Peran Tokoh Masyarakat Untuk Melestarikan Budaya
-
Upload
ridho-xavi -
Category
Documents
-
view
132 -
download
5
Transcript of Peran Tokoh Masyarakat Untuk Melestarikan Budaya
PERAN TOKOH MASYARAKAT UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA
Oleh :
Nama : Rydho Saviry
Kelas : 1ID08
NMP : 36412761
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan KH.Noer Ali Kalimalang
Bekasi 17145 Telp. (021)888601
Mata Kuliah : Ilmu Budaya DasarDosen : Muhammad Burhan Amin
Topik Makalah
Peran Tokoh Masyarakat Untuk Melestarikan Budaya
Kelas : 1-ID08
Tanggal Penyerahan Makalah : 15 Januari 2013
Tanggal Upload Makalah : 16 Januari 2013
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
P e n y u s u n
N P M Nama Lengkap Tanda Tangan
36412761 RYDHO SAVIRY
Program Sarjana Teknologi Industri
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa saya penyusun
panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
para umatnya yang insya Allah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras
dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta
mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di
dalam pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Burhan Amin selaku dosen pembimbing Ilmu
Budaya Dasar. Saya menyadari bahwa dalam penulisan dan pembuatan penulisan ilmiah ini,
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun membutuhkan masukan yang
membangun untuk dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang
disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan teman-teman maupun pihak
lain yang berkepentingan.
Jakarta, Januari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..........................................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................3
1.3 Sasaran ....................................................................................................................3
BAB II PERMASALAHAN
1.1 Kekuatan ..................................................................................................................4
1.2 Kelemahan .............................................................................................................. 4
1.3 Peluang ................................................................................................................... 5
1.4 Tantangan ................................................................................................................5
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 7
1.2 Rekomendasi ........................................................................................................... 7
1.3 Referensi ..................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Budaya adalah sebuah proses pemaknaan dunia yang dilakukan oleh manusia.
Artinya, kegiatan berbudaya adalah sebuah kegiatan manusia dalam menciptakan makna
yang merujuk pada realitas yang lain daripada pengalaman sehari-hari. Manusia melakukan
ini melalui proses kognitif untuk memproduksi dan mengkonsumsi simbol. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa, dasar dari budaya adalah proses produksi dan konsumsi simbol oleh
masyarakat tersebut. Bentuk-bentuk simbolik itu, menurut Ernst Cassirer dalam An Essay of
Man, adalah agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, dan bahasa.
Menurut Koentjaraningrat, budaya di dalam masyarakat dapat dibagi menjadi tiga
aspek yaitu mentifak, sosiofak, dan artefak. Mentifak berkaitan dengan pemikiran dan
falsafah dasar kebudayaan, sosiofak berkaitan dengan perilaku sosial dan penerapan nyata
mentifak dalam kehidupan, dan artefak merupakan hasil nyata dari sebuah kebudayaan yang
dapat berupa barang, tarian, teks, atau lagu. Ketiga aspek dari budaya berkaitan antara satu
lainnya dan membentuk sebuah kesatuan budaya karena penggunaan dan pembuatan artefak
membutuhkan sebuah sosiofak tertentu dengan landasan mentifak masyarakat tersebut. Maka,
dapat disimpulkan bahwa pelestarian budaya hanya dapat dilakukan dengan melestarikan
proses produksi dan konsumsi simbol di dalam masyarakat melalui pelestarian aspek-aspek
pembentuk budaya di dalam masyarakat.
Lalu, dengan kesimpulan tadi, bagaimana kita dapat melestarikan budaya? Budaya
sebagai proses simbolik bersifat unik untuk setiap masyarakat karena proses ini sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masyarakat di masa lampau dan lingkungan dimana masyarakat
itu berada. Selain itu, proses ini adalah proses yang hidup, proses yang selalu sedang
berlangsung di dalam masyarakat itu sendiri. Budaya tidak mungkin bisa lestari jika
dibekukan dalam ruang dan waktu. Pelestarian budaya tidak mungkin berupa pengawetan
produk budaya di dalam museum untuk dilihat di kemudian hari oleh generasi mendatang.
Pelestarian budaya harus berupa pelestarian cara hidup masyarakat sehingga generasi
mendatang masih dapat menghidupi dan menjalani nilai-nilai yang ada dalam sebuah budaya.
1
Akan tetapi, di dalam tekanan era global sekarang ini, budaya tradisional lokal mulai
terkikis akibat tekanan dari budaya luar. Media massa membombardir kehidupan kita dengan
imaji-imaji yang bersifat asing dan kita pun menelannya. Akibatnya, proses produksi-
konsumsi budaya lokal tidak lagi dilakukan dan digantikan dengan produksi-konsumsi
budaya asing hingga akhirnya budaya yang mencerminkan identitas kita sebagai sebuah
bangsa tenggelam dalam penyeragaman budaya massa global. Lalu bagaimana kita bisa
melestarikan budaya kita dalam tekanan seperti ini? Jawabannya adalah dengan
menghidupkan kembali proses produksi dan konsumsi budaya di dalam masyarakat kita.
Menghidupkan kembali produksi dan konsumsi budaya bukanlah hal yang mudah. Namun
bukan tidak mungkin. Dari sisi konsumen, berbagai upaya sudah sering dilakukan untuk
menghidupkan kembali minat konsumen untuk mengkonsumsi budaya. Hal ini terlihat dari
gencarnya propaganda Gerakan Cinta Budaya yang dilakukan di media massa. Namun,
hidupnya selera konsumen akan bertepuk sebelah tangan jika kita tidak menghidupkan
produsen yang memproduksi budaya. Oleh karena itu, pemberdayaan produsen budaya di
daerah harus dilakukan untuk melestarikan budaya Indonesia yang sangat kaya.
Produsen budaya, pada umumnya, adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) yang tersebar di semua daerah di Indonesia. Para pelaku inilah yang harus
dikembangkan sehingga mereka bisa terus memproduksi budaya. Berdasarkan beberapa
penelitian, bentuk pengembangan UMKM yang harus dilakukan adalah pengembangan
berdasarkan wawasan lokal untuk pemasaran global. Wawasan lokal yang dimaksud disini
adalah penggunaan sumber daya, baik alam maupun manusia, yang bersifat lokal sehingga
pengembangan UMKM dapat memicu perkembangan ekonomi daerah sebagai bentuk
pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Pemasaran global dapat dilakukan dengan
memperluas penetrasi pasar UMKM dengan penggunaan teknologi informasi seperti internet
sehingga bisa mencapai ke konsumen di luar lokasi UMKM tersebut. Dengan pengembangan
seperti ini, UMKM akan mampu untuk menembus pasar global dengan identitas lokal yang
unik dan mempromosikan budaya Indonesia yang sangat kaya di dalam dan luar negeri.
Bentuk pengembangan seperti ini akan memperkuat perekonomian dalam negeri dan
meningkatkan posisi tawar Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya di luar negeri.
2
Dengan pengembangan produsen dan pengubahan selera konsumen, proses produksi
dan konsumsi budaya dapat terus berlangsung di masyarakat sehingga budaya akan lestari di
dalam masyarakat. Pelestarian budaya dengan cara ini akan menjaga budaya di dalam
masyarakat, bukan membekukannya dalam waktu. Dengan cara ini, generasi mendatang akan
dapat menikmati budaya sebagai identitas mereka, bukan hanya menikmati barisan arca kuno
yang sudah tidak dikenal lagi maknanya di dalam museum.
1.2 Tujuan
1. Pengenalan bentuk-bentuk dan aspek budaya di dalam masyarakat.
2. Melestarikan proses produksi dan konsumsi simbol di dalam masyarakat melalui
pelestarian aspek-aspek pembentuk budaya di dalam masyarakat.
3. Menghidupkan kembali proses produksi dan konsumsi budaya di dalam masyarakat
1.3 Sasaran
1. Dengan adanya informasi deskripsi proses formal untuk mendaftarkan karya –
karya dalam bidang kebudayaan , maka memudahkan masyarakat untuk
memahami prosedur yang harus dijalankan dan akan lebih meningkatkan
kepedulian masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya dan produk
khas bangsa Indonesia.
2. Dengan adanya model arsitektur informasi, maka didapatkan gambaran
mengenai keterkaitan informasi antara kelompok proses sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk implementasi teknologi informasi yang
akan diterapkan.
3
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Kekuatan (Strenght)
1. Mulai terbentuk rasa nasionalisme dan cinta antar masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari dukungan semua pihak mendukung pulau komodo yang
menjadi salah satu 7 keajaiban dunia.
2. Pelestarian keanekaragaman budaya yang mulai tumbuh.
Ditetapkannya tanggal 2 oktober sebagai hari batik nasional dan hari jum’at
sebagai hari batik.
3. Sikap keterbukaan sehingga mudah menyerap berbagai macam informasi.
Pemasaran global dapat dilakukan dengan memperluas penetrasi pasar UMKM
dengan penggunaan teknologi informasi seperti internet sehingga bisa mencapai
ke konsumen di luar lokasi UMKM tersebut.
4. Pengukuhan dalam bentuk peraturan pemerintah.
Pengaturan cagar budaya dapat ditarik dasar hukumnnya pada Pasal 32 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”
2.2 Weakness (Kelemahan)
1. Pengaruh budaya asing yang banyak digandrungi oleh generasi muda kita.
Anak zaman sekarang lebih trend atau mode ketimbang memakai batik karena
malu.
2. Media massa membombardir kehidupan kita dengan imaji-imaji yang bersifat
asing dan kita pun menelannya.
Akibatnya, proses produksi-konsumsi budaya lokal tidak lagi dilakukan dan
digantikan dengan produksi-konsumsi budaya asing hingga akhirnya budaya yang
mencerminkan identitas kita sebagai sebuah bangsa tenggelam dalam
penyeragaman budaya massa global.
3. Kurangnya kecintaan, apresiasi, dan kebanggaan sehingga kedaulatan dan
kekayaan budaya negara kita diambil oleh negara tetangga.
4
4. Kurangnya sosialisasi antara masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah lebih mengutamakan mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Hal seperti ini seperti ini pelestarian budaya menjadi nomor sekian dalam skala prioritas.
2.3 Opportunity (Peluang)
1. Pertumbuhan usaha jasa pariwisata domestik dan mancanegara.
Hal ini merupakan salah satu mensosialkan dan mempromosikan budaya pada
masyarakat luas.
2. Pengembangan UMKM akan mampu untuk menembus pasar global dengan
identitas lokal yang unik dan mempromosikan budaya Indonesia yang sangat kaya
di dalam dan luar negeri.
Bentuk pengembangan seperti ini akan memperkuat perekonomian dalam negeri
dan meningkatkan posisi tawar Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya
di luar negeri.
3. Berkembangnya multimedia sehingga mudah mengakses berbagai macam
informasi.
4. Produsen budaya, pada umumnya, adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang tersebar di semua daerah di Indonesia.
Para pelaku inilah yang harus dikembangkan sehingga mereka bisa terus
memproduksi budaya.
2.4 Tantangan / Hambatan (Threats)
1. Budaya tidak mungkin bisa lestari jika dibekukan dalam ruang dan waktu.
Pelestarian budaya tidak mungkin berupa pengawetan produk budaya di dalam
museum untuk dilihat di kemudian hari oleh generasi mendatang. Pelestarian
budaya harus berupa pelestarian cara hidup masyarakat sehingga generasi
mendatang masih dapat menghidupi dan menjalani nilai-nilai yang ada dalam
sebuah budaya.
5
2. Proses produksi-konsumsi budaya lokal tidak lagi dilakukan dan digantikan
dengan produksi-konsumsi budaya asing hingga akhirnya budaya yang
mencerminkan identitas kita sebagai sebuah bangsa tenggelam dalam
penyeragaman budaya massa global.
3. Meningkatnya sumber daya manusia tanpa di imbangi oleh kualitas sumber daya
manusia itu sendiri maka timbul kebodohan dan kemiskinan.
4. Dengan pengembangan produsen dan pengubahan selera konsumen, proses
produksi dan konsumsi budaya dapat terus berlangsung di masyarakat sehingga
budaya akan lestari di dalam masyarakat.
Pelestarian budaya dengan cara ini akan menjaga budaya di dalam masyarakat,
bukan membekukannya dalam waktu. Dengan cara ini, generasi mendatang akan
dapat menikmati budaya sebagai identitas mereka, bukan hanya menikmati
barisan arca kuno yang sudah tidak dikenal lagi maknanya di dalam museum.
6
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. KESIMPULAN
1. Meningkatkan kemampuan bangsa dalam melestarikan budaya dan untuk
menciptakan keserasian hubungan, baik antar unit sosial dan budaya
maupun wujud dari kontribusi masyarakat dan pemerintah dalam
melestarikan kebudayaan.
2. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan kebudayaan, termasuk seluruh
apresiasi yang dilakukan masyarakat dalam melestarikan wujud rasa cinta
terhadap tanah air.
3. Mempromosikan budaya Indonesia yang sangat kaya di dalam dan luar
negeri, akan memperkuat perekonomian dalam negeri dan meningkatkan
posisi tawar Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya di luar
negeri.
4. Budaya tidak mungkin bisa lestari jika dibekukan dalam ruang dan waktu.
2. REKOMENDASI
1. Pengukuhan asset budaya dalam bentuk peraturan pemerintah daerah dan
pusat maupun internasional.
2. Peningkatan sosialisasi dan apresiasi kebudayaan kepada masyarakat
melalui media maupun kegiatan nyata dalam bentuk pesta budaya yang
teragendakan.
3. Pertumbuhan usaha jasa pariwisata domestik dan mancanegara menjadikan
sumber devisa bagi negara untuk itu perlu ditunjang dengan pembangunan
infrastruktur sarana dan prasarana.
4. Pelestarian budaya dengan cara ini akan menjaga budaya di dalam
masyarakat, bukan membekukannya dalam waktu. Dengan cara ini,
generasi mendatang akan dapat menikmati budaya sebagai identitas
mereka, bukan hanya menikmati barisan arca kuno yang sudah tidak
dikenal lagi maknanya di dalam museum.
7
REFERENSI
http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/25/mengenai-pelestarian-budaya-indonesia/
8