PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA...
Transcript of PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS
PADA SISWA SMA PROGRAM SBI DAN NON SBI
DI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pratiwi Prasetya Primisawitri G0009169
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
ABSTRAK Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI di Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang biasanya mulai muncul pada saat remaja. Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas. Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program SBI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto. Diperoleh data sebanyak 63 dan analisis data menggunakan uji Chi Square melalui program SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan nilai Chi Square hitung sebesar 5,773, sedangkan nilai Chi Square tabel dengan 0,05 dan derajat bebas (df) = 1 didapatkan nilai sebesar 3.84. Hal ini berarti bahwa nilai Chi Square hitung > nilai Chi Square tabel. Sementara itu = 0,05 diperoleh nilai p = 0,016 yang berarti bahwa p < 0,05 dengan nilai Odds Ratio = 3,5. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian signifikan dan estimasi risiko timbulnya jerawat 3,5 kali. Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa SMA program SBI dan non SBI dimana kejadian akne vulgaris pada siswa program SBI lebih tinggi dibanding dengan siswa non SBI. Angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non SBI. __________________________________________________________________ Kata Kunci : Akne Vulgaris, SMA SBI, SMA non SBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRACT Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. The Difference of Acne Vulgaris Insidence Among Students on International Senior High School and Non International Senior High School in Surakarta. A Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta Background: Acne vulgaris is one of the most common skin diseases, usually beginning in adolescence. Stress is one of the risk factor in exacerbating acne vulgaris, especially stress in puberty. Stress is often occurring in students with high activity and lot of workloads. This research aims to determine the difference of acne vulgaris incidence among students on international senior high school and non-international senior high school in Surakarta.
Methods: This study was observational analytic with cross sectional approach that was conducted in November 2012 at SMA Negeri 3 and SMA Negeri 4 Surakarta. The sampling was carried out by purposive sampling. The measuring instruments that used were questionnaires, physical examination and photo shoot. The obtained data were 63 and the data analysis used Chi Square test with SPSS 17.00 for Windows. Results: This study demonstrates the value of Chi-Square count equal to 5.773, while the value of Chi-Square table with = 0.05 and degrees of freedom (df) = 1 obtained a value of 3.84. It means that the value of Chi-Square count > value of Chi Square table. Meanwhile, with = 0.05 shows p = 0.016, which means that p < 0.05 with Odds Ratio 3,5. This shows that the research result is significant and risk estimation exacerbating acne vulgaris on international senior high school student is 3.5 times higher than on non-international high school student. Conclusion: There is difference of acne vulgaris incidence significantly among students in international senior high school and non-international high school which is acne vulgaris incidence in international senior high school is higher than non international senior high school. Incidence of acne vulgaris on international high school students is 3.5 times higher than on non-international high school students. __________________________________________________________________ Keywords: Acne Vulgaris, International Senior High School, non International Senior High School
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 20 Desember 2012
Pratiwi Prasetya Primisawitri
G0009169
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI di Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang biasanya mulai muncul pada saat remaja. Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas. Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program SBI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto. Diperoleh data sebanyak 63 dan analisis data menggunakan uji Chi-Square melalui program SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan nilai Chi-Square hitung sebesar 5,773, sedangkan nilai Chi Square 1 didapatkan nilai sebesar 3.84. Hal ini berarti bahwa nilai Chi-Square hitung > nilai tabel Chi-Squarenilai p = 0,016 yang berarti bahwa p < 0,05 dengan nilai Odds Ratio = 3,5. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian signifikan dan estimasi risiko timbulnya jerawat 3,5 kali. Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa SMA program SBI dan non SBI dimana kejadian akne vulgaris pada siswa program SBI lebih tinggi dibanding dengan siswa non SBI. Angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non SBI. __________________________________________________________________ Kata Kunci : Akne Vulgaris, SMA SBI, SMA non SBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. The Difference of Acne Vulgaris Insidence Among Students on International Senior High School and Non International Senior High School in Surakarta. A Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta Background: Acne vulgaris is one of the most common skin diseases, usually beginning in adolescence. Stress is one of the risk factor in exacerbating acne vulgaris, especially stress in puberty. Stress is often occurring in students with high activity and lot of workloads. This research aims to determine the difference of acne vulgaris incidence among students on international senior high school and non-international senior high school in Surakarta.
Methods: This study was observational analytic with cross sectional approach that was conducted in November 2012 at SMA Negeri 3 and SMA Negeri 4 Surakarta. The sampling was carried out by purposive sampling. The measuring instruments that used were questionnaires, physical examination and photo shoot. The obtained data were 63 and the data analysis used Chi Square test with SPSS 17.00 for Windows. Results: This study demonstrates the value of Chi-Square count equal to 5.773, while the value of Chi-Square table with = 0.05 and degrees of freedom (df) = 1 obtained a value of 3.84. It means that the value of Chi-Square count > value of Chi Square table. Meanwhile, with = 0.05 shows p = 0.016, which means that p < 0.05 with Odds Ratio 3,5. This shows that the research result is significant and risk estimation exacerbating acne vulgaris on international senior high school student is 3.5 times higher than on non-international high school student. Conclusion: There is difference of acne vulgaris incidence significantly among students in international senior high school and non-international high school which is acne vulgaris incidence in international senior high school is higher than non international senior high school. Incidence of acne vulgaris on international high school students is 3.5 times higher than on non-international high school students. __________________________________________________________________ Keywords: Acne Vulgaris, International Senior High School, non International Senior High School
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
memberikan nikmatNya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa hormat dan ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muh. Eko Irawanto, dr., Sp. KK selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Ida Nurwati, dr., M. Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 4. Arie Kusumawardani, dr., Sp. KK selaku Penguji Utama yang telah memberikan
banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL., M. Kes selaku Penguji Pendamping yang
telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Mutmainah, dr., M. Kes, Bu Enny, SH., MH dan Mas Sunardi selaku TIM
Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta yang telah memberikan izin dan dukungan sehingga terlaksananya penelitian ini.
8. SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta atas kesempatan dan bantuannya sehingga penelitian ini bisa terlaksana.
9. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ibu Sri Mulyaningsih dan Bapak Prasetyadi Mawardi, dr., Sp. KK yang senantiasa mendoakan dengan tiada henti serta memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.
10. Sadewa Yudha Sukawati, Ananda Prahardini Purnamasari, Irfany Arafiasetyanto Prihadi dan Ihsany Arafiasetyanto Prihadi atas doa dan semangat yang selalu diberikan.
11. Namira, Nadhira, Novi, Alva, Aryo dan teman-teman lainnya atas segala bantuan dan waktu yang selalu tersedia.
12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 20 Desember 2012
Pratiwi Prasetya Primisawitri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4
1. Akne Vulgaris .......................................................................... 4
2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ...................................... 17
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19
C. Hipotesis ....................................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 20
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 20
C. Subyek Penelitian ......................................................................... 20
D. Rancangan Penelitian ................................................................... 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
E. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 23
F. Definisi Operasi Variabel Penelitian ............................................ 23
G. Cara Kerja .................................................................................... 26
H. Instrumen Penelitan ...................................................................... 27
I. Analisis Data ................................................................................ 27
BAB IV HASIL PENLITIAN ......................................................................... 28
A. Demografi Karakteristik ............................................................... 28
B. Analisis Output SPSS ................................................................... 30
C. Analisis Hasil ............................................................................... 30
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 33
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 36
A. Simpulan ....................................................................................... 36
B. Saran ............................................................................................. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. The Global Acne Grading Sistem ..................................................... 14
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin .... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Algoritma Patogenesis Akne ...................................................... 9
Gambar 2. Akne Konglobata ......................................................................... 15
Gambar 3. Akne Papulopustular .................................................................... 16
Gambar 4. Kerangka Pemikiran .................................................................... 19
Gambar 5. Rancangan Penelitian ................................................................... 22
Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok&Jenis Kelamin .... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Biodata dan Lembar Persetujuan
Lampiran 2. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Responden
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Disposisi dari Dikpora
Lampiran 6. Data Primer
Lampiran 7. Tabel Chi-Square
Lampiran 8. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS
Lampiran 9. Hasil Foto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akne vulgaris (jerawat) merupakan salah satu penyakit kulit yang
biasanya mulai muncul pada masa remaja dan dapat sembuh dengan
sendirinya secara spontan (Ghodsi et al., 2009). Akne vulgaris adalah
penyakit kulit karena peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang
ditandai dengan ujud kelainan kulit seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan
jaringan parut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik
(Wasitaatmadja, 2007).
Sekitar lebih dari 60 juta penduduk dunia menderita akne (Wolfe, 2009).
Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80% remaja dan dewasa muda yang
berusia 11-30 tahun. Sedangkan di Indonesia, sekitar 15 juta penduduk
menderita akne vulgaris (Kusumaningrum, 2012). Secara keseluruhan, akne
makin meningkat pada kalangan dewasa. Penyakit ini dianggap sebagai
penyakit yang sering muncul pada masa remaja. Akne vulgaris lebih banyak
terjadi pada pria daripada perempuan (Uhlenhake et al., 2010).
Penyebab dan patogenesis akne vulgaris belum begitu jelas.
Meningkatnya produksi sebum, hiperkeratinisasi folikuler, meningkatnya
hormon androgen, faktor genetik, adanya mediator radang di sekitar folikel
sebasea, dan adanya perubahan biokimia susunan lemak di permukaan kulit
merupakan faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya akne vulgaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(Wasitaatmadja, 2007). Di samping itu ada faktor eksternal seperti kosmetik,
obat, dan kolonisasi Propionibacterium acnes di sekitar folikel sebasea yang
dapat memperburuk atau memacu timbulnya akne (Wolfe, 2009).
Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris
adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas (Yosipovitch, 2007).
Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta
beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI). Pada dasarnya SBI adalah sistem pembelajaran dengan
menggunakan pengantar Bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Program ini merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan secara berkesinambungan mutu
sekolah nasional kelompok mandiri, baik sekolah negeri maupun swasta
sehingga nantinya sekolah tersebut akan mempunyai standar internasional
(Depdiknas, 2007).
Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran program SBI adalah
kurikulum nasional dan pengembangan kurikulum internasional. Kurikulum
internasional terkesan lebih sulit dari pada kurikulum nasional karena
penekanannya hanya pada mata pelajaran sains. Padahal tidak semua siswa
berminat pada bidang tersebut. Pada program SBI, Bahasa Inggris digunakan
sebagai bahasa pengantar khususnya pada mata pelajaran sains. Soal-soal
ujian yang disajikan juga dalam Bahasa Inggris. Mayoritas siswa program
SBI menganggap bahwa Bahasa Inggris merupakan salah satu kesulitan yang
dihadapi (Hadi dkk., 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa siswa program SBI memiliki
kecenderungan mengalami stres psikis yang lebih tinggi (Wisantyo, 2010).
Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian akne
vulgaris pada siswa SBI dan non SBI.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non
SBI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka
kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non SBI.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin dan untuk memberikan informasi ilmiah
mengenai perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non
SBI.
2. Manfaat aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
masyarakat luas tentang kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non
SBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Akne Vulgaris
a. Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit kulit karena peradangan kronis
pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan ujud kelainan kulit
seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut yang terjadi
akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik
maupun hipertrofik (Wasitaatmadja, 2007).
b. Epidemiologi
Akne vulgaris merupakan penyakit yang sering timbul dan
mempengaruhi sekitar 80% remaja dan dewasa muda. Umumnya
terjadi pada umur 14 17 tahun pada wanita, 16 19 tahun pada pria,
dominannya lesi yang timbul adalah komedo dan papul. Akne vulgaris
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena
hampir setiap orang pernah mengalaminya (Wasiaatmadja, 2007).
c. Etiologi Akne vulgaris
Penyebab pasti timbulnya akne vugaris belum diketahui, tetapi
banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya akne vulgaris,
antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1) Sebum
Sebum adalah sekret yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea
(Dorland, 2002). Produksi sebum mulai meningkat saat masuk
usia pubertas (Nelson and Thiboutot, 2007). Produksi sebum yang
meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan
inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya lesi akne (Ichsan,
2008). Testosteron yang merupakan hormon androgen, juga
mempengaruhi produksi sebum karena hormon ini menyebabkan
pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan
produksi sebum (Murata, dkk., 2006). Salah satu komponen
sebum adalah trigliserid, memiliki peran dalam patogenesis akne.
Propionibacterium acnes akan mengubah trigliserid menjadi
asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan menyebabkan
penggumpalan bakteri dan kolonisasi Propionibacterium acnes,
inflamasi yang akhirnya akan menimbulkan komedo (Zaenglein et
al., 2007)
2) Bakteri
Mikroorganisme yang berperan dalam timbulnya akne
vulgaris adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Bakteri-bakteri tersebut
terlibat dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan
enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum (Wasitaatmadja,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
3) Genetik
Faktor genetik cukup berpengaruh pada aktivitas kelenjar
minyak (gandula sebasea). Riwayat akne pada keluarga
berhubungan dengan munculnya akne lebih awal, gambaran klinis
akne, peningkatan jumlah dan beratnya lesi, serta lama dan
kesulitan terapi akne (Ballanger et al., 2006). Timbulnya akne
berhubungan dengan genetik, hal ini dipengaruhi oleh hormon
androgen dan aktivitas lipid yang tidak normal. Penelitian
melaporkan bahwa akne dengan derajat berat sering ditemukan
pada 54% keluarga kembar homozigot dan heterozigot (Zoubolis
et al., 2005)
4) Hormon
Produksi sebum dipengaruhi oleh hormon androgen dan
Peroximal Proliferators Activated Receptor (PPAR). Namun,
yang memegang peran paling kuat dalam etiologi akne adalah
hormon androgen. Hormon 5 -reductace tipe 1 bertanggung
jawab mengubah testosteron menjadi Dehidrotestosteron (DHT),
yang terjadi di kelenjar sebasea. Hormon ini memiliki aktivitas
lebih besar pada wanita dengan akne derajat sedang sampai berat
(Ascenso and Marques, 2009). Testosteron dan dehidrotestosteron
berperan untuk proliferasi sel keratinosit dan pembentukan lipid
(Murata et al., 2006). Hormon lain seperti Corticotrophin
Releasing Hormone (CRH) dan Melanocytes Stimulating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Hormone (MSH) mengekspresikan reseptornya pada kelenjar
sebasea. Sementara MSH berhubungan dengan proses inflamasi,
CRH dapat dianggap sebagai hormon yang mempromosikan
lipogenesis di sebosit (testosteron dan hormon pertumbuhan akan
memberi feed back negatif dari CRH). Jadi, CRH terlibat dalam
gangguan kulit lain yang terkait dengan produksi sebum lipid
(Ascenso and Marques, 2009).
5) Kosmetik
Ada beberapa jenis kandungan pada kosmetik yang bisa
menyebabkan timbulnya akne, antara lain: lanolin, petrolatum,
minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni. Apabila
menggunakan kosmetik dengan kandungan tersebut secara terus-
menerus dan dalam waktu lama dapat menimbulkan terjadinya
akne ringan dengan komedo tertutup dan beberapa lesi
papulopustular pada pipi dan dagu (Wasitaatmadja, 2010).
6) Diet
Salah satu faktor penyebab timbulnya akne vulgaris yang
masih diperdebatkan adalah makanan (Wasitaatmadja, 2007).
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa susu dapat memicu atau
memperparah timbulnya akne vulgaris (Melnik, 2012). Susu
memiliki indeks glikemi rendah, tetapi secara paradoks
meningkatkan kadar Insulin Like Growth Factor 1 (IGF-1).
IGF-1 adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kompleks. Hormon ini berfungsi untuk memicu pengambilan
asam amino dan sintesis protein. Meningkatnya kadar IGF-1 pada
keadaan puasa maupun sesudah makan inilah yang menyebabkan
dan memperparah timbulnya akne vulgaris (Costa, 2010).
7) Obat- obatan
Anabolic steroid, kortikosteroid, kortikotropin, fenitoin,
litium, isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan pengobatan
kemoterapi adalah jenis-jenis obat yang dapat menyebabkan
timbulnya akne vulgaris (Zaenglien et al., 2007). Pada
penggunaan kortikosteroid dosis tinggi, seperti prednisone dan
betametason dapat memacu timbulnya akne vulgaris (British
National Formulary, 2010).
8) Stres
Stres psikologis juga telah diidentifikasi di antara faktor-
faktor yang memperburuk jerawat. Dalam survei terbaru antara
215 mahasiswa kedokteran tahun ke enam, 67% dari siswa yang
diidentifikasi menunjukkan bahwa stres sebagai penyebab
jerawatnya. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa stres psikologis dapat mengubah fungsi kekebalan pada
kulit dan fungsi sawar kulit (Yosipovitch, 2007). Stres juga dapat
menyebabkan peningkatan produksi sebum dan asam lemak
bebas. Lingkungan yang seperti ini dapat menyebabkan
pertumbuhan Propionibacterium acnes yang baik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menimbulkan inflamasi yang berperan dalam pembentukan
komedo (Kery, 2007).
d. Patogenesis Akne Vulgaris
Akne vulgaris merupakan disfungsi patologi pada folikel sebasea
dengan penyebab yang multifaktorial. Penyebab akne tidak
diklasifikasi dengan sangat benar, tetapi telah diterima bahwa
patogenesis bersifat multifaktorial, yaitu adanya diferensiasi folikuler
dan meningkatnya kornifikasi, aktivitas kelenjar sebasea yang tidak
normal dan hiperkolonisasi bakteri, serta reaksi inflamasi dan
imunologi (Gambar 1)
Gambar 1. Algoritma Patogenesis Akne (Krautheim, 2004)
Stimulasi oleh: hormon (DHT; CRH); PPAR
ligand; faktor neurogenik (subst P)
Faktor Genetika/ Lingkungan
Unit pilosebasea
Sebosit: hiperplasia
sebasea, hiperseborrheic
Variasi dalam homoeostasis
folikuler: penyumbatan
folikel
Keratinosit:
hiperkeratosis folikuler
Propionibacteriu
m acnes yang tumbuh
Lesi inflamasi dan non-inflamasi dan reaksi imun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Akne vulgaris adalah sebuah penyakit inflamasi dan hormon-
hormon androgen, Peroximal Proliferators Activated Receptor
(PPAR), neuropeptida dan faktor lingkungan mampu mengganggu
siklus alami folikel sebasea dan membentuk mikro komedo. Lipid dan
sitokin yang pro-inflamasi tampaknya bertindak sebagai mediator
untuk permulaan lesi akne. Propionibacterium acnes (P. acnes),
bakteri gram positif yang bersifat mikroaerofilik, bertanggung jawab
atas respon inflamasi lokal jerawat, dengan aktivasi monosit dan
produksi sitokin. Luka-luka inflamasi dapat meliputi: papula, pustula,
dan nodula kistik. Diyakini bahwa sensitivitas yang lebih besar
terhadap P. acnes dan metabolitnya mungkin terkait dengan tingkat
keparahan akne (Krautheim, 2004).
Degradasi trigliserida tidak menimbulkan perubahan asam lemak
bebas dalam komposisi sebum pada kulit yang hiperseborrheik.
Perubahan asam lemak bebas dapat berperan dalam hiperkeratinisasi
dengan meningkatkan adhesi (perlekatan) sel. Hiperkeratinisasi,
dengan penyumbatan folikuler akibatnya menghasilkan pembentukan
luka-luka non-inflamasi: komedo yang awalnya tertutup (white spot),
dan beberapa bulan kemudian menjadi komedo yang terbuka (black
spot) (Davis and Callender, 2010).
Penyebab utama jerawat adalah hormonal, baik pada remaja
maupun dewasa. Hormon-hormon utama yang terlibat dalam
timbulnya akne adalah androgen, dengan mempertimbangkan bahwa 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
-reduktase tipe 1 yang bertanggung jawab atas konversi testosteron
menjadi Dehydrotestosteron (DHT), tampaknya paling lazim terjadi di
dalam kelenjar sebasea di daerah-daerah sekitar akne dan memiliki
aktivitas yang lebih besar pada wanita yang memiliki akne dengan
derajat sedang hingga parah. Terkait dengan hormon androgen
suprarenal, serum androsteron glukuronida meningkat pada wanita
dewasa, sedangkan testosteron dan Dehydroepiandrosterone sulphate
(DHEAS) berada dalam nilai yang normal. Hormon-hormon lain
seperti Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan Melanocytes
Stimulating Hormone (MSH) melepaskan reseptornya pada kelenjar
sebasea. Meskipun MSH terkait dengan proses inflamasi, namun CRH
dapat dianggap sebagai hormon yang meningkatkan lipogenesis di
dalam sebosit (testosteron dan hormon pertumbuhan menimbulkan
umpan balik negatif dari CRH). Maka dari itu, penelitian yang
dilakukan Ascenso dan Marques (2009) mengungkapkan bahwa CRH
terlibat dalam perkembangan klinis jerawat. Faktor lingkungan dan
genetika merupakan faktor-faktor luar lain yang secara empiris
disebutkan dalam patogenesis akne. Mengenai keturunan, ada bukti
berdasarkan penelitian terhadap orang-orang kembar yang
menunjukkan bahwa jerawat mungkin memiliki komponen keturunan
(Ascenso and Marques, 2009).
Hubungan sebab akibat antara stres dengan akne telah ditegaskan
sejak lama. Ada beberapa bukti bahwa mekanisme molekul yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mendasari terkait dengan pelepasan reseptor mediator neuro-endokrin
oleh kelenjar sebasea. Penelitian-penelitian terkini telah
mengindikasikan bahwa sebosit manusia melepaskan reseptor
fungsional untuk pelepasan hormon antara lain kortikotrophin,
melanokortin, polipeptida usus -endorphin, neuropeptida
Y. Setelah melakukan koneksi dengan ligand, reseptor-reseptor
tersebut mengatur produksi metabolisme inflamasi sitokin,
perkembangbiakan, diferensiasi, lipogenesis dan metabolisme
androgen di dalam sebosit, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Faktor-faktor neuro-endokrin tampaknya memediasi stres secara
sistemik dan topikal, yang merangsang kelenjar sebasea, yang pada
akhirnya mempengaruhi manifestasi klinis akne (Ascenso and
Marques, 2009).
e. Gejala Klinis dan Grading Akne Vulgaris
Tempat yang banyak mengandung kelenjar pilosebasea adalah
tempat predileksi akne vulgaris, di antaranya wajah, bahu, dada
bagian atas, dan punggung bagian atas. Selain itu, leher, lengan atas,
dan glutea adalah tempat yang kadang terkena akne vulgaris
(Wasitaatmadja, 2007).
Pada penderita akne vulgaris sering ditemukan berbagai macam
lesi, yang paling dominan adalah komedo, papul, pustul, nodul, dan
kista (Wasitaatmadja, 2007). Komedo adalah lesi primer akne. Ada
dua macam komedo, yaitu komedo terbuka (blackhead) dan komedo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tertutup (whitehead) (Bershad, 2008). Komedo terbuka merupakan
sebuah papul dengan dilatasi sentral yang berisi keratin yang
menghitam. Sedangkan komedo terbuka merupakan papul kekuningan
sebesar 1 mm (Zaenglein, 2007). Diagnosis banding akne vulgaris di
antaranya folikulitis dan dermatitis perioral (Ascenso and Marques,
2009).
Diagnosis akne vulgaris biasanya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik dan riwayat pasien. Akne vulgaris dapat diukur
dengan menggunakan dua cara: penghitungan lesi dan gradasi.
Gradasi adalah perkiraan tingkat keparahan yang cukup subyektif. Hal
ini didasarkan pada pengamatan lesi dominan, mengevaluasi ada
tidaknya peradangan. Kadang-kadang bermasalah karena banyak
variabel yang terlibat (Ascenso and Marques, 2009).
Cara menilai derajat keparahan akne vulgaris menggunakan
Global Acne Grading System (GAGS) yang dapat dilihat pada tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 1. The Global Acne Grading Sistem Lokasi Faktor
Dahi 2
Pipi kanan 2
Pipi kiri 2
Hidung 1
Dagu 1
Dada dan punggung 3
Sumber: Adityan dkk. (2009)
Catatan : Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi = 0, komedo = 1, papul = 2, pustule = 3 dan nodul = 4. Skor pada tiap area (local score) dihitung menggunalan formula: Local score = Faktor x grade (0 - 4). Global score adalah jumlah dari local score dan keparahan akne diklasifikasi menurut global score. Skor 1-18 akne ringan, 19-30 akne sedang, 31-38 akne berat, dan >39 akne sangat berat.
f. Tipe-tipe Akne
Tipe-tipe akne vulgaris menurut Ascenso dan Marques (2009) antara
lain:
1) Akne Vulgaris
Tipe akne yang sangat umum dengan ujud kelainan kulit
berupa komedo tertutup, komedo terbuka, papula, dan atau dengan
pustul. Keragaman akne vulgaris dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe, yaitu:
a) Tipe 1 : Umumnya komedo, papula atau pustule sedikit,
tanpa skar
b) Tipe 2 : Komedo lebih banyak, umumnya papula dan
pustule dengan skar sedikit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Tipe 3 : Banyak komedo, papula dan pustule menyebar
kepunggung, dada, dan bahu. Kadang ditemukan
kista, nodul, skar sedang.
d) Tipe 4 : Lebih banyak kista pada wajah, leher, dan lengan,
dengan beberapa skar (With, 2007).
2) Akne Konglobata/Nodular
Bentuk akne yang kronik dan parah yang terlihat selalu pada
pria, berasal dari masa pubertas akhir dan sering kali berlanjut
sampai akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya sejumlah
komedo, sering kali double atau triple, abses-abses yang besar
dengan sinus yang menghubungkannya, dan kista yang berisi
bahan jernih (seropurulen) serta luka parut yang tetap nyata dan
buruk setelah sembuh (Wolff et al., 2005) (Gambar 2).
Gambar 2 . Akne Konglobata (Wolff et al., 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Akne papulopustular
Akne yang ditandai dengan adanya pustul dan papula
(Gambar 3). Papula adalah tonjolan kecil superfisial pada kulit,
berbatas tegas dan padat dengan diameter kurang dari 1 cm (kurang
dari 0,5 dari beberapa penulis). Pustul adalah kumpulan nanah di
dalam atau di bawah epidermis, sering di dalam folikel rambut atau
pori-pori kelenjar keringat (Harper, 2011).
Gambar 3. Akne papulo pustular (Harper, 2011)
4) Akne Ekskoriasi
Jenis akne superfisial yang sering tampak pada muka gadis
remaja dan wanita muda yang disebabkan oleh kebiasaan neurotic
kompulsif dalam bentuk mengorek dan memencet lesi wajah yang
kecil, sepele atau tidak ada, yang meninggalkan lesi sekunder yag
menyebabkan jaringan parut (Dorland, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5) Akne Mekanik
Penumpukan lesi akne yang ada oleh faktor-faktor mekanis
yang merusak bentuk kulit termasuk penggesekan, penggosokkan,
peregangan, tekanan, pencabutan, dan penarikan yang dapat
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti tali pengikat di dagu, label
pakaian, peralatan ortopedi, ransel, kursi, serta tempat duduk di
bus atau di mobil (Zaenglein et al., 2007).
6) Kloroakne
Erupsi akneformis yang diakibatkan karena pajanan senyawa
klor (Dorland, 2002).
7) Akne Steroid
Akne yang muncul karena penggunaan steroid dalam jangka
lama (Ascenso dan Marques, 2009).
2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
a. Definisi SBI
Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang
diselenggarakan setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan
diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Sekolah dengan
program bertaraf internasional adalah sekolah nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan
keunggulan yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara
dengan mutu sekolah-sekolah unggul tingkat internasional. Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
bertaraf internasional perlu menjalin kerjasama (networking) dengan
sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah memiliki
reputasi internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan
(benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi
dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. Sekolah
bertaraf internasional juga harus mengembangkan program sertifikasi,
meningkatkan daya saing dalam lomba tingkat internasional, dan
mempersiapkan calon tenaga kerja yang dapat bekerja pada lembaga
bertaraf internasional (Diknas, 2010)
b. Tujuan Program SBI
Tujuan diselenggarakannya sekolah bertaraf internasional adalah
meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan di tingkat regional dan
internasional, sebagai antisipasi peningkatan migrasi tenaga kerja
internasional, meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di
pasar kerja internasional, serta untuk mempertahankan peluang kerja
tenaga kerja Indonesia di pasar kerja nasional yang dibentuk oleh
perusahaan asing di Indonesia (Diknas, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Keterangan gambar :
= Menyebabkan
= Meningkat
= Mempengaruhi
= Penyebab
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan angka kejadian pada siswa SMA program SBI dan
non SBI. Kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI lebih tinggi
dibanding dengan siswa non SBI.
Siswa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Faktor Sekolah 1. Bahasa pengantar
Bahasa Inggris 2. Tugas dan beban banyak
Faktor keluarga 1. Tuntutan
berprestasi 2. Kurang waktu
bermain
Stres
Akne vulgaris
Herediter Obat-obatan
Hormon Kosmetik
Faktor Psikis Diet
Hormon Androgen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross
sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta.
Dipilih lokasi penelitian di tempat tersebut karena merupakan salah satu
sekolah yang memiliki program SBI dan non SBI.
C. Subyek Penelitian
1. Batasan Populasi
Siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta.
2. Sampel
Besar sampel dihitung menurut hukum rule of thumbs dimana jumlah
sampel minimal adalah 30. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi syarat
pengambilan sampel penelitian (Murti, 2010). Jadi untuk penelitian ini
diambil sampel sebesar 30.
3. Cara Pengambilan Sampel
Penetapan sampel dilakukan secara inklusi-eksklusi dengan:
a. kriteria inklusi:
1) Siswa SMA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Tidak memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga.
3) Untuk siswa perempuan tidak sedang menstruasi atau 1
minggu menjelang dan sesudah menstruasi.
4) Bersedia mengisi dan menandatangani formulir persetujuan
penelitian.
5) Belum pernah timbul akne vulgaris sebelum masuk SMA.
6) Kuesioner L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality
Inventory)
b. Kriteria eksklusi :
1) Mengkonsumsi antibiotika atau steroid dalam 2 minggu
terakhir.
2) Memakai kosmetik yang bersifat komedogenik dalam 1
minggu terakhir, termasuk di dalamnya bedak padat dan krim
malam.
3) Saat penelitian siswa baru saja melakukan olahraga.
4) Saat penelitian siswa sedang berpuasa maupun setelah makan
besar.
4. Teknik Pencuplikan
Teknik pencuplikan dengan metode purposive sampling. Teknik
tersebut termasuk dalam non probability sampling dimana pemilihan
sampel ditetapkan berdasar atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan
dengan karakteristik populasi, yaitu kelas SBI dan non SBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Rancangan Penelitian
Gambar 5 . Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel
Siswa SBI Siswa non SBI
Tanpa Akne vulgaris
Akne vulgaris
Tanpa akne vulgaris
Akne vulgaris
Analisis Bivariat Chi Square
SPSS
Kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan
gambar
Kuesioner dan pengambilan gambar
Validasi oleh dokter spesialis kulit dan
kelamin
Validasi oleh dokter spesialis kulit dan
kelamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Siswa program SBI dan non SBI
2. Variabel terikat : Akne vulgaris
3. Variabel luar :
a. Psikis
b. Hormon
c. Herediter
d. Obat-obatan
e. Kosmetik
f. Diet
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program SBI dan non SBI.
Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan
setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan
standar pendidikan negara maju. Sedangan program non SBI (reguler)
adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan mengacu pada kurikulum
standar nasional dan tidak memakai bahasa inggris sebagai bahasa
pengantar. Variabel ini menggunakan skala nominal.
2. Variabel terikat
Ujud kelainan kulit akne vulgaris dapat berupa komedo, papul,
peradangan dengan pustul yang multipel atau kista yang timbul di tempat
predileksi. Siswa dengan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan menderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
akne vulgaris, sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan kulit tersebut
dinyatakan tanpa akne vulgaris. Timbulnya kejadian akne vulgaris adalah
terjadinya akne vulgaris setelah masuk Sekolah Menengah Atas (SMA)
atau bertambahnya akne vulgaris setelah masuk SMA.
3. Variabel luar
a. Psikis
Stres psikologis juga telah diidentifikasi di antara faktor-faktor yang
memperburuk jerawat. Dalam survei terbaru antara 215 mahasiswa
kedokteran tahun ke enam, 67% dari siswa yang diidentifikasi
menunjukkan bahwa stres sebagai penyebab jerawat (Yosipovitch,
2007).
b. Hormon
Hormon yang berperan dalam proses timbulnya akne vulgaris
adalah hormon androgen dan Peroximal Proliferators Activated
Receptor (PPAR). Namun, yang memegang peran paling kuat dalam
etiologi akne adalah hormon androgen (Ascenso and Marques, 2009).
Variabel ini dikendalikan dengan cara tidak memilih sampel yang
sedang dalam masa menstruasi atau satu minggu menjelang maupun
setelah menstruasi.
c. Herediter
Faktor genetik cukup berpengaruh pada aktivitas kelenjar minyak
(gandula sebasea). Riwayat akne pada keluarga berhubungan dengan
munculnya akne lebih awal, gambaran klinis akne, peningkatan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dan beratnya lesi, serta lamanya dan kesulitan terapi akne (Ballanger et
al., 2006). Variabel ini dikendalikan dengan tidak memilih sampel yang
memiliki riwayat akne dalam keluarganya.
d. Obat-obatan
Anabolic steroid, kortikosteroid, kortikotropin, fenitoin, litium,
isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan pengobatan kemoterapi
adalah jenis-jenis obat yang dapat menyebabkan timbulnya akne
vulgaris (Zaenglien et al., 2007). Variabel ini dapat dikendalikan
dengan memilih sampel yang dalam 2 minggu terakhir tidak
mengkonsumsi obat-obatan.
e. Kosmetik
Kosmetik komedogenik adalah suatu produk topikal yang dapat
menyebabkan timbulnya akne vulgaris, di antaranya terdapat pada krim
muka seperti: foundation (bedak dasar), pelembab (moisturizer), krim
penahan sinar matahari (sunblock), dan krim malam (Widjaja, 2000).
Siswa dinyatakan menggunakan kosmetik apabila dalam satu minggu
terakhir memakai kosmetik. Sedangkan siswa yang tidak memakai
kosmetik dalam seminggu terakhir dinyatakan tidak menggunakan
kosmetik. Variabel ini dapat dikendalikan dengan cara tidak memilih
sampel yang menggunakan kosmetik dalam satu minggu terakhir.
f. Diet
Salah satu faktor penyebab timbulnya akne vulgaris yang masih
diperdebatkan adalah makanan (Wasitaatmadja, 2007). Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
terbaru menyebutkan bahwa susu dapat memicu atau memperparah
timbulnya akne vulgaris (Melnik, 2012). Susu memiliki indeks glikemi
rendah, tetapi secara paradoks meningkatkan kadar IGF-1. Insulin
Like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang
mempunyai fungsi sangat kompleks. Hormon ini berfungsi untuk
memicu pengambilan asam amino dan sintesis protein. Meningkatnya
kadar IGF-1 pada keadaan puasa maupun sesudah makan inilah yang
menyebabkan dan memperparah timbulnya akne vulgaris (Costa, 2010).
Variabel ini dapat dikendalikan dengan cara tidak memilih sampel yang
dalam 2 jam sebelum penelitian mengkonsumsi susu.
G. Cara Kerja
1. Kuesioner dan lembar persetujuan diberikan kepada siswa yang dijadikan
subjek penelitian, untuk memperoleh identitas diri dan persetujuan siswa
untuk dilakukan penelitian.
2. Melakukan wawancara dan pengamatan ada tidaknya akne vugaris
terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, dengan
metode Global Acne Grading System (GAGS) pada lima bagian wajah
(dahi, pipi kiri, pipi kanan, dagu, hidung).
3. Melakukan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera digital
(dari arah depan, samping, dan sudut 45o).
4. Foto yang didapat dikonsultasikan kepada dokter spesialis kulit dan
kelamin untuk penegakkan diagnosis akne vulgaris atau tidak.
5. Pengumpulan data didapat dan dianalisis dengan program SPSS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
H. Instrumen Penelitian
1. Formulir pesetujuan penelitian
2. Kuesioner L-MMPI
3. Kamera digital, Canon EOS 500D
I. Analisis Data Penelitian
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan
analisis bivariat uji Chi-Square. Selanjutnya data akan diolah dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) sehingga akan diperoleh hasil
yang pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat adakah perbedaan angka
kejadian Akne vulgaris atau tidak. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Demografi Karakteristik
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa sekolah di SMA Negeri 3
dan SMA Negeri 4 Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan di sekolah
tersebut dan semua terisi. Setelah itu, subjek diminta untuk mengisi lembar
persetujuan penelitian dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
dan pengambilan gambar untuk selanjutnya dilakukan validasi oleh dokter
spesialis kulit dan kelamin. Hasilnya, sebanyak 63 siswa yang tergolong
dalam kriteria inklusi dan sisanya sebanyak 57 siswa tergolong dalam kriteria
ekslusi. Di bawah ini merupakan tabel karakteristik siswa SMA Negeri 3 dan
SMA Negeri 4 Surakarta.
Karakteristik Siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin Kelompok
dan jenis kelamin
Jumlah
N=63
Persentase
(%)
Perempuan SBI
Laki-laki SBI
Perempuan non SBI
Laki-laki non SBI
16
16
20
11
25,4
25,4
31,7
17,5
Sumber data primer, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
0
5
10
15
20
Jumlah
Perempuan SBI
Laki-Laki SBI
Perempuan nonSBILaki-Laki non SBI
Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin
Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah total siswa yang diteliti adalah 63
orang. Siswa program SBI sebanyak 32 orang, perempuan berjumlah 16 dan
laki-laki berjumlah 16 atau sebesar 25,4 %. Sedangan siswa program non SBI
sebanyak 31 orang, perempuan berjumlah 20 orang atau sebesar 31,7 % dan
laki-laki berjumlah 11 orang atau sebesar 17,5 %.
Siswa-siswa tersebut nantinya akan dikelompokkan berdasarkan Global
Acne Grading System (GAGS). Menurut Global Acne Grading System
(GAGS) dijelaskan bahwa jika skor 1-18 termasuk akne ringan, 19-30 akne
sedang, 31-38 akne berat, lebih dari 39 akne sangat berat. Ini berarti adanya
satu lesipun termasuk penderita akne. Dari data yang penulis peroleh,
sebanyak 33 siswa menderita akne dan sebanyak 30 siswa tidak menderita
akne.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Analisis Output SPSS
Berdasarkan output SPSS terdapat 63 data dan semua data tersebut sudah
diproses serta tidak ada yang missing. Ini menandakan bahwa tingkat
kevalidannya 100% (Lampiran 8.a)
Nilai ekspektasi dari siswa yang menderita jerawat adalah sebesar 15,2
sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 siswa yang menderita jerawat. Jadi
terdapat residu sebesar 4,8. Begitu pula seterusnya untuk semua nilai. Nilai-
nilai ini nantinya digunakan untuk menghitung nilai Chi-Square (lampiran
8.b).
Untuk menghitung nilai Chi-Square.
1. Rumus Expected Count
2. Rumus Residu = count expected count
Uji Chi-Square digunakan untuk mengamati ada tidaknya hubungan
antara dua variabel (baris dan kolom). Odds Ratio (estimasi risiko) digunakan
untuk membandingkan kemungkinan peristiwa yang terjadi dalam satu
kelompok dengan kemungkinan hal yang sama terjadi pada kelompok lain.
Odds Ratio pada kelompok SBI untuk mengalami jerawat adalah 3,5 kali
lebih besar dibandingkan kelompok non SBI (lampiran 8.d).
C. Analisis Hasil
c. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa
SMA program SBI dan non SBI.
kolomtotaljumlahkolomtotalpadadatajumlahxbaristotalpadadatajumlah
valueexpected
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
H1 : Terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa SMA
program SBI dan non SBI.
d. Taraf signifikansi
= 5%
e. Uji Statistik
a. Nilai Chi-Square hitung dan tabel Chi-Square
Nilai Chi-Square hitung bisa dilihat di tabel uji Chi-Square, nilai
Pearson Chi-Square sebesar 5,773. Nilai ini akan dibandingkan dengan
nilai tabel Chi-Square. Nilai Chi-Square dapat dilihat dari tabel Chi-
Square = 0,05 dan derajat bebas (df) = 1. Rumus derajat
bebas = (kolom -1) x (baris-1). Didapatkan nilai tabel Chi-Square
sebesar 3,84.
b. Nilai probabilitas
Nilai probabilitas dapat dilihat di uji Chi-Square pada baris Pearson
Chi-Square dan kolom asymp.sig. yaitu sebesar 0,016. Nilai ini akan
f. Kriteria Penolakan
a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak bila Chi-Square hitung > nilai
tabel Chi-Square.
b. Pada taraf signinikansi 5%, H0 ditolak bila nilai probabilitas < nilai
g. Keputusan
a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena Chi-Square hitung =
5,773 > nilai tabel Chi-Square = 3,84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena nilai probabilitas = 0,016
h. Simpulan
Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji Chi-Square
menggunakan software SPSS 17.0 (data terlampir). Dari kedua analisis di
atas bisa diambil kesimpulan yang sama yaitu menolak H0, artinya ada
perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI
dan non SBI. Siswa SMA program SBI memiliki risiko 3,5 kali lebih besar
menderita jerawat dibanding dengan siswa SMA program non SBI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne
vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI di Surakarta. Penelitian ini
dilakukan pada bulan November tahun 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4
Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan dan seluruhnya terisi. Terdapat
sebanyak 63 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 32
orang dari siswa program SBI, serta 31 orang siswa dari program non SBI.
Kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI sebanyak 20, sedangkan
pada siswa program non SBI sebanyak 10 orang. Sebanyak 12 siswa laki-laki dan
8 siswa perempuan program SBI menderita jerawat. Penelitian yang dilakukan di
Korea juga menunjukkan bahwa kejadian akne vulgaris akne vulgaris banyak
diderita oleh laki-laki dibanding dengan perempuan (Do et.al., 2009).
Berdasarkan tabel uji Chi-Square (Lampiran 8.c) dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI
dan non SBI di Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square hitung dan
nilai tabel Chi-Square serta nilai probabilitas yang menolak H0 . Dengan
demikian hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu terdapat
perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non
SBI.
Kurikulum yang digunakan pada SMA program SBI berbeda dengan
kurikulum yang digunakan pada SMA program non SBI. Pada SMA SBI,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis internasional. Bahasa
pengantar yang digunakanpun berbeda. Sekolah menengah atas program SBI
menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar dan program ini menekankan
pada sains-nya. Menurut Hadi dkk (2007), mayoritas siswa SMA program SBI
menganggap bahwa Bahasa Inggris adalah salah satu kesulitan yang dihadapi.
Faktor psikis diduga mempengaruhi timbulnya akne vulgaris (Yosipovitch,
2007). Sekitar 30% faktor psikis berperan dalam timbulnya gangguan di kulit,
termasuk akne vulgaris (Gupta and Gupta, 2004). Faktor psikis yang ditemukan
meliputi kecemasan, perasaan tidak nyaman, banyaknya tugas dan pekerjaan
rumah, kurangnya waktu bermain, penggunaan Bahasa Inggris, tertekannya siswa
karena guru yang galak, aktivitas yang padat, dan lain-lain (Tan, 2004). Faktor
inilah yang menyebabkan siswa SMA program SBI cenderung rentan terkena stres
dibanding siswa dengan program non SBI.
Mekanisme stres yang menimbulkan eksasebasi akne belum diketahui secara
pasti. Salah satu teori mengatakan bahwa seksaserbasi ini disebabkan oleh
meningkatnya hormon androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam
lemak di dalam sebumpun meningkat (Harahap, 2000). Teori lain pun mengatakan
bahwa stres ini yang akan mengakibatkan peningkatan produksi sebum dan asam
lemak bebas, dimana keadaan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan
Propionibacterium acnes dan akan menimbulkan inflamasi yang berperan dalam
pembentukan komedo (Kery, 2007).
Namun, yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak secara
spesifik mengukur tingkat stres di antara kedua kelompok sampel, sehingga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
diketahui secara pasti tingkat stres sesungguhnya pada kedua kelompok sampel
tersebut. Selain itu, penyabab lain akne vulgaris yang multifaktoral seperti: faktor
herediter, obat-obatan, hormon, kosmetik, dan diet sudah dikendalikan dalam
penelitian ini. Pengendalian yang telah dilakukan dapat mengurangi adanya bias
pada penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa
SMA program SBI dan non SBI. Angka kejadian akne vulgaris siswa SMA
program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non
SBI.
B. Saran
1. Saran Teoritis
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih banyak dengan variabel yang tidak terkendali lebih sedikit agar
didapatkan data yang mempresentasikan keadaan sampel secara akurat
dan minimal dari bias
b. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi angka kejadian akne vulgaris, terutama faktor psikis.
2. Saran Aplikatif
a. Siswa dianjurkan untuk mengendalikan faktor stres yang ada.
b. Calon siswa yang ingin masuk kelas SBI dianjurkan untuk lebih siap
baik fisik maupun mental.