PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI LARUTAN IRIGASI …
Transcript of PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI LARUTAN IRIGASI …
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI LARUTAN
IRIGASI Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% DAN EKSTRAK
DAUN SIRIH (Piper Betle Linn) TERHADAP BAKTERI MIX
SALURAN AKAR GIGI NEKROSIS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
DEWI SARTIKA ARIF
J111 10 290
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Skripsi dengan judul “PSodium HypochloriteBetle Linn) terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosisdiperiksa dan disahkan pada tanggal, 13 Agustus 2013.
Drg. Aries Chandra Trilaksana, Sp.KG
Penanggung jawab Program pendidikan Strata Satu
HALAMAN PENGESAHAN
Perbedaan efektivitas antibakteri larutan irigasi Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dan ekstrak daun sirih
) terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosisdiperiksa dan disahkan pada tanggal, 13 Agustus 2013.
Pembimbing,
Drg. Aries Chandra Trilaksana, Sp.KG
Nip. 19760327 200212 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Penanggung jawab Program pendidikan Strata Satu
Universitas Hasanuddin
Prof.drg.H.Mansjur Nasir, Ph.D
Nip. 19540625 198403 1 001
erbedaan efektivitas antibakteri larutan irigasi dan ekstrak daun sirih (Piper
) terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis” telah
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan beribu tahmid, takbir dan rasa syukur
kepada Sang Maha Pengasih dan Pemilik Kesempurnaan atas segala limpahan nikmat
dan karunia iman, nikmat kesehatan, dan ilmunya sehingga penulis dapat
merampungkan skripsi berjudul “Perbedaan efektivitas antibakteri larutan irigasi
antara Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dengan ekstrak daun sirih (Piper
Betle Linn) terhadap bakteri mix pada saluran akar gigi nekrosis” dimana
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kedokteran
Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan salawat yang senantiasa
tercurahkan kepada teladan kebaikan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau,
para sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman.
Terima kasih tak terhingga penulis hanturkan kepada ayahanda Arifin
Sallomo, A.Md dan ibunda Hj. Hasnah Arifin yang telah mengasuh, mendidik dengan
penuh kasih sayang, dan selalu memberi do’a restu yang akan selalu mengiringi
penulis, serta senantiasa memberikan yang terbaik sehingga penulis dapat
memperoleh pendidikan yang layak hingga saat ini. Semoga Allah mencintai dan
memberikan balasan surge kepada keduanya. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Penyelesaian tugas akhir ini tidak luput
dari bantuan beberapa pihak yang dengan kerendahan hati dan senantiasa
memberikan sumbangsih berupa tenaga, dukungan moril serta ilmunya. Melalui
kesempatan ini, penulis menghanturkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,
2. Dosen pembimbing drg.Aries Chandra Trilaksana, Sp.KG, yang telah
meluangkan waktunya dengan senang hati untuk mengarahkan, membimbing,
serta memberikan saran dan petunjuk kepada penulis hingga tugas akhir ini
selesai. Penulis meminta maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis
sempat membuat kesal atau marah. Terima kasih atas segala bantuan yang hanya
mampu penulis balas dengan ucapan teruma kasih yang setinggi – setingginya.
3. Dosen penasehat akademik, drg.Angel Thomas Koyama yang telah memberikan
arahan kepada penulis.
4. Seluruh dosen beserta staf pada fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
atas ilmu pengetahuan dan pelayanannya selama penulis menjalani pendidikan.
5. Untuk kakak dan adik – adikku : drg. Nurhasrianti, Sri Mariati, S.KG, Ahmad
Arif, Alif Aviary Rahmat, atas pengertian, perhatian, dan kasih sayangnya selama
ini.
6. Terima kasih untuk keluarga besar di Palopo.
7. Terima kasih untuk Muh.Ikbal Amahoru untuk semua inspirasi, motivasi,
bantuan, serta suka duka selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Untuk sahabat – sahabatku tercinta : Ratna Juwita, Rahma Kartini R, Ditha Tri,
Nurhaerani Fahri atas semua jalinan kebersamaan selama menjalani perkuliahan
di FKG
9. Untuk teman – teman ATRISI 2010 terima kasih atas semua bantuan dan motivasi
dari kalian.
10. Untuk Pak Markus dan Kak Alfred, terima kasih banyak untuk waktu, tenaga, dan
kesabarannya dalam membantu kegiatan penelitian di laboratorium.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maaf yang
sedalam – dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih
moril maupun materil penulis tetapi tidak sempat penulis sebutkan namanya
diatas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan maupun
kelebihannya, maka dari itu penulis berharap adanya analisis yang lebih
mendalam lagi sehingga dapat terjadi perubahan ide, saran, maupun kritikan
konstruktif agar penulisan – penulisan berikutnya yang berhubungan dengan
skripsi ini dapat terbangun ideal dan bermanfaat maksimal.
Makassar, Juni 2013
Penulis
ABSTRAK
Daun sirih merupakan tanaman obat herbal Indonesia. Kandungan utamanya
yang sangat penting adalah minyak atsiri yang mengandung senyawa fenol dan
derivatnya yang memilki efek antibakteri . Sodium Hypochlorite (NaOCl) merupakan
larutan irigasi yang umum digunakan, dapat mengangkat debris pada saat preparasi
saluran akar dan memiliki efek anti bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan efek anti bakteri dari kedua larutan ini yaitu Sodium hypochlorite
(NaOCl) 0,5% dan ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis
secara invitro. Metode uji efek anti bakteri ini menggunakan metode difusi untuk
membandingkan zona hambat kedua larutan. Analisa statistik menggunakan Uji
ANOVA dan Uji t tidak berpasangan (Independent t-test). Penelitian ini
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih memiliki efek anti bakteri yang lebih baik
dibanding larutan Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5%
Kata kunci : Daun sirih, Sodium Hypochlorite (NaOCl), efek antibakteri
ABSTRACT
Piper betle folium was indonesia’s traditional medicinal herb. The most
important element in its volatile oil which has phenol and its derivate with has
antibacterial effect. Sodium Hypochlorite (NaOCl) is irrigation solution was
commonly used, can lift up debris from root canal preparation and has antibacterial
effect. The purpose of this study was to compare the antibacterial effect of two
solutions namely Sodium hypochlorite (NaOCl) 0,5% and piper betle folium extract
to bacterial mix invitro. Testing method of antibacterial effect is diffusion method to
compare barrier zone between two solution. The statistically analyzed using ANOVA
test and Independent t-test. This study showed that piper betle folium extract had
greater antibacterial effect than Sodium hypochlorite (NaOCl) 0,5%.
Key word: piper betle folium, Sodium hypochlorite (NaOCl), antibacterial effect
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
I.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 4
I.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 5
I.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 5
I.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
I.5.1 Manfaat Umum .................................................................................... 5
I.5.2 Manfaat Khusus ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
II.1 Sodium Hypochlorite (NaOCl)..................................................................... 6
II.1.1 Mekanisme aksi Sodium Hypochlorite (NaOCl) ................................ 7
II.1.2 Konsentrasi Sodium Hypochlorite (NaOCl) ....................................... 9
II.1.3 Aktivitas antibakteri Sodium hypochlorite (NaOCl) ........................... 9
II.1.4 Aktivitas antifungi Sodium hypochlorite (NaOCl) ............................. 10
II.1.5 Efek Sodium hypochlorite (NaOCl) .................................................... 11
II.1.6 Komplikasi Sodium hypochlorite (NaOCl) ........................................ 12
II.2 Daun Sirih (Piper betle linn) .............................................................................. 12
II.2.1 Klasifikasi Ilmiah ............................................................................... 13
II.2.2 Kandungan Daun Sirih ........................................................................ 14
II.2.3 Manfaat Daun Sirih ............................................................................ 16
II.3 Bakterial Mix saluran akar gigi nekrose ............................................................. 16
II.4 Kerangka Teori ............................................................................................. 19
II.5 Kerangka Konsep ......................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................ 21
III.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 21
III.2 Rancangan Penelitian ................................................................................. 21
III.3 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 21
III.4 Waktu Penelitian ......................................................................................... 21
III.5 Variabel Penelitian ...................................................................................... 21
III.6 Definisi Operasional ................................................................................... 22
III.7 Kriteria Penelitian ....................................................................................... 23
III.8 Alat & Bahan Penelitian ............................................................................. 23
III.9 Prosedur Kerja ............................................................................................ 24
III.10 Analisis Data ............................................................................................. 29
III.11 Alur Penelitian ......................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 31
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................... 36
BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 42
VI.I Kesimpulan ................................................................................................. 42
VI.II Saran .......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xii
LAMPIRAN ........................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1:Skema reaksi saponifikasi ................................................................. 7
Gambar 2: Skema reaksi netralisasi..................................................................... 8
Gambar 3: Skema reaksi kloraminisasi ............................................................... 8
Gambar 4: Bacterial biofilm saluran akar .......................................................... 10
Gambar 5: Daun Sirih/Piper betle linn ................................................................ 13
Gambar 6: Contoh intracanal biofilm ................................................................. 18
Gambar 7: Tabel prevalensi bakteri saluran akar ............................................... 18
Gambar 8: Skema kerangka teori ........................................................................ 19
Gambar 9: Skema kerangka konsep .................................................................... 20
Gambar 10: Skema alur penelitian ..................................................................... 29
Gambar 11: Ekstrak daun sirih ........................................................................... 30
Gambar 12: KHM ekstrak daun sirih .................................................................. 31
Gambar 13: Zona hambat ekstrak daun sirih dan NaOCl 0,5% .......................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil uji KHM ekstrak daun sirih ......................................................... 31
Tabel 2. Diameter zona hambat ekstrak daun sirih .............................................. 32
Tabel 3. Uji statistik perbedaan zona hambat antara konsentrasi ekstrak ............ 33
Tabel 4. Uji statistik perbedaan zona hambat antara replikasi ............................ 33
Tabel 5. Uji statistik perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih & NaOCl ........ 34
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut
diagnosis serta perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan
periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang
sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya. Perawatan
endodontik terdiri dari perawatan pulpektomi, pulpotomi, perawatan saluran akar
konservatif dan perawatan endodontik bedah.1
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam
kasus perawatan endodontik. Tahap penting dalam perawatan saluran akar gigi yang
terinfeksi adalah preparasi, sterilisasi dan pengisian. Preparasi saluran akar gigi akan
menunjang proses sterilisasi dan menghasilkan pengisian yang baik sehingga
didapatkan hasil yang maksimal. Prinsip utama pembersihan saluran akar yaitu alat
harus mencapai seluruh dinding saluran akar dan melepaskan debris yang kemudian
dikeluarkan dari saluran akar oleh larutan irigasi.1 Pada tahap preparasi diperlukan
bahan irigasi saluran akar yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan nekrotik,
tumpukan serpihan dentin dan membasahi saluran akar gigi sehingga mempermudah
dalam pelaksanaan preparasi serta pengurangan jumlah mikroorganisme di dalam
saluran akar kemudian sisa bakteri dimatikan dengan medikamen intrakanal.2
Pembersihan saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting
karena bila masih ada sisa jaringan yang tertinggal (debris), maka ada kemungkinan
menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan dapat menyebabkan peradangan
periapikal. Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi adaptasi bahan pengisi
dengan dinding saluran akar. Kurang baiknya adaptasi bahan pengisi dapat
menyebabkan kurangnya kerapatan obturasi sehingga dapat memperbesar
kemungkinan kegagalan perawatan.1
Larutan irigasi saluran akar sebaiknya bersifat antiseptik yaitu dapat merusak,
dapat menghambat reproduksi atau metabolisme mikroba dan sekaligus menstrerilkan
saluran akar. Adapun syarat bahan antiseptik saluran akar adalah mampu membunuh
mikroorganisme, mempunyai efektifitas yang cepat, mampu mengadakan penetrasi
yang dalam, tetap efektif dengan adanya bahan organik, tidak merubah warna gigi,
secara kimia bersifat stabil, tidak berbau dan tidak berasa, ekonomis.2
Pada gigi nekrosis ditemukan beberapa spesies bakteri di antaranya
Streptococcus, Micrococcus, dan sejumlah bakteri anaerob pada infeksi saluran akar
maupun penyakit periradikular. Bakteri anaerob meliputi 90% dari bakteri penyebab
infeksi saluran akar. Berdasarkan temuan tersebut, ternyata penyebab infeksi saluran
akar tidak hanya satu macam bakteri tetapi berbagai macam bakteri (bacterial mix)
yang terlibat termasuk organisme anaerob seperti Porphyromonas, Bacterioides
Gingivalis, Phorphyromonas Bacterioides Endodontalis, dan Prevotella Bacterioides
Buccae yang dinamakan Bacterioides Spesies. 2
Tidak mudah mencapai bakteri yang terdapat pada saluran akar, oleh karena
itu bakteri dihilangkan dengan prosedur mekanis serta dengan bantuan bahan kimia.
Banyak larutan irigasi yang direkomendasikan untuk digunakan dalam perawatan
saluran akar.3 Bahan yang dapat digunakan untuk irigasi antara lain Hidrogen
peroksidase (H2O2) 3%, Sodium Hypochlorite (NaOCl) 5,25%, EDTA 15%,
Chlorhexidine,Akuades.2.
Sodium Hypochlorite (NaOCl) telah secara luas digunakan sebagai larutan
irigasi sejak diperkenalkan pertama kali oleh Walker pada tahun 1936.3 Larutan ini
dikenal juga sebagai pemutih pakaian. Konsentrasi larutan Sodium Hypochlorite
(NaOCl) yang digunakan dalam perawatan saluran akar beragam dari 0,5 – 5,25 %.4
Larutan irigasi ini yang paling sering digunakan dalam praktek dokter gigi,
Larutan irigasi yang ideal seyogyanya memiliki efek antibakteri dengan
spektrum luas, tidak toksik. Akan tetapi belum ada senyawa larutan irigasi yang
dapat memenuhi kriteria ideal tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
terhadap bahan ekstrak alami yang efektif sebagai larutan irigasi.5
Bahan ekstrak alami yang dapat digunakan sebagai larutan irigasi yaitu
ekstrak daun sirih (Piper betle linn). Di Indonesia terdapat banyak tanaman sirih yang
khasiat daunnya telah banyak digunakan. Efek astringent bahan ini, telah diketahui
sebagai obat kumur, tidak menimbulkan iritasi selaput lendir rongga mulut. Pada
konsentrasi 20% bekerja lebih baik terhadap Streptococcus Viridans.2
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menguji dan
membandingkan efek anti bakteri larutan irigasi antara Sodium Hypochlorite (NaOCl)
0,5% dengan ekstrak daun sirih (Piper betle linn) terhadap bakteri mix pada saluran
akar gigi nekrosis.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimana perbedaan efektivitas antibakteri larutan
irigasi antara Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dengan ekstrak daun sirih
(Piper Betle Linn) terhadap bakteri mix pada saluran akar gigi nekrosis?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
I.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat perbedaan efektivitas antibakteri larutan irigasi antara
Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dengan ekstrak daun sirih (Piper Betle
Linn) terhadap bakteri mix pada saluran akar gigi nekrosis.
I.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak daun sirih (Piper
Betle Linn) terhadap bakteri mix pada saluran akar gigi nekrosis.
b. Mengetahui berapa diameter daerah inhibisi Sodium Hypochlorite (NaOCl)
0,5% dan ekstrak daun sirih (Piper Betle Linn) terhadap bakteri mix pada
saluran akar gigi nekrosis.
I.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Ada perbedaan tingkat efektivitas antibakteri Sodium Hypochlorite (NaOCl)
0,5% dengan ekstrak daun sirih (Piper Betle Linn) terhadap bakteri mix pada
saluran akar gigi nekrosis.
I.5 MANFAAT PENELITIAN
I.5.1Manfaat Umum
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai studi
awal tentang bahan larutan irigasi alternatif yang dapat digunakan pada perawatan
saluran akar.
I.5.2 Manfaat Khusus.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan ekstrak daun
sirih yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif larutan irigasi saluran akar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Sodium Hypochlorite (NaOCl)
Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting dalam menunjang keberhasilan
perawatan saluran akar, hal ini merupakan salah satu dari prinsip perawatan
endodontik yaitu triad endodontic treatment. 5 Pada saat instrumentasi dan
pembersihan saluran akar dibutuhkan larutan irigasi untuk membersihkan dan
mengangkat jaringan pulpa nekrotik dan debris dentin dari saluran akar.4 Larutan
irigasi diharapkan memiliki sifat:
1. Spektrum antimikroba yang luas
2. Mampu melarutkan sisa – sisa jaringan pulpa nekrotik
3. Mampu menon-aktifkan endotoksin
4. Harus bersifat non-toksik terhadap jaringan
5. Berpotensi kecil menyebabkan reaksi anafilaktik.6
Larutan irigasi yang telah banyak digunakan adalah Sodium hypochlorite
(NaOCl). Sodium hypochlorite merupakan bahan pemutih rumah tangga misalnya
Clorox atau purex.7
Sodium hypochlorite
kuat, dapat membunuh bakteri dengan sangat cepat walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Penelitian terhadap
Porphyromonas gingivalis,
intermedia menunjukkan kerentanan terhadap NaOCl.
Sodium hypochlorite
mendidihkan gas chlorine
Sodium Hypochlorite (NaOCl), garam (NaCl),dan air (H
II.1.1 Mekanisme aksi
Tindakan NaOCl sebagai bahan pelarut organik dan lemak, me
asam lemak menjadi garam asam lemak / sabun (
(alkohol) yang akan mengurangi tegangan permukaan yang akan memudahkan
pelepasan debris dari dinding saluran akar.
Sumber: Review on common root canal irrigants
pochlorite (NaOCl) dikenal dengan aktivitas antibakteri yang
kuat, dapat membunuh bakteri dengan sangat cepat walaupun dalam konsentrasi
yang rendah. Penelitian terhadap bakteri anaerob gram negatif seperti
Porphyromonas gingivalis, Porphyromonas endodontalis dan P
menunjukkan kerentanan terhadap NaOCl. 8
Sodium hypochlorite (NaOCl) secara tradisional di produksi dengan
chlorine dan larutan sodium hydroxide (NaOH), menghasilkan
(NaOCl), garam (NaCl),dan air (H2O).9
Cl2 + 2NaOH NaOCl + NaCl+H2O
Mekanisme aksi Sodium Hypochlorite (NaOCl):
Tindakan NaOCl sebagai bahan pelarut organik dan lemak, me
asam lemak menjadi garam asam lemak / sabun (fatty acid salts)
(alkohol) yang akan mengurangi tegangan permukaan yang akan memudahkan
pelepasan debris dari dinding saluran akar.6
Gambar 1: Skema reaksi saponifikasi.
Review on common root canal irrigants (Journal of dental science
(NaOCl) dikenal dengan aktivitas antibakteri yang
kuat, dapat membunuh bakteri dengan sangat cepat walaupun dalam konsentrasi
negatif seperti
talis dan Prevotella
(NaOCl) secara tradisional di produksi dengan
(NaOH), menghasilkan
Tindakan NaOCl sebagai bahan pelarut organik dan lemak, mengubah
fatty acid salts) dan gliserol
(alkohol) yang akan mengurangi tegangan permukaan yang akan memudahkan
Journal of dental science)
NaOCl menetralkan asam amino membentuk air dan garam dengan
mengeluarkan ion hidroksil, sehingga terjadi penurunan pH
Sumber: Review on common root canal irrigants
Asam hipoklorit merupakan
hipoklorit, ketika kontak dengan bahan organik pada jaringan dapat
melarutkan dan melepaskan klorin, yang mana akan terkombinasi dengan
protein amino membentuk kloramin. Reaksi kloramin terjadi antara klorin
dan gugus amino (NH) membentuk kloramin yang akan mengganggu
metabolism sel. Klorin mempunyai aksi antimikroba dan menghambat enzim
bakteri. Merusak sintesis DNA dan menghidrolisis asam amino.
Sumber: Review on common root ca
menetralkan asam amino membentuk air dan garam dengan
mengeluarkan ion hidroksil, sehingga terjadi penurunan pH
Gambar 2: Skema reaksi netralisasi
Review on common root canal irrigants (Journal of dental science
Asam hipoklorit merupakan substansi yang terdapat pada larutan
hipoklorit, ketika kontak dengan bahan organik pada jaringan dapat
melarutkan dan melepaskan klorin, yang mana akan terkombinasi dengan
protein amino membentuk kloramin. Reaksi kloramin terjadi antara klorin
amino (NH) membentuk kloramin yang akan mengganggu
metabolism sel. Klorin mempunyai aksi antimikroba dan menghambat enzim
bakteri. Merusak sintesis DNA dan menghidrolisis asam amino.
Gambar 3: Skema reaksi kloraminisasi
Review on common root canal irrigants (Journal of dental science
menetralkan asam amino membentuk air dan garam dengan
Journal of dental science)
substansi yang terdapat pada larutan
hipoklorit, ketika kontak dengan bahan organik pada jaringan dapat
melarutkan dan melepaskan klorin, yang mana akan terkombinasi dengan
protein amino membentuk kloramin. Reaksi kloramin terjadi antara klorin
amino (NH) membentuk kloramin yang akan mengganggu
metabolism sel. Klorin mempunyai aksi antimikroba dan menghambat enzim
6
Journal of dental science)
Secara umum mekanisme Sodium Hypochlorite (NaOCl) dalam
melakukan perusakan bakteri terjadi dalam dua fase: (1) penetrasi ke dalam sel
bakteri dan (2) kombinasi kimiawi dengan protoplasma sel bakteri.7
II.1.2 Konsentrasi Sodium Hypochlorite (NaOCl):
Terdapat berbagai macam konsentrasi larutan irigasi Sodium
hypochlorite (NaOCl) yang digunakan dalam melakukan perawatan saluran
akar. Berbagai macam konsentrasi NaOCl mulai dari 0,5 – 5,25%. Konsentrasi
yang lebih tinggi akan memiliki efek antimikroba dan menghancurkan jaringan
(toksik terhadap jaringan). Sodium hypochlorite (NaOCl) 5,25% memiliki bau
yang tidak enak dan bau ini akan berkurang jika konsentrasi dikurangi.
Berdasarkan penelitian (in vitro), memperlihatkan bahwa NaOCl 1% cukup
untuk melarutkan jaringan pulpa. Walaupun larutan konsentrasi rendah, tetapi
memberikan efek anti mikroba yang kuat.3 Penelitian in vivo menunjukkan
larutan sodium hipoklorit 2,5% yang ditahan selama 5 menit dalam saluran
akar mampu membuat saluran akar menjadi steril.5
II.1.3 Aktivitas antibakteri Sodium hypochlorite (NaOCl)
Keefektifan NaOCl dalam melawan Enterococcus faecialis secara in
vitro dilaporkan bahwa secara signifikan larutan tersebut lebih efektif daripada
larutan salin. Efek antibakteri NaOCl 4% dan NaOCl 2,5% secara signifikan
lebih baik dibanding agen lain. 3
Gambar 4 : Bacterial biofilm pada saluran akar
(Sumber : Jurnal endodontic Elsavier http://www.sciencedirect.com /science)
Telah dievaluasi keefektifan NaOCl dalam melawan monokultur
biofilm pada saluran akar termasuk P.intermedia, Peptostreptococcus miros,
Streptococcus intermedius, F. Nucleatum, E.Faecialis. Hasilnya menunjukkan
bahwa NaOCl memiliki sifat anti bakteri yang efektif.3
II.1.4 Aktivitas antifungi Sodium hypochlorite (NaOCl)
Fungi merupakan bagian kecil dari mikrobiota rongga mulut yang
meliputi spesies Candida. Candida Albicans adalah spesies fungi yang banyak
ditemukan pada rongga mulut. Candida Albicans lebih resisten dengan adanya
smear layer dibanding tidak adanya smear layer. Ketika smear layer tidak ada,
NaOCl mulai menunjukkan aktivitas antifungi setelah 30 menit.3
II.1.5 Efek Sodium hypochlorite (NaOCl):
Sebagai larutan irigasi dalam endodontik, larutan Sodium hypochlorite
(NaOCl) relatif cukup murah, memiliki sifat bakterisidal dan virusidal, dapat
melarutkan protein, memiliki visikositas yang rendah.4
Namun dibalik keuntungan tersebut, terdapat pula kerugian dari larutan
Sodium Hypochlorite, yaitu:
Tokisitas NaOCl.
Sodium hypochlorite (NaOCl) mempunyai pH sekitar 11-12 dan
ketika hypochlorite berkontak dalam waktu yang singkat dengan protein
jaringan, nitrogen, formaldehid, dan asetaldehid dan rantai peptida rusak
sebagai akibat rusaknya protein. Selama proses, hidrogen pada gugus amina
(-HN-) digantikan dengan chlorine (-NCl-) dengan demikian terbentuk
kloramin, yang mempunyai peran penting terhadap efek antimikroba. Sebagai
akibatnya Sodium hypochlorite (NaOCl) memiliki toksisitas tinggi pada
konsentrasi yang tinggi dan cenderung mengiritasi jaringan saat berkontak.
Efek terhadap instrumen endodontik.
Jika Nikel - Titanium (NiTi) berkontak dengan larutan NaOCl ketika
dilakukan instrumentasi, maka dapat menyebabkan munculnya korosi. Hal
tersebut dikarenakan NaOCl memiliki sifat korosif terhadap logam termasuk
nikel.
II.1.6 Komplikasi Sodium hypochlorite (NaOCl):
a. Sebagian besar komplikasi penggunaan Sodium hypochlorite (NaOCl)
muncul sebagai akibat dari kesalahan injeksi yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan seperti pembengkakan, sakit, haemorrhage, dan dalam beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi sekunder bahkan parastesia.
b. Kerusakan mata : Jika larutan irigasi berkontak dengan mata pasien atau
operator makan akan menyebabkan rasa sakit secara tiba-tiba, rasa terbakar,
erytheme serta kerusakan sel epitel pada lapisan terluar dari kornea dapat
terjadi.
c. Reaksi Alergi : Dapat terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap sodium
hyperchlorite. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap bahan tersebut, akan
mengalami rasa sakit dan sensasi terbakar, dalam beberapa detik bibir dan pipi
menjadi bengkak serta ecchymosis dan pendarahan pada saluran akar.3
II.2 Daun Sirih (Piper betle linn).
Tumbuhan obat merupakan sumber bahan obat tradisional yang banyak
digunakan secara turun temurun. Salah satu diantaranya adalah daun sirih,
dikenal dengan sirih hijau, sirih merah, sirih hitam, sirih kuning dan sirih perak.10
Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada
batang pohon lain.Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter.
Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang,tepi daun
rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip,dan
daging daun tipis. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan batang
pohonnya berwarna hijau atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya
kasar serta berkerut-kerut. Daun - daun sirih yang subur berukuran lebarnya
antara 8cm – 12cm dan panjangnya10cm – 15cm.11
Gambar 5 : Daun Sirih / Piper betle linn
Sumber: http. www. mustikaratu daun SIRIH.jpg
II.2.1 Klasifikasi Ilmiah.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L. 11
Genus piper (piperaceae) yang terdistribusi secara luas pada daerah
tropis dan subtropics.9
II.2.2 Kandungan Daun Sirih
Ekstrak daun sirih terdiri dari polyphenol, alkaloid, steroid, saponin, dan
tannin. Sehingga dengan demikian daun sirih memiliki efek detoksifikasi,
antioksidan, dan antimutasi.12
Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%. Minyak
atsirinya terdiri dari:
1. Alilkatekol 2,7 - 4,6%
2. Kadinen 6,7 – 9,1%
3. Karvakol 2,2 – 4,8%
4. Kariofilen 6,2 – 11,9%
5. Kavibetol 0,0-1,2%
6. Kavikol 5,1 – 8,2 %
7. Sineol 3,6 – 6,2%
8. Eugenol metal eter 15, 58 - 26,8%
Dalam daun sirih terdapat kandungan:2
1. Air 85,4 mg
2. Protein 3,1 mg
3. Karbohidrat 6,1 mg
4. Serat 2,3 mg
5. Yodium 3,4 mg
6. Mineral 2,3 mg
7. Kalsium 230 mg
8. Fosfor 40 mg
9. Besi ion 3,5 mg
10. Karoten (vitamin A) 9600 iu
11. Kalium Nitrat 0,26-0,42 mg
12. Tiamin 70 mg
13. Riboflavin 30 mg
14. Asam nikotinal 0,7 mg
15. Vitamin C 5 mg
16. Kanji 1,0-1,2%
17. Gula non reduksi 0,6 – 2,5%
18. Gula reduksi 1,4-3,2%
Berbabagai senyawa tersebut bersifat antimikroba dan anti jamur yang kuat
dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain Escheria
coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pasteurella, dan dapat
mematikan Candida Albicans. Senyawa flavonoid dan tannin bersifat
antimikroba dan senyawa klavikol yang memiliki daya membunuh bakteri lima
kali lebih kuat dari fenol biasa.13
Daun tanaman sirih dalam pengobatan modern sering dipergunakan
sebagai adstrigensia, diuretika dan antiinflamasi, sebagai bahan obat umumnya
digunakan dalam bentuk infusa dengan dosis 6-15%, dan pada konsentrasi 20%
bekerja lebih baik terhadap streptococcus viridans . 14
II.2.3 Manfaat Daun Sirih.
Tanaman sirih banyak digunakan dan diolah di Indonesia, Malaysia,
India, Sri Lanka, Philipina, dan Afrika timur.15
a. Di India, daun sirih yang kering ataupun yang masih segar digunakan
sebagai obat.
b. Di Jawa, daun sirih dikenal secara luas efektif menghentikan pendarahan di
hidung (hemostatik).
c. Diantara orang – orang tradisional, daun sirih dikunyah untuk menguatkan
gigi.
d. Daun sirih juga digunakan sebagai obat kumur dan dapat menyembuhkan
inflamasi mukosa rongga mulut.16
II.3 Bakterial Mix saluran akar gigi nekrosis
Gigi nekrosis adalah istilah histologis yang menunjukkan kematian dari pulpa
dengan terhentinya vaskularisasi. Karena tidak adanya sirkulasi di dalam pulpa
nekrotik, mekanisme pertahanan normal jaringan (imunitas) juga tidak ada, ruang
pulpa menjadi reservoir bakteri yang akan berinvasi. Sistem saluran akar menjadi
lingkungan khusus yang berisi bakteri tertentu akibat proses seleksi yang terjadi.
Cairan jaringan dan sel yang mengalami disintegrasi dari jaringan nekrotik
membentuk substrat makanan (terutama polipeptida dan asam amino) yang
penting bagi mikroorganisme. Substrat – substrat makanan ini, tekanan oksigen
yang rendah, dan interaksi bakteri merupakan kunci ekologi yang penting bagi
bakteri yang akan berkembang paling dominan.17
Telah banyak dilakukan penelitian tentang mikroba pada saluran akar gigi
nekrose. Saluran akar gigi dengan jaringan pulpa nekrotik terdapat banyak jenis
bakteri (bacterial mix). Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa komponen
bakteri yang terdapat pada gigi nekrosis yaitu 90% adalah bakteri anaerob
obligat.18 Serta beberapa studi memperlihatkan bahwa bakteri anaerob dan gram-
negatif dominan pada saluran akar gigi nekrosis. 19
Pada gigi nekrosis (untreated canal/primary infected root canal) ditemukan
mikroorganisme berupa:20
1. C. albicans,
2. Veillonella spp.,
3. E. coli,
4. Actinomyces meteri,
5. Fusobacterium,
6. Eubacterium lertum
7. S.oralis ,
8. S. salivarius,
9. P. endodontalis,
10. A.odontolyticus,
11. Peptostreptococcus
Gambar 6 : .Contoh intracanal biofilm (A) Bakteri coccus (B) Filamen
Sumber: Jurnal endodontic Elsevier ( http://www.sciencedirect.com)
Tabel Prevalensi bakteri dari Saluran Akar:
Gambar 7: Tabel prevalensi bakteri saluran akar.
Sumber: Microbial flora of root canals of pulpally-infected teeth(J Dent Res Dent Clin Dent Prospect)
II.4 Kerangka Teori
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Variabel tidak diteliti
Gambar 8 : Skema kerangka teori
Endodontik Endodontik
Non vital pulp(Necrotic pulp) Vital pulp
Pulpotomi
Perawatan Saluran Akar
(PSA)
Preparasi akses Preparasi biomekanis Obturasi
Cleaning Shaping
Larutan irigasi
Sodium Hypochlorite
EDTA
Klorheksidin
MTAD, dll
Buatan /Sintetis Alami / Herbal
Ekstrak daun sirih
Pulpektomi Pulp Capping
II. 5 Kerangka Konsep
Keterangan:
Variabel bebas
Variabel antara
Variabel akibat
Variabel Kendali
Gambar 9: Skema kerangka konsep
Sodium Hypochlorite
(NaOCl)
Ekstrak daun sirih
(Piper betle linn)
Bakteri Mix
Saluran Akar gigi
Nekrose
Reaksi Antibakeri
- Konsentrasi NaOCl & ekstrak daun sirih
- Genus & spesies daun sirih
- Lama inkubasi
- Temperatur inkubasi
Efek antibakteri
NaOCl
Efek antibakteri
ekstrak daun sirih
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris
III.2 RANCANGAN PENELITIAN : True Experimental (Post test control
group design)
III.3 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Farmasi Fakultas
Farmasi UH & Laboratorium
Mikrobiologi FK UH
III.4 WAKTU PENELITIAN : April – Mei 2013
III.5 VARIABEL PENELITIAN :
a. Variabel bebas : Sodium Hypochlorite (NaOCl) dan ekstrak
Daun Sirih (Piper betle Linn).
b. Variabel akibat : Efek antibakteri pada bakteri mix.
c. Variabel antara : Reaksi antibakteri
d. Variabel Kendali : - Konsentrasi NaOCl dan ekstrak daun sirih
- Genus dan spesies daun sirih
- Lama dan temperatur inkubasi
III.6 DEFENISI OPERASIONAL :
a. Larutan irigasi Sodium Hypochlorite (NaOCl) adalah larutan irigasi yang
digunakan untuk pembersihan saluran akar yang merupakan larutan pemutih
pakaian rumah tangga dengan konsentrasi minimum 0,5%.
b. Ekstrak Daun Sirih (Piper betle linn) adalah hasil saringan daun sirih setelah
daun tersebut dikeringkan, dihaluskan, dan dimaserasi.
c. Efek anti bakteri : Efek larutan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dengan mengukur zona inhibisi, yaitu zona hambat yang ditandai dengan
adanya daerah jernih pada medium biakan bakteri yang diukur dengan
menggunakan kaliper.
d. Bakteri mix adalah gabungan dari berbagai jenis bakteri yang terdapat di
dalam saluran akar gigi nekrosis.
e. Gigi nekrosis adalah gigi non vital yang tidak memberi respon terhadap tes
vitalitas pulpa disebabkan oleh karies.
f. Kontrol kuman adalah larutan yang berisi medium BHIB dan bakteri mix
saluran akar gigi nekrosis.
III.7 KRITERIA PENILAIAN
a. Pada uji Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dilakukan dengan
menggunakan metode dilusi. Tabung dengan berbagai konsentrasi diamati
kekeruhannya, pada tabung dengan konsentrasi terendah yang pertama
kali terlihat jernih merupakan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)
b. Pada uji efek antibakteri, menggunakan metode difusi, yang diukur adalah
zona inhibisi/ Diameter Daya Hambat (DDH). Luas zona inhibisi
merupakan diameter daerah yang bening yang diukur dengan
menggunakan jangka sorong dalam satuan mm(millimeter).
III.8 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
ALAT:
1. Timbangan analitik
(Sartorius, USA)
2. Oven
3. Alat rotary evaporator
4. Bejana maserasi
5. Rotary instrument
6. Paper point
7. Diagnostik set
8. Inkubator
9. Tabung reaksi
10. Rak tabung
11. Kertas label
12. Cawan petri
13. Paper Disc
14. Cotton swab
15. Mikropipet (Nesco)
16. Kaliper
17. Autoklaf (AU – American)
18. Gelas kimia
19. Alat tulis
35
BAHAN:
1. Daun Sirih
2. Etanol 96%
3. Sodium Hypochlorite 0,5%
4. Medium Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
5. Medium Nutrien Agar
6. Aquades
7. Larutan NaCl
III.9 PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan ekstrak daun sirih.
1. Daun sirih (Piper betle linn) segar yang telah dipetik sebanyak
800 gram dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air sampai
bersih dan ditiriskan.
2. Selanjutnya, daun sirih (Piper betle linn) tersebut dikeringkan
dengan menggunakan oven pada suhu 40-500 C sampai kadar air
daun sirih (Piper betle linn) tersebut menjadi ±10%.
3. Daun sirih (Piper betle linn) yang telah dikeringkan, dipotong –
potong kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan
simplisia sebanyak 140 gram.
4. Pembuatan ekstrak ini menggunakan cara maserasi, yaitu dengan
merendam daun sirih ke dalam bejana maserasi yang terbuat dari
36
toples kaca kemudian diberi larutan etanol 96% sampai daun
terendam sempurna.
5. Bejana maserasi tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama ±2
hari sambil diaduk satu kali setiap hari.
6. Hasil yang diperoleh disaring , kemudian ditampung dalam botol.
7. Larutan yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan alat rotary
evaporator pada suhu 700C. Proses ini bertujuan untuk
menguapkan etanol sehingga diperoleh ekstrak yang kental dari
daun sirih (Piper betle linn).
b. Persiapan bakteri mix saluran akar gigi nekrosis
1. Pemeriksaan pasien dengan diagnosis gigi nekrosis.
2. Pengambilan spesimen bakteri saluran akar pada gigi pasien
yang mengalami nekrosis pulpa Pengambilan spesimen bakteri
dilakukan sebelum dilakukan preparasi saluran akar.
3. Paper point steril dimasukkan ke saluran akar gigi tersebut selama
60 detik untuk pengambilan spesimen bakteri kemudian segera
dimasukkan ke dalam medium transport lalu ditutup rapat dan
dimasukkan kedalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370 C.
4. Bakteri yang telah diinkubasi di biakkan pada medium nutrient
agar dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C.
37
c. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak daun sirih yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi
nekrosis.
1. Ekstrak daun sirih diencerkan dengan rumus:
m : massa daun sirih (gram)
M: Konsentrasi larutan (gr/ml)
V: Volume Larutan (ml)
2. Untuk memperoleh ekstrak daun sirih konsentrasi 10%, 15%, 20%,
25%, 30%. Maka ekstrak daun sirih ditimbang sebanyak 1 gram, 1,5
gram , 2 gram, 2,5 gram, 3 gram kemudian dilarutkan dengan aquades
sebanyak 10 ml.
3. Setelah itu dimasukkan kedalam tabung dan diberi label sesuai
konsentrasinya.
4. Dilakukan pengenceran suspensi bakteri dengan larutan NaCl.
5. Sebanyak delapan buah tabung disiapkan dan diisi dengan medium
BHIB sebanyak 5 ml. Kemudian 0,02 ml bakteri mix dimasukkan pada
enam tabung.
6. Pada lima tabung, masing – masing dimasukkan ekstrak daun sirih
10%, 15%, 20%, 25%, 30% sebanyak 5 ml. Satu tabung dimasukkan 5
ml ekstrak daun sirih 100%, serta tabung berikutnya dimasukkan 5 ml
m = M x V
38
aquades dan pada tabung terkhir hanya berisi medium BHIB dan
bakteri yang digunakan sebagai kontrol kuman (kontrol bakteri) .
7. Semua tabung diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dan
kemudian dilakukan pemeriksaan ada tidaknya pertumbuhan bakteri
yang ditandai dengan terjadinya kekeruhan dalam tabung.
8. Konsentrasi Hambat Minimal ditentukan dengan memperhatikan
konsentrasi pertama yang terlihat jernih. Tabung yang terlihat keruh
menunjukkan masih adanya pertumbuhan bakteri.
d. Pengenceran Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5%
1. Alat – alat disiapkan dan disterilkan.
2. Siapkan larutan Sodium Hypochlorite (NaOCl) 10%
3. Larutan diencerkan dengan rumus :
M1 = Konsentrasi NaOCl sebelum diencerkan
M2 = Konsentrasi NaOCl setelah diencerkan
V1 = Volume NaOCl sebelum diencerkan
V2 = Volume NaOCl setelah diencerkan
4. Untuk memperoleh larutan Sodium Hypochlorite (NaOCl)
konsentrasi 0,5%. Maka larutan Sodium Hypochlorite (NaOCl)10%
sebanyak 0,25 ml diencerkan dengan aquades sebanyak 5 ml.
M1V1 = M2V2
39
e. Uji efek antibakteri larutan sodium hypochlorite (NaOCl) dan ekstrak
daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis.
1. Alat-alat disiapkan dan distrerilkan.
2. Siapkan 3 buah cawan petri yang berisi medium Nutrien Agar.
3. Kemudian dilakukan pemberian bakteri yang telah dibiakkan
sebelumnya. Cotton swab dicelupkan dalam biakan bakteri
kemudian kapas ditekan pada sisi tabung agar tiris. Kemudian
cotton swab diulaskan pada seluruh permukan cawan petri yang
berisi medium secara merata.
4. Tiga buah paper disc dicelupkan dalam masing – masing larutan
NaOCl 0,5 % ,ekstrak daun sirih, dan aquades kemudian diletakkan
pada permukaan medium. Ditekan dengan menggunakan pinset
agar paper disc benar – benar menempel pada medium.
5. Selanjutnya cawan petri tersebut diinkubasi dengan suhu 370C
selama 3x24 jam.
6. Selanjutnya, untuk mengetahui daya hambatnya dilakukan
pengukuran zona inhibisi yaitu daerah jernih pada permukaan
medium blood agar disekitar paper disc menggunakan kaliper.
40
III.10 ANALISIS DATA
a. Jenis data : Data Primer
b. Pengolahan data : SPSS 17
c. Penyajian data : Dalam bentuk tabel dan gambar
d. Analisa data : Uji Anova & Uji t tidak berpasangan
41
III.11 ALUR PENELITIAN
Keterangan:
Tahap I Tahap III
Tahap II Tahap IV
Gambar 10 : Skema Alur Penelitian
Daun sirih kering,
dihaluskan
Maserasi dgn etanol
96%
Pembukaan atap
pulpa
Pengambilan mikroba
dgn paper point
Pengukuran zona hambat
Sodium
Hypochlorite 0,5%
Ekstrak daun sirih
Pembiakan
Bakteri Mix
Hasil
Pengamatan
Analisis Data
Kesimpulan
Uji KHM pd konsentrasi
10%,15%,20%,25%,30%
Setelah melakukan penelitian di laboratorium mengenai pengekstraksian daun
sirih, diperoleh hasil yaitu daun sirih sebanyak 800 gram
dikeringkan sehingga diperoleh daun sirih kering sebanyak 140 gram. Setelah daun
sirih kering tersebut diekstraksi maka diperoleh ekstrak daun sirih yaitu sebanyak
19,2 gram atau 2,4% dari massa awal. Berikut gambar dari ekstrak daun sirih
diperoleh:
Ekstrak daun sirih yang diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan efek antibakterinya terhadap bakteri mix
saluran akar gigi nekrosis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian di laboratorium mengenai pengekstraksian daun
sirih, diperoleh hasil yaitu daun sirih sebanyak 800 gram yang selanjutnya
dikeringkan sehingga diperoleh daun sirih kering sebanyak 140 gram. Setelah daun
sirih kering tersebut diekstraksi maka diperoleh ekstrak daun sirih yaitu sebanyak
19,2 gram atau 2,4% dari massa awal. Berikut gambar dari ekstrak daun sirih
Gambar 11: Ekstrak daun sirih
Ekstrak daun sirih yang diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan efek antibakterinya terhadap bakteri mix
saluran akar gigi nekrosis.
42
Setelah melakukan penelitian di laboratorium mengenai pengekstraksian daun
yang selanjutnya
dikeringkan sehingga diperoleh daun sirih kering sebanyak 140 gram. Setelah daun
sirih kering tersebut diekstraksi maka diperoleh ekstrak daun sirih yaitu sebanyak
19,2 gram atau 2,4% dari massa awal. Berikut gambar dari ekstrak daun sirih yang
Ekstrak daun sirih yang diperoleh kemudian diuji untuk mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan efek antibakterinya terhadap bakteri mix
43
Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil uji KHM ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis
Tabung telah
diinkubasi
24 jam
Ekstrak daun sirih Kontrol
10% 15% 20% 25% 30% K+ K- KK
+ - - - - - - +
Keterangan: + : Keruh
- : Tidak keruh
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh konsentrasi yang diujikan
tidak mengalami kekeruhan, kecuali pada tabung dengan konsentrasi terkecil yaitu
10% yang mengalami kekeruhan. Berdasarkan pengujian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa KHM ekstrak daun sirih adalah 15%. Berikut gambar dari KHM ekstrak daun
sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis:
Gambar 12: KHM ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis
10% 15% 20% 25% 30% 100% NaOCl0,5%
K- KK
44
Tabel 2. Diameter zona hambat ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis.
Replikasi
Ekstrak daun sirih (mm)
NaOCl 0,5% (mm)
Kontrol -
(mm) 15% 20% 25% 30% 100%
I 21,2 22,4 24,9 27,2 28 10,1 0
II 23,3 23,9 27,1 29,1 27,6 8,9 0
III 22,9 24,9 23,8 28,4 27 9,9 0
Ket: Kontrol - : Aquades
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa zona hambat ekstrak daun sirih
terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis yang diperoleh memuaskan karena
diameternya lebih dari 20 mm. 21 Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa zona
hambat ekstrak daun sirih pada konsentrasi minimum (15%) lebih besar dibandingkan
dengan NaOCl pada konsentrasi minimum (0,5%). Berikut gambar cawan petri pada
beberapa replikasi:
Ket: A = Ekstrak daun sirih15%, B = 20%, C = 25%, D = 30%, E = 100%, F= NaOCl 0,5%, G = Aquades
Gambar 13: Zona hambat ekstrak daun sirih dan NaOCl 0,5% terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis
1 2 3
45
Berikut hasil uji statistik yang telah dilakukan:
a. Uji statistik untuk mengetahui perbedaan diameter zona hambat antara konsentrasi
pada masing – masing replikasi.
Tabel 3. Uji statistik perbedaan diameter zona hambat antara konsentrasi ekstrak
daun sirih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 697.058 5 139.412 115.534 .000*
Within Groups 14.480 12 1.207
Total 711.538 17
Ket: * = Signifikan pada p= 0,000 < 0,05
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pengujian secara statistik
menggunakan uji anova diperoleh hasil yaitu terdapat perbedaan diameter zona
hambat yang signifikan antara konsentrasi ekstrak daun sirih (p < 0,05). Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara konsentrasi ekstrak daun sirih.
Tabel 4. Uji statistik perbedaan diameter zona hambat antara replikasi pertama, kedua, & ketiga.
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.101 2 1.551 .033 .968*
Within Groups 708.437 15 47.229
Total 711.538 17 Keterangan: * = Tidak signifikan pada p = 0,968 > 0,05
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa perbedaan diameter zona hambat
konsentrasi ekstrak daun sirih pada replikasi pertama, kedua, dan ketiga
menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p = 0,968 > 0,05). Hal ini berarti
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar replikasi.
46
b. Uji statistik untuk mengetahui perbedaan diameter zona hambat antara
konsentrasi minimum ekstrak daun sirih (KHM) dan Sodium Hypochlorite
(NaOCl) 0,5%.
Tabel 5. Uji statistik untuk mengetahui perbedaan diameter zona hambat antara
konsentrasi minimum ekstrak daun sirih (KHM) dan NaOCl 0,5% .
Levene's Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Equal variances
assumed 7.510 .015 10.761 16 .000* 15.81333 1.46956
Equal variances
not assumed
21.416 13.924 .000* 15.81333 .73837
Keterangan: * = Signifikan pada p = 0,000 < 0,05
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pengujian secara statistik
menggunakan uji t tidak berpasangan (independent t – test) diperoleh hasil yaitu
terdapat perbedaan zona hambat yang signifikan (p = 0,000 < 0,05) antara ekstrak
daun sirih dan NaOCl 0,5%. Hal ini berarti perbedaan diameter zona hambat antara
ekstrak daun sirih dan NaOCl 0,5% berbeda secara bermakna.
47
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian pengujian efektivitas Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dan
ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan efektivitas antibakteri larutan irigasi antara Sodium
Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dengan ekstrak daun sirih (Piper Betle Linn) terhadap
bakteri mix pada saluran akar gigi nekrosis.
Untuk membuktikan hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa ada
perbedaan efektivitas antibakteri Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5% dengan ekstrak
daun sirih (Piper Betle Linn) terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis, maka
dilakukanlah penelitian ini dengan terlebih dahulu mengekstrak daun sirih kemudian
dilakukan uji efektivitas anti bakterinya.
Sebelum melakukan uji efektivitas anti bakteri ekstrak daun sirih dilakukan
pengujian Konsentasi Hambat Minimum (KHM). Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, pada uji KHM memperlihatkan bahwa pada konsentrasi terkecil
yaitu 10% menunjukkan kekeruhan pada tabung, pada konsentrasi ini ekstrak daun
sirih belum efektif menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi nekrosis.
Namun pada ekstrak daun sirih konsentrasi 15% menunjukkan kejernihan pada
tabung, hal ini mengindikasikan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi demikian
48
dapat menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi nekrosis. Hal ini
menunjukkan bahwa KHM dari ekstrak daun sirih adalah 15%.
Pada pengujian efektivitas ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran
akar gigi nekrosis digunakan metode difusi untuk melihat adanya zona inhibisi (zona
hambat). Pengukuran untuk mengetahui luas daerah zona hambat dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong, dengan mengukur diameter daerah bening yang
terbentuk, termasuk paper disk yang memiliki diameter 6 mm. Pengukuran
dilakukan secara vertikal, horizontal, dan diagonal kemudian hasilnya dirata –
ratakan. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini yaitu pada semua konsentrasi ekstrak
daun sirih terlihat adanya zona hambat yang terbentuk serta diperoleh ukuran zona
yang memuaskan yaitu lebih dari 20 mm untuk semua konsentrasi yang diujikan.21
Pada pengujian efektivitas Sodium Hypochlorite (NaOCl) 0,5%, tampak pula
terbentuknya zona hambat namun dengan ukuran yang lebih kecil dibanding zona
hambat yang terbentuk pada ekstrak daun sirih. Ukuran zona hambat yang terbentuk
< 20 mm.
Kemampuan daya hambat bahan uji setelah masa inkubasi yang ditandai
dengan terbentuknya zona inhibisi, menandakan bahwa bakteri yang berada di daerah
tersebut tidak dapat tumbuh akibat pengaruh bahan uji yang berdifusi keluar dari
paper disk ke daerah sekitarnya.
49
Kemampuan ekstrak daun sirih dalam menghambat bakteri mix saluran akar
gigi nekrosis disebabkan oleh kandungan minyak atsiri pada daun sirih yang
diketahui memiliki daya antibakteri terutama terhadap bakteri Streptococcus viridans,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya senyawa fenol dan turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvakol, eugenol
dan allilpyrokatekol yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri.22
Senyawa fenol dan derivatnya mempunyai daya antibakteri dengan cara
menurunkan tegangan permukaan sel dan denaturasi protein. Adanya fenol yang
merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu
dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka
kovalen. Hal ini mengakibatkan protein berubah sifat. Deret asam amino protein
tersebut tetap utuh setelah berubah sifat, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak
sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya.23 Dengan terdenaturasinya protein
sel maka semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim sehingga bakteri
tidak dapat bertahan hidup.24 Kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari
fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa.2,13,25
Terdapat pula senyawa pada daun sirih yang memiliki efek antibakteri antara
lain katekin, tannin, flavanoid dan saponin. Katekin bekerja dengan cara
mendenaturasi protein dari bakteri. Protein yang mengalami denaturasi akan
kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan
struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel
50
sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak.2 Tannin
merupakan polifenol yang larut dalam air. Mekanisme antibakteri tannin antara lain
menghambat enzim ektraseluler mikroba, mengambil alih substrat yang dibutuhkan
pada pertumbuhan mikroba, atau bekerja langsung pada metabolisme dengan cara
menghambat fosforilasi oksidasi.26 Flavonoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik
juga berfungsi sebagai anti inflamasi. Mekanisme kerja saponin pada mikroorganisme
adalah berikatan dengan kompleks polisakarida pada dinding sel, sehingga dapat
merusak dinding sel dari bakteri tersebut.27
Berdasarkan penelitian ini terbukti bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
daun sirih, maka aktivitas anti bakterinya akan semakin besar pula. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pelzcar dan Chan bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu bahan antibakteri, maka aktivitas antibakterinya akan semakin kuat
pula.28 Hal ini sesuai juga dengan uji statistk yang dilakukan bahwa terdapat
perbedaan diameter zona hambat yang bermakna signifikan (p < 0,05) antara
konsentrasi ekstrak daun sirih.
NaOCl dapat juga menghambat bakteri mix saluran akar gigi nekrosis karena
adanya asam hipoklorit dan ion hipoklorit yang terbentuk dalam reaksi air dengan
sodium hypochlorite bila berkontak dengan jaringan organik akan melepaskan klorin
yang merupakan zat aktif dari larutan sodium hipoklorit. Unsur Cl (Klorin) yang
apabila terkombinasi dengan protein amino membentuk kloramin. Reaksi kloramin
terjadi antara klorin dan gugus amino (NH) membentuk kloramin yang akan
51
mengganggu metabolisme sel. Klorin mempunyai aksi antimikroba dan menghambat
enzim bakteri. Merusak sintesis DNA dan menghidrolisis asam amino. 6 Unsur Cl
yang mengalami oksidasi dari OCl- (ion hipoklorit) yang dapat menghambat enzim
bakteri dan menyebabkan oksidasi yang irreversible pada kelompok sulfidril yang
merupakan enzim esensial bakteri.29 Klorin juga dapat bergabung dengan komponen
sitoplasma membentuk komponen N-Chloro yang merupakan senyawa racun yang
akan menghancurkan mikroorganisme.30
Berdasarkan mekanisme keduanya terlihat adanya perbedaan zat aktif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi nekrosis. Ekstrak daun sirih
mampu menghambat bakteri karena mengandung senyawa fenol dan derivatnya
(kavikol & kavibetol) yang memiliki daya membunuh bakteri lima kali lebih kuat dari
fenol biasa,2,13,15 Apabila terjadi interaksi antara fenol dengan dinding sel
mikroorganisme akan terjadi denaturasi protein dan meningkatkan permeabilitas
mikroorganisme, dengan terdenaturasinya protein sel maka semua aktivitas
metabolisme sel dikatalisis oleh enzim sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup.23
serta terdapat pula senyawa katekin, tannin,flavonoid dan saponin yang bersifat
memiliki daya antibakteri sedangkan NaOCl memilki efek antibakteri dengan aksi
menghambat enzim bakteri oleh komponen ion hidroksil dan aksi kloramin.3
Berdasarkan tabel 2 terlihat jelas bahwa zona hambat ekstrak daun sirih pada
konsentrasi minimun lebih besar dibandingkan dengan Sodium hypochlorite (NaOCl)
0,5%. Apabila dilakukan pengujian secara statistik pada konsentrasi ekstrak daun
52
sirih dengan Sodium Hypochlorite (NaOCl) diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna / signifikan antar keduanya (p < 0,05) Hal ini membuktikan bahwa
ekstrak daun sirih memiliki efek antibakteri yang labih baik dibanding NaOCl dalam
menghambat bakteri mix saluran akar gigi nekrosis secara in vitro.
53
BAB VI
PENUTUP
VI. 1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa ekstrak daun sirih memiliki efek anti bakteri terhadap bakteri mix
saluran akar gigi nekrosis dan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) ekstrak
daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi nekrosis adalah 15%
Berdasarkan hipotesis penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan efek antibakteri larutan irigasi Sodium Hypochlorite
(NaOCl) 0,5% dan ekstrak daun sirih terhadap bakteri mix saluran akar gigi
nekrosis. Kemampuan ekstrak daun sirih dalam menghambat pertumbuhan
bakteri mix saluran akar gigi nekrosis lebih baik dibanding dengan NaOCl
meskipun pada konsentrasi terkecil (Konsentrasi Hambat Minimal).
VI.2 SARAN
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ekstrak
daun sirih sebagai bahan irigasi saluran akar dalam bidang kedokteran
gigi.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ekstrak
daun sirih sebagai bahan irigasi saluran akar secara in vivo.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Wintarsih O, Partosoedarmo M, Santoso P. Kebocoran apikal pada irigasi dengan EDTAlebih kecil dibandingkan yang tanpa EDTA. Jurnal PDGI; 2009: 58(2). hal. 14 - 9. Available from: http://www.pdgi.or.id/assets/jurnal/ 2/jurnal-2-Naskah _4_ JURNAL _PDGI _Vol _60.pdf .(diakses 15 Desember 2012)
2. Agustin D . Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hydrogen peroksida 3% dan infusum daun Sirih 20% terhadap bakteri. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.); 2005: 38(1). hal 45-7.Available from http://journal.unair.ac.id/ filerPDF/DENTJ-38-1-12.pdf . (diakses 15 Desember 2012)
3. Mohammadi Z. Sodium hypochlorite in endodontics: an update review.
International Dental Journal;2008 : 58. pp.329-41. Available from: http://www.angelofreireendodontia.com.br/cms_wp/wp-content/uploads/ 2010/08/Sodium-hypochlorite-in-endodontics.pdf. (Accessed December 16th 2012)
4. Clarkson RM, Moule AJ, Podlich HM. The shelf-life of sodium hypochlorite irrigating solutions. Australian Dental Journal;2001: (46). pp. 269 – 76. Available from : http://www.ada.org.au/App_CmsLib/Media/ Lib/0611/M30618_v1_632980754945011250.pdf. (Accessed December 16th 2012)
5. Tanumihardja M. Larutan irigasi saluran akar. Jurnal kedokteran gigi dentofasial;
2010: 9(2). Hal. 25 – 9
6. Kunjai S, Shah S. Review on common root canal irrigants. Journal of dental science; 2007: 2(2). pp.27-31. Available from: http://www.ddu.ac.in/ academics/fds/wp-content/uploads/2010/12/6.REVIEW-ON-COMMON-ROOT-CANAL-IRRIGANTS.pdf. (Accessed December 18th 2012)
7. Grossman. Ilmu endodontic dalam praktek.ed.11.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995. hal.206
55
8. Ingle J. Ingle’s endodontics. 6rd ed. Hamilton: BC Decker Inc. 2008. pp. 998-9
9. Clarkson RM. Sodium hypochlorite and it use an endodontic irrigant. Australian dental Journal 1998;43(4)
10. Departemen Kesehatan RI. Materia Medika Indonesia.Jilid II.Jakarta. 1980
11. Damayanti R. Khasiat & manfaat daun sirih : obat mujarab dari masa ke masa. Jakarta: Agro Media Pustaka.2003.Hal.63 - 6
12. Chakraborty D, Shah B. Antimicrobial,antioxidative and antihemolytic activity of piper betle leaf extracts. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences ;2011: (3).pp.192-9 .Available from: http://www.ijppsjournal.com/Vol3Suppl3/2197.pdf. (Accessed December 18th 2012)
13. Agusta A.. Minyak atsiri tumbuhan tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB Press. 2000.Hal.126-8
14. Kartsapoetra G. Budidaya tanaman berkhasiat obat. Ed 2. Jakarta: Rineka Cipta. 1992. Hal.288-31
15. Arambewela L, Kumaratunga KGA, Dias K. Studies of piper betle of sri lanka.
J.Natn.Sci.Foundation Sri lanka; 2005: 33(2). pp.133- 9. Available from: http://www.sljol.info/index.php/JNSFSL/article/download/2343/1929 . (Accessed Desember 18 th 2012)
16. Indriati E. The effectiveness of piper betel solution and combination of sodium hypochlorite and hydrogen peroxide in root canal irrigation for endodontic treatment: a scanning electron microscope study. Jurnal Berkala Kedokteran Gadjah Mada University Faculty of Medicine;2003: 35(2).pp.
56
103 - 10 Available From: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 35203103110.pdf. (Accessed December 18th 2012)
17. Walton. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998. hal. 366
18. E.Ercan. Investigation of microorganism in infected dental root canal. Biotechno 2006.Turkey
19. Le Goff A, Bunetel L, Mouton C, Bonnaure MM. Evaluation of root canal bacteria and their antimicrobial susceptibility in teeth with necrotic pulp. Oral Microbiology and Immunology; 2007: 12 (5).pp. 318-22. Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 9467386 . (Accessed December 18th 2012)
20. Gajan EB, Aghazadeh M, Abashov R, Milani AS, Moosavi Z. Microbial flora of root canals of pulpally-infected teeth: enterococcus faecalisa prevalent species. J Dent Res Dent Clin Dent Prospect;2009: 3(1). pp.24-7. Available from: http://dentistry.tbzmed.ac.ir/joddd/ index.php /joddd/ article/download / 122/102. (Accessed December 18th 2012)
21. Lalitha. Manual on antimicrobial susceptibility testing.2011.p.5. Available from
www.scribd.com (Accesed May 25th 2013) 22. Jenie BS, Andarwulan N, Puspitasarti NL, Nuraida L. Antimicrobial Activity of
Piper betle Linn xtract Towards Foodborne Pathogens and Food Spoilage Microorganisms. [cited 2007 September 13]. Available from: URL:http://www.agnet.org/library/rh/2003004a (Accesed May 25th 2013)
23. Pratiwi R. Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari beberapa
pasta gigi yang mengandung herbal. Available from: http://asic.lib.unair.ac.id/journals /abstrack /MKG%2038% 202%202005%20;%20Rini%20;%20Perbedaan%202.pdf (Accesed June 2nd 2013)
57
24. Nurrokhman. Efek air rebusan daun sirih pada peningkatan kepekaan Staphylococcus aureus terhadap ampisilin in vitro. Jurnal kedokteran yarsi; 2006;14 (l): 024-028
25. Parwata I, Santi SR, Sulaksana I, Widiarthin I. Aktivitas larvasida minyak atsiri pada daun dirih (Piper betle Linn)terhadap larva nyamuk aedes aegypti . Jurnal Kimia ;2011; 5 (1): 88-93
26. Scalbert A. Antimicrobial properties of tannins. Available from: URL:
http://grande.nal. usda. gov /ibids/index.php 27. Hamid AA, Widodo, Latifah D. Perbandingan efektivitas antimikroba dekok
daun sirih hijau (Piper betle) dan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap Staphylococcus aureus secara In Vitro. Available from:http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/dianing% 20latifah%
20 0710713017_.pdf. (Accesed June 2nd 2013) 28. Prescott H. Laboratory exercises in microbiology 5th ed. New York:Mc-Graw
Hill ; 2002 p.105-7 29. Kandaswamy D, Venkateshabu. Root canal irrigation. J Conserv Dent. 2010;13
Available from: www.jcd.org.in (Accesed at May 25th 2013) 30. Siquiera JF, Machado AG, Silveira RM. Evaluation of the effectiveness of
sodium hypochlorite used with three irrigation methods in the elimination of Enterococcus faecalisfrom the root canal, in vitro. International Endodontic Journal;1997; 30, 279–282