakukan melalui pemilihan umum tidak
terlalu disambut antusias oleh seluruh rakyat Indonesia. Pelaksanaan
pemilihan umum paska reformasi telah dilakukan selama empat kali tersebut,
dua kali terakhir diantaranya kurang mendapat perhatian serius dari
masyarakat. Hal tersebut dimungkinkan karena rakyat tidak lagi menaruh
kepercayaan baik kepada partai politik peserta pemilihan umum maupun
kepada figur para calon Presiden wakilnya. Hal tersebut sekaligus merupakan
cermin rendahnya persepsi rakyat atas visi, misi, dan platform masing-masing
partai politik peserta pemilihan umum serta rendahnya persepsi masyarakat
atas figur masing-masing calon Presiden dan wakilnya.
Begitupun yang terjadi di Kecamatan Jaticempaka Kota Bekasi
Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum dua periode terakhir ini tidak
menunjukkan harapan ideal. Hal tersebut terbukti dengan tingginya angka
Golput dalam Pemilihan Umum 2009 mencapai 56,8 % dan Pemilihan Umum
2014 mencapai 40,6 % (data KPPS Kecamatan Pondok Gede Kabupaten
Bekasi). Kenyataan tersebut salah satunya diduga karena rendahnya persepsi
masyarakat setempat atas visi, misi, dan platform semua partai politik peserta
pemilihan umum serta rendahnya persepsi mereka terhadap figur para calon
Presiden dan Wakil Presiden.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mencermati
lebih jauh korelasi persepsi masyarakat atas partai politik peserta pemilu
dengan partisipasi mereka dalam pemilihan umum dengan harapan diperoleh
data dan informasi yang objektif. Karena itu, penulis merumuskan sebuah
5
judul penelitian yakni ”Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik dan
Hubungannya dengan Partisipasi dalam Pemilihan Umum Tahun 2014 (Studi
Kasus di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas, agar penelitian ini lebih fokus
penulis merumuskan pokok masalah yang diteliti sebagai berikut: ”Bagaimana
persepsi masyarakat atas partai politik dan partisipasi dalam pemilu legislatif
2014 di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi
masyarakat atas partai politik dan partisipasi dalam pemilu legislatif 2014
di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritik
maupun praktis kepada beberapa pihak yang sebagai berikut:
a. Penulis, secara teoritik dan praktik dapat menambah wawasan dan
pengalaman dalam melakukan proses penelitian lapangan (field
research) sesuai konteks, variabel-variabel yang diteliti, dan latar
belakang akademis penulis.
6
b. Masyarakat Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi, sebagai
masukan dalam rangka meningkatkan pendidikan dan kesadaran
politik serta partisipasi mereka dalam Pemilihan Umum mendatang
sekaligus sebagai tanggung jawab moral dalam menentukan masa
depan bangsa dan negara.
c. Panitia KPPS Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi, sebagai
bahan informasi, masukan, dan solusi untuk menggiring masyarakat
dalam menyukseskan Pemilihan Umum dimasa mendatang melalui
partisipasi mereka secara gegap gempita.
D. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani Malihatun, NPM
0995220225, mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Sarjana
Ekstensi, Universitas Indonesia berjudul “Partisipasi Politik Masyarakat
Kelurahan Tugu dalam Pemilu 1999” menyimpulkan bahwa kesadaran
partisipasi politik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor strata
sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan) dengan sampel 100
orang mencapai 97%. Sedangkan kesadaran partisipasi politik yang
dipengaruhi oleh media massa 95,5%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut tampak bahwa ada relevansinya
dengan penelitian yang penulis rencanakan. Aspek atau variabel terikat yang
telah diteliti oleh Handayani Malihatun tersebut adalah partisipasi politik
dalam pemilihan umum 1999, sedangkan variabel terikat yang penulis
7
rencanakan untuk diteliti adalah partisipasi masyarakat dalam Pemilihan
Umum 2014. Adapun variabel yang mempengaruhi partisipasi politik
masyarakat dalam setiap pemilihan umum ditentukan pula oleh seberapa besar
persepsi masyarakat atas masing-masing partai politik peserta pemilu.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
sedang direncanakan penulis, serta didukung oleh beberapa teori, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan pula dimensi
ruang dan waktu. Hal ini sangat layak untuk diteliti karena penelitian yang
penulis lakukan adalah di tempat yang berbeda dan pada tahun yang berbeda
pula.
Adapun variabel bebas (independent) yang akan penulis lakukan dalam
penelitian lapangan ini (field research) adalah persepsi masyarakat atas Partai
Politik peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang diduga mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014 tersebut. Sedangkan
variabel terikat (dependent) adalah partisipasi masyarakat dalam pemilu
legislatif.
E. Hipotesis Penelitian
Guna lebih memberikan arahan atau pedoman yang jelas dalam
melakukan proses penelitian selanjutnya yang benar-benar mampu membahas
permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka perlu adanya
perumusan hipotesis. Karena itu, dan mengacu pada landasan teori dan
konsepual di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
8
H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan persepsi masyarakat atas partai
politik dengan partisipasi politik dalam pemilu legislatif 2014.
H1: Terdapat hubungan yang signifikan persepsi masyarakat atas partai politik
dengan partisipasi politik dalam pemilu legislatif 2014.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menekankan pada
makna dan mementingkan proses atas fenomena sosial. Penelitian ini
bersifat deskriptif-interpretatif, yang artinya kajian kualitatif menyediakan
perhatian deskriptif yang sistematis, membina rangkaian cerita, memberi
gambaran sebab akibat, dan menggambarkan hubungan antara persoalan-
persoalan kasus yang diteliti.1 Lebih tepatnya, studi ini menggunakan jenis
penelitian studi kasus (case study), di mana peneliti akan menelaah secara
mendalam mengenai kasus tertentu. Sedangkan untuk menganalisis data
kuantitatif digunakan metode survei dengan pendekatan statistik
korelasional.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan pengamatan
secara langsung dan wawancara tidak terstruktur untuk memperoleh data
primer. Dengan model wawancara ini memungkinkan peneliti
mendapatkan sejumlah data yang lebih banyak, karena peneliti bebas
1 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP, 2009. h. 33
9
menentukan fokus masalah. Selain itu, penentuan informan penelitian
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan subjek
berdasarkan tujuan.2 Peneliti memilih subjek yang memiliki pengetahuan
dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti, misalnya ketua partai
politik peserta pemilu, tokoh masyarakat, pengurus organisasi, dan elit
pemerintahan lokal. Wawancara bertujuan untuk mempelajari persepsi
masyarakat atas partai politik peserta pemilu dan partisipasi politik dalam
pemilu legislatif.
Penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber data yang bersifat
dokumenter untuk memahami realitas dan fakta yang sesungguhnya
mengenai partisipasi politik dalam pemilu legislatif dan data perolehan
suara. Hal ini dilakukan untuk memahami fenomena, kausalitas, dan isu-
isu kontemporer yang terjadi menjelang dan saat pemilu di Jaticempaka
Kabupaten Bekasi sesuai dengan konteks dan relevansi penelitian.
Di samping itu, teknik lain yang digunakan untuk mengangkat data
kuantitatif dan informasi di lapangan adalah menggunakan kuesioner.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis (content analysis) dengan tipe
tinjauan kritis (critical review), sesuai dengan pendekatan kualitatif
tersebut, yaitu case tadi. Dengan analisis tersebut peneliti dapat
memperoleh gambaran utuh, lengkap, runtut, jelas, akurat, dan sistematik
tentang beberapa aspek yang diteliti sehingga memudahkan peneliti dalam
2 Ibid, h. 114
10
menginterpretasi data dan pembahasan. Teknik ini dimulai dengan
pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, interpretasi data, dan
penyajian data.
Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan beberapa langkah yakni uji
normalitas, uji regresi, uji linearitas, uji hipotesis, uji korelasi, dan
menentukan koefisien determinasi.3
Uji hipotesis, analisis uji hipotesis menggunakan uji t dengan apa taraf
nyata ( ) sebesar 50% dan derajat kebebasan (dk) = N – 1. Adapun nilai
hitung dicari dengan rumus:
t hitung = √
√
Di mana r adalah koefisien koreksi, dan n adalah besar dari atau sampel.
Sedangkan kriteria penerimaan dan penolakan H0 adalah:
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak
Selanjutnya dilakukan analisis korelasi dengan rumus:
rxy = ( )( )
√* ( ) + * ( ) +
Adapun penafsiran adanya korelasi sebagaimana dikemukakan Suharsimi
Arikunto yaitu:
- Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
- Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
- Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
- Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
- Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah4
3 Semua data kuantitatif dianalisis menggunakan bantuan komputer bantuan SPSS 17
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 2002. h. 24
11
Sedangkan untuk menentukan besar-pengaruh atau hubungan persepsi
masyarakat terhadap partisipasi politik menggunakan rumus Koefisien
Determinasi (KD) :
KD = r2
x 100%
12
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik
a. Pengertian Persepsi
Menurut Kamus Ilmiah yang ditulis oleh Partanto, persepsi
adalah “pengamatan, penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-
kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera) dan daya
memahami”.1 Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk
membedakan mengelompokkan dan memfokuskan yang ada di
lingkungan mereka disebut sebagai kemampuan untuk
mengorganisasikan pengamatan atau persepsi. Adapun menurut
Wirawan persepsi merupakan “suatu proses yang didahului oleh suatu
penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.”2
Selanjutnya, untuk lebih memahami makna persepsi, berikut
ini adalah beberapa definisi persepsi menurut pakar psikologi, antara
lain sebagai berikut:
Kartini Kartono berpendapat, persepsi adalah “pengamatan
secara global, belum disertai kesadaran, sedang subyek dan obyeknya
1 Pitus, A Partanto, dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 2001,
h.591 2 Wirawan, Sarlitom Sarwono. PengantarPsikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2006, h.39
13
belum terbedakan satu dari lainnya”.3 Adapun menurut Bimo Walgito,
persepsi adalah “pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap
stimulus yang diterima oleh organism atau individu sehingga
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri”.4
Sedangkan menurut Wade dan Travis persepsi adalah
“sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik
menjadi suatu pola bermakna”. Lebih lanjut Wade dan Travis
mengemukakan kemampuan persepsi adalah sesuatu yang sifatnya
bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini. Meskipun
kebanyakan kemampuan persepsi bersifat bawaan, pengalaman juga
memainkan peranan penting. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan
lama karena sel-sel dalam syaraf mengalami kemunduran, berubah,
atau gagal membentuk jalur saraf yang layak. Secara keseluruhan,
kemampuan persepsi kita ditanamkan dan tergantung pada
pengalaman.
Selanjutnya Leavitt yang dikutip Rosyadi membedakan
persepsi menjadi dua pandangan, yaitu “pandangan secara sempit dan
luas”.5 Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai
penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan
pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu
3 Kartono, Kartini. Psikologi Umum. Alumni Bandung, 2004, h.77
4 Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset, 2004, h.53.
5 Rosyadi, I. Keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui capabilities-based competition:
Memikirkan kembali tentang persaingan berbasis kemampuan. Jurnal BENEFIT, vol. 5, No. 1,
Juni 2001. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2001, h.102
14
menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama
dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak
hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap
sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan
penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-
kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda
tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai
berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya
tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita
bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta
menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara
saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak
(memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah
yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan
konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat
itu adalah mangga.
Menurut perspektif psikologi kognitif, Robert L. Solso dkk
yang dikutip oleh Wibi Hardani bahwa “persepsi (perception)
melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam menginterpretasikan terhadap
inforamasi sensorik.”6 Pada bagian lain ia mengungkapkan bahwa
persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indra. Ketika kita
6 Handani, Wibi (ed). Psikologi Kognitif (edisi ke-8). Jakarta:Erlangga, 2007, h.75-76.
15
membaca buku, mendengarkan ipod, dipijat orang, mencium parfum,
atau mencicipi sushi, kita mengalami lebih dari sekedar stimulasi
sensorik. Kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai
pengetahuan kita tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan, bahkan
disesuaikan dengan orang yang bersama kita saat itu. Hal-hal tersebut
memberikan makna terhadap pengalaman sensorik sederhana, dan
itulah persepsi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan
pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya
untuk menciptakan keseluruhan gambaran objek yang berarti.
b. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Allport yang dikutip oleh Mar‟at berpendapat bahwa “proses
persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu”.7 Pengalaman dan
proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang
ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan
memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan
akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan
7 Mar‟at. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, h.104
16
tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu
terhadap objek yang ada.
Walgito yang dikutip oleh Hamalik menyatakan bahwa
terjadinya persepsi merupakan sesuatu yang terjadi dalam tahap-tahap
berikut:
a) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan
nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan
proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera
manusia.
b) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan
proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera)
melalui saraf-saraf sensoris.
c) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan
nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima
reseptor.
d) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari
proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.8
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan
tersebut, jelaslah bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
a) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus
sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini
mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang
stimulus yang ada.
b) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
8 Hamalik, Oemar. Azas-azas Mengajar. Bandung : CV. Martiana, 2005, h.43
17
c) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi
oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb yang dikutip oleh Arindita, ada beberapa
sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
a) Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan
seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang
ditampilkan berbeda-beda.
b) Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si
perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam
waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan
perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi
tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang
diterima dan diserap.
c) Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan
informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola
menurut cara yang berbeda-beda.9
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha berpendapat bahwa “persepsi pada umumnya terjadi
karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.10
Faktor
internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan
kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik
sosial maupun fisik.
Selanjutnya dijelaskan oleh Robbins bahwa meskipun
“individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka
9 Arindita, S. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas
Nasabah. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, 2003, h.72 10
Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2003, h.54.
18
dapat mempersepsikannya berbeda-beda”.11
Ada sejumlah faktor yang
bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi.
Faktor-faktor ini dari :
a) Pelaku persepsi (perceiver)
b) Objekatau yang dipersepsikan
c) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja,
mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan
yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup
dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif
atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan
berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku
dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian
individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal
orang itu.
Gilmer yang dikutip oleh Hasbullah menyatakan bahwa
“persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar,
motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses
persepsi terjadi”.12
Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang
11
Robbins, S.P. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia, 2003,
h.96 12
Hasbullah. Media Pembelajaran. Solo : Tiga Serangkai, 2004, h.69
19
bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh
masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp yang dikutip oleh Hamka, membagi empat
karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang
terdapat dalam persepsi, yaitu “a) Faktor-faktor ciri dari objek
stimulus, b) Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat, c) Faktor-
faktor pengaruh kelompok, dan d) Faktor-faktor perbedaan latar
belakang kultural.”13
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan
struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal.
Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu,
kepribadian, jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif.
Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan,
budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang
dalam mempresepsikan sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa persepsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor
pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi
persepsi dilakukan.
13
Hamka, Muhammad. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan,
Motivasi Berprestasi. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Fakultas Psikologi,
2002, h.46
20
d. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari
berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut
Allport yang dikutip oleh Mar'at ada tiga yaitu:
a) Komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas
dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang
tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian
akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek
sikap tersebut
b) Komponen Afektif, berhubungan dengan rasa senang dan
tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan
erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang
dimilikinya.
c) Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang
untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek
sikapnya14
Baron dan Byrne, juga Myers yang dikutip oleh Gerungan
menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap, yaitu:
a) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek
sikap
b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif.
c) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen
ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.15
14
Mar‟at, Op.Cit,45 15
Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama, 2006, h.47
21
Rokeach yang dikutip oleh Walgito memberikan pengertian
bahwa dalam “persepsi terkandung komponen kognitif dan juga
komponen konatif, yaitu sikap predisposing untuk merespons, untuk
berperilaku”.16
Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku,
sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Berdasarkan batasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif. Persepsi merupakan kesediaan untuk bertindak
atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek merupakan
manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling
berinteraksi untuk memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap
obyek. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu
dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara simultan di
antara ketiga komponen tersebut.
e. Pengertian Masyarakat
Seperti diketahi bahwa manusia adalah makhluk
multidimensional, karena itu manusia menjadi unik karena dapat dilihat
dari berbagai perspektif dan berbagai dimensi. Dalam konteks kehidupan
sosial manusia adalah homo socius, yakni makhluk bermasyarakat atau
makhluk yang tidak suka menyendiri. Kata masyarakat berasal dari
bahasa Arab „syaraka‟ yang artinya ikut serta (partisipasi). Sedangkan
16
Walgito, Bimo. Op.Cit, h.63
22
dalam bahasa Inggris dipakai istilah „society‟ yang berasal dari kata
„socius‟ yang artinya kawan.
Menurut Aristoteles yang dikutip oleh Surya Saputra manusia
adalah „zoon politicon‟ yaitu makhluk sosial yang hanya menyukai hidup
bergolongan atau sedikitnya mencari teman bersama lebih suka daripada
hidup tersendiri.17
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masyarakat
merupakan sekelompok manusia yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu dengan batas-batas yang jelas dan menjadi faktor
utamanya ialah adanya hubungan yang kuat di antara anggota kelompok
dibandingkan hubungan dengan orang-orang di luar kelompoknya.
Menurut pandangan Hasan Sadhily, masyarakat adalah “golongan
besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena
sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu
sama lain.”18
Karena itu, pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi
dengan sendirinya menjadi unsur yang ada bagi masyarakat. Masyarakat
bukannya ada dengan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, di
antara mereka harus ada pertalian satu sama lain.
Masyarakat merupakan satu kesatuan yang selalu berubah karena
proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Dalam zaman biasa
masyarakat mengenal kehidupan yang teratur dan aman, disebabkan oleh
karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota-anggotanya,
baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan di sini dimaksudkan
17
Saputra, Lukman Surya. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Setia Purna Inves, 2007, h.11 18
Hassan Shadily. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara, 2004, h.47
23
menahan nafsu atau kehendak sewenang-wenang untuk mengutamakan
kepentingan dan keamanan bersama. Dengan paksa berarti tunduk
kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan (negara, perkumpulan dan
sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adat dan berdasarkan
keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa
berdasarkan adat dan sebagainya).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
masyarakat adalah suatu proses di mana sekelompok manusia yang hidup
dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu dan memberikan pemahaman
atau tanggapan terhadap hal-hal atau peristiwa yang terjadi di
lingkungannya.
Menurut Robbins ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi masyarakat yaitu:
a) Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan
mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu
itu.
b) Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati
dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak
dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan
latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita
untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang
mirip.
c) Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau
peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi
persepsi kita.19
19
Robbins, S.P. Op.Cit. h.89
24
Berdasarkan hal di atas, jelaslah bahwa persepsi dapat
dipengaruhi oleh tiga hal yakni, pelaku persepsi, target atau objek, dan
situasi.
f. Pengertian Partai Politik
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut
serta atau berpatisipasi dalam proses pengelolaan negara. Partai politik
merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang demokratis.
Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk
mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu,
memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta
menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah
(legitimate) dan damai.
Menurut Sigmund Neumann yang dikutip oleh Miriam Budiardjo
bahwa:
Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-
pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang
memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan
pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan
rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda-beda. Dengan demikian partai politik
merupakan perantara besar yang menghubungkan kekuatan-
kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga
pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi
politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.20
20
Budiardjo, Miriam. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia, 2008, h.16-17
25
Dengan demikian maka dalam negara demokratis, partai politik
menyelenggarakan beberapa fungsi salah satu fungsi ialah sebagai sarana
komunikasi politik. Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah,
artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan
partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara “mereka yang
memerintah” (the rulers) dengan “mereka yang diperintah” (the ruled).
Menurut Carl J. Friedrich yang dikutip oleh Budiardjo partai
politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan
bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan
kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun
materiil (A political, party is a group of human beings, stably organized
with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of
a government, with the further objective of giving to members of the
party, through such control ideal and material benefits and
advantages).21
Adapun menurut Ichlasul Amal, partai politik dalam pengertian
modern dapat didefinisikan sebagai “suatu kelompok yang mengajukan
calon-calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat
mengontrol atau mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah”.22
Batasan yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mark N. Hagopian yang
dikutip oleh Ichlasul Amal menurutnya, partai politik adalah “suatu
21
Ibid, h.404 22
Amal, Ichsanul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012, h.15
26
organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter
kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan
ideologis tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau
partisipasi rakyat dalam pemilihan.”23
Adapun pengertian partai politik menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik Bab 1 Pasal
1 disebutkan dalam Ketentuan Umum adalah sebagai berikut:
Organisasi yang bersifat rasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara serta
memelihara keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.24
Para ilmuwan politik dan sosiologi memberi daftar fungsi-fungsi
partai politik secara mengesankan, tanpa memberikan manfaat dalam
membedakan faktor-faktor yang menyebabkan fungsi-fungsi tertentu dapat
dilaksanakan secara efesien, atau yang membuat konseptualisasi yang
menghubungkan fungsi dan struktur secara memuaskan. Di antara fungsi-
fungsi tersebut yang biasanya paling umum sebagaimana dilakukan oleh
adalah sebagai berikut “representasi (perwakilan, konversi dan agregasi);
integrasi (partisipasi, mobilisasi); persuasi, refresi, rekrutmen
(pengangkatan tenaga-tenaga baru), dan pemilihan pemimpin,
23
Ibid 24
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
27
pertimbangan-pertimbangan dan perumusan kebijaksanaan serta kontrol
terhadap pemerintah.”25
Sedangkan tujuan umum partai politik sebagaimana terdapat pada
Bab 5 Pasal 10 Tentang Tujuan dan Fungsi Partai Politik adalah sebagai
berikut:
1) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2) Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
3) Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia; dan
4) Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah:
1) Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam
rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan;
2) Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
3) Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
25
Amal, Ichsanul. Op.Cit, h.26
28
Adapun menurut Pasal 11 Bab 5 disebutkan bahwa fungsi partai
politik secara khusus adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi
warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
2) Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
4) Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme demokrasi dengan memerhatikan kesetaraan dan keadilan
gender.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat sebuah konsepsi mengenai
persepsi masyarakat atas partai politik adalah perhatian, tanggapan, dan
keinginan untuk berpartisipasi sejumlah anggota masyarakat atas partai
politik peserta pemilu yang menawarkan berbagai program berlandaskan
ideologi partai tersebut kepada masyarakat agar mereka turut menentukan
kebijakan pemerintah serta mengontrolnya sesuai dengan wewenang dan
peraturan perundangan yang berlaku.
29
2. Hakikat Partisipasi Politik dalam Pemilu
Kata partisipasi memiliki arti ”hal turut serta dalam suatu
kegiatan.”Menurut Badudu dan Sutan Mohammad Zain, partisipasi adalah
”hal turut serta dalam suatu kegiatan.” Sedangkan berpartisipasi adalah
“ikut turut serta; turut mengambil bagian dalam suatu kegiatan.”26
Karena
itu, dalam konteks politik maka makna partisipasi politik dipahami sebagai
keikutsertaan masyarakat dalam berpolitikkhususnya dalam menyukseskan
pemilihan umum (pemilu); pemilihan legislatif maupun pemilihan
Presiden dan wakilnya.
Sedangkan makna politik dipahami sebagai usaha-usaha yang
ditempuh warganegara untuk memberikan dan mewujudkan kebaikan
bersama, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaran
negara dan pemerintahan, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat, politik
sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau
mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
Menurut Peter Merkl “politik, dalam bentuk yang paling buruk,
adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan
diri sendiri.” Singkatnya politik adalah perebutan kuasa, tahta, dan harta.
Rod Hague et.al yang dikutip oleh Miriam Budiardjo mengemukakan
“politics is the activity by which groups reach binding collective decisions
26
Badudu, J.S., dan Sutan Mohammad Zain.. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 2006, h.278
30
though attempting to reconcile differences among their members.”27
Maksudnya bahwa politik adalah kegiatan yang menyangkut cara
bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang
bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan
perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya.
Sedangkan menurut Andrew Heywood yang dikutip oleh Miriam
Budiardjo bahwa “politics is the activity through which a people make,
preserve and armend the general rules under which they live and as such
is inextricaly linked to the phenomenon of conflict and cooperation.”28
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempetahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala
konflik dan kerjasama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tampak
bahwa memahami politik diperlukan beberapa konsep pokok seperti
dikemukakan oleh Miriam Budiardjo yakni:
1) Negara (state)
2) Kekuasaan (power)
3) Pengambilan keputusan (decision making)
4) Kebijakan (policy, beleid)
5) Pembagian (distribution/allocation)29
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa partisipasi politik adalah
merupakan dua konsep yang dapat dipahami secara terpisah juga dapat
27
Budiardjo, Miriam. Op.Cit., h.16 28
Ibid 29
Ibid, h.17
31
dipahami secara utuh. Partisipasi merupakan suatu aspek penting
demokrasi, karena itu dalam konteks politik, partisipasi politik harus
dipahami sebagai keikutsertaan setiap warga negara dalam berpolitik
dengan segala aspeknya.
Partisipasi politik dipahami sebagai keikutsertaan warga negara
biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau
mempengaruhi hidupnya. Menurut Herbert McClosky yang dikutip oleh
Miriam Budiardjo bahwa:
“Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung,
dalam proses pembentukan kebijakan umum.” (The term political
participation will refer to those voluntary activities by which
members of a society share in the selection of rulers and, directly
or indirectly, in the formation of public policy).30
Sedangkan menurut Ramlan Surbakti “partisipasi politik ialah
kegiatan warganegara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin
pemerintahan.”31
Adapun faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi
politik seseorang sebagaimana dikemukakan oleh Ramlan Surbakti
(2004:144) ialah “kesadaran politik, dan kepercayaan kepada pemerintah
(sistem politik).” Yang dimaksud kesadaran politik ialah kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warganegara. Hal ini menyangkut pengetahuan
30
Ibid, h.2 31
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana Indonesia,
2002, h.118
32
seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut
minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik
tempat dia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada
pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah.
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut Paige yang
dikutip oleh Ramlan Surbakti membagi partisipasi menjadi 4 tipe yakni
sebagai berikut:
Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung
aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung
pasif/tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan
radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan
kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran
politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat
tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).32
Adapun kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi
politik memiliki bermacam-macam bentuk dan intensitas. Biasanya
diadakan perbedaan partisipasi menurut frekuensi dan intensitasnya.
Menurut pengamatan, orang yang mengikuti kegiatan secara tidak intensif
yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak
berdasarkan prakarsa sendiri, seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, besar sekali jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang
secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan
sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi pimpinan dari
partai atau kelompok kepentingan.
32
Ibid, h.114
33
Berbagai jenis partisipasi tergambar dalam piramid yang basisnya
lebar, tetapi menyempit ke atas sejalan dengan meningkatnya intensitas
kegiatan politik. Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 2.1 Piramida Partisipasi Politik
aktivis
partisipan
pengamat
Sumber: Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik:Sebuah Bunga Rampai
(Jakarta:Yayasan Obor Jakarta, 2012) hlm. 7.
Di antara basis dan puncak terdapat pelbagai kegiatan yang berbeda-
beda intensitasnya; berbeda menurut intensitas kegiatan maupun mengenai
bobot komitmen dari orang yang bersangkutan. Termasuk di dalamnya
memberi suara dalam pemilihan umum, mendiskusikan masalah politik,
Orang yang apolitis
Menghadiri rapat umum Anggota kelompok kepentingan
Usaha meyakinkan orang
Memberikan suara dalam pemilu Mendiskusikan masalah politik
Perhatian pada perkembangan
Petugas kampanye aktif dalam partai/kelompok kepentingan
aktif dalam proyek-proyek sosial
Menyimpang pembunuh politik, pembajak, teroris. Pejabat umum,
pejabat partai sepenuh waktu,
pimpinan, kelompok kepentingan
34
menghadiri rapat umum yang bersifat politik, dan menjadi anggota
kelompok kepentingan. Hal lain yang lebih intensif lagi adalah melibatkan
diri dalam pelbagai proyek pekerjaan sosial, contacting atau lobbying
pejabat-pejabat, bekerja aktif sebagai anggota partai politik dan menjadi
juru kampanye; dan yang paling intensif, sebagai pimpinan partai atau
kelompok kepentingan dan pekerja sepenuh waktu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
politik masyarakat dalam pemilu terkait dengan keterlibatan masyarakat
dalam pelbagai kegiatan politik, yakni memberi suara dalam pemilihan
umum, mendiskusikan masalah politik, menghadiri rapat umum yang
bersifat politik, menjadi anggota kelompok kepentingan, melibatkan diri
dalam pelbagai proyek pekerjaan sosial, contacting atau lobbying pejabat-
pejabat, bekerja aktif sebagai anggota partai politik, menjadi juru
kampanye; dan atau menjadi pimpinan partai atau kelompok kepentingan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan beberapa teori disimpulkan bahwa partisipasi politik
dipahami sebagai keikutsertaan setiap warga negara yang telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan untuk dipilih atau memilih anggota legislatif atau
parlemen yang diusung oleh partai politik tertentu. Adapun persepsi atas partai
politik dipahami sebagai sikap seseorang yakni warga negara terhadap partai
politik peserta pemilihan umum atas visi, misi, dan ideologi yang diemban
oleh partai politik tersebut. Sedangkan partai politik dipahami sebagai
35
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa, dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Setiap orang selama hidupnya sejak sebelum kelahiran memiliki hak
dan kewajiban yang hakiki sebagai manusia. Pembentukan negara dan
pemerintahan, untuk alasan apapun, tidak boleh menghilangkan prinsip hak
dan kewajiban yang disandang oleh setiap manusia. Karena itu, jaminan hak
dan kewajiban itu tidak ditentukan oleh kedudukan orang sebagai warga suatu
negara. Setiap orang di mana pun ia berada harus dijamin hak-hak dasarnya.
Pada saat yang bersamaan, setiap orang, di mana pun ia berada, juga wajib
menjunjung tinggi hak-hak asasi orang lain sebagaimana mestinya.
Keseimbangan kesadaran akan adanya hak dan kewajiban asasi ini merupakan
ciri penting pandangan dasar bangsa Indonesia mengenai manusia dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara adalah hak
untuk menyampaikan aspirasi politiknya; hak memilih dan dipilih. Terkait
dengan itu, Pemilihan Umum yang bertujuan untuk memilih anggota
Legislatif dan memilih Presiden beserta wakilnya, di samping sebagai bentuk
pesta demokrasi, Pemilihan Umum pun merupakan pengejewantahan dari
prinsip kedaulatan rakyat Indonesia yang disalurkan oleh rakyat itu sendiri.
36
Dalam pelaksanaannya, Pemilihan Umum harus berlangsung secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Hak untuk menyampaikan aspirasi politik tersebut secara populer
sering disebut dengan partisipasi politik, yakni kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik dengan
cara memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung turut
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup
tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat
umum, menjadi anggota partai atau kelompok kepentingan, mengadakan
hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan
sebagainya.
Banyak faktor yang dapat menentukan partisipasi masyarakat dalam
menyalurkan aspirasi politiknya melalui Pemilihan Umum. Salah satu faktor
dari sekian faktor tersebut adalah persepsi terhadap Partai Politik itu sendiri;
visi, misi, dan platformnya. Persepsi masyarakat dipahami sebagai tanggapan
masyarakat mengenai partai peserta pemilu; visi, misi, dan platform,
sedangkan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Umum adalah
keikutsertakan masyarakat untuk turut mengambil bagian dalam Pemilihan
Umum; memilih calon Legislatif dan atau memilih Presiden dan wakilnya.
Semakin baik persepsi masyarakat terhadap Partai Politik maka akan
semakin baik pula partisipasi politik mereka dalam Pemilihan Umum.
Sebaliknya, semakin kecil persepsi masyarakat terhadap Partai Politik maka
akan semakin kecil pula partisipasi politik mereka dalam Pemilihan Umum.
37
BAB III
DINAMIKA POLITIK MASYARAKAT JATICEMPAKA
KABUPATEN BEKASI
Secara empiris, atmosfir pemilu selalu terasa dalam hiruk-pikuk kehidupan
sosial. Tidak dapat disangka lagi, pemilu selalu menyita perhatian banyak orang
terlepas latar belakang profesi, agama, kultur, dan sebagainya.
Pemilu selalu ditempatkan sebagai wujud pesta demokrasi masyarakat,
sekaligus menjadi medium pendidikan politik masyarakat. Dalam praktiknya, tak
jarang dalam pemilu menjadi pertarungan beberapa kekuatan dan kepentingan
yang berujung tidak tersentuhnya tujuan pokok pesta demokrasi yakni
memperbaiki martabat rakyat. Pemilu sejatinya harus menjadi momentum untuk
memperbaiki taraf hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Hingar-bingar pemilu dengan keterlibatan semua partai peserta pemilu
untuk menjadikan dirinya sebagai pemenang, ditandai dengan berbagai aktivitas
propaganda agar mendapat simpati rakyat. Jurus-jurus jitu pun selalu menjadi
daya pemikat mulai dengan menegaskan ideologi yang diusung, menawarkan
perubahan, pemulihan bangsa (restorasi), mengatasnamakan kepentingan rakyat,
wong cilik, pemberantasan KKN, dan sebagainya.
Sayang, apa yang mereka tawarkan sebagai daya pesona bagi masyarakat
tampaknya belakangan ini menjadi bias, karena rakyat sudah demikian cerdas.
Bagi masyarakat, persepsi atas semua partai peserta pemilu tampaknya telah
apatis dan telah kehilangan kepercayaan. Slogan dan kata-kata bombastis hanya
38
sebagai jargon-jargon semu yang tidak terlalu penting untuk didengar, lebih-lebih
dipercaya.
Akhirnya, tidak sedikit bentuk apatisme masyarakat terhadap partai-partai
peserta pemilu, mereka enggan menyalurkan aspirasi politiknya. Hal ini pada
dasarnya lebih disebabkan karena persepsi masyarakat atas semua partai peserta
pemilu kurang positif yang kemudian berakibat pada lemahnya partisipasi mereka
dalam pemilu. Kelompok ini sering kali secara terus terang menyebut dirinya
sebagai golongan putih alias golput.
A. Gambaran Demografis Masyarakat Jaticempaka
Jaticempaka adalah nama sebuah kelurahan yang terdapat di
kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan
ini merupakan pemekaran dari kelurahan Jatiwaringin.
Kelurahan Jaticempaka terletak di sebelah utara laut Provinsi Jawa
Barat. Kelurahan ini berbatasan dengan Jatiwaringin di sebelah barat,
Jatibening di sebelah utara, Jatimakmur di sebelah selatan, dan Jatibening
Baru di sebelah timur. Luas kelurahan Jaticempaka 15.000,30 Km2 dan
terbagi ke dalam 8 RW, 24 RT.33
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
kelurahan Jaticempaka adalah 37.707 jiwa, sedangkan di tahun 2013 tercatat
38.561 jiwa.34
Sebagian besar penduduk di Jaticempaka berprofesi sebagai
buruh (freelance), pedagang, pegawai negeri, TNI, jasa transportasi, dan
33
“Kependudukan” artikel diakses pada tanggal 8 Mei 2015 dari http://www.bekasikab.go.id 34
“Kependudukan” artikel diakses pada tanggal 9 Mei 2015 dari http://www.bekasikab.go.id
39
industri perumahan. Adapun jumlah data pemilih sebanyak 37.707 orang.
Sedangkan pengguna hak pilih sebanyak 22.084 orang.35
B. Peta Kekuatan Politik di Jaticempaka
Mencermati kekuatan politik di Jaticempaka Kabupaten Bekasi
setidaknya dapat dilihat dari antusiasme sebelum atau menjelang pemilihan
umum (pemilu) berlangsung. Namun tampaknya dilihat dari hingar-bingar
menjelang pemilu rasa-rasanya hampir sulit kita menentukan mana partai
peserta pemilu yang lebih dominan dan mana partai politik yang termasuk
sub-misif (underdog). Pendek kata, kita sulit mengetahui mana partai besar
dan mana partai kecil. Hal ini karena yang menjadi dasar klaim seseorang
adalah hanya melihat atribut, bendera, dan panji-panji yang diusung dan
dikibarkan oleh masing-masing partai. Jadi, secara kasat mata nyaris tidak ada
perbedaan mana partai besar dan mana partai kecil.
Bilamana mencermati kekuatan politik dari sisi frekuensi dan
intensitas kampanye yang dilakukan oleh masing-masing partai peserta
pemilu, tampaknya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hanya ada lima partai
besar yang selalu mendapat perhatian masyarakat. Kelima partai itu adalah
Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Begitupun dilihat dari jumlah masa yang
menghadiri acara-acara kampanye baik yang diselenggarakan di tempat-
35
Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di tingkat kecamatan dalam pemilihan
umum anggota DPRD kabupaten/ kota tahun 2014.
40
tempat terbuka maupun di tempat-tempat tertutup, jelas sekali hanya kelima
pendukung partai besar tersebutlah yang paling eksis. Begitupun konsituen
kelima partai tersebut. Sementara itu, dalam kampanye partai-partai peserta
pemilu lainnya yang dianggap gurem bukan rahasia umum lagi bahwa
masyarakat pendukung atas partai tersebut hanya sedikit saja, bahkan nyaris
tidak ada massa. Kalau pun ada beberapa gelintir orang, tampaknya hanya
panitia saja yang tampak mondar-mandir. Bahkan acara kampanye pun, ada
kalanya diurungkan.
Sedangkan berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara dalam
pemilu legislatif tahun 2009 dan 2014 kekuatan masing-masing partai peserta
pemilu tidak menunjukkan ada perubahan yang signifikan. Partai Golkar
memperoleh suara 7,22% - 8,61%, Partai Demokrat memperoleh suara
17,03% - 11,97%, Partai PDI Perjuangan memperoleh suara 14,49% - 13,69%,
Partai PKS memperoleh suara 8,32% - 6,65%, Partai PAN memperoleh suara
11,40% - 8,85%, Partai Gerindra memperoleh suara 11,40% - 8,85%, Partai
Hanura memperoleh suara 9,57% - 10,40%, Partai PKB memperoleh suara
4,45% - 4,02%, Partai PBB memperoleh suara 9,68% - 10,74%, Partai PKPI
memperoleh suara 1,79% - 1,62%, dan Partai Nasdem memperoleh suara
3,8%. Data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2009 di Jaticempaka
Kabupaten Bekasi
No. Nama Partai Jumlah Suara Persentase
1 Demokrat 3127 17,03%
41
2 Golkar 1325 7,22%
3 PDIP 2659 14,49%
4 PKS 1528 8,32%
5 PAN 2093 11,40%
6 PKB 816 4,45%
7 Gerindra 2945 16,05%
8 Hanura 1757 9,57%
9 PBB 1776 9,68%
10 PKPI 329 1,79%
Jumlah Suara 18.325 100%
Tabel 3.2
Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu Legislatif 2014 di Jaticempaka
Kabupaten Bekasi
No. Nama Partai Jumlah Suara Persentase
1 Golkar 1965 8,61%
2 Demokrat 2734 11,97%
3 PDIP 3127 13,69%
4 PKS 1518 6,65%
5 PAN 2021 8,85%
6 PKB 917 4,02%
7 Gerindra 4469 19,57%
8 Hanura 2374 10,40%
9 PBB 2452 10,74%
10 Nasdem 885 3,88%
11 PKPI 369 1,62%
Jumlah Suara 22.831 100%
42
C. Dinamika Politik Masyarakat
Berdasarkan data dan informasi di lapangan, diketahui bahwa kondisi
politik khususnya menjelang dan saat berlangsungnya pemilu di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi selalu berubah-ubah dan dinamis. Hal ini lebih
disebabkan oleh adanya berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat,
pencitraan elit politik, dan popularitas ketokohan.
Indikasi dinamika politik biasanya terkait dengan konstelasi
situasional dan relevansinya dengan kiprah partai politik. Data
memperlihatkan betapa telah terjadi dinamika politik masyarakat dalam
pemilu. Data jumlah pemilih misalnya pada pemilu tahun 2009 sebanyak
37.601 sedangkan jumlah seluruh pengguna hak pilih sebanyak 21.964.
Sedangkan dalam pemilu legislatif 2014 jumlah pemilih sebanyak 37.707
orang dengan jumlah seluruh pengguna hak pilih sebanyak 22.084 orang.
Dengan demikian, telah terjadi perubahan partisipasi politik sebesar …%.
Begitupun berdasarkan perolehan suara untuk masing-masing partai
politik peserta pemilu telah terjadi perbaikan. Pada pemilu tahun 2009 suara
terbanyak sekaligus pemenang pemilu di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten
Bekasi adalah Partai Demokrat. Sedangkan pada pemilu tahun 2014 partai
pemenang adalah Partai Golkar. Hanya saja pemilu tahun 2014 jumlah pemilih
yang tidak menentukan pilihannya karena tidak datang di TPS sebanyak 357
orang atau …% dari jumlah pemilih yang seharusnya.
43
Gambaran di atas menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan atau
dinamika politik di Kelurahan Jaticempaka Pondok Gede Kabupaten Bekasi
secara signifikan.
Pada sisi lain, tendensi masyarakat dalam menentukan pilihannya atas
partai politik yang pada mulanya atas pertimbangan ideologis serta program
yang ditawarkan, namun belakangan ini persepsi dan tendensi masyarakat atas
partai politik telah bergeser yakni tidak lagi melihat jati diri partai politik
melainkan lebih kepada popularitas elit partai. Ketertarikan masyarakat
ditentukan oleh profil dan popularitas sosok elitis. Hal ini dikuatkan dengan
pengakuan tiga orang warga Jaticempaka bernama Diding Ahidin, Drs. Maman
Paturahman, M.Pd, dan Supriyanto. Menurut Diding Ahidin, memilih partai
dalam pemilu bukan karena ideologi dan programnya, melainkan karena saya
simpati pada sosok partai tersebut.36
Hal senada diutarakan oleh Drs. Maman
Paturahman, M.Pd. bahwa mencoblos partai dalam pemilu tidak lagi melihat
ideologi dan program yang ditawarkan oleh partai tersebut, melainkan lebih
pada idealisme, visi, misi, dan pemikiran sosok sentral tokoh partai tersebut.37
sedangkan menurut pengakuan Supriyanto, memilih partai dalam pemilu tidak
karena apa-apa melainkan karena tokoh partai tersebut lebih merakyat dan
simpatik.38
Hal ini menjadi bukti terjadinya dinamika politik dalam masyarakat
di Jaticempaka Kabupaten Bekasi.
36
Wawancara pribadi dengan Diding Ahidin (seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta) pada
tanggal 11 Mei 2015. 37
Wawancara pribadi dengan Drs. Maman Paturahman, M.Pd. (dosen salah satu perguruan tinggi
swasta) pada tanggal 12 Mei 2015 38
Wawancara pribadi dengan Supriyanto (seorang pedagang alat tulis kantor) pada tanggal 13 Mei
2015
44
BAB IV
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLITIK MASYARAKAT
DENGAN PARTISIPASI PADA PEMILU LEGISLATIF 2014
Hasil penelitian di lapangan diperoleh data dan informasi bahwa persepsi
masyarakat atas partai politik peserta pemilu legislatif 2014 di Jaticempaka terkait
dengan partisipasi mereka dalam menyalurkan aspirasi politik. Artinya bahwa
partisipasi politik masyarakat Jaticempaka dalam pemilu 2014 ditentukan oleh
persepsi mereka atas partai politik peserta pemilu. Karena itu pula dapat
ditegaskan bahwa bilamana persepsi masyarakat atas partai politik positif maka
partisipasi politik dalam setiap pemilu akan meningkat. Sebaliknya, apabila
persepsi masyarakat atas partai politik negatif maka partisipasi mereka dalam
pemilu akan rendah.
Data dan informasi mengenai persepsi masyarakat atas partai politik,
partisipasi politik dalam pemilu, dan hubungan persepsi masyarakat atas partai
politik pemilu legislatif 2014 di Jaticempaka Kabupaten Bekasi diperoleh
berdasarkan teknik triangulasi; wawancara dengan lurah Jaticempaka, ketua
pengurus salah satu partai politik, peserta pemilu, dan tokoh masyarakat setempat.
Sedangkan data kuantitatif yang diberi melalui angket dianalisis dengan
pendekatan statistik, khususnya untuk menentukan/ menguji linieritas persepsi
dan partisipasi politik masyarakat di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi.
45
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil penyebaran angket di Kelurahan Jaticempaka
Kabupaten Bekasi kepada 379 orang sebagai sampel sekaligus sebagai
responden diperoleh data bahwa angket yang penulis sebarkan, yakni
pengembangan dari dua variabel penting sebanyak 25 butir pernyataan.
Angket tersebut sekaligus dikembangkan berdasarkan indikator pada variabel
yang diteliti, yaitu mengenai persepsi masyarakat atas partai politik peserta
pemilu legislatif 2014.
Data hasil angket di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi
tersebut diolah secara hati-hati dan agar data lebih akurat dan mengurangi
kesalahan dalam analisis maka data disajikan dalam bentuk tabulasi data dan
diolah dengan program analisis data menggunakan program statistik SPSS
17.0 for Windows.
Kuesioner penelitian yang peneliti sampaikan kepada responden
sebanyak 379 orang, kemudian dicermati, ditelaah, dan dianalisis sesuai
dengan teknik pengolahan data sesuai konsep statistik. Kuesioner penelitian
ini kemudian diberi skor sesuai dengan jawaban responden dan dijumlahkan.
Proses penelitian dilakukan secara hati-hati agar tidak mengalami kekeliruan
dalam penyusunannya.
Rekapitulasi jumlah skor untuk masing-masing variabel dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
46
Tabel 4.1
Rekapitulasi Jumlah Skor Masing-masing Variabel
NO X Y NO X Y
1 83 83 38 80 80
2 90 85 39 76 76
3 83 83 40 80 80
4 83 83 41 76 76
5 90 85 42 76 76
6 83 83 43 89 89
7 90 85 44 76 76
8 76 76 45 80 80
9 76 76 46 76 76
10 90 85 47 80 80
11 90 90 48 76 76
12 98 83 49 89 89
13 83 83 50 90 83
14 79 79 51 76 76
15 76 76 52 76 76
16 90 83 53 76 76
17 76 76 54 81 81
18 76 76 55 76 76
19 76 76 56 83 83
20 83 83 57 76 76
21 76 76 58 76 76
22 76 76 59 80 80
23 83 83 60 76 76
24 76 76 61 76 76
25 83 83 62 76 76
26 76 76 63 80 80
27 83 83 64 76 76
28 76 76 65 76 76
29 83 83 66 76 76
30 76 76 67 76 76
31 83 83 68 80 80
32 79 79 69 76 76
33 76 76 70 76 76
34 89 89 71 83 83
35 77 77 72 76 76
36 79 79 73 76 76
37 76 76 74 76 76
NO X Y NO X Y
75 75 75 112 85 85
76 87 87 113 85 85
77 76 76 114 85 85
78 89 89 115 80 80
79 76 76 116 76 76
80 76 76 117 80 80
81 76 76 118 76 76
82 83 83 119 80 80
83 76 76 120 76 76
84 87 87 121 77 77
85 76 76 122 76 76
86 76 76 123 76 76
87 87 87 124 85 85
88 76 76 125 85 85
89 76 76 126 85 85
90 79 79 127 85 85
91 76 76 128 76 76
92 76 76 129 76 76
93 76 76 130 76 76
94 76 76 131 85 85
95 76 76 132 76 76
96 75 75 133 85 85
97 77 77 134 85 85
98 77 77 135 76 76
99 85 85 136 76 76
100 85 85 137 79 79
101 77 77 138 80 80
102 83 83 139 80 80
103 83 83 140 80 80
104 77 77 141 79 79
105 77 77 142 79 79
106 76 76 143 79 79
107 77 77 144 79 79
108 76 76 145 80 80
109 83 83 146 80 80
110 76 76 147 76 76
111 83 83 148 76 76
47
NO X Y NO X Y
149 76 76 186 83 83
150 76 76 187 90 90
151 76 76 188 90 90
152 85 85 189 76 76
153 76 76 190 76 76
154 85 85 191 83 83
155 76 76 192 83 83
156 76 76 193 90 83
157 76 76 194 90 83
158 85 85 195 76 76
159 76 76 196 79 79
160 76 76 197 90 90
161 76 76 198 79 79
162 76 76 199 79 78
163 76 76 200 76 76
164 76 76 201 79 78
165 85 85 202 79 77
166 85 85 203 76 75
167 85 85 204 79 78
168 76 76 205 76 76
169 76 76 206 79 79
170 76 76 207 83 83
171 80 80 208 79 79
172 80 80 209 83 83
173 80 80 210 87 87
174 76 76 211 83 83
175 83 83 212 83 83
176 83 83 213 91 79
177 83 83 214 83 83
178 83 83 215 87 87
179 83 83 216 83 83
180 90 90 217 87 87
181 83 83 218 91 79
182 83 83 219 79 79
183 90 90 220 76 74
184 83 83 221 91 91
185 83 83 222 76 76
NO X Y NO X Y
223 87 87 260 76 64
224 79 79 261 93 64
225 87 87 262 82 71
226 76 76 263 69 71
227 83 83 264 66 67
228 83 83 265 63 64
229 83 83 266 75 71
230 76 76 267 63 64
231 54 54 268 63 64
232 79 79 269 64 64
233 89 89 270 69 64
234 79 79 271 64 64
235 90 90 272 63 64
236 76 76 273 69 71
237 90 76 274 64 64
238 90 75 275 69 71
239 81 81 276 63 64
240 76 76 277 69 71
241 79 79 278 63 64
242 89 89 279 69 71
243 87 87 280 63 71
244 76 76 281 69 64
245 85 85 282 66 67
246 76 76 283 63 64
247 76 76 284 73 75
248 81 81 285 65 65
249 79 79 286 66 64
250 98 98 287 64 71
251 83 82 288 67 64
252 75 71 289 64 71
253 69 71 290 67 71
254 69 71 291 64 64
255 75 71 292 64 67
256 69 71 293 73 64
257 75 71 294 64 75
258 63 64 295 67 65
259 63 64 296 64 71
48
NO X Y NO X Y NO X Y
297 67 64 334 71 74 371 64 64
298 64 64 335 64 63 372 63 64
299 73 64 336 64 63 373 69 71
300 74 64 337 71 74 374 64 64
301 64 64 338 64 63 375 69 71
302 64 64 339 64 63 376 63 64
303 64 71 340 66 63 377 69 71
304 67 64 341 64 63 378 63 64
305 64 71 342 64 63 379 69 71
306 69 71 343 64 63
307 64 64 344 64 63
308 64 64 345 64 63
309 67 67 346 63 63
310 64 67 347 65 63
311 64 64 348 65 63
312 64 64 349 71 71
313 67 67 350 71 71
314 64 64 351 69 71
315 64 63 352 75 71
316 64 63 353 69 71
317 64 63 354 69 71
318 67 67 355 75 71
319 64 63 356 69 71
320 64 63 357 75 71
321 69 67 358 63 64
322 64 63 359 63 64
323 64 63 360 76 64
324 64 63 361 93 64
325 63 63 362 82 71
326 71 74 363 69 71
327 64 63 364 66 67
328 73 75 365 63 64
329 64 63 366 75 71
330 64 63 367 63 64
331 64 75 368 63 64
332 69 71 369 64 64
333 64 63 370 69 64
49
Selanjutnya data rekapitulasi tersebut diolah dengan program analisis data
dengan bantuan program komputer SPSS 17.0.
B. Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik di Jaticempaka pada Pemilu
Legislatif 2014
Data rekapitulasi jumlah skor untuk masing-masing variabel tersebut
diatas diproses melalui bantuan komputer dengan program SPSS 17.0 for
windows setelah dilakukan analisis deskriptif statistik frekuensi terhadap data
yang outlier maka rangkuman data variabel Persepsi masyarakat atas partai
politik (X) dapat dilihat sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Data Statistik Variabel Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik
N Valid 379
Missing 0
Mean 75.94
Std. Error of
Mean
.417
Median 76.00
Mode 76
Std. Deviation 8.126
Variance 66.034
Range 44
Minimum 54
Maximum 98
Sum 28782
50
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Data Variabel Persepsi Masyarakat
Atas Partai Politik
Persepsi Masyarakat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 54 1 .3 .3 .3
63 20 5.3 5.3 5.5
64 45 11.9 11.9 17.4
65 3 .8 .8 18.2
66 5 1.3 1.3 19.5
67 8 2.1 2.1 21.6
69 23 6.1 6.1 27.7
71 5 1.3 1.3 29.0
73 4 1.1 1.1 30.1
74 1 .3 .3 30.3
75 10 2.6 2.6 33.0
76 102 26.9 26.9 59.9
77 8 2.1 2.1 62.0
79 23 6.1 6.1 68.1
80 18 4.7 4.7 72.8
81 3 .8 .8 73.6
82 2 .5 .5 74.1
83 40 10.6 10.6 84.7
85 19 5.0 5.0 89.7
87 9 2.4 2.4 92.1
89 6 1.6 1.6 93.7
90 17 4.5 4.5 98.2
91 3 .8 .8 98.9
93 2 .5 .5 99.5
98 2 .5 .5 100.0
Total 379 100.0 00.0
52
Tabel 4.4
Data Statistik Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif 2014
N Valid 379
Missing 0
Mean 75.41
Std. Error of Mean .393
Median 76.00
Mode 76
Std. Deviation 7.651
Variance 58.539
Range 44
Minimum 54
Maximum 98
Sum 28581
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Data Variabel Partisipasi Politik dalam
Pemilu Legislatif 2014
Partisipasi Politik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 54 1 .3 .3 .3
63 26 6.9 6.9 7.1
64 46 12.1 12.1 19.3
65 2 .5 .5 19.8
67 9 2.4 2.4 22.2
71 38 10.0 10.0 32.2
74 4 1.1 1.1 33.2
75 8 2.1 2.1 35.4
76 99 26.1 26.1 61.5
77 9 2.4 2.4 63.9
78 3 .8 .8 64.6
53
79 21 5.5 5.5 70.2
80 18 4.7 4.7 74.9
81 3 .8 .8 75.7
82 1 .3 .3 76.0
83 44 11.6 11.6 87.6
85 23 6.1 6.1 93.7
87 9 2.4 2.4 96.0
89 6 1.6 1.6 97.6
90 7 1.8 1.8 99.5
91 1 .3 .3 99.7
98 1 .3 .3 100.0
Total 379 100.0 100.0
Berdasarkan data-data di atas dapat digambarkan grafik histogram
pada gambar sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Histogram Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif
54
D. Menguji Linearitas Persepsi dan Partisipasi Politik Masyarakat di
Jaticempaka Kabupaten Bekasi
Pengujian pada SPSS dengan menggunakan uji analisis compare means
dengan pilihan Tes for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi
(Linearity) kurang dari 0,05. Adapun hasil uji tersebut dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Test for Linearity Variabel Persepsi Masyarakat Atas
Partai Politik (X)
Terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif 2014 (Y)
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Y * X Between
Groups
(Combined) 20369.795 24 848.741 170.908 .000
Linearity 18075.696 1 18075.696 3639.828 .000
Deviation from Linearity 2294.099 23 99.743 20.085 .000
Within Groups 1757.994 354 4.966
Total 22127.789 378
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada
Linearity sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel persepsi masyarakat terhadap partai politik dan
variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif terdapat hubungan yang
linier.
55
1. Uji Multikolinearitas
Pada bagian ini, di samping uji normalitas sebagaimana telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya, selanjutnya disajikan pula uji
multikolinearitas. Dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows
menggunakan analisis regresi dengan pilihan statistik colinearity
diagnostic. Adapun hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Persepsi Masyarakat 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Y
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
Valuedinflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya jika
VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan
multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Tabel di atas
memperlihatkan bahwa variabelpersepsi masyarakat atas partai politik
(X) mempunyai nilai VIF sebesar 1,000. Karena nilai VIF lebih kecil dari
5 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat atas partai politik
(X) terhadap partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y) tidak
mempunyai masalah multikolinearitas.
56
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dengan proses SPSS 17.0 for windows didapatkan hasil uji
normalitas variabel persepsi masyarakat atas partai politik (X) terhadap
partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y) dapat dilihat pada grafik
pada gambar di bawah bahwa data (titik-titik) menyebar di sekitar garis
diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal yang berarti
bahwa regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel persepsi
masyarakat atas partai politik (X) berdasarkan masukan variabel
partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y).
Selanjutnya untuk memperkuat hasil pengujian maka ditampilkan
Histogram Normalitas Galat Baku, Grafik Normal P-P Plot Galat Baku,
dan Grafik Normal Q-Q Plot untuk setiap sampel.
Gambar 4.3
Grafik Histogram Normalitas Galat Baku
57
E. Pengaruh Persepsi Masyarakat Terhadap Partisipasi Politik di
Jaticempaka Kabupaten Bekasi
Selanjutnya untuk melihat besar pengaruh persepsi masyarakat
terhadap partisipasi politik maka dilakukan analisis regresi untuk melihat
konstribusi X mempengaruhi Y, yaitu:
a. Koefisien Korelasi (r)
Dengan melakukan analisis regresi linier sederhana dengan
bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat bahwa nilai koefisien
korelasi (r) = 0,904a yang berarti hubungan variabel persepsi
masyarakat atas partain politik (X) terhadap variabel partisipasi politik
dalam pemilu legislatif (Y) positif dan cukup kuat. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Nilai Koefesien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
Variabel Persepsi Masyarakat atas Partai Politik (X) Terhadap
Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif (Y)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .904a .817 .816 3.278
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
b. Koefisien Determinasi (r²)
Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,817 adalah
pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 81,70%
variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y) ditentukan oleh
58
faktor variabel persepsi masyarakat atas partai politik (X) sedangkan
sisanya 18,30% ditentukan faktor-faktor lain.
c. Uji F atau Anova Test
Uji F bertujuan untuk menguji signifikansi model regresi
persepsi masyarakat atas partai politik (X) terhadap partisipasi politik
dalam pemilu legislatif (Y). Hasil uji F seperti yang terdapat pada
Tabel berikut:
Tabel 4.9
FhitungVariabel Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik (X)
Terhadap Variabel Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif (Y)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 18075.696 1 18075.696 1681.733 .000a
Residual 4052.093 377 10.748
Total 22127.789 378
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis ini adalah;
1) H0 = 0; atau model regresi tidak signifikan
2) H1 ≠ 0; atau model regresi signifikan
Dasar pengambilan keputusan adalah :
1) Jika Fhitung< Ftabel maka H1 ditolak, H0 diterima
2) Jika Fhitung> Ftabel maka H1 diterima, H0 ditolak
Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan
SPSS 17.0 for windows tersebut diperoleh Fhitung sebesar 1681,733
sedangkan harga kritis nilai Ftabel dengan derajat bebas pembilang 1
59
dan penyebut 378 pada (0,05) sebesar 3,019. Cara praktis mencari
Ftabel adalah dengan menggunakan Ms Excel. Pada cell kosong ketik
=FINV(0,05;2;379) kemudian tekan enter. 0,05 adalah nilai
adalah jumlah variable, dan 379 adalah jumlah responden.
Dengan demikian Fhitung (1681,733) > Ftabel (3,019), sehingga jelas
H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
variabel persepsi masyarakat atas partai politik signifikan terhadap
variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif.
d. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi regresi variabel
persepsi masyarakat atas partai politik (X) terhadap variabel partisipasi
politik dalam pemilu legislatif (Y).
Keputusan yang diambil adalah sebagai berikut :
1) H0:1 = 0 ; atau koefisien regresi variabel persepsi masyarakat
atas partai politik (X) tidak signifikan terhadap
variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y).
2) H1:1 ≠ 0 ; atau koefisien regresi variabel persepsi masyarakat
atas partai politik (X) signifikan terhadap variabel
partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y).
Dasar dari pengambilan keputusan adalah membandingkan
thitung dengan ttabel.
1) jika thitung< ttabel maka H1 ditolak, H0 diterima
2) jika thitung> ttabel maka H1 diterima, H0 ditolak
60
Dengan program SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai thitung
dan signifikansinya seperti yang terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10
Thitung dan Signifikansi Variabel Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik (X)
TerhadapVariabel Partisipasi Politik dalam Pemilu Legislatif (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 10.787 1.585 6.806 .000
Persepsi
Masyarakat .851 .021 .904 41.009 .000
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan perhitungan SPSS 17.0 for windows, thitung variabel
atas persepsi masyarakat atas partai politik yang diperoleh adalah
sebesar 41,009 dengan df 19 pada ½ (0,05) diperoleh ttabel sebesar
1,966. Cara praktis mencari ttabel adalah dengan menggunakan Ms
Excel. Pada cell kosong ketik =TINV(0,05;379) kemudian tekan enter.
0,05 adalah nilai signifikasi dan 379 adalah jumlah responden.
Dengan demikian thitung (41,009)> ttabel (1,966), sehingga jelas
H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa koefisien
regresi variabel persepsi masyarakat atas partai politik signifikan
terhadap variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif.
Adapun analisis diatas dengan bantuan komputer berdasarkan
perhitungan SPSS 17.0 for windows diperoleh persamaan regresi
sederhana sebagai berikut:
Ŷ = f (X)
61
Ŷ = 10,787+ 0,851X
Konstanta sebesar 10,787 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai
persepsi masyarakat atas partai politik (X) maka partisipasi politik
dalam pemilu legislatif (Y) nilainya 10,787, sedangkan koefisien regresi
sebesar 0,851X menyatakan bahwa setiap penambahan 1 (satu) nilai
pada variabel persepsi masyarakat atas partai politik (X) akan
meningkatkan variabel partisipasi politik dalam pemilu legislatif (Y)
sebesar 0,851 kali pada konstanta 10,787.
Hasil penelitian yang dilakukan terbukti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan persepsi masyarakat atas partai politik terhadap partisipasi
masyarakat dalam pemilu legislatif. Keeratan hubungan antara variabel
persepsi masyarakat atas partai politik terhadap partisipasi politik dalam
pemilu legislatif, tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi (r) yang
dihasilkan dari perhitungan korelasi antara variabel bebas persepsi masyarakat
atas partai politik (X) terhadap variabel partisipasi politik dalam pemilu
legislatif (Y) yaitu sebesar 0,904.
Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,817 adalah
pengkuadratan dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 81,70% variabel
partisipasi politik dalam pemilu legislatif tahun 2014 (Y) di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi ditentukan oleh faktor variabel persepsi
masyarakat atas partai politik (X) sedangkan sisanya 18,30% ditentukan faktor-
faktor lain.
62
Berdasarkan perhitungan SPSS 17.0 for windows, thitung variabel
persepsi masyarakat atas partai politik yang diperoleh adalah sebesar 41,009
dengan df 378 pada ½ (0,05) diperoleh ttabel sebesar 1,966. Dengan
demikian thitung (41,009)> ttabel (1,966), sehingga jelas H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukan bahwa koefisien regresi variabel persepsi
masyarakat atas partai politik signifikan terhadap variabel partisipasi politik
dalam pemilu legislatif.
Dengan bantuan pengolahan data berdasarkan perhitungan SPSS 17.0
tersebut diperoleh Fhitung sebesar 1681,733. Sedangkan harga kritis nilai Ftabel
dengan derajat bebas pembilang 1 dan penyebut 378, pada (0,05) sebesar
3,019. Dengan demikian Fhitung (1681,733) > Ftabel (3,019), sehingga jelas H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi variabel
persepsi masyarakat atas partai politik signifikan terhadap variabel partisipasi
politik dalam pemilu legislatif 2014 di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten
Bekasi.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis
yang penulis ajukan yakni hipotesis alternatif (H1) diterima, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan persepsi masyarakat atas partai politik (X) atau
terhadap partisipasi politik dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi.
Persepsi masyarakat atas partai politik selalu mengalami dinamika,
hal ini seiring dengan sejarah panjang pelaksanaan pemilu di Indonesia. pada
awal pelaksanaan pemilu pada tahun 1955 hingga tahun 1971 persepsi
63
masyarakat amat terkait dengan ideologi apa yang diusung oleh partai-partai
peserta pemilu. Karena itu, ada 2 partai besar yang selalu menjadi pilihan
rakyat, pertama adalah partai yang berideologi agama (Islam) yang didukung
oleh basis masyarakat yang beragama Islam (muslim), dan kedua adalah
partai yang berideologi nasionalis kebangsaan yang kemudian berubah
menjadi partai berazas Pancasila. Fenomena ini melahirkan partai-partai besar
di zamannya yakni partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI)
dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Seiring dengan perjalanan sejarah perpolitikan di Indonesia sejak
terjadi pergantian kepemimpinan nasional dari Orde Lama menjadi Orde Baru
di bawah pemerintahan presiden Soeharto, di awal pemerintahannya ia
mengutamakan pentingnya stabilitas politik sebagai dalih syarat mutlak
pembangunan ekonomi nasional. Maka makna demokrasi dan atas nama
stabilitas nasional partai politik yang sebelumnya tumbuh subur dengan
mengusung berbagai ideologi oleh Presiden Soeharto disederhanakan menjadi
3 (tiga) partai yakni Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Tidak sampai di situ, sejalan dengan perkembangan berikutnya maka
diberlakukan pula azas tunggal dimana Pancasila harus menjadi azas setiap
partai dan organisasi massa lainnya.
Pencantuman Pancasila sebagai azas bagi semua partai politik dan
organisasi lainnya telah memecah persepsi masyarakat terhadap semua partai
politik peserta pemilu. Akhirnya, partai Golkar selalu menjadi pemenang
64
pemilu dalam beberapa dekade hingga terjadinya Era Reformasi pada tahun
1998. Hal ini sebagai akibat diterapkannya ideologi monoistik yakni Pancasila,
maka tidak ada pilihan lain bagi masyarakat kecuali melanggengkan partai
politik yang pro pembangunan semesta.
Persepsi masyarakat atas semua program yang ditawarkan partai
politik peserta pemilu dapat menentukan partisipasi politik masyarakat, seperti
memberi suara dalam pemilu, mendiskusikan masalah politik, menghadiri
rapat umum, menjadi anggota atau konstuen partai tertentu, melibatkan diri
dalam berbagai proyek dan aktivitas sosial melakukan kontak dan lobbying
dengan pihak lain, menjadi juru kampanye, menjadi tim pemenangan pemilu,
menjadi kader dan fungsionaris partai dan sebagainya.
Uraian di atas merupakan benang merah dari hasil wawancara peneliti
dengan dua orang tokoh masyarakat dan seorang aktivis sebuah partai politik
peserta pemilu. Kedua orang tokoh masyarakat tersebur bernama Drs. K. H.
Ramdani Rahmat dan Al-Ustaz Budi Abdul Aziz. Sedangkan seorang aktivis
partai bernama Amar Muhtadi.
Menurut Drs. K. H. Ramdani Rahmat, partisipasi politik masyarakat
belakangan ini tidak seperti dalam pemilu yang sudah-sudah, hal itu karena
masyarakat kian cerdas dalam berpolitik. Belakangan ini masyarakat mulai
apatis dengan pemilu karena di mata sebagian masyarakat sudah tidak ada lagi
partai yang pro rakyat. Para elit partai hanya mementingkan diri dan
kelompoknya, bukan lagi mengabdi kepada rakyat. Menurutnya, partai hanya
sebagai alat untuk meraih kekuasaan dan tempat mencari nafkah orang-orang
65
partai.1 Hal senada dibenarkan oleh Ustaz Abdul Aziz, menurutnya
masyarakat tidak lagi melihat partai politik dari sisi ideologis melainkan dari
sisi sejauh mana keberpihakannya kepada rakyat. Selama partai-partai tersebut
tidak lagi berbuat banyak bagi rakyat secara riil maka jangan harap rakyat mau
memilihnya. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa sebagian besar rakyat atau
masyarakat di Kelurahan Jaticempaka Kabupaten Bekasi sudah tidak percaya
lagi kepada partai.2 Sementara itu, Amar Muhtadi menyangkal bahwa banyak
partai yang tidak pro rakyat, menurut Amar pada prinsipnya partai dibentuk
untuk menampung aspirasi dan berbakti kepada rakyat, partai dibentuk untuk
mengabdi kepada kepentingan rakyat dan bukan sekedar kendaraan untuk
meraih kekuasaan. Kalaupun ada orang yang terlibat dalam hal-hal yang tidak
terpuji, itu lebih disebabkan bersifat pribadi, dan itulah yang disebut oknum.
Kejadian ini bisa menimpa siapa saja dan partai mana saja.3
Terlepas dari itu semua, rakyat atau masyarakat hanya mau kerja
nyata dan bukan obral janji. Karena itu pula, hanya partai-partai yang tidak
sering mengumbar isu-isu dan manuver politik yang akan tetap mendapat
simpati masyarakat, dan bukan partai kumpulan para elit yang sarat dengan
instrik, menghalalkan segala cara, dan sering membual mengatasnamakan
kepentingan rakyat.
1 Wawancara pribadi dengan Drs. K. H. Ramdani Rahmat (Ketua YPI An-Najah) Jaticempaka
Bekasi tanggal 5 Juni 2015. 2 Wawancara pribadi dengan Ustaz Abdul Aziz (tokoh kharismatik dan ketua pengurus masjid Nur
Hidayatullah) Jaticempaka Bekasi tanggal 6 Juni 2015. 3 Wawancara pribadi dengan Amar Muhtadi (fungsionari PDI Perjuangan Kelurahan Jaticempaka
Bekasi) tanggal 7 Juni 2015.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan persepsi masyarakat atas partai politik
terhadap partisipasi politik dalam pemilu legislatif 2014 di Kelurahan
Jaticempaka Kabupaten Bekasi. Keeratan hubungan antara variabel
persepsi masyarakat atas partai politik terhadap partisipasi politik dalam
pemilu legislatif tersebut, tercermin pada besarnya nilai koefisien
korelasi (r) yang dihasilkan dari perhitungan korelasi antara variabel
bebas persepsi masyarakat atas partai politik (X) terhadap variabel
partisipasi pemilu dalam pemilu legislatif (Y) yaitu sebesar 0,904.
2. Koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,817 adalah pengkuadratan
dari koefisien korelasi. Hal ini menunjukkan 81,70% variabel partisipasi
politik dalam pemilu legislatif 2014 di Kelurahan Jaticempaka
Kabupaten Bekasi (Y) ditentukan oleh faktor variabel persepsi
masyarakat atas partai politik (X) sedangkan sisanya 18,30% ditentukan
faktor-faktor lain.
67
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran
kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut:
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik pusat maupun daerah seyogyanya
meningkatkan cara yang efektif untuk sosialisasi pentingnya pemilu
sebagai salah satu pesta demokrasi sekaligus sebagai medium untuk
menyalurkan aspirasi rakyat sekaligus wujud kedaulatan rakyat.
2. Partai politik harus lebih giat dalam mensosialisasikan ideologi, dan visi di
program nyata kepada masyarakat secara berkala, intensif, dan
berkesinambungan.
3. Figur calon legislatif untuk setiap partai politik di samping telah dikenal
masyarakat luas, juga harus diketahui rekam jejaknya khususnya dalam
berbuat untuk masyarakat luas. Karena itu partai politik harus benar-benar
menyeleksi setiap calon legislatif secara internal dan eksternal.
4. Pengurus, fungsionaris, dan kader partai politik harus sering terjun ke
masyarakat untuk mendengar berbagai permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat dan berdiskusi dengan berbagai element masyarakat.
5. Tim kampanye masing-masing parpol peserta pemilu, kiranya dapat
melakukan kampanye melalui penawaran program, platform, dan ideologi
yang dapat diterima oleh semua kalangan secara efesien dan efektif serta
tidak mengedepankan kampanye terbuka yang terkesan hura-hura dan
seringkali membawa kemadharatan bagi masyarakat luas. Dengan
68
demikian semua tim kampanye dapat merubah cara dan gaya berkampanye
ke arah yang lebih “cerdas dan mencerdaskan”.
6. Tokoh masyarakat dan alim ulama kiranya dapat turut berperan aktif untuk
memberikan persuasi kepada masyarakat tentang pentingnya berpartisipasi
dalam pemilu sebagai wujud tanggung jawab umat terhadap masa depan
Negara. Bahwa menyuksekan pemilu adalah salah satu bagian dari ibadah.
68
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Ichsanul. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana,
2012.
Arindita, S. Hubungan antara Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan
Loyalitas Nasabah. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, 2003.
Badudu, J.S., dan Sutan Mohammad Zain.. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka, 2006
Budiardjo, Miriam. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai.
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2008.
________. Dasar-dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012.
Carol, wade, dan Carol Travis. Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Gay, Robins. Metode Penelitian. Bandung: Rajawali, 2003.
Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama,
2006.
Hamalik, Oemar. Azas-azas Mengajar. Bandung : CV. Martiana, 2005.
Hamka, Muhammad. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja
dengan Motivasi Berprestasi. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Fakultas Psikologi, 2002.
Handani, Wibi (ed). Psikologi Kognitif (edisi ke-8). Jakarta:Erlangga, 2007.
Hasbullah. Media Pembelajaran. Solo : Tiga Serangkai, 2004.
Hassan Shadily. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: BinaAksara,
2004
Kartono, Kartini. Psikologi Umum. Alumni Bandung, 2004.
Mar’at. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2001.
Pitus, A Partanto, dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer.Surabaya:
Arkola, 2001.
69
Peraturan Pemilu: Perundangan Tentang Parpol, Pemilu, Pilpres. Jakarta:
Pustaka Yustisia, 2014.
Robbins, S.P. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok
Garmedia, 2003.
Rosyadi, I. Keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui capabilities-based
competition: Memikirkan kembali tentang persaingan berbasis
kemampuan. Jurnal BENEFIT, vol. 5, No. 1, Juni 2001. Surakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2001.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametri., Jakarta. PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2001
Saputra, Lukman Surya. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Setia Purna
Inves, 2007.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta :
LP3ES, 2004.
Sudjana. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito, 2000.
_______. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung : Tarsito, 2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2000.
_______. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito, 2007.
Sumanto Metodologi Penelitian Sosial Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan
Statistika Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2005
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana
Indonesia, 2002.
Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2003.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Wirawan, Sarlitom Sarwono. PengantarPsikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2006.
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Dinamika Politik Masyarakat Kelurahan Jaticempaka
Informan : tokoh masyarakat, aktivis, dan warga
Pertanyaan :
1. Bagaimana persepsi Bapak atas partai tiga politik peserta pemilu legislatif
2014?
2. Mengapa terjadi pergeseran nilai dalam menentukan pilihan atas partai
politik?
3. Apa motif atau dasar Bapak memilih partai politik?
4. Apakah memilih partai atau karena ketokohan di balik partai tersebut?
5. Bagaimana harapan Bapak atas partai pemenang pemilu?
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Politik
Masyarakat Jaticempaka
Informan : tokoh masyarakat dan elit politik kelurahan
Pertanyaan :
1. Mengapa ada masyarakat yang apatis dengan partai politik dan lebih memilih
golput?
2. Apa yang dapat mengubah persepsi masyarakat atas partai politik selama ini?
3. Apakah persepsi dapat mempengaruhi partisipasi politik dalam pemilu? Apa
alasannya?
Lampiran 3
Kuesioner Persepsi Masyarakat Atas Partai Politik Peserta
Pemilu Legislatif 2014
Petunjuk :
1. Silanglah salah satu jawaban pada kolom pernyataan yang sesuai dengan
pengalaman dan pendapat kamu.
2. Keterangan alternatif pilihan (option) setiap pernyataan instrument, sebagai
berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Apakah anda setuju menyambut pemilu
legislatif 2014 dengan suka cita?
2 Apakah anda setuju berpartisipasi aktif
dalam kampanye pemilu legislatif 2014?
3 Apakah anda setuju mendukung salah satu
partai peserta pemilu 2014?
4 Apakah anda setuju bangga atas salah satu
partai peserta pemilu?
5 Apakah anda setuju bangga atas ideologi
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
partai peserta pemilu?
6 Apakah anda setuju bangga atas figure
dalam partai?
7 Apakah anda setuju bilamana partai pilihan
mendulang suara banyak?
8 Apakah anda setuju turut memperjuangkan
cita-cita partai politik?
9 Apakah anda setuju menyimak berita
kegiatan partai melalui mass media?
10 Apakah anda setuju memasang bendera /
atribut partai di rumah?
11 Apakah anda setuju mengikuti kampanye
partai dengan tertib?
12 Apakah anda setuju untuk tidak
memojokan partai lain?
13 Apakah anda setuju memelihara
mengutamakan persaudaraan dengan partai
lain?
14 Apakah anda setuju bahwa dalam pemilu
harus memahami makna pemilu dengan
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
benar?
15 Apakah anda setuju mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan partai?
16 Apakah anda setuju semua partai memiliki
ideologi yang sama?
17 Apakah anda setuju semua partai harus
berazazkan Pancasila?
18 Apakah anda setuju dengan pandangan
bahwa berpolitik jangan dijadikan tempat
untuk mencari nafkah?
19 Apakah anda setuju dengan pandangan
bahwa terjun ke dunia politik sebaiknya
secara ekonomi sudah mapan agar tidak
korup?
20 Apakah anda setuju dengan pandangan
bahwa berpolitik sebaiknya bercita-cita
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat?
21 Apakah anda setuju atas anggapan bahwa
semua partai peserta pemilu pada dasarnya
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
sama yakni tidak dapat memberikan
perubahan kepada rakyat?
22 Apakah anda setuju akan anggapan bahwa
pemilu seringkali menghamburkan uang
Negara?
23 Apakah anda setuju dengan angapan bahwa
semua partai hanya berjuang untuk
kepentingan diri sendiri dan golongannya?
24 Apakah anda setuju dengan anggapan
bahwa pemilu hanya dapat melahirkan elite
politik baru semata?
25 Apakah anda setuju dengan anggapan
bahwa golput adalah salah satu sikap politik
dalam pemilu?
Jakarta, …………………………. 2015
Responden,
……………………….
Lampiran 4
Kuesioner Partisipasi Masyarakat Pemilu Legislatif 2014
Petunjuk :
1. Silanglah salah satu jawaban pada kolom pernyataan yang sesuai dengan
pengalaman dan pendapat kamu.
2. Keterangan alternatif pilihan (option) setiap pernyataan instrument, sebagai
berikut :
SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-kadang
P = Pernah
TP = Tidak Pernah
No Pernyataan Jawaban
SL SR KD P TP
1 Apakah anda suka berpartisipasi dalam
menyambut pemilu legislatif dengan
sukacita?
2 Apakah anda suka berpartisipasi aktif
dalam kampanye pemilu legislatif 2014?
3 Apakah anda suka berpartisipasi untuk
mendukung salah satu partai peserta
pemilu 2014?
4 Apakah anda suka merasa bangga
dengan adanya pemilu legislatif?
No Pernyataan Jawaban
SL SR KD P TP
5 Apakah anda suka bangga atas ideologi
partai peserta pemilu legislatif?
6 Apakah anda suka atas figure dalam
yang dipilih dalam pemilu legislatif?
7 Apakah anda suka bilamana partai
pilihan mendulang suara banyak dalam
pemilu legislatif?
8 Apakah anda suka turut berpatsisipasi
memperjuangkan cita-cita partai politik
dalam pemilu legislatif?
9 Apakah anda suka menyimak hasil
pemilu legislatif dalam mass media?
10 Apakah anda suka memasang bendera /
atribut partai di rumah saat pemilu
legislatif?
11 Apakah anda suka mengikuti kampanye
dalam pemilu legislatif?
12 Apakah dalam kampanye anda suka tidak
menyinggung partai lain?
13 Apakah anda suka
memelihara/mengutamakan persaudaraan
No Pernyataan Jawaban
SL SR KD P TP
dengan partai lain?
14 Apakah anda suka makna pemilu dengan
benar?
15 Apakah anda suka mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan partai?
16 Apakah anda suka semua partai
memiliki ideologi yang sama?
17 Apakah anda suka agar semua partai
berazazkan Pancasila?
18 Apakah anda suka menganggap pemilu
legislatif hanya untuk memperkaya calon
legislatif?
19 Apakah anda suka memilih golput dalam
pemilu legislatif kali ini?
20 Apakah anda suka menganggap bahwa
pemilu seringkali menghamburkan uang
Negara?
21 Apakah anda suka dengan pandangan
bahwa berpolitik sebaiknya bercita-cita
untuk memperbaiki kesejahteraan
No Pernyataan Jawaban
SL SR KD P TP
rakyat?
22 Apakah anda suka dengan anggapan
bahwa semua partai peserta pemilu pada
dasarnya sama yakni tidak dapat
memberikan perubahan kepada rakyat?
23 Apakah anda suka dengan anggapan
bahwa terjun ke dunia politik sebaiknya
secara ekonomi sudah mapan agar tidak
korup?
24 Apakah anda suka dengan anggapan
bahwa semua partai hanya berjuang
untuk kepentingan diri sendiri dan
golongannya?
25 Apakah anda suka dengan anggapan
bahwa pemilu hanya dapat elahirkan elite
politik baru semata?
Jakarta, …………………………. 2015
Responden,
……………………….
Lampiran 5
Perhitungan Statistik dengan Program SPSS for Windows
FREQUENCIES VARIABLES=X /STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
/HISTOGRAM NORMAL /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 29-Mar-2015 19:52:34
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=X
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 0:00:00.422
Elapsed Time 0:00:00.438
[DataSet0]
Statistics
Persepsi Masyarakat
N Valid 379
Missing 0
Mean 75.94
Std. Error of Mean .417
Median 76.00
Mode 76
Std. Deviation 8.126
Variance 66.034
Range 44
Minimum 54
Maximum 98
Sum 28782
Persepsi Masyarakat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 54 1 .3 .3 .3
63 20 5.3 5.3 5.5
64 45 11.9 11.9 17.4
65 3 .8 .8 18.2
66 5 1.3 1.3 19.5
67 8 2.1 2.1 21.6
69 23 6.1 6.1 27.7
71 5 1.3 1.3 29.0
73 4 1.1 1.1 30.1
74 1 .3 .3 30.3
75 10 2.6 2.6 33.0
76 102 26.9 26.9 59.9
77 8 2.1 2.1 62.0
79 23 6.1 6.1 68.1
80 18 4.7 4.7 72.8
81 3 .8 .8 73.6
82 2 .5 .5 74.1
83 40 10.6 10.6 84.7
85 19 5.0 5.0 89.7
87 9 2.4 2.4 92.1
89 6 1.6 1.6 93.7
90 17 4.5 4.5 98.2
91 3 .8 .8 98.9
93 2 .5 .5 99.5
98 2 .5 .5 100.0
Total 379 100.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=Y /STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
/HISTOGRAM NORMAL /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 29-Mar-2015 19:55:21
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Y
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 0:00:00.391
Elapsed Time 0:00:00.392
[DataSet0]
Statistics
Partisipasi Masyarakat
N Valid 379
Missing 0
Mean 75.41
Std. Error of Mean .393
Median 76.00
Mode 76
Std. Deviation 7.651
Variance 58.539
Range 44
Minimum 54
Maximum 98
Sum 28581
Partisipasi Masyarakat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 54 1 .3 .3 .3
63 26 6.9 6.9 7.1
64 46 12.1 12.1 19.3
65 2 .5 .5 19.8
67 9 2.4 2.4 22.2
71 38 10.0 10.0 32.2
74 4 1.1 1.1 33.2
75 8 2.1 2.1 35.4
76 99 26.1 26.1 61.5
77 9 2.4 2.4 63.9
78 3 .8 .8 64.6
79 21 5.5 5.5 70.2
80 18 4.7 4.7 74.9
81 3 .8 .8 75.7
82 1 .3 .3 76.0
83 44 11.6 11.6 87.6
85 23 6.1 6.1 93.7
87 9 2.4 2.4 96.0
89 6 1.6 1.6 97.6
90 7 1.8 1.8 99.5
91 1 .3 .3 99.7
98 1 .3 .3 100.0
Total 379 100.0 100.0
MEANS TABLES=Y BY X /CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS ANOVA LINEARITY.
Means
Notes
Output Created 29-Mar-2015 19:58:25
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing For each dependent variable in a table,
user-defined missing values for the
dependent and all grouping variables
are treated as missing.
Cases Used Cases used for each table have no
missing values in any independent
variable, and not all dependent
variables have missing values.
Syntax MEANS TABLES=Y BY X
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS ANOVA LINEARITY.
Resources Processor Time 0:00:00.016
Elapsed Time 0:00:00.017
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Partisipasi Masyarakat *
Persepsi Masyarakat
379 100.0% 0 .0% 379 100.0%
Report
Partisipasi Masyarakat
Perseps
i
Masyar
akat Mean N Std. Deviation
54 54.00 1 .
63 64.25 20 1.618
64 64.93 45 3.326
65 63.67 3 1.155
66 65.60 5 1.949
67 66.13 8 2.416
69 69.91 23 2.485
71 72.80 5 1.643
73 69.50 4 6.351
74 64.00 1 .
75 71.80 10 1.687
76 75.74 102 1.682
77 77.00 8 .000
79 78.78 23 .518
80 80.00 18 .000
81 81.00 3 .000
82 71.00 2 .000
83 82.98 40 .158
85 85.00 19 .000
87 87.00 9 .000
89 89.00 6 .000
90 85.47 17 4.797
91 83.00 3 6.928
93 64.00 2 .000
98 90.50 2 10.607
Total 75.41 379 7.651
ANOVA Table
Sum of Squares df
Partisipasi Masyarakat *
Persepsi Masyarakat
Between Groups (Combined) 20369.795 24
Linearity 18075.696 1
Deviation from Linearity 2294.099 23
Within Groups 1757.994 354
Total 22127.789 378
ANOVA Table
Mean Square F
Partisipasi Masyarakat *
Persepsi Masyarakat
Between Groups (Combined) 848.741 170.908
Linearity 18075.696 3639.828
Deviation from Linearity 99.743 20.085
Within Groups 4.966
ANOVA Table
Sig.
Partisipasi Masyarakat *
Persepsi Masyarakat
Between Groups (Combined) .000
Linearity .000
Deviation from Linearity .000
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Partisipasi Masyarakat *
Persepsi Masyarakat
.904 .817 .959 .921
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA COLLIN TOL CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X /RESIDUALS
NORM(ZRESID).
Regression
Notes
Output Created 29-Mar-2015 19:59:58
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA COLLIN TOL CHANGE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/RESIDUALS NORM(ZRESID).
Resources Processor Time 0:00:00.422
Elapsed Time 0:00:00.500
Memory Required 1356 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots
312 bytes
[DataSet0]
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Persepsi
Masyarakata
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .904a .817 .816 3.278
a. Predictors: (Constant), Persepsi Masyarakat
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .904a .817 .816 3.278
a. Predictors: (Constant), Persepsi Masyarakat
b. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Model Summaryb
Model
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .817 1681.733 1 377 .000
b. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18075.696 1 18075.696 1681.733 .000a
Residual 4052.093 377 10.748
Total 22127.789 378
a. Predictors: (Constant), Persepsi Masyarakat
b. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10.787 1.585 6.806 .000
Persepsi Masyarakat .851 .021 .904 41.009 .000
a. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Persepsi Masyarakat 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on
Variance Proportions
Eigenvalue Condition Index (Constant)
Persepsi
Masyarakat
1 1 1.994 1.000 .00 .00
2 .006 18.769 1.00 1.00
a. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 56.74 94.18 75.41 6.915 379
Residual -25.928 9.751 .000 3.274 379
Std. Predicted Value -2.700 2.714 .000 1.000 379
Std. Residual -7.909 2.974 .000 .999 379
a. Dependent Variable: Partisipasi Masyarakat
Charts
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004
VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010
VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016
VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022
VAR00023 VAR00024 VAR00025 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Notes
Output Created 25-May-2015 03:41:28
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011
VAR00012 VAR00013 VAR00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 0:00:00.016
Elapsed Time 0:00:00.016
[DataSet1]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 379 100.0
Excludeda 0 .0
Total 379 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.871 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1 72.6227 62.405 .338 .868
2 73.1609 59.786 .529 .863
3 72.6966 62.080 .361 .868
4 72.7203 62.726 .295 .870
5 73.1055 59.518 .537 .863
6 73.0897 60.066 .458 .865
7 72.7230 62.973 .288 .870
8 72.9683 60.523 .376 .868
9 72.9393 60.248 .399 .867
10 73.1847 58.527 .578 .861
11 73.0290 60.309 .401 .867
12 72.8285 58.021 .623 .859
13 72.6702 63.010 .367 .868
14 72.6464 63.287 .325 .869
15 72.6174 63.306 .332 .868
16 72.6280 63.615 .293 .869
17 72.6227 63.283 .336 .868
18 72.7863 63.549 .381 .868
19 72.8047 63.972 .336 .869
20 73.1557 58.407 .628 .860
21 73.0739 60.778 .339 .870
22 72.7889 60.881 .580 .863
23 72.8391 60.141 .569 .862
24 73.4380 59.167 .552 .862
25 73.4670 59.038 .546 .862
DATASET ACTIVATE DataSet0. RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001
VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007
VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA
R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 /SCALE('ALL
VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Notes
Output Created 25-May-2015 03:50:18
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011
VAR00012 VAR00013 VAR00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 0:00:00.016
Elapsed Time 0:00:00.094
[DataSet0]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 379 100.0
Excludeda 0 .0
Total 379 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.851 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
1 72.1266 54.471 .359 .848
2 72.6412 53.236 .446 .844
3 72.1979 54.143 .403 .846
4 72.2058 54.836 .340 .848
5 72.5831 52.545 .522 .842
6 72.5752 52.890 .457 .844
7 72.2005 55.700 .278 .850
8 72.4512 53.185 .387 .847
9 72.4248 52.711 .432 .845
10 72.6517 51.831 .556 .840
11 72.5172 53.525 .376 .847
12 72.3298 51.248 .598 .838
13 72.1583 56.218 .298 .849
14 72.1346 56.413 .269 .850
15 72.1082 56.314 .287 .849
16 72.1187 56.475 .255 .850
17 72.1108 56.157 .311 .849
18 72.2770 56.778 .290 .850
19 72.3298 56.793 .258 .850
20 72.6702 52.073 .582 .839
21 72.5646 54.405 .279 .852
22 72.2955 54.166 .546 .843
23 72.3536 53.356 .553 .841
24 72.9050 53.869 .422 .845
25 72.9472 53.749 .423 .845
Lampiran 3
Uji Validitas Instrumen
NEW FILE. CORRELATIONS /VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026
/PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Notes
Output Created 25-May-2015 03:39:23
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data
for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011
VAR00012 VAR00013 VAR00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025 VAR00026
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 0:00:00.078
Elapsed Time 0:00:00.094
[DataSet1]
Correlations
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pearson
Correlation
1 .225** .661
** .523
** .137
** .131
* .392
** .111
* .130
* -.003 .286
** .374
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .008 .011 .000 .030 .011 .946 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
2 Pearson
Correlation
.225** 1 .195
** .123
* .673
** .589
** .020 .455
** .480
** .554
** -.098 .301
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000 .696 .000 .000 .000 .056 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
3 Pearson
Correlation
.661** .195
** 1 .808
** .165
** -.024 .653
** -.039 -.017 -.019 .271
** .436
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .645 .000 .454 .747 .719 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
4 Pearson
Correlation
.523** .123
* .808
** 1 .121
* -.059 .769
** -.081 -.053 .046 .257
** .486
**
Sig. (2-tailed) .000 .017 .000 .018 .251 .000 .115 .308 .376 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
5 Pearson
Correlation
.137** .673
** .165
** .121
* 1 .871
** .071 .613
** .653
** .661
** -.056 .197
**
Sig. (2-tailed) .008 .000 .001 .018 .000 .165 .000 .000 .000 .279 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
6 Pearson
Correlation
.131* .589
** -.024 -.059 .871
** 1 .078 .707
** .639
** .695
** -.055 .180
**
Sig. (2-tailed) .011 .000 .645 .251 .000 .130 .000 .000 .000 .284 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
7 Pearson
Correlation
.392** .020 .653
** .769
** .071 .078 1 .012 -.099 .155
** .270
** .581
**
Sig. (2-tailed) .000 .696 .000 .000 .165 .130 .818 .055 .002 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
8 Pearson
Correlation
.111* .455
** -.039 -.081 .613
** .707
** .012 1 .902
** .676
** -.055 .058
Sig. (2-tailed) .030 .000 .454 .115 .000 .000 .818 .000 .000 .289 .260
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
9 Pearson
Correlation
.130* .480
** -.017 -.053 .653
** .639
** -.099 .902
** 1 .639
** -.027 .065
Sig. (2-tailed) .011 .000 .747 .308 .000 .000 .055 .000 .000 .597 .204
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
10 Pearson
Correlation
-.003 .554** -.019 .046 .661
** .695
** .155
** .676
** .639
** 1 .254
** .393
**
Sig. (2-tailed) .946 .000 .719 .376 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
11 Pearson
Correlation
.286** -.098 .271
** .257
** -.056 -.055 .270
** -.055 -.027 .254
** 1 .557
**
Sig. (2-tailed) .000 .056 .000 .000 .279 .284 .000 .289 .597 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
12 Pearson
Correlation
.374** .301
** .436
** .486
** .197
** .180
** .581
** .058 .065 .393
** .557
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .260 .204 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
13 Pearson
Correlation
.254** -.168
** .350
** .381
** -.192
** -.231
** .441
** -.302
** -.289
** -.021 .617
** .603
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .681 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
14 Pearson
Correlation
.208** -.174
** .309
** .334
** -.246
** -.291
** .382
** -.350
** -.326
** -.083 .548
** .561
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .108 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
15 Pearson
Correlation
.190** -.127
* .310
** .319
** -.253
** -.300
** .377
** -.349
** -.327
** -.080 .519
** .572
**
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .121 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
16 Pearson
Correlation
.157** -.184
** .241
** .267
** -.300
** -.351
** .303
** -.408
** -.377
** -.145
** .500
** .523
**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
17 Pearson
Correlation
.463** -.108
* .539
** .378
** -.172
** -.274
** .279
** -.277
** -.206
** -.277
** .396
** .411
**
Sig. (2-tailed) .000 .036 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
18 Pearson
Correlation
-.213** .166
** -.137
** -.111
* .016 -.012 -.022 -.029 -.051 .206
** .128
* .241
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .007 .031 .760 .821 .665 .577 .318 .000 .013 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
19 Pearson
Correlation
-.092 .224** -.032 -.018 -.025 -.032 -.017 -.041 -.073 .063 .014 .124
*
Sig. (2-tailed) .074 .000 .529 .727 .623 .533 .738 .423 .158 .225 .789 .016
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
20 Pearson
Correlation
.040 .756** .034 .057 .623
** .591
** .089 .499
** .505
** .669
** -.049 .488
**
Sig. (2-tailed) .433 .000 .514 .267 .000 .000 .083 .000 .000 .000 .344 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
21 Pearson
Correlation
-.081 .303** -.112
* -.247
** .255
** .190
** -.370
** .440
** .506
** .273
** .192
** -.076
Sig. (2-tailed) .114 .000 .029 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .137
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
22 Pearson
Correlation
.206** .285
** .266
** .112
* .303
** .192
** .002 .110
* .172
** .215
** .194
** .192
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .030 .000 .000 .962 .032 .001 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
23 Pearson
Correlation
.199** .263
** .206
** .077 .272
** .178
** -.011 .087 .133
** .242
** .258
** .221
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .134 .000 .001 .831 .089 .009 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
24 Pearson
Correlation
-.070 .374** -.130
* -.207
** .385
** .386
** -.203
** .237
** .248
** .367
** .265
** .193
**
Sig. (2-tailed) .174 .000 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
25 Pearson
Correlation
-.014 .337** -.078 -.160
** .385
** .382
** -.154
** .192
** .208
** .319
** .207
** .202
**
Sig. (2-tailed) .786 .000 .128 .002 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
X Pearson
Correlation
.404** .590
** .427
** .364
** .599
** .531
** .354
** .461
** .483
** .641
** .483
** .680
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Pearson
Correlation
.254** .208
** .190
** .157
** .463
** -.213
** -.092 .040 -.081 .206
** .199
** -.070
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .000 .074 .433 .114 .000 .000 .174
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
2 Pearson
Correlation
-.168** -.174
** -.127
* -.184
** -.108
* .166
** .224
** .756
** .303
** .285
** .263
** .374
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .013 .000 .036 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
3 Pearson
Correlation
.350** .309
** .310
** .241
** .539
** -.137
** -.032 .034 -.112
* .266
** .206
** -.130
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .007 .529 .514 .029 .000 .000 .011
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
4 Pearson
Correlation
.381** .334
** .319
** .267
** .378
** -.111
* -.018 .057 -.247
** .112
* .077 -.207
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .031 .727 .267 .000 .030 .134 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
5 Pearson
Correlation
-.192** -.246
** -.253
** -.300
** -.172
** .016 -.025 .623
** .255
** .303
** .272
** .385
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .760 .623 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
6 Pearson
Correlation
-.231** -.291
** -.300
** -.351
** -.274
** -.012 -.032 .591
** .190
** .192
** .178
** .386
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .821 .533 .000 .000 .000 .001 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
7 Pearson
Correlation
.441** .382
** .377
** .303
** .279
** -.022 -.017 .089 -.370
** .002 -.011 -.203
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .665 .738 .083 .000 .962 .831 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
8 Pearson
Correlation
-.302** -.350
** -.349
** -.408
** -.277
** -.029 -.041 .499
** .440
** .110
* .087 .237
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .577 .423 .000 .000 .032 .089 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
9 Pearson
Correlation
-.289** -.326
** -.327
** -.377
** -.206
** -.051 -.073 .505
** .506
** .172
** .133
** .248
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .318 .158 .000 .000 .001 .009 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
10 Pearson
Correlation
-.021 -.083 -.080 -.145** -.277
** .206
** .063 .669
** .273
** .215
** .242
** .367
**
Sig. (2-tailed) .681 .108 .121 .005 .000 .000 .225 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
11 Pearson
Correlation
.617** .548
** .519
** .500
** .396
** .128
* .014 -.049 .192
** .194
** .258
** .265
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .013 .789 .344 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
12 Pearson
Correlation
.603** .561
** .572
** .523
** .411
** .241
** .124
* .488
** -.076 .192
** .221
** .193
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .016 .000 .137 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
13 Pearson
Correlation
1 .916** .832
** .828
** .620
** .387
** .197
** -.052 -.125
* .156
** .180
** .112
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .311 .015 .002 .000 .029
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
14 Pearson
Correlation
.916** 1 .893
** .879
** .661
** .462
** .268
** -.045 -.122
* .161
** .179
** .092
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .384 .017 .002 .000 .073
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
15 Pearson
Correlation
.832** .893
** 1 .894
** .658
** .477
** .312
** -.005 -.116
* .209
** .191
** .098
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .917 .024 .000 .000 .058
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
16 Pearson
Correlation
.828** .879
** .894
** 1 .714
** .578
** .386
** -.058 -.081 .197
** .232
** .129
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .263 .117 .000 .000 .012
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
17 Pearson
Correlation
.620** .661
** .658
** .714
** 1 .250
** .240
** -.062 .026 .370
** .364
** .106
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .230 .615 .000 .000 .040
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
18 Pearson
Correlation
.387** .462
** .477
** .578
** .250
** 1 .745
** .323
** .263
** .397
** .386
** .392
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
19 Pearson
Correlation
.197** .268
** .312
** .386
** .240
** .745
** 1 .320
** .325
** .480
** .456
** .374
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
20 Pearson
Correlation
-.052 -.045 -.005 -.058 -.062 .323** .320
** 1 .340
** .363
** .335
** .491
**
Sig. (2-tailed) .311 .384 .917 .263 .230 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
21 Pearson
Correlation
-.125* -.122
* -.116
* -.081 .026 .263
** .325
** .340
** 1 .441
** .417
** .529
**
Sig. (2-tailed) .015 .017 .024 .117 .615 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
22 Pearson
Correlation
.156** .161
** .209
** .197
** .370
** .397
** .480
** .363
** .441
** 1 .845
** .575
**
Sig. (2-tailed) .002 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
23 Pearson
Correlation
.180** .179
** .191
** .232
** .364
** .386
** .456
** .335
** .417
** .845
** 1 .630
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
24 Pearson
Correlation
.112* .092 .098 .129
* .106
* .392
** .374
** .491
** .529
** .575
** .630
** 1
Sig. (2-tailed) .029 .073 .058 .012 .040 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
25 Pearson
Correlation
.167** .134
** .128
* .158
** .136
** .432
** .417
** .458
** .448
** .583
** .614
** .887
**
Sig. (2-tailed) .001 .009 .012 .002 .008 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
X Pearson
Correlation
.417** .378
** .383
** .345
** .387
** .421
** .375
** .682
** .430
** .623
** .620
** .614
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
25 X
1 Pearson Correlation -.014 .404**
Sig. (2-tailed) .786 .000
N 379 379
2 Pearson Correlation .337** .590
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
3 Pearson Correlation -.078 .427**
Sig. (2-tailed) .128 .000
N 379 379
4 Pearson Correlation -.160** .364
**
Sig. (2-tailed) .002 .000
N 379 379
5 Pearson Correlation .385** .599
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
6 Pearson Correlation .382** .531
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
7 Pearson Correlation -.154** .354
**
Sig. (2-tailed) .003 .000
N 379 379
8 Pearson Correlation .192** .461
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
9 Pearson Correlation .208** .483
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
10 Pearson Correlation .319** .641
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
11 Pearson Correlation .207** .483
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
12 Pearson Correlation .202** .680
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
13 Pearson Correlation .167** .417
**
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 379 379
14 Pearson Correlation .134** .378
**
Sig. (2-tailed) .009 .000
N 379 379
15 Pearson Correlation .128* .383
**
Sig. (2-tailed) .012 .000
N 379 379
16 Pearson Correlation .158** .345
**
Sig. (2-tailed) .002 .000
N 379 379
17 Pearson Correlation .136** .387
**
Sig. (2-tailed) .008 .000
N 379 379
18 Pearson Correlation .432** .421
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
19 Pearson Correlation .417** .375
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
20 Pearson Correlation .458** .682
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
21 Pearson Correlation .448** .430
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
22 Pearson Correlation .583** .623
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
23 Pearson Correlation .614** .620
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
24 Pearson Correlation .887** .614
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
25 Pearson Correlation 1 .611**
Sig. (2-tailed) .000
N 379 379
X Pearson Correlation .611** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
CORRELATIONS /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003
VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009
VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015
VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026
/PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Notes
Output Created 25-May-2015 03:53:37
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
379
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data
for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=VAR00001 VAR00002
VAR00003 VAR00004 VAR00005
VAR00006 VAR00007 VAR00008
VAR00009 VAR00010 VAR00011
VAR00012 VAR00013 VAR00014
VAR00015 VAR00016 VAR00017
VAR00018 VAR00019 VAR00020
VAR00021 VAR00022 VAR00023
VAR00024 VAR00025 VAR00026
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 0:00:00.094
Elapsed Time 0:00:00.094
[DataSet0]
Correlations
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pearson
Correlation
1 .333** .647
** .524
** .116
* .126
* .365
** .105
* .125
* .005 .265
** .364
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .024 .014 .000 .042 .015 .927 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
2 Pearson
Correlation
.333** 1 .231
** .171
** .584
** .524
** .026 .435
** .461
** .501
** -.155
** .218
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .609 .000 .000 .000 .002 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
3 Pearson
Correlation
.647** .231
** 1 .808
** .181
** .017 .624
** -.037 -.014 .002 .287
** .450
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .743 .000 .467 .783 .964 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
4 Pearson
Correlation
.524** .171
** .808
** 1 .160
** -.007 .745
** -.059 -.030 .057 .257
** .493
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .002 .898 .000 .255 .566 .268 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
5 Pearson
Correlation
.116* .584
** .181
** .160
** 1 .850
** .072 .603
** .664
** .628
** -.100 .156
**
Sig. (2-tailed) .024 .000 .000 .002 .000 .164 .000 .000 .000 .051 .002
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
6 Pearson
Correlation
.126* .524
** .017 -.007 .850
** 1 .082 .699
** .655
** .676
** -.076 .165
**
Sig. (2-tailed) .014 .000 .743 .898 .000 .112 .000 .000 .000 .138 .001
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
7 Pearson
Correlation
.365** .026 .624
** .745
** .072 .082 1 .017 -.097 .134
** .252
** .575
**
Sig. (2-tailed) .000 .609 .000 .000 .164 .112 .742 .060 .009 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
8 Pearson
Correlation
.105* .435
** -.037 -.059 .603
** .699
** .017 1 .895
** .688
** -.071 .050
Sig. (2-tailed) .042 .000 .467 .255 .000 .000 .742 .000 .000 .170 .331
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
9 Pearson
Correlation
.125* .461
** -.014 -.030 .664
** .655
** -.097 .895
** 1 .652
** -.043 .064
Sig. (2-tailed) .015 .000 .783 .566 .000 .000 .060 .000 .000 .408 .217
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
10 Pearson
Correlation
.005 .501** .002 .057 .628
** .676
** .134
** .688
** .652
** 1 .201
** .356
**
Sig. (2-tailed) .927 .000 .964 .268 .000 .000 .009 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
11 Pearson
Correlation
.265** -.155
** .287
** .257
** -.100 -.076 .252
** -.071 -.043 .201
** 1 .524
**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .000 .051 .138 .000 .170 .408 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
12 Pearson
Correlation
.364** .218
** .450
** .493
** .156
** .165
** .575
** .050 .064 .356
** .524
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .001 .000 .331 .217 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
13 Pearson
Correlation
.237** -.222
** .333
** .382
** -.253
** -.282
** .421
** -.335
** -.320
** -.080 .601
** .584
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .118 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
14 Pearson
Correlation
.199** -.221
** .300
** .340
** -.287
** -.323
** .365
** -.379
** -.346
** -.145
** .529
** .535
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
15 Pearson
Correlation
.185** -.198
** .293
** .326
** -.285
** -.321
** .368
** -.374
** -.342
** -.129
* .514
** .557
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .012 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
16 Pearson
Correlation
.157** -.230
** .235
** .282
** -.298
** -.340
** .301
** -.405
** -.367
** -.162
** .505
** .488
**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
17 Pearson
Correlation
.456** -.162
** .527
** .398
** -.184
** -.279
** .285
** -.292
** -.211
** -.325
** .393
** .398
**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
18 Pearson
Correlation
-.215** .055 -.138
** -.093 -.002 -.025 -.033 -.060 -.064 .151
** .084 .181
**
Sig. (2-tailed) .000 .281 .007 .070 .961 .630 .523 .243 .217 .003 .103 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
19 Pearson
Correlation
-.113* .063 .004 -.004 .003 .001 -.028 -.014 -.036 .055 .043 .137
**
Sig. (2-tailed) .028 .220 .943 .941 .956 .991 .591 .787 .480 .287 .403 .007
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
20 Pearson
Correlation
.054 .668** .056 .064 .609
** .596
** .079 .514
** .534
** .655
** -.100 .487
**
Sig. (2-tailed) .292 .000 .280 .214 .000 .000 .125 .000 .000 .000 .052 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
21 Pearson
Correlation
-.114* .245
** -.146
** -.259
** .233
** .164
** -.391
** .421
** .480
** .232
** .167
** -.115
*
Sig. (2-tailed) .027 .000 .004 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .025
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
22 Pearson
Correlation
.239** .212
** .261
** .095 .318
** .198
** -.046 .142
** .224
** .200
** .199
** .155
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .065 .000 .000 .375 .006 .000 .000 .000 .002
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
23 Pearson
Correlation
.233** .206
** .235
** .065 .274
** .184
** -.049 .139
** .207
** .239
** .269
** .200
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .210 .000 .000 .339 .007 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
24 Pearson
Correlation
-.101* .218
** -.146
** -.248
** .349
** .324
** -.290
** .219
** .258
** .326
** .226
** .076
Sig. (2-tailed) .049 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .139
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
25 Pearson
Correlation
-.062 .194** -.084 -.200
** .312
** .324
** -.243
** .175
** .229
** .275
** .151
** .081
Sig. (2-tailed) .225 .000 .104 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .003 .115
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
Y Pearson
Correlation
.435** .521
** .475
** .415
** .589
** .534
** .349
** .477
** .517
** .623
** .463
** .661
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Pearson
Correlation
.237** .199
** .185
** .157
** .456
** -.215
** -.113
* .054 -.114
* .239
** .233
** -.101
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .000 .028 .292 .027 .000 .000 .049
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
2 Pearson
Correlation
-.222** -.221
** -.198
** -.230
** -.162
** .055 .063 .668
** .245
** .212
** .206
** .218
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .281 .220 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
3 Pearson
Correlation
.333** .300
** .293
** .235
** .527
** -.138
** .004 .056 -.146
** .261
** .235
** -.146
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .007 .943 .280 .004 .000 .000 .004
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
4 Pearson
Correlation
.382** .340
** .326
** .282
** .398
** -.093 -.004 .064 -.259
** .095 .065 -.248
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .070 .941 .214 .000 .065 .210 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
5 Pearson
Correlation
-.253** -.287
** -.285
** -.298
** -.184
** -.002 .003 .609
** .233
** .318
** .274
** .349
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .961 .956 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
6 Pearson
Correlation
-.282** -.323
** -.321
** -.340
** -.279
** -.025 .001 .596
** .164
** .198
** .184
** .324
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .630 .991 .000 .001 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
7 Pearson
Correlation
.421** .365
** .368
** .301
** .285
** -.033 -.028 .079 -.391
** -.046 -.049 -.290
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .523 .591 .125 .000 .375 .339 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
8 Pearson
Correlation
-.335** -.379
** -.374
** -.405
** -.292
** -.060 -.014 .514
** .421
** .142
** .139
** .219
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .243 .787 .000 .000 .006 .007 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
9 Pearson
Correlation
-.320** -.346
** -.342
** -.367
** -.211
** -.064 -.036 .534
** .480
** .224
** .207
** .258
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .217 .480 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
10 Pearson
Correlation
-.080 -.145** -.129
* -.162
** -.325
** .151
** .055 .655
** .232
** .200
** .239
** .326
**
Sig. (2-tailed) .118 .005 .012 .002 .000 .003 .287 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
11 Pearson
Correlation
.601** .529
** .514
** .505
** .393
** .084 .043 -.100 .167
** .199
** .269
** .226
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .103 .403 .052 .001 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
12 Pearson
Correlation
.584** .535
** .557
** .488
** .398
** .181
** .137
** .487
** -.115
* .155
** .200
** .076
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .007 .000 .025 .002 .000 .139
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
13 Pearson
Correlation
1 .876** .807
** .786
** .606
** .334
** .140
** -.120
* -.150
** .086 .126
* .003
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .006 .019 .003 .093 .014 .953
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
14 Pearson
Correlation
.876** 1 .881
** .848
** .657
** .421
** .213
** -.109
* -.141
** .097 .131
* -.010
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .033 .006 .060 .011 .848
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
15 Pearson
Correlation
.807** .881
** 1 .870
** .652
** .451
** .260
** -.058 -.132
* .163
** .155
** -.002
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .260 .010 .001 .002 .967
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
16 Pearson
Correlation
.786** .848
** .870
** 1 .685
** .537
** .312
** -.096 -.100 .142
** .181
** .014
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .063 .053 .006 .000 .780
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
17 Pearson
Correlation
.606** .657
** .652
** .685
** 1 .209
** .191
** -.108
* .017 .342
** .337
** .010
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .035 .746 .000 .000 .839
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
18 Pearson
Correlation
.334** .421
** .451
** .537
** .209
** 1 .558
** .243
** .229
** .294
** .299
** .285
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
19 Pearson
Correlation
.140** .213
** .260
** .312
** .191
** .558
** 1 .257
** .287
** .310
** .297
** .242
**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
20 Pearson
Correlation
-.120* -.109
* -.058 -.096 -.108
* .243
** .257
** 1 .277
** .279
** .273
** .365
**
Sig. (2-tailed) .019 .033 .260 .063 .035 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
21 Pearson
Correlation
-.150** -.141
** -.132
* -.100 .017 .229
** .287
** .277
** 1 .420
** .400
** .468
**
Sig. (2-tailed) .003 .006 .010 .053 .746 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
22 Pearson
Correlation
.086 .097 .163** .142
** .342
** .294
** .310
** .279
** .420
** 1 .827
** .507
**
Sig. (2-tailed) .093 .060 .001 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
23 Pearson
Correlation
.126* .131
* .155
** .181
** .337
** .299
** .297
** .273
** .400
** .827
** 1 .547
**
Sig. (2-tailed) .014 .011 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
24 Pearson
Correlation
.003 -.010 -.002 .014 .010 .285** .242
** .365
** .468
** .507
** .547
** 1
Sig. (2-tailed) .953 .848 .967 .780 .839 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
25 Pearson
Correlation
.052 .042 .046 .075 .058 .332** .277
** .341
** .388
** .526
** .573
** .873
**
Sig. (2-tailed) .313 .411 .374 .143 .261 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
Y Pearson
Correlation
.353** .326
** .343
** .313
** .365
** .334
** .307
** .641
** .378
** .592
** .606
** .493
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
25 Y
1 Pearson Correlation -.062 .435**
Sig. (2-tailed) .225 .000
N 379 379
2 Pearson Correlation .194** .521
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
3 Pearson Correlation -.084 .475**
Sig. (2-tailed) .104 .000
N 379 379
4 Pearson Correlation -.200** .415
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
5 Pearson Correlation .312** .589
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
6 Pearson Correlation .324** .534
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
7 Pearson Correlation -.243** .349
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
8 Pearson Correlation .175** .477
**
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 379 379
9 Pearson Correlation .229** .517
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
10 Pearson Correlation .275** .623
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
11 Pearson Correlation .151** .463
**
Sig. (2-tailed) .003 .000
N 379 379
12 Pearson Correlation .081 .661**
Sig. (2-tailed) .115 .000
N 379 379
13 Pearson Correlation .052 .353**
Sig. (2-tailed) .313 .000
N 379 379
14 Pearson Correlation .042 .326**
Sig. (2-tailed) .411 .000
N 379 379
15 Pearson Correlation .046 .343**
Sig. (2-tailed) .374 .000
N 379 379
16 Pearson Correlation .075 .313**
Sig. (2-tailed) .143 .000
N 379 379
17 Pearson Correlation .058 .365**
Sig. (2-tailed) .261 .000
N 379 379
18 Pearson Correlation .332** .334
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
19 Pearson Correlation .277** .307
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
20 Pearson Correlation .341** .641
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
21 Pearson Correlation .388** .378
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
22 Pearson Correlation .526** .592
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
23 Pearson Correlation .573** .606
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
24 Pearson Correlation .873** .493
**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 379 379
25 Pearson Correlation 1 .496**
Sig. (2-tailed) .000
N 379 379
Y Pearson Correlation .496** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 379 379
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).