PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI...
Transcript of PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI...
i
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINIYOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VS
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Veronica Desi Rahayu
NIM: 068114092
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINIYOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VS
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Veronica Desi Rahayu
NIM: 068114092
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
iii
Persetujuan skripsi
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINIYOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VS
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi)
Oleh:
Veronica Desi Rahayu
NIM: 068114092
Skripsi ini disetujui oleh disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Tanggal 21 Oktober 2009
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINIYOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VS
INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi)
Oleh:Veronica Desi Rahayu
NIM: 068114092Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas FarmasiUniversitas Sanata Dharma
Pada tanggal: 23 Oktober 2009
MengetahuiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaDekan
Rita Suhadi, M.Si.,Apt.
Pembimbing
Rita Suhadi, M.Si., Apt. ………………………….......
Panitia Penguji Tanda Tangan
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. ……………………………
2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK …………………………....
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt ……………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Dengan Allah kita lakukan perbuatan gagah perkasa, sebab Iasendiri akan menginjak lawan-lawan kita”
(Mazmur 60:14)
Rasa kecilnya diri ini saat berhadapan dengan masalah bukandisebabkan oleh besarnya masalah tetapi oleh kecilnya tujuan hidup
(Copyright-Mario Teguh)
Kupersembahkan karya sederhana ini bagi:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan berbagai mukjizat
dalam kehidupanku hingga aku masih bisa bertahan hingga saat ini…
Kedua orang tuaku tersayang untuk setiap doa yang terucap untukku,
ketulusan dan segala pengorbanan serta kasih sayang mereka yang
begitu besar dan tidak mungkin bisa kubalas…..
Kedua kakakku tercinta yang telah memberi banyak pelajaran dan
pengalaman dalam hidupku….
Semua orang yang aku sayangi dan menyayangi aku….
Almamaterku….
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma.
Nama: Veronica Desi Rahayu
Nomor mahasiswa: 068114092
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:“ PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINIYOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI VSINFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE JUNI-JULI 2009(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi)”beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalandata, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet ataumedia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama sayasebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di YogyakartaPada tanggal 20 Oktober 2009Yang menyatakan
Veronica Desi Rahayu
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini
Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi versus Informasi Plus Alat
Bantu Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat
Antiinfeksi) “ ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah hal yang mudah.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur RS Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis
untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.
2. Rita Suhadi, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan, waktu, saran, dan dukungan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.Pk selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
viii
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Semua dosen fakultas farmasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Mbak Betty yang telah bersedia menjadi pembimbing lapangan dan
memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan data untuk
penelitian ini.
7. Bapak Hari selaku Kepala Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta beserta semua staf atas bantuan yang diberikan selama penulis
melakukan pengambilan data penelitian.
8. Seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang secara
tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini.
9. Ibuku Yuliana Warsinah dan bapakku Fx. Djamingun tersayang yang telah
membesarkan dan memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan serta doanya
kepada penulis.
10. Kakakku Christina Puji Astuti dan Theresia Widiarsih atas kasih sayang,
dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
11. Mbak Rian, Ayem, Tiara, May, Shiela, Dewi, Arum atas kerjasama, suka
duka, canda tawa yang telah kita lalui bersama selama proses penyusunan skripsi.
12. Sahabatku Lea atas semua bantuannya dalam membantu proses penyusunan
naskah skripsi, Yola dan Shinta atas dukungan yang diberikan kepada penulis.
13. Teman-teman kos Wisma Ananda, Anna dan Iren atas kebersamaan,
dukungan, canda, tawa dan bantuannya kepada penulis. Terima kasih untuk
kebersamaan dan cerita-cerita yang kita lalui bersama.
ix
14. Manik atas persahabatan, kerjasama, dan dukungan kepada penulis. Reny
untuk pinjaman bukunya.
15. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2006 kelas B dan kelas Farmasi
Klinis Komunitas B (FKK B) terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suka
duka kita selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Keterbatasan pikiran, waktu, dan tenaga membuat penulisan skripsi ini tidak
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah
ilmu pengetahuan.
Yogyakarta , 20 Oktober 2009
Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Oktober 2009Penulis
Veronica Desi Rahayu
xi
INTISARI
Ketaatan terhadap penggunaan obat golongan antibiotik sangat penting.Dampak negatif penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah terjadikekebalan kuman terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obatdan bahkan kematian. Peran farmasis dalam pemberian informasi sangatmenentukan ketaatan penggunaan obat pasien. Pemberian informasi belum cukupuntuk pasien, perlu adanya alat bantu untuk meningkatkan pemahaman danakhirnya meningkatkan ketaatan penggunaan obat.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui perbedaan ketaatan pasienrawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta antara pasien yang diberi informasi vsinformasi plus alat bantu ketaatan periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadapPenggunaan Obat Golongan Antiinfeksi). Penelitian ini merupakan jenispenelitian eksperimental semu dengan rancangan analitik diskriptif, artinyapeneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yangterjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan. Data dianalisisdengan statistik non parametrik menggunakan Mann- Whitney dan uji Fisher.
Seluruh pasien yang menerima obat golongan antibiotik adalah 52 pasien. 23pasien perlakuan dan 29 pasien kontrol. Perbedaan ketaatan antara kelompok perlakuandan kontrol berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum diperoleh nilai p=0,069, dapatdisimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna pada ketaataan penggunaan antibiotikantara pasien yang mendapat informasi vs pasien yang mendapat informasi plus alatbantu. Pasien yang menerima informasi plus alat bantu lebih taat daripada pasien yanghanya mendapat informasi saja. Berdasarkan aturan pakai, untuk aturan pakai 2x1diperoleh p=0,695, sedangkan untuk aturan pakai 3x1 diperoleh nilai p=0,194 artinyaketaatan antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Pada ketaatan berdasarkan carapakai obat diperoleh nilai p=1,00 artinya ketaatan antara kelompok perlakuan dan kontroltidak berbeda bermakna.Kata kunci (keyword): perbedaan ketaatan, alat bantu ketaatan, antibiotik
xii
ABSTRACT
Compliance the using of antibiotic is very important. The wrongimplementation of antibiotic will cause strong germ for some antibiotics, improvethe negative effect of medicine and futhermore for death. A partisipation frompharmasist for giving information will influence the patient to compliance theusing of medicine. But it is not enough, still needed medical equipment’sinovation in order to improve how to understand and complience the using ofmedicine.
The main goal of this research is to know the differentiation compliance inPanti Rini Yogyakarta between patient who given information and extrainformation of medical equipment’s inovation and effect of therapy during Juni-Juli 2009 (For the using of Antiiifections drug). This research is belong to quasiexperimental with descriptive design, means that the researcher doesn’t control allof out variables, so that the changes of effect is not completely from action. Datais analyzed with non parametric statistic using Mann-Whitney and Fisherdetection.
All of patient who receive antibiotic clasification are 52 patients, 23patients treatment and 29 patients control. Differentiation between control andtreatment based on antibiotic amount is got score p= 0,069, as conclude there isstrong differentiation in good using of antibiotic between patients who getsinformation and patients who get medical equipment’s inovation. Patients whogets medical equipment’s inovation is better than passien who only getsinformation. For treatment, how to use clasification is not influence incompliance, while for control patient clasification who gets using medicine oftenmore noncompliance. In complience, based on how the way to use medicine canbe got csore p=1,00 as means complience between treatment and control havesame meaning. Therapy effect can be measured from the difference temperatureduring therapy and changes of patients condition. For difference temperature gotp=0,308 and p=0,383 for the changes of patients conditions. As conclusion,therapy effect between passien who gets information and passien who gets extrainformation medical equipment’s inovation, complience is same.
Keyword : different compliance, medical equipment’s, antibiotic drug
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................v
PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................................... vi
PRAKATA........................................................................................................vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................x
INTISARI...........................................................................................................xi
ABSTRACT........................................................................................................xii
DAFTAR ISI....................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xx
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
1. Permasalahan...........................................................................................3
2. Keaslian Penelitian..................................................................................4
3. Manfaat Penelitian ..................................................................................5
B. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
1. Tujuan Umum ........................................................................................5
2. Tujuan Khusus ........................................................................................5
xiv
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................7
A. Pharmaceutical Care ....................................................................................7
B. Drug Therapy Problems................................................................................7
C. Ketaatan Penggunaa Obat (Patient Compliance)..........................................9
1. Definisi ...................................................................................................9
2. Jenis ketidaktaatan .................................................................................9
3. Akibat ketidaktaatan .............................................................................10
4. Berbagai faktor berkaitan dengan ketidaktaatan ..................................10
5. Upaya meningkatkan ketaatan penggunaan obat .................................12
D. Infeksi..........................................................................................................13
1. Definisi..................................................................................................13
2. Patofisiologi ..........................................................................................13
3. Gejala dan tanda....................................................................................14
4. Pemilihan antimikroba yang tepat………………………………… ....15
E. Obat Golongan Antibiotik...........................................................................19
1. Definisi .................................................................................................19
2. Pengelompokan antibiotik ....................................................................19
3. Antibiotik dan prinsip terapi antimikroba .............................................21
F. Landasan Teori............................................................................................24
G. Hipotesis......................................................................................................24
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................25
B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................26
xv
1. Variabel penelitian…………………………………………………….26
2. Definisi operasional………………………………………………… ..26
C. Subyek Penelitian........................................................................................28
D. Bahan Penelitian..........................................................................................29
E. Instrumen Penelitian....................................................................................30
F. Lokasi Penelitian.........................................................................................30
G. Tata Cara Pengumpulan Data......................................................................30
1. Analisis situasi……………………………………………………….. 30
2. Pembuatan alat bantu ketaatan………………………………………..31
3. Pembuatan kuesioner dan wawancara terstruktur……………….... ....31
4. Pengumpulan data…………………………………………………… .32
5. Wawancara…………………………………………………………… 32
6. Tahap penyelesaian data…………………………………………..... ..33
H. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………………… .34
I. Kesulitan Penelitian……………………………………………………... 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................39
A. Profil Pasien Rawat Jalan yang Menerima Obat Golongan Antibiotik.......40
B. Profil Obat Pasien Pasien Rawat Jalan yang Menerima Obat Golongan
Antibiotik ....................................................................................................41
1. Profil obat secara umum........................................................................41
2. Profil antibiotik ....................................................................................44
a. Berdasarkan golongan dan jenis obat………………………… ... ....44
b. Berdasarkan jumlah dan jenis antibiotik yang diberikan………. .....47
xvi
C. Evaluasi Drug Therapy Problems ..............................................................49
1. DTP dosis terlalu rendah (dose too low) ...............................................49
2. DTP efek obat merugikan (adverse drug reactions)............................51
3. DTP ketidaktaatan (noncompliance).....................................................54
D. Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien...........................................................58
1. Evaluasi perbebedaan ketaatan pasien
a. Berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum………………… ......59
b. Berdasarkan aturan pakai………………………………………. .....61
c. Berdasarkan cara pakai......................................................................61
E. Rangkuman Pembahasan................................................................... .......... .62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………...65
A. Kesimpulan .................................................................................................65
B. Saran............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................67
LAMPIRAN......................................................................................................69
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems (DTP)……… 8
Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat………………………….. 8
Tabel III. Pendekatan Sistematis Untuk Pemiliha Antimikroba………... 16
Tabel IV. Antibiotik Empirik Untuk Infeksi Spesifik ….......................... 18
Tabel V. Baseline Profil Pasien dan Profil Obat ………………………. 39
Tabel VI. Profil Jumlah Obat yang Diterima Pasien …………................ 41
Tabel VII. Golongan dan Jenis Obat yang Diterima Pasien SelainAntibiotik.................................................................................. 42
Tabel VIII. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Pendekatan Kimia……………........................... 44
Tabel IX. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Mekanisme Kerja …………................................ 45
Tabel X. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Manfaat dan Sasaran Kerja.................................. 46
Tabel XI. Profil Jumlah Antibiotik yang Diterima Pasien….................... 47
Tabel XII. Jumlah dan Jenis Antibiotik yang Digunakan Pasien RawatJalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009......... 48
Tabel XIII. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah Pada KasusPasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rini yangMenggunakan AntibiotiK Juni-Juli 2009…………………….. 49
Tabel XIV. Contoh Analisis DTP Dosis Terlalu Rendah pada PasienRawat Jalan di RS Panti Rini yang Menggunakan AntibiotikJuni-Juli 2009…........................................................................ 51
Tabel XV. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction (ADR) PadaKasus Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini yangMenggunakan Antibiotik Juni-Juli 2009……………………. 52
Tabel XVI. Contoh Analisis DTP Efek Obat Merugiakan (ADR) padaPasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta yangMenggunakan Antibiotik Juni-Juli 2009……………............. 54
xviii
Tabel XVII Kelompok Kasus DTP Ketidaktaatan Pasien Rawat Jalan diRS Panti Rini yang Menggunakan Antibiotik Juni-Juli2009.......................................................................................... 55
Tabel XVIII Contoh Analisis DTP Ketidaktaatan (noncompliance) PasienRawat Jalan di RS Panti Rini yang Menggunakan AntibiotikJuni – Juli………………………………….............................. 57
Tabel XIX Pengelompokan Kejadian DTP pada Pasien Rawat Jalan di
RS Panti Rini Yogyakarta yang Menerima Obat Golongan
Antibiotik Periode Juni-juli 2009…..........................................57
Tabel XX Persentase Ketaatan antara Perlakuan dan Kontrol
Berdasarkan Jumlah Antibiotik
yang...........................................................................................59
Tabel XXI Hasil Uji Perbedaan Ketaatan Antara Perlakuan dan
Kontrol.................................................................................59
Tabel XXII Ketaatan antara Perlakuan dan Kontrol Berdasarkan AturanPakai Obat................................................................................. 61
Tabel XXIII Ketaatan Pasien pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Berdasarkan Cara Pakai Obat...................................................62
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi Bakteri Patogen Berdasarkan Pengecatan Gram………………………………………………................................ 17
Gambar 2. Bagan Ruang Lingkup Penelitian Kajian Terhadap PenggunaaObat Golongan Antibiotik dalam PenelitianPayung…………………………................................................... 29
Gambar 3. Alat Bantu Ketaatan Penggunaan Obat ……………………….... 30
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent…………………………………................ 70
Lampiran 2. Panduan Wawancara.....................…………………………... 72
Lampiran 3. Data pasien kelompok perlakuan……………………………. 74
Lampiran 4. Data pasien kelompok kontrol……………………………. 82
Lampiran 5. Uji Jenis kelamin……………………………………………. 93
Lampiran 6 Uji umur…………………………………………………....... 95
Lampiran 7 Uji tingkat pendidikan………………………………………. 97
Lampiran 8 Uji suhu awal pasien………………………………………… 98
Lampiran 9 Uji jumlah obat……………………………………………… 101
Lampiran 10 Uji jumlah antibiotik………………………………………… 104
Lampiran 11 Uji ketaatan berdasarkan antibiotik yang diminum……….. 106
Lampiran 12 Uji ketaatan berdasarkan cara pakai obat………………….. 109
Lampiran 13 Uji dampak terapi pasien berdasarkan selisih suhu………. 110
Lampiran 14 Uji dampak terapi pasien berdasarkan perubahan kondisi….. 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi telah menjadi penyakit yang paling ditakuti karena
mampu menyerang sejumlah besar orang sehat dalam waktu singkat. Berdasarkan
laporanWHO, penyakit infeksi menjadi penyebab 25% kematian di dunia, lebih
dari tiga belas juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit infeksi.
Berdasarkan laporan yang disampaikan kepada Dinas Kesehatan Propinsi DIY
oleh Rumah Sakit di seluruh propinsi selama tahun 2007 dapat diketahui bahwa
pola penyakit untuk rawat jalan masih didominasi oleh penyakit infeksi.
Persentase penyakit infeksi terutama ISPA sebesar 23.083 atau 12,57%
(Anonim b, 2008). Dari hasil survey pada awal penelitian, infeksi menduduki
peringkat pertama dalam sepuluh penyakit terbesar di Rumah Sakit Panti Rini.
Antibiotik sering diresepkan dalam kasus sehari-hari untuk terapi infeksi
mikroba akut. Pada kondisi yang tidak parah, beberapa hari pengobatan umumnya
sudah cukup untuk menyembuhkan penyakit. Ketidaktaatan pasien terhadap terapi
antibiotik dapat berpengaruh negatif pada outcome terapi infeksi tersebut
(Waeber, Favre, Delacretas, Michel, B., Michel, G., 1997).
Menurut WHO, antibiotika sebagai obat untuk menanggulangi penyakit
infeksi, penggunaannya harus rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotika
yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi kekebalan
kuman terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obat dan
bahkan kematian. Penggunaan antibiotika dikatakan tepat bila efek terapi
2
mencapai maksimal sementara efek toksis yang berhubungan dengan obat menjadi
minimum, serta perkembangan antibiotika resisten seminimal mungkin.
Ketaatan pasien sangat penting dalam menentukan keberhasilan terapi.
Walaupun pasien menyadari konsekuensi gejala dan kondisi yang dapat terjadi,
beberapa pasien tetap tidak taat terhadap obat yang diresepkan. Minimal 50% dari
pasien gagal mencapai efek terapi yang optimal karena kurangnya ketaatan
terhadap terapi yang diberikan. Kebiasaan ini pula yang membatasi efektivitas
terapi antibiotik. Menurut meta analisis tahun 2006, sebanyak 37,8% dari pasien
tidak menaati sebagian dari dosis antibiotik yang diresepkan, meskipun
sebenarnya terapi pada umumnya berjangka pendek dan gejala yang ada
seharusnya mendorong pasien untuk lebih taat (Kardas, 2006).
Salah satu faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan adalah informasi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien dan upaya untuk
meningkatkan ketaatan pasien salah satunya ialah dengan memberikan alat bantu
ketaatan.
Dari uraian di atas muncul pertanyaan bagaimana ketaatan pasien dalam
minum obat jika pasien diberi informasi vs informasi plus alat bantu sehingga
dilakukan penelitian tentang PERBEDAAN KETAATAN PASIEN RAWAT
JALAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI
INFORMASI VS INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN PERIODE
JUNI-JULI 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi).
Penelitian ini merupakan kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma dan pihak Rumah Sakit Panti Rini. Rumah sakit ini cukup kecil sehingga
3
diharapkan penelitian berjalan lebih mudah, dan berdasarkan survey data rekam
medik, penyakit infeksi termasuk dalam sepuluh penyakit terbesar di Rumah Sakit
tersebut. Lokasi Rumah Sakit Panti Rini yang terletak di daerah Kalasan
diharapkan mempermudah penelitian ini, pasien yang berobat di Rumah Sakit
tersebut sebagian besar bertempat tinggal di daerah setempat sehingga
mempermudah peneliti dalam melakukan home visit terhadap pasien.
1. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain:
a. Seperti apakah profil pasien rawat jalan antara kelompok perlakuan dan kontrol
yang menerima obat golongan antiinfeksi meliputi umur, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan di Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009?
b. Seperti apakah profil obat pasien rawat jalan antara kelompok perlakuan dan
kontrol yang menerima obat golongan antiinfeksi meliputi jumlah obat,
golongan dan jenis obat di Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009?
c. Apakah ada Drug Therapy Problems yang terjadi pada pasien rawat jalan pada
kelompok perlakuan dan kontrol yang menerima obat golongan antiinfeksi di
Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009?
d. Apakah ada perbedaan ketaatan pasien dan dampak terapi antara kelompok
perlakuan dan kontrol pada pasien rawat jalan yang menerima obat golongan
antiinfeksi di Rumah sakit Panti Rini Juni-Juli 2009?
4
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS
Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi Informasi vs Informasi plus
Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni–Juli 2009 (Kajian
terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi) belum pernah dilakukan.
Penelitian yang terkait dengan masalah perbedaan ketaatan pasien terhadap
penggunaan antibiotik telah diteliti oleh beberapa peneliti lain dengan judul
sebagai berikut:
a. Perbedaan Ketaatan Pasien terhadap Antibiotik yang Diminum Satu Kali
Sehari dan Dua Kali Sehari pada Infeksi Saluran Pernafasan: hasil dari uji coba
secara acak oleh (Kardas, 2006) perbedaaan dengan penelitian ini adalah
kelompok yang dibandingkan, tujuan penelitian, rancangan penelitian dan
waktu pelaksanaan penelitian.
b. Hubungan Antara Instruksi Resep dan Ketaatan Terhadap Terapi Antibiotik
pada Pasien Rawat Jalan untuk Penyakit infeksi yang Akut oleh
(Waeber, et.al, 1997) perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelian,
rancangan penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.
Pada penelitian yang dilakukan saaat ini ingin mengetahui perbedaan
ketaatan pasien rawat jalan RS Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi
Informasi vs Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian
terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiinfeksi).
5
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
mendeskripsikan ketaatan penggunaan obat pasien rawat jalan RS Panti Rini.
Khususnya golongan obat antiinfeksi.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care, secara
khusus di RS Panti Rini dan secara umum RS di Indonesia. Pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengamati perbedaan ketaatan
penggunaan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009
setelah pemberian informasi yang menggunakan alat bantu dibandingkan dengan
pasien dengan pemberian informasi tanpa alat bantu.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui profil pasien rawat jalan antara kelompok perlakuan dan kontrol
yang menerima obat golongan antiinfeksi meliputi umur, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan di Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009.
6
b. Mengetahui profil obat pasien rawat jalan pada kelompok perlakuan dan
kontrol yang menerima obat golongan antiinfeksi meliputi jumlah obat,
golongan dan jenis obat di Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009.
c. Mengetahui Drug Therapy Problems yang terjadi pada pasien rawat jalan
pada kelompok perlakuan dan kontrol yang menerima obat golongan
antiinfeksi di Rumah Sakit Panti Rini Juni- Juli 2009.
d. Mengetahui perbedaan ketaatan pasien dan dampak terapi antara kelompok
perlakuan dan kontrol pada pasien rawat jalan yang menerima obat golongan
antiinfeksi di Rumah Sakit Panti Rini Juni- Juli 2009.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pharmaceutical Care
Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (Anonim, 2006).
Tanggung jawab dalam pharmaceutical care dapat dikelompokkan
menjadi 2 bagian, yaitu: (1) menjamin semua terapi yang diterima oleh individu
pasien sesuai (appropriate), paling efektif (the most effective possible), paling
aman (the safest available), and praktis (convenient enough to be taken as
indicated); (2) mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan
berhubungan terapi dengan obat yang menghambat pelaksanaan tanggung yang
pertama (Strand, Morley, and Cipolle, 2004).
Salah satu bentuk Pharmaceutical Care adalah pelayanan residensial
(Home Care) dalam hal ini Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat
melakukan pelayan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah (Anonim, 2006).
B. Drug Therapy Problems
Drug therapy problems adalah kejadian yang tidak diinginkan atau tidak
diharapkan terjadi pada pasien selama terapi penggunaan obat, sehingga dapat
mengganggu tercapainya tujuan terapi. Drug therapy problems merupakan
wewenang klinis dari pelaksana pharmaceutical care. Tujuan mengidentifikasi
drug therapy problems yaitu membantu pasien untuk mencapai tujuan dan
outcome terapi obat (Strand et.al., 2004).
7
8
Tabel I. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems (DTP) (Strand et.al., 2004)
No Jenis DTP Contoh Penyebab DTP
1 Ada obat tanpa indikasi( unnecessary drug therapy )
Tidak ada indikasi obat yang tepat untuk terapi obat saat itu Polifarmasi yang seharusnya cukup terapi tunggal Kondisi medis lebih baik jika diterapi tanpa obat (non
farmakologi) Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat
digantikan obat yang lebih aman Penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok
menimbulkan masalah2 Ada indikasi tanpa obat
( need for additional therapy ) Kondisi medis yang memerlukan obat tertentu Terapi pencegahan dengan obat diperlukan untuk mengurangi
resiko timbul kondisi medis baru Perlu tambahan obat untuk mencapai efek sinergis atau tambahan
3 Obat tidak efektif( ineffective drug )
Obat bukan yang paling efektif Kondisi medis sukar disembuhkan dengan obat tersebut Bentuk sediaan obat tidak tepat Obat tidak efektif untuk indikasi yang sedang ditangani
4 Dosis terlalu rendah( dosage too low )
Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan efek yang diharapkan Interval dosis terlalu panjang untuk menghasilkan efek Interaksi obat mengurangi jumlah zat aktif obat Durasi terapi obat terlalu pendek untuk menghasilkan efek yang
diharapkan5 Efek obat merugikan
( adverse drug reaction) Obat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan obat yang diberikan Interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan Obat diberikan atau diubah terlalu cepat Obat menimbulkan alergi Obat kontraindikasi
6 Dosis terlalu tinggi( dose too high )
Dosis terlalu tinggi Frekuensi obat terlalu cepat Durasi obat terlalu panjang Interaksi obat menyebabkan reaksi toksik pada produk obat Obat diberikan terlalu cepat
7 Ketidaktaatan( noncompliance )
Pasien tidak mengerti instruksi yang diberikan Pasien memilih tidak mengkonsumsi obat Pasien lupa minum obat Harga obat terlalu mahal Pasien tidak dapat menelan atau meminum obat sendiri dengan
benar Obat yang diresepkan tidak tersedia
Tingkat signifikansi interaksi obat yang digunakan berupa angka 1sampai
5, dengan tingkatan sebagai berikut :
Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat (Tatro, 2006)
Tingkat Signifikansi Keparahan Laporan1 Berat Sudah ada bukti2 Sedang Sudah ada bukti3 Ringan Sudah ada bukti4 Mayor/sedang Mungkin terjadi
Minor Mungkin terjadi5Tidak terjadi Belum ada bukti
9
C. Ketaatan Penggunaan Obat (Patient Compliance)
1. Definisi
Ketaatan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan perilaku seorang
individu dengan nasihat medis atau kesehatan. Istilah “ketidaktaatan pasien”
memberi kesan bahwa pasien bersalah karena penggunaan obat yang tidak tepat.
Walaupun hal ini merupakan kasus yang sering dalam banyak situasi, dokter dan
apoteker tidak melengkapi pasien dengan instruksi yang memadai atau
memberikan instruksi dengan cara yang tidak dimengerti pasien (Siregar, 2006).
Ketidaktaatan dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan pasien atau
keengganan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diresepkan sesuai petunjuk
petugas klinis agar mematuhi indikasi, kemanjuran atau efikasi dan mampu
mencapai outcomes tanpa efek yang merugikan. Kepatuhan yang dimaksud,
digunakan untuk kepatuhan terhadap obat yan diresepkan, bukan kepatuhan
terhadap perintah yang mengharuskan atau yang bersifat otoriter
(Strand et.al., 2004).
2. Jenis ketidaktaatan
Situasi yang paling umum berkaitan dengan ketidaktaatan pada terapi obat
meliputi: 1) kegagalan menebus resep, penjelasan yang paling umum untuk tidak
menebus resep obatnya ialah karena pasien tidak merasa memerlukan obat atau
tidak menghendaki mengambilnya. Ada pula pasien tidak menebus resepnya
karena tidak mampu membelinya, 2) melalaikan dosis, 3) kesalahan dosis,
4) kesalahan dalam waktu pemberian atau konsumsi obat, dapat mencakup situasi
yang obatnya dikonsumsi tidak tepat dikaitkan dengan waktu makan,
10
5) penghentian pemberian obat sebelum waktunya, pada umumnya terjadi pada
penggunaan antibiotik (Siregar, 2006).
3. Akibat ketidaktaatan
Dalam banyak hal, ketidaktaatan akan mengakibatkan penggunaan suatu
obat yang kurang. Dengan cara demikian, pasien kehilangan manfaat terapi yang
diharapkan dan kemungkinan mengakibatkan kondisi yang diobati secara bertahap
menjadi buruk (Siregar, 2006).
4. Berbagai faktor berkaitan dengan ketidaktaatan
a. Regimen terapi
Faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan meliputi: 1) terapi multi obat,
pada umumnya makin banyak jenis obat yang digunakan pasien, semakin tinggi
risiko ketidaktaatan, 2) frekuensi pemberian, pemberian obat pada jangka waktu
yang sering, meningkatkan ketidaktaatan sebab pasien merasa kegiatan normal
pasien terganggu, pasien lupa dan tidak mau susah, 3) durasi dari terapi, berbagai
studi menunjukkan bahwa tingkat ketidakpuasan menjadi lebih besar apabila
periode pengobatan lama, 4) efek merugikan, perkembangan dari efek suatu obat
tidak menyenangkan, memungkinkan menghindari dari ketaatan, 5) pasien
asimtomatik yaitu tidak ada gejala atau gejala sudah reda. Pada kondisi tertentu,
pasien dapat merasa lebih baik setelah menggunakan obat dan merasa bahwa ia
tidak perlu lagi menggunakan obat lebih lama, kasus ini banyak dijumpai pada
penggunaan antibiotik, 6) harga obat, pasien cenderung tidak taat dalam
menggunakan obat yang harganya mahal, 7) pemberian atau konsumsi obat,
meskipun pasien sudah berusaha patuh terhadap instruksi, mungkin pasien
11
menerima kuantitas obat yang salah disebabkan pengukuran obat yang tidak benar
atau penggunaan alat ukur yang tidak tepat, 8) rasa obat, masalah rasa obat-obatan
adalah yang paling umum dihadapi dengan penggunaan cairan oral oleh anak-
anak (Siregar, 2006).
Sebab-sebab umum pasien tidak taat pada instruksi terapi antara
lain: pasien tidak menahami instruksi yang diberikan, pasien lebih memilih untuk
tidak mengkonsumsi obat, pasien lupa minum obat, harga obat yang terlalu mahal
untuk pasien, pasien tidak dapat menelan atau meminum sendiri obat yang
diresepkan dengan tepat, obat yang diresepkan untuk pasien tidak tersedia
(Strand et.al, 2004).
b. Interaksi pasien dengan profesional kesehatan
1) Menunggu dokter atau apoteker, jika pasien menunggu terlalu lama,
pasien menjadi jengkel, hal ini berkontribusi terhadap ketidaktaatan, 2) sikap dan
ketrampilan komunikasi profesional kesehatan, sikap yang dingin, tidak tertarik,
tidak sopan, agresif, kasar dan otoriter dapat meningkatkan ketidaktaatan pasien,
3) gagal mengerti pentingnya terapi, alasan utama untuk tidak taat adalah bahwa
pasien tidak mengerti pentingnya terapi obat dan akibat yang mungkin terjadi jika
obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi, 4) pengertian yang buruk pada
instruksi, akibat yang mungkin dari salah pengertian dapat serius, 5) pasien takut
bertanya, pasien sering ragu bertanya kepada pelaku pelayan kesehatan untuk
menjelaskan kondisi kesehatan mereka atau pengobatan yang diajukan,
6) kurangnya waktu konsultasi, professional pelayan kesehatan kebanyakan
bersifat kurang berinteraksi dengan pasien karena tekanan pekerjaan,
12
7) ketersediaan informasi tercetak, ketaatan pada pengobatan mungkin meningkat,
dengan tersedianya informasi tercetak dalam bahasa yang sederhana
(Siregar, 2006).
5. Upaya meningkatkan ketaatan penggunaan obat
a. Alat bantu ketaatan
1) Pengetiketan atau pemberian label, pentingnya akurasi dan spesifitas
informasi pada etiket wadah obat resep telah diakui. Label tambahan yang
mencantumkan informasi tambahan berkaitan dengan penggunaan, perhatian dan
atau penyimpanan obat juga akan berkontribusi pada pencapaian ketaatan,
2) kalender pengobatan dan kartu pengingat obat, berbagai bentuk kalender
pengobatan telah dikembangkan dan didesain untuk membantu pasien dalam
mengkonsumsi sendiri obatnya. Sebagai tambahan pada penggunaannya dalam
membantu pasien mengerti obat yang digunakan dan kapan digunakan, disediakan
formulir yang akan dicek pasien pada kolom yang sesuai untuk tiap dosis obat
yang digunakannya. Dapat dievaluasi oleh apoteker atau dokter, apabila pasien
kembali untuk menambah obatnya atau pada perjanjian kunjungan berikutnya
(Siregar, 2006).
b. Pemantauan terapi
Pemantauan terapi di sini meliputi: 1) pemantauan sendiri, pasien perlu
mengetahui pentingnya pemantauan sendiri terhadap obat yang sedang
dikonsumsi. Untuk memudahkan pasien dalam memantau pemakaian obatnya,
digunakan alat bantu kesehatan seperti kalender atau kartu pengingat sehingga
pasien menjadi lebih taat, 2) pemantauan apoteker, peranan apoteker dalam
13
meminimalkan ketidaktaatan tidak berakhir apabila resep telah diserahkan. Jika ia
mengetahui bahwa pasien tidak menggunakan obat sebagaimana dimaksudkan, ia
harus berupaya memonitor pasien tersebut agar mengikuti terapi sesuai aturan
yang diberikan (Siregar, 2006).
D. Infeksi
1. Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme atau parasit yang hidup
dan berkembang menjalar dengan berbagai cara. Infeksi terjadi bila
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan berbagai gangguan
fisiologis normal tubuh sehingga timbul penyakit infeksi (Wattimena, 1991).
2. Patofisiologi
Mikroorganisme memasuki jaringan pejamu dan berpoliferasi di sana
untuk menimbulkan penyakit. Cara penularan agen yang ada sangat bergantung
pada pintu masuknya ke dalam tubuh. Agen penginfeksi masuk ke dalam tubuh
melalui jaringan yang berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal,
misalnya kulit, saluran nafas, paru dan saluran urogenital. Selain inokulasi
langsung melalui trauma, organ dalam seperti otak, tulang, otot, jantung, limpa,
dan adrenal hanya dapat terinfeksi melalui darah atau limfatik, banyak agen
penginfeksi berbagai organ ini masuk ke dalam tubuh lewat salah satu pintu utama
tersebut (Taylor, 2006).
Masuk dan berbiaknya organ penginfeksi pada pejamu menunjukkan
terjadinya infeksi. Pada infeksi subklinis, tidak terdapat penyakit yang nyata
14
secara klinis tetapi tubuh memperlihatkan respon imun terhadap agen tersebut,
biasanya dengan perkembangan antibody. Pada kasus tersebut, respon pejamu
mungkin mengendalikan infeksi dengan cepat. Gambaran klinis penyakit infeksi
timbul jika terjadi kerusakan jaringan. Banyak penyakit infeksi bersifat akut yang
cepat berakhir dengan kesembuhan total atau kematian, beberapa berkembang
menjadi penyakit kronis (Taylor, 2006).
3. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda pada penyakit infeksi yaitu :
a. Demam
Suhu tubuh diatas suhu tubuh normal yaitu 37ºC, dianggap sebagai ciri
penyakit infeksi. Rata-rata suhu tubuh normal yang diukur lewat mulut adalah
98,0-98,6ºF atau 36,7-37ºC, lewat dubur pada umumnya adalah 1ºF atau 0,6ºC
lebih tinggi, dan suhu tubuh yang diukur lewat ketiak adalah 1ºF atau 0,6ºC lebih
rendah dari suhu yang diukur lewat mulut. Demam yang tidak diketahui
penyebabnya merupakan dilema diagnostik. Etiologi noninfectious demam dapat
disebut sebagai falsepositives. Meskipun tentu saja hal ini membingungkan
dokter, bahkan lebih bermasalah adalah falsenegatives yaitu tidak adanya demam
pada pasien dengan tanda dan gejala penyakit infeksi (Rybak and Aeschlimann,
2005).
Selama demam, hipotalamus mengatur ulang suhu menjadi lebih tinggi.
Demam merupakan reaksi hipersensitivitas atau pengembangan kompleks
antigen-antibodi yang mengakibatkan stimulasi makrofag dan pelepasan
15
interleukin 1 (IL-1). Oleh karena itu, pengobatan demam dengan antipiretik
sebaiknya tidak diberikan jika tidak berbahaya kecuali suhu sangat tinggi >105ºF
atau 40,5ºC (Rybak and Aeschlimann, 2005).
b. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit)
Peningkatan jumlah leukosit terjadi karena meningkatnya produksi dan
mobililisasi dari granulosit (neutrofil, basofil, dan eosinofil), limfosit, atau
keduanya untuk menelan dan menghancurkan mikroba yang menyerang. Nilai
normal untuk jumlah sel darah putih adalah antara 4000-10.000 sel/mm3
(Rybak and Aeschlimann, 2005).
c. Tanda lokal seperti rasa sakit dan peradangan dapat bermanisfetasisebagai pembengkakan, perlunakan dan bernanah
Tanda-tanda ini hanya tampak pada infeksi superficial atau infeksi tulang
maupun sendi. Untuk infeksi organ dalam tidak nampak tanda-tanda tersebut.
Infeksi harus ditentukan dengan memeriksa jaringan atau cairan (Rybak and
Aeschlimann, 2005).
Pada daerah infeksi akan terjadi respon lokal berupa inflamasi yang
merupakan kenaikan lokal suplai darah, edema, dan pembebasan vasoaktif yang
menyebabkan kenaikan permeabilitas kapiler, panas, rasa sakit dan khemotaktik.
Inflamasi bentuk pertahanan jaringan, memungkinkan leukosit bertumpuk ke
daerah infeksi yaitu dimana terjadi inflamasi akut yang selanjutnya
menghancurkan infektor tersebut (Wattimena, 1991).
4. Pemilihan antimikroba yang tepat
16
Pemilihan antimikroba untuk pengobatan infeksi jauh lebih rumit daripada
menentukan obat dengan penyakit atau patogen yang telah diketahui. Pemilihan
antimikroba harus sesuai dengan protokol yang ada.
Pemilihan antimikroba yang tepat dapat membantu keberhasilan suatu
terapi antibiotik. Untuk mencapai efek terapi optimum maka pemilihan
antimikroba harus benar-benar sesuai dengan penyakit yang diderita.
Tabel III. Pendekatan Sistematis Untuk Pemilihan Antimikroba(Rybak and Aeschlimann, 2005)
No Pendekatan sistematis Tindakan
Menanyakan secara hati-hati riwayat
pasien dan melihat kondisi fisik
Tanda dan gejala
1 Konfirmasi tanda infeksi
Faktor yang mempengaruhi
Mengumpulkan bahan terinfeksi
Pengecatan
Serologis
2 Identifikasi patogen
Kultur dan kepekaan
Faktor host3 Pemilihan terapi perkiraan
mempertimbangkan setiap sisi
yang terinfeksi Faktor obat
Penilaian klinis
Tes laboratorium
4 Monitor respon terapeutik
Penilaian kegagalan terapeutik
Pewarnaan Gram bersama dengan pemeriksaan mikroskopis dapat
memberikan diagnosa sementara dan beberapa informasi karakteristik organisme
17
(gram positif, gram-negatif, gram-variabel, basil, atau cocci) hal ini merupakan
informasi yang sangat berguna untuk pemilihan terapi antibiotik yang empiris.
Pengecatan Gram
PositifNegatif
Kokus Basil Kokus Basil
KlasterStaphylococci
Koagulasi-positifStaphylococcus aureus
Koagulasi-negatifStaphylococcus epidermidisStaphylococcus saprophyticusStaphylococcus hominisStaphylococcus hemolyticusStaphylococcus warneri
Pasangan (diplococci)
Pneumococci
Stretococcus pneumoniae
Grup (rantai)Streptococci
b-hemolyticStreptococcus pyogenesStreptococcus agalactiaeGroups C, F, G
a-hemolyticViridans StreptococcusStreptococcus pneumoniae
Kecil
ListeriaPropionibacteriumCorynebacteriumGardnerella
Besar
Bentuk sporaClostridiumBacillus
Bentuk non sporaLactobacillus
CABANGANatau FILAMEN
NocardiaActinomycesErysipelothrix
Neisseriameningitides
NeisseriaGonorrhoeae
Veillonella
FERMENTER LAKTOSAOksidasi-positIfAeromonasPasteurellaVibrio
Oksidasi -negatifEscherichia coliKlebsiella spp.Enterobacter spp.Citrobacter spp.
FERMENTER NONLAKTOSA
Oksidasi-positifPseudomonas spp.Flavobacterium spp.Alcaligenes spp.Achromobacter spp.
Moraxella spp.
Oksidasi-negatifProteus spp.Proficendia spp.Serratia spp.Morganella spp.
Salmonella spp.Shigella spp.StenotrophomonosAcinetobacter spp.
(coccobacilli)
Gram-negatifCoccobacilliHaemophilus influenzaMoraxella catarrhalis
18
Gambar 1. Klasifikasi Bakteri Patogen Berdasarkan Pengecatan Gram(Rybak and Aeschlimann, 2005)
Tabel IV. Antibiotik Empirik Untuk Infeksi Spesifik (Mandal, Wilkin,Dunbar, Mayon-white, 2006)
Infeksi PenyebabAntibiotika yang
direkomendasikanInfeksi saluran pencernaanKolestitis, kolangitis, ataudiverticulitis
Anaerob , koliform,enterokokus
Sefuroksim danmetronidazol ataukoamosiklav, ataugentamisin, ampisilin danmetronidazol
Abses hati, pelvis, atau intraabdomen
S. milleri, streptokokuslainnya, enterokokus,‘koliform, S. Aureus
Koamosiklav, ataugentamisin, ampisilin, danmetronidazol
Diare atau disentri Compylobacter, salmonella,shigella, E. coli, C. Difficile
Siprofloksasin(antibiotik tidakdiindikasikan bila E. coli)metronidazol (C. difficile)
Infeksi saluran kemih dan kelaminSistitis ‘Koliform’, enterokokus, P.
aeruginosa, staphylococcus,saprophyticus, S. aureus
Trimetoprim, koamosiklav(oral), siprofloksasin
Pielonefritis Sama dengan di atas SefuroksimAbses perinefrik ‘koliform’, S. Aureus Sefotaksim dan
19
flukloksasilinPenyakit radang panggul N. gonorrhoeae, C.
trachomatis, ‘koliform’,anaerob, enterokokus
Koamosiklav (oral) dandoksisiklin ataumetronidazol dan doksisiklin
Infeksi saluran pernafasanAspirasi Anaerob, streptokokus, S.
aureus, dan ‘koliform’Sefuroksim danmetronidazol ataukoamosiklav
Akserbasi infektif penyakit parukronik
S. pneumonia, H. influnzae,Moraxella catarrhalis
Klaritromisin dansefalotaksim (sedang/berat)koamosiklav ataukotrimoksasol (ringan)
Infeksi telinga, hidung, tenggorok dan mata
Otitis media, sinusitis
Akut S. pneumonia, S. pyogenes, H.Influenzae
Amoksisilin , ataukotrimoksasol ataukoamosiklav
Kronik Sama seperti di atas, termasukjuga anaerob, ‘koliform’
Koamosiklav
S. aureus Fluklosasilin (oral)Otitis eksternaP. aeruginosa Obat-obat topikal
Tonsillitis S . pyogenes Benzilpenisilin atauamoksisilin
Epiglottis H. influenzae ( tipe b) SefotaksimAbses gigi, gingivitis Anaerob, streptokokus Metronidazol atau
koamosiklavKonjugtivitis S.aureus, S. pneumonia, H.
InfluenzaKloramfenikol (topikal)
20
Lanjutan Tabel IV
Infeksi PenyebabAntibiotika yang
direkomendasikanInfeksi kulit dan jaringan subkutanSelulitisPejamu normal S. pyogenes, S. Aureus Benzilpenisilin, dan
fluklosasilin, atauklindamisin
Diabetik Seperti di atas, termasuk jugaanaerob, enterokokus,‘koliform’
Koamosiklav, atausefotaksim, ampisilin, danmetronidazol
Infeksi lukaBerkaitan dengan:Pembedahan bersihPembedahan kotor
S. aureusAnaerob , S. aureus,‘koliform’
FluklosasilinKoamosiklav, atausefotaksim dan metronidazol
Fasitis nekrotikans S. pyogenes, streptokokuslainnya, S. aureus, anaerob,‘koliform’
Benzilpenisilin, gentamisin,dan metronidazol(±fluklosasilin)
Septikemia (asal/hubungan)Tidak diketahui
Gram-positif, gram-negatif,dan/ atau anaerob
Ampisilin, gentamisin, danmetronidazol ataupiperasilin/tazobaktam; ataumeropenem
Kanula IV S. aureus, S. Epidermis Vankomisin dan fluklosasilinSaluran kemih ‘koliform’, P. Aeruginosa Sefuroksim dan
siprofloksasinSaluran empedu ‘koliform, anaerob,
anterokokusSefuroksim danmetronidazol, ataupiperasilin/tazobaktam, ataumeropenem
Kulit, jaringan subkutan S. aureus, S. pyogenes,anaerob, C. Pefringens
Benzilpenisilin, fluklosasilin,metronidazole, sefotaksim
Neutropenia ‘koliform’, P. Aeruginosa Gentamisin dan piperasilin
E. Obat Golongan Antibiotik
1. Definisi
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain
(Setiabudy, 1995).
2. Pengelompokan antibiotik
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk mengklasifikasi antibiotik:
21
a. Pendekatan kimia
Pengelompokan antibiotik berdasarkan pendekata kimia yaitu: 1) β-laktam,
terdiri dari kelompok penisilin contohnya penisilin G dan derivat seperti
fenoksipenisillin: penisilin V, fenetisilin, propisilin dan lain-lain. Metisilin dan
isoksazolil penisilin: oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin. Aminopenisilin:
ampisilin, netampisilin, hetasilin, amoksisilin dan lain-lain. Karboksipenisilin:
karbenisilin, Kelompok sefalosporin, contohnya sefalotin, sefaloridin, sefaleksin
dan lain-lain 2) aminoglikosida, contohnya streptomisin, kanamisin, gentamisin,
3) kloramfenikol, contohnya kloramfenikol, tiamfenikol, 4) kelompok tetrasiklin,
contohnya tetra, rolitetrasiklin, metasiklin, doksisiklin, minosiklin, 5) makrolida
dan antibiotik yang berdekatan, contohnya eritromisin, oleandomisin, spiramisin,
linkomisin, klindamisin, 6) rifamisin, contohnya rifamisin, rifampisin,
7) polipeptida siklik, contohnya polimiksin B, polimiksin E (polistin), basitrasin,
8) antibiotik polien, contohnya nistatin, amfoterisin, 9) antibiotik lain, contohnya
vankomisin, ristosetin, novobiosin, griseovulvin (Wattimena, 1991).
b. Mekanisme kerja
Kerja obat antimikroba diperlihatkan dalam empat bagian yang berbeda:
1) penghambatan sintesis dinding sel, contohnya penisilin, sefalosporin,
sikloserin, vankomisin, ristosetin, basitrasin, 2) perubahan permeabilitas
membrane sel atau transport aktif melalui membran sel, contohnya amfoterisin B,
Azoles, polien, polimiksin 3) penghambatan sintesis protein yaitu, penghambatan
translasi dan transkripsi material genetik, contohnya aminoglikosida, tetrasiklin,
makrolida (eritromisin), kloramfenikol, linkomisin, 4) penghambatan sintesis
22
asam nukleat, contohnya kuinolon, pirimetamin, rifampisin, sulfonamide,
trimetoprim (Jawetz, 1998).
c. Manfaat dan sasaran kerjanya
1) Antibiotik yang terutama bermanfaat terhadap kokus gram (+) dan
basil, cenderung memiliki spektrum aktivitas yang sempit, contohnya penisilin G,
penisilin semisintetik yang resisten terhadap penisilinase, makrolida, linkomisin,
vankomisin, basitrasin, 2) antibiotik yang terutama efektif terhadap basil aerob
gram (-), contohnya aminoglikosida, polimiksin, 3) antibiotik yang secara relatif
memiliki spektrum kerja yang luas, bermanfaat terhadap kokus gram (+) dan basil
gram (-), contohnya penisilin spektrum luas (ampisilin, karbenisilin), sefalosporin,
tetrasiklin-tetrasiklin, kloramfenikol (Wattimena, 1991).
d. Daya kerja
Dari segi daya kerjanya, antibiotik dapat dibedakan dalam kelompok
antibiotik bakteriostatik dan antibiotik bakterisid. Kelompok yang pertama
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri, kelompok yang kedua
bekerja mematikan bakteri tersebut. daya kerjanya ini nampaknya berkaitan pula
dengan mekanisme kerja antibakteri tersebut (Wattimena, 1991).
3. Antibiotik dan prinsip terapi antimikrobia
a. Faktor penentu kemanfaatan terapi antimikroba
Penggunaan suatu antibiotik untuk terapi perlu didasari pada berbagai
pertimbangan khusus agar tercapai penggunaan antibiotik yang rasional. Asas
penggunaan rasional suatu antibiotik ialah seleksi antibiotik yang selektif terhadap
mikroorganisme penginfeksi dan efektif untk memusnahkannya serta memiliki
potensi terkecil untuk menimbulkan toksisitas, reaksi alergi ataupun risiko lain
bagi pasien (Wattimena, 1991).
23
b. Pertimbangan dasar untuk penggunaan antibiotik secara rasional
Strategi terapi dengan antibiotik ditentukan oleh kondisi infeksi, lokal
infeksi, pengenalan penyebab infeksi, kondisi fisiopatologik penderita, serta
pengetahuan yang menyeluruh tentang antibiotik. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan untuk menunjang tercapainya sasaran penggunaan antibiotik yaitu:
aktivitas antimikroba, efektivitas dan efisiensi proses farmakokinetik, toksisitas
antibiotik, reaksi karena modifikasi flora penderita, penggunaan kombinasi
antibiotik, pola penanganan infeksi (Wattimena, 1991).
c. Keberhasilan terapi antibiotik
Terapi antibiotik dikatakan berhasil jika antibiotik, rute pemberian
antibiotik, lamanya pemberian antibiotik mampu menjamin musnah total
penyebab infeksi sehingga tidak mungkin penyakit infeksi kambuh lagi.
Kekambuhan ditentukan oleh daya tahan mikroorganisme terhadap sistem
pertahanan tubuh penderita, lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik untuk
mencapai tempat infeksi, aktivitas primer antibiotik terhadap mikroorganismenya,
dan mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik (Wattimena, 1991).
d. Kegagalan terapi antibiotik
Terapi antibiotik dinilai gagal bila tidak berhasil menghilangkan gejala
klinik atau infeksi kambuh lagi setelah terapi dihentikan. Beberapa hal yang dapat
digunakan untuk menelusuri sebab-sebab kegagalan terapi antara lain 1) Pastikan
kembali penyebab infeksi, apakah diagnosa keliru, apakah super infeksi,
2) Tentukan kepekaan in vitro mikroorganisme untuk antibiotik yang digunakan,
3) Lakukan telaah kadar antibiotik dalam darah, urin, jaringan, dan aktivitas
terhadap mikroorganisme, 4) Pastikan bahwa radang yang tetap ada hanya karena
infeksi dan bukan karena sebab lain, umpamanya hipersensitivitas terhadap obat,
24
5) Faktor-faktor pada penderita misalnya kepatuhan pasien pada terapi
(Wattimena, 1991).
F. Landasan Teori
Perilaku pasien dalam penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu terapi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi, informasi
dan edukasi yang diterima oleh pasien, oleh karena itu diperlukan interaksi antara
pasien dan lingkungan. Penggunaan obat oleh pasien bergantung dari informasi
yang diperoleh, terkadang pasien tidak menggunakan obat secara tepat karena
kurangnya informasi referensi tertulis maupun dari tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap pemahamannya akan penggunaan obat yang benar.
Farmasis merupakan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
memberikan informasi obat kepada pasien. Pemberian informasi oleh farmasis
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu informasi verbal, demonstrasi dengan
alat visual, multimedia, maupun dengan form kepatuhan.
Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan berupa kotak obat dan
label kepatuhan akan lebih mempermudah pemberian informasi dan
meningkatkan pemahaman pasien tentang penggunaan obat yang tepat. Pemberian
alat bantu ketaatan lebih melibatkan banyak indera sehingga pasien lebih mudah
mengingat informasi yang diberikan. Dengan label kepatuhan, pasien akan lebih
mudah mengingat penggunaan obat yang teratur dan benar, alat bantu berupa
kotak obat akan membantu pasien untuk lebih taat dalam menggunakan obat.
Dengan demikian alat bantu akan meningkatkan ketaatan dan dampak terapi,
selain itu akan mengurangi biaya terapi serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
G. Hipotesis
Ada perbedaan ketaatan penggunaan obat pada pasien yang mendapat
informasi vs pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS
Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus
Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian
terhadap Penggunaan Obat Antiinfeksi) merupakan jenis penelitian eksperimental
semu dengan rancangan penelitian analitik dengan pola searah. Penelitian
eksperimental semu ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel
luar, sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh
perlakuan (Pratiknya, 1986).
Desain ini tidak mempunyai pembahasan yang ketat terhadap randomisasi,
dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut
eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri
rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya
dikontrol atau dimanipulasi. Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang
cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan setting tempat, penelitian ini termasuk penelitian lapangan
(di komunitas). Penelitian ini merupakan analitik diskriptif, artinya dalam
penelitian ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan yaitu perlakuan dan
kontrol, data yang diperoleh dihitung secara analitik, namun pada pembahasan
tertentu dapat dianalisis secara diskriptif. Berdasarkan bidang ilmu penelitian,
merupakan penelitian klinis komunitas, mata kuliah yang terkait meliputi Farmasi
25
26
Klinis, Farmasi Sosial, Farmakoterapi, serta Komunikasi dan Konseling. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan pemberian alat bantu/alat peraga kepada
kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol dan observasi pasien
dilakukan dengan mengunjungi pasien di rumah (home visit) serta wawancara
dengan pasien.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah adanya tambahan alat bantu.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah ketaatan pasien dalam
minum obat.
c. Variabel pengacau
Variabel yang tidak bisa dikontrol peneliti selama tidak ada konsultasi dengan
pasien.
2. Definisi operasional
a. Ketaatan penggunaan obat yang dimaksud disini dapat dilihat dari jumlah obat
yang digunakan dibandingkan antara perlakuan dan kontrol, aturan pakai obat,
cara pakai obat.
b. Ketaatan dapat dinilai dari jumlah obat yang diminum, pasien dikatakan taat
bila seluruh obat diminum sehingga ketaatannya 100%.
c. Alat bantu ketaatan berupa kotak obat yang dirancang sedemikian rupa, untuk
mempermudah pasien setiap mengkonsumsi obat dan dilengkapi dengan label
27
ketaatan yang dicentang setiap pasien meminum obat agar pasien menjadi lebih
taat dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan.
d. Golongan obat antiinfeksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
golongan antibiotik. Penyakit infeksi disini sangat luas dan disini tidak ada
spesifikasi kasus sebab pasien yang didapat mengalami berbagai macam
penyakit infeksi.
e. Perlakuan ialah pasien yang setuju mengikuti penelitian ini dan diberi alat
bantu ketaatan yang dirancang sedemikian rupa, selanjutnya pasien di home
visit minimal dua kali. Jumlah perlakuan sebanyak 23 pasien.
f. Kontrol ialah pasien yang setuju mengikuti penelitian ini, namun tidak diberi
alat bantu ketaatan. Pasien di home visit satu kali saat obat habis dan digunakan
sebagai pembanding kelompok perlakuan. Jumlah kontrol sebanyak 29 orang.
g. Profil pasien meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
h. Profil obat meliputi jumlah obat yang diresepkan, jumlah antibiotik yang
diresepkan, golongan dan jenis antibiotik, serta golongan dan jenis obat selain
antibiotik.
i. Dalam evaluasi obat, digunakan nama generik sehingga nama paten tidak
disebutkan satu per satu.
j. Evaluasi dosis, dan interaksi obat berdasarkan sumber referensi Drug
Information Handbook (Lacy, et.al., 2006), Drug Interaction Fact
(Tatro, 2006) dan MIMS (Anonim, 2008),
k. Analisis SOAP merupakan modifikasi artinya dalam penelitian ini tidak benar-
benar dilakukan SOAP kepada pasien, namun hanya rekomendasi saja.
28
l. Periode Juni-Juli 2009 yang dimaksud pada penelitian ini yaitu tanggal 8 Juni
2009 – 28 Juli 2009.
m. Pasien home visit merupakan subyek penelitian yang bertempat tinggal di
Daerah Kalasan dan sekitarnya yang telah menerima dan menyetujui inform-
concent.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian meliputi pasien dewasa (berumur minimal 17 tahun)
menjalani rawat jalan di RS Panti Rini Yogyakarta. Kriteria inklusi subyek adalah
pasien yang dirawat-jalan di RS Panti Rini periode Juni-Juli 2009, menerima salah
satu atau lebih golongan obat antiinfeksi, pasien yang bersedia bekerja sama
berdasarkan persetujuan dengan informed-consent. Kriteria eksklusi adalah pasien
yang telah mengikuti program edukasi atau mendapat informasi ini sebelumnya
maupun pernah mengikuti penelitian lain yang serupa, pasien yang tidak
menggunakan obat golongan antiinfeksi serta tidak bersedia bekerjasama dalam
penelitian ini.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang terdiri atas
8 subjudul yaitu 6 kajian golongan obat dan 2 penelitian sosial. Pengumpulan data
dilakukan secara bersama-sama dan dibagi berdasasarkan kajian masing-masing,
satu pasien bisa menjadi pasien beberapa peneliti. Home visit juga dilakukan
secara bersama-sama sehingga tiap peneliti dapat melakukan home visit tidak
hanya pasiennya saja tapi dapat melakukan home visit terhadap pasien dengan
kajian lain. Jumlah keseluruhan pasien yang diperoleh sebanyak 156 pasien yaitu
29
78 pasien kontrol dan 78 pasien perlakuan. Untuk kajian golongan obat antiinfeksi
sendiri berjumlah 52 pasien yaitu 29 pasien kontrol dan 23 pasien perlakuan.
Gambaran mengenai ruang lingkup penelitian ini dalam penelitian payung
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Bagan Ruang Lingkup Penelitian Kajian Terhadap Penggunaa ObatGolongan Antibiotik dalam Penelitian Payung
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar catatan medik pasien
rawat jalan atau pulang rawat inap yang menerima obat golongan antiinfeksi
dilayani oleh farmasis klinis Rumah Sakit Panti Rini periode Juni-Juli 2009 yang
ditulis oleh dokter, perawat, dan apoteker mengenai data klinis pasien. Hasil home
visit pasien yang dilakukan minimal dua kali untuk perlakuan dan sekali untuk
Perbedaan karakteristik pasien dankarakteristik obat terhadap ketaatanpenggunaan obat pada pasien rawatjalan RS Panti Rini Yogyakarta
Evaluasi perbedaan tingkatpemahaman, sikap, dan tindakan(perilaku) serta kepuasan pasien rawatjalan di RS Panti Rini terhadapinformasi vs informasi plus alat bantu(peragaan dengan obat-obat)
Obatgolongankardiovaskular
Obatgolonganendokrin
Obatgolonganrespirasinon infeksi
Obatgolongncerna noninfeksi
Obatgolonganneuromuskular
Obatgolonganantiinfeksi
Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat JalanRS Panti Rini Yogyakarta antara Pasien yang
Diberi Informasi VS Informasi Plus Alat BantuKetaatan Serta Dampak Terapinya Periode Bulan
Juni-Juli 2009.
30
kontrol digunakan untuk membantu menggambarkan ketaatan pasien dalam
menggunakan obat serta dampak terapinya.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan (1) alat-alat sederhana yang dirancang untuk
membantu ketaatan penggunaan obat pasien yaitu kotak obat, dan tabel ketaatan,
(2) alat-alat untuk monitoring tanda vital dan data lab sederhana. Pada obat
golongan anti infeksi ini dipakai termometer untuk mengukur suhu pasien, (3)
Panduan wawancara terstruktur.
Gambar 3. Alat Bantu Ketaatan Penggunaan Obat
F. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di instalasi Farmasi dan ruang tunggu pasien RS
Panti Rini dan dilanjutkan di rumah pasien untuk kegiatan pemantauan.
G. Tata Cara Pengumpulan Data
1. Analisis situasi
a. Analisis situasi meliputi diskusi dengan pihak manajemen RS Panti Rini
mengenai ketidaktaatan pasien yang sering muncul dan studi pustaka. Menyusun
teknis pelaksanaan dengan unit Farmasi.
31
b. Penetapan kajian penelitian dan penetapan kriteria inklusi serta eksklusi
sebagai dasar untuk menentukan subyek penelitian secara prospektif selama Juni-
Juli 2009.
2. Pembuatan alat bantu ketaatan
a. Perancangan alat bantu ketaatan berdasarkan studi pustaka dan wawancara
dengan beberapa ahli. Alat bantu yang dirancang adalah pil dispenser berupa
kotak bersekat. Kotak dibagi menjadi 21 bagian agar dapat digunakan untuk
pengobatan sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Alat ini dilengkapi dengan tabel
ketaatan bergambar ayam berkokok (pagi hari), matahari (siang hari), dan bulan
(malam hari). Tabel ini harus diberi tanda (√) setelah pasien minum obat.
b. Sebelum digunakan, alat bantu diuji cobakan pada beberapa orang yang
memiliki kriteria menyerupai kriteria subyek uji pada kira-kira 12 responden.
3. Pembuatan kuesioner dan wawancara terstruktur
a. Pembuatan kuesioner yang berisi 12 pertanyaan dengan bahasa yang
sederhana, pertanyaan mencakup segi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada
akhir home visit, dilakukan wawancara terstruktur dengan bahasa yang sederhana
untuk mengevaluasi pemahaman dan kepuasan pasien terhadap alat bantu
ketaatan.
b. Sebelum digunakan, kuesioner dan wawancara terstruktur diuji cobakan
pada beberapa orang yang memiliki kriteria menyerupai kriteria subyek uji. Selain
itu juga dilakukan validasi isi pada kuesioner sebelum kuesioner digunakan.
32
4. Pengumpulan data
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung pasien dan
medical record pasien. Bila diperlukan, data dapat dikonfirmasi dengan
wawancara dengan pasien/keluarga atau tenaga kesehatan. Sebelum memilih
subjek uji, dibuat suatu aturan main untuk menentukan siapa yang menjadi kontrol
dan siapa yang mendapat perlakuan.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan subyek adalah semi random,
dimana pasien yang ditemui pada minggu pertama digunakan sebagai perlakuan
dan minggu berikutnya sebagai kontrol. Begitu seterusnya secara berselang-
seling.
b. Pasien yang terpilih sebagai subjek uji, sebelumnya diminta mengisi
informed-consent sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. Informed-
consent ditanda tangani oleh subjek uji dan saksi (keluarga/kerabat dekat, namun
jika tidak ada saat itu, peneliti bisa menjadi saksi).
c. Pasien yang telah setuju mengikuti penelitian, selanjutnya diberi alat bantu
ketaatan bagi subyek uji perlakuan kemudian peneliti membantu pasien
menyiapkan obat yang telah diresepkan ke dalam kotak obat dan meminta pasien
untuk memberi tanda centang pada tabel ketaatan setiap kali pasien minum obat.
Sedangkan untuk kontrol tidak diberi alat bantu, cukup informasi verbal mengenai
ketaatan penggunaan obat dari apoteker di rumah sakit.
5. Wawancara
Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien (responden vs kontrol)
tentang pemahaman dan kepuasan pasien terhadap informasi penggunaan obat.
33
Wawancara mengenai pemahaman pasien tentang penggunaan obat diberikan di
awal, sedangkan wawancara kepuasan pasien terhadap informasi dan alat bantu,
diberikan di akhir pengambilan data.
6. Tahap penyelesaian data
a. Pengolahan data
Semua data yang diperoleh dikumpulkan menjadi satu selanjutnya
dikelompokkan lagi untuk memperoleh data dengan kajian golongan obat anti
infeksi. Data tersebut memuat data rekamedis pasien yaitu keluhan, diagnosa,
identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, nomor RM, alamat, hasil wawancara pasien mengenai perkembangan
kondisi pasien dan kepuasan pasien terhadap alat bantu, dicatat pula obat yang
diresepkan, dosis obat, aturan pakai, dan untuk melihat ketaatan pasien dihitung
berapa jumlah yang obat yang dikonsumsi serta hasil pengukuran suhu tubuh.
Data tersebut dibandingkan antara kelompok kontrol dan perlakuan.
b. Evaluasi data
Statistik yang digunakan parametrik atau non parametrik ditentukan oleh
sebaran data bila parametrik menggunakan uji T dan bila non parametrik
menggunakan Mann-Whitney (Pratiknya, 1986).
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan perbedaan ketaatan antara pasien yang menerima
informasi plus alat bantu dibandingkan pasien yang menerima informasi saja,
pada penggunaan obat golongan antiinfeksi berdasarkan uji statistik dengan taraf
kepercayaan 90%.
34
H. Tata Cara Analisis Hasil
Data dibahas secara analitik dengan uji statistik dan secara deskriptif
dengan bantuan tabel
1. Persentase jenis kelamin pasien pada kelompok kontrol maupun perlakuan
dikelompokkan menjadi 2, yaitu pasien berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol dihitung dengan
cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dibagi dengan
jumlah keseluruhan kasus pasien yang menggunakan obat golongan antibiotik.
Perlu uji statistik, untuk mengetahui apakah jenis kelamin antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol berbeda bermakna atau tidak, taraf
kepercayaan yang digunakan adalah 90%. Uji yang digunakan adalah uji
nonparametrik Chi-Square, bila p<0,1 artinya berbeda bermakna, sedangkan
bila p>0,1 artinya tidak berbeda bermakna.
2. Persentase tingkat pendidikan pasien baik pada kelompok perlakuan maupun
kontrol dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap tingkat
pendidikan dibagi jumlah keseluruhan kasus pasien yang menggunakan obat
antibiotik kemudian dikalikan 100%. Untuk mengetahui perbedaan antara
kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan uji statistik non parametrik
Kolmogorov–Smirnov, taraf kepercayaan yang digunakan 90%. bila p<0,1
artinya berbeda bermakna, sedangkan bila p>0,1 artinya tidak berbeda
bermakna.
3. Perbandingan umur pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol yang
digunakan sebagai baseline, dapat dihitung menggunakan SPSS, diuji dengan
35
uji statistik. Bila sebaran data normal digunakan uji parametrik T-test
sedangkan jika sebaran data tidak normal digunakan uji nonparametrik Mann-
Whitney. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 90%. Jika p>0,1 artinya
tidak berbeda bermakna, sedangkan jika p<0,1 artinya berbeda bermakna.
4. Persentase jumlah obat yang digunakan oleh pasien baik pada kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol dihitung berdasarkan jumlah seluruh obat
yang diterima pasien dibagi jumlah pasien dikali 100%.
5. Persentase jenis obat (selain obat golongan antibiotik) yang digunakan oleh
pasien dihitung berdasarkan jumlah penggunaan suatu jenis obat dibagi jumlah
pasien dikali 100%.
6. Persentase golongan dan jenis antibiotik yang digunakan oleh pasien dihitung
berdasarkan jumlah penggunaan golongan dan jenis antibiotik tertentu dibagi
jumlah pasien dikali 100%.
7. Persentase jumlah dan jenis antibiotik yang digunakan pasien dihitung
berdasarkan jumlah kasus pasien yang menggunakan jumlah dan jenis
antibiotik tertentu dibagi jumlah pasien dikali 100%.
8. Persentase jumlah kejadian DTP dihitung berdasarkan jumlah pasien yang
memiliki kasus DTP dibagi jumlah seluruh pasien kemudian dikalikan 100%.
9. Evaluasi perbedaaan ketaatan pasien berdasarkan jumlah obat yang diminum
dihitung dengan mencari % ketaatan pada masing-masing pasien yaitu:
Jumlah antibiotik yang diminum
Jumlah antibiotik yang diresepkanx 100%
36
Selanjutnya perbedaan ketaatan antara kelompok perlakuan dan kontrol
dihitung dengan membandingkan % ketaatan antara kedua kelompok tersebut
menggunakan uji statistik. Jika sebaran data normal digunakan uji parametrik
T-test, jika sebaran data tidak normal digunakan uji statistik non parametrik
Mann-Whitney. Taraf kepercayaan yang digunakan 90%, jika p>0,1 berarti
tidak berbeda bermakna. Namun jika p<0,1 berarti berbeda bermakna.
10. Evaluasi ketaatan berdasarkan aturan pakai dilakukan secara deskriptif dengan
menghubungkan aturan pakai obat dengan ketaatan pasien.
11. Evaluasi ketaatan berdasarkan cara pakai obat dibandingkan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol diuji menggunakan uji statistik yaitu uji
Fisher. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 90%, jika p>0,1 berarti
tidak berbeda bermakna namun jika p<0,1 berarti berbeda bermakna.
12. Evaluasi dampak terapi pasien dihitung dengan mencari selisih suhu antara
awal terapi dan akhir terapi pada masing-masing pasien.Untuk melihat
perbedaan dampak terapi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
dilakukan uji statistik seperti uji yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan
ketaatan berdasarkan jumlah obat yang diminum.
13. Evaluasi dampak terapi pasien berdasarkan perubahan kondisi pasien antara
kelompok perlakuan dan kontrol diuji stastistik dengan uji Fisher. Taraf
kepercayaan yang digunakan adalah 90%, jika p>0,1 berarti tidak berbeda
bermakna sedangkan jika P<0,1 berarti berbeda bermakna.
14. Hipotesis : ada perbedaan ketaatan antara pasien yang mendapat informasi
versus pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
37
h null : tidak ada perbedaan ketaatan antara pasien yang mendapat
informasi versus pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
p>0,1 : h null diterima artinya tidak ada perbedaan antara pasien yang
mendapat informasi versus pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
P<0,1 : h null ditolak artinya ada perbedaan antara pasien yang mendapat
informasi versus pasien yang mendapat informasi plus alat bantu.
I. Kesulitan Penelitian
Selama penelitian terdapat beberapa kesulitan antara lain bahan untuk
merancang alat bantu sulit diperoleh karena jumlahnya yang terbatas, hal ini
diatasi dengan melakukan pemesanan barang terlebih dahulu. Pada tahap
pengambilan data, beberapa pasien tidak bersedia mengikuti penelitian dengan
berbagai alasan. Untuk mengatasi kesulitan ini, peneliti menggunakan bahasa
yang menarik serta pemberian souvenir. Pada saat home visit, kesulitan yang
sering ditemui adalah pencarian alamat pasien dan pengaturan penggunaan alat
yang akan digunakan untuk untuk memonitoring tanda vital. Keterbatasan bahasa
menjadi kendala dalam melakukan wawancara.
Kesulitan yang menjadi kelemahan penelitian ini ialah ketidakjujuran
pasien dan untuk mengatasi hal tersebut, sejak awal peneliti telah memberi
informasi kepada pasien agar bila lupa minum obat tidak perlu takut, atau
berusaha menutupi, justru obat yang lupa diminum tetap diletakkan di kotak obat
yang telah disiapkan tersebut. Kesulitan lain yang sering dijumpai yaitu pasien
gugur dikarenakan pasien meninggal, menjalani rawat inap, maupun alamat yang
38
tidak dapat ditemukan. Oleh karena itu peneliti berusaha memperoleh data pasien
selengkap-lengkapnya agar pasien mudah dihubungi dan ditemukan.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini
Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi informsi vs Informasi plus Alat Bantu
Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antiinfeksi) membandingkan ketaatan antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Profil pasien dan profil obat pada kelompok perlakuan dan kontrol dapat
mempengaruhi perbedaan ketaatan, oleh karena itu diharapkan kriteria awal
subyek uji pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna sehingga penelitian ini
benar-benar mampu membandingkan perbedaan ketaatan antara pasien yang
diberi alat bantu dengan pasien yang hanya memperoleh informasi saja.
Tabel V. Baseline Profil Pasien dan Profil Obat Pasien Rawat Jalan RS PantiRini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi informsi vs Informasi plus Alat Bantu
Ketaatan Periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat GolonganAntiinfeksi)
Baseline Profil PasienKriteria Perlakuan
%Kontrol
%p>0,1 (tidakberbedabermakna)
Jenis KelaminLaki-laki 39,1 55,2
Perempuan 60,9 44,80,250
Umur 36,6±1,3 43,0±1,5 0,117
Tingkat PendidikanSD 13 24,1
SLTP 8,7 17,2
SMA 43,5 31,0
Perguruan tinggi 34,8 27,6
0,706
Suhu Awal 36,0(34,0-40,0) 36,0(32,2-37,0) 0,773
Baseline Profil ObatJumlah Obat 3,0(2,0-4,0) 4,0(2,0-5,0) 0,234
Jumlah Antibiotik 1,0(1,0-2,0) 1,0(1,0-2,0) 0,811
39
40
A. Profil Pasien Rawat Jalan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol yangMenerima Obat Golongan Antibiotik di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Juni-Juli 2009
Berdasarkan tabel baseline profil pasien, hasil uji statistik yang
membandingkan kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan pada kriteria jenis
kelamin p=0,250, umur p=0,117, tingkat pendidikan p=0,706 dan suhu awal
p=0,773. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa profil pasien pada
kelompok perlakuan dan kontrol yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, dan suhu awal pasien tidak berbeda bermakna. Hasil ini sesuai dengan
yang diharapkan yaitu kondisi awal pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol
tidak berbeda bermakna sehingga penelitian ini benar-benar mampu
membandingkan ketaatan antara kedua kelompok tersebut.
Jenis kelamin merupakan salah satu kriteria pasien yang dapat
mempengaruhi ketaatan terhadap antibiotik. Dalam berbagai sumber dikatakan
bahwa perempuan lebih taat daripada laki-laki. Pasien dengan usia yang lebih tua
pada umumnya lebih taat daripada usia muda. Tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi ketaatan pasien, pada umumnya pasien dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi cenderung lebih taat. Suhu awal pasien merupakan tanda dari
infeksi sehingga diharapkan antara perlakuan dan kontrol memiliki suhu yang
tidak berbeda bermakna di awal penelitian. Kriteria-kriteria tersebut dapat
mempengaruhi ketaatan pasien, oleh karena itulah kriteria awal pasien diharapkan
tidak berbeda bermakna agar perbedaan ketaatan tersebut benar-benar dipengaruhi
oleh perbedaan perlakuan yang kita berikan selama penelitian.
41
B. Profil Obat Pasien Rawat Jalan pada Kelompok Perlakuan dan Kontrolyang Menerima Obat Golongan Antibiotik di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Juni-Juli 2009
1. Profil obat secara umum
Profil obat secara umum menunjukkan jumlah seluruh obat yang diterima
pasien meliputi obat antibiotik maupun obat selain antibiotik.
Tabel VI. Profil Jumlah Obat yang Diterima Pasien
Perlakuan Kontrol
Jumlah ObatJumlahpasien
Persentase(%)
Jumlahpasien
Persentase(%)
2 7 30,4 8 27,6
3 8 34,8 6 20,7
4 8 34,8 11 37,9
5 - - 4 13,8
Tabel VI menunjukkan persentase jumlah obat yang diterima pasien pada
kelompok perlakuan dan kontrol. Berdasarkan baseline profil obat, jumlah obat
yang diterima pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol memiliki nilai
p=0,234, hal itu menunjukkan bahwa jumlah obat yang diterima pasien antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak berbeda bermakna. Banyaknya
obat yang diterima oleh pasien dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi ketaatan pasien dalam meminum obat. Pasien yang mendapat obat
dalam jumlah yang lebih banyak cenderung lebih tidak taat. Hal itu dapat
disebabkan karena semakin banyak obat yang harus diminum, pasien cenderung
semakin merasa malas, pasien tidak mau susah dan merasa terganggu aktivitasnya
bila harus minum obat dalam jumlah banyak.
42
Tabel VII. Golongan dan Jenis Obat yang Diterima Pasien Selain Antibiotik
Jenis Obat Perlakuan Kontrol
Nama Generik Jumlah Persentase(%)
Jumlah Persentase(%)
Obat Saluran Pencernanactivated dimetilpolisiloksan,pankreatinin
1 4,3 2 6,9
amilase, protease, lipaseasam desosikolik, capantotenat, dimetilpolisiloksan,niasinamid, vit b1, vit b2, vitb6, vit b12
- - 1 3,4
attapulgit, pektin - - 1 3,4ca karbonat, famotidin,mg(OH), fenil-propil-etilamin
- - 1 3,4
klordiaseposid, hiosin N-butilbromid
- - 1 3,4
domperidom 1 4,3 - -lanzoprasol 1 4,3 - -mebeverin hcl - - 1 3,4otilonium Br - - 1 3,4ranitidin - - 1 3,4Obat Saluran Pernafasanambroksol 2 8,7 - -ammon cl, difenhidramin hcl,licorice root extra, na sitrat,
1 4,3 - -
kodein - - 1 3,4ctm, dekstrometorfan,parasetamol,fenilpropanolamin
2 8,7 3 10,34
deklorfeniramin maleat - - 3 10,3difenhidramin hcl 1 4,3 - -erdostein 1 4,3 - -gliseril guaiakolat 1 4,3 - -n-asetilsistein - - 1 3,4ctm, dekstrometorfan,parasetamol, gliserilguaiakolat, fenil efrin hcl
5 - 5 -
pseudo efedrin hcl, tripolidinhcl
1 4,3 - -
43
Lanjutan tabel VII
Tabel di atas menunjukkan golongan dan jenis obat selain antibiotik yang
diterima pasien pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Pada tabel tersebut
dapat disimpulkan pada kelompok perlakuan, jenis obat yang paling banyak
Jenis Obat Perlakuan Kontrol
Nama Generik Jumlah Persentase(%)
Jumlah Persentase(%)
teofilin 2 8,7 - -lesitin, pankreatin,serratiopeptidase
- - 1 3,4
Obat Endokringemfibrosil 1 4,3 - -glimepirid 1 4,3 - -insulin 2 6,9metformin 1 4,3 - -Obat Kardiovaskularasam traneksamat 1 4,3 1 3,4silostazol - - 1 3,4furosemid 1 4,3 1 3,4diltiasem Hcl - - 2 6,9valsartan - - 1 3,4Obat Neuromuskularasam mefenamat 5 21,7 4 13,8diasepam - - 1 3,4kalium diklofenak - - 4 13,8ketolorak trometamin 1 4,3 - -ketoprofen 2 8,7 3 10,3metampiron - - 1 3,4parasetamol - - 5 17,2tinoridin Hcl 1 4,3 1 3,4tramadol - - 1 3,4Multivitaminvit E, vit C, vit B1, vit B2, vitB12, nikotinamid, asam folatasam pantotenik
4 17,4 4 13,8
Obat Hormondeksametason 4 17,4 - -metilprednisolon 3 13 - -Obat Mulut/tenggorokanbensidamin hcl - - 1 3,4
44
diterima pasien adalah asam mefenamat yaitu sebesar 21,7%. Pada kelompok
kontrol jenis obat yang paling banyak diterima pasien adalah parasetamol yaitu
sebesar 17,2%.
2. Profil antibiotik
a. Berdasarkan golongan dan jenis obat
Antibiotik yang diterima pasien dapat digolongkan berdasarkan
pendekatan kimia, mekanisme kerja, manfaat dan sasaran kerja antibiotik serta
berdasarkan daya kerja antibiotik.
1) Berdasarkan pendekatan kimia
Tabel VIII. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Pendekatan Kimia
Perlakuan KontrolGolongan
Namagenerik
Jumlah Persentase(%)
Jumlah Persentase(%)
Sefalosporin sefadroksil 5 21,7 1 3,4
Penisilinspektrum luas
amoksisilin 8 34,8 14 48,3
siprofloksasin 6 26,1 11 37,9Kuinolon
pefloksasin 1 4,3 - -Kloramfenikol tiamfenikol - - 1 3,4
roksitromisin 1 4,3 - -Makrolidaspiramisin 1 4,3 - -
klindamisin 1 4,3 1 3,4Antibiotik lain:Nitroimidazol
metronidazol 2 8,7 3 10,3
Golongan antibiotik berdasarkan pendekatan kimia yang diterima pasien
terdiri dari golongan sefalosporin, kuinolon, penisilin spektrum luas, makrolida
dan antibiotik golongan lain. Jenis-jenis antibiotik pada masing-masing kelompok
dapat dilihat pada tabel di atas. Dari tabel VIII dapat dilihat bahwa antibiotik yang
paling banyak diterima pasien kelompok perlakuan maupun kontrol adalah
45
golongan penisilin spektrum luas yaitu amoksisilin dengan persentase sebesar
34,8% untuk perlakuan dan 48,3% untuk kontrol.
2) Berdasarkan mekanisme kerja
Golongan antibiotik yang diterima pasien berdasarkan mekanisme kerja
dibagi menjadi tiga golongan yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan
sintesis dinding sel, penghambatan sintesis protein (penghambatan translasi dan
transkripsi materi genetik), dan penghambatan sintesis asam nukleat.
Tabel IX. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Mekanisme Kerja
Perlakuan KontrolNo MekanismeKerja
Golongan Nama
Generik Jml % Jml %
Sefalosporin sefadroksil 5 21,7 1 3,41 Penghambatansintesis dindingsel
Penisilin amoksisilin 8 34,8 14 48,3
roksitromisin 1 4,3 - -Makrolida
spiramisin 1 4,3 - -
AB lain klindamisin 1 4,3 1 3,4
Nitroimidazol metronidazol 2 8,7 3 10,3
2 Penghambatansintesis protein(penghambatantranslasi dantranskripsimateri genetik)
Kloramfenikol tiamfenikol - - 1 3,4
siprofloksasin 6 26,1 11 37,93 Penghambatansintesis asamnukleat
Kuinolon
pefloksasin 1 4,3 - -
Berdasarkan tabel IX, Pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol golongan antibiotik yang paling banyak diterima pasien ialah golongan
antibiotik dengan mekanisme kerja penghambatan sintesis dinding sel. Yaitu
golongan penisilin dengan nama generik amoksisilin sebesar 34,8% untuk
perlakuan dan 48,3% untuk kontrol. Penisilin meupakan antibiotik yang efektif
46
dan memiliki spektrum kerja yang luas sehingga banyak digunakan dalam terapi
antibiotik.
Antibiotik yang bekerja menghambat sintesis dinding sel memiliki daya
kerja sebagai antibiotik bakterisid yaitu memiliki daya kerja mematikan bakteri.
3) Berdasarkan manfaat dan sasaran kerja antibiotik
Berdasarkan manfaat dan sasaran kerjanya, antibiotik yang diterima pasien
dibagi menjadi dua golongan yaitu antibiotik yang terutama bermanfaat terhadap
kokus gram positif dan basil (spektrum masih sempit) dan antibiotik yang
bermanfaat terhadap kokus gram (+) dan basil gram (-).
Tabel X. Golongan dan Jenis Antibiotik yang Digunakan PasienBerdasarkan Manfaat dan Sasaran Kerja
Perlakuan KontrolNo MekanismeKerja
Golongan NamaGenerik Jml % Jml %
roksitromisin 1 4,3 - -Makrolida
spiramisin 1 4,3 - -
1 Terutamabermanfaatterhadapkokus gram(+) dan basil
AB lain klindamisin 1 4,3 1 3,4
Penisilin amokisisilin 8 34,8 14 48,3
Sefalosporin sefadroksil 5 21,7 1 3,4
2 bermanfaatterhadapkokus gram(+) dan basilgram (-)
Kloramfenikol tiamfenikol - - 1 3,4
Pada tabel X, antibiotik yang paling banyak diterima pasien adalah
antibiotik yang bermanfaat terhadap kokus gram (+) dan basil gram (-). Pada
kelompok perlakuan dan kontrol antibiotik yang banyak diterima pasien ialah
golongan penisilin yaitu amoksisilin, untuk kelompok perlakuan sebesar 34,8%
47
dan untuk kelompok kontrol sebesar 48,3%. Sesuai dengan manfaat dan sasaran
kerjanya, amoksisilin termasuk dalam golongan penisilin memiliki manfaat dan
sasaran yang luas, baik untuk gram (+) maupun basil gram (-) sehingga banyak
dipakai untuk mengobati berbagai infeksi.
b. Berdasarkan jumlah dan jenis antibiotik yang diberikan
Pasien yang menerima obat golongan antibiotik dikelompokkan menjadi
dua yaitu pasien yang menerima satu jenis obat dan pasien yang menerima dua
jenis obat.
Tabel XI. Profil Jumlah Antibiotik yang Diterima Pasien
PerlakuanKontrol
Jumlahantibiotik Jumlah
pasienPersentase
(%)Jumlahpasien
Persentase(%)
1 21 91,3 27 93,1
2 2 8,7 2 6,9
Tabel X menunjukan persentase jumlah antibiotik yang diresepkan kepada
pasien. Berdasarkan baseline profil obat, hasil uji statistik menunjukkan nilai
p=0,811. Dapat disimpulkan bahwa jumlah antibiotik yang diterima pasien antara
kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda bermakna. Jumlah antibiotik yang
diterima pasien dapat mempengaruhi ketaatan. Berdasarkan teori, pasien yang
mendapat antibiotik lebih banyak cenderung lebih tidak taat.
Semakin banyak obat yang diterima pasien, pasien cenderung sering lupa,
pasien merasa terganggu aktivitasnya bila harus berulang kali minum obat. Pada
keadaan tertentu pasien merasa kondisinya telah membaik sehingga memilih
menghentikan terapi antibiotik.
48
Tabel XII. Jumlah dan Jenis Antibiotik yang Digunakan Pasien Rawat JalanRS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009
Jenis Obat Perlakuan Kontrol1 Jenis Obat Jml Persentase
(%)Jml Persentase
(%)Nama Generik
amoksisilin 8 34,8 14 48,3
sefadroksil 5 21,7 1 3,4
klindamisin 1 - 1 -siprofloksasin 6 21,7 11 31
metronidazol 2 3 3,4pefloksasin 1 4,3 - -roksitromisin 1 4,3 - -spiramisin 1 4,3 - -tiamfenikol 1 3,42 Jenis Obatsiprofloksasin,metronidazol 1 4,3 1 3,4metronidazol, klindamisin 1 4,3 1 3,4
Berdasarkan tabel di atas pasien yang menerima satu jenis antibiotik,
untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol antibiotik yang paling
banyak diresepkan adalah amoksisilin yaitu sebesar 34,8% untuk perlakuan dan
48,3% untuk kontrol.
Untuk pasien yang diresepkan dua jenis antibiotik, pada kelompok
perlakuan maupun kontrol diresepkan siprofloksasin, metronidazol dan
metronidazol, klindamisin keduanya sebesar 4,3% dan 3,4%. Pada umumnya
Pasien yang mendapat lebih dari 1 jenis antibiotik cenderung lebih tidak taat
daripada pasien yang hanya mendapat satu jenis antibiotik. Hal ini dapat
disebabkan semakin banyak jumlah obat yang dikonsumsi, pasien sering merasa
malas untuk minum obat, pasien juga sering lupa jika harus minum lebih dari satu
macam obat. Pada penelitian ini hampir seluruh pasien menerima 1 jenis
antibiotik.
49
C. Evaluasi Drug Therapy Problems
Pada penelitian ini semua Drug therapy problems (DTP) diamati, namun
Drug therapy problems (DTP) yang ditemukan pada penelitian ini baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah dosis terlalu rendah (dose
too low), efek obat merugikan (adverse drug reactions), dan ketidaktaatan
(noncompliance). Evaluasi DTP pada penelitian ini berdasarkan literatur yang
telah dijelaskan dalam definisi operasional. DTP yang dievaluasi dilihat dari sisi
obat yang diteliti yaitu antibiotik.
1. DTP dosis terlalu rendah
Kejadian DTP dosis terlalu rendah pada pasien yang menerima obat
golongan antibiotik pada kelompok perlakuan sebesar 17,4%, sedangkan pada
kelompok kontrol yaitu sebesar 6,9%. Jenis obat yang menjadi penyebab dosis
terlalu rendah yaitu spiramisin, klindamisin, metronidazol dan pefloksasin. Dosis
terlalu rendah ini disebabkan oleh ketidaktepatan frekuensi pemberian, akibatnya
dosis yang seharusnya tidak tercapai.
Tabel XIII. Kelompok Kasus DTP Dosis Terlalu Rendah Pada Kasus PasienRawat Jalan di Rumah Sakit Panti Rini yang Menggunakan Antibiotik
Juni-Juli 2009
Jenis obatPasien
Perlakuan KontrolPenilaian Rekomendasi
SpiramisinP3 Penggunaan dosis
spiramisin pada pasientidak tepat, karenafrekuensi dosis yangdiberikan kurang dariseharusnya. Seharusnyadiberikan 3x1/hari namunhanya diberikan 2x1/hari.
Aturan pakai spiramisindisesuaikan dengan aturanpakai yang seharusnya,sehingga dosis meningkatsesuai yang seharusnyapada kasus.
50
Lanjutan tabel XIII
Klindamisin
P51 K78 Penggunaan dosisklindamisin pada pasientidak tepat, karenafrekuensi dosis yangdiberikan kurang dariseharusnya. Seharusnyadiberikan 3-4x/ harinamun hanya diberikan2x1/hari.
Aturan pakai klindamisindisesuaikan dengan aturanpakai yang seharusnya,sehingga dosis meningkatsesuai yang seharusnyapada kasus.
metronidazol
P51, P16 K57 Penggunaan dosismetronidazol pada pasientidak tepat, karena dosisyang diberikan kurangdari seharusnya.Seharusnya pasiendiberikan 3x1/hari namunhanya diberikan 2x1/hari.
Aturan pakai metronidazoldisesuaikan dengan aturanpakai yang seharusnya,sehingga dosis meningkatsesuai yang seharusnyapada kasus.
Pefloksasin
P55 Penggunaan dosispefloksasin pada pasientidak tepat, karena dosisyang diberikan kurangdari seharusnya.Seharusnya pasiendiberikan 2x1/hari namunhanya diberikan 1x1/hari.
Aturan pakai pefloksasindisesuaikan dengan aturanpakai yang seharusnya,sehingga dosis meningkatsesuai yang seharusnyapada kasus.
Tabel di atas menunjukkan beberapa kasus pasien yang mendapatkan
antibiotik dengan frekuensi pemberian yang kurang. Frekuensi pemberian yang
kurang mengakibatkan dosis terlalu rendah. Dosis yang terlalu rendah akan
mempengaruhi kadar obat dalam plasma, sehingga efek terapi tidak maksimal.
Pada penggunaan antibiotik, dosis yang terlalu rendah dapat menyebabkan bakteri
tidak mampu membunuh bakteri penyebab infeksi sehingga akan memiliki risiko
51
terjadinya resistensi. Oleh karena itu, rekomendasi yang diberikan ialah
menyesuaikan aturan pakai sehingga dosis meningkat.
Tabel XIV. Contoh Analisis DTP Dosis Terlalu Rendah pada Pasien RawatJalan di RS Panti Rini yang Menggunakan Antibiotik Juni - Juli 2009
K78
SubyektifNy STI, No RM 165878, umur 48 tahun, pasien mendapat resep antibiotikspiramisin. Pasien mengalami keluhan sesak nafas.Diagnosa : asma
ObyektifSuhu awal pasien 36,7º C dan suhu akhir 35ºC
Penatalaksanaan
R/ Eufilin retard VI S2dd1 p.cR/ Metil Prednisolon VI S2dd1 p.cR/ Tremenza VI S2dd1 p.cR/ spiramisin X S2dd1 p.c
PenilaianPasien mengalami gejala sesak nafas, pasien memang memiliki riwayat asma.Penggunaan spiramisin 2x1/hari padahal seharusnya 3-4/hari (MIMS Indonesia)menunjukkan frekuensi pemberian yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan dosisterlalu rendah.DTP : dosis terlalu rendah (dose too low)
RekomendasiSebaiknya frekuensi pemberian spiramisin ditingkatkan sehingga dosis meningkat
sesuai penggunaannya pada kasus.
*Jenis DTP yang sama juga terjadi pada pasien K57, P3, P16, P51, P55
2. DTP efek obat merugikan (adverse drug reactions)
Pada penelitian ini, ditemukan kejadian DTP efek obat merugikan
(adverse drug reactions) pada kelompok perlakuan yaitu sebesar 8,7% sedangkan
pada kelompok kontrol yaitu sebesar 20,7%. Kejadian DTP efek obat merugikan
dievaluasi berdasarkan literatur yang telah disebutkan dalam definisi operasional.
52
Tabel XV. Kelompok Kasus DTP Adverse Drug Reaction (ADR) Pada KasusPasien Rawat Jalan di RS Panti Rini yang Menggunakan Antibiotik
Juni-Juli 2009
Jenis obatPasien
Perlakuan KontrolPenilaian Rekomendasi
siprofloksasin dan teofilin
P43 siprofloksasinberinteraksi denganteofilin dengan tingkatsignifikansi 2.Siproflokasasin akanmeningkatkan efekfarmakologi maupunefek samping teofilin
Jika harus diberikanbersama, monitor kadarteofilin dan untukmencegah toksisitas,berikan teofilin sesuaidengan dosis yangdibutuhkan.
siprofloksasin dan asam mefenamat
P15 K57, K38 siprofloksasinberinteraksi dengan asammefenamat dengantingkat signifikansi 4.Pemberian keduanyasecara bersama dapatmeningkatkan risikostimulasi CNS dankonvulsi. Siprofloksasinbersama dengan asammefenamat dapatmeningkatkan toksisitas.
Pasien yang menggunakankeduanya secara bersamasebaiknya dimonitor. Jikadigunakan bersama harushati-hati. Sebaiknyadigunakan kombinasi obatyang lain untuk mengurangiefek negatif.
siprofloksasin dan ketoprofen
K2, K79,
K69
siprofloksasinberinteraksi denganketoprofen dengantingkat signifikansi 4.Pemberian keduanyasecara bersama dapatmeningkatkan risikostimulasi CNS dankonvulsi. Siprofloksasinbersama denganketoprofen dapatmeningkatkan toksisitas.
Pasien yang menggunakankeduanya secara bersamasebaiknya dimonitor. Jikadigunakan bersama harushati-hati. Sebaiknyadigunakan kombinasi obatyang lain untuk mengurangiefek negatif.
53
Lanjutan tabel XV
siprofloksasin dan kodein
K62 siprofloksain berinteraksidengan kodein dengantingkat signifikansi 4.Kodein menurunkankadar siproflokasasindalam plasma sehinggaefeknya berkurang.
Pasien yang menggunakankeduanya secara bersamasebaiknya dimonitor. Jikadigunakan bersama perluperhatian yang sangattinggi. Sebaiknyadigunakan kombinasi obatyang lain untuk mengurangiefek negatif.
Siprofloksasin berinteraksi dengan teofilin, tingkat signifikansi 2 dan
onset tertunda serta tingkat keparahan sedang (moderate). Interaksi dari kedua
obat tersebut akan mengakibatkan peningkatan kadar plasma dari teofilin sehingga
dapat meningkatkan efek farmakologi maupun efek samping dari teofilin.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus yang
ditemukan ialah siprofloksasin berinteraksi dengan AINS (asam mefenamat,
ketoprofen), tingkat signifikansi 4 dan tingkat keparahan sedang (moderate).
Siprofloksasin dapat meningkatkan kadar AINS dalam plasma sehingga dapat
meningkatkan efek farmakologi maupun efek samping dari AINS, dikhawatirkan
efek samping AINS meningkat melebihi seharusnya, oleh karena itu penggunaan
keduanya secara bersama harus berhati-hati dan perlu monitoring. Siprofloksasin
dan kodein berinteraksi dengan tingkat signifikansi 4 dan tingkat keparahan
sedang (moderate). Penggunaan keduanya perlu monitoring dan perhatian yang
tinggi.
Interaksi obat yang terjadi ini dapat meningkatkan maupun menurunkan
efektifitas dari obat yang saling berinteraksi. Hal ini akan berdampak pada terapi
54
yaitu dapat menurunkan efek terapetik dan meningkatkan toksisitas dari obat
tersebut.
Tabel XVI. Contoh Analisis DTP Efek Obat Merugiakan (ADR) pada PasienRawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Antibiotik
Juni-Juli 2009
P43
SubyektifNy Dh, No RM 166319, umur 43 tahun, pasien mengalami keluhan batuk, dan sesaknafas.Diagnosa : asma bronkiale
ObyektifSuhu awal pasien 35,6º C dan suhu akhir 36,3ºC, tensi 80/60
PenatalaksanaanR/ siprofloksasin x s. 2. d. d a.c.R/ Cortidex x s. 3. d. d p.c.R/ Vektrin x s. 3. d. d p.c.R/ Eufilin x s. 2. d. d p.c.
PenilaianPasien mengalami gejala batuk dan sesak nafas, pasien memang memiliki riwayat asma.Penggunaan siprofloksasin dan Eufilin secara bersamaan menimbulkan interaksi.Siprofloxasin meningkatkan efek Eufilin dalam plasma sehingga dapat meningkatkanefek farmakologi atau efek samping dari Eufilin.DTP : efek obat merugikan (adverse drug reactions)
RekomendasiPasien yang menggunakan keduanya secara bersama sebaiknya dimonitor. Jika digunakanbersama harus hati-hati. Sebaiknya digunakan kombinasi obat yang lain untukmengurangi efek negatif.* Jenis DTP yang sama juga terjadi pada pasien K2, K8, K47, K57, K69, K75, P2, P15,P43
3. DTP ketidaktaatan pasien (noncompliance)
Pada penelitian ini, kasus DTP yang paling banyak dijumpai ialah kasus
ketidaktaatan pasien terhadap penggunaan antibiotik. Persentase kasus
ketidaktaaatan kelompok perlakuan ialah 30,4% sedangkan untuk kelompok
kontrol adalah 55,2%. Hampir pada seluruh kasus yang ditemui, pasien tidak
menghabiskan antibiotik yang diresepkan. Banyak pasien yang merasa kondisinya
55
sudah membaik sehingga tidak perlu meminum obat lagi, selain itu pasien juga
sering lupa mengkonsumsi obat karena aktivitasnya yang padat.
Tabel XVII. Kelompok Kasus DTP Ketidaktaatan Pasien Rawat Jalan di RSPanti Rini yang Menggunakan Antibiotik Juni-Juli 2009
Jenis obatPasien
Perlakuan KontrolPenilaian Rekomendasi
amoksisilinP8, P35,P60
K3, K14,K30, K32,K44, K53,K65, K82,K85
Saat home visit, pasientidak menghabiskanamoksisilin sesuai aturanpakai. Pada waktuamoksisilin seharusnyahabis, amoksisilin masihsisa beberapa tablet.
Seharusnya pasienmeminum amokisisilinhingga habis sebabamoksisilin merupakanantibiotik yang apabilapenggunaannya tidak sesuaiaturan dapat menimbulkanresistensi sehingga penyakittidak sembuh dan biayaterapi meningkat.
siprofloksasin
P15, P85 K34, K69,K47
Pasien tidakmenghabiskansiprofloksasin denganalasan lupa meminumobat karena terlalu sibukdengan aktivitas sehari-hari, dan merasa kondisisudah membaik sehinggatidak perlu lagi minumobat
Sebaiknya siprofloksasindikonsumsi secara rutinhingga habis sebabsiprofloksasin merupakanantibiotik yang bilapemakaiannya tidak rutinakan menimbulkanresistensi bakteri. Selain itupenyakit tidak sembuh danbiaya semakin mahal.
sefadroksil
P2, P89 K 92 Saat home visit,sefadroksil masih sisa,pasien tidakmenghabiskansefadroksil pada waktuyang seharusnya, pasienmengaku kondisinyasudah membaik sehinggatidak perlu lagi minumobat.
Seharusnya sefadroksildiminum secara teraturhingga habis agar tidakterjadi resistensi bakteri danpenyakit benar-benarsembuh.
56
Lanjutan tabel XVII
klindamisin, metronidazol
K78 Pasien mengaku mual-
muntah saat
mengkonsumsi obat
sehingga terapi tidak
dilanjutkan. Pasien
memilih untuk
pengobatan secara
tradisional.
klindamisin dan
metronidazol merupakan
antibiotik sehingga harus
diminum hingga habis agar
tidak terjadi resistensi
bakteri dan tercapai
kesembuhan yang optimal
serta menghemat biaya.
TiamfenikolK75 Pasien sering lupa
minum antibiotik,tiamfenikol yangdiresepkan masih sisa 3tablet.
Seharusnya pasienmengkonsumsi tiamfenikolhingga habis, sebab jikaantibiotik tidak dikonsumsihingga habis dapatmenyebabkan resistensibakteri dan penyakitbertambah buruk sehinggabiaya terapi meningkat.
Ketaatan pasien sangat menentukan dampak terapi pasien. Ketidaktaatan
terhadap pengobatan dapat mengakibatkan efek terapi tidak tercapai secara
optimal. Ketidaktaatan dapat berdampak buruk bagi perkembangan kondisi
pasien. Penyakit yang diderita tidak sembuh secara total sehingga masih dapat
mengalami kekambuhan. Ketidaktaatan terhadap antibiotik dapat menyebabkan
terjadinya resistensi bakteri selain itu makin banyak biaya yang dibutuhkan untuk
mencapai kesembuhan yang diharapkan.
Berdasarkan kasus ketidaktaatan yang banyak dijumpai tersebut,
pemberian alat bantu ketaatan terhadap pasien diharapkan mampu meningkatkan
ketaatan pasien. Informasi yang diperoleh pasien mungkin belum cukup
membantu pasien dalam memahami pentingnya ketaatan dalam suatu terapi.
57
Tabel XVIII. Contoh Analisis DTP Ketidaktaatan (noncompliance) PasienRawat Jalan di RS Panti Rini yang Menggunakan Antibiotik
Juni - Juli 2009
K3
SubyektifBp PJ, No RM 075363, umur 40 tahun, pasien mengalami keluhan flu, batuk, nyeri telan,badan meriangDiagnosa : faringitis
ObjektifSuhu awal pasien 35,5º C dan suhu akhir 36,3ºC
PenatalaksanaanR/ Farmoksil XV S3dd1 a.c.R/ Cortidex X S2dd1 p.c.R/ Cataflam VI S2dd1 p.c.R/ Megazing V S1dd1 p.c.R/ Enzyplex VI S1dd1 p.c.
PenilaianPasien mengalami faringitis, pada tanggal 15 Juni pasien periksa ke dokter, mendapatfarmoksil 15 tablet yang seharusnya habis dalam 5 hari. Saat home visit tanggal 18 Juniobat masih sisa 6 tablet padahal seharusnya hanya tinggal 3 tablet. Hal tersebutmenunjukkan pasien tidak meminum antibiotik secara teratur.DTP : ketidaktaatan ( noncompliance )
RekomendasiSebaiknya antibiotik diminum secara teratur hingga habis, sebab ketidaktaatan terhadapantibiotik dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri. Selain itu ketidaktaatanmenyebabkan kesembuhan penyakit lama bahkan dapat kambuh lagi sehingga biayaterapi yang dibutuhkan semakin banyak.
*Kasus yang sama terjadi pada kasus yang terdapat pada tabel XVI
Tabel XIX. Pengelompokan Kejadian DTP pada Pasien Rawat Jalan di RS
Panti Rini Yogyakarta yang Menerima Obat Golongan Antibiotik Periode
Juni-juli 2009
Perlakuan Kontrol
No Jenis DTPJumlahKasus
Persentase(%)
JumlahKasus
Persentase(%)
1 Dosis terlalu rendah (dose toolow)
4 17,4 2 6,9
2 Efek obat merugikan (adversedrug reactions)
2 8,7 6 20,7
3 Ketidaktaatan (noncompliance) 7 30,4 16 55,2
58
Tabel XIX merupakan rangkuman DTP yang terjadi pada kelompok
perlakuan maupun kontrol. Pada tabel tersebut nampak bahwa DTP yang paling
banyak ditemukan adalah ketidaktaatan (noncompliance).
D. Evaluasi Perbedaan Ketaatan pasien Antara Kelompok Perlakuan danKontrol pada Pasien Rawat Jalan yang Menerima Obat Golongan
Antiibiotik di RS Panti Rini Juni-Juli 2009
Perbedaan ketaatan dan dampak terapi pasien antara kelompok perlakuan
dan kontrol dapat di evaluasi berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum, aturan
pakai, cara pakai, selisih suhu sebelum dan sesudah perlakuan serta perubahan
kondisi pasien. Dampak terapi pasien tidak hanya diukur dari selisih suhu saja tapi
dapat dilihat dari berbagai sisi salah satunya perubahan kodisi pasien setelah
terapi, apakah kondisi pasien membaik atau memburuk. Dalam definisi
operasional telah disebutkan bahwa perlakuan ialah pasien yang telah setuju
mengikuti penelitian dan diberikan alat bantu ketaaan sedangkan kontrol ialah
pasien yang hanya menerima informasi saja tanpa diberikan alat bantu ketaatan.
Dari definisi tersebut kita dapat mengevaluasi bagaimana pengaruh alat bantu
terhadap ketaatan pasien, apakah ada perbedaan ketatan antara kelompok
perlakuan dan kontrol.
Alat bantu yang kita berikan dapat mempengaruhi ketaatan pasien, oleh
karena itu dibahas pula bagaimana tanggapan pasien terhadap alat bantu yang
diberikan, apakah alat bantu yang diberikan bermanfaat atau justru mempersulit
pasien. Dari hasil home visit terhadap pasien selama penelitian, dapat dilihat
bagaimana tanggapan pasien terhadap alat bantu yang kita berikan.
59
1. Evaluasi perbedaan ketaatan pasien berdasarkan jumlah antibiotik yangdiminum, aturan pakai dan cara Pakai
a. Berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum
Ketaatan pasien terhadap antibiotik dapat dilihat dari jumlah antibiotik
yang diminum pasien. Berdasarkan definisi operasional, pasien dianggap taat bila
antibiotik diminum sampai habis sehingga ketaatannya 100%.
Tabel XX. Persentase Ketaatan antara Perlakuan dan Kontrol BerdasarkanJumlah Antibiotik yang Diminum
Perlakuan Kontrolpersentase Ketaatanberdasar jumlah AB yangtelah diminum Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase
(%)
100% 16 69,6 13 44,8
< 100% 7 30,4 16 55,2
Tabel di atas menunjukkan pada kelompok perlakuan, pasien yang taat
100% sebesar 69,6% dan yang <100% sebesar 30,4%. Pada kelompok kontrol
pasien yang taat 100% adalah 44,8% sedangkan untuk pasien yang <100% adalah
55,2%. Sekilas nampak kelompok perlakuan lebih taat dibandingkan kelompok
kontrol.
Tabel XXI. Hasil Uji Perbedaan Ketaatan Antara Perlakuan danKontrol
Kriteria Perlakuan Kontrol pPersentaseKetaatanberdasarkanjumlah antibiotikyang diminum
*100%(55%-100%) *80%(10%-100%) 0,069
*median (min-max)
Tabel di atas menunjukkan hasil uji ketaatan antara dua kelompok. Pada
masing-masing kelompok ditampilkan median dari persen ketaatan serta nilai
60
minimum dan maksimum persen ketaatan. Dari hasil uji statistik diperoleh hasil
p=0,069, hasil tersebut menunjukkan bahwa ketaatan antara kelompok perlakuan
dan kontrol berbeda bermakna. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan ketaatan
penggunaan obat antara pasien yang mendapat informasi vs pasien yang mendapat
informasi plus alat bantu ketaatan.
Pasien yang mendapat informasi plus alat bantu lebih taat daripada pasien
yang mendapat informasi saja, hal ini disebabkan karena alat bantu ketaaatan
mempermudah pasien dalam minum obat. Alat bantu telah dirancang secara
praktis sehingga saat pasien akan minum obat, pasien tidak perlu lagi
mempersiapkan obat yang akan diminum. Alat bantu yang diberikan membantu
mengingatkan pasien agar selalu taat minum obat. Pasien secara otomatis dapat
melihat apakah obat yang diresepkan sudah terminum atau belum, selain itu alat
bantu tersebut dilengkapi label pengingat yang dicentang setiap kali pasien minum
obat. Alat bantu ini membantu meningkatkan ketaatan pasien terlebih untuk
penggunaan antibiotik yang harus diminum sampai habis.
Berdasarkan hasil wawancara selama home visit, hampir seluruh pasien
yang mendapat alat bantu ketaatan merasa lebih mudah dalam minum obat.
Sebagian besar pasien memberikan tanggapan positif terhadap alat bantu yang
diberikan, mereka mengatakan bahwa alat bantu yang diberikan sangat
bermanfaat. Pasien yang sebelumnya sering tidak menghabiskan antibiotik karena
lupa menjadi lebih taat. Pasien berpendapat bahwa alat bantu yang diberikan dapat
meningkatkan kedisiplinan pasien dalam minum obat. Secara keseluruhan alat
bantu yang diberikan cukup mudah digunakan, namun pasien justru merasa
61
kesulitan saat menyentang label. Pasien menyarankan agar label dibuat lebih
sederhana dan kotak obat dibuat lebih luas sehingga dapat digunakan untuk obat
yang jumlahnya banyak.
b. Berdasarkan aturan pakai
Tabel XXII. Ketaatan antara Perlakuan dan Kontrol Berdasarkan AturanPakai Obat
Perlakuan KontrolKetaatan Aturanpakai Jumlah Persentase
(%)Jumlah Persentase
(%) p
1x1 1 4,3 - -2x1 10 43,5 8 27,6
Taat
3x1 5 21,7 5 17,22x1 4 17,4 5 17,2Tidak
taat 3x1 3 13,0 12 51,7
P*=0,695
P**=0,194
*2x1, **3x1Berdasarkan tabel di atas, untuk aturan pakai obat 2x1 antara pasien yang
taat dan tidak taat diperoleh nilai p = 0,695. Untuk aturan pakai obat 3x1
diperoleh nilai p = 0,194. Dapat disimpulkan bahwa bahwa ketaatan berdasarkan
aturan pakai untuk aturan pakai 2x1 dan 3x1 antara kedua kelompok tidak berbeda
bermakna.
c. Berdasarkan cara pakai
Ketaatan pasien terhadap terapi antibiotik dapat dilihat dari berbagai sisi,
salah satunya ialah cara pakai obat. Cara pakai obat tersebut meliputi cara minum
sebelum dan sesudah makan. Pasien sering tidak dapat membedakan keduanya
sehingga cara pakai obat tertukar, obat yang seharusnya diminum sebelum makan
justru diminum sesudah makan dan sebaliknya. Hal ini dapat menyebabkan efek
terapi tidak mencapai maksimal.
62
Cara pakai obat antibiotik meliputi sebelum makan dan sesudah makan.
Obat yang diminum sebelum makan sebaiknya diminum dengan jeda beberapa
waktu dahulu. Jeda tersebut biasanya seperempat atau setengah jam.
Tabel XXIII. Ketaatan Pasien pada Kelompok Perlakuan dan KontrolBerdasarkan Cara Pakai Obat
Perlakuan KontrolKetaatanpasien Jumlah
pasienPersentase
(%)Jumlahpasien
Persentase(%)
p
Taat 22 95,7 27 93,1
Tidak taat 1 4,3 2 6,9 1,00
Tabel XXIII menunjukkan ketaatan pasien berdasarkan cara pakai obat.
Pada kelompok perlakuan dan kontrol hampir seluruh pasien meminum obat
sesuai cara pakai. Pasien yang taat pada kelompok perlakuan sebesar 95,7% dan
pada kelompok kontrol sebesar 93,1%. Pasien yang tidak taat pada kelompok
perlakuan sebesar 4,3% dan kelompok kontrol sebesar 6,9%. Dari hapil uji
diperoleh nilai p=1,00. Dapat disimpulkan bahwa ketaatan pasien berdasarkan
cara pakai obat pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak berbeda bermakna.
Pasien yang mendapat informasi maupun yang mendapat informasi plus alat bantu
sebagian besar taat terhadap cara pakai antibiotik.
E. Rangkuman Pembahasan
Profil pasien rawat jalan yang menggunakan obat golongan antibiotik di
Rumah Sakit Panti Rini Juni-Juli 2009 dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dari data baseline profil pasien
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan suhu awal pasien diperoleh
nilai p>0,1. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan profil pasien antara
63
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai yang diharapkan,
kriteria awal subyek uji tidak berbeda sehingga benar-benar dapat melihat
perbedaan ketaatan antara pasien yang mendapat informasi versus informasi plus
alat bantu.
Profil obat pasien dibedakan menjadi dua yaitu profil obat secara umum
dan profil antibiotik sendiri. Profil obat secara umum terdiri atas jumlah obat yang
diterima pasien serta golongan dan jenis obat yang diterima pasien selain
antibiotik. Profil antibiotik terdiri atas golongan dan jenis obat yaitu berdasarkan
pendekatan kimia, mekanisme kerja serta berdasarkan manfaat dan sasaran kerja.
Selain itu, profil antibiotik dievaluasi berdasarkan jumlah dan jenis antibiotik
yang diberikan. Berdasarkan baseline Profil obat meliputi jumlah antibiotik dan
jumlah obat yang diterima pasien diperoleh nilai p>0,1. Dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan yang bermakna antara jumlah antibiotik dan jumlah obat yang
diterima pasien pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Evaluasi DTP pada kasus pasien yang menggunakan obat golongan
antibiotik, diperoleh data untuk DTP dosis terlalu rendah (dose too low), pada
kelompok perlakuan ditemukan 4 kasus dan pada kelompok kontrol ditemukan 2
kasus. DTP efek obat merugikan (adverse drug reactions ) ditemukan 2 kasus
pada kelompok perlakuan dan 6 kasus pada kelompok kontrol. DTP ketidaktaatan
(noncompliance) ditemukan 7 kasus pada kelompok perlakuan dan 16 kasus pada
kelompok kontrol.
Perbedaan ketaatan terapi pasien antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dapat dilihat dari Jumlah antibiotik yang diminum, aturan pakai
64
dan cara pakai. Berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum diperoleh nilai
p=0,069, dapat disimpulkan terdapat perbedaan ketaatan yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kontrol. Pasien yang mendapat informasi plus alat bantu
lebih taat daripada pasien yang hanya mendapat informasi saja. Berdasarkan
aturan pakai, untuk aturan pakai obat 2x1 antara pasien yang taat dan tidak taat
diperoleh nilai p = 0,695. Untuk aturan pakai obat 3x1 diperoleh nilai p = 0,194.
Dapat disimpulkan bahwa bahwa ketaatan berdasarkan aturan pakai untuk aturan
pakai 2x1 dan 3x1 antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
Berdasarkan cara pakai, diperoleh nilai p=1,00 hal tersebut menunjukkan
ketaatan antara perlakuan dan kontrol tidak berbeda bermakna. Pasien yang
mendapat informasi maupun yang mendapat informasi plus alat bantu sebagian
besar taat terhadap cara pakai antibiotik.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian, Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan
RS Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat
Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap
Penggunaan Obat Antiinfeksi) dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Profil pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan suhu awal
pada kelompok kontrol maupun perlakuan memiliki nilai p>0,1 yang berarti profil
pasien pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda bermakna.
2. Jumlah obat keseluruhan dan jumlah antibiotik yang diterima pasien pada
kelompok perlakuan dan kontrol memiliki nilai p>0,1 yang berarti profil obat pada
kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Golongan antibiotik yang paling banyak
digunakan pada kelompok perlakuan maupun kontrol adalah golongan penisilin
spektrum luas. Jenis antibiotik yang paling bnyak digunakan pada kelompok
perlakuan dan kontrol adalah amoksisilin yaitu 34,8% untuk kelompok perlakuan dan
48,3% untuk kelompok kontrol.
3. Terdapat kejadian DTP pada kelompok perlakuan yang meliputi dosis terlalu rendah
sebesar 17,4%, efek obat merugikan sebesar 8,7%, dan ketidaktaatan sebesar 30,4%
sedangkan pada kelompok kontrol dosis terlalu rendah sebesar 6,7%, efek obat
merugikan sebesar 20,7%, dan ketidaktaatan sebesar 55,2%.
65
66
4. Ketaatan berdasarkan jumlah antibiotik yang diminum antara kelompok perlakuan
dan kontrol memiliki nilai p=0,069 yang berarti terdapat perbedaan ketaatan yang
bermakna antara kedua kelompok. Pasien yang mendapat informasi plus alat bantu
lebih taat daripada pasien yang mendapat informasi saja. Berdasarkan aturan
pakai, untuk aturan pakai obat 2x1 antara pasien yang taat dan tidak taat diperoleh
nilai p=0,695. Untuk aturan pakai obat 3x1 diperoleh nilai p = 0,194 artinya
ketaatan berdasarkan aturan pakai antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
Berdasarkan cara pakai diperoleh nilai p=1,00 yang artinya ketaatan antara kedua
kelompok tidak berbeda bermakna.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, hal yang dapat disarankan adalah:
1. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta untuk menggunakan alat bantu ketaatan
dalam upaya meningkatkan ketaatan penggunaan obat pasien.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap alat bantu ketaatan agar
diperoleh alat bantu ketaatan yang lebih praktis, efektif dan inovatif.
3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di rumah sakit yang berbeda atau periode
yang berbeda sebagai perbandingan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Standar Pelayanan farmasi di Apotek, Departemen Kesehatan RI,Jakarta
Anonim, 2008a, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi , Edisi 7, PT.Info Master,Jakarta
Anonim, 2008b, Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2008, 29, DinasKesehatan Propinsi D.I.Y, Yogyakarta
Brownlie, J., et.al., 2006, Foresight. Infectious Diseases: preparing for the futureFuture Threats,http://www.eurosurveillance.org/ViewArticle.aspx?ArticleId=19021, diaksestanggal 29 September 2009
Jawetz, E., 1998, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI, 699-707, EGC, Jakarta
Kardas, P., 2006, Comparison of patient compliance with once-daily and twice-dailyantibiotic regimens in respiratory tract infections: results of a randomizedtrial, http://jac.oxfordjournals.org/cgi/content/full/59/3/531, diakses tanggal27 September 2009
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance L.L., 2006, Drug InformationHandbook, 14th Ed., Lexi-comp, Ohio.McGraw-Hill Co., New York
Mandal, B.K., Wilkins, E.G.L., Dunbar,E.M., Mayon-white,R.T., 2006, LectureNotes Penyakit Infeksi, Edisi VI, 21-24, Erlangga, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2006, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta
Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, CV Rajawali, Jakarta
Rybak M.J., & Aeschlimann J.R., 2005, Laboratoty Test to Direct AntimicrobialPharmacotherapy in DiPiro, J (Ed), Pharmacotherapy: PatophysiologicApproach, 6th edition, 1891-1923, McGraw-Hill, New York
Setiabudy, R., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, 571-576, Gaya Baru,Jakarta
Siregar, J.P., 2006, Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, EGC, Jakarta
Strand, L.M., Morley, P.C., Cipolle, R.J., 2004, Pharmaceutical Care Practice: ThiClinical’s Guide,2nd edition, 178-188, McGraw-Hill Companies, USA
67
68
Tatro, D.S. (Ed), 2006, Drug Interaction Facts, Facts&Comparison, WoltersKluwer, St. Louis
Taylor, C.R., 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, 174-198, EGC, Jakarta
Waeber, B., Favre, O., Delacretas, E., Michel, B., Michel, G., 1997, RelationshipBetween the Prescriber’s Instructions and Compliance with Antibiotherapy inOutpatients Treated for an Acute Infectious Disease,http://www.jclinpharm.org, diakses tanggal 29 september 2009
Wattimena, J.R., 1991, Farmakodinamika dan Terapi Antibiotika, 18-32, GadjahMada University Press, Yogyakarta
WHO, 2001, WHO Global Strategy for Containment of Antimicrobial Resistance,http://www.who.int/drugresistance/WHO_Global_Strategy_English.pdf,diakses tanggal 29 September 2009
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1: Informed Consent
KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA
DHARMA DENGAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA
Penjelasan Mengenai Penelitian Perbandingan Pemberian Informasi VersusInformasi plus Alat Bantu terhadap Ketaatan Penggunaan Obat
Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Sanata Dharma bekerja sama dengan
RS Panti Rini Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
respon pasien pada Perbandingan Pemberian Informasi Versus Informasi plus
Alat Bantu terhadap Ketaatan Penggunaan Obat Pasien Rawat Jalan RS Panti
Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009.
Anda merupakan pasien RS Panti Rini periode Juni-Juli 2009, oleh karena
itu diminta ikut serta dalam penelitian ini.
Bila bersedia ikut, tim peneliti akan melakukan wawancara kepada anda
seputar penggunaan obat yang anda terima melalui kunjungan ke rumah anda.
Pada saat kunjungan akan dilakukan wawancara dan pengukuran tanda vital dan
beberapa tes lain bila diperlukan. Pengukuran tanda vital yang dilakukan antara
lain tekanan darah, kadar gula darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan suhu
tubuh. Data-data yang didapatkan dari proses tersebut akan digunakan sebagai
data penelitian.
Anda bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila anda telah
memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat.
Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak
memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda.
Selama anda ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat
mempengaruhi pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian
ini akan segera disampaikan kepada anda.
Bila anda tidak mentaati instruksi yang diberikan oleh para peneliti, anda
dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini.
Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini kepada tim peneliti.
71
Surat pernyataan kesediaan sebagai Responden penelitian
Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
No telp/HP :
Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang
berjudul "PERBANDINGAN PEMBERIAN INFORMASI VERSUS
INFORMASI plus ALAT BANTU TERHADAP KETAATAN
PENGGUNAAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JUNI – JULI 2009".Semua penjelasan diatas telah
disampaikan kepada saya. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan
penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari tim peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Yogyakarta,Mengetahui
Saksi Responden/pasien
( ) ( )
Pengukuran yang dilakukan*:
( ) Kadar gula darah ( ) Tekanan darah
( ) Kolesterol ( ) Frekuensi nadi
( ) Suhu tubuh ( ) Frekuensi nafas
*Tandai yang diperlukan
72
Lampiran 2: Panduan Wawancara
Anda dimohon untuk enjawab pertanyaan di bawah ini dengan mengisi atau
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak adab. SDc. SLTPd. SMAe. Perguruan tinggi
6. Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta/Pedagang
d. Petani/Buruh
e. Lainnya (sebutkan) ........................
7. Penghasilan :
a. ≤ Rp 500.000
b. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000
c. > Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000
d. > Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000
e. > Rp 5.000.000
73
Pretest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Apakah pernah salah minum obat?
Ceritakan kapan dan bagaimana?
Penyebabnya?
Pengatasannya?
3. Paling sering tahu cara pakai obat dari siapa? Dokter/Petugas
Apotek?
Selanjutnya, bagi kelompok perlakuan, dijelaskan:
Kita ingin memberikan alat bantu ketaatan, jelaskan cara pakai alatnya!
Postest:
1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!
2. Khusus kelompok perlakuan:
Bagaimana tanggapan anda tentang alat bantu ketaatan?
Apakah bermanfaat/tidak?
74Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P2
Nama : SKT Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 43 th
Keluhan : nyeri pinggang, susah buang air kecilDiagnosis : ISKTanda Vital Tgl periksa: 8 Juni 2009 homevisit akhir : 13 Juni 2009 KetaatanSuhuTD
36,50C130/80
36,00C114/90
Cara pakai Obat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
Furosemideasam mefenamatsefadroksil
1x1/2 p.c3x1 p.c2x1 a.c
51010
268
tidak taattidak taattaat
tidak taattidak taattidak taat
1.
Outcomes : membaik sehingga obat tidak diminum lagi alat: cukup membuat ribet, pasien malas mencontreng label
P3
Nama : STI Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 48 th
Keluhan : sesak nafasDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 8 Juni 2009 homevisit akhir : 13 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,70C 350C Cara pakai Obat yang
digunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakaneufilin retardmetil prednisolontremenzaspiramisin
2x1 p.c2x1 p.c2x1 p.c2x1 a.c
66610
66610
taattaattaattaat
taattaattaattaat
2.
Outcomes : membaik alat: bermanfaat, tidak merepotkan
P8
Nama : HP Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 29 th
Keluhan : luka merembes, luka terasa panas , nyeriDiagnosis : infeksi lukaTanda Vital Tgl periksa: 8 Juni 2009 homevisit akhir : 12 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 360C Aturan
pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
FarmoxilPronalges 50
3x1 a.c2x1 p.c
1510
910
tidak taattaat
tidak taattidak taat
3.
Outcomes : membaik, tidak taat karena minum obat sesuai jam bangun tidur alat: sangat membantu
75Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P9
Nama : SWI Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 28 th
Keluhan : badan pegal-pegalDiagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 8 Juni 2009 homevisit akhir : 14 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,50C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
4.
Amoksisilin 500LapistanMegazing
3x1 a.c3x1 p.c1x1 p.c
15155
15155
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik alat: bermanfaat, membantu
P13
Nama : EN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 40 th
Keluhan : pusing, mual, batuk, pilekDiagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa: 9 Juni 2009 homevisit akhir : 13 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,50C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
5.
Ambroxoldomperidonsefadroksilintunal
3x1 p.c3x1 a.c2x1 a.c2x1 p.c
10101012
5101010
taattaattaattaat
tidak taattaattaattidak taat
Outcomes : membaik alat: bermanfaat, tapi sedikit sulit diaplikasikan
P16
Nama : RK Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 26 th
Keluhan : -Diagnosis : nyeri perut bawahTanda Vital Tgl periksa: 10 Juni 2009 homevisit akhir : 17 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,50C 36,10C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
6.
siprofoksasinvelazol
2x1 a.c2x1 p.c
1212
1212
taattaat
taattaat
Outcomes : membaik alat: bermanfaat, membantu
76Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P23
Nama : SGY Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 35 th
Keluhan : Batuk, fluDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 12 Juni 2009 homevisit akhir : 17 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,80C 35,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
7.
Megazingcortidexsiprofloksasinintunal
1x1 p.c2x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c
6101012
47105
tidak taattidak taattidak taattidak taat
tidak taattidak taattaattidak taat
Outcomes : membaik alat: bermanfaat
P31
Nama : SP Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 27 th
Keluhan : benjolan di tangan kanan ± 1 th, nyeriDiagnosis : luka pasca operasiTanda Vital Tgl periksa: 22 Juni 2009 homevisit akhir : 26 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,80C 35,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
8.
Farmoxilpronalges 100
3x1 a.c2x1 p.c
1510
1510
taattaat
taattaat
Outcomes : membaik alat: membantu sekali
P35
Nama : WD Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 39 th
Keluhan : sakit gigiDiagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa: 22 Juni 2009 homevisit akhir : 26 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,50C 35,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
9.
asam mefenamatfarmoxil
3x1 p.c3x1 a.c
1010
56
taattaat
tidak taattidak taat
Outcomes : membaik, pasien sering lupa minum obat alat: bermanfaat
77Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P42
Nama : SPH Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SLTP Umur : 24 thKeluhan : bronchitis, parakardial, dahak (-), berdarah saat BABDiagnosis : bronchitis, hemoroidTanda Vital Tgl periksa: 23 Juni 2009 homevisit akhir : 16 Juli 2009 KetaatanSuhuTD
36,50C100/70
32,20C-
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
10.
CTMGGamoksisilinasam traneksamat
3x1 p.c3x1 p.c3x1 a.c3x1 p.c
20202015
2092015
taattaattaattaat
taattidak taattaattaat
Outcomes : membaik alat: membantu sekali
P43
Nama : DH Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 43 thKeluhan : batuk, sesak bernafasDiagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 24 Juni 2009 homevisit akhir : 28 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,60C 36,30C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
11.
Siprofloksasincortidexeufilin
2x1 a.c3x1 p.c2x1 p.c
101010
101010
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik alat: membantu dan rajin mencontreng
P51
Nama : SR Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 38 th
Keluhan : badan terasa panas, pusing, perut dan tenggorokan sakitDiagnosis : infeksi luka operasiTanda Vital Tgl periksa: 24 Juni 2009 homevisit akhir : 28 Juni 2009 KetaatanSuhuTD
36,50C110/80
360C-
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
12.
VelazolKlindamisin
2x1 p.c2x1 a.c
1410
1410
taattaat
taattaat
Outcomes : membaik , tapi kadang masih merasa mual di pagi hari alat: praktis, bermanfaat sehingga pasien rajin minum obat
78Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P15
Nama : KHR Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 19 thKeluhan : nyeriDiagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 10 Juni 2009 homevisit akhir : 20 Juni 2009 KetaatanSuhuTD
36,50C120/70
360C-
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
13.
Siprofloksasinlapistan
2x1 a.c3x1 p.c
2020
1116
taattaat
tidak taattidak taat
Outcomes : membaik , pasien lupa minum obat karena sibuk alat: bermanfaat
P52
Nama : IN Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 39 thKeluhan : -Diagnosis : DM, infeksiTanda Vital Tgl periksa: 24 Juni 2009 homevisit akhir : 14 Juli 2009 KetaatanSuhuGDS
340C170
340C152
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
14.
cefat 500xefolacmetrixglumin
2x1 a.csprn 1 p.c1x1 sewaktu1x1 sewaktu
10102020
10101919
taattaattaattaat
taattaattidak taattidak taat
Outcomes : membaik alat: praktis, bermanfaat
P55
Nama : YN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 19 thKeluhan : diare, mual, muntah,fluDiagnosis : ISCTanda Vital Tgl periksa: 25 Juni 2009 homevisit akhir : 29 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,20C 35,10C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
15.
Noflexinintunaltripanzim
1x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c
51010
51010
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik alat: membantu sehingga lebih taat
79Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P58
Nama : SKN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 55 th
Keluhan : -Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 25 Juni 2009 homevisit akhir : 29 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,70C 36,10C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
16.
farmoxil 500intunalmegazing
3x1 a.c3x1 p.c1x1 p.c
15105
15105
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu, namun disarankan agar alat dibuat lebih luas
P60
Nama : HR Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 34 thKeluhan : nyeri telanDiagnosis : faringitisTanda Vital Tgl periksa: 26 Juni 2009 homevisit akhir : 30 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,50C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
17.
amoksisilin 500lapistannonflamin
3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c
151510
12-
taattaattaat
Tidak taat
Outcomes : membaik alat: cukup membantu
P61
Nama : ISM Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 21 thKeluhan : demam, batuk, pilek, pusing, tenggorokan sakitDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 26 Juni 2009 homevisit akhir : 30 Juni 2009 KetaatanSuhu 400C 350C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
18.
siprofloksasin 500cortidexintunal
2x1 p.c3x1 p.c3x1 a.c
101516
101516
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu
80Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P53
Nama : STO Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SLTP Umur : 65 thKeluhan : Batuk, pilekDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 25 Juni 2009 homevisit akhir : 29 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
19
Uplorestuzalossanexon
2x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c
101010
101010
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu
P83
Nama : FBS Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 26 thKeluhan : panas, batuk, pilekDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 9 Juli 2009 homevisit akhir : 14 Juli 2009 KetaatanSuhu 390C 36,20C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
20.
Tuzalosamoksisilin 500cortidexmegazing
3x1 p.c3x1 a.c2x1 p.c1x1 a.c
121576
121576
taattaattaattaat
taattaattaattaat
Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: bermanfaat sekali
P84
Nama : SL Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 51 thKeluhan : Batuk, sesak nafas, pernah mengalami batuk berdahak 1 tahun yang lalu, sudah selesai pengobatan rutinDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa:9 juli 2009 homevisit akhir : 20 Juli 2009 KetaatanSuhu 35,80C 35,90C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
21.
sefadroxil 500ambroxolOBH sirup
2x1 p.c3x1 p.c3 dd 10cc
10151
1015habis
taattaattaat
taattaattaat
Outcomes : membaik alat: bagus untuk kedisiplinan minum obat
81Lampiran 3: Data pasien perlakuan
P85
Nama : MRA Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 31 thKeluhan : iritasi mataDiagnosis :kratitisTanda Vital Tgl periksa:9 Juli 2009 homevisit akhir : 9 Juli 2009 KetaatanSuhu 34,40C 35,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
22.
Siprofloksasinlameson
2x1 p.c3x1 p.c
1010
79
taattaat
tidak taattidak taat
Outcomes : membaik , pasien tidak karena terlalu sibuk alat: menambah ribet sebab pasien harus bekerja dan tidak bisa membawa alattersebut
P89
Nama : BBG Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 53 thKeluhan : Batuk, perut sakitDiagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa:31-7-09 homevisit akhir : 31-8-09 KetaatanSuhu 35,70C 36,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
23.
LanzoprasolGemfibrozilsefadroksilDMP
1x1 a.c1x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c
15121020
1312719
taattaattaattaat
tidak taattadak taattidak taattidak taat
Outcomes : membaik , pasien sering lupa minum obat alat: bermanfaat sebab tinggal ambil
82Lampiran 4: Data pasien kontrol
K2
Nama : SWT Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 50 th
Keluhan : -Diagnosis : ISKTanda Vital Tgl periksa: 15 Juni 2009 homevisit akhir : 19 Juni 2009 KetaatanSuhu 36,50C 36,00C Cara pakai Obat yang
digunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
1.
siprofloksasinpronalges
2x1 p.c2x1 p.c
106
106
taattaat
taattaat
Outcome: membaik
K14
Nama : SZ Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 28 th
Keluhan : lengan nyeri dan lecet, kaki lecetDiagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 15 Juni 2009 homevisit akhir : 19 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 36,40C Cara pakai Obat yang
digunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
2.
PronalgesAmoksisilin
2x1 p.c3x1 p.c
615
67
taattaat
taattidak taat
Outcome: membaik
K30
Nama : BM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SD Umur : 54 th
Keluhan : siku dan lutut lecetDiagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 16 Juni 2009 homevisit akhir : 20 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
3.
asam mefenamatamoksisilin 500
2x1 p.c3x1 a.c
615
612
taattaat
taattidak taat
Outcome: membaik
83Lampiran 4: Data pasien kontrol
K3
Nama : PJ Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 40 th
Keluhan : nyeri telanDiagnosis : faringitisTanda Vital Tgl periksa: 15 Juni 2009 homevisit akhir : 21 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,50C 36,30C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
4.
Farmoxilcortidexcataflammegazingenziplex
3x1 a.c2x1 p.c2x1 p.c1x1 p.c1x1 p.c
1510656
97636
taattaattaattaattaat
tidak taattidak taattaattidak taattaat
Outcome: membaik, namun masih flu dan batuk
K32
Nama : SSL Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Umur : 42 th
Keluhan : -Diagnosis : cabut gigiTanda Vital Tgl periksa: 17 Juni 2009 homevisit akhir : 21 Juni 2009 KetaatanSuhu 34,80C 34,80C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
5.
farmoxil 500nonflaminasam mefenamattantum verdegargle 1
3x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c
1515151
51011-
taattaattaat-
tidak taattidak taattidak taat-
Outcome: membaik, pasien merasa lebih baik sehingga tidak minum obat lagi
K34
Nama : SM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Umur : 49 th
Keluhan : -Diagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 17 Juni 2009 homevisit akhir : 27 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,50C 35,90C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
6.
incifloxzaldiarnutriflam
2x1 p.c2x1 p.c2x1 p.c
21108
16108
taattaattaat
tidak taattaattaat
84Lampiran 4: Data pasien kontrol
Outcome: membaik
K35
Nama : SDM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 66 th
Keluhan : pusing, flu, demamDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 17 Juni 2009 homevisit akhir : 19 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 36,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
7.
Amoksisilinsanmolmegazing
3x1 p.c3x1 p.c1x1 p.c
15127
1022
taattaattaat
tidak taattidak taattidak taat
Outcome: membaik
K40
Nama : HB Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 50 th
Keluhan : diare, demam, nyeri, pusingDiagnosis : ISCTanda Vital Tgl periksa: 17 Juni 2009 homevisit akhir : 17 Juli 2009 KetaatanSuhuTD
36,40C150/90
36,20C169/116 Cara pakai
Obat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanherbesserarcapecPCT 500metronidazol
1x1 p.c3x2 a.c3x1 p.c3x1 p.c
30171015
15171015
taattaattaattaat
taattaattaattaat
8.
Outcomes : membaik
K44
Nama : SG Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SD Umur : 29 th
Keluhan : -Diagnosis : infeksi lukaTanda Vital Tgl periksa: 19 Juni 2009 homevisit akhir : 23 Juni 2009 KetaatanSuhu 35,50C 34,40C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
9.
Farmoxillapistan
3x1 p.csprn 1 p.c
1510
100
taattaat
tidak taattidak taat
Outcome: membaik
85Lampiran 4: Data pasien kontrol
K47
Nama : SRJ Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 55 thKeluhan : nyeri dada kiri sampai lengan, nyeri ulu hatiDiagnosis : dyspepsiaTanda Vital Tgl periksa: 22 Juni 2009 homevisit akhir : 27 Juni 2009 KetaatanSuhu 360C 360C
CarapakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansiprofloksasinscopaminranitidin
2x1 a.c3x1 p.c2x1 p.c
101510
111
taattaattaat
tidak taattidak taattidak taat
10.
Outcomes : tidak ada perubahan
K53
Nama : BR Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 48 thKeluhan : pusing, fluDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 29 Juni 2009 homevisit akhir : 3 Juli 2009 KetaatanSuhu 35,70C 36,10C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansanmolfarmoxiltuzalosmegazing
3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c1x1 p.c
71576
51475
taattaattaattaat
tidak taattidak taattaattidak taat
11.
Outcomes : membaik
K57
Nama : WNS Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 27 th
Keluhan : nyeri perut bagian bawah, menstruasi sulit berhentiDiagnosis : ISKTanda Vital Tgl periksa: 29 Juni 2009 homevisit akhir : 5 Juli 2009 KetaatanSuhu 370C 340C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
12.
Progynovakalnexsiprofloksasinvelazolmefinal
4x1 p.c4x1 p.c2x1 a.c2x1 p.c3x1 p.c
44141410
44141410
taattaattaattaattaat
taattaattaattaattaat
Outcomes : membaik
86Lampiran 4: Data pasien kontrol
K58
Nama : KA Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Umur : 39 thKeluhan : perut perih, kemranyas, muntahDiagnosis : kolik abdomenTanda Vital Tgl periksa: 30 Juni 2009 homevisit akhir : 5 Juli 2009 KetaatanSuhu 35,70C 35,80C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
13.
BraxidinSiprofloksasin
3x1 p.c2x1 a.c
1210
1010
taattaat
tidak taattaat
Outcome: membaik
K62
Nama : MJY Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : SMA Umur : 47 thKeluhan : batukDiagnosis : ISPA, DM, HTTanda Vital Tgl periksa: 24 Juni 2009 homevisit akhir : 6 Juli 2009 KetaatanSuhuTDGDS
36,40C154/91173
35,30C139/85165
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanhumulinvalsartansiprofloksasinkodein
2x1 p.c1x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c
-301020
-301020
taattaattaattaat
taattaattaattaat
14.
Outcomes : memburuk
K65
Nama : TKM Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 70 thKeluhan : pusing, mual, batuk, pilekDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 1 Juli 2009 homevisit akhir : 6 Juli 2009 KetaatanSuhu 35,50C 34,40C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanintunal fortecortidexfarmoxilcataflam 50
3x1 p.c2x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c
1210156
12886
taattaattaattaat
taattidak taattidak taattaat
15.
Outcomes : tidak ada perubahan
87Lampiran 4: Data pasien kontrol
K64
Nama : WDN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 28 th
Keluhan : gatal pada leher, pilek, nyeri dan demamDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 1 Juli 2009 homevisit akhir : 6 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,60C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanfarmoxil 500intunalcortidexcataflam 50
3x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c2x1 p.c
157107
157107
taattaattaattaat
taattaattaattaat
16.
Outcomes : membaik
K69
Nama : SNN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 44 thKeluhan : nyeri perut bawah dan pinggangDiagnosis : ISKTanda Vital Tgl periksa: 1 Juli 2009 homevisit akhir : 5 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,50C 36,50C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansiprofloksasinpronalges 50
2x1 a.c2x1 p.c
1010
44
taattaat
tidak taattidak taat
17.
Outcomes : masih nyeri
K75
Nama : SHT Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Umur : 50 thKeluhan : pusing, sakit perutDiagnosis : ISCTanda Vital Tgl periksa: 2 Juli 2009 homevisit akhir : 6 Juli 2009 KetaatanSuhu 32,20C 350C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
18.
sanmoltripanzimanalsiktiamfenikol
3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c3x1 a.c
10101015
1010812
taattaattaattaat
taattaattidak taattidak taat
Outcome: membaik
88Lampiran 4: Data pasien kontrol
K78
Nama : WSY Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 53 thKeluhan : -Diagnosis : DM, HTTanda Vital Tgl periksa: 12 Juli 2009 homevisit akhir : 12 Juli 2009 KetaatanSuhuTDGDS
360C146/92321
360C
324Cara pakai
Obat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
19
klindamisinmetronidazolhumologherbesser
2x1 bersama/p.c3x1 p.c-1x1 p.c
2030-15
14-1
taattaattaat
tidak taattidak taattaat
Outcome: memburuk, pasien mual muntah
K79
Nama : MW Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 25 thKeluhan : nyeri saat buang air kecilDiagnosis : ISKTanda Vital Tgl periksa: 3 Juli 2009 homevisit akhir : 8 Juli 2009 KetaatanSuhu 360C 360C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanSiprofloksasinpronalges 100spasmiumfurosemid
2x1 a.c2x1 p.c2x1 p.c1x1 p.c
10665
10665
taattaattaattaat
taattaattaattaat
20.
Outcomes : membaik
K82
Nama : VN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 26 thKeluhan : Flu, batuk, pilek, pusingDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 14 juli 2009 homevisit akhir : 17 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,50C 34,20C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
21.
Tuzalosethimoxcortidex
3x1 p.c
3x1 p.c3x1 p.c
101510
6116
taattaattaat
tidak taattidak taattidak taat
Outcome: membaik
89Lampiran 4: Data pasien kontrol
K85
Nama : SND Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 40 thKeluhan : batuk, pilek, pusing, demamDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 16 Juli 2009 homevisit akhir : 20 Juli 2009 KetaatanSuhu 360C 35,60C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanIntunalfarmoxilcataflamcortidex
3x1 p.c3x1 a.c2x1 a.c2x1 p.c
715610
71269
taattaattaattaat
taattidak taattaattidak taat
22.
Outcomes : membaik
K87
Nama : DH Jenis Kelamin : Permpuan Pendidikan : SD Umur : 65 thKeluhan : pusing, perut sakitDiagnosis : ISCTanda Vital Tgl periksa: 17 Juli 2009 homevisit akhir : 21 Juli 2009 KetaatanSuhu 35,50C 35,70C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
23.
siprofloksasin 500magard FAiborsydtripanzim
2x1 a.c2x1 a.c (dikunyah)2x1 a.c3x1 a.c
106610
106610
taattaattaattaat
taattaattaattaat
Outcome: masih sakit
K88
Nama : LST Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 20 thKeluhan : batuk, pilek, pusing, demamDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 17 Juli 2009 homevisit akhir : 21 Juli 2009 KetaatanSuhuTD
370C100/60
36,40C-
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanFarmoxilintunalmegazingcortidex
3x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c
1510510
1510510
taattaattaattaat
taattaattaattaat
24.
Outcomes : membaik
90Lampiran 4: Data pasien kontrol
K92
Nama : TM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 44 thKeluhan : batuk, demam, sesak nafasDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 21 Juli 2009 homevisit akhir : 23 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,70C 35,90C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansefadroksil 500intunalpectocil
2x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c
101215
81112
taattaattaat
tidak taattidak taattidak taat
25.
Outcomes : tidak ada perubahan
K97
Nama : SFK Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 20 thKeluhan : batuk kering, pusing, demam, perut sakitDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 24 Juli 2009 homevisit akhir : 28 Juli 2009 KetaatanSuhu 360C 36,70C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan
26.
farmoxil 500intunalcortidexdermasolon salep
3x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c-
151010-
151010-
taattaattaattaat
taattaattaattidak taat
Outcome: membaik
K84
Nama : KS Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SD Umur : 70 thKeluhan : dada kiri nyeriDiagnosis : kecelakaanTanda Vital Tgl periksa: 14 Juli 2009 homevisit akhir : 19 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,50C 36,30C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanfarmoxillapistan
3x1 a.c2x1 p.c
1510
1510
taattaat
taattaat
27.
Outcomes : membaik
91Lampiran 4: Data pasien kontrol
K38
Nama : PNM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Umur : 33 thKeluhan : nyeri saat pakai celanaDiagnosis : kontrol pasca operasi penisTanda Vital Tgl periksa: 17 Juni 2009 homevisit akhir : 22 Juni 2009 KetaatanSuhu 370C 36,2 0C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansiprofloksasin 500asam mefenamat
2x1 a.c3x1 p.c
1015
1015
taattaat
taattaat
28.
Outcomes : membaik
K86
Nama : HP Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 25 thKeluhan : pusing, mualDiagnosis : dyspepsiaTanda Vital Tgl periksa: 16 Juli 2009 homevisit akhir : 21 Juli 2009 KetaatanSuhu 36,60C 36,60C
Cara pakaiObat yangdigunakan
Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakantuzalossiprofloksasinmagard FA
3x1 p.c2x1 a.c2x1 a.c (dikunyah)
151010
81010
taattaattaat
tidak taattaattaat
29.
Outcomes : tidak ada perubahan
92
Lampiran 5: Uji Jenis kelamin
kelompok * jniskel Crosstabulation
jniskel
laki-laki perempuan Total
Count 9 14 23Perlakuan
Expected Count 11.1 11.9 23.0
Count 16 13 29
Kelompok
Kontrol
Expected Count 13.9 15.1 29.0
Count 25 27 52Total
Expected Count 25.0 27.0 52.0
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.322a
1 .250
Continuity Correctionb
.758 1 .384
Likelihood Ratio 1.330 1 .249
Fisher's Exact Test .278 .192
Linear-by-Linear
Association1.297 1 .255
N of Valid Casesb
52
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.06.
b. Computed only for a 2x2 table
93
Lampiran 6: Uji umur
Normalitas perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur .118 23 .200*
.958 23 .431
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 36.6087 2.62757
Lower Bound 32.096890% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 41.1206
5% Trimmed Mean 36.0821
Median 35.0000
Variance 158.794
Std. Deviation 1.26014E1
Minimum 19.00
Maximum 65.00
Range 46.00
Interquartile Range 22.00
Skewness .466 .481
umur
Kurtosis -.526 .935
94
Normalitas kontrol
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur .118 23 .200*
.958 23 .431
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 42.9655 2.68937
Lower Bound 38.390590% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 47.5405
5% Trimmed Mean 42.7395
Median 44.0000
Variance 209.749
Std. Deviation 1.44827E1
Minimum 20.00
Maximum 70.00
Range 50.00
Interquartile Range 23.00
Skewness .197 .434
umur
Kurtosis -.686 .845
95
Normalitas data keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
umur .115 52 .081 .955 52 .049
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney umur
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 23 22.80 524.50
Kontrol 29 29.43 853.50
Umur
Total 52
Test Statisticsa
Umur
Mann-Whitney U 248.500
Wilcoxon W 524.500
Z -1.567
Asymp. Sig. (2-tailed) .117
a. Grouping Variable: kelompok
96
Lampiran 7: Uji tingkat pendidikan
kelompok * tingkpend Crosstabulation
tingkpend
SD SLTP SMA PT Total
Count 3 2 10 8 23Perlakuan
Expected Count 4.4 3.1 8.4 7.1 23.0
Count 7 5 9 8 29
Kelompok
Kontrol
Expected Count 5.6 3.9 10.6 8.9 29.0
Count 10 7 19 16 52Total
Expected Count 10.0 7.0 19.0 16.0 52.0
Uji Kolmogorov-Smirnov tingkat pendidikan
Frequencies
Kelompok N
Perlakuan 23
Kontrol 29
Tingkpend
Total 52
Test Statisticsa
tingkpend
Absolute .196
Positive .196
Most Extreme Differences
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z .703
Asymp. Sig. (2-tailed) .706
a. Grouping Variable: kelompok
97
Lampiran 8: Uji suhu awal pasien
Normalitas perlakuan
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 36.2783 .26126
Lower Bound 35.829690% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 36.7269
5% Trimmed Mean 36.2024
Median 36.5000
Variance 1.570
Std. Deviation 1.25298
Minimum 34.00
Maximum 40.00
Range 6.00
Interquartile Range .90
Skewness 1.296 .481
suhu
Kurtosis 3.527 .935
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
suhu .252 23 .001 .846 23 .002
a. Lilliefors Significance Correction
98
Normalitas kontrol
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 36.0034 .16863
Lower Bound 35.716690% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 36.2903
5% Trimmed Mean 36.1146
Median 36.0000
Variance .825
Std. Deviation .90809
Minimum 32.20
Maximum 37.00
Range 4.80
Interquartile Range .90
Skewness -2.714 .434
suhu
Kurtosis 10.677 .845
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
suhu .221 29 .001 .740 29 .000
a. Lilliefors Significance Correction
99
Normalitas data keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
suhu .184 52 .000 .833 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney suhu awal
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 23 27.17 625.00
Kontrol 29 25.97 753.00
suhu
Total 52
Test Statisticsa
suhu
Mann-Whitney U 318.000
Wilcoxon W 753.000
Z -.289
Asymp. Sig. (2-tailed) .773
a. Grouping Variable: kelompok
100
Lampiran 9: Uji jumlah obat
Normalitas perlakuan
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 3.0435 .17193
Lower Bound 2.748390% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 3.3387
5% Trimmed Mean 3.0483
Median 3.0000
Variance .680
Std. Deviation .82453
Minimum 2.00
Maximum 4.00
Range 2.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.085 .481
jumlahobt
Kurtosis -1.519 .935
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlahobt .225 23 .004 .801 23 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Normalitas kontrol
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
jumlobt .263 29 .000 .847 29 .001
a. Lilliefors Significance Correction
101
Normalitas data keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
jmlobt .242 52 .000 .850 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 3.4138 .19550
Lower Bound 3.081290% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 3.7464
5% Trimmed Mean 3.4042
Median 4.0000
Variance 1.108
Std. Deviation 1.05279
Minimum 2.00
Maximum 5.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.151 .434
jumlobt
Kurtosis -1.230 .845
102
Uji Mann-Whitney jumlah obat
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
perlakuan 23 23.83 548.00
Kontrol 29 28.62 830.00
jmlobt
Total 52
Test Statisticsa
Jmlobt
Mann-Whitney U 272.000
Wilcoxon W 548.000
Z -1.189
Asymp. Sig. (2-tailed) .234
a. Grouping Variable: kelompok
103
Lampiran 10: Uji jumlah antibiotik
Normalitas data perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
jumlahab .532 23 .000 .324 23 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 1.0870 .06007
Lower Bound .983890% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 1.1901
5% Trimmed Mean 1.0411
Median 1.0000
Variance .083
Std. Deviation .28810
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 3.140 .481
jumlahab
Kurtosis 8.605 .935
104
Normalitas data kontrol
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jmlab .536 29 .000 .281 29 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 1.0690 .04789
Lower Bound .987590% Confidence Interval for
MeanUpper Bound 1.1504
5% Trimmed Mean 1.0211
Median 1.0000
Variance .067
Std. Deviation .25788
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 3.591 .434
jmlab
Kurtosis 11.695 .845
Normalitas data keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jmlab .536 52 .000 .295 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
105
Uji Mann-Whitney jumlah antibiotik
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Perlakuan 23 26.76 615.50
Kontrol 29 26.29 762.50
jmlab
Total 52
Test Statisticsa
Jmlab
Mann-Whitney U 327.500
Wilcoxon W 762.500
Z -.239
Asymp. Sig. (2-tailed) .811
a. Grouping Variable: kelompok
Lampiran 11: Uji ketaatan berdasarkan antibiotik yang diminum
Normalitas perlakuan
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean .9022 .03334
Lower Bound .844990% Confidence Interval for
MeanUpper Bound .9594
5% Trimmed Mean .9159
Median 1.0000
Variance .026
Std. Deviation .15989
Minimum .55
Maximum 1.00
ketaatan
Range .45
106
Interquartile Range .20
Skewness -1.249 .481
Kurtosis -.067 .935
Normalitas kontrol
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean .7766 .05139
Lower Bound .689190% Confidence Interval for
MeanUpper Bound .8640
5% Trimmed Mean .8017
Median .8000
Variance .077
Std. Deviation .27676
Minimum .10
Maximum 1.00
Range .90
Interquartile Range .36
Skewness -1.202 .434
ketaatan
Kurtosis .616 .845
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
ketaatan .239 29 .000 .800 29 .000
a. Lilliefors Significance Correction
107
Normalitas data keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
ketaatan .317 52 .000 .740 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney antibiotik yang diminum
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
perlakuan 23 30.39 699.00
kontrol 29 23.41 679.00
ketaatan
Total 52
Test Statisticsa
Ketaatan
Mann-Whitney U 244.000
Wilcoxon W 679.000
Z -1.816
Asymp. Sig. (2-tailed) .069
a. Grouping Variable: kelompok
108
Lampiran 12: Uji ketaatan berdasarkan cara pakai obat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
carapakai * kelompok 52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
carapakai * kelompok Crosstabulation
Kelompok
perlakuan kontrol Total
Count 22 27 49Taat
Expected Count 21.7 27.3 49.0
Count 1 2 3
carapakai
tidak taat
Expected Count 1.3 1.7 3.0
Count 23 29 52Total
Expected Count 23.0 29.0 52.0
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .153a
1 .695
Continuity Correctionb
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .157 1 .692
Fisher's Exact Test 1.000 .588
Linear-by-Linear
Association.150 1 .698
N of Valid Casesb
52
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
b. Computed only for a 2x2 table
109
Lampiran 13: Uji dampak terapi pasien berdasarkan selisih suhu
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
selisihsuhu .259 52 .000 .707 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Mann-Whitney selisih suhu
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
perlakuan 23 28.54 656.50
Kontrol 29 24.88 721.50
Selisihsuhu
Total 52
Test Statisticsa
Selisihsuhu
Mann-Whitney U 286.500
Wilcoxon W 721.500
Z -.872
Asymp. Sig. (2-tailed) .383
a. Grouping Variable: kelompok
110
Lampiran 14: Uji dampak terapi pasien berdasarkan perubahan kondisi
kelompok * dampak Crosstabulation
dampak
membaik masi sakit Total
Count 20 3 23Perlakuan
Expected Count 18.1 4.9 23.0
Count 21 8 29
kelompok
Kontrol
Expected Count 22.9 6.1 29.0
Count 41 11 52Total
Expected Count 41.0 11.0 52.0
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.626a
1 .202
Continuity Correctionb
.871 1 .351
Likelihood Ratio 1.689 1 .194
Fisher's Exact Test .308 .176
Linear-by-Linear
Association1.595 1 .207
N of Valid Casesb
52
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.87.
b. Computed only for a 2x2 table
111
BIOGRAFI PENULIS
Veronica Desi Rahayu merupakan anak ketiga dari pasangan
FX.Djamingun dan Yuliana Warsinah, lahir di Magelang pada
tanggal 2 Desember 1988. Pendidikan awal dimulai di Taman
Kanak-kanak Danurejo II Magelang pada tahun 1992-1994.
Dilanjutkan ke Sekolah Dasar Blondo III Magelang pada tahun 1994-2000 dan
Sekolah Menengah Pertama I Magelang pada tahun 2000-2003. Dilanjutkan ke
jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Umum I Magelang pada
tahun 2003-2006. Kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi pada tahun
2006 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan
menyelesaikan masa studi pada tahun 2009. Penulis pernah menjadi Asisten
Praktikum Farmasi Fisika (2007).