PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING...
Transcript of PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WEAVING...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA
KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN
WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY
BANYUDONO BOYOLALI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Sri Mulyati
R.0208047
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juni 2012
Sri Mulyati
R.0208047
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ABSTRAK
Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga
Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Program Diploma IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar Belakang : PT Safarijunie Textindo Industry sebagai perusahaan tekstil
penghasil kain mentah menerapkan sistem kerja bergilir (shift work). Shift kerja
malam banyak menimbulkan keluhan kelelahan karena terpaksa melawan
cyrcardian rythm tubuh. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak perusahaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja
pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie
Textindo Industry.
Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 139 orang
dari populasi yang memenuhi kriteria dan memenuhi syarat yaitu tenaga
perempuan; usia 25-45 tahun; masa kerja > 2 tahun yang sudah mengalami
aklimatisasi; bekerja di bagian weaving; bersedia menjadi responden dan sehat.
Variabel penelitian adalah shift work (shift pagi dan shift malam) dan kelelahan
kerja. Pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan Reaction Timer L77
Lakassidaya. Data disajikan dalam bentuk skor nilai, untuk mengetahui lebih
lanjut perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift malam maka
digunakan uji statistik Independent Sample T-Test.
Hasil : Sebanyak 2,8% tenaga kerja shift pagi mengalami kelelahan berat dan
tenaga kerja shift malam 11,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan
tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi
dan shift malam.
Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan
(p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi dan shift malam. Saran bagi tenaga kerja
sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh perusahaan, bisa
mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya
kelelahan kerja, dan menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk
persiapan sebelum bekerja pada shift malam. Bagi perusahaan sebaiknya
menyediakan extra fooding untuk tenaga kerja pada shift malam untuk
memperlambat terjadinya kelelahan kerja.
Kata Kunci : Shift kerja, Kelelahan, Kerja Shift
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ABSTRACT
Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Differences In The Level Of Work Fatigue
Between Morning Shift And Night Shift In The Section Weaving PT Safarijunie
Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Safety and Occupational Health
Study Program. Medical Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta.
Background: Safarijunie Textindo Industry as a textile company which produces
raw fabric is applying a working system (work shift). Work shift primarily night
shift causes a lot of complaints of fatigue because the body is forced against its
cyrcardian rhythm. It needs attention from the corporate. The objective of this
study is to investigate the differences of work fatigue levels on the morning shift
workers and night shift at the Weaving Division of PT Safarijunie Textindo
Industry.
Method: This study is an observational analytic cross sectional approach.
Samples were taken by purposive sampling. A total of 139 people from the
population met the determined criteria and qualified are women workers; aged 25-
45 years old; working period> 2 years who have experienced acclimatization;
worked in the Weaving Division; willing to be respondent and healthy. Research
variables are work shift (morning shift and night shift) and work fatigue. Work
fatigue measurement used Lakassidaya L77 Reaction Timer. The data are
presented in the form of value score, to find out more about the differences
between the level of work fatigue the morning shift and night shift then the
Independent Sample T-Test statistically is used.
Result: 2.8% of employees in the morning shift experience severe fatigue and the
night shift 11.8%. The result of the statistical test shows very significant
differences in the level of work fatigue (p = 0.000 ≤ 0.01) between the morning
shift and the night shift.
Conclusion: There are significant differences of work fatigue levels (p = 0.000 ≤
0.01) between the morning shift and the night shift. The suggestion for workers
should taken advantage of breakers provided by the company, could set their our
time to rest and sleep to minimized the fatigue of work, and provided time for
adequate rest for preparation before working on night shift. For companies should
provided extra fooding for employees on the night shift to slow the fatigue of
work.
Key words : Work Shift, Fatigue, Shift Work
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
PRAKATA
Bismillahirohmanirrokhim.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift
Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry
Banyudono, Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka
menyelesaikan studi Diploma IV untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, selain dukungan dan curahan kasih
sayang yang tiada hentinya dari kedua orang tuaku dan keluarga, penulis juga
telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr. S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I Program Diploma
IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Hardjanto, dr., MS., Sp.Ok. selaku Dosen Pembimbing II Program
Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Isna Qodrijati, dr., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan
masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Keluarga besar PT Safarijunie Textindo Industry yang telah memberi ijin
untuk tempat penelitian serta Bapak Edi Ratman dan Bapak Tritanto dari PT
Safarijunie Textindo Industry terimakasih atas bimbingannya.
8. Keluargaku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi baik
material maupun nonmaterial sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini dengan lancar.
9. Semua teman-teman angkatan 2008 Program Diploma IV Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
Sri Mulyati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 30
C. Hipotesis ................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 32
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 32
C. Populasi Penelitian ................................................................... 32
D. Teknik Sampling ...................................................................... 32
E. Sampel Penelitian ..................................................................... 33
F. Desain Penelitian ...................................................................... 34
G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................ 34
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
I. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 36
J. Sumber Data ............................................................................. 38
K. Teknik Analisis Data ................................................................ 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Gambaran Umum perusahaan .................................................. 40
B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 42
C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift ........................................... 46
D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja .......................................... 47
E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi
dan Shift Malam ........................................................................ 48
BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 49
A. Karakteristik Subjek penelitian ................................................ 49
B. Analisa Univariat ...................................................................... 50
C. Analisa Bivariat ........................................................................ 55
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 58
A. Simpulan ................................................................................... 58
B. Saran ......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................... 42
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden .................................. 44
Tabel 4.3. Distribusi Beban Kerja Responden di Bagian Weaving
PT Safarijunie Textindo Industry .................................................... 45
Tabel 4.4. Distribusi IMT................................................................................. 46
Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden ........................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 30
Gambar 2. Desain Penelitian ............................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Masa Kerja Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian
Weaving PT Safarijunie Textindustry
Lampiran 2. Data Status Gizi Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 3. Data Umur Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Responden Bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 5. Uji Independent T-Test Kelelahan Kerja
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan
bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit, namun demikian,
penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan beraneka
ragam dan kompleks sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia.
Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah
seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan
timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah
banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha,
tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas (Tarwaka, 2004).
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar risiko
bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap
lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga
kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan
(Budiono, 2003).
Secara umum, terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu
tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
human acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)
(Suma’mur, 2009).
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi
kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam,
2008).
Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan
produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini
memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah
satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah
ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja (Setyawati, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Akbar Sharifian, dkk (2009), shift kerja malam hari
merupakan kondisi yang dapat menghambat kemampuan adapatasi pekerja
baik dari aspek biologis maupun sosial. Bekerja pada shift malam jauh lebih
cenderung memiliki efek buruk terhadap kesehatan akibat dari pekerjaan itu
karena dapat mengganggu cyrcadian rhytms.
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi
kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam,
2008). Menurut Wicken (2004) dalam Setyawati (2010), kelelahan dapat
disebabkan oleh kondisi tubuh lelah baik secara fisik ataupun mental
mengakibatkan kualitas kerja menurun, kinerja kerja menjadi lambat, susah
menyelesaikan masalah dan mengalami kesulitan untuk fokus. Salah satu
penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain
dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
cyrcardian rhytm akibat jet lag atau gangguan fisik akarena perubahan jam
biologis tubuh. Sharpe (2007) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa
tenaga kerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami
cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi,
gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari
kesalahan manusia.
PT Safarijunie Textindo Industry adalah sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang industri tekstil berada di daerah Boyolali. PT Safarijunie
Textindo Industry berproduksi untuk weaving dan finishing yang berupa
scouring bleaching. PT Safarijunie Textindo Industry mempunyai tenaga
kerja berjumlah 1221 orang yang dibagi menjadi beberapa di bagian produksi
dan office. Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi
selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi berlangsung dari pukul
07.00-15.00 WIB, shift siang berlangsung dari pukul 15.00-23.00 WIB, dan
shift malam berlangsung mulai pukul 23.00-07.00 WIB. Demikian juga di
bagian weaving dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift terdiri dari
82 orang. Dalam proses weaving terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap
persiapan, warping, sizing, reaching, pirn winder, tying, loom, dan inspecting
yang meliputi proses manding, inspecting dan grading untuk menghasilkan
hasil produk yang berupa kain setengah jadi. Dari tahap-tahap proses tersebut
tenaga kerja dituntut untuk bekerja lebih maksimal sehingga tenaga kerja
mengalami kelelahan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan survai awal pada bulan Januari 2012 dilakukan
pengukuran kelelahan kerja terhadap 12 orang tenaga kerja bagian Weaving,
pada masing-masing shift kerja berjumlah 4 orang, diperoleh hasil rata-rata
skor kelelahan kerja sebagai berikut : shift pagi 265,59 milidetik, shift siang
286,36 milidetik, shift malam 493,60 milidetik. Hasil pengukuran tersebut
menunjukkan nilai yang berbeda. Perbedaaan ekstrim terdapat pada kelelahan
shift pagi dan shift malam. Selain itu terdapat keluhan dari tenaga kerja shift
malam yaitu mengantuk. Pada penelitian sebelumnya oleh Khasanah (2011)
di PT Triangga Dewi Surakarta menunjukkan ada perbedaan tingkat
kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi yaitu 503,94 milidetik dan
shift malam yaitu 556,01 milidetik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti akan mengadakan
penelitian mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi, dan
shift malam pada tenaga kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo
Industry, Banyudono, Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi, dan shift
malam pada tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry, Banyudono, Boyolali?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga
kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan penelitian ini sebagai pembuktian bahwa terdapat perbedaaan
tingkat kelelahan kerja pada shift pagi dan shift malam kerja di bagian
weaving PT Safarijunie Textindo Industry.
2. Aplikatif
a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan untuk mengelola
manajemen shift kerja yang lebih baik agar dapat mengurangi tingkat
kelelahan kerja.
b. Diharapkan dapat mengendalikan tingkat kelelahan kerja di PT
Safarijunie Textindo Industry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Shift kerja
a. Pengertian
Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai
pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana
yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010).
Shift kerja dapat bersifat permanen atau temporer menurut kebutuhan
tempat kerja yang bersangkutan yang direkomendasi oleh manajemen
perusahaan yang bersangkutan yang bahkan sangat sering tidak beraturan
(Setyawati, 2010).
b. Pembagian shift kerja
Pada Journal The Design of Shift Systems (Knauth, 1993),
dikemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan
dalam penentuan shift kerja :
1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam.
2) Panjang waktu tiap shift kerja.
3) Waktu dimulai dan diakhirinya suatu shift
4) Distribusi waktu istirahat
5) Arah perubahan shift kerja
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Disamping itu ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain
shift kerja menurut Nurmianto (2002) antara lain:
1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang
berurutan.
2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-
turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur).
3. Sediakan libur akhir pekan (setidaknya 2 hari).
4. Rotasi shift mengikuti matahari.
5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat.
Macam shift kerja ada dua macam, yaitu shift kerja berputar
(berotasi) dan shift kerja tetap (permanen). Dalam merancang shift kerja
ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu bahwa kekurangan
istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat
mengurangi kelelahan kerja disamping menyediakan waktu untuk
keharmonisan kehidupan keluarga maupun kontak sosial dengan
masyarakat (Nurmianto, 2008).
Menurut Nurmianto (2008), ada beberapa saran yang harus
diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja
yang berumur di bawah 25 tahun dan diatas 50 tahun dan pekerja yang
memiliki kecenderungan mudah sakit perut, serta memiliki emosi yang
labil disarankan untuk tidak dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja
yang bertempat tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di
lingkungan yang ramai seyogyanya tidak dipekerjakan pada shift kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
malam. Menurut Kuswadji (1997), pergantian sistem shift kerja tiga
rotasi biasanya pada pukul 06.00-14.00, pukul 14.00-22.00, dan pukul
22.00-06.00; sebagian lain pergantian pukul 07.00-15.00, pukul 15.00-
23.00, atau pukul 08.00-16.00, pukul 16.00-24.00. Diutarakan pula
bahwa rotasi yang pendek lebih baik daripada rotasi yang panjang dan
sebaiknya dihindarkan kerja malam secara terus menerus. Rotasi yang
baik adalah 2-2-2, yaitu kerja pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang
hari dua kali dan malam hari dua kali (rotasi ini disebut metropolitan
rota) atau 2-2-3, yaitu kerja di pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang
hari dua kali dan malam hari tiga kali (rotasi ini disebut continetal rota)
dimana shift kerja malam selama tiga hari berurut-turut harus diikuti
istirahat lebih dari 24 jam atau istirahat dua hari. Perencanaan shift kerja
yang baik adalah apabila harus bertugas melampaui akhir pekan,
seyogyanya pada kesempatan lain diupayakan pemberian dua hari libur
di akhir pekan dan tiap jadwal shift kerja diberikan satu kali waktu
istirahat yang cukup (30-60 menit) untuk makan dan relaksasi serta
keperluan pribadi yang lain.
Menurut awal dan akhir jam shift work, lama satu shift, dan
keteraturan sistem (Kuswadji, 1997) dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sistem 3 shift biasa
Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama
selama 24 jam: dinas pagi antara pukul 06.00-14.00, dinas sore
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
antara pukul 14.00-22.00, dan dinas malam antara pukul 22.00-
06.00.
b. Sistem Amerika
Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas sore
antara pukul 16.00-24.00 dan dinas malam antara pukul 24.00-08.00.
Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial.
Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore.
Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit
sekali dalam sehari.
c. Sistem 12-12
Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama
12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara
07.00-19.00 dan 19.00-07.00. Satu minggu kerja siang dan satu
minggu kerja malam. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini,
masing-masing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan
istirahat dua hari.
Menurut Suma’mur (2009) dalam soal periode kerja siang atau
malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam.
Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga
kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran
suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja
malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari
(Suma’mur, 2009).
b. Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat beradaptasi, bahkan
banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja
malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin
dan klorida darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja
malam tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur,
fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel,
sehingga dengan pergantian waktu kerja siang oleh malam tidak dapat
dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak
dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam (Suma’mur, 2009).
c. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara
lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan.
Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf
parasimpatis dibanding dengan kerja syaraf simpatis pada malam hari.
Padahal seharusnya untuk bekerja, syaraf simpatis harus melebihi
kekuatan syaraf parasimpatis (Suma’mur, 2009).
d. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada
siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan
gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang,
dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
diubah seluruhya menurut kebutuhan, yaitu terbangun oleh dorongan
lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari
(Suma’mur, 2009).
e. Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada saat
tenaga kerja bekerja malam hari dan tidur pada siang hari. Dengan
demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit,
sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya (Suma’mur, 2009).
f. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat
antara lain penurunan berat badan (Suma’mur, 2009).
g. Selain masalah biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai
reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap
gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan
malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat
banyak pada kerja malam (Suma’mur, 2009).
h. Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin
panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud (Suma’mur,
2009).
2. Kelelahan
a. Pengertian Kelelahan
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan meliputi sensasi kelelahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja (Suma’mur,
2009).
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang
sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Tenaga kerja
yang mengalami kelelahan akan mengalami: penurunan motivasi kerja,
kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, berkurangnya dorongan
atau kemauan untuk bekerja sehingga menyebabkan kecelakaan dalam
bekerja (Tarwaka, 2004).
Grandjean (1988), menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya
kelelahan di industri sangat bervariasi dan untuk memelihara atau
mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi
terutama selama waktu tidur malam tetapi periode istirahat dan waktu-
waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
b. Jenis-jenis kelelahan
1) Menurut Depkes (2002) kelelahan ada tiga jenis, antara lain :
a) Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana
masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performancenya
seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang
setelah istirahat dan tidur yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Kelelahan yang Patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita,
biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c) Psikologis dan Emotional Fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan
merupakan jenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada
penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja
akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
2) Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2004) terdapat dua jenis
kelelahan menurut proses terjadinya, yaitu :
a) Kelelahan otot
Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa
nyeri yang terdapat pada otot.
b) Kelelahan umum
Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan
untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan
sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan
umum adalah monotoninya tenaga kerjaan, intensitas dan
lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan
kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadan lingkungan
yang berada dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung
jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta
kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Menurut Ramandhani (2003), berdasarkan waktu terjadinya
kelelahan, kelelahan dibagi menjadi :
a) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara
tiba-tiba.
b) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang
hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi
sebelum melakukan tenaga kerjaan, seperti perasaan
“kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain
itu timbulnya keluhan psikosomatis antara lain meningkatnya
ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah
penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur,
masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal.
c. Gejala Kelelahan Kerja
Menurut Ramandhani (2003), gambaran mengenai gejala
kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain:
1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.
2) Kurang mampu berkonsentrasi.
3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
4) Persepsi yang buruk dan lambat.
5) Berkurangnya gairah untuk bekerja.
6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010)
menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut
:
1. Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti
penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan
persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan
lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.
2. Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit
kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu
makan serta gangguan pencernaan.
Menurut Suma’mur (2009) suatu daftar gejala atau perasaan atau
tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah :
1) Perasaan berat di kepala
2) Menjadi lelah seluruh badan
3) Kaki merasa berat
4) Menguap
5) Merasa pikiran kacau
6) Mengantuk
7) Merasa berat pada mata
8) Kaku dan canggung dalam gerakan
9) Tidak seimbang dalam berdiri
10) Mau berbaring
11) Merasa susah berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
12) Lelah bicara
13) Gugup
14) Tidak dapat berkonsentrasi
15) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu
16) Cenderung untuk lupa
17) Kurang kepercayaan diri
18) Cemas terhadap sesuatu
19) Tidak dapat mengontrol sikap
20) Tidak dapat tekun dalam melakukan tenaga kerjaan
21) Sakit di kepala
22) Kekakuan di bahu
23) Merasa nyeri di punggung
24) Merasa pernafasan tertekan
25) Merasa haus
26) Suara serak
27) Merasa pening
28) Spasme kelopak mata
29) Tremor pada anggota badan
30) Merasa kurang sehat
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan
melemahnya kegiatan, 11-20 melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran
kelelahan fisik sebagai akibat dari keadan umum yang melelahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d. Parameter Kelelahan Kerja
Parameter yang pernah diungkapkan oleh beberapa peneliti untuk
mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam antara lain :
1. Pengukuran waktu reaksi
Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang
tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut.
Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal
atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Setyawati, 2010). Dalam
pengukuran dengan waktu reaksi ini terdapat kriteria kelelahan yaitu
:
a) Normal : waktu reaksi 150,0-240,0 milidetik
b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi 240,0 < x < 410,0
milidetik.
c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0
milidetik.
d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik
(Setyawati 2010).
2. Uji Finger-tapping ( uji ketuk jari)
Uji finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal
mengetuk jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini
sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam
proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
untuk menguji kelelahan kerja yang bermacam-macam pekerjaan
(Grandjean, 1988).
3. Uji Flicker-fusion
Uji flicker-fusion adalah pengukuruan kecepatan berkelipnya
cahaya atau lampu yang secara bertahap ditingkatkan sampai
kecepatan tertentu sampai cahaya tampak berbaur sebagai cahaya
yang kontinyu (Grandjean, 1988). Uji ini digunakan untuk menilai
kelelahan mata saja.
4. Uji Critical Flicker-fusion
Uji critical flicker–fusion adalah modifikasi uji flicker fusion.
Uji ini digunakan untuk pengujian kelelahan mata yang berat, dan
dengan mempergunakan flicker tester (Oshahi dan Kikuchi, 1976
dalam Setyawati, 2010).
5. Uji Bourdon Wiersma
Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan
bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji kelelahan pada
pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971 dalam Setyawati, 2010).
6. Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committe (IFRC)
Skala IFRC yang di desain untuk pekerja dengan budaya
Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam
perasaan kelelahan yang dirasakan seorang pekerja dan tiap butir
pernyataan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubungannya
(Kashiwagi, 1971 dalam Setyawati, 2010). Uji kelelahan yang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yaitu skala Kashiwagi yang terdiri atas 20 butir pertanyaan yang
mengandung dimensi pelemahan aktivitas dan motivasi. Terhadap
kedua skala kelelahan ini Kogi dan Saito (1971) dalam Setyawati
(2010) memberikan tanggapannya dan menyebutkan bahwa kedua
skala ini tidak merupakan pendekatan yang menentukan karena
dengan kedua skala ini tidak diperoleh hasil yang menggambarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahaan kerja maupun kriteria-
kriteria lain yang mendukung. Diutarakan pula bahwa perlu
dilakukan survei psikososial dan ekologi diantara para pekerja untuk
mengetahui sebab kelelahan kerja serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
7. Pemeriksaan tremor pada tangan
Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada
tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada
tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat
terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu. (Sutarman, 1972 dalam
Setyawati, 2010)
8. Metode Blink
Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara
keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang
terkejap secara cepat dan berulang-ulang (Fukui dan Marioka, 1971
dalam Setyawati, 2010). Cara ini pun tidak dapat untuk menguji
jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
9. Ekskresi katekolamin
Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu
meningkat. Pada pekerjaan beberapa macam pekerjaan yang
mengalami kelelahan kerja tidak terjadi peningkatan ekskresi
katekolamin (Johanson, 1978 dan Frankenhaeuser et.al, 1983 dalam
Setyawati, 2010)
10. Stroop test
Dalam uji ini peserta diminta untuk membaca nama-nama
warna tertulis kata-kata secara independen dari warna-warna tinta.
Pada uji ini dianggap untuk mengukur perhatian selektif, fleksibilitas
kognitif dan kecepatan pemprosesan (Wim Van der Elst et.al, 2006).
Stroop test ini biasa digunakan untuk menyelidiki kemampuan
psikologis seseorang. John Ridley Stroop (1935), membandingkan
waktu yang digunakan untuk membaca kata-kata hitam dan waktu
yang dibutuhkan untuk penanaman warna yang bertentangan dengan
kata-kata tertulis.
11. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
KAUPK2 adalah suatu alat untuk mengukur indikator
perasaan kelelahan kerja yang telah di desain oleh Setyawati
(Setyawati, 2010) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2 ada tiga
macam yaitu KAUPK I, KAUPK2 II, KAUPK III yang masing-
masing terdiri atas 17 butir pertanyaan, yang telah teruji kesahihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan kerja baik
pada shift kerja pagi, shift kerja siang maupun shift kerja malam.
e. Pencegahan Kelelahan Kerja
Menurut Ramandhani (2003) untuk mencegah memburuknya
kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar :
1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk.
2) Merubah metode kerja menjadi efesien dan efektif.
3) Menerapkan penggunaan peralatan dan peranti kerja yang memenuhi
standar ergonomi.
4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman.
6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara
periodik.
7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
f. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari,
kelelahan yang kita kenal mempunyai beragam penyebab yang berbeda
(Ramandhani, 2003), namun secara umum penyebab kelelahan sebagai
berikut :
1) Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis
2) Masalah lingkungan kerja
3) Irama detak jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4) Masalah-masalah fisik
5) Nyeri dan kesehatan
6) Gizi/nutrisi
Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh
manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan
beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera
diatasi dan pekerja dipaksa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan
semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan
sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme
untuk mendukung kehidupan (Suma’mur, 2009).
g. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Kelelahan
Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya
kelelahan sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Usia
Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan
ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, 2004). Pada usia muda
proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian
menurun lambat-lambat menurut umur (Suma’mur, 2009).
Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift malam
dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50
tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Jenis Kelamin
Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya,
kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui
ukuran tubuh dan kekuatan otot dari yang wanita relatif kurang
jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah
(Suma’mur, 2009).
3) Psikis
Menurut Ramandhani (2003), Tenaga kerja yang
mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu
bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi
psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja
yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau
waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan
biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar.
4) Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu
pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, (2000)
dalam Jati, (2010)).
5) Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan
tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan
untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja
dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan
(Suma’mur, 2009).
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan
menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Tabel 2. Kategori IMT
NO Kategori IMT
1 Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
3 Normal 18,5 – 25,0
4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0
5 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, 2002
6) Sikap Kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya
terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah
dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang
melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja
dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran
tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Berat Badan (Kg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini
akan menyebabkan kelelahan (Ramandhani, 2003). Bekerja
dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai
masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan.
b. Faktor Eksternal
1) Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang
lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial
(Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus
kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari
pembebanan kerja yang berlebihan (Ramandhani, 2003).
2) Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja
melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa
upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang
memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari,
2003) adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi
kerja.
b) Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala
sekitar mata.
c) Kerusakan indera mata
d) Kelelahan mental
e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan.
3) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat
menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran.
Kebisingan akan mempengaruhi sistem pencernaan, sistem
kardiovaskuler, atau sistem faal tubuh lainnya sehingga
mempercepat kelelahan (Suma’mur, 2009).
4) Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan
menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh
mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam
bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan
keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan
pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang
berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito,1996 dalam Jati, 2010).
5) Monotoni
Monotoni merupakan suatu kerja yang berhubungan
dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu, dan
dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh
suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan
monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan
produktivitas (Pusparini, 2003).
3. Hubungan Antara Shift Work dengan Kelelahan
Menurut Vitaterna (2001), Salah satu penyebab dari kelelahan
yaitu gangguan tidur. Gangguan tidur sangat berhubungan dengan circadian
rhythms. Siklus circadian rhythms mengatur perubahan berirama dalam
perilaku atau fisiologis tubuh. Perubahan ini diatur oleh jam biologis tubuh.
Bagian yang mengatur fisiologi tubuh dalam siklus circadian rhythms antara
lain : suhu tubuh, sel saraf, hipotalamus, plasma darah, dan ginjal.
Circadian rhythms dapat mengalami gangguan akibat jet lag, menggeser
jam kerja, dan kurang tidur. Hal tersebut dapat mengganggu tubuh antara
lain : gangguan fungsi kognitif, fungsi hormonal, gangguan gastrointestinal.
Dalam pengaturan pola kerja dan istirahat ini, secara alami tubuh kita
mempunyai pengaturan waktu biologis yang mengatur organisasi internal
tubuh seperti : metabolisme, detak jantung, pernapasan, proses pencernaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
makanan. Selain itu juga mengatur organisasi eksternal tubuh seperti :
bekerja dan tidur.
Menurut Granjean (1988) sebagaimana diketahui, bahwa sejak
dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh
bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan
istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh
kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut
dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper
inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan
proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari
mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam
hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga
kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
Menurut Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008),
fungsi tubuh yang ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk
bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme,
temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia
yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian
rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang
menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,50C yang merupakan sisi lain
nilai pokok dari 370C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00,
dan mulai meningkat lagi sekitar pukul 06.00 (umumnya sebelum seseorang
bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sesudahnya. Temperatur puncak dicapai di titik manapun antara tengah hari
dan malam hari, tetapi paling banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai
pukul 22.00 dan seterusnya, temperatur mulai menurun secara tajam.
Terdapat perubahan siklus yang hampir sama dalam jantung, pernapasan
dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan darah, sekresi endokrin yang bermacam-
macam dan sebagainya meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu
yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Kerangka Pemikiran
Faktor Internal :
- Jenis kelamin
- Usia
- Psikis
- Sikap kerja
- Status Gizi
- Kesehatan
Faktor eksternal :
- Monotoni
- Masa kerja
- Beban kerja
- Penerangan
- Kebisingan
shift
malam
Cyrcadian Rhythm
Fungsi tubuh
menurun
Kelelahan kerja
shift
pagi
Fungsi tubuh
bekerja
Tubuh dipaksa
bekerja
Kebutuhan O2
naik
Denyut nadi &
tekanan darah
naik
Perubahan siklus
jantung, pernapasan
& fungsi kelenjar
ginjal
Mengantuk
Internal
timekeeper
Kelelahan kerja
Metabolisme
terganggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Hipotesis
Ada Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja shift pagi dan shift
malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono,
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Nama Perusahaan : PT Safarijunie Textindo Industry
Unit : Bagian weaving
Alamat : Jalan Raya Solo-Semarang Km.16 Banyudono,
Boyolali.
Waktu Penelitian : April – Mei 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di bagian Weaving
PT. Safarijunie Textindo Industry, Boyolali berjumlah 164 orang yang terdiri
3 orang tenaga kerja laki-laki dan 161 tenaga kerja perempuan dari shift pagi
dan shift malam dan tiap-tiap shift terdapat 82 tenaga kerja.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik sampling
nonprobability. Dalam teknik sampling ini menggunakan metode purposive
sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
E. Sampel Penelitian
Karakteristik sampel penelitian sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi adalah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini
sebagai sampel (contoh), dengan kriteria sebagai berikut :
a. Umur antara 25 – 45 tahun
b. Berjenis kelamin perempuan
c. Pekerja di bagian weaving.
d. Tertib menggunakan alat pelindung telinga (ear plug)
e. Masa kerja lebih dari 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi.
Semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan
pekerjaannya (Suma’mur, 2009)
f. Bersedia menjadi responden dan sehat.
2. Kriteria Ekslusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini
ke dalam sampel. Subjek ekslusi dalam penelitian ini antara lain pekerja
yang tidak mau menjadi subjek penelitian.
Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 82 tenaga kerja pada
shift pagi dan 82 tenaga kerja pada shift malam. Setelah dilakukan pemilihan
subjek dengan purposive sampling, didapatkan jumlah subjek yang dijadikan
sampel sebanyak 71 orang pada shift pagi dan 68 orang pada shift malam.
Jadi, sampel yang diambil sebanyak 139 orang tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
F. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
shift kerja (shift pagi dan shift malam).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kelelahan kerja.
Populasi
shift pagi dan shift malam
Purposive Sampling
Subyek
Shift Malam Shift Pagi
Skor kelelahan kerja Skor kelelahan kerja
Independent Sample T-Test
T-Test I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu :
a. Variabel pengganggu terkendali : usia dikendalikan dengan mengambil
sampel umur 25-45 tahun, jenis kelamin diambil perempuan,
kebisingan dikendalikan dengan memilih tenaga kerja yang memakai
ear plug, masa kerja dikendalikan , beban kerja, sikap kerja, monotoni,
penerangan, status kesehatan, status gizi.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : psikis tenaga kerja.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Shift Kerja
Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga
kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi
atas kerja pagi, sore, dan malam. Dalam perusahaan mempunyai istilah
yang berbeda-beda untuk macam-macam shift kerja.
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah shift pagi dan shift malam:
a. Shift pagi
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai
dari pukul 07.00 – 15.00 WIB
b. Shift malam
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari
dimulai dari pukul 23.00 – 07.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Skala pengukuran : Nominal
2. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah waktu yang terjadi antara pemberian
rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut,
yang diukur pada saat jam istirahat tenaga kerja sebelum tenaga kerja
mengalami proses pemulihan.
Alat ukur : Reaction Timer L77 Lakassidaya
Hasil pengukuran : Nilai waktu reaksi dalam satuan milidetik.
Skala pengukuran : Interval
I. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan Bahan penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan
data sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data
beserta pendukungnya adalah :
1. Reaction Timer
Deteksi atau penilaian tentang kelelahan kerja dengan alat ukur
untuk waktu reaksi. Dalam penelitian ini menggunakan Reaction Timer
L77 Lakassidaya, yang dibuat oleh Biro konsultasi Kesehatan,
Keselamatan, dan Produktivitas Kerja Yogyakarta. Waktu reaksi yang
diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-
reaksi yang memerlukan koordinasi. Waktu reaksi adalah jangka waktu
dari pemberian suatu rangsang sampai kepada saat kesadaran atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang digunakan pada alat ini
berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik.
Pada saat pemakaian alat, perlu diperhatikan pada saat melakukan
pengukuran agar hasil lebih akurat :
a. Pemberian rangsang tidak kontinyu.
b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa
maksimum 0,5 m.
c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat
pemeriksa).
d. Rangsang yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu
(suara atau cahaya saja). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah
rangsang cahaya.
Cara kerja Reaction Timer L77 Lakassidaya adalah sebagai berikut :
a. Memasang adaptor pada stop kontak, lalu alat di “ON” kan.
b. Memastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum
tekan tombol reset.
c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, dengan menekan tombol untuk
sensor cahaya.
d. Operator siap untuk menekan saklar sensor cahaya demikian pula
dengan probandus siap melihat lampu pada alat sensor.
e. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya
menekan saklar “OFF” (mouse), untuk sensor cahaya apabila
melihat sensor cahaya lampu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
f. Untuk menilai dengan sensor suara maka, dengan menekan tombol
untuk sensor suara.
g. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara
sensor cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara
dari alat.
h. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali dengan catatan pengukuran
nomor 1-5 sebagai adaptasi alat, 6-15 sebagai perhitungan dan 16-20
dianggap tingkat kejenuhan mulai tinggi.
i. Mencatat hasil pengukuran pada display untuk sensor cahaya atau
sensor suara.
j. Menekan tombol “reset” untuk siap pengukuran selanjutnya.
2. Check List
Check List digunakan untuk menulis data.
J. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
misalnya data shift kerja, kelelahan kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah
jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang
diteliti.
b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan
objek yang diteliti.
K. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik
Independent Sample T-Test dengan menggunakan program komputer
SPSS versi 16, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
(Sugiyono, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT Safarijunie Textindo Industry berdiri pada tangal 1 Mei 1990.
Didirikan sesuai dengan akte Notaris No.03 tanggal 01 Mei 1990 oleh Notaris
Anthon Wahyu Pramono, diatas tanah seluas 70.291 m2 dan mulai beroperasi
pada tahun 1994. PT Safarijunie Textindo Industry terletak pada lokasi
strategis. Perusahaan mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan
produksi kain yang banyak dibutuhkan oleh konsumen dan menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Peraturan yang mendasari adalah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.02/MEN/1978
yaitu mengenai pendaftaran pemerintah atau Kesepakatan Kerja Bersama
(KKB).
PT Safarijunie Textindo Industry berkonsep integrasi dari spinning,
weaving, bleaching, printing, dan garmen, namun sekarang ini baru
melaksanakan tahap produksi untuk weaving dan bleaching. Industri ini
merupakan pabrik tekstil yang memproses bahan baku benang menjadi kain
mentah atau grey menjadi kain putih atau kain finish (ready for print).
Dengan telah beroperasinya perusahaan mulai tahun 1994 perusahaan
berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perusahaan telah
berhasil mendapatkan Sistem Manajemen Mutu Versi 9002/1994 dari TUV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pemberian sertifikat ISO tersebut telah diterima perusahaan pada bulan Maret
tahun 2001. Selama pengembangan PT Safarijunie Textindo Industry telah
mempekerjakan sekitar 1221 orang pekerja yang terdiri dari 85% operator dan
15% staf perusahaan.
Perusahaan ini juga telah bekerja sama dengan perusahaan lain, yaitu
PT Kanindotex, PT Sentosa Sejahtera, PT Eratex, PT Apac Inti Corpora, PT
Dasar Rukun, PT Kalmatex, PT Himalaya, PT Cookak, PT Limas, PT Tyfontex
Indonesia, PT Balmatex, PT Indrama, dan PT Sritex di dalam penyediaan
bahan baku.
PT Safarijunie Textindo Industry merupakan Holding Company dan
mempunyai beberapa cabang, yaitu PT Safari Bengawan Textindo Industry
yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami No.14 Solo dan PT Bima NugrohoTunggal
Karyawan yang berlokasi di Jalan Solo-Sragen Km 7, Palur, Karanganyar.
Modal yang digunakan PT Safarijunie Textindo Induatry yang berdiri di
Boyolali berasal dari modal tunggal yang digunakan untuk fasilitas fisik, bahan
baku, mesin, dan konsultasi manajemen.
Visi perusahaan PT Safarijunie Textindo Industry adalah “Menjadi
industri tekstil yang terkemuka di Indonesia”. Sedangkan Misi dari perusahaan
adalah “Mencoba kestabilan produk dan meningkatkan pelayanan demi
kepuasan pelanggan”.
Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi selama
24 jam dan terdiri dari 3 shift yaitu shift A, shift B dan shift C. Shift A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
berlangsung dari pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift B berlangsung dari pukul
15.00 – 23.00 WIB dan shift C beroperasi dari pukul 23.00 – 07.00 WIB.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri
dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, umur sampel yang diambil
adalah antara 25 – 45 tahun.
Distribusi responden berdasarkan umur tenaga kerja di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel berikut
:
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi umur responden
No. Umur
(Tahun)
Shift Pagi Shift Malam
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 25-30 8 11,27% 8 11,76%
2. 31-35 14 19,72% 21 30,89%
3. 36-40 22 30,98% 24 35,29%
4. 41-45 27 38,03% 15 22,06%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.1, frekuensi umur responden pada shift pagi
paling banyak adalah umur 41-45 tahun sebanyak 27 responden atau
38,03%, sedangkan frekuensi umur responden paling sedikit adalah umur
25-30 tahun sebanyak 8 responden atau 11,27% dari jumlah sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Frekuensi umur responden pada shift malam paling banyak adalah
umur 36-40 tahun yaitu 24 responden atau 35,29%, sedangkan frekuensi
umur responden paling sedikit adalah umur 25-30 tahun sebanyak 8
responden atau 11,76% dari jumlah sampel.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri
dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, jenis kelamin sampel yang
diambil adalah perempuan.
Frekuensi jenis kelamin responden sebanyak 139 tenaga kerja
dengan 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam dengan
persentase masing-masing 100%. Dari deskripsi di atas variabel jenis
kelamin sudah memenuhi kriteria karakteristik sampel penelitian.
3. Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri
dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, masa kerja responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masa kerjanya > 2 tahun.
Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja di
bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
No. Masa Kerja Shift Pagi Shift Malam
(Tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 2-5 9 12,68% 11 16,18%
2. 6-10 19 26,76% 36 50,7%
3. 11-15 33 46,48% 17 23,94%
4. 16-20 10 14,08% 4 5,63%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.2, frekuensi masa kerja responden pada shift
pagi paling banyak adalah masa kerja 11-15 tahun sebanyak 33 responden
atau 46,48%, sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit
adalah masa kerja 2-5 tahun sebanyak 9 responden atau 12,68% dari
jumlah sampel.
Frekuensi masa kerja responden pada shift malam yang paling
banyak adalah masa kerja 6-10 tahun sebanyak 36 responden atau 50,7%,
sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit adalah masa
kerja 16-20 tahun sebanyak 4 responden atau 5,63% dari jumlah sampel.
Dari deskripsi di atas variabel masa kerja sudah memenuhi kriteria
karakteristik sampel penelitian.
4. Kebisingan
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo Industry diperoleh data intensitas
kebisingan sebesar 97,6 dB. Sehingga termasuk melebihi Nilai Ambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Batas. Kebisingan dikendalikan dengan pemakaian alat pelindung telinga
(ear plug) oleh tenaga kerja yang telah disediakan perusahaan.
5. Penerangan
Berdasarkan hasil pengukuran penerangan yang dilakukan di PT
Safarijunie Textindo Industry diperoleh intensitas penerangan sebesar 475
Lux.
6. Beban Kerja
Berdasarkan KEPMEN 51 Tahun 1999 penghitungan beban kerja
berdasarkan kebutuhan kalori. Hasil perhitungan beban kerja pada tenaga
kerja shift pagi dan shift malam bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi beban kerja di bagian Weaving PT Safarijunie
Textindo Industry
No. Sikap dan Cara Kerja Kebutuhan Kalori
1. Berdiri 0,6 Kkal/menit
2. Bekerja dengan dua tangan dan lengan 2 Kkal/menit
3 Metabolisme basal 1 Kkal/menit
Jumlah output kalori 3,6 Kkal/menit
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui kebutuhan kalori tenaga kerja
bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry 3,6 Kkal/menit x 60 =
216 Kkal/Jam, sehingga termasuk beban kerja sedang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Kategori beban kerja :
1. Ringan, membutuhkan kalori : 100 – 200 Kilokalori/jam.
2. Sedang, membutuhkan kalori : > 200 – 350 Kilokalori/jam.
3. Berat, membutuhkan kalori : > 350 – 500 Kilokalori/jam.
7. Status Gizi
Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi
badan (TB2). Nilai IMT responden berada pada kisaran 18,5 - < 25,0
dalam kategori status gizi baik.
Tabel 4.4. Distribusi IMT
IMT Shift pagi Shift malam
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
18,5 – 25,0 71 100% 68 100%
Berdasarkan tabel diatas, responden dengan nilai IMT 18,5 – 25,0 adalah
sebanyak 71tenaga kerja (100%) pada shift pagi dan 68 tenaga kerja
(100%) pada shift malam.
8. Status Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71
tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving
PT Safarijunie Textindo Industry, status kesehatan responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini dalam keadaan sehat atau tidak sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift
Penelitian ini dilaksanakan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry. Shift pagi bekerja pada pukul 07.00-15.00 WIB, sedangkan shift
malam bekerja pada pukul 23.00-07.00 WIB.
D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di bagian Weaving
PT Safarijunie Textindo Industry terhadap 139 responden yang terdiri dari 71
tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam maka didapatkan
bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan kerja ringan, sedang dan berat.
Distribusi responden berdasarkan pengukuran kelelahan kerja pada
tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden
Shift Pagi Shift Malam
No. Tingkat Kelelahan
Kerja
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
1. 240,0 < x < 410,0 58 81,7% 34 50%
2. 410,0 < x ≤ 580,0 11 15,5% 26 38,2%
3. ≥ 580,0 2 2,8% 8 11,8%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.5, pada shift pagi terdapat 58 responden atau
81,7% mengalami kelelahan kerja ringan, 11 responden atau 15,5%
mengalami kelelahan kerja sedang, dan 2 responden atau 2,8% mengalami
kelelahan kerja berat. Sedangkan pada shift malam terdapat 34 responden atau
50% mengalami kelelahan kerja ringan, 26 responden atau 38,2% mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kelelahan kerja sedang, dan 8 responden atau 11,8% mengalami kelelahan
kerja berat.
Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur
yang digunakan untuk waktu reaksi yaitu reaction timer L77 Lakassidaya
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
1. Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 milidetik
2. Kelelahan Kerja Ringan (KKR) : waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik
3. Kelelahan kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 milidetik
4. Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik
E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift
Malam
Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16 menggunakan uji
independent sample T-Test antara kelelahan kerja pada shift pagi dengan
kelelahan kerja shift malam didapatkan nilai sangat signifikan sebesar 0,000
(p ≤ 0,01). Hasil ini menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja yang sangat
signifikan antara shift pagi dengan shift malam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Jumlah populasi tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie
Textindo Industry Banyudono, Boyolali adalah 164 tenaga kerja dimana
terdapat 82 tenaga kerja shift pagi dan 82 tenaga kerja shift malam. Setelah
dilakukan teknik purposive sampling maka didapatkan jumlah sampel
tersebut menjadi 139 orang yaitu 71 orang shift pagi dan 68 orang shift malam
dengan kriteria atau ciri-ciri yang telah ditentukan berdasarkan karakteristik
tenaga kerja. Kemudian dilakukan pengukuran kelelahan kerja dengan
menggunakan reaction timer L77 Lakassidaya.
Seluruh sampel dalam penelitian ini adalah perempuan. Pria dan
perempuan berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya.
Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari
wanita relatif kurang jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah
(Suma’mur, 2009).
Masa kerja subjek minimal 2 tahun, semakin lama masa kerja, tenaga
kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Tenaga
kerja shift pagi dan shift malam memiliki beban kerja yang sama, tenaga kerja
bekerja berpindah-pindah tempat dari mesin yang satu ke mesin yang lain.
Antara shift pagi dan shift malam target produksinya sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
B. Analisis Univariat
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian pada tenaga kerja shift pagi dan shift
malam bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono,
Boyolali diperoleh bahwa rata-rata umur responden berada pada usia
produktif dengan umur antara 25-45 tahun.
Menurut Tarwaka, dkk (2004) umur seseorang berbanding
langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai
puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot
menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak
60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur 60 tahun
tinggal mencapai 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Sehingga
tenaga kerja pada umur lebih dari 50 tahun mempengaruhi tingkat
kelelahan seseorang. Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift
malam dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50
tahun.
Pada penelitian ini diambil responden masih dalam usia 25-45
tahun, hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari faktor internal
yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja dapat dikendalikan, sehingga
kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor usia seseorang.
2. Jenis Kelamin
Di PT Safarijunie Textindo Industry 87% tenaga kerja adalah
perempuan dan tenaga kerja di bagian Weaving semua adalah perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
PT Safarijunie Textindo Industry lebih memilih tenaga kerja perempuan
karena dari proses produksinya membutuhkan banyak ketelitian dan
ketelatenan. Dan perempuan cenderung memiliki sifat tersebut. Di bagian
Weaving merupakan proses penenunan dari benang menjadi kain, dan
pekerjaan tersebut identik dengan perempuan.
Dalam penelitian ini tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian
adalah semua berjenis kelamin perempuan karena hampir semua tenaga
kerja di bagian weaving berjenis kelamin perempuan.
3. Masa Kerja
Masa kerja tenaga kerja di bagian Weaving rata-rata sudah lebih
dari 2 tahun. Masa kerja juga dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena
semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya
(Suma’mur, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterampilan dan
kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja seseorang berkaitan
dengan pengalaman kerjanya. Tenaga kerja yang telah lama bekerja pada
perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan
dengan bidangnya. Menurut Notoatmodjo (2010) semakin tinggi
keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan
(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan
pekerjaan.
Dalam hal ini peneliti mengambil responden yang telah bekerja
lebih dari 2 tahun untuk menghindari tenaga kerja yang kurang terampil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
atau kurang berpengalaman, hal ini menunjukkan bahwa variabel
pengganggu dari faktor internal yang mempengaruhi kelelahan kerja dapat
dikendalikan, sehingga kelelahan yang timbul bukan dikarenakan oleh
faktor masa kerja.
4. Kebisingan
Berdasarkan pengukuran kebisingan yang telah dilakukan oleh peneliti,
kebisingan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry adalah 97,6
dB. Menurut Permenaker No.13 Tahun 2011 tentang NAB faktor fisika dan
faktor kimia di tempat kerja, yang dimaksud NAB adalah standar faktor
bahaya di tempat kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang
waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB
untuk kebisingan 85 dB.
Intensitas kebisingan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry adalah 97,6 dB, sehingga termasuk melebihi Nilai Ambang Batas.
Akan tetapi pada penelitian ini kebisingan dapat dikendalikan dengan
memilih tenaga kerja sebagai sampel yang disiplin memakai alat pelindung
telinga.
5. Beban Kerja
Beban kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian
Weaving PT Safarijunie Textindo adalah sama yaitu termasuk beban kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sedang. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari
faktor eksternal dapat dikendalikan.
6. Analisis Shift Kerja
Proses produksi bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo
Industry beroperasi selama 24 jam, sehingga perusahaan memberlakukan
sistem kerja shift. Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi memiliki
kondisi tubuh yang ideal untuk bekerja kerena mempunyai waktu yang
cukup untuk tidur. Sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja pada shift
malam kondisi tubuh telah menurun karena di pagi hari sudah melakukan
aktivitas sebelumnya. Pada umumnya tubuh istirahat pada malam hari,
tetapi karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksakan untuk
bekerja, sehingga tenaga kerja yang bekerja pada malam hari merasa lebih
lelah dan mengalami gangguan tidur bila dibanding tenaga kerja pada shift
pagi. Hal ini telah sesuai dengan Suma’mur (2009) yang mengatakan
bahwa bekerja pada kerja bergilir malam paling potensial menyebabkan
terjadinya kelelahan, waktu istirahat yang diberikan setelah bekerja dengan
rotasi kerja bergilir khususnya untuk kerja malam belum cukup untuk
memulihkan tenaga, karena setelah bekerja pada kerja bergilir malam
tenaga kerja masuk kerja pada kerja bergilir pagi.
Selama bekerja tenaga kerja diberikan waktu 30 menit untuk
istirahat, sedangkan tenaga kerja pada shift malam saat istirahat ada yang
memanfaatkan waktu dengan tidur, tetapi ada juga yang mengobrol dengan
tenaga kerja yang lain. Pada shift malam tenaga kerja juga diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
makanan yang disediakan di kantin perusahaan tetapi tidak diberikan extra
fooding. Selain itu di sekitar ruang produksi juga tidak terdapat kursi-kursi
untuk istirahat tenaga kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa makanan
ekstra sangat membantu dalam memelihara kesehatan tenaga kerja yang
melakukan pekerjaannya dengan sistem bergilir.
7. Analisis Kelelahan Kerja
Berdasarkan pengukuran tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja
shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo
Industry, diperoleh hasil untuk shift pagi terdapat 58 responden atau 81,7%
mengalami kelelahan kerja ringan, 11 responden atau 15,5% mengalami
kelelahan kerja sedang, dan 2 responden atau 2,8% mengalami kelelahan
kerja berat. Sedangkan pada shift malam terdapat 34 responden atau 50%
mengalami kelelahan kerja ringan, 26 responden atau 38,2% mengalami
kelelahan kerja sedang, dan 8 responden atau 11,8% mengalami kelelahan
kerja berat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tenaga kerja shift
malam lebih banyak yang mengalami kelelahan kerja berat bila
dibandingkan dengan shift pagi. Tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi
memiliki kondisi tubuh yang ideal untuk bekerja kerena mempunyai waktu
yang cukup untuk tidur. Sedangkan untuk tenaga kerja yang bekerja pada
shift malam kondisi tubuh telah menurun karena di pagi hari sudah
melakukan aktivitas sebelumnya. Pada umumnya tubuh istirahat pada
malam hari, tetapi karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
untuk bekerja, sehingga tenaga kerja yang bekerja pada malam hari merasa
lebih lelah dan mengalami gangguan tidur bila dibanding tenaga kerja pada
shift pagi. Berdasarkan hasil penelitian oleh Kodrat (2011) juga
menunjukkan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja yaitu diperoleh
bahwa rataan waktu reaksi shift pagi 0,97 detik dengan standar deviasi
0,159 detik. Pada shift malam didapat rataan waktu reaksi 1,18 detik
dengan standar deviasi 0,176 detik. Nilai rataan perbedaan antara waktu
reaksi shift pagi dan shift malam 1,004 detik. Interval selang waktu reaksi
shift pagi 0, 921 < µ < 1.02 dan shift malam 1.126 < µ < 1.234.
Setyawati (2010) menyatakan bahwa kejadian kelelahan kerja
berpeluang menimbulkan kelelahan kerja sekitar 80% dan shift kerja sendiri
berpeluang menimbulkan gangguan tidur pada pekerja shift malam sekitar
80%.
C. Analisis Bivariat
Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16 menggunakan uji
independent sample T-Test antara kelelahan kerja pada shift pagi dengan
kelelahan kerja shift malam didapatkan nilai sangat signifikan sebesar 0,000 (p
≤ 0,01). Hasil ini menunjukkan ada perbedaan kelelahan kerja yang sangat
signifikan antara shift pagi dengan shift malam. Karena pada umumnya
tenaga kerja shift malam pada bagian Weaving di PT Safarijunie Textindo
Industry mengalami gangguan tidur, kebanyakan dari tenaga kerja mengantuk,
sehingga menyebabkan cepat mengalami kelelahan. Selain itu tenaga kerja
pada shift malam kurang istirahat untuk persiapan bekerja pada shift malam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
karena kebanyakan dari tenaga kerja perempuan melakukan aktivitas pada
siang hari.
Hal tersebut telah sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan
oleh Khasanah (2011) bahwa ada perbedaan kelelahan subyektif antara tenaga
kerja shift pagi dan shift malam.
Hal tersebut juga telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008), fungsi tubuh yang
ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak
proses otonom, vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak
jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari
menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian rhythm yang sudah
sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang menunjukkan fluktuasi
harian yang berkisar 0,50C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 37
0C.
Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai meningkat lagi
sekitar pukul 06.00 (umumnya sebelum seseorang bangun) dan meningkat
tajam sampai tengah hari dan lebih lambat sesudahnya. Temperatur puncak
dicapai di titik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling
banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai pukul 22.00 dan seterusnya,
temperatur mulai menurun secara tajam. Terdapat perubahan siklus yang
hampir sama dalam jantung, pernapasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan
darah, sekresi endokrin yang bermacam-macam dan sebagainya meskipun
mencapai puncak dan lembah pada waktu yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Grandjean (1998) dalam Setyawati (2010), mengemukakan teori
Schwartzenau yang menyebutkan beberapa saran yang harus diperhatikan
dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja yang berumur di
bawah 25 tahun dan di atas 50 tahun dan pekerja yang memiliki
kecenderungan sakit perut, serta emosi yang labil disarankan untuk tidak
dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja yang bertempat tinggal jauh dari
tempat kerja atau berada di lingkungan yang ramai seyogyanya tidak
dipekerjakan pada shift kerja malam.
Kuswadji (1997), menyatakan pola kerja yang berubah pada kerja
bergilir dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat akibat perubahan pada
cyrcardian rhytm khususnya kerja bergilir malam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000
≤ 0,01) pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT
Safarijunie Textindo Industry.
B. Saran
1. Bagi tenaga kerja sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang
diberikan oleh perusahaan, bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan
waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya kelelahan kerja, dan
menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk persiapan
sebelum bekerja pada shift malam.
2. Bagi perusahaan sebaiknya menyediakan extra fooding untuk tenaga
kerja pada shift malam untuk memperlambat terjadinya kelelahan kerja.