perbanyakan vegetatif
-
Upload
rusydah-ufairah -
Category
Documents
-
view
190 -
download
5
description
Transcript of perbanyakan vegetatif
LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PERBANYAKAN VEGETATIF”
Disusun Oleh:
Nama : Rusydah Ufairah
NIM : 135040201111034
Kelompok : Rabu, 10.15
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan vegetative merupakan salah satu cara perkembangbiakan
yang menggunakan organ vegetative tanaman yaitu daun, batang dan akar.
Perbanyakan vegetative dilakukan dengan memisahkan bagian-bagian
vegetative tanaman untuk dijadikan bahan tanam.
Perbanyakan secara vegetative terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan
vegetative secara alami dan perbanyakan vegetative secara buatan.
Perbanyakan vegetative secara alami dilakukan dengan cara langsung
memisahkan bagian-bagian vegetative pada tanaman induk untuk digunakan
sebagai bahan tanam. Perbanyakan vegetative alami pada bagian daun dan
akar biasanya menggunakan tunas adventif daun dan akar. Tunas adventif
daun bias ditemukan pada tanaman cocor bebek (Bryophyllumpinnatum).
Tunas adventif akar bisa ditemukan pada tanaman cemara (Casuarinasp) dan
tanaman kersen (Mutingiacalabura L.). Perbanyakan vegetative alami
menggunakan batang tanaman yang terletak di bawah tanah bisa
menggunakan rhizome, tuber, corm, bulb, sedangkan batang tanaman yang
terletak pada bagian atas tanah bisa menggunakan runner, offset, stolon dan
sucker.
Perbanyakan vegetative alami mempunyai keuntungan dan kerugian
dalam pelaksanaannya. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan
perbanyakan vegetatif alami yaitu dapat diaplikasikan pada tanaman yang
tidak menghasilkan biji, sifat pohon induk diteruskan ketanaman generasi
berikutnya, masa juvenile relative pendek dan mempercepat persediaan bibit.
Kerugian menggunakan perbanyakan vegetatif alami yaitu infeksi sistemik
oleh virus dapat menjalar keseluruh bagian tanaman, penyimpanan bahan
tanam memerlukan banyak tempat tidak seperti biji, periode penyimpanan
bahan tanam pendek dan mekanisme pada beberapa jenis tanaman tidak
praktis.
Perbanyakan vegetatif secara buatan terbagi menjadi dua yaitu
perbanyakan vegetatif buatan dengan tanpa perbaikan sifat dan perbanyakan
vegetatif buatan dengan perbaikan sifat. Perbanyakan vegetatif buatan tanpa
perbaikan sifat menggunakan teknik cangkok dan stek. Perbanyakan vegetatif
buatan dengan perbaikan sifat menggunakan teknik okulasi, grafting dan
kultur jaringan.
1.2 Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengenal berbagai macam cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
b. Melakukan perbanyakan tanaman secara vegetative baik secara alami
maupun buatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Alami
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia (Gunawan, 2004).
Perbanyakan vegetatif di mana bahan tanam dari organ tubuh
tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian
generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya
(Abdurrahman, 2008).
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa
campur tangan manusia (Rahardja dan Wiryanta, 2003).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ
vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi
individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan
kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat
induknya (Jumin, 1994).
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
Runner
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau
tumbuh di bawah permukaan tanah dan pada interval tertentu
memunculkan tunas ke permukaan tanah. Contoh: strawbery, lili
paris, arbei.
Corm
Pangkal batangyang membengkok dan memadat serta mengandung
cadangan makanan. Pada dasarnya cormus terdapat subang tempat
tumbuhnya akar sedangkan di bagian atasnya (ujung) terdapat mata
tunas. Contoh: bunga dahlia, gladiol.
Bulb (Umbi lapis)
Bahan tanam yang terdiri dari suatu batang yang pipih dan pendek
berbentuk cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti
daun berdaging, sisik ini menutupi tunas (titik tumbuh). Contoh:
bawang, tulip.
Tuber
Batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah
dan mengandung beberapa mata tunas. Contoh: kentang, talas.
Rhizome
Akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas
akan membengkok sebagai cadangan energi. Contoh: jahe, kunyit,
temulawak, dll.
Anakan
Hasil pembiakan vegetatif induk yang berkembang sendiri yang
tumbuh di dekat tanaman induk. Contoh: sansivera, bambu, pisang,
dll.
Tunas Adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh tidak pada ujung batang
atau ketiak daun, tetapi tumbuh pada bagian tumbuhan yang
biasanya tidak bertunas, seperti pada akar dan daun. Pada tepi daun
yang telah tua akan tumbuh akar dan tunas. Jika daun tersebut jatuh
ke tanah, maka akan tumbuh tumbuhan baru. Contoh: cocor bebek,
sukun, cemara, dan kesemek.
(Adinugraha, 2001)
Spora
Individu baru terbentuk dari spora yang dihasilkan oleh induknya.
Tiap spora bisa tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan
dengan spora terjadi pada alga, jamur, lumut, dan paku-pakuan.
(Hartmann, 1997)
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman secara
Vegetatif Alami
a. Faktor Suhu/temperatur
Tinggi rendahnya suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan
tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari
tanaman. Suhu yang baik bagi tanaman adalah antara 22-37oC.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
b. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah
serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
c. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat
melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika
suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa
tampak pucat dan warnatanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi).
Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
d. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk
membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan
dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan
pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
(Rochiman, 1973)
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif Buatan
Cara reproduksi secara vegetatif (tanpa kawin) yang tidak terjadi
secara alami melainkan dibuat atau disengaja terjadi oleh
manusia(Leksono, 1996).
Perbanyakan tanaman secara buatan dengan campur tangan manusia
(Suwandi, 2007).
Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru tanpa melalui
perkawinan dengan bentuan manusia (Pahan, 2006).
2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan
Stek Batang merupakan bahan awal perbanyakan berupa batang
tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat macam
berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi
berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman yang biasa
diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain: apel,
pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau NAA.
Stek daun merupakan proses yang digunakan untuk pertumbuhan
dan akar tanaman baru. Apabila dirawat dengan baik, pemotongan
kecil dapat mengembangkan sistem akar dan pada akhirnya menjadi
dewasa sebagai tanaman yang sehat. Stek pada daun yang dipotong
untuk tujuan ini terkadang disebut induk daun.
(Boullin dan Went. 1993)
Okulasi (menempel) adalah salah satu teknik perbaikan kualitas
tanaman secara vegetatif buatan yang dilakukan dengan
menempelkan mata tunas dari tanaman yang unggul ke batang
tanaman lainnya. Sama seperti jenis perbanyakan vegetatif buatan
lainnya, okulasi juga dilakukan untuk memperoleh bibit tanaman
yang berkualitas baik. Namun, dibandingkan dengan tanaman yang
dihasilkan cangkok dan stek, tanaman yang diperoleh dari okulasi
akan memberikan kualitas yang lebih baik. Hal ini karena okulasi
dapat menggabungkan 2 sifat unggul dari masing-masing bagian
tanaman yang diokulasikan yakni sifat unggul batang bawah
(contohnya perakaran yang kuat) dan sifat unggul dari tanaman
entres (buah yang lebat).
Grafting dan Budding merupakan metode perbanyakan vegetatif
buatan. Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2
jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya
bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman
gabungan.
(Ashari, 2005)
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman secara
Vegetatif Buatan
a. Faktor Intern :
dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian
kelembaban tinggi)
ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
(Husni, 2004)
b. Faktor Ekstern:
suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang
tinggi)
cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan
cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang
lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap
serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan)
(Hamid, 2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan dan FungsiAlat: Pisau : memotong bagian tanaman yang akan diperbanyak. Tali : mengikat plastik. Plastik : untuk melindungi daerah penyambungan. Kamera : untuk dokumentasi. Polibag : tempat media tanam. Bak tanam : tempat media tanam.
Bahan: Kentang : sebagai bahan tanam Bawang merah: sebagai bahan tanam Mawar : sebagai bahan tanam Cocor bebek : sebagai bahan tanam Bougenville : sebagai bahan tanam Rosemary : sebagai bahan tanam Pasir : sebagai media tanam Tanah : sebagai media tanam Rootone-F : ZPT .
3.2 Langkah Kerja3.2.1. Perbanyakan vegetatif alamiBawang merah:
Menyiapkan alat dan bahan.
Mencampur ketiga media tanam dan memasukkannya ke dalam wadah baskom.
Menanam umbi bawang merah dengan perlakuan tanpa pemotongan dan pemotongan pucuk.
Melakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 5 minggu.
Mengidentifikasi hasil.Kentang:
Menyiapkan alat dan bahan.
Memotong bagian kentang bertunas untuk bahan tanam.
Menanamnya pada media tanam yang telah dibuat.
Melakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 5 minggu.
Mengidentifiasi hasil.3.2.2. Perbanyakan vegetatif buatanKrisan:
Menyiapkan alat dan bahan.
Memotong bagian pucuk krisan untuk grafting.
Menggrafting pada jenis tanaman krisan yang lain.
Melakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 5 minggu.
Mengidentifikasi hasil.Zamia:
Menyiapkan alat dan bahan.
Menanam daun zamia pada media tanam dengan 3 perlakuan.(Bagian daun utuh, pangkal daun, pucuk daun).
Melakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 5 minggu.
Mengidentifikasi hasil.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil praktikum, menunjukan bahwa pada percobaan perbanyakan vegetatif alami dengan menggunakan bawang merah utuh, bawang merah yang dipotong menghasilkan sebuah kesimpulan yakni tanaman bawang merah yang tidak dipotong menunjukan pertumbuhan yang paling cepat yakni pada minggu kelima jumlah tunasnya sebanyak 1 dan tinggi tanaman mencapai 23cm, sedangkan hasil kedua ditunjukan oleh tanaman bawang merah yang dipotong, tunas sudah mulai muncul pada minggu kedua dan tinggi dan jumlah tunas tidak ada. Sedangkan untuk kentang terdapat 2 perlakuan yaitu menggunakan ZPT dan Non ZPT, penggunaan ZPT muncul tunas sebanyak 4 dan tinggi tanaman mencapai 21 cm pada minggu ke 5 dan Non ZPT didapatkan telah mati.
Data tersebut menunjukan bahwa tanaman bawang merah dengan umbi yang tidak dipotong mengalami pertumbuhan yang paling cepat dibandingjn perlakuan yang lain. Keberhasilan ini tidak hanya didukung dari faktor internal bawang merah itu sendiri tetapi juga banyak faktor yang mempengaruhinya, menurut Rochiman dan Harjadi, (1973) dalam Pudjiono (2008), menyebutkan bahwa secara garis besar ada 3 hal yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif, yakni faktor tanaman itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaannya.
Jika dianalisis, praktikum ini dilaksanakan dengan teknis pelaksanaan yang sama dan pada lingkungan yang sama juga, jadi dapat dikatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam praktikum ini adalah faktor dari dalam tanaman itu sendiri, menurut Rochiman dan Harjadi, (1973) dalam Pudjiono (2008), faktor iternal tanaman itu meliputi Macam bahan stek, Umur bahan stek, Adanya tunas dan daun pada stek, Kandungan bahan makanan pada stek, Kandungan zat tumbuh, Pembentukan kallus.
Perbedaan hasil pada setiap perlakuan ini mungkin disebabkan beberapa faktor tersebut, Bawang merah utuh menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan bawang merah yang dipotong, kondisi ini terjadi karena kandungan bahan cadangan makanan pada bawang merah yang tidak dipotong lebih banyak dibandingkan bawang merah yang tidak dipotong sehingga pertumbuhanya juga lebih baik. Kemudian perbedaan jumlah runas yang ada, data tersebut menunjukan bawang merah utuh memiliki 2 tunas sedangkan bawang merah yang dipotong memiliki 1 tunas. Selnjutnya untuk perbandingan antara tanaman kentang dan bawang, data tersebut menunjukan bahwa tanaman bawang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada kentang, jika berdasarkan pada literatur, hal ini sangat mungkin terjadi karena pengaruh
kandungan zat tumbuh yang berbeda pada setiap jenis tanaman, sehingga tingkat pertubuhannya pun juga berbeda.
Selanjutnya untuk perbanyakan vegetatif buatan dengan perlakuan stek daun dan stek batang, untuk stek daun menggunakan tanaman Zamia sedangkan pada stek batang menggunakan tanaman bunga Krisan. Hasil praktikum menunjukan bahwa pada stek batang menggunkan tanaman Zamia dengan 3 kali pengulangan, pada bagian 1 dan 2, tanaman berhasil hidup mulai dari minggu ke 1 sampai minggu ke 5, dengan jumlah tunas 1, sedangkan pada bagian 3 juga menunjukan tanda-tanda hidup tetapi belum ada pertumbuhan tunas. Sedangkan hasil pada perbanyakan vegetatif batang menggunakan tanaman krisan pada semua bagian yang ditanam menunjukan tanda-tanda kehidupan, tetapi hanya pada bagian batang bawah saja yang mengalami pertumbuhan tunas.
Seprerti yang disebutkan diatas tadi bahwa ada 3 faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan salah satunya adalah faktor dari dalam tanaman itu sendiri, jika melihat data hasil praktikum tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yang ditanam menggunkan bagian tanaman yang berbeda akan menunjukan hasil yang berbeda juga. Praktikum tersebut menunjukan bahwa pada tanaman zamia (stek daun), bagian yang menunjukan pertumbuhan paling baik adalah bagian 1 dan 2, sedangkan pada tanaman krisan (Stek batang), menunjukan bahwa pertumbuhan yang paling baik dihasilkan dari bagian tanaman bawah.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada perbanyakan vegetatif alami menggunakan perlakuan umbi bawang merah utuh, umbi bawang merah yang dipotong dan umbi kentang , perlakuan pada umbi bawang merah yang utuh menunjukan pertumbuhan paling baik yakni pada minggu kelima tingginya 53cm denga jumlah tunas 2 buah. Sedangkan pada perbanyakan vegetatif buatan stek batang dan stek daun dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan setiap bagian tanaman berbeda sehingga dalam melakukan sebuah perbanyakan vegetatif harus benar-benar memilih bagian yang memiliki tingkat pertumbuhan paling tinggi, umumnya jika mengacu pada hasil praktikum ini maka bagian bawah atau bagian yang tua lah yang memiliki tingkat pertumbuhan dan keberhasilan paling tinggi.
5.2 Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya bisa lebih baik dan lebih memberikan banyka ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H.A., H. Moko dan O. Chigira, 2001. Penelitian Pendahuluan Pengaruh Lama Penyimpanan Scion Terhadap Keberhasilan Sambungan Jenis Eucalyptus pellita. Buletin Pemuliaan Pohon Vol.5 No.1, hal 11-20. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Abdurrahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Anonymous. 2014. Hubungan Air dan Tanah. Yogyakarta: Staf Laboratorium Ilmu Tanaman UGM. Fakultas Pertanian UGM tahun 2008.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Boullin dan Went. 1933. Perbanyakan Vegetatif melalui Stek. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Gunawan, Indra. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif. Klaten: Aviva.
Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta. 140p
Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis pada berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 – 104.
Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.
Husni, Malian. 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.
Leksono, B., 1996. Explorasi Benih Acacia spp dan Eucalyptus pellita F. Muell di Merauke, Irian Jaya. Jayapura: Buletin Becariana Universitas Cendrwasih.
Pahan.2006.Panduan Lengkap Kelapa Sawit.Jakarta: Penebar Swadaya
Pudjiono,Sugeng.2008.Penerapan Perbanyakan Tanaman Secaravegetatif Pada Pemuliaan Pohon.Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Riau: Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Raharjo, PC. Dan Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setya Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Suwandi. 2007.Petunjuk teknis perbanyakan tanaman dengan cara sambungan (Grating), BalaiBesar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.