Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja Skripsi Diajukan...
Transcript of Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja Skripsi Diajukan...
1
Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja
(Studi kasus : Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang)
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
SKRIPSI
Oleh
ANUGRAH ISRAK
NIM. 080569201022
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG PINANG
2016
2
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ke persembahkan dengan rasa penuh syukur yang sebesar-
besarnya kepada :
� Allah SWT, puji syukur dipanjatkan atas rahmat dan hidayah-Nya,
serta Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup umatnya.
� Ayah saya Sukarno Matamin dan ibu saya Mila Aprila serta kakak
saya Nur Eka sari yang telah memberikan support dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
� Buat keluarga saya Uncle kamsul, Anty Ketty, Om Kamil, Bapak
Komar, Mak Ema, Paman Riun, Bibik Maya, Paman Rahmat, Anty Ayu,
Anty Moly, Sepupu saya, semuanya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa dan dorongan.
� Ibu Suryaningsih, M.Si selaku ketua Komisi Pembimbing dan Ibu
Marisa Elsera, S.Sos Pembimbing kedua, serta bapak Muhammad
Yusuf HM,M.Ed yang sebelumnya menjabat sebagai pembimbing
kedua.
� Para dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan politik Raja Ali Haji Tanjung
Pinang dan seluruh staf yang telah membantu serta memberikan
ilmu dalam pelajaran.
� Terima kasih juga buat teman-teman semua dan anggota Genk saya
“Wak n’ the GENK” dkk, yang telah membantu menemani dan
memberikan inspirasi.
3
� Angkatan seperjuangan tahun 2008 dari Stisipol hingga ke Umrah
dan seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa/mahasiswi
fakultas Fisip Umrah.
� Terakhir ucapan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang
terkait yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini tanpa dapat
disebutkan satu persatu.
4
Kata Pengantar
Puji syukur peneliti sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perilaku menyimpang pada
kalangan remaja (Studi Kasus : Pelaku Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah
Kijang)”.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada
orang tua yang telah memberi dukungan serta semangat positif terhadap
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini mungkin terdapat
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki maupun keterbatasan data yang didapati. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan skripsi ini.
Tanjung pinang, 14 Desember
2015
Penulis,
DAFTAR ISI
5
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
MOTTO vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 16
1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian 16
1.4 Konsep Operasional 17
1.5 Metode penelitian 23
1.5.1 Jenis penelitian 23
1.5.2 Lokasi penelitian 23
1.5.3 Populasi dan sample 24
1.5.4 Jenis dan sumber data 24
1.5.5 Teknik dan alat pengumpulan data 25
1.5.6 Teknik analisa data 26
BAB II KERANGKA TEORI 27
6
2.1 Perilaku Menyimpang 27
2.2 Teori Penyimpangan Sosial 31
2.3 Agen-agen Sosialisasi 34
2.4 Remaja 38
2.5 Balapan Liar 39
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 40
3.1 Gambaran Umum Kijang Kota 40
3.2 Kependudukan 42
3.3 Potensi Sarana Prasarana Olah Raga 43
3.4 Lokasi Dan Waktu Balapan Liar 44
3.5 Jumlah Kecelakaan Yang Pernah terjadi 45
BAB IV PERILAKU MENYIMPANG BALAPAN LIAR PADA
KALANGAN REMAJA 47
4.1 Karakteristik Informan 47
4.1.1 Karakteristik Informan Berdasarkan
Jenis Kelamin 47
4.1.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur 48
4.1.3 Karakteristik Informan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan 49
7
4.2 Profil Informan 50
4.3 Penyebab Terjadinya Balap Liar 57
4.3.1 Pengaruh Lingkungan Keluarga 57
4.3.2 Pengaruh Lingkungan Bermain 60
4.3.3 Pengaruh Lingkungan Masyarakat 62
4.4 Respon Masyarakat Di Sekitar Arena Balap Liar 64
BAB V PENUTUP 67
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran-saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
8
Tabel III.1 LPM, RW, Dan RT Di Kecamatan Bintan Timur 41
Tabel III.2 Jumlah Kepala Keluarga Dan Jumlah Penduduk 42
Tabel III.3 Sarana Dan Prasarana Olah Raga 43
Tabel III.2 Jumlah Kecelakaan Pada Tahun 2015 45
Tabel IV.1 Jumlah Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin 48
Tabel IV.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Umur 49
Tabel IV.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir 50
9
A B S T R A K
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena dari balapan liar yang terjadi pada kalangan remaja. Balapan liar akhir-akhir ini semakin marak terjadi di Indonesia yang tersebar diseluruh penjuru daerah. Pengaruh dari globalisasi dan pergaulan membuat anak-anak remaja ini terlibat dalam aksi balapan liar dijalanan. Mayoritas pelaku balapan yang terlibat dalam aksi balapan liar ini semuanya masih berseragam sekolah.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Karena kenakalan remaja merupakan suatu hal yang bisa saja terjadi pada setiap anak muda yang masih berseragam sekolah atau berstatus pelajar. Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan dimulai dari rasa iseng dan mencoba hal-hal baru yang menurut mereka adalah sesuatu hal menantang tanpa memikirkan resiko dari balapan liar tersebut.
Perhatian dan pengawasan dari orang tua sangat diperlukan, sehingga anak tidak terjerumus dalam aksi balapan liar. Peranan dari orang tua merupakan hal yang terpenting untuk memberikan contoh yang baik terhadap anak. Sehingga pola bimbingan orang tua akan membentuk jati dirinya, yang dapat memahami dan mengerti bagaimana yang seharusnya dilakukan.
Kata Kunci : Remaja, Orang tua, Balapan Liar.
10
A B S T R A C T
This research aims to determine the phenomenon of illegal racing that happened on among adoslescent. Wild racing of late increasingly in Indonesia scattered all over the area. The influence of globalization and intercommunication makes children involved in the juvenile wild racing action on the street. The majority of actors involved in the racing action this wild race everything was still in uniform school.
Adolescence is a crucial period for the formation of identity. Because delinquency is a matter that could have happened to any young people who still wear school uniform or student status. No less than their activities starting from fraudulent taste and try new things which according to them is something that is challenging without thingking about the risks of the wild race.
Attention and supervision from parents is necessary, so that children do not fall into the wild racing action. The role of parents is most important to give a good example to children. So that the pattern of parental guidance will establish his true identity, who can grasp and understand how that should be done.
KeyWords : Adolescent, Parents, Illegal Street Racing.
11
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang diera globalisasi, banyak hal yang berubah.
Pergaulan remaja adalah contoh kecil dari sekian banyak akibat dari
globalisasi. Pengaruh dari globalisasi setiap tahunnya terus mengalami perubahan
dengan cepat dimedia informasi yang berimbas pada pergaulan remaja yang
sudah tidak ada batasnya. Banyak remaja yang melakukan hal-hal yang sangat
merugikan dirinya dan orang lain.
Pengaruh dari globalisasi terhadap remaja sudah tidak terbendung lagi,
baik dari media komunikasi maupun pergaulan yang tersalurkan tanpa batas
tanpa adanya pengawasan. Diakibatkan remaja melakukan perilaku menyimpang
atau tingkah laku hingga pelanggaran norma sosial sudah marak terjadi baik
didaerah-daerah hingga kota besar di indonesia.
Seperti halnya balapan liar, salah satu masalah dari sekian banyak
masalah yang diangkat penulis dalam bentuk skripsi ini. Dimana sudah sangat
meresahkan masyarakat sekitar maupun pengguna jalan umumnya. Menanggapi
tentang semakin maraknya balapan liar yang didominasi oleh anak-anak remaja
yang seharusnya melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi masa
depannya.
12
Semakin maraknya balapan liar akhir-akhir ini terjadi. Menjadi miris
bagi kita sebagai masyarakat mendengarnya, anak-anak muda yang seharusnya
melakukan hal-hal yang positif untuk mengisi waktu luang mereka, apalagi
balapan yang mereka dilakukan pada tengah malam.
Kenakalan remaja itu bisa didefinisikan sebagai perilaku menyimpang
atau tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status
hingga tindak kriminal. Kenalan remaja itu merupakan suatu hal yang bisa saja
terjadi pada setiap anak muda yang masih berseragam sekolah atau berstatus
pelajar maupun masyarakat pada umumnya yang melakukan tindak kriminal.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
remaja. Di sisi yang lain sesungguhnya masa remaja merupakan masa yang
sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Hal ini berarti bahwa keberhasilan
dalam membentuk identitas diri pada masa remaja akan mempengaruhi keberhasilan
yang dicapai pada masa-masa selanjutnya.
Konsep indentitas pada umumnya merujuk pada suatu kesadaran akan
kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang
rentang kehidupan, sekali pun terjadi berbagai perubahan. Faktor pergaulan
didalam lingkungan sangat mempengaruhi pada seorang remaja. Karena dari situ
mereka bisa belajar banyak hal baik itu bersifat positif maupun negatif, maupun
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
13
Menurut Erikson (dalam Cremers,1989), seseorang yang sedang mencari
indentitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha mengalami
diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai
suatu kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti menjadi “seseorang”
yang diterima dan diakui oleh orang banyak.
Lebih jauh dijelaskannya bahwa orang yang sedang mencari identitas
adalah orang yang ingin menentukan “siapakah” atau “apakah” yang diinginkannya
pada masa mendatang. Bila mereka telah memperoleh identitas, maka ia akan
menyadari ciri-ciri khas kepribadiannya, kesukaan atau ketidaksukaan nya, aspirasi,
tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa ia dapat dan harus
mengatur orientasi hidupnya.
Setiap kaum remaja umumnya pasti berhasrat ingin memiliki potensi
atau bakat individual tertentu. Karena pada masa remajalah merupakan masa
yang paling ideal untuk mencari bakat atau mengeksplorasikan kemampuannya
dan menjadikannya suatu potensi individu yang kreatif atau sekedar hoby yang
bisa mengisi waktu luang yang kosong untuk hal-hal yang positif, Seperti
contoh dibidang olah raga, kesenian, maupun pendidikan.
Banyak hal yang bisa dimanfaatkan dalam kegiatan yang diminati oleh
remaja menjadi suatu hal positif dan bermanfaat bagi hidupnya. Dari kegiatan
tersebut bisa menghasilkan suatu pembentukan karakter atau minat yang ingin
14
didalaminya dan berkreatifitas agar bisa didengar, dirasakan, dan dilihat oleh
masyarakat luas.
Menurut (Habsari 2004:2), potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan
yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang
dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang
dengan sarana yang baik, sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-
ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki.
Apapun minat yang diinginkan oleh remaja tersebut, baik itu bersifat
positif maupun negatif pasti akan dilakukannya. Karena, pada masa-masa
remaja itu merupakan masa-masa pencarian identitas atau kebingungan peran,
sangat peka, dan penasaran terhadap hal-hal baru yang dilihatnya. Hal-hal baru
ini akan menimbulkan dampak baik maupun dampak buruk pada kalangan
remaja.
Apabila berdampak buruk, maka tidak heran akan terjadi suatu perubahan
pada remaja yang disebut kenakalan remaja. Dengan tingginya kompleksitas
kehidupan yang terus menerus berkembang, membuat anak-anak remaja pada
umumnya ingin mencari sesuatu hal yang sangat diminati bahkan menyimpang
dan melanggar norma sosial dimasyarakat dan menjadikannya sesuatu kebanggaan
atau identitas individualistis diantara teman-temannya maupun orang lain.
15
Efek dari pergaulan baik itu dari lingkungan masyarakat maupun
dilingkungan sekolah dapat mempengaruhi tumbuhnya suatu kesadaran atau
minat yang bisa menunjang kreatifitas maupun bakat yang dimiliki. Maupun
baik buruknya prilaku para remaja itu tidak terlepas dari pengaruh pergaulan.
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan
sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan,
baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun
pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Didalam pola hubungan-hubungan yang lazim disebut interaksi sosial,
anak atau remaja merupakan salah satu pihak, disamping adanya pihak-pihak
lain. Pihak-pihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadian-
kepribadian tertentu sebagai akibatnya.
Proses saling memengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar,
serta unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk. Unsur-unsur yang lebih
berpengaruh biasanya tergantung dari mentalitas pihak yang menerima. Artinya,
sampai sejauh manakah pihak penerima mampu menyaring unsur-unsur luar
yang diterimanya melalui proses pengaruh-mempengaruhi.
Perilaku menyimpang dapat juga diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada didalam masyarakat. Dalam
16
kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat.
Namun ditengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita
jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku
pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap
norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan
pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant).
Penyebab terjadinya perilaku menyimpang yang terjadi pada kalangan
remaja dikarenakan ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan kedalam
keperibadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas.
Keadaan ini terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna,
misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak atau broken
home. Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan
sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
anggota keluarga.
Disamping itu, proses belajar yang menyimpang, seseorang yang
melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
17
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku
menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
Sebagai contoh kecil dari sekian banyak terjadinya perilaku
menyimpang yaitu karir penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan
kecil-kecilan yang terus meningkat dan semakin berani atau nekat itu
merupakan suatu bentuk proses belajar yang menyimpang.
Adanya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial, mengakibatkan
terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat
mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi dalam upaya
mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia
mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
Ikatan sosial yang berlainan setiap orang umumnya berhubungan dengan
beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang
menyimpang. Maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku
menyimpang.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Seringnya media massa mempilkan berita atau tayangan tentang tindakan
kejahatan atau (perilaku menyimpang) hal inilah yang dikatakan sebagai proses
belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang.
18
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang didalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.
Kita tahu bahwa remaja sangat banyak dan sering membuat onar
dijalanan. Remaja tidak memikirkan sebab dan akibat yang dilakukannya
mereka hanya tahu senang-senang. Hal tersebut sering disebut kenakalan remaja
dan apakah kenakalan remaja itu. Kenakalan remaja adalah perilaku-perilaku
yang dilakukan remaja diluar dengan tujuan untuk bersenang-senang bersama
teman-temannya.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut seringkali terjadi dalam realistis
kehidupan dalam masyarakat sekarang ini, seperti geng-geng motor khususnya
didaerah Kijang Kota yang cenderung meresahkan masyarakat. Didalam konteks
ini, balapan liar yang terjadi di kijang kota merupakan hal yang sudah lama
terjadi.
Mulai dari balapan liar atau kebut-kebutan dijalan, minum-minuman keras
bahkan menjurus anarkis, seperti bentrok dengan warga sekitar maupun pengguna
jalan lainnya yang merasa terganggu kepada anak-anak remaja yang balap liar
dijalan raya. Semua itu mereka lakukan hampir disetiap kesempatan dalam
ngumpul dan nongkrong bersama teman-temannya.
19
Penyebab terjadinya perilaku balap liar dikalangan remaja dapat dilihat
dari media-media sosial atau agen sosialisasi. Dimana agen sosialisasi tersebut
terdapat dilingkungan keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah, dan media
massa. Menurut Rumiyati, dkk., (2006:7), media-media lingkungan sosial atau
sering disebut agen sosialisasi yang sangat berperan penting dalam pembentukan
kepribadian individu.
Balapan liar ini sesungguhnya sangat beresiko jika dilakukan ditempat
umum bukan ditempat atau sarana balapan yang telah disediakan. Tidak jarang
nyawa menjadi taruhannya, bahkan masa depan menjadi taruhannya, karena dari
aktifitas balapan liar ini kebanyakan terjadi kecelakaan yang berujung maut.
Balapan liar itu dimulai setiap hari libur tanpa memikirkan pengguna
jalan lainnya yang membuat warga sekitar menjadi emosi melihat anak-anak
kebut-kebutan dan berisik akibat suara knalpot plong atau kata lain freeflow
yang dihasilkan oleh motor gerombolan geng tersebut pada saat jam tidur
masyarakat.
Balapan liar tentunya memberikan dampak negatif, diantaranya yang
penulis amati adalah membahayakan diri sendiri dan orang Lain. Balapan liar
jelas membahayakan keselamatan diri sendiri, apalagi tidak dibarengi dengan
perlengkapan keselamatan yang memadai.
20
Contoh kecil untuk keselamatan dalam berkendara ialah selalu memakai
helm standart yang dapat melindungi kepala dari hal-hal atau resiko yang tidak
diinginkan. Helm digunakan untuk melindungi kepala dari hal yang mungkin
tidak disadari oleh pengendara, seperti terbentur kejalan atau benda keras
lainnya yang bisa diminimalisir akibat dari kecelakaan
Resiko yang didapat apabila terjadi kecelakaan adalah mulai dari luka-
luka, cedera, biaya pengobatan sampai yang paling parah yakni kematian. Resiko
ini tidak hanya menghinggapi pelaku balapan liar, tetapi juga masyarakat yang
menggunakan jalanan umum lainnya. Harus lebih memperhatikan kepada
rambu-rambu lalu lintas dan menghargai sesama pengguna jalan lainnya.
Sudah sering sekali terjadi kecelakaan fatal dari balapan liar itu sendiri
yang berujung pada kematian. Tetapi masih tetap saja dihiraukan dan diabaikan
dan terus saja dilakukan tanpa berfikir secara jernih bahaya yang mungkin
akan terjadi dilintasan tanpa adanya kelengkapan keselamatan berkendara.
Seperti halnya dapat membahayakan pengguna jalan lain maupun hal-hal
yang tidak diinginkan. Jalan raya umum tidak untuk digunakan untuk balapan,
tetapi jalan raya umum dibuat sebagai sarana untuk memudahkan transportasi
darat untuk melakukan kegiatan dan sebagai sarana untuk memudahkan
pengendara transportasi ketempat lainnya.
21
Lain hal dari pengguna jalanan umum lainnya, dampak dari balap liar
itu sendiri dapat membawa pengaruh buruk bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidak harmonisan dalam masyarakat,
merusak tatanan nilai, norma dan berbagai pranata sosial yang berlaku dimasyarakat,
dapat merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku
individu dalam kehidupan masyarakat.
Pelaku balapan liar terutama yang masih duduk dibangku sekolah
pastinya akan berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Waktu tengah malam yang
harusnya digunakan untuk beristirahat, tetapi mereka gunakan untuk nongkrong
dipinggir jalan dan melakukan balapan liar hingga shubuh hari. Lebih baik, cari
lah suatu kegiatan yang lebih bermanfaat dan tidak merusak masa depannya.
Hal tersebut tentu dapat mengakibatkan menurunnya prestasi belajar
mereka disekolah. Perilaku pelaku tersebut juga dapat mempengaruhi teman-
temannya yang lain untuk mengikuti dan akhirnya terjerumus kedalam dunia
balap liar. Berkumpul, bergaul dengan teman baru, dan nongkrong dipinggir
jalan hingga shubuh hari dapat memicu perilaku menyimpang lainnya.
Misalnya pengedar narkoba dapat dengan mudah menyusup dikalangan
pembalap liar. Selain itu sex bebas sangat mungkin terjadi akibat liarnya
pergaulan, dan juga tindak kekerasan ataupun tawuran yang mungkin terjadi
diakibatkan oleh salah satu pihak pelaku balap liar tidak menerima kekalahan.
22
Bali atau balap liar adalah suatu kompetisi adu cepat suatu kendaraan bermotor
yang menghandalkan skill dan kemampuan mesin berkendara yang dilakukan
dilintasan umum.
Artinya, kegiatan ini sama sekali tidak digelar dilintasan balap resmi,
melainkan dijalan raya. Balapan liar biasanya mereka lakukan pada saat tengah
malam sekitar pukul 00.00 sampai pukul 03.00 dini hari. Mereka beradu cepat
dijalan-jalan yang mulai sepi seolah-olah merupakan sirkuit balapan. Jam-jam
seperti itu sejatinya untuk anak-anak sekolah yang merupakan jam untuk
waktunya istirahat.
Para pelaku pembalap liar dijalanan banyak didominasi oleh remaja-
remaja yang masih duduk dibangku sekolah SMP dan SMA. Remaja sekarang
ini lebih menuruti egonya daripada keselamatan dirinya. Dengan melakukan
kegiatan balapan liar sepeda motor, kegiatan ini bisa dibilang sebagai hobby
oleh mereka, penuh tantangan dan sportifitas yang rasakan.
Tidak jarang dari kegiatan yang mereka lakukan ini berawal dari rasa
iseng atau persaingan untuk memperoleh sesuatu hal, mengadu kecepatan motor
yang dimilikinya, atau uang yang dipertaruhkan sebagai tujuan dari kegiatan
balapan liar ini.
Tak jarang pula ditemukan bengkel yang biasa memodifikasi motor
standard menjadi motor balap liar. Motor korekan, begitu biasanya sebutan
motor-motor balap modifikasi ini. Beberapa komponen mesin dimodifikasi atau
23
bahkan diganti dengan komponen lain. Dan bukan sembarangan suku cadang
yang dipasang. Spare part dengan harga yang melangit juga menjadi pilihan
untuk menyulap kondisi motor menjadi yang paling disegani.
Bengkel motor ternyata tidak sekadar menjadi tempat memodifikasi. Di
arena balap liar, dua motor yang bertarung kerap berasal dari bengkel yang
berbeda. Persaingan bukan lagi antar joki melainkan gengsi antar bengkel.
Meskipun namanya balapan liar, alias tak resmi, mereka tidak asal bertemu
dijalanan.
Dibutuhkan pihak ketiga yang disebut calo atau perantara. Jika
spesifikasi mesin dan perangkat motor sudah dimodifikasi dan layak untuk
diadu, sang calo mengajak motor dari bengkel lain untuk tarung dilintasan
balap liar. Begitu motor-motor yang beradu cepat menyentuh garis finish,
penonton pun bergemuruh. Senyum kemenangan bukan hanya didapat dari
pembalap tapi juga penonton.
Rata-rata usia remaja yang masih muda membuat mereka tak berpikir
dua kali akan sebab dan akibatnya pada diri mereka. Tidak jarang sering
terjadinya kecelakaan dalam jalan raya yang diakibatkan dari balapan liar itu
sendiri dan merugikan pengguna pengendara jalan raya lainnya.
Kerugian dari dampak kecelakaan akibat dari balapan liar tidak bisa
dinilai dari materi, bahkan bisa berujung maut atau meninggal dunia. Faktor
keamanan bukan lagi jadi prioritas utama. Mereka meninggalkan perlengkapan
24
pelindung badan seperti helm dan jaket. Bagi sang joki, yang terpenting adalah
bisa beraksi bebas memacu motor.
Polisi lalu lintas pun tidak dapat berbuat banyak, polisi sudah sering
sekali melakukan razia dan pembubaran, tetapi tetap saja para pelaku dan
gerombolan remaja tersebut mengulangi aksi balapan liar disaat polisi sudah
pergi. Disaat polisi membubarkan, para gerombolan pelaku balap liar tidak
langsung pulang kerumah. Mereka bahkan duduk dan sembunyi sambil melihat
kondisi dijalan.
Trek-trekan pun tak jarang harus membuat para pembalap liar maupun
para penonton kucing-kucingan dengan polisi yang berjaga untuk membubarkan
aksi nekat mereka. Saat patroli tiba pembalap-pembalap jalanan dan yang
hanya menonton langsung kocar-kacir kesegala arah.
Dalam konteks kebut-kebutan dijalan raya, gerombolan geng motor
tersebut jelas merupakan salah satu dari sekian macam bentuk kenakalan
remaja. Hal tersebut jelas melanggar peraturan undang-undang lalu lintas no. 22
tahun 2009 tentang lalu lintas yang mengatur ketentuan-ketentuan atau sanksi
bagi pelanggar lalu lintas, khususnya kegiatan-kegiatan yang dapat membahayakan
nyawa seseorang atau para pengguna jalan.
Fenomena balap liar ini sebenarnya bukan hal yang asing lagi untuk
masyarakat. Malahan bagi masyarakat golongan bawah merupakan hiburan
tersendiri. Patut digaris bawahi, sebagian besar pelaku balap liar ini justru
bukannya golongan menengah tapi golongan bawah.
25
Fenomena balap liar harusnya menjadi tanggung jawab kita bersama
mengingat kegiatan seperti tentunya membahayakan masyarakat yang melintas,
kemudian dapat pula memicu permasalahan sosial seperti tawuran ataupun
tindak kekerasan lainnya.
Balapan liar merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja. Fenomena
seperti ini dapat dikategorikan sebagai masalah sosial karena sangat meresahkan
atau bahkan dapat membahayakan masyarakat. Terlebih kepada gerombolan
yang sering balapan liar itu mayoritas adalah anak remaja yang statusnya
adalah pelajar yang tidak atau belum memiliki Sim untuk mengendarai
kendaraan bermotor.
Mengapa balap liar dikalangan remaja menjadi begitu maraknya dan apa
faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku balap liar pada kalangan remaja ?
Padahal aksi balap liar dapat menimbulkan resiko yang tinggi, bahkan nyawa
menjadi taruhannya.
Berdasarkan kenyataan diatas inilah yang menarik peneliti untuk
meneliti dalam ilmu kajian sosiologis untuk mengambil judul penelitian
Perilaku Menyimpang pada kalangan remaja (studi kasus : Pelaku Balapan Liar
Kalangan Remaja di Daerah Kijang).
26
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut mengenai “Perilaku Menyimpang Pada
Kalangan Remaja” atau Studi Kasus remaja mengikuti balap liar :
1. Mengapa remaja mengikuti balap liar?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap perilaku balap liar remaja?
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perilaku balap liar pada
kalangan remaja.
2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap perilaku balap liar di
kalangan remaja.
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
kepolisian Polantas, keluarga, dan anak-anak remaja umumnya.
2. Agar untuk kedepannya khususnya kepada kaum remaja dapat mengetahui
dan mengerti akibat dampak buruk dari balapan liar itu sendiri .
27
3. Sebagai acuan dan bermanfaat untuk pembacanya maupun yang akan
meneliti masalah balap liar itu sendiri .
1.4 Konsep Operasional
Tinjauan sosiologis mengenai kenakalan remaja yang mempengaruhi
tumbuhnya motivasi dan keberhasilan suatu anak tidak terlepas dari sorotan
yang didasarkan pada hubungan antarmanusia, hubungan antar kelompok serta
hubungan antara manusia dan kelompok didalam proses kehidupan
bermasyarakat.
Berdasarkan judul penelitian, maka penulis membuat konsep operasional
yang dianggap penting yang harus dijabarkan agar mengurangi kesalahan
pemikiran. Berikut beberapa istilah penting dalam penelitian ini :
1.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Yaitu :
1. Faktor Internal.
a) Kepribadian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak muda atau remaja masuk ke
dalam dunia balap liar dikarenakan tidak mempunyai seseorang sebagai panutan
dalam memahami dan meresapi tata nilai atau norma-norma yang berlaku
28
dimasyarakat. Kondisi semacam ini lazim disebut sebagai hasil proses sosialisasi
yang tidak sempurna.
Akibatnya, ia tidak bisa membedakan hal-hal yang baik ataupun yang
buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas, dan sebagainya. Adapun
disamping itu pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik, misalnya
lingkungan yang dekat dengan arena balap liar , mempunyai teman-teman yang
biasa dengan balap liar, dan yang terutama kurangnya perhatian dari orang tua.
Dan yang paling penting para remaja tersebut memiliki hobi balap
namun hobi tersebut tidak tersalurkan dengan baik karena minimnya dana atau
sarana dan prasarana arena balap yang resmi. Kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam individu yang turut
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya
(biasanya disebut karakter psikisnya).
Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju
masa dewasa. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis identitas karena belum
adanya pegangan, sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya
kenakalan remaja atau perilaku menyimpang.
b) Faktor Prestise
Prestise merupakan bentuk sanjungan atau pujian yang diberikan kepada
seseorang yang telah melakukan atau berbuat sesuatu. Faktor pretise ini adalah
29
suatu faktor yang menjadi penyebab mengapa seorang terlibat dalam aksi
balapan liar. Prestise ini terkadang membuat orang yang memperolehnya akan
mengulanginya, sehingga dia memperoleh prestise atau sanjungan tersebut.
c) Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat
Status seorang anak atau remaja tidak pernah lepas dari kehidupan
bermasyarakat. Apabila cerminan terhadap remaja dari masyarakat itu baik, maka
baik lah status remaja tersebut. Apabila tidak maka tidak baik lah anak remaja
tersebut. Perilaku seseorang yang dianggap sebagai perilaku menyimpang akan
diberi label oleh masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan interpretasi
antara individu dengan masyarakat sekitar.
Contoh, seseorang yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum
yang berlaku, setelah selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari
penjara), sering kali pada saat kembali kemasyarakat status atau sebutan “eks
narapidana” yang diberikan oleh masyarakat sulit terhapuskan sehingga anak
tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hokum karena meresa
tertolak dan terasingkan.
d) Faktor Kepuasan
Salah satu faktor yang menjadi penyebab maraknya aksi balapan liar
adalah adanya kepuasan tersendiri ketika orang terlibat dalam aksi balapan liar.
30
Apalagi bisa menghasilkan uang dari hasil taruhan. Salah satu maraknya aksi
balapan liar adalah faktor keuangan.
2. Faktor Ekstern
a. Kondisi Lingkungan Keluarga.
Khususnya dikota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang
tuanya disibukan dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin
karena bimbingan dan kasih sayang langsung dari orang tuanya sangat kurang.
Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier daripada perhatian kepada
anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang terhadap anaknya.
Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena
kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih
sayang orang tua kepada anaknya.
b. Kontak Sosial dari Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif.
Apabila pengawasan dari masyarakat terhadap pola perilaku anak muda
sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan
terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan
anak muda yang menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku.
31
Seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal yang wajar, tindakan perkelahian
antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang tegas dalam
menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semakin meningkatkan
kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan dikalangan anak muda.
c. Faktor Sarana Atau Fasilitas.
Sarana atau fasilitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
maraknya aksi balapan liar. Faktor keterjangkauan sarana atau fasilitas yang
memadai bagi para pelaku aksi balapan liar untuk menyalurkan hasrat mereka
sehingga para pelaku aksi balapan liar menggunakan fasilitas umum atau jalan
raya sebagai arena untuk melakukan aksi mereka.
d. Faktor Kesenjangan Ekonomi.
Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah
memunculkan kecemburuan soSial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa
mewujudkan tindakan perusakan, pencurian, dan perampokan.
Disintegrasi politik (antara lain terjadinya konflik antar partai politik atau
terjadinya peperangan antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi
jiwa remaja yang kemudian bisa menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang.
32
e. Faktor Perubahan Sosial Budaya Yang Begitu Cepat (Revolusi).
Perkembangan teknologi diberbagai bidang khususnya dalam teknologi
komunikasi dan hiburan yang mempercepat arus budaya asing yang masuk
akan banyak mempengaruhi pola tingkah laku anak menjadi kurang baik, lebih-
lebih anak tersebut belum siap mental dan akhlaknya, atau wawasan agamanya
masih rendah sehingga mudah berbuat hal-hal yang menyimpang dari tatanan
nilai-nilai dan norma yang berlaku.
1.4.2 Remaja
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya
(Mussen, Conger & kagan, 1969). Kata remaja berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara
12 hingga 21 tahun. Waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
masa remaja awal antara 12 tahun sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan
antara 15 tahun sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir antara 18 tahun
sampai 21 tahun.
33
1.4.3 Balap Motor
Balap motor adalah olahraga otomotif yang menggunakan sepeda motor.
Balap motor, khususnya road race. Di indonesia even balap motor diselenggarakan
yakni selain road race, balap motor jenis lain yang cukup sering diadakan
adalah motorcross, drag bike, grasstrack dan supersport.
1.4.4 Balap Liar Bermotor
Balap liar bermotor adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik
kendaraan bermotor atau mobil yang dilakukan diatas lintasan umum. Balap liar
bermotor merupakan kegiatan beradu cepat kendaraan bermotor yang dilakukan
dijalan raya yang didominasi oleh sekumpulan anak-anak remaja tanpa disertai
perlengkapan dan izin pengendara bermotor atau SIM.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berbentuk
kalimat, kata atau gambar (Sugiyono, 2007:23). Penelitian ini digunakan untuk
melihat suatu faktor-faktor penyebab kalangan remaja mengikuti aksi balap liar.
34
1.5.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan didaerah Kijang kelurahan Kijang Kota, karena
berdasarkan dari kegiatan pengamatan sebelumnya, daerah Kijang tepatnya di jalan
Simpang Pulau Biru sering ditemukan kalangan remaja yang melakukan balapan
liar.
1.5.3 Populasi dan Sampel
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi dan sampel,
tetapi pengumpulan data dilakukan dengan mencari informasi melalui
instrument penelitian dalam penelitian ini. Informan penelitian terdiri dari
kalangan remaja yang sering melakukan balap liar dimana kriteria umur
informan remaja diambil antara usia 12 sampai 21 tahun, orang tua remaja
pelaku dan penonton, dan masyarakat disekitar yang tinggal di area lokasi
balapan liar tersebut. Jumlah disesuaikan dengan kebutuhan peneliti sampai
apabila jawaban informan telah seragam.
1.5.4 Jenis dan Sumber Data
Didalam suatu penelitian jenis data ada 2, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari masyarakat atau pelaku
dari balapan liar, dan data sekundernya dari indera penglihatan, pendengaran,
penciuman. Atau berupa observasi partisipan (pengamatan berperan serta).
35
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Menurut Bungin (2006:122), data primer adalah data yang langsung diperoleh
dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Jadi,
berdasarkan pernyataan diatas, peneliti mengambil data langsung kepada pelaku
balap liar yaitu dikhususkan pada kalangan remaja.
1.5.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Observasi
Menurut Bungin (2006:133), observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta
dengan pancaindra lainnya.
Observasi yang digunakan peneliti yaitu observasi langsung. Peneliti
turun langsung kelapangan untuk melihat aksi balap liar kalangan remaja
dengan menggunakan alat bantu berupa kamera untuk mengambil gambaran
para remaja melakukan aksi balap liar.
2. Wawancara
Wawancara merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis, kemudian diberikan kepada responden (Bungin, 2006:123).
36
Berdasarkan jenis-jenis wawancara yang diketahui oleh peneliti, peneliti mengambil
wawancara secara langsung sebagai teknik pengumpulan data.
Wawancara secara langsung adalah wawancara yang dirancang sedemikian
rupa untuk mendapatkan data akurat yang dialami oleh responden sendiri
(Bungin, 2006:123-126).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau
mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti.
1.5.6 Teknik Analisa Data .
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah teknik untuk menganalisis
data yang diperoleh dari serangkaian pertanyaan mengenai faktor penyebab para
remaja mengikuti aksi balapan liar.
Adapun langkah-langkah untuk memperoleh data tersebut, yaitu peneliti
langsung turun kelapangan untuk melaksanakan kegiatan observasi dan
wawancara.
37
Bab II
Kerangka Teori
3.1 Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah semua bentuk perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial yang ada (Amiek, 1994:30). Menurut Soetomo
(2013:94) menyatakan bahwa perilaku menyimpang dianggap menjadi sumber
masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.
Perilaku menyimpang diidentifikasikan ada dua tipe, yaitu perilaku
penyimpangan murni dan perilaku penyimpangan terselubung. Perilaku
penyimpangan murni adalah perilaku yang tidak menaati aturan dan dianggap
oleh masyarakat merupakan tindakan tercela, walaupun sebetulnya orang tersebut
tidak berbuat demikian.
Dalam hal dunia pengadilan berupa tuduhan palsu. Sedangkan perilaku
menyimpang terselubung adalah perilaku yang tidak menaati aturan, namun
tidak dilihat atau diketahui oleh masyarakat. Menurut Budirahayu (2013:20),
faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang adalah karena sebagian orang
mengganggap bahwa suatu perilaku dikatakan menyimpang.
Penyebab terjadinya perilaku penyimpangan menurut Rumiyati (2006:6)
antara lain, adanya proses sosial yang dapat membentuk kepribadian individu
secara negatif. Baik dari agen sosialisasi keluarga, teman sepermainan,
38
lingkungan sekolah, media massa, media cetak, media komunikasi, dll. Menurut
Cohen (dalam Rumiyati, dkk. 2006:19) perilaku menyimpang adalah tingkah laku
yang melanggar, bertentangan, atau menyimpang dari aturan aturan yang berlaku.
3.1.1 Bentuk-Bentuk Penyimpangan
Menurut Rumiyati (2006:26), jenis-jenis penyimpangan sosial yang terjadi
dimasyarakat ada 2 kategori, yaitu :
1. Penyimpangan berdasarkan sifat.
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
a. Penyimpangan bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai
dampak positif terhadap system sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif,
kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya
diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi
wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
b. Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak
kearah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal
yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.
39
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut :
(1) Penyimpangan primer (primary deviation)
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang
yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa
yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang
yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak
mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar
rambu-rambu lalu lintas.
(2) Penyimpangan sekunder (secondary deviation)
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan
seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain.
Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam
keadaan mabuk.
2. Penyimpangan berdasarkan pelakunya.
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1). Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan.
Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu
kejahatan.
40
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi
menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
a. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang
tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan
orang-orang.
c. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas
pada saat dijalan raya.
d. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-
norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
e. Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata
bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
2). Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan
dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, sekelompok orang
menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
41
3). Penyimpangan campuran (combined deviation)
Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang
memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya
taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat
yang berlaku.
Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi
dari kehidupan masyarakat, dengan dibawah pimpinan seorang tokoh mereka
mengelompok kedalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum
atau biasa disebut dengan (geng).
3.2 Teori Penyimpangan Sosial
1) Teori Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses belajar berinteraksi dalam masyarakat
sesuai dengan peranan yang dijalankan, Rumayati, dkk., (2006:6). Sebagai
makhluk sosial, maka hampir semua kegiatannya dilakukan bersama dengan
manusia lainnya.
Misalnya, membuat rumah tidak bisa dilakukan hanya satu orang saja,
melainkan membutuhkan bantuan beberapa orang. Menurut Peter L. Berger,
sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat.
42
Sedangkan menurut Soekanto (1982:140) mengatakan bahwa proses
sosialisasi dapat diartikan sebagai proses, dimana masyarakat dididik untuk
mengenal, memahami, menaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dimasyarakat.
Artinya, sosialisasi merupakan proses seseorang mempelajari pola-pola
hidup masyarakat sesuai dengan nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku untuk
berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu.
Dari pengertian diatas, dapat diberi suatu asumsi bahwa, fungsi dari
adanya proses sosialisasi adalah untuk membentuk kepribadian seseorang yang
dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku dilingkungan
masyarakat.
Kepribadian adalah susunan kebiasaan, harapan, dan sikap-sikap yang
bersifat tetap dan ciri atau karakter seorang individu. Hal semacam ini
biasanya terjadi pada kalangan remaja. Perilaku remaja merupakan interaksi
dari media-media dilingkungan sosial sebagai alat pembelajaran (Soetomo,
2013:168). Teori Biologis, menurut teori ini yang dikemukakan oleh Lombroso
dan Kretschmer menyatakan bahwa beberapa tipe tubuh tertentu lebih cenderung
melakukan perilaku menyimpang dibandingkan tipe-tipe tubuh lainnya.
Secara umum, tubuh manusia dibedakan menjadi tiga tipe yaitu,
endomorph (bundar, halus, dan gemuk), mesomorph (berotot dan atletis), serta
43
ectomorph (tipis dan kurus). Setiap tipe memiliki kecenderungan sifat-sifat
kepribadian dan perilaku tertentu. Penemuan ahli teori ini menyebutkan bahwa
para pencandu minuman keras dan penjahat umumnya memiliki tipe tubuh
mesomorph.
2) Teori Labeling
Teori labeling atau teori pemberian cap yang dipelopori oleh Edwin M.
Lemert menyatakan bahwa perilaku seseorang yang dianggap sebagai perilaku
menyimpang (deviasi) diberi label oleh masyarakat yang disebabkan adanya
perbedaan interpretasi antara individu dengan masyarakat sekitarnya. Contoh,
seorang wanita yang keluar malam dianggap sebagai kupu-kupu malam oleh
masyarakat sekitarnya (Soetomo, 2013:181).
3) Teori Anomi
Anomi adalah suatu keadaan masyarakat ketika tidak ada norma yang
dipatuhi secara teguh dan luas. Kondisi semacam ini akan melahirkan perilaku
yang tidak teratur dan tidak jelas, Arief, dkk., (2009:11). Sedangkan menurut
Durkheim, anomi adalah gambaran sebuah masyarakat yang memiliki banyak
norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan.
Masyarakat anomis tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat
dipelajari dan dipegang oleh anggota masyarakatnya. Sedangkan Merton berteori
bahwa anomi juga disebabkan oleh adanya ketidakharmonisan antara tujuan
44
budaya dengan cara-cara formal untuk mencapai tujuan masyarakat dan
kedudukan sosial.
3.3 Agen-agen sosialisasi
1. Keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga mempunyai
fungsi dalam pengawasan sosial.
Keluarga memberi pengertian kepada anak tentang peranannya dalam
masyarakat. Dalam berhubungan dengan orang lain, biasanya pihak orang tua
sebagai media sosialisasi yang pertama mengajari atau membimbing anaknya
untuk berperilaku atau melakukan kebiasaan yang telah teratur, misalnya cara
makan, berpakaian, menjalin hubungan ramah-tamah kepada orang yang lebih
tua darinya dan lain-lainnya.
Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian
seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia
lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu
juga sebaliknya.
45
Apabila terjadi gejala yang menyimpang dari pola-pola yang ditentukan,
sebaiknya orangtua cepat memberi peringatan dan berusaha mengembalikan
kejalan yang seharusnya.
2. Teman Sepermainan.
Teman sepermainan sangat penting dalam rangka sosialisasi atau
pembentukan kepribadian anak. Baik buruknya dalam suatu pergaulan sesama
teman maupun hal-hal yang dilakukan bersama dan mempersamakan diri
dengan teman sepermainan merupakan salah satu mekanisme penting didalam
perkembangan tingkah laku.
Mereka saling meniru dan selalu belajar dari segala apa yang dilihatnya
dari teman sepermainan yang umumnya berusia sebaya. Kemudian timbul lah
kesadaran dalam diri anak tentang orang lain disekitarnya. Pada saat itulah
kehadiran dan pembentukan kepribadian dimulai.
Teman sepermainan juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam
lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam ibadah agama dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan
mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari
penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya.
46
3. Lingkungan Sekolah.
Lingkungan sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan
berlangsung dimana. Lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian anak. Teman sekolah pada umumnya adalah teman sebaya yang
memiliki pengaruh, baik yang positif maupun yang negatif.
Jika seorang anak bergaul dengan teman-teman yang berperilaku baik,
maka kemungkinan perilaku anak itu juga baik. Namun sebaliknya jika seorang
anak bergaul dengan anak-anak yang berperilaku negatif maka dimungkinkan
anak tersebut juga akan terpengaruh dengan perilaku tersebut.
Disamping itu sekolah bukan hanya tempat proses belajar mengajar,
tetapi merupakan tempat untuk mendidik siswa agar dapat terjun dalam
memahami ilmu pengetahuan dan pola-pola kebudayaan yang terjadi di
masyarakat, sehingga nantinya siswa dapat terjun bersosialisasi dimasyarakat.
Di lingkungan sekolah para siswa dapat belajar berorganisasi yang ada di
sekolah, siswa mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya melalui
berbagai bidang studi yang diajarkan oleh guru.
4. Media Informasi.
Media massa atau media informasi adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan
47
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan
televisi. Perkembangan informasi didunia mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Di era globalisasi ini, sebagaian besar proses sosialisasi dilaksanakan atau
menggunakan media massa, baik media cetak maupun media elektronik.
Melalui media cetak, seperti majalah dan Koran terdapat berita-berita atau
kabar proses sosialisasi antar individu. Begitu juga dengan media elektronik
seperti televisi dan radio serta alat komunikasi seperti telepon atau smartphone
yang dapat mengubah informasi dunia tanpa ada batasnya.
Dari media-media tersebut, ada yang digunakan masyarakat untuk hal-hal
positif juga hal-hal negatif. Hal-hal yang positif, misalnya untuk menambah
ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemajuan masa depan, sedangkan hal-
hal negatif misalnya digunakan untuk koleksi kejahatan, misalnya penipuan dan
sebagainya.
Dari media-media sosial tersebut, bisa memunculkan penyebab terjadinya
perilaku menyimpang, apabila tidak difungsikan dengan baik. Hal semacam ini
sering terjadi pada kalangan remaja yang merupakan peralihan dari masa
kanak-kanak kemasa pembentukan kepribadian individu dari sesuatu hal yang
baru dikenalnya.
48
3.4 Remaja
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan
suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Istilah kata remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh dalam
perkembangan menjadi dewasa. Untuk merumuskan sebuah definisi yang
memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir
dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan
secara pasti.
Terlepas dari kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas
akhir masa remaja, namun dewasa ini istilah adolesen, atau remaja telah
digunakan secara luas untuk menunjukan suatu tahap perkembangan antara
masa anak-anak dan masa dewasa.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara
12 hingga 21 tahun. Waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
masa remaja awal antara 12 tahun sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan
antara 15 tahun sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir antara 18 tahun
sampai 21 tahun.
Tetapi, Monks, Knoers, dan Haditono, (2001) membedakan masa remaja
atas empat bagian, yaitu masa pra-remaja atau pra-pubertas (10-12 tahun), masa
remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12-15
tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21
tahun).
49
2.5 Balapan Liar
Balapan liar terdiri dari dua kata yaitu kata balapan dan kata liar. Kata
balapan berasal dari kata balap yang mengandung arti (lomba) adu kecepatan,
pacuan. Membalap artinya berlari kencang hendak mendahului orang yang
berlari didepan nya, memacu lebih cepat. Membalapkan artinya membawa
kendaraan berlari kencang.
Pembalap artinya orang yang turut dalam lomba adu cepat, balapan yaitu
artinya sama dengan berbalapan yaitu lomba adu kecepatan. Kata kedua dari
balapan liar adalah kata liar yang memiliki arti tidak teratur, tidak menurut
aturan, tidak resmi ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang.
Setelah mengartikan satu persatu unsur kata dari balapan liar, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa balapan liar adalah lomba adu kecepatan yang
dilakukan secara tidak teratur dan tanpa izin resmi dari yang berwenang.
Balapan liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor
maupun mobil, yang dilakukan dilintasan umum. Artinya, kegiatan ini sama
sekali tidak digelar dilintasan balap resmi, melainkan dijalan raya.
50
Bab III
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3.1 Gambaran Umum Kijang Kota
Kijang Kota merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan
Bintan Timur, Kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau
Bintan terletak antara °00’ Lintang Utara 1°20’ Lintang Selatan dan 104°00’
Bujur Timur 108°30’ Bujur Barat.
Memiliki luas wialayah mencapai 87.777,84 Km², tetapi luas daratannya
hanya 1,49%, 1.319,51 Km² saja. Kecamatan Gunung Kijang merupakan
kecamatan terluas yaitu 344,28 Km², sedangkan kecamatan yang paling kecil
adalah Tambelan yang memiliki luas hanya 90,96 Km².
Pulau Bintan adalah pulau yang berada di Provinsi Kepulauan Riau, yang
beribukotakan Kota Tanjung Pinang. Pemerintah Kabupaten Bintan sendiri
berada di Bandar Seri Bintan.
Posisi Pulau Bintan berada di Semenanjung Selatan Malaysia, Kepulauan
Riau. Wilayah Pulau Bintan berbatasan dengan:
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Kota
Batam
51
• Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat
Kecamatan Bintan Timur terdiri dari 4 (empat) kelurahan dan setiap
kelurahan mempunyai 1 ( satu ) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di dukung
perangkat RT/RW yang berada di masing – masing kelurahan. Adapun RT yang
terbanyak di Kelurahan Kijang Kota , seperti tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 LPM, RW, dan RT di Kecamatan Bintan Timur
N0. KELURAHAN LPM RW RT
1.
2.
3.
4.
KIJANG KOTA
GUNUNG LENGKUAS
SUNGAI LEKOP
SUNGAI ENAM
1
1
1
1
24
4
6
4
85
19
22
13
Jumlah 4 38 139
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015 Dari tabel 3.1 diatas, setiap kelurahan memiliki satu Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat. Kijang Kota memiliki RW terbanyak dengan 24 RW
dan RT sebanyak 85 RT, Gunung Lengkuas memiliki 4 RW dan 19 RT,
Sungai Lekop 6 RW dan 22 RT, dan Sungai Enam 4 RW dan 13 RT. Dengan
jumlah keseluruhan dimana LPM berjumlah 4 LPM, RW 38, dan RT 139 yang
tersebar di daerah Kecamatan Bintan Timur.
52
3.2 Kependudukan
Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah penduduk 37.096 penduduk tersebar
di 4 (empat) Kelurahan dengan kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di
Kelurahan Kijang Kota yaitu 922/Km². Seperti tertera pada tabel 3.2 sebagai
berikut :
Tabel. 3.2 Jumlah Kepala Keluarga, dan jumlah penduduk di
Kecamatan Bintan Timur
N0. KELURAHAN KK LAKI-
LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1.
2.
3.
4.
KIJANG KOTA
GUNUNG
LENGKUAS
SUNGAI LEKOP
SUNGAI ENAM
8.644
1.763
1.982
679
11.426
3.251
3.973
1.246
10.834
2.838
3.645
1.168
22.260
6.089
7.618
2.414
Jumlah 12.890 19.896 18.485 38.381
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, Kijang kota memiliki kependudukan
terbanyak, dimana 8.644 KK laki-laki berjumlah 11.426 dan perempuan 10.834,
Gunung lengkuas memiliki 1.763 KK dimana laki-laki 3.251 dan perempuan
2.838, Sungai Lekop memiliki 1.982 KK dimana laki-laki berjumlah 3.973 dan
53
perempuan 3.645, dan Sungai Enam jumlah KK 679 dimana laki-laki berjumlah
1.246 dan perempuan 1.168. Jumlah KK keseluruhan di Kecamatan Bintan
timur berjumlah 12.830 KK, jumlah keseluruhan penduduk laki-laki 19.836, dan
jumlah keseluruhan penduduk perempuan 18.485, dan jumlah keseluruhan adalah
38.381 jumlah kepala keluarga dan penduduk di Kecamatan Bintan Timur.
3.3 Potensi Sarana Prasarana Olah Raga
Untuk melihat kemajuan sarana dan prasarana olah raga dalam suatu
daerah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel. 3.3 Sarana olah raga yang ada di Kecamatan Bintan Timur
N0. Kelurahan Sarana dan Prasarana Olah Raga
Total
Bola Kaki Bola Volly Badminton Tenis Lapangan Futsal
1.
2.
3.
4.
kijang Kota
G. Lengkuas
Sungai Lekop
Sungai Enam
2
2
1
1
8
4
3
2
2
-
1
1
-
-
-
2
-
-
-
14
6
5
3
Total 6 17 3 1 1 28
Sumber : Arsip Kecamatan Bintan Timur | 2015
54
Dari tabel 3.3 diatas dapat diketahui prasarana olahraga yang ada di
Kijang Kota yaitu 2 lokasi lapangan bola, 8 lapangan bola volly, 2 lapangan
badminton, 1 lapangan tenis, dan 2 lapangan futsal. Dimana fasilitas yang ada di
Kijang Kota sudah cukup dengan kebutuhan olah raga masyarakat Kijang.
3.4 Lokasi Dan Waktu Tempat Berlangsung Balapan Liar
Lokasi yang dijadikan tempat untuk balapan berlangsung adalah
didaerah simpang pulau biru kelurahan Kijang Kota. Jalan lurus dan panjang
tanpa tikungan menjadikannya arena atau tempat untuk mengadu kecepatan
motor pengendara atau pelaku balap liar. Panjang lintasan yang mereka gunakan
umunya antara 100m sampai 200m dari panjang jalanan.
Waktu atau jam yang biasa para pelaku balapan untuk memulai aksi
balap liar tersebut antara sekitar tengah malam jam 00.00 wib hingga
menjelang shubuh hari. Pada waktu tersebut para gerombolan remaja sudah
mulai mengumpul dilokasi tempat berlangsungnya balapan.
Balapan liar biasa dilakukan pada hari libur sekolah maupun tanggal
merah. Dimana disaat hari libur sekumpulan anak remaja ramai yang menonton
dan ikut meramaikan balapan liar disaat jalanan mulai lengang. Di lokasi
Simpang Pulau Biru tepat di Kelurahan Kijang Kota merupakan tempat yang
paling sering digunakan para remaja untuk melakukan aksi balapan liar.
55
3.5 Jumlah Kecelakaan Yang Pernah Terjadi, Dapat Di lihat Sebagai
Berikut :
Tabel 3.4 Jumlah Kecelakaan pada Tahun 2015
NO BULAN JLH LAKA
KETEERANGAN
LR LB MD
1 JANUARI - - - -
2 FEBRUARI 1 - - 1
3 MARET 2 1 - 2
4 APRIL - - - -
5 MEI 1 - 1 -
6 JUNI 1 - 1 -
7 JULI
8 AGUSTUS
9 SEPTEMBER
10 OKTOBER
11 NOPEMBER
12 DESEMBER
JUMLAH
Sumber : POLANTAS BINTAN TIMUR | 2015
Berdasarkan keterangan dari tabel 3.4 diatas, LR : luka ringan, LB : luka
berat, MD : meninggal dunia. Dilihat hasil laporan dari POLANTAS BINTAN
TIMUR data kecelakaan lalu lintas didaerah Kijang Kota mengalami
peningkatan dalam 5 tahun terakhir.
Dimana pada bulan februari terjadi satu kecelakaan berat sampai
meninggal dunia yang berjumlah satu orang, maret terjadi dua kecelakaan satu
luka ringan dan satu meninggal dunia, mei satu kecelakaan yang mengalami
satu luka berat, juni terjadi satu kecelakaan luka berat, dan pada bulan januari
56
dan april tidak ada kecelakaan yang terjadi. Sumber data kecelakaan di dapat
dari Kepolisian Polantas Bintan Timur.
57
Bab IV
Perilaku Menyimpang Balapan Liar Pada Kalangan Remaja
4.1 Karakteristik Informan.
Adapun karakteristik informan dalam penelitian yang ditujukan ini
dibedakan yakni berdasarkan jenis kelamin, umur informan, dan pendidikan
terakhir informan. Seluruh data yang dikumpulkan dari informan peneliti
merupakan para remaja atau informan yang berdomisili di wilayah Kijang
kelurahan Kijang Kota.
Adapun karakteristik informan tersebut akan dijelaskan dalam bentuk
tabel-tabel sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik informan berdasarkan jumlah dan jenis kelamin.
Jumlah remaja yang didapat dari hasil penelitian lapangan diambil hanya
lima orang. Dimana jenis kelamin dan jumlah pelaku yang sering mengikuti
balapan liar di daerah kijang dapat dilihat sebagai berikut :
58
Tabel. IV.1
Jumlah Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH
1 Laki - laki 5
2 Perempuan 0
∑pelaku 5
Sumber : Data Primer | 2015
Dari tabel 4.1 diatas, disimpulkan bahwa jumlah remaja berdasarkan
jenis kelamin berjumlah lima orang. Laki-laki diantaranya berjumlah lima orang
dan perempuan berjumlah nol orang.
4.1.2 Karakteristik informan berdasarkan umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kijang Kota bahwa umur
informan yg sering melakukan balap liar berkisar antara 12 sampai dengan 20
tahun. Umur informan tersebut merupakan kelompok umur remaja, dimana yang
pada dasarnya rata-rata sekelompok atau para pelaku balap liar tersebut masih
duduk dibangku sekolah.
Untuk lebih jelasnya karakteristik informan berdasarkan umur dalam
penelitian ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
59
Tabel IV.2
Karakteristik informan berdasarkan umur
No Umur/tahun lelaki perempuan jumlah
1 12 - 18 tahun 3 0 3
2 19 - 24 tahun 2 0 2
Jumlah keseluruhan 5
Sumber : Data Primer | 2015
Berdasarkan tabel IV.2 tersebut, maka dapat diketahui bahwa umur
informan remaja rata-rata merupakan umur yang masih sangat labil dan mudah
terpengaruh dengan pergaulan dan lingkungan. Dimana remaja yang berusia 12
sampai 18 tahun berjumlah 3 orang dan usia remaja 19 sampai 24 tahun
berjumlah 2 orang dan perempuan tidak ada.
4.1.3 Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.
Jumlah informan remaja berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dalam
penelitian ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
60
Tabel IV.3
Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
No Jenis kelamin
Tingkat perdidikan terakhir
persentase Tidak
sekolah SD SLTP SLTA
1 Laki - laki 0 1 3 1
2 perempuan - - - -
jumlah 0 1 3 1 5
Sumber : Data Primer | 2015
Dari tabel 4.1 diatas, bisa dilihat bahwa jumlah remaja berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir, dari laki-laki yang tidak bersekolah berjumlah tidak
ada, tamat SD 1 orang, SLTP 3 orang, dan SLTA berjumlah 1 orang. Sedangkan
yang perempuan tidak ada. Dimana jumlah keseluruhan berjumlah lima orang
anak remaja dari hasil yang diambil dari hasil penelitian.
4.2 Profil Informan.
Analisis penelitian terhadap anak-anak remaja berperilaku menyimpang
yang sering mengikuti balapan liar dijalan raya ini bertujuan untuk memperoleh
pemahaman mengenai lingkungan keluarga, lingkungan teman bermain, maupun
menganalisis dari maraknya balapan liar dari anak remaja tersebut.
Untuk memahaminya diperlukan informasi (data) yang lengkap dan dapat
dipercaya. Namun informasi (data) yang dibutuhkan tersebut tidaklah mudah
61
untuk didapat, kendalanya adalah karena umumnya anak remaja yang sering
mengikuti balapan liar cenderung agak curiga terhadap kehadiran pihak lain
yang mengharapkan informasi darinya.
Untuk memperoleh informasi (data) yang diinginkan tersebut diperlukan
kesabaran untuk tidak langsung mendapatkannya. Upaya ini bertujuan untuk
mendapatkan sikap penerimaan dan kepercayaan anak-anak remaja tersebut
yang sering berperilaku balapan liar ditengah malam hari terhadap pihak lain
yang memerlukan informasi.
Dan tidak jarang pula menyebabkan peneliti mendapatkan kesulitan
untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dari tiap-tiap anak remaja yang
berperilaku balapan liar yang diamati dilapangan secara langsung. Akibatnya,
dari sekian banyak anak remaja yang berperilaku menyimpang dengan balapan
liar dijalan raya yang ada didaerah kijang tersebut, hanya 5 (lima) orang anak
remaja yang sering balapan liar saja yang dapat diamati selama penelitian
dilakukan.
Gambaran umum mengenai identitas 5 (lima) orang informan dan sejarah
singkat awal mulai melakukan proses balapan liar, akan dijelaskan dalam
uraian-uraian berikut :
62
� Data informan Muhayat ( MA )
MA adalah anak kedua dari 4 bersaudara, MA berusia 15 tahun, adik
perempuannya yang ketiga berusia 13 tahun masih duduk dibangku SMP dan
adik paling bungsunya berusia 5 tahun, dan abang tertuanya berusia 20 tahun
juga sudah bekerja. MA sekarang berusia 15 tahun, di usia 10 tahun MA sudah
bekerja kecil-kecilan menjaga ikan lele untuk membantu orang tuanya mencari
nafkah dan biaya sekolah untuk dirinya dan adik-adiknya. Orang tua MA
bekerja diluar negeri dan jarang pulang ke Indonesia sebagai pekerja buruh.
Perilaku balapan liar sudah dilakukan oleh MA sejak satu tahun yang
lalu. Awalnya iseng saja, lama kelamaan menjadi ketagihan dan ingin menjadi
pembalap sungguhan. Ajakan teman-teman serta pujian dalam beradu kebut
dijalan raya membuat MA tidak pernah melewatkan dalam memacu kecepatan
kendaraan bermotor miliknya. Baginya, balapan liar itu merupakan suatu sensasi
dimana dengan begitu ia bisa lebih dikenal dan diakui sebagai pembalap
jalanan.
MA juga menjelaskan, baginya balapan liar merupakan hoby nya, dan itu
merupakan suatu tantangan dan bisa meningkatkan adrenalinnya dalam
berkendara beradu kebut. Dengan balapan liar, ia juga bilang bisa mendapatkan
teman pergaulan yang banyak dan bertukar pikiran antar sesama pembalap
jalanan. Dalam balapan liar itu sebenarnya berbahaya buat saya yang masih
muda belum juga kalau kita tertangkap oleh polisi pasti kita akan ditilang dan
63
didenda oleh polisi, tetapi mau diapakan lagi karena balapan liar sudah
termasuk hobi saya.
Orang tua saya sih tidak akan mencari saya, karena saya merasa anak
laki-laki jadi orang tua saya tidak akan mencari saya jika waktu sudah larut
malam. Terkadang saya sering dimarahin juga, tapi itu lama kelamaan jadi biasa
saja tambahnya.
� Data informan Ijal lanon ( IL )
IL adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, abangnya yang paling tua
berusia 23 tahun sudah bekerja, sedangkan abangnya yang nomor 2 juga sudah
bekerja. IL sekarang berusia 15 tahun, IL tidak tamat sekolah sejak SD dan
bekerja disalah satu bengkel motor dikijang sebagai mekanik, dan ia sudah
mulai bekerja untuk belanja kebutuhannya. Orang tua dari IL bekerja jualan
kue dipagi hari.
Ketertarikan IL untuk mengikuti balapan liar karena ia juga bekerja
sebagai mekanik kendaraan bermotor. Sehingga ia tahu persis bagaimana untuk
memodifikasi motornya supaya bisa berlari lebih kencang. Jadi balapan itu
merupakan bagian dari pekerjaannya sebagai mekanik untuk menarik anak-anak
yang lain agar supaya bengkel ditempatnya bekerja menjadi ramai.
Hampir setiap malam minggu IL bersama teman-temanya berkumpul dan
nongkrong dipinggir jalan. IL menjelaskan tentang balapan liar itu baginya
adalah untuk mencari teman yang lebih banyak lagi, bertukar pikiran tentang
64
motor, mesin dan sebagainya. Disamping itu juga, ia bisa memamerkan motor-
motornya yang sudah dimodifikasi dan bisa berlari kencang diantara motor-
motor lainnya.
Kalau kami sudah berkumpul dan balapan hingga larut malam, orang tua
saya sering telepon saya. Terkadang saya bilang saja kalau saya akan tidur
dirumah teman dan tidak pulang kerumah. Kalau kan saya ketahuan ikut
balapan pasti akan kena marah tambahnya.
� Data informan Rio ( R )
R adalah anak paling sulung diantara 4 keluarga bersaudaranya. R dan
MA adalah kakak beradik yang sama-sama berusia 15 tahun dan sekolah
ditempat yang sama. R mulai hoby ikut balapan liar karena dilingkungan teman-
teman pergaulannya banyak yang hoby ikut balapan liar. Karena itu R sering
ikut menonton bahkan ikut balapan liar.
Bagi R balapan liar itu adalah suatu kebanggaan baginya. Karena dengan
begitu bisa memompa adrenalinnya sebagai pembalap. Disamping itu, dengan
balapan liar namanya bisa dikenal dengan teman-teman yang lain dan disegani.
Hampir setiap hari libur, R dan teman-temannya sudah nongkrong dipinggir
jalan untuk melihat aksi balapan liar dan bersiap-siap untuk mengikuti aksi
balapan liar tersebut dengan teman-teman lainnya.
R sendiri sudah mengetahui resiko dari balapan liar itu sendiri dan
efek-efeknya dimata masyarakat sekitar dan pengguna jalan. Tetapi dengan
65
ajakan teman-temannya, semua itu tidak dihiraukan lagi. Karena semua teman-
teman yang lain juga tidak menghiraukan resikonya.
Saya jika hari libur kalau tidak pulang kerumah, orang tua saya tahu nya
saya tidur dirumah kawan. Sebelum itu saya pasti sudah bilang ke orang tua
saya untuk tidur dirumah kawan. Kalau sudah di kasih, pada malam itu juga
saya pasti ikut bersama genk lainnya untuk menonton balap. Dari situ saya
mencari akal bagaimana untuk tidak ketahuan orang tua saya, tambahnya.
� Data informan Hardiyanto ( HY )
HY adalah anak kedua dari 2 bersaudara, HY berusia 19 tahun dan
masih duduk di bangku sekolah SMA. Kakaknya yang pertama sudah lulus
kuliah disalah satu Universitas di Tg.pinang. Orang tua HY kesehariannya
berkerja sebagai nelayan.
HY sangat gemar memodifikasi motor, jika untik motor ia tidak segan-
segan mengeluarkan uang yang banyak untuk memodifikasi motornya dan
ngumpul bersama teman-temanya dengan mabuk-mabukan ditepi jalan. Jika
waktu balapan telah dimulai, ia bersama teman-temannya juga ikut meramaikan
balapan liar.
Bagi HY balapan liar itu adalah hal yang menantang dan penuh resiko.
Tidak semua orang berani melakukan aksi tersebut dikejar-kejar polisi, apalagi
dilintasan jalan raya atau jalan umum. HY sudah sejak lama bergelut didunia
66
balap. Ia sudah sering mengikuti berbagai event balapan, jadi baginya balapan
liar itu sudah biasa ia lakukan.
Sebenarnya orang tua saya sangat melarang saya untuk ikut balapan
liar, disamping itu juga saya butuh waktu untuk mengasah skill balap saya.
Mau tak mahu saya iseng-iseng saja ikutan balap liar walau saya sudah sering
ikut balapan resmi, ya mau bagaimana lagi tambahnya.
� Data informan Wawan ( W )
W adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Wawan sekarang berusia 16
yang masih sekolah di SMP. Orang tua W bekerja sebagai buruh. Hobi W
adalah memodif motor dan balapan ditengah malam hari. W mulai mengenal
dunia balap sejak 3 tahun yang lalu. Disaat hari libur W sering kali menonton
bahkan mengikuti balapan liar dengan para pembalap lainnya.
W sangat senang merombak motornya, karena itu ia sering sekali
mengutak atik motornya. Tantangan dan pujian adalah alasan utama W
mengikuti balapan liar dijalan raya. Karena semakin ramai yang menonton, ia
akan semakin terpacu untuk memacu kencang motornya dihadapan kawan-
kawannya.
Semua resiko yang terjadi dilapangan baik itu kecelakaan maupun
dikejar-kejar dengan polisi baginya sudah biasa. W juga menambahkan, bagi
orang-orang yang takut dengan balapan sebaiknya untuk tidak mengikuti
67
balapan liar karena memiliki resiko yang sangat besar. Hanya orang yang
mempunyai nyali besar saja yang bisa ikut kegiatan balap tersebut tambahnya.
Orang tua saya sudah tau saya sering ikut balapan, saya sering
dimarahin juga terkadang. Tapi lama-kelamaan pun orang tua saya tidak
menghiraukan lagi apa yang saya ingin perbuat. Saya pulang hingga shubuh
hari pun kadang sudah tidak di tanya lagi, kecuali selain hari libur pasti saya
sangat dimarahi tambahnya.
4.3 Penyebab Terjadinya Balap Liar.
4.3.1 Pengaruh Lingkungan Keluarga.
Didalam hasil penelitian ini, kurangnya suasana harmonis dan rasa
kekeluargaan terhadap anak ditambah kurangnya perhatian hal-hal ini yang
membuat para remaja informan menjadi tidak terkendali dalam pengawasan
orang tuanya. Sehingga mereka para remaja informan menjadi bebas dalam
pergaulan dengan teman-temannya.
Pengawasan dan bimbingan orang tua adalah hal terpenting untuk
membuat anak menjadi apa nantinya ia dikemudian hari, pola bimbingan orang
tua akan membentuk jati dirinya, dengan menjadi orang tua yang dapat
memahami dan mengerti bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap anak,
akan membuat anak pun menjadi nyaman.
68
Perlu adanya ditanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan didalam
keluarga mereka, dan orang tua harus mampu memberi teladan kepada anak-
anaknya. Karena peneliti melihat, orang tua dari para informan kurang
memberikan pengawasan yang baik terhadap anak-anaknya.
Terlebih halnya keluarga pelaku adalah keluarga yang broken home atau
perceraian orang tua dapat memicu perilaku negatif pada anak. Sehingga anak
terjerumus dalam perilaku balapan liar dan hal-hal yang merugikan dirinya
sendiri. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa memberikan teguran atau
larangan terhadap mereka.
Menurut kata ibu Hamidah salah seorang orang tua dari Hardiyanto :
“anak saya sudah tidak bisa diberitahu lagi, setiap apa kata dia mesti
dituruti. Kadang saya sendiri sudah merasa jengkel dan tidak urus lagi apa
yang mau diperbuatnya. Biar saja dia menuruti apa kata hati dia, entar
nantinya dia akan tau sendiri resiko dan menanggung sendiri apa yang telah
diperbuatnya”.(wawancara tanggal 10 desember 2015)
Berdasarkan dari wawancara tersebut menunjukan keluarga atau orang
tua remaja para informan cenderung kurangnya mengembangkan komunikasi
dan hubungan yang akrab dengan anak. Seperti halnya meluangkan waktu untuk
mendengar dan menghargai pendapat anak, sekaligus memberikan bimbingan
atau solusi jika anak mendapatkan kesulitan.
69
Masa remaja merupakan masa paling rentan dalam hal pergaulan,
terlebih lagi para remaja tersebut ikut kedalam genk motor dan ikut balapan
liar. Para remaja informan tersebut sepenuhnya tidak mengetahui baik buruknya
akibat dari balapan liar itu sendiri. Dan orang tua para informan sepertinya
tidak tahu cara mengatasi seorang anak dan cara membimbingnya dengan benar
itu seperti apa.
Disamping itu, orang tua informan kurang tegas dalam membuat aturan
dan cenderung tidak tahu apa yang selama ini anaknya lakukan diluar tanpa
pengawasan dari orang tuanya. Seperti melakukan aturan jam malam terhadap
anak-anaknya, melakukan proses belajar disaat malam, tidak keluyuran hingga
larut malam, dan memberikan pengawasan terhadap apa yang dilakukannya
diluar bersama temannya.
Perlu adanya bimbingan dan keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat
dibutuhkan, orang tua memegang peran utama dalam membentuk perwatakan
dan membina sikap anak-anaknya. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan
figure utama anak yang dijadikan panutan dan tuntutan didalam keluarga.
Sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi
anak-anaknya.
Melalui lingkungan keluarga anak mengenal dunia sekitarnya dan pola
pergaulan sehari-hari. Orang tua umumnya mencurahkan perhatian dan mendidik
70
anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik
melalu penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.
4.3.2 Pengaruh Di Lingkungan Bermain.
Proses sosialisasi yang berlangsung dengan teman sepermainan berbeda
dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam lingkungan permainan seorang anak
belajar berinteraksi dengan orang atau teman sebaya. Peranan positif dari
kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak antara lain yaitu
remaja merasa aman dan dianggap penting, remaja dapat tumbuh dengan baik,
remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran perasaannya, remaja dapat
bersikap lebih dewasa, dan remaja dapat mengembangkan ketrampilannya.
Lingkungan tempat para informan peneliti tinggal, motor merupakan
salah satu hoby mereka untuk di geluti. Hampir setiap hari mereka berkumpul
dan membahas tentang motor yang mereka miliki. Jadi bisa dibilang mereka
para informan peneliti sudah membuat suatu perkumpulan atau suatu genk
yang dapat menjadi wadah bagi mereka untuk berkumpul dan melakukan hal-
hal yang kurang bermanfaat. Seperti minum-minuman keras, nongkrong ditepi
jalan dan terkadang membuat rusuh yang membuat terjadi perkelahian antar
genk lainnya.
71
Kata Wawan salah seorang informan peneliti yaitu :
“kami merasa sudah besar dan bebas tidak ada yang melarang. Apa yang
saya lakukan tidak ada yang urus terserah dari saya mau lakukan apa. Apalagi jika
ada yang membeli minum-minuman keras, pasti semuanya akan datang berkumpul
dan tak aad yang berani larang. disaat semua sudah mabuk, kami akan beramai-
ramai ketempat balapan dan balapan disana dan disitulah jika ada yang berani
menantang kami, pasti kami layan”(wawancara tanggal 10 desember 2015)
Lanjut dari salah satu informan lainnya, yaitu Ijal lanon menambahkan :
“kami biasa melakukan balapan ini karena dari situ bisa membuat
tumbuhnya rasa kekeluargaan. Kami biasa nongkrong ditepi jalan hingga
shubuh hari. Apalagi dihari libur sekolah kami sering nonton balapan liar
bersama. Dan dari genk kami sering ikut juga dalam balapan liar. Semua itu
kami lakukan hanya kesenangan saja, agar perkumpulaan genk lain tahu
akannya keberadaan kami”.(wawancara tanggal 10 desember 2015)
Dari hasil wawancara kepada informan peneliti, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh teman bermain para informan sudah sangat memperihatinkan. Hampir
tidak ada yang memperhatikan mereka dan melakukan pengawasan didalam
pergaulan mereka. Para remaja tersebut seperti tidak mempunyai orang tua yang
selalu mengkabari dan menasehati tentang keadaan anaknya.
Kepada para remaja informan peneliti, peneliti melihat para remaja
tersebut lebih menuruti egonya dari pada keselamatan dirinya. Mereka
melakukan balapan hanya untuk mencari status atau identitas untuk diri mereka
dan genk mereka sendiri. Disamping itu faktor prestise atau suatu bentuk
72
sanjungan atau pujian menjadi penyebab mengapa para remaja tersebut terlibat
dalam aksi balapan liar.
4.3.3 Pengaruh Lingkungan Masyarakat.
Didalam lingkungan masyarakat, para informan peneliti konteks sosialnya
kurang baik dalam hal bermasyarakat. Para remaja atau para informan lebih
sering sekali berkumpul dan nongkrong bersama teman-temannya. Hal yang
mereka sering lakukan tidak ada sisi positifnya. Mereka berkumpul hanya untuk
mabuk-mabukan dan balapan liar, tidak ada hal lain yang dapat mereka
lakukan.
Para remaja ini kurang mengembangkan kerukunan antar warga
masyarakat, seperti kepedulian terhadap gotong-royong. Jika didalam suatu
masyarakat terciptanya suatu kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat
diminimalisirkan. Membudayakan perilaku disiplin bagi warga atau anak remaja
seperti penetapan jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan
sebagainya.
Kata Bang Erick selaku masyarakat berkomentar :
“anak-anak zaman sekarang sudah tidak tahu lagi apa itu artinya gotong
royong. Mereka lebih asyik melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti
ngumpul-ngumpul yang tidak jelas, utak atik motor, balapan, dan kadang tiap hari
mabuk-mabukan dikampung sendiri. Kalau dikasih tau meraka malah marah.
Kadang saya capek mengajak mereka untuk bergotong royong setiap minggu pagi.
73
Semua pada tidur disaat masyarakat lainnya sedang bekerja membersihkan
kampung. Itu efek begadang mereka sendiri tambahnya”.(wawancara tanggal 12
desember 2015)
Menurut hasil wawancara dari salah seorang masyarakat, pemberian cap
labeling kepada para remaja tersebut sudah sepantasnya dilakukan. Mengingat
kelakuan dari para remaja tersebut sudah tidak bisa diberitahu lagi. Sebagai
makhluk sosial, para remaja tersebut seharusnya bisa melakukan hal yang
sepantasnya dan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban dimasyarakat.
Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja tersebut
dikampung sendiri merupakan hal yang tidak patut ditiru oleh teman-teman
sepermainannya. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan mereka setiap
malam itu merupakan hal yang kurang baik didalam konteks sosial.
Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu mempengaruhi
pola pikir seseorang. Lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu. Dalam hal ini, perlu
terciptanya lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat
dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter yang baik.
Banyak hal yang bermanfaat yang bisa dilakukan seperti
mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti
perkumpulan karang taruna, perkumpulan PKK, atau berbagai kegiatan lain yang
mengarah pada peningkatan kemampuan anak remaja yang lebih maju dan
74
dinamis. Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan
msyarakat, maka kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih dan
jengah, sehingga mereka akan merasa malu jika melakukan tindakan
penyimpangan sosial dilingkungan tempat tinggalnya.
4.4 Respon Masyarakat Di Sekitar Arena Balap Liar.
Respon masyarakat sekitar terhadap gerombolan anak remaja yang
melakukan balapan liar sudah sangat meresahkan. Apalagi arena balapan yang
mereka atau para pelaku balap pergunakan adalah jalanan umum disekitar
rumah warga.
Kata Bapak Bakri salah seorang masyarakat :
“para pelaku balap liar tersebut hampir setiap malam minggu atau
hari-hari libur mereka melakukan kegiatan balapan liar tersebut. Mereka para
pelaku balap liar memulai aksi balapan liar disaat tengah malam atau disaat
jam tidur masyarakat. jelas apa yang mereka lakukan tersebut sangat
mengganggu disaat jam istirahat masyarakat. Ditambah lagi suara kebisingan
yang ditimbulkan dari suara knalpot kendaraan bermotor yang mereka
gunakan menambah geram masyarakat”.(wawancara tanggal 15 desember 2015)
Menurut kata dari salah seorang masyarakat, yaitu Bapak Haji Saleh :
“anak-anak remaja ini sudah tidak bisa dikasih tahu lagi. Mereka tidak
tahu apa yang mereka lakukan itu sangat mengganggu ketenangan tidur orang.
Jika mereka dibubarkan polisi, mereka pasti bubar semua dan tidak lama
75
kemudian mereka akan berkumpul kembali ke arena tersebut dan memulai
balapan lagi.
Sudah banyak masyarakat sini melakukan tindakan terhadap gerombolan
remaja yang nongkrong dan balapan liar tersebut. Seperti mengusir mereka
dari lokasi balapan dan meletakkan suatu benda kejalanan yang membuat
mereka tidak bisa melakukan balap lagi. Kalau kami tidak melakukan tindakan
yang lebih, mereka akan tetap melakukan balapan liar hingga shubuh hari
tambahnya”.(wawancara tanggal 15 desember 2015)
Berdasarkan hasil dari wawancara kepada masyarakat sekitar, terlihat
jelas bahwa apa yang dilakukan oleh anak remaja tersebut sangat mengganggu
masyarakat sekitar. Terlebih halnya efek dari suara yang dihasilkan oleh motor
tersebut yang sangat membuat masyarakat tidak nyaman untuk beristirahat.
Setiap hari libur mereka atau gerombolan remaja tersebut mulai
berkumpul dimalam hari hingga shubuh hari. Yang pada waktu itu seharusnya
mereka para pelajar dipergunakan untuk tidur dan istirahat dirumah. Suara
bising dan aksi kebut-kebutan dijalan raya membuat masyarakat sekitar dan
pengguna jalan lain menjadi terganggu.
Banyak masyarakat yang mengeluh dengan gerombolan remaja balapan
liar ini. Mulai dari suara kebisingan knalpot motor, kebut-kebutan, bahkan
sempat adanya perkelahian sehingga membuat rusuh disekitar rumah
masyarakat. Masyarakat sekitar sering sekali menghubungi polisi untuk
76
membubarkan aksi balapan liar tersebut, namun terkadang tidak dihiraukan oleh
para remaja tersebut dan memulai aksinya kembali ketika keadaan sudah mulai
sepi.
77
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan analisa dalam karya tulis kami, dapat disimpulkan
bahwa pada anak muda atau remaja yang telah masuk kedalam dunia balap
liar dikarenakan oleh faktor pengaruh pergaulan dan lingkungan yang kurang
baik. Kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap anaknya yang
membuat anak remaja tersebut dengan mudah dan bebas untuk ikut dalam
dunia balap liar.
Anak remaja yang terlibat dalam balap liar di Kijang Kota masih
berusia sangat muda. Anak remaja tersebut tidak terlalu memikirkan resiko
balap liar dan ikut masuk kedalam dunia balap liar dikarenakan remaja
tersebut lebih menuruti egonya sendiri dari pada keselamatan dirinya. Sebagian
besar anak remaja tersebut lebih memilih balapan liar hanya untuk
mendapatkan sanjungan dan di akui dari teman pergaulannya.
Kurangnya peranan orang tua yang cenderung apatis terhadap anaknya
untuk tidak mengikuti balapan liar dan pergaulan yang buruk merupakan
masalah utama bagi orang tua dari pelaku. Kurangnya suasana harmonis dan
rasa kekeluargaan terhadap anaknya, membuat remaja tersebut menjadi tidak
terkendali dalam pengawasan orang tuanya.
78
5.2 Saran
� Saran untuk pelaku remaja balap liar.
Jangan mencoba balapan liar dijalanan umum, karena bisa membahayakan
diri sendiri dan pengguna jalan umum lainnya. Masih banyak hal yang lebih
bermanfaat untuk dilakukan tanpa menimbulkan resiko yang besar. Jadilah
pembalap yang resmi, menangkanlah pertandingan tersebut dan menjadi seorang
pembalap yang profesional dan berprestasi.
� Saran untuk orang tua remaja.
Peranan orang tua sangat diperlukan dengan mengarahkan si anak agar
bisa lebih menghormati dan menghargai dirinya sendiri. Memberikan bimbingan
dan pengawasan terhadap diri si anak akan lebih penting, jika memang si anak
memiliki bakat dalam adu balap inilah saatnya orang tua bisa memberi arahan
dan mengikut sertakan pada kegiatan lomba balapan yang resmi.
Kebijaksanaan orang tua dalam menunjang proses sosialisasi anak-anak
antara lain mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tua,
memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak
tidak merasa tertekan, mendorong anak membedakan yang baik dan yang salah,
memperlakukan anak sebaik mungkin, dan menasihati anak jika melakukan
kesalahan.
79
DAFTAR REFERENSI
Desmita. 2005. psikologi perkembangan, PT REMAJA ROSDAKARYA
Amiek. 2003. Sosiologi. Solo : Cv Haka MJ.
Idianto. 2005, sosiologi SMA, PENERBIT ERLANGGA
Arief, dkk. 2009. Detik-Detik UN Sosiologi. Klaten : PT Intan Pariwara.
Budirahayu, Tuti. 2013. Sosiologi Perilaku Menyimpang. Surabaya : PT Revka Petra
Media.
Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Widyastuti, Dyah Ayu.2013. Studi Deskriptif mengenai Pelabelan dan
TindakanSosial Polisi. Skripsi pada Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Rumiyati, dkk. 2006. Tuntas Tuntunan ke Universitas. Jakarta : Graha Pustaka
Jakarta.
Soekanto , Soerjono.2007. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta : PT Raja Grafindo.
Soetomo. 2013. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.Celeban Timur : Pustaka
Pelajar.
80
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumber :
1. http://www.anneahira.com/balap-liar.htm
2. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Balap%2520Motor%2520Liar-EDITOR
3. http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
5. http://www.pengertian ahli.com
6. http://www.sarjanaku.com
7. http://m.kompasiana.com
8. http://herrystw.wordpress.com
9. http://sumber ilmu islam.com