Perencanaan Usaha Nilam Edit
-
Upload
pratiti-dini-fachrurrozi -
Category
Documents
-
view
87 -
download
18
description
Transcript of Perencanaan Usaha Nilam Edit
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
RISET PASAR USAHA MANDIRI
MINYAK ATSIRI
Disusun Oleh :
1. Olim Lefiyanti I0511037
2. Pratiti Nandini I0511039
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
I. Perencanaan Usaha
Indonesia merupakan Negara yang subur dan banyak tempat yang
cocok untuk membudidayakan tanaman yang dapat menghasilkan
minyak atsiri. Penanaman dan pengolahan miyak atsiri masih
terkonsentrasi di beberapa daerah yang masih meliputi kelompok-
kelompok tani.
Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh
pengusaha-pengusaha yang memiliki modal besar, karena proses
destilasi minyak atsiri yang memerlukan alat destilasi dengan harga
yang sangat mahal, sehingga minyak atsiri belum menjadi industri
rumah tangga dengan skala produksi kecil. Untuk itu perlu
dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang terjangkau oleh
industri rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan bagi
pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih
memasyarakat agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan
dapat dimanfaatkan secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan
pekerjaan baru yang menyerap sumber daya manusia.
II. Penyediaan Alat Proses
Peralatan penyulingan terdiri atas :
a. Ketel Uap
Ketel memiliki ukuran diameter 350 mm dan tinggi 400
mm dengan ketebalan 1 mm. pinggiran ketel bagian atas dibuat
kerah untuk menyangga tangki bahan baku dan juga sebagai
tempat untuk perapat agar uap tidak keluar. Penutup ketel dibuat
dari alumunium yang pada bagian atasnya dibuat lubang untuk
saluran keluarnya uap dari tangki bahan..
b. Tangki Bahan Baku
Tangki bahan baku juga terbuat dari bahan alumunium
berukuran diameter 320 mm dan tinggi 380 mm dengan
pinggiran bagian atasnya diberi kerah seperti ketel uap sebagai
tempat melekatnya gasket/perapat. Bagian dasar dibuat
berlubang-lubang dengan diameter 10 mm agar uap dapat masuk
ke dalam bahan baku.Kapasitas tangki didesain untuk memuat
bahan baku dengan jenis daun nilam kering maksimal 2.5 kg
(volume tangki ± 30.5 liter).
c. Pipa Ketel Uap – Kondensor
Pipa ini terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾ inchi
dan panjang 1.5 m. pipa tersebut berfungsi untuk menyalurkan
uap dari ketel destilasi ke kondensor untuk dikondensasi. Pada
kedua ujungnya diberi water mur ¾ inchi yang masing-masing
terhubung ke lubang keluar tangki destilasi dan masuk ke
kondensor.
d. Tube Kondensor
Tube kondensor tebuat dari stainless steel dengan diameter
½ inchi dan biasa digunakan untuk peralatan pendingin atau
pemanas. Tube kondensor dibuat berliku-liku dalam arah
vertical yang kedua ujungnya diberi nepel ½ inchi untuk
disambungkan dengan pipa uap dan juga dengan kran pada
saluran keluar kondensat.
e. Tangki Kondensor
Tangki ini terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran
diameter 350 mm dan tinggi 400 mm. Pada tangki kondensor
dibuat 3 lubang, yaitu 1 lubang untuk saluran keluar air
pendingin dan 2 lubang untuk saluran masuk dan keluar uap
yang akan dikondensasi.
f. Separator
Alat yang mempunyai fungsi untuk memisahkan
campuran air dengan minyak atsiri nilam. Alat ini bekerja
berdasarkan perbedaan density dari dari kedua cairan tersebut.
Produk akhirdari proses penyulingan sistem distilasi uap ini
adalah minyak atsiri ringan, minyak atsiri berat serta air suling.
III. Penyediaan Bahan Baku
1. Batang dan Daun Nilam Kering
Bahan yang didestilasi menggunakan daun nilam kering
(Pogostemon Pacthouly) yang akan menghasilkan Pacthouly Oil.
Karakteristik dari bahan yang akan didestilasi yaitu :
2. Pelarut
Pelarut yang digunakan berupa Pelarut n-Hexane. N-Hexane
adalah senyawa hidrokarbon golongan alkana dengan rumus C6H14
merupakan fraksi petroleum eter dengan kisaran titik didih 65-
70oC. Keuntungan pelarut ini yaitu bersifat selektif dalam
melarutkan zat, menghasilkan jumlah 19 kecil lilin, albumin, dan
zat warna, namun dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah
besar (Guenther, 1987).
Sifat fisik dan kimia Deskripsi cairan tak berwarna Rumus
C6H14 kadar 97,7 % Berat Jenis 0,660 g/ml (20oC) , Berat molekul
86,10 Titik didih 68,95 oC , Titik lebur - 95,3 oC Kekentalan 0,294
CP (25 oC) Kelarutan tidak larut dalam air, larut dalam pelarut
organik, sangat larut dalam alkohol.
3. Kertas Saring Whatman
IV. Proses Pembuatan Minyak Atsiri
1. Analisa Kadar Air Batang dan Daun Nilam
Batang dan daun nilam kering dipotong-potong, ditimbang
dimasukkan kedalam krus porselin, dikeringkan dalam oven pada
suhu 100oC, ditimbang kembali sampai berat konstan.
2. Ekstraksi
Batang dan daun nilam yang telah dipotong-potong dengan
perbandingan berat 5 : 1, 4:1, 3:1, 2 : 1, 1:1, 1: 2, 1: 3 seberat 200
gram dimasukkan kedalam tangki ekstraktor bersama-sama dengan
pelarut normal heksana dan benzena dengan perbandingan volume
4:1, 3:1, 2:1, 1;1, 1:2, 1: 3, 1: 4 sebanyak 3000 ml dengan variasi
waktu ekstraksi 60’, 90’, 120’, 150’, 180’, 210’, 240’.
Kondisi operasi ekstraksi adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan pengadukan 200 rpm
b. Perbandingan bahan baku dan pelarut 0,067 gr/ml
c. Suhu kamar
3. Penyulingan dengan Uap (Steam Distillation) – Vacuum
Destillation
Hasil ekstraksi kemudian dimasukkan kedalam labu
destilasi untuk dipisahkan antara minyak dan pelarut, minyak nilam
sebagai hasil bawah dan pelarut sebagai hasil atas.
Keterangan:
1. Pendingin 6. Klem dan Statif
2. Tangki air pendingin 7. Regulator
3. Labu destilasi 8. Labu penampung pelarut
4. Penangas air 9. Pompa Vaccum
5. Kompor listrik
Kondisi operasi destilasi adalah sebagai berikut :
a. Suhu 40 oC
b. Tekanan 177 mmHg
Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat
dalam “boiler” yang letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap
yang dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan
udara luar. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan
tekanan uap yang rendah (kurang lebih 1 atmosfir), kemudian
secara berangsur-angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang
lebih 3 atmosfir. Jika permulaan penyulingan dilakukan pada
tekanan tinggi, maka komponen kimia dalam minyak akan
mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam bahan di anggap
sudah habis tersuling, maka tekanan uap perlu diperbesar lagi yang
bertujuan untuk menyuling komponen kimia yang bertitik didih
tinggi.
Proses penyulingan minyak dapat dipercepat dengan
menaikkan suhu dan tekanan atau menggunakan sistim
“superheated steam. Pada permulaan penyulingan, hasil sulingan
sebagian besar terdiri dari komponen minyak yang bertitik didih
rendah, selanjutnya disusul dengan komponen yang bertitik didih
lebih tinggi dan pada saat mendekati akhir penyulingan jumlah
minyak dalam hasil sulingan akan bertambah kecil.
4. Analisis Hasil
Minyak nilam yang telah dihasilkan kemudian dihitung
rendemennya dianalisa berat jenisnya. Nilai berat jenis suatu minyak
atsiri dihitung berdasarkan perbandingan antara kerapatan minyak
atsiri pada suhu tertentu dengan kerapatan air pada suhu yang sama.
Berat jenis suatu senyawa organik dipengaruhi oleh berat molekul,
polaritas, suhu dan tekanan.
Dari analisa sifat-sifat fisika kimia minyak nilam diperoleh
hasil berat jenis yang berbeda-beda dalam berbagai perubahan
bahan baku, waktu dan pelarut, Dari grafik terlihat kenaikan jumlah
daun, waktu dan benzena sebagai pelarut yang digunakan pada
proses ekstraksi menghasilkan kenaikan pada nilai berat jenis pada
waktu 60 menit terlihat bahwa berat jenis yang dihasilkan tidak
memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI). Lamanya 41 waktu
akan mempermudah penetrasi pelarut kedalam bahan baku,
banyaknya daun akan memperbanyak jumlah minyak nilam dan
banyaknya benzena akan meningkatkan solubilitas, karena berat
jenis semakin meningkat. Dalam kondisi ini komponen-komponen
minyak nilam dengan berat molekul kecil dan besar akan ikut
terlarutkan. Kelarutan komponen-komponen minyak nilam dengan
berat molekul besar berjalan dengan perlahan sebanding dengan
kenaikan waktu, daun, dan benzena. Pengaruh kenaikan density
memberikan kecenderungan peningkatan kelarutan minyak nilam.
Pengaruh bahan baku, waktu dan pelarut berkorelasi positif pada
berat jenis minyak nilam, semakin tinggi berat jenis menunjukkan
minyak memiliki kualitas yang baik (Guenther, 1987).
V. Teknik Penjualan dan Pemasaran
Kegiatan distribusi pemasaran nilam dapat dibagi menjadi 3
tingkatan.
1. Pemasaran pada tingkat petani ke pengumpul atau pengusaha
pemilik kilang minyak nilam. Para petani menjual produknya
dalam bentuk 2 produk.
Penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang
dengan harga penjualan sekitar Rp. 3.000,00 std Rp. 3.500/kg
dan selanjutnya pemasaran minyak dilakukan oleh pemilik
kilang;
Penjualan minyak nilam oleh petani setelah diolah di kilang
kepada para pengumpul lokal.
2. Pemasaran minyak nilam dari pengumpul lokal atau pemilik kilang
ke pengumpul besar/ekspor;
3. Pemasaran minyak nilam oleh eksportir ke importir/konsumen di
luar negeri.
Harga jual pada masing-masing tingkatan tersebut satu sama lain
namun harga pada masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga
pada tingkatan ke-3 yaitu harga penjualan ekspor. Para
pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan
mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual
kepada penawaran yang tertinggi. Pola pemasaran yang terbuka ini
akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu
menguntungkan bagi petani karena informasi harga ekspor ke
petani tidak sampai kepada mereka.
VI. Tinjauan Ekonomi
Demikianlah hasil dari perancangan, pembuatan alat destilasi dan
pengujian yang dilakukan. Sebagai pertimbangan ekonomis, berikut
sedikit kalkulasi yang didapat:
Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
1. Daun Nilam Kering
30 kg 3000 90.000
2. Minyak Tanah 15 lt 28003. Briket 15 kg 22504. Pelarut n-Hexane 45000 / kg5. Kemasan6. Biaya Tenaga Orang7. Transportasi8. Perawatan
Dengan Izin dari Departemen Kesehatan setiap 5 tahun untuk Paten
Produk Rp 5.000.000,00
Dari perkiraan biaya di atas terlihat bahwa :
a. Biaya operasi dalam 1 kali proses destilasi = Rp. 13.200 ,- (Minyak
Tanah)
= Rp. 12.750,- (Briket)
b. Nilai ekonomis hasil minyak nilam = Rp. 5.400,-
c. Nilai jual minyak 37-37.5 ml minimal = Rp. 18.600 = Rp. 484/ml
Harga minyak nilam di pasaran berkisar Rp. 150.000-200.000 per
kilogram.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Kebijakan dan Strategi Umum
Pengembangan Industri Kecil Menengah. Jakarta. 2002.
Guenther, E, 1987. Minyak Atsiri. Diterjemahkan oleh R.S. Ketaren dan R.
Mulyono. Jakarta, UI Press.
Holman, J.P.,”Perpindahan Kalor”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994