Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

54
SMK NEGERI 1 ALAS Jalan Raya Sumbawa – Alas Labuan Alas Kontac: [email protected] o.id, [email protected] om atau stipakharuddin.blogspot .com 0372 – 9291716 HP. 085253612272, 081935974500 6/12/2013 DINAS JAGA

description

buku dinas jaga kapal

Transcript of Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Page 1: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

S M K N E G E R I 1 A L A S

J a l a n R a y a S u m b a w a –

A l a s L a b u a n A l a s

K o n t a c :

s t i p a k h a r u d d i n @ y a h o o . c

o . i d ,

s t i p a k h a r u d d i n @ g m a i l . c

o m a t a u

s t i p a k h a r u d d i n . b l o g s p o t

. c o m

0 3 7 2 – 9 2 9 1 7 1 6 H P .

0 8 5 2 5 3 6 1 2 2 7 2 ,

0 8 1 9 3 5 9 7 4 5 0 0

6 / 1 2 / 2 0 1 3

DINAS JAGA

Page 2: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 2 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Modul Melakukan

Dinas Jaga di Kapal untuk program keahlian NKPI dan NKN ini semoga dapat

menambah khasanah referensi khususnya di bidang kemaritiman di Indonesia.

Dinas jaga merupakan rangkaian pokok dalam kegiatan pelayaran sesuai

amanat dalam Standar Training certificate of Watch Keeping ( STCW ) 1995

serta standar Training certificate of Watch Keeping Vessel Personel ( STCW-F )

1995.

Begitu pentingnya keamanan selama berlayar, kegiatan dinas jaga

menjadi hal yang harus bagi nakhoda pada setiap kapal untuk menjamin

pelaksanaan dinas jaga diselenggarakan dengan baik diatas semua jenis dan

ukuran kapal.

Oleh karena itu, modul ini disusun secara integratif meliputi ilmu

pelayaran dan ilmu kelautan yang saling mendukung sehingga skill yang

diperlukan terkait satu dengan lainnya. Secara tuntas, kualitas maupun

manajemen proses operasional standar yang berlaku di tingkat internasional

termasuk didalam wilayah pembahasan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu materi naskah serta dorongan semangat dalam penyelesaian Modul

ini. Kami sangat berharap dan terbuka untuk masukan serta kritik konstruktif dari

para pembaca sehingga dimasa datang Modul ini lebih sempurna dan

implementatif.

Alas, Januari 2012 Penulis

Page 3: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 3 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum Peraruran International Mencegah Tubrukan di Laut (PIMTL)

tahun 1972 diberlakukan secara Internasional sesungguhnya sudah ada aturan-

aturan tertentu yang bermaksud untuk mencegah tubrukan di laut, tetapi tak

satupun yang tertulis dan berlaku secara nasional apalagi secara internasional

sampai akhir abad 18. Kemudian baru pada tahun 1940, London Trinity House

mengeluarkan peraturan untuk mencegah tubrukan di laut, dan peraturan ini di

syahkan oleh Parlemen Inggris pada tahun 1946.

Peraturan ini hanya diberlakukan terbatas di Inggris saja, terdiri dari 2

buah peraruran yaitu :

a. Yang pertama mengatur mengenai 2 (dua) buah kapal uap yang

berpapasan di perairan sempit, harus berpapasan melewati lambung

kirinya masing-masing.

b. Yang kedua mengatur mengenai 2 (buah) kapal uap yang saling

berpotongan (haluan berbeda), untuk menghindari bahaya tubrukan

masing-masing kapal harus merubah haluan ke kanan sehingga masing-

masing kapal melewati dengan lambung kirinya masing-masing.

Kedua buah aturan tersebut diatas berlaku bagi kapal uap, dijadikan satu aturan

dan menjadi Steam Navigation ACT of 1846. Dua tahun kemudian tahun 1948

ditambah satu aturan lain yaitu mengenai lampu/penerangan-penerangan, yakni

kapal-kapal uap diharuskan membawa lampu lambung hijau dan merah maupun

lampu tiang yang berwarna putih.

Selanjutnya pada tahun 1958 kapal layar juga diharuskan membawa

lampu-lampu lambung. Disamping itu diperkenalkan pula isyarat kabut. Untuk

kapal layar berbentuk terompet kabut atau genta, sedangkan untuk kapal uap

berbentuk suling kabut Aturan mencegah tubrukan yang baru, dikeluarkan oleh

dewan Perdagangan Inggris setelah berkonsultasi dengan pemerintah Perancis

dan diberlakukan tahun 1863. Selanjutnya pada tahun 1864 aturan ini, yang

Page 4: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 4 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

dikenal dengan ARTICLES, diikuti dan diakui oleh lebih dari 30 negara maritim di

dunia, termasuk Amerika dan Jerman. Inilah aturan pertama yang berlaku secara

Internasional, walaupun penyusunannya tidak secara Internasional. Pada tahun

1889 atas inisiatif dan undangan dari pemerintah Amerika Serikat Konperensi

Laut Internasional yang pertama diadakan yang khusus membahas masalah

pencegahan tubrukan di laut diadakan di Washington.

Konperensi Internasional kedua diadakan di Brusel pada tahun 1910 ini

sebagai tindak lanjut dari konperensi Washington dan memberlakukan segala

peraturan yang telah dikeluarkan sampai dengan tahun 1954. Pada tahun 1929

konperensi Internasional mengenai SOLAS mengusulkan adanya beberapa

perubahan kecil mengenai aturan yang dikeluarkan tahun 1910, tetapi tidak

pernah diratifiser. Perubahan dan perbaikan-perbaikan kecil lainnya dilakukan

dalam komponen Internasional tentang SOLAS pada tahun 1948. Disini

diperkenalkan adanya lampu tiang kedua bagi kapal-kapal yang panjangnya 150

kaki atau lebih. Juga diharuskan memasang lampu buritan yang tetap, serta

diperkenalkan isyarat perhatian berupa paling sedikit 5 tiup pendek dan secara

cepat.

Aturan yang setelah mengalami perubahan-perubahan tersebut berlaku

mulai tahun 1954. Selanjutnya dengan adanya kemajuan teknologi, yakni

dengan dioperasikannya Radar di kapal, maka aturan baru harus segara

diadakan. Pada tahun 1960, atas inisiati IMCO (Inter Govermental Maritime

Consultative Organization) diadakanlah konperensi Internasional mengenai

SOLAS di London.

Didalam konferensi itu disetujui adanya paragraf baru yang harus

ditambahkan mengenai Olah Gerak Kapal dalam daerah nampak terbatas agar

didapatkan tindakan sedini mungkin untuk menghindari situasi terlalu dekat

dengan kapal lain yang berada diarah lebih ke depan dari arah melintang.

Rekomendasi mengenai penggunaan Radar di cantumkan dalam Annex Aturan

tersebut dan aturan ini berlaku pada tahun 1965.

Selanjutnya pada tanggal, 4 sampai 20 Oktober 1972 diadakanlah

konferensi lagi mengenai pencegahan tubrukan di laut dan terutama masalah

Page 5: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 5 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

penggunaan Radar telah dimaksukan dalam salah satu aturan lagi. Bukan lagi

skedar rekomendasi ini menghasilkan COLLISION REGULATION ( COLLREG)

1972 yang berlaku sejak 1977. Penyempurnaan mengenai Collreg 72 diadakan

lagi dalam bentuk konvensi-konvensi Internasional atas inisiatif IMO pada

Nopember 1981 dan menciptakan aturan-aturan baru, dan diberlakukan mulai

tanggal, 1 Juni 1983. pada modul ini, hanya akan dibahas tentang standar

kompetensi melakukan dinas jaga di kapal yaitu Peraturan Pencegahan

Tubrukan Di Laut ( P2TL ) 1972 yang sudah diamandemen tahun 1981, 1987,

1989, 1993 dan 2001

B. Tujuan Modul mata diklat ini dibuat sebagai upaya untuk menyebarkan

informasi tentang Melakukan dinas jaga di kapal.

C. Ruang Lingkup Pemelajaran Modul ini mencakup kegiatan pembelajaran sebagai berikut : 1. Menerapkan prinsip umum yang diatur pada per-aturan 1 – 3 dari P2TL

1972

2. Menerapkani prinsip dasar tentang peraturan mengemudi dan berlayar

aturan 4 – 8 dari P2TL 1972

3. Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL 1972

4. Menerapkan ketentuan tentang pemasangan penerangan dan sosok benda

aturan 20 – 23 dan 27 – 31 dari P2TL 1972

5. Menerapkan ketentuan isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37

dari P2TL 1972

6. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda aturan 20 – 23 dan

27 – 31 dari P2TL 1972

7. Menerapkan pemasangan penerangan dan sosok benda Ketentuan tentang

isyarat bunyi dan cahaya aturan 32 – 34 dan 36 – 37 dari P2TL 1972

Page 6: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 6 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

BAB. II

INFORMASI

Aturan P2TL Ada 38 Aturan yang Utama arus di ketahui dan dipelajari oleh semua Siswa ( Calon Pelaut ) duduk di kelas X antaranya sbb :

1. Penerapan 2. Pertanggung jawaban 3. Definisi umum 4. Penerapan 5. Pengamatan 6. Laju aman 7. Bahaya tubrukan 8. Tindakan untuk mencegah bahaya tubrukan 9. Alur pelayaran sempit 10. Bagan pemisah lalu lintas 11. Penerapan 12. Kapal layar 13. Penyusulan 14. Situasi berhadapan 15. Situasi berpotongan 16. Tindakan oleh kapal yang memberi jalan 17. Tindakan oleh kapal yang bertahan 18. Tanggung jawab antar kapal 19. Sikap kapal dalam penglihatan terbatas 20. Penerapan 21. Definisi 22. Daya tampak lampu lampu 23. Kapal yang sedang berlayar 24. Menunda dan mendorong 25. Kapal layar yang sedang berlayar dan kapal yang digerakan dengan dayung 26. Kapal nelayan 27. Kapal yang tidak dapat di olah gerak dan kapal yang terbatas kemampuan olah

geraknya 28. Kapal yang terkekang oleh saratnya 29. Kapal pandu 30. Kapal berlabuh jangkar dan kapal kandas 31. Pesawat terbang laut 32. Definisi 33. Perlengkapan isyarat bunyi 34. Isyarat olah gerak dan isyarat peringatan 35. Isyarat bunyi dalam penglihatan terbatas 36. Isyarat untuk menarik perhatian 37. Isyarat mara bahaya 38. Pembebasan

Page 7: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 7 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

PERATURAN PENCEGAHAN TUBRUKAN di LAUT -1972

Amandemen 1981, 1987, 1989, 1993 dan 2001

BAGIAN A UMUM ATURAN 1 PEMBERLAKUAN A. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua

perairan yang berhubungan dengan laut yg dapat dilayari oleh kapal-kapal laut.

B. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini yang menghalangi berlakunya peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh penguasa yang berwenang, untuk alur pelayaran pelabuhan , sungai,danau atau perairan pedalaman yang berhubungan dengan laut dan dapat dilayari oleh kapal laut. Aturan-aturan khusus demikian harus semirip mungkin dengan aturan-aturan ini.

C. Tidak ada suatu apapun dari aturan ini yang akan menghalangi berlakunya

aturan-aturan khusus yang dibuat oleh pemerintah negara manapun berkenaan dengan tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat, sosok benda atu isyarat suling untuk kapal-kapal perang dan kapal-kapal yang berlayar dalam beriring-iringan atau lampu-lampu isyarat atau sosok-sosok benda untuk kapal-kapal ikan yang sedang menangkap ikan dalam suatu armada. Tambahan-tambahan kedudukan atau lampu-lampu isyarat sosok-sosok benda atau isyarat –isyarat suling ini harus dibuat sejauh yang dapat dilaksanakan, supaya tidak dapat disalah artikan dengan lampu menapun sosok benda atau isyarat yang ditentukan dilain tempat dalam peraturan ini.

D. Bagan-bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan oleh organisasi untuk

maksud aturan-aturan ini. E. Manakala pemerintah yang bersangkutan berpendapat bahwa berkonstruksi

atau kegunaan khusus tidak dapat memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah, jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda, maupun penempatan dari ciri-ciri atau isyarat bunyi, tanpa menghalangi tugas khusus kapal-kapal itu maka kapal yang demikian itu harus memnuhi ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan jumlah tempat jarak atau busur tampak lampu-lampu atau sosok-sosok benda manapun yang berhubungan dengan penempatan dan ciri-ciri alat isyarat bunyi sebagaimana ditentukan oleh pemerintahnya yang semirip mungkin dengan aturan-aturan ini, bagi kapal yang bersangkutan.

Page 8: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 8 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

ATURAN 2

TANGGUNG JAWAB A. Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap

kapal atau pemiliknya, nahkoda atau awak kapalnya, atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk memenuhaturan-aturan ini atau kelalaian terhadap setiap tindakan berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan pelaut atau terhadap keadaan-keadaan khusus dimana kapal itu berada.

B. Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus benar-benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan- keterbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk menghindari bahaya mendadak.

ATURAN 3 DEFINISI-DEFINISI UMUM Untuk maksud aturan-aturan ini kecuali didalamnya diisyaratkan lain : A. Kata "kapal" mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa

benaman (displacement) dan pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana angkutan di air.

B. Istilah "kapal tenaga" berarti setiap kapal yang digerakkan dengan mesin

C. Istilah "kapal layar" berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan menggunakan layar, dengan syarat behwa mesin penggeraknya bila ada sedang tidak digunakan.

D. Istilah "kapal yang sedang manangkap ikan" berarti setiap kapal yang menangkap ikan dengan jaring, tali, pukat atau jaring penangkap ikan lainnya yang membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak meliputi kapal yang menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap ikan lainnya yang tidak membatasi kemmpuan mengolah geraknya di air.

E. Kata "pesawat terbang laut" mencakup setiap pesawat terbang yang dibuat untuk mengolah gerak di air.

F. Istilah 'kapal yang tidak terkendalikan" berarti kapal yang karena sesuatu keadaan yang istimewa tidak mampu untuk mengolah gerak seperti yang diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu menyimpang kapal lain.

Page 9: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 9 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

G. Istilah 'kapal yang kemampuan oleh geraknya terbatas' berarti kapal yang karena sifat pekerjaannya mengakibatkan kemampuannya untuk mengolah gerak seperti diisyaratkan oleh aturan-aturan ini menjadi terbatas dan karenanya tidak mampu untuk menyimpangi kapal lain.

Kapal-kapal berikut harus dianggap sebagai kapal-kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas.

i. Kapal yang digunakan memasang merawat atau mengangkat merkah navigasi atau pipa laut.

ii. Kapal yang melakukan kegiatan pengerukan, penelitian atau pekerjaan-pekerjaan di bawah air.

iii. Kapal yang melakukan pengisian atau memindahkan orang- orang,perbekalan atau muatan pada waktu sedang berlayar.

iv. kapal yang sedang meluncurkan atau sedang mendaratkan kembali pesawat terbang.

v. Kapal yang sedang melakukan pembersihan ranjau. vi. kapal yang menunda sedemikian rupa sehingga menjadikan tidak mampu

untuk menyimpang dari haluannya H. Istilah “Kapal yang terkendala oleh saratnya”berarti kapal tenaga yang karena

syaratnya terhadap kedalaman air dan lebar perairan yang dapat dilayari mengakibatkan kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis haluan yang sedang diikuti menjadi terbatas sekali.

I. Istilah “sedang berlayar”Berarti kapal tidak berlabuh jangkar atau tidak diikat pada daratan atau kandas.

J. Kapal-kapal yang harus dianggap melihat satu sama lainnya apabila kapal

yang satu dapat dilihat visual oleh kapal lainnya. K. Istilah penglihatan terbatas berarti setiap keadaan dalam mana daya

tampaknya dibatasi oleh kabut, halimun, hujan badai, badai pasir, atau sebab lain yang serupa dengan itu.

Page 10: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 10 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

BAGIAN B

ATURAN-ATURAN MENGEMUDIKAN KAPAL DAN MELAYARKAN KAPAL SEKSI 1 SIKAP KAPAL DALAM SETIAP KEADAAN PENGLIHATAN ATURAN 4 PEMBERLAKUAN Aturan- aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap keadaan penglihatan. ATURAN 5 PENGAMATAN Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. ATURAN 6 KECEPATAN AMAN Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil untuk menghindari tubrukan dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada dalam menentukan kecepatan aman, faktor-faktor berikut termasuk faktor-faktor yang harus diperhitungkan : (A) Oleh semua Kapal:

i. Tingkat penglihatan ii. Kepadatan lalu-lintas termasuk pemusatan kapal-kapal ikan atau kapal

lain. iii. Kemampuan olah gerak kapal khususnya yang berhubungan jarak henti

dan kemampuan berputar iv. Pada malam hari, terdapatnya cahaya latar belakang misalnya lampu-

lampu dari daratan atau pantulan lampu-lampu sendiri v. Keadaan angin, laut dan arus dan bahaya-bahaya navigasi yang ada

disekitarnya. vi. Sarat sehubungan dengan keadaan air yang ada

(B) Tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya dapat bekerja dengan baik

i. Ciri-ciri khusus daya guna dan keterbatasan pesawat radar ii. Setiap kendala yang timbul oleh skala jarak radar yang dipakai

Page 11: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 11 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

iii. Pengaruh keadaan laut , cuaca dan sumber-sumber gangguan lain pada penggunaan radar.

iv. Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil , gunung es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat ditangkap oleh radar pada jarak yang cukup.

v. Jumlah, posisi dan gerakan kapal-kapal yang ditangkap oleh radar. vi. Berbagai macam penilaian penglihatan yang lebih tepat yang mungkin

dapat bila radar digunakan untuk menentukan jarak kapal-kapal atau benda lain disekitarnya.

ATURAN 7 BAHAYA TUBRUKAN (A) Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai

dengan keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan , jika timbul keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.

(B) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat jika dipasang dikapal dan bekerja dengan baik termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pengamatan sistematis yang sepadan atas benda-benda yang terindra.

(C) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan oleh keterangan yang

sangat kurang khususnya keterangan radar.

(D) Dalam menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan pertimbangan pertimbangan berikut ini termasuk pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan. i. Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal

yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

ii. Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada,walaupun perubahan sebuah baringan yang berarti itu nyata sekali ,terutama bilamana sedang menghampiri kapal dengan jarak yang dekat sekali.

ATURAN 8 TINDAKAN UNTUK MENGHINDARI TUBRUKAN (A) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan jika keadaan

mengijinkan harus tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.

Page 12: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 12 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(B) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari tubrukan jika keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan hendaknya dihindari.

(C) Jika ada ruang gerak yang cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu cukup dini ,bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat terlalu rapat.

(D) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan jarak aman. Hasil guna tindakan itu harus dikaji secara seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali.

(E) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan waktu

yang lebih banyak untuk menilai keadaan ,kapal harus mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana penggeraknya

(F) Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak boleh merintangi jalan atau jalan

aman kapal lainnya, bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk memberikan ruang gerak yang cukup bagi jalan kapal orang lainnya. i. kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman

kapal lain tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan , dan bilamana akan mengambil tindakan harus memperhatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan dalam bagian ini.

ii. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib sepenuhnya untuk melaksanakan aturan-aturan dibagian ini bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan satu dengan lainnya yang mengakibatkan bahaya tubrukan.

ATURAN 9 ALUR PELAYARAN SEMPIT (A) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit harus

berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan.

Page 13: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 13 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(B) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

(C) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan

setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

(D) Sebuah kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika pemotongan

demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman didalam alur pelayaran sempit , kapal yang di sebutkan belakangan itu boleh menggunakan isyarat bunyi yang di tentukan dalam aturan 34 (d) , jika ragu-ragu terhadap maksud kapal yang memotong.

(E) (i) Di alur pelayaran sempit, jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika kapal

yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan pelewatan dengan aman , maka kapal yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan didalam aturan 34 ( c ) (ii) dan mengambil langkah untuk dilewatinya dengan aman. jika ragu-ragu , kapal itu boleh memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam aturan 34 (d). (Ii) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya menurut aturan 13.

(F) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air pelayaran

sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan , harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam aturan 34 (e).

(G) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya berlabuh

jangkar di dalam alur pelayaran sempit. ATURAN 10 TATA PEMISAHAN LALU LINTAS (A) Pasal ini berlaku bagi tata pemisahan lalu lintas yang diterima secara sah

oleh organisasi dan tidak membebaskan setiap kapal dari kewajibannya untuk melaksanakan aturan lainnya.

(B) Kapal yang sedang menggunakan tata pemisahan lalu lintas harus :

(I) Berlayar didalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah lalu lintas umum untuk jalur itu.

Page 14: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 14 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(Ii) Sedapat mungkin tetap bebas dari garis pemisah atau zona pemisah lalu lintas.

(Iii) Jalur lalu lintas dimasuki atau ditinggalkan pada umumnya dari ujung

jalur, tetapi bilamana tindakan memasuki atau meninggalkan jalur itu dilakukan dari salah satu sisi, tindakan itu harus dilakukan sedemikian rupa hingga membentuk sebuah sudut yang sekecil-kecilnya terhadap arah lalu lintas umum.

(C) Sedapat mungkin , kapal harus menghindari memotong jalur-jalur lalu lintas

tetapi jika terpaksa melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas umum.

(D) (i) Kapal yang berada di zona sekitar tata pemisah lalu lintas tidak boleh

menggunakan zona lalu lintas dekat pantai bilamana ia dapat menggunakan jalur lalu lintas yang sesuai dengan aman. Akan tetapi kapal yang panjangnya kurang dari 200 meter , kapal layar dan kapal yang sedang menangkap ikan boleh menggunakan zona lalu lintas dekat pantai.

(Ii) Lepas dari sub ayat (d)(i) , kapal boleh menggunakan zona lalu lintas dekat

pantai bilamana sedang berlayar menuju atau dari sebuah pelabuhan , instalasi atau bangunan lepas pantai , stasiun pandu atau setiap tempat yang berlokasi di dalam zona lalu lintas dekat pantai atau untuk menghindari bahaya mendadak.

(E) Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang

sedang memasuki atau sedang meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh memasuki zona pemisah atau memotong garis pemisah kecuali : (i) Dalam keadaan darurat untuk menghindari bahaya mendadak. (ii) Untuk menangkap ikan dalam zona pemisah.

(F) Kapal yang sedang berlayar didaerah-daerah ujung tata pemisah lalu lintas

harus berlayar dengan sangat hati-hati. (G) Sedapat mungkin, kapal harus menghindari dirinya berlabuh jangkar di

daerah tata pemisah atau di daerah-daerah dekat ujung-ujungnya. (G) Kapal yang tidak menggunakan tata pemisah lalu lintas harus

menghindarinya dengan ambang batas selebar-lebarnya. (I) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap

kapal. (J) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal-kapal layar tidak

boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti jalur lalu lintas.

Page 15: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 15 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(K) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang

melakukan operasi untuk merawat sarana keselamatan pelayaran didalam tata pemisah lalu lintas dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini karena pentingnya penyelenggaraan operasi itu.

(L) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, bilamana sedang

melakukan operasi untuk meletakan , memperbaiki atau mengangkat kabel laut di dalam tata pemisah lalu lintas di bebaskan dari kewajiban untuk memenuhi aturan ini sekedar untuk melakukan operasi itu.

SEKSI 2 PERILAKU KAPAL-KAPAL DALAM KEADAAN SALING MELIHAT. ATURAN 11 PEMBERLAKUAN Aturan-aturan didalam seksi ini berlaku bagi kapal-kapal yang sedang dalam keadaan saling melihat. ATURAN 12 KAPAL LAYAR (A) Bilamana dua kapal layar sedang saling mendekat sedemikian rupa,

sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari kedua kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai berikut :

(I) Bilamana masing-masing mendapat angin lambung yang berlainan,

maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus menghindari kapal yang lain.

(Ii) Bilamana kedua-duanya mendapat angin lambung yang sama, maka

kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang ada di bawah angin.

(Iii) Jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah kapal di atas

angin tidak dapat menentukan dengan pasti apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri atau di lambung kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal yang lain itu.

(B) Untuk memenuhi maksud aturan ini, sisi atas angin harus di anggap sisi yang

berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada atau bagi kapal dengan layar segi empat adalah sisi yang berlawanan dengan sisi tempat layar membujur itu berada.

ATURAN 13

Page 16: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 16 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

PENYUSULAN (A) Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum didalam aturan-aturan

bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal yang sedang menyusul setiap kapal lain harus menghindari kapal lain yang sedang disusul itu.

(B) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari

arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang di susul itu pada malam hari hanya dapat melihat lampu buritan, tetapi tidak satupun dari lampu-lampu lambungnya.

(C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal

lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu.

(D) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian tidak

akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

ATURAN 14 SITUASI BERHADAP-HADAPAN

(A) Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan , masing-masing harus mengubah haluannya ke kanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung kirinya.

(B) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal lain

tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris atau kedua lampu lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra ( aspek ) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut.

(C) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu akan terdapatnya situasi demikian,

kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai dengannya.

ATURAN 15 SITUASI MEMOTONG Bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan saling memotong sedemikian rupa sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan , kapal yang

Page 17: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 17 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

mendapati kapal lain disisi kanannya harus menghindari , dan jika keadaan mengijinkan , harus menghindarkan dirinya memotong di depan kapal lain itu. ATURAN 16 TINDAKAN KAPAL YANG MENGHINDAR Setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain, sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini tegas untuk tetap bebas sama sekali. ATURAN 17 TINDAKAN KAPAL YANG BERTAHAN (A) (i) Apabila salah satu dari dua kapal diwajibkan menghindar, maka kapal

yang lainnya harus mempertahankan haluan dan kecepatannya.

(Ii) Tetapi kapal yang disebutkan terakhir itu boleh melakukan tindakan untuk menghindari tubrukan hanya dengan olah geraknya, segera setelah jelas baginya bahwa kapal yang diwajibkan menghindar itu tidak melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan aturan-aturan ini.

(B) Bilamana kareana suatu sebab, kapal yang diwajibkan mempertahankan

haluan dan kecepatannya itu berada sedemikian dekatnya sehingga tubrukan tidak dapat dihindari dengan tindakan kapal yang menghindar saja, maka kapal tersebut harus melakukan tindakan sedemikian rupa sehingga akan membantu penghindaran tubrukan dengan sebaik-baiknya.

(C) Kapal tenaga yang melakukan tindakan dalam situasi memotong sesuai

dengan sub paragraf (a)(ii) aturan ini untuk menghindari tubrukan dengan kapal tenaga lain, jika keadaan mengijinkan , tidak boleh mengubah haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di sisi kirinya.

(D) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang wajib menghindar dari

kewajibannya untuk menghindar. ATURAN 18 TANGGUNG JAWAB ANTAR KAPAL Kecuali Aturan 9 , 10 dan 13 menyaratakan lain : (A) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari : (i) kapal yang tidak terkendali (Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan (iv) kapal layar

Page 18: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 18 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(B) Kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari : (i) kapal yang tidak terkendali (ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas (iii) kapal yang sedang menangkap ikan (C) Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin menghindari :

(I) kapal yang tidak terkendali (Ii) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas

(D) (i) Setiap kapal, selain daripada kapal yang tidak terkendali, atau kapal yang

kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan mengijinkan , harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya yang sedang memperlihatkan isyarat-isyarat dalam aturan 28.

(ii) Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan keadaannya yang khusus itu.

(E) Pesawat terbang laut yang sedang berada di air , pada umumnya, tidak boleh merintangi semua kapal dan tidak mengganggu navigasi kapal-kapal lain itu, dalam suatu keadaan dimana resiko tubrukan timbul maka ia wajib memenuhi aturan-aturan dalam bagian ini.

(F) (i) Pesawat WIG pada saat akan lepas landas , mendarat dan terbang

didekat permukaan harus bebas dari setiap kapal lainnya dan tidak merintangi navigasi kapal-kapal lainnya itu.

(ii) Pesawat WIG yang sedang beroperasi di permukaan air harus memenuhi

aturan-aturan dari bagian ini sebagai kapal tenaga. SEKSI 3 PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS ATURAN 19 PERILAKU KAPAL DALAM PENGLIHATAN TERBATAS (A) Aturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang tidak saling melihat bilamana

sedang berlayar di suatu daerah yang berpenglihatan terbatas atau didekatnya.

(B) Setiap kapal harus berjalan dengan kecepatan aman yang disesuaikan

dengan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada. Kapal tenaga harus menyiapkan mesin-mesinnya untuk segera dapat berolah gerak.

Page 19: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 19 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(C) Setiap kapal harus benar-benar memperhatikan keadaan dan suasana penglihatan terbatas yang ada bilamana sedang memenuhi aturan-aturan seksi 1 bagian ini.

(D) Kapal yang mengindera kapal lain hanya dengan radar harus menentukan

apakah sedang berkembang situasi saling mendekat terlalu rapat dan atau apakah ada bahaya tubrukan. Jika demikian, kapal itu harus melakukan tindakan dalam waktu yang cukup lapang ketentuan bahwa bilamana tindakan demikian terdiri dari perubahan haluan, maka sejauh mungkin harus dihindari hal-hal sebagai berikut : (I) Perubahan haluan ke kiri terhadap kapal yang ada di depan arah

melintang selain daripada kapal yang disusul.

(Ii) Perubahan haluan arah kapal yang ada di arah melintang atau di belakang arah melintang.

(E) Kecuali apabila telah yakin bahwa tidak ada bahaya tubrukan , setiap kapal

yang mendengar isyarat kabut kapal lain yang menurut pertimbanganya berada di depan arah melintangnya, atau yang tidak dapat menghindari situasi saling mendekat terlalu rapat hingga kapal yang ada di depan arah melintangnya , harus mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan kecepatan itu kapal tersebut dapat mempertahankan haluannya. Jika dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan khusus hingga bahaya tubrukan telah berlalu.

Page 20: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 20 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

BAGIAN C LAMPU DAN SOSOK BENDA ATURAN 20 PEMBERLAKUAN (A) Aturan-aturan dalam bagian ini harus dipenuhi dalam segala keadaan cuaca. (B) Aturan-aturan tentang lampu-lampu harus dipenuhi semenjak saat matahari

terbenam sampai dengan matahari terbit dan selama jangka waktu tersebut lampu-lampu lain tidak boleh diperlihatkan , kecuali apabila lampu-lampu demikian tidak dapat terkelirukan dengan lampu-lampu yang disebutkan secara terpernci didalam aturan-aturan ini atau tidak melemahnya daya tampak atau sifat khususnya atau mengganggu terselenggaranya pengamatan yang layak.

(C) Lampu-lampu yang ditentukan oleh aturan-aturan ini , jika dipasang harus

jiga diperlihatkan sijak saat matahari terbit sampai matahari terbenam dalam keadaan penglihatan terbatas dan boleh diperlihatakan dalam semua keadaan bila dianggap perlu.

(D) Aturan-aturan tentang sosok benda harus dipenuhi pada siang hari. (E) Lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang disebutkan secara terpernci di

dalam aturan-aturan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran 1 peraturan ini.

ATURAN 21 DEFINISI (A) "Lampu tiang" berarti lampu putih yang ditempatkan di sumbu membujur

kapal , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi bujur cakrawala 225 derajat dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus ke depan sampai 22,5 derajat dibelakang arah melintang di kedua sisi kapal.

(B) "Lampu lambung" berarti lampu hijau di lambung kanan dan lampu merah di

lambung kiri, masing-masing memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi busur cakrawala 112,5 derajat dan dipempatkan sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya dari arah lurus kedepan sampai dengan 22,5 derajat di belakang arah melintang di masing-masing sisinya. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter , lampu-lampu lambung itu boleh digabungkan dalam satu lentera yang ditempatkan di sumbu membujur kapal.

Page 21: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 21 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(C) "Lampu buritan" berarti lampu putih yang ditempatkan sedekat mungkin

dengan burutan , memperlihatkan cahaya tidak terputus-putus yang meliputi bujur cakrawala 135 derajat dan dipasang sedemikian rupa hingga memperlihatkan cahaya 67,5 derajat dari arah lurus ke belakang kemasing-masing sisinya.

(D) "Lampu Tunda" berarti lampu kuning yang mempunyai sifat-sifat khusus

yang sama dengan "Lampu buritan" yang didefinisikan didalam paragraf (c) aturan ini.

(E) "Lampu keliling" berarti lampu yang memperlihatkan cahaya tidak terputus-

putus yang meliputi busur cakrawala 360 derajat. (F) "Lampu Kedip" berarti lampu yang berkedip-kedip dengan selang waktu

teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau lebih setiap menit. ATURAN 22 JARAK TAMPAK LAMPU Lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan ini harus mempunyai kuat cahaya sebagaimana yang disebutkan secara terperinci didalam seksi 8 lampiran 1 peraturan ini untuk dapat kelihatan dari jarak-jarak minimum berikut : (A) Di kapal-kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih :

- Lampu tiang, 6 mil; - Lampu lambung, 3 mil; - Lampu buritan, 3 mil; - Lampu tunda, 3 mil; - Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil.

(B) Di kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter :

- Lampu tiang, 5 mil; kecuali apabila panjang kapal itu kurang dari 20 meter, 3 mil; - Lampu lambung, 2 mil; - Lampu buritan, 2 mil; - Lampu tunda, 2 mil; - Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil.

(C) Dikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter :

- Lampu tiang, 2 mil; - Lampu lambung, 1 mil; - Lampu buritan, 2 mil; - Lampu tunda, 2 mil;

Page 22: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 22 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

- Lampu keliling putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil (D) Dikapal-kapal yang terbenam atau benda-benda yang sedang ditunda yang

tidak kelihatan dengan jelas : - Lampu keliling putih, 3 mil.

ATURAN 23 KAPAL TENAGA YANG SEDANG BERLAYAR (A) Kapal tenaga yang sedang berlayar :

(I) Lampu tiang depan; (Ii) Lampu tiang kedua , dibelakang dan lebih tinggi dari pada lampu tiang

depan ; kecuali kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkan lampu demikian, tetapi boleh memperlihatkannya.

(Iii) Lampu-lampu lambung; (Iv) Lampu buritan.

(B) Kapal bantalan udara bilamana sedang beroperasi dalam bentuk tanpa berat

benaman, disamping lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) pasal ini, harus memperlihatkan lampu keliling kuning kedip.

(C) Pesawat WIG hanya pada saat lepas landas , mendarat dan terbang didekat

permukaan sebagai tambahan lampu-lampu yang diwajibkan dalam paragraf (a) harus memperlihatkan satu lampu keliling merah berkedip dengan intensitas tinggi.

(D) (i) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter sebagai ganti lampu-

lampu yang ditentukan di dalam paragraf (a) pasal ini , boleh memperlihatkan lampu keliling putih dan lampu-lampu lambung. (ii) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 7 meter yang kecepatan

minimumnya tidak lebih dari 7 mil setiap jam, sebagai ganti lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) pasal ini, boleh memperlihatkan lampu keliling putih dan jika mungkin, harus juga memperlihatkan lampu-lampu lambung.

(iii) Lampu tiang atau lampu keliling putih di kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter boleh dipindahkan dari sumbu membujur kapal jika pemasangan disumbu membujur tidak dapat dilakukan, dengan ketentuan bahwa lampu-lampu lambung digabungkan dalam satu lentera yang harus diperlihatkan disumbu membujur kapal atau ditempatkan sedekat mungkin disumbu membujur kapal yang sama dengan lampu tiang atau lampu keliling putih.

Page 23: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 23 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

ATURAN 24 MENUNDA DAN MENDORONG (A) Kapal tenaga bilamana sedang menunda harus memperlihatkan :

(i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan didalam aturan 23(a) atau (a)(ii), dua tiang penerang bersusun tegak lurus. bilamana panjang tundaan diukur dari buritan kapal yang sedang menunda sampai keujung belakang tundaan lebih dari 200 meter , tiga lampu yang demikian itu bersusun tegak lurus. (ii) Lampu-lampu lambung (iii) Lampu buritan (iv) Lampu tunda , tegak lurus diatas lampu buritan (v) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya.

(B) Ketika kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong maju

di ikat erat-erat dalam suatu unit berangkai, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan 23.

(C) Kapal tenaga bilamana sedang mendorong maju atau sedang menggandeng

kecuali didalam suatu unit berangkai, harus memperlihatkan : (i) Sebagai pengganti lampu yang ditentukan di dalam aturan 23(a)(i) atau (a)(ii) , dua penerangan tiang yang tersusun tegak lurus. (ii) Lampu-lampu lambung (iii) Lampu buritan.

(D) Kapal tunda yang dikenai paragraf (a) atau (c) aturan ini harus juga

memenuhi aturan 23(a)(ii). (E) Kapal atau benda yang sedang ditunda, selain daripada yang ditentukan di

dalam paragraf (g) aturan ini harus memperlihatkan : (i) Lampu-lampu lambung (ii) Lampu buritan (iii) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelas nya.

(F) Dengan ketentuan bahwa berapapun jumlah kapal yang sedang digandeng

atau di dorong dalam suatu kelompok, harus diberi lampu sebagai suatu kapal. (I) Kapal yang sedang didorong maju yang bukan merupakan bagian dari suatu unit berangkai harus memperlihatkan lampu-lampu lambung di ujung depan. (Ii) Kapal yang sedang digandeng harus memperlihatkan lampu buritan dan ujung depan lampu-lampu lambung.

Page 24: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 24 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(G) Kapal atau benda yang terbenam sebagian atau gabungan dari kapal-kapal atau benda-benda demikian yang sedang di tunda yang tidak kelihatan dengan jelas , harus memperlihatkan : (i) Jika lebarnya kurang dari 25 meter , suatu lampu keliling putih di ujung

depan, atau di dekatnya dan satu di ujung belakang atau di dekatnya, kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu memperlihatkan lampu di ujung depan atau di dekatnya.

(ii) Jika lebarnya 25 meter atau lebih , dua lampu keliling putih tambahan di ujung-ujung paling luar dari lebarnya dan di dekatnya.

(iii) Jika panjangnya lebih dari 100 meter , lampu-lampu keliling putih tambahan di antara lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i) dan (ii) sedemikian rupa sehingga jarak antara lampu-lampu itu tidak boleh lebih dari 100 meter.

(iv) Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari kapal atau benda paling belakang yang sedang di tunda dan jika panjang tundaan itu lebih dari 200 meter , sosok belah ketupat tambahan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya serta di tempatkan sejauh mungkin di depan.

(H) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak

memungkinkan kapal atau benda yang sedang di tunda memperlihatkan penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan di dalam paragraf (e) atau (g) aturan ini, semua upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menerangi kapal atau benda yang ditunda setidak-tidaknya menunjukkan adanya kapal atau benda demikian itu.

(I) Apabila karena suatu sebab yang cukup beralasan sehingga tidak

memungkinkan kapal yang tidak biasa melakukan operasi-operasi penundaan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan yang di tentukan didalam paragraf (a) atau (c) aturan ini maka kapal demikian itu tidak disyaratkan untuk memperlihatkan penerangan-penerangan itu, bilamana sedang menunda kapal lain dalam bahaya atau dalam keadaan lain yang membutuhkan pertolongan. Segala upaya yang mungkin harus ditempuh untuk menunjukkan sifat hubungan antara kapal yang sedang menunda dan kapal yang sedang ditunda sebagaimana yang diharuskan dan dibolehkan didalam aturan 36 terutama untuk menerangi tali tunda.

ATURAN 25 KAPAL LAYAR YANG SEDANG BERLAYAR DAN KAPAL YANG SEDANG BERLAYAR DENGAN DAYUNG (A) Kapal layar yang sedang berlayar harus memperlihatkan :

(I) Penerangan-penerangan lambung (Ii) Penerangan buritan

Page 25: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 25 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(B) Di kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 meter , penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini boleh digabungkan didalam satu lentera yang dipasang dipuncak tiang atau didekatnya di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

(C) Kapal layar yang sedang berlayar , disamping lampu-lampu yang ditentukan

didalam paragraf (a) aturan ini, boleh memperlihatkan dipuncak tiang atau didekatnya, di suatu tempat yang kelihatan dengan sejelas-jelasnya, dua lampu keliling bersusun tegak lurus, yang diatas merah dan yang di bawah hijau, tetapi lampu-lampu ini tidak boleh memperlihatkan bersama-sama dengan lentera kombinasi yang dibolehkan paragraf (b) aturan ini.

(D) (i) Kapal layar yang panjangnya kurang dari 7 meter, jika mungkin harus

memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal layar itu harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan.

(Ii) Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan didalam aturan ini bagi kapal-kapal layar , tetapi jika tidak memperlihatkannya , kapal yang sedang berlayar dengan dayung itu harus siap dengan sebuah lampu senter yang menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu yang memadai untuk mencegah tubrukan.

(E) Kapal yang sedang berlayar dengan layar bilamana sedang digerakkan juga

dengan mesin, harus memperlihatkan sosok benda berbentuk kerucut, dengan puncak kebawah, dibagian depan kapal di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

ATURAN 26 KAPAL PENANGKAP IKAN (A) kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau berlabuh

jangkar , harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang hanya ditentukan oleh aturan ini.

(B) Kapal yang sedang mendogol, maksudnya sedang menarik pukat taruk atau

pekakas lain di dalam air yang digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan , harus memperlihatkan : (i) Dua penerangan keliling bersusun tegak lurus, yang diatas hijau dan yang

dibawah putih, atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit, bersusun tegak lurus.

Page 26: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 26 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(ii) Penerangan tiang lebih kebelakang dan lebih tinggi daripada penerangan hijau keliling kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkannya.

(iii) Bilamana mempunyai laju di air sebagai tambahan atas penerangan yang ditentukan di dalam paragraf ini penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan.

(C) Kapal yang sedang menangkap ikan kecuali yang sedang mendogol , harus

memperlihatkan :

(I) Dua lampu keliling bersusuntegak lurus , yang diatas merah dan di bawah putih atau sosok benda yang terdiri dari dua kerucut yang titik-titik puncaknya berimpit , bersusun tegak lurus.

(Ii) Bilamana ada alat penangkap ikan yang terjulur mendatar dari kapal lebih dari 50 meter , lampu putih keliling atau kerucut yang titik puncaknya ke atas di arah alat penangkap.

(Iii) Bilamana mempunyai kecepatan di air, di samping lampu-lampu yang ditentukan di dalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu buritan.

(D) Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan sekali dengan kapal-kapal

lain yang menangkap ikan , boleh memperlihatkan isyarat-isyarat tambahan yang di uraikan dengan jelas di dalam lampiran II aturan ini.

(E) Bilamana sedang tidak menangkap ikan tidak boleh memperlihatkan lampu-

lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam aturan ini tetapi hanya lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi kapal yang panjangnya sama dengan panjang kapal itu.

ATURAN 27 KAPAL YANG TIDAK TERKENDALIKAN ATAU YANG BERKEMAMPUAN OLAH GERAKNYA TERBATAS (A) Kapal yang tidak terkendalikan harus memperlihatkan :

(I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

(Ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.

(Iii) Bilamana mempunyai laju di air, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan didalam paragraf ini, lampu-lampu lambung dan lampu buritan.

(B) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang

melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :

Page 27: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 27 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Lampu yang tertinggi dan yang terrendah harus merah, sedang lampu yang tengah harus putih.

(Ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, Sosok benda yang tertinggi dan yang terrendah harus bola, sedang yang ditengah sosok belah ketupat.

(Iii) Bilamana mempunyai laju di air, lampu atau lampu-lampu tiang, lampu-lampu lambung dan lampu buritan, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang di tentukan di dalam sub paragraf (i).

(Iv) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang di tentukan didalam sub paragraf (i) dan (ii) lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan 30.

(C) kapal tenaga yang sedang melaksanakan pekerjaan penundaan sedemikian

rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal yang sedang menunda dan tundaannya itu untuk menyimpang dari haluannya yang ditentukan didalam aturan 24 (a) harus memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b) (i) dan (ii) aturan ini.

(D) Kapal yang sedang melaksanakan pengerukan atau pekerjaan di dalam air ,

bilamana kemampuan olah geraknya terbatas, harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan di dalam sub paragraf (b)(i), (ii) dan (iii) aturan ini dan sebagai tambahan bilamana ada rintangan harus memperlihatkan : (I) Dua lampu merah keliling atau dua bola bersusun tegak lurus untuk

menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada. (Ii) Dua lampu hijau keliling atau dua sosok belah ketupat bersusun tegak

lurus untuk menunjukkan sisi kapal yang boleh dilewati kapal lain. (Iii) Bilamana berlabuh jangkar, lampu atau sosok benda yang ditentukan di

dalam paragraf ini sebagai ganti lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam aturan 30.

(E) Bilamana kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

penyelaman itu menbuatnya tidak mampu memperlihatkan semua lampu dan sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (d) aturan ini harus diperlihatkan yang berikut ini : (I) Tiga lampu keliling bersusun tegak lurus di suatu tempat yang

diperlihatkan dengan sejelas-jelasnya. Lampu yang tertinggi dan yang terrendah harus merah , sedangkan lampu yang di tengah harus putih.

(Ii) Tiruan bendera kaku huruf " A " dari kode internasional yang tingginya tidak kurang dari 1 meter . Langkah-langkah harus dilakukan untuk menjamin agar tiruan itu dapat kelihatan keliling.

(F) Kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan pembersihan ranjau , sebagai

tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal tenaga di dalam aturan 23 atau atas lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan bagi

Page 28: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 28 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

kapal yang harus berlabuh jangkar di dalam aturan 30 , mana yang sesuai harus memperlihatkan tiga lampu hijau keliling atau tiga bola. Salah satu dari lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini harus diperlihatkan di puncak tiang depan atau di dekatnya, dan satu masing-masing ujung andang-andang depan . Lampu-lampu atau sosok-sosok benda ini menunjukkan bahwa berbahayalah kapal lain yang mendekat dalam jarak 1000 meter dari pembersih ranjau ini.

(G) Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter , kecuali kapal-kapal

yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman , tidak wajib memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang ditentukan dalam aturan ini.

(H) Isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini bukan isyarat-isyarat dari

kapal-kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, insyarat-isyarat demikian tercantum didalam lampiran IV peraturan ini.

ATURAN 28 KAPAL YANG TERKENDALA OLEH SARATNYA Kapal yang terkendala oleh saratnya sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan bagi kapal-kapal tenaga di dalam aturan 23, boleh memperlihatkan tiga lampu merah keliling bersusun tegak lurus atau sebuah silinder di tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. ATURAN 29 KAPAL PANDU (A) Kapal yang sedang bertugas memandu harus memperlihatkan :

(I) Di puncak tiang atau di dekatnya , dua lampu keliling bersusun tegak lurus , yang diatas putih dan yang dibawah merah.

(Ii) Bilamana sedang berlayar , sebagai tambahan lampu-lampu lambung dan lampu buritan.

(Iii) Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan atas lampu-lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i), lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan di dalam aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar.

(B) Kapal pandu bilamana sedang tidak memandu, harus memperlihatkan

lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang di tentukan bagi kapal yang serupa sesuai dengan panjangnya.

Page 29: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 29 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

ATURAN 30 KAPAL YANG BERLABUH JANGKAR DAN KAPAL YANG KANDAS (A) Kapal yang berlabuh jangkar harus memperlihatkan di suatu tempat yang

dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya : (I) Di bagian depan , lampu putih keliling dan satu bola. (Ii) Di buritan atau di dekatnya dan di suatu ketinggian yang lebih rendah

daripada lampu yang ditentukan di dalam sub paragraf (i), sebuah lampu putih keliling.

(B) Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan sebuah

penerangan putih keliling di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya sebagai ganti lampu-lampu yang ditentukan dalam paragraf (a) aturan ini.

(C) Kapal yang berlabuh jangkar boleh juga mempergunakan lampu kerja atau

lampu-lampu yang sepadan yang ada di kapal untuk menerangi geladak-geladaknya, sedangkan kapal yang panjangnya 100 meter keatas harus memperlihatkan lampu-lampu demikian itu.

(D) Kapal yang kandas harus memperlihatkan lampu-lampu yang ditentukan

didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini dan sebagai tambahan, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya :

(I) Dua lampu merah keliling bersusun tegak lurus (Ii) Tiga bola bersusun tegak lurus. (E) Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh jangkar tidak

di dalam atau di dekat alur pelayaran sempit , air pelayaran atau tempet berlabuh jangkar atau yang bisa di layari oleh kapal-kapal lain , tidak diisyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (a) dan (b) aturan ini.

(F) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, bilamana kandas, tidak di

isyaratkan memperlihatkan lampu-lampu atau sosok-sosok benda yang ditentukan didalam paragraf (d)(i) dan (ii) aturan ini.

ATURAN 31 PESAWAT TERBANG LAUT Apabila pesawat terbang laut atau pesawat WIG tidak mampu memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda dengan sifat-sifat atau kedudukan-kedudukan yang ditentukan didalam aturan-aturan bagian ini, pesawat terbang laut atau pesawat WIG itu harus memperlihatkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda yang sifat-sifatnya semirip mungkin dan pada kedudukan yang memungkinkan.

Page 30: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 30 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

BAGIAN D DAN BAGIAN E

ISYARAT BUNYI DAN ISYARAT CAHAYA ATURAN 32 DEFINISI (A) kata "suling" berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat menghasilkan

tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi perncian-perincian di dalam lampiran 3 peraturan-peraturan ini.

(B) Istilah " Tiup Pendek " berarti tiupan yang lamanya kira-kira satu detik. (C) Istilah " Tiup Panjang " berarti tiupan yang lamanya empat sampai dengan

enam detik. ATURAN 33 PERLENGKAPAN UNTUK ISYARAT BUNYI (A) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus dilengkapi dengan suling,

kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih sebagai tambahan suling harus di lengkapi sebuah genta dan kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan harus di lengkapi dengan sebuah gong yang bunyinya tidak dapat di kacaukan dengan nada dan bunyi genta. Suling, genta dan gong harus memenuhi perincian-perincian didalam lampiran III peraturan ini, genta atau gong atau kedua-dua nya boleh digantikan dengan perlengkapan lain yang mempunyai sifat-sifat khas yang sama , dengan ketentuan harus selalu memungkinkan di bunyikan dengan tangan.

(B) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak wajib memasang alat-alat

isyarat bunyi yang ditentukan di dalam paragraf (a) aturan ini, tetapi jika tidak memasangnya , kapal itu harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain yang menghasilkan isyarat bunyi yang efisien.

ATURAN 34 ISYARAT OLAH GERAK DAN ISYARAT PERINGATAN (A) Bilamana kapal-kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga yang

sedang berlayar bilamana sedang berolah gerak sesuai yang diharuskan atau dibolehkan atau diisyaratkan oleh aturan-aturan ini harus menunjukkan olah gerak tersebut dengan isyarat-isyarat berikut dengan menggunakan suling nya :

- Satu tiupan pendek berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan".

Page 31: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 31 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

- Dua tiupan pendek berarti "Aku mengubah haluan saya ke kiri". - Tiga tiupan pendek berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin

penggerak". (B) Setiap kapal boleh menambahi isyarat-isyarat suling yang ditentukan di

dalam paragraf (a) aturan ini, dengan isyarat cahaya di ulang-ulang seperlunya , sementara olah gerak sedang di lakukan :

(I) Isyarat-siyarat cahaya ini harus mempunyai arti berikut : - Satu kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kanan" - Dua kedipan berarti "Saya mengubah haluan saya ke kiri". - Tiga kedipan berarti "Saya sedang menjalankan mundur mesin penggerak". (Ii) Lamanya masing-masing kedipan harus kira-kira satu detik , selang waktu

antara kedip-kedip itu harus kira-kira satu detik , serta selang waktu antara isyarat-isyarat berurutan tidak boleh kurang dari 10 detik.

(Iii) Lampu yang digunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus lampu putih keliling, dapat kelihatan dari jarak minimal 5 mil dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lampiran I peraturan ini.

(C) Bila dalam keadaan saling melihat dalam alur pelayaran sempit : (I) Kapal yang sedang bermaksud menyusul kapal lain, sesuai dengan aturan 9

(e)(i), harus menyatakan maksudnya itu dengan isyarat berikut dengan sulingnya :

- Dua tiup panjang di ikuti dengan satu tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kanan anda ".

- Dua tiup panjang di ikuti dua tiup pendek untuk menyatakan " saya bermaksud menyusul anda di sisi kiri anda ".

(ii) Kapal yang sedang disusul itu bilamana sedang melakukan tindakan sesuai dengan aturan 9(e)(i), harus menyatakan persetujuannya dengan isyarat-isyarat dengan sulingnya.

(D) Bilamana kapal-kapal yang dalam keadaan saling melihat sedang saling

mendekat dan karena suatu sebab, apakah salah satu dari kapal-kapal itu atau keduanya tidak berhasil memahami maksud-maksud atau tindakan-tindakan kapal yang lain, atau dalam keadaan ragu-ragu apakah kapal yang lain sedang melakukan tindakan yang memadai untuk menghindari tubrukan, kapal yang dalam keadaan ragu-ragu itu harus segera menyatakan keragu-raguannya dengan memperdengarkan sekurang-kurangnya 5 tiup pendek dan cepat dengan suling . Isyarat demikian boleh ditambahkan dengan isyarat cahaya yang sekurang-kurangnya terdiri dari 5 kedip pendek dan cepat.

(E) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran yang

ditempat itu kapal-kapal lain dapat terhalang oleh alingan, harus memperdengarkan satu tiup panjang. Isyarat demikian itu harus di sambut

Page 32: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 32 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

dengan tiup panjang oleh setiap kapal yang mendekat yang sekiranya ada di dalam jarak dengar di sekitar tikungan atau di balik alingan itu.

(F) Jika suling-suling dipasang di kapal secara terpisah dengan jarak lebih dari

100 meter , hanya satu suling saja yang harus di gunakan untuk memberikan isyarat olah gerak dan isyarat peringatan.

ATURAN 35 ISYARAT BUNYI DALAM PENGLIHATAN TERBATAS Di dalam atau di dekat daerah yang penglihatan terbatas baik pada siang hari atau malam hari, isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut : (A) Kapal tenaga yang mempunyai laju di air memperdengarkan satu tiup

panjang dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. (B) Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak mempunyai laju

di air harus memperdengarkan dua tiup panjang beruntun dengan selang waktu tiup-tiup panjang itu kira-kira 2 detik.

(C) Kapal yang tidak terkendali, kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas,

kapal yang terkendala oleh saratnya, kapal layar, kapal yang sedang menangkap ikan, dan kapal yang sedang menunda atau mendorong kapal lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini harus memperdengarkan tiga tiup beruntun , yakni satu tiup panjang di ikuti oleh dua tiup pendek dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.

(D) Kapal yang sedang menangkap ikan bilamana berlabuh jangkar dan kapal

yang kemampuan olah geraknya terbatas bilamana sedang menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar sebagai pengganti isyarat-isyarat yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini, harus memperdengarkan isyarat yang ditentukan didalam paragraf (c) aturan ini.

(E) Kapal yang ditunda atau jika kapal ditunda itu lebih dari satu, maka kapal

yang paling belakang dari tundaan itu jika diawaki harus memperdengarkan 4 tiup beruntun , yakni satu tiup panjang di ikuti tiga tiup pendek , dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. Bilamana mungkin isyarat ini harus diperdengarkan segera setelah isyarat yang di perdengarkan oleh kapal yang menunda.

(F) Bilamana kapal yang sedang mendorong dan kapal yang sedang didorong

maju di ikuti etar-erat dalam kesatuan gabungan , kapal-kapal itu harus

Page 33: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 33 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

memperdengarkan isyarat-isyarat yang ditentukan didalam paragraf (a) atau (b) aturan ini.

(G) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan

cepat selama kira-kira 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1 menit . Dikapal yang panjangnya 100 meter atau lebih genta itu harus dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah pembunyian genta , gong harus dibunyikan cepat-cepat selama kira-kira 5 detik di bagian belakang kapal . Kapal yang berlabuh jangkar sebagai tambahan boleh memperdengarkan 3 tiup beruntun , yakni satu tiup pendek untuk mengingatkan kapal lain yang mendekat mengenai kedudukannya dan adanya kemungkinan tubrukan.

(H) Kapal yang kandas harus memperdengarkan isyarat genta dan jika

dipersyaratkan isyarat gong yang di tentukan di dalam paragraf (g) aturan ini dengan jelas, dengan genta sesaat sebelum dan segera setelah pembunyian genta yang cepat itu. Kapal yang kandas sebagai tambahan boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai.

(I) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter, tidak

wajib memperdengarkan isyarat-isyarat genta sebagaimana yang dirincikan pada paragraf (g) dan (h) dari aturan ini, tetapi jika tidak memperdengarkannya , kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.

(J) Kapal yang panjang nya kurang dari 12 meter tidak wajib memperdengarkan

isyarat sebagaimana yang disebutkan diatas , tetapi jika tidak memperdengarkannya kapal itu harus memperdengarkan isyarat bunyi lain yang efisien dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit.

(K) Kapal Pandu yang sedang bertugas memandu kapal pandu bilamana sedang

bertugas memandu sebagai tambahan atas isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam paragraf (a), (b) dan (g) aturan ini boleh memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari 4 tiup pendek.

ATURAN 36 ISYARAT UNTUK MENARIK PERHATIAN Jika perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh menggunakan isyarat cahaya atau isyarat bunyi yang tidak dapat terkelirukan dengan setiap isyarat diharuskan atau yang dibenarkan dimanapun di dalam aturan-aturan ini atau boleh mengarahkan berkas cahaya lampu sorotnya ke jurusan manapun. Sembarang cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian kapal lain harus demikian rupa sehingga tidak dapat terkelirukan dengan alat bantu navigasi apapun. Untuk memenuhi maksud aturan ini penggunaan penerang berselang-

Page 34: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 34 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

selang atau penerangan berputar dengan intensitas tinggi, misalnya penerangan-penerangan Stroba harus dihindari. ATURAN 37 ISYARAT BAHAYA Bilamana kapal dalam bahaya dan membutuhkan pertolongan, kapal itu harus menggunakan atau memperlihatkan isyarat-isyarat yang ditentukan di dalam lampiran IV peraturan ini.

BAGIAN E PEMBEBASAN-PEMBEBASAN ATURAN 38 PEMBEBASAN Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan Tubrukan di Laut , 1960, yang luasnya diletakkan sebelum peraturan ini mulai berlaku atau yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan yang sesuai, dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi peraturan ini sebagai berikut : (A) Pemasangan lampu-lampu dengan jarak yang ditentukan didalam aturan 22 ,

sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini. (B) Pemasangan lampu-lampu dengan perncian warna sebagaimana yang

ditentukan di dalam seksi 7 lampiran I peraturan ini, sampai 4 tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.

(C) Penempatan kembali lampu-lampu sebagai akibat dari pengubahan satuan-

satuan imperial ke satuan-satuan metrik dan pembulatan-pembulatan angka-angka ukuran, merupakan pembebasan tetap.

(D) (i) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya

kurang dari 150 meter , sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a) lampiran I peraturan ini, merupakan pembebasan tetap.

(Ii) Penempatan kembali lampu-lampu tiang di kapal-kapal yang panjangnya 150

meter atau lebih, sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 3 (a) lampiran I peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.

Page 35: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 35 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(E) Penempatan kembali lampu-lampu tiang sebagai akibat dari ketetapan-ketetapan seksi 2 (b) lampiran I peraturan ini.

(F) Penempatan kembali lampu-lampu lambung sebagai akibat dari ketetapan-

ketetapan seksi 2 (g) dan 3 (b) lampiran I peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.

(G) Syarat-syarat tentang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di dalam

lampiran III peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.

(H) Penempatan kembali lampu-lampu keliling, sebagai akibat dari ketetapan-

ketetapan seksi 9(b) lampiran I peraturan ini merupakan pembebasan tetap.

Page 36: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 36 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

LAMPIRAN IV : ISYARAT BAHAYA Isyarat Bahaya. 1. Isyarat-isyarat berikut ini digunakan atau diperlihatkan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan : (A) Tembakan senjata atau isyarat ledak lainnya yang ditembakkan dengan

selang-selang waktu kira- kira 1 menit. (B) Membunyikan sembarang isyarat kabut secara terus menerus. (C) Roket-roket atau peluru-peluru yang menebarkan bintang-bintang merah

yang di tembakkan satu demi satu dengan selang waktu singkat. (D) Isyarat yang dipancarkan dengan telegraf radio atau dengan cara lain

manapun yang terdiri dari kelompok ( ...---... ) ( SOS ) dalam kode morse. (E) Isyarat yang dipancarkan dengan telepon radio yang terdiri dari kata yang

dituturkan " MAYDAY ". (F) Isyarat bahaya dari kode internasional yang ditunjukkan dengan NC. (G) Isyarat yang terdiri dari sehelai bendera segiempat yang dibawah atau

siatasnya disambung dengan bola atau sesuatu yang menyerupai bola. (H) Nyala api di kapal ( misalnya dari tong ter, tong minyak yang sedang

terbakar, dan sebagainya ). (I) Cerawat payung roket atau obor tangan yang memperlihatkan cahaya merah. (J) Isyarat asap yang menghasilkan asap berwarna jingga. (K) Menaikturunkan lengan-lengan yang terlentang kesamping secara perlahan-

lahan dan berulang-ulang. (L) Tanda bahaya telegraf radio. (M) Tanda bahaya telepon radio. (N) Isyarat-isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu penunjuk keadaan

darurat.

Page 37: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 37 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(O) Isyarat-isyarat resmi ( approved signals ) yang dipancarkan oleh sistem radio komunikasi.

2. Penggunaan atau penunjukkan setiap isyarat yang namapun dari isyarat-

isyarat tersebut diatas itu kecuali dengan maksud untuk menunjukkan bahaya dan membutuhkan pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain yang dapat menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat manapun dari isyarat-isyarat tersebut di atas dilarang.

3. Perhatian dicurahkan ke bagian-bagian kode internasional yang sesuai. Buku petunjuk pencarian dan pemberian pertolongan kapal niaga serta isyarat-isyarat berikut : (A) Sehelai kain terpal berwarna jingga dengan segiempat dan lingkaran hitam

atau lambang laun yang sesuai ( untuk pengenalan dari udara ). (B) Penanda zat warna.

Page 38: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 38 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

LAMPIRAN III : PERINCIAN-PERINCIAN TEKNIS TENTANG ALAT-ALAT ISYARAT BUNYI. 1. Suling. (A) Frekuensi-frekuensi dan jarak dengar. Frekuensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 - 700 Hz. Jarak dengar isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-frekuensi itu, yang dapat meliputi frekuensi dasar dan atau satu atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi, yang terletak dalam batas 180 - 700 Hz ( sekitar 1 % ) dan yang menghasilkan tingkat-tingkat tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci di dalam paragraf 1 (c) dibawah ini. (B) Batas-batas dari frekuensi-frekuensi Dasar. Untuk menjamin keragaman yang luas dari ciri-ciri suling, frekuensi dasar sebuah suling harus terletak diantara batas-batas : (i) 70 - 200 Hz , bagi kapal yang panjangnya , 200 meter atau lebih. (ii) 130 - 350 Hz, bagi kapal yang panjangnya 75 meter , tetapi kurang dari 200 meter. (iii) 250 - 700 Hz, bagi kapal yang panjangnya kurang dari 75 meter. (C) Kekuatan Isyarat Bunyi dan Jarak Dengar. Suling yang dipasang dikapal yang didalam arah kekuatan maksimum dari suling itu dan di suatu tempat yang jaraknya satu meter dari suling itu harus menghasilkan suatu tingkat tekanan bunyi di dalam sekurang-kurangnya 1 bidang 1/3 oktaf di dalam batas frekuensi-frekuensi 180 - 700 Hz (+1%) yang tidak lebih kecil dari pada angka yang sesuai dengan yang tercantum di dalam tabel di bawah ini : Panjang Kapal Tingkat Lebar Bidang 1/3 Jarak Dengar Dalam Dalam Meter Oktaf di 1 meter Dalam dB Mil Laut Dengan acu 2x10-5 N/m2 200 atau lebih 143 2 75 atau lebih tetapi 138 1,5 kurang dari 200

Page 39: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 39 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

20 atau lebih tetapi 130 1 kurang dari 75 kurang dari 20 120 0,5 Jarak dengar di dalam tabel di atas itu digunakan sebagai informasi dan merupakan perkuraan jarak yang pada jarak itu bunyi suling dapat terdengar di sumbu depannya dengan 90 persen kemungkinan dalam keadaan udara tenang di sebuah kapal dengan tingkat kebisingan latar belakang rata-rata di pos-pos pendengar ( di ambil sebesar 68 dB di dalam bidang oktaf yang dipusatkan di 250 Hz dan 63 dB di dalam bidang oktaf yang di pusatkan di 250 Hz dan 63 dB di dalam lebar bidang oktaf yang di pusatkan di 500 Hz ). Di dalam praktek, jarak terdengarnya bunyi suling itu sangat berubah-ubah dan tergantung sekali pada keadaan cuaca. Nilai-nilai yang diberikan itu dapat di anggap sebagai nilai-nilai khas , tetapi di dalam kondisi angin kencang atau keadaan tingkat kebisingan sekitar yang tinggi di pos pendengaran, jarak dengar itu banyak berkurang. (D) Sifat-sifat Arah. Tingkat tekanan bunyi sebuah silung yang berarah di sumbu setiap arah bidang mendatar di dalam sekitar 45 derajat tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu. tingkat tekanan bunyi di arah lain manapun di bidang mendatar itu tidak boleh lebih dari 10 dB di bawah tekanan bunyi yang di tentukan di sumbu itu. sehinnga jarak dengar di setiap arah akan sekurang-kurangnya sama dengan setengah jarak dengar di sumbu depan. tingkat tekanan bunyi itu harus di ukur di dalam bidang 1/3 oktaf yang menentukan jarak dengar tersebut. (E) Penempatan Suling-Suling. Bilamana suling berarah akan digunakan sebagai satu-satu nya suling di kapal, suling itu harus di pasang dengan kekuatan maksimumnya di arah kan lurus ke depan.

Page 40: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 40 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(F) Pemasangan Lebih Dari Satu Suling. Jika suling-suling dipasang dengan jarak lebih dari 100 meter, maka harus di tata sedemikian pura hingga suling-suling itu tidak di bunyikan serentak. (G) Sistem Suling Gabungan. Jika oleh ada nya rintangan-rintangan sehingga isyarat bunyi ari suling tunggal atau salah satu dari suling-suling yang di acu kan di dalam paragraf I (f) di atas itu sekiranya mempunyai zona yang tingkat isyaratnya sangat kurang, di anjurkan agar memasang suatu sistem suling gabungan dengan maksud untuk mengatasi pengurangan ini. Untuk memenuhi maksud dari aturan-aturan ini, sistem suling gabungan harus di anggap sebagai satu suling tunggal. Suling-suling dari sistem suling gabungan harus di tempatkan secara terpisah dengan jarak yang tidak lebih dari 100 meter dan di tata untuk dibunyikan secara serentak. Frekuensi salah satu suling yang manapun secara berbeda dengan frekuensi suling-suling yang lain dengan nilai sekurang-kurangnya 10 Hz. 2. GENTA DAN GONG. (A) Intensitas Isyarat. Genta atau Gong, atau alat bunyi lain yang mempunyai ciri-ciri bunyi yang serupa harus menghasilkan tingkat tekanan bunyi yang tidak kurang dari 110 dB pada jarak 1 meter dari genta atau gong itu. (B) Konstruksi. Genta-genta dan gong-gong harus di buat dari bahan karat di rancang untuk menhasilkan nada yang bening. Garis tengah mulut genta tidak boleh kurang dari 300 mm bagi kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , dan tidak boleh kurang dari 200 mm bagi kapal-kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter. Bilamana mungkin , di anjurka menggunakan pemukul genta bertenaga untuk menjamin terciptanya gaya yang tetap , tetapi pembunyian dengan tangan harus dimungkinkan. Massa pemukul genta itu tidak boleh kurang dari 3 % dari massa genta. 3. Persetujuan . Konstruksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan pemasangannya di kapal harus dengan persetujuan penguasa yang berwenang dari Negara yang benderanya di kibarkan oleh kapal secara sah.

Page 41: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 41 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

LAMPIRAN II : ISYARAT-ISYARAT TAMBAHAN BAGI KAPAL-KAPAL NELAYAN YANG SEDANG MENANGKAP IKAN. 1. Umum Penerangan-penerangan yang disebutkan disini, jika diperlihatkan sesuai dengan aturan 26(d) harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Penerangan-penerangan itu harus terpisah sekurang-kurangnya 0,9 meter tetapi pada ketinggian yang lebih rendah daripada penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam aturan 26 (b)(i) dan (c)(i), Penerangan-penerangan itu harus harus dapat kelihatan keliling cakrawala dari jarak sekurang-kurangnya 1 mil, tetapi dari jarak yang lebih dekat daripada penerangan-penerangan yang ditentukan oleh aturan ini bagi kapal-kapal ikan. 2. Isyarat-isyarat bagi kapal Dogol (A) Kapal-kapal bilamana sedang menangkap ikan dengan dogol, entah menggunakan pukat dasar, entah pukat laut dalam, boleh memperlihatkan : (i) Bilamana sedang memasang pukat-pukatnya : dua penerangan putih bersusun tegak lurus. (ii) Bilamana sedang menarik pukat-pukatnya : satu penerangan putih di atas satu penerangan merah bersusun tegak lurus. (iii) Bilamana pukat tersangkut di suatu rintangan : dua penerangan merah bersusun tegak lurus. (B) Masing-masing kapal yang sedang menangkap ikan dengan dogol secara berpasangan boleh memperlihatkan : (i) Pada malam hari lampu sorot diarahkan kedepan dan ke arah kapal lain dari pasangan itu. (ii) Bilamana sedang memasang atau menarik pukat-pukatnya atau bilamana pukat-pukatnya tersangkut di suatu rintangan, penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam aturan 2(a) di atas. 3. Isyarat-isyarat bagi kapal-kapal jaring lingkar. Kapal-kapal yang sedang menangkap ikan dengan alat penangkap ikan jaring lingkar boleh memperlihatkan dua penerangan kuning bersusun tegak lurus. Penerangan-penerangan ini harus berkedip secara berganti-ganti setiap detik dan dengan waktu nyala dan waktu padam yang sama. Penerangan-penerangan ini hanya boleh diperlihatkan bilamana olah gerak kapal terganggu oleh alat penangkap ikannya.

Page 42: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 42 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

LAMPIRAN I : PENETAPAN DAN PERINCIAN TEKNIS PENERANGAN-PENERANGAN DAN SOSOK BENDA 1. Definisi Istilah " Tinggi diatas badan " : berarti ketinggian di atas geladak jalan terus yang teratas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan tegak lurus dibawah tempat penerangan. 2. Penerangan dan pemisahan tegak lurus penerangan. (A) Dikapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan yang harus ditempatkan sebagai berikut : (i) Penerangan tiang meter depan, atau jika hanya dipasang satu penerangan tiang saja, maka penerangan tersebut pada ketinggian di atas badan tidak kurang dari 6 meter , dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka pada ketinggian tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi sekalipun demikian, penerangan itu tidak perlu ditempatkan pada ketinggian di atas badan lebih dari 12 meter. (ii) Bilamana dipasang dua penerangan tiang, penerangan tiang belakang harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi daripada penerangan tiang depan. (B) Pemisahan secara tegak lurus penerangan-penerangan tiang dari kapal-kapal tenaga harus sedemikian rupa sehingga dalam segala Trim normal, penerangan tiang belakang akan terlihat diatas dan terpisah dari penerangan tiang depan , bilamana dilihat dari permukaan laut pada jarak 1000 meter, dimuka tinggi depan. (C) Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter harus ditempatkan pada ketinggian diatas tutup tajuk, tidak kurang dari 2,5 meter. (D) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter boleh memasang penerangan yang tertinggi pada suatu ketinggian kurang dari 2,5 meter diatas tutup tajuk, akan tetapi bilamana penerangan tiang yang dipasang sebagai tambahan penerangan lambung dan buritan atau lampu keliling sebagaimana yang di syaratkan aturan 23 (c)(i), yang dipasang tambahan penerangan lambung, maka penerangan tiang atau penerangan keliling demikian harus dipasang, sekurang-kurangnya 1 meter lebih tinggi dari pada penerangan-penerangan lambungnya. (E) Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan bagi kapal tenaga yang sedang menunda atau mendorong kapal lain harus di tempatkan ditempat yang sama dengan penerangan tiang depan atau penerangan tiang

Page 43: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 43 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

belakang ; dengan ketentuan bahwa apabila dipasang di tiang belakang, penerangan tiang belakang yang paling bawah harus sekurang-kurangnya 4,5 meter tegak lurus lebih tinggi dari pada penerangan tiang depan. (F) (i) Penerangan atau penerangan-penerangan tiang yang ditentukan didalam aturan 23(a) harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada diatas dan bebas dari semua penerangan dan rintangan lain , kecuali sebagaimana yang termaksud di dalam sub paragraf (ii). (ii) Bilamana tidak dimungkinkan untuk memasang penerangan-penerangan keliling yang ditentukan oleh aturan 23 b (i) atau aturan 28 itu dibawah penerangan-penerangan tiang, penerangan-penerangan itu boleh dipasang diatas penerangan-penerangan tiang belakang, atau tegak lurus diantara penerangan tiang depan dan penerangan tiang belakang, dengan ketentuan bahwa dalam hal yang terakhir itu syarat-syarat seksi 3(c) lampiran ini harus dipenuhi. (G) Penerangan-penerangan lampu lambung kapal tenaga harus ditempatkan diatas ketinggian diatas badan tidak boleh lebih dari tiga per empat tinggi penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan lambung itu tidak boleh ditempatkan sedemikian rendahnya sehingga akan terganggu oleh penerangan-penerangan geladak. (H) Penerangan-penerangan lambung, jika dalam lentera gabungan dan dipasang di dalam kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter, harus ditempatkan tidak kurang dari 1 meter di bawah penerangan tiang. (I) Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga penerangan dipasang bersusun tegak lurus , penerangan-penerangan demikian itu harus berjarak sebagai berikut : (i) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih , penerangan-penerangan demikian itu harus di beri jarak tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang terrendah dari penerangapenerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 4 meter di atas tutup tajuk. (ii) Dikapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan-penerangan demikian itu harus diberi berjarak tidak kurang dari 1 meter dan penerangan yang terrendah dari penerangan ini, kecuali jika wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 2 meter diatas badan. (iii) Bilamana diperlihatkan tiga penerangan , penerangan-penerangan itu harus dipisahkan dengan jarak antara yang sama. (J) Penerangan yang terrendah dari kedua penerangan keliling, yang ditentukan bagi kapal bilamana sedang menangkap ikan harus berada pada ketinggian diatas penerangan-penerangan lambung tidak kurang dari 2x jarak antara kedua penerangan tegak lurus itu.

Page 44: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 44 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(K) Penerangan labuh depan yang diturunkan didalam aturan 30(a)(i) bilamana dipasang dua penerangan labuh, harus lebih tinggi sekurang-kurangnya 4,5 meter dari belakang, dikapal yang panjangnya 50 meter atau lebih, penerangan labuh depan ini harus ditempatkan pada ketinggian yang tidak kurang dari 6 meter di atas badan. 3. Penempatan dan Pemisahan Mendatar Penerangan (A) Bilamana dua penerangan tiang di syaratkan bagi kapal tenaga , maka jarak mendatar antara penerangan-penerangan itu tidak boleh kurang dari setengah panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih dari seratus meter, penerangan yang didepan harus ditempatkan tidak lebih dari seperempat panjang kapal di ukur dari tinggi depan. (B) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan lambung tidak boleh di tempatkan didepan penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan lambung itu harus ditempatkan dilambung atau didekatnya. (C) Bilamana penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan 27 (b)(i), atau aturan 28 itu ditempatkan tegak lurus diantara penerangan-penerangan tiang depan dan tiang belakang, penerangan-penerangan keliling ini harus ditempatkan disuatu tempat yang jarak mendatarnya dalam arah melintang kapal tidak kurang dari 2 meter di ukur dari sumbu membujur kapal. (D) Jika hanya satu penerangan tiang untuk satu kapal tenaga , penerangan itu menunjukkan ke arah depan dari tengah kapal kecuali jika panjang kapal kurang dari 20 meter tidak perlu menunjukkan penerangan itu. 4. Perincian tentang letak penerangan penunjuk arah bagi kapal ikan , kapal keruk dan kapal yang sedang menjalankan pekerjaan di dalam air, (A) Penerangan yang menunjukkan arah alat penangkap ikan yang menjulur dari kapal yang sedang menangkap ikan sebagaimana yang ditentukan di dalam aturan 26 (c)(ii), harus ditempatkan dengan jarak mendatar yang tidak kurang dari 2 meter diukur dari dua penerangan merah dan putih keliling itu. Penerangan ini harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari pada penerangan keliling yang ditentukan didalam aturan 26(c)(i), dan tidak lebih rendah daripada penerangan-penerangan lambung. (B) Penerangan-penerangan dan sosok benda dikapal yang sedang mengeruk atau sedang melakukan pekerjaan didalam air untuk menunjukkan sisi yang ada rintangannya dan atau sisi yang dapat dilewati dengan aman yang ditentukan

Page 45: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 45 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

didlam aturan 27(d)(i), dan (ii) , herus ditempatkan dengan jarak mendatar yang sejauh mungkin, tetapi bagaimanapun juga tidak lebih dari 2 meter di ukur dari penerangan-penerangan atau sosok-sosk benda yang ditentukan didalam aturan 27 (d)(i) dan (ii) . Bagaimana juga penerangan atau sosok benda ini tidak akan lebih tinggi daripada penerangan atau sosok benda yang terbawah dari tiga penerangan atau sosok benda yang ditentukan didalam aturan 27(b)(i) dan (ii). 5. Tedeng Untuk Penerangan Lambung Penerangan-penerangan lambung dari kapal-kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih harus dipasang tedeng dalam yang di cat hitam kusam, dan memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini. Dikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan-penerangan lambung itu , jika harus memenuhi syarat-syarat seksi 9 lampiran ini, harus dipasang tedeng dalam yanh ber cat hitam kusam, dilentera gabungan yang menggunakan kawat pijar tegak lurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit diantara bagian hijau dan bagian merah, tedeng luar tidak perlu dipasang. 6. Sosok-sosok Benda (A) Sosok-sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-ukuran berikut : (i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter, (ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang harus tengahnya tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan garis tengahnya, (iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan dua kali garis tengahnya, (iv) Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua kerucut sebagaimana yang diuraikan dengan jelas di dalam (ii) di atas yang mempunyai bidang alas persekutuan. (B) Jarak tegak lurus antara sosok-sosok benda ahrus sekurang-kurangnya 1,5 meter. (c) Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter , boleh digunakan sosok-sosok benda dengan ukuran lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapal dan jarak antara nya boleh dikurangi sesuai dengan ukuran itu. 7. Perincian Warna Penerangan Kromatisitas semua penerangan navigasi, harus dengan standar berikut : yang terletak didalam batas-batas daerah diagram yang untuk masing-masing warna telah ditentukan secara terperinci oleh Komisi Internasional Tentang Penerangan ( CIE ) . Batas-batas daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan menunjukkan koordinat titik-titik sudut sebagai berikut : (i) Putih

Page 46: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 46 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

X 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443 Y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382 (ii) Hijau X 0,028 0,009 0,300 0,203 Y 0,385 0,723 0,511 0,356 (iii) Merah X 0,680 0,660 0,735 0,721 Y 0,320 0,320 0,265 0,259 (iv) kuning X 0,612 0,618 0,575 0,575 Y 0,382 0,382 0,425 0,406 8. Intensitas Cahaya (A) Intensitas Cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus di hitung dengan menggunakan rumus : I = 3,43 x 10 pangkat enam x T x D pangkat dua x K pangkat minus D dengan ketentuan : I = Intensitas cahaya dalam lilin, dalam kondisi kerja T = Faktor Ambang D = Jarak tampak ( Jarak Pancar ) penerangan dalam mil laut K = Daya hantar atmosfer Untuk penerangan-penerangan yang ditentukan, nilai K itu harus = 0,8 sesuai dengan jarak pandang meteorologi kira-kira 13 mil. (B) Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan di dalam tabel berikut : Jarak Tampak Intensitas cahaya penerangan ( Jarak Pancar ) penerangan Dalam dalam Mil Laut Lilin untuk K=0,8 D I 1 0,9 2 4,3

Page 47: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 47 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

3 12 4 27 5 52 6 94 Catatan : Intensitas cahaya maksimum dari penerangan-penerangan navigasi harus dibatasi untuk menghindari kilau yang mengganggu. Hal ini tidak boleh dicapai dengan pengatur intensitas cahaya yang dapat diatur. 9. Sektor-sektor Mendatar (A)(i) Kearah depan , penerangan-penerangan lambung kjika dipasang di kapal, harus memperlihatkan intensitas cahaya minimum yang disyaratkan . Intensitas cahaya harus berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3 derajat di luar sektor-sektor yang ditetapkan. (ii) Bagi penerangan-penerangan buritan dan penerangan tiang serta pada 22,5 derajat dibelakang arah melintang bagi penerangan-penerangan lambung, intensitas cahaya minimum yang ditetapkan itu harus dipertahankan meliputi busur cakrawala sampai dengan 5 derajat di dalam batas-batas dari sektor-sektor yang ditentukan dalam aturan 21. dari 5 derajat didalam sektor-sektor yang ditentukan itu intensitas cahaya tersebut boleh berkurang dengan 50% sampai batas-batas yang ditentukan ; kuat cahaya harus berkurang secara berangsur-angsur sampai praktis lenyap di arah yang tidak lebih dari 5 derajat diluar sektor-sektor yang ditentukan. (B) Semua penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak akan terhalang oleh tiang-tiang, puncak-puncak tiang atau bangunan-bangunan meliputi busur yang lebih besar dari 6 derajat, kecuali penerangan-penerangan labuh yang ditentukan dalam aturan 30, yang tidak perlu di suatu ketinggian di atas badan yang tidak memungkinkan. 10. Sektor-Sektor Yang Tegak Lurus (A) Sektor-sektor tegak lurus penerangan listrik jika dipasang kecuali penerangan-penerangan dikapal-kapal layar sedang berlayar akan menjamin bahwa : (i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu dipertahankan di setiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah bidang mendatar. (ii) Sekurang-kurangnya 60% dari intensitas minimal yang dipersyaratkan itu dipertahankan 7,5 derajat diatas sampai dengan 7,5 derajat dibawah bidang mendatar.

Page 48: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 48 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

(B)Bagi kapal-kapal layar yang sedang berlayar sektor-sektor tegak lurus penerangan listrik, jika dipasang harus menjamin : (i) Sekurang-kurangnya intensitas minimum yang disyaratkan itu harus dipertahankan disetiap sudut dari 5 derajat diatas sampai 5 derajat dibawah bidang mendatar. (ii) Sekurang-kurangnya 50% intensitas minimum yang disyaratkan itu dipertahankan dari 25 derajat diatas sampai 25 derajat dibawah bidang mendatar. (C) dalam hal lampu selain lampu elektrik , spesifikasi ini harus memenuhi semirip mungkin. 11. Intensitas Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik. Penerangan-penerangan yang bukan penerangan listrik sejauh mungkin harus memenuhi intensitas cahaya minimum sebagaimana yang diuraikan secara terperinci di dalam tabel yang di berikan didalam seksi 8 lampiran ini. 12. Penerangan Olah Gerak. Lepas daripada ketentuan-ketentuan paragraf 2(f) lampiran ini, penerangan olah gerak yang ditentukan di dalam aturan 34(b) itu harus ditempatkan di bidang tegak lurus membujur yang sama dengan penerangan atau penerangan-penerangan tiang dan apabila mungkin pada ketinggian minimum 2 meter tegak lurus diatas penerangan tiang depan. Dengan ketentuan bahwa penerangan olah gerak itu harus dipasang tidak kurang dari 2 meter tegak lurus diatas ataupun dibawah penerangan tiang belakang. Dikapal yang hanya dipasangi satu penerangan tiang , penerangan olah gerak itu juga dipasang harus ditempatkan disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, terpisah tegak lurus dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari 2 meter. 13. High Speed Craft (HSC) (A) Lampu tiang depan HSC boleh ditempatkan pada suatu ketinggian yang dihubungkan dengan lebar kapalnya lebih rendah daripada yang ditetapkan dalam paragraf 2(a)(i) lampiran ini, diberikan bahwa sudut dasar dari segitiga isosceles yang dibentuk oleh lampu lambung dan lampu tiang bilamana dilihat pada elevasi terakhir tidak kurang dari 27 derajat. (B) Pada HSC 50 meter atau lebih, selisih tegak antara lampu tiang depan dan tiang belakang sebesar 4,5 meter yang dipersyaratkan pada paragraf 2(a)(ii) lampiran ini boleh dimodifikasi namun jarak itu harus tidak boleh kurang daripada nilai yang ditetapkan dalam rumus berikut : y = ( (a + 7 u) C / 1000 ) + 2 dimana y = lampu tiang belakang diatas tiang depan dalam meter

Page 49: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 49 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

a = tinggi lampu tiang depan diatas permukaan air dalam kondisi operasi dalam meter u = trim pada kondisi operasi dalam derajat C = jarak horizontal antara tiang depan dan belakang dalam meter 14. Persetujuan. Konstruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta pemasangan penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh persetujuan dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal lain secara sah.

Page 50: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 50 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

Lembar Kerja Siswa :

Materi : Menerapkan prinsip mengemudi dan berlayar aturan 9 – 18 dari P2TL

1972

Mengambar bagian-bagian prinsip mengemudi dan berlayar sesuai Aturan

9 - 18

1. Alat

a. Alat Menjangka peta

b. Alat jangka, pengaris dan lainnya

2. Bahan

a. Peta

b. Kertas gambar

c. Kertas milimeter blok

d. Alat tulis

e. Spidol warna

3. Langkah Kerja

a. Bekerja dengan cermat, teliti, dan tertib

b. Gunakan pakaian dan perlengkapan praktek saat berkerja

c. Siapkan alat gambar sebagai peraga yang diamati

d. Siapkan alat tulis dan kertas gambar, serta kertas milimeter blok

e. Instruktur memberikan penjelasan awal tentang kegiatan latihan ini

f. Amati seluruh bagian yang akan digambar dan buat gambarnya, disertai

dengan penjelasan bagian-bagian utamanya

g. Tambahkan keterangan penjelasan dari bagian-bagaian gambar

Page 51: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 51 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

Tambahan Materi : Tugas jaga untuk Mualim ( Watchkeeping Deck Officers ) I. Pelaksanaan Jaga Deck.

Mualim yang bertugas jaga deck harus :

1. Melakukan perondaan untuk memeriksa keadaan kapal untuk setiap

interval waktu yang memadai.

2. Memberi perhatian khusus untuk hal-hal berikut :

a. Kondisi gangway dalam keadaan terpasang dengan baik, rantai

jangkar dan tali tambat khususnya pada daerah yang perubahan

pesang surutnya relatif besar / tinggi, jika diperlikan buat aturan agar

dapat selalu menjadi tugas / pekerjaan rutin.

b. Draft dan UKC ( Under Keel Clearance ) dan keadaan umum kapal

untuk mencegah terjadinya kemiringan dan trim yang dapat

membahayakan kapal akibat kegiatan bongkar muat atau balast.

c. Cuaca dan kondisi laut.

d. Seluruh aturan-aturan tentang keselamatan dan pencegahan

kebakaran.

e. Tinggi / level air di lambung dan tanki-tanki.

f. Seluruh orang diatas kapal dan lokasinya, khususnya orang-orang

yang berada diruangan tertutup dan tersembunyi.

g. Kewajiban membunyikan atau menyalakan lampu isyarat sesuai yang

dipersyaratkan / diharuskan.

3. Dalam cuaca buruk atau setelah ada strom warning, ambil tindakan untuk

melindungi kapal, orang dan muatan dari bahaya.

4. Ambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan akibat polusi dari kapal.

5. Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal , bunyikan

alarm, laporkan kepada nahkoda, ambil seluruh tindakan untuk

mencegah kerusakan kapal, muatan dan orang yang berada di atas kapal

dan jiak meminta bantuan dari authority di darat atau kapal didekatnya.

Page 52: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 52 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

6. Perhatikan kondisi stabilitas kapal dan karananya jika terjadi kebakaran di

kapal maka pemadam kebakaran dari darat harus di beri saran /

informasi banyaknya air yang dapat dipompakan / disemprotkan ke kapal

tanpa membahayakan kapal.

7. Memberi pertolongan / bantuan terhadap kapal atau orang yang dalam

bahaya.

8. Ambil tindakan yang diperlukan jika akan menggerakkan / memutar

baling-baling agar tidak kecelakaan/ kerusakan.

9. Catat di Log Book seluruh kejadian penting yang dapat mempengaruhi /

berakibat kepada kapal.

Jaga Pelabuhan Di Kapal Yang Memuat Muatan Berbahaya.

Setiap kapal yang memuat muatan berbahaya golongan explosive, mudah

terbakar, beracun, mengancam kesehatan, atau dapat mengakibatkan

pencemaran lingkungan, nahkoda wajub membuat dan dilaksanakannya

penataan jaga yang baik. Dikapal yang mengangkut muatan berbahaya curah,

penataan jaga yang aman dan baik dapat tercapai bila perwira dan anak buah

kapal yang cukup dan berkualitas selalu siap di atas kapal, walaupun dalam

kondisi kapal telah sandar atau berlabuh jangkar dengan aman dan selamat.

Dikapal-kapal yang memuat muatan berbahaya selain dalam bentuk

curah , nahkoda kapal harus memahami dan mempertimbangkan sifat, jumlah,

packing, dan penataannya dari muatan bahaya tersebut dan mempertimbangkan

kondisi-kondisi khusus keadaan kapal, keadaan perairan dan dermaga ditempat

kepal berada.

Page 53: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 53 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Materi Pelatihan: Basic Safety Training. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.

Jordan Eerton Psh., 2004. Hukum Maritim. Surabaya Pieter Batti, 1995. Dasar-Dasar Peraturan Keselamatan Pelayaran dan

Pencegahan Pencemaran dari Kapal. PT. Indo Asia. Sanuny Rosadhi, 1999. STCW 95. International Convention on Standards of

Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, 1978, as amended in 1995. Edisi Pertama.

Page 54: Peraturan pencegahan tubrukan di laut atau p2 tl

Disusun : Stipakharuddin, S.Pi Edisi Revisi : B

Halaman 54 dari 54 Tanggal : 11 Januari 2012

Revisi ke : 2 Tanggal : 11 Januari 2013

GLOSSARY

Dinas Jaga

:

Keadaan darurat

: Keadaan yang lain dari keadaan normal yang

mempunyai potensi membahayakan

keselamatan manusia, harta benda ataupun

lingkungan

Pesawat luput maut : Sarana yang mempunyai kemampuan

untuk mempertahankan hidup orang-orang

yang berada dalam keadaan bahaya sejak

meninggalkan kapal

Sekoci penyelamat

: Sekoci yang dirancang untuk menyelamatkan

orang yang dalam keadaan bahaya dan untuk

memimpin pesawat luput maut

Alat piroteknik : Peralatan yang digunakan untuk memberi

isyarat tanda bahaya secara visual