PERAN PENGASUH DALAM PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN …
Transcript of PERAN PENGASUH DALAM PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN …
70
PERAN PENGASUH DALAM
PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI WISMA DEWANDARU KOTA MALANG
Oleh: Lorentius Goa | Email: [email protected]
ABSTRAK
Peran pengasuh merupakan keikutsertaan, keaktifan, dan keterlibatan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban untuk merawat, menjaga, membimbing dan
mendidik anak berkebutuhan khusus. Namun pada kenyataan para pengasuh tidak
menjalankan perannya layaknya seorang pengasuh, pengasuh belum menjalankan
semua perannya dengan baik, sehingga perkembangan kemampuan anak ada yang
sudah mengalami perkembangan kemampuan dan ada yang masih belum mengalami
perkembangan kemampuan baik motorik maupun sensorik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana peran pengasuh dan faktor pendukung serta
penghambat dalam melayani anak berkebutuhan khusus di Wisma Dewandaru Kota
Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data
penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan
instrumen pedoman observasi dan wawancara terarah. Kegiatan penelitian dilakukan
di Wisma Dewandaru Kota Malang. Hasil penelitian berdasarkan instrumen yang
dibuat, dan peneliti memperoleh hasilnya melalui wawancara dan observasi melalui
informan yaitu para pengasuh di Wisma Dewandaru Kota Malang. Dari hasil yang
diperoleh mengenai peran pengasuh dapat dikatakan tidak sepenuhnya bisa mereka
jalankan. Faktor pendukung adalah terpenuhnya sarana dan prasarana, program
latihan/master, sedangkan faktor penghambat 1) kurang adanya kerjasama antara
pengasuh untuk menjalankan kegiatan keseharian anak dan kegiatan latihan
master/program anak; 2) pengasuh kesulitan dalam melatih anak berkebutuhan
khusus yang memiliki hambatan yang berat; 3) kurangnya kreatifitas dari pengasuh
dalam mengajar dan membimbing anak berkebutuhan khsusus dengan hambatan
yang berbeda-beda; 4) kurangnya rasa tanggungjawab dari pengasuh dalam
melaksanakan tugasnya.
Kata kunci: Peran pengasuh, anak berkebutuhan khusus
PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti tidak mengingini kehidupan aktivitasnya
terganggu karena memiliki kekurangan atau hambatan secara fisik. Hambatan
fisik atau disabilitas merupakan hal yang tak pernah diinginkan oleh setiap
manusia terutama bagi anak-anak yang ingin tumbuh dan berkembang secara
71
normal. Namun pada kenyataannya disabilitas bisa datang tanpa disadari baik
ketika mengalami kecelakaan, pada saat dilahirkan ataupun pada masa sedang
bertumbuh. Keadaan tubuh yang tidak normal ini merupakan masalah bagi
yang mengalaminya, karena berdampak pada menurunkan kemampuan
motorik/sensorik. Dalam penyebutan dunia pendidikan anak yang memiliki
kekurangan atau hambatan disebut sebagai anak berkebutuhan khusus.
Mangunsong (2014: 4) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri
mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku
sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua
atau lebih dari hal-hal di atas, sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-
tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditunjukkan
untuk mengembangkan potensi kapasitasnya secara maksimal.
Wisma Dewandaru merupakan salah satu wisma di bawah naungan
Yayasan Bhakti Luhur yang memberi pelayanan secara khusus bagi anak
berkebutuhan khusus, baik itu yang mengalami hambatan dalam penglihatan
(Tunanetra), hambatan dalam berkomunikasi dan pendengaran (Tunarungu-
wicara), hambatan fisik (Tunadaksa), maupun hambatan yang lebih dari satu
(Tunaganda).
Pelayanan diartikan sebagai perihal atau cara melayani, usaha
melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan, dan kemudahan
yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Yayasan Bhakti
Luhur mempekerjakan berbagai ahli untuk memberikan layanan kepada
penyandang kelainan yang membutuhkan layanan tersebut. Suatu pelayanan
dikatakan berhasil atau berkualitas tinggi jika layanan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan para pengguna layanan. Inilah kata kunci dalam
keberhasilan pelayanan, lebih-lebih dalam konteks pelayanan bagi anak
berkebutuhan khusus (Wardani, 2012: 10).
72
Dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang Hak-Hak
Penyandang diisabilitas pasal 5 ayat 3 (PPRBM, 2016: 14) meliputi anak
penyandang disabilitas memiliki hak mendapatkan perawatan dan pengasuhan
keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal.
Pengasuh adalah dari kata “asuh” menjadi “pengasuh” yang artinya menjaga
(merawat dan mendidik), membimbing (membantu dan melatih). Jadi,
pengasuh adalah orang yang sangat berperan untuk mendidik, membina,
melatih, dan merawat anak dengan penuh kasih sayang. Dalam hal ini seorang
pengasuh berperan layaknya seorang ibu yaitu sebagai pendidik tentunya
seorang pengasuh harus mendidik anak asuh untuk menjadi lebih baik.
Pengasuh berperan sebagai pembimbing adalah pengasuh memiliki tugas
mengarahkan, menjaga dan membimbing agar anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Pengasuh juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk merawat
anak-anak dengan penuh kasih, mengasuh, membimbing, dan melatih anak
baik dalam kegiatan-kegiatan keseharian maupun dalam hidup rohani.
Disinilah tugas dan tanggung jawab dari pengasuh terlebih bagi pengasuh
yang melayani anak berkebutuhan khusus dengan memiliki kategori hambatan
yang berbeda-beda. Dalam melayani anak berkebutuhan khusus, seorang
pengasuh harus sungguh-sungguh menjalankan tugas dan tanggung jawabnya,
sebab setiap pengasuhan yang diberikan oleh pengasuh sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan bagi setiap anak.
Namun pada kenyataan para pengasuh tidak menjalankan perannya
layaknya sebagai seorang pengasuh, pengasuh belum menjalankan semua
perannya dengan baik, sehingga perkembangan kemampuan anak ada yang
sudah mengalami perkembangan kemampuan dan ada yang masih belum
mengalami perkembangan kemampuan.
73
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan
dirumuskan:
1. Bagaimana peran pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus di
Wisma Dewandaru Kota Malang?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pengasuh dalam
melayani anak berkebutuhan khusus di Wisma Dewandaru Kota Malang?
TUJUAN KAJIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana peran pengasuh dalam melayani anak
berkebutuhan khusus di Wisma Dewandaru Kota Malang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus di
Wisma Dewandaru Kota Malang.
KAJIAN TEORI
Peran pengasuh
Peran pada umumnya didefenisikan sebagai sekumpulan tingkah laku
yang dihubungkan dengan posisi tertentu. Peran juga dapat mempengaruhi
nilai-nilai yang dipegang orang dan mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian mereka (Hudaniah, 2009: 16).
Defenisi peran menurut Arikunto (1984: 148) adalah sebagai individu
atau lembaga yang punya arti bagi struktur sosial. Namun kata “Peran” jika
ditambah dengan akhiran “an” yang menjadi peranan yang adalah sesuatu
yang memegang pimpinan terutama karena sesuatu hal atau peristiwa. Peranan
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Peranan merupakan harapan-
harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu.
74
Sedangkan maksud peran dari judul di atas adalah suatu bagian yang
diambil atau diperankan oleh pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan
khusus. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa peran merupakan
sesuatu yang menjadi bagian terpenting dari tugas yang sedang dijalankan
oleh individu dalam terjadinya suatu peristiwa baik itu menyangkut dalam hal
agama maupun hal-hal yang sering terjadi dalam lingkungan masyarakat.
Jenis-jenis peran
Jenis-jenis peran menurut Soekanto (2015: 214) adalah sebagai berikut:
(1) Peran aktif. Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif
dalam tindakannya pada suatu organisasi. (2) Peran partisipasif. Peran
partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan kebutuhan
atau pada saat tertentu. (3) Peran pasif. Peran pasif adalah suatu peran yang
tidak dilaksanakan oleh individu, artinya peran pasif hanya dipakai sebagai
dalam kondisi tetentu didalam kehidupan masyarakat.
Fungsi peran
Peran lebih mengedepankan fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan
untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
antara diri individu dengan lingkungannya. Penyesuaian diri merupakan salah
satu persyaratan penting bagi kesehatan jiwa/mental individu.
Peran yang dimaksud oleh peniliti adalah peran pengasuh yang ada di
Yayasan bhakti Luhur. Mereka adalah para pegawai dan siswa-siswi yang
berperan sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus.
Pengertian pengasuh
Kata pengasuh berasal dari kata dasar “asuh” artinya mengurus,
mendidik, melatih, memelihara, dan mengajar. Kemudian diberi awalan peng
(pengasuh) berarti kata pelatih, pembimbing. Jadi pengasuh memiliki makna
orang yang mengasuh, mengurus, memelihara, melatih dan mendidik.
75
Menurut Ki Hajar Dewantara pengasuh dari kata “asuh” artinya
pemimpin, pengelola, pembimbing, maka pengasuh adalah orang yang
melaksanakan tugas memimpin, membimbing, mengelola.
Pengasuh dikenal juga dengan istilah “parenting” yang memiliki
beberapa arti seperti: ibu, ayah, seorang penjaga maupun seorang pelindung.
Parenting adalah seseorang yang mendamping dan membimbing semua
tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan
kehidupan baru anak dalam tahapan perkembangannya (Chaplin, 1993: 46).
Dalam hal ini pengasuh yang ada di Wisma Dewandaru, adalah menjadi
bapak untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus. Namun, dalam mengasuh
anak juga membutuhkan sikap yang arif, perhatian yang penuh, dan kesabaran.
Berikut adalah peran pengasuh dalam menjalankan tugas menurut
Fitriani yaitu: 1) Sebagai pendidik. Artinya bahwa sebagai pengasuh dia harus
berperan penting untuk mendidik anak-anaknya mengenai pendidikan iman,
moral, fisik dan jasmani, intelektual, Psikologis dan juga sosial. Pengasuh
menjadi teladan bagi anak-anak karena anak akan mencontoh sikap dan
perilaku dari pengasuh. 2) Sebagai perawat. Pengasuh dia berperan untuk
merawat anaknya misalnya memandikan anak, menggantikan pakaian,
menyiapkan makanan, menjaga kesehatan anak, memberikan perlindungan,
perhatian dan kasih sayang kepada anak. 3) Sebagai pembimbing.
Pembimbing adalah dimana pengasuh memiliki tugas mengarahkan, menjaga,
dan membimbing agar anak dapat bertumbuh dan berkembang menjadi anak
yang baik bagi Tuhan dan sesama. 4) Sebagai pelatih. Pengasuh berperan
penting untuk melatih keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki anak.
Sedangkan tangung jawab pengasuh adalah” 1) Merawat. Pengasuh
bertanggungjawab merawat anak dengan penuh kasih sayang dalam bentuk
nyata seperti menyediakan dan memberikan makanan dan minuman yang
bergizi kepada anak-anak sehingga mereka merasa ada yang memperhatikan
76
dan nyaman ketika berada dalam lembaga tersebut, mendampingi dan
mengawasi setiap yang mereka lakukan dalam keseharian, selalu
memperhatikan kesehatan anak. 2) Mengasuh. Tanggung jawab pengasuh
memberikan nasihat baik secara pribadi maupun umum, melatih untuk mudah
memaafkan dan juga mudah minta maaf, melatih untuk bersikap jujur dalam
hal apapun, melatih anak yang memiliki hambatan fisik dan mental dalam
berbagai bidang misalnya: bidang bantu diri dan okupasi. 3) Mendidik.
Berbagai kegiatan yang ada setiap hari dimaksudkan untuk mendidik anak-
anak. Kegiatan seperti: menggambar berbagai bentuk dan jenis mahkluk hidup
dan benda mati, mewarnai gambar, menggunting gambar, dan berbagai
keterampilan yang lainnya. 4) Hidup Rohani. Sebagai seorang katolik, anak
dididik secara katolik. Hidup rohani yang perlu dilaksanakan adalah mengajak
anak ke Gereja dan anak dilibatkan untuk ikut minggu gembira, doa bersama
di wisma pada jam 06.00 dan 18.00 setiap hari, mengajar anak untuk
menghafal doa-doa harian, mendengarkan dan menonton vidio tentang cerita-
cerita Kitab Suci, membaca cerita tentang orang-orang kudus, menyanyikan
lagu-lagu rohani.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran pengasuh yang
dimaksudkan dalam penelitian adalah keikutsertaan, keaktifan, dan
keterlibatan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban untuk merawat,
menjaga, membimbing dan mendidik anak berkebutuhan khusus.
Pratiwi (2013: 76) berbicara tentang pendampingan yang semestinya
dilakukan oleh pengasuh terkait dengan anak berkebutuhan khusus adalah
sebagai berikut:
a. Pendampingan bagi anak dengan kekurangan fisik.
Anak-anak dengan kekurangan atau kelemahan fisik sangat memerlukan
pengertian dan kesabaran dari pengasuh. mengasuh anak berkebutuhan
khussus di wisma memiliki banyak sisi positif. Peran orangtua dalam
membantu anak mengembangkan kemampuan diberbagai aspek
77
kehidupan, seperti berkomunikasi, kemandirian, mobilitas perkembangan
panca indra, motorik halus dan kasar, kognitif dan sosial. Mengasuh anak
dengan kelemahan pendengaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan pengasuh
dalam mengasuh anak-anak tunarungu adalah penerimaan secara ikhlas,
memberikan terapi, memberikan terapi musik, mengajarkan sosialisasi
b. Pendampingan anak dengan variasi psikis tertentu.
Mengasuh anak dengan keterbelakangan mental (tunagrahita). Hal-hal
yang perlu disiapkan pengasuh dalam mengasuh anak tunagrahita adalah
tumbuhkan kepercayaan diri, beri lingkungan yang nyaman dan kondusif
bagi anak, mengembangkan kemampuan anak semaksimal mungkin.
c. Mendampingi anak dengan kecenderungan autis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi pengasuh dalam mengasuh anak
autis yaitu pahami kesukaan dan hal-hal yang tidak disukai anak, berikan
rutinitas yang menyenangkan.
d. Mengasuh anak dengan cerebral palsy.
Menurut para ahli pengasuh memberikan pendidikan kepada anak CP yang
berkaitan dengan pendidikan agama dan budi pekerti; memperkenalkan
agama yang dianut oleh pengasuh, mengajak anak mengucapkan doa-doa,
mengajak anak beribadah. Pendidikan jasmani, antara lain latihan
penguatan otot, latihan mengfungsikan gerak sendi, melatih berbicara lisan,
memperbaiki posisi sikap tubuh yang kurang benar. Pendidikan
keterampilan, antara lain pengasuh hendaknya memberikan pendidikan dan
latihan kepada anak CP terutama yang berkaitan dengan ADL, misalnya:
bidang bantu diri (makan, mandi, berpakaian, dan kebelakang).
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) diartikan sebagai individu-individu
yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari inidividu lainnya yang
dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya.
78
Beberapa defenisi anak berkebutuhan khusus menurut Efendi (2009: 4) yaitu:
1. Anak berkebutuhan khusus dianggap memiliki penyimpangan dari kondisi
rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental, maupun
karakteristik perilaku sosialnya. Anak yang berbeda dari rata-rata
umumnya, dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berpikir,
penglihatan, pendengaran, sosialisasi, dan bergerak.
2. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara
fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-
tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang
tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, reterdasi mental
gangguan emosional, juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi
yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus,
karena memerlukan penanganan yang terlatih.
3. Penyimpangan anak berkebutuhan khusus terletak pada perbedaan ciri-ciri
mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular,
perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun
emosional, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan
anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan
istilah terbaru yang digunakan dan merupakan terjemahan dari children
with special need. Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk
menyebut anak berkebutuhan khusus, antara lain anak tuna, anak
berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Selain itu, WHO juga
merumuskan beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut anak
berkebutuhan khusus, yaitu :
1. Impairement (kerusakan): merupakan suatu keadaan atau kondisi
dimana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologi,
79
fisiologi atau fungsi struktur anatomi secara umum pada tingkat organ
tubuh.
2. Disability (kekhususan): merupakan suatu keadaan dimana individu
menjadi kurang mampu melakukan kegiatan sehari-hari karena adanya
keadaan impairement, seperti kecacatan pada organ tubuh.
3. Handicapped (ketidakmampuan): suatu keadaan dimana individu
mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa
terjadinya dapat dikelompokkan dalam 3 macam menurut Efendi (2009:
12), yaitu:
1. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi pada pra
kelahiran (sebelum lahir), yaitu masa anak masih berada dalam
kandungan telah diketahui mengalami kelainan dan ketunaan.
Kelainan yang terjadi pada prenatal, berdasarkan periodisasinya dapat
terjadi pada periode embrio, periode janin muda, dan periode aktini
(sebuah protein yang penting dalam mempertahankan bentuk sel dan
bertindak bersama-sama dengan mioin untuk menghasilkan gerakan
sel antara lain: gangguan genetika, (kelainan kromosom,
transformasi,) infeksi kehamilan, usia ibu hamil (high risk group),
keracunan saat hamil, pengguguran dan lahir prematur.
2. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi selama proses
kelahiran, yang dimaksud adalah anak mengalami kelainan pada saat
proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan,
antara lain: anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat,
posisi bayi tidak normal, analgesik (penghilang nyeri), anesthesia
(keadaan narkosis), kelainan ganda atau karena kesehatan bayi yang
kurang baik. Proses kelahiran lama (anoxia) prematur, kekurangan
oksigen, kelahiran dengan alat bantu (vacum).
80
3. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi setelah proses
kelahiran, yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi
dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa
sebab kelainan setelah anak dilahirkan antara lain: infeksi bakteri
(TBC/virus), kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi), kecelakaan, dan
keracunan.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan ini sering disebut pendekatan atau metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting).
Pendekatan kualitatif dalam penelitian digunakan untuk meneliti kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
merupakan instrumen kunci. Sedangkan jenis penelitian dalam peneliti ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap
masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini, dari suatu populasi yang meliputi
kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan
ataupun prosedur.
Kehadiran peneliti dalam hal ini sangatlah penting dan utama, hal ini
seperti dikatakan Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif kehadiran
peneliti sendiri atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data
utama. Dalam hal ini, peneliti sebagai instrumen utama memiliki peran
sebagai pengamat penuh. Pengamat penuh yang dimaksudkan adalah peneliti
ikut ambil bagian untuk mengamati, dan mengumpulkan data terkait hal-hal
yang berhubungan dengan peran pengasuh dalam melayani anak
berkebutuhan khusus. Dengan melakukan pengamatan penuh peneliti dapat
memperoleh data yang akurat sehingga data tersebut sesuai dengan situasi
obyek yang diteliti.
81
HASIL OBSERVASI
Observasi atau pengamatan secara umum yaitu aktivitas terhadap proses
atau objek dengan maksud memahami suatu permasalahan dengan harapan
dapat menemukan solusinya. Peneliti mengobservasi beberapa hal yang
ditemukan dilapangan di Yayasan Bhakti Luhur Wisma Dewandaru mengenai
peran pengasuh.
Observasi pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu melihat program
atau kegiatan yang ada dalam masing-masing wisma. Adapun hal-hal yang
peneliti melihat dalam observasi tersebut yaitu peneliti melihat bahwa dalam
setiap wisma memiliki program-program kegiatan seperti ada jadwal kegiatan
keseharian anak dalam satu minggu. Kemudian peneliti menemukan ada
jadwal bagi pengasuh untuk melatih anak sesuai yang ada dalam buku master.
TEMUAN
Dalam bagian ini, peneliti akan jabarkan beberapa temuan yang memuat
informasi-informasi berdasarkan hasil dilapangan. Pada kesempatan ini,
peneliti akan jabarkan beberapa temuan dilapangan tentang peran pengasuh
dalam melayani anak berkebutuhan khusus di Yayasan Bhakti Luhur Wisma
Dewandaru.
Hasil temuan dari peneliti yaitu pengasuh mendampingi dan mengawasi
anak pada saat jam makan siang. Untuk pendampingan dan pemberian
kegiatan-kegiatan serta latihan master anak belum dijalankan dengan baik
dan jarang dilaksanakan, dengan alasan ada kepentingan pribadi, malas,
capek. Kurang adanya kreatifitas dari pengasuh dalam memberikan kegiatan.
Selain itu, kurang adanya kerja sama yang baik di antara para pengasuh. Hasil
temuan lain dari peneliti yaitu pengasuh memberikan kegiatan mencabut
benang, mengajarkan anak sesudah makan membantu mengangkat piring
teman, melatih anak berjalan, melatih anak berjalan, melatih anak menyiram
bunga. Namun anak yang hambatan berat tidak dilatih. Temuan ini didukung
82
oleh hasil wawancara dari informan yang mengatakan kesulitan dalam melatih
anak yang memiliki hambatan yang berat.
PEMBAHASAN
Peneliti akan membahas tentang gagasan penelitian, keterkaitan antara
pola-pola, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap
dari lapangan tentang peran pengasuh dalam melayani anak-anak
berkebutuhan khusus di Yayasan Bhakti Luhur Malang.
1. Peran Pengasuh Dalam Melayani Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Tri Dayakisni Hudaniah peran adalah sekumpulan tingkah
laku yang dihubungkan dengan posisi tertentu. Peran juga dapat
mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang orang dan mempengaruhi arah
dari pertumbuhan dan perkembangan kepribadian mereka. Sedangkan
pengasuh adalah seseorang yang mendamping dan membimbing semua
tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan
kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Jadi peran
pengasuh merupakan keikutsertaan, keaktifan, dan keterlibatan dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban untuk merawat, menjaga, melatih,
membimbing dan mendidik.
Peran pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus di
Bhakti Luhur merupakan suatu tugas dan kewajiban bagi mereka yang
terpanggil untuk melayani anak berkebutuhan khusus sehingga menjadi
lebih manusiawi, setara dan memiliki harkat dan martabat sebagaimana
layaknya.
Dengan demikian Menjadi seorang pengasuh adalah memiliki
berbagai peran yang harus wajib dijalankan. Peran pengasuh yang ada di
Bhakti Luhur Wisma Dewandaru sesuai dengan teori yang ada yaitu ikut
serta dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab untuk merawat,
83
menjaga, melatih, membimbing, dan mendidik anak berkebutuhan
khusus.
Berdasarkan teori menurut Fitriani mengenai peran pengasuh dalam
hal mendidik dan melatih anak. Mendidik yaitu mendidik berbagai
kegiatan yang ada setiap hari dimaksudkan untuk mendidik anak-anak.
Kegiatan seperti: menggambar berbagai bentuk dan jenis mahkluk hidup
dan benda mati, mewarnai gambar, menggunting gambar, dan berbagai
keterampilan yang lainnya. Sedangkan melatih yaitu pengasuh berperan
melatih keterampilan-keterampilan yang dimiliki anak.
Peran pengasuh dalam hal mendidik dan melatih anak merupakan
peran pertama yang sangat penting yang harus dijalankan oleh pengasuh.
Karena pendidikan dari pengasuh dapat membantu kehidupan anak
kelak, terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Sebab dengan adanya
pendidikan yang diberikan pengasuh, anak berkebutuhan khusus dapat
melakukan segala aktifitas dengan baik.
Dari teori tersebut hasil yang ditemukan oleh peneliti dilapangan
bahwa, peran pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus
terutama dalam hal mendidik yaitu memberikan kegiatan- kegiatan pada
sore hari seperti kegiatan keterampilan, kerohanian, kesenian, berkebun
dan olah raga. Sedangkan dalam melatih anak yaitu pengasuh melatih
anak sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
Menurut teori dari Chaplin pengasuh adalah seseorang yang
mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang
merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap
tahapan perkembangannya.
Teori ini didukung dengan hasil wawancara dan temuan dilapangan,
mengenai peran pengasuh dalam merawat semua tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak. Peran tersebut sesuai dengan kenyataan yang
ada dilapangan dimana pengasuh melatih anak tunagrahita dalam bidang
84
bantu diri berpakaian. Pengasuh melatih anak untuk mengancingkan baju
sendiri. Ketika anak belum bisa pengasuh melatihnya berulang-ulang.
Peneliti menyimpulkan bahwa peran yang dijalankan oleh pengasuh
dalam melatih anak, dapat membantu perkembangan anak.
Menurut teori dari Fitriani tanggung jawab pengasuh dalam hal
mengasuh anak seperti memberikan nasihat baik secara pribadi maupun
umum. Dari hasil teori, mengenai tanggung jawab pengasuh sudah
dilakukan oleh pengasuh. Hal ini ketika anak berjalan pada saat makan,
Pengasuh memberikan nasihat kepada anak untuk bersikap sopan pada
saat makan.
Berdasarkan teori menurut Asep Karyana dan Triwidati seorang
pengasuh harus berperan dalam hal memberikan latihan kepada anak yang
memiliki hambatan berat seperti cerebral palsy. Dengan memuat teori
tentang Pendidikan jasmani, antara lain: latihan penguatan otot, latihan
mengfungsikan gerak sendi, dan melatih berbicara lisan, memperbaiki
posisi sikap tubuh yang kurang benar.
Sebagai pengasuh perlu memiliki pengetahuan untuk memberikan
latihan kepada anak yang memiliki hambatan yang berbeda-beda. Sebab
dengan adanya pengetahuan itu, pengasuh dapat menjalankan perannya
dengan mudah, dan tidak memiliki kesulitan untuk melatih anak yang
memiliki hambatan yang berat.
Peran pengasuh untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki
hambatan yang berbeda-beda memang cukup berat. Karena pengasuh
harus mengajarkan anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing anak, agar anak bisa mengerjakan sesuatu dengan
mandiri. Namun, dengan banyaknya pengasuh yang ada di wisma, maka
dapat membantu proses latihan kepada anak yang memiliki hambatan
berat dengan baik.
85
Dari teori ini, dengan hasil yang ditemukan dilapangan tidak sesuai
dengan kenyataan. Para pengasuh tidak menjalankan peran dalam melatih
anak cerebral palsy. Di wisma tersebut memiliki latihan master atau
bidang-bidang latihan yang harus dilatih oleh pengasuh untuk anak
cerebral palsy. Akan tetapi pengasuh kesulitan untuk melatihnya. Hal ini
disebabkan karena pengasuh kurang memahami teori tentang pendidikan
jasmani untuk cerebral palsy, kurang adanya inisiatif dari pengasuh dan
pengasuh sibuk dengan kepentingan pribadi.
2. Faktor pendukung dan penghambat.
Faktor pendukung pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan
khusus yakni terpenuhinya sarana dan prasarana seperti halnya ruang
kegiatan, peralatan keterampilan, program latihan/master. Sedangkan
faktor penghambat pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus
di Wisma Dewandaru adalah: 1) kurang adanya kerjasama antara
pengasuh untuk menjalankan kegiatan keseharian anak dan kegiatan
latihan master anak; 2) pengasuh kesulitan dalam melatih anak
berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan yang berat; 3) kurangnya
kreatifitas dari pengasuh dalam mengajar dan membimbing anak
berkebutuhan khsusus dengan hambatan yang berbeda-beda. 4)
kurangnya rasa tanggungjawab dari pengasuh dalam melaksanakan
tugasnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, pada
bagian yang terakhir ini penulis akan menyimpulkan mengenai peran
pengasuh dalam melayani anak bekebutuhan khusus di Yayasan Bhakti Luhur.
86
1. Peran Pengasuh Dalam Melayani Anak Berkebutuhan Khsusus
Peran pengasuh dalam melayani anak berkebutuhan khusus di
Bhakti Luhur yaitu mempunyai peran untuk wajib menjalankan tugas dan
tanggung jawab dalam mendidik, merawat, membimbing, mengasuh dan
melatih anak berkebutuhan khusus.
Peran yang dijalankan oleh para pengasuh di Bhakti Luhur tidak
sepenuhnya bisa mereka jalankan seperti kegiatan-kegiatan untuk anak
dan bidang-bidang latihan untuk anak jarang dilaksanakan oleh pengasuh.
Hal ini disebabkan karena pengasuh memiliki kepentingan pribadi, ada
kegiatan dilingkungan, sibuk mngerjakan tugas sekolah, capek karena
mengerjakan piket, serta kurang inisiatif dari dalam diri.
Peran-peran yang harus dijalankan pengasuh juga menjadi terbagi
karena selain melayani anak berkebutuhan khusus, mereka juga masih
bersekolah sebagai siswa-siswi dalam menempuh cita-cita. Akan tetapi,
meskipun menjadi siswa-siswi di sekolah, mereka tentunya tetap melayani
anak berkebutuhan khusus.
2. Faktor pendukung dan penghambat pengasuh dalam melayani anak
berkebutuhan khusus.
Faktor pendukung adalah adanya ruangan, sarana dan prasarana,
program Latihan/master. Sedangkan faktor penghambat adalah kurang
adanya kerjasama antara pengasuh untuk menjalankan kegiatan
keseharian anak dan kegiatan latihan master anak, pengasuh kesulitan
dalam melatih anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan yang
berat, kurangnya kreatifitas dari pengasuh dalam mengajar dan
membimbing anak berkebutuhan khsusus dengan hambatan yang berbeda-
beda, dan kurangnya rasa tanggungjawab dari pengasuh dalam
melaksanakan tugasnya.
87
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Efendi Mohamad, 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan
Khusus. (Jakarta: Bumi Aksara)
Hudaniah Tri Dayakisni, 2009. Psikologi Sosial, Edisi revisi. (Malang: UMM
Press)
I.G.AK Wardani, dkk, 2012. Pengantar Pendidikan ABK, Edisi kesatu.
(Jakarta: Universitas Terbuka)
Jansen, Paul. 1998. Pastoral Umat. (Malang: Institut Pastoral Indonesia)
Karyana, Asep & Widati, Sri. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunadaksa, Cetakan kesatu. (Yogyakarta: Luxima)
Mangunsong, Frieda. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus, Jilid kesatu. (Jakarta: Penerbit: LPSP3)
Parwitaningsih, dkk. 2009. Pengantar Sosiologi. Edisi pertama, (Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka)
Pratiwi Ratih Putri & Murtiningsih Afin, 2013. Kiat Sukses Mengasuh Anak
Berkebutuhan Khusus, Cetakan pertama. (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media)
Soerjono, Soekanto. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi. (Jakarta:
Raja Grafindo)
Suharto, Edi, dkk. 2011. Pekerjaan Sosial di Indonesia, Cetakan kedua
(Bandung: Samudra Biru)
Yayasan Bhakti Luhur, PPRBM. 2016. Hak-Hak Penyandang Disabilitas,
Cetakan pertama. (Malang: PPRBM)