PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA AL …
Transcript of PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA AL …
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA
AL-QUR’AN PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL
BAITURRAHIM KECAMATAN TANAH SEPENGGAL LINTAS
KABUPATEN BUNGO
SKRIPSI
Oleh
SYIFA ARDILLA AMRI
TRA. 151774
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT MEMBACA
AL-QUR’AN PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL
BAITURRAHIM KECAMATAN TANAH SEPENGGAL LINTAS
KABUPATEN BUNGO
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam Anak Usia Dini (S1)
Oleh
SYIFA ARDILLA AMRI
TRA. 151774
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan juga
kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segala
kekurangannya. Segala syukur ku ucapkan kepadamu Ya Rabb karena sudah
menghadirkan orang-orang yang berarti disekeliling saya yang selalu memberi
semangat dan doa sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa saya hanturkan kepada junjungan seluruh umat
islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang seperti saat ini.
Skripsi ini kupersembahkan untuk Ayahanda (Ahmad Bajuri,S.Ag) dan ibunda
tercinta (Siti Mariyam) apa yang saya dapatkan hari ini belum mampu membayar
semua kebaikan,keringat dan juga air mata. Terima kasih atas segala dukungan
kalian baik dalam bentuk materi maupun moril. Karya ini saya persembahkan
untuk kalian sebagai wujud rasa terima kasih saya atas pengorbanan dan jerih
payah kalian sehingga saya dapat menggapai cita-cita saya kelak cita-cita saya ini
akan menjadi persembahan yang paling mulia untuk ayah dan ibu dan semoga
dapat membahagiakan kalian.
Untuk adikku yang sudah menjadi motivasi bagiku ku ucapakan terima kasih yang
tak terhingga atas segala yang diberikan dan untuk sahabat – sahabat
perjuanganyang selalu mendukung dan memotivasi aku dalam pembuatan skripsi
ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kuserahkan untuk membalasnya
dengan rahmat dan dengan Ridho Ilahi Robbi kupersembahkan karya ini semoga
memberi manfaat dan menjadi langkah awal untuk kesuksesanku. Amin ya
Robbal Alamin.
MOTTO
Hadis Bukhari tentang keutamaan mempelajari Al-qur‟an
Artinya : Dari Usman bin Affan r.a ia berkata, Rasullah SAW
bersabda orang terbaik dari kamu ialah orang yang mempelajari
Al-Qur‟an dan mengajarkannya.(HR.Al-Bukhari)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah
SWT, Tuhan yang maha alim yang tidak mengetahui kecuali apa yang di
ajarkannya. Dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Zat yang mengatur
segala apa yang ada di dunia dengan kekuasaan-Nya dan zat yang telah
menganugerahkan kepada manusia akal pikiran dan memahami tanda- tanda
kekuasaan-Nya. Dialah Allah yang tak pernah lepas pengawasannya terhadap
apa yang dilakukan manusia dan kepada-Nya kita mempertanggung
jawabkan setiap apa yang kita kerjakan.
Shalawat serta salam telah tercurahkan kepada junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SAW. Untuk segala keluarga serta para sahabat beliau
yang senantiasa istiqomah dalam perjuagan islam. Semoga kita menjadi
hamba pilihan laksana mereka.
Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini dengan
segala pengorbanan dan rintangan lahir dan batin yang telah dapat penulis
lalui. Tak ada pengganbaran lain yang dapat penulis utarakan selain ucapan
syukur yang tiada tara pada Allah SWT karena hanya atas ridha dan
pertolongan-Nya lah penulis dapat melalui semua ini.Penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :
1. Bapak Dr.H.Hadri Hasan MA, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dra.Hj.Armida M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruaan
3. Dra,Umil Muhsinin M.Pd selaku ketua prodi dan Siti Maria
Ulfa,M.Pd.I sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Islam Anak Usia
Dini
4. Ibu Dra,Umil Muhsinin,M.Pd sebagai pembimbing I dan bapak
Amrindono,M.Pd.I sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pemikiran nya demi mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar di Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada kepada peneliti.
6. Ibu Siti Fatimah,S.Pd.I selaku kepala sekolah RA Baiturrahim di Desa
Embacang Gedang yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian tentang Peran Guru Dalam Meningkatkan
Minat Membaca Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini
ABSTRAK
Nama : Syifa Ardilla Amri
Jurusan/prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Anak Dalam
Membaca Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini Di Raudhatul
Athfal Baiturrahim Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo
Skripsi ini membahas tentang peran guru dalam meningkatkan minat anak
dalam membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini di raudhatul athfal baiturrahim
desa embacang gedang kecamatan tanah sepenggal lintas kabupaten bungo.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya minat anak
dalam membaca al-qur‟an dan apa saja faktor pendukung dan penghambat peran
guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan minat
anak dalam membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini kelas B1 di raudhatul athfal
baiturrahim kabupaten bungo dan ingin mengetahui faktor pendukung serta
penghambat dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an pada
anak usia di raudhatul athfal baiturrahim.
Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif sebagai
bentuk memberi jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan karena sifatnya
menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan menggunakan tehnik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa upaya guru dan orang tua dalam meningkatkan
minat membaca Al-Qur‟an adalah dengan memberikan les mengaji sedangkan
upaya guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an pada
anak dengan menggunakan media yang membuat anak merasa senang dalam
mengikuti pembelajaran sedangkan upaya orang tua harus selalu memberi
memotivasi pada anak dalam membaca Al-Qur‟an dan mengajarkan anak dalam
membaca Al-Qur‟an. Sedangkan upaya dari lembaga adalah sekolah harus
menyediakan sarana dan prasarana dalam membaca Al-Qur‟an. Faktor yang
menunjang adalah adanya kerja sama antara guru dan orang tua dan faktor
penghambat adalah guru yang kurang memiliki kreatifitas dalam mengajar.
Kata kunci : Peran Guru, Kendala, Minat Anak Membaca Al-Qur‟an.
ABSTARACT
Name : Syifa Ardilla Amri
Study Program : Education Islamic Early Childhood
Fittle : the role of teachers in increasing interest in reading Qur’an perearly
Childhood in Raudhatul Athfal Baiturrahim village broach clap
District piece of land cross country regency of bungo
The thesis discusses the role of teacher in increasing children’s interest in reading
the Qur’an in early childhood at Raudhatul Athfal Baiturrahim in village broach
clap districts piece of land crossed country regency of bungo. As for the
formulation of the problem in this study is the lack of interest of children in
reading the Qur’an and what are the supporting factors and obstacles to the role
of the teacher in increasing chidren’s interest in reading Qur’an. The purpose of
this study was to determine the role of teachers in increasing children’s interest in
reading the Qur’an in children in class B1 in Raudhatul Athfal Baiturrahim
regency bungo and want to know the supporting and inhibiting factors increasing
children’s interest in reading the Qur’an in early childhood at Raudatul Athfal
Baiturrahim.
This approach uses descriptive qualitative approach as a form of giving answers
to the problems that have been described because of the nature of using a
descriptive analysis approach using data collection techniques through
observation, interviews and documentation.
The results of this study indicate that the teacher’s effort to increaser interest in
reading Qur’an is to provide tutoring recite while the efforts of teachers in
increasing children’s interest in reading the Qur’an to children by using media
that makes children feel happy in participating in learning while the efforts of
parents must always motivate children to read the Qur’an and teach children to
read the Qur’an while the efforts of the institution is the shool mus provide
facilities and infrastructure in reading the Qur’an.
The supporting factor is the collaboration between the teacher and parents and
the inhibiting factor is the teacher who lacks creativity in teaching.
Keywords : Teacher’s role, Obstacles, Children’s interest in reading the Qur’an
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
NOTA DINAS ............................................................................................ ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISNALITAS ............................................................. iv
PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACK ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Fokus Peneitian .................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………. 6
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7
A. Peran Guru ......................................................................................... 7
1. Pengertian Peran ............................................................................. 7
2. Pengertian Guru…………………………………………………… 7
3. Tugas Guru ...................................................................................... 9
4. Karakteristik Kompetensi Guru ...................................................... 11
5. Fungsi Peranan Dan Kompetensi Guru ........................................... 12
B. Meningkatkan Minat Membaca Al-Qur’an .................................... 14
1. Pengertian Minat ............................................................................ 14
2. Pengertian Membaca ....................................................................... 15
3. Pengertian Al-Qur‟an ...................................................................... 16
4. Pengertian Metode Iqra ................................................................... 18
5. Metode Pengajaran Al-Qur‟an......................................................... 20
6. Teknik Membaca Al-Qur‟an ........................................................... 21
7. Prinsip Membaca Al-Qur‟an ........................................................... 22
8. Al-Quran Sebagai Sumber ............................................................... 22
9. Perkembangan Nilai Agama ............................................................ 23
10. Menanamkan Cinta Al-Qur‟an Kepada Anak ................................ 23
11. Manfaat Membaca Al-Qur‟an ........................................................ 25
12. Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Membaca Al-Qur‟an……. 27
13. Faktor Pendukung Pendidikan Al-Qur‟an……………………….. 27
C. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................... 29
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 30
A. Pendekataan Dan Desain Penelitian ..................................................... 30
B. Setting Dan Subjek Penelitian .............................................................. 31
C. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ....................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 35
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................. 37
G. Jadwal Penelitian .................................................................................. 41
BAB IV.TEMUAN DAN PEMBAHASAAN ......................................... 43
A. Temuan Umum..................................................................................... 43
B. Temuan Khusus .................................................................................... 54
BAB V. PENUTUP ................................................................................... 62
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................... 63
C. Penutup……………………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rencana Waktu dan Tahap Penelitian ....................................................... 38
Tabel 4.1 Identitas Sekolah ....................................................................................... 42
Tabel 4.2 Struktur Organisasi RA Baiturrahim………..…………………43
Tabel 4.3Tenaga Pengajar RA Baiturrahim…………………………….. ................ 45
Tabel 4.4 Data Siswa RA Baiturrahim Tahun Ajaran 2019……………..46
Tabel 4.5 Data Siswa RA Baiturrahim B1……………………………… ................ 48
Tabel 4.6 Keadaan prasarana RA Baiturrahim………………………….. ................ 49
Tabel 4.7 Kualifikasi Guru Pendidik RA Baiturrahim…………………... ............... 53
Tabel 4.8 Pelaksanaan Privat Iqro Siswa RA Baiturrahim………………. ............... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1. Photo Gedung Sekolah. ................................................................. 42
Gambar 4.2. Photo Dokumentasi Riset………………..……………………… 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat anak pada dasarnya adalah unik dan terpisah dari masa muda,
remaja maupun dewasa. Anak adalah miniatur dari orang dewasa dimana bentuk
dan fungsi yang ada pada anak sama dengan yang ada pada orang dewasa namun
masih perlu diberikan bimbingan dan stimulasi dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. John locke memandang anak sebagai kertas putih yang masih
bersih berisi tulisan dan mereka lahir bagaikan kertas putih dan karakternya perlu
dibangun tahap demi tahap melalui berbagai pengalaman selama
perkembangannya. Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis
walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan dan
potensi bawaan yang harus dikembangkan. (suyadi, 2013, hal:1)
Anak yang berada pada usia dini dikatakan sebagai masa emas (golden
age) karena pada masa itu anak berkembang dengan pesat dan luar biasa. Anak
usia dini sering disebut anak prasekolah dan memiliki masa peka dalam
perkembangannya dan terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon berbagai rangsangan dari lingkungannya. Undang-undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
pendidika anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih
lanjut.
Satuan pendidikan anak usia dini di Indonesia memiliki beberapa lembaga
pendidikan di antaranya taman kanak - kanak (TK), raudhatul athfal ( RA),
kelompok bermain ( KB) dan tempat penitipan anak (TPA). Mendidik anak pada
masa usia dini tidak sama dengan orang dewasa anak usia dini memiliki keunikan
dan karakter yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi yang tepat dalam proses belajar- mengajar. Dalam memberikan
pembelajaran dan rangsangan- rangsangan kepada anak usia dini maka yang harus
dikembangkan dalam bidang pengembangan pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar. Ruang lingkup perkembangan anak usia dini
yaitu akhlakul karimah, sosial emosional dan kemandirian, pendidikan agama
islam ( PAI), bahasa kognitif, fisik (motorik kasar dan motorik halus ) serta seni.(
Helmawati, 2016, hal:43)
Khususnya pendidikan agama yang mengarah pada terbentuknya
keluhuran rohani dan keutamaan jiwa yang harus mulai ditanamkan sejak dini.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak-anak usia dini yang masih sangat
tinggi daya rekamnya atas pelajaran pengalaman hidup. Kemampuan membaca
Al-Qur‟an merupakan kemampuan utama yang harus dimilki oleh anak yang
beragama islam. Oleh sebab itu pendidikan yang mengarahkan pada kemampuan
membaca Al-Qur‟an haruslah dilaksanakan dengan baik tersistematis dan
terencana.
Setiap orang tua memiliki tanggung jawab mengajarakan pada anak-
anaknya tentang tata cara membaca Al-Qur‟an sejak kecil sebab Al-Qur‟an
memiliki pengaruh besar dalam menanamkan aqidah yang kuat pada jiwa anak.
Disampng Al-Qur‟an sebagai dasar pengajaran agama islam yang pertama, maka
Al-Qur‟an juga sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin baik sedih maupun
senang. Banyak metode belajar membaca Al-Qur‟an yang diterapkan di sekolah
diantaranya seperti metode qiroati, metode An-Nahdiyyah, metode Iqro dan lain-
lain. Setiap metode memilki cara dan teknik sendiri dalam menjadikan anak
didiknya mampu untuk membaca Al-Qur‟an secara fasih dan tartil.
Menurut para pakar psikologi pendidikan anak menjelang usia dua tahun
anak mulai memiliki kemampuan untuk memberi atau mengenal nama-nama
benda sementara sejak genap berusia dua hingga tiga tahun anak telah memiliki
kesiapan untuk membaca. Pada usia dini anak kelihatan suka meniru bila orang
tua mendengarkan bacaan Al-Qur‟an atau melatih mengeja huruf hijayyah pada
anak secara berulang-ulang bacaan itu akan mudah diserap atau direkam oleh otak
anak. (Ahmad Syarifuddin,2004, hal: 63)
Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan selama satu bulan tepatnya
20 september sampai 20 oktober ditemukan di RA Biturrahim di kelompok
B1usia 4 -6 tahun yang memiliki jumlah siswa 16 yang terdiri dari 10 siswa laki-
laki dan 6 siswa perempuan. Dimana dari 16 siswa terdapat 5 siswa usia 6 tahun
yang belum bisa membaca al-Qur‟an. Fakta awal menunjukkan beberapa hal,
yaitu Pertama, anak belum dapat mengenal huruf hijayyah dan tidak dapat
membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain. Contoh huruf ba (ب)
disebut huruf tsa (ث). Kedua, pengucapan huruf yang salah hal ini terlihat ketika
salah satu anak diminta untuk menyebutkan beberapa huruf hijayyah. Ketiga,
dalam pembelajaran guru masih menggunakan teknik menirukan secara lisan
dangan tidak menggunakan media sehingga anak-anak kurang dalam mengingat
kosa kata yang telah disampaikan dan pembelajaran yang kurang menarik akan
membuat anak cepat bosan. Permasalahan diatas menunjukkan bahwa kualitas
kemampuan membaca Al-Qur‟an anak kelompok B1 perlu ditingkatkan.
Kemampuan penguasaan kosa kata arab pada anak dapat ditingkatkan dengan
mudah apabila media pembelajaran yang digunakan mudah di ingat oleh anak
dan tentunya menarik sehingga anak tidak cepat bosan dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata
adalah dengan menggunakan media flash card. Media ini akan mempermudah
anak untuk mengingat huruf yang sedang dipelajari dan tentunya menarik bagi
anak sehingga anak tidak cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran Media kartu
huruf adalah media pembelajaran visual yang berbentuk kartu huruf yang
dilengkapi dengan kata atau huruf, kartu huruf dapat digunakan untuk melatih,
mengeja dan memperkaya kosa kata anak. Penguasaan kosa kata dengan media
kartu huruf akan dapat mengembangakan kemampuan berbahasa dan secara tidak
langsung akan menambah pembendaharaan kata bagi anak karena anak
mengetahui dan belajar kosa kata baru yang belum pernah ditemukan pada diri
anak.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas sebelumnya untuk
menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul skripsi ini maka penulis
perlu membuat fokus penelitian secara konkrit. Adapun fokus penelitian ialah
peran guru dalam meningkatkan minat membaca Al-Qur‟an dengan menggunkan
metode iqro. Fokus penelitian ini juga berkaitan dengan minat anak usia dini
dalam mempelajari Al-Qur‟an.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diaatas maka penelitian ini dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana cara guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca
Al-Qur‟an dengan menggunakan metode iqro pada anak kelompok B1 di
RA Baiturrahim Kecamatan Tanah Sepenggal lintas
2. Bagaimana peran orang tua dalam menumbuhkan minat anak dalam
membaca Al-Qur‟an ?
3. Apa faktor yang menghambat dan mendukung agar anak berminat dalam
membaca Al-Qur‟an ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumus masalah di atas tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini
yaitu :
a. Ingin mengetahui cara guru dalam meningkatkan minat anak dalam
membaca Al-Qur‟an di RA Baiturrahim
b. Ingin mengetahui peran orang tua dalam menumbuhkan minat anak
dalam membaca Al-Qur‟an
c. Ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengurahi minat anak dalam
membaca Al-Qur‟an.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang baik dalam bidang
teoritis dan praktis maupun yang lainnya diantara sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasilnya dapat menjadi
pedoman dan acuan bagi orang tua dan guru dalam meningkatkan minat anak
dalam membaca Al-Qur‟an.
b. Manfaat praktis
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan temuan-temuan dari
pembahasan hasil penelitian dapat menjadi pedoman dalam memahami upaya,
kendala dan fakta yang terjadi
c. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk keterampilan dan pengetahuan serta memenuhi
salah satu persyaratan mencapai Sarjana Srata satu (S1) dalam bidang
pendidikan islam anak usia dini di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS
jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Guru
1. Pengertian Peran
Pada dasarnya setiap manusia yang hidup didunia ini memiliki peranya
masing-masing ketika membahas tentang peran tentu tidak lepas dari sebuah
kedudukan (statu) walaupu keduanya berbeda akan tetapi masih saling
berhubungan. Seperti sisi mata uang yang berbeda akan tetapi bisa menentukan
nilai mata uang tersebut. Karena peran merupakan aspek dinamis dari sebuah
kedudukan pasti kan mempunyai peran dari kedudukan yang dia tempati.
Secara bahasa peran berasal dari bahasa inggris yaitu “role” yang dalam
bahsa Indonesia dapat diartikan sebagai seperangkat tindakan yang dimiliki oleh
orang yang berkedudukan. Secara istilah peran adalah berperilaku menurut posisi
seorang dalam masyarakat.
Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis kedudukan
(status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukan dia akan menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara peren dengan
kedudukan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat
dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Menurut
Veithzal Rivai peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang
dalam posisi tertentu.
Peran adalah fungsi atau kedudukan. Peran juga dapat diartikan sebagai
keikut sertaan terhadapat upaya mendidik kepada jiwa yang terbuka. Selanjutnya
guru merupakan orang tua kedua setelah ayah dan ibu dirumah. Agar potensi anak
dapat berkembang secara maksimal maka perlu adanya bimbingan lain selain
kedua orang tua didalam kesehariannya yaitu seorang guru.
2. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid biasanya
guru adalah memegang mata pelajaran disekolah. Menurut Amentebu
mengemukakan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jwab terhadap pendidikan peserta didik baik secara individual
maupun klasikal baik disekolah maupun di luar sekolah. Guru bagaikan orang tua
kedua setelah ayah dan ibu dalam keluarga dirumah. Sosok guru adalah seseorang
yang penting dalam pendidikan sebagai orang yang dicontoh dan ditiru maka guru
harus memiliki kepribadian yang baik.
Guru adalah pendidik yaitu orang yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan terhadap anak didiknya.Demi menyiapkan peradaban yang lebih baik
dan mengubah dunia dari gelap menuju cahaya terang. Guru merelakan dirinya
untuk anak-anak orang lain, memberikan ilmu,waktu, perhatian, kasih sayang dan
pengorbanan lain yang didasari prinsip bahwa mendidik adalah tugas suci.
Helmawati (2016) mengatakan bahwa pendidik merupakan orang kedua
setelah orang tua yang ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan potensi
anak dan pertumbuhannya dan secara formal menurut Undang-Undang No 14
pasal 1 butir 1 tentang guru adalah mendidik dengan tugas yang utama yaitu
mengajar, melatih, mebimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah
Pada dasarnya setiap orang adalah guru yang di contoh atau ditiru terutama
oleh anak-anak yang sering menirukan apa yang dilakukan oleh orang-orang
disekitarnya. Biasanya anak usia dini menerapkan apa yang mereka lihat,mereka
dengar dan mereka rasakan dari lingkungannya. Apa yang mereka dapatkan ketika
masih kecil akan berbekas sangat kuat hingga mereka dewasa. ( Ibid hal:18-19)
Pendidkan guru islam harus mempunyai keistimewaan atau kekhasan
tersendiri agar tampil berbeda dengan guru yang bukan islam seperti kekhasan
dalam sifat-sifatnya, tingkah lakunya dan peranggainya. Islam mengajarkan
bahwa pendidik (guru) memiliki beberapa istilah seperti muallim,
muaddib,murabbi dan ustad.
(1) Mualim, yaitu lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan
penyampaian pengetahuan dan ilmu (2) Muaddib, yaitu lebih menekankan
pendidik sebagai pembina moralitas dan ahlak peserta didik dengan keteladan (3)
Murabbi, yaitu lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam
aspek jasmani maupun rohani (4) Ustadz, merupakan istilah umum yang sering
dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang sering disebut guru
Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidkan nasional.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana
dan diploma empat sedangkan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi
kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dari keempat
kompetensi yang dimilki tersebut guru harus mampu menjadi panutan dan mampu
membangun karakter jati dirinya.
Sebagaimana visi guru yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
seseorang pendidik hendak mempunyai kepribadian : didepan menjadi teladan,
ditengah membangun karsa, dibelakang memberi dorongan,tutwuri handayani.
(Helmawati, 201, hal :3)
3. Tugas Guru
Guru adalah pendidik professional karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang terpikul di pundak para orang tua. Orang tua tatkala menyerahkan anaknya
ke selokah berarti sekaligus melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya kepada guru hal itu pun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak
mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru karena tidak sembarang
orang dapat menjadi guru.
Sejak dahulu di Negara-negara Timur guru dihormati oleh masyarakat.
Orang India dahulu menganggap guru itu sebagai orang suci dan sakti. Dan di
Jepang guru disebut sensei artinya yang lebih dahulu lahir dan yang lebih tua di
Inggris guru dikatakan teacher dan di Jerman guru disebut der Lehrer yang kedua
di artikan sebagai pengajar.
Dalam literatur barat dikatakan mengajar ialah berbagai macam tugas yang
sesungguhnya bersangkutan dengan mengajar itu sendiri yaitu tugas membuat
persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil belajar dan lain-lain yang selalu
bersangkutan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Akan tetapi kata guru
sebenarnya bukan saja mengandung arti pengajar melainkan juga pendidik baik
didalam maupun diluar sekolah.
Guru di sekolah adalah pendidik kedua setelah orang tua dan mereka
menghadapi hal yang sama dengan yang dihadapi oleh orang tua dirumah, yaitu
masalah kekurangan waktu dan juga masalah gempuran kebudayaan global.
Tanggung jawab guru disekolah sekarang lebih besar daripada zaman dahulu
karena guru disekolah harus mengambil alih sebagian tugas mendidik yang
seharusnya dilakukan oleh orang tua di rumah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang guru dan dosen dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan,
mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Samsul Nizar melihat bahwa mendidik dalam operasionalisasinya merupakan
rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya.
Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukanlah hanya sekedar
mengajar sebagaimana pendapat orang disamping itu pendidik juga bertugas
sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama
adalah berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan dan mensucikan
hati sehingga menjadi dekat dengan Khaliqnya. Para pendidik hendaknya
mengarahkan peserta didik untuk mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh
ciptaan-Nya dan para pendidik dituntut untuk dapat mensucikan jiwa peserta
didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa yang suci manusia akan dapat dekat
dengan sang Khaliq.
Berkenaan dengan konsep ini An-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain
tugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
tugas utama yang perlu dilakukan oleh pendidik adalah tazkiyat an-nafs yaitu
mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peseta didik kepada Khaliq-
Nya, menjauhkan dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah-
Nya yang Hanif.( Helmawati, 2016, hal 34)
4. Karakteristik Kompetensi Guru
Dalam uraian di atas telah dijelaskan bahwa jabatan guru adalah suatu
jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya
disekolah dalam pengertian tersebut telah terkandung suatu konsep bahwa guru
professional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki
kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya
dengan sebaik - baiknya tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan
tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan
lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sebagai indikator maka guru yang
dinilai komponen secara professional apabila :
1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik
baiknya
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan - peranannya secara berhasil
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan insruksional) sekolah
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan
belajar dalam kelas.
Karakteristik itu akan kita tinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru,
fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah dan peranan guru dalam
proses belajar mengajar. Dalam menjalankan tugas belajar - mengajar, guru
memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut:
a. Tanggung jawab dan kompetensi guru
Manusia dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab apabila
dia mampu membuat pilahan dan membuat keputusan atas dasar nilai - nilai dan
norma-norma tertentu baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang
bersumber dari lingkungan sosialnya. Dengan kata lain manusia bertanggung
jawab apabila dia mampu bertindak atas apa dasar keputusan moral atau moral
decision. Setiap guru professional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia
yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan tetapi di pihak lain dia juga
mengemban sejumlah tanggung jawab bidang pendidikan.
Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan
norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses koservasi nilai
bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru.Guru
akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi
yang diperlukan untuk itu. Setiap kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah
kompetensi yang lebih kecil dan lebih khusus.
b. Tanggung jawab moral
Setiap guru professional berkewajiban menghayati dan mengamalkan
pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral pancasila serta nilai-nilai
Undang-undang Dasar 1945 kepada generasi muda. Tanggung jawab ini
merupakan tanggung jawab moral bagi setiap guru di Indonesia dalam hubungan
ini setiap guru harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati
dan mengamalkan pancasila.
Kemampuan menghayati berarti kemampuan untuk menerima,mengingat,
memahami dan meresap kedalam pribadinya sehingga moral pancasila mendasari
semua aspek kepribadiannya. Dengan demikian moral moral pancasila bukan saja
sekedar menjadi pengetahuan,pemhaman dan kesadarannya akan tetapi menjadi
sikap dan nilai serta menjadi keterampilan psikomotorisnya.
Kemampuan mengamalkan berarti guru mampu melaksanakan dan
menerapkan moral pancasila kedalam perbuatannya sehari-hari dalam semua
tindakannya baik dalam masyarakat maupun dalam kenegaraan baik dalam
pendidikan maupun kedalam kehidupan di luar bidang pendidikan baik dalam
pendidikan maupun ke dalam kehidupan luar bidang pendidikan baik disekolah
maupun di luar sekolah.
Kalau kompetnsi dijabarkan lebih khusus maka guru harus mampu
bertindak sebagai model sebagai manusia pancasila bagi murid muridnya bahkan
kalau diperinci lebih lanjut maka guru harus mampu berbicara dan bergerak
selaku manusia pancasila misalnya pada waktu memberikan ceramah,memimpin
diskusi dikelas dan sebagainya.
c. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan disekolah
Guru bertanggung jawab guru dalam melaksnakan kegiatan pendidikan
disekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada siswa.
Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan
kurikulum menuntun anak untuk belajar, membina pribadi , watak, dan jasmani
anak, menganalisis kesulitan anak dalam belajar serta menilai kemajuan belajar
anak.
Guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawab ini maka
setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan
tanggung jawab tersebut. Dia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus
mampu membuat model satuan pembelajaran, mampu memahami kurikulum
secara baik, mampu mengajar siswa, mampu menjadi model bagi anak, mampu
memberikan nasihat dan petunjuk yang berguna, mampu menyusun dan
melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan sebagainya. ( OEMAR
HAMALIK, 2010, hal: 38)
5. Fungsi Peranan dan Kompetensi Guru
Guna melengkapi analisis tentang kompetensi guru seperti yang diuraikan
di muka selanjutnya kompetensi guru dilhat dari segi fungsi dan peranan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa professional guru mengandung
pengertian yang meliputi unsur – unsur kepribadian, keilmuwan dan keterampilan
dengan demikian dapat diartikan bahwa kompotensi guru tentu saja akan
memiliki unsur itu walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada keterampilan
anak dalam membaca Al-Qur‟an.
Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat - syarat
kepribadian dan penguasan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar
apabila mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar
untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur serta bersikap
terbuka dan peka terhadap perkembangan anak.
Sehubungan dengan perananya sebagai pendidik dan pengajar guru harus
menguasai ilmu antara lain harus mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai
bahan pelajaran serta ilmu yang berkaitan dengan mata pelajaran/bidang studi
yang di ajarkannya dan menguasai teori dan praktek mendidik.( OEMAR
HAMALIK, 2010, hal: 42)
B. Meningkatkan Minat Membaca Al-Qura’an Pada Anak Usia Dini
1. Pengertian Minat
Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal dan aktivitas tanpa adanya yang menyuruh. Pada dasarnya minat
meerupakan penerimaan akan suatu diri sendiri terhadap sesuatu yang diluar diri
sendiri. Semakin erat hubungan tersebut maka semakin besar pula minatnya.
Menurut Kamisa minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau
kesukaan. Menurut Gunarso minat adalah sesuatu yang pribadi yang berhubungan
erat dengan sikap. Sedangkan menurut Sutjipto bahwa minat adalah kesadaran
seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah atau situasi yang mempunyai
kaitan dengan dirinya.
Minat juga bisa diartikan sebagai suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Menurut Gordon seperti yang
dikutip Ramayulius 2008:37 kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Adapun kemampuan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah anak penguasaan
anak kelas B1 dalam membaca Al-Qur‟an dengan menggunakan metode iqro.
Manakala minat membaca Al-Qur‟an tumbuh keyakinan agamapun telah
tertanam maka pengetahuan tentang manfaat sesuatu akan memudahkan
bangkitnya minat yang lebih besar makin kuat pengetahuan tentang manfaat minat
makin bersemangat dia melakukan sesuatu. Makin matang kesadarannya tentang
manfaat membaca akan menguatlah kecintaanya terhadap kegiatan tersebut.
2. Pengertian Membaca
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata membaca dapat
diartikan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
atau hanya dalam hati), mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan,
mengetahui meramalkan dan memperhitungkan.
Kata baca tulis adalah dua kata kerja yang saling berkaitan krena
seseorang dapat menulis biasanya dapat membaca begitupun sebaliknya. Menurut
W.J.S Purwadarima yang dimaksud dengan membaca adalah melihat tulisan dan
mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.Menurut Sabri kata membaca
merupakan kata kerja yang memiliki arti melihat serta memaknai isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.
Pengertian membaca judul penelitian ini secara khusus meruju kepada
kemampuan anak dalam membaca Al-Qur‟an melalui metode iqro dengan
menggunakan pendekatan kartu bergambar yang sesuai dengan mata pelajaran
yang di ajarakan oleh guru di RA Baiturrahim.
Memberikan pengalaman dalam membaca huruf hijayyah sesungguhnya
tidak hanya berbeda dengan pemberian pengalaman membaca huruf latin. Cara
pemberian pengalaman membaca huruf latin dapat juga diterapkan untuk
memberikan pengalaman membaca huruf hijayyah/Al-Qur‟an.
3. Perkembangan minat Membaca Al-Qur‟an
Minat membaca atau menulis Al-Qur‟an dan ditumbuhkan sejak anak-
anak tetapi itu semua tidak terlepas dari peran orang tua dalam menumbuhkan
minat membaca Al-Qur‟an. Pentingnya pendidikan keluarga merupakan
kosekwensi rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan minat membaca pada anak
menurut Hurlock adalah sebagai berikut.
1. Minat tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental anak
2. Minat tergantung pada kesiapan belajar anak
3. Minat tergantung pada kesempatan belajar
4. Pengaruh budaya
5. Minat berkaitan dengan emosional
4. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukil secara mutawatir tanpa keraguan.
Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan dengan perantara Malaikat
Jibril ke dalam hati Rasulullah SAW dengan menggunakan bahasa arab dan
makna yang benar akan menjadi hujjah bagi Rasulullah SAW dalam
pengakuannya sebagai utusan Allah.
Al-Qur‟an juga kitab suci yang merupakan sumber utama dan paling
pertama dalam ajaran islam yang menjadi petunjuk bagi kehidupan umat manusia
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril
sebagai rahmat yang tidak ada taranya bagi alam semesta dan didalamnya
terkumpul wahyu-wahyu yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup atau
pelajaran bagi siapa yang mempercayai dan mengamalkannya.
Al-Qur‟an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT
yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-
kitab suci yang diturunkan sebelumnya karena itu setiap orang yang mempercayai
Al-Qur‟an akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya,
mempelajari dan memahami serta mengamalkannya. Al-Qur‟an juga diturunkan
secara berangsur angsur berupa beberapa ayat dan terdiri Dari beberapa surah-
surah pendek yang lengkap sedangkan penyampaian Al-Qur‟an secara
keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun yakni 13 tahun waktu Nabi
masih tinggal di Mekkah sebelum hijrah dan 10 Tahun waktu Nabi sesudah hijrak
ke Madinah.
Al-Qur‟an juga diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat
dan terdi dari beberapa surah-surah pendek yang lengkap sedangkan penyampaian
Al-Qur‟an secara keseluruhan memakan waktu lebih kurang 23 tahun yakni 13
tahun waktu Nabi masih tinggal di Mekkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu
Nabi sesudah hijrah ke Madinah. Islam sejak dini tepatnya sejak turunnya wahyu
yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan umatnya
untuk membaca Al-Qur‟an yang terdapat dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 yang
berbunyi :
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam , Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-„Alaq: 1-5)
Iqro atau perintah membaca adalah kata pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali
dalam rangkaian wahyu yang pertama. Perintah membaca merupakan dorongan
untuk meningkatkan minat membaca pada anak,kata iqro tidak hanya di tunjukkan
kepada pribadi Nabi Muhammad semata tetapi juga untuk umat manusia
sepanjang sejarah.Karena perintah membaca merupakan kunci pembuka jalan
kehidupan didunia dan akhirat.( Budiman Mustofa, 2013,hal:87)
5. Pengertian Metode Iqro
Metode berasal dari bahasa latin yaitu”meta” yang berarti melalui dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut
“tariqah” artinya jalan,cara,sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah metode adalah suatu sistem atau cara yang mengatur
suatu cita-cita.
Menurut Mahfud Shalahuddin (1998:29) dalam bukunya Metode
Pendidikan Agama mendefinisikan metode adalah cara tertentu yang paling tepat
digunakan untuk menyampaikan suatu bahan pelajaran sehingga tujuan dapat di
capai. Sedangkan menurut Winarno mendefinisikan metode adalah cara dan
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan makin baik metode
yang dikemukakan makin baik pula pencapaian tujuan. Dari defenisi metode di
atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kata Iqro secara harfiyah berasal dari kata kerja Qara‟a yang pada
mulanya berarti menghimpun. Apabila anda merangkai huruf/kata kemudian anda
mengucapkan rangkaian tersebut maka anda telah menghimpunnya yakni
membacanya. Dengan demikian realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan
adanya suatu tek tertulis sebagai objek bacaan dan tidak pula harus diucapkan
sehingga terdengar oleh orang lain.
Metode iqro adalah cara cepat dalam belajar membaca Al-Qur‟an yang
terdiri dari beberapa jilid dari jilid satu sampai jilid enam dan dilengkapi dengan
tajwid disusun secara sistematis dimulai dari hal-hal yang sederhana lalu
meningkat tahap demi tahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya.
Cara ini lebih efektif dan efisien dalam mengantarkan anak untuk bisa cepat
dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan dalam kurun waktu yang lumayan
singkat dibandingkan dengan cara-cara terdahulu.
Metode ini juga tidak hanya untuk anak-anak tetapi dapat digunakan oleh
semua umur dari TK,SD,SMP SMA, Perguruan tinggi dan manula. Buku iqro
sangat berperan penting dalam proses awal baca Al-Qur‟an khususnya pada anak
usia dini karena buku iqro tersebut sangat praktis sekali dan dapat mempermudah
anak dalam belajar membaca Al-Qur‟an. Adapun sifat-sifat buku iqro yaitu :
1. Bacaan langsung, anak langsung diperekenalkan dengan bacaan dengan
baris tidak perlu mengeja terlebih dahulu.
2. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) guru hanya menerangkan pokok
bahasan setelah itu anak harus aktif membaca sendiri guru sebagai penyimak saja
jangan sampai menuntun kecuali hanya memberikan contoh saja.
3. Privat/klasikal. Privat (penyimak satu-persatu) ataupun klasikal (secara
beramai-ramai). Cara klasikal dipakai terutama bila terjadi kekurangan guru dan
untuk mengevaluasi secara umum kemampuan anak terhadap pembelajaran. Bila
secara klasikal maka anak harus dikelompokkan berdasarkan kemampuan atau
jilid.
4. Modul (pokok bahasan) mengenai judul-judul (pokok bahasan) guru
langsung membri contoh bacanya tidak perlu banyak penjelasan dan anak tidak
perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan istilah-istilah yang asing baginya yang
dikhawatirkan akan membuatnya bingung dan berfikir keras sehingga konsentrasi
terpecah yang terpenting bagi anak dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
benar.
5. Sistematis buku iqro disusun dengan sistematis sehingga anak tidak
merasa susah dan terbebani dalam belajar tanpa disadari ada peningkatan materi
pada setiap jilid yang sedang dibacanya.
6. Praktis buku iqro sangat praktis baik dari segi jilidnya maupun dari segi
materinya.
6. Metode Pengajaran Al-Qur’an
Prinsip pengajaran Al-Qur‟an pada dasarnya bisa dilakukan dengan
bermacam-macam metode di antara metode-metode itu ialah sebagai berikut:
pertama, guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul oleh anak atau murid
dengan metode ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar
melalui lidahnya sedangkan anak akan dapat melihat dan menyaksikan langsung
praktek keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya.
Dan metode ini disebut dengan metode musyafahah atau lidah dan metode
ini juga diterapkan oleh Nabi SAW kepada kalangan sahabatnya. Kedua, murid
membaca didepan guru sedangkan guru menyimak bacaan anak dan metode ini
dikenal dengan metode sorongan atau ardul qira‟ah atau setoran bacaan. Metode
ini di pratekkan oleh Rasulullah SAW bersama dengan malaikat Jibril saat di tes
bacaan Al-Qur‟annya di bulan Ramadhan. Ketiga, guru mengulang bacaan anak
sedangkan anak menirukan kata perkata dan kalimat perkalimat secara berulang-
ulang hingga anak terampil dan benar dalam membaca Al-Qur‟an. Dari ketiga
metode ini metode yang banyak diterapkan dikalangan anak-anak pada masa kini
ialah metode kedua.
Untuk tahap awal proses pengenalan kepada anak yang pemula metode
yang tepat ialah metode yang pertama sehingga anak telah mampu
mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijayyah secara tepat dan benar sedangkan
metode ketiga cocok untuk mengajar anak dalam menghafal.(Ahmad
Syarifuddin,2004: hal 83)
7. Tehnik Membaca Al-Qur’an
Dalam perkembangan dunia yang modern dimana anak usia dini lebih
memilih memegang gadget daripada membaca Al-Qur‟an. Pembelajaran
membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini dapat menggunakan metode Utsmani ini
muncul sebagai suatu metode atau tehnik dalam membaca Al-Qur‟an yang
memiliki karakteristiknya dan spesifikasi tertentu dan yang membedakan dengan
metode lain.
Metode ini tidak hanya terbatas pada buku iqro sebagai sumber sekaligus
media pengajaran melainkan juga mengaju pada interaksi kepada anak sehingga
anak tidak mudah bosan dan mengalihkan pandangannya pada yang lain. Yang
perlu diperhatikan dalam mendidik anak dalam membaca Al-Qur‟an dengan
menggunakan metode Utsmani antara lain.
a) Metode Adress
Metode ini bisa dilakukan untuk para orang tua dan guru sesuai dengan
tingkatan usia dan kemampuan anak. Mengawali pembelajaran bisa dimulai
dengan mengenalkan huruf hijayyah entah itu dengan menyanyi atau
menyamakan bentuk-bentuk huruf dengan objek yang familiar. Pendidik juga
harus telaten dan ulet dalam mengenalkan bunyi atau menyebutkan huruf hijayyah
secara berulang-ulang.
b) Metode Menulis
Selain cara baca anak juga dituntut untuk bisa mengenal tulisan hal ini
penting diberlakukan sebagai pondasi agar ketika sudah besar nanti anak bisa
memahami tajwid dengan benar.
c) Metode Muroja‟ah
Muroja‟ah atau mengulang merupakan metode yang terpenting dalam
pembelajaran metode utsamani ini bisa dilakukan dengan membuka halaman-
halaman sebelumnya dan dengan acak menunjukkan huruf atau kata yang
sekiranya perlu diulang. Metode ini paling efektif untuk melatih daya ingat anak
dan kecerdasan anak.(Budiman Mustapfa, 2013, hal: 93)
8. Prinsip-prinsip Membaca Al-Qur’an
Tata cara membaca Al-Qur‟an menurut para ulama terbagi menjadi empat
macam yaitu : (1). Membaca secara tahqiq, 2). Membaca secara tartil, 3).
Membaca secara tadwir,4). Membaca secara hard.
Tahqiq adalah membaca Al- Qur‟an dengan memberikan hak-hak setiap
huruf secara tegas tegas, jelas dan teliti seperti memanjangkan mad, menegaskan
hamzah, menyempurnakan harakat serta melepas huruf secara tartil, pelan pelan,
memperhatikan panjang pendek, waqaf dan ibtida‟ tanpa merampas huruf.
Tartil maknanya hamper sama dengan tahqiq hanya tartil lebih luwes
dibanding tahqiq. Az-Zarkasyi mengatakan bahwa kesempurnaan tartil ialah
menebalkan kalimat sekaligus menjelaskan huruf-hurufnya. Perbedaan lain ialah
tartil lebih menekankan aspek memahami dan merenungi kandungan ayat-ayat Al-
Qur‟an sedangkan tahqiq tekanannya pada aspek bacaan. Membaca secara tartil
juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS.Al-muzammil:4
Artinya : Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan atau secara tartil. (QS.Al-
muzammil : 4)
Tadwir adalah membaca Al-Qur‟an dengan memanjangkan mad hanya
tidak sampai penuh. Tadwir merupakan cara membaca Al-Qur‟an dibawah tartil di
atas hard. Adapun hard adalah membaca Al-Qur‟an dengan cepat, ringan, dan
pendek namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir kalimat serta
meluruskannya.(Ahmad Syarifuddin,2004: hal 79)
9. Al-Qur’an sebagai sumber nilai
Di antara fungsi Al-Qur‟an adalah sebagai petunjuk dan penerang jalan
hidup pembeda antara yang benar dan yang salah, penyembuh penyakit hati,
nasihat dan petuah dan sumber informasi. Sebagai sumber informasi Al-Qur‟an
mengajarkan banyak hal kepada manusia dari persoalan keyakinan,moral, prinsi
prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan.
Al Qur‟an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia untuk
memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi kekuasaan Allah. Dari hasil
pengkajian dan penelitian fenomena alam kemudia melahirkan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan pemahaman ini, Al-Qur‟an berperan sebagai motivator dan inspirator
bagi para pembaca,pengkaji dan pengamalannya. Al-Qur‟an tidak hanya sebagai
petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu melainkan
menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Al-Qur‟an adalah eksis
bagi setap zaman dan tempat dan petunjuknya sangat luas seperti luasnya umat
manusia dan meliputi segala aspek kehidupan.
Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara langsung dari Al-
Qur‟an seperti ilmu tafsir, fikih dan tauhid, akan tetapi Al-Qur‟an juga merupakan
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi karena banyak sekali isyarat-isyarat Al-
Qur‟an yang membicarakan persoalan-persoalan sains dan teknologi dan bidang
keilmuan lainnya.( Said Agil Husin Al Munawar, 2005, hal: 4)
10. Perkembangan Nilai-nilai Agama
Pendidikan harus diberikan sejak dini oleh orang tua dan guru seperti
sabda Nabi Muhammad SAW. “ tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang
lahat” selanjutnya memori yang dimiliki seorang anak masih sangat jernih dan
belum dipenuhi berbagai macam pikiran ataupun pertimbangan seperti layaknya
orang dewasa.
Daya ingat seorang anak sangat luar biasa tidak mudah lupa maupun
walaupun hafalan tersebut belum disertai pemahaman terutam dalam membaca
Al-Qur‟an. Al-Qur‟an perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak-anak tetapi
itu semua tidak terlepas dari peran orang tua dan guru dalam meningkatkan minat
membaca Al-Qur‟an. ( Mursid,2015, hal: 88)
11. Menanamkan Cinta Al-Qur’an Kepada Anak
Al-Ghazali menyatakan anak adalah amanah di tangan ibu bapaknya.
Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya apabila dia dibiasakan
pada sesuatu yang baik dan dididik niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-
sifat baik dan akan bahagia dunia dan akhirat. Anak tak ubahnya selembar kertas
putih apa yang pertama kali ditorehkan disana maka itulah yang akan membentuk
karakter dirinya bila yang pertama yang ditanamkan adalah warna agama dan
keluhuran budi pekerti maka akan terbentuk antibodi (zat kebal) pada anak yang
akan berpengaruh negative seperti benci kesombongan, rajin ibadah, tidak
membangkang kepada orang tua, dan sebagainya.
Masa kanak-kanak merupakan masa pembentukan watak yang utama
apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan
kemudian telah menjadi kebiasaannya maka sukarlah untuk meluruskannya. Para
ulama mengatakan bahwa ada penyakit berbahaya yang biasa hinggap pada
kalangan anak-anak kecil yang disebut dengan penyakit “ jununus shaba”
(kegilaan masa kecil) yaitu satu kecenderungan buruk, noda hitam kedurhakaan,
dan bibit kesesatan pada anak yang berasal dari semain hawa nafsu dan setan.
Penyakit ini kerap berjangkit pada anak yang tidak menanamkan pendidikan yang
baik sejak dini kepadanya.
Atas dasar ini mendidik anak sejak dini merupakan hal yang sangat perlu
dan mendesak yang dilakukan. Seluruh elemen dan masyarakat terutama kepada
kedua orang tua hendaknya tidak mengabaikan hal ini apalagi “ belajar diwaktu
kecil laksana melukis di atas batu dan belajar di waktu besar laksana melukis di
atas air “ mengingat pentingnya faktor pendidikan ini Allah SWT berfirman
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS.At-tahrim : 6)
Mengenai makna yang dikandung dari ayat ini sahabat Ali bin Abu Thalib
r.a berkata ajari dan didiklah anak-anakmu pendidikan yang baik sedangkan
Hasan Bashri berkata suruhlah mereka taat kepada Allah dan didiklah mereka
dengan ajaran yang benar. Ibnu Khaldun juga menunjukkan bahwa pentingnya
menanamkan pendidikan Al-Qur‟an kepada anak usia dini.
Menurutnya pendidikan Al-Qur‟an merupakan pondasi seluruh kurikulum
pendidikan di dunia islam karena Al-Qur‟an merupakan syiar agama yang mampu
menguatkan akidah dan mengokohkan keimanan. (Mukadimah Ibnu Khaldun)
Ibnu Sina juga menasehati agar memperhatikan pendidikan Al-Qur‟an kepada
anak menurutnya segenap potensi anak baik jasmani maupun akal hendaknya
dicurahkan untuk menerima pendidikan utama ini agar aqidah anak bisa mengalir
dan tertanam pada kalbunya. Sebagaimana Ibnu Khaldun, Ibnu Sina dan Al-
Ghazali menekankan pentingnya pendidikan Al-Qur‟an pada anak usia dini.
(Ahmad Syarifuddin,2004: hal 60)
12. Manfaat Membaca Al-Qur’an
Bentuk ibadah lain yang sangat besar pahalanya dan sangat bagi
kehidupan kita didunia dan akhirat adalah dengan cara membaca Al-Qur‟an.
Siapapun kita dan apapun keadaan kita maka ia akan mendapatkan keutamaan
yang luar biasa dari Allah. Keutamaan yang dianugerahkan Allah kepada
pembacanya akan dapat dirasakan baik didunia maupun di akhirat lahir maupun
batin,Nampak maupun tidak nampak dan ia akan terpancar pada diri setiap
pembaca Al-Qur‟an siang dan malam hari,pagi dan sore dalam keadaan sempit
dan lapang dan adapun manfaat membaca Al-Qur‟an yaitu:
a. Al-Qur’an dapat meredam emosi
Pastinya kita pernah menyaksikan orang yang emosinya memuncak dan
tidak bisa ditahan lagi dan yang keluar dari mulutnya adalah caci maki umpatan
dan bahkan penghinaan. Emosi adalah luapan perasaan kita yang muncul dan
berkembang atau surut dalam waktu singkat. Emosi juga bisa berarti keadaan dan
reaksi psikologis dan fisiologis terhadap sesorang atau suatu kejadian seperti
kegembiraan, kesedihan keharuan, kecintaan dan keberanian yang tidak disertai
dengan pemikiran panjang. Marah adalah salah satu luapan emosi yang meletup
disaat hati kita tersakiti.
Dalam suatu hadis Rasulullah pernah menyarankan jika seseorang
emosinya meletup dan marah maka hendaknya berwudhu. Kemarahan yang belum
terpadamkan oleh air wudhu sebaiknya cepat-cepat disusul dengan bacaan ayat-
ayat Al-Qur‟an karena kesejukan Al-Qur‟an dan efek positif yang dibawa oleh
energi-energi huruf yang ada didalam Al-Qur‟an secara alami akan mempengaruhi
kondisi emosi seseorang
b. Al-Qur’an sebagai pelipur kesedihan
Sewaktu kita mampu membaca Al-Qur‟an dengan sepenuh hati maka
apapun perasaan dan rasa yang menimpa hati dan bahkan badan kita akan
terlupakan dan ingatkah kita kisah sahabat Muhajirin yang bernama Abbad bin
Basyar yang tidak merasakan tiga anak panah yang menembus tubuhnya karena
ia sedang menikmati lantunan ayat- ayat Al-Qur‟an yang dibacanya dalam shalat
malam dan tiga anak panah itu meleset satu persatu dan tidak terasa olehnya.
( Nur Faizin,2012, hal:74-86).
13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
Dalam kegiatan belajar iqro haruslah memperhatikan akan berbagai faktor
diharapkan keberadaan faktor-faktor ini akan sangat menentukan dan memberi
pengaruh terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Untuk itulah apabila salah
satu faktor kurang mendukung maka segera dicarikan jalan keluarnya atau di
perbaiki karena semua itu akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan. Kemudian kalau ada faktor yang sudah memenuhi syarat atau cukup
menunjang akan pencapaian terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an maka
yang demikian itu harus dipertahankan dan ditingkatkan agar peranan dan fungsi
nya berjalan terus.
14. Faktor Pendidikan Al-Qur’an Pada Anak
a. Faktor Pendukung
Masa kanak-kanak merupakan masa yang labil tidak mantap dan mudah
berubah sementara masa ini diyakini sebagai masa yang penting bagi warna hidup
seorang kelak. Ibnu Jauzi mengatakan pembentukan yang utama ialah pada masa
kanak-kanak apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik
dan kemudian telah menjadi kebiasaaan maka akan sukar untuk
meluruskannya.Pendidikan budi pekerti anak wajid dimulai dari rumah dalam
keluarga sejak masa kanak-kanak dan jangan biarkan anak tanpa pendidikan.Jika
anak dibiarkan saja tanpa diperhatikan dan tidak dibimbing maka ia akan
melakukan kebiasaan yang kurang baik.
Salah seorang ulama berpendapat bahwa manusia merupakan mahluk yang
paradoks. Menurutnya pada diri manusia terdapat sifat baik dan sifat buruk akan
tetapi sifat itu hanyalah potensial berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki
menurutnya manusia harus membentuk dirinya. Dari uraian tadi agar anak dapat
tekun dan rajin dalam membaca Al-Qur‟an maka orang tua harus melakukan
pembiasaan belajar membaca Al-Qur‟an. (Ahmad Syarifuddin,2004: hal 105)
Faktor pendukung dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-
Qur‟an dapat berjalan dengan baik yaitu karena adanya kerja sama orang tua dan
pihak sekolah dan guru memiliki kompetensi dibidangnya dan tersedianya sarana
prasarana serta murid yang mempunyai semangat dalam pembelajaran.
b. Faktor penghambat
Adapun faktor yang menghambat adalah guru yang kurang memiliki
kreatifitas dalam mengajar sehingga kurang menarik minat belajar anak. Kendala
yang lain adalah murid yang moody serta cara belajar yang berbeda-beda hal ini
harus mendapat perhatian khusus dari guru disekolah juga orang tua dirumah
bagaimana peran dan pola asuh mereka.
C. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian yang hampir serupa atau sudah
dilakukan oleh penelitan lain dengan masalah yang diteliti oleh sebab itu
dikemukakan beberapa penelitian lain yang pernah dilakukan berikut ini:
1. perbedaan anatara proposal Rend Abdurrahman dengan judul upaya
meningkatkan minat membaca Al-Qur‟an dengan metode Index card.
Permasalahannya di penelitian terdahulu disini guru dalam meningkatkan
minat membaca Al-Qur‟an pada anak dengan metode index card atau kartu
huruf sedangkan pada penelitian ini guru masih menggunakan metode Iqro
untuk meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an sehingga anak
merasa bosan dengan metode yang digunakan.
2. Selanjutnya penelitian proposal dari Desiana.A.Ma dengan judul upaya
meningkatkan minat membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini
permasalahannya disini anak belum mengenal huruf hijayyah dan tidak dapat
membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lainnya sedangkan pada
penelitian anak sudah dapat mengenal huruf walaupun masih ada beberapa
huruf yang masih belum hafal dan disini anak juga sudah bisa untuk membaca
Al-qur‟an walaupun belum terlalu lancar dalam membacanya.
3. Penelitan terakhir yaitu penelitian dari Linda Apriani dengan judul faktor
menurunnya minat membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini. Permasalahannya
disini kurangnya motivasi orang tua dalam meningkatkan minat anak dalam
membaca Al-Qur‟an sedangkan pada penelitian ini orng tua kurang dan terlalu
sibuk dengan urusan sendiri sehingga orang tua kurang dalam memperhatikan
anak atau mengajarkan anak dalam membaca Al-Qur‟an dan kebanyakan
orang tua lebih membiarkan anak nya bermain gadget dari pada membaca Al-
Qur‟an.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2018: 8-9) penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trangggulasi ( gabungan),
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Metode penelitian kualitatif sering juga disebut metode
penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (
natural setting ).
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif.Kualitatif deskriptif merupakan salah satu
penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian
kualitatif diskriptif yaitu memaparkan apa adanya data yang terdapat dilapangan
dengan menggunakan metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi
dan dokumentasi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian
atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi, tentang minat
anak dalam membaca Al-Qur‟an di desa embacang gedang kecamatan tanah
sepenggal lintas kabupaten bungo.
Penelitian kualitatif dalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian dengan judul “Peran Guru
Dalam Meningkatkan Minat Anak Dalam Membaca Al-Qur‟an Pada Anak Usia
Dini Di Raudhatul Athfal Baiturrahim Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas
Kabupaten Bungo” ini menggunakan penelitian kualitatif.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Dimana peneliti akan melakukan wawancara dan observasi terlebih dahulu dengan
fokus permasalahan penelitian sesuai dengan latar belakang penelitian. Kemudian
peneliti akan mermaparkan apa adanya hasil penelitian sesuai dengan penelitian
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik.( Lexy Moleong,
2013:hal 4)
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Menurut Sugiyono ( 2018: 292) Setting penelitian merupakan tempat
dimana keadaan, lokasi, dan situasi sosial tersebut akan diteliti. Misalnya sekolah,
perusahaan, lembaga pemerintah, dan lain sebaginya.Setting dalam penelitian ini
meliputi: tempat dan waktu penelitian sebagai berikut:
a). Tempat Penelitian
Lokasi peneliti ini dilakukan di Desa Embacang Gedang Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo. Pemilihan tempat tersebut sebagai tempat
penelitian berdasarkan atas pemikiran bahwa fokus permasalahan penelitian ini.
b). Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018/2019 yang dimulai dari bulan agustus
2018.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel
atau sasaran dalam sebuah penelitian. Dimana subjek penelitian ini memberikan
tanggapan dan informasi yang terkait dengan data yang dibutuhkan oleh
peneliti.(Sugiyono,2018 hal 292)
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari guru, orang tua dan anak yang ada
di RA Baiturrahim di Desa Embacang Gedang Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas Kabupaten Bungo.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung di ambil oleh peneliti tampa
campur tangan orang lain yaitu peneliti langsung mendapatkan data dari objek
yang akan di teliti. Data primer ini diperoleh melalui hasil observasi dan
wawancara kepada guru yang ada di RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo.(Sugiyono,2014 hal 62)
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung misalnya lewat orang lain
atau bisa didapatkan lewat dokumentasi(Sugiyono,2014 hal 62). Data ini
diperoleh melalui dokumentasi di Desa Embacang Gedang dan data yang
termasuk dalam data sekunder yaitu :
1) Histori dan geografis RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
2) Struktur organisasi RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata, peristiwa dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data yang didapatkan yaitu pencatatan
yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara (catatan dilapangan)
dan sumber data adalah dimana data diperoleh (Sugiyono,2013 hal 15). Adapun
data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu :
1) Kepala sekolah RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
2) Guru yang mengajar di RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang Kecamatan
Tanah Sepenggal Lintas.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dapat dikelompokkan ke dalam dua
katagori.Yaitu teknik yang bersifat interaktif dan noninteraktif.Teknik interaktif
terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan serta, sedangkan noninteraktif
terdiri dari pengamatan tak berperan serta, sumber data penelitian adalah manusia
dengan perilakunya, peristtiwa, arsip dan dokumen (Matja, 2007, hal 52).
Teknik pengumpulan data yaitu bagaimana cara peneliti mengumpulkan
data, dan disini peneliti mengunakan teknik pengumpulan yaitu dengan cara
observasi,wawancara,dan dokumentasi. Berikut ini dipaparkan masing-masing
teknik tersebut.
1. Tehnik Observasi
Menurut Kartono ( dalam Imam G. 2015: 143) observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala- gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan. Adapun jenis observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah observasi terstruktur. Observasi secara terstruktur adalah observasi
yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa saja yang akan diamati, kapan
dan dimana tempatnya. Jadi observasi struktur dilakukan apabila peneliti telah
tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan di amati. ( Imam, 2015: hal 14).
Bentuk Observasi yang dilakukan adalah Observasi partisipan.Dalam
observasi ini, peneliti melihat langsung kegiatan yang dilakukan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau sebagai sumber data penelitian. Yang di observasi
peneliti adalah bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-
anak dan bagaimana cara guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca
Al-Qur‟an di RA Baiturrahim Desa Embacang Gedang Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo.
Observasi ini berguna untuk mendapatkan informasi secara akurat melalui
pengamatan langsung oleh peneliti. Peneliti berperan langsung dalam observasi
dimana peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diamati.
2. Tehnik Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik (Kartono, 1980, hal 171).
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi- informasi atau keterangan- keterangan.( Narbuko dan
Achmadi, 2010: hal 83).
Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
secara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara
untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana peneliti mengajukan
pertanyan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian dan mendengarkan secara
teliti, mencatat apa yang dikemukaan oleh informan. Wawancara tidak terstruktur
adalahyang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. (Sugiono, 2017: hal 233)
Adapun data yang diperoleh dari wawancara antara lain :
a. Bagaimana cara guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-
Qur‟an pada anak usia dini ?
b. Bagaimana cara orang tua dalam menumbuhkan minat anak dalam membaca
Al-Qur‟an ?
c. Faktor yang menghambat minat anak dalam membaca Al-Qur‟an ?
d.
3. Tehnik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis.Teknik dokumen
jarang digunakan dalam penelitian kualitatif, pada masa kini menjadi salah satu
bagian dari teknik penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan oleh adanya kesadaran
dan pemahaman baru yang berkembang dipara peneliti bahwa banyak sekali data
yang tersimpan dalam bentuk dokumen yang berbentuk gambar dokumentasi,
sumber data lewat dokumen menjadi pelengkap proses penelitian kualitatif
(Bungin, 2005, hal 122).
Dokumentasi yang berupa pengumpulan data bersumber dari dokumen
tertulis seperti gambarberguna untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara.Metode dokumentasi yang digunakan penulis untuk
memperoleh data dari sumber yang telah terpercaya di RA Baiturrahim Desa
Embacang Gedang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo
E. Tehnik Analisis Data
Menurut Sugiyono, 2018: 244) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuan ini
dapat di informasikan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan data setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu.
Miles dan Huberman ( 1984) mengumukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu: Reduksi data, Penyajian data, Kesimpulan. Berikut dijelaskan proses
yang akan dilakukan dalam analisis data:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki temuan dan
pengembangan teori yang signifikan. ( Sugiyono, 2018: hal 247)
Peneliti memfokuskan,penyederhanaan data yang di dapatkan Data ini
dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual,
tentang pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tentang cara
pengumpulan data yang akan dipakai.
Pada saat pengumpulan data berlangsung, data reduction berupa singkatan,
memusatkan tema, membuat batas-batas permasalahan. Dimana peneliti membuat
batas-batasan tentang apa yang akan diteliti agar lebih mudah dalam melakukan
penelitian.
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data.Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan jenisnya. Dalam hal
ini Miles dan Huberman ( 1984 ) menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. ( Sugiyono, 2018: hal 249)
Setelah peneliti mendapatkan data maka data-data tersebut disajikan dalam
bentuk teks yang bersifat naratif karena jenis penelitian yang digunakan penelitian
adalah penelitian kualitatif dimana didalam kualitatif hanya menjabarkan apa yang
terjadi dilapangan.
3. Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. (Sugiyono, 2018:hal 252)
Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obejk yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis dan
teori. (Sugiyono, 2018:hal 253)
Setelah peneliti mengumpulkan data sejak dari awal, maka akan
mengetahui dan memahami arti dari berbagai hal yang ditemukan dengan
pencatatan pernyataan-pernyataan, arahan sebab akibat, pola-pola yang mungkin
dari berbagai proporsi. Dari situlah akan menangkap berbagai hal yang kemudian
ditarik kesimpulan akhir.Sebelum disimpulkan Data yang didapatkan dilapangan
perlu diverifikasi agar data yang ditemukan adalah kebenaran. dan dapat
dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu diperlukan aktifitas pengulangan untuk
tujuan pemantapan, penelusuran data kembali.
D. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Uji keabsahan data adalah upaya untuk memberikan jaminan data yang
diperoleh dapat dipercaya kebenarannya ( valid). Dalam mengujian keabsahan
data metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk menguji keabsahan data
yaitu: Uji kredibelitas data, Uji transferability, Uji dependability, dan Uji
confirmability. (Sugiyono, 2018:hal 270)
Dalam uji kredibelitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpenjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan
mengadakan
memberceck.
1. Perpanjang Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan melakukan
pengamatan, wawancara kembali dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru.Dengan perpanjangan pengamatan ini guna untuk menguatkan
data yang diperoleh pada tahap awal.( Sugiyono, 2018: hal 270).
Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau
tidak.Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data
asli atau sumber data lainnya ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti
kebenarannya
2. Meningkatkan Ketekunan
Langkah uji kedua adalah meningkatkan ketekunan.Meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan.Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau
tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat
memberikan deskripsi yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Dalam meningkatkan ketekunan yang dilakukan adalah dengan cara
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca maka wawasan peneliti
akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data
yang ditemukan itu benar dan terpercaya atau tidak.( Sugiyono, 2018: hal 272)
Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dimana setelah data semua
terkumpul peneliti harus melakukan pengamatan berkali-laki dalam pengecekan
data agar data yang telah didapatkan diketahui benar atau tidaknya.
3. Tringulasi
Triangulasi merupakan suatu cara mendapatkan data yang benar-benar
abash dengan menggunakan pendekatan metode ganda. Triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data sebagai perbandingan terhadap
data satu dengan data yang lain. (Iman Gunawan, 2015: hal 219).
Triangulasi dalam pengujian kredibelitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, teknik dan waktu.
a) Tringulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah mengecek data yang diperoleh dari berbagai
sumber. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh memalui beberapa sumber. Tujuan dilakukan triangulasi
sumber agar data yang diperoleh dari satu sumber dapat dikuatkan dengan sumber
yang lainnya, sehingga data yang dihasilkan dapat dipercaya. Dengan kata lain
peneliti akan mendapatkan data dari berbagai sumber dari satu data yang
diperoleh oleh peneliti untuk membuktikan kebenarannya.
b). Tringulasi Tehnik
Triangulasi teknik adalah upaya pengecekan data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya, peneliti mendapatkan caradata
diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan cara observasi, dokumentasi, dan
kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibelitas data tersebut,
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data
yang dianggap benar.
c). Tringulasi Waktu
Triangulasi waktu adalah pengecekatan data dengan cara pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara pada waktu yang berbeda. Waktu juga
sering mempengaruhi kredibelitas data.
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada saat narasumber
masih segar, tidak banyak masalah akan memeberikan data yang valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian kredibelitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan penegecekan dengan cara wawancara, observasi atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. ( Sugiyono,2018 hal 274)
Di sini peneliti tidak melakukan wawancara atu observasi sekali, namun
sberkali-kali dan adanya pengecekan kesehatan narasumber saat diwawancara
peneliti harus mengetahui apakah saat melakukan wawancara keadaan narasumber
sedang dalam kondisi sakit atau tidak.
E. Jadwal Penelitian
Jadwal waktu penelitian adalah jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dalam jadwal penelitian berisi kegiatan apa saja yang akan dilakukan.(Sugiyono,
2018: 286). Jadwal waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai
bulan Januari, Februari, dan Maret 2019
Tabel 3.1
Rencana Waktu dan Tahap Penelitian
No Kegiatan Bulan
Desember
-Januari
Februari
-maret
April Mei-Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4
1
Pengajuan
dan
pengesahan
judul
√
2 Penyusuna
n
propoposal
√ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Seminar
proposal
√ √
4 Perbaikan
hasil
seminar
proposal
√ √
5 Pengurusan
dan
penerbitan
izin
penelitian
√ V
6 Pengumpul
an data di
lapangan
√ √
7 Analisis
dan
penyusuna
n laporan
penelitian
√
8 Seminar
hasil/ujian
skripsi
√
9 Perbaikan
hasil ujian
skripsi
√
10 Pengesaha
n
hasil ujian
oleh
tim penguji
√
11 Pengganda
an
dan
laporan
penyerahan
hasil
√
Catatan: Tabel tersebut hanya bersifat sementara
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis Raudhatul Athfal Baiturrahim
Mengingat pentingnya pendidikan Agama pada anak usia dini sebagai
pondasi atau dasar untuk menuju kehidupan mereka selanjutnya apa lagi pada
zaman era globalisasi dan teknologi pada saat sekarang jika anak-anak penerus
kita tidak mendapat bimbingan yang baik dari orang tua dan lembaga pendidikan
serta lingkungan sekitarnya maka dikhawatirkan generasi islam pada masa yang
akan datang akan tinggal menunggu kehancurannya.
Atas dasar pemikiran itu muncullah ide (gagasan) dari Bapak Ahmad
Bajuri, S.Ag yang saat itu masih menjabat menjadi Kepala Kua Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas untuk mendirikan RA Baiturrahim, keinginan ini sejalan dengan
keinginan yang sudah lama ada masyarakat Dusun Embacang Gedang. Banyaknya
anak usia dini yang belum menempuh pendidikan ataupun sebagian kecil yang
sudah menempuh pendidikan usia dini dengan memasukkan anak tersebut ke
Taman Kanak-Kanak Desa Tetangga yang tentunya menempuh jarak yang jauh
dan waktu yang cukup lama maka pada tahun 2006 berdirilah dan dibuka
penerimaan siswa/siswi Taman Pendidikan Kanak-kanakyang bernuansa
pendidikan islami dibawah binaan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bungo
yaitu Raudhatul Athfal Baiturrahim (RA) dengan Sk. Izin Operasional
Kd.05.04/5/PP/03.2/731/2006 tanggal 4 November 2006 dengan Nomor Statistik
101215080019 dan operasionalnya dibawah naungan Lembaga Pendidikan
Baiturrahim yang pada perkembangannya menjadi yayasan Baiturrahim dengan
legalitas akta pendirian notaries Hermawati, SH.M.Kn Nomor 05 tahun 2016 dan
SK mengkuham yang sampai saat ini menjadi ketua yayasan Bapak Ahmad
Bajuri,S.Ag
Dan sampai saat ini RA Baiturrahim menerima siswa/siswi rata-rata 35
Dan sampai saat ini RA Baiturrahim menerima siswa/siswi rata-rata 35 orang
dengan diasuh tenaga pengajar 5 orang yang berlatar belakang S1 pendidikan 4
orang dan SLTA 1 orang. Dan sejak mulai berdiri tahun 2006 sampai saat ini RA
Baiturrahim dipimpin oleh Sdr.Siti Patimah,S.Pd.I serta sudah menamatkan
siswa/siswinya 19 angkatan dengan rata-rata siswa/siswinya yang tamat 35 orang.
2. Visi-Misi dan Tujuan RA Baiturrahim
1. Visi Raudhatul Athfal Baiturrahim Desa Embacang Gedang
Terwujudnya anak didik yang berakhalqul karimah, cerdas, ceria, dan
kreatif
2. Misi Raudhatul Athfal Baiturrahim
a. Menciptakan budaya sekolah dengan salam sapa senyum dan santun
pada diri siswa dan semua komponen sekolah
b. Mengembangkan kemampuan bakat dan minat anak
c. Menciptakan lingkungan yang penuh dengan keakraban dan
kekeluargaan dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif kreatif inovatif
dan menyenangkan.
3.Tujuan
Tujuan Raudhatul Athfal Baiturrahim sebagai berikut :
a. Membentuk anak yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur dan sopan santun
b. Membentuk siswa yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh anak
c. Agar anak terampil, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi
dirinya
3. Letak Geografis
Lokasi gedung Raudhatul Athfal Baiturrahim terletak pada titik kordinat
Garis Lintang (LAT) -1,400796 dan Garis Bujur (long) 102,023156 Dusun
Embacang Gedang Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo dengan
kondisi lokasi gedung terletak sangat strategis di komplek Pasar Simpang Somel.
Tiga ruang belajar di atas tanah milik yayasan Baiturrahim dengan luas tanah 15
X 13 dan luas bangunan 13x8.
Tabel 4.1. Profil Raudhatul Baiturrahim
PROFILE SEKOLAH
IDENTITAS SEKOLAH
1 Nama Sekolah RA. Baiturrahim
2 Nomor Statistik (NSS) 101215080019
3 NPSN/NIS 69731220
4 Propinsi Jambi
5 Otonomi Daerah Ma.Bungo
6 Kecamatan Tanah sepenggal Lintas
7 Desa/Kelurahan Embacang Gedang
8 Jalan Dan Nomor Lintas Sumatra
9 Kode Pos 37263
10 Telepon - Nomor :
11 Faxcimile/ Fax - Nomor :
12 Daerah Pendesaan
13 Status Sekolah Swasta
14 Kelompok Sekolah Terbuka
15 Nama Kepala RA Siti Fatimah
16 Akreditasi C
17 Surat Keputusan/ Sk Kd.05.08/5/PP.03.02
18 Penerbit SK (Ditandangani Oleh) Kementerian Agama
19 Tahu Berdiri 2006
20 Organisasi Penyelenggara Yayasan
21 Kegiatan Belajar Mengajar Pagi
22 Bangunan Sekolah Milik Sendiri
23 Terletak Pada Lintasan Kecamatan
24 Jumlah Keanggotaan Rayon Sekolah
( Sumber : Bagian TU RA Baiturrahim )
4. Struktur Organisasi
Struktur adalah susunan personil yang bergabung dalam suatu organisasi
melalui struktur maka dapat dilihat tugas, wewenang dan bidang kerja yang ada
dalam organisasi tersebut. Struktur juga dapat membentuk skema yang
menunjukkan gambaran dalam bidang masing-masing personil. Dengan adanya
struktur organisasi tersebut akan memudahkan pimpinan mengadakan
pengawasan, koordinasi.
Sedangkan organisasi tanpa struktur sulit untuk melaksanakan aktifitas
dalam melakukan kegiatan program kerja dan tujuan organisasi. Sekolah
merupakan satu organisasi yang mempunyai visi dan misi oleh karena itu
dibutuhkan struktur dimana setiap bagian pada strutur itu mempunyai fungsi dan
sosialalisasi kerja sehingga sekolah terorganisasi dengan baik.
Tabel 4.2. Struktur Organisasi Raudhatul Athfal Baiturrahim
KETUA YAYASAN
AHMAD BAJURI, S.Ag
KEPALA RA
SITI FATIMAH, S.Pd.I
KOMITE
M. SYAFII, ST
GURU KELOMPOK B1
IDA LAILI, S.Pd.I
SEKRETARIS
IDA LAILI, S.Pd.I
BENDAHARA
SITI MARYAM
GURU KELOMPOK B2
NUR HAYANI
GURU KELOMPOK A
KARLINA, S.Pd.I
GURU PENDIDIK
IDA LAILI, S.Pd.I
NUR HAYANI
PESERTA DIDIK
5. Tata Tertib Raudhatul Athfal Baiturrahim
a. Guru dan karyawan
1) Hari senini setiap guru wajib hadir di sekolah paling lambat jam 06.45 dan
jam 07.00 dan harus mengikuti upacara bendera dan selasa sampai sabtu setiap
guru di wajibkan hadir di sekolah paling lambat jam 07.15dan meninggalkan
sekolah jam 11.30 wib
2) Guru yang berhalangan hadir dikarenakan sakit atau ada keperluan yang
mendadak wajib memberitahu kepada kepala sekolah
3) Tidak meninggalkan kelas saat proses belajar mengajar berlangsung kecuali
izin dari kepala sekolah
4) Membuat perangkat belajar mengajar seperti prota,promes,RPPM,RPPH yang
harus dikumpulkan pada awal semester
5) Berpakaian seragam yang rapid an sopan
b. Siswa
1) Hari senin setiap siswa wajib disekolah paling lambat 15 menit sebelum upaca
dimulai dan hari selasa sampai sabtu wajib hadir disekolah paling lambat 15
menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai dan meninggalkan sekolah pada
pukul 10.30.
2) Berpakaian rapi sesuai dengan ketentuan seragam dari pihak sekolah
3) Membawa makanan dan minuman dari rumah.
6. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Majelis guru merupakan tenaga edukatif yang tenaga sekaligus sebagai
pendidikan yang merupakan sumber informasi bagi siswa karena guru merupakan
salah satu komponen yang terpenting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
bukanlah hanya bertugas menstransfer ilmu saja siswa melainkan sebagai
fasilitator.
Guru harus mampu memotivasi siswa supaya siswa lebih tertarik dengan
pelajaran yang disampaikan sedangkan staff tata usaha dan pegawai lainnya
mengambil peran yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan. Guru
mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberhasilan siswanya dan tanggung
jawab dalam proses pembelajaran disekolah.
Keberhasilan guru dalam mengajar tergantung dari sejauh mana guru
tersebut melaksanakan peran dan tanggung jawabnya. Untuk saat ini Guru
Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Bungo berjumlah 4 orang dengan kelas
3 ruangan. Kepala Raudhatul Athfal Baiturrahim Desa Embacang Gedang yang
pada saat ini adalah Ibu Siti Fatimah,S.Pd.I berikut wawancara dengan Ibu Siti.
“ Ada 4 orang guru termasuk saya dan perangkat sekolah di RA Baiturrahim yang
masih dikelola oleh guru yang mengajar di RA Baitrurrahim tersebut. Dan di RA
Baiturrahim tersebut masih kurangnya tenaga pengajar atau guru yang mengajar
di RA sini.”(Wawancara dengan kepala sekolah Tgl 20 Juni 2019
Tabel.4.3. Data Guru Raudhatul Athfal Baiturrahim Tahun Ajaran 2018/209
( Sumber : Bagian TU RA Baiturrahim)
b. Keadaan Siswa
Jumlah keseluruhan siswa Raudhatul Athfal Baiturrahim Kabupaten Bungo
berjumlah 48 anak dan masing-masing kelas A 16 siswa; Kelas BI 16 siswa; dan
Kelas B2 16 siswa yang mana siswa laki berjumlah 28 siwa dan perempuan
berjumlah 20 siswa.
No Nama/NIP Gol Pendidikan
Terakhir
Status
Kepegawaian
Status
sertifik
asi
1 Siti Fatimah,S.Pd.I - S1. PAI Honorer Sudah
2 Ida Laili,S.Pd.I - S1. PAI Honorer Sudah
3 Karlina,S.Pd.I - S1. PAI Honorer Belum
4 Nurhayani - MAN Honorer Belum
Tabel. 4.4. Data Siswa RA Baiturrahim Tahun Ajaran 2019
No Nana Anak
1. Bima Alfaridzi
2. Galang Aliyyu Wibowo
3. Gibran Bilfaqih
4. Ahmad Rofiq Maulana
5. Namira Zahira
6. Zulfa
7. Gifnara Triandini
8. Pelita Septiya Dewi
9. Qelvinozio Al Rizki
10. Irsyad Yazid Syarif
11. Muhammad Nuril Furqon
12. Septiyatul Annajwa
13. Jihan Safira
14. Kayla Altafunnisa
15. Ibra Abgari
16. Tubagus Bariq Maulana
17. Muhammad Alif
18. Raysa Kamal
19. Cindy Prisilla
20. Aisyah Nopriyanti
21. Sidqia Arzaqina
22. Anisa Rayhana
23. Aqilla Nasril Liyanti
24. Reyhan Aprilio Saputra
25. Ahmad Alif Nurrahman
26. Azril Muttaqin
27. Nadia Rizki Anggraini
28. Muhammad Dzaki Putra Damanik
29. Marvel Alvian Fahlevi
30. Citra Lestari
31. Syauqi
32. Rizki Ramadhani
33. Chila Prisilia Afriyani
34. Ifat Assyarif
35. Sandy Saptiyawan
36. Arya Saputra
37. Refi Ramadhani
38. Sayyid Safaraz
39. Gilang Ramadhan
40. Yuwinda Anggun Lestari
41. Muhammad Rafi
42. Chintiya Ramadhani
43. Maika Khairullah
44. Zahwa Putri Anggraini
45. Rikar Alfadaniel
46. Dimas Ramdhan
47. Noni Nasha
48. Novel
Tabel. 4.5. Data Siswa Kelas BI
No Nama
1. BIma Alfaridzi
2. Galang Aliyyu Wibowo
3. Gibran Bilfaqih
4. Ahmad Rofiq Maulana
5. Zulfa
6. Namira Zahira
7. Gifnara Triandini
8. Pelita Septiya Dewi
9. Qelvinozio Al Rizki
10. Irsyad Yazid Syarif
11 Muhammad Nuril Furqon
12. Septyatul Annajwa
13. Jihan Safira
14. Kayla Altafunnisa
15. Ibra Abgari
16. Tubagus Bariq Maulana
( Sumber : Bagian TU RA Baiturrahim)
c. Keadaan sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Alat untuk memperlancar segala kegiatan atau proses belajar mengajar dan alat-
alat maupun fasilitas yang dipergunakan untuk menunjang tercapainya
pendidikan. Sarana merupakan tempat berlangsungnya pembelajaran dan sarana
juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.
Berdasarkan pengamatan peneliti di Raudhatul Athfal Baiturrahim
Kabupaten Bungo RA Baiturrahim memiliki 3 ruangan. Adapun sarana yang
dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran di Raudhatul Athfal
Baiturrahim dapat dilhat sebagai berikut :
Tabel. 4.6. Keadaan saran prasarana Raudhatul Athfal Baiturrahim
NO SARANA JUM-
LAH
KONDISI
Baik Kurang
1. Ruang Kepala 1 1 0
2. Ruang Guru 0 0 0
3. Ruang Belajar 3 3 0
4. Meja Guru 6 6 0
5. Meja Belajar Siswa 45 40 5
6. Kursi Guru 6 6 0
7. Kursi Siswa 45 38 7
8. Papan Tulis (White Board) 4 4 0
9. Saran APE (Alat Permainan Edukatif) 5 5 0
10. Buku bacaan/Panduan Guru 25 25 0
11. Buku Bacaan bergambar 47 47 0
12. Poster Dinding 15 15 0
13. Flash Card Hijaiyah 0 0 0
14. Kamar Mandi/WC guru 0 0 0
15 Kamar Mandi/ WC murid 1 1 0
( Sumber : Bagian TU RA Baiturrahim)
B. Temuan Khusus
A. Cara guru dalam meningkatkan minat anak dalam membaca Al-
Qur’an di RA Baiturrahim
Memahami peran guru dalam meningkatkan minat baca al-qur‟an pada
peserta didik di RA Baiturrahim, sebagaimana pengamatan penulis, haruslah
terlebih dahulu melihat siklus pembelajarannya. Siklus pembelajaran siswa RA
Baiturrahim disusun dengan memenuhi kewajiban kurikulu Raudhatul Athfal yang
mencakup seluruh bidang pengetahuan stingkat RA. Oleh sebab itu, pembelajaran
al-qur‟an menadapat proporsi yang seimbang dan tepat bagi perkembangan anak.
Siklus pembelajaran di RA Baiturrahim setiap hari lebih kurang sama karena kelas
pembelajaran bidang pengetahuan sesuai kurikulum dilaksanakan pada pertengahan
klasikal.
Secara rinci, berdasarkan pengamatan penulis, siklus pembelajaran siswa di
RA Baiturrahim dapat diuaraikan sebagai berikut. Setiap guru kelas memimpin dan
menyiapkan kelas terlebih dahulu dan pembelajaran diawali dengan salam dan doa
pembuka belajar dalam pelaksanaan selanjutnya guru akan menunjuk salah satu
siswa untuk memimpinnya dan guru akan member contoh kepada siswa tentang
membaca Al-Qur‟an.
1. Untuk memperkenalkan baca-tulis huruf al-Qur’an
a. Siswa belajar tulisan/huruf-huruf yang sudah dan akan dibaca pada buku
Iqra sambil menunggu giliran membaca. Sebelumnya guru memberi contoh
bagaimana menulis huruf al-Qur‟an. Guru memperagakan pengucapan yang benar
pada setiap huruf yang sedang dibahas sesuai dengan kartu huruf yang di gunakan.
Peragaan sering pula digunakan dengan mempersamakan huruf dengan fisik
benda untuk lebih menguatkan ingatan siswa.
b. Guru menuliskan huruf di media papan tulis kemudian siswa disuruh
menulis sesuai bentuk huruf yang ada di papan tulis, mulai dari ukuran besar
sampai ukuran yang paling kecil. Dengan begitu siswa dapat melatih siswa untuk
menulis dalam skala yang berbeda.
Pelaksanaan kegiatan menulis huruf Al-Qur‟an dilaksanakan pada waktu
kegiatan privatisasi Al-Qur‟an yang dilakukan pada hari Jum‟at. Jadi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran sehari-hari tetap mengacu dan berpedoman pada kurikulum
RA Baiturrahim sedangkan penerapan metode iqro sesuai dengan dengan
pedoaman pengelolaan membaca, menulis, memahami Al-Qur‟an didalam
mengawali dan mengakhiri pembelajaran serta khusus privatisasi Al-Qur‟an yang
dilaksanakanpada hari jum‟at.
2. Pembelajaran Tulis Baca Al-Qur’an dengan Metode Iqra
Keberhasilan kegiatan pembelajaran baca tulis al qur‟an melalui metode
Iqra‟ bagi siswa RA sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu (1) Metode yang
baik bagi peningkatan minat peserta didik. (2) Peran guru dengan kualifikasi yang
baik untuk mengampu pembelajaran baca tulis al qur‟an, dan (3) Dukungan orang
tua/ wali murid. Ketiga faktor ini akan menentukan tingkat perkembangan minat
peserta didik untuk mampu menulis dan membaca al qur‟an dengan baik.
Observasi penulis di lapangan beberapa waktu yang lalu mengarahkan pada
fokus penelitian untuk menguji ketiga faktor ini untuk mengukur hasil
pembelajaran tulis baca al qur‟an bagi peserta didik RA Baiturrahim. Temuan
penulis terhadap ketiga faktor tadi dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Penerapan Motode Iqra’
Penerapan metode Iqra‟ pada proses pembelajaran di RA Baiturrahim pada
umumnya sama dengan RA lain yang mengikuti kewajiban kurikulum RA pada
Kementerian Agama RI. Jam pelajaran selama 1 minggu, kegiatan pembelajaran
rutin sebagaimana telah dijelaskan di atas dilaksanakan mengikuti kurikulum dan
mengkhususkan pelajaran iqra‟ pada hari jum‟at melalui metode iqra‟ klasikal.
Metode iqra‟ dilaksanakan dalam 2 (dua) metode pelaksanaan. Pertama,
Metode Klasikal, yaitu metode pembelajaran iqra‟ dengan pembelajaran kelas..
Dalam metode ini semua siswa mengikuti materi yang sama bagi seluruh siswa
dengan diampu oleh guru yang menggunakan teknik komunikasi penyamaan
benda dengan huruf (metode adrees) serta teknik pengucapan yang benar.
Disamping itu, Kedua, privat iqra‟, dilaksanakan pada setiap hari telah
persiapan kelas dilaksanakan. Kegiatan ini berlansung setiap hari menjelang
pelajaran kurikulum, yaitu dengan membimbing siswa perorangan untuk pelajaran
iqra‟. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengulang pelajaran hari sebelumnya yang
diberikan tugas kepada orang tua siswa untuk “mengaji” di rumah dengan materi
yang sama. Siswa dapat berpindah ke materi selanjutnya apabila tugas rumah
yang diberikan dapat dikuasai dengan baik oleh siswa.
b. Kompetensi guru Pengampu
Selain penggunaan metode iqra‟ yang baik, peran guru pengampu sangat
pula menentukan hasil pembelajaran. Beberapa kualifikasi yang dibutuhkan untuk
menjadi guru pengampu di RA Baiturrahim adalah (1) berijazah Srajana
Pendidikan Agama Islam, atau sedang melaksanakan study di Perguruan Tinggi
Agama Islam, (2) dapat membaca dan menulis Al-qur‟an dengan baik sesuai
kaidah, (3) dapat berprilaku baik terutama dihadapan anak didik, dan (4) pernah
mengikuti pelatihan metode pembelajaran Iqra‟.
Kondisi ketersedian guru pengampu sesuai dengan kualifikasi di atas belum
dapat terpenuhi semuanya di RA Baiturrahim. Hasil wawancara penulis dengan
pengelola RA Baiturrahim mengenai hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
“Guru pengajar di RA Baiturrahim ini sebetulnya kurang, baik dari segi
jumlahnya maupun dari segi kualitasnya. Untuk mengisi jam pelajaran di 3 kelas
ini setiap hari bergantian karena guru ada yang memiliki tugas di tempat (sekolah)
lain. Oleh karena itu, untuk mengisi kesongan guru, saya kadang harus mengajar
2 kelas sekaligus.” (Siti Fatimah, S.Pd.I ; wawancara Tgl 20 Juni 2019)
“ Terkait guru yang kurang, kami tidak dapat berbuat banyak karena
peminat menjadi guru di RA Baiturrahim mungkin saja kurang karena
kemampuan pengelola untuk insentif yang memadai belum terlaksana. Jadi guru
yang bertahan adalah guru yang belum punya pekerjaan lain dan guru yang sudah
terakreditasi dengan mendapatkan tunjangan sertfikasi dari pemerintah.
Sedangkan sampai hari ini, guru yang mendapat tunjangan sertifikasi hanya 1
orang..” ( Ahmad Bajuri, S.Ag ; wawancara Tgl 22 Juni 2019)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurangnya ketersediaan guru
di RA Baiturrahim disebabkan kurangnya kemampuan pengelola dalam
memberikan insentif (gaji) yang memadai untuk guru yang belum mendapatkan
tunjangan sertifikasi dari pemerintah. Hal ini, tentu sangat berpengaruh kepada
proses pembelajaran yang kurang maksimal bagi peningkatan hasil pebelajaran
bagi siswa.
Di lain pihak, kualifikasi pendidik RA Baiturrahim juga belum memadai
dari sisi riwayat pengembangan profesi guru dan kualifikasi pendidikan guru
pengampu. Dari beberapa data yang penulis himpun terkait data dan kualifikasi
guru di RA Baiturrahim dapat dijelaskan melalui tabel dibawah ini.
Tabel. 4.7 Kualifikasi guru pendidik RA Baiturrahim Tahun 2018/2019
No Nama Guru Ijazah Sertifikasi
Pernah Mengikuti
Seminar/Diklat
metode Pembelajaran
RA/ Iqra‟
1 Siti Fatimah, S.Pd.I S.I PAI Ya Pernah
2 Ida Laili, S.Pd.I S.I PAI Tidak Pernah
3 Karlina, S.Pd.I S.I PAI Tidak Tidak
4 Nurhayani MAN Tidak Tidak
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa ketersediaan guru memang
kurang, baik dari segi jumlah maupun kualifikasi yang dibutuhkan. Dari 4 orang
Guru hanya 2 orang guru yang berstatus Guru Tetap Yayasan (GTY) selebihnya
guru titdak tetap; 75% guru berijazah S.I PAI: 1 orang guru mendapat tunjangan
sertifikasi Guru; dan hanya 2 Orang Guru yang pernah mengikuti seminar Metode
Pembelajaran Iqra bagi siswa RA. Kondisi ini tentu menggambarkan kurangnya
ketersediaan guru berkualifikasi memadai di RA Baiturrahim.
B. Peran orang tua dalam menumbuhkan minat anak dalam membaca Al-
Qur’an di RA Baiturrahim
Penumbuhan minat siswa terhadap tulis baca al qur‟an melalui metode
pembelajaran Iqra‟ di RA Baiturrahim didukung pula oleh tuntutan peran orang
tua, utamanya pelaksanaan metode privat iqra‟ bagi masing-masing siswa yang
dibebani “tugas rumah” oleh guru. Setiap anak diberikan tugas rumah oleh guru
pengampu yakni dalam bentuk penulisan huruf dan kalimat dalam bagian materi
iqra.Setiap siswa boleh jadi mendapat materi tugas rumah yang berbeda dengan
siswa lainnya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Setiap pagi sebelum
jam pelajaran untama dimulai tugas rumah ini diujikan kepada setiap siswa
Pelaksanaan metode privat iqra‟ ini sangat membutuhkan peran aktif orang
tua dalam membimbing siswa ketika berada di rumah. Pelaksanaan metode ini
cukup baik memberikan dampak penumbuhan minat dan kemampuan siswa dalam
pembelajaran tulis baca al-qur‟an melalui metode Iqra‟.
Terhadap 5 orang siswa kelas B1 yang belum mampu membaca al qur‟an
dan mengucapkan huruf hijaiyyah dengan baik, penulis menelusuri peran orang
tua dalam melaksanakan program privat iqra‟ di rumah. Hasil wawancara terhadap
beberapa orang tua siswa kelas B1 dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel. 4.8 Pelaksanaan private Iqra di rumah Orang Tua Siswa RA
Biturrahim
NO PERTANYAAN
JAWABAN
Ya Tidak Tidak
jawab
1 Apakah anak melaksanakan privat iqra‟ di rumah 13 1 1
2 Apakah anak diberi tugas rumah ? 12 2 1
3 Apakah anak ingin menjalankan tugas rumah? 10 4 1
4 Apakah ada kesulitan menjalan tugas rumah anak? 9 5 1
5 Apakah anak “mengaji” selain tugas rumah? 8 5 2
6 Apakah anak mengaji di tempat lain selain di rumah 7 6 2
7 Apakah kegiatan Privat Iqra‟ / tugas rumah secara
rutin dilakukan? 5 9 1
Dari tabel di atas, beberapa hal dapat menggambarkan kontribusi pelaksanaan
privat iqra‟ di rumah terhadap keberhasilan pembelajaran tulis baca al-quran melalui
metode iqr‟a bagi siswa RA Baiturrahim. Dari 15 siswa kelas B1, sebanyak 13 siswa
atau 86,67% melaksanakan privat iqra‟ di rumah bersama orang tua. Sebanyak 12
orang siswa atau 80 % melaksanakan privat iqra‟ dengan keinginan sendiri, menagih
kepada orang tuanya. Akan tetapi, lebih dari separoh atau 60% siswa mengalami
kesulitan menjalankan privat iqra‟ di rumah karena kamampuan orang tuanya yang
terbatas, baik waktu maupun kamampuan mengajar.
Disamping itu, ada kejenuhan anak karena masih “mengaji” di tempat lain
(46,6 %), mungkin dengan materi dan metode yang mngkin berbeda. Terakhir, bahwa
kegiatan ini tidak semua siswa melaksanakan kegiatan privat iqra‟ di rumah secara
rutin.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua
dalam melaksanakan privat iqra‟ di rumah haruslah lebih ditingkatkan untuk
meningkatkan minat tulis baca al qur‟an bagi anak. Kalu tidak demikian, kontribusi
peran orang tua dalam hal ini tidak dapat memaksimalkan hasil bagi peningkatan
kemampuan dan minat anak terhadap tulis baca al qur‟an
C. Faktor yang menghambat dan mendukung agar anak berminat dalam
membaca Al-Qur’an
1. Faktor Penunjang
Peningkatan kemampuan dan minat siswa terhadap tulis baca al-qur‟an
melalui penerapan metode iqra‟ di RA Baiturrahim dapat dikatakan cukup
berhasil. Dari 15 orang siswa yang berada di kelas B1 10 orang siswa telah dapat
melafalkan huruf hijaiyyah dengan baik dan dapat pula mengeja kata per kata
pada buku panduan Iqra‟. Disamping keterbatasan pengelola dalam
memaksimalkan faktor pendukung pembelajaran, terdapat hal-hal yang menjadi
penunjang keberhasilan penerapan metode pembelajaran Iqra‟ di RA Baiturrahim.
Beberapa hal tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Metode pembelajaran tulis baca al qur‟an melalui metode iqra dimaksimalkan
dengan menambah atau berbagi peran kepada setiap siswa kelas B1. Metode
Iqra yang berbasis CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di tambah dengan Orang
Tua aktif yang terimplementasi pada metode privat Iqra‟ melalui tugas rumah
yang bebankan kepada setiap siswa setiap hari.
b. Dukungan orang tua yang sangat baik dalam pelaksanaan kegiatan privat Iqra‟
melalui tugas rumah bagi siswa.
c. Adanya kerja sama orang tua dan pihak sekolah dan guru memiliki
kompetensi dibidangnya tersedianya sarana dan prasarana serta murid yang
mempunyai semangat dalam kegiatan membaca Al-Qur‟an.
3. Faktor Yang Menghambat
Disamping faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penumbuhan minat
dan kemampuan siswa dalam tulis baca al qur‟an melalui metode Iqra‟, terdapat
pula faktor penghambat yang membuat hasilnya tidak maksimal. Beberapa faktor
penghambat adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan pengelola RA Baiturrahim yang kurang mampu memberikan
insntif yang memadai untuk guru RA Baiturrahim berakibat pada kurangnya
jumlah dan kualitas ketersediaan Guru pengampu, khususnya untuk program
pembelajaran tulis baca al qur‟an.
2. Kurangnya ketersediaan fasilitas pendukung seperti alat-alat peraga atau alat
permainan edukatif yang mendukung kegiatan pembelajaran al qur‟an.
3. Belum diterapkannya metode flash card atau kartu huruf sebagai alat peraga
atau alat bantu kegiatan pembelajaran metode iqra‟.
4. Beragamnya kemampuan orang tua dalam implementasi pembelajaran tulis
baca al-qur‟an melalui metode privat iqra‟ menyebabkan kurang maksimalnya
hasil pembelajaran tulis baca al-qur‟an.
Adapun faktor penghambat bisa dilihat dengan guru yang kurang memiliki
kreatifitas dalam mengajar sehingga kurang menarik minat belajar anak. Kendala
yang lain adalah murid yang moody serta cara belajar yang berbeda-beda hal ini
mendapat perhatian khusus dari guru disekolah juga orang tua dirumah bagaimana
peran dan pola asuh mereka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur‟an adalah kitab suci dan pegangan hidup umat islam lintasan
zaman hingga hari kiamat datang. Generasi yang hidup pada zaman ini
dituntut untuk dapat mewariskan turun temurun nilai dan tutunan yang ada
dalam Al-Qur‟an sehingga kualitas umat islam dapat terjaga keotentikannya
hingga akhir zama. Pewarisan nilai yang ada dalam Al-Qur‟an tentu dengan
mengajarkan Al-Qur‟an sejak usia dini kepada generasi muda melalui sarana
dan metode pendidikan Al-Qur‟an yang ada.
Berdasarkan uraian bab- bab terdahulu tentang temuan penelitian penulis
terhadap pembelajaran Al-Qur‟an melalui metode iqra di Raudhatul Athfal
(RA) Baiturrahim berlokasi di Dusun Embacang Gedang Kecamatan Tanah
Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai beriku :
1. Metode pembelajaran iqra dalam meningkatkan minat anak untuk
membaca Al-Qur‟an dapat dilaksanakan dalam dua sistem pembelajaran yaitu
sistem pembelajaran klasikal dan private iqra yang menyandingkan antara
sistem CBSA dan orang tua yang aktif
2. Sistem klasikal dalam metode iqra dapat dilaksanakan dengan memberikan
materi yang sama kepada anak (kelas BI) dan disampaikan melalui teknik
komunikasi mengenalkan huruf hijayyah dengan memperagakan dan
menyamakan bentuk fisik huruf kepada anak untuk menguatkan ingatan anak
pada huruf yang sedang dipelajari.
3. Pengunaan alat peraga flash card (kartu huruf) belum dilakukan karena
keterbatasan media yang dapat dipergunakan di RA Baiturrahim
4. Peran orang tua dalam private iqra sangat signifikan terhadap penumbuhan
minat dan kemampuan anak dalam membaca Al-Qur‟an akan tetapi memiliki
kelemahan pada sektor kemampuan rata-rata orang tua yang kurang dalam
mengucapkan huruf hijayyah dengan benar.
B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan penulis dalam penelitian ini bebera
saran penulis sampaikan kepada para pihak pengelola RA Baiturrahim agar
dapat mendukung kegiatan pembelajaran Al-Qur‟an dengan metode iqra
dengan model pengembangan private iqra dan menfasilitasi media
pembelajaran yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
C. Penutup
Untaian syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT dengan
kalimat hamdallah”Alhamdulillahirobbil‟alamin” karena hanya dengan
keajaiban tangan tangan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh
gelar sarjana Srata Satu (S1) dalam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan,
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua Amin…Amin….Amin….Allahumma Amin.
Sekian dari penulis dan rasa terima kasih selalu tercurah pada Allah dan
semua insan ilahi.
Jambi,8 Juli 2019
Penulis
Syifa Ardilla Amri
Nim.TRA 151774
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syarifuddin, (2004), Mendidik Anak Membaca Al-Qur’an, Jakarta: Gema
Insani
Alifya Rahman. 2019. Peran Orang Tua Dalam Membimbing Anak Membaca Al-
Qur‟an. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ahmad Syarifuddin, (2005), Mendidik Anak Membaca dan Menulis Al-Qur‟an,
Jakarta: Gema Insani Press
Budiman Mustofa, (2013), Dahsyatnya Sholat Membaca Al-Qur’an Dan Zikir,
Surakarta: Al-Qudwah Publishing
Desiana.A.Ma. 2013. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Pada Anak
Usia Dini Melalui Metode Iqro. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Helmawati, (2016), Pendidik Sebagai Model, Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Husi Mazhahiri, (2002), Pintar Mendidik Anak, Jakarta: Pt Lentera Baristama
Lexy J. Meleong, (2004), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya
Mursid,M.Ag, (2015), Belajar dan Pembelajaran PAUD, Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya
Nur Faizin Muhith, (2012), Dahsyatnya Membaca Al-Qur’an, Surakarta: Ziyad Visi
Media
Oemar Hamalik, (2010), Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Bandung: Pt Bumi Askara
Said Agil Husin Al Munawar, (2005), Aktualisasi Nilai-Nilai Al-Qur’an Dalam Sistem
Pendidikan Islam, Ciputat: Pt Ciputat Press
Suyadi dkk, (2013), Konsep Dasar PAUD , Bandung: Pt Remaja Rosdakarya
Lampiran
PENELITIAN KUALITATIF
Judul Skripsi : Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Anak Membaca Al-
Qur‟an pada anak usia dini di raudhatul athfal baiturrahim
kecamatan tanah sepenggal lintas kabupaten bungo
A. Observasi
1. Pengamatan langsung kesekolah
2. Pengamatan ke lokasi
3. Mengmati suasana belajar
4. Mengamati situasi dan kondisi suasana belajar
5. Mengamati hubungan antara guru dan siswa
B. Wawancara
Wawancara terhadap kepala sekolah RA Baiturrahim
1. Sebagai kepala sekolah RA Baiturrahim menurut ibu apa saja peran guru
dalam proses pembelajaran ?
2. Bagaimana bentuk penilaian yang guru berikan kepada siswa sehingga
dapat meningkatkan minat membaca anak terutama di kelas B1 ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat membaca Al-Qur‟an pada
anak usia dini di RA Baiturrahim ?
4. Apakah dari pihak orang tua murid sering mengadakan konsultasi
dengan pihak RA Baiturrahim seputar masalah pembelajaran ?
5. Apakah cirri-ciri anak yang mempunyai minat membaca Al-Qur‟an ?
6. Metode-metode apa saja yang guru gunakan dalam meningkatkan minat
membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini di RA Baiturrahim ?
7. Apa saja fakto pendukung dan penghambat minat anak dalam membaca
Al-Qur‟an pada anak usia dini di RA Baiturrahim ?
8. Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya RA Baiturrahim ?
9. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang ada disekolah ?
10. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap keberadaan sekolah ?
2. Wawancara terhadap guru
a. Apa saja peran guru dalam proses pembelajaran ?
b. Bagaimana bentuk pemberian hadiah dan penghargaan yang ibu
lakukan untuk dapat meningkatkan membaca Al-Qur‟an pada anak
RA Baiturrahim terutama di kelas B1 ?
c. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat anak dalam membaca Al-
Qur‟an ?
d. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan minat
anak dalam membaca Al-Qur‟an ?
e. Sudah berapa lama pembelajaran Al-Qur‟an di RA baiturrahim di
laksanakan ?
f. Bagaimana sistem pembelajaran dan metode apa saja yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran Al-Qur‟an ?
g. Apakah selama ibu mengajar di RA Baiturrahim mendapatkan
kesulitan dalam mengajar anak termasuk dalam pembelajaran Al-
Qur‟an ?
h. Berapa kali pembelajaran itu dilaksanakan
3. Wawancara terhadap orang tua
a. Apakah bapak ibu terlibat dalam membimbing anak dalam membaca
Al-Qur‟an ?
b. Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing dalam membaca Al-
Qur‟an ?
c. Motivsi apa sja yang bapak ibu berikan kepada anak agar mau
membaca Al-Qur‟an ?
d. Apa saja yang bapak ibu lakukan agar anak mau dibimbing dalam
membaca Al-Qur‟an ?
e. Apa saja faktor yang mempengaruhi minat anak dalam membaca Al-
Qur‟an ?
f. Bagaimana pendapat bapak dan ibu tentang kurangnya minat anak
dalam membaca Al-Qur‟an
g. Apakah anak melaksanakan privat iqro dirumah ?
C. Dokumentasi
a. Sejarah dan letak geografis RA Baiturrahim
b. Visi misi dan tujuan RA Baiturrahim
c. Struktur organisasi RA Baiturrahim
d. Jumlah dan keadaan guru di RA Baiturrahim
e. Jumlah siswa setiap local
f. Jumlah dan keadaan sarana dan prasarana
LEMBAR INSTRUMEN WAWANCARA
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MEMBACA AL- QUR’AN
PADA ANAK USIA DINI DI RA BAITURRAHIM KELAS B1
KABUPATEN BUNGO
Hari/Tanggal :
Informan : Siti Fatimah,S.Pd.I
Jabatan : Kepala Raudhatul Athfal Baiturrahim
NO PERTANYAAN
1. Sebagai Kepala Sekolah RA Baiturrahim menurut ibu apa saja peran
guru dalam proses pembelajaran ?
2. Bagaimana bentuk penilaian yang guru berikan kepada siswa sehingga
dapat meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an ?
3. Bagaimana bentuk pemberian hadiah atau penghargaan yang guru
lakukan untuk dapat meningkatkan minat membaca anak terutama di
kelas B1 ?
4 Faktor apa saja yang mempengaruhi minat membaca Al-Qur‟an pada
anak usia dini di RA Baiturrahim ?
5 Apakah dari pihak orang tua murid sering mengadakan konsultasi
dengan pihak RA Baiturrahim seputar masalah pembelajaran ?
6 Apa aja ciri-ciri anak yang mempunyai minat dalam membaca Al-
Qur‟an ?
7 Metode-metode apa saja yang guru gunakan dalam meningkatkan minat
membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini di RA Baiturrahim?
8 Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
meningkatkan minat anak dalam membaca Al-Qur‟an pada anak usia
dini di RA Baiturrahim?
9 Bagaimana sejarah dan latar belakang berdirinya RA Baiturrahim Desa
Embacang Gedang ?
10 Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah ?
11 Bagaimana dukungan masyarakat terhadap keadaan sekolah ?
LEMBAR INSTRUMEN WAWANCARA
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MEMBACA AL-QUR’AN
PADA ANAK USIA DINI DI RA BAITURRAHIM KELAS B1
KABUPATEN BUNGO
Hari/Tanggal :
Informan : Ida Laili,S.Pd.I
Jabatan : Guru Kelas B1 RA Baiturrahim
NO PERTANYAAN
1 Apa saja peran guru dalam proses pembelajaran?
2 Bagaimana bentuk pemberian hadia atau penghargaan yang ibu
lakukan untuk dapat meningkatkan membaca Al-Qur‟an pada anak
RA Baiturrahim terutama di kelas B1?
3 Faktor apa saja yang mempengaruhi minat anak dalam membaca
Al-Qur‟an ?
4 Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
minat anak dalam membaca Al-Qur‟an ?
5 Sudah berapa lama pembelajaran Al-Qur‟an di Raudhatu Athfal
Baiturrahim dilaksanakan ?
6 Bagaimana sistem pembelajaran dan metode apa yang digunakan
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran Al-Qur‟an
7 Apakah selama ibu mengajar di RA Baiturrahim mendapatkan
kesulitan dalam mengajar anak termasuk dalam pembelajaran Al-
Qur‟an ?
8 Berapa kali pembelajaran itu dilaksanakan ?
LEMBAR INSTRUMEN WAWANCARA
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MEMBACA AL-
QUR’AN PADA ANAK USIA DINI DI RA BAITURRAHIM
KELAS B1 KABUPATEN BUNGO
Nama Orang tua : Ibu Iyan (Ibu Bima)
Nama Anak : Bima Alfaridzi
Kelas : B1
NO PERTANYAAN
1 Apakah bapak ibu terlibat dalam kegiatan membimbing anak
dalam membaca Al-Qur‟an ?
2 Sejak usia berapa anak bapak dan ibu dibimbing dalam membaca
Al-Qur‟an ?
3 Motivasi apa saja yang pernah bapak dan ibu berikan kepada anak
agar mau dibimbing dalam membaca Al-Qur‟an ?
4 Apakah ada pengaruh dalam memberikan motivasi kepada anak ?
5 Apa saja yang bapak ibu lakukan kepada anak agar mau dibimbing
dalam membaca Al-Qur‟an?
6 Apa saja faktor yang mempengaruhi anak dalam membaca Al-
Qur‟an
7 Bagaimana pendapat bapak dan ibu terhadap kurangnya minat
anak dalam membaca Al-Qur‟an ?
8 Apakah anak melaksanakan privat iqro di rumah ?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CIRRICULUM VITAE)
PendidikanFormal :
1. SDN 200/II Embacang Gedang Tamat : Tahun 2009
2. MTS Ponpes Diniyyah Muara Bungo Tamat : Tahun 2012
3. MAN Ponpes Dinyyah Muara Bungo Tamat : Tahun 2015
PengalamanOrganisasi : 1. Anggota OPPD di Ponpes Dinyyah Bungo
2. HimpunanMahasiswaJurusan
(HMJ)PIAUD Tahun 2016/2017.
Motto Hidup : Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar
dan tak kenal putus asa.
bermimpilah semaumu dan kejarlah mimpi itu.
Nama : Syifa Ardilla Amri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Embacang Gedang /31
Agustus 1997
Nama Ayah : Ahmad Bajuri,S.Ag
Nama Ibu : Siti Mariyam
Anak Ke : Anak ke – 1 dari 3 bersaudara
Alamat : Desa Embacang Gedang ,
Kecematan. Tanah Sepenggal
Lintas, Kabupaten. Bungo,
Provinsi. Jambi.
Pekerjaan : Mahasiswa UIN STS Jambi
Alamat E-Mail : [email protected]
No Kontak : 082213745232