repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10104/1/JULIYAH... ·...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10104/1/JULIYAH... ·...
-
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATE1\1ATIKA.SISWA
ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN
l\:IODEL PEIWBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK Tlf/NK-PAIR-SQUAREDENGAN YANG
MENGGl!NAKAN METODE DISCOVERY LEARNING
(Stu di Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta Barat)
Jl!RllSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKllLTAS ILJVIU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNUFERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
-
SURAT PERNY ATAAN KARY A ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini : PG~~'UST.b~{,(\~~\~~-i;l Nama NIM Jurusan Angkatan Tahun Alamat
: Juliah Dayrini : I 02017023942 : Pendidikan Matematika : 2002
---.-
-
LEMEAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara yang
Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Think-Pair-Square dengan yang Menggnnakan Metode Discove1y Leaming
yang disusun oleh Juliah Dayrini Nomor lnduk Mahasiswa: I 02017023942,
Jurusan Pendidikan Maternatika telah melalui birnbingan dinyatakan syah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujik.an pada sidang munaqosah sesuai ketentuan
yang ditetapkan fakultas.
Pembimbing I
R. Bambang Aryan S. M. Pd NIP. 131 974 684
Yang Mengesahkan
Jakarta, September 2007
Pembimbing II
~p ~-- ~
Dra. Muhlisrarini M.P'ir NIP. 150 293 220
-
LEMBAR PENGESAHAN P ANITIA UJIAN SKRIPISI
Skripsi berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara yang
Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Think-Pair-Square dengan yang Menggunakan Metode Discovery Learning
yang disusun oleh Juliab Dayrini Nomor Induk Mahasiswa: 102017023942.
Telah diujikan pada tanggal 7 Januari 2009 yang telah diterima dan disahkan oleh
dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima dengan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Matematika.
Jakarta 7 Januari 2009
Panitia Ujian Munaqosyab
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi)
Maifalinda Fatra M.Pd NIP. 150 277 129 Sekretaris ( Sekretaris Jurusan/ Prodi )
Otong Subyanto M.Si NIP 150 293 239 Penguji I
Drs. H.M. Ali Hamzab M. Pd NIP. 150 210 082 Penguji II
Tita Kbalis Maryati S. Si, M. Korn NIP. 150 293 238
Tanggal TandaTangan
........ 2 ...... .
~
-
THE COMPARATION STUDY RESULT BETWEEN STUDENTS WHO ARE TOUGHT BY THINK-PAIR-SQUARE COOPERATIVE
TECHNIKANDSTUDENTSARETOUGHT BY DISCOVERY LEARNING METHOD.
The purpose of research is to now is there difference between studens who are tought by Think-Pair-Square cooperative technic and students who are tought by discovery Learning method. The researched is implemented at 169 Goverment Junior High School Jakarta in 2007. I take two classes from five exist class for sample. These are class VII-A for ferst experiment class and class VII-B for second experiment class.
The method of theis research is quast experiment. The data is got by giving five alternative answer test to the students. They free to choose the god pnswer according to their own thinking analisis test this research is by testing the two everage similarity answer using t-test.
The result of research is there is no differences of study result between student who are tough! by Think-Pair-Square cooperative technic and student who are t~mght Ly Discovery Learning method.
-
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MA TEMATIKA SISWA ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TEKNIK THINK-PAIR-SQUARE DENGAN YANG MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING
( Studi Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab terdapat perbedaan basil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 169 Jakarta pada smester genap tabun ajaran 2006/2007 dengan sampel dua kelas dari lima kelas yang ada, yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen1 dan VII-B sebagai kelas eksperimen2
Metode penelitian adalab quasi experiment. Data diperoleb dengan menggunakan tes piliban ganda dengan lima altematifjawaban. Pengujian analisis pada penelitian ini adalab dengan menguji kesamaan dua rata-rata menggunakan t-test.
Dari basil penelitian dapat disimpulkan babwa tidak terdapat perbedaan basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning pada pokok bahasan bangun datar segiempat.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbi! 'aalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, penguasa alam semesta atas ridho dan kenikmatan lahir dan batin
yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaika skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat kesulitan dan
hambiltan namun berkat bimbingan, dorongan serta masukan- masukan postif atas
karya ilmiah ini semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. !bu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak
Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus Dosen Penasehat Akademik.
3. Bapak Bambang Aryan, M.Pd, sebagai Dosen pembimbing skripsi I dan !bu
Dra. Mukhlisrarini, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi II, yang bersedia
meluangkan waktu serta pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
penetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
Semoga ilmu yang Bapak dan !bu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah
SWT,amin.
5. Bapak H. Abu Bakar Idris, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 169 Jakarta, Ibu
Siska Susianti, selaku guru bidang studi Matematika, serta seluruh staf guru
dan staf administrasi SMP Negeri 169 Jakarta yang telah membantu penulis
dalam melakasanakan penelitian ini.
-
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta
Perpustakaan Utama UIN syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberika
fasilitas kepada penulis untuk menelaah serta meminjamkan sumber literature
yang diperlukan .
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda H. Jaiman dan Ibunda Hj.
Dawiyah, yang tak henti-hentinya mendo'akanku dan melimpahkan kasih
sayangnya )5;,9adaku dan memberikan dukungan moril maupun materil
kepad'1ku. Hanya Allah SWT, yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat
memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Adikku tercinta Didi Rohadi yang selalu memberikan doa dan dukungannya
kepada penulis.
9. Ustadz H.Romli, S.Ag dan keluarga, yang tak henti-hentinya dan tak kenal
bosan untuk selalu memberikan semangat dan doanya kepada penulis.
I 0. Sahabat-sahabatku Rahma, Reni, Intan, Cocom, K Nur, Ihsan, Faris, Iik, Aep
dan teman-teman seperjuangan angkatan 2002 Pendidikan Matematika yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berjuang keras melewati hari-
hari perkuliahan yang penuh suka dan duka.
Serta senua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, arahan dan doa yang telah diberikan menjadi amal
shaleh dan diterima oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda,
amin. Dan semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya. Wassalam
Jakarta, September 2007
Penulis
-
DAFTARISI
ABSTRAKSI ........................................................................... i
KATAPENGANTAR ................................. , ............................ m
DAFTARISI ................................... : ........ -;-_:: v
DAFTAR TABEL ................. : .................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. viii
DAFTARLAMPIRAN .............................................................. ix
BABI
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . .. . . .. . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . . . . I
B. Identifikasi Masalah .. .. ... ... . . . . .. . .. . . . . .. . .. . . . . . . . .. . .. . .... 3
C. Pembatasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 3
D. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 3
E. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
F. Manfaat Hasil Penelitian . . .. . .. . .. . .. . . . . . . . .. . .. . . . . .. . ... .. 4
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
I. Belajar dan Hasil Bela jar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 5
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar . . ... 13
3. Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-
Square ....................................................... 14
4. Metode Discovery Learning .............................. 23
B. Kerangka Berfikir ............................................... 26
-
BAB III
BAB IV
BAB IV
C. Pengajuan Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian . . ..... ...... ...... ... . .. ...... 29
B. Metode dan Disain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. ... . . . . ... 30
E. Daya Pembeda . . .. . .. . .. . .. . . . . .. . ... .. . . . . .. . . . . .. . .. ... . .. . . 34
F. Teknik Analisis Data . . .. . . . . . . . .. . ... .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . ... 3"-
G. Hipotesis Statistik .: .................................. : ........ 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data . . . . . .. ... ... . .. . . . . .. . .. .. . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. 39
1. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-
Square ....................................................... 40
2. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan
Metode Discovery Learning .............................. 42
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................ 43
1. Uji Normalitas ............................................... 43
2. Uji Homogenitas ........................................... 43
C. Pengujian Hipotesis ........................................... 43
D. Interprestasi Data . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . .. 46
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................... 49
B. Saran ............................................................ 50
DAFTARPUSTAKA .............................................................. 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . . . . .. . .. . . . . ... .. . .. 54
1
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keunggulan dan Kelemahan Teknik Think-Pair-Square ........... 23
Tabel 2 : Keunggulan dan Kelemahan Metode Discovery Learning., ........ 26
Tabel 3 : Disain Penelitian ........................................................ 29
Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen ...................................................... 31
Tabel 5 : Tingkat Kesukaran ................................................ 33
Tabel 6 :Hasil teks kelas eksperimen1 dan eksperimen2 .................... 40
Tabel 7 :Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1
.............................................................................. 41
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1 .... 42
Tabel 9 : Kriteria penilaian ...................................................... 47
Tabel 10 : Perhitungan Uji Validitas ............................................. 96
Tabel 11 : perhitungan Reliabilitas ............................................. 97
Tabel 12 : TarafKesukaran ........................................................ 98
Tabel 13 : Daya beda soal .. .. .. .. .. .... .. .... .. . .. .... .. .... .. .... .. ... .. .. .. .... 99
Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen1 ......................... 102
Tabel 15 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen2.... ............ ......... 105
Tabel 16 : Luas Wilayah Z ........................................................ 107
Tabel 17 : Nilai Kritis L untuk Uji Lilifors .................................... 108
Tabel 18 : Distribusi F ........................................................... 109
Tabel 19 : Distribusi t ............................................................ 113
-
Gambar 1
S;imbar 2
DAFTAR GAMBAR
: Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen1 41
: Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa
kelas ekspermen2 ................................................. 42
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran I : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 54
Lampiran 2 : Instrumen Hasil Belajar Matematika ........................... 79
Lampiran 3 : Jawaban Instrum"'-':"asil Belajar Matematika ................. 83
Lampiran 4 : Lembar KerJa Siswa,.:_ 84
Lampiran 5 : Perhitungan Validitas Butir Soal ................................ 96
Lampiran 6 : Perhitungan Reliabilitas Tes ..................................... 97
Lampiran 7 : Taraf Kesukaran Soal ............................................. 98
Lampiran 8 : Daya Beda Soal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99
Lampiran 9 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen1)00
Lampiran I 0 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen1 I 02
Lampiran 11 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas eksperimen2 .103
Lampiran 12 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen2 105
Lampiran 13 : Perhitungan Uji Homogenitas .................................. 106
Lampiran 14 ': Tabel Nilai Z ..................................................... .I 07
Lampiran 15 : Tabel Nilai Kritis L Uji Lilifors . . .. . .. . . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . . . I 08
Lampiran 16 : Tabel Distribusi F ................................................ I 09
Lampiran 17 : Tabel Uji-t ......................................................... 113
-
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap negara, karena
pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk bersaing
dengan negara-negara lain. Pendidikan diharapkan mampu me;ciptakan
smnber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang meibentuk
peradaban manusia yang bermartabat. Ini adalah fungsi dan tujuan pendidika;
nasional di Indonesia yang tertulis dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan m6mbentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab".1
Untuk memenuhi tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian
kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang, dan sistematis
melalui pendidikan formal seperti sekolah. Di sekolah siswa harus menguasai
semua bidang studi, salah satunya matematika.
Tujuan umum diberikannya matematika pada pendidikan dasar dan
rr.enengah, yaitu:
"mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu 'berkerr.bang, melalui latihan bertindak alas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehdupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan".2
Jadi dengan pembelajaran matematika di sekolah siswa diharapkan dapat
mengahadapi. perubahan dunia yang selalu berkembang dan menggunakan
1 Undang-undang RI no.20 tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional(Jakarta: Tamita Utama,2004), h.7
1 Erman Suhcnnan, et all, Strategi Peff1be/ajara11 Matematika Konten1porer,(Bandung: HCA, 2003), h.58
-
2
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu
mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Sehingga, matematika sekolab
memegang peranan pentng. Untuk itu matematika diajarkan dari mulai SD
bingga SMU dan babkan di Perguruan Tinggi.
Namun kenyataanya dikalangan pelajar, masih banyak siswa yang tidak
suka matematika. Soegeng Santoso mengatakan, karena metode pengajaran
guru kurang bisa menerapkan bagaimana caranya agar anak suka matematika.3
Hal ini bukan tidak mungkin menjadi salab satu faktor yang menyebabkan
rendahnya basil belajar matematika siswa.
Untuk itulah dalam proses belajar, guru memiliki peranan yang penting.
Guru harus mampu menyampaikan materi dengan metode yang telah
dirancang, agar tujuan pembelajaran yang telab dirumuskan yaitu basil belajar
matematika tercapai. Bila metode pengajaran tidak cocok dengan materi yang
diajarkan, maka kemungkinan besar siswa kurang memahami konsep tersebut.
Sehingga diperlukan metode pembelajaran matematika yang membuat siswa
merasa lebib mudah dan menyenangkan dalam mempelajari matematika.
untuk selanjutnya diharapkan akan memperoleb basil belajar yang
memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa metode diantaranya:
model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan metode discovery
learning. Pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak benilai paling tepat,
karena setiap metode memiliki keunggulan dan kelemaban.
Model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square. adalah salah
satu metode stuktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan po!a
interaksi siswa dalam bekerja sama untuk dapat memaksimalkan proses
pembelajaran Sedangkan Metode discovery learning ( belajar menemukan)
adalab belajar mencari dan memukan sendiri baban yang dipelajarinya. Kedua
metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa bisa
3 Socgeng Santoso, "Men1buat Anak Menyukai Matematika" dalam Mom & Kiddie, (Jakarta: !8-19Desember2006),h. 17
-
3
aktif dalam belajarnya di kelas. Sehingga diharapkan hasil belajar yang
memuaskan.
Untuk memperoleh infonnasi sejauh mana perbandingan hasil belajar
matematika siswa yang dicapai dari penggunaan kedua metode tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sehingga judul penelitian
yang disusun adalah: "Perbandingan basil belajar matematika siswa
antara yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tekuik
think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning''.
B. Ideutifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
I. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
2. Kurang bisanya guru menerapkan metode yang tepat dalam mengajar
matematika
3. Terdapat kesulitan bagi guru dalam menemukan variasi metode mengajar
matematika untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
4. Perbedaan hasil belajar matematika siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang
menggunakan metode discovery learning
C. Pembatasan Masalah
Dalam peneltian ini masalah hanya dibatasi pada hasil belajar
matematika siswa yaug ditinjau dari aspek kognitif antara yang diajarkan
dengan menggunakan dengan metode pembelajaran kooperatif teknik think-
pair-square dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode discovery
learning pada pokok bahasan bangun datar segiempat.
-
4
D. Perumusan Masalab
Berdasarkan identifikasi dan pembantasan masalab, maka rumusan
masalab penelitian ini adalab :
1. Bagaimana basil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif teknik think..pair-square?
2. Bagaimana basil belajar matematika yang diajar dengan metode discovery
learning?
3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata basil belajar matematika siswa antara
yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperat!f teknik think-
pair-square dengan metode discovery learning?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab ada perbedaan rata-
rata basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Square dengan yang
menggunakan Metode discove1y Learning.
E. Manfaat Hasil Peuelitian
Penelltian ini dibarapkan bermanfaat bagi beberapa pibak, diantaranya :
!. Bagi siswa, dibarapkan dapat memberikan suasana belajar yang efektif,
meningkatkan basil belajar siswa, serta kemampuan bersosialisasi siswa.
2. Bagi guru, dibarapkan dapat memberikan informasi tentang model
pembelajaran yang bervariasi dan dapat meningkatkan keaktifan dalan.
proses pembelajaran dikelas.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan tambaban wawasan
pengetabuan untuk menangani masalab-masalah yang terjadi dalam
pembelajaran matematika.
-
BABII
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh
~etiap manusia dan akan dialami selama hidupnya. Apabila kita
memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad SAW, maka nyatalah bahwa Allah menekankan
perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam Surat Al Alaq ayat 1-5: J ~o ,.. ,.. o ,.. ,,. Ill .-1 io
~)j l}I
-
6
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan af-idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.
Kata "af-idah" dalam ayat tersebut menurut seorang pakar tafsir al-Quran,
Dr. Quraisy Sihab (1992) berarti "daya nalar'', yaitu potensi/kemampuan
berpikir logis atau dengan kata lain "aka!". 1
Banyak pendapat yang mengemukakan tentimg belajar, namun ha!
tersebut belum sepenuhnya usai karena belajar merupakan kegiatan yang
terjadi dalam diri seseorang yang sukar untuk diamati secara langsung.
Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.2 Sedangkan menurut Herman Hudojo,
pengalaman belajar didefinisikan sebagai interaktif antara siswa dan topik
bahasan sehingga interaksi itu menyebabkan tingkah laku siswa. 3
Perubahan tingkah laku merupakan sesuatu yang penting dalam
proses belajar. Manusia melakukan perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang dengan belajar. Perubahan-perubahan yang
terjadi ini relatif berkembang dengan belajar atau belum. Proses belajar
dapat berlangsung, salah satunya adalah dengan pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon.
Guru berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan
kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pengalaman
yang berupa belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik
perubahan nilai, konsep, dan tingkah laku. Secara umum belajar
1 Muhibbin Syah, Psiko/ogi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), cet.VIII, h. 102.
2 Ibid. h. 93 3 Fierman hudoyo, "Penge111bangan Kurikulu1n dan Pe1nbe/ajaran Matematika", (
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang, 2001), h. 9.
-
h.120.
7
merupakan aktivitas dengan melibatkan mental ataupun psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif di dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Hasil belajar menurut Sujana adalah "Perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian proses
belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran".4 Menurut Dimyati, hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interak'si tindakan belajar mengajar.5 Sedangkan menurut Ngalim
Purwanto, hasil belajar adalah prestasi yang dapat digunakan oleh guru
untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam waldu
tertentu.6 Setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, seorang pendidik
biasanya mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa-siswanya
mengerti akan materi yang diberikan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat
penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik sebagai akibat dari proses belajar yang diuji, salah satunya
dengan memberikan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan
balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan
gambaran kemajuan bagi siswa.
Menurut Jujun S, matematika dengan obyeknya yang abstrak telah
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan
pengukuran secara kuantitati 7
Beberapa pengertian lain matemaiika menurut para tokoh matematika
yang dikutip dalam kamus Erman Suherman, antara lain :8
I. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
4 Nana Sujana, Peni/aian Hasi/ Be/ajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.3. 5 Dimyati dan Mujiyono, Be/ajar dan Pernbelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 3. 6 M. Ngalim Purwanto, I/mu Pendidikan dan Teoritis, ( Bandung : Rosda Karya, 2000),
7 Jujun S. Suryasumantri, Filsafat I/mu, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), h. 203. 8 Ibid, ha!. 58
-
8
yang berhubungan satu dengan yang alinnya yang terbagi dalam tiga
budang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
2. Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat,
lebih berupa bahasa symbc:';lt~ngenai ide daripada bunyi.
3. Reys, dkk (1984) me:.gatakan bahwa matematika adalah telaah tentang . -- I - -~
pola dan hubungan, suattu jalan atau pola berpikir, suatu seno, suatu
bahasa, dan suatu alat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan bagian cari ilmu pengetahuan yang di dalamnya
terdapat ilmu tentang logika, serta terdapat konsep-konsep yang saling
berhubungan dan dipersentasikan dengan bahasa symbol.
Matematika yang diajarkan di sekolah atau yang lazim dikenal
dengan matematika sekolah diberikan mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi. Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-
bagian matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada
kepentingan pendidikan dan pengembangan IPTEK ( Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi ). Hal ini menunjukkan perlunya siswa belajar matematika.
Alasan lain perlunya siswa belajar matematika diantaranya :9
I). Menurut Cornelius, ada 5 alasan perlunya belajar matematika yaitu
matem!ltika merupakan :
a. Berpikir jelas dan logis
b. Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
c. Mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman
d. Untuk mengembangkan kreatifitas
e. Untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya
9 Mulyono Abdurahman," Pendidikan Bagi Anak Berkesu/itn Be/ajar'',( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) Cct. Ke-2, h. 252.
-
9
2). Menurut Cockroft, mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan
kepada siswa karena :
a. Selalu digunakan dalam segi kehidupan
b.Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang
sesuai
c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, danjelas
d. Dapat digunakan untuk menyajikan informsi dalam berk;;~: earn
e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitia. , dan kesadaran
kerungan
f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahakn maslah yang
menantang
dengan demikian scara singkat, penting bagi guru di sekcl.ah untuk
mengajarkan matematika kepada siswa karenamatematika
berhubungan dngan kehidupan sehari-hari.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan
penalaran tinggi karena objeknya yang bersifat abstrak, perlu
memanipulasi simbol-simbol tertentu, dan berfungsi sebagai alat, pola
pikir, serta ilmu pengetahuan. Belajar matematika adalah belajar tentang
ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan simbol-
simbol, di mana simbol-simbol tersebut penting untuk memanipulasi
aturan-aturan dengan operasi yang ditetap!~an. Menurut Burner, belajar
matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada
konsep-konsep dan struktur-struktur yang 'terbuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep
dan struktur-struktur. 10
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di alas, belajar matematika
adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dalam mempelajari
matematika untuk mendapatkan perubahan dalam pengertian,
keterampilan, keeakapan, pemecahan masalah, proses berpikir, kebiasaan,
sikap yang berlangsung cukup lama. Sedangkan basil belajar matematika
'Ibid, haJ. 42.
-
10
adalah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik selama mengikuti pelajar matematika waktu
tertentu yang dapat diuji.
2. Landasan Teori Belajar Aktif
Teori konstruktivisma adalah dasar dari prinsip belajar yang
melibatkan partisipasi belajar aktif anak. Menurut Pieget, seorang anak
blajar melalui pengalaman konkrit dengn cara merefleksikan pengalaman
nya. Ketika menemukan pengalainan baru, anak akan menyesuaikannya
dengan pengalaman yang telah dimiliki sbelumnya melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Karakteristik perkembangan berpikir anak
berbeda-beda menurut tahapan usianya, dan tahapan ini berimplikasi pada
pada perbedaan cara belajar anak dan cara mengajar guru. Oleh karena itu,
kurikulum dirancang sesuai dengan apa yang telah diketahui anak
sebelumnya secara konkrit sehingga anak mampu melakukannya, dan
selanjutnya secara bertahap anak diperkenalkan kepada konsep dan
kompetensi baru. Teori kontrukstivisme ini pada dasarnya mengajarkan
anak " bagaimana belajar yang efektif".
Menurut Caine dan Caine (1994) proses belajar meliatkan aspek
emosi, di samping aspek kognitif 1 Seseorang akan belajar lebih efektif
dan mengingat lebih kuat kalau melibatkan emosi anak ketika berhadapan
dengan materi yang sedang dipelajarinya. Salah satu cara untuk
melibatkan emosi anak adalah dengan mmberi materi yang sesuai dengan
konteks kehidupan (keluarga, sekolah, luar sekolah, sosial-budaya).
Beberapa butir teori yang mendukung pentingnya prinsip belajar
secara aktifadalah sebagai berikut :12
Menurut teori brain-based learnig (belajar berdasarkan ranah otak) :
(a) proses belajar melibatkan sluruh aspek dimensi manusia, (b)
manusia yang selalu berkeinginan untuk mencari makna atau arti
11 Ratna Mcgawati dkk, "Pendidikan Holisik", (Jakarta: PT PP London Surnatera Indonesia Tbk, 2008), h. 44
12 Ibid, 45-48
-
11
adalah sesuatu yang alami, serta (c) manusia akan lebih mudah
mengerti dengan diberikan fakta secara alami, atau ingatan spatial
(bentuk atau gambar); karenanya, siswa belajar aktif yang
melibatkan pengalaman konkrit dan kntekstual sehingga seluruh
aspek (kognitif, emosi, fisik) terlibat merupakan cara yang sesuai
dengan teori ini.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan fisik, krativitas,
emosi, sosial, dan akademik.
Anak-anak sebenamya gemar mencari penyelesaian masalah, dengan
kata lain menyukai tantangan. Hal ini dapat dilihat dari dorongan
instingnya yang selalu ingin tahu, melontarkan pertanyaan dan
permasalahan. Apabila mereka diberi sajian pembelajaran berupa
kegiatan yang menarik dan eksploratif, maka ha! ini akan
merangsang insting tersebut untuk berfungsi sehingga mereka
tertarik untuk mengerjakannya. Apabila kegiatan selesai, anak akan
lebih termotivasi lagi untuk mengetahuinya lebih lanjut. Maria
Montesori berkata bahwa" ... pendidikan bukanlah sesuatu yang
dilakukan oleh guru, tetapi merupakan ssuatu proses alami yang
terjadi secara spontan pada manusia. Hal ini tidak akan diperoleh
dari menyimak kata-kata, tetapi dari pengalaman berharga yang
diperoleh ketika seorang anak melakukan sesuatu di lingkungan
sekitamya.
Belajar aktif dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan
akademik
Istilah Pieget adalah periode concrete operational thinking atau
periode berpikir operasi konkret.periode berpikir operasi konkret ini
berlangsung sampai usia 12 tahun, yaitu masih memerlukan benda
atau pengalaman nyata, di samping memakai simbol-simbol yang
sudah bisa dipahami oleh anak.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan akademik
-
12
Menurut Katz dan Chard (1989) anak-anak mmerlukan keterlibatan
fisik untuk menccgah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Cara
belajar yang membuat anak harus duduk diam dan mndengarkan
dalam waktu yang lama, atau anak hanya menjadi objek pasif, tidak
baik untuk perkembangan fisik dan akademik mreka. Dengan belajar
aktif, motorik halus dan motorik kasar mereka akan berkembang
dengar ~-:;~,k.
~Aajar aktif dapat meningkatkan keragaman fisik
Dalam prose belajar aktif, guru lebh berperan sebagai fasilitator.
Guru akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, selain
s1swa melontarkan pertanyaan -pertanyaan kritis, sehingga para
siswa tecdoron untuk terlibat dalam diskusi. Selain itu, metode
diskusi dapat meningkatkan rasa keingintahuan anak, sehingga ada
motivasi dalam diri anak untuk belajar lebih banyak.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan akademik, emosi
(percaya diri), berbahasa dan sosial anak (komunikasi)
Memberikan peluang bagi anak unli1k belajar Jalam kelompok,
misalnya mengerjakan tugas brsama, sehingga anak dapat saling
bertukar pikiran, serta belajar berorganisasi.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan sosial (komunikasi
dan kerjasama)
Menurut Vygotsky (1978), anak-anak memerlukan bahasa untuk
menuangkan pikirannya. Dengan mendapat kesempatan
"mengeluarkan kata-kata" untuk mengekspresikan pikirannya ketika
sedang mmpelajari sesuatu, anak-anak akan belajar secara efektif.
Ketika mereka terlibat dalam tugas konkrit, mereka mempunyai
kesempatan untuk mendskusikan apa yang sedang dipelajari. Kelas
yang sunyi, di mana anak-anak tidak mempunyai kesmpatan uantuk
mengungkapkan pemikirannya secara verbal, mrupkn kelas yng tidak
efektif. Adalah ha! yang normal jika anak-anak berbicara sendiri
ketika mereka membayangkan apa yang sedang
-
13
diminati/dipelajarinya. Semakin sulit subyek yang dipelajarinya,
semakin perlu bagi anak untuk menggunakan verbalnya supaya
mengerti. Vygotsky menambahkan bahwa dengan melibatkan anak
untuk berbicara, maka mereka akan menginternalisasikan dan
merefleksikan apa yang telah dikatakannya, menjadi "inner spech"
atau "inner dialogue" (merenungkan atau merefleksikan apa yang
telah dipelajarinya). Hal ini merupakan pre .;;s awal bagi anak untuk
mengetahui tentang dirinya sendi .i sehingga ia nanti mampu .
mengevaluasi diri; menganalisis kekurangan atau kekuatan yang
ada. Proses ini adalah tahapan berpikir yang lebih tinggi lagi, yang
disebut meta-cognition.
Belajar aktif dapat meingkatkan kemampl'~n sosial, spirtual, dan
akademik.
Vernon A. Magnesen mengatakan "Kita Belajar : I 0 % dari apa yang
kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30 % dari apa yang kita lihat;
50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70 % dari apa yang kita katakan;
90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan'" 3
3. Faktor-faktor yang Mcmpcngaruhi Hasil Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang tidak terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhi proses :ersebut, faktor ini akan menunjang berhasil
tidaknya proses belajar dan mencapai hasil yang optimal.
A
-
59
14
1. Faktor Internal
a) Faktor Fisiologi
Faktor fisologi adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik
yang lebih menmtjukan pada kondisi fisik dan kondisi panca indra
siswa.
b) Faktor psikologi merupakan faktor yang berasal dari peserta didik
yang bersifat kejiwaan yang terdiri dari: minat, bakat, intelegensi,
motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya.
2. Faktor Eksterrial
a) faktor lingkungan diantaranya adalah keadaan suhu, letak
gedung sekolah, budaya, dan lain-lain
b) faktor instrumental diantaranya adalah gedung sekolah, sarana
pengajaran, media pembelajaran, guru, strategi belajar
mengajar, serta kurikulum.
Dari keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar, faktor instumental merupakan faktor yang sangat penting dan
paling menentukan dalam pencapaian hasil yang diinginkan, karena faktor
instrumental inilah yang menentukan bagaimana beljar mengajar itu akan
te1jadi di dalam diri siswa.14 Dalam faktor instrumental ini terdapat upaya
belajar yang dilakukan siswa meliputi strategi dan metode pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think- Pair- Square
Manusia adalah makhluk sosial dan m~merlukan orang lain untuk
mencapai tujuan hidupnya, bahkan untuk bertahan hidup. Berdasarkan hal
tersebut, siswa sebagai subjek dalam proses belajar membutuhkan teman-
temannya untuk mencapai tujuan belajar, yaitu hasil belajar yang baik.
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan
14 Alisuf sabri. psikologi pendidikon, (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), eel. II, h.
-
15
kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki
tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (1990) adalah suatu
pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. 15 Sedangkan coopertive
learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
bersama-sama dengan sating membantu satu sama lainnya sebagai suatu
kelompok atau satu tim. 16 Dalam penerapannya model pembelajaran ini
harus sesuai dengan kebutuhan siswa. maka perlu diperhatikan
relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran.
Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para tokoh antara
lain: 17
I. Slavin (1995), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran
di mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
2. Johson dan Johson (1994), cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam kelompok kecil agar
siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut
3. Sunal dan Haas (1993), mengemukakan, bahwa cooperative learning
merupakan pendekatan atau serangkaian strtegi yang khusus dirancang
uncuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama
dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
Menurut Nurhadi, "Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok siswa untuk
bekerja sama dengan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
15 Isjoni, Cooperative Leari1dng, n1engen1bangkan ken1a111puan be/ajar kelornpok, (Jakarta : Alfabeta, 2007), h. 49
16 Ibid, h. 15 17 /bid,h.15-16
-
h. 114
16
tujuan belajar". 18 Sementara itu Ratna Megawati dkk mengemukakan
"cooperatif learning adalah sebuah metode, yaitu siswa bekerjasama,
berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukn tugas yang sudah
terstruktur". 19
Dari beberapa pendapat di alas dapat disimpulkan bahwa cooperative
learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam
. _:Jmpok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atas
jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda dan menekankan kerjasama
dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memeksimslkan belajar mereka dan belajar anggota anggota lainnya dalam
k~Iompok itu. Siswa diharapkan mampu bekerjasama dalam
menyelesaikan suatu masalah dengan saling menolong, berdiskusi,
beragumentasi, serta saling memberi atau melengkapi pengetahuan.
Penerapan pembelajaran koaperatif diharapkan dapat menggantikan proses
belajar yang berpusat pada guru dan individualisasi siswa, menurut Anita
Lie, "Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosiul yang
terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan
membangun pengertian dan pengetahuan bersama.20
Jika pembelajaran kooperatif terorganisir dengan baik, maka siswa
akan bekerjasama dengan yang lainnya dan memastikan bahwa anggota
kelompoknya menguasai konsep yang diajarkan oleh guru. Belajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar dan bekerja di
dalam kelompok. Namun ada beberapa unsur yang membedakan
pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa. Cooperative
Leaming memiliki lima karakteristik dalam pembelajarannya :21
18 Nurhadi, "Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jmvaban'', ( Jakarta : Grasindo, 2004 ),
19 Ratna Megawati dkk, "Pendidikan Ho/isik", (Jakarta: PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, 2008), h.65
20 Anita Lie, Cooperative Learning ,Me111praktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Ke/os, ( Jakarta: Grasindo, 2005), h. 5-6.
21 Ibid, h. 31.
-
17
a. Rasa saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu antara siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya saling membutuhkan, dan setiap
siswa bekerjasama demi tercapainya satu tujuan yang sama.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini mempakan akib;;i: ~ari unsur yang pertama. Setiap siswa
akan merasa bertanggur ~ jawab untuk melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka
dan berdiskusi. Kegiatan intera,si ini akan memberikan kesempatan
para siswa untuk dapat membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggotanya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.
Setiap anggota kelompok memang mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda, namun hal tersebut dapat dijadikan modal utarna dalam
proses belajar kooperatif.
d. Komunikasi antar anggota
Tidak setiap anggota kelompok mempunyai keahlian dalam
bekerjasama. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung dari
kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat dan kesediaan para
anggotanya untuk saling menghargai pendapat yang lain.
d. Evaluasi proses kelompok
Perlu disediakan waktu untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
agar selanjutnya mereka dapat bekerjasama lebih baik lagi.
Erman Suherman pun mengatakan bahwa, ada beberapa hal yang
perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa
bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
Pe1tama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok hams merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang hams dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam
-
sebuah kelornpok harus rnenyadari bahwa rnasalah yang rnereka hadapi adalah masalah kelornpok dan bahwa berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersarna oleh seluruh anggota kelornpok itu. Ketiga untuk rnencapai hasil yang rnaksirnurn, para siswa yang tergabung dalarn kelornpok itu harus berbicara satu sarna lain dalarn mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya para siswa yang tergabung dalarn satu kelornpok harus rnenyadari bahwa setiap pekerjaan siswa rnempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompok.22
Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, pernbagian
kelornpok dilakukan secara heterogen. Seperti yang diungk~p ole11 :Lie "Pengelornpokan heterogenitas rnerupakan ciri-ciri yang rnenonjolkan
dalarn rnetode pernbelajaran kooperatif'.23 Pembentukan kelompok
heterogen dapat dilihat dari kemarnpuan kognitif siswa atau karakteristik
lainnya.
Pernbentukan kelompok heterogen berdasarkan kernarnpuan kogriitif
atau akademis siswa lebih mudah diterapkan dan digunakan. Setiap
kelompok siswa terdiri atas siswa berkernarnpuan tinggi, rnenengah, dan
rendah. Siswa berkernarnpuan menengah dan rendah dapat bertanya
kepada ternannya yang berkemarnpuan tinggi akan rnernperoleh dan
meningkatkan kemampuan menjadi lebih baik.
Agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusifuntuk cooperatve
learning, maka da 3 ha! yang perlu diperhatikan :
I. Siswa harus merasa aman dari ancarnan dan beban, namun harus
merasa tertantang dengan tugas yang diberikan.
2. Kelompok harus cukup kecil untuk membuat setiap anggota
kelompok terlibat dalam memberikan kontribusi. Kelompok yang
terlalu besar akan menciptakan beberapa ji-ee-rider ( anggota
kelompok yang tidak ikut bekerja ).
3. Instrnksi mengenai tugas harus diberikan dengan jelas dan siswa
memahami tujuan yang harus dicapai.
22/bid, h. 260. 23 Ibid, h. 41.
-
19
Dengan adanya metode pembelajaran kelompok m1, maka dapat
menjadi tempat di mana :24
! Siswa dapat berpartisipasi aktif.
! Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya ( saling berbagi
kemampuan ).
! Penghargaan diberikan kepada setiap individu.
! Tugas dan pertanyaan yang diberikan akan memacu minat anak
untuk mengerjakannya.
! Setiap kontribusi individu dapat dihargai.
! Siswa mepelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi
perbedaan.
Sebuah hasil riset tentang cooperative learning learning
menunjukka11 bahwa par siswa bisa lebih mengerti secra mendalam /" ,_ --,
tentang, matri yand dipelajarinya, meningkatkan peiformance para siswa, \'-,.,__ ________ _
meningkatkan kepercayaan diri, dan motivasi yang lebih tinggi untuk
menvelesaikan tugasnya. Beberapa keunggulan dari metode belajar
kelompok ini adalah sebagai berikut :
~ Segala perbedaan dihargai
Para siswa belajar untuk bekerja dengan bermacam tipe
kepribadian. Ketika berinteraksi di dalam kelompok, setiap anak
mempuyai kesempatan untuk mengekspresikan pikirannya, dan
ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya di mana
masing-masing siswa dibesarkan. Oleh karenanya, p&ra siswa
dapat belajar mengenai perbedaan pandangan dari setiap siswa
yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.
~ Belajar melihat perspktif yang lebih Jengkap
Ketika sebuah pertanyaan diajukan dalam diskusi kelompok,
setiap siswa akan memberikan respon yang berbeda, sehingga
akan ada berbagai alternatif jawaban. Dngan demikian, setiap
24 http ://\V\V\V. th irtecn.org/edonl inc/ conccp2class/rnonth 6/indcx.htm I
-
20
siswa akan mendapat gambaran yang lebih kmprehensif dan utuh
tentang sebuah fenomena yang sedang dipelajarinya.
? Pengmbangan kemampuan interpersonal
Siswa belajar untuk bckerjasama dengan kawannya seperti
halnya mereka sedang bekerja dalam sebuah kelompok
perusahaan. Hal ini akan menolong para siswa yang mempunyai
kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan kawannya.
? Mencelupkan anak diam kegiatan yang mengasyikkan
Setiap anak merasa mempunyai kontribusi pnting dalam
kelompok, sehingga mereka akan lebih percaya diri, dan berpikir
kreatif agar kontribusinya dalam kelompok meningkat.
? Memberikan kesemptn untuk mendaptka umpan balik
Adanya diskusi dalam kelompok memberi peluang kepada setiap
anak untuk mendapatkan umpan balik atau respon dari kawannya
mngenai peran atau kontribusi yang telah dibcrikannya. Respon
yang prsonal ini sulit didapatkan anak dalam kelompok yang
lebih b0sar, apalagi dalam sebuah kelas.
Para guru harus mengctahui kunci sukses metode belajar kelompok (
cooperative learning ) ini. Beberapa kunci keberhasilan dari metode
belajar dengan kelompok adalah sebagai berikut :
./ Seluruh siswa harus telibat
Dalam kelompok di mana ada seorang anak yang dominan, akan
membuat anak-anak lain yang lebih pemalu untuk berdiam diri.
Untuk menghindari ha! ini, maka guru perlu memberikan tugas
dalam kelompok untuk setiap anak. Misalnya, ada yang brperan
sebagai ketua/moderator yang memberi petunjuk atau
mengarahkan tahapan-tahapan yang harus harus dikerjakan, ada
yang sebagai penulis yang melaporkan berjalannya diskusi, ada
yang sbagai penanya, yaitu yang menanyakan kepada kawan-
kawannya yang belum terlibat, ada yang sebagai juru bicara
yang melaporkan hasil kerja kelompoknya, dan sebagainya,
-
21
shingga setiap anak rnerasa rnendapatkan tugasnya. Hal ini dapat
rnernbeikan peluang bagi setiap anak untuk rnernainkan berbagai
peran, terrnasuk untuk rnenjadi pernirnpin .
./ Siswa duduk saling berhadapan.
Ruang kelas diatur agar setiap kelornpok dapat duduk rnelingkar
atau saling berhadapan. Dngan cara berhadapan ini, setiap anak
dapat ber; ~:aksi de nan rnenatap wajah kawannya, sehingga
jalawya diskusi atau kerja kelornpok rnenjadi lebih efktif. Cara
ini juga akan mencegah keributan di dalam kclas, karna setiap
anak dapat berbicara perlahan-lahan kalau berhadapan secara
dekat dengan kawan kelornpoknya .
./ Berikan kesernpatan siswa untuk mempresentasikan hasilnya di
depan kelas.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran, sehinga setiap
anak nantinya terbiasa untuk berani tampil di depan umurn.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa teknik, salah
satunya adalah teknik think-pair- square.
Teknik belajar mengajar T11ink-Pair-Square atau Berpikir-
Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Kagan sebagai salah satu
rnetode struktur yang dirancang untuk pembelajaran kooperatif. Teknik ini
Gapat digunakan untuk berbagai rnata pelajaran dan sernua tingkatan usia
anak didik. Think-Pair-Square terdiri atas tiga tahap yaitu siswa
inengerjakan masalah dengan kemampuan sendiri, siswa berdiskusi
berpasangan, dan siswa berdiskusi dengan kelompoknya.
Berikut ini tahapan dalam rnelaksanakan teknik Think-Pair-Square
yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah menurut Lie :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berernpat dan memberikan
tugas kepada semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelornpok dan
berdiskusi dengan pasangannya.
-
22
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mcmpunyai kesempatan untuk mcmbagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.25
..... ~ ~ ., ;
1. Kemukakan Soalan. 2. Fikir1& Tulis secara individu
3 KerJa Berpasangan 4 Oya Pasangan Berbincang
!lustrasi Teknik Think Pair Square 26
Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, Think-Pair-Square
memberikan kesempatan siswa bekcrja mandiri, mendiskusikan ide, dan
menyediakan cara agar mereka dapat mengerti menyelesaikan masalah.
Jika satu pasangan siswa tidak niampu menyelesaikan masalah, maka
pasangan yang lainnya dapat mengkombinasikan hasil pekerjaan mereka
dan menyimpulkanjawaban menyeluruh.
Beberapa keunggulan dan kelemahan teknik Think-Pair-Square
adalah sebagai berikut:
25 Ibid, h. 58. 26 http://www.mpbl.cdu.my/malh/pkopcratif/lp-square.htm
-
23
Tabel 1
Kcunggulan dan Kelemahan Think-Pair-Square
Keunggulan
a. optimalisasi partisipasi
siswa
b. mudah dipecah menjadi
berpasangan
c. Lebih banyak ide muncul
d. Lebih banyak tugas yang
bisa dilakukan
e. Guru mudah memonitor.
3. Mctodc Discovery Learning
kelcmahan
a. jumlah anggota kelompok
harus empat orang
b. membutuhkan lebih banyak
waktu
c. membutuhkan
yang Iebih baik
d. jumlah genap
menyulitkan
pengambilan suara
sosialisasi
bisa
proses
e. kurang kesempatan untuk
kontribusi individu
f. siswa mudah melepaskan diri
dari keterlibatan dan tidak
h "k '7 memper at1 an.-
Discovery berasal dari kata "discover" yang berarti menemukan, dan
"discovery" adalah penemuan.28Bahasa Indonesia Memberi pengertian
discover sebagai menemukan. Makna menemukari dalam pembelajhran
tampaknya mendekati pengertian memperoleh pengetahuan yang
membawa kepada suatu pandangan.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini pertama
kali digunakan oleh Socrates. Pengajaran dengan metode penemuan
berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan bahan yang
dipelajarinya. Seperti yang dikatakan oleh Sayful Bahri dan Aswan Zaini
27 Ibid. h. 47 28 Jhon M. Echols, et aal., Karnus lnggris-lndonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,2000), h. 185
-
24
bahwa "Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri".29
Secara ekstrim, siswa benar- benar seorang penemu yang aktif
menemukan dasar pandangan sendiri. Namun metode seperti itu tidak
mungkin dilaksanakan yaitu apabila guru hanya bertindak sebagai seorang
pengawas yang pasif, sedangkan siswanya harus belajar dengan caranya
sendiri.
Karena apa yang dihadapi s1swa itu adalah ha! yang baru, maka
siswa memerlukan bimbingan dari guru. Beberapa petunjuk atau instruksi
perlu diberikan kepada siswa apabila tidak menunjukan kemampuan.
Dalam metode discovery terbimbing sebagian besar perencanaan dibuat
oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Jadi metode Discovery Leaming
dalam penelitian ini dilakukan secara terbimbing. Dalam metode
penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah menyatakan
masalah kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian
masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal mungkin. Selanjutnya
siswa mengikuti instruksi itu, dan berusaha menemukan sendiri
penyelesaiannya. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa
adalah:
a. Memahami masalah
b. Memproses data dari keterangan atau menyederhanakan masalah
c. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
d. Menguj i dugaan tersebut
e. Menggeneralisasi atau menyatakan dalam bentuk umum 30
Pada umumnya metode discovery terbimbing dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut:
a. problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai
pernyataan atau pertanyaan biasa.
29 Saiful Bahri dan As\van Zaini, Strategi Be/ajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cip~ 2006), h. 19
JO Ibid, h. 246.
-
25
b. Konsep-konsep atau preinsip yang harus ditemukan s1swa melalui
kegiatan belajar hams dituliskan denganjelas dan tepat.
c. Alat atau bahan hams disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa
untuk melakukan kegiatan.
d. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada siswa atau kelas untuk didiskusikan sebelum para siswa
r :::.1kukan kegiatan discovery.
e. Kegiatan metode discovery oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau
penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.
f. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukan tentang mental operation
sisva yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.
g. Pertanyaan yang bersifat o~_ri-~cl,.d harus berupa pertanyaan yang
me-ngarah kepada pengembangan penyelidikan yang dapat dilakukan
oleh siswa.
h. Catalan guru berupa catatan-catatan yang meliputi penjelasan tentang
hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan belajar
dan isi atau materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan.31
Karakteristik metode ini terletak pada peranan siswa dalam proses
pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri dan mengujinya,
serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan
latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan dalam membantu pemahaman siswa pada pembelajaran dalam
kelas.
Beberapa keunggulan dan kelemahan metode penemuan adalah
sebagai berikut :
31 Sudirman N, dkk, 1/11111 pendidikan, (Bandung: Rosdakarya 1991 ), h.172
-
26
Tabel 2
Keunggulan dan Kelemahan Metode Penemnan
Keunggulan
a. siswa aktif dalam kegiatan
belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
b. siswa memahami benar bah2
pelajaran, sebab mengalami
proses menemukannya.
c. menemukan sendiri
menimbulkan rasa puas.
metode ini melatih siswa
untuk Jebih banyak belajar
mandiri.
B. Kerangka Berpikir
kelemahan
a. Metode ini ban yak
menyita waktu.
b. tidak semua guru
c.
d.
mempunyai selera atau
kemampuan mengaJar
dengan cara penemuan.
tidak semua siswa mampu
melakukan penemuan.
kelas yang ban yak
siswanya akan sangat
merepotkan guru dalam
memberikan bimbingan
dan pengarahan belajar
dengan
pertemuan. 32 metode
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian s1swa yang
menganggap kalau mateinatika adalah pelajaran yang menakutkan. Banyak ha!
yang menyebabkan anggapan itu masih ada dalam diri siswa, diantaranya
dilihat dari objek matematika itu sendiri yang bersifat abstrak.
U ntuk itulah guru sebagai pendidik dituntut bagaimana caranya agar
siswa merasa mudah dan senang dalam belajar matematika. Karena kita
ketahui bersama bahwa pelajaran matematika sangat penting bagi siswa untuk
membekali mereka kemampuan berpikir logis dalam kehidupan demokratis
di masyarakat global.
32/bid., h. 214
-
27
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu faktor yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena
mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya.
Penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar
yang membosankan bagi anak didik. Oleh karena itu diperlukan variasi
metode dalam belajar yang diharapkan mampu meningkatkan kesenarcgan
siswa terhadap matematika dan selanjutnya dapat meningkatkan hasil betajar
matematika siswa. Metode yang dipakai dalam belajar diantaranya adalah
metode pembelajaran kooperatif teknik Think- Pair- Square dan metode
Discovery Learning.
Think-Pair-Square atau berpikir-berpasangan-berempat adalah salah
satu metode struktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan pola
interaksi siswa dalam belajar. Teknik ini telah memiliki tahapan-tahapan yang
jelas dalam pembelajaran di kelas. Diantara keunggulan metode ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk dikenali serta menunjukan partisipasi mereka pada siswa lain.
Sedangkan metode Discove1y Learning ( belajar menemukan ) adalah
belajar mencari dan menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Diantara
keunggulan metode ini adalah siswa aktif dalam kegiatan !:ielajar, karena ia
berpikir dan menggunakan kemampuan dalam menemukan hasil akhir dan
melatih siswa untuk belajar mandiri.
Kedua metode pembelajaran ini, jika diterapkan diharapkan dapat
berdampak positif, yakni memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Sehingga
hasil belajar siswa juga bisa lebih baik.
-
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
PERPUSTAKl\J.\N -~] UIN SYAHID JAlv\RTA
28
Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar
matematika siswa yang menggunakan teknik think-Pair-Square dengan
siswa yang menggunakan melode Discovery Learning.
Ha : Ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar matematika
siswa yang menggunakan teknik Think-Pair-Square dengan siswa yang
menggunakan metode Discove1y Learning.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tcmpat dan Waktu Pcnclitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 169 Jakarta Baral, pada bulan April
sampai dengan Mei 2007 semester genap pada tahun ajaran 2006/2007.
B. Metodc Pcnclitian
Metode peneltian yang digunakan adsalah metode penelitian quasi
eksperimen dengan melibatkan dua kelompok subjek, yaitu kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2. Kelompok eksperimen1 diberi
perlakuan dengan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan
kelompok eksperirnen2 diberikan perlakuan dengan discovery learning.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali perternuan (terlampir). Pada akhir
pertemuan kedua kelompok itu diberikan tes akhir untuk membandingkan
hasil belajar matematika diantara kedua kelompok tersebut.
Penelitian ini rnengg,makan desain penelitian Rendomezed control group
only desegn. Disain penelitan tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1
Tabel 3
Dcsain Penelitian ~
KELOMPOK PERLAKUAN POST TEST
(R)E1 X1 T
( R)E2 X2 T
1 f\1. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian lln1iah, (Bandung: Pustaka Sctia, 2005), h. I 00
-
Keterangan :
E1 = Kelas Eksperimen1
E2 = Kelas Eksperimen2
X1 = Perlakuan pada kelas Eksperimen1
X2 = Perlakuan pada kelas Eksperimen2
R = Pemilihan Subjek secara random
T = Tes akhir yang sr " pada kedua kelas sesudah diberi perlakuan
C. Populasi dau Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi
30
Populasi adalah suatu kumpulan dari suatu objek yang merupakan
perhatian peneliti. Adapur populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa SMPN 169 Jakarta Baral, tahun ajaran 2006/2007.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil yaitu seluruh siswa kelas VII
semester 2 tahun ajaran 2006/2007.
3. Teknik Penambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Dari 5 ( lima ) kelas yang ada, diamsusikan mempunyai hasil
belajar matematika yang sama.
b. Dari 5 kelas tersebut diambil dua kelas secara acak.
c: Dua kelas yang di dapat dari hasil pemilihan secara random
tersebut adalah kelas yang diberi perlakuan model pemtelajaran
kooperatif teknik think-pair-square dan metode discoery learning.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang dilakukan
berupa PosHest yang diberikan kepada kedua kelompok yaitu kelompok
eksperimen1 dan kelompok eksperimen2. Kedua kelompok eksperimen
-
31
mendapat tes yang sama setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda.
Sehingga akan diperoleh data yang berupa hasil dari kedua kelompok tersebut.
Uji coba soal tes diberikan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda
yang berjumlah 30 soal, dengan empat pilihan( option) dan setiap nomor yang
jawabannya benar diberi nilai I (satu), sedangkan yang salah diberi nilai 0
(nol). Sebelum instrumen digunakan, instumen tersebut harus terlebih dahulu
memenuhi uji prasyarat yaitu uji validitas dan reliabilitas soe/;'.;clain itu juga
dicari taraf kesukaran dan daya beda tes. Kisi-kisi instrur en tes pilihan ganda
dibuat berdasarkan kepada Kurikulum 2006 (KTSP) untuk SMP Kelas VII
Semester 2. Adapun kisi-kisi insrtumen tes dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITI.tN
Indikator Nomor Butir Soal Jumlah
I. Menentukan ban gun I I
datar segiempat
2. Menentukan sifat-sifat 2,3 2
bangun datar segiempat
3. Menentukan panjangf 4 I
sisi dilihat dari sifat-
sifat segiempat
4. Menentukan besar 5,6, 7,8,9, I 0, 11 7
sudut dilihat dari sifat-' sifat segiempat
5. Menentukan keliling 12, 13, 14, 15, 16,17,18, 14
dan luas segiempat 20,21,22,23,25,26,27
6. Mcnyclcsaikan so al 19,24,28,29,30 5
segiempat yang
berhubungan dcngan
kchidupan schari-hari
Jumlah 30
-
32
I. Pengnjian validitas
Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi
persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi : " lnstrumen yang
baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.2
Dalam penelitian ini digunakan validitas isi ( content validity ) yang
berarti tes disusun sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Sedangkan pengujian validitas instrumen ( validitas butir ) menggunakan
rumus korelasi point biserial.3
. ' - Mp-Alt Hp r pb1 - SDt q
Keterangan :
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap sebagai koefisien
validitas item
Mr = skor rata-rata hitung yang dijawab benar
M1 = Skor rata-rata total
SD, = Standar deviasi
p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item
q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
2. P~ngujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan I ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu
alat evaluasi atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya,
konsisten atau stabil produktif, jadi yang diperhitungkah disini adalah
ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan K-R 20 ( Kuder
Richardson 20 ), yaitu :
r11 = (-k-) (St2 - 'I,pq) dengan S,2= n'I,xi-('I,xi) k-1 St' - n(n-1)
Keterangan :
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) h.135 3 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta ; Pl' Raja Grafindo,
200 l ),h.185
-
33
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1-p)
k Banyak butir soal
:Epq Jumlah perkalian antara p dan q
n Banyak siswa
S, 2 Varians Total
3. Pengujian Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka
soal-soal tersebut diuji tarafkesukaranmya terlebih dahulu. Pengujian taraf
kesukaran ini menggunakan rumus : 4
Keterangan :
B p= JS
Keterangan :
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = .Jt.mlah seluruh siswa peserta tes
p = Indeks Kesukaran
Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 5:5
4 Ibid, h. 133 5 Ibid,. h. 134
Tabel 5 Tingkat kesukaran
lndeks Kesukaran
IK = 0,00
0,00 < IK ::;0,30
0,30 < IK :50, 70
0,70 < IK :51,00
Keterangan
Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
-
34
E. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan
kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah :
D = PA - PB dimana PA = BA dan P8 = BB JA JB
Keterangan : .. ::>.
D = D'.iya Pembeda Soal
PA = Proporsi Kelas atas
PB = Proporsi kelas bawah
BA= Banyak siswa kelas alas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
BB= Banyak s.iswa kelas bawah yang menjawab benar umtuk setiap butir soal
JA = Jumlah siswa kelas atas
JB = Jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi daya pembeda soal :
D = 0,7-1,00 =Baik Sekali
D = 0,4-0,7 =Baik
D =0,2-0,4 = Cukup
D = 0,0-0,2 = Kurang
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik Uji-t dengan taraf signifikan
o = 0,05. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, perlu dilakukan uji
prasyarat tersebut terlebih dahulu.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
adalah Uji Lilliefors. Langkah-langkah untuk mengadakan uji lilliefors
adalah:
Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
-
Menentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rum us Zi = Xi - X s Dengan Zi = Skor baku
Xi = Skor data
X = Nilai rata-rata
S = Simpangan Baku
35
Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
tabel Zi dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan :
Jika Zi > 0 maka F(Zi) = 0,5 + nilai label""
Jika Zi > 0 maka F(Zi) = I - ( 0,5 + nilai tabel)
Menghitung proporsi Zi, Z2, , Zn yang l~bih kecil atau sama dengan
Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka
S(Zi) = Banyaknya Z1,_Z2, .... , Zn yang s; Zi
n
Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai
ini dinamakan Lo
Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji lilliefors.
Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah
didapat. Apabila Lo< Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan anatara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher.
Rumus yang digunakan adalah :
_S12
2 _n2.::X-(LX) F1i11ung - -
2 , dtmana S - ~~-~~-
S2 n(n-I)
Keterangan :
F = Homogenitas
S12
= Varians terbesar
si2 = Varians terkecil
-
Adapun kriteria penguj iannya :
Ho diterima jika Fh < Ft
Ho ditolakjika Fh >Ft
Dengan;
Ho = data memiliki varians homogen
Ha= data tidak memiliki varians homogen
3. Uji Hipotesis
36
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan metode
penelitian yang dilakukan, dimana data dari dua sampel akan
dibandingkan, yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajare matematika
antara pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan metode
discove1y learning. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan perbedaan
antara kedua sampel yang sedang dibandingkan, maka pengujian hipotesis
digunakan rumus uji statistik test-t, yaitu:
Berikut langkah-langkah pengujian hipotesis:
Rumuskan hipotesis
Ho: 1 = 2
Ha:1'1'2
Tentukan Uji statistik
- jika v~rians populasi homogen
X1-X2 th;,= SgH j ika varians populasi heterogen
dimana, Sg= n1 -I Sr! n2 -I S2
(n1 +n2 -2)
-
keterangan :
X1 = Rata-rala hasil belajar kelompok siswa pada kelas Eksperimen1
X2 = Rata-rata hasil belajar kelompok siswa pada kelas Eksperimen2
n1 = Jumlah sampel pada kelas Eksperimen1
n2 = Jumlah sampel pada kelas Eksperimen2
S12
= Varians kelompok Eksperimen1
S/ = Varians kelompok Eksperimen2
37
Jika dari pengujian homogenitas didapat hasil bahwa kedua
simpangan baku tidak sama ( varians tidak homogen ), maka uji
statistik yang digunakan adalah :
X-X t' = I 2 /s
2
_+s22
~ n1 n2
Dengan kritl'ria pengujian adalah terima Ho, jika :
t' < lV1/ 1 + lV2f2 )-VI +W2
s' s 2 dengan w1 ~ - 1-; w2~ - 2-n1 ni
11 = t( 1-a ), ( n1-l) dan
12~ t( I-a), ( n2-I)
Tentukan kriteria pengujian
Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dengan
operasi perhitungan, penguj iannya dengan melihat perbandingan antara
thitung dengan ttabel
Pengambilan kesimpulan
- jika lhi1ung ~ l:iobcl maka terima Ho
- jika thitung > ltabel maka tolak Ho
-
G. Hipotcsis statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan di uji adalah sebagai berikut:
Ho: 1 = z
Ha:1'i'2
Keterangan :
1= Rata-rata hasil belajar rnaternatika siswa yang diajar rnenggunakan
model KooperatifTeknik Think- Pair Square.
2= Rata-rata hasil belajar rnaternatika siswa yang diajar menggunakan
rnetode Discovery Learning
-
A. Deskripsi Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab lll, bahwa penulis
melakukan penelitian di SMP Neg.: : 169 Jakarta Baral, dengan mengambil
sampel dua kelas dari lima ke'as yang ada yaitu kelas VII-A dan Vll-B yang
berjumlah 60 siswa. Kelas VU-A berjumlah 30 dan kelas VII-B berjumlah 30
siswa.
Pada penelitian ini penulis langsung mengajar di kedua kelas dengan
perlakuan yang berbeda. Kelas VII-A sebagai kelas eksperimen1 diajar dengan
model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square, sedangkan kelas VII-
B sebagai kelas eksperimen2 yang diajar dengan metode discove1y learning.
Materi yang diajarkan adalah materi bangun datar segiempat.
Setelah penulis memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas
ini, penulis memberikan tes berupa soal pilihan ganda dengan empat altematif
jawaban. Soal yang telah diberikan terlebih dahulu dilakukan uji coba
validitas, setelah dilakukan uji validitas menggunakan Point Biserral
(terlampir), ternyata dari 30 soal yang penulis berikan ada 25 soal yang valid,
dan 5 yang drcp. Kemudian penulis juga melakukan uji reliabititas untuk
mengetahui keajegan soal, dan didapat nilai reliabititas sebesar 0,9 (terlampir),
soal yang valid inilah yang penulis berikan kepada kelas eksperimen1 dan
kelas eksperimen2
Setelah soal diberikan ( sebanyak 25 butir soal ), basil tes dari kedua
kelompok penulis sajikan pada bentuk tabel.
-
40
Tabel 6
Hasil Tes Kelas Eksperimenl dan Kelas Eksperimen2
Kelas Eksperimenl Kelas Eksperimen2
No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai I 44 16 68 I 32 16 64 ...., ___ 2 44 17 68 2 36 17 04 3 44 18 68 3 44 18 68 4. 52 19 68 4 44 19 68 5 52 20 76 5 48 20 68 6 56 21 76 6 52 21 68 7 56 22 76 7 52 22 72 8 60 23 76 8 52 23 72 9 60 24 76 9 56 24 7". 10 60 25 76 10 56 25 72 11 64 26 84 11 56 26 76 12 64 27 84 12 60 27 76 13 64 28 96 13 60 28 76 14 68 29 96 14 64 29 76 15 68 30 96 15 64 30 80
Untuk mempermudah dalam membaca data, maka penulis akan
menyajikan hasil tes kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2 dalam label
distribusi frekuensi dan histogram:
1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggnnakan model
pembelajaran kooperatif t2knik think-pair-square (kelas eksperimen1)
Data hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif teknik
rentengan nilai 44 sampai dengan 96 dengac
simpangan baku sebesar (S 1) 12,81; dan '
(terlampir) dengan jumlah sampel sebanyak
dalam bentuk distribusi frekuensi dan histog
bawah ini:
' __ ,_ onunre diperoleh
-
4i
Tabel 7
Distribusi Frekueusi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1
Nilai Titik Tengah BB-BA F. Absolut F. Relatif
43-51 47 42.5-5 l.5 3 10 % --
52-60 56 51.5-60.5 3 10%
61-69 65 60.5-69.5 7 23 %
70-78 74 69.5-78.5 8 26,7%
79-87 83 78.5-87.5 7 23 %
88-96 92 87.5-96.5 2 6.7%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa paling banyak siswa
memperoleh nilai antara 70-78 sebanyak 8 orang atau sebesar 26, 7 % dan
paling sedikit memperoleh nilai antara 88-96 siswa atau sebesar 6, 7 %
yang di tampilkan dalam histrogram sebagai berikut :
12
IO
8 ;; " " 6 = "" " ~ '"' 4
2
0 42.5 51.5 60.5 69.5 78.5
Interval Nilai
Gambar l: Histogram dan Poligon hasil belajar siswa kelas eksperiman1
2. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Metode
Discovery Learning (Kelas eksperimen2 )
Data hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square diperoleh
-
42
-rentangan nilai 32 sampai dengan 80 dcngan rata-rata ( x2) sebesar 60,50
simpangan bairn sebesar (S2) 11,88; dan varians sebesar (S/) 141,24
(terlampir) dengan jumlah sampel sebanyak (n2) 30 siswa. Penyajian data
dalam bcntuk distribusi frekuensi dan histogram dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 8
Distribusi frekueusi basil belajar siswa kelas eksperimeu2
Nilai Titik Teugah BB-BA F, Absolut F. Relatif 33-40 40,5 32,5-40,5 2 6.7%
41-48 44,5 40,5-48,5 3 10%
49-56 52,5 48,5-56,5 6 20%
57-64 60,5 56,5-64,5 6 20%
65-72 68,5 64,5-72,5 8 26.7%
73-80 76,5 72,5-80,5 5 16.7%
Dari tabel tersebut dapat c!ilihat bahwa paling banyak siswa
memperoleh nilai antara 65-72 sebanyak 8 orang atau sebesar 26, 7 % dan
paling sedikit meLlperoleh nilai antara 33-40 siswa atau sebesar 6, 7 %
yang di tampilkan dalam histrogram sebagai berikut :
12
10
8 00
" " 6 " "' " ... "" 4
2
0
Interval Nilai
Gambar 2: Histogram dan Poligon hasil bclajar siswa kelas ckspcrimcn,
-
43
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Berdasarkan persyaratan analisis data dengan uji-t, maka data terlebih
dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya dengan tujuan untuk mengetahui
normal dan homogennya suatu data. Uji prasyarat analisis yang perlu dipenuhi
adalah:
1. Uji Normalita -
Uji .. ormalitas yang dipakai adalah uji lilifors. Dari hasil pengujian
untuk kelas eksperimen1 diperoleh nilai Lhltung atau L0 = 0.097 (terlampir)
dan dari tabel harga kritis uji lilifors didapat harga Lt untuk n=30 pada
taraf signifikan a=0.05 adalah 0.161 (terlampir). Sedangkan untuk kelas
eksperimen2, Lh11u.g atau Lo=0,063 (terlampir) dengan Lt yang sama, yaitu
0,161 (terlampir). Karena Lo pada kedua kelas kurang dari Lt, maka dapat
disimpulkan bahwa data populasi kelas eksperimen1 dan kelas ekspermen2
berdistribusi normal.
2. Uji Homogcnitas
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians pada populasi dua
kelompok dilakukan dengan uji Fisher. Dari basil pengujian diperoleh
Fhltung atau Fh = I, 16 (terlampir), sedangkan dari daftar distribusi F
diperoleh Ftaboi atau F, = 1,86 (dengan cara interpolasi) pada taraf
signifikan a = 0,05 untuk dk penyebut 29 dan dk pembilang 29, karena
Fh < F, ini artinya H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians
kedua kelas sama atau homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat di atas, didapat dua kelas berdistribusi normal dan
homogen. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji-t (t-test). Dari data basil
penelitian diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen1 66,80 dan untuk
kelas ekspermen2 diperoleh nilai rata-rata 60,50. Penelitian ini digunakan
hipotesis:
-
44
Ho Tidak ada perbcdaan rata-rata hasil bclajar matematika siswa antara
yang diajar mcnggunakan model pcmbclajaran koopcratif teknik think-
pair-square dengan yang menggunakan discovery learning.
Ha Ada pcrbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara yang
diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-
square dengan yang mcnggunakan discovery learning.
Dari hasil perhitungan diperoleh :
X1 = 66,80; n1 = 30; 812 = 164,23
X2 = 60,50; n2 = 30; S/ = 141,24
Sirnpangan baku gabungan dari data tersebut adalah :
~(30-1) 164,23+ (30-1) 141,24 S=-'-------------
g (30+30-2)
s = ~4762,67 + 4095,96 g 58
s = ~8858,63 g 58
s. = ~152,73
sg = 12,35
Kernudian nilai S = 12,35 disubstitusikan ke dalarn rumus uji-t, rnaka
X1-X2 lh;umg = sg(_l_ _ _l_)
nt n2
66,80 - 60,50 lhitung = ] J
12 35(~--) ' 30 30
-
45
6,30 fhi/lmg = ----
\2,35(0,26)
l1i10111g = 1,96
Kemudian menurut tingkat signifikan dengan derajat keyakinan 95% dan a=
0,05 maka:
t1abel = t (x;dk)
tiabel = t (0,05;dk=60-2)
ltabel = t (0,05;dk=58)
Karena t(0,05;58) tidak terdapat dalam distribusi t, maka dilakukan interpolasi
sebagai berikut:
Dari label t, diperoleh nilai t (0,05;40) adalah 2,02 dan nilai t (0,05;60) adalah
2,00 (lihat label distribusi t), maka:
ltabd = t (0,05;58)
1 _ (18x2,00)+(2x2,02)
label - (1 8 + 2)
40,04 t1abd = W-
ttabd = 2,002
Pen~ujian yang dilakukan adalah pengujian dua pihak dengan a = 0,05 dan
derajat dk = n - 2 = 60 - 2 = 58, maka harga t1abe1 = 2,002.
Dari data di alas diketahui simpangan baku total 12,35, sehingga berdasarkan
perhitungan t-tes didapat th;tung = 1,96. Sedangkan tiabel pada taraf signifikansi
x=0,05 y dk = 58 (menggunakan interpolasi) adalah 2,002.
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat kita lihat bahwa th;tung, < t1abeb sehingga
H0 diterima, karena th;t
-
46
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Square
dengan yang diajar menggunakan metode discovery learning.
Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan I-test, diketahui th;tung = 1,96, sedangkan
untuk dk = 58 pada taraf signifikan a = 0,05 didapat t.,bel = 2,00. Kriteria
pengujian hipotesis adalah jika th;tung > ltabeb maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Setelah dilakukan !-test diketahui bahwa th;tung < t,abcb artinya Ho diterima dan
Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata
yang nyata antara siswa yang diajar menggunaka model pembelajaran
kooperatif teknik think-pair-square dengan menggunakan metode discovery
learning.
Secara kasat mata, rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square lebih
tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
metode discove1y learning. Hal ini dapat dilihat lebih jelas jika tes kedua
kelmnpok dikelompokkan menurut kategori tinggi, menengah, dan rendah
dengan kriteria sebagai berikut:
Tinggi
Menengah
Rendah
:x~X+S
:X-S
-
Berdasarkan batasan di atas diketahui :
Tinggi
Mcnc,.;,;.ih
Rendall . Total
Tabcl 9
Kritcria Penilaian
Ekspcrimcnl Ekspcrimcnl
3 orang ( I 0 % ) 0 orang ( 0 % )
20 orang ( 66,67 % ) 19 orang ( 63,33 % )
7 orang ( 23.33 % ) 11 orang ( 36,67 % )
30 orang (JOO%) 30 orang ( 100 % )
47
Total
3 orang
39 orang
18 orang
60 orang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase kelas
eksperimen1 untuk kategori tinggi ( 10 %. ) lebih besar dibandingkan kelas
eksperimen2 yaitu ( 0 % ). Sedangkan persentase untuk kategori rendah pada
kelas eksperimen 1 hanya ( 23.33 % ) lebih keeil jika dibandingkan kelas
eksperimen2 ( 36,67 % ). Hal ini membuktikan bahwa seeara persentase nilai
kelas eksprimen 1 lebih tingg