Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi...
Click here to load reader
-
Upload
anang-satrianto -
Category
Documents
-
view
994 -
download
0
Transcript of Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi...
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI
KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI
(PROGESTERON DAN ESTROGEN)
5
6
PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI
KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI
(PROGESTERON DAN ESTROGEN)
2.1 Konsep Kontrasepsi
2.1.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanen. Yang
permanen pada wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi,
(Wiknjosastro, 1999: 534)
2.1.2 Tujuan Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2003:30) tujuan dari kontrasepsi adalah pemberian
dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu NKKBS dan
penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran
yaitu fase menunda perkawinan/kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, dan
fase menghentikan /mengakhiri kehamilan/kesuburan
2.1.3 Macam Metode Kontrasepsi
Menurut BKKBN (1994: 149-150) macam-macam metode kontrasepsi yaitu:
a) Metode sederhana
1. Tanpa alat (senggama terputus, pantang
berkala)
2. Dengan alat atau obat (kondom, diafragma atau
kap, tablet berbusa/vaginal tablet,intravag/tissue KB)
7
b) Metode efektif
Terdiri dari: pil KB, AKDR, suntikan KB, susuk KB
c) Metode mantap
1. Pada wanita : MOW/Tubektomi
2. Pada pria : MOP/Vasektomi
2.2 Konsep Kontrasepsi Suntik
2.2.1 Definisi Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan cara
menyuntikkan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur.
Obat ini berisi hormon estrogen, progesteron, dan kombinasi, (BKKBN, 1994:
153)
2.2.2 Macam-macam Kontrasepsi Suntik
Menurut Hartanto (2003: 163, 178-179) dan Saifuddin (MK: 40-41) macam-
macam kontrasepsi suntik adalah:
2.2.2.1 Kontrasepsi Suntik Progesteron
2.2.2.1.1 Macam-macam kontrasepsi suntik progesteron
Menurut Hartanto (2003: 163) dan Saifuddin (2003: MK-40), kontrasepsi suntik
progesteron ada dua macam yaitu:
a) DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) = depo provera®, depo geston®,
depo progestin®
Dipakai dilebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun
dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Diberikan
sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg dan disuntikkan secara intramuskuler
8
b) NET-EN (Norothidrone Enanthate) = Noristerat®
Dipakai dilebih dari 40 negara, dengan akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.
Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu
untuk 6 bulan pertama (3x suntikan pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap
12 minggu dan disuntikkan secara intramuskuler
2.2.2.1.2 Cara Kerja
Mencegah ovulasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin, 2003: MK-40)
2.2.2.1.3 Efektivitas
Menurut Saifuddin (2003: MK-41), kedua kontrasepsi suntik tersebut
memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun,
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
2.2.2.1.4 Keuntungan dan Keterbatasan
1. Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
e) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
9
f) Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse
h) Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun
kualitas
i) Sedikit efek samping
j) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
k) Membantu mencegah kanker endometrium (rahim) dan kehamilan ektopik
l) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
m) Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
n) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi
o) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
p) Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.
2. Keterbatasan
a) Perdarahan bercak , dapat lama
b) Jarang terjadi perdarahan yang banyak
c) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
d) Siklus haid memanjang atau memendek.
e) Klien sangat tergantung pada tempat sarana kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
f) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
h) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
10
i) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya(tempat suntikan)
j) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
k) Sering menaikkan Berat Badan
l) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas)
m) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.
(Lestariningsih, 2003 dan Saifuddin, 2003: MK-41)
2.2.2.1.5 Indikasi kontrasepsi suntik progesteron
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah abortus atau keguguran
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
h) Perokok
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
11
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
m) Anemia defisiensi besi
n) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi. (Saifuddin, 2003: MK-42)
2.2.2.1.6 Kontra indikasi kontrasepsi suntik progesteron
a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e) Diabetes mellitus disertai komplikasi
(Saifuddin, 2003: MK-42)
2.2.2.1.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progesteron
a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
b) Milai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
12
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya.
f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
(Saifuddin, 2003: MK-42-43)
2.2.2.2 Kontrasepsi Suntik Kombinasi (Progesteron dan estrogen)
2.2.2.2.1 Macam-macam kontrasepsi suntik kombinasi progesteron dan
estrogen)
Menurut Hartanto (2003: 178-179) dan Saifuddin (2003: MK-33),
kontrasepsi suntik kombinasi ada dua macam yaitu:
a) Cycloprovera = Cyclofem®
Cyclofem merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan.
Metode ini diberikan secara parenteral melalui suntikan intra muskuler dan
memberikan efek jangka panjang. Cyclofem® dalam kemasan 0,5 ml suspensi
aqueous steril yang berisi 25 mg Medroxyprogesterone asetat + 5 mg Estradiol
cypionate.
b) HRP102 (Human Reproduction Program dari WHO) = Mesigyna®
Berisi kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol valerate, diberikan sekali
dalam satu bulan dan disuntikkan secara intramuskuler.
2.2.2.2.2 Cara Kerja
13
Menekan ovulasi.
Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin, 2003: MK-33)
2.2.2.2.3 Efektivitas
Menurut Saifuddin (2003: MK-33), kontrasepsi suntik kombinasi sangat
efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaan.
2.2.2.2.4 Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan Kontrasepsi
a) Resiko terhadap kesehatan kecil
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
d) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
e) Jangka panjang
f) Efek samping sangat kecil
g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
2. Keuntungan Nonkontrasepsi
a) Mengurangi jumlah perdarahan
b) Mengurangi nyeri saat haid
c) Mencegah anemia
d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
f) Mencegah kehamilan ektopik
14
g) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopouse.
3. Kerugian
a) Penyuntikan lebih sering
b) Biaya keseluruhan lebih tinggi
c) Kemungkinan efek samping karena estrogennya
d) Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.
e) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga.
f) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
g) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
h) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
i) Penambahan berat badan.
j) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
k) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
(Lestariningsih,2003,Hartanto, 2003: 178-179 dan Saifuddin, 2003: MK-33-34)
2.2.2.2.5 Indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi
a) Usia reproduksi.
15
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
d) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f) Anemia.
g) Nyeri haid hebat.
h) Haid teratur.
i) Riwayat kehamilan ektopik.
j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(Saifuddin, 2003: MK-34)
2.2.2.2.6 Kontra indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e) Usia > 35 tahun yang merokok.
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>
180/110 mmHg).
g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun.
h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
i) Keganasan payudara.
(Saifuddin, 2003: MK-34)
2.2.2.2.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik Kombinasi
a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haih. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
16
b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi
lain untuk 7 hari.
c) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
d) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
e) Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
f) Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan
kombinasi.
g) Bila pascapersalinan 3 mingg, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi.
h) Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam
waktu 7 hari.
i) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi
dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu
dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
j) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi
17
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain.
k) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat
segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada
hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut
segera AKDR.
(Saifuddin, 2003: MK-35)
2.3 Konsep Berat Badan
2.3.1Definisi Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia, selain itu berat badan juga merupakan parameter
yang paling baik yang dapat memberikan gambaran status gizi sekarang dan
kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan, (Supriasa, 2002: 39)
Berdasarkan standar Brocca, berat badan normal yaitu 10% dari BBI (Berat
Badan Ideal). Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan
(overweight) apabila berat badannya 10% - 20% diatas berat badan ideal.
Termasuk kategori kegemukan (obesitas) jika berat badan > 20% dari berat
badan ideal. Kegemukan ini dapat diukur dari timbunan lemak tubuh. Pada
wanita dewasa, dikategorikan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi
18
30% dari berat badan idealnya. Sedangkan pada pria dewasa, dikatakan
kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 27% dari berat badan idealnya,
(Wirakusumah, 1994:3-4)
2.3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelebihan Berat Badan
a) Faktor Utama yang terdiri dari:
1. Makan melebihi kebutuhan tubuh
a. Banyak makan ketika menghadapi stress atau depresi
b. Perilaku yang salah, meliputi:
1) Kebiasaan
Kebiasaan makan dalam keluarga suka ditiru oleh anak-anak, misalnya
makan yang berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack, dan
makan diluar waktu makan.
2) Cara memilih makanan yang salah
Hal ini terjadi terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat
saji yang mengandung kalori tinggi (padat energi). Kadang-kadang konsumen
juga lebih melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan zat
gizinya.
3) Menggoreng dan memasak dengan santan
Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga
sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu, makanan yang
digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan-bahan makanan tinggi
kolesterol.
4) Kebiasaan ngemil
Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang
masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang dipakai ngemil
19
berupa nyamikan yang biasanya digoreng atau terdiri dari kue-kue yang
manis dan gurih.
5) Melupakan makan pagi
Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan bekerja,
setelah kurang lebih 12 jam perut dalam keadaan kosong. Biasanya orang
yang melewatkan waktu makan pagi akan menurun aktivitas kerjanya. Rasa
lapar akibat tidak makan pagi akan dikompensasikan beberapa jam
kemudian sehingga secara tidak sadar timbul perasaan kelaparan dan akan
mencari-cari makanan camilan ataupun makan siang yang jumlahnya jauh
lebih banyak disbanding kalau sudah makan pagi sebelumnya.
6) Makan tergesa-gesa
Makan tergesa-gesa termasuk kurang mengunyah akan membawa efek yang
kurang menguntungkan bagi pencernaan dan mengakibatkan cepat merasa
lapar kembali
7) Makan secara berlebihan
Bila sudah kenyang jangan sekali-sekali mengumbar nafsu makan dengan
cara menambah porsi makanan, sekalipun makanan sangat lezat dan jenis
makanan tersebut merupakan masakan favorit.
8) Frekuensi makan yang tidak teratur
Bila jarak antara dua waktu makan terlalu panjang ada kecenderungan untuk
makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan itu berulangkali terjadi
dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas.
9) Menghindari nasi
Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi.
Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sumber peningkatan berat
20
badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain
sebagai pengganti nasi yang biasanya sarat dengan lemak atau tinggi kalori.
2. Kurang menggunakan energi
Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup
seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan
berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut
diperlukan untuk membakar kalori dari dalam tubuh. Bila pemasukan kalori
berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan
memudahkan seseorang menjadi gemuk.
b) Faktor-faktor lain yang terdiri dari:
1. Bakat Gemuk
Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya
sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung
fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.
2. Enzim
Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak
tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini
menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim seperti Adipose
Tissue Lipoprotein Lipase yang lebih aktif. Enzim ini memiliki suatu peranan
penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim
ini bertugas untuk mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang
dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh
untuk disimpan.
3. Hormon
21
Pada wanita yang sedang mengalami masa menopouse, dapat terjadi
penurunan fungsi hormon tiroid. Kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat
dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan kenaikan
berat badan. Seseorang yang tidak peka terhadap hormon insulin atau
mengalami peningkatan hormon insulinlah yang mengakibatkan penimbunan
lemak meningkat.
4. Metabolisme
Kecepatan metabolisme basal masing-masing orang tidak sama. Ada orang
yang memiliki metabolisme basal tinggi, namun ada pula yang rendah. Orang
yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah cenderung lebih mudah
gemuk dibandingkan orang yang mempunyai metabolisme cepat karena
pada metabolisme yang rendah, energi yang dikonsumsi lebih lambat untuk
dipecah menjadi glikogen sehingga akan lebih banyak lemak yang disimpan
dalam tubuh.
5. Pengaruh Obat-obatan
Ada beberapa obat yang merangsang “pusat lapar” sehingga pasien akan
meningkat nafsu makannya. Dalam keadaan penyembuhan yang cukup
lama, penggunaan obat ini akan menyebabkan timbulnya obesitas. Selain itu,
pil kontrasepsi dapat juga menyebabkan kenaikan berat badan secara
perlahan-lahan pada wanita yang menggunakannya.
(Wirakusumah, 1994: 18-26)
2.4 Peningkatan Berat Badan pada Pemakai Kontrasepsi Suntik
Progesteron dengan Kombinasi (Progesteron dan estrogen)
22
Pertambahan berat badan merupakan keluhan yang mengganggu bagi
wanita pemakai kontrasepsi hormonal, walaupun peningkatan tersebut tidaklah
merata. Sebagian penambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan,
tetapi umumnya karena meningkatnya asupan makanan, (Cuningham, 2006:
1710)
Kontrasepsi suntik mempunyai banyak efek samping, salah satu
diantaranya yaitu berat badan yang bertambah. Umumnya pertambahan berat
badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam
tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas, tampaknya
terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan
tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di
hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada
biasanya, (Hartanto, 2003: 169,171).
Efek estrogen terhadap peningkatan berat badan yaitu estrogen
menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada kelenjar mammae dan
jaringan subkutis, estrogen khususnya menyebabkan pengendapan lemak nyata
pada pantat dan paha, menyebabkan pelebaran panggul. Sedangkan
progesteron mempunyai efek merangsang pusat lapar di Ventromedial
hipothalamus (VMH) sehinga menyebabkan nafsu makan meningkat dan
cenderung makan banyak/ melebihi kebutuhan tubuh dan beresiko gemuk.
(Guyton, 1995)
Menurut Hartanto (2003: 169), dikatakan bahwa dari beberapa percobaan
laboratorium ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Pada sistem kardio-vaskuler efek DMPA sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.
23