PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL - bi.go.id · Peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi...
-
Upload
truongkien -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL - bi.go.id · Peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi...
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 1
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan
yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,64% (y.o.y). Sementara secara tahunan
ekonomi tumbuh sebesar 7,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
7,68% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan dimaksud masih sesuai proyeksi Bank
Indonesia Gorontalo sebelumnya yang berada pada kisaran 7,3-7,8% (y.o.y). Masih kuatnya
dorongan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor menjadi landasan utama masih
bertahannya pertumbuhan ekonomi regional ditengah perlambatan ekonomi nasional.
Di sisi penawaran, membaiknya perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan
didorong oleh peningkatan kinerja sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor
perdagangan-hotel-restoran (PHR). Perkembangan sektor konstruksi seiring dengan
peningkatan penyerapan belanja modal APBD yang merupakan siklus akhir tahunan.
Sementara peningkatan kegiatan sektor pengangkutan dan PHR seiring dengan kegiatan
libur akhir tahun masyarakat.
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih tingginya ekspor.
Peningkatan ekspor terutama untuk komoditas gula rafinasi dan jagung seiring dengan
membaiknya harga jagung dan gula di pasaran internasional.
Grafik 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
1.1 SISI PERMINTAAN
Di sisi permintaan, pertumbuhan didukung masih stabilnya kinerja ekspor sementara
kinerja komponen lainnya relatif melambat.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.1.1 KONSUMSI
Pada triwulan IV-2012 konsumsi secara keseluruhan tumbuh 6,65% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 7,47% (y.o.y). Perlambatan
tersebut terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.
Grafik 1.2 Grafik 1.3 Perkembangan APBD Pemprov Kredit Konsumsi
Grafik 1.4 Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen TW IV-2012 Survei Konsumen Bank Indonesia
I II III IV I II III IV
Konsumsi 854.851 878.346 902.823 936.311 3.572.330,96 931.154 956.972 970.220 997.601 3.855.945,95
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 535.524 544.339 557.336 565.484 2.202.682,42 568.365 576.142 591.459 595.727 2.331.693,24
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8.043 8.357 8.709 8.551 33.659,93 8.858 8.621 9.012 9.130 35.619,54
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 311.284 325.649 336.778 362.277 1.335.988,61 353.931 372.208 369.749 392.744 1.488.633,17
Pembentukan Modal Tetap Bruto 259.373 267.105 277.037 294.431 1.097.945,79 274.486 294.183 300.172 304.361 1.173.202,63
Perubahan Stok (95.096) (113.313) (104.695) (166.998) (480.102,12) (113.913) (150.269) (133.837) (169.045) (567.063,03)
Ekspor Barang dan Jasa 93.093 93.268 97.206 100.874 384.440,51 103.586 107.238 105.929 109.667 426.421,45
Impor Barang dan Jasa 349.473 351.431 364.374 367.879 1.433.157,02 368.581 369.962 380.808 385.537 1.504.887,18
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 762.748 773.976 807.996 796.738 3.141.458,12 826.734 838.162 861.676,41 857.046,92 3.383.619,83
I II III IV I II III IV
Konsumsi 8,93 4,43 (0,47) (4,73) 1,61 8,93 8,95 7,47 6,55 7,94
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,03 (0,47) (3,80) (8,11) (2,60) 6,13 5,84 6,12 5,35 5,86
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8,73 7,81 9,76 9,14 8,87 10,13 3,15 3,48 6,77 5,82
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20,83 13,68 5,31 0,75 9,20 13,70 14,30 9,79 8,41 11,43
Pembentukan Modal Tetap Bruto 13,39 9,35 5,42 2,61 7,35 5,83 10,14 8,35 3,37 6,85
Perubahan Stok 31,67 (4,89) (34,49) (26,87) (17,16) 19,79 32,61 27,83 1,23 18,11
Ekspor Barang dan Jasa (11,19) (15,97) (18,21) 5,40 (10,67) 11,27 14,98 8,97 8,72 10,92
Impor Barang dan Jasa 1,37 (0,33) (1,24) (9,30) (2,63) 5,47 5,27 4,51 4,80 5,01
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,75 6,81 6,33 8,92 7,68 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71
2011 (% y.o.y)2011
20112011
KOMPONEN
KOMPONEN2012
2012
2012 (% y.o.y)2012
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 3
Produksi pertanian yang terkendala baik pada sub sektor pertanian tanaman pangan
dan sub sektor perikanan laut mendorong melemahnya daya beli petani pada triwulan
laporan yang tercermin dari kontraksi Nilai Tukar Petani. Kontraksi NTP terjadi sejak bulan
Januari 2012 dan terus meningkat nilainya hingga Desember 2012. Hal ini menjadi
pendorong melemahnya kegiatan konsumsi rumah tangga secara umum.
Namun melemahnya daya beli masyarakat petani sedikit diredam oleh meningkatnya
pertumbuhan belanja pegawai. Hal ini tercermin dari realisasi belanja pegawai Pemprov
yang tumbuh 36,2% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
15,6% (y.o.y).
Grafik 1.6 Grafik 1.7 Perkembangan NTP Perkembangan APBD Belanja Pegawai
Grafik 1.8 Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Konsumsi BBM Rumah Tangga
1.1.2 INVESTASI
Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2014 tumbuh 3,37 % (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,35% (y.o.y). Perlambatan
investasi terutama untuk investasi non bangunan sementara investasi bangunan masih
tumbuh baik.
Indikator melambatnya pertumbuhan investasi ditunjukkan oleh kontraksi kredit
investasi. Pada bulan Desember 2012 kredit investasi terkontraksi 25,0% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya yang mencapai 17,6% (y.o.y). Perlambatan ini
diperkirakan sebagai dampak menurunnya kinerja sektor industri selama triwulan laporan.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
Grafik 1.10 Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Realisasi Belanja Modal Pemprov.
Sementara itu investasi bangunan masih cukup baik, tercatat angka penjualan
semen tumbuh 88,4% (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang sebesar 3,1% (y.o.y). Pertumbuhan kredit sektor konstruksi juga masih cukup baik
sampai dengan bulan Desember 2012.
Grafik 1.12 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Semen Kredit Konstruksi.
Investasi swasta selama tahun 2012 antara lain dilakukan oleh beberapa perusahaan yaitu :
- PT. Pabrik Gula Gorontalo sebesar Rp 175 Miliar untuk penambahan produksi gula rafinasi
- PT. Gorontalo Mineral sebesar Rp 40,8 Miliar untuk penambahan peralatan & modal kerja
- PT. Tenaga Listrik Gorontalo sebesar Rp 18,8 Miliar untuk pembangunan PLTU Molotabu
- PT. Harim sebesar Rp 5,7 Miliar untuk perluasan fasilitas gedung
- PT. Multi Nabati sebesar Rp 700 Juta
- PT. Simi sebesar Rp 1,7 Miliar untuk pengembangan riset jagung
1.1.3 EKSPOR – IMPOR
Kinerja ekspor selama triwulan IV-2012 secara keseluruhan stabil. Ekspor triwulan
IV-2012 tumbuh sebesar 8,72% (y.o.y) hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 8,97% (y.o.y), demikian halnya kinerja impor, impor tumbuh 4,51% (y.o.y)
hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya 4,80% (y.o.y)
Perkembangan ekspor luar negeri tumbuh cukup baik selama triwulan IV-2012. Nilai
ekspor mencapai US$ 3,43 juta sementara pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 2,76
juta. Ekspor triwulan IV-2012 masih didominasi oleh komoditas jagung dan gula rafinasi
sementara komoditas kayu/barang kayu mengalami penurunan. Kenaikan permintaan gula
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 5
rafinasi terutama diarahkan untuk memenuhi pasar Korea Selatan sementara jagung
diarahkan untuk memenuhi permintaan Filipina.
Grafik 1.14 Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Perkembangan Harga Jagung Internasional
Grafik 1.16 Grafik 1.17 Rincian Muat Barang Per Pelabuhan Penjualan Jagung Gorontalo
.
Perkembangan impor Gorontalo triwulan IV-2012 didorong peningkatan impor raw
sugar sebesar US$ 23,9 juta yang dilakukan oleh PT PG Gorontalo untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku gula rafinasi. Volume impor antar pulau juga menunjukkan
peningkatan, tercatat pada triwulan laporan volume bongkar barang tumbuh 53% (y.o.y)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,6% (y.o.y).
Grafik 1.18 Grafik 1.19 Perkembangan Bongkar Barang Perkembangan Impor Luar Negeri
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
1.2 SISI PENAWARAN
Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan
dengan dukungan sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor perdagangan-hotel-
restoran (PHR).
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan IV-2012 cukup stabil, sektor pertanian
tumbuh 5,7% (y.o.y) hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,72% (y.o.y).
Pada triwulan laporan Gorontalo memasuki musim tanam padi dan jagung sehingga
produksi panen rendah. Sementara itu kondisi cuaca ekstrim di perairan menyebabkan
produksi sub sektor perikanan menurun. Peningkatan terjadi pada sub sektor peternakan,
data dari Dinas Peternakan mencatat produksi sapi Gorontalo tumbuh hingga 7% pada
tahun 2012.
Pada triwulan laporan, produksi jagung terbesar terjadi di Kab. Pohuwato sementara
untuk Kab. Boalemo sebagian besar memasuki musim tanam. Sementara untuk padi,
produksi terbesar terjadi di Kab. Pohuwato sementara lumbung produksi padi di Kab.
Gorontalo dan Boalemo memasuki musim tanam. Berdasarkan data Dinas Pertanian Prov.
Gorontalo, sepanjang triwulan IV-2012 lahan yang mengalami puso cukup besar. Tercatat
67 hektar lahan pertanian Jagung mengalami puso yang terbesar di Kec. Popayato Kab.
Gorontalo (53 Ha), sementara untuk komoditas padi tercatat 88 hektar lahan puso di Kec.
Telaga Biru dan Kec. Telaga Jaya Kab. Gorontalo akibat banjir bandang.
Sementara itu kelangkaan pupuk sempat terjadi di Gorontalo. Kelangkaan pupuk
Urea yang terjadi pada Desember 2012 disebabkan kapal pengangkut pupuk enggan
bersandar di Pelabuhan Anggrek terkait produktivitas tenaga bongkar muat yang dirasakan
tidak maksimal. Dari target bongkar muat sebesar 750-1000 ton/hari realisasinya hanya
mencapai 200-500ton/hari. Hal ini mengakibatkan biaya sandar kapal meningkat. Pemprov
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 224.915,82 218.187,49 228.328,98 213.676,50 885.108,79 237.866,28 230.559,95 241.395,50 225.856,50 935.678,22
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8.257,09 8.684,55 9.308,41 9.138,02 35.388,08 9.212,82 9.340,39 9.560,64 9.615,89 37.729,73
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 57.776,66 59.288,96 62.754,96 64.796,70 244.617,28 65.464,67 66.523,58 67.869,37 68.119,96 267.977,58
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4.384,61 4.429,28 4.557,70 4.641,46 18.013,05 4.676,63 4.821,66 4.934,57 5.044,81 19.477,67
5. BANGUNAN 66.678,94 70.115,64 74.588,92 73.421,60 284.805,11 74.388,82 76.954,74 79.311,52 80.856,52 311.511,62
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 108.849,78 113.225,97 118.888,33 121.039,34 462.003,43 122.522,55 126.486,03 130.913,07 133.492,22 513.413,87
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 81.166,56 83.578,36 86.359,27 87.391,26 338.495,46 86.867,51 90.391,57 94.508,33 96.136,07 367.903,47
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 67.513,76 68.321,45 70.417,46 71.816,97 278.069,64 72.508,35 75.445,05 77.080,46 78.898,51 303.932,37
9. JASA-JASA 143.204,96 148.143,80 152.792,01 150.816,51 594.957,28 153.226,44 157.639,45 156.102,96 159.026,44 625.995,30
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 762.748,19 773.975,51 807.996,04 796.738,37 3.141.458,12 826.734,07 838.162,42 861.676,41 857.046,92 3.383.619,83
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 10,84 3,02 2,52 8,87 6,17 5,76 5,67 5,72 5,70 5,71
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,72 6,66 7,20 9,31 6,76 11,57 7,55 2,71 5,23 6,62
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,02 7,01 7,37 10,53 7,53 13,31 12,20 8,15 5,13 9,55
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10,86 9,17 9,06 7,31 9,06 6,66 8,86 8,27 8,69 8,13
5. BANGUNAN 8,06 11,34 10,60 8,29 9,57 11,56 9,75 6,33 10,13 9,38
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12,07 12,71 11,27 12,43 12,11 12,56 11,71 10,11 10,29 11,13
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,42 9,26 8,65 8,96 9,06 7,02 8,15 9,44 10,01 8,69
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 11,04 9,15 6,98 8,14 8,78 7,40 10,43 9,46 9,86 9,30
9. JASA-JASA 3,98 3,79 4,44 6,29 4,63 7,00 6,41 2,17 5,44 5,22
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8,75 6,81 6,33 8,91 7,68 8,39 8,29 6,64 7,57 7,71
20112011
2011 (% y.o.y)2011
SEKTOR
SEKTOR
20122012
2012 (% y.o.y)2012
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 7
telah mengambil opsi untuk menghubungi produsen pupuk lainnya (PKT) dengan opsi
pengiriman melalui jalur darat melalui Sulawesi Selatan (Pelabuhan Makassar) dan
Sulawesi Utara (Pelabuhan Bitung).
.
Grafik 1.20 Grafik 1.21 Luas Panen Padi & Jagung Luas Tanam Padi & Jagung
Tabel 1.3
Tabel 1.4
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan peningkatan selama
triwulan IV-2012. Salah satu faktor utama adalah kegiatan masyarakat selama musim libur
akhir tahun. Pertumbuhan ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat sebesar
10,01% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,44%
(y.o.y).
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
Kinerja sub sektor angkutan darat diperkirakan meningkat, hal ini dikonfirmasi oleh
data penjualan BBM dan penghimpunan pajak kendaraan bermotor yang meningkat.
Demikian juga untuk sub sektor angkutan laut dan ferry menunjukkan peningkatan
sebagaimana dikonfirmasi oleh jumlah penumpang kapal laut dan jumlah kargo angkutan
laut yang masuk dan keluar Gorontalo. Kinerja sektor angkutan udara pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan, maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia menambah jumlah
penerbangan yang masuk dan keluar Gorontalo.
Grafik 1.22 Grafik 1.23 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Grafik 1.24 Grafik 1.25 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut
Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Penumpang Pesawat Perkembangan Bagasi Pesawat
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 9
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo tumbuh
stabil. Sektor PHR pada triwulan IV-2012 tumbuh 10,29% (y.o.y) hampir sama dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2012 sebesar 10,11% (y.o.y) Kegiatan libur akhir tahun,
International Maize Conference, dan Festival Karawo 2012 menjadi pendukung peningkatan
kinerja di sektor ini.
Sub sektor perdagangan menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Pendorong
kinerja perdagangan terutama disebabkan meningkatnya kembali perdagangan ekspor luar
negeri terutama untuk komoditas jagung dan gula rafinasi. Perdagangan luar negeri Jagung
mencapai US$ 743 ribu sementara gula rafinasi US$ 2,65 juta kondisi ini meningkat
dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat ekspor Jagung sebesar US$ 552 ribu dan
gula rafinasi sebesar US$ 2,1 juta. Permintaan datang dari Korea dan Filipina.
Grafik 1.28 Grafik 1.29 SKDUSub Sektor Perdagangan Volume Muat Pelabuhan
Grafik 1.30 Grafik 1.31 Tingkat Penghunian Hotel Listrik Kelompok Bisnis
Sementara itu sub sektor perhotelan mengalami peningkatan hal tersebut
dikonfimasi oleh data tingkat penghunian hotel (TPK) yang menunjukkan kenaikan selama
triwulan IV-2012. TPK bulan Desember mencapai 34.46% lebih tinggi dibandingkan kondisi
September sebesar 33,5%. Kegiatan Internasional Maize Conference yang dilaksanakan di
bulan November mendorong tingkat penghunian dari 19 Hotel di Gorontalo (1976 kamar)
hingga mencapai 80%.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan peningkatan. Pada triwulan
IV-2012 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 10,13% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 6,33 % (y.o.y). Upaya pemerintah meningkatkan penyerapan belanja
APBD mendorong peningkatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur bangunan.
Kenaikan penjualan semen selama triwulan laporan cukup signifikan, penjualan
semen tumbuh 88,41% (y.o.y) pada triwulan IV-2012 sementara pada triwulan sebelumnya
hanya tumbuh 3,10% (y.o.y). Peningkatan kegiatan sektor bangunan juga terlihat dari
pembiayaan proyek pemerintah yang pertumbuhannya meningkat selama triwulan laporan.
Grafik 1.32 Grafik 1.33 Belanja Modal APBD Penjualan Semen
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan tumbuh 9,86% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2012 sebesar 9,46% (y.o.y). Kondisi ini lebih didorong oleh
tumbuhnya sub sektor keuangan terutama perbankan.
Net Interest Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang meningkat
Sampai dengan bulan Desember 2012, NIM perbankan mencapai Rp 609 Miliar atau
tumbuh 16,54% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode September 2012 yang
tumbuh 13,36% (y.o.y). Meningkatnya NIM perbankan didorong oleh menurunnya
pertumbuhan beban bunga seiring dengan penurunan suku bunga perbankan.
Grafik 1.34 Grafik 1.35
NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 11
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan IV-2012 tumbuh 5,13% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 8,15% (y.o.y). Melambatnya kinerja di sektor ini
dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator yaitu konsumsi listrik industri, penggunaan BBM
industri dan Survei SKDU Industri Pengolahan.
Penurunan kinerja industri terutama didorong oleh melemahnya kinerja sektor
industri kayu di Gorontalo. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja ekspor kayu yang menurun,
tercatat pada triwulan III-2012 ekspor kayu mencapai US$ 38.150 sementara pada triwulan
IV-2012 hanya sebesar US$ 80.322. Melemahnya kinerja industri pengolahan kayu/barang
dari kayu disebabkan karena menurunnya permintaan. Sementara itu menurut hasil survei
Produksi Industri BPS Prov. Gorontalo beberapa sektor industri yang menurun adalah
industri tekstil, industri pakaian jadi, industri barang dari logam, dan industri percetakan.
Grafik 1.36 Grafik 1.37 Konsumsi Listrik Industri Ekspor Kayu/Barang Kayu
Grafik 1.38 Grafik 1.39 Konsumsi BBM Industri SKDU Industri Pengolahan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor Listrik Gas dan Air Bersih pada triwulan IV-2012 menunjukkan
penurunan, penurunan ini terutama pada sub sektor kelistrikan akibat terjadi defisit pasokan
listrik sebesar 4MW karena gangguan pada sistem listrik Minahasa di PLTU Amurang.
Sementara itu kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2012
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tumbuh 5,23% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,71% (y.o.y). Peningkatan kegiatan
konstruksi berimbas pada permintaan bahan galian C di Gorontalo. Kinerja sektor jasa-jasa
pada triwulan IV-2012 tumbuh 5,44% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 2,17% (y.o.y). Meningkatnya kinerja jasa-jasa
diindikasikan oleh pertumbuhan kredit jasa-jasa perbankan.
.
Grafik 1.40 Realisasi Kredit Jasa-jasa
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 13
BOX 1 : SURVEI PERSEPSI MASYARAKAT GORONTALO
TERHADAP SUBSIDI BBM
Subsidi BBM nasional terus meningkat dari Rp 137 Triliun pada tahun 2012 menjadi
Rp 197 Triliun pada tahun 2013. Besarnya subsidi BBM ini dirasakan semakin memberatkan
anggaran pemerintah ditengah ketidakpastian harga minyak dunia. Wacana untuk
mengurangi subsidi BBM melalui penyesuaian harga maupun pembatasan kuota telah coba
disampaikan kepada publik terutama efek kemanfaatan yang dirasakan kurang serta
cenderung tidak tepat sasaran. Beberapa Kepala Daerah mengharapkan kebijakan subsidi
BBM dapat ditinjau ulang sehingga alokasi anggaran yang ada dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pembangunan infrastruktur daerah.
Demikian halnya dengan Provinsi Gorontalo, pertumbuhan ekonomi yang rata-rata
7,5% per tahun dibarengi pula dengan tingkat konsumsi BBM subsidi yang cukup besar.
Data Pertamina menyebutkan bahwa pada tahun 2010 konsumsi BBM subsidi mencapai
77.353 kiloliter untuk premium dan 23.456 kiloliter untuk solar kemudian terus mengalami
peningkatan pada tahun 2012 menjadi 112.347 kiloliter untuk premium dan 36.273 kiloliter
untuk solar. Dalam publikasinya yang dimuat dalam Gorontalo Post tanggal 29 Januari 2013
menyebutkan bahwa besaran subsidi BBM untuk Provinsi Gorontalo tahun 2012 adalah
sebesar Rp 703 Miliar hampir sebanding dengan keseluruhan belanja modal di
kab/kota dan Provinsi Gorontalo yang pada tahun 2012 tercatat sebesar Rp 852 Miliar.
Grafik 1.41 Subsidi BBM vs Belanja Modal
Melihat kenyataan tersebut, mendorong pemikiran bahwa sebaiknya angka subsidi
yang cukup besar tersebut dapat dialihkan pada belanja infrastruktur. Perbaikan jalan,
jembatan, bandara, dan pelabuhan mungkin akan memberikan multiplier effect lebih baik
dibandingkan untuk kepentingan subsidi. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini apakah
masyarakat Gorontalo siap menghadapi penyesuaian harga maupun pembatasan subsidi
yang akan diterapkan Pemerintah Pusat apabila harga minyak dunia mengalami kenaikan
diluar batas toleransi APBN.
Subsidi Premium Rp449.388.000.000
Subsidi Solar Rp199.501.500.000
Subsidi Minyak Tanah Rp54.660.000.000
Tota Subsidi Rp703.549.500.000
Provinsi Gorontalo Rp159.902.148.361
Kota Gorontalo Rp83.393.865.282
Kab. Gorontalo Rp144.901.360.609
Kab. Boalemo Rp106.913.400.232
Kab. Pohuwato Rp115.409.636.923
Kab. Bone Bolango Rp120.701.552.450
Kab. Gorontalo Utara Rp120.871.613.744
Total Belanja Modal Rp852.093.577.601
Anggaran Subsidi Provinsi Gorontalo Th. 2012
Anggaran Belanja Modal Th. 2012
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
Bank Indonesia coba memetakan persepsi masyarakat melalui survei yang dilakukan
terhadap 100 responden yang terdiri atas profesi PNS (15%); Pegawai swasta/BUMN
(10%); Wiraswasta/pedagang/pengusaha (50%); ibu rumah tangga (15%); dan
mahasiswa/pelajar (10%). Survei lebih difokuskan pada kelompok pendapatan masyarakat
menengah kebawah yang diduga rentan terhadap isu kenaikan harga maupun pembatasan
BBM bersubsidi.
Dilihat dari besaran konsumsi BBM subsidi per bulan, 30% responden menjawab
besaran konsumsi BBM subsidi berkisar Rp 100-300 Ribu, 23% responden menjawab Rp
300-500 Ribu. Hampir sebagian besar responden (67%) menilai bahwa subsidi yang
dilakukan saat ini tidak tepat sasaran dan salah peruntukan.
Terkait wacana penyesuaian harga BBM, 77% responden menyatakan bahwa tidak setuju
apabila harga BBM bersubsidi dinaikkan. Namun 70% dari responden yang menyatakan
tidak setuju kenaikan harga, 70% diantaranya setuju apabila dilakukan pembatasan
terhadap konsumsi BBM bersubsidi tentu saja dengan mekanisme yang jelas dan mudah
penerapannya dilapangan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembatasan BBM subsidi
sebenarnya tidak dikeluhkan oleh responden, namun kenaikan harga BBM cenderung
akan ditolak.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012 15
Sementara itu dari responden yang menjawab setuju apabila harga BBM dinaikkan, 39%
responden menyatakan harga yang sesuai adalah Rp 5.000/liter sementara 30% menjawab
harga Rp 6.000/liter. Responden menilai bahwa apabila terjadi kenaikan harga BBM 74%
menyatakan bahwa akan melakukan penghematan konsumsi BBM. Sementara apabila
terjadi penambahan biaya konsumsi BBM, 74% responden akan mengurangi
anggaran rekreasi/hiburan rumah tangga.
Dilihat dari respon responden wiraswasta/pedagang/pengusaha terkait kenaikan harga
BBM, dapat diperhatikan pada tabel dibawah ini, apabila harga BBM bersubsidi menjadi Rp
5.000/liter maka 65% responden akan menaikkan harga jual produknya antara 1-5%, 20%
responden akan menaikkan harga jual produknya antara 6-10% dan sisanya akan
menaikkan harga jual produknya >10%. Sementara ketika harga BBM bersubsidi menjadi
Rp 6.500/liter maka hanya 14% responden akan menaikkan harga jualnya pada kisaran 1-
5%, 44% responden akan menaikkan harga jual produknya antara 6-10% dan sisanya akan
menaikkan harga jual produknya > 10%.
Tabel 1.5 Respon Responden untuk menaikkan harga jual produk
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2012| BANK INDONESIA
Berdasarkan hasil survei tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Responden merasakan bahwa subsidi BBM saat ini kurang tepat sasaran.
- Responden umumnya tidak sependapat dengan kenaikan harga BBM bersubsidi,
namun Responden tidak menolak apabila dilakukan pembatasan terhadap BBM
bersubsidi.
- Kenaikan BBM bersubsidi akan disertai penghematan penggunaan oleh responden.
- Untuk mengurangi beban biaya transportasi, responden akan mengurangi biaya
rekreasi/hiburan rumah tangga.
- Semakin besar kenaikan harga BBM bersubsidi maka responden yang berprofesi
sebagai wiraswasta/pedagang/pengusaha akan menaikkan besaran harga jual
produknya. Pada kenaikan harga terendah Rp 5.000/liter sebagian besar responden
memandang bahwa kenaikan harga jual produk sebesar 1-5% adalah wajar,
sementara pada kenaikan harga tertinggi Rp 6.500/liter sebagian besar responden
menyatakan kewajaran kenaikan harga jual produk adalah > 10%.