PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK BEREPUTASI...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK BEREPUTASI...
i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK BEREPUTASI ASING
YANG BELUM TERDAFTAR DI INDONESIA
(Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung No.364 K/Pdt.Sus-HKI/2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Meti Indah Sari
11140480000004
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1 4 4 0 H / 2 0 1 8 M
ii
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK BEREPUTASI ASING
YANG BELUM TERDAFTAR DI INDONESIA
(Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung No.364 K/Pdt.Sus-HKI/2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan HukumUntuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Disusun Oleh:
Meti Indah Sari
11140480000004
Pembimbing
Fitriyani, S.Ag., M.H.
NIP. 197403212002122005
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1 4 4 0 H / 2 0 1 8 M
v
ABSTRAK
Meti Indah Sari. NIM 11140480000004. PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP MEREK BEREPUTASI ASING YANG BELUM
TERDAFTAR DI INDONESIA (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.364
K/Pdt.Sus-HKI/2014). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1440 H/ 2018 M, x + 78 halaman.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan
hukum hak merek di Indonesia terhadap merek bereputasi asing yang tidak
terdaftar di Indonesia, dalam kaitannya dengan sengketa merek bodycology
dengan merek bodycology.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan pada
penelitian ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Merek dan Indikasi Geografis, sedangkan pendekatan kasus dengan menelaah
suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap yang
mana dalam hal ini adalah Putusan Mahkamah Agung No.364 K/Pdt.Sus-
HKI/2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis hanya memberikan
perlindungan hak atas merek berdasarkan pendaftaran karena menganut sistem
konstitutif. Pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara
antara merek bodycology dengan bodycology telah memberikan pertimbangan
yang cukup dan benar karena tidak hanya mengacu pada Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tetapi juga mengacu bukti-bukti di persidangan.
Kata kunci :Hak Merek, Merek Terdaftar Lebih Dahulu,
Persamaan Pada Pokoknya.
Pembimbing :Fitriyani, S.Ag., M.H.
Daftar Pustaka :Tahun 1979 sampai Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayahNyalah skripsi
peneliti yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK
BEREPUTASI ASING YANG BELUM TERDAFTAR DI INDONESIA (Studi
Kasus: Putusan Mahkamah Agung No.364 K/Pdt.Sus-HKI/2014)” dapat
terselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat.
Tidak mudah bagi peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini dikarenakan
oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, namun segala keterbatasan
ini peneliti jadikan sebagai motivasi pengalaman hidup yang berharga.
Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari elaborasi keilmuan yang
peneliti dapatkan dari kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Djahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Fitriyani, S.Ag., M.H. Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran, arahan serta masukan
selama proses penyusunan skripsi ini.
vii
5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan
studi kepustakaan.
6. Pihak-pihak lain yang telah meberi kontribusi kepada peneliti dalam
penyelesaian karya tulisnya.
Akhir kata peneliti berharap semoga semua bentuk kontribusi tersebut dapat
menjadi amal baik disisi Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 7 September 2018
Meti Indah Sari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
D. Metode Penelitian................................................................. 7
E. Rancangan Sistematika Penelitian ...................................... 9
BAB II: KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 11
A. Kerangka Konseptual ......................................................... 11
1. Pengertian Merek ........................................................... 11
2. Merek Dagang ................................................................ 12
3. Merek Jasa ...................................................................... 13
4. Merek Kolektif ............................................................... 13
5. Merek Terkenal .............................................................. 13
6. Passing Off ..................................................................... 14
B. Alasan Relatif (Relative Grounds) Ditolaknya Pendaftaran
Merek ................................................................................. 14
1. Merek Identik Dengan Merek Senior ............................. 17
2. Merek Identik Dengan Merek Terkenal ......................... 17
3. Merek Yang Didaftarkan Atas Itikad Tidak Baik .......... 18
ix
C. Merek yang Tidak Dapat Didaftar ..................................... 18
D. Permohonan Pendaftaran dan Pendaftaran Merek ............. 19
1. Tata Cara Pengajuan Pendaftaran Merek ....................... 19
2. Pemeriksaan Substantif .................................................. 25
3. Pembatalan Merek .......................................................... 28
E. Kerangka Teori................................................................... 30
F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................. 30
BAB III: HUKUM MEREK INDONESIA ................................................ 32
A. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual .......................... 32
1. Profil Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual.............. 32
2. Tugas dan Fungsi ........................................................... 32
3. Visi dan Misi .................................................................. 33
4. Protokol Madrid ............................................................. 34
B. Hukum Merek di Indonesia ................................................ 35
BAB IV: ANALISIS PUTUSAN SENGKETA MEREK BODYCOLOGY
(STUDI KASUS: PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 364
K/Pdt.Sus-HKI/2014) .................................................................. 39
A. Duduk Perkara .................................................................... 39
B. Putusan Pengadilan Niaga No. 69/Pdt.Sus/Merek/2013 .... 44
1. Pertimbangan Hakim dan Isi Putusan ............................ 44
C. Putusan Mahkamah Agung No.364 K.Pdt.Sus-HKI/2014 . 46
1. Pertimbangan Hakim dan Isi Putusan ............................ 46
D. Adanya Unsur Persamaan Pada Pokoknya ........................ 49
E. Adanya Unsur Itikad Tidak Baik ....................................... 50
E. Analisis Putusan ................................................................. 52
BAB V: PENUTUP ..................................................................................... 60
A. Kesimpulan ........................................................................ 60
B. Rekomendasi ...................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62
x
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65
1. Putusan Mahkamah Agung No. 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014 ........ 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ditjen KI ............................................................ 32
Gambar 3.2 Prosedur Pendaftaran Merek .............................................................. 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan zaman yang sekarang ini membuat masyarakat
menjadi lebih konsumtif, Banyak masyarakat khususnya wanita yang
berlomba-lomba untuk membeli ataupun memiliki barang-barang dengan
merek ternama untuk sekedar dikoleksi maupun untuk dipakai sehari-hari.
Mulai dari kalangan menengah kebawah maupun menengah keatas mereka
sama-sama ingin memiliki barang-barang dengan merek yang sudah terkenal.
Perbuatan masyarakat yang konsumtif tersebut membuat banyak
pelaku usaha yang berusaha untuk membonceng reputasi dari merek yang
sudah terkenal itu untuk mendapatkan keuntungan dengan cara membuat
barang tiruan dengan merek yang sama agar konsumen menjadi terkecoh atau
malah membeli barang tiruan tersebut dengan harga yang pastinya jauh lebih
murah dengan barang yang asli namun dengan kualitas yang rendah. Hal
tersebut dapat membuat konsumen maupun produsen dari pemilik merek
yang asli merasa dirugikan.
Bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-
konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan merek
menjadi sangat penting terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat.
Merek merupakan definisi hukum yang memberikan perlindungan dan upaya
pemulihan jika suatu tanda perdagangan digunakan oleh pihak yang tidak
memiliki kewenangan untuk itu. Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual
pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasi dan membedakan produk
dari satu perusahaan dengan perusahaan lain.1
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk
1Rahmi Jened Parindu Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Cetakan ke-1, h.
205.
2
2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi
dari 2 (dua) atau lebih unsure tersebut untuk membedakan barang dan/atau
jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang dan/atau jasa.
Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan
akan kualitas (a guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan
dan mencegah tindakan persaingan (konkurensi) yang tidak jujur dari
pengusaha lain yang beritikad buruk yang bermaksud membonceng
reputasinya.2 Inilah mengapa banyak perusahaan berusaha keras untuk
melindungi penggunaan ekslusif dari merek mereka dan mengapa
pembajakan atau penipuan terhadap penggunaan merek menjadi umum.
Beberapa Negara berkembang enggan menyediakan perlindungan yang
efektif bagi merek-merek terkenal. Ini karena kebanyakan dari merek-merek
tersebut dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di Negara-negara maju dan
Negara-negara berkembang melihat hal ini sebagai mengalirnya modal keluar
dari Negara-negara miskin di belahan selatan ke masyarakat maju di bagian
utara.3
Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena
publik sering megaitkan suatu imej, kualitas atau reputasi barang dan jasa
dengan merek tertentu. Merek juga berguna untuk para konsumen. Mereka
membeli produk tertentu (yang terlihat dari mereknya) karena menurut
mereka, merek tersebut berkualitas tinggi atau aman untuk dikonsumsi
dikarenakan reputasi dari merek tersebut.4 Sejalan dengan berkembang dan
meningkatnya penggunaan iklan, maka meningkat pula penggunaan merek
dalam fungsinya yang modern, yaitu sebagai tanda pengenal akan asal atau
2 Rahmi Jened Parindu Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Cetakan ke-1, h.
205
3 Tim Lindsey BA dkk, HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Suatu Pengantar, (Bandung:
PT Alumni, 2005), h. 9
4 Tim Lindsey BA dkk, HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Suatu Pengantar, ..., h. 131
3
sumber produsen dari barang-barang yang bersangkutan.5 Dengan merek,
produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya
serta keterjaminan bahwa produk itu original. Kadangkala yang membuat
harga suatu produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya.6
Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap
orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek agar supaya
merek dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang adalah
bahwa merek itu harus mempunyai daya pembeda yang cukup. Dengan kata
lain, tanda yang dipakai haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai
cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi sesutau perusahaan
atau barang perniagaan atau jasa.
Peranan merek menjadi lebih penting di era global, terutama dalam
menjaga Persaingan Sehat. Perlindungan diberikan bukan karena dilihat
sebagai upaya yang secara mendasar untuk berlaku jujur dalam kegiatan
perdagangan, namun produk yang dihasilkan oleh produsen dapat
diidentifikasikan berdasarkan sumber asalnya. Hal tepenting yang menjadi
tujuan hukum merek bahwa setiap tanda yang digunakan sebagai merek
memiliki kemampuan untuk membedakan (capable of distinguishing) atau
memiliki daya penentu (individualisering) barang atau jasa yang satu dengan
lainnya.7 Kemudian, terdapat tentang merek yang bagaimana yang tidak
diperbolehkan untuk didaftarkan dan/atau merek yang tidak dapat (ditolak)
untuk didaftarkan.8
5 Gunawan Suryomurcito, “Perlindungan Merek”, Makalah pada Pelatihan HKI V, Kerja
Sama Fakultas Hukum Universitas Airlangga dengan Perhimpunan Masyarakat HKI Indonesia
(IIPS), Surabaya 7-26 Agustus 2000, h. 7
6 OK. Saidin, ASPEK HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (INTELLECTUAL
PROPERTY RIGHTS), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), cetakan ke-8, h. 329
7 Rahmi Jened Parindu Nasution, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) Cetakan ke-1, h.
206
8 OK Saidin, ASPEK HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (INTELLECTUAL
PROPERTY RIGHTS), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), cetakan III, h. 349
4
Dengan adanya peraturan mengenai merek tidak menjamin
sepenuhnya bahwa tidak adanya pelanggaran merek. Kenyataannya pada saat
ini masih banyak yang melakukan tindakan “membonceng” reputasi
seseorang ataupun perusahaan dengan cara memproduksi barang dan/atau
jasa dengan merek yang sudah dikenal ataupun membuat merek baru yang
memiliki kesamaan pada pokoknya sehingga membuat konsumen bingung
sehingga membuat konsumen berpikir bahwa mereka sedang membeli produk
merek yang asli namun kenyataannya mereka membeli produk orang lain.
Pelanggaran terhadap merek motivasinya adalah untuk mendapatkan
keuntungan pribadi secara mudah dengan mencoba atau melakukan tindakan,
meniru atau memalsukan merek-merek yang sudah terkenal di masyarakat
tanpa memikirkan hak-hak orang lain yang hak-haknya telah dilindungi
sebelumnya.9
Seperti contoh kasus yang akan peneliti bahas pada skripsi ini
mengenai pendaftaran merek yang memiliki kesamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek bereputasi asing yang belum terdaftar di
Indonesia. Pada kasus tersebut para pihaknya yaitu Advanced Beauty
Systems Inc, yang beralamat di Dallas, Amerika Serikat selaku Penggugat
melawan Sherly Nyolanda selaku Tergugat.
Duduk perkaranya bahwa Penggugat selaku pemilik dan pemegang
hak atas merek bodycology yang telah lama digunakan di Amerika Serikat
dan telah terdaftar di Amerika Serikat sejak tahun 1992 serta di Uni Eropa.
Selain pendaftaran dan mendapatkan perlindungan di berbagai Negara di
dunia, merek bodycology milik Penggugat telah diajukan pendaftarannya di
Indonesia pada Direktorat Merek, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI pada tanggal 16
April 2011 dengan Nomor Agenda D002011013471 untuk melindungi jenis
barang Kelas 3. Bahwa ternyata Tergugat telah mendaftarkan merek
bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 untuk melindungi jenis barang
9 OK. Saidin, ASPEK HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (INTELLECTUAL
PROPERTY RIGHTS), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.357
5
dalam kelas yang sama dengan milik Penggugat. Dikarenakan merek
bodycology milik Penggugat telah lebih dahulu terdaftar di Amerika Serikat
pada tahun 1992, maka Penggugat merasa keberatan dengan merek yang
diajukan oleh Tergugat karena merek yang diajukan oleh Tergugat secara
jelas mempunyai kesamaan pada pokoknya dengan merek milik Penggugat,
selain itu jika dilihat dari kelas barang yang dimintakan perlindungannya
dalam permintaan pendaftaran merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450 atas nama Tergugat tidak dapat disangkal lagi maksud dan
tujuan Tergugat mengajukan pendaftaran merek bodycology adalah untuk
membonceng dan menjiplak merek bodycology milik Penggugat.
Sebagai wujud dari keberatannya maka Penggugat mengajukan
gugatan pembatalan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan gugatan
tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutus perkara nomor
69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 22 Januari 2014
mengadili dalam pokok perkaranya yaitu menolak gugatan Penggugat untuk
seluruhnya serta menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.
Berdasarkan putusan tersebut maka Penggugat melalui perantara
kuasanya mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 12 Februari 2014.
Oleh karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang hasilnya
dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP MEREK BEREPUTASI ASING YANG BELUM
TERDAFTAR DI INDONESIA (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.364
K/Pdt.Sus-HKI/2014).
B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian skripsi ini, peneliti mengidentifikasi
masalah yang diantaranya:
a. Perlindungan hukum terhadap merek bereputasi asing yang belum
terdaftar di Indonesia.
6
b. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang hak atas merek
bereputasi asing atas tindakan peniruan merek di Indonesia.
c. Pemboncengan reputasi terhadap merek yang terdaftar terlebih
dahulu.
d. Adanya unsur itikad tidak baik dalam pendaftaran merek.
e. Peran Ditjen HKI terhadap pemeriksaan subtantif suatu merek yang
didaftarkan.
2. Pembatasan Masalah
Dalam hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah,
maka peneliti hanya akan membatasi pembahasan mengenai
perlindungan hukum terhadap merek bereputasi asing yang belum
terdaftar di Indonesia saja yang mana dalam hal ini peneliti hanya
membahas mengenai analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 364
K/Pdt.Sus –HKI/2014 mengenai sengketa antara merek bodycology
dengan merek bodycology.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti
merumuskan masalah yaitu peniruan terhadap merek terkenal yang
belum terdaftar di Indonesia.
Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah di atas, maka
peneliti pertegas dengan pertanyaan riset sebagai berikut:
a. Bagaimana perlindungan hukum bagi merek bereputasi asing yang
belum terdaftar di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis?
b. Apakah yang dapat dilakukan pemilik merek bereputasi asing yang
belum terdaftar di Indonesia sebagai upaya hukum dari tindakan
passing off?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap merek senior
asing yang belum terdaftar di Indonesia menurut Undang-Undang
No. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
b. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan apabila
ada yang melakukan tindakan passing off.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta
menambah wawasan ilmu pengetahuan khusunya di bidang merek.
b. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
masyarakat luas mengenai merek sebagai tambahan referensi dalam
hal penelitian dengan objek yang sama, serta dapat menjadi bahan
masukan terhadap Instansi terkait yang dalam hal ini adalah Ditjen
KI untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanannya dalam hal
pendaftaran merek, serta penelitian ini dibuat sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Undang-Undang
(statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan
undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua
udang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani10
. Sedangkan pengertian pendekatan kasus (case
10
Peter Mahmud Marzuki, PENELITIAN HUKUM, (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2005), h. 133
8
approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah
suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap. Pendekatan perundang-undangan pada penelitian ini
mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis, sedangkan pada pendekatan kasus dalam hal ini
adalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 364 K/Pdt.Sus –HKI/2014.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah yuridis normatif.
Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga
yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.11
3. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode kepustakaan dalam hal pengumpulan
data. Dimana buku-buku yang berkaitan dengan penelitian penulis
dijadikan sebagai sumber rujukan.
4. Sumber dan Data Penelitian
a. Bahan Hukum Primer:
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst
Putusan Mahkamah Agung Nomor 364 K/Pdt.Sus –HKI/2014
b. Bahan Non-Hukum:
Berupa jurnal, artikel, internet serta makalah yang berkaitan.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di
Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979), h. 18
9
c. Hukum Sekunder:
Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang ditulis oleh para
penulis. Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku teks
karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum
dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai
kualitas tinggi.12
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu
pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi dan hasil
penelitian.
6. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
normatif kualitatif, yaitu dengan menganalisis ketentuan perundang-
undangan serta buku-buku yang berkaitan.
7. Teknik penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum” yang diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.
E. Rancangan Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji skripsi ini, maka akan
peneliti rinci mengenai sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
12
Peter Mahmud Marzuki, PENELITIAN HUKUM, (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2005), h. 182
10
penelitian, metode penelitian dan rancangan sistematika
penelitian.
BAB II: Berisi tentang tinjauan pustaka berisi pemaparan kerangka
konsep dan teori secara umum mengenai definisi merek,
merek terkenal, serta penjelasan secara umum mengenai
merek seperti apa yang dapat dan tidak dapat didaftarkan.
BAB III: Berisi tetang penyajian data penelitian yang terdiri dari posisi
kasus serta isi dari putusan Pengadilan Niaga Nomor
69/Pdt.Sus/Merek/2013 dan putusan Mahkamah Agung
Nomor 364 K/Pdt.Sus –HKI/2014.
BAB IV: Berisi tentang analisis kasus putusan Mahkamah Agung
Nomor 364 K/Pdt.Sus–HKI/2014. Dalam bab ini juga peneliti
akan menjawab pertanyaan pada perumusan masalah yang
terdapat pada skripsi ini yaitu perlindungan hukum bagi
merek bereputasi asing yang belum terdaftar di Indonesia dan
juga upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik merek
bereputasi asing apabila terjadi passing off oleh pihak lain di
Indonesia.
BAB V: Berisi kesimpulan dan rekomendasi atas permasalahan yang
dibahas pada skripsi ini.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Merek
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek dijelaskan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar,
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Pengertian merek menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, merek adalah tanda
yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,
huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3
(tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang
dan/atau jasa.
Merek (trademark) merupakan definisi hukum yang memberikan
perlindungan dan upaya pemulihan jika suatu tanda perdagangan
digunakan oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk itu. Merek
sebagai HKI pada dasarnya adalah tanda untuk mengidentifikasikan dan
membedakan produk dari satu perusahaan dengan perusahaan lain.1 Merek
adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, tetapi
ia bukan produk itu sendiri.2 Merek merupakan pengindikasian asal (an
indication of origin) dan suatu ciri pembeda (a distinctive character) dari
1 Rahmi Jened Parinduri Nasution, INTERFACE HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
dan HUKUM PERSAINGAN (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2013), h. 205
2 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 329
12
barang dan jasa suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan
lain.3
Merek adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang
diproduksi oleh sesuatu perusahaan. Menurut Prof. Molengraaf:4
“merek yaitu dengan mana dipribadikanlah sebuah barang tertentu,
untuk menunjukkan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa
dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat, dan
diperdagangkan oleh orang, atau perusahaan lain”.
Mr. Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Prof. Vollmar,
memberikan rumusan bahwa, “suatu merek pabrik atau merek perniagaan
adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas
bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan barang-barang
yang sejenis lainnya”.
Drs. Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau
merek dari aspek fungsinya, yaitu;
“Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang
bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang
bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama,
jaminan terhadap mutunya”.
2. Merek Dagang
Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
dijelaskan bahwa merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-
barang sejenis lainnya.
3 Rahmi Jened Parinduri Nasution, INTERFACE HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
dan HUKUM PERSAINGAN (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2013), h. 205
4 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, HAK MILIK INTELEKTUAL (SEJARAH,
TEORI DA PRAKTEKNYA DI INDONESIA), (Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2003), h.
164
13
3. Merek Jasa
Pengertian merek jasa menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 Tentang Merek yaitu merek jasa adalah merek yang digunakan pada
jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa
sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis pengertian merek kolektif adalah merek yang
digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama
mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta
pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau
badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan/atau jasa sejenis lainnya.
Merek kolektif adalah perkecualian dari prinsip yang diletakkan
pada merek yang dianggap sebagai simbol asal yang mengindikasikan
sumber individual barang dan/atau jasa. Namun merek kolektif dapat
digunakan oleh suatu pedagang yang beragam daripada penggunaan
individu, asalkan para pedagang yang beragam tersebut menjadi anggota
asosiasi.5
5. Merek Terkenal
Merek terkenal tidak dapat didefinisikan, ahli-ahli di bidang merek
pun sepakat untuk tidak mau mendefinisikan bahkan sampai sekarang ini.
Persoalannya menyangkut kepentingan masing-masing Negara namun
kalau dilihat karakteristik dan ciri-cirinya dapat saja. Sementara ini
terdapat dua hal: pertama, mendasarkan pada pendaftaran di suatu Negara.
Kedua, promosi. Ketiga, adalah pengetahuan masyarakat terhadap merek
itu sendiri.6
5 Rahmi Jened, HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan Integrasi
Ekonomi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), h. 279
6 Insan Budi Maulana, Bianglala HaKI, (Jakarta: PT Hecca Mitra Utama, 2005), h. 207
14
Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1481
K/Pdt/1991 tertanggal 28 November 1995 yang dengan tegas telah
memberikan kriteria hukum sebagai berikut: “Suatu merek termasuk
dalam pengertian Well-Known Mark pada prinsipnya diartikan bahwa
merek tersebut telah beredar keluar dari batas-batas regional malahan
sampai batas-batas transnasional, karenanya apabila terbukti suatu merek
telah terdaftar di banyak Negara dunia, maka dikualifisir sebagai merek
terkenal karena telah beredar sampai area batas-batas di luar Negara
asalnya”.
Suatu merek yang terkenal mempunyai reputasi dan memiliki
pemasaran yang tinggi. Presentase penjualannya tinggi di setiap pelosok
dunia dan menjadi asset kekayaan yang bernilai dapat mendatangkan
keuntungan besar bagi pemiliknya.7
6. Passing Off
Passing Off adalah tindakan yang mencoba meraih keuntungan
melalui jalan pintas dengan segala cara dan dalih melanggar etika bisnis,
norma kesusilaan maupun hukum.8
B. Alasan Relatif (Relative Grounds) Ditolaknya Pendaftaran Merek
Ketentuan Article 16 TRIPs menentukan:9
The owner of a registered trademark shall have the exclusive right to prevent
all third parties not having the owner’s consent from using in the course of
trade indentical or similar for goods or services which are identical or
similar those in respect of which the trademarks is registered where such use
would result in a likehood of confusion.
7 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang N0. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 98
8 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 235
9 Rahmi Jened Parinduri Nasution, INTERFACE HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
dan HUKUM PERSAINGAN (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2013), h. 225
15
“Pemilik merek dagang terdaftar memiliki hak eksklusif untuk mencegah
semua pihak ketiga yang tidak memiliki izin pemilik untuk menggunakan
dalam perdagangan perdagangan indentis atau serupa untuk barang atau
jasa yang identik atau serupa yang terkait dengan merek dagang terdaftar
di mana penggunaan semacam itu akan menghasilkan kebingungan yang
serupa.”
Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis mutandis to
services. In determining whether a trademark is welknown, member shall take
account the knowledge of the trademark in the relevant sector of the public,
including knowledge in the member concerned which has been obtained as a
result of the promotion of the trademark;
“Pasal 6 bis dari Konvensi Paris (1967) akan berlaku, mutatis mutandis
untuk jasa. Dalam menentukan apakah suatu merek dagang terkenal,
anggota harus mempertimbangkan pengetahuan merek dagang di sektor
publik yang relevan, termasuk pengetahuan di anggota terkait yang telah
diperoleh sebagai hasil dari promosi merek dagang;”
Article 6 bis of the paris convention (1967) shall apply mutatis mutandis, to
goods or services which are not similar to those in respect of which a
trademark is registered, provided that use of that trademark in relation to
those goods or services would indicate a connection between those googds or
services and the owner of the registered trademark and provided that the
interest of the owner of registered trademark are likely to be damaged by
such use.
“Pasal 6 bis dari konvensi paris (1967) harus berlaku mutatis mutandis,
untuk barang atau jasa yang tidak sama dengan merek dagang terdaftar,
dengan ketentuan bahwa penggunaan merek dagang yang terkait dengan
barang atau jasa tersebut akan menunjukkan hubungan antara barang atau
jasa dan pemilik merek dagang terdaftar dan asalkan pemilik merek
dagang terdaftar kemungkinan akan rusak oleh penggunaan tersebut.”
16
Article 16 TRIPs tersebut menjadi acuan untuk menetapkan alas an
(relative ground) sebagai persayaratan materiil merek yang di Indonesia
diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 sebagai berikut:
1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek
tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih
dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk
barang dan atau jasa sejenis.
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Indikasi Geografis yang sudah dikenal.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 6 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
menentukan bahwa: “Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
apabila merek tersebut: Mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih
dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis”.
Tidak ada penjelasan mengenai arti dari istilah “persamaan secara
keseluruhan”. M. Yahya Harahap menyatakan bahwa: “Persamaan pada
keseluruhan adalah persamaan seluruh elemen. Persamaan yang demikian
sesuai dengan doktrin entires similar atau sama keseluruhan elemen.”10
Persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh
adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yang
10 M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan UU No. 19/1992, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 41-47
17
lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai
bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur
ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek
tersebut.11
1. Merek Identik Dengan Merek Senior
Suatu merek akan ditolak pendaftarannya jika memiliki persamaan
pada pokoknya (mirip) atau persamaan secara keseluruhan (identik)
dengan merek yang telah terdaftar terlebih dahulu (merek seniornya).
Merek yang telah terdaftar terlebih dahulu seharusnya dipahami dalam
konteks terdaftar secara nasional di Indonesia, atau secara regional
ASEAN, ataupun secara internasional beberapa Negara di dunia.12
Pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Merek dan Indikasi Geografis disebutkan bahwa permohonan ditolak jika
merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan:
a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu
oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis;
2. Merek Identik Dengan Merek Terkenal
Setiap pendaftaran merek yang memiliki persamaan pada pokoknya
(merek mirip) ataupun persamaan secara keseluruhan (merek identik)
dengan merek yang memiliki reputasi (merek terkenal) akan ditolak.13
Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1481
K/Pdt/1991 tertanggal 28 November 1995 yang dengan tegas telah
11
Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 16
12 Rahmi Jened, HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan
Integrasi Ekonomi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), h. 115
13 Rahmi Jened, HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan
Integrasi Ekonomi, ... , h. 116
18
memberikan kriteria hukum sebagai berikut: “Suatu merek termasuk
dalam pengertian Well-Known Mark pada prinsipnya diartikan bahwa
merek tersebut telah beredar keluar dari batas-batas regional malahan
sampai batas-batas transnasional, karenanya apabila terbukti suatu merek
telah terdaftar di banyak Negara dunia, maka dikualifisir sebagai merek
terkenal karena telah beredar sampai area batas-batas di luar Negara
asalnya”.
Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat
mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. 14
3. Merek Yang Didaftarkan Atas Itikad Tidak Baik
Secara umum, merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan
yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik.
Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan
mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk
membonceng, meniru, menjiplak ketenaran pihak lain demi kepentingan
usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan
kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.15
C. Merek yang Tidak Dapat Didaftar
Dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis disebutkan bahwa merek tidak dapat didaftar jika:
a) bertentangan dengan ideologi Negara, peraturan perundang-
undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum
b) sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya
14
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 355
15 Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 13
19
c) memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,
kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan
nama varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau
jasa yang sejenis
d) memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat,
atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi
e) tidak memiliki daya pembeda dan/atau
f) merupakan nama umum dan/atau lambing milik umum.
D. Permohonan Pendaftaran dan Pembatalan Merek
Di Indonesia, hak merek diperoleh melalui pendaftaran. Inilah yang
disebut stelsel konstitutif atau first to file system. Asumsi hukum timbul
bahwa: “Pemohon pertama yang mengajukan pendaftaran dengan itikad baik
(good faith/te geode trow) adalah pihak yang berhak atas merek, sampai
terbukti sebaliknya”.16
1. Tata Cara Pengajuan Pendaftaran Merek
Syarat mutlak suatu merek dapat diterima dan dipakai sebagai
merek dagang adalah merek itu harus mempunyai daya pembeda yang
cukup. Tanda yang dipakai haruslah mempunyai kekuatan untuk
membedakan barang hasil produksi suatu perusahaan atau barang
perniagaan atau jasa. Kemudian, terdapat tentang merek yang
bagaimana yang tidak diperbolehkan untuk didaftarkan dan/atau merek
yang tidak dapat untuk didaftarkan.17
Tata cara pendaftaran merek terdapat pada Pasal 4 sampai Pasal 6
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis, sebagai berikut:
16
Rahmi Jened, HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan
Integrasi Ekonomi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), h. 144
17 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.349
20
1) Permohonan pendaftaran merek diajukan oleh pemohon atau
kuasanya kepada Menteri secara elektronik atau non-
elektronik dalam bahasa Indonesia.
2) Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
harus mencantumkan:
a. Tanggal, bulan, dan tahun Permohonan;
b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat
Pemohon;
c. Nama lengkap, dan alamat Kuasa jika Permohonan
diajukan melalui Kuasa;
d. Warna jika merek yang dimohonan pendaftarannya
menggunakan unsur warna;
e. Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang
pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan
Hak Prioritas; dan
f. Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis
barang dan/atau jenis jasa .
3) Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilampiri
dengan label Merek dan bukti biaya.
5) Biaya Permohonan pendaftaran merek ditentukan per kelas
barang dan/atau jasa.
6) Dalam hal merek sebagaimana dimaksud pada Ayat (4)
berupa bentuk 3 (tiga) dimensi, label merek yang dilampirkan
dalam bentuk karakteristik dari merek tersebut.
7) Dalam hal merek sebagaimana dimaksud pada Ayat (4)
berupa suara, label merek yang dilampirka berupa notasi dan
rekaman suara.
8) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib
dilampiri dengan surat pernyataan kepemilikan merek yang
dimohonkan pendaftarannya.
21
9) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya permohonan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Permohonan pendaftaran merek juga dapat dilakukan
menggunakan Hak Prioritas sebagaimana yang tercantum pada Pasal 9
Undang-Undang Tentang Merek dan Indikasi Geografis bahwa
permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam
waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan
Permohonan Pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di Negara
lain yang merupakan anggota Konvensi Paris tentang Perlindungan
Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of Industrial
Property) atau anggota Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade
Organization).
Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas ini wajib
dilengkapi dengan bukti penerimaan permohonan pendaftaran merek
yang pertama kali menimbulkan Hak Prioritas tersebut yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Permohonan diajukan dengan memenuhi semua kelengkapan
persyaratan pendaftaran sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
penerimaan, terdapat kekurangan kelengkapan persyaratan maka
Pemohon akan diberitahukan agar kelengkapan persyaratan tersebut
dipenuhi dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak
tanggal pengiriman surat pemberitahuan untuk memenuhi kelengkapan
tersebut. Dalam hal kekurangan yang menyangkut dengan kelengkapan
persyaratan untuk hak prioritas jangka waktu untuk pemenuhan
kekurangan kelengkapan persyaratan tersebut 3 (tiga) bulan terhitung
sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan Permohonan dengan
menggunakan Hak Prioritas. Apabila dalam jangka waktu yang telah
ditentukan kelengkapan persyaratan tidak juga dipenuhi maka Menteri
22
memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa
Permohonannya dianggap ditarik kembali.
Permohonan untuk dua kelas atau lebih barang dan/atau jasa dapat
diajukan dalam satu permohonan, tetapi harus menyebutkan jenis
barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan
pendaftarannya. Kelas barang atau jasa diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993, yang daftar
kelas barang maupun jasanya dapat dilihat sebagai berikut.18
Daftar Kelas Barang:
Kelas 1:
Bahan kimia yang dipakai dalam industry, ilmu pengetahuan dan
fotografi, maupun dalam pertanian, perkebunan, dan kehutanan,
dammar tiruan yang tidak diolah, plastic yang tidak diolah.
Kelas 2:
Cat-cat, pernis-pernis, lak-lak, bahan pencegah karat dan
kelapukan kayu, bahan pewarna, logam dalam bentuk lembaran dan
bubuk untuk para pelukis, penata dekor, pencetak dan seniman.
Kelas 3:
Sediaan pemutih dan zat-zat lainnya untuk mencuci, sediaan untuk
membersihkan, membuang lemak dan menggosok, sabun-sabun,
wangi-wangian, kosmetik, losion rambut, dan bahan-bahan
pemeliharaan gigi.
Kelas 4:
Minyak-minyak dan lemak-lemak untuk industry, bahan pelumas,
komposisi zat untuk menyerap, membasahi dan mengikat debu,
bahan bakar dan bahan-bahan penerangan, lilin-lilin dan sumbu.
Kelas 5:
Sediaan hasil farmasi, ilmu kehewanan dan saniter, bahan-bahan
untuk berpantang makan/diet yang disesuaikan untuk pemakaian
medis, makanan bayi, plester-plester dan bahan-bahan pembalut.
Kelas 6:
Logam-logam biasa dan campurannya, bahan bangunan dari
logam, bangunan-bangunan dari logam yang dapat diangkut, bahan-
bahan dari logam untuk jalan kereta api, kabel dan kawat dari logam.
Kelas 7:
Mesin-mesin dan mesin-mesin perkakas, motor dan mesin-mesin
(kecuali untuk kendaraan darat); kopeling mesin dan komponen
transmisi, perkakas pertanian, mesin penetas telur.
18
Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 22
23
Kelas 8:
Alat-alat dan perkakas tangan; alat-alat pemotong, pedang-
pedang, pisau silet.
Kelas 9:
Aparat dan instrumen ilmu pengetahuan, pelayaran, geodesi,
listrik, fotografi, sinematografi, optic, timbang, penyelamatan dan
pendidikan, aparat untuk merekam, mengirim, atau mereproduksi
suara atau gambar.
Kelas 10:
Aparat dan instrumen pembedahan, pengobatan, kedokteran,
kedokteran gigi dan kedokteran hewan, anggota badan, mata dan gigi
palsu, benda-benda ortopedik.
Kelas 11:
Aparat untuk keperluan penerangan, pemanasan, penghasilan uap,
pemasakan, pendinginan, pengeringan, penyegaran udara,
penyediaan air dan kebersihan,
Kelas 12:
Kendaraan-kendaraan, aparat untuk bergerak di darat, udara atau
air.
Kelas 13:
Senjata-senjata api, amunisi-amunisi dan proyektil-proyektil,
bahan peledak, kembang api dan petasan.
Kelas 14:
Logam mulia serta campuran-campuranya dan benda-benda yang
dibuat dari logam mulia atau yang dibalut dengan bahan itu, yang
tidak termasuk dalam kelas-kelas lainya, perhiasan, batu-batu mulia,
jam-jam dan instrument pengukur waktu.
Kelas 15:
Alat-alat music
Kelas 16:
Kertas, karton dan barang-barang yang terbuat dari bahan-bahan
ini, yang tidak termasuk kelas-kelas lain, barang-barang cetakan,
bahan-bahan untuk menjilid buku, alat tulis-menulis, perekat untuk
keperluan alat tulis menulis atau rumah tangga
Kelas 17:
Karet, getah-perca, getah, asbes, mika dan barang-barang yang
terbuat dari bahan-bahan ini dan tidak termasuk kelas-kelas lain,
plastik-plastik yang sudah berbentuk digunakan dalam pembuatan
barang, bahan-bahan untuk membungkus, merapatkan dan menyekat,
pipa-pipa lentur, bukan dari logam.
Kelas 18:
Kulit dan kulit imitasi, kulit-kulit halus binatang, kulit mentah,
koper-koper dan tas-tas untuk tamasya, paying-payung hujan, pelana
dan peralatan kuda dari kulit.
24
Kelas 19:
Bahan-bahan bangunan (bukan logam), pipa-pipa kaku bukan dari
logam untuk bangunan, aspal, pek, bitumen, bangunan-bangunan
yang dapat dipindah-pindah bukan dari logam.
Kelas 20:
Perabot-perabot rumah, cermin-cermin, bingkai gambar.
Kelas 21:
Perkakas dan wadah-wadah untuk rumah tangga atau dapur, bahan
pembuat sikat, benda-benda untuk membersihkan, wol, baja, kaca
yang belum atau setengah dikerjakan, gelas-gelas, porselin dan pecah
belah dari tembikar.
Kelas 22:
Tambang, tali, jala-jala, tenda-tenda, tirai, kain terpal, layar-layar,
sak-sak dan kantong-kantong (yang tidak termasuk dalam kelas-kelas
lain).
Kelas 23:
Benang-benang untuk tekstil.
Kelas 24:
Tekstil dan barang-barang tekstil, yang tidak termasuk dalam
kelas-kelas lain, tilam-tilam tempat tidur dan meja.
Kelas 25:
Pakaian, alas kaki, tutup kepala.
Kelas 26:
Renda-renda dan sulam-sulaman, pita-pita dan jalinan-jalinan dari
pita, kancing-kancing, kait dan mata kait, jarum-jarum pentul dan
jarum-jarum.
Kelas 27:
Karpet-karpet, permadani, keset dan bahan anyaman untuk
pembuat keset, hiasan-hiasan gantung dinding-dinding (bukan dari
tekstil)
Kelas 28:
Mainan-mainan, alat-alat senam dan olahraga yang tidak termasuk
kelas-kelas lain.
Kelas 29:
Daging, ikan, unggas dan binatang buruan, saripati daging, buah-
buahan dan sayuran yang di awetkan, dikeringkan dan dimasak, agar-
agar, selai-selai, saus dari buah-buahan, telur, susu, minyak-minyak,
dan lemak-lemak yang dapat dimakan.
Kelas 30:
Kopi, teh, kakao, gula,beras, tapioca, sagu, kopi buatan, tepung
dan sediaan-sediaan terbuat dari gandum, roti, kue-kue dan kembang-
kembang gula, es konsumsi, madu, garam, cuka, saus-saus, kecap,
tauco, terasi, petis, emping.
25
Kelas 31:
Hasil-hasil produksi pertanian, perkebunan, kehutanan dan jenis-
jenis gandum yang tidak termasuk dalam kelas-kelas lain, binatang
hidup, buah-buahan segar dan sayuran-sayuran, tanaman dan bunga-
bunga alami.
Kelas 32:
Bir dan jenis-jenis bir, air mineral, air soda dan minuman bukan
alcohol lainya, minuman buah dan perasan buah.
Kelas 33:
Minuman-minuman keras (kecuali bir).
Kelas 34:
Tembakau, barang-barang keperluan perokok, korek api.
Daftar Kelas Jasa:
Kelas 35:
Periklanan; manajemen usaha, administrasi usaha; fungsi-fungsi
kantor.
Kelas 36:
Asuransi, urusan keuangan, urusan moneter, urusan tanah dan
bangunan.
Kelas 37:
Pembangunan gedung, perbaikan, jasa-jasa pemasangan.
Kelas 38:
Telekomunikasi.
Kelas 39:
Angkutan; pengemasan dan penyimpanan barang-barang,
pengaturan perjalanan.
Kelas 40:
Perawatan bahan-bahan.
Kelas 41:
Pendidikan, pemberian pelatihan, hiburan, kegiatan olahraga dan
kebudayaan.
Kelas 42:
Penyediaan makanan dan minuman, akomodasi sementara,
perawatan medis, kesehatan, dan kecantikan, jasa-jasa pelayanan
kedokteran hewan dan pertanian, jasa-jasa pelayanan hukum,
penelitian ilmiah dan industry, pembuatan program computer, jasa-
jasa yang tidak dapat dimasukkan dalam kelas-kelas lain.
2. Pemeriksaan Substantif
Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh Pemeriksa Merek
yang memiliki keahlian dan kualifikasi sebagai pemeriksa merek.
Hasil dari pemeriksaan ini yaitu permohonan pendaftaran merek
26
tersebut bisa disetujui atau ditolak. Apabila permohonan
pendaftaran merek dapat disetujui, maka Direktorat Jenderal:
mencatatnya Dalam Daftar Umum Merek serta mengumumkannya
dalam Berita Resmi Merek: memberitahukan pendaftaran merek
tersebut kepada pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran
merek: memberikan Sertifikat Merek: dan mengumumkan
pedaftaran tersebut dalam Berita Resmi Merek.19
Dalam hal jangka waktu pengumuman permohonan, apabila
terdapat keberatan dan/atau sanggahan maka akan menjadi
pertimbangan dalam pemeriksaan substantif. Apabila dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya pengumuman tidak terdapat keberatan maka dilakukan
pemeriksaan substantif terhadap permohonan. Dalam hal terdapat
keberatan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyampaian
sanggahan maka akan dilakukan pemeriksaan substantif terhadap
Pemohon.
Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 disebutkan bahwa dalam hal pemeriksa memutuskan
Permohonan dapat di daftar, maka Menteri mendaftarkan merek
tersebut, memberitahukan pendaftaran merek tersebut kepada
Pemohon atau Kuasanya, menerbitkan sertifikat merek serta
mengumumkan dalam Berita Resmi Merek baik secara elektronik
maupun non-elektronik. Apabila pemeriksa memutuskan
Permohonan tidak dapat didaftar atau ditolak maka Menteri
memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya
dengan menyebutkan alasannya. Dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat
tersebut, pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan
19 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, HAK MILIK INTELEKTUAL (SEJARAH, TEORI
DA PRAKTEKNYA DI INDONESIA), (Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2003), h. 164
27
tanggapannya secara tertulis dengan menyebutkan alasannya.
Apabila pemohon atau kuasanya tidak menyampaikan tanggapan
maka Menteri menolak permohonan tersebut. Namun apabila
pemohon atau kuasanya menyampaikan tanggapan dan dapat
diterima oleh pemeriksa maka Menteri akan mengumumkan
pendaftaran merek tersebut dalam Berita Resmi Merek.
Dalam hal pemohon atau kuasanya menyampaikan tanggapan
namun menurut pemeriksa tanggapan tersebut tidak dapat diterima
maka Menteri menolak permohonan tersebut. Penolakan
diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya
dengan menyebutkan alasannya.
Dalam rangka pemeriksaan substantif terdapat berbagai
kemungkinan/langkah berikut yang dapat ditempuh.
a. Dalam hal pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan
substantif bahwa permohonan dapat disetujui untuk
didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal, permohonan
tersebut diumumkan dalam Berita Acara Resmi Merek.
b. Sebaliknya, dalam hal pemeriksa melaporkan pemeriksaan
substantif bahwa permohonan tidak dapat didaftar atau
ditolak, atas persetujuan Direktur Jenderal, hal tersebut
diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau
kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
c. Apabila suatu merek dinyatakan tidak dapat didaftar atau
ditolak pendaftarannya, dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat
pemberitahuan tetang ditolak atau tidak dapat didaftarnya
merek yang dimohonkan pendaftarannya tersebut,
pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan
atau tanggapannya dengan menyebutkan alasan.
d. Dalam hal pemohon atau kuasanya tidak menyampaikan
keberatan atau tanggapan, pemohon dianggap menerima
28
hasil pemeriksaan substantif yang menyatakan bahwa
merek yang dimohonkan pendaftarannya tidak dapat
didaftar atau ditolak sehingga dalam jangka waktu yang
telah ditentukan Direktorat Jenderal menetapkan
keputusan tentang penolakan permohonan tersebut.
e. Sebaliknya, dalam hal pemohon atau kuasanya
menyampaikan keberatan atau tanggapan dan pemeriksa
melaporkan bahwa tanggapan tersebut dapat diterima, atas
persetujuan Direktur Jenderal, permohonan itu
diumumkan dalam Berita Acara Resmi Merek.
f. Dalam hal pemohon atau kuasanya menyampaikan
keberatan atau tanggapan dan pemeriksa melaporkan
bahwa tanggapan tersebut tidak dapat diterima, atas
persetujuan Direktur Jenderal, ditetapkan keputusan
tentang penolakan permohonan tersebut.
g. Keputusan penolakan baik karena tidak ada keberatan atau
tanggapan maupun karena tanggapannya tidak dapat
diterima, diberitahukan secara tertulis kepada pemohon
atau kuasanya dengan menyebutkan alasan.
h. Dalam hal permohonan ditolak, segala biaya yang telah
dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik
kembali.
Berbagai tahapan yang harus dilalui sehubungan dengan
kemungkinan hasil pemeriksaan substantif tersebut menunjukkan
adanya upaya memberikan hak kepada pemohon untuk mengajukan
alasan-alasan tertentu agar mereknya dapat didaftarkan.20
3. Pembatalan Merek
Gugatan pembatalan pendaftaran merek dapat diajukan
kepada Pengadilan Niaga oleh pihak yang berkepentingan antara
20
Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 40-42
29
lain jaksa, yayasan/lembaga di bidang konsumen, dan
majelis/lembaga keagamaan berdasarkan alasan bahwa pendaftaran
merek tersebut seharusnya ditolak atau tidak dapat didaftarkan
berdasarkan Undang-Undang. Pemilik merek yang tidak terdaftar
juga dapat mengajukan gugatan pembatalan hanya setelah
mengajukan Permohonan kepada Menteri.
Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan
dalam jangka waktu 5 tahun sejak tanggal pendaftaran merek.
Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila
merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas, agama,
kesusilaan atau ketertiban umum.
Pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan
atau ketertiban umum adalah penggunaan tanda tersebut dapat
menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, atau keagamaan
dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu.
Termasuk pula dalam pengertian yang bertentangan dengan
ketertiban umum adalah adanya itikad tidak baik.21
Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan
gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. Isi putusan badan
peradilan itu segera disampaikan oleh panitera yang bersangkutan
kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan.
Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran merek
yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Acara Resmi Merek setelah
putusan badan peradilan diterima dan mempunyai kekuatan hukum
tetap.22
21
Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 86
22 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 395-396
30
E. Kerangka Teori
1. Kerangka Teori
a. Teori Kepastian Hukum
Nilai kepastian hukum merupakan nilai yang pada prinsipnya
memberikan perlindungan hukum bagi setiap warga Negara dari
kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang, sehingga hukum
memberikan tanggung jawab pada Negara untuk menjalankannya.
Nilai itu mempunyai relasi yang erat dengan instrument hukum
positif dan peranan Negara dalam mengaktualisasikannya dalam
hukum positif.23
b. Teori Perlindungan Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya
upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara
mengalokasikan suatu HAM kekuasaan kepadanya untuk bertindak
dalam rangka kepentingannya tersebut.24
F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Untuk menjaga keaslian pada penulisan skripsi ini, maka peneliti
ajukan dalam proposal skripsi ini beberapa rujukan yang menjadi bahan
pertimbangan, antara lain:
1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM HAK MEREK
BAGI PENDAFTAR PERTAMA (FIRST TO FILE) DI INDONESIA
(ANALISIS PUTUSAN NOMOR: 304 K/Pdt.Sus-HKI/2014)”, skripsi
ini disusun oleh Taufikur Rohman, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016, skripsi
tersebut lebih berfokus pada penerapan perlindungan hukum terhadap
pendaftar pertama. Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti
23
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya, (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 1994), h. 95
24 Satjipto Raharjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2003),
h.121
31
lakukan yaitu peneliti membahas mengenai perlindungan hukum bagi
merek yang telah terdaftar lebih dahulu namun belum terdaftar di
Indonesia yang mereknya di daftarkan oleh pihak lain di Indonesia.
2. Buku yang berjudul “ASPEK HUKUM KEKAYAAN
INTELEKTUAL”, buku ini disusun oleh H. OK. Saidin, S.H., M.Hum.
buku ini hanya berfokus serta menyuguhkan secara lengkap pemahaman
mengenai HAKI yang meliputi Undang-Undang Hak Cipta, Paten,
Perlindungan Paten, Merek, Varietas Tanaman, Rahasia Dagang, Desain
Industri, Desain Tata Letak Sirkuit, Franchise dan Pelindungan HAKI
melalui jaringan internet. Dalam buku tersebut dijelaskan secara umum
mengenai pemahaman seputar HAKI serta pelanggaran dan perlindungan
hukumnya, sedangan perbedaannya dengan skripsi peneliti yaitu peneliti
lebih membahas kepada perlindungan hukum serta upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh pemilik merek bereputasi asing yang mereknya di
daftarkan oleh pihak lain di Indonesia.
3. Jurnal Pengembangan Humaniora yang diterbitkan oleh Politeknik
Negeri Semarang volume 11 Nomor 3 Desember 2011 berjudul
“PERLINDUNGAN HUKUM PADA MEREK YANG TERDAFTAR”,
jurnal ini disusun oleh Nur Hidayati, Fakultas Hukum Universitas
Mataram 2014, dalam jurnal tersebut hanya menjelaskan tentang
pendaftaran merek serta pemboncengan merek yang telah terdaftar.
Berbeda dengan skripsi yang peneliti lakukan yaitu skripsi ini berfokus
pada upaya hukum yang dilakukan oleh pemilik merek bereputasi asing
yang mereknya di daftarkan oleh pihak lain di Indonesia.
32
BAB III
HUKUM MEREK DI INDONESIA
A. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
1. Profil Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual adalah unsur pelaksana
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Berikut
ini adalah struktur organisasi dari Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual.
2. Tugas dan Fungsi
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual menyelenggarakan fungsi:1
1) Perumusan kebijakan di bidang perlindungan hukum
kekayaan intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran
1 http://www.dgip.go.id/struktur-organisasi , diakses pada tanggal 29 Mei 2018 pukul
07.45.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ditjen KI
33
kekayaan intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan
pengaduan pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama,
promosi kekayaan intelektual, serta teknologi informasi di
bidang kekayaan intelektual;
2) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perlindungan hukum kekayaan intelektual, penyelesaian
permohonan pendaftaran kekayaan intelektual, penyidikan,
penyelesaian sengketa dan pengaduan pelanggaran kekayaan
intelektual, kerja sama, promosi kekayaan intelektual, serta
teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;
3) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
perlindungan hukum kekayaan intelektual, penyelesaian
permohonan pendaftaran kekayaan intelektual, penyidikan,
penyelesaian sengketa dan pengaduan pelanggaran kekayaan
intelektual, kerja sama, promosi kekayaan intelektual, serta
teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;
4) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
3. Visi dan Misi
1) Visi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Menjadi Institusi Kekayaan Intelektual yang menjamin kepastian
hukum dan menjadi pendorong inovasi, kreatifitas dan
pertumbuhan ekonomi nasional.
2) Misi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
Mewujudkan pelayanan dan penegakan kekayaan intelektual yang
berkualitas.2
2 http://www.dgip.go.id/ , diakses pada tanggal 29 Mei 2018 pukul 08.00.
34
4. Protokol Madrid
Indonesia resmi menjadi bagian anggota Protokol Madrid. Menteri
Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mengatakan, Indonesia resmi menjadi
anggota yang ke-100 di depan Sidang Umum World Intellectual Property
Organization (WIPO) ke-57 di Jenewa, Senin (2/10). Di dalam negeri,
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 92 Tahun 2017 tentang Aksesi Protokol Madrid.3
Protokol Madrid adalah sarana yang memudahkan merek untuk
mendapatkan legalitas dan perlindungan di banyak negara. Dengan
menjadi anggota protokol Madrid, Indonesia diharapkan bisa lebih mudah
dalam mendaftarkan merek secara internasional ke banyak negara.4
Direktorat Merek dan Indikasi Geografis Ditjen KI Kementerian
Hukum dan HAM, T. Didik Taryadi, menjelaskan bahwa melalui Madrid
Protokol, cukup satu aplikasi permohonan dalam satu sistem bisa ditujukan
untuk beberapa negara secara langsung dan bahkan biaya pendaftaran pada
protokol madrid tidak boleh lebih tinggi daripada biaya nasional
(setidaknya equivalent) dan mata uang yang digunakan hanyalah satu
untuk seluruh transaksi, yakni mata uang CHF (Swiss Franc equals).5
Pengajuan permohonan Internasional hanya dapat dilakukan jika Pemohon
telah memiliki Permohonan atau Pendaftaran (secara nasional) di DJKI
sebelumnya. Berikut adalah prosedur permohonan merek secara singkat
digambarkan dalam gambar di bawah ini:6
3 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59d335bdce7e1/indonesia-jadi-anggota-
protokol-madrid--pendaftaran-merek-diperluas , diakses pada tanggal 25 September 2018 pukul
11.06
4 https://news.detik.com/berita/4124708/ini-cara-daftar-merek-ke-luar-negeri-lewat-
protokol-madrid , diakses pada tanggal 25 September 2018 pukul 11.12
5 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b5c3fbaed890/protokol-madrid--1-
permohonan-untuk-amankan-merek-internasional-di-101-negara , diakses pada tanggal 25
September 2018 pukul 11.17
6 http://www.dgip.go.id/prosedur-pendaftaran-madrid-protocol , diakses pada tanggal 25
September 2018 pukul 11.21
35
B. Hukum Merek Di Indonesia
Dalam sejarah perundang-undangan merek di Indonesia dapat dicatat
bahwa pada masa colonial Belanda berlaku Reglement Industriele Eigendom
(RIE) yang dimuat dalam Stb. 1912 Nomor 545 Jo. Stb. 1913 Nomor 214.
Ketentuan itu masih terus berlaku, hingga akhirnya sampai pada akhir tahun
1961 ketentuan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1961 Tentang merek perusahaan dan merek perniagaan yang diundangkan
pada 11 Oktober 1961 dan dimuat dalam lembaran Negara RI Nomor 290 dan
penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2341
yang mulai berlaku pada bulan November 1961.
Perbedaan antara RIE 1921 dengan Undang-Undang Merek 1961
hanya terletak pada masa berlakunya merek, yaitu sepuluh tahun menurut
Undang-Undang Merek 1961 dan RIE 1921 yaitu 20 Tahun. Undang-Undang
Merek 1961 mengenal penggolongan barang-barang dalam 35 kelas
sedangkan dalam RIE 1912 tidak.
Kemudian Undang-Undang Merek 1961 dicabut dan digantikan oleh
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang “Merek” yang diundangkan
Gambar 3.2 Prosedur Permohonan Merek
36
dalam Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 81 dan penjelasannya dimuat
dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 3490, pada tanggal 28 Agustus
1992. UU ini berlaku sejak 1 April 1993.
Apabila dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1961, Undang-Undang ini menunjukkan perbedaan-perbedaan antara lain:
1) Lingkup pengaturan dibuat lebih seluas mungkin. Untuk itu,
judul dipilih yang sederhana tetapi luwes. Berbeda dengan
undang-undang yang lama, yang membatasi pada merek
perusahaan dan merek perniagaan yang dari segi objek hanya
mengacu pada hal yang sama yaitu merek dagang.
2) Perubahan dari sistem deklaratif ke sistem konstitutif, karena
sistem konstitutif lebih menjamin kepastian hukum daripada
sistem deklaratif. Sistem deklaratif yang mendasarkan pada
perlindungan hukum bagi mereka yang menggunakan merek
terlebih dahulu, selain kurang menjamin kepastian hukum
juga menimbulkan persoalan dan hambatan dalam dunia
usaha. Dalam undang-undang ini, penggunaan sistem
konstitutif yang bertujuan menjamin kepastian hukum
disertai pula dengan ketentuan-ketentuan yang menjamin
segi-segi keadilan.
3) Agar permintaan pendaftaran merek dapat berlangsung tertib,
pemeriksaannya tidak semata-mata dilakukan berdasarkan
kelengkapan persyaratan formal saja, tetapi juga dilakukan
pemeriksaan substantif.
4) Sebagai Negara yang ikut serta dalam Paris Convention for
the Protection of Industrial Property Tahun 1833, maka
undang-undang ini megatur pula pendaftaran merek dengan
menggunakan hak prioritas yang diatur dalam konvensi
tersebut.
37
5) Undang-Undang ini juga mengatur pengalihan hak atas
merek berdasarkan lisensi yang tidak diatur dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1961.
6) Undang-Undang ini juga mengatur tentang sanksi pidana
baik untuk tindak pidana yang diklasifikasi sebagai kejahatan
maupun sebagai pelanggaran.
Perubahan-perubahan yang demikian, sudah barang tentu akan
membawa perubahan yang sangat besar dalam tatanan hukum hak atas
kekayaan perindustrian, khususnya hukum merek yang selama bertahun-
tahun menguasai pangsa hukum merek di Indonesia.
Selanjutnya Tahun 1997 Undang-Undang Merek Tahun 1992
diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, kemudian
diganti dengan Undang-Undang Merek Nomor 15 tahun 2001. Adapun alasan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 sebagai berikut:
1) Beberapa perbedaan yang menonjol dalam undang-undang ini
dibandingkan dengan undang-undang merek lama antara lain
menyangkut proses penyelesaian permohonan. Dalam undang-
undang ini pemeriksaan substantif dilakukan setelah
permohonan dinyatakan memenuhi syarat secara administratif.
Sekarang jangka waktu pengumuman dilaksanakan selama 3
bulan, lebih singkat dari jangka waktu pengumuman
berdasarkan undang-undang merek lama.
2) Selain perlindungan terhadap merek dagang dan merek jasa,
dalam undang-undang ini diatur juga perlindungan terhadap
indikasi-geografis, yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal
suatu barang karena faktor lingkungan geografis, termasuk
faktor alam atau faktor manusia atau kombinasi dari kedua
faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada
barang yang dihasilkan. Selain itu juga diatur mengenai
indikasi asal.
38
Pada tahun 2016 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001
digantikan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek
dan Indikasi Geografis. Perbedaan antara Undang-Undang Tahun 2001
dengan Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis Tahun 2016 adalah:
1) Pada Undang-Undang yang baru pengertian merek diperluas,
yaitu adanya merek 3 dimensi, merek suara dan hologram.
2) Pada Undang-Undang Merek Tahun 2001 Menteri tidak
memiliki hak untuk menghapus merek terdaftar, sedangkan
pada Undang-Undang Tahun 2016 Menteri berhak untuk
menghapus merek terdaftar yang bertentangan dengan dengan
ideologi Negara, peraturan perundang-undangan, moralitas,
agama, kesusilaan dan ketertiban umum.
3) Pada Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis Tahun
2016 disebutkan bahwa merek terkenal dapat mengajukan
gugatan berdasarkan putusan pengadilan.
Disamping peraturan nasional tentang merek dari tahun 1961 ini,
Republik Indonesia juga turut terikat pada Konvensi Paris Union yang khusus
mengatur masalah-masalah merek dalam taraf internasional. Walaupun
Republik Indonesia merupakan anggota peserta dari Paris Union (versi
London 1934), bagi Republik Indonesia masih ada kebebasan untuk mengatur
Undang-Undang mereknya sendiri. Hanya harus diperhatikan bahwa
ketentuan-ketentuan dari pada Konvensi ini yang harus ditaati tidak dilanggar
oleh per-Undang-Undangan dari pada Republik Indonesia itu. Dengan lain
perkataan, Konvensi Paris Union ini masih memberikan kebebasan tiap-tiap
Negara untuk mengatur masalah-masalah hak milik perindustrian dalam
perundang-undangan sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan
nasional.7
7 Sudargo Gautama, HUKUM MEREK INDONESIA, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
1989), h. 4
39
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN SENGKETA MEREK BODYCOLOGY (STUDI
KASUS: PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014)
A. Duduk Perkara
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Nomor 69/Pdt.Sus/Merek/2013 tertanggal 26 September 2013 merupakan
suatu kasus sengketa merek antara Advanced Beauty System Inc selaku
Penggugat dan Sherly Nyolanda selaku Tergugat.
Advanced Beauty System Inc, beralamat di Suite 400 57201 BJ
Freeway, Dallas, Texas 75240 Amerika Serikat yang berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 12 Agustus 2013 diwakili oleh Kuasanya Marodin
Sijabat, SH., Zenery Perangin-angin, SH., Achmad Janzany, SH dan Achmad
Fatchy, SH. MBA yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat.
Penggugat adalah pemilik dan pemegang hak atas merek bodycology
yang telah lama digunakan di Amerika Serikat dan telah terdaftar di Amerika
Serikat sejak 22 September 1992 dengan Nomor 1.719.286 untuk melindungi
jenis barang yang termasuk dalam kelas 51 dan 52 sedangkan untuk kelas
Internasional melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3.
Sedangkan di Uni Eropa terdaftar dengan Nomor 006995617 yang meliputi
Negara-negara Spanyol, Inggris, Belanda, Denmark, Perancis, Italia,
Rumania, Hungaria, Lithuania, Islandia dan Cekoslavia untuk melindungi
jenis barang yang termasuk dalam kelas 3, 25, 28 dan 44. Penggugat juga
telah mengajukan pendaftarannya di Indonesia pada Direktorat Merek,
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektua, Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI pada tanggal 16 April 2011 dengan Nomor Agenda
D002011013471 untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3.
Sherly Nyolanda selaku Tergugat yang beralamat di Jalan Kramat
Kwitang I C/7 RT.002/RW.04, Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat
yang dikuasakan oleh Mansur Alwini, SH. MH dan Saibani Nurdin, SH
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 24 Oktober 2013. Tergugat ternyata
40
telah mendaftarkan merek bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 pada
tanggal 17 Januari 2011 untuk melindungi jenis barang yang sama dengan
Penggugat yaitu yang termasuk ke dalam kelas 3.
Terhadap pendaftaran merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450 atas nama Tergugat, maka Penggugat merasa keberatan
karena merek yang didaftarkan oleh Tergugat memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat. Apabila dibandingkan
antara merek bodycology milik Penggugat yang telah terdaftar di Amerika
Serikat sejak 1992 dengan merek bodycology milik Tergugat yang baru
terdaftar pada tanggal 17 Januari 2011 maka secara jelas dapat terlihat bahwa
merek bodycology milik Penggugat telah terdaftar jauh lebih dahulu
dibandingkan dengan merek bodycology terdaftar Nomor IDM000289450
milik Tergugat. Pendaftaran merek bodycology milik Tergugat yang memiliki
kesamaan pada pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat yang
juga dalam hal kelas barang yang dimintakan perlindungannya, kelas barang
yang dimintakan perlindungannya oleh Tergugat juga sama dengan kelas
barang milik Penggugat yaitu kelas 3. Hal tersebut merupakan bukti bahwa
adanya unsur itikad tidak baik dari Tergugat dalam mendaftarkan merek
bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 yang bertujuan untuk
membonceng dan menjiplak merek bodycology milik Penggugat yang telah
lebih dahulu terdaftar di banyak Negara.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka Penggugat melayangkan
gugatannya ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dengan register Nomor 69/Pdt.Sus/Merek/2013 tertanggal 26 September 2013
dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1) Bahwa Penggugat adalah pemilik dan pemegang hak atas merek
bodycology yang telah lama digunakan di Amerika Serikat sejak
22 September 1992 serta di Uni Eropa yang meliputi berbagai
Negara di dunia antara lain:
Amerika terdaftar dengan No. 1.719.286 untuk melindungi
jenis barang yang termasuk dalam kelas 51 dan 52 sedangkan
41
untuk kelas Internasional melindungi jenis barang yang
termasuk dalam kelas 3 yang telah digunakan pertama kali di
Amerika Serikat sejak 3 September 1992
Uni Eropa terdaftar dengan Nomor 006995617 meliputi
Negara-negara: Spanyol, Inggris, Belanda, Denmark, Perancis,
Italia, Rumania, Hungaria, Lithuania, Islandia dan Cekoslavia
untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas
3,25, 28 dan 44
2) Bahwa selain pendaftaran dan mendapatkan perlindungan di
berbagai Negara di dunia, merek bodycology milik Penggugat
telah diajukan pendaftarannya di Indonesia pada Direktorat
Merek, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, pada tanggal 16
April 2011 dengan Nomor Agenda D002011013471 untuk
melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3.
3) Bahwa kata bodycology dijadikan sebagai merek dagang dan di
daftarkan di Amerika Serikat serta di berbagai Negara di dunia
oleh Penggugat, guna mendapatkan perlindungan hukum dengan
tujuan untuk membedakan hasil produk-produk penggugat dengan
hasil produk orang lain atau badan hukum lain
4) Bahwa ternyata Tergugat telah mendaftarkan merek bodycology
terdaftar Nomor IDM000289450 untuk melindungi jenis barang
yang termasuk dalam kelas 3
5) Bahwa Penggugat sangat keberatan terhadap pendaftaran merek
bodycology atas nama Tergugat karena merek tersebut secara
jelas mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
bodycology milik Penggugat
6) Bahwa apabila dibandingan antara pendaftaran merek bodycology
milik Penggugat yang sudah terdaftar di Amerika Serikat sejak
tahun 1992 dengan merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450 atas nama Tergugat yang baru terdaftar pada
42
tanggal 17 Januari 2011, maka secara jelas terlihat merek
bodycology milik Penggugat telah terdaftar jauh sebelum merek
bodycology milik Tergugat.
7) Selain itu apabila dilihat dari kelas barang yang dimintakan
perlindungannya dalam permintaan pendaftaran merek
bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 atas nama Tergugat
yang sama-sama dengan kelas barang yakni kelas 3 dengan kelas
dan jenis barang yang dilindungi dalam pendaftaran merek
bodycology milik Penggugat, tidak dapat disangkal lagi maksud
dan tujuan Tergugat adalah untuk membonceng dan menjiplak
merek bodycology milik Peggugat.
8) Bahwa seharusnya Tergugat tidak menggunakan dan/atau
mengajukan pendaftaran merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450 yang secara jelas memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat yang sudah
terdaftar di berbagai Negara di dunia
9) Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, menyebutkan:
“Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila
merek tersebut: (a) mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar
lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa sejenis”
10) Bahwa tindakan Tergugat mengajukan pendaftaran dan/atau
mendaftarkan merek bodycology terdaftar Nomor IDM000289450
yang secara jelas mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
merek bodycology milik Penggugat serta kelas barang yang
dimintakan perlindungannya dalam permintaan pendaftaran
merek bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 atas nama
Tergugat yang sama dengan kelas barang yakni kelas 3 dengan
kelas serta jenis barang yang dilindungi dalam pendaftaran merek
43
bodycology milik Penggugat adalah merupakan bukti itikad tidak
baik dari Tergugat dalam mendaftarkan merek tersebut
11) Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 Tentang Merek menyebutkan: “Merek tidak dapat
didaftar atas permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang
beritikad tidak baik”
12) Bahwa berdasar pada Pasal 68 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan Pasal 4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek serta
Pasal 6 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek, maka pengajuan gugatan pembatalan a quo oleh
Penggugat sangatlah beralasan menurut hukum karena
pendaftaran merek bodycology terdaftar Nomor IDM000289450
didasari dengan itikad tidak baik, dan oleh karenanya sudah
sepatutnya agar merek bodycology atas nama Tergugat tersebut
dibatalkan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, Penggugat memohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang mengadili dan
memeriksa perkara ini berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2) Menyatakan Penggugat sebagai pemilik merek bodycology
3) Menyatakan merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450 atas nama Tergugat mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat
4) Menyatakan Tergugat sebagai pendaftar yang beritikad tidak
baik atas pendaftaran merek bodycology terdaftar Nomor
IDM000289450
5) Menyatakan batal dan/atau membatalkan pendaftaran merek
bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 atas nama
Tergugat dan segala akibat hukumnya
44
6) Memerintahkan Panitera atau Pejabat yang berwenang untuk
itu, gua menyampaikan salinan putusan perkara ini kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar
dapat mencatatkan pembatalan pendaftaran merek
bodycology terdaftar Nomor IDM000289450 dari Daftar
Umum Merek dan mengumumkan dalam Berita Resmi
Merek
7) Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara
B. Putusan Pengadilan Niaga No. 69/Pdt.Sus/Merek/2013
1. Pertimbangan Hakim dan Isi Putusan
Terhadap dalil-dalil tersebut diatas yang telah disampaikan oleh
Penggugat, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memberikan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Menimbang bahwa setelah majelis mencermati bukti yang
diajukan Penggugat ternyata Penggugat telah mengajukan
permohonan pendaftaran merek bodycology di Depkum
HAM tanggal 16 April 2011 Nomor D002011013471 dengan
demikian maka syarat formal ketentuan Pasal 68 Ayat (2)
telah terpenuhi
b. Menimbang bahwa sesuai ketentuan Pasal 69 Ayat (2) bahwa
pembatalan merek atas dasar itikad tidak baik diajukan tanpa
batas waktu, maka dalam perkara ini pengajuan gugatan
Penggugat ternyata telah dilakukan dalam tenggang waktu
yang ditentukan oleh Undang-Undang sehingga telah
memenuhi syarat formal pengajuan gugatan
c. Menimbang bahwa terhadap eksepsi Tergugat majelis
berpendapat bahwa untuk mengajukan Gugatan pembatalan
merek tidaklah diharuskan menunggu penolakan pendaftaran
merek pemohon oleh Dirjen HKI, namun sebagai syarat
untuk mengajukan gugatan pembatalan merek tersebut harus
45
mengacu kepada ketentuan Pasal 68 Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang menyatakan “pemilik
merek yang tidak terdaftar dpat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) setelah pengajuan
permohonan kepada Direktorat Jenderal”. Dengan demikian
tidak ada keharusan permohonan pendaftaran merek tersebut
telah ditolak terlebih dahulu oleh Dirjen HKI
d. Menimbang bahwa setelah majelis mencermati bukti
Penggugat dan Tergugat, jika diperbandingkan merek
bodycology Penggugat dan bodycology milik Tergugat
dengan tulisan bodycology (dicetak miring) ternyata terdapat
persamaan pada pokoknya antara merek bodycology milik
Penggugat dengan merek bodycology milik Tergugat yang
ditulis dengan huruf miring terdaftar di Direktorat Merek
Ditjen HAKI baik didalam hal bunyi ucapan, huruf, cara
penulisan, huruf dan kata yaitu: B O D Y C O L O G Y untuk
jenis barang kelas yang sama kelas 3
e. Berdasarkan fakta-fakta, Majelis Hakim berkesimpulan
bahwa merek bodycology Tergugat memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat yang
terdaftar dalam kelas barang yang sama kelas 3
f. Menimbang bahwa Penggugat dalam perkara ini tidak dapat
mengajukan bukti tentang reputasinya atau promosi yang
gencar-gencaran oleh pemiliknya maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa merek Penggugat belum dapat dikatakan
sebagai merek yang sudah terkenal. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka majelis hakim berkesimpulan
bahwa pendaftaran merek bodycology milik Tergugat tidak
terbukti telah membonceng atau meniru atau menjiplak
ketenaran merek Penggugat, sehingga Tergugat tidak dapat
46
dikatakan telah mendaftarkan mereknya dengan itikad tidak
baik
g. Menimbang bahwa berdasarkan uraian fakta dan
pertimbangan diatas, majelis berpendapat dan berkesimpulan
bahwa dalil pokok Gugatan Penggugat tentang adanya itikad
tidak baik dari Tergugat dalam mendaftarkan mereknya tidak
dapat dibuktikan Penggugat
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis
Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memberikan putusan sebagai
berikut:
1) Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya
2) Menolak gugatan Penggugat seluruhnya
3) Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 516.000,- (lima ratus enam belas ribu rupiah)
C. Putusan Mahkamah Agung No.364 K.Pdt.Sus-HKI/2014
1. Pertimbangan Hakim dan Isi Putusan
Pemohon kasasi/Penggugat mengajukan alasan-alasan dalam memori
kasasinya yang pada pokoknya sebagai berikut:
a. Pemohon kasasi tidak mendasarkan gugatannya atas Pasal 68
Ayat (1) juncto Pasal 6 Ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 melainkan berdasarkan atas Pasal 68
Ayat (1) juncto Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 mengenai itikad tidak baik
b. Bahwa peniruan merek dagang pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tidak selalu harus dilakukan terhadap merek
terkenal. Dalam penjelasan Pasal 4 digunakan istilah “merek
yang sudah dikenal”, bukan merek terkenal. Oleh karena itu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tidak mensyaratkan
47
merek yang ditiru dan/atau dijiplak harus merek terkenal
menurt kriteria Pasal 6 Ayat (1) huruf b
c. Bahwa merek bodycology Pemohon kasasi adalah merek
yang sudah lama dikenal dan terdaftar di Negara asalnya
Amerika Serikat sejak 1992 dan di Negara lain di dunia jauh
sebelum termohon mendaftarkan merek tersebut pada tanggal
17 Januari 2011. Di Indonesia, produk bodycology Pemohon
kasasi yang juga sudah lama dikenal dengan mudah dapat
ditemui dan dibeli di mall-mall terkemuka di Jakarta
d. Bahwa produk bodycology Pemohon kasasi juga telah
terdaftar di BPOM, Kementerian Kesehatan RI, antara lain
dengan No. POM CE51100101130, POM CE51100601132
dan POM CE51100701131 sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010
tanggal 20 Agustus 2010 tentang Notifikasi Kosmetika yang
mewajibkan setiap produk kosmetika didaftarkan pada
BPOM untuk memperoleh izin edar dari Menteri Kesehatan.
Pendaftaran tersebut dapat di akses oleh masyarakat umum
dari situs: http:/www.pom.go.id/webreg/index,
php/home/produk/all/row/10/page/1/order/4/DESC/serach/6/
Advanced%20Beauty. Selain itu merek/produk bodycology
milik Pemohon kasasi dapat di akses setiap saat dari situs
www.bodycology.com
e. Bahwa bodycology bukan merupakan kata umum. Tanpa
meniru/menjiplak merek bodycology Pemohon kasasi
mustahil Termohon kasasi terpikir untuk mendaftarkan merek
bodycology. Dengan demikian dapat dipastikan Termohon
kasasi mendaftarkan merek bodycology dengan itikad tidak
baik
48
Bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut, Mahkamah Agung
berpendapat:
Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut dapat dibenarkan, oleh karena
setelah meneliti secara seksama memori kasasi tanggal 18 Februari 2014
dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah salah dalam menerapkan
hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Bahwa merek “Bodycology” bukan kata umum tetapi
merupakan kreasi atau ciptaan
2) Pemohon kasasi telah terbukti telah mendaftarkan mereknya
“bodycology” di Amerika Serikat sejak 1992
3) Bahwa ternyata Termohon kasasi pada tanggal 17 Januari
2011 telah mendaftarkan produknya dengan merek yang
sama dengan merek Pemohon kasasi yaitu “bodycology”
fakta ini membuktikan bahwa Termohon kasasi
mendaftarkan mereknya dengan itikad tidak baik
4) Bahwa sesuai dengan hasil pemeriksaan di persidangan
Penggugat telah dapat membuktikan dalilnya bahwa merek
“bodycology” atas nama Tergugat memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek “bodycology” miliknya yang telah
digunakan dan terdaftar di Amerika Serikat dan di beberapa
Negara lain, jauh hari sebelum Tergugat mendaftarkan merek
miliknya di Indonesia
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Mahkamah Agung berpendapat terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon kasasi dan membatalkan putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
69/Pdt.Sus/Merek/2013, tanggal 22 Januari 2014.
49
Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,
Majelis Hakim Mahkamah Agung memberikan putusan sebagai berikut:
1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2) Menyatakan Penggugat sebagai pemilik merek bodycology
3) Menyatakan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450
atas nama Tergugat, mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan merek bodycology milik Penggugat
4) Menyatakan Tergugat sebagai pendaftar yang beritikad tidak
baik atas pendaftaran merek bodycology terdaftar No.
IDM000289450
5) Menyatakan batal dan/atau membatalkan pendaftaran merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat
dan segala akibat hukumnya
6) Memerintahkan Panitera atau Pejabat yang berwenang untuk
itu, guna menyampaikan salinan putusan perkara ini kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar
dapat mencatatkan pembatalan pendaftaran merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 dari Daftar Umum
Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek
7) Menghukum termohon kasasi untuk membayar biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi
ditetapkan sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)
D. Adanya Persamaan Pada Pokoknya
Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan
yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang
satu dengan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya
persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat
dalam merek-merek tersebut.1
1 OK. Saidin, ASPEK HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (INTELLECTUAL
PROPERTY RIGHTS), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 360
50
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka peneliti membandingkan
kedua merek milik kedua belah pihak dan dapat disimpulkan bahwasanya:
1) Merek kedua belah pihak memiliki kesamaan bentuk dalam
tampilan hurufnya.
2) Merek kedua belah pihak memiliki kesamaan dalam penulisan
kata “bodycology” yang terdiri dari huruf “b o d y c o l o g y”
yang membedakan hanyalah merek bodycology milik Tergugat
ditulis miring.
Bodycology
Milik Penggugat
Bodycology
Milik Tergugat
3) Merek kedua belah pihak memiliki kesamaan dalam
penyebutan kata karena rangkaian huruf yang digunakan oleh
kedua belah pihak adalah sama.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dapat terlihat jelas bahwa terdapat
beberapa kesamaan antara merek milik kedua belah pihak, diantaranya yaitu:
memiliki kesamaan dalam tampilan hurufnya, merek milik kedua belah pihak
memiliki kesamaan dalam penulisan kata “bodycology” serta memiliki
kesamaan bunyi pada penyebutan kata “bodycology”. Sedangkan yang
membedakan antara merek milik Penggugat dan Tergugat adalah pada merek
milik Tergugat dicetak miring menjadi “bodycology”. Berdasarkan hal-hal
tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan pada merek
milik kedua belah pihak yang dapat dikatakan bahwa merek tersebut memiliki
kesamaan pada pokoknya.
E. Adanya Itikad Tidak Baik
Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan
mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng,
meniru, menjiplak ketenaran pihak lain demi kepentingan usahanya yang
51
berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan
curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.2
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mendapatkan bahwasanya
Tergugat memiliki itikad tidak baik dalam pendaftaran mereknya, yaitu
diantaranya adalah:
1) Merek bodycology milik Penggugat sudah terdaftar di
Amerika Serikat sejak tahun 1992 sedangkan merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat
baru terdaftar pada tanggal 17 Januari 2011. Maka secara jelas
terlihat bahwa merek bodycology milik Penggugat telah lebih
dahulu terdaftar sebelum merek bodycology milik Tergugat.
2) Apabila dibandingkan merek bodycology milik Penggugat
dengan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 milik
Tergugat maka secara jelas dapat terlihat bahwa kedua merek
tersebut memiliki kesamaan pada pokoknya dalam penulisan
kata maupun bunyi dalam penyebutan kata.
3) Selain itu jika dilihat dari kelas barang yang dimintakan
perlindungannya dalam permintaan pendaftaran merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat
ternyata memiliki kesamaan dengan kelas serta jenis barang
yang dilindungi dalam pendaftaran merek bodycology milik
Penggugat, yaitu sama-sama termasuk dalam kelas 3. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa maksud dan tujuan dari
pendaftaran merek bodycology terdaftar No. IDM000289450
milik Tergugat adalah untuk membonceng dan menjiplak
merek bodycology milik Penggugat.
4) Tindakan Tergugat yang mendaftarkan merek bodycology
terdaftar No. IDM000289450 memiliki kesamaan pada
pokoknya dengan merek bodycology milik Penggugat serta
2 Ahmadi Miru, HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 13
52
kelas barang yang dimintakan perlindungannya dalam
permintaan pendaftaran merek bodycology terdaftar No.
IDM000289450 atas nama Tergugat yang sama dengan kelas
barang bodycology milik Penggugat yaitu kelas 3 adalah bukti
dari adanya itikad tidak baik dari Tergugat dalam pendaftaran
mereknya.
5) Kata bodycology bukan merupakan kata umum melainkan kata
temuan yang tidak terdapat di kamus manapun, oleh karenanya
tanpa meniru atau menjiplak merek bodycology milik
Penggugat maka mustahil Tergugat terpikir untuk
mendaftarkan merek bodycology. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa Tergugat mendaftarkan merek bodycology
dengan itikad tidak baik.
F. Analisis Putusan
Dalam memberikan putusan, Mahkamah Agung memiliki beberapa
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa merek “bodycology” bukan kata umum atau popular
dalam masyarakat, tetapi merupakan kreasi atau ciptaan.
2. Telah terbukti Pemohon kasasi telah mendaftarkan mereknya
“bodycology” di Amerika Serikat sejak 1992, Eropa dan Chile.
3. Termohon kasasi pada tanggal 17 Januari 2011 telah
mendaftarkan produknya dengan merek yang sama yaitu
persamaan bunyi ucapan dengan merek Pemohon kasasi yaitu
“bodycology”. Fakta ini membuktikan Termohon telah tidak
beritikad baik pada waktu melakukan pendaftaran.
4. Bahwa sesuai dengan hasil pemeriksaan di persidangan
Penggugat telah dapat membuktikan dalilnya bahwa merek
“bodycology” yang terdaftar atas nama Tergugat mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek “bodycology”
miliknya yang telah digunakan dan terdaftar di Amerika
53
Serikat dan di beberapa Negara lain, jauh hari sebelum
Tergugat mendaftarkan merek miliknya di Indonesia, serta
membuktikan bahwa merek milik Penggugat adalah kata
temuan oleh Penggugat dan bukan kata umum yang dapat
ditemukan dalam kamus-kamus umum bahasa, sehingga sulit
dijelaskan secara akal sederhana, bahwa tanpa tindakan meniru
atau menjiplak merek tersebut seseorang in casu Tergugat
dapat menemukan merek “bodycology” tersebut, sebaliknya
Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa merek
“bodycology” yang terdaftar atas nama dirinya adalah hasil
temuannya sendiri, karena itu gugatan Penggugat layak untuk
diterima untuk seluruhnya karena Penggugat dapat
membuktikan dalilnya bahwa pendaftaran merek
“bodycology” atas nama Tergugat dilakukan dengan itikad
tidak baik.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah
Agung berpendapat terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
kasasi dari pemohon dan mengadili sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Penggugat sebagai pemilik merek bodycology.
3. Menyatakan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450
atas nama Tergugat memiliki kesamaan pada pokoknya
dengan merek bodycology milik Penggugat.
4. Menyatakan Tergugat sebagai pendaftar yang beritikad tidak
baik atas pendaftaran merek bodycology terdaftar No.
IDM000289450.
5. Memerintahkan panitera atau pejabat yang berwenang untuk
itu, guna menyampaikan salinan putusan perkara ini kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar
dapat mencatatkan pembatalan pendaftaran merek bodycology
54
terdaftar No. IDM000289450 dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek.
Hukum merek di Indonesia menganut sistem konstitutif, yaitu
mengharuskan adanya pendaftaran suatu merek agar merek tersebut bisa
mendapatkan perlindungan serta memiliki hak ekslusif bagi pemegang hak
atas merek tersebut. Untuk mendapatkan kepastian serta pelindungan hukum
maka merek harus terlebih dahulu di daftarkan pada Direktorat Jenderal KI
agar mendapatkan perlindungannya. Sistem konstitutif ini dianggap dapat
lebih memberikan kepastian hukum daripada sistem deklaratif, karena pada
sistem konstitutif ini yang mengharuskan adanya pendaftaran terlebih dahulu
maka dapat dijadikan pembuktian apabila ada pihak ketiga yang mengakui
merek terdaftar tersebut sebagai merek miliknya. Apabila ada merek asing
yang ingin mendapatkan perlindungan atas mereknya di Indonesia maka
merek tersebut haruslah didaftarkan terlebih dahulu karena di Indonesia
menganut prinsip first to file system. Pada sistem ini maka orang yang
pertama kali mendaftarkan mereknya maka dialah yang berhak atas merek-
merek tersebut.
Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya
upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
HAM kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya
tersebut.3 Perlindungan hukum Kekayaan Intelektual bersifat teritorial dimana
merek tersebut didaftar maka disitulah merek tersebut mendapatkan
perlindungan hukum. Hal tersebut berdasarkan pada Article 1 pada TRIPs
Agreement yang menyebutkan bahwa anggota wajib melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang tercantum didalam perjanjian ini. Anggota dapat, tetapi tidak
wajib, untuk menerapkan dalam hukum domestiknya sistem perlindungan
yang lebih luas daripada yang diwajibkan berdasarkan persetujuan ini,
sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam persetujuan ini. Anggota bebas menentukan metode yang
3 Satjipto Raharjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2003),
h.121
55
sesuai untuk menerapkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
ini ke dalam sistem dan praktek hukumnya masing-masing. Berdasarkan
Article diatas maka secara jelas dapat diketahui bahwa tiap Negara anggota
dalam perjanjian TRIPs dapat dengan bebas menentukan dan menerapkan
ketentuan hukumnya sendiri di negaranya asalkan tidak bertentangan dengan
ketentuan yang terdapat pada perjanjian TRIPs. Apabila ada merek terdaftar
di luar negeri tetapi tidak terdaftar di Indonesia maka merek tersebut tidak
akan mendapatkan perlindungan hukumnya di Indonesia, hal ini dikarenakan
Indonesia yang menganut sistem konstitutif yang mengharuskan adanya
pendaftaran terlebih dahulu untuk mendapatkan perlindungan atas merek
tersebut. Jadi apabila ada yang mendaftarkan suatu merek tersebut ke
Direktorat Jenderal dan tidak ada merek yang telah terdaftar terlebih dahulu
di Direktorat Jenderal dengan merek yang sama dan/atau apabila dalam
jangka waktu pengumuman permohonan pada pemeriksaan substantif tidak
terdapat keberatan atau sanggahan dari pihak lain maka tidak ada alasan dari
Direktorat Merek atau pemeriksa untuk menolak merek tersebut kecuali
merek itu merek terkenal.
Perlindungan hukum merek terbagi menjadi dua, yang pertama yaitu
perlindungan hukum preventif yaitu perlindungan hukum yang terjadi
sebelum terjadinya suatu tindak pidana atau pelanggaran terhadap merek.
Perlindungan hukum preventif dapat dilakukan dengan cara mendaftarkan
merek pada Direktorat Merek untuk mendapatkan hak atas merek tersebut
seperti yang disebutkan pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Kemudian perlindungan hukum
represif yaitu perlindungan hukum terhadap merek apabila terjadi tindak
pidana atau pelanggaran hak atas merek tersebut, jadi perlindungan ini
diberikan apabila telah terjadinya suatu pelanggaran terhadap hak atas merek
tertentu. Lalu bagaimana jika ada orang yang mendaftarkan merek yang sama
dengan merek yang telah terdaftar di luar negeri? Apakah ada upaya hukum
yang dapat dilakukan oleh pemilik hak atas merek terdaftar tersebut?
56
Pada Pasal 76 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 disebutkan
bahwa:
1. Gugatan pembatalan merek terdaftar dapat diajukan oleh pihak
yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau 21.
2. Pemilik merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) setelah mengajukan
permohonan pada Menteri.
Berdasarkan pada Pasal tersebut diatas, maka pemilik merek yang
tidak terdaftar tetap bisa mendapatkan perlindungan hukumnya dengan cara
mengajukan permohonan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
terlebih dahulu lalu kemudian barulah mengajukan gugatan pembatalan yang
diajukan kepada Pengadilan Niaga terhadap pemilik merek terdaftar. Apabila
sudah masuk ke pengadilan maka sudah menjadi kewenangan hakim dalam
memutuskan dan memeriksa perkara, dan para pihak dipersilahkan untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa merek tersebut adalah benar miliknya.
Berdasarkan kasus yang peneliti teliti, dalam hal perlindungan hukum
terhadap merek bodycology milik Penggugat dapat disimpulkan bahwa merek
bodycology milik Penggugat tidak mendapatkan perlindungannya di
Indonesia dikarenakan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 menganut
sistem konstitutif yang berarti mengharuskan adanya pendaftaran pada
Direktorat Merek terlebih dahulu untuk mendapatkan perlindungan atas hak
merek tersebut.
Dalam hal pengajuan gugatan, Penggugat telah lebih dahulu
mengajukan permohonan di Indonesia pada Direktorat Merek, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI, pada tanggal 16 April 2011 dengan No. Agenda
D002011013471 untuk melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3.
Atas dasar permohonan tersebut maka Penggugat berkedudukan hukum
dalam mengajukan gugatan pembatalan terhadap merek milik Tergugat.
57
Pada Pasal 21 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 disebutkan bahwa permohonan ditolak jika merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terdaftar milik
pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis. Merek yang telah terdaftar terlebih dahulu seharusnya
dipahami dalam konteks terdaftar secara nasional di Indonesia, atau secara
regional ASEAN, ataupun secara internasional beberapa Negara di dunia.4
Dalam kasus ini, merek bodycology milik Penggugat telah lebih dahulu
terdaftar di Amerika Serikat sejak tahun 1992 serta telah terdaftar di beberapa
Negara lain di dunia, produknya juga dapat kapan saja diakses melalui web
www.bodycology.com serta dapat dijumpai di beberapa mall besar di
Indonesia. Kemudian Tergugat mendaftarkan merek bodycology pada tanggal
17 Januari 2011 dengan jenis barang kelas yang sama yaitu kelas 3 dengan
merek bodycology milik Penggugat. Apabila dilihat dari tanggal
pendaftarannya terlihat jelas bahwa merek bodycology milik Penggugat jelas
telah lebih dahulu terdaftar daripada merek milik Tergugat. Merek
bodycology milik Penggugat juga telah terdaftar di Uni Eropa yang meliputi
beberapa Negara: Spanyol, Inggris, Belanda, Denmark, Prancis, Italia,
Rumania, Hungaria, Lithuania, Islandia dan Cekoslavia. Berdasarkan
pendaftaran mereknya yang terdapat di Negara-negara lain di dunia maka
merek bodycology milik Penggugat juga dapat dikatakan merek terkenal.
Mengacu pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1486
K/pdt/1991 yang menyatakan bahwa : “Pengertian Merek terkenal yaitu,
apabila suatu Merek telah beredar keluar dari batas-batas regional sampai
batas-batas internasional, dimana telah beredar keluar negeri asalnya dan
dibuktikan dengan adanya pendaftaran Merek yang bersangkutan di berbagai
negara”.
Mengenai persamaan pada pokoknya, apabila dibandingkan antara
merek bodycology milik Penggugat dengan merek bodycology terdaftar milik
4 Rahmi Jened, HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan Integrasi
Ekonomi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), h. 115
58
Tergugat yang dicetak miring secara jelas dapat terlihat adanya persamaan
baik dalam hal bunyi ucapan, huruf, cara penulisan dan kata yaitu
“bodycology” untuk jenis barang kelas yang sama yaitu kelas 3. Berdasarkan
hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa unsur persamaan pada pokoknya
telah terpenuhi.
Bodycology
Milik Penggugat
Bodycology
Milik Tergugat
Kemudian mengenai adanya itikad tidak baik, jika merek digunakan
oleh dua pihak maka harus ditentukan siapa yang menggunakan merek
dengan itikad baik. Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang
mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk
membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran merek pihak lain itu demi
kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau
menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan
konsumen.5 Kata bodycology merupakan kata temuan dan bukan merupakan
kata umum, jadi mustahil bagi Tergugat apabila mendaftarkan merek
bodycology tanpa meniru atau menjiplak merek bodycology milik Penggugat
yang telah lebih dahulu terdaftar di Amerika Serikat dan di berbagai Negara
di dunia, serta kelas jenis barang yang dimintakan perlindungannya sama
dengan milik Penggugat yaitu kelas 3. Maka tidak dapat disangkal lagi bahwa
pendaftaran merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 milik Tergugat
adalah dengan adanya itikad tidak baik yang bertujuan untuk mendompleng
merek milik Penggugat serta membuat para konsumen terkecoh.
Berdasarkan fakta-fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa merek
bodycology milik Tergugat seharusnya ditolak berdasarkan pada Pasal 21
5 Rahmi Jened Parinduri Nasution, INTERFACE HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL
dan HUKUM PERSAINGAN (Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2013), h. 218
59
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang menyebutkan bahwa permohonan ditolak jika merek tersebut
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis dan permohonan ditolak jika dilakukan oleh
pemohon yang beritikad tidak baik.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Peneliti sependapat dengan
Majelis Mahkamah Agung yang mengadili perkara tersebut. Karena
pertimbangan-pertimbangannya telah tepat dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan mengadili dengan seadil-adilnya.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan riset yang telah dikemukakan oleh peneliti
beserta pembahasannya maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat
peneliti simpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan oleh peneliti di bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia menganut
sistem konstitutif maka dari itu untuk mendapatkan kepastian hukum
serta mendapatkan hak ekslusif dari merek tersebut maka merek tersebut
haruslah terlebih dahulu didaftarkan di Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual. Perlindungan hukum kekayaan intelektual bersifat teritorial
dimana merek tersebut didaftar disitulah merek tersebut mendapatkan
perlindungan hukum. Apabila merek terdaftar di luar negeri tetapi tidak
terdaftar di Indonesia maka merek tersebut tidak akan mendapatkan
perlindungan hukumnya di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis yang menyebutkan bahwa hak atas merek diperoleh setelah
merek tersebut terdaftar. Dengan hal yang demikian bukan berarti merek
yang telah terlebih dahulu terdaftar di luar negeri tidak bisa mendapatkan
perlindungan hukumnya di Indonesia, pemilik merek senior asing tetap
bisa mendapatkan perlindungan hukumnya di Indonesia dengan
mendaftarkan mereknya dengan cara mengajukan permohonan
pendaftaran pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.
2. Apabila telah terjadi sengketa seperti kasus yang peneliti analisis maka
pemilik merek bereputasi asing tersebut dapat menggugat merek lain
yang memiliki kesamaan pada pokoknya tersebut di Pengadilan Niaga
dengan cara terlebih dahulu mengajukan permohonan pendaftaran merek
pada Direktorat Jenderal baru kemudian mengajukan gugatan pada
Pengadilan Niaga. Apabila sudah masuk ke pengadilan maka sudah
menjadi kewenangan hakim dalam memutuskan dan memeriksa perkara,
61
dan para pihak dipersilahkan untuk menunjukkan bukti-bukti yang dapat
berupa bukti pendaftaran di Negara lain untuk meyakinkan hakim bahwa
merek tersebut adalah benar miliknya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut maka terdapat beberapa
rekomendasi yang peneliti ingin sampaikan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk para pelaku usaha disarankan untuk mendaftarkan mereknya pada
Ditjen KI agar mendapatkan perlindungan hukumnya dan untuk
menghindari terjadinya perbuatan curang dari para pelaku usaha lain
yang beritikad tidak baik, terlebih lagi pada saat ini sudah adanya
protokol Madrid yang dimana dalam satu permohonan pendaftaran merek
saja bisa untuk mendaftarkan mereknya di seluruh Negara asing yang
tergabung dalam protokol Madrid tersebut. Hal ini justru merupakan
peluang besar bagi para pelaku usaha Indonesia untuk memasarkan
merek-mereknya agar dikenal oleh Negara asing.
2. Untuk Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dalam hal pemeriksaan
substantif sebaiknya jangan hanya terpacu pada merek-merek yang telah
terdaftar di Direktorat Jenderal saja, pada saat sekarang ini protocol
Madrid telah berlaku secara efektif maka dapat lebih memudahkan para
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan substantif terhadap merek-
merek yang didaftarkan pada Ditjen KI untuk mengurangi terjadinya
pelanggaran merek sehingga dapat mengurangi pula kasus pelanggaran
merek yang diajukan ke Pengadilan Niaga.
62
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
BA, Tim Lindsey, dkk. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Suatu Pengantar.
Bandung: PT Alumni, 2005.
Djumhana, Muhamad dan R. Djubaedillah, HAK MILIK INTELEKTUAL (SEJARAH,
TEORI DAN PRAKTEKNYA DI INDONESIA). Bandung: PT CITRA ADITYA
BAKTI, 2003.
Gautama, Sudargo. HUKUM MEREK INDONESIA. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
1989.
Harahap, Yahya. Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang N0. 19 Tahun 1992. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1996.
Hasibuan, H.D Effendy. Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan Pengadilan
Indonesia dan Amerika Serikat. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2003.
Jened, Rahmi. HUKUM MEREK (TRADEMARK LAW) Dalam Era Global dan
Integritasi Ekonomi. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015.
___________. INTERFACE HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL dan HUKUM
PERSAINGAN (Penyalahgunaan HKI). Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2013.
Marzuki, Peter Mahmud. PENELITIAN HUKUM. Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2005.
63
Maulana, Insan Budi. Bianglala HaKI. Jakarta: PT Hecca Mitra Utama, 2005.
Miru, Ahmadi. HUKUM MEREK Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek.
Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007.
Nasution, Rahmi Jened Parindu. Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
Persaingan (Penyalahgunaan HKI). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Cetakan ke-1 Oktober 2013.
Raharjo, Satjipto. Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta: Kompas, 2003.
Rasjidi, Lili. Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 1994.
Saidin, OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Cetakan III.
_________, ASPEK HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (INTELLECTUAL
PROPERTY RIGHTS). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013. Cetakan ke-8.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di
Dalam Penelitian Hukum. Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia,
1979.
Suryomurcito, Gunawan. “Perlindungan Merek”, Makalah pada Pelatihan HKI V,
Kerja Sama Fakultas Hukum Universitas Airlangga dengan Perhimpunan
Masyarakat HKI Indonesia (IIPS), Surabaya 7-26 Agustus 2000.
INTERNET
http://www.dgip.go.id/struktur-organisasi , diakses pada tanggal 29 Mei 2018
pukul 07.45.
64
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59d335bdce7e1/indonesia-jadi-
anggota-protokol-madrid--pendaftaran-merek-diperluas , diakses pada tanggal 25
September 2018 pukul 11.06.
https://news.detik.com/berita/4124708/ini-cara-daftar-merek-ke-luar-negeri-
lewat-protokol-madrid , diakses pada tanggal 25 September 2018 pukul 11.12.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b5c3fbaed890/protokol-madrid-
-1-permohonan-untuk-amankan-merek-internasional-di-101-negara , diakses pada
tanggal 25 September 2018 pukul 11.17.
http://www.dgip.go.id/prosedur-pendaftaran-madrid-protocol , diakses pada
tanggal 25 September 2018 pukul 11.21.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 1 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
P U T U S A N
Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus hak atas kekayaan intelektual (merek)
dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:
ADVANCED BEAUTY SYSTEMS Inc, berkedudukan di Suite 400
57201 BJ Freeway, Dallas, Texas 75240 Amerika Serikat, yang
diwakili oleh Presiden dan Kepala Pejabat Eksekutif, Chris
Mc Clain, berkedudukan di 5501 LBJ Freeway, Suite 900, Dallas,
Texas, 75240, USA, dalam hal ini memberi kuasa kepada, Januari
Jahja, SH., dan kawan-kawan, para Advokat, berkantor di Menara
Batavia, Lantai 6, Jalan K.H. Mas Mansyur Kav.126, Jakarta Pusat
10220 Indonesia, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12
Februari 2014, sebagai Pemohon Kasasi dahulu Penggugat;
m e l a w a n
SHERLY NYOLANDA, bertempat tinggal di Jalan Kramat Kwitang
I C/7 RT.002/RW.04, Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat,
sebagai Termohon Kasasi dahulu Tergugat;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan
terhadap Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat di muka persidangan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada pokoknya
sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah pemilik dan pemegang hak atas Merek
Bodycology yang telah lama digunakan di Amerika Serikat dan telah
terdaftar di Amerika Serikat sejak 22 September 1992 serta di Uni Eropa
yang meliputi berbagai negara di dunia antara lain;
- Amerika terdaftar dengan No. 1.719.286 untuk melindungi jenis barang
yang termasuk dalam kelas 51 dan 52 sedangkan untuk kelas
Internasional melindungi jenis barang yang termasuk dalam kelas 3 yang
telah digunakan pertama kali di Amerika Serikat sejak 3-9-1992;
- Uni Eropa terdaftar dengan No. 006995617 meliputi Negara-negara:
Spanyol, Inggris, Belanda, Denmark, Perancis, Italia, Rumania, Hungaria,
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 2 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
Lithuania, Islandia dan Cekoslavia untuk melindungi jenis barang yang
termasuk dalam kelas 3, 25, 28 dan 44 (Vide Bukti P-1 dan P-2);
2. Bahwa selain pendaftaran dan mendapatkan perlindungan di berbagai
negara di dunia, Merek Bodycology milik Penggugat telah diajukan
pendaftarannya di Indonesia pada Direktorat Merek, Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I, pada
tanggal 16 April 2011 dengan No. Agenda D002011013471 untuk melindungi
jenis barang: “Produk-produk untuk rambut untuk rambut, pelembab rambut,
pelembut rambut, losion rambut, bubuk untuk pencuci rambut, sabun lembut
(pencuci rambut), bahan pewarna rambut, sediaan-sediaan pengeriting
rambut, perekat untuk menempelkan rambut rambut palsu, zat untuk
netralisasi pengeriting rambut permanen, penyemprot rambut (hair spray),
minyak rambut, minyak untuk penambah rambut, busa untuk rambut
(mousse), minyak untuk perawatan, produk-produk perawatan kulit yaitu
krem dan losion pelembab kulit, minyak untuk mandi (bath oil), losion untuk
mandi, gelembung untuk mandi (bubble bath), sabun herbal, sediaan-
sediaan untuk kulit; sediaan-sediaan perawatan kulit tidak mengandung obat
yaitu penyegar tubuh (body mist), minyak untuk pelembut tubuh (body
butter), sabun tangan anti bakteri; Jel untuk mandi (shower); pembersih
tubuh (body wash); pomade untuk keperluan kosmetik; sediaan-sediaan
kosmetik untuk perawatan kulit; krem pencuci tangan; pencuci wajah ;
masker untuk kecantikan, krem pemutih kulit; krem kosmetik; krem anti
kerut; losion untuk jerawat; krem penghilang bintik-bintik (speckle) pada kulit;
bedak untuk biang keringat (prickly-heat); bedak talk; obat biang keringat;
sediaan-sediaan penggosok; minyak essensial; amplas (abrasives); bahan-
bahan pemeliharaan gigi (dentifrices) dupa (incenses); kosmetik untuk
hewan ; susu pembersih wajah; minyak wangi; sabun-sabun dan losion”,
yang termasuk dalam kelas 3 (Vide Bukti P-3);
3. Bahwa kata Bodycology dijadikan sebagai Merek Dagang dan didaftarkan di
Amerika Serikat serta diberbagai negara di dunia oleh Penggugat, guna
mendapatkan perlindungan hukum dengan tujuan untuk membedakan hasil
produk-produk Penggugat dengan hasil produk orang lain atau badan hukum
lain;
4. Bahwa ternyata Tergugat telah mendaftarkan merek bodycology terdaftar
No. IDM000289450 untuk melindungi jenis barang: “Losion, sabun mandi,
wangi-wangian” termasuk dalam kelas 3 (Vide Bukti P-4);
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 3 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
5. Bahwa Penggugat sangat keberatan terhadap pendaftaran merek merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat tersebut,
karena merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat
secara jelas mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek
Bodycology milik Penggugat dan wujud dari keberatan tersebut maka
Penggugat mengajukan gugatan pembatalan a quo ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat;
6. Bahwa apabila dibandingkan antara pendaftaran Merek Bodycology milik
Penggugat yang sudah terdaftar di Amerika Serikat sejak tahun 1992
dengan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama Tergugat
yang baru terdaftar pada tanggal 17 Januari 2011, maka secara jelas terlihat
Merek Bodycology milik Penggugat sudah terdaftar jauh sebelum merek
bodycology No. IDM000289450 atas nama Tergugat terdaftar di Indonesia;
7. Bahwa selain itu jika dilihat dari kelas barang yang dimintakan
perlindungannya dalam permintaan pendaftaran merek bodycology terdaftar
No. IDM000289450 atas nama Tergugat yang sama-sama dengan kelas
barang yakni kelas 3 dengan kelas serta jenis barang yang dilindungi dalam
pendaftaran Merek Bodycology milik Penggugat, tidak dapat disangkal lagi
maksud dan tujuan Tergugat mengajukan pendaftaran merek bodycology
terdaftar No. IDM00028450 adalah untuk membonceng dan menjiplak Merek
Bodycology milik Penggugat;
8. Bahwa seharusnya Tergugat tidak menggunakan dan/atau mengajukan
pendaftaran merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 yang secara
jelas mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek Bodycology
milik Penggugat yang sudah terdaftar di berbagai negara di dunia, karena
masih banyak lagi kata-kata atau susunan kata-kata lain yang dapat dibuat
dan dijadikan sebagai merek oleh Tergugat tanpa menggunakan
bahasa/kata-kata asing serta tanpa harus meniru maupun menjiplak Merek
Bodycology milik Penggugat;
9. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-undang
No.15 Tahun 2001 tentang Merek, menyebutkan: “Permohonan harus ditolak
oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut: (b) mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang
sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa sejenis”;
10.Bahwa tindakan Tergugat mengajukan pendaftaran dan/atau mendaftarkan
merek bodygology terdaftar No. IDM000289450 yang secara jelas
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 4 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek Bodycology milik
Penggugat serta kelas barang yang dimintakan perlindungannya dalam
permintaan pendaftaran merek bodycology terdaftar No.IDM000289450 atas
nama Tergugat yang sama dengan kelas barang yakni kelas 3 dengan kelas
serta jenis barang yang dilindungi dalam pendaftaran Merek Bodycology
milik Penggugat adalah merupakan bukti itikad tidak baik dari Tergugat
dalam mendaftarkan merek tersebut;
11.Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang No. 15 Tahun
2001 tentang Merek menyebutkan: “Merek tidak dapat didaftar atas
permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik”;
12.Bahwa gugatan Penggugat diajukan berdasarkan ketentuan Pasal 68 ayat 1
dan 2 Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, menyebutkan:
(1). Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak
yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6;
(2). Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan
Permohonan kepada Direktorat Jenderal;
Bahwa bersandar pada Pasal 68 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang No. 15
Tahun 2001 tentang Merek dan Pasal 4 Undang-undang No. 15 Tahun 2001
tentang Merek serta Pasal 6 ayat 1 huruf (a) Undang-undang No. 15 Tahun
2001 tentang Merek, maka pengajuan gugatan pembatalan a quo oleh
Penggugat sangatlah beralasan menurut hukum karena pendaftaran merek
bodycology terdaftar No. IDM000289450 didasari dengan itikad tidak baik, dan
oleh karenanya sudah sepatutnya agar merek bodycology terdaftar
No. IDM000289450 atas nama Tergugat tersebut dibatalkan oleh Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat ;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon
kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan sebagai
berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Penggugat sebagai pemilik Merek Bodycology;
3. Menyatakan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama
Tergugat, mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
Bodycology milik Penggugat;
4. Menyatakan Tergugat sebagai pendaftar yang beritikad tidak baik atas
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 5 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
pendaftaran merek Bodycology terdaftar No. IDM000289450;
5. Menyatakan batal dan/atau membatalkan pendaftaran merek Bodycology
terdaftar No. IDM0000289450 atas nama Tergugat dan segala akibat
hukumnya;
6. Memerintahkan Panitera atau Pejabat yang berwenang untuk itu, guna
menyampaikan salinan putusan perkara ini kepada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) agar dapat mencatatkan pembatalan pendaftaran
merek Bodycology terdaftar No. IDM000289450 dari Daftar Umum Merek
dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek;
7. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;
Atau:
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex
aequo et bono);
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan
eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil gugatan Penggugat
kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui kebenarannya:
A. Eksepsi – Penggugat tidak memenuhi syarat untuk mengajukan gugatan
sehingga tidak mempunyai legal standing dan/atau kapasitas untuk
menggugat;
2. Bahwa gugatan yang Penggugat ajukan tidak memenuhi syarat
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 68 ayat (2) Undang-undang
No.15/2001 tentang Merek (untuk selanjutnya disebut Undang-undang
Merek) yang menyatakan: “Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat
mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal”;
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Merek tersebut berarti “mengajukan
permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Jenderal merupakan
sarat mutlak bagi pihak yang akan mengajukan gugatan pembatalan apabila
mereknya sendiri belum terdaftar di Indonesia”;
3. Bahwa berhubung Penggugat tidak mempunyai pendaftaran merek di
Indonesia, maka sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Merek, seharusnya sebelum mengajukan gugatan a quo
Penggugat terlebih dahulu mengajukan permohonan pendaftaran merek
yang dianggapnya sama dengan merek yang akan digugat pembatalan
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 6 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
kepada Direktorat Merek, Direktorat Jenderal HKI, Kementrian Hukum dan
HAM RI;
4. Bahwa ternyata Penggugat tidak mengajukan permohonan pendaftaran
merek sebagaimana ketentuan dalam Undang-undang Merek yang menjadi
dasar hukum bagi Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo;
Dengan demikian berarti dasar hukum untuk mengajukan gugatan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Merek tidak Penggugat penuhi
dengan kata lain Penggugat tidak memenuhi syarat untuk mengajukan
gugatan;
5. Bahwa walaupun dalil nomor 2 halaman 2 pada surat gugatan, Penggugat
menyatakan telah mengajukan permohonan pendaftaran merek
“Bodycology” No. Agenda D00.2011.013471 kepada Direktorat Jenderal HKI,
hal ini tidak dapat dijadikan dasar hukum telah terpenuhinya persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pasal 68 ayat (2) Undang-undang Merek, sebab
berdasarkan informasi yang kami terima ternyata Direktorat Jenderal HKI,
telah menerbitkan surat perihal penolakan merek Bodycology” No. Agenda
D00.2011.013471 atas nama Penggugat tersebut;
6. Bahwa permohonan pendaftaran merek yang disebutkan dalam Pasal 68
ayat (2) Undang-undang Merek, maksudnya permohonan merek yang baru
Penggugat ajukan sebelum Penggugat mengajukan gugatan a quo, bukan
permohonan merek yang ditolak. Jadi merupakan kekeliruan apabila
Penggugat mendalilkan telah mengajukan pendaftaran merek terlebih dahulu
sebelum mengajukan gugatan a quo, padahal merek yang dijadikan dasar
gugatan tersebut sebenarnya Penggugat ketahui bakal ditolak;
Oleh karena tidak terpenuhinya persyaratan untuk mengajukan gugatan
sebagaimana ketentuan Pasal 68 ayat (2) Undang-undang Merek, maka
sudah sepatutnya gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima;
B. Eksepsi – Gugatan Penggugat Prematur – Exceptio Dilatoris;
7. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (3) Undang-undang Merek,
terhadap permohonan pendaftaran merek yang akan ditolak seharusnya
Penggugat mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal, bukan
mengajukan gugatan pembatalan merek;
Dengan demikian berarti diajukannya gugatan a quo berkaitan dengan
permohonan pendaftaran merek “Bodycology” No. Agenda
D00.2011.013471 atas nama Penggugat yang akan ditolak, adalah
menyalahi ketentuan hukum yang berlaku;
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 7 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
8. Bahwa selanjutnya apabila keberatan yang diajukan Pemohon merek (dalam
hal ini Penggugat) atas permohonan merek yang bakal ditolak tersebut tidak
dapat diterima maka akan terbit keputusan tentang Penolakan tersebut
(Pasal 20 ayat 6 Undang-undang Merek). Terhadap penolakan ini, bila
Pemohon merek (dalam hal ini Penggugat) tetap keberatan, langkah yang
dapat diambil adalah mengajukan banding kepada Komisi Banding Merek
dalam waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal terima pemberitahuan
penolakan permohonan (Pasal 29 ayat 1 dan Pasal 30 ayat 1 Undang-
undang Merek);
9. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 31 ayat 3 Undang-undang Merek,
apabila permohonan Banding yang Pemohon merek (Penggugat) ajukan
ternyata ditolak oleh Komisi Banding Merek, barulah Pemohon merek
(Penggugat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga dalam waktu 3
bulan terhitung sejak diterimanya putusan Komisi Banding Merek;
10.Bahwa apabila status hukum permohonan merek “Bodycology” No. Agenda
D00.2011.013471 tetap ditolak, maka Penggugat baru dapat mengajukan
gugatan a quo setelah mengajukan banding dan keluar Dewan Komisi
Banding Merek;
11.Bahwa sebaliknya apabila Penggugat tetap ingin mengajukan gugatan
pembatalan terhadap merek milik Tergugat dengan tidak menunggu status
(kepastian hukum) dari permohonan merek “Bodycology” No. Agenda
D00.2111.013471, maka seharusnya sebelum gugatan diajukan Penggugat
mengajukan kembali permohonan merek “Bodycology” yang baru kepada
Direktorat jenderal supaya ada dasar hukum diajukannya gugatan a quo
sesuai dengan ketentuan Pasal 68 ayat (2) Undang-undang Merek;
12.Bahwa oleh karena Penggugat bukan pemilik merek terdaftar di Indonesia
dan Penggugat tidak mengajukan Permohonan pendaftaran merek kepada
Direktorat Jenderal sebelum gugatan a quo diajukan maka gugatan
Penggugat tidak mempunyai dasar hukum karena persyaratan sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 68 ayat (2) Undang-undang Merek tidak terpenuhi,
oleh sebab itu gugatan Penggugat sepatutnya ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima (NO);
13.Bahwa adapun apabila yang Penggugat jadikan dasar hukum adalah
permohonan merek “Bodycology” No. Agenda D00.2011.013471 yang
diajukan tanggal 16 April 2011 dimana statusnya bakal ditolak, maka belum
waktunya bagi Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo melainkan
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 8 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
harus menunggu kepastian (status hukum) dari permohonan merek
“Bodycology” No. Agenda D00.2011.013471;
14.Bahwa berdasarkan uraian di atas, terbukti bahwa gugatan a quo yang
diajukan oleh Penggugat adalah langkah yang tidak tepat karena menyalahi
ketentuan hukum yang berlaku, dengan kata lain belum waktunya
Penggugat mengajukan gugatan a quo melainkan Penggugat harus
menunggu kejelasan status hukum dari permohonan merek “Bodycology”
No. Agenda D00.2011.013471 yang diajukan Penggugat pada tanggal 6
April 2011;
Bahwa hal ini terlihat jelas gugatan Penggugat adalah prematur, karena
belum waktunya diajukan melainkan Penggugat harus menunggu adanya
putusan dari Komisi Banding Merek. Dengan demikian gugatan Penggugat
seharusnya ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima
(NO);
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat telah memberikan Putusan Nomor 69/PDT.SUS/Merek/
2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 22 Januari 2014 yang amarnya sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
- Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA:
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp516.000,- (lima ratus enam belas ribu rupiah);
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat tersebut telah diucapkan dengan hadirnya Penggugat dan
Tergugat pada tanggal 22 Januari 2014, terhadap putusan tersebut, Penggugat
dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12
Februari 2014 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 12 Februari 2014
sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 09K/Pdt.Sus-HaKI/
2014/PN.Niaga.Jkt.Pst jo. Nomor 69/Pdt.Sus-Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst.
yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, permohonan
tersebut disertai dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut pada tanggal 18 Februari 2014;
Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Termohon Kasasi pada
tanggal 28 Februari 2014, namun Termohon Kasasi tidak mengajukan kontra
memori kasasi;
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 9 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh
karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Pemohon Kasasi tidak mendasarkan gugatannya atas Pasal 68 ayat
(1) juncto Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
mengenai merek terkenal;
2. Bahwa gugatan Pemohon Kasasi sebagaimana ternyata dari posita dan
petitum gugatan didasarkan atas Pasal 68 ayat (1) juncto Pasal 4 Undang-
Undang No. 15 Tahun 2001 mengenai itikad tidak baik;
3. Bahwa Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) huruf b adalah 2 (dua) hal yang berbeda
dan dalam konteks gugatan pembatalan pendaftaran merek bersifat alternatif
bukan kumulatif;
4. Bahwa peniruan merek dagang pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tidak selalu harus
dilakukan terhadap merek terkenal dalam pengertian Pasal 6 ayat (1) huruf
b. Dalam Penjelasan Pasal 4 digunakan istilah “merek yang sudah dikenal”,
bukan “merek terkenal”. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 15 Tahun
2001 tidak mensyaratkan merek yang ditiru dan/atau dijiplak harus merek
terkenal menurut kriteria Pasal 6 ayat (1) huruf b;
5. Bahwa merek Bodycology Pemohon Kasasi adalah merek yang sudah lama
dikenal dan terdaftar di negara asalnya Amerika Serikat (sejak 1992) dan di
negara-negara lain di dunia jauh sebelum Termohon Kasasi mendaftarkan
merek tersebut pada tanggal 17 Januari 2011 (vide surat bukti P-1, P-2, P-3,
P-4, P-5 dan T-1);
6. Bahwa di Indonesia, produk Bodycology Pemohon Kasasi yang juga sudah
lama dikenal dengan mudah dapat ditemui dan dibeli di mal-mal terkemuka
di Jakarta seperti di Plaza Senayan, Plaza Indonesia, Pondok Indah Mall,
dan sebagainya. Berikut ini adalah foto produk-produk Bodycology Pemohon
Kasasi yang dijual di Guardian Plaza Indonesia dan Plaza Senayan;
7. Bahwa produk Bodycology Pemohon Kasasi sudah terdaftar pula pada
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI,
antara lain dengan No. POM CE51100101130, POM CE51100601132
dan POM CE51100701131 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 10 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
Republik No. 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal 20 Agustus 2010
tentang Notifikasi Kosmetika yang mewajibkan setiap produk kosmetika
didaftarkan pada BPOM untuk memperoleh izin edar dari Menteri
kesehatan;
8. Bahwa pendaftaran produk Bodycology Pemohon Kasasi pada BPOM
tersebut pada diakses oleh masyarakat umum dari situs:
http:/www.pom.go.id/webreg/index,php/home/produk/all/row/10/page/1/order/
4/DESC/serach/6/Advanced%20Beauty;
9. Bahwa selain itu, merek/produk Bodycology Pemohon Kasasi dapat diakses
setiap saat dari waktu ke waktu di seluruh dunia termasuk di Indonesia dari
situs www.bodycology.com;
10.Bahwa akses mengakses situs internet dan belanja di mal-mal terkemuka di
Jakarta bahkan di luar negeri bagi golongan masyarakat menengah ke atas
seperti Termohon Kasasi merupakan “fakta notoir” yang menurut hukum
acara dianggap terbukti tanpa perlu pembuktian lebih lanjut;
11.Bahwa Bodycology bukan kata umum, melainkan “kata temuan” Pemohon
Kasasi (“Invented word”) yang tidak terdapat dalam kamus bahasa
manapun;
12.Bahwa tanpa meniru dan/atau menjiplak merek Bodycology Pemohon Kasasi
mustahil Termohon Kasasi terpikir untuk mendaftarkan merek Bodycology;
13.Bahwa dengan demikian dapat dipastikan Termohon Kasasi telah
mendaftarkan merek Bodycology dengan itikad tidak baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 15 Tahun 2011;
14.Bahwa Prof.Z. Asikin Kusumah Atmadja, SH., Ketua Muda Perdata
Mahkamah Agung RI melalui Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 16
Desember 1986 Reg.No. 220/PK/Perd/1986 dalam kasus NIKE (halaman 56
dan 57) menulis sebagai berikut:
“Bahwa Republik Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan turut
serta dalam pergaulan bangsa-bangsa, wajib pula memelihara hubungan
Internasional dengan menghormati antara lain merek-merek Warga negara
Asing. Hal ini tidak hanya terbatas pada keadaan dimana ada hubungan
hukum antara prinsipal dengan agen, melainkan juga sikap pengusaha
Indonesia yang mengetahui adanya merek yang terkenal secara
internasional meskipun tidak/belum didaftarkan dalam Daftar Umum Kantor
Milik Perindustrian tetapi namanya sudah dikenal juga di Indonesia
sesuai dengan makna Undang-Undang No. 21 Tahun 1961, tidak dapat
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 11 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
menggunakan merek yang sama seperti merek asing yang terkenal tersebut,
demi untuk melindungi masyarakat konsumen Indonesia terhadap kekeliruan
seakan-akan merek Indonesia tersebut adalah keluaran pabrik yang sama
dengan merek asing yang asli. Hal ini juga berarti Warga Negara Indonesia
yang memproduksi barang-barang buatan Indonesia wajib menggunakan
nama-nama merek yang jelas menampakkan identitas Nasional Indonesia
dan sejauh mungkin menghindari menggunakan nama merek yang mirip
apalagi menjiplak nama merek asing;
15.Bahwa putusan Mahkamah Agung RI dalam kasus NIKE tersebut telah
menjadi yurisprudensi tetap yang diikuti antara lain oleh Putusan Mahkamah
Agung RI tanggal 3 November 1995 No. 426 PK/Pdt/1994 dalam kasus
GIORDANO, Putusan Mahkamah Agung RI tanggal 11 Juni 2003 No. 013 K/
N/HaKI/2003 dalam kasus DAVIDOFF, Putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat tanggal 1 Desember 2010 No. 59/Merek/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst dalam
kasus BAWANG dan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 4 Juli
2013 No. 17/Pdt.Sus/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst dalam kasus TRUPER;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut, Mahkamah
Agung berpendapat:
mengenai alasan ke 1 s/d 15
Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut dapat dibenarkan, oleh karena
setelah meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 18 Februari 2014
dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah salah menerapkan hukum dengan
pertimbangan sebagai berikut:
- Bahwa merek “Bodycology” bukan kata umum atau populer dalam
masyarakat, tetapi merupakan kreasi atau ciptaan;
- Bahwa telah terbukti Pemohon Kasasi telah mendaftarkan mereknya
“Bodycology” di Amerika Serikat sejak 1992, Eropa dan Chile;
- Bahwa ternyata Termohon Kasasi pada tanggal 17 Januari 2011 telah
mendaftarkan produknya dengan merek yang sama yaitu persamaan bunyi
ucapan dengan merek Pemohon Kasasi yaitu “Bodycology”. Fakta ini
membuktikan Termohon Kasasi telah tidak beritikad baik pada waktu
melakukan pendaftaran. Karena kawasan Amerika Serikat dan Benua Eropa
merupakan kawasan perdagangan yang sangat tinggi pertumbuhan dan
peredaran produk-produk mereka, sehingga menjadi rujukan bagi
pengusaha-pengusaha kawasan atas negara lain termasuk Indonesia;
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 12 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
- Bahwa sesuai dengan hasil pemeriksaan di persidangan Penggugat telah
dapat membuktikan dalilnya bahwa merek “bodycology” yang terdaftar atas
nama Tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
“Bodycology” miliknya yang telah digunakan dan terdaftar di Amerika Serikat
dan di beberapa negara lain, jauh hari sebelum Tergugat mendaftarkan
merek miliknya di Indonesia, serta membuktikan bahwa merek milik
Penggugat adalah kata temuan oleh Penggugat dan bukan kata umum yang
dapat ditemukan dalam kamus-kamus umum bahasa, sehingga sulit
dijelaskan secara akal sederhana, bahwa tanpa tindakan meniru atau
menjiplak merek tersebut seseorang in casu Tergugat dapat menemukan
merek “bodycology” tersebut, sebaliknya Tergugat tidak dapat membuktikan
bahwa merek “bodycology” yang terdaftar atas nama dirinya adalah hasil
temuannya sendiri, karena itu gugatan Penggugat layak untuk diterima untuk
seluruhnya karena Penggugat dapat membuktikan dalilnya bahwa
pendaftaran merek “bodycology” atas nama Tergugat dilakukan dengan
itikad tidak baik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 Undang-
Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Merek;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Mahkamah Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: ADVANCED BEAUTY
SYSTEMS Inc. tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 69/PDT.SUS/Merek/2013/
PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 22 Januari 2014 serta Mahkamah Agung akan
mengadili sendiri dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah
ini;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi dikabulkan, Termohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi ini;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: ADVANCED
BEAUTY SYSTEMS Inc. tersebut;
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 13 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Nomor 69/PDT.SUS/Merek/ 2013/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 22 Januari
2014;
MENGADILI SENDIRI :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Penggugat sebagai pemilik Merek Bodycology;
3. Menyatakan merek bodycology terdaftar No. IDM000289450 atas nama
Tergugat, mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
Bodycology milik Penggugat;
4. Menyatakan Tergugat sebagai pendaftar yang beritikad tidak baik atas
pendaftaran merek Bodycology terdaftar No. IDM000289450;
5. Menyatakan batal dan/atau membatalkan pendaftaran merek Bodycology
terdaftar No. IDM0000289450 atas nama Tergugat dan segala akibat
hukumnya;
6. Memerintahkan Panitera atau Pejabat yang berwenang untuk itu, guna
menyampaikan salinan putusan perkara ini kepada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) agar dapat mencatatkan pembatalan pendaftaran
merek Bodycology terdaftar No. IDM000289450 dari Daftar Umum Merek
dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek;
Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam
semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ditetapkan sebesar
Rp5.000.000,- (lima juta Rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa tanggal 19 Agustus 2014 oleh Syamsul Ma’arif,
SH.,LL.M.,Ph.D., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH.,LL.M., dan H. Hamdi,
SH.,M.Hum., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan
tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dan Ferry Agustina Budi
Utami, SH.,MH., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak
Anggota-anggota, K e t u a,
Ttd./Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH.,LL.M. Ttd./
Ttd./H. Hamdi, SH.,M.Hum. Syamsul Ma’arif, SH.,LL.M.,Ph.D.
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 14 dari 14 hal.Put.Nomor 364 K/Pdt.Sus-HKI/2014
Panitera Pengganti,
Ttd./
Ferry Agustina Budi Utami, SH.,MH.
Biaya-biaya:1. Meterai ...................... :Rp 6.000,002. Redaksi ...................... :Rp 5.000,003. Administrasi Kasasi..... :Rp4.989.000,00 + Jumlah ................. :Rp5.000.000,00
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG RI
an. PANITERA
Panitera Muda Perdata Khusus,
( RAHMI MULYATI, S.H., M.H. )NIP : 19591207 1985 12 2 002
MAHKAM
AH AGUNG
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14