PERBAIKAN FAKTOR TINGKAT KESIAPAN PEMBANGKIT PADA …
Transcript of PERBAIKAN FAKTOR TINGKAT KESIAPAN PEMBANGKIT PADA …
PERBAIKAN FAKTOR TINGKAT KESIAPAN PEMBANGKIT
PADA PT. X DENGAN METODE BENCHMARKING
TESIS
Thommi Haposan
0606004571
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
PROGRAM PASCA SARJANA BIDANG ILMU TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBAIKAN FAKTOR TINGKAT KESIAPAN PEMBANGKIT
PADA PT. X DENGAN METODE BENCHMARKING
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER
TEKNIK
Thommi Haposan
0606004571
Kekhususan Teknik Industri
Program Studi Teknik Industri
Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik
Universitas Indonesia
Depok, 2008
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama : Thommi Haposan
NPM : 0606004571
Program Studi : Teknik Industri
Judul Tesis : Perbaikan Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit
Pada PT. X Dengan Metode Benchmarking
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Teknik pada Program Studi Teknik Industri Program Pasca
Sarjana Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ir.Erlinda Muslim, MEE
Pembimbing II : Ir.Boy Nurtjahyo M.,MSIE
Penguji : Ir.Isti Surjandari,MT,MA,PhD
Penguji : Ir.Amar Rachman,MEIM
Depok, Juli 2008
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penyusunan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Teknik Program Studi Teknik Industri pada Program Pasca Sarjana
Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tesis ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tesis
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir.Erlinda Muslim,MEE dan Bapak Ir.Boy Nurtjahyo M., MSIE selaku
dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
didalam mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Istri dan anak-anak saya serta Orangtua saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material maupun moril.
3. Pak Boy, Ibu Isti , Ibu Fauzia, Pak Amar selaku dosen penguji, yang telah
memberikan masukan pada penulis dalam seminar dan seluruh staf pengajar
S2 Teknik Industri.
4. Teman-teman S2 Teknik Industri Salemba angkatan 2006 serta Fatima dan
Dodi yang sudah sangat banyak membantu baik selama kuliah maupun
penyelesaian tesis.
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Depok, 11 Juli 2008
Penulis
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
iiii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Thommi Haposan
NPM/NIP : 0606004571
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik
Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-
exclusiveRoyalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
Perbaikan Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit Pada PT. X Dengan Metode
Benchmarking
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),
mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal 11 Juli 2008
Yang menyatakan
( Thommi Haposan )
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
ABSTRAK
Nama :Thommi Haposan
Program studi :Teknik Industri
Judul :Perbaikan Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit PadaPT.X
Dengan Metode Benchmarking
Salah satu indikator dari keberhasilan pengelolaan pembangkit listrik adalah
faktor tingkat kesiapan pembangkit yang tinggi. PT X yang merupakan salah satu
pembangkit yang bervisi untuk menjadi kelas dunia pada saat ini memiliki faktor
tingkat kesiapan pembangkit yang rendah sehingga belum dapat bersaing dengan
perusahaan pembangkit kelas dunia lainnya. Untuk meningkatkan faktor tingkat
kesiapan pembangkit di PT X, perlu disiapkan suatu rekomendasi perbaikan. Tesis
ini dimaksudkan untuk membuat rekomendasi perbaikan dengan menggunakan
metode benchmarking dengan perusahaan sejenis yang sudah mencapai tingkat
faktor kesiapan yang tinggi (setara dengan standar GADS / Generating
Availability Data System)
Penelitian ini terbagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan,
analisis, dan pembuatan rekomendasi. Pada tahap persiapan, disiapkan lembar
kerja assessmen yang terdiri dari area-area manajemen aset fisik yang dapat
mempengaruhi tercapainya faktor tingkat kesiapan pembangkit. Area-area
manajemen aset fisik tersebut diuraikan dalam elemen-elemen proses dan
selanjutnya dituangkan ke dalam tabel maturity level yang dalam hal ini
digunakan 5 tingkatan maturity.
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan benchmarking ke PT Y, yang memiliki
karakteristik mesin dan lingkungan yang sama dengan PT X. Bechmarking
dilakukan dengan melakukan assessmen sesuai dengan lembar kerja yang telah
dibuat pada tahap persiapan.Assessmen dilakukan kepada karyawan dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah (3 layer organisasi).
Metode yang digunakan adalah: wawancara, diskusi kelas, dan pengamatan
langsung. Hal yang sama kemudian dilakukan di PT X. Hasil dari assessment
kedua perusahaan tersebut (PT X dan PT Y) adalah gap score yang dapat
dianalisis lebih lanjut.
Pada tahap analisis, gap score diolah ke dalam diagram matriks. Dalam
proses penentuan nilai diagram matriks, hasil gap score tersebut dikalikan dengan
parameter-parameter dasar yang mempengaruhi nilai faktor tingkat kesiapan
pembangkit. Hasil akhirnya kemudian diurutkan untuk mendapatkan prioritas
eksekusi dari rekomendasi perbaikan.
Penelitian diakhiri dengan pembuatan rekomendasi perbaikan dari setiap
area-area manajemen aset fisik dengan arah perbaikan mengacu pada tingkat
maturity level tertinggi yaitu level 5.
Kata kunci :
Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit, Assessmen, Benchmarking, Manajemen
Asset Fisik, Maturity Level,Diagram Matriks
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Thommi Haposan
Study Program: Industrial Engineering
Title : Improvement Equivalent Availability Factor Power Plant in PT.X
with Benchmarking Method
One of the success indication of power plant management is a high equivalent
availability factor. PT X, one of the power plant which has a vision to be a world
class company, is currently occurring a low equivalent availability factor so it
cannot compete with other world class power plants. In order to increase
equivalent availability factor in PT X, it is necessary to create improvement
recommendations. This thesis is aimed to build improvement recommendations by
using benchmarking method with similar company which already accomplished a
high equivalent availability factor (equivalent with GADS / Generating
Availability Data System standard).
This research is break-downed into four steps, that is: preliminary step,
execution, analysis and recommendations building. In the preliminary step, the
assessment worksheets which consist of physical asset management areas which
can influence the accomplishment of plant equivalent availability factor are
prepared. Those physical asset management areas are break-downed into process
elements and then mapped into maturity level tables which in this case using 5
levels of maturity.
In the execution step, the benchmarking is conducted to PT Y, which has
the similar machine and environment characteristics with PT X. The
benchmarking is conducted by holding assessment according to the worksheets
built in the preliminary step. The assessment is conducted to the officer from high
level management to low level management (3 organization layers). The methods
used are: conversation, class discussion, and direct observation. The similar thing
is conducted in PT X. The result of the assessment of that two companies (PT X
and PT Y) is gap scores which can be analyzed furthermore.
In the analysis step, the gap scores are processed with Matrix Diagram. In
the process of determining the values of Matrix Diagram, the gap scores are
multiplied with basic parameters which influence the equivalent availability factor
value of the plant. The final results are then sorted to get the execution priority of
improvement recommendations.
The research is finalized by building improvement recommendations of
every areas in the physical asset management with the improvement direction
referring to the highest maturity level, that is level 5.
Key words:
Equivalent Availability Factor, Assessment, Benchmarking, Physical Asset
Management, Maturity Level, Matrix Diagram.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH........................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................................v
ABSTRACT.........................................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................xi
1. PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Diagram Keterkaitan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Rumusan Permasalahan ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 3
1.6 Batasan Masalah........................................................................................................... 3
1.7 Metodologi Penelitian .................................................................................................. 4
1.8 Sistematika Penulisan................................................................................................... 7
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................... 8
2.1 Tingkat Kesiapan Pembangkit .................................................................................... 8
2.2 Manajemen Asset Fisik ............................................................................................... 8
2.3 Availability .................................................................................................................. 9
2.4 Reliability ................................................................................................................. 10
2.4.1 System Equipment Reliability Priorization....................... ............................... 11
2.4.2 Failure Mode Effect Analisys........................................................................... 13
2.4.3 Root Cause Failure Analisys............................................................................ 15
2.4.4 Pemeliharaan Terencana...................... ............................................................ 16
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
2.5 Perencanaan dan Pengendalian .................................................................................. 18
2.6 Material Management ................................................................................................ 19
2.7 Maturity Level ............................................................................................................ 20
2.8 Matrix Diagram ......................................................................................................... 21
2.9 Benchmarking ............................................................................................................ 23
3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA....................................................... 24
3.1 Sumber Pendapatan Pada Perusahaan Pembangkit.................................................... 24
3.2 Area Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit ............................................................... 24
3.2.1 Reliability Improvement .................................................................................... 25
3.2.2 Work Planning and Control .............................................................................. 30
3.2.3 Outage Management ......................................................................................... 36
3.2.4 Operation Management .................................................................................... 43
3.2.5 Material Management ....................................................................................... 44
3.3 Penyusunan Frame Work Assessment ........................................................................ 48
3.4 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data....................................................................... 48
3.5 Metode Pengolahan Data ........................................................................................... 49
3.6 Hasil Pengolahan Data ............................................................................................... 49
3.6.1 Area Reliability Improvement ........................................................................... 49
3.6.2 Area Work Planning and Control ..................................................................... 51
3.6.3 Area Operation Management............................................................................ 53
3.6.4 Area Outage Management ................................................................................ 54
3.6.5 Area Material Management .............................................................................. 57
3.7 Gap Nilai ................................................................................................................... 59
3.8 Matrix Diagram .......................................................................................................... 6
4. ANALISA........................................................................................................................ 74
4.1 Analisa Gap Score...................................................................................................... 74
4.2 Analisa Matrix Diagram ............................................................................................ 74
4.2.1 Reliability Improvement .................................................................................... 74
4.2.2 Work Planning and Control .............................................................................. 75
4.2.3 Operation Management .................................................................................... 76
4.2.4 Outage Management ......................................................................................... 77
4.2.5 Material Management ....................................................................................... 77
5. KESIMPULAN .............................................................................................................. 79
DAFTAR REFERENSI ..................................................................................................... 80
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Diagram keterkaitan masalah ......................................................................... 2
Gambar 1.2 Diagram alir metodologi penelitian ................................................................. 6
Gambar 2.1 Ilustrasi Ketersedian ........................................................................................ 9
Gambar 2.2 Formula rangking prioritas pada system equipment ..................................... 13
Gambar 2.3 Contoh Worksheet FMEA .............................................................................. 15
Gambar 3.1 Area –area Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit ........................................ 25
Gambar 3.2 Mekanisme Implementasi Reliability Improvement ...................................... 26
Gambar 3.3 Mekanisme kerja work planning and control ............................................... 31
Gambar 3.4 Perencanaan kerja tahunan , bulanan, mingguan dan harian ......................... 31
Gambar 3.5 Mekanisme kerja Outage Management. ....................................................... 38
Gambar 3.6 Tiga Pilar Manajemen Material dalam bisnis Pembangkitan ........................ 45
Gambar 3.7 Mekanisme Kerja Manajemen Material Pembangkit ................................... 46
Gambar 3.8 Spider Chart hasil Assesment Reliabilty Improvement.................................. 51
Gambar 3.9 Spider Chart hasil Assesment Work Planning and Control ...................... 53
Gambar 3.10 Spider Chart hasil Assesment Operation Management. ............................. 54
Gambar 3.11 Spider Chart hasil Assesment Outage Management................................... 57
Gambar 3.12 Spider Chart hasil Assesment Material Management ................................ 59
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Perbandingan Pencapaian EAF antara PT.X dan PT.Y..................................... 24
Tabel 3.2 Uraian elemen-elemen proses Reliability Improvement .................................... 28
Tabel 3.3 Uraian elemen-elemen proses Work Planning and Control............................... 33
Tabel 3.4 Uraian elemen-elemen proses Outage Management .......................................... 38
Tabel 3.5 Uraian elemen-elemen proses Operation Management ..................................... 44
Tabel 3.6 Uraian elemen-elemen proses Material Management........................................ 46
Tabel 3.7 Hasil Assesment Reliabilty Improvement antara PT.X dan PT. Y...................... 49
Tabel 3.8 Hasil Assesment Work Planning and Control PT.X dan PT. Y ......................... 51
Tabel 3.9 Hasil Assesment Operation Management antara PT.X dan PT. Y..................... 54
Tabel 3.10 Hasil Assesment Outage Management antara PT.X dan PT. Y........................ 55
Tabel 3.11 Hasil Assesment Material Management antara PT.X dan PT. Y ..................... 57
Tabel 3.12 Gap Score Reliability Improvement. ................................................................ 59
Tabel 3.13 Gap Score Work Planning and Control ........................................................... 61
Tabel 3.14 Gap Score Operation Management.................................................................. 63
Tabel 3.15 Gap Score Outage Management ...................................................................... 63
Tabel 3.16 Gap Score Material Management .................................................................... 65
Tabel 3.17 Simbol dan Nilai dari Matrix Diagram. ........................................................... 67
Tabel 3.18 Matrix Diagram Reliability Improvement ....................................................... 67
Tabel 3.19 Matrix Diagram Work Planning and Control ................................................. 68
Tabel 3.20 Matrix Diagram Operation Management ....................................................... 71
Tabel 3.21 Matrix Diagram Outage Management. ........................................................... 72
Tabel 3.22 Matrix Diagram Material Management.......................................................... 73
Tabel 4.1 Persentase Gap Score nol dari kelima area....................................................... 74
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Frame Work Assessmen Maturity Level ......................................................... 86
Lampiran 2 Annual Performance Statistics NERC /GADS ................................................ 95
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Persoalan terbesar pada perusahaan pembangkit adalah harus membuat
tingkat kesiapan unit pembangkitnya tetap tinggi.Tingkat Kesiapan Pembangkit
ini dalam dalam standarad GADS ( Generating Availability Data System ) disebut
Equivalent Availability Factor ( EAF).Tingkat kesiapan pembangkit bisa kita
tingkatkan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiannya dapat kita
optimalkan.
Pada perusahaan yang mengelola pembangkit pada umumunya sudah
mempunyai model pengelolaan asset tetapi dalam operasionalnya cara-cara
mengelola tersebut perlu suatu metode dengan mengoptimalkan elemen – elemen
proses dari area-area operasi dan pemeliharaan atau disebut juga dengan
Manajemen Asset Fisik.
Secara umum definisi Manajemen Asset Fisik adalah sekumpulan disiplin ,
metode, prosedure dan tools untuk mengoptimalkan keseluruhan dampak bisnis
dari biaya, kinerja dan ekspose risiko ( dalam hubungannya dengan ketersediaan,
efisiensi, mutu, umur dan ketaatan peraturan ) dari asset fisik perusahaan.Dari
definisi ini maka apabila asset fisik itu dikelola dengan optimal maka akan
mendapatkan ROE (Return Of Equity) dan ROA (Return Of Asset ) yang
maksimal.
Permasalahan yang terjadi saat ini pencapaian tertingggi tingkat kesiapan
pembangkit pada perusahaan pembangkit listrik PT.X baru mencapai 82 %
sedang untuk best practice / pada pembangkit sejenis IPP sudah mencapai 95 %.
Dalam penelitian ini akan dilakukan usulan dari hasil benchmarking pada
perusahaan pemangkit listrik yang pencapaian tingkat kesiapan sudah mencapai
95 % yang dalam penelitian ini sebagai PT.Y melalui suatu metode assessmet
internal bisnis proses dan dianalisa dengan matriks diagram sehingga didapatakan
usulan yang dapat meningkatkan tingkat kesiapan pembangkit pada PT.X .
1.2. Diagram Keterkaitan Permasalahan
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
1.3. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan diagram keterkaitan permasalahan, maka
rumusan permasalahan penelitian ini adalah perlunya dilakukan pemilihan
aktivitas dari elemen-elemen proses pada area-area operasi dan pemeliharaan,
yang menentukan pencapaian tingkat kesiapan pembangkit dengan cara
menganalisa dengan matriks diagram. Data yang dianalisa adalah hasil dari
assessmen pada pembangkit yang sudah mencapai tingkat kesiapan tinggi yang
dilakukan melalui benchmarking.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : Mendapatkan usulan berupa cara-cara yang
optimal dalam mengelola suatu pembangkit sesuai Manajemen Asset Fisik yang
mempengaruhi pencapaian tingkat kesiapan pembangkit sehingga diperoleh
tingkat kesiapan pembangkit yang tinggi.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dapat diberikan kepada pembaca
melalui penelitian ini diantaranya yaitu :
� Hasil penelitian dapat memberi gambaran dan masukan bagi para pengelola
Power Plant / Unit Pembangkit bagaimana cara mengelola pembangkit yang
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
optimal dengan pencapaian tingkat kesiapan yang tinggi dari sudut pandang
Manajemen Asset Fisik.
� Dapat digunakan sebagai metode untuk melakukan audit pada perusahaan
pembangkit dari sudut pandang pengelolaan asset operasi dan pemeliharaan.
1.6. Batasan Masalah
Pembatasan masalah meliputi :
1. Penelitian dilakukan di perusahaan pembangkit PT.X dan benchmarking di
perusahaan pembangkit listrik PT.Y.
2. Pemilihan benchmarking ke PT.Y sebagai data pembanding disebabkan
pencapaian EAF PT.Y lebih baik dari PT.X dan pencapaiannya sudah
diatas standard kelas dunia ( sesuai data NERC GADS – terlampir).
3. Model penelitian adalah dengan menyiapkan lembar kerja yang berisi
elemen-elemen proses dari area-area operasi dan pemeliharaan yang
langsung bersinggungan dengan proses sehingga tidak mencakup : health,
safety ,enviorement dan risiko serta sistem informasi yang digunakan
karena sudah merupakan kebijakan baku yang mempunyai kebijakan
tersendiri secara korporat.
4. Selanjutnya lembar kerja tersebut dibagi dalam lima kategori penilaian
sesuai dengan metode maturity level.
5. Melalukan assesmen pada tiga layer organisasi yang menjalankan elemen
–elemen proses tersebut dengan acuan lembar kerja yang sudah disiapkan
baik dengan wawancara,diskusi kelas dan pengamatan langsung.
6. Hasil dari assesmen kemudian digambarkan dalam radar chart dan
dianalisa masing-masing gap untuk tiap-tiap elemen operasi pada semua
area.
7. Pemilihan usulan berdasarkan pada hasil pemilihan faktor-faktor penting
yang sangat dominan setelah membandingkan hasil benchmarking dengan
menggunakan matriks diagram.
1.7. Metodologi Penelitian
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan membandingkan pencapaian tingkat
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
kesiapan pembangkit pada suatu perusahaan pembangkit yang sejenis.
2. Latar Belakang
Pada tahap ini , penelitian dilakukan dengan mempelajari apa yang
menjadi latarbelakang perbedaan pencapaian tingkat kesiapan pembangkit
dari suatu perusahaan pembangkit dari segi Manajemen Asset Fisik.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada kemudian dirumuskan
apa yang menjadi inti permasalahan yang dapat mengatasi permasalahan
tersebut.
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan inti permasalahan yang ada dan berdasarkan studi literatur
baik melalui jurnal internasional, artikel ataupun buku teks, maka
dirumuskan tujuan dilakukannya penelitian ini.
5. Pengumpulan Data
Setelah jelas apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, kemudian
disiapkan lembar kerja untuk pengumpulan data yang berisi araea-area
Manajemen Asset Fisik yaitu Operation and Maintenance Asset yang
sudah diuraikan secara lengkap dalam elemen-elemen proses dan
selanjutnya dilakukan assessmen / pengumpulan data dengan cara
wawancara langsung, diskusi kelas,pengamatan langsung .
6. Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data dari hasil lembar kerja yang sudah didapat
dengan membandingkan lembar kerja dari tiap-tiap tempat yaitu dari
perusahaan pembangkit PT.X dan PT.Y dan selanjutnya diolah
menggunakan tool matriks diagram
7. Kesimpulan dan Saran
8. Selesai
Secara keseluruhan metodologi penelitian ini digambarkan dalam diagram alir
sebagai berikut:
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dan alur berfikir dalam tesis ini, maka
sistematika penulisan dibuat dengan ketentuan yang berlaku.
Bab I merupakan pengantar dan ringkasan proses yang akan dilakukan
dalam menulis tesis. Dalam Bab ini dijelaskan apa yang menjadi latar belakang
permasalahan tesis ini, kemudian digambarkan dalam diagram keterkaitan
masalah. Setelah itu, masalah dirumuskan sehingga tujuan penelitian menjadi
jelas. Manfaat penelitian dan keterbatasan penelitian diuraikan beserta kerangka
pemecahan masalah secara keseluruhan.
Bab II diuraikan landasan teori yang mendasari tesis ini. Bab ini
memberikan dasar atau acuan secara ilmiah yang berguna dalam membentuk
kerangka berfikir yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian, teori-teori
yang digunakan antara lain konsep Keandalan, Asset Management, Maintenance
Management dan Matriks Diagram, masing-masing konsep diuraikan
keterkaitannya.
Bab III merupakan isi penelitian dimana data dikumpulkan melalui
assessmen area-area Manajemen Asset Fisik yang mempengaruhi pencapaian
tingkat kesiapan pembangkit dengan metode wawancara, diskusi kelas,
pengamatan langsung, kemudian data yang diperoleh diolah dengan matriks
diagram.
Bab IV disajikan hasil penelitian berupa analisa terhadap hasil-hasil
pengolahan data yang diperoleh serta pembahasannya dan hasilnya digunakan
sebagai usulan-usulan yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki
permasalahan.
Bab V merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan dan saran-saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Kesiapan Pembangkit
Tingkat Kesiapan Pembangkit atau Equivalent Availability Factor yang
sering disingkat EAF pengertiannya dalam pembangkit listrik adalah faktor yang
menunjukkan persentase kesiapan pembangkit dalam kurun waktu tertentu
(biasanya 1 tahun), dan secara matematis adalah rasio antara jumlah jam
pembangkit siap terhadap total jam dalam satu tahun dan telah memperhitungkan
dampak dari derating pembangkit, sehingga secara dalam formula1 dituliskan:
EAF = (AH-(EUDH+EPDH+ESDH)) / PH x 100%
dimana :
AH : Available Hours adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan
yaitu jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan transmisi baik kondisi
operasi normal maupun kondisi derating ditambah jumlah jam unit tidak
beroperasi karena tidak dibutuhkan oleh sistem ( pertimbangan ekonomi)2.
EUDH : Equivalent Unplanned Derated Hours adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit derating tidak terencana dan besar penurunan derating dibagi
dengan daya mampu netto3.
EPDH : Equivalent Planned Derated Hours adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating terencana dan besar penurunan derating dibagi dengan
daya mampu netto4.
PH : Period Hours adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang
sedang diamati selama unit dalam status aktif5.
Dari formula diatas maka usaha untuk meningkatkan Tingkat Kesiapan
Pembangkit adalah dengan mengoptimalkan elemen-elemen proses dari area-area
operasi dan pemeliharaan yang dalam hal ini disebut Manajemen Asset Fisik.
2.2 Manajemen Asset Fisik
1 Generating Availability Data System, Data Reporting Instructions, NERC, 2007, p.F-10
2 Ibid., p. F-1
3 Ibid., p. F-2
4 Ibid., p. F-3
5 Ibid., p. F-1
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Definisi umum dari Manajemen Asset Fisik adalah sekumpulan disiplin,
metode, prosedur dan tools untuk mengoptimalkan keseluruhan dampak bisnis
dari biaya, kinerja dan ekspose risiko ( dalam hubungannya dengan ketersediaan ,
efisiensi, mutu, umur dan ketaatan peraturan) dari asset fisik perusahaan6.
Dalam pengelolaan perusahaan pembangkit listrik Manajemen Asset Fisik
merupakan area operasional yang mempengaruhi tercapainya kinerja suatu
pembangkit yaitu NPHR (Nett Plant Heat Rate) dan Tingkat Kesiapan
Pembangkit atau EAF ( Equivalent Availability Factor ).
2.3 Availability
Availability atau disebut keberadaan suatu sistem sebagai fungsi waktu,
A(t), didefinisikan sebagai probabilita di mana sistem beroperasi dengan benar
dan tersedia untuk melakukan fungsinya pada waktu sesaat (t)7. Keberadaan
berbeda dengan keandalan, di mana keandalan tergantung pada interval waktu
sedangkan keberadaan diukur pada waktu sesaat. Keberadaan suatu sistem
tergantung pada frekuensi tidak dapat beroperasinya sistem dan seberapa cepat
sistem dapat diperbaiki. Jadi, keberadaan merupakan ukuran sistem terhadap
kegagalan dan perbaikan.
Keberadaan saat tunak (steady-state availability) dapat ditentukan dari MTTF
(mean time to failure/ waktu rata-rata kegagalan) dan MTTR (mean time to
repair/ waktu rata-rata perbaikan), sebagai berikut:
Availability = (Total time – Downtime) / Total Time8
Jika sistem mempunyai keandalan tinggi, yaitu MTTF relatif jauh lebih besar dari
MTTR, maka keberadaan akan mendekati satu. Jika nilai MTTF kecil, keberadaan
berubah-ubah sesuai waktu perbaikan.
Gambar.2.1 Ilustrasi Ketersedian
6 as Published by NAMS NZ; contact and ordering info- www.nams.org.nz)
7 Dhillon, B.S., Enginnering Maintenance a Modren Approach ,Second Edition, CRC Press,
2002,c-12,p-12 8 Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle Decisions, 2001,
Marcel Dekker, New York,p-62
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
2.4 Reliability
Kata “reliability” terjemahan Indonesianya adalah keandalan, reliable
berarti andal. Kadang arti dan makna katanya tertukar dengan kelayakan / layak
(yang berarti feasibility / feasible).
Namun definisi formalnya dari reliability adalah : peluang sebuah komponen, sub-
sistem atau sistem melakukan fungsinya dengan baik, seperti yang dipersyaratkan,
dalam kurun waktu tertentu dan dalam kondisi operasi tertentu pula.9
Karena mengandung komponen peluang, maka secara inheren didalamnya ada
masalah statistik termasuk : 1. Uncertainty, 2. Probability, 3. Probability
Distributions (Weibull, Normal, Exponensial, Log-normal).
Karena mengandung komponen “melakukan fungsi dengan baik”, maka
didalamnya secara inheren pula terdapat faktor kegagalan sistem. Sebab peluang
kegagalan dari sebuah mesin adalah kebalikan dari peluang keandalannya seperti
digambarkan dalam ekspresi matematik (cumulative damage/failure distribution
function) sbb :
Pf (t) = 1 – R(t) atau R(t) = 1 – Pf(t)10
Jadi jika keandalan sebuah mesin adalah R =90%, maka peluang kegagalan
cumulativenya adalah Pf = 10%, atau sebaliknya.11
Reliability mengandung komponen waktu, artinya sebuah komponen yang reliable
sekarang belum tentu reliable satu tahun kemudian jika ada : 1) mekanisme
kerusakan yang beroperasi (”operative damage mechanism”) dan 2) dengan laju
kerusakan tertentu (misalnya laju korosi atau aus 0.01 mm/year).
Reliability mengandung faktor komponen atau sub-sistem, artinya untuk
mengevaluasi sebuah sistim yang lebih besar (terdiri dari subsistem atau
kompenen), maka reliabilty masing-masing komponen penunjang haruslah
dihitung terlebih dahulu baru kemudian dijumlahkan (atau dikalikan) sesuai
dengan hubungan seri, paralel (atau keduanya) dengan mengacu pada teori
penjumlahan / kombinasi peluang (De Morgan’s Rule, Bayes Theorem, dsb). Dari
9 Dhillon, B.S., Enginnering Maintenance a Modren Approach ,Second Edition, CRC Press,
2002,c-12,p-6
10
Ibid, p-8 11
Ibid, p-11
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
sini terlihat bahwa teori reliability kadang-kadang melibatkan perhitungan
matematika / statistika yang rumit.
Jika berbicara dari sisi pembangkitan, reliability dapat berarti melihat kehandalan
sebuah mesin (rotating machine) melakukan fungsinya tanpa mengalami
kegagalan. Dalam ilmu pembangkitan reliability biasanya dikaitkan dengan
konsep maintenance seperti MTBF (mean time between failure), atau RCM
(Reliability-centered Maintenance). Dengan reliability dapat ditentukan, secara
statistik, remaining life dari komponen mesin sehingga dapat dijadwalkan
program perbaikan dan penggantian.
Jika berbicara dari sisi ilmu teknik industri , reliability berarti menjalankan
program QC dan QA, yakni sampai tingkat keandalan berapa % produk harus
dihasilkan agar memenuhi standar costumer sekaligus masih cost effective atau
bagaimana memilih jenis instrumen plus lokasi pemasangannya (control valve in
piping system misalnya) agar reliability sistem dapat dijamin 99%. Bidang teknik
industri juga mengolah data maintenance lebih kuantitatif (MTBF, MTTR).
Aplikasi reliability di industri Indonesia masih cukup sulit karena reliability dalam
pengertian yang lebih luas merupakan masalah budaya dari para pelakunya.
Kebiasaan : critical and creative thinking, independent opinion, honesty and
integrity, professionalisme, competency, serta masalah administrasi seperti
detailed and structured documentation, detailed record, belum tumbuh baik
,karena kita adalah jenis masyarakat yang ingin serba cepat, ingin serba mudah,
asal jadi, tidak suka detail, masih menyukai filsafat “breakdown maintenance”.
Sehingga masih perlu waktu untuk membangun sistim reliability dalam
pengertian yang lebih luas dari pada hanya sekedar perhitungan statistik semata12
.
Bentuk dari analisa keandalan secara kualitatif ini bisa berupa: Analisa mode dan
dampak kegagalan (failure mode and effect analysis - FMEA) dan Analisa pohon
kegagalan (fault tree analysis – FTA)
2.4.1 SERP (System Equipment Reliability Priorization )
SERP atau System Equipment Reliability Prioritization adalah suatu
proses untuk membuat ranking logis dari aset pembangkit yang melibatkan
pengetahuan tentang manajemen, produksi, dan pemeliharaan.13
12
Forum Realibility, Reliability : An Introductory Note by Taufik, p-2 13
Bruce Oyler ,Process Management,Emerson, Machinery Health University, 2003, p-2
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Hasil dari SERP adalah:
� Maintenance Priority Index (MPI), yaitu ranking antara 1 – 1000 untuk
aset pembangkit yang dapat digunakan untuk memfokuskan dan
memprioritaskan aktivitas pemeliharaan dan pembuatan anggaran.
� Manajemen: System Criticality Ranking (SCR) yaitu ranking
kritikalitas suatu sistem yang memiliki interval nilai 1 – 10.
� Produksi: Operational Criticality Ranking (OCR) yaitu ranking
kritikalitas suatu aset berdasarkan dampaknya kegagalannya terhadap
sistem induknya yang memiliki interval nilai 1 – 10.
� Pemeliharaan: Asset Failure Probability Factor (AFPF) yaitu ukuran
probabilitas kegagalan suatu aset yang memiliki interval nilai 1 – 10.
System Equipment Reliability Prioritization (SERP) memiliki tujuan-tujuan
spesifik sebagai berikut:
• Identification dan Ranking of System : Station pertama dibagi menjadi
sistem-sistem fungsional. Sistem didefinisikan secara luas sebagai suatu
kumpulan peralatan yang bekerja sama untuk memberikan suatu fungsi spesifik
yang mendukung operasi station. System’s criticality disusun berdasarkan
beberapa aspek operasi dan peringkat-peringkat ini digabung untuk memberikan
suatu system criticality ranking (SCR).
• Identification dan Ranking Of Assets (Operational Criticality): Peralatan
diidentifikasikan dan dihubungkan parent system. Tiap-tiap bagian peralatan
yang diidentifikasikan diberikan operational criticality ranking (OCR)
berdasarkan pada criticality-nya terhadap operation dari parent sistem gabungan.
OCR ini digabungkan dengan SCR untuk membentuk suatu asset criticality
ranking (ACR).
• Ranking of Equipment (Kemungkinan Kegagalan): Peralatan dievaluasi
berdasarkan kemungkinannya akan kegagalan atau operasi yang tidak reliable.
Asset Failure Probability Factor (AFPF) ini digabungkan dengan ACR untuk
membentuk Maintenance Priority Index (MPI). Rating MPI ditujukan untuk
menggambarkan kepentingan relative dan level permintaan yang ditempatkan
pada peralatan oleh maintenance organization jika peralatan ini bekerja dengan
baik.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
System Equipment Reliability Priority
Critical Equipment
Sort
SCR(1-10)Average
Step-2Calculate for Each
Sub-system
Step-4Determine
Probability of OccurrenceSCR – System Criticality RankingOCR – Operational Criticality RankingACR – Asset Criticality RankingAFPF – Asset Failure Probability FactorMPI – Maintenance Priority Index
* = Multiply Values
Devide Into Sub-System
PT – Process Throughput
OC – Operational Cost
PQ – Product QualitySC – Safety Consideration
RC – Regulatory Compliance
EF – Efficiency
PT (1-10)
OC (1-10_PQ (1-10)
SC (1-10)
RC (1-10)EF (1-10) *
SCR(1-10)
Step-3Determine
Operational Impact
Applies to
Equipment
OCR(1-10)
Equals
ACR(1-10)*
ACR(1-10)
Applies to
EquipmentAFPF(1-10)
EqualsMPI
(1-1000)
Gambar 2.2 Formula dalam membuat rangking prioritas pada system sehingga dapat
menentukan critical equipment.
2.4.2 FMEA (Failure Mode and Effect Analisys)
Definisi FMEA
Failure Modes and Effects Analysis merupakan suatu metode yang dibangun atas
dasar analisis fungsional yang digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan
kegagalan beserta risiko dan konsekuensinya. FMEA dapat diaplikasikan pada
sistem, produk, proses manufaktur, peralatan, pembangkit, dan juga obyek tak
kasat mata seperti logistik dan aliran informasi.14
Tujuan FMEA
Tujuan utama dari FMEA adalah mengidentifikasi komponen dari produk dan
sistem yang mungkin menyebabkan terjadinya suatu kegagalan sehingga
kegagalan tersebut dapat dieliminasi dan dihilangkan sebelum terjadi. Tujuan
lainnya adalah agar operasi dan pemeliharaan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien. Hal ini disebabkan apabila rekomendasi yang dihasilkan dari FMEA tepat
14
Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle Decisions, 2001,
Marcel Dekker, New York,p-161
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
maka akan mengurangi pemeliharaan yang tidak diperlukan yang pada akhirnya
akan mengefisienkan biaya pemeliharaan.
Terminologi dalam FMEA
Ada beberapa terminologi yang biasa digunakan dalam FMEA antara lain15
:
1. fungsi, adalah tugas yang dilakukan oleh suatu komponen/sistem.
2. kegagalan fungsi, adalah ketidakmampuan komponen/sistem untuk
melakukan fungsinya seperti yang diinginkan. Ada 4 kelas kegagalan:
� tidak adanya fungsi (tidak terjadi apa-apa ketika suatu fungsi
diperlukan)
� fungsi berhenti bekerja (sebelumnya bekerja)
� fungsi bekerja dengan unjuk kerja yang menurun
� fungsi bekerja ketika tidak diperlukan
Tahapan kegagalan fungsi:
1. Conditional, yaitu kondisi yang bias mendorong terjadinya
kerusakan, misal pelumas tercemar air, konduktivitas air tinggi.
2. Incipient, yaitu mulai terbentuk kerusakan, misal akibat pelumas
kehilangan fungsinya terjadi gesekan antarlogam.
3. Impending, yaitu muncul gejala, misal dengan analisis vibrasi
diketahui adanya frekuensi kegagalan bearing.
4. Precipitous, yaitu telah terjadi kerusakan fatal namun masih bisa
diperbaiki.
5. Catastrophic, yaitu kerusakan fatal terjadi, misal bearing rusak,
shaft macet, unit tidak berproduksi.
3. Failure Defense Task (FDT), adalah rekomendasi task yang dibuat
berdasarkan hasil FMEA atau RCFA yang menjadi acuan pembuatan
instruksi kerja (job instruction) .
15
Moubray, J., Reliability-Centred Maintenance, Second Edition, Butterworth-Heinemann,
1997,p65
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Contoh Worksheet FMEA
Kegagalan (failure) dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena natural dari produk
atau proses apapun. Kemunculan kegagalan terkadang sulit untuk bisa diprediksi,
sementara sering sekali dampak yang diakibatkan dari kegagalan bersangkutan
relatif signifikan terhadap unjuk kerja suatu produk atau proses.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan tool yang sangat efektif
dalam mengelola kegagalan yang umum digunakan di banyak industri. FMEA
akan mampu mengidentifikasi potensi kegagalan yang ada di dalam suatu produk
atau proses dan kemudian melakukan pembobotan untuk mendapatkan prioritas
terhadap potensi kegagalan yang sangat signifikan yang perlu untuk segera
ditangani.
2.4.3 RCFA (Root Cause Failure Analisys)
Root Cause Failure Analisys tujuan utamanya adalah mencarai penyebab
terjadinya ketidakefisienan dan ketidakekonomisan, mengoreksi penyebab
kegagalan ( tidak hanya berkonsentrasi pada efeknya saja ) , membangkitkan
semangat untuk melakukan improvement secara kontiniu, dan menyediakan data
untuk mencegah terjadinya kegagalan16
.RCFA secara berkonsentrasi secara
proaktif mencari penyebab terjadinya kegagalan dimana biasanya dilakukan pada
suatu peralatan yang kegagalannya selalu berulang, metode penyelesaiannya bisa
16
Mitchell, J.S., Operating Equipment Asset Management Handbook, Penn State, First
Edition,1999,p-71
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
dilakukan dengan tulang ikan dan hasilnya di workshopkan bersama sehingga
akar penyebab kegagalan benar – benar ditemukan. Hasil dari RCFA setelah
diworkshopkan adalah berupa rekomendasi yang nantinya akan dieksekusi agar
kejadian tidak berulang kembali.
2.4.4 Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah suatu bentuk pemeliharaan yang sudah
dijadwalakan untuk menghindarai terjadinya gangguan peralatan. Pemelihraan
terencana pada umumnya terdiri dari :Preventive Maintenanace,Predictive
Maintenance dan Proactive Maintenance.
Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah suatu kegiatan pemeliharaan terhadap
komponen atau peralatan yang rutin dimana tindakan pemeliharaan yang
dilakukan secara berkala sesuai dengan anjuran pada instruction manual atau
pengalaman personil pemelihraan terhadap equipement. Misalnya, penggantian oli
yang dilakukan setiap 6 bulan atau penggantian grease setiap 8000 running hours,
penggantian bucket gas turbine setiap 12000 running hours.
Kegiatan Preventive Maintenance meliputi inspeksi terjadwal, pembersihan,
pelumasan, penggantian atau perbaikan komponen yang dilakukan secara rutin.17
Predictive Maintenance
Predictive Maintenance adalah sebuah proses yang membutuhkan technologi dan
kecakapan , yang memadukan dan menggunakan semua data diagnosa dan kinerja
, sejarah kerusakan , data operasi dan data desain yang tersedia , untuk membuat
keputusan tentang kegiatan pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal.18
Pemeliharaan Prediktive Maintenance mengacu pada konsep kurva kerusakan
bathtub dimana sebuah peralatan akan memiliki resiko kegagalan yang tinggi pada
masa awal dan akhir operasi. Teknologi yang dimiliki oleh perawatan prediktive
17
Dhillon, B.S., Enginnering Maintenance a Modren Approach ,Second Edition, CRC Press,
2002,c-4,p-6 18
Mobley, K.R., An Introduction to Predictive Maintenance,Second Edition, Butterworth
Heinemann, 2002,p-4
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
harus mampu mengidentifikasi awal kerusakan dan meramalkan kapan kerusakan
akan terjadi.
Predictive maintenance membutuhkan bantuan alat-alat presisi seperti Vibration
Analyzer, Oil Analysis / Tribology, Motor Cuurent Analisys,Partial Discharge,
Ultrasonic. Dengan memakai Vibration Analyzer, kita misalnya bisa mengetahui
gejala kerusakan pada bearing, looseness, unbalance pada kondisi yang paling
dini, sehingga kita bisa melakukan persiapan untuk shutdwon dengan lebih
terencana19
. Pembelian atau pembuatan spare parts, manpower, tools dapat
dipersiapkan lebih awal sehingga kalaupun kita melakukan shutdwon akan
membutuhkan waktu dan biaya yang jauh lebih sedikit.
Pada perusahaan yang telah memiliki tingkat kemampuan penguasaan metodologi
predictive maintanance yang sangat baik,predictive maintanance ini dapat
digunakan untuk meningkatkan jadwal antara untuk melakukan annual overhaul
pada power plant equipment,yang biasanya 2 tahun bisa saja diperpanjang hingga
4 dan 6 tahun.
Pada aplikasi vibration monitoring tingkat lanjut,bisa juga digunakan dalam
meyempurnakan suatu hasil design engineering,pada fase ini vibration monitoring
dapat dijadikan sebagai bahan/kajian empirik tentang keakuratan suatu hasil
perhitungan design. Dalam predictive maintennace kita bisa berbicara dan
bergelut hal-hal yang menyangkut reliability dan availibility suatu peralatan
dengan lebih teliti dan tentunya terukur karena memanfaatkan alat ukur yang
cukup akurat.
Proactive Maintenance
Proactive Maintenance adalah proses penghilangan kondisi yang menyebakan
terjadinya kerusakan , melalui identifikasi akar penyebab ( root cause failure
analisys) yang memulai siklus kerusakan20
.Dengan Proactive Maintenance
memungkinkan kita untuk menurunkan tingkat probabilitas kerusakan, penurunan
probabilitas terjadinya kerusakan didapat dengan cara melakukan analisa akar
19
Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle Decisions, 2001,
Marcel Dekker, New York,p-326
20
Mitchell, J.S., Operating Equipment Asset Management Handbook, Penn State, First
Edition,1999 , p-62
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
penyebab sebenarnya dari kerusakan yang terjadi, kemudian melakukan upaya
untuk dapat mengubah kondisi yang meyebabkan terjadinya kerusakan tersebut.
2.5 Perencanaan dan Pengendalian
Planning and Scheduling adalah dua fungsi pemeliharaan yang berbeda tapi
keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
Tujuan dari Maintenance Planning dan Scheduling21
adalah untuk :
1.Meminimumkan the idle time of tenaga kerja maintenance
2.Memaksimumkan efisiensi penggunaan waktu kerja, materials, and
equipment
3.Maintaining the operating equipment at a level that is responsive to the
needs of production
Di dalam suatu work order akan meliputi berbagai intruksi salah satunya prioritas
hal ini sangat penting karena merupakan langkah awal dalam melakukan eksekusi,
dalam maintenance job planning termasuk juga estimasi perkerjaan dan rekayasa
pekerjaan terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan belum pernah ada
sebelumnya.Adanya pekerjaan-pekerjaan dengan sifat seperti itu, diperlukan
rekayasa work order sedemikian sehingga info yang ada dalam work order benar-
benar dapat bermanfaat bagi proses pemeliharaan
Posisi planner dan scheduler menghendaki seseorang yang familiar dengan
metode-metode produksi yang digunakan perusahaan atau pada area/unit
tempatnya bekerja.Planner dan scheduler harus diberikan informasi terkini
tentang new operations sehingga estimasinya realistis. Diskusi tentang how to
improve work order dengan orang lapangan harus sering dilakukan.
Maintenance scheduling terutama konsen dengan mengatur urutan pelaksanaan
work order yang telah dibuat. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan prioritas,
availability material and equipment, availabilty of mekanik dan pekerja
pemeliharaan lainnya. Dalam membuat penjadwalan , harus berdasarkan apa yang
akan terjadi (realitas) , bukan atas dasar apa yang diinginkan terjadi.
Penjadwalan dapat saja berubah. Misalnya adanya peralatan yang
malfunction, pengambilan material yang salah dari storeroom, workernya tidak
hadir. Dalam penyusunan jadwal , prioritas bisa disusun dalam 4 s/d 10 tingkatan
21
Campbell, J.D., Uptime: Strategies for Excellence in Maintenance Management, 1999,
Productivity Press, Portland,p-46
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
prioritas. Pada umumnya memakai 4 level yaitu: emergency work, normal
maintenance, preventive maintenance, dan other maintenance.
Penumpukan (backlog) work order dapat terjadi. Hal ini akan menyulitkan
pembuatan jadwal. Solusinya biasanya adalah outsourcing pekerjaan maintenance.
Standards tidak hanya berperan dalam perencanaan, tetapi juga dalam pembuatan
jadwal. Misalnya standar manhours, katagory pekerja pemeliharaan.
2.6 Material Management
Material Management merupakan bagian hulu dari mata rantai proses
bisnis yang harus dilakukan secara efektif agar dihasilkan sumber daya yang
berkualitas, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat biaya, sehingga pada akhirnya
didapatkan pembangkit yang andal dan efisiensi22
.
Material Management, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Manajemen pengadaan (material dan tools)
b. Manajemen penerimaan (material, tools, dan bahan bakar)
c. Manajemen inventory
d. Manajemen gudang.
Dalam Material Management memaintain persediaan pada level tertentu,
sehingga tercapai titik optimal antara tingkat pelayanan dan nilai persediaan
dalam memberikan tingkat pelayanan yang optimal
Melakukan klasifikasi dan setting ROP/ROQ terhadap stok item material dapat
memberikan manfaat yang besar terhadap pengelolaan persediaan dan dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan pemeliharaan pembangkit.
Dengan klasifikasi material dan setting ROP/ROQ secara tepat maka akan dicapai
titik seimbang didalam pengelolaan persediaan yakni nilai persediaan yang
seminimum mungkin dan service level yang setinggi mungkin.
Klasifikasi ABC adalah suatu tools yang digunakan untuk mengelompokkan stok
item material berdasarkan kriteria kekritisan (criticality) level ABC, ketersediaan
(availability) level ABC dan pemakaian (usage) level ABCD.23
22
Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle Decisions, 2001,
Marcel Dekker, New York,p-126
23
Dhillon, B.S., Enginnering Maintenance a Modren Approach ,Second Edition, CRC Press,
2002,c-7,p-8
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Kriteria Kekritisan (criticality) :
Level A : Sangat kritis.
Stok item material yang dapat menyebabkan plant stop, kehilangan produksi
(misalnya hanya satu alat yang digunakan untuk memproduksi kapasitas 100%).
Level B : Kritis.
Stok item material yang dapat menyebabkan unit derating, atau mengancam unit
untuk derating. Ketidak tersediaan material menyebabkan tertundanya perbaikan
sehingga tidak dapat beroperasi secara optimal.
Level C : Kurang kritis.
Stok item material yang tidak berdampak langsung bagi operasi, (misalnya
consumable item; stationery; stok yang ditahan vendor).
Kriteria Ketersediaan (availability) :
Level A : Long Lead time.
Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukan waktu total lead
time diatas 90 (sembilan puluh) hari kalender.
Level B : Medium Lead Time.
Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukan waktu total lead
time antara 30 (tiga puluh) sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender.
Level C : Short Lead Time.
Stok item material dimana proses pengadaannya memerlukanwaktu total lead time
dibawah 30 (tiga puluh) hari kalender.
2.7 Maturity Level
Maturity level adalah sebuah matriks yang menggambarkan kinerja sebuah
organisasi pada setiap elemennya dalam penelitian ini dimaksudkan suatu cara
mengukur kualitas pengelolaan suatu pembangkit melalui elemen-elemen operasi
dan pemeliharaan pada suatu pembangkit.
Maturity dari tiap element tersebut dibangun sesuai standard maturity level
poroses yang dibagi dalam lima level24
seperti berikut:
24
Campbell, J.D., Uptime: Strategies for Excellence in Maintenance Management, 1999,
Productivity Press, Portland, p-17
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
1.Innocence
2.Awareness
3.Understanding
4.Competence
5.Excellence
Pada penelitian ini didefinisikan pengertian dari lima level mautiry tersebut adalah
sebagai berikut:
Level 1, “Awam” (“Innocence”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit tidak
sadar bahwa sebetulnya ada alternatif lain. Tidak ada rencana investigasi untuk
mengubah proses pengeloan saat ini.
Level 2, “Sadar” (“Awareness”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit , dan
individu-individu menjadi semakin sadar bahwa praktek-praktek saat ini tidak
tepat dan bahwa perubahan dibutuhkan untuk meningkatkan sistem dan prestasi
proses pengeloan saat ini
Level 3, “Paham” (“Understanding”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit
dan individu-individu sedang meningkatkan rencana-rencana pengembangan
sistem dan sedang dalam penerapan dalam berbagai tingkatan di seluruh plant.
Level 4, “Kompeten” (“Competence”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit
telah mengimplementasikan peningkatan sistem yang komprehensif dan
konsisten, yang padanya direncanakan pula penerapan pemantauan.
Level 5, “Excellence”: Pola pengelolaan perawatan pembangkit memantau
sistem dan proses secara reguler, memberlakukan CIP (Continuous Improvement
Program).
2.8 Matriks Diagrams
Yaitu suatu alat (tools) untuk mengklarifikasikan masalah dengan
persepektif multi dimensi (multifungsi). Alat ini bisa mengorganisasikan
karakteristik, fungsi dan tugas-tugas ke dalam suatu bentuk sehingga titik-titik
keterkaitan logis antar dua variabel dapat ditentukan kekuatannya25
. Konsep
diagram matriks adalah untuk menunjukkan hubungan keterkaitan antara minimal
dua grup elemen yang digambarkan kedalam tabel atau disebut juga matrik
25
Yoshinibu Nayatani, Ryoji Futami, Hiroyuki Miyagawa, Toru Eiga “The Seven New QC Tools
Practical Applications for Managers” by 3A Corporation , Frist Printing march 1994
translated by J.H Loftus. p. 26
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
hubungan. Matriks hubungan (relationship matrix): menunjukkan hubungan
antara customer requirement dengan technical response berupa kebijakan-
kebijakan strategis perusahaan. Matriks ini biasanya terdiri dari 3 jenis hubungan
yaitu kuat (strong), sedang (medium), dan lemah (weak)26
.
Simbol yang juga umum digunakan pada matriks hubungan ini adalah:
: melambangkan hubungan kuat – merupakan hubungan
yang terjadi bila respon teknis berhubungan sangat erat atau sangat mempengaruhi
terpenuhinya keinginan pelanggan. Dalam perhitungan bobot, hubungan kuat
diberi nilai 9.
: melambangkan hubungan sedang – merupakan hubungan yang
terjadi bila respon teknis berhubungan erat atau mempengaruhi terpenuhinya
keinginan pelanggan. Dalam perhitungan bobot, hubungan sedang diberi nilai 3.
: melambangkan hubungan lemah – merupakan hubungan yang
terjadi bila respon teknis tidak begitu mempengaruhi terpenuhinya keinginan
pelanggan. Dalam perhitungan bobot, hubungan lemah diberi nilai 1.
2.9 Benchmarking
Benchmarking sejatinya merupakan standar pengujian atau evaluasi atas
suatu produk yang didasarkan suatu kriteria tertentu27
. Benchmark dilakukan
untuk mengukur performa sebuah sistem sehingga menghasilkan sebuah kriteria
yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan suatu penilaian akhir dan startegi
perbaikan.28
Benchmark pada awalnya dilakukan oleh kalangan industri untuk menentukan
kualitas akhir produk yang mereka hasilkan. Pengujian dilakukan dengan beragam
metode, umumnya berupa tool-tool bersifat sintetis yang dianggap mampu
merepresentasikan penggunaan sesungguhnya dari produk yang tengah diuji.
Munculah benchmarking yang didasarkan atas kebutuhan paling umum dari
pengguna. Pengujian dilakukan dengan memanfaatkan fitur-fitur serta aplikasi
26
Te-King Chien dan Chao-Ton Su, “Using the QFD concept to resolve customer satisfaction
strategy decisions”, International Journal of Quality & Reability Management, Vol. 20 No. 3,
2003, p. 346 27
Mitchell, J.S., Operating Equipment Asset Management Handbook, Penn State, First
Edition,1999 , p-81 28
Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle Decisions, 2001,
Marcel Dekker, New York,p-374
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
yang paling sering digunakan untuk kemudian diperbandingkan dengan seberapa
lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan semuanya.
Tak dapat dipungkiri kebutuhan pengguna yang satu dengan yang lain berbeda,
ada yang menginginkan kecepatan, ada yang menginginkan kestabilan dan ada
pula yang menghendaki keduanya.Dari keterangan diatas dapat disimpulkan
dengan benchmarking kita dapat memahami secara jelas kita ada dimana,dapat
membandingkan praktek bisnis kita dengan perusahaan yang kita tahu lebih
unggul dan bagaimana kita dapat meningkatkan kinerja.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
BAB 3
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Sumber pendapatan pada perusahaan pembangkit
Pada perusahaan pembangkit listrik sumber pendapatan sangat bergantung
pada faktor tingkat kesiapan pembangkit atau biasa disebut Equivalent
Availability Factor ( EAF),dalam kontrak bisnis pembangkit walaupun mesin
tidak prosduksi tingakt kesipan pembangkit tetap dibayar demikian sebaliknya
akan mendapat finalty pada saat dibutuhkan oleh sistem tetapi mesin tidak siap
berproduksi.
Perusahaan pembangkit listrik PT.X saat ini pencapaian tertinggi Faktor Tingkat
Kesiapan baru mencapai 81,58 % sementara perusahaan sejenis dengan type
mesin yang sama sudah dapat mencapai 97.45 % dan dalam kontrak perjanjian
jual beli avarage empat tahun sebesar 91 % , untuk itu dilakukan bechmarking
pada perusahaan tersebut ( dalam hal ini PT.Y).
Tahun Unit
2004 2005 2006
PT. X 63.43% 74.83% 81.58%
PT. Y 95.26% 83.78% 97.45%
Tabel 3.1 : Perbandingan Pencapaian Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit ( EAF)
antara PT.X dan PT.Y
3.2 Area Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit
Area-area yang mempengaruhi pencapaian Faktor Tingkat Kesiapan
pembangkit sesuai dengan rumusannya adalah lamanya mesin pembangkit
tersebut tidak dapat beroperasi baik disebabkan karena berhenti terencana
maupun tidak terencana.Bila diuraikan dalam sistem thinking area-area tersebut
digambarkan seperrti gambar 3.1.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
AREA PAM
Reliability
Improvement
OptimasiWPC
Outage
Management
Material
Management
Operation
Management
People & Work CultureEAMS SMM, SML, SMK3
EAF
EFORSOF(MO+PO)
OEE
Cause & Efect Tingkat Kesiapan Pembangkit
( EAF )
Gambar 3.1 Area –area yang mempengaruhi tercapainya Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit
/ Equivalen Availability Factor (EAF)
Dari gambar 3.1 diatas maka area yang mempengaruhi tercapainya fakor tingakt
kesiapan pembangkit ada 5 area masing-masing: Reliability Management,
Material Management,Operation Management, Optimasi Work Planning and
Control dan Ouatge Mangement.
3.2.1 Reliability Improvement
Realibility Management merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memastikan peralatan dapat beroperasi secara continue dan tidak mengalami
derating. Inti dari kegiatan Realibility Management adalah:
a. menetapkan prioritas pekerjaan berdasarkan criticality ranking peralatan.
b. menetapkan task (jenis pemeliharaan) yang tepat.
c. merencanakan dan menjadwalkan pekerjaan.
d. melaksanakan pekerjaan operasi dan pemeliharaan dengan kualitas yang
optimal.
e. Melakukan pengukuran, evaluasi dan peningkatan berkesinambungan.
Pada perusahaan PT.X Reliability Management prosesnya dimulai dengan
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
SERP (Sistem Equipment Ranking Priority), kemudian hasil dari SERP tersebut
sebagai dasar untuk melakukan FMEA ( Failure Mode and Efect Analisys) sampai
menghasilkan FDT ( Failure Defense Task), tetapi Failure Defense Task dapat
juga dihasilkan dari proses RCFA ( Root Cause Failure Analysis) bila ditemukan
adanya cronik problem tanpa mempertimbangkan hasil dari SERP tetapi bila
memang kronik problem dijumpai cukup banyak maka cukup dibakan pareto
diagram.
Hasil yang didapat baik dari FMEA maupun RCFA yang berupa Failure Defense
Task kemudian menjadi rekomendasi berupa task Preventive Maintenance ,
Predictive Maintenance,Proactive Maintenance ataupun berupa SOP (Standard
Operation Procedure).Mekanismen dari Reliability Improvement ini bila
digambarkan terlihat seperti gambar : 3.3
Reliability Improvement Sequence
FMEASERP RCFA
Plan Schedule Implement Task
Measurement
FDT
Task Execution
PM/PdM
Proactive
Task Identification
Baseline
Overhaul
Continuous Im
pro
vem
ent
ENJINIRING
RENDAL
EKSEKUTOR
CR/PD/PM/OH
Gambar 3.2 : Mekanisme Implementasi Reliability Improvement
Mengacu pada mekanisme reliability improvement pada gambar 3.2 maka elemen
–elemen proses dari realibilty improvement terdiri dari :
• SERP(System Equipment Ranking Priority)
• FMEA (Failure Mode and Efect Analisys)
• RCFA(Root Cause Failure Analisys)
• Work Package
• Predictive Maintenance
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Dalam melakukan Assessmen untuk pengambilan data maka semua elemen-
elemen porses dari reliability improvement diuraikan sesuai dengan proses
menjalankannya seperti berikut:
Area
ID
Elemen-
Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1 SERP 1.1 Daftar system dan
equipment Daftar system dan equipment
1.2 Kriteria ranking
Kriteria:
- biaya operational
- produksi/availability
- kualitas produk
- safety and lingkungan
- peraturan pemerintah
- efisiensi produksi
1.3 Workshop SERP
Workshop untuk membahas:
- nilai sistem dan peralatan menurut
kriteria ranking
- kehadiran Subject Matter Expert
(SEM) dan Manajemen/Spv
1.4 Hasil (MPI)
MPI telah tersusun dengan
komprehensif dan mudah dipahami,
serta menggambarkan kondisi nyata
dari plant
2 FMEA 2.1
Identifikasi equipment
yang membutuhkan
FMEA
Daftar prioritas system dan
equipment yang membutuhkan
FMEA.
2.2 Jadwal workshop
FMEA
Penjadwalan kegiatan workshop
FMEA
Tabel 3.2 Uraian dari elemen-elemen proses dari Reliability Improvement yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID
Elemen-
Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
2.3 Workshop FMEA
Kualitas workshop untuk menggali
data:
- mengidentifikasi kerusakan
- mengidentifikasi penyebab
kerusakan
- mengidentifikasi efek kerusakan
- merumuskan Failure Defense Task
(FDT) untuk dieksekusi
2.4 Pengukuran efektivitas
hasil FMEA
Pengukuran efektifitas task FMEA
untuk meningkatkan kehandalan unit
2.5 Ratio FMEA oleh
external dan internal
Perbandingan penyelesaian FMEA
oleh pihak ketiga dan dari internal
unit
3 RCFA 3.1 Daftar problem
Daftar permasalahan yang belum
diketahui akar permasalahannya
dalam proses FMEA
3.2 Workshop RCFA
Workshop RCFA untuk mencari
root cause disertai jadual &
pesertanya
3.3
Identifikasi &
Rekomendasi hasil
RCFA
Akar permasalahan yang ditemukan,
dokumentasinya dan ketepatan
rekomendasi yang dihasilkan dari
workshop RCFA
3.4 Cost Benefit Analysis
Perhitungan biaya yang bisa dihemat
dari penyelesaian masalah dari
RCFA
4 Work
Package 4.1 Prasyarat kerja
Tujuan, scope, safety & operation
permit, instruksi kerja
4.2 Resources Kelengkapan work package sesuai
dengan kebutuhan WO.
4.3 Referensi Kelengkapan manual, prosedur,
drawing untuk kelancaran kerja.
4.4 Post Maintenance
Testing
Identifikasi test pekerjaan
maintenance untuk menjamin
kualitas
Tabel 3.2 Uraian dari elemen-elemen proses dari Reliability Improvement yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID
Elemen-
Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
5 Predictive
Maintenance 5.1
Setting Up Database
PdM
Setting Up data base PdM
(Equipment & Technology Matric)
berdasarkan SERP, FMEA
5.2 Jadwal
Jadual bulanan pelaksanaan PdM,
termasuk didalamnya resource
manhours dan peralatannya
5.3 Persiapan Teknis
Lapangan
Identifikasi dan pelaksanaan
persiapan pelaksanaan pekerjaan :
orang, alat, metode, link bagian lain
5.4 Pengukuran
(Monitoring)
Pengamatan kondisi peralatan
pembangkit dilakukan dengan
mengukur level vibrasi, kondisi
pelumasan, panas, impurities dll
menggunakan peralatan vibration
montring, tribology tools, infra red
dll.
5.5 Data Management
Penanganan data-data kondisi
peralatan pembangkit secara
computerized dari data pengukuran
dan data lainnya, termasuk
didalamnya membuat trend data,
warning system dsb.
5.6 Analisa &
Rekomendasi
Analisa dari data collection dan
seluruh kondisi yang
memepengaruhi operasi peralatan
pembangkit dan memberikan
rekomendasi kepada O/M
5.7 Tindak Lanjut
Pelaksanaan, pengamatan atau
perubahan schedule dan pekerjaan
dari hasil analisa dan rekomendasi
5.8 Cost and Benefit
Analysis
Kalkulasi biaya pelaksanaan PdM
dan hasil rekomendasinya dibanding
dengan biaya yang akan timbul jika
pemeliharaan tidak terencana
Tabel 3.2 Uraian dari elemen-elemen proses dari Reliability Improvement yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
3.2.2 Work Planning and Control
Untuk memastikan pekerjaan direncanakan, dijalankan, dikendalikan, serta
ditingkatkan (dilakukan improvement), dibutuhkan manajemen kerja yang
sistematis menganut pola Plan – Do – Check – Action (PDCA).
Work Planning and Control adalah kegiatan menyiapkan rencana kerja,
penggunaan sumber daya, menjadwalkan, dan mengendalikan pelaksanaannya
agar dicapai hasil kerja yang optimal.
Work Planning and Control meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Membuat instruksi kerja berdasarkan task yang ditetapkan.
b. Mengatur kebutuhan sumber daya untuk menjalankan setiap task, baik
SDM, material, tools, maupun sarana pendukung lainnya.
c. Melakukan penjadwalan berdasarkan prioritas dan ketersediaan sumber
daya.
d. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan dengan pihak yang terkait antara
lain: operasi, safety, regu pemeliharaan, dan pihak pendukung lainnya
dalam working permit.
e. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan.
f. Memastikan seluruh feedback telah didokumentasikan pada saat kegiatan
dinyatakan selesai.
g. Menyatakan pelaksanaan pekerjaan selesai serta mendokumentasikan ke
dalam Siatem Informasi Terpadu.
Dalam menjalankan tugasnya masukan untuk work planning and control didapat
dari FDT yang hasil dari reliability improvement, rencana operasional, pekerjaan
yang tidak terjadwalkan dan work order yang tertunda dan backlog.
Adapun hasil utama yang diharapakan dari work planning and control dalam
pengelolaan pembangkitan adalah:
• Mengumpulkan dan memperbaharui rencana jangka panjang ( 5 –tahun )
• Mengumpulkan dan memperbaharui rencana Tahunan.
• Mengumpulkan dan memperbaharui Rencana Kwartalan
• Mengumpulkan dan memperbaharui Rencana Mingguan
• Mengumpulkan dan memperbaharui Rencana Harian
• Perencanaan sesaat yang segera diperlukan.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Mekanisme kerja dari work planning and control
Planning & Scheduling Development
4 .1D e v e lo p 5 y e a r
P la n
4 .2D e v e lo p P la n o f th e
Y e a r
4 .3D e v e lo p P la n o f th e
Q u a r te r
4 .4D e v e lo p P la n o f th e
W e e k
4 .5D e v e lo p P la n o f th e
D a y
ξ D e ta i l P la n n in g & S c h e d u l in g o f in d iv id u a l O u ta g e s
ξ F irs t L in e M a in te n a n c e W o r k O rd e r s
ξ M o n th ly P M & P d M S c h e d u le
& L o a d B a la n c in g
W o r k o u ts id e
O u ta g e s – n o t u r g e n t ( r e q u ir e d a f te r 7 d a y s )
ξ P r e v e n ta t iv e M a in te n a n c e
ξ P r e d ic t iv e M a in te n a n c e
ξ U H A R
ξ C o n tr a c to r
ξ C o rr e c t iv e
Y e a r ly
Q u a r te r ly
M o n th ly
W e e k ly
D a i ly
ξ Y e a r ly P M & P d M S c h e d u le & L o a d B a la n c in g
ξ Y e a r ly M a in te n a n c e B u d g e t
ξ P la n n e d O u ta g e S c h e d u l in g
W o r k o u ts id e
O u ta g e s – u r g e n t ( r e q u ir e d in le s s th a n 7 d a y s )
ξ P r e v e n ta t iv e M a in te n a n c e
ξ P r e d ic t iv e M a in te n a n c e
ξ U H A R
ξ C o n tr a c to r
ξ C o rr e c t iv e
Gambar 3.4 Perencanaan kerja tahunan , bulanan, mingguan dan harian
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Mengacu pada mekanisme work planning and control pada gambar 3.4 maka
elemen–elemen proses dari work planning and control terdiri dari :
Identifikasi Pekerjaan,
• Daily Planning
• Weekly Planning
• Monthly Planning
• 3Montlylanning
• Annual Planning
• Long Term Planning
• Excecution Maintenance
• Feed Back Maintenance
Dalam melakukan Assessmen unutk pengambilan data maka semua elemen-elemn
porses dari work planning and control diuraikan sesuai dengan proses
menjalankannya seperti berikut:
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1
WPC -
Identifikasi
Pekerjaan
1.1 Deskripsi permintaan
pekerjaan
Deskripsi permintaan pekerjaan
dari operator atau rendal har yang
tertulis dalam ILS.
1.2 Efektivitas
permintaan pekerjaan
Apakah seluruh kerusakan di
lapangan sudah ada permintaan
pekerjaannya.
1.3 Morning Meeting -
Agenda
Agenda:
- Mereview Emergency Work
- Merubah ILS menjadi WO
(prioritas dan tanggal selesai)
- Mereview backlog dan
kemungkinan backlog untuk urgent
job
1.4 Morning Meeting -
Persiapan
Persiapan:
- Plant status dari Shift Spv.
- Daftar backlog dan kemungkinan
backlog untuk pekerjaan Urgent
dari Spv Har
- ILS dan Daily/Weekly/Yearly
Plan dari Spv Rendal Har
Tabel 3.3 Uraian dari elemen-elemen proses dari Work Planning and Control yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1.5 Morning Meeting -
Efektifitas
Hasil dari morning meeting dan
lingkungan pendukungnya
(kehadiran, gangguan - telpon,
keluar masuk, debat kusir, dll)
2 WPC - Daily
Planning 2.1
Identifikasi dan
distribusi WO
Pemahaman informasi mengenai
WO Urgent yang open, status dan
planner yang bertanggung jawab.
2.2 Pelaksanaan
perencanaan harian
Pemahaman planner yang
bertanggung jawab, terhadap
kegiatan maintenance yang harus
dilaksanakan. Waktu rata-rata yang
dibutuhkan untuk merencanakan
pekerjaan dan mengidentifikasi
resource.
2.3
Penggalian informasi
untuk kelengkapan
WO
Efektifitas penggalian informasi
untuk kelengkapan WO, antara lain:
lingkup, safety issue,
spare/material, skill & manhours,
special tool/equipment, job
task/instruction dan post
maintenance testing. Apakah
pekerjaan harus mematikan
equipment ataukah diperlukan plant
outage.
2.4 Kualitas WO (work
package)
Kelengkapan work package sesuai
dengan kebutuhan WO.
2.5 Penjadwalan Alokasi sumber daya manusia dan
penyesuaian rencana mingguan
2.6 Efisiensi
Penjadwalan
Ketepatan jadwal dimulainya
pekerjaan dengan realisasi, serta
ketepatan jumlah manhours.
2.7
Ratio WO urgent
yang terbit dan yang
diselesaikan
Jumlah WO urgent yang terbit
setiap hari dan jumlah WO urgent
yang dapat diselesaikan setiap
minggu.
3 WPC - Weekly
Planning 3.1
Identifikasi dan
distribusi WO
Pemahaman informasi mengenai
WO Normal yang open, status dan
planner yang bertanggung jawab.
Tabel 3.3 Uraian dari elemen-elemen proses dari Work Planning and Control yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
3.2 Pelaksanaan
perencanaan harian
Pemahaman planner yang
bertanggung jawab, terhadap
kegiatan maintenance yang harus
dilaksanakan. Waktu rata-rata yang
dibutuhkan untuk merencanakan
pekerjaan dan mengidentifikasi
resource.
3.3 Penggalian informasi
untuk WO
Efektifitas penggalian informasi
untuk kelengkapan WO, antara
lain: lingkup, safety issue,
spare/material, skill & manhours,
special tool/equipment, job
task/instruction dan post
maintenance testing. Apakah
pekerjaan harus mematikan
equipment ataukah diperlukan plant
outage.
3.4 Kualitas WO (work
package)
Kelengkapan work package sesuai
dengan kebutuhan WO.
3.5 Penjadwalan 4
mingguan
Alokasi sumber daya manusia (load
balancing) dan rencana 4 mingguan
3.6 Efisiensi
Penjadwalan
Ketepatan jadwal dimulainya
pekerjaan dengan realisasi, serta
ketepatan jumlah manhours.
3.7
Ratio WO Normal
yang terbit dan yang
diselesaikan
Jumlah WO normal yang terbit
setiap hari dan jumlah WO normal
yang dapat diselesaikan setiap
minggu.
4
WPC - 3
monthly
Planning
4.1 Identifikasi outage
dan major project
Identifikasi outage dan major
project untuk 3 bulan ke depan,
sebelum meeting ke-1.
4.2 Identifikasi scope of
work
Identifikasi scope of work, baik
yang standar maupun tambahan.
Penerbitan WO dan planner yang
bertanggung jawab.
4.3
Identifikasi
material/part dan
koordinasi dengan
inventory controller
Identifikasi kebutuhan material/part
dan penerbitan Issue Requisition
atau Recommended Order
4.4
Pelaksanaan
perencanaan 3
bulanan
Prioritas WO dan update scope
tambahan pada planning meeting
ke-2
Tabel 3.3 Uraian dari elemen-elemen proses dari Work Planning and Control yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
4.5 Kualitas WO (work
package)
Kelengkapan work package sesuai
dengan kebutuhan WO.
4.6 Penjadwalan Alokasi sumber daya
4.7 Efisiensi Penjadwalan
Ketepatan jadwal dimulainya
pekerjaan dengan realisasi, serta
ketepatan jumlah manhours.
4.8 Efektifitas Quarterly
Planning Meeting
Pengamatan umum mengenai
efektivitas meeting
5 WPC - Annual
Planning 5.1
Pembuatan kalender
kerja 1 tahun per
mingguan
Kalender kerja 1 tahun dengan
mengidentifikasi outage atau
proyek dalam 1 tahun kedepan
5.2
Perencanaan dan
penjadwalan
pemeliharaaan
preventive
Daftar dan penjadwalan
pemeliharaaan preventive
5.3
Pembagian load dan
resource preventive
maintenance
Daftar pembagian load pekerjaan,
skill, manhour, material/spare dan
tool preventive maintenance yang
telah ditentukan untuk 1 tahun
kedepan
5.4 Efektivitas
penjadwalan
Perbandingan kebutuhan resource
untuk pekerjaan yang dijadwalkan
dengan resource yang tersedia.
5.5 Daftar kebutuhan
biaya tahunan Daftar kebutuhan biaya tahunan
5.6 Review annual
meeting
Review:
- Daftar perubahan rencana tahunan
- kehadiran DM/Spv terkait
- update di SITe
6 WPC - Long
Term Planning 6.1
Draft perencanaan 5
tahun
Mengumpulkan input perencanaan.
Mempersiapkan draft rencana 5
tahun. Identifikasi item dan service
yang membutuhkan delivery time
panjang.
6.2 Yearly Planning 1
Yearly planning meeting 1. Update
draft rencana 5 tahun berdasarkan
hasil meeting.
Tabel 3.3 Uraian dari elemen-elemen proses dari Work Planning and Control yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
6.3 Yearly Planning 2
Persetujuan rencana 5 tahun.
Distribusi rencana 5 tahun.
Visibility rencana 5 tahun.
Menerbitkan RO untuk item dan
service yang membutuhkan
delivery time panjang
7
WPC - Eksekusi
Pekerjaan
Maintenance
7.1 Distribusi WO ke
Foreman
Distribusi WO ke semua foreman
terkait setelah ada klarisifikasi dari
Rendal Har
7.2 Kebutuhan safety
Kelengkapan alat dan prosedur
safety untuk pelindung diri dan
peralatan
7.3 Eksekusi pekerjaan Kesesuian pelaksaaan eksekusi
pekerjaan dengan instruksi kerja
7.4 Post Maintenance
Testing
Testing terhadap peralatan setelah
pekerjaan perbaikan selesai
7.5
Serah terima ke
Operator dan Rendal
Har
Serah terima peralatan setelah
dinyatakan siap operasi
8 WPC -
Feedback 8.1 Ketepatan waktu
Waktu yang diperlukan dari
pekerjaan selesai di lapangan dan
post maintenance testing dilakukan
sampai dengan feedback diterima
planner agar WO dapat di-close.
8.2 Informasi
Informasi feedback terdiri dari:
failure mode & cause, tindakan
korektif yang dilakukan, hasil test,
pemakaian aktual material,
manhour dan resource lain, dll.
8.3 Dokumentasi Planner mendokumentasikan
informasi feedback dalam SIT
Tabel 3.3 Uraian dari elemen-elemen proses dari Work Planning and Control yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
3.2.3 Outage Management
Outage Management adalah proses sinergi dan berkesinambungan dari
kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring, evaluasi
dan rencana tindak lanjut program pemeliharaan ” Planed Outage ” yang
mencakup :
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
• Penentuan lingkup pekerjaan
• Penjadwalan
• Pembuatan Work Package
• Penetapan kebutuhan sumber daya (SDM, material, dan tools)
• Penetapan kesiapan sarana
• Penetapan standar kualitas dan sasaran hasil pekerjaan
• Penetapan Anggaran dan Biaya
• Penentuan metode / standar prosedur komunikasi
• Pelaksanaan Overhaul (OH)
• Pelaporan Hasil Overhaul (OH)
Tujuan pelaksanaan Manajemen Outage adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan kesiapan, keandalan dan efisiensi sehingga memaksimalkan
pendapatan komponen A dan B serta memaksimalkan margin peningkatan
efifisiensi komponen C dan D.
• Peningkatan Overall Equipment Effectiveness (OEE).
Manajemen Outage dilaksanakan berdasarkan kaidah–kaidah sebagai berikut :
• Right Problem :
Permasalahan/problem unit yang akan diselesaikan dalam OH
sudah diidentifikasi dengan benar dan tujuan yang jelas
• Right Solution :
Penentuan penanganan permasalahan untuk memperoleh solusi
yang tepat sesuai dengan tujuan Overhaul.
• Right Design :
Penjadwalan/scheduling, metode dan cara kerja dibuat secara
lengkap dan jelas untuk menangani masalah.
• Right Implementation :
Pelaksana Overhaul bekerja sesuai metode dan cara kerja yang
baku serta berdasarkan schedule dan anggaran yang telah dibuat.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Gambar 3.5 Mekanisme kerja dari Outage Management
Mengacu pada mekanisme outage management pada gambar 3.5 maka dalam
melakukan Assessmen untuk pengambilan data dari semua elemen-elemen porses
dari outage management diuraikan sesuai dengan proses menjalankannya seperti
berikut:
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1 R1 ( 18 Month
Planning ) 1.1 Review OH yang lalu
Review hasil Evaluasi,
Rekomendasi & Rencana
Tindak Lanjut OH yang sudah
dilaksanakan sebagai input
planning
1.2 Identifikasi Jadual dan
Scope pekerjaan OH
Identifikasi jadual, scope of
work, baik yang standar
maupun tambahan. Penerbitan
WO dan planner Outage yang
bertanggung jawab.
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data
6 bln
0 bln
3 bln 1 bln
1 Mng
PPRREE
OOUUTTAAGGEE OOUUTTAAGGEE EEXXEECCUUTTII
OONN
PPOOSSTT
OOUUTTAAGGEE
OOHH
FEED BACK ( Input next Inspection )
PPLLAANNNNIINNGG PPRREEPPAARRAATTIION
R2 R2 R2 R2 ( Skope, Anggaran, Sparepart Utama )
R1 R1 R1 R1 ( Skope, Anggaran, Sparepart Utama )
18 bln 12 bln
O
R3 R3 R3 R3 ( Skope, Anggaran,
Sparepart Pendukung )
P1 , P2 , P3P1 , P2 , P3P1 , P2 , P3P1 , P2 , P3 ( Skope, Anggaran, Sparepart Umum )
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1.3
Identifikasi Kondisi
Performance Unit
(Kondisi Operasi)
- Identifikasi Potret Kondisi
Operasi Unit ( hasil assesment )
- Daya Mampu Netto,
Effisiensi, Jam Operasi Unit
1.4
Identifikasi Kondisi
Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin (
Rekomendasi
Preventive, Corrective &
Predictive Maintenance )
Rekomendasi hasil dari
pemeliharaan Tactical dan Non
Tactical
1.5 Identifikasi Kebutuhan
Material / Sparepart
Identifikasi kebutuhan sparepart
spesifik sesuai delivery time
serta penerbitan Issue
Requisition atau Recommended
Order sebagai dasar proses
pengadaan
1.6
Monitoring dan
Pengendalian hasil
Review Kegiatan / OH
yang lalu
Pengamatan terhadap
Konsistensi pertemuan
(koordinasi) dan proses
kegiatan sesuai target yang
ditetapkan antara lain : Proses
Pengadaan Barang beserta
Alokasinya sesuai format
standard.
1.7
Efektifitas Pertemuan /
Koordinasi antar Bidang
/ Subdit
Ketepatan Waktu ( dalam range
+7 hari dari tanggal yang
ditetapkan ) pertemuan sesuai
Jadual Kegiatan dan
kelengkapan peserta pertemuan
2 R2 ( 12 Month
Planning ) 2.1
Review Progress
meeting R1 & Hasil OH
yang telah dilaksanakan
Review tindak lanjut meeting
R1, hasil Evaluasi,
Rekomendasi & Rencana
Tindak Lanjut OH yang sudah
dilaksanakan sebagai input
planning
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
2.2 Identifikasi Jadual dan
Scope pekerjaan OH
Identifikasi jadual, scope of
work, baik yang standar
maupun tambahan. Penerbitan
WO dan planner Outage yang
bertanggung jawab.
2.3 Identifikasi Kondisi
Performance Unit
Identifikasi Potret Kondisi
Operasi Unit ( hasil assesment )
Daya Mampu Outage
Management,Effisiensi, Jam
Operasi Unit
2.4
Identifikasi Kondisi
Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin (
Rekomendasi
Preventive, Corrective
& Predictive
Maintenance )
Rekomendasi hasil dari
pemeliharaan Tactical dan Non
Tactical
2.5 Identifikasi Kebutuhan
Material / Sparepart
Identifikasi kebutuhan sparepart
spesifik sesuai delivery time
serta penerbitan Issue
Requisition atau Recommended
Order sebagai dasar proses
pengadaan
2.6
Monitoring dan
Pengendalian Kegiatan
hasil R1
Pengamatan terhadap
Konsistensi pertemuan
(koordinasi) dan proses kegiatan
sesuai target yang ditetapkan
antara lain : Proses Pengadaan
Barang beserta Alokasinya
sesuai format standard.
2.7
Efektifitas Pertemuan /
Koordinasi antar Bidang
/ Subdit
Ketepatan Waktu ( dalam range
+7 hari dari tanggal yang
ditetapkan ) pertemuan sesuai
Jadual Kegiatan dan
kelengkapan peserta pertemuan
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
3 R3 ( 6 Month
Planning ) 3.1
Notulen Meeting hasil
pembahasan Pertemuan
R3
Kesepakatan pertemuan yang
mencakup penetapan :
Progress pertemuan R2 &
Rekomendasi hasil OH
Skope pekerjaan yang sudah di
Improve dan Jadual
Spare part spesifik
Informasi kondisi operasi unit
Informasi hasil pemeliharaan
Rutin
yang dilengkapi dengan
Evaluasi dan Rekomendasi serta
Rencana Tindak lanjutnya
3.2 Creat Work Order :
Pembuatan Work Order terkait
pekerjaan OH ( Jasa ) dengan
delivery proses sampai dengan
6 bulan dilengkapi dengan Job
Task dan atau Term Of
Refference ( TOR )
3.3
Kebutuhan Spare part
spesifik untuk delivery 3
s/d 6 bulan
Daftar kebutuhan spare part
spesifik dilengkapi dengan
spesifikasi detail dan dibuat IR /
RO
4 P1 ( 3 Month
Planning ) 4.1
Notulen Meeting hasil
pembahasan Pertemuan
P1
Kesepakatan pertemuan yang
mencakup penetapan :
Progress pertemuan R3 &
Rekomendasi hasil OH
Skope pekerjaan yang sudah di
Improve dan Jadual
Spare part spesifik
Informasi kondisi operasi unit
Informasi hasil pemeliharaan
Rutin
yang dilengkapi dengan
Evaluasi dan Rekomendasi serta
Rencana Tindak lanjutnya
4.2 Creat Work Order
Pembuatan Work Order terkait
pekerjaan OH ( Jasa ) dengan
delivery proses sampai dengan
3 bulan dilengkapi dengan Job
Task dan atau Term Of
Refference ( TOR )
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
4.3
Kebutuhan Spare part
spesifik untuk delivery 1
s/d 3 bulan
Daftar kebutuhan spare part
spesifik dilengkapi dengan
spesifikasi detail dan dibuat IR /
RO
5 P2 ( 1 Month
Planning ) 5.1
Notulen Meeting hasil
pembahasan Pertemuan
P2
Kesepakatan pertemuan yang
mencakup penetapan :
Progress pertemuan P1 &
Rekomendasi hasil OH
Skope pekerjaan yang sudah di
Improve dan Jadual
Struktur Tim OH
Rencana Performance Test
Spare part spesifik
Informasi kondisi operasi unit
Informasi hasil pemeliharaan
Rutin
yang dilengkapi dengan
Evaluasi dan Rekomendasi serta
Rencana Tindak lanjutnya
5.2 Creat Work Order
Pembuatan Work Order terkait
pekerjaan OH ( Jasa ) dengan
delivery proses sampai dengan
1 bulan dilengkapi dengan Job
Task dan atau Term Of
Refference ( TOR )
5.3
Kebutuhan Spare part
spesifik/umum untuk
delivery sampai dengan
1 bulan
Daftar kebutuhan spare part
spesifik/umum dilengkapi
dengan spesifikasi detail dan
dibuat IR / RO
6 P3 ( 1 Week
Planning ) 6.1
Notulen Meeting hasil
pembahasan Pertemuan
P3
Kesepakatan pertemuan yang
mencakup penetapan :
- Progress pertemuan P2
- Skope pekerjaan yang
sudah di Improve dan Jadual
- Struktur Tim OH
- Hasil Performance Test
- Checklist Kesiapan Spare
Part / Material
- Checklist Kesiapan Sarana
- Informasi kondisi operasi
unit
- Informasi hasil
pemeliharaan Rutin
yang dilengkapi dengan
Evaluasi dan Rekomendasi serta
Rencana Tindak lanjutnya
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
6.2 Checklist Kesiapan OH
Daftar Item monitoring
kesiapan pelaksanaan OH yang
mencakup :
- Kesiapan Spare part /
Material
- Kesipan Tim OH
- Kesiapan Sarana
7 EXECUTION
OUTAGE 7.1
Checklist Kesiapan
Start-up dan Sinkron
Daftar Item monitoring
kesiapan pelaksanaan Start-up
dan Sinkron yang mencakup :
- Kesiapan Tim Start-up dan
Sinkron
- Kesiapan Kualitas dan
Ketersediaan Air
- Kesiapan Kualitas dan
Ketersediaan Bahan Bakar
- Kesiapan Peralatan (source,
lubricatiing, dll.)
- Kesiapan SOP / IK
8 POST
OUTAGE 8.1
On Time ( Tepat Waktu
)
Rencana Tindak Lanjut OH
berikutnya dibuat sesuai dengan
Jadual yang telah ditetapkan
dalam frame work
Tabel 3.4 Uraian dari elemen-elemen proses dari Outage Management yang menjadi parameter
Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
3.2.4 Operation Management
Operation Management dibutuhkan untuk menjamin agar Unit
Pembangkitan beroperasi secara andal dan efisien, serta memenuhi standar
keamanan, keselamatan kerja dan lingkungan.
Operation Management mencakup kegiatan sebagai berikut:
• Perencanaan operasi berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit
• Pengoperasian, pengujian, dan pengaturan jam kerja operasi
peralatan
• First Line Maintenance
• Optimasi pembebanan dan kinerja operasi
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Dalam melakukan Assessmen untuk pengambilan data dari semua elemen-elemn
porses dari operation management diuraikan sesuai dengan proses
menjalankannya seperti berikut:
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1 PRODUKSI 1.1 Shift Meeting
Kegiatan teragenda untuk
mencapai koordinasi internal shift
dan kesinambungan pergantian
shift.
1.2 Patrol Check& house
keeping operasi
Kegiatan Patrol terencana untuk
mengetahui gap / indikasi kelainan
operasi dan menjaga kebersihan
peralatan & lingkungan plant.
1.3
Firstline
Maintenance/kecepatan
penanganan gangguan
Kemampuan melakukan tindakan
first line maintenance dan
Termasuk ketepatan & kecepatan
penanganan gangguan.
1.4 SOP Complay & Lap
gangguan
Memastikan SOP yang update
telah dilaksanakan dengan baik
untuk menjaga keandalan dan
efisiensi pembangkit. Setiap
gangguan operasi ada laporan
evaluasinya.
1.5 Entry Data Operasi &
Kesesuaian ROH
Kemampuan untuk Memastikan
data operasi telah di entri dengan
benar, konsisten dan valid, serta
memastikan ROH tercapai.
1.6
Komunikasi dgn
dispatcher &
pelaporan.
Kemampuan untuk melakukan
komunikasi yang efektif dengan
dispatcher Dilakukan oleh yang
berwenang sesuai grid code/PPA.
Tabel 3.5 Uraian dari elemen-elemen proses dari Operation Managementl yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data
3.2.5 Material Management
Dalam perusahaan pembangkit pengelolaan material meliputi material
umum maupum material spesifik atau biasa disebut spare part sangatlah berbeda
perencanaanya dengan perusahaan manufacturing.Material management dalam
perusahaan pemangkit umumnya meliputi tiga pilar yaitu Inventory
Control,Purchasing dan Warehouse, peran dari material management ini
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
sangtalah vital sebab dengan tidak siapnya sutau material maka dapat menghamat
penyelesaian suatu pemeliharaan yang mana dapat erakibat tidak siapnya unit
untuk beroperasi.Perbedaan yang utama antara perushaan pembangkit dan
manufacturing dalam perencanaan material pada perusahaan pembangkit
forecasting sangat tingggi karena dengan karakteristik mesin yang harus selalu
siap beroperasi , apalagi material spesifik pada perusahaan pemangkit pada
umumnya sangat tergantung pada pabrikannya.
Tiga Pillar Manajemen Material
Database Catalouge & Material Inventory
Invento
ryC
trl
Purc
hasin
g
Gudang
Quality
Cost
Delivery
Data spec & hargaOptimasi
Stock & Service
Keakuratan
Data & aman
Supplier
Order pembeli
anmaterial
Tepat:
Kualitas, Kuanititas,
Waktu, Harga
Material
Required Rendal
Har
Layanan
kepadaExecutor
Har
Gambar 3.6 Tiga Pilar Manajemen Material dalam bisnis Pembangkitan
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Mekanisme KerjaMekanisme KerjaManajemen MaterialManajemen Material
PM, CR, OH, PaM• Rendal Har• Har Rutin• Rendal Ops• KLK3• Sarana
WORendal Har
PR• Rendal Har• Har Rutin• Rendal Ops• KLK3• Sarana
IR• Rendal Har• Har Rutin• Rendal Ops• KLK3• Sarana
ROP / ROQ• Rendal Har• Inventory Control
ROInventory Control
HPSTim HPS
PENGADAAN• Tim Pengadaan• Struktural pengadaan
GUDANG• Adm. Gudang• Tim Pemeriksa
PM CR OH EJ
DATA EVALUATION• Rendal Har• Spv. Inventory Control• Spv. Tim Pengadaan
Y
TAndal / Efisien
Meningkat
Gambar 3.7 Mekanisme Kerja Manajemen Material dalam suatu bisnis Pembangkit
Dalam melakukan Assessmen untuk pengambilan data dari semua elemen-elemen
proses sesuai dengan mekanisme menjalankannya maka diuraikan seperti berikut:
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
1 INVENTORY 1.1 Catalogue
Daftar material yang ada di
pembangkit disertai dengan kode
khusus secara spesifik untuk
masing-masing material
1.2 APL Daftar material yang dibutuhkan
dalam suatu standart job
1.3 Penetapan ROQ &
ROP
ROQ = Jumlah material yang
dipesan dalam setiap order
ROP =Jumlah tertentu dari
persediaan sebagai acuan waktu
dalam pemesanan ulang
1.4 Inventory Policy
Kebijakan Inventory untuk
memenuhi service level tertentu
dengan pertimbangan biaya
inventory dan waktu pemesanan
serta penggunaan
Tabel 3.6 Uraian dari elemen-elemen proses dari Material Management yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Area
ID Elemen-Area
Sub-
ID Deskripsi Elemen Definisi
2 PROCUREMENT 2.1 Supplier Master
Daftar rekanan yang teridentifikasi
secara detail disertai monitoring
performancenya
2.2 Monitoring Proses
Pelaksanaan monitoring pada
setiap tahap proses pengadaan
yang dilakukan secara periodik
untuk memastikan efektifitas dan
efisiensi proses
2.3 Comply to rule
Kesesuaian setiap proses
pengadaan terhadap peraturan-
peraturan yang ada. Apabila ada
ketidaksesuaian selalu disertai
alasan yang tepat.
2.4 Kontrak Payung
Merupakan kontrak jangka
menengah atau panjang kepada
supplier tertentu untuk memenuhi
material yang dibutuhkan yang
sudah terprediksi penggunaannya
dan dikirim dengan jumlah dan
waktu sesuai kebutuhan
3 WAREHOUSE 3.1 Informasi
penerimaan material
Informasi waktu dan kelengkapan
penerimaan barang telah diketahui
pihak gudang
3.2
Pemisahan material
sudah diinspeksi dan
yang belum
Pemisahan/ identifikasi
penyimpanan material yang belum
dan sudah dinspeksi
3.3 Pemisahan material
ditolak dan diterima
Pemisahan/ identifikasi
penyimpanan material yang ditolak
dan diterima
3.4 Stock count
Penghitungan material yang
frekuensinya disesuaikan dengan
pergerakannya
3.5
Prosedur
penanganan, dan
penyimpanan
Pihak gudang telah dilengkapi
dengan cara mengangkat,
memindahkan, menumpuk, serta
menyimpan material
3.6 Identifikasi dead &
obsolote stock
material yang menjadi bagian
peralatan yang telah di scrap dan
tidak dapat digunakan lagi serta
material yang penggunaan di unit
telah obsolete
3.7 Penyimpanan scrap
material
Pemisahaan dan pencatatan
material scrap
Tabel 3.6 Uraian dari elemen-elemen proses dari Material Management yang menjadi
parameter Assessmen dalam pengambilan data (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
3.3 Penyusunan Frame Work Assesmen dengan metode Maturity Level
Frame Work Assesmen disususun berdasarkan elemen-elemen yang telah
diuraikan dari kelima area seperti telah diuraikan diatas dalam penentuan
pencapaiannya digunakan metode maturity level.
Dalam metode maturity level ini dibagi dalam lima tingkatan dan dalam penelitian
ini diuraikan sebagai berikut:
Level 1, “Awam” (“Innocence”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit tidak
sadar bahwa sebetulnya ada alternatif lain. Tidak ada rencana investigasi untuk
mengubah proses pengeloan saat ini.
Level 2, “Sadar” (“Awareness”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit , dan
individu-individu menjadi semakin sadar bahwa praktek-praktek saat ini tidak
tepat dan bahwa perubahan dibutuhkan untuk meningkatkan sistem dan prestasi
proses pengeloan saat ini
Level 3, “Paham” (“Understanding”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit
dan individu-individu sedang meningkatkan rencana-rencana pengembangan
sistem dan sedang dalam penerapan dalam berbagai tingkatan di seluruh plant.
Level 4, “Kompeten” (“Competence”): Pola pengelolaan perawatan pembangkit
telah mengimplementasikan peningkatan sistem yang komprehensif dan
konsisten, yang padanya direncanakan pula penerapan pemantauan.
Level 5, “Excellence”: Pola pengelolaan perawatan pembangkit memantau
sistem dan proses secara reguler, memberlakukan CIP (Continuous Improvement
Program).
Dari uraian diatas maka dengan mengacu pada semua elemen-elemen proses
dari area-area yang mempengaruhi faktor tingkat kesiapan pembangkit seperti
diuraikan sebelumnya didapatakan frame work assesment.
Framework assesment kelima area seperti ada pada Lampiran -1
3.4 Lokasi Dan Waktu Pengumpulan Data
Lokasi dan waktu pengumpulan data dilakukan pada dua temapt berbeda yang
pertama pada temapt dimana dilakukan benchmarking yaitu pada PT.Y dengan
cara diskusi kelas pada masing-masing bidang yang bertanggung jawab pada area-
area yang dilakukan pengukuran dengan mendengarkan persentasi dan diskusi,
kemudian dengan wawancara pada masing –masing penanggung jawab sesuai
area yang diukur, hal ini dilakukan pada tiga layer organisasi dari manajer bidang
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
, head section dan supervisor.Selanjutnya untuk memastikan data-data yang
didapat dilakukan pengamatan langsung dengan melihat dokumen maupun cara
pelaksanannya.Cara yang dilakukan pada PT.Y juga dilakukan pada PT.X mulai
dari frame work assesmen sampai hingga tiga layer organisasi.
3.5 Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan melakukan workshop untuk menentukan pencapaian nilai maturity level
dari setiap elemen-elemen proses yang telah dilakukan assesmen.
Dalam menentukan hasil penilain pada workshop terlebih dahulu dikumpulkan
semua data yang didapat baik dari hasil diskusi kelas , wawancara dan hasil
pengamatan langsung.
3.6 Hasil Pengolahan Data
Setelah semua elemen –elemen proses dari kelima area dinilai baik untuk
PT.X dan PT.Y maka diperoleh hasil seperti tabel berikut:
3.6.1 Area Reliability Improvement
Untuk Reliability Management dari 5 sub area dan 25 elemen proses maka
didapatkan hasil dari PT.X dan PT.Y sebagai berikut:
RELIABILITY IMPROVEMENT PT-X PT-Y
1 SERP 1.1 Daftar system dan equipment 4 4
1.2 Kriteria ranking 5 5
1.3 Workshop SERP 4 4
1.4 Hasil (MPI) 4 4
2 FMEA 2.1 Identifikasi equipment yang membutuhkan
FMEA 3 4
2.2 Jadwal workshop FMEA 3 5
Tabel 3.7 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Reliabilty Improvement antara
PT.X dan PT. Y
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
RELIABILITY IMPROVEMENT PT-
X PT-Y
2.3 Workshop FMEA 3 5
2.4 Pengukuran efektivitas hasil FMEA 3 5
2.5 Ratio FMEA oleh external dan internal 2 5
3 RCFA 3.1 Daftar problem 3 5
3.2 Workshop RCFA 3 5
3.3 Identifikasi & Rekomendasi hasil RCFA 3 5
3.4 Cost Benefit Analysis 3 5
4 Work Package 4.1 Prasyarat kerja 3 5
4.2 Resources 4 5
4.3 Referensi 3 5
4.4 Post Maintenance Testing 4 5
5 Predictive
Maintenance 5.1 Setting Up Database PdM 4 5
5.2 Jadwal 4 5
5.3 Persiapan Teknis Lapangan 4 4
5.4 Pengukuran (Monitoring) 4 4
5.5 Data Management 3 5
5.6 Analisa & Rekomendasi 4 4
5.7 Tindak Lanjut 3 5
5.8 Cost and Benefit Analysis 3 5
Tabel 3.7 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Reliabilty Improvement antara
PT.X dan PT. Y (Lanjutan)
Dari hasil Assessmen tabel 3.7 dapat digambarkan spider chart dari masing
masing sub area dengan mengambil nilai rata-rata dari masing-masing elemen.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
RELIABILITY IMPROVEMENT
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00SERP
FMEA
RCFAWork Pakckage
Predictive Maintenance
X
Y
Gambar 3.8 Spider Chart hasil Assesment Reliabilty Improvement
3.6.2 Work Planning and Control
Untuk Work Planning and Control dari 8 sub area dan 44 elemen proses
maka didapatkan hasil dari PT.X dan PT.Y sebagai berikut:
WORK PLANNING AND CONTROL PT-
X
PT-
Y
1 Identifikasi Pekerjaan 1.1 Deskripsi permintaan pekerjaan 3 5
1.2 Efektivitas permintaan pekerjaan 3 5
1.3 Morning Meeting – Agenda 4 4
1.4 Morning Meeting – Persiapan 3 4
1.5 Morning Meeting – Efektifitas 4 5
2 Daily Planning 2.1 Identifikasi dan distribusi WO 2 4
2.2 Pelaksanaan perencanaan harian 3 4
2.3 Penggalian informasi untuk kelengkapan
WO 4 4
2.4 Kualitas WO (work package) 3 5
2.5 Penjadwalan 3 5
Tabel 3.8 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Work Planning and Controlt
antara PT.X dan PT. Y
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
WORK PLANNING AND CONTROL PT-
X
PT-
Y
2.6 Efisiensi Penjadwalan 3 4
2.7 Ratio WO urgent yang terbit dan yang
diselesaikan 3 4
3 Weekly Planning 3.1 Identifikasi dan distribusi WO 3 4
3.2 Pelaksanaan perencanaan harian 4 5
3.3 Penggalian informasi untuk WO 3 4
3.4 Kualitas WO (work package) 3 5
3.5 Penjadwalan 4 mingguan 3 5
3.6 Efisiensi Penjadwalan 4 4
3.7 Ratio WO Normal yang terbit dan yang
diselesaikan 4 5
4 3 Monthly Planning 4.1 Identifikasi outage dan major project 4 5
4.2 Identifikasi scope of work 3 4
4.3 Identifikasi material/part dan koordinasi
dengan inventory controller 2 4
4.4 Pelaksanaan perencanaan 3 bulanan 3 4
4.5 Kualitas WO (work package) 3 5
4.6 Penjadwalan 3 4
4.7 Efisiensi Penjadwalan 2 4
4.8 Efektifitas Quarterly Planning Meeting 3 4
5 Annual Planning 5.1 Pembuatan kalender kerja 1 tahun per
mingguan 3 5
5.2 Perencanaan dan penjadwalan
pemeliharaaan preventive 3 5
5.3 Pembagian load dan resource preventive
maintenance 3 5
5.4 Efektivitas penjadwalan 3 5
5.5 Daftar kebutuhan biaya tahunan 4 5
5.6 Review annual meeting 4 5
6 Long Term Planning 6.1 Draft perencanaan 5 tahun 3 5
6.2 Yearly Planning 1 4 5
6.3 Yearly Planning 2 3 5
Tabel 3.8 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Work Planning and Controlt
antara PT.X dan PT. Y (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
WORK PLANNING AND CONTROL PT-
X
PT-
Y
7 Eksekusi Pekerjaan 7.1 Distribusi WO ke Foreman 3 4
Maintenance 7.2 Kebutuhan safety 4 5
7.3 Eksekusi pekerjaan 3 5
7.4 Post Maintenance Testing 4 5
7.5 Serah terima ke Operator dan Rendal Har 4 5
8 Feedback 8.1 Ketepatan waktu 3 5
8.2 Informasi 4 5
8.3 Dokumentasi 4 5
Tabel 3.8 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Work Planning and Controlt
antara PT.X dan PT. Y (Lanjutan)
Dari hasil Assessmen tabel 3.8 dapat digambarkan spider chart dari masing
masing sub area dengan mengambil nilai rata-rata dari masing-masing elemen-
elemen proses .
Work Planning and Control
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00Identifikasi Pekerjaan
Daily Planning
Weekly Planning
3 Monthly Planning
Annual Planning
Long Term Planning
Eksekusi Pekerjaan Maintenance
Feedback
X
Y
Gambar 3.9 Spider Chart hasil Assesment Work Planning and Control
3.6.3 Operation Management
Untuk Operation Management dari 1 sub area dan 6 elemen proses maka
didapatkan hasil dari PT.X dan PT.Y sebagai berikut:
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
OPERATION MANAGEMENT PT-X PT-Y
1 PRODUKSI 1.1 Shift Meeting 3 5
1.2 Patrol Check& house keeping operasi 3 5
1.3 Firstline Maintenance/kecepatan
penanganan gangguan 3 5
1.4 SOP Complay & Lap gangguan 3 5
1.5 Entry Data Operasi & Kesesuaian ROH 4 5
1.6 Komunikasi dgn dispatcher & pelaporan. 4 5
Tabel 3.9 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Operation Management antara
PT.X dan PT. Y
Dari hasil Assessmen tabel 3.9 dapat digambarkan spider chart dari masing-
masing elemen-elemen proses .
OPERATION MANAGEMENT
0
1
2
3
4
5Shift Meeting
Patrol Chek dan House Keeping
Operasi
First Line Maintenance /
Kecepatan Penanganan
Gangguan
SOP Complay / Laporan
Gangguan
Entry Data Operasi / Kesesuaian
ROH
Komunikasi dengan Dispatcher
X
Y
Gambar 3.10 Spider Chart hasil Assesment Operation Management
3.6.4 Outage Management
Untuk Outage Management dari 8 sub area dan 24 elemen proses maka
didapatkan hasil dari PT.X dan PT.Y sebagai berikut:
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
OUTAGE MANAGEMENT PT-
X
PT-
Y
1 R1 ( 18 Month Planning
) 1.1 Review OH yang lalu 2 5
1.2 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan
OH 3 5
1.3 Identifikasi Kondisi Performance Unit
(Kondisi Operasi) 3 5
1.4
Identifikasi Kondisi Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive
Maintenance )
2 5
1.5 Identifikasi Kebutuhan Material /
Sparepart 3 5
2
R2 ( 12 Month Planning
)
Pre Outage Management
2.1 Review Progress meeting R1 & Hasil
OH yang telah dilaksanakan 3 5
2.2 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan
OH 3 5
2.3 Identifikasi Kondisi Performance Unit
( Kondisi Operasi ) 3 5
2.4
Identifikasi Kondisi Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive
Maintenance )
3 5
2.5 Identifikasi Kebutuhan Material /
Sparepart 2 5
Tabel 3.10 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Outage Management antara
PT.X dan PT. Y
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
OUTAGE MANAGEMENT PT-
X
PT-
Y
3 R3 ( 6 Month Planning )
Pre Outage Management 3.1
Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan R3 3 5
3.2 Creat Work Order 3 5
3.3 Kebutuhan Spare part spesifik untuk
delivery 3 s/d 6 bulan 2 5
4 P1 ( 3 Month Planning ) 4.1 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P1 3 5
4.2 Creat Work Order 3 4
4.3 Kebutuhan Spare part spesifik untuk
delivery 1 s/d 3 bulan 3 5
5 P2 ( 1 Month Planning ) 5.1 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P2 3 5
5.2 Creat Work Order 3 5
5.3 Kebutuhan Spare part spesifik/umum
untuk delivery sampai dengan 1 bulan 3 5
6 P3 ( 1 Week Planning ) 6.1 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P3 4 5
6.2 Checklist Kesiapan OH 3 5
7
EXECUTION OUTAGE
( Pelaksanaan OH )
Start-Up & Sinkron
7.1 Checklist Kesiapan Start-up dan
Sinkron 4 5
8
POST OUTAGE
( Pasca Pekerjaan OH )
Rencana Tindak Lanjut
OH Berikutnya
8.1 On Time ( Tepat Waktu ) 3 5
Tabel 3.10 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Outage Management antara
PT.X dan PT. Y (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Dari hasil Assessmen tabel 3.10 dapat digambarkan spider chart dari masing
masing sub area dengan mengambil nilai rata-rata dari masing-masing elemen-
elemen proses .
OUTAGE MANAGEMENT
0.001.002.003.004.005.00
R1/ 18 Month Planning
R2/ 12 Month Planning
R3 / 6 Month Planning
P1 / 3 Month Planning
P2 / 1 Month Planning
P3 / 1 Week Planning
Excetution Outage
Post Outage
X
Y
Gambar 3.11 Spider Chart hasil Assesment Outage Management
3.6.5 Material Management
Untuk Materail Management dari 3 sub area dan 16 elemen proses maka
didapatkan hasil dari PT.X dan PT.Y sebagai berikut:
MATERIAL MANAGEMENT PT-X PT-Y
1 INVENTORY 1.1 Catalogue 3 5
1.2 Application Part List 2 5
1.3 Penetapan ROQ & ROP 2 5
1.4 Inventory Policy 3 5
Tabel 3.11 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Material Management antara
PT.X dan PT. Y
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATERIAL MANAGEMENT PT-X PT-Y
2 PROCUREMENT 2.1 Supplier Master 3 5
2.2 Monitoring Proses 3 4
2.3 Comply to rule 3 5
2.4 Kontrak Payung 2 5
3 WAREHOUSE 3.1 Informasi penerimaan material 3 4
3.2 Pemisahan material sudah
diinspeksi dan yang belum 4 5
3.3 Pemisahan material ditolak dan
diterima 3 5
3.4 Stock count 4 5
3.5 Prosedur penanganan, dan
penyimpanan 4 5
3.6 Identifikasi dead & obsolote stock 3 5
3.7 Penyimpanan scrap material 4 5
Tabel 3.11 Hasil Pencapaian Assesment Maturity Level dari area Material Management antara
PT.X dan PT. Y (Lanjutan)
Dari hasil Assessmen tabel 3.11 dapat digambarkan spider chart dari masing
masing sub area dengan mengambil nilai rata-rata dari masing-masing elemen-
elemen proses .
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATERIAL MANAGEMENT
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00Inventory
ProcurementWarehouse
X
Y
Gambar 3.12 Spider Chart hasil Assesment Material Management
3.7 Gap Nilai
Untuk memilih elemen-elemen proses yang akan menjadi usulan dalam
penelitian ini maka semua hasil dari assesment maturity level physical asset
management dibuat tabel gap.Nilai gap merupakan hasil selisih antara skor nilai
dari pembangkit PT.X dan pembangkit PT.Y, seperti pada rumus dibawah ini:
GAP SCORE = SCORE PT Y – SCORE PT X
Hasil perhitungan Gap Score untuk dari masing-masing hasil assesment dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL GAP SCORE RELIABILTY IMPROVEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
1 Daftar system dan equipment untuk mesin pembangkit 4 4 0
2 Kriteria ranking sesuai kaidah pembangkit 5 5 0
3 Workshop SERP 4 4 0
4 Hasil dari SERP berupa Maintenance Prioritation Index 4 4 0
5 Identifikasi equipment yang membutuhkan FMEA 3 4 1
Tabel 3.12 Gap Score Reliability Improvement
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE RELIABILTY IMPROVEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
6 Jadwal workshop FMEA 3 5 2
7 Workshop FMEA 3 5 2
8 Pengukuran efektivitas hasil FMEA 3 5 2
9 Ratio FMEA oleh external dan internal 2 5 3
10 Daftar problem diluar progam FMEA 3 5 2
11 Workshop RCFA 3 5 2
12 Identifikasi & Rekomendasi hasil RCFA 3 5 2
13 Cost Benefit Analysis dari kajian RCFA 3 5 2
14 Prasyarat kerja dalam Work Package 3 5 2
15 Resources dalam Work Package 4 5 1
16 Referensi dalam kelengkapan Work Package 3 5 2
17 Post Maintenance Testing 4 5 1
18 Setting Up Database Predictive Maintenance 4 5 1
19 Jadwal kegiatan Predictive Maintenance 4 5 1
20 Persiapan Teknis Lapangan untuk Pelaksanaan Pekerjaan PdM 4 4 0
21 Pengukuran (Monitoring) Sesuai Tool Predictive Maintenance 4 4 0
22 Data Management Predictive Maintenance 3 5 2
23 Analisa & Rekomendasi dari Predictive Maintenance 4 4 0
24 Tindak Lanjut dari rekomendasi Predictive Maintenance 3 5 2
25 Cost and Benefit Analysis dari Predictive Maintenance 3 5 2
Tabel 3.12 Gap Score Reliability Improvement (Lanjutan)
Dari hasil tabel 3.12 maka diperoleh gap score dari 25 elemen proses dengan gap
score tertinggi 2 sebanyak 12 elemen proses dan 7 elemen proses dengan gap
score nol sehingga dalam area Reliability Improvement masih perlu beberapa
upaya perbaikan dalam hal pengelolaan yang akan dibahas selanjutnya dalam
penelitian ini dengan matriks diagram.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE WORK PLANNING AND CONTROL
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
1 Deskripsi permintaan pekerjaan dalam WPC 3 5 2
2 Efektivitas permintaan pekerjaan dalam WPC 3 5 2
3 Morning Meeting - Agenda 4 4 0
4 Morning Meeting - Persiapan 3 4 1
5 Morning Meeting - Efektifitas 4 5 1
6 Identifikasi dan distribusi WO untuk perencnaan harian 2 4 2
7 Pelaksanaan perencanaan harian 3 4 1
8 Penggalian informasi untuk kelengkapan WO 4 4 0
9 Kualitas WO (work package) 3 5 2
10 Penjadwalan untuk perencanaan minnguan 3 5 2
11 Efisiensi Penjadwalan 3 4 1
12 Ratio WO urgent yang terbit dan yang diselesaikan 3 4 1
13 Identifikasi dan distribusi WO untuk perencnaan mingguan 3 4 1
14 Pelaksanaan perencanaan harian untuk perencanaan mingguan 4 5 1
15 Penggalian informasi untuk WO untuk mingguan 3 4 1
16 Kualitas WO (work package) dalam perencanaan mingguan 3 5 2
17 Penjadwalan 4 mingguan 3 5 2
18 Efisiensi Penjadwalan dalam perencanaan mingguan 4 4 0
19 Ratio WO Normal yang terbit dan yang diselesaikan dalam
minnguan 4 5 1
20 Identifikasi outage dan major project perencanaan 3 bulanan 4 5 1
21 Identifikasi scope of work perencanaan 3 bulanan 3 4 1
22 Identifikasi material/part dan koordinasi dengan inventory
controller perencanaan 3 bulanan 2 4 2
23 Pelaksanaan perencanaan 3 bulanan 3 4 1
24 Kualitas WO (work package) dalam perencanaan mingguan 3 5 2
Tabel 3.13 Gap Score Work Planning and Control
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE WORK PLANNING AND CONTROL
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
25 Penjadwalan perencanaan 3 bulanan 3 4 1
26 Efisiensi Penjadwalan dalam perencanaan mingguan 2 4 2
27 Efektifitas Quarterly Planning Meeting 3 4 1
28 Pembuatan kalender kerja 1 tahun per mingguan 3 5 2
29 Perencanaan dan penjadwalan pemeliharaaan preventive 3 5 2
30 Pembagian load dan resource preventive maintenance 3 5 2
31 Efektivitas penjadwalan dalam perencanaan tahunan 3 5 2
32 Daftar kebutuhan biaya tahunan 4 5 1
33 Review annual meeting 4 5 1
34 Draft perencanaan 5 tahun 3 5 2
35 Yearly Planning 1 4 5 1
36 Yearly Planning 2 3 5 2
37 Distribusi WO ke Foreman 3 4 1
38 Kebutuhan safety 4 5 1
39 Eksekusi pekerjaan dari semua jadwal 3 5 2
40 Post Maintenance Testing 4 5 1
41 Serah terima ke Operator dan Rendal Har 4 5 1
42 Ketepatan waktu feedack dari semua kegiatan WPC 3 5 2
43 Informasi feedack dari semua kegiatan WPC 4 5 1
44 Dokumentasi feedack dari semua kegiatan WPC 4 5 1
Tabel 3.13 Gap Score Work Planning and Control (Lanjutan)
Dari hasil tabel 3.13 maka diperoleh gap score dari 44 elemen proses dengan gap
score tertinggi 2 sebanyak 18 elemen proses dan 3 elemen proses dengan gap
score nol sehingga dalam area Work Planning and Control masih perlu beberapa
upaya perbaikan dalam hal pengelolaan yang akan dibahas selanjutnya dalam
penelitian ini dengan matriks diagram.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE OPERATION MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
1 Shift Meeting Produksi 3 5 2
2 Patrol Check& house keeping operasi 3 5 2
3 Firstline Maintenance/kecepatan penanganan gangguan 3 5 2
4 SOP Complay & Laporan gangguan Produksi 3 5 2
5 Entry Data Operasi & Kesesuaian Rencana Operasi Harian 4 5 1
6 Komunikasi dgn dispatcher & pelaporan produksi 4 5 1
Tabel 3.14 Gap Score Operation Management
Dari hasil tabel 3.14 maka diperoleh gap score dari 6 elemen proses dengan gap
score tertinggi 2 sebanyak 4 elemen proses dan tidak ada elemen proses dengan
gap score nol sehingga dalam area Operation Management masih perlu beberapa
upaya perbaikan dalam hal pengelolaan yang akan dibahas selanjutnya dalam
penelitian ini dengan matriks diagram
TABEL GAP SCORE OUTAGE MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
1 Review OH yang lalu / R1 2 5 3
2 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan OH / R1 3 5 2
3 Identifikasi Kondisi Performance Unit (Kondisi Operasi) / R1 3 5 2
4
Identifikasi Kondisi Perlatan dari Pemeliharaan Rutin (
Rekomendasi Preventive, Corrective & Predictive Maintenance
)
2 5 3
5 Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart / R1 3 5 2
Tabel 3.15 Gap Score Outage Management
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE OUTAGE MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
6 Review Progress meeting R1 & Hasil OH yang telah
dilaksanakan 3 5 2
7 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan OH / R2 3 5 2
8 Identifikasi Kondisi Performance Unit / R2
( Kondisi Operasi ) 3 5 2
9
Identifikasi Kondisi Perlatan dari Pemeliharaan Rutin (
Rekomendasi Preventive, Corrective & Predictive Maintenance
)
3 5 2
10 Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart / R2 2 5 3
11 Notulen Meeting hasil pembahasan Pertemuan R3 3 5 2
12 Creat Work Order / R3 3 5 2
13 Kebutuhan Spare part spesifik untuk delivery 3 s/d 6 bulan 2 5 3
14 Notulen Meeting hasil pembahasan Pertemuan P1 3 5 2
15 Creat Work Order /P1 3 4 1
16 Kebutuhan Spare part spesifik untuk delivery 1 s/d 3 bulan 3 5 2
17 Notulen Meeting hasil pembahasan Pertemuan P2 3 5 2
18 Creat Work Order /P2 3 5 2
19 Kebutuhan Spare part spesifik/umum untuk delivery sampai
dengan 1 bulan 3 5 2
20 Notulen Meeting hasil pembahasan Pertemuan P3 4 5 1
21 Checklist Kesiapan OH /P3 3 5 2
Tabel 3.15 Gap Score Outage Management (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE OUTAGE MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
22 Checklist Kesiapan Start-up dan Sinkron 4 5 1
23 On Time ( Tepat Waktu ) pasca pekerjaan OH 3 5 2
Tabel 3.15 Gap Score Outage Management (Lanjutan)
Dari hasil tabel 3.15 maka diperoleh gap score dari 23 elemen proses dengan gap
score tertinggi 3 sebanyak 4 elemen proses dan 19 elemen proses dengan gap
score 2 sehingga dalam area Outage Management masih perlu beberapa upaya
perbaikan dalam hal pengelolaan yang akan dibahas selanjutnya dalam penelitian
ini dengan matriks diagram
TABEL GAP SCORE MATERIAL MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
1 Catalogue 3 5 2
2 APL 2 5 3
3 Penetapan ROQ & ROP 2 5 3
4 Inventory Policy 3 5 2
5 Supplier Master 3 5 2
6 Monitoring Proses 3 4 1
7 Comply to rule untuk Procurement 3 5 2
8 Kontrak Payung 2 5 3
9 Informasi penerimaan material 3 4 1
10 Pemisahan material sudah diinspeksi dan yang belum 4 5 1
11 Pemisahan material ditolak dan diterima 3 5 2
12 Stock count 4 5 1
Tabel 3.16 Gap Score Material Management
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
TABEL GAP SCORE MATERIAL MANAGEMENT
No Elemen Proses PT-
X
PT-
Y
Gap
Score
13 Prosedur penanganan, dan penyimpanan 4 5 1
14 Identifikasi dead & obsolote stock 3 5 2
15 Penyimpanan scrap material 4 5 1
Tabel 3.16 Gap Score Material Management (Lanjutan)
Dari hasil tabel 3.16 maka diperoleh gap score dari 15 elemen proses dengan gap
score tertinggi 3 sebanyak 2 elemen proses dan 7 elemen proses dengan gap
score 2 sehingga dalam area Material Management masih perlu beberapa upaya
perbaikan dalam hal pengelolaan yang akan dibahas selanjutnya dalam penelitian
ini dengan matriks diagram.
3.8 Matrix Diagram
Setelah gap score elemen-elemen proses dari kelima area operasi
didapatkan maka dilakukan pemilihan elemen proses yang paling berpengaruh
dengan matrix diagram.Adapun parameter yang menjadi acuan adalah parameter
yang didapat dari rumus menghitung Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit seperti
telah diuraikan awal bab yaitu : EFOR (Equivalent Forced Outage Rate), SOF (
Scheduled Outage Factor) yang terdiri dari MO (Maintenance Outage ) ditambah
PO (Planned Outage). Adapun pengertia dari parameter-parameter tersebut
sebagai berikut:
Equvalent Forced Outage Rate (EFOR) yaitu: ekuivalen dari jumlah jam unit
pembangkit dikeluarkan dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit
pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit
beroperasi , yang dinyatakan dalam persen dan telah memperhitungkan dampak
dari derating pembangkit.
Maintenance Outage ( MO) yaitu: keluarnya pembangkit untuk kebutuhan
pengujian, pemeliharaan preventive, pemeliharaan korektif, perbaikan atau
penggantian part /material atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang dianggap
perlu dilakukan dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya hingga jadwal PO
berikutnya.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
Planned Outage ( PO ) yaitu : keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan
pemeliharaan periodik pembangkit seperti inspeksi, overhaul, atau pekerjaan
lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam rencana tahunan pemeliharaan
pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.
Matrixks diagram dibuat dengan menghubungkan antara gap nilai dengan
parameter-parameter dari system tinking Faktor Tingkat Kesiapan Pembangkit,
adapun faktor penghubung dalam matrix diagram dengan empat paramater
digambarkan seperti tabel 3.17 sedang hubungan kekuatan meliputi tiga faktor
yaitu: mengakibatkan terjadi shutdown, mengakibatkan shutdown lama,
mempercepat terjadinya shutdown.
Simbol Arti Nilai
Blank No Linked / Tidak ada hubungan 0
� Possibly Linked / Mungkin 1
� Moderated Linked / Sedang 3
� Strong Linked / Kuat 9
Tabel 3.17 Simbol dan Nilai dari Matrix Diagram
Berikut ini adalah tabel perhitungasn dari hasil diskusi kelas / workshop dalam
menentukan nilai keterkaitan antara gap nilai dalam matriks diagram:
MATRIX DIAGRAM RELIABILTY
IMPROVEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
1 Identifikasi equipment yang membutuhkan
FMEA 1 � � 4
2 Jadwal workshop FMEA 2 � �
12
3 Workshop FMEA 2 � � � 14
4 Pengukuran efektivitas hasil FMEA 2 � �
8
5 Ratio FMEA oleh external dan internal 1 �
� 4
6 Daftar problem diluar progam FMEA 2 � 18
Tabel 3.18 Matrix Diagram Reliability Improvement
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM RELIABILTY
IMPROVEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
7 Workshop RCFA 2 � � 24
8 Identifikasi & Rekomendasi hasil RCFA 2 � � � 54
9 Cost Benefit Analysis dari kajian RCFA 2 �
6
10 Prasyarat kerja dalam Work Package 2 � � � 26
11 Resources dalam Work Package 2 � � � 54
12 Referensi dalam kelengkapan Work
Package 2 � � � 54
13 Post Maintenance Testing 1 �
3
14 Setting Up Database Predictive
Maintenance 1
� 3
15 Jadwal kegiatan Predictive Maintenance 1 � � � 5
16 Data Management Predictive Maintenance 2 � 6
17 Tindak Lanjut dari rekomendasi Predictive
Maintenance 2 �
� 36
18 Cost and Benefit Analysis dari Predictive
Maintenance 1
� 1
Tabel 3.18 Matrix Diagram Reliability Improvement (Lanjutan)
MATRIX DIAGRAM WORK PLANNING AND
CONTROL EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
1 Deskripsi permintaan pekerjaan dalam
WPC 2 � � � 54
2 Efektivitas permintaan pekerjaan dalam
WPC 2 � � � 54
3 Morning Meeting - Persiapan 1 � �
4
4 Morning Meeting - Efektifitas 1 � �
4
Tabel 3.19 Matrix Diagram Work Planning and Control
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM WORK PLANNING AND
CONTROL EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
5 Identifikasi dan distribusi WO untuk
perencanaan harian 2 �
18
6 Pelaksanaan perencanaan harian 1 � �
4
7 Kualitas WO (work package) 2 � � � 54
8 Penjadwalan untuk perencanaan minnguan 2 � �
20
9 Efisiensi Penjadwalan 1 � �
10
10 Ratio WO urgent yang terbit dan yang
diselesaikan 1 � �
4
11 Identifikasi dan distribusi WO untuk
perencnaan mingguan 1 � �
4
12 Pelaksanaan perencanaan harian untuk
perencanaan mingguan 1 � �
4
13 Penggalian informasi untuk WO untuk
mingguan 1
�
3
14 Kualitas WO (work package) dalam
perencanaan mingguan 2 � � � 54
15 Penjadwalan 4 mingguan 2
� � 36
16 Ratio WO Normal yang terbit dan yang
diselesaikan dalam minguan 1
�
3
17 Identifikasi outage dan major project
perencanaan 3 bulanan 1 �
� 4
18 Identifikasi scope of work perencanaan 3
bulanan 1 �
� 4
19
Identifikasi material/part dan koordinasi
dengan inventory controller perencanaan 3
bulanan 2
� � 24
20 Pelaksanaan perencanaan 3 bulanan 1 �
� 4
21 Kualitas WO (work package) dalam
perencanaan mingguan 2 � � � 26
Tabel 3.19 Matrix Diagram Work Planning and Control (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM WORK PLANNING AND
CONTROL EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
22 Penjadwalan perencanaan 3 bulanan 1
� 3
23 Efisiensi Penjadwalan dalam perencanaan
3 bulanan 2 �
� 20
24 Efektifitas Quarterly Planning Meeting 1 � � � 7
25 Pembuatan kalender kerja 1 tahun per
mingguan 2 � � � 26
26 Perencanaan dan penjadwalan
pemeliharaaan preventive 2 � � � 38
27 Pembagian load dan resource preventive
maintenance 2 � � � 42
28 Efektivitas penjadwalan dalam
perencanaan tahunan 2 � � � 42
29 Daftar kebutuhan biaya tahunan 1
� � 4
30 Review annual meeting 1
� � 4
31 Draft perencanaan 5 tahun 2
� 2
32 Yearly Planning 1 1
� 1
33 Yearly Planning 2 2
� 6
34 Distribusi WO ke Foreman 1 � � � 5
35 Kebutuhan safety 1 � �
2
36 Eksekusi pekerjaan dari semua jadwal 2 � � � 54
37 Post Maintenance Testing 1 � � � 9
38 Serah terima ke Operator dari Rendal Har 1 � � � 9
Tabel 3.19 Matrix Diagram Work Planning and Control (Lanjutan)
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM WORK PLANNING AND
CONTROL EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
39 Ketepatan waktu feedack dari semua
kegiatan pemeliharaan 2 � � 24
40 Informasi feedack dari semua kegiatan
pemeliharaan 1 � �
4
41 Dokumentasi feedack dari semua kegiatan
pemeliharaan 1
� � 4
Tabel 3.19 Matrix Diagram Work Planning and Control (Lanjutan)
MATRIX DIAGRAM OPERATION MANAGEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
1 Shift Meeting Produksi 2 � �
24
2 Patrol Check& house keeping operasi 2 � �
24
3 Firstline Maintenance/kecepatan
penanganan gangguan 2 � � � 26
4 SOP Complay & Laporan gangguan
Produksi 2 �
18
5 Entry Data Operasi & Kesesuaian Rencana
Operasi Harian 1
� � 4
6 Komunikasi dgn dispatcher & pelaporan
produksi 1 � � � 5
Tabel 3.20 Matrix Diagram Operation Management
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM OUTAGE MANAGEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
1 Review OH yang lalu / R1 3 � � � 39
2 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan
OH / R1 2
� 18
3 Identifikasi Kondisi Performance Unit
(Kondisi Operasi) / R1 2
� 6
4
Identifikasi Kondisi Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive
Maintenance )
3
� 27
5 Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart
/ R1 2
� 18
6 Review Progress meeting R1 & Hasil OH
yang telah dilaksanakan 2 � � � 14
7 Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan
OH / R2 2
� 18
8 Identifikasi Kondisi Performance Unit / R2
( Kondisi Operasi ) 2
� 6
9
Identifikasi Kondisi Perlatan dari
Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive
Maintenance )
2
� 18
10 Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart
/ R2 3
� 27
11 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan R3 2 � � 8
12 Creat Work Order / R3 2 � � 8
13 Kebutuhan Spare part spesifik untuk
delivery 3 s/d 6 bulan 3 �
� 30
14 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P1 2 � � � 10
15 Creat Work Order /P1 2 � 18
16 Kebutuhan Spare part spesifik untuk
delivery 1 s/d 3 bulan 2 �
� 20
17 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P2 2 � � 8
18 Creat Work Order /P2 2 � 18
19 Kebutuhan Spare part spesifik/umum untuk
delivery sampai dengan 1 bulan 2 �
� 20
Tabel 3.21 Matrix Diagram Outage Management
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
MATRIX DIAGRAM OUTAGE MANAGEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
20 Notulen Meeting hasil pembahasan
Pertemuan P3 1 � � 4
21 Checklist Kesiapan OH /P3 1 � 3
22 Checklist Kesiapan Start-up dan Sinkron 2 � 18
23 On Time ( Tepat Waktu ) pasca pekerjaan
OH 2 �
� 12
Tabel 3.21 Matrix Diagram Outage Management (Lanjutan)
MATRIX DIAGRAM MATERIAL MANAGEMENT EAF Jumlah
No Elemen Proses Gap EFOR MO PO GapxSimbol
1 Catalogue 2 � � � 26
2 Aplication Part List (APL) 3 � � � 81
3 Penetapan ROQ & ROP 2 � � � 54
4 Inventory Policy 2 � � 8
5 Supplier Master 2 � � 4
6 Monitoring Proses 1 � � � 5
7 Comply to rule untuk Procurement 2 � � 8
8 Kontrak Payung 3 � � � 81
9 Informasi penerimaan material 1 � � 4
10 Pemisahan material sudah diinspeksi dan
yang Belem 1 � � � 5
11 Pemisahan material ditolak dan diterima 2 � � 8
12 Stock count 1 � � 6
13 Prosedur penanganan, dan penyimpanan 1 � � � 5
14 Identifikasi dead & obsolote stock 2 � 6
15 Penyimpanan scrap material 1 � � 4
Tabel 3.22 Matrix Diagram Material Management
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA
4.1 Analisa Gap Score
Hasil Gap Score dari semua area yang dapat mempengaruhi tingkat
kesiapan pembangkit yang mempunyai gap score nol dalam persentase seperti
tabel berikut:
No Area PAM Jumlah Elemen
Gap Score
nol Persentase
1 Reliability Improvement 25 7 28%
2 Work Planning and Control 44 3 7%
3 Operation Management 6 0 0%
4 Outage Management 24 0 0%
5 Material Management 16 0 0%
Tabel 4.1 Persentase Gap Score nol dari kelima area
Dari tabel 4.1 untuk kelima area Manajemen Asset Fisik diperoleh persentase
yang mempunyai gap score nol lebih kecil dari sepuluh persen ada pada empat
area hal ini menunjukan masih sangat berpeluang untuk dilakukan usulan
perbaikan , dimana usulan perbaikan tersebut akan didapatkan pada analisa
matriks diagram.
4.2 Analisa dari Matriks Diagram
Berdasarkan Hasil pengolahan data dari matriks diagram untuk masing
masing area Manajemen Asset Fisik selanjutnya ditetapkan beberapa elemen-
elemen proses sebagai usulan dalam meningkatkan faktor tingkat kesiapan
pembangkit dalam mengelola perusahaan pembangkit.
4.2.1 Reliability Improvement
Pada area Reliability Improvement ada 18 elemen proses yang dilakukan
analisa matriks diagram dan didapatkan nilai tertinggi sebesar 54 dengan 3 elemen
proses dan selanjutnya bila dilakukan rangking dengan batasan jumlah nilai
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
terendah 9 ( mengacu pada nilai tertinggi pada hubungan kuat ) maka usulan
perbaikan dari area Reliability Improvement adalah :
• Identifikasi & Rekomendasi hasil RCFA
• Resources dalam Work Package
• Referensi dalam kelengkapan Work Package
• Tindak Lanjut dari rekomendasi Predictive Maintenance
• Prasyarat kerja dalam Work Package
• Workshop RCFA
• Daftar problem diluar progam FMEA
• Workshop FMEA
• Jadwal workshop FMEA
Dari rangking usulan diatas maka bila dianalisa dari sembilan elemen proses
sebagai usulan untuk perbaikan yang harus dilakukan pada area Reliability
Improvement diwakili oleh empat sub area yaitu Work Package, FMEA, RCFA
dan eksekusi dari Predictive Maintenance hal ini menunujukan bahwa: PT.X
sudah baik dalam melakukan Identifikasi Equipment sampai menentukan System
Equipment Ranking Priority dan menghasilkan Maintenance Prioritation Index
tetapi kurang komitmen dalam pelaksanaan workshop baik FMEA dan RCFA
sehingga menyebabkan identifikasi dan rekomendasi kurang tajam dan
berpengaruh pada kelengkangkapan Work Package.Demikian juga dalam
komitmen untuk pelaksanaan dari tindak lanjut rekomendasi PT.X masih kurang
komitmen dalam melaksanakan tindak lanjut rekomendasi baik hasil FMEA,
RCFA maupun tindak lanjut rekomendasi dari Predictive Miantenance.
Sebagai arah pencapian dari usulan perbaikan maka sesuai dari target maturity
tertinggi yaitu maturity level lima.
4.2.2 Work Planning and Control
Pada area Work Planning and Control ada 41 elemen proses yang
dilakukan analisa matrix diagram dan didapatkan nilai tertinggi sebesar 54 dengan
5 elemen proses dan selanjutnya bila dilakukan rangking dengan batasan jumlah
nilai terendah 9 ( mengacu pada nilai tertinggi pada hubungan kuat ) maka
usulan perbaikan dari area Work Planning and Control adalah :
• Deskripsi permintaan pekerjaan dalam WPC
• Efektivitas permintaan pekerjaan dalam WPC
• Kualitas WO (work package)
• Kualitas WO (work package) dalam perencanaan mingguan
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
• Eksekusi pekerjaan dari semua jadwal
• Pembagian load dan resource preventive maintenance
• Efektivitas penjadwalan dalam perencanaan tahunan
• Perencanaan dan penjadwalan pemeliharaaan preventive
• Penjadwalan 4 mingguan
• Kualitas WO (work package) dalam perencanaan mingguan
• Pembuatan kalender kerja 1 tahun per mingguan
• Identifikasi material/part dan koordinasi dengan inventory controller
perencanaan 3 bulanan
• Ketepatan waktu feedack dari semua kegiatan pemeliharaan
• Penjadwalan untuk perencanaan minnguan
• Efisiensi Penjadwalan dalam perencanaan 3 bulanan
• Identifikasi dan distribusi WO untuk perencanaan harian
• Efisiensi Penjadwalan
• Post Maintenance Testing
• Serah terima ke Operator dari Rendal Har
Dari rangking usulan diatas maka bila dianalisa dari dua puluh elemen proses
area Work Planning and Control untuk PT.X masih belum sempurna dalam
efektivitas dan deskripsi permintaan pekerjaan sehingga mengakibatkan
lambatnya respon atau ketajaman dalam penyelesaian pekerjaan sehingga saat
akan melakukan perbaikan perlu waktu yang lebih lama.Demikian juga efek dari
Work Package yang belum sempurna sehingga berakibat perencanaan mingguan,
bulanan , tiga bulanan dan tahunan kurang akurat.
Sebagai arah pencapian dari usulan perbaikan maka sesuai dari target maturity
tertinggi yaitu maturity level lima.
4.2.3 Operation Management
Pada area Operation Management ada 6 elemen proses yang dilakukan
analisa matrix diagram dan didapatkan nilai tertinggi sebesar 26 dengan 1 elemen
proses dan selanjutnya bila dilakukan rangking dengan batasan jumlah nilai
terendah 9 ( mengacu pada nilai tertinggi pada hubungan kuat ) maka usulan
perbaikan dari area Operation Management adalah :
• Firstline Maintenance/kecepatan penanganan gangguan
• Shift Meeting Produksi
• Patrol Check& house keeping operasi
• SOP Complay & Laporan gangguan Produksi
Sebagai arah pencapaian dari usulan perbaikan maka sesuai dari target maturity
tertinggi yaitu maturity level lima .
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
4.2.4 Outage Management
Pada area Outage Management ada 23 elemen proses yang dilakukan
analisa matriks diagram dan didapatkan nilai tertinggi sebesar 39 dengan 1 elemen
proses dan selanjutnya bila dilakukan rangking dengan batasan jumlah nilai
terendah 9 ( mengacu pada nilai tertinggi pada hubungan kuat ) maka usulan
perbaikan dari area Outage Management adalah :
• Review OH yang lalu / R1
• Kebutuhan Spare part spesifik untuk delivery 3 s/d 6 bulan
• Identifikasi Kondisi Perlatan dari Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive Maintenance )
• Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart / R2
• Kebutuhan Spare part spesifik untuk delivery 1 s/d 3 bulan
• Kebutuhan Spare part spesifik/umum untuk delivery sampai dengan 1
bulan
• Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan OH / R1
• Identifikasi Kebutuhan Material / Sparepart / R1
• Identifikasi Jadual dan Scope pekerjaan OH / R2
• Identifikasi Kondisi Perlatan dari Pemeliharaan Rutin ( Rekomendasi
Preventive, Corrective & Predictive Maintenance )
• Creat Work Order /P1
• Creat Work Order /P2
• Checklist Kesiapan Start-up dan Sinkron
• Review Progress meeting R1 & Hasil OH yang telah dilaksanakan
• On Time ( Tepat Waktu ) pasca pekerjaan OH
• Notulen Meeting hasil pembahasan Pertemuan P1
Analisa pada Management Outage hal utama yang harus ditingkatkan adalah
tindaklanjut dari rekomendasi Overhaul, permasalahan umumnya rekomendasi
masih kurang tajam dan kurang mencerminkan keadaan yang sebenarnya karena
kelemanahan dalam komitmen pendataan.Hal ini berakibat pada perencanaan dan
kesiapan karena dari analisa Work Planning and Control kelengkapan work
package masih jauh dari sempurna.
Sebagai arah pencapian dari usulan perbaikan maka sesuai dari target maturity
tertinggi yaitu maturity level lima.
4.2.5 Material Management
Pada area Material Management ada 18 elemen proses yang dilakukan
analisa matriks diagram dan didapatkan nilai tertinggi sebesar 54 dengan 3 elemen
proses dan selanjutnya bila dilakukan rangking dengan batasan jumlah nilai
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
terendah 9 ( mengacu pada nilai tertinggi pada hubungan kuat ) maka usulan
perbaikan dari area Material Management adalah :
• Aplication Part List (APL)
• Kontrak Payung
• Penetapan ROQ & ROP
• Catalogue
Pada area Material Management usulan yang harus dilakukan adalah membangun
Aplication Part List sehingga terhubung dengan operation statistik , standard job
dan maintenance schedulling juga terbangun.Bila ini terpenuhi maka diharapkan
ROP dan ROQ dapat terbangun dimana selanjutnya dengan dukungan kontrak
payung apabila ada terjadi gangguan mesin / shut down peralatan tidak terjadi lagi
work order backlog yang disebabkan oleh ketiadaan material.
Sebagai arah pencapaian dari usulan perbaikan maka sesuai dari target maturity
tertinggi yaitu maturity level lima.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian didapatkan hasil berupa usulan perbaikan dari
elemen-elemen proses manajemen asset fisik dari lima area yang
mempengaruhi tercapainya faktor tingkat kesiapan pembangkit
2. Usulan lima area tersebut adalah Reliability Management 9 elemen
proses,Work Planning and Control 19 elemen proses, Operation
Management 4 elemen proses,Outage Management 16 elemen proses
dan Material Management 4 elemen proses
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
1. Advantage Technical Consulting, A New Way of Assessing Asset
ManagementPerformance,http:Ilwww.advantagebusiness.co.uklmisc/AmpatP
aper.pdf,visitedon15 December 2003.
2. Amadi-Echendu, J., Developing Operational Capability during Major Capital
Construction Projects, Proceedings, ICAMM, 2003.
3. Asset Capability Management, Asset Management — a source of
additionalprofitability,http://www.assetcapabilitv.com.au/artic1es/pace_april0
2.pdf,visited09January2004.
4. Bamber, C.J., Sharp, J.M., Castka, P., Third party assessment: the role of the
maintenance Jhnction in an integrated management system, Journal of
Quality in Maintenance Engineering, Vol.10, no.1, 2004, p.26-36.
5. Bernard, J., Designing cross-functional business processes, first edition,
Jossey Boss Management series, California, 1995
6. Bradley, E.A., The SAM4 Audit process: Status in 2003, Proceedings,
ICAMM, 2003
7. Campbell, J.D., Maintenance Excellence Optimizing Equipment Life Cycle
Decisions, 2001, Marcel Dekker, New York, pp.3-79, 125-141,367-378.
8. Campbell, J.D., Uptime: Strategies for Excellence in Maintenance
Management, 1999, Productivity Press, Portland, pp.10-20, 158-164.
9. Clarke, P., Physical Asset Management Strategy Development and
Implementation, Proceedings, ICOMS, 2002.
10. Coelzee, J.L., An holistic approach to the maintenance problem, Journal of
Quality in Maintenance Engineering, Vol. 5, No. 3, 1999, pp 276-280.
11. Cooke, Fang L., Plant Maintenance Strategy: Evidence from four British
manufacturing finns, Journal of Quality in Maintenance Engineering, Vol.9,
no. 3, 2003, p 23 9-249.
12. Dhillon, B.S., Enginnering Maintenance a Modren Approach ,Second
Edition, CRC Press, 2002.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
13. Dittenhefer, M., Re-engineering the internal auditing organization,
Managerial Auditing Journal, Vol. 16, no. 8, 2001,p. 458-468.
14. Djokopranoto,R., Straegi Manajemen Pembelian dan Supply Chain, Grasindo,
2005
15. Ferguson, D., A Best Process Model for Asset Management, Maintenance
Technology, Vol. 13,no. 10, November 2000,p. 13-17.
16. Grover, V., Business Process change: re-engineering concepts, method, and
technologies, Idea Group Publishing, Harrisburg, P.A., 1995, p.208-401.
17. Hastings, N.A.J., Asset Management and Maintenance — The CD, Albany
Interactive Pty. Ltd., http://albanvint.com/Asset.htm. visited on 10 February
2002.
18. Hoberg, W.A., Rudnick, M.F., The role of assessments in a switching
supplier’s TQM system, IEEE, Vol.3, 1994, p1591-1595.
19. Idhammer, C.,MaintenanceAssessments, Pulp&Paper,Vol.65, no.2, Feb 1991.
20. Kaiser, H.H., Kirkwood, D.M., Maintenance Management Audits,
Proceedings, American Society for Healthcare Engineering 34th Annual
Conference, 16 July 1997.
21. Kaiser, Harvey H.,MaintenanceManagementAudit, R.S. Means Company Inc.,
Kingston, MA, 1991
22. Katzel, J., Seven Steps to successful maintenance management, Plant
Engineering, Vol.38, March 22, 1984, p30(2)
23. La fern, B., Mapping the way to pivcess improvemen4 TEE Engineering
Management, Dec/Jan 2003/04, p16-17.
24. Lenahan, Tom., Turnaround Management, Butterworth Heinemann, 1999, pp
69-92,
25. Lewis, B.T., Facility manager’s operation and maintenance Handbook,
McGraw-Hill, New York, 1999, Chapters 3 and 9.
26. MacArthur, R., LAM made simple, well, kind of simple, Genesis S olulions,
http://www.GenesisSolutions.com/about_papers.hthil, visited on 02June2004.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
27. Malhotra, Y., Business Process Redesign: An Overview, IEEE Engineering
Management Review, Vol.26, no. 3, Fall 1998.
28. Matara, Y., Sharp, J.M., Costka, P., Bamber, C.J., Cross flinctionalteam
working for overall equzment effectiveness, Journal of Quality in Maintenance
Engineering, Vol. 9, no.3, 2003, p223-238.
29. Mitchell, J.S., Operating Equipment Asset Management Handbook, Penn
State, First Edition,1999., pp 34-91,125-126
30. Mitchell, J.S., Physical Asset Management Handbook, Clarion Technical
Publishers, Third Edition, No data, pp.3-4.
31. Mobley, K.R., An Introduction to Predictive Maintenance,Second Edition,
Butterworth-Heinemann, 2002.
32. Moubray, J., Reliability-Centred Maintenance, Second Edition, Butterworth-
Heinemann, 1997,pp 54-117
33. NERC, Generating Availability Data System, Data Reporting Instruction,
2007,p.F-10
34. NSW Government Asset Management Committee, Total Asset Management
Manual, http:Ilwww.gamc.nsw.gov.au!tam/, visited on 01 December 2003.
35. Peterson, S .B., Developing v’i Asset Management Strategy, Sirategic Asset
Management mc, http:llwww.samicorp.com!Publications.html,
visitedon19May2004.
36. Peterson, S.B., Defining Asset Management, Stmtegic Asset Management mc,
littp: Ilwww. samicorp . com!Publications.html, visited on 19 May 2004.
37. Peterson, SB., Creating an Asset Healthcare Program, Strategic Asset
Management Inc, http://www.samicorp.com/Publications.hftnl, visited on 19
May 2004.
38. Pun, K.F., Chin, K.S., Chow, M.F., Lau, H., An effectiveness-centered
approach to maintenance management A case study, Journal of Quality in
Maintenance Engineering, Vol. 8, no. 4, 2002, p 346-368.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
39. Raouf, Abdul, Maintenance Excellence: Optimizing Equipment Lifecycle
decisions — A book review, Journal of Quality in Maintenance Engineering,
Vol.10, no.1, 2004, p.75
40. Seifeddine, S., Effective Maintenance Prowam Development/Optimization,
Proceedings, 12th International Process Plant Reliability Conference, October
2003.
41. Sherwin, D., A review of overall models for maintenance management,
Journal of Quality in Maintenance Engineering, Vol.6, no.3, 2000, p.138-164.
42. Siagian,YM., Supply Chain Manajemen, Grasindo, 2005
43. Taylor, J., A Model to Manage Asset Improvement and Qual/fr the Influence
thereof on the Comjnny’s Bottom Line, Proceedings, ICAMM, 2003.
44. Te-King Chien dan Chao-Ton Su, 2003, “Using the QFD concept to resolve
customer satisfaction strategy decisions”, International Journal of Quality &
Reability Management, Vol. 20 No. 3, p. 346
45. Tomlingson, P.D., Effective maintenance: The key to profitability: a
managers guide to effective industrial maintenance management, First
edition, International Thomson Publishing, New York, 1992, p.143-176.
46. Tranfield, D., Denyen, D., Burn, M., A frameworkfor the strategic
management of long-term assets (SMoLTA,), Management Decision, Vol.42,
no. 2, 2004, p. 277-291
47. Trifler, R.P., Control self-assessments: a guide to facilitation based
consulting, John Wiley & Sons, New York, 2000, p.6l-’72, 177-238.
48. Tsang, Albert H.C., Jardine, Andrew K.S., Kalachny, Harvey, Measuring
Maintenance Performance : a holistic approach, International Journal of
Operations&Production Management, Vol.19, no.7, 1999, p691-715.
49. Visser, J.K., Maintenance Management — A neglected dimension of
Engineering Management, Proceedings, IEEE Africon 2002.
50. Vosloo, Maria.M., A Conceptual model for the development of a maintenance
philosophy, University of Pretoria, PhD, 1999, p.129-132.
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008
Universitas Indonesia
51. Wardelioff, E.C., Journey to World-Class Levels of Excellence : A Multi-
Stage Process, Plant Engineering, Vol. 46, no.18, November 19, 1992, p194
52. Westerkamp, Thomas A., Evaluating the maintenance process, TIE Solutions,
Vol.30, Issue 12, Dec 1998, p.22(6)
53. Westermann, K.F., Audit Management, GU PLM Product Management, 21
January 2002, http://www.mySAP.com, visited on 03 March 2004.
54. Woodhous e, J., Institute of Asset Management, Asset Management Decision-
Making, http: //www.iarn-uk. org/default. asp? section=publications, visited
on 20 June 2004.
55. Woodhouse, J., Asset Management — An Introduction. Institute of Asset
Management, http:!/www.iam-uk.org!iam publications.htrn, visited on 07
January 2004.
56. Woodhouse, J., Institute of Asset Management, Asset Management Latest
Thinking, http: !!www.iarn-uk. org/default asp?section=publications, visited
on 20 June 2004.
57. Yoshinibu Nayatani, Ryoji Futami, Hiroyuki Miyagawa, Toru Eiga “The
Seven New QC Tools Practical Applications for Managers” by 3A
Corporation , Frist Printing march 1994 translated by J.H Loftus. p. 26
Perbaikan faktor..., Thommi Haposan, FT UI, 2008