PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Transcript of PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN
(ARSITEKTUR PERILAKU)
SKRIPSI
OLEH
JESSICA CHANDRA
150406024
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN
(ARSITEKTUR PERILAKU)
SKRIPSI
OLEH
JESSICA CHANDRA
150406024
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN (ARSITEKTUR PERILAKU)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
JESSICA CHANDRA 150406024
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
PERNYATAAN
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN (ARSITEKTUR PERILAKU)
SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 3 Juli 2019
(Jessica Chandra)
Tanggal Lulus: 3 Juli 2019
Telah diuji pada
Tanggal: 3 Juli 2019
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. Rudolf Sitorus, MLA
Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Wahyu Utami, ST. MT.
2. Andalucia, ST. MSc.
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Sejak tahun 1990-an jumlah anak penyandang autisme semakin meningkat.
Menurut data dari Dr. Widodo Judarwarwanto bahwa tahun 1990-an jumlah
penyandang autisme diperkirakan 1:5000 anak. Tahun 2010, perbandingannya
1:300. Sedangkan tahun 2015 perbandingannya 1:250 anak. Tahun 2015
diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme di Indonesia.
Hal ini tidak diimbangi dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Kondisi inilah yang mendorong penulis untuk memberikan sumbangan gagasan
sebuah desain sekolah untuk anak-anak penyandang autisme yang lebih baik di kota
Medan, sekolah formal yang bersinergi dengan fasilitas terapi dan kesehatan. Cara
yang dipakai adalah dengan pendekatan perilaku dan healing environment yang
akan diwujudkan melalui konsep desain. Metode yang digunakan observasi
langsung, mengamati, menganalisa kemudian memperbandingkan sesuai
pembahasan arsitektural terhadap sekolah khusus. Konsep desain diwujudkan
dengan penyusunan massa secara radial dan membuat healing garden dengan
sirkulasi yang natural. Dengan pengaturan fisik dan lingkungan sekolah yang
memiliki atmosfir ketenangan, diyakini akan memberikan pengaruh positif atas
pembentukan perilaku anak penyandang autisme.
Kata kunci: Sekolah, Anak Penyandang Autisme, Arsitektur Perilaku
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
Since the 1990's the number of children with autism has increased. According
to data from Dr. Widodo Judarwarwanto that in the 1990's the number of people
with autism was rated at 1: 5000 children. In 2010, the ratio was 1: 300. Whereas
in 2015 the ratio was 1: 250 children. In 2015 there were an estimated 12,800
children with autism in Indonesia. This is not balanced with adequate education and
health facilities. This condition encourages the writer to contribute to the idea of a
better school design for children with autism in the city of Medan, a formal school
that synergizes with therapy and health facilities. The method used is a behavioral
and healing environment approach that will be applied through a design concept.
The method used is direct observation, researching, analyzing and then comparing
according to architectural discussions with autism schools. The design concept is
transform by the radial mass arrangement and creating a healing garden with natural
circulation. With physical arrangements and a school environment that has an
atmosphere of calm, it is believed to have a positive influence on the formation of
the behavior of children with autism.
Keyword: School, Autism Child, Behavior Architecture
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya lah
penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perancangan Sekolah Khusus
Autisme Medan (Arsitektur Perilaku)” untuk memenuhi Mata Kuliah Skripsi dan
Perancangan Arsitektur VI.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku dosen pembimbing atas kesabaran
dan perhatiannya dalam proses asistensi, masukan-saran serta motivasi yang
telah diberikan kepada penulis untuk dapat termotivasi dan bergerak lebih
maju.
2. Ibu Dr. Wahyu Utami, ST. MT. dan Ibu Andalucia, ST. MSc. selaku dosen
penguji yang banyak memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan
yang berguna dalam pengembangan rancangan proyek ini.
3. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran
selama proses Tugas Akhir.
4. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc. IPM selaku Ketua jurusan Arsitektur
USU.
5. Ibu Beny OY. Marpaung, ST.MT. Ph.D IPM selaku Wakil Ketua jurusan
Arsitektur USU.
6. Bapak Dr. Imam Faisal Pane, ST.MT.IPM selaku Ketua koordinator
Perancangan Arsitektur VI dan Skripsi.
Universitas Sumatera Utara
iv
7. Pusat Layanan Autis yang telah begitu ramah, menerima dan mengizinkan
penulis untuk melakukan pengamatan dan survey lapangan.
8. Orangtua dan adik penulis yang banyak memberikan semangat dan
mendoakan penulis dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman satu kelompok sidang (Ivana, Indah, Ulfatun dan Eduard)
10. Teman-teman dekat penulis (Aulia, Ana, Uswatun, dan Deni)
11. Teman-teman stambuk 2015 dan teman seperjuangan Tugas Akhir.
12. Semua pihak yang terlibat baik langsung, maupun tidak langsung selama
proses Tugas Akhir ini.
Penulis percaya laporan yang disusun tidaklah sempurna namun inilah hasil
yang telah dirangkum untuk skripsi penulis, berisi berbagai pembahasan yang
diperlukan untuk rancangan bangunan yang akan dibuat. Semoga dengan adanya
skripsi ini dapat memberikan informasi dan gambaran yang cukup jelas mengenai
proyek dan tema yang dipilih. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Medan, 3 Juli 2019
Penulis
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Permasalahan Perancangan ......................................................................... 3
1.3. Tujuan perancangan .................................................................................... 4
1.4. Sistematika pembahasan ............................................................................. 4
1.5. Kerangka berpikir ....................................................................................... 7
BAB II STUDI PUSTAKA .................................................................................... 8
2.1 Tinjauan Fungsi ............................................................................................ 8
2.1.1 Terminologi Judul ............................................................................ 8
2.1.2 Tinjauan Umum ............................................................................... 9
Universitas Sumatera Utara
vi
2.1.2.1 Pengertian dan Sejarah Autisme .......................................... 9
2.1.2.2 Klasifikasi Autisme .............................................................. 9
2.1.2.3 Ciri-ciri anak Autisme ........................................................ 11
2.1.2.4 Penyebab autisme pada anak .............................................. 17
2.1.2.5 Sekolah khusus bagi penderita autisme.............................. 18
2.1.2.6 Bentuk pendidikan khusus bagi anak autisme ................... 19
2.1.2.7 Kurikulum .......................................................................... 20
2.1.2.8 Terapi untuk Autisme ......................................................... 22
2.1.3 Kriteria pemilihan lokasi ................................................................ 26
2.1.3.1 Lokasi strategis .................................................................. 26
2.1.3.2 Lokasi sehat ........................................................................ 26
2.1.4 Deskripsi Pengguna dan kegiatan .................................................. 27
2.1.4.1 Deskripsi pengguna ............................................................ 27
2.1.4.2 Deskripsi kegiatan .............................................................. 30
2.1.5 Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang............................... 32
2.1.5.1 Deskripsi kebutuhan ruang ................................................. 32
2.1.5.2 Deskripsi besaran ruang ..................................................... 33
2.1.6 Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang........................................ 35
2.1.6.1 Kriteria desain sekolah autis .............................................. 35
2.1.6.2 Kriteria desain tapak .......................................................... 46
2.1.7 Studi banding arsitektur fungsi sejenis .......................................... 47
2.1.7.1 SLB Negeri Autis Sumut ................................................... 47
2.1.7.2 Sekolah Autis :Mandiga (Mandiri dan Bahagia) ............... 50
Universitas Sumatera Utara
vii
2.1.7.3 Sekolah Autis Northern ...................................................... 53
2.1.7.4 Sekolah Autis Laverton ...................................................... 56
2.2 Tinjauan tema: Arsitektur Perilaku ............................................................ 58
2.2.1 Pengertian ....................................................................................... 58
2.2.2 Interpretasi tema ............................................................................. 61
2.2.3 Keterkaitan tema dengan judul....................................................... 66
2.2.4 Studi banding arsitektur tema sejenis ............................................. 67
2.2.4.1 Advance Center for Autism ............................................... 67
2.2.4.2 Fawood Children ‘ s Centre ............................................... 69
BAB III METODOLOGI .................................................................................... 75
3.1 Metoda Pemilihan lokasi ............................................................................ 75
3.1.1 Pemilihan lokasi ............................................................................ 75
3.1.2 Lokasi Proyek ............................................................................... 77
3.1.3 Deskripsi lokasi Proyek ................................................................ 78
3.2 Metoda / Pendekatan Penyelesaian Masalah Perancangan / Tahapan
Perancangan ............................................................................................... 83
3.2.1 Proses dan Metode umum ............................................................. 83
3.2.1.1 Identifikasi Permasalahan .................................................. 84
3.2.1.2 Pengumpulan Data ............................................................. 84
3.2.1.3 Analisa ............................................................................... 85
3.2.1.4 Sintesa ................................................................................ 85
3.2.1.5 Perancangan ....................................................................... 85
Universitas Sumatera Utara
viii
3.2.2 Metode Pengumpulan data ............................................................. 86
3.2.2.1 Data primer ........................................................................ 86
a. Observasi ........................................................................ 86
b. Wawancara ..................................................................... 86
c. Dokumentasi ................................................................... 87
3.2.2.2 Data sekunder ..................................................................... 87
a. Studi Literatur ................................................................ 67
b. Studi Perbandingan ........................................................ 87
3.2.3 Metode Analisa dan sintesa data .................................................... 88
3.2.3.1 Analisa Perilaku, aktivitas dan ruang ................................. 88
3.2.3.2 Analisa Bangunan .............................................................. 88
3.2.3.3 Analisa tapak dan lingkungan ............................................ 89
3.2.4 Metode Perancangan ...................................................................... 90
3.2.4.1 Konsep Perancangan .......................................................... 90
3.2.4.2 Metode Evaluasi ................................................................. 90
BAB IV DESKRIPSI PROYEK ......................................................................... 91
4.1 Judul Proyek ........................................................................................... 91
4.2 Luasan .................................................................................................... 92
4.3 Batas kawasan ......................................................................................... 93
4.4 Fungsi sekitar eksisting ........................................................................... 94
BAB V ANALISA PERANCANGAN ................................................................ 95
Universitas Sumatera Utara
ix
5.1 Analisa kawasan Perancangan ................................................................. 95
5.1.1 Aksesbilitas ....................................................................................... 95
5.1.1.1 Kendaraan ........................................................................... 95
5.1.1.2 Pejalan Kaki ........................................................................ 96
5.1.2 Sirkulasi ............................................................................................ 96
5.1.3 Sarana dan prasarana ........................................................................ 97
5.1.3.1 Jalan dan Trotoar ................................................................ 97
5.1.3.2 Street Furniture ................................................................... 97
5.1.4 Iklim .................................................................................................. 98
5.1.5 Matahari ............................................................................................ 98
5.1.6 Curah hujan ....................................................................................... 99
5.1.7 Angin ................................................................................................ 99
5.1.8 Vegetasi .......................................................................................... 100
5.1.9 Kebisingan ...................................................................................... 101
5.2 Analisisa sistem kegiatan / program ruang ............................................ 101
5.2.1 Analisa pengguna ............................................................................ 102
5.2.2 Analisa kelayakan proyek ............................................................... 102
5.2.3 Analisa kebutuhan ruang ................................................................ 104
5.2.4 Analisa besaran ruang ..................................................................... 106
5.2.5 Analisa hubungan ruang ................................................................. 110
5.2.6 Analisa aktivitas pengguna ............................................................. 111
5.2.7 Analisa perancangan ruang luar / tapak .......................................... 117
5.2.7.1 Ukuran / luasan tapak ............................................................ 117
Universitas Sumatera Utara
x
5.2.7.2 Analisa visibilitas .................................................................. 117
5.2.7.3 Pencapaian dan sirkulasi ....................................................... 118
5.2.7.4 Parkir ..................................................................................... 118
5.2.7.5 Vegetasi ................................................................................. 119
5.3 Analisa tata ruang dalam .......................................................................... 120
5.3.1 Analisa organisasi sirkulasi horizontal dan vertikal ....................... 125
5.3.2 Analisis massa dan perwajahan ...................................................... 126
5.3.3 Analisis sistem struktur / konstruksi ............................................... 126
5.3.4 Analisa sistem utilitas ..................................................................... 127
5.3.4.1 Analisa elektrikal ................................................................... 127
5.3.4.2 Analisa sanitasi ...................................................................... 128
a. Sistem air bersih ................................................................ 128
b. Sistem air kotor ................................................................. 128
5.3.4.3 Analisa penghawaan .............................................................. 129
5.3.4.4 Analisa Komunikasi .............................................................. 129
BAB VI KONSEP PERANCANGAN .............................................................. 130
6.1 Konsep dasar .......................................................................................... 130
6.2 Konsep perancangan ruang luar / tapak ................................................. 132
6.2.1 Zoning Tapak .................................................................................. 132
6.2.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar ......................................................... 133
6.2.3 Konsep Vegetasi .............................................................................. 133
6.3 Konsep tata ruang dalam ....................................................................... 135
Universitas Sumatera Utara
xi
6.4 Konsep massa dan perwajahan .............................................................. 136
6.5 Konsep sistem struktur / konstruksi ....................................................... 138
6.6 Konsep sistem utilitas ............................................................................ 138
6.6.1 Konsep Elektrikal ........................................................................ 139
6.6.2 Konsep Sanitasi ............................................................................ 139
6.6.2.1 Sistem air bersih .................................................................... 140
6.6.2.2 Sistem air kotor ..................................................................... 140
6.6.3 Konsep Penghawaan ..................................................................... 140
6.6.4 Konsep Komunikasi ..................................................................... 141
BAB VII KESIMPULAN .................................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143
LAMPIRAN ........................................................................................................ 143
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 SLB Negeri Autis Sumut ................................................................... 47
Gambar 2.2 Ruang Terapi ...................................................................................... 48
Gambar 2.3 Taman Bermain .................................................................................. 48
Gambar 2.4 Kolam Renang .................................................................................... 48
Gambar 2.5 Ruang Serbaguna ............................................................................... 48
Gambar 2.6 Koridor Lantai 1 ................................................................................. 49
Gambar 2.7 Ramp .................................................................................................. 49
Gambar 2.8 Ruang Kelas ....................................................................................... 49
Gambar 2.9 Ruang Transisi ................................................................................... 49
Gambar 2.10 Ruang Terapi Okupasi ...................................................................... 49
Gambar 2.11 Ruang Bina Diri ............................................................................... 49
Gambar 2.12 Ruang Fisioterapi ............................................................................. 50
Gambar 2.13 Ruang Terapi Sensori Integrasi ........................................................ 50
Gambar 2.14 Skema Program Pembelajaran di Sekolah Mandiga ........................ 51
Gambar 2.15 Denah Sekolah Mandiga .................................................................. 52
Gambar 2.16 Tampak Atas Sekolah Autis Northern ............................................. 53
Universitas Sumatera Utara
xiii
Gambar 2.17 Ruang Kelas ..................................................................................... 54
Gambar 2.18 Tempat Bermain Outdoor................................................................. 55
Gambar 2.19 Layout Sekolah Autis Northern........................................................ 55
Gambar 2.20 Tampak Bangunan Sekolah Autis Northern .................................... 56
Gambar 2.21 Tampak Atas Sekolah Autis Laverton ............................................. 57
Gambar 2.22 Site Plan Sekolah Autis Laverton..................................................... 57
Gambar 2.23 Aksonometri Bangunan Advance Center for Autism ...................... 67
Gambar 2.24 Tampak Bangunan Advance Center for Autism .............................. 67
Gambar 2.25 Denah Zona Sensorik Advance Center for Autism .......................... 67
Gambar 2.26 Perspektif Bangunan Fawood Children's Centre .............................. 70
Gambar 2.27 Struktur Baja pada Bangunan ........................................................... 71
Gambar 2.28 Detail Façade Bangunan................................................................... 71
Gambar 2.29 Ruang Outdoor Anak-anak .............................................................. 72
Gambar 2.30 Ruang Bermain Indoor Anak-anak ................................................. 72
Gambar 3.1 Peta Kota Medan dan WPP ............................................................... 77
Gambar 3.2 Site Jl. Karya Wisata ......................................................................... 78
Gambar 3.3 Site Jl. Ngumban Surbakti ................................................................. 79
Gambar 3.4 Site Jl. T Amir Hamzah ..................................................................... 80
Universitas Sumatera Utara
xiv
Gambar 4.1 Tapak Site Perancangan .................................................................... 92
Gambar 4.2 Peta Rencana Tata Ruang Medan Johor ............................................ 93
Gambar 4.3 Batas Kawasan .................................................................................. 93
Gambar 4.4 SLB A Karya Murni .......................................................................... 94
Gambar 4.5 SD Ignasius ....................................................................................... 94
Gambar 4.6 Taman Cadika Pramuka .................................................................... 94
Gambar 4.7 Perumahan Johor Indah Permai I ...................................................... 94
Gambar 5.1 Sirkulasi Kendaraan Kawasan Perancangan ..................................... 95
Gambar 5.2 Suasana di Jalan Karya Wisata .......................................................... 96
Gambar 5.3 Jalan Kecil menuju Site ..................................................................... 96
Gambar 5.4 Tempat Pejalan Kaki ......................................................................... 96
Gambar 5.5 Sirkulasi menuju Site ........................................................................ 96
Gambar 5.6 Jalan Karya Wisata ............................................................................ 97
Gambar 5.7 Lampu Penerangan di Pinggir Jalan .................................................. 97
Gambar 5.8 Lampu Jalan di Dekat Gereja ............................................................ 97
Gambar 5.9 Analisa Matahari ............................................................................... 98
Gambar 5.10 Analisa Angin .................................................................................. 99
Gambar 5.11 Vegetasi di sekitar Kawasan Perancangan .................................... 100
Universitas Sumatera Utara
xv
Gambar 5.12 Analisa Kebisingan ....................................................................... 101
Gambar 5.13 Hubungan Ruang secara Makro .................................................... 111
Gambar 5.14 Luasan Tapak ................................................................................ 117
Gambar 5.15 Analisa Visibilitas ......................................................................... 117
Gambar 5.16 Vegetasi pada Tapak Site .............................................................. 119
Gambar 5.17 Pondasi Footplate .......................................................................... 127
Gambar 5.18 Tiang Listrik di Depan Site Perancangan ...................................... 128
Gambar 6.1 Konsep Penzoningan dalam Site ..................................................... 132
Gambar 6.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar ......................................................... 133
Gambar 6.3 Gubahan Massa Sekolah ................................................................. 136
Gambar 6.4 Aksonometri Gubahan Massa Sekolah ........................................... 136
Gambar 6.5 Warna yang digunakan pada sekolah ............................................... 138
Gambar 6.6 Skema Alur Listrik .......................................................................... 139
Gambar 6.7 Skema Air Bersih ............................................................................ 140
Gambar 6.8 Skema Air Kotor ............................................................................. 140
Universitas Sumatera Utara
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Autime ................................................................................... 9
Tabel 2.2 Perkembangan Imajinasi Anak .............................................................. 13
Tabel 2.3 Gejala Perilaku Putis .............................................................................. 15
Tabel 2.4 Interaksi Sosial Anak ............................................................................. 16
Tabel 2.5 Kurikulum SDLB Autis ......................................................................... 20
Tabel 2.6 Kurikulum SMPLB Autis ...................................................................... 21
Tabel 2.7 Kurikulum SMALB Autis ...................................................................... 22
Tabel 2.8 Kriteria Pemilihan lokasi ....................................................................... 26
Tabel 2.9 Deskripsi kegiatan .............................................................................. 30
Tabel 2.10 Uraian deskripsi pengguna dan kegiatan ............................................. 30
Tabel 2.11 Besaran Area Konsultasi & diagnosis .................................................. 33
Tabel 2.12 Besaran Area Pendidikan ..................................................................... 33
Tabel 2.13 Besaran Area Terapi............................................................................. 34
Tabel 2.14 Besaran Area Pendukung ..................................................................... 34
Tabel 2.15 Besaran Area Pengelola ....................................................................... 34
Tabel 2.16 Besaran Area Service ........................................................................... 35
Universitas Sumatera Utara
xvii
Tabel 2.17 Perbandingan Studi Kasus Tema Sejenis ............................................. 73
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan ........ 75
Tabel 3.2 Pemilihan Alternatif Site ........................................................................ 81
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2010-2017 ............................... 103
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kota
Medan Tahun 2017 ............................................................................ 103
Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Sekolah Khusus Autisme ....................................... 104
Tabel 5.4 Area Konsultasi & Diagnosis ............................................................... 106
Tabel 5.5 Area Pendidikan ........................................................................... 107
Tabel 5.6 Area Terapi ............................................................................ 107
Tabel 5.7 Area Pendukung ............................................................................ 108
Tabel 5.8 Area Pengelola ............................................................................ 108
Tabel 5.9 Area Service ............................................................................ 109
Tabel 5.10 Analisa Karakteristik Behavior Architecture ..................................... 122
Tabel 5.11 Analisa Suprasemen Arsitektural pada Pendekatan Arsitektur Perilaku
............................................................................ 124
Tabel 6.1 Konsep dasar ............................................................................ 130
Tabel 6.2 Rekomendasi nama dan jenis tanaman ................................................ 133
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Autisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam
komunikasi, interaksi dan perilaku. Autisme merupakan suatu perkembangan yang
kompleks, biasanya telah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Secara fisik, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dengan anak normal, tetapi ketika kita
berinteraksi dengan mereka akan terlihat perbedaannya. Mereka tidak mampu
berkomunikasi dan bersosialisasi secara normal, sehingga terisolasi dengan dunia
orang normal dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Penyebab penyakit autisme
ini masih belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa ahli percaya bahwa
autisme disebabkan oleh faktor genetik. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor
biologi, imunologi, neuroanatomi, biokemikal dan prenatal merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya autisme.
Sejak tahun 1990-an, penderita autisme meningkat dengan tajam di seluruh
dunia, prevalensinya mencapai 60 dari 1000 anak. Di Amerika, autisme merupakan
gangguan perkembangan ketiga terbanyak yang paling sering ditemukan pada anak-
anak, dimana ditemukan 1 dari 1000 anak di Amerika, dan akan diperkirakan kini
terdapat sedikitnya 300.000 anak penyandang autisme. Jika ditambah dengan
penyandang yang sudah dewasa, jumlahnya lebih luar biasa yaitu 1 juta orang.
Ledakan jumlah penyandang autisme ini tentu mengejutkan. Sebab, prevalensi
Universitas Sumatera Utara
2
penyandang autisme kini lima kali lipat dari prevalensi munculnya anak down
syndrome. (Agus, 2004)
Di Indonesia, Dr. Widodo Judarwarwanto (2015) menyebutkan bahwa tahun
1990-an jumlah penyandang autisme diperkirakan 1:5000 anak, tahun 2000
meningkat menjadi 1:500 anak. Diperkirakan tahun 2010, perbandingannya 1:300
anak. Sedangkan tahun 2015 diperkirakan perbandingannya 1:250 anak. Tahun
2015 diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme atau
134.000 penyandang spectrum autis di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya
setiap tahunnya terus meningkat.
Selain itu, minimnya pengetahuan mengenai anak penyandang autisme juga
menyebabkan para orangtua memiliki pemahaman yang keliru mengenai cara
mendidik dan membesarkan anak mereka. Pada umumnya, orang tua dari anak-
anak dengan gangguan autis ini akan menyekolahkan anak mereka di SLB untuk
tunadaksa atau di SLB biasa, tetapi tidak semua SLB mau menerima anak-anak
tersebut sehingga banyak orangtua yang kebingungan kemana anak mereka harus
bersekolah. Hal ini sungguh memprihatinkan terlebih dengan jumlah data anak
penyandang autisme yang terus meningkat.
Karena jumlah anak penyandang autisme yang semakin meningkat dan
kurangnya informasi orangtua dalam menangani anak penyandang autisme, maka
penyediaan wadah untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana
cara merawat, melatih kelainan fisik, mental dan kecerdasan anak sangat
dibutuhkan. Adanya suatu wadah pendidikan dan pertukaran pengalaman orang tua,
Universitas Sumatera Utara
3
para pekerja sosial, guru tentunya akan membantu mengurangi beban anak
penyandang autisme.
Berdasarkan gejala kelainan pertumbuhan anak, perlu dirancang sekolah
khusus yang memungkinkan mereka hidup mandiri sehingga diterima di
masyarakat. Anak penyandang autisme yang memiliki kelainan perilaku dan
kelainan kognitif membutuhkan suatu wadah khusus yang spesifik menangani anak
penyandang autisme. Peran sekolah disini dapat mempunyai dua arti yaitu healing,
atau penyembuhan dan schooling atau pendidikan. Sekolah khusus mempunyai
fungsi sebagai healing dimana dalam arti sebagai kata kerja to heal yaitu to make
somebody/something healthy again; the process of getting better. Jika didefinisikan
maka sekolah sebagai proses membuat subjek utama yaitu anak penyandang
autisme menjadi sehat atau normal kembali. Sekolah khusus memiliki fungsi
sebagai schooling dimana dalam arti sebagai kata kerja to school yaitu to educate.
Jika didefinisikan maka sekolah sebagai proses mendidik anak penyandang autisme
sebagai subjek utama (Lena, 2009). Oleh karena itu, tema perancangan yang akan
diangkat pada proyek perancangan ini adalah Behavior Architecture (Arsitektur
perilaku).
1.2 PERMASALAHAN PERANCANGAN
Ada beberapa masalah yang menjadi pertimbangan dalam merancang sekolah
khusus autisme adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
4
1. Bagaimana mewujudkan sekolah yang bersifat healing (penyembuhan),
aman, dan nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat
berkembang dan hidup mandiri di masyarakat?
2. Bagaimana pola perilaku anak penyandang autisme dalam mempengaruhi
arsitektur?
1.3 TUJUAN PERANCANGAN
Tujuan dibuatnya sekolah khusus autisme adalah:
1. Membuat sekolah khusus yang menekankan pada penataan ruang, yaitu
ruang yang dapat membuat psikologis anak mengarah pada perubahan pola
tingkah laku sehingga dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat.
2. Sebagai wadah/tempat untuk mendidik, terapi dan mendapat informasi
tentang autisme itu sendiri dan cara penanganannya.
1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Pembahasan tugas akhir, yang berjudul Perancangan Sekolah Khusus Autisme
Medan (Arsitektur Perilaku), terbagi dalam beberapa bab, yang merupakan proses
awal perencanaan dan perancangan, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisikan tentang gambaran secara umum mengenai perlunya sekolah khusus
autisme dengan memperhatikan kenyamanan bagi anak autisme dari tinjauan
Universitas Sumatera Utara
5
perilakunya, latar belakang, permasalahan perancangan, tujuan perancangan,
sistematika pembahasan
Bab II Studi Pustaka
Berisikan tentang tinjauan umum dan tinjauan khusus yang mencakup terminologi
judul yang membahas mengenai pengertian dan maksud dari sebuah kata dalam
judul agar dapat dipahami tujuan maupun sasarannya, berbagai aspek dalam
perancangan dan tinjauan tema serta studi banding dan literatur.
Bab III Metodologi
Berisikan tentang metoda pemilihan lokasi yang tepat dan metoda / pendekatan
penyelesaian masalah perancangan / tahapan perancangan.
Bab IV Deskripsi proyek
Berisikan tentang judul proyek, luasan proyek, batas kawasan serta fungsi-fungsi
yang terdapat pada sekitar eksisting.
Bab V Analisis Perancangan
Berisikan tentang analisa-analisa pada perancangan yaitu analisa kegiatan/program
ruang, ruang luar/tapak, tata ruang dalam, massa dan perwajahan bangunan, sistem
struktur serta sistem utilitas
Universitas Sumatera Utara
6
Bab VI Konsep Perancangan
Berisikan tentang konsep dasar, tapak, tata perletakan ruang dalam, perwajahan
serta massa bangunan, struktur hingga utilitas yang akan diterapkan pada
perancangan arsitektur.
Bab VII Kesimpulan
Berisikan uraian jawaban ringkas dari permasalahan perancangan.
Daftar Pustaka
Menampilkan secara jelas mengenai pengarang, tahun terbit, judul buku / artikel /
jurnal / majalah / website yang dijadikan sebagai referensi / acuan dalam pembuatan
laporan tugas akhir.
Lampiran
Universitas Sumatera Utara
7
1.5 KERANGKA BERPIKIR
LATAR BELAKANG
- Jumlah anak penyandang autisme di semakin meningkat
- Minimnya pengetahuan tentang cara penanganan anak penyandang autisme
- Masih sedikitnya jumlah sekolah khusus autisme di Medan
PERMASALAHAN PERANCANGAN
- Bagaimana mewujudkan sekolah yang bersifat healing (penyembuhan), aman, dan nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat?
- Bagaimana pola perilaku anak penyandang autisme dalam mempengaruhi arsitektur?
TUJUAN PERANCANGAN
- Membuat sekolah khusus yang menekankan pada penataan ruang, yaitu ruang yang dapat membuat psikologis anak mengarah pada perubahan pola tingkah laku sehingga dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat.
- Sebagai wadah/tempat untuk mendidik, terapi dan mendapat informasi tentang autisme itu sendiri dan cara penanganannya.
ANALISIS
Sirkulasi, view, matahari, angin, vegetasi, ukuran tapak, kebutuhan pengguna, alur kegiatan, program ruang, dll
PENGUMPULAN DATA
a. Data Tapak b. Studi literatur c. Studi banding d. Survei e. Wawancara
KONSEP
Ruang luar, ruang dalam, massa, struktur dan utilitas
DESAIN AKHIR
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 TINJAUAN FUNGSI
2.1.1 Terminologi judul
Judul proyek adalah “Sekolah Khusus Autisme Medan” dimana tempat ini
merupakan sekolah yang memang diperuntukan untuk anak penyandang autisme.
Di dalam judul “Sekolah Khusus Autisme Medan” mengandung pengertian:
a. Sekolah
Sekolah sebuah wadah pendidikan yang sifatnya formal, nonformal
dan informal, dimana pendiriannya dilakukan oleh Negara manupun swasta
dengan tujuan untuk pengajaran, mengelola dan mendidik murid. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi sekolah adalah suatu
lembaga / bangunan yang dipakai untuk aktivitas belajar mengajar sesuai
jenjang pendidikannya (SD, SMP, SMA).
b. Khusus
Menurut KBBI, Khusus artinya khas, istimewa, tidak umum,
memperuntukan bagi sesuatu yang tertentu.
c. Autisme
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks seperti
komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
d. Medan
Universitas Sumatera Utara
9
Merupakan daerah tingkat II berstatus kotamadya, adalah ibu kota
provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Jadi, Sekolah Khusus Autisme Medan merupakan sekolah yang diperuntukkan
untuk anak dengan gangguan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.
2.1.2 Tinjauan umum
2.1.2.1 Pengertian dan sejarah autisme
Istilah autisme berasal dari kata “autos” yang berarti sendiri dan “isme” yang berarti
aliran. Jadi, autime berarti suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Istilah
ini diperkenal oleh Dr. Leo Kanner, seorang psikiater yang menangani sekelompok
anak-anak yang mengalami kelainan sosial berat, hambatan komunikasi, dan
masalah perilaku pada tahun 1943.
Autis atau yang biasa disebut PDD (Pervasive developmental disorder) merupakan
kelainan perkembangan otak yang membuat anak sulit untuk dapat beradaptasi
dengan keadaan sekitar.
2.1.2.2 Klasifikasi autisme
Klasifikasi autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi:
Tabel 2.1 Klasifikasi Autime
No. Jenis autisme Keterangan 1. Autisme Masa Kanak-
kanak (Childbood Autism)
Gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur tiga tahun. Ciri-ciri gangguan autisme ini adalah: kualitas komunikasinya tidak normal, adanya gangguan dalam kualitas
Universitas Sumatera Utara
10
interaksi sosial, dalam aktivitas, perilaku, serta interesnya sangat terbatas, diulang-ulang, dan streotip.
2. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Gejala ini tidak sebanyak seperti pada autisme masa kanak-kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi facial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.
3. Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)
Gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Sekitar umur enam bulan, bayi mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang pada umur lima bulan sampai empat tahun. Gerakan tangan menjadi tidak terkendali, gerakan yang terarah hilang, dan disertai dengan gangguan komunikasi serta penarikan diri secara sosial. Selain itu, terjadi gangguan berbahasa, perseptivitas, ekspresif, serta kemunduran psikomotor yang hebat. Hal yang sangat khas adalah timbulnya gerakan tangan yang terus-menerus.
4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak-kanak (Childbood Disintegrative Disorder).
Gejala timbul setelah umur tiga tahun. Perkembangan anak sangat baik selama beberapa tahun sebelum terjadinya kemunduran yang hebat. Pertumbuhan yang normal terjadi pada usia 1 sampai 2 tahun. Kemudian, anak akan kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
5. Asperger Syndrome (AS)
Lebih banyak terdapat pada anak laki-laki. Perkembangan bicaranya tidak terganggu, tetapi mereka kurang bisa berkomunikasi secara timbal balik. Berbicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Sangat terobsesi kuat pada suatu benda. Mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran di sekolah.
Sumber:https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-tingkatan-anak-
autisme.html (diakses tgl 20 Maret 2019)
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.2.3 Ciri-ciri anak autisme
Dalam Depdiknas (2002) tentang Pedoman Pelayanan Pendidikan bagi Anak
Autistik mendeskripsikan anak autis berdasarkan jenis masalah gangguan yang
dialami anak. Karakteristik dari masing-masing masalah / gangguan itu
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Masalah / gangguan di bidang komunikasi dengan karakteristik sebagai
berikut,
1. Perkembangan Bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada.
Anak tampak seperti tuli dan sulit bicara.
2. Terkadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan artinya.
3. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan Bahasa yang
tidak jelas.
4. Bicara tidak sebagai alat komunikasi, senang meniru pembicaraan
orang.
5. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan sesuatu
yang diinginkannya.
b. Masalah / gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik
berupa :
1. Anak autis cenderung menyendiri
2. Anak menghindari kontak mata dengan orang lain atau menghindari
tatapan muka orang lain
3. Tidak tertarik berteman dengan teman sebayanya atau yang lebih tua
4. Bila diajak bermain, mereka menghindar.
Universitas Sumatera Utara
12
c. Masalah / gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristik berupa:
1. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
2. Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
3. Anak autis cuka mencium-cium dan menjilat-jilat mainan atau
benda- benda yang ada di sekitarnya.
4. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
d. Masalah / gangguan di bidang pola bermain, karakteristiknya berupa:
1. Anak autis tidak bermain seperti anak pada umumnya.
2. Anak autis tidak bisa bermain dengan teman sebayanya.
3. Anak autis tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan
e. Masalah / gangguan di bidang perilaku, karakteristiknya berupa :
1. Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif
(hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (Hipoaktif).
2. Anak autis memperlihatkan stimulasi diri bergoyang-goyang
mengepakan tangan seperti burung.
3. Anak autis tidak suka kepada perubahan.
4. Anak autis punya tatapan kosong
f. Masalah / gangguan di bidang emosi, karakteristiknya berupa :
1. Anak autis sering marah-marah, tertawa, menangis tanpa alasan
yang jelas.
2. Anak autis terkadang berperilaku agresif dan merusak.
3. Anak autis tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang
lain yang ada di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
13
Secara klinis, gangguan tersebut ditemukan secara spectrum (berbeda kadar
dan tingkat keparahannya). Jika gangguan tersebut lengkap dialami oleh individu
maka disebut autistic disorder, sedangkan jika tidak lengkap maka disebut autistic
spectrum disorder.
Ada beberapa gejala perilaku yang harus diwaspadai pada bayi atau anak
menurut usia:
Tabel 2.2 Perkembangan Imajinasi Anak
USIA DALAM BULAN
PERKEMBANGAN NORMAL
PERKEMBANGAN DENGAN GEJALA AUTISME
6 Perilakunya tidak berbeda terhadap sebuah benda pada saat yang sama
8 Perilaku dibedakan berdasarkan karakteristik benda. Menggunakan dua buah benda dalam kombinasi (tidak tepat digunakan secara sosial)
Pengulangan gerakan motorik mungkin mendominasi kegiatan sadar
12 Perilaku terhadap benda sesuai secara sosial (kegunaan benda). Dua benda atau lebih dihubungkan secara tepat.
Agak penasaran/eksplorasi terhadap lingkungan. Penggunaan mainan yang tidak biasa seperti memutar, menjentik dan membariskan benda.
18 Sering berperilaku simbolik (pura-pura minum, berbicara di telepon, dan lain-lain).
24 Sering menerapkan permainan pura-pura dengan boneka, mainan binatang (misalnya memberi makan boneka). Perilaku pura-pura tidak terbatas pada kegiatan sehari-hari (misalnya pura-pura menyetrika). Rangkaian perilaku pura-pura berkembang (memberi makan boneka, menimbang dan
Universitas Sumatera Utara
14
membaringkannya di tempat tidur). Berpura-pura main tembak-tembakan dengan benda yang ada.
26 Permainan simbolik yang sudah direncanakan lebih dahulu memberitahukan maksudnya dan mencari benda yang dibutuhkan untuk itu. Mencari benda pengganti (misalnya menggunakan kotak sebagai pengganti mobil). Benda diperlakukan alat yang dapat melakukan kegiatan bebas (misalnya: boneka dibuat agar dapat mengangkat gelas sendiri)
Terus menerus menjilati benda-benda. Tidak ada permainan simbolik. Terus menerus melakukan gerak repetitif seperti mematung, memutar, berjingkat, dan lain-lain. Kekaguman visual terhadap benda (menatap cahaya lampu, dan lain-lain). Menunjukkan banyak kekuatan yang berhubungan dengan manipulasi visual/motorik, misalnya puzzle.
48 Permainan sosiodramatis-pura-pura bermain dengan dua anak atau lebih. Menggunakan pantomim untuk mewakili benda yang diperlukan (misalnya pura-pura menuangkan air karena tidak ada teko). Kehidupan nyata dan khayal dapat membantu peranan untuk waktu yang lama.
Penggunaan fungsional terhadap benda-benda. Beberapa aksi langsung terhadap boneka atau orang lain; kebanyakan melibatkan anak-anak sebagai alat perantara. Permainan simbolik, jika ada, terbatas dan sederhana serta diulang-ulang. Selama permainan, keterampilan yang lebih sulit berkembang, tetap membutuhkan banyak waktu disbanding kegiatan lebih mudah. Beberapa di antaranya tidak mengkombinasikan alat permainan dalam bermain
60 Bahasa berperan penting dalam menciptakan tema, menegosiasikan peran dan bermain drama.
Tidak dapat berpantomim. Tidak bermain sosiodrama.
Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988
Universitas Sumatera Utara
15
Tabel 2.3 Gejala perilaku autis
USIA PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME usia 0 - 6 bulan 1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis).
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi. 4. Tidak "babbling". 5. Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu. 6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan. 7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal.
usia 6 - 12 bulan
1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis). 2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan. 4. Sulit bila digendong. 5. Tidak "babbling". 6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan. 7. Tidak ditemukan senyum sosial. 8. Tidak ada kontak mata. 9. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
usia 12 - 24 bulan
1. Kaku bila digendong. 2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da). 3. Tidak mengeluarkan kata. 4. Tidak tertarik pada boneka. 5. Memperhatikan tangannya sendiri. 6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus. 7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
usia 2 - 3 tahun 1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain. 2. Melihat orang sebagai "benda". 3. Kontak mata terbatas. 4. Tertarik pada benda tertentu. 5. Kaku bila digendong
usia 4 - 5 tahun 1. Sering didapatkan ekolalia (membeo). 2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar). 3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah. 4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala). Temperamen tantrum atau agresif.
Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.4 Interaksi Sosial Anak
USIA DALAM BULAN
INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL ANAK PENYANDANG
AUTISME 2 1. Menggerakkan kepala dan
mata untuk mencari arah suara. 2. Senyuman sosial.
6 1. Perilaku meraih sebagai wujud keinginan untuk digendong. 2. Mengulangi tindakan yang dilakukan orang dewasa (meniru).
1. Kurang aktif dan kurang menuntut. 2. Sebagian cepat marah. 3. Lebih sedikit kontak mata. 4. Tidak ada respon secara sosial
8 1. Membedakan orangtua dari orang lain. 2. Permainan “memberi dan menerima”. 3. Melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. 4. Menangis/merangkak, mengejar ketika ibu keluar ruangan
1. Sulit reda ketika marah. 2. Sekitar sepertiga di antaranya sangat menarik diri dan mungkin secara aktif menolak interaksi. 3. Sekitar seperti di antaranya menerima perhatian tapi sangat sedikit memulai interaksi.
12 1. Anak sering memulai permainan. 2. Kontak visual meningkat selama bermain.
1. Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan, merangkak. 2. Tidak ada kesulitan pemisahan
18 1. Mulai bermain dengan teman sebaya
1. Masa bermain dengan teman sebaya singkat. 2. Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar (mis: kejar-kejaran).
1. Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sangat sedikit afeksi yang diekspresikan. 2. Mungkin memeluk dan mencium sebagai gerakan tubuh yang otomatis ketika diminta. 3. Tidak acuh terhadap orang dewasa selain orang tua. 4. Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar lebih suka menyendiri.
36 1. Belajar mengenai giliran dan berbagi dengan temannya. 2. Pertengkaran di antara teman sebaya sering terjadi.
1. Tidak bisa menerima anak-anak yang lain. 2. Sensitivitas yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
17
3. Senang membantu orangtua mengerjakan pekerjaan rumah. 4. Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa.
3. Tidak bisa memahami makna hukuman.
48 1. Tawar-menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan socialdramatik. 2. Memiliki teman bermain favorit
1. Tidak dapat memahami aturan dalam permainan dengan teman sebaya.
60 1. Lebih berorientasi pada teman sebaya daripada orang dewasa. 2. Sangat berminat menjalin persahabatan. 3. Bertengkar dan saling mengejek sering terjadi dengan teman sebaya
1. Lebih berorientasi kepada orang dewasa daripada teman sebaya. 2. Sering menjadi lebih bisa bergaul, tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi.
Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988 2.1.2.4 Penyebab Autisme Pada Anak
Jurnal Integrasi autisme dalam International of Deseases (1993) menyebutkan
bahwa faktor –faktor penyebab autisme adalah:
a. Faktor kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena
kelainan perkembangan syaraf (neuro-development disorder)
b. Virus, jamur candida, rubella, herpes, toksoplasma dan akibat vaksin yang
mengandung air raksa seperti vaksin MMR dan Thimerosal.
c. Kelainan kromosom dan faktor keturunan atau genetika.
Gangguan autistik merupakan suatu sindrom perilaku yang dapat disebabkan
oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem syaraf pusat. Sampai sekarang ini
belum diketahui dengan pasti penyebab ketidak normalan yang dialami anak.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut teori biologis menjelaskan bahwa penyebab autisme ada hubungannya
dengan retardasi mental dan perbandingan penderita autisme pada laki-laki dan
perempuan yaitu 4 : 1.
2.1.2.5 Sekolah khusus bagi penderita autisme
Pendidikan Luar Biasa atau pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memilki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. (Suparno,2007)
Ketika seorang anak diidentifikasi mempunyai kelainan, pendidikan luar
biasa sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini dikemukakan karena siswa berkebutuhan
pendidikan khusus tidak secara otomatis memerlukan pendidikan luar biasa.
Pendidikan luar biasa akan sesuai akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat
diakomodasi dalam program pendidikan umum. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk
memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Mereka memerlukan penggunaan
bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi mengajar yang khusus.
Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem
pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai
potensinya secara maksimal. (M Jannah, 2016)
Adanya kelainan perilaku, sosial dan komunikasi pada indidual autime, maka
dibuatlah suatu wadah pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
19
penyandang autisme. Selain itu, juga sebagi wadah mengedukasi para orang tua
bagaimana cara menangani anak penyandang autisme.
Sekolah khusus autisme tentunya harus dilengkapi dengan elemen-elemen
yang mendukung, fasilitas yang lengkap serta suasana yang membangkitkan
semangat agar anak-anak tertarik untuk belajar. Fasilitas yang baik akan melatih
saraf motorik maupun sensorik sehingga akan membantu dalam penyembuhan.
Selain itu juga harus diperhatikan pola penataan ruang yang nantinya akan
berpengaruh pada perilaku anak supaya menjadi lebih baik (Junita, 2009).
Sekolah khusus autisme mengalami penyesuaian karakter anak, terutama pada
tata letak ruang maupun lingkungannya. Penataan ruang yang baik dan teratur
diharapkan dapat membantu keberhasilan dalam menangani anak penyandang
autisme yang pada umumnya menyukai keteraturan dan tidak menyukai perubahan.
2.1.2.6 Bentuk pendidikan khusus bagi anak penyandang autisme
Menurut Autism treatment services of Saskatchewan, ada beberapa jenis bentuk
pendidikan yaitu:
a. Individual therapy (1 guru 1 murid)
b. Designated autistic classes
Bentuk transisi dengan penanganan individual ke bentuk kelas dimana
sekelompok anak autis belajar dengan instruksi yang ada (1 guru 2-3 murid)
c. Ability group classes
Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi dengan baik dan kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
20
d. Sosial skills development and mixed disability classes
Anak penyandang autisme biasanya berespon dengan baik dikelompokkan
dengan down syndrome tetapi memiliki ciri hyper-social
2.1.2.7 Kurikulum
Kurikulum pendidikan khusus sudah ada susunan bakunya dari pemerintah
yaitu menggunakan kurikulum pendidikan khusus tahun 2013 sebagaimana yang
tertuang dalam lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor : 10/D/KR/2017 tertanggal 4 April 2017 tentang Struktur
Kurikulum, Kompetensi Inti - Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi
Kurikulum 2013 pendidikan khusus.
a. Struktur Kurikulum SDLB Autis
Tabel 2.5 Kurikulum SDLB Autis
MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU
I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 3 3 3 4. Matematika 2 2 4 3 3 3 5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 2 2 2 Kelompok B 7. Seni Budaya dan Prakarya 12 12 12 14 14 14 8. Pendidikan jasmani, Olahraga dan
kesehatan 2 2 2 2 2 2
Kelompok C 9. Program kebutuhan Khusus 4 4 4 4 4 4 JUMLAH ALOLASI WAKTU PER MINGGU
30 30 32 36 36 36
Universitas Sumatera Utara
21
Keterangan:
- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 30 (tiga puluh) menit.
- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting.
b. Struktur kurikulum SMPLB Autis
Tabel 2.6 Kurikulum SMPLB Autis
MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU VII VIII IX
Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi pekerti 2 2 2 2. Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2 4. Matematika 2 2 2 5. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, olahraga dan
kesehatan 2 2 2
10. Keterampilan Pilihan 18 18 18 Kelompok C 11. Program Kebutuhan Khusus 2 2 2 JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 38 38 38
Keterangan:
- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 35 (tiga Puluh lima) menit.
- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting.
Universitas Sumatera Utara
22
c. Struktur Kurikulum SMALB Autis
Tabel 2.7 Kurikulum SMALB Autis
MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU X XI XII
Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi pekerti 2 2 2 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2 4. Matematika 2 2 2 5. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan 2 2 2
10. Keterampilan Pilihan 24 26 26 Kelompok C 11. Program Kebutuhan Khusus JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 42 44 44
Keterangan:
- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.
- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan
faktor lain yang dianggap penting.
2.1.2.8 Terapi untuk Autisme
Dikutip dari laman lifetranscenter.com, ada beberapa jenis terapi yang biasa
digunakan yaitu:
a. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian
dan didesain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah
Universitas Sumatera Utara
23
memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat
ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
b. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol. Banyak pula individu
autistic yang non-verbal atau kadang-kadang bicaranya cukup berkembang,
namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan
berbahasa akan sangat menolong.
c. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok
dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya
dengan benar.
d. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
Universitas Sumatera Utara
24
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
e. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan
dalam keterampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama
ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan
fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari
cara-caranya.
f. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan
dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar
bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa
membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
g. Terapi Perilaku
Anak autisme seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya.
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutinitas anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya.
h. Terapi Perkembangan
Universitas Sumatera Utara
25
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan
kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan
ketrampilan yang lebih spesifik.
i. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode
belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS
(Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga
dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
j. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam
DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak
autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-
gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa
secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal
abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari
gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam
tubuh sendiri (biomedis).
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.3 Kriteria pemilihan lokasi
Dengan pertimbangan segi fungsi, maka diperlukan lokasi yang dapat
mendukung tujuan dari bangunan dan membantu kelancaran aktivitas yang
berlangsung di dalamnya.
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi
bangunan yang dirancang merupakan bangunan fasilitas pendidikan yang bersifat
privat dan berskala kota. Persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi
sebagai bahan perencanaan adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Lokasi strategis
Strategis di sini bukan dalam arti harus berada di pusat kota atau daerah
yang ramai, melainkan lokasi harus mudah dijangkau oleh umum dengan
segala jenis kendaraan dan pejalan kaki.
2.1.3.2 Lokasi sehat
a. Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan
polusi udara.
b. Lokasi tidak berada di daerah tanah berawa atau berlumpur atau tanah
berpasir, elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi yaitu terkait
kelembapan udara. Kelembapan udara harus mencapai kenetralan 55-65%
Tabel 2.8 Kriteria pemilihan lokasi
No.
Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap struktur kota
Berada di kawasan pinggir kota yang merupakan daerah perumahan, pendidikan dan komersil. Berada di dekat jalan besar.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota,baik angkutan umum maupun pribadi.
3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar
permukiman yang belum ada fasilitas pendidikan.
4. Persyaratan lain Tanah milik pemerintah atau pribadi nilailahan tidak terlalu tinggi untuk daerah
pendidikan.Untuk pengembangan kawasan pendidikan, KDB bangunan 60 %, KLB
bangunan 1-4 lantai Sumber: olahan penulis
2.1.4 Deskripsi pengguna dan kegiatan
2.1.4.1 Deskripsi pengguna
Secara umum pengguna dari sekolah khusus autisme di Medan dapat dikelompokan
menjadi:
a. Kelompok pengunjung
Kelompok ini kelompok pelaku kegiatan yang mendapat informasi dan
manfaat dari keberadaan sekolah secara objektif. Pelaku di dalamnya adalah:
1. Anak penyandang autisme adalah anak yang memiliki masalah interaksi,
sosial dan perilaku.
2. Orangtua anak penyandang autisme adalah ayah dan ibu dari anak
penyandang autisme.
b. Kelompok tenaga medis
Kelompok ini adalah kelompok pelaku kegiatan yang memberikan konsultasi
kesehatan dan psikologis. Kegiatan ini dilakukan pada waktu tertentu atau
berkala. Pelaku di dalamnya adalah:
Universitas Sumatera Utara
28
1. Dokter anak merupakan orang yang memberikan konsultasi dan diagnosis
pada kesehatan fisik, mental, emosional, tumbuh kembang, dan sosial
anak-anak, sejak mereka dilahirkan hingga menjadi remaja, yakni sampai
usia 18 tahun.
2. Perawat merupakan orang yang membantu dokter dalam menyiapkan data
perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai,
memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.
3. Psikolog merupakan orang yang memberikan konsultasi perencanaan
program, metode monitoring dan menilai kemajuan anak serta membantu
para orangtua dan pengajar dalam merancang/menetapkan program
bersama atau mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam
menjalankan suatu program.
c. Kelompok tenaga pendidikan
1. Guru merupakan seseorang yang bertugas memberikan ilmu kepada
muridnya melalui kegiatan belajar mengajar.
2. Terapis merupakan seseorang yang bertugas untuk membantu anak
mempelajari sesuatu dan sekaligus menjadi guru bayangan dalam kelas.
d. Kelompok Pengelola
1. Kepala sekolah merupakan seorang guru yang diberi tanggung jawab
untuk memimpin suatu sekolah.
Universitas Sumatera Utara
29
2. Wakil kepala merupakan seorang guru yang diberi tanggung jawab untuk
membantu kepala sekolah baik dalam bidang kurikukum, kesiswaan,
sarana dan prasarana ataupun humas.
3. Pegawai receptionis adalah orang yang bekerja menangani registrasi tamu
dan memberikan pelayanan kepada pengunjung di sekolah.
4. Pegawai keuangan adalah orang yang bekerja dalam bidang penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian dan penyimpanan dana.
5. Pegawai personalia adalah orang yang bekerja mengelola sumber daya
manusia pada hal-hal yang terkait administrative yang mengatur hubungan
antara perusahaan dengan karyawannya.
6. Pegawai tata usaha bertugas mengelola keuangan, administrasi ataupun
laporan kepengurusan ketatausahaan
7. Penjaga perpustakaan bertugas menyelesaikan segala permasalahan yang
ada di dalam perpustakaan baik perencanaan pengadaan buku, pengurusan
pelayanan perpustakaan bagi siswa, penyimpanan buku maupun
pemeliharaan buku.
8. Pegawai konsumsi bertugas menyediakan makanan dan minuman untuk
warga sekolah.
9. Satpam bertugas memberikan layanan kenyamanan dan keamanan di
dalam sekolah.
10. Cleaning service bertugas memberikan layanan kebersihan dan
pemeliharaan bangunan.
Universitas Sumatera Utara
30
11. Teknisi bertugas untuk melakukan kegiatan kontrol dan pemeliharaan
terhadap peralatan teknis yang ada dalam sekolah.
Masing-masing komponen di atas memiliki peran penting dalam berjalannya sistem
pendidikan dan pengajaran di sekolah, juga dalam perkembangan anak-anak
spesial.
2.1.4.2 Deskripsi kegiatan
Jenis-jenis kegiatan di sekolah khusus autisme dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
Tabel 2.9 Deskripsi kegiatan
No. Kelompok kegiatan Uraian kegiatan 1. Utama - Kegiatan belajar formal dan informal
- Terapi - Bersosialisasi - Bermain
2. Penunjang - Kegiatan konsultasi kesehatan dan psikologis, - Kegiatan pengelola (tata usaha, administrasi, dokumentasi arsip-arsip)
3. Pendukung Pelayanan umum, perpustakaan dan kafetaria 4. Servis Keamanan, pembersih, petugas ME
Sumber: olahan penulis
Tabel 2.10 Uraian deskripsi pengguna dan kegiatan
Pengguna Kegiatan Pengelompokan kegiatan Anak penyandang autis Melakukan pendaftaran Kegiatan diagnosis
Kegiatan pendidikan Menjalani pemeriksaan
Melakukan tes medis Kegiatan diagnosis
Melakukan proses terapi
Kegiatan terapi
Mengikuti konsultasi psikologis
Kegiatan konsultasi
Mengikuti kelas Kegiatan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
31
Menggunakan fasilitas yang ada
Kegiatan pendukung
Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Orangtua anak penyandang autis
Melakukan pendaftaran Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan
Konsultasi dengan dokter
Kegiatan diagnosis
Mencari informasi Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi
Mengikuti pertemuan rutin dengan dokter dan terapis Mengikuti pertemuan orangtua anak yang lain
Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Dokter Melakukan pemeriksaan awal Melakukan tes dan diagnosis Menentukan jenis terapi untuk pasien
Kegiatan diagnosis
Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendukung
Terapis Membimbing dan mengawasi pasien menjalani terapi
Kegiatan terapi
Istirahat Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Psikolog Melakukan konsultasi Kegiatan diagnosis Guru Mengajar Kegiatan pendidikan Pengelola Melakukan administrasi Kegiatan pengelola Mengawasi kinerja
seluruh pegawai Kegiatan pengelola
Mengadakan rapat Kegiatan pengelola Istirahat Kegiatan diagnosis
Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Universitas Sumatera Utara
32
Service Menjaga keamanan semua fasilitas
Kegiatan service
Membersihkan semua ruangan
Kegiatan service
Melakukan perawatan / pemeliharaan rutin terhadap peralatan dan perlengkapan bangunan
Kegiatan service
Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung
Sumber: olahan penulis
2.1.5 Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang
2.1.5.1 Deskripsi kebutuhan ruang
Menurut website www.autism.com, ruang untuk kebutuhan anak autis adalah:
a. Ruang anak-anak autis (main entrance, ruang kelas kelompok kecil, ruang
kelas kelompok besar, ruang computer, ruang minat khusus, ruang bermain
indoor/outdoor, ruang perpustakaan, ruang konsultasi, ruang kesehatan,
ruang kontrol, lavatory, dapur, ruang makan)
b. Ruang kelompok pengelola (main entrance, side entrance, ruang
reseptionis, ruang pimpinan, ruang guru/terapis, ruang rapat, ruang arsip,
ruang dokter, ruang psikolog, ruang observasi, kafe)
c. Ruang kelompok penunjang (main entrance, parkir, area pengantar, ruang
tunggu/lobby, loker, perpustakaan, kafe, ruang serbaguna, lavatory)
d. Ruang kelompok kegiatan service (gudang barang, ruang peralatan, dapur,
tangga/lift, tangki air/jemuran, genset, lavatory)
Universitas Sumatera Utara
33
2.1.5.2 Deskripsi besaran ruang
a. Area Konsultasi & Dianogsis
Tabel 2.11 Besaran area Konsultasi & Diagnosis Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang pendaftaran 4,8 m2 AS Ruang tunggu 9,6 m2 AS Ruang dokter 12,03 m2 TSS Ruang psikolog 9,93 m2 TSS Ruang arsip 16 m2 NAD Ruang perawat 9 m2 TSS Laboratorium 30 m2 NAD Toilet Toilet pria 2 m2/ unit NAD
Toilet wanita
b. Area Pendidikan
Tabel 2.12 Besaran Area Pendidikan Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang pendaftaran 4,8 m2 AS Ruang tenang 6 m2 DA Ruang kelas 15 m2 Peraturan
pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Ruang pengajar 32 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Ruang komputer 2 m2/murid DA Ruang seni 1,5 m2/murid TSS Ruang musik 1,5 m2/murid TSS Perpustakaan 30 m2 Peraturan
pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Toilet Toilet pria 2 m2/ unit DA Toilet wanita
Universitas Sumatera Utara
34
c. Area Terapi Tabel 2.13 Besaran area terapi
Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang terapi one by one
3 m2 SB
Ruang terapi berkelompok
2,5 m2 TSS
Ruang terapi Okupasi
2 m2 / org TSS
Ruang sensori integrasi
2 m2 / org TSS
Ruang bina diri 2 m2 / org TSS Perpustakaan 36 m2 DA Ruang Terapis 2 m2/org Toilet Toilet pria 2 m2/ unit NAD
Toilet wanita
d. Area pendukung
Tabel 2.14 Besaran Area pendukung Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Area bermain indoor
75 m2 DA
Area bermain outdoor
150 m2 DA
Kafetaria Ruang makan 4 m2/ unit DA Kasir 4,8 m2 AS Dapur 30% dari luas
kafetaria DA
Ruang serbaguna 1,2 m2/ org DA e. Area pengelola
Tabel 2.15 Besaran Area pengelola Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Front office 4,8 m2 AS Ruang tamu 9 m2 AS Ruang kepala sekolah
12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Ruang wakil kepala 9 m2 AS Ruang sekretaris 8 m2 AS Ruang personalia 6 m2 AS
Universitas Sumatera Utara
35
Ruang tata usaha 16 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Ruang rapat 2 m2/ org DA Gudang 20 m2 DA Toilet Toilet pria 2 m2/ unit DA
Toilet wanita
f. Area service Tabel 2.16 Besaran Area service
Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang administrasi karyawan
6,75 m2 DA
Ruang ganti 2,25 m2 DA Loker karyawan 15 m2 DA Gudang 20 m2 DA Ruang genset 10 m2 DA Ruang istirahat 18 m2 DA Pantry 18 m2 AS Musholla 12 m2 Peraturan
pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
Area parkir pengunjung
12,5 m2/mobil 1,5/motor
DA
Area parkir karyawan
12,5 m2/mobil 1,5/motor
DA
Pos satpam 4 m2 AS Sumber: Olahan penulis
2.1.6 Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang
2.1.6.1 Kriteria desain sekolah autis
Merurut Peraturan Menteri Pendidikan Sosial Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2008 Tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada di dalamnya diatur
dalam standar sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
36
a. Ruang Kelas
1. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori dan praktik
dengan alat sederhana yang mudah dihadirkan.
2. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
3. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 5 peserta didik untuk ruang kelas
SDLB dan 8 peserta didik untuk ruang kelas SMPLB dan SMALB.
4. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 3 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 5 orang, luas minimum
ruang kelas adalah 15 m2.
5. Lebar minimum ruang kelas adalah 3 m.
6. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
7. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat
tidak digunakan.
8. Salah satu dinding ruang kelas dapat berupa dinding semi permanen agar pada
suatu saat dua ruang kelas yang bersebelahan dapat digabung menjadi satu
ruangan.
9. Ruang kelas dilengkapi perabot (kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi
guru, meja guru dan lemari), media pendidikan (Papan tulis, Papan panjang),
dan perlengkapan lain (tempat cuci tangan, jam dinding, kotak kontak, tempat
sampah)
Universitas Sumatera Utara
37
b. Ruang Perpustakaan
1. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik, guru
dan orangtua peserta didik memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan
pustaka dengan membaca, mengamati dan mendengar, dan sekaligus tempat
petugas mengelola perpustakaan.
2. Luas minimum ruang perpustakaan adalah 30 m2. Lebar minimum ruang
perpustakaan adalah 5 m.
3. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
4. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.
5. Ruang perpustakaan dilengkapi buku (buka teks pelajaran, buku panduan
pendidik, buku pengayaan, buku referensi, sumber belajar lain), perabot (rak
buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja
kerja/sirkulasi, lemari katalog, lemari, papan pengumuman, meja multimedia,
Media pendidikan (peralatan multimedia) dan perlengkapan lain (buku
inventaris, kotak kotak, jam dinding, tempat sampah).
c. Ruang Keterampilan
1. Ruang keterampilan berfungsi sebagai tempat kegiatan pembelajaran
keterampilan sesuai dengan program keterampilan yang dipilih oleh tiap
sekolah.
2. Pada setiap sekolah yang menyelenggarakan jenjang pendidikan SMPLB
dan/atau SMALB minimum terdapat dua buah ruang keterampilan. Ruang
Universitas Sumatera Utara
38
tersebut digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada jenis keterampilan
yang dapat dipilih dari tiga kelompok keterampilan: keterampilan rekayasa,
keterampilan jasa atau keterampilan perkantoran.
3. Ruang keterampilan memiliki luas minimum 24 m2 dan lebar minimum 4 m.
4. Ruang keterampilan dilengkapi dengan sarana sesuai jenis keterampilan
d. Ruang Pimpinan
1. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan
SDLB, SMPLB dan/atau SMALB, pertemuan dengan sejumlah kecil guru,
orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas Dinas pendidikan, atau tamu
lainnya.
2. Luas minimum ruang pimpinan adalah 12 m2 dan lebar minimum adalah 3m.
3. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, serta dapat
dikunci dengan baik.
4. Ruang pimpinan dilengkapi perabot (kursi pimpinan, meja pimpinan, kursi
tamu, meja tamu, lemari, papan statistik) dan perlengkapan lain (simbol
kenegaraaan, tempat sampah, jam dinding).
e. Ruang guru
1. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.
2. Rasio minimum luas ruang guru adalah 4 m2/pendidik dan luas minimum
adalah 32 m2.
Universitas Sumatera Utara
39
3. Ruang guru mudah dicapai dari halaman SDLB ataupun dari luar lingkungan
SDLB, SMPLB dan/atau SMALB ataupun dari luar lingkungan SDLB,
SMPLB dan/atau SMALB, serta dekat dengan ruang pimpinan.
4. Ruang guru dilengkapi sarana perabot (kursi kerja, meja kerja, lemari, papan
statistik, papan pengumuman) dan perlengkapan lain (tempat cuci tangan, jam
dinding, tempat sampah).
f. Ruang Tata Usaha
1. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.
2. Rasio minimum luas ruang tata usaha adalah 4 m2/petugas dan luas minimum
adalah 16 m2.
3. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman SDLB, SMPLB dan/atau
SMALB ataupun dari luar lingkungan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB
serta dekat dengan ruang pimpinan.
4. Ruang tata usaha dilengkapi sarana perabot (kursi kerja, meja kerja, lemari,
papan statistik) dan perlengkapan lain (mesin ketik/computer, filling cabinet,
brankas, telepon, jam dinding, kotak kontak, penanda waktu, tempat sampah)
g. Tempat Beribadah
1. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga SDLB, SMPLB dan/atau
SMALB melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing
pada waktu sekolah.
2. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SDLB, SMPLB
dan/atau SMALB dengan luas minimum adalah 12 m2.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Tempat beribadah dilengkapi sarana Perabot (lemari/rak) dan perlengkapan
lain (perlengkapan ibadah, jam dinding).
h. Ruang UKS
1. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.
2. Luas minimum ruang UKS adalah 12 m2.
3. Ruang UKS dilengkapi sarana perabot (tempat tidur, lemari, meja, kursi) dan
perlengkapan lain (catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu,
selimut, tensimeter, termometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi
badan, tempat cuci tangan, jam dinding, tempat sampah)
i. Ruang Konseling/Asesmen
1. Ruang konseling/asesmen berfungsi sebagai tempat peserta didik
mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan
pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir, serta berfungsi sebagai
tempat kegiatan dalam menggali data kemampuan awal peserta didik sebagai
dasar layanan pendidikan selanjutnya.
2. Luas minimum ruang konseling/asesmen adalah 9 m2.
3. Ruang konseling/asesmen dapat memberikan kenyamanan suasana dan
menjamin privasi peserta didik.
4. Ruang konseling/asesmen dilengkapi sarana perabot (meja kerja, kursi kerja,
kursi tamu, lemari, papan kegiatan), peralatan pendidikan (instrument
konseling, buku sumber, media pengembangan kepribadian, perlengkapan
asesmen) dan perlengkapan lain (jam dinding, tempat sampah).
Universitas Sumatera Utara
41
j. Jamban/toilet
1. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.
2. Minimum terdapat 2 unit jamban.
3. Jamban dilengkapi dengan peralatan yang mempermudah peserta didik
berkebutuhan khusus untuk menggunakan jamban.
4. Luas minimum 1 unit jamban adalah 2 m2.
5. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
6. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
7. Jamban dilengkapi kloset, tempat air, gayung, gantungan pakaian dan tempat
sampah.
k. Gudang
1. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar
kelas, tempat menyimpan sementara peralatan yang tidak/belum berfungsi,
dan tempat menyimpan arsip yang telah berusia lebih dari 5 tahun.
2. Luas minimum gudang adalah 18 m2.
3. Gudang dapat dikunci.
4. Gudang dilengkapi lemari dan rak.
l. Ruang Sirkulasi
1. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang
dalam bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB dan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar
jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-
kegiatan tersebut berlangsung di halaman SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.
Universitas Sumatera Utara
42
2. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di
dalam bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB dengan luas minimum adalah
30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum adalah 1,8 m; dan
tinggi minimum adalah 2,5 m.
3. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
4. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90 -110 cm.
5. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga dan ramp.
6. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum
dua buah tangga.
7. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak
lebih dari 25 m.
8. Lebar minimum tangga adalah 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga adalah
17 cm, lebar anak tangga adalah 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan
yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.
9. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes
dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
10. Kelandaian ramp tidak lebih terjal dari 1:12.
11. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
Universitas Sumatera Utara
43
m. Tempat Bermain/Berolahraga
1. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,
pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
2. Minimum terdapat tempat bermain/berolahraga berukuran 20 m x 10 m yang
memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran
air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan berolahraga.
3. Sebagian lahan di luar tempat bermain/berolahraga ditanami pohon yang
berfungsi sebagai peneduh.
4. Lokasi tempat bermain/berolahraga diatur sedemikian rupa sehingga tidak
banyak mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
6. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi tiang bendera, bendera dan peralatan
olahraga.
Kriteria khusus ruang sekolah khusus autisme
Karakter dari anak autisme adalah kaku, tidak fleksibel dan tidak mudah untuk
menerima perubahan. Berangkat dari karakter yang khas tersebut maka lingkungan
pengajaran harus secara terstruktur. Adanya penyesuaian penataan ruang indoor
(tata letak ruang kelas) dan out door untuk menghindari rasa tertekan dan
melakukan hal yang janggal atau menyakiti diri. Menurut Junita (2009), yang harus
diperhatikan dalam mendesain sekolah khusus autisme adalah:
a. Struktur ruang yang kacau akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar
Universitas Sumatera Utara
44
b. Penataan interior harus tetap karena autis mudah kacau tergantung dari
perubahan sekecil apapun.
c. Pemilihan warna tidak ekstrim sehingga anak autis tidak menjadi terdistraksi
d. Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan anak autis terkait dengan sensori atau
kepekaan terhadap cahaya
e. Akustik yang sesuai dengan kondisi anak penyandang autisme
f. Lingkungan yang dapat menjalin interaksi sosial.
g. Sirkulasi yang jelas
Menurut L.Vogel, Clare, Classroom Design For Living and Learning with Autism
ada beberapa kriteria kualitas kelas bagi anak autisme yang dapat menjadi pedoman
dalam mendesain fasilitas pendidikan, yaitu:
a. Fleksibel dan teradaptasi. Dalam merancang sebuah desain untuk orang
penyandang autisme tidak semudah yang dibayangkan, tetapi kemampuan untuk
mengubah suatu lingkungan yang mengkhususkan bagi pengguna yang berbeda.
Sehingga ruangan dapat mengakomodasi pengguna.
b. Tidak mengancam. Kriteria ruang yang dimaksud adalah ruang yang terbuka dan
menyambut, ruang yang tercipta harus mempunyai hubungan yang baik bagi
penyandang autis. Pengaturan dan kriteria harus mampu memberikan ketenangan,
tempat yang dapat menguatkan / menyembuhkan dan memberikan rasa proteksi.
c. Tidak menggangu. Maksudnya adalah cara bagaimana membuat ruang yang tidak
menimbulkan kekacauan dari segi indera penyandang autisme yaitu perhatian
Universitas Sumatera Utara
45
terhadap unsur yang dapat menimbulkan gangguan terhadap pendengaran, bau dan
visual mereka.
d. Terprediksi. Maksud dari terprediksi adalah bagaimana respon yang diberikan
manusia sebagai penerimaan informasi terhadap lingkungan melalui penciuman,
penglihatan, suara dan sentuhan. Kemampuan indera pada anak autis tidak
semuanya berfungsi dengan baik, karena itulah rancangan anak autis memerlukan
isyarat sensori.
e. Terkontrol. Terkontrol adalah lanjutan dari kriteria terprediksi. Semua orang akan
merasa nyaman dan dalam kontrol ketika mereka memilki zona transisi antara ruang
privat dan publik.
f. Kesesuian sensorik-motorik. Kebutuhan ini bersifat fleksibel karena dapat
berubah sesuai waktu. Untuk anak autis perlu diciptakan lingkungan sekolah yang
dilengkapi perangkat sensorik yang bersifat eksplorasi yaitu dengan mewujudkan
ruang sensorik terintegrasi untuk belajar dan bermain. Namun ruang sensori juga
dapat diwujudkan dengan pembuatan ram yang dapat menjadi area bermain mereka.
g. Aman. Perancangan harus memperhatikan sudut-sudut ruang yang tercipta,
pemakaian bahan pada bangunan, sirkulasi vertikal (tangga/ram), lantai yang sudah
rusak, jendela yang tidak tertutup, maupun bahaya secara emosional dan keamanan.
h. Bukan institusi. Lingkungan yang diciptakan sangat penting unutk
memperhatikan kebutuhan anak autisme, agar mereka berada dalam keadaan
ternyaman. Keadaan ternyaman mereka yaitu merasakan suasana di rumah yang
Universitas Sumatera Utara
46
bermanfaat untuk memberikan ketenangan dan bertahan dalam waktu yang lama di
dalam ruangan.
2.1.6.2 Kriteria Desain tapak
Masalah penyelesaian tapak harus mengikuti kriteria-kriteria tapak, yaitu:
a. Keamanan
1. Fisik dinding yang tidak dapat dimasuki dengan mudah, setiap bukaan
untuk entrance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol
2. Pintu keluar masuk dibatasi dan dijaga, termasuk untuk pengelola
3. Tersedia pintu keluar darurat.
4. Alarm yang dihubungkan dengan pos keamanan bangunan
5. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran
b. Lingkungan
Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan tingkat polusi tinggi, karena
akan membuat biaya operasional dan maintance menjadi mahal untuk
pengkondisian dan penyaringan udara.
1. Ruang ekspansi (perluasan)
- Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal.
- Taman untuk ekspansi pada masa yang akan datang
2. Loading area
- Tersedia ruang untuk troly/mobil barang (misalnya 15 m), dan cukup
untuk manuver kendaraan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
47
3. Ruang luar
- Courtyard sebagai titik awal tempat istirahat bagi pengunjung.
Kriteria tapak untuk akses publik, meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pencapaian
Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi atau angkutan umum dan
tersedia juga jalur pejalan kaki
b. Parkir
1. Tersedia parkir untuk pengunjung, pengelola dan servis
2. Mudahnya mengenal entrance, jalan keluar, tersedia parkir beratap, kanopi
c. Kemudahan dilihat (Visibility)
1. Sebaiknya tapak berada dekat simpang/ sudut jalan utama (daripada di
tengah-tengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk menarik donor
dan dana masyarakat
2. Dapat menimbulkan image, memberi image
2.1.7 Studi banding arsitektur fungsi sejenis
2.1.7.1 SLB Negeri Autis Sumut
Gambar 2.1 SLB Negeri Autis Sumut
Sumber: Dokumentasi Penulis
Universitas Sumatera Utara
48
Sekolah luar biasa negeri autis merupakan sekolah yang didirikan oleh
pemerintah untuk anak-anak peyandang autis. Lokasi sekolah berada di Jl. Williem
Iskandar No. 9 Medan. Sekolah ini merupakan bagian dari PLA (Pusat Layanan
Autis) yang juga mempunyai layanan assesmen dan terapi. Sekolah ini menerima
anak autis usia 4-13 tahun. Sekolah ini baru membuka pendidikan untuk kelas 1
sampai kelas 4 dimana di setiap kelas itu anak-anak mempunyai rentang usia yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan kemampuan anak.
Sekolah ini hanya membuka kelas pagi yaitu dari jam 08.00 – 10.00. Karena
masih keterbatasan sumber daya maka setiap kelas dibimbing dengan perbandingan
guru dengan murid 1:4. Setiap hari Senin sampai Kamis dilaksanakan kelas indoor
dan setiap Jumat dan Sabtu diadakan kelas outdoor. Untuk kurikulum yang dipakai
disekolah ini adalah kurikulum SLB yang disesuaikan dengan kemampuan anak.
Gambar 2.2. Ruang Terapi Gambar 2.3 Taman Bermain
Gambar 2.4 Kolam renang Gambar 2.5 Ruang serbaguna
Universitas Sumatera Utara
49
Sumber: Dokumentasi Penulis
Sekolah luar biasa negeri autis ini terdiri dari 2 lantai. Di lantai 1 terdapat
ruang snozellen/ ruang tenang, reseptionis, ruang terapis, ruang konsultasi, ruang
assesmen, perpustakaan, 9 ruang terapi, taman bermain, kolam renang, ruang
serbaguna, toilet dan pantry.
Gambar 2.7 Ramp Gambar 2.6 Koridor lantai 1
Gambar 2.8 Ruang kelas Gambar 2.9 Ruang transisi
Gambar 2.10 Ruang Terapi Okupasi
Gambar 2.11 Ruang Bina Diri
Universitas Sumatera Utara
50
Sumber: Dokumentasi Penulis
Di lantai 2 terdapat 4 ruang kelas, ruang transisi, ruang kepala sekolah, ruang staff,
ruang bermain, ruang terapi okupasi, ruang bina diri, 2 ruang sensori integrasi,
ruang fisioterapi, toilet dan pantry.
2.1.7.2 Sekolah Autis “Mandiga (Mandiri dan Bahagia)”
Sekolah mandiga merupakan sekolah khusus untuk anak-anak penyandang
autis. Sekolah Mandiga didirikan pada tahun 2000 oleh Adriana Soekandar
Ginanjar.Lokasi sekolah mandiga ini sebelumnya terletak di Jl. Muliawarman dan
akhirnya pada tahun 2009 sekolah menempati gedung baru yang berlokasi di Jl.
Puri Mutiara No. 14, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan. Sekolah mandiga menerima
anak autis usia 6 – 20 tahun. Dimana dibagi menjadi dua tingkatan yaitu Sekolah
Dasar yang diperuntukan bagi anak berusia 6 – 12 tahun dan Sekolah Lanjutan yang
diperuntukan bagi anak berusia 12 – 20 tahun (Dyah, 2016).
Gambar 2.12 Ruang Fisioterapi Gambar 2.13 Ruang terapi sensori integrasi
Universitas Sumatera Utara
51
Sekolah mandiga mempunyai 2 sesi, sesi pertama kelas pagi dari jam 08.00 –
12.00, dan sesi kedua kelas siang dari jam 13.00 – 16.00. Sebenarnya di sekolah
mandiga ada pemisahan siswa laki-laki dan siswa perempuan. Tetapi dikarenakan
siswa perempuan hanya 2 orang maka siswa perempuan digabung dengan siswa
laki-laki. Untuk kurikulum yang dipakai di sekolah ini adalah kurikulum IEP
(Individualized Educational Program) yang merupakan program pengajaran dan
pendidikan yang mengacu pada masing-masing individu (Dyah, 2016).
Gambar 2.14 Skema program pembelajaran di Sekolah Mandiga
Sumber: Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak
Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)
Pada tingkatan sekolah dasar para siswa diajarkan keterampilan dasar yaitu
keterampilan berbicara, toileting, berpakaian, dan sebagainya. Keterampilan yang
dikhususkan kemandirian si anak. Ketika mereka sudah berusia 12 tahun keatas
barulah mereka melanjutkan ketahap selanjutnya. Yaitu mereka bisa masuk ke kelas
Lanjut Akademik (LA) atau ke kelas Lanjut Keterampilan (LK).Sekolah lanjutan
tersebut ditentukan oleh kemampuan masing-masing individu. Jika individu sudah
bisa menulis, mengenali huruf, sudah bisa mandiri, dan juga sudah bisa
Universitas Sumatera Utara
52
mengendalikan dirinya sendiri mereka dapat melanjutkan ke kelas LA. Jika
individu belum bisa mengenali huruf, bahkan kemampuan untuk toileting saja
mereka belum menguasai mereka dapat melanjutkan ke kelas LK. Tapi sebelum
mereka melewati tahap Sekolah Dasar maupun Sekolah Lanjutan mereka harus
melewati tahap asesment dimana tahap ini adalah tahapan untuk penilaian calon
siswa dan menentukan program apa yang akan digunakan oleh siswa tersebut.
Sekolah mandiga juga mempunyai program pendukung sebagai minat siswa yaitu
program komputer, musik, dan juga bercocok tanam. Program-program ini harus
dilakukan oleh seluruh siswa mandiga secara berkala (Dyah, 2016)
Sekolah mandiga terdapat 2 lantai, yaitu lantai 1 terdapat 8 kelas (1 kelas
dasar, 2 kelas lanjut, 2 kelas individual, 2 ruang tenang, serta 1 ruang terapi wicara/
terapi perilaku); ruang guru, ruang makan bersama, ruang simulasi kamar mandi,
loker siswa ataupun guru, ruang kerja, dan pantry (Dyah,2016).
Gambar 2.15 Denah Sekolah Mandiga
Sumber: Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak
Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)
Universitas Sumatera Utara
53
2.1.7.3 Sekolah Autis Northern
Gambar 2.16 Tampak Atas Sekolah Autis Northern
Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism
Berlokasi di Victoria, Australia. Sekolah ini mengelompokkan ruang belajar
siswa di sekitar halaman tengah, yang menyediakan akses individu untuk bermain
langsung untuk semua area pembelajaran. Pinggiran atap yang dipotong
memungkinkan masuknya sinar matahari utara ke semua kamar plus ruang belajar
outdoor yang tertutup.
Area pembelajaran berkumpul di sekitar rute sirkulasi lengkung yang kuat
yang sengaja tidak interaktif dengan area pembelajaran untuk mengurangi
gangguan. Rute-rute ini didefinisikan di gedung untuk dipahami siswa. Bangunan
ini menerapkan pemotongan tepi ke area staf / admin yang menghadap ke selatan,
memungkinkan ruang staf untuk dinikmati sebagai ruang individu. Bangunan ini
menyediakan kelompok sub-sekolah terhubung yang terintegrasi dalam sebuah
komunitas namun memberi semua siswa pembelajaran pandangan yang terkontrol
secara individu memecah pembelajaran menjadi ruang kelompok kecil yang tenang
Universitas Sumatera Utara
54
untuk 6-8 siswa. Desainnya kontras pinggiran di tepi arteri bagian dalam
menciptakan bentuk hidup.
Gambar 2.17 Ruang Kelas
Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism
Sang arsitek menghasilkan sebuah bangunan yang akan mendukung anak-
anak mengatur diri sendiri dan mengelola perilaku mereka. Setiap ruang kelas
memiliki ruang kerja yang cukup, halaman luar yang tertutup, dapur kecil, dan
penyimpanan yang berlimpah. Ruang kelas semuanya terang dan alami cerah, yang
memungkinkan guru untuk meminimalkan penggunaan lampu neon. Seluruh
sekolah didekorasi dengan warna-warna alami yang bersahaja untuk
mengakomodasi kebutuhan anak-anak yang memiliki kepekaan terhadap warna.
Ada seluruh sayap terapi bagi anak-anak untuk mengakses program terapi bicara,
pekerjaan, musik dan bermain.
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar 2.18 Tempat Bermain Outdoor
Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism
Taman bermain berada di tengah bangunan. Agar guru dapat dengan mudah
mengawasi dan mendukung siswa di luar maupun di dalam kelas, maka dibuat
banyak jendela di sekeliling bangunan. Desain taman bermain ini menawarkan jalur
sepeda yang murah hati karena pendidikan sepeda adalah program inti, serta
berbagai peralatan bermain. Sayap spesialis menyediakan ruang khusus untuk
olahraga, memasak, seni, dan perpustakaan.
Gambar 2.19 Layout Sekolah Autis Northern
Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110
Universitas Sumatera Utara
56
Gambar 2.20 Tampak Bangunan Sekolah Autis Northern
Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110
2.1.7.4 Sekolah Autis Laverton
Sekolah autis ini merupakan sekolah yang menerima anak-anak yang
berkebutuhan khusus. Menteri Pendidikan Martin Dixon mengatakan bahwa dalam
beberapa tahun ini sekolah autis Laverton College ini mengalami peningkatan siswa
Autism Spectrum Disorder (ASD). Sekolah autis ini adalah sekolah autis yang
dikelola oleh pemerintah dan selalu mendapat dukungan dari pemerintah setempat.
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 2.21 Tampak Atas Sekolah Autis Laverton
Sumber: https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-
and-commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria
Gambar 2.22 Site Plan Sekolah Autis Laverton
Sumber: https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-
and-commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria
Universitas Sumatera Utara
58
2.2 TINJAUAN TEMA: Arsitektur Perilaku
2.2.1 Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Kata perilaku
menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan aktivitas manusia secara
fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan
fisiknya. Dari sisi lain, desain arsitektur dapat menghasilkan sesuatu yang
menyebabkan terjadinya perilaku, namun juga dapat menjadi penghambat
terjadinya perilaku.
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan
pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur muncul
sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk
perancangan obyek-obyek Arsitektur tertentu, misalnya rumah sakit jiwa,
rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat autisme. Dalam
perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat didekati dengan
pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall, restoran, sekolah,
stasiun kereta api dan lain-lain.
Perancangan Arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang
psikologi Arsitektur atau psikologi lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
59
Teori-teori tema arsitektur perilaku menurut para ahli:
a. Menurut Y.B Mangun Wijaya
Dalam buku Wastu Citra dijelaskan bahwa:
Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang
mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap
dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku, pencipta, pemakai, pengamat
juga perilaku alam sekitarnya. Disebutkan pula bahwa arsitektur adalah
penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat
yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh dari
pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu guna
tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga menghasilkan suatu daya yang
menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. Citra merujuk pada
image yang ditampilkan oleh suatu karya arsitektur. Citra lebih berkesan
spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambang
yang membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari yang
menciptakan.
Dari pernyataaan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mencapai guna dan
citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang berpengaruh dalam
sebuah karya, baik itu perilaku pencipta, perilaku pemakai, perilaku pengamat
juga menyangkut perilaku alam dan sekitarnya.
b. Menurut Donna P. Duerk
Dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
60
“…that people and their behavior are part of a whole system that includes place
and environment, such that behavior and environment cannot be empirically
separated. That is to say, human behavior always happen in a place and they cannot
be fully evaluated without considering the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari sistem yang menempati
tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku
manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan
tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan.)
c. Menurut Clovis Heimsath, AIA
Dalam bukunya yang berjudul Behavioral Architecture, Toward an
Accountable Design Process dijelaskan bahwa:
Arsitektur adalah lingkungan (enclosure) dimana orang-orang hidup tinggal.
Sedangkan perilaku mempunyai dua arti pengertian yaitu:
1. Orang-orang yang tengah bergerak, dengan sesuatu yang dikerjakan, dengan
orang-orang untuk mengobrol dan berhubungan satusama lain.
2. Suatu kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama
secara dinamik dalam waktu.
d. Menurut Garry T. More
Dalam buku Introduction to Architecture dijelaskan bahwa:
Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan organisme
dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Pengkajian perilaku menurut Garry T.
More diakitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai
Universitas Sumatera Utara
61
pengkajian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian lingkungan-perilaku
seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri atas definisi-defenisi
sebagai berikut:
1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan antara
lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses
perancangan.
2. Pengkajian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup lebih banyak
dari pada sekedar fungsi.
3. Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, diaman fungsi bertalian dengan
perilaku dan kebutuhan orang, estetika bertalian dengan pilihan dan
pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi dengan estetika hasil
pengalaman yang bersandar pada si pemakai.
4. Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si pemakai
bangunan, kebutuhan interaksi kemasyarakatan, perbedaan-perbedaan sub
budaya dalam gaya hidup dan makna serta simbolisme banguan.
5. Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke teknologi, agar isyarat-
isyarat Arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan atau
perlindungan.
2.2.2 Interpretasi Tema
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari lingkungan yang
membentuk diri mereka. Diantara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang
didesain manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku
manusia yang hidup didalam arsitektur dan lingkungannya tersebut. Sebuah
Universitas Sumatera Utara
62
arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari
arsitektur itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali.
Arsitektur membentuk perilaku manusia
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna, yang
kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam bangunan
tersebut dan mulai membatasi manusia untuk bergerak, berperilaku, dan cara
manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini menyangkut kestabilan
antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam
keselarasan lingkungan.
Pola-pola aktivitas/perilaku yang terekam dalam kegiatan secara terus-menerus
akan membentuk suatu formula / tatanan yang dapat dipakai dalam pembentukan
proses perancangan arsitektur. Pemenuhan tingkat kebutuhan aktivitas dan sarana
akan memperlihatkan pola perilaku penggunanya. Menelusuri pola perilaku
manusia yang berkaitan dengan penataan lingkungan fisik, menghasilkan konsep
tata perilaku (Barker, 1968). Dari konsep ini, seorang arsitek dapat mengenali
sistem gerak dan kebutuhan secara sistematis terhadap suatu lingkungan kegiatan
tertentu.
Desain arsitektur
Perilaku manusia
Universitas Sumatera Utara
63
Perilaku manusia membentuk arsitektur
Setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah dibuat, manusia
kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun atas dasar perilaku yang telah
terbentuk, dan seterusnya.
Prinsip-prinsip pada tema arsitektur Perilaku
Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus diperhatikan dalam penerapan
tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David antara
lain:
a. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan:
Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan
ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan oleh
perancang dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan, dan pada
umumnya bentuk adalah yang paling banyak digunakan sebagai media komunikasi
karena bentuk yang paling mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari
bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
1. Pencerminan fungsi bangunan
Desain arsitektur
Perilaku manusia
Universitas Sumatera Utara
64
Simbol-simbol yang menggambarkan tentang rupa bangunan yang nantinya
akan dibandingkan dengan pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali
sebagai pengalaman baru.
2. Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati.
3 Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan.
b. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan.
1. Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik berarti
kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia secara langsung
seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis pada dasarnya sulit
dicapai karena masing-masing individu memiliki standar yang berbeda-beda
untuk menyatakan kenyamanan secara psikis. Dengan tercapainya
kenyamanan secara psikis akan tercipta rasa senang dan tenang untuk
berperilaku.
2. Menyenangkan secara fisik bisa timbul dengan adanya pengolahan-
pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada di sekitar kita. Menyenangkan
secara fisiologis bias timbul dengan adanya kenyamanan termal yang
diciptakan lingkungan sekitar terhadap manusia. Menyenangkan secara
psikologis bisa timbul dengan adanya ruang terbuka yang merupakan tuntutan
atau keinginan manusia untuk bisa bersosialisasi. Menyenangkan secara
kultural bisa timbul dengan adanya penciptaan karya arsitektur dengan gaya
yang sudah dikenal oleh masyarakat yang berada di tempat itu.
Universitas Sumatera Utara
65
c. Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.
Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsur, antara lain:
1. Keterpaduan (unity)
Yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh
dan serasi.
2. Keseimbangan
Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik visualnya
haruslah seimbang.
3. Proporsi
Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran
keseluruhan.
4. Skala
Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran besarnya. Skala
biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan dibandingkan dengan unsur-
unsur manusiawi yang ada di sekitarnya.
5. Irama
Yaitu pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan. Seperti
pengulangan garis-garis, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna yang
akan sangat mempengaruhi kesan yang ditimbulkan dari perilaku pengguna
bangunan.
d. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakai yaitu seperti usia, jenis
kelamin, kondisi fisik dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
66
Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur Perilaku dapat disimpulkan bahwa:
a. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan yang
disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.
b. Arsitektur dan perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek
psikologi juga ditekankan.
c. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek
psikologis juga ditekankan.
d. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang
paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan sesuai yang dirancang.
e. Tema arsitektur diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas serta dapat
menstimulasi semangat belajar dan bekerja bagi memberikan tanggapan yang
sesuai dengan yang diharapkan perancang.
2.2.3 Keterkaitan tema dengan judul
Sebuah sekolah yang berbasis perilaku bertujuan untuk menciptakan
lingkungan binaan yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya. Untuk
merancang sekolah khusus autis yang membuat kenyamanan pembelajaran di
sekolah tersebut, maka dibutuhkan arsitektur perilaku yang membantu anak
penyandang autisme untuk hidup mandiri di masyarakat dan membuat lingkungan
nyaman untuk belajar di sekolah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
67
2.2.4 Studi banding arsitektur tema sejenis
2.2.4.1 Advance Center for Autism
Gambar 2.23 Aksonometri Bangunan Advance Center for Autism
Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-
people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/
Gambar 2.24 Tampak Bangunan Advance Center for Autism
Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-
people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/
Pusat ini ditempatkan di sisi barat Kairo di daerah perumahan dengan
kepadatan konstruksi yang rendah. Karakter area didefinisikan oleh bangunan
bertingkat rendah: lantai dasar ditambah 1 hingga lantai dasar ditambah 4.
Bangunan fasilitas perawatan memiliki 6 tingkat. Akses dari kota agak sulit, jarak
Universitas Sumatera Utara
68
dari pusat sekitar 25 km, tetapi dari daerah perumahan terdekat akses dilakukan
dengan sangat mudah dengan kendaraan pribadi dan melalui transportasi umum.
Unit perawatan ditempatkan di zona dengan banyak area hijau tetapi memiliki
kelemahan karena tidak berada di sekitar lembaga pendidikan atau medis.
Fungsi-fungsi yang ada di dalam pusat perawatan banyak, kegiatan dibagi
antara hubungan masyarakat dan perawatan untuk autis. Meskipun tidak memiliki
ruang "neuro-tipikal", integrasi untuk orang dengan autisme dibantu oleh banyak
area terapi spesifik seperti ruang terapi individu dan kolektif yang kompleks, ruang
olahraga, taman stimulasi sensorik dan unit akomodasi.
Gambar 2.25 Denah zona sensorik Advance Center for Autism
Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/
Advance Center for Autism direncanakan memiliki Teori Desain Sensorik
dalam pikiran, oleh lengkungan. Magda Mostafa, penggagas konsep desain ini.
Dengan cara ini, ruang dibagi secara ketat sesuai dengan potensi sensorik yang
dimilikinya: area stimulus tinggi, area stimulus rendah, dan ruang transisi.
Universitas Sumatera Utara
69
Konstruksi ini memiliki ketinggian lantai dasar ditambah 5 tingkat dan dibagi dalam
4 volume yang berbeda: unit akomodasi, pusat olahraga, area hubungan masyarakat
dan bangunan perawatan. Pusat ini memiliki 2 pintu masuk utama yang berbeda,
yang pertama untuk masyarakat umum dan yang lainnya dirancang khusus untuk
pasien dengan akses mudah ke ruang terapi. Kedua zona dihubungkan oleh koridor
panjang yang memiliki peran untuk memberikan keintiman ke zona perawatan.
Volume terapi memiliki inti transisi sentral yang dapat memberikan akses mudah
ke semua ruang perawatan.
2.2.4.2 Fawood Children's Centre
Luas Fawood Children's Centre adalah 1220 m2. Pusat Anak-Anak Fawood
di Harlesden, London Utara, adalah bagian dari regenerasi Stonebridge Housing
Estate, yang saat ini terletak di antara blok-blok menara perumahan yang akan
dihancurkan.
Pada akhirnya akan duduk di dalam taman baru dan bertindak sebagai titik
fokus dalam lanskap. Ini dirancang untuk memberikan lingkungan belajar dan
bermain yang aman bagi anak-anak prasekolah setempat.
Ada anggaran terbatas dan waktu program pendek yang tersedia, yang
membutuhkan pemikiran kreatif yang cukup besar dari pihak tim desain. Alsop,
bersama dengan staf dan pemangku kepentingan utama di taman kanak-kanak Evan
Davis, yang diganti oleh pusat, mengembangkan konsep yang merupakan kebalikan
dari pendekatan tradisional terhadap desain taman kanak-kanak. Di Fawood
Universitas Sumatera Utara
70
Children's Center, tim berusaha untuk menyediakan integrasi total lingkungan
belajar eksternal dan internal dalam selungkup bangunan sederhana. Sebagian atap
tembus cahaya dan sebagian melayang di atas seluruh situs, yang bersama-sama
dengan 'dinding' jala membungkus ruang bermain terbuka dan fasilitas ruang dalam
untuk anak-anak, yang ditampung dalam selubung berpemanas yang terpisah.
Meskipun ruang luar tidak dipanaskan, mereka terlindung dari cuaca terburuk
dan anak-anak bebas untuk masuk dan keluar dari gedung pembibitan yang
dipanaskan tanpa perlu mantel dan sepatu luar.
Gambar 2.26 Perspektif Bangunan Fawood Children's Centre
Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre
Pusat Anak-Anak Fawood yang baru menyediakan, di bawah satu atap, kamar
anak untuk usia 3-5 tahun, fasilitas penitipan anak untuk anak-anak berkebutuhan
khusus dan autistik, dan sebuah Pusat Anak-anak dengan layanan pembelajaran
orang dewasa.
Struktur utama adalah selungkup trapezoid, yang mengambil bentuk struktur
rangka portal baja dengan atap yang menjorok dalam, dibentuk dari campuran
Universitas Sumatera Utara
71
kelongsong atap polikarbonat opal dan kelongsong baja berprofil berlapis bubuk
berwarna merah muda, pada purlin baja dan portal baja galvanis bingkai.
Gambar 2.27 Struktur baja pada bangunan
Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre
"Dinding" terbentuk dari dua jenis jaring baja stainless; bagian bawah dinding
menggunakan jala yang lebih padat untuk meningkatkan keamanan bangunan,
tingkat atas menampilkan gorden dari jala ringan yang dimodulasi menjadi kurva
beriak dengan “lozenges” akrilik berwarna elips.
Gambar 2.28 Detail façade bangunan
Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre
Universitas Sumatera Utara
72
Akomodasi internal untuk anak-anak disediakan oleh sejumlah kontainer
pengiriman daur ulang yang dicat warna-warna cerah dan didekorasi dengan karya
seni terapan.
Tiga kelompok struktur kontainer pengiriman berlantai tiga dihubungkan
oleh jalan setapak, memproyeksikan balkon, lift dan tangga baja. Kontainer telah
dilengkapi dengan pemanas di bawah lantai dan pelapis sederhana untuk
memberikan ruang kelas yang efisien dan murah.
Gambar 2.29 Ruang Outdoor Gambar 2.30 Ruang bermain indoor anak-anak
Sumber: https://arcspace.com/feature/fawood-childrens-centre/
Dirancang untuk digunakan sebagai ruang terbuka, ruang-ruang di antara
kontainer termasuk piazza dengan penghiasan kayu yang dikelilingi oleh
terowongan willow, area bermain lembut, rumah pohon, area panggung luar
ruangan, taman air dan platform pendakian.
Atap sebagai tempat berteduh dan mengamankan semua fungsi ruang anak-
anak, area bermain luar ruangan, dan ruang sirkulasi.
Universitas Sumatera Utara
73
Kombinasi lingkungan internal yang dibangun dan beradaptasi telah
memungkinkan program pembangunan cepat, dan respons yang fleksibel terhadap
tuntutan kegiatan sehari-hari anak-anak yang sangat muda, dengan biaya yang
relatif rendah.
Pada setiap contoh kasus tema sejenis menggunakan tema arsitektur
perilaku dalam perancangan bangunannya. Perilaku dari pengguna ditinjau dan
dianalisa berdasarkan pola pikir serta perilaku manusia, diterapkan dalam
perancangan.
Tabel 2.17 Perbandingan studi kasus tema sejenis
No. Proyek Analisa perilaku Penerapan Dalam Perancangan 1. Advance
Center for Autism
Anak-anak autis Bentuk massa
Geometris yaitu persegi dan lingkaran
Façade Penampilan bangunan yang kreatif dan imajinatif untuk merangsang imajinasi anak-anak
Warna Penggunaan warna yang mencolok pada interior ruangan
Sirkulasi Gabungan antara linear dan berkelok-kelok untuk memberi kesan mengalir mengingat anak-anak yang senang mengeksplorasi ruang
Cahaya Pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami
2. Fawood Children’s Center London, Uk
Anak-anak berkebutuhan khusus dan autis
Bentuk massa
Geometris yaitu persegi
Universitas Sumatera Utara
74
Façade Menggunakan penutup baja stanless
Warna Menggunakan warna yang kontras dan menyolok pada eksterior bangunan, karena anak-anak menyukai warna yang ceria sehingga bisa meningkatkan semangat belajar anak-anak
Struktur Atap trapezium dengan struktur baja
Cahaya Menggunakan pencahayaan pada bagian façade
Sumber: Olahan Penulis
Universitas Sumatera Utara
75
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metoda Pemilihan lokasi
3.1.1 Pemilihan Lokasi
Untuk mencapai target yang diharapkan, maka acuan yang dipakai dalam
menentukan site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK pemerintah kota Medan.
Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan
WPP Cakupan
Kecamatan
Pusat
Pengembangan
Peruntukan
Lahan
Program
Pembangunan
A M. Belawan
M. Marelan
M. Labuhan
BELAWAN Pelabuhan,
Industri,
Permukiman,
Rekreasi,
Maritim
Jalan baru,
jaringan air
minum, septik
tank, sarana
pendidikan dan
permukiman.
B M. Deli TJ.MULIA Perkantoran,
Perdagangan,
Rekreasi
Indoor,
Permukiman
Jalan Baru,
Jaringan air
minum,
Pembuangan
sampah, sarana
Pendidikan
C M. Timur
M. Perjuangan
M. Tembung
M. Area
AKSARA Permukiman,
Perdagangan,
Rekreasi
Sambungan air
minum, Septic
tank, Jalan Baru,
Rumah Permanen,
Universitas Sumatera Utara
76
M. Denai
M. Amplas
sarana pendidikan
dan Kesehatan
D M. Johor
M. Baru
M. Kota
M. Maimun
M. Polonia
INTI KOTA CBD, Pusat
Pemerintahan,
Hutan Kota,
Pusat
Pendidikan,
Perkantoran,
Rekreasi
Indoor,
Permukiman
Perumahan
Permanen,
Pembuangan
sampah, Sarana
Pendidikan
E M. Barat
M. Helvetia
M. Petisah
M. Sunggal
M. Selayang
M. Tuntungan
SEI
SEKAMBING
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi,
Lapangan
Golf, Hutan
Kota
Sambungan air
minum, septic
tank, Jalan baru,
Rumah Permanen,
Sarana Pendidikan
dan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 3.1 Peta Kota Medan dan WPP
Sumber: RUTRK Medan
3.1.2 Lokasi proyek
Terdapat tiga alternatif, yaitu:
a. Lokasi A
Jl. Karya Wisata Kec. Medan Johor
b. Lokasi B
Jl. Ngumban Surbakti Kec.Medan Selayang
c. Lokasi C
Jl. T Amir Hamzah Kec. Medan Barat
WPP D CBD, pusat pemerintahan, perumahan, perkantoran, hutan kota, dan pusat pendidikan
Kawas
WPP B Merupakan kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pendidikan WPP C Merupakan kawasan permukiman, pendidikan, rekreasi, kesehatan, perdagangan
WPP E
Perumahan, perdagangan, kesehatan, konservasi, lapangan golf dan hutan kota
WPP A
Merupakan kawasan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, pendidikan
Universitas Sumatera Utara
78
3.1.3 Deskripsi lokasi proyek
a. Lokasi A
Gambar 3.2 Site Jl.Karya Wisata
Sumber: Google Maps
Lokasi tapak : Jl. Karya wisata,
Kecamatan Medan Johor, Medan
Batas-batas site:
o Batas Utara : Taman Cadika Pramuka Medan
o Batas Timur : Jl. Karya Wisata, SLB-A Karya Murni Medan
o Batas Selatan : Perumahan Johor Indah Permai I
o Batas Barat : Gereja katolik santo Yosef, Sungai Babura
Luas Lahan : ±1,3 Ha
Kontur : datar
KDB : -
KLB : 2 lantai
GSB : 10 meter
Universitas Sumatera Utara
79
Bangunan eksisting : lahan dengan banyak vegetasi
Potensi lahan :
o Terletak di pinggiran kota Medan
o Lokasi berdekatan SLB-A Karya Murni Medan
o Lokasi berdekatan dengan Taman Cadika Pramuka Medan
o Transportasi lancar dan baik
o Polusi tidak terlalu berat
b. Lokasi B
Gambar 3.3 Site Jl.Ngumban Surbakti
Sumber: Google Maps
Lokasi tapak : Jl. Ngumban Surbakti,
Kecamatan Medan Selayang, Medan
Batas – batas Site:
o Batas Utara : Jl. Ngumban Surbakti
o Batas Timur : Rumah penduduk
o Batas Selatan : Rumah penduduk
o Batas Barat : Rumah penduduk
Universitas Sumatera Utara
80
Luas lahan : ± 2 Ha
Kontur : datar
KDB : -
KLB : lantai
GSB : 15 meter
Bangunan eksisting : lahan kosong
Potensi lahan :
o Terletak di pinggir kota Medan
o Lokasi berdekatan dengan GKPS Maranata
o Dapat diakses kendaraan pribadi dan jalur pejalan kaki
c. Lokasi C
Gambar 3.4 Site Jl. T Amir Hamzah
Sumber: Google Maps
Lokasi tapak : Jl. T Amir Hamzah
Kecamatan Medan Barat, Medan
Universitas Sumatera Utara
81
Batas – batas Site:
o Batas Utara :tanah kosong dan permukiman
o Batas Timur :Gang Mulia
o Batas Selatan :Jl. T Amir Hamzah
o Batas Barat :Perumahan penduduk
Luas lahan : 2,5 Ha
Kontur : datar
KDB : 73%
KLB : 3-4 lantai
GSB : 12,5 meter
Bangunan eksisting : lahan kosong
Potensi lahan :
o Terletak di pusat kota Medan
o Berada pada kawasan perumahan dan kesehatan
o Transportasi lancar dan baik
o Memiliki jalur utilitas yang baik
Tabel 3.2 Pemilihan alternatif site
Kriteria Lokasi
Alternatif 1
Jl. Karya wisata, kec Medan Johor
Alternatif 2
Jl. Ngumban Surbakti, kec
Medan Selayang
Alternatif 3
Jl. T Amir Hamzah, kec Medan Barat
Luas lahan
(1)
±1.3 Ha
(2)
±2 Ha
(3)
±2,5 Ha
Universitas Sumatera Utara
82
Tingkatan jalan (3)
Jalan kolektor sekunder
(1)
Jalan arteri primer
(2)
Jalan arteri sekunder
Pencapaian ke lokasi
(2)
Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan
kaki
(2)
Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan
kaki
(2)
Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan
kaki
Jangkauan terhadap
struktur kota
(3)
Berada di pinggir kota dan
merupakan daerah pengembangan permukiman, perdagangan ,
rekreasi, pendidikan
(1)
Berada di pinggir kota dan
merupakan daerah pengembangan
sarana permukiman
(2)
Berada di pinggir kota dan
merupakan daerah pengembangan
sarana pendidikan dan kesehatan
Fungsi pendukung
sekitar lokasi
(3) Sekolah ,
permukiman, rekreasi
(2) Permukiman, perdagangan, perkantoran
(3) Kolam renang,
convention hall, restoran, rumah
sakit RUTRK (3)
Sesuai (3)
Sesuai (3)
Sesuai Fungsi eksisting (3)
Tanah kosong (3)
Tanah kosong (3)
Tanah kosong Kontur Relatif Datar Relatif Datar Relatif Datar
Pengenalan entrance
(3) Berada pada pinggir jalan
kolektor sekunder
(1) Berada pada
pinggir jalan arteri primer
(2) Berada pada
pinggir jalan arteri sekunder
Total nilai 21 15 20 Peringkat 1 3 2
Sumber: Olahan Penulis
Keterangan:
3: Baik sekali 1: Cukup
2: Baik 0: Kurang
Universitas Sumatera Utara
83
3.2 Metoda /pendekatan penyelesaian masalah perancangan/ tahapan
perancangan
Pemilihan objek perancangan didasarkan pada isu dan kebutuhan kota Medan.
Kemudian mencari kajian berdasarkan objek rancangan yang dipilih untuk
memantapkan hasil proses desain. Pemilihan tema yaitu arsitektur perilaku, juga
didasari karena meninjau perilaku masyarakat dengan individu autis tentu berbeda
dimana memerlukan perhatian khusus dalam perancangan.
Untuk mencapai hasil proses desain yang baik, diperlukan data yang cukup,
pengolahan data yang menjadi acuan dan pertimbangan desain. Penulis
mengumpulkan data yang bersifat primer dan sekunder terhadap objek rancangan
yang kemudian dilanjutkan dengan analisa dan konsep perancangan.
3.2.1 Proses dan metode umum
Proses kajian yang digunakan dalam merancang Sekolah Khusus Autisme di
Medan dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-
korelatif, yaitu mencari dan menetapkan adanya korelasi antara variabel-variabel
penelitian. Metode ini berupa paparan deskriptif atas fenomena yang terjadi
sekarang disertai dengan literatur-literatur yang mendukung teori yang dipakai
secara kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif yang membahas teknik-
teknik pengumpulan, pengolahan atau analisis dan penyajian terhadap kumpulan
data. Analisis data secara kualitatif atau korelatif dengan melakukan beberapa
Universitas Sumatera Utara
84
tahapan meliputi survei lokasi tapak dan objek-objek untuk memperoleh data-data
yang berhubungan dengan objek perancangan.
3.2.1.1 Identifikasi permasalahan
Proses dan tahapan kajian dalam perancangan Sekolah Khusus Autisme di
Medan didasari oleh permasalahan di kota Medan. Yaitu baru ada satu sekolah
khusus yang menangani anak autis. Sedangkan jumlah penyandang autis yang
semakin meningkat yang tidak diikuti oleh penambahan sekolah yang khusus
menangani anak autis.
3.2.1.2 Pengumpulan data
Data-data yang ada dilapangan baik berupa data primer maupun data
sekunder sangat penting sifatnya, untuk dianalisis serta didata secara sistematis. Hal
itu dilakukan untuk pertimbangan desain serta untuk alternatif-alternatif dalam
penyelesaian masalah dalam perancangan. Data primer diperoleh dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi untuk menggali informasi yang dibutuhkan tentang
kondisi sebenarnya yang terdapat pada objek sejenis, hal itu ditunjukan untuk
mewujudkan hal yang lebih baik dalam rancangan. Sedangkan untuk data sekunder
diperoleh dari studi literatur dan studi banding.
Universitas Sumatera Utara
85
3.2.1.3 Analisa
Tahap berikutnya yang dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan
sudah terkumpul adalah melakukan sorting dan seleksi membandingkan
membobot, melakukan tes validitas data dan komputasi (mengolah dengan
komputer), sampai didapatkan beberapa analisis konsep penyelesaian masalah yang
terangkai dalam sintesa. Hasil analisis dari berbagai sumber yang masih acak
tersebut harus dikelompokkan sesuai kriteria yang dibutuhkan agar dapat
menunjang keputusan desain.
3.2.1.4 Sintesa
Tahap sintesa merupakan tahap penyimpulan dari berbagai alternatif
pemecahan masalah yang telah dianalisis pada tahap sebelumnya. Pemecahan
masalah ini ditranformasikan ke dalam berbagai konsep berupa verbal dan grafis.
Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk sketsa dari ide
perancangan yang dilanjutkan dengan gambar-gambar kerja.
3.2.1.5 Perancangan
Tahap sistesa yang telah dilalui akan menghasilkan berbagai macam
alternative yang selanjutnya akan dipilih satu alternatif terbaik untuk penyelesaian
masalah. Konsep penyelesaian masalah ini selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk
sketsa-sketsa awal ide perancangan, kemudian disajikan dala bentuk gambar yang
Universitas Sumatera Utara
86
berupa denah, tampak, potongan, siteplan, groundplan, perspektif dan detail-detail
arsitektural.
Pada proses perancangan, setiap tahapan kemungkinan besar akan
mengalami berbagai perubahan baik itu penambahan atau pengurangan. Oleh
karena itu, diperlukan umpan balik (feedback) pada setiap peralihan tahap untuk
mengatisipasi hal tersebut. Sehingga hasil rancangan yang didapat akan lebih baik.
3.2.2 Metode pengumpulan data
Pengumpulan data untuk proses perancangan dapat dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu:
3.2.2.1 Data Primer
a. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan
mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.
Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematika fenomena-
fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan observasi akan mendapatkan
data atau informasi-informasi yang berkaitan dengan sekolah khusus.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada pihak yang terlibat (sumber). Dari wawancara yang telah
dilakukan, informasi yang diketahui dapat dijadikan referensi dalam
perancangan sekolah khusus autis.
Universitas Sumatera Utara
87
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari data yang
diperlukan berdasarkan peristiwa yang ada.
3.2.2.2 Data sekunder
Data sekunder yaitu data atau informasi yang tidak berkaitan secara langsung
dengan objek perancangan tetapi sangat mendukung program perancangan,
meliputi:
a. Studi literatur
Tujuan dari studi literatur adalah untuk mendapatkan data-data yang
dibutuhkan, baik dari teori, pendapat ahli, serta peraturan dan kebijakan
pemerintah yang dapat dijadikan dasar perencanaan sehingga dapat
memperdalam analisa. Data yang didapat berupa:
Literatur tentang isu permasalahan sekolah khusus autisme
Literatur tentang lokasi perancangan
Literatur tentang objek perancangan, syarat dan kriteria dalam
merancang sekolah khusus autisme
Literatur tentang tema yang diambil dan bagaimana penerapannya.
b. Studi perbandingan
Studi banding yang dilakukan merupakan studi banding terhadap bangunan
dengan fungsi sejenis dan tema sejenis. Studi ini dilakukan untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
88
kebutuhan dan kapasitas ruang yang dibutuhkan serta melihat penerapan
tema pada bangunan.
3.2.3 Metode analisa dan sintesa data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui beberapa pendekatan
yang sesuai dengan lingkup analisis. Analisis-analisis tersebut terdiri atas:
3.2.3.1 Analisa perilaku, aktivitas dan ruang
Manusia adalah pelaku utama yang beraktivitas dalam suatu objek. Metode
yang dilakukan adalah metode analisis fungsional dengan menentukan kebutuhan
ruang yang mempertimbangkan fungsi dan pola aktivitas pelaku serta metode
kedekatan fungsi. Dari analisis perilaku serta aktivitasnya maka akan dapat besaran
ruang yang dibutuhkan. Ruang adalah elemen penting dalam suatu bangunan.
Dalam perancangan sekolah khusus autisme ini dilakukan pendekatan-pendekatan
tertentu dalam menganalisis rauang. Berbagai pendekatan tersebut seperti:
a. Pendekatan standar diperoleh dari studi literatur mengenai standar-standar
tertentu dalam suatu sekolah khusus.
b. Pendekatan komparasi yaitu pendekatan yang diperoleh dari objek
komparasi yang telah dilakukan. Alat yang dipakai adalah berbagai konsep
programatik ruang berupa diagram-diagram dan sketsa.
c. Pendekatan asumsi, alat yang dipakai adalah diagram-diagram alur
kegiatan, diagram fungsi dan sketsa awal hubungan ruang.
Universitas Sumatera Utara
89
3.2.3.2 Analisa bangunan
Aspek bangunan merupakan hal utama dalam objek perancangan sebagai
wadah berbagai aktivitas pelaku dan menjadi unsur fisik utama. Analisis terhadap
berbagai faktor fisik dengan mengacu pada kegiatan dan fungsi bangunan dan
bentukan-bentukan yang mengadopsi gaya modern diperlukan untuk memunculkan
identitas bangunan yang mendukung perwujudan bangunan.
3.2.3.3 Analisa tapak dan lingkungan
Analisis tapak sangat diperlukan untuk mendapatkan data-data tentang lokasi
tapak yang berada di Jl. Karya Wisata, kecamatan Medan Johor di kota Medan yang
meliputi kondisi tapak, tata ruang luar, aspek utilitas dan kedudukan serta
hubungannya dengan lingkungan sekitar. Metode yang dipakai adalah metode
tautan yaitu menggambarkan kondisi yang ada untuk kemudian dianalisis dalam
bentuk beberapa evaluasi eksisting dari tapak untuk membantu menyelesaikan
berbagai masalah yang disesuaikan dengan konteks tata ruang luar, aspek utilitas
dan kedudukan serta hubungannya dengan lingkungan sekitar. Alat yang dipakai
adalah masterplan, foto-foto beberapa bangunan yang berada di lokasi tapak dan
berupa sketsa. Kemudian tahap berikutnya adalah sintesa. Sintesa adalah tahapan
yang menyimpulkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah dianalisis
di tahap sebelumnya. Pemecahan masalah ini ditransformasikan ke dalam berbagai
konsep berupa verbal dan grafis. Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkan
dalam bentuk sketsa ide perancangan yang dilanjutkan dengan gambar-gambar
Universitas Sumatera Utara
90
kerja yang berupa denah, tampak, potongan, siteplan, groundplan, perspektif dan
detail-detail arsitektural.
3.2.4 Metode perancangan
3.2.4.1 Konsep perancangan
Tahapan perancangan ini menggunakan konsep rancangan yang sesuai
dengan tema arsitektur perilaku dalam rancangan. Penyajian konsep dipaparkan
dalam bentuk sketsa dan gambar.
3.2.4.2 Metode evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan setelah analisis, sintesa dan perancangan. Tahap
ini dilakukan dengan mengkaji ulang kesesuaian analisis, sintesa dan konsep
perancangan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk umpan balik
(feedback) yang mengacu pada objek yaitu sekolah khusus autis dengan tema
“arsitektur perilaku”.
Universitas Sumatera Utara
91
BAB IV
DESKRIPSI PROYEK
4.1 Judul Proyek
Berdasarkan penilaian secara umum untuk lokasi site ternyata yang memiliki
poin nilai terbanyak berdasarkan kriteria penilaian yaitu lokasi Site A di Jl. Karya
Wisata, Kecamatan Medan Johor, Medan. Posisi site pada saat ini tidak jauh dari
pusat kota, namun berdasarkan RUTRK Medan, untuk pengembangan kedepan,
daerah ini akan menjadi kawasan rekreasi indoor, permukiman dan pendidikan.
Bangunan penunjang di sekitar site adalah kawasan rekreasi, pemukiman,
pendidikan, yang merupakan kawasan pengembangan karena banyak pembangunan
baru. Untuk transportasi dari dan ke site, jenis kendaraan umum cukup banyak yang
melintas pada sekitar lokasi site. Hal ini karena site berada di jalan kolektor
sekunder dan di sekitar daerah site terdapat hutan kota yang merupakan kawasan
konservasi kota medan dan dominasi fungsi bangunan sekitar site yang berupa
pemukiman, pertokoan serta fasilitas pendidikan. Deskripsi kondisi eksisting lokasi
sebagai tapak rancangan
Kasus proyek: Sekolah khusus Autisme Medan
Status proyek: fiktif
Pemilik proyek: dikelola oleh swasta status tanah milik swasta
Lokasi tapak: Jl. Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor, Medan
Universitas Sumatera Utara
92
Gambar 4.1 Tapak site perancangan
Sumber: Olahan Pribadi
4.2 Luasan
Lokasi tapak : Jl. Karya Wisata, Medan Johor, Medan
Luas Lahan : 1,3 Ha
Kontur : datar
KDB : -
KLB : 2 lantai
GSB : 10 meter
Bangunan eksisting : lahan kosong
Universitas Sumatera Utara
93
Gbr. Peta rencana tata ruang Medan Johor
Sumber: http://trtb.pemkomedan.go.id
4.3 Batas kawasan
Gbr. Batas kawasan
Sumber: olahan pribadi
Universitas Sumatera Utara
94
o Batas Utara : Taman Cadika Pramuka Medan
o Batas Timur : Jl. Karya Wisata, SLB – A Karya Murni Medan
o Batas Selatan : Perumahan Johor Indah Permai 1
o Batas Barat : Gereja katolik Santo Yosef, Sungai Babura
4.4 Fungsi sekitar/ eksisting
Fungsi bangunan pada kawasan ini sebagian besar digunakan untuk perumahan,
pendidikan dan rekreasi. Sedangkan objek di sekitar kawasan tapak berperan
penting dalam mendukung keberadaan sekolah khusus autisme.
Gambar 4.4 SLB A Karya Murni Gambar 4.5 SD Ignasius
Gambar 4.6 Taman Cadika Pramuka Gambar 4.7 Perumahan Johor Indah
Permai I
Sumber: Dokumentasi Penulis
Universitas Sumatera Utara
95
BAB V
ANALISA PERANCANGAN
5.1 Analisa kawasan perancangan
5.1.1 Aksesbilitas
Pencapaian ke kawasan mudah dijangkau oleh transportasi umum maupun khusus.
Transformasi umum menggunakan angkutan umum. Sedangkan untuk yang khusus
menggunakan kendaraan pribadi baik roda maupun roda empat.
5.1.1.1 Kendaraan
Satu-satunya jalan untuk memasuki kawasan perancangan adalah dari Jalan Karya
Wisata. Jalan Karya Wisata ini merupakan jalan kolektor sekunder yang sering
dilewati kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Jalur ini bisa dilalui dua arah.
Barulah memasuki sebuah jalan kecil di sebelah Taman Cadika Pramuka.
Gambar 5.1 Sirkulasi kendaraan kawasan perancangan
Sumber: Olahan Penulis
Universitas Sumatera Utara
96
Gambar 5.2 Suasana di Jalan Karya Wisata Gambar 5.3 Jalan kecil menuju site
Sumber: Dokumentasi Penulis
5.1.1.2 Pejalan kaki
Di jalan Karya Wisata sendiri belum didesain jalur pedestrian yang baik. Jadinya
jalur untuk pejalan kaki adalah parit yang telah disemen.
Gambar 5.4 Tempat Pejalan Kaki
Sumber: Dokumentasi Penulis
5.1.2 Sirkulasi
Sirkulasi menuju site sempit karena lebar jalannya hanya 3,5 m. Perlu pelebaran
pada jalan agar bisa dilalui dua kendaraan. Solusi pelebarannya dengan menutup
parit yang berada di samping jalan.
Gambar 5.5 Sirkulasi menuju Site
Sumber: Olahan Penulis
Parit
Universitas Sumatera Utara
97
5.1.3 Sarana dan prasarana
5.1.3.1 Jalan dan trotoar
Jalan di kawasan perancangan sudah cukup lebar dan juga sudah disemen dengan
rata.
Gambar 5.6 Jalan karya Wisata
Sumber: Olahan Penulis
5.1.3.2 Street furniture
Di Jalan Karya wisata terdapat lampu penerangan jalan. Sedangkan di sekitar site
lampu penerangan jalan hanya berada di dekat gereja katolik santo Yosef sehingga
perlu ditambah beberapa titik lampu untuk akses masuk ke dalam site.
Gambar 5.7 Lampu Penerangan Gambar 5.8 Lampu jalan di
di Pinggir Jalan dekat Gereja
Sumber: Dokumentasi Penulis
Universitas Sumatera Utara
98
5.1.4 Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, Medan memiliki iklim hutan hujan
tropis dengan musim kemarau yang tidak jelas. Medan memiliki bulan-bulan yang
lebih basah dan kering, dengan bulan terkering (Februari) rata-rata mengalami
presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober).Suhu di kota ini rata-rata
sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan sekitar
2200 mm.
5.1.5 Matahari
Gambar 5.9 Analisa matahari
Sumber: Olahan Penulis
Analisa: Orientasi matahari berpengaruh terhadap orientasi massa bangunan.
Orientasi massa bangunan mengarah ke utara dan timur membuat site mendapatkan
cahaya matahari yang baik dari matahari yang pergerakannya dari timur ke barat.
Potensi: Site mendapat sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan.
Tanggapan:
- Pada sisi timur dimanfaatkan pada ruang diagnosis, dan laboratorium karena
cahaya matahari pagi dapat membunuh bakteri atau kuman penyakit.
Universitas Sumatera Utara
99
- Memaksimalkan bukaan pada sisi timur dan selatan agar ruangan
memperoleh pencahayaan alami dan penghawaan alami
5.1.6 Curah hujan
Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata berkisar antara 84-85%.
Sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm.
5.1.7 Angin
Gambar 5.10 Analisa angin
Sumber: Olahan penulis
Analisa: Pada saat perancang berada di lokasi site, angin berhembus dari sisi barat
laut ke tenggara. Angin dengan kondisi hembusan dengan kecepatan 0,42 m/sec.
Potensi: adanya aliran udara kengan kondisi udara yang baik dapat membantu
dalam kesehatan
Tanggapan:
- Membuat bukaan dari sisi barat agar udara bisa bersirkulasi ke dalam bangunan
- Vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai penahan angin kencang
Universitas Sumatera Utara
100
5.1.8 Vegetasi
Gambar 5.11 Vegetasi di sekitar kawasan perancangan
Sumber: Olahan Penulis
Analisa: Di sekitar site perancangan masih terdapat banyak vegetasi dengan pohon
yang paling banyak adalah pohon kelapa sawit dan pohon kapuk di seberang site
perancangan.
Potensi: karena pohon kelapa sawit dan pohon kapuk sudah mencapai tinggi lebih
dari 5 m, maka dapat melindungi site dari paparan panas matahari.
Tanggapan: karena pohon kelapa sawit dan kapuk berada di depan site
perancangan, maka bagian depan dari site perancangan menjadi façade depan
bangunan.
Pohon kelapa sawit Pohon kapuk
Universitas Sumatera Utara
101
5.1.9 Kebisingan
Gambar 5.12 Analisa Kebisingan
Sumber: Olahan Penulis
Analisa: Kebisingan di kawasan ini tidak banyak karena berada jauh dari jalan
kolektor sekunder yang tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat area
permukiman dan pendidikan di sekitar site. Jadi, kebisingan di kawasan ini relatif
kecil.
Tanggapan:
- pembagian zona
ruang yang tidak membutuhkan tingkat privasi yang tinggi dapat
diletakkan pada zona semi privat.
Ruang yang membutuhkan privasi diletakkan pada zona privat
dengan kebisingan yang rendah
5.2 Analisa sistem kegiatan / program ruang
Setiap kegiatan dalam suatu ruang dipengaruhi oleh penggunanya. Pengguna
tetap dari sekolah khusus autisme ini adalah anak-anak penyandang autisme, orang
Universitas Sumatera Utara
102
tua anak penyandang autis dan beberapa kelompok staf dan pengguna tidak tetap
seperti para tamu yang berkunjung untuk melakukan kegiatan bersama.
5.2.1 Analisa pengguna
Pengguna dari sekolah khusus autisme ini adalah:
a. Pengguna tetap
Pengguna tetap adalah pelaku kegiatan yang bersekolah, terapi atau
yang terus berada di lingkungan sekolah khusus autisme, yaitu:
- anak-anak penyandang autisme
- orangtua anak penyandang autisme
- para staf yang terdiri dari pengelola, tim medis, psikolog, guru,
terapis, petugas kebersihan dan keamanan
b. Pengguna tidak tetap
Pengguna tidak tetap ini adalah pelaku kegiatan yang bersifat hanya
mengunjungi seperti:
- Masyarakat luar yang melakukan kunjungan (perseorangan,
berkelompok, maupun organisasi)
- Para pekerja yang bekerja di bidang service
5.2.2 Analisa kelayakan proyek
Dengan bertambahnya penduduk setiap tahun, semakin meningkat pula jumlah
anak penyandang autisme di Indonesia. Sementara jumlah sekolah khusus autisme
yang belum memadai.
Universitas Sumatera Utara
103
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2010-2017
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa Jiwa
2010 1 097 610 1 060 684 2 158 294 2011 1 117 224 1 070 664 2 187 888 2012 1 122 804 1 074 929 2 197 733 2013 1 135 516 1 082 123 2 217 639 2014 1 191 140 1 109 343 2 300 483 2015 1 091 937 1 118 687 2 210 624 2016 1 101 020 1 128 388 2 229 408 2017 1 110 000 1 137 425 2 247 425
Sumber: BPS Sumatera Utara
Tabel 5.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur kota
Medan tahun 2017
No. Kelompok umur Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah
1 0-4 100 103 96 332 196 435 2 5-9 101 771 97 630 199 401 3 10-14 95 510 90 845 186 355 4 15-19 106 418 109 965 216 383 5 20-24 124 026 130 034 254 060 6 25-29 97 733 99 164 196 897 7 30-34 86 987 90 306 177 293 8 35-39 81 247 85 731 166 978 9 40-44 75 043 77 443 152 486 10 45-49 65 097 67 585 132 682 11 50-54 55 379 58 936 114 315 12 55-59 46 385 48 716 95 101 13 60-64 34 594 35 439 70 033 14 65-69 20 508 22 269 42 777 15 70-74 11 257 14 171 25 428 16 75+ 7 942 12 859 20 801
Jumlah 1 110 000 1 137 425 2 247 425
Sumber: BPS Sumatera Utara
Anak penyandang autisme yang bersekolah di sekolah khusus autisme ini
ditargetkan untuk orang yang berusia 0-19 tahun. Jadi perancang membuat
perhitungan potensi jumlah penyandang autisme dari umur 0-19 tahun
Universitas Sumatera Utara
104
5.2.3 Analisa kebutuhan ruang
Analisis kebutuhan ruang dilakukan berdasarkan jenis kegiatan yang sudah
dikelompokan maka ruang-ruang yang dibutuhkan pada sekolah khusus autisme,
yakni:
Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Sekolah Khusus Autisme
Kelompok Kegiatan
Jenis Kegiatan Kebutuhan ruang Zona Ruang
Kegiatan konsultasi dan diagnosis
Pendaftaran Pemeriksaan awal Pendukung
R. Pendaftaran R. Tunggu R. Dokter R. Psikolog R. Arsip R. Rapat R. Toilet
Semi publik
Kegiatan pendidikan
Pendaftaran Belajar
R. pendaftaran Kelas kemandirian Kelas Bahasa
Semi publik
Diketahui perbandingan anak autis dengan anak normal = 1:150-200 orang
(Menkes,2008 & dr. Widodo,2006).
Maka diambil rata-ratanya = 150+2002
= 175
Jadi, perbandingannya adalah 1:175 orang
Diketahui: Perbandingan = 1:175 orang
Jumlah anak (umur 0-19) tahun 2017 = 798 574 jiwa
Potensi jumlah anak penyandang autisme = jumlah anak (umur 0-19) x perbandingan
= 798 574 x 1
175
~ 4563,28 orang
= 4563 orang (jumlah penderita tiap
tahun meningkat)
Sumber : olahan penulis
Universitas Sumatera Utara
105
Kelas kognitif Kelas Transisi Kelas music Kelas melukis
Kegiatan terapi Terapi okupasi Terapi sensori-integrasi Terapi wicara Terapi perilaku Pendukung
R. terapi okupasi R. terapi sensori-integrasi R. terapi wicara R. terapi perilaku Toilet
Semi publik
Kegiatan pendukung
Memilih makanan Memesan makanan Membayar Memasak Bermain di dalam Bermain di luar
Display makanan R. makan kafetaria Kasir Dapur Area bermain indoor Area bermain outdoor
Semi publik
Kegiatan pengelola
Bekerja Rapat Menerima tamu Menyimpan barang Buang air Istirahat
Front office R. tamu R. Kepala sekolah R. wakil kepala sekolah R. sekretaris R. personalia R. Tata usaha R. Rapat Gudang Toilet
Privat
Kegiatan service Buang air Administrasi karyawan Ganti baju Menyimpan barang Menjaga keamanan Pemeliharaan Istirahat bagian service
Toilet R. Administrasi karyawan R. ganti Loker karyawan Gudang Pos satpam R. genset Pantry
Privat
Sumber analisa Penulis
Universitas Sumatera Utara
106
5.2.4 Analisa besaran ruang
Analisis besaran ruang untuk sekolah khusus autisme berdasarkan pada buku data
arsitek (Ernst Neufert). Besaran sirkulasi ditentukan oleh fungsi ruang dan seberapa
banyak ruang tersebut membutuhkan pergerakan.
Sesaran sirkulasi yang dibutuhkan pada sekolah khusus autisme yakni:
- Besaran sirkulasi 20% yakni kebutuhan keleluasaan sirkulasi pada
bangunan
- Besaran sirkulasi 30% yakni tuntutan untuk kenyamanan secara fisik
- Besaran sirkulasi 40% yakni tuntutan untuk kenyamanan psikologis
- Besaran sirkulasi 60% yakni keterkaitan dengan banyak kegiatan pada
sekolah khusus autisme
Program ruang pada sekolah khusus autisme
Tabel 5.4 Area Konsultasi & Dianogsis Pembagian Nama
ruang Luasan unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Ruang pendaftaran
5,76 m2 1 4,8 m2 AS 5,76 m2
Ruang tunggu
12,48 m2
1 9,6 m2 AS 12,48 m2
Ruang dokter 67,4 m2 1 12,03 m2
TSS 67,4 m2
Ruang psikolog
10 m2 1 9,93 m2 TSS 10 m2
Ruang arsip 18 m2 1 16 m2 DA 18 m2
Ruang perawat
10 m2 1 9 m2 TSS 10 m2
Laboratorium 36 m2 1 30 m2 DA 36 m2
Toilet Toilet pria 2 m2
2 m2 6 2 m2/
unit DA 12 m2
Toilet wanita
Universitas Sumatera Utara
107
Total 167,64 m2
Tabel 5.5 Area Pendidikan Pembagian Nama
ruang Luasan unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Ruang kelas tingkat
20 m2 24 15 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
480 m2
Ruang seni 30,5 m2 1 2 m2/ murid
TSS 30,5 m2
Ruang musik 42,8 m2 1 1,5 m2/ murid
TSS 42,8 m2
Ruang komputer
40,11 m2
1 2 m2/ org
DA 40,11 m2
Ruang tenang
16,5 m2 2 6 m2 DA 35 m2
Ruang pengajar / guru
37,7 m2 2 32 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
75,4 m2
Perpustakaan 30 m2 1 36 m2 DA 30 m2
Toilet Toilet pria 2 m2
2 m2 8 2 m2/
unit DA 8 m2
Toilet wanita
Total 741,81 m2
Tabel 5.6 Area Terapi Pembagian Nama
ruang Luasan unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Ruang terapi one by one
6 m2 18 6 m2 SB 108 m2
Ruang terapi berkelompok
22,5 m2 3 2,5 m2 TSS 67,5 m2
Ruang terapi okupasi
16,5 m2 2 2 m2/ org
TSS 33 m2
Ruang sensori integrasi
16,5 m2 2 2 m2/ org
TSS 33m2
Universitas Sumatera Utara
108
Ruang bina diri
16,5 m2 2 2 m2/ org
TSS 33 m2
Ruang terapis
22,5 m2 2 2 m2/org 45 m2
Perpustakaan 42 m2 2 36 m2 DA 42 m2
Toilet Toilet pria
4 m2
4 m2
8 2 m2/ unit
DA 16 m2
Toilet wanita
Total 377,5 m2
Tabel 5.7 Area pendukung Pembagian Nama ruang Luasan
unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Area bermain indoor
105 m2 1 75 m2 DA 105 m2
Area bermain outdoor
240 m2 1 150 m2 DA 240 m2
Kafetaria Ruang makan
104 m2 1 4 m2/ unit
DA 104 m2
Kasir 5,75 m2 1 4,8 m2 AS 5,75 m2
Dapur 1 30% dari luas kafetaria
DA 36,048 m2
Ruang serbaguna
100 m2 1 1,2 m2/ org
DA 100 m2
Total 590,798m2
Tabel 5.8 Area pengelola Pembagian Nama ruang Luasan
unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Front office
5,75 m2 1 4,8 m2 AS 5,75 m2
Ruang tamu
11 m2 1 9 m2 AS 11 m2
Ruang kepala sekolah
16 m2 1 12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33
16 m2
Universitas Sumatera Utara
109
Tahun 2008
Ruang wakil kepala
16 m2 1 9 m2 AS 16 m2
Ruang sekretaris
16 m2 1 8 m2 AS 16 m2
Ruang personalia
15,7 m2 1 6 m2 AS 15,7 m2
Ruang tata usaha
22,8 m2 1 16 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
22,8 m2
Ruang rapat
40 m2 1 2 m2/ org
DA 40 m2
Gudang 16 m2 1 20 m2 DA 16 m2
Toilet Toilet pria 2 m2
2 m2 2 2 m2/
unit DA 4 m2
Toilet wanita
Total 163,25 m2
Tabel 5.9 Area service Pembagian Nama
ruang Luasan unit (m2)
Jumlah unit
Standar (m2)
Sumber Total luasan (m2)
Ruang administrasi karyawan
8 m2 1 6,75 m2 DA 8 m2
Ruang ganti 2,25 m2
4 2,25 m2 DA 10,8 m2
Loker karyawan
18 m2 1 15 m2 DA 18 m2
Gudang 24 m2 1 20 m2 DA 24 m2
Ruang genset
12 m2 1 10 m2 DA 12 m2
Ruang istirahat
23,4 m2
1 18 m2 DA 23,4 m2
pantry 18 m2 1 18 m2 AS 18 m2
Musholla 20 m2 1 12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008
20 m2
Universitas Sumatera Utara
110
Area parkir mobil
30 mobil
12,5 m2/mobil
DA 375 m2
Area parkir sepeda motor
40 motor
1,5/motor
DA 60 m2
Pos satpam 9 m2 1 4 m2 AS 9 m2
Total 578,2m2
Rekapitulasi:
Area konsultasi dan diagnosis 167,64 m2
Area pendidikan 741,81 m2
Area terapi 377,5 m2
Area pendukung 590,798m2
Area pengelola 163,25 m2
Area service 578,2m2
Total luas 2619,198 m2
5.2.5 Analisa hubungan ruang
Analisis hubungan ruang ditentukan oleh kedekatan ruang berdasarkan alur
kegiatan pengguna dan kegiatan pengguna. Hubungan ruang dibedakan menurut
jenis kegiatan. Hubungan ruang secara makro adalah sebagai berikut:
Pembahasan ruang secara makro adalah hubungan ruang yang terdiri dari
pengelompokan ruang kegiatan yakni ruang kegiatan konsultasi dan diagnosis,
ruang kegiatan pendidikan, ruang terapi, ruang pendukung, ruang kegiatan
pengelola dan ruang service.
Universitas Sumatera Utara
111
Gbr. Hubungan ruang secara makro
5.2.6 Analisa aktivitas pengguna
1. Kegiatan diagnosis dan konsultasi
- Anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme
Menunggu
Buang air
kecil/besar
Masuk Datang
Parkir
Mendaftar Diperiksa /
assesmen
Tes dan diagnosis
Menunggu jemputan
Pulang
Terapi Sekolah
Area Terapi
Area pendukung
Area pendidikan
Lapangan outdoor
Area pengelola
Area konsultasi dan diagnosis
Area service
Area parkir mobil & sepeda motor
Healing garden
Kolam dan taman
Entrance
Universitas Sumatera Utara
112
- Orang tua/ keluarga anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan orang tua anak penyandang autisme
- Dokter dan tenaga ahli
Gbr. Alur kegiatan dokter dan ahli
- Psikolog
Gbr. Alur kegiatan psikolog
Menunggu
Masuk Datang
Parkir Buang air
kecil/besar
Menunggu
anak terapi
Menunggu
anak
sekolah
Bersosialisasi
dengan orang
tua lain
Menjemput
Pulang
Datang Masuk
Parkir
Rapat
Buang air
kecil/besar
Istirahat
Memeriksa Memeriksa
Tes dan
Diagnosa
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Rapat
Buang air
kecil/besar
Istirahat
Melakukan
konseling
Pulang
Universitas Sumatera Utara
113
2. Kegiatan pendidikan
- Anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme
- Orang tua anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan orang tua penyandang autisme
- Guru
Gbr. Alur kegiatan guru
Masuk Datang
Parkir Buang air
kecil/besar
Bermain Istirahat
Belajar
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Menunggu
Buang air
kecil/besar Menjemput
Bersosialisasi dengan
orang tua lainnya
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Rapat Istirahat
Buang air
kecil/besar
Mengajar
Pulangg
Universitas Sumatera Utara
114
3. Kegiatan terapi
- Terapis
Gbr. Alur kegiatan terapis
- Anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme
- Orang tua / keluarga anak penyandang autisme
Gbr. Alur kegiatan orang tua penyandang autisme
Datang
Parkir
Masuk
Rapat Istirahat
Buang air
kecil/besar
Membimbing terapi
Mengawasi terapi
Pulang
Masuk Datang
Parkir
Menunggu
Buang air
kecil/besar
Melakukan terapi
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Menunggu
Buang air
kecil/besar
Melihat proses terapi
Bersosialisasi dengan
orang tua lainnya
Menjemput
Pulang
Universitas Sumatera Utara
115
4. Kegiatan Pendukung
- Pengunjung cafeteria
Gbr. Alur kegiatan pengunjung kafetaria
- Pengunjung area bermain
Gbr. Alur kegiatan pengunjung
5. Kegiatan pengelola
Gbr. Alur kegiatan pengelola
Masuk
Datang
Parkir
Masuk
Bermain
Buang air
kecil/besar
Memesan
makanan
Menikmati
makanan
Bayar
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Istirahat
Bermain Pulang
Buang air
kecil/besar
Buang air
kecil/besar
Datang
Parkir
Mengurus
administrasi Istirahat Menerima
Tamu
Bekerja Pulang
Universitas Sumatera Utara
116
6. Kegiatan service
- Security
Gbr. Alur kegiatan security
- Cleaning service
Gbr. Alur kegiatan cleaning service
- Teknisi
Gbr. Alur kegiatan teknisi
Datang
Parkir
Mengurus
administrasi
Masuk
Istirahat
Buang air
kecil/besar
Menjaga
kebersihan
Pulang Ganti Baju
Datang
Parkir
Masuk
Mengurus
administrasi Istirahat
Buang air
kecil/besar
Ganti Baju
Memelihara ME
bangunan
Pulang
Datang
Parkir
Masuk
Mengurus
administrasi
Buang air
kecil/besar
Istirahat
Ganti Baju
Menjaga
keamanan Pulang
Universitas Sumatera Utara
117
5.2.7 Analisa perancangan ruang luar / tapak
Analisis yang diuraikan adalah masalah site, menganalisa potensi, dan potensi
zonasi, menata fungsi ruang luar seperti akses kendaraan dan jalur pejalan kaki,
parkir, sirkulasi yang sudah ada, dan estetika ruang luar.
5.2.7.1 Ukuran / luasan tapak
Gambar 5.14 Luasan tapak
Sumber: Olahan Penulis
Bentuk site hampir persegi. Dengan sisi terpanjang yaitu 135 m, maka otomatis
orientasi bangunan menghadap sisi yang paling panjang.
5.2.7.2 Analisa visibilitas
Gambar 5.15 Analisa Visibilitas
Sumber: Dokumentasi Penulis
Universitas Sumatera Utara
118
Analisa: sisi utara terdapat sekumpulan pohon kelapa sawit
Sisi timur terdapat vegetasi yang berupa rumput dan pohon berbatang kecil
Sisi barat terdapat rumah warga, gereja katolik santo Yosef dan sungai Babura
Sisi selatan terdapat area permukiman penduduk
Tanggapan: mempertahankan pohon eksisting yang berukuran besar dalam site
perancangan
5.2.7.3 Pencapaian dan sirkulasi
Pencapaian ke dalam site berjarak 500 m dari depan jalan Karya Wisata. Agar
sirkulasi dalam site teratur maka harus dibuat pembagian posisi zona.
5.2.7.4 Parkir
Tidak ada parkir khusus di kawasan perancangan sekolah, sehingga harus
dibuat parkiran. Untuk itu perancang menyiapkan zona parkir di depan dan samping
site yang berbatasan dengan jalan.
Parkir yang dibutuhkan dalam sekolah khusus autisme ini adalah:
a. Parkir Mobil
b. Parkir sepeda motor
Universitas Sumatera Utara
119
5.2.7.5 Vegetasi
Gambar 5.16 Vegetasi pada Tapak Site
Sumber: Olahan Pribadi
Analisa: Pada site perancangan terdapat banyak jenis pohon. Terdapat pohon
lembong merah, kemiri, kapuk, pisang dan pinang.
Potensi: dapat membuat suasana site menjadi teduh karena padatnya pohon yang
tumbuh dan mempertegas daerah eksterior.
Tanggapan: Dengan penataan vegetasi
a. Digunakan sebagai ciri dari pemandangan
Vegetasi dibentuk menyerupai bentuk geometri. Hal ini untuk membantu anak
autis mengenali bentuk
b. Untuk mempertegas daerah kegiatan eksterior
Dapat diletakkan di sekeliling open space sehingga saat berada di luar ruangan,
pengawasan dapat terus dilakukan.
c. Menghalangi pemandangan dari luar ke dalam bangunan
Pohon Mahoni
Pohon lembong merah
Pohon kemiri
Pohon pinang
Pohon pisang
Pohon kapuk
Universitas Sumatera Utara
120
Dengan adanya pembatas pandangan dari luar site maka dapat membantu
meningkatkan daya konsentrasi bagi anak.
d. Memilih pohon yang akan dipertahankan
Diantara banyak pohon, perancang berencana untuk memotong pohon pisang
dan pohon pinang yang terlalu banyak jumlahnya di dalam site.
5.3 Analisa tata ruang dalam
Analisis tata ruang dalam dengan pendekatan Behavior Architecture
Teori-teori Behavior Architecture menurut para ahli diantaranya:
a. Clovis Heimsath, AIA dalam bukunya yang berjudul Behavioral Architecture,
Toward an Accountable Design Process dijelaskan bahwa:
“Arsitektur adalah lingkungan (enclosure) dimana orang-orang hidup tinggal.”
Sedangkan perilaku mempunyai dua arti pengertian yaitu:
1. Orang-orang yang tengah bergerak, dengan sesuatu yang dikerjakan, dengan
orang-orang untuk mengobrol dan berhubungan satu sama lain.
2. Suatu kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan
bersama secara dinamik dalam waktu.
b. Donna P. Duerk dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming
“Arsitektur perilaku merupakan suatu lingkungan dan perilaku yang tidak
bisa dipisahkan secara empiris dan saling berpengaruh.
c. Garry T. More dalam bukunya yang berjudul Introduction to Architecture
Universitas Sumatera Utara
121
Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan
organisme dalam dan lingkungan sosio-fisik luar.
Prinsip-prinsip Behaviour Architecture yang harus di perhatikan dalam
Arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten Dan Thomas G David
antara lain adalah:
1. Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan
yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.
2. Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi.
3. Arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik,
aspek psikologi juga ditekankan.
4. Arsitektur perilaku diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang
paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang.
5. Arsitektur Perilaku diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas dan
dapat menstimulasi semangat belajar yang diharapkan perancang.
Anak penyandang autisme adalah anak yang memiliki gangguan dalam hal
interaksi. Anak-anak ini memiliki perilaku yang berbeda dengan anak normal,
sehingga mereka memiliki cara yang berbeda dalam memberi respon pada
lingkungannya.
a. Komunikasi
b. Interaksi social
c. Perilaku
Universitas Sumatera Utara
122
Tabel 5.10 Analisa karakteristik Arsitektur Perilaku
Karakteristik anak autis
Prinsip Arsitektur Perilaku
dikaitkan pada anak autis
Unsur Fisik Kata kunci pendekatan Arsitektur
Perilaku pada anak autis
Komunikasi Bicara
terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
Bila bisa bicara, bicaranya tersebut tidak dipakai untuk komunikasi
Sering mengunakan Bahasa yang aneh dan diulang-ulang
Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru
Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya (anak autis) melalui peninderaaan ataupun pengimajinasian pengguna bengunan. Pada umumnya, bentuk adalah media komunikasi yang paling mudah dimengerti manusia. Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah usaha untuk memperoleh informasi antara 2 pihak atau lebih serta untuk pembentukan dan penyampaian informasi.
Bentuk yang paling sesuai adalah bentuk-bentuk sederhana dan jelas, seperti bentukan geometris kubus, balok, lingkaran dsb. Bentukan sederhana ini akan membantu proses belajar mengajar karena anak autis tidak dapat membayangkan sesuatu yang terlalu rumit dan bersifat abstrak. Bentuk yang rumit akan membuat pikiran anak autis menjadi terdistraksi.
Komunikasi
Interaksi sosial Tidak mampu
menjalin interaksi social yang cukup memadai, kontak mata
Rancangan hendaknya dapat menciptakan suasana anak autis bisa saling berinteraksi. Interaksi adalah wujud ungkapan
- Interaksi manusia-manusia Terdapat titik temu pada sirkulasi utama
Interaksi / hubungan
sosial, fleksibel dan
dinamis
Universitas Sumatera Utara
123
sangat kurang hidup
Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
Tidak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan
Kurangnya hubungan sosial dan emosional timbal balik
pemaknaan yang merupakan penjabaran dari wujud hubungan dan cerminan diri antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Interaksi yang dimaksud disini meliputi interaksi antar manusia, bangunan dan lingkungan dan menciptakan suasana yang fleksibel dan dinamis.
- Interaksi manusia-bangunan Pemakaian warna dasar yang menarik perhatian anak-anak, sehingga akan menarik anak-anak untuk mendekati bangunan - Interaksi manusia-lingkungan Membuat taman agar anak dapat berinteraksi dengan tanaman - Interaksi bangunan-bangunan Penataan massa yang saling berhadapan akan membuat interaksi antar bangunan - Interaksi bangunan-lingkungan Adanya ruang luar yang dapat menjadi penghubung antar bangunan
Perilaku Berperilaku
berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
Tidak suka perubahan
Rancangan hendaknya mampu menciptakan suatu respon terhadap lingkungan sehingga kebiasaan yang kurang baik dari
Ruang yang diwadahi antara ruang yang satu dengan yang lain perubahan seperti warna dinding yang tidak mencolok karena anak autis
Perilaku yang terarah, respon
terhadap lingkungan
Universitas Sumatera Utara
124
Selalu terpaku pada satu aktivitas
Melakukan gerakan aneh yang berulang-ulang
Seperti tidak sensitif terhadap rasa nyeri
anak autis dapat diminimalisir dan rancangan hendaknya memberikan rasa senang, aman dan nyaman
sulit menerima hal yang baru
Dari table di atas dapat diketahui bahwa kata kunci yang didapat dari Pendekatan
Arsitektur Perilaku pada sekolah khusus autisme yakni:
Komunikasi
Interaksi
Perilaku yang terarah
Fleksibel dan dinamis
Respon terhadap lingkungan
Berdasarkan kata kunci pendekatan anak autis dapat ditransformasikan ke dalam
suprasemen arsitektur sebagai berikut:
Tabel 5.11 Analisa Suprasemen Arsitektural pada Pendekatan Arsitektur Perilaku
Kata kunci
Suprasemen Arsitektural Bentuk
& wujud Skala & proporsi
Material &
tekstur
Warna Sirkulasi Organisasi ruang
Komunikasi Interaksi/ hubungan
sosial
Perilaku yang terarah
Universitas Sumatera Utara
125
Fleksibel dan dinamis
Respon terhadap
lingkungan
5.3.1 Analisa organisasi sirkulasi horizontal dan vertikal
Sistem sirkulasi menggunakan sistem tangga dan ramp. Persyaratan perancangan
tangga, yaitu:
a. Terdapat bordes sebagai area istirahat
b. Lebar tangga 120 cm tiap jalur
c. Lebar anak tangga 30 cm
d. Tinggi anak tangga 18 cm
e. Jumlah anak tangga (termasuk bordes)= tinggi antar lantai tinggi anak
tangga -1, sehingga jumlah anak tangga 400 cm/18 cm -1 adalah 21 anak
tangga
f. Ketinggian handrail antara 60-80 cm
g. Jarak antar tangga maksimal 50 m
Perancangan ramp memiliki persyaratan, Yakni:
a. Sudut kemiringan ramp 12 derajat
b. Lebar ramp minimal 125 cm.
c. Ketinggian handrail antara 60-80 cm
Agar asap dapat terbawa angin keluar, maka sistem transportasi baik tangga
maupun ramp menggunakan jenis bahan beton karena kedap api dan terbuka.
Universitas Sumatera Utara
126
5.3.2 Analisa massa dan perwajahan
Analisa massa dilakukan dengan melihat beberapa referensi dari berbagai
sumber. Bentuk massa bangunan sekolah khusus autisme mengambil dasar bentuk-
bentuk geometris yang disesuaikan dengan penggunaan teknik desain arsitektural.
Bentuk-bentuk geometris yang mudah dikenali anak karena anak penyandang
autisme adalah tipe visual learner. Selain itu bentuk bangunan harus bersifat aman
dan dapat mengawasi pergerakan anak-anak.
5.3.3 Analisa sistem struktur / konstruksi
a. Pendekatan sistem struktur
Fungsi utama dari sistem struktur adalah memikul secara aman dan efektif
pada bangunan, dan menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Jadi, fungsi
struktur adalah untuk menjaga keutuhan, stabilitas, dan kekakuan bangunan.
Sekolah khusus autisme ini sebagian besar berlantai dua. Struktur yang
digunakan adalah:
1. Struktur bawah
Kondisi tanah di lokasi baik dan tidak berbatu. Lokasi ini merupakan
lahan yang banyak terdapat vegetasi. Pondasi yang digunakan adalah
pondasi telapak (foot plate).
Universitas Sumatera Utara
127
Gambar 5.17 Pondasi Footplate
Sumber: rumahklodran.blogspot.com
2. Struktur atas
Bangunan sekolah khusus autisme ini menggunakan struktur rangka
sederhana. Dengan ukuran tebal dinding 15 cm, ukuran kolom
disesuaikan dengan dimensi ruang.
b. Pendekatan konstruksi dan bahan
Analisa mengenai konstruksi dan bahan bangunan meliputi bahan penutup
atap, plafond, dinding, lantai, pintu-jendela dan perkerasan ruang luar.
5.3.4 Analisa sistem utilitas
Analisa utilitas pada site perancangan sekolah khusus autisme adalah:
5.3.4.1 Analisa elektrikal
Sebagian besar elemen di dalam bangunan menggunakan listrik. Seperti
pencahayaan buatan, pompa air, elektrikal pada reseptionis, ruang kelas, ruang
terapi, ruang diagnosa, dll. Sekolah ini menggunakan listrik dari PLN yang berada
dekat dengan jalan.
Universitas Sumatera Utara
128
Gambar 5.18 Tiang listrik di Depan Site Perancangan
Sumber: Dokumentasi Penulis
5.3.4.2 Analisa sanitasi
a. Sistem air bersih
Sistem air bersih menggunakan air dari PDAM. Kebutuhan air dalam bangunan
sekolah autis ini adalah untuk keperluan air minum, toilet, mencuci dan memasak.
Sistem pemipaan menurut cara pengaliran airnya, sekolah khusus autisme ini
menggunakan sistem vertikal dengan tangki di atas (sistem gravitasi) kemudian air
dialirkan menggunakan pipa ke titik-titik keran.
b. Sistem air kotor
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan sekolah luar biasa autis menggunakan
sistem pembuangan langsung. Saluran air limbah/ air kotor berada di kanan jalan
yang berujung ke sungai Babura. Jadi pengaliran air kotor dari bangunan ke riot
kota
Universitas Sumatera Utara
129
5.3.4.3 Analisa penghawaan
Dengan memanfaatkan keunggulan dari site, kualitas daerah alam di sekitar cukup
baik, untuk mencapai kenyamanan, polusi udara yang sedikit sehingga sekolah ini
menggunakan sistem penghawaan alami. Hal ini dapat dicapai dengan
memperbanyak bukaan pada bangunan. Di lokasi sekolah, udara berhembus dari
arah barat laut ke tenggara. Dari arah bukaan utara selatan, maka udara tidak
sepenuhnya masuk dalam jendela, sehingga angin dari arah barat laut-tenggara
tidak langsung masuk ke ruangan.
5.3.4.4 Analisa komunikasi
Sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan airphone, sedangkan bangunan
menggunakan jaringan telepon dari Telkom Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
130
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN
6.1 Konsep dasar
Dalam perancangan dan perencanaan sekolah khusus autisme ini, perancang
mengambil konsep healing environment dan educating space dimana perilaku dari
pengguna utama bangunan yaitu anak penyandang autis menjadi dasar untuk
menentukan seperti apa desain dari sekolah khusus autisme. Tujuan yang ingin
dicapai dari perancangan ini adalah menciptakan lingkungan sekolah yang
mementingkan kenyamanan, penyembuhan dan keselamatan untuk anak-anak
penyandang autisme melalui bidang pendidikan.
Tabel 6.1 Konsep dasar
Karakteristik Autisme
Sifat yang Diharapkan
Analisa Kriteria Sekolah
Arsitektural
Kesulitan berkomunikasi
Dapat berkomunikasi dengan baik
Dibutuhkan desain yang mudah dimengerti anak-anak sehingga komunikasi mereka dapat terbantu
Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Aman, Bukan institusi
-Bentuk massa mudah dipahami -Skala bangunan tinggi di lantai satu agar memberi kesan menyambut -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi jelas -Organisasi ruang radial
Universitas Sumatera Utara
131
Menghindari kontak mata/wajah
Dapat Berinteraksi
Dibutuhkan desain yang memancing mereka di satu titik sehingga tercipta interaksi
Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Terprediksi, Bukan institusi, Aman
-Multimassa -Pengunaan tektur lembut (seperti karpet aatau karet) -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi radial -Organisasi ruang radial
Kurangnya hubungan sosial dan emosional timbal balik
Fleksibel dan dinamis
Anak cenderung lebih mudah berkembang dengan hal yang bersifat dinamis bukan kaku
Fleksibel dan teradaptasi, Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Aman
-Multimassa -Perbedaan tektur lembut dalam bangunan dan tektur kasar di luar bangunan -Sirkulasi radial -Organisasi ruang radial
Berperilaku berlebihan
Perilaku yang terarah
Perilaku yang tidak dapat berdiam diri sehingga memerlukan fasilitas yang dapat mewadahi sifat ini
Fleksibel dan teradaptasi, Terprediksi, Terkontrol, Kesesuaian sensorik-motorik, Aman
-Menggunakan bentuk segienam karena jika digabung tidak menghasilkan ruang negatif -Penggunaan penghijauan sebagai buffer -Kombinasi tekstur -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi radial
Selalu terpaku pada satu aktivitas
Respon terhadap lingkungan
Memerlukan lingkungan yang menarik dan nyaman sehingga anak merasa
Fleksibel dan teradaptasi, Terprediksi, Terkontrol,
-Kombinasi tekstur agar sensorik-motoriknya terlatih -Warna analog
Universitas Sumatera Utara
132
senang ketika ke sekolah
Kesesuaian sensorik-motorik, Aman
(hijau, kuning, biru)
Sumber: Analisa penulis
6.2 Konsep perancangan ruang luar/ tapak
6.2.1 Zoning Tapak
Gambar 6.1 Konsep penzoningan dalam site
Sumber: Olahan Penulis
Konsep zoning ruang luar dibuat secara terpusat. Yaitu berpusat pada tempat
bermain outdoor di tengah bangunan dengan desain mengelilingi dan menyebar.
Alasan membuat konsep terpusat adalah:
a. Anak penyandang autisme yang cenderung tidak suka bersosialisasi,
sehingga dibutuhkan ruang yang saling berhubungan. Space yang dibuat
bersifat outdoor dan menarik perhatian agar anak berkumpul di tengah
bangunan secara bersamaan dan terciptanya interaksi.
b. Anak penyandang autisme yang suka dengan sesuatu yang menarik
sehingga butuh space yang memberikan pemandangan yang baik
Pendidik
an
Kons
ultasi
&
serv
ice
lapangan
tera
pi
Healing
garden
Kola
m
dan
pend
ukun
g Parkir
mobil
dan
moto
r
Universitas Sumatera Utara
133
Konsep perancangan sistem parkir kendaraan pengunjung adalah parkir
kendaraan roda dua dan roda empat dipisahkan dan diletakkan diluar bangunan
Fungsi ruang luar lebih dominan untuk pengolahan landscape dengan konsep
terpusat. Fungsi ruang luar dibuat menyebar namun tetap terhubung satu sama lain
dengan sirkulasi yang mewadahi para pengguna.
6.2.2 Konsep Sirkulasi ruang luar
Gambar 6.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar
Sumber: Olahan Penulis
Sirkulasi dibuat dengan jelas. Dibuat dari bahan perkerasan yang aman untuk
anak-anak. Pada gambar, tiap sirkulasi dibuat melengkung karena ingin membuat
anak-anak banyak bergerak dan menyatu dengan alam.
6.2.3 Konsep vegetasi
Vegetasi yang digunakan dalam tapak adalah:
Tabel 6.2 Rekomendasi nama dan jenis tanaman
No. Jenis dan nama tanaman Nama Latin Keterangan
I Perdu & hias
1. Nusa Indah merah Musaenda erytthrophylla Berbunga
2. Daun mangkokan Notophanaz scutelarium Berdaun unik
Universitas Sumatera Utara
134
3. Bugenvil merah Bougenvillea glabra Berbunga
4. Analea Rhododendron indicum Berbunga
5. Soka daun besar Ixora javonica Berbunga
6. Bakung Crinum asiaticum Berbunga
7. Oleander Nerium oleander berbunga
8. Sikas Cycas revolata Bentuk unik
9. Alamanda Alamanda cartatica Merambat
berbunga
10. Puring Codiaeum varigatum Daun berwarna
11. Kembang merak Caesalphinia pulcherima Berbunga
12. Krisan Chrysanthemum sp Bunga warna
warni
13. Bunga kancing Gomphrena globosa Bunga warna
warni
14. Hanjuang Cordylin sp Daun merah
II Ground cover
Rumput gajah mini Axonophus compressus Tekstur kasar
III Tanaman aromatik
1. Melati Jasminum sp Memberi aroma
wangi
2. Tahi ayam Tagetes Erecta L
Memberi aroma
wangi
3. Anggrek Orchidaceae sp Memberi aroma
wangi
IV Tanaman pembatas
1. Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Pengarah sisi
dalam pagar
Universitas Sumatera Utara
135
6.3 Konsep tata ruang dalam
Konsep tata ruang dengan sistem tingkat privasi berjenjang (privacy
gradient) digunakan untuk menyusun unit-unit ruang secara keseluruhan, karena
sistem ini membantu anak untuk tidak langsung berinteraksi dengan orang banyak,
tetapi anak dikondisikan terlebih dahulu untuk belajar berinteraksi dengan guru dan
teman-temannya.
Selain itu ruang untuk anak penyandang autisme ini bersifat aman. Yang
dimaksud dengan aman adalah:
Penataan ruang: meminimalkan adanya sudut-sudut dalam ruang. Jika ada sudut,
maka harus tertutupi dengan material atau perletakan perabot pada sudut ruangan.
Lantai: lantai tidak boleh licin. Lantai dilapisi dari bahan seperti karpet atau matras
untuk melindungi anak supaya tidak terluka saat bermain atau terjatuh.
Dinding: dilindungi dengan material matras empuk supaya anak pada saat tantrum
tidak terluka saat membenturkan diri ke dinding.
a. Konsep ruang kelas
Dalam ruang kelas biasanya anak sudah dapat mulai bersosialisasi dan dalam
proses berkonsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga anak
dapat melihat ke arah luar ruangan (jendela /bukaan sebaiknya cukup luas
agar sirkulasi udara dan cahaya baik.
b. Konsep ruang terapi
Perancang membuat ruang pantau yang digunakan untuk melakukan
pengamatan saat terapi. Agar pengamatan bisa dilakukan tanpa
Universitas Sumatera Utara
136
sepengetahuan anak maka dibuat bukaan dengan dilapisi kaca film. Tekstur
lantai dan dinding dilapisi tekstur lembut (karpet atau matras)
c. Konsep ruang konsultasi
Desain dibuat agar tidak menimbulkan kebosanan dan ketengangan saat
menjalani pemeriksaan. Pemberian area bermain untuk mengalihkan si anak
agar tidak terlalu tegang.
6.4 Konsep massa dan perwajahan
Gambar 6.3 Gubahan massa sekolah Sumber: olahan penulis
Gambar 6.4 Aksonometri gubahan massa sekolah Sumber: olahan penulis
Konsep bentukan massa yang digunakan di sekolah khusus autisme adalah
bentuk-bentuk yang disukai anak yaitu bentuk geometris. Bentukan yang diambil
Universitas Sumatera Utara
137
adalah bentuk segi enam. Bentuk ini dirasa paling menguntungkan karena
berdasarkan penelitian para ahli matematika terhadap sarang lebah, bentuk segi
enam menciptakan ruang yang paling efektif dan jika digabungkan tidak akan
menghasilkan ruang negatif. Hal ini sesuai dengan kebutuhan desain yang memiliki
massa banyak dan membutuhkan tatanan ruang dengan orientasi melingkar ke
dalam (sosiopetal). Selain itu dapat membuat anak autis dapat berkumpul di satu
titik dimana secara karakter anak autis memiliki ciri yang berbeda dari anak normal
diantaranya minim kemampuan berkomunikasi, tertarik berlebihan terhadap
sesuatu.
Anak penyandang autisme adalah anak yang kebanyakan visual learner,
dimana anak menyukai suatu bentuk yang menarik, teratur dan pastinya tidak
membuatnya merasa terdistraksi.
Menurut penelitian F.S. Breeds dan SE, Kats, kombinasi warna yang cenderung
disukai ada tiga, yaitu warna kontras, warna analog dan warna monokrom. Namun,
berdasarkan perilaku anak-anak, warna yang mudah dimengerti anak-anak adalah
jenis warna-warna analog. Dimana warna analog terdapat tiga macam warna, yaitu:
a. Warna biru, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya damai,
setia, lembut, konservatif.
b. Warna hijau, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya muda,
kehangatan, persahabatan, berani.
c. Warna kuning, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya cerah,
terang, bahagia, hangat.
Universitas Sumatera Utara
138
Gambar 6.5 Warna yang digunakan pada sekolah
6.5 Konsep sistem struktur / konstruksi
Dikarenakan bangunan ini merupakan bangunan untuk anak yang memiliki
karakter khusus sehingga bangunan maksimal 2 lantai. Maka sistem yang
digunakan tidak terlalu rumit. Sistem struktur yang digunakan pada sekolah adalah:
a. Sub struktur
Sekolah khusus autisme merupakan bangunan berlantai rendah dengan
kondisi tanah yang datar, sistem pondasi dan jenis pondasi yang digunakan
adalah sistem lajur dan titik dengan jenis pondasi foot plat.
b. Super struktur
Sistem struktur yang digunakan pada sekolah khusus autisme adalah sistem
rangka kaku (rigid frame) dengan penataan kolom balok secara grid.
Struktur rangka kaku merupakan struktur yang dibentuk dengan cara
meletakan elemen kaku horizontal di atas elemen kaku vertikal.
6.6 Konsep sistem utilitas
Konsep-konsep utilitas pada sekolah khusus autisme ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
139
6.6.1 Konsep elektrikal
Pada perancangan pencahayaan, memasukkan pencahayaan alami ke dalam
bangunan. Memanfaatkan keuntungan pada lokasi sekolah, yaitu banyaknya
vegetasi di utara site dan timur site, sehingga dapat membatasi cahaya matahari
yang masuk ke bangunan. Selain cahaya alami, bangunan juga memerlukan
pencahayaan buatan untuk ruang-ruang yang tidak dapat cahaya matahari yang
langsung, dan untuk mengantisipasi pada saat cuaca mendung.
Sumber daya listrik utama diperoleh dari PLN dengan genset sebagai cadangan.
Gambar 6.5 Skema alur listrik
Sumber: olahan penulis
6.6.2 Konsep sanitasi
Sistem plumbing atau sistem penyediaan air bersih dan pengeluaran atau
pengkondisian air kotor yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran
pada daerah yang dilalui oleh sistem plumbing.
PLN Gardu Meteran Panel MCB
Distribusi Unit
Universitas Sumatera Utara
140
6.6.2.1 Sistem air bersih
Rencana perjalanan sirkulasi air bersih untuk kebutuhan sekolah:
Gambar 6.7 Skema air bersih
Sumber: olahan penulis
Sumber air bersih berasal dari jaringan PDAM. Kebutuhan air bersih pada
bangunan sekolah luar biasa autis ini meliputi kebutuhan air pada dapur, toilet,
taman dan kolam renang.
6.6.2.2 Sistem air kotor
Air kotor dapat langsung dibuang melalui saluran pembuangan yang
dialirkan melalui parit yang terdapat di pinggir jalan.
Gambar 6.8 Skema air kotor
Sumer: olahan penulis
6.6.3 Konsep penghawaan
Menggunakan penghawaan alami diterapkan dengan memberi bukaan-
bukaan agar aliran udara di dalam ruang tetap terpelihara. Penghawaan alami ini
PDAM Meteran Pompa Tangki air
Pompa Distribusi Unit
Grey
water
Black
water
Bak
Kontrol
Bak
Kontrol
STP Sumur
resapan
Riol Kota
Universitas Sumatera Utara
141
diterapkan pada ruang-ruang terluar yang memungkinkan untuk mendapatkan
udara dengan sedikit polusi.
6.6.4 Konsep komunikasi
Sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan airphone, sedangkan
bangunan menggunakan telepon sistem PABX (mengatur pemakaian telepon oleh
operator). Untuk komunikasi hotspot menggunakan teknologi jaringan komputer
Wi-Fi secara nirkabel.
Universitas Sumatera Utara
142
BAB VII
KESIMPULAN
Tugas akhir dengan judul Perancangan Sekolah Khusus Autisme Medan yang
berlokasi di Jl. Karya Wisata, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara. Lebih
tepatnya berada di belakang SLB-A Karya Murni Medan. Sekolah khusus autisme
adalah sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak penyandang autisme.
Khususnya dapat mengetahui bagaimana cara menangani anak penyandang
autisme, anak-anak ini juga bisa menjadi lebih baik dan layak mendapat pendidikan
seperti anak-anak pada umumnya.
Perancangan sekolah khusus autisme Medan diharapkan dapat menjadi
wadah bagi anak penyandang autisme di Medan sehingga anak penyandang autisme
bisa mendapat fasilitas pendidikan, terapi dan pengobatan yang layak. Perancangan
ini mencoba menjawab kebutuhan akan sekolah yang layak bagi anak penyandang
autisme di Medan yang memenuhi tiga tantangan desain, yaitu bagaimana
merancang atmosfir sekolah yang bersifat healing (penyembuhan), aman, dan
nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat berkembang dan hidup
mandiri di masyarakat serta bagaimana arsitektur dapat mempengaruhi perilaku
anak penyandang autisme. Dengan pengaturan fisik dan lingkungan sekolah yang
memiliki atmosfir ketenangan, diyakini akan memberikan pengaruh positif atas
pembentukan perilaku anak penyandang autisme.
Universitas Sumatera Utara
143
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, Lena (2009) Tinjauan Tata Atur Fisik Sekolah Khusus Terhadap
Adaptasi Perilaku Anak Autis, Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas
Indonesia, Depok.
Autism treatment services of Saskatchewan
Badan Pusat Statistik Medan. 2017. Medan Dalam Angka
Dinas Kesehatan Kota Medan. 2013-2017 (dinkes.sumutprov.go.id)
Depdiknas. 2002. Pedoman Pelayanan Pendidikan bagi Anak Autistik.
Jakarta: Depdiknas.
International Classification of Diseases (ICD-10 tahun 1993)
Laurens,JM. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta: Grasindo
Mostafa, Magda. “An Architecture for Autism: Concepts of Design
Intervention for the Autistic User.” International Journal of Architectural Research.
Volume 2 Issue 1. 189-204. March 2008.
Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997. Data Arsitek Jilid 1 edisi 33.
Jakarta: Erlangga
Peraturan Menteri Pendidikan Sosial Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2008 Tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa (SLB)
Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus
Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak
Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)
Junita, Sondang, 2009, Tugas Akhir Sekolah Khusus Autis di Yogyakarta,
Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
144
Suryana, Agus. 2004. Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif.
Penerbit Progress, Jakarta.
Watson L. dan Marcus L. 1988. Diagnosis and Assessment of Preschool
Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in
Autism. London. Plenum Press.
https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-people-
with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/ (diakses 7 Maret)
https://www.citylab.com/design/2014/04/designing-buildings-children-
autism/8960/ (diakses 7 Maret 2019)
https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-and-
commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria (diakses 10 Maret)
http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-
commendations/northern-school-for-autism (diakses 21 Maret 2019)
https://arcspace.com/feature/fawood-childrens-centre/ (diakses 21 Maret
2019)
https://all.design/posts/fawood-childrens-centre (diakses 21 Maret 2019)
http://www.designshare.com/index.php/articles/classroom_autism/ (diakses 27
Maret 2019)
http://lifetranscenter.com/klinik-hipnoterapi-jenis-jenis-terapi-untuk-anak-
autis/ (diakses 31 Maret 2019)
https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-
for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-tingkatan-anak-
autisme.html (diakses tgl 20 Maret 2019)
https://exhibition.a4le.org/2013/pdf/NorthernSchoolAutism.pdf (diakses 24
April 2019)
PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019
KELAS (B)
DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA
JUDUL SKRIPSI :
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN
NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024
JUDUL PROYEK :
GAMBAR : GROUND PLAN
SKALA : 1 : 500
HALAMAN
JUMLAH HALAMAN
U
GROUND PLAN
SKALA 500
1
PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019
KELAS (B)
DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA
JUDUL SKRIPSI :
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN
NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024
JUDUL PROYEK :
GAMBAR : SITE PLAN
SKALA : 1 : 500
HALAMAN
JUMLAH HALAMAN
U
SITE PLAN
SKALA 500
2
PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019
KELAS (B)
DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA
JUDUL SKRIPSI :
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN
NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024
JUDUL PROYEK :
GAMBAR : TAMPAK SITE
SKALA : 1 : 500
HALAMAN
JUMLAH HALAMAN
TAMPAK DEPAN SITE
SKALA 500
TAMPAK BELAKANG SITE
SKALA 500
TAMPAK KIRI SITE
SKALA 500
TAMPAK KANAN SITE
SKALA 500
3