Peranan Forensic Auditing dalam Penegakan Good · PDF file2. Ketidakterbukaan atas informasi...
Transcript of Peranan Forensic Auditing dalam Penegakan Good · PDF file2. Ketidakterbukaan atas informasi...
PERANAN FORENSIC AUDITINGDALAM PENEGAKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh : Muh Arief Effendi SE MSi Ak QIAOleh : Muh. Arief Effendi,SE,MSi,Ak,QIA(Senior Auditor Operasional PT. Krakatau Steel ,
Dosen Luar Biasa FE Universitas Trisakti, Trisakti School of Management (STIE) Trisakti & Universitas Bakrie Jakarta)
KULIAH UMUMUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHAUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG, 22 MEI 2010
TOPICSTOPICS
What is Good Corporate Governance (GCG)?
What is Forensic Auditing ?
Role of Forensic Auditing on Implementing GCG
Fraud Terminology.
Auditor responsibility to investigate of fraud.p y g
The “Four” phase of forensic audit process
GOOD CORPORATE GOVERNANCE :BACKGROUND
1. Penggunaan perusahaan sebagai kendaraan (vehicle) untuk mendapatkan dana murah dari masyarakat.
2 Ketidakterbukaan atas informasi bisnis yang berisiko 2. Ketidakterbukaan atas informasi bisnis yang berisiko. 3. Penggunaan nama perusahaan untuk pinjaman pribadi.4. Keputusan bisnis yang diambil karena moral hazard. 5 Intervensi pemegang saham atau pihak lain (termasuk Pejabat 5. Intervensi pemegang saham atau pihak lain (termasuk Pejabat,
partai politik) dalam kegiatan perusahaan.6. Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan. 7 Perusahaan “highly leveraged” tidak mempertimbangkan service 7. Perusahaan highly leveraged tidak mempertimbangkan service
capacity.8. Diversifikasi dan ekspansi usaha yang tidak hati-hati
(prudential). 9. Risiko tidak dikelola secara hati-hati.10. Diabaikannya hak-hak pemegang saham minoritas (minority
interest).
CORPORATE GOVERNANCE REFORM IS A WORLDWIDE PHENOMENON
Corporate governance codes during the last decade
Date code published (latest code)
Pre-1997Australia (2002)Canada (2004)France (2002)
2003CyprusMauritiu
1999Brazil (2002)
1997Finland (2000)J (2001)
France (2002)Ireland (1999)New Zealand (2000)South Africa (2002)
2002Austria
MauritiusOmanTurkey
Brazil (2002)China, Hong Kong (2001)Italy (2002)Kenya (2000)
l i
Japan (2001)Kyrgyz RepublicNetherlands (2003)Sri Lanka
Spain (2003)Sweden (2001)UK (2003)US (2003)
1998Belgium (2000)
2000Denmark (2001)Indonesia (2001)Phili i
2001ArgentinaChina,
ChileColombiaPakistanPoland
i
Source: ECGI; web sites; clippings
MalaysiaMexicoPortugalSouth Korea
Thailand Greece (2001)Germany (2003)India (2003)
Philippines (2002)Romania (2002)Singapore (2001)
,mainlandCzech RepublicMaltaPeru (2002)
RussiaSlovakiaSwitzerland
PREMIUM INVESTORS WOULD PAY FOR A WELL-GOVERNED COMPANY VARIES BY COUNTRY
Average premiums of those investors willing to pay premium
4139 38
2725 25 24 24 24 23 23 22 22 22 21 21 21 20 20 19 19 18
16 15 14 14 13 13 1313 13 13 12 11
Mor
occo
Egy
ptR
ussi
aTu
rkey
Indo
nesi
aC
hina
Arg
entin
aVe
nezu
ela
Bra
zil
Pola
ndIn
dia
Mal
aysi
aPh
ilipp
ines
outh
Afr
ica
Japa
nSi
ngap
ore
Col
ombi
aou
th K
orea
Tha
iland
Mex
ico
Taiw
anC
hile
Ital
yw
itzer
land
U.S
.Sp
ain
Ger
man
yFr
ance
Swed
enU
.K.
Can
ada
P So So SwSource : Advanced Risk Management Workshop, The World Bank, Washington, DC, May 2004
PROGRESS ACROSS THE REGION ON SOME ISSUES
Independent director and audit committee requirementsIndependent director and audit committee requirements
Independent1997
Independent2003
Independent directors? Audit committees?
Independent directors? Audit committees?
China
Hong Kong
India
Indonesia
Malaysia
Philippines
Singapore
South Korea
TaiwanTaiwan
ThailandSource: Asian Corporate Governance Association
Good Governance in ASEAN CountriesAngka CPI Indonesia Diantara Negara-negara ASEAN
9
10
5
6
7
8
2
3
4
5
0
1
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Indonesia Filipina Thailand Malaysia Singapura
Source: Tranparency International, 2008
CORRUPTION PERCEPTION INDEX (CPI) 2009
ASEAN COUNTRIES
P t P D l P l P blik
Good Governance in the WorldPersentase Penyuapan Dalam Pelayanan Publik
Quintile Countries/Territories
Top quintile: Albania Cambodia Cameroon FYR Macedonia Kosovop qMore than 32% Albania, Cambodia, Cameroon, FYR Macedonia, Kosovo,
Nigeria, Pakistan, Philippines, Romania, SenegalSecond quintile: 18 32%
Bolivia, Dominican Republic, Greece, India, Indonesia, Lithuania, Moldova Peru Serbia Ukraine
% of respondents 18 – 32% Moldova, Peru, Serbia, Ukraine
Third quintile: 6 – 18%
Bulgaria, Croatia, Czech Republic, Luxembourg, Malaysia, Panama, Russia, Turkey, Venezuela, Vietnam
reporting they paid a bribe to
Fourth quintile: 2 – 6%
Argentina, Bosnia-Herzegovina, Finland, Hong Kong, Ireland, Portugal, South Africa, Spain, United Kingdom, United States
Bottom quintile: Austria Canada Denmark France Iceland Japan South Korea
obtain a service
Bottom quintile: Less than 2%
Austria, Canada, Denmark, France, Iceland, Japan, South Korea, Netherlands, Sweden, Switzerland
Source: Transparency International Global Corruption Barometer 2007.
Mengapa GCG harus Mengapa GCG harus dii l t ik ?dii l t ik ?diimplementasikan ?diimplementasikan ?
CompanyCompany
CompanyCompany
Good Corporate GovernanceBad Corporate Governance
GCG in Simple Terms
Doing the right thingD i th thi i ht
For the balanced interests of shareholders
THE RIGHT WTPP :
Doing the thing rightand other stakeholders
B d th i i l TARIF THE RIGHT WTPP :
In the Right WayAt the Right Time
Based on the principles TARIF :TransparencyAccountabilityResponsibility At the Right Time
In the Right Place By the Right People
ResponsibilityIndepedencyFairness
MELAKUKAN APA YANG DITULIS DAN
MENULISKAN APA YANG DILAKUKANGCG ISO
CONCEPT
GOOD CORPORATE GOVERNANCE :DEFINITION
SISTEM (SYSTEM):Mengatur bagaimana korporasi diarahkan dan dikendalikan untuk meningkatkan kemakmuran bisnis secara accountable untuk meningkatkan kemakmuran bisnis secara accountable untuk mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tidak mengabaikan kepentingan stakeholder lainnya.
STRUKTUR (STRUCTURE): Memberikan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab antara pihak pihak yang berkepentingan atas korporasi mencakup antara pihak-pihak yang berkepentingan atas korporasi, mencakup proses kontrol internal dan eksternal yang efektif serta menciptakankeseimbangan internal (antar organ perusahaan) dan keseimbangan eksternal (antar stakeholders)eksternal (antar stakeholders)
(Sumber : OECD Principles, 2004)
GOOD CORPORATE GOVERNANCE : BENEFIT
• Pengelolaan sumber daya (resources) perusahaan secara amanah dan bertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan (sustainable kinerja perusahaan secara berkelanjutan (sustainable company).
• Perbaikan citra (image) perusahaan sebagai agen ekonomi yang bertanggungjawab (good corporate citizen) sehingga yang bertanggungjawab (good corporate citizen) sehingga meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm).
• Peningkatkan keyakinan investor terhadap perusahaan sehingga menjadi lebih atraktif sebagai target investasisehingga menjadi lebih atraktif sebagai target investasi.
• Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan asing
• Melindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntutan hukumMelindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntutan hukum
FORENSIC AUDITING :OVERVIEWOVERVIEW
Forensic auditing is a new discipline in the modern auditing.
Dalam Forensic Auditing memerlukan alat bantu (tool) Ilmu Akuntansi Forensik (Forensic Accounting).( g)
Akuntansi Forensik merupakan integrasi antara akuntansi (accounting), teknologi informasi (information technology) dan ketrampilan investigasi (investigation skill).
FORENSIC AUDITING :P i i i iPrinsip-prinsip
Forensic audit adalah tindakan mencari kebenaran, melalui aktivitas investigasi.
Aktivitas investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.
Semakin kecil selang (gap) antara waktu terjadinya fraud dengan waktu untuk ‘merespons’ maka kemungkinan bahwa suatu fraud dapat terungkap akan semakin besar.g
Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti (evidence) yang diperolehnya tersebut dapat memberikan kesimpulan sendiri/berceritakesimpulan sendiri/bercerita.
FORENSIC AUDITING :P i i i iPrinsip-prinsip
Bukti fisik (physical evidence) merupakan bukti nyata. Buktitersebut sampai kapanpun akan selalu mengungkapkan halyang sama.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara (interview)d k i k t di hi l h k l hdengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahanmanusia.
Jika auditor mengajukan pertanyaan (kuesioner) yang cukupJika auditor mengajukan pertanyaan (kuesioner) yang cukupkepada sejumlah orang yang cukup, maka akhirnya akanmendapatkan jawaban yang benar.
Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.
PERANAN FORENSIC AUDITINGDALAM IMPLEMENTASI GCG
Auditor Internal merupakan salah satu pilar GCG yangmemiliki peran cukup penting dalam implementasi GCG,terutama dari aspek pengendalian.
Auditor Internal dapat berperan untuk mendorongAuditor Internal dapat berperan untuk mendorongimplementasi GCG melalui pencegahan, pendeteksian &penginvestigasian tindak kecurangan (fraud) yang terjadi disuatu organisasi / perusahaan.suatu organisasi / perusahaan.
Melalui teknik forensic audit maka Auditor Internal( k A di Ek l) d k j di(termasuk Auditor Eksternal) dapat mengungkap terjadinyafraud lebih cepat dan lancar, dibandingkan dengan audittradisional.
FRAUD TERMINOLOGYFRAUD TERMINOLOGY
Fraud : tindakan kriminal (crime) yang dilakukan secara sengaja oleh sesorang atau beberapa orang berupa kecurangan / ketidakberesan (irregularities) atau penipuan yang melanggar hukum (illegal act) untuk mendapatkan keuntungan atau mengakibatkan kerugian suatu organisasi / perusahaan.perusahaan.Fraud dapat dilakukan oleh seseorang dari dalam maupun dari luar perusahaan. F d dil k k l h d l h (i t l f d)Fraud umumnya dilakukan oleh orang dalam perusahaan (internal fraud) yang mengetahui kebijakan dan prosedur perusahaan. Internal fraud : Employee fraud & Fraudulent financial reporting
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT FRAUDTERLIBAT FRAUD
Internal fraud :
Employee fraud .
Management Fraud : Fraudulent financial reporting.
Eksternal fraud :
Supplier / Vendor.pp
Customer
Auditor Independen / KAPAuditor Independen / KAP
Bank, Pajak, Instansi Pemerintah dll
AKSIOMA DALAM FRAUDAKSIOMA DALAM FRAUD
Fraud pada hakekatnya selalu tersembunyi.Tidak ada keyakinan absolut yang dapat diberikan bahwa fraudbenar-benar terjadi atau tidak terjadibenar-benar terjadi atau tidak terjadi.
Pembuktian fraud secara timbal balik (reverse proof /audit dua sisi) :Untuk mendapatkan bukti bahwa fraud tidak terjadi, auditorharus juga berupaya membuktikan fraud telah terjadi.Untuk mendapatkan bukti bahwa fraud telah terjadi, auditorharus juga berupaya membuktikan fraud tidak terjadi.
Hanya pengadilan (hakim) yang menetapkan final bahwa fraudmemang terjadi, bukan auditor.
Bersalah atau tidaknya seseorang adalah merupakan dugaanBersalah atau tidaknya seseorang adalah merupakan dugaanatau bagian dari “teori”, sampai pengadilan memberikankeputusan.
PROSES & UNSUR FRAUDPROSES & UNSUR FRAUD
Proses fraud : 1 penc rian (th ft)1. pencurian (theft).2. konversi (conversion) .3 l b h / t ( l )3. pengelabuhan / penutupan (concealment).Unsur-unsur fraud :1. Minimal ada dua pihak (collussion), 2. tindakan penggelapan (false representation).3. dilakukan dengan sengaja.4. menimbulkan kerugian nyata atau potensial
PENYEBAB / FAKTOR PEMICU FRAUDPEMICU FRAUD
1. Tekanan (Unshareable pressure/ ncentive) merupakan motivasi seseorang melakukan fraud, misalnyamotivasi seseorang melakukan fraud, misalnya motivasi ekonomi, alasan emosional (iri/cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi) dan nilai (values).
2. Adanya kesempatan (Perceived Opportunity) : kondisi yang memungkinkan seseorang melakukan / menutupi i d k id k j jtindakan tidak jujur.
3. Rasionalisasi (Rationalization) atau sikap (Attitude), yang paling banyak digunakan adalah hanyayang paling banyak digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri.
SEGITIGA FRAUD(THE FRAUD TRIANGLE)(THE FRAUD TRIANGLE)
JENIS JENIS FRAUDJENIS-JENIS FRAUD
1. Pemalsuan (Falsification) data dan tuntutan palsu(illegal act).
2. Penggelapan kas (embezzlement cash), pencurian persediaan/aset (Theft of inventory / asset) dan p ( f f y )kesalahan (false) atau misleading catatan & dokumen.
3. Kecurangan Komputer (Computer fraud) : tindakan3. Kecurangan Komputer (Computer fraud) : tindakanilegal yang mana pengetahuan tentang teknologi komputer adalah esensial untuk perpetration,investigation atau prosecution.
KATEGORI FRAUDKATEGORI FRAUD
1. Penyalahgunaan wewenang/jabatan (Occupational Frauds); kecurangan yang dilakukan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi untuk individu yang bekerja dalam suatu organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
2 Kecurangan Organisatoris (Organisational Frauds); 2. Kecurangan Organisatoris (Organisational Frauds); kecurangan yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri demi kepentingan/keuntungan organisasi itu.
3. Skema Kepercayaan (Confidence Schemes).
Dalam kategori ini, pelaku membuat suatu skema g pkecurangan dengan menyalahgunakan kepercayaan korban.
KATEGORI FRAUDKATEGORI FRAUD
Fraud yang dilakukan demi keuntungan suatu organisasi, misalnya :1. Penjualan asset fiktif.2. Pembayaran yang tidak syah, seperti penyuapan, pemberian komisi, y y g y , p p y p , p ,
donasi politis, pembayaran kepada pejabat, pelanggan atau pemasok.3. Dengan sengaja melakukan penilaian yang salah atas transaksi, asset,
pendapatan atau kewajiban.4. Dengan sengaja melakukan transaksi hubungan istimewa.5. Dengan sengaja tidak mencatat (unrecorded) atau tidak menjelaskan
informasi yang signifikan sehingga gambaran keuangan dari suatu i i tid k b k torganisasi tidak menggambarkan apa yang senyatanya.
6. Melakukan aktivitas bisnis yang bertentangan dengan peraturan perundangan Pemerintah.
7 Kecurangan dibidang perpajakan (Tax Fraud)7. Kecurangan dibidang perpajakan (Tax Fraud).
KATEGORI FRAUDKATEGORI FRAUD
Fraud yang dilakukan dengn jalan merugikan suatu organisasi, misalnya :
1 M i t k i i1. Menerima uang suap atau komisi.2. Pengalihan keuntungan yang akan diterima oleh organisasi
(perusahaan) kepada seseorang di dalam ataupun diluar perusahaan.
3. Dengan sengaja menyalahgunakan harta kekayaan organisasi (perusahaan) dan memalsukan catatan-catatanorganisasi (perusahaan) dan memalsukan catatan catatan keuangan.
4. Dengan sengaja menyembunyikan atau salah (falsifikasi) menyajikan data atau kejadianmenyajikan data atau kejadian.
5. Tuntutan atas imbalan jasa atau barang yang tidak diberikan kepada organisasi (perusahaan) tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD
Pengendalian intern suatu organisasi (perusahaan) tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.
Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas merekaPegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang
h ti d k f dmengarah tindakan fraud.
Model manajemen sendiri melakukan fraud, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku..
Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan , biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.berlebihan.
Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi fraud .
SYMPTOMSSYMPTOMS
Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung. y g g
Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-gejala (symptoms) sbb :munculnya gejala gejala (symptoms) sbb :
1. Adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang.
2 D k t i i k2. Dokumentasi yang mencurigakan.
3. Keluhan dari pelanggan (customer) / pemasok (supplier).
4. Kecurigaan dari rekan sekerja.
SYMPTOMSSYMPTOMS
Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakantimbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang.
Karakterikstik yang bersifat kondisi / situasi tertentu, perilaku / kondisi seseorang personal tersebut dinamakan p g pRed flag (Fraud indicators).
WARNING SIGNSWARNING SIGNS
Warning sign timbulnya fraud dapat diketahui oleh Auditor Internal pada saat melakukan audit kinerjaAuditor Internal pada saat melakukan audit kinerja (performance audit), audit keuangan (financial audit) maupun audit operasional (operational audit) berupa red flag atau fraud indicator.Dalam hal perencanaan audit (audit plan) guna mencari informasi tentang masalah-masalah keuangan yang dihadapi para karyawan atau k flik t j di t h dkonflik yang terjadi antara perusahaan dan karyawan sebagai warning sign
WARNING SIGNSWARNING SIGNS
Auditor harus waspada apabila memperoleh informasi sebagai b ikberikut :
Terdapat perubahan yang tidak biasa pada perilaku dan pola hidup karyawan yang mengelola aktiva-aktiva perusahaan p y y g g pyang rentan terhadap penyalahgunaan. Karyawan yang menangani aktiva-aktiva perusahaan
h d i k li kmenghadapi kesulitan keuangan. Karyawan yang mengelola aktiva-aktiva perusahaan ternyata tidak disenangi oleh karyawan-karyawan lain.g y y
LEGAL ASPECTLEGAL ASPECT
Banyak kasus fraud tidak dapat dibawa ke sidang pengadilan karena barang bukti yang ditinjau dari aspek hukum (legal aspect) tidak memadai. Alasannya adalah bukti yang dikumpulkan pada kasus fraud sangat kompleks dan memerlukan perlakuan / pengujian khusus.memerlukan perlakuan / pengujian khusus. Oleh karena itu bukti harus ditangani secara hati-hati untuk mencegah penolakan dalam pengadilan dan agar diperhatikan aspek hukum sehingga apabila digunakan sebagai bahan bukti memiliki kekuatan hukum yang vaild.
FORENSIC AUDIT :Tanggung Jawab Auditor Independen
Statements on Auditing Standards (SAS) No. 82:Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.
Diterbitkan oleh ASB pada Februari 1997.
Auditor harus bertanggung jawab untuk mendeteksi danAuditor harus bertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.
setiap melakukan audit auditor harus menilai risiko (assessment of risk) kemungkinan terdapat salah saji material (material misstatement) pada laporan keuanganmaterial (material misstatement) pada laporan keuangan yang disebabkan oleh fraud.
FORENSIC AUDIT :Tanggung Jawab Auditor Independen
Statements on Auditing Standards No. 99g(Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit).
Revisi dari SAS No. 82, diberlakukan efektif untuk audit laporan keuangan setelah tgl 15 Desember 2002laporan keuangan setelah tgl 15 Desember 2002.Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan reasonable
b h l k b b d i l h jiassurance bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan errormaupun fraudmaupun fraud.Terdapat perubahan penting terhadap prosedur audit serta dokumentasi yang harus dilakukan oleh auditor .M k di i d d iliki i iMenegaskan agar auditor independen memiliki integritas serta menggunakan professional skepticism melalui critical assessment terhadap audit evidence yang dikumpulkan.
FORENSIC AUDIT :Tanggung Jawab Auditor Independen
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)Standar Auditing Seksi 110 :
“Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen• Pada paragraf 2, auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yangapakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
• Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor d t l h k ki d i b k tl k b hdapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.
• Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
FORENSIC AUDIT :T J b A dit I t lTanggung Jawab Auditor Internal
Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 : 66-67) , dalam melakukan investigasi, auditor internal diwajibkan :
M l k k k t k ki t j di f da. Melakukan asesmen yang seksama atas kemungkinan terjadinya fraud.b. Meyakini bahwa pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk
menangani investigasi ini secara kelompok memang dimiliki oleh auditor internal.c Membuat suatu alur prosedur untuk mengidentifikasi : siapa yang terlibat (pelakuc. Membuat suatu alur prosedur untuk mengidentifikasi : siapa yang terlibat (pelaku
fraud), sejauhmana luasnya fraud, kapan dan dimana dilakukan serta bagaimana teknik fraud yang dipakai dan tentunya juga berapa potensi kerugian yang diderita akibat perbuatan fraud tadi.akibat perbuatan fraud tadi.
d. Dalam melakukan investigasi diharapkan auditor internal selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, misalnya bagian Personalia, Hukum, Security dan lain sebagainya.g y
e. Untuk menjaga reputasi organisasi, pelaksanaan investigasi agar menjunjung tinggi harkat dan martabat personil yang diinvestigasi.
FORENSIC AUDIT :I ti ti T h iInvestigation Technique
Agar forensic audit yang dilakukan oleh auditor internal & auditor eksternal dapat optimal, serta menghasilkan pembuktian yang meyakinkan maka auditor harus menguasai beberapa teknik investigasi, sbb :
1. Teknik penyamaran / teknik penyadapan.2 T k ik / i t i dil k k t k l h i f i2. Teknik wawancara / interview, dilakukan untuk memperoleh informasi
yang relevan dengan fraud. 3. Teknik merayu untuk mendapatkan informasi, dapat dilakukan oleh
auditor sendiri atau dengan minta bantuan pihak lainauditor sendiri atau dengan minta bantuan pihak lain,4. Mengerti bahasa tubuh, hal ini untuk mengetahui apakah jawaban
auditee bohong atau jujur.5. Dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT (Computer5. Dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT (Computer
Assisted Audit Tools).
FORENSIC AUDITING :THE FOUR PHASES
Phase I : Problem Recognition and Review Planning
Phase II : Evidence Collections
Phase III : Evidence Evaluation
Phase IV : Report Findings
PROBLEM RECOGNITION :Tujuan penyusunan Hipotesis
1. Memberikan batasan serta mempersempit ruanglingkup (scope) audit.g p ( p )
2. Menyiagakan auditor terhadap semua fakta danhubungan antar fakta yang telah teridentifikasi.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam membangunfakta-fakta yang tercerai-berai tanpa koordinasi ked l t k t ti d l hdalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh
4. Sebagai panduan dalam pengujian (testing) serta penyesuaian fakta dan antar faktapenyesuaian fakta dan antar fakta.
PROBLEM RECOGNITION
Source data (internal/
t l)Analyzing Hypothesis Testing Revised
Hypothesisexternal). Hypothesis
Who; How; Where; When
Tentative Audit Objective
Final Audit Objecti eWhere; When Audit Objective Objective
PROBLEM RECOGNITION :Fl Ch tFlow Chart
COMPLAINT/RED FLAGS IDENTIFICATION ANALYSISRED FLAGS
EVALUATION ADDITIONALINFORMATION
IndicationYES
NOIndication
Forensic Audit
STOP
PROBLEM RECOGNITION :5 W + 1 H5 W + 1 H
1. What.
2. Who.
3. Where.
4. When.
5 Wh5. Why.
6. How.
PROBLEM RECOGNITION :Wh tWhat
Informasi penyimpangan “Apa (What)” yang telah dilakukan berguna dalam hipotesa awal untukdilakukan, berguna dalam hipotesa awal untuk menentukan unsur melawan hukum dan atau penyimpangan yang dilakukan.
Penyimpangan harus dianalisis apakah kegiatan tersebut mengakibatkan dampak adanya kerugian keuangan perusahan.
PROBLEM RECOGNITION :WhWho
Informasi tentang “Siapa/(Who)” yang melakukan penyimpangan mungkin saja tidak terungkappenyimpangan, mungkin saja tidak terungkap dalam pengaduan.
S j i f i l i di k d lSepanjang informasi lainnya diungkap dalam pengaduan seperti unsur what, where, dan when, maka auditor dapat melakukan hipotesa awal kemungkinan siapa yang melakukan penyimpangan dan mungkin saja data/informasi ini akan diperoleh setelah melakukan forensicini akan diperoleh setelah melakukan forensic audit melalui aktivitas investigatif .
PROBLEM RECOGNITION :WhWhere
Informasi tentang “Dimana (Where)” terjadinya penyimpangan juga merupakan salah satu faktorpenyimpangan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus ada untuk menentukan layak tidaknya dilakukan forensic
ditaudit.
Tidak adanya informasi ini akan menjadi kendala dalam menentukan ruang lingkup penugasan. Oleh karena itu diperlukan informasi/data tambahan sehingga kriteria tersebut dapattambahan sehingga kriteria tersebut dapat diperoleh.
PROBLEM RECOGNITION :WhWhen
Informasi tentang “Kapan (When)” terjadinya penyimpangan juga merupakan salah satu faktorpenyimpangan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus ada untuk menentukan layak tidaknya dilakukan forensic
ditaudit.
Tidak adanya informasi ini akan menjadi kendala dalam menentukan ruang lingkup penugasan. Oleh karena itu diperlukan informasi/data tambahan sehingga kriteria tersebut dapattambahan sehingga kriteria tersebut dapat diperoleh.
PROBLEM RECOGNITION :WhWhy
Identifikasi tentang “Why” dalam informasi awal penting untuk menentukan alasan logis ataspenting untuk menentukan alasan logis atas terjadinya suatu penyimpangan sehingga memperkuat hipotesa yang akan ditetapkan.
Meskipun informasi ini jarang terungkap dalam pengaduan, namun hal ini tidak mengurangi perlunya dilaksanakan forensic audit atas suatu informasi awal, apabila informasi atas unsur-unsur lainnya telah mencukupi.lainnya telah mencukupi.
PROBLEM RECOGNITION :HHow
Unsur “Bagaimana (How)” berkaitan langsung dengan modus operandi atau cara seseorang ataudengan modus operandi atau cara seseorang atau pihak tertentu melakukan penyimpangan atau pelanggaran.
Unsur “how” merupakan tindakan-tindakan verbal seseorang sehingga secara keseluruhan merupakan indikasi penyimpangan, atau sebaliknya seseorang tidak melakukan suatu tindakan sehingga mengakibatkan penyimpangantindakan sehingga mengakibatkan penyimpangan atau kerugian perusahaan / keuangan negara.
REVIEW PLANNING :
Karakteristik yang unik : SasaranSumber informasiRuang lingkup dampakReferensi yang digunakan
Variabel struktural :Variabel struktural :Peran setiap individu Ruang lingkupTujuanK d l li iKedalaman analisis
Kesulitan yang umum :Komunikasi tentang biayag yKesepakatan Struktur TimKerahasiaanKecukupan Data
REVIEW PLANNING :SMEAC MODEL
SituationsMissionsExecutionAdministration & LogisticCommunications.
REVIEW PLANNING :Situations
Gambaran keadaan yang terjadi.
Substansi pengaduan/penyimpanganyang akan dibuktikan.
REVIEW PLANNING :Mi iMissions
Harapan yang ingin dicapai.
Misi dapat dijabarkan dalam Sub-sub komponensub komponen.
Upaya untuk membuktikan hipotesisUpaya u tu e bu t a potes s
REVIEW PLANNING :E tiExecution
Bagaimana misi dapat dicapai
• Penyusunan Program Forensic Audit
• Penentuan Komposisi Tim Audit
Jangka waktu dan Anggaran Biaya• Jangka waktu dan Anggaran Biaya
REVIEW PLANNING :Ad & LAdm & Log
Tugas, tujuan hasil yang akan dicapai.Dukungan tenaga ahli (spesialis) yang diperlukan.Pendelegasian pemisahanPendelegasian, pemisahan tugas/wewenang.Peralatan khusus yang akan digunakan.Peralatan khusus yang akan digunakan.Contingency planning.Hal-hal penting lainnya.
REVIEW PLANNING :C i tiCommunication
Kegagalan perencanaan disebabkan k l b k ik i kegagalan berkomunikasi atau sistem komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu kunci sukses dalam investigasi u c su ses da a est gasfraud.
COLLECTIONS
Meyakini bahwa bukti-bukti (evidence) yang diperoleh selama fase identifikasi y g pmasalah dapat diandalkan atau tidak (misleading).( g)
Mengidentifikasi ketiga elemen fraud : Tindakan (act).Penyembunyian (concealment).Penyembunyian (concealment).Pengubahan / konversi (conversion).
COLLECTIONS :E idEvidence
Without evidence, there is no case.Hasil investigasi yang dilakukan auditor dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk menunjang suatu pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh pihak Kepolisian atau Kejaksaan.
Selain itu dapat digunakan sebagai bukti pendahuluan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) apabila memang suatu fraud diduga terjadi yang mengarah kepada suatu peristiwa kriminal (crime acts), dalam hal ini adalah korupsi.
Kesimpulan akhir dari audit investigasi oleh auditor dapat disampaikan kepada lembaga yang berwenang, seperti Kejaksaan,disampaikan kepada lembaga yang berwenang, seperti Kejaksaan, Kepolisian, KPK, apabila diminta, dengan mengikuti ketentuan / perundang-undangan yang berlaku.
COLLECTIONS :E idEvidence
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Relevan dan sahIs it relevant ?Is it admissible ?Is The Witness Competent ?
2. Teknik Pengumpulan Bukti :g pObservasi FisikAnalisisInterview
3. Langkah-Langkah Pengumpulan Bukti :Membangun circumstantial Evidence dan mengumpulkan informasimelalui saksi yang kooperatif.Identifikasi bukti langsung (Direct Evidence) berdasarkanIdentifikasi bukti langsung (Direct Evidence) berdasarkancircumstantial evidenceSeal the case
COLLECTIONS :E id T (1)Evidence Type (1)
1. Bukti Utama (Primary Evidence)2. Bukti Tambahan (Secondary Evidence)3. Bukti langsung (direct evidence)4. Bukti Tidak Langsung (Circumstantial Evidence)5. Bukti Gabungan (Comparative Evidence)6 B kti St ti tik (St ti ti l E id )6. Bukti Statistik (Statistical Evidence)
COLLECTIONS :E id T (2)Evidence Type (2)
1. Keterangan Saksi2. Keterangan ahli3. Surat3. Surat4. Petunjuk5 Keterangan terdakwa5. Keterangan terdakwa
COLLECTIONS :E id SEvidence Source
1. Saksi2 Cli2. Client agency3. Instansi Pemerintah4 Perusahaan / Badan-badan Swasta4. Perusahaan / Badan-badan Swasta5. Informasi elektronik6. Bukti forensik7. Alat komunikasi elektronik8. Tersangka9 K li i d b d i lij9. Kepolisian dan badan intelijen10. Sumber informasi lain (umum).
COLLECTIONS :Q tit E idQuantity Evidence
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana j ppada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia g y y gmemperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
COLLECTIONS :Q lit E idQuality Evidence
1 Relevant1.Relevant2.Competentp3.Material
COLLECTIONS :R l t E idRelevant Evidence
Bukti dianggap cukup relevan jika bukti tersebut merupakan salah satu bagian dari rangkaian bukti-bukti (chain of evidence) yang
b k t k j di t jikmenggambarkan suatu proses kejadian atau jika bukti tersebut secara tidak langsung menunjukkan kenyataan dilakukan atau tidakmenunjukkan kenyataan dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perbuatan.
COLLECTIONS :C & M i l E idCompetent & Material Evidence
Bukti dianggap kompeten jika bukti tersebut sah dan meyakinkan (valid) yang menggambarkan suatu modus operandi suatu fraud.
materialitas (materiality) dalam forensic audit menekankan pada hubungan bukti terhadap sangkaan yang diindikasikan.
COLLECTIONS :Q lit E idQuality Evidence
BentukBentuk
Sumber
Cara Perolehannya
COLLECTIONS :M th dMethod
Membangun circumstantial case;Membangun circumstantial case;
Menggunakan circumstantial evidence untuk mengidentifikasi dan beralih ke saksi internal yang dapat memberikan bukti langsung tentang pihak-pihak yang diduga terlibat;
Seal the case
EVALUATIONS
Untuk meyakinkan bahwa simpulan yang diambil telah didukung dengan bukti-bukti yang cukup;
Suatu tahapan dimana ditentukan apakah kegiatan reviu dianggap cukup atau perlu diperluas;Perlunya menggunakan Value Judgement auditor dalam menentukan kecukupan bukti.Dalam melakukan analisa dan evaluasi bukti dapat menggunakan pendekatan berdasarkan:gg p• Jenis-jenis bukti yang dihasilkan (Evidence Square).
• Elemen-elemen fraudElemen elemen fraud
EVALUATIONS
T i i l DTestimonialEvidence
DocumentaryEvidence
PhysicalEvidence
PersonalEvidence Observation
EVALUATIONS
Elements of Fraud Inquiry Approach+Elements of Fraud Inquiry Approach+
1. Document Examination2 Computer Search
1. Surveillance & covert operation2. Computer Search
3. Physical Assets Countsoperation
2. Invigilation3. Physical evidence
CONVERSION
1. Public Records Search2. Net Worth Method
EVALUATIONS
1. Find2. Read and Interpret Document2. Read and Interpret Document3. Determined Relevance4 Verify The Evidence4. Verify The Evidence5. Assemble The Evidence6 Draw Conclusions6. Draw Conclusions
EVALUATIONS
menilai kesesuaian hipotesa yang disusun terhadap fakta kenyataan yang adaterhadap fakta kenyataan yang ada
perlu atau tidaknya pengembangan suatu buktiperlu atau tidaknya pengembangan suatu bukti
EVALUATIONS
• Sebagai referensi dalam permintaan keterangan(interview) kepada pihak-pihak terkait;
• Sebagai bahan evaluasi bukti yang diperoleh;• Sebagai acuan dalam menentukan bukti-bukti yang
h di l hharus diperoleh;• Sebagai acuan dalam menentukan kasus posisi;• Sebagai bagian dalam penyusuanan laporan forensic• Sebagai bagian dalam penyusuanan laporan forensic
audit.
EVALUATIONS
Evidence
Forensic Audit Hukum
Audit’s Working Paper
Physical Examination,
Confirmation,
Documentation,
Keterangan Saksi
Keterangan Ahli,
Observation,
Inquires of the clients,
Mechanical Accuracy
Surat
Petunjuk
Mechanical Accuracy,
Analytical Procedures
Informasi yang diucapkan, dikirim, diterima/disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa.
Auditor /Investigator
Audit Report
Dokumen (rekaman data/informasi)
Keterangan Terdakwa.
KESAKSIANKESAKSIAN
Auditor dapat menjadi saksi ahli dalam sidang Pengadilan, apabila kasus fraud yang telah diauditnya disidangkan sebagai kesaksian atas kasus fraud tersebut.
Saat ini perlindungan saksi bagi kasus-kasus korupsi masih lemah, sehingga para saksi yang mengetahui kasus korupsi sebagian besar tidak berani mengungkapkan fakta yangsebagian besar tidak berani mengungkapkan fakta yang sebenarnya.
REPORTING
Kegiatan menuangkan hasil audit dalam format tertentu untuk dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang relevanpihak yang relevan.
LAPORAN HASIL FORENSIC AUDIT
mempertimbangkan penggunaan bukti-p g p ggbukti audit Sebagai alat bukti hukum.
REPORTING PRINCIPLES
• Pengungkapan (disclosure) atas arti penting.p g
• Kegunaan informasi dan ketepatan waktupelaporan.
• Objektifitas informasi yang disajikan.• Tingkat keyakinan penyajian.g y p y j• Penyajian yang ringkas, sederhana namun
jelas dan lengkap
REPORTINGREPORTING
Laporan atas forensic audit yang dibuat oleh Internal Auditor disampaikan langsung kepada Top Management p g g p p g(Direktur Utama) sesuai penugasan dan tidak disampaikan kepada manajemen operasional. Top Management yang akan menyampaikan kepada pihak terkait, sekaligus menindaklanjuti rekomendasi dari Internal AuditorInternal Auditor.Laporan forensic audit memuat modus operandi serta dampak kerugian yang timbul akibat fraud tersebutdampak kerugian yang timbul akibat fraud tersebut.
REPORTINGREPORTING
Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence, Detection, , g , ,Investigation, and Reporting of Fraud (1985), memberikan pedoman bagi auditor internal p gtentang bagaimana auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian p g , p p g gterhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal g gg g juntuk membuat laporan audit tentang fraud.
REPORTING :F tFormat
• Laporan Bentuk Surat :tidak ditemukan adanya penyimpangan yang memerlukantindak lanjut (follow up),adanya penyimpangan yang perlu segera ditindaklanjutisebelum audit selesai dilaksanakan seluruhnya.
• Laporan Bentuk BabLaporan dibuat sesuai pedoman yang baku.L dil k i d fl h t d diLaporan dilengkapi dengan flow chart modus operandi dan dampak kerugian yang timbul.
SIMPULANSIMPULAN
• Forensic Auditing merupakan teknik audit modernyang perlu diterapkan oleh auditor dalam rangka
k t j di f dmengungkap terjadinya fraud.
• Peranan Forensic Auditing cukup penting dalam k G d C t Gpenegakan Good Corporate Governance.
• Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi finformasi, maka ilmu Forensic Accounting sangat
membantu dalam pelaksanaan Forensic Auditing.
REFERENSIREFERENSIColbert, Janet L. & C. Wayne Alderman, The Internal Auditor’s Responsibility for Fraud, The CPA Journal, 1998.
Effendi, M. Arief , Mengungkap KKN / Fraud melalui Audit Forensic, Majalah Krakatau Steel Group / KSG, Edisi 5, Tahun 1/Mei 2006.
Effendi, M. Arief , Pencegahan, Pendeteksian dan Penginvestigasian KecuranganEffendi, M. Arief , Pencegahan, Pendeteksian dan Penginvestigasian Kecurangan Komputer oleh Auditor melalui Audit Sistem Informasi, Jurnal TEKNOINFO, Vol. 02 No. 1, 2008
Eff di M A i f T J b Ak P blik d l P h P d k iEffendi, M. Arief, Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pencegahan, Pendeteksian dan Penginvestigasian Kecurangan, Akuntan Indonesia, Edisi No. 6, Tahun 11/ Maret 2008.
Effendi, M. Arief, Tanggung Jawab Auditor Internal dalam Pencegahan, Pendeteksian dan Penginvestigasian Kecurangan, Majalah Krakatau Steel Group / KSG, Edisi No. 30, Tahun 3/2008.
REFERENSIREFERENSIEffendi, M. Arief, The Power of Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi, Salemba Empat, Cetakan 1, Jakarta, Nopember 2008.
Ik t Ak t I d i St d P f i l Ak t P blik (SPAP) St d A ditiIkatan Akuntan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Auditing, Standar Atestasi, Standar Jasa Akuntansi dan Review per 1 Agustus 1994, Jakarta, 1994.
Institute of Internal Auditors, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) , g ( )No. 3 : Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud, 1985.
Konsorsium Auditor Internal, Standar Profesi Audit Internal, Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) Cetakan pertama Jakarta 2004Internal Audit (YPIA), Cetakan pertama, Jakarta, 2004.
Nurhanto, Investigative / Fraud Audit, Diklat Fraud Audit, 2003.
The Accounting Standard Boardi (ASB) of the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) , Statement on Auditing Standard (SAS) No. 99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, a revision of SAS No. 82, October, 2002.