PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT …
Transcript of PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT …
PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PERENCANAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
SANTI ULIARTA SIMAMORA
NIM. 131000499
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Perencanaan
Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul Tahun
2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2017
Santi Uliarta Simamora
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu upaya penting dalam
manajemen logistik obat. Perencanaan kebutuhan obat disetiap sarana pelayanan
kesehatan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan obat bagi pengguna jasa
pelayanan kesehatan. Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam
pengelolaan obat dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai
dan menghindari kekosongan obat. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul
belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit, hal ini mengakibatkan kekosongan
dan kelebihan obat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis perencanaan kebutuhan obat di instalasi farmasi RSUD
Doloksanggul. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu melalui wawancara
mendalam dengan berpedoman pada pedoman wawancara (interview guide) yang
telah dipersiapkan sebelumnya serta menggunakan data sekunder atau data-data
yang diperoleh dari di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 7 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan obat di instalasi
farmasi RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan pedoman pengelolaan obat
yang di rekomendasikan oleh kementerian kesehatan sehingga perencanaan obat
di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Hal ini
terjadi karena tenaga perencanaan obat belum memahami cara merencanakan
kebutuhan obat yang tepat, tenaga perencanaan obat belum pernah mengikuti
pelatihan manajemen logistik farmasi khususnya perencanaan obat. Selain itu,
data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan obat belum mencukupi Hal
ini mengakibatkan perencanaan obat yang dilakukan tidak optimal, sehingga
terjadi kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over
stock).
Disarankan bagi seluruh tenaga perencanaan obat di instalasi farmasi
RSUD Doloksanggul supaya menyusun perencanaan kebutuhan obat setiap
tahunnya dengan analisis kebutuhan obat yang efektif, efisien dan tepat waktu.
Diharapkan kepada pihak RSUD Doloksanggul supaya melakukan penambahan
tenaga perencanaan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga
melalui pelatihan mengenail perencanaan obat dan bagi tenaga perencanaan
supaya melakukan melakukan proses pemilihan obat diharapkan supaya
memenuhi kriteria pemilihan obat yang baik.
Kata kunci : Perencanaan, Kebutuhan Obat
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Medicinal needs planning is one of important efforts in medicinal logistics
management. The planning of medicines needs in every health service facility is
intended to determine the need of medicines for the users of health
services.Medical planning as an early stage in medicinal management with the
aim of obtaining appropriate types and quantities of medicinal and avoiding
medicinal void. The planning of medicines needs in RSUD Doloksanggul not in
accordance with the needs of hospitals, this resulted in vacuum and excess
medicines.
The research used qualitative apporoach wich was aimed to to analyze the
planning of medicinal requirements in pharmaceutical installations RSUD
Doloksanggul. This research uses primary data that is through in-depth
interviews with guided interviews (interview guide) that have been prepared
previously and using secondary data or data obtained from the pharmacy
installation RSUD Doloksanggul. Informants in this study amounted to 7 people.
There were seven informans.
The results showed that the process of medicines planning in the pharmacy
installation of Doloksanggul hospitals has not been in accordance with the
medicines management guidelines recommended by the ministry of health so that
drug planning in RSUD Doloksanggul not in accordance with the needs of the
hospital. This happens because drug medicines planning personnel have not
understood how to plan for proper drug needs, drug planning personnel have
never attended pharmaceutical logistics management training, especially drug
planning. In addition, the data needed in the process of drug planning has not
been sufficient. This resulted in medicines planning that was not done optimally,
resulting in a vacuum of medicines (out of stock) and partly overdone (over
stock).
It is advisable for all planning personnel in pharmacy installation of
RSUD Doloksanggul in order to arrange drug requirement planning every year
with effective, efficient and timely drug requirement analysis. It is expected that
the RSUD Doloksanggul to increase the planning personnel and improve the
knowledge and ability of the personnel through the training of medicines
planning and for the planning personnel to conduct the medicines selection
process is expected to meet the criteria of good medicines selection.
Keyword : Planning, The need for medicinal
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat. Judul yang
penulis ajukan adalah ”Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Doloksanggul Tahun 2017”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum sebagai rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah mengesahkan skripsi penulis secara
resmi.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan sekaligus dosen pembimbing I, yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan masukan
dan saran yang membangun, serta penuh kesabaran dalam membimbing
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
5. Dra.Jumirah, Apt, M.Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran
dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku dosen penguji II yang
telah memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran kepada penulis selama perkuliahan.
8. Ayahanda Kepler Simamora dan Ibunda Rohana Lumbanraja yang terkasih,
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kasih sayang, doa,
dukungan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis selama kuliah,
penelitian hingga penulisan skripsi. Adik-adik Wesly R Martogi Simamora,
Regina Apriliani Maranatha Simamora, Lerum Parulian Simamora, beserta
tante penulis Fany Sefana Raz Singarimbun, SKM dan sepupu Jhon Wesley
yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan doa kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dengan
harapan skripsi ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya.
Medan, Oktober 2017
Penulis
Santi Uliarta Simamora
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
2.1 Rumah Sakit ............................................................................... 8
2.2 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit ................................................ 9
2.2.1 Tujuan Pelayanan Farmasi................................................. 9
2.2.2 Tugas pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi1 .................. 1
2.2.3 Staf dan Pimpinan Pelayanan Farmasi .............................. 11
2.2.4 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan ................... 12
2.2.5 Organisasi .......................................................................... 13
2.2.6 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit ................... 13
2.2.7 Sarana dan Prasarana IFRS ............................................... 14
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat ..................................................... 18
2.3.1 Perencanaan ....................................................................... 18
2.3.2 Kebutuhan Obat ................................................................. 22
2.4 Tahap-tahap Perencanaan Kebutuhan Obat ................................ 26
2.4.1 Tahap Pemilihan Obat ....................................................... 26
2.4.2 Tahap Kompilasi Penggunaan Obat .................................. 27
2.4.3 Tahap Perhitungan Obat .................................................... 27
2.5 Kerangka Pikir ............................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 36 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 36
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................... 36
3.3 Informan Penelitian .................................................................... 36
Universitas Sumatera Utara
3.4 Karakteristik Informan ............................................................... 37
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 38
3.6 Pengolahan Data ......................................................................... 38
3.7 Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 38
3.8 Metode Analisis Data ................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 40
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................ 40
4.1.1 Sejarah RSUD Doloksanggul ............................................ 40
4.1.2 Letak Geografis ................................................................. 42
4.1.3 Demografis ........................................................................ 42
4.1.4 Visi dan Misi RSUD Doloksanggul .................................. 42
4.1.5 Tenaga Kesehatan .............................................................. 43
4.1.6 Jumlah Kunjungan Pasien ................................................. 44
4.1.7 Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul .................. 44
4.2 Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul ...................................... 45
4.2.1 Struktur Organisasi ............................................................ 46
4.2.2 Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi .......................... 46
43. Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi ....................................... 47
4.4 Hasil Penelitian ........................................................................... 48
4.4.1 Input ................................................................................... 48
4.4.2 Proses ................................................................................. 54
4.4.3 Output ................................................................................ 57
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 59
5.1 Ketersediaan Input dalam Proses Perencanaan Obat .................. 59
5.2 Pelaksaan Proses dalam Menghasilkan Output .......................... 65
5.3 Output Perencanaan Obat............................................................ 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 74
6.1. Kesimpulan ................................................................................ 75
6.2. Saran .......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode
Epidemiologi ....................................................................... 31
Tabel 3.1 Karakteristik Informan ........................................................ 41
Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Doloksanggul ................... 47
Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Pasien di RSUD Doloksanggul ............ 48
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul ........... 48
Tabel 4.4 Data 10 Penggunaan Obat di RSUD Doloksanggul ............ 49
Tabel 4.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi
RSUD Doloksanggul ........................................................... 50
Tabel 4.6 Daftar Obat di Luar Formularium Nasional ........................ 60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan Prosedur Perencanaan Perbekalan Farmasi ........... 33
Gambar 2.2 Kerangka Pikir ....................................................................... 34
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pedoman wawancara ........................................................... 78
Lampiran 2 Matriks Hasil Penelitian ...................................................... 84
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian............................................................. 90
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian .................................................... 91
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Santi Uliarta Simamora yang lahir pada tanggal 31 Juli
tahun 1995 dan beragama Kristen Protestan. Saat ini penulis bertempat tinggal di
Jln. Mandolin No.18, Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, Kota
Medan, Kode Pos 20156. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara
oleh pasangan Ayahanda Kepler Simamora dan Ibunda Rohana Lumban Raja.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri No. 177061
Silaban Margu pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, lalu melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4 Lintongnihuta pada
tahun 2007 dan selesai tahun 2010, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 1 Lintongnihuta pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, pada tahun
2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan selesai tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009,
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Salah satu sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012
adalah subsistem obat dan perbekalan kesehatan yang merupakan tatanan berbagai
upaya perencanaan, pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan dan pengawasan obat
serta perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung. Tujuan
subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan
kesehatan yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta
termanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan /atau masyarakat. Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak
terlepas dari tersedianya obat-obatan (Undang-Undang Republik Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Nomor 36 Tahun 2009 ).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi.
Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi
manusia (Depkes, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, adalah bagian yang bertanggung jawab penuh di bidang pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit, bagian ini dikepalai oleh Apoteker. Instalasi
Farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan, mengadakan,
menyimpan, mendistibusikan, melakukan pengendalian penggunaan, serta
melakukan pencatatan dan pelaporan obat dalam suatu rumah sakit. Perencanaan
kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan obat merupakan salah satu
fungsi yang menentukan dalam pengadaan obat, dengan tujuan mendapatkan jenis
dan jumlah obat yang sesuai dan menghindari kekosongan obat.
Salah satu upaya penting dalam manajemen logistik obat dan perbekalan
kesehatan adalah perencanaan kebutuhan obat, karena proses perencanaan yang
baik akan menghasilkan pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan sarana
pelayanan kesehatan. Perencanaan merupakan rangkaian proses pembuatan daftar
kebutuhan obat sejak dari pemilihan macam dan jumlah obat serta menghitung
dana yang dibutuhkan sampai pada penyesuaian dana yang ada, sehingga
diperoleh sebuah daftar perencanaan kebutuhan obat (Depkes, 2008)
Aksesibilitas obat ditentukan oleh ketersediaan obat bagi pelayanan
kesehatan. Pada tahun 2013, tingkat ketersediaan obat telah mencapai 96,82%,
meningkat dari pada tahun sebelumnya yang mencapai 92,5%. Walaupun
demikian, ketersediaan obat tersebut belum terdistribusi merata antar-provinsi.
Data tahun 2012 menunjukkan terdapat 3 provinsi dengan tingkat ketersediaan di
bawah 80%, sementara terdapat 6 Provinsi yang memiliki tingkat ketersediaan
Universitas Sumatera Utara
obat lebih tinggi dari 100%. Disparitas ini mencerminkan belum optimalnya
manajemen logistik obat (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Walaupun ketersediaan obat cukup baik, tetapi pelayanan kefarmasian di
fasilitas pelayanan kesehatan pada umumnya masih belum sesuai standar. Pada
tahun 2013, baru 35,15% Puskesmas dan 41,72% Instalasi Farmasi RS yang
memiliki pelayanan kefarmasian sesuai standar. Penggunaan obat generik sudah
cukup tinggi, tetapi penggunaan obat rasional di fasilitas pelayanan kesehatan
baru mencapai 61,9%. Hal ini terutama disebabkan oleh masih rendahnya
penerapan formularium dan pedoman penggunaan obat secara rasional.
(Riskesdas, 2013).
Pentingnya pengelolaan perbekalan farmasi yang baik juga disadari oleh
pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doloksanggul, karena
sebagai rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1906 yang merupakan milik dari
pemerintah Kabupaten Humbanghasundutan, rumah sakit ini diharapkan mampu
menjalankan perannya untuk menjamin kelangsungan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Humbanghasundutan. Rumah Sakit
yang memiliki visi “Terwujudnya Rumah Sakit Mandiri, Prima serta Unggul
dalam Pelayanan” ini merupakan pusat rujukan di wilayah Kabupaten
Humbanghasundutan, dan memiliki poliklinik lengkap untuk pasien dari bayi
sampai lansia.
Berdasarkan data rekam medik RSUD Doloksanggul selama dua tahun
terakhir (2015 dan 2016) kunjungan pasien rawat jalan dari 13.298 pasien menjadi
15.910 pasien artinya meningkat sebesar 19,64% , dan jumlah pasien rawat inap
Universitas Sumatera Utara
dari 2.346 pasien menjadi 2.704 pasien artinya meningkat sebesar 15,26%. Data
tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kunjungan pasien yang cukup berarti
sepanjang tahun 2015-2016. Hal ini tentu saja perlu disikapi dengan memberikan
pelayanan yang efektif dan efisien termasuk juga di pelayanan farmasi, karena
dengan angka kunjungan yang tinggi tentu saja akan menimbulkan permintaan
obat cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2015-2016, diperoleh adanya obat yang
telah kadaluarsa yaitu sebanyak 2,1 % pada tahun 2015 dan 3% pada tahun 2016,
dalam persentase yang sebenarnya seharusnya tidak ada obat yang kadaluarsa.
Selain itu, terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan.
Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan kepala Instalasi Farmasi
RSUD Doloksanggul, Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah mempunyai
Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang Perencanaan Perbekalan Farmasi
Tahun 2016, namun pada kenyataannya pihak Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul mengakui bahwa mereka belum pernah melakukan perencanaan
kebutuhan obat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu dokter
juga memberikan resep di luar formularium rumah sakit, sehingga obat yang
dibutuhkan harus dibeli dari apotik di luar rumah sakit, akibatnya pasien harus
menunggu karena obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia. Selain itu karena
rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang menerima rujukan
rujukan di wilayah Kabupaten Humbanghasundutan, mengakibatkan peningkatan
jumlah kunjungan pasien tidak dapat ditentukan. Pemesanan obat dilakukan oleh
kepala instalasi farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan
menggunakan e-catalog secara berkala, dimana pemesanan obat melalui e-katalog
Universitas Sumatera Utara
berlaku sejak tahun 2014 secara nasional. Adapun kendala dalam proses
pemesanan yaitu, obat yang dipesan terkadang tidak tersedia di PBF sehingga
terjadi kekosongan obat. Selain itu sumber daya manusia dalam proses
perencanaan obat masih kurang, sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat.
Hasil penelitian Zebua tahun 2015 menunjukkan bahwa Proses
perencanaan kebutuhan obat di UPT BKIM, RS Kusta Lau Simomo, dan UPT RS
Kusta P.Sicanang masih belum sesuai dengan pedoman pengelolaan obat dan
perbekalan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan, baik berkaitan
dengan proses perencanaan, seleksi kebutuhan obat, evaluasi obat dan proyeksi
kebutuhan obat.
Hasil penelitian Rahmah tahun 2013 menunjukkan bahwa pelaksanaan
manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
belum optimal, terlihat dari instalasi farmasi tidak melaksanakan perencanaan
obat, tim perencanaan obat tidak terpadu, dan tidak memiliki jadwal kegiatan
penyusunan rencana kerja operasional.
Berdasarkan hasil penelitian Sinuraya tahun 2013 di RSUD Dr. Hadrianus
Sinaga perencanaan tidak berjalan dengan baik sehingga pemenuhan obat tidak
tercapai karena hanya memakai metode konsumsi, kurang kerjasama antara
bidang perencaan dengan bidang farmasi, dan kurang terampilnya petugas bidang
perencanaan-Penganggaran hanya berdasarkan pada dana yang tersedia dari
pemerintah daerah sehingga kurang memenuhi kebutuhan obat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
memperoleh gambaran tentang Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Doloksanggul.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini
adalah “Bagaimana perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
Tahun 2017?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendeskripsikan ketersediaan input (sumber daya manusia,
metode, data) dalam proses perencanaan obat.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan perencanaan obat dalam
menghasilkan output berupa dokumen perencanaan obat tahun yang akan
datang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang perencanaan
obat di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam
penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai rujukan bagi peneliti lebih lanjut
di waktu yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai
fungsi yaitu:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peroraangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga seseuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Pedoman organisasi rumah sakit umum menyatakan bahwa rumah sakit
umum harus melaksanakan beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah fungsi
menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan nonmedik. Dalam hal
penunjang medik, maka salah satu pelayanan penting di dalamnya adalah
pelayanan farmasi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
(2014), Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Menurut Aditama (2006), instalasi farmasi rumah sakit merupakan satu-
satunya unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan
mendistribusikannya kepada pasien, bertanggungjawab atas semua barang farmasi
yang beredar di rumah sakit serta bertanggungjawab atas pengadaan daan
penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik
petugas maupun pasien. Instalasi farmasi rumah sakit harus memiliki organisasi
yang memadai serta dipimpin oleh seorang apoteker dengan personalia lain
meliputi para apoteker, asisten apoteker, tenaga administrasi serta tenaga
penunjang teknis.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tujuan Pelayanan Farmasi
Menurut Depkes (2004), tujuan pelayanan farmasi adalah :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
2.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Farmasi
1. Tugas Pokok Pelayanan Farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
2. Fungsi Pelayanan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
2.2.3 Staf dan Pimpinan Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan :
1. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
Universitas Sumatera Utara
4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-
3) dan Tenaga Menengah Farmasi.
5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan
mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang
bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan.
7. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki
kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja
yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
2.2.4 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun
program pengembangan staf.
Universitas Sumatera Utara
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan
tanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
program pendidikan berkelanjutan.
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh
organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :
a. penggunaan obat dan penerapannya
b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
c. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi
2.2.5 Organisasi
Menurut Kementerian Depkes (2004), bagan organisasi adalah bagan
yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan.
Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang
berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional.
Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit
Menurut Depkes (2004), tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit personalia pelayanan farmasi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian dengan persyaratan:
1. Terdaftar di Departement Kesehatan
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi
3. Mempunyai Izin Kerja
4. Mempunyai SK Penempatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
(2014), untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya.
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
a. Apoteker
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
2. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari :
a. Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
b. Tenaga Administrasi
c. Pekarya/Pembantu pelaksana
Universitas Sumatera Utara
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker
yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki
pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun.
2.2.7 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus didukung
oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan
kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah
Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang
dilengkapi penanganan limbah.
Peralatan yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan
kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau
institusi yang berwenang. Peralatan harus dilakukan pemeliharaan,
didokumentasi, serta dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
1. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.
a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:
Ruang Kantor/Administrasi yang terdiri dari ruang kantor/Administrasi
terdiri dari: a) ruang pimpinan, b) ruang staf, c) ruang kerja/administrasi tata
usaha, dan d) ruang pertemuan. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai a) Kondisi umum untuk ruang
penyimpanan: (1) Obat jadi (2) Obat produksi (3) bahan baku Obat (4) Alat
Kesehatan b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan: (1) Obat termolabil (2)
bahan laboratorium dan reagensia (3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar (4)
Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik) 3) Ruang distribusi Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari distribusi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rawat jalan
(apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi). Ruang distribusi harus cukup
untuk melayani seluruh kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri dari: a) Ruang distribusi
untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan
resep dan peracikan. b) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara
sentralisasi maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap. 4) Ruang
konsultasi / konseling Obat.Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai
sarana untuk Apoteker memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang
konsultasi/konseling harus jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah
Sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat berinteraksi dengan
baik. Ruang konsultasi/konseling dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan
maupun rawat inap. 5) Ruang Pelayanan Informasi Obat ,Pelayanan Informasi
Obat dilakukan di ruang tersendiri dengan dilengkapi sumber informasi dan
teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon. 6) Ruang produksi;
b. Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1) Ruang tunggu pasien; 2) Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak;
3) Tempat penyimpanan Obat di ruang perawatan;
4) Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.
2. Peralatan
Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk perlengkapan
peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
Obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun. Peralatan yang paling sedikit harus tersedia:
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan
nonsteril maupun aseptik/steril;
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat;
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika;
e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Obat yang termolabil;
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik;
g. Alarm.
Sistem komputerisasi harus diadakan dan difungsikan secara optimal
untuk kegiatan sekretariat, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi
ini harus terintegrasi dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk meningkatkan
efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk
Universitas Sumatera Utara
monitoring terapi pengobatan dan fungsi klinik lainnya. Sistem komputerisasi
meliputi:
1) Jaringan
2) Perangkat keras
3) Perangkat lunak (program aplikasi)
4) Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
- Pelayanan rawat jalan (Apotik);
- Pelayanan rawat inap (satelit farmasi);
- Kebutuhan ruang perawatan/unit lain.
5) Peralatan Konsultasi
- Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet,dan brosur dan lain-lain;
- Meja, kursi untuk Apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untuk menyimpan
profil pengobatan pasien;
- Komputer;
- Telpon;
- Lemari arsip;
- Kartu arsip.
6) Peralatan Ruang Informasi Obat
- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat;
- Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak;
- Komputer;
- Telpon – Faxcimile;
Universitas Sumatera Utara
- Lemari arsip;
- Kartu arsip;
- TV dan VCD player.
7) Peralatan Ruang Arsip
- Kartu Arsip;
- Lemari/Rak Arsip.
2.3 Perencanaan Kebutuhan Obat
2.3.1 Perencanaan
Menurut Febriawati (2013), Perencanaan adalah proses untuk merumuskan
sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan merupakan dasar tindakan manajer untuk dapat menyelesaikan
tugas pekerjaannya dengan baik. Sebelum perencanaan ditetapkan, umumnya
didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang (Seto
dkk, 2008).
Menurut Subagya yang dikutip oleh Febriawati (2013), perencanaan adalah hasil
rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman, dan
keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam membuat
keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan. Suatu rencana
harus didiukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
mendapatkan dukungan bahkan sebaliknyab akan berakibat tidak lancar dalam
pelaksanaannya. Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting
dalam manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi
Universitas Sumatera Utara
manajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan. Tanpa
adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik.
Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap
proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Muninjaya,
2004). Ada beberapa prinsip dalam suatu perencanaan antara lain:
1. Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada
pencapaian tujuan (principle of contribution to objective).
2. Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat
mencapai tujuan dengan biaya uang sekecil-kecilnya (principle of efficiency of
planning).
3. Asas mengutamakan perencanaan (principle of primary of planning)
Perencanaan merupakan keperluan utama para pemimpin dan fungsi
manajemen lainya (organizing, staffing, directing dan controlling). Seorang
tidak akan dapat melaksanakan fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui
tujuan dan pedoman dalam menjalankan kebijaksanaan.
4. Asas kebijaksanaan pola kerja (principle of policy frame work). Kebijaksanaan
dapat mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja dan program kerja
tersusun.
5. Asas waktu (principle of timing). Waktu perencanaan relatif singkat dan tepat.
6. Asas keterikatan (the commitment principle). Perencanaan harus
memperhitungkan jangka waktu keterkaitan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
7. Asas fleksibilitas (the principle of flexibilility). Perencanaan yang efektif
memerlukan fleksibilitas, tetapi bukan berarti mengubah tujuan.
8. Asas alternatif (principle of alternative). Alternatif pada setiap rangkaian kerja
dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan
pekerjaan, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Febriawati (2013), dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan,
pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan (sasaran) diperkukan kerjasama
yang terus menerus antara pimpinan/staf, perencana, pelaksana, dan pegawas
dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas
masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk
mencapai sasaran organisasi).
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha dalam
penentuan skala prioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak
lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini
akan menghasilkan antara lain :
1. Rencana pembelian
2. Rencana rehabilitasi
3. Rencana dislokasi
4. Rencana sewa
5. Rencana pembuatan
Menurut Febriawati (2013), dalam tahapan perencanaan logistik,
perencanaan logistik dikatakan baik apabila perencanaan tersebut mampu
menjawab hal-hal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Apa yang dibutuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat.
2. Berapa yang dibutuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat.
3. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat.
4. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat.
5. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
unit atau orang yang tepat.
6. Mengapa dibutuhkan (why) untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil
sudah tepat.
Perencanaan di dalam manajemen logistik adalah dalam merencanakan
pemenuhan kebutuhan logistik, yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon
pemakai (user), kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-
masing organisasi.
Menurut Herlambang yang dikutip oleh Febriawati (2013) manfaat dari
sebuah perencanaan adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai
2. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan
3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan beserta tugasnya masing-masing
4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
5. Bentuk dan standar yang akan dilakukan
2.3.2 Kebutuhan Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
Universitas Sumatera Utara
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 36, 2009).
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 bahwa tujuan subsistem
obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan
yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan secara
berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Unsur utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari
perencanaan, pengadaan, pemanfaatan dan pengawasan, yakni : perencanaan obat
dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat
dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan,
pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan
obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah
direncanakan sesuai kebutuhan pembangunan kesehatan, pemanfaatan obat dan
perbekalan kesehatan adalah upaya pemerataan dan peningkatan keterjangkauan
obat dan perbekalan kesehatan, dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan
adalah upaya menjamin ketersediaan, keterjangkauan, keamanan serta
kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan.
Menurut Febriawati (2013), perencanaan kebutuhan farmasi merupakan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumalh dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditentukan antara lain, konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan dan penentuan kebutuhan obat merupakan fungsi yang pertama
dalam logistik farmasi karena perencanaan merupakan langkah nyata pertama
dalam usaha mencapai tujuan. Perencanaan harus terlihat dengan jelas apa yang
harus dikerjakan dalam kurun waktu tertentu. Perencanaan dan penentuan
kebutuhan obat di gudang farmasi mutlak diperlukan agar terpenuhi tingkat
persediaan yang telah ditetapkan.
Perencanaan obat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar
konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dan pengadaan obat
merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat
dilakukan dengan membentuk tim perencanaan obat yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerja sama
antar instansi yang terkait dengan masalah obat (Oschar dan Jauhar, 2016).
Adapun yang menjadi pedoman dasar perencanaan pengadaan obat yaitu
:
1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
2. Formularium rumah sakit
3. Standar terapi rumah sakit
4. Ketentuan setempat yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
5. Data catatan medik
6. Anggaran yang tersedia
7. Penetapan prioritas
8. Siklus penyakit
9. Sisa persediaan
10. Data pemakaian periode yang lalu
11. Rencana pengembangan.
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), beberapa tujuan perencanaan dalam
farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan
untuk mencegah terjadinya kekukarangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat yaitu :
1. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
2. Persyaratan barang meliputi kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu
merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
3. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
4. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
Menurut Febriawati (2013), tujuan perencanaan pengadaan obat adalah
untuk menapatkan :
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Manfaat perencanaan menurut Herlambang dan Arita yang dikutip oleh
Febriawati (2013) dalam buku yang berjudul “Manajemen Kesehatan dan Rumah
Sakit” adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai.
2. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan.
3. Jenis dan jumlah staf yang diiginkan beserta tugasnya masing-masing.
4. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.
5. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Menurut Kemenkes RI (2010), tujuan perencanaan obat adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perencanaan adalah obat salah satu fungsi
yang menentukan dalam proses pengadaan obat di rumah sakit.
Menurut Febriawati (2013), hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
melakukan perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Bottom up dari pemakai.
2. Pola penyakit yang ada.
Standard terapi, untuk ini WHO telah menetapkan untuk penyakit X obatnya
tertentu dan hal ini harus diikuti oleh semua dokter.
3. Bed Occupation Rate (BOR)
4. Lenght of stay (LOS)
Universitas Sumatera Utara
5. Sisa stok untuk ini pemakai tidak tahu, misalnya tersedia 1000 kapsul, yang
sudah terpakai 900 dan sisanya 100, maka nanti apabila akan membeli kapsul
yang sama cukup 900 saja.
6. Formularium, tidak ditetapkan oleh komite farmasi dan terapi.
7. Lead time, waktu yang dibutuhkan untuk barang tersebut diproses sampai
barang tersebut datang.
8. Kapasitas gudang, ada tempat untuk menyimpan dan menghindari kerusakan.
9. Anggaran
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), ada 2 cara yang digunakan dalam
menetapkan kebutuhan, yaitu berdasarkan:
1. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai
kasus penderita dengan dasar formularium rumah sakit, kebutuhan disusun
dengan dasar tersebut.
2. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi
rumah sakit atau akuntasi instalasi farmasi rumah sakit.
2.4 Tahap – tahap Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum
melakukan proses pengadaan obat. Tahap – tahap yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain :
2.4.1 Tahap Pemilihan Obat
Menurut Kemenkes (2010), fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah
perbekalan obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan
Universitas Sumatera Utara
dan pola penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan obat yang baik yaitu
meliputi:
1. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
2. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai
efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
3. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
of choise) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium
RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon
Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
2.4.2 Tahap Kompilasi Penggunaan Obat
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang
didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah jumlah penggunaan
tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan. persentase
penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun
seluruh unit pelayanan dan penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan
farmasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk menghindari
masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat
jumlah dan tepat waktu.
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang
berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit.
Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila
informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja.
Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi
secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan perbekalan
farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Ada 9 langkah perhitungan kebutuhan obat, yaitu:
1. Menghitung pemakaian nyata per tahun
2. Menghitung pemakaian rata-rata perbulan
3. Menghitung kekurangan obat
4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun
5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
6. Menghitung waktu tunggu (lead time)
7. Menghitung stok pengaman (buffer stock)
8. Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan
datang
9. Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui
beberapa metode:
1. Metode Konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual
dalam memproyeksikan kebutuhan obat yang akan datang berdasarkan analisa
data konsumsi obat tahun sebelunya (Oschar dan Jauhar, 2016).
Menurut Febriawati (2013), metode konsumsi didasarkan atas analisa data
konsumsi perbekalan farmasi periode sebelumnya dengan berbagai penyesuaian
dan koreksi. Langkah-langkah perencanaan dengan metode konsumsi, antara lain
sebagai berikut :
a. Langkah Evaluasi yang terdiri dari
1) Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu
2) Evaluasi suplay obat periode lalu
3) Evaluasi data stock, distribusi dan penggunaan obat periode lalu
b. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan memperhatikan:
1) Perubahan populasi cakupan pelayanan
2) Perubahan pola morbiditas
3) Perubahan fasilitas pelayanan
c. Penerapan perhitungan
1) Penetapan periode konsumsi
2) Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu
3) Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan
4) Lakukan koreksi terhadap stock out
Universitas Sumatera Utara
5) Hitung lead time untuk menentukan safety stock
Menurut Kemenkes (2010), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
rangka menghitung jumlah perbekalan obat yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Rumus untuk menghitung kebutuhan obat dengan metode konsumsi adalah
sebagai berikut :
Keterangan:
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C= Stok pengaman 10%-20%
D = Waktu tunggu 3-6 bulan
C= Sisa stok
2. Metode Morbiditas atau Epidemiologi
Menurut Kemenkes (2010), langkah-langkah dalam metode ini adalah:
a. Menentukan jumlah pasien yang dilayani
b. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit
c. Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.
d. Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
A = (B+C+D) - E
Universitas Sumatera Utara
e. Penyesuaian dengan aloksi dana yang tersedia.
Adapun data yang perlu dipersiapkan dalam perhitungan metode
morbiditas adalah :
a. Perkiraan jumlah populasi penduduk yang diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin dan umur antara 0-4 tahun, 5-14 tahun, 15-44 tahun dan > 45 tahun.
b. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur.
c. Kejadian masing-masing penyakit per tahun
d. Menghitung perkiraan jenis dan jumlah obat untuk setiap diagnosa yang sesuai
dengan pedoman pengobatan .
e. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada.
f. Menghitung perkiraan jumlah obat tertentu dan jenis obat tertentu untuk setiap
diagnosa yang dibandingkan dengan standar pengobatan
g. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
dapat dipergunakan pedoman pengobatan yang ada.
h. Menghitung jumlah kebutuhan obat yang akan datang dengan
memperhitungkan faktor perkembangan pola kunjungan, lead time dan stok
pengaman
i. Menghitung jumlah yang harus diadakan tahun anggaran yang akan datang
Instalasi farmasi rumah sakit perlu mendata sepuluh besar penyakit dari
unit terkait. Data ini bermanfaat untuk menentukan skala prioritas dalam
menyesuaikan rencana pengadaan obat dengan dana yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Konsumsi dan Metode Morbiditas
No Metode Konsumsi Metode Morbiditas
1 Pilihan pertama dalam perencanaan
dan pengadaan
Lebih akurat dan mendekati
kebutuhan yang sebenarnya
2 Lebih mudah dan cepat dalam
Perhitungan
Pengobatan lebih rasional
3 Kurang tepat dalam penentuan jenis
dan jumlah
Perhitungan lebih rumit
4 Mendukung ketidakrasionalan
dalam penggunaan
Tidak dapat digunakan untuk
semua penyakit
5 Data yang diperlukan:
a. Kunjungan pasien
b. Sepuluh besar pola penyakit
c. Prosentase dewasa dan anak
Tahapan prosedur perencanaan obat di rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing ruangan pelayanan (user) harus menyusun daftar kebutuhan
barang farmasi dengan memperhatikan data konsumsi, data epidemiologi serta
data/ jumlah stok yang ada.
2. Daftar kebutuhan tersebut dikirim kepada kepala instalasi farmasi dimana
ruangan pelayanan/user tersebut berada.
3. Kepala instalasi pelayanan merekap seluruh usulan ruangan-ruangan yang ada
dalam organisasinya menjadi daftar kebutuhan instalasi.
4. Mengirim daftar usulan kebutuhan tersebut ke instalasi farmasi.
5. Di instalasi farmasi usulan kebutuhan tersebut akan:
a. Dibandingkan dengan data pemakaian periode yang lalu.
b. Dikurangi jumlahnya dengan jumlah yang masih ada.
c. Dihitung nilai uangnya, hal ini bertujuan untuk memperkirakan alokasi
anggaran yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
6. Diusulkan ke pengendali program (wadirpen untuk barang farmasi rutin,
wadirmed untuk barang farmasi non rutin).
7. Dari pengendali program usulan tersebut itu diteruskan ke pengendali
anggaran.
8. Dibuat surat perintah untuk panitia peneriaan farmasi.
9. Panitia pembelian melaksanakan tender.
10. Pemenang tender mengirim barang ke panitia penerimaan barang farmasi
11. Barang yang tidak bermasalah dikirim ke gudang instalasi farmasi untuk
disimpan dan disalurkan.
12. Barang yang masih bermasalah dikirim ke gudang transito/karantina
Gambar 2.1Tahapan Prosedur Perencanaan obat
Ruangan
User
Kepala
Instalasi
Farmasi
Instalasi
farmasi
Penyimpanan
/gudang farmasi
Pengendalian
program
Panitia
penerimaan
Pengendalian
anggaran
Pengendalian
pembelian
Supplier
rekanaan
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Pikir
Perencanaan Obat
Gambar 2.2 Kerangka pikir
Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan defisini fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia adalah semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam
proses perencanaan obat dengan melihat latar belakang pendidikan yang tepat,
dan jumlah yang mencukupi.
2. Metode adalah cara yang digunakan untuk menyusun perencanaan kebutuhan
obat meliputi penentuan jumlah dan jenis obat.
3. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam proses
perencanaan obat.
Input Output Proses
- SDM
- Metode
- Data
- Pemilihan Jenis
Obat
- Perhitungan
Jumlah Obat
Tersusunnya
dokumen
perencanaan
obat tahun yang
akan datang
Universitas Sumatera Utara
4. Hasil dari perencanaan adalah dokumen perencanaan obat tahun yang akan
datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang menekankan analisis proses dan proses berpikir secara induktif
yang berkaitan dengan antarfenomena yang diamati yang bertujuan untuk
mendeskripsikan perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul dengan
pertimbangan RSUD Doloksanggul merupakan salah satu RSUD kelas C yang
masih memiliki permasalahan perencanaan obat yaitu terjadinya kekosongan obat
dan kelebihan obat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai selesai.
3.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan tehnik Purposive
Sampling, yaitu metode pemilihan informan dengan menentukan terlebih dahulu
kriteria yang akan dimasukkan kedalam penelitian, dimana informan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Maka dalam penelitian ini
informan penelitian berjumlah 7 orang yang bertugas melakukan perencanaan
obat yaitu
1. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi farmasi)
Universitas Sumatera Utara
2. Direktur
3. Kepala Sub Bagian Perencanaan
4. Kepala Penunjang Medis
5. Kepala Instalasi Farmasi
6. Staff Farmasi
7. Staff Farmasi
3.3.1 Karakteristik Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang, yang terdiri dari 1
informan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana, 1 informan Direktur,1 informan
Kepala Sub Bagian Perencanaan, 1 informan Kepala Bidang Pelayanan Medis, 1
informan Kepala instalasi dan 2 informan Staff instalasi. Adapun tabel
karakteristik informan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Informan Jabatan Jenis
Kelamin
Umur
(tahun)
Pendidikan
1 Kepala Seksi Sarana
dan Prasarana
Laki-laki 50 tahun S2
2 Direktur Laki-laki 55 tahun S2
3 Kepala Sub Bagian
Perencanaan
Laki-laki 48 tahun S2
4 Kepala Bidang
Pelayanan Medis
Perempuan 46 tahun S2
5 Kepala instalasi Perempuan 45 tahun S1
6 Staff instalasi Perempuan 37 tahun S1
7 Staff instalasi Perempuan 30 tahun S1
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus
penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan dipandu dengan
pedoman wawancara dan direkam dengan menggunakan voice recorder yang
bertujuan untuk menemukan masalah lebih terbuka, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti mencatat, dan merekam apa yang ditemukan oleh
informan.
2. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis mengenai
fenemona sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudia dilakukan
pencatatan.
3.5 Pengolahan Data
Pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan melakukan pengecekan kembali
data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran atau
informasi kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya.
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
sebagai pedoman waancara, voice recorder, dan catatan..
3.7 Metode Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013), aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
Universitas Sumatera Utara
sampai tuntas. Adapun langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai
berikut :
1. Reduksi data (data reduction) yaitu, merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
dan memfokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian data (data dislay) yaitu, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat,bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) yaitu, penarikan kesimpulan yang
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang
dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah RSUD Doloksanggul
Perjalanan dan sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul sudah
panjang dan lama boleh dikatakan sejak zaman Penjajahan Belanda, dimulai
sekitar tahun 1906 oleh Tuan Pendeta Herling seorang Pendeta Missionari dari
Barmen Jerman telah membangun sebuah Rumah Sakit yang disebut Rumah Sakit
Zending yang dibangun oleh para Pendeta Missionaris di kompleks gereja
Doloksanggul, Tapanuli, Sumatera Indonesia dimana pemilikan Rumah Sakit
pada saat itu adalah Gereja.
Pada awalnya Rumah Sakit ini berkapasitas 15 tempat tidur dengan luas
bangunan 750 meter persegi. Pada waktu itu Rumah Sakit ini dipimpin oleh Tuan
Dokter Hoeke dan dibantu sekitar 10 orang tenaga perawat untuk melayani,
sampai tahun 1939 Rumah Sakit Zending berfungsi dengan baik.
Pada tahun 1940, saat Indonesia dijajah Jepang, kegiatan Rumah Sakit
Zending ini berhenti, gedung Rumah Sakit difungsikan untuk keperluan tentara
Jepang seperti gudang amunisi dan lumbung makanan oleh penjajah Jepang.
Seluruh Petugas Kesehatan pada meninggalkan Rumah Sakit dan kembali ke
negeri masing-masing, petugas kesehatan yang pribumi pergi ke hutan. Tahun
1940 – 1942 para Pendeta Missionaris terpaksa keluar dari Tapanuli, semua
kegiatan Zending (Gereja, Pendidikan dan Kesehatan) terpaksa berhenti dan
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan Gereja beralih kepada bangsa Indonesia suku Batak yaitu Ompui
Pendeta J. Sihombing.
Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diaktifkan
kembali oleh para pendeta gereja HKBP yang dibantu Missionaris Jerman, dan
kegiatan Zendingpun sudah mulai berfungsi dan Rumah Sakit dinamakan Rumah
Sakit HKBP Doloksanggul dimana yang memimpin Rumah Sakit ini adalah
seorang perawat yaitu Bapak Paian Samosir.
Pada tahun 1960 oleh gereja menyerahkan pengelolaannya kepada
Pemerintah Negara Republik Indonesia c/q. Bupati Kabupaten Tapanuli Utara.
Pemerintah dan masyarakat Doloksanggul membangun bersama serta
memindahkan lokasi Rumah Sakit ke lokasi sekarang di Desa Bonanionan
disebelah utara komplex gereja HKBP Doloksanggul dengan klasifikasi Rumah
Sakit adalah Kelas D dengan kapasitas tempat tidur 30 tempat tidur, dengan nama
Rumah Sakit Penolong Doloksanggul. Tahun 1999 Rumah Sakit Umum Daerah
Doloksanggul resmi naik kelas menjadi Kelas C, sesuai dengan:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 966/Menkes/SK/
VIII/1999, Tanggal 03 Agustus 1999 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit
Umum Daerah Doloksanggul Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II
Tapanuli Utara dari Kelas D menjadi Rumah Sakit Kelas C;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 32 Tahun 2001 tanggal 16
Oktober 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Doloksanggul;
Universitas Sumatera Utara
3. Surat Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 72 Tahun 2001 tentang Uraian
tugas Kepala, Subbag, Seksi pada Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul;
4. Peraturan Bupati Humbang Hasundutan Nomor 13 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas Jabatan pada Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Humbang
Hasundutan tanggal 3 November 2008 (Berita Acara Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2008 Nomor 240).
4.1.2 Letak Geografis
RSUD Doloksanggul didirikan tahun 1906 yang terletak di Jl. Dr. Ferdinan
L. Tobing No. 1 Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas wilayah
kabupaten Humbang Hasundutan adalah 251.765,93 Ha yang terletak pada 201’ -
2028’ LU dan 98
058’ BT dengan ketinggian 330-2.075 m/dpl dan berbatasan
dengan :
1. Sebelah Utara : Kabupaten Samosir
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah
3. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara
4. Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Barat
4.1.3 Demografi
Berdasarkan data Humbang Hasundutan dalam Angka 2016 (BPS Kab.
Humbang Hasundutan), jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan
sebanyak 181.026 jiwa, terdiri dari laki-laki 89.906 jiwa dan perempuan 91.120
jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Doloksanggul sebanyak 46.715
jiwa dan terkecil di Kecamatan Sijamapolang sebanyak 5.315 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Visi, Misi, dan Motto RSUD Doloksanggul
RSUD Doloksanggul memiliki visi “Terwujudnya rumah sakit mandiri,
prima serta unggul dalam pelayanan” . Adapun misi RSUD Doloksanggul adalah
sebagai berikut: Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional sesuai
Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang
senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ikut serta membantu
terselenggaranya kegiatan pendidikan dan latihan program pendidikan dokter
spesialis, akademi keperawatan, dan akademi kebidanan, menciptakan suasana
kerja yang kondusif dan berdisiplin.
RSUD Doloksanggul memiliki motto yaitu, “Kunjungan dan Kesembuhan
Anda adalah Harapan dan Kebanggaan Kami”.
4.1.5 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di RSUD Doloksanggul sebanyak 196 orang. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Tenaga Kesehatan RSUD Doloksanggul
No Strata Pendidikan Jumlah
1 S3 -
2 S2 (Dokter Spesialis) 8
3 Dokter Umum 12
4 Dokter Gigi 1
5 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2
6 Sarjana Ekonomi 3
7 S1 Komputer 1
8 Sarjana Farmasi/Apoteker 2
9 Sarjana Fisika/Analis Kebijakan 1
10 Asisten Apoteker/DIII Farmasi/SMF 6
Universitas Sumatera Utara
11 Perawat/Perawat Gigi/Anastesi 84
12 Bidan 29
13 Akademi Kesehatan Lingkungan 2
14 Nutrisionis/Ahli Gizi 5
15 Analis Kesehatan 6
16 Keteknisan medis (Eletromedik &
Penata Rontgen)
16
17 Fisioterapis 2
18 D III Akuntansi 3
19 D III Sistem Informasi 1
20 D III Perumahsakitan 1
21 SMA/SMK 8
22 STM 2
23 SD 2
Jumlah 196
Sumber : Profil RSUD Doloksanggul Tahun 2016
4.1.6 Jumlah Kunjungan Pasien
Tabel 4.2 Jumlah kunjungan pasien di RSUD Doloksanggul Tahun 2015 -
2016
No Jenis kunjungan Tahun
2015 2016
1 Rawat jalan 13.298 15.910
2 Rawat inap 2.346 2.704
3 Jlh Pasien Askes/BPJS 7.800 10.668
4 Jlh Pasien Umum Seluruhnya 7.844 5.447
Sumber : Rekam medik RSUD Doloksanggul Tahun 2016
4. 1.7 Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana di RSUD Doloksanggul
No Jenis Sarana/prasarana Jumlah
1 UGD 1
2 ICU 1 3 Ruang OK 1 4 Poli Umum/ VCT 1
5 Ruang OK 1
6 Poli Anak 1
7 Poli Kebidanan 1
Universitas Sumatera Utara
8 Poli Bedah 1 9 Poli Penyakit Dalam/ poli DOTS TB 1 10 Poli Mata 1 11 Gizi 1 12 Laboratorium 1
13 Radiologi 1 14 Apotik Umum 1 15 Apotik BPJS 1 16 Fisioterapi 1
17 Tata Usaha 1 18 Ruang Direktur 1 19 Loket 1 20 Ruang Tunggu 1
21 Ruang Rotgen 1 22 Dapur 1 23 Ruang Rawat Inap Kelas III 1 24 Ruang Rawat Inap Kelas II 1
25 Ruang Rawat Inap Kelas VIP 1 26 Tempat tidur 117
27 Alat-alat kedokteran bedah 26
28 Alat-alat poliklinik anak 10
29 Alat-alat kedokteran radiologi 12
30 Alat-alat penyakit dalam 20
31 Alat-alat laboratorium 50
32 Ambulance 1
Sumber : Profil RSUD Doloksanggul Tahun 2016
4.2 Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
Instalasi farmasi merupakan bagian yang bertanggung jawab penuh di
bidang pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Doloksanggul yang bertujuan
untuk menyediakan obat-obatan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan,
bertanggungjawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit, serta
bertanggungjawab atas pengadaan daan penyajian informasi obat yang siap pakai
bagi semua pihak di rumah sakit, baik petugas maupun pasien. Jumlah resep yang
dilayani oleh instalasi farmasi tahun 2016 adalah sebanyak 102.480 resep.
Universitas Sumatera Utara
Letak instalasi farmasi RSUD Doloksanggul berada di sebelah kiri dari
pintu masuk dan apotek berada di depan ruang instalasi farmasi. Pegawai di
instalasi farmasi di RSUD Doloksanggul berjumlah 11 orang.
Tabel 4.4 Data Sepuluh Penggunaan Obat Terbanyak di RSUD Doloksanggul
Tahun 2016
No Nama Obat Stock
awal
Penerimaan Pemakaian
obat
Stock
akhir
1 Lansoprazole30 mg 20000 0 2879 17103
2 Neurohax tab 1226 2000 2744 482
3 Paracetamol tab.
500 mg
11108 0 2146 8962
4 Ciprofloxacin tab
500 mg
576 5000 1959 3617
5 Metoclopramide 10
mg
182 20500 1839 18843
6 Asam Mefenamat
500 mg
8354 1113 7241
7 Ringer Lactat, inf 4024 1079 2945
8 Ceftriaxon serb.inj
1000 mg
7327 576 966 6937
9 Cefadroxil tab,
500 mg
6762 906 5856
10 Metformin 500 mg 6762 846 19606
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016
4.2.1 Struktur Organisasi
Instalasi farmasi RSUD Doloksanggul dikepalai oleh seorang apoteker
yang dibantu oleh petugas pada yang masing-masing menempati sub-sub kegiatan
di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul, namun belum ada struktur organisasi
yang dibuat secara tertulis oleh pihak instalasi farmasi RSUD Doloksanggul.
4.2.2 Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
Tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sebanyak
11 orang. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Jumlah Tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul
No Tenaga Kefarmasian Jumlah
1 Apoteker 3
2 D-III Farmasi 8
Jumlah 11
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016
4.2.3 Sarana di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
Adapun sarana yang terdapat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
adalah sebagai berikut:
1. Sarana fisik ruang kepala instalasi farmasi
a. Gudang farmasi
b. Ruang apotik
2. Sarana Administrasi terdiri dari : komputer, kartu stock, meja, lemari, kursi,
pena, dan spidol.
3. Sarana kesehatan:
a. Lemari/ rak obat
b. Lemari pendingin
c. Kertas
d. Wadah obat
4.3 Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah memiliki prosedur tetap
tentang perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yang diterbitkan pada tahun
2016. Prosedur Tetap Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi RSUD
Doloksanggul adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemakai (user) membuat perencanaan kebutuhan barang inventaris (alat) dan
mengajukan ke Kepala Bidang dengan tembusan ke Instalasi Farmasi.
2. Pemakai membuat perencanaan kebutuhan barang habis pakai (bahan) yang
belum pernah diadakan dan disampaikan ke Instalasi Farmasi.
3. Petugas gudang membuat perencanaan kebutuhan barang data gudang dan
permintaan dari pemakai.
4. Masing-masing pemegang gudang menyampaikan perencanaan kepada Kepala
Sub Instalasi Perbekalan.
5. Kepala Sub Instalasi Perbekalan menyampaikan perencanaan pengadaan
barang ke Kepala Instalasi Farmasi.
6. Kepala Instalasi Farmasi mengkoreksi dan melengkapi khususnya tentang
spesifikasi barang yang diusulkan oleh Kepala Sub Instalasi Perbekalan dan
disesuaikan dengan dana yang tersedia.
7. Kepala Instalasi Farmasi menyampaikan usulan perencanaan pengadaan barang
ke Kepala Badan dengan tembusan kepada:
- Ketua Panitia Pengadaan
- Kepala Bag. Penunjang Medis
- Kepala Sub Instalasi Perbekalan
- Ketua Panitia Penerima Barang Medis
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Input
Input merupakan komponen yang memberi masukan untuk berfungsinya
satu sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan. Terdapat 4 aspek yang
Universitas Sumatera Utara
dikategorikan sebagai masukan (input) dalam proses perencanaan obat di instalasi
farmasi RSUD Doloksanggul yaitu sumber daya manusia, metode, dan data.
1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam proses perencanaan
obat
Berdasarkan hasil penelitian di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul
terhadap tenaga perencanaan obat, maka diperoleh hasil mengenai sumber daya
manusia sebagai berikut :
a. Kuantitas Sumber Daya Manusia
Hasil penelitian dengan wawancara mendalam dengan 7 informan
tentang kuantitas sumber daya manusia yang dijelaskan oleh informan adalah
sebagai berikut:
“Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi masih kurang, perlu
penambahan tenaga kefarmasian lagi”. (Informan 3)
“Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi masih kurang, perlu
penambahan tenaga kefarmasian lagi”. (Informan 3)
“Kalau untuk SDM dalam perencanaan ada 7 orang yaitu, Direktur,
Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan Medis,
Kepala Instalasi dan 3 orang Staf Farmasi. Menurut saya sih Tenaga
perencanaan masih kurang. Kami sudah mengusulkan untuk
melakukan penambahan pegawai karena kami sangat kewalahan
dengan jumlah pegawai yang masih kurang dan belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan“.(Informan 4)
“Kalau menurut saya kita masih kekurangan tenaga yang kompeten
dalam pengelolaan obat, khususnya dalam hal perencanaan obat,
seharusnya dilakukan penambahan apoteker”. (Informan 6 )
Universitas Sumatera Utara
“Menurut saya tenaga farmasinya masih kurang sehingga tidak ada
tim perencanaan obat ,menurut saya sih perlu dilakukan penambahan
tenaga farmasi, agar perencanaan obat lebih baik ”.(Informan 7)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa tenaga
kesehatan yang terlibat dalam proses perencanaan obat berjumlah 7 orang yang
terdiri dari Kepala Seksi Sarana dan Prasarana (bagian yang membawahi instalasi
farmasi),Direktur, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan
Medis, Kepala Instalasi dan 2 orang Staff Farmasi. Berdasarkan pernyataan
informan, jumlah SDM dalam proses perencanaan obat belum mencukupi
sehingga belum terbentuk tim perencanaan obat dan perlu dilakukan penambahan
pegawai karena jumlahnya belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia
Hasil wawancara mendalam tentang kualitas sumber daya manusia yang
dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
“Kalau tentang Sumber Daya Manusia, dari segi kualitas juga masih
kurang, tentu saja pengetahuan akan perencanaan obat juga
berpengaruh kepada kemampuan”. (Informan 1)
“Dalam melakukan perencanaan kita masih kekurangan SDM yang
memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan obat, saya rasa
perlu dilakukan penambahan apoteker yang kompeten”. (Informan
5)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa dari segi
kualitas, SDM yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih kurang baik,
sehingga masih diperlukan SDM yang memiliki kemampuan dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
perencanaan obat, yaitu dengan melakukan penambahan pegawai yang kompeten
dalam proses perencanaan tersebut.
Hasil wawancara mendalam tentang pelatihan terhadap sumber daya
manusia yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
“Kalau untuk pelatihan dalam perencanaan kebutuhan obat sejauh ini
tidak ada” (Informan 1)
“Belum pernah dilakukan pelatihan tentang perencanaan obat,
padahal sangat dibutuhkan ya, untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan pegawai dalam melakukan perencanaan obat, selain itu
pengelolaan obat di rumah sakit ini meningkat” (Informan 2)
“Sampai sekarang belum pernah dilakukan perencanaan mengenai
perencanaan obat, harapannya pelatihan segera dilakukan yaa untuk
menghasilkan perencanaan obat yang baik” (Informan 3)
“Kita tidak pernah mengikuti pelatihan dek” (Informan 6)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa belum
pernah dilakukan pelatihan terhadap tenaga perencaan kebutuhan obat yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga perencaan
dalam melakukan perencanaan obat, serta menghasilkan perencanaan obat yang
baik.
2. Metode yang digunakan dalam proses perencanaan obat
Hasil wawancara mendalam tentang metode yang digunakan dalam proses
perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Dalam proses perencanaan obat, kita menggunakan metode
konsumsi, yaitu dengan melakukan usulan kebutuhan obat tahun
yang akan datang berdasarkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya” (Informan 1)
Kita melakukan perencanaan obat dengan menggunakan metode
konsumsi yaa, untuk merencanakan obat , kita menyesuaikan pada
penggunaan tahun sebelumnya, lalu kita melakukan koreksi”.
(Informan 4)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa metode
yang digunakan dalam proses perencanaan obat adalah metode konsumsi yaitu
dengan menyesuaikan pada penggunaan obat tahun sebelumnya, melakukan
koreksi kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.
3. Data yang digunakan dalam proses perencanaan obat
Hasil wawancara mendalam tentang data yang digunakan dalam proses
perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
“Menurut saya, dokumen yang menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan obat adalah formularium nasional, dan data-data obat
dari instalasi farmasi” (Informan 1)
“Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada data jumlah dan jenis obat
tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan
pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami
kekosongan, dan mengacu pada formularium nasional”. (Informan 2)
“Dokumen yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan
perencanaan obat adalah yang pasti formularium nasional data obat,
data pasien, harga obat , serta peraturan yang berlaku dek, setelah itu
baru kita analisa datanya” (Informan 3)
Universitas Sumatera Utara
“Dalam proses perencanaan kebutuhan obat tentu saja kita mengacu
pada data tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan sebelumnya
dalam laporan penggunaan obat, dan formularium nasional”
(Informan 4)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa data
yang dibutuhkan dalam proses perencanaan obat adalah berupa data jumlah dan
jenis obat yang digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia,
data kunjungan pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami
kekosongan, dan formularium nasional.
Hasil wawancara mendalam tentang Prosedur tetap tentang perencanaan
obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh informan
adalah sebagai berikut:
“Ya, kita sudah ada prosedur tetap perencanaan pengadaan
perbekalan farmasi. Namun, kami melakukan obat belum berdasarkan
prosedur tetap tersebut, karena prosedur tetap tersebut baru
diterbitkan tahun lalu. Jadi kami melakukan perencanaan obat
berdasarkan penggunaan obat tahun sebelumnya”. (Informan 4)
“Kita sudah memiliki prosedur tetap tentang perencanaan sejak tahun
lalu, tapi kita belum menerapkannya saat melakukan perencanaan.
Perencanaan dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. (Informan 5)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa instalasi
farmasi RSUD Doloksanggul telah mempunyai prosedur tetap tentang
Perencanaan Pengadaan Perbekalan Farmasi yang dibuat pada tahun 2016. Namun
pada kenyataannya, petugas belum melakukan perencanaan obat sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan, dan mereka melakukan perencanaan berdasarkan
penggunaan obat tahun sebelumnya. Hasil wawancara mendalam tentang
kekosongan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh
Universitas Sumatera Utara
informan adalah sebagai berikut:
“Ya, pernah. Akibatnya pasien tak jarang mengeluh karena petugas
harus membeli obat di luar” (Informan 3, Kepala Bidang Pelayanan
Medis)
“Terdapat beberapa jenis obat yang mengalami kekosongan, hal ini
terjadi akibat dokter menulis resep tidak sesuai dengan formularium
nasional dan obat yang dipesan ke pemasok kedatangannya sering
terlambat hal ini dikarenakan obat disana sedang kosong”
(Informan 4)
“Yaa, pernah terjadi kekosongan obat misalnya obat kelas terapi
(analgetik) dan obat-obat diluar formularium nasional, sehingga kami
harus membeli ke apotik di luar rumah sakit”. (Informan 6)
“Yaa, pernah. Bagi pasien yang menggunakan BPJS, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka petugas membelinya ke
apotik luar, yaa memakan waktu juga sih, dan pasien juga mengeluh
karena harus menunggu. Bagi pasien umum, jika obat yang
diresepkan mengalami kekosongan maka yang membeli obatnya
adalah pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan” (Informan 7)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa Instalasi
farmasi pernah mengalami kekosongan obat, misalnya beberapa obat kelas terapi
(analgetik) dan obat-obat yang diresepkan dokter di luar formularium nasional,
selain itu obat yang dipesan kepada pemasok sering terlambat karena obat yang
dipesan tidak tersedia.
Dampaknya bagi pasien BPJS, apabila terjadi kekosongan obat yang
diresepkan maka petugas akan membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien
umum dibeli sendiri oleh pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan,
Universitas Sumatera Utara
akibatnya pasien sering mengeluh karena harus menunggu lama dan obat yang
diminta tidak langsung tersedia.
4.4.2 Proses
Terdapat 2 aspek yang dikategorikan sebagai proses dalam perencanaan
obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yaitu pemilihan jenis obat dan
perhitungan jumlah obat.
1. Pemilihan Jenis Obat
Hasil wawancara mendalam tentang pemilihan jenis obat dalam proses
perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
“Untuk pemilihan obat ya kita cek dulu obat yang sering digunakan
dan obat yang jarang digunakan, obat yang essensial dan obat yang
branded, obat yang kadaluarsa dan obat yang baru diterima”.
(Informan 4)
“Kalau proses pemilihan seperti biasa kita pilah dulu mana yang obat
paten mana yang tidak yang sering digunakan, trus mana yang sering
tersedia (ready stok), setelah itu kita disusun kebutuhan obatnya”.
(Informan 5)
“Kita Cek dulu lah obat yang paling banyak habis..baru bisa kita buat
usulan anggaran obat untuk tahun berikutnya, termasuk didalamnya kita
seleksi juga obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak”.
(Informan 6)
“Menurut saya, kita pilih dulu obat yang paling sering digunakan , kita
kumpulkan data penyakit yang paling banyak, selanjutnya barulah kita
buat daftar kebutuhan obat tahun berikutnya”. (Informan 7)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa proses pemilihan obat adalah melalui pemilahan jenis dan jumlah obat
yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan
seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil wawancara
mendalam tentang resep yang dituliskan di luar formularium nasional di
instalasi farmasi RSUD Doloksanggul yang dijelaskan oleh informan adalah
sebagai berikut:
“Terdapat beberapa jenis obat yang ditulis di luar sistem
formularium rumah sakit, sehingga kita harus membeli obat di apotik
luar rumah sakit. Hal ini membuat pasien mengeluh karena harus
menunggu lama”. (Informan 4)
“Ya, ada resep yang ditulis di luar formularium nasional, misalnya
Pornifar tab, Tracetate tab, Tofedex dan lai-lain”. (Informan 5)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, diperoleh informasi bahwa ada
beberapa resep yang dituliskan di luar formularium nasional, seperti Pornifar tab,
Tracetate tab, Tofedex dan lai-lain, hal ini mengakibatkan petugas instalasi harus
membeli obat di apotik luar sehingga pasien mengeluh dan menunggu lama.
Berikut ini terdapat 26 jenis obat di luar formularium nasional. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Daftar obat di luar formularium nasional
No Nama Obat
1 Resfar Infunsion
2 Pomifar Tablet
3 Tracetate Tablet
4 Tracetate Syr
Universitas Sumatera Utara
5 Farnavon Inj/ Bisolvon Inj
6 Ositin Tablet
7 Proliva Tablet
8 Amox Tablet
9 D Vit Tablet
10 D Vit Syr
11 Provelyn 75 mg
12 Almen Tablet
13 Neuro Plus
14 Noveron
15 Bisolvon My
16 Tofedex
17 Analtram Tablet
18 L-Core Tablet
19 Regivell my
20 Provagin
21 Uterogestan
22 Proster
23 Noresteril
24 Myotonic
25 Emibion Tablet
26 Nulacta Plus
Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul Tahun 2016
2. Perhitungan Jumlah Obat
Hasil wawancara mendalam tentang perhitungan jumlah obat dalam proses
perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah sebagai berikut:
“Menurut saya, perhitungan jumlah obat menggunakan metode
konsumsi yaitu dengan melihat data pemakaian obat peride lalu. Ada
9 langkah dalam melakukan perhitungan obat dan semua kita lakukan
,yaitu menghitung pemakaian nyata per tahun, menghitung pemakaian
rata-rata perbulan, menghitung kekurangan obat, menghitung
kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat
Universitas Sumatera Utara
tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu (lead time),
menghitung stok pengaman (buffer stock), menghitung kebutuhan obat
yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang, menghitung
jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang”.
(Informan 6)
“Perhitungan kebutuhan obat menggunakan metode konsumsi yang
didasarkan pada penggunaan obat periode sebelumnya” (Informan 4)
Hasil wawancara mendalam tentang perhitungan jumlah obat dalam proses
perencanaan obat yang dijelaskan oleh informan adalah proses perhitungan
jumlah obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul ada 9 langkah dalam
melakukan perhitungan obat dan semua kita lakukan, yaitu menghitung
pemakaian nyata per tahun, menghitung pemakaian rata-rata perbulan,
menghitung kekurangan obat, menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per
tahun, menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang, menghitung waktu
tunggu (lead time), menghitung stok pengaman (buffer stock), menghitung
kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahun yang akan datang,
menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun yang akan datang.
menggunakan metode konsumsi yang didasarkan pada data penggunaan obat
tahun sebelumnya.
4.4.3 Output Dokumen perencanaan obat tahun yang akan datang
Hasil wawancara mendalam tentang kendala dalam proses perencanaan
instalasi farmasi RSUD Doloksanggul adalah sebagai berikut :
“Kalau kendalanya adalah terjadinya kekosongan obat”. (Informan 1)
Universitas Sumatera Utara
“Adanya obat-obat yang tidak tersedia” (Informan 2)
“Kendala yang sering terjadi adalah obat kosong”. (Informan 3)
“Menurut saya, kendalanya yang paling sering adalah terjadi
kekosongan obat, hal ini dikarenakan ada jenis obat yang tidak
tersedia di E-Catalog”. (Informan 4)
“Adanya obat-obatan yang tidak tersedia di instalasi farmasi rumah
sakit, karena stoknya tidak ada di E-Catalog” (Informan 5)
“Ya, tentu saja ada kendalanya, yaitu pernah terjadi kekosongan obat
karena stok tidak ada lagi. Stok lebih juga terjadi pada obat yang
jarang dipakai” (Informan 6)
“Kendalanya terjadi kekosongan obat” (Informan 7)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kendala
yang terjadi adalah terjadinya kekosongan obat, dikarenakan ada jenis obat yang
tidak tersedia di e-catalog. Selain itu, terjadi stok lebih pada obat yang jarang
dipakai.
Hasil wawancara mendalam tentang evaluasi penggunaan obat sebelumnya
di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul adalah sebagai berikut :
“Ya, kita lakukan. Caranya dengan melihat obat yang digunakan
sebelumnya, berapa stok yang ada, berapa obat yang kadaluarsa,
setelah itu dilakukan evaluasi” (Informan 1)
“Kita melakukan evaluasi biasanya pada akhir tahun, caranya seperti
biasalah didata dulu obat yang paling banyak digunakan, setelah itu
diusulkan kembali untuk menyusun kebutuhan obat berikutnya”
(Informan 2)
Universitas Sumatera Utara
“Evaluasi penggunaan obat selalu kita lakukan setiap akhir tahun,
sehingga menjadi acuan untuk membuat kebutuhan obat tahun
berikutnya” (Informan 3)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa evaluasi penggunaan obat sebelumnya dilakukan pada akhir tahun, dengan
memperhatikan obat yang paling banyak digunakan, setelah itu diusulkan lagi
untuk membuat perhitungan kebutuhan obat tahun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Ketersediaan input (sumber daya manusia, metode, data) dalam
proses perencanaan obat
Perencanaan obat merupakan salah satu upaya penting dalam manajemen
logistik obat. Perencanaan kebutuhan obat sebagai tahap awal dalam pengelolaan
obat dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan
kebutuhan. Terdapat 3 aspek yang dikategorikan sebagai input yaitu sumber daya
manusia, metode, dan data yang berpengaruh pada proses perencanaan obat.
5.1.1 Ketersediaan sumber daya manusia dalam proses perencanaan obat
RSUD Doloksanggul memiliki tenaga kefarmasian yang berlatar belakang
disiplin ilmu kefarmasian. Tenaga kefarmasian mempunyai tugas dalam hal
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Tenaga kesehatan yang terkait dalam
proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul bukan hanya
tanggung jawab pengelola obat (staff farmasi), melainkan adanya tenaga
kesehatan lain yang terlibat, adapun tenaga kesehatan tersebut antara lain direktur
RSUD Doloksanggul, Kepala Sub Bagian Perencanaan, dan Kepala Bidang
Pelayanan Medis.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa sumber daya manusia
dalam proses perencanaan belum mencukupi sehingga belum terbentuk tim
perencana obat dan perlu dilakukan penambahan pegawai karena jumlahnya
belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, perencanaan
obat dilakukan dengan pembentukan tim perencana obat terpadu. Informasi
mengenai tim perencana obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep
dikutip dari wawancara dengan informan. Dari wawancara tersebut semua
informan mengatakan bahwa Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep
memiliki tim perencana obat, salah satu informan mengatakan bahwa tim tersebut
sesuai dengan struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep.
Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yang mengatakan
bahwa harus ada tim perencana di instalasi farmasi. Keterbatasan sumber daya
manusia khususnya tenaga Apoteker menjadi kendala terhambatnya pembentukan
tim perencanaan kebutuhan obat terpadu (Rumbay, 2015).
Sumber daya manusia dalam perencanaan obat memiliki peran penting
dalam melakukan aktivitas dan menjadi perencana untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Keterbatasan sumber daya manusia khususnya tenaga Apoteker
menjadi kendala terhambatnya pembentukan tim perencanaan kebutuhan obat
terpadu, dan dapat menjadi kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat dan
berpengaruh pada kualitas pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa, dari segi
kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam proses perencanaan obat masih
kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan tenaga
perencanaan dalam melakukan tugasnya, sehingga diperlukan pelatihan mengenai
perencanaan obat.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul belum
pernah mengikuti pelatihan tentang perencanaan obat di rumah sakit. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap proses perencanaan obat. Manajemen rumah sakit
belum memandang pentingnya peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga
perencanaan obat.
Setiap staf di instalasi farmasi rumah sakit harus diberi kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Kepala instalasi farmasi
memiliki peran dalam pengembangan staf dan program pendidikan meliputi
menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan
kebutuhan pengembangan kompetensi SDM, menentukan dan mengirim staf
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung jawabnya) untuk
meningkatkan kompetensi yang diperlukan.menentukan staf sebagai
pelatih/fasilitator sesuai dengan kompetensinya (Kemenkes, 2014).
Hasil penelitian Rumbay tahun 2015 menyatakan bahwa, proses
perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara
masih belum tepat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang langka- langkah
yang harus diambil untuk proses perencanaan pengadaan obat yang tepat, tidak
adanya pelatihan petugas obat di puskesmas tentang tahap perencanaan obat
menyebabkan kekosongan baik di dinas kesehatan maupun di puskesmas. Sumber
daya manusia yang bertugas melaksanakan kegiatan perencanaan obat menjadi
faktor yang sangat berpengaruh.
Kurangnya tenaga farmasi khususnya apoteker yang terlatih
mengakibatkan tenaga kefarmasian terganggu. Sumber daya manusia yang
Universitas Sumatera Utara
bertugas melaksanakan pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan dan puskesmas
menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Kurangnya tenaga farmasi khususnya
Apoteker yang terlatih menyebabkan pekerjaan kefarmasian terganggu.
Pengatahuan petugas pengelola obat tentang manajemen pengelolaan obat
menjadi tidak baik. Hal ini dapat mempengaruhi keakuratan data sehingga
menyababkan perencanaan kebutuhan obat menjadi tidak tepat.
Dalam melakukan proses perencanaan dibutuhkan sumber daya manusia
yang kompeten, memiliki pengetahuan, ketererampilan dan kemampuan dalam
melakukan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan yang bersifat
interaktif untuk memperbaiki mutu sumber daya manusia.
5.1.2 Metode yang digunakan dalam proses perencanaan obat
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa, metode yang
digunakan untuk menentukan kebutuhan obat adalah metode konsumsi, yaitu
dengan menyesuaikan pada penggunaan obat tahun sebelumnya, melakukan
koreksi, kemudian membuat usulan kebutuhan obat tahun yang akan datang.
Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017, kebutuhan perhitungan obat di
Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep sesuai dengan Permenkes Nomor 58
tahun 2014 yaitu menghindari kekosongan obat dengan metode konsumsi dan
morbiditas dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Menurut Febriawati (2013), perencanaan kebutuhan farmasi merupakan
proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditentukan antara lain, konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi. Sedangkan metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu
tunggu (lead time).
Tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul
menggunakan metode konsumsi dikarenakan metode konsumsi lebih mudah dan
cepat dalam melakukan perhitungan, padahal perhitungan kebutuhan obat dengan
menggunakan metode konsumsi kurang tepat dalam penentuan jenis dan jumlah,
akibatnya terjadi kekosongan dan kelebihan obat. Jika dibandingkan dengan
metode morbiditas, perhitungannya lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang
sebenarnya.
5.1.3 Data yang digunakan dalam proses perencanaan obat
Jenis data yang dipersiapkan oleh tenaga perencanaan obat di instalasi
farmasi RSUD Doloksanggul yaitu berupa data jumlah dan jenis obat yang
digunakan pada tahun sebelumnya, data anggaran yang tersedia, data kunjungan
pasien, data obat yang kadaluarsa, data obat yang mengalami kekosongan, dan
formularium nasional.
Data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan obat belum
mencukupi, data penggunaan obat yang digunakan hanya data penggunaan obat
satu tahun terakhir terakhir, sementara data lain yang dibutuhkan tidak ada seperti
Universitas Sumatera Utara
data penerimaan, pengeluaran, sisa stock, waktu tunggu, stock pengaman, dan
pola kunjungan. Hal ini mengakibatkan perencanaan obat yang dilakukan tidak
optimal, sehingga terjadi kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi
jumlahnya berlebih (over stock). Menurut Depkes (2008), untuk memperoleh data
kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu dilakukan analisa trend
pemakaian obat 3 tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu disiapkan untuk
perhitungan dengan metode konsumsi adalah sebagai berikut :
5. Daftar obat
6. Stok awal
7. Penerimaan
8. Pengeluaran
9. Sisa stok
10. Obat hilang/rusak, kadaluarsa
11. Kekosongan obat
12. Pemakaian rata-rata/pergerakan obat per tahun
13. Waktu tunggu
14. Stok pengaman
15. Perkembangan pola kunjungan
Instalasi Farmasi RSUD Doloksanggul sudah memiliki prosedur tetap tentang
perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yang diterbitkan pada tahun 2016.
Namun menurut pernyataan informan petugas belum melakukan perencanaan obat
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Kekosongan obat terjadi instalasi farmasi RSUD Doloksanggul obat sering
terjadi karena dokter menulis obat tidak sesuai dengan formularium nasional
misalnya beberapa obat kelas terapi (analgetik) dan obat-obat yang diresepkan
dokter di luar formularium nasional, selain itu obat yang dipesan kepada pemasok
sering terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia. Dampaknya bagi pasien
BPJS, apabila terjadi kekosongan obat yang diresepkan maka petugas akan
membeli ke apotik luar, sedangkan bagi pasien umum dibeli sendiri oleh pasien
atau keluarga pasien yang bersangkutan, akibatnya pasien sering mengeluh karena
harus menunggu lama dan obat yang diminta tidak langsung tersedia.
Hasil penelitian Rumbay tahun 2015, menunjukkan bahwa data dasar yang
digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Tenggara ialah pemakaian obat tahun sebelumnya berdasarkan Lembar
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Data yang digunakan dalam
merencanakan kebutuhan obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat, sebab
perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai agar tidak
terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila kebutuhan obat tidak
direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekosongan yang akan
mempengaruhi pelayanan dan kelebihan obat akan menyebabkan kerusakan dan
merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut.
Perencanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kekosongan obat. Data
yang digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat sangat mempengaruhi
ketersediaan obat, sebab perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan
jumlah obat sesuai agar tidak terjadi kekosongan maupun kelebihan obat. Apabila
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan obat tidak direncanakan dengan baik maka akan terjadi kekosongan
yang akan mempengaruhi pelayanan dan kelebihan obat akan menyebabkan
kerusakan dan merugikan anggaran yang dipakai untuk obat tersebut. Ketepatan
data yang digunakan akan menentukan ketepatan perencanaan obat yang
dilaksanakan.
5.2 Pelaksanaan proses perencanaan obat dalam menghasilkan output
berupa dokumen perencanaan obat tahun yang akan datang
5.2.1 Pemilihan Jenis Obat
Pada proses pemilihan obat, tahap pemilihan jenis obat merupakan salah
satu hal yang perlu diperhatikan. Dengan tersedianya obat yang dibutuhkan pasien
maka penyakit yang diderita pasien dapat segera disembuhkan. Proses pemilihan
obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul dilakukan melalui pemilahan jenis
dan jumlah obat yang paling banyak digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan
melakukan seleksi obat sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Hasil
wawancara dengan informan menunjukkan bahwa ada beberapa resep yang
dituliskan di luar formularium nasional, seperti Pornifar tab, Tracetate tab,
Tofedex dan lai-lain, sehingga obat yang dibutuhkan tidak langsung tersedia, hal
ini mengakibatkan petugas instalasi harus membeli obat di apotik luar sehingga
pasien mengeluh dan menunggu lama.
Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, pemilihan obat
yang akan diadakan disesuaikan dengan formularium RSUD Kabupaten Pangkep.
Namun ada satu informan yang mengatakan bahwa terkadang tidak sesuai dengan
formularium apabila ada resep yang ditulis dokter tidak terdapat dalam
formularium. Informasi dari informan tersebut sesuai dengan hasil telaah
Universitas Sumatera Utara
dokumen yang telah dilakukan. Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep
memiliki formularium yang disesuaikan dengan formularium nasional. Pemilihan
obatnya disesuaikan dengan formularium rumah sakit, kecuali resep yang ditulis
dokter tidak terdapat di formularium maka diusulkan untuk dimasukkan ke
formularium.
Hasil penelitian Rosmiana tahun 2014, menunjukkan bahwa perencanaan
obat di Puskesmas Tenggils tidak baik dikarenakan pemilihan jenis obat yang
kurang sesuai sehingga, jumlah obat dan jenis obat yang direncanakan kurang
sesuai. Padahal menurut Depkes (2008) tahap dalam proses perencanaan obat,
yaitu pemilahan obat, kompilasi pemakaian obat, dan perhitungan kebutuhan obat.
Obat yang sudah tidak dipakai sebaiknya dapat dipilah untuk dipertimbangkan
kembali apakah perlu direncanakan di periode tahun berikutnya.
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit
di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan
jenis.
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai
efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of
choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium
Universitas Sumatera Utara
RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon
Hargaobat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Perencanaan obat kebutuhan tidak baik dikarenakan pemilihan jenis obat
yang direncanakan belum sesuai, dan terdapat beberapa jenis obat yang
diresepkan di luar formularium rumah yang mengakibatkan obat yang diminta
pasien tidak tersedia.
5.2.2 Perhitungan Jumlah Obat
Proses perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul
menggunakan 9 langkah , yaitu menghitung pemakaian nyata per tahun,
menghitung pemakaian rata-rata perbulan, menghitung kekurangan obat,
menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun, menghitung kebutuhan obat
tahun yang akan datang, menghitung waktu tunggu (lead time), menghitung stok
pengaman (buffer stock), menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan
untuk tahun yang akan datang, menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada
tahun yang akan datang. Perhitungan jumlah obat menggunakan pendekatan
dengan metode konsumsi. Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan
tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
rumah sakit.
Hasil penelitian Nurlinda tahun 2017 menyatakan bahwa, perhitungan
kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Pangkep sudah sesuai
dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yaitu menghidari kekosongan obat
dengan menggunakan metode konsumsi dan morbiditas disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Perencanaan kebutuhan obat terkadang belum sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kebutuhan, tetapi dari hasil wawancara dengan informan sudah sesuai
dengan kebutuhan.
Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi,
apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan
teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan
perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Metode konsumsi adalah perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan
berbagai penyesuaian dan koreksi.
5.2.3 Output perencanaan obat tahun yang akan datang
Tujuan dari manajemen logistik obat antara lain adalah ketersediaan
jumlah dan jenis obat yang dibutuhkan serta ketepatan waktu tersedianya obat.
Sedangkan tujuan perencanaan obat adalah selain mendapatkan jenis dan jumlah
yang tepat sesuai dengan kebutuhan juga untuk menghindari terjadinya
kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat secara rasional serta
meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan obat terkadang terdapat kendala dan hambatan sehingga
tujuan dari perencanaan obat itu tidak tercapai atau dengan kata lain obat tidak
tersedia dengan jumlah, jenis atau tidak tersedia tepat waktu. Instalasi farmasi
RSUD Doloksanggul dalam penyediaan obat pernah mengalami kekosongan obat.
Hal ini diakibatkan oleh adanya resep yang dituliskan dokter tidak sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
formularium nasional, selain itu obat yang dipesan kepada pemasok sering
terlambat karena obat yang dipesan tidak tersedia dan ada jenis obat yang jarang
dipakai sehingga mengakibatkan kelebihan obat.
Berikut ini merupakan daftar obat di RSUD Doloksanggul yang pernah
mengalami kekosongan stok pada tahun 2016, yaitu:
1. Acetylcystein Tab 200 mg
2. Albendazole Syr
3. Almen Tab
4. Aptor 100 mg
5. Aqua pro injeksi 1L
6. Avamys
7. Azithromycin tab 250 mg
8. Bisolvon Inj 2 mg/ml
9. Buvipakain Spinal inj (Spica)
10. Bricasma
11. Buscopan 10 mg Tab
12. Chlorbiotik serb.inj 1000 mg
13. Ceftazidim Inj
14. Cylostazol tab
15. Dextrose 5%/100 ml
16. Dihydroartemisin Piperaguin
17. Dopamin inj
18. Dorner 20 mcg
Universitas Sumatera Utara
19. Dulcolax supp Inf
20. Edta 5 mg/ml
21. Euthyrox 50 mcg
22. Euthyrox 100 mcg
23. Ethambutol 250 mg
24. Fenofibrate 100 mg
25. Fenofibrate 300 mg
26. fenobarbital tab. 30 mg
27. Floxa Btl
28. Fluconazole Infus
29. Gabexal tab 100 mg
30. Gentamicin tts mata
31. Hidrokortison Salap Kulit
32. Homatro 2%
33. Humalog Mix
34. Humalog Kwikpen
35. Imox Tab
36. Interhistin tab
37. Isoniazid 300 mg
38. Isotic Adresor 0,25 Pct Btl
39. Kanamicin 1 g inj
40. Keto-G Tab
41. Ketorolac 10 mg inj
Universitas Sumatera Utara
42. Klaritomisin (Orixal) Tab
43. Kloramfenicol kap. 250 mg
44. Kloramfenicol salap kulit
45. Klorampenicol tetes telinga
Selain terjadi kekosongan stok di RSUD Doloksanggul juga terdapat obat
yang mengalami kelebihan stok yaitu :
1. Clomifen 50 mg tab
2. Ceftazidim Inj
3. Cylostazol tab
4. Cotrimoxazol tab
5. Domperidon tab 10 mg
6. Doxicycline Tab 100 mg
7. Efinefrin inj
8. Ethambutol 500 mg
9. Fargoxin Inj
10. Fasorbid Inj
11. Farmabes Inj
12. Aminoleban
13. Allopurinol 100 mg
14. Allopurinol tab 300 mg
15. Betametason cream
16. Bisoprolol tab. 5 mg
17. Berotec inh
Universitas Sumatera Utara
18. Calcium gluconas inj
19. Cendo tropin 1%
20. Cendo midryatil
21. Cendo efrisel 10%
22. Cendrid 0,6 ml
23. Ciprofloxacin tab 500 mg
Berdasarkan data obat yang berlebih di atas dapat diketahui obat yang
mengalami overstock berjumlah 23 jenis obat, hal ini terjadi karena penggunaan
obat-obat tersebut jarang, bahkan ada obat yang tidak pernah digunakan sama
sekali. Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD
Doloksanggul belum sesuai dengan kebutuhan.
Dengan adanya berbagai faktor yang mendukung perencanaan obat di
instalasi farmasi RSUD Doloksanggul, seperti sumber daya manusia (SDM),
metode, dan data yang terkait dengan perencanaan obat di instalasi farmasi RSUD
Doloksanggul diharapkan mampu melakukan perencanaan yang baik demi
terwujudnya ketersediaan obat yang sesuai dengan jumlah dan jenis yang
dibutuhkan, serta tepat waktu sehingga tidak terjadi kekosongan obat maupun
kelebihan stok obat, mengingat bahwa pelayanan farmasi beroentasi kepada
pasien dan memberikan pelayanan bermutu maka hal tersebut sangat berpengaruh
pada pelayanan kesehatan di RSUD Doloksanggul.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan pedoman
pengelolaan obat yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan
berkaitan dengan proses perencanaan obat dan seleksi kebutuhan obat.
2. Perencanaan obat di RSUD Doloksanggul belum sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit. Hal ini terjadi karena tenaga perencanaan obat
belum memahami cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat, tenaga
perencanaan obat belum pernah mengikuti pelatihan manajemen logistik
farmasi khususnya perencanaan obat. Selain itu, data-data yang diperlukan
dalam proses perencanaan obat belum mencukupi Hal ini mengakibatkan
perencanaan obat yang dilakukan tidak optimal, sehingga terjadi
kekosongan obat (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over
stock).
3. Proses pemilihan obat belum sesuai dengan kriteria pemilihan obat yang
baik karena hanya menggukan data jumlah obat yang paling banyak
digunakan dalam kurun waktu satu tahun dan melakukan seleksi obat
sesuai dengan jenis penyakit yang paling banyak. Proses perhitungan obat
di instalasi farmasi RSUD Doloksanggul menggunakan pendekatan
dengan metode konsumsi.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran
1. Kepada tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul, perlu menyusun perencanaan obat sesuai dengan analisis
kebutuhan obat yang efektif, efisien dan sesuai dengan pedoman
penyusunan perbekalan obat yang direkomendasikan oleh Kementerian
Kesehatan.
2. Kepada Direktur RSUD Doloksanggul, perlu dilakukan penambahan
tenaga perencanaan agar proses perencanaan berjalan dengan baik.
Diharapkan supaya tenaga perencanaan obat diberikan pelatihan
mengenai perencanaan obat untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan tenaga perencanaan dalam merencanakan kebutuhan obat.
3. Kepada tenaga perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD
Doloksanggul, dalam melakukan proses pemilihan obat diharapkan supaya
memenuhi kriteria pemilihan obat yang baik yaitu jenis obat yang dipilih
seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis,
menghindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal, apabila jenis
obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice)
dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga .2006. Manajemen Admisnistrasi Rumah Sakit Edisi
Kedua. Jakarta: UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta.
_____ 189/Menkes/Sk/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional. Jakarta.
_____ 1121 MENKES/SK/12/2008. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatanuntuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
Febriawati, Henni .2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Direktorat Jenderal Binakefarmasian
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Bekerjasama dengan Japan
International Cooperation Agency . Jakarta.
______. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
______. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.
Nurlinda, dkk. 2017. Studi Tentang Manajemen Pengelolaan Obat di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. FKM UNHAS
Muninjaya, Gde.2004. Manajemen Kesehatan. 2nd ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC Universitas Udayana, Denpasar.
Oscar, Lydianita dan Mohammad Jauhar. 2016. Dasar-Dasar Manajemen Farmasi
. Country of Manufacture Indonesia: Prestasi Pustakaraya.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional . Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit.
______. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta.
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul (RSUD) Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
Rahmah, Siti 2013. Gambaran Pelakasanaan Manajemen Obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan (Skripsi). Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.
Rumbay, dkk. 2015. Analisis Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Seto, Soerjono, Yunita Nita dan Lily Triana. 2008. Manajemen Farmasi: Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi.
Surabaya: Erlangga.
Sinuraya, Elias Canserio (2013). Analisis Manajemen Obat dan Kaitannya dengan
Ketersediaan Obat di RSUD Dr. Hadrianus Sinaga (Tesis). Medan : USU.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
CV. Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
______ Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Wati, Wirdah, Achmad Fudholi dan Gunawan Pamudji. 2012. Evaluasi
Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan Dengan Metode Hanllon di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2012. Yogjakarta: Universitas Gajah
Mada.
Zebua, Audrey Marselina. 2013. Analisis Perencanaan Kebutuhan Obat di Unit
Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun
2013. Medan: USU
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA PERENCANAAN OBAT DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DOLOKSANGGUL TAHUN 2017
I. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Seksi Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah tercukupi?
2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?
5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?
6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?
Universitas Sumatera Utara
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?
8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?
Bagaimana perhitungannya?
9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan
kelebihan tersebut?
II. Daftar pedoman wawancara kepada Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Doloksanggul
A. Identitas Informan
6. Nama :
7. Umur :
8. Jenis kelamin :
9. Pendidikan terakhir :
10. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
11. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah
tercukupi?
12. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?
13. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait
perencanaan kebutuhan obat?
14. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?
Universitas Sumatera Utara
15. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?
16. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?
17. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?
18. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?
Bagaimana perhitungannya?
19. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?
20. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja
yang kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi
kekosongan dan kelebihan tersebut?
III. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Sub Bagian Perencanaan
Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah
tercukupi?
2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?
Universitas Sumatera Utara
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait
perencanaan kebutuhan obat?
4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?
5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?
6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?
8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?
Bagaimana perhitungannya?
9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan
kelebihan tersebut?
IV. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Bidang Pelayanan Medis di
Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
1. Menurut anda apakah jumlah SDM di instalasi farmasi ini sudah
tercukupi?
2. Apakah tim perencanaan obat telah dibentuk ?
3. Apakah ada pelatihan yang diberikan pihak rumah sakit terkait perencanaan
kebutuhan obat?
4. Metode apa yang digunakan dalam melakukan perencanaan obat?
5. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat?
6. Bagaimana tahapan dalam melakukan proses perencanaan obat?
7. Bagaimana cara anda untuk memilih jenis obat untuk kebutuhan pasien?
Apakah sudah sesuai dengan formularium rumah sakit?
8. Bagaimana anda menentukan jumlah obat? Menggunakan metode apa?
Bagaimana perhitungannya?
9. Apakah ada kendala dalam melakukan perencanaan obat?
10. Apakah ada obat yang kosong dan stock berlebih? Jenis obat apa saja yang
kosong dan berlebih tersebut? Bagaimana cara mengatasi kekosongan dan
kelebihan tersebut?
V. Daftar pedoman wawancara kepada Kepala Instalasi Farmasi dan Staf
Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
1. Menurut Bapak/Ibu, dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan
perencanaan obat?
2. Bagaimana proses pemilihan atau seleksi obat yang dilakukan ?
3. Apakah Bapak/Ibu melakukan evaluasi pada penggunaan obat sebelumnya ?
a. Jika Ya, bagaimana caranya ?
Universitas Sumatera Utara
b. Jika Tidak, mengapa tidak dilakukan ?
4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana sumber daya manusia yang terlibat dalam
perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, termasuk jumlah,
kemampuan dan pengembangan pengetahuan melalui pelatihan ?
5. Metode apa yang digunakan dalam proses perencanaan obat ?
6. Mengapa menggunakan metode tersebut ?
7. Apakah dilakukukan tim perencanaan obat ?
8. Apakah data jenis obat dan harganya disiapkan sebelum dipesan ?
9. Dalam tahap pemilihan jenis obat didasarkan atas apa saja ?
10. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode konsumsi, data apa
saja yang dikumpulkan ?
11. Jika perhitungan kebutuhan obat didasarkan atas metode morbiditas, data apa
saja yang dikumpulkan ?
12. Jika jumlah dana yang dialokasikan terlalu sedikit, bagaimana pihak instalasi
farmasi untuk memenuhi kebutuhan obat yang harus tersedia?
13. Apa usaha yang dilakukan untuk mengatasi obat-obat yang kosong?
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 Matriks Hasil Penelitian
Tabel 1.1 Matriks Hasil Penelitian tentang Perencanaan Obat di Instalasi
Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
Nomor Informan Pernyataan
I Kalau tentang Sumber Daya Manusia, kami
masih kekurangan tenaga kerja,dan pendidikannya
juga berpengaruh kepada kemampuan. Kami akan
mengupayakan untuk melakukan penambahan.
Kalau tentang Sumber Daya Manusia, dari segi
kualitas juga masih kurang, tentu saja pengetahuan
akan perencanaan obat juga berpengaruh kepada
kemampuan
Kalau untuk pelatihan dalam perencanaan
kebutuhan obat sejauh ini tidak ada
Dalam proses perencanaan obat kita
menggunakan metode konsumsi, yaitu dengan
melakukan usulan kebutuhan obat tahun yang akan
datang berdasarkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya.
Menurut saya, dokumen yang menjadi acuan
dalam penyusunan perencanaan obat adalah
formularium nasional, dan data-data obat dari
instalasi farmasi.
Kalau untuk kekosongan obat saya kurang tau,
mungkin petugas farmasi lebih mengetahuinya.
Kalau soal itu saya kurang tau ya, mungkin
pegawai yang melayani
di instalasi farmasi lebih mengetahuinya.
Ya, prosedur tetap tentang perencanaan pengadaan
perbekalan farmasi sudah kami terbitkan pada
akhir tahun 2016.
Kalau kendalanya adalah terjadinya kekosongan
obat.
Universitas Sumatera Utara
Ya, kita lakukan. Caranya dengan melihat obat
yang digunakan sebelumnya, berapa stok yang
ada, berapa obat yang kadaluarsa, setelah itu
dilakukan evaluasi.
II Kami masih kekurangan tenaga kerja.
Belum pernah dilakukan pelatihan tentang
perencanaan obat, padahal sangat dibutuhkan ya,
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pegawai dalam melakukan perencanaan obat,
selain itu pengelolaan obat di rumah sakit ini
meningkat.
Dalam melakukan proses perencanaan, kita
menggunakan metode konsumsi, kita di sini
melakukan perencanaan obat sesuai dengan
penggunaan obat tahun sebelumnya.
Kalau data-data yang dibutuhkan itu ada data
jumlah dan jenis obat tahun sebelumnya, data
anggaran yang tersedia, data kunjungan pasien,
data obat yang kadaluarsa, data obat yang
mengalami kekosongan, dan mengacu pada
formularium nasional.
Kalau itu saya kurang tau.
Kalau tentang resep saya kurang tahu.
Setau saya sudah ada ya.
Adanya obat-obat yang tidak tersedia.
Kita melakukan evaluasi biasanya pada akhir
tahun, caranya seperti biasalah didata dulu obat
yang paling banyak digunakan, setelah itu
diusulkan kembali untuk menyusun kebutuhan
obat berikutnya
III Menurut saya tenaga kerja di instalasi farmasi
masih kurang, perlu penambahan tenaga
kefarmasian lagi.
Sampai sekarang belum pernah dilakukan
perencanaan mengenai perencanaan obat,
harapannya pelatihan segera dilakukan yaa untuk
menghasilkan perencanaan obat yang baik
Universitas Sumatera Utara
Setau saya metode yang digunakan adalah
metode konsumsi.
Dokumen yang dijadikan sebagai acuan dalam
penyusunan perencanaan obat adalah yang pasti
formularium nasional data obat, data pasien, harga
obat , serta peraturan yang berlaku.
Ya, pernah. Akibatnya pasien tak jarang
mengeluh karena petugas harus membeli obat di
luar.
Saya tidak tahu.
Kendala yang sering terjadi adalah obat kosong.
Evaluasi penggunaan obat selalu kita lakukan
setiap akhir tahun, sehingga menjadi acuan untuk
membuat kebutuhan obat tahun berikutnya.
IV Kalau untuk SDM dalam perencanaan ada 7
orang yaitu, Direktur, Kepala Sub Bagian
Perencanaan, Kepala Bidang Pelayanan Medis,
Kepala Instalasi dan 3 orang Staf Farmasi.
Menurut saya sih Tenaga perencanaan masih
kurang. Kami sudah mengusulkan untuk
melakukan penambahan pegawai karena kami
sangat kewalahan dengan jumlah pegawai yang
masih kurang dan belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Tidak pernah dilakukan pelatihaN.
Kita melakukan perencanaan obat dengan
menggunakan metode konsumsi yaa, untuk
merencanakan obat , kita menyesuaikan pada
penggunaan tahun sebelumnya, lalu kita
melakukan koreksi.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat
tentu saja kita mengacu pada data tentang jenis dan
jumlah obat yang digunakan sebelumnya dalam
laporan penggunaan obat, dan formularium
nasional.
Universitas Sumatera Utara
Ya, kita sudah ada prosedur tetap perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi. Namun, kami
melakukan obat belum berdasarkan prosedur tetap
tersebut, karena prosedur tetap tersebut baru
diterbitkan tahun lalu. Jadi kami melakukan
perencanaan obat berdasarkan penggunaan obat
tahun sebelumnya.
Terdapat beberapa jenis obat yang mengalami
kekosongan, hal ini terjadi akibat dokter menulis
resep tidak sesuai dengan formularium nasional
dan obat yang dipesan ke pemasok kedatangannya
sering terlambat hal ini dikarenakan obat disana
sedang kosong.
Untuk pemilihan obat ya kita cek dulu obat
yang sering digunakan dan obat yang jarang
digunakan, obat yang essensial dan obat yang
branded, obat yang kadaluarsa dan obat yang baru
diterima.
Terdapat beberapa jenis obat yang ditulis di
luar sistem formularium rumah sakit, sehingga kita
harus membeli obat di apotik luar rumah sakit. Hal
ini membuat pasien mengeluh karena harus
menunggu lama.
Perhitungan kebutuhan obat menggunakan
metode konsumsi yang didasarkan pada
penggunaan obat periode sebelumnya.
Menurut saya, kendalanya yang paling sering
adalah terjadi kekosongan obat, hal ini
dikarenakan ada jenis obat yang tidak tersedia di
E-Catalog.
Ya, kita lakukan setiap akhir tahun
V Dalam melakukan perencanaan kita masih
kekurangan SDM yang memiliki kemampuan
dalam melakukan perencanaan obat, saya rasa
perlu dilakukan penambahan apoteker yang
kompeten,
Tidak pernah dilakukan pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Kalau menurut saya, proses perencanaan obat
menggunakan metode konsumsi, perencanaan
yang kita lakukan masih sederhana yaitu dengan
mengumpulkan data penggunaan obat tahun
sebelumnya.
Kita pilah data jenis dan jumlah obat tahun
sebelumnya, setelah itu kita susun obat apa yang
kita butuhkan
Kita sudah memiliki prosedur tetap tentang
perencanaan sejak tahun lalu, tapi kita belum
menerapkannya saat melakukan perencanaan.
Perencanaan dilakukan seperti tahun-tahun
sebelumnya.
Pernah terjadi kekosongan obat, sehingga
pasien harus menunggu lama karena kami harus
membeli obat di apotik luar.
Kalau proses pemilihan seperti biasa kita pilah
dulu mana yang obat paten mana yang tidak yang
sering digunakan, trus mana yang sering tersedia
(ready stok), setelah itu kita disusun kebutuhan
obatnya.
Ya, ada resep yang ditulis di luar formularium
nasional, misalnyaPornifar tab, Tracetate tab,
Tofedex dan lai-lain.
Ya kalau perhitungan jumlah obat berdasarkan
metode konsumsi.
Adanya obat-obatan yang tidak tersedia di
instalasi farmasi rumah sakit, karena stoknya tidak
ada di E-Catalog.
Kita selalu melakukan evaluasi
VI Kalau menurut saya kita masih kekurangan
tenaga yang kompeten dalam pengelolaan obat,
khususnya dalam hal perencanaan obat,
seharusnya dilakukan penambahan apoteker.
Kita tidak pernah mengikuti pelatihan dek.
Kalau untuk metode, dalam proses perencanaan
Universitas Sumatera Utara
kita menggunakan metode konsumsi. Kita
melakukan perencanaan obat berdasarkan
data penggunaan obat tahun yang lalu, dan kita
menyusun kebutuhan tahun berikutnya.
Menurut pendapat saya, data yang dibutuhkan
adalah data jumlah obat tahun sebelumnya dan
formularium nasional.
Kalau prosedur tetap sudah ada, tapi prosedur
tersebut belum kami gunakan
Yaa, pernah terjadi kekosongan obat misalnya
obat kelas terapi (analgetik) dan obat-obat diluar
formularium nasional, sehingga kami harus
membeli ke apotik di luar rumah sakit.
Kita Cek dulu lah obat yang paling banyak
habis..baru bisa kita buat usulan anggaran obat
untuk tahun berikutnya, termasuk didalamnya kita
seleksi juga obat sesuai dengan jenis penyakit
yang paling banyak.
Menurut saya, perhitungan jumlah obat
menggunakan metode konsumsi yaitu dengan
melihat data pemakaian obat peride lalu.
Ya, ada resep di luar formularium nasional,
sehingga kami harus membeli obat di apotik luar.
Menurut saya, perhitungan jumlah obat
menggunakan metode konsumsi yaitu dengan
melihat data pemakaian obat peride lalu.
Ya, tentu saja ada kendalanya, yaitu pernah
terjadi kekosongan obat karena stok tidak ada
lagi. Stok lebih juga terjadi pada obat yang jarang
dipakai.
Ya, kita selalu melakukan evaluasi setiap akhir
tahun.
VII Menurut saya tenaga farmasinya masih kurang
sehingga tidak ada tim perencanaan obat ,menurut
saya sih perlu dilakukan penambahan tenaga
farmasi, agar perencanaan obat lebih baik
Tidak ada pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Kalau metode saya rasa kita menggunkan
metode konsumsilah ya, yaitu dengan
menyesuaikan pada penggunaan obat tahun yang
lalu.
Kalau untuk data ya, data obat, jenis pasien serta
formularium nasional.
Prosedur tetap sudah ada sejak tahun 2016
Yaa, pernah. Bagi pasien yang menggunakan
BPJS, jika obat yang diresepkan mengalami
kekosongan maka petugas membelinya ke apotik
luar, yaa memakan waktu juga sih, dan pasien juga
mengeluh karena harus menunggu. Bagi pasien
umum, jika obat yang diresepkan mengalami
kekosongan maka yang membeli obatnya adalah
pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan
Menurut saya, kita pilih dulu obat yang paling
sering digunakan , kita kumpulkan data penyakit
yang paling banyak, selanjutnya barulah kita buat
daftar kebutuhan obat tahun berikutnya.
Ya, ada banyak jenis obat yang dibuat di luar
formulariuum nasional.
Kalau pendapat saya, kita membuat perhitungan
jumlah obat adalah menggunakan metode
konsumsi.
Kendalanya terjadi kekosongan obat.
Ya, pasti ada evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian
Universitas Sumatera Utara