Perilaku

9
PERILAKU Menurut Winardi dalam Linggasari, 2008, perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan. Menurut Notoadtmodjo dalam Linggasari, 2008, dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku tertutup Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons terhadap stimulus ini masi terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belulm diamati secara jelas oleh orang lain b. Perilaku terbuka Perilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain.

description

xx

Transcript of Perilaku

PERILAKUMenurut Winardi dalam Linggasari, 2008, perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.Menurut Notoadtmodjo dalam Linggasari, 2008, dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :a. Perilaku tertutupPerilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons terhadap stimulus ini masi terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belulm diamati secara jelas oleh orang lainb. Perilaku terbukaPerilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain.

MODEL PRECEDE PROCEEDModel ini dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980, dimana model ini merupakan yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan. Precede merupakan singkatan dari Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Sementara proceed merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental Development.Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Gambar 1. Kerangka PRECEDE PROCEED

Gambar 2. Indikator, dimensi, dan hubungan di antara faktor-faktor yang diidentifikasi pada fase 1,2, dan 3 pada kerangka PRECEDE-PROCEEDFase 1 (Diagnosis Sosial)Diagnosis social adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang di desain sebelumnya.Untuk mengetahui masalah social, digunakan indicator social seperti pada gambar 2. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistic yang ada, atau pengumpulan data secara langsung ke masyarakat. Apabila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakkat, Focus Groups Discussion (FGD), nominal group process, dan survey.FASE 2 (DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI)Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Disamping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah. FASE 3 (DIAGNOSIS PERILAKU DAN LINGKUNGAN)Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan memengaruhi perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Oleh karena itu, penting bagi promoter kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individu atau harus di control melalui institusi.Contohnya, pada kasus malnutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan membei bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat sehingga diperlukan pendekatan perubahan social untuk mengatasi masalah lingkungan.Indicator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan range. Indicator lingkungan yang digunakan adalah keadaan social, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu 1) memisahkan faktor perilaku dan non perilaku sebagai penyebab masalah kesehatan, 2) mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.FASE 4 (DIAGNOSIS PENDIDIKAN DAN ORGANISASIONAL)Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu :1. Faktor predisposisi (predisposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang.2. Faktor pendorong (enabling factors), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang3. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan faktor predisiposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan orgaanisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi melalui upaya pengebangan organisasi dan sumber daya.FASE 5 (DIAGOSIS ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN)Pada fasse ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratuf, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.Pada fase ini, kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sementara PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima, dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penilaian sumber daya dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan program, perubahan organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau, perubahan politis dan peraturan untuk meyakunkan program dappat diterima masyarakat, dan evaluasi untuk meyakinkan program dapat dipertanggungjawabkan kepada ppenentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.(Maulana, 2009)

Linggasasri. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tangerang. Skripsi pada FKM UI. Tersedia : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122941-S-5402-Faktor-faktor%20yang-Literatur.pdf Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC . Tersedia : https://books.google.co.id/books?id=sDKnWExH6tQC&pg=PA110&lpg=PA110&dq=indikator+vital+perilaku+kesehatan&source=bl&ots=t9IVwkOpun&sig=XTsbYymP-nbxxc40fud-franSRU&hl=id&sa=X&ei=r4QJVaXHOoK3uQS3wYG4AQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false