PERBANDINGAN RESPON GLUKOSA DARAH TERHADAP …...Roti adalah makanan berbahan dasar tepung terigu...
Transcript of PERBANDINGAN RESPON GLUKOSA DARAH TERHADAP …...Roti adalah makanan berbahan dasar tepung terigu...
PERBANDINGAN RESPON GLUKOSA DARAH TERHADAP
MACAM VARIAN ROTI ISI BERDASARKAN NILAI
GLYCEMIC LOADNYA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
EVAN PRAMUDITO MULYADI
NIM: 1111103000049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
v
KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
nikmat yang diberikan baik nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat sehat
wal’afiat. Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya laporan penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, juga kepada Rasul-Nya yang
selalu menjadi tauladan kehidupan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan pernah selesai.
Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah,
PFK, AIF, DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. Dr. Dra. Delina Hasan, Apt, M.Kes.
selaku Dekan dan Pembantu Dekan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN dan juga menjadi pembimbing 1. Terima kasih atas waktu,
tenaga, semangat, serta kesabarannya selama menjadi pembimbing 1. Memulai
penelitian ini dari nol sampai dengan akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.
3. dr. Risahmawati, Ph.D, selaku pembimbing 2, terima kasih sudah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan motivasi serta nasihat kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset PSPD
angkatan 2011, terima kasih atas kesabaran, semangat yang diberikan, serta
dorongan yang selalu diberikan kepada kami semua sehingga kami semua selalu
bersemangat dalam menjalani penelitian ini.
5. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada kedua
orang tua dan keluarga yang sangat saya sayangi, papa dan mama, Eddy Mulyadi
dan Nike Adriani Hadi, serta kakak tercinta Devi Aryandini Mulyadi yang selalu
memberikan semangat, nasihat, dan doa restu selama penulis menjalankan
pendidikan.
6. Teman-teman sejawat seperjuangan kelompok riset nutrisi “Puasa terus
makan”, Abdul Ja’far Siddiq, Tiara Putri Methas, Andhiny Rezkia Enhas, dan
vi
Muhammad Fahreza Kautsar. Terima kasih telah menunjukkan kerja sama, bahu
membahu dalam pengerjaan penelitian, kepedulian satu sama lain, dan keceriaan
yang kalian berikan selama kebersamaan kita dalam penelitian ini.
7. Semua responden yang bersedia mengikuti penelitian ini saya ucapkan terima
kasih, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah dengan balasan yang berlipat
ganda serta penulis berharap untuk kelancaran dan kesuksesan penelitian kalian
kelak.
8. Kepada staff kampus FKIK dan satpam yang telah membantu segala teknis
penelitian ini.
9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman anggota dan badan
pengurus harian Tim Bantuan Medis USMR, Mentol, Anca, Maya, Getha, Yofara,
Rasyad, Kamillah, Faruq, dan Eel. Juga kepada Desty Fauziah atas dorongan
semangat yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis selama penelitian
berlangsung sampai dengan selesai.
10. Teman-teman sejawat PSPD 2011, terima kasih atas kerja sama kita sekalian,
dukungan moril satu sama lain, dan kebersamaan selama menjalani pendidikan
pre-klinik. Semoga kekompakkan yang telah kita bangun akan terus terjaga dan
terus meningkat pada tahapan pendidikan selanjutnya, yaitu pada tahap klinik dan
internship. Semoga kita semua dapat mengemban amanah dan menjalankan
keprofesian kita kelak dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk yang
sempurna. Segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Demikian laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu pengetahuan,
agama, dunia dan setelahnya nanti. Amien.
Ciputat, 25 Agustus 2014
vii
ABSTRAK
Evan Pramudito Mulyadi. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan
Respon Glukosa Darah Terhadap Macam Varian Roti Isi Berdasarkan Nilai
Glycemic Loadnya. 2014
Kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh nilai glycemic load atau beban
glikemik makanan, merupakan suatu metode untuk menggambarkan fluktuasi
kadar glukosa darah terhadap jumlah karbohidrat dalam satu porsi makanan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai glycemic load varian roti isi,
mengklasifikasikan ke dalam glycemic load rendah, sedang, atau tinggi, dan
mengetahui perbedaan kadar glukosa darah puncak berdasarkan nilai glycemic
loadnya. Responden dalam penelitian berjumlah 10 orang sehat dengan IMT
normal kriteria Asia-Pasifik dan metabolisme glukosa normal. Roti cokelat
memiliki nilai glycemic load tinggi (26.3) dan roti keju kategori sedang (14.2).
Kadar glukosa darah puncak makanan dengan nilai glycemic load tinggi lebih
besar dibanding makanan dengan nilai glycemic load sedang.
Kata kunci: glycemic load, kadar glukosa darah, varian roti isi
ABSTRACT
Evan Pramudito Mulyadi. Medical Education Study Program. The Differences
of Blood Glucose Response to Varieties of Sandwiches Based on Its Glycemic
Load Value. 2014
Blood glucose concentration is affected by glycemic load value – a method used
to show blood glucose fluctuation due to carbohydrates consumed in every food
serving. This research aims to find the glycemic load value of sandwich variants,
to classify the glycemic load value into low, medium, or high categories, and to
get the differences of the peak blood glucose concentration based on the glycemic
load value. The 10 respondents in this study are healthy with a normal Asia-
Pacific criteria body mass index, and normal glucose metabolism. Chocolate
sandwich is classified to have high glycemic load value (26.3) whereas cheese
sandwich is classified to have medium glycemic load value (14.2). The peak of
blood glucose concentration is found tobe higher in food with high glycemic load
compared to that medium glycemic load.
Keywords: glycemic load, blood glucose concentration, sandwich variants.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.1.1 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.1.3 Tujuan Umum .................................................................................................... 2
1.1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................... 2
1.1.5 Manfaat .............................................................................................................. 3
1.1.6 Bagi Peneliti ....................................................................................................... 3
1.1.7 Bagi Institusi ...................................................................................................... 3
1.1.8 Bagi Masyarakat ................................................................................................ 3
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Landasan Teori .......................................................................................................... 4
2.1.1 Karbohidrat ........................................................................................................ 4
2.1.2 Indeks Glikemik ................................................................................................. 5
2.1.3 Glycemic load .................................................................................................... 8
2.1.4 Metabolisme Karbohidrat .................................................................................. 9
2.1.5 Regulasi Glukosa Darah................................................................................... 10
ix
2.1.6 Roti ................................................................................................................... 11
2.1.7 Cokelat ............................................................................................................. 12
2.1.8 Keju .................................................................................................................. 12
2.1.9 Lemak .............................................................................................................. 13
2.2 Kerangka Konsep .................................................................................................... 14
2.3 Definisi Operasional ............................................................................................... 15
BAB 3 ................................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN ................................................................................... 16
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 16
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................. 16
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................................... 16
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................................................... 16
3.5 Besar dan Cara Pengambilan Responden ................................................................ 17
3.6 Alur Penelitian ........................................................................................................ 18
3.7 Cara Kerja Penelitian .............................................................................................. 19
3.8 Rencana Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 19
BAB 4 ................................................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 21
4.1 Karakteristik Responden ......................................................................................... 21
4.2 Makanan Uji............................................................................................................ 22
4.3 Grafik Glukosa Darah ............................................................................................. 22
4.4 Glycemic load ......................................................................................................... 24
4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 25
BAB 5 ................................................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 26
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 26
5.2 Saran ....................................................................................................................... 26
Lampiran 1 .......................................................................................................... 31
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi indeks glikemik .................................................................... 6
Tabel 2.2 Faktor – faktor pada makanan yang mempengaruhi indeks glikemik .. 6
Tabel 2.3 Klasifikasi nilai glycemic load makanan ............................................... 8
Tabel 2.4 Pengaruh beberapa hormon terhadap metabolisme glukosa ................ 10
Tabel 4.1 Karakteristik responden .................................................................... 21
Tabel 4.2 Informasi nilai gizi pada satu porsi makanan uji ................................ 22
Tabel 4.3 Persentase kenaikan/penurunan kadar glukosa darah (%) .................. 23
Tabel 4.4 Nilai glycemic load makanan uji .......................................................... 25
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Klasifikasi karbohidrat ............................................................ 4
Gambar 4.3 Kurva kadar glukosa darah ..................................................... 23
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar surat persetujuan responden ........................................ 31
Lampiran 2 Lembar status kesehatan responden ......................................... 32
Lampiran 3 Hasil pemeriksaan tanda vital .................................................. 33
Lampiran 4 Kriteria status gizi menurut Asia – Pasifik .............................. 34
Lampiran 5 Kurva respon kadar glukosa darah ........................................... 35
Lampiran 6 Hasil uji statistik ....................................................................... 40
Lampiran 7 Daftar riwayat hidup ................................................................ 42
xiii
DAFTAR SINGKATAN
IG Indeks Glikemik
GL Glycemic Load
GDP Gula Darah Puasa
IMT Indeks Massa Tubuh
DM Diabetes Melitus
ATP adenosine tri phosphate
FDA Food and Drug Administration
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan penelitian epidemiologi, diabetes melitus tipe 2 dan
obesitas secara global terus mengalami peningkatan.1 Kedua penyakit
metabolik ini saling terkait satu sama lain dan menjadi faktor resiko bagi
berbagai macam penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
stroke, kanker, dan berujung kepada kematian.2 Indonesia diprediksi akan
mengalami peningkatan penderita diabetes melitus tipe 2 dari tahun 2000
sebanyak 8.4 juta orang dan pada tahun 2030 sebanyak 21.3 juta orang.3
Laporan RISKESDAS di tahun 2013, menunjukan bahwa telah terjadi
peningkatan prevalensi penderita diabetes melitus. Peningkatan terjadi dari
1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013.4
Penyakit diabetes melitus tipe 2 sebenarnya dapat dicegah.
Pencegahan terbagi menjadi primer, sdekunder, dan tersier. Diantara
program pencegahan primer ialah dengan gaya hidup sehat, diet sehat, dan
menjaga berat badan.3 Berat badan ideal dapat dicapai dengan prinsip
menjaga energi masuk dan keluar tetap seimbang serta mengkonsumi
makanan yang memiliki nilai glikemik indeks atau gycemic load yang
rendah.5
Indeks glikemik adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu
makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar
glukosa darah. Sedangkan glycemic load atau beban glikemik adalah nilai
yang menunjukkan respon glukosa darah setelah mengkonsumsi satu porsi
makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat.6 Berdasarkan penelitian
makanan dengan nilai indeks glikemik dan glycemic load rendah
berdampak baik bagi kesehatan dan digunakan untuk pencegahan
2
dan terapi penyakit penyebab morbiditas dan mortalitas seperti diabetes
melitus tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.7
Roti adalah makanan berbahan dasar tepung terigu yang pada
awalnya berkembang di negara barat. Tren konsumsi roti di Indonesia
terus mengalami peningkatan. Contohnya ialah konsumsi roti manis, pada
tahun 2005 sebanyak 4,2 milyar potong dan pada tahun 2008 sebanyak 6,4
milyar. Hal ini dikarenakan sifatnya yang praktis sebagai makanan pokok,
mudah didapat, dan diikuti dengan perubahan gaya hidup masyarakat
Indonesia yang modern.8
Roti merupakan sumber karbohidrat yang
penting, salah satu contohnya adalah roti putih. konsumsi roti putih
berkaitan dengan peningkatan faktor resiko diabetes.9
Oleh karena uraian permasalahan di atas dan belum adanya nilai
glycemic load varian roti isi, maka masyarakat juga belum mengetahui roti
isi seperti apa yang sebaiknya dikonsumi untuk menjaga kesehatannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian ini
1.1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan glycemic load beberapa varian roti isi?
1.1.2 Tujuan
1.1.3 Tujuan Umum
Membandingkan glycemic load beberapa varian roti isi
1.1.4 Tujuan Khusus
1. Mengklasifikasikan varian roti isi yang paling sering di makan di
kampus ke dalam glycemic load rendah, sedang, atau tinggi.
3
2. Mengetahui adakah perbedaan kadar glukosa darah puncak macam
varian roti isi berdasarkan nilai glycemic loadnya.
1.1.5 Manfaat
1.1.6 Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pelajaran serta pengalaman dalam hal melakukan
suatu penelitian terutama di bidang nutrisi dan kesehatan.
2. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.1.7 Bagi Institusi
1. Mendapatkan referensi hasil glycemic load varian roti isi dan
efeknya terhadap kadar glukosa darah yang digunakan untuk
melakukan pemilihan makanan, baik bagi masyarakat umum,
terlebih bagi masyarakat yang memiliki penyakit dan faktor resiko
diabetes melitus serta obesitas.
2. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Referensi tersebut dapat digunakan bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.1.8 Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi nilai glycemic load varian roti isi sehingga
dapat digunakan sebagai panduan pemilihan varian roti isi yang
baik untuk kesehatan masyarakat.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama ‘bahan bakar’ manusia, lebih dari
setengah asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh kita berasal dari karbohidrat.
Karbohidrat terdiri dari tiga jenis atom yaitu karbon (C), oksigen (O), dan
hidrogen (H). karbohidrat memiliki arti karbon yang terhidrasi atau “hydrate of
carbon”. Penggolongan karbohidrat terbagi ke dalam dua kelas utama, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri
dari monosakarida dan disakarida, sedangkan karbohidrat kompleks terdiri dari
oligosakarida dan polisakarida.10
Berdasarkan penelitian, masyarakat Indonesia
paling banyak mengkonsumsi bahan pangan yang menandung karbohidrat
tinggi.11
Gambar 2.1. Klasifikasi Karbohidrat 10
Karbohidrat
Karbohidrat Sederhana Karbohidrat Kompleks
Monosakarida Disakarida Oligosakarida Polisakarida
Glukosa Fruktosa Galaktosa Laktosa Sukrosa Maltosa
Glukosa Galaktosa
Glukosa Fruktosa
Glukosa Glukosa
Rafinosa Stakiosa Verbakosa Serat
Pangan
Glikogen Pati
Galaktosa Fruktosa Glukosa Glukosa
5
2.1.2 Indeks Glikemik
Indeks glikemik (IG) adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu
makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa
darah. Jumlah karbohidrat makanan dalam pengukuran indeks glikemik
ditentukan sejumlah 50 gram. Pengukuran indeks glikemik ialah dengan cara luas
kurva makanan uji selama 2 jam setelah dikonsumsi dibagi dengan luas kurva
makanan uji standar selama 2 jam setelah dikonsumsi dan dikalikan dengan angka
100.10
Indeks glikemik pertama kali diperkenalkan oleh Jenkins pada tahun 1981
dengan tujuan untuk melakukan pengurutan makanan berdasarkan kemampuan
makanan tersebut dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah dibandingkan
dengan makanan standar.12
Pada studi awalnya pengujian indeks glikemik
menggunakan glukosa sebagai makanan uji standar, akan tetapi akhir-akhir ini
digunakan roti putih sebagai makanan uji standar. Roti putih sebagai makanan uji
memiliki nilai indeks glikemik 100 dengan roti putih sebagai makanan uji standar,
sedangkan apabila glukosa menjadi makanan uji standar maka roti putih sebagai
makanan uji memiliki nilai IG 71.10
Kita dapat melihat efek yang ditimbulkan suatu makanan terhadap
peningkatan kadar glukosa darah dan dapat membandingkan antara satu makanan
dengan makanan yang lain secara kuantitatif.10
Indeks glikemik tidak ditujukan
untuk melihat seberapa cepat terjadinya peningkatan kadar glukosa darah setelah
makan, karena puncak kadar glukosa dalam darah baik pada makanan dengan
indeks glikemik tinggi maupun indeks glikemik rendah terjadi pada waktu yang
hampir bersamaan.13
6
Tabel 2.1. Klasifikasi nilai indeks glikemik 14
Klasifikasi indeks glikemik Nilai indeks glikemik
Rendah < 55
Sedang 55 – 70
Tinggi ≥ 70
Tabel 2.2. Faktor-faktor pada makanan yang mempengaruhi nilai IG 15
Faktor Mekanisme Contoh Makanan
Tingkat gelatinisasi
pati
Semakin rendah tingkat
gelatinisasi pati, semakin rendah
laju pencernaan.
Spaghetti, oatmeal
Bentuk fisik
makanan
Lapisan fibrosa pada buncis dan
biji-bijan, serta yang terdapat pada
dinding sel berfungsi sebagai
penghalang, memperlambat kerja
enzim ke dalam pati tersebut.
Roti gandum,
polong-polongan,
pasta yang dimasak
sedang.
Rasio amilosa dan
amilopektin
Semakin banyak makanan
mengandung amilosa, semakin
lambat laju pencernaan pati
Nasi basmati,
polong-polongan,
tepung maizena
Kadar serat Serat larut air meningkatkan
kekentalan isi pencernaan dan
memperlambat interaksi antara
pati dan enzimnya.
Tepung gandum halus memiliki
laju pencernaan dan absorbsi yang
cepat karena seratnya tidak kental.
Buncis, buah apel,
roti putih
7
Klasifikasi makanan ke dalam indeks glikemik digunakan untuk mencegah
dan terapi penyakit-penyakit kronis seperti diabetes melitus dan penyakit jantung
coroner.16
Makanan dengan nilai indeks glikemik rendah berhubungan dengan
penurunan kadar C-peptida dalam urin, peningkatan sensitivitas insulin,
penurunan konsentrasi LDL & Triasilgliserol dalam darah, peningkatan kadar
HDL, menurunkan resiko kanker, mengontrol glukosa darah, mencegah obesitas,
dan juga berguna bagi peningkatan performa seorang atlet.10,16,17,18,19,20
Meskipun
mekanisme penyebab suatu makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi dapat
meningkatkan resiko dari diabetes melitus tipe 2 belum jelas, terdapat dua macam
teori utama yang menjelaskannya. Pertama, dengan jumlah sajian karbohidrat
yang sama, makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi akan menimbulkan
peningkatan kadar glukosa darah dan secara otomatis membutuhkan kadar insulin
yang banyak. Hal ini apabila terjadi dalam jangka waktu panjang dapat
mengakibatkan kelelahan pada sel beta pankreas dan menyebabkan intoleransi
glukosa. Kedua, nilai indeks glikemik yang tinggi dapat secara langsung
menyebabkan resistensi.21
Makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi diduga memiliki peran yang
besar dalam meningkatkan faktor resiko kejadian diabetes melitus pada orang
dengan gaya hidup sedentary, obesitas, dan memiliki riwayat keluarga menderita
Kadar gula
(sukrosa)
Hasil pencernaan sukrosa hanya
menghasilkan setengah dari hasil
pencernaan glukosa dan pati
dalam jumlah yang sama.
Keberadaan sukrosa dibatasi oleh
gelatinisasi pati dengan cara
berikatan dengan air selama
pembuatannya.
Beberapa kue dan
sereal untuk
sarapan
Kadar keasaman Sifat asam pada makanan
menurunkan laju pengosongan
lambuing.
Buah jeruk, roti
sourdough
8
diabetes melitus. hal ini dikarenakan aktivitas fisik dapat meningkatkan
sensitivitas kerja insulin dan meningkatkan toleransi glukosa. Pada studi
epidemiologi, aktivitas fisik menjadi prediktor kuat untuk mengurangi resiko
kejadian diabetes melitus. Sedangkan riwayat keluarga dan obesitas merupakan
faktor resiko kuat untuk terjadinya diabetes melitus.21
2.1.3 Glycemic load
Konsep glycemic load (GL) atau beban glikemik adalah nilai yang
menunjukkan respon glukosa darah setelah mengkonsumsi satu porsi makanan
yang mengandung sejumlah karbohidrat. Perhitungan glycemic load dilakukan
dengan cara nilai indeks glikemik makanan dikalikan dengan jumlah karbohidrat
dalam sajian dan dibagi seratus. Indeks glikemik dan glycemic load telah terbukti
berguna untuk menilai perkembangan dari penyakit kronis dan obesitas. Salah
satu faktor resiko dari penyakit kronis ini nampaknya berhubungan dengan derajat
peningkatan glukosa darah dan lamanya peningkatan glukosa darah itu terjadi.10
Tabel 2.3. Klasifikasi nilai glycemic load 22
Nilai glycemic load Klasifikasi
≤10 Kategori Rendah
11 – 19 Kategori Sedang
≥20 Kategori Tinggi
Makanan dengan nilai glycemic load atau indeks glikemik tinggi berfungsi
sebagai prediktor penyakit-penyakit kronis seperti diabetes melitus, obesitas, dan
penyakit jantung koroner. Hal ini terjadi karena kedua prediktor tersebut
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi, sehingga memicu
mekanisme-mekanisme yang mengakibatkan terjadinya penyakit kronis tersebut,
seperti peningkatan kadar LDL darah yang mengakibatkan peningkatan beban
jantung, peningkatan kebutuhan insulin berakibat pada kerja sel beta pankreas
9
yang berlebihan, dan terjadi konversi dari glukosa menjadi lemak sehingga
bertambahnya berat badan.21
2.1.4 Metabolisme Karbohidrat
Polisakarida dan disakarida merupakan jenis pangan harian karbohidrat
yang paling penting, dikarenakan molekul monosakarida tidak lazim ditemukan
dalam jumlah signifikan. Pencernaan polisakarida dimulai di rongga mulut. Enzim
kunci yang berperan adalah enzim saliva alfa-amilase. Fase mengunyah
memberikan kesempatan makanan berada beberapa saat di dalam rongga mulut
memberi kesempatan pencernaan secara enzimatik dan mengubah partikel
makanan menjadi lebih kecil secara mekanik. Polisakarida secara enzimatis akan
dihidrolisis menjadi monosakarida, akan tetapi tidak semuanya karena
sesampainya bolus di lambung dan mengubah pH-nya, pada saat itu pencernaan
enzimatik akan terhenti.
Pencernaan selanjutnya berada di usus halus dengan bantuan sekresi
bikarbonat dari pankreas meningkatkan pH pada level yang memungkinkan
terjadinya aktivitas enzimatik. Enzim yang berperan adalah enzim alfa-amilase
pankreas, mengubah sisa polisakarida menjadi disakarida. Selanjutnya, bentuk
disakarida akan dihidrolisis menjadi monosakarida dengan bantuan enzim
disakaridase (sukrase, maltase, dan laktase). Setelah mencapai hati, segala jenis
monosakarida (fruktosa, glukosa, dan galaktosa) akan diubah kedalam bentuk
glukosa.
Glukosa sudah dapat digunakan oleh sel tubuh kita , masuk ke dalam sel
dengan cara difusi terfasilitasi. Transport glukosa ke dalam sel sangat dibantu oleh
peran hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Sebelum glukosa
diurai ke dalam bentuk (adenosine tri phosphate) ATP, glukosa harus melalui
serangkaian tahapan, antara lain: fosforilasi glukosa, glikolisis, dan siklus krebs.10
10
2.1.5 Regulasi Glukosa Darah
Kontrol glukosa darah merupakan suatu proses yang penting bagi
homeostasis tubuh. Hal ini sangat dibutuhkan bagi berlangsungnya proses
metabolisme organ, menggunakan glukosa dalam darah yang dapat digunakan
sebagai energi, atau sebagai simpanan glikogen di hati, dan sebagai bahan bakar
simpanan yang dapat digunakan kembali oleh tubuh baik dengan cara
glikogenolisis atau glukoneogenesis. Proses ini dikontrol oleh kerja hormon yang
dihasilkan oleh pankreas, insulin dan glukagon, serta glukokortikoid yang
dihasilkan oleh korteks adrenal.
Peningkatan kadar glukosa darah yang terjadi setelah mengkonsumsi
karbohidrat, direspon oleh sel beta pankreas untuk meningkatkan kadar insulin
dan menekan kadar hormon glukagon. Begitu juga sebaliknya, ketika kadar
glukosa darah turun akan terjadi peningkatan sekresi glukagon dan penekanan
kadar hormon insulin.23
Tabel 2.4. Pengaruh Beberapa Hormon Terhadap Metabolisme Glukosa 23
Hormon Efek terhadap glukosa Rangsangan
utama untuk
sekresi
Peran pada
metabolisme
Insulin Meningkatkan
intake glukosa
Meningkatkan
glikogenesis
Menurunkan
glikogenolisis
Menurunkan
glukoneogenesis
Peningkatan
sekresi glukosa
dan asam amino
darah
Regulator utama
siklus absorptif dan
pasca-absoptif
11
Glukagon Meningkatkan
glikogenolisis
Meningkatkan
glukoneogenesis
Menurunkan
glikogenesis
Menurunkan
kadar glukosa
darah dan
meningkatkan
kadar asam
amino.
Bersama insulin
menjadi
regulator utama siklus
absorptif dan pasca-
absorptif,
serta proteksi terhadap
hipoglikemia
Epinefrin Meningkatkan
glikogenolisis
Meningkatkan
sekresi glukagon
Menurunkan
glikogenesis
Menurunkan
sekresi insulin
Stimulasi saraf
simpatis
Penyediaan suplai
energi untuk situasi
darurat dan olah raga
2.1.6 Roti
Roti didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari tepung terigu yang
diragikan dengan ragi dan dipanggang. Adonan roti dapat ditambahkan bahan
seperti garam, gula, susu, dan bahan pelezat lainnya seperti cokelat, keju, kismis,
dan sebagainya. Penggolongan roti dapat dilakukan berdasarkan rasa, warna, asal
daerah, bahan penyusun, dan cara pengembangannya. Sebagai contoh, perbedaan
jenis roti berdasarkan cara pengolahannya, roti dapat dibedakan menjadi tiga
macam, roti goreng, roti kukus, dan roti panggang.24
Bahan baku pembuatan roti dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu bahan pokok (tepung terigu, air, ragi), bahan penambah rasa (gula, garam,
mentega, susu, telur), dan bahan tambahan (malt, emulsifier, pengawet, penambah
mutu). Secara garis besar prinsip pembuatan roti haruslah melewati tahapan
pencampuran, peragian, pembentukan, dan pemanggangan.24
12
2.1.7 Cokelat
Cokelat adalah hasil olahan dari biji tanaman kakao (Theobroma cacao)
yang pertama kali tumbuh benua Amerika. Proses pengolahan biji kakao
merupakan faktor penting yang akan menentukan mutu akhir cokelat. Pertama,
setelah biji dikeluarkan dari buahnya dan dilakukan fermentasi, setelah itu biji
kakao dikeringkan, lalu biji kakao disangrai dan dihancukran menjadi daging biji.
Daging biji tersebut kemudian digiling dan akan menghasilkan pasta cokelat yang
kental dan mengandung lemak cokelat. Dari situ dipisahkan antara pasta cokelat
dan bungkil cokelat, lalu cokelat siap diolah kedalam bentuk produk lainnya.25
2.1.8 Keju
Keju adalah produk makanan fermentasi yang terbuat dari susu. Teknik
pembuatannya melalui berbagai macam cara: pasteurisasi, koagulasi protein,
pemisahan whey, pencetakan, pengepresan, dan pemeraman/fermentasi. Pada
awalnya pembuatan keju ditujukan untuk mengawetkan kandungan protein yang
bernilai tinggi pada susu. Selain itu keju juga memiliki kandungan lemak,
karbohidrat, dan bahan mineral lain.26
Keju terbagi ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan keras tidaknya, yaitu
keju lunak, keju semi lunak, dan keju keras. Keju lunak sering digunakan sebagai
pengisi roti atau kue. Keju lunak memiliki keasaman rendah dengan pH 5,3 – 5,5
dan kadar air 53% – 80%.27
Berdasarkan ketetapan Food and Drug Administration
(FDA) Amerika Serikat, keju lunak memiliki kandungan lemak 33% dan 55%
cairan.28
Makanan yang difermentasi memiliki ciri mengandung dua atau lebih
kelompok mikroba, makanan ini penting sebagai pembawa probiotik ke dalam
saluran pencernaan. Karbohidrat kompleks atau pati yang tidak tercerna apabila
mencapai daerah kolon, akan menjadi bahan fermentasi probiotik. Produk akhir
probiotik yang paling penting adalah asam lemak rantai pendek, terutama asetat,
propionate, dan butirat, serta gas seperti karbon dioksida, metana, dan hidrogen.
13
Asetat dan propionate akan direabsorbsi oleh vena portal dan
dimetabolisme di hati menjadi energi. Manfaat dari probiotik antara lain adalah
mencegah kanker kolon dengan cara mengurangi proliferasi sel dan menstimulasi
diferensiasi sel, menjaga pH lumen dari bakteri pathogen.29
Gas metana yang
dihasilkan memiliki efek memperlambat transit di usus halus dengan cara
menunda kecepatan kontraksi peristaltis dan meningkatkan amplitudo kontraksi
peristaltis.30
2.1.9 Lemak
lemak merupakan molekul kecil yang berasal dari ekstraksi jaringan
tumbuhan dan hewan, molekul yang kaya energi, memiliki nilai 9 kilo kalori tiap
satu gram. Lemak terbagi ke dalam tiga kelas utama, yaitu lemak sederhana,
campuran, dan jenis lain. Fungsi lemak antara lain sebagai pelindung organ,
insulator suhu tubuh, pelarut vitamin, cadangan energi, menjaga temperatur suhu
tubuh, dan sebagai bahan penting untuk tekstur makanan.12
Bentuk utama lemak dalam makanan manusia adalah triasilgliserol,
pencernaannya dimulai di mulut oleh enzim lipase dan di lambung oleh enzim
gastrik lipase. Adanya lemak di lambung terdeteksi oleh kimus yang sudah
mencapai usus halus, lalu direspon dengan mengeluarkan hormon-hormon yang
berperan dalam menurunkan laju pengosongan lambung seperti glucose-
dependent insulinotropic polypeptide (GIP), kolesistokinin, dan glucagon-lik
peptide (GLP-1).31
Ketika mencapai usus halus, hormon utama yang berperan dalam
mencerna lemak adalah garam empedu dan lipase pankreas. Garam empedu
berfungsi untuk memecah lemak ke dalam bentuk-bentuk kecil dan mencegahnya
untuk bersatu kembali, sedangkan lipase pankreas berfungsi untuk mengurai
triasilgliserol ke dalam bentuk asam lemak dan monoasilgliserol, kemudian
menembus sel epitelial dengan cara difusi pasif. Didalam sel epitel, triasilgliserol
disintesis kembali dan ditempatkan ke dalam lipoprotein larut air bernama
kilomikron. Kilomikron selanjutnya akan masuk ke dalam pembuluh limfatik.23
14
2.2 Kerangka Konsep
Faktor
Ekstrinsik/Makanan
Nilai indeks
glikemik dan
glycemic load
makanan
Responden Sehat
Makanan Uji
Respon Glukosa Darah
Menghitung Peningkatan Kadar
Glukosa Darah pada menit ke-0, 15,
30, 45, 60, 75, 90, dan 120.
Membandingkan Kadar
Glukosa Darah Puncak
Macam Varian Roti Isi
15
2.3 Definisi Operasional
No
.
Variabel Definisi Pengukur Alat
Ukur
Cara
Ukur
Skala
Ukur
Hasil
Ukur
1. Glycemic
Load
Nilai yang
menunjukkan
respon
glukosa darah
setelah
mengkonsum
si satu porsi
makanan
yang
mengandung
sejumlah
karbohidrat.
Peneliti - Nilai IG
makanan
perseratu
s dikali
dengan
jumlah
karbohid
rat per-
sajian.
gram Numer
ik
2. Kadar
Glukosa
Darah
Puncak
Hasil
absorbsi
karbohidrat
yang
bersirkulasi
di dalam
darah dan
dihitung
kadar
puncaknya
menggunaka
n kurva
glukosa darah
Peneliti Blood
Gluco
se
Meter
merek
EasyT
ouch
®
Pengamb
ilan
darah
kapiler
dan diuji
kedalam
strip test.
mg/d
L
Numer
ik
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui nilai
glycemic load macam varian roti isi dan efeknya terhadap kadar glukosa darah
puncak.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April
dan bertempat di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
1. 10 orang responden mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta
2. Glukometer beserta stripnya dengan merek Easy Touch®
3. Sampel darah kapiler ujung jari responden
4. Makanan uji: roti isi cokelat dan keju
5. Air mineral 250 ml
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Responden dalam keadaan sehat dengan rentang usia 18-21
tahun mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD)
2013.
2. Responden memiliki nilai Indeks Massa Tubuh (IMT)
normal kriteria Asia – Pasifik.
.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
17
1. Menjalani diet tertentu
3.5 Besar dan Cara Pengambilan Responden
Responden berjumlah 10 orang mahasiswa PSPD teridiri dari pria dan
wanita yang memenuhi kriteria inklusi. Responden ditentukan menggunakan
random sampling, dengan cara NIM mahasiswa PSPD dikumpulkan kemudian
dikocok dan diambil 10 nomor secara acak. kemudian dilihat apakah memenuhi
kriteria berikut:
1. Anamnesis (Identitas diri dan riwayat penyakit), tidak memiliki
gangguan metabolisme glukosa dan gangguan sistem pencernaan.
2. Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal
3. Pemeriksaan nilai IMT normal sesuai kriteria Asia – Pasifik
4. Pemeriksaan kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) normal sesuai
kriteria Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
5. Responden yang memenuhi kriteria inklusi, diminta untuk mengisi
lembar persetujuan informed consent.
18
3.6 Alur Penelitian
Random Sampling
Responden 10 orang
memenuhi kriteria inklusi.
Persiapan sebelum melakukan pemeriksaan: puasa 8-12
jam, tidak melakukan aktivitas berat, pola makan normal.
Roti isi cokelat
Pemeriksaan
pertama
Membandingkan kadar glukosa darah
puncak varian roti isi berdasarkan
nilai glycemic load
Roti isi keju
Pemeriksaan
kedua
Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan cara finger prick
test di menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 75, 90, dan 120.
Penapisan awal: Anamnesis (Identitas dan Riwayat penyakit),
Pemeriksaan Fisik (tanda vital, TB, BB), dan Pemeriksaan GDP
Populasi
Mahasiswa PSPD
2013
Minggu pertama Minggu kedua
Nilai glycemic
load roti cokelat
Nilai glycemic
load roti keju
19
3.7 Cara Kerja Penelitian
1. Responden dipilih sejumlah 10 orang dengan cara random
sampling
2. Responden menjalani pemeriksaan penapisan awal untuk
memastikan masuk ke kriteria inklusi.
3. Responden melakukan puasa selama 8-12 jam dan tidak
melakukan aktivitas berat sebelum diberikan makanan uji pertama
4. Responden diberikan waktu 15 – 20 menit untuk mengkonsumsi
makanan dan air mineral 250 mL.
5. Sampel darah responden diambil menggunakan metode finger
prick test pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. dimulai
sejak makanan masuk ke mulut.
6. Responden menjalani pemeriksaan untuk makanan uji kedua,
dengan rentang waktu 5 – 7 hari
7. Responden menjalani prosedur ulang di no. 3 sampai dengan no. 5
8. Nilai kadar glukosa darah kedua makanan uji diubah ke bentuk
kurva.
3.8 Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Data hasil penelitian kadar gula darah selanjutnya diolah ke bentuk tabel
dan kurva, kemudian didapatkan kadar glukosa darah puncak. Nilai glycemic load
yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk persentase (%). Nilai glycemic load
didapatkan dengan rumus:
Nilai glycemic
load =
Nilai indeks glikemik makanan * Jumlah karbohidrat per-sajian
100
20
Nilai indeks glikemik didapatkan berdasarkan referensi dari penelitian
David Mendosa dan Kaye Foster-Powell. Penelitian ini menggunakan analisi data
statistik Microsoft Excel 2010 dan SPSS 22.0. Uji normalitas data menggunakan
Shapiro-Wilk.32
21
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Responden berjumlah 10 orang, terdiri dari 1 orang laki-laki dan 9 orang
perempuan. Karakteristik responden tersaji pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian
No
.
Kode
Nama
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
=19
(SD±0,87)
Berat
Badan
(kg)
Tinggi
Badan
(m)
IMT
(kg/m2)
=20,56
(SD±1,40)
Glukosa
Darah
Puasa
(mg/dl)
= 98,50
(SD±10,
93)
1. HNA P 18 47 1.55 19.5 76
2. RDY P 17 57 1.72 19 104
3. AFN P 17 48 1.46 22.5 105
4. FRD P 20 52 1.64 19.2 112
5. FBI P 18 49 1.54 20.4 93
6. MLI P 19 51 1.63 19.2 107
7. SHB P 20 48 1.55 20 104
8. AZM L 19 60 1.67 21.4 92
9. UBT P 19 60 1.66 21.8 88
10. RNT P 20 65 1.73 22.6 104
Rerata usia responden dalam penelitian ini adalah 19 tahun (SD ±0,87).
Rerata IMT responden adalah 20,56 (SD±1,40) yang masuk ke dalam kategori
22
normal berdasarkan klasifikasi status gizi IMT Asia – Pasifik. Responden tidak
memiliki gangguan metabolisme glukosa, ditandai dengan hasil pemeriksaan GDP
dalam batas normal dengan rerata 98, 50 (SD±10,93).
4.2 Makanan Uji
Makanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah roti isi merek Sari
Roti dengan dua macam varian, yaitu roti isi cokelat dan roti isi keju. Pemilihan
kedua jenis roti tersebut dipilih berdasarkan kegemaran konsumen akan dua jenis
roti isi tersebut, distribusi roti tersebut yang sangat baik dan mudah dijangkau
konsumen.
Roti isi Sari Roti yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dalam
bentuk kemasan dari kantin di kampus FKIK atau mini market terdekat. Peneliti
tidak melakukan proses pengolahan tambahan terhadap roti isi. Kandungan nutrisi
kedua roti isi dibandingkan berdasarkan keterangan yang tertera pada
kemasannya.
Tabel 4.2 Informasi Nilai Gizi pada Satu Porsi Makanan Uji
Makanan Uji Sajian
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Gula
(gram)
Lemak
(gram)
Protein
(gram)
Serat
(gram)
Roti Keju 49 18 3 7 4 1
Roti Cokelat 49 26 4 8 4 1
4.3 Grafik Glukosa Darah
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah yang dilakukan sebanyak 7 kali
dalam 2 jam, yaitu pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Berdasarkan
grafik di bawah, kadar puncak glukosa darah terhadap roti cokelat berada di menit
ke-45, kemudian mengalami penurunan pada menit ke-60 hingga 120. Roti isi
keju mencapai kadar puncak pada menit ke-60 lalu mengalami penurunan pada
menit ke-90 hingga 120. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan karbohidrat
pada roti isi cokelat yang lebih tinggi dan kadar lemak yang lebih rendah
23
dibandingkan roti isi keju sehingga penyerapannya lebih cepat dan kadar glukosa
darah yang dicapai lebih tinggi.
Gambar 4.3 Grafik kadar glukosa darah rerata pada macam varian roti isi
Peningkatan kadar glukosa darah pada kedua makanan uji signifikan mulai
menit ke-30 sampai dengan menit ke-45. Oleh karenanya, persentase peningkatan
dan penurunan kadar glukosa darah dihitung setiap 15 menit.
Tabel 4.3 Persentase kenaikan/penurunan kadar glukosa darah (%)
No Makanan Uji
Presentase kenaikan glukosa
darah pada menit ke-
15 30 45 60 90 120
1. Roti Keju 17,79 8,44 0,26 1,04 -4,53 -5,64
2. Roti Cokelat 12,54 11,23 1,96 -7,75 -10,15 -6,76
Makanan uji yang meningkatkan kadar glukosa darah paling tinggi mulai
dari menit ke-30 hingga ke-45 serta penurunan kadar glukosa darah dari menit ke-
60 hingga ke-120 paling rendah adalah roti cokelat. Karbohidrat total pada roti
cokelat kandungannya lebih banyak dibandingkan roti keju dan kandungan lemak
80
90
100
110
120
130
140
150
0 15 30 45 60 75 90 105 120
Glu
kosa
Dar
ah (
mg/
dl)
Waktu (menit)
Roti Keju
Roti Coklat
24
yang lebih sedikit, hal ini menyebabkan peningkatan glukosa darah yang lebih
tinggi roti cokelat.
Roti keju menunjukkan grafik yang lebih stabil dibanding roti cokelat, hal
ini disebabkan karena roti keju mengandung lemak lebih banyak sehingga
menghambat pengosongan lambung lebih lama, karena lemak hanya dapat dicerna
dan diabsorbsi di usus halus maka ketika lemak masih berada di lumen usus halus,
kontraksi lambung untuk mengeluarkan kimus ke usus halus dihambat sampai
proses pencernaan selesai.23
Terdapat dua contoh hormon yang berperan dalam
menurunkan laju pengosongan lambung seperti glucose-dependent insulinotropic
polypeptide (GIP), kolesistokinin, dan glucagon-lik peptide (GLP-1).31
Selain itu pengaruh proses fermentasi dari keju menyebabkan peningkatan
produksi gas hasil metabolisme oleh bakteri, salah satu gas yang diproduksi
adalah metana. Metana memiliki efek memicu gerakan non-propulsif sehingga
memperlambat waktu transit di usus halus dan berdampak pada penyerapan
makanan berlangsung lebih lama. Dengan demikian didapatkan respon glukosa
darah lebih lambat.33
4.4 Glycemic load
Perhitungan nilai glycemic load kedua varian roti isi menggunakan rumus
Nilai glycemic load =
Nilai indeks glikemik makanan * Jumlah karbohidrat per-
sajian
100
Nilai indeks glikemik roti cokelat dan roti keju menggunakan referensi
dari penelitian lain. Nilai indeks glikemik roti keju 79 34
dan roti cokelat 101 35
25
Tabel 4.4 Nilai glycemic load makanan uji
Makanan uji Nilai glycemic load
Roti Keju 14.2
Roti Cokelat 26.3
Berdasarkan nilai glycemic load diatas, roti keju termasuk kategori sedang
dan roti cokelat kategori tinggi.22
Nilai glycemic load roti cokelat lebih tinggi
dibandingkan roti keju, hal ini disebabkan jumlah karbohidrat dan gula yang lebih
banyak serta jumlah lemak yang lebih sedikit dan tidak adanya pengaruh dari
makanan berfermentasi pada roti cokelat dibanding roti keju.33
Menurut data diatas, dianjurkan untuk pasien-pasien dengan diabetes
melitus ataupun pra-diabetes untuk mengkonsumsi roti isi keju dibanding roti isi
cokelat.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan penliti sehingga mempengaruhi proses dan hasil penelitian. Nilai
indeks glikemik makanan uji dalam penelitian ini berdasarkan referensi,
memungkinkan nilai indeks glikemik dan glycemic load kurang spesifik terhadap
makanan uji dalam penelitian. Kemudian, peneliti sulit untuk melakukan
pengawasan terhadap aktivitas fisik responden.
26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan roti isi dengan nilai glycemic load tinggi
adalah roti cokelat (26.3) kemudian roti keju masuk kategori sedang (14.2).
2. Makanan dengan nilai glycemic load tinggi memiliki kadar glukosa darah
puncak lebih tinggi dibandingkan makanan dengan nilai glycemic load
sedang.
5.2 Saran
1. Mengingat varian roti isi dan merek yang banyak di pasaran, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengklasifikasikan nilai indeks glikemik dan
glycemic load sehingga didapatkan referensi yang lengkap.
2. Pemeriksaan kadar glukosa darah terhadap makanan sebaiknya dilakukan
lebih dari satu kali, agar mendapatkan hasil yang lebih presisi.
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penelitian nilai indeks glikemik makanan uji.
4. Dibutuhkan glukometer yang lebih baik agar didapatkan nilai yang lebih
akurat.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes
Estimates for The Year 2000 and Projections for 2030. Diabetes Care. 2004
May; 27: p. 1047-1051.
2. Ala Alwan. Global status report on non communicable diseases 2010. World
Health Organization; 2011. Report No.: ISBN.
3. PERKENI. KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA. In KONSENSUS
PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
INDONESIA; 2011: www.perkeni.org. p. 1-3.
4. RI BPdPKK. RISET KESEHATAN DASAR 2013. Kemenkes RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
5. Hammond K. Assessment: Dietary and Clinical Data. In Mahan LK, Stump
SE. Krause's Food and Nutrition Therapy.: Saunders Elsevier; 2008. p. 384-
386.
6. Henry CJK, Lightowler HJ, Strik CM, Renton H, Hails S. Glycaemic index
and glycaemic load values of commercially available products in the UK.
British Journal of Nutrition. 2005 August; 90: p. 922.
7. Louie JCY, Buyken AE, Heyer K, Flood VM. Dietary glycaemic index and
glycaemic load among Australian children and adolescent. British Journal of
Nutrition. 2011 May; 106: p. 1273.
8. Nippon Indosari Corpindo, Tbk. Laporan Utama Nippon Indosari Corpindo,
Tbk. Laporan Utama. , Equity & Index Valuation Division; 2013.
9. Askari G, Heidari-Beni M, Broujeni MB, Ebneshahidi A, Amini M, Ghisvand
R, et al. Effect of whole wheat bread consumption and white bread
consumption on pre-diabetes patient. Pak J Med Sci. 2013; 1.
10. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advance Nutrition and Human Metabolism.
5th ed.: Cengage Learning; 2009.
11. M. A. Konsumsi Pangan Masyarakat Indonesia Analisis Data SUSENAS
28
1999-2005..
12. Gallagher ML. The Nutrients and Their Metabolism. In Mahan LK, Stump
SE. Krause's Food and Nutrition Therapy.: Saunders Elsevier; 2008. p. 49-50.
13. Franz MJ. Medical Nutrtition Therapy for Diabetes Mellitus and
Hypoglycemia of Nondiabetic Origin. In Mahan LK, Stump SE. Krause's
Food and Nutrition Therapy.: Saunders Elsevier; 2008. p. 776.
14. Chen H, Shaw MJ, Moyeur-Mileur JL. The new glucose revolution: is the
authoritative guide to the glycemic index the right dietary solution for life long
health? International Journal of Nutrition and Metabolism. 2010 September.
15. Kalergis M, De Grandpre E, Andersons C. The Role of the Glycemic Index in
the Prevention and Management of Diabetes: A Review and Discussion.
Canadian Journal of Diabetes. 2005.
16. Jenkins DJ, Kendall CW, Augustin LS, Franceschi S, Hamidi M, Marchie A,
et al. Glycemic index: overview of implications in health disease. The
American Journal of Clinical Nutrition. 2002;: p. 266.
17. Brynes AE, Adamson J, Dornhorst A, Frost S. The beneficial effect of a diet
with low glycaemic index on 24 h glucose profile in healthy young people as
assessed by continous glucose monitoring. British Journal of Nutrition. 2005
September;: p. 181-182.
18. Ludwig DS. The Glycemic Index Physiological Mechanisms Relating to
Obesity, Diabetes, and Cardiovascular Disease. American Medical
Association. 2002 May; 287: p. 2417-2420.
19. Dorfman L. Nutrition for Exercise and Sport Performance. In Mahan LK,
Stump SE. Krause's Food Nutrition and Therapy.: Saunders Elsevier; 2008. p.
594.
20. Little JP, Chilibeck PD, Ciona D, Vandenberg A, Zello GA. The Effects of
Low- and High-Glycemic Index Foods on High-Intensity Intermittent
Exercise. International Journal of Sports Physiology and Performance.
2009367-368.
21. Schulze MB, Liu S, Rimm EB, Manson JE, Willett WC, Hu FB. Glycemic
index, glycemic load, and dietary fiber intake and incidence of type 2 diabetes
in younger and middle-aged women. The American Journal of Clinical
29
Nutrition. 2004 February;: p. 354-355.
22. Subroto MA. Real Food True Health Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2008.
23. Sherwood L. Human Physiology From Cells to System. 7th ed. Arbogast M,
Oliveira L, editors.: Yolanda Cosslo; 2010.
24. Koswara S. Teknologi Pengolahan Roti: eBookPangan.com; 2007.
25. Napitupulu BP. Penggunaan Cokelat Sebagai Bahan Dekorasi Cake di Hotel.
Jurnal Darma Agung. 2011.
26. Herawati H. Peluang Pemanfaatan Tapioka Termodifikasi Sebagai Fat
Replacer Pada Keju Rendah Lemak. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner 2011. 2011;: p. 411-412.
27. Sukotjo S. Proses Pembuatan Keju Lunak: Pusdiklat Departemen Pertanian;
2003.
28. Phadungath C. Cream cheese products: A review. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 2004 June;: p. 192-193.
29. Vlieg JEvH, Veiga P, Zhang C, Derrien M, Zhao L. Impact of microbial
transformation of food on health - from fermented foods to fermentation in the
gastro-intestinal tract. Science Direct. 2011;(Food biotechnology): p. 1-4.
30. Jahng J, Jung IS, Chol EJ, Conklin JL, Park H. The effect of methane and
methane gases produced by enteric bacteria on ileal motility and colonic
transit time. Neurogastroenterology and Motilty. 2011 October;: p. 188-190.
31. Beyer PL. Digestion, Absorption, Transport, and Excretion of Nutrients. In
Mahan LK, Stump SE. Krause's Food and Nutrition Therapy.: Saunders
Elsevier; 2008. p. 3-8.
32. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. 4th ed. J. ID, editor.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
33. Pimentel M, Lin HC, Enayati P, van den Burg B, Lee HR, Chen JH, et al.
Methane, a gas produced by enteric bacteria, slows intestinal transit and
augments small intestinal contractile activity. the American Physiology
Society. 2005 November.
34. Foster-Powell K, Holt SH, Brand-Miller JC. International Table of Glycemic
30
Index and Glycemic Load Values: 2002. The American Journal of Clinical
Nutrition. 2002 March.
35. Englyst KN, Vinoy S, Englyst HN, Lang V. Glycaemic index of cereal
products explained by their content of rapidly and slowly available of glucose.
British Journal of Nutrition. 2002 October.
31
Lampiran 1
Surat Persetujuan Responden
Formulir Informed Consent
KADAR GLUKOSA DARAH PADA MACAM VARIAN ROTI ISI
Setelah memperoleh penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur dan
kemungkinan risiko, serta jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan oleh
peneliti dalam penelitian KADAR GLUKOSA DARAH PADA MACAM
VARIAN ROTI ISI, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jurusan :
Semester :
Dengan ini menyatakan dengan penuh kesadaran bersedia berpartisipasi dalam
penelitian tersebut dan bersedia menjalani pemeriksaan darah sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian KADAR GLUKOSA DARAH
PADA MACAM VARIAN ROTI ISI, dengan catatan semua data mengenai diri
saya dirahasiakan. Selanjutnya, bila suatu ketika, dalam masa penelitian, saya
merasa dirugikan karena penelitian ini, saya berhak mengundurkan diri dari
keterlibatan saya, serta membatalkan persetujuan ini, tanpa sanksi apapun dan dari
pihak manapun.
Ciputat, ………………. 2014
Yang membuat pernyataan, Mengetahui,
Peneliti
32
Lampiran 2
Status Kesehatan Responden
LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
PERBANDINGAN RESPON GULA DARAH TERHADAP VARIAN ROTI ISI
Nama :
Usia :
BB :
TB :
IMT :
GDP :
Tanda Vital
1. Tekanan darah :
2. Frekuensi nadi :
3. Frekuensi nafas :
Riwayat Penyakit
1. Apakah anda menderita diabetes mellitus? Ya/Tidak
2. Apakah anda menderita penyakit ginjal dan hati? Ya/Tidak
3. Apakah anda menderita penyakit saluran pencernaan? Ya/Tidak
4. Apakah terdapat riwayat diabetes mellitus pada keluarga? Ya/Tidak
Jika ya, siapa?
5. Apakah anda memiliki riwayat alergi makanan? Ya/Tidak
Jika ya, apa?
6. Apakah anda seorang perokok? Ya/Tidak
7. Apakah anda mengonsumsi alkohol? Ya/Tidak
33
Lampiran 3
Kriteria Status Gizi Menurut Kriteria Asia – Pasifik
Status gizi responden ditentukan menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan rumus:
IMT = BB (Kg)
TB (m)2
Status gizi responden dihitung menggunakan IMT berdasarkan kriteria Asia –
Pasifik, dikategorikan dalam underweight, normoweight, overweight, dan obese
34
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Evan Pramudito Mulyadi
Usia : 21 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Februari 1993
Alamat : Jl. H. Mida no. 11 RT/RW 03/02, Serua-Bojongsari, Kota
Depok.
No. Hp : 085780750081
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SD Muhammadiyah 12 Pamulang : 1999 – 2004
2. SMP Muhammadiyah 22 Pamulang : 2005 – 2008
3. SMAN 2 Kota Tangerang Selatan : 2008 – 2011
4. PSPD FKIK UIN Jakarta : 2011 – sekarang