PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

208
PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN (ARSITEKTUR PERILAKU) SKRIPSI OLEH JESSICA CHANDRA 150406024 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Transcript of PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Page 1: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN

(ARSITEKTUR PERILAKU)

SKRIPSI

OLEH

JESSICA CHANDRA

150406024

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN

(ARSITEKTUR PERILAKU)

SKRIPSI

OLEH

JESSICA CHANDRA

150406024

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 3: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN (ARSITEKTUR PERILAKU)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

JESSICA CHANDRA 150406024

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

Page 4: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PERNYATAAN

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN (ARSITEKTUR PERILAKU)

SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 3 Juli 2019

(Jessica Chandra)

Page 5: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 6: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Tanggal Lulus: 3 Juli 2019

Telah diuji pada

Tanggal: 3 Juli 2019

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Rudolf Sitorus, MLA

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Wahyu Utami, ST. MT.

2. Andalucia, ST. MSc.

Page 7: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 8: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

i

ABSTRAK

Sejak tahun 1990-an jumlah anak penyandang autisme semakin meningkat.

Menurut data dari Dr. Widodo Judarwarwanto bahwa tahun 1990-an jumlah

penyandang autisme diperkirakan 1:5000 anak. Tahun 2010, perbandingannya

1:300. Sedangkan tahun 2015 perbandingannya 1:250 anak. Tahun 2015

diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme di Indonesia.

Hal ini tidak diimbangi dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai.

Kondisi inilah yang mendorong penulis untuk memberikan sumbangan gagasan

sebuah desain sekolah untuk anak-anak penyandang autisme yang lebih baik di kota

Medan, sekolah formal yang bersinergi dengan fasilitas terapi dan kesehatan. Cara

yang dipakai adalah dengan pendekatan perilaku dan healing environment yang

akan diwujudkan melalui konsep desain. Metode yang digunakan observasi

langsung, mengamati, menganalisa kemudian memperbandingkan sesuai

pembahasan arsitektural terhadap sekolah khusus. Konsep desain diwujudkan

dengan penyusunan massa secara radial dan membuat healing garden dengan

sirkulasi yang natural. Dengan pengaturan fisik dan lingkungan sekolah yang

memiliki atmosfir ketenangan, diyakini akan memberikan pengaruh positif atas

pembentukan perilaku anak penyandang autisme.

Kata kunci: Sekolah, Anak Penyandang Autisme, Arsitektur Perilaku

Page 9: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

ii

ABSTRACT

Since the 1990's the number of children with autism has increased. According

to data from Dr. Widodo Judarwarwanto that in the 1990's the number of people

with autism was rated at 1: 5000 children. In 2010, the ratio was 1: 300. Whereas

in 2015 the ratio was 1: 250 children. In 2015 there were an estimated 12,800

children with autism in Indonesia. This is not balanced with adequate education and

health facilities. This condition encourages the writer to contribute to the idea of a

better school design for children with autism in the city of Medan, a formal school

that synergizes with therapy and health facilities. The method used is a behavioral

and healing environment approach that will be applied through a design concept.

The method used is direct observation, researching, analyzing and then comparing

according to architectural discussions with autism schools. The design concept is

transform by the radial mass arrangement and creating a healing garden with natural

circulation. With physical arrangements and a school environment that has an

atmosphere of calm, it is believed to have a positive influence on the formation of

the behavior of children with autism.

Keyword: School, Autism Child, Behavior Architecture

Page 10: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya lah

penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perancangan Sekolah Khusus

Autisme Medan (Arsitektur Perilaku)” untuk memenuhi Mata Kuliah Skripsi dan

Perancangan Arsitektur VI.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku dosen pembimbing atas kesabaran

dan perhatiannya dalam proses asistensi, masukan-saran serta motivasi yang

telah diberikan kepada penulis untuk dapat termotivasi dan bergerak lebih

maju.

2. Ibu Dr. Wahyu Utami, ST. MT. dan Ibu Andalucia, ST. MSc. selaku dosen

penguji yang banyak memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan

yang berguna dalam pengembangan rancangan proyek ini.

3. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran

selama proses Tugas Akhir.

4. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, MSc. IPM selaku Ketua jurusan Arsitektur

USU.

5. Ibu Beny OY. Marpaung, ST.MT. Ph.D IPM selaku Wakil Ketua jurusan

Arsitektur USU.

6. Bapak Dr. Imam Faisal Pane, ST.MT.IPM selaku Ketua koordinator

Perancangan Arsitektur VI dan Skripsi.

Page 11: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

iv

7. Pusat Layanan Autis yang telah begitu ramah, menerima dan mengizinkan

penulis untuk melakukan pengamatan dan survey lapangan.

8. Orangtua dan adik penulis yang banyak memberikan semangat dan

mendoakan penulis dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

9. Teman-teman satu kelompok sidang (Ivana, Indah, Ulfatun dan Eduard)

10. Teman-teman dekat penulis (Aulia, Ana, Uswatun, dan Deni)

11. Teman-teman stambuk 2015 dan teman seperjuangan Tugas Akhir.

12. Semua pihak yang terlibat baik langsung, maupun tidak langsung selama

proses Tugas Akhir ini.

Penulis percaya laporan yang disusun tidaklah sempurna namun inilah hasil

yang telah dirangkum untuk skripsi penulis, berisi berbagai pembahasan yang

diperlukan untuk rancangan bangunan yang akan dibuat. Semoga dengan adanya

skripsi ini dapat memberikan informasi dan gambaran yang cukup jelas mengenai

proyek dan tema yang dipilih. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima

kasih.

Medan, 3 Juli 2019

Penulis

Page 12: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Permasalahan Perancangan ......................................................................... 3

1.3. Tujuan perancangan .................................................................................... 4

1.4. Sistematika pembahasan ............................................................................. 4

1.5. Kerangka berpikir ....................................................................................... 7

BAB II STUDI PUSTAKA .................................................................................... 8

2.1 Tinjauan Fungsi ............................................................................................ 8

2.1.1 Terminologi Judul ............................................................................ 8

2.1.2 Tinjauan Umum ............................................................................... 9

Page 13: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

vi

2.1.2.1 Pengertian dan Sejarah Autisme .......................................... 9

2.1.2.2 Klasifikasi Autisme .............................................................. 9

2.1.2.3 Ciri-ciri anak Autisme ........................................................ 11

2.1.2.4 Penyebab autisme pada anak .............................................. 17

2.1.2.5 Sekolah khusus bagi penderita autisme.............................. 18

2.1.2.6 Bentuk pendidikan khusus bagi anak autisme ................... 19

2.1.2.7 Kurikulum .......................................................................... 20

2.1.2.8 Terapi untuk Autisme ......................................................... 22

2.1.3 Kriteria pemilihan lokasi ................................................................ 26

2.1.3.1 Lokasi strategis .................................................................. 26

2.1.3.2 Lokasi sehat ........................................................................ 26

2.1.4 Deskripsi Pengguna dan kegiatan .................................................. 27

2.1.4.1 Deskripsi pengguna ............................................................ 27

2.1.4.2 Deskripsi kegiatan .............................................................. 30

2.1.5 Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang............................... 32

2.1.5.1 Deskripsi kebutuhan ruang ................................................. 32

2.1.5.2 Deskripsi besaran ruang ..................................................... 33

2.1.6 Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang........................................ 35

2.1.6.1 Kriteria desain sekolah autis .............................................. 35

2.1.6.2 Kriteria desain tapak .......................................................... 46

2.1.7 Studi banding arsitektur fungsi sejenis .......................................... 47

2.1.7.1 SLB Negeri Autis Sumut ................................................... 47

2.1.7.2 Sekolah Autis :Mandiga (Mandiri dan Bahagia) ............... 50

Page 14: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

vii

2.1.7.3 Sekolah Autis Northern ...................................................... 53

2.1.7.4 Sekolah Autis Laverton ...................................................... 56

2.2 Tinjauan tema: Arsitektur Perilaku ............................................................ 58

2.2.1 Pengertian ....................................................................................... 58

2.2.2 Interpretasi tema ............................................................................. 61

2.2.3 Keterkaitan tema dengan judul....................................................... 66

2.2.4 Studi banding arsitektur tema sejenis ............................................. 67

2.2.4.1 Advance Center for Autism ............................................... 67

2.2.4.2 Fawood Children ‘ s Centre ............................................... 69

BAB III METODOLOGI .................................................................................... 75

3.1 Metoda Pemilihan lokasi ............................................................................ 75

3.1.1 Pemilihan lokasi ............................................................................ 75

3.1.2 Lokasi Proyek ............................................................................... 77

3.1.3 Deskripsi lokasi Proyek ................................................................ 78

3.2 Metoda / Pendekatan Penyelesaian Masalah Perancangan / Tahapan

Perancangan ............................................................................................... 83

3.2.1 Proses dan Metode umum ............................................................. 83

3.2.1.1 Identifikasi Permasalahan .................................................. 84

3.2.1.2 Pengumpulan Data ............................................................. 84

3.2.1.3 Analisa ............................................................................... 85

3.2.1.4 Sintesa ................................................................................ 85

3.2.1.5 Perancangan ....................................................................... 85

Page 15: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

viii

3.2.2 Metode Pengumpulan data ............................................................. 86

3.2.2.1 Data primer ........................................................................ 86

a. Observasi ........................................................................ 86

b. Wawancara ..................................................................... 86

c. Dokumentasi ................................................................... 87

3.2.2.2 Data sekunder ..................................................................... 87

a. Studi Literatur ................................................................ 67

b. Studi Perbandingan ........................................................ 87

3.2.3 Metode Analisa dan sintesa data .................................................... 88

3.2.3.1 Analisa Perilaku, aktivitas dan ruang ................................. 88

3.2.3.2 Analisa Bangunan .............................................................. 88

3.2.3.3 Analisa tapak dan lingkungan ............................................ 89

3.2.4 Metode Perancangan ...................................................................... 90

3.2.4.1 Konsep Perancangan .......................................................... 90

3.2.4.2 Metode Evaluasi ................................................................. 90

BAB IV DESKRIPSI PROYEK ......................................................................... 91

4.1 Judul Proyek ........................................................................................... 91

4.2 Luasan .................................................................................................... 92

4.3 Batas kawasan ......................................................................................... 93

4.4 Fungsi sekitar eksisting ........................................................................... 94

BAB V ANALISA PERANCANGAN ................................................................ 95

Page 16: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

ix

5.1 Analisa kawasan Perancangan ................................................................. 95

5.1.1 Aksesbilitas ....................................................................................... 95

5.1.1.1 Kendaraan ........................................................................... 95

5.1.1.2 Pejalan Kaki ........................................................................ 96

5.1.2 Sirkulasi ............................................................................................ 96

5.1.3 Sarana dan prasarana ........................................................................ 97

5.1.3.1 Jalan dan Trotoar ................................................................ 97

5.1.3.2 Street Furniture ................................................................... 97

5.1.4 Iklim .................................................................................................. 98

5.1.5 Matahari ............................................................................................ 98

5.1.6 Curah hujan ....................................................................................... 99

5.1.7 Angin ................................................................................................ 99

5.1.8 Vegetasi .......................................................................................... 100

5.1.9 Kebisingan ...................................................................................... 101

5.2 Analisisa sistem kegiatan / program ruang ............................................ 101

5.2.1 Analisa pengguna ............................................................................ 102

5.2.2 Analisa kelayakan proyek ............................................................... 102

5.2.3 Analisa kebutuhan ruang ................................................................ 104

5.2.4 Analisa besaran ruang ..................................................................... 106

5.2.5 Analisa hubungan ruang ................................................................. 110

5.2.6 Analisa aktivitas pengguna ............................................................. 111

5.2.7 Analisa perancangan ruang luar / tapak .......................................... 117

5.2.7.1 Ukuran / luasan tapak ............................................................ 117

Page 17: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

x

5.2.7.2 Analisa visibilitas .................................................................. 117

5.2.7.3 Pencapaian dan sirkulasi ....................................................... 118

5.2.7.4 Parkir ..................................................................................... 118

5.2.7.5 Vegetasi ................................................................................. 119

5.3 Analisa tata ruang dalam .......................................................................... 120

5.3.1 Analisa organisasi sirkulasi horizontal dan vertikal ....................... 125

5.3.2 Analisis massa dan perwajahan ...................................................... 126

5.3.3 Analisis sistem struktur / konstruksi ............................................... 126

5.3.4 Analisa sistem utilitas ..................................................................... 127

5.3.4.1 Analisa elektrikal ................................................................... 127

5.3.4.2 Analisa sanitasi ...................................................................... 128

a. Sistem air bersih ................................................................ 128

b. Sistem air kotor ................................................................. 128

5.3.4.3 Analisa penghawaan .............................................................. 129

5.3.4.4 Analisa Komunikasi .............................................................. 129

BAB VI KONSEP PERANCANGAN .............................................................. 130

6.1 Konsep dasar .......................................................................................... 130

6.2 Konsep perancangan ruang luar / tapak ................................................. 132

6.2.1 Zoning Tapak .................................................................................. 132

6.2.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar ......................................................... 133

6.2.3 Konsep Vegetasi .............................................................................. 133

6.3 Konsep tata ruang dalam ....................................................................... 135

Page 18: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xi

6.4 Konsep massa dan perwajahan .............................................................. 136

6.5 Konsep sistem struktur / konstruksi ....................................................... 138

6.6 Konsep sistem utilitas ............................................................................ 138

6.6.1 Konsep Elektrikal ........................................................................ 139

6.6.2 Konsep Sanitasi ............................................................................ 139

6.6.2.1 Sistem air bersih .................................................................... 140

6.6.2.2 Sistem air kotor ..................................................................... 140

6.6.3 Konsep Penghawaan ..................................................................... 140

6.6.4 Konsep Komunikasi ..................................................................... 141

BAB VII KESIMPULAN .................................................................................. 142

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143

LAMPIRAN ........................................................................................................ 143

Page 19: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 SLB Negeri Autis Sumut ................................................................... 47

Gambar 2.2 Ruang Terapi ...................................................................................... 48

Gambar 2.3 Taman Bermain .................................................................................. 48

Gambar 2.4 Kolam Renang .................................................................................... 48

Gambar 2.5 Ruang Serbaguna ............................................................................... 48

Gambar 2.6 Koridor Lantai 1 ................................................................................. 49

Gambar 2.7 Ramp .................................................................................................. 49

Gambar 2.8 Ruang Kelas ....................................................................................... 49

Gambar 2.9 Ruang Transisi ................................................................................... 49

Gambar 2.10 Ruang Terapi Okupasi ...................................................................... 49

Gambar 2.11 Ruang Bina Diri ............................................................................... 49

Gambar 2.12 Ruang Fisioterapi ............................................................................. 50

Gambar 2.13 Ruang Terapi Sensori Integrasi ........................................................ 50

Gambar 2.14 Skema Program Pembelajaran di Sekolah Mandiga ........................ 51

Gambar 2.15 Denah Sekolah Mandiga .................................................................. 52

Gambar 2.16 Tampak Atas Sekolah Autis Northern ............................................. 53

Page 20: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xiii

Gambar 2.17 Ruang Kelas ..................................................................................... 54

Gambar 2.18 Tempat Bermain Outdoor................................................................. 55

Gambar 2.19 Layout Sekolah Autis Northern........................................................ 55

Gambar 2.20 Tampak Bangunan Sekolah Autis Northern .................................... 56

Gambar 2.21 Tampak Atas Sekolah Autis Laverton ............................................. 57

Gambar 2.22 Site Plan Sekolah Autis Laverton..................................................... 57

Gambar 2.23 Aksonometri Bangunan Advance Center for Autism ...................... 67

Gambar 2.24 Tampak Bangunan Advance Center for Autism .............................. 67

Gambar 2.25 Denah Zona Sensorik Advance Center for Autism .......................... 67

Gambar 2.26 Perspektif Bangunan Fawood Children's Centre .............................. 70

Gambar 2.27 Struktur Baja pada Bangunan ........................................................... 71

Gambar 2.28 Detail Façade Bangunan................................................................... 71

Gambar 2.29 Ruang Outdoor Anak-anak .............................................................. 72

Gambar 2.30 Ruang Bermain Indoor Anak-anak ................................................. 72

Gambar 3.1 Peta Kota Medan dan WPP ............................................................... 77

Gambar 3.2 Site Jl. Karya Wisata ......................................................................... 78

Gambar 3.3 Site Jl. Ngumban Surbakti ................................................................. 79

Gambar 3.4 Site Jl. T Amir Hamzah ..................................................................... 80

Page 21: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xiv

Gambar 4.1 Tapak Site Perancangan .................................................................... 92

Gambar 4.2 Peta Rencana Tata Ruang Medan Johor ............................................ 93

Gambar 4.3 Batas Kawasan .................................................................................. 93

Gambar 4.4 SLB A Karya Murni .......................................................................... 94

Gambar 4.5 SD Ignasius ....................................................................................... 94

Gambar 4.6 Taman Cadika Pramuka .................................................................... 94

Gambar 4.7 Perumahan Johor Indah Permai I ...................................................... 94

Gambar 5.1 Sirkulasi Kendaraan Kawasan Perancangan ..................................... 95

Gambar 5.2 Suasana di Jalan Karya Wisata .......................................................... 96

Gambar 5.3 Jalan Kecil menuju Site ..................................................................... 96

Gambar 5.4 Tempat Pejalan Kaki ......................................................................... 96

Gambar 5.5 Sirkulasi menuju Site ........................................................................ 96

Gambar 5.6 Jalan Karya Wisata ............................................................................ 97

Gambar 5.7 Lampu Penerangan di Pinggir Jalan .................................................. 97

Gambar 5.8 Lampu Jalan di Dekat Gereja ............................................................ 97

Gambar 5.9 Analisa Matahari ............................................................................... 98

Gambar 5.10 Analisa Angin .................................................................................. 99

Gambar 5.11 Vegetasi di sekitar Kawasan Perancangan .................................... 100

Page 22: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xv

Gambar 5.12 Analisa Kebisingan ....................................................................... 101

Gambar 5.13 Hubungan Ruang secara Makro .................................................... 111

Gambar 5.14 Luasan Tapak ................................................................................ 117

Gambar 5.15 Analisa Visibilitas ......................................................................... 117

Gambar 5.16 Vegetasi pada Tapak Site .............................................................. 119

Gambar 5.17 Pondasi Footplate .......................................................................... 127

Gambar 5.18 Tiang Listrik di Depan Site Perancangan ...................................... 128

Gambar 6.1 Konsep Penzoningan dalam Site ..................................................... 132

Gambar 6.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar ......................................................... 133

Gambar 6.3 Gubahan Massa Sekolah ................................................................. 136

Gambar 6.4 Aksonometri Gubahan Massa Sekolah ........................................... 136

Gambar 6.5 Warna yang digunakan pada sekolah ............................................... 138

Gambar 6.6 Skema Alur Listrik .......................................................................... 139

Gambar 6.7 Skema Air Bersih ............................................................................ 140

Gambar 6.8 Skema Air Kotor ............................................................................. 140

Page 23: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Autime ................................................................................... 9

Tabel 2.2 Perkembangan Imajinasi Anak .............................................................. 13

Tabel 2.3 Gejala Perilaku Putis .............................................................................. 15

Tabel 2.4 Interaksi Sosial Anak ............................................................................. 16

Tabel 2.5 Kurikulum SDLB Autis ......................................................................... 20

Tabel 2.6 Kurikulum SMPLB Autis ...................................................................... 21

Tabel 2.7 Kurikulum SMALB Autis ...................................................................... 22

Tabel 2.8 Kriteria Pemilihan lokasi ....................................................................... 26

Tabel 2.9 Deskripsi kegiatan .............................................................................. 30

Tabel 2.10 Uraian deskripsi pengguna dan kegiatan ............................................. 30

Tabel 2.11 Besaran Area Konsultasi & diagnosis .................................................. 33

Tabel 2.12 Besaran Area Pendidikan ..................................................................... 33

Tabel 2.13 Besaran Area Terapi............................................................................. 34

Tabel 2.14 Besaran Area Pendukung ..................................................................... 34

Tabel 2.15 Besaran Area Pengelola ....................................................................... 34

Tabel 2.16 Besaran Area Service ........................................................................... 35

Page 24: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

xvii

Tabel 2.17 Perbandingan Studi Kasus Tema Sejenis ............................................. 73

Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan ........ 75

Tabel 3.2 Pemilihan Alternatif Site ........................................................................ 81

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2010-2017 ............................... 103

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Kota

Medan Tahun 2017 ............................................................................ 103

Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Sekolah Khusus Autisme ....................................... 104

Tabel 5.4 Area Konsultasi & Diagnosis ............................................................... 106

Tabel 5.5 Area Pendidikan ........................................................................... 107

Tabel 5.6 Area Terapi ............................................................................ 107

Tabel 5.7 Area Pendukung ............................................................................ 108

Tabel 5.8 Area Pengelola ............................................................................ 108

Tabel 5.9 Area Service ............................................................................ 109

Tabel 5.10 Analisa Karakteristik Behavior Architecture ..................................... 122

Tabel 5.11 Analisa Suprasemen Arsitektural pada Pendekatan Arsitektur Perilaku

............................................................................ 124

Tabel 6.1 Konsep dasar ............................................................................ 130

Tabel 6.2 Rekomendasi nama dan jenis tanaman ................................................ 133

Page 25: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Autisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dalam

komunikasi, interaksi dan perilaku. Autisme merupakan suatu perkembangan yang

kompleks, biasanya telah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Secara fisik, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dengan anak normal, tetapi ketika kita

berinteraksi dengan mereka akan terlihat perbedaannya. Mereka tidak mampu

berkomunikasi dan bersosialisasi secara normal, sehingga terisolasi dengan dunia

orang normal dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Penyebab penyakit autisme

ini masih belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa ahli percaya bahwa

autisme disebabkan oleh faktor genetik. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor

biologi, imunologi, neuroanatomi, biokemikal dan prenatal merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya autisme.

Sejak tahun 1990-an, penderita autisme meningkat dengan tajam di seluruh

dunia, prevalensinya mencapai 60 dari 1000 anak. Di Amerika, autisme merupakan

gangguan perkembangan ketiga terbanyak yang paling sering ditemukan pada anak-

anak, dimana ditemukan 1 dari 1000 anak di Amerika, dan akan diperkirakan kini

terdapat sedikitnya 300.000 anak penyandang autisme. Jika ditambah dengan

penyandang yang sudah dewasa, jumlahnya lebih luar biasa yaitu 1 juta orang.

Ledakan jumlah penyandang autisme ini tentu mengejutkan. Sebab, prevalensi

Page 26: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

2

penyandang autisme kini lima kali lipat dari prevalensi munculnya anak down

syndrome. (Agus, 2004)

Di Indonesia, Dr. Widodo Judarwarwanto (2015) menyebutkan bahwa tahun

1990-an jumlah penyandang autisme diperkirakan 1:5000 anak, tahun 2000

meningkat menjadi 1:500 anak. Diperkirakan tahun 2010, perbandingannya 1:300

anak. Sedangkan tahun 2015 diperkirakan perbandingannya 1:250 anak. Tahun

2015 diperkirakan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme atau

134.000 penyandang spectrum autis di Indonesia. Jumlah tersebut menurutnya

setiap tahunnya terus meningkat.

Selain itu, minimnya pengetahuan mengenai anak penyandang autisme juga

menyebabkan para orangtua memiliki pemahaman yang keliru mengenai cara

mendidik dan membesarkan anak mereka. Pada umumnya, orang tua dari anak-

anak dengan gangguan autis ini akan menyekolahkan anak mereka di SLB untuk

tunadaksa atau di SLB biasa, tetapi tidak semua SLB mau menerima anak-anak

tersebut sehingga banyak orangtua yang kebingungan kemana anak mereka harus

bersekolah. Hal ini sungguh memprihatinkan terlebih dengan jumlah data anak

penyandang autisme yang terus meningkat.

Karena jumlah anak penyandang autisme yang semakin meningkat dan

kurangnya informasi orangtua dalam menangani anak penyandang autisme, maka

penyediaan wadah untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana

cara merawat, melatih kelainan fisik, mental dan kecerdasan anak sangat

dibutuhkan. Adanya suatu wadah pendidikan dan pertukaran pengalaman orang tua,

Page 27: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

3

para pekerja sosial, guru tentunya akan membantu mengurangi beban anak

penyandang autisme.

Berdasarkan gejala kelainan pertumbuhan anak, perlu dirancang sekolah

khusus yang memungkinkan mereka hidup mandiri sehingga diterima di

masyarakat. Anak penyandang autisme yang memiliki kelainan perilaku dan

kelainan kognitif membutuhkan suatu wadah khusus yang spesifik menangani anak

penyandang autisme. Peran sekolah disini dapat mempunyai dua arti yaitu healing,

atau penyembuhan dan schooling atau pendidikan. Sekolah khusus mempunyai

fungsi sebagai healing dimana dalam arti sebagai kata kerja to heal yaitu to make

somebody/something healthy again; the process of getting better. Jika didefinisikan

maka sekolah sebagai proses membuat subjek utama yaitu anak penyandang

autisme menjadi sehat atau normal kembali. Sekolah khusus memiliki fungsi

sebagai schooling dimana dalam arti sebagai kata kerja to school yaitu to educate.

Jika didefinisikan maka sekolah sebagai proses mendidik anak penyandang autisme

sebagai subjek utama (Lena, 2009). Oleh karena itu, tema perancangan yang akan

diangkat pada proyek perancangan ini adalah Behavior Architecture (Arsitektur

perilaku).

1.2 PERMASALAHAN PERANCANGAN

Ada beberapa masalah yang menjadi pertimbangan dalam merancang sekolah

khusus autisme adalah sebagai berikut:

Page 28: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

4

1. Bagaimana mewujudkan sekolah yang bersifat healing (penyembuhan),

aman, dan nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat

berkembang dan hidup mandiri di masyarakat?

2. Bagaimana pola perilaku anak penyandang autisme dalam mempengaruhi

arsitektur?

1.3 TUJUAN PERANCANGAN

Tujuan dibuatnya sekolah khusus autisme adalah:

1. Membuat sekolah khusus yang menekankan pada penataan ruang, yaitu

ruang yang dapat membuat psikologis anak mengarah pada perubahan pola

tingkah laku sehingga dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat.

2. Sebagai wadah/tempat untuk mendidik, terapi dan mendapat informasi

tentang autisme itu sendiri dan cara penanganannya.

1.4 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Pembahasan tugas akhir, yang berjudul Perancangan Sekolah Khusus Autisme

Medan (Arsitektur Perilaku), terbagi dalam beberapa bab, yang merupakan proses

awal perencanaan dan perancangan, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisikan tentang gambaran secara umum mengenai perlunya sekolah khusus

autisme dengan memperhatikan kenyamanan bagi anak autisme dari tinjauan

Page 29: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

5

perilakunya, latar belakang, permasalahan perancangan, tujuan perancangan,

sistematika pembahasan

Bab II Studi Pustaka

Berisikan tentang tinjauan umum dan tinjauan khusus yang mencakup terminologi

judul yang membahas mengenai pengertian dan maksud dari sebuah kata dalam

judul agar dapat dipahami tujuan maupun sasarannya, berbagai aspek dalam

perancangan dan tinjauan tema serta studi banding dan literatur.

Bab III Metodologi

Berisikan tentang metoda pemilihan lokasi yang tepat dan metoda / pendekatan

penyelesaian masalah perancangan / tahapan perancangan.

Bab IV Deskripsi proyek

Berisikan tentang judul proyek, luasan proyek, batas kawasan serta fungsi-fungsi

yang terdapat pada sekitar eksisting.

Bab V Analisis Perancangan

Berisikan tentang analisa-analisa pada perancangan yaitu analisa kegiatan/program

ruang, ruang luar/tapak, tata ruang dalam, massa dan perwajahan bangunan, sistem

struktur serta sistem utilitas

Page 30: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

6

Bab VI Konsep Perancangan

Berisikan tentang konsep dasar, tapak, tata perletakan ruang dalam, perwajahan

serta massa bangunan, struktur hingga utilitas yang akan diterapkan pada

perancangan arsitektur.

Bab VII Kesimpulan

Berisikan uraian jawaban ringkas dari permasalahan perancangan.

Daftar Pustaka

Menampilkan secara jelas mengenai pengarang, tahun terbit, judul buku / artikel /

jurnal / majalah / website yang dijadikan sebagai referensi / acuan dalam pembuatan

laporan tugas akhir.

Lampiran

Page 31: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

7

1.5 KERANGKA BERPIKIR

LATAR BELAKANG

- Jumlah anak penyandang autisme di semakin meningkat

- Minimnya pengetahuan tentang cara penanganan anak penyandang autisme

- Masih sedikitnya jumlah sekolah khusus autisme di Medan

PERMASALAHAN PERANCANGAN

- Bagaimana mewujudkan sekolah yang bersifat healing (penyembuhan), aman, dan nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat?

- Bagaimana pola perilaku anak penyandang autisme dalam mempengaruhi arsitektur?

TUJUAN PERANCANGAN

- Membuat sekolah khusus yang menekankan pada penataan ruang, yaitu ruang yang dapat membuat psikologis anak mengarah pada perubahan pola tingkah laku sehingga dapat berkembang dan hidup mandiri di masyarakat.

- Sebagai wadah/tempat untuk mendidik, terapi dan mendapat informasi tentang autisme itu sendiri dan cara penanganannya.

ANALISIS

Sirkulasi, view, matahari, angin, vegetasi, ukuran tapak, kebutuhan pengguna, alur kegiatan, program ruang, dll

PENGUMPULAN DATA

a. Data Tapak b. Studi literatur c. Studi banding d. Survei e. Wawancara

KONSEP

Ruang luar, ruang dalam, massa, struktur dan utilitas

DESAIN AKHIR

Page 32: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

8

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 TINJAUAN FUNGSI

2.1.1 Terminologi judul

Judul proyek adalah “Sekolah Khusus Autisme Medan” dimana tempat ini

merupakan sekolah yang memang diperuntukan untuk anak penyandang autisme.

Di dalam judul “Sekolah Khusus Autisme Medan” mengandung pengertian:

a. Sekolah

Sekolah sebuah wadah pendidikan yang sifatnya formal, nonformal

dan informal, dimana pendiriannya dilakukan oleh Negara manupun swasta

dengan tujuan untuk pengajaran, mengelola dan mendidik murid. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi sekolah adalah suatu

lembaga / bangunan yang dipakai untuk aktivitas belajar mengajar sesuai

jenjang pendidikannya (SD, SMP, SMA).

b. Khusus

Menurut KBBI, Khusus artinya khas, istimewa, tidak umum,

memperuntukan bagi sesuatu yang tertentu.

c. Autisme

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks seperti

komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

d. Medan

Page 33: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

9

Merupakan daerah tingkat II berstatus kotamadya, adalah ibu kota

provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Jadi, Sekolah Khusus Autisme Medan merupakan sekolah yang diperuntukkan

untuk anak dengan gangguan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.

2.1.2 Tinjauan umum

2.1.2.1 Pengertian dan sejarah autisme

Istilah autisme berasal dari kata “autos” yang berarti sendiri dan “isme” yang berarti

aliran. Jadi, autime berarti suatu paham yang tertarik pada dunianya sendiri. Istilah

ini diperkenal oleh Dr. Leo Kanner, seorang psikiater yang menangani sekelompok

anak-anak yang mengalami kelainan sosial berat, hambatan komunikasi, dan

masalah perilaku pada tahun 1943.

Autis atau yang biasa disebut PDD (Pervasive developmental disorder) merupakan

kelainan perkembangan otak yang membuat anak sulit untuk dapat beradaptasi

dengan keadaan sekitar.

2.1.2.2 Klasifikasi autisme

Klasifikasi autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Autime

No. Jenis autisme Keterangan 1. Autisme Masa Kanak-

kanak (Childbood Autism)

Gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur tiga tahun. Ciri-ciri gangguan autisme ini adalah: kualitas komunikasinya tidak normal, adanya gangguan dalam kualitas

Page 34: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

10

interaksi sosial, dalam aktivitas, perilaku, serta interesnya sangat terbatas, diulang-ulang, dan streotip.

2. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Gejala ini tidak sebanyak seperti pada autisme masa kanak-kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi facial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

3. Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)

Gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita. Sekitar umur enam bulan, bayi mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang pada umur lima bulan sampai empat tahun. Gerakan tangan menjadi tidak terkendali, gerakan yang terarah hilang, dan disertai dengan gangguan komunikasi serta penarikan diri secara sosial. Selain itu, terjadi gangguan berbahasa, perseptivitas, ekspresif, serta kemunduran psikomotor yang hebat. Hal yang sangat khas adalah timbulnya gerakan tangan yang terus-menerus.

4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak-kanak (Childbood Disintegrative Disorder).

Gejala timbul setelah umur tiga tahun. Perkembangan anak sangat baik selama beberapa tahun sebelum terjadinya kemunduran yang hebat. Pertumbuhan yang normal terjadi pada usia 1 sampai 2 tahun. Kemudian, anak akan kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

5. Asperger Syndrome (AS)

Lebih banyak terdapat pada anak laki-laki. Perkembangan bicaranya tidak terganggu, tetapi mereka kurang bisa berkomunikasi secara timbal balik. Berbicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Sangat terobsesi kuat pada suatu benda. Mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran di sekolah.

Sumber:https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-tingkatan-anak-

autisme.html (diakses tgl 20 Maret 2019)

Page 35: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

11

2.1.2.3 Ciri-ciri anak autisme

Dalam Depdiknas (2002) tentang Pedoman Pelayanan Pendidikan bagi Anak

Autistik mendeskripsikan anak autis berdasarkan jenis masalah gangguan yang

dialami anak. Karakteristik dari masing-masing masalah / gangguan itu

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Masalah / gangguan di bidang komunikasi dengan karakteristik sebagai

berikut,

1. Perkembangan Bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada.

Anak tampak seperti tuli dan sulit bicara.

2. Terkadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan artinya.

3. Mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang, dengan Bahasa yang

tidak jelas.

4. Bicara tidak sebagai alat komunikasi, senang meniru pembicaraan

orang.

5. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan sesuatu

yang diinginkannya.

b. Masalah / gangguan di bidang interaksi sosial, dengan karakteristik

berupa :

1. Anak autis cenderung menyendiri

2. Anak menghindari kontak mata dengan orang lain atau menghindari

tatapan muka orang lain

3. Tidak tertarik berteman dengan teman sebayanya atau yang lebih tua

4. Bila diajak bermain, mereka menghindar.

Page 36: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

12

c. Masalah / gangguan di bidang sensoris, dengan karakteristik berupa:

1. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.

2. Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

3. Anak autis cuka mencium-cium dan menjilat-jilat mainan atau

benda- benda yang ada di sekitarnya.

4. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.

d. Masalah / gangguan di bidang pola bermain, karakteristiknya berupa:

1. Anak autis tidak bermain seperti anak pada umumnya.

2. Anak autis tidak bisa bermain dengan teman sebayanya.

3. Anak autis tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan

e. Masalah / gangguan di bidang perilaku, karakteristiknya berupa :

1. Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif

(hiperaktif) dan berperilaku berkekurangan (Hipoaktif).

2. Anak autis memperlihatkan stimulasi diri bergoyang-goyang

mengepakan tangan seperti burung.

3. Anak autis tidak suka kepada perubahan.

4. Anak autis punya tatapan kosong

f. Masalah / gangguan di bidang emosi, karakteristiknya berupa :

1. Anak autis sering marah-marah, tertawa, menangis tanpa alasan

yang jelas.

2. Anak autis terkadang berperilaku agresif dan merusak.

3. Anak autis tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang

lain yang ada di sekitarnya.

Page 37: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

13

Secara klinis, gangguan tersebut ditemukan secara spectrum (berbeda kadar

dan tingkat keparahannya). Jika gangguan tersebut lengkap dialami oleh individu

maka disebut autistic disorder, sedangkan jika tidak lengkap maka disebut autistic

spectrum disorder.

Ada beberapa gejala perilaku yang harus diwaspadai pada bayi atau anak

menurut usia:

Tabel 2.2 Perkembangan Imajinasi Anak

USIA DALAM BULAN

PERKEMBANGAN NORMAL

PERKEMBANGAN DENGAN GEJALA AUTISME

6 Perilakunya tidak berbeda terhadap sebuah benda pada saat yang sama

8 Perilaku dibedakan berdasarkan karakteristik benda. Menggunakan dua buah benda dalam kombinasi (tidak tepat digunakan secara sosial)

Pengulangan gerakan motorik mungkin mendominasi kegiatan sadar

12 Perilaku terhadap benda sesuai secara sosial (kegunaan benda). Dua benda atau lebih dihubungkan secara tepat.

Agak penasaran/eksplorasi terhadap lingkungan. Penggunaan mainan yang tidak biasa seperti memutar, menjentik dan membariskan benda.

18 Sering berperilaku simbolik (pura-pura minum, berbicara di telepon, dan lain-lain).

24 Sering menerapkan permainan pura-pura dengan boneka, mainan binatang (misalnya memberi makan boneka). Perilaku pura-pura tidak terbatas pada kegiatan sehari-hari (misalnya pura-pura menyetrika). Rangkaian perilaku pura-pura berkembang (memberi makan boneka, menimbang dan

Page 38: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

14

membaringkannya di tempat tidur). Berpura-pura main tembak-tembakan dengan benda yang ada.

26 Permainan simbolik yang sudah direncanakan lebih dahulu memberitahukan maksudnya dan mencari benda yang dibutuhkan untuk itu. Mencari benda pengganti (misalnya menggunakan kotak sebagai pengganti mobil). Benda diperlakukan alat yang dapat melakukan kegiatan bebas (misalnya: boneka dibuat agar dapat mengangkat gelas sendiri)

Terus menerus menjilati benda-benda. Tidak ada permainan simbolik. Terus menerus melakukan gerak repetitif seperti mematung, memutar, berjingkat, dan lain-lain. Kekaguman visual terhadap benda (menatap cahaya lampu, dan lain-lain). Menunjukkan banyak kekuatan yang berhubungan dengan manipulasi visual/motorik, misalnya puzzle.

48 Permainan sosiodramatis-pura-pura bermain dengan dua anak atau lebih. Menggunakan pantomim untuk mewakili benda yang diperlukan (misalnya pura-pura menuangkan air karena tidak ada teko). Kehidupan nyata dan khayal dapat membantu peranan untuk waktu yang lama.

Penggunaan fungsional terhadap benda-benda. Beberapa aksi langsung terhadap boneka atau orang lain; kebanyakan melibatkan anak-anak sebagai alat perantara. Permainan simbolik, jika ada, terbatas dan sederhana serta diulang-ulang. Selama permainan, keterampilan yang lebih sulit berkembang, tetap membutuhkan banyak waktu disbanding kegiatan lebih mudah. Beberapa di antaranya tidak mengkombinasikan alat permainan dalam bermain

60 Bahasa berperan penting dalam menciptakan tema, menegosiasikan peran dan bermain drama.

Tidak dapat berpantomim. Tidak bermain sosiodrama.

Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988

Page 39: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 2.3 Gejala perilaku autis

USIA PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME usia 0 - 6 bulan 1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis).

2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi. 4. Tidak "babbling". 5. Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu. 6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan. 7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal.

usia 6 - 12 bulan

1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis). 2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik. 3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan. 4. Sulit bila digendong. 5. Tidak "babbling". 6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan. 7. Tidak ditemukan senyum sosial. 8. Tidak ada kontak mata. 9. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

usia 12 - 24 bulan

1. Kaku bila digendong. 2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da). 3. Tidak mengeluarkan kata. 4. Tidak tertarik pada boneka. 5. Memperhatikan tangannya sendiri. 6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus. 7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

usia 2 - 3 tahun 1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain. 2. Melihat orang sebagai "benda". 3. Kontak mata terbatas. 4. Tertarik pada benda tertentu. 5. Kaku bila digendong

usia 4 - 5 tahun 1. Sering didapatkan ekolalia (membeo). 2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar). 3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah. 4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala). Temperamen tantrum atau agresif.

Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988

Page 40: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

16

Tabel 2.4 Interaksi Sosial Anak

USIA DALAM BULAN

INTERAKSI SOSIAL ANAK NORMAL ANAK PENYANDANG

AUTISME 2 1. Menggerakkan kepala dan

mata untuk mencari arah suara. 2. Senyuman sosial.

6 1. Perilaku meraih sebagai wujud keinginan untuk digendong. 2. Mengulangi tindakan yang dilakukan orang dewasa (meniru).

1. Kurang aktif dan kurang menuntut. 2. Sebagian cepat marah. 3. Lebih sedikit kontak mata. 4. Tidak ada respon secara sosial

8 1. Membedakan orangtua dari orang lain. 2. Permainan “memberi dan menerima”. 3. Melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. 4. Menangis/merangkak, mengejar ketika ibu keluar ruangan

1. Sulit reda ketika marah. 2. Sekitar sepertiga di antaranya sangat menarik diri dan mungkin secara aktif menolak interaksi. 3. Sekitar seperti di antaranya menerima perhatian tapi sangat sedikit memulai interaksi.

12 1. Anak sering memulai permainan. 2. Kontak visual meningkat selama bermain.

1. Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan, merangkak. 2. Tidak ada kesulitan pemisahan

18 1. Mulai bermain dengan teman sebaya

1. Masa bermain dengan teman sebaya singkat. 2. Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar (mis: kejar-kejaran).

1. Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sangat sedikit afeksi yang diekspresikan. 2. Mungkin memeluk dan mencium sebagai gerakan tubuh yang otomatis ketika diminta. 3. Tidak acuh terhadap orang dewasa selain orang tua. 4. Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar lebih suka menyendiri.

36 1. Belajar mengenai giliran dan berbagi dengan temannya. 2. Pertengkaran di antara teman sebaya sering terjadi.

1. Tidak bisa menerima anak-anak yang lain. 2. Sensitivitas yang berlebihan.

Page 41: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

17

3. Senang membantu orangtua mengerjakan pekerjaan rumah. 4. Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa.

3. Tidak bisa memahami makna hukuman.

48 1. Tawar-menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan socialdramatik. 2. Memiliki teman bermain favorit

1. Tidak dapat memahami aturan dalam permainan dengan teman sebaya.

60 1. Lebih berorientasi pada teman sebaya daripada orang dewasa. 2. Sangat berminat menjalin persahabatan. 3. Bertengkar dan saling mengejek sering terjadi dengan teman sebaya

1. Lebih berorientasi kepada orang dewasa daripada teman sebaya. 2. Sering menjadi lebih bisa bergaul, tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi.

Sumber: Watson L. dan Marcus L., Diagnosis and Assessment of Preschool Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in Autism, London, Plenum Press, 1988 2.1.2.4 Penyebab Autisme Pada Anak

Jurnal Integrasi autisme dalam International of Deseases (1993) menyebutkan

bahwa faktor –faktor penyebab autisme adalah:

a. Faktor kelainan perkembangan otak (brain development disorder) atau karena

kelainan perkembangan syaraf (neuro-development disorder)

b. Virus, jamur candida, rubella, herpes, toksoplasma dan akibat vaksin yang

mengandung air raksa seperti vaksin MMR dan Thimerosal.

c. Kelainan kromosom dan faktor keturunan atau genetika.

Gangguan autistik merupakan suatu sindrom perilaku yang dapat disebabkan

oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem syaraf pusat. Sampai sekarang ini

belum diketahui dengan pasti penyebab ketidak normalan yang dialami anak.

Page 42: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

18

Menurut teori biologis menjelaskan bahwa penyebab autisme ada hubungannya

dengan retardasi mental dan perbandingan penderita autisme pada laki-laki dan

perempuan yaitu 4 : 1.

2.1.2.5 Sekolah khusus bagi penderita autisme

Pendidikan Luar Biasa atau pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memilki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa. (Suparno,2007)

Ketika seorang anak diidentifikasi mempunyai kelainan, pendidikan luar

biasa sewaktu-waktu diperlukan. Hal ini dikemukakan karena siswa berkebutuhan

pendidikan khusus tidak secara otomatis memerlukan pendidikan luar biasa.

Pendidikan luar biasa akan sesuai akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat

diakomodasi dalam program pendidikan umum. Dapat disimpulkan bahwa

pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk

memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Mereka memerlukan penggunaan

bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi mengajar yang khusus.

Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem

pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai

potensinya secara maksimal. (M Jannah, 2016)

Adanya kelainan perilaku, sosial dan komunikasi pada indidual autime, maka

dibuatlah suatu wadah pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan

Page 43: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

19

penyandang autisme. Selain itu, juga sebagi wadah mengedukasi para orang tua

bagaimana cara menangani anak penyandang autisme.

Sekolah khusus autisme tentunya harus dilengkapi dengan elemen-elemen

yang mendukung, fasilitas yang lengkap serta suasana yang membangkitkan

semangat agar anak-anak tertarik untuk belajar. Fasilitas yang baik akan melatih

saraf motorik maupun sensorik sehingga akan membantu dalam penyembuhan.

Selain itu juga harus diperhatikan pola penataan ruang yang nantinya akan

berpengaruh pada perilaku anak supaya menjadi lebih baik (Junita, 2009).

Sekolah khusus autisme mengalami penyesuaian karakter anak, terutama pada

tata letak ruang maupun lingkungannya. Penataan ruang yang baik dan teratur

diharapkan dapat membantu keberhasilan dalam menangani anak penyandang

autisme yang pada umumnya menyukai keteraturan dan tidak menyukai perubahan.

2.1.2.6 Bentuk pendidikan khusus bagi anak penyandang autisme

Menurut Autism treatment services of Saskatchewan, ada beberapa jenis bentuk

pendidikan yaitu:

a. Individual therapy (1 guru 1 murid)

b. Designated autistic classes

Bentuk transisi dengan penanganan individual ke bentuk kelas dimana

sekelompok anak autis belajar dengan instruksi yang ada (1 guru 2-3 murid)

c. Ability group classes

Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi dengan baik dan kepatuhan

Page 44: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

20

d. Sosial skills development and mixed disability classes

Anak penyandang autisme biasanya berespon dengan baik dikelompokkan

dengan down syndrome tetapi memiliki ciri hyper-social

2.1.2.7 Kurikulum

Kurikulum pendidikan khusus sudah ada susunan bakunya dari pemerintah

yaitu menggunakan kurikulum pendidikan khusus tahun 2013 sebagaimana yang

tertuang dalam lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Nomor : 10/D/KR/2017 tertanggal 4 April 2017 tentang Struktur

Kurikulum, Kompetensi Inti - Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi

Kurikulum 2013 pendidikan khusus.

a. Struktur Kurikulum SDLB Autis

Tabel 2.5 Kurikulum SDLB Autis

MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU

I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 3 3 3 4. Matematika 2 2 4 3 3 3 5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 2 2 2 Kelompok B 7. Seni Budaya dan Prakarya 12 12 12 14 14 14 8. Pendidikan jasmani, Olahraga dan

kesehatan 2 2 2 2 2 2

Kelompok C 9. Program kebutuhan Khusus 4 4 4 4 4 4 JUMLAH ALOLASI WAKTU PER MINGGU

30 30 32 36 36 36

Page 45: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

21

Keterangan:

- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 30 (tiga puluh) menit.

- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan

faktor lain yang dianggap penting.

b. Struktur kurikulum SMPLB Autis

Tabel 2.6 Kurikulum SMPLB Autis

MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU VII VIII IX

Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi pekerti 2 2 2 2. Pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2 4. Matematika 2 2 2 5. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, olahraga dan

kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan Pilihan 18 18 18 Kelompok C 11. Program Kebutuhan Khusus 2 2 2 JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 38 38 38

Keterangan:

- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 35 (tiga Puluh lima) menit.

- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan

faktor lain yang dianggap penting.

Page 46: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

22

c. Struktur Kurikulum SMALB Autis

Tabel 2.7 Kurikulum SMALB Autis

MATA PELAJARAN KELAS DAN ALOKASI WAKTU PER MINGGU X XI XII

Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi pekerti 2 2 2 2. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2 4. Matematika 2 2 2 5. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2 6. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2 7. Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan Pilihan 24 26 26 Kelompok C 11. Program Kebutuhan Khusus JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 42 44 44

Keterangan:

- Satu jam pelajaran tatap muka adalah 40 (empat puluh) menit.

- Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan

faktor lain yang dianggap penting.

2.1.2.8 Terapi untuk Autisme

Dikutip dari laman lifetranscenter.com, ada beberapa jenis terapi yang biasa

digunakan yaitu:

a. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian

dan didesain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah

Page 47: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

23

memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive

reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat

ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

b. Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan

berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol. Banyak pula individu

autistic yang non-verbal atau kadang-kadang bicaranya cukup berkembang,

namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk

berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan

berbahasa akan sangat menolong.

c. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan

motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk

memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok

dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi

okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya

dengan benar.

d. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara

individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik

kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang

kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi

Page 48: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

24

sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan

memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

e. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan

dalam keterampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama

ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan

fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari

cara-caranya.

f. Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan

dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar

bicara, komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa

membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

g. Terapi Perilaku

Anak autisme seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak

memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya.

Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak

heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk

mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya

dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutinitas anak tersebut

untuk memperbaiki perilakunya.

h. Terapi Perkembangan

Page 49: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

25

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)

dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,

kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan

kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya. Terapi perkembangan

berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan

ketrampilan yang lebih spesifik.

i. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual

thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode

belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS

(Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga

dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

j. Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam

DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak

autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-

gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan

berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa

secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal

abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari

gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila

mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam

tubuh sendiri (biomedis).

Page 50: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

26

2.1.3 Kriteria pemilihan lokasi

Dengan pertimbangan segi fungsi, maka diperlukan lokasi yang dapat

mendukung tujuan dari bangunan dan membantu kelancaran aktivitas yang

berlangsung di dalamnya.

Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi

bangunan yang dirancang merupakan bangunan fasilitas pendidikan yang bersifat

privat dan berskala kota. Persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi

sebagai bahan perencanaan adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Lokasi strategis

Strategis di sini bukan dalam arti harus berada di pusat kota atau daerah

yang ramai, melainkan lokasi harus mudah dijangkau oleh umum dengan

segala jenis kendaraan dan pejalan kaki.

2.1.3.2 Lokasi sehat

a. Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan

polusi udara.

b. Lokasi tidak berada di daerah tanah berawa atau berlumpur atau tanah

berpasir, elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi yaitu terkait

kelembapan udara. Kelembapan udara harus mencapai kenetralan 55-65%

Tabel 2.8 Kriteria pemilihan lokasi

No.

Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan pinggir kota yang merupakan daerah perumahan, pendidikan dan komersil. Berada di dekat jalan besar.

Page 51: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

27

2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota,baik angkutan umum maupun pribadi.

3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar

permukiman yang belum ada fasilitas pendidikan.

4. Persyaratan lain Tanah milik pemerintah atau pribadi nilailahan tidak terlalu tinggi untuk daerah

pendidikan.Untuk pengembangan kawasan pendidikan, KDB bangunan 60 %, KLB

bangunan 1-4 lantai Sumber: olahan penulis

2.1.4 Deskripsi pengguna dan kegiatan

2.1.4.1 Deskripsi pengguna

Secara umum pengguna dari sekolah khusus autisme di Medan dapat dikelompokan

menjadi:

a. Kelompok pengunjung

Kelompok ini kelompok pelaku kegiatan yang mendapat informasi dan

manfaat dari keberadaan sekolah secara objektif. Pelaku di dalamnya adalah:

1. Anak penyandang autisme adalah anak yang memiliki masalah interaksi,

sosial dan perilaku.

2. Orangtua anak penyandang autisme adalah ayah dan ibu dari anak

penyandang autisme.

b. Kelompok tenaga medis

Kelompok ini adalah kelompok pelaku kegiatan yang memberikan konsultasi

kesehatan dan psikologis. Kegiatan ini dilakukan pada waktu tertentu atau

berkala. Pelaku di dalamnya adalah:

Page 52: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

28

1. Dokter anak merupakan orang yang memberikan konsultasi dan diagnosis

pada kesehatan fisik, mental, emosional, tumbuh kembang, dan sosial

anak-anak, sejak mereka dilahirkan hingga menjadi remaja, yakni sampai

usia 18 tahun.

2. Perawat merupakan orang yang membantu dokter dalam menyiapkan data

perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai,

memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi.

3. Psikolog merupakan orang yang memberikan konsultasi perencanaan

program, metode monitoring dan menilai kemajuan anak serta membantu

para orangtua dan pengajar dalam merancang/menetapkan program

bersama atau mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam

menjalankan suatu program.

c. Kelompok tenaga pendidikan

1. Guru merupakan seseorang yang bertugas memberikan ilmu kepada

muridnya melalui kegiatan belajar mengajar.

2. Terapis merupakan seseorang yang bertugas untuk membantu anak

mempelajari sesuatu dan sekaligus menjadi guru bayangan dalam kelas.

d. Kelompok Pengelola

1. Kepala sekolah merupakan seorang guru yang diberi tanggung jawab

untuk memimpin suatu sekolah.

Page 53: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

29

2. Wakil kepala merupakan seorang guru yang diberi tanggung jawab untuk

membantu kepala sekolah baik dalam bidang kurikukum, kesiswaan,

sarana dan prasarana ataupun humas.

3. Pegawai receptionis adalah orang yang bekerja menangani registrasi tamu

dan memberikan pelayanan kepada pengunjung di sekolah.

4. Pegawai keuangan adalah orang yang bekerja dalam bidang penganggaran,

pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian dan penyimpanan dana.

5. Pegawai personalia adalah orang yang bekerja mengelola sumber daya

manusia pada hal-hal yang terkait administrative yang mengatur hubungan

antara perusahaan dengan karyawannya.

6. Pegawai tata usaha bertugas mengelola keuangan, administrasi ataupun

laporan kepengurusan ketatausahaan

7. Penjaga perpustakaan bertugas menyelesaikan segala permasalahan yang

ada di dalam perpustakaan baik perencanaan pengadaan buku, pengurusan

pelayanan perpustakaan bagi siswa, penyimpanan buku maupun

pemeliharaan buku.

8. Pegawai konsumsi bertugas menyediakan makanan dan minuman untuk

warga sekolah.

9. Satpam bertugas memberikan layanan kenyamanan dan keamanan di

dalam sekolah.

10. Cleaning service bertugas memberikan layanan kebersihan dan

pemeliharaan bangunan.

Page 54: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

30

11. Teknisi bertugas untuk melakukan kegiatan kontrol dan pemeliharaan

terhadap peralatan teknis yang ada dalam sekolah.

Masing-masing komponen di atas memiliki peran penting dalam berjalannya sistem

pendidikan dan pengajaran di sekolah, juga dalam perkembangan anak-anak

spesial.

2.1.4.2 Deskripsi kegiatan

Jenis-jenis kegiatan di sekolah khusus autisme dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

Tabel 2.9 Deskripsi kegiatan

No. Kelompok kegiatan Uraian kegiatan 1. Utama - Kegiatan belajar formal dan informal

- Terapi - Bersosialisasi - Bermain

2. Penunjang - Kegiatan konsultasi kesehatan dan psikologis, - Kegiatan pengelola (tata usaha, administrasi, dokumentasi arsip-arsip)

3. Pendukung Pelayanan umum, perpustakaan dan kafetaria 4. Servis Keamanan, pembersih, petugas ME

Sumber: olahan penulis

Tabel 2.10 Uraian deskripsi pengguna dan kegiatan

Pengguna Kegiatan Pengelompokan kegiatan Anak penyandang autis Melakukan pendaftaran Kegiatan diagnosis

Kegiatan pendidikan Menjalani pemeriksaan

Melakukan tes medis Kegiatan diagnosis

Melakukan proses terapi

Kegiatan terapi

Mengikuti konsultasi psikologis

Kegiatan konsultasi

Mengikuti kelas Kegiatan pendidikan

Page 55: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

31

Menggunakan fasilitas yang ada

Kegiatan pendukung

Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Orangtua anak penyandang autis

Melakukan pendaftaran Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan

Konsultasi dengan dokter

Kegiatan diagnosis

Mencari informasi Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi

Mengikuti pertemuan rutin dengan dokter dan terapis Mengikuti pertemuan orangtua anak yang lain

Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Dokter Melakukan pemeriksaan awal Melakukan tes dan diagnosis Menentukan jenis terapi untuk pasien

Kegiatan diagnosis

Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendukung

Terapis Membimbing dan mengawasi pasien menjalani terapi

Kegiatan terapi

Istirahat Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Psikolog Melakukan konsultasi Kegiatan diagnosis Guru Mengajar Kegiatan pendidikan Pengelola Melakukan administrasi Kegiatan pengelola Mengawasi kinerja

seluruh pegawai Kegiatan pengelola

Mengadakan rapat Kegiatan pengelola Istirahat Kegiatan diagnosis

Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Page 56: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

32

Service Menjaga keamanan semua fasilitas

Kegiatan service

Membersihkan semua ruangan

Kegiatan service

Melakukan perawatan / pemeliharaan rutin terhadap peralatan dan perlengkapan bangunan

Kegiatan service

Istirahat Kegiatan diagnosis Kegiatan pendidikan Kegiatan terapi Kegiatan pendukung

Sumber: olahan penulis

2.1.5 Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang

2.1.5.1 Deskripsi kebutuhan ruang

Menurut website www.autism.com, ruang untuk kebutuhan anak autis adalah:

a. Ruang anak-anak autis (main entrance, ruang kelas kelompok kecil, ruang

kelas kelompok besar, ruang computer, ruang minat khusus, ruang bermain

indoor/outdoor, ruang perpustakaan, ruang konsultasi, ruang kesehatan,

ruang kontrol, lavatory, dapur, ruang makan)

b. Ruang kelompok pengelola (main entrance, side entrance, ruang

reseptionis, ruang pimpinan, ruang guru/terapis, ruang rapat, ruang arsip,

ruang dokter, ruang psikolog, ruang observasi, kafe)

c. Ruang kelompok penunjang (main entrance, parkir, area pengantar, ruang

tunggu/lobby, loker, perpustakaan, kafe, ruang serbaguna, lavatory)

d. Ruang kelompok kegiatan service (gudang barang, ruang peralatan, dapur,

tangga/lift, tangki air/jemuran, genset, lavatory)

Page 57: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

33

2.1.5.2 Deskripsi besaran ruang

a. Area Konsultasi & Dianogsis

Tabel 2.11 Besaran area Konsultasi & Diagnosis Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang pendaftaran 4,8 m2 AS Ruang tunggu 9,6 m2 AS Ruang dokter 12,03 m2 TSS Ruang psikolog 9,93 m2 TSS Ruang arsip 16 m2 NAD Ruang perawat 9 m2 TSS Laboratorium 30 m2 NAD Toilet Toilet pria 2 m2/ unit NAD

Toilet wanita

b. Area Pendidikan

Tabel 2.12 Besaran Area Pendidikan Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang pendaftaran 4,8 m2 AS Ruang tenang 6 m2 DA Ruang kelas 15 m2 Peraturan

pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Ruang pengajar 32 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Ruang komputer 2 m2/murid DA Ruang seni 1,5 m2/murid TSS Ruang musik 1,5 m2/murid TSS Perpustakaan 30 m2 Peraturan

pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Toilet Toilet pria 2 m2/ unit DA Toilet wanita

Page 58: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

34

c. Area Terapi Tabel 2.13 Besaran area terapi

Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang terapi one by one

3 m2 SB

Ruang terapi berkelompok

2,5 m2 TSS

Ruang terapi Okupasi

2 m2 / org TSS

Ruang sensori integrasi

2 m2 / org TSS

Ruang bina diri 2 m2 / org TSS Perpustakaan 36 m2 DA Ruang Terapis 2 m2/org Toilet Toilet pria 2 m2/ unit NAD

Toilet wanita

d. Area pendukung

Tabel 2.14 Besaran Area pendukung Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Area bermain indoor

75 m2 DA

Area bermain outdoor

150 m2 DA

Kafetaria Ruang makan 4 m2/ unit DA Kasir 4,8 m2 AS Dapur 30% dari luas

kafetaria DA

Ruang serbaguna 1,2 m2/ org DA e. Area pengelola

Tabel 2.15 Besaran Area pengelola Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Front office 4,8 m2 AS Ruang tamu 9 m2 AS Ruang kepala sekolah

12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Ruang wakil kepala 9 m2 AS Ruang sekretaris 8 m2 AS Ruang personalia 6 m2 AS

Page 59: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

35

Ruang tata usaha 16 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Ruang rapat 2 m2/ org DA Gudang 20 m2 DA Toilet Toilet pria 2 m2/ unit DA

Toilet wanita

f. Area service Tabel 2.16 Besaran Area service

Pembagian Nama ruang Standar (m2) Sumber Ruang administrasi karyawan

6,75 m2 DA

Ruang ganti 2,25 m2 DA Loker karyawan 15 m2 DA Gudang 20 m2 DA Ruang genset 10 m2 DA Ruang istirahat 18 m2 DA Pantry 18 m2 AS Musholla 12 m2 Peraturan

pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

Area parkir pengunjung

12,5 m2/mobil 1,5/motor

DA

Area parkir karyawan

12,5 m2/mobil 1,5/motor

DA

Pos satpam 4 m2 AS Sumber: Olahan penulis

2.1.6 Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang

2.1.6.1 Kriteria desain sekolah autis

Merurut Peraturan Menteri Pendidikan Sosial Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2008 Tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Ketentuan mengenai prasarana tersebut beserta sarana yang ada di dalamnya diatur

dalam standar sebagai berikut:

Page 60: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

36

a. Ruang Kelas

1. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori dan praktik

dengan alat sederhana yang mudah dihadirkan.

2. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

3. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 5 peserta didik untuk ruang kelas

SDLB dan 8 peserta didik untuk ruang kelas SMPLB dan SMALB.

4. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 3 m2/peserta didik. Untuk

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 5 orang, luas minimum

ruang kelas adalah 15 m2.

5. Lebar minimum ruang kelas adalah 3 m.

6. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar

ruangan.

7. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat

segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat

tidak digunakan.

8. Salah satu dinding ruang kelas dapat berupa dinding semi permanen agar pada

suatu saat dua ruang kelas yang bersebelahan dapat digabung menjadi satu

ruangan.

9. Ruang kelas dilengkapi perabot (kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi

guru, meja guru dan lemari), media pendidikan (Papan tulis, Papan panjang),

dan perlengkapan lain (tempat cuci tangan, jam dinding, kotak kontak, tempat

sampah)

Page 61: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

37

b. Ruang Perpustakaan

1. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik, guru

dan orangtua peserta didik memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan

pustaka dengan membaca, mengamati dan mendengar, dan sekaligus tempat

petugas mengelola perpustakaan.

2. Luas minimum ruang perpustakaan adalah 30 m2. Lebar minimum ruang

perpustakaan adalah 5 m.

3. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku.

4. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai.

5. Ruang perpustakaan dilengkapi buku (buka teks pelajaran, buku panduan

pendidik, buku pengayaan, buku referensi, sumber belajar lain), perabot (rak

buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca, kursi baca, kursi kerja, meja

kerja/sirkulasi, lemari katalog, lemari, papan pengumuman, meja multimedia,

Media pendidikan (peralatan multimedia) dan perlengkapan lain (buku

inventaris, kotak kotak, jam dinding, tempat sampah).

c. Ruang Keterampilan

1. Ruang keterampilan berfungsi sebagai tempat kegiatan pembelajaran

keterampilan sesuai dengan program keterampilan yang dipilih oleh tiap

sekolah.

2. Pada setiap sekolah yang menyelenggarakan jenjang pendidikan SMPLB

dan/atau SMALB minimum terdapat dua buah ruang keterampilan. Ruang

Page 62: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

38

tersebut digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada jenis keterampilan

yang dapat dipilih dari tiga kelompok keterampilan: keterampilan rekayasa,

keterampilan jasa atau keterampilan perkantoran.

3. Ruang keterampilan memiliki luas minimum 24 m2 dan lebar minimum 4 m.

4. Ruang keterampilan dilengkapi dengan sarana sesuai jenis keterampilan

d. Ruang Pimpinan

1. Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan

SDLB, SMPLB dan/atau SMALB, pertemuan dengan sejumlah kecil guru,

orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas Dinas pendidikan, atau tamu

lainnya.

2. Luas minimum ruang pimpinan adalah 12 m2 dan lebar minimum adalah 3m.

3. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, serta dapat

dikunci dengan baik.

4. Ruang pimpinan dilengkapi perabot (kursi pimpinan, meja pimpinan, kursi

tamu, meja tamu, lemari, papan statistik) dan perlengkapan lain (simbol

kenegaraaan, tempat sampah, jam dinding).

e. Ruang guru

1. Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta

menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

2. Rasio minimum luas ruang guru adalah 4 m2/pendidik dan luas minimum

adalah 32 m2.

Page 63: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

39

3. Ruang guru mudah dicapai dari halaman SDLB ataupun dari luar lingkungan

SDLB, SMPLB dan/atau SMALB ataupun dari luar lingkungan SDLB,

SMPLB dan/atau SMALB, serta dekat dengan ruang pimpinan.

4. Ruang guru dilengkapi sarana perabot (kursi kerja, meja kerja, lemari, papan

statistik, papan pengumuman) dan perlengkapan lain (tempat cuci tangan, jam

dinding, tempat sampah).

f. Ruang Tata Usaha

1. Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan

administrasi SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.

2. Rasio minimum luas ruang tata usaha adalah 4 m2/petugas dan luas minimum

adalah 16 m2.

3. Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman SDLB, SMPLB dan/atau

SMALB ataupun dari luar lingkungan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB

serta dekat dengan ruang pimpinan.

4. Ruang tata usaha dilengkapi sarana perabot (kursi kerja, meja kerja, lemari,

papan statistik) dan perlengkapan lain (mesin ketik/computer, filling cabinet,

brankas, telepon, jam dinding, kotak kontak, penanda waktu, tempat sampah)

g. Tempat Beribadah

1. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga SDLB, SMPLB dan/atau

SMALB melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing

pada waktu sekolah.

2. Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SDLB, SMPLB

dan/atau SMALB dengan luas minimum adalah 12 m2.

Page 64: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

40

3. Tempat beribadah dilengkapi sarana Perabot (lemari/rak) dan perlengkapan

lain (perlengkapan ibadah, jam dinding).

h. Ruang UKS

1. Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik

yang mengalami gangguan kesehatan di SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.

2. Luas minimum ruang UKS adalah 12 m2.

3. Ruang UKS dilengkapi sarana perabot (tempat tidur, lemari, meja, kursi) dan

perlengkapan lain (catatan kesehatan peserta didik, perlengkapan P3K, tandu,

selimut, tensimeter, termometer badan, timbangan badan, pengukur tinggi

badan, tempat cuci tangan, jam dinding, tempat sampah)

i. Ruang Konseling/Asesmen

1. Ruang konseling/asesmen berfungsi sebagai tempat peserta didik

mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan

pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir, serta berfungsi sebagai

tempat kegiatan dalam menggali data kemampuan awal peserta didik sebagai

dasar layanan pendidikan selanjutnya.

2. Luas minimum ruang konseling/asesmen adalah 9 m2.

3. Ruang konseling/asesmen dapat memberikan kenyamanan suasana dan

menjamin privasi peserta didik.

4. Ruang konseling/asesmen dilengkapi sarana perabot (meja kerja, kursi kerja,

kursi tamu, lemari, papan kegiatan), peralatan pendidikan (instrument

konseling, buku sumber, media pengembangan kepribadian, perlengkapan

asesmen) dan perlengkapan lain (jam dinding, tempat sampah).

Page 65: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

41

j. Jamban/toilet

1. Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

2. Minimum terdapat 2 unit jamban.

3. Jamban dilengkapi dengan peralatan yang mempermudah peserta didik

berkebutuhan khusus untuk menggunakan jamban.

4. Luas minimum 1 unit jamban adalah 2 m2.

5. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

6. Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

7. Jamban dilengkapi kloset, tempat air, gayung, gantungan pakaian dan tempat

sampah.

k. Gudang

1. Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di luar

kelas, tempat menyimpan sementara peralatan yang tidak/belum berfungsi,

dan tempat menyimpan arsip yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

2. Luas minimum gudang adalah 18 m2.

3. Gudang dapat dikunci.

4. Gudang dilengkapi lemari dan rak.

l. Ruang Sirkulasi

1. Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang

dalam bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB dan sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar

jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-

kegiatan tersebut berlangsung di halaman SDLB, SMPLB dan/atau SMALB.

Page 66: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

42

2. Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di

dalam bangunan SDLB, SMPLB dan/atau SMALB dengan luas minimum adalah

30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum adalah 1,8 m; dan

tinggi minimum adalah 2,5 m.

3. Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,

beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar

pengaman dengan tinggi 90 -110 cm.

5. Bangunan bertingkat dilengkapi tangga dan ramp.

6. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum

dua buah tangga.

7. Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tidak

lebih dari 25 m.

8. Lebar minimum tangga adalah 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga adalah

17 cm, lebar anak tangga adalah 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan

yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.

9. Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes

dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

10. Kelandaian ramp tidak lebih terjal dari 1:12.

11. Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang

cukup.

Page 67: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

43

m. Tempat Bermain/Berolahraga

1. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,

pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

2. Minimum terdapat tempat bermain/berolahraga berukuran 20 m x 10 m yang

memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran

air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan berolahraga.

3. Sebagian lahan di luar tempat bermain/berolahraga ditanami pohon yang

berfungsi sebagai peneduh.

4. Lokasi tempat bermain/berolahraga diatur sedemikian rupa sehingga tidak

banyak mengganggu proses pembelajaran di kelas.

5. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

6. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi tiang bendera, bendera dan peralatan

olahraga.

Kriteria khusus ruang sekolah khusus autisme

Karakter dari anak autisme adalah kaku, tidak fleksibel dan tidak mudah untuk

menerima perubahan. Berangkat dari karakter yang khas tersebut maka lingkungan

pengajaran harus secara terstruktur. Adanya penyesuaian penataan ruang indoor

(tata letak ruang kelas) dan out door untuk menghindari rasa tertekan dan

melakukan hal yang janggal atau menyakiti diri. Menurut Junita (2009), yang harus

diperhatikan dalam mendesain sekolah khusus autisme adalah:

a. Struktur ruang yang kacau akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar

Page 68: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

44

b. Penataan interior harus tetap karena autis mudah kacau tergantung dari

perubahan sekecil apapun.

c. Pemilihan warna tidak ekstrim sehingga anak autis tidak menjadi terdistraksi

d. Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan anak autis terkait dengan sensori atau

kepekaan terhadap cahaya

e. Akustik yang sesuai dengan kondisi anak penyandang autisme

f. Lingkungan yang dapat menjalin interaksi sosial.

g. Sirkulasi yang jelas

Menurut L.Vogel, Clare, Classroom Design For Living and Learning with Autism

ada beberapa kriteria kualitas kelas bagi anak autisme yang dapat menjadi pedoman

dalam mendesain fasilitas pendidikan, yaitu:

a. Fleksibel dan teradaptasi. Dalam merancang sebuah desain untuk orang

penyandang autisme tidak semudah yang dibayangkan, tetapi kemampuan untuk

mengubah suatu lingkungan yang mengkhususkan bagi pengguna yang berbeda.

Sehingga ruangan dapat mengakomodasi pengguna.

b. Tidak mengancam. Kriteria ruang yang dimaksud adalah ruang yang terbuka dan

menyambut, ruang yang tercipta harus mempunyai hubungan yang baik bagi

penyandang autis. Pengaturan dan kriteria harus mampu memberikan ketenangan,

tempat yang dapat menguatkan / menyembuhkan dan memberikan rasa proteksi.

c. Tidak menggangu. Maksudnya adalah cara bagaimana membuat ruang yang tidak

menimbulkan kekacauan dari segi indera penyandang autisme yaitu perhatian

Page 69: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

45

terhadap unsur yang dapat menimbulkan gangguan terhadap pendengaran, bau dan

visual mereka.

d. Terprediksi. Maksud dari terprediksi adalah bagaimana respon yang diberikan

manusia sebagai penerimaan informasi terhadap lingkungan melalui penciuman,

penglihatan, suara dan sentuhan. Kemampuan indera pada anak autis tidak

semuanya berfungsi dengan baik, karena itulah rancangan anak autis memerlukan

isyarat sensori.

e. Terkontrol. Terkontrol adalah lanjutan dari kriteria terprediksi. Semua orang akan

merasa nyaman dan dalam kontrol ketika mereka memilki zona transisi antara ruang

privat dan publik.

f. Kesesuian sensorik-motorik. Kebutuhan ini bersifat fleksibel karena dapat

berubah sesuai waktu. Untuk anak autis perlu diciptakan lingkungan sekolah yang

dilengkapi perangkat sensorik yang bersifat eksplorasi yaitu dengan mewujudkan

ruang sensorik terintegrasi untuk belajar dan bermain. Namun ruang sensori juga

dapat diwujudkan dengan pembuatan ram yang dapat menjadi area bermain mereka.

g. Aman. Perancangan harus memperhatikan sudut-sudut ruang yang tercipta,

pemakaian bahan pada bangunan, sirkulasi vertikal (tangga/ram), lantai yang sudah

rusak, jendela yang tidak tertutup, maupun bahaya secara emosional dan keamanan.

h. Bukan institusi. Lingkungan yang diciptakan sangat penting unutk

memperhatikan kebutuhan anak autisme, agar mereka berada dalam keadaan

ternyaman. Keadaan ternyaman mereka yaitu merasakan suasana di rumah yang

Page 70: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

46

bermanfaat untuk memberikan ketenangan dan bertahan dalam waktu yang lama di

dalam ruangan.

2.1.6.2 Kriteria Desain tapak

Masalah penyelesaian tapak harus mengikuti kriteria-kriteria tapak, yaitu:

a. Keamanan

1. Fisik dinding yang tidak dapat dimasuki dengan mudah, setiap bukaan

untuk entrance, pencahayaan atau ventilasi, harus terkontrol

2. Pintu keluar masuk dibatasi dan dijaga, termasuk untuk pengelola

3. Tersedia pintu keluar darurat.

4. Alarm yang dihubungkan dengan pos keamanan bangunan

5. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran

b. Lingkungan

Sebaiknya tidak berada pada daerah dengan tingkat polusi tinggi, karena

akan membuat biaya operasional dan maintance menjadi mahal untuk

pengkondisian dan penyaringan udara.

1. Ruang ekspansi (perluasan)

- Lahan cukup luas untuk pengembangan secara horizontal.

- Taman untuk ekspansi pada masa yang akan datang

2. Loading area

- Tersedia ruang untuk troly/mobil barang (misalnya 15 m), dan cukup

untuk manuver kendaraan tersebut.

Page 71: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

47

3. Ruang luar

- Courtyard sebagai titik awal tempat istirahat bagi pengunjung.

Kriteria tapak untuk akses publik, meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pencapaian

Kemudahan pencapaian oleh kendaraan pribadi atau angkutan umum dan

tersedia juga jalur pejalan kaki

b. Parkir

1. Tersedia parkir untuk pengunjung, pengelola dan servis

2. Mudahnya mengenal entrance, jalan keluar, tersedia parkir beratap, kanopi

c. Kemudahan dilihat (Visibility)

1. Sebaiknya tapak berada dekat simpang/ sudut jalan utama (daripada di

tengah-tengah blok bangunan), agar dapat menjadi issue untuk menarik donor

dan dana masyarakat

2. Dapat menimbulkan image, memberi image

2.1.7 Studi banding arsitektur fungsi sejenis

2.1.7.1 SLB Negeri Autis Sumut

Gambar 2.1 SLB Negeri Autis Sumut

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 72: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

48

Sekolah luar biasa negeri autis merupakan sekolah yang didirikan oleh

pemerintah untuk anak-anak peyandang autis. Lokasi sekolah berada di Jl. Williem

Iskandar No. 9 Medan. Sekolah ini merupakan bagian dari PLA (Pusat Layanan

Autis) yang juga mempunyai layanan assesmen dan terapi. Sekolah ini menerima

anak autis usia 4-13 tahun. Sekolah ini baru membuka pendidikan untuk kelas 1

sampai kelas 4 dimana di setiap kelas itu anak-anak mempunyai rentang usia yang

berbeda-beda yang disesuaikan dengan kemampuan anak.

Sekolah ini hanya membuka kelas pagi yaitu dari jam 08.00 – 10.00. Karena

masih keterbatasan sumber daya maka setiap kelas dibimbing dengan perbandingan

guru dengan murid 1:4. Setiap hari Senin sampai Kamis dilaksanakan kelas indoor

dan setiap Jumat dan Sabtu diadakan kelas outdoor. Untuk kurikulum yang dipakai

disekolah ini adalah kurikulum SLB yang disesuaikan dengan kemampuan anak.

Gambar 2.2. Ruang Terapi Gambar 2.3 Taman Bermain

Gambar 2.4 Kolam renang Gambar 2.5 Ruang serbaguna

Page 73: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

49

Sumber: Dokumentasi Penulis

Sekolah luar biasa negeri autis ini terdiri dari 2 lantai. Di lantai 1 terdapat

ruang snozellen/ ruang tenang, reseptionis, ruang terapis, ruang konsultasi, ruang

assesmen, perpustakaan, 9 ruang terapi, taman bermain, kolam renang, ruang

serbaguna, toilet dan pantry.

Gambar 2.7 Ramp Gambar 2.6 Koridor lantai 1

Gambar 2.8 Ruang kelas Gambar 2.9 Ruang transisi

Gambar 2.10 Ruang Terapi Okupasi

Gambar 2.11 Ruang Bina Diri

Page 74: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

50

Sumber: Dokumentasi Penulis

Di lantai 2 terdapat 4 ruang kelas, ruang transisi, ruang kepala sekolah, ruang staff,

ruang bermain, ruang terapi okupasi, ruang bina diri, 2 ruang sensori integrasi,

ruang fisioterapi, toilet dan pantry.

2.1.7.2 Sekolah Autis “Mandiga (Mandiri dan Bahagia)”

Sekolah mandiga merupakan sekolah khusus untuk anak-anak penyandang

autis. Sekolah Mandiga didirikan pada tahun 2000 oleh Adriana Soekandar

Ginanjar.Lokasi sekolah mandiga ini sebelumnya terletak di Jl. Muliawarman dan

akhirnya pada tahun 2009 sekolah menempati gedung baru yang berlokasi di Jl.

Puri Mutiara No. 14, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan. Sekolah mandiga menerima

anak autis usia 6 – 20 tahun. Dimana dibagi menjadi dua tingkatan yaitu Sekolah

Dasar yang diperuntukan bagi anak berusia 6 – 12 tahun dan Sekolah Lanjutan yang

diperuntukan bagi anak berusia 12 – 20 tahun (Dyah, 2016).

Gambar 2.12 Ruang Fisioterapi Gambar 2.13 Ruang terapi sensori integrasi

Page 75: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

51

Sekolah mandiga mempunyai 2 sesi, sesi pertama kelas pagi dari jam 08.00 –

12.00, dan sesi kedua kelas siang dari jam 13.00 – 16.00. Sebenarnya di sekolah

mandiga ada pemisahan siswa laki-laki dan siswa perempuan. Tetapi dikarenakan

siswa perempuan hanya 2 orang maka siswa perempuan digabung dengan siswa

laki-laki. Untuk kurikulum yang dipakai di sekolah ini adalah kurikulum IEP

(Individualized Educational Program) yang merupakan program pengajaran dan

pendidikan yang mengacu pada masing-masing individu (Dyah, 2016).

Gambar 2.14 Skema program pembelajaran di Sekolah Mandiga

Sumber: Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus

Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak

Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)

Pada tingkatan sekolah dasar para siswa diajarkan keterampilan dasar yaitu

keterampilan berbicara, toileting, berpakaian, dan sebagainya. Keterampilan yang

dikhususkan kemandirian si anak. Ketika mereka sudah berusia 12 tahun keatas

barulah mereka melanjutkan ketahap selanjutnya. Yaitu mereka bisa masuk ke kelas

Lanjut Akademik (LA) atau ke kelas Lanjut Keterampilan (LK).Sekolah lanjutan

tersebut ditentukan oleh kemampuan masing-masing individu. Jika individu sudah

bisa menulis, mengenali huruf, sudah bisa mandiri, dan juga sudah bisa

Page 76: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

52

mengendalikan dirinya sendiri mereka dapat melanjutkan ke kelas LA. Jika

individu belum bisa mengenali huruf, bahkan kemampuan untuk toileting saja

mereka belum menguasai mereka dapat melanjutkan ke kelas LK. Tapi sebelum

mereka melewati tahap Sekolah Dasar maupun Sekolah Lanjutan mereka harus

melewati tahap asesment dimana tahap ini adalah tahapan untuk penilaian calon

siswa dan menentukan program apa yang akan digunakan oleh siswa tersebut.

Sekolah mandiga juga mempunyai program pendukung sebagai minat siswa yaitu

program komputer, musik, dan juga bercocok tanam. Program-program ini harus

dilakukan oleh seluruh siswa mandiga secara berkala (Dyah, 2016)

Sekolah mandiga terdapat 2 lantai, yaitu lantai 1 terdapat 8 kelas (1 kelas

dasar, 2 kelas lanjut, 2 kelas individual, 2 ruang tenang, serta 1 ruang terapi wicara/

terapi perilaku); ruang guru, ruang makan bersama, ruang simulasi kamar mandi,

loker siswa ataupun guru, ruang kerja, dan pantry (Dyah,2016).

Gambar 2.15 Denah Sekolah Mandiga

Sumber: Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus

Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak

Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)

Page 77: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

53

2.1.7.3 Sekolah Autis Northern

Gambar 2.16 Tampak Atas Sekolah Autis Northern

Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism

Berlokasi di Victoria, Australia. Sekolah ini mengelompokkan ruang belajar

siswa di sekitar halaman tengah, yang menyediakan akses individu untuk bermain

langsung untuk semua area pembelajaran. Pinggiran atap yang dipotong

memungkinkan masuknya sinar matahari utara ke semua kamar plus ruang belajar

outdoor yang tertutup.

Area pembelajaran berkumpul di sekitar rute sirkulasi lengkung yang kuat

yang sengaja tidak interaktif dengan area pembelajaran untuk mengurangi

gangguan. Rute-rute ini didefinisikan di gedung untuk dipahami siswa. Bangunan

ini menerapkan pemotongan tepi ke area staf / admin yang menghadap ke selatan,

memungkinkan ruang staf untuk dinikmati sebagai ruang individu. Bangunan ini

menyediakan kelompok sub-sekolah terhubung yang terintegrasi dalam sebuah

komunitas namun memberi semua siswa pembelajaran pandangan yang terkontrol

secara individu memecah pembelajaran menjadi ruang kelompok kecil yang tenang

Page 78: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

54

untuk 6-8 siswa. Desainnya kontras pinggiran di tepi arteri bagian dalam

menciptakan bentuk hidup.

Gambar 2.17 Ruang Kelas

Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism

Sang arsitek menghasilkan sebuah bangunan yang akan mendukung anak-

anak mengatur diri sendiri dan mengelola perilaku mereka. Setiap ruang kelas

memiliki ruang kerja yang cukup, halaman luar yang tertutup, dapur kecil, dan

penyimpanan yang berlimpah. Ruang kelas semuanya terang dan alami cerah, yang

memungkinkan guru untuk meminimalkan penggunaan lampu neon. Seluruh

sekolah didekorasi dengan warna-warna alami yang bersahaja untuk

mengakomodasi kebutuhan anak-anak yang memiliki kepekaan terhadap warna.

Ada seluruh sayap terapi bagi anak-anak untuk mengakses program terapi bicara,

pekerjaan, musik dan bermain.

Page 79: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

55

Gambar 2.18 Tempat Bermain Outdoor

Sumber: http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-commendations/northern-school-for-autism

Taman bermain berada di tengah bangunan. Agar guru dapat dengan mudah

mengawasi dan mendukung siswa di luar maupun di dalam kelas, maka dibuat

banyak jendela di sekeliling bangunan. Desain taman bermain ini menawarkan jalur

sepeda yang murah hati karena pendidikan sepeda adalah program inti, serta

berbagai peralatan bermain. Sayap spesialis menyediakan ruang khusus untuk

olahraga, memasak, seni, dan perpustakaan.

Gambar 2.19 Layout Sekolah Autis Northern

Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110

Page 80: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

56

Gambar 2.20 Tampak Bangunan Sekolah Autis Northern

Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110

2.1.7.4 Sekolah Autis Laverton

Sekolah autis ini merupakan sekolah yang menerima anak-anak yang

berkebutuhan khusus. Menteri Pendidikan Martin Dixon mengatakan bahwa dalam

beberapa tahun ini sekolah autis Laverton College ini mengalami peningkatan siswa

Autism Spectrum Disorder (ASD). Sekolah autis ini adalah sekolah autis yang

dikelola oleh pemerintah dan selalu mendapat dukungan dari pemerintah setempat.

Page 81: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

57

Gambar 2.21 Tampak Atas Sekolah Autis Laverton

Sumber: https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-

and-commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria

Gambar 2.22 Site Plan Sekolah Autis Laverton

Sumber: https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-

and-commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria

Page 82: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

58

2.2 TINJAUAN TEMA: Arsitektur Perilaku

2.2.1 Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Kata perilaku

menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan aktivitas manusia secara

fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan

fisiknya. Dari sisi lain, desain arsitektur dapat menghasilkan sesuatu yang

menyebabkan terjadinya perilaku, namun juga dapat menjadi penghambat

terjadinya perilaku.

Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu menyertakan

pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur muncul

sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk

perancangan obyek-obyek Arsitektur tertentu, misalnya rumah sakit jiwa,

rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat autisme. Dalam

perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat didekati dengan

pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall, restoran, sekolah,

stasiun kereta api dan lain-lain.

Perancangan Arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang

psikologi Arsitektur atau psikologi lingkungan.

Page 83: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

59

Teori-teori tema arsitektur perilaku menurut para ahli:

a. Menurut Y.B Mangun Wijaya

Dalam buku Wastu Citra dijelaskan bahwa:

Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang

mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap

dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku, pencipta, pemakai, pengamat

juga perilaku alam sekitarnya. Disebutkan pula bahwa arsitektur adalah

penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat

yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh dari

pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu guna

tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga menghasilkan suatu daya yang

menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. Citra merujuk pada

image yang ditampilkan oleh suatu karya arsitektur. Citra lebih berkesan

spiritual karena hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambang

yang membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari yang

menciptakan.

Dari pernyataaan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mencapai guna dan

citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang berpengaruh dalam

sebuah karya, baik itu perilaku pencipta, perilaku pemakai, perilaku pengamat

juga menyangkut perilaku alam dan sekitarnya.

b. Menurut Donna P. Duerk

Dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan bahwa:

Page 84: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

60

“…that people and their behavior are part of a whole system that includes place

and environment, such that behavior and environment cannot be empirically

separated. That is to say, human behavior always happen in a place and they cannot

be fully evaluated without considering the environmental influence.”

(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari sistem yang menempati

tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku

manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan

tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan.)

c. Menurut Clovis Heimsath, AIA

Dalam bukunya yang berjudul Behavioral Architecture, Toward an

Accountable Design Process dijelaskan bahwa:

Arsitektur adalah lingkungan (enclosure) dimana orang-orang hidup tinggal.

Sedangkan perilaku mempunyai dua arti pengertian yaitu:

1. Orang-orang yang tengah bergerak, dengan sesuatu yang dikerjakan, dengan

orang-orang untuk mengobrol dan berhubungan satusama lain.

2. Suatu kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama

secara dinamik dalam waktu.

d. Menurut Garry T. More

Dalam buku Introduction to Architecture dijelaskan bahwa:

Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan organisme

dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Pengkajian perilaku menurut Garry T.

More diakitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai

Page 85: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

61

pengkajian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian lingkungan-perilaku

seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri atas definisi-defenisi

sebagai berikut:

1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan antara

lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses

perancangan.

2. Pengkajian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup lebih banyak

dari pada sekedar fungsi.

3. Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, diaman fungsi bertalian dengan

perilaku dan kebutuhan orang, estetika bertalian dengan pilihan dan

pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi dengan estetika hasil

pengalaman yang bersandar pada si pemakai.

4. Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si pemakai

bangunan, kebutuhan interaksi kemasyarakatan, perbedaan-perbedaan sub

budaya dalam gaya hidup dan makna serta simbolisme banguan.

5. Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke teknologi, agar isyarat-

isyarat Arsitektur dapat memberikan penampilan kemantapan atau

perlindungan.

2.2.2 Interpretasi Tema

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari lingkungan yang

membentuk diri mereka. Diantara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang

didesain manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku

manusia yang hidup didalam arsitektur dan lingkungannya tersebut. Sebuah

Page 86: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

62

arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari

arsitektur itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali.

Arsitektur membentuk perilaku manusia

Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna, yang

kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam bangunan

tersebut dan mulai membatasi manusia untuk bergerak, berperilaku, dan cara

manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini menyangkut kestabilan

antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam

keselarasan lingkungan.

Pola-pola aktivitas/perilaku yang terekam dalam kegiatan secara terus-menerus

akan membentuk suatu formula / tatanan yang dapat dipakai dalam pembentukan

proses perancangan arsitektur. Pemenuhan tingkat kebutuhan aktivitas dan sarana

akan memperlihatkan pola perilaku penggunanya. Menelusuri pola perilaku

manusia yang berkaitan dengan penataan lingkungan fisik, menghasilkan konsep

tata perilaku (Barker, 1968). Dari konsep ini, seorang arsitek dapat mengenali

sistem gerak dan kebutuhan secara sistematis terhadap suatu lingkungan kegiatan

tertentu.

Desain arsitektur

Perilaku manusia

Page 87: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

63

Perilaku manusia membentuk arsitektur

Setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah dibuat, manusia

kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun atas dasar perilaku yang telah

terbentuk, dan seterusnya.

Prinsip-prinsip pada tema arsitektur Perilaku

Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus diperhatikan dalam penerapan

tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David antara

lain:

a. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan:

Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan

ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan oleh

perancang dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan, dan pada

umumnya bentuk adalah yang paling banyak digunakan sebagai media komunikasi

karena bentuk yang paling mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari

bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:

1. Pencerminan fungsi bangunan

Desain arsitektur

Perilaku manusia

Page 88: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

64

Simbol-simbol yang menggambarkan tentang rupa bangunan yang nantinya

akan dibandingkan dengan pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali

sebagai pengalaman baru.

2. Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati.

3 Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan.

b. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan.

1. Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik berarti

kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia secara langsung

seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis pada dasarnya sulit

dicapai karena masing-masing individu memiliki standar yang berbeda-beda

untuk menyatakan kenyamanan secara psikis. Dengan tercapainya

kenyamanan secara psikis akan tercipta rasa senang dan tenang untuk

berperilaku.

2. Menyenangkan secara fisik bisa timbul dengan adanya pengolahan-

pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada di sekitar kita. Menyenangkan

secara fisiologis bias timbul dengan adanya kenyamanan termal yang

diciptakan lingkungan sekitar terhadap manusia. Menyenangkan secara

psikologis bisa timbul dengan adanya ruang terbuka yang merupakan tuntutan

atau keinginan manusia untuk bisa bersosialisasi. Menyenangkan secara

kultural bisa timbul dengan adanya penciptaan karya arsitektur dengan gaya

yang sudah dikenal oleh masyarakat yang berada di tempat itu.

Page 89: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

65

c. Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.

Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsur, antara lain:

1. Keterpaduan (unity)

Yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh

dan serasi.

2. Keseimbangan

Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik visualnya

haruslah seimbang.

3. Proporsi

Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran

keseluruhan.

4. Skala

Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran besarnya. Skala

biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan dibandingkan dengan unsur-

unsur manusiawi yang ada di sekitarnya.

5. Irama

Yaitu pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan. Seperti

pengulangan garis-garis, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna yang

akan sangat mempengaruhi kesan yang ditimbulkan dari perilaku pengguna

bangunan.

d. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakai yaitu seperti usia, jenis

kelamin, kondisi fisik dan lain-lain.

Page 90: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

66

Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur Perilaku dapat disimpulkan bahwa:

a. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan yang

disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.

b. Arsitektur dan perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek

psikologi juga ditekankan.

c. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek

psikologis juga ditekankan.

d. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang

paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan sesuai yang dirancang.

e. Tema arsitektur diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas serta dapat

menstimulasi semangat belajar dan bekerja bagi memberikan tanggapan yang

sesuai dengan yang diharapkan perancang.

2.2.3 Keterkaitan tema dengan judul

Sebuah sekolah yang berbasis perilaku bertujuan untuk menciptakan

lingkungan binaan yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya. Untuk

merancang sekolah khusus autis yang membuat kenyamanan pembelajaran di

sekolah tersebut, maka dibutuhkan arsitektur perilaku yang membantu anak

penyandang autisme untuk hidup mandiri di masyarakat dan membuat lingkungan

nyaman untuk belajar di sekolah tersebut.

Page 91: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

67

2.2.4 Studi banding arsitektur tema sejenis

2.2.4.1 Advance Center for Autism

Gambar 2.23 Aksonometri Bangunan Advance Center for Autism

Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-

people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/

Gambar 2.24 Tampak Bangunan Advance Center for Autism

Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-

people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/

Pusat ini ditempatkan di sisi barat Kairo di daerah perumahan dengan

kepadatan konstruksi yang rendah. Karakter area didefinisikan oleh bangunan

bertingkat rendah: lantai dasar ditambah 1 hingga lantai dasar ditambah 4.

Bangunan fasilitas perawatan memiliki 6 tingkat. Akses dari kota agak sulit, jarak

Page 92: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

68

dari pusat sekitar 25 km, tetapi dari daerah perumahan terdekat akses dilakukan

dengan sangat mudah dengan kendaraan pribadi dan melalui transportasi umum.

Unit perawatan ditempatkan di zona dengan banyak area hijau tetapi memiliki

kelemahan karena tidak berada di sekitar lembaga pendidikan atau medis.

Fungsi-fungsi yang ada di dalam pusat perawatan banyak, kegiatan dibagi

antara hubungan masyarakat dan perawatan untuk autis. Meskipun tidak memiliki

ruang "neuro-tipikal", integrasi untuk orang dengan autisme dibantu oleh banyak

area terapi spesifik seperti ruang terapi individu dan kolektif yang kompleks, ruang

olahraga, taman stimulasi sensorik dan unit akomodasi.

Gambar 2.25 Denah zona sensorik Advance Center for Autism

Sumber: https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-people-with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/

Advance Center for Autism direncanakan memiliki Teori Desain Sensorik

dalam pikiran, oleh lengkungan. Magda Mostafa, penggagas konsep desain ini.

Dengan cara ini, ruang dibagi secara ketat sesuai dengan potensi sensorik yang

dimilikinya: area stimulus tinggi, area stimulus rendah, dan ruang transisi.

Page 93: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

69

Konstruksi ini memiliki ketinggian lantai dasar ditambah 5 tingkat dan dibagi dalam

4 volume yang berbeda: unit akomodasi, pusat olahraga, area hubungan masyarakat

dan bangunan perawatan. Pusat ini memiliki 2 pintu masuk utama yang berbeda,

yang pertama untuk masyarakat umum dan yang lainnya dirancang khusus untuk

pasien dengan akses mudah ke ruang terapi. Kedua zona dihubungkan oleh koridor

panjang yang memiliki peran untuk memberikan keintiman ke zona perawatan.

Volume terapi memiliki inti transisi sentral yang dapat memberikan akses mudah

ke semua ruang perawatan.

2.2.4.2 Fawood Children's Centre

Luas Fawood Children's Centre adalah 1220 m2. Pusat Anak-Anak Fawood

di Harlesden, London Utara, adalah bagian dari regenerasi Stonebridge Housing

Estate, yang saat ini terletak di antara blok-blok menara perumahan yang akan

dihancurkan.

Pada akhirnya akan duduk di dalam taman baru dan bertindak sebagai titik

fokus dalam lanskap. Ini dirancang untuk memberikan lingkungan belajar dan

bermain yang aman bagi anak-anak prasekolah setempat.

Ada anggaran terbatas dan waktu program pendek yang tersedia, yang

membutuhkan pemikiran kreatif yang cukup besar dari pihak tim desain. Alsop,

bersama dengan staf dan pemangku kepentingan utama di taman kanak-kanak Evan

Davis, yang diganti oleh pusat, mengembangkan konsep yang merupakan kebalikan

dari pendekatan tradisional terhadap desain taman kanak-kanak. Di Fawood

Page 94: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

70

Children's Center, tim berusaha untuk menyediakan integrasi total lingkungan

belajar eksternal dan internal dalam selungkup bangunan sederhana. Sebagian atap

tembus cahaya dan sebagian melayang di atas seluruh situs, yang bersama-sama

dengan 'dinding' jala membungkus ruang bermain terbuka dan fasilitas ruang dalam

untuk anak-anak, yang ditampung dalam selubung berpemanas yang terpisah.

Meskipun ruang luar tidak dipanaskan, mereka terlindung dari cuaca terburuk

dan anak-anak bebas untuk masuk dan keluar dari gedung pembibitan yang

dipanaskan tanpa perlu mantel dan sepatu luar.

Gambar 2.26 Perspektif Bangunan Fawood Children's Centre

Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre

Pusat Anak-Anak Fawood yang baru menyediakan, di bawah satu atap, kamar

anak untuk usia 3-5 tahun, fasilitas penitipan anak untuk anak-anak berkebutuhan

khusus dan autistik, dan sebuah Pusat Anak-anak dengan layanan pembelajaran

orang dewasa.

Struktur utama adalah selungkup trapezoid, yang mengambil bentuk struktur

rangka portal baja dengan atap yang menjorok dalam, dibentuk dari campuran

Page 95: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

71

kelongsong atap polikarbonat opal dan kelongsong baja berprofil berlapis bubuk

berwarna merah muda, pada purlin baja dan portal baja galvanis bingkai.

Gambar 2.27 Struktur baja pada bangunan

Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre

"Dinding" terbentuk dari dua jenis jaring baja stainless; bagian bawah dinding

menggunakan jala yang lebih padat untuk meningkatkan keamanan bangunan,

tingkat atas menampilkan gorden dari jala ringan yang dimodulasi menjadi kurva

beriak dengan “lozenges” akrilik berwarna elips.

Gambar 2.28 Detail façade bangunan

Sumber: https://all.design/posts/fawood-childrens-centre

Page 96: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

72

Akomodasi internal untuk anak-anak disediakan oleh sejumlah kontainer

pengiriman daur ulang yang dicat warna-warna cerah dan didekorasi dengan karya

seni terapan.

Tiga kelompok struktur kontainer pengiriman berlantai tiga dihubungkan

oleh jalan setapak, memproyeksikan balkon, lift dan tangga baja. Kontainer telah

dilengkapi dengan pemanas di bawah lantai dan pelapis sederhana untuk

memberikan ruang kelas yang efisien dan murah.

Gambar 2.29 Ruang Outdoor Gambar 2.30 Ruang bermain indoor anak-anak

Sumber: https://arcspace.com/feature/fawood-childrens-centre/

Dirancang untuk digunakan sebagai ruang terbuka, ruang-ruang di antara

kontainer termasuk piazza dengan penghiasan kayu yang dikelilingi oleh

terowongan willow, area bermain lembut, rumah pohon, area panggung luar

ruangan, taman air dan platform pendakian.

Atap sebagai tempat berteduh dan mengamankan semua fungsi ruang anak-

anak, area bermain luar ruangan, dan ruang sirkulasi.

Page 97: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

73

Kombinasi lingkungan internal yang dibangun dan beradaptasi telah

memungkinkan program pembangunan cepat, dan respons yang fleksibel terhadap

tuntutan kegiatan sehari-hari anak-anak yang sangat muda, dengan biaya yang

relatif rendah.

Pada setiap contoh kasus tema sejenis menggunakan tema arsitektur

perilaku dalam perancangan bangunannya. Perilaku dari pengguna ditinjau dan

dianalisa berdasarkan pola pikir serta perilaku manusia, diterapkan dalam

perancangan.

Tabel 2.17 Perbandingan studi kasus tema sejenis

No. Proyek Analisa perilaku Penerapan Dalam Perancangan 1. Advance

Center for Autism

Anak-anak autis Bentuk massa

Geometris yaitu persegi dan lingkaran

Façade Penampilan bangunan yang kreatif dan imajinatif untuk merangsang imajinasi anak-anak

Warna Penggunaan warna yang mencolok pada interior ruangan

Sirkulasi Gabungan antara linear dan berkelok-kelok untuk memberi kesan mengalir mengingat anak-anak yang senang mengeksplorasi ruang

Cahaya Pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami

2. Fawood Children’s Center London, Uk

Anak-anak berkebutuhan khusus dan autis

Bentuk massa

Geometris yaitu persegi

Page 98: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

74

Façade Menggunakan penutup baja stanless

Warna Menggunakan warna yang kontras dan menyolok pada eksterior bangunan, karena anak-anak menyukai warna yang ceria sehingga bisa meningkatkan semangat belajar anak-anak

Struktur Atap trapezium dengan struktur baja

Cahaya Menggunakan pencahayaan pada bagian façade

Sumber: Olahan Penulis

Page 99: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

75

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metoda Pemilihan lokasi

3.1.1 Pemilihan Lokasi

Untuk mencapai target yang diharapkan, maka acuan yang dipakai dalam

menentukan site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK pemerintah kota Medan.

Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan

WPP Cakupan

Kecamatan

Pusat

Pengembangan

Peruntukan

Lahan

Program

Pembangunan

A M. Belawan

M. Marelan

M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan,

Industri,

Permukiman,

Rekreasi,

Maritim

Jalan baru,

jaringan air

minum, septik

tank, sarana

pendidikan dan

permukiman.

B M. Deli TJ.MULIA Perkantoran,

Perdagangan,

Rekreasi

Indoor,

Permukiman

Jalan Baru,

Jaringan air

minum,

Pembuangan

sampah, sarana

Pendidikan

C M. Timur

M. Perjuangan

M. Tembung

M. Area

AKSARA Permukiman,

Perdagangan,

Rekreasi

Sambungan air

minum, Septic

tank, Jalan Baru,

Rumah Permanen,

Page 100: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

76

M. Denai

M. Amplas

sarana pendidikan

dan Kesehatan

D M. Johor

M. Baru

M. Kota

M. Maimun

M. Polonia

INTI KOTA CBD, Pusat

Pemerintahan,

Hutan Kota,

Pusat

Pendidikan,

Perkantoran,

Rekreasi

Indoor,

Permukiman

Perumahan

Permanen,

Pembuangan

sampah, Sarana

Pendidikan

E M. Barat

M. Helvetia

M. Petisah

M. Sunggal

M. Selayang

M. Tuntungan

SEI

SEKAMBING

Permukiman,

Perkantoran,

Perdagangan,

Konservasi,

Rekreasi,

Lapangan

Golf, Hutan

Kota

Sambungan air

minum, septic

tank, Jalan baru,

Rumah Permanen,

Sarana Pendidikan

dan Kesehatan

Page 101: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

77

Gambar 3.1 Peta Kota Medan dan WPP

Sumber: RUTRK Medan

3.1.2 Lokasi proyek

Terdapat tiga alternatif, yaitu:

a. Lokasi A

Jl. Karya Wisata Kec. Medan Johor

b. Lokasi B

Jl. Ngumban Surbakti Kec.Medan Selayang

c. Lokasi C

Jl. T Amir Hamzah Kec. Medan Barat

WPP D CBD, pusat pemerintahan, perumahan, perkantoran, hutan kota, dan pusat pendidikan

Kawas

WPP B Merupakan kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pendidikan WPP C Merupakan kawasan permukiman, pendidikan, rekreasi, kesehatan, perdagangan

WPP E

Perumahan, perdagangan, kesehatan, konservasi, lapangan golf dan hutan kota

WPP A

Merupakan kawasan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, pendidikan

Page 102: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

78

3.1.3 Deskripsi lokasi proyek

a. Lokasi A

Gambar 3.2 Site Jl.Karya Wisata

Sumber: Google Maps

Lokasi tapak : Jl. Karya wisata,

Kecamatan Medan Johor, Medan

Batas-batas site:

o Batas Utara : Taman Cadika Pramuka Medan

o Batas Timur : Jl. Karya Wisata, SLB-A Karya Murni Medan

o Batas Selatan : Perumahan Johor Indah Permai I

o Batas Barat : Gereja katolik santo Yosef, Sungai Babura

Luas Lahan : ±1,3 Ha

Kontur : datar

KDB : -

KLB : 2 lantai

GSB : 10 meter

Page 103: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

79

Bangunan eksisting : lahan dengan banyak vegetasi

Potensi lahan :

o Terletak di pinggiran kota Medan

o Lokasi berdekatan SLB-A Karya Murni Medan

o Lokasi berdekatan dengan Taman Cadika Pramuka Medan

o Transportasi lancar dan baik

o Polusi tidak terlalu berat

b. Lokasi B

Gambar 3.3 Site Jl.Ngumban Surbakti

Sumber: Google Maps

Lokasi tapak : Jl. Ngumban Surbakti,

Kecamatan Medan Selayang, Medan

Batas – batas Site:

o Batas Utara : Jl. Ngumban Surbakti

o Batas Timur : Rumah penduduk

o Batas Selatan : Rumah penduduk

o Batas Barat : Rumah penduduk

Page 104: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

80

Luas lahan : ± 2 Ha

Kontur : datar

KDB : -

KLB : lantai

GSB : 15 meter

Bangunan eksisting : lahan kosong

Potensi lahan :

o Terletak di pinggir kota Medan

o Lokasi berdekatan dengan GKPS Maranata

o Dapat diakses kendaraan pribadi dan jalur pejalan kaki

c. Lokasi C

Gambar 3.4 Site Jl. T Amir Hamzah

Sumber: Google Maps

Lokasi tapak : Jl. T Amir Hamzah

Kecamatan Medan Barat, Medan

Page 105: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

81

Batas – batas Site:

o Batas Utara :tanah kosong dan permukiman

o Batas Timur :Gang Mulia

o Batas Selatan :Jl. T Amir Hamzah

o Batas Barat :Perumahan penduduk

Luas lahan : 2,5 Ha

Kontur : datar

KDB : 73%

KLB : 3-4 lantai

GSB : 12,5 meter

Bangunan eksisting : lahan kosong

Potensi lahan :

o Terletak di pusat kota Medan

o Berada pada kawasan perumahan dan kesehatan

o Transportasi lancar dan baik

o Memiliki jalur utilitas yang baik

Tabel 3.2 Pemilihan alternatif site

Kriteria Lokasi

Alternatif 1

Jl. Karya wisata, kec Medan Johor

Alternatif 2

Jl. Ngumban Surbakti, kec

Medan Selayang

Alternatif 3

Jl. T Amir Hamzah, kec Medan Barat

Luas lahan

(1)

±1.3 Ha

(2)

±2 Ha

(3)

±2,5 Ha

Page 106: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

82

Tingkatan jalan (3)

Jalan kolektor sekunder

(1)

Jalan arteri primer

(2)

Jalan arteri sekunder

Pencapaian ke lokasi

(2)

Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan

kaki

(2)

Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan

kaki

(2)

Dapat diakses kendaraan pribadi, kendaraan umum, sirkulasi pejalan

kaki

Jangkauan terhadap

struktur kota

(3)

Berada di pinggir kota dan

merupakan daerah pengembangan permukiman, perdagangan ,

rekreasi, pendidikan

(1)

Berada di pinggir kota dan

merupakan daerah pengembangan

sarana permukiman

(2)

Berada di pinggir kota dan

merupakan daerah pengembangan

sarana pendidikan dan kesehatan

Fungsi pendukung

sekitar lokasi

(3) Sekolah ,

permukiman, rekreasi

(2) Permukiman, perdagangan, perkantoran

(3) Kolam renang,

convention hall, restoran, rumah

sakit RUTRK (3)

Sesuai (3)

Sesuai (3)

Sesuai Fungsi eksisting (3)

Tanah kosong (3)

Tanah kosong (3)

Tanah kosong Kontur Relatif Datar Relatif Datar Relatif Datar

Pengenalan entrance

(3) Berada pada pinggir jalan

kolektor sekunder

(1) Berada pada

pinggir jalan arteri primer

(2) Berada pada

pinggir jalan arteri sekunder

Total nilai 21 15 20 Peringkat 1 3 2

Sumber: Olahan Penulis

Keterangan:

3: Baik sekali 1: Cukup

2: Baik 0: Kurang

Page 107: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

83

3.2 Metoda /pendekatan penyelesaian masalah perancangan/ tahapan

perancangan

Pemilihan objek perancangan didasarkan pada isu dan kebutuhan kota Medan.

Kemudian mencari kajian berdasarkan objek rancangan yang dipilih untuk

memantapkan hasil proses desain. Pemilihan tema yaitu arsitektur perilaku, juga

didasari karena meninjau perilaku masyarakat dengan individu autis tentu berbeda

dimana memerlukan perhatian khusus dalam perancangan.

Untuk mencapai hasil proses desain yang baik, diperlukan data yang cukup,

pengolahan data yang menjadi acuan dan pertimbangan desain. Penulis

mengumpulkan data yang bersifat primer dan sekunder terhadap objek rancangan

yang kemudian dilanjutkan dengan analisa dan konsep perancangan.

3.2.1 Proses dan metode umum

Proses kajian yang digunakan dalam merancang Sekolah Khusus Autisme di

Medan dilakukan dengan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-

korelatif, yaitu mencari dan menetapkan adanya korelasi antara variabel-variabel

penelitian. Metode ini berupa paparan deskriptif atas fenomena yang terjadi

sekarang disertai dengan literatur-literatur yang mendukung teori yang dipakai

secara kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif yang membahas teknik-

teknik pengumpulan, pengolahan atau analisis dan penyajian terhadap kumpulan

data. Analisis data secara kualitatif atau korelatif dengan melakukan beberapa

Page 108: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

84

tahapan meliputi survei lokasi tapak dan objek-objek untuk memperoleh data-data

yang berhubungan dengan objek perancangan.

3.2.1.1 Identifikasi permasalahan

Proses dan tahapan kajian dalam perancangan Sekolah Khusus Autisme di

Medan didasari oleh permasalahan di kota Medan. Yaitu baru ada satu sekolah

khusus yang menangani anak autis. Sedangkan jumlah penyandang autis yang

semakin meningkat yang tidak diikuti oleh penambahan sekolah yang khusus

menangani anak autis.

3.2.1.2 Pengumpulan data

Data-data yang ada dilapangan baik berupa data primer maupun data

sekunder sangat penting sifatnya, untuk dianalisis serta didata secara sistematis. Hal

itu dilakukan untuk pertimbangan desain serta untuk alternatif-alternatif dalam

penyelesaian masalah dalam perancangan. Data primer diperoleh dengan observasi,

wawancara dan dokumentasi untuk menggali informasi yang dibutuhkan tentang

kondisi sebenarnya yang terdapat pada objek sejenis, hal itu ditunjukan untuk

mewujudkan hal yang lebih baik dalam rancangan. Sedangkan untuk data sekunder

diperoleh dari studi literatur dan studi banding.

Page 109: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

85

3.2.1.3 Analisa

Tahap berikutnya yang dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan

sudah terkumpul adalah melakukan sorting dan seleksi membandingkan

membobot, melakukan tes validitas data dan komputasi (mengolah dengan

komputer), sampai didapatkan beberapa analisis konsep penyelesaian masalah yang

terangkai dalam sintesa. Hasil analisis dari berbagai sumber yang masih acak

tersebut harus dikelompokkan sesuai kriteria yang dibutuhkan agar dapat

menunjang keputusan desain.

3.2.1.4 Sintesa

Tahap sintesa merupakan tahap penyimpulan dari berbagai alternatif

pemecahan masalah yang telah dianalisis pada tahap sebelumnya. Pemecahan

masalah ini ditranformasikan ke dalam berbagai konsep berupa verbal dan grafis.

Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk sketsa dari ide

perancangan yang dilanjutkan dengan gambar-gambar kerja.

3.2.1.5 Perancangan

Tahap sistesa yang telah dilalui akan menghasilkan berbagai macam

alternative yang selanjutnya akan dipilih satu alternatif terbaik untuk penyelesaian

masalah. Konsep penyelesaian masalah ini selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk

sketsa-sketsa awal ide perancangan, kemudian disajikan dala bentuk gambar yang

Page 110: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

86

berupa denah, tampak, potongan, siteplan, groundplan, perspektif dan detail-detail

arsitektural.

Pada proses perancangan, setiap tahapan kemungkinan besar akan

mengalami berbagai perubahan baik itu penambahan atau pengurangan. Oleh

karena itu, diperlukan umpan balik (feedback) pada setiap peralihan tahap untuk

mengatisipasi hal tersebut. Sehingga hasil rancangan yang didapat akan lebih baik.

3.2.2 Metode pengumpulan data

Pengumpulan data untuk proses perancangan dapat dibedakan menjadi 2

kategori, yaitu:

3.2.2.1 Data Primer

a. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan

mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.

Metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematika fenomena-

fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan observasi akan mendapatkan

data atau informasi-informasi yang berkaitan dengan sekolah khusus.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara bertanya

langsung kepada pihak yang terlibat (sumber). Dari wawancara yang telah

dilakukan, informasi yang diketahui dapat dijadikan referensi dalam

perancangan sekolah khusus autis.

Page 111: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

87

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari data yang

diperlukan berdasarkan peristiwa yang ada.

3.2.2.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data atau informasi yang tidak berkaitan secara langsung

dengan objek perancangan tetapi sangat mendukung program perancangan,

meliputi:

a. Studi literatur

Tujuan dari studi literatur adalah untuk mendapatkan data-data yang

dibutuhkan, baik dari teori, pendapat ahli, serta peraturan dan kebijakan

pemerintah yang dapat dijadikan dasar perencanaan sehingga dapat

memperdalam analisa. Data yang didapat berupa:

Literatur tentang isu permasalahan sekolah khusus autisme

Literatur tentang lokasi perancangan

Literatur tentang objek perancangan, syarat dan kriteria dalam

merancang sekolah khusus autisme

Literatur tentang tema yang diambil dan bagaimana penerapannya.

b. Studi perbandingan

Studi banding yang dilakukan merupakan studi banding terhadap bangunan

dengan fungsi sejenis dan tema sejenis. Studi ini dilakukan untuk melihat

Page 112: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

88

kebutuhan dan kapasitas ruang yang dibutuhkan serta melihat penerapan

tema pada bangunan.

3.2.3 Metode analisa dan sintesa data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui beberapa pendekatan

yang sesuai dengan lingkup analisis. Analisis-analisis tersebut terdiri atas:

3.2.3.1 Analisa perilaku, aktivitas dan ruang

Manusia adalah pelaku utama yang beraktivitas dalam suatu objek. Metode

yang dilakukan adalah metode analisis fungsional dengan menentukan kebutuhan

ruang yang mempertimbangkan fungsi dan pola aktivitas pelaku serta metode

kedekatan fungsi. Dari analisis perilaku serta aktivitasnya maka akan dapat besaran

ruang yang dibutuhkan. Ruang adalah elemen penting dalam suatu bangunan.

Dalam perancangan sekolah khusus autisme ini dilakukan pendekatan-pendekatan

tertentu dalam menganalisis rauang. Berbagai pendekatan tersebut seperti:

a. Pendekatan standar diperoleh dari studi literatur mengenai standar-standar

tertentu dalam suatu sekolah khusus.

b. Pendekatan komparasi yaitu pendekatan yang diperoleh dari objek

komparasi yang telah dilakukan. Alat yang dipakai adalah berbagai konsep

programatik ruang berupa diagram-diagram dan sketsa.

c. Pendekatan asumsi, alat yang dipakai adalah diagram-diagram alur

kegiatan, diagram fungsi dan sketsa awal hubungan ruang.

Page 113: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

89

3.2.3.2 Analisa bangunan

Aspek bangunan merupakan hal utama dalam objek perancangan sebagai

wadah berbagai aktivitas pelaku dan menjadi unsur fisik utama. Analisis terhadap

berbagai faktor fisik dengan mengacu pada kegiatan dan fungsi bangunan dan

bentukan-bentukan yang mengadopsi gaya modern diperlukan untuk memunculkan

identitas bangunan yang mendukung perwujudan bangunan.

3.2.3.3 Analisa tapak dan lingkungan

Analisis tapak sangat diperlukan untuk mendapatkan data-data tentang lokasi

tapak yang berada di Jl. Karya Wisata, kecamatan Medan Johor di kota Medan yang

meliputi kondisi tapak, tata ruang luar, aspek utilitas dan kedudukan serta

hubungannya dengan lingkungan sekitar. Metode yang dipakai adalah metode

tautan yaitu menggambarkan kondisi yang ada untuk kemudian dianalisis dalam

bentuk beberapa evaluasi eksisting dari tapak untuk membantu menyelesaikan

berbagai masalah yang disesuaikan dengan konteks tata ruang luar, aspek utilitas

dan kedudukan serta hubungannya dengan lingkungan sekitar. Alat yang dipakai

adalah masterplan, foto-foto beberapa bangunan yang berada di lokasi tapak dan

berupa sketsa. Kemudian tahap berikutnya adalah sintesa. Sintesa adalah tahapan

yang menyimpulkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah dianalisis

di tahap sebelumnya. Pemecahan masalah ini ditransformasikan ke dalam berbagai

konsep berupa verbal dan grafis. Dari konsep tersebut kemudian diterjemahkan

dalam bentuk sketsa ide perancangan yang dilanjutkan dengan gambar-gambar

Page 114: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

90

kerja yang berupa denah, tampak, potongan, siteplan, groundplan, perspektif dan

detail-detail arsitektural.

3.2.4 Metode perancangan

3.2.4.1 Konsep perancangan

Tahapan perancangan ini menggunakan konsep rancangan yang sesuai

dengan tema arsitektur perilaku dalam rancangan. Penyajian konsep dipaparkan

dalam bentuk sketsa dan gambar.

3.2.4.2 Metode evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan setelah analisis, sintesa dan perancangan. Tahap

ini dilakukan dengan mengkaji ulang kesesuaian analisis, sintesa dan konsep

perancangan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk umpan balik

(feedback) yang mengacu pada objek yaitu sekolah khusus autis dengan tema

“arsitektur perilaku”.

Page 115: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

91

BAB IV

DESKRIPSI PROYEK

4.1 Judul Proyek

Berdasarkan penilaian secara umum untuk lokasi site ternyata yang memiliki

poin nilai terbanyak berdasarkan kriteria penilaian yaitu lokasi Site A di Jl. Karya

Wisata, Kecamatan Medan Johor, Medan. Posisi site pada saat ini tidak jauh dari

pusat kota, namun berdasarkan RUTRK Medan, untuk pengembangan kedepan,

daerah ini akan menjadi kawasan rekreasi indoor, permukiman dan pendidikan.

Bangunan penunjang di sekitar site adalah kawasan rekreasi, pemukiman,

pendidikan, yang merupakan kawasan pengembangan karena banyak pembangunan

baru. Untuk transportasi dari dan ke site, jenis kendaraan umum cukup banyak yang

melintas pada sekitar lokasi site. Hal ini karena site berada di jalan kolektor

sekunder dan di sekitar daerah site terdapat hutan kota yang merupakan kawasan

konservasi kota medan dan dominasi fungsi bangunan sekitar site yang berupa

pemukiman, pertokoan serta fasilitas pendidikan. Deskripsi kondisi eksisting lokasi

sebagai tapak rancangan

Kasus proyek: Sekolah khusus Autisme Medan

Status proyek: fiktif

Pemilik proyek: dikelola oleh swasta status tanah milik swasta

Lokasi tapak: Jl. Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor, Medan

Page 116: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

92

Gambar 4.1 Tapak site perancangan

Sumber: Olahan Pribadi

4.2 Luasan

Lokasi tapak : Jl. Karya Wisata, Medan Johor, Medan

Luas Lahan : 1,3 Ha

Kontur : datar

KDB : -

KLB : 2 lantai

GSB : 10 meter

Bangunan eksisting : lahan kosong

Page 117: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

93

Gbr. Peta rencana tata ruang Medan Johor

Sumber: http://trtb.pemkomedan.go.id

4.3 Batas kawasan

Gbr. Batas kawasan

Sumber: olahan pribadi

Page 118: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

94

o Batas Utara : Taman Cadika Pramuka Medan

o Batas Timur : Jl. Karya Wisata, SLB – A Karya Murni Medan

o Batas Selatan : Perumahan Johor Indah Permai 1

o Batas Barat : Gereja katolik Santo Yosef, Sungai Babura

4.4 Fungsi sekitar/ eksisting

Fungsi bangunan pada kawasan ini sebagian besar digunakan untuk perumahan,

pendidikan dan rekreasi. Sedangkan objek di sekitar kawasan tapak berperan

penting dalam mendukung keberadaan sekolah khusus autisme.

Gambar 4.4 SLB A Karya Murni Gambar 4.5 SD Ignasius

Gambar 4.6 Taman Cadika Pramuka Gambar 4.7 Perumahan Johor Indah

Permai I

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 119: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

95

BAB V

ANALISA PERANCANGAN

5.1 Analisa kawasan perancangan

5.1.1 Aksesbilitas

Pencapaian ke kawasan mudah dijangkau oleh transportasi umum maupun khusus.

Transformasi umum menggunakan angkutan umum. Sedangkan untuk yang khusus

menggunakan kendaraan pribadi baik roda maupun roda empat.

5.1.1.1 Kendaraan

Satu-satunya jalan untuk memasuki kawasan perancangan adalah dari Jalan Karya

Wisata. Jalan Karya Wisata ini merupakan jalan kolektor sekunder yang sering

dilewati kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Jalur ini bisa dilalui dua arah.

Barulah memasuki sebuah jalan kecil di sebelah Taman Cadika Pramuka.

Gambar 5.1 Sirkulasi kendaraan kawasan perancangan

Sumber: Olahan Penulis

Page 120: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

96

Gambar 5.2 Suasana di Jalan Karya Wisata Gambar 5.3 Jalan kecil menuju site

Sumber: Dokumentasi Penulis

5.1.1.2 Pejalan kaki

Di jalan Karya Wisata sendiri belum didesain jalur pedestrian yang baik. Jadinya

jalur untuk pejalan kaki adalah parit yang telah disemen.

Gambar 5.4 Tempat Pejalan Kaki

Sumber: Dokumentasi Penulis

5.1.2 Sirkulasi

Sirkulasi menuju site sempit karena lebar jalannya hanya 3,5 m. Perlu pelebaran

pada jalan agar bisa dilalui dua kendaraan. Solusi pelebarannya dengan menutup

parit yang berada di samping jalan.

Gambar 5.5 Sirkulasi menuju Site

Sumber: Olahan Penulis

Parit

Page 121: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

97

5.1.3 Sarana dan prasarana

5.1.3.1 Jalan dan trotoar

Jalan di kawasan perancangan sudah cukup lebar dan juga sudah disemen dengan

rata.

Gambar 5.6 Jalan karya Wisata

Sumber: Olahan Penulis

5.1.3.2 Street furniture

Di Jalan Karya wisata terdapat lampu penerangan jalan. Sedangkan di sekitar site

lampu penerangan jalan hanya berada di dekat gereja katolik santo Yosef sehingga

perlu ditambah beberapa titik lampu untuk akses masuk ke dalam site.

Gambar 5.7 Lampu Penerangan Gambar 5.8 Lampu jalan di

di Pinggir Jalan dekat Gereja

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 122: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

98

5.1.4 Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, Medan memiliki iklim hutan hujan

tropis dengan musim kemarau yang tidak jelas. Medan memiliki bulan-bulan yang

lebih basah dan kering, dengan bulan terkering (Februari) rata-rata mengalami

presipitasi sekitar sepertiga dari bulan terbasah (Oktober).Suhu di kota ini rata-rata

sekitar 27 derajat Celsius sepanjang tahun. Presipitasi tahunan di Medan sekitar

2200 mm.

5.1.5 Matahari

Gambar 5.9 Analisa matahari

Sumber: Olahan Penulis

Analisa: Orientasi matahari berpengaruh terhadap orientasi massa bangunan.

Orientasi massa bangunan mengarah ke utara dan timur membuat site mendapatkan

cahaya matahari yang baik dari matahari yang pergerakannya dari timur ke barat.

Potensi: Site mendapat sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan.

Tanggapan:

- Pada sisi timur dimanfaatkan pada ruang diagnosis, dan laboratorium karena

cahaya matahari pagi dapat membunuh bakteri atau kuman penyakit.

Page 123: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

99

- Memaksimalkan bukaan pada sisi timur dan selatan agar ruangan

memperoleh pencahayaan alami dan penghawaan alami

5.1.6 Curah hujan

Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata berkisar antara 84-85%.

Sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm.

5.1.7 Angin

Gambar 5.10 Analisa angin

Sumber: Olahan penulis

Analisa: Pada saat perancang berada di lokasi site, angin berhembus dari sisi barat

laut ke tenggara. Angin dengan kondisi hembusan dengan kecepatan 0,42 m/sec.

Potensi: adanya aliran udara kengan kondisi udara yang baik dapat membantu

dalam kesehatan

Tanggapan:

- Membuat bukaan dari sisi barat agar udara bisa bersirkulasi ke dalam bangunan

- Vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai penahan angin kencang

Page 124: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

100

5.1.8 Vegetasi

Gambar 5.11 Vegetasi di sekitar kawasan perancangan

Sumber: Olahan Penulis

Analisa: Di sekitar site perancangan masih terdapat banyak vegetasi dengan pohon

yang paling banyak adalah pohon kelapa sawit dan pohon kapuk di seberang site

perancangan.

Potensi: karena pohon kelapa sawit dan pohon kapuk sudah mencapai tinggi lebih

dari 5 m, maka dapat melindungi site dari paparan panas matahari.

Tanggapan: karena pohon kelapa sawit dan kapuk berada di depan site

perancangan, maka bagian depan dari site perancangan menjadi façade depan

bangunan.

Pohon kelapa sawit Pohon kapuk

Page 125: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

101

5.1.9 Kebisingan

Gambar 5.12 Analisa Kebisingan

Sumber: Olahan Penulis

Analisa: Kebisingan di kawasan ini tidak banyak karena berada jauh dari jalan

kolektor sekunder yang tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat area

permukiman dan pendidikan di sekitar site. Jadi, kebisingan di kawasan ini relatif

kecil.

Tanggapan:

- pembagian zona

ruang yang tidak membutuhkan tingkat privasi yang tinggi dapat

diletakkan pada zona semi privat.

Ruang yang membutuhkan privasi diletakkan pada zona privat

dengan kebisingan yang rendah

5.2 Analisa sistem kegiatan / program ruang

Setiap kegiatan dalam suatu ruang dipengaruhi oleh penggunanya. Pengguna

tetap dari sekolah khusus autisme ini adalah anak-anak penyandang autisme, orang

Page 126: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

102

tua anak penyandang autis dan beberapa kelompok staf dan pengguna tidak tetap

seperti para tamu yang berkunjung untuk melakukan kegiatan bersama.

5.2.1 Analisa pengguna

Pengguna dari sekolah khusus autisme ini adalah:

a. Pengguna tetap

Pengguna tetap adalah pelaku kegiatan yang bersekolah, terapi atau

yang terus berada di lingkungan sekolah khusus autisme, yaitu:

- anak-anak penyandang autisme

- orangtua anak penyandang autisme

- para staf yang terdiri dari pengelola, tim medis, psikolog, guru,

terapis, petugas kebersihan dan keamanan

b. Pengguna tidak tetap

Pengguna tidak tetap ini adalah pelaku kegiatan yang bersifat hanya

mengunjungi seperti:

- Masyarakat luar yang melakukan kunjungan (perseorangan,

berkelompok, maupun organisasi)

- Para pekerja yang bekerja di bidang service

5.2.2 Analisa kelayakan proyek

Dengan bertambahnya penduduk setiap tahun, semakin meningkat pula jumlah

anak penyandang autisme di Indonesia. Sementara jumlah sekolah khusus autisme

yang belum memadai.

Page 127: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

103

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Kota Medan tahun 2010-2017

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Jiwa Jiwa

2010 1 097 610 1 060 684 2 158 294 2011 1 117 224 1 070 664 2 187 888 2012 1 122 804 1 074 929 2 197 733 2013 1 135 516 1 082 123 2 217 639 2014 1 191 140 1 109 343 2 300 483 2015 1 091 937 1 118 687 2 210 624 2016 1 101 020 1 128 388 2 229 408 2017 1 110 000 1 137 425 2 247 425

Sumber: BPS Sumatera Utara

Tabel 5.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur kota

Medan tahun 2017

No. Kelompok umur Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah

1 0-4 100 103 96 332 196 435 2 5-9 101 771 97 630 199 401 3 10-14 95 510 90 845 186 355 4 15-19 106 418 109 965 216 383 5 20-24 124 026 130 034 254 060 6 25-29 97 733 99 164 196 897 7 30-34 86 987 90 306 177 293 8 35-39 81 247 85 731 166 978 9 40-44 75 043 77 443 152 486 10 45-49 65 097 67 585 132 682 11 50-54 55 379 58 936 114 315 12 55-59 46 385 48 716 95 101 13 60-64 34 594 35 439 70 033 14 65-69 20 508 22 269 42 777 15 70-74 11 257 14 171 25 428 16 75+ 7 942 12 859 20 801

Jumlah 1 110 000 1 137 425 2 247 425

Sumber: BPS Sumatera Utara

Anak penyandang autisme yang bersekolah di sekolah khusus autisme ini

ditargetkan untuk orang yang berusia 0-19 tahun. Jadi perancang membuat

perhitungan potensi jumlah penyandang autisme dari umur 0-19 tahun

Page 128: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

104

5.2.3 Analisa kebutuhan ruang

Analisis kebutuhan ruang dilakukan berdasarkan jenis kegiatan yang sudah

dikelompokan maka ruang-ruang yang dibutuhkan pada sekolah khusus autisme,

yakni:

Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Sekolah Khusus Autisme

Kelompok Kegiatan

Jenis Kegiatan Kebutuhan ruang Zona Ruang

Kegiatan konsultasi dan diagnosis

Pendaftaran Pemeriksaan awal Pendukung

R. Pendaftaran R. Tunggu R. Dokter R. Psikolog R. Arsip R. Rapat R. Toilet

Semi publik

Kegiatan pendidikan

Pendaftaran Belajar

R. pendaftaran Kelas kemandirian Kelas Bahasa

Semi publik

Diketahui perbandingan anak autis dengan anak normal = 1:150-200 orang

(Menkes,2008 & dr. Widodo,2006).

Maka diambil rata-ratanya = 150+2002

= 175

Jadi, perbandingannya adalah 1:175 orang

Diketahui: Perbandingan = 1:175 orang

Jumlah anak (umur 0-19) tahun 2017 = 798 574 jiwa

Potensi jumlah anak penyandang autisme = jumlah anak (umur 0-19) x perbandingan

= 798 574 x 1

175

~ 4563,28 orang

= 4563 orang (jumlah penderita tiap

tahun meningkat)

Sumber : olahan penulis

Page 129: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

105

Kelas kognitif Kelas Transisi Kelas music Kelas melukis

Kegiatan terapi Terapi okupasi Terapi sensori-integrasi Terapi wicara Terapi perilaku Pendukung

R. terapi okupasi R. terapi sensori-integrasi R. terapi wicara R. terapi perilaku Toilet

Semi publik

Kegiatan pendukung

Memilih makanan Memesan makanan Membayar Memasak Bermain di dalam Bermain di luar

Display makanan R. makan kafetaria Kasir Dapur Area bermain indoor Area bermain outdoor

Semi publik

Kegiatan pengelola

Bekerja Rapat Menerima tamu Menyimpan barang Buang air Istirahat

Front office R. tamu R. Kepala sekolah R. wakil kepala sekolah R. sekretaris R. personalia R. Tata usaha R. Rapat Gudang Toilet

Privat

Kegiatan service Buang air Administrasi karyawan Ganti baju Menyimpan barang Menjaga keamanan Pemeliharaan Istirahat bagian service

Toilet R. Administrasi karyawan R. ganti Loker karyawan Gudang Pos satpam R. genset Pantry

Privat

Sumber analisa Penulis

Page 130: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

106

5.2.4 Analisa besaran ruang

Analisis besaran ruang untuk sekolah khusus autisme berdasarkan pada buku data

arsitek (Ernst Neufert). Besaran sirkulasi ditentukan oleh fungsi ruang dan seberapa

banyak ruang tersebut membutuhkan pergerakan.

Sesaran sirkulasi yang dibutuhkan pada sekolah khusus autisme yakni:

- Besaran sirkulasi 20% yakni kebutuhan keleluasaan sirkulasi pada

bangunan

- Besaran sirkulasi 30% yakni tuntutan untuk kenyamanan secara fisik

- Besaran sirkulasi 40% yakni tuntutan untuk kenyamanan psikologis

- Besaran sirkulasi 60% yakni keterkaitan dengan banyak kegiatan pada

sekolah khusus autisme

Program ruang pada sekolah khusus autisme

Tabel 5.4 Area Konsultasi & Dianogsis Pembagian Nama

ruang Luasan unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Ruang pendaftaran

5,76 m2 1 4,8 m2 AS 5,76 m2

Ruang tunggu

12,48 m2

1 9,6 m2 AS 12,48 m2

Ruang dokter 67,4 m2 1 12,03 m2

TSS 67,4 m2

Ruang psikolog

10 m2 1 9,93 m2 TSS 10 m2

Ruang arsip 18 m2 1 16 m2 DA 18 m2

Ruang perawat

10 m2 1 9 m2 TSS 10 m2

Laboratorium 36 m2 1 30 m2 DA 36 m2

Toilet Toilet pria 2 m2

2 m2 6 2 m2/

unit DA 12 m2

Toilet wanita

Page 131: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

107

Total 167,64 m2

Tabel 5.5 Area Pendidikan Pembagian Nama

ruang Luasan unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Ruang kelas tingkat

20 m2 24 15 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

480 m2

Ruang seni 30,5 m2 1 2 m2/ murid

TSS 30,5 m2

Ruang musik 42,8 m2 1 1,5 m2/ murid

TSS 42,8 m2

Ruang komputer

40,11 m2

1 2 m2/ org

DA 40,11 m2

Ruang tenang

16,5 m2 2 6 m2 DA 35 m2

Ruang pengajar / guru

37,7 m2 2 32 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

75,4 m2

Perpustakaan 30 m2 1 36 m2 DA 30 m2

Toilet Toilet pria 2 m2

2 m2 8 2 m2/

unit DA 8 m2

Toilet wanita

Total 741,81 m2

Tabel 5.6 Area Terapi Pembagian Nama

ruang Luasan unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Ruang terapi one by one

6 m2 18 6 m2 SB 108 m2

Ruang terapi berkelompok

22,5 m2 3 2,5 m2 TSS 67,5 m2

Ruang terapi okupasi

16,5 m2 2 2 m2/ org

TSS 33 m2

Ruang sensori integrasi

16,5 m2 2 2 m2/ org

TSS 33m2

Page 132: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

108

Ruang bina diri

16,5 m2 2 2 m2/ org

TSS 33 m2

Ruang terapis

22,5 m2 2 2 m2/org 45 m2

Perpustakaan 42 m2 2 36 m2 DA 42 m2

Toilet Toilet pria

4 m2

4 m2

8 2 m2/ unit

DA 16 m2

Toilet wanita

Total 377,5 m2

Tabel 5.7 Area pendukung Pembagian Nama ruang Luasan

unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Area bermain indoor

105 m2 1 75 m2 DA 105 m2

Area bermain outdoor

240 m2 1 150 m2 DA 240 m2

Kafetaria Ruang makan

104 m2 1 4 m2/ unit

DA 104 m2

Kasir 5,75 m2 1 4,8 m2 AS 5,75 m2

Dapur 1 30% dari luas kafetaria

DA 36,048 m2

Ruang serbaguna

100 m2 1 1,2 m2/ org

DA 100 m2

Total 590,798m2

Tabel 5.8 Area pengelola Pembagian Nama ruang Luasan

unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Front office

5,75 m2 1 4,8 m2 AS 5,75 m2

Ruang tamu

11 m2 1 9 m2 AS 11 m2

Ruang kepala sekolah

16 m2 1 12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33

16 m2

Page 133: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

109

Tahun 2008

Ruang wakil kepala

16 m2 1 9 m2 AS 16 m2

Ruang sekretaris

16 m2 1 8 m2 AS 16 m2

Ruang personalia

15,7 m2 1 6 m2 AS 15,7 m2

Ruang tata usaha

22,8 m2 1 16 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

22,8 m2

Ruang rapat

40 m2 1 2 m2/ org

DA 40 m2

Gudang 16 m2 1 20 m2 DA 16 m2

Toilet Toilet pria 2 m2

2 m2 2 2 m2/

unit DA 4 m2

Toilet wanita

Total 163,25 m2

Tabel 5.9 Area service Pembagian Nama

ruang Luasan unit (m2)

Jumlah unit

Standar (m2)

Sumber Total luasan (m2)

Ruang administrasi karyawan

8 m2 1 6,75 m2 DA 8 m2

Ruang ganti 2,25 m2

4 2,25 m2 DA 10,8 m2

Loker karyawan

18 m2 1 15 m2 DA 18 m2

Gudang 24 m2 1 20 m2 DA 24 m2

Ruang genset

12 m2 1 10 m2 DA 12 m2

Ruang istirahat

23,4 m2

1 18 m2 DA 23,4 m2

pantry 18 m2 1 18 m2 AS 18 m2

Musholla 20 m2 1 12 m2 Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2008

20 m2

Page 134: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

110

Area parkir mobil

30 mobil

12,5 m2/mobil

DA 375 m2

Area parkir sepeda motor

40 motor

1,5/motor

DA 60 m2

Pos satpam 9 m2 1 4 m2 AS 9 m2

Total 578,2m2

Rekapitulasi:

Area konsultasi dan diagnosis 167,64 m2

Area pendidikan 741,81 m2

Area terapi 377,5 m2

Area pendukung 590,798m2

Area pengelola 163,25 m2

Area service 578,2m2

Total luas 2619,198 m2

5.2.5 Analisa hubungan ruang

Analisis hubungan ruang ditentukan oleh kedekatan ruang berdasarkan alur

kegiatan pengguna dan kegiatan pengguna. Hubungan ruang dibedakan menurut

jenis kegiatan. Hubungan ruang secara makro adalah sebagai berikut:

Pembahasan ruang secara makro adalah hubungan ruang yang terdiri dari

pengelompokan ruang kegiatan yakni ruang kegiatan konsultasi dan diagnosis,

ruang kegiatan pendidikan, ruang terapi, ruang pendukung, ruang kegiatan

pengelola dan ruang service.

Page 135: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

111

Gbr. Hubungan ruang secara makro

5.2.6 Analisa aktivitas pengguna

1. Kegiatan diagnosis dan konsultasi

- Anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme

Menunggu

Buang air

kecil/besar

Masuk Datang

Parkir

Mendaftar Diperiksa /

assesmen

Tes dan diagnosis

Menunggu jemputan

Pulang

Terapi Sekolah

Area Terapi

Area pendukung

Area pendidikan

Lapangan outdoor

Area pengelola

Area konsultasi dan diagnosis

Area service

Area parkir mobil & sepeda motor

Healing garden

Kolam dan taman

Entrance

Page 136: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

112

- Orang tua/ keluarga anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan orang tua anak penyandang autisme

- Dokter dan tenaga ahli

Gbr. Alur kegiatan dokter dan ahli

- Psikolog

Gbr. Alur kegiatan psikolog

Menunggu

Masuk Datang

Parkir Buang air

kecil/besar

Menunggu

anak terapi

Menunggu

anak

sekolah

Bersosialisasi

dengan orang

tua lain

Menjemput

Pulang

Datang Masuk

Parkir

Rapat

Buang air

kecil/besar

Istirahat

Memeriksa Memeriksa

Tes dan

Diagnosa

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Rapat

Buang air

kecil/besar

Istirahat

Melakukan

konseling

Pulang

Page 137: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

113

2. Kegiatan pendidikan

- Anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme

- Orang tua anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan orang tua penyandang autisme

- Guru

Gbr. Alur kegiatan guru

Masuk Datang

Parkir Buang air

kecil/besar

Bermain Istirahat

Belajar

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Menunggu

Buang air

kecil/besar Menjemput

Bersosialisasi dengan

orang tua lainnya

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Rapat Istirahat

Buang air

kecil/besar

Mengajar

Pulangg

Page 138: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

114

3. Kegiatan terapi

- Terapis

Gbr. Alur kegiatan terapis

- Anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan anak penyandang autisme

- Orang tua / keluarga anak penyandang autisme

Gbr. Alur kegiatan orang tua penyandang autisme

Datang

Parkir

Masuk

Rapat Istirahat

Buang air

kecil/besar

Membimbing terapi

Mengawasi terapi

Pulang

Masuk Datang

Parkir

Menunggu

Buang air

kecil/besar

Melakukan terapi

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Menunggu

Buang air

kecil/besar

Melihat proses terapi

Bersosialisasi dengan

orang tua lainnya

Menjemput

Pulang

Page 139: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

115

4. Kegiatan Pendukung

- Pengunjung cafeteria

Gbr. Alur kegiatan pengunjung kafetaria

- Pengunjung area bermain

Gbr. Alur kegiatan pengunjung

5. Kegiatan pengelola

Gbr. Alur kegiatan pengelola

Masuk

Datang

Parkir

Masuk

Bermain

Buang air

kecil/besar

Memesan

makanan

Menikmati

makanan

Bayar

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Istirahat

Bermain Pulang

Buang air

kecil/besar

Buang air

kecil/besar

Datang

Parkir

Mengurus

administrasi Istirahat Menerima

Tamu

Bekerja Pulang

Page 140: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

116

6. Kegiatan service

- Security

Gbr. Alur kegiatan security

- Cleaning service

Gbr. Alur kegiatan cleaning service

- Teknisi

Gbr. Alur kegiatan teknisi

Datang

Parkir

Mengurus

administrasi

Masuk

Istirahat

Buang air

kecil/besar

Menjaga

kebersihan

Pulang Ganti Baju

Datang

Parkir

Masuk

Mengurus

administrasi Istirahat

Buang air

kecil/besar

Ganti Baju

Memelihara ME

bangunan

Pulang

Datang

Parkir

Masuk

Mengurus

administrasi

Buang air

kecil/besar

Istirahat

Ganti Baju

Menjaga

keamanan Pulang

Page 141: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

117

5.2.7 Analisa perancangan ruang luar / tapak

Analisis yang diuraikan adalah masalah site, menganalisa potensi, dan potensi

zonasi, menata fungsi ruang luar seperti akses kendaraan dan jalur pejalan kaki,

parkir, sirkulasi yang sudah ada, dan estetika ruang luar.

5.2.7.1 Ukuran / luasan tapak

Gambar 5.14 Luasan tapak

Sumber: Olahan Penulis

Bentuk site hampir persegi. Dengan sisi terpanjang yaitu 135 m, maka otomatis

orientasi bangunan menghadap sisi yang paling panjang.

5.2.7.2 Analisa visibilitas

Gambar 5.15 Analisa Visibilitas

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 142: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

118

Analisa: sisi utara terdapat sekumpulan pohon kelapa sawit

Sisi timur terdapat vegetasi yang berupa rumput dan pohon berbatang kecil

Sisi barat terdapat rumah warga, gereja katolik santo Yosef dan sungai Babura

Sisi selatan terdapat area permukiman penduduk

Tanggapan: mempertahankan pohon eksisting yang berukuran besar dalam site

perancangan

5.2.7.3 Pencapaian dan sirkulasi

Pencapaian ke dalam site berjarak 500 m dari depan jalan Karya Wisata. Agar

sirkulasi dalam site teratur maka harus dibuat pembagian posisi zona.

5.2.7.4 Parkir

Tidak ada parkir khusus di kawasan perancangan sekolah, sehingga harus

dibuat parkiran. Untuk itu perancang menyiapkan zona parkir di depan dan samping

site yang berbatasan dengan jalan.

Parkir yang dibutuhkan dalam sekolah khusus autisme ini adalah:

a. Parkir Mobil

b. Parkir sepeda motor

Page 143: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

119

5.2.7.5 Vegetasi

Gambar 5.16 Vegetasi pada Tapak Site

Sumber: Olahan Pribadi

Analisa: Pada site perancangan terdapat banyak jenis pohon. Terdapat pohon

lembong merah, kemiri, kapuk, pisang dan pinang.

Potensi: dapat membuat suasana site menjadi teduh karena padatnya pohon yang

tumbuh dan mempertegas daerah eksterior.

Tanggapan: Dengan penataan vegetasi

a. Digunakan sebagai ciri dari pemandangan

Vegetasi dibentuk menyerupai bentuk geometri. Hal ini untuk membantu anak

autis mengenali bentuk

b. Untuk mempertegas daerah kegiatan eksterior

Dapat diletakkan di sekeliling open space sehingga saat berada di luar ruangan,

pengawasan dapat terus dilakukan.

c. Menghalangi pemandangan dari luar ke dalam bangunan

Pohon Mahoni

Pohon lembong merah

Pohon kemiri

Pohon pinang

Pohon pisang

Pohon kapuk

Page 144: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

120

Dengan adanya pembatas pandangan dari luar site maka dapat membantu

meningkatkan daya konsentrasi bagi anak.

d. Memilih pohon yang akan dipertahankan

Diantara banyak pohon, perancang berencana untuk memotong pohon pisang

dan pohon pinang yang terlalu banyak jumlahnya di dalam site.

5.3 Analisa tata ruang dalam

Analisis tata ruang dalam dengan pendekatan Behavior Architecture

Teori-teori Behavior Architecture menurut para ahli diantaranya:

a. Clovis Heimsath, AIA dalam bukunya yang berjudul Behavioral Architecture,

Toward an Accountable Design Process dijelaskan bahwa:

“Arsitektur adalah lingkungan (enclosure) dimana orang-orang hidup tinggal.”

Sedangkan perilaku mempunyai dua arti pengertian yaitu:

1. Orang-orang yang tengah bergerak, dengan sesuatu yang dikerjakan, dengan

orang-orang untuk mengobrol dan berhubungan satu sama lain.

2. Suatu kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan

bersama secara dinamik dalam waktu.

b. Donna P. Duerk dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming

“Arsitektur perilaku merupakan suatu lingkungan dan perilaku yang tidak

bisa dipisahkan secara empiris dan saling berpengaruh.

c. Garry T. More dalam bukunya yang berjudul Introduction to Architecture

Page 145: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

121

Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-tuntutan

organisme dalam dan lingkungan sosio-fisik luar.

Prinsip-prinsip Behaviour Architecture yang harus di perhatikan dalam

Arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten Dan Thomas G David

antara lain adalah:

1. Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan

yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.

2. Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang erat dan saling

mempengaruhi.

3. Arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik,

aspek psikologi juga ditekankan.

4. Arsitektur perilaku diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang

paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang.

5. Arsitektur Perilaku diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas dan

dapat menstimulasi semangat belajar yang diharapkan perancang.

Anak penyandang autisme adalah anak yang memiliki gangguan dalam hal

interaksi. Anak-anak ini memiliki perilaku yang berbeda dengan anak normal,

sehingga mereka memiliki cara yang berbeda dalam memberi respon pada

lingkungannya.

a. Komunikasi

b. Interaksi social

c. Perilaku

Page 146: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

122

Tabel 5.10 Analisa karakteristik Arsitektur Perilaku

Karakteristik anak autis

Prinsip Arsitektur Perilaku

dikaitkan pada anak autis

Unsur Fisik Kata kunci pendekatan Arsitektur

Perilaku pada anak autis

Komunikasi Bicara

terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)

Bila bisa bicara, bicaranya tersebut tidak dipakai untuk komunikasi

Sering mengunakan Bahasa yang aneh dan diulang-ulang

Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru

Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya (anak autis) melalui peninderaaan ataupun pengimajinasian pengguna bengunan. Pada umumnya, bentuk adalah media komunikasi yang paling mudah dimengerti manusia. Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah usaha untuk memperoleh informasi antara 2 pihak atau lebih serta untuk pembentukan dan penyampaian informasi.

Bentuk yang paling sesuai adalah bentuk-bentuk sederhana dan jelas, seperti bentukan geometris kubus, balok, lingkaran dsb. Bentukan sederhana ini akan membantu proses belajar mengajar karena anak autis tidak dapat membayangkan sesuatu yang terlalu rumit dan bersifat abstrak. Bentuk yang rumit akan membuat pikiran anak autis menjadi terdistraksi.

Komunikasi

Interaksi sosial Tidak mampu

menjalin interaksi social yang cukup memadai, kontak mata

Rancangan hendaknya dapat menciptakan suasana anak autis bisa saling berinteraksi. Interaksi adalah wujud ungkapan

- Interaksi manusia-manusia Terdapat titik temu pada sirkulasi utama

Interaksi / hubungan

sosial, fleksibel dan

dinamis

Page 147: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

123

sangat kurang hidup

Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya

Tidak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan

Kurangnya hubungan sosial dan emosional timbal balik

pemaknaan yang merupakan penjabaran dari wujud hubungan dan cerminan diri antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Interaksi yang dimaksud disini meliputi interaksi antar manusia, bangunan dan lingkungan dan menciptakan suasana yang fleksibel dan dinamis.

- Interaksi manusia-bangunan Pemakaian warna dasar yang menarik perhatian anak-anak, sehingga akan menarik anak-anak untuk mendekati bangunan - Interaksi manusia-lingkungan Membuat taman agar anak dapat berinteraksi dengan tanaman - Interaksi bangunan-bangunan Penataan massa yang saling berhadapan akan membuat interaksi antar bangunan - Interaksi bangunan-lingkungan Adanya ruang luar yang dapat menjadi penghubung antar bangunan

Perilaku Berperilaku

berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)

Tidak suka perubahan

Rancangan hendaknya mampu menciptakan suatu respon terhadap lingkungan sehingga kebiasaan yang kurang baik dari

Ruang yang diwadahi antara ruang yang satu dengan yang lain perubahan seperti warna dinding yang tidak mencolok karena anak autis

Perilaku yang terarah, respon

terhadap lingkungan

Page 148: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

124

Selalu terpaku pada satu aktivitas

Melakukan gerakan aneh yang berulang-ulang

Seperti tidak sensitif terhadap rasa nyeri

anak autis dapat diminimalisir dan rancangan hendaknya memberikan rasa senang, aman dan nyaman

sulit menerima hal yang baru

Dari table di atas dapat diketahui bahwa kata kunci yang didapat dari Pendekatan

Arsitektur Perilaku pada sekolah khusus autisme yakni:

Komunikasi

Interaksi

Perilaku yang terarah

Fleksibel dan dinamis

Respon terhadap lingkungan

Berdasarkan kata kunci pendekatan anak autis dapat ditransformasikan ke dalam

suprasemen arsitektur sebagai berikut:

Tabel 5.11 Analisa Suprasemen Arsitektural pada Pendekatan Arsitektur Perilaku

Kata kunci

Suprasemen Arsitektural Bentuk

& wujud Skala & proporsi

Material &

tekstur

Warna Sirkulasi Organisasi ruang

Komunikasi Interaksi/ hubungan

sosial

Perilaku yang terarah

Page 149: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

125

Fleksibel dan dinamis

Respon terhadap

lingkungan

5.3.1 Analisa organisasi sirkulasi horizontal dan vertikal

Sistem sirkulasi menggunakan sistem tangga dan ramp. Persyaratan perancangan

tangga, yaitu:

a. Terdapat bordes sebagai area istirahat

b. Lebar tangga 120 cm tiap jalur

c. Lebar anak tangga 30 cm

d. Tinggi anak tangga 18 cm

e. Jumlah anak tangga (termasuk bordes)= tinggi antar lantai tinggi anak

tangga -1, sehingga jumlah anak tangga 400 cm/18 cm -1 adalah 21 anak

tangga

f. Ketinggian handrail antara 60-80 cm

g. Jarak antar tangga maksimal 50 m

Perancangan ramp memiliki persyaratan, Yakni:

a. Sudut kemiringan ramp 12 derajat

b. Lebar ramp minimal 125 cm.

c. Ketinggian handrail antara 60-80 cm

Agar asap dapat terbawa angin keluar, maka sistem transportasi baik tangga

maupun ramp menggunakan jenis bahan beton karena kedap api dan terbuka.

Page 150: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

126

5.3.2 Analisa massa dan perwajahan

Analisa massa dilakukan dengan melihat beberapa referensi dari berbagai

sumber. Bentuk massa bangunan sekolah khusus autisme mengambil dasar bentuk-

bentuk geometris yang disesuaikan dengan penggunaan teknik desain arsitektural.

Bentuk-bentuk geometris yang mudah dikenali anak karena anak penyandang

autisme adalah tipe visual learner. Selain itu bentuk bangunan harus bersifat aman

dan dapat mengawasi pergerakan anak-anak.

5.3.3 Analisa sistem struktur / konstruksi

a. Pendekatan sistem struktur

Fungsi utama dari sistem struktur adalah memikul secara aman dan efektif

pada bangunan, dan menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Jadi, fungsi

struktur adalah untuk menjaga keutuhan, stabilitas, dan kekakuan bangunan.

Sekolah khusus autisme ini sebagian besar berlantai dua. Struktur yang

digunakan adalah:

1. Struktur bawah

Kondisi tanah di lokasi baik dan tidak berbatu. Lokasi ini merupakan

lahan yang banyak terdapat vegetasi. Pondasi yang digunakan adalah

pondasi telapak (foot plate).

Page 151: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

127

Gambar 5.17 Pondasi Footplate

Sumber: rumahklodran.blogspot.com

2. Struktur atas

Bangunan sekolah khusus autisme ini menggunakan struktur rangka

sederhana. Dengan ukuran tebal dinding 15 cm, ukuran kolom

disesuaikan dengan dimensi ruang.

b. Pendekatan konstruksi dan bahan

Analisa mengenai konstruksi dan bahan bangunan meliputi bahan penutup

atap, plafond, dinding, lantai, pintu-jendela dan perkerasan ruang luar.

5.3.4 Analisa sistem utilitas

Analisa utilitas pada site perancangan sekolah khusus autisme adalah:

5.3.4.1 Analisa elektrikal

Sebagian besar elemen di dalam bangunan menggunakan listrik. Seperti

pencahayaan buatan, pompa air, elektrikal pada reseptionis, ruang kelas, ruang

terapi, ruang diagnosa, dll. Sekolah ini menggunakan listrik dari PLN yang berada

dekat dengan jalan.

Page 152: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

128

Gambar 5.18 Tiang listrik di Depan Site Perancangan

Sumber: Dokumentasi Penulis

5.3.4.2 Analisa sanitasi

a. Sistem air bersih

Sistem air bersih menggunakan air dari PDAM. Kebutuhan air dalam bangunan

sekolah autis ini adalah untuk keperluan air minum, toilet, mencuci dan memasak.

Sistem pemipaan menurut cara pengaliran airnya, sekolah khusus autisme ini

menggunakan sistem vertikal dengan tangki di atas (sistem gravitasi) kemudian air

dialirkan menggunakan pipa ke titik-titik keran.

b. Sistem air kotor

Sistem pembuangan air kotor pada bangunan sekolah luar biasa autis menggunakan

sistem pembuangan langsung. Saluran air limbah/ air kotor berada di kanan jalan

yang berujung ke sungai Babura. Jadi pengaliran air kotor dari bangunan ke riot

kota

Page 153: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

129

5.3.4.3 Analisa penghawaan

Dengan memanfaatkan keunggulan dari site, kualitas daerah alam di sekitar cukup

baik, untuk mencapai kenyamanan, polusi udara yang sedikit sehingga sekolah ini

menggunakan sistem penghawaan alami. Hal ini dapat dicapai dengan

memperbanyak bukaan pada bangunan. Di lokasi sekolah, udara berhembus dari

arah barat laut ke tenggara. Dari arah bukaan utara selatan, maka udara tidak

sepenuhnya masuk dalam jendela, sehingga angin dari arah barat laut-tenggara

tidak langsung masuk ke ruangan.

5.3.4.4 Analisa komunikasi

Sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan airphone, sedangkan bangunan

menggunakan jaringan telepon dari Telkom Indonesia.

Page 154: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

130

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN

6.1 Konsep dasar

Dalam perancangan dan perencanaan sekolah khusus autisme ini, perancang

mengambil konsep healing environment dan educating space dimana perilaku dari

pengguna utama bangunan yaitu anak penyandang autis menjadi dasar untuk

menentukan seperti apa desain dari sekolah khusus autisme. Tujuan yang ingin

dicapai dari perancangan ini adalah menciptakan lingkungan sekolah yang

mementingkan kenyamanan, penyembuhan dan keselamatan untuk anak-anak

penyandang autisme melalui bidang pendidikan.

Tabel 6.1 Konsep dasar

Karakteristik Autisme

Sifat yang Diharapkan

Analisa Kriteria Sekolah

Arsitektural

Kesulitan berkomunikasi

Dapat berkomunikasi dengan baik

Dibutuhkan desain yang mudah dimengerti anak-anak sehingga komunikasi mereka dapat terbantu

Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Aman, Bukan institusi

-Bentuk massa mudah dipahami -Skala bangunan tinggi di lantai satu agar memberi kesan menyambut -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi jelas -Organisasi ruang radial

Page 155: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

131

Menghindari kontak mata/wajah

Dapat Berinteraksi

Dibutuhkan desain yang memancing mereka di satu titik sehingga tercipta interaksi

Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Terprediksi, Bukan institusi, Aman

-Multimassa -Pengunaan tektur lembut (seperti karpet aatau karet) -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi radial -Organisasi ruang radial

Kurangnya hubungan sosial dan emosional timbal balik

Fleksibel dan dinamis

Anak cenderung lebih mudah berkembang dengan hal yang bersifat dinamis bukan kaku

Fleksibel dan teradaptasi, Tidak mengancam, Tidak mengganggu, Aman

-Multimassa -Perbedaan tektur lembut dalam bangunan dan tektur kasar di luar bangunan -Sirkulasi radial -Organisasi ruang radial

Berperilaku berlebihan

Perilaku yang terarah

Perilaku yang tidak dapat berdiam diri sehingga memerlukan fasilitas yang dapat mewadahi sifat ini

Fleksibel dan teradaptasi, Terprediksi, Terkontrol, Kesesuaian sensorik-motorik, Aman

-Menggunakan bentuk segienam karena jika digabung tidak menghasilkan ruang negatif -Penggunaan penghijauan sebagai buffer -Kombinasi tekstur -Warna analog (hijau, kuning, biru) -Sirkulasi radial

Selalu terpaku pada satu aktivitas

Respon terhadap lingkungan

Memerlukan lingkungan yang menarik dan nyaman sehingga anak merasa

Fleksibel dan teradaptasi, Terprediksi, Terkontrol,

-Kombinasi tekstur agar sensorik-motoriknya terlatih -Warna analog

Page 156: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

132

senang ketika ke sekolah

Kesesuaian sensorik-motorik, Aman

(hijau, kuning, biru)

Sumber: Analisa penulis

6.2 Konsep perancangan ruang luar/ tapak

6.2.1 Zoning Tapak

Gambar 6.1 Konsep penzoningan dalam site

Sumber: Olahan Penulis

Konsep zoning ruang luar dibuat secara terpusat. Yaitu berpusat pada tempat

bermain outdoor di tengah bangunan dengan desain mengelilingi dan menyebar.

Alasan membuat konsep terpusat adalah:

a. Anak penyandang autisme yang cenderung tidak suka bersosialisasi,

sehingga dibutuhkan ruang yang saling berhubungan. Space yang dibuat

bersifat outdoor dan menarik perhatian agar anak berkumpul di tengah

bangunan secara bersamaan dan terciptanya interaksi.

b. Anak penyandang autisme yang suka dengan sesuatu yang menarik

sehingga butuh space yang memberikan pemandangan yang baik

Pendidik

an

Kons

ultasi

&

serv

ice

lapangan

tera

pi

Healing

garden

Kola

m

dan

pend

ukun

g Parkir

mobil

dan

moto

r

Page 157: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

133

Konsep perancangan sistem parkir kendaraan pengunjung adalah parkir

kendaraan roda dua dan roda empat dipisahkan dan diletakkan diluar bangunan

Fungsi ruang luar lebih dominan untuk pengolahan landscape dengan konsep

terpusat. Fungsi ruang luar dibuat menyebar namun tetap terhubung satu sama lain

dengan sirkulasi yang mewadahi para pengguna.

6.2.2 Konsep Sirkulasi ruang luar

Gambar 6.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar

Sumber: Olahan Penulis

Sirkulasi dibuat dengan jelas. Dibuat dari bahan perkerasan yang aman untuk

anak-anak. Pada gambar, tiap sirkulasi dibuat melengkung karena ingin membuat

anak-anak banyak bergerak dan menyatu dengan alam.

6.2.3 Konsep vegetasi

Vegetasi yang digunakan dalam tapak adalah:

Tabel 6.2 Rekomendasi nama dan jenis tanaman

No. Jenis dan nama tanaman Nama Latin Keterangan

I Perdu & hias

1. Nusa Indah merah Musaenda erytthrophylla Berbunga

2. Daun mangkokan Notophanaz scutelarium Berdaun unik

Page 158: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

134

3. Bugenvil merah Bougenvillea glabra Berbunga

4. Analea Rhododendron indicum Berbunga

5. Soka daun besar Ixora javonica Berbunga

6. Bakung Crinum asiaticum Berbunga

7. Oleander Nerium oleander berbunga

8. Sikas Cycas revolata Bentuk unik

9. Alamanda Alamanda cartatica Merambat

berbunga

10. Puring Codiaeum varigatum Daun berwarna

11. Kembang merak Caesalphinia pulcherima Berbunga

12. Krisan Chrysanthemum sp Bunga warna

warni

13. Bunga kancing Gomphrena globosa Bunga warna

warni

14. Hanjuang Cordylin sp Daun merah

II Ground cover

Rumput gajah mini Axonophus compressus Tekstur kasar

III Tanaman aromatik

1. Melati Jasminum sp Memberi aroma

wangi

2. Tahi ayam Tagetes Erecta L

Memberi aroma

wangi

3. Anggrek Orchidaceae sp Memberi aroma

wangi

IV Tanaman pembatas

1. Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Pengarah sisi

dalam pagar

Page 159: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

135

6.3 Konsep tata ruang dalam

Konsep tata ruang dengan sistem tingkat privasi berjenjang (privacy

gradient) digunakan untuk menyusun unit-unit ruang secara keseluruhan, karena

sistem ini membantu anak untuk tidak langsung berinteraksi dengan orang banyak,

tetapi anak dikondisikan terlebih dahulu untuk belajar berinteraksi dengan guru dan

teman-temannya.

Selain itu ruang untuk anak penyandang autisme ini bersifat aman. Yang

dimaksud dengan aman adalah:

Penataan ruang: meminimalkan adanya sudut-sudut dalam ruang. Jika ada sudut,

maka harus tertutupi dengan material atau perletakan perabot pada sudut ruangan.

Lantai: lantai tidak boleh licin. Lantai dilapisi dari bahan seperti karpet atau matras

untuk melindungi anak supaya tidak terluka saat bermain atau terjatuh.

Dinding: dilindungi dengan material matras empuk supaya anak pada saat tantrum

tidak terluka saat membenturkan diri ke dinding.

a. Konsep ruang kelas

Dalam ruang kelas biasanya anak sudah dapat mulai bersosialisasi dan dalam

proses berkonsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga anak

dapat melihat ke arah luar ruangan (jendela /bukaan sebaiknya cukup luas

agar sirkulasi udara dan cahaya baik.

b. Konsep ruang terapi

Perancang membuat ruang pantau yang digunakan untuk melakukan

pengamatan saat terapi. Agar pengamatan bisa dilakukan tanpa

Page 160: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

136

sepengetahuan anak maka dibuat bukaan dengan dilapisi kaca film. Tekstur

lantai dan dinding dilapisi tekstur lembut (karpet atau matras)

c. Konsep ruang konsultasi

Desain dibuat agar tidak menimbulkan kebosanan dan ketengangan saat

menjalani pemeriksaan. Pemberian area bermain untuk mengalihkan si anak

agar tidak terlalu tegang.

6.4 Konsep massa dan perwajahan

Gambar 6.3 Gubahan massa sekolah Sumber: olahan penulis

Gambar 6.4 Aksonometri gubahan massa sekolah Sumber: olahan penulis

Konsep bentukan massa yang digunakan di sekolah khusus autisme adalah

bentuk-bentuk yang disukai anak yaitu bentuk geometris. Bentukan yang diambil

Page 161: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

137

adalah bentuk segi enam. Bentuk ini dirasa paling menguntungkan karena

berdasarkan penelitian para ahli matematika terhadap sarang lebah, bentuk segi

enam menciptakan ruang yang paling efektif dan jika digabungkan tidak akan

menghasilkan ruang negatif. Hal ini sesuai dengan kebutuhan desain yang memiliki

massa banyak dan membutuhkan tatanan ruang dengan orientasi melingkar ke

dalam (sosiopetal). Selain itu dapat membuat anak autis dapat berkumpul di satu

titik dimana secara karakter anak autis memiliki ciri yang berbeda dari anak normal

diantaranya minim kemampuan berkomunikasi, tertarik berlebihan terhadap

sesuatu.

Anak penyandang autisme adalah anak yang kebanyakan visual learner,

dimana anak menyukai suatu bentuk yang menarik, teratur dan pastinya tidak

membuatnya merasa terdistraksi.

Menurut penelitian F.S. Breeds dan SE, Kats, kombinasi warna yang cenderung

disukai ada tiga, yaitu warna kontras, warna analog dan warna monokrom. Namun,

berdasarkan perilaku anak-anak, warna yang mudah dimengerti anak-anak adalah

jenis warna-warna analog. Dimana warna analog terdapat tiga macam warna, yaitu:

a. Warna biru, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya damai,

setia, lembut, konservatif.

b. Warna hijau, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya muda,

kehangatan, persahabatan, berani.

c. Warna kuning, menurut buku Marian L. David (1987:135), artinya cerah,

terang, bahagia, hangat.

Page 162: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

138

Gambar 6.5 Warna yang digunakan pada sekolah

6.5 Konsep sistem struktur / konstruksi

Dikarenakan bangunan ini merupakan bangunan untuk anak yang memiliki

karakter khusus sehingga bangunan maksimal 2 lantai. Maka sistem yang

digunakan tidak terlalu rumit. Sistem struktur yang digunakan pada sekolah adalah:

a. Sub struktur

Sekolah khusus autisme merupakan bangunan berlantai rendah dengan

kondisi tanah yang datar, sistem pondasi dan jenis pondasi yang digunakan

adalah sistem lajur dan titik dengan jenis pondasi foot plat.

b. Super struktur

Sistem struktur yang digunakan pada sekolah khusus autisme adalah sistem

rangka kaku (rigid frame) dengan penataan kolom balok secara grid.

Struktur rangka kaku merupakan struktur yang dibentuk dengan cara

meletakan elemen kaku horizontal di atas elemen kaku vertikal.

6.6 Konsep sistem utilitas

Konsep-konsep utilitas pada sekolah khusus autisme ini adalah:

Page 163: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

139

6.6.1 Konsep elektrikal

Pada perancangan pencahayaan, memasukkan pencahayaan alami ke dalam

bangunan. Memanfaatkan keuntungan pada lokasi sekolah, yaitu banyaknya

vegetasi di utara site dan timur site, sehingga dapat membatasi cahaya matahari

yang masuk ke bangunan. Selain cahaya alami, bangunan juga memerlukan

pencahayaan buatan untuk ruang-ruang yang tidak dapat cahaya matahari yang

langsung, dan untuk mengantisipasi pada saat cuaca mendung.

Sumber daya listrik utama diperoleh dari PLN dengan genset sebagai cadangan.

Gambar 6.5 Skema alur listrik

Sumber: olahan penulis

6.6.2 Konsep sanitasi

Sistem plumbing atau sistem penyediaan air bersih dan pengeluaran atau

pengkondisian air kotor yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran

pada daerah yang dilalui oleh sistem plumbing.

PLN Gardu Meteran Panel MCB

Distribusi Unit

Page 164: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

140

6.6.2.1 Sistem air bersih

Rencana perjalanan sirkulasi air bersih untuk kebutuhan sekolah:

Gambar 6.7 Skema air bersih

Sumber: olahan penulis

Sumber air bersih berasal dari jaringan PDAM. Kebutuhan air bersih pada

bangunan sekolah luar biasa autis ini meliputi kebutuhan air pada dapur, toilet,

taman dan kolam renang.

6.6.2.2 Sistem air kotor

Air kotor dapat langsung dibuang melalui saluran pembuangan yang

dialirkan melalui parit yang terdapat di pinggir jalan.

Gambar 6.8 Skema air kotor

Sumer: olahan penulis

6.6.3 Konsep penghawaan

Menggunakan penghawaan alami diterapkan dengan memberi bukaan-

bukaan agar aliran udara di dalam ruang tetap terpelihara. Penghawaan alami ini

PDAM Meteran Pompa Tangki air

Pompa Distribusi Unit

Grey

water

Black

water

Bak

Kontrol

Bak

Kontrol

STP Sumur

resapan

Riol Kota

Page 165: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

141

diterapkan pada ruang-ruang terluar yang memungkinkan untuk mendapatkan

udara dengan sedikit polusi.

6.6.4 Konsep komunikasi

Sistem komunikasi dalam bangunan menggunakan airphone, sedangkan

bangunan menggunakan telepon sistem PABX (mengatur pemakaian telepon oleh

operator). Untuk komunikasi hotspot menggunakan teknologi jaringan komputer

Wi-Fi secara nirkabel.

Page 166: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

142

BAB VII

KESIMPULAN

Tugas akhir dengan judul Perancangan Sekolah Khusus Autisme Medan yang

berlokasi di Jl. Karya Wisata, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara. Lebih

tepatnya berada di belakang SLB-A Karya Murni Medan. Sekolah khusus autisme

adalah sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak penyandang autisme.

Khususnya dapat mengetahui bagaimana cara menangani anak penyandang

autisme, anak-anak ini juga bisa menjadi lebih baik dan layak mendapat pendidikan

seperti anak-anak pada umumnya.

Perancangan sekolah khusus autisme Medan diharapkan dapat menjadi

wadah bagi anak penyandang autisme di Medan sehingga anak penyandang autisme

bisa mendapat fasilitas pendidikan, terapi dan pengobatan yang layak. Perancangan

ini mencoba menjawab kebutuhan akan sekolah yang layak bagi anak penyandang

autisme di Medan yang memenuhi tiga tantangan desain, yaitu bagaimana

merancang atmosfir sekolah yang bersifat healing (penyembuhan), aman, dan

nyaman bagi anak penyandang autisme supaya dapat berkembang dan hidup

mandiri di masyarakat serta bagaimana arsitektur dapat mempengaruhi perilaku

anak penyandang autisme. Dengan pengaturan fisik dan lingkungan sekolah yang

memiliki atmosfir ketenangan, diyakini akan memberikan pengaruh positif atas

pembentukan perilaku anak penyandang autisme.

Page 167: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

143

DAFTAR PUSTAKA

Afrida, Lena (2009) Tinjauan Tata Atur Fisik Sekolah Khusus Terhadap

Adaptasi Perilaku Anak Autis, Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas

Indonesia, Depok.

Autism treatment services of Saskatchewan

Badan Pusat Statistik Medan. 2017. Medan Dalam Angka

Dinas Kesehatan Kota Medan. 2013-2017 (dinkes.sumutprov.go.id)

Depdiknas. 2002. Pedoman Pelayanan Pendidikan bagi Anak Autistik.

Jakarta: Depdiknas.

International Classification of Diseases (ICD-10 tahun 1993)

Laurens,JM. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta: Grasindo

Mostafa, Magda. “An Architecture for Autism: Concepts of Design

Intervention for the Autistic User.” International Journal of Architectural Research.

Volume 2 Issue 1. 189-204. March 2008.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi. 1997. Data Arsitek Jilid 1 edisi 33.

Jakarta: Erlangga

Peraturan Menteri Pendidikan Sosial Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2008 Tentang Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa (SLB)

Septia, Dyah. 2016. Pengaruh Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus

Terhadap Desain Fasilitas Pendidikan Studi Kasus: Bangunan Pendidikan Anak

Autis,(online), (jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek, diakses 27 Februari 2019)

Junita, Sondang, 2009, Tugas Akhir Sekolah Khusus Autis di Yogyakarta,

Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta

Page 168: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

Universitas Sumatera Utara

144

Suryana, Agus. 2004. Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif.

Penerbit Progress, Jakarta.

Watson L. dan Marcus L. 1988. Diagnosis and Assessment of Preschool

Children. Dalam Schopler, E. dan Mesibov,G(eds) Diagnosis and Assessment in

Autism. London. Plenum Press.

https://architectureforautism.wordpress.com/treatment-centers-for-people-

with-autistic-spectrum-disorders/advance-center-for-autism/ (diakses 7 Maret)

https://www.citylab.com/design/2014/04/designing-buildings-children-

autism/8960/ (diakses 7 Maret 2019)

https://a4le.org.au/awards/2011-awards/2011-regional-award-winners-and-

commendations/western-autistic-school,-laverton-victoria (diakses 10 Maret)

http://a4le.org.au/awards/awards-2013/2013-regional-award-winners-and-

commendations/northern-school-for-autism (diakses 21 Maret 2019)

https://arcspace.com/feature/fawood-childrens-centre/ (diakses 21 Maret

2019)

https://all.design/posts/fawood-childrens-centre (diakses 21 Maret 2019)

http://www.designshare.com/index.php/articles/classroom_autism/ (diakses 27

Maret 2019)

http://lifetranscenter.com/klinik-hipnoterapi-jenis-jenis-terapi-untuk-anak-

autis/ (diakses 31 Maret 2019)

https://www.researchgate.net/figure/Elevations-of-the-Northern-School-

for-Autism-Source-Hede-Architects_fig4_283099110

https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-tingkatan-anak-

autisme.html (diakses tgl 20 Maret 2019)

https://exhibition.a4le.org/2013/pdf/NorthernSchoolAutism.pdf (diakses 24

April 2019)

Page 169: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019

KELAS (B)

DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA

JUDUL SKRIPSI :

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN

NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024

JUDUL PROYEK :

GAMBAR : GROUND PLAN

SKALA : 1 : 500

HALAMAN

JUMLAH HALAMAN

U

GROUND PLAN

SKALA 500

1

Page 170: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019

KELAS (B)

DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA

JUDUL SKRIPSI :

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN

NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024

JUDUL PROYEK :

GAMBAR : SITE PLAN

SKALA : 1 : 500

HALAMAN

JUMLAH HALAMAN

U

SITE PLAN

SKALA 500

2

Page 171: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …

PROGRAM STUDIARSITEKTURFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR VI TA. 2018/2019

KELAS (B)

DOSEN KOORDINATOR : Dr. IMAM FAISAL PANE, ST.,MT.IPMDOSEN PEMBIMBING : Ir. RUDOLF SITORUS, MLA

JUDUL SKRIPSI :

PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN

NAMA : JESSICA CHANDRANIM : 150406024

JUDUL PROYEK :

GAMBAR : TAMPAK SITE

SKALA : 1 : 500

HALAMAN

JUMLAH HALAMAN

TAMPAK DEPAN SITE

SKALA 500

TAMPAK BELAKANG SITE

SKALA 500

TAMPAK KIRI SITE

SKALA 500

TAMPAK KANAN SITE

SKALA 500

3

Page 172: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 173: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 174: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 175: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 176: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 177: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 178: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 179: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 180: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 181: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 182: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 183: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 184: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 185: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 186: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 187: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 188: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 189: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 190: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 191: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 192: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 193: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 194: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 195: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 196: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 197: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 198: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 199: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 200: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 201: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 202: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 203: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 204: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 205: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 206: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 207: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …
Page 208: PERANCANGAN SEKOLAH KHUSUS AUTISME MEDAN …