PERANAN PESANTREN TAHFIDZ AL QUR’AN QIBLATAIN...
Transcript of PERANAN PESANTREN TAHFIDZ AL QUR’AN QIBLATAIN...
PERANAN PESANTREN TAHFIDZ AL-QUR’AN
QIBLATAIN DALAM PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN
MASJID NURUL IMAN DI PERUMAHAN PONDOK
MEKARSARI PERMAI, CIMANGGIS DEPOK
Diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)
Salman Hidayatullah
NIM. 11150540000019
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 M/2020 M
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pesantren berperan dalam kelembagaan pemberdayaan masjid
nurul iman
Penelitian bertitik tolak dari pemikiran bahwa
kelembagaan masjid atau dewan kemakmuran masjid (DKM)
dapat ditingkatkan kapasitas kelembagaannya dalam pendidikan
agama Islam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data
penulis peroleh dari pemimpin pesantren, pembina, santri, ketua
RT dan RW, ketua DKM masjid Nurul Iman, ketua remaja masjid
Nurul Iman (IPNI), melalui wawancara.
Hasilnya kelembagaan dengan pemberdayaan SDM,
program, layanan, dan pendanaan terbukti signifikan dengan
berbagai teori yaitu; 1) Teori Pesantren (Noerhayati Anin), 2)
Teori Kelembagaan (Widjaja), 3)Teori Masjid (Syahruddin,
Hanafie, dan Abdullah abud), 4) Teori Tahfidz Al-Qur‟an (Abdul
Aziz), 5) Teori Peranan (Poerwadarminta), 6) Teori
Pemberdayaan (Widjaja).
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa
program kegiatan pemberdayaan masyarakat menghasilkan
terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
dalam mempelajari tentang ilmu agama.
Kata kunci: Program kegiatan, pesantren, masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya pada-MU satu-satunya zat
yang kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan dari-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peranan
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain Dalam Pemberdayaan
Kelembagaan Masjid Nurul Iman Di Perumahan Pondok Mekarsari
Permai, Cimanggis Depok” sebagai syarat dalam memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Beliau pemberi syafa‟at kelak dihari
kiamat kepada seluruh umat.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapakan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak
Drs. Yusra Kilun, M. Pd selaku pembimbing yang dengan sabar, tekun,
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan penuh sadar
dan ketulusan pula kepada:
1. Bapak Suparto, M.Ed.Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus pembimbing akademik.
iii
2. Ibu Dr. Siti Napsiyah sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Bapak Dr. Sihabuddin N, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, Bapak Cecep Wijaya, M.A sebagai Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Muhtadi, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari, S.Ant, M.Si.
sebagai Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M. Pd sebagai dosen pembimbing yang
telah membimbing dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas kepada
penulis selama masa bimbingan skripsi.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan
perkuliahan.
6. Kedua orang tua penulis tercinta Bapak Yus Syamsul dan Ibu Elin
Rosinah yang selalu tulus ikhlas mendoakan penulis dan
memberikan dukungan materi maupun moril, serta memberikan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
setiap do‟a dan pengorbanan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amiiiin.
7. Pengelola Pesantren tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain yaitu Bapak H.
Muammar Khadafi, Lc, MA. yang senantiasa memberikan
pengarahan penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
iv
8. Pembina dan santri yang berada di bawah naungan pesantren
tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain yang selalu membantu penulis dalam
pengerjaan skripsi ini.
9. Bapak RW, RT, DKM, Ketua Remaja Masjid perumahan pondok
Mekarsari Permai, yang ikut membantu penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
10. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(PMI) angkatan 2015, Nur Hikmah Ardini, Dini Masrika, Chairul
Hamzah, Faskan Aditama, Fakhriy Naufal dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, sahabat dan teman-teman seperjuangan,
dan kakak tingkat adik tingkat semuanya yang telah banyak
memberikan semangat, dukungan, masukan dan motivasi selama
dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi. Terimakasih
atas dukungan dan doa yang telah diberikan.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki
serta kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua‟alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Ciputat, 15 januari 2020
Penulis
Salman Hidayatullah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
Batasan dan Perumusan Masalah ............................................... 11
1. Batasan Masalah …………………………………………………… 11
2. Perumusan Masalah ……………………………………………… 11
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
1. Tujuan Penelitian ……………………………... 11
2. Manfaat Penelitian ……………………………. 11
Metodologi Penelitian ................................................................ 12
1. Metode Penelitian …………………………… 12
2. Macam dan Sumber Data …………………….. 13
3. Teknik Pengumpulan Data …………………… 13
4. Teknik Penentuan Sampel atau Informan …... 15
5. Teknik Analisa Data …………………………... 16
6. Teknik Validasi Keabsahan Data …………….. 16
7. Teknik Penulisan ……………………………… 17
8. Tempat dan Waktu Penelitian ……………….. 18
Tinjauan Pustaka ........................................................................ 18
vi
Sistematika Penulisan ................................................................ 21
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................... 23
A. Pengertian Peranan ………………………………... 23
B. Pengertian Pesantren ………………………………. 28
C. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an ……………………. 29
D. Pengertian Pemberdayaan ………………………… 30
E. Pengertian Kelembagaan ………………………… 33
F. Pengertian Masjid ………………………………….. 34
BAB III GAMBARAN UMUM ............................................ 37
A. Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Qiblatain ………….. 37
1. Sejarah ………………………………………….. 37
2. Visi ……………………………………………….. 37
3. Misi ………………………………………………. 37
4. Tujuan .................................................................... 38
5. Identitas .................................................................. 38
6. Struktur Kepengurusan ………………………… 39
7. Keuangan ………………………………………… 39
8. Sarana dan Prasarana …………………………... 40
9. Program Pendidikan ……………………………. 40
B. Masjid Nurul Iman ......................................................... 40
1. Sejarah …………………………………………… 40
2. Tujuan ……………………………………………. 41
3. Identitas .................................................................. 41
4. Struktur Kepengurusan ………………………… 42
5. Keuangan ………………………………………… 42
6. Program ………………………………………….. 47
vii
BAB IV TEMUAN LAPANGAN ........................................... 44
A. Pendekatan dan diskusi bersama SDM masjid ….. 44
B. Program kegiatan …………………………………. 47
C. Bentuk Pelayanan …………………………………. 49
BAB V ANALISIS .................................................................. 54
A. Analisis terhadap SDM masjid ……………………... 54
B. Analisis terhadap program dan pelayanan masjid ... 55
BAB VI PENUTUP …………………………………………. 66
A. Kesimpulan ………………………………………….. 66
B. Saran ………………………………………………… 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................... 73
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Struktur Pengurus Pesantren ..................................... 39
Tabel 2. Data Narasumber ……………………………………73
Tabel 3. Kegiatan Observasi ………………………………… 83
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Pengurus DKM ......................................... 42
Gambar 2. Foto Dokumentasi………………………………... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah umat
Islam. Di tempat tersebut seharusnya umat Islam
merancang masa depan dari segi apapun, baik dari agama,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, sebagaimana para
pendahulu yang memfungsikan masjid secara optimal.
Perkembangan masjid pada era modern ini begitu
pesat, dapat dilihat di kota-kota sampai ke daerah pelosok
desa. Masjid mudah kita jumpai di mana pun. Keadaan
demikian di satu sisi membuat hati begitu bahagia sebab
orang-orang mulai sadar akan pentingnya shalat. Mereka
membuat masjid di berbagai tempat dengan harapan agar
mempermudah proses ibadah, mengingat sekarang ini
banyak orang yang memiliki mobilitas tinggi, hingga
mereka dituntut untuk berpacu dengan waktu.
Di sisi lain, fenomena pertumbuhan masjid yang
semakin marak ternyata tidak diimbangi dengan upaya
untuk memakmurkannya. Tidak semua masjid yang
dibangun dapat mengoptimalkan fungsinya, sebab masjid
mulai mengalami mutilasi fungsi dan distorsi wilayah
kerja. Masjid hanya identik sebagai tempat shalat, tidak
lebih dari itu. Kalaupun lebih hanya event-event
seremonial tahunan. Itupun jika bisa berjalan dengan baik.
Bahkan ada beberapa masjid yang bahkan tidak
2
digunakan shalat jamaah lagi. Sehingga banyak masjid
dibangun tetapi sepi dari jamaah. Semua itu disebabkan
oleh karena di masa yang modern ini banyak orang
membangun masjid tidak didasari dengan rasa taqwa
melainkan hanya sebagai pelengkap dan legitimasi
keislaman di suatu lingkungan.
Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat nya.
Makmur dan sepinya masjid tolak ukur nya dilihat dari
umat. Apabila umat rajin beribadah ke masjid, maka
makmurlah tempat ibadah tersebut. Namun apabila umat
enggan atau malas beribadah ke masjid maka sepi pulalah
masjid tersebut. Memang logis apabila keadaan umat
Islam diukur dengan keadaan masjid yang ada di
sekitarnya. Masjid yang makmur menunjukkan kemajuan
umat di sekitarnya, sedangkan masjid yang sepi
menunjukkan kualitas iman dan rasa tanggung jawab
umat telah menipis. Dengan adanya umat Islam di sekitar
masjid, maka umat perlu mengaktualisasikan peran dalam
mengkoordinir, baik untuk shalat jamaah, maupun
aktivitas lain, dalam rangka menyatukan potensi dan
kepemimpinan umat.
Mewujudkan masjid yang makmur dan
memaksimalkan penggunaan nya, menjadi sebuah
kewajiban bagi seluruh umat Islam. Sebab, masjid
merupakan tempat yang suci bagi kaum muslimin,
sehingga kita dituntut untuk mengelola dan
melestarikannya.
3
Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam
mengelola dan melestarikan masjid. Hal yang paling
sederhana, namun memiliki nilai yang sangat besar adalah
menunaikan ibadah shalat berjamaah di masjid secara
rutin. Tidak hanya pahala yang kita dapatkan, tetapi juga
keterikatan secara emosional, menjadikan kita semakin
mencintai masjid. Rasa cinta itu yang kemudian
menjadikan jam'ah semkain mantap dalam memunculkan
keinginan untuk menghidupkan dan memajukan masjid
dari ranah ibadah hingga pembinaan umat sebagai upaya
pendidikan Islam nonformal.
Berawal dari shalat jamaah, maka bisa kita
kembangkan kegiatan pengajian rutin. Dengan kebiasaan
shalat berjamaah dan mengikuti pengajian rutin akan
membentuk niat seseorang untuk memakmurkan masjid.
Dari uraian-uraian yang telah di paparkan dapat
kita ketahui bahwa makmurnya masjid bergantung dari
bagaimana umat yang ada di lingkungan masjid tersebut.
Oleh sebab itu, orang-orang yang ingin memakmurkan
dan meramaikan masjid semata-mata hanya didasarkan
atas iman dan taqwa menjadi penting. Adapun
orang=orang yang memakmurkan masjid itu adalah
pengurus dan jamaah sendiri, sebab keberadaan pengurus
masjid sangat penting bagi kemakmuran untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi masjid.
Untuk mengoptimalkan peran serta fungsi dari
masjid bisa dilakukan dengan menjadikan masjid selain
4
sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat pembinaan
umat sebagai upaya pendidikan Islam non formal. Hal
tersebut dikarenakan pendidikan merupakan sesuatu yang
sangat penting. Dengan pendidikan, umat Islam tidak
hanya memiliki kepribadian yang baik tetapi juga
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang
ajaran Islam dengan baik sehingga dapat membedakan
yang haq dan bathil. Tujuan pendidikan di masjid adalah
memberikan pemahaman, pengetahuan dan pembelajaran
tentang Islam secara benar berdasarkan Al-Quran dan As-
Sunnah.
Pembinaan umat merupakan salah satu persoalan
yang seringkali kita lupakan. Bisa jadi sebuah masjid rutin
mengadakan pengajian, bahkan dengan mendatangkan
ustadz-ustadz kondang. Akan tetapi pengajian yang
diselenggarakan hanya sebatas untuk mengisi aktivitas
belaka agar masjid boleh dikatakan hidup.
Sebuah contoh yang seringkali terjadi pada anak-
anak. Ketika usia mereka masih anak-anak, betapa
antusiasnya mereka untuk mendatangi taman pendidikan
Al-Quran (TPA). Seiring dengan pertumbuhan nya
menjadi seorang remaja, maka TPA dirasa tidak pantas
lagi bagi mereka. Akan tetapi masjid lupa untuk
menyiapkan forum kajian untuk anak-anak yang mulai
beranjak remaja, sehingga mereka mulai enggan pergi ke
masjid dan hal itu yang akan mengakibatkan putusnya
regenerasi orang-orang yang dapat memakmurkan masjid.
5
Ada juga masjid-masjid yang kebiasaannya
mengadakan pengajian dengan mendatangkan pembicara
terkenal dari luar kota, dengan anggapan akan
mendatangkan massa yang banyak. Baik memang, akan
tetapi hendaknya dipikirkan juga follow up (kelanjutan)
dari pengajian tersebut, karena kajian rutin bisa dijadikan
sebagai sarana pembinaan ruhiyah jamaah.
Masjid adalah salah satu lembaga pendidikan
Islam non formal yang paling tepat bagi proses
pendidikan kaum muslimin. Sebab di dalam sejarah,
masjid telah lama digunakan sebagai tempat pendidikan
sejak abad permulaan dakwah Islam, bahkan budaya
ta‟lim yang dilakukan di masjid masih banyak kita
temukan. Oleh sebab itu jika masjid digunakan sebagai
sarana pendidikan bagi kaum muslimin, niscaya umat
Islam akan merasakan betul keberadaan masjid tersebut.
Dengan demikian akan bertambah banyak masjid yang
digunakan sebagai sarana pendidikan Islam non Formal,
sehingga kualitas umat Islam akan semakin bertambah
seiring dengan pertambahan kuantitasnya.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
mengoptimalkan fungsi masjid selain sebagai tempat
ibadah juga sebagai tempat pembinaan umat dengan
segala aspeknya dapat mewujudkan masyarakat yang
selalu mendekatkan diri kepada Allah dan hubungan yang
baik sesama manusia. Dari situ akan terbentuk masyarakat
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT.
6
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dibutuhkan
keseriusan dari para pengurus masjid dalam
mencanangkan berbagai program untuk dilaksanakan oleh
para jama'ah nya. Salah satu pendukung utama dalam
mewujudkan pembinaan terhadap masyarakat yaitu
pengurus DKM masjid yang baik. Karena DKM berguna
sebagai mediator dalam pembinaan umat tentunya harus
memberikan teladan yang baik.
Keberadaan pengurus DKM masjid sangat penting
bagi masyarakat dalam menggerakkan berbagai program
kegiatan masjid baik di dalam masjid maupun di sekitar
lingkungan masjid. Dengan adanya berbagai bentuk
aktifitas pengurus DKM masjid diharapkan menjadi salah
satu pengembang pendidikan agama Islam yang bersifat
non formal. Dengan demikian keberadaan masjid atas
segala aktifitasnya memiliki peran yang penting dalam
pembinaan umat Islam di lingkungan sekitar masjid.
Masjid Nurul Iman, merupakan salah satu masjid
yang kelembagaan nya bergerak cukup aktif. Bergerak
dalam bidang-bidang pemberdayaan, dalam
menyejahterakan masyarakat sekitar. Masjid Nurul Iman
berada di Perumahan Pondok Mekarsari Permai, dengan
total umat muslim 138 KK. Masjid ini memiliki berbagai
perencanaan program yang di bentuk oleh DKM dalam
rangka memberdayakan masyarakat.
Program-program yang dicanangkan oleh DKM
masjid nurul iman, mencakup hal-hal yang berkenaan
7
dengan SDM, program, layanan, dan pendanaan
Berikut adalah berbagai program yang telah
dicanangkan oleh pihak DKM dan telah disetujui oleh
pihak masyarakat:
1. Ketua Seksi Peribadatan dan Dakwah
a. SDM : Menyiapkan imam dan muadzin untuk
shalat lima waktu setiap hari
Menyiapkan penceramah untuk pengajian ahad
shubuh atau kajian lainnya
Menyiapkan khotib/penceramah dan imam untuk
shalat tarawih bulan ramadhan
b. Program : Mengadakan tabligh akbar pada hari
besar atau moment tertentu dengan
mengundang penceramah kondang dari luar
2. Ketua Seksi Pembangunan dan Perlengkapan
a. SDM : Merencanakan dan melaksanakan
pembangunan/perluasan sarana fisik yang ada
Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana
masjid
Mengurus sertifikat dan IMB masjid nurul iman
dan TPA nurul ilmi agar masjid nurul iman dan
TPA nurul ilmi dapat dibuatkan status badan
hukumnya
Menyusun laporan harta kekayaan
organisasiberupa barang-barang inventaris dan
perlengkapan
b. Program : Membina dan mengembangkan
8
potensi sumber dana yang ada, untuk dapat
menunjang program-program pengembangan dan
pemeliharaan yang dibuat DKM
c. Layanan : Mengelola dan memanfaatkan
perpustakaan untuk kepentingan jama'ah
Mengelola dan melayani kebutuhan kebutuhan
perlengkapan (tenda, kursi, keranda, perlengkapan
pemandian) untuk seksi pelayanan duka cita atau
warga Rw 017 Mekarsari
d. Pendanaan : Bidang pembangunan meminta
donatur (waqaf) ke jama'ah
3. Ketua Seksi Baitul Maal Nurul Insan
a. Program : Mengajak anak asuh dan orang tua
asuh ikut memakmurkan masjid nurul iman
dengan mengikuti kegiatan DKM
Meningkatkan jumlah peserta program orangtua
asuh dengan mensosialisasikan program orang tua
asuh kepada warga RW 017 Mekarsari dan
sekitarnya
b. Layanan : Memberikan beasiswa kepada anak-
anak yang orang tua nya kurang mampu / dhuafa
c. Pendanaan : Melaporkan dan mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua
DKM dan donatur/orang tua asuh secara berkala
4. Ketua Seksi Remaja Masjid (IPNI)
a. Program : Mengadakan kegiatan rutin
keagamaan (ramadhan) bagi remaja masjid
9
b. Layanan : Membina dan mengembangkan
peranan remaja dalam upaya turut memakmurkan
masjid
5. Ketua Seksi Pelayanan Duka Cita
a. SDM : Melakukan koordinasi kebutuhan
perlengkapan (tenda, kursi, keranda, perlengkapan
pemandian) dengan seksi tim perlengkapan duka
cita
b. Program : Meningkatkan jumlah peserta
pelayanan duka cita dengan mensosialisasikan
manfaat program pelayanan duka cita kepada
warga RW 017 Mekarsari
Melaksanakan ta'ziah di rumah keluarga duka
1(satu) kali/ hari dengan penceramah dari
pelayanan seksi duka
c. Layanan : Tim pelayanan duka cita memberikan
layanan pengurusan jenazah yang dimakamkan di
pemakaman di sekitar RW 017 Mekarsari,
meliputi pengurusan surat dan tempat makam,
memandikan, mengkafani,menshalatkan dan
memakamkan secara syari'at
d. Pendanaan : Memungut uang iuran tahunan
peserta pelayanan duka cita per kepala keluarga
secara tepat waktu dan dalam pelaksanaannya
berkoordinasi dengan petugas di masing-masing
RT
Tim pelayanan duka cita memberikan santunan
10
uang tunai kepada ahli waris apabila jenazah
dimakamkan di luar RW 017 Mekarsari atau
jangkauan.
Masih ada satu program yang berkenaan dengan
pendidikan, yang mana dalam pembahasan pendidikan ini ada
keterkaitan antara pesantren tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain
dengan masjid nurul iman. Pesantren tahfidz Al-Qur‟an
Qiblatain sendiri merupakan suatu pesantren berbasis
masyarakat yang berlokasi di perumahan pondok Mekarsari
permai, Cimanggis Depok. Kehadiran pesantren yang
notabene berbasis masyarakat ini tentu menguntungkan
masjid dari segi hal pemberdayaan masyarakat sekitar, namun
pada pembahasan dalam penelitian ini, penulis menitik
beratkan pembahasan nya pada pemberdayaan program
pendidikan.
Maka dari itu berkesesuaian dengan uraian di atas,
maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan
Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Qiblatain Dalam
Pemberdayaan Kelembagaan Masjid Nurul Iman di
Perumahan Pondok Mekarsari Permai, Cimanggis
Depok” yang mana dalam sejarah nya masjid merupakan
tempat yang memang berperan penting dalam pemberdayaan
pada masyarakat sekitar. Sehingga peranan pesantren sudah
tentu memiliki nilai positif dalam memajukan kesejahteraan
umat.
11
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Karena demikian luasnya program kegiatan yang
terdapat dalam Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain
ini, maka penulis membatasi pembahasan terhadap
proses pemberdayaan di masjid nurul iman Perumahan
Pondok Mekarsari Permai, Cimanggis Depok.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas
maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu:
a. Bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan
oleh Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain di
masjid nurul iman Pondok Mekarsari Permai,
Ciamanggis Depok?
b. Apa hasil yang diperoleh dari pemberdayaan yang
dilakukan oleh Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an
Qiblatain?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses/tahapan pemberdayaan masyarakat dan
mengetahui apa saja hasil pemberdayaan yang
dilakukan oleh Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain.
2. Manfaat Penelitian
12
Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis
yaitu untuk menambah khazanah ilmu dakwah,
khususnya yang berhubungan dengan unsur-unsur
masyarakat Islam. Adapun secara praktis penelitian ini
yaitu:
a. Manfaat Akademis
2.1 Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir
dan memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.2 Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya model-model dalam
pengembangan masyarakat. Disamping itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk menemukan dan
mengembangkan teori-teori dalam
pemberdayaan berbasis pendidikan.
b. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi contoh tahfidz Al-Qur‟an lainnya dengan
melihat dan mengaplikasikan pemberdayaan
berbasis masyarakat yang baik untuk santri.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode pada penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
13
adalah mengumpulkan data yang erat hubungan nya
dengan peranan Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an
Qiblatain dalam memberdayakan masjid nurul iman di
Perumahan Pondok Mekarsari Permai, Cimanggis
Depok. Hal ini seperti apa yang dikemukakan oleh
(Syuharsimi Arikunto, 2009: 75) bahwa: “penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang ada yaitu sesuatu keadaan menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan”
Melalui metode tersebut penulis mengumpulkan
data selengkap mungkin tentang masalah yang diteliti.
2. Macam dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi
dalam dua bagian, yaitu data pokok dan data
pendukung.
a. Data pokok maksudnya adalah sumber data utama,
yaitu pimpinan Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an dan
ustadz/pengurus.
b. Data pendukung adalah sumber data penunjang
yang akan diperoleh dari hasil studi kepustakaan
dan beberapa dokumen.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan
dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:
14
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara penelitian untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis tentang fenomena
yang diselidiki (Muhammad Natsir, 1998: 234).
Menurut Pauline V. Yong, observasi dalam buku
(Abu Ahmadi, 2002: 21) diartikan: “suatu
penyelidikan yang dijalankan secara sistematis,
dan dengan sengaja diadakan dengan
menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap
kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada
waktu kejadian itu terjadi. Ini berarti bahwa
observasi tidak dapat digunakan terhadap
kejadian-kejadian yang sudah lewat. Oleh karena
dalam observasi menggunakan indera, maka agar
hasil observasi menjadi baik, salah satu hal yang
dituntut adalah menggunakan alat indera dengan
sebaik-baiknya. Dalam penelitian ini, penulis
memperoleh keterangan dengan mengamati secara
langsung mengenai aktifitas pemberdayaan oleh
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an tersebut.
b. Wawancara
Wawancara yaitu penulis mengumpulkan data
melalui wawancara dan dibantu dengan alat
perekam agar materi wawancara dapat direkam
secara utuh dan lengkap.
15
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dibutuhkan sebagai data-
data pendukung dalam penelitian. Studi
dokumentasi tersebut bisa berupa foto dan
rekaman suara, laporan, artikel, brosur. Studi
dokumentasi juga bisa menjadi bukti penelitian.
Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-
data hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu melalui observasi dan
wawancara.
4. Teknik Penelitian Sampel atau Informan
Populasi dalam suatu penelitian merupakan
kumpulan individu yang bersifat umum. Dalam hal ini
penulis menetapkan Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an
Qiblatain, Perumahan Pondok Mersari Permai,
Cimanggis Depok sebagai populasinya: Sedangkan
untuk penarikan atau pembuatan sampel dari populasi
yang berfungsi mengangkat kesimpulan penelitian
sebagai suatu yang berlaku bagi populasi tersebut,
penulis mengambil teknik purposive sampling. Penulis
memilih purposive sampling atas pertimbangan
kemampuan, waktu dan tenaga agar penelitian
berjalan dengan efisien. Berdasarkan pertimbangan
tersebut dalam penelitian ini sampel yang digunakan
adalah Pimpinan/Ketua, Para kep Mahasantri (Ustadz
dan Ustadzah) Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain.
16
5. Teknis Analisa Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan
data deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data
dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua
data yang diperoleh dari pengamatan kemudian
menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-
sumber yang tertulis, kemudian menyimpulkannya.
6. Teknik Validasi Keabsahan Data
Teknik validasi keabsahan data, data yang telah
digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam
penelitian penulis menggunakan kriterium
kredibilitas/ kepercayaan.
Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai,
kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian
kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Salah satu teknik kriterium kredibilitas
pemeriksaan yang akan digunakan dalam penelitian
adalah triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
17
pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik
triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknis triangulasi dengan sumber yang akan
digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan
dilakukan dengan jalan:
a) Membandingkan data hasil wawancara dengan
pengamatan di lapangan. Contohnya: peneliti
mendapatkan data penelitian dengan hasil
wawancara yakni dengan pimpinan Pesantren
Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain dan juga
memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di lapangan.
b) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
lain. Contohnya: peneliti membandingkan jawaban
ustadz (kep. santri) dengan jawaban dari
wawancara yang dilakukan dengan pimpinan
tahfidz Al-Qur‟an.
7. Teknik Penulisan
Teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
18
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Perumahan Pondok
Mekarsari Permai, Cimanggis Depok. Alasan
menentukan tempat penelitian ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa kondisi objektif wilayah
penelitian berada pada lingkungan yang cukup islami,
Didalam lingkungan tersebut terdapat sebuah masjid
yang menjadi sarana sebagai tempat beribadah umat
muslim setempat. Masjid tersebut memiliki berbagai
bidang-bidang yang berkonsentrasi dalam
memberdayakan masyarakat. Bentuk pemberdayaan
yang dilakukan dengan baik salah satu faktor yang
mendukung adalah bentuk relasi kerjasama yang
dilakukan bersama dengan pesantren tahfidz Al-
Qur‟an Qiblatain. Selain itu, penulis berkeyakinan
bahwa di lokasi ini cukup tersedia data dan sumber
yang dibutuhkan. Pertimbangan lainnya adalah secara
geografis lokasi ini berdekatan dengan tempat tinggal
penulis sehingga lebih memudahkan dalam proses
penggalian datanya secara akurat. Adapun waktu
penelitian dilakukan dimulai dari Juli 2019 sampai
dengan selesai.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian kemudian
menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah
awal yang penulis tempuh adalah membaca sejumlah
19
skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang
akan penulis teliti. Adapun skripsi tersebut adalah:
Skripsi yang berjudul “Peranan Pondok Pesantren
Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah di Desa
Kananga”, skripsi ini ditulis oleh Nia Najiah, mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam tahun 2013. Skripsi ini meneliti tentang
bagaimana pihak Pondok Pesantren Al-Ishlah dalam
mengembangkan dakwah nya dan bagaimana bentuk
aktifitas dakwah yang dilakukan Pondok Pesantren di
desa Kananga. Persamaan dengan skripsi yang peneliti
bahas adalah sama-sama meneliti bagaimana Pesantren
dalam memberdayakan suatu lingkungan. Perbedaan
dengan skripsi yang peneliti bahas adalah dari segi
pemberdayaan, pemberdayaan yang dilakukan Nia Najiah
pemberdayaan yang di lakukan dalam bentuk berdakwah,
sedangkan apa yang dibahas oleh peneliti adalah dalam
bentuk pemberdayaan.
Skripsi yang berjudul “Kegiatan Keagamaan
Remaja di DKM Masjid Baitul Makmur, Srengseng
Sawah”, skripsi ini ditulis oleh Bandar Robi Attamimi,
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Manajemen Dakwah tahun 2014. Skripsi ini meneliti
tentang fenomena remaja yang eksistensi nya belum
begitu optimal dalam setiap kegiatan keagamaan di
Masjid Baitul Makmur, serta bagaimana mengembangkan
20
strategi dalam kegiatan keagamaan. Persamaan dengan
skripsi yang peneliti bahas adalah sama-sama meneliti
tentang bagaimana remaja (santri) dalam mengoptimalkan
berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan. Perbedaan dengan
skripsi yang peneliti bahas adalah peneliti membahas
bagaimana kontribusi pesantren dalam mengambil
“peran” dalam suatu kegiatan yang ada.
Skripsi yang berjudul “Meningkatkan Pengalaman
Agama pada Remaja di Masjid Safinatul Husna, Bambu
Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat”, skripsi ini ditulis
oleh Risqon Agung Pangestu, mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam tahun 2011. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana
organisasi remaja masjid dalam melakukan sebuah
perubahan, untuk memajukan peranan remaja agar lebih
kreatif dan inovatif dalam kegiatan keagamaan di Masjid
Safinatul Husna. Persamaan dengan skripsi yang peneliti
bahas adalah sama-sama meneliti bagaimana remaja
(santri) dalam mengambil peran penting untuk
memajukan kegiatan keagamaan di lingkungan
masyarakat. Perbedaan dengan skripsi yang peneliti bahas
adalah peneliti tidak melakukan penelitian pada
pembahasan yang berdasarkan pengalaman melainkan
berfokus pada hal-hal yang berkenaan dalam kontribusi
dalam masyarakat.
21
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah,
B. Batasan dan Perumusan Masalah,
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian,
D. Metodologi Penelitian,
E. Tinjauan Pustaka,
F. Sistematika Penulisan,
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Peranan,
B. Definisi Pesantren,
C. Definisi Tahfidz Al-Qur‟an,
D. Definisi Pemberdayaan.
E. Definisi Kelembagaan
F. Definisi Masjid
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain,
B. Masjid Nurul Iman,
BAB IV TEMUAN LAPANGAN
22
A. Pendekatan dan diskusi bersama SDM masjid
B. Program Kegiatan
C. Bentuk Pelayanan
BAB V ANALISIS
A. Analisis terhadap SDM masjid
B. Analisis terhadap program dan pelayanan masjid
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peranan
Peranan menurut (Poerwadarminta, 1995:751) adalah
“tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu peristiwa” Berdasarkan pendapat di
atas peranan adalah tindakan yang dilakukan orang atau
sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan
merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan,
dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di
masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk
kepentingan pengetahuan, keduanya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Menurut (Soerjono Soekanto, 2002: 243) Pengertian
Peranan adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek
dinamis kedudukan (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia
menjalankan suatu peranan. Konsep tentang Peran (role)
menurut (Komarudin, 1994: 768) dalam buku
“ensiklopedia manajemen “ mengungkap sebagai berikut :
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh
manajemen;
2. Pola prilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu
status;
3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau
24
pranata;
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi
karakteristik yang ada
padanya;
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Peranan menurut (Grass, Mason dan MC Eachern,
1995: 100) yang dikutip dalam buku pokok-pokok pikiran
dalam sosiologi karangan David Bery mendefinisikan
“peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati
kedudukan sosial tertentu.”
Namun, lain lagi pengertian peranan yang
dikemukakan oleh Soerjono Soekanto.
Ia mengatakan bahwa “peranan (role) merupakan aspek
dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan
(Soerjono Soekanto, 2002: 243).
Peranan adalah perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok untuk
melaksanakan hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat. Setiap orang memiliki macam-
macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupya.
Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan
25
apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil
pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh
mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang
usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran
mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang merupakan
hubungan sebab akibat.
Menurut Soerjono (Soekanto, 2002: 243), peranan
mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan;
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi;
3. Peranan yang dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa
setiap individu atau kelompok yang dalam hal ini adalah
dinas perhubungan, menjalankan peranan sesuai dengan
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi dinas
perhubungan dalam masyarakat, yang artinya
26
menjalankan peranan berdasarkan peraturan-peraturan
yang membimbing dinas perhubungan dalam proses
pembangunan masyarakatnya, dalam hal ini penulis
merujuk norma hukum berupa undang- undang, peraturan
pemerintah dan peraturan daerah, dan norma sosial yang
apabila peranan ini dijalankan oleh dinas perhubungan
maka akan tercipta suatu hubungan yang memunculkan
nilai pelayanan antara dinas perhubungan dengan
masyarakatnya yang disebut dengan lingkaran sosial
(social circle), yang diikuti dengan apa yang dapat
dilakukan dinas perhubungan dalam masyarakat, dan juga
perilaku dinas perhubungan yang penting bagi struktur
sosial masyarakat. Selain itu, menurut (Soekanto, 2002:
243), pembahasan perihal aneka macam peranan yang
melekat pada individu-individu dalam masyarakat,
penting bagi hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan
apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan
kelangsungannya;
2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-
individu yang oleh masyarakat dianggap mampu
melaksanakannya. Mereka harus terlebih dahulu terlatih
dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya;
3. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-
individu yang tak mampu melaksanakan peranannya
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Karena
27
mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti
kepentingan- kepentingan pribadi yang terlalu banyak;
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu
melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan
dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.
Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang- peluang tersebut. Begitu pentingnya
peranan sehingga dapat menentukan status kedudukan
seseorang dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang
dalam masyarakat merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.
Hal inilah yang hendaknya kita fikirkan kembali, karena
kecenderungan untuk lebih mementingkan kedudukan
daripada peranan. Hal ini juga yang menunjukkan gejala
yang lebih mementingkan nilai materialisme
daripada spiritualisme. Nilai materialisme dalam
kebanyakan hal diukur dengan adanya atribut-atribut atau
ciri-ciri tertentu yang bersifat lahiriah dan di dalam
kebanyakan hal bersifat konsumtif. Tinggi rendahnya
prestise seseorang diukur dari atribut-atribut lahiriah
tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan teori
yang disampaikan oleh Poerwadarminta (1995:751),
untuk dianalisis dalam pembahasan Peranan Pesantren
Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain dalam pemberdayaan
kelembagaan Taman Pendidikan Al-Qur'an.
28
B. Pengertian Pesantren
Menurut asal katanya pesantren berasal dari
kata ”santri” yang mendapat imbuhan awalan ”pe” dan
akhiran ”an” yang menunjukkan tempat, maka artinya
adalah tempat para santri. Terkadang pula pesantren
dianggap sebagai gabungan dari kata ”santri” (manusia
baik) dengan suku kata ”tra” (suka menolong) sehingga
kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia
baik-baik. Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah
pondok yang dalam arti kata bahasa Indonesia
mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan
menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga
berasal dari bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang
tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti
tempat tinggal yang terbuat dari bamboo (Zarkasyi Amal
Fathullah, 1998: 106)
Dapat disimpulkan bahwa Pesantren yang lebih
dikenal dengan istilah pondok pesantren merupakan
tempat atau komplek bagi para santri untuk mempelajari
ilmu pengetahuan agama dan mengaji kepada seorang kiai
atau guru ngaji, pada umumnya tempat tersebut berbentuk
sebuah asrama atau kamar-kamar kecil dengan kondisi
bangunan apa adanya, menunjukkan kesederhanaan.
(Noerhayati Anin, 2010: 47) mengutip pandangan
Soegarda Poerbakawatja bahwa pesantren berasal dari
kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam,
29
sehingga pesantren dapat diartikan sebagai tempat orang
berkumpul untuk belajar agama Islam.
Dari banyaknya pengertian-pengertian yang ada,
dapat dipahami bahwa pesantren merupakan suatu
lembaga pendidikan Islam tradisional yang mempelajari
ilmu-ilmu keagamaan (tafaqquh fi al-dîn) dengan
menekankan pada pembentukan moral para santri dengan
harapan santri tersebut dapat mengamalkannya, berbekal
bimbingan seorang kiai dan menjadikan kitab kuning
sebagai sumber primer, tak lupa masjid yang menjadi
pusat kegiatan. Pada penelitian ini penulis menggunakan
teori yang disampaikan oleh (Noerhayati Anin 2010: 47),
untuk dianalisis dalam pembahasan Peranan Pesantren
Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain dalam pemberdayaan
kelembagaan Taman Pendidikan Al-Qur'an.
C. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Qur‟an terdiri dari dua suku kata, yaitu
Tahfidz dan Qur‟an, yang mana keduanya mempunyai arti
yang berbeda. yaitu tahfidz yang berarti menghafal.
Menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab
hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu
selalu ingat dan sedikit lupa. Sedangkan menurut (Abdul
Aziz Abdul Rauf, 2004: 49) definisi menghafal adalah
“proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau
mendengar.”
Al-Qur‟an itu ialah kitab suci yang diwahyukan Allah
30
SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan
petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya,
menurut harfiah, Qur‟an itu berarti bacaan (Nasrudin
Razak, 1997: 86).
Kalam Allah SWT, yang disebut “Al-Qur‟an” itu
hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena
kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi-Nabi
yang lain seperti Taurat diturunkan kepada Nabi Musa,
Injil Nabi Isa, Zabur Nabi Dawud, namun selain itu semua,
ada juga kalam Allah SWT, yang tidak disebut dengan Al-
Qur‟an sebagaimana yang telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, bahkan orang yang membacanya pun
tidak dianggap sebagai ibadah, yaitu yang disebut dengan
hadits Qudsi (Mujadidul Islam Mafa, Jalaluddin Al-Akbar,
2010: 14). Pada penelitian ini penulis menggunakan teori
yang disampaikan oleh (Abdul Aziz Abdul Rauf, 2004),
untuk dianalisis dalam pembahasan Peranan Pesantren
Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain dalam pemberdayaan
kelembagaan Taman Pendidikan Al-Qur'an.
D. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau
keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan kemampuan untuk membuat orang
lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka.
Dijelaskan bahwa pemberdayaan memiliki makna
yang sama dengan kekuasaan. Ide utama dari
31
pemberdayaan sendiri berkaitan erat dengan kemampuan
dalam mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa-
apa saja yang diinginkan apapun yang mereka sukai.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk membuat
orang lain bebas melakukan apa yang disukai nya
merupakan suatu bentuk kekuasaan.
Pemberdayaan menurut (Suhendra, 2006: 74-75)
adalah “suatu kegiatan yang berkesinambungan dinamis
secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi
yang ada secara evolutif dengan keterlibatan semua
potensi”.
Makna dari kutipan Suhendra tersebut adalah bahwa
pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
seluruh potensi-potensi yang ada/ yang dimilki.
Selanjutnya, seperti dikutip oleh (Suhendra, 2006),
pemberdayaan menurut Jim Ife adalah “meningkatkan
kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung
(empowerment aims to increase the power of
disadvantage)”.
Seperti pada kutipan sebelumnya, dijelaskan bahwa
pemberdayaan merupakan suatu kekuasaan, Jim Ife
sendiri mengatakan bahwasanya mereka-mereka yang
kurang beruntung dalam meningkatkan potensinya, dapat
memiliki kekuasaan yang penuh sebab oleh adanya
pemberdayaan.
Menurut (Moh. Ali Aziz dkk, 2005: 169)
pemberdayaan adalah sebuah konsep yang fokusnya
adalah kekuasaan. Pemberdayaan secara substansial
merupakan proses memutus (breakdown) dari hubungan
antara subjek dan objek.
Dapat ditela‟ah secara seksama, bahwasanya fokus
pada pemberdayaan adalah kekuasaan. Terlepas dari ada
atau tidaknya hubungan antara subjek dengan objek,
sudah sepatutnya esensi dari pemberdayaan adalah
32
menguasai objek, dengan tujuan agar objek mampu untuk
menjadi mandiri dalam memenuhi kesejahteraan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan adalah suatu usaha atau upaya yang
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan serta
kemandirian individu ataupun masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan. Setelah memahami definisi dari
pemberdayaan, selanjutnya akan dibahas mengenai
definisi pemberdayaan masyarakat menurut para ahli.
Artinya bahwa masyarakat perlu memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan itu dapat dicapai dengan
menggali potensi yang masyarakat miliki, sehingga
terciptalah kemandirian untuk memenuhi kebutuhan. Dan
potensi tersebut dapat dimiliki oleh adanya pengupayaan
untuk menggali atau mempelajari potensi melalui
pengembangan masyarakat.
Menurut (Sumaryadi, 2005) pemberdayaan
masyarakat adalah “upaya mempersiapkan masyarakat
seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan
masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan
sosial yang berkelanjutan”.
Ini berarti bahwa keadilan sosial yang memiliki nilai-
nilai positif, yang ada dalam tatanan masyarakat dapat
dicapai melalui sistem kelembagaan yang telah
dipersiapkan dengan baik melalui pelatihan-pelatihan
kemandirian (pengembangan masyarakat).
Menurut (Widjaja, 2003: 169) pemberdayaan
masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan
potensi yang dimiliki masyarakat sehingga masyarakat
dapat mewujudkan jati diri harkat dan martabatnya secara
maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara
mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan
budaya.
33
Diperjelas kembali bahwa pada dasarnya inti dari
pemberdayaan adalah menaungi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan nya (dalam segi apapun)
dengan menggali kemampuan/potensi yang masyarakat
miliki.
(Abu Huraerah, 2008: 87) mengatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam
bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut
community self-reliance atau kemandirian. Dalam proses
ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis
masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan
alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan
strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang
dimiliki.
Abu Huraerah disini berupaya menekankan bahwa
inti dari adanya pemberdayaan adalah sebuah
proses/tahapan dalam mengusahakan masyarakat untuyk
menganalisa apa-apa saja yang menjadi masalah, setelah
itu diberikan jalan keluar/solusi berupa strategi, dengan
melihat potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
disampaikan oleh (Widjaja, 2003), untuk dianalisis dalam
pembahasan Peranan Pesantren Tahfidz Al-Qur'an
Qiblatain dalam pemberdayaan kelembagaan Taman
Pendidikan Al-Qur'an.
E. Pengertian Kelembagaan
Menurut Veblen, kelembagaan adalah sekumpulan
norma dan kondisi-kondisi ideal (sebagai subyek dari
perubahan dramatis) yang direproduksi secara kurang
sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi
individu berikutnya (Yustika, 2013: 43). Dengan
demikian kelembagaan berperan sebagai stimulus dan
petunjuk terhadap perilaku individu. Dalam hal ini,
keinginan individu (individual preferences) bukanlah
34
faktor penyebab fundamental dalam pengambilan
keputusan, sehingga pada posisi ini tidak ada tempat
untuk memulai suatu teori.
Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti
aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk
membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ruttan
dan Hayami: 1984) dalam repository UMY.
Menurut pandangan ahli kelembagaan rentang
alternatif manusia ditentukan melalui struktur
kelembagaan. Kelembagaan hadir di masyarakat karena
kondisi masyarakat dipenuhi oleh berbagai aturan, untuk
mengatur perilaku manusia maka kelembagaan sebagai
media atau wadah dalam membentuk pola-pola yang telah
mempunyai kekuatan yang tetap dan aktivitas guna
memenuhi kebutuhan harus dijalankan melalui pola yang
ada di kelembagaan. Melalui kelembagaan yang dibuat
untuk mengatur terhadap pola perilaku dan pemenuhan
kebutuhan manusia, maka keberadaan kelembagaan akan
memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat.
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori yang
disampaikan oleh (Ruttan dan Hayami, 1984), untuk
dianalisis dalam pembahasan Peranan Pesantren Tahfidz
Al-Qur'an Qiblatain dalam pemberdayaan kelembagaan
Taman Pendidikan Al-Qur'an.
F. Pengertian Masjid
Pengertian masjid ditinjau dari segi etimologi
berasal dari kata “masjid” yang merupakan kosakata dari
bahasa Arab yaitu lafad “sajada” yang memiliki akar kata
s-jd yang bermakna “sujud atau menundukkan kepala
hingga dahi menyentuh tanah” (Ibn Manzhur, 1976: 234).
Kata masjid merupakan kata jadian dari akar kata aslinya
yang merupakan kata benda “sajdan”.
35
Kata sajdan ini berupa isim makan yaitu kata
benda yang menunjukkan tempat. Dengan demikian
masjid adalah tempat sujud atau tempat menundukkan
kepala hingga ke tanah sebagai ungkapan ketundukkan
penuh kepada Allah SWT (Dr. H. Asep Usman Ismail,
M.A dan Drs. Cecep Castrawijaya, M.M, M.A, 2010: 1).
Secara kebahasaan, kata masjid tergolong ke
dalam kategori “sima‟i”, sebuah bentuk kata yang
harakatnya menyalahi kaidah gramatika bahasa Arab.
Kata masjid semestinya memiliki bacaan “masjad” bukan
“masjid” karena menunjukkan tempat dan mengikuti
wazan “maf‟alun” bukan “maf‟ilun” (Ibn Aqil, Al-Fiyah
Ibn Malik, 1971: 132). Pengertian etimologi tersebut di
atas tidak menunjukkan perbedaan signifikan dengan
pengertin terminologi, dimana masjid didefinisikan
sebagai tempat shalat Jum‟at dalam konteks ke-
Indonesiaan yang memiliki bangunan fisik besar seperti
yang dikenal masyarakat muslim Indonesia. Definisi
masjid seperti ini, pada gilirannya menimbulkan salah
persepsi pada sebagian besar masyarakat muslim
Indonesia, sehingga mereka membeda-bedakan antara
tempat shalat berbentuk masjid dengan tempat shalat
berbentuk mushalla. Padahal, keduanya merupakan
tempat sujud yang dapat digunakan untuk shalat lima
waktu dan shalat Jum‟at.
Masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun
sebagai sarana bagi umat Islam untuk mengingat,
mensyukuri dan menyembah Allah SWT dengan baik.
Selain itu, masjid juga merupakan tempat melaksanakan
berbagai aktifitas amal shaleh, seperti tempat
bermusyawarah, pernikahan, benteng dan strategi perang,
mencari solusi permasalahan yang terjadi di tengah-
tengah umat dan sebagainya. Masjid dapat diumpamakan
dengan kolam-kolam spritual yang membersihkan segala
bentuk dosa, noda dan bekas-bekas kelengahan seorang
hamba (Yusuf Al-Qaradhawi, 2000: 8).
36
Sedangkan secara umum Masjid adalah tempat
suci umat islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah,
pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang
harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur
dan terencana. untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan
kualitas umat islam dalam mengabdi kepada allah,
sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam
terhadap pembangunan bangsa akan lebih besar
(Syahruddin, Hanafie, Abdullah abud, 1986: 339).
Dengan demikian, masjid merupakan tempat orang
berkumpul dan melakukan shalat secara berjama‟ah,
dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di
kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat
terbaik untuk melangsungkan shalat jum‟at. Masjid
merupakan tempat ibadah multi fungsi. Masjid bukanlah
tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I‟tikaf
semata. Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum
muslimin dan bermanfaat bagi umat. Dari sanalah
seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya,
baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial, dan
seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya
memfungsikan masjid secara maksimal.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Tahfidz Al-Qur’an Qiblatain
1. Sejarah
Qiblatain merupakan nama salah satu masjid yang
berada di Saudi Arabia, kebetulan pendiri Pesantren
Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain yaitu bapak Muammar
Khadafi menempuh pendidikan S1 di Universitas
Islam Madinah, di mana saat menempuh pendidikan
tersebut, beliau bertempat tinggal dekat dengan masjid
Qiblatain dan sering melaksanakan shalat di masjid
tersebut. Terinspirasi dari masjid tersebutlah nama
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an yang beliau dirikan.
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an ini didirikan atas inisiatif
pribadi beliau, sebab beliau merasa bahwa masjid
yang ada di lingkungan tempat tinggalnya perlu untuk
“diramaikan”. Setelah resmi dibuat Pesantren Tahfidz
Al-Qur‟an Qiblatain memiliki santri generasi pertama
berjumlah delapan orang.
2. Visi
Mencetak Da‟i muda yang Rabbani, serta menjadi
mampu imam dan pengajar Al-Qur‟an yang
berakhlaqul karimah.
3. Misi
Mencetak generasi muda agar mencintai Al-
38
Qur‟an melalui program tahsin dan tahfidz, mencetak
generasi muda agar memahami bahasa Al-Qur‟an
melalui program bahasa arab, mencetak generasi
muda agar berakhlaq Al-Qur‟an, Hadits, dan Dirasah
Islamiyyah, mencetak generasi muda agar memiliki
kemandirian dan keterampilan melalui training-
training life skill.
4. Tujuan
Membentuk generasi yang mahir dalam membaca
Al-Qur‟an, mempelajarinya, mengamalkannya,
mendakwahkannya, dan memperjuangkannya dalam
segala sendi kehidupan, membina lingkungan yang
kondusif untuk pembentukan generasi rabbani,
mempersiapkan kader/generasi hafidz untuk bisa
meneruskan estafet perjuangan risalah Rasulullah
SAW, mengintegrasikan kandungan Al-Qur‟an dalam
pola hidup generasi penerus sehingga tercipta insan
cendekia yang beramal ilmiah dan berilmu amaliah
serta berakhlaqul karimah, upaya membumikan Al-
Qur‟an dalam konteks zaman sekarang, mencetak para
pengajar Al-Qur‟an yang profesional, membentuk dan
membina masyarakat Qur‟ani.
5. Identitas
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain sebagai
pencetak generasi penghafal Al-Qur‟an telah terdaftar
di Menkumham.
39
6. Struktur Kepengurusan
Tabel 1. Struktur Pengurus Pesantren
Sumber: diolah oleh peneliti
7. Keuangan
Keuangan Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain
berasal dari donatur, bpk Muammar yang juga
berprofesi sebagai pembimbing bagi haji umrah
terkadang mengirimkan pesan ke beberapa jama‟ah
untuk turut membantu, termasuk masyarakat
Ketua/Pimpinan Pondok
H. Muammar Khadafi, Lc, MA.
Sekretaris
Syamsuri (Perum Mekarsari, Rt 02)
Bendahara
Adnan (Kp. Tipar, Rw 07)
Pembimbing
Ikhwan: Ust.Azmi, Ust.Qaf, dan Ust.Ardas
Akhwat: Ustdzh.Annisa Nur Azizah, dan
Ustdzh.Rina
Santri
Ikhwan Akhwat
Renaldy
Jourdan
Al Hasan
Feri Arianto
Muh. Yusuf
Husein
Muh. Supian
Aristan
Hauzan Ariq
Muhammad Azroi Muhammad
Faiz
Andini Masyitoh
Megawati Marwan
Tri Arinda Suri
Siska Maya Astuti
Ayu Andira
Ratna Sari
Najaah
Hamidah
Sri Dewi Lestari
Fadhal Rizkiya
Aufa Dinillah
Syopuro Ali Asni D
40
lingkungan mekarsari yang percaya pada Pesantren
Tahfidz Al-Qur‟an pun turut ikut membantu
keuangan.1
8. Sarana dan Prasarana
Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain memiliki: empat
rumah (tiga kontrak dan satu pinjaman), fasilitas
olahraga memiliki fasum fasilitas lapangan Muhajirin
di Rt01, peralatan untuk latihan memanah, tempat
penyewaan untuk futsal serta kolam berenang di
perum wisma harapan.
9. Program Pendidikan
Satu tahun bersama bapak Muammar, satu tahun
melancarkan hafalan (satu kali duduk 30 Juz), setelah
dua tahun di kuliahkan program beasiswa S1
(beasiswa 100%), empat tahun ke depan pesantren ikat.
B. Masjid Nurul Iman
1.Sejarah
Masjid Nurul Iman memulai pembangunan nya
pada tahun 1990, dan menyelesaikan pembangunan nya
pada tahun 1991. Biarpun telah dibangun, keadaan saat itu
masih lah minim berbagai fasilitas, bahkan sebagian
wilayah masjid masih beralaskan tanah. Sekian waktu
setelah berangsur-angsur dengan baik, masjid ini akhirnya
memiliki saran taman pendidikan Al-Qur‟an pada tahun
1992. Jama‟ah awal-awal pada saat itu hanya ada sekitar
41
tujuh sampai sepuluh orang saja (satu shaff). Bapak
Yunani, yang merupakan seorang marbot masjid pertama
kali datang pada tahun 1994. Saat itu fungsi marbot masih
sangat mendetail hingga mencakup muadzin dan imam,
tidak seperti sekarang yang bisa membebaskan siapa saja
untuk bisa mengumandangkan adzan, dan memimpin
ibadah shalat lima waktu.
2.Tujuan
Tujuan tertentu atau tujuan khusus memang tidak
ada, sama seperti masjid pada umum nya, kegunaan
paling penting dengan adanya masjid nurul iman adalah
untuk mengumpulkan jama‟ah Rw 017. Di samping itu,
perumahan pondok Mekarsari permai hanya memiliki tiga
wilayah RW, yang memiliki masjid hanya satu wilayah
saja (diluar Rw 017), karena itu lah di tiap Rw dibangun
juga masjid, agar jama‟ah tidak terlalu jauh mendatangi
masjid di Rw yang lain. Dan tujuan yang terakhir adalah
untuk mengenalkan masyarakat pada ilmu-ilmu Sunnah.
3. Identitas
Tanah masjid nurul iman, merupakan tanah yang
awalnya merupakan bagian dari rawa (di sekitar
perumahan memang terdapat rawa). Tanah rawa tersebut
di keruk dan dibangun menjadi masjid. Sampai sekarang
yayasan masih mengurus IMB, sebab pemerintah tidak
memberikan surat pinjaman, dan tidak boleh di
komersilkan.
42
4. Struktur Kepengurusan
Gambar 1. Struktur Pengurus DKM
Sumber: dokumen masjid nurul iman
5. Keuangan
Infaq dan shadaqah selalu di lakukan oleh warga,
khususnya ketika kajian shubuh sabtu minggu di
laksanakan. Donatur yang diberikan oleh warga umum
nya di gunakan sebagai pembangunan atau perluasan
wilayah masjid. Untuk TPA sendiri termasuk salah satu
dana yang dibantu dari jama‟ah. Orangtua dari peserta
didik pun dengan sukarela memberikan infaq pada guru.
43
Donatur yang di salurkan ke masjid pun nanti nya akan
digunakan pula untuk membiayai TPA.
6. Program
Masjid nurul iman memiliki beberapa program,
yaitu :
a)Pengajaran ilmu tajwid,
b)Pengajaran tahsin dan tahfidz
c)Remaja Masjid (mengadakan agenda rutin di bulan
ramadhan)
44
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A. Pendekatan dan Diskusi bersama SDM Masjid
Sebelum melakukan pemberdayaan pada masyarakat,
Pesantren melakukan pendekatan kepada masyarakat terlebih
dahulu.
Bapak Muammar selaku pemimpin Pesantren Tahfidz Al-
Qur‟an Qiblatain melakukan pendekatan pada pihak
masyarakat melalui diskusi bersama yang dilakukan saat
beliau mengisi pengajian di lingkungan Perumahan Pondok
Mekarsari Permai. Beliau menjelaskan visi, misi, dan tujuan
kegiatan pemberdayaan sampai mendapat persetujuan dari
masyarakat karena dianggap kegiatan pemberdayaan tersebut
memiliki maksud dan tujuan yang jelas.
Berikut paparan dalam kegiatan pendekatan terhadap pihak-
pihak yang berkepentingan di Perumahan Pondok Mekarsari
Permai.
1. Bapak Muammar sendiri selaku pengelola pesantren
melakukan perizinan program pemberdayaan kepada pihak
pengurus perumahan pada tahun 2017.
2. Ketua RW mengizinkan adanya program tersebut di
perumahan ini dengan alasan beliau merasa kegiatan yang
nanti nya akan dilakukan tentu sangat bermanfaat khususnya
bagi warga yang memeluk agama Islam, selian itu ketua Rw
juga meminta pada pengelola agar dapat konsisten dalam
45
membawa dampak dampak yang positif terhadap lingkungan
perumahan.
3. Untuk Ketua RT sendiri, beliau menyetujui adanya
program pemberdayaan tersebut, dalam diskusi yang
dilakukan.
4. DKM dalam hal ini berharap agar nanti nya santri dapat
dilibatkan dalam kepanitiaan masjid, serta berharap kegiatan
keagamaan yang dilakukan akan membuat cita-cita untuk
meramaikan masjid tercapai.
5. Untuk Ketua dari remaja masjid sendiri, karena pada saat
itu kebetulan remaja masjid pun baru resmi terbentuk, ketua
remaja masjid tentu sangat menyetujui adanya program
pemberdayaan ini, dengan harapan kedepannya bisa saling
bekerja sama dalam program kegiatan-kegiatan keislam-an.
6. Pembina dalam pesantren sendiri melakukan pendekatan
pada santri, guna mengajarkan kepada mereka bagaimana
cara untuk menarik hati pengurus dalam perumahan tersebut,
yang nantinya apabila pengurus telah memahami program-
program yang di sampaikan, seiring berjalan nya waktu
pengurus akan mensosialisasikan tentang program yang
disampaikan oleh santri. Dengan begitu akan memudahkan
kedekatan antara pesantren dengan pihak masyarakat sekitar.
Pembina disini mengontrol dengan baik bagaimana santri
melakukan sosialisasi, sebab tugas utama pembina dalam
mengenalkan pesantren adalah mengajarkan santri tentang
tekhnik berkomunikasi yang baik, tentunya pengajaran yang
46
dilakukan tetap berkesesuaian dengan koridor yang telah di
amanatkan oleh pengelola pesantren yaitu bapak Muammar.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan berbagai kegiatan
yang disepakati bersama antara pihak yang memberdayakan
dengan yang diberdayakan.
Pada pendekatan yang dilakukan oleh bapak Muammar,
beliau menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
pemberdayaan berbasis agama. Juga mengajak masyarakat
untuk berdiskusi bersama tentang apa apa saja program
kegiatan yang sekiranya akan dicanangkan untuk
memberdayakan masyarakat.
Diskusi bersama yang dilakukan untuk menemukan
program kegiatan seperti apa yang akan dilakukan oleh
pesantren, berikut berbagai pernyataan atas program kegiatan
pemberdayaan yang telah didiskusikan:
1. Pihak RW sendiri hanya memberikan sebuah amanat agar
santri mampu membimbing dengan baik generasi penerus
baik anak-anak maupun remaja, dengan harapan agar generasi
penerus ini dapat membaca dan mengenal lebih jauh tentang
Al-Qur'an, serta meningkatkan ketaqwaan nya pada Allah
SWT.
2. Pihak RT sendiri menginginkan kegiatan yang tentunya
berkenaan dalam jalur kegiatan keagamaan. Pihak RT
menginginkan adanya program belajar mengaji.
3. DKM hanya merekomendasi agar kegiatan yang
berlangsung antara santri dengan remaja masjid kedepan nya
47
dapat dijalankan, sehingga nantinya dapat terwujud
kolaborasi yang luar biasa.
4. Ketua dari remaja masjid sendiri merekomendasi kegiatan
sosial bersama antara remaja masjid dengan santri-santri yang
ada demi meningkatkan kedekatan untuk sama-sama
mencapai target dalam menghidupkan masjid.
5. Pembina sendiri dalam diskusi tersebut sempat
menyuarakan pendapat nya mengenai program kegiatan
mengajarkan tentang Al-Qur'an, pembina berkata nantinya
apabila santri telah menguasai ilmu yang diberikan dalam
pembinaan, diharapkan santri dapat mengaplikasikan ilmu
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
B. Program Kegiatan
Diskusi yang dilakukan sebelumnya, menghasilkan
berbagai ide kegiatan pemberdayaan. Hasil dari penelitian
tersebut disepakati beberapa program kegiatan.
Pada paparan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
program-program yang dicanangkan merupakan kesepakatan
antara bapak Muammar selaku pemimpin pesantren dengan
pihak masyarakat. Program yang dicanangkan adalah
program yang cenderung berkonsentrasi pada pengajaran
tentang Al-Qur'an. Program mengajar tersebut terbagi
menjadi tiga jenis materi yaitu ilmu tajwid, tahsin, dan tahfidz.
Selain itu ada pula program kegiatan tahunan yang ada di
bulan Ramdhan.
48
Berikut penulis paparkan bentuk kegiatan apa saja yang
telah disetujui dalam diskusi yang telah dilakukan pihak
pesantren dengan pengurus dalam Perumahan Pondok
Mekarsari Permai
1. Ilmu Tajwid : Mempelajari berbagai hukum-hukum
bacaan di dalam Al-Qur'an
2. Tahsin : Mengimplementasi kan ilmu yang telah di
pelajari lewat materi ilmu tajwid
3. Tahfidz : Menghafal Al-Qur'an
4. Ramadhan : Program memperdalam isi kandungan Al-
Qur'an
Dalam merealisasikan sebuah program diperlukan
perencanaan-perencanaan terlebih dahulu agar kegiatan dapat
berjalan dengan baik.
Dalam hal ini, kegiatan mengajar Al-Qur'an yang
memerlukan perencanaan terlebih dahulu ialah program
kegiatan yang berada di bulan Ramadhan. Untuk
keberlangsungan program ramadhan, pihak pesantren dan
pihak masyarakat khusus nya remaja melakukan diskusi
perencanaan. Biasanya dilakukan kira-kira sebulan sebelum
bulan ramadhan datang. Diskusi perencanaan ini dilakukan
secara aktif setidaknya satu kali dalam seminggu, sampai
pada puncak nya nanti diadakan rapat sehari sebelum kegiatan
acara berlangsung. Dari diskusi yang dilakukan tentu
menghasilkan panitia-panitia yang dihasilkan dari kolaborasi
antara pesantren dengan remaja, dalam tugasnya untuk
mensukseskan jalannya acara.
49
Berikut adalah pemaparan mendetail dari perencanaan-
perencanaan yang dibuat apabila pihak pesantren akan
menyelenggarakan program kegiatan pada bulan Ramadhan
berkesesuaian dengan apa yang telah disepakati
1. Tentunya sebelum melaksanakan kegiatan pengelola
pesantren akan memberikan amanat nya pada pembina untuk
memantau kegiatan santri dalam keaktifannya pada kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Santri dimasukkan dalam program kepanitian kegiatan
oleh pihak DKM maupun remaja masjid, disinilah
pembentukan struktur keorganisasian dibuat.
3. Sebelum kegiatan berlangsung, maka kepanitiaan akan
memberlangsungkan rapat dalam waktu yang cukup lama
4. Setelah diskusi dirasa cukup menemukan hasil, maka
masing-masing akan melakukan persiapan kegiatan nya
sesuai dengan tugas yang telah diberikan (biasanya dilakukan
sebulan sebelum kegiatan diadakan).
5. Jika telah selesai, maka tahapan yang terakhir adalah
sehari sebelum kegiatan semua pihak melakukan rapat
kembali untuk membahas perangkat kegiatan, sekaligus
melakukan gladi resik.
C. Bentuk Pelayanan
Berikut nya adalah penggambaran saat program kegiatan
di lakukan, tentunya setiap kegiatan pasti memiliki hambatan-
hambatan tertentu, namun sejauh ini alhamdulillah pesantren
50
dalam menjalankan kegiatan nya terbilang selalu
sukses/lancar, berikut akan di paparkan bentuk gambaran
kegiatan yang dilakukan oleh pesantren:
1. Dalam kegiatan ramadhan, yang notabene melibatkan
antara pihak pesantren dengan remaja atau anak anak, umum
nya kegiatan ramadhan ini menitik beratkan kegiatan nya
pada hal-hal yang berkenaan dengan Al-Qur'an (tadarus)
dengan tujuan memanfaatkan waktu dengan baik bulan yang
suci ini, disamping itu mempelajari lebih jauh bagaimana isi
kandung yang terdapat didalam kitab suci Al-Qur'an
2. Dalam kegiatan belajar mengajar tahsin dan tahfidz,
dilaksanakan setiap Senin, Rabu, dan Jum'at, selepas shalat
maghrib. Pembina senantiasa mengontrol santri dalam
melakukan program mengajar, pembina selalu mengingatkan
santri agar senantiasa disiplin dalam mengajar dengan
harapan santri pun dapat sigap sesuai dengan amanah yang
diberikan oleh pembina, sistem tahfidz dan tahsin sendiri
adalah menerima setoran hafalan maupun bacaan Al-Quran,
santri senantiasa membenarkan bacaan, memberikan edukasi
yang benar, memberikan nasihat, dan memberikan metode-
metode yang baik dalam membaca maupun menghafal Al-
Qur'an, timbal balik terhadap santri adalah santri memiliki
gambaran yang positif dari masyarakat atas apa yang mereka
lakukan melalui program ini, dan berhasil mencapai apa yang
di inginkan oleh warga untuk meramaikan kegiatan yang ada
di masjid.
51
3. Dalam kegiatan pembelajaran ilmu tajwid, dilaksanakan
setiap Senin sampai Kamis pukul 07:30-09:30 dan 15:30-
16:30. Baik pengelola pesantren maupun pembina akan aktif
memberikan pengarahan pada santri, agar santri baik dalam
menjalankan tugas nya, biasanya pengarahan dilakukan lebih
kepada hal hal yang berkenaan dengan pendekatan saat
mengajar supaya peserta didik bisa merasa nyaman dan
mudah memahami dalam mempelajari hukum-hukum bacaan
Al-Qur'an.
Dalam sebuah program kegiatan diperlukan pengoreksian
diri yang disebut dengan evaluasi, guna memperbaiki hal
yang tidak berkesesuaian agar program kegiatan berjalan
lebih baik lagi. Pesantren memonitoring hasil dari apa yang
mereka bina terhadap masyarakat. Pengevaluasian ini
tertuang dalam salah satu kegiatan santri yaitu khalaqah,
dalam khalaqah tersebut terdapat pembahasan tentang
bagaimana interaksi pihak pesantren dengan peserta didik,
pembahasan tersebut diakhiri dengan perbaikan daripada
kekhilafan yang sekiranya diperbuat oleh pihak pesantren.
Pada kesempatan lain, terdapat kegiatan rutin khusus
untuk mengevaluasi diri, kegiatan ini dilakukan selama dua
pekan, kegiatan ini membahas persoalan-personal antara
pengelola pesantren, pembina, santri, dan tentunya hubungan
dengan masyarakat, pembahasan ini dilakukan dengan
mengeluarkan pendapat masing-masing yang nantinya akan
mengerucut pada sebuah solusi.
52
Penggambaran bentuk evaluasi dalam setiap program
kegiatan adalah sebagai berikut setelah program Ramadhan
dijalankan, pihak pesantren akan melakukan evaluasi bersama
guna untuk saling mengoreksi diri terhadap program yang
telah dijalankan. Hal ini bertujuan pihak pesantren diharapkan
bisa menjadi lebih baik lagi dalam mensukseskan jalan nya
program-program acara yang telah dicanangkan.
Begitupun program tahsin, tahfidz, dan ilmu tajwid
apabila telah selesai dilaksanakan, dilakukan evaluasi diantara
para pengajar. Apakah dalam pengajaran yang dilakukan
sudah baik atau belum. Karena dengan penilaian tersebut
nantinya menjadi bahan pembelajaran agar pengajar lebih
termotivasi lagi dalam giat mengajar.
Setelah melakukan evaluasi, dapat di lihat apa saja
dampak yang diterima oleh peserta didik. Dampak ini
menjadi tolak ukur untuk menilai minat atau tidak nya
terhadap program kegiatan yang diberikan.
Pesantren melakukan tolak ukur keberhasilan terhadap
program kegiatan yang telah dilakukan. Pembina melihat dari
hasil program yang berjalan, apakah program tersebut terus
berjalan atau tidak, jika iya maka tentu dapat dikatakan
berhasil, disisi lain melihat peserta yang mengikuti kegiatan,
apakah mempunyai dampak dalam mengamalkan ilmu nya
atau tidak, jika iya maka dapat dikatakan berhasil. Namun
apabila ada beberapa masyarakat yang dirasa tidak berhasil,
maka pihak pesantren pun akan memperbaiki bagaimana pola
pendekatan, seperti mengajak diskusi apa yang menyebabkan
53
mereka kesulitan dalam program yang merek ikuti tersebut,
tentunya ini pun menjadi evaluasi pribadi bagi pesantren.
Pengevaluasian ini khususnya berlaku dalam program
mengajar tahfidz, tahsin, dan ilmu tajwid. Seperti yang telah
dijelaskan tolak ukur yang dilakukan adalah melihat apakah
peserta yang diajarkan berkembang atau tidak. Apabila dirasa
tidak berhasil, maka dilakukan pendekatan secara pribadi
guna menggali apa saja kesulitan yang dialami dengan
harapan agar peserta dapat konsisten menjalani program
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Di sisi lain pesantren sendiri melihat tolak ukur
keberhasilan apabila peserta terlihat tertarik bahkan
bersemangat dalam menjalani kegiatan, santri memiliki
pandangan bahwa apabila peserta telah tertarik bahkan
bersemangat maka kunci keberhasilan yang lain adalah
pesantren itu sendiri, pesantren harus mampu melakukan
metode-metode yang meyakinkan hati peserta agar peserta
tetap memiliki sikap yang konsisten dalam menjalankan
kegiatannya.
54
BAB V
ANALISIS
A. Analisis terhadap SDM Masjid
Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis
lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang dikenal
luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi
yang efektif akan meminimalkan kelemahan danancaman.
Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini
mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi
yang berhasil (Pearce Robinson, 1997: 229-230 ).
Menurut Freddy Rangkuti, analisis SWOT diartikan
sebagai : “analisa yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats)” (Freddy Rangkuti, 2013: 19).
Berikut adalah bentuk analisis SWOT terhadap
pendekatan SDM Masjid Nurul Iman
1. Kekuatan
a. Mampu menjadikan masjid Nurul Iman sebagai masjid
yang cukup aktif memberdayakan masyarakat
b. Menjadi rekomendasi warga yang kurang mampu untuk
mendatangi setiap bengtuk kegiatan yang diadakan oleh
masjid, sehingga tercipta masjid yang ramai dengan kegiatan
2. Kelemahan
a. Kurang nya ruang atau tempat berdiskusi khusus
55
b. Sedikit lambat dalam menanggapi, sehingga diperlukan
pendekatan yang cukup intens dalam melakukan kerjasama
pemberdayaan
3. Kesempatan
a. Menjadikan masjid Nurul Iman sebagai lahan dakwah
b. Menjadikan masjid Nurul Iman sebagai tempat perekrutan
jamaah baru
4. Tantangan
a. Pembangunan yang lebih luas, sesuai dengan gambaran
sejarah masjid yang selalu memperluas wilayah
b. Mempertahankan segi loyalitas jama'ah terhadap masjid
Dari bentuk penggambaran yang telah dipaparkan maka
hal ini telah berkesesuaian dengan teori masjid yang di
ungkapkan oleh Syahruddin, Hanafie, dan Abdullah abud,
yang menjelaskan bahwa masjid merupakan tempat untuk
mensyiarkan agama Islam yang bisa kita representasikan
dengan pemberdayaan, dengan tujuan memajukan umat Islam.
B. Analisis terhadap Program dan Pelayanan Masjid
1. Ilmu Tajwid
a. Latar Belakang Pembelajaran Materi Ilmu Tajwid
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan
oleh Allah Swt, pada nabi Muhammad melalui
perantaraan malaikat Jibril sebagai salah satu rahmat yang
tiada tara bagi seluruh alam semesta. AlQur‟an
memberikan pedoman serta bimbingan dalam mencapai
rahmat dan ridlo-Nya. Didalam Al-Qur'an terkumpul
wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan
56
pembelajaran bagi orang-orang yang mengimaninya,
mempelajarinya, membacanya dan mengamalkannya.
Membaca al-Qur‟an adalah salah satu ibadah dan
jembatan menuju pemahaman dan pengamalan.
Kemampuan dalam membaca tulisan Arab semata, belum
bisa dikatakan baik bagi seseorang sesuai dengan yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw, maka dari itu dibutuhkan
ilmu untuk menuntun yaitu ilmu tajwid.
Membaca pun merupakan langkah awal untuk
dapat mengenal lebih jauh tentang Al-Qur‟an. Melalui
aktivitas membaca yang dimulai dengan membaca huruf
perhuruf, ayat per-ayat. Setiap mukmin sangat
berkeyakinan, bahwa membaca Al-Qur‟an termasuk
amalan yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala
yang berlipat ganda. Akan tetapi kategori membaca dapat
menjadi ibadah, apabila bacaannya benar dan
berkesesuaian dengan kaidah ilmu tajwid. Seseorang
tidak akan tahu apakah bacaannya itu benar atau salah,
kecuali dengan berguru dan belajar. Membaca Al-Qur‟an
tentu berbeda dengan membaca perkataan manapun,
sebab isinya merupakan perkataan-perkataan Allah yang
ayatnya disusun dengan rapih.
Pentingnya memiliki pemahaman tentang ilmu
tajwid bagi kaum muslim, dikarenakan hukum dalam
membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan kaidah (ilmu
tata baca) tajwid adalah fardzu„ain atau membaca tanpa di
57
sertai kedua ilmu tersebut bacaannya hanya menjadi rusak
atau salah. Seiring dengan kewajiban akan pendidikan
dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, maka
lembaga pendidikan dituntut memberikan solusi. Oleh
karena nya Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain
memberikan materi ilmu tajwid pada lembaga Taman
Pendidikan Al-Qur'an yang ada di Perumahan Pondok
Mekarsari Permai dengan harapan peserta didik dapat
memiliki pemahaman yang tinggi serta dapat
mengaplikasikan ilmu nya ketika membaca AlQur‟an.
b. Upaya Pesantren dalam Memberikan Pemahaman
Materi Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid merupakan salah satu komponen
penting dalam literatur Al-Qur‟an. Ilmu tajwid menuntut
kita untuk mengetahui tata cara melafadzkan ayat-ayat
Allah dengan baik dan benar serta agar makna didalam
nya tetap terjaga. Namun tidak semua kaum muslim
mempunyai pemahaman yang lebih dalam penguasaan
materi tersebut. Oleh sebab itu, maka Pesantren Tahfidz
Al-Qur'an Qiblatain berupaya agar para peserta didik di
Taman Pendidikan Al-Qur'an Perumahan Pondok
Mekarsari Permai bukan hanya membaca Al- Qur‟an
tanpa disertai ilmu tajwid akan tetapi diharapkan kelak
mereka akan menjadi seorang ahli Qur‟an (takhfidz) yang
benar-benar fasih dalam membaca.
58
Adapun upaya yang dilakukan oleh Pesantren
Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain dalam memberikan
pembelajaran ilmu tajwid adalah terjadwal satu minggu
empat kali tepatnya berlansung pada hari Senin sampai
Kamis jam 07:30-09:30 dan 15:30-16.30.
Selain adanya pembelajaran, pesantren juga
memiliki upaya agar pemahaman teori tersebut bisa di
aplikasikan ketika peserta didik membaca Al- Qur‟an,
pengupayaan tersebut terlihat dari adanya program tahsin.
Dari apa yang dilakukan oleh Pesantren Tahfidz
Al-Qur'an Qiblatain dalam mengajarkan pemahaman
mengenai ilmu tajwid kepada peserta didik menunjukkan
bahwa betapa pentingnya mempelajari imu tersebut.
Sebelum mendapatkan materi ilmu tajwid Pondok
Pesantren Tahfidz Al-Qur'an sendiri telah memiliki
berbagai pengalaman mendapatkan ilmu tersebut dari
latar belakang pendidikan yang mereka miliki, disamping
itu juga saat program hafalan tahfidz dilaksanakan,
pembina pesantren pun menerapkan pengajaran ilmu
tajwid ketika para santri menyetorkan hafalan nya.
Sehingga materi ilmu tajwid tersebut bukanlah hal yang
baru bagi mereka.
c. Pelaksanaan Pembelajaran Materi Ilmu Tajwid
Materi ilmu tajwid sudah diajarkan sejak
berdirinya Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain,
mengingat betapa pentingnya membaca Al-Qur‟an sesuai
59
dengan penggunaan kaidah ilmu tajwid. Pembelajaran
ilmu tajwid di dampingi oleh santri-santri yang terdapat
dalam Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan langkah pertama sebelum
dimulai nya proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
yang tujuan nya supaya dalam proses pembelajaran
tersebut berjalan dengan sistematis sesuai dengan
prosedur. Terdapat beberapa langkah atau perencanaan
yang harus ditempuh sebelum memulai kegiatan
pembelajaran, yaitu: menentukan materi ilmu tajwid,
media pembelajaran, dan metode pembelajaran.
2. Materi Pelajaran Tajwid
Materi ilmu tajwid yang di ajarkan dalam program
Pesantren Tahfidz Al-Qur'an Qiblatain adalah
mempelajari hukum-hukum yang ada dalam bacaan Al-
Qur'an seperti Idzhar, idgham, ikhfa, iklab, dll. Materi
akan disampaikan dengan sistem satu hari satu hukum
bacaan.
3. Media Pembelajaran
Media merupakan alat bantu atau pendukung yang
memiliki fungsi untuk mempermudah proses
pembelajaran dan untuk mempercepat pemahaman
peserta didik pada materi yang diajarkan. Secara umum
media yang digunakan dalam proses pembelajaran ilmu
60
tajwid adalah: kitab Al-Qur‟an ketika praktek, alat tulis
dan papan tulis.
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang
digunakan oleh pengajar dalam mempermudah
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, agar tercapai tujuan
yang telah ditentukan. Secara umum metode
pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan
materi ilmu tajwid adalah ceramah. Dalam proses
pembelajaran pengajar menggunakan metode ceramah
sebab metode tersebutlah yang dirasa paling tepat dalam
memberikan pemahaman kepada peserta didik. Akan
tetapi selain ceramah, pengajar juga mempraktekkan
langsung materi yang diajarkan. Peserta didik menirukan
bacaan yang telah dipraktekkan, setelah itu pengajar
menunjuk beberapa peserta didik untuk mempraktekkan
sendiri (untuk melatih mental). Harapan dari metode
tersebut adalah peserta didik mampu menerima dengan
baik materi yang telah diajarkan.
5. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Dalam
pembelajaran materi ilmu tajwid dilakukan bentuk
61
evaluasi melalui praktek membaca, dari hal tersebut dapat
menjadi tolak ukur dalam melihat kemampuan peserta
didik. Terlepas dari hasil pembelajaran, evaluasi dari
setiap program dilakukan oelh pesantren dengan jadwal
yang telah ditetapkan, untuk menemukan solusi apabila
dirasa program kegiatan tidak berhasil.
Dari berbagai uraian di atas dapat kita Tarik
kesimpulan bahwa pembelajaran Ilmu Tajwid ini telah
berkesesuaian dengan teori:
1. Teori Pesantren (Noerhayati Anin)
dijelaskan bahwa pesantren
merupakan tempat dimana
sekelompok orang mempelajari agama
Islam. Berkesesuaian dengan uraian di
atas dimana pesantren telah
mempelajari Al-Qur‟an yang
merupakan bagian komponen penting
dalam Agama Islam
2. Teori Kelembagaan (Widjaja) dimana
pada uraian di atas telah dipaparkan
berbagai tahapan dalam mengajarkan
Al-Qur‟an. Yang mana tahapan ini
boleh kita artikan dengan sebuah
aturan (prosedur) baku yang berlaku
dalam ruang lingkung pesantren.
62
2.Tahsin dan Tahfidz
a. Proses pembelajaran tahsin dan tahfidz.
Dalam proses pembelajaran tahsin dah tahfidz
yang dilakukan oleh Pesantren Tahfidz Al-Qur'an
Qiblatain, ada tiga proses yaitu : memotivasi peserta didik
sebelum menghafal Al-Qur‟ān, menyampaikan materi,
dan menyetor hafalan. Adapun tujuan dari pembelajaran
tahsin dan tahfidz adalah peserta didik dapat mempelajari
dan menghafal al-Qur‟ān dengan baik dan benar.
b. Strategi pembelajaran tahsin.
Dalam proses pembelajaran tahsin dan tahfidz,
strategi memang di butuhkan untuk memudahkan siswa
agar bisa menghafal Al- Qur‟ān dengan lancar, antara lain
sebagai berikut:
1. Peserta didik diberikan kemudahan dalam meghafal
Al-Qur‟ān yaitu teutama mulai dari surat – surat yang
pendek agar peserta didik dapat menghafal dengan baik,
untuk surat- surat yang panjang pengajar memberikan
kemudahan menghafal Al-Qur‟ān dengan cara di angsur.
2. Peserta didik boleh menghafal dengan temannya yang
sudah hafal terlebih dahulu.
3. Pengajar memberikan kelonggaran kepada peserta
didik saat menghafal Al- Qur‟ān tidak harus urut.
c. Evaluasi Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz.
63
Tujuan dari ujian pembelajaran tahsin dan tahfidz
yaitu untuk memenuhi target hafalan tahfidz. Pada
penerapan ujian yang dilaksanakan diharapkan memenuhi
target hafalan.
Dari penggambaran di atas dapat disimpulkan
berbagai hal yang dilakukan telah berkesesuaian dengan
Teori Tahfidz Al-Qur‟an (Abdul Aziz) sebab dapat dilihat
bagaimana penggambaran yang telah disampaikan bahwa
peserta didik melakukan proses pengulangan dalam setiap
hafalan supaya dapat mengimplementasikan ilmu tahfidz
dengan baik dan benar
3.Ramadhan
Adapun analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam
menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat inteligensi
Tingkat intelegensi merupakan salah satu aspek
yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam
menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an. Sebab
kemampuan berfikir tiap individu tidak lah sama,
sehingga edukasi tentang intelegensi sangat diperlukan,
untuk mengoptimalkan peserta didik dalam
menyampaikan isi kandungan Al-Qur'an yang dipelajari.
b. Bimbingan
64
Pembinaan atau bimbingan sangat penting
diberikan pada peserta didik dengan tujuan supaya
mereka dapat menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an
dengan baik dan benar,
c. Percaya diri
Hal ini adalah salah satu hambatan bagi peserta
didik dalam menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an.
Karena dengan timbulnya rasa tidak percaya pada
kemampuan diri dapat menyebabkan penjelasan yang
disampaikan tidak dapat difahami dengan baik.
d. Menguasai bahasa dengan baik
Dalam menjelaskan isi kandungan yang terdapat
dalam Al-Qur,an pengajar dituntut untuk mampu
menggunakan bahasa yang baik, tidak berbelit-belit dan
tidak meragukan, sebab dengan penguasaan bahasa yang
baik akan memudahkan pemahaman bagi peserta didik
dalam memahami apa yang telah disampaikan. Jadi dapat
di fahami bahwa seorang pengajar sangat dituntut untuk
menggunakan bahasa yang baik. Sebab sudah tentu ada
sebagian peserta didik yang kurang mampu memahami
penjelasan yang tekah disampaikan.
e. Motivasi
Motivasi sebagai faktor iner (bathin) berfungsi
untuk menimbulkan perbuatan-perbuatan belajar, untuk
mencapai tujuan tersebut yang menjadi penyebab adalah
65
motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya,
begitu juga dalam menjelaskan isi kandungan Al-Qur‟an.
Ternyata tidak semua peserta didik memiliki semangat
atau motivasi yang tinggi dalam menjelaskan isi
kandungan Al-Qur‟an.
Berbagai faktor yang telah dijelaskan di atas
menunjukkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan
oleh pesantren telah berkesesuaian dengan teori:
1. Teori Peranan (Poerwadarminta) sebab dalam
pembahasan ini dijelaskan betul bagaimana peran besar
yang dilakukan oleh pesantren dalam memberi berbagai
faktor yang membuat maju para peserta didik
2. Teori Pemberdayaan (Widjaja) sebab dalam
pembahasan ini menggambarkan bagaiman pesantren
dengan giat nya meningkatkan kemampuan para peserta
didik dalam menggali potensi mempelajari Al-Qur‟an
66
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesantren merupakan wadah bagi para pemuda untuk
berkonsentrasi dalam menuntut ilmu agama. Umumnya
pesantren melakukan konsep isolasi terhadap masyarakat luar
dengan tujuan agar santri dalam fokus dalam melakukan
program kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak pesantren.
Dewasa ini, muncul sebuah invoasi pesantren yang
menerapkan konsep sistem berbasis masyarakat. Salah satu
yang menerapkan konsep tersebut adalah Pesantren Tahfidz
Al-Qur‟an Qiblatain di Perumahan Pondok Mekarsari Permai,
Cimanggis Depok.
Konsep bermasyarakat seperti ini akan memudahkan
santri dalam bermasyarakat. Yang perlu diketahui adalah
bahwa bermasyarakat yang dimaksud bukan hanya sebatas
pada interaksi interaksi biasa seperti mengucapkan salam atau
sekedar mengobrol saja. Konsep bermasyarakat yang
dimaksudkan adalah pesantren melakukan pemberdayaan
agama untuk masyarakat sekitar.
Program-program yang dimiliki oleh pesantren tahfidz Al-
Qur‟an Qiblatain, tentu merupakan program yang cukup
siginifikan dalam memberikan benefit dengan tujuan
menghidupkan masjid. Program kegiatan yang telah ditetapkan
ialah memberdayakan masyarakat.
67
Program kegiatan tersebut terbagi menjadi beberapa
materi, yaitu: mengajarkan ilmu tajwid, mengajarkan tahsin
dan tahfidz, dan mengajarkan tentang kandungan isi Al-Qur‟an.
Dalam setiap program yang dilaksanakan, sudah tentu
terdapat berbagai macam penilaian yang positif maupun
negative. Dengan penilaian tersebut maka Pesantren Tahfidz
Al-Qur‟an Qiblatain melakukan upaya evaluasi dan melakukan
tolak ukur terhadap kegiatan yang telah berlangsung, dengan
harapan hubungan antara pesantren dengan masyarakat selalu
berjalan dengan baik.
B. Saran
1. Kepada semua pengurus Pesantren agar konsisten dalam
mempertahankan program kegiatan memberdayakan
masyarakat yang dapat mencetak peserta didik yang cerdas
dalam ilmu keislaman yang lebih luas khususnya tentang
Al-Qur‟an dan dapat menjaga ukhuwah satu sama lain
dengan lebih erat. Serta terus memperluas jaringan dakwah
agar semakin bertambah masyarakat yang merasakan
dampak keislaman dari adanya pemberdayaan tersebut.
2. Kepada para pembimbing agar terus memberi pemahaman
serta pelatihan bagi santri guna mempertahankan santri-
santri yang berkompeten dalam membina masyarakat
melalu program pesantren yaitu mengembangkan
masyarakat.
68
3. Kepada warga binaan (peserta didik) agar lebih percaya diri
dalam mempelajari Al-Qur‟an supaya dapat
mengembangkan keahlian nya dalam membaca.
4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
mengembangkan penelitian ini untuk memperbanyak
pengetahuan mengenai bagaimana memberdayakan
masyarakat dalam basis agama sehingga mereka dapat
menjalankan kehidupan islami melalui kegiatan-kegiatan
pelatihan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. (2006). Agama dalam Kehidupan Manusia:
Pengantar Antropologi Agama. Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada.
Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT RINERKA
CIPTA. Cet. Ke-2.
Ahmad, Imam. al-Kabîr. no. 853.
Allport G. W. & Ross J.M. (1967). Personal Religious
Orientation and Prejudice. Journal of Personality and
Social Psychology.
Anin, Noehayati. Kurikulum Inovasi Telaah terhadap
Perkembangan Kurikulum pendidikan Pesantren.
Yogyakarta : TERAS.
Arikunto, Syuharsimi. (2001). Manajemen Personalia dan
Sumber daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Aziz Abdul, Rauf Abdul. (2004). Kiat Sukses Menjadi Hafidz
Qur’an Da’iyah. Bandung: Pt Syaamil Cipta Media. Cet.4.
Aziz, Moh. Ali, dkk. (2005). Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta:
PT. LKiS Pelangi Nusantara.
Berry David. (1995). Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bukhari Imam. Al Adaab Al Mufraad. Jakarta Timur: Griya Ilmu.
Et al, Yustika, Erani Ahmad. (2013). Proyeksi Ekonomi 2014
Akankah Krisis Berlanjut?. Jakarta: INDEF.
Fathullah Amal, Zarkasyi. (1998). Pondok Pesantren Sebagai
Lembaga dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press.
Hamid Abdul. (2009). Ilmu Akhlak Bandung: Pustaka Cipta.
70
Hayami dan Ruttan. (1984). Dilema Ekonomi Desa: Suatu
Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan
di Asia.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Humam As‟ad. (1995). Buku Iqro’ Klasikal : Cara Cepat Belajar
MEmbaca Al Qur’an system Klasikal. Yogyakarta : Team
Tadarus AMM.
Huraerah, Abu. (2008). Pengorganisasian & Pengembangan
Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Isbandi Rukminto Adi. (2013). Pemberdayaan Pengembangan
Masyarakat dan Inetrvensi Komunita. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Islam Mafa Mujadijul, Jalaluddin Al-Akbar. (2010). Keajaiban
Kitab Suci Al-Qur’an. Sidayu: Delta Prima Press.
Ismail Faisal. (1997) Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis
dan Refleksi Historis. Jogyakarta: Titian Ilahi Press.
Komarudin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara..
Mansur, Ahmad. (2009). Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Laporan. Bandung : PAAP FE UNPAD.
Natsir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT.Balai Pustaka.
Rangkuti, Freddy (2013). Analisis SWOT Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hal.19
Razak, Nasrudin. (1997). Dienul Islam. Bandung: PT. Alma‟arif.
Robinson, Pearce. (1997). Manajemen Strategik Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Bina Rupa
Aksara. hal. 229-230
Soerjono, Soekanto. (2002). Teori Peranan. Jakarta: Bumi
Aksara.
71
Suharto, Edi. (2005). membangun masyarakat memberdayakan
rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suhendra K. (2006). Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung: STKSPRESS.
Sumaryadi. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom
dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: CV Citra Utama.
Tim Penyusun. (1990). Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Yunus Mahmud. (1990). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:
Hidakarya Agung.
Widjaja. (2003). Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli,
Bulat dan Utuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zakiyah Daradjat. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
WEBSITE
http://rumahtahfizqiblatain.blogspot.com/
HASIL WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Bapak Muammar Pemimpin
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain, di kediaman beliau,
Sabtu, 24 Agustus 2019, 07:00 WIB.
Wawancara pribadi dengan Bapak Rahmat Ilahi Ketua DKM
Masjid Nurul Iman di Masjid Nurul Iman, Selasa, 27 Agustus
2019, 18:30 WIB.
Wawancara pribadi dengan Bapak Edy Suhendra Ketua RW
Perumahan Pondok Mekarsari Permai, Cimanggis Depok di
Masjid Nurul Iman, 27 Agustus 2019, 18:30 WIB.
72
Wawancara pribadi dengan Bapak Haris Marzuki Susilo Ketua
RT Perumahan Pondok Mekarsari Permai di Masjid Nurul Iman,
Cimanggis Depok, 28 Agustus 2019, 18:30 WIB.
Wawancara pribadi dengan M Taufiq Ismail Ketua Remaja
Masjid Nurul Iman (IPNI) di Masjid Nurul Iman, 15 September
2019, 18:30 WIB.
Wawancara pribadi dengan Ahmad Ardas Pembina (ikhwan)
Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain di ruang kelas TPA Nurul
Ilmi, 16 September 2019, 20:00 WIB.
Wawancara pribadi dengan Annisa Nur‟Azizah Pembina
(akhwat) Pesantren Tahfidz Al-Qur‟an Qiblatain di ruang kelas
TPA Nurul Ilmi, 16 September 2019, 20:00 WIB.
Wawancara pribadi dengan Bapak Yunani Pengurus Masjid
Nurul Iman di dalam Masjid Nurul Iman. 22 Januari 2020, 14:15
WIB.
73
LAMPIRAN
1. Tranksrip Wawancara
Tabel 2. DATA NARASUMBER
No. Nama Jabatan
1. H. Muammar Khadafi,
Lc, MA.
Ketua/pimpinan pondok
2. Edy Suhendra Ketua RW
3. Haris Marzuqi Susilo Ketua RT
4. Rahmat Ilahi DKM Masjid Nurul Iman
5. Ust. Ahmad Ardas Pembina (Ikhwan)
6. Ustdzh. Annisa
Nur‟Azizah
Pembina Akhwat
7. M Taufiq Ismail Ketua remaja masjid
(IPNI)
8. Yunani Pengurus Masjid
Sumber : diolah oleh peneliti
TRANSKRIP WAWANCARA
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua/pimpinan
pondok
Informan : Muammar Khadafi
Waktu : Sabtu, 24 Agustus 2019
1.Bagaimana sejarah dari pesantren sendiri?
74
Qiblatain itu salah satu nama masjid yang ada di Arab,
kebetulan saya saat itu kuliah S1 di Univ Islam Madinah.
Waktu saya S1 itu, tempat tinggal nya berdekatan dengan
masjid itu, jadi saya cukup sering untuk melaksanakan shalat
disitu. Nah, nama pesantren ini terinspirasi dari nama masjid
tersebut. Pesantren ini sendiri saya buat atas inisiatif pribadi
karena saya rasa lingkungan masjid yang ada di perumahan
perlu untuk diramaikan. Saat sudah terbangun, pertama kali
ada santri di pesantren, itu jumlahnya sekitar delapan orang.
2.Bisa di jelaskan pak, seperti apa identitas pesantren sendiri?
Iya, pesantren tahfidz ini sendiri kan berastatus sebagai
pencetak generasi penghafal Al-Qur’an ya, yang mana status
nya ini sudah terdaftar di menkumham.
3.Untuk keuangan pesantren sendiri, pengelolaan nya seperti apa?
Keuangan pesantren itu asal nya dari donatur, saya kan juga
pembimbing haji dan umrah ya. Kadang saya suka kirim sms
ke beberapa jama’ah sekira nya mau ngebantu, termasuk
juga ke masyarakat komplek yang sudah percaya sama
pesantren .
4.Mengenai sarana dan prasarana nya seperti apa?
Pesantren ini punya empat rumah (yang tiga ngontrak dan
yang satu minjam). Ada juga fasilitas olahraga punya fasum
fasilitas lapangan di muhajirin (Rt 01). Ada peralatan
memanah untuk pelatihan dan tempat penyewaan futsal, juga
kolam berenang yang ada di perum wisma harapan.
5.Program pendidikan dari pesantren sendiri, apa saja?
75
Satu tahun bersama saya, satu tahun lagi itu fokus
melancarkan hafalan (system nya satu kali duduk 30 Juz).
Setelah nya dikuliahkan beasiswa S1, empat tahun ke depan
pesantren yang ikat.
6.Bagaimana pendekatan yang dilakukan pertama kali untuk
mencanangkan program kegiatan pemberdayaan?
Ya, pertama saya kan emang mertua saya disini jadi saya
tinggal disini juga. Mengisi pengajian di masjid Nurul Iman,
kemudian saya sampaikan inginmembuat sebuah program
kegiatan pemberdayaan. Saat itu diantaranya ada RW, RT,
DKM, dan tokoh tokoh lainnya. Disini saya sampaikan semua,
bagaimana visi misi dan apa kegiatan saya sampaikan dalam
forum pengajian itu, kalau personal-personal itu beberapa
saja, pada dasarnya izin nya menyeluruh.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua RW
Informan : Edy Suhendra
Waktu : Selasa, 27 Agustus 2019
1.Bagaimana proses dan tanggapan masyarakat, berkenaan
perencanaan program pemberdayaan masyarakat (mengajar Al-
Qur‟an)?
Saya mengizinkan adanya program tersebut di komplek ini
begitupun tanggapan masyarakat, dengan alasan saya rasa
kegiatan tersebut bermanfaat. Khususnya buat warga
muslim. Saya dan masyarakat juga request supaya tetap
konsisten dalam membawa pengaruh yang baik di sini.
76
2.Dalam perencanaan program kegiatan, adakah rekomendasi
program kegiatan yang diinginkan?
Saya cuma kasih amanat saja supaya pesantren ini mampu
membimbing baik-baik anak-anak dan remaja nya. Supaya
generasi penerus bisa membaca dan mengenal Al-Qur’an
lebih baik lagi, dan gak lupa meningkatkan ketaqwaan sama
Allah SWT.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua RT
Informan : Haris Marzuqi Susilo
Waktu : Rabu, 28 Agustus 2019
1.Bagaimana proses dan tanggapan masyarakat, berkenaan
perencanaan program pemberdayaan masyarakat (mengajar Al-
Qur‟an)?
Baik saya maupun masyarakat setuju dengan adanya
program kegiatan bersama pesantren.
2.Dalam perencanaan program kegiatan, adakah rekomendasi
program kegiatan yang diinginkan?
Saya ingin ada kegiatan-kegiatan kalau berkenaan dengan
keagamaan nya adain program mengaji.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua DKM Masjid
Nurul Iman
Informan : Rahmat Ilahi
Waktu : Selasa, 27 Agustus 2019
77
1.Bagaimana proses dan tanggapan masyarakat, berkenaan
perencanaan program pemberdayaan masyarakat (mengajar Al-
Qur‟an)?
Saya dan masyarakat hanya berharap nantinya santri mohon
dilibatkan pada kepanitiaan masjid. Lalu kegiatan
keagamaan nya jangan lupa meramaikan masjid.
2.Dalam perencanaan program kegiatan, adakah rekomendasi
program kegiatan yang diinginkan?
Saya hanya merekomendasi supaya kegiatan yang
berlangsung antara santri dengan IPNI dapat berjalan, untuk
mewujudkan kolaborasi yang luar biasa.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Pembina (Ikhwan)
Informan : Ahmad Ardas
Waktu : Senin, 16 September 2019
1.Bagaimana proses dan tanggapan masyarakat, berkenaan
perencanaan program pemberdayaan (mengajar Al-Qur‟an)?
Saya selaku pembina dalam pesantren ini, perlu melakukan
pendekatan pada santri. Mengajar mereka gimana cara nya
untuk menarik hati pengurus yang ada di komplek. Karena
kalau pengurus komplek nya sudah faham dengan program
yang ada di pesantren pasti kedepan nya program tersebut
akan di sosialisasikan ke warga nya. Kalau sudah begitu kan
jadi mudah menjalin hubungan antara pesantren dengan
masyarakat. Saya disini selaku pembina, mengontrol terus
sosialisasi yang dilakukan santri ini. Tugas utama saya itu
mengajarkan santri bagaimana tekhnik komunikasi yang
78
baik, tugas ini saya lakukan atas koridor dari bapak
Muammar langsung.
2.Dalam perencanaan program kegiatan, adakah rekomendasi
program kegiatan yang diinginkan?
Saya sempat menyuarakan pendapat buat nyumbang ide
kegiatan waktu itu. Belajar Al-Qur’an, nanti bisa aplikasikan
ilmu nya ke masyarakat.
3.Bagaimana gambaran perencanaan program kegiatan?
Sebelum memulai acara kegiatan, alhamdulillah dari
beberapa pengalaman selalu dilaksanakan perencanaan yang
dilakukan jauh jauh hari, dengan tujuan meninjau atau
menghindari sesuatu yang dapat mencacatkan acara. Dalam
artian dengan adanya rapat atau perencanaan dapat
meminimalisir adanya kesalahan, maka dari itu kami
melakukan pertemuan pertemuan. Kami bentuk sebuah
kepanitiaan, dari situ kami saling bertukar fikiran. Diadakan
nya rapat, salah satu hal yang yang diidam-idamkan
pengurus pengurus yang ada di komplek. Kami adakan rapat
sebulan sebelum kegiatan dan H-1 rapat yang terakhir demi
kesiapan acara esok hari. Kegiatan perencanaan seperti ini
kami lakukan pada program kegiatan ramadhan, yang mana
bentuk kegiatan nya adalah memperdalam isi kandungan Al-
Qur’an
4.Bagaimana gambaran pelaksanaan program kegiatan yang
berlangsung?
79
Dalam setiap kegiatan alhamdulillah dari beberapa kegiatan
semua berjalan dengan lancar, kekurangan tertutupi dengan
kesuksesan acara. Dari pihak seksi-seksi yang tercipta dari
kolaborasi pesantren dengan masyarakat saling membantu
mensukseskan acara. Ada beberapa contoh kegiatan seperti
ramadhan di masjid ini yang bertujuan untuk
menyemarakkan bulan suci ramadhan. Program kegiatan
kami laksanakan hal yang akan memberi keuntungan pada
masyarakat. Juga kami mengajak anak anak unguk tadarrus,
dalam tadarrus saling bertukar ilmu. Ada juga kegiatan rutin
setiap senin Rabu dan Jum’at yaitu tahsin dan tahfidz
dimana kegiatan ini dibagi dalam dua aspek, tahsin belajar
membaca tahfidz menghafal alquran. Tahsin membenarkan
bacaan yang salah sedangkan tahfidz hafalan dapat ditegur
apabila ada yang keliru.
5.Bagaimana proses evaluasi dilakukan?
Tentunya setelah kegiatan selesai, tidak lepas dari apa yang
kita sebut evaluasi. Melihat kinerja dalam suatu kegiatan,
ada beberapa kegiatan di lingkungan pesantren yang
bertujuan untuk mencari sebuah solusi. Dalam satu hari
diadakan pertemuan, setiap sebelum khalaqah ditutup ada
evaluasi dengan tujuan untuk mencari solusi dari segala
aspek, yang melibatkan santri, pembina, maupun pengelola
pesantren. Kami melaksanakan rapat evaluasi dua pekan
sekali secara rutin, yang mana dalam pertemuan rutin ini
permasalahan yang dibahas jauh lebih luas dibandingkan
dengan evaluasi yang dilakukan setelah khalaqah,
80
6.Bagaimana membuat tolak ukur penilaian keberhasilan suatu
program kegiatan?
Setelah evaluasi akan ada kegiatan yang namanya membuat
tolak ukur untuk melihat keberhasilan suatu program
kegiatan. Kami di lingkungan pesantren melihat tolak ukur
lewat dampak yang dirasakan oleh peserta, apabila peserta
mendapat dampak yang baik maka bisa dikatakan berhasil.
Setelah dilaksanakan suatu kegiatan ada pula beberapa
peserta yang tidak berdampak apa apa, itu yang menjadi
upaya refresif dari kami untuk melakukan pendekatan.
Upaya yang dilakukan terhadap peserta tersebut mencari tau
apa yang sebenarnya menajdi masalah. Ini juga yang
menjadi tolak ukur. Sebab dengan tolak ukur yang sudah
benar dapat memperlancar semua kegiatan yang berlangsung.
Dan lancaranya kegiatan yang berlangsung salah satu faktor
pendukung nya adalah semangat dari para peserta yang
mengikuti program kegiatan tersebut.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Pembina (Akhwat)
Informan : Annisa Nur‟Azizah
Waktu : Senin, 16 September 2019
1.Apa saja berbagai detail program kegiatan pesantren, dalam
rangka memberdayakan masyarakat (mengajar Al-Qur‟an)?
Ya, jadi di program pemberdayaan ini, ada empat jenis
kegiatan mengajar yang kami terapkan pada peserta didik.
Bentuk kegiatan mengajar nya adalah mengajarkan ilmu
tajwid, mempelajari tahsin dalam rangka mengaplikasikan
81
ilmu tajwid yang sudah dipelajari sebelumnya, lalu
menghafal Al-Qur’an (tahfidz), dan yang terakhir
memperdalam isi kandungan Al-Qur’an yang dilakukan
pada bulan Ramadhan.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua Remaja Masjid
(IPNI)
Informan : M Taufiq Ismail
Waktu : Minggu, 15 September 2019
1. Bagaimana proses dan tanggapan masyarakat, berkenaan
perencanaan program pemberdayaan (mengajar Al-Qur‟an)?
Kebetulan organisasi IPNI juga belum lama terbentuk, tentu
saya dan remaja lainnya sangat setuju dong dengan adanya
program pesantren ini sebab saya selaku ketua remaja
masjid memiliki ekspektasi kedepannya bisa saling bekerja
sama dengan hal-hal yang berkenaan dengan keislaman.
2. Dalam perencanaan program kegiatan, adakah rekomendasi
program kegiatan yang diinginkan?
Saya merekomendasi kegiatan sosial yang dilakukan bersama
antara remaja masjid dengan santri yang berada dalam
naungan pesantren. Dalam mencapai tujuan bersama
meningkatkan target memberdayakan masyarakat.
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Pengurus Masjid
Informan : Yunani
Waktu : Rabu, 22 Januari 2020
1. Bagaimana proses sejarah terbentuknya Masjid Nurul Iman?
82
Secara detail saya tidak tau, kedatangan saya di Mekarsari ini
tahun 1994 dan ketika saya lihat data nya beridiri 1991 mulai
dibangun 1990. Saya datang ke sini 1994 udah dalam kondusi
pagar kecil, halaman berupa tanah,, kemudian seiring berjalan nya
waktu berangsur-angsur di perbaiki lah teras nya. Pada saat itu sih
jema’ah sedikit ketika shlat lima waktu satu shaff paling tujuh
sampai sepuluh orang marbot nya sebagai muadzin sekaligus imam.
2. Apa tujuan berdirinya Masjid Nurul Iman?
Setau saya, ya tujuannya adalah mengumpulkan jama’ah pada Rw
017 ini karena untuk ibadah harian ke muhajarin jauh untuk. Jadi
untuk memfasilitasi ibadah harian warga.
3. Bagaimana status Masjid Nurul Iman?
Tanah nya sendiri tanah ngambil, tadinya rawa pinggiran rawa di
uruk ramai-ramai. sampai sekarang berusaha membuat sebuah
yayasan dibutuhkan imb dan surat waqaf, pemerintah gak ngasih.
Cukup diberi surat pinjam tanah itupun syarat nya tidak boleh
dikomersilkan.
83
2. Tabel Kegiatan Observasi
Tabel 3. Tabel Kegiatan Observasi
Tanggal Kegiatan Observasi Output
Senin, 16
September 2019
Peneliti menyaksikan
bagaimana kinerja
pesantren dalam
mengajar murid TPA.
Pengajaran ini sama
dengan sekolah pada
umunya memiliki
system kelas yang
bertingkat.
Mempelajari ilmu-ilmu
agama fiqih, aqidah,
hadits, dan lain-lain.
Dilaksanakan setiap
Senin sampai Kamis
Diharapkan
murid dapat
semakin
memperbaiki
akhlaqnya.
Senantiasa
berbakti pada
orangtua. Dan
menerapkan
sikap disiplin
dalam kaidah
pagi dan sore
hari.
Senin, 16
September 2019
Peneliti melihat
bagaimana pesantren
memberikan pelatihan
bacaan Al-Qur‟an
berkesesuaian dengan
ilmu tajwid. Dibagi
dalam beberapa
kelompok kecil,
dimulai setelah waktu
maghrib hingga isya.
Menjadikan
masyarakat
semakin baik
dalam membaca
Al-Qur‟an sesuai
dengan ilmu
nya. Dapat
dikatakan
pelatihan pra
Tahfidz.
Senin, 16
September 2019
Peneliti juga sekaligus
melihat bagaimana
pesantren memberikan
metode metode yang
baik dalam menghafal
Al-Qur‟an. Kegiatan
tahfidz ini dilaksanakan
satu waktu dengan
Dari pelatihan
ini, selain
memberi
manfaat dalam
metode
menghafal, Al-
Qur‟an pun
dapat menjaga
84
pelatihan tahsin. dari perbuatan
maksiat.
Selasa, 08 Oktober
2019
Peneliti mengikuti
kegiatan pesantren
yang menghadiri suatu
acara undangan salah
satu warga di jl Kerinci
IV. Dalam acara
tersebut pihak
pesantren diminta
untuk mengisi acara
dengan pengkhataman
ayat suci Al-Qur‟an 30
juz.
Dari kegiatan
menghadiri
acara tersebut
pihak pesantren
menyelipkan
do‟a yang dapat
memberi
syafa‟at bagi
yang
mengundang.
Jum‟at 12 Oktober
2019
Peneliti ikut melihat
kegiatan diskusi eva
luasi, yang mana dalam
evaluasi tersebut hal-
hal yang disinggung
adalah berkenaan
dengan peraturan
pesantren yang dirasa
perlu untuk semakin
diperketat
Kegiatan yang
dilaksanakan di
masjid hanya
boleh sampai
pukul sepuluh
malam. Santri
lebih giat dalam
membersihkan
masjid pada sore
hari. Sumber : Diolah oleh peneliti
3. Foto Dokumentasi
Gambar 2. Foto Dokumentasi
85
Sumber : Diolah oleh peneliti