PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM … · 2013. 7. 22. · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM … · 2013. 7. 22. · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANAN KOMISI DANA MILIK
MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI
ASET-ASET MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN
DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET
MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
Disusun oleh
ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Dr. Warto, M.Hum NIP 196109251986031001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP 195402231986012001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN
DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET
MANGKUNEGARAN
TAHUN 1946-1952
Disusun oleh
ANJAR RAHMAD BASUKI C0505010
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Pada tanggal……………….
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum (………………) NIP 195402231986012001 Sekretaris Penguji Umi Yuliati, S.S, M. Hum (………………)
NIP 197707162003122002 Penguji I Dr. Warto, M. Hum (………………) NIP 196109251986031001 Penguji II Drs. Supariadi, M. Hum (………………) NIP 196207141989031002
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : ANJAR RAHMAD BASUKI NIM : C0505010 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset-Aset Mangkunegaran Tahun 1946-1952 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 11 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan
Anjar Rahmad Basuki C0505010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Orang Tua Adalah Sumber Semangat dan Kehidupan Bagi Perjalanan
Hidup Kita.
(Penulis)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibuku Tercinta
Kakak dan Adikku Tercinta
Teman dan Sahabatku Tercinta
Kekasihku Tercinta
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
fasilitas, bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Sudarno, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan
dalam perijinan untuk penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah atas
bantuan dan pengarahannya.
3. Bapak Dr. Warto M. Hum, selaku pembimbing utama dalam penulisan dan
penyusunan skripsi ini yang telah teramat sabar dan teliti memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis
4. Ibu Umi Yuliati, S.S., M. Hum selaku pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
5. Bapak Drs. Supariadi, M. Hum selaku penguji skripsi yang telah memberi
masukan dan arahan agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Sejarah, yang telah memberikan bimbingan
dan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
7. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra
dan Seni Rupa, Perpustakaan dan Arsip Daerah Surakarta, Sasana Wilopo dan
Sono Pustoko Keraton Surakarta Hadiningrat yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam penyediaan dan peminjaman buku-buku
yang diperlukan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
8. Ibu Koestrini Soemardi (alm), Ibu Darweni, Bapak Basuki dan segenap staf
Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran yang telah memberikan ijin dan
bantuan kepada penulis dalam penyediaan data-data yang diperlukan.
9. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik yang selalu memberikan kasih sayang
dan semangat dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada
penulis.
10. Teman-teman jurusan Ilmu Sejarah’04 Mas Daryadi, Mas Edy Riyanto, Mas
Aminnudin, Mbak Wulan dan Mbak Asih
11. Teman-teman jurusan Ilmu Sejarah’05 Bayu, Ridwan, Cahyo, Darmawan,
Wanto, dll.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pembaca.
Surakarta, 11 Oktober 2010
Penulis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka........................................................................ 9
F. Metode Penelitian...................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan............................................................... 14 BAB II KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN
A. Pembentukan Komisi Dana Milik Mangkunegaran…………. 17
B. Peraturan Dana Miik Mangkunegaran..................................... 20
C. Aset Komisi Dana Milik Mangkunegaran..………………….
1. Perusahaan Gula Colomadu...........................................
2. Perusahaan Gula Tasikmadu..........................................
3. Perusahaan Kopi Kerjogadungan..................................
4. Perusahaan Serat-Nenas Mojogedang…………………
23
28
29
31
32
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
DAFTAR ISTILAH..........................................................................................
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...
xii
xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………
xv
xvi
ABSTRAK........................................................................................................ xvii
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Pabrik Genting Kemiri………………………………..
6. Pabrik Rokok “Priyayi”……………………………….
7. Perusahaan Gamping “Betal”…………………………
8. Usaha Penanaman Tembakau di Tawangmangu………
9. Rumah dan Hotel Milik Mangkunegaran……………...
10. Surat-Surat Berharga…………………………………..
11. Dana Pensiun Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran.
D. Struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran……
1. Komisi Pengawas……………………………………….
2. Superintendent…………………………………………..
3. Administratur……………………………………………
4. Mandor Pabrik…………………………………………..
5. Mandor Perkebunan…………………………………….
6. Mandor Gudang…………………………………………
7. Demang dan Rangga…………………………………….
8. Bekel…………………………………………………….
9. Buruh……………………………………………………
32
33
34
35
36
37
38
39
41
42
44
46
46
47
47
48
49
BAB III PROSES NASIONALISASI ASET DANA MILIK
MANGKUNEGARAN
A. Komisi Dana Milik Mangkunegaran Pada Masa Pendudukan
Jepang…………………………………………
55
B. Sistem Ekonomi Praja Mangkunegaran Pada Masa
Pendudukan Jepang……………………................................
58
C. Komisi Dana Milik Mangkunegaran Pada Masa Awal
Kemerdekaan RI………………………………………
D. Proses Nasionalisasi Aset Dana Milik Mangkunegaran.........
E. Pengaruh Agresi Militer Belanda II terhadap Kebijakan dan
Sikap Mangkunegaran……………………………………….
F. Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam proses
Nasionalisasi aset Mangkunegaran………………………….
61
65
68 81
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB IV DAMPAK NASIONALISASI ASET MANGKUNEGARAN
TERHADAP PRAJA MANGKUNEGARAN
A. Keadaan Mangkunegaran Setelah Nasionalisasi
Mangkunegaran………………………………………….
85
B. Dampak Nasionalisasi Dalam Bidang Perekonomian
Mangkunegaran.....................................................................
85
C. Dampak Nasionalisasi dalam bidang Sosial terhadap
Mangkunegaran……...........................
92
D. Dampak Nasionalisasi dalam Bidang Kebudayaan di
Mangkunegaran..............................................
93
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 100 LAMPIRAN........................................................................................................ 103
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISTILAH
Administratur : Pengurus Administrasi/ Manajer Utama pabrik
Afdeeling : Wilayah Administrasi pemerintah kolonial belanda di
indonesia yang berada dibawah karesidenan
Ambtenar : Pegawai
Apanage : Tanah jabatan sebagai gaji seorang priyayi
Bekel : Orang yang mendapat wewenang menjaga kebaikan
desa; petani penghubung antara pemilik atau penguasa
tanah dengan penggarap tanah.
Binenland Bestur : Pegawai Pangreh Praja
civilele list : Tunjangan hidup kerajaan yang berasal dari pemerintah
Belanda
Clash : Agresi Militer
Commissie Van Beheer : Komisi Pengawas Keuangan Mangkunegaran
De Javasche Bank : Bank Milik Pemerintah
Demang : Seseorang yang diberi tugas untuk memegang dan
menjalankan segala pekerjaan di pedesaan di atas bekel
Fonds : Dana atau aset kekayaan kerajaan Mangkunegaran
Fonds van
Eigendommen van het
Mangkoenegorosche
Rijk : Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Garden city : Taman kota
Gouvernements
landbouw bedrijven : Kantor yang mengurusi perusahaan perkebunan pada
jaman Belanda
Gubernemen : Wilayah yang dikuasai secara langsung pemerintah
Kolonial
Gubernemen Besluit : Keputusan Pemerintah
Legiun : Pasukan bala tentara
Loji : Rumah / tempat tinggal
Naamlooze Vennootsch : Gabungan Pemilik modal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Nara praja : Birokrat kerajaan
Onderdistrict : Wilayah administrasi kolonial belanda di wilayah
Afdeeling
Onderneming : Perkebunan
Public space : Fasilitas kota
Reksobusono : Kantor yang mengurusi keperluan pribadi, dan
kepentingan-kepentingan keluarga
Reserve Fonds : Dana milik yang berupa Perkebunan
Ryksondernemingan : Perusahaan-Perusahaan Swapraja
Sentana : Keluarga raja
Superintendent : Direksi; pengawas perusahaan
Swapraja : Daerah kerajaan seperti Kasultanan dan
Pakualaman di Jogja dan Kasunanan dan
Mangkunegaran di Surakarta
Vorstenlanden : Tanah-tanah kerajaan
Zelfbestuursregelen
Mangkunegaran : Peraturan Mangkunegaran
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR SINGKATAN
BPPGN : Badan Pengurus Perusahaan Gula Negara
PPN : Perusahaan Perkebunan Negara
KGPAA : Kangjeng Gusti Pangeran Ario Adipati
PNS : Perusahaan Nasional Surakarta
PPRI : Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia
HKMN : Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran
PPMN : Pusat Perusahaan Mangkunegaran
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gb. 1 Gedung Tembakau Tawangmangu tahun 1925 kode 1893
Mangkunegara VII Arsip Foto Koleksi Reksa Pustaka
Mangkunegaran………………………………………………… 35
Gb. 2 Perumahan VillaPark Banjarsari Surakarta tahun 1930 kode 1842
Mangkunegara VII Arsip Koleksi Foto Rekso Pustaka
Mangkunegaran.......................................................................37
Gb. 3. Bagan struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran
kode 1178 Mangkunegara VII Arsip Reksopustoko
Mangkunegaran.....................................................................40
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Berkas Peraturan keputusan tentang Dana Milik Mangkunegaran dan
pembentukan Panitia Dana Milik Mangkunegaran tahun 1917, 1949, dan
tahun 1952.................................................................................................. 103
2. SK tentang pengangkatan Ir. Sarsito Mangunkusumo menjadi Superintendent
dari Dana Milik Mangkunegaran terhitung sejak tahun 1945, 1950.......... 110
3. Konsep surat dari Ir. Sarsito kepada KRRA Moh. Soediono yang
mengusulkan kekayaan milik Mangkunegaran dikembalikan kepada Komisi
Dana Milik Mangkunegaran tahun 1951………………………………… 112
4. Surat Kuasa istimewa Sri Paduka Mangkunegara VIII untuk menyerahkan
Dana Milik Mangkunegaran kepada BPPGN dan PPN tahun 1946…..…..114
5. Laporan keadaan Perusahaan Tembakau Bojonegoro kepada PPRI tahun
1947……...………………………………………………………………. 115
6. Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta tahun 1952 tentang Pembekuan Harta
Benda Milik Mangkunegaran……………………………………………. 118
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Anjar Rahmat Basuki, C0505010, 2010, Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran Dalam Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran Tahun 1946-1950 Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini membahas tentang peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran tahun 1946-1952. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952, bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952 dan proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran.
Penelitian ini memakai metode penelitian sejarah, dimulai dengan tahap heuristik yaitu teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern dengan dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini lalu dianalisis dan disusun dalam sebuah historiografi..
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial dan politik yang tidak kondusif di daerah karesidenan Surakarta berdampak pada dibekukannya status Swapraja pada kedua kerajaan di Surakarta khususnya Praja Mangkunegaran. Hal ini semakin di perburuk dengan perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran. Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk untuk mengurusi aset-aset ekonominya semenjak masa Mangkunegara VII akhirnya dibekukan pada tahun 1946. Walau berstatus dibekukan pada kenyataannya Komisi ini tetap bekerja dikarenakan PPRI yang diserahkan untuk mengambil alih Dana Milik tidak dapat bekerja secara maksimal.
Hal ini dibuktikan dengan masih aktifnya Superintendent pada perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran. Mangkunegaran yang beranggapan bahwa penyerahan Dana Milik kepada Pemerintah Pusat hanya bersifat sementara kemudian berusaha untuk mengambil alih kembali aset-asetnya pada tahun 1948-1952. Pemerintah Pusat beranggapan bahwa daerah Mangkunegaran termasuk ke dalam kekuasaan Republik, maka segala aset-asetnya harus dikelola untuk kepentingan daerah Mangkunegaran dan Republik. Nasionalisasi kemudian dilakukan dengan membentuk badan-badan baru yang mengurusi aset Mangkunegaran.Akibat percobaan perlawanan dan pengambilalihan kembali aset-asetnya oleh Mangkunegaran, Pemerintah kemudian mengambil tindakan dengan membubarkan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan menghapus jabatan Superintendent melalui keputusan Pengadilan Negeri di Jakarta pada tahun 1952.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT Anjar Rahmad Basuki, C0505010, 2010, The Role of the Mangkunegaran Commission on Fund in 1946-1952, Thesis, History Department, Letters and Fine Arts Faculty, Surakarta Sebelas Maret University.
This research discusses The Role of the Mangkunegaran Commission on Fund in Nationalization at 1946-1952. The formulations of this research are how the existence of the Mangkunegaran Commission on Fund during the administration Mangkunegara VIII in 1946-1952 and how the process of Nationalization of fund assets owned by Mangkunegaran. The purposes of this study are to know the existence of the Mangkunegaran Commission on Fund during the administration of Mangkunegara VIII in 1946-1952 and to know the process of nationalization of fund assets owned by Mangkunegaran.
This research has historical research method with data collecting technique using the heuristic. The data are then criticized internally and externally to be integrated with study of literature to finally produce historical facts. These facts are then analyzed and compiled in a historiography.
The research concludes that the not conducive social and political circumstances in the region of Surakarta residency affected the suspension of autonomous region status of the two palaces in Surakarta especially Praja Mangkunegaran. It got worse since there was conflict to posses economic assets owned by Mangkunegaran. Mangkunegaran Commission on Fund established to handle economic assets was finally suspended in 1946 during the administration of Mangkunegara VII. Even though the status was suspended, in fact, the Commission continued to work due to PPRI that was recommended to take over the fund could not work optimally. This was evidenced by the active Superintendent at companies owned by Mangkunegaran. Mangkunegaran argued that the transfer of funds to the Central Government was only temporary and then it tried to take back the assets in 1948-1952. The central government assumes that the area Mangkunegaran was included in the authority of Republic, so all its assets had to be managed for the benefits of Mangkunegaran regions and the Republic. Nationalization was then performed by forming new institution to handle assets of Mangkunegaran. As the result of the trial to takeover and fight back toward Mangkunegaran assets, the central government then took action to dissolve the Mangkunegaran Commission on Fund and to erase the Superintendent position through the National Court's decree in Jakarta in 1952.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANAN KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN DALAM PROSES NASIONALISASI ASET-ASET
MANGKUNEGARAN TAHUN 1946-1952
Anjar Rahmat Basuki1 Dr. Warto, M.Hum2
ABSTRAK
2010. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran tahun 1946-1952. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952, bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII tahun 1946-1952 dan proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran. Penelitian ini memakai metode penelitian sejarah, dimulai dengan tahap heuristik yaitu teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh selanjutnya dikritik secara intern dan ekstern dengan dipadukan studi pustaka sehingga menghasilkan fakta-fakta historis. Fakta ini lalu dianalisis dan disusun dalam sebuah historiografi.. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial dan politik yang tidak kondusif di daerah karesidenan Surakarta berdampak pada dibekukannya status Swapraja pada kedua kerajaan di Surakarta khususnya Praja Mangkunegaran. Hal ini semakin di perburuk dengan perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran. Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk untuk mengurusi aset-aset ekonominya semenjak masa Mangkunegara VII akhirnya dibekukan pada tahun 1946. Walau
1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah dengan NIM C0505010 2 Dosen Pembimbing
berstatus dibekukan pada kenyataannya Komisi ini tetap bekerja dikarenakan PPRI yang diserahkan untuk mengambil alih Dana Milik tidak dapat bekerja secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih aktifnya Superintendent pada perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran. Mangkunegaran yang beranggapan bahwa penyerahan Dana Milik kepada Pemerintah Pusat hanya bersifat sementara kemudian berusaha untuk mengambil alih kembali aset-asetnya pada tahun 1948-1952. Pemerintah Pusat beranggapan bahwa daerah Mangkunegaran termasuk ke dalam kekuasaan Republik, maka segala aset-asetnya harus dikelola untuk kepentingan daerah Mangkunegaran dan Republik. Nasionalisasi kemudian dilakukan dengan membentuk badan-badan baru yang mengurusi aset Mangkunegaran.Akibat percobaan perlawanan dan pengambilalihan kembali aset-asetnya oleh Mangkunegaran, Pemerintah kemudian mengambil tindakan dengan membubarkan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan menghapus jabatan Superintendent melalui keputusan Pengadilan Negeri di Jakarta pada tahun 1952.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengurusan keuangan di Mangkunegaran pada tahun 1916 terjadi beberapa
perubahan yang berarti yaitu dipisahkannya antara penerimaan dan pengeluaran
dari perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh Mangkunegaran dari anggaran
utama. Hal ini dilakukan dengan menciptakan sebuah dana tersendiri untuk
perusahaan-perusahaan gula dan lain-lainnya yang termasuk milik
Mangkunegaran dan dikelola dalam sebuah komisi agar lebih sederhana dan yang
dimasukan kedalam anggaran utama hanya perkiraan besarnya laba atau
kerugiannya saja.
Tahun 1916 dibentuk sebuah komisi yang mengurus keuangan
Mangkunegaran badan ini dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Badan ini
bekerja untuk menyempurnakan reorganisasi keuangan dan menaruh semua
perusahaan didalamnya dan Dana ini diurus oleh sebuah komisi. Pengurus
hariannya dilakukan oleh seorang Superintendent, sedangkan ketuanya adalah raja
Mangkunegaran, Superintendent yang telah diakui oleh Gubernur Jenderal sebagai
anggota, dan seorang pegawai atau ambtenar yang di pilih oleh Residen sebagai
anggota.1
Pasca kemerdekaan Indonesia, persoalan penguasaan aset-aset di wilayah
ini menjadi isu yang cukup menarik. Persoalannya adalah bahwa peralihan
kekuasaan dari pemerintah kolonial menjadi pemerintah Republik tidak serta
1 Pringgodigdo A.K, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka, 1985, hlm. 93
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
merta diikuti dengan peralihan penguasaan semua aset ekonomi di tangan
pemerintah Indonesia. Pengalihan aset-aset ekonomi hanya terjadi pada badan-
badan yang berada di tangan pemerintah kolonial yang telah diambil alih oleh
pemerintah bala tentara Jepang. Aset-aset asing yang dikuasai oleh pihak
perusahaan swasta asing masih tidak jelas statusnya.
Sementara itu pengelolaan aset-aset itu menjadi terganggu akibat
terjadinya perang kemerdekaan. Banyak para pengusaha asing dan pekerja-pekerja
asing yang meninggalkan perusahaannya kembali ke negeri Belanda. Ada pula
yang masih bertahan di Indonesia, meskipun di dalam menjalankan usahanya
tidak berjalan maksimal.
Sejalan dengan semakin tegangnya konflik Indonesia Belanda, di dalam
negeri, sekitar tahun 1947 muncul aksi sepihak dalam pengambil alihan
perusahaan-perusahaan asing. Pengambil-alihan ini semula banyak dilakukan oleh
badan-badan perjuangan dan perorangan, namun kemudian ditertibkan oleh
Pemerintah Indonesia, terutama dilakukan oleh pihak militer.
Sesungguhnya pola yang sama juga terjadi pada aset milik bekas
penguasa-penguasa bumi putra. Salah satu penguasa bumi putra yang aset-asetnya
diambil alih oleh negara secara paksa adalah Mangkunegaran.2
Pada masa kekuasaan Mangkunegaran VI dibentuk lembaga yang
mengurusi keuangan Praja Mangkunegaran. Setelah melalui berbagai perundingan
dan jajak pendapat antara Pihak pemerintah Hindia Belanda, Residen dan Pihak
Praja Mangkunegaran maka didirikanlah sebuah Badan Keuangan yang
2 Wasino, Makalah, Nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran disampaikan dalam
Workshop on the Economic Side of Decolonization, Jointly organized by LIPI, NIOD, PPSAT-UGM dan program Studi Sejarah Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta akhir Agustus 2004. hal 2
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dinamakan Dana Milik Mangkunegaran. Didirikannya komisi untuk semua
perusahaan dan sebagainya bertujuan agar perusahaan-perusahaan itu didalam
anggaran disendirikan sebagai suatu keseluruhan, dimana detail-detail yang
bersifat teknis atau komersil tidak disebutkan dalam anggaran itu, akan tetapi hal
itu tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan itu tidak mengikuti anggarannya
sendiri.3 Dana Milik Mangkunegaran ini mengurusi keuangan perusahaan-
perusahan milik Mangkunegaran.
Perusahaan-perusahan Industri Mangkunegaran yang semula diusahakan
oleh Mangkunegara IV untuk kepentingan keluarga dan rakyat Mangkunegaran
harus lepas ke tangan Pemerintah Republik Indonesia setelah terjadinya krisis
sosial politik di Surakarta tahun 1946. Krisis sosial politik ini sering dikenal
sebagai Revolusi Sosial di Surakarta. Pengambilalihan aset milik Praja
Mangkunegaran ini justru terjadi setelah Indonesia merdeka dan daerah istimewa
Swapraja yang dihapus di kota Surakarta khususnya terhadap aset–aset milik
Mangkunegaran
Penghapusan daerah Swapraja ini berakibat pada Pembekuan Aset-aset
yang dimiliki oleh Kasunanan dan Mangkunegaran. Dengan berakhirnya status
pemerintahan Mangkunegaran maka semua badan usaha diambil alih
pengelolaannya oleh pemerintah Republk Indonesia termasuk perkebunan dan
hasil hutannya dalam hal ini yang mengelola adalah Perusahaan Nasional
Surakarta. Hal ini telihat dari berkas surat kuasa istimewa dari Mangkunegara
VIII kepada KRMTH Ir Sarsito Mangunkusumo untuk menyerahkan perusahaan
Mangkunegaran yang bernaung di bawah Dana Milik Mangkunegaran kepada
3 Pringgodigdo A.K, op.cit, hal. 97.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BPPGN dan PPN tahun 1946.4 Meskipun berdasarkan maklumat dari menteri
kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945 bahwa
Mangkunegaran diberi ijin untuk mengelola perusahaannya sendiri karena selama
ini Mangkunegaran mengelola perusahaan menggunakan modalnya sendiri.5 Dan
untuk pengelolaan hasil-hasil perkebunan maka pada tanggal 30 April 1947
dibawah koordinasi Kementrian Pertanian dibentuk Perusahaan Perkebunan
Republik Indonesia. Tugas dari kantor ini adalah mengurus dan
menyelenggarakan perusahaan-perusahaan milik negara yang tergabung dalam
Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPP) yang pada zaman Belanda
bernama Gouvernements landbouw bedrijven. Selain itu ini juga bertugas untuk
mengurus perusahaan-perusahaan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh
negara, termasuk di dalamnya perusahaan-perusahaan bukan perkebunan.6
Reaksi pihak Mangkunegaran terhadap nasionalisasi aset-aset itu semula
bersifat kooperatif. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik dengan rakyat
Surakarta yang tergabung dalam kelompok Anti Swapraja. Selain itu juga
disebabkan oleh ketidaksiapan praja Mangkunegaran dalam menghadapi situasi
sosial-politik di Surakarta yang berubah dengan cepat akibat berdirinya negara
Republik Indonesia. Pihak Mangkunegaran justru memberikan tempat di
lingkungan istana Mangkunegaran sebagai kantor PPN. Selain itu beberapa
mantan pegawai perkebunan Mangkunegaran bekerja dikantor PPRI. Sikap pihak
Mangkunegaran menjadi berubah sejak terjadinya clash ke II oleh Belanda
4 Arsip tentang surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII berkaitan dengan penyerahan
aset Mangkunegaran kepada pemerintah RI tahun 1946 , Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no. 4752
5 Arsip tentang Maklumat dari Menteri kemakmuran mengenai masalah perusahaan Mangkunegaran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5107.
6 Wasino, op cit. hal 6.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tanggal 19 Desember 1948. Tampaknya pihak Mangkunegaran menyadari bahwa,
kekuasaan dan harta kekayaannya telah diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Untuk itu mereka berusaha untuk memperkuat diri dalam mempertahankan dan
mempersiapkan alat-alat pemerintahan untuk mengembalikan status
pemerintahannya. Pihak Mangkunegaran menjalin hubungan baik dengan
Pemerintah Hindia Belanda untuk dapat menyelamatkan harta miliknya yang telah
diambil alih oleh Pemerintah RI, setelah menyerahkan dengan sukarela
perusahaan-perusahaan yang bernaung di Dana Milik Mangkunegaran kepada
pemerintah Republik Indonesia di tahun 1946, sikap Mangkunegaran terlihat
malalui surat keterangan yang dibuat oleh Superintendent yang mewakili Dana
Milik Mangkunegaran yang meminta kembali haknya atas dua perusahaan gula
andalan mereka yaitu pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa selama ini penanaman Tebu dan pembuatan Gula dibiayai oleh
Mangkunegaran sendiri.7
Hubungan ini membawa hasil, karena selain para pegawainya memperoleh
gaji dalam bentuk civilele list sebagaimana yang pernah mereka terima pada
periode sebelum perang, juga berhasil dihidupkannya kembali lembaga yang
mengurusi kekayaan Mangkunegaran, “Fonds van Eigendommen van het
Mangkoenegorosche Rijk” atau Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Status
lembaga ini diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan hukum Eropa
Perubahan itu dilakukan oleh Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia
melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no. 35. Dengan surat
7 Arsip tentang surat keterangan dari Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan
Tasikmadu adalah milik Praja Mangkunegaran ditanda tangani oleh Mangkunegara VIII dan Patih Mangkunegaran tahun 1948, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5236
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
keputusan itu, pihak Mangkunegaran menganggap bahwa harta-harta kekayaan
yang semula diambil-alih Pemerintah Indonesia bisa kembali dikuasai oleh pihak
keluarga Mangkunegaran.8 Pada tanggal 17 Desember 1949, Pemerintah Belanda
mengakui kedaulatan Republik Indonesia maka aset yang telah dikuasai oleh Praja
Mangkunegaran dibawah Dana Milik Mangkunegaran harus diserahkan kembali
kepada Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini tidak mudah karena posisi
Mangkunegaran yang diwakili oleh kuasa keuangannya yaitu jabatan yang
dipegang oleh Superitendent menolak untuk berkoordinasi oleh PPRI.9
Pada tahun 1951 aset-aset Mangkunegaran kembali dibekukan oleh
pemerintah dan mewajibkan Mangkunegaran untuk menyerahkan pengelolaan
aset-aset Mangkunegaran kepada Pemerintah Republik Indonesia, konflik terbuka
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Praja Mangkunegaran terjadi pada
bulan Oktober dan November, Pemerintah Indonesia berusaha mengambil-alih
kembali manajemen pabrik gula pada akhir tahun 1951, setelah beberapa tahun
kendali manajemen industri itu berada di tangan Superintendent Harta Milik
Mangkunegaran. Hal ini terlihat dari surat Menteri Dalam Negeri tanggal 8
Nopember 1951 no Pem. X. 66/5/8 yang berisi harapan atas kedatangan Sri
Mangkunegoro VIII beserta anggota komisi lain dan Superintendent untuk
bertukar pikiran dan membicarakan lebih lanjut tentang segala sesuatu mengenai
“Fonds” terkait dengan maksud pemerintah untuk mencabut besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia (30 September 1949 no 35). Surat
itu diikuti dengan undangan melalui telegram tertanggal 13 Desember 1951 yang
8 Wasino, 2004. Nasionalisasi Pabrik gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGM pers, 2004, hal. 7 9 Seluruh hasil dari perkebunan disimpan sendiri didalam De Javasche bank oleh
Superintendent yang pada masa itu dijabat oleh Ir Sarsito Mangoenkoesomo.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ditujukan pada Sri Mangkunegoro VIII, tetapi pihak Mangkunegaran memberi
jawaban tidak bersedia untuk datang berunding.10
Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun, pada tahun 1952
segala bidang pengusahaan yang pernah dilakukan oleh praja Mangkunegaran
akhirnya dibekukan dan beralih ke tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya
praja berusaha menata kembali sistem keuangannya melalui Dana Milik
Mangkunegaran , karena ketika masa peralihan tersebut situasi keuangan praja
mengalami kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di
Indonesia pada waktu itu, antara tahun 1946 hingga sekitar tahun 1952-an. Sejak
saat itu roda perekonomian praja Mangkunegaran sepenuhnya hanya bergantung
dari subsidi pemerintah.
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas hasil penelitian dapat
ditulis dengan judul “ Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam
Proses Nasionalisasi Aset-aset Mangkunegaran Tahun 1946-1952 ”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka pokok
permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa
pemerintahan Mangkunegara VIII?
2. Bagaimana Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik Mangkunegaran?
10 Surat Sri MN VIII tanggal 14 Desember 1951 no. 799/PE/Rah jo tanggal 10
Desember 1951 no. 796/PE/Rah, dan tanggal Surat tanggal 24 Desember 1951 no 15/R; Keputusan pengadilan Negeri di Jakarta mengenai Perkara-perkara Perdata dalam Perkara: Ir K.R.M.T.H. Sarsito Mangoenkoesoemo Superintendent Fonds van Eigendommen van het Mangokoenegorosche Rijk lawan: Pemerintah Republik Indonsia di Jakarta tentang Pembekuan harta Benda Milik-Milik Mangkoenegaran 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagaimana dampak Nasionalisasi terhadap Praja Mangkunegaran paska
kemerdekaan Republik Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui keberadaan komisi Dana Milik Mangkunegaran pada
masa pemerintahan Mangkunegara VIII.
2. Untuk mengetahui Proses Nasionalisasi aset-aset Dana Milik
Mangkunegaran.
3. Untuk mengetahui dampak Nasionalisasi terhadap Praja Mangkunegaran
paska kemerdekaan Republik Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa dicapai dari hasil Penelitian ini, yaitu:
Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan baru, terutama
pengetahuan mengenai Perkembangan Praja Mangkunegaran setelah Proses
Nasionalisasi Perusahaan Mangkunegaran terutama dalam bidang pemerintahan
dan segala aspek yang berhubungan dengan Mangkunegaran.
Penelitian ini juga diharapkan mampu menjawab masalah dan memberikan
manfaat yang berhubungan dengan masalah Perekonomian dan Sosial khusunya
dalam lingkup Mangkunegaran dan Surakarta pada umumnya..
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Tinjauan Pustaka
Penulisan sejarah ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang
relevan dan menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan
acuan untuk mengkaji, menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan.
Literatur yang digunakan antara lain:
Makalah dengan judul “Nasionalisasi Pabrik Gula Mangkunegaran”,
2008, Wasino menjelaskan tentang sejarah pabrik gula Mangkunegaran setelah
masa kemerdekaan Indonesia Makalah ini menjelaskan tentang proses
nasionalisasi pabrik gula yang dimiliki oleh penguasa setempat, Mangkunegaran
oleh pemerintah Republik Indonesia setelah masa kemerdekaan.
Penelitian tentang proses nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran ini
didasari oleh dua alasan, pertama pabrik gula Mangkunegaran mewakili simbol
kepemilikan perusahaan Indonesia oleh orang asing di Indonesia, kedua waktu
untuk pengalihan nasionalisasi menjadi aset milik pemerintah sangat cepat
bandingkan dengan perusahaan asing lain yang ada indonesia baru terjadi setelah
tahun 1947.
Terdapat empat masalah utama yang dibahas didalam makalah ini yaitu
Proses Nasionalisasi, Perubahan Manajemen, Perubahan aset tanah dan tenaga
kerja, dan yang terakhir Pertumbuhan produksi pabrik gula Mangkunegaran.
Sebelum Indonesia merdeka, seluruh industri Mangkunegaran termasuk
Pabrik Gula Mangkunegaran di kelola oleh komisi Dana Milik Mangkunegaran
(Commissie Van Beheer) yang dipimpin langsung oleh Sri Mangkunegara dan
dalam pengelolaannya oleh Superintendent. Tetapi pada pertengahan tahun 1946,
dikarenakan terjadinya peristiwa Revolusi Sosial di Surakarta, Pabrik gula
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Mangkunegaran kemudian dinasionalisasi dan diambilalih pengelolaannya
bersama-sama dengan industri milik Sunan. Aset Mangkunegaran kemudian
dikelola oleh badan baru bentukan pemerintah RI, yaitu Perusahaan Nasional
Surakarta yang disingkat PNS yang kemudian beralih menjadi Perusahaan
Perkebunan Republik Indonesia atau disingkat PPRI pada tanggal 30 April 1947.
Nasionalisasi pabrik gula Mangkunegaran memunculkan masalah-masalah
baru, pertama adalah terjadinya konflik pengelolaan antara pemerintah Indonesia
dan Mangkunegaran selama dan sesudah terjadinya Agresi Militer Belanda kedua
di Indonesia, masalah yang kedua adalah sulitnya mencari sumberdaya tenaga
kerja dan lahan yang murah setelah dinasionalisasi, ketiga pertumbuhan produksi
pabrik gula menjadi tidak stabil.
Buku dengan judul Sejarah Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran oleh
Pringgodigdo A.K. menjelaskan perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran
baik yang berada di Surakarta maupun di sekitar Surakarta. Dalam buku tersebut
juga menjelaskan tentang proses pembentukan Dana Milik Mangkunegaran yang
mengurusi aset-aset Mangkunegaran. Aset Dana Milik ini dikelola sebaik
mungkin oleh Mangkunegaran sebagai aset perekonomiannya. Perusahaan-
perusahaan ini banyak mencapai kesuksesan memperoleh keuntungan yang sangat
banyak sehingga meningkatkan kehidupan perekonomian dan pendapatan
perkapita masyarakat Surakarta.
Buku dengan judul Kapitalisme Bumi Putera: Perubahan Masyarakat
Mangkunegaran” oleh Wasino Buku ini mengulas perubahan masyarakat
Surakarta akibat kehadiran industri gula. Cara pandang masyarakat lebih maju
karena bisa bersekolah dengan adanya pembiayaan dari pihak pabrik gula yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
telah dianggarkan oleh penguasa. Fasilitas kesehatan berupa poliklinik di
lingkungan pabrik telah meningkatkan standar kualitas hidup penduduk.
Masyarakat diajari hidup sehat dengan dibangun jamban-jamban. Bersamaan
dengan kemajuan perkebunan telah berdampak pada kemajuan wilayah Surakarta
pada umumnya.
Jaringan transportasi dan perdagangan di wilayah perkotaan dan pedesaan
berupa kereta api untuk keperluan mengangkut hasil gula dan kopi ternyata
membuka isolasi desa-desa di sekitar perkebunan. Demikian pula perkembangan
jalan raya Surakarta-Semarang, Surakarta-Yogyakarta, Surakarta-Sragen,
Surakarta-Tawangmangu, serta Surakarta-Wonogiri membuka peluang kerja di
sektor jasa transportasi, mulai dari gerobak, pedati, andong hingga bus.
Namun, ekses negatifnya pun tidak terelakan. Meluasnya kapitalisme
perkebunan tebu telah menyebabkan kesenjangan sosial (social cleavage) yang
pada gilirannya melahirkan ketidakpuasan di kalangan kelompok masyarakat
terpinggirkan. Imbasnya, pengaruh politik dari pusat Kota Surakarta yang
berkembang di abad XX berpengaruh terhadap konflik sosial di pedesaan tebu
Mangkunegaran. Kecu, koyok dan begal adalah patologi sosial yang meresahkan
warga perkebunan.
Skripsi oleh Partini yang berjudul Sistem Manajemen Kepegawaian Istana
Mangkunegaran Masa pemerintahan Mangkunegaran VIII yang menjelaskan
bagaimana sistem kepegawaian pemerintahan mulai dari masa pemerintahan
Mangkunegaran I hingga Mangkunegaran VIII mengalami perubahan yang
signifikan dimana yang masa yang paling menonjol terlihat dari masa
kepemimpinan mangkunegara IV dan Mangkunegaran VII dan terjadi revolusi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sosial yang mengakibatkan di bekukannya pemerintahan Swapraja
Mangkunegaran yang terjadi pada masa Mangkunegaran VIII sehingga hal ini
turut berakibatnya kepada berubahnya sistem kepemerintahan Mangkunegaran.
F. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.
Metode sejarah adalah proses mengumpulkan, menguji dan menganalisis secara
kritis terhadap rekaman-rekaman peninggalan masa lampau dan usaha-usaha
melakukan sintesa dari data-data masa lampau menjadi kajian yang dapat
dipercaya.11 Sedangkan menurut Gilbert J. Garraghan S.J. dalam Nugroho
Notosusanto menyebutkan bahwa metode sejarah adalah sekumpulan prinsip dan
aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara
efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara
kritis dan kemudian menyajikan suatu sintese dalam bentuk tertulis.
Metode sejarah mempunyai empat tahapan proses penelitian, yang pertama
adalah Heuristik yang menjadi langkah awal dalam penelitiaan sejarah. Langkah
heuristik yang diambil peneliti adalah mencari dan menemukan sumber-sumber
atau data-data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen seperti arsip-
arsip seperti berkas arsip peraturan-peraturan keputusan tentang Dana Milik
Mangkunegaran no 4752, berkas Mangkunegaran Rijks Eigendommen Fonds no
4756, berkas tentang laporan Superintendent dana milik Mangkunegaran tentang
hubungan PPRI dengan Komisi Dana Milik Mangkunegaran no 4776, yang
semuanya tersimpan di perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran.
11 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI
Press, 1986, hal. 32.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tahap kedua adalah Kritik sumber, bertujuan untuk mencari keaslian
sumber yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern.12 Kritik intern bertujuan
untuk mencari keaslian isi sumber atau data. Hal tersebut dilakukan agar didapat
fakta-fakta yang benar dan tidak diragukan, dengan melihat dan membaca arsip-
arsip di atas menyimpulkan bahwa semua kalimat di dalamnya sudah
membuktikan validitas atau keaslian sumber.
Kritik ekstern bertujuan untuk mencari keabsahan arsip dan keaslian
sumber. Dalam hal ini meliputi materiil yang digunakan seperti dokumen asli
dengan bahasa Jawa kuno atau Belanda, kondisi data dengan jenis kertas yang
sudah rusak dan sangat tua, tinta yang luntur, semuanya dipilah dan dipilih untuk
dijadikan sumber karena tidak semua arsip dapat dijadikan data. Dalam penelitian
ini tujuannya adalah mencari data-data yang berhubungan dengan Aset-aset yang
dimiliki oleh Praja Mangkunegaran.
Tahap ketiga adalah intrepretasi, yaitu penafsiran terhadap data-data yang
dimunculkan dari data yang sudah terseleksi seperti berkas peraturan-peraturan,
laporan, buku dan lain-lain. Tujuan interpretasi atau penafsiran sejarah bertujuan
untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber
sejarah dan bersama dengan teori-teori yang lain, maka di susunlah fakta itu ke
dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.13 Semua data yang telah diperoleh
dalam penelitian ini, kemudian ditafsirkan agar diperoleh fakta yang baru.
Tahap keempat adalah Historiografi, merupakan penulisan sejarah dengan
mengkaitkan fakta-fakta yang telah peneliti cari dan temukan di dalam arsip-arsip
12 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1999, hal.58. 13 Dudung Abdurrahman, op.cit, hal. 64.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang semuanya disusun menjadi kisah sejarah menurut teknik penulisan sejarah.
Dalam hal ini historiografi adalah penulisan yang berupa skripsi.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini akan dijelaskan beberapa permasalahan yang
akan dituangkan dalam tiap bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II Membahas mengenai perkembangan kebijakan
perekonomian Praja Mangkunegaran di Surakarta meliputi pendirian perusahaan-
perusahaan dan pengembangan aset-aset milik Mangkunegaran serta pendirian
Hasil Dana Milik Mangkunegaran beserta Peranannya dalam proses nasionalisasi
yang terjadi pada masa transisi kemerdekaan Indonesia.
Bab III Membahas tentang Proses Nasionalisasi yang terjadi pada aset-aset
Praja Mangkunegaran. Proses hilangnya daerah Swapraja Kasunanan serta
Mangkunegaran. Penyerahan perusahaan-perusahaan Mangkunegaran kepada
PPRI serta usaha yang dilakukan oleh Mangkunegaran terkait pengembalian
haknya akan Hak milik yang tergabung dalam Komisi Dana Milik
Mangkunegaran, hingga penetapan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta yang
membekukan kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran.
Bab IV Membahas mengenai dampak dari hilangnya status swapraja di
Surakarta terhadap aset-aset milik Mangkunegaran serta kehidupan dalam Praja
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Mangkunegaran setelah dinasionalisasikannya seluruh aset-aset milik
Mangkunegaran serta perjuangan Mangkunegaran untuk mengembalikan
eksistensinya dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya di Surakarta.
Bab V Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari penulisan
skripsi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
KOMISI DANA MILIK MANGKUNEGARAN
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN DAN ASET-ASETNYA
Pengawasan keuangan oleh pemerintah Belanda terhadap kondisi ekonomi
Praja Mangkunegaran dimulai pada masa Sri Mangkunegara V. Hal ini
disebabkan buruknya pengelolaan dan perencanaan pada perusahaan-perusahaan
Praja sehingga mengakibatkan hutang yang terus bertambah di Mangkunegaran.
Pengawasan keuangan ini diserahkan pada ahli keuangan berkebangsaan Belanda.
Posisinya kemudian disebut sebagai Superintendent. Pada masa kekuasaan Sri
Mangkunegaran VI, kedudukan dan pengaruh seorang Superintendent begitu
besar sebagai akibat dari kepercayaan Raja yang diberikan kepadanya.
Superintendent pada tahun 1915 masih ikut mengurusi pembelian mobil-mobil
untuk pemerintahan Swapraja serta pembangunan gedung-gedung untuk pegawai
Praja Mangkunegaran dan masih banyak lagi urusan lainnya, yang sebenarnya
tidak masuk bidang kekuasaannya.Tugas Superintentent ini akan dibahas pada bab
selanjutnya.
Keadaan yang tidak menguntungkan bagi Mangkunegaran ini kemudian di
selesaikan dengan mendirikan sebuah komisi sehingga kekuasaan Superintendent
terhadap kondisi keuangan Mangkunegaran dapat dibatasi. Pada tahun 1916,
terjadi perubahan penting dalam pengawasan perusahaan-perusahaan hak milik.
Pengawasan yang dilakukan oleh satu orang diganti dengan suatu Komisi, dan
semua uang yang ada dimasukan ke dalam suatu fonds atau dana. Pada waktu itu
yang diawasi bukan saja perusahaan-perusahaan seperti pabrik gula Colomadu
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan pabrik gula Tasikmadu, perusahaan beras Polokarto dan perusahaan beras
Matesih, perkebunan kopi Kerjo-Gadungan, tetapi juga perusahaan pemborong
kapuk di Wonogiri, administrasi rumah-rumah tinggal di Semarang dan tempat-
tempat lain, hutan jati dan hutan liar di Wonogiri.
A. Pembentukan Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Pada tahun 1899 keuangan Praja Mangkunegaran yang sebelumnya
ditangani oleh Residen Hindia Belanda dikembalikan kepada Praja. Hal ini
menyebabkan Praja Mangkunegaran memperoleh kembali hak otonominya dalam
bidang ekonomi. Sejak saat itu Praja Mangkunegaran mulai diwajibkan untuk
menggunakan seorang ahli keuangan bangsa belanda yang disebut Superintendent
sebagai pengawas keuangan Praja Mangkunegaran. Namun tugasnya hanya
sebatas mengawasi saja hal ini sesuai dengan peraturan tertanggal 15 April 1899
yang menyebutkan bahwa Residen sebagai wakil dari pemerintahan Hindia
Belanda untuk selanjutnya hanya membatasi diri dalam hal urusan-urusan
pemerintahan saja, bahkan urusan anggaran belanja tidak perlu disampaikan
kepadanya, pemerintah pusat sudah cukup puas apabila hanya Superintendent saja
yang membuat laporan tahunan mengenai pemerintahan yang sudah dijalankan
termasuk mengenai hal-hal yang menyangkut perusahaan-perusahaan dan
keuangan Praja Mangkunegaran dalam arti sempit.1
Kebijakan penghematan yang berlebihan dari Sri Mangkunegoro VI
menyebabkan suatu reaksi dari pemerintahan karena jalannya keadaan Praja
1 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran,
Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1977, hlm. 89.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Mangkunegaran yang tidak sesuai lagi dengan keputusan tahun 1899. Sehingga
mulai tahun 1911 anggaran Praja Mangkunegaran dalam arti sempit harus
mendapatkan persetujuan dari Residen, bunga dan saldo Praja harus dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat dan kemudian laba perusahaan-perusahaan harus
disediakan untuk keperluan dinas-dinas Praja Mangkunegaran. Sejak tahun 1916
maka semua penerimaan dan pengeluaran dari semua perusahaan dimasukan
kedalam anggaran Praja. Kebebasan bertindak dalam urusan perusahaan-
perusahaan oleh surat-surat pemerintah tertanggal 2 Juni 1911 yang mewajibkan
adanya persetujuan dari residen terkait anggaran belanja dalam arti sempit.2 Surat
tersebut yang diperkuat dengan pranatan tanggal 16 Desember 1915 menimbulkan
kejanggalan terhadap anggaran belanja karena didalam anggaran itu tidak terdapat
perkiraan-perkiraan yang tidak perlu dimintakan persetujuan dari residen. Dengan
memisahkan administrasi keuangan Praja dalam arti sempit dan memasukannya
dalam kas Praja yang ada didalam kekuasaannya Patih, maka secara langsung juga
mengurangi campur tangan Superintendent dalam keuangan pribadi yang
diurusinya.3
Dalam keadaan ini maka keputusan yang diambil pada tahun 1899 secara
keseluruhan dianggap sudah usang , baik terhadap otonomi keuangan Praja
maupun terhadap kedudukan pribadi dari Superintendent, yang didalam teorinya
masih bertanggung jawab atas seluruh urusan keuangan dan masih menyampaikan
laporan kepada pemerintah Hindia Belanda mengenai seluruh administrasi
keuangan Praja Mangkunegaran.
2 ibid, hlm 89. 3 Ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kewibawaan Superintendent di Surakarta yang disebabkan oleh kebebasan
yang diberikan Raja membuat residen yang tidak setuju dengan keadaan itu tidak
mau mengusulkan ditariknya atau diubahnya surat keputusan tahun 1899 tersebut.
Peraturan yang lebih baik mengenai kedudukan Superintendent Mangkunegaran
atau dari tugas Superintendent yang dengan sendirinya tidak dapat diusulkan
bersifat insidentil maka akan diajukan kalau saatnya yang baik telah tiba,
barangkali pada saat pergantian Raja. 4
Pada waktu itu Residen mengira bahwa Superintendent di waktu itu yang
dijabat oleh Tuan Haag akan berhenti. Tetapi ternyata itu tidak terjadi sehingga
keadaan itu berlanjut sampai lebih dari satu tahun. Dorongan untuk mengubahnya
dikemudian hari datang dari Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri.
Ia mengusulkan pada cara penyusunan anggaran dimana dia berpendapat apakah
tidak mungkin bila kalau anggaran dari Praja-Praja di Surakarta disusun sesuai
cara yang digunakan oleh Pemerintahan daerah di Wilayah Gubernemen yang
ditetapkan dengan GB/ Gubernemen Besluit yang sudah dilaksanakan oleh kedua
Swapraja di Yogyakarta mulai tahun 1916.5
Inti surat kedua yang dilampirkan dalam surat yang dikirimkan oleh
Direktur Departemen pemerintahan Dalam Negeri tangggal 5 Juli 1916 kepada
Residen Surakarta ialah saran untuk tidak memasukan anggaran penerimaan dan
pengeluaran dari perusahaan-perusahaan kedalam anggaran utama Praja
Mangkunegaran. Isinya berbunyi sebagai berikut “barangkali ada baiknya untuk
menciptakan sebuah dana tersendiri buat perusahaan-perusahaan gula dan lainnya
4 Surat Residen kepada Direktur Departemen Pemerintahan Dalam Negeri tanggal 22
Febuari 1915, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran, no. 1152
5 Gouvernement Besluit no 31 tanggal 18 April 1910 staatsblad no. 260, Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no 1121.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
milik Praja dan ditaruh dibawah suatu komisi agar lebih sederhana, dan yang
dimasukan kedalam anggaran hanyalah perkiraan besarnya laba atau kerugian
saja. Dalam pokok inti surat tersebut juga menyebutkan tentang kedudukan atau
posisi Superintendent. Direktur Departemen meminta keterangan yang lebih
lengkap mengenai kedudukan dan kekuasaan yang dipegang oleh Superintendent
Mangkunegaran karena melihat laporan yang cukup lengkap tentang keuangan
Mangkunegaran yang tidak hanya berisi tentang laporan perusahaan saja.
B. Peraturan Dana Milik Mangkunegaran
Akhirnya sesuai surat tanggal 21 Agustus 1916 kepada gubernur Jenderal
maka diputuskan bahwa kedudukan Superintendent itu bila telah dilakukan
pembuatan anggaran yang baik dan mendapat persetujuan dari kepala
pemerintahan daerah maka sudah tiba saatya untuk mengakhiri suatu keadaan
dimana seorang swasta mengawasi keuangan dari seorang Raja. Sebagaimana
bunyi keputusan pada tahun 1899 maka Superintendent di dalam masa peralihan
dibenarkan melakukan pengawasan sesudah masa campur tangan dari
pemerintahan antara tahun 1887-1889 tetapi kini setelah keadaaan mulai pulih
kembali karena swapraja yang telah diperbaharui sudah ada pemerintahan
berdasarkan wawasan eropa yang dilakukan oleh Raja yang memiki inisiatif dan
sudah diberi kepercayaan maka Superintendent tidak usah mengurusi hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintahan lagi.
Keputusan Gubernemen tersebut berdasarkan persetujuan Dewan Hindia, atas
usulan Direktur Dalam Negeri di dalam suratnya. Direktur Dalam Negeri di bulan
Oktober 1916 dalam suratnya kepada Gubernur Jendral menyatakan bahwa:
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1. Urusan keuangan dan urusan pemerintah tidak dapat dipisah-pisahkan
2. Kedudukan Superintendent masih berpengaruh besar, dan dalam
perkembangan praja Mangkunegaran saat itu harus dibiarkan
3. Urusan sehari-hari dari perusahaan-perusahaan terlalu rumit untuk
diselesaikan oleh Residen, oleh karena itu Superintendent harus
dipertahankan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut Direktur mengusulkan agar
ditetapkan, bahwa:
1. Superintendent selanjutnya hanya mengurus mengenai milik
Mangkunegaran saja
2. Urusan umum dari milik Mangkunegaran agar dilakukan oleh sebuah
Komisi, yang terdiri dari Residen, dan seorang Superintendent yang diakui
oleh Gubermen
3. Untuk melaksanakan tugasnya, maka Komisi tersebut harus membentuk
sebuah Dana Milik dengan administrasi yang baik, yang perkiraan laba
dan ruginya dimasukkan ke dalam anggaran belanja praja
Mangkunegaran.6
Usul dari Direktur Dalam Negeri tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari
Dewan Hindia, kemudian diambil alih Gubernemen, dan ditetapkan dalam
Keputusan Pemerintah tanggal 20 Desember 1916. Mangkunegara sebagai ketua
Komisi.7
6 Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 94-95 7 Ibid, hlm. 95
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Peraturan mengenai urusan umum Dana Milik Mangkunegaran terdiri dari
tiga pasal yang mengaturnya, yakni:
Pasal I 1. Milik praja Mangkunegaran terdiri dari perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik,
hutan-hutan, rumah-rumah yang tidak digunakan oleh praja, gedung-gedung, pekarangan-pekarangan. Maupun modal pokok dari Praja Mangkunegaran merupakan suatu dana yang urusan umumnya dilakukan oleh sebuah Komisi, yang terdiri dari Kepala Trah Mangkunegaran, seorang Superintendent yang berasal dari Eropa yang diakui oleh Gubernur Jendral, dan seorang Belanda sebagi Pegawai Pamong Praja yang ditunjuk oleh Residen.
2. Kepala Trah Mangkunegaran adalah ketua Komisi itu. 3. Urusan sehari-hari dilaksanapkan oleh Superintendent menurut anggaran
belanja yang tiap tahun ditetapkan oleh Komisi untuk berbagai usaha dan lain-lain, dengan kewajiban menyampaikan keterangan yang diminta oleh anggota-anggota Komisi yang lain
Pasal II Dengan menggunakan rencana anggaran belanja yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 3, maka tiap tahun Komisi pada waktunya menyusun sebuah anggaran umum, sedangkan perkiraan untung dan rugi dari Dana Milik tersebut dimasukkan ke dalam anggaran praja, kecuali laba yang disisihkan untuk keperluan Dana Cadangan agar menjadi lebih besar.
Pasal III 1. Komisi melakukan tata-buku yang baik mengenai kepengurusan yang
dilakukannya, dan melakukan rapat sekali dalam tiga bulan dan setiap kali apabila salah satu anggota minta diadakan rapat.
2. Komisi berkewajiban membuat laporan tahunan dan neraca yang diberi keterangan yang cukup beserta perhitungan laba atau rugi, dan itu semua diaturkan kepada Pemerintah.8
Peraturan tersebut digunakan sebagai tindakan dalam masa peralihan.
Sekretaris Gubernemen Klas I menjelaskan surat keputusan tersebut kepada
Residen menerangkan bahwa situasi baru itu hanya suatu keadaan di masa
peralihan.
Peraturan baru tersebut akan diarahkan agar Superintendent tidak lagi
menjadi anggota Komisi, karena ia nanti akan digantikan oleh seorang pegawai
praja Mangkunegaran. Dalam usul Direktur Dalam Negeri, menerangkan bahwa
8 Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 38, Arsip Reksa Pustaka Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penyelesaian yang bersifat sementara ini dapat diambil berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan mengenai Superintendent di masa itu yang sangat
banyak jasanya, maka akan diusahakan agar secepatnya dicapai keadaan yang
semestinya, di mana Superintendent tidak lagi menjadi anggota Komisi, karena
kedudukannya digantikan oleh seorang pegawai tinggi Mangkunegaran.9
C. Aset Komisi Dana Milik Mangkunegaran.
Dana Milik Mangkunegaran didirikan oleh gubernemen pada tahun 1916,
pada masa Mangkunegara VII. Dana ini diurus oleh sebuah komisi yang terdiri
dari Raja, Superintendent, dan seorang pegawai Pangreh Praja (Binenland Bestur).
Dua orang yang disebut terakhir berfungsi sebagai anggota dan biasanya orang
Eropa atau Belanda. Pimpinan Harian berada di tangan Superintendent, pada
tahun 1928 susunan Komisi ini berubah, dengan memasukan Bupati-Patih dan
agen de Javasche Bank sebagai anggota.10 Komisi membuat rencana anggaran-
anggaran perusahaan yang ditetapkan bersama dengan gubernur (Residen).
Komisi Dana Milik Mangkunegaran itu meliputi dua Pabrik Gula, satu
perkebunan kopi, satu perusahaan serat nanas, satu hotel di Karang Pandan,
rumah-rumah di Semarang, Surakarta dan Wonogiri, surat-surat berharga atau
effecten disebut juga modal pokok dan cadangan.
Hutan-hutan yang masuk dalam urusan Dana, pada tahun 1923
dikeluarkan dan kemudian diurus oleh Jawatan kehutanan. Pasar-pasar dan
9 Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 96 10 Wasino,Tesis,Kebijaksanaan Pembaharuan Pemerintahan Praja Mangkunegaran.Studi
tentang strategi pemerintahana tradisional dalam menanggapi perubahan sosial (akhir abad XX-pertengahan abad XX), Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM, 1994, hlm. 169.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemandian Tawangmangu juga bukan urusan Dana. Nilai aset yang dimiliki oleh
Komisi Dana Milik Mangunegaran tersebut pada tahun 1923 berjumlah f.
9.542.000 . Pada tanggal 1 Januari 1931 nilai aset Dana yang dimiliki oleh Komisi
Dana Milik Mangkunegaran berjumlah f.19. 536. 000 sehingga didalam jangka
waktu 7 tahun aset Mangkunegaran bertambah sebesar f 10.000.000 . Praja
Mangkunegaran tidak boleh menggunakan seluruh Laba. Dalam jaman normal
tiap tahun masuk f. 500.000 sebagai iuran biasa dan f. 300.000 sebagai iuran luar
biasa kepada kas Praja Mangkunegaran.
Aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran pada tahun 1917 yang ditangani
oleh Komisi ini berupa :
1. Pabrik Gula Tasikmadu dan Colomadu ; saham-saham dalam N. V
(Naamloze Venootschap) Cultuur-Matschappij “Triagan” dan N. V
Solosche Landbouw-Matschappij (keduanya perusahaan gula)
2. Perkebunan Kopi Kerjo-Gadungan.
3. Pabrik Beras Moyoretno di Matesih.
4. Perusahaan Kapuk, kelapa dan Kopi di Polokarto.
5. Perusahaan Kapuk atau Kapok di Wonogiri.
6. Aset-aset Properti di Semarang yang berupa rumah-rumah, sawah
dan kampong di Pandrikan.
7. Rumah-rumah yang berada di Solo daerah Villa Park (Banjarsari)
8. Hutan Jati (Bosch-Bedrijf) dan Hutan Taun (Reboisatie-Bedrijf).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
9. Surat-surat berharga atau effecten yang merupakan modal pokok
atau atam-kapital.
10. Dana Cadangan untuk perusahaan-perusahaan yang masih akan
dibentuk.11
Walaupun Mangkunegaran oleh alam tidak dikaruniai oleh tanah yang
kurang baik dibandingkan dengan swapraja-swapraja lain, namun dalam tahun-
tahun terakhir ini telah dapat memajukan kesejahteraan rakyatnya dengan baik
sekali. Pertama-tama karena mempunyai keadaan keuangan yang sehat, walaupun
dalam tahun 1899 masih dalam pengawasan Gubernur karena keadaan keuangan
yang jelek sekali pada masa sebelumnya maka dengan poltik penghematan dan
hasil laba yang luar biasa dari Perusahaan-perusahaan Praja Magkunegaran
perkembangan keuangan Mangkunegaran mengalami peningkatan yang cukup
berarti.
Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan modern yang sebagian
besar di bawah pimpinan orang-orang Eropa. Perusahaan ini tercantum dalam
Rencana Anggaran Belanja Swapraja pada mata anggaran Rijkondernemingan
atau perusahaan-perusahaan Swapraja. Diantara Raja-Raja Jawa hanya Sri
Mangkunegoro saja yang memiliki perusahaan-perusahaan yang dikelola dengan
baik, tetapi lebih kecil yaitu sebuah pabrik gula, sebuah perkebunan tembakau,
sebuah perusahaan serat nanas dan sebuah perkebunan teh.
Dorongan yang menentukan didirikannya perusahaan-perusahaan Praja
adalah kenyataan bahwa dalam jaman Sri Mangkunegara IV telah terjadi
perluasan perkebunan kopi, sedang sementara itu dibangun perkebunan-
11 Wasino, ibid, hlm. 175
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perkebunan baru untuk tebu, kina, teh, nila/indigo dan padi. Hasil kopi selama
berlangsungnya peraturan tanam paksa atau cultuurstelsel harus diserahkan
kepada pemerintah dengan harga dibawah harga pasar. Walaupun demikian dari
tahun 1871 sampai dengan 1881 seluruhnya hasil yang diterima oleh Praja
Mangkunegaran f. 13.873.146,93 jadi rata-rata f 1.261.195,45 tiap tahun dengan
menyerahkan seluruhnya 530.058,22 pikul kopi kualitas nomer satu dan 56.355,29
pikul kopi kualitas nomer dua. Akibat dari adanya hak agrarian yang berlaku
dijaman itu, maka seluruh tanaman kopi itu dilakukan oleh rakyat dengan rodi.
Hanya dengan jalan inilah dimungkinkan untuk memperoleh penghasilan yang
besar dari penjualan kopi dan kemudian hasil tersebut digunakan untuk
membangun perkebunan baru.12
Perusahaan-perusahaan milik Praja Mangkunegaran terdiri dari beberapa
perkebunan di daerah pegunungan (sebuah perkebunan kopi dan serat nanas/agave
dan sebuah pabrik serat nanas), serta dua buah pabrik gula yang besar serta
pembibitan tebu. Yang masuk dalam urusan perusahaan-perusahaan Praja adalah
Reserve Fonds tersebut.
Perusahaan yang terpenting diantara perusahaan-perusahaan itu adalah
pabrik-pabrik gula yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran. Pabrik gula yang
pertama adalah pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada tahun 1863 dan yang
kedua yaitu pabrik gula yang terletak di Tasikmadu yang didirikan pada tahun
1877. Kedua pabrik tersebut dikelola dengan sangat baik manajemennya dan
termasuk yang terbaik dan termodern di Pulau Jawa. Pada tahun 1925 pabrik gula
12 Widyasanti, “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Perkebunan Kopi Kerjogadungan
di Karanganyar pada tahun 1916-1946”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 55
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tasikmadu memiliki areal tanah sebesar 2495 bau bruto. Pada tahun 1916 hasil
yang dihasilkan hanya sebanyak 229.700 pikul dan dalam tahun 1924 meningkat
sebesar 296.500 pikul gula. Pada tahun itu panjang jalan kereta api kedalam
pabrik tersebut sepanjang 63 km sedangkan pada pabrik gula Colomadu pada
tahun 1925 memiliki 1559 bau dengan hasilnya sebesar 160.000 pikul gula.
Panjang jalan kereta api yang melalui pabrik itu sepanjang 42 km. dalam
penyelenggaraan penjualannnya pabrik gula Mangkunegaran tersebut memiliki
seorang wakil dalam asosiasi penjualan yang disebut dengan Nivas.13
Dari laba perusahaan-perusahaan tersebut selanjutnya dapat disisihkan
dalam suatu dana yang bisa dipergunakan untuk kepentingan masyarakat yang
tinggal didaerah-daerah sekitar pabrik serta para pekerjanya. Dengan uang
tersebut bisa didirikan beberapa sekolah-sekolah desa dan pembelian beberapa
sapi jantan. Perusahaan lain yang termasuk dalam tanggung jawab komisi dana ini
adalah perkebunan Kerjogadungan, perkebunan ini sampai tahun 1919 hanya
ditanami oleh tanaman kopi saja tetapi kemudian diganti dengan tanaman serat
nanas atau agave yang hingga tahun 1924 sudah meliputi 600 bau. Sehingga pada
tahun yang sama mulai didirikan pabrik serat nanas dimana seratnya siap dipakai
untuk bahan baku pabrik tekstil. Luas dari perkebunan ini yang ditanami oleh kopi
lambat laun mulai berkurang. Tanah padi yang berada didaerah Mojoretno yang
luasnya 1883 bau itu pada tahun 1924 diubah menjadi tanaman tempat pembibitan
tebu. Agar dapat menyediakan tebu untuk kedua pabrik gula Praja
Mangkunegaran.14
13 Ibid, hlm. 64 14 Ibid, hlm. 70
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Komisi Dana Milik Mangkunegaran juga memiliki aset yang berupa
sebuah hotel di Karangpandan, Karanganyar. Sri Mangkunegoro VII mempunyai
dua pesanggrahan di Tawang Mangu yang letaknya di lereng gunung Lawu yang
baik lingkungannya, beliau menyediakannya untuk hotel. Hotel ini sudah berdiri
sejak tahun 1922 dan memiliki air ledeng sendiri. Pemandiannya ramai dikunjungi
orang terutama yang berasal dari daerah Swapraja. Aset yang lainnya Praja
Mangkunegaran juga mempunyai rumah-rumah yang terletak di Surakarta,
Semarang dan Wonogiri yang disewakan kepada orang-orang Eropa yang kaya.
Komisi Dana Milik Mangkunegaran menangani semua pengeluaran dan
pembiayaan perusaahaan-perusahaan Mangkunegaran sehingga tidak heran jika
dalam anggaran kas Praja Mangkunegaran tidak ditemukan biaya pengeluaran
untuk perusahaan-perusahaan ini karena biaya perluasan, pengeluaran,
pemeliharaan, pembangunan baru dan lain-lain dibayar dengan penerimaan dari
perusahaan-perusahaan itu sendiri dan hanya sisa dari penghasilan bersih yang
dialirkan kedalam Kas Praja Mangkunegaran.15
Perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran ini dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perusahaan Gula Colomadu
Pada tahun 1861 Mangkunegara IV mengajukan rencana mengenai
berdirinya sebuah pabrik gula pada Residen Nieuwenhuysen. Sejak beberapa
waktu sebelumnya beliau telah memilih tempat yang tepat di desa Malangjiwan,
suatu tempat yang baik, karena adanya tanah-tanah yang baik, air mengalir dan
15 Pringgodigdo, op.cit, hlm. 42
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
hutan-hutan. Tempat tersebut dianggap beliau paling cocok untuk perkebunan
tebu. Peletakan batu pertama untuk pabrik gula Colomadu pada tanggal 8
Desember 1861, bangunan dan pelaksanaan industri di bawah pimpinan seorang
ahli dari Eropa, yang bernama R. Kamp. Pertama kali pabrik bekerja dengan
menggunakan mesin uap. Mesin-mesin tersebut dipesan dari Eropa.
Mangkunegara IV mendapatkan pinjaman dari pemerintah Hindia Belanda dan
dibantu Be Biau Coan, mayor untuk kaum Cina di Semarang untuk mendirikan
pabrik gula Colomadu.16
Perusahaan gula tersebut ternyata dapat memenuhi semua persyaratan
yang diajukan untuk pengelolaan sebuah pabrik gula yang baik pada masa itu.
Pada tahun 1863, tahun panen yang pertama, 95 ha lahan perkebunan tebu
menghasilkan 3700 kuintal gula, yang jatuhnya pada produksi 39 kuintal per
hektar, untuk masa itu dapat dikatakan sangat memuaskan, walaupun cuaca tidak
begitu menguntungkan. Seluruh panen dijual dengan perantara firma Cores de
Vries dengan harga sekitar f 32 per kuintal. Dalam waktu singkat kesulitan-
kesulitan, yang mula-mula muncul, seperti pada semua perusahaan sejenis dapat
diatasi dan Pabrik Gula Colomadu merupakan sumber pendapatan yang baik.17
2. Perusahaan Gula Tasikmadu
Terdorong oleh hasil pabrik gula yang pertama, Mangkunegara IV beralih
pada pembangunan pabrik yang kedua. Peletakan batu pertama pabrik ini yang
dinamakan Tasikmadu, terjadi pada tanggal 11 Juni 1871. Pembangunan dan
jalanya perusahaan ada di bawah pimpinan H. Kamp. Gedung-gedung pabrik
16 Soetono H.R, Timbulnya Kepentingan Tanam Perkebunan di Daerah Mangkunegaran,
(Surakarta: Reksa Pustaka, 2000), hlm. 19. 17 Ibid, hlm. 20.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dibangun dengan luas. Pabrik gula Tasikmadu menggunakan air untuk tenaga
penggerak, sedangkan baling-baling dengan menggunakan mesin uap berfungsi
sebagai cadangan. Data mengenai panen pertama tidak ada yang diketahui, yaitu
bahwa dimulai dengan penanaman 140 ha, dengan sistem kerja rodi. Berangsur-
angsur areal diperluas dan kapasitas pabrik dikembangkan sesuai dengan
perluasan. Peningkatan produksi gula di daerah kerajaan, yang dalam periode ini
lebih besar daripada yang ada di seluruh pulau Jawa, maka berdirinya pabik-
pabrik besar milik Mangkuegaran tidak mengherankan lagi.18
Pada mulanya keadaannya sedemikian rupa, sehingga eksploitasi pabrik
gula hanya terjadi apabila kopi telah dapat menghasilkan untung yang mencukupi.
Mengenai pengolahan yang teratur baru dapat diadakan, setelah ada kontrak untuk
dibayar dengan prwakilan Serikat Dagang Belanda di Semarang, yang menjamin
modal kerja yang diperlukan. Di bawah pengawasan kantor dagang Onderneming
keperluan alat-alat teknik selalu dapat diperbaiki. De Locomotief tanggal 2
September 1881 mengatakan tentang kedua pabrik gula tersebut, bahwa pabrik
tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi contoh bagi yang
lainnya. Mangkunegara juga tidak segan-segan mengeluarkan biaya, agar dapat
membangun yang paling lengkap dan menurut standar yang baru. Setiap orang
asing, pejabat atau swasta, yang berkunjung ke Surakarta, dipersilahkan oleh
Mangkunegara untuk meninjau pabrik-pabriknya.19
18 Ibid, hlm. 21 19 Ibid.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3. Perusahaan Kopi Kerjogadungan
Pabrik ini dimiliki oleh N.V Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden
Lawu (Perusahaan Perkebunan Vorstenlanden) yang pengelolaannya dipegang
oleh O.I Matschappij v adm dan Lijfrente, in liq. Cultuur Maatschappij der
Vorstenlanden didirikan pada tahun 1888 di Amsterdam dan kedudukan kantor
direksinya di Semarang.20 Semarang memang dijadikan sebagai kota pusat
industri karena dekat dengan pelabuhan. Pada zaman Belanda, transportasi yang
digunakan untuk keperluan perdagangan antar negara adalah kapal laut. Sebuah
perusahaan perkebunan membutuhkan modal yang besar maka perusahaan yang
didirikan secara perorangan terpaksa menggabungkan dirinya membentuk
Naamlooze Vennootschap (NV), yang biasanya bekerjasama dengan sebuah bank.
Perusahaan-perusahaan itu disusun kembali menjadi perusahaan besar, sementara
para pengusaha individual memberi jalan kepada manager-manager yang digaji
untuk bertanggung jawab sebagai direktur perusahaan.21
Bank-bank perkebunan memberi dana kepada perusahaan perkebunan
tetapi dengan tuntutan kontrol terhadapnya. Bank-bank perkebunan berhubungan
dengan lembaga bank biasa yang berpusat di negeri Belanda. Modal perusahaan
yang mengawasi perkebunan dengan begitu mempunyai kekuatan politik yang
besar di negeri induk. Dana-dana yang dibutuhkan untuk eksploitasi berbagai
perusahaan perkebunan Mangkunegaran disediakan oleh De Javanese Bank yang
antara lain dana untuk pembangunan pabrik gula Colomadu, pabrik gula
20 Bambang Sulistyo, Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara
Wacana, 1995, hlm. 29 21 Yang dimaksud dengan Manager adalah Superintendent yang nantinya harus
bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang ada di negeri Belanda
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tasikmadu, pabrik kopi Kerjogadungan, pabrik serat Mojogedang dan pabrik
beras di Polokarto.22 Pada pendirian pabrik kopi Kerjogadungan, De Javanese
Bank memberikan modal f51.000,-. Pada tahun 1918, Komisi menetapkan bahwa
permintaan uang dari De Javanese Bank harus dilunasi untuk masing-masing
pabrik yang dilakukan oleh pemegang buku dan pemegang kas. Mereka harus
mempertanggungjawabkannya kepada Patih Raja. Relasi De Javanese Bank untuk
pabrik-pabrik Mangkunegaran terbukti sangat baik karena untuk perusahaan
perkebunan Mangkunegaran suku bunga untuk dana bank masih tetap meskipun
banyak pabrik yang mengalami kemajuan sedangkan untuk perusahaan-
perusahaan perkebunan di wilayah Vorstenlanden lainnya jauh lebih tinggi. Selain
De Javanese Bank di Indonesia ada pula Nederlands Indische Handelsbank dan
Koloniale Bank yang memegang peranan penting dalam mendukung modal
perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia.23
4. Perusahaan Serat-Nenas di Mojogedang
Pabrik ini dibangun pada masa Mangkunegoro VII (1916-1944) bertujuan
untuk memperbaiki keuangan perekonomian kerajaan. Pengaruh bangsa Belanda
pada keuangan Praja Mangkunegaran mulai dikurangi. Usaha tersebut tampak
dengan didirikannya Dana Milik Praja Mangkunegaran. Dana milik tersebut
bertujuan untuk menggabungkan semua perusahaan yang dimiliki oleh pihak
Mangkunegaran ke dalam satu pengawasan. Penggabungan usaha perusahaan
tersebut kemudian dikelola bersama Praja Mangkunegaran dan perusahaan
perkebunan yang bersangkutan sehingga memperoleh keuntungan lebih besar.
22 Muh. Husodo. Pringgokusumo, Sejarah Milik Praja Mangkunegaran,
Surakarta:Reksopustoko Mangkunegaran, 1987, hlm. 193. 23 Bambang Sulistyo, op. cit, hlm. 22.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Perkebunan serat nanas memanfaatkan lahan milik perkebunan kopi di
daerah Kerjogadungan. Pemanfaatan lahan tersebut dilakukan dilahan dataran
rendah dan kurang mendatangkan keuntungan bagi tanaman kopi. Usaha
pembibitan atau persemaian tanaman serat nanas dimulai pada tahun 1919 dengan
memanfaatkan lahan seluas 16 ha. Untuk penanaman dilakukan pada lahan seluas
140 ha yang berlangsung hingga bulan Maret tahun 1921 dan meningkat untuk
tahun berikutnya secara teratur.24 Pabrik serat nanas Mojogedang didirikan pada
tahun 1922 di wilayah Mojogedang dan berdekatan dengan lingkungan
perusahaan kopi Kerjogadungan. Produksi pertama perusahaan serat nanas
Mojogedang adalah pada tanggal 23 Juli 1923.25
5. Pabrik Genting Kemiri
Pabrik genting di Kemiri didirikan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan, antara lain untuk membantu rakyat mendapatkan genting dengan
harga pokok, menjual di pasaran bebas sehingga keuntungannya bermanfaat bagi
rakyat untuk memperoleh genting dengan harga pokok. Pada bulan Januari 1922
diputuskan untuk mengambil alih sebuah pabrik genting dengan harga f 25.000.-
pada tahun-tahun berikutnya diadakan banyak perluasan dan pembaharuan,
sehingga nilai pabrik itu pada tahun 1925 sudah berlipat dua kali. Dana penduduk
Tasikmadu dan Colomadu masing-masing membeli saham f 8.400 dan f 5.000,
dan memberi pinjaman f 16.600 dan f 10.000 sebagai modal kerja. Pinjaman
tersebut pada tahun1927 sudah dapat dilunasi, karena perusahaan ini milik Dana
24 Adhi Agus Wijayanto, “Dampak Perusahaan Serat Nanas Mojogedang Terhadap
Perubahan Sosial Ekonomi Tahun 1922-1937”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009, hlm. 37
25 Bambang Sulistyo, op. cit, hlm. 176.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Penduduk, sedangkan Dana Penduduk itu milik pabrik gula, maka pabrik genting
di Kemiri itu adalah milik Dana Milik tingkat III.26
6. Pabrik Rokok “Priyayi”
Pada tahun 1930 Komisi memutuskan untuk ikut serta dalam usaha pabrik
rokok “Priyayi”, yang didirikan pada tahun 1930 dengan jalan membeli saham 50
buah, yakni f 50.000.- kecuali itu juga meminjamkan modal kerja kepada
perusahaan tersebutsebanyak f 45.000.- Akan tetapi pabrik rokok tersebut jatuh
pailit atau bangkrut pada tanggal 1 Juni 1932, setelah mengalami berbagai
kendala. Karena besarnya passive tidak dapat diharapkan akan menerima
pembayaran, maka keikutsertaan dalam modal sebesar f 50.000.- disusutkan dari
neraca perhitungana untung rugi dari neraca Dana Milik.27
7. Perusahaan Gamping “Betal”
Perusahaan gamping Betal yang perjanjiannya dibuat pada tahun 1928,
hubungannya agak berlainan. Komisi beranggapan bahwa urusan-urusan
perusahaan tersebut yang kurang baik jalannya akan diserahkan kepada Dana
Milik, asalkan kepada Dana Milik diberikan bagian dari keuntungannya.
Superintenden menjadi direktur dari perusahaan gamping tersebut dengan hak atas
10 persen dari keuntungannya, yang seluruhya diserahkan kepada Dana Milik.
Modal kerja dan biaya pemasangan jalan rel tetap dibiayai oleh Dana Milik.
Perusahaan gamping tersebut membawa keuntungan yang cukup besar bagi Dana
Milik.28
26 Ibid, hlm., 245. 27 Ibid, hlm., 248. 28 Ibid.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
8. Usaha Penanaman Tembakau di Tawangmangu
Komisi Pengawas mendapatkan anjuran dari Penyuluh Pertanian untuk
melakukan percobaan-percobaan untuk menanam berbagai jenis tembakau di
tanah antara Karangpandan dan Tawangmangu, tujuannya ialah apabila berhasil,
rakyat dianjurkan untuk menanam tembakau di musim kemarau karena
keuntungannya lebih banyak, dan Dana Milik nanti yang akan membelinya dan
kemudian menjualnya. Percobaan-percobaan telah dilakukan antara tahun 1929
dan 1932, usaha tersebut telah menghabiskan biaya sekitar f 11.000.- tetapi
hasilnya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cocok sama sekali untuk
budidaya tembakau.29
Gb. 1 Gedung Tembakau Tawangmangu 1925
Kode Arsip 1893 Mangkunnegara Foto Koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran
29 Soetono H.R, op.cit, hlm. 23.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
9. Rumah dan Hotel Milik Mangkunegaran
Mangkunegara IV juga membeli rumah-rumah dan tanah-tanah yang ada
di Semarang, antara lain: tanah persawahan di daerah Demak, tanah di desa
Terboyo yang kemudian dialiri Banjirkanal, komplek-komplek tanah di kota
Semarang diantaranya tanah swasta pendrikan, dan 12 rumah besar untuk tempat
tinggal di kota Semarang. Rumah-rumah di daerah Wonogiri dan Karanganyar.30
Perumahan orang Eropa (terutama orang-orang Belanda) di sebut dengan nama
Villa Park. Perumahan ini berada di sebelah utara Istana Mangkunegaran.
Perumahan ini memiliki luas kurang lebih sekitar 1,5 ha. Villa Park dibangun
pada masa Mangkunegoro VI. Perumahan tersebut dibuat berbanjar, dan kelihatan
indah. Perumahan ini merupakan bangunan yang disewakan untuk para pembesar
Belanda.31
Pembangunan tujuh buah rumah baru yang dimulai pada tahun 1917 tidak
berjalan lancar seperti yang diduga semula. Pekerjaan pemborong berkurang
giatnya, bahkan kelihatan akan jatuh palit, maka perjanjian pembangunan rumah
itu dibatalkan pada bulan Juni 1918, dan penyelesaian pembangunan diawasi
sendiri. Pada tahun 1918 itu telah dibeli sebuah rumah didekatnya, sehingga
jumlah rumah yang pada tahun 1917 hanya terdiri dari 3 rumah tinggal dan 1
gudang (di Jebres) itu pada akhir tahun 1918 sudah terdiri dari 10 rumah dan 1
gudang. Pada bulan Mei 1917 selesailah rumah ke tujuh dari rumah – rumah yang
mulai dibangun pada tahun 1917. Pada tahun 1920 jumlah rumah bertambah lagi
30 Ibid, hlm. 24. 31 Radjiman, Sejarah Mataram Sampai Surakarta Adiningrat. (Surakarta: Krida, 1984),
1984, hlm. 105
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan pembelian 1 buah rumah. Karena terdapat kekurangan rumah, pada tahun
1922 di Villa Park dibangun lagi 3 buah rumah, yang dengan segera dapat
disewakan. Pada tahun itu diputuskan untuk menukar sebuah rumah model Jawa
yang dibeli pada tahun 1920 dengan sebuah rumah model Eropa di Beskalan, yang
oleh orang banyak disebut “rumah singa”.32
Gb. 2 Perumahan VillaPark Banjarsari Surakarta
Kode Arsip 1842 Mangkunegara VII Koleksi Foto Rekso Pustaka Mangkunegaran
10. Surat-Surat Berharga
Aset kekayaan ini merupakan akibat dari politik menabung yang dilakukan
oleh Mangkunegara VI secara konsekuen untuk waktu yang lama, maka terjadilah
suatu himpunan surat-surat berharga, yang akhirnya menduduki tempat yang
sedemikian pentingnya diantara barang-barang yang dimiliki Dana Milik,
sehingga surat-surat berharga tersebut diberi nama modal pokok. Semua sisa hasil
32 Pringgodigdo A.K, op.cit, hlm. 205.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
usaha dari perusahaan-perusahaan, termasuk bunga dari surat-surat berharga
tersebut menambah besarnya pemilikan surat-surat berharga tersebut. Komisi
Pengawas berusaha agar bantuan tetap sebesar f 550.000.- tiap tahun dapat
diambilkan dari bunganya.33
Surat-surat berharga tersebut berfungsi sebagi benda yang dapat
dipinjamkan sebagai jaminan untuk memperoleh modal kerja, khususnya modal
kerja pabrik gula. Surat-surat berharga tersebut banyak sekali jumlahnya, maka
perusahaan-perusahaan tersebut tanpa ada hentinya selalu dapat disediakan
kebutuhannya akan uang tunai, dengan jaminan surat-surat berharga tersebut,
bank selalu meminjamkan uangnya. Surat-surat berharga tersebut untuk
menyediakan modal kerja, maka disimpan di Javasche Bank. Pada tahun 1932
sebagian besar di simpan di bank tersebut, dan sesudah tahun 1932 baru semuanya
surat-surat berharga tersebut disimpan semuanya.34
11. Dana Pensiun Perusahaan-Perusahaan Mangkunegaran
Mengikuti jejak yang telah diambil oleh praja Mangkunegaran untuk
kepentingan para pegawainya, maka pada tahun 1925 diputuskan untuk
menyediakan unag sebesar f 50.000.- yang diambilkan dari keuntungan tahun
1924 guna menyediakan modal bagi suatu Dana Pensiun untuk perusahaan-
perusahaan Mangkunegara.
Pada tahun 1926 dan 1928 diterima lagi sumbangan sebesar f 50.000.-
yang diambilkan dari keuntungan. Pada tahun 1928 Dana Pensiun membayar
33 Ibid, hlm. 220 34 Ibid.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pensiununtuk pertama kalinya. Pada tahun 1928 kedua pabrik gula
Mangkunegaran menjadi penyokong dari Dana Pensiun untuk para pegawai
pabrik-pabrik gula di Hindia Belanda, sehingga kedua pabrik gula tersebut untuk
personilnya telah menjadi anggota dua buah fonds (dana).35
Dari semua personil yang bekerja di perusahaan gula tersebut semua
pegawai tetap bumiputera dimasukkan ke dalam Dana Pensiun Perusahaan-
Perusahaan Mangkunegaran, dan selanjutnya para pegawai staf Belanda maupun
Bumiputera, dengan catatan apabila karena usianya yang lanjut atau sebab-sebab
lain tidak dapat menjadi anggota Dana Pensiun Umum. Banyaknya iuran untuk
kedua dana itu adalah 15 persen dari gajinya.
Sejak tahun 1929 untuk para pegawai bumiputera tidak ditarik lebih dari
15 persen karena dianggap terlalu tinggi, tetapi penetapan iuran itu didasarkan
atas uang pensiun yang benar-benarakan mereka terima dari Dana Pensiun
Mangkunegaran, tetapi untuk pegawai-pegawi Belanda tarif tersebut tidak
mengalami perubahan.36
D. Struktur Organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran bisa dijelaskan
sebagai berikut :
Sri Susuhunan Mangkunegara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di
Praja Mangkunegaran membawahi seluruh badan yang ada di Mangkunegaran
termasuk Komisi Dana Milik Mangkunegaran. Tugas sehari-hari dalam
35 Ibid, hlm., 227. 36 Ibid .
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pengelolaan aset Mangkunegaran dilaksanakan oleh Superitendent kemudian dia
juga berhak untuk menunjuk Administratur pada tiap-tiap perusahaan
Mangkunegaran. Seperti yang tertera dalam bagan berikut ini :
Gb. 3. Bagan struktur organisasi Komisi Dana Milik Mangkunegaran
Sumber: Arsip Reksopustoko Mangkunegaran37
Meskipun Komisi Dana Milik bekerja bersama-sama dengan Raja sebagai
ketua,tetapi dalam pelaksanaan sehari-seharinya Raja tidak memegang secara
langsung Operasional sehari-hari Perusahaan Mangkunegaran. Superintendent
memegang secara penuh Operasional dilapangan dan dia harus bertanggung jawab
secara langsung kepada Raja.
37 Struktur Organisasi Mangkunegaran, arsip Reksa Pustoko Mangkunegaran, kode arsip,
no. 1178
Superitendent Pengawas perusahaan
Administratur/Opsinder
Komisi Pengawas
Raja
Mandor gudang Mandor pabrik
Mandor perkebunan
Demang dan Rangga
Buruh
Bekel
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
a. Komisi Pengawas
Pada masa awal pemerintahan Mangkunegoro VII yaitu 1916 dibentuk
suatu Komisi untuk mengawasi perusahaan hak milik Praja Mangkunegaran.
Pengawasan perusahaan yang dahulu hanya dipegang oleh satu orang
(Superintendent) maka digantikan oleh suatu Komisi. Pengawasan tidak akan
dilakukan berdasarkan pendapat pribadi dari Superintendent melainkan
berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan oleh Komisi.38
Ketentuannya adalah kepala Swapraja sebagai kepala komisi dan
pengawasan harian dilakukan oleh Superintendent menurut anggaran tahunan
yang dibuat oleh Komisi untuk perusahaan-perusahaan Mangkunegaran.
Superintendent diwajibkan untuk memberi keterangan kepada anggota komisi
yang lain agar ada kejelasan dalam pengawasannya. Tugas komisi adalah
menyelenggarakan pembukuan, membuat laporan tahunan dengan disertai neraca
penghitungan laba rugi yang nantinya disampaikan kepada pemerintah.
Komisi pengawas terdiri dari Mangkunegoro VII sebagai ketua, P. J.
Gulik sebagai Pengawas Urusan Agraria, dan Superintendent W. F .R. Haag
sebagai anggota Komisi. Jadi mulai 1 Januari 1918 semua perusahaan dan
perkebunan akan dikelola menurut anggaran yang telah ditetapkan dan dari
susunannya dibuat satu anggaran untuk pengelolaan Dana Milik Mangkunegaran.
Perusahaan Perkebunan Praja Mangkunegaran menjadi contoh yang baik
bagi perusahaan perkebunan lain yang termasuk dalam wilayah Vorstenlanden
lain (Kasunanan, Kasultanan dan Pakualaman) karena pada perusahaan
38 Rijksblad Mangkunegaran 1917 no. 38.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Mangkunegaran terkenal dengan pabrik yang sudah modern dengan
menggunakan mesin-mesin canggih terutama mesin giling yang digunakan oleh
pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu. Perusahaan perkebunan Mangkunegaran
dalam pemberian pembayaran gaji dan syarat pekerjaan yang baik kepada
masyarakat maka diputuskan menaikkan gaji para pegawai Eropa dan jabatan
yang biasanya diduduki oleh orang Eropa sebanyak f75,- sebulan termasuk
didalamnya administratur perkebunan yang ada di daerah pegunungan (berg-
cultures) di Kerjogadungan, Polokarto dan Mojoretno. Komisi memutuskan untuk
menetapkan gaji administraturnya menjadi f750,- dan Superintendent di beri
tunjangan f100,-. Gaji Superintendent ditetapkan menjadi f1200,- sebulan.39
b. Superintendent
Superintendent biasanya adalah orang Belanda atau Indo-Eropa yang
mempunyai keahlian dalam mengelola perusahaan perkebunan dan bertugas
mengawasi kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat dan Praja Mangkunegaran.
Superintendent mempunyai tugas dalam melakukan peninjauan di kebun-kebun
di wilayahnya masing-masing, memeriksa dan melaporkan tugas-tugas yang
dilakukan oleh administratur, yang dilakukan sebulan sekali kepada pemerintah
Hindia Belanda. Superintendent yang tinggal di daerah perkebunan di
Tawangmangu adalah J.B. Vogel sedangkan sekretaris L.J. Jeanty bermarkas di
Nguntoronadi tetapi setelah J.B. Vogel tidak menjabat maka tugas Superintendent
dipegang oleh W.F.R. Haag. Tetapi pimpinan dari Haag tidak berlangsung lama
karena Haag kemudian berhenti dan digantikan oleh Jakob Schuit pada tahun
1918, pengangkatan Schuit itu sudah menggunakan surat pengangkatan yang
39 Wasino, op.cit, hlm. 226.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
resmi untuk pertama kalinya, baik dari Residen Surakarta maupun dari
Mangkunegoro VII. Persoalan mengenai laporan berkala merupakan salah satu
tugas Superintendent yang terpenting.
Kebiasaaan Superintendent adalah menyampaikan laporan dari
perusahaan-perusahaan apabila dibutuhkan karena biasanya Residen
memerintahkan Superintendent agar memberi laporan tentang keadaan dari Dana
Milik. Residen diberi tugas menyampaikan tinjauan mengenai keadaan keuangan
dari perusahaan setiap bulan dan daftar dari barang-barang yang terjual serta
pelaporan dalam triwulan sampai pada akhirnya suatu laporan tahunan yang
terperinci mengenai keadaan dari semua perusahaan pada akhir tahun. Residen
membuat hubungan kerja yang jelas antara Superintendent dengan para
administratur, hal ini agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dalam menangani
urusan pabrik. Tugas dari para administratur sekedar sebagai pelaksana teknis di
pabriknya masing-masing dan meningkatkan penghasilan dari pabrik yang
dipimpinnya. Semua pekerjaan yang memerlukan kekuasaan wajib didiskusikan
dengan Superintendent karena Superintendent merupakan wakil dari pemilik
pabrik.
Superintendent dalam menjalankan perusahaannya dibantu oleh staf
pegawai yang terdiri dari orang-orang Belanda atau Indo-Eropa yang berjumlah
antara 18 sampai 22 orang. Kelompok pegawai ini harus memiliki skill dan
menduduki jabatan yang penting dalam pabrik antara lain sebagai kepala
administrasi keuangan, ahli mesin dan lokomotif. Dalam menjalankan tugasnya
para pegawai Belanda tersebut dibantu oleh pekerja bumiputra.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Administratur
Di struktur kelembagaan yang baru ini, administratur atau opsinder
memegang peranan yang penting. Tugas-tugas seorang administratur antara lain
melakukan pepriksan atau tinjauan di wilayah administrasinya yang dilakukan dua
kali dalam sebulan. Hasil peninjauannya itu kemudian disampaikan kepada Raja
sebulan sekali. Hal ini dalam kehidupan masa kini dapat diterjemahkan sebagai
seorang manajer atau administratur yang digaji. Beberapa manajer bertanggung
jawab kepada direksi (Superintendent) yang dijabat oleh beberapa orang yang
biasanya berkedudukan dikota-kota pelabuhan seperti Surabaya, Semarang, dan
Jakarta. Kemudian direksi melaporkan hasil kerjanya setiap tahun sekali dan
bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang berkedudukan di Belanda maka
dengan mempekerjakan penasehat-penasehat dari kalangan manajer perkebunan
yang terbaik, mereka dapat menuntut pengembangan teknik, bibit, dan proses
produksi.40 Gaji administratur pabrik lebih besar dari gaji pegawai pabrik yang
lain. Gaji dari administratur setiap bulannya menerima f65,-. Untuk wakil dari
Superintendent yaitu wakil pemimpin umum, mereka adalah perwakilan umum
dan pemegang buku masing-masing menerima gaji sebesar f80,-, f50,- dan f90,-.41
Disamping itu seorang administratur juga berhak mengatur urusan
keamanan atau kepolisian di wilayah administrasinya. Dengan seijin Raja,
administratur juga berhak dalam mengangkat dan memberhentikan seorang bekel
dan dapat pula membuat peraturan bagi bawahannya karena kewenangannya itu,
40 Bambang Sulistyo, Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah, Yogyakarta: PT Tiara
Wacana, 1995, hlm. 26-27. 41 Arsip Mangkunegaran no 5333 tentang Daftar gaji pegawai Onderneming
Kerjogadoengan, Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
administratur mendapat perlakuan istimewa dari Raja. Para administratur juga
memiliki wewenang kepegawaian dalam pabrik termasuk menentukan jumlah gaji
yang harus diterima oleh para pekerja tetapi penentuan terakhir tetap harus
didikusikan dengan Superintendent. Akan tetapi masalah pemecatan terhadap
seorang pegawai pabrik harus mendapat pertimbangan dari Superintendent dan
pegawai Mangkunegaran.
Administratur adalah orang Belanda atau orang Jawa yang statusnya
disamakan dengan Belanda dan mereka masing-masing mengepalai suatu
bagian/afdeling. Contoh di pabrik Kerjogandungan Di pabrik Kerjogadungan ada
pembagian di afdeling perkebunan dan pabrik, untuk masing-masing afdeling
dibagi untuk afdeling pabrik , afdeling kebun Kerjogadungan, dan afdeling kantor.
Meskipun para administratur sudah memiliki anak buah mandor tanam, tanggung
jawab terhadap keberhasilan produksi tanaman tetap berada dipundaknya.
Administratur harus berusaha meningkatkan kualitas tanah yang hendak ditanami
. Setelah tanaman berhasil ditanam harus dilakukan pengecekan perkembangan
dari hari ke hari. Hal ini disebabkan apabila tanaman buah terkena penyakit dan
hama dapat segera ditanggulangi sehingga kualitas buah dapat diproduksi dengan
baik.
Kontrol Superintendent terhadap administratur cukup ketat. Para
administratur diwajibkan membuat surat laporan pada Superintendent setiap 10
hari sekali mengenai pelaksanaan tugasnya. Selain itu, administratur juga wajib
membuat laporan bulanan mengenai pekerjaannya kepada Seperitendent.
Meskipun para administratur sudah memiliki anak buah mandor tetapi tanggung
jawab terhadap kebun-kebun dan pabrik tetap berada di pundaknya. Masa
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menanam, memelihara, memanen dan mengangkut produksi ke pabrik diwajibkan
untuk membuat surat laporan, hal ini penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam
penghitungan produksi.
d. Mandor Pabrik
Mandor pabrik atau mantri bertugas sebagai pengawas kegiatan pabrik
dan melaporkannya kepada pimpinan pabrik atau administratur. Untuk afdeling
pabrik dipimpin oleh seorang mandor pabrik, seorang juru tulis dan seorang
penjaga malam, seorang mandor pabrik bertugas untuk mengawasi jalannya
produksi yang ada di dalam pabrik dan memperoleh gaji sebesar f33,-. Juru tulis
pabrik bertugas mencatat keperluan pabrik dan hasil produksi yang kemudian
hasil laporannya disampaikan kepada administratur sedangkan penjaga malam di
pabrik bertugas menjaga keamanan di pabrik. Juru tulis dan penjaga malam pabrik
masing-masing memperoleh gaji f30,- dan f20,-. Untuk afdeling kantor berada di
bawah pengawasan Superintendent yaitu seorang pesuratan yang bertugas
menyampaikan laporan dari administratur pabrik kepada Superintendent, yang
memperoleh gaji sebesar f23,- dan jaga malam kantor bertugas menjadi pengawas
dan menjaga keamanan kantor yang memperoleh gaji f15,-.
e. Mandor Perkebunan
Untuk afdeling di perkebunan dipimpin oleh seorang kepala mandor kebun
dan penjaga kebun atau kajineman. Mandor kebun bertugas mengawasi
penanaman dan pemeliharaan sedangkan penjaga kebun untuk menjaga
keamanan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
kepala mandor kebun memperoleh gaji sebesar f30,- dan penjaga kebun
f20,-.42
f. Mandor Gudang
Tugas seorang mandor gudang atau kebayan adalah menerima dan
memasok di gudang-gudang dengan melakukan pemeriksaan terhadap
pemasokan ke gudang dengan menunggu sampai selesai penimbangan di
gudang . Setelah itu, mandor gudang akan membuat layang kitir yang memuat
tentang keterangan besar kecilnya jumlah yang telah masuk ke gudang yang
kemudian akan dikirim ke pabrik.
Layang kitir tersebut diberikan kepada petani , petani memberikan kepada
bekel atau demang kemudian bekel atau demang menyerahkannya kepada
administratur.43 Layang kitir semacam telegram yang memuat tentang keterangan
yang penting dan cara penyampaiannya lewat seorang bawahan. Gaji masing-
masing mandor gudang adalah f25,-.
g. Demang dan Rangga
Demang dan Rangga bertugas untuk memegang dan menjalankan segala
pekerjaan di pedesaan baik yang berhubungan dengan kepala desa maupun
penduduk desa. Demang dan Rangga di wilayah pedesaan memiliki tugas ganda
yakni pertama, bertanggungjawab terhadap pengerahan penduduk dalam
penanaman dan pemeliharaan tanaman dan menjaga keamanan di wilayah
desanya. Kedua, demang sebagai seorang pemimpin desa di wilayah , mereka
selalu terlibat dalam persoalan kebun dengan pihak pabrik.
42 Ibid 43 S. Margana, Kapitalisme Pribumi dan Sistem Agraria Tradisional: Perkebunan di
Mangkunegaran 1853-1881 (Lembaran Sejarah), Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1997, hlm. 95.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Adapun tugas dan fungsi seorang demang dan rangga tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya yakni sebagai kontrol terhadap jalannya aktifitas
produksi di masing-masing kabekelan di wilayah kademangan. Setiap bulan
rangga dan demang juga bertugas melakukan 4 peninjauan di kebun-kebun di
wilayah masing-masing. Satu minggu sekali rangga dan demang berkumpul di
wilayah Administratur untuk melaporkan hasil-hasil peninjauannya. Rangga dan
demang juga diberi tanggung jawab terhadap tugas-tugas keamanan di
kademangannya. Mereka juga harus berjaga malam di rumah-rumah para
administratur. Mereka dapat meminta warganya untuk berjaga malam, 4 orang
untuk demang dan 2 orang untuk rangga.
Di wilayah perkebunan yang diangkat menjadi kepala desa berasal dari
priyayi lurah yakni demang dan rangga. Mereka umumnya dipandang sebagai
orang yang dituakan di desa. Hal ini terlihat dari sebutan yang melekat padanya
yaitu mbah. Mereka umumnya berasal dari generasi tua dan tidak pernah orang
muda yang menjadi pembesar desa.44 Biasanya yang menjadi pembesar desa
adalah orang yang mempunyai kedudukan penting di desanya atau seorang
priyayi. Pemilihan pembesar desa pun harus sesuai dengan kriteria dari
bangsawan Eropa karena kekuatan mereka yang besar di pedesaan yang dijadikan
daerah perkebunan.
h. Bekel
Peranan bekel dalam sistem yang baru sebagai mandor karena tugas-tugas
utama bekel adalah mengawasi dan menjaga pemeliharaan tanaman di wilayah
kabekelannya. Pada akhir bulan, kebun-kebun di wilayah kabekelan harus bersih
44 Wasino, op.cit , hlm. 142.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
karena adanya peninjauan dari para administratur. Fungsi bekel sebagai seorang
kepala desa adalah menangani urusan sipil seperti masalah penduduk yang sering
melakukan eksodus di perkebunan . Beban kerja yang berat bagi petani membawa
dampak protes petani. Seorang bekel harus dapat mempertahankan rakyat di
wilayahnya agar tetap menjaga kelancaran proses produksi . Di samping itu,
mempertahankan penduduk agar tetap tinggal di desa adalah tugas yang penting
sebagai syarat politis administratif dari suatu kabekelan. Suatu desa dapat
dijadikan sebagai suatu unit kabekelan jika terdiri dari lima padukuhan yang
jumlah sikepnya telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu sikep tidak
memiliki jabatan lain.45 Berkurangnya jumlah penduduk akan mengurangi syarat-
syarat kabekelan dan berakibat kabekelan akan dihapus dan digabungkan dengan
kabekelan yang lain.
Dalam urusan pajak perkebunan , bekel memegang peranan penting karena
bekel yang bertugas untuk mengambil uang pajak yang kemudian disetorkan
kepada mantri panewu di bawah kekuasaaan demang selanjutnya diserahkan
kepada rangga untuk diberikan kepada inspektur kebun . Setelah itu uang pajak
tersebut dicatat dan dicocokkan dengan buku yang dipegang bekel. Apabila ada
kesalahan misalnya uang pajak hilang maka polisi kebun wajib menangkap dan
mengajukan ke pengadilan dengan perkara sipil. Apabila yang memakai uang
pajak tersebut para administratur dan inspektur bangsa Eropa maka akan ditindak
oleh Residen.
i. Buruh
45 Suhartono W Pranoto, Serpihan Budaya Feodal, Yogyakarta: Agastya Media, 2001,
hlm. 77.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Di perkebunan tenaga kerjanya berasal dari masyarakat yang berada
disekitar daerah tersebut. Walaupun pabrik berada di daerah tetapi aktifitas
tenaga kerja tetap dikerahkan di perkebunan karena kegiatan di perkebunan dalam
hal penanaman, pemupukan, pemanenan dan pengangkutan membutuhkan tenaga
kerja di daerah. Pabrik hanya digunakan untuk pengolahan produksi saja.
Ikatan adat yang mengekang keterlibatan buruh wanita dan remaja untuk
bekerja memenuhi kebutuhan di perkebunan memang sangat lazim karena
peranan wanita sebagai ibu rumah tangga yang dianggap sebagai pekerjaan yang
lebih sesuai. Kehadiran buruh wanita di areal perkebunan karena keberadaan
mereka sebagai pekerjaan sampingan untuk pelengkap kebutuhan hidup
keluarganya. Tugas mereka di perkebunan hanya memelihara dan memetik buah
untuk diangkut ke pabrik . Meskipun pekerjaannya sangat mudah tetapi mereka
harus teliti karena pemetikan mutu buah yang baik yang diperlukan untuk
pengolahan biji . Untuk upah para buruh wanita lebih rendah daripada buruh laki-
laki karena hal ini diperhitungkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang dilaporkan
mandor kebun. Biasanya buruh wanita hanya berasal dari masyarakat di sekitar
perkebunan saja. Penggunaan buruh wanita lebih menguntungkan daripada buruh
laki-laki karena mereka tidak banyak menuntut kenaikan upah dan penghitungan
hasil pekerjaan tergantung pada mandor kebun.46
Sejak perluasan perkebunan pada pertengahan abad XIX, banyak
diperlukan tenaga kerja laki-laki, wanita maupun anak-anak. Wanita dan anak-
anak dipekerjakan di gudang-gudang, kebon sedangkan kaum laki-laki bekerja di
46 Widyasanti, op.cit, hlm. 68
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pabrik. Upah harian di perkebunan adalah 10 sen pada tahun 1832 dan
mengalami kenaikan 12,5 sen pada tahun 1864.
Sejak tahun 1930-an para petani memperoleh upah 30 sen setiap hari dan
buruh yang bekerja di pabrik memperoleh upah 60 sen setiap harinya. Petani
wanita dan anak-anak memperoleh upah 20 sen setiap hari. Akan tetapi menurut
data yang ada, upah buruh biasanya di tukar dengan pembelian beras 35, 50 kg,
dapat juga dengan areng sebesar 2 kw atau minyak kacang sebesar 2 liter. 47 Hal
ini tergantung dari berat ringannya pekerjaan di kebun . Terjadinya kenaikan upah
disebabkan oleh makin banyaknya uang yang beredar di pedesaan. Sejak itu pula
kerja upah cenderung meningkat namun kerja tradisional tetap berjalan.
Sementara itu tanah dan tenaga kerja petani sudah dicaplok oleh perkebunan.48
Permintaan tenaga kerja di perkebunan pun menurun akibat adanya krisis
ekonomi bahkan upah para petani dan buruh semakin sedikit, hal ini ditentukan
oleh upah buruh perkebunan di Karesidenan Surakarta yang rata-rata upahnya
sama. Setelah krisis ekonomi gaji buruh perkebunan menjadi merosot tajam
karena kapasitas produksi pabrik dikurangi secara drastis. Gaji buruh yang
diterima sekitar 25 sen sampai 45 sen perhari padahal sebelum krisis ekonomi gaji
buruh mencapai 60 sen per hari. Hal ini mengakibatkan produksi mengalami
penurunan yang tajam dan membuat pabrik belum bisa memproduksi dengan
baik sampai adanya masa pemerintahan Jepang. Di masa Jepang, semua
perkebunan-perkebunan di Hindia Belanda tidak bisa melakukan proses produksi
karena hasil perkebunan tidak bisa membantu dalam keadaan perang Jepang
47 Daftar gaji pegawai Ondermening Kerjogadungan Surakarta, Arsip Reksapustaka
Mangkunegaran, no. 5333 48 Suhartono, op. cit, hlm. 49
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sehingga lahan-lahan perkebunan di jadikan lahan pertanian yaitu padi dan
palawija yang bisa membantu untuk membantu tentara Jepang dalam berperang.
Seiring dengan meningkatnya produksi di pabrik membuat kondisi
keuangan Praja Mangkunegaran juga mengalami peningkatan. Pabrik
Kerjogadungan pun mulai digabungkan dalam Dana Milik Mangkunegaran yang
telah dibentuk pada tahun 1916 dan pembentukan ini disebabkan karena
berkembangnya pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu yang semakin pesat. Pada
masa pemerintahan Mangkunegoro VII pemisahan keuangan Praja dengan
keuangan perusahaan semakin jelas. Mangkunegoro dan residen tidak lagi
mencampuri urusan perusahaan secara langsung. Perusahaan-perusahaan
Mangkunegaran berada di bawah suatu badan dengan nama Fonds van
Eigendommenvan het Mangkoenegorosche Rijk (Dana Milik Praja
Mangkunegaran). Dana milik Praja Mangkunegaran terdiri dari perkebunan,
pabrik-pabrik, hutan, rumah-rumah yang tidak dipergunakan oleh Praja, gedung-
gedung, pekarangan dan lainnya, maupun modal pokok milik Mangkunegaran.49
Dana milik Mangkunegaran ini berada di bawah pengelolaan Comissie van
Beheer Fonds van Eigendommen van het Mangkoenegorosche Rijk (Komisi
Pengelola Dana Milik Praja Mangkunegaran).50
Didirikannya Dana/Fonds untuk semua perusahaan-perusahaan Swapraja
mempunyai tujuan untuk menyatukan semua perusahaan Mangkunegaran dan
mengembalikannya sebagai satu bagian saja dari anggaran. Hal-hal yang sifatnya
detail dan komersial/tehnis, tidak perlu masuk dalam anggaran Swapraja namun
49 Rijksblad Mangkunegaran no 6 tahun 1930. 50 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran,
Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1977, hlm. 162.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk keperluan pengawasan maka perusahaan Swapraja harus mempunyai
anggaran tersendiri. Urusan pengawasan perusahaan adalah hak milik Pemerintah
Swapraja dan Superintendent maka Residen tidak berhak mencampurinya.
Dana Milik Mangkunegaran juga bertujuan sebagai cadangan dari
perusahaan perkebunan apabila perusahaan mengalami krisis agar perusahaan-
perusahaan memiliki modal kerja yang kuat yang dapat mengatasi kesulitan
keuangan apabila terjadi krisis baik krisis di perusahaan perkebunan maupun
krisis keuangan yang ada di Praja Mangkunegaran. Misalnya krisis ekonomi tahun
1930an yang membuat pabrik-pabrik Mangkunegaran (Pabrik gula Colomadu dan
Tasikmadu) mengalami defisit keuangan karena anjloknya harga pasar dunia
untuk produksi eksportnya.
Pada tahun 1940, perusahaan Mangkunegaran yang berada di bawah
koordinasi badan ini antara lain pabrik gula Tasikmadu, pabrik gula Colomadu,
perusahaan Kerjogadungan, perusahaan serat Mojogedang, penyewaan rumah di
Semarang, penyewaan rumah di Solo, penyewaan rumah di Wonogiri dan
Perusahaan Genting Polokarto.51 Di luar perusahaan tersebut, Mangkunegaran
juga memiliki sumber keuangan yang lain yang sangat bermanfaat bagi Praja
Mangkunegaran. Sumber kekayaan itu berupa surat-surat berharga yang
merupakan hasil dari politik penghematan yang dilakukan oleh Mangkunegoro
VI. Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII, surat-surat berharga ini
diusahakan agar selalu bertambah. Dalam kenyataannya tidak demikian karena
terlalu banyak sumbangan yang harus dikeluarkan oleh Dana Milik
51 Bundel masalah ekonomi Mangkunegaran tahun 1938-1940, arsip Reksa Pustaka
Mangkunegaran, kode arsip no. 1195
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Mangkunegaran, baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk bantuan
kepada Praja Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
PROSES NASIONALISASI ASET DANA MILIK MANGKUNEGARAN
Pada tanggal 18 Juli 1887, Komisi keuangan yang pertama dibentuk di Mangkunegaran.
Komisi ini terdiri dari Mangkunegara V sebagai ketua, Pangeran Adiwijoyo dan Pangeran
Brotonoto sebagai anggota dan sekretaris daerah (Gewestelijke Secretarie) sebagai penulis.1
Pengawas sekaligus penasihat keuangan ditunjuk seorang ahli dari bangsa Belanda yang
bernama Roseimer. Dia inilah ahli keuangan bangsa Belanda yang ditunjuk sebagai
Superintendent pertama Mangkunegaran.
Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan modern yang sebagian besar di bawah
pimpinan orang-orang Eropa. Perusahaan-perusahaan ini tercantum dalam Rencana Anggaran
Belanja Swapraja pada mata anggaran “Ryksodernemingan” (Perusahaan-perusahaan Swapraja).
Tugas Komisi Dana Milik Mangkunegaran ini adalah :
1. Komisi harus mengetahui segala hal yang berhubungan dengan yang ditangani oleh
Mangkunegaran agar dapat memperbaiki keadaan keuangannya.
2. Menjamin tidak boleh ada lagi keterlambatan dalam hal pembayaran gaji para pegawai.
3. Untuk Perusahaan Gula Colomadu dan Tasikmadu harus dicarikan modal kerja yang
cukup
4. Gulanya harus dijual dengan keuntungan yang banyak.
5. Urusan antara Perusahaan dengan Prangwadono harus Jelas.
1 Mansfields,Pringgokusumo, Sejarah Milik Mangkunegaran, reksopustaka, hlm. 72.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
6. Hak Milik di Daerah Semarang harus dibawah pimpinan yang lebih baik.
7. Pengelolaan hutan Mangkunegaran harus lebih baik dan lebih teratur.
8. Administrasi dari budidaya kopi dan lain-lain dari Raja dan harus dijalankan dengan lebih
baik.
A. Komisi Dana Milik pada Masa Pendudukan Jepang
Pada masa Mangkunegara VIII, Surakarta telah berada dalam kekuasaan Jepang. Pada
masa jaman Penjajahan Belanda, jabatan Superintendent selalu dipegang oleh orang Belanda.
Salah satu faktor pertimbangan pengangkatan Superintendent dari kalangan orang Belanda
adalah persoalan pengalaman dan kecakapan dalam pengelolaan industri khususnya dalam
industri gula yang di kelola oleh Mangkunegaran. Tiap-tiap pabrik gula dipimpin oleh masing-
masing seorang administratur yang selama masa penjajahan Belanda juga selalu dipegang oleh
oleh orang Belanda. Di bawah administratur terdapat karyawan pabrik gula seperti pemegang
buku, kepala laboran, mador tanam, mandor tebang, dan lain sebagainya. Jajaran manajemen di
bawah administratur terdiri dari campuran antara orang indonesia dan orang Belanda.2 Pada
tahun 1942 Jepang datang dan menginvasi Indonesia dari tangan Belanda. Pada awalnya
kedatangan pasukan militer Jepang, masyarakat Indonesia menyambut dengan baik.
Penyambutan yang baik ini dari masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yakni
adanya propaganda yang dilakukan oleh Barisan Propaganda Dai Nippon (Sendenbu) sebelum
datang ke Indonesia. Mereka datang ke Indonesia bertujuan untuk membebaskan masyarakat
Indonesia dari penjajahan bangsa Barat dan memajukan bangsa Indonesia.
2 Wasino, 2004. Nasionalisasi Pabrik gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGM pers, 2004, hlm. 3.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Propaganda yang dilakukan oleh Jepang sangat berhasil. Hal ini terlihat dari bantuan
yang diberikan oleh masyarakat setempat dengan diberikannya bantuan baik berupa tenaga
maupun hasil alam yang diserahkan secara sukarela kepada Jepang. Rakyat juga mengikuti
organisasi-organisasi yang didirikan oleh Jepang untuk melawan sekutu.
Sambutan yang baik ini dari masyarakat Indonesia hanya berlangsung sementara karena
Jepang telah menunjukan tujuan yang sebenarnya datang ke Indonesia. Jepang berusaha
mengeksploitasi sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Pulau
Jawa memiliki potensi yang sangat cocok untuk ditanami tanaman pangan yang didukung oleh
penduduk yang banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan perang.
Jepang berhasil menduduki Surakarta pada tanggal 5 Maret 1942, pendudukan ini
menyebabkan kondisi sosial ekonomi di wilayah ini tidak stabil. Hampir semua kehidupan
ekonomi yang ada berhenti dan berubah menjadi ekonomi perang. Sarana dan Prasarana yang
ada telah dibakar oleh Belanda agar tidak dikuasai oleh Jepang seperti tempat-tempat penting,
umum dan tempat-tempat produksi.
Orang-orang Belanda banyak yang meninggalkan rumahnya karena penangkapan oleh
pasukan Jepang dan menjadi sasaran penjarahan masyarakat.3 Masyarakat mengambil semua
barang yang ada selain itu juga, toko-toko milik orang Cina juga menjadi sasarana penjarahan.
Pemerintah Jepang lalu mengambil alih semua kegiatan dan pengendalian ekonomi.
Mereka pada awalnya memperbaiki prasarana ekonomi misalnya jembatan, alat-alat transportasi,
telekomunikasi dan prasarana fisik lainnya yang rusak akibat penyerbuan.4
3 Julianto Ibrahim, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan, Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2004, hlm.
58. 4 Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1975, hlm. 41.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pada jaman Jepang semua hal tersebut dilakukan dengan menggunakan kekuasaan
tangan penguasa pribumi yaitu Mangkunegara.5 Pengendalian inflasi yang terjadi pada masa
awal pendudukan Jepang ini dilakukan dengan cara mempertahankan nilai gulden atau rupiah
Hindia Belanda.
Hal ini dilakukan supaya harga barang-barang dapat dipertahankan sehingga
mempermudah dalam mengawasi lalu-lintas permodalan dan arus kredit. Tindakan yang
dilakukan oleh Jepang mengakibatkan rakyat tidak dapat bergerak secara bebas dalam
melakukan kegiatan ekonominya. Jepang telah menerapkan sistem ekonomi desentralisasi,
sehingga masyarakat harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri untuk tetap bertahan dan
mengusahakan produksi barang-barang untuk kepentingan perang. penerapan kebijakan
Pemerintah Jepang atas bidang ekonomi di Indonesia sungguh membuat beban penderitaan yang
sangat luar biasa bagi rakyat. Pemerintah Jepang berusaha mengambil alih semua kegiatan dan
pengendalian ekonomi dengan mengeluarkan beberapa peraturan dalam kegiatan ekonomi untuk
mencukupi kebutuhan perangnya.
Kewajiban mengumpulkan bahan pangan yang dilakukan oleh petani sangatlah
memberatkan bagi petani. Jepang telah menetapkan pulau Jawa sebagai penghasil beras untuk
pulau-pulau diluar Jawa seperti Malaya-Inggris dan Singapura.6
Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa pendudukan Jepang berlangsung tidak
efektif, Jabatan Superitendent yang oleh Mr Sunario Kolopaking pada dasarnya hanya menuruti
perintah dari militer angkatan perang jepang untuk mencukupi segala kebutuhan perang Asia
5 Djawa Baroe 15 Febuari 1945. Dokumen Monumen Pers; Propaganda yang dilakukan oleh
Mangkunegara VII dan Permaisuri. Sinar Matahari 21 November 1943, hlm. 2. 6 Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945,
Jakarta: Grasindo, 1993, hlm. 70.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Timur Raya. Kegiatan ekonomi berjalan sesuai sistem ekonomi perang diseluruh wilayah
Indonesia pada umumnya dan di Surakarta pada khususnya.
B. Sistem ekonomi Praja Mangkunegaran pada masa pendudukan Jepang
Mangkunegaran merupakan kadipaten yang mempunyai beberapa wilayah kekuasaan.
Pada masa mangkunegara IV struktur Pemerintahannya mulai tertata dengan baik serta kondisi
ekonomi yang mulai mengalami kemakmuran. Sampai pada tahun 1944 kadipaten
Mangkunegaran telah dipimpin oleh tujuh penguasa secara turun temurun , pada akhirnya
kekuasaan Mangkunegaran dipegang oleh Mangkunegara VIII yang mulai dilantik pada tahun
1944 sebagai pengganti Mangkunegara VII. Pada tahun tersebut kondisi negara Indonesia
khususnya Surakarta didominasi oleh kekuasaan Pemerintahan Jepang.
Pada mulanya para pendatang dari Jepang hanya melakukan usaha-usaha perdagangan ,
kemudian hal tersebut menjadikan kekhawatiran bagi Pemerintahan Kolonial yang lebih dahulu
menguasai daerah Surakarta. Akan tetapi kekhawatiran tersebut tidak menghalangi hubungan
baik antara Mangkunegaran dengan para pedagang dari Jepang.
Ketika Jepang menguasai Indonesia, Mangkunegaran yang sebelumnya tergabung dalam
organisasi penentang Jepang ternyata tidak mengalami perlakuan buruk dari Pemerintah Jepang
terutama dalam hal kekuasaannya, bahkan Jepang yang sadar akan kekurangannya, terutama
dalam hal penyediaan tenaga administrasi, justru sangat membutuhkan Mangkunegaran dalam
mengurusi Pemerintahannya sesuai dengan kepentingan perang Jepang.7
7 Pheres Sunu Wijayengrono, “Politik Mangkunegaran dalam mempertahankan Swapraja tahun 1945-
1946”, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2005, hlm. 28.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dalam mempertahankan hubungan politik yang baik dengan Mangkunegaran, Pemerintah
Jepang mengadakan kunjungan ke Mangkunegaran yang dipimpin oleh Kolonel Nakayama,
dalam kunjungannya tersebut kolonel Nakayama berpidato bahwa :
1. “lagi pula saya kira bahwa kedudukan yang paduka terima dari Pemerintah Belanda itu
sebagai prinsip tidak akan kami kurangi”.
2. “mulai sekarang kerajaan Solo dan Jogja tidak termasuk daerah Jawa Tengah tetapi direct
di bawah Pemerintahan militer yang kantor besarnya ada di Jakarta”.
3. “tidak lama lagi kami akan kirim beberapa opsir Nippon (kaum ahli) ke sini sebagai
badan pengawasan yang akan menjadi perantaraan Pemerintah Nippon dan kerajaan di
sini, dan membantu atau memberi nasehat dalam pekerjaan Sri Paduka Mangkunegaran”.8
Setelah terbentuk badan pengawasan , T. kohr’ sebagai kepala badan pengawasan
mengadakan kunjungan ke Mangkunegaran dari keterangannya yang penting adalah: demikian
saya berusaha sekuat-kuatnya untuk menambah kemakmuran Negeri dan dengan begitu
menciptakan cita-cita hidup bersama makmur bersama di Asia Timor Raya yang berarti
kebahagiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.9
Dalam pertemuan pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan antara Pemerintah
Jepang dengan Mangkunegaran dalam kelembagaan politik Mangkunegaran dengan
mempertahankan status Mangkunegaran dari Pemerintahan Kolonial dengan pendirian Badan
Pengawas Kerajaan (BPK) yang disusul dengan perubahan terhadap nama kelembagaan menjadi
8 Kejadian-kejadian di pura Mangkunegaran dalam bulan Maret dan April 1942, Arsip Reksopustoko
Mangkunegaran no. 1459
9 Ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Mangkunegaran Kooti dimana terdapat kontrol yang lebih ketat dari Koooti Zimu Kyoku Tyookan
yang berkedudukan sebagai pengurus masalah kerajaan.10
Perubahan kekuasaan di tangan tentara Jepang ini memberikan suatu perubahan yang
sangat berarti bagi Mangkunegaran, yaitu keterlibatan Pemerintahan militer Jepang dalam
kontrol kekuasaan dan administrasi kepatihan . apabila pada masa Kolonial, Mangkunegaran
memiliki keleluasaan dalam mengontrol lembaga kepatihannya sendiri , sejak masa Jepang hal
itu sudah tidak berlaku lagi yang dikarenakan dibentuknya lembaga pengawasan bagi kerajaan
dan patih diangkat atau diberhentikan oleh wakil penguasa Jepang di Surakarta. Selain itu
perubahan lainnya adalah kemampuan Pemerintah militer Jepang dalam memaksakan
kepentingannya terhadap Mangkunegaraan yang didasari oleh kontrol militernya. Kebijaksanaan
militeristis Pemerintah Jepang memberikan kenyataan bahwa kekuasaan dan keleluasan
Mangkunegaran semakin berkurang dan didominasi kekuasaan di Mangkunegaran diusahakan
selalu berada dibawah kontrol tentara Jepang.
Walaupun demikian masa ini mempertegas posisi Mangkunegaran dalam hubungannya
dengan Kasunanan. Kebijakan Jepang yang memberikan kemandirian status kepada masing-
masing kerajaan di Surakarta merupakan bentuk penegasan terhadap kekuasaan Mangkunegaran
yang terpisah dari Kasunanan.
Bagi kedua kerajaan di Surakarta diadakan pengambilan sumpah setia pada tanggal 7
agustus 1942 pada Pemerintah Dai Nippon dengan perintah saiko sikikan, yaitu jenderal Hitoshi
Imamura yang pelantikannya dilakukan seminggu kemudian. Dalam pelantikan pemimpin Kochi,
jenderal Imamura mengatakan sebagai berikut dalam pidatonya :
1. Koo diangkat dan dilantik oleh pembesar Dai Nippon.
10 Pheres Sunu Wijayengrono, op. cit. hlm. 56
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Koo bersumpah setia kepada Pemerintah Dai Nippon dan Koo bersama rakyatnya harus menghormat tenno heikka di negeri Jepang.
3. Koo harus melasanakan segala macam perintah balatentara Dai Nippon. 4. Koo harus menerima kedudukan Koochi jimmu kyoku chokan yang dijabat oleh orang
Jepang.11
Dengan kondisi politik yang begitu peliknya maka hal ini secara langsung berdampak
langsung pada kondisi ekonomi, sosial, budaya didalam Pura Mangkunegaran.
Hal ini juga mempengaruhi sistem ekonomi Praja mangkunegaran, keadaan masyarakat
pedesaan di Jawa berada pada kondisi yang memprihatinkan. Belanda menerapkan sistem tanam
paksa sedangkan pada masa Jepang menerapkan sistem tanam wajib sebagai salah satu kebijakan
ekonominya. Pada sistem penanaman wajib ini, Jepang lebih mengutamakan tanaman yang
mendukung keperluan perang baik itu tanaman perkebunan seperti karet, tebu dan kina. Tanaman
yang berguna untuk perang seperti kapas, rosela dan jarak juga dibudidayakan. Kapas dan rosela
digunakan sebagai bahan pembuat kain sedangkan tanaman jarak sebagai bahan pembuat minyak
pelumas untuk alat-alat persenjataan.
C. Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada Masa awal Kemerdekaan R.I
Komisi Dana Milik pada masa kepemimpinan Sri Mangkunegara VIII ini tetap
menjalankan tugasnya untuk mengurusi seluruh aset-aset Mangkunegaran. Perubahan yang cepat
akibat Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak memberikan kesempatan bagi Komisi ini untuk
mengatur kepemimpinan dan peraturan yang berkaitan dengan perusahaan. Superintendent yang
11 Ibid, hlm, 29-30.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sejak masuknya Jepang ke Indonesia telah diganti oleh Mr. Sunario Kolopaking saat pergantian
kekuasaan dari Belanda kepada Jepang hingga pertengahan tahun 1945.12
Komisi Dana Milik Mangkunegaran pada masa ini terdiri dari 3 anggota, yaitu Sri
Mangkunegoro VIII sebagai ketua, Bupati Patih Mangkunegaran sebagai wakil ketua dan
Superintendent urusan kekayaan Mangkunegaran sebagai anggota. Dalam kegiatan sehari-hari,
Superintendent yang menjalankan kegiatan badan tersebut. Kantor Superintendent berlokasi di
kompleks istana Mangkunegaran. Kantor Superintendent ini membawahi perusahaan-perusahaan
milik Praja Mangkunegaran.
Pada tahun 1945 panitia Dana Milik Mangkunegaran mengangkat Ir KRMTH Sarsito
Mangkusumo menjadi Superintendent. Susunan komisi ini tidak berubah hanya Pemerintahan
militer yang ditetapkan oleh Jepang mengakibatkan macetnya koordinasi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan kepada Praja Mangkunegaran.13
Pada tahun 1945, perusahaan yang dimiliki oleh Mangkunegaran berupa :
1. Perusahaan Kertas Mangkunegaran.14
2. Pabrik Genteng Kemiri.15
3. Pabrik Gula Batu Rasamadu Gumbongan.16
4. Pabrik Petuton beras Jatisrana.17
12 Arsip yang menjelaskan Mr. Sunario sebagai Superintendent tahun 1942, Berkas Arsip Reksopustaka
Mangkunegaran, no. 4747 13 Arsip pengangkatan Superintendent Mangkunegaran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran,
no. 4770. 14 Pabrik Kertas Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5110. 15 Pabrik Genting Kemiri, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5112. 16 Pabrik Gula batu Rasamadu Gumbongan, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5117.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
5. Pabrik Mojogedang dan Kerjogadungan.18
6. Pabrik serat munggur.19
7. Pabrik Gula antara lain Colomadu dan Tasikmadu.20
8. Perusahaan Tembakau Mojonegoro.21
9. Perusahaan Kemuning.22
Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 diharapkan dapat memberikan perubahan dan
kemudahan bagi Mangkunegaran dalam mendapatkan sumber-sumber ekonominya kembali.
Akan tetapi hal itu justru menyebabkan persaingan dalam merebutkan sumber ekonomi
Mangkunegaran. Hal yang timbul dari status kemerdekaan Indonesia yaitu meningkatnya
kesadaran kaum buruh dan pejuang dalam menguasai alat-alat ekonomi. Pengambil alihan
pabrik-pabrik, perusahaan dan perkebunan Jepang oleh barisan kelompok pejuang di Surakarta
pada awal revolusi sosial tahun 1946. Dampak dari nuansa sosial ini menyebabkan hampir
sebagian besar sumber ekonomi Mangkunegaran jatuh ke tangan badan perjuangan. Selama masa
perjuangan kemerdekaan, Surakarta menjadi pusat berbagai organisasi-organisasi yang bersifat
revolusioner. Ini mengakibatkan pertentangan didalam masyarakat Surakarta dan di maksudkan
agar Surakarta nantinya menjadi pusat perlawanan terhadap Pemerintahan republik yang
berpusat di Yogyakarta. Dalam peristiwa-peristiwa yang menjelang pemmberontakan madiun
17 Pabrik Petuton Beras Jatisrana, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5118. 18 Pabrik Mojogedang dan Kerjogadungan, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5125. 19 Pabrik Serat Munggur, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5275. 20 Pabrik Gula Colomadu dan TasikMadu, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5222. 21 Pabrik Tembakau Mojonegoro, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5287. 22 Pabrik Kemuning, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5334.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
terhadap pemerintahan Republik dalam bulan September 1948, maka perkembangan di Surakarta
memainkan peranan yang amat penting.23
Haluan paling kiri yang diambil oleh banyak kelompok-kelompok aktivis di Surakarta
menjamin bahwa revolusi di daerah ini nanti bersifat anti feodal anti konservatif dan bantuan
yang mereka berikan adalah untuk melanjutkan perjuangan bersenjata dan bukan untuk
melakukan perundingan diplomatik dengan mereka . antara tahun 1945 dan 1950 kedua swapraja
digulingkan dan daerahnya menjadi bagian dari provinsi Jawa Tengah. Perubahan yang amat
mendalam terjadi dalam Pemerintahan di pedesaan.pada tahun terakhir dari masa revolusi.24
Pada masa krusial ini kemudian turunlah ketetapan Pemerintah yang berhubungan dengan
status Swapraja ini. Sehubungan dengan kekacauan sebagai akibat dari lenyapnya Pemerintahan
Jepang dan dikeluarkannya Proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dan
ternyata bahwa kekuasaan Pemerintah Swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran tidak berdaya
dalam menghadapi dan mengatasi segala kesulitan tadi. Maka dengan penetapan Pemerintah
tanggal 15 Juli 1946 No 16 diputuskan bahwa sebelum bentuk susunan Pemerintahan Daerah
Kasunanan dan Mangkunegaran ditetapkan dengan Undang-Undang maka daerah tersebut
dipandang untuk sementara waktu ditetapkan sebagai satu karesidenanan, dikepalai oleh seorang
Residen yang membawahi segenap pamong praja dan polisi serta memegang segala kekuasaan
sebagai seorang Residen di Jawa dan Madura, luar daerah Surakarta dan Yogyakarta.25
23 Muh. Husodo Pringgokusumo, terjemahan ringkasan makalah Suyatno Kartodirjo, Revolusi Sosial di
Surakarta 1945-1950 : Studi Kasus Perkotaan dan Desa dalam Revolusi Indonesia, Australian National University, Reksopustoko Mangkunegaran, kode. B580, 1982, hlm. 7
24 Ibid, hlm. 8 25 Keputusan tentang status Swapraja tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Badan perjuangan berusaha menguasai industri Mangkunegaran dengan mengadakan
pengamanan terhadap para pegawai berkebangsawaan Jepang. Badan-badan perjuangan itulah
yang berkuasa untuk mengamankan pabrik-pabrik dari kekuasaan Jepang. Penguasaan ini
menyebabkan perusahaan-perusahaan milik Mangkunegaran juga ikut di kuasai oleh badan-
badan perjuangan ini sehingga menyebabkan Praja Mangkunegaran kesulitan membiayai
kehidupan Pemerintahannya dimana pembiayaan Praja Mangkunegaran telah terputus subsidinya
dari Pemerintah Jepang dan tidak jelasnya peraturan mengenai hubungan ekonomi antara negara
dengan kerajaan.26
D. Proses Nasionalisasi Aset Dana Milik Praja Mangkunegaran
Pemaksaan kekuatan militer terhadap Mangkunegaran tahun 1947 merupakan dilema
bagi kedudukan Mangkunegaran. Praja Mangkunegaran juga mengalami masalah sosial. Dengan
dibubarkannya Legiun Mangkunegaran dan di ubahnya industri-industri milik Mangkunegaran
menjadi industri-industri perang menambah beban sosial ekonomi Praja Mangkunegaran.
Hilangnya sumber pemasukan utama Praja Mangkunegaran yang sebagian besar berasal dari
hasil industri pertanian menyebabkan Mangkunegaran tidak mampu menghasilkan dana sosial
yang cukup untuk mengatasi masalah sosial yang semakin meningkat.27
26 Kondisi itulah yang mengakibatkan rumah tangga Mangkunegaran menjadi terbengkalai. Bundel Rupa-
rupa 1944-1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran , no. 476 27 Asia Raja, No. Istimewa, 29 April 2603, hlmaman 3; Kejadian-kejadian di Istana Mangkunegaran 1942-
1945. Arsip Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Meskipun berdasarkan Maklumat dari menteri kemakmuran mengenai masalah
perusahaan Mangkunegaran tahun 1945 bahwa Mangkunegaran diberi izin untuk mengelola
perusahaannya sendiri.28 Hal ini berbeda dalam pelaksanaannya yaitu pada tahun 1946
Mangkunegaran tetap harus menyerahkan perusahaan-perusahaannya kepada Pemerintah
Republik. Tentu saja hal ini menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi pihak kerajaan
Mangkunegaran meskipun begitu pihak Mangkunegaran tetap patuh dan melalui surat kuasa
yang dikeluarkan oleh Sri paduka Mangkunegara VIII kepada Superintendent Mangkunegaran
yang saat itu dijabat oleh Ir Sarsito Mangkusumo untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan
Mangkunegaran yang bernaung di bawah Dana Milik Mangkunegaran kepada BPPGN dan PPN
pada tahun 1946.29
Pemerintah pusat mengeluarkan maklumat yang di teruskan kepada Pemerintahan daerah
Surakarta untuk menetapkan bahwa sejak adanya wakil Pemerintah Republik Indonesia yang sah
di kota Surakarta maka segenap pegawai Kasunanan dan Mangkunegaran adalah berstatus
sebagai Pegawai Negeri Republik Indonesia, dan Dewan Pertahanan Daerah Surakarta yang
dibentuk pada tanggal 10 Juni 1946 memiliki kewenangan yang luas terhadap Pemerintahan di
Kota Surakarta.30 Dalam rapat yang dilaksanakan tidak lama setelah maklumat tersebut
diturunkan, diputuskan untuk segera melakukan penggabungan Jawatan Mangkunegaran
28 Maklumat Kementrian Kemakmuran tahun 1945, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5107 29 Surat Kuasa istimewa Mangkunegara VIII kepada Superintendent tahun 1946, Arsip Reksapustaka
Mangkunegaran, no. 4752 30 Maklumat Pemerintah kota Surakata terkait masalah perubahan status Pegawai Kasunanan dan
Mangkunegaran tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 727
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
kedalam Pemerintah Republik, pihak Praja Mangkunegaran bahkan menyediakan kantor yang
berada di dalam Pura Mangkunegaran.31
Dengan berakhirnya status Pemerintahan Mangkunegaran ini maka semua badan usaha
Mangkunegaran diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia atau
dinasionalisasi. Badan usaha ini kemudian dikelola oleh badan baru bentukan Pemerintah
Republik Indonesia yaitu Perusahaan Nasional Surakarta.
Dalam rangka memperluas cakupan dalam pengelolaan perkebunan-perkebunan yang
telah dinasionalisasi, Pemerintah pusat membentuk badan yang mengurusi masalah tersebut yang
berada di bawah Koordinasi Kementerian Pertanian yaitu Perusahaan Perkebunan Republik
Indonesia pada tanggal 30 April 1947.32
Hal ini juga ditegaskan dengan turunan surat yang dikeluarkan oleh Kepala Jawatan
Perkebunan kepada Dewan Pimpinan BPPGN dan PPN tentang pengaturan administrasi
perusahaan Kasunanan dan Mangkunegaran yang telah dikuasai oleh Negara antara lain
perusahaan Gula Kasunanan dan Mangkunegaran serta perusahaan Gamping dan tentang
pegawai atau aset kekayaan Swapraja.33
31 Berkas masalah penyerahan kantor –kantor Mangkunegaran dalam penggabungan Djawatan
Mangkunegaran ke dalam Djawatan RI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 737 32 Wasino, Makalah Nasional, Nasionalisasi Pabrik Gula Mangkunegaran, Yogyakarta: UGMPress, 2004,
hlm. 6 33 Pengaturan Kekayaan daerah Swapraja tahun 1946, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5170
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
E. Pengaruh Agresi Militer Belanda II terhadap Kebijakan dan Sikap
Mangkunegaran
Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan terhadap Pemerintah
Republik Indonesia dan berhasil menguasai sebagian besar wilayah Republik Indonesia termasuk
Surakarta. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pihak Mangkunegaran yang merasa kekuasaan
dan kekayaannya telah diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Praja Mangkunegaran
kemudian berusaha untuk memperkuat diri dalam mempertahankan dan mempersiapkan alat-alat
Pemerintahan untuk mengembalikan status Pemerintahannya. Hubungan yang dilakukan oleh
pihak Mangkunegaran dengan Pemerintah Belanda kemudian membawa hasil terhadap
pengelolaan Dana Milik Mangkunegaran khususnya pabrik-pabrik gula Mangkunegaran. Pihak
Republik yang terdesak oleh agresi militer Belanda tidak sempat memberikan perhatian khusus
terhadap aset ekonomi yang dimilikinya khususnya di daerah Surakarta. Hal ini kemudian
memberikan kesempatan kepada Mangkunegaran untuk menguasai kembali aset ekonomi yang
pernah dimilikinya.
Praja Mangkunegaran selain kembali menguasai aset-aset ekonominya, Praja
Mangkunegaran juga menghidupkan kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang sempat
dibubarkan dikarenakan dibekukannya status Swapraja oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Status lembaga ini kemudian diubah menjadi hak milik pribadi berdasarkan hukum
eropa.34 Perubahan itu dilakukan oleh Hoge van Vertegenwoordiger van de kroonin indonesia
melalui surat keputusannya tanggal 30 September 1949 no 35. Berdasarkan surat keputusan itu
34 Surat Mr. H.G. Vrhoof tanggal 15 juni 1946 dan surat Ir. Sarsito Mangoenkoesoemo tgl 28 Juni
1949;Surat MN VIII tgl 26 Juli 1949, Arsip Reksopustaka Mangkunegaran, no 5115.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pihak Mangkunegaran menganggap bahwa harta-harta kekayaan yang semula diambil alih
Pemerintah Indonesia bisa kembali dikuasai oleh pihak Mangkunegaran. Setelah Agresi Militer
II yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia, kontrol PPRI terhadap perusahaan-perusahaan
Mangkunegaran memang menjadi lemah, sehingga manajemen perusahaan-perusahaan dapat
dikuasai kembali oleh Mangkunegaran terutama kedua pabrik Gulanya. Pabrik tersebut
kemudian dapat beroperasi dan berhasil menjual beribu-ribu ton gula oleh pihak Mangkunegaran
ke luar negeri. Mangkunegaran berhasil menguasai kembali aset-aset ekonominya selama hampir
tiga tahun.35
Pengambilalihan pabrik gula oleh Mangkunegaran ini didasari oleh kenyataan bahwa
selama ini biaya produksi serta penanaman tebu serta biaya pembuatan gula di tanggung oleh
Pihak Mangkunegaran. Hal ini diperkuat dengan laporan yang dibuat oleh Superintendent dan
ditandatangani oleh Mangkunegaran VIII dan Patih Mangkunegaran. Surat ini berisi keterangan
dari Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu Mangkunegaran, khususnya
biaya penanaman tebu dan pembuatan gula selama ini dibiayai secara swadana oleh pihak
Mangkunegaran.36
Pada tahun 1949, menurut inisiatif dari Mangkunegara VIII, dibentuk Pusat Perusahaan
Mangkunegaran (PPMN). Tugas dari PPMN ini antara lain berisi konsep peraturan
Mangkunegaran. Badan ini bertugas meneruskan urusan dan kewajiban Komisi Dana Milik
Mangkunegaran dengan kantor urusan PPRI. Alasan pembentukan PPMN adalah karena
35 Wasino, op. cit, hlm. 7 36 Surat keterangan laporan Superintendent bahwa pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu dibiayai oleh
Mangkunegaran tahun 1948. Arsip ReksaPustaka Mangkunegaran, no. 5236
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Perusahaan Mangkunegaran yang berada di bawah Komisi Dana Milik tidak dapat
diselenggarakan bersandar pada peraturan PPRI yang merupakan dampak dari isi persetujuan
Roem Roijen tahun 1949.
Situasi di Indonesia berubah dengan cepat pada masa akhir tahun 1949 khususnya di
Surakarta. Pada tanggal 1 September 1949 diadakan pertemuan dan tanya jawab antara pegawai
kementerian dan Praja Mangkunegaran tentang sikap Mangkunegaran saat ini.37 Konferensi
Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda antara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Belanda pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 menghasilkan keputusan
bahwa Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat serta masalah Irian Barat akan
di selesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal 22 Desember 1949, di seluruh
Pulau Jawa diberlakukan Pemerintahan Militer pada jam 08.00 pagi waktu Indonesia Barat. Hal
ini sesuai dengan perintah yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Teritorium Jawa Kolonel
A.H Nasution.38 Penarikan Pasukan Belanda dari daerah Surakarta sebagai akibat dari Perjanjian
konferensi Meja Bundar berakibat pula pada penguasaan perusahaan-perusahaan
Mangkunegaran. Hal ini ditandai dengan turunnya surat perintah Komando Militer Daerah Kota
Surakarta kepada Mangkunegaran untuk menyerahkan kembali penguasaan pengelolaan dan
37 Berkas arsip Tanya jawab antara Kementrian Penerangan dengan Mangkunegaran mengenai sikap Praja
Mangkunegaran terhadap RI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 921 38 Surat Komando Brigade Divisi II Lt Kolonel Slamet Riyadi tanggal 1 November 1949, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 954
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pengoperasian Perusahaan Mangkunegaran khususnya pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu
kepada PPRI.39
Posisi Praja Mangkunegaran semakin terjepit dengan adanya penyerahan dan pengakuan
kedaulatan Indonesia dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia pada tanggal 27
Desember 1949.
Berdasarkan pengakuan kedaulatan tersebut kemudian Pemerintah mengadakan rapat
pada tanggal 30 Desember 1949 yang membahas tentang rencana penggabungan Jawatan
Mangkunegaran dengan Jawatan Republik Indonesia. Rapat ini menghasilkan keputusan antara
lain : Penggabungan Jawatan Mangkunegaran dan Republik Indonesia dimulai tanggal 31
Desember 1949 dan kantor yang digunakan tetap seperti semula sebelum agresi Belanda II
dilancarkan, koordinasi berada langsung ditangan Pemerintah Republik. 40
Hal tersebut ternyata tidak diindahkan oleh Praja Mangkunegaran. Pihak Praja merasa
bahwa hak Dana Milik Mangkunegaran yang dimilikinya telah diubah menjadi hak milik pribadi
berdasarkan hukum Eropa. Hal ini berdasarkan perubahan yang dilakukan Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia melalui surat keputusannya tanggal 30 September
1949 no. 35. Pihak Pemerintah Republik Indonesia dengan itikad baik berusaha membicarakan
masalah ini dengan mengundang Sri Paduka Mangkunegaran VIII beserta anggota komisi yang
lain serta Superitendent Ir. Sarsito Mangunkusumo melalui surat Menteri Dalam Negeri tanggal
39 Turunan perjanjian penggilingan tebu dari pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu antara Komando
Militer Daerah Kota Surakarta dengan PPRI, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 5255 40 Hasil keputusan tentang masalah penggabungan Djawatan Mangkunegaran dengan Djawatan Republik
Indonesia tahun 1949, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 955
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
8 November 1951 untuk membicarakan dan bertukar pikiran serta membahas segala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah Fonds atau dana milik Mangkunegaran, penolakan datang
dari pihak Mangkunegaran untuk melakukan perundingan dengan Pemerintah Republik
Indonesia.
Hal ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat dengan maksud untuk mencabut besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia, tindakan ini kemudian diikuti dengan
mengirimkan surat undangan telegram kepada Sri Paduka Mangkunegoro VIII pada tanggal 13
Desember 1951.41
Pada tanggal 23 Febuari 1952 melalui keputusan Presiden Republik Indonesia no 52,
Pemerintah Republik Indonesia mencabut besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in
Indonesia tanggal 30 September 1949 no. 35 dan memberhentikan Superitendent yang diangkat
oleh Sri Mangkunegaran VIII.42
Sebagai reaksi terhadap tindakan Pemerintah itu, Ir Sarsito Mangoenkoesoemo
mengajukan gugatan kepada pengadilan negeri di Jakarta dengan tuntutan terhadap Pemerintah
atas dihalang-halanginya dirinya selaku Superintendent untuk mengambil uang perusahaan di de
Javasche Bank. Ia beranggapan bahwa Keputusan Presiden tanggal 22 Pebruari 1952 no 52
tidak sah, sehingga Pemerintah wajib membayar kerugian sebesar Rp 3.220.800. Superitendent
dan Komisi Dana Milik ingin menggunakan haknya untuk menuntut Pemerintah Republik
41 Surat Sri MN VIII tanggal 14 Desember 1951 no. 799/PE/Rah jo tanggal 10 Desember 1951 no.
796/PE/Rah, dan tanggal Surat tanggal 24 Desember 1951 no 15/R; Keputusan pengadilan Negeri di Jakarta mengenai Perkara-perkara Perdata dalam Perkara: Ir K.R.M.T.H. Sarsito Mangoenkoesoemo Superintendent Fonds van Eigendommen van het Mangokoenegorosche Rijk lawan: Pemerintah Republik Indonsia di Jakarta tentang Pembekuan harta Benda Milik-Milik Mangkoenegaran 1952, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
42 Keputusan presiden RI no 52, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 7
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Indonesia. Tuntutan ini ternyata tidak dikabulkan dan dimenangkan Pemerintah Republik
Indonesia. Gugatan Sarsito ditolak dengan alasan Swapraja Mangkunegaran telah hapus sejak
tanggal 15 Juli 1946. Pemerintah beranggapan bahwa sejak tanggal 15 Juli 1946
Zelfbestuursregelen Mangkunegaran staatsblad 1940 no. 543 sudah tidak berlaku lagi dalam arti
segala hak dan kekuasaan mengenai Pemerintahan berdasarkan Zelfbestuursregelen
Mangkunegaran beralih kepada Pemerintahan Republik Indonesia. Pemerintah berhak
mengambil tindakan yang dikehendaki jika perlu menyimpang dari pada Zelfbestuursregelen
Mangkunegaran tadi. Pembiayaan yang terkait dengan Pemerintahan sekarang dipikul oleh
Pemerintahan pusat, dan oleh sebab itu maka segala kekayaan dan hasil yang dulu dimiliki dan
dipegang oleh Pemerintahan Swapraja Mangkunegaran sejak tanggal 15 Juli 1946 dikuasai oleh
Pemerintah Pusat untuk dapat dipergunakan demi kepentingan dan kebutuhan daerah
Mangkunegaran. Maka dibentuklah kantor yang mengurusi perusahaan-perusahaan perkebunan
milik Negara dan perusahaan perkebunan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh Negara
dengan nama Kantor Urusan PPRI. Menurut pasal 1 ayat 1, segala perusahaan yang tergabung
dalam perusaahaan Mangkunegaran “Mangkunagorosche Eigendommen Ponds” diurus dan
diselenggarakkan oleh kantor Urusan PPRI yang dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu
oleh pegawai PPRI lainnya, termasuk pegawai Mangkunegaran yang semuanya dikategorikan
sebagai Pegawai Negeri.43
Pada tanggal 20 Oktober 1951 Pemerintah mengirimkan surat kepada Direksi de
Javasche Bank yang kemudian disampaikan kepada Mangkunegara VIII. Surat ini berisi tentang
43 Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta pasal 1 ayat 3, pasal 3 dan pasal 5, Arsip Reksapustaka
Mangkunegaran, no. 464, hlm. 5
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
permintaan pertanggungjawaban Mangkunegaran terkait masalah pemeliharaan dan penguasaan
yang dilakukan oleh Mangkunegaran seputar Dana Milik. Permintaan ini tidak dipenuhi sehingga
Pemerintah Pusat terpaksa melarang segala pengeluaran uang oleh de Javasche Bank untuk
Mangkunegaran jika tidak ada ijin dari Pemerintah Pusat.44 Hal ini menyebabkan pihak
Mangkunegaran menderita kerugian sebesar Rp. 3.220.300 karena tidak dapat mengambil uang
untuk menjalankan perusahaan-perusahaannya berhubung pihak de Javasche Bank tidak bersedia
mengeluarkan uang tanpa adanya ijin dari Pemerintah Pusat. Kesalahpahaman terjadi antara
Pemerintah Pusat dengan Mangkunegaran. Pemerintah Pusat menjelaskan bahwa pihaknya tidak
melarang Mangkunegaran untuk mengeluarkan uang dari de Javasche Bank, hanya dinyatakan
bahwa segala pengeluaran uang harus melalui ijin dari Pemerintah Pusat dahulu sehingga
diperoleh kontrol yang jelas dalam segala tindakan yang diambil Mangkunegaran terkait dengan
masalah perusahaan Mangkunegaran. Pembekuan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat pada
dasarnya hanya bersifat relatif dan tidak bersifat Absolut ataupun totale bevriezing daripada
kekayaan Mangkunegaran yang tersimpan dalam de Javasche Bank. Maka jika ada permintaan
yang bersifat redelijk atau reasonable dan sesuai dengan sifat dan kedudukan fonds, pihak
Pemerintah Pusat bersedia untuk mengeluarkan uang dari de Javasche Bank. Pada kenyataannya,
pihak Mangkunegaran tidak pernah mengajukan permintaan untuk mengeluarkan uang sehingga
Pemerintah Pusat beranggapan bahwa ini adalah kesalahan Mangkunegaran.
Kerugian yang diderita oleh Mangkunegaran sebesar Rp. 3.220.300 menurut Pemerintah
tidak jelas asalnya karena dalam laporan tersebut pihak Mangkunegaran tidak menjelaskan lebih
44 Surat Pemerintah tanggal 8 November 1951 no. Pem. X 66/ 5/ 8, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran,
no. 464, hlm. 9
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
jauh dari manakah didapatkan jumlah tersebut yaitu perincian daripada kerugian itu, maka
karena tuntutan ini kurang terang dan kurang tegas ( vaag en onduidelijk), dengan sendirinya
tidak dapat diterima ( niet ontvankelijk ).
Pihak Mangkunegaran kemudian mengadakan perlawanan dengan beranggapan bahwa
Zelbestuursregelen yang dimaksud masih tetap berlaku, selama Swapraja Mangkunegaran belum
dihapuskan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan dan selama Zelbestuursregelen itu
dengan persetujuan Hooft van het Mangkunegaran Huis belum dihapuskan.45 Mangkunegaran
berpendapat bahwa Swapraja itu tetap ada, Swapraja tidak dapat dihapuskan dengan
dikeluarkannya ketetapan Presiden tanggal 15 Juli 1946 no 16 /S.D dan undang-undang yang
Republik Indonesia, karena kesemuanya itu hanya mengenai susunan Pemerintahan dan tidak
mengenai sifat kenegaraaan daerah yang menjadi daerahnya Swapraja Mangkunegaran.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil keseimpulan bahwa Swapraja Mangkunegaran
masih ada dan Zelbestuursregelen Mangkunegaran masih berlaku dan karena keputusan Presiden
1952 no 52 didasarkan atas Zelbestuursregelen tersebut maka keputusan tersebut tidak sah dan
Ir. Sarsito Mangunkusumo berhak bertindak atas nama Mangkunegaran.
Terkait masalah kepemilikan Dana Milik serta pengelolaannya, pihak Praja
Mangkunegaran memberikan pendapatnya tentang hubungan Dana Milik Mangkunegaran
dengan PPRI. Praja Mangkunegaran memiliki beberapa perusahaan yang sudah dimilikinya
sebelum Proklamasi Indonesia diikrarkan, beberapa diantaranya adalah Pabrik Gula Tasikmadu
dan Colomadu yang paling menonjol. Didalam tahun 1947, Pemerintah Pusat memperoleh
45 Berkas surat dari Mr. HH Verhoef Departemen Dalam Negeri belanda kepada Ir Sarsito Mangunkusumo
terkait masalah Swapraja dan Dana Milik, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no 4753
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kekayaan dan membiayai seluruh kegiatan perjuangannya dengan memaksimalkan potensi yang
ada di daerah, maka diadakan penggabungan beberapa perusahaan di bawah satu atau beberapa
pimpinan.46
Perusahaan-perusahaan perkebunan yang merupakan bagian dari Lands Landbouw
Bedrijven termasuk milik Mangkunegaran dan perkebunan yang tidak merupakan milik bangsa
asing disatukan dan diurus oleh satu badan yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang di sebut
Kantor Urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia atau disingkat PPRI.
Tindakan Pemerintah Republik Indonesia ini dapat dimengerti dan dipahami serta
dipatuhi oleh pihak Mangkunegaran. Hal ini disebabkan Negara Republik Indonesia berada
dalam keadaan bahaya dan karenanya diperlukan tindakan-tindakan yang istimewa. Praja
Mangkunegaran berpendapat juga bahwa tindakan tersebut hanya untuk sementara saja dan
dilaksanakan hanya bila keadaan bahaya itu ada, sehingga pihak Mangkunegaran berhak
mengambil alih kembali penguasaan dan pengelolaan Dana Milik jika keadaan Negara sudah
dalam keadaan aman.
Pihak Mangkunegaran juga mengemukakan pendapatnya tentang masalah pembiayaan
Dana Milik. Pemerintahan Indonesia tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun untuk
membiayai perusahaan-perusahaan khususnya milik Mangkunegaran. Hal ini sesuai dengan
46 Laporan Superintendent terkait Dana Milik Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no
4776
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Peraturan Pemerintah pasal 12 ayat satu yang berbunyi “semua biaya PPRI dipikul oleh
perusahaan yang dibawah kekuasaannya”.47
Hal ini menjelaskan bahwa selama ini segala hal pembiayaan yang terkait dengan Dana
Milik masih di biayai oleh Praja Mangkunegaran. Kewajiban PPRI terhadap perusahaan-
perusahaan itu hanya mengurus dan menyelenggarakan saja. Masalah pemilik perusahaan itu
seharusnya tetap menjadi milik Mangkunegaran.48 Hal ini berarti bahwa Dana Milik
Mangkunegaran dan lain-lain yang dikuasai oleh PPRI adalah milik Mangkunegaran. Selama ini
PPRI yang selama tahun 1946 mengurus perusaahaan Dana Milik Mangkunegaran dengan biaya
yang dipikul oleh perusahaan-perusaahaan itu sendiri dan tidak dengan kas Negara. Sehingga
Mangkunegaran berpendapat bahwa seharusnya ketika sudah tiba saatnya untuk PPRI
mengembalikan perusahaan-perusahaan tersebuut yang menjadi hak Mangkunegaran dan
memppertanggungjawabkan segala hal yang berhubungan dengan masalah Dana Milik
Mangkunegaran kepada Praja Mangkunegaran.49
Pemerintah pusat memberikan jawaban terhadap pernyataan Praja Mangkunegaran
tersebut bahwa karena seluruh daerah Mangkunegorosche Rijk bersama dengan daerah
Kasunanan menurut Penetapan Presiden tanggal 15 Juli 1946 no 16/ S. D dipandang merupakan
satu Karesidenan biasa yang seluruhnya langsung dibawah pimpinan Pemerintah Pusat dan
47 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 9/ 1/ 1947, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464.
Hlm. 17 48 Ibid, pasal 1 terkait kewajiban PPRI 49 Turunan surat kuasa dari Mangkunegoro VIII kepada Mr Lukman Wiriadinata, Mr Abdi Zainal Abidin
untuk mengadakan pembelaan didepan pengadilan masalah Swapraja dan Dana Milik Mangkunegaran, Arsip Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4786
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
sepenuhnya menjadi pertanggungjawaban Pemerintah Republik Indonesia. Maka dengan
sendirinya segala kekayaan Mangkunegaran yang tergabung dalam Dana Milik Mangkunegaran
harus diserahkan kepada Pemerintah Pusat untuk dipergunakan buat daerah Mangkunegaran
yang masuk dalam daerah kekuasaan daerah Republik.50
Pemerintahan beranggapan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat terhadap Dana Milik tersebut adalah tidak lain agar kekayaan daerah yang dimiliki di
daerah Mangkunegaran dipergunakan untuk keperluan daerah Mangkunegaran dan sekitarnya.
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh Mangkunegoro VIII dengan Komisi Dana Miliknya
dan Superitendent sekarang diluar pengetahuan Pemerintah Republik Indonesia. Kekayaan
daerah yang dimilikinya justru tidak dipergunakan untuk daerah kekuasaan Mangkunegaran
malah digunakan untuk menentang Pemerintahan RI, misalnya dengan membiayai dan
memelihara Dubbel bestuur dan lijdelijk verzet.
Pemerintah Pusat juga menjelaskan mengenai hubungan antara Dana Milik dan PPRI,
bahwa penggabungan perusahaan perkebunan menurut Peraturan Pemerintah tanggal 30 April
tahun 1947 no. 9 dapat dipertanggungjawabkan dengan pengertian bahwa PPRI hanya
mennyelenggarakan dan mengurus perusahaan-perusahaan itu tanpa menyinggung tentang siapa
yang memilikinya. Berdasarkan PP no 9 tahun 1947 juga disebutkan bahwa secara de Facto
perusahaan-perusahaan tersebut termasuk Dana Milik Mangkunegaran dikuasai oleh
Pemerintah.51 Selanjutnya berdasarkan kewajiban untuk mengurus dan menyelenggarakan
50 Keputusan Pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hlm. 19 51 Peraturan Pemerintah tentang penguasaan perusahaan-perusahaan perkebunan no. 9 tahun 1947, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 477
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
perusahaan itu (pasal 1 ayat 1), dimana Praja Mangkunegaran berpendapat bahwa PPRI harus
mengadakan pertanggungjawaban atas pekerjaannya yang dilakukan selama sekian tahun kepada
Pihak Mangkunegaran, Pemerintah Pusat memberi jawaban bahwa menurut pasal 1 ayat 2
menjelaskan PPRI memiliki hak untuk menguasai kekayaan dan hasil perusahaan-perusahaan
tersebut. Pasal 6 ayat 2 menjelaskan bahwa keuntungan bersih yang diperoleh dari perusahaan-
perusahaan tersebut sesudah dipotong untuk cadangan dan dimasukan kedalam kas Negara
sebagai pendapatan Negara. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan demikian segala hasil kekayaan
termasuk hasil dari perusahaan-perusahaan Dana Milik Mangkunegaran dapat dipergunakan
untuk keperluan dan kepentingan daerah Mangkunegaran dan daerah sekitarnya.52
Pemerintah Pusat juga menegaskan bahwa bukan kesalahan dari Pemerintah Pusat jika
tidak diadakan perundingan terkait masalah pembekuan dana di de Javasche Bank karena pihak
Mangkunegaran sendiri yang diwakili oleh Sri Paduka Mangkunegara VIII menolak untuk
datang ke Jakarta untuk mengadakan perundingan terkait masalah Dana Milik serta pencabutan
besluit Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia tanggal 30 September 1949 no 35.
Pemerintah juga menyatakan bahwa pengembalian status Swapraja Kasunanan dan
Mangkunegaran yang pada pokoknya menjadi dasar tuntutan Mangkunegaran terkait dengan
pengembalian dan penyerahan kembali hak Dana Milik kepada Komisi Dana Milik
Mangkunegaran yang sudah dihapuskan dan telah diganti dengan Panitia Penyelenggara Dana
Milik Mangkunegaran. Pemerintah memutuskan melalui Penetapan Presiden pada tanggal 2 Juli
1952 no. 224/ 1952 g, bahwa daerah Swapraja Mangkunegaran dalam sifat dan bentuk yang
52 Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta, ibid, hlm. 21
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dimaksud oleh Zelbestuursregelen Mangkunegaran staatsblad 1940 no 543, telah dihapuskan
sejak tanggal 15 Juli 1946 sehingga meskipun status Dana Milik Mangkunegaran belum jelas
apakah milik RI atau Mangkunegaran tetapi menurut Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1947 no 3
telah dijelaskan bahwa Dana Milik tersebut secara de facto dikuasai oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan sebagai akibatnya adalah PPRI yang merupakan lembaga resmi dari Republik
Indonesia berhak untuk bertindak untuk dan atas nama Dana Milik tersebut.53
Komisi Dana Milik kembali dibubarkan oleh Pemerintah dan diganti dengan Panitia
Penyelenggara Dana Milik Mangkunegaran yang dibentuk oleh Negara dengan susunan sebagai
berikut:
1. Walikota Surakarta sebagai ketuanya
2. Seorang ahli yang ditunjuk oleh Kementrian Perekonomian
3. Wakil kantor Urusan PPRI
4. Dua orang wakil yang ditunjuk oleh Sri Paduka Mangkunegoro VIII
5. Seorang wakil dari de Javasche Bank
Pengurusan sehari-hari oleh Superitendent yang diajukan oleh Menteri Pertanian dan diangkat
oleh Mendagri.54
53 Ibid, hlm. 26 54 Berkas arsip susunan Panitia Penyelenggara Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 4750
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Proses Nasionalisasi Aset Mangkunegaran berakhir dengan kekalahan di pihak
Mangkunegaran pada tanggal 2 Juli 1952 di Pengadilan Negeri Jakarta. Dengan ini Komisi Dana
Milik Mangkunegaran tidak berhak lagi mengurus dan menyelenggarakan segala hal yang
berhubungan dengan Dana Milik Mangkunegaran.
F. Peranan Komisi Dana Milik Mangkunegaran dalam Proses Nasionalisasi Aset
Mangkunegaran
Komisi Dana Milik Mangkunegaran yang didirikan pada tahun 1916 dengan tujuan untuk
mengurus aset-aset Mangkunegaran yang berupa perusahaan dan perkebunan yang berada di
daerah Vorstelanden Mangkunegaran. Peranan Komisi ini sangat berpengaruh terhadap aset yang
dimiliki oleh Mangkunegaran yaitu bertugas untuk menyelenggarakan, memantau dan
mengawasi segala aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran.55
Tahun 1946, Komisi Dana Milik Mangkunegaran berperan untuk memperlancar
penasionalisasian aset-aset yang dimiliki oleh Mangkunegaran oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran disebabkan karena beberapa alasan, yaitu
situasi yang tidak kondusif yang terjadi di Surakarta khususnya daerah Mangkunegaran.
Revolusi sosial yang mengakibatkan dibekukannya daerah Swapraja Surakarta serta perebutan
aset-aset ekonomi yang dimiliki oleh Mangkunegaran memaksa Praja Mangkunegaran untuk
bekerja sama dengan Pemerintah untuk memulihkan situasi keamanan. Salah satunya dengan
menyetujui untuk menyerahkan Dana Milik Mangkunegaran kepada Pemerintah. Melalui surat
55 A. K. Pringgodigdo, Op.cit, 1977, hlm. 89
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
perintah Mangkunegara VIII kepada Superintendent Mangkunegaran saat itu Ir. Sarsito
Mangunkusumo maka Mangkunegaran menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Dana Milik yang
berupa Perusahaan perkebunan kepada Pemerintah Republik.56
Badan-badan baru kemudian dibentuk untuk mengurusi Dana Milik ini seperti
Perusahaan Nasional Surakarta (PNS), Badan Pengurus Perusahaan Gula Negara (BPPGN)
kemudian Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Komisi Dana Milik yang
berstatus dibekukan tetap membantu dalam pengoperasian perusahaan miliknya hal ini terlihat
dari masih aktifnya Superintendent dalam kegiatan laporan serta perencanaan perusahaan.57
Sikap Mangkunegaran berubah setelah terjadi Agresi militer yang dilakukan Belanda
pada tanggal 19 Desember 1948. Komisi Dana Milik yang seharusnya berperan untuk
memperlancar proses Nasionalisasi malah berusaha untuk merebut kembali aset-aset yang pernah
menjadi miliknya. Hal ini dilakukan oleh Mangkunegaran karena merasa bahwa Dana Milik
Mangkunegaran adalah hak milik Mangkunegaran dan sudah selayaknya dikelola secara
langsung oleh Praja Mangkunegaran sendiri, bukan oleh Pemerintah.
Komisi Dana Milik Mangkunegaran kemudian merubah status kepemilikan Dana Milik
sesuai hukum Eropa yaitu dengan bekerjasama dengan Belanda. Penerbitan besluit Hoge
Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia dianggap sebagai bukti yang cukup bagi
Mangkunegaran untuk mendapatkan haknya kembali atas Dana Milik Mangkunegaran.
56 Lihat surat kuasa istimewa Mangkunegara VIII kepada Superintendent tahun 1946, arsip Reksapustaka
Mangkunegaran, no. 4752
57 Lihat arsip turunan surat kuasa Mangkunegoro kepada Mr. Lukman Wiriadinata dan Mr. Abdi Zainal Abidin untuk mengadakan pembelaan di depan pengadilan masalah Dana Milik Mangkunegaran, no. 4786
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pengakuan atas kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949 merupakan
pukulan yang berat bagi Mangkunegaran. Dengan diakuinya kedaulatan Indonesia maka
Mangkunegaran harus tunduk terhadap peraturan Pemerintah. Hal ini menyebabkan
Mangkunegaran harus menyerahkan kembali Dana Milik kepada Pemerintah dan membubarkan
Komisi Dana Milik miliknya pada tahun 1952.58
58 Keputusan pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB IV
DAMPAK NASIONALISASI ASET MANGKUNEGARAN TERHADAP
PRAJA MANGKUNEGARAN
Perubahan sistem kebijakan pemerintah penguasa sangat berpengaruh terhadap sistem
birokrasi di Praja Mangkunegaran. Semasa pendudukan kolonial Belanda tahun 1940an terdapat
dua sistem pemerintahan, pemerintahan Belanda dan kerajaan, Struktur pegawai masih
mengikuti struktur birokrasi Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, struktur pegawai
pemerintahan Mangkunegaran masih menggunakan sistem Belanda tetapi juga ada perubahan
dalam struktur pemimpin suatu daerah. Masa kemerdekaan tahun 1945 pemerintah pusat telah
mengambil alih semua urusan kerajaan Mangkunegaran.
Pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro VIII
terjadi perubahan dan perkembangan baru yaitu sesudah terjadinya gerakan anti Swapraja yang
mengakibatkan dibekukannya Praja Mangkunegaran dengan penetapan Pemerintah no 16 S.D
sehingga statusnya menjadi bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia yang berarti Praja
Mangkunegaran sudah tidak mempunyai kekuasaan lagi untuk memerintah.1
1 Muhammad Husodo Pringgokusumo, Sejarah Perusahaan Mangkunegaran, Reksapustaka
Mangkunegaran, 1987, hal. 24-26
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
A. Praja Mangkunegaran setelah Nasionalisasi
Setelah melalui masa transisi selama hampir empat tahun pada tahun 1950 segala bidang
pengusahaan yang pernah dilakukan oleh Praja Mangkunegaran juga dibekukan dan beralih ke
tangan pemerintah Indonesia. Selanjutnya Praja berusaha menata kembali sistem keuangannya
karena pada masa peralihan tersebut situasi keuangan Praja Mangkunegaran mengalami
kesulitan. Keadaan ini selaras dengan situasi politik dan ekonomi di Indonesia pada waktu itu,
antara tahun 1946 hingga tahun 1950.
Hal ini tentu saja membawa dampak dan perubahan yang sangat besar bagi Praja
Mangkunegaran. Praja yang pada masa sebelum kemerdekaan memiliki aturan dan sistem
ekonomi yang mandiri harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini.
B. Dampak Nasionalisasi dalam bidang Perekonomian Mangkunegaran
Nasionalisasi terhadap aset-aset Mangkunegaran berpengaruh sangat besar pada
keuangan serta sistem keuangan Praja Mangkunegaran. Status istimewa serta kemandirian yang
biasanya dilakukan pada masa sebelum kemerdekaan harus dilepas. Roda perekonomian Praja
Mangkunegaran sepenuhnya bergantung pada subsidi pemerintah setelah keputusan tentang
pembubaran Komisi Dana Milik Mangkunegaran diputuskan oleh Pengadilan Negeri Jakarta
tanggal 2 Juli 1952.2 Subsidi yang diperoleh dari pemerintah pada dasarnya hanya bersifat
tunjangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan Sri Mangkunegoro VIII pribadi beserta putra
2 Keputusan Pengadilan Jakarta masalah pembekuan Dana Milik Mangkunegaran tahun 1952, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 464, hal. 19
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sentana serta kebutuhan bagi pemeliharaan keadaan didalam istana dengan rincian sebagai
berikut :
1. Praja Mangkunegaran mendapat subsidi dari pemerintah sebesar tiga juta rupiah
sebulan.
2. Setengah dari Jumlah tersebut digunakan untuk kebutuhan Sri Paduka Mangkunegara
dan Putra Sentana.
3. Jumlah tersebut separuhnya kemudian diambil sebagai biaya perawatan istana dan
sisanya untuk menggaji para abdi dalem.3
Sistem manajemen keuangan istana Mangkuengaran masa Mangkunegara VIII, masih
berdasarkan pada pranatan atau peraturan 1917. Peraturan ini berpedoman pada sistem
pembukuan yang rasional yaitu memisahkan antara kekayaan istana dengan harta pribadi Sri
Paduka Mangkunegara sebagai bentuk kesadaran akan kewarganegaraan. Hal semacam ini
berarti erat kaitannya dengan sistem hukum dan administrasi yang rasional. Dengan dibentuknya
Kantor Dinas Urusan Istana yang mengelola sirkulasi keuangan istana, untuk memenuhi
kebutuhan istana termasuk merawat istana dengan segala isinya serta untuk menggaji para abdi
dalem. Sedangkan segala kebutuhan sehari-hari Sri Mangkunegara pribadi masuk dalam bentuk
anggaran kas kecil dan dikelola oleh kantor Reksabuana Mangkunegaran.
Kantor ini mengelola keuangan istana yang berasal dari subsidi pemerintah yang diterima
secara rutin tiap sebulan sekali melalui Departemen Dalam Negeri kemudian turun ke
3 Partini, “Sistem Manajemen Kepegawaian Istana Mangkunegaran masa Pemerintahan Mangkunegara
VIII”, Skripsi, Fakultas Sastra, Universitas Diponegoro Semarang, 1987, hal.125
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pemerintah Daerah tingkat I Jawa Tengah dan terakhir melalui Pemerintah Daerah tingkat II
Surakarta yaitu melalui Residen atau Walikota Surakarta.4 Tetapi oleh Praja Mangkunegaran
subsidi ini dirasa sangat kurang mengingat besarnya biaya perawatan istana yang harus
dikeluarkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Praja Mangkunegaran dibawah kepemimpinan
Mangkunegara VIII mengambil suatu langkah guna mengatasi situasi keuangan Praja. Sesuai
dengan fungsi dan misi Mangkunegaran yang tidak lain adalah hanya sebagai salah satu pusat
pelestari dan pengembang budaya Jawa, yaitu melestarikan peninggalan budaya luhur
Mangkunegaran untuk disumbangkan kepada pembangunan nasional maka didirikanlah badan-
badan usaha untuk menunjang misi tersebut melalui organisasi kekerabatan Mangkunegaran atau
yang lebih sering disebut dengan Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran (HKMN).
Mangkunegaran kemudian berusaha untuk bangkit dan memperbaiki sistem
perekonomiannya. HKMN dibentuk pada tahun 1946, pembentukan organisasi ini didasari oleh
bahwa setelah tahun 1946 pemerintahan Mangkunegaran dibekukan maka segala kegiatan yang
mengatasnamakan pemerintahan Mangkunegaran tidak dibenarkan lagi. Para pendiri Republik
menyadari bahwa banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintah daerah baru yang
mengambil alih pemerintahan Mangkunegaran, terutama menyangkut hal-hal yang bersifat
spiritual, kultural, dan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur Mangkunegaran. Disamping itu
masih ada pula bangunan istana beserta benda-benda budaya yang ada didalamnya,
perpustakaan, dan kekayaan-kekayaan lainnya yang terhimpun dalam Fonds van
Eigendommen Mangkunegaran. Semua itu masih menjadi tanggung jawab pihak
Mangkunegaran dengan Mangkunegoro VIII sebagai pemimpinnya. Begitu pula dengan para
4 Partini, ibid, hal. 126
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pengawal, pemangku, dan abdi dalem, yang berarti harus dilanjutkan pengurusan,
pemeliharaan, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Dengan istilah lain “hak hidupnya tetap
ada”.5
Semua itu ditangani oleh beberapa badan antara lain Dinas Urusan Istana
(sebelumnya disebut Kabupaten Mondropura), Kawedanaan Satriya dan Mangkunegoro VIII
sendiri beserta stafnya.
Menghadapi perubahan situasi politik beserta dampaknya, dan pengalaman
Mangkunegaran selama ini, diputuskan untuk segera membentuk suatu badan yang dapat
menghimpun potensi kerabat Mangkunegaran. Dengan persetujuan Mangkunegoro VIII dan
pepatih dalem KRMAA Partono Hardojonoto dibentuklah sebuah organisasi yang diberi
nama “Himpunan Kerabat Mangkunegaran”.6 HKMN lahir pada tahun 1946, adapun AD/
RTnya baru dapat disahkan pada tanggal 3 November 1950 atau Jumuwah Kliwon 22
Suro Jimakir 1882, dengan candrasengkala Mulat Sarira Ngesti Sawiji. Selanjutnya
dinyatakan: “Dengan berazaskan budi luhur, kekeluargaan, Pancasila dan Nunggal Laras,
HKMN bermaksud dan bertujuan:
1.Menghimpun dan menyusun tenaga lahir dan batin dari masyarakat kerabat
Mangkunegaran, guna membangun dan mengembangkan masyarakat kerabat Mangkunegaran
pada khususnya dan Indonesia pada umumnya sesuai dengan perubahan zaman.
5 Penjelasan mengenai SK Sri Mangkunegoro VIII, tanggal 19 Juli 1978, No. 78/SP/78, Arsip
Reksapustaka Mangkunegaran, no. 1189 6 Sjafri Sairin, Javanese Trah Kin-Based Social Organization, Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press, 1982, hal. 8.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Menambah kesadaran para kerabat atau kewajiban sebagai anggota masyarakat.
3. Menanam pengertian yang sehat akan paham kedaulatan rakyat (demokrasi) dan
membiasakan mempergunakan hak demokrasi secara teratur yang layak dalam negara hukum
yang demokratis.
4. Memperdalam kesadaran bernegara dan berbangsa.
5. Memperdalam dan mengembangkan kebudayaan asli.
6. Menjalankan usaha-usaha untuk mempertinggi tingkat hidup rakyat, jasmani dan
rohani bagi kerabat Mangkunegaran pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.7
Penghapusan Swapraja dan upaya nasionalisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1952,
menyebabkan seluruh kekayaan ex-Swapraja dibekukan. Termasuk didalamnya kekayaan
Mangkunegaran yang terhimpun dalam Founds van Eigendommen van het Mangkoenegarasche
Rijk atau Dana Milik Mangkunegaran. Untuk selanjutnya diambil alih oleh pemerintah Republik
dan berada dalam wewenang pengurusan Walikota Surakarta.
Pada tahun 1970, kestabilan keuangan Mangkunegaran dapat tercapai. Hal ini dilakukan
dengan dirintisnya usaha-usaha baru sebagai pemasok keuangan Praja. Badan-badan usaha
tersebut adalah :
1. Kantor Biro Pariwisata Mangkunegaran yang ada di bekas Gedung Perkantoran
Mangkunegaran
7 Moeljatmo Darmosapoetra, HKMN Perombakan dan Penyusunan Kembali Tatawangun, Surakarta:
Reksopustoko, 1980, hal. 2-3.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. PT Retnapuri yang bergerak dalam bidang usaha perhotelan yaitu dengan
didirikannya Hotel Mangkunegaran (Mangkunegaran Palace Hotel) pada tahun 1962
oleh Sri Paduka Mangkunegaran VIII. Hotel ini berdiri di atas bekas gedung militer
Legiun Mangkunegaran sebelah barat pamedan (halaman depan istana). Managing
Director PT Retnapuri tersebut adalah Gusti Pangeran Hario (GPH) Sujiwo Kusumo.
GPH Sujiwo Kusumo merupakan putra keempat Sri Paduka Mangkunegoro VIII.
3. PT Astrini yang bergerak dalam bidang usaha penyaluran bahan-bahan pokok dari
Bulog Jawa Tengah, dengan 20 orang karyawan. PT Astrini ini juga memiliki hak
konsensi kayu dan rotan seluas 20.000 hektar di Kalimantan Timur.
4. PT Gamelan Mangkunegaran yang berada Panti Putra Mangkunegaran. Badan usaha
ini membuat dan menjual perangkat gamelan.
5. Bank Mekar Nugraha yang bergerak dalam bidang usaha perbankan.
6. Koperasi keluarga Mangkunegaran yang berdiri pada tanggal 22 Januari 1980.
Koperasi berada di gedung bekas kantor Kejaksaan Mangkunegaran.8
Selain mendirikan berbagai bidang usaha baru untuk menunjang perekonomian
Mangkunegaran. Berbagai pendekatan dilakukan pihak Mangkunegaran pada pemerintah
Republik agar dapat meninjau kembali status dana tersebut. Pemerintah Soekarno tidak
memberikan tanggapan perihal dana tersebut, sampai kemudian terjadi perubahan sistem
pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru.
8 Partini, ibid, hal. 126-127
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pada masa pemerintahan Soeharto tepatnya tahun 1970 dan kemudian 1974,
Mangkunagoro VIII mengupayakan kembalinya dana tersebut. Bukan sesuatu yang mudah
memang, proses yang dijalani pun amat panjang. Dengan negosiasi pihak HKMN yang diwakili
anggota-anggotanya seperti Mayjen Suryo Sumpeno, pengusaha terkenal Sukamdani S
Gitosardjono, mantan Menteri Kehutanan DR. Soedjarwo, dan ibu negara Tien Soeharto, dana
tersebut berhasil dikembalikan. Pengembaliannya tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara
bertahap.
Dana yang dimaksud berupa kepemilikan yayasan dilingkungan Mangkunegaran seperti :
Yayasan Cikal Bakal Mangkunegaran, Yayasan SMA Siswo Mangkunegaran, Yayasan PDMN,
Yayasan Ywapati, Yayasan SD Siswo Mangkunegaran, Yayasan Hardi Bangun Mangkunegaran,
Yayasan Bina Budaya Mangkunegaran, Perkumpulan PAKARTI Mangkunegaran (Karawitan
Beksan), Pengurus SMP Siswo IV Mangkunegaran, Pengurus TK Taman Putra Mangkunegaran,
HPMN (Himpunan Pemuda Mangkunegaran), HWMN (Himpunan Wanita Mangkunegaran), NV
Gianti, dan CV Aneka Ratna.9
Mangkunegaran menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan baik itu,
negarawan, politisi, diplomat, seniman, dan pengusaha-pengusaha terkenal. Kekayaan
budaya Mangkunegaran menjadi daya tarik, sumber inspirasi dan juga memiliki nilai jual
tersendiri. Tidak heran bila istana Mangkunegaran selalu masuk dalam daftar kunjungan para
tamu negara.
9 Dana Milik Mangkunegaran, Surakarta: Reksa Pustaka Mangkunegaran, Arsip No. 1001
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
C. Dampak Nasionalisasi pada bidang Sosial
Dalam bidang sosial, Sehubungan dengan timbulnya gerakan anti Swapraja yang terjadi
di Surakarta pada tahun 1946, peristiwa ini telah mengakibatkan dibekukannya kekuasaan
Swapraja dan kekuasaan diambil alih Pemerintah Republik Indonesia. Kejadian ini diikuti
dengan keluarnya Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 16/ S.D. tanggal 15 Juli 1946.
Penetapan Pemerintah ini diantaranya berisi tentang perubahan wilayah Surakarta dari
status Swapraja menjadi wilayah karisidenan yang langsung di bawah Pemerintah Republik
Indonesia, sehingga dua kabupaten yang semula berada di bawah Praja Mangkunegaran
saling melepaskan diri dan masing-masing menjadi Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten
Karanganyar hingga sekarang ini.10
Sedangkan Praja Mangkunegaran sendiri menjadi istana tanpa pemerintahan yang
resmi dan tinggal melestarikan warisan-warisan budaya yang ada.11 Mangkunegaran berusaha
untuk memperkuat jaringan sosialnya dengan memberi kesempatan masuknya anggota-anggota
kehormatan yakni orang-orang yang berjasa pada Mangkunegaran, Pejabat pemerintah, serta
tokoh masyarakat yang menaruh simpati pada Azas dan tujuan Mangkunegaran. Nama tokoh
terkenal berskala nasional seperti Iwan Tirta (seniman batik) dan Joop Ave (mantan menteri
pariwisata, pos dan telekomunikasi) adalah sebagian dari mereka yang diangkat sebagai anggota
kehormatan yang bertujuan untuk memperkuat kedudukan sosial Mangkunegaran. Usaha lainnya
untuk mengangkat derajat Mangkunegaran di mata masyarakat adalah dengan melalui
10 R. Joeniarto, Perkembangan Pemerintah Lokal, Bandung: Penerbit Alumni, 1982, hal 85-86. 11 M. Husodo Pringgokusuma, op. cit., 1983, hal. 16
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
perkawinan, biasanya dengan melalui justifikasi prasyarat perkawinan Jawa bibit, bebet dan
bobot.
Perkawinan ini diharapkan agar Mangkunegaran memperoleh pihak-pihak yang
menguntungkan bagi Mangkunegaran. Misalnya, perkawinan antara Sudjiwo Kusumo dengan
Sukmawati Sukarno Putri. Perkawinan yang berlangsung tahun 1974 itu tidak berumur
panjang. Perkawinan kedua Sudjiwo dengan Prisca Marina, putri Letjen Haryogi Supardi,
GRAy. Retno Satuti yang menikah dengan Alm. Rahardian Yamin, terakhir perkawinan GRAy.
Retno Astrini dengan Pangeran Syeh abu bakar dari Kerajaan Selangor Malaysia.
Dalam sopan santun berbahasa ditunjukan bahwa berbicara secara formal seperti dalam
pertemuan atau upacara resmi, seorang atasan terhadap bawahan memakai bahasa krama
sebagaimana kalau bawahan berbicara terhadapan atasan. Dari kenyataan di atas
menunjukkan bahwa Mangkunegaran telah berusaha meningkatkan dan menguatkan serta
memperluas nilai-nilai Mangkunegaran yang telah pudar dimata masyarakat Surakarta pada masa
Revolusi Indonesia dalam bidang sosial.
D. Dampak Nasionalisasi dalam Bidang Kebudayaan Mangkunegaran
Dalam bidang budaya, Mangkunegaran tidak mengalami perubahan berarti. Hanya saja
pengembangan budaya yang dahulu hanya sebatas pada sebatas daerah Swapraja, setelah
Nasionalisasi, Mangkunegaran mengembangkan kebudayaannya secara nasional. nampak
adanya usaha dalam menghidupkan budaya tradisi yang dipadukan dengan unsur budaya
modern. Sesuai dengan adanya demokratisasi di bidang budaya ini, Pura Mangkunegaran
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tidak pernah mendebatkan nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru, antara tradisi dan
modernisasi. Tetapi lebih menekankan pada pelestarian dan pengembangan tradisi yang
dipadukan dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena
itu warna budaya yang muncul tidak berupa seni yang klasik saja, namun juga pengaruh budaya
modern.
Usaha di bidang budaya juga nampak dalam hal upacara jumenengan pengageng
Pura Mangkunegaran yang telah mengalami perubahan. Sebelumnya upacara jumenengan ini
dilakukan oleh raja dari Kasunanan Surakarta, namun sejak jumenengan untuk KGPA
Mangkunegoro (IX) pada tanggal 24 Januari 1988 telah dilakukan sendiri oleh para Sesepuh
Agung Pura Mangkunegaran. Hal ini disebabkan Pura Mangkunegaran telah berdiri sendiri
dan sama sekali tidak tergantung dari Kasunanan Surakarta. Sehingga Pura Mangkunegaran
mempunyai kebebasan dalam melakukan kegiatan tradisinya.12
Mangkunegoro mempunyai kewenangan dan tugas sebagai pimpinan tertinggi
keluarga besar Mangkunegaran, baik dalam upacara-upacara tradisi yang berlaku di lingkungan
Mangkunegaran. Satu hal yang kini akan diterapkan untuk sedikit demi sedikit meninggalkan
tradisi yang sudah tidak lagi mempunyai nilai sosial ekonomi yang tidak juga sesuai dengan
kemajuan jaman. Tetapi itu bukan berarti semua tradisi akan hilang, seperti tradisi kirab
pusaka pada malam satu Suro atau jamas pusaka dan upacara yang sifatnya untuk
pelestarian budaya, selama masih diminati masyarakat tetap akan dipertahankan.13
12 Ketetapan Dewan Musyawarah Kerabat HKMN Suryasumirat No. III/TAP/HKMNS/VII/1988 13 Harian Suara Merdeka, 14 September 1987.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Dalam masa pembangunan ini Mangkunegaran di samping tetap mempertahankan
identitasnya sebagai keturunan priyayi Mangkunegaran, juga telah membaurkan diri dalam
masyarakat bangsa Indonesia dan berperan besar dalam Kebudayaan Nasional. Kenyataan
ini dapat ditinjau bahwa pihak Mangkunegaran telah banyak menyumbangkan ciri khas
kebudayaannya seperti bahasa, pakaian adat, kesenian, tarian perjuangan dan piwulang-
piwulang luhur lainnya. Semua ini mempunyai peran besar dan memberi identitas kepada
Kebudayaan Nasional. Anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah misalnya,
yang menggunakan bentuk bangunan Pendopo Ageng Istana Mangkunegaran. Ornamen
interior dan warna kuning-hijau (pari-anom) khas Mangkunegaran banyak digunakan dalam
bangunan monumental lainnya.
Usaha lain dengan dibentuknya Pusat Budaya Mangkunegaran yang merupakan
wadah pengelolaan di bidang budaya, sekaligus berfungsi sebagai pelestarian dan
penyebaran budaya Mangkunegaran khususnya, dan budaya Jawa pada umumnya. Di antara
kegiatannya adalah menyelenggarakan festival kesenian, menjalin kerja sama dengan
Perguruan Tinggi untuk kegiatan penelitian, seminar dan sebagainya. Selain itu juga
dilakukan pengiriman duta-duta kesenian ke luar negeri seperti Amerika, dan Belanda. Ini
menjadi bukti bahwa budaya Mangkunegaran tidak hanya untuk kerabat Mangkunegaran saja,
namun menjadi milik dan diabdikan pada bangsa dan negara.
Sehubungan dengan hal itu kerabat Mangkunegaran telah mendukung sepenuhnya
terhadap Kebudayaan Nasional, yakni melalui Pura Mangkunegaran dengan segala koleksinya
yang berupa benda-benda kuno, upacara adat, hingga pada arsitektur Pura. Di samping itu
ada pula Arsip dan Perpustakaan Reksa Pustaka yang menyimpan koleksi buku-buku kuno
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
yang maupun terbitan baru, foto-foto kuno, dan buku-buku sastra dari pihak Mangkunegaran
sendiri. Semua ini telah memberikan sumbangan yang besar terutama untuk kegiatan penelitian
dan kegiatan ilmiah lainnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam bab-bab dimuka,
maka dapat ditarik kesimpulan, yakni: pengawasan keuangan yang dilakukan oleh
Belanda kepada kondisi keuangan Mangkunegaran dimulai pada masa kekuasaan
Sri Mangkunegaran V dan mulai menemukan bentuknya pada saat Sri
Mangkunegara VII berkuasa. Komisi yang dibentuk untuk membatasi kekuasaan
Superintendent dalam hal pengambilan keputusan keuangan merupakan langkah
maju dalam sistem pengawasan keuangan Mangkunegaran. Sistem pengawasan
keuangan dalam bentuk komisi ini bertahan hingga masa kemerdekaan Republik
tahun 1946. Revolusi Sosial yang terjadi di Surakarta mengakibatkan terjadinya
Perebutan aset ekonomi yang dimiliki oleh Praja Mangkunegaran oleh badan-
badan revolusioner yang ada di Surakarta dan dihapuskannya daerah Swapraja
Surakarta.
Komisi Dana Milik Mangkunegaran kemudian di bekukan dan perannya
dalam mengurusi aset perusahaan Mangkunegaran di gantikan oleh badan-badan
baru bentukan Pemerintah Pusat seperti BPPGN, PPN dan PPRI. Proses
nasionalisasi aset Mangkunegaran ini berjalan tanpa hambatan pada awalnya,
bahkan Mangkunegaran bersikap kooperatif. Dalam penerapannya, pengelolaan
aset perusahaan Mangkunegaran tetap terdapat campur tangan oleh
Superintendent, hal ini dibuktikan dengan laporan keuangan yang dibuat oleh
Superintendent Mangkunegaran saat itu Ir. Sarsito Mangoenkoesoemo tentang
kondisi keuangan perusahaan-perusahaan Mangkunegaran.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan Mangkunegaran
digunakan sebagian besar untuk kepentingan Republik dan Mangkunegaran
merasa tidak puas dengan hal ini. Hal ini terjadi karena Pemerintah Republik
menghadapi masa-masa sulit untuk menghadapi agresi militer yang dilakukan
oleh Belanda.
Mangkunegaran yang merasa bahwa aset-aset yang dimilikinya telah
diambil alih oleh Pemerintah Pusat kemudian berusaha untuk mengambil kembali
penguasaan atas Dana Miliknya. Pada tahun 1948, Mangkunegaran mengaktifkan
kembali Komisi Dana Milik Mangkunegaran dan mengambil kembali penguasaan
atas aset-aset perusahaan Mangkunegaran.
Pemerintah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia
pada tahun 1949, hal ini semakin mempersulit posisi Mangkunegaran dalam
mempertahankan aset-aset miliknya. Konflik terbuka antara Pemerintah Pusat
dengan Praja Mangkunegaran akhirnya diselesaikan dalam Pengadilan Negeri di
Jakarta dengan kekalahan Mangkunegaran. Sebagai hasilnya Komisi Dana Milik
Mangkunegaran dibubarkan dan posisi Superintendent ditiadakan.
Proses nasionalisasi aset Mangkunegaran yang berlangsung selama kurang
lebih sembilan tahun ini menunjukan bahwa Mangkunegaran masih berhasrat
untuk diakuinya Praja Mangkunegaran sebagai daerah Swapraja. Aset-aset yang
dimilikinya hingga masa kemerdekaan menunjukan kebesaran Mangkunegaran
sebagai kerajaan yang berhasil mengembangkan penerapan sistem ekonomi Eropa
dalam kehidupan bernegaranya.
Hilangnya aset ekonomi ini tentu saja berdampak sangat luas dalam
kehidupan Praja Mangkunegaran. Baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sosial dan budaya. Praja Mangkunegaran kemudian beradaptasi dengan
mengaktifkan Himpunan Kekerabatan Mangkunegaran untuk mengangkat
kembali status dan kedudukan Mangkunegaran dalam masyarakat Surakarta yang
pernah hancur dalam masa Revolusi Sosial di Surakarta.
Mangkunegaran kemudian menjadi pusat seni dan budaya berskala
Nasional dan Internasional, Praja Mangkunegaran tidak pernah mendebatkan
nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru, antara tradisi dan modernisasi. Tetapi
lebih menekankan pada pelestarian dan pengembangan tradisi yang dipadukan
dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh
karena itu warna budaya yang muncul tidak berupa seni yang klasik saja, namun
juga pengaruh budaya modern. Hal ini sesuai dengan tujuan Mangkunegaran yaitu
mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Mangkunegaran khususnya, dan
budaya Jawa pada umumnya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.