PERAWATAN JENAZAH
-
Upload
mardisupriyansah -
Category
Documents
-
view
92 -
download
10
description
Transcript of PERAWATAN JENAZAH
PERAWATAN JENAZAH
OLEH
NANANG ZAKARIA, S.Pd.I
SUDAH SIAPKAH ANDA MENJADI JENAZAH
KEMATIAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Semua makhluk pasti mati
��م!و�ت �ق!ة% ال !ف�س* ذ!ائ %ل. ن ك“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan
mati” (Ali Imran [3]: 185] Allah yang mengatur kematian
��ذ�ن� الله �إ �الH ب !م%و�ت! إ ن� ت! !ف�س* أ �ن !ان! ل و!م!اك
QالHا م%ؤ!جQ !اب �ت ك“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang ditentukan waktunya” (Ali Imran [3]: 145)
KEMATIAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Jika ajal datang maka tidak bisa ditunda
%ه%م� ال! ل ج!! �ذ!ا ج!اء! أ !ج!ل_ ف!إ مHة* أ
% %ل أ �ك و!ل!ق�د�م%و�ن! ت !س� اع!ةQ و!ال! ي و�ن! س! �خ�ر% !أ ت !س� ي
“Tiap-tiap umat memiliki ajal, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula]
Tidak bisa lari dari kematian
أينم تكونوا يدرككم الموت ولو كنتم في بروج مشيدة
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatimu, kendatipun kamu di dalm benteng yang tinggi lagi kokoh, ” (An-Nisaa [4]: 78)
MENDAMPINGI SEORANG MUSLIM YANG SAKARATUL MAUT
Mentalqinkannya dengan ucapan الله إال إله sebagaimana riwayat الberikut
لقنvوا مvوتكم ال إلvه إال اللvه من كvان آخvر كالمvه ال إلvه إال اللvه عنvدv vالمvوvت دvخvل vالجنvةv vيومvاv مvن اvلvدهر vوإvن أصvابvه قبvل ذvلvك مvا
“أصاvبه
“Talqinkan lah orang-orang yang sakaratul maut kalian dengan Laa ilaaha Illah, dan baarangsiapa yang akhir ucapannya Laa ilaaha Illah di akhir kematiannya, maka dia masuk ke surga, satu harinya dari setahun, walaupun dia ditimpa apa yang menimpanya”Mengucapkan kata-kata yang baik
عن أم سvلمة قvالت، قvال رسvول اللvه صvلى اللvه عليvه وسvلم: " v ةvvالمالئك vإنvvا، فvيرvvخ vاvوvvت فقولvض أو الميvريvvمvم الvرتvvحض vإذا
“ vتقولونv ما vيؤمنون علىDari Ummu Salamah, dia berkata, Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda, “Jika kalian menghadiri orang yang sakit, atau orang yang meninggal, maka ucapkanlah hal-hal yang baik, karena malaikat selalu mengaminin apa yang kalian ucapkan”
MENDAMPINGI SEORANG MUSLIM YANG SAKARATUL MAUT
Memberikan saran-saran keagamaan, menuliskan wasiat-wasiat, baik yang berkenaan dengan harta maupun wasiat taqwa, dan meletakkannya pada tempat yang gampang untuk diambil.
MEMANDIKAN JENAZAH
MEMANDIKAN JENAZAH Hal yang harus disiapkan ketika memandikan
jenazah- Persiapan air yang suci lagi mensucikan yang
mencukupi- Mempersiapkan air yang telah dicampur kapur
barus- Daun bidara, atau bisa diganti dengan sabun- Kaus tangan- Handuk penyeka- Kain yang menutupi jenazah selama proses
memandikan- Tempat memandikan yang khusus kalau
tersedia
SIAPA YANG BERHAK MEMANDIKAN JENAZAH
Laki-laki dimandikan oleh laki-laki juga, dan wanita dimandikan oleh wanita juga. (Terkecuali bagi suami-istri, boleh saling memandikan, karena ada dalil sunnah yang memperkuat amalan ini)Yang memandikan tidak terlalu banyak, dan diharapkan jenazah dimandikan oleh anggota keluarga yang paling baik, dan yang paling buruk agamanya yang memandikan adalah orang yang amanah dan mengerti hukum tatacara memandikan
Tata cara memandikan jenazah- Membersihkan jenazah dari perban, atau
bekas-bekas yang menempel, baik akibat perawatan rumah sakit ataupun hal lainnya
- Memotong kuku, dan bulu ketiaknya dan merapikan kumisnya, serta tidak memotong jenggot dan bulu kemaluan
- Mengeluarkan sisa-sisa kotoran dari dalam perut jenazah, dengan cara mengangkat bagian pinggul dan badan jenazah agak tinggi, kemudian mengurut perutnya dengan perlahan, hingga keluar semua kotorannya. Jika sudah dianggap cukup dan masih keluar sedikit-sedikit, maka cukup dengan menutup lubang kemaluan (dubul) dengan kapas
PADA SETIAP PROSES PEMANDIAN JENAZAH DITUTUPI DENGAN KAIN AGAR AURATNYA
TIDAK TERLIHAT SAAT DIMANDIKAN
Posisi jenazah ketika kotoran dalam tubuhnya dikeluarkan
Selesai jenazah dibersihkan maka kemudian jenazah diwudhukan sebagaimana wudhu untuk shalat. Untuk intinsaq dan berkumur2 hanya dengan membasahi handuk kecil kemudian membersihkan hidungnya dan giginya
Kemudian memandikan jenazah dengan mendahulukan bagian kanan, kemudian bagian kiri berikutnya
GAMBAR BAGIAN JENAZAH
Bagian kanan
Bagian kiri
Jenazah dimandikan bagian atas kanan, dengan menyiramkan air bersih, kemudian dilanjutkan dengan menyiramkan air bidara atau sabun sambil menggosoknya hingga bersih, kemudian bagian belakang kanan juga di gosok dengan daun bidara atau sabun. Setelah dibilas kembali dengan air bersih
Setelah bagian kanan di selesaikan maka proses yang sama juga dilakukan pada bagian kiri.
Setelah selesai maka seluruh tubuh jenazah disirami dengan air kapur, dengan mendahulukan bagian kanan. Dan ini merupakan siraman yang terakhir.
Setelah selesai pemandian ini maka kemudian jenazah dikeringkan dengan handuk yang bersih
Semua proses pemandian tadi dilakukan dibalik kain penutup jenazah sebagaimana gambar petunjuk.
Ikatan rambut harus dibuka, lalu rambut dicuci dengan baik.
Menyisir rambut Mengikat menjadi tiga bagian untuk
rambut wanita, lalu membentangkan ke belakangnya
Sebelum jenazah diangkat ketempat pengkafanan maka terlebih dahulu dipersiapkan kain kapannya.
YANG MEMANDIKAN MAYYIT AKAN MENDAPATKAN PAHALA YANG BESAR JIKA MEMENUHI DUA SYARAT BERIKUT
Menutupi kekurangan yang ia dapati dari mayyit dan tidak menceritakan kepada orang lain
Ikhlas karena Allah semata dalam menjalankan urusan jenazah tanpa mengharapkan pamrih dan terima kasih serta tanpa tujuan-tujuan duniawi. Karena Allah tidak menerima amalan akhirat tanpa keikhlasan semata-mata kepada-Nya.
Dianjurkan bagi yang memandikan jenazah supaya mandi. (Tidak diwajibkan)
Tidak disyariatkan memandikan orang yang mati syahid di medan perang, meskipun ia gugur dalam keadaan junub
MENGKAFANI
JENAZAH
MENGKAFANI JENAZAH Setelah selesai memandikan mayat, maka wajib dikafani Kain kafan serta biayanya diambil dari harta si mayyit sendiri,
meskipun hartanya sampai habis, tidak ada yang tertinggal lagi Seharusnya kain kafan menutupi semua anggota tubuhnya Jika seandainya kain kafan tidak mencukupi semua tubuhnya,
maka diutamakan menutupi kepalanya sampai ke sebagian tubuhnya, adapun yang masih terbuka maka ditutupi dengan daun-daunan yang wangi. (Hal yang seperti ini jarang terjadi pada zaman kita sekarang ini, tetapi ini adalah hukum syar'i)
Jika kain kafan kurang, sementara jumlah mayat banyak, maka boleh mengkafani mereka secara massal dalam satu kafan, yaitu dengan cara membagi-bagi jumlah tertentu di kalangan mereka dengan mendahulukan orang-orang yang lebih banyak mengetahui dan menghafal Al-Qur'an ke arah kiblat
Tidak boleh membuka pakaian orang yang mati syahid yang dipakainya sewaktu mati, ia dikuburkan dengan pakaian yang dipakai syahid
Dianjurkan mengkafani orang yang mati syahid dengan selembar kain kafan atau lebih di atas pakaian yang sedang di pakai
Orang yang mati dalam keadaan ber-ihram dikafani dengan kedua pakaian ihram yang sedang dipakainya
Hal-hal yang dianjurkan dalam pemakaian kain kafan : Warna putih Menyiapkan tiga lembar Satu diantaranya bergaris-garis (Ini tidak bertentangan
dengan bagian (a) ) karena dua hal:
- Pada umumnya kain putih bergaris-garis putih, - Di antara ketiga lembar kafan tadi, satu yang
bergaris-garis sedangkan yang lainnya putih Memberikan wangi-wangian tiga kali.
Tidak boleh berfoya-foya dalam pemakain kain kafan, dan tidak boleh lebih dari tiga lembar, karena hal itu menyalahi cara kafan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terlebih lagi perbuatan itu dianggap menyia-nyiakan harta
Dalam cara mengkafani tadi, mengkafani wanita sama caranya dengan mengkafani pria karena tidak adanya dalil yang menjelaskan perbedaan itu.
CARA MEMPERSIAPKAN KAIN KAFAN
Untuk kain standar yang ada di negeri kita adalah ukuran lebar 120 cm, atau 90 cm, dan tentunya ini tidak akan mencukupi lingkar tubuh jenazah terutama jenazah yang berbadan besar.
Maka solusi untuk itu bisa mengabungkan dua helai kain yang dijahit menjadi satu dan dianggap satu helai, berikut pula dengan helai-helai berikutnya sampai tiga helai
Kalau sulit mendapatkan orang menjahitnya maka kain bisa dibentuk dengan menyilangkannya dengan membesarkan bagian kepala, lihat gambar
Kedua helai kain ini di jahit menjadi dua, dan
dianggap menjadi satu helai kain, maka
perlu dipersiapkan lagi dua helai kain yang
seperti ini
Kain ke 1
Kain ke 2
Ini apabila kain tidak dijahit
Adapun kait pengikat jenazah maka itu
diambil dari potongan-potongan kain kafan, dan jumlahnya tidak ada ketentuan yang
pasti, tapi lebih kepada kebutuhan jenazah saja
MENSHALATI JENAZAH
Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) :
Anak yang belum baligh (Boleh dishalati meskipun lahir karena keguguran, yaitu yang gugur dari kandungan ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Ini jika umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan. Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak dishalati).
Orang yang mati syahid Disyariatkan menshalati :a. Orang yang meninggal karena dibunuh dalam
pelaksaanaan huhud hukum Allah b. Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang
haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang seperti itu
c. Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dishalati
d. Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.
e. Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. (Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib)
Diharamkan menshalati, memohonkan ampunan dan rahmat untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik (mereka bisa diketahui dari sikap mereka memperolok-olokkan serta memusuhi hukum dan syari'at Islam, dengan ciri-ciri yang lain).
Berjamaah dalam shalat jenazah hukumnya wajib, seperti halnya dengan shalat-shalat wajib yang lainnya. Jika mereka shalat jenazah satu persatu/sendiri-sendiri maka kewajiban shalat jenazah sudah terpenuhi, tetapi mereka berdosa karena meninggalkan jama'ah, wallahu 'alam
Jumlah minimal jemaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah tiga orang
Lebih banyak jumlah jemaah lebih afdhal bagi mayyit Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu
tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. (Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma'mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam)
Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur'an-nya, kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat. Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat.
Boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum asalnya
Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tidak boleh shalat jenazah di antara pekuburan Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi
pertengahan mayat wanita Bertakbir 4 kali inilah yang paling kuat atau 5 sampai 9 kali,
semua ini sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lebih utama jika diragamkan, kadang-kadang mengamalkan yang satu dan kadang-kadang mengamalkan yang lain.
Disyariatkan mengangkat kedua tangan pada takbir yang pertama saja.
Lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri lalu menempelkan di dada.
Boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum asalnya
Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tidak boleh shalat jenazah di antara pekuburan Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi
pertengahan mayat wanita Bertakbir 4 kali inilah yang paling kuat atau 5 sampai 9 kali,
semua ini sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lebih utama jika diragamkan, kadang-kadang mengamalkan yang satu dan kadang-kadang mengamalkan yang lain.
Disyariatkan mengangkat kedua tangan pada takbir yang pertama saja.
Lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri lalu menempelkan di dada.
Setelah takbir yang pertama membaca surah Al-Fatihah dan satu surah. (Disini tidak ada penjelasan yang menyebutkan adanya do'a istiftaah)
Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir (pelan) Lalu takbir yang kedua kemudian membaca shalawat kepada
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam Lalu bertakbir untuk takbir selanjutnya, dan mengikhlaskan doa
untuk mayyit Berdoa dengan doa yang sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, seperti : "Alahumma 'abduka wabna amatika ahyaaja ilaa
rahmatika wa anta ghaniyyi an 'adzabihi in kana muhsinan farid fii hasanaatihi, saayyian fatajawaja 'an sayyiatihi“
Artinya : "Ya Allah, ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, ia memerlukan rahmat-Mu, Engkau berkuasa untuk tidak menyiksanya, jika ia baik maka tambahlah kebaikannya, jika ia jahat maka maafkanlah kejahatannya"
BACAAN SHALAT JENAZAH 0ة ن2از2 ج2 ع2ل2ى ب:ن2ا ل>ى ص2 ع2ب>اس0 بAن2 الل>ه: ع2بAد2 Fت Aر ض2 ح2
Fت2ه Aو ص2 عMا اف: ر2 آن: Aر FقAأل UمFب:أ2 أ ت2ر2 Aاق ثFم> ، ك2ب>ر2 ف2 اء: ب:األ2بAو2
- عليه الله صلى Uالن>ب:ى ع2ل2ى ل>ى ص2 ثFم> ، ا ب:ه2 : -FنAاب و2 ع2بAدFك2 FنAاب و2 ع2بAدFك2 م> Fالل>ه ال2 ق2 ثFم> وسلم Fل2ه ر:يك2 ش2 ال2 Fد2ه Aو2ح Fالل>ه إ:ال> :ل2ه2 إ ال2 Aأ2ن Fد ه2 Aي2ش ت:ك2 م2
أ2ا Mير ق: ف2 ب2ح2 Aص
أ2 ولFك2 Fس و2ر2 ع2بAدFك2 دMا م> ح2 Fم أ2ن> Fد ه2 Aي2ش و2ن2 م: ل>ى ت2خ2 ع2ذ2اب:ه: Aع2ن غ2ن:يsا ب2حAت2 Aص
أ2 و2 ت:ك2 م2 Aح ر2 إ:ل2ىك2ان2 Aإ:ن و2 كUه: ز2 ف2 اك:يMا ز2 ك2ان2 Aإ:ن ا ل:ه2 Aأ2ه و2 الدzنAي2ا 2 ال و2 Fه ر2 Aأ2ج ن2ا Aر:م Aت2ح ال2 م> Fالل>ه ، Fل2ه Aر اغAف: ف2 ط:ئMا AخFمف2 ر2 انAص2 ثFم> ، ات0 ت2كAب:ير2 ث2ال2ث2 ك2ب>ر2 ثFم> ، Fد2هAب2ع ل>ن2ا تFض: : < إ:ال ا ع2ل2يAه2 Aأ ر2 Aأ2ق Aل2م إ:نUى الن>اس2 ا 2يzه2 أ ي2ا ال2 ق2 ف2
: : (. رقم البيهقي ن>ة� س2 ا 2ن>ه2 أ وا Fل2مA7231ل:ت2ع)
Berdoa antara takbir yang terakhir dengan salam disyariatkan
Kemudian salam dua kali seperti halnya pada shalat wajib yang lain, yang pertama ke kanan dan yang kedua ke kiri, boleh juga salam hanya satu kali, karena kedua cara ini tersebutkan dalam sunnah.
Menurut sunnah salam pada shalat jenazah dengan cara sir (pelan), bagi imam dan orang-orang yang ikut di belalakangnya
Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali karena darurat. (waktu-waktu terlarang; saat terbitnya matahari, tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam)
MEMBAWA JENAZAH Wajib membawa jenazah dan mengantarnya, karena hal itu
adalah hak seorang muslim yang mati terhadap kaum muslimin yang lain.
Mengikuti jenazah ada dua tahap : a. Mengikuti dari keluarganya sampai dishalati b. Mengikuti dari keluarganya sampai selesai
penguburannya, dan inilah yang lebih utama Mengikuti jenazah hanya dibolehkan bagi laki-laki, tidak
dibolehkan bagi wanita, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang wanita mengikuti jenazah
Tidak dibolehkan mengikuti jenazah dengan cara-cara sambil menangis, begitu pula membawa wangi-wangian dan sebagainya. (Termasuk dalam kategori ini amalan orang awam sambil membaca : "Wahhiduul -Ilaaha" atau jenis dzikir-dzikir lainnya yang dibuat-buat)
Harus cepat-cepat dalam membawa jenazah dalam arti tidak berlari-lari
Boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya (ini yang lebih afdhal), boleh juga di samping kanannya atau kirinya dengan posisi dekat dengan jenazah, kecuali yang berkendaraan maka mengikuti dari belakang. (Perlu diketahui bahwa berjalan lebih afdhal dari pada berkendaraan)
Boleh pulang berkendaraan setelah menguburkan mayat, tidak makruh
Adapun membawa jenazah di atas kereta khusus atau mobil ambulance, kemudian orang-orang yang mengantarnya juga memakai mobil, maka hal ini termasuk tidak disyari'atkan, karena ini adalah kebiasaan orang-orang kafir, serta menghilangkan nilai-nilai yang terkandung dalam pengantaran jenazah yaitu mengingat-ingat akhirat, lebih-lebih lagi karena hal itu menjadi penyebab terkuat berkurangnya pengantar jenazah dan hilang kesempatan orang-orang yang ingin mendapatkan pahala. (Kecuali dalam keadaan darurat maka boleh memakai mobil)
Berdiri untuk menghormati jenazah hukumnya mansukh (dihapuskan), oleh karena itu tidak boleh lagi diamalkan.
Dianjurkan bagi yang membawa jenazah supaya berwudhu, tapi ini tidak wajib
MENGUBURKAN JENAZAH Wajib menguburkan mayyit, meskipun kafir Tidak boleh menguburkan seorang muslim dengan seorang kafir,
begitu pula sebaliknya, harus di pekuburan masing-masing Menurut sunnah Rasul, menguburkan di tempat penguburan,
kecuali orang-orang yang mati syahid mereka dikuburkan di lokasi mereka gugur tidak dipindahkan ke penguburan. (Hal ini memuat bantahan terhadap sebagian orang yang mewasiatkan supaya dikuburkan di masjid atau di makam khusus atau di tempat lainnya yang sebenarnya tidak boleh di dalam syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala)
Tidak boleh menguburkan pada waktu-waktu terlarang (Lihat Bagian XII No 27) atau pada waktu malam, kecuali karena dalam keadaan darurat, meskipun dengan cara memakai lampu dan turun di lubang kubur untuk memudahkan pelaksanaan penguburan.
Wajib memperdalam lubang kubur, memperluas serta memperbaiki
Penataan kubur tempat mayat ada dua cara yang dibolehkan :
a. Lahad : yaitu melubangi liang kubur ke arah kiblat (ini yang afdhal)
b. Syaq : Melubangi ke bawah di pertengahan liang kubur
Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki (meskipun mayatnya perempuan)
Para wali-wali si mayyit lebih berhak menurunkannya Boleh seorang suami mengerjakan sendiri penguburan
istrinya Dipersyaratkan bagi yang menguburkan wanita; yang
semalam itu tidak menyetubuhi isterinya.
Menurut sunnah: memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap
kiblat, kepala dan kedua kakinya melentang ke kanan dan kekiri kiblat Orang yang meletakkan mayat di kubur membaca : "bismillahi
wa'alaa sunnati rasuulillahi shallallahu 'alaihi wa sallama" -Artinya: '(Aku meletakkannya) dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam" atau : "bismillahi wa 'alaa millati rasulillahi shallallahu 'alaihi wa sallama" - Artinya: "(Aku meletakkan) dengan nama Allah dan menurut millah (agama) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Setelah menimbun kubur disunnahkan hal-hal berikut : a. Meninggikan kubur sekitar sejengkal dari permukaan tanah, tidak
diratakan, supaya dapat dikenal dan dipelihara serta tidak dihinakan b. Meninggikan hanya dengan batas yang tersebut tadi c. Memberi tanda dengan batu atau selain batu supaya dikenali d. Berdiri di kubur sambil mendoakan dan memerintahkan kepada
yang hadir supaya mendoakan dan memohonkan ampunan juga. (Inilah yang tersebutkan di dalam sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, adapun talqin yang banyak dilakukan oleh orang-orang awam pada zaman ini maka hal itu tidak ada dalil landasannya di dalam sunnah)
Boleh duduk saat pemakaman dengan maksud memberi peringatan orang-orang yang hadir akan kematian serta alam setelah kematian. (Hadits Al-Barra bin 'Aazib).
Menggali kuburan sebagai persiapan sebelum mati, yang dilakukan oleh sebagian orang adalah perbuatan yang tidak dianjurkan dalam syari'at, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melakukan hal itu, para sahabat beliaupun tidak melakukannya. Seorang hamba tidak mengetahui di mana ia akan mati. Jika ia melakukan hal itu dengan dalih supaya bersiap-siap mati atau untuk mengingat kematian maka itu dapat dilakukan dengan cara memperbanyak amalan shaleh, berziarah ke kubur, bukan dengan cara melakukan hal-hal yang hanya dibikin-bikin oleh orang
MARAJI’ Al-Qur’an wa Tafsiruhu As-Sunnah wa Syuruhuha Fiqhus-Sunnah, Sayyid Sabiq Ahkaamul Janaaiz wa Bid'ihaa"
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah