PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE
Transcript of PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE
PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE
MANDIBULA ANTARA ANALISIS TANAKA
JOHNSTON DAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL
DENGAN TEKNIK HUCKABA PADA SUKU
BATAK DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
RIEZKY AMALIA HESY NASUTION
NIM : 140600193
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2019
Riezky Amalia Hesy Nasution
Perbandingan rerata besaran Leeway space mandibula antara analisis Tanaka
Johnston dan radiografi periapikal dengan teknik Huckaba pada suku Batak di kota
Medan
xi+50 halaman
Analisis ruang pada masa gigi bercampur merupakan aspek yang penting
dalam mencegah ketidaksesuaian lengkung rahang sejak dini. Ketidaksesuaian
tersebut dapat dicegah dengan mengetahui perbedaan total lebar mesiodistal antara
gigi kaninus, molar satu dan molar dua desidui dengan gigi kaninus, premolar satu,
premolar dua permanen, yang biasa disebut dengan Leeway space. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui: (1) perbedaan rerata besaran Leeway space
mandibula ditinjau dari analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal pada suku
Batak di kota Medan, (2) hasil pengukuran rerata besaran Leeway space mandibula
ditinjau dari radiografi periapikal pada suku Batak di Kota Medan. Penelitian
dilakukan pada 53 murid Sekolah Dasar bersuku Batak yang terdiri dari 28 orang
murid laki-laki dan 25 orang murid perempuan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling. Sampel yang didapat kemudian dicetak dan
dilakukan pengambilan foto radiograf pada mandibula. Setelah didapat model studi
dan hasil foto radiografi periapikal, dilakukan penghitungan Leeway space mandibula
dengan analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara rerata
besaran Leeway space mandibula ditinjau dari analisis Tanaka Johnston dan
radiografi periapikal. Hasil rerata Leeway space mandibula suku Batak ditinjau dari
radiografi periapikal sebesar 1,90 mm. Uji t tidak berpasangan menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05) antara rerata besaran Leeway space
mandibula laki-laki dan perempuan. Sebagai kesimpulan, metode radiografi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
periapikal dengan teknik huckaba lebih efektif digunakan dalam mengukur Leeway
space mandibula pada murid sekolah dasar laki-laki maupun perempuan
Daftar rujukan : 45 (1991-2017)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 7 Februari 2019
TIM PENGUJI
KETUA : Dr. Trelia Boel,drg., M.Kes., Sp. RKG (K)
ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG
2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
yang berjudul “Perbandingan rerata besaran Leeway space mandibula antara analisis
Tanaka Johnston dan radiografi periapikal dengan teknik Huckaba pada suku Batak di
kota Medan” guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ayahanda tercinta H. Syarwan Nasution, drg.,Sp.Ort dan Ibunda Hj.
Hernawati Marpaung, S.E yang telah mendoakan dan membesarkan saya dengan
penuh kasih sayang, kesabaran, perhatian, bantuan, semangat dan pengorbanan yang
tidak ternilai tanpa mengenali arti putus asa.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini pula, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan yang
tulus dan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, dan
pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mampu
penyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
2. Dewi Kartika, drg., MDSc selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan serta saran dalam penulisan
skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal
mungkin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG., Lidya Irani Nainggolan, drg, Sp.RKG
atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………............ 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………....... 3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………........ 3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………….......... 4
1.4.1 Manfaat Praktis……………………………………………….......... 4
1.4.2 Manfaat Teoritis……………………….....……………………........ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fase Gigi Bercampur……………………….....……………………... 5
2.1.1 Fase Transisi Pertama……………………………………………....... 5
2.1.2 Fase Inter Transisi………………………………………………......... 7
2.1.3 Fase Transisi Kedua…………………………………………….......... 8
2.2 Leeway Space……………………………………………………........ 9
2.3 Metode Analisa Ruang pada Masa Gigi Bercampur………................ 10
2.3.1 Metode Radiografi………………………………………………......... 10
2.3.2 Metode Persamaan Regresi………..……………………………......... 11
2.3.3 Metode Kombinasi………………………………………………........ 11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4 Penggunaan Analisis Tanaka Johnston dalam Memprediksi Ukuran
Mesiodistal Gigi Kaninus dan Premolar Permanen………………...... 12
2.5 Penggunaan Metode Huckaba dalam Memprediksi Ukuran
Mesiodistal Gigi Kaninus dan Premolar Permanen……………….......13
2.6 Radiografi Periapikal……………………………………………….... 13
2.6.1 Definisi Radiografi Periapikal……....................…………………...... 13
2.6.2 Teknik Periapikal Parelel.................................……………………..... 14
2.6.3 Teknik Periapikal Bisekting…………………………………….......... 15
2.6.4 Posisi Film dan Sinar X Radiografi Periapikal …......……………...... 17
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi……………..... 19
2.7.1 Ethnis atau Suku……………………………………………………... 19
2.7.2 Jenis Kelamin……………………………………………………….... 20
2.7.3 Lingkungan…………………………………………………………... 20
2.8 Demografi Suku Batak……………………………………………...... 21
2.9 Kerangka Teori……………………………………………………..... 22
2.10 Kerangka Konsep…………………………………………………...... 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………....24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….. 24
3.2.1 Lokasi Penelitian…………………………………………………..... 24
3.2.2 Waktu Penelitian…………………………………………………..... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………..... 24
3.3.1 Populasi Penelitian………………………………………………..... 25
3.3.2 Sampel Penelitian……………………………………………….......25
3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian………………………………………..….. 25
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi…………………………………..…... 26
3.3.3.1 Kriteria Inklusi………………………………………………..…..... 26
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi……………………………………………..…….. 26
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………………..…...... 27
3.4.1 Variabel Penelitian…………………………………………..……... 27
3.4.2 Definisi Operasional………………………………………..…….... 27
3.5 Alat dan Bahan Penelitian………………………………..……....... 29
3.5.1 Alat Penelitian…………………………………………..………...... 29
3.5.2 Bahan Penelitian………………………………………..………….. 29
3.6 Metode Pengumpulan Data…………………………..…………….. 30
3.6.1 Prosedur Pengumpulan data………………………..………………. 30
3.6.2 Alur Penelitian……………………………………..……………..... 34
3.7 Pengolahan dan Analisis Data……………………..………………. 35
3.7.1 Pengolahan Data…………………………………..……………….. 35
3.7.2 Analisis Data……………………………………..……………….... 35
3.8 Etika Penelitian…………………………………..……………….... 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN………………………………………………………36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………………… 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 47
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel sudut penyinaran bervariasi sesuai regio gigi yang dibutuhkan ................. 19
2. Rerata besaran Leeway space mandibula murid SD suku batak berdasarkan
analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal dengan metode Huckaba ...... 36
3. Rerata besaran Leeway space mandibula murid SD suku batak ditinjau dari
radiografi periapikal dengan metode Huckaba berdasarkan jenis kelamin ........... 37
4. Rerata besaran Leeway space mandibular murid SD suku batak ditinjau dari
analisis Tanaka Johnston berdasarkan jenis kelamin ............................................ 39
iii iii iii iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan oklusal pada gigi molar desidui dan permanen. ....................... 6
2. Ugly duckling stage .................................................................................... 8
3. Fase transisi kedua ..................................................................................... 9
4. Teknik Periapikal Bisekting........................................................................ 16
5. Film yang digunakan pada radiografi periapikal ....................................... 18
6. Radiografi periapikal teknik parallel .......................................................... 18
7. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian...................................... 30
8. Perhitungan required space dan available space pada model cetakan
gigi dan gambaran radiograf ....................................................................... 33
9. Perbedaan ukuran mesiodistal gigi desidui dan permanen laki-laki dan
perempuan suku batak ................................................................................. 38
iii iii iii iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Ethical clearence
2. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua/Wali Calon Subjek Penelitian
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
4. Kuesioner Penelitian
5. Data SPSS
6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
7. Rincian Anggaran Penelitian
8. Data Personalia Peneliti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal periode pertumbuhan gigi bercampur, baik gigi desidui maupun
permanen merupakan masa yang rentan terhadap perkembangan maloklusi jika faktor
lokal yang memicu tidak terdeteksi. Sebagian besar kasus maloklusi biasanya berkaitan
dengan ketidakseimbangan pertumbuhan antara gigi dan basis tulang rahang. Namun,
terdapat periode singkat pada masa perkembangan gigi dimana kondisi gigi berjejal
(crowding) dapat ditolerir. Ketika insisivus lateral bawah permanen mulai erupsi, terjadi
pertambahan ruang yang umumnya diperlukan 1,6 mm untuk mendapatkan susunan gigi
anterior yang tepat. Pada sebagian besar kasus gigi berjejal pada gigi desidui biasanya
hanya sementara dan cenderung berubah dengan cepat karena bertambahnya jarak
interkaninus, migrasinya gigi kaninus desidui ke arah ruang kosong, dan posisi gigi
insisivus permanen yang cenderung erupsi ke arah labial dikarenakan posisi desidui
kaninus sebelumnya. Pada tahap ini, menganalisa pertumbuhan gigi bercampur penting
dilakukan untuk memperkirakan diameter gigi permanen yang belum erupsi dan menilai
apakah volume gigi sesuai dengan ukuran basis tulang rahang. Hal ini berguna dalam
mengevaluasi keadaan rahang secara dini dan merencanakan perawatan yang adekuat.1
Analisa diagnosa komprehensif untuk ketidaksesuaian lengkung rahang
merupakan bagian fundamental dalam penilaian ortodonti dan membantu dalam
mengeveluasi ketidaksesuaian ukuran ruang pada rahang antara maksila dan mandibula,
arah dan pola pertumbuhan, profil wajah, lebar wajah, keseimbangan otot dan gambaran
pada gigi dan oklusi termasuk posisi-posisi gigi, analisis lengkung rahang dan Leeway
space. Jika terdapat ketidaksesuaian tersebut, hal ini akan berguna sebagai perangkat
diagnostik dalam menentukan apakah rencana perawatan membutuhkan pencabutan,
memandu pertumbuhan erupsi gigi, space maintenance, space regaining, atau hanya
sekedar pemeriksaan berkala untuk pasien.2,3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Suatu penelitian di Zurich oleh Hille (2010) melaporkan bahwa ada perbedaan
rerata Leeway space pada perempuan dan laki-laki dibandingkan dengan penemuan
sebelumnya. Hasil dari beberapa penelitian terdahulu memperjelas bahwa leeway space
berbeda pada setiap individu dan etnik atau suku tertentu.4,5
Tayyab M dkk. (2014) mengatakan dalam literaturnya bahwa untuk memprediksi
lebar mesio-distal gigi kaninus dan premolar yang paling akurat didapatkan melalui
pengukuran lebar mesio-distal gigi dengan metode radiografi. Peneliti menggunakan
keempat insisivus mandibula untuk memperkirakan lebar mesiodistal dari kaninus dan
premolar pada anak-anak Eropa Utara. Namun, hasil penelitian menunjukkan terdapat
variasi karakteristik rongga mulut pada populasi yang berbeda. Sehingga, analisis
Tanaka-Johnston hanya dapat digunakan pada populasi yang spesifik untuk setiap etnik
yang berbeda.6
Thimmegowda (2017) mengatakan metode Tanaka Johnston merupakan salah
satu metode yang umumnya digunakan untuk memprediksi lebar gigi kaninus dan kedua
premolar terutama pada anak-anak di Eropa Utara, sehingga ketika dilakukan
pengukuran pada sekelompok etnik lokal di India, menunjukkan estimasi yang berlebih
pada subjek penelitiannya yaitu populasi Bengaluru.7
Agrawal PV (2017) juga menggunakan metode analisis Tanaka-Johnston pada
penelitiannya di Indore. Hasil yang didapat menunjukkan perhitungan yang melebihi
estimasi dalam memprediksi pertumbuhan gigi kaninus dan dua premolar permanen.
Beberapa penelitian pada populasi lain menunjukkan hasil yang sama dengan Agrawal
PV et al. seperti penduduk pecinaan Hongkong , Ludhiana, Saudi Arabia, Jordania,
Black Africa ns, Turki, Senegalese.8
Memon S dan Fida M (2010) melakukan penelitian di Pakistan dan Tayyab M et
al. (2014) melakukan penelitian di Peskawar menunjukkan hasil yang berbeda dengan
beberapa penelitian analisis Tanaka-Johnston diatas. Pengukuran dilakukan pada suatu
populasi di Pakistan terdapat perbedaan efektifitas pengukuran tiga metode analisis
prediksi gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua, yaitu metode prediksi Moyer’s,
Tanaka-Johnston dan metode Bernabe dan Flores-Mir. Hasil penelitian yang didapat
yaitu metode Moyer’s dan metode Tanaka Johnston menunjukkan hasil yang paling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mendekati nilai gigi kaninus dan premolar yang sebenarnya dibandingkan dengan
metode Bernabe dan Flores-Mir.9
Berbagai variasi suku, etnik, dan jenis kelamin pada populasi yang berbeda
menjadi alasan terdapatnya hasil prediksi yang berbeda-beda. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat dengan multi suku, terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau
suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus Badan Pusat
Statistik tahun 2010, dimana tiga suku terbesar adalah suku Jawa dengan jumlah 40,2%,
suku Sunda dengan jumlah 15,5% dan suku Batak dengan jumlah 3,5% sedangkan
40,8% adalah suku Indonesia lainnya.10
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan hasil
pengukuran Leeway space menggunakan analisis Radiografi dan analisis Non-
Radiografi. Oleh sebab itu, berdasarkan masalah yang diuraikan diatas saya sebagai
peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Perbandingan rerata besaran
Leeway space ditinjau dari teknik Tanaka Johnston dengan rerata besaran leeway space
mandibula ditinjau dari radiografi periapikal pada suku batak”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa nilai rata-rata Leeway space mandibula menggunakan analisis
Tanaka- Johnston pada murid sekolah dasar suku batak di Kota Medan
2. Berapa nilai rata-rata Leeway space mandibula ditinjau dari Radiografi
Periapikal pada murid sekolah dasar suku batak di Kota Medan
3. Apakah terdapat perbedaan nilai rata- rata Leeway space mandibula
menggunakan analisis Tanaka-Johnston dan Radiografi Periapikal pada murid sekolah
dasar laki-laki dan perempuan suku batak di Kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui nilai rata-rata Leeway space mandibula menggunakan
analisis Tanaka Johnston pada murid sekolah dasar suku batak di Kota Medan
2. Untuk mengetahui nilai rata-rata Leeway space mandibula ditinjau dari
Radiografi Periapikal pada murid sekolah dasar suku batak di Kota Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata Leeway space
mandibula menggunakan analisis Tanaka Johnston dan Radiografi Periapikal pada
murid sekolah dasar laki-laki dan perempuan suku batak di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi perbandingan nilai rata-
rata Leeway Space antara analisis Tanaka-Johnston dan Radiografi Periapikal pada
suku Batak baik pada laki-laki maupun perempuan.
2. Dapat memudahkan dokter gigi dalam menentukan rencana perawatan
pada fase gigi bercampur.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan penerapannya, khususnya dokter gigi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk penelitian-
penelitian lebih lanjut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fase Gigi Bercampur
Fase gigi bercampur adalah fase dimana terjadi masa transisi dari gigi desidui
menjadi gigi permanen yang dimulai dengan erupsi gigi-gigi insisivus dan molar
pertama permanen saat usia anak mencapai 6 tahun. Gigi kaninus dan premolar tidak
akan erupsi beberapa tahun kedepan yaitu sampai usia 11-12 tahun.
Selama fase gigi bercampur, akan terlihat kondisi gigi berjejal baik pada rahang
atas maupun rahang bawah, sehingga memprediksi ukuran mesiodistal dari gigi-gigi
kaninus dan premolar yang belum erupsi merupakan proses diagnostik yang penting
dalam bidang ortodontik agar dapat diketahui apakah terdapat lengkung ruang yang
tersedia. Deteksi dini pada kekurangan ruang pada lengkung rahang biasanya
mengindikasikan gigi yang berjejal atau malalignment dimasa yang akan datang.11
Pada tahap ini sangat diperlukan analisis ruang gigi bercampur agar dapat
diketahui tindakan pecegahan yang dapat dilakukan jika terjadi diskrepansi
(ketidaksesuaian) rahang. Jika ditemukan ketidaksuaian pada hasil pemeriksaan,
pencegahan yang dapat dilakukan seperti serial extraction, pemasangan space
maintainer, space regaining, atau dilakukan observasi secara berkala kepada pasien.3
Bhalajhi (2006) mengklasifikasikan periode gigi bercampur ke dalam tiga fase,
yaitu fase transisi pertama, inter-transisi, dan transisi kedua.12
2.1.1 Fase Transisi Pertama
Awal dari fase ini yaitu dimulai dengan erupsinya molar pertama permanen dan
insisivus desidui digantikan oleh insisivus permanen. Pada usia 6-7 tahun insisivus
sentralis desidui akan mulai digantikan oleh insisivus sentralis permanen. Biasanya pada
rahang bawah insisivus sentralis erupsi ke lingual dari gigi yang digantikannya, tetapi
dengan adanya tekanan oleh lidah maka insisivus sentralis ini dapat bergerak maju ke
depan. Pada rahang atas gigi insisivus permanen yang belum erupsi akan terlihat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebagai tonjolan besar pada lipatan mukosa disebelah atas dari insisivus yang
digantikannya.
Pada usia 8-9 tahun insisivus lateralis permanen akan mulai erupsi di dalam
lengkung rahang. Dapat dilihat gigi insisivus sentralis dan lateralis rahang bawah
bererupsi disebelah lingual dan akan dibawa dengan kekuatan fungsional, sedangkan
insisivus lateralis rahang atas tidak seperti insisivus sentralis yang bererupsi dengan
menunjukkan tonjolan di sebelah labial.13
Pergantian gigi insisivus desidui oleh insisivus permanen, insisivus permanen
memiliki ukuran lebar mesiodistal yang lebih besar. Perbedaan ukuran lebar mesiodistal
antara gigi insisivus desidui dan permanen disebut incisor liability. Bhalajhi (2006)
menyatakan bahwa incisor liability pada rahang atas adalah rata-rata 7 milimeter,
sedangkan pada rahang bawah adalah 5 milimeter. Mayne (1968) dan Waren et al.
(2003) menyatakan bahwa menurut lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen
rahang atas rata-rata 7,6 milimeter lebih besar dari pada insisivus desidui, sedangkan
pada rahang bawah rata-rata 6,0 milimeter.14 Akan tetapi ukuran ini bervariasi pada
setiap individu, dapat dipengaruhi oleh faktor ras, genetik, jenis kelamin dan
lingkungan.
Gambar 1. Hubungan oklusal gigi molar
desidui dan permanen13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fase transisi pertama memperlihatkan molar pertama permanen ketika erupsi
tergantung pada kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang
bawah.12 Bila permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah
berkontak pada satu dataran vertikal (flush terminal plane), maka akan diperoleh relasi
molar pertama dimana cusp bertemu dengan cups. Kondisi ini merupakan hal yang
normal dimana nanti akan terkoreksi saat molar rahang bawah bergerak ke depan sejauh
3-5 mm terhadap rahang atas memanfaatkan ruang developmental (physiological
spaces) maupun leeway space yang ada sehingga relasi molar kelas I Angel dapat
tercapai. 13,15
Bila permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial
dari pada molar kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial dari pada molar kedua
desidui rahang atas (mesial step terminal plane), maka molar pertama permanen secara
langsung erupsi dalam relasi kelas I Angel dan apabila pertumbuhan rahang bawah terus
berlanjut maka kemungkinan relasi kelas III Angel dapat terjadi. Sebaliknya, bila
permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah lebih distal dari pada molar kedua
desidui rahang atas (distal step terminal plane), maka hubungan molar pertama
permanen yang akan erupsi akan menghasilkan relasi kelas II Angel.13,15
2.1.2 Fase Inter-transisi
Fase ini merupakan fase dimana hanya terjadi perubahan yang sedikit dan stabil.
Gigi yang terlihat pada fase ini baik pada rahang atas maupun rahang bawah adalah
insisivus dan molar pertama permanen bersama dengan gigi kaninus dan molar desidui.
Adapun ciri-ciri dari fase inter-transisi sebagai berikut:
a. Oklusal dan interproksimal gigi desidui terlihat lebih rata dikarenakan
morfologi oklusal yang menyerupai dataran.
b. Akar gigi mulai terbentuk pada gigi insisivus, kaninus, dan molar yang akan
erupsi seiring peningkatan puncak prosesus alveolaris.
c. Resorpsi akar pada molar desidui.13,15
d. Terdapat diastema diantara kedua gigi insisivus sentralis rahang atas yang
terjadi pada usia 8-9 tahun dimana tahap ini juga disebut ugly duckling stage. Kondisi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ini biasanya akan terkoreksi sendiri dimana benih gigi kaninus permanen yang erupsi ke
arah labial akan mempengaruhi akar gigi insisivus lateralis permanen rahang atas dan
mendorong insisivus lateral ke mesial. Bila gigi kaninus permanen sudah erupsi,
insisivus lateral akan tegak dan diastema akan tertutup.16-17
Gambar 2. Ugly duckling stage13
2.1.3 Fase Transisi Kedua
Pada fase transisi kedua ini biasanya ditandai dengan erupsinya gigi kaninus
permanen rahang bawah dan premolar rahang atas dan rahang bawah pada usia sekitar
10,5 tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi premolar kedua rahang atas dan rahang
bawah dan gigi kaninus rahang atas pada usia 11 tahun. Meskipun ukuran kedua
mesiodistal gigi kaninus desidui dan premolar dijumlahkan, tidak akan lebih besar dari
ukuran gigi yang akan digantikan. Kelebihan ruang inilah yang disebut dengan Leeway
space, dimana biasanya besar Leeway space pada mandibula lebih besar dari pada
maksila.
Ruang berlebih yang ada setelah pergantian molar dan kaninus desidui
dimanfaatkan untuk pergeseran ke arah mesial oleh gigi molar bawah agar terjadi relasi
molar Klas I Angle. Gigi-gigi permanen akan terlihat lebih pendek dibanding lengkung
gigi desidui. Fase ini berakhir saat erupsi molar kedua permanen pada usia 12 tahun.18-19
Urutan erupsi gigi pada fase transisi kedua adalah sebagai berikut:
1. Lepasnya gigi molar dan kaninus desidui pada usia kurang lebih 10 tahun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Erupsinya gigi kaninus dan premolar permanen. Gigi tersebut erupsi setelah
terhenti 1-2 tahun mengikuti erupsi gigi insisivus permanen. Gigi posterior yang
pertama sekali erupsi adalah kaninus kaninus dan premolar rahang bawah pada usia 9-
10 tahun dan kemudia diikuti dengan erupsinya kaninus dan premolar rahang atas pada
usia 11-12 tahun.
3. Erupsinya gigi molar kedua permanen. Ketika akan erupsi, gigi molar dua
permanen tumbuh ke arah mesiolingual. Gigi molar kedua permanen ini terbentuk di
palatal dan diarahkan ke oklusi yang benar dengan mekanisme Cone Funnel (cusp
palatal jatuh pada fossa oklusal). Keadaan ini mengakibatkan panjang lengkung akan
berkurang akibat gaya tekanan erupsi gigi molar kedua ke arah mesial dan kemudian
crowding akan terlihat pada fase ini.
4. Pembentukan oklusi.13,15
Gambar 3. Fase transisi kedua, terlihat gambaran
gigi premolar yang mulai erupsi13
2.2 Leeway Space
Pada tahap perkembangan, terjadi perubahan oklusi di segmen bukal yang
biasanya dimulai usia 9 3/4 untuk perempuan dan 10 ½ untuk laki-laki dan selesai 1 ½
tahun saat kaninus maksila permanen erupsi, bervariasi untuk setiap individu. Ukuran
lebar mesiodistal kaninus dan dua molar desidui lebih besar dari pada yang dibutuhkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk mempersiapkan ruang gigi permanen, misalnya gigi kaninus dan premolar.
Perbedaan ukuran antara gigi desidui dan permenen ini disebut dengan Leeway space.20
Ada beberapa pendapat mengenai jumlah leeway space, akan tetapi dapat
disimpulkan bahwa leeway space rahang atas lebih kecil dibanding rahang bawah. Gigi
molar kedua rahang atas desidui rata-rata 0,7-1,3 mm lebih besar dibanding premolar
kedua, dimana rahang bawah, gigi molar kedua desidui 1,6-2,7 mm lebih besar. Gigi
molar satu desidui hanya sedikit lebih besar dari molar pertama, tetapi memberi
kontribusi 0,5 mm ruang lebih pada rahang bawah. Sehingga rata-rata leeway space
pada setiap lengkung rahang atas 1,8 mm dan 3,4 mm pada rahang bawah.5,20
Menurut Vyas dan Hantodkar (2011) pemanfaatan ruang dengan leeway space
adalah salah satu aspek penting dalam perawatan orthodontik pada gigi bercampur
berdasarkan potensinya untuk mencegah crowding pada gigi permanen.21 Permasalahan
yang sering terjadi adalah space deficit atau kekurangan ruang sehingga menyebabkan
phycological crowding. Leeway space dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk
menangani kondisi gigi berjejal, dengan mencegah mesial drift molar pertama
mandibula dengan pemasangan lingual arch sebelum erupsi molar kedua.20
2.3 Metode Analisa Ruang pada Masa Gigi Bercampur
2.3.1 Metode Radiografi
Nance (1947) pertama kali menggunakan metode radiografi untuk menganalisis
perbedaan ukuran mesiodistal gigi kaninus, molar pertama, dan molar kedua desidui dan
gigi penggantinya. Metode ini menggunakan radiografi untuk memprediksi kaninus dan
premolar permanen yang belum erupsi dan dapat digunakan pada rahang atas maupun
bawah. Beberapa literatur mengatakan bahwa teknik radiografi yang dapat digunakan
yaitu radiografi periapikal atau sefalometri. 3,9,22,23
Penelitian yang dilakukan oleh Paula (1995) dan Felicio dkk (2010)
menggunakan radiografi sefalometri 450 dan computed tomography merupakan metode
yang dapat diandalkan karena memiliki hasil yang lebih akurat dan tepat dibandingkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
radiografi konvensional lainnya. Penggunaan peralatan yang besar memakan waktu dan
biaya, sehingga metode lain lebih sering digunakan sebagai alternatif.8
Keakuratan dari metode radiografi sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas hasil
radiografi dan teknik saat pengambilan film, apakah underexposure/ overexposure/
distorsi dan seterusnya. Kontrol terhadap proses pembuatan radiografi dan pencucian
film sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.24
2.3.2 Metode Persamaan Regresi
Dari beberapa metode analisis gigi bercampur yang berbeda pada beberapa
literatur, dikatakan bahwa metode persamaan regresi berdasarkan gigi permanen yang
telah erupsi pada fase gigi bercampur adalah metode yang paling sering digunakan
untuk memprediksi lebar kaninus dan premolar yang belum erupsi, terutama
menggunakan tabel prediksi Moyers (1958) dan perhitungan Tanaka-Johnston (1974).25
Analisis Moyers menggunakan tabel probabilitas untuk mengukur mesiodistal
kaninus dan premolar permanen pada mandibula maupun maksila. Cara pengukurannya
dengan menjumlahkan lebar mesiodistal keempat insisivus mandibula permanen,
kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai yang tertera pada tabel probabilitas.
Analisis Tanaka-Johnston menggunakan jumlah keempat insisivus mandibula permanen
untuk memprediksi kaninus dan premolar permanen dengan formula. Hal ini tentu lebih
mudah karena tidak membutuhkan tabel probabilitas.8
Teknik regresi umum digunakan terutama pada beberapa daerah yang memiliki
keterbatasan akses untuk foto radiograf, karena hanya melakukan pengukuran gigi
insisivus mandibula permanen pasien, kemudian disesuaikan dengan tabel Moyers atau
perhitungan rumus Tanaka-Johnston.6 Kedua metode persamaan regresi ini
dikembangkan pada anak-anak di daerah Eropa Utara. Sehingga beberapa penelitian
yang menggunakan metode ini menunjukkan tingkat efektifitas yang bervariasi pada
tempat atau etnis yang berbeda. 2,3,4,7,8,25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.3 Metode Kombinasi
Pada metode kombinasi, lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen
diprediksi menggunakan jumlah lebar premolar pertama dan kedua pada hasil radiografi
dan jumlah empat insisivus permanen mandibular. Metode ini pertama kali digunakan
oleh Hixon dan Old Father (1958) untuk memprediksi ukuran kaninus dan premolar
permanen mandibula dengan mengukur hasil foto radiografi premolar mandibula.
Kemudian metode Oldfather dimodifikasi oleh Stahle (1959) dan Staley-Kerber (1980)
yang dikembangkan lebih lanjut menggunakan grafik.23
Beberapa peneliti memprediksi lebar mesiodistal kaninus dan premolar yang
belum erupsi menggunakan kombinasi metode radiografi dan regresi untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Karena selain mengukur gambaran radiografi,
juga menjumlahkan keempat insisivus sentralis dan lateral mandibula pada cetakan
model gigi.2,3,9,23.
2.4 Penggunaan Analisis Tanaka Johnston dalam Memprediksi Ukuran
Mesiodistal Gigi Kaninus dan Premolar Permanen
Metode analisis Tanaka-Johnston adalah salah satu metode yang paling umum
digunakan untuk memprediksi ukuran gigi permanen yang belum erupsi yang pertama
kali digunakan pada masyarakat Eropa Utara. Jenis kelamin dan ras mempengaruhi
variasi dimensi gigi, dan kebanyakan hasil penelitian yang didapat kurang valid jika
dilakukan pada etnik lain. Pendekatan Tanaka-Johnston menggunakan empat insisivus
mandibula permanen yang sudah erupsi sempurna, bukan menggunakan pengukuran
gigi desidui.8, 15
Dalam rumus Tanaka-Johnston, jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus
mandibula permanen berhubungan dengan jumlah diameter mesiodistal kaninus dan
premolar pada masing-masing rahang. Rumus yang digunakan yaitu:13,22
1. Perkiraan lebar kaninus dan premolar pada rahang bawah permanen dalam
satu kuadran:
= 10,5 mm + 0,5 ( ∑ Lebar mesiodistal keempat insisivus rahang bawah)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Perkiraan lebar kaninus dan premolar pada rahang atas permanen dalam satu
kuadran:
= 11,0 mm + 0,5 ( ∑ Lebar mesiodistal keempat insisivus rahang bawah)
2.5 Metode Huckaba dalam Memprediksi Ukuran Mesiodistal Gigi
Kaninus dan Premolar Permanen
Penggunaan metode Huckaba dalam memprediksi kaninus dan premolar yang
belum erupsi yaitu dengan menggunakan radiografi periapikal. Metode radiografi yang
digunakan tidak berbeda jauh dengan pengukuran metode Nance, dimana membutuhkan
hasil radiografi periapikal yang lengkap. Hasil yang dibutuhkan yaitu gambaran
radiografi yang jelas tanpa ada distorsi. Teknik paralel pada radiografi periapikal adalah
teknik yang paling sering digunakan karena hasil yang lebih akurat dan kemungkinan
distorsi yang lebih rendah dibanding teknik bisekting, sehingga dapat menggunakan
teknik periapikal paralel.13
Prosedur analisis metode Huckaba yaitu:
x : x’ = y : y’ atau x = x’y/ y’
x’ = Ukuran lebar gigi permanen pengganti pada gambaran radiografi
y’ = Ukuran lebar gigi desidui pada gambaran radiografi
x = Ukuran ruang gigi permanen yang akan erupsi
y = Ukuran lebar gigi desidui dalam mulut atau pada model
2.6 Radiografi Periapikal
2.6.1 Definisi Radiografi Periapikal
Radiografi periapikal berasal dari kata “peri” yaitu sekitar, dan “apikal” yaitu
akar gigi, sehingga radiografi periapikal adalah radiografi yang memperlihatkan daerah
disekitar akar gigi. Hasil dari teknik radiografi ini memperlihatkan gambaran dari garis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
besar, posisi, dan perluasan mesiodistal dari gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam
radiografi periapikal sangat penting untuk mendapatkan ukuran panjang gigi secara
keseluruhan dan paling tidak mencapai 2 mm dari tulang periapikal. Tujuan dari
pemeriksaan periapikal intraoral adalah untuk mendapatkan gambaran seluruh bagian
gigi mulai dari mahkota, servikal, ujung akar, hingga jaringan pendukung sekitar gigi
agar diperoleh infomasi yang pada akhirnya digunakan dalam mendapatkan diagnosis
akhir jika gigi terdapat masalah seperti karies, abses peripikal, kehilangan perlekatan
atau jaringan periodontal dan penyakit gingiva lainnya.26,27
2.6.2 Teknik Periapikal Paralel
Teknik paralel memiliki nama lain yaitu “right angle technique” atau “long-
cone technique”. Teknik ini biasa digunakan baik untuk radiografi periapikal maupun -
bitewing.
Pada saat aplikasi radiografi periapikal paralel, reseptor film harus ditelakkan
tegak lurus dengan mahkota dan akar gigi, sentral x-rays tegak lurus terhadap film dan
aksis panjang gigi. Film holder harus dipakai untuk menjaga agar film tetap paralel
dengan aksis panjang gigi.27,28
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada teknik paralel jika
dibandingkan dengan teknik bisekting.
1. Kelebihan dari Teknik Periapikal Parallel
a. The American Academy of Oral and Maxillofacial Radiology mengatakan
bahwa dengan armamentarium yang tepat, penggunaan teknik paralel pada radiografi
periapikal memberikan hasil gambar yang lebih baik dari segi geometri pada susunan
gigi sehingga baik sebagai alat diagnostik.
b. Paparan radiasi yang rendah sehingga tidak memberikan efek samping
bagi kelenjar tiroid dan lensa mata.
c. Standarisasi dan pengaturan alat yang lebih mudah dibanding teknik
bisekting, sehingga memperkecil kemungkinan hasil gambar distorsi dan lebih akurat.28
d. Gambaran bayangan prosesus zigomatik terlihat di bawah apikal gigi
molar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Tinggi puncak tulang alveolar yang terlihat jelas.
f. Gambaran mahkota gigi yang terihat jelas sehingga dapat mendeteksi
karies Proksimal.
g. Cone cutting dapat dihindari karena arah sinar-X sudah ditentukan di
pertengahan film.
h. Sudut vertikal dan horizontal secara otomatis ditentukan pada penempatan
alat yang tepat.26
2. Kekurangan dari Teknik Periapikal Parallel 26,27,28
a. Operator terkadang sulit memasang film holder terutama pada pasien
dengan ukuran mulut yang kecil seperti anak-anak, atau pada jarak palatal yang rendah
dan dasar mulut yang dangkal. Hal ini disebabkan oleh posisi film harus sejajar dengan
aksis panjang gigi.
b. Dapat mengenai jaringan sekitar terutama bagian posterior sehingga dapat
mengurangi kenyamanan pasien.
c. Kesulitan dalam pemasangan holder pada regio molar tiga.
d. Film holder harus disterilkan menggunakan autoclave atau harus sekali
pakai.
e. Bagian apikal gigi sering terlihat pada ke arah sudut film.
2.6.3 Teknik Periapikal Bisekting
Bisekting atau Short-cone technique merupakan teknik radiografi yang pertama
sekali digunakan dalam radiografi dental. Konsep yang digunakan berasal dari
penggunakan teori isometri yang diketahui sebagai teori Cieszynki’s rule of isometry.
Teknik ini memperlihatkan bagian-bagian gigi mulai dari mahkota, akar, tulang, dan
jaringan sekitarnya dengan sudut cone tertentu pada rahang atas maupun rahang
bawah.27,29,30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4. Teknik periapikal bisekting29
Teknik bisekting tidak dapat digunakan pada kondisi anak yang cenderung panik
dan memiliki rasa takut berlebihan. Beberapa keadaan ini akan menyulitkan pasien
dalam mengendalikan filmsendiri. Kondisi ini dapat diatasi dengan cara meletakkan
film dengan cara memanfaatkan gigi pasien. Misalnya gigi anterior dapat difotodengan
menggunakan film periapikal dan film oklusal. Pada regio posterior dapat difotodengan
cara melipat film menjadi bentuk sudut perpendikular dan diletakkan di dalam mulut
dengan teknik bitewing.30,31
1. Kelebihan Teknik Periapaikal Bisekting26
a. Penempatan posisi film nyaman untuk seluruh rongga mulut.
b. Proses pengambilan yang cepat dan sederhana.
c. Didapatkan hasil gambaran radiografi gigi yang sama dengan panjang gigi
asli pada penggunaan angulasi yang tepat.
2. Kekurangan Teknik Periapikal Bisekting26
a. Gambaran tinggi tulang alveolar tidak terlihat jelas.
b. Bayangan tulang zigomatikus sering menutupi gambaran apikal gigi molar
tiga.
c. Sudut vertikal dan horizontal yang berbeda-beda untuk setiap pasien.
d. Angulasi horizontal yang tidak tepat menyebabkan gambaran mahkota dan
Aksis Panjang Gigi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akar gigi yang overlapping atau bertimpa.
e. Angulasi vertikal yang tidak tepat menyebabkan hasil foto ronsen
memanjang atau memendek.
f. Akibat pengambilan sudut yang kurang tepat menyebabkan gambaran akar
bukal gigi premolar dan molar maksila sering mengalami pemendekan.
g. Gambaran mahkota gigi sering terjadi distorsi sehingga tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi karies proksimal.
h. Hasil foto dapat terjadi coning off atau cone cut, jika posisi pusat film
tidak berada ditengah.
2.6.4 Posisi Film dan Sinar X Radiografi Periapikal
Pada teknik radiografi periapikal ada beberapa hal yang harus dilakukan pada
pasien dari sebelum prosedur dimulai sampai selesai.
1. Persiapan unit sebelum dilakukan paparan. Pasangkan penghalang radiasi
sebagai kontrol infeksi, persiapkan reseptor dan instrumen reseptor holder di sisi lain
kursi pasien.
2. Mendudukkan pasien. Posisi pasien tegak lurus dengan kepala dan bahu
bersandar sepenuhnya pada kursi. Rendahkan kursi saat pengambilan rahang atas, dan
kursi dinaikkan saat pengambilan rahang bawah.
3. Memeriksa kondisi mulut pasien secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
sebelum film dimasukkan ke dalam mulut untuk melihat inklinasi aksial gigi dan jika
ada obstruksi atau tidak, yang sangat berpengaruh saat memposisikan film dan film
holder.
4. Menentukan film yang tepat sesuai dengan ukuran gigi. Gigi antarior
cenderung menggunakan film yang lebih kecil dengan posisi vertikal, sedangkan gigi
posterior menggunakan film (31x41) mm dengan posisi horizontal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5. (A) Film ( 31x41 ) mm, (B) Pelindung plastik envelope untuk
pengambilan radiografi periapikal, (C) Film periapikal yang telah
digunakan dan disimpan29
5. Meletakkan film pada mulut pasien. Permukaan putih polos menghadap ke
arah datangnya sinar. Ujung film yang ditandai dengan “titik” diletakkan berlawanan
dengan posisi mahkota gigi. Beri jarak antara reseptor dengan gigi sehingga didapat
posisi film yang sejajar dengan aksis panjang gigi. Selanjutnya, posisikan film holder
dengan gerakan ke atas dan ke bawah sampai bite-block berada pada posisi yang
nyaman untuk dilakukan radiografi. Letakkan gulungan kapas pada gigi yang
berlawanan dengan gigi yang diletakkan bite-block agar pasien lebih nyaman.
Intruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan, agar seluruh instrumen tetap berada
pada posisi yang seharusnya.26,29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 6. Radiografi periapikal teknik parallel29
6. Memposisikan tabung x-rays. Angulasi vertikal dan horizontal pada tabung x-
rays diposisikan agar sesuai dengan posisi film holder. Sudut angulasi ini bervariasi
sesuai dengan posisi gigi.
Tabel 1. Sudut penyinaran bervariasi sesuai regio gigi yang dibutuhkan 32
POSISI RAHANG STANDAR LONG-CONE
Rahang Atas
Molar dua dan molar tiga
Molar satu dan premolar
Caninus, insisivus
+200-
+300-
+400-
+250-
+350-
+450-
Rahang Bawah
Molar dua dan molar tiga
Molar satu dan premolar
Caninus, insisivus
+50-
-150-
00(-5)0
-100
-200
7. Lakukan penyinaran. Waktu yang digunakan untuk film ultra speed ¼ detik,
kecuali molar yaitu 3/8 detik. 32
Setelah selesai keluarkan film dari mulut pasien dan keringkan dengan handuk
atau tisu kering, letakkan pada tempat diluar lokasi paparan radiasi. 26,29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi
2.7.1 Etnis atau Suku
Ukuran mesiodistal gigi dapat dipengaruhi oleh faktor etnis atau suku yang
dimana juga berkaitan dengan faktor genetik, epigenetik, dan faktor lingkungan.23
Perbedaan etnis dapat menjadi penuntun perbedaan genetik antar populasi.33 Banyak
literatur yang menekankan bahwa dimensi dan proporsi gigi berbeda-beda pada setiap
suku.34 Penelitian yang dilakukan Rieuwpassa et al (2013) membandingkan ukuran
mesiodistal gigi insisivus sentralis atas kanan suku Makasar, Bugis, dan Toraja
didapatkan perbedaan yang signifikan, yaitu menunjukkan ukuran mesiodistal suku
Makasar yang paling besar, diikuti suku Bugis, dan suku Toraja dengan rata-rata
terendah. Hal tersebut dapat disebabkan adanya perbedaan ras dari ketiga suku, yaitu
suku Toraja yang berasal dari kelompok Proto Melayu, sedangkan suku Bugis dan
Makasar berasal dari kelompok Deutro Melayu.35 Penelitian lain yang dilakukan pada
suku bantu di afrika, negro, banglades, mongoloid, dominika, mesir, mexican, nigeria,
british, peru, eskimo, dan aborigin dari Australia menunjukkan ukuran mesiodital gigi
insisivus dan kaninus yang berbeda. Akan tetapi biasanya pengaruh etnis atau suku
tersebut biasanya juga diikuti dengan faktor perbedaan jenis kelamin dan lingkungan.
Hal ini terjadi karena pola kebiasaan dan jenis makanan yang berbeda pada berbagai
etnis.36
2.7.2 Jenis Kelamin
Hasil-hasil penelitian Bangi dkk., (2014), Tayyab dkk., (2014) Vijayashree
(2016) dan beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat
mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi.5,6,24
Khausal S dkk., (2008) berpendapat bahwa periode amelogenesis yang panjang
pada gigi desidui dan permanen pada laki-laki dibandingkan perempuan menyebabkan
ukuran gigi laki-laki yang lebih besar dibandingkan perempuan. Dikatakan juga bahwa
pada kromosom Y, mempengaruhi ukuran gigi yang dimana mengontrol ketebalan
dentin, sedangkan kromosom X mempengaruhi dalam ketebalan enamel. Sehingga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dimana ukuran gigi
laki-laki lebih besar dibanding perempuan.37
2.7.3 Lingkungan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi adalah
lingkungan, akan tetapi dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti etnis, suku,
genetik, dan jenis kelamin, faktor lingkungan hanya sedikit pengaruhnya. Faktor
lingkungan yang berpengaruh tersebut antara lain, nutrisi, penyakit, gaya hidup, dan
iklim.37 Asupan protein dan mineral sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi, karena merupakan bahan utama pembentuk gigi.33
2.8 Demografi Suku Batak
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, yaitu berjumlah 236.728 ribu
jiwa yang terdiri dari berbagai suku, agama, adat istiadat, dan budaya yang beraneka
ragam.38
Menurut two layer theory, terdapat dua migrasi ras ke Indonesia melalui benua
Asia, yaitu Austomelanesoid dan ras Mongoloid yang menyebabkan terjadinya
percampuran dua ras berbeda di Indonesia. Pencampuran pertama kali antara ras
Austromelanesoid dan ras Mongoloid disebut kelompok Proto-Melayu (Melayu Tua)
yang keturunannya terdiri dari suku Toraja, suku Sasak, suku Dayak, suku Nias, suku
Mentawai, suku Baduy, suku Batak dan suku Kubu. Pencampuran kedua kali antara
Proto-Melayu dan ras Mongoloid disebut kelompok Deutro Melayu (Melayu Muda)
yaitu termasuk suku Aceh, suku Minangkabau, suku Sunda, suku Jawa, suku Bali, serta
suku Bugis.35
Suku batak secara umum ditemukan di propinsi Sumatera Utara yang tersebar di
beberapa wilayah kabupaten dan kota. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, dari
jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara yaitu 12.982 juta jiwa, suku Batak
menempati jumlah terbanyak yaitu 5.786 juta jiwa atau 44,57% dari penduduk Provinsi
Sumatera Utara secara keseluruhan. Variasi wajah pada suku Batak tidak berbeda jauh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan suku-sukulain yang ada di Indonesia. Ciri khusus yang ditemukan pada suku
Batak terlihat pada posisi ketika wajah diamati dari sisi lateral, dimana dapat dilihat
bentuk wajah yang mengarah ke bentuk belah ketupat pada semua sub-suku Batak laki-
laki dan perempuan. Pada laki-laki suku Batak, menunjukkan ciri-ciri glabella tinggi,
mulut tidak lebar dan dagu rata sedangkan pada perempuan suku Batak menunjukkan
ciri-ciri glabella tinggi, mulut lebar dan dagu rata.38,39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9 Kerangka Teori
Periode Perkembangan Gigi
Geligi
Pra dental Desidui Bercampur Permanen
Fase Transisi
Pertama
Fase Inter-
transisi
Fase Transisi
Kedua
Leeway Space
Analisa ruang pada masa
gigi bercampur
Faktor yang
mempengaruhi ukuran
mesiodistal gigi
Radiografi Analisis Model
Huckaba Tanaka-Johnston
Radiografi
Periapikal
Genetik
Jenis Kelamin
Lingkungan
RAS
Kaukasoid Mongoloid Negroid
Proto-Melayu Deutro-Melayu
Suku
Batak
Suku
Gayo Suku
Sasak Suku
Toraja
Perbandingan Prediksi Leeway
Space dengan Menggunakan
Analisis Tanaka-Johnston dan
Analisis Radiagrafi pada Anak
Suku Batak di Kota Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.10 Kerangka Konsep
Proses
Pencetakan
untuk
Mendapatkan
Model
Radiografi
Periapikal
Anak Suku Batak Usia
7-10 Tahun di Kota
Medan
Ukuran Lebar
Mesiodistal Gigi
Pengukuran
Leeway space
dengan Rumus
Huckaba
Perbandingan Leeway
Space antara Model
Cetakan (Analisis Tanaka
Johnston) dan Radiografi
(Huckaba)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang ditujukan untuk
mencari rerata besaran Leeway space mandibula pada suku Batak dan apakah terdapat
perbedaan antara rerata besaran Leeway space mandibula jika ditinjau dari analisis
Tanaka Johnston dan ditinjau dari radiografi periapikal pada suku Batak. Pada
penelitian ini memakai tipe cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan
pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Swasta Namira, SD Negeri 065013 dan SD IT
Bunnaya. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut karena banyak pelajar bersuku Batak dan
belum adanya data tentang Leeway space di ketiga sekolah tersebut. Lokasi lainnya
adalah instalasi Radiologi Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGM
USU), Medan. Alasan pemilihan instalasi Radiologi RSGM USU karena terdapat alat
dan bahan yang dibutuhkan untuk penelitian, radiographer di lokasi tersebut juga
memiliki pengalaman yang baik di bidangnya, dan terdapat dosen pembimbing yang
dapat mengarahkan untuk hasil penelitian yang lebih maksimal.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Populasi
pada penelitian ini adalah masyarakat suku Batak (dua keturunan di atasnya baik dari
pihak ayah maupun ibu adalah suku Batak asli) dari umur 7-10 tahun yang bertempat
tinggal di kota Medan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat suku Batak usia 7-10 tahun yang
bertempat tinggal di kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
3.3.2.1 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dapat diestimasi menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
N : Besar sampel minimum
Zα : Deviat baku alfa 5% = 1.96
Zβ : Deviat baku beta 10% = 1.282
σ : Simpangan baku gabungan (Tarvade et al, 2015)
μ0-μa : Perkiraan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Sehingga,
Jumlah minimal sampel adalah 53 orang. Sampel terdiri dari 28 anak laki-laki
dan 25 anak perempuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Memiliki gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui beserta benih gigi
permanen masing-masing pada mandibula.
2. Keempat gigi insisivus mandibula sudah erupsi.
3. Tidak memiliki karies proksimal atau tambalan pada gigi kaninus, molar
satu, dan molar dua desidui.
4. Tidak memiliki kelainan pada enamel atau dentin pada gigi kaninus, molar
satu, dan molar dua desidui.
5. Tidak menderita cleft palate.
6. Tidak pernah melakukan pengikisan di bagian proksimal pada gigi kaninus,
molar satu, dan molar dua desidui.
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Telah kehilangan salah satu dari gigi kaninus, molar satu, dan molar dua
desidui.
2. Gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua permanen telah erupsi.
3. Memiliki karies proksimal atau mahkota pada gigi kaninus, molar satu, dan
molar dua desidui.
4. Memiliki kista, tumor, atau kelainan lainnya pada mandibula.
5. Terdapat gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui ataupun benih
pernamennya yang rotasi.
6. Salah satu dari benih gigi permanennya tidak ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variable-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas : Masyarakat suku Batak usia 7-10 tahun di kota Medan.
b. Variabel terikat: Analisis Leeway space mandibula berdasarkan metode
Tanaka-Johnston dan metode Huckaba dengan menggunakan radiografi
periapikal.
3.4.2 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional
Cara Pengukur-
an
Hasil
Pengukur
-an
Skala
Ukur
1.
Leeway space
mandibula
Perbedaan total
lebar
mesiodistal
antara gigi
kaninus, molar
satu dan dua
desidui dengan
gigi kaninus,
premolar satu
dan dua
permanen pada
mandibula
a.Analisis Tanaka
Johnston : dengan
memprediksi
lebar gigi kaninus
permanen,
premolar satu dan
dua dengan
menggunakan
jumlah lebar
keempat gigi
insisivus
permanen
mandibula dan
dimasukkan
kedalam hitungan
rumus
Satuan
pengukur-
an (mm)
Nominal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b.Radiografi
Periapikal dengan
Teknik Huckaba :
membandingkan
hasil radiograf
dan model gigi
memakai rumus
perbandingan
rontgen foto dan
model
Satuan
pengukur-
an (mm)
Nominal
2. Masyarakat
suku Batak
Suku yang
secara umum
ditemukan di
Sumatera Utara
(dua keturunan
di atasnya baik
dari pihak
Ayah maupun
Ibu adalah
suku Batak
asli)
Kuesioner Ordinal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat Penelitian
1. Satu buah unit X-ray Radiografi Periapikal
2. Tracing box
3. Sarung tangan
4. Masker
5. Diagnostic tools (kaca mulut, sonde, pinset, dan ekskavator)
6. Kaliper Digital
7. Kawat 0,033 inchi
8. Tang potong
9. Kalkulator
10. Alat tulis
11. Rubber bowl
12.Spatula
13. Sendok cetak mandibula
14. Satu buah laptop
3.5.2 Bahan Penelitian
1. Foto periapikal
2. Alginet
3. Dental stone
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 7. Alat yang digunakan dalam penelitian (a) Tracing box, (b) Kaliper
digital, c) Masker, sarung tangan, diagnostic tools, rubber bowl, spatula,
sendok cetak mandibula, alat tulis, kawat 0,033 inchi, kalkulator (d)
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu foto periapikal, alginet,
dental stone. (dokumentasi pribadi).
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
1. Peneliti mengurus surat izin yaitu surat persetujuan penelitian dari Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
2. Pembagian Kuesioner dan Pemeriksaan Intraoral
a. Penyebaran kuesioner secara langsung kepada orang tua sampel penelitian dan
divalidasi dengan observasi dengan cara melakukan pemeriksaan intraoral kepada adik-
adik yang bersuku Batak di kota Medan.
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
b. Setelah kuesioner diisi maka diserahkan kepada peneliti pada saat itu juga.
Dari pemeriksaan ini didapatkan data-data berupa nama, jenis kelamin, dan usia.
3. Seleksi Sampel
Setelah semua sampel diwawancarai dan dilakukan pemeriksaan intraoral, maka
dilakukan pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
4. Pengambilan Model Gigi Geligi
a. Setiap sampel akan dilakukan pencetakan pada mandibula. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan alat berupa sendok cetak mandibula dan bahan berupa
alginate dan dental stone.
b. Setelah model gigi telah didapatkan kemudian dilakukan pengukuran terhadap
lebar mesiodistal gigi insisivus permanen mandibula dan pengukuran ruang yang
tersedia dengan cara menggunakan kaliper digital yang diletakkan pada distal insisivus
dua permanen sampai mesial molar satu permanen rahang bawah. Sehingga dapat
diketahui besarnya Leeway space dengan menggunakan rumus pada analisis Tanaka
Johnston (Gambar 8).
5. Pembuatan Radiograf
a. Setiap sampel dilakukan empat kali pengambilan radiografi periapikal pada
gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui mandibula.
b. Pembuatan radiograf pertama dan kedua dilakukan pada gigi kaninus desidui
mandibula pada sisi kanan dan kiri dengan teknik bisecting dengan angulasi standar
(angulasi horizontal 450-600, angulasi vertikal 150-200).
c. Setelah itu, dilakukan pembuatan radiograf ketiga dan keempat dilakukan
pada gigi molar satu dan molar dua desidui mandibula pada sisi kanan dan kiri dengan
teknik bisecting dengan angulasi standar (angulasi horizontal 700-800, angulasi vertikal
100).
d. Berikutnya dilakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi desidui maupun
benih gigi permanen pada hasil radiograf di atas tracing box (Gambar 8).
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
45
e. Prediksi required space pada gambaran radiograf dengan menggunakan
rumus Huckaba:
f. Ukur available space dengan cara menggunakan kawat 0,033 inchi yang
diletakkan mulai dari distal gigi insisivus dua hingga ke mesial molar satu permanen
(Gambar 8).
g. Selanjutnya ruang yang tersedia dikurangkan dengan ruang yang diprediksi
baik berdasarkan analisis rumus Tanaka Johnston maupun dengan rumus Huckaba
untuk mendapatkan Leeway space. Semua pengukuran dibuat dalam satuan milimeter
(mm).
h. Setelah data dari analisis melalui radiograf dan model didapatkan maka
dilakukan perbandingan antara hasil pengukuran Leeway space dari kedua metode
tersebut yang kemudian diolah melalui komputerisasi dan di analisis.
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
45
a)
b)
c)
d)
e)
Gambar 8. (a) Pengukuran required space pada model, (b) pengukuran required
space pada gambaran radiograf, (c) pengukuran available space
menggunakan kawat, (d) mengukur kawat available space dengan kaliper
digital, (e) pengukuran lebar mesiodistal insisisvus rahang bawah
(dokumentasi pribadi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
46
3.6.2 Alur Penelitian
Wawancara dan kuisioner kepada orang tua/ wali murid
Meminta persetujuan orang tua (informed consent)
Pemeriksaan Intraoral
Positif (memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi)
Negatif (tidak memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi)
Tidak dilakukan
pemeriksaan Dilakukan pencetakan
gigi geligi pada
mandibula
Dilakukan foto radiografi
periapikal dengan teknik
bisecting dengan angulasi
standar
Dilakukan pengukuran
mesiodistal pada gigi
insisivus permanen
mandibula
Dilakukan analisis
ruang/Leeway space
dengan rumus
Tanaka-Johnston
Dilakukan pengukuran
mesiodistal pada gigi
kaninus, molar satu dan
molar dua desidui dan
gigi kaninus, premolar
satu, dan premolar dua
permanen
Dilakukan analisis
ruang/Leeway space
dengan metode
Huckaba
Membandingkan hasil
dari pengukuran kedua
metode
Pendataan murid SD bersuku Batak di sekolah-sekolah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
3.7.2 Analisis Data
Untuk melihat analisis dari perbandingan rerata besaran Leeway space
mandibula ditinjau dari hitungan rumus Tanaka Johnston dan radiografi periapikal,
dianalisis dengan uji T tidak berpasangan pada data yang terdistribusi normal.
3.8 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada masyarakat
suku Batak yang berada di Kota Medan yang termasuk dalam kriteria inklusi dan
eksklusi untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi responden yang
setuju, dimohon untuk menandatangani persetujuan penelitian.
2. Ethical Clearance
Penelitian ini mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Sumatera Utara
(Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat
611/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2018.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 53 orang murid Sekolah Dasar yang bersuku Batak
di Kota Medan yang terdiri dari 28 orang murid laki-laki dan 25 orang murid
perempuan. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran Leeway space pada
mandibula dengan menggunakan analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal
dengan metode Huckaba. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel,
didapat hasil pengukuran rerata besaran Leeway space mandibula murid Sekolah Dasar
suku Batak berdasarkan analisis Tanaka Johnston sebesar 2,50 mm dengan simpangan
baku 1,19 mm dan berdasarkan radiografi periapikal 1,90 mm dengan simpangan baku
1,04 mm. Hasil analisis uji T tidak berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan nilai signifikansi p<0,05 yang berarti adanya perbedaan yang signifikan
antara rerata besaran Leeway space mandibula yang ditinjau berdasarkan analisis
Tanaka Johnston dan radiografi periapikal dengan metode Huckaba (Tabel 2).
Tabel 2. Rerata besaran Leeway space mandibula murid Sekolah Dasar suku Batak berdasarkan analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal dengan metode Huckaba
Pengukuran
Leeway Space
Rata-rata
(mm)
Simpangan
baku (mm)
Uji T Tidak
Berpasangan
Analisis Tanaka
Johnston 2,50 1,19
0,007 Radiografi
Periapikal
dengan Metode
Huckaba
1,90 1,04
Apabila pengukuran dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat
rerata besaran Leeway space mandibula pada pasien bersuku Batak laki-laki dan
perempuan berdasarkan radiografi periapikal dengan metode Huckaba diperoleh hasil
rerata besaran Leeway space pada mandibula untuk laki-laki adalah 1,97 mm dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
simpangan baku 0,89 mm dan untuk perempuan adalah 1,84 mm dengan simpangan
baku 1,18 mm. Hasil analisis dengan uji T tidak berpasangan dengan derajat kemaknaan
95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05, yang disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata Leeway space mandibula murid laki-laki dan
perempuan jika ditinjau berdasarkan radiografi periapikal dengan metode Huckaba
(Tabel 3).
Tabel 3. Rerata besaran Leeway space mandibula murid Sekolah Dasar suku Batak
ditinjau dari radiografi periapikal dengan metode Huckaba berdasarkan jenis
kelamin
Pengukuran
Leeway Space
Mandibula
Berdasarkan
Jenis
Kelamin
Rata-rata
(mm)
Simpangan
baku (mm) Uji T Tidak
Berpasangan Laki-
laki
(n=28)
Perempuan
(n=25)
Laki-
laki
(n=28)
Perempuan
(n=25)
Radiografi
Periapikal
dengan
Metode
Huckaba
1,97 1,84 0,89 1,18 0,662
Besarnya nilai Leeway space ditentukan dari lebar mesiodistal gigi kaninus,
molar satu dan molar dua desidui beserta benih gigi permanen yang menggantikannya.
Berdasarkan gambaran radiograf, dapat dilihat hasil pengukuran mesiodistal gigi yang
tidak jauh berbeda antara murid laki-laki dan perempuan pada suku Batak (Gambar 9).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a)
b)
Gambar 9 . Perbedaan ukuran mesiodistal gigi desidui dan benih gigi permanen suku
Batak antara (a) laki-laki dan (b) perempuan (dokumentasi pribadi hasil
penelitian)
Hasil yang berbeda didapat pada pengukuran rerata Leeway space berdasarkan
jenis kelamin menggunakan analisis Tanaka Johnston pada suku Batak. Hasil rerata
Leeway space pada mandibula untuk laki-laki adalah 2,88 mm dengan simpangan baku
0,88 mm dan untuk perempuan adalah 2,08 mm dengan simpangan baku 1,27 mm.
Hasil analisis dengan uji T tidak berpasangan dengan derajat kemaknaan 95%
menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05), yang dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata Leeway space mandibula murid laki-laki dan
perempuan jika ditinjau dari analisis Tanaka Johnston. (Tabel 4)
8,73 10,15
8,98 9,26
10,24
7,31 8,84
9,02
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4. Rerata besaran Leeway space mandibula murid Sekolah Dasar suku Batak
ditinjau dari analisis Tanaka Johnston berdasarkan jenis kelamin
Pengukuran
Leeway Space
Mandibula
Berdasarkan
Jenis
Kelamin
Rata-rata
(mm)
Simpangan
baku (mm) Uji T Tidak
Berpasangan Laki-
laki
(n=28)
Perempuan
(n=25)
Laki-
laki
(n=28)
Perempuan
(n=25)
Analisis
Tanaka
Johnston
2,88 2,08 0,99 1,27 0,014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
PEMBAHASAN
Mengetahui analisis ruang pada masa gigi bercampur merupakan aspek yang
penting dalam mencegah ketidaksesuaian lengkung rahang sejak dini.22,40
Ketidaksesuaian ukuran lengkung rahang dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi
permanen pada masa gigi bercampur, dimana dapat terjadi kekurangan ataupun
kelebihan ukuran ruang saat seluruh gigi permanen telah erupsi. Hal ini dapat dicegah
dengan mengetahui perbedaan total lebar mesiodistal antara gigi kaninus, molar satu
dan molar dua desidui dengan gigi kaninus, premolar satu, premolar dua permanen,
yang biasa disebut dengan Leeway space.15 Besaran Leeway space yang dihasilkan
berbeda-beda, tergantung pada metode analisa ruang yang digunakan, karena setiap cara
memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Besaran Leeway space pada setiap
individu juga dipengaruhi oleh lebar mesiodistal baik gigi desidui dan gigi permanen.
Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti lingkungan,
kebiasaan, ras, dan jenis kelamin.
Dalam penelitian ini sampel yang didapat yaitu sebanyak 53 orang yang terdiri
dari 28 orang murid laki-laki dan 25 orang murid perempuan. Sampel pada penelitian
ini adalah siswa usia 7-10 tahun, karena pada usia tersebut merupakan rentang usia gigi
bercampur, yang dimana gigi kaninus, molar satu dan molar dua desidui belum
digantikan oleh gigi kaninus¸ premolar satu dan premolar dua permanen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil rerata Leeway space mandibula ditinjau
dari dua metode yang berbeda pada siswa bersuku Batak di kota Medan yaitu
menggunakan analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal dengan teknik
Huckaba dan juga untuk melihat perbandingan nilai rata-rata Leeway space mandibula
pada siswa laki-laki dan perempuan. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat
menjadi acuan bagi dokter gigi untuk menentukan metode analisis terbaik yang dapat
digunakan dalam memprediksi Leeway space serta menyusun rencana perawatan terbaik
pada pasien bersuku Batak di kota Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran Leeway space mandibula pada suku
Batak dengan menggunakan dua metode prediksi yang berbeda. Data analisis dengan uji
T tidak berpasangan dikarenakan data terdistribusi normal (p>0,05). Maka didapatkan
hasil bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara rerata besaran Leeway space
mandibula berdasarkan analisis model dengan menggunakan analisis Tanaka Johnston
dan metode analisis radiografi menggunakan radiografi periapikal (p<0.05).
Pada kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini baik dari analisis
Tanaka Johnston maupun radiografi periapikal terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan. Analisis Tanaka Johnston merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan dalam analisis prediksi ruang gigi bercampur.6,7,8 Metode ini sangat
sederhana, mudah, akurat dan non-invasif, juga sangat aplikatif bagi kedua rahang untuk
laki-laki maupun perempuan.23 Analisis Tanaka Johnston menggunakan penghitungan
yang lebih sederhana dibandingkan analisis ruang pada masa gigi bercampur lainnya
seperti Moyers, karena hanya menggunakan rumus regresi yang sederhana dimana
terbagi atas lengkung maksila dan lengkung mandibula, sehingga tidak memerlukan
bantuan tabel dengan tingkat kepercayaan 75% pada penghitungannya.1,25,40 Akan
tetapi, analisis ini pertama sekali dikembangkan pada anak-anak di daerah Eropa Utara,
sehingga penggunaan analisis ini telah diteliti pada populasi lain di beberapa daerah
yang berbeda dan didapat hasil yang berbeda pula. Hal ini diakibatkan karena perbedaan
ukuran lebar mesiodistal pada setiap daerah yang berbeda. Dhakal, et al. (2013),
meneliti penggunaan rumus Tanaka Johnston pada anak-anak di Nepal dengan jumlah
sampel 100 anak, yang terdiri dari 50 anak perempuan dan 50 anak laki-laki. Hasil
penelitian menunjukkan nilai yang melebihi estimasi dari nilai Leeway space yang
sesungguhnya. Hal ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan pada ras Asia-
Amerika, Senegalese, Hongkong, Arab, Uganda, dan Afrika Selatan.2,4 Penelitian
lainnya yang dilakukan Gover et al. (2017) menyimpulkan bahwa metode analisis ruang
dengan menggunakan metode analisis ruang pada masa gigi bercampur baik metode
Moyers dan analisis Tanaka Johnston tidak aplikatif terhadap populasi di Lucknow.40
Memon dan Fida (2010) meneliti perbandingan tiga analisis ruang gigi bercampur
menggunakan metode Moyers, Bernabe dan Floris Mir, dan Tanaka Jonhston
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan 121 model gigi yang terdiri dari 45 model laki-laki dan 76 model
perempuan.9 Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil yang
signifikan dari hasil prediksi mesiodistal gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua
permanen menggunakan ketiga metode tersebut. Agrawal PV et al. (2017) juga
mengatakan hal yang sama pada penelitian yang dilakukan pada populasi Indore, yang
dimana analisis Tanaka Johnston kurang aplikatif digunakan dalam populasi tersebut.8
Penggunaan metode radiografi juga memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Dalam aplikasinya sebagai salah satu metode untuk menganalisis ruang
gigi bercampur, terdapat beberapa teknik foto radiografi yang dapat digunakan untuk
melihat diameter atau lebar mesiodistal gigi seperti radiografi periapikal, panoramik,
45o-oblique, dan CBCT.1 Metode radiografi biasanya digunakan karena memiliki
keuntungan karena dapat melihat gambaran gigi permanen yang belum erupsi, sehingga
memungkinkan peneliti mendapatkan hasil yang lebih akurat. Tetapi kelemahan dari
teknik radiografi ini yaitu pasien terpapar sejumlah radiasi dan biasanya membutuhkan
biaya lebih. Keakuratan dari metode radiografi sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas
hasil radiografi dan teknik pengambilan film. Kemungkinan yang dapat terjadi pada
film seperti underexposure/ overexposure/ distorsi dan sebagainya, sehingga pada
penelitian ini kontrol terhadap proses pembuatan radiografi dan pencucian film sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.24 Pengambilan foto radiografi
dilakukan oleh satu orang yang sama untuk meminimalisir tidak terkontrolnya
kesalahan saat pengambilan. Martinelli et al. (2005), melakukan penelitian untuk
memprediksi gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua permanen pada masa gigi
bercampur. Penelitian dilakukan pada 30 anak dengan ras kaukasoid di Rio de Janeiro
dengan metode radiografi dan non-radiografi. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut
adalah didapat perbedaan hasil yang signifikan.41 Hal ini sesuai dengan hasil dari
penelitian yang dilakukan peneliti dimana terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
antara rerata besaran Leeway space mandibula dilihat dari analisis Tanaka Johnston dan
radiografi periapikal. Perbedaan yang signifikan tersebut dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan tingkat kepercayaan, akurasi, dan reproduktibilitas pada masing-masing
metode analisis ruang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran Leeway space mandibula menggunakan
radiografi periapikal berdasarkan jenis kelamin pada suku Batak dimana data dianalisis
secara statistik dengan menggunakan uji T tidak berpasangan dikarenakan data
terdistribusi normal (p>0,05), sehingga didapat hasil bahwa tidak terlihat adanya
perbedaan yang signifikan antara serata besaran Leeway space mandibula laki-laki dan
perempuan yang dimana rata-rata besaran Leeway space mandibula laki-laki sebesar
1,97 mm dan perempuan sebesar 1,84 mm jika ditinjau dari radiografi periapikal, yang
dimana Leeway space mandibula laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.25 Hasil
penelitian yang sama juga didapat oleh Kahol et al. (2017) yang menyatakan bahwa
rerata besaran Leeway space laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak
signifikan pada penelitian yang dilakukannya di Pradesh.41 Akan tetapi didapat hasil
penelitian lain yang berbeda dengan peneliti, yaitu dimana menunjukan nilai Leeway
space laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan oleh Tarvede et al.
(2015), dimana Leeway space laki-laki lebih besar dibandingkan Leeway space
perempuan.20 Tarvede et al. (2015), memiliki jumlah sampel yang cukup besar yaitu
124 orang anak dengan foto radiografi panoramik, sedangkan peneliti menggunakan
jumlah sampel yang lebih sedikit dan menggunakan foto radiografi periapikal. Hal ini
dapat memungkinkan adanya perbedaan hasil pengukuran Leeway space oleh Tarvade
dan peneliti.
Hasil-hasil penelitian Bangi et al. (2014), Tayyab et al. (2014), dan Vijayashree
(2016) menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi ukuran
mesiodistal gigi.5,6,24 Khausal S et al (2008) berpendapat bahwa periode amelogenesis
yang panjang pada gigi desidui dan permanen pada laki-laki dibandingkan perempuan
menyebabkan ukuran gigi laki-laki yang lebih besar dibandingkan perempuan.
Dikatakan juga bahwa pada kromosom Y, mempengaruhi ukuran gigi yang dimana
mengontrol ketebalan dentin, sedangkan kromosom X mempengaruhi dalam ketebalan
enamel. Beberapa penelitian tersebut menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat
mempengaruhi ukuran gigi, dimana ukuran gigi laki-laki lebih besar dibanding
perempuan.37 Akan tetapi hal ini berbeda dengan hasil yang didapat peneliti, dimana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Leeway space laki-laki dan
perempuan di Kota Medan.
Tabel 4 merupakan hasil pengukuran rerata Leeway space berdasarkan jenis
kelamin menggunakan analisis Tanaka Johnston pada suku Batak. Hasil yang didapat
menunjukkan hasil rerata Leeway space yang berbeda dengan radiografi periapikal
dengan metode Huckaba. Nilai yang didapat dari analisis statistik dengan uji T tidak
berpasangan adalah 2,88 mm untuk laki-laki dan 2,08 mm untuk perempuan, dimana hal
ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata Leeway space
mandibula laki-laki dan perempuan. Pengukuran rerata Leeway space lainnya
menggunakan analisis Tanaka Johnston dilakukan oleh Burhan AS dan Nawaya FR
(2014) pada penduduk di Syrian. Hasil yang didapat peneliti menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara rerata Leeway space laki-laki dan perempuan baik rahang atas
maupun rahang bawah, dimana rerata Leeway space laki-laki lebih besar dari pada
perempuan.41 Hal yang sama juga didapat pada penelitian Agrawal PV et al (2016) pada
penelitiannya menggunakan analisis Tanaka Johnston yang dilakukan di populasi Indore
yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata Leeway space laki-
laki dan perempuan.8 Grover et al (2017), juga melakukan penelitian analisis ruang gigi
bercampur pada populasi di Lucknow menggunakan rumus Tanaka Johnston pada salah
satu analisisnya dan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada rerata Leeway space
antara laki-laki dan perempuan.40 Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan antara rerata Leeway space berdasarkan jenis kelamin diukur dari dua
analisis ruang gigi bercampur yang berbeda yaitu teknik radiografi dengan metode
Huckaba dan analisis Tanaka Johnston. Hal ini dapat terjadi karena kedua analisis
menggunakan cara yang sangat berbeda dalam memprediksi rerata Leeway space.
Metode Huckaba, menggunakan radiografi dengan teknik periapikal untuk melihat
mesiodistal gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui, serta gigi kaninus, premolar
satu, dan premolar dua permanen untuk memprediksi rerata Leeway space yang
dibutuhkan. Pada penggunaan metode radiografi, hal-hal seperti terjadinya distorsi pada
saat pengambilan foto dapat mempengaruhi hasil gambar terutama pada ukuran
mesiodistal gigi.41 Pada analisis Tanaka Johnston, cara yang digunakan yaitu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menggunakan rumus yang sudah ditetapkan, dimana rumus tersebut terbagi untuk
rahang atas dan rahang bawah. Tanaka Johnston hanya menggunakan keempat gigi
insisivus mandibula yang sudah erupsi untuk memprediksi gigi kaninus, premolar satu
dan premolar dua permanen.8 Beberapa penelitian menunjukkan kelemahan dari
penelitian ini adalah kurang akuratnya hubungan antara gigi insisivus rahang bawah
dengan gigi kaninus dan premolar permanen.42,43 Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat
dilihat bahwa penggunaan teknik radiografi lebih efektif digunakan untuk memprediksi
rerata Leeway space karena pada penghitungannya menggunakan ukuran mesiodistal
benih gigi permanen yang akan menggantikan, sehingga nilai rerata Leeway space yang
didapat lebih akurat.
Penelitian mengenai rerata Leeway space juga dilakukan di wilayah lain di
Indonesia oleh Gusti ML dkk (2016) pada suku Banjar menggunakan radiografi
Periapikal.5 Gusti menggunakan 77 sampel dengan rentang usia 7-9 tahun. Rerata
Leeway space rahang bawah yang didapat yaitu 4,4 mm dengan ukuran kurang lebih 2,2
mm di setiap regio yang mana terdapat perbedaan dengan hasil yang didapat peneliti
yaitu 1,9 mm. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena perbedaan suku pada masing-
masing sampel. Sampel yang digunakan peneliti merupakan masyarakat bersuku Batak
yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Suku Batak termasuk ras Mongoloid
kelompok Proto Melayu (Melayu tua). Daerah Kalimantan Selatan (daerah Banjar) yang
memanjang dari Tanjung selatan sampai dengan Kabupaten Tanjung merupakan
melting-pot masyarakat yang membentuk suku Banjar. Percampuran itu terdiri dari suku
Melayu, Jawa dan Bugis (kelompok Deutro Melayu).5 Olmez S & Dogan S (2011)
menyatakan bahwa kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan ukuran dan bentuk
lengkung gigi yang bervariasi.44 Alpiah dkk (2015) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan bentuk lengkung rahang yang dimana lengkung rahang pada mahasiswa
bersuku Batak (Proto Melayu) memiliki bentuk lengkung narrow (kecil) sedangkan
lengkung mahasiswa Deutro Melayu cenderung berbentuk wide (lebar).45 Perbedaan
yang terdapat pada setiap suku tersebut dapat mempengaruhi nilai Leeway space, karena
semakin luas atau besar lengkung rahang tersebut maka semakin besar pula nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Leeway space yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa rerata
Leeway space dapat berbeda-beda pada setiap suku maupun ras yang berbeda.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan rerata besaran Leeway space
mandibula ditinjau dari analisis Tanaka Johnston dan radiografi periapikal pada murid
Sekolah Dasar dengan usia 7-10 tahun bersuku batak di kota Medan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Rerata besaran Leeway space mandibula murid Sekolah Dasar
bersuku
Batak ditinjau dari analisis Tanaka Johnston adalah 2,50 mm, sedangkan rerata besaran
Leeway space mandibula pada suku Batak ditinjau dari radiografi periapikal adalah 1,90
mm.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara rerata besaran Leeway
space mandibula pada murid Sekolah Dasar bersuku Batak ditinjau dari analisis Tanaka
Johnston dan radiografi periapikal.
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara rerata besaran
Leeway space mandibula pada murid laki-laki dan perempuan Sekolah Dasar bersuku
Batak ditinjau dari radiografi periapikal.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara rerata besaran Leeway
space mandibula pada murid laki-laki dan perempuan Sekolah Dasar bersuku Batak
ditinjau dari analisis Tanaka Johnston.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut pada regio mandibula dengan
menggunakan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan validitas yang lebih
tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengelompokan subjek
berdasarkan jenis kelamin, ras dan suku di Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
1. Felicio LG, Ruellas AC, Bolognese AM, Sant’Anna EF, Araujo MT. Mixed-dentition
analysis: Tomography versus radiographic prediction and measurement. Dental Press J
Orthod 2010; 15(5): 159-65.
2. Dhakal J, Shrestha RM, Shrestha S. Applicability of Tanaka and Jhonston analysis and
prediction of new equation for contemporary Nepalese sample. J Orthod Nepal 2013;
3(1) 14-7.
3. Kahol H, Thakur VBS, Gupta K, Mishra P.Comparison and correlation of radiographic
and non-radiographic methods of mixed dentition space analysis with the formulation of
linear regression equation in children of Mandi district, Himacgal Pradesh. IOSR J
Dental Med Sci 2017; 16(1):68-73.
4. Bangi LS, Reddy KK, Bansal A, Sana S, Safeena. To evaluate the accuracy of Tanaka
Jhonston mixed dentition analysis in Gulbarga population : An in vitro study. IOSR J
Dental Med Sci 2014; 13(9): 29-35.
5. Gusti ML, Fajar KD, Irnamada DH. Perbandingan rerata besaran leeway space suku
banjar dengan rerata leeway space menurut proffit (studi analitik observasional
radiografi periapikal pada masa gigi bercampur). Odonto Dent J 2016; 3(1): 20-6.
6. Tayyab M, Hussain U, Ayesha, Sumayya, Ayub A. Applicability of Tanaka Jhonston
mixed dentition analysis in a Peshawar sample. Pakistan Oral Dental J 2014; 34(2): 322-
5.
7. Thimmegowda U, Divyashree, Nivvlikar KB, Khare V, Prabhakar AC. Applicability of
tanaka Jhonston method and prediction of mesiodistal width of canines and premolars in
children. J Clin Diagnose Res 2017; 11(6): 16-19.
8. Agrawal PV, Kulkarni S, Swamy NKV, Bafna Y. Applicability of Tanaka and
Jhonston’s mixed dentition analysis for Indore population. Univ Res J Dent 2016; 6:
218-24.
9. Memon S, Fid M. Comparasion of three mixed dentition analysis methods in
orthodontic patients at AKUH. J College Phy Sur Pakistan 2010; 20(8): 533-7.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. Rivani R, Syukriani YF, Rusman AA, Linasari D. Perbandingan indeks sefalok antara
populasi batak dan populasi sunda di Bandung. Dalam: The Indonesia Association
Forensic Medicine. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017. Pekanbaru; 2017: 245-
51.
11. Hucal IMB. Prediction of the size of unerupted canines and premolars in a nothern
manitoban aboriginal population. Tesis. Manitoba: Section of Orthodontics Department
of Dental Diagnostic and Surgical Sciences University of Manitoba Winnipeg, 2000: 7-
8.
12. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. Ed.3. New Delhi: Arya (medi) publishing
house,2006:56-60.
13. Singh G. Textbook of orthodontics. Ed.2. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publisher
Ltd, 2007: 37-48, 90-3.
14. Botero P, Ariza G, Meneses D, Zapata E, Alvarez LG. Appraisal of the difference
between the mesiodistal diameters of deciduous incisors and molars and permanent
teeth. Europe J Paediatric Dent 2015; 16(1): 39-44.
15. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: WB Saunders Company, 2001: 57-
63.
16. Millet D, Welburry R. Orthodontics and Paediatric Dentistry. China: EL SAVIER,
2005:1-2.
17. Ngesa JL. Applicability of tooth size prediction in the mixed analysis in a Kenya
sample.Thesis. Belville; University of Western Cape,2005:1-23.
18. Phulari BS. Orthodontics principles and practice. Ed.1. New Delhi: Jaypee brothers
medical publishers, 2011: 74-5.
19. Zuhri A, Ikawati NT, Pawinru AS.
Penerapan prinsip perawatan ortodontik dewasa terhadap pasien anak dan remaja yang
mengganggu proses tumbuh-kembang. Makasar Dent J 2017; 6(1): 6-11.
20. Tarvade SM, Agrawal GR, Daokar S. Mean leeway space in Indian population. Indian J
Basic Applied Med Res 2015; 4(3): 518-20.
21. Vyas MB, Hantodkar N. Resolving mandibular arch discrepancy through utilization of
leeway space. Contemp Clin Dent 2011; 2(2):115-8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22. Parkhedhar AR, Kohli VS, Jatania A, Meshram J, Kadam S, Sanap M. Prediction of
mesiodistal diameter of unerupted second premolars and caines non-radiograpically. Int
J Dental Sci Res 2017; 5(2): 22-4.
23. Butt S, Chaudhry S, Javed M, Wahid A, Ehsan A, Malik S, Khan AA. Mixed dentition
spcae analysis: a review. Pakistan Oral Dental J 2012; 32(3): 502-6.
24. Vijayashree UH, Naik VR. Reliability of moyers and tanaka johnston mixed dentition
analysis in school children of Belgaum. Indian J Ort Dentofacial Res 2016; 2(4):166-71.
25. Dasgupta B, Zahir S. Comparison of two non-radiographic techniques of mixed
dentition space analysis and eveluation of their reliability for Bengali population.
Contemp Clin Dent 2012; 3(2): 146-150.
26. Gupta A, Devi P, Srivastava R, Jyoti B. Intraoral periapical radiography-basics yet
intrigue: A review. Bangladesh J Dental Res Edu 2014; 4(2): 83-7.
27. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. Ed.5. Elsevier;
2013: 75-116.
28. Frommer HH, Savage JJS. Radiology for the dental profesional. Ed.8. St. Louis:
ELSEVIER MOSBY, 2008: 186-7.
29. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. Ed.7.St Louis:
Mosby Inc; 2014: 109-12.
30. Finn SB. Roentgenography: Clinical pedodontics. Ed.4 Philadelphia: WB Saunders
Company; 1991: 80-9.
31. Hutasoit Y, Firman RN, Suzy A. Periapical radiograhpy using bisecting technique in
autistic children through nonprharmalogical approach (a case report). J Dentomaxillofac
Sci 2017; 2(2):55-8.
32. Boel T. Dental radiografi prinsip dan teknik. Medan: USU Press, 2016: 42.
33. Indramoto MB, Fidya, Lestari N. Perbedaan perbandingan golden rectangle mahkota
gigi insicivus sentral terhadap golden proportion pada etnis Jawa dan Tionghoa.
Malang: Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Iniversitas Brawijaya, 2017.
34. Fernandes TM, Sathler R, Natalico GL, Henriques JFC, Pinzan A. Comparison of
mesiodistal tooth widths in caucasians, african and japanese individuals with brazilian
ancestry and normal occlusion. Dental Press J Orthod 2013; 18(3): 130-5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35. Rieuwpassa IE, Hamrun N, Riksavianti F. Ukuran mesiodistal dan servikoinsissal gigiP
insisivus sentralis suku Bugis, Makasar, dan Toraja tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna. Dentofasial 2013; 12(1): 1-4.
36. Khan SH, Hassan GS, Rafique T, Hasan MN, Russel MSH. Mesiodistal crown
dimensions of permanent teeth in bangladeshi population. BSMMU J 2011; 4(2): 81-7.
37. Kaushal S, Chhabra U, Aggrawal B, Singla S. Significance of mesiodistal diameter of
the mandibular permanent canine in sexual dimorphism. JPAFMAT 2008; 8(1):22-5.
38. Na’im A, Syahputra H. Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasa sehari-hari
penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2010:8-9.
39. Manja CD, Xiang LY. Analisis ukuran sinus maksilaris menggunakan radiografi
panoramik pada mahasiswa suku batak usis 20-30 tahun di fakultas kedokteran gigi
universitas sumatera utara. Dentika Dent J 2014; 18(2):101-4.
40. Grover N, Saha S, Tripathi AM, Jaiswal JN, Palit M. Applicability of different mixed
dentition analysis in Lucknow population. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2017;53:68-
74.
41. da Cruz BS, Rothier EKC, Vilella BDS, Vilella ODV, do Nascimento RR. Evaluation
of two methods for mixed dentition analysis using the method error. Braz J Oral Sci
2014; 13(3): 163-7.
42. Melgaco CA, de Sousa AMT, de Oliveira RAC. Mandibular first permanent molar and
incisor width as predictor of mandibular canine and premolar width. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 2007; 78: 670-5.
43. de Paula S, Almeida MA, Lee PC. Prediction of mesiodistal diameter of unerupted
lower canines and premolars using 45 degrees cephalometric radiography. Am J Orthod
Dentofacial Orthop 1995; 107: 309-14.
44. Olmez S, Dogan S. Comparison of the arch form and dimensions in various
malocclusions of the Turkish population. Open Journal of Stomatology 2011;1: 158-64.
45. Alpiah DRA, Anindita PS, Juliatri. Ukuran dan bentuk lengkung rahang bawah pada
suku minahasa. J e-GiGi 2015; 3(2):373-8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu orang tua murid
Di Tempat
Selamat pagi Bapak/Ibu,
Perkenalkan, nama saya Riezky Amalia Hesy Nst. Saya adalah mahasiswi
Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya
berjudul “ Perbandingan Rerata Besaran Leeway Space Mandibula Ditinjau dari
Analisis Tanaka Johnston dan Radiografi Periapikal pada Suku Batak di Kota
Medan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata ukuran gigi (Leeway
space) pada suku Batak di Medan. Manfaat dari penelitian ini adalah agar orang tua
dapat mengetahui kemungkinan kelainan susunan gigi (gigi jarang atau berlapis) pada
masa gigi permanen anak nantinya serta memudahkan dokter gigi dalam melakukan
perawatan gigi anak Indonesia.
Dalam penelitian tersebut, saya akan melakukan pemeriksaan rongga mulut
secara langsung dan akan dilakukan pencetakan gigi rahang bawah dengan
menggunakan alat sendok cetak dan bahan cetak. Setelah melakukan persiapan untuk
mencetak gigi anak Bapak/Ibu, bahan cetak akan dimasukkan ke dalam mulut anak
Bapak/Ibu selama satu menit dan dikeluarkan kembali. Setelah itu, anak Bapak/Ibu
akan saya bawa ke FKG USU untuk dilakukan pengambilan foto ronsen. Sebelum
pengambilan foto ronsen dilakukan, sebagai persiapan anak Bapak/Ibu diberikan
apron sebagai proteksi. Kemudian anak Bapak/Ibu akan didudukkan di atas kursi dan
dimasukkan film dengan ukuran yang paling kecil sehingga nyaman bagi anak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bapak/Ibu. Setelah semua persiapan dilakukan, maka akan dilakukan penyinaran
selama lima detik.
Pada penelitian ini, anak Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya atau gratis dan
tidak terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Sebagai ucapan terima kasih
kepada anak Bapak/Ibu yang berpartisipasi, saya akan memberikan anak Bapak/Ibu
sikat gigi beserta susu kotak. Dengan diberikannya sikat gigi diharapkan anak
Bapak/Ibu dapat menerapkan sikat gigi minimal dua kali sehari yaitu pada pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur agar gigi tetap kuat dan sehat.
Sebagai informasi, di dalam prosedur pencetakan rahang bawah mungkin
anak Bapak/Ibu akan merasakan tidak nyaman, tetapi saya akan berupaya agar hal
tersebut tidak terjadi, yaitu dengan cara menggunakan bahan cetak yang disenangi
anak-anak (aroma buah-buahan) dan melakukan teknik pencetakan yang benar dan
nyaman bagi adik-adik. Dalam pembuatan ronsen foto, dosis yang digunakan sangat
kecil yaitu sebesar 0,001-0,008 mSv sehingga tidak akan membahayakan adik-adik.
Untuk melakukan penelitian ini saya membutuhkan partisipasi anak
Bapak/Ibu untuk bersedia ikut dalam penelitian yang dilakukan secara sukarela.
Apabila selama penelitian ini berlangsung terjadi keluhan pada anak Bapak/Ibu, maka
Bapak/Ibu dapat menghubungi saya.
Demikian penjelasan dari saya. Jika anak Bapak/Ibu bersedia jadi subjek
penelitian, lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan
kepada saya. Apabila ada suatu hal yang tidak sesuai, kepada Bapak/Ibu dipersilhkan
untuk mengundurkan diri selama penelitian ini berjalan. Atas bantuan, partisipasi,
dan kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peneliti : Riezky Amalia Hesy Nasution
Alamat : Jl. T. Amir Hamzah no 33D, Kel. Sel Agul, Kec. Medan Barat
Telpon : 082160127555
Medan, 2018
Fakultas Kedokteran Gigi USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tanga di bawah ini:
Nama Anak :
Usia Anak :
Alamat :
Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan, dengan kesadaran dan tanpa paksaan mengenai
penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada
penelitian yang berjudul :
“ PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE MANDIBULA
DITINJAU DARI ANALISIS TANAKA JOHNSTON DAN RADIOGRAFI
PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN”
Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa anak
Bapak/Ibu menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.
Medan,.................................2018
Yang Menyetujui,
Orangtua/Wali Subjek Penelitian
(.................................................)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 4
UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE MANDIBULA
DITINJAU DARI ANALISIS TANAKA JOHNSTON DAN RADIOGRAFI
PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN
No. Kartu :
Nama Pemeriksa :
Tanggal Periksa :
A. Nama :
B. Jenis Kelamin :
C. Umur :
D. Suku :
E. Riwayat Keturunan / Suku
Ayah :..............................
Ayah dari Ayah :.............................. Ibu dari Ayah :............................
Ibu :..............................
Ayah dari Ibu :.............................. Ibu dari Ibu :............................
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 5
HASIL PENGUKURAN LEEWAY SPACE MANDIBULA DITINJAU DARI
ANALISIS TANAKA JOHNSTON PADA MURID SEKOLAH DASAR SUKU
BATAK DI KOTA MEDAN
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Leeway Space Mandibula Ditinjau
dari Analisis Tanaka Johnston Rerata Besaran
Leeway Space
Mandibula Regio 1 Regio 2
1 P 2.43 2.97 2.7
2 P 0.4 0.22 0.09
3 L 3.61 2.33 2.97
4 P 4.83 3.77 4.3
5 L 2.93 2.83 2.88
6 P 2.96 2.08 2.52
7 L 3.03 2.94 2.98
8 L 1.75 1.76 1.75
9 L 3.61 2.74 3.17
10 P 0.11 1.13 0.51
11 L 1.52 1.58 1.55
12 P 2.39 3.32 2.81
13 L 2.43 0.37 1.03
14 P 0.73 0.29 0.51
15 P 5.38 5.34 5.36
16 L 3.84 3.69 3.76
17 L 4.12 5.31 4.71
18 P 0.88 1.14 1.01
19 L 2.76 2.08 2.42
20 L 2.27 2.8 2.53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21 P 1.72 3.12 2.42
22 L 1.76 0.39 2.15
23 P 3.73 1.82 2.77
24 L 4.43 2.86 3.64
25 P 2.28 2.53 2.4
26 L 2.21 1.53 1.87
27 P 1.86 2.34 2.1
28 P 1.33 1.12 1.22
29 P 1.15 0.81 0.98
30 P 1.84 1.14 1.49
31 L 4.37 3.12 3.74
32 P 3.44 3.82 3.63
33 P 0.83 2.44 0.8
34 P 0.83 1.32 1.07
35 P 2.11 1.06 1.58
36 P 2.16 0.96 1.56
37 L 4.67 0.35 2.51
38 L 3.2 3.18 3.19
39 L 3.92 3.45 3.68
40 P 2.6 2.2 2.4
41 P 4.53 2.79 3.66
42 L 3.98 3.16 3.57
43 L 3.7 3.34 3.52
44 L 1.32 0.95 1.13
45 L 3.96 3.2 3.58
46 L 2.38 2.4 2.39
47 L 1.67 1.19 1.43
48 L 4.63 5.33 4.98
49 L 2.7 2.83 2.76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50 P 2.44 3.35 2.89
51 L 3.21 2.97 3.09
52 P 1.73 0.83 1.28
53 L 3.46 4.03 3.74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL PENGUKURAN LEEWAY SPACE MANDIBULA DITINJAU DARI
RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA MURID SEKOLAH DASAR SUKU
BATAK DI KOTA MEDAN
No.
Responden
Jenis
Kelamin
Leeway Space Mandibula Ditinjau
dari Radiografi Periapikal Rerata Besaran
Leeway Space
Mandibula Regio 1 Regio 2
1 P 3.43 3.34 3.38
2 P 0.44 2.84 1.20
3 L 3.61 3.33 3.47
4 P 3.64 1.60 2.62
5 L 1.27 0.21 0.74
6 P 0.69 2.00 1.34
7 L 3.51 1.72 2.61
8 L 2.17 2.58 2.37
9 L 1.83 1.29 1.56
10 P 1.37 0.48 0.92
11 L 2.76 3.49 3.12
12 P 0.61 1.87 1.24
13 L 0.29 3.74 2.01
14 P 0.57 2.33 0.88
15 P 4.18 3.53 3.85
16 L 1.42 2.75 2.08
17 L 2.54 2.88 2.71
18 P 0.58 1.48 1.03
19 L 1.27 1.78 1.52
20 L 1 1.12 0.06
21 P 3 3.22 3.11
22 L 0.06 1.45 0.69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23 P 3.1 3.24 3.17
24 L 0.2 0.2 0
25 P 1.89 1.78 1.83
26 L 1.16 0.64 0.48
27 P 2.41 3.33 2.87
28 P 1.39 2.21 1.80
29 P 1.01 1.45 1.23
30 P 1.89 1.60 1.74
31 L 2.72 1.53 2.12
32 P 1.95 2.44 2.19
33 P 4.06 1.34 1.36
34 P 2.09 3.35 2.72
35 P 2.44 0.53 1.48
36 P 2.94 1.79 2.36
37 L 3.58 1.4 1.09
38 L 2.2 1.22 1.71
39 L 1.68 1.95 1.81
40 P 2.09 0.24 1.16
41 P 1.89 0.92 1.40
42 L 2.06 2 2.03
43 L 2.67 3 2.83
44 L 0.45 0.22 0.33
45 L 1.91 1.82 3.73
46 L 2.3 2.62 2.46
47 L 0.69 0.36 0.52
48 L 4.19 5.63 4.91
49 L 1.18 2.91 2.04
50 P 2.32 4.15 3.23
51 L 1.89 2.14 2.01
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52 P 1.35 1.32 1.33
53 L 0.94 0.45 0.69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL ANALISIS STATISTIK (Data SPSS)
Tests of Normality
Pengukuran Leeway space Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Rerata Nilai Leeway Space Periapikal .064 53 .200* .982 53 .610
Tanaka Johnston .084 53 .200* .981 53 .558
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Rerata Nilai Leeway Space Based on Mean .893 1 104 .347
Based on Median .938 1 104 .335
Based on Median and
with adjusted df .938 1 102.744 .335
Based on trimmed mean .934 1 104 .336
Normal Q-Q Plots
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T-Test
Group Statistics
Pengukuran Leeway space N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Rerata Nilai
Leeway Space
Periapikal 53 1.9083 1.04714 .14384
Tanaka Johnston 53 2.5053 1.19714 .16444
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Rerata
Nilai
Leeway
Equal variances
assumed .893 .347 -2.733 104 .007 -.59698 .21847
-
1.0302
1
-.16375
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Space Equal variances
not assumed -2.733 102.190 .007 -.59698 .21847
-
1.0303
1
-.16366
Tests of Normality
Jenis Kelamin Sampel Periapikal
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Statisti
c df Sig.
Rerata Nilai Leeway Space
Periapikal
Laki-Laki .111 28 .200* .963 28 .416
Perempuan .191 25 .019 .899 25 .018
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Rerata Nilai Leeway Space
Periapikal
Based on Mean .689 1 51 .410
Based on Median .776 1 51 .382
Based on Median and with
adjusted df .776 1 45.965 .383
Based on trimmed mean .810 1 51 .372
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Normal Q-Q Plots
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tests of Normality
Jenis Kelamin Sampel Tanaka Johnston Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Rerata Nilai Leeway Space
Tanaka Johnston
Laki-Laki .118 28 .200* .971 28 .595
Perempuan .133 25 .200* .955 25 .322
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Rerata Nilai Leeway
Space Tanaka
Johnston
Based on Mean 1.766 1 51 .190
Based on Median 1.802 1 51 .185
Based on Median and with
adjusted df 1.802 1 49.161 .186
Based on trimmed mean 1.791 1 51 .187
Rerata Nilai Leeway Space Tanaka Johnston Normal Q-Q Plots
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NPar Tests
Descriptives
Jenis Kelamin Sampel Periapikal Statistic Std. Error
Rerata Nilai
Leeway
Space
Periapikal
Laki-Laki Mean 1.9776 .17885
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.6085
Upper Bound 2.3467
5% Trimmed Mean 1.9393
Median 1.7400
Variance .800
Std. Deviation .89425
Minimum .88
Maximum 3.85
Range 2.97
Interquartile Range 1.56
Skewness .607 .464
Kurtosis -.987 .902
Perempuan Mean 1.8464 .22301
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.3889
Upper Bound 2.3040
5% Trimmed Mean 1.7966
Median 2.0100
Variance 1.393
Std. Deviation 1.18006
Minimum .00
Maximum 4.91
Range 4.91
Interquartile Range 1.87
Skewness .460 .441
Kurtosis .248 .858
Mann-Whitney Test
Ranks
Jenis Kelamin Sampel
Periapikal N Mean Rank Sum of Ranks
Rerata Nilai
Leeway Space
Periapikal
Laki-Laki 28 28.00 700.00
Perempuan 25 26.11 731.00
Total 53
Test Statisticsa
Rerata Nilai
Leeway Space
Periapikal
Mann-Whitney U 325.000
Wilcoxon W 731.000
Z -.445
Asymp. Sig. (2-tailed) .656
Exact Sig. (2-tailed) .662
Exact Sig. (1-tailed) .331
Point Probability .003
a. Grouping Variable: Jenis Kelamin Sampel
Periapikal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T-Test
Group Statistics
Jenis Kelamin Sampel
Tanaka Johnston N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Rerata Nilai
Leeway
Space
Tanaka
Johnston
Laki-Laki 28 2.8829 .99554 .18814
Perempuan
25 2.0824 1.27966 .25593
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Rerata Nilai
Leeway Space
Tanaka
Johnston
Equal
variances
assumed
1.766 .190 2.556 51 .014 .80046 .31317 .17175 1.42916
Equal
variances
not
assumed
2.520 45.212 .015 .80046 .31764 .16077 1.44014
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 6
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Agustus
2017
September
2017
Oktober
2017
November
2017
Desember
2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Kegiatan Waktu Penelitian
Januari
2018
Februari
2018
Maret
2018
April
2018
Mei
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
Juni
2018
Juli
2018
Agustus
2018
September
2018
Oktober
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
November
2018
Desember
2018
Januari
201
Februari
2019
Maret
2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Revisi Proposal
4. Pengurusan Surat Izin
5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 7
RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
Perbandingan Rerata Besaran Leeway Space Mandibula Ditinjau dari Analisis
Tanaka Johnston dan Radiografi Periapikal pada Suku Batak di Kota Medan
Rincian dana yang diperlukan untuk penelitian, yaitu :
1. Foto Periapikal Rp 25.000 @233 radiograf Rp 5.825.000
2. Alginate Rp 90.000 @3 bungkus Rp 270.000
3. Dental Stone Rp 15.000 @5 bungkus Rp 75.000
4. Masker Rp 40.000 @1 kotak Rp 40.000
5. Sarung Tangan Rp 35.000 @2 kotak Rp 70.000
6. Souvenir Rp 20.000 @60 orang Rp 1.200.000
TOTAL Rp 7.480.000
Rincian biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 8
DATA PERSONALIA PENELITI
Nama Lengkap : Riezky Amalia Hesy Nst
Janis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Rantau Prapat / 8 Juli 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. T. Amir Hamzah no.33 D, LK.X, Medan.
Telepon/HP : (061) 6636408 / 082160127555
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
2002-2008 : SD S HARAPAN 2 Medan
2008-2011 : SMP N 1 Medan
2011-2014 : SMA S HARAPAN 1 Medan
2014-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA